Ceritasilat Novel Online

Budi Kesatria 22

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 22 Betul juga tebakan It bun Han to, baru saja ia menyelesaikan kata-katanya terdengar Bu w i totiang membentak keras: "Taysu berhenti!" Sementara itu Ceng kong taysu sedang di teter terus oleh permainan pedang Lan Giok tong yang gencar sehingga mundur terus ke belakang berulang kali, mendengar bentakan dari Bu wi totiang ia siap melompat ke belakang. Siapa tahu Lan Giok tong; bertindak lebih cepat, sambil tertawa dingin katanya. "Mau lari ?" Heehh heehhh heehh tidak segampang itu!" Ditengah bentakan yang nyaring, tiba-tiba ia keluarkan satu jurus simpanannya yang tangguh setelah berhasil menyingkirkau golok Ceng kong taysu, pedangnya langsung berkelebat kedepan dan menusuk lengan kiri hwesio itu. Darah segar segera memancar keluar dari mulut luka itu dan membasahi seluruh tubuhnya. Bu wi totiang mendengus dingin, ia menerjang maju kedepan, pedangnya segera dikembangkan sedemikian rupa menciptakan selapis cahaya tajam yang amat menyilaukan mata. Jurus serangan tersebut merupakan jurus pedang yang tangguh dari perguruan Bu tong pay, yakni jurus seng ho to kwa (sungai bintang tergantung diatas awan) dari ilmu pedang Tay kek hwe kiam. Muncullah berpuluh-puluh titik cahaya tajam bagaikan rontoknya bintang dari langit, serangan tersebut benar-benar merupakan suatu jurus serangan yang sangat tangguh. Lan Giok tong tak berani bertindak gegabah, dengan jurus bay si seng lo (bangunan kota ditengah samudra) pedangnya berputar kencang menciptakan selapis cahaya pedang untuk melindungi badan. Trang traang traaang secara beruntun terjadilah benturan keras yang menimbulkan suara dentingan nyaring. Cahaya tajam segera sirap dan muncullah bayangan manusia dari kedua belah pihak. Ketika semua orang amati keadaan diri kedua orang itu, maka tampaklah pakaian yang dikenakan Lan Giok-tong telah robek tersambar oleh cahaya pedang ysng tajam i tu. Kontan saja Shen Bok Hong tertawa dingin, serunya dengan nada setengah mengejek: "Huuuh..! Namanya saja seorang ketua dari perguruan Bu tong pay, tak tahunya yang bisa dikerjakan hanya menyergap orang secara diam-diam engkau tidak malu ditertawakan orang banyak?" Bu wi totiang tertawa dingin pula: "Heehh..... heehh.... heeeh... jangan sok mengejek orang, bagaimana dengan engkau sendiri" Bukankah engkau juga memerintahkan Lan Giok tong untuk menghadapi lawannya secara bergilir, apakah perbuatanmu itu juga pantas?" Sepasang mata Shen Bok Hong memancarkan sinar yang tajam, ia memandang sekejap sekeliling gelanggang, kemudian memandang sekejap pula kearah kakek baju kuning bersenjata tongkat bambu yang berdiri didepan pintu, lalu ujarnya kembali kepada Lan Giok tong. "Lan siheng, bagaimana keadaan lukamu?" "Hanya pakaianku saja yang robek, untung tidak sampai melukai badan, aku masih berkemampuan untuk melanjutkan kembali pertarungan ini.." Berbicara sampai disitu tiba-tiba ia maju dua langkah kedepan, sambil menuding Bu wi Totiang dengan pedangnya ia menantang. "Totiang, beranikah engkau melangsungkan suatu pertarungan seru satu lawan satu dengan aku orang she Lan ?" "Heeeh heeeh heeeh engkau benar-benar akan menantang pinto untuk bertarung satu lawan satu ?" Bu wi totiang menebaskan sambil tertawa dingin. "Benar, kalau totiang tidak berani menerima tantangnnku untuk berduel, aku minta engkau lebih baik menyingkir saja diri sini dan persilahkan nona Gak untuk tampil ke depan." Bu wi totiang tertawa ewa ; "Rupanya tujuan kedatanganmu kemari adalah berharap bisa berjumpa dengan nona Gak, sayang sekali nona Gak tidak sudi ber jumpa lagi dengan dirimu !" "Kenapa?"" teriak Lan Giok tong dengan gusarnya. Bu wi totiang segera tertawa dingin tiada hentinya. "Heeeh heeeh heeeehh kalau nona Gak bersedia untuk menjumpai dirimu, maka ia tak akan tinggalkan tempat ini !" "Jadi nona Gak benar-benar sudah pergi dari sini?" Lan Giok tong menegaskan dengan paras muka berubah hebat. "Mungkin ia pergi dari sini lantaran masih ada urusan yang jauh lebih penting dari perjanjiannya dengan kalian, mungkin juga lantaran ia tak sudi berjumpa lagi dengan dirimu, maka ia segera tinggalkan tempat ini, pokoknya yang pasti ia sudah tak berada ditempat ini lagi" "Mana Giok siau long-kun!" tanya Lan Giok-tong dengan cepat. "Ia juga sudah pergi, bilamana Giok-siau long kun masih berada disini, maka dia tak nanti akan membiarkan engkau menantang sona Gak untuk berduel!" "Apakah Giok-Siau long kun pergi bersama-sama nona Gak"!" tanys Lan Giok tong lagi dengan gelisah. "Tentang soal ini.. Aku merasa kurang begitu jelas!" Sampai disitu Lan Giok Tong lantas berpaling dan memandang sekejap kearah Shen Bok Hong, katanya dengan lesu : "Toa cungcu, nona Gak telah meninggalkan tempat ini!" Shen Bok Hong segera tertawa hambar dan menanggapi : "Ucapan kaum perempuan memang paling tak dapat dipercayai buat apa Lan si heng musti terlalu pikirkan persoalan ini didalam hati"!" Betapa sedih dan kesalnya Lan Giok tong seketika itu juga semangat tempurnya lenyap tak berbekas, niatnya untuk menantang duel Bu wi totiang pun ikut lenyap dengan begitu saja. Setelah melirik sekejap kearab Bu-wi to tiang, perlahanlahan ia mengundurkan diri kebelakang. "Lan si heng !" Shen Bok Hong segera menimbrung sambil tertawa ewa, "bukankah engkau telah menantang Bu wi totiang untuk berduel"!" Perlahan-lahan Lan Giok tong putar badannya dan memandang sekejap kearah Shen Bok Hong, kemudian ujarnya : "Pertarungan yang berlangsung hari ini bukan pertarungan mencari nama atau kedudukan seperti pada umumnya, aku rasa tidak menjadi kewajibanku bukan untuk bertarung matimatian melawan Bu wi totiang?" Shen Bok Hong tertawa ewa; "Aku memangnya totiang, cuma saja Lan si heng toh sudah terlanjur mengutarakan tantanganmu itu, sekalipun engkau ada minat untuk batalkan niatmu ini. sepantasnya kalau mencari suatu alasan yang lebih tepat dulu sebelum mengundur lagi." "Shen toa Cungcu, sebelum melakukan kerja sama kita kan sudah saling menyetujui syarat-syarat yang diajukan masingmasing pihak, Aku memancing Siau Ling masuk perangkap sedang Shen toa cungcu membantu aku menawan nona Gak, sekarang Siau Ling sudah terpancing dan mati terjebak dalam kebakaran sebaliknya engkau belum penuhi janjimu. Kemarin Gak Siau cha toh telah datang ke mari, mengapa kau tak mau dengarkan perkataanku dan menawannya seketika itu juga. Sekarang ia dan Giok siau long kun telah kabur dari sini. Itu berarti pula Shen toa cungcu sama sekali tidak menepati janjimu!" Setajam sembilu sorot mata yang terpancar keluar dari sepasang mata Shen Bok Hong, segera sambutnya dengan dingin: "Sampai sekarang mayat Siau Ling belum ditemukan, apakah dia telah mati atau masih hidup susah diramalkan, sebaliknya Gak Siau-cha kan masih hidup didunia ini, apakah Lan siheng tidak merasa bahwa perkataanmu kau utarakan terlalu pagi ?" Dengan gusar bercampur mendongkol Lan Giok tong tertawa dingin. "Heebhh. heehhb. Heehhh, kalau kudengar dari pembicaraan Shen toa cungcu, tampaknya engkau sama sekali tidak menaruh perhatian atas janjimu dengan aku orang she Lan, kalau toh memang begitu rasanya aknpun tak usah jual nyawa bagimu lagi!" "Kalau toh Lan si heng mengatakan begitu, aku orang she Shen tidak berani terlalu memaksa dirimu lagi" tukas Shen Bok Hong sambil mengulapkan tangannya, " bila engkau tak minat untuk mencampuri urusan ini lagi, silahkan saja engkau segera berlalu dari tempat ini!" Lan Giok tong mendengus dingin, ia tidak berkata-kata lagi. Selangkah demi selangkah dihampirinya meja abu Siau Ling, kemudian setelah berdiri depan wajah serius dia berkemak kemik seperti sedang mengatakan sesuatu, namun apa yang didoakan tak seorangpun yang tahu. Betapa gusar dan mendongkolnya Shen Bok Hong menghadapi kejadian ini. Api amarah telah berkobar dalam dadanya, tapi sebisa mungkin ia berusaha untuk mengendalikan perasaannya itu. Ia lantas berpaling kearah Bu wi totiang dan berkata. "Kalau toh Lan Giok tong tak berani bertarung melawan totiang, bagaimana kalau aku saja yang melayani engkau sebanyak beberapa jurus?" Tentu saja Bu wi totiang sadar bahwa kepandaian silatnya bukan tandingan lawan, akan tetapi ia merasa tak leluasa untuk menampik tantangan orang, terpaksa sambil keraskan hati dia menjawab. "Sudah tentu pinto harus melayani keinginan Shen toa cungcu bilamana engkau sudah tertarik dengan diriku!" "Baik, aku orang she Shen akan melayani permainan senjatamu dengan tangan kosong!" Bu wi totiang menghembuskan napas panjang ia silangkan pedangnya didepan dada, kemudian bersiap siaga untuk turun tangan. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara bentakan nyaring berkumandang memecah kan kesunyian. "Totiang, jangan turun tangan!" It bun Han to dengan langkah yang lambat tapi tetap, setindak demi setindak munculkan diri dari belakang mimbar. Menjumpai kemunculan jago lihay ini Shen Bok Hong segera menegur dengan suara dingin: "Hmm ! Telah kuduga bahwa engkau pasti berada disini dan mengepalai semua persiapan ditempat ini, ternyata dugaanku sama sekali tidak keliru..!" It bun Han to tertawa ewa. "Oooh... ternyata Shen toa cungcu masih ingat dengan aku It bun Han to, rupanya kesan Shen toa cungcu terhadap diriku cukup mendalam, aku jadi kikuk sendiri rasanya." Shen Bok Hong tertawa dingin. "Hmm ! Cukup kutinjau dari segala persiapan yang terdapat disini, aku sudah menduga kalau engkaulah yang mengatur segala sesuatunya. Heeeh heeeh heeeh sepantasnya kalau kubunuh dirimu sedari dulu..." "Aku tahu bahwa Shen toa cungcu selalu bermaksud untuk membinasakan diriku, sayang engkau tak dapat mencari kesempatan yang paling baik untuk melakukan hasratmu itu." Ketika ada diluar istana terlarang, Siau Ling telah selamatkan jiwamu" kata Shen Bok Hong setengah mengejek, "tapi sekarang Siau Ling telah tewas, didunia ini sudah tak ada orang lagi yang mampu menyelamatkan jiwamu, kendatipun engkau licik dan banyak akal muslihatnya jangan harap engkau bisa lolos pada hari ini dalam keadaan selamat" It bun Han to tertawa hambar. "Akupun sangat berharap agar apa yang Shen cungcu harapkan benar-benar bisa terwujud pada hari ini " jawabnya. "Heehhh, heebhh. heehhh.. apakah It bun heng merasa bahwa aku orang she Shen tidak memiliki kemampuan untuk membereskan jiwamu itu !" "Tentu saja aku percaya bahwa Shen toa cungcu memiliki kemampuan untuk berbuat begitu, sebab aku percaya sebelum datang kemari engkau sudah pasti telah membuat persiapan yang matang, tapi akupun telah melakukan segala persiapan.." Tiba-tiba Shen Bok Hong bergerak maju kedepan dan mendekati It-bun Han to sambil maju kemuka katanya : "Aku jadi ingin tahu persiapan apakah yang telah It-bun heng lakukan selama ini, dan sampai dimana pula kehebatan dari persiapanmu itu!" Bukannya menghindar atau mundur ke belakang, It bun Han to malahan memapaki kedatangan Shen Bok Hong dia segera menengadah dan tertawa terbahak-bahak. "Haahhh. haahhh. haahhh, batok kepalaku telah kusiapkan di hadapanmu, bilamana Shen toa cungcu merasa mempunyai keberanian untuk memetiknya silahkan saja untuk memetik kepalaku ini" Shen Bok Hong memang seorang manusia yang besar sekali kecurigaannya, ia tahu bahwa kepandaian silat yang dimiliki It bun Han to cetek sekali, tak mungkin ia sanggup menahan sebuah pukulannya. Ternyata orang itu bukan saja tidak menghindar diri malahan menyongsong kedatangannya, bila tiada sesuatu yang tak beres, jelas hal ini tak mungkin bisa dilakukan olehnya. Satu ingatan segera melintas dalam benaknya, tiba-tiba gembong iblis ini menghentikan langkah kakinya. It bun Han to segera tersenyum ejeknya "Shen toa cungcu, mengapa engkau tak jadi turun tangan"!" Setajam sembilu sorot mata Shen Bok Hong diawasinya It bun Han to dari atas kepala hingga keujung kakinya, kemudian ia berkata dengan nada sinis : "Selamanya engkau berjiwa pengecut dan takut mampus, aku jadi heran, mengapa pada saat ini engkau jadi seorang pemberani"!" Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo It bun Han to tertawa ewa. "Jadi seorang manusia adalah jamak kalau senantiasa mengalami perubahan, baik dalam watak maupun keberanian, dahulu aku memang benar-benar takut mati. tapi sekarang aku tidak lagi berjiwa pengecut, kupandang suatu kematian bagaikan pulang kerumah saja. Aku tahu ilmu silat yang dimiliki Shen toa cungcu sangat lihay, hanya sekali pukulan saja nicaya isi perutku akan hancur dan selembar nyawaku akan melayang, hmm..! Sungguh menggelikan sekali, ternyata engkau masih banyak curiga dan tak berani melakukan serangan terhadap diriku" Bu wi totiang terhitung seorang jago yang cerdik tentu saja ia dapat meraba maksud hati It bun Han to, rupanya ia telah mempunyai niat seperti Sun Put shia tadi, yakni memancing amarah Shen Bok Hong sehingga sebuah pukulannya akan meledakkan Poh san sin lui yang berada dalam sakunya, asal bahan peledak itu meletus niscaya ia dan Shen Bok Hong akan tewas seketika itu juga; Setelah memahami maksud dan tujuan rekannya ini imam tua dari perguruan Bu tong pay ini jadi kagum dan salut atas kesediaannya untuk berkobar demi kepentingan umum Shen Bok Hong yang lihay dan hebat ternyata benar-benar memiliki ketenangan yang jauh melebihi siapapun ia tidak gusar tapi melirik sekejap kearah Bu wi totiang lalu sambil tertawa ewa katanya : "It bun Han to, aku telah memahami sampai dimanakah karaktermu, engkau tak lebih adalah seorang pengecut yang takut mampus, orang yang takut mati mendadak jadi seorang pemberani, haah. haahh..haah.. sekalipun seorang manusia paling bodoh juga tahu kalau engkau telah siapkan suatu perangkap busuk untuk menjebak aku, sayang selama hidupku aku paling mengutamakan ketenangan dan pikiran yang tetap dingin, aku rasa jerih payah It bun sianseng kembali akan sia-sia belaka!" Sementara pembicaraan berlangsung, sepasang matanya dengan tajam mengawasi terus perubahan It bun Han to, dia berharap bisa temukan sesuatu pertanda yang mencurigakan hati. ---o0dw0o--- Shen toa cungcu, ku akui engkau memang seorang jago yang pintar!" puji It bun Han to sambil tertawa, "Cuma aku yakin, sekalipun engkau peras keringat habis-habisan, belum tentu akan kau temukan alasannya mengapa secara tiba-tiba aku It bun Han to tak takut mati dan memandang suatu kematian bagaikan pulang kerumah!" Shen Bok Hong mendengus dingin, tiba-tiba ia berpaling ke arah Kim hoa hujin seraya berkata. "Hujin apakah engkau bawa serta ular Pek Sian ji mu itu?" "Ada dalam sakuku!" jawab Kim hoa hujin. "It bun Sianseng adalah seorang ahli dalam ilmu racun, apakah Pek Sian ji milikmu mampu untuk melukainya?" "Apakah Shen tos cungcu hendak mencoba kepandaian silatku?" sahut Kim hoa hujin sambil tertawa. "Benar aku jadi curiga dengan It bun Han to setelah menyaksikan tingkah lakunya yang luar biasa dan takut mati itu. Kalau dugaanku tak meleset, dibalik peristiwa ini tentu ada hal-hal yang tidak beres, jangankan dia bukan seorang pemberani, kendatipun dia mempunyai keberanian yang terpuji, belum tantu ia rela mati diujung telapakku, maka lantas menduga bahwa ia telah siapkan rencana busuk untuk menjebak diriku" "Rencana busuk apa?" "Tampaknya ia berhasrat untuk beradu jiwa dengan diriku!" Kim hoa hnjin memandang sekejap kearah It bun Han to, kemudian sambil tertawa ewa katanya. "Kenapa aku tidak melihatnya" Dengan cara apa dia akan beradu jiwa dengan dirimu?"" "Kelicikan dan kecerdikan It bun Han to tak bisa ku anggap sebagai suatu permainan, bagiku lebih baik sedia payung sebelum hujan dari pada harus menyesal sesudah nasi menjadi bubur" ujar Shen Bok Hong memberikan pendapatnya "siapa tahu kalau dalam sakunya telah ia siapkan bahan peledak yang sangat berbahaya" Kalau aku bertindak secara gegabah, dan bahan peledak itu sampai tersentuh olehku sehingga meledak, siapa yang bakal rugi?" Setelah tertawa tergelak, dia melanjutkan "Haaah... haaah... haaah... yang penting bagi kita sekarang bukanlah persoalan intrik dan rencana keji apakah yang sedang dia siapkan asalkan kita lepaskan pek Sian ji yang sangat beracun itu untuk menghadapinya, maka urusan akan menjadi beres dengan sendirinya. Terhadap diri Kim hoa hujin pada hakekatnya Shen Bok Hong memang memberikan perlakuan yang istimewa, akan tetapi perintah dari gembong iblis itu tak berani dibangkang Kim hoa hujin dengan begitu saja. Maka perempuan suku Biau ini segera merogoh kedalam sakunya dan mengambil keluar sebuah tabung bambu, sambil dipegangnya dia berkata dengan nada dingin: "It-bun heng, tentunya engkau sudah memahami bukan sampai dimanakah kehebatan racun yang dikandung ular Pek sian ji ini, aku rasa tak perlu aku jelaskan secara khusus lagi kepadamu!" Sementara itu Bu wi totiang dan Sun Put shia yang mendampingi It bun Han to ditepi gelanggang merasa benarbenar kagum dengan kecerdasan otak gembong iblis ini. Sekarang mereka baru tahu bahwa Shen Bok Hong bukanlah seorang musuh yang empuk. Segera pikirnya dihati, "Banyak orang menceritakan bagaimana kejam dan liciknya Shen Bok Hong, sesudah bertemu hari ini kenyataan memang membuktikan bahwa dia sangat teliti dan berotak brilian, manusia macam begini sukar sekali rasanya untuk dihadapi." Di pihak lain, It bun Han to telah berkata dengan dingin "Hujin, Pek sian ji milikmu itu lebih bernilai dari nyawamu sendiri, aku lihat lebih baik janganlah kau gunakan secara sembarangan!" "Haahhh. Haaahhh. Haaahhh. Apa boleh buat" Aku memang ingin menyimpannya kembali tapi perintah dari Shen toa cungcu siapa yang berani membantah" Saudara It bun, lebih baik berhati-hatilah uutuk menghadapi serangan pek Sian ji!" kata Kim hoa hujin sambil tertawa terkekeh kekeh. Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut, dia segera ayunkan tangan kanannya kemuka. Sekilas cahaya putih dengan kecepatan bagaikan petir langsung menyambar ketubuh It bun Han to. Bu wi totiang yang telah bersiap siaga segera bertindak cepat, bersamaan waktunya Kim hoa hujin melepaskan Pek Sian ji dia pun menerjang kemuka sambil melepaskan satu babatan kilat, desiran angin tajam segera membelah angkasa. Tertahan oleh desiran angin kuat itu, Pek Sian ji tergetar diudara dan meluncur kebawah, disitu Bu wi totiang telah memakai dengan pedangnya. Duuuk! Dengan telak bacokan itu bersarang ditubuh Pek Sian ji. Pekikan nyaring mengeletar membelah angkasa, bukannya tersayat kutung oleh bacokan itu, tiba-tiba Pek Sian ji melingkarkan tubuhnya menjadi satu, kemudian dengan ketat pedang Bu wi totiang dibelenggu dengan badannya. Pedang panjang yang digunakan Bu wi to tiang itu sekalipun belum terhitung sebagai pedang mustika yang sangat ampuh, namun terbuat dari baja murni yang tajamnya luar biasa, ujung rambutpun akan tersayat kutung dalam sekali bacokan.vAkan tetapi ular pek-sian-ji sama sekali tak jeri untuk membelenggu pedang itu dengan badannya, malahan makin melilit semakin kencang, sedikitpun badannya tak tampak terluka atau cedera. Shen Bok Hong yang ada disisi kalangan segera tertawa dingin dan ber olok-olok "Heeeh.. heeeh.. heeeh.. bagus, bagus sekali perbuatan kalian, Huh ! Kalau mengakunya sama seorang pendekar sejati yang menegakkan keadilan dan kebenaran, eeeh tak tahunya tianglo dari Kay pang dan ketua dari Bu tong pay harus bekerja sama untuk menghadapi seorang perempuan lemah...memalukan sungguh memalukan !" "Hmm ! Engkau tak perlu mengolok-olok yang kuhadapi bukan orangnya tapi makhluk beracun itu ." jawab Sun Put shia dengan dingin. Dia melompat maju kedepan seraya melepaskan sebuah pukulan dahsyat, tantangnya lagi: "Shen toa cungcu, kalau engkau mengaku jantan dan berilmu tinggi, beranikah engkau menerima tantanganku untuk berduel ?" Shen Bok Hong melepaskan sebuah pukulan udara kosong untuk menangkis datangnya ancaman, lalu jawabnya : "Mau menantang aku untuk berduel " Hmm.. Pengemis tua, dengan andalkan sedikit kepandaianmu itu, engkau akan mengajak aku untuk berkelahi?"" Ketika dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat itu saling membentur satu sama lainnya segera terjadilah suatu ledakan yang memekikkan telinga, pasir dan debu beterbangan memenuhi saluran angkasa. Shen Bok Hong telah bersiap siaga menghadapi serangan tersebut, setelah melancarkan sebuah pukulan dahsyat, tibatiba ia meleset dan mundur dua kaki kebelakang. Dalam bentrokan itu, Sun Put shia merasakan sekujur badannya tergetar keras, kejadian ini membuat hatinya terkesiap. "Sungguh hebat dan luar biasa tenaga dalam yang dimiliki gembong iblis ini " pikirnya dihati "aku tak boleh memandang terlalu enteng atas dirinya!" Selama ini Shen Bok Hong sendiri masih, menaruh curiga atas keberanian Sun Put shia menantang dirinya untuk berduel, dia bermaksud untuk membongkar rencana busuk apakah yang terselip dibalik tantangan itu. Dalam perkiraannya jika ada suatu tipu muslihat, niscaya setelah menerima pukulan itu maka akibatnya akan ketahuan. Akan tetapi apa yang terjadi kemudian" Sedikitpun tidak terjadi perubahan pada diri pengemis tua itu. Baik Sun Put-shia maupun Bu wi totiang tidak berani bersungguh-sungguh melukai ular pek sian ji milik Kim hoa hujin, mereka kuatir kalau perempuan dari suku biau ini tak lain adalah mata-mata yang diutus Siau Ling untuk mencari informasi didalam perkampungan Pek hoa san cung, maka dari itu dikala ular tersebut membelenggu ujung pedangnya, segera Bu wi to tiang menggetarkan pergelangannya sehingga ular tadi terjatuh keatas tanah. Menyaksikan ularnya terjatuh keatas tanah. Kim hoa hujin segera maju kemuka dan menjemput kembali ular Pek sian jinya itu untuk dimasukan kedalam saku. It bun Han to sendiri dengan wajah yang serius dan keren tetap berdiri tak berkutik ditempat semula, sinar matanya yang tajam mengawasi terus pemuda baju hijau yang bertangan kosong itu dengan seksama. Sejak munculkan diri, pemuda baju hijau itu tak pernah mengucapkan sepatah katapun. Sikapnya tenang dan santai. Terhadap pertarungan yang sedang berlangsung ditengah gelanggang sama sekali tidak tertarik ataupun melirik barang sekejappun. Dalam pada itu, kakek baju kuning yang berdiri disamping pintu gerbang mendadak mengseserkan tubuhnya., dengan demikian ia segera berdiri menghalang jalan keluar orang yang ada disitu. Shen Bok Hong dengan penuh curiga menyapu sekejap ruangan itu, mendadak ia menemukan bahwa gelagat tidak menguntungkan pihaknya, bagaimanapun juga posisi pihaknya sudah kalah separuh, timbullah niat untuk mengundurkan diri dari situ, Tanpa membuang banyak waktu, segera bisiknya lirih : "Mari kita pergi dari sini!" ---oo0dw0oo--- JILID 39 TIDAK menanti jawaban, dia melangkah lebih dahulu menuju keluar. Pada waktu itu orang yang berdiri didepan pintu keluar sangat banyak, kebanyakan adalah jago-jago persilatan yang datang untuk menyaksikan jalannya pertarungan. Ketika mereka saksikan Shen Bok Hong berjalan menghampiri kearah mereka, orang orang itu segera menyingkirkan diri ke samping. Dalam waktu singkat hanya kakek berbaju kuning saja yang masih berdiri di depan pintu tanpa bergerak. "Shen Bok Hong!' tiba-tiba It bun Han-to membentak dengan suara dalam. Mendengar namanya disebut It bun Hao too secara langsung, kontan saja Shen Bok Hong mengerutkan dahinya dengan penuh kegusaran, segera hardiknya: "It-bun Han too! Aku lihat nyalimu kian lama kian bertambah besar, agaknya engkau sudah bosan hidup?" "Toa congcu !" sahut It bun Han-to dengan ketus, pada saat ini aku orang she It bun sudah bukan tamumu lagi. sekarang kita berdiri dalam posisi saling bermusuhan, Hmm! Jangan toh cuma menyebut nama Shen Bok Hong belaka, sekalipun mencaci maki dirimu dengan kata-kata yang lebih tak sedap pun engkan tak dapat berbuat apa-apa!" Betapa marahnya Shen Bok Hong sukar dilukiskan dengan kata-kata, ia segera menengadah dan tertawa terbahakbahak. "Haahhh. haahhh. haahh. bagus, bagus sekali perkataamu itu. nah, apa yang hendak engkau katakan"!" Sudah lama It-bun Han-to bergaul dengan Shen Bok Bok Hong, tentu saja diapun tahu bahwa kemarahan dari gembong iblis itu sudah mencapai pada puncaknya, hanya saja ia masih berusaha nengendalikan secara paksa sehingga kemarahan itu tak sampai terlampiaskan keluar. "Sampai detik ini mati hidup Siau tayhiap masih merupakan suatu tanda tanya besar, aku rasa dikolong langit dewasa ini tidak banyak jago yang sanggup berduel satu lawan satu dengan dirimu.." ia berhenti sebentar untuk tukar napas, kemudian melanjutkan. "Oleh sebab itu untuk menghadapi seorang jago tangguh macam engkau mau tak mau aku harus mempersiapkan suatu siasat yang tepat pula" "Hmml Kalau ingin berkelahi, silahkan saja kamu semua Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo maju bersama-sama?" It bun Han tio tertawa lebar. "Shen toa cungcu mengatakan bahwa pedoman hidupmu selama ini adalah ketenangan dan ketelitian, tapi sayang menurut pendapatmu pedoman tersebut sudah ditinggalkan oleh Shen toa cuncu! "Maksudmu?" teriak Sheo Bok Hong sambil menarik muka. "Dalam perkiraanmu hanya cukup membawa empat orang jago lihay maka kami semua sudah bisa kalian taklukkan, tapi bagaimana kenyataannya sekarang" Hmm! Pada hakekatnya semua orang yang ada dikolong langit telah bermusuhan dengan dirimu, mereka semua telah bertekad untuk beradu jiwa dengan engkau, tak nanti orang-orang itu sudi bertekuk lutut dan jeri kepadamu lagi, tahukah engkau mengapa bisa terjadi perubahan yang seratus delapan puluh derajat ini?"" Soen Bok Hong mendengus dingin dan tetap membungkam. It bun Han to menatap sekejap ke arah lawannya dengan pandangan tajam, kemudian ujarnya lebih jauh: ''Perubahan ini terjadi setelah Siau tay hiap celaka ditanganmu, perbuatanmu yang rendah pengecut dan terkutuk itu telah mengetuk hati mereka semua, berbondongbondong mereka datang kesini dari pelbagai daerah untuk beradu jiwa dengan engkau.. Hmm! Ketahuilah dalam sekitar ruangan ini sekarang sudah siap tiga ratus orang jago, diantaranya ada empat lima puluh orang yang merupakan jago tangguh...." Shen Bok Hong tertawa tergelak, sebelum ucapan itu selesai dia segera menukas. "Jadi engkau hendak mengerahkan mereka untuk mengerubuti aku?" "Main kerubut adalah cara yang sering kali kau praktekkan untuk menghadapi jago silat yang tangguh, cuma bedanya kalau jago-jagomu terpaksa harus setia dan berbakti kepadamu lantaran terpengaruh oleh obat racun, sebaliknya jago-jago kami bersedia untuk berjuang sampai titik darah yang penghabisan dengan kerelaan hati masing-masing" "Kawanan anjing yang banyak tak akan mampu mengurung beberapa ekor harimau, memang jumlahmu lebih banyak dari jagoku akan tetapi untuk meloloskan diri dari sini bukanlah sesuatu pekerjaan yang menyulitkan." "Dewasa ini aku rasa Lan Giok tong sudah tak mungkin bisa kau gunakan lagi tenaganya, sebab kebobonganmu sudah ketahuan mula2 engkau menipu dirinya dengan mengatakan akan menangkap Gak Siau cha dan mengawinkan dirinya dengannya, tapi dalam kenyataan engkau cuma membohongi dirinya belaka..haahha, haahhaa, memangnya ia sudi menjual nyawa lagi untukmu?" "Omong kosong!" teriak Shen Bok Hong dengan gusar, kalian sengaja menyembunyikan Gak Siau cha sehingga tidak memberi kesempatan kepadaku untuk menangkapnya, mana bisa dikatakan kejadian ini sebagai suatu kebohongan" Pemuda berbaju hijau yang selama ini membungkam terus tiba-tiba menyela dengan dingin: "Shen toa cungcu, benarkah engkau telah berjanji dengan Lan Giok tong untuk menangkapkan Gak Siau cha dan mengawinkan, kepadanya?"" Shen Bok Hong tertegun, kemudian sahutnya terbata-bata : "Tentang soal ini., tentang soal ini..." Dengan dahi berkerut, pemuda berbaju hijau itu meneruskan kembali kata-katanya : "Shen toa cungcu, apabila engkau bukan seorang yang pelupa, tentunya masih ingat bukan bahwa engkaupun pernah berjanji demikian kepadaku"! Shen Bok Hong yang licik benar-benar ketanggor batunya. Ia jadi riku, dan tersipu-sipu, untuk sesaat paras mukanya berubah merah padam. Setelah mendeham beberapa kali, akhirnya ia menjawab : "Perempuan cantik didunia ini banyak sekali jumlahnya, aku jadi heran dan tak habis mengerti, apa sebabnya kalian semua pada menaruh hati terhadap diri Gak Siau cha"!" Pemuda berbaju hijau itu mengerutkan dahinya, dengan hambar ujarnya kembali : "Aku tidak mempersoalkan yang lain, aku hanya ingin bertanya keapada Shen toa-cungcu, pernahkah engkau berjanji seperti itu kepadaku"!" Kendatipun iman Shen Bok Hong sudah dilatih mencapai puncak kesempurnaan, akan tetapi setelah tipu muslihatnya terbongkar, paras mukanya tak urung berubah juga. Dengan sepasang mata yang berkilat ia menyabut; "Sekalipun aku orang she Shen pernah mengatakan demikian, itupun bukan kesalahanku bagaimanapun juga Gak Siau cha toh cuma seorang, sedangkan kalian sama-sama berebutan minta bantuanku untuk menangkap Gak Siau cha, apa yang bisa kulakukan kecuali memenuhi semua permintaan kalian..?" "Hmm! Seorang Kuncu, seorang laki-laki sejati tidak akan memberikan janjinya secara sembarangan, aku rasa kedudukan Shen toa-cungcu dalam dunia persilatan sangat tinggi dan terhormat, apakah engkau tidak takut kalau perbuatanmu itu akan ditertawakan orang?" Cukup pedas dan tajam sindiran tersebut, paras muka Shen Bok Hong kontan saja berubah hebat, tapi dasar licik dan banyak akal muslihatnya, dalam kegelisahan tiba-tiba terlintas satu akal dalam benaknya, dengan cepat dia berseru: "Bukannya aku main janji tanpa bukti pada hakekatnya sudah kupikirkan suatu cara yang jitu untuk mengatasi kesulitan ini! " "Bagaimana caramu itu?" "Apabila aku berhasil menangkap Gak Sian-cha. oleh sebab dia cuma satu saja maka apabila ingin memperolehnya menjadi istri. terpaksa kalian berdua harus menentukan dergan mengandalkan kepandaian silat masing-masing, siapa yarg menang maka dialah yang berhak memperistri Gak Siaucha !" "Memang sangat bagus cara Shen toa cungcu ini, tapi masih kurang sempurna, bagai mana kalau turuti saja dengan caraku?" kata pemuda baju hijau itu dengan ketus. "Bagaimana dengan caramu itu?"" "Apabila sekarang juga kubinasakan Lan Giok tong lebih dahulu, bukankah kita tak usah memikirkan soal-soal yang lain lagi?"" Shen Bok Hong tertawa ewa. "Haaah haaah haaah tentang soal ini aku sih tak dapat mengambil keputusan bagimu !" Apa yang dimaksudkan dengan perkataan itu sudah cukup jelas, yakni ia tidak menampik kemungkinan si anak muda berbaju hijau untuk membunuh musuh rivalnya di saat itu "Kalau toh Shen toa cungcu tidak akan mengurusi pesoalan ini, berarti urusan ini terserah pada kemauanku sendiri. Nah, sebelum kulakukan sesuatu, terlebih dahulu ingin kuajukan satu pertanyaan kepadamu!" "Apa yang ingin kau tanyakan" Katakanlah! ' "Setelah kubunuh Lan Giok-tong sampai mati, apakah masih ada orang lain yang akan berebutan Gak Siau cha dengan diriku?" "Menurut apa yang kuketahui, dalam dunia persilatan memang masih terdapat orang yang mengincar Gak Siau cha, cuma saja orang-orang itu sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan aku orang she-Shen, oleh karena itu bila sampai terjadi sesuatu hal, dengan sendirinya aku orang sha Shen akan berpihak kepadamu." "Akan tetapi aku justru kuatir kalau masih ada seseorang yang akan berebutan dengan aku." "Apakah dia adalah salah seorang diantara anggota perkampungan Pek hoa-sen cung?" "Begitulah!" "Siapakah orang itu?"" Pemuda baju hijau itu tertawa ewa, sahutnya. "Akan kubunuh Lan Giok tong lebih dahulu, kemudian baru kuberitahukan kepada Shen toa cungcu siapakah orang yang kumaksudkan itu!" Selesai berkata dia melangkah maju menghampiri Lan Giok tong. Dalam pada itu Lan Giok tong hanya berdiri didepan meja abu Siau Ling dengan wajah termangu-mangu, tampaknya ia merasa malu dan menyesal sekali atas semua perbuatan yang telah dilakukan selama ini. Terhadap tanya jawab dari Shen Bok Hong dan pemuda baju hijau itu bukan saja tidak memperhatikan, bahkan menggubrispun tidak. Sementara itu kawanan jago persilatan yang berkerumun disekitar ruangan untuk menyaksikan jalannya pertarungan makin lama semakin banyak ketika dilihatnya jago-jago musuh yang datang menyatroni ternyata saling bunuh sendiri, mereka jadi ngeri dan seram tapi ada pula yang segera menunjukkan wajah berseri. Melihat pemuda baju hijan itu maju menghampiri Lan Giok tong. dengan cepat. It bun Han too mundur tiga langkah ke belakang. dengan begitu jalan lewat bagi pemuda itupun jadi lebih lebar. Lan Giok tong sendiri masih tetap berdiri termangu didepan meja abu Siau Ling, badannya tak bergerak bahkan sama sekali tidak merasa bahwa keselamatan jiwanya terancam. It-bun Han-to segera mendehem, tegurnya: "Lan Giok-tong, hati-hati!" Pemuda berbaju hijau itu segera tertawa dingin, ejeknya : "Engkau tak usah kuatir, untuk menghadapi nanusia sebangsa Lan Giok-tong, tak nanti aku gunakan cara menyergap !" Benar juga perkataannya itu, ketika mencapai jarak tiga depa dibelakang Lan Giok tong, ia segera berhenti seraya berkata: "Lan-heng, sedari tadi engkau hanya berdiri termangu di depan meja abunya Siau Ling apakah engkau merasa menyesal karena telah memancingnya masuk kedalam perangkap?"" Pada hakekatnya Lan Giok tong sudah bersiap sedia ketika mendengar peringatan dari It bun Han too tadi, cuma ia tetap berdiri serius ditempat semula, tanpa bergerak barang sedikitpun. Menanti pemuda berbaju hijau itu menegur, perlahan-lahan Lan Giok tong baru putar badannya sambil menjawab : "Perkataanmu memang benar, kini aku merasa menyesal mengapa kupancing Siau-Ling masuk perangkap!" "Haahhh .haahhn .haahhh. bukankah dia adalah musuh cintamu" Bila Siau Ling tidak mampus, maka untuk selamanya jangan harap engkau bisa mempersunting Gak Siau-cha! ' "Benar, selamanya aku memang tak bisa. mempersunting nona Gak, akan tetapi engkau sendiripun jangan harap bisa mendapatkannya pula. Gak Siau cha adalah seorang gadis yang cantik jelita bak bidadari dari khayangan, apabila ingin mencari seorang pemuda yang pantas mendampinginya, maka orang itu sepantasnya adalah Siau Ling, bukan engkau juga bukan aku!" Kontan saja pemuda berbaju hijau itu tertawa dingin. "Heehhh. Heehhh..heehhh sekalipun begitu toh saat ini Siau Ling sudah mampus, maka sepantasnya kalau ada satu orang di antara kita yang akan mempersunting Gak Siau cha sebagai istrinya" "Memang benar, ada orang yang akan mempersunting nona Gak sebagai istrinya, cuma sayang orang itu bukan dirimu!" "Lantas memangnya kau " " ejek pemuda berbaju hijau itu sambil tertawa sinis. "Juga bukan aku!" sahut Lan Giok tong lagi sambil gelengkan kepalanya berulang kali. "Kalau bukan engkau juga bukan aku, lalu siapakah orang itu?"" "Orang itu" Dia sudah tidak berada didunia ini lagi..." Pemuda berbaju hijau itu mendengus gusar. Tiba-tiba dia ayun tangan kanannya kemuka seraya berseru : "Hati-hatilah dengan seranganku ini!" Serentetan cahaya kilat langsung meluncur kemuka dia menotok dada Lan Giok-tong. Meskipun pemuda itu memberi peringatan kepada musuhnya, pada hakekatnya peringatan itu diucapkan sementara serangannya telah dilancarkan. Lan Giok tong bertindak cekatan, tangan kanannya segera berkelebat kebelakang dan tahu-tahu ia sudah loloskan pedangnya guna menangkis ancaman tersebut. Cahaya kilat berkelebat dan...Trang ! dengan jitu ia menyampok rontok cahaya kilat yang dilepaskan pemuda berbaju hijau itu. Setelah berhasil mematahkan serangan pertama, Lan Giok tong segera menekan pergelangan tangan kanannya ke bawah menyusul mana secepat sambaran kilat ia lancarkan dua buah serangan berantai ke arah musuhnya. Cahaya tajam berkilauan membelah angkasa, dengan menciptakan dua kuntum bunga pedang secara terpisah ia tusuk dua jalan darah penting ditubuh pemuda baju hijau itu. Memang ampuh pemuda tersebut, sekalipun menghadapi ancaman yang berbahaya, dia sama sekali tidak gentar, tanpa menggeserkan kedudukan kakinya tahu-tahu ia sudah, berkelit ke samping dan terhindar dari ancaman pedang lawan. Cahaya kilat kembali melintas memenuhi angkasa, bayangan pedang berlapis-lapis menyilaukan mata, diiringi desiran angin tajam ancaman muncul tiba dari empat arah delapan penjuru. Dalam waktu singkat, pemuda berbaju hijau itu sudah terkurung didalam lapisan pedang lawan. Memang cepat dan tajam serangan pedang dari Lan Giok tong, begitu cepatnya serangan itu sampai-sampai sukar untuk diikuti dengan pandangan mata. Tampaklah diantara lapisan pedang yang mengepung seluruh angkasa, dua sosok bayangan manusia saling menyambar ke sana ke mari dengan gencarnya.. Banyak sekali jago persilatan yang menonton jalannya pertarungan itu dari samping gelanggang, akan tetapi jarang mereka saksikan pertarungan seru dengan babatan pedang secepat petir. Untuk sesaat semua orang tertegun dan berdiri Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menjublak dengan mata terbelalak mulai melongo. Di tengah berlangsungnya pertarungan yang amat sengit, tiba-tiba terdengar jerit kesakitan berkumandang memecahkan kesunyian, menyusul mana bayangan manusiapun saling berpisah. Ketika semua orang alihkan sorot matanya, tampaklah Lan Giok-tong mundur ke belakang dengan sempoyongan, akhirnya sambil melepaskan pedangnya ia roboh terkapar di atas tanah. Pemuda berbaju hijau itu memandang sekejap ke arah Lan Giok-tong, kemudian perlahan-lahan berjalan balik ke samping Shen Bok Hong, ujarnya sambil tertawa : "Sungguh beruntung aku bernasib baik!." "Tapi aku tidak berharap sampai terjadinya peristiwa semacam ini !" kata Shen Bok Hong dengan dahi berkerut, Pemuda berbaju hijau itu segera tertawa. "Sekalipun Shen toa-cungcu tidak mengharapkan terjadinya peristiwa ini, toh engkau sama sekali tidak melarang aku berbuat demikian bukan" Bagaimanapun juga dia adalah seorang penghianat dari perkampungan Pek hoa san cengl" "Benar, dia adalah seorang penghianat" sahut Shen Bok Hong sambil tertawa ewa, "dan siapa yang berani menghianati aku, dia tak akan hidup bahagia didunia ini." Sekalian jago persilatan yang mengikuti jalannya pertarungan dari sisi kalangan tak ada yang melihat bagaimana caranya Lan Giok tong dilukai musuhnya, bahkan sampai pemuda baju hijau itu sudah meninggalkan korbannya pun mereka masih tak tahu luka apa yang telah diderita pemuda she Lan itu, dari sini terbuktilah bahwa ilmu silat yang dimiliki pemuda baju hijau itu memang benar-benar sangat tangguh. Sementara itu Shen Bok Hong sudah mendehem ringan dan berkata: "Andaikata aku berhasil menangkap hidup-hidup Gak Siau cha, nona itu tentu akan kuberikan kepada Wu heng sebagai istrimu" "Cayhe ucapkan banyak terima kasih atas kesediaan dari Shen toa cungcu..!" cepat pemuda baju hijau itu memberi hormat, setelah itu dia ulurkan tangan kanannya ke depan. "Apa-apaan kamu ini?" tanya Shen Bok Hong dengan sangsi. Pemuda baju hijau itu tertawa ewa, sahutnya: "Aku hendak mengajak Shen toa cungcu untuk bertepuk tangan sebagai tanda angkat sumpah, semoga saja setelah memberikan janjimu pada hari ini, Shen toa cungcu tidak akan mengingkarinya lagi dimasa mendatang." Shen Bok Hong termenung sebentar, akhirnya dia ulurkan tangannya kedepan seraya berkata: "Sepanjang hidup, belum pernah aku bertepuk tangan dengan orang sebagai tanda mengangkat sumpah, tapi hari ini adalah pengecualian, untuk pertama kalinya aku harus menuruti permintaan orang." Pemuda baju hijau itu tersenyum. "Wah...! Kalau begitu, Shen toa-cungcu memang memandang tinggi diriku ini!" Dengan gerakan yang cepat ia ulurkan tangannya dan menepuk sekali telapak tangan gembong iblis itu. Tiba-tiba paras muka Shen Bok Hong berubah hebat, sepasang matanya memancarkan cahaya kilat yang menggidikkan hati, diawasinya wajah pemuda baju hijau itu tanpa berkedip. Secara lapat-lapat tampaklah hawa napsu membunuh yang amat tebal menyelimuti wajahnya. Dari sini dapatlah ditarik kesimpulan bahwa gembong iblis yang biasanya cerdik dan licik ini telah kena diselomoti oleh pemuda ingusan tersebut. Dipihak lain, dengan suatu gerakan tubuh yang cepat pemuda berbaju hijau itu sudah mundur dua langkah ke belakang. Tegurnya sambil tertawa lebar, tertawa yang penuh dengan ejekan: "Beberapa hari berselang, bukankah toa-cungcu telah melakukan sesuatu diatas badanku?"" "Melakukan sesuatu apa?" Tiba-tiba paras muka pemuda berbaju hijau itu berubah hebat. senyuman yang semula menghiasi bibirnya tiba-tiba lenyap tak berbekas, dengan dingin dan ketus katanya: "Bukankah engkau telah menotok sabuah urat nadi anehku?" Mendengar perkataan itu, Shen Bok Hong segera menengadah dan tertawa terbahak-bahak. "Haahhh..haaah... haaahhh, selama hidup aku paling kagum dan menaruh hormat kepada orang yang brilian dan berotak encer, dan kenyataan membuktikan bahwa engkau mampu mengecundangi aku tepat di hadapan khalayak umum padahal aku selalu waspada dan bertindak cukup berhati-hati, tapi toh akhirnya kena diselomoti juga olehmu, kehebatan dan kelihayanmu ini sangat mengagumkan hatiku" Pemuda berbaju hijau itu segsra mendengus dingin. "Hhmmm! Shen toa cungcu terlalu memuji, berbicara yang sesunguhnya akulah yang pantas merasa kagum oleh kehebatan cungcu!" Beberapa patah kata tanya jawab itu sebentar diucapkan dengan nada bersahabat, sebentar lagi bernada bermusuhan, kontan saja membuat kawanan jago persilatan yang berada di sekitar gelanggang jadi melongo dan berdiri menjublak. Sampai-sampai Bu wi to tiang dan Sun Put shia yang berpengalaman pun terkesima dibuatnya.. Hanya It bun Han to seorang yang masih tetap bersikap tenang, ia sama sekali tidak tertarik oleh kejadian itu, sebab dalam pandangannya peristiwa tipu menipu, sergap menyergap sudah merupakan kejadian yang umum, sedikitpun tiada sesuatu yang menarik hatinya lagi. Dalam waktu singkat ketenangan dari Shen Bok Hong telah pulih kembali seperti sedia kala, ia tertawa ewa dan berkata : "Wu-heng, bolehkah aku mengajukan suatu pertanyaan kepadamu"!" "Aaah, perkataan diri Shen toa-cungcu terlalu serius, apabila toa-cungcu ada sesuatu pesan, silahkan diutarakan saja secara terus terang!" "Bolehkah aku tahu racun keji apakah yang telah digunakan Wu-heng untuk menyelomoti diriku barusan"!" "Oooh.. sederhana sekali racunnya, sewaktu bertepuk tangan tadi secara diam-diam aku telah sembunyikan sebatang jarum beracun di antara sela-sela jari tanganku, maka ketika saling bertepuk tangan tadi, secara otomatis jarum itu sudah menusuk di tangan Shen toa-cungcu" "Tentang soal ini aku sudah tahu. aku hanya ingin bertanya kepadamu sampai kapankah racun diujung jarummu itu baru akan bereaksi?" "Jarum beracun milikku itu bernama Jit lok ciam, apabila yang tertusuk bukan tempat yang mematikan maka tujuh hari kemudian racun itu baru akan bereaksi, apabila sari racun telah menyerang kedalam jantung maka sekalipun ada obat dewa juga jangan harap bisa selamat. Sebaliknya apabila sebelum batas waktunya habis racun itu bisa ditawarkan, tentu saja engkau akan selamat tanpa cidera!" "Jadi Wu-heng membawa obat pemunahnya?" "Ooh .! Terlalu berbahaya membawa obat perawar itu dalam saku, apalagi orang yang harus kuhadapi adalah manusia cerdik seperti Shen toa cungcu. Membawa obat penawar dalam saku sama halnya dengan perbuatan manusia goblok?" "Lalu engkau simpan di mana obat penawar tersebut?" "Aku sembunyikan di dalam tubuh seekor ular beracun!" "Sungguhkah perkataanmu itu?" tanya Shen Bok Hong dengan wajah agak tertegun. "Selama hidup aku tak pernah bicara bohong!" "Andaikata ular beracan itu sampai dibunuh orang, bagaimana jadinya.."!' 'Oooh soal itu tak perlu kuatir, aku toh hapal dengan resepnya, kalau obat itu hilang maka segera kita bikinkan obat penawar yang baru!" "Berapa lama yang dibutuhkan untuk membuat obat dengan resep baru ini.."!" tanya Shen Bok Hoag sesudah berpikir sebentar. "Kurang lebih yaa.. tiga hari begitulah !" "Waah. kalau begitu masih cukup waktu bagiku untuk menunggu sampai engkau buatkan obat penawar yang baru kepadaku"!" "Asalkan aku masih hidup dengan segar bugar. dan Shen toa-cungcu juga bersedia menepati janji, tentu saja engkau tidak akan sampai mati.." Setelah berhenti sebentar untuk tukar napas, sambungnya kembali : "Akupun ingin mengajukan satu persoalan kepada Shen toa cungcu, aku harap cungcu bersedia untuk menjawabnya pula." "Soal apa"!" "Mengenai ilmu apakah yang telah dipergunakan Shen loacungcu menotok diriku?" "Bukan Wu-heng telah menjawab sendiri pertanyaan itu" Aku telah menotok sebuah urat anehmu!" "Aku lihat caramu menotok jalan darah tersebut sangat istimewa sekali, aku telah mencoba mengerahkan tenaga untuk membebaskan diri dari pengaruh totokan itu, tapi walaupun telah dicoba selama dua jam pun tiada manfaat apa-apa!" "Tentu saja saudara Wu tak akan berhasil memecahkan totokanku itu, sebab jalan darah anehmu itu sudah kutotok dengan suatu cara penotokan hiat-to yang aneh dan istimewa!" "Sampai kapankah penyakit yang timbul akibat totokan dari Shen toa cungcu itu akan kambuh?" "Kurang lebih setengah bulan lamanya apabila aku tidak memberikana pertolongan maka setengah bulan kemudian luka itu akan mulai kambuh dan bekerja, sehingga akhirnya engkau akan muntah darah dan tewas" "Ooh.. tidak menjadi soal, itu berarti racun yang mengeram dalam tubuh Shen toa cungcu bekerja jauh lebih cepat dari padaku, dan aku percaya jiwaku tak sampai melayang!" Shen Bok Hong tertawa dan mengangguk. "Tentu saja aku tak akan membiarkan saudara Wu tewas ditangan orang mulai detik ini juga aku orang she Shen harus memberi perlindungan khusus kepadamu." "Sudah selesaikah pembicaraan kalian berdua?" It-bun Han to menyela dari samping. "Apakah saudara It-bun hendak mengatakan sesuatu?" tegur Shen Bok Hong sambil tertawa ewa. "Merurut pengelihatanku, Lan Giok-tong sudah hampir menemui ajalnya, apakah kalian tidak akan memberikan pertolongan kepadanya?"" Shen Bok Hong melirik sekejap kearah Lan Giok tong yang sekarat di atas tanah lalu sahutnya: "Serangan dari saudara Wu biasanya lihay dan luar biasa, aku pikir orang biasa tak nanti bisa menyelamatkan jiwanya!" It bun Han too tertawa hambar ucapnya: "Sekalipun antara aku dan Lan Giok tong berdiri pada posisi saling bermusuhan, akan tetapi aku tak ingin membiarkan dia mati konyol ditempat ini !" "Haaah haaahh haaahh heran, sungguh mengherankan, sedari kapankah saudara It-bun berubah jadi seramah dan semulia ini"." "Seorang manusia kadangkala memang perlu melakukan perubahan atas perbuatan sendiri, biasanya orang yang baik akan berubah jadi jahat dan orang jahatpun banyak yang berubah jadi baik." "Hmml Kalau kudengarkan pembicaraanmu itu, rupanya engkau ada maksud hendak selamatkan jiwanya?" "Begitulah maksudku!" ''Engkau sanggup untuk selamatkan jiwanya?" "Manusia akan berusaha dan Thianlah yang menentukan!" Kontan saja Shen Bok Hong tertawa dingin tiada hentinya. "Heeehhh. heeehhh. heehhh. saudara It bun, kalau engkau bersedia merawat jenasah seseorang yang tak kau kenal, perbuatanmu ini benar-benar suatu perbuatan yang mulia, siapa tahu nama besarmu akan dikenang selalu di hati setiap pendekar!" It bun Han to sama sekali tidak menggubris sindiran Shen Bok Hong yang sangat tak sedap didengar itu, dengan suara lantang ia segera berseru: "Gotong saudara itu kedalam dan berikan pertolongan pertama!" Dari belakang layar meja abu muncullah dua orang laki-laki berbaju ringkas warna hitam, dengan cepat mereka menggotong Lan Giok tong untuk mengundurkan diri dari situ. Pemuda berbaju hijau itu mendengus dingin, ditatapnya sekejap paras muka It bun Han to dengan sorot mata tajam, kemudian katanya: "Menurut berita yang kudengar, katanya dimasa lampau engkau juga pernah berbakti untuk pihak perkampungan Pek hoa sancun?" "Benar, seperti pula dirimu, aku ditipu oleh janji-janji manis yang muluk dari Shen toa-cungcu!" "Aku dengar kepandaian silatmu sangat hebat selain itu ilmu pengetahuanmu juga hebat, bukan saja pernah membaca sepuluh laksa jilid kitab, ilmu perbintangan, ilmu meramal, ilmu pertabiban dan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya hampir dikuasai semua olehmu, benarkah kabar berita itu semua"!" Dari sinar mata musuhnya yang berkilat, It bun Han to bisa menebak bahwa musuhnya ini bermaksud tidak beres, maka walau pun diluaran dia layani pembicaraan orang, sementara diam-diam hawa murninya disalurkan keseluruh badan untuk bersiap dia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan. "Engkau terlalu memuji !" sahutnya. Pemuda baju hijau itu menjengek dingin, kembali katanya : "Aku tidak bermaksud memuji engkau, tapi ingin coba memuji engkau sampai dimanakah kepandaian dan pengetahuan yang kau miliki!" "Apa yang hendak kau tanyakan"!" "Apakah engkau menyaksikan bagaimana caraku melukai Lan Giok tong ?" tanya pemuda itu sambil menatap lawannya Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tajam-tajam." Dengan cepat It-bun Hion-to menggeleng. "Aku tidak melihatnya, akan tetapi aku dapat menduga bagaimana caranya engkau lukai korbanmu!" Ucapan tersebut sangat mengejutkan semua jago persilatan yang hadir disekitar tempat itu, sampai-sampai Sun Put-shin sendiripun segera berpikir dengan dahi berkerut : "'Masa ketajaman penglihatannya jauh lebih hebat dari aku si pengemis tua.." Sungguh mencengangkan!" Tapi ingatan lain kembali melintas dalam benaknya, siapa tahu kalau secara diam-diam ia telah mengadakan persiapan dan memperhatikan dengan seksama saat ketika Lan Giok tong terluka, maka rasa heran pun jauh lebih berkurang. Pemuda baju hijau itu segera tertawa dingin, ejeknya: "Kalau engkau bisa menduganya dengan tepat itulah menandakan kamu memang hebat, tapi aku masih kurang percaya., boleh kah aku tahu dengan benda apakah kulukai lawanmu?" "'Ia bukan terluka oleh ilmu silatmu yang tinggi, tapi roboh karena terkena sergapanmu yang licik!" "Dalam suatu pertarungan apabila bukan terluka maka seseorang pasti mati, melukai orang dengan senjata rahasia toh bukan sesuatu kejadian yang luar biasa?" "Tapi aku yakin senjata rahasia yang kau gunakan jauh berbeda dengan senjata rahasia biasa!" Paras muka pemuda berbaju hijau itu kontan berubah hebat. "Dimana letak perbedaannya?" ia berseru. "Senjata rahasia itu bukan saja kecil dan lembut bahkan bukan sebangsa jarum beracun atau paku beracun, senjata rahasia yang kau gunakan adalah sebuah senjata rahasia yang hidup!" "Heeeh heeeh heeeeh engkau tahu enak mahluk apakah yang telah kugunakan?" seru pernuda itu lagi sambil tertawa dingin tiada hentinya. It-bun Han-too tersenyum: "Aku cuma tahu kalau binatang itu bukan ular beracun, melainkan jenis binatang beracun yang kecil dan lembut, apakah nama binatang itu maaf .... aku tak bisa menebaknya." "Jadi kalau begitu, tebakanmu hanya bisa dibenarkan separuh saja!" kata pemuda tadi. Tiba-tiba dia ayunkan tangan kanannya kedepan, sekilas cahaya hitam segera meluncur keluar dari balik ujung bajunya. Kali ini It-bun Han to telah bersiap sedia, dengan cekatan dia mengigos ke samping sementara telapak tangan kanannya segera melancarkan sebuah babatan kilat. Selisih jarak antara kedua orang itu sangat dekat, meskipun It bun Han to telah bersiap sedia, tidak urung terlambat juga waktu menghindarkan diri tak ampun mahluk hitam tersebut segera menempel diujung bajunya. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara bentakan merdu berkumandang memecahkan kesunyian: "It bun sianseng, jangan bergerak !" Di tengah bentakan nyaring, tampaklah cahaya perak berkelebat lewat dan langsung menyambar keujung baju Itbun Han to. Makhluk hitam yang menempel diujung baju It bun Han to itu segera bergetar keras akhirnya rontok ke atas tanah. Kiranya makhluk hitam itu tidak lebih adalah seekor kelabang yang panjangnya tiga cun, waktu itu kelabang tersebut sudah menggeletak di tanah dengan badannya tertembus oleh sebatang jarum perak, sesudah berkelejit setentar akhirnya matilah binatang itu. Pemuda berbaju hijau itu memandang sekejap kearah kelabangnya yang telah mati kemudian katanya : "Sungguh keji dan beracun jarum perak ini!" It-bun Han-to ikut menengok pula kearah jarum perak diatas tanah, tentu saja dia pun kenali jarum itu sebagai jarum beracun Han tok peng pok ciam dari Pak hay, atau dengan perkataan lain Pek li Peng lah yang telah menyelamatkan jiwanya. Dalam hati segera pikirnya : "Syukur ada nona Pek-li yang telah selamatkan jiwaku, kelabang tersebut sudah pasti adalah seekor makhluk yang sangat beracun, setelah ia menempel diujung bajuku, tidak gampang untuk membuangnya keatas tanah. Aai..! Untung racun keji dari Han tok peng pok ciam adalah racun keji yang mampu membinasakannya, bila aku sampai tergigit oleh kelabang beracun itu, entah bagaimana jadinya"!" Sementara itu pemuda berbaju hijau itu telah berkata dengan dingin : "Siapakah nona itu" Untung ada nona itu yang menyelamatkan jiwamu, kalau tidak selembar jiwamu sudah pasti akan melayang ditangaaku !" Dengan suara yang lantang ia segera ber seru: "Siapakah yang telah melepaskan jarum beracun hingga membinasakan kelabang beracunku" Beranikah engkau unjukkan diri"'. Dipihak lain Pek-li Peng merasa tidak tentram setelah melepaskan jarum beracun Han tok-deng-pok-ciamnya untuk selamatkan jiwa It-bun Han-to. dalam hati segera pikirnya: "Kalau Shen Bok Hong kenali jarum han-tok-peng-pok ciam milikku ini, sudah pasti dia akan tahu bahwa aku masih hidup di kolong langit, masih mendingan kalau cuma rahasiaku ketahuan, kalau sampai membuat toako jadi marah kan berabe...?" Karena pendapatnya inilah maka ia tidak menggubris tantangan dari pemuda berbaju hijau itu, kendatipun lawannya berkaok-kaok dengan kata yang pedas, ia tetap tidak mau unjukkan diri. Sementara Pek li Peng masih termenung dengan perasaan gelisah, tiba-tiba terdengar Shen Bok Hong menjerit tertahan: "Haaah.."! Jarum Han-peng ciam dari Pak hay.." Suaranya begitu kaget, seakan-akan dipagut ular beracun secara mendadak. "Benar, jarum itu adalah Han tok peng pok ciam dari Pak hay" sabut It bun Han to dengan tenang, "Sungguh luas pengetahuan Shen toa cungcu sehingga jarum andalan dari Pak hay juga kau kenali!" Hebat sekali perubahan wajah dari Shen Bok Hong. "Jadi.. jadi kalau begitu. Pek li Peng masih hidup di dunia iri?" serunya agak tergagap Bukannya menjawab. It-bun Han-to malahan balik bertanya: "Tampaknya engkau amat takut untuk berhadapan dengan Pak thian Cuncu?"" "Benarkah Pek li Peng masih hidup?" seru Shen Bak Hong lagi sambil menatap wajah It bun Han to tanpa berkedip. "Kalau dia masih hidup, kami semua akan bersyukur dan bergembira ria, kalau dia mati...Pak thian Cuncu hanya mempunyai seorang putri, sudah pasti dia akan datang membuat perhitungan dengan dirimu." Jawaban ini sangat diplomatis, bukan saja sama sekali tidak menerangkan apakah Pek li Peng masih hidup atau sudah mati bahkan sepintas lalu kedengarannya menunjukkan sesuatu, tapi setelah dipikir kembali ternyata tak tahu apa yang dimaksudkan. Shen Bok Hong yang cerdas dan berotak brilian dibuat kebingungan juga oleh jawaban tersebut, dengan wajah tertegun dan tidak habis mengerti ujarnya: "Jadi maksudmu, pihak istana salju dari Pak hay telah mengutus jago lihaynya ke mari?" It bun Han to tertawa dingin. "Kita berdiri dalam posisi saling bermusuhan, aku rasa tidak menjadi kewajibanku bukan untuk memberi keterangan yang jelas kepada kau Shen toa cungcu." "Aku dengar suara perempuan yang memberi peringatan tadi tak lain adalah orang yang melepaskan jarum beracun, perempuan itu pastilah Pek li Peng adanya!" "Kalau nona Pek li masih hidup di dunia ini, sudah pasti Siau Ling pun masih hidup segar bugar di sekitar tempat ini!" sambung It bun Han to sambil tertawa ewa. Tiba-tiba Shen Bok Hong menengadah dan tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh haaahhh haaahhh dari orang orang istana salju di Pak hay, toh bukan Pek li Peng seorang yang mampu menggunakan jarum beracun Han tok peng-pok-ciam secara jitu !." "Jarum Han tok peng pok ciam merupakan senjata rahasia khusus dari istana salju di Pak hay, tentu saja setiap anggota Pak hay kiong sanggup mempergunakan senjata rahasia itu. Semua orang sudah mengetahui akan hal ini, aku rasa Shen toa cungcu tak usah memberikan penjelasan lagi." "Oooh ..! Jadi kau maksudkan, asal orang yang berada di balik meja abu itu adalah anggota istana salju dari Pak hay, maka ia sanggup melepaskan jarum Han tok peng pok ciam tersebut?"" It bun Han to kembali tertawa hambar. "Terserah apa yang hendak Shen toa cungcu pikirkan! Mau kau anggap Pek li Peng masih hidup juga boleh mau anggap dia sudah mati terbakar oleh siasat busukmu juga boleh, tapi bila engkau ingin menyelidiki kabar berita dari mulutku, lebih baik tunggu saja sampai fajar menyingsing dari arah barat!" "Hmmm ! Ternyata engkau benar-benar licik dan banyak akalnya" "Aaah, sama sama....sama sama... kita toh ibaratnya setali tiga uang, sedikitpun tidak ada bedanya." Shen Bok Hong menggubris musuhnya lagi, ia berpaling kearah Kim hoa hujin dan tanyanya dengan lirih: "Berapa macam binatang beracun yang kau bawa?" "Tiga macam" "Bagus! Apabila ada orang berani menghalangi jalan pergi kita, gunakanlah ketiga jenis binatang beracun itu sekaligus.." Setelah berpesan kepada perempuan suku Biau itu, gembong iblis tersebut berpaling pula kearah pemuda baju hijau seraya menambahkan: "Demikian pula dengan saudara Wu, apabila mendapat perintahku nanti, harap semua jenis binatang beracun yang dibawa dilepaskan semua secara bersamaan waktunya." Pemuda berbaju hijau itu mengalihkan pandangannya ke samping dan memandang sekejap kearah Kim hoa hujin, lalu ucapnya: "Aku dengar orang mengatakan bahwa hu jin pandai sekali menjinakkan pelbagai macam binatang beracun, bagaimanakah caramu melepaskan serangan maut itu" Hari ini akan kupentang mataku lebar-lebar untuk menyaksikan kehebatanmu itu!" Perlahan-lahan Kim hoa hujin membereskan rambutnya yang kusut, lalu sambil tertawa ia menjawab : "Sampai sekarang aku masih belum tahu sebenarnya engkau adalah sahabat ataukah musuh, tapi perduli amat siapakah engkau, apa maksudmu berkata demikian kepadaku"!" Pemuda berbaju hijau itu tertawa ewa. "Hal ini kulakukan oleh karena aku sendiri pun sedikit memahami bagaimana caranya melepaskan serangan dengan makhluk beracun. Ingin kusaksikan apakah cara orang Tionggoan melepaskan serangan dengan binatang beracun punya kesamaan dengan cara kerja orang suku Biau" "Aaah. ! Soal itu gampang sekali untuk diselesaikan, selewat hari ini kita bisa mencari suatu tempat untuk saling menjajal sampai dimanakah kemampuan yang dimiliki masingmasing pihak, dengan begitu menang kalah kan bisa segera kelihatan!" "Bagus... bagus sekali usul ini, setelah aku munculkan diri kedalam dunia persilatan, akupun tidak mengharapkan ada orang lain yang pandai pula menggunakan bintang beracun. Siapa yang unggul dialah yang berhak untuk menguasai daratan Tionggoan.. baik akan kunantikan sampai tibanya saat itu" Diam-diam kawanan jago persilatan yang hadir di sekitat ruang abu itu merasa bergidik oleh kekejian kaum iblis itu. Terbayang betapa ngeri dan seramnya pertarungan antara binatang beracun melawan binatang beracun, tanpa terasa bulu kuduk mereka pada bangun berdiri, hampir saja mereka muntah-muntah saking mualnya. Dengan wajah yang amat serius, Shen Bok, Hong berkata kembali: "Saudara Wu, engkau adalah tamu terhormat dari aku orang she Shen, sedangkan dalam situasi seperti ini keadaan kita boleh dibilang senasib sependeritaan, aku harap dalam keadaan yang sangat kritis ini janganlah sampai terjadi perpecahan lebih dahulu, diantara kekuatan sendiri!" Pemuda berbaju hijau itu tersenyum. "Shen toa cungcu tak usah kuatir, mesti pun pertandingan adu racun sudah kami tetapkan, akan tetapi saat berlangsungnya pertarungan tersebut masih amat lama" "Persoalan yang akan dilangsungkan di kemudian hari lebih baik dibicarakan dikemudian hari saja, kini Gak Siau cha toh sudah meninggalkan tempat ini, tak ada gunanya bagi kita untuk berdiam terlalu lama lagi di sini ...!" Pemuda berbaju hijau itu tidak langsung menjawab. Setelah menyapu sekejap sekeliling tempat itu, ia baru dapat berkata: "Kenapa kita musti buru-buru pergi dari sini" Aku justru merasa bahwa disaat dan keadaan seperti ini adalah merupakan saat yang paling tepat bagi Shen toa cungcu untuk membuat perhitungan dengan diriku!" "Apa maksudmu dengan perkataan itu?"" tanya Shen Bok Hong agak tertegun. "Sangat sederhana, sudah lama aku ingin menerangkan beberapa persoalan kepada diri Shen toa cungcu, tapi oleh sebab saatnya belum tiba sehingga dikatakan juga tiada manfaatnya, dan lagi belum-belum Shen toa cungcu sudah menohok sebuah jalan darah anehku lebih dahulu, membuat aku jadi terdesak posisinya dan terpaksa musti menahan diri, maka kutunggu kesempatan yang baik sampai sekarang ini." Setelah berbeati sebentar, ia melanjutkan: Kini Shen toa cungcu sudah tertusuk oleh jarum beracunku, dan berarti keadaan kembali berubah, sekalipun posisinya Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo masih tak menguntungkan diriku, paling sedikit keadaan kita tetap seimbang, apabila kesempatan sebaik ini tidak kumanfaatkan sebaik-baiknya, bukankah itu berarti bahwa aku telah menyia-nyiakan suatu peluang baik?"" Sebisa mungkin Shen Bok Hong menahan hawa amarah yang berkobar dalam dadanya ia berkata: ''Baik, syarat apakah yang hendak kau ajukkan" Hayo segera utarakan keluar, aku Shen Bok Hong yakin masih sanggup untuk memenuhinya!" "Pertama, mengenai soal kedudukanku dengan kedudukan Shen toa cungcu adalah sederajat dan seimbang, maka dalam sebutanpun kita adalah berada di satu tingkatan yang sama pula." Shen Bok Hong segera mengangguk. "Tentang soal ini tentu saja ! Kan selama ini aku tak pernah menganggap saudara Wu sebagai anak buahku?"" "Kedua, kesediaanku membantu kau untuk menghadapi Siau Ling dan orang gagah di seluruh kolong langit bukanlah didasarkan karena aku memuji kehebat dan kelihayan Shen toa-cungcu. sebaliknya hanya disebabkan karena Gak Siaucha. Asalkan Gak Siau cha munculkan dirinya sekali lagi, maka Shen toa cungcu harus menggunakan semua tenaga yang kau miliki untuk membantu aku menawannya hidup-hidup." Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan lebih jauh. "Sekali lagi kuterangkan kepadamu, aku berharap agar engkau menangkap Gak Siau cha dalam keadaan hidup-hidup, tidak boleh membuat ia jadi cedera ataupun terluka. Mungkin saja untuk melaksanakan tugas tersebut banyak sekali jagojago dari perkampungan Pek hoa san cung akan terluka atau tewas !" "Tentu saja, asal saudara Wu membantu aku, dengan sendirinya akupun akan menangkap Gak Siau cha sebagai balas jasaku atas bantuan dari saudara!'' Memang mengenaskan sekali keadaannya waktu itu, Shen Bok Hong yang gagah perkasa dan selalu dihormati orang, ternyata harus menyerah kalah dan menuruti permintaan seorang pemuda yang masih ingusan, apabila bukan disaksikan mata kepala sendiri, siapapun tak akan mempercayainya. Sementara itu pemuda berbaju hijau tersebut telah tersenyum dan berkata lagi: "Tadi bukankah pernah kukatakan bahwa dalam perkampungan Pek hoa sancung masih terdapat seseorang yang mungkin merupakan sainganku untuk mendapatkan Gak Siau cha. apakah Shen toa cungcu masih ingat?" "Masih ingat, siapakah orang itu?" "Engkau, Shen toa cungcu!" Mula-mula Shen Bok Hong tertegun, akhirnya sambil mengelus jenggotnya ia tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh haaahhh haaahhh aku kan sudah tua dan peyot, masa aku punya minat untuk berebutan dengan angkau" "Mungkin saja orang lain bisa kau kibuli, akan tetapi jangan harap bisa mengelabuhi aku dengan gampang." Shen Bok Hong gelengkan kepalanya berulang kali. "Apa yang harus kulakukan, sehingga membuat engkau jadi percaya"!" tanyanya kemudian. "Aku tidak mengharapkan buktimu, kubongkar rahasiamu ini di hadapan umum. Tujuanku tak lain agar engkau tahu bahwa aku sudah mengadakan persiapan untuk menghadapi engkau. Apabila kau mempunyai ingatan tersebut maka lebih baik dilenyapkan saja mulai sekarang, daripada nantinya menghadapi kesulitan dan banyak kerepotan bagi diri sendiri." Betapa gusarnya Shen Bok Hong sukar dilukiskan dengan kata-kata, dengan mata melotot besar dan muka merah padam menahan emosi, ia membentak nyaring: "Saudara Wu, selama hidup belum pernah aku mengalah kepada orang lain, baru pertama kali ini aku bersedia mengalah kepadamu. Aku harap engkau janganlah bertindak kelewat batas!" "Haahhh..haahhh..hhh.." pemuda berbaju hijau itu tertawa terbahak-bahak, dia segera alihkan pembicaraan ke soal lain. "Bukankah kita akan berlalu dari sini " Biar akulah yang membukakan jalan untukmu!" Dengan langkah lebar ia segera berjalan menuju ke pintu gerbang di depan ruangan itu. Shen Bok Hong memandang sekejap ke arah It bun Han to, kemudian ujarnya dengan nyaring: "Aku hendak mohon pamit, bagaimana menurut pendapat saudara It bun"' "Lihat saja nasib kalian, mujur atau sedang sial!" jawab Itbun Han to hambar. Shen Bok Hong mengerutkan dahinya. Ia tidak banyak berbicara lagi, mengikuti di belakang pemuda berbaju hijau itu mereka segera berjalan menuju ke luar. It bun Han to alihkan sorot matanya ke arah pintu ruangan. Ia temukan kakek baju kuning yang bersenjata toya bambu itu masih berdiri tak bergerak ditempat semula. Kelihayan pemuda berbaju hijau itu, terutama kemampuannya melukai orang dengan senjata rahasia makhluk hidup telah menggetarkan hati kawanan jago. Ketika semua orang menyaksikan kedatangannya, kebanyakan lantas menyingkir ke samping dan membuka jalan baginya, hanya kakek berbaju kuning itu masih tetap berdiri tak bergerak dari tempat semula. Shen Bok Hong dan Kim hoa hujin telah tiba di depan pintu ruangan menyusul di belakang pemuda berbaju hijau itu. "Lotiang, aku lihat usiamu sudah tua!" tegur pemuda berbaju hijau itu dengan dingin. Kakek berbaju kuning itu tetap berdiri tak berkutik di tempat semula, begitu kaku badannya ibarat sebuah patung arca, bukan saja tidak menggubris perkataan pemuda itu, bahkan melirik pun tidak. Pemuda berbaju hijau itu segera tertawa dingin, cepat tangan kanannya mengambil keluar seekor kelabang sepanjang tiga cun yang berwarna merah dari dalam sukunya, kemudian sekali timpuk, kelabang itu lemparkan keatas wajah kakek baji kuning tadi. Dalam hati kecilnya It-bun Han to telah menduga bahwa kakek berbaju kuning itu kemungkinan besar adalah penyaruan dari Siau Ling, akan tetapi mengingat betapa keji dan beracunnya kelabang tersebut, sedikit banyak ia merasa kuatir juga bagi keselamatan jiwanya, apalagi setelah dilihatnya kakek itu tetap tenang menghadapi datangnya ancaman tersebut. Siapa tahu dikala kelabang itu hampir mengena di hidungnya, mendadak kakek berbaju kuning itu menyampok ke muka dan kelabang tersebut sudah ditangkap dengan tangannya, menyusul mana sekali timpuk dia mengembalikan kelabang itu kaarah tubuh Shen Bok Hong. DaIam hal ilmu silat kemampuan Shen Bok Hong memang sangat lihay, akan tetapi ia tak berani menerima datangnya ancaman tersebut dengan sambutan tangan seperti apa yang dilakukan kakek berbaju kuning itu. Cepat ujung bajunya dibebaskan ke depan. Segulung angin pukulan yang tajam segera menyapu rontok kelabang tersebut. "Maaf..maaf., sungguh tak nyana engkau adalah seorang tokoh lihay dalam menghadapi binatang beracun..!" terdengar pemuda berbaju hijau itu memuji dengan suara nyaring. Ia maju ke muka, secepat sambaran kilat tangan kanannya meluncur ke depan dan mencengkeram pergelangan tangan kanan sang kakek baju kuning yang memegang toya bambu itu. Sungguh cepat serangan itu, akan tetapi ketenangan yang dimliki kakek baju kuning itupun Iuar biasa, ditunggunya sampai kelima jari tangan kanan pemuda itu hampir menempel di atas urat nadi pada pergelangan kanannya sebelum tiba ia berkelit ke samping dan tahu-tahu toyanya sudah disodok ke depan dan menghajar telak persendian tulang sikut di tangan pemuda itu. Gerak serangan yang digunakan kakek berbaju kuning itu sangat sederhana, bahkan boleh dibilang tiada sesuatu yang luar biasa, akan tetapi ancaman itu sama sekali tak mampu dihindari oleh pemuda berbaju hijau itu.. Sebelum ia sempat berkelit, tahu-tahu sodokan toya itu sudah menghajar sikut lengan kanannya. Sungguh dahsyat tenaga yang dipancarkan keluar dari sodokan toya itu, setelah terkena serangan seketika itu juga pemuda berbaju hijau itu merasakan lengan kanannya jadi kaku dan kesemutan buru-buru dia melompat mundur tiga langkah ke belakang. Kakek berbaju kuning itu sama sekali tidak mengejar musuhnya, ia tetap berdiri kaku di tempat semula. Sementara itu pemuda berbaju hijau tadi sudah mundur tiga langkah ke belakang, lengan kanannya tampak tergantung lemas ke bawah dari situ dapatlah ditarik kesimpulan bahwa luka yang diderita pada lengan kanannya itu cukup parah. Penuda baju bijau itu berpaling dan memandang sekejap ke arah Shen Bok Hong, kemudian ia berdiri tak berkutik di tempat itu. Diam-diam hawa murninya dihimpun menjadi satu dan berusaha untuk melancarkan kembali peredaran darah di atas lengannya. Sekilas rasa kaget dan tercengang berkelebat di atas wajah Shen Bok Hong. Selangkah demi selangkah ia maju mendekati pintu gerbang, kemudian sesudah memandang sekejap ke arah kakek baju kuning itu dengan pandangan dingin, tegurnya : "Siapakah namamu"!" Dengan sepasang sorot matanya yang tajam bagaikan sembilu kakek berbaju kuning itu menatap wajah Shen Bok Hong tak berkedip, mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa. Shen Bok tetawa dingin, kembali ujarnya: "Aku rasa englau jarang sekali melakukan perjalanan dalam dunia persilatan?"" "Benar !" Tampaknya kakek itu sangat takut kalau terlalu banyak berbicara, maka jawaban tersebut sangat singkat tapi jelas. Shen Bok Hong tersenyum, ujarnya lebih jauh: "Kalau toh engkau jarang sekali melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan, dus berarti pula tiada ikatan dendam atau sakit hati dengan diriku, lalu apa maksudmu menghalangi jalan pergiku?" "Sudah lama kudengar perbuatan busukmu, ternyata kabar berita itu bukan kabar bohong!" Suara jawabannya sangat aneh seakan-akan setiap patah kata yang diucapkan keluar harus dipantulkan lebih dahulu dengan lidahnya hingga kedengarannya jadi kaku. Shen Bok Hong mengerutkan dahinya. "Jadi kalau begitu, perbuatanmu kau lakukan karena perasaan tidak puas?"" Kakek berbaju kuning itu mendengus dingin tanpa menjawab. "Heeehhh heeehhh heeehhh apakah aku boleh tahu siapa namamu?" tanya gembong iblis itu sambil tertawa dingin. "Tidak boleh!" Tiba-tiba Shen Bok Hong angkat tangan kanannya dan melancarkan sebuah pukulan gencar ke arah depan. Kakek berbaju kuning itu sama sekali tidak berkelit ataupun menghindar, dengan telapak tangan kirinya dia sambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras. "Blaaang..!" suatu benturan keras yang memekikkan telinga segera menggelegar di angkasa, sepasang telapak tangan itu saling beradu satu sama lainnya. Sekujur badan Shen Bok Hong gemetar keras, sedangkan kakek baju kuning itu terdorong mundur dua langkah ke belakang. Dalam benturan keras lawan keras yang barusan berlangsung ini, kedua belah pihak sama-sama menggunakan tenaga dalamnya yang paling sempurna, tentu saja hebat juga akibatnya. Shen Bok Hong segera tertawa dingin ujarnya: '"Tidak aneh kalau engkau tekebur dan jumawanya luar biasa, ternyata punya juga kepandaian yang diandalkan. Nah, sambutlah kembali sebuah pukulanku ini!" Di tengah bentakan nyaring, kembali dia lancarkan sebuah babatan tajam dengan menggunakan tangan kanannya. Angin pukalan yang dihasilkan oleh pukulan itu luar biasa dahsyatnya, sebelum serangan Itu tiba di tempat sasarannya, seluruh ruang abu itu sudah bergoncang keras akibat terhembus oleh pukulan dahsyat tadi. Kakek berbaju kuning itu sama sekali tidak mau mengalah kepada musuhnya, dengan keras lawan keras kembali ia sambut pukulan tersebut dengan telapak tangan kanannya. Kali ini kakek berbaju kuning itu sudah melakukan persiapan, dalam bentrokan yang kemudian terjadi, dia hanya terdorong mundur satu langkah belaka. Sekalipun begitu, pada hakekatnya serangan yang dilancarkan Shen Bok Hong kali ini boleh dibilang beberapa kali lipat lebih dahsyat daripada serangannya yang pertama tadi. Shen Bok Hong segera mengerutkan dahinya rapat-rapat, sekali lagi dia melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke depan. Agaknya kakek berbaju kuning itu sudah tahu akan kelihayan musuhnya, untuk ketiga kalinya ini dia tak berani menyambut pukulan itu dengan tangan kirinya, cepat toya bambunya dilepaskan dan menyambut datangnya ancaman tersebut dengan tangan kanannya. Secara beruntun Shen Bok Hong telah melepaskan tiga buah pukulan dahsyat, akan tetapi kakek berbaju kuning itupun telah menyambut ketiga buah serangannya dengan keras lawan keras. Kontan saja kejadian ini mencengangkan semua jago yang hadir di sekitar gelanggang rata-rata mereka lantas berpikir dalam hatinya: "Entah siapakah jago lihay ini, ternyata ia mampu menerima ketiga buah pukulan dahsyat dari Shen Bok Hong dengan keras lawan keras, tapi yang pasti dia adalah seorang jago yang amat tangguh!" Sesudah melancarkan tiga buah serangan secara beruntun Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tadi, Shen Bok Hong tidak melakukan penyergapan lagi, ia tarik kembali telapak tangannya dan mundur ke belakang, katanya dengan dingin : "Engkau sanggup menerima tiga buah pukulan dari aku orang she Shen secara keras lawan keras, hal ini menunjukkan bahwa engkau memang seorang jago yang tangguh." Kakek berbaju kuning itu sama sekali tidak menggubris apa yang sedang diucapkan Shen Bok Hong, denjan suara yang amat dingin ia malah berseru : "Sesudah diberi kalau tidak dibalas rasanya kurang sopan. Nah, berhati-hatilah!" Tongkat bambunya diputar kencang, kemudian secara beruntun dibalas melancarkan tiga buah serangan. Dengan pertahanan yang ketat dan bersusah payah akhirnya Shen Bok Bok Hong berhasil juga menghindari ketiga buah serangan berantai itu. Mendadak dengan sorot mata yang sangat tajam dia menatap wajah kakek berbaju kuning itu tanpa berkedip, sepatah demi sepatah kata serunya: "Engkau adalah Siau Ling, engkau belum mati bukan?" Kakek berbaju kuning itu tertawa dingin tiada hentinya, ia tidak mengaku pun tidak menyangkal. Toya bambunya kembali disapu ke depan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Shen Bok Hong sama sekali tidak menghindar telapak tangan kirinya segera didorong ke muka untuk menyambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras. Pertarungan semacam ini bukan saja sama sekali di luar dugaan para jago yang hadir di dalam gelanggang, bahkan kakek berbaju kuning itu pun kelihatan tertegun oleh kejadian tersebut. "Plaaaak!"' dengan telak serangan tongkat bambu itu menghajar diatas pergelangan tangan Shen Bok Hong. "Peletak..!" sayatan bambu berhamburan, memenuhi seluruh angkasa, tiba-tiba tongkat bambu yang berada di tangan kakek itu tersayat kutung satu ruas. Menyaksikan kedahsyatan dari gembong iblis itu, kembali kawanan jago persilatan yang hadir di sekitar gelanggang berpikir dengan perasaan hati yang tercekat: "Setelah menyaksikan caranya bertarung benar-benar terbukti bahwa ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong telah mancapai puncak kesempurnaan yang luar biasa, malahan tubuhnya sudah dilatih menjadi kebal bagaikan baja, kalau orang lain yang terhajar pergelangan tangannya oleh sambaran toya itu kalau tidak terluka paling sedikit akan kesakitan, tapi dia...bukan saja tidak menunjukkan wajah kesakitan, malahan berhasil mematahkan toya bambu itu, benar-benar seorang jago yang hebat." Kalau orang lain terperanjat maka Kakek berbaju kuning itu sama sekali tidak kaget atau keheranan. Dia putar pergelangan tangan kanannya dan menarik kembali tongkat bambu itu, kemudian setelah berputar satu lingkaran ia menyodok ke alis mata musuh. Kali ini dia menyerang dengan menggunakan toya bambu itu sebagai senjata tombak. Sekali lagi Shen Bok Hong melontarkan telapak tangan kirinya ke depan ..plaak! Untuk kedua kalinya toya bambu iiu kena dipentalkan ke samping, menggunakan kesempatan itu ia segera menerjang maju ke depan. Untuk kali ini para jago dapat mendengar suara benturan itu dengan amat jelas, sudah pasti benturan itu adalah suara benturan dari bambu yang beradu dengan besi baja, kenyataan ini semakin menggetartan perasaan hati mereka. Kiranya pada bentrokan yang pertama kali tadi. kawanan jago itu sudah mendengar suara aduan itu, tapi mereka mengira salah mendergar maka untuk kali ini perhatian mereka benar-benar ditujukan kesitu, maka jelaslah sudah bahwa bunyi benturan besi memang bukan pendengaran yang keliru. Haruslah dikelahui, seseorang memang bisa melatih badannya jadi kuat dan kebal seperti baja, tapi melatih diri sehingga menimbulkan suara bentutan seperti baja belum pernah terjadi di dunia ini andaikata Shen Bok Hong benarbenar bisa mencapai ke taraf seperti itu, maka peristiwa tersebut boleh dibilang merupakan peristiwa yang paling aneh di dunia inri... Rupanya It bun Han-to dapat membaca perasaan hati para jago untuk menghilangkan rasa panik dan curiga diantara jago-jagonya, ia segera berderu dengan suara lantang : "Kalian tak perlu heran, sepasang pergelangan tangan Shen toa cungcu telah dipasangi gelang baja yang amat kuat, tentu saja suara benturan yang kedengaran adalah suara benturan besi dan bambul" Sering kali dijumpai dalam dunia persilatan bahwasanya orang-orang silat menggunakan gelang besi pada pergelangan tangannya untuk melindungi diri dari bacokan senjata, gelang besi itu persis seperti borgol bentuknya cuma lebih lebar sedikit karena dipakai di balik ujung baju maka siapapun tidak akan mengetahuinya. Pada mulanya semua orang dibuat terperanjat oleh keampuhan ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong, tapi setelah diberi penjelasan oleh It bun Han to, maka semua orang pun jadi mengerti akan duduk perkara yang sebesarnya. Ketika sinar mata para jago dialihkan kembali ke arah gelanggang, tampaklah Shen Bok Hong sudah mendekati ke sisi tubuh kakek berbaju kuning itu, tiba-tiba telapak tangan kanannya ditekan ke bawah kemudian melancarkan sebuah bacokan kilat. Sementara itu toya bambu milik kakek baju kuning itu sudah tertangkis hingga miring kesamping. Menghadapi sergapan yang dilakukan pihak musuh ini, jangan toh bambu itu tak sempat ditarik kembali, sekalipun bisa ditarik kembali pun, bambu yang panjang itu sama sekali tak bermanfaat digunakan uniuk melakukan pertarungan jarak dekat. Tampaklah kakek berbaju kuning itu ayunkan tangan kanannya ke depan dan menyambut datangnya pukulan itu dengan kekerasan. Shen Bok Hong mendengus dingin, tiba-tiba ia berkelit ke samping dan mundur tiga depa ke belakang. Sementara itu kakek berbaju kuning tadi sudah membuang tongkat bambu itu kini dalam genggaman tangan kanannya telah be tambah dengan sebilah pedang pendek yang sangat tajam. Seketika itu juga paras muka Shen Bok Hong berubah jadi amat serius, dengan dingin serunya: "Aaah, tak salah lagi, rupanya memang engkau! Siau Ling...:" Kakek berbaju kuning itu tertawa dingin ia tetap membungkam dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Taktik membungkam yang dipraktekkan kakek berbaju kuning itu kontan saja membuat Shen Bok Hong yang licik bagaikan rase tua jadi kelabakan sendiri, ia merasa hatinya sangat tidak tenang. Setelah termenung dan terpikir sebentar ujarnya lebih jauh: ''Siau Ling adalah seorang enghiong hoo han yang tak sudi mengganti namanya sendiri, kalau engkau tak berani mengakuinya, itu berarti bahwa engkau bukan Siau Ling!" Dengan pedang tersoren kakek baju kuning itu pejamkan matanya rapat-rapat paras mukanya amat serius. Bukan saja ia tidak memberi komentar atas perkataan dari Shen Bok Hong itu, menggubrispun tidak. Sikap yang aneh dan luar biasa ini tidak mendatangkan perasaan apa-apa bagi orang lain, tapi bagi Shen Bok Hong yang berilmu tinggi segera merasakan keadaan yang tidak beres. Ia kenali sikap tersebut sebagai jurus permulaan dari ilmu pedang terbang, suatu kepandaian ilmu pedang tingkat tinggi yang luar biasa dahsyatnya, tercekat perasaan batinya. Ia tak berani bertindak lebih jauh, segera hardiknya dengan suara dalam: ''Hayo kita cepat pergi!"' Berbareng dengan selesainya ucapan tersebut, tiba-tiba badannya melambung ke udara, tangan kanannya segera diayun ke atas merobek atap kain yang menyelubung tempat itu. kemudian bagaikan seekor burung rajawali dia menerobos keluar dari lubang robekan tadi dan kabur dari situ. Kim-hoa hujin mengikuti pula jejak Shen-Bok Hong. Dia menjejakkan kakinya dan kabur lewat atap ruangan. Waktu itu, pemuda berbaju hijau tersebut sedang mengatur pernapasan untuk menolong diri, tampaknya dia tak menyangka kalau Shen Bok Hong bakal kabur melalui atap ruangan. Begitu menyadari bahwa gelagat tidak menguntungkan, tanpa memperdulikan keadaannya lagi, cepat dia mengepos tenaga dan ikut kabur dari tempat itu. "Engkau tak usah pergi" tiba-tiba terdengar kakek berbaju kuning itu membentak keras. Di tengah bentakan nyaring, tubuhnya melambung ke depan dan menutup jalan pergi di atas atap tersebut. Dua sosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat sama-sama melambung ke atas atap ruangan itu dan saling berebut untuk menerobos keluar dari robekan kain terpal tersebut. Tapi akhirnya gerak tubuh kakek berbaju kuning itu jauh lebih cepat satu tindak, telapak tangannya langsung dibacok ke bawah. "Blaang. !" suatu benturan keras yang memekakkan telinga terjadi di angkasa, kedua orang itu telah saling beradu tenaga sebanyak satu kali. Termakan oleh hawa tekanan yang dilancarkan kakek berbaju kuning itu dari arah atas, pemuda baju hijau itu tak sanggup mempertahankan diri lagi, ia segera jatuh terkapar di atas tanah. Sebaliknya kakek barbaju kuning itu sendiri dengan menggunakan ilmu langkah Pat poh teng gong segera melayang satu kaki jauhnya dari tempat semula sebelum akhirnya melayang kembali ke atas tanah. Dengan cepat It-bun Han-to memburu ke muka. Sekali ayun jari tangannya, ia telah menotok jalan darah pemuda berbaju hijau. Diantara empat orang pembantu yang dibawa Shen Bok Hong, kecuali Kim hoa hu jin seorang yang berhasil meloloskan diri, Lan Giok-tong menderita luka parah. Pemuda berbaju hijau itu terluka di ujung telapak tangan kakek berbaju kuning dan tertotok jalan darahnya oleh sentilan jari lt bun Han to, tinggal hweesio berbaju merah yang bersenjata kencrengan tembaga saja yang masih berada dalam keadaan segar bugar. Bu wi totiang segera meloloskan pedangnya dan menghadang jalan pergi hweesio berjubah merah itu, serunya: "Taysu, engkau akan menyerahkan diri ataukah hendak melangsungkan pertarungan adu jiwa?"" Ucapan tersebut diucapkan dengan tajam dan penuh hawa napsu membunuh. ---ooo0dw0ooo--- Jilid: 40 DENGAN ketajaman mata yang luar biasa. padri berjubah merah itu menyapa sekejap sekitar gelanggang, ketika dilihatnya jalan maju dihadang oleh Bu wi totiang dengan pedang terhunus, sedang jalan mundur dicegat oleh Ceng kong taysu dengan golok terlintang di dada, sadarlah padri ini bahwa harapannya untuk melepaskan diri dari kepungan sudah boleh dibilang musnah. Dalam keadaan demikian, tiada pilihan lain lagi baginya kecuali bunuh diri ia jadi nekad, sambil menggigit bibir mendadak senjata kencrengannya itu digorok ke atas lehernya sendiri. Darah segar segera berhamburan menggenangi seluruh permukaan tanah, dengan kepala hampir kutung dari badannya, robohlah padri itu dalam keadaan tak bernyawa. Tatkala hwesio berjubah merah itu menggerakkan senjata kencrengannya tadi, dalam sangkaan Bu-wi totiang ia bakal disergap dengan gencar, hawa murninya telah dihimpun ke dalam pedangnya siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, siapa tahu bukan serangan yang dilalukan malahan ia menggorok leher sendiri, ingin mencegah sudah tak sempat lagi, apa boleh buat" Terpaksa ia membiarkan musuhnya bunuh diri tepat di hadapan matanya. Setelah hwesio itu menggeletak dalam keadaan tak bernyawa lagi, Ceng kong taysu melepaskan goloknya dan menghampiri jenasah orang itu. Perlahan-lahan ia membuka topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya. Apa yang kemudian dilihat olehnya membuat padri saleh dari gereja Siau-Iim-si ini menghela napas panjang, ujarnya dengan sedih : "Aaai..! Ternyata tebakanku memang tidak keliru, ia benarbenar adalah saudara perguruanku sendiri" Bu-wi totiang ikut menghela napas panjang, selanya dari sisi kalangan : ''Bukan saja dalam gereja Siau lim si telah muncul murid durhaka, dalam perguruanku sendiripun muncul penghianatpenghianat penjual perempuan. Aaai..! Manusia yang sudah mati tak mungkin bisa hidup kembali, asal taysu merawat jenasahnya secara baik-baik, anggap sajalah perbuatanmu ini suatu penghormatan yang terakhir dari sesama saudara perguruan" Ceng kong taysu menghela napas, tanpa banyak bicara lagi ia membopong mayat hwesio itu dan berlalu dari sana. Menanti bayangan punggung dari Ceng-kong taysu sudah lenyap dari pandangan mata, kakek berbaju kuning itu baru menghela napas panjang, tiba-tiba ia berjalan menuju ke balik meja abu. Baik Sun Put shia maupun Bu wi totiang sudah tahu kalau kakek berbaju kuning itu kemungkinan besar adalah penyaruan dari Siau Ling, akan tetapi sebelum membuktikan dengan mata kepala sendiri, mereka tak berani menegur secara gegabah, untuk sesaat lamanya dua orang jago lihay itu jadi kelabakan dan tak tahu apa yang musti dilakukan. Dengan langkah yang cepat It bun Hin to mendahului kakek berbaju kuning itu, katanya dengan lirih : "Aku akan membawa jalan untuk saudara." Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Terima kasih!" jawab kakek berbaju kuning itu dengan nada yang singkat dan lembut. It-bun Han to membawa kakek tua itu memasuki sebuah ruang kosong yang sepi. Di situlah dia menjura dan memberi hormat seraya menyapa: "Siau tayhiap!" Kakek baju kuning itu tersenyum, ia melepaskan penyaruannya dan pulihkan kembali wajahnya menjadi raut wajah yang asli dan dia memang bukan lain adalah Siau Ling yang lolos dari bencana kebakaran. Terdengarlah suara langkah kaki manusia berkumandang memecahkan kesunyian, menyusul mana Sun Put-shia, Bu wi totiang dan Pek-li Peng sekalian memasuki pula ruangan itu. Dengan langkah lebar San Put shia menghampiri si anak muda itu, sambil menggenggam tangannya dengan hangat, ia berseru: "Saudara Siau, kiranya engkau benar-benar masih hidup, syukur ke hadirat Thian yang maha pengasih, akhirnya pendekar besar kita dapat lolos dari bahaya maut." "Engkoh tua, baik-baikkah engkau selama ini?" sahut Siau Ling sambil memberi hormat. "Haahhh haaahhh haaahhh baik, sangat baik, apalagi setelah menyaksikan engkau lolos dalam keadaan segar bugar apanya lagi yang tidak baik"' Beberapa patah kata itu kedengarannya memang sederhana tanpa embel apa-apa, tapi pada hakekatnya mengandung perasaan persaudaraan dan perhatian yang sangat mendalam. Betapa taruhannya Siau Ling menghadapi kenyataan tersebut. "Terima kasih banyak engkoh tua, atas perhatianmu!" katanya. Bu wi totiang yang berada disisinya segera melanjutkan: "Dua jilid kitab yang Siau tayhiap titipkan kepada Teng ji hiap dan suteku untuk diserahkan kepada pinto, telah pinto terima dengan selamat, sebentar akan kuserahkan kembali kepada Siau tayhiap!" "Sudah totiang baca isinya?" tanya Siau Ling dengan cepat. "Pinto hanya melihat nama kitab tersebut, isi buku itu sama sekali tidak kubaca!" Siau Ling mengangguk. "Kenapa tidak totiang baca isinya?"" "Pinto sudah tua dan tak ada gunanya, lebih pantas kalau kitab tersebut dibaca oleh generasi muda, dan lagi situasi yang kita hadapi toh sedang kritis pinto tidak punya kesempatan untuk membaca isi kitab tersebut." Sekali lagi Siau Ling mengangguk. "Totiang berjiwa besar dan berpandangan jauh ke depan, boanpwe merasa kagum sekali dengan tindakanmu ini." Pek-li Peng yang selama ini membungkam di samping, tibatiba maju ke depan dan berkata: "Toako, aku mengaku salah!" "Dalam soal apa kau merasa bersalah"'' tanya si anak muda itu sambil tersenyum. "Toako berpesan kepadaku agar tidak membocorkan rahasia kehidupanmu kepada orang lain tapi tanpa persetujuan dari toako aku telah membocorkan rahasiamu itu !" "Aaah! Tidak menjadi soal, aku dapat memahami kesulitan yang sedang kau hadapi pada hakekatnya kendatipun tidak kau katakan rahasia inipun tak mungkin bisa kelabuhi It bun sianseng!" "Siau Tayhiap terlalu memuji diriku!" cepat-cepat It bun Han to menimbrung. "Didalam peristiwa ini saudara Siau tak boleh menyalahkan nona Pek li." Tiba-tiba Sun Put shia berseru, "kalau engkau akan menyalahkan maka tegurlah aku si pengemis tua, sebab akulah yang memaksa nona Pek li untuk mengaku!" "Siau-te sama sekali tidak bermaksud menyalahkan siapapun, harap engkoh tua jangan salah paham!" Sin Put shia tertawa. "Aku tahu, sudah pasti engkau akan memberi muka kepada aku si engkoh tua ini..." Tiba-tiba Pek li Peng menghela napas panjang, katanya setengah berbisik: "Toako, sudah kau dengar semua bukan pembicaraan yang berlangsung di ruang abu tadi?" "Mendengar soal apa?" "Enci Gak telah pergi dari sini!" "Jadi ia benar-benar sudah pergi dari sini?" seru Siau Liug dengan wajah tertegun. "Aku sudah membicarakan banyak masalah dengan enci Gak, bahkan aku bersikeras memaksa dia agar jangan tinggalkan tempat ini tapi toh akhirnya ia pergi tanpa pamit." Sekilas cahaya merah melintas diatas wajah Siau Ling, ia segera tertawa ewa, katanya: "Kalau sudah pergi yaa sudahlah, enci Gak memang suka pergi kesana kemari menuruti suara hati sendiri, siapa yang mampu membatalkan niatnya untuk pergi?" Ketika menyaksikan lintasan cahaya merah diatas wajah si anak muda itu, sepasang mata It bun Han to bernilai tajam, tiba-tiba ia menyapu sekeliling tempat itu kemudian serunya: "Sun heng, totiang nona Pek li, aku ingin mengajukan satu permintaan kepada kalian semua." Ketika didengarnya nama mereka bertiga disebutkan semua, tiga orang jago itu agak tertegun kemudian tanyanya: "Ada persoalan apa?" "Aku mempunyai suatu persoalan yang sangat penting untuk dibicarakan dengan Siau tayhiap dibawah empat mata, entah bagaimanakah menurut pendapat kalian bertiga?"" "Dalam hal ilmu silat, aku si pengemis tua paling mengagumi saudara Siau, sedangkan dalam hal kecerdikan, aku si pengemis tua mengagumi It-bun sianseng, silahkan saja kaIau mau berbicara!" kata Sun Put shia dengan cepat. It-bun Han to segera memberi hormat ke pada semua orang, lalu ujarnya dengan lembut: "Siau tayhiap. mari kita berbicara di ruang sebelah situ saja!" Dengan berjalan mengikuti di belakang It-bun Hin-to, akhirnya sampailah si anak muda itu dalam sebuah ruang lain, disana pemuda itu segera bertanya: "It bun sianseng, ada persoalan apa engkau mengundang kedatanganku ke sini?"" "Muntahkan keluar gumpalan darah yang berada dalam dadamu, tahanlah hawa murnimu dan paksakan dengan segala kemampuanmu!" Dengan sorot mata yang amat tajam Siau Ling menatap sekejap paras muka It-bun Han to, kemudian dia pejamkan matanya dan muntahkan keluar segumpal darah kental dari mulutnya. Setelah itu sambil menghela napas panjang katanya : "It bun sianseng, engkau benar-benar sangat lihay. Tak kusangka engkau tahu kalau aku sudah menderita luka!" "Luka yang kau derita tidak terlalu parah, gumpalan darah yang menyumbat dalam dadamu itu sebagian besar disebabkan karena masalah Gak Siau cha, nona Gak.." "It-bun heng, darimana engkau bisa yakin bahwa pendapatmu Itu tidak keliru"!" sela Siau Ling dengan sepasang alis matanya berkenyit. It-bun Han to tersenyum. "Siau tayhiap, berkat penghormatanmu atas diri aku It bun Han to lah maka aku berhasil melepaskan diri dari jalan yang sesat, untuk itu akupun harus menggunakan segala kemampuan yang kumiliki untuk membalas budi kebaikan ini. Aku tahu masalah yang menyangkut tentang hubungan Siau tayhiap dengan nona Gak adalah urusan aku harus memberi komentar kepadamu...!" Sesudah rahasia hatinya terbongkar, Siau Ling tidak berusaha untuk mengingkari lagi, terpaksa dia menghela napas panjang. "Petunjuk apakah yang hendak Saudara lt-bun berikan kepadaku..."!" tanyanya. "Baik Lan Giok-tong, Giok siau-long kun maupun Wu kongcu dari perguruan Ngo tok bun semuanya telah terpesona oleh kecantikan Gak Siau cha, padahal orang itu terhitung jago muda yang berwatak tinggi hati baik tampang wajahnya maupun kepandaian silatnya terhitung kelas satu di dunia persilatin, manusia macam mereka sebenarnya saja tak perlu kuatir kalau tak mendapatkan jodoh, tapi kenyataan membuktikan bahwa mereka semua terpikat oleh nona Gak. Nah, di sinilah letak kunci dari semua peristiwa ini, dan aku hendak mengajak engkau untuk membahas; apakah alasannya sehingga terjadi kesemuanya ini" "Alasan apa?" "Alasan tentang sebab musabab sehingga, mereka jadi terpikat kepada nona Gak!" "Menurut penglihatanku, Nona Gak adalah seorang gadis yang sopan santun dan tak pernah menunjukkan gerak-gerak yang genit atau menimbulkan rangsangan bagi orang lain, dalam kasus ini Giok Siau Long kun memang beralasan untuk mencintai nona Gak, sebab bagaimanapun juga ia pernah bergaul selama banyak tahun dengan nona itu. Tapi kalau dibilang Lan Giok tong serta Wu kongcu dari Ngo tok bun juga jatuh hati kepadanya, aku jadi heran dan benar-benar tak habis mengerti, sebab menurut penilaianku mereka tak pernah berhubungan dengan enci Gak ku itu, malahan boleh dibilang berbicarapun jarang." It bun Han to termenung sebentar, kemudian katanya: "Siau tayhiap, apakah engkau dapat merasakan bahwa nona Gak mempunyai sesuatu yang lain daripada orang-orang biasa?". Siau Ling menggeleng. "Aku tidak pernah mempunyai perasaan seperti itu!" sahutnya. "Coba bayangkan secara seksama, bukankah setiap kali setelah berjumpa dengan dirinya maka engkau merasa mempunyai kesan yang lebih dalam mengenai dirinya ". Dan semakin mendalam kesan tersebut maka seakan-akan kesan itu sudah melekat dalam hatimu, baik dicuci atau dibersihkan dengan cara apapun kesan itu tak bisa hilang malahan bagaikan bayangan saja selalu mengikuti didalam hatimu"." Siau Ling menghembuskan napas panjang. "Dahulu aku sama sekali tidak mempunyai perasaan seperti itu, tapi setelah bertemu kali ini..." Berbicara sampai disitu, mendadak ia membungkam dan tidak meneruskan lagi kata-katanya. "Bukankah engkau merasakan suatu perasaan yang aneh dan lain daripada yang lain"'' sambung It bun Han to dengan cepat. "Begitulah!" "Dahulu usiamu masih kecil dan engkau sama sekali belum mengenal apa artinya cinta asmara, tentu saja kecantikan dan daya pikat yang dimiliki Gak Siau cha sama sekali tidak berpengaruh apa-apa bagimu, tapi setelah kau bertemu lagi dengannya, waktu itu kau sudah dewasa, tentu saja kesan yang diperolehpun jauh berbeda." Siau Ling menghela napas panjang. "Aaai..! Mungkin apa yang kau katakan memang tidak keliru, tapi bagaimanapun juga daya pikat adalah timbul dari dalam tubuh seseorang, dalam hal ini enci Gak tak bisa disalahkan!" "Terlepas dari salah atau tidak, menurut pengamatanku menurut ilmu raut wajah, maka garis-garis muka Gak Siau cha menunjukkan bahwa dia memiliki suatu kekuatan daya pikat yang tersembunyi, dan daya pikat tersembunyi itu luar biasa besar pengaruhnya, selama seribu tahun belum tentu ada seorang gadis dilahirkan dengan ciri semacam itu" "Itu kan bukan salahnya"!" cepat Siau Ling menimbrung dengan sepasang mata berkedip. "Nona Gak tidak salah. Lan Giok tong dan Gak-siau- long kun sekalipun tidak salah, yang salah adalah alam yang telah menciptakan dirinya dengan daya pikat yang maha hebat, membuat penampilannya di manapun membuat dunia jadi heboh, membuat banyak jago terpikat dan tergila-gila kepadanya" "Aai..! Dari dulu sampai sekarang, perempuan cantik adalah bibit bencana, ternyata peri bahasa ini sedikitpun tak salah !" It bun Han to termenung dan berpikir sejenak, kemudian sahutnya : "Ucapanmu ini boleh juga dikatakan benar, tapi pada hakekatnya dibalik kesemuanya itu masih tersimpan suatu rahasia yang maha besar dan rahasia itu belum bisa dipecahkan oleh siapapun, Apa yang diucapkan Wu kongcu tadi memang benar, bukan dia saja yang terpikat oleh daya tarik nona Gak, malahan Shen Bok Hong sendiripun sudah mulai terpesona dibuatnya." Perasaan hati Siau Ling kontan bergolak keras, paras mukanya sebentar berubah jadi merah sebentar lagi jadi pucat; jelas dalam batinnya sedang terjadi suatu pergolakan yang keras. Lama..., lama sekali, pemuda itu baru menghela napas panjang, ujarnya kemudian : "It bun sianseng, kalau memang demikian keadaannya, maka apa yang musti kita lakukan untuk selamatkan jiwa enci Gak ku itu dari ancaman bahaya"!" "Biarkan dia mangasingkan diri di tempat terpencil dan kurangi kesempatannya untuk bertemu dengan orang lain. Biarlah ia hidup di sebuah dunia yang lain dan jauh dari pergaulan manusia. Asalkan masa mudanya telah berlalu dan usia lanjut mulai merongrong wajahnya, saat itulah daya pikatnya yang luar biasa itu akan lenyap dan musnah dengan sendirinya." "Jikalau ia tak mau berdiam di suatu tempat yang terpencil dan terasing dari pergaulan masyarakat, masa kita harus menyekapnya di dalam ruangan khusus?" "Masih ada satu cara lain untuk menanggulangi kesulitan itu. Asal dia kenakan sebuah topeng kulit manusia sehingga daya pikatnya itu tertutup maka dia akan bebas bergerak ke mana-mana tanpa kuatir membikin heboh lagi!" "Ehmm..! Aku rasa cara ini memang sangat jitu." ''Sudah cukup lama kita bercakap-cakap, aku rasa Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pergolakan darah di dada Siau tayhiap pun telah menjadi tenang kembali, sekarang silahkan duduk untuk mengatur pernapasan". Siau Ling sendiripun tentu saja tahu bila tidak duduk bersemedi pada saat seperti ini, niscaya hawa murninya akan mengalami kerugian besar, maka sahutnya: "Terima kasih atas peringatan dari It bun heng!" "Masih ada beberapa lagi kita bicarakan sehabis engkau bersemedi nanti. Nah! Aku mohon diri lebih dahulu". Perlahan-lahan ia mengundurkan diri dari ruangan tersebut. Menanti sesudah bayangan punggung dari It-bun Han-to lenyap dari pandangan mata, Siau Ling baru duduk bersila dan mulai mengatur pernapasannya. Ketika ia menyelesaikan semedinya, tampaklah Pek li Peng sedang duduk di sisinya sambil tersenyum. Waktu itu dia sudah berganti dengan dandanan seorang perempuan, alisnya yang cantik, bibirnya yang merah bagaikan delima merekah serta hidungnya yang macung, membuat gadis itu tampak lebih cantik dan mempersonakan hati. "Toako, apakah engkau baik-baik saja"!" tegurnya dengan suara yang amat lembut. Siau Ling segera mengangguk. "Ehem ! Aku sangat baik'* ''Menurut It bun sianseng, di kala toako sedang adu tenaga melawan Shen Bok Hong tadi engkau telah terluka semua orang sangat menguatirkan kesehatan badanmu." "Aaah! Tidak menjadi soal, cuma sedikit luka enteng saja!" sahut Siau Ling sambil tersenyum. Dari sakunya Pek li Peng ambil keluar sepucuk surat sambil diangsurkan ke muka, katanya: "Sebelum pergi tinggalkan tempat ini enci Gak telah meninggalkan dua pucuk surat yang satu ditujukan kepadaku sedang yang lain untukmu pribadi!" Siau Ling segera menerima simpul surat itu dan dilihat tulisannya, tampaklah tulisan diatas sampul itu berbunyi demikian: "Mohon bertuan adik Peng untuk diserahkan kepada Siau Ling pribadi" Gaya tulisannya sangat indah dan kuat, tak salah lagi inilah tulisan dari Gak Siau cha. Cepat si anak muda itu merobek sampulnya dan membaca isi surat itu. "Buat saudaraku Siau Ling yang tersayang : Dalam surat wasiatnya mendiang bibi Im mu telah menjodohkan cici kepadamu. Tentunya apa yang telah kukatakan sewaktu ada di ruang abu telah kau dengar semua bukan" Kendatipun rahasia tersebut tak pernah kubeberkan kepadamu, akan tetapi sejak dahulu aku telah menganggap engkau sebagai suamiku. Bila engkau sudah mati, maka sebagai seorang istri sudah menjadi kewajikanku untuk membalaskan dendam bagi kematian suaminya, tapi dari mulut adik Peng dapat kuketahui bahwa engkau belum mati. Maka dalam keadaan begini situasipun ikut berubah, setelah engkau hidup maka sekarang menjadi kewajiban cici untuk membalaskan dendam bagi kematian bibi Im mu. Kini cici sudah menemukan jejak dari pembunuh bibi Im mu itu, asalkan bukti sudah kuat maka segera akan kulakukan pembalasan dendam. Aaai.! Bagaimanakah nasibku di kemudian hari" Sukar untuk diramalkan mulai sekarang, mungkin juga dikemudian hari kita tak terjodoh untuk bertemu muka lagi apa pula aku sudah mengakibatkan banyak kehebohan. Sebagai seorang perempuan yang telah bersuami, aku merasa malu dan menyesal atas semua peristiwa yang telah terjadi ini. Aku lihat adik Peng adalah seorang dara yang suci bersih dan menarik hati, semoga engkau bila merawatnya dengan penuh kasih sayang, apalagi ia telah melepaskan cinta yang begitu mendalam kepadamu, sudah sewajarnya kalau engkaupun membalas cintanya. Jika engkau masih mau menganggap diriku ini sebagai istrimu, turutilah permintaanku ini, menyayangi adik Peng seperti pula menyayangi aku, sebab dialah pasanganmu yang paling setimpal. Banyak perkataan yang sukar kutuliskan dalam surat ini, tentunya engkaupun dapat memahami betapa gelisah dan kusutnya perasaanku sekarang, semoga adik Siau bisa memaklumi kesusahanku ini. tertanda: Gak Siau cha" Selesai membaca surat peninggalan dari Gak Siau cha itu, Siau Ling merasakan pikirannya jadi kusut. Perasaan hatinya, bercampur aduk! dan sukar dilukiskan dengan kata-kata. Ia tak tahu apakah musti cinta atau kah harus benci. Tiba-tiba Pek li Peng menegur dengan suara yang lembut: "Toako, apa yang ditulis enci Gak dalam suratnya itu?"" "Dia suruh aku baik-baik merawat dan menyayangi dirimul" jawab Siau Ling sambil menarik napas panjang. Pek li Peng tampak tertegun, tiba-tiba air matanya jatuh berlinang membasahi pipinya. Dengan penuh rasa sayang Siau Ling menggenggam sepasang lengan dara itu, kemudian tanyanya: "Peng-ji, mengapa menangis?"" "Aku juga tak tahu musti bersedih hati atau gembira, aaai !. Bicara sesungguhnya enci Gak lah merupakan pasangan yang paling setimpal bagimu!." Siau Ling tersenyum. *'Peng ji!" ucapnya "bukankah Lan Giok tong pernah berkata, enci Gak adalah seorang gadis yang amat cantik jelita bak bidadari dari khayangan siapakah manusia di bumi ini yang pantas mendampinginya?" Dengan hati yang sedih Pek-li Peng tundukkan kepalanya rendah-rendah, ia berbisik : "Toako, apakah engkau bisa memahami perasaan hati enci Gak yang sebenarnya?"" "Kenapa"!" "Pada hakekatnya enci Gak sangat mencintai dirimu, cuma saja dia tidak seperti aku, semua persoalan yang dihadapi selalu tercermin diatas wajah..!" Siau Ling menghela napas panjang, sesudah hening beberapa saat lamanya tiba-tiba ia bertanya : "Apa saja yang dibicarakan enci Gak dengan dirimu"!" "Banyak sekali yang telah kami bicarakan. Tapi bicara pulang pergi toh bahan pembicaraan itu berkisar pada urusan dua orang, yang satu adalah engkau sedang yang lain adalah aku!" "Apa yang dikatakan enci Gak tentang diriku"!" "Dia suruh aku menasehati dirimu agar baik-baik menjaga diri, janganlah memikirkan keselamatannya lagi" "Tentang soal ini aku sudah tahu, sebab dalam suratnya yang diberikan kepadaku, dengan jelas Enci Gak sudah membicarakan persoalan itu." "Walaupun enci Gak mengatakan begitu, masa kita benarbenar harus berpeluk tangan belaka tanpa membantu usahanya untuk membalas dendam?" Siau Ling termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian sahutnya: "Situasi pada saat ini amat kritis, mungkin kita memang benar-benar tak mampu membantu dirinya." "Masa toako tidak mau tahu dan sama sekali tidak menggubris tentang usaha enci Gak untuk membalaskan dendam bagi ibunya?" desak Pek li Peng lebih jauh. Siau Ling tertawa ewa. "Ambisi Shen Bok Hong untuk menguasai seluruh kolong langit sudah terbongkar sementara It bun sianseng telah memanfaatkan kesempatan dikala aku tersiar mati untuk mengundang kehadiran seluruh orang gagah di dunia ini untuk berkumpul disini, aku rasa suatu perang massal sudah tak dapat dihindari lagi, bagaimanapun juga tak mungkin bagi diriku untuk meninggalkan tempat ini sebelum semua urusan di tempat ini menjadi beres!' "Aaai.! Pek-li Peng menghela napas panjang, betul juga apa yang diucapkan toako. Persoalan di tempat ini pun tak kalah pentingnya, apalagi toako adalah pemimpin yang mempengaruhi jalannya pertarungan, tentu saja tak mungkin bagimu untuk meninggalkan tempat ini." "Peng-ji, pergilah ke ruang samping sana dan undanglah kemari It-bun siangseng, Sun locianpwe serta Bu wi totiang. Aku hendak mengajak mereka untuk merundingkan beberapa Empat Mayat Aneh 1 Wiro Sableng 074 Dendam Di Puncak Singgalang Playboy Dari Nanking 8

Cari Blog Ini