Bujukan Gambar Lukisan 11
Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 11 bunyinya pitutur-kata: jangan menyimpan hati mencelakai orang, jangan tak memiliki pikiran berjaga diri,." Demikian dia sudah menjaga diri ketika si orang tua mundar-mandir dengan persiapannya. Dia tidak berkelit hanya menyambuti dengan mengarah telapakan tangan penyerangnya itu. Kaget si sasterawan melihat orang menyambut padanya, ia jugamelihat bahaya mengancam. ia membatalkan penyerangannya sambil ia lompat mundur, Diam-diam ia menyedot napas dingin. Tiong Hoa tidak berniat mencelakai orang, ia pun tidak meneruskan serangan pembela an diri itu, hanya justeru ia ingin lompat menyingkir dilain pihak ia melihat Kim som berlompat menyerang menggantikan si sasterawan, Rupanya Kim som hendak membantu kawannya itu, ia tetap tidak mau memberi perlawanan ia meneruskan berlompat menyingkir dari serangan yang kedua ini. Ketika itu Coei Kiat Him dan soen Loen Teng pun berlompat maju dengan serangannya, mereka dibantu si sasterawan, yang sudah maju pula. Melihat bahaya mengancam itu, alis Tiong Hoa berdiri, hidungnya mengasi dengar ejekan. "HHm" ia tidak mau berkelit juga. ia lantas memasang kuda-kudaaya sembari mengibaskan kedua tangannya ia menangkis dengan tenaga tujuh bagian. Dengan serempak ketiga penyerang itu terhajar mundur, mereka terpental beberapa tindak ketika kaki mereka mang injak tanah, debu mengepul disebabkan kerasnya mereka menancap kaki guna mencegah tubuh mereka terguling. Kim som sementara itu sudah lantas menatap. ia melihat s uatu potongan tubuh yang rasanya ia kenali, yang entah dimana ia pernah lihat atau ketemukan. si orang tua dengan dandanan sasterawan itu mengawasi tajam. dia tertawa dingin. Dia kata: "orang muda, siang-siang aku sudah melihat bayanganmu. maka itu aku mencurigai kau. Kau berani main gila mengintai kami, mana dapat kau dibiarkan saja" sekarang lekas bilang, apa maksudmu datang kemari" jangan kau nanti sesalkan aku si orang tua kejam" Tiong Hoa juga memandang tajam orang tua itu, ia bersenyum. "Aku yang muda tidak percaya tangan kejammu dapat mengganggu sekalipun selembar rambutku" ia menjawab, "sebelum jelas kita musuh atau bukan, baiklah kau jangan sembarang membuka mulut melukai lain orang Aku yang rendah lagi dalam perjalanan, kebetulan tiba d is ini, kita justeru mengambil rumah penginapan yang sama, Tidak ada maksudku yang lain, kecuali aku ketarik hati dan ingin menonton kamu, perbuatanku ini perbuatan kurang hormat, maka itu suka aku menghaturkan maaf. Nah, perkenankanlah aku mengundurkan diri" Habis berkata begitu, si anak muda memberi hormat, lalu ia bertindak lewat disisi soen Loen Teng. Si orang tua heran mendengar kata-kata orang itu. Tidak demikian dengan Loen Teng. "Berhenti" dia membentak sambil mendadak dia menyerang, menyampok pundak si anak muda. sembari menyerang itu, dia mengajukan tubuhnya. Tiong Hoa berjalan dengan waspada ketika ia diserang itu, ia lantas berkelit, ia mendengar bentakan, ia melihat serangan. sambil berkelit, ia meluncurkan tangan kirinya, guna menyambuti tangan kanan si orang she soenHanya dalam sedetik itu, lengan Loen Teng sudah kena dicekal, dipencet jalan darahnya - kiok-tie-hiat. Dia kaget, tak dapat dia menarik pulang lengannya itu.Bahkan segera dia merasa lengannya kesemutan dan kaku, lenyap semua tenaganya. Dia mengawasi dengan mata melongo, mukanya pucat-pasi Si sasterawan tua menjadi terperanjat, itulah sungguh diluar dugaannya Loen Teng bukan sembarang jago. Karenanya ia menjadi berpikir: "Dengan munculnya anak muda yang-liehay ini, mungkin kemala Han-peksgiok tak akan dapat dilindungi pula." Karenanya ia menjadi nekad juga. Dengan tiba-tiba ia menyerang pula, ia bertempat sambil menggunai kedua tangannya. Tiong Hoa melihat ia diserang pula, ia menjadi gusar, ia memutar tangan kanannya hendak ia menggunai ilmu "Ie Hoa ciap Bok" dari Ay sian dari see-Hek. Justeru itu Kim som berteriak: "jangan saudara Lo orang sendiri " Orang tua itu mendengar teriakan, dia masih sempat membatalkan serangannya, Dia lompat menyingkirjauhnya dua tombak. Meski begitu, dia mengawasi tajam. Dia heran sahabatnya baru mengenalinya. Mendapatkan Kim som sudah mengenali ia, Tiong Hoa melepaskan cekalannya kepada lengannya soen Loen Teng, yang tadi ia pegang terus. sin Hong sioe-soe lantas menghampirkan- "Semenjak perpisahan kita dikota Kim-leng, aku tak sangka bahwa disini kita dapat bertemu pula, siauwhiap" kata dia sambil tertawa, "Akupun girang sekali melihat ilmu silat kau maju begini pesat sungguh kau harus diberi selamat sekarang ini dimana adanya muridku" Mengapa dia tidak ada bersamasama siauwhiap?" "Kim Loocianpwee, apakah kau banyak baik?" Tiong Hoa membalas. "Tentang muridmu, jangan loocianpwee buat kuatir dia sekarang ada pada kakak angkatku" Baru berkata begitu, anak muda ini mendengar siulan nyaring yang terbawa angin, lantas ia kata pula: "sekarang ini bukan saatnya untuk berbicara, Maafkan aku, besok pagi saja kita bertemu pula" Lalu kata kata itu ditutup dengan ia mencelat keatas genteng dimana ia lenyap. Kim som tercengang, bukan buat perginya orang, hanya untuk lompatannya itu- Lompatan dari ilmu ringan tubuh yang luar biasa mahir. Tidak lama ia berdiam, ia menoleh kepada si orang tua dan kata: "sayang telah terbit salah paham ini, Kalau tidak, andaikata dia dapat membantu kita, alangkah besar faedahnya, Tapi..." Mendadak ia ingat suatu apa, lantas ia berhenti bicara terus. si sasterawan tua heran"Siapa dia, saudara Kim?" ia tanya, "Kenapa dia lantas pergi" Aku merasa dia mencurigai." Kim som melengak, ia melihat Soen Loen Teng berlalu dengan diam-diam dan coei Kiat Him mengintili orang she soen itu, ia melengak sebentar, terus ia bersenyum. "Orang yang harus dicurigai bukan dia," hanya soen Loen Teng kata ia kemudian, "Dia barusan mendengar siulan, dia pasti menyangka kepada musuh kita, karena dia tak ingin terlibat dalam urusan kita ini, dia lantas mengundurkan diri." orang tua itu mengerutkan alis. Dia masih tak mengerti. "Kau bicara separuh-separuh saudara Kim," katanya, "siapa dia sebenarnya" Aku ingin minta kan suka memberitahukan aku, supaya aku tidak bersangsi lagi." "Saudara Lo." kata dia, "dialah si orang she Lie yang selama paling belakang ini namanya telah menggemparkan sungai Besar bagian selatan dan Utara." orang tua itu kaget sampai dia mundur setindak. "Apa?" katanya, "Apakah maksudnya maka dia datang ke selatan ini?" Kim som menatap kawan itu. "Saudara Lo, pernahkah kau dengar peristiwanya di Kwie In Chung?" ia tanya "Kwie Lam ciauw ketakutan dan kabur, kalau tidak dia bisa celaka. Dia menyingkir kepada Cit-chee-cioe Giam-ong-leng Pouw Liok It. sekarang ini Lie siauwhiap lagi mencari Lay Kang Keen Pouw." Mukanya si orang she Lo berobah, ia menarik ujung baju sin Hong sioe-soe. "Saudara Kim, mari" ia mengajak. "Mari kita cari tempat sepi dimana kita dapat membicarakan soal sulit ini." Kim som menurut, Maka larilah mereka ketempat gelap. Tiong Hoa kembali kekamarnya, Didepan pintu itu ia berhenti, untuk menghela napas, ia mengangkat kepala memandangi puteri Malam yang saban-saban dialangi sang mega. sang angin membawa harumnya bunga, yang membikin orang merasa hatinya terbuka. Selang sesaat anak muda ini menghampirkanpintu buat mengetuk perlahan dua kali lalu ia pun memanggil "Encie In...." Hanya sebentar. didalam kamar terlihat api berkelebat lalu In Nio membuka pintu. Si anak muda nyeplos masuk. la melihat rambut sinona kusut, matanya kesap-kesip. mukanya tersungging senyuman. "Kau dapat pulas, encie In," kata ia "Bagus" Si nona sudah lantas duduk menyender dipembaringannya, tangannya menunjang dagu. "Bagus seperti kau, si usilan..." kata nona itu. "Kau mirip anjing si tukang kejar si buntut panjang, kau menyia-nyiakan ketika- mu semalaman. Lihat bajumu penuh debu. Kemana kau telah pergi?" "Ramai juga." katanya. Lalu ia menuturkan kejadian barusan diluar. In Nio mendengari, ia berpikir. "Kalau begitu, sekarang tak dapat kau menaruh dirimu diluar garis," katanya kemudian. si pemuda nampak heran. "Kenapa?" tanyanya. Nona Cek mengawasi ia melihat orang masih memakai topeng. "Buat apa kau masih memakai topengmu?" katanya, mengerutkan alis. Tiong Hoa tertawa, ia menyingkirkan topengnya. "Encie In, mengapa kau bilang aku tak dapat lagi berdiri diluar garis?" tanya ia, ia nampak masgul. In Nio menatap. ia bersenyum. "Kenapa kau nampaknya gelap?" kata dia, "sekarang ini gelombang Rimba persilatan disebabkan tak lebih tak kurang oleh tiga soal besar, yang satu sama lain ada sangkut pautnya." "Apakah itu?" pikir si anak muda heran"Kau dengar," In Nio melanjuti, "Mari pertama kita bicara dari hal Ngo-sek Kim Bo milik Souw Siangsie yang dirampas Yan Hong, Tahukah kau bahwa kau tersangkut dalamn. Bukankah Hoan-Thian-Ciang Yan Loei serta anaknya, Yan Hong itu, tak keruan parannya" Pernah mereka pergi kebenteng air ditelaga Tong Teng ouw, lantas mereka pergi pula. Karena itu Im San Sioe-soe guru dan murid pergi merantau mencarinya." "Tentang Ngo-sek Kim Bo. aku tak tahu menahu," kata Tiong Hoa setelah berpikir "Melihatnya pun aku belum pernah, Bagaimana aku tersangkutnya?" In Nio tertawa. "Masih ada yang ke-dua?" katanya, itulah halnya cangkir kemala Coei In Pwee berasal dari Khoten, Bukankah kau tak dapat menyangkal kau tersangkut dalamnya?" Tiong Hoa melengak, lantas ia tertawa. "ltu juga tidak ada hubungannya denganku" katanya. "Kebetulan saja aku melihat keruwetan urusan cangkir itu." ia menatap si nona. Muka si nona merah. ia agak jengah, "Sekarang yang terakhir: Lay Kang Koen Pouw" katanya pula, "Kitab itu oleh Kwie Lam Ciauw telah diserahkan kepada Pouw Liok It, sekarang kitab itu menerbitkan gelombang. orang berlomba ingin memilikinya. Dan kau satu diantaranya yang turut mengambil bagian, Barusan kau lihat sendiri apa macamnya perbuatan itu." Tiong Hoa menggeleng kepala. "Mereka mencari kemala Han-pek-giok." katanya, "itulah bukan soal kitab." In Nio tertawa. "Tolol" katanya, "Dapatkah kau bilang kemala Han-pek giok tak ada hubungannya dengan kitab Lay Kang Keen Pouw" Kalau begitu kenapa mereka itu mengejar-ngejar dan tak takut mengadu jiwa karenanya?" Baru sekarang Tiong Hoa sadar. Mengertilah ia sekarang ketelitian si nona yang dapat memikir demikian jauh, soal satu dihubungi dengan yang lain, ia jengah sendirinya. Selagi mereka berdiam sejenak itu dengan sekonyongkonyong si anak muda melihat paras si pemudi berubah, dia mengangkat tangannya kerambutnya untuk mencabut tusuk kondeinya, dengan dua jerijinya dia sentilkan itu kejendela. Hebat perhiasan rambut itu yang terbuat dari batu kemala hijau, yang melesat menembuskan kertas jendela, menyusul mana dari luar terdengar tertawa yang nyaring, lalu terdengar pula suara gembira dari Kim som: "Nona, hebat tanganmu jikalau aku si orang she Kim tidak bersiap sedia, pasti ulu hatiku tembus karenanya Lie siauwhisp sukakah kau mengijinkan seorang tetamu yang tidak diundang menjengukmu?" Tiong Hoa mengenali sin Heng sioe-soe. "Oh, Kim Locianpwee?" katanya, "Tunggulah, aku nanti membuka pintu" Anak muda ini menuju kepintu, In Nio sebaliknya masuk kekamar sebelah. Kapan Tiong Hoa telah mementang daun pintu, ia melihat dibelakang Kim som, si orang tua yang dandan sebagai sasterawan hingga ia menjadi melengak. si orang tua bertindak maju, untuk memberi hormat. "Lie Siauwhiap. maaf aku berkunjung malam-malam." katanya agak jengah. "Terpaksa aku mengganggu tidurmu karena adanya urusan yang penting, yang memaksaku berbuat begini. Aku pun mohon maaf buat kelakuanku tadi." Tiong Hoa cepat membalas hormat. "Tidak apa," katanya bersenyum. silahkan masuk, Maaf disini tak dapat aku melayani jiewie sebagaimana layaknya." Kim som mendahului masuk. "Itu pun tak perlu" katanya tertawa, ia menyesapkan tusuk konde ke tangan si anak muda. Tiong Hoa menyambuti sambil bersenyum ia simpan dalam sakunya. setelah si orang tua turut masuk. bertiga mereka duduk bersama. "Tuan ialah Loosoe Lo Leng Tek gelar sin Kle sin she dari Tay in san" Kim som lantas memperkenalkan kawannya. Lo losoe tidak muncul dalam dunia Kang ouw akan tetapi ialah satu guru besar, terutama kecerdikannya sangat termashur, Tidak demikian mana dapat Lo Loosoe lolos dari akal muslihatnya Ok-Coe-Pong Liap Hong." Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Keduanya saling memberi hormat pula. "Aku merasa beruntung dengan pertemuan ini." kata Tiong Hoa. "Entah Lo Loosoe hendak memberi pengajaran apa padaku, aku bersedia mendengari." "Saudara Kim cuma memuji saja," kata Leng Tek merendah "harap siauwhiap jangan dengari dia." Ketika dia itu meneruskan bicara, paras orang tua ini nampak berduka. Kata ia: "Sancoe dari Tay in San sebenarnya turunan Kerajaan Beng, dia tinggal di gunung Tay In san untuk menyembunyikan diri sudah sekian lama sancoe hidup damai atau ia tidak beruntung telah mempunyai seorang murid durhaka. Murid itu telah melakukan kecabulan, sancoe gusar dan menegurnya. Dia melarikan diri, Kemudian ternyata dia bekerja didalam istana raja, jahatnya ialah dia memfitnah sancoe katanya sancoe bercita-cita berontak. Karena itu Cithongcoe, putera raja yang nomor tujuh sudah mengirim sembilan belas wie soe mengepalai tentara negeri menyerbu Tay In san. sancoe sudah berumur sembilan puluh tahun, dia sudah tawar hatinya, dia lantas menitahkan aku si orang tua melindungi siauw sancoe untuk menyingkir ke Hok Liong Thoa, Koen-beng. Diwaktu mau berangkat, kami telah dibekali sebuah gelang kemala Han-pek-giok " "Rupanya gelang itu ada hubungannya dengan Lay Kang Koen Pouw," kata Tiong Hoa. "Benar," sahutnya, "Benar seperti katanya si nona barusan" Mendengar itu, tahulah Tiong Hoa bahwa mereka ini sudah lama mendengari pembicaraannya dengan In Nio. Kim som lantas berkata, jengah: "inilah soal penting sekali, soal mati dan hidup, Aku minta diberi maaf yang kami sudah mendengari pembicaraan siauwhiap berdua." "Tidak apa, locianpwee," kata Tiong Hoa. Lo Leng Tek menyambungi keterangannya: "Aku si orang tua melindungi siauw-sancoe meninggalkan gunung dengan tergesa-gesa. Begitu kita memasuki wilayah Kie-tang, kita mendengar kabar buruk perihal loo-sancoe telah roboh sebagian kurban-..." Tanpa merasa, jago tua itu mengucurkan air mata, akan tetapi segera ia memperlihatkan wajah sangatgusar. Tiong Hoa terharu melihatnya. Dengan masih terisak Lo Leng Tek berkata pula: "Manusia durhaka itu bernama Bouw sin Gan, kedudukannya sebagai pembantu utama dari loo-sancoe. Dia tertarik hatinya oleh nyonya mantunya loo-sancoe. Ketika dia mau melakukan perbuatan cabul nya itu, dia kepergok dia segera diusir, Diluar sangkaan dia bekerja diistana. Kejadian itu membikin siauw-sancoe sangat berduka. ia mendukai mendiang ibunya, juga mendiang kakeknya itu. Aku menyesal sekali, Rasanya tak sanggup aku memenuhi pesan loo-sancoe untuk melindungi siauw-sancoe." Tiong Hoa mengerti siauw-sancoe, atau sancoe yang muda, menjadi cucu dari loo-sancoe, yaitu sancoe yang tua, cuma ia masih belum jelas akan duduknya hal, ia mengerutkan alis. Lo Leng Tek melihat orang masih tak mengerti, ia dapat membande. "Siauwhiap. maafkan aku, karena hatiku kacau, tak dapat aku bicara dengan rapih." ia kata. "Sebegitu jauh pemerintah Ceng mengambil sikap lunak terhadap loo-sancoe, tetapi entah fitnah Bouw sin Gan kepada Cit-hongcoe, Cit-hongcoe memesan Sin Gan menangkap hidup kepada loo-sancoe. Kesudahannya loo-sancoe membunuh diri. Kejadian itu mengagetkan Sin Gan maka dia melaporkan bahwa loo-sancoe bunuh diri sebab takut akan dosanya. Dilain pihak Sin Gan menganjurkan kaum Rimba persilatan turut merebut gelang kemala itu..." Masih Tiong Hoa tak mengerti. "Kenapa dia bukan mencari siauw-sancoe hanya mengutamakan mencari gelang kemala itu ?" ia tanya. Leng Tek tertawa sedih. "Itulah bukti kelicinan si durhaka," katanya, "Dia memfitnah loo-sancoe. itulah perbuatan tak dapat diterima Rimba Pers ilatan,seka rang dia tak memaksa mencari siauw-sancoe, dengan begitu dia mau kasi lihat kepada umum bahwa loo sancoe benar berdosa dan karenanya mencari matinya sendiri Untuknya, gelang penting sekali, dari itu ia mendahului sikapnya itu terhadap siauw-san-coe, Rupanya telah menjadi pengiraannya bahwa siauw-sancoe toh bakal berontak sendirinya kelak dikemudian hari." "Lo Loosoe," kata si anak muda, tetap gelap. "Dapatkah loosoe memberikan penjelasan terlebih jauh ?" Lo Leng Tek memandang kepintu, akan melihat sang waktu, Lalu ia menghela nafas. "Sang fajar bakal lekas tiba, baiklah kita bicara singkat saja," katanya, "Ketika dulu hari Pouw Liok It belum memperoleh nama, dia pernah menerima budi pertolongannya loo-sancoe. Pouw Liok It ingin membalas budi, maka dia menyerahkan gelang kemala itu, selagi menyerahkan dia berkata: "Loo-sancoe sudah berusia lanjut, danpula hidup damai, mungkin tak dapat aku membalas budimu yang sangat besar, Maka itu aku harap loo-sancoe sudi menerima gelang kemala ini. untuk dilihat-lihat sebagai tanda peringatanTiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dilain waktu, apa bila ada perlunya, aku minta sukalah loo sancoe menggunai kemala ini sebagai tanda, Aku akan melihat gelang, tak mengenali orang. Aku berjanji, asal aku sanggup, tidak nanti aku menampik, Loo-sancoe melihat Pouw Liok It sebagai laki-laki sejati, ia terima gelang itu. Hal itu cuma diketahui sin Gan berdua aku. Baru ini. ketika loo-sancoe menyerahkan gelang kepada siauw-sancoe, ia cuma pesan siauw-sancoe minta pada Pouw Liok It, satu dalam dua: Pouw Liok It tolong membinasakan Bouw sin Gan atau dia menyerahkan Lay Kang Koen Pouw kepada siauwsancoe. Mengenai ini siauwsancoe sudah melakukan pemilihannya sendiri yalah ia ingin dengan tangannya sendiri merampas jiwanya Sin Gan. Maka itu dengan membawa gelang sebagai bukti, ia mau kitab ilmu silat itu." Baru sekarang Tiong Hoa mengerti. "Siauwhiap. hal sekarang tak sampai disini saja," Kim som turut bicara, "Bouw sin Gan menganjurkan orang merampas gelang kemala itu, kejadian itu bisa berakibatkan kebencanaan Rimba Persilatan-" Tiong Hoa heran"Aku kurang jelas, loocianpwee, maukah kau menerangkan lebih jauh?" ia minta. Kim som mengasi lihat roman sungguh-sungguh. "Sin Gan menganjurkan perampasan gelang bukan karena ia cuma ingin memiliki gelang itu," demikian katanya, "Dia ingin menggunai itu untuk mewajibkan Pouw Liok It membinasakan siauw-sancoe. Dalam hal ini ia mau mempengaruhi Pouw Liok It dengan menggunai pesan Liok It bahwa Liok It hanya mengenal gelang tidak mengenal pembawanya. Dengan terbinasanya siauw sancoe, lenyaplah ancaman bahaya untuk Sin Gan, Ok-Coe Pong Liap Hong memikir lain lagi. ia ingin dengan itu dapat memaksa Pouw Liok It berebut pengaruh, untuk menjadi jago Rimba persilatanTiraikasih Website http://kangzusi.com/ Disana pun ada Cit-Sat-Chee Kie Soen, yang menghendaki kitab untuk kepentingannya sendiri, oleh karena itu, sekarang Pouw Liok It pusing bukan main, ia bingung sekali, umpama kata Sin Gan yang membawa gelang kemala, pasti celakalah ia, namanya bakal runtuh. Kalau ia menolak. namanya bakal runtuh juga. Jikalau Liap Hong yang membawa, maka pastilah bakal terjadi kebencanaan Rimba persilatan itu, orang akan saling rampas dan saling bunuh tak habisnya." Mendengar disebutnya nama Kie soen, Tiong Hoa ingat suatu apa. "Siapakah cit-sat-chee Kie soen itu?" ia tanya. Belum sempat Kim som memberi jawabannya dari dalam In Nio sudah mendahului "Kie soen yalah saudara satu ayah lain ibu dari Thian Yoe sioe. Dia suka sekali membunuh orang, oleh Thian Yoe sioe dia dihukum tutup didalam gua dilembah gunung Liauw Ngo Tay san, tetapi dia dapat buronKetika Thian Yoe sioe muncul di Hoa Kee Po tetapi lantas menghilang pula, itulah mungkin disebabkan ia hendak menyusul Kie soen itu." "Ah, encie In-" kata si pemuda. " kenapa kau tidak siangsiang memberitahukannya?" "Hal itu tidak mengenai kau, tak usah kau mengetahuinya," menyahut si nona, "Aku sengaja tidak memberitahukan kepadamu supaya kau tak pusing kepala tak keruan." Tiong Hoa mengetahui hatinya si nona, In Nio sudah menjelaskan asal dia dapat bertemu dengan Pouw Liok It dan menemui juga ibunya, berdua mereka hendak mencari suatu tempat sunyi untuk tinggal bersama-sama dengan damai dan aman, supaya mereka tak usah pikirkan lagi soal Kang ouw yang kacau itu. ia sendiri pun jemu dengan penghidupan yang buruk itu. "Lo Loosoe," katanya, "bagaimana kehendak loosoe selanjutnya ?" orang tua itu berduka. "Sebenarnya aku telah kehabisan daya," sahutnya tertawa sedih, "Aku menduga untuk masuk ke wilayah In-lam, kami bakal menghadapi sedikitnya tiga tempat yang berbahaya, sebab yang berdiam d is ana orang-orang Kang ouw yang liehay. Aku merasa sukar untuk melewatkan mereka itu. oleh karena itu, di dalam keadaan terancam ini, aku ingin bantuan siauwhiap berdua si nona, Aku harap supaya dapat kami ketolongan-" Tiong Hoa bersangsi, ia belum tahu sikapnya In Nio. "Lo Loosoe, berat kata-katamu ini," kata ia. "Sebenarnya ilmu silatku tidak berarti. Aku kuatir..." ia berhenti dengan tiba-tiba mukanya menjadi merah. Kim som melihat roman orang itu, dia bersenyum. "Aku minta jangan siauwhiap terlalu merendah," katanya, "Pernah aku si orang she Kim mendengar dari saudara Cee Cit tentang sifat siauwhiap. yang dia puji sangat tinggi. Lo Loosoe ini mohon bantuan siauw hiap berdua, segala akibatnya ialah yang akan menanggung sendiri" "Lo Loosoe dapatkah loosoe menjelaskan tentang ketiga tempat yang loosoe duga ber bahaya itu?" Tiong Hoa tanya. "Sebenarnya itu bukan dugaan sebab itu diketahuinya dari laporan rahasia," sahut Leng Tek. "Soen Loen Teng menjadi mata-mata musuh, inilah aku sudah ketahui. Aku membiarkan saja sebab aku membutuhkan tenaganya, supaya dia dapat memberikan pelbagai kabar rahasia kepada pihaknya, Tentu sekali kabar-kabar yang mengacaukan mereka itu. Dipihak sana aku mempunyai seorang sahabat kekal, selama ditengah jalan, aku selalu memperoleh bantuannya itu, Demikian kita tiba disini dengan selamat. sekarang kita bicara dari hal rintangan rintangan didepan, yang bakal kita hadapi. Yang pertama yalah Hong-cauw-sie, sebab penjaga-penjaga disana semua bangsa jahat.. Leng Tek tak sempat melanjuti keterangannya itu, ia melihat roman Tiong Hoa gelisah, terus si anak muda berlompat ke pintu dari mana dia pergi kekanan, ia heran dia menduga pada musuh, maka ingin ia menyusul. Akan tetapi Kim som mengulapkan tangan. "Tak usah, Lo Loosoe" kata sin Hong sioe-soe. "Lie siauwhiap sendiri sudah cukup," Leng Tek menuruti, ia berduduk pula. Toh ia ragu-ragu Mendadak sesosok tubuh lompat mencelat kepayon kekiri, berbareng dengan itu datang serangan angin kedada si anak muda. Tiong Hoa tertawa dingin seraya tubuhnya berkelit kesamping. berbareng dengan itu tangan kanannya meluncur menyambar pundak orang. orang itu terkejut. dia berkelit, tetapi sudah kasip. Dia tidak menyangka pada tangan si Kera Terbang yang luar biasa itu, saking kaget dia lantas menyerang pula. sia-sia saja perlawanannya ini, belum serangannya memberi hasil, tenaganya sudah habis napasnya mogok. terus dia pingsan... Segera juga Lie Tiong Hoa mengenali soen Loen Teng, Tak bersangsi lagi ia mengangkat tubuh orang tawanan itu, buat dibawa kedalam dia meletakinya di lantai. "Inilah penyakit didalam tubuh" katanya bersenyum kepada kedua tetamunya "Lo Loosoe, bagaimana keputusan loosoe?" "Dapat kita gunai Loen Teng," katanya, "Lekas sekali ia menotok tiga kali kepada tiga jalan darah sam- yang, sin-hong dan ciangtay si pengkhianat untuk kemudian menepuk pung g ung ny a . . Dengan cepat Loen Teng membuka matanya, ia kaget akan mendapatkan ia berada didepan Leng Tek dan Kim som bertiga. Leng Tek mengawasi, sembari tertawa ia kata: "soen Loosoe, kau telah kena dicurangi pihak sana. orang telah menotokjalan darahmu yang paling berbahaya, Aku mempergokinya sesudah kasip. jiwamu sudah bergantung kepada tempo yang singkat sekali. Kalau kita nanti-sampai di Koen beng, mungkin aku sempat menggunai tempo satu hari satu malam untuk mengobati kau dengan tusukan jarum emas. Barusan kau ditangkap siauwhiap ini karena disangka kau musuh, Tapi syukur kau kena tertangkap. kalau tidak. tak tahu aku bahwa kau sudah ditotok celaka," ia mengawasi tajam. Loen Teng berkuatir, ia juga ragu-ragu ia mengucap terima kasih, lantas ia lari pergi.Justeru itu ia berpapasan dengan coei Kiat Him. orarg she Coei itu terkejut. Hampir dia membentak. baiknya Leng Tek ke buru mengedipi mata padanya. Kemudian kata Kiat Him pada Leng Tek. "Sudah terang Loen Teng berkhianat, kenapa Lo Loosoe, melepaskan dia" Melepas harimau itu mudah tetapi menawannya sukar...." Leng Tek tertawa. "Coei Loosoe, mustahil aku tak tahu siapa Loen Teng?" katanya, "Tadi telah aku totok dia beberapa kali tetapi aku mengatakan dia ditotok pihak sana. maka sekarang dia tentu lagi mencoba mengerahkan tenaganya, untuk melawan totoka n itu Aku percaya, apabila dia gagal, dia pasti bakal bercuriga, Dia tentu tidak berani menanyakan pihak sana. Asal dia curiga itu untuk kita ada baiknya tak ada jahatnya, Aku telah janjikan dia :ikan menolong i apabila nanti kita sudah tiba di Koenbeng, sekarang ini, aku pikir, baiklah loosoe terus mengawasi Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dia." Kiat Him suka menerima tugas itu. ia mengangguk ia lantas mengundurkan diri Lo Leng Tek berbangkit. "Fajar akan segera tiba, ijinkan aku si orang tua mengundurkan diri," kata ia ter tawa sambil memberi hormat. Tiong Hoa berdiam mengawasi orang pergi sampai ia mendengar suara berkelisik dj belakangnya ia lantas menoleh, akan melihat In Nio berdiri menyender sambil bersenyum. sekejap kamar mereka gelap lantas terdengar suara tertawa mereka berdua.... TAMAT BAGIAN I (Lambang Penangkal Maut) Bagian II (MISTERI LAMBANG MAUT Jilid 1) Jilid 20 : Tiba di Kun-beng, ibukota In-lam yang indah Matahari pagi memancarkan sinarnya di jalanan besar umum Barat daya Tin-leng, itulah jalan untuk masuk kewilayah propinsi Inlam. Di tepian situ ada hutan, ada jurang, ada air tumpah juga. Tempat berbahaya tetapi pemandangan alamnya permai. Muncratnya air tumpah seperti menerbitkan kabut. Justeru itu dari tepi jalanan tepian gunung yang tinggi teriihat belasan orang lompat turun bagaikan bayangan bergerak, Tiba dijalan umum, satu diantaranya seorang tua yang jangkung, lantas berkata: "Sebentar rombongan Tay In San bakal lewat disini, jagalah supaya satu pun tak ada yang lolos Siapa alpa -- Hm Hm dia bakal dikutungi tangan dan kakinya Aku si orang tua katakataku merupakan undang-undang, tak dapat aku memberi keringan" Orang tua itu berambut putih beralis tebal, matanya sangat tajam dan bengis, Pada dua buah telinganya, dia memakai anting-anting emas yang besar, yang berkilauan di sinar Sang Surya. "Tongkee" berkata seorang, ^Bagaimana jikalau Ok-coepong Liap Hong bersama orang-orangnya datang mengganggu" jumlah kita pastilah tak cukup..." Mata si orang tua berkredep. "Liap Hong berani merintangi aku" IHm." dia kata nyaring, "Aku...." Perkataannya orang tua yang bengis ini berhenti dengan tiba-tiba. Dari samping jalan lainnya, dimana ada tanjakan tebing, datang suara tertawa seram serta kata-kata ini: "Kie soen, kau jangan bermimpi orang sudah mengambiljalan mutar melewati Hong-cauw-sie menuju ke see Coe Nia. Kamu menanti sampai besok pun akan sia-sia belaka" Suara itu sangat nyaring sekali sebab di keluarkannya dibantu dengan dorongan tenaga dalam yang mahir. Si orang tua bengis itu, yang dipanggil Kie soen, mulanya terkejut, terus dia menjadi mendongkol akan tetapi dia tidak mengumbar kemarahannya. sebaliknya, dia tertawa nyaring, nadanya dingin. Tertawanya itu berkumandang jauh, Kemudian dia mengangkat kepalanya dan berkata keras: "Liap Hong, tak dapat aku si tua terjatuh kedalam akal muslihatmu. Mana dapat kau memancing pergi padaku supaya kaulah yang nanti mendapat untung" Ketahui olehmu, segala apa aku sudah atur selesai jikalau kau berani menghalang-halangi aku, maka kau bakal mati tanpa tempat kuburmu" Kata-kata terkebur itu tidak lantas mendapat penyahutan, Adalah kemudian: "Kiesoe," demikian penyahutan itu. "Kau tidak percaya aku maka jangan nanti kau sesaikan aku tidak menjalankan aturan Kang ouw. Aku Ok Coe Pong Liap Hong, telah lama aku memperoleh nama sebagai orang yang pintar dan banyak akalnya, akan tetapi aku masih kena dipermainkan si bangsat tua sin Kie Lo Leng Tek. bahkan hampir aku kena terbekuk dia. jikalau aku telah tidak berdaya, apa pula kau" Kau mengejar, kau mengatur daya, tetapi kau gagal. orang bermata awas, orang dapat melihat, mustahil orang mesti lewat ^uga di Hong-cauw-sie ini, tempat yang berbahaya" Hm" Diam-diam Kie soen terkejut. "Liap Hong benar juga," pikirnya, "Tapi tak dapat aku berhenti sampai disini" hanya ia heran: "Liap Hong pun ingin mendapatkan gelang kemala Dia tahu rombongan Tay In san sudah lewat, mengapa dia memberitahukan itu padaku?" Karena ini, ia kata nyaring: "Kaujangan main gila di depanku Kalau kau benar ketahui orang sudah lewat, mengapa kau tidak mengejar mereka " Mengapa kau masih punya kelebihan tempo untuk memberi kabar padaku?" orang diatas itu tertawa lama. "Aku Liap Hong, tidak biasanya aku melakukan hal yang tak ada gunanya " kata nya pula, " Kenyataannyayalah kita berdua saban-saban menubruk tempat kosong, maka itu, haruslah kita menggunai pikiran, Kau toh mengerti, beragam kita hasil, berpencar kita rugi, maka itu, ingin aku kita bekerja sama. Dari see Coe Nia sampai di seng-keng kwan, pihakBoeTong mengumpulkan orang-orang piliha ya guna menyambut tibanya rombongan In san. Diantara orang-orang undangannya itu, ada dua orang Ceng shia Pay dan Tiam Chong Pay, bahkan ada juga pendeta dari siauw Lim Pay Mereka itu bertekad mesti dapat Lay Kang Koen Pouw menjadi warisan Thio sam Hong, pendiri dari Boe Tong Pay, dari itu untuk mendapatkannya, pihakBoeTong Pay perlu mendapatkan juga gelang kemala itu, Coba kau pikirkan, mudahkah kita bekerja?" Liap Hong berhenti sebentar, lantas dia menambahkan "Di jalanan ke seng- keng- kwan itu juga ada penjagaan dari lain rombongan, yaitu rombongannya Liong Hoei Giok kepala dari siewie istana, inilah kau harus ketahui Aku telah bicara lama denganmu, sekarang terserah kepadamu sendiri, suka dengar baik, tak suka dengar masa bodoh. Baik kau ketahui juga, disaat ini rombongan Tay Kin san itu lagi berada dihilir sungai Tay Pang Hoo dimana mereka jalan ngitari bukit. Nah sekian saja, sekarang aku mau menyusul kesana supaya aku tidak sampai ketinggalan mereka." Lantas sunyilah atas jurang itu. Kedua matanya Kie soen berkeredepan, otaknya bekerja. "Teranglah sudah Liap Hong hendak menggunai aku sebagai alat, supaya akulah yang merintangi rombongan Tay In san itu," pikirnya. "Dia mau melihat kita kedua pihak rusak bersama, lalu dia yang muncul akan menerima hasil tanpa bekerja. Hm Dia memikir yang tidak-tidak. dia bermimpi Tapi tentang keterangannya ini lebih baik aku percaya..." Maka ia lantas memberikan perintahnya: "Gouwsioe Po, lekas kau mengabarkan semua pos untuk mereka semua pindah kejalan Ceng-liong di see Coe Nia sedang yang lainnya mesti menyusul ke hilir sungai Tay Pang Hoo" Seorang menyahuti, lantas dia berangkat dengan diturut rombongannya. Dengan berlompatan mereka lari kesisi air tumpah. Masih sekian lama Kie soen berdiri diam disitu, baru dia menjejak tanah dengan dua kakinya, untuk berlompat tinggi, itulah lompatan "Naga membuka langit." Ketika dia memutar tubuh, dia lari keatasan air tumpah disana dia menghilang dengan cepat. Tidak lama maka dijalan umum disitu terdengar tindakan kaki kuda yang berlari-lari keras. suara berisik yang tak melenyapkan suara derap kuda itu. segera juga terlihat seorang penunggang kuda mendatangi bagaikan terbang. Ketika itu udara mendung mau turun hujan. Tepat dia sampai ditempat dimana barusan Kie soen berdiri penunggang kuda itu menghentikan binatang tunggangannya. si penunggang kuda mengangkat kepalanya, melihat keatas, kekedua tinggijurang, lantas mulutnya mengasi dengar siulan yang nyaring, yang mengalun diudara. Menyambuti siulan itu, dari atas jurang terlihat seorang berlompat turun. Dia berkepala besar bertubuh kecil, kepalanya tak ada rambutnya, Dia pun sudah berusia lanjut, dia tidak memelihara kumis. si penunggang kuda lompat turun dari kudanya. "Soen Loosoe," kata si orang tua, tak usah lah kita pakai adat kehormatan. Aku ingin dengar kepastian apa benar-benar rombongan Tay in san sudah tidak melewati Hong-cauw-sie hanya jalan mutar?" Orang she soen itu, si penunggang kuda, memang soen Loen Teng. Dia sudah di bilangi untuk jangan berlaku hormat tetapi tidak urung dia merangkap kedua tangannya. Dia menjawab: "Liap sancoe tidak keliru Lo Leng Tek sangat cerdas, mana dia mau mengantarkan diri kedalam mulut harimau" Meski dia katanya jalan mutar tetapi belum tentu jalan mana yang dia ambil dengan pasti. Dia menggunai tipu daya bersuara di timur menyerang d iba rat, dia main siasat yang membingungkan orang, sampai orangnya sendiri ada yang kena dibikin seperti terbenam didalam kabut..." Orang tua gundul itu berkerut alisnya, "Soen Loosoe, kau jadinya tak berdaya mengikuti Lo Leng Tek ?" katanya, " Habis sekarang loosoe mau ambil jalan yang mana?" Soen Loen Teng tertawa sedih, "sekarang ini aku telah dicurigai," sahutnya masgul "sekarang ini aku lagi diawasi Tok Pie Leng-koan coei Kiat Him. Menurut dugaanku, Lo Leng Tek meng ambil jalan Long-tay menuju ke soan-wie, buat mutar melewati seng- keng-kwan. " Liap Hong mengawasi orang, dia tertawa dingin. "Aneh sekali, soen Loosoe." kata dia. "Dengan kepandaian kau ini, kenapa kau bolehnya jeri terhadap si tangan satu itu?" Mukanya Loen Teng menjadi merah, beberapa kali bibirnya berkutik tetapi suaranya tak keluar, sebenarnya ia mau menanya siapa yang sudah menotok padanya, tetapi ia bersangsi, sebab ia kuatir Liap Hong sendirilah yang menotoknya. Kalau dugaannya benar dan ia menanya, pasti Liap Hong bakal jadi gusar dan pasti ia bakal dibikin celaka seketika juga, Karena itu, ia jadi berdiam saja. si orang tua terus mengawasi. Kali ini dia tertawa dingin. "Baiklah, kita bertemu lagi didepan -- di see Coe Nia" akhirnya dia kata, lantas dia lompat pula keatas jurang untuk melenyapkan diri. Loen Teng terbengong, Kacau pikirannya ia malu dan berduka, ia menyesal kalau ia ingat budinya Loo-sancoe terhadapnya, ia menyesal, karena keliru berpikir, sekarang jamenjadi bercelaka, kedudukannya menjadi serba salah, ia bersangsi kalau-kalau Lo Leng Tek suka memberi maaf padanya. Akhirnya ia menghela napas panjang, terus ia lompat naik atas kudanya, guna melanjutkan perjalanannya itu. Dengan sekali cambuk. la membikin kuda nya kabur pula. Baru Loen Teng pergi jauh, atau dari belakangnya muncul sepasang pria dan wanita yang bertopeng, Keluar dari tempat sembunyinya, mereka ini lantas lompat naik ke- atas jurang untuk melihat keseputarnya. Hanya sebentar, mendadak mereka saling memberi isyarat dengan tangannya masingmasing. Itulah sebab dijalan besar itu lantas tampak belasan orang, yang dengan berlari-lari pesat semua melewatijalan besar itu, jalan Hong-cauw-sie yang banyak dibuat sebutan. Hari itu belum tengah hari, dari pintu utara kota Cengliong terlihat belasan saudagar dengan masing menuntun seekor keledai yang memuat kantung-kantung kulit terisi obatobatan, semua menuju ke sungai siauw Poan Kang untuk menyeberang. Berbareng dengan itu dari pintu barat datang penunggang kuda kabur kearah see Coe Nia. Mereka tidakjalan berendeng atau bersama, hanya terpisah sejarak dua lie satu dari laini Yang disebelah depan, tangan bajunya yang kanan berkibaran, Yang dibelakang, yalah soen Loen Teng, mukanya kucal sekali sinar matanya lesu. Cuaca ketika itu suram karena sang awan menutupi sang langit, sang debu dan sang pasir menambah tak jernihnya jagat, Dijalan see Coe Nia itu yang sepi, cuma ada tiga tempat singgah, buat bermalam atau menangsalperut atau membasahkan kerongkongan, jalan besar umum, kedua tepinya merupakan gunung-gunung yang curam. Selagi penunggang kuda yang disebelah depan itu mengalirkan terus kudanya, tiba tiba ia mendengar siulan nyaring danpanjang, Menyusul itu dari kedua tepijalan besar muncul beberapa puluh orang Rimba Persilatan, dengan romannya berlainan, dengan pakaiannya beraneka ragam, sebab di antaranya ada pendeta, ada imam. satu di antaranya, seorang imam tua bermuka bersih serta berkumis-jenggot terpecah lima, maju menghampirkan si penunggang kuda, segera juga terdengar suaranya yang nyaring: "Boe liang sloe-hoed sie-coe, sudikah kau menghentikan dulu kudamu" Pintoo ingin meminta sesuatu pengajaran dari sie-coe" Penunggang kuda itu tidak menahan atau memperlahankan kudanya, dia melarikannya terus. Imam itu terperanjat ia menggeser ke-pinggir, sambari berkelit itu, sebelah tangan diluncurkan, guna menyambar kuda. Liehay sekali imam itu. Dia berhasil dengan sambarannya itu, Maka dengan surinya kena terpegang keras, lari kuda itu tertahan, tak dapat dia kabur terus meski empat kaki nya bertokeran untuk meronta-ronta. si penunggang kuda aneh. Dia rapat mata nya dan terbuka mulutnya, Karena kudanya meronta, dia tergelincir dari punggung kuda, Dalam herannya, si imam menyambar tubuh nya, untuk dikasi turun. Berbareng dengan itu, lagi empat orang berlompat maju, guna menghampirkan. Yang duaya lah imam imam dengan pedang panjang di punggungnya, yang satu seorang pendeta tua yang matanya tajam, dan yang keempat yalah seorang sasterawan dengan baju hijau, usianya pertengahan dan wajah nya bersih. Begitu dia datang dekat si pendeta memuji sang Buddha sambil menambahkan: "Too-heng, tan-wat ini telah orang totok tubuhnya bagian yang berbahaya, rupanya itu dilakukan di tengah jalan.,." "Hoat Hoei siangjin benar " berkata si imam mengangguk. Dia sudah lantas melihat tegas, Bahkan dia tertotokpada anggautanya yang berbahaya hingga tak dapat pintoo Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menolongnya. Kalau pintoo paksa menotok bebas padanya, dia bakal muntah darah dan itu berarti melekaskan kematiannya. Maka itu tolong siangjin saja yang menolong dia. mungkin dia dapat menerangi gelang kemala itu..." si pendeta bersenyum. "Hian Hoo Tootiang terlalu memuji loolap." katanya, "Bukankah ilmu kepandaian Boe Tong Pay juga lihay sekali" Kalau tooheng suka mengalah, baiklah, nanti loolap mencoba menyadarkan dia." Habis berkata, Hoat Hoei siangjin sudah lantas bekerja, sebatnya bukan main. Dengan jari tengah tangan kiri ia menotok kejalan darah im-taw didada, dengan tangan kanan ia menepukjalan darah beng taen dipunggung. Hanya sekali saja, orang itu mengasi dengar suaranya, terus ia muntah darah, darah yang merah gelap dan kental dan bau sekali, Ketika menggeraki tangan dan kakinya, terus dia dapat membuka matanya, yang bersinar sangat guram. Dia lantas berkata: ..Aku...." setetah itu dia teklok, tak dapat dia bicara terus, matanyapun rapat pula. Hoat Hoei siangjin mengerutkan alis, ia mengawasi Hian Hat Tootiang, katanya masgul "Loolap sudah menggunai Tay Poan jiak sian kang, dia masih tak dapat ditolong untuk bicara. Menurut apa yang loolap lihat, dia tertotok mirip totokannya ok Coe Pang Liap Hong. Entah orang ini, dia orang Tay in san atau bukan?" Ketika itu semua orang sudah merubung, satu diantaranya kata. "Dia memang salah satu pembantu penting dari Tay ln san- coe, Dialah Tok Pie Leng-koan coei Kiat Him." "Kalau dia Coei Kiat Him, dia harus dihormati," berkata Hian Hoo, Telah lama pintoo mendengar dia gagah dan keras hati nya, siangjin, silahkan tolong dia lebih jauh." Hoat Hoei bersenyum. "Kalau tootiang bilang demikian, baiklah," aahutnya. "Maafkan loolap. seb at pendeta ini, begitu ia berkata, begitu ia bekerja, untuk menotok lebih jauh kepada Coei Kiat Him. ia menotok di-sembilan jalan-darah kie-boen. hokskiat. sia hong, thian hoe, kioe-hwee, th ia n- kie, ciong boen, soe boa n dan khiehay. itulah sembilan jalan-darah yang tadi Hian Hoo menyebutnya berbahaya. Semua orang heran menyaksikan keliehayannya si pendeta, semua kagum, Tidak sembarang orang dapat berbuat demikian, sebab salah totok berarti kematian. Dengan perlahan coei Kiat Him sadar pula, ia memandang heran kepada semua orang yang merubungnya. Kemudian dengan perlahan-lahan ia berbangkit, untuk berdiri Dengan sebelah tangannya, ia terus memberi hormat pada Hoat Hoei. "Kedua telingaku masih dapat mendengar dengan baik," katanya, "maka itu aku ketahui aku telah ditolong siangjin inilah budi sangat besar, budi yang tak dapat dibalas, dari itu biarlah aku ingat saja untuk selama-lamanya..." "Coei Loo-soe." Hian Hoo menyela, "Sekarang bukan saatnya kita bicara saja, Pintoo mohon tanya, gelang kemala ada dimana sekarang?" imam ini berduka, alisnya berkerut. Kiat Him bersenyum tawar. "Kalau tootiang menganggap aku ketahui itu," sahutnya, "Dapat aku bilang mungkin gelang itu berada pada Kang siauw-sancoe." Alis si imam makin berkerut, sinar mata nya menandakan ia tak puas. "sekarang dimana adanya Kang siauw-sancoe?" ia tanya pula suaranya dinginsungguh jahat si hidung kerbau dariBoe Tong san ini, kata Kiat Him didalam hati, Dia rupanya mau memaksa aku karena budi ini. Hampir ia mengumbar hawa amarah nya, syukur ia dapat menguasai diri, maka ia menjawab dengan sabar: "sekarang ini siauw-sancoe lagi didesak Kie soen hingga tak tahu ia mesti menyingkir ke mana, Menurut setahuku, sekarang siauw-sancoe lagi menyingkir kehilir sungai Tay Pang Hoo, Aku sendiri lagi menjalankan titahnya siauw-sancoe untuk pergi ke Inlam guna memohon bantuannye Cit-CheeCioe Pouw Liok It. Tadi aku bertemu Liap Hong, dia telah totok aku untuk memaksa aku membuka mulut, Aku melawan sebisa-bisa. Kebetulan sekali soen Loosoe menyusul, dia bertempur dengan soen Loosoe. Ketika itu aku lompat naik atas kudaku dan kabur, sampai siang-jin menolongi aku." Hian Hoo terperanjat ia menoleh kepada kedua imam yang membekal pedang. "Pantas beberapa loosoe yang bertugas di-tempat Kie soen memasang mata belum kembali, pastilah mereka sudah menyusul kehilir Tay Pang Hoo," katanya. Mendengar itu, Kiat Him heran"Oh, kiranya mereka ini mempunyai mata-mata dalam rombongannya Kie soen," pikirnya, "Sekarang aku mendustai mereka ini, pasti rahasia ini tak dapat bertahan lama, benar Hian Hoo orang lurus tetapi dia kesohor teleng as. Aku terancam bahaya, Tak apa aku bercelaka sendiri, tetapi bagaimana kalau siauw sancoe kerembet karenanya" inilah dosaku tak berampun-..." Maka diam diam ia menggigil sendirinya, Angin pun dingin sekali. Kedua imam yang diajak bicara oleh Hian HHoo berdiam saja, mereka cuma saling melirik. Tapi selang sesaat, yang satunya kata: "sekarang lebih baik kita menyusul ke Tay Pang HHoo Kalau kita terlambat, ada kemungkinan kita keiinggalan." "Hm." Hian Hoo mengasi dengar suara nya, dingin, "Apakah soetee mengira aku belum bersedia payung?" Kedua imam itu terkejut. "Maaf, siauwtee tidak tahu..." katanya. Matanya Hian Hoo diarahkan pula pada Kiat Him, Dia ini merasa tidak enak. keras dia memikirkan akal untuk meloloskan diri Hoat Hoei juga mengawasi orang, lantas dia bersenyum. "Coei Tan- wat, jangan kau mendustakan loolap." katanya, "Apakah keterangan tan-wat barusan tidak ada yang dusta?" sungguh liehay mata pendeta ini, pikir Kiat Him. ia lekas menjawab, semua itu benar, ia mengasi lihat roman sungguhsungguh. Pendeta itu tertawa, ia tidak menanyakan. Melihat demikian Hian Hoo heran, sebagai seorang suci, tak nanti Hoai Hoei menanyakan demikian pertanyaan saja sudah merupakan tanda kurang percaya. Maka ia mengawasi pula Kiat Him. tetapi tetap ia tak melihat suatu apa yang mencurigai. "Coei sie-coe," ia kata seraya menatap. ia tetap penasaran, Kaulah seorang jujur dan setia kepada tuanmu, pintoo menghormatimu. Karena itu suka pintoo omong terus terang kepadamu. Manusia itu harus dapat membedakan yang lurus dari yang sesat. Pouw Liok It orang Rimba Hijau, meski ia terlebih baik daripada yang lain, dia tetap orang Rimba Hijau juga. Dapatkah dia dipercaya habis" seumpama seorang sakit, walaupun penyakitnya berat, tak dapat dia memakai sembarang tabib. Kami mengerti kesulitan sancoe kau itu, kami suka membantu nya, Kepada Lo Leng Tek juga pintoo sudah bicara suka pintoo menerima siauw-san coe sebagai murid Boe Tong Pay pasti murid bukan imam. Asal dengan menggunakan gelang kemala dia dapat mengambil Lay Kang KoenPouw, nanti pintoo ajari dia isi nya kitab itu. Tapi Lo Leng Tek menolak, dia berkukuh kepada pendiriannya. Tentu sekali kami tak berdaya, sie-coe tahu, secara diamdiam beberapa kali sudah kami pernah membantu sancoe kamu dengan menghalang-halangi pihak yang hendak mencelakainya, Kami mengharap Lo Leng Tek mengubah sikapnya, tapi pengharapan kami sia-sia belaka, sekarang ini kami ada seumpama j empa ring diatas busur, sudah ter lanjur tak dapatjemparing itu tak dilepaskan, ingin pintoo jelaskan seka rang, Kami tak nanti merampas gelang itu dari tangan sancoe kamu, hanya dari tangan penjahat, sie-coe harus ketahui, kalau kitab jatuh di tangan orang jahat, sungguh hebat akibatnya nannti, celakalah Rimba Persilatan. Maka itu sekali lagi pintoo minta, sukalah kan tunjuki jalan yang diambil sancoe kamu itu, supaya kami pergi kesana untuk melindunginya." Kiat Him berpikir keras sekali, "Hian Hoo benar, akan tetapi ia masih tak dapat memberitahukan tentang junjungannya itu. " "Tootiang benar dan aku menghargai itu." kata ia bersenyum, romannya sungguh-sungguh, "cuma didalam hal ini, tootiang tahu satu tidak tahu dua..." Hian HHoo heran hingga dia melengak. "Apakah itu, siecoe?" tanyanya. "Tootiang benar, tetapi aku si orang she Coei, sebagai seorang sebawahan aku ada keberatanku sendiri," kata Kiat Him sabar, "Aku dibawah perintah aku mesti mendengar perintah, sebagai sebawahan tak dapat aku merubah pikiran sancoejunjunganku itu, "sancoe sendiri berkukuh kepada pesan loo-sancoe. Dan Lo Loosoe, dia bersetia kepada tugasnya untuk melindungi sancoe kami yang muda itu. Loo Loosoe bersedia bersetia mati, demikian juga aku. Benar tootiang ingin merampas gelang kemala d ari tangan penjahat, tetapi apakah bedanya itu" Gelang kemala pusaka loo-sancoe, tak dapat itu dibikin lenyap. Umpama tootiang yang beruntung mendapatkan itu, tapi dapatkah dijamin siauw sancoe berdiam saja dan tak berdaya pulang dari tangan tootiang " Tentang jalan yang diambil sancoe kami itu, telah aku terangkan barusan-" Roman Hian Hoo berubah. Dia agak mendongkol. "Coei siecoe," katanya. "Pintoo bermaksud baik Mungkinkah perbuatan pintoo ini tak selayaknya ?" Didesak begitu, mendadak Kiat Him tertawa nyaring. "Totiang." katanya "sekarang ini kitab itu berada ditangannya Pow Liok It, bukannya tootiang pergi sendiri ke Hek Liong Tham akan minta langsung daripadanya, kenapa tootiang justeru mendesak sancu muda kami " Mau apakah tootiang bekerja begini memutar otak " Dengan tootiang ngotot begini aku kuatir nama Boe Tong san nanti tercemar sebadai tukang paksa orang baik-baik " Hian Hoo melengak. lalu dia menjadi gusar. "sie coe bicara secara kurang ajar " dia membentak "Kalau begitu terpaksa pinto mesti, turun tangan " "Siancay " memuji Hiat Hoei siangjin. "Tootiang harap totiang tidak sembarang bergusar. Kewajiban kami sekarang ini, yang paling pentingya ialah mencegah gelang kemala jatuh ditangan orang jahat maka itu, marilah kita bekerja, jangan kita nanti terlambat dan gagal sesudah kasip." Hian Hoo tetap jago Boe Tong, perlahan-lahan dapat dia menyabarkan diri, bahkan kemudian dia bersenyum. "Kalau begitu, siangjin-" katanya, "mari kita berangkat ke Tay Pang Hoe" ia mengajak pendeta itu, tetapi kepada Kiat Him, ia kata: "Coei siecoe tolong kau mengantarkan kami, supaya kami tak usah pergi dengan meraba-raba, jikalau kami berhasil tidak nanti kami melupai budi kebaikan kau ini." Kiat Him menjadi sukar sekali. Tengah ia bersangsi itu, mendadak mereka mendengar suara tertawa seram datangnya tak jauh, yalah dari antara banyak batu disisi jalan besar, semua menjadi heran. Justeru begitu muncullah orang yang tertawa itu, yang di susul oleh belasan yang lainnya. Dia ber-lompat pesat terus tangannya diluncurkan guna menyambar si orang she Coei, sambil menyamber, dia bersiul nyaring. Kiat Him dapat bersiap. Dengan tangannya yang satu satunya, ia menangkis, ia menggunai tipu silat "Naga sakti keluar dari lembah." sembari menangkis itu, ia lompat berkelit. Penyerang itu tidak berhenti karena kegagalannya yang pertama itu, segera ia mengulanginya. Hoat Hoei siangjin membentak sambil mengibaskan tangan bajunya, guna merintangi serangan orang. Orang itu liehay, dia dapat menghindari diri dari kibasan si pendeta, Bersama orang orangnya, dia menaruh kaki ditanah, Maka sekarang terlihat dialah seorang tua kepala besar dan tubuh kecil, tanpa rambut kepala dan tanpa kumis atau jenggot, Kawannya itu semua beroman bengis. Hoat Hoei siangjin kagum untuk liehay-nya orang itu, setelah mengawasi, ia memuji, terus ia menanyai " siecoe, adalah kau Liap sie-coe?" Matanya orang tua itu memain dengan sinarnya yang tajam, Dia tertawa nyaring. "Tidak salah, mata taysoe tidak salah" dia menjawab keras, "Aku yang rendahya ialah Ok-Coe-Pong Liap Hong Tidak kusangka bahwa pendeta suci dari siauw Lim Pay juga sudah mencampur tangan didalam keruwetan ini Buat nama baik siauw Lim sie aku yang rendah suka memberi nasihat supaya janganlah taysoe mencampur tahu terlebih jauh " Hoat Hoei tercengang. Memang sebenarnya ia tak dapat menyetujui sepenuhnya sepak terjang Boe Tong Pay. Kalau ia turut juga. ia malu hati, ia cuma ingat membantu Hian Hoo agar kitab silat itu tidak jatuh kedalam tangan orang jahat, tapi sekarang ia di tegur Ok Coe Pong si Thio Liang jahat. Hian Hoo menjadi gusar. "Orang dengan mulut berbisa " dia membentak, "Bagaimana kau berani memutar balik kebenaran dari kesesatan" Kenapa kau mencampur baur putih dengan hitam" Pintoo ingin tanya, perlu apa kau datang kemari?" Liap Hong melengak tertawa nyaring, "Memang Ok-CoePong Liap Hong penjahat besar Rimba Hijau yang biasa mengambil dan membuangnya secara sukanya " kata dia sama nyaringnya, "semua itu orang banyak telah ketahui Hanya..." ia berhenti sebentar, untuk meneruskan dengan tawar : "cuma Boe Tong Pay menempatkan diri dikalangan yang lurus, Boe Tong Pay harus bersih dan tanpa keinginan yang loba dan tamak. harus setiap hari mendoa saja.kenapa sekarang tootiang mempunyai minat merampas barang " Kenapa tootiang menggunai saatnya orang didalam kesulitan " Kenapa tootiang menghasut sesama kaum Rimba persilatan untuk membantumu " Liap Hong orang jalan Hitam tapi tak nanti dia bertindak demikian macam Laginya, Liap Hong juga bukannya menentang kamu Maka sekarang dihadapan orang banyak aku mau tanya Hian HHoo Tootiang, siapa benar siapa salah, siapa putih siapa hitam ?" Kata-kata yang paling belakangan itu di keluarkan dengan suara lama dan terlebih keras. Mukanya Hian Hoo menjadi pucat-pasi, ia malu dan Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mendongkol, Belum pernah ia terhina secara demikian, Dengan kumis berdiri, dia mengawasi dengan bengis. Untuk sejenak. tak dapat ia bicara, Baru kemudian ia menoleh kepada dua imam yang membawa pedang itu. Hanya bersangsi sebentar, kedua imam itu menghunus pedangnya dan bertindak. Selama berbicara, Liap Hong sudah menyapu semua orang dipihak Hian Hoo itu. ia mendapat perasaan orang tak setuju dengan tindak tanduknya si imam. sebagai seorang licin, tahulah dia bagaimana harus bersikap. Maka ketika kedua imam itu menghampirkan, ia menyambut dengan tertawa. "Aku si orang she Liap tidak percaya too tiang berdua berani bertindak sembrono" kata dia. "Mudah untuk memaksa aku bertempur, tetapi sukar untuk dipastikan menjangan nanti roboh ditangan siapa Aku juga hendak menyatakan sayang sekali jikalau nama baik Boe Tong Pay yang sudah ratusan tahun itu diruntuhkan ditangan too tiang berdua" Paras kedua imam itu berubah, tanpa merasa mereka mundur setindak. Telak serangan Liap Heng kejantung orang ia bicara langsung kepada pihakBoeTong san tetapi sebenarnya ia arahkan itu kepada kepada orang-orang lainnya disitu. Katakatanya itu juga berarti ancaman kepada siapa yang berani lancang turun tangan. Mukanya Hian Hoo menjadi bertambah gelap. sulit untuknya mendesak kedua imam itu, ia pun malu untuk maju sendiri. Memang sikapnya itu dapat membikin Boe Tong pay dipandang rendah. ia mendongkol dan menyesal. Hoat Hoei siangjin sendiri terus berdiam saja, ia bagaikan tengah bersemedhi. Cuma jubahnya yang gerombongan yang memain diantara sampukan sang anginSi sasterawan usia pertengahan dengan tangan sebelah memegang kumisnya dan tangan yang lain digendongkan kebelakang berdiri mengawasi sang me.^a sikapnya sangat tenang. semua yang lain pun turut berdiam sajasebab tak tahu mereka harus mengambil sikap apa. Selang sejenak. kesunyian itu dipecahkan oleh satu orang dari- rombongan Boe Tong Pay itu. Tiba-tiba dia tanya heran"Eh, mana Tok Pie Leng-koan coei Kiat Him" Kenapa dia pergi secara diam-diam?" Maka kagetlah semua orang, kaget saking heran-"susul" lantas terdengar satu suara. Itulah suara memerintah dari Hian Hoo Toejin, yang masih sempat melihat seorang menghilang diatas jurang. ia lantas lompat mengejar ia melihat orang bertangan satu. semua imam lantas menyusul, juga semua orang rombongannya itu. Mereka ini telah menerima undangan Boe Tong Pay. biar bagaimana mereka mesti melihat akhirnya urusan- Melihat kepergiannya Hian Hoo semua, Liap Hong memberi isjarat kepada kawan kawannya, terus ia lari naik keatas puncak. Maka itu sebentar saja mereka kedua pihak sudah tak nampak lagi. Disitu tinggal Hoat Hoei Siangjin seorang sinar matanya menandakan dia masgul sekali, terdengar dia berkata seorang diri: "Nyata bakal terjadi pula peristiwa Rimba persilatan-.." Dia tidak dapat berdiam lama-lama disitu, ia mengibasi tangan bajunya, untuk lantas mengangkat kaki. Hingga jalanan umum itu kembali sepi dari manusia. Selagi sang angin meniup pasir-pasir beterbangan didalam lembah sebuah gunung di Koeicioe Barat, disitu terlihat satu orang dengan tangan sebelah lagi berlari-lari keras. Terang dia letih sekali, mukanya punpucatsekaii, Meski begitu, siapa melihatnya, akan mendapatkan senyumannya, senyuman puas. Baru sesaat kemudian, dia mengendorkan larinya, Dia menuju kesebuah kuil kecil disebelah depan, kuil dengan keletakan yang bagus, sebab adanya ditanah rendah dan ketutupan banya kpepohonan siapa tidak datang dekat, tidak nanti dia melihat rumah berhala itu. orang itu yalah Tok Pie Leng-koan coei Kiat Him, yang menggunai ketika orang tengah bertengkar sudah mengangkat kaki secara diam-diam, untuk seterusnya lari kabur. Tak ung kulan ia pikir meratlah paling utama. Hanya disaat ia berlompat naik ke atas jurang, orang mendusin, hingga ia terlihat samar-samar oleh Hian Hoo Toojin yang terus mengejarnya, ia tahu ia disusul tetapi ia tertawa dingin, Dari atas jurang ia lompat turun, lari kesebuah selokan yang berliku-liku. Benar seperti dugaan Hoat Hoei siangjin, ia mengambil arah yang berlainan daripada keterangan yang ia berikan kepada Hian Hoo sekalianBaru Coei Kiat Him lenyap dibelakang kuil itu, atau dari tanjakan-tanjakan di-depan terlihat satu tubuh yang besar berlompat turun, hingga dilain saat terlihatlah ia dengan tegas, ia bukan lain daripada Hoat Hoei siangjin yang romannya welas asih, ia menyusul bukan untuk merampas gelang kemala, ia hanya ingin mencegah terjadinya peristiwa bencana Rimba Persilatan, ia berdiri diam didepan kuil, matanya mengawasi kekuil itu. Tiba-tiba terdengar satu suara terang dan tegas, "Coei Loosoe, benar-benar kau tidak mensia-siakan tugas yang diberikan Lo Loo soe Dengan melihat saja wajahmu, Coei Loosoe telah aku menduga pastilah kau sudah berhasil." Lalu terdengar Kiat Him menghela napas dan menjawab, "walaupun aku berhasil tetapi aku telah menempuh bahaya sangat besar, jikalau Liap Hong tidak tiba disaatnya yang tepat, entah bagaimana jadinya Gelang kemala yang palsu itu membuat Liap Hong terpancing datang..." Suara terang itu terdengar pula: "Lo Loosoe kamu benarbenar orang luar biasa selagi dia menempur Liap Hong, dia sempat menyerahkan gelang kemala paisu itu kepada kau Coei Loosoe, dan memberikan isyarat untuk kau lari kabur, dilain pihak ia sendiri melihat Liap Hong, romannya nampak sangat gelisah. Baru setelah itu aku menggantikan Lo Loosoe, supaya dia dapat menyingkir kearah yang lain sedang sebenar nya dia lekas menyusul kau. buat menotok kau sembilan kali, Hebat totokan Lo Loosoe, dia dapat meniru totokannya Liap Hong, hingga dia berhasil mengelabui orang-orang liehay dari jaman ini. sungguh aku kagum untuk Lo Loosoe itu " Mendengar sampai disitu, alisnya Hoat Hoei siangjin berkerut rapat. "Memang hebat Loo Loosoe," kata Kiat Him pula, "Dia cerdik, dia dapat meniru totokan orang, toh dia tidak jumawa." "Menurut dugaanku, juga Soen Loen Teng akan berhasil mengabui Liong Hoei Giok, kepala siewie dari istana itu. Maka aku rasa, mungkin kita dapat masuk ke Inlam dengan tidak kurang suatu apa." Bukan sekian lama, sirap suara didalam kuil itu, selang sekian lama, baru terdengar suara orang yang pertama, yang berkata: "Aku orang diluar kalangan, tak mau aku tersangkut paut, tak ingin aku mencampur tahu, Hanya aku heran kenapa Lo Loosoe berkeras menampik permintaan pihak Boe Tong Pay partai besar dan ternama" Bukan siauw-sancoe tak terhina dengan menerima permintaannya itu" Bukanlah lebih baik daripada sancoe kamu menitipkan diri pada Pouw Liok It si orang Rimba Hijau yang ke sohor itu" sikapnya itu membuat aku heran-" Atas itu terdengar Kiat Him tertawa, Dia berkata: "Bukannya aku si orang she Coei besar kepala, hanya kau. siauwhiap. kau tak tahu kelicikan dunia Kang ouw. sedikit salah tindak. orang bisa terjeblos, jiwanya bisa melayang Pouw Liok It berbakai baik, sejak muda dia sudah terkenal, hingga dia mendapatjulukannya itu - Pat Pit Lam Pouw, Karena dia kesohor tidak heran dia menjadi angkuh dan terkebur serta hatinya gampang tergerak. Dialah seorang berhati keras, maka baginya, budi dan sakit hati mesti dibalas, Kalau dia membunuh orang, dia seperti tak ketahui perbuatannya itu. Gelang kemala itu ada pusakanya yang di haturkan kepada loo-sancoe, sekarang gelang itu berada ditangannya siauw-sancoe, maka kalau siauw-sancoe mengajukan permintaan kepadanya, mesti dia terima, mesti siauw-sancoe diterima menumpang digunungnya, juga diajari ilmu silat menurut kitab Lay Kang Koen Pouw, jikalau siauwsancoe berhasil belajar, dia mempunyai harapan besar." Kiat Him berhenti sebentar, dia batuk-batuk dua kali. "Aku menyesali sepak terjangnya itu rombongan orang yang menamakan dirinya kaum lurus." ia menambahkan kemudian- "Mereka itu berjumawa dan ngotot hendak mendapatkan gelang kemala, Menurut aku, takperduli g elang jatuh ditangan pihak lurus atau sesat, akibatnya bakal hebat dan berbahaya sekali. Mereka itu, asal mereka masuk dalam wilayah Inlam, mereka mesti nampak kesulitan, sekalipun mereka dapat bertemu dengan Pouw Liok It. urusan tak mudah beres. Sebaliknya, aku merasa, bencana Rimba persilatan bakal mengambil tempat, syukur Lo Loosoe gagah dan cerdik, sebenarnya kematian loo-sancoe sudah membikin Lo Loosoe gusar, berduka dan menyesal sekali, hingga ia membunuh diri, maka itu, kalau siauw-sancoe gagal, apa nanti jadinya" Mana Lo Loosoe mau mengerti" Coba siauwhiap duga, apakah dia bakal lakukan?" Lagi sunyi didalam kuil itu. Hoat Hoei siangjin mendengari, ia mengangguk-angguk, ia kata didalam hatinya: "Ya, sampai disitu, aku belum pernah pikir, sungguh sepak terjang Hian Hoo dari Boe Tong Pay tak tepat Menyesal aku telah turut dia dan aku pasti sukar lolos dari keruwetan ini." Pendeta ini mau masuk kedalam kuil, untuk menemui kedua orang yang berbicara itu tatkala matanya melihat dagangnya dua orang dari kejauhan, yang berlari-lan cepat, hingga dilain saat ia mengenali mereka itu seorang diri ia lantas kata keras: "oh Kenapa kah siang chee Koan-coe dari Boe Tong datang kemari?" Suara itu tak ubahnya suatu isyarat buat dua orang didalam kuil itu agar mereka mendapat tahu dan lekas menyembunyikan diri. ia pun bakal masuk ke dalam lantaran segera juga dua orang itu sudah tiba, yalah dua imam yang bersenjatakan pedang, yang tadi turut Hian Hoo Toojin yang hampir saja menempur Liap Hong. Kedua imam itu nampak tidak keruan, jubahnya penuh debu kuning dan alis dan kumisnya berubah menjadi abu-abu, mereka seperti baru saja keluar dari tumpukan tanah. Mereka tercengang melihat si pendeta berada disitu" Tapi lekas-lekas mereka menghunjuk hormat. "Mengapa siangjin berada disini?" tanya yang satu, "Darijauh kami melihat satu orang, kami mengira Tok Pie Leng-koan coei Kiat Him, siapa tahu siangjin adanya." Kedua imam ini terang bercuriga, Mereka mau menyangka Kiat Him berada didalam kuil didepan mereka itu maka juga yang lainnya terus menanya. "Apakah siangjin melihat sesuatu?" Pendeta dari siauw Lim sie itu ber-senyum. "Tidak kusangka kedua tooyoe Hian sioe dan Hian cin telah memperoleh kemajuan pesat sekali hingga darijauh-jauh jiewie telah mendapat lihat kepada loolap sedang loolap tak melihat apa-apa"Jiewie harus diberi selamat," ia kata. "Apakah tooyoe masih mencari Coei Kiat Him" Loolap tidak sangka Hiat Hoo Tooyoe dapat melakukan ini perbuatan tolol Taruh kata Coei Kiat Him dapat ditangkap. ada apakah faedah-nya" Dia terang tak dapat memberikan keterangan apa-apa Hian sioe Tooyoe, bagaimana kau pikir pendapat loolap ini?" Mukanya Hian sioe merah sendirinya. "siangjin tidak tahu" kata dia, jengah, "Baru saja Liap Hong membilangi bahwa gelang kemala itu ada pada Coei Kiat Him bahwa dia melihatnya sendiri, maka itu dia telah memecah orang mencarinya, Kami berdua tak menyetujui sepak terjang kakak seperguruan kami itu, akan tapi dialah ketua kami, tak dapat kami menentang titahnya sebab tak menurut berarti melawan. Maka itu kami terpaksa mesti bekerja.." Hoat Hoei mengangguk tanda ia mengerti. "Barusan loolap bertemu seorang sahabat didalam kuil itu," kata ia, yang terpaksa mendusta. Habis berbicara sebentar loolap mau berangkat pulang, tidak disangka loolap melihat jiewie tooyoe datang kemari, dari itu loolap menunggui disini." Mendadak Hian Cin maju setindak "sahabat siangjin itu mestinya seorang muda yang tampan," kata dia. "Maukah siangjin mengundang dia keluar untuk kita berkenalan?" Hoat Hoei bersenyum. "sahabatku ituya lah seorang muda yang tabiatnya aneh." kata ia, "Maka untuk menemui dia, terserah kepadanya sendiri, dia sudi atau tidak. Menurut pikiran loolap. sebab jiewie tooyoe mempunyai urusan penting lebih baik tak usahlah tooyoe menemui mereka lagi...." "Eh, lihat disana Hian Hoo Totiang datang" Tengah berbicara itu, pendeta ini menunjuki roman heranHian sioe dan Hian cin cin, yang tadi Hoat Hoei menyebutnya siang chee Kean-coe, sudah lantas berpaling, maka mereka melihat Hian HHoo Toojin lagi berlari-lari keras kearah mereka. Mereka pun lantas lari untuk memapaki, guna bicara perlahan satu dengan lain, setelah mana, ketua Boe Tong pay itu lekas menghampirkan ketua siauw Lim Pay. Hoat Hoei mengerutkan alis, ia mengerti Hian HHoo bertabiat keras dan kukuh, sedikit salah paham diantara mereka dapat terbit onar. sambil menghampirkan itu, Hian HHoo berkata nyaring : "Pintoo menyangka siangjin pergi tanpa pamitan lagi, tak tahunya siangjin berada disini Kedua saudara seperguruanku ini membilang bahwa siangjin telah bertemu dengan seorang sahabat kekalmu, dia pastilah seorang muda yang luar biasa, dari itu kenapa siangjin tidak mau mengundangnya keluar menemui kami ?" Hoat Hoei bersenyum. "Loolap tak dapat memaksa dia," sahutnya. Hian Hoo memang telah mencurigai pendeta ini. maka itu mendapat jawaban itu, keras sangkaannya bahwa orang didalam kuil itu Coei Kiat Him adanya. Dengan tertawa aneh, ia kata: "oleh karena siangjin tidak mereka, baik biarlah pintoo sendiri yang masuk untuk memohon bertemu dengannya" Dan ia mengangkat kakinya untuk masuk kedalam kuil. Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hoat Hoei siangjin, tidak membilang apa apa, akan tetapi romannya pendiam sedang matanya memperlihatkan sinar keren-Hian HHoo melihat sikap orang itu, ia gentar sendirinya. "Entah keledai gundul ini lagi menggunai akal muslihat apa " pikirnya, Jikalau ia main gila, dia membantui Kiat Him bukankah aku jadi kena terjebak?" Toh ia bersangsi bakal dia bertindak terus. Kaki kanannya yang sudah diangkat itu dia turunkan pula. Hoat Koei bersenyum. "Sahabatku yang muda itu aneh tabiat- nya," ia kata, sabar, "dan dalam ilmu silat lolap tak dapat dibanding dengannya, maka itu untuk mencegah peristiwa yang tidak diingin, loolap minta baiklah tootiang jangan masuk." Gusar Hian Hoo mendengar perkataan itu. "Gila " pikirnya, "Biar dia liehay juga tak nanti dia dapat mengalahkan kau Kau cuma mau menasehati supayaakujangan sembrono Tidak. Aku mesti menemui dia, ingin aku mencoba ilmu silatnya itu " ia berpikir demikian tetapi ia berpura-pura tertawa, lantas ia kata: "Biar bagaimana, pintoo ingin bertemu dengannya " Ketika itu angin bertiup keras. Hian Hoo batuk satu kali, lantas ia mau membuktikan perkataannya itu, Akan tetapi belum sampai ia bertindak. dari dalam kuil sudah lantas muncul seorang muda berbaju hijau, yang mengenakan topeng, yang segera menanya: "KauIah yang hendak menemui aku ?" suara itu tajam menyeramkan orangnya pun bergerak cepat mirip hantu... ooooo BAB 1 HIAN Hoo TooJIN terkejut hingga ia berdiri melengak, Mau atau tidak ia mengawasi Hoat Hoei siangjinsi anak muda bertopeng kata dingini "Aku bersahabat kekal dengan Hoat Hoei siangjin, ada apakah sangkutpautnya dengan kau, hidung kerbau" Kau memaksa mau menemui aku, sebenarnya untuk urusan apakah " Bilang" Hian Hoo bungkam, mulutnya terbuka, lidahnya kaku, Memang ia tidak punya alasan apa-apa kecuali kecurigaannya. Hoat Hoei siangjin pun heran, akan tetapi ia bersikap tenang, Katanya dalam hati kecilnya: " Kenapa dia ketahui namaku" oh, mungkin ini disebabkan barusan aku memberi isyarat kepadanya dan coei Kiat Him lantas memberitahukannya.." Hian sioe dan Hian cin maju kedepan, "siecoe, kau bicara tidak sopan" mereka menegur "Kami memandang Hoat Hoei siangjin, maka itu kami ingin minta bertemu dengan kau Kenapa siecoe menjadi kepala besar?" orang bertopeng itu tidak menjawab, sebaliknya dia tertawa dingin dan dengan mata tajam berpengaruh dia menatap kedua imam itu bergantianHati kedua imam itu menggetar sungguh tajam mata si orang muda, itulah sinar ancaman pembunuhanHoat Hoei siangjin melihat itu, dia terkejut. Si baju hijau berdiam sekian lama, melihat orang pada bungkam, ia kata perlahan "sebenarnya kamu ingin bertemu denganku buat urusan apa" Kenapa kamu tidak mau lantas bicara" Kamu begini sembrono, kamu kecewa menjadi penganut sam Ceng jika la u aku tidak memandang kepada siangjin, pasti aku akan bikin kamu dapat datang tetapi tak dapat pergi lagi" Hoat Hoei kuatir ketiga orang Boe Tong Pay itu gusar, terpaksa ia kata sambil bersenyum: "sahabatku, jangan gusar, Ketiga tootiang ini..." Baru Hoat Hoei berkata demikian, atau Hian HHoo sudah habis sabarnya, dia lompat maju dengan serangannya, menyerang jalan darah lengtiong dari si anak muda. Menampak demikian, anak muda itu menjadi tidak senang, maka ia mau mengibas dengan tangannya, dengan ilmu silat Ngo Kiong sin ciang. Hian Hoo bergerak luar biasa cepat, tangannya segera menghampirkan sasaran nya lagi lima dim. inilah sebab si anak muda tidak berkelit atau mundur, sebaliknya dia mengeluarkan tangannya, dengan jerijinya dia menyambut dengan totokan kelengan si imam Hian Hoo terkejut hingga dia berseru, dengan lekas ia batalkan serangannya dengan menarik pulang tangannya, sebaliknya sianak muda bekerja terus, selagi mulutnya mengasi dengar tertawa dingin Hoat Hoei Siangjin melihat itu, ia heran bukan main, Tubuh si anak muda tidak bergerak sama sekali akan tetapi tangannya dapat meluncurjauh luar biasa ia percaya sekalipun ia sulit untuk menyingkir dari tangan aneh itu. Hian Hoo juga kaget tidak terkira, hingga tak sempat ia berbuat lain daripada me^ak tanah untuk lompat mundur tiga kaki walaupun demikian, dia melihat tangan sianak muda terus mengikutinya... Hian Sioe dan Hian cin kaget, untuk menolongi ketua atau soeheng mereka, mereka lompat maju menyerang kepada punggung si anak muda,... Anak muda itu kembali tertawa dingin, tubuhnya mencelat naik menyingkir dari bokongan kedua imam itu. Ia bukan cuma berkelit, sembari mengapungi diri itu, kaki kirinya mendepak kepada Hian cin dan tangan kanannya dengan limajerijinya menyambar tangan kanan Hian sioe. Hebat gerakan anak muda, akibatnya mem bikin imam, berikut si pendeta menjadi terbengong. pedangnya Hian cin jatuh ketanah jatuh nancap dan pedangnya Hian Sioe kena dirampas, hanya pedang itu segera di lemparkan ketanah seraya si anak muda mengasi dengar suara ejekan dari hidungnya, sedang matanya menatap tajam bergantian kepada ketiga jago Boe Tong itu Lalu tanpa membuang apaapa lagi, ia memutar tubuh nya buat bertindak kedalam kuil, tindakan nya sangat perlahan. Hian Hoo Toojin malu dan mendongkol sekali, begitu juga kedua adik seperguruannya. Mereka ini berdua mengawasi tajam, lantas mereka memungut pedang mereka untuk segera berlari pergi, diturut oleh ketua mereka. Tanpa merasa, sang cuaca berubah terus, langit lantas menjadi gelap, angin keras bertiup tak hentinya... Hoat Hoei siangjin terbengong menyaksikan peristiwa itu. ketika ia sadar, ia kata seorang diri: "Benar-benar siauw Lim Pay bakal kena terlibat urusan tidak keruan ini." Baru si pendeta berkata demikian, atau dari dalam kuil ia mendengar ini suara nyaring: "Siangj in, harap siangjin tidak ber duka Didalam kekacauan mesti ada ketenangan jikalau siangjin tidak ingin buru-buru berangkat pergi, sudikah siangjin masuk kemari untuk bertemu dengan aku yang muda?" Hoat Hoei melengak sebentar, lantas ia tertawa, terus ia bertindak cepat masuk ke-dalam kuil itu, dimana ia melihat api berkelebat sebab si anak muda berbaju hijau dan bertopeng itu tengah menyulut sebatang lilin. Anak muda itu menyambut dengan hormat. "Tadi siangjin telah memberikan isyarat hingga Coei Loosoe dapat berlalu dengan tidak kurang suatu apa, buat itu dengan ini aku yang muda menghaturkan terima kasih kami." kata dia manis. Hoet Hoei membalas hormat, ia tersenyum. "Kau masih begini muda, tan-wat, akan tetapi ilmu silatmu sudah sempurna sekali" ia memuji, "loolap sudah berusia lanjut, tak sedikit loolap melihat orang-orang liehay, akan tetapi orang yang seperti tan-wat ini, belum pernah loolap menemuinya, Tan wat, apakah tan-wat bersedia untuk memperlihatkan wajah asalmu kepadaku ?" Si baju hijau tak berkeberatan untuk permintaan itu, ia mengangkat sebelah tangannya kemukanya, maka dalam sejenak saja, Hoat Hoei siangjin sudah menyaksikan sebuah wajah yang tampan sekali tetapi agung dan keren, hingga dia menjadi tersengsam. "Omietoohoed " ia memuji, "Tan-wat sungguh berbakat, maka hari depanmu pasti tak ada batas takarannya Cuma caranya tan-wat mengeluarkan tangan sedikit kurang welasasih, dari itu harap janganlah tan-wat menanam bibit permusuhan Harus diketahui, jika lau permusuhan berlebihan, jalan di depan kita menjadi sempit, jalan itu bakal mendatangkan keruwetan tak perlunya..." Ia tidak menanti pengutaraan apa-apa dari si anak muda, lantas ia menanyai "Apakah tan-wat suka memberitahukan she dan .namamu yang mulia ?" "Maaf, boanpwee yalah Lie Tiong Hoa." sahut si anak muda, yang bukan lain daripada pemuda kita, ia bersenyum, lantas ia menambahkan "Terima kasih buat nasihat siangjin, boanpwee akan ukir itu d idalam hati, Barusan boanpwee bertindak dengan terpaksa lantaran Hian Hoo terlalu jumawa sedang hatinya terang tak lempang, dia merusak kehormatan dirinya sendiri Begitulah boanpwee permainkan padanya." Hoat Hoei mengasi lihat sinar mata girang, Anak muda itu nyata dapat menerima nasehat, kemudian ia menatap. terus ia mengangguk untuk berkata: "Jadinya adalah tan wat sendiri orang yang selama ini dibuat sebutan di wilayah Kang lam sekarang ini tan-wat pesiar ke selatan, apakah tan-wat pun mengandung sesuatu maksud mengenai Lay Kang Koen Pouw?" Pendeta ini menanya demikian untuk menegaskan saja. Tadi ia telah mendengar orang memberitahukan coei Kiat Him bahwa dialah orang luar yang bertindak hanya di sebabkan perasaan tak puas. Ditanya begitu, Lie Tiong Hoa menghela napas. "sahabatku, nampaknya pikiranmu sedang ruwet." kata Hoat Hoei bersenyum. "Loolap sudah berusia lanjut, andaikata kau tidak celaan, suka loolap menemani kau memasang omong semalaman ini, barangkali saja loolap dapat membantu apa-apa kepada kau." Tiong Hoa mengangguk Maka dilain saat keduanya sudah duduk bersila berhadapan sedang lilin berkelak-kelik dan angin di-luar meniup pasir beterbangan terus... Si anak muda menghormati Hoat Hoei siangjin, dia menaruh kepercayaan besar, maka suka ia menuturkan asal usulnya begitupun tentang sepak tenangnya selama ia terpaksa merantau itu. Hoat Hoei siangjin mendengari dengan sabar. ia berdiam saja, setelah selesai sianak muda menutur, dia bersenyum dan berkata: "Begitulah penghidupan kita mendapatkannya seperti tanpa merasa, soal berbuat jahat atau berbuat baik itulah soal waktu sedetik saja. sahabat kecil, kau terlibat hebat oleh asmara, akan tetapi bakatmu baik, kau menempuh bahaya yang akhirnya berubah menjadi kebaikan. Tentang sepasang putera puterinya Pouw Liok It, yang loolap ketahui baik, dapat loolap jelaskan mereka bukanlah anak-anak sejati dari orang she Pouw itu Anak-anak itu memang cerdas dan baik bakatnya." Tiong Hoa heran, ia mengawasi pendeta itu. Hoat Hoei berkata pula: "Baiklah tan-wat bekerja menuruti pekerjaannya nona Pouw itu, mungkin itu dapat menyelesaikan permusuhan diantara nona Cek dan Pouw Liok it. Loolap paling suka menolongi orang, maka itu loolap mau pergi ke Inlam guna membujuk Pouw Liok It hingga dia suka hidup mencucikan diri, supaya bencana Rimba persilatan dapat dihindarkan-" Habis berkata ia tertawa, terus ia menambahkan "sahabat muda, sampai bertemu pula" Nasihat loolap yalah: Berilah ampun dimana yang bisa, siapa berbuat baik kepada lain orang, dia menambah kebaikan untuk dirinya sendiri" Kata-kata itu ditutup dengan datangnya berlompat keluar kuil dimana, setelah mengibaskan tangan bajunya, pendeta itu lenyap dalam malam yang gelap itu. Tiong Hoa kagum. "sungguh gesit" ia puji si pendeta. Hanya sejenak. dari luar kuil terlihat satu bayangan kecil berlompat masuk. "Encie In?" tegur si anak muda, yang matanya bersinar terang. si nona sudah lantas berdiri dimuka si anak muda, dia bersenyum manis. "Soen Loen Teng menghadapi bahaya, syukur dia dapat mengelabui Liong Hoei Giok," katanya, " Ketika itu Kie soen lagi dibikin kewalahan oleh Thiat Yoe sioe gurumu, dia kabur dengan membawa satu orang. Liong Hoei Giok percaya orang itu yalah sancoe muda dari Tay In san. maka dia mengajak orang orangnya pergi menyusul. Gurumu memesan, setelah semua beres, kau mesti mencari dia di siauw ngo Tay san." Tiong Hoa mengangguk. "Bagaimana dengan Lo Leng Tek dan rombongannya?" ia tanya. si nona tertawa. "Mereka tahu percuma mereka terburu-buru, maka mereka sudah menyamar menjadi saudagar untukjalan mutar. Mungkin dalam tempo duapuluh hari mereka akan sudah sampai di Koen-beng." "Kalau begitu, tentramlah hatiku. Lo Leng Tek cerdik luar biasa." "Barusan aku melihat seorang berkelebat dia sangat pesat, siapa dia?" In ^io tanya, Tiong Hoa melirik. la bersenyum, "Malam sunyi sekali, aku memaksa mengajak seorang memasang omong." sahutnya "Dapatkah encie In menduga dia siapa?" Muka si nona bersenyum merah,. "Kau terlalu" katanya, "K,alau aku tabu buat apa aku menanya?" Mendadak si anak muda memperhatikan roman aneh. "Ya, encie adikmu ingin menyampaikan kabar baik padamu," katanya, "hanya disebabkan hatiku pepat, sekian lama aku berdiam saja, baru sekarang aku merasa lega. In Nio heran, dia menatap anak muda itu, ia mengawasi roman tampan pemuda itu ia berdiam saja, ia menanti jawaban. Tiong Hoa mengawasi Ketika ia bicara ia berlaku tenang sekali. "Encie, tahukah kau dimana adanya ibu encie?" demikian ia tanya, perlahan- In Nio terkejut ia mengawasi tajam. "Aku telah ketahui itu, cuma aku tidak berani segera memberitahukan encie," Tiong Hoa kata pula. Nona Cek berjingkrak. Ia menubruk pundak si anak mnda, untuk dipegang keras dan digoyang-goyang . "Dimana ibuku, dimana, adik Hoa ?"tanyanya, tegang Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hatinya,"Lekas bilang " " Tiong Hoa terus berlaku sabar. "Encie, tahukan kau, kenapa ibumu lenyap di Hoei Ho Kauw ?" ia tanya pula, In Nio mementang lebar matanya, "Mustahilkah kau ketahui itu, adik Hoa?" dia balik menanya. Si anak muda mengangguk "Aku telah menyelidikinya maka itu aku ketahui itu." ia menjawab. In Nio mengawasi ia tidak menyela, "orang-orang yang memancing ibumu di Hoei Ho Kauw itu yalah Pouw Liok It bersama Ang Hoat Tan-Mo yang menjadi gurunya Tian-Lam lt Kwie Tam siauw Go. Pouw Liok It cuma turut-turutan, Adalah Tam siauw Go yang sangat membenci ibumu, dia membawa ibumu kegunung Boe Liang san dimana dia mengompes ibumu, minta keterangan halnya cawan kemala Coei In-" Lantas saja airmata In Nio turun mengucur ia bersedih mendengar ibunya dikompes, itu berarti ibunya menderita dari siksaan- setelah itu, ia mengertak gigi. "Setan tua Ang Hoat," dia kata sengit, "jikalau tidak kucincang tubuhmu, tak aku..." "sabar," kata si anak muda, membujuk. "ibumu cuma memberi keterangan bahwa Tam siauw Go telah terbinasakan Koay-bin Jin Him song Kie, tentang cangkir kemala katanya ia tidak tahu" In Nio mengawasi si anak muda, ia heran. "Bagaimana kau ketahui begini jelas" ia tanya. Tiong Hoa seperti tak mendengar pertanyaan itu, ia berkata terus: " Ketika aku mengantarkan Sng Kie, diantara kedua gunung ciong san dan ciat Heu aku telah bertemu dengan Pouw Liok It, yang muncul secara tiba-tiba, Aku bilangi dia bahwa cangkir kemala ada padaku, maka kita lantas membuat perjanjian pertemuan di Hek Liong Thoa, Aku minta dia merdekakan ibu mu. Aku berjanji akan menyerahkan cangkir itu" ia tertawa, ia menambahkan: "Sekarang ini Ang Hoat Jin-Mo telah dihajar mampus oleh Pouw Liok It, yang telah menolongi ibumu. sekarang sudah jelas, cangkir mustika itu dapat dipakai menolong sakit mata ibumu. soal pertukarannya tinggal tunggu waktu saja. Lain hari, setelah tiba waktunya, cangkir itu dapat dipinjamkan.." Sebegitu jauh baru didetik ini In Nio merasa ia paling bergembira, meski begitu ia heran kenapa Pouw Liok It berlaku demikian macam, ia melirik si anak muda, ia menunjuki sikap manja ketika ia menanya: " Kenapa baru sekarang kau memberitahukan ini padaku" perbuatannya Pouw Liok It itu tidak tepat dengan sepak terjangnya yang sudah-sudah. sekarang ini ibuku berada dimana ?" "Hal ini baru saja aku ketahui dari Hoat Hoei siangjin-" Tiong Hoa menjawab, "Ke dua anaknya Pouw Liok It itu secara diam-diam telah menjadi muridnya Hoat Hoei, ibumu telah dibawa Nona Pouw kegua Giok Lok Tong dibelakang gunung Ceng shia san untuk berobat, sebenarnya Pouw Liok It bermaksud baik, dia sekarang berada dalam kedudukan sulit. Dia kuatir ibu mu karena permusuhan dulu hari, nanti menagih orang kepadanya..." In Nio tertawa. "Baiklah, semua telah aku ketahui" kata nya gembira, "Pantas itu hari di Hoa Kee Pe aku bertemu Nona Pouw, dia agaknya bingung, kiranya dia memikirkan aku." Muka Tiong Hoa bersemu merah sendirinya. ia berdiam saja. si nona pun berdiam, dia agak ragu-ragu. Baru kemudian ia kata perlahan: "Adik Hoa sekarang encie In-mu tak dapat menemani kau pergi ke Hek Liong Thoa..." Tiong Hoa heran hingga ia terperanjat. "Kenapa, encie?" ia tanya bingung. Nona itu menarik napas. "Kau tahu hubungan diantara ibu dan anak," kata ia perlahan "sekarang aku mendengar perihal ibuku, ingin aku terbang menemuinya, sejak mara ibu tidak dapat melihat, belum pernah aku berpisah darinya. sudah lama kita berpisah, pasti ibu sangat berduka dan sakit hatinya memikirkan aku." Aku menyimpan cangkir tetapi di sebelah itu masih dibutuhkan beberapa obat lainnya supaya aku bisa menolong Hingga ibu bisa melihat pula, Untuk itu aku memerlukan banyak waktu, karenanya mesti aku lekas pergi, Tidak dapat aku mensia-siakan waktu Adik Hoa, aku tunggu kau diguha Giok Lok Tong saja." Habis berkata begitu, mata si nona merah air matanya meleleh turun-Tiong Hoa mencekal tangan nona itu. dia terharu. "Encie In, bagaimana sekarang?" kata ia. perlukah aku menemani kau?" Nona itu bersyukur tapi ia lantas berpura-pura tertawa. "Tolol" katanya, " orang mana dapat tak memegang kepercayaan" Mana dapat kau tidak pergi ke Hek Liong Tho" Biarlah aku tunggu saja kau diguha itu" Mendadak si nona meloloskan diri dari cekalan sianak muda, untuk berlompat pergi Tiong Hoa melengak. dia cuma lihat bayangan berkelebat, lalu menghilang... Kota Koen-beng yang indah dan menarik hati. Karena keletakannya yang tinggi, iklim disitu adalah di musim dingin hangat dan di musim panas adem Jadinya, empat musim seperti musim semi saja. Disana ada telaganya yang kesohor, yaitu telaga Koen Beng ouw yang diapit gunung Kim Ma-san dan Pek Kie-san- Di Yan-khia ada telaga yang serupa namanya, telaga itu dibuat dengan menyontoh telaga Koen Beng ouw itu. Demikian waktu udara jernih dan angin bertiup halus, banyak orang pesiar di lauwteng Tay Kean lauw di luar kota. Diantaranya seorang muda berbaju hijau, dengan kipas ditangan, lagi melancong dengan matanya diarahkan ke telaga yang terkenal itu. Ia begitu ketarik hingga dengan perlahan ia bersenandung. Tiba-tiba ia mendengar orang tertawa dan berkata: "segala syair bau dan panjang, mana ada harganya untuk disenandungkan" Lihat, lucu si pelajar rudin itu " Pemuda itu berpaling dengan perlahan, alisnya rapat satu dengan yang lain- Ia heran. Ia melihat lewatnya tiga orang dengan dandanan singsat. Yang tertawa dan bicara itu mesti satu diantaranya. Dialah Lie Tiong Hoa yang baru malam kemarin tiba di Koen-beng. Dia tak kesusu pergi ke Hek Liong Thoa, sebabnya yalah ketika kemarin dia singgah dihotel, dimana ada banyak tetamu lainnya, dia mendengar orang omong halnya Pouw Liok It meninggalkan Inlam buat sedikitnya setengah bulan bahwa karena itu, ada orang atau orang-orang yang telah nelusup masuk ke Hek Liong Thoa, akan tetap semua mereka tak kembali. Hek Liong Thoa bukan rumah Liok It tapi siapa mau bertemu padanya, ia mesti pergi kesana dulu dimana ada sedia orang yang menyambutnya. itu pula sebabnya, Hek Liong Thoa jadi kesohor. Dia menduga Liok It meninggalkan Inlam buat urusan san coo muda dari Tay Im san. Karena ia bukan mengisahkan Liok It. dia jadi dapat bersabar, Maka dia pesiar ke Tay Koan Lauw ini. Dia melihat sepasang lian dengan tulisannya yang indah dan menarik hati, dia dengar "suaranya orang jahil yang tidak di kenal itu. selagi mengawasi, dia mendengar bicaranya ketiga orang itu yang selain berdandas singsat juga pada membekal senjata. Kata yang satu: "Kabarnya kemarin dulu telah terjadi peristiwa di Hoei Liong Piauw Kiok Kim-Bian Gouw-kong seng Eng siang pulang dengan tubuh terluka, Kali ini dia tidak lagi mengantar piauw, Entah dia bermusuh dengan siapa. Ketika ditanya dia berkelahi dengan siapa, dia cuma menggoyang kepala dan tertawa meringis..." Orang yang lainnya tertawa dingin dan berkata: Dasar seng Eng siang yang celaka. Dulu hari ketika sie-cioe Jie Kiat berkunjung kepadanya, dia menyambutnya dengan dingin danjumawa, lalu dia menghajarnya hingga orang terluka parah. jikalau semua orang piauwkiok galak seperti dia. maka rekan-rekan kita semua bakal mesti menahan lapar dan minum saja angin barat laut" Mendengar itu, tahulah Tiong Hoa bahwa ketiga orang itu bangsa berandal, Dengan begitu dengan sendirinya timbul perasaan jemu didalam hatinya. ia sebenarnya hendak meninggalkan mereka itu, atau mendadak ia mendengar pula: "Aku tahu siapa itu orang yang liehay yang diketemukan Kimbian Giok Kong Seng Eng Siang" "Siagakah dia?" "Thian ciat Mo-Koen-" "Bagaimana kau ketahui itu?" "Karena kemarin aku bertemu muridnya Thian ciat MoKoen. Aku ketahuinya dari mulut dia itu. Pada tiga bulan yang lalu, Seng Eng siang sudah membinasakan empat muridnya Thian ciat Mo-Koen, maka sekarang terjadilah peristiwa itu. Perkara masih belum habisi Lihatlah nanti" Dengan sendirinya Tiong Hoa melengak. "Kalau siluman itu sudah datang, perlu aku pergi ke piauwkiok melihatnya." pikirnya, Maka itu ketika ketiga orang itu turun dari lauwteng, ia turut turun untuk menguntit. Jilid 21 : Jumpa sahabat lama Sesudah jalan sekian lama, tiba-tiga ke tiga orang itu menghentikan tindakannya untuk berdiri dipinggiran- Mereka seperti menjerikan sesuatu, seperti yang hendak mengasi ^alan, roman mereka tegang. Tiong Hoa heran- jalanan sepi, sangat sedikit orang yang beria lu- lintas disitu, ia lantas melihat kedepan, Belasan tombak jauhnya disebelah depan ada seorang tua berbaju ungu berjalan dengan tindakan enteng, romannya pendiam tetapi keren. ia heran untuk orang tua itu tetapi ia berjalan terus, seperti tidak terjadi sesuatu. Tiba-tiba satu diantara ketiga orang itu berlompat menghampirkan- tangannya menolak. mulutnya msmb entak: "lh, pelajar konyol, masih tidak minggir Apakah kau mau cari mampusmu?" Hampir tak terlihat gerakannya, Ticng Hoa lolos dari serangan itu ia berjalan terus, si penyerang heran hingga matanya mendelong. Ketika itu si orang tua sudah datang dekat, Tiong Hoa melewati dia dengan sikapnya wajar, akan tetapi caranya lewat itu membikin si orang tua memperdengarkan suara heran. Tanpa menoleh, Tiong Hoa berjalan terus dengan tenang, sampai mendadak ia terperanjat Dari belakangnya ia mendengar suara angin mendesir ia tahu bahwa ia lagi dibokong, maka itu ia tertawa dingin, sembari memutar tubuh, ia menyampok dengan kipasnya. Itulah seorang bertubuh besar yang membokong, Dia yang menyerang secara curang, tetapi dialah yang kaget, itulah karena kipas si anak muda meluncur kejalan darah hiong kam. Dengan lekas-lekas dia menarik pulang kedua tangannya, guna menutup diri. Dia jugamendelong karena dia heran si pelajar yang dikatakan konyol itu demikian liehay, si orang tua, yang telah berjalan jauh kira enam tombak. turut menjadi heran- Tiong Hoa tidak mau menyerang orang, ia tidak mengulangi serangannya, Barusan pun ia melainkan membela diri. Akan tetapi, sambil menarik kipasnya, ia kata dingin: "Aku yang rendah tidak bermusuh dengan kau, tuan, mengapa tuan membokong aku?" orang itu membuka mata tanpa bisa menjawab, cuma kulit mukanya yang hitam bersemu merah gelap. suatu tanda ia jengah, Hanya sejenak kemudian, matanya jadi bersinar bengis. "Tak sedap tuan besar kamu melihat padamu" katanya keras, "Aku ingin mencoba-coba kau." walaupun dia berkata demikian, bukannya dia maju hanya dia bertindak mundur. Tiong Hoa bersenyum, mendadak sebelah tangannya meluncur pesat, mengenai jalan darah kin-ceng dari orang kasar dan galak itu, yang berseru tertahan, terus tubuhnya roboh. Dengan berseru keras, dua orang yang lain nya lantas maju menyerang, Mereka kaget mereka gusar. Tiong Hoa menjadi mendongkol menyaksikan kegalakan tidak keruan itu. ia melakukan perlawanan. Dengan kipas dita ngan kanan ia bergerak dengan tipu silat. "Membiak mega, membuyarkan kabut, d e ngan itu ia menyambutjalan darah tioe-wan dari penyerangnya yang dikiri yang bersenjatakan pedang. Dengan tangan kiri, dengan lima jeriji terbuka, dengan ilmu silat sia uw Thian cee ia menyambar nadi lawan yang dikanan, untuk terus dilempar kearah pedangnya si kawan. Disaat kedua orang itu hampir beradu satu dengan lain, hingga pedang si kawan bakal menghajar kawan lainnya, mendadak si orang tua berlompat maju menyambar masingmasing mereka itu, untuk dibikin terpisah, hingga terhindarlah satu perkara darah, Habis itu orang tua itu menatap tajam kepada si anak muda. Selagi tak puas itu, Tiong Hoa kata keren: "Diwaktu siang benderang ini, dimata umum kenapa kamu main membokong orang" Teranglah kamu bukan bangsa manusia baik baikjikalau kamu tidak diajar adat, pasti kamu bakal menjadi semakin tak kenal takut. si orang tua tidak gusar, sebaliknya dia tertawa. "Teguran kau tepat, tuan-" katanya, "Sebentar aku si orang tua bakal memberi nasihat untuk kurang ajarnya mereka itu, Hanya aku...." Tiong Hoa heran orang tak gusar itu, tetapi mendengar suara itu, ia menduga mesti ada ekornya, sedikitnya orang bakal menanya she dan namanya, itu berarti ia tak dapat segera berjalan terus. Maka itu ia mendahului berkata: "Kalau begitu, karena aku yang rendah masih mempunyai urusan penting, aku meminta diri lebih dulu." ia memberi hormat seraya terus memutar tubuh untuk bertindak pergi. "sungguh anak muda yang cerdik." terdengar si orang tua kata kagum. Tiong Hoa bertindak dengan cepat, Ketika kemudian ia mendapat kenyataan orang tua itu tidak menyusul padanya, baru ia perlahankan tindakannya, ia tadi mengambil jalan kecil, sekarang ia kembali kejalan besar, untuk terus menuju kejalan besar kota Koen-beng, jalan besar dengan batu halus yang lebar. Disini ia lantas melihat banyak orang yang berlalu-lintas. Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sembari berjalan itu ia menduga-duga apa si orang tua bukannya Giam ong Leng. "sudahlah." katanya kemudian dalam hati, untuk menyingkirkan pikiran yang ruwet. Dan ia mengangkat kepalanya, untuk berjalan terusJusteru ia melihat kedepan itu, justeru sinarmatanya bentrok dengan dua sosok tubuh, yang ia rasa kenal, hanya tak ingat ia dimana pernah ia menemui mereka itu, ia lantas menggunai otaknya. Dengan lekas ia ingat, Mereka itu yalah Teng coa sin-pian sim Yok dari Keen Loen san serta Tiat-pie Chong- liong Law Chin murid nya Keng Tim Taysoe dari kuil Tay Chong sie di soe-coan Timur, ia pernah melihat mereka itu di Yan Kee Po. "saudara Lauw Cin." ..ia memanggil. Dua orang didepan itu agak melengak. lantas mereka menoleh, setelah mengeluarkan suara tertahan: "oh" keduanya cepat menghampirkan. untuk mereka berjabatan tangan sambil menyapa, menanyakan kesehatan masingmasing. Kedua pihak tak bersahabat kekal tetapi mereka saling mengagumi. Terutama sim Yok. ia ingat baik sekali budi Tiong Hoa. "Disini bukan tempat bicara," kata Lauw Chin "Mari kita menyewa sebuah perahu dengan apa kita masuk kedalam kota, setuju kah saudara ?" Tiong Hoa dan sim Yok menyatakan akur, maka keduanya lantas pergi kekali oen HHoo dimana mereka menyewa sebuah perahu bergubuk. Kali oen Hoo, yang dipanggil juga Coan Tong Hoo, menyambung dengan telaga Koen Beng ouw didalam kota Koen-beng, perjalanan sejauh sepuluh lie lebih, perhubungannya ramai, pemandangan alamnya permai. Maka itu ketiga sahabat itu, sambil berduduk dapat memasang omong dengan asyik, "sejak bertemu kau di Yan Kee po, saudara Lie," kata Lauw Chin menghela napas, "besokannya aku lantas berangkat pergi. sejak itu kami tidak bertemu pula dengan saudara atau kami lantas mendengar kau telah mengangkat nama di Kang lam, sebenarnya ada keinginan kami untuk menjenguk kau, sayang karena ada saja urusan, niat itu belum dapat diwujudkan, Tidak ku sangka kita dapat betemu disini" Berbicara terlebih jauh, sim Yok dan Lauw Chin memberitahukan bagaimana mereka sudah menyelidiki orangorang Rimba persilatan yang lenyap tidak keruan paran, tetapi di Yan Kee Po itu mereka tidak memperoleh hasil apa-apa. Mereka menduga kejahatan diperbuat Hoan-Thian-Ciang Yan Loei. Begitulah dengan bekerja sama Im san sioe-soe serta murid-murid dan sejumlah kawan lainnya, mereka menyerbu Yan Kee Po, tetapi diluar dugaan, pihak Yan Kee Po mundur sendirinya. Api telah digunai untuk melakukan pembakaran, Kesudahannya, penyelidikan mereka tak menghasilkan apa-apa. Mendengar itu, Tiong Hoa bersenyum. "Apa saudara telah periksa rumah peristirahatan nyonya dari Yan Kee Po disisi rimba?" ia tanya, "Didalam rimba yang lebat disitu ada sebuah rumah besar yang hitam gelap kelihatannya...." "Tentu saja kita pergi kesana" sahut Lauw Chin- Disana cuma kedapatan simpanan beras dan rangsum kering, Karena itu guruku menjadi berselisih dengan cian ci- Kean im siauw Goat Hian, nyonya rumah. syukur kemudian mereka mendapat berdamai dan menjadi baik pula, tetapi guruku mesti mencari tempat untuk mengganti gedung peristirahatannya nyonya itu." Habis berkata itu, Lauw Chin mengawasi tajam, Dia heran-"Apakah saudara ketahui sesuatu?" ia tanya. Tiong Hoa tidak lantas menjawab, Baru sekarang ia tahu jelas apa yang menyebabkan kemusnahan Yan Kee Po, ia pun balik menatap sahabat itu, ia menghela napas. Sekarang teringat pula ia dengan lelakonnya disana. ia berduka tapi juga ia berlega hati, karena ia sudah tertolong, Kemudian, selagi dua sahabat itu menatap terus, ia tuturkan semua pengalamannya didalam rumah dalam tanah di Yan Kee Po itu. sim Yok dan Lauw Chin gusar bukan kepalang, mata mereka menjadi merah. "saudara, apakah saudara masih ingat nama-nama mereka yang kedapatan didalam sarang celaka itu?" tanya Lauw Chin. "Aku ingat tetapi tidak semuanya." sahut Tiong Hoa, "setelah lewat sekian lama, banyak yang aku sudah lupa. Nanti saja, setelah singgah dihotel, perlahan-lahan aku membuat catatannya. Atau kalau tidak selesainya urusan disini, mari kita bersama pergi ke Tok-lok..." Menyebut nama Tok-lok itu Tiong Hoa mengawasi keluar perahu, ia masgul ia ingat lelakonnya, ia membayangi Koen Beng ouw dikota raja. Dulu seorang pemuda yang lemah, sekarang ia satujago Rimba Persilatan.... selagi pikirannya melayang-layang itu, Tiong Hoa mendengar suaranya sim Yok: "Saudara Lie, tahukah bahwa sekarang ini Im-Yang-cioe KongJiang dan im Cioe Jiauw-hoen Hauw Boen Thong dari Yan Kee Po itu berada dikota Koenbeng ini" Kami cuma belum melihat Hoan Thian ciang Yan Loei, Kami hendak mencari orang she Yan itu" Bagaikan mendusin, Tiong Hoa berpaling, secara mendadak. dia menjadi bersemangat pula, sambil bersenyum, ia berkata: "sekarang ini aku lagi luang tempo, urusan di Hek Liong Thoa masih dapat ditunda maka itu saudara, andaikata kamu membutuhkan bantuanku, suka aku memberikannya" Lauw Chin tertawa. "Kalau saudara Lie suka membantu, itulah bagus sekali" kata dia. "sebenarnya aku telah merencanakan usahaku mencari Yan Loe itu, hanya itu harus dilakukan dengan sabar, tak boleh dengan tergesa-gesa, sekarang saudara mau pergi kemana?" "Aku mau pergi ke Hoei Liong Piauw Kiok," sahut Tiong Hoa. sim Yok heran, ia terperanjat. "Bagaimana, apa saudara bersahabat dengan Kim-bian Gouw Keng seng Eng Siang?" ia tanya. Tiong Hoa menggoyang kepala, "Aku tidak kenal dia," sahutnya. sim Yok melengak. "seng Eng siang itu keluaran siauw Lim sie di Pouw thian-" ia kata- "Dia lihay, Dengan ketua siauw Lim sie di Pouw-thian itu dia pernah saudara seperguruan- setahu kenapa, mereka bentrok. Eng siang gusar, ia memelihara rambut pula, menjadi orang biasa, lalu sebagai orang murtad dia datang ke selatan ini menghamba kepada Giam ong Leng serta membuka piauwkiok nya itu. Pihak siauw Lim sie malang kepada Pouw Liok It, dia di diamkan saja, kalau siauw Lim sie bertindak. urusan bisa jadi besar, Eng siang itu jumawa dan licik sekali, Umpamakata dia ketahui saudara mempunyai janji dengan Pouw Liok It, ada kemungkinan dia nanti mengganggu padamu. Karena saudara tidak kenal dia, aku pikir lebih baik saudara jangan pergi padanya." Tiong Hoa tertawa. "Aku tidak memikir untuk menemui seng Eng sian-" katanya, "cuma..." ia lantas tuturkan apa yang ia dengar di Tay Kean Lauw serta halnya ia bertemu dengan siorang tua berbaju ungu ditengah jalan tadi. Lauw Chin terkejut. "Bagaimana romannya orang tua berbaju ungu itu ?" ia tanya. Tiang Hoa heran, tetapi ia memberikan penjelasannya. Karena sikapnya arang she Lauw ini, ia mau percaya orang tua itu bukan sembarang orang. "Benar dia... benar dia..." kata Lauw Chin perlahan berulang-ulang, sedang sinar matanya menandakan dia sangsi. Kemudian dia kata: "lnilah aneh, saudara Lie Kau telah merobohkan orang-orangnya dan dia tidak marah sama sekali..." "Siapakah dia, saudara Lauw?" tanya Tiong Hoa, ia heran akan kelakuannya ini sahabat baru. Lauw Chin tertawa tawar. "Dialah Cie Ie Boe-Eng Tie sin Hong," ia menjawab, "Dialah si hantu nomor satu dari luar lautan, yang tinggalnya dipulau Hiong Cioe To dijasirat Loei Cioe, Dia terkenal buat jeriji tangannya yang liehay, Kabarnya dia menjadi paman guru baru Hauw Boen Thong. Dia sekarang muncul disini, mesti dia ada sangkutpautnya dengan tiga benda mustika Rimba Persilatan yang sekarang ini sedang hangatnya dibuat pembicaraan... Kalau begitu, baiklah, tak usah kita jeri-jeri, mari kita pergi ke Hoei Liong piauw Kiok, Mungkin disana kita mendapat tahu tentang Tie sin Hong...." Ketika itu perahu sudah dikepinggirkan, sekalian saja bertiga mereka mendarat, untuk langsung menuju ke Hoei Liong pia uw Kiok, kantor usaha pengangkutan "Naga Terbang." Tatkala mereka sampai didepan pia uw- kiok, mereka heran, sepi sekali dimuka kantoran, bahkan pintunya separuh ditutup, sebaliknya dua orang yang bertubuh besar dan romannya bengis, lagi duduk menyender pada singa batu d id epa n pintu itu, roman mereka malas-malasan akan tetapi mata mereka tajam, sinarnya tak lepas dari setiap orang yang berlalu-lintas.... Bendera besar dari Hoei Liong piauw Kiok berkibar-kibar diatas tiangnya, Huruf-hurufnya merah latarnya kuning emas. "saudara Lie." kata Lauw Chin perlahan, "dua orang itu rupanya bukan orang piauw kiok. maka itu baik kita berlaku waspada, Dalam dunia Kaug-ouw banyak sekali manusia licik, mukanya lain, hatinya lain lagi. Tiong Hoa kagum. "Saudara berpengalaman luas, aku malu tak dapat menyamai." kata ia. " Kalau mereka bukan orang piauw-kiok. mungkinkah mereka..." Pemuda ini cerdas akan tetapi itu waktu tak dapat ia menerka seperti Lauw Chin"Seng Eng siang biasa menolak tetamu." kata Liuw Chin maka itu suasana ini mencurigai, Ada kemungkinan dia lagi didesak dipengaruhi musuhnya supaya dia melakukan sesuatu yang tak baik terhadap Pouw Liok It, atau dia sendiri lagi menggunai siasat, yalah pura2 saja bahwa dia telah kena dilukakan Thian ciat Mo Koen-.." Ketiga orang ini berdiri diam jauh dari piauwkiok. dua orang di depan piauwkiok itu mengawasi mereka tanpa berkesip. sim Yok tertawa. "Lihat, mereka lagi memperhatikan kita" katanya. "Mari kita hampirkan mereka secara wajar." kata Lauw chin, "Mari kita lihat lagaknya" Tiong Hoa setuju. Bertiga mereka bertindak maju. Mereka jalan terus sampai dimuka tangga, sikap mereka dibikin wajar. sebaliknya dua orang itu nampak gelisah. Mendadak keduanya lompat bangun, untuk menghadang bersama. Mereka berdiri berendeng. "Piauwtauw kami tidak menerima tetamu" kata yang dikanan, nyaring, "Tuan-tuan, silahkan berhenti" Lauw Chin tertawa terbahak, "Bagaimana kamu ketahui kami hendak menemui seng Eng siang?" dia tanya, "Apakah orang-orang didalampiauwkiok ini telah mati semuanya" Pergi kau bilangipauwsiuw kamu bahwa sahabatnya dari Kwan-tlong datang berkunjung." orang dikanan itu melengak. nyata dia bercuriga. "Tuan-tuan hendak menemui pia uwtauw yang mana ?" dia tanya, Lauw Chin tertawa pula, "Disini toh cuma ada satu congpia uwtauw?" katanya. "Apakah ada ketua yang kedua?" Tiong Hoa dan sim Yok mendengar sahabatnya bicara, mereka memuji kecerdikan sahabat ini. Mereka terus berdiam mendengari saja. orang yang dikiri heran, dia mengawasi kawannya, Yang dikanan ini rupanya cerdik, setelah berdiam sebentar, dia kata: "Tuan tuan, silahkan kamu kembali, seng Cong-pia uwtauw telah memberitahukan selama setengah bulan ini dia tak dapat menerima tetamu siapa jug a, takperduliorang cuma ingin menjenguk " Kembali Lauw Chin tertawa. "Dikolong langit ini tidak ada aturan begini " katanya, "Aku ingin menemukan, aku mesti menemukannya" Dan ia menoleh kepada kedua kawannya, untuk berkata: "Mari " Lalu dia bertindak. Orang dikanan itu kaget, sebera dia menolak dengan sebelah tangannya. Lagi-lagi Lauw Chin tertawa ia berkelit kekiri, tangan kanannya menangkis, tangan kirinya menyerang, kepada orang yang di kiri, yang ia arah jalan darahnya diiga kiri, yaitujalan darah sin-tong. Hampir berbareng, dua orang itu kena di bikin minggir, Bersama dua kawannya, Lauw Chin maju terus. Mereka itu penasaran, mereka memburu, sembari memburu mereka menyerang, takperduli ke punggung tiga orang itu. Lie Tiong Hoa ketahui orang menyerang mereka, ia memutar tubuhnya sambil tertawa, sebelah tangannya diajukan kedepan, hingga tangan itu meluncur panjang melebihkan daripada selayaknya, itulah tangan si Kera terbang, yang menangkap lengannya orang yang dikiri. Berbareng dengan itu, kaki kirinyapun diangkat, dipakai mendupak kearah tok-pie, jalan darah didengkul, Lihay gerakannya si anak muda, orang yang di kanan itu di mampiri kaki, dia menjerit kesakitan, tubuhnya mental balik, roboh dilatar. Dia merasa nyeri hingga ke uluhatinya. Yang lainnya kena ditangkap tangannya, dia tak dapat meronta, maka juga dia menjadi kaget bukan main, matanya bersinar tak ketentuan- Lauw Chin dan sim Yok kagum. Mereka telah mendengar Tiong Hoa lihay tetapi mereka tidak pernah menduga selihay ini. Mereka mengawasi dengan hati sangat tertarik. Tiong Hoa memandang bengis kepada orang yang lengannya dicekal itu, ia kata keras: " Lekas bilangi seng Eng siang supaya dia keluar menyambut kami" ia segera melepaskan cekalannya. Orang itu lantas lari kedalam. "Mari" Tiong Hoa mengajak dua kawannya, selagi ia sendiri terus bertindak ke-dalam, ketiganya berjalan dengan sabar. Lekas sekali dari dalam terlihat keluar empat orang, yang semua membekal pedang. sekitarnya setombak jauhnya, mereka itu berhenti untuk merintangi. Lauw Chin mengawasi empat orang itu, Melihat tindakan Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kakinya, dia percaya mereka lihay semuanya, Usia mereka itu usia pertengahan, semua berpakaian hitam dan ringkas, teman mereka keren, mata mereka tajam sebelum kedua belah pihak berkata apa-apa, dari dalam sudah lantas terdengar suara batuk yang dalam disusul dengan kata-kata berpengaruh ini: "sahabat baik dari mana datang berkunjung kepada Hoei Liong piauw Kiok yang suasananya begini menyeramkan" Biarlah aku si orang tua yang menyambutnya" Pendekar Bego 12 Pendekar Rajawali Sakti 136 Singa Gurun Dendam Pendekar Cacat 1