Ceritasilat Novel Online

Budi Kesatria 5

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 5 kitab ini kutitipkan kepada kalian sebagai barang jaminan, harap Siau tayhiap suka menerimanya!" Meskipun dalam hati Siauw Ling ingin sekali menerima kitab itu, tetapi dia merasa sungkan dan malu untuk menyambutnya. Untuk beberapa saat pemuda itu jadi bingung dan tak tahu apa yang musti dilakukan. Pek-li Peng tidak mau berpikir terlalu jauh, dengan cepat dia ulurkan tangannya hendak menerima kitab tersebut. Akan tetapi dengan cepat It-bun Han Too menarik kembali tangannya sambil berseru, "Akan kuserahkan sendiri ketangan Siau tayhiap!" "Kenapa" serahkan kepadaku toh sama saja?" It-bun Han Too menggeleng berulang kali. "Siau tayhiap adalah seorang lelaki sejati yang bisa dipercaya setiap perkataannya, aku harus serahkan sendiri kepadanya karena hanya dia seorang yang bisa dipercaya!" Siauw Ling dibuat apa boleh buat terpaksa ia ulurkan tangannya untuk menyambut kitab tersebut. Ketika memegang sampai setengah jalan, It-bun Han Too tak melepaskan kitab tersebut dengan begitu saja, kembali katanya, "Siau tayhiap, andaikata anak kunci istana terlarang berhasil kutemukan kembali, apakah kitab pusaka ini dapat kutukarkan dengan benda itu?" "Tentu saja boleh!" "Baik aku percaya dengan perkataan Siau tayhiap, silahkan engkau terima kitab pusaka itu sebagai barang jaminan!" Sambil berkata ia segera melepaskan cekalannya dari mundur dua langkah ke belakang. Siauw Ling menerima kitab pusaka peninggalan dari Thio Hong itu dan segera dimasukkan ke dalam saku. Selama ini Shen Bok Hong hanya menyaksikan semua kejadian itu dengan pandangan dingin dari mulut membungkam, menanti Siauw Ling sudah memasukan kitab pusaka tersebut ke dalam sakunya Ia baru menengadah dan tertawa terbahak bahak. "Shen Toa Cungcu, persoalan apa yang menggelikan hatimu?" tegur Siauw Ling dengan suara dingin Shen Bok Hong tidak menjawab, ia berpaling memandang sekejap ke arah Kim Hoa hujin dan Tong Lo Thay-thay, kemudian serunya, "Ayoh kita keluar lebih dahulu dari ruangan ini!" sambil berkata dia melangkah pergi lebih dahulu. Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay segera menyusul dibelakang Cungcu dari perkumpulan Pek Hoa Sanceng itu dan ikut keluar dari ruangan tersebut. Pek-li Peng segera menowel ujung baju Siauw Ling sambil bisiknya. "Ayoh, kita juga ikut keluar....." Tanpa menunggu jawaban dia melangkah keluar lebih dahulu dari tempat tersebut. Dalam waktu singkat dalam ruangan tersebut hanya tinggal It-bun Han Too seorang diri. Terhadap alat-alat rahasia yang dipasang di sekitar ruangan itu rupanya dia telah menguasainya, ketika alat rahasia digerakkan maka keenam sosok jenazah itupun segera tenggelam kembali dibalik ruang rahasia yang ada dibelakang dinding. Dalam pada itu Shen Bok Hong dengan membawa Kim Hoa Hujin dan Tong Lo Thay-thay serta Siauw Ling dengan membawa Pek-li Peng telah menanti ditengah halaman kurang lebih empat lima depa diluar ruangan tersebut. Sejak keluar dari ruangan Tong Lo thaythay telah memungut kembali toya Siau ciang milik Shen Bok Hong yang dipergunakan untuk menghantam dinding batu tadi. Kurang lebih sepertanak nasi kemudian It-bun Han Too baru muncul kembali sambil berkata. "Alat rahasia yang dibangun oleh si Ahli bangunan bertangan sakti benar-benar hebat dari luar biasa sekali, walaupun sudah terpaut selama puluhan tahun lamanya ternyata alat-alat rahasia itu masih bisa bejjalan seperti sedia kala, agar jenazah dari beberapa orang tokoh sakti itu tidak mengalami kerusakan aku telah mengembalikanyya ke tempat semula....kalian tentu tidak terlalu lama menunggu bukan?" Shen Bok Hong tertawa rawan, bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu tapi akhirnya ia membatalkan kembali maksudnya. "Sekarang apakah It-bun Sianseng masih ada pekerjaan lain?" tanya Siauw Ling. "Sudah tak ada lagi, mari kita segera berangkat" seru Itbun Han Too, ia merogoh keluar pedang pendeknya dan segera melagkah ke arah luar. "It-bun heng" kata Shen Bok Hong kemudian, dalam perjalanan kita mengunjungi Istana Terlarang kali ini. Satu satunya orang yang berhasil mendapatkan hasil yang lumayan hanya It-bun heng seorang, bukan saja kau berhasil menangkan sebilah pedang musitaka yang tajam sekali, bahkan menangkan pula kitab pusaka peninggalan dari raja Seruling Thio Hong, dengan keerdikan serta dasar ilmu silat yang kau miliki sekarang, aku rasa sepuluh tahun lagi engkau pasti akan sudah dapat menguasai seluruh isi kitab pusaka tersebut "Sayang aku telah menghilangkan anak kunci istana terlarang milik Siau tayhiap, kejadian itu memaksa aku terpaksa harus serahkan kitab pusaka itu sebagai barang jaminan, andaikata anak kunci itu tak dapat kutemukan, berarti pula kitab pusaka itu tak dapat kuminta kembali" Shen Bok Hong tertawa dingin. "It-bun heng" jengeknya, "rencanamu itu mungkin bisa mengelabuhi orang lain. tapi jangan harap bisa mengelabuhi diriku" It-bun Han Too tidak banyak bicara lagi, dia percepat langkahnya menuju kedepan. Para jago pun segera menyusul dari belakangnya dan melewati jalan yang semula untuk menuju ke pintu istana. Rupanya It-bun Han Too telah menguasai jalan keluar dari istana tersebut, perjalanan dilakukan amat cepat sekali hingga membuat Shen Bok Hong dan Siauw Ling sekalian tak mampu menyaksikan pemandangan disekeliling tempat itu. Tidak selang beberapa saat kemudian, sampailah para jago di depan pintu gerbang Istana Terlarang. Sambil menghentikan langkah kakinya It-bun Han Too berkata, "Di depan pintu gerbang Ahli bangunan bertangan sakti Pau It Thian telah memasang suatu alat rahasia yang amat keji dan jahat sekali, saat ini kita semua sedang berdiri di dalam lingkungan pengaruh alat rahasianya itu, asal alat tersebut tersentuh dan menunjukkan kehebatannya maka tidak ampun lagi kita berenam bakal mati konyol di tempat itu. .." Sementara itu para jago berdiri ditengah kegelapan yang amat mencekam seluruh ruangan, sekalipun telah menggunakan segala ketajaman matanya paling banter mereka cuma dapat melihat daerah seluas dua depa belaka. Shen Bok Hong segera mendehem dan bertanya, "Alat rahasia apakah yang kau katakan sebagai amat lihay itu?" "Di atas batok kepala kita dan sekitar kiri kanan dinding ruangan ini telah terpasang suatu alat penyembur senjata rahasia yang amat kuat, bila alat rahasia itu tersentuh maka daerah seluas dua tombak akan terkurung di bawah hujan jarum beracun yang amat rapat dan lebat...." Ia berhenti sebentar kemudian lanjutnya. "Kecuali jarum beracun, di tempat ini terdapat pula alat rahasia yang mengendalikan dua buah pintu yang membendung aliran air diperut bumi, andaikata tombol rahasia itu sampai tersentuh sehingga pintu rahasia terbuka. maka air bah dengan dahsyatnya akan mengalir masuk ke dalam ruangan ini serta menenggelamkan kita semua, dalam keadaan begitu sekalipun kita tidak mati terhajar oleh jarum beracun, kitapun akan mati teuggelam oleh air bah yang maha dahsyat itu" "Sungguhkah akan terjadi peristiwa semacam itu?" tanya Shen Bok Hong dengan sangsi. "Baik kalau Shen Toa Cungcu tidak percaya, bagaimana kalau kita buktikan bersama?" "Bukti sih tak perlu" sahut Shen Bok Hong dengan cepat. "It-bun heng, lebih baik cepatlah berusaha untuk membuka pintu gerbang istana ini, agar kita semua bisa cepat-cepat lolos dari tempat ini" "Bagi diriku menyentuh tombolt rahasia tersebut atau keluar dan Istana Terlarang, nasib yang akan kuterima adalah sama saja" "Apa maksud perkataanmu itu?" It-bun Han Too menengadah dan tertawa tergelak. "Haaah...haaah...haah... kalau pikiran Siau tayhiap hanya ditujukan pada kitab pusaka peninggalan dari Thio Hong, maka Shen Toa Cungcu berpikiran untuk mencabut selembar jiwaku, kalian berdua sama-sama memiliki ilmu silat yang amat lihay. Perduli siapapun yang turun tangan aku tetap bukan tandingan, bukankah hanya jalan kematian saja yang bakal kuhadapi?" "It-bun beng terlau banyak curiga, bagaimanakah jalan pikiran Siau tayhiap aku tak tahu, yang jelas adalah diriku sendiri, aku sama sekali tak ada minat untuk mencabut selembar jiwa It-bun heng! "Sungguh perkataan dari Toa Cungcu itu?" seru It-bun Han Too menegaskan. "Tentu saja sungguh!" "Tapi kedengarannya tak masuk diakal dan sukar untuk membuat hati orang percaya!" "It-bun heng, apa yang kau kehendaki sehingga bisa mempercayai perkataanku?" "Kecuali kalau Shen Toa Cungcu angkat sumpah dan menyatakan kalau dalam tiga hari mendatang engkau tiada bermaksud mencelakai jiwaku disamping itu kau serta anggota perkampungan Pek Hoa Sancengmu tidak akan merintangi gerak-gerikku..." "Bagaimana setelah tiga hari?" "Setelah tiga hari" terserah kemauan Shen Toa Cungcu, kau bebas hendak melakukan segala apapun!" "Jadi kalau begitu setelah tiga hari aku boleh mencabut jiwamu setiap saat?" "Aku mempunyai waktu selama tiga hari untuk berusaha meloloskan diri, aku percaya dalam jangka waktu itu aku masih mampu untuk menghindarkan diri dari pengejaran Shen Toa Cungcu, bila kita saling bertemu lagi dikemudian hari siapa menang siapa kalah saat ini masih susah untuk ditetapkan" Shen Bo Hoog tertawa dingin. "It-bun heng, kau terlalu percaya pada diri sendiri...baik! kukabulkan permintaanmu itu" "Haaah.... haaah.... haaaah," It-bun Han Too tertawa terbahak bahak, "dengan kedudukan dan nama besar Shen Toa Cungcu didunia persilatan, aku percaya engkau tidak akan mengingkari janji dari menjilat ludah sendiri lagi." Sementara pembicaraan masih berlangsung, cahaya sang surya telah menerobos masuk ke dalam ruangan itu, ternyata pintu gerbang istana terlarang telah terbuka. Shen Bok Hong mengepos tenaga dan segera meloncat keluar lebih dahulu. Serunya, "Aku akan membuka jalan!" Kim Hoa Hujin dengan iImu menyampaikan suara segera berbisik kepada Siauw Ling, "Saudara Siau baik baiklah berjaga diri bilamana perlu aku bisa pertaruhkan jiwaku untuk menolong engkau" Siauw Ling merasa amat terharu, dia ingin mengucapkn sepatah dua patah kata yang mengandung nada terima kasih, tetapi Hoa Hujin telah menyusul dibelakang Shen Bok Hong keluar dari istana terLarang. Orang ketiga yang menyusul keluar dari Istana terlarang adalah Tong Lo Thay-thay, dalam genggamannya dia masih tetap membawa toya siang ciang yang besar dan berat itu. Sementara itu tengah hari baru menjelang tiba, sang surya memancarkan sinarnya menerangi seluruh jagad. Tampaklah tiga sosok bayangan manusia meluncur keluar dari pintu istana dan melayang turun dari tebing curam itu. Sementara Siauw Ling hendak menyusul keluar. Tiba-tiba It-bun Han Too menghalangi jalan perginya sambil berkata, "Sia tayhiap, aku ada beberapa patah kata hendak dibicarakan dengan dirimu... apakah kau bersedia untuk mendengarkan" "Persoalan apa?" "Tahukah kau mengapa Shen Bok Hong berebut untuk meloncat keluar lebih dahulu dari istana terlarang?" Meskipun dalam hati pemuda itu agak paham, namun ia tetap berlagak pilon, ujarnya, "Aku tidak begitu paham...." "Dia hendak mengumpulkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk mengepung sekitar tebing ini, Siau tayhiap dengan disaku menggembol barang pusaka rasanya bukan suatu pekerjaan gampang untuk keluar dari tempat ini dalam keadaan selamat, aku rasa suatu pertempuran sengit tak dapat dihindarkan lagi" "Itukah alasannya kenapa sianseng serahkan kitab pusaka peninggalan dari Thio Hong itu kepadaku?" "Selama masih berada di dalam istana terlarang, terpaksa aku harus berdiri diantara Shen Bok Hong dengan dirimu, sebab hanya dengan cara inilah aku bisa mempertahankan keselamatan jiwaku" ujar It-bun Han Too dengan wajah serius. "Aku rasa tujuan yang sebenarnya dari sianseng adalah mengharapkan diriku melangsungkan suatu pertarungan yang amat Seru melawan Shen Bok Hong sedang engkau sendiri akan menjadi nelayan yang beruntung bukankah begitu?" "Meskipun tempo dulu aku mempunyai tujuan untuk berbuat begitu, lapi sekarang rencana tersebut sudah lewat, dewasa ini yang kita butuhkan adalah suatu kerja sama yang keras untuk bersama-sama menanggulangi krisis yang sedang kita hadapi bersama saat ini" Pek-li Peng mendengus dingin. "Hmmm..! kau licik dan perkataanmu tak bisa dipercaya. Bekerja sama dengan dirimu bukankah berarti pula berkawan dengan srigala?" jengeknya sinis. "Situasi yang sedang kita hadapi saat ini amat kritis dan Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo satu-satunya jalan untuk mengatasi bahaya tersebut adalah bekerja sama, ketahuilah meskipun ilmu silat yang kalian miliki sangat lihay, akan tetapi kalian cuma dua orang" "Darimana engkau bisa rahu kalau kami hanya dua orang saja?" kembali Pek-li Peng menukas. It-bun Han Too tertegun, kemudian ujarnya, "Meskipun kalian sudah siapkan jago lihay di sekitar tempat ini dan mereka akan segera menyongsong kemari setelah melihat tanda rahasia, tetapi jumlah orang orangmu masih belum bisa melampaui banyaknya jago dari pihak Shen Bok Hong. Aku sendiri walaupun dalam ilmu silat mungkin tak bisa membantu kalian berdua, tetapi dalam soal akal dan siasat rasanya ku masih dapat menyumbangkan tenaga" "Bukankah antara engkau dengan Shen Bok Hong telah melakukan perjanjian yang mana dia tak akan mencabut jiwamu di dalam tiga hari mendatang" aku rasa tiga hari adalah jangka waktu yang cukup lama bagimu untuk melarikan diri..." ujar Siauw Ling. It-bun Han Too segera tertawa hambar. "Kau anggap Shen Bok Hong bisa menepati janjinya" kau anggap iblis itu adalah seorang jago yang bisa dipercaya ucapannya" Siau-tayhiap, jika engkau mengijinkan aku untuk bekerja sama dengan kalian dalam menanggulangi situasi yang krisis ini, akupun bersedia utituk membagi rata kitab pusaka dari raja seruling itu secara merata!" "Kau toh sudah menghilangkan kunci wasiat milik toakoku, kitab pusaka ini telah diberikan kepada kami sebagai barang jaminan, kau kira dirimu masih punya hak untuk mendapatkan kembali kitab tadi?" omel Pek li Peng dengan cepat. It-bun Han Too tersenyum, perlahan-lahan dari sakunya dia ambil keluar anak kunci wasiat itu dan berkata kembali, "Tadi toh sudah kukatakan kalau anak kunci wasiat ini telah terjatuh di pintu istana terlarang. Nah, sekarang sudah kutemukan kembali harap Siau tayhiap suka memeriksa dengan seksama, benarkah kunci itu adalah kunci yang asli atau bukan" "Kunci itu toh selamanya berada dalam sakumu, kenapa kau bilang telah hilang?" "Siau tayhiap kita ada perjanjian dimuka aku rasa engkau tak akan mengingkari janji bukan?" Dengan teliti Siauw Ling periksa kunci wasiat tersebut. Setelah mengetahui bahwa kunci itu asli, ia segera menghela napas panjang, katanya "It-bun sianseng, bagaimana caranya kita miliki bersama kitab pusaka peninggalan dari Rasa Seruling Thio Hong ini?" "Kita membagi kitab pusaka ini jadi dua bagian, lalu dengan cara berunding kita tentukan siapa pemenangnya siapa menang dia pilih lebih dulu, bagaimana setuju bukan?" "Mulai kapan kita bagi kitab pusaka ini?" dari pertanyaan tersebut jelaslah sudah kaIau Siauw Ling telah bersedia untuk bekerja sama dengan It-bun Han Too. "Aku percaya dengan diri tayhiap. Soal membagi rata kitah pusaka itu aku rasa lebih baik dilakukan setelah kia berhasil pukul mundur Shen Bok Hong dan keluar dari tempat ini" Sambil menyingkir kesamping sambungnya, "Siau tayhiap boleh turun lebih dahulu tapi hati-hatilah.. jangan sampai kena diserang oleh mereka" "Terima kasih atas petunjukmu!" Sesudah mengepos tenaga ia loncat keluar dari pintu istana dan merambat turun dari dinding batu, sedikitpun tidak salah Shen Bok Hong dengan membawa para jago lihaynya telah menghadang di tempat itu. Siauw Ling memandang sekejap ke arah depan. Ia lihat di tempat itu kecuali terdapat Kim Hoa Hujin serta To Lo Thaythay sekarang terdapat pula Cin Can Liong, Kiam bun-sianging. yang terdiri dari pedang pengejar angin Pay Pek-li serta pedang tanpa bayangan Tam Tong, Kanglam su kongcu yang terdiri dari segulung angin Thio Peng, bunga lima racun Ong Kiam, salju bulan keenam Lie Poo serta rembulan di atas sungai Tio Kong. Kemunculan Kanglam Su kongcu yang berdiri dipihak Shen Bok Hong sangat mencengangkan hati Siauw Ling, ia sapu sekejap wajah keempat orang itu kemudian tegurnya dengan suara dingin, "Sungguh tak nyana duina ini amat sempit sehingga dimanapun kita harus bertemu muka, sampai-sampai disinipun kita kembali saling berjumpa" Empat kongcu dari wilayah Kanglam itu saling bertukar pandangan, sekejap kemudian menjawab, "Siau tayhiap, sejak perpisahan apakah engkau berada dalam keadaan baik baik?" Siauw Ling tidak menggubris keempat orang itu lagi, sambit menatap wajah Shen Bok Hong ujarnya dengan ketus, "Shen Toa Cungcu, kau dengan membawa begini banyak jago datang menghalangi jalan pergiku, tolong tanya apa maksudmu?" Shen Bok Hong tertawa ewa. "Sekarang kita semua toh sudah keluar dari Istana Terlarang, aku rasa perjanjian yang kita buat sewaktu masih berada di dalam Istana Terlarang sudah tidak berlaku lagi "Lalu apa maksud Shen Toa Cungcu?" Dalam pada itu Pek-li Peng serta It-bun Han Too telah merambat turun pula dari atas tebing curam. Dengan air muka serius dan kereng Shen Bok Hong menjawab. "Siauw Ling, aku dengan senang hati berharap akan kedatanganmu untuk mengunjungi perkampungan Pek Hoa Sanceng lagi. Persoalan dimasa silam tak nanti akan kuungkap kembali" "Maksudmu aku disuruh membantu engkau berbuat kejahatan dan merajai dunia persilatan?" "Apa salahnya kalau dunia persilatan berada di bawah kekuasaanku" ..." Shen Bok Hong balik bertanya. Siauw Ling mendengus dingin. "Sejak jaman dahulu kala hingga kini entah berapa banyak orang yang mempunyai ambisi untu merajai jagad, tapi belum pernah kudengar ada seorang manusiapun yang berhasil mencapai harapannya, Toa Cungcu tanganmu sudah penuh berlelepotan darah dosa dan kejahatan yang kau lakukan sudah bertumpuk tumpuk .....," "Tutup mulut!" bentak Shn Bok Hong. Siauw Ling tertawa dingin. ia tidak menggubris bentakan dari gembong iblis iu, dengan suara lantang sambungnya lebih jauh "Memandang di atas wajah kita pernah angkat saudara, asal engkau rela membubarkan kekuatanmu diperkampungan Pek Hoa Sanceng dan berjanji tak akan berbuat kejahatan lagi serta tobat dari dosa doamu aku orang she-Siau bersedia untuk tampi kedepan umum dari mewakili dirimu untuk memberi penjelasan kepada umat bu-lim, akupun bersedia untuk mendesakkan pengampunan bagi dosa dosamu yang lampau, sehingga tak ada orang yang mencari balas dengan dirimu lagi..." Shen Bok Hong menengadah dan tertawa seram, begitu keras suara tertawanya hingga menukas ucapan Siauw Ling yang belum selesai. "Aku sudah bosan mendengar ocehanmu itu!" bentaknya. "Bagus sekali, aku harap engkau suka berpikir dengan matang!" Shen Bok Hong tak malu disebut sebagai pemimpin dari suatu golongan kekuatan yang besar, hanya sebentar saja ia berhasil menguasai diri kembali, katanya "Siauw Ling saat ini engkau sudah terdesak di tempat yang terpencil dan bahaya, aku tak ingin ribut dengan engkau lagi dan lagi pula dengan kekuatanmu seorang tak nanti situasi dalam Bulim bisa kau rubah, Hmmm! orang she-Siau, ini hari kau sudah tak bisa keluar dari lembah ini lagi dalam keadaan selamat" Siauw Ling berpaling dan memandang sekejap ke arah Pekli Peng serta It-bun Han Too, melihat kedua orang itu sudah berada disamping kiri dan kanannya dalam keadaan bersiap siaga, Ia segera berkata. "Kalau berbicara tentang kekuatan yang dimiliki Shen Toa Cungcu saat ini, aku rasa belum tentu kekuatan ini jauh lebih ampuh daripada kekuatan Cungcu sewaktu terjadi pertempuran sengit diperkampungan Pek Hoa Sanceng tempo dulu" "Tempo hari sengaja kulepaskan dirimu dari ancaman maut karena aku merasa sayang sekali terhadap dirimu itu, aku berharap suatu saat engkau dapat melihat jelas keadaan dari Bu-lim dan balik kembali ke dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng. Orang lain mungkin tak tahu duduk perkaranya tapi aku percaya engkau tahu jelas akan hal ini. Kaupun tahu bahwa sebagian besar partai persilatan dalam dunia telah jatuh di bawah cengkeramanku, bila saatnya telah tiba dan aku beri komando maka dalam sekejap mata semua kekuatan dijagad akan musnah dan terjatuh ketanganku" "Sayang situasi pada saat ini telah berubah" jengek Siauw Ling dengan suara dingin, partai-partai persilatan telah mulai sadar akan bahaya yang mengancam dan bersiap sedia, siapa tahu kalau penghianat-penghianat dalam partai yang berpihak kepadamu sudah berada di bawah pengawasan para jago lihay dari partai pensilatan itu sendiri?" "Benarkah begitu tentu saja Siauw Ling tak tahu, tetapi Ia tahu menghadapi situasi yang amat kritis seperti ini, makin banyak akal yang dipergunakan makin menguntungkan posisinya, maka pemuda itu berusaha untuk menggempur semangat tempur lawan dengan kata-kata. Terlihatlah Shen Bok Hong tertegun dan berdiri, termangumangu sesudah mendengar perkataan itu, rupanya ucapan tersebut dirasakan sebagai suatu pukulan yang berat bagi gembong iblis itu. Beberapa saat kemudian serunya. "AsaL usul petugas yang kuutus untuk menyusup ketubuh partai persilatan amat rahasia dan tidak diketahui oleh siapapun, ia pula kedudukan mereka dalam partai amat tinggi, darimana mereka bisa tahu akan rahasiaku itu?" "Bagus sekali.... pikir Siauw Ling di dalam hati. rupanya dia menganggap perkataanku sungguhan dan persoalan ini telah mempengruhi l jiwanya..." Berpikir demikian ia lantas berkata lagi. "Aku toh mengetahui rahasiamu itu, masa orang-orang dari partai persilatan tak bisa tahu!" "Oooh...jadi rupanya kau sudah mengambil keputusan untuk memusuhi diriku, bahkan tak akan benubah pendirian lagi?" bentak Shen Bok Hong ketus. "Kecuali kalau engkau suka mendengarkan nasehatku...." "Siauw Ling", ujar Shen Bok Hong dengan alis berkerut, "selama ini dantara kita selalu tidak terdapat kesempatan untuk melangsungkan pertarungan sengit, aku lihat ini hari terpaksa aku harus mengukur sampai dimanakah kelihayaanmu itu" Dari situasi yang menyelimuti itu Siauw Ling sendiripun tahu kalau pertempuran tak dapat dihindari lagi, tentu saja Ia tak mau tunjukkan kelemahan sendiri, sambil mengepos tenaga katanya. "Mari, setiap saat aku akan melayani tantanganmu itu!" Ketika itulah tiba-tiba It-bun Han Too maju dua langkah kedepan, sambil memberi hormat katanya. Shen Toa Cungcu, ketika masih berada di dalam Istana Terlarang tadi bukankah kau sudah berjanji kepadaku untuk melepaskan aku dalam keadaan hidup, apakah janjimu itu masih berlaku atau tidak?" "Kurang ajar....rupanya orang ini bendak melarikan diri, maki Kim Hoa Hujin dalam hati, aku tidak boleh membiarkan keinginannya itu terkabul....." Dengan suara keras segera serunya, "It-bun sianseng, apakah kau ingin berlalu dari sini" "Apakah hujin dapat memberi keputusan?" It-bun Han Too balik bentanya setelah mendehem sebentar. "Aku tak dapat mengambil keputusan untuk melepaskan dirimu, tapi aku dapat mengambil keputusan untuk menahan dirimu disini Ia bereskan rambutnya yang kusut dari melanjutkan, "Silahkan engkau pilih arah mana yang kau tuju, dan cobalah untuk melarikan diri dari sini!" Rupanya pda saat itu para jago yang dibawa Shen Bok Kong telah mengatur barisan dengan bentuk setengah lingkaran.. kecuali tebing curam diarah belakang empat penjuru telah dijaga oleh jago lihay, kecuali menerjang keluar dengan menggunakan kekerasan tak mungkin bagi ketiga orang itu lolos dengan aman. Diam diam It-bun Han Too mempertimbangkan kekuatan dari kedua belah pihak, Ia sadar andaikata betul betul terjadi pertempuran maka pihak Siauw Ling tentu akan mengalami kekalahan total, dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Shen Bok Kong belum tentu Siauw Ling mampu menghadapinya, sedang nona yang berada di samping pemuda itu kendati punya ilmu silat yang Lihay, akan tetapi ia masih belum mampu menghadapi kerubutan dari Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay apalagi di situ masih ada Cin Cau Liong sekalian jago jago lihay. Satu satunya kesempatan bagi Siauw Ling untuk melarikan diri adalah bilamana Kim Hoa Hujin serta Tong Loo-thay thay mendadak berubah tujuan dan membantu pemuda itu, dengan tenaga bantuan yang lebih besarlah situasi tersebut barulah dapat ditolong. Ia pernah menjadi tamu terhormat di dalam perkampngan Pek Hoa Sanceng dan paham pula dengan keadaan perkampngan tersebut, meskipun para jago lihay yang dibawa Shen Bok Hong kali ini termasuk tokoh tokoh yang luar biasa akan tetapi mereka masih belum termasuk kekuatan inti dari perkampungan Pek Hoa Sanceng, diantara beberapa orang itu hanya Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay lah yang memiliki kepandaian silat paling tinggi. Setelah mempertimbangkan kekuatan dari kedua belah pihak, maka dalam hatipun It-bun Han Too segera mengambil kesimpulan. Ia merasa sekalipun pihak Siauw Ling agak terdesak dan lebih banyak kalah dari menangnya, tetapi bergabung dengan pemuda itu berarti masih ada kesempatan hidup baginya. andaikata Ia harus menerjang keluar seorang diri, bukan saja sama sekali tiada harapan untuk hidup bahkan sudah jelas pertama-tama dialah yang bakal mati konyol lebih Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dahulu. Berpikir sampai disitu dia lantas berkata, "Shen Toa Cungcu harap engkau suka memberikan penjelasanmu" Shen Bok Hong menengadah dan tertawa terbahak bahak. "Haaah...haaah... baaah....It-bun heng, kalau engkau ingin pergi silahkan berangkat, aku tak akan menghalangi kepergianmu itu!" It-bun Han Too segera tertawa dingin. "Shen Toa Cungcu pribadi mungkin tak akan menghalangi diriku, bagaimana kalau orang lain yang menghadang jalan pergiku" apakah Shen Toa Cungcu mengijinkan?" "Kim Hoa Hujin datang dari wilayah Biau ia bukan anggota perkampungan Pek Hoa Sanceng kami, lagipula diantara kalian toh pernah terikat dendam pribadi, tentu saja aku tak dapat ikut campur di dalam urusannya" "Haaah...haaah...haaah... kalau Shen toa.. Cungcu ingin mengingkari janjimu yang dulu, katakan saja secara terus terang dari tak usah berliku liku dengan menggunakan pelbagai macam cara, apakah engkau tidak merasa caramu itu kurang jujur?" "It-bun heng" kata Shen Bok Kong pula sambil tertawa bambar," selamanya engkau banyak akal dan licik sekali, ketika aku sudah keluar dari istana terlarang bukankah kau dengan Siauw Ling masih berada disitu beberapa saat, siapa tahu kalau engkau sudah merencanakan siasat apa untuk menghadapi diriku" jika kulepaskan engkau pergi dan kau carikan bala bantuan bagi Siauw Ling, bukankah tindakanku ini ibaratnya melepaskan harimau keluar dari sangkar" untuk tetap menepati janji aku toh sudak bersedia tak akan turun tangan sendiri, itu berarti aku tetah memberikan kebebasan yang besar kepadamu" "Shen Toa Cungcu tak usah berputar lingkaran untuk mengutarakan maksud hatimu kalau aku tetap berada disini paling sedikit bagi Siauw Ling diriku ini merupakan suatu tenaga pembantu yang berarti...." "Bagus sekali... bukankah kau serta kawan kawan Bu-lim pada menghormati Siauw Ling sebagai seorang pendekar besar" kalian bisa mati jadi satu, buat kau It-bun Han Too rasanya peristiwa ini merupakan suatu kejadian yang patut dibanggakan!" It-bun Han Too mendengus dingin, tangan kanannya merogoh ke dalam saku dan ambil keluar pedang pendek yang diperoleh sewaktu berada di dalam Istana terlarang itu, katanya "Dengan ilmu silat yang kumiliki, tidak pantas kalau pedang mustika semacam ini dipengunakan oleh ku!" Ia mundur dua langkah ke belakang dari angsurkan pedang pendek itu ketangan Siauw Ling katanya "Siau tayhiap, ilmu pedangmu sangat lihay dari melebihi orang lain, silahkan engkau terima pedang ini!" "Orang ini didesak keadaan untuk berbuat demikian pikir Siauw Ling di dalam hati, sedang akupun sedang bersiap siap untuk menghadapi pertarungan sengit, rasanya aku tak pantas untuk menerima pemberiannya itu seolah-olah atas balas jasa sebagai perlindungan yang kuberikan kepadanya... toh dengan kehadirannya disini berarti bantuan bagiku..." Karena berpikir demikian. untuk beberapa saat lamanya pemuda itu jadi sangsi dan tidak menerima angsuran pedangnya itu. It-bun Han Too adalah seorang jago kawakan yang banyak pengalaman. Dari sikap Siauw Ling yang ragu-ragu dengan cepat ia dapat meraba apa yang sedang dipikirkan pemuda itu. Sambil tertawa hambar segera katanya. "Sejak pertama kali tadi aku sudah tahu kalau Shen Toa Cungcu tak akan menepati janjinya, karena itu barusan dia kupaksa untuk buka suara dan menghapus janjinya sendiri, perduli apakah kita bisa lolos dari lembah ini atau tidak, masalah tersebut tentu akan tersiar di dalam dunia persilatan!" "Perlahan-lahan Siauw Ling menerima angsuran pedang pendek itu, katanya, "Terima kasih It-bun Sian seng, asal aku tidak mati pedang ini tentu akan kukembalikan kepadamu" "Tak usah kau kembalikan, seru It-bun Han Too sambil menggeleng, aku tak terbiasa menggunakan pedang, anggap saja pedang pendek tersebut sebagai hadiah dariku untuk Siau tayhiap?" Tanpa melakukan sesuatu aku tak bisa menerima pahala, darimana aku bisa menerima hadiahmu itu?" "Pedang mustika untuk pendekar, pupur merah untuk wanita cantik, pedang yang tajam justru cocok bagi Siau tayhiap" Siauw Ling masih ingin menampik, akan tetapi Pek-Li Pong yang berada disampingnya telah berseru. "Kalau memang begitu, biarlah aku mewakili toako untuk mengucapkan benyak terima kasih kepadamu" Habis berkata ia segera menjura dalam-dalam. "Entah siapakah budak cilik ini" batin It-bun Han Too dalam hati, rupanya dia merupakan seorang manusia yang sulit untuk dihadapi" Meskipun dalam hati Ia merasa amat jengkel karena pemberian pedang mustikanya sama sekali tidak disambut sebagaimana mestinya, tapi diluaran ia bersikap seolah olah tak pernah terjadi sesuatu apapun. "Nona bicara terlalu serius...." serunya berulang kali. Sementara itu Shen Bok Hong merasa agak keder setelah menyaksikan Siauw Ling mencekal sebilah pedang pendek yang tajam sekali. Sejak terjadi bentrokan-bentrokan kecil dengan pemuda itu selama beberapa bulan terakhir, ia merasa ilmu silat yang dimiliki Siauw Ling kian lama kian hebat dan kian merupakan satu teka teki baginya. apalagi setelah melihat pemuda itu mendapat senjata tajam membuat keadaannya ibarat harimau tumbuh sayap. Ia semakin keder lagi. Walaupun begitu diluar ia tetap berlagak tenang dan seolah olah sama sekali tidak gentar. Menanti Siauw Ling sudah menerima pedang pendek itu, ia baru berkata dengan suara dingin, "Siau tayhiap sudah siap?" "Sudah siap, sekarang Shen Toa Cungcu boleh turun tangan!" Shen Bok Hong turun tangan serdiri dia berpaling ke arah Kiam-bun Siang ing lalu berkata. Setiap hari kalian berdua selalu melatih ilmu pedang, aku rasa sudah sepantasnya kalau kalian minta petunjuk tentang ilmu pedang dari Siau tayhiap.. Nah babak yang pertama ini kalian yang harus turun tangan!" Walaupun Kiam bun Siang ing gentar dan takut menghadapi Siauw Ling, tepapi mereka tak berani membangkang perintah Shen Bok Hong, setelah bertukar pandangan sekejap dengan pedang tersoren segera maju kedepan. Dalam hati mereka tahu, kalau harus turun tangan satu demi satu niscaya mereka bakal mati konyol sebaliknya kalau maju berbareng mungkin masih bisa bertahan beberapa jurus, apalagi jumlah kekuatan yang dibawa Shen Bok Hong tidak seberapa banyak. Siapa tahu disaat yang kritis mereka bakal dibantu oleh gembong iblis tersebut. Ditengah kegentaran muncul pula beberapa bagian pengharapan, dengan jatung berdebar mereka segera terjun ke dalam gelanggang. Sementara itu It-bun Han Too telah membuat rancangan dari situasi yang dihadapinya saat ini, ia beranggapan pertarungan antara Shen Bok Hong dengan Siauw Ling merupakan kunci terutama dari posisi mereka, andaikata pemuda itu tidak beruntung dan mati di tangan gembong iblis tersebut, maka pertempuran pun tak perlu dilanjutkan lagi, ia serta nona itu hanya berusaha untuk melakukan bunuh diri. Sebaliknya kalau Siauw Ling yang beruntung dan berhasil merebut kemenangan maka yang sisanya tak usah ditakuti lagi. meskipun jumlah pihak lawan tidak sedikit akan tetapi kunci yang penting justru terletak pada pertarungan babak pertama. Siapa tahu Shen Bok Hong tidak turun tangan sendiri sebaliknya malah mengutus Kiam bun Siang-ing untuk turun gelanggang lebih dahuhu hal ini jelas menunjukkan kalau pihak lawan hendak melangsungkan pertarungan secara bergilir untuk menghabiskan tenaga Siauw Ling lebih dahulu, kemudian Shen Bok Hong baru menggunakan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk membinasakan pemuda itu. Dengan suara keras ia berteriak, "Shen Toa Cungcu apakah engkau hendak bertempur dengan cara bergilir".." Shen Bok Hong tertawa hambar. "Pertarungan ini mempengaruhi mati hidup kita semua, perduli amat cara apa yang hendak kupergunakan" Pek-li Peng segera meletakkan kotak kayu dalam pangkuannya ke atas tanah, kemudian berkelebat kemuka dan menghadang di depan Siauw Ling. Sambil memandang sekejap ke arah Kiam bunn Siang Ing serunya. "Jika kalian berdua ingin turun tangan melawan toakoku, lebih baik menangkan dahulu diriku!" Terhadap Siauw Ling boleh dibilang Kiam bun Siang ing merasa jeri dari takut sekali, ketika melihat ada orang yang menggantikn pemuda itu mereka jadi girang, pedang pengejar angin Pay Pek-li sambil ayun pedang ditangannya segera berseru. "Nona, sebutkan dahulu siapa namamu" "Kita sedang berkelahi bukan mengikat tali persahabatan, kenapa musti sebutkan namaku?" "Nona kalau engkau mau turun tangani harap segera loloskan senjata tajammu!" seru pedang tanpa bayangan Tam Tong pula. "Bukankah kalian berdua telah mengirimkan senjata bagiku?" Sambil menjengek gadis itu menyapu sekejap pedang panjang di tangan kedua orang itu. Pay Pek lie segera tertawa dingin. "Heeeh....heeeh.. . kalau memang nona tak ingin hidup, kamipun tak akan banyak bicara lagi..." Tangan kanannya tiba menekan ke bawah pedang panjang dengan disertai cahaya putih yang berkilauan langsung membabat tubuh gadis she Pek li itu. It-bun Han Too kuatir sekali bagi keselamatan Pek-li Peng ketika dilihatnya gadis itu sangat gegabah dan melayani musuhnya dengan tangan kosong, pikirnya, "Budak ingusan itu benar-benar tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi, ilmu pedang dari Kiam bun siang ing terkenal akan keganasan serta kecepatannya, masa budak itu mampu menghadapi serangan-serangannya dengan tangan kosong" Huuuh...rupanya dia ingin cari kematian buat diri sendiri." Sementara dia masih menguatirkan bagi keselamatan Pek-li Peng, mendadak gadis itu menggerakan tubuhnya dan tahu tahu lenyap dari pandangan. Setelah bacokan pedangnya mengenai sasaran kosong, Pay Pek li baru badar bahwa ia telah bertemu dengan musuh tangguh, sebelum tubuhnya sempat meloncat mundur ke belakang mendadak pergelangan kanannya terasa jadi kaku, lima jarinya mengendor dan pedangnya segera terlepas dari genggaman. Ketika ia periksa lengan sendiri, terlihatlah tepat di atas pengelangan kanan menancaplah sebuah jarum kecil yang memancarkan cahaya berkilauan. Rupanya Pek-li Peng telah meloloskan diri dari bacokan lawan dengan suatu gerakan yang cepat dan aneh, disaat Pay Pek-li masih berdiri dengan hati tertegun dan gelagapan, pada saat itulah, jarum kecilnya ditimpuk keluar dan lepas menghajar dipergelangan kanannya. Semua kejadian berlangsung dalam waktu singkat ketika pedang Pay Pek-li terlepas dari genggaman, laksana kilat Pekli Peng telah menggerakkan tangan kanannya menyambut pedang mustika yang terlepas dari genggaman itu. Pada saat itulah pedang tanpa bayangan Tam Tong telah menggerakkan tangan kanannya, cahaya pedang berkilauan dan langsung menusuk tubuh gadis she Pek li Itu. Disaat Pek-li Peng menyambut pedang Pay Pek li pada saat itulah babatan pedang Tam Tong telah meluncur tiba. It-bun Han Too sama sekali tidak menyangka kalian kepandaian silat yang dimiliki Pek-li Peng amat lihay, hanya dalam sekali gebrakan Pay Pek li telah dipaksa melepaskan pedangnya, meskipun keberhasilannya didasarkan pada permainan setan akan tetapi kecerdasan, kecepatan gerak serta kesempurnaan ilmu silatnya benar-benar mengagumkan sekali. "Sungguh lihay budak ini..." pujinya di dalam hati. Kemenangan yang berhasil diraih Pek-li Peng tanpa sadar telah mempengaruhi pula semangat dari It-bun Han Too, rasa was was dan kuatir yang semula masih menyelimuti hatinya kini sudah tersapu bersih dari dalam benaknya dalam pada itu Pek-li Peng tidak sempat menggerakkan pedangnya untuk menangkis datangnya bacokan pedang dari pedang tanpa bayangan Tam Tong, disaat yang krisis dan berbahaya, ia segera berjumpalitan diudara...dengan suatu gerakan yang manis gadis itu berhasil meloloskan diri dari ancaman lawan. Ketika itulah Pay Pek li telah meloncat mundur tujuh depa dari gelanggang pertarungan. Dia sebagai seorang jago yang punya nama besar dalam dunia persilatan harus menelan kekalahan hanya di dalam segebrakan saja di tangan seorang gadis, peristiwa ini amat menyedihkan hatinya, dengan wajah yang lesu dia cabut keluar jarum racun yang mengeram di atas pengelangannya lalu berdiri dengan kepala menunduk. Dalam pada itu pedang tanpa bayangan Tam Tong telah melangsungkan pertarungan yang seru melawan Pek-li Peng, mereka saling tusuk menusuk bacok membacok dengan serunya membuat suasana jadi tegang dan penuh diliputi hawa membunuh. Shen B0k Hong melirik sekejap situasi ditengah gelanggang, kemudian sambil menghampiri Pay Pek- li tegurnya, "Apakah di atas jarum mengandung racun?" Pay Pek-li tidak menjawab ia hanya angkat pergelangan kanannya, dimana warna hitam gelap telah menyelimuti Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo disekeliling mulut luka tersebut, seluruh lengan kanannya telah membengkak besar sekali. Terdengar Pek-li Peng yang sedang bertempur melawan Tam Tong berteriak keras, "Jarum itu! mengandung racun yang amat jahat, dalam satu jam mendatang kalau tidak dapat pengobatan maka kadar racun akan menyerang ke dalam jantung hingga menyebabkan kematian, kecuali obat penawar khusus bikinanku sendiri di kolong langit tak ada orang lain yang bisa dipengunakan untuk memusnahkan racun itu" Menggunakan kesempatan dikala gadis itu sedang berteriak, Pedang tanpa bayangan Tam Tong memperhebat serangannya dengan mengirim tiga buah tusukan berantai, memaksa Pek-li Peng terdesak mundur dua langkah ke belakang. Tetapi Pek-li Peng dengan cepat menunjukan kelihayannya pula, empat buah serangan berantai yang maha dahsyat memaksa Tam Tong terdesak balik ke tempat semula. "Hmmm" Shen Bok Hong mendengus dingin, "Nona, apakah kau tidak merasa perkataanmu itu terlalu takabur?" Ia merogoh sakunya dari ambil keluar Sebuah botol perselen, dari botol itu dan ambil keluar dua biji obat lalu diangsurkan ke tangan Pay Pek li sambil katanya, Coba kau telan lebih dahulu dua biji obat ini, kita lihat bagaimana reaksinya!" Pay Pek-li tertawa getir, dia terima pil tersebut kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun segera dimasukkan ke dalam mulut. "Hmm...kau tak usah membuang tenaga dengan percuma seru Pek-li Peng kembali, kecuali obat pemunah dari keluarga kami, di kolong langit tak ada obat lain yang mampu memunahkan racun jarum tersebut" "Jika perkataan nona tidak salah, aku bisa menangkap nona hidup-hidup dan memaksa engkau untuk serahkan obat pemunahnya" "Kalau kita benar-benar bertempur, belum tentu kau yang menang, siapa menang siapa yang kalah masih merupakan suatu tanda tanya besar" "Takabur sekali ucapanmu itu...." seru Shen Bok Hong, ia segera melangkah main kedepan. Dengan cepat Siauw Ling maju pula dua langkah kedepan, tantangnya, "Shen Toa Cungcu, kau ingin berkelahi?" mari.... akan kulayani dirimu!...." Shen Bo Hong tidak menggubris perkataan pemuda itu, tiba-tiba ia berpaling ke arah Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay katanya, "Kepandaian silat yang dimiliki Siauw Ling sangat lihay, diapun memiliki pedang pusaka, kalian berdua hadapi orang itu sedang aku hendak menangkap budak itu untuk memaksa dia serahkan obat penawar!" It-bun Han Too yang mendengar perkataan itu diam-diam tertawa dingin, Ia tahu Shen Bok Hong adalah manusia licik, sengaja menghindari pertarungan langsung dengan Siauw Ling sebaliknya suruh Kim Hoa Hujin dan Tong Lo Thay-thay untuk maju lebih dahulu tujuannya bukan lain adalah untuk menguras tenaga pemuda itu lebih dahulu sementara itu ia akan menaklukan Pek-li Peng dengan gerakan cepat kemudian baru menghadapi pemuda itu. Karena merasa situasinya kian lama kian bertambah kritis, diam-diam ia segera menghimpunn tenaga untuk bersiap sedia, asal keadaan tidak menguntungkan maka dia akan ikut terjun ke dalam gelanggang. Suasana hening beberapa saat lamanya... akan tetapi Kim Hoa hujin serta Tong to thay thay masih tetap berdiri di tempat semula tak seorangpun diantara mereka berdua yang menunjukkan tanda kalau mereka siap untuk melangsungkan pertempuran melawan pemuda itu. Sebenarnya Shen Bok Hong telah berjalan menuju ke arah Pek-li Peng, tetapi ketika menyaksikan Tong Lo Thay-thay serta Kim Hoa Hujin masih tetap berdiri di tempat semula, ia segera berhenti tertawa hambar. Kepada Kim Hoa Hujin segera tegurnya, Hujin, sudah kau dengar perkataanku" "Sudah!" jawab Kim Hoa Hujin sambil ambiL keluar ular Pek Siau jinya dari dalam Saku. Shen Bok Hong segera berpaling ke arah Tong Lo Thaythay dan tegurnya pula. "Tong Lo Thay-thay, kau juga sudah mendengar?" "Aku sudah mendengar" "Kalau kamu berdua sudah mendengar, mengapa masih tetap berdiri di tempat semula?" Diam-diam It-bun Han Too merasa girang menyaksikan situasi itu, pikirnya di dalam hati, "Andaikata ketiga orang ini bentrok lebih dahulu sehingga saling menyerang, maka situasi pasti akan mengalami perubaban besar waktu itu siapa yang bakal merebut kemenangan masih sukar untuk diduga." Haruslah diketahui, dengan kepandaian yang dimiliki Kim Hoa Hujin serta mahluk berbisa yang dimilikinya andaikata terjadi pertarungan, maka binatang binatang beracunnya tentu akan melukai musuh dengan hebat, sebaliknya Tong Lo Thay-thay adalah ketua dari penguruan keluarga Tong dipropinsi Su cuan, dengan ilmu senjata rahasianya yang lihay serangan serangannya merupakan ancaman besar. Apalagi jika dua orang tokoh sakti ini bekerja sama...keadaan tentu semakin hebat lagi. Terdengar Kim Hoa Hujin berkata kembali, "Keadaan yang terLihat pada saat ini sudah tertera amat jelas. Shen Toa Cungcu telah menaruh curiga terhadap diriku dan Tong Lo Thay-thay, meskipun kami berhasil membinasakan Siauw Ling belum tentu rasa curiga Toa Cungcu terhadap kami terhapus dengan begitu saja, atau dengan perkataan lain setelah kematian dari Siauw Ling maka akan tibalab giliran kami untuk mati.." Shen Bok Hong mendongak dan tertawa keras, tukasnya "Hujin kau terlalu banyak curiga dan pandai memikirkan hal yang bukan-bukan, bukan saja ilmu silat yang kalian miliki sangat lihay bahkan mempunyai pula ilmu simpanan yang luar biasa, dikemudian hari aku masih membutuhan kalian berdua, sudah tentu tak mungkin kucelakai jiwa kalian berdua" Sementara pembicaraan masih berlangsung Pek-li Peng yang berada ditengah gelanggang telah membentak keras, "Lepas tangan!" Bersamaan dengan menggeletarnya suara bentakan itu, pedang tanpa bayangan Tam Tong mengeluh dan pedangnya teelepas dari cekalannya. "Peng ji, jangan melukai orang." bentak Siauw Ling dengan cepat. Setelah memukul rontok pedang Tam Tong dari cekalan, sebenarnya Pek-li Peng akan meneruskan babatan pedangnya untuk mengutungi lengan kanan orang she Tam tersebut. Tetapi setelah mendengar bentakan dari Siauw Ling dengan cepat ia tarik kembali pedangnya sambil meloncat balik kesisi tubuh pemuda itu. Siauw Ling tersenyum, kepada gadis itu ujarnya "Peng-ji, berilah sebutir pil pemunah untuk saudara Pay yang terluka itu. Mula-mula Pek-li Peng tertegun, kemudian sambil tertawa jawabnya "Perkataan toako tentu tak bakal salah lagi...." Dia ambil keluar sebutir pil pemunah dan segera diberikan kepada pedang pengejar angin Pay Pek-li. Meskipun orang she Pay itu sudah menelan pil pemunah pemberian dari Shen Bok Hong, akan tetapi berhubung obat itu tidak dipergunakan pada tempat yang benar maka sama sekali tidak mendatangkan kemanjuran apapun, waktu itu dia sudah merasakan kadar racun yang mengeram dalam tubuhnya perlahan-lahan menjaLar naik ke atas badan. Ketika pil pemunah itu diangsurkan kehadapannya, tanpa terasa ia sambut obat itu dan segera dimasukan ke dalam mulut. Ar muka Shen Bok Hong berubah hebat ketika menyaksikan Pay Pek-li manyambut obat pemunah itu, tetapi sebagai seorang manusia yang berakal panjang, ia tahu situasi yang dihadapinya saat ini amat keritis bila ia salah bertindak, maka keadaan akan mengalami perubahan besar bahkan kemungkinan besar ia akan terdesak hebat, maka sambil meuggigit bibir ia pura-pura tidak melihat. Terdengar Kim Hoa Hujin tertawa terkekeh-kekeh, lalu berseru "Shen Toa Cungcu benarkah engkau masih mempercayai diriku?" kalau masih percaya harap kau suka mengabulkan satu permintaanku" Shen Bok Hong sudah menilai situasi pada saat itu, ia tahu andaikata Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay memberontak, maka ia dari posisi yang kuat akan berubah jadi lemah, sambil menahan rasa mendongkol dihati gembong iblis itu tertawa. "Apa yang hujin inginkan?" tanyanya. "Setiap orang yang berada di dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng, kecuali ji Cungcu Ciu Cau Liong boleh dibilang semuanya telah kau cekoki racun yang amat keji. aku telah jual nyawa bagimu bahkan siap bercindak sebagai pelopor dalam menghadapi setiap pertempuran sengit, andaikata aku tidak beruntung dan mati hal ini harus salahkan kepandaianku yang terlalu cetek, tetapi kalau aku harus mati karena racun yang Cungcu berikan kepadaku....kematian tersebut boleh dibilang kematian yang paling mengenaskan, apalagi setiap sepuluh hari kami harus minta obat penawar dari Cungcu untuk memperpanjang jiwa kami, pekerjaan ini terlalu merepotkan sekali. Karenanya bila Toa Cungcu mau percaya dengan kami, berdua, harap engkau suka membebaskan lebih dahulu racun keji yang mengeram dalam tubuhku serta tu buh Tong Loo-hujin" Siauw Ling sendiri sudah menyadari kalau posisinya amat lemah dan andaikata benar-benar terjadi pertempuran kekalahan Lebih banyak diraih daripada kemenangan apalagi is sendiripun belum tahu apa maksud dan tujuan dari Kim Hoa hujin serta Tong Lo Thay-thay, sementara ia sedang gelisah mendadak situasi mengalami perubahan kembali, karena menguntungkan pihaknya maka pemuda itupun dengan sabar diri tetap berdiri dengan mulut membungkam. Terdengar Shen Bok Hong tertawa terbahak bahak, laLu berkata, "Hujin, kalau memang kau punya keinginan seperti itu, mengapa tidak kau katakan sedari tadi?" "Kalau aku ajukan permintaan ini sedari dulu, mungkin mayatku saat ini sudah dingin dan tinggal tulang kerangka saja "Hujin, kau memilih saat dan keadaan seperti ini baru utarakan maksud hatimu, apakah tujuanmu hendak paksa aku orang she Shen untuk menuruti kehendakmu itu?" "Aku rasa Saat yang semacam ini merupakan saat yang terbaik untuk mengajukan permintaan itu" jawab Kim Hoa Hujin sambil tertawa, " bila kesempatan sebaik ini kubuang dengan begitu saja, belum tentu dikemudian hari aku bisa mendapatkan peluang lagi. Shen Bok Hong tidak bicara, setelah termenung sebentar dia berpaling ke arah Tong Loo-thay thay dan menegur "Bagaimana dengan Tong Loo hujin!" "Aku mempunyai perasaan yang sama!" "Haaah...haaah...haaah... sekalipun aku ingin sekali mengabulkan permintaan tapi Sayang situasi tidak mengijinkan diriku untuk berbuat demikian" "Kenapa tanya Tong Lo Thay-thay, "bukankah obat penawar itu selalu berada di dalam saku Shen Toa Cungcu?" "Memang benar aku selalu menggembol obat pemunah, akan tetapi setiap butir obat pemunah itu hanya bertahan selama sepuluh hari, tak mungkin racun yang mengeram di tubuh kalian mampu kulenyapkan sama sekali" kata Shen Bok Hong. "Jadi kalau begitu selama hidup kita harus mengikuti Shen Toa Cungcu terus menerus, sepuluh hari berpisah berarti jiwa kami akan lenyap?" sela Kim Hoa Hujin. Shen Bok Hong tersenyum. "Tetntu saja ada cara lain yang dapat melenyapkan rscun dalam tubuh kalian cuma..." "Kalau memang begitu mengapa tidak kau lenyapkan racun yang mengeram dalam tubuh kami itu?" "Untuk melenyapkan macun yang mengeram di tubuh kalian, aku harus melakukan suatu pekerjaan besar, pertama tama jalan darah kalian musti ditusuk dahulu dengan jarum emas kemudian diberi obat dan memaksa sisa racun yang mengeram dalam isi perut kalian terdesak keluar. Untuk menyeleseaikan kesemuanya itu aku membutuhkan waktu selama dua jam. Coba bayangkanlah disaat dan keadaan seperti ini mana aku punya waktu" Hoa Hujin segera tertawa terkekeh kekeh. Haaah...haaah.....haaah...jadi kalau begitu kami sudah pasti akan mati" serunya. "Kalian tak usah kuatir, aku berjanji setelah kejadian hari ini, racun yang mengeram di tubuh kalian berdua tentu akan kuobati hingga bersih", seru Shen Bok Hong dengan wajah serius. "Aku tidak percaya!" teriak Kim Hoa Hujin sambil gelengkan kepalanya. Tong Lo-thay they yang selama ini membungkam terus, tiba-tiba alihkan tongkat kepala burung hongnya ketangan kiri, tangan kanan dengan cepat merogoh ke dalam saku untuk memakai sarung tangan, kemudian sambil menggenggam segenggam pasir racun serunya, "Shen toaungcu tahukah engkau ilmu kepandaian apakah yang paling diandalkan keluanga Tong kami"," "Semua orang di kolong langit tahu kalau kepandaian keluanga Tong yang terutama adalah ilmu melepaskan senjata rahasia" Tong Lo Thay-thay gelengkan kepalanya. "Kalau dibilang benar maka tebakan dariShen Toa Cungcu hanya bisa dikatakan benar separuh, yang paling penting kepandaian paling dahsyat dari keluarga Tong adalah dalam sekali turun tangan tujuh macam senjata rahasia beracun bisa dipergunakan sekaligus, keluanga Tong suka menggunakan racun tak nyana aku sebagai ketua dari penguruan keluarga Tong harus sengsara karena racun keji dari Shen Toa Cungcu.... yaah boleh dibilang mungkin inilah Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ganjaran bagi kami sekeluarga. ---oo0dw0oo--- Jilid 9 Shen Bok Hong memutar biji matanya memandang sekeliling tempat itu, dia tahu Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay sudah menunjukkan sikapnya untuk memberontak, bahkan kedua orang itu telah siap sedia melancarkan serangan. Hal ini membuat gembong iblis tersebut agak gelagapan juga dibuatnya. Ia tak menyangka kalau musuh belum berhasil dibekuk diantara kekuatan mereka sendiri terjadi perpecahan. Tentu saja ia tak sudi untuk tunduk kepala dan takluk kepada mereka berdua. Shen Bok Hong yang cerdik tak urung dibikin tak berdaya juga menghadapi keadaan seperti itu, untuk sesaat ia tak dapat menemukan cara yang paling baik untuk menghadapi keadaan tersebut, dengan termangu-mangu gembong iblis itu cuma bisa berdiri menjublak belaka. Sementara itu It-bun Han Too jadi girang sekali ketika menyaksikan perubahan situasi menguntungkan diri mereka, ia takut Siauw Ling banyak bicara hingga merusak suasana tersebut, buru-buru dengan suara berbisik serunya, "Siau tayhiap, banyak kejadian aneh seringkali terjadi dalam dunia persilatan. Kadang kala waktu menghadapi keadaan yang aneh orang harus pandai kecerdikannya, aku harap engkau suka berdiam diri!" Siauw Ling berpaling memandang sekejap ke arah orang she It-bun tersebut, mulutnya tetap membungkam. Sementara itu dengan suara yang serak dan tua Shen Bok Hong berseru, "Benarkah kalian berdua akan menghianati perkampungan Pek Hoa Sanceng?" "Daripada kita nanti kehilangan kesempatan yang sangat baik ini sehingga dikemudian hari bisa dibunuh atau dicincang oleh Toa Cungcu dengan sekehendak hatinya, lebih baik kita pergunakan kesempatan yang sangat baik ini secara seksama" Shen Bok Hong yang selamanya tenang dan dingin saat ini tak bisa menahan emosinya lagi, dengan penuh kegusaran ia tertawa dingin. "Kalian berharap dengan berbuat begitu maka tuntutan kalian bakal berhasil" "Memang sulit untuk dibicarakan jawab Tong Lo Thay-thay, tetapi dalam keadaan seperti ini kemungkinan juga bakal terjadi keadaan yang semakin runyam, yakni kedua belah pihak sama-sama menderita kerngian yang besar" "Shen Toa Cungcu engkau harus meneliti dulu situasi yang kau hadapi saat ini, seru Kim Hoa hujin pula kecuali engkau seorang siapakah yang mampu meloloskan diri dari ancaman senjata rahasia yang ditimpukkan oleh Tong Lo Thay-thay?" Meskipun dia hanya menyebut Tong Lo Thay-thay seorang, tapi dibalik ucapan tersebut mengartikan pula Siauw Ling serta dia sendiri. Atau dengan perkataan lain andaikata ia dan Tong Loo-thay thay menyerbu kepihak musuh, siapa yang mampu menolong gembong iblis itu lagi" Shen Bok Hong segera mendengus dingin. "Hmmm! andaikata aku berhasil melepaskan diri dari kepungan, kalian berdua tak akan mendapatkan obat pemunah lagi, dan itu berarti jiwa kalian berdua pun akhirnya akan melayang juga" "Peristiwa ini merupakan pertaruhan besar yang meliputi adu ilmu, adu kecerdikan serta adu nasib, sebelum menang kalah bisa ditetapkan siapapun tak bisa mendnga bagaimana hasilnya nanti, meskipun Toa Cungcu cerdik dan hebat tetapi dalam keadaan seperti ini kau tak mungkin bisa meyakinkan diri bahwa kemenangan tentu ada dipihakmu, sedang kamipun belum tentu kalah" "Jadi kau ingin bertaruh?" tantang Shen Bok Hong dengan suara ketus. "Tentu saja!" jawab Kim Hoa Hujin tegas. Shen Bok Hong mendengus, ia berpaling ke arah Tong Lo Thay-thay dan tegurnya pula. "Bagaimana dengan engkau" apakah ingin turut pula dalam pertarungan ini..." "Keadaan memaksa aku harus berbuat begitu, sekalipun tidak bertaruh rasanya juga tak mungkin!" jawab nenek tua tadi, "Baik! kalau memang engkau berdua ingin bertaruh, terpaksa aku harus melayani keinginanmu itu, sambil berpaling ke arah Siauw Ling dan It-bun Han Too tambahnya, "Sekalipun ditambah engkau Siauw Ling dan It-bun Han Too belum tentu kalian mampu untuk menghalangi jalan pergiku." Kim Hoa Hujin memandang sekejap ke arah Tong Lo Thaythay, nenek tua itu tiba-tiba mundur lima langkah ke belakang dan segera menggeser tempat kedudukannya. She Bok Hong menengadah dan tertawa terbahak-bahak. "Haaah... haaah... haaah, Ji-te, bawa mereka semua mengundurkan diri lebih dahulu dari sini" Ciu Cau Liong mengiakan, dengan membawa Kang-lam Su kongcu buru-buru mereka putar badan dan melarikan diri. Kim Hoa hujin serta It-bun Han Too tidak menyangka kalau pihak lawan akan bertindak begitu, sebelum ingatan kedua berkelebat lewat beberapa orang itu sudah berada lima tombak jauhnya dari tempat semulanya. Shen Bok Hotg tertawa dingin. ejeknya, "Sekarang tinggal aku orang she-Shen seorang diri. Nah kalian boleh maju" Baik Kim Hoa hujin maupun Tong Lo Thay-thay serta It-bun Han Too semuanya tahu bahwa tenaga dalam yang dimiliki Shen Bok Hong amat lihay, jika mereka yang turun tangan maka dalam beberapa gebrakan saja jiwa mereka tentu melayang diujung telapaknya. Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay sendiri walaupun sudah bertekad hendak adu jiwa tak urung mereka sendiripun jado ragu untuk turun tangan lebih dahulu. Siauw Ling menyapu sekejap sekeliling tempat itu, kemudian bisiknya dengan suara lirih, "Peng-ji mundurlah agak jauh!" perlahan dia maju kedepan, Air muka Shon Bok Hong berubah amat serius. Ia tetap berdiri di tempat semula, sepasang telapak dirapatkan jadi satu dan sepintas lalu nampaknya seakan-akan sama sekali tak siap. Siauw Ling tak berani maju terlalu dekat pada jarak lima kaki dihadapan gembong iblis itu dia berhenti. "Toa Cungcu silahkan cahut keluar senjatamu!" serunya. "Hmm... aku akan minta pelajaran ilmu pedangmu dengan tangan kosong saja ..." sahut Shen Bok Hong sambil tertawa dingin "Kalau memang begitu akan kulayani dirimu dengan tangan kosong pula" perlahan-lahan pemuda itu menyimpan kembali pedang pendeknya. Sekali lagi Shen Bok Hong tertawa dingin. "Pertarungan ini mempengaruhi soal mati hidup diantara kita berdua, kau toh punya senjata kenapa tidak dipakai?" "Kalau berbicara dan perbuatan serta tingkah lakumu, setiap orang berhak untuk melenyapkan engkau dari muka bumi, tetapi antara aku dengan Toa Cungcu sedikit banyak pernah punya hubungan, meskipun persaudaraan sudah putus tetapi perasaan toh masih ada..." "Tutup mulutmu!" bentak Shen Bok Hong. Siauw Ling tertawa hambar. "Kau boleh tidak setia kawan tetapi aku tak boleh hilangkan perasaan ini, jika kau tak ingin berkelahi harap tinggalkan obat pemunah buat Kim Hoa hujin berdua, kemudian berlalulah dari sini" "Heeeh... heeeeh...heeeeh..." Shen Bok Hong tertawa dingin, "aku orang she-Shen, kau anggap dengan andalkan Kekuatan Beberapa orang saja maka aku lantas bisa kalian tahan disini" Huuuh..! jika aku orang she Shen hendak pergi siapapun tak akan bisa menghalangi niatku ini, mengerti...?" "Pertarungan antara dirimu dengan diriku sama sekali tiada sangkut pautnya dengan orang lain, jika engkau ingin berkelahi ayohlah, silahkan turun tangan!" "Heeeh heeeh-heeeh... Siauw Ling, apakah kau berharap aku bisa mengalah satu jurus untukmu?" "Aku tidak bermaksud begitu. Aku cuma merasa sudah sepantasnya kalau Shen Toa Cungcu turun tangan lebih dulu!" Shen Bok Hong tertawa hambar. "Kau tak usah takahur. Lebih baik kau dulu yang turun tangan...!"serunya. "Kalau memang Shen Toa Cungcu tetap menjaga gengsi baiklah. Aku orang she Siau akan menuruti perintahmu!" Telapak kanan perlahan-lahan diangkat ke atas kemudian membacok dada gembong iblis itu. Kim Hoa hujin, Tong Lo Thay-thay serta It-bun Han Too telah menduga semua bila kedua orang itu sampai terjadi pertarungan maka pertempuran itu tentu berlangsung dengan serunya. Maka seluruh perhatian mereka dicurahkan ke dalam kalangan untuk menyaksikan jalannya pertarungan tersebut. Serangan yang dilancarkan Siauw Ling kian lama kian bertambah lambat dan makin dekat dengan dada Shen Bok Hong, akan tetapi iblis itu masih tetap berdiri tegak di tempat semula. Menanti serangan musuh benar-benar sudah mengancam dadanya, ia baru membalik telapak kanannya dan menyongsong kedatangan serangan tersebut dengan keras lawan keras Serangan ituu dilakukan dengan kecepatan bagaikan kilat. Siauw Ling ingin menghindar namun tak sempat lagi.. Blaaam! sepasang telapak mereka membentur satu sama lainnya hingga menimbulkan ledakan yang menggeletar diudara. Siauw Ling mendengus berat kuda kudanya gempur dan tubuhnya harus mundur lima langkah ke belakang sebelum berhasil berdiri tegak kembali. Sebaliknya Shen Bok Hong hanya merasakan bahunya bergetar keras, kuda kudanya masih bertahan di tempat semula dan tubuhnya sama sekali tidak bergerak. Ketika para jago alihkan sorot matanya ke arah Siauw Ling, tampaklah raut wajah sang pemuda yang tampan berubah jadi merah padam seolah-olah orang yang mahok tuak. Beberapa saat kemudian ia baru muntah darah segar, serunya, "Shen Toa Cungcu, sungguh lihay dan sempurna tenaga pukulanmu!" "Haaah...haaah...haah...Siauw Ling kau masih mampu untuk melanjutkan pertarungan ini?" "Walaupun luka yang kuderita cukup parah, akan tetapi aku yakin masih punya kemampuan untuk meneruskan pertempuran ini!" Sebagai penutup dari kata katanya laksana kilat ia menerjang kemuka, sepasang telapaknya melancarkan pukulan pukulan yang gencar dan berantai. Dalam waktu singkat empat jurus telah lewat. Shen Bok Hong tak berani berayal, dia menggerakan pula sepasang telapaknya, secara kilat dan tajam menyambut semua ancaman yang dilontarkan pemuda itu. Blaaam....! empat kali bentrokan nyaring bergema memecahkan kesunyian, keempat buah pukulan berantai yang dilancarkan Siauw Ling telah disambut semua oleh gembong iblis itu dengan keras lawan keras. Setelah menyerang keempat jurus itu dengan cepat Siauw Ling meloncat mundur kembali delapan depa ke belakang. Pek-li Peng segera maju kedepan dan berdiri disisi pemuda itu, bisiknya dengan nada kuatir, "Toako parahkah lukamu?" Siauw Ling mundur dengan sempoyongan... uuak! kembali muntah darah segar. Dengan wataknya yang keras kepala, walaupun sudah terluka parah namun semangat tempurnya bukan saja tidak merosot malah tertambah menyala, ia tertawa hambar, "Lukaku tak jadi soal...." Melihat pemuda itu muntah darah lagi. Pek-li Peng tahu kalau isi perutnya terluka parah. Air mukanya berubah jadi pucat pias sambil memayang pemuda itu serunya "Toako kalau lukamu terlalu parah lebih baik pertarungan ini jangan dilanjutkan kembali" Sejak menelan jarum batu berusia seribu tahun, kemudian mendapat dasar pelajaran ilmu semedi Kian cing-ceng-ki daya tahan yang dimiliki pemuda ini jauh berbeda dengan orang lain diam-diam ia mengepos tenaga lalu tertawa. "Berkorban demi keadilan dan kebenaran sekalipun jiwa melayang juga tak usah disusahkan!" "Kau tak boleh mati..."seru Pek-li Peng "kalau kau mati maka akupun tak mau hidup lagi.." Dengan alis berkerut Siauw Ling tertawa terbahak bahak. "Haaah...haaah.. haaah.. sekalipun manusia dapat hidup seratus tahun akhirnya juga ia bakal mati. Mati sekarang mati nanti tak ada bedanya apalagi mati demi Bu lim dan umat manusia.. kematian semacam ini sangat berharga sekali... Peng-ji, lepaskanlah aku" "Perkataan toako memang benar "jawab Pek-li Peng sambil melototkan matanya bulat-bulat, "kau adalah seorang pahlawan besar, seorang manusia gagah, lelaki sejati.... tidak seharusnya kuhalangi niatmu itu" Perlahan, lahan dia lepaskan Siauw Ling dan mundur dua langkah ke belakang. Selama ini sikap Shen Bok Hong tetap tenang bagaikan bukit karang. Ia tak berkutik pun tidak menunjukkan reaksi apapun membuat orang tak bisa menduga apa maksud tujuanya. Tong Lo Thay-thay serta Kim Hoa Hujim tahu pula bagaimanakah tabiat dari Siauw Ling, dalam suatu pertarungan yang jujur dan terbuka andaikata mereka turun tangan membantu maka pemuda itu pasti akan merasa tak senang hati. Disamping itu diam-diam Kim Hoa Hujin pun merasa suatu perasaan cemburu yang aneh sekali, ia merasa tak senang hati menyaksikan sikap Pek-li Peng yang begitu hangat dan mesra terhadap si anak muda itu, ia ingin sekali menyaksikan gadis itu merasa sedih dan hancur hatinya menghadapi peristiwa tersebut. Karena alasan-alasan itulah kedua orang itu sama-sama berpeluk tangan belaka. Lain halnya dengan It-bun Han Too, dengan teliti dan seksama ia perhatikan situasi dalam gelanggang, sebagai seorang manuia cerdik in merasa heran ketika menyaksikan Shen Bok Hong melancarkan serangan balasan sebaliknya Cuma menyambut terus dengan ekerasan. Ia tercengang dan tak habis mengerti, pikirnya, "Orang yang paling ditakuti oleh Shen Bok Hong adalah Siauw Ling pada saat dan keadaan Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo seperti ini sebenarnya merupakan kesempatan paling baik baginya untuk membunuh musuh tangguhnya ini, mengapa ia tak mau turun tangan sebaliknya memberi kesempatan kepada Siauw Ling untuk mengatur pernapasan" Dengan watak dan perangai Shen Bok Hong kejadian ini janggal sekali nampaknya tak mungkin ia sungguh-sungguh berhati baik kepada lawannya... atau mungkin dibalik kesemuanya itu terdapat hal-hal yang kurang beres?" Setelah peras otak beberapa saat akhirnya ia berhasil menemukan tiga buah kesimpulan. Kesimpulan pertama, Shen Bok Hong tidak ingin kehilangan seorang jago lihay seperti Siauw Ling, ia siap memaksa pemuda itu untuk takluk dan membantu pihaknya atau bila perlu menggunakan obat pelupa diri untuk mencuci otaknya hingga kehilangan kesadarannya. Kesimpulan kedua, di dalam bentrokan secara keras lawan keras itu Shen Bok Hong menderita luka dalam yang cukup parah. Hanya karena pengalamannya lebih luas dan tenaga dalamnya lebih sempurna. diluar saja ia nampak tenang seolah-olah tak terjadi sesuatu apapun padahal dalam tubuhnya telah terluka. Kesimpulan yang ketiga, Shen Bok Hong kuatir bila ia lancarkan serangan maka Tong Lo Thay-thay, Kim Hoa hujin, dia sendiri serta Pek-li Peng tentu akan maju mengerubut, dalam keadaan begini dia pasti akan kerepotan dan keteter hebat. Diantara kedua buah kesimpulan tersebut, setiap kesimpulan mempunyai kemungkinan yang amat besar, karenanya meskipun It-bun Han Too licik dan banyak akal tak urung gagal juga untuk menentukan kemungkinan manakah yang lebih besar. Terdengar Pek-li Peng bergumam seorang diri, "Mati yaah mati... pokoknya kalau kau mati akupun tak mau hidup lebih jauh di kolong langit, mati atau hidup apa bedanya"..." Karena amat sedih dan berduka karena menyaksikan Siauw Ling menderita luka dalam yang begitu parah. Tanpa sadar apa yang dipikirkan telah diutarakan keluar membuat orang orang yang mendengar jadi terharu dan beriba hati. Siauw Ling segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Pek-li Peng, ujarnya, "Peng ji, kau tak usah berbuat demikian lantaran aku, istana salju dilaut utara masih menantikan kedatanganmu, ibu dan ayah mu masih merindukan engkau, lebih baik tinggalkan tempat ini dan cepat-cepatlah kembali kerumah" Setelah dua kali melangsungkan pertarungan keras lawan keras melawan Shen Bok Hong, pemuda ini merasa dadanya sesak dan isi perutnya goncang semua. Ia tahu jika pertarungan dilanjutkan dan seandainya nasibnya jelek dan mati diujung telapak gembong iblis itu, maka seluruh umat bulim di daratan Tionggoan pasti akan mengalami nasib yang sama pula. Dalam keadaan begini sudah tentu pemuda itu tak sempat melayani cinta mesra dan Pek-li Peng. Tampak gadis she Pek-li itu menggerakkan bibirnya dan tersenyum, dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. "Toako, apakah sampai sekarang engkau masih helum paham dengan perasaan hatiku?" Dalam pada itU Shen Bok Hong telah mengetahui siapakah gadis yang selama ini mendampingi Siauw Ling, pikirnya dalam hati, "Siauw Ling benar-benar sangat lihay, tak nyana puterinya Pak-thian Cungcu pun berhasil digaet olehnya" Sebaliknya It-bun Han Too jadi teramat gelisah, batinnya, "Pada saat ini situasi amat kritis dan berbahaya. pertarungan seru berada di depan mata dan banyak nyawa tergantung padanya, kenapa kedua orang ini malahan saling menyatakan rasa cinta" bila pikirannya bercabang bukankah berarti memberi peluang baik bagi Shen Bok Hong untuk menunggangi keadaan tersebut....?" Segera teriaknya, "Urusan muda mudi apakah cocok untuk dibicarakan dalam keadaan seperti ini?" Siauw Ling terkesiap, buru-buru dia pusatkan pikirannya kembali untuk siap sedia menghadapi segala kemungkinan. Dengan hati mendongkol Shen Bok Hong segera berpaling ke arah It-bun Han Too teraknya, "It-bun sianseng, perduli bagaimanakah perubahan situasi pada saat ini, bersiap siaplah engkau untuk menerima sebuah pukulan dariku" It-bun Han Too tahu bahwa Shen Bok Hong amat membenci dirinya hingga merasuk ketulang sumsum, nafsu membunuhnya, kini telah berjangkit kembali, sambil diamdiam mengerahkan tenaga untuk bersiap siaga, serunya kembali, "Shen Toa Cungcu, jika engkau masih mampu melancarkan serangan balasan maka pada saat ini Siauw Ling tentu sudah mati konyol diujung telapakmu...!" Shen Bok Hong tertawa dingin, tiba-tiba ujung baju kirinya dikebaskan kemuka menerjang tubuh Siauw Ling, sedang telapak kanannya segera menyusul dari belakang mengirim pula satu bacokan. Siauw Ling tarik napas panjang panjang, tangan kiri menyapu keluar balas mengirim satu pukulan, sedang tangan kanan diayun menyentilkan ilmu totokan dengan ilmu Saiu-Loo Sin ci. Ketika menggunakan tenaga penuhpun Ia bukan tandingan dari Shen Bok Hong apalagi sekarang tenaga dalamnya musti dibagi dalam dua kegunaan, satu mengirim pukulan untuk membendung datangnya serangan dan yang lain melancarkan totokan dengan ilmu Saiu loo sinci. Pada saat sepasang telapak saling membentur satu sama lainnya, tubuh Siauw Ling bagaikan layang-layang putus segara terpental dan melayang diudara. Pada saat yang bersamaan pula Shen Bok Hong mendengus berat. Tiba-tiba ia putar badan dan lari dari tempat itu. Jelas ketika angin pukulan yang dilancarkan Shen Bok Hong berhasil mementalkan tubuh Siauw Ling tadi ia sendiripun terluka oleh hantaman ilmu totok Siau-loo sin ci tersebut. Shen Bok Hong gembong iblis yang maha dahsyat dan memiliki daya tahan yang luar biasa ini benar-benar sangat hebat, sekalipun sudah terluka parah akan tetapi dia masih mampu mengerahkan tenaga dalamnya lagi. Ketika pergelangan kanannya diputar dan kemudian didorong kedepan, segulung angin pukulan berhawa dingin yang lunak dan halus dengan cepat meluncur kedepan menghantam tubuh It-bun Han Too. Sewaktu menyaksikan datangnya terjangan gembong iblis itu, It han Han Too merasa amat terperanjat, badannya buruburu berputar dan siap meloloskan diri dari ancaman tersebut, tetapi pada saat itulah segulung angin pukulan yang luar biasa dahsyatnya telah mendesak datang. Pukulan itu meluncur datang tanpa berwujud dan mengeluarkan sedikit suarapun, menanti ancaman itu sudah berada di depan mata ia baru merasa. Dalam kejut dan gugupnya It-bun Han Too mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menyambut datangnya serangan tersebut. Ketika angin pukulan yang dilancarkan membentur dengan ancaman yang datang, It-bun Han Too segera merasakan keadaan tidak beres, dia merasakan pukulannya telah bertemu dengan rintangan yang amat kuat, bukan saja sepasang telapaknya terpental balik bahkan ia mendengus kesakitan dan tak bisa ditahan lagi tubuhnya mundur sepuluh langkah ke belakang dengan sempoyongan kemudian rubuh terjengkang di atas tanah. Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata, pada saat telapak kanan Shen Bok Hong melancarkan angin pukulan menghajar tubuh It-bun Han Too gembong iblis itu mengebaskan pula ujung baju kanannya, empat kilatan cahaya tajam segera meluncur keluar dan menyerang Tong Lo Thay-thay serta Kim Hoa hujin. Meskipun Tong Loo thny thay sendiri adalah seorang ahli di dalam melancarkan serangan senjata rahasia, namun menghadapi ancaman senjata rahaia yang dilancarkan Shen Bok Hong itu dia tak berani menerimanya dengan tangan. Buru-buru tubuhnya mengegos ke samping meloloskan diri dari ancaman kedua titik cahaya tajam itu. Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay mempunyai tujuan yang sama, mereka serentak menghindar kesamping. Nenek tua dari keluarga Tong itu penasaran sekali, diayun telapaknya balas melancarkan serangan, empat buah titik cahaya tajam segera meluncur keudara dan menyambar ke arah tubuh gembong iblis tersebut. Shen Bok Hong cukup licik, setelah melancarkan pukulan dan senjata rahasia. tubuhnya laksana kilat meluncur dan kabur ke arah sebelah barat. Menanti Tong Loo-thay thay melancarkan serangan dengan senjata rahasianya tubuh Shen Bok Hong telah berada kurang lebih empat tombak jauhnya dari tempat semula dan di dalam waktu singkat bayangan tubuhnya telah tenyap dari pandangan. Traang...traaang...bunyi nyaring berkumandang dan kejauhan, rupanya senjata rahasia yang diancarkan Shen Bok Hong serta Tong Loo-thay thay sama-sama telah menumbuk di atas batu gunung. Angin puyuh telah lewat dan suasana pulih kembali dalam keheningan, sang surya memancarkan cahayanya yang lembut menyinari lembah sempit itu...mendatangkan rasa sepi hening dan tenang. Suara isak tangis berkumandang memecahkan kesunyian. Kim Hoa hujin tarik napas panjang-panjang sambil berpaling, tampaklah Pek-Li Peng sambil membopong tubuh Siauw Ling yang basah kuyup sedang bersandar disebuah batu sambil menangis tersedu-sedu. Tong Lo Thay-thay segera menghela napas panjang, katanya Luka dalam yang diderita Siau tayhiap tentu parah sekali, coba lihatlah bocah pemempuan itu menangis dengan begitu sedihnya!" "Tempat mana sih letaknya Istana es dilautan utara itu?" "Tempat itu tersohor dan diketahui setiap orang, engkau tahu tentang Pak-thian Cungcu?" tanya Tong Lo Thay-thay. "Aku tahu, apakah bocah perempuan itu adalah putrinya Pak thian Cungcu" aku dengar ilmu silat yang dimiliki bapaknya sangat lihay dan sangat mempengaruhi keadaan dunia persilatan menaruh rasa jeri dan segan terhadap dirinya?" Ia berhenti sebentar,tidak menunggu nenek tua dari keluarga Tong itu menjawab, kembali ia berseru, "Coba engkau periksalah keadaan diri It-bun Han Too, coba lihat sudah modar atau masih hidup. Jika nyawanya belum putus harap Loo-hujin suka menyelamatkan jiwanya..." Tong Lo Thay-thay segera tertawa dingin, tukasnya, "Orang itu licik dan banyak akal, apagunanya menolong manusia semacam itu" aku rasa biarkan saja dia menderita sebab kalau dia masih hidup maka banyak perbuatan jahat yang bakaI dilakukan lagi olehnya" "Tidak salah, ia memang licik dan banyak akal, akan tetapi justru karena kelicikan dan kecerdikannya itulah Shen Bok Hong baru bisa dihadapi, menolong dia berarti memberikan seorang musuh tangguh yang licik dan cerdik bagi Shen Bok Hong!" "Baiklah!" kata Tong Lo Thay-thay kemudian sambil mengangguk, "Coba pergilah kesana untuk memeriksa keadaan dan Siau tayhiap, pemuda itu mempengaruhi mati hidupnya seluruh umat Bu lim selama tiga puluh tahun mendatang. Aaaai...! sedari tadi aku sudah menduga kalau tenaga dalamnya masih bukan tandingan dari Shen Bok Hong, tidak cocok baginya untuk adu kekuatan dengan keras lawan keras, tidak dinyana dugaanki ternyata tepat sekali...." Ia berhenti sebentar, lalu terusnya lagi, "Aku punya satu persoalan yang hingga kini masih beLum kupahami, apakah engkau dapat memberi penjelasan?" "PeroaIan apa?" "Bagaimanapun toh kita sudah termakan racun keji yang dilepaskan Shen Bok Hong ke dalam tubuh kita, sekali pun tidak mati diujung telapak gemboag iblis itu paling banter jiwa kita masih bisa hidup beberapa hari lagi. Andaikata tadi kita mau turun tangan bersama untuk membantu Siauw Ling, aku rasa keadaan saat ini tentu akan jauh berbeda!" Kim Hoa hujin tertawa hambar. "Perasaan pribadi yang membuat semua urusan jadi berantakan, sekarang mau menyesal rasanya juga terlambat" katanya. Tong Lo Thay-thay tertegun, kemudian sambil tertawa getir gelengkan kepalanya berulangkali, ia segera mendekati It-bun Han Too. Kim Hoa hujin sendiri segera menghampiri Pek-li Peng. bisiknya dengan suara lirih, "Sudah jangan menangis" Rupanya pukulan maut yang dilancarkan Shen Bok Hong sehingga mementalkan tubuh Siauw Ling tadi telah membuat tubuh pemuda itu tercebur ke dalam air telaga, waktu itu Pekli Peng gugup bercampur kaget sehingga gelagapan, menanti Siauw Ling sudah tercebur ke dalam air, gadis itu baru mendusin ia buru-buru menarik tubuh pemuda itu naik kedarat. Menyaksikan luka dalam yang diderita Siauw Ling parah sekali dan napasnya kembang kempis dengan amat lirih Pek-li Peng merasa pikirannya semakin kalut tak bisa ditahan lagi menangislah gadis itu karena amat sedih. Ketika Kim Hoa Hujin berjalan menghampiri kesisi tubuhnya. Pek-li Peng masih tetap tidak merasa. Menanti perempuan dari wilayah Biau itu berteriak gadis itu baru tersentak kaget dan mendusin dari lamunannya, dengan cepat dia angkat kepala memandang sekejap ke arah lawannya. Kim Hoa Hujin membungkam dalam seribu bahasa, Ia berjongkok dan memeriksa dada pemuda itu, lama sekali dia baru berkata "jantungnya belum berhenti berdenyut, harapan untuk hidup masih tetap ada .. apakah kau tak berusaha untuk menolong jiwanya kenapa musti menangis terus?" "Apakah dia masih tertolong?" tanya Pek-li Peng sambil menyeka air matanya dengan tangan kanan. "Tentu saja masih tertolong! sekalipun harapannya tidak begitu besar toh engkau musti berusaha dulu dengan sekuat Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tenaga" Kiranya setelah melakukan pemeriksaan terhadap denyut jantung Siauw Ling, Kim Hoa hujin merasa bahwa luka dalam yang diderita oleh pemuda itu terlalu parah mampukah untuk ditolong, masih merupakan suatu tanda tanya besar, karena itu dalam pembicaraanpun ia menunjukan sikap ragu-ragunya Terhadap Kim Hoa hujin sebenarnya Pek-li Peng mempunyai pandangan yang jelek, akan tetapi setelah mendengar kalau Siauw Ling masih ada harapan untuk ditolong sikapnya seketika berobah, buru-buru serunya, "Saat ini pikiran siau-moay sedang kalut dan hatiku tidak tenteram, aku tak tahu apa yang musti dilakukan. Cici! dapatkah engkau menolong jiwanya?" "Kau percaya dengan diriku?" "Kalau engkau dapat menolong selembar jiwa toako, maka dikemudian hari aku tentu akan mempercayai dirimu!" "Perduli mampukah kutolong jiwanya, aku harus berusaha dengan segenap tenaga..." pikir Kim Hoa hujin di dalam hati, segera serunya, "Harap kau baringkan tubuhnya di atas tanah" Pek-li Peng mengiakan, dia baringkan tubuh Siauw Ling ke atas tanah. Diam-diam Kim Hoa Hujin mengerahkan tenaga dalamnya lalu menempelkan telapak tangannya di atas dada Siauw Ling, ujarnya kembali, "Dasar tenaga dalam yang dimilikiya amat bagus, sekalipun isi perutnya telah terluka ketika melangsungkan pertarungan melawan Shen Bok Hong, tetapi tenaga murninya masih mampu melindungi tempat tempat bahayanya, karena itulah meskipun luka dalamnya sangat parah namun jantungnya sama sekali tidak berhenti berdenyut!" Menggunakan kesempatan dikala masih berbicara, hawa murninya segera dikerahkan dan dengan cepat disalurkan ke dalam tubuh Siauw Ling. Mampukah luka dalam yang sedemikian parahnya itu disembuhkan, dalam hati kecilnya Kim Hoa Hujin sama sekali tak punya keyakinan, tetapi iapun merasa tak leluasa untuk mengutarakannya keluar karena itu dia mengambil keputusan untuk beradu nasib. Siapa sangka kejadian yang kemudian terjadi pun berada diluar dugaan Kim Hoa Hujin baru saja menyelesaikan katakatanya mendadak Siauw Ling menghembuskan napas panjang dan membuka matanya kembali, setelah memandang sekejap ke arah Kim Hoa Hujin dan Pek-li Peng ia tersnyum lalu pejamkan matanya kembali. Pek-li Peng jadi amat kegirangan setengah mati menyaksikan si anak muda in mendusin serunya sambil tertawa, "Cici, lihatlah dia telah mendusin..." "Tidak salah dia telah mendusirn "jawab Kim Hoa Hujin sambil tertawa bingung. Di bawah sorot cahaya sang surya, tampaklah air muka Pek-li Peng berubah jadi merah padam, alisnya melentik dan matanya kelihatan jeli, terutama sekali sewaktu tertawa tampaklah sebaris giginya yang putik bersih. Terutama sepasang lesungnya yang manis dipipi membuat dara itu nampak lincah dan menyenangkan sekali. Kim Hoa Hujin segera berpikir di dalam hatinya, "Aaaai.. memang gadis cantik seperti inilah yang pantas untuk kawin dengan dia Terdengar Pek-li Peng berkata kembali "Cici lihatlah... dia pejamkan matanya, apa yang musti kita lakukan?" Kim Hoa hujin tertawa sedih. "Tepatlah telapak kananmu di atas dadanya dan kerahkan tenaga dalam untuk menyerang denyut jantunngnya..." Sambil berkata ia segera geserkan telapak kanan sendiri. Pek-li Peng memandang sekejap ke arah Kim Hoa hujin lalu menempelkan telapak kanannya di atas dada Siauw Ling dan salurkan hawa murninya ke dalam tubuh pemuda itu. Beberapa saat kemudian gadis itu sudah kepayahan, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya. Tiba-tiba Siauw Ling mengerahKan tangannya dan perlahan-lahan buka mata kembali, pada gadis itu serunya. "Peng ji, pergilah beristirahat!" "Aku baik sekali!"jawab Pek-li Peng sambil menyeka keringat dan tertawa, "toako, bagaimana kaadaan lukamu" Sementara Siauw Ling hendak menjawab, Kim Hoa hujin sudah keburu berseru lebih dahulu "Jangan banyak bicara" Siauw Ling mengangguk dan tidak banyak bicara lagi. "Nona!" ujar Kim Hoa Hujin lebih jauh. Pada saat dan keadaan seperti ini ia membutuhkan banyak waktu untuk beristirahat, jangan ganggu dirinya lebih dahulu dan jangan mengajak dia berbicara" Pek-li Peng yang selamanya keras kepala dan angkuh saat ini berubah jadi halus dan penurut sekali. "Terima kasih atas nasehat cici...." bisiknya. Kim Hoa hujin menghela napas panjang. "Nona, baik-baik-baikah merawat dia...dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dia miliki sekalipun sadar kembali tak akan ada perubahan apapun yang bakal tenjadi, aku hendak pergi dulu!" Habis berkata dia putar badan dan siap berlalu. Tiba-tiba Pek-li Peng bangkit berdiri, serunya, "Cici engkau hendak kemana?" "Aku datang dan wilayah Biau tentu saja harus pulang kewilayah Biau, mau mati harus mati didesa kelahiran sendiri!" "Cici kenapa engkau harus mati?" Sambil membereskan rambutnya yang kusut Kim Hoa hujin tertawa, jawabnya, "Sewaktu datang aku muncul dengan semangat yang menyala-nyala dan ingin angkat nama dalam dunia persilatan, siapa tahu setelah tiba di daratan Tionggoan aku baru tahu kalau di daratan terdapat begitu banyak jago yang lihay, kepandaian seperti yang dimiliki sebenarnya susah untuk berebut nama besar di Tionggoan, yaah dengan begitu akupun jadi putus asa dan terpaksa harus pulang dengan membawa hati yang sedih dan murung..." "Walaupun begitu, toh kau tak usah mati" "Aku sendiripun tak ingin mati, tetapi sekalipun tak ingin aku bakal mati juga "kata Kim Hoa hujin sambil tertawa sedih. "Kenapa?" "Adik cilik, apakah engkau ingin mengetahui duduknya perkara hingga jeIas?" ---ooo0dw0ooo--- "Tidak salah" sahut Pek-li Peng, " cici telah membantu aku untuk menolong jiwa toako, sudah sepantasnya kalau siau moay pun berusaha keras untuk membantu!" "Tak ada gunanya, di kolong langit dewasa ini hanya ada dua orang yang mampu menolong jiwaku!" "Siapakah mereka?" "Yang satu adalah Shen Bok Hong, tapi sekarang aku telah bermusuhan dengan dirinya, tentu saja ia tak akan menolong diriku" "Siapakah orang kedua?" "Tok-jiu-yok-ong Raja obat bertangan keji orang ini tak menentu jejaknya dan jarang sekali ada yang tahu sekarang ia berada dimana." Setelah berhenti sebentar, lanjutnya, "Lagipula kendati orang itu berhasil ditemukan belum tentu ia bersedia untuk mengobati penyakitku itu" "Apakah engkau keracunan cici?" "Tidak salah. Shen Bok Hong telah menanamkan bibit racun di dalam tubuhku. Racun itu bukan sembarangan racun melainkan sejenis racun yang sanga lihay, di kolong langit" "Di kolong langit tak kekurangan tabib sakti, apa salahnya kalau cici periksakan diri kepada seorang tabib yang lihay" satu gagal cari yang lain dan demikian seterusnya, siapa tahu kalau salah satu diantara mereka sanggup untuk memunahkan racun dalam tubuhmu itu?" Sambil tertawa Kim Hoa hujin gelengkan kepalanya. "Siau-moay, tahukah engkau bahwa encimu juga seorang ahli di dalam menggunakan racun?" "Aku tidak tahu, tetapi kalan memang engkau pandai dan ahli dalam menggunakan racun, kenapa tidak berusaha sendiri untuk meMunahkan racun yang mengeram di dalam tubuhmu?" Setiap orang di kolong langit yang mampu mengunakan racun hidup, rasanya tak seorangpun yang mampu melampaui aku Kim Hoa Hujin dari wilayah Biau..." "Apa sih yang dimaksudkan racun hidup?" "Eehmm... adikku cilik, apakah kau belum puas kalau belum bertanya sejelas-jelasnya?" "Usiaku masih muda dan tak tahu urusan, selama berada di Istana salju di atas ada orang tua di bawah ada kawanan pelayan semua urusan tak perlu aku risaukan sendiri lain keadaan dengan sekarang.... aku harus ikut toako berkelana di dalam dunia persilatan.. tentu saja semakin luas pengetahuanku semakin baik, cici, apakah engkau merasa siau moay terlalu cerewet dan banyak bicara?" "Baiklah...! akan kuterangkan kesemuanya itu kepadamu", seru Kim Hoa Hujin kemudian dengan perasaan apa boleh buat. "yang dimaksudkan sebagai racun hidup adalah makhluk makhluk hidup yang bernyawa, seperti ular berbisa, kelabang laba-laba berbisa, kala dan lain sebagainya" "Oooooh. .. ... aka mengerti sekarang "seru Pek-li Peng sambil mengangguk, "jadi sebagian besar para jago yang suka menggunakan barang barang berbisa, biasanya menggunakan racun racun mati?" "Ehmm....hanya saja inilah cara cici pribadi" "Sebagian besar racun mati dibikin dari tubuh makhluk racun yang sudah mati. Kalau cici memang mengerti akan racun hidup masa terhadap racun mati sama sekali tidak mengerti?" "Tentu saja mengerti hanya ku tidak begitu menguasai!" Siauw Ling yang selama ini masih beristirahat dengan mata terpejam mendadak membu ka matanya dan meloncat bangun. "Cici, kau" serunya. "Eeeei....! bukankah sudah kukatakan tadi jangan banyak bicara, kenapa kau tak suka mendengarkan nasehatku" ayoh cepat berbaring. .." omel Kim Hoa Hujin dengan alis berkerut. "Aku sudak tidak apa apa lagi" jawab Siauw Ling sambil menggeleng, "setelah kucoba untuk mengatur pernapasan, terasalah semua peredaran telah berjalan dengan lancar, cici tak usah menguatirkan tentang diriku " Kim Hoa Hujin melirik sekejap ke arah Pek-li Peng, lalu berkata, "Saudaraku engkau harus baik-baik berjaga diri... tahukah engkau betapa kuatir dan perhatiannya terhadap keselamatanmu. Aaaa...! andaikata engkau benar-benar terjadi sesuatu hal yang tidak beres aku lihat dia tentu akan enggan hidup seorang diri di kolong langit" Siauw Ling berpaling, tampaklah Pek-li Peng dengan wajah tersipu sipu rundukan kepalanya rendah rendah, hal itu menunjukkan bahwa apa yang dikatakan Kim Hoa Hujin sedikitpun tidak salah. Siauw Ling segera menghela napas panjang. "Cici maukah engkau dengarkan beberapa patah kataku?" tanyanya. "Baik, katakanlah!" "Siaute telah mmahami maksud hati cici di dalam pembcaraan barusan, jika engkau hendak kembali ke wilayah Biau dan tak mau mencampuri urusan dunia persilatan lagi. tentu saja Siaute tak akan mencegah atau menghalang halangi niatmu itu, akan tetapi sekarang... kau tidak boleh pergi dahuu!..." "Sebab di dalam tubuhmu masih bersarang racun aneh yang amat keji, diwilayah Biau tak ada orang yang mampu mnyembuhkan penyakitmu itu" "Apakah aku masih bisa ditolong orang, seandainya tetap berada di daratan Tionggoan?" "Paling sedikit kau akan menjumpai kesempatan untuk mendapat pengobatan. Seandainya cici sampai mati maka diluaran hal tersebut akan dianggap orang sebagai penghia natanmu terhadap Shen Bok Hong. Tetapi dalam kenyataan semunya itu bisa terjadi lantaran diri Siaute..." Mendengar perkataan itu Kim Hoa Hujian segera tertawa terkekeh-kekeh, sikapp genit dan terbukanya pulih seperti sedia kala ia berseru, "Nanti atau besok toh akhirnya akan mati juga kenapa aku musti mencelakai diri sendiri karena engkau?" "Cici tak usah menutup-nutupi persoalan ini, tadi Siaute telah menangkap senyumanmu yan sedih dan murung, jika bukan lantaran aku, engkau tak nanti mengkhianati Shen Bok Hong. Dan jika cici tidak berkhianat maka jenazahku pada saat ini mungkin sudah mendingin. Justru karena pengkhianatan dari cici inilah yang membuat hati Shen Bok Hong keder dan segera melarikan diri" "Anggap saja perkataanmu benar, kaupun tak akan mampu menolong atau membantu diriku" Ia menghela napas panjang, setelah berhenti sebentar lanjutnya, "Aku lihat rasa cinta nona Pek li terhadap dirimu amat suci dan telah mendalam sekali, cici merasa menyesal sekali tak dapat Menemani dirimu lebih lama, aku hanya berharap agar dikemudian hari kau bisa baik baik melayani dirinya. Ia masih muda dan polos tidak seperti aku yang tak tahu aturan dan terlalu binal, tak usahlah engkau mengurusi diri cici lagi" Tidak menanti jawaban dari Siauw Ling lagi, ia putar badan dan cepat berlalu dari sana. Siauw Ling jadi amat gelisah, segera teriaknya keras keras, "Cici tunggu sebentar!" Dengan cepat ia berusaha meloncat bangu dari atas tanah. Melihat pemuda itu meloncat bangun, Kim Hoa Hujin segera menghentikan langkahnya dan berjalan balik tegurnya, " Eeeei kau mau apa" ayoh cepat duduk!" Siauw Ling terharu sekali terutama setelah menyaksikan sikapnya yang begitu menaruh perhatian terhadap dirinya, dalam hati segera pikirnya. "Perempuan ini meskipun wataknya terlalu jelek, setiap hari Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bermain dengan makhluk beracun dan membunuh orang tak berkedip, akan tetapi terhadap diriku boleh dibilang baik sekali, beberapa kali dia telah menyelamatkan jiwaku. Rasa setia kawannya murni dan bukan berpura-pura belaka... aku tak boleh me-nyia2kan perasaannya itu..," Satu ingatan segera berkelebat dalam benaknya dengan cepat dia berkata, "Andaikata cici setuju untuk tetap tinggal disini, Siaute segera akan duduk bersemedi dan mengatur pernapasan" "Cici, kabulkanlah permintaannya!" sambung Pek-li Peng dengan cepat. Kim Hoa hujin menghela napas panjang. "Aaal... cepatlah duduk untuk mengatur pernapasan. jangan membuat darah jadi menggumpal di sekitar lukamu, aku akan tetap tinggal disini untuk menanti dirimu," katanya. "Aku percaya dengan perkataan dan cici," sahut Siauw Ling, sehabis berkata Ia segera duduk bersila dan mulai mengatur pernapasan. Sementara itu Tong loo-thay thay dengan wajah serius telah berjalan mendekat, dengan nada kuatir ia bertanya. "Apakah Siau tayhiap berada dalam keadaan baik-baik?" Kim Hoa Hujin mengangguk. "Ia sudah dapat mengatur pernapasan sendiri tentu saja keadaannya sudah tidak mengapa lagi, bagaimana dengan keadaan It-bun Han Too" apalah masih parah lukanya?" "Dia telah sadar kembali dari pingsannya, tetapi luka dalam yang dideritanya terlalu parah" jawab Tong Lo Thay-thay. "Aku telah memberi dua butir pil yang mujarab untuk menyembuhkan luka dalamnya dan kini ia sedang berbaring untuk beristirahat. Pil yang kuberikan kepadanya bukan obat yang khusus untuk menyembuhkan luka dalam, apakah berkasiat atau tidak sukar untuk diduga. Tetapi aku telah berusaha dengan segala kmampuan yang kumiliki.." "Apakah kau telah mencoba untuk memperlancar peredaran darahnya dengan pengerahan tenaga dalammu" "Sudah kugunakan, tetapi terhadap luka dalamnya yang terlalu parah itu penyaluran tenaga dalam sama sekali tidak memberikan bantuan yang berarti" Kim Hoa hujin termenung dan berpikir sebentar, kemudian jawabnya, "Tidak menjadi soal, asal ia bisa sadar kembali dari pingsannya ini berarti jiwanya bisa tertolong dan tak bakal mati lagi!" "kenapa" tanya Tong loo- thay thay tercegang. It-bun Han Too cendik dan banyak akal, pengetahuannya luas sekali dan lagi pula pandai di dalam ilmu pertabiban, asal ia bisa mendusin dari pingsannya maka dia pasti akan bisa memeriksa diri sendiri serta berusaha untuk mengobati lukanya" Tong loo-thay thay termenung berpikir sebentar, lalu ujarnya pula, "Setelah kali ini aku berhianat terhadap diri Shen Bok Hong dan memusuhi dirinya dengan mempertaruhkan mati hidupku, barulah kusadari bahwa Shen Bok Hong sebenarnya seorang manusia yang licik, kejam dan sama sekali tak berperi kemanusiaan, bila kita tetap menjual nyawa bagi dirinya maka paling akhir kita semuapun tak akan lolos dari kematian... aaai! aku rasa berhianat memang merupakan satu-satunya jalan yang paling benar, kini yang paling penting adalah soal keselamatan dari Siau Tayhiap. Setelah Shen Bok Hong berkuasa dan menyebarkan kekuasaan serta pengaruhnya ke dalam dunia persilatan. Banyak partai serta perguruan besar yang jeri dan takut terhadap dirinya, kalau bukan takut karena kekejaman gembong iblia itu mereka terdesak oleh kekuatan yang minim, di kolong langit hanya Siau tayhiap seoranglah yang berani secara terang2an memusuhi Shen Bok Hong, dialah satu-satunya harapan bagi kita semua untuk memimpin seluruh umat Bu-lim untuk bangkit berjuang serta menumbangkan kekuasaan dari gembong iblis itu, karenanya bukan saja ia tak boleh mati bahkan luka yang dideritanya harus diusahakan untuk sembuh dengan secepatnya...." "Tenaga dalamnya amat sempurna lagipula tubuhnya dilindungi oleh hawa khie-kang yang kuat, meskipun ketika itu dia dihantam sampal muntah darah oleh pukulan Shen Bok Hong yang maha dahsyat itu, akan tetapi luka dalam isi perutnya sama sekali tidak parah "sambung Kim Hoa hujin. Setiap perkataan yang diutarakan Tong loo-thay thay dapat didengar oleh Siauw Ling dengan jelas, tetapi karena ia sedang mengatur pernaasan maka walaupun mendengar namun pemuda itu tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Tiba-tiba Pek-li Peng menghela napas panjang, sambil memandang ke arah Kim Hoa Hujin ujarnya, "Menurut anggapanmu apakah Shen Bok Hong sendiripun menderita luka yang amat parah?" "Dipandang sepintas lalu diapun menderita luka yang sangat parah, tetapi benarkah parah sekali aku kurang yakin, paling sedikit lukanya tak akan separah apa yang diderita oleh Siauw Ling saat ini" "Aku rasa luka yang diderita Shen Bok Hong parah sekali!" sela Tong Lo Thay-thay mendadak. "Darimana kau bisa tahu?"tanya Kim Hoa Hujin. "Pada mulanya aku memang mempunyai pandangan seperti apa yang barusan kau kemukakan, tetapi sekarang aku telah mempunyai pandangan lain terhadap persoalan tersebut" "Harap engkau suka memberi penjelasan lebih jauh!" "Manusia yang paling ditakuti Shen Bok Hong adalah Siauw Ling, orang yang paling dibenci olehnya juga Siauw Ling, andaikata ia masih memiliki sasa tenaga bukankah ketika itu dengan gampang sekali ia bisa merubuhkan Siauw Ling, kenapa ia tidak membunuh pemuda itu?" Kim Hoa Hujin tertegun lalu serunya, "Sedikitpun tidak salah, andaikata aku yang menghadapi persoalan itu musuhku tentu akan kulenyapkan dengan dengan cepat, apalagi dia adalah Shen Bok Hong yang kejam" "Oleh sebab itu aku lantas menarik kesimpulan pastilah Shen Bok Hong telah menderita luka yang jauh lebih parah danpada apa yang kita duga semula" "Tetapi mengapa gerak-geriknya masih gesit dan cepat sekali?" "Hal ini disebabkan dia paksakan diri untuk mengerahkan hawa murninya yang terakhir, perjalanan meski dilakukan cepat dan gesit namun hal itu merupakan suatu paksaan" Kim Hoa hujin termenung sebenar, lalu ujarnya "Bagi seorang yang memiliki tenaga dalam yang sempurna, daya tahannya luar biasa sekali, dan antara keduanya itu mempunyai bubungan yang erat sekali. Setelah memukul Siauw Ling menjadi luka parah ternyata Shen Bok Hong tak mau membinasakan lawannya, jelas dibalik kesemuanya itu terselip hal-hal yang tidak beres" "Andaikata lukanya terlalu parah, sekali pun semua tenaga sudah digunakan rasanya gerakan tubuhnya tak akan secepat itu" Tiba-tiba Kim Hoa Hujin bangkit berdiri katanya "Bila dugaan Tong ciangbunjin tidak salah, maka kendati Shen Bok Hong bisa kabur dengan gerakan cepat, tak mungkin dia bisa pergi terlalu jauh, kenapa kita tidak menggunakan kesempatan yang sangat baik ini untuk sekalian membinasakan dirinya?" Aku rasa pada saat in dia tentu sudah menggabungkan diri dengan Ciu Cau liong sekalian" "Untuk menghadapi Shen Bok Hong aku Kim Hoa Hujin memang merasa agak keder dan takut sebab aku tahu bahwa kepandaian silat yang kumiliki masih bukan tandingannya tetapi kecuali dia terhadap tiap jago lihay yang berada di dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng, aku percaya diriku masih mampu menghadapinya, ditambah pula dengan senjata rahasia beracun milik Tong loo hujin, aku rasa tidak sulit bagi kita untuk membasmi kurcaci kurcaci tersebut! Beberapa patah kata ini segera membangkitkan kembali semangat gagah Tong Lo Thay-thay, serunya "Perkataan hujin memang tepat sekali" Dia menyapu sekejap ke arah Siauw Ling dan melanjutkan, "Setelah kita pergi, andaikata jago lihay dari pihak perkampungan Pek Hoa Sanceng datang lagi, aku rasa nona Pek li tak mungkin bisa menghadapinya seorang diri" "Tidak menjadi soal" sahut Kim Hoa Hujin sambil tertawa hambar, menurut penilaianku ilmu silat yang dimiliki nona Pek li tidak berada di bawah kita berdua. Dengan adanya dia yang melindungi Siauw Ling serta It-bun Han Too aku rasa musuh tak akan mammpu mengapa apakan mereka" Sambtl berpaling ke arah Pek-li Peng tambahnya, "Nona, baik-baiklah melindungi keselamatan Siauw Ling, aku serta Tong Lo Thay-thay akan pergi melakukan pengejaran terhadap rombongan Shen Bok Hong dan kalau bisa akan membinasakan semua, andaikata sebelum kentongan kedua kami belum juga kembali, maka nona tak usah mengurusi nasib kami berdua lagi Pek-li Peng segera mengerutkan dahinya. "Siau nioay setuju sekali dengan pandangan dari Tong lohujin, meskipun Shen Bok Hong berhasil melukai toako-ku, tetapi dia sendiripun menderita luka parah di tangan toakoku.." Sesudah berhenti sebentar, ia maju menghampiri kehadapan Kim Hoa Hujin, katanya dengan halus, "Cici, aku tak berani menghalangi niat kalian berdua untuk mengejar dan membinasakan Shen Bok Hong karena tujuan kalian bukan lain adalah untuk merebut obat pemunah yang kalian butuhkan. Tetapi sebelum itu ada satu hal aku harap agar cici suka mengabulkannya lebih dahulu!" "Persoalan apa?"tanya Kim Hoa hujin dengan suara lembut. "asal bisa kulakukan tentu akan kukabulkan permintaanmu itu!" Pek-li Peng tersenyum ujarnya, "Toako amat merindukan dirimu, aku harap setelah pergi dari sini cepat-cepatlah kembali kemari!" "Baik!" sahut Kim Hoa hujin sambil mengangguk, berhasil atau tidak kami menyusul Shen Bok Hong, sebelum kentongan kedua pasti akan kembali kesini!" Sambil berpaling ke arah Tong loo-thay thay segera tambahnya. "Mari kita pergi!" kedua orang itu segera enjotkan badan dan berlalu dari sana, dalam selejap mata bayangan tubuh mereka sudah lenyap tak berbekas. Siauw Ling yang sedang mengatur pernapasan dapat menangkap semua pembicaraan dari Tong loo-thay thay serta Kim Hoa Hujin meskipun ia tahu kalau mereka berdua akan pergi akan tetapi pertama, saat itu semedinya sedang mencapai pada puncak yang paling berbahaya, ia tak mungkin bisa buka suara. Kedua, dia tahu kepergian mereka berdua kendati tak berhasil membinasakan Shen Bok Hong sedikit haryak dapat merampas balik sedikit obat pemunah yang dapat menolong jiwa mereka berdua, maka pemuda itupun tidak menghalangi kepergian mereka. Menanti bayangan tubuh Kim Hoa hujin berdua sudah lenyap dari pandangan Pek-li Peng baru bangkit dan menghampiri It-bun Han Too. Ia lihat she It-bun itu berbaring di atas tanah dengan mata terpejam rapat napasnya lirih dan nampaknya setiap saat kemungkinan bisa putus dan berhenti. Sementara itu sang surya telah condong kebarat, seberkas cahaya kuning emas memantul dari balik lembah dan menyinari wajah It-bun Han Too yang pucat pias bagaikan mayat. Darah kental masih mengalir keluar dari bibir dan lubang hidung orang itu. Rupanya luka dalam yang ia derita jauh lebih parah daripada apa yang diderita Siauw Ling. Pek-li Peng menghela napas panjang. ia menekan ulu hati It-bun Han Too dengan tangannya yang halus kemudian bisiknya dengan suara lembut, "It-bun sianseng apakah engkau dapat mendengar suaraku?" It-bun Han Too membuka sepasang matanya yang sayu dan memandang sekejap ke arah Pek-li Peng, kemudian dengan lemas pejamkan matanya kembali. Bibirnya bergetar seperti mau bicara namun tak sedikit suara pun yang mampu meluncur keluar. "Aku tahu. ..kau tak usah banyak bicara ."bisik Pek-li Peng sambil mengangguk dia mengerahkan tenaga dalamnya dan melanjutkan, "It-bun sianseng aku hendak mengerahkan tenaga dalamku untuk membantu memperlancar peredaran darahmu...." Segulung hawa panas segera mengalir ke dalam tubuh Itbun Han Too dan menyebar keseluruh sudut tubuh. Meskipun usianya masih muda namun tenaga dalamnya sempurna sekali. Hawa murni bagaikan gulungan ombak disamudera memancar masul ke dalam tubuh orang itu serta bantu memperlancar peredaran darahnya.... Sementara itu It-bun Han Too sudah mulai rasakan keempat anggota badannya jadi beku dan kaku, di bawah desakan hawa murni Pek-li Peng perlahan-lahan ia peroleh kembali kebangatan badan. Kurang lebih sepentanak nasi kemudian, air muka It-bun Han Too yang pucat pias bagaikan mayat itu bersemu merah kembali ia tarik napas panjang panjang. Menyembuhkan luka dengan cara mengerahkan tenaga dalam merupakan pekerjaan yang paling membuang tenaga, walaupun baru sepertanak nasi lamanya namun Pek-li Peng sudah basah kuyup oleh air keringat setetes demi setetes peluh tersebut jatuh menetes di atas pakaian It-bun Han Too. Meskipun dara itu sudah mulai kepaayahan akan tetapi sesudah mengetahui bahwa It-bun Han Too mulai menunjukkan tanda tanda hidup ia tahu, jika pertolongan dihentikan maka uahanya selama ini akan mengalami kegagalan total, karena itu sambil menggertak gigi dia paksakan diri untuk tetap bertahan. Seperminum teh lamanya kembali sudah lewat, tiba-tiba Itbun Han Too membuka mulutnya dan muntah darah kental, setelah itu sambil membuka mata ujarnya, "Terima kasih atas pertolongan dari nona" Saking lelahnya Pek-li Peng sudah merasakan matanya Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berkunang kunang dan kepalanya pusing tujuh keliling menanti It-bun Han Too buka suara ia baru sadar. "Oooh..., kau telah mendusin!" bisiknya. "Budi pertolongan yang nona berikan kepadaku tak akan kulupakan untuk selamanya, asal aku tidak mati maka budi ini tentu akan kubalas" Pek-li Peng menghembuskan napas panjang, dia singkirkan tangan kanannya dari atas dada It-bun Han Too dan berkata. "It-bun sianseng. jangan hentikan mengerahkan tenagamu, usahakanlah agar darah jangan menggumpal di dalam tubuh, kau sungguh beruntung karena bisa mendusin, aku sudah tak kuat menahan diri.." Matanya dipejamkan dan gadis itu segera bersemedi untuk mengatur pernapasan sendiri. Entah berapa lama sudah lewat. ketika Pek-li Peng menyelesaikan semedinya cuaca telah gelap dan malam haripun telah menjelang datang. Siauw Ling sambil tersenyum berdiri disisinya, sedang Itbun Han Too masih tetap duduk bersemedi. "Toako, jam berapa sekarang?"tanya Pek-li Peng sambil membereskan rambutnya yang kusut, "kentongan pertama baru saja lewat!" Pek-li Peng tersenyum. "Tempo dulu aku selalu beranggapan kepandaian silat yang kumiliki sangat hebat, tetapi sekarang aku baru merasa bahwa diriku sebetulnya ibarat kunang2 ditengah malam buta, kepandaian dan tenaga dalam yang kumiliki masih terbatas sekali, cuma menolong seorang manusiapun aku sudah kehabisan tenaga macam begini.... aaai! aku betul-betul tak berguna!" "Peng.ji menolong orang dengan menggunakan hawa murni merupakan suatu pekerjaan yang sangat memakan tenaga" It-bun Han Too yang sedang duduk bersemedi mendadak membuka matanya dan berkata "Tadi napasku sudah kembang kempis dan keempat anggota badanku sudah kaku, andaikata tenaga dalam yang dimiliki nona tidak sempurna dan menolong diriku tepat pada waktunya mungkin mayatku saat ini sudah mendingin....!" "Apakah engkau merasa berterima kasih sekali terhadap diriku?" tanya Pek-li Peng sambil membelalakan matanya lebar-lebar. "Nona telah menyalamatkan jiwaku dari lembah kebancuran sudah tentu aku merasa berterima kasih sekali terhadap dirimu" jawab It-bun Han Too dengan sikap yang hormat sekali. "Kau tak usah berterima kasih kepadaku, asal dikemudian hari jangan memusuhi toakoku lagi hal itu sudah lebih dari cukup!" "Siau tayhiap berbudi luhur dan bijaksana, Shen Bok Hong kejam dan licik mereka adalah perumpamaan yang kelihatan jelas perbedaannya, tentu saja aku akan berusaha sedapat mungkin untuk membantu Siau tayhiap, apalagi nonapun berharap demikian" Tiba-tiba Pek-li Peng teringat kembali akan kitab pusaka peninggalan dari Raja Seruling segera ujarnya, "It-bun sianseng, bolehkah aku memohonkan satu persoalan kepadamu?" "Silahkan nona utarakan, aku pasti akan menyanggupinya tanpa membantah, kau suruh aku terjun ke api aku akan terjun ke api" "Sungguhkah itu?" tanya Pek-li Peng sambil tersenyum. "Tentu saja sungguh" "Bagaimana kalau aku mohon kepadamu agar kitab peninggalan dari Raja Seruling menjadi milik Siau toako dan kau jangan memintanya balik".." "Baik! aku akan mengabulkan permintaanmu itu "jawab Itbun Han Too sambil tertawa. Jawaban yang begitu terus terang dan cepatnya itu seketika membuat Siauw Ling jadi tertegun, ia tak menyangka kalau pihak lawan bersikap demikian relanya. "It-bun heng, perkataanmu itu muncul dari dasar hati ataukah karena terpaksa oleh keadaan?" seorang lelaki sejati takkan mengangkangi barang milik orang. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk mendapatkan kitab pusaka tersebut bagiku sendiri." "Perkataanku diucapan dari dasar hati "jawab It-bun Han Too dengan wajah serius. "Bukan saja kitab pusaka peninggalan, dari Raja seruling mulai detik ini akan menjadi milik Siau tayhiap, bahkan pedang pendek yang amat tajam Itupun kuhadiahkan pula untukmu..." "kenapa?" tanya Siauw Ling dengan hati tercengang. It-bun Han Too menghela napas panjang, katanya, "Aku sudah tua! sekalipun kitab pusaka peninggalan sepuluh jago yang ada diistana terlarang berhasil kuperoleh tak nanti semua kepandaian itu mampu kupelajari, sejak dulu hingga kini memang sering dijumpai tokoh sakti yang memiliki ilmu silat amat tinggi, namun belum pemah kujumpai ada orang yang bisa panjang umur diri selamanya tak akan mati...." Dia angkat kepala memandang bintang yang bertaburan Titah Sang Ratu 1 Pendekar Mata Keranjang 12 Datuk Lembah Neraka Tamu Dari Alam Gaib 1

Cari Blog Ini