Bujukan Gambar Lukisan 3
Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 3 Dengan begini ia berhasil membikin tujuh buah senjata rahasia " bintang hitam" lewat di dadanya. Leng Bwee melihat serangannya gagal, ia berteriak "Meski kau bebas, di sini masih ada sebelas biji lagi. Dan berbareng dengan teriakannya itu, bintang bintang hitamnya itu sudah menyambar saling ganti. Kie Hong berkuatir berbareng gusar, kembali ia perlihatkan kegesitannya ia bebas pula dari sebelas senjata rahasia itu, ia mengertak gigi, sambil berlompat ia maju dengan kedua tangannya, guna membalas menyerang. "Kamu berhenti" tiba-tiba terdengar bentakan, yang disusul dengan penolakan keras. Kie Hong berdua Leng Bwee mundur hingga lima kaki lebih kurang, Tak sanggup mereka bertahan dari dorongan. sebelas butir senjata rahasia menghajar pohon bambu disamping mereka. Segeralah muncul seorang tua bertubuh tinggi dan besar, yang rambutnya telah putih semua, yang romannya keren, Dialah Hoan-thian-ciang Yan Loei. majikan dari Yan Kee Po. Ketika tadi Yan Loei bersama Hauw Boen Thong semua kembali ke toa-thia, ruang besar, ia tak enak hatinya, dan makin ia berpikir, hatinya makin tak enak. "Tidak disangka karena satu kealpaan kita mengundang ancaman bencana," berkata Khong Jiang. "Pocu, daya apakah yang kau dapat pikir" Menurut aku baiklah kau mengundang isterimu keluar, Biar bagaimana, kamutoh suami isteri untuk banyak tahun, tak mungkin dia duduk diam saja tak sudi menolongi...." Yan Loei tak dapat berpikir lain kecuali menyetujui pikiran itu, maka itu ia lantas pergi ke Coei-tek -hian. sampai tepat selagi Leng Bwee menempur Pek Kie Hong. la tahu perkelahian itu dapat mengakibatkan suasana buruk. maka ia lantas datang sama tengah. Kemudian selagi ketiga orang itu melengak. la mengawasi Leng Bwee dan Cioe Kiok. alisnya sendiri berkerut. "Pergi kau memberitahukan hoejin." katanya. "Bilang loohoe mempunyai urusan penting untuk mana aku ingin bertemu dengannya." Kedua budak itu memberi hormat, tanpa membilang apaapa mereka lantas memutar tubuh, lari masuk ke dalam rimba. Yan Loei tidak berani lancang turut masuk. la sekarang menghadapi Kie Hong, tegurannya sungguh-sungguh. "Keponakan Hong, mengapa kau begini sembrono?" ia tanya, suaranya dalam, "Loo-hoe sendiri tidak berani main gila terhadapnya, maka beranikah kau" Tak perduli siapa benar siapa salah, perbuatanmu ini dapat membikin anak Hee menjadi semakin benci padamu. Kau harus ingat, tak sabar bisa mengacaukan urusan besar, kalau sampai terjadi begitu, pasti loohoe tak dapat berbuat apa-apa lagi..." Orang tua ini menghela napas, tapi ia lantas bersenyum. "Sekarang pergilah kau menemani si Hong," katanya, menambahkan " kalau badai ini sudah sirap nanti lohoe mendayakan agar jodohmu terangkap dengan jodohnya si Hee..." Mukanya Kie Hong menjadi merah, Lekas-lekas ia menjura. "Baiklah." sahutnya sambit terus berlompat pergi. Yan Loei menghela napas pula. "Anak ini..." katanya. Atau ia terperanjat. Dari dalam rimba itu mendadak muncul sebuah tubuh yang langsing dan lincah. Itulah Yan Hee. "Ah, anak Hee" katanya, tertawa, "Apakah ibumu mengijinkan ayahmu bertemu dengannya untuk satu kali saja?" Yan Hee memperlihatkan sinarmata guram. ia menggeleng kepala. "lbu tidak dapat melanggar janjinya sendiri, tidak dapat ibu menemui ayah," ia menyahut, "lbu kata ia telah mengetahui semua. ibu menasihati untuk membayar pulang Ngo sek Kimbo kepada pemiliknya. Dengan begitu, katanya, ancaman bencana dapat di lenyapkan-" Tanpa merasa, tubuh Yan Loei menggigil "Cara bagaimana ibumu ketahui urusan Ngo-sek Kim-bo itu" " ia tanya, herannya bukan buatanPuteri itu sangat bersusah hati, ia menghela napas, "Ibu bilang, kalau orang mau perbuatannya tak dapat diketahui lain oiang, tak ada lain jalan yang terlebih baik daripada tak melakukan perbuatan itu." ia menyahut. "Di mana ada perbuatan yang dapat dirahasiakan" Tidak demikian darimana datangnya demikian banyak musuh" ibu bilang bahwa selama beberapa tahun ini semua perbuatan ayah adalah perbuatan-perbuatan yang tak mentaati undangundang dan tak menghormati Thian. tumpukan kedosaan sampai tak dapat di-hitung jumlahnya, maka karenanya, mesti datang satu hari yang ayah bakal menerima pembalasan karenanya, Dari itu ibu menasehati agar ayah lekas-lekas bertobat, untuk seterusnya berlaku dermawan, supaya ayah masih dapat melindungi sisa penghidupan ayah selanjutnya..." Jilid 5. Dari celaka mendapat kawan liehay Habis berkata begitu, anak itu berhenti sebentar, lantas dia tertawa dan kata: "Aku masih hendak bicara dengan ibu, maka itu maafkanlah aku" ia memberi hormat, lantas ia menghilang pula kedalam rimba. Yan Loei berdiri melengak. mukanya merah dan pucat bergantian ia malu dan mendongkol dan bersusah hati juga, Akhirnya dia mendamprat: "Perempuan hina Kau tidak suka menemui aku, sudah Perlu apa kau menyuruh anakmu ngoceh tidak keruan" Apakah maksudmu?" saking gusar, ia lantas menyerang ke arah pohon-pohon bambu, hingga disitu terdengarlah suara berisik dari robohnya beberapa batang p^hon itu. Maka itu nyatalah liehay nya majikan dari Yan Kee Po ini. Hampir Hoan Thian ciang berlompat ke dalam rimba itu, atau didetik terakhir, dapat ia menguasai diri, bukan karena saking sabarnya, hanya disebabkan iajeripada Cian cioe Koan i m, isterinya, yang liehay itu, ia membanting kaki, lantas ia memutar tubuh, meninggalkan hutan itu. Di antara sinar matahari, dari antara rumpun bambu itu, terdengar suara tertawa ejekan yang tawar ooooo LAMA Lie Tiong Hoa dipermainkan hawa amarah, menyesal dan berduka, akhirnya ia dapat juga berpikir. setelah menjadi sabar ia ingat pembilangan bahwa bangsa pendeta dapat menguasai diri dengan duduk berdiam menghadapi tembok, tanpa dahar dan tanpa minum, karena ada yang sampai bertapa di dalam guha batu sampai bertahun-tahun, setelah keluar dari pertapaan, dia lantas memperoleh ilmu kepandaian yang mujijat, dia mencapai kesempurnaan Lalu ia ingat, mendiang gurunya juga pernah mengatakan demikian-" Kenapa aku tidak mau mencoba?" pikirnya, "Lain orang dapat, kenapa aku tidak" Baiklah aku bersemedhi menurut ajaran guruku, barangkali saja aku dapa^ h^dup terus sampai aku dapat melihat pula langit dan matahari..." Karena ini, segera ia mengambil keputusanny a, lantas ia duduk bersila. ia merapatkan kedua matanya, ia memusatkan pikirannya, lalu ia berdiam sambil menyalurkan napasnya dengan beraturan, perlahan tetapi tentu, inilah pelajaran la ykee, atau ahli tenaga dalam, yang sejati. ia hanya tak mengertijelas bahwa itupun dasar pokok ilmu silat sejati. Gurunya tidak menjelaskan itu. guru itu cuma membilang i ia, pelajaran bersamadhi itu dapat membantu memperkokoh tubuh... Lama Tiong Hoa duduk berdiam mematung itu, pikirannya dipusatkan terus, untuk tidak memikirkan urusan lain ada juga. Mulanya ia merasa pegal, ia tidak menghiraukannya, ia menguatkan hatinya. Kekuatan hatinya itu segera juga mendapat bayarannya yang setimpal, ia merasa napasnya tersalur baik, b eg itupun seluruh jalan darahnya. Yang menggirangkan ia yalah ketika ia tak merasa berdahaga lagi, sedang tadinya ia ingin sangat minum. Len ap hawa panas, itu terganti dengan hawa dingin dan nyaman, bantu bekerjanya sisa obat. Latihan semedhi ini membantu bekerjanya sisa obat Pouwthianwan dari Thian Yoe sioe, si orang tua penjelajah langit. Tiong Hoa terkejut, ia merasa tubuhnya bergerak-gerak. seperti juga ada tenaga hebat yang menolaknya dari dalam. Beberapa kali ia seperti mau mental naik, ia mengendalikan diri, ia, lawan itu, ia lantas ingat inilah mungkin yang dinamakan godaan. Katanya setiap pertapaan ada penggodanya, yang dapat membikin orang memasukijalan sesat, inilah tak ia kehendaki, Maka ia mempertahankan hatinya. Akhir-akhirnya datanglah saat yang membikin Tiong Hoa kaget tidak terkira, ia bagaikan mendengar guntur menggelegar di-telinganya, lantas matanya menjadi kabur, lalu kepalanya terasa sangat pusing. Kali ini ia merasa tak dapat mempertahankan lagi tubuhnya, ia merasa ia jatuh menyender ke-tembok besi.. Ia lantas tak ingat apa-apa lagi. Di dalam gelap. di mana tidak ada sinar matahari atau rembulan, orang tak mengetahui sang waktu. Demikian Tiong Hoa. Tak tahu ia berapa lama ia telah pingsan, Kerika ia tersadar dan membuka matanya perlahan-lahan dalam tempo yang pendek. hatinya menjadi terbuka, hingga ia merasa girang luar biasa, kalau tadinya ia tidak dapat melihat apa juga, sekarang matanya menjadi terang sekali. Hanyalah ia merasa letih, tulang-tulang seperti ngilu. ia menduga itulah tentu disebabkan pengalamannya tadi, hingga ia kehabisan tenaganya. Maka lekas-lekas ia berduduk pula dengan tegak, guna bersemedhi lagi, Matanya pun dirapatkan pula. Kali ini Tiong Hoa tak usah bersemedhi lama, ia lantas merasa lenyap semua keletihannya, tubuhnya menjadi segar sekali, Tak lagi terasa ngilu di tulang-tulang. Bahkan ia merasa tubuhnya enteng sekali mencoba menyalurkan jalan darahnya, ia menjadi bertambah girang, ia merasa nyaman seluruhnya. Inilah perubahan kemajuan yang tidak di-sangka-sangka, Kalau Thian Yoe Sioe menghadapinya, mungkin dia tak mau percaya, perubahan semacam itu tak nanti datang demikian cepat, kalau itu terjadi atas diri lain orang. Sekarang Tiong Hoa membuka pula matanya. Seperti tadi, ia bisa melihat di tempat gelap mirip seperti di tempat terang. Maka sekarang ia bisa melihat tegas seluruh liang perangkap itu, yang luas hampir satu babu, Di sebelah kanan ada sebuah pintu ia berbangkit menghampirkan itu sesudah itu ia melihat kesekitarnya. Pintu itu membawa ia ke sebuah ruang lain- Ruang disini agaknya lebih gelap lagi, Maka di sini ia cuma bisa melihat sejauh sepuluh tombak. "Inilah hebat," pikirnya Terus ia menghela napas, Ruang ini pun tidak berhawa udara, ia heran ada liang semacam itu, Apakah perlunya" Adakah itu dibikin cuma untuk membinasakan orang" Sebab sekali masuk. orang, tak dapat keluar lagi. Karena dari luar orang tak dapat masuk untuk melihat atau memeriksa "Kalau Yan Kee Po hendak menyingkirkan orang, tak cukupkah itu bila orang dibunuh saja?" pikirnya pula. perangkap itu dalam kira limapuluh tombak, tak nanti orang dapat lompat keluar dari situ, ilmu ringan tubuh atau lompat tinggi pun tak setinggi itu Sekian lama Tiong Hoa berdiam. Ketika ia menyedot napas, ia dapat mencium bau bacin, hingga ia ingin tumpah-tumpah. ia heran, ia bertindak maju perlahan-lahan, Dengan begitu, matanya dapat melihat ke tempat yang terlebih jauh lagi, Baru ia melalui belasan tindak, lantas ia menyaksikan pemandangan yang membikin bulu-romanya pada berdiri. Belasan tengkorak atau tulang belulang berbayang di depan matanya, Tulang-tulang yang putih di antara sisa pakaian yang sudah hancur dan lapuk. Di antaranya pun terletak pelbagai macam senjata tajam. Seumurnya baru kali ini Tiong Hoa menyaksikan penglihatan yang sangat mengerikan ini, yang sangat mengiriskan hati. Maka untuk sesaat itu, ia berdiri diam saja. Tiba-tiba ia ingat halnya ia membinasakan Goei Loo-hoecoe, pemegang kas di rumahnya. Ketika itu iapun pernah merasa ngeri seperti ini, ^api di sini bukan hanya satu Goei Loo-hoecu... Perlahan-lahan Tiong Hoa mendapat menenangkan hatinya, ia melihat ke sekitarnya, Di tembok ia melihat samar-samar dari ada nya tulisan. ia bertindak menghampirkan, itulah bukan tulisan dengan pit, hanya ukiran dengan ujuog pedang atau golok. setelah membaca, ia mendapatkan nama-nama orang berikut bulan dan tahun yang merupakan catatan mereka yang bersangkutan terkurung di dalam liang jebakan itu. Ia menghitung-hitung, maka ia mendapat kenyataan, tanggal yang paling belakang saja sudah lewat delapan tahun Tanpa merasa, Tiong Hoa membaca nama-nama orang itu, ia mengingat ingatnya diluar kepala. ialah seorang Kang ouw hijau, maka tak ada nama yang ia kenal. Tapi ia menduga musuh-musuhnya Yan Loei mestilah orang-orang Kang ouw ternama, ia mengharap di antaranya ada orang-orang lurus, agar kalau nanti ia bisa keluar dari liang neraka dunia ini, ia berhasil mendengar tentang keluarganya, supaya keluarga itu bisa datang untuk mengurus tulang-tulang belulang ini, ia percaya perbuatannya ini adalah amal yang baik. Setelah mengapalkan nama-nama itu, Tiong Hoa mengawasi semua tulang manusia itu, ia menghela napas, kemudian ia bertindak untuk pergi ke sebuah ruang yang berada di sebelah itu, ia melihat tidak ada apa apa di situ, ia berjalan terus hingga ia terpisah jauh dari semua tulang itu serta di situ tak ada bau bacin. ia lantas duduk. pikirannya bekerja. sekarang ini pastilah saat indahnya musim semi, ia ngelamun- Di dunia bebas, orang tentu lagi beriang gembira, ia menyesal yang dulu ia tidak menghiraukan nasehat ayah dan ibunya, buat belajar surat, untuk maju di medan ujian, Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo untuk memperoleh gelaran dan pangkat, pikirannya melayang lebih jauh. Maka ia lantas ingat Cek In Nio yang cantik menggiurkan dan Yan Hee yang manis dan lincah. Di balik itu, ia membayaogi Pek Kie Hong yang manis di mulut tapi hatinya jahat bukan main, ia merasa ngeri sendirinya kalau ingat ia mesti menghadapi manusia pais u itu, Maka juga ia tambah pengalamannya. Setelah lelah berpikir keras, Tiong Hoa merabah kitabnya Thian Yoe sioe ia keluarkan itu, ia membalik lembarannya yang pertama, itulah penjelasannya Thian Yoe sioe kenapa dia menciptakan ilmu silatnya itu, "Kioe Yauw seng Hosi sip sam sin, yang didapat ilhamnya setelah dia bertanding melawan Hok in siangjin- Tiong Hoa tidak tahu Thian-yoe-sioe dan Hok in siangjin itu orang-orang macam apa, ia menduga saja merekalah ahli-ahli silat kenamaan, mestinya mereka ketua sesuatu partai persilatan- Halaman kedua menjelaskan pokok dasarnya ilmu silat itu, pertentangan antara Im dan Yang, yaitu pos itip dan negatip. antara langit dan bumi, bagaimana Ngo-heng, yala h emas, kayu, air, api dan tanah, saling menakluki, begitupun hubungan antara jantung danpeparu dan lainnya. Sebagai seorang cerdik, Tiong Hoa dapat menangkap artinya semua itutakperduli sebenarnya sulit, setelah itu, ia dapat juga memahamkan tig a belas lukisan gambarnya. Maka sesudah mengerti, ia lantas berbangkit, untuk melatih diri menurut gerak gerik gambar serta petunjuk-petunjuknya. Mulanya ia merasakan kesukaran sebab semuanya bertentangan dengan ilmu silat biasa yang ia pernah dapat dari gurunya. oleh karena pelbagai pertentangan itu maka jug a Kioe-yauw seog Hoei sip sam sie disebut juga Houn Ngoheng I m- yang Cioe HOM. artinya, ilmu silat yang bertentangan di antara ngo-heng dan im-yang. Tiong Hoa belajar dengan sabar tetapi ulet, ia tidak mengenal letih, tanpa merasa ia telah melewati tempo dua hari dua malam, lantas juga ia dapat menguasainya. Ketika mulanya ia menggeraki tangan dan kakinya seperti biasa, tanpa suara apa apa, setelah paham, angin atau samberannya setiap tangan atau kakinya itu berbunyi nyaring dan mendengung didalam liang tanah itu. "Tapi." katanya kemudian, sesudah ia paham itu, "Buat apa aku dengan kepandaianku ini" Bukanlah lagi beberapa hari, tanpa dapat melihat matahari dan langit, aku juga bakal menjadi kawannya semua tulang-tulang ini, menjadi setumpukan tulang-tulang putih, rebah bersama penasaranku ini".." Maka ia lantas ingat baiklah ia jika mengukir nananya, untuk jadi tanda peringatan supaya namanya itu diketahui oleh orang, atau orang-orang yang bakal bernasib celaka seperti dirinya. Pemuda ini masih belum insyaf bahwa semedhinya dapat menolong padanya. Dengan dua jari tangannya, Tiong Hoa menotok dan menggurat ke tembok besi, Mendadak ia terkejut. Totokan itu menyelelikkan lelatu api, di tenbok besi itu lantas berpeta huruf huruf yang ia ukirkan ia menjadi melengak sendirinya. Demikian hebat tangannya itu. Tatkala ia sadar, ia girang hingga ia tertawa berkakak. hingga tertawanya itu seperti menggulingkan ruang dalam tanah itu, Tanpa merasa, ia mengeluarkan airmata. Tiba-tiba. "He, siapa itu tertawa berkakak di sana?" demikian terdengar satu suara pertanyaan, 2Apakah kau tidak puas dengan kematianmu kurang cepat?" suara itu dingin dan menggetar juga, Mulanya Tiong Hoa terperanjat akhirnya ia menjadi girang, Kiranya masih ada orang lain di dalam liang itu, itu artinya ia dapat kawan bicara ditempat yang sepi itu. Karena ia tahu dari mana datangnya suara itu, Tiong Hoa lantas bertindak dengan berlari, ia masuk ke kamar sebelahnya lagi. Begitu ia sampai, begitu ia tercengang. Dalam kamar ini, yang terlebih luas lagi, kembali terlihat berserakannya tulang belulang lainnya. Hatinya menjadi giris pula. inilah bukti lain kejahatan dari Yan Loei. "siapa di dalam kamar ini?" katanya sembari ia bertindak. sekarang ia tidak berlari lari lagi. "Aku di pojok sini." demikian ia memperoleh jawaban, "Apakah kau tidak dapat datang kesini?" Suara itu tetap dingin dan menggetar. Tiong Hoa bertindak terus, segera ia melihat seorang duduk menyender di tembok, rambutnya panjang hingga menutupi mukanya. Kedua matanya orang itu celong akan tetapi sinarnya tajam, mata itu bersinar tak hentinya. Maka dilihat seluruhnya, dia beroman bengis, Tapt ia tidak takut, orang tua itu mengawasi lantas dia menanya: "Bocah, kau pun mendapat bahaya di luar tahumu?" Tiong Hoa mengangguk ia mengawasi tajam. "Loojinkee, sudah berapa lama kau berada di sini?" ia balik menanya. orang itu tertawa tawar, sekarang sinar matanya menunjuki dia puas. "Aku?" sahutnya, "Mungkiu sudah sepuluh tahun, Lihat mereka itu.." dia menunjuk ke arah tulang belulang, lantas dia meneruskan: "Mereka yang datang belakangan- mereka mati satu demi satu, tetapi aku si tua bangka, di luar dugaanku, aku masih hidup sampai sekarang ini, Hanya aku terlalu kesepian, sudah lama sekali aku tidak mendengar suara manusia lainnya.... sekarang barulah datang kau, maka aku menegurmu, untuk di ajak bicara... Kaupasti tidak bakal hidup lama.... Mereka itu, tak ada diantaranya yang hidup lebih daripada tujuh hari..." Tiong Hoa heran, Benarkah orang dapat hidup sepuluh tahun" Maka ia mengawasi orang itu, Hal ini membuatnya semakin keras keinginannya untuk tidak mati, la tertawa. "Loojinkee. kau tentulah seorang Rimba Persilatan yang luar biasa." ia kata, " Kalau tidak. mana bisa dapat hidup selama sepuluh tahun di sini"..." orang itu mengangguk, "Kau benar." bilangnya, "Tidak malu aku mendapat nama orang Rimba persilatan yang luar biasa. Hanyalah mereka itu, dari mula mula hingga akhirnya, mereka menyebut aku seorang memedijahat, tapi itulah tak dapat disalahkan. Aku si orang tua, aku biasa membawa tabiatku sendiri, kesukaanku membunuh orang tak ada batasnya, cuma siapa yang aku binasakan, dia tentulah manusia busuk. tidak pernah aku kesalahan membunuh manusia baik-baik." Di waktu mengucap demikian, mata orang tua itu bersinar tajam. Tiong Hoa pandai berpikir, maka ia tidak menyebut hal kebaikan atau kejahatan, untuk membilang orang jahat atau baik. ia cuma kata: "Di dalam dunia itu hal benar dan tidak benar, haljahat dan baik, tak ada kepastiannya, maka itu tak usahlah loojinkee buat pikiran, Aku ingin ketahui dengan cara apa loojinkee dapat memperpanjang umurmu di sini..." Mendengar itu, si orang tua bertepuk tangan, dia tertawa lebar. "Kata-katamu ini cocok dengan hatiku, anak." ia berkata, "Rupanya kaulah orang satu-satunya dalam seumurku yang mengenal aku, Bukankah kau menanya kenapa aku dapat hidup terus" inilah sangat sederhana, Aku mengerti pelajaran mahir dari ilmu semedhi, Kecewa mereka itu, bukan saja mereka tidak menghormati aku, bahkan mereka mengutuk aku tak mati siang-siang, Karena itu selagi tadinya hendak aku mengabari mereka ilmu itu, kemudian aku membatalkan nya." Tiong Hoa heran, lalu ia menghela napas. "Loojinkee begini lihai, kenapa loojinkee tidak berdaya untuk lolos dari sini?" ia tanya. " Kenapa loojinkee kerasan hidup lama-lama disini?" "Hm" orang tua itu mengasi dengar suara di hidungnya, "Pernah beberapa kali yang aku bosen berdiam disini sampai hampir-hampir aku menghajar remuk batok kepalaku." ia tertawa dingin, ia melonjorkan dengannya yang kurus kering, kemudian ia menyingkap pakaian sebelah bawahnya, Dari situ tersiar bau kotoran yang sangat Tiong Hoa memandang, menjadi kaget sekali, ia mendapatkan kaki yang buntung sebatas dengkul, ujungnya itu kering dan hitam. .seka rang barulah kau mengerti." kata orang tua itu, "jikalau aku tidak dirintangi kakiku ini sudah tentu aku telah kabur sedari siang-siang." ia tertawa terus ia kata pula: "Sementara itu, dengan berdiam bertahun-tahun di sini, aku si orang tua telah mendapat ilham. Aku telah memperoleh kesadaran, Yalah menindih kegusaran sukar. lebih sukar lagi menindih rasa takut. Menakluki diri sendiri maka dengan begitu hawa amarah dapat dikendalikan. sadar akan kenyataan maka rasa takut dapat disingkirkan. Sebenarnya tabiatku keras sekali. Ketika aku baru terjeblos dalam perangkap. kemurkaanku tak kepalang hingga aku memikir, kalau nanti aku dapat bebas, hendak aku mendobrak dunia, Lama-lama, tanpa aku merasa, dapat aku mengendalikan diriku. Ini juga yang membikin aku insaf dunia itu hanya tempat mondok. sedang sang tempo yalah tetamu yang berlalu dalam seratus tahun-orang hidup dalam dunia cuma untuk menumpang, Maka itu, kalau hidup, apa yang harus dibuat syukur dan kalau mati, apa yang ditakuti" Melainkan penasaran saja yang sukar dilampiaskannya." Tiong Hoa kagum, ia mengerti orang tua ini adalah seorang yang Boen Boe Coan cay, Dia lengkap pengetahuannya ilmu surat dan ilmu silat, ia mengawasi orang itu, ia melihat sinar kepuasan pada matanya. Jikalau nanti aku dapat pulang ke Kang-lam" kata dia, "Haha saudara-saudaraku bakal mendapatkan tabiat ku sudah berubah sekali, hingga aku bakaljadi seperti dua orang, Pasti mereka bakal menjadi sangat heran-" Tiong Hoa berduka, Terang orang tua itu berkata-kata begitu untuk menghibur diri Kapan dia bakal dapat pulang ke Kang la m" ia mengawasi lebih jauh, maka samar-samar ia nampak sedikit airmata yang mengembeng. Jikalau kita depat melihat pula matahari dan langit, sungguh beruntung," ia kata. ia menghela napas "Lojinkee, aku masih belum mengetahui she dan nama loojinkee yang mulia, sudikah loojinkee memberitahukannya?" Ditanya begitu, parasnya orang itu berubah, ia dongak. akan mengawasi ke sini. "Sepuluh tahun telah lewat, jikalau kau tidak tanya, hampir aku lupa," ia menyahut kemudian. Mendadak ia tertawa b erg elak. lalu matanya memandang tajam kepada anak muda dihadapannya, "Eh?" ia tanya, "apakah kaupernah dengar dalam Rimba Hijau namanya sin-gan Tok-kak Koei-Kian cioe Cee cit?" Tiong Hoa menggeleng kepala. Memang tidak pernah ia mendengar nama itu apapula gelarannya yang demikian panjang, yang berarti Ce Cit si orang dengan mata malaikat dan kaki tunggal yang seperti iblis yang apa bila diketemui, membikin orang berduka." "Aku yang muda masuk dalam dunia Kang ouw baru beberapa hari saja," ia bilang. "Aku tidak tahu apa-apa mengenai sekalian orang gagah dan luar biasa dari dunia Kangouw itu..." Mendadak ia ingat disebutnya "kaki tunggal" itu, maka ia menatap dan menambahkan- "Apakah loojinkee bukannya Cee..." "Tidak salah" berkata orang tua itu, mengangguk. "Aku yalah Cee Cit, Kau tentunya tidak dapat memikir kenapa aku roboh di tangannya Yan Loei... Baiklah, dengan menutur halku, dapat juga aku mengeluarkan sedikit rasa mendongkolku ini juga akan memecahkan kesunyian kita..." Tiong Hoa berdiam, ia mengawasi- atas sin-gan Tok-kak Koei-KJan-Cioe mulai dengan keterangannya. Cee Cit yalah orang gagah luar biasa untuk Kang lam, wilayah selatan. Dia liehay ilmu silatnya, orang luar tak tabu dia berasal partai persilatan yang mana. selama hidupnya, dia paling benci kejahatan Hanya mengenai huruf "jahat," ia mempunyai semacam pengertian, Ya la h kejahatan tulen dapat dimaafkan kejahatan pais u tak dapat diberi ampun. Menurut dia ada banyak koen-cu palsu, untuk memakai nama koen-coe itu buat dengan diam-diam melakukan pelbagai kejahatan yang dapat membikin bangun bulu roma orang, Begitulah terhadap penjahat Rimba hijau sekali ia masih mengira-ngira, terhadap orang Rimba hijau paisu, dia bertangan besi. Kalau ia mendapatkan seorang paisu, tak ampun lagi dia membunuhnya. Maka juga si palsu pada membenci dia, hanya mereka tidak berani sembarang turun mangan- Dia lihai, dia ditakuti. Dalam umur empatpuluh, Cee-cit kesohor di seluruh Kang la m, bagian selatan dan Utara, Kemudian, setahu kenapa, dia suka diangkat menjadi ketua dari Coan Pang, yalah partai pengusaha perahu. Karena itu, dia membikin jalan atau pengangkatan di air menjadi aman, Hanya karena ini, dia dibenci sangat oleh Looliong sin Pek Liang si Naga Tua dari Tong Teng cuw. Bagaikan paku di mata, Dia diarah, dia hendak disingkirkan Beberapa kali Pek Liang mengirim orangnya yang lihai untuk membinasakan cee-cit. semua percobaannya itu gagal sebaliknya, orang-orangnya itu yang kena dibikin mati. Hingga kebenciannya jago Tong Teng itu menjadi-jadi. Di lain pihak. Cee cit tidak ketahui bahwa musuh di belakang layarnya yalah Pek Liang. Ketika itu, kebenciannya Pek Liang menjadi berlapis susun. Pada waktu Cee cit berumur lima puluh tahun, ia mengunjungi seorang sahabatnya yang tinggal di atas sebuah bukit, Lacur untuknya, kaki kirinya terpagut ular berbisa. Siapa digigit ular itu biasanya dia mesti mati, Tapi Cee Cit lain. Dia tahu bahaya dia mau tolong dirinya, Tanpa sangsi, dia membacok kutung kaki kirinya itu. Karena ini, ludaslah ilmu silatnya, dia menjadi tawar hati. Tapi dia keras hati, Dia penasaran, Lantas dia bergulingan Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ke sebuah pohon kayu. dengan bacokan tangan, dia membikin pohon kayu itu roboh. Dengan bantuan ilmu Kim Kong Cioe Hoat, dia membuat sebatang tongkat, lantas dengan menggunai itu, dia melatih silat dengan kaki tunggalnya. Di dalam dunia tidak ada soal sukar, yang dikuatirkan yalah tak ada kekerasan hati, demikian sering dibilang. Demikian cee cit, Lewat tiga bulan- berhasil dia dengan latihannya itu, bahkan dia menjadi terlebih liehay. Dia kurang gesit tetapi tangannya, pukulan Kim Kong ciang, menjadi terlebih mahir, begitupun pukulan Hoei Wan cioe, si Kera Terbang. Cee Cit pulang dengan kaki buntung, Dia lantas tak disukai oleh ketua mudanya, Tiat Tek CoeJie siong Gan si seruling Besi, Memangnya hu-pangcu ini telah memikir merampas kedudukan pang cu itu, sekarang niatnya makin mantap. Maka diam diam Jie siong Gan bersekongkol dengan Loo- Liong sim Pek Liang dan mencari akal buat mencelakai Cee cit. Lain tahunya di bulan ketiga, Cee Cit kehilangan lenghoe lambang partainya, Tanpa leng-hoe, tidak dapat ia menjalankan kekuasaannya sebagai ketua, sebab tak bisa ia memberikan titah-titahnya. Leng-hoe itu terbuat dari cula badak yang tertaburkan sebutir mutiara mustika Lionggan cioe yang harganya seperti seharga sebuah kota. Begitu leng-hoe itu lenyap. kedudukannya Cee Cit menjadi guncang, Dengan lantas Coan Pang terpecah menjadi dua rombongan Rombongan pertama tetap bersedia kepada Cee cit, yang dihargai kejujurannya, yang putusannya selalu adil. Mereka ini anggap tidak apa lenghoe lenyap. itu boleh dicari dengan perlahan-lahan, terutama untuk mencari pencurinya Rombongan lain mengikut pada siong Gan. Mereka ini berkeras lenghoe harus dihormati, tanpa itu katanya Partai hilang pengaruh, dan tanpa itu, Partai bakal bubar, itulah berarti ancaman, kalau lenghoe tak dapat dicari pulang, Cee Cit bakal kehilangan kedudukannya sebagai pangcu. Jie Siong Gan sangat cerdik, dia dapat mengelabui Cee Cit yang liehay dan bermata tajam. Cee Cit tidak pernah menyangka wakilnya itu berpikir jahat terhadapnya. Sebagai laki laki Cee Cit berjanji, karena lenghoe lenyap di tangannya, dialah yang bertanggung jawab, Maka dia berjanji akan mencarinya pulang, Dia suka pergi mencari. Dia memberi tempo setengah tahun, Selain itu, partai diserahkan padaJie Siong Gan sebagai wakil pangcu. oee Cit menduga pada penjahat dari luar wilayah kekuasaannya. sebab orang bisa mencurinya, ia menduga juga pencuri itu mesti orang liehay^ Lenghoe terbuat dari cula badak dan ada mutiara mustikanya. Cula itu dapat menjadi obat mujarab dan mutiara mustikanya Pia-soei-Coe - dapat menolong orang dari bahaya kelelap. Maka ia percaya, leng hoe berharga itu mesti jatuh di tangannya orang orang bangsawan atau berpangkat besar di Yan-khia, kota raja, maka ia menu. u ke Utara. Markas Coan Pang berada di gunung siauw Koh Sau, dari sana Cee Cit berangkat dengan cepat, belum dua hari ia sudah sampai di kota Kimleng. Karena tugasnya itu, ia jadi mempunyai tempo senggang. Demikian itu hari, di waktu lohor, dia berdiri di Yan Coo Kie, memandangi keindahan sungai di waktu lohor. Yan Coe Kie berada di utara kota Kim-leng, di luar kota, di tepi sungai Tiang Kang, Satu bagiannya darat, tiga bagiannya air. maka romannya mirip dengan burung walet menyamber ke sungai. Itu pula yang menyebabkan didapatkan nama itu, "Yan-coe" nya, itu burung walet, dan "kie" yala h gunung kecil di tengah sungai yang sebagiannya nempel dengan daratan- Di atas itu pada sebuah paseban yaog dikitari pepohonan, itulah tempat pesiar atau permandian di musim panas, dari atas itu orang dapat memandang laut dan tempat yang jauh, yang indah. Tengah Cee-cit tersengsam, tiba-riba ia mendengar orang tertawa dan berkata di belakangnya: "Cee Pangcu, bagaimana gembira kau dapatpesiar di sini Kau membuat nya pintoo kagum sekali untukmu." Pang cu itu terperanjat. Tidak ia sangka ada orang datang kepadanya, ia lantas berpaling, ia melihat seorang tojin, atau imam yang menggondol sebatang pedang panjang dengan jubah abu abunya tertiup angin- Dia itu mendatangi sambil berlari cepat, ia lantas mengenali imam itu, yala h It Tim-coe Coe Soe Hoei, yang ia kenal. " Kiranya Coe Cinjin-" ia menyambut tertawa, ia memberi hormat, "Kapan cinjin datang ke Kim-Ieng?" Imam itu mengurut kumis jeng gotnya yang hitam dan panjang, ia pun tertawa. "Pintoo sampai di kota Kim-Ieng sedari tiga hari yang lalu," dia menyahut, "Pintoo gemar pesiar, pintoo juga menyukai pemandangan alam, maka itu pintoo suka mengunjungi berbagai gunung kenamaan, Tidak d i-s angka, di Yan coe Kie ini pintoo bertemu pula dengan Pa ngcu." sehabis berkata begitu, dia mengawasi tajam ketua Coan ^ang itu. Cee Cit tertawa. "Sungguh tak banyak orang yang bebas sebagai cinjin," ia berkata. "Tidak beruntung yalah aku si orang bercacad, yang masih tak dapat membebaskan diri dari usaha nama dan penghidupan, setiap hari aku mesti menghadapi banyak urusan yang membikin ruwet pikiran." ia lantas menghela napas. Coe see Hoei nampak heran. "Pangcu," katanya, -jikalau pintoo tidak salah menduga, sekarang ini mestinya Pangcu lagi berduka sangat, Dapatkah pangcu memberitahukan aku apakah kesulitan Pangcu itu?" Cee cit terperanjat dia menatap tajam, "Bagaimana kau dapat melihatnya, cinjin?" dia tanya heranImam itu memperlihatkan sikap sungguh-sungguh. "Pintoo tidak mempunyai kepandaian apa-apa, hanya tentang meramalkan, pintoo mengerti juga sedikit." jawabnya "Pintoo melihatnya dari garis alismu, Pangeoe." Cee cit bersuara "oh" ia menatap terus imam itu, ia melihat roman orang, Maka ia lantas berpikir "lt Tim coe dari Heng San ini luas pergaulannya dia terkenaljujur, mungkin dia dapat memberi petunjuk padaku, ia terus melihat, ke sekitarnya, lalu ia bersenyum dan berkata: "oleh karena cinjin telah melihatnya, baiklah, suka aku memberi keterangan- Aku sekalian ingin minta petunjuk cinjin-" coe See Hoei tertawa. "Di antara kita bangsa jujur, janganlah Pangeoe menyebut soal meminta." katanya. "Mungkin Pangcoe belum bersantap. karena pintoo tidak pantang, mari kita pergi ke Lia Kang Lauw untuk minum bersama." Cee-cit menerima undangan itu, maka lantas keduanya beriari-lari ke lauwteng, atau rumah makan, yang disebutkan itu. coe See Hoei lari mengikuti, ia melihat orang berkaki satu tapi dengan dibantu tongkatnya, cee-cit dapat beriari keras sekali sebab sekali melesat dia dapat melalui lima atau enam tombak jauhnya, ia menjadi heran. Tiba di Lim Kang Lauw, kedua sahabat ini memilih meja yang menghadapi jendela, hingga dengan begitu mereka pun dapat melihat sungai, Ketika itu sudah sore. sembari bersantap Cee-cit menuturkan perihal lenyapnya leng-hoe, Coanpang hingga ia menjadi mengalami kesulitan ia pun mengutarakan dugaannya karena mana sekarang ia lagi menuju ke Utara, untuk menyeIidiki-nya. setelah mendengar keterangan itu, Coe see Hoei tunduk. "Dugaan Pangeoe benar, mustika itu tak nanti balik ke dalam dunia Kang ouw." katanya kemudian "Memang itu mestinya jatuh di dalam istana atau gedung besar, kalau tidak..." "Siapakah kiranya lain orang yang dapat menadah barang itu?" Cee-cit memotong. "lnilah bukan kepastian, baru dugaan saja," sahut imam itu tertawa, "Pintoo mempunyai seorang sahabat di kota raja, Dialah Hoei yan PokBeng. Dia ahli barang kuno, dia biasa keluar masuk kedalam rumah-rumah orang bangsawan, dia pula banyak orangnya, maka kalau ada barang baru, kebanyakan dia mendapat tahu, Pinto kenal dia baik sekali, nanti pintoo tulis surat untuknya, untuk minta dia membantu Pangcoe, Mudah-mudahan Pangcoe berhasil." Cee cit girang, senang ia menerima bantuan itu. "Bagus Tjinjin" ia kata, "Kalau aku dapat pulang leng-hoe itu, budimu nanti aku kuatir di dalam hatiku. Begitu lekas aku mendapat pulang dan membawanya kembali, aku akan meletakijabatanku sebagai ketua, nanti aku terus menemani cinjin pesiar ke mana saja cinjin suka " Coe Soe Hoei agaknya berkasihan terhadap sahabatnya ini. ia lantas memanggil pelayan, akan minta pinjam perabot tulis, Di situ juga ia menulis surat untuk Huei-yan PokBeng si Walet Terbang, ia menulis cepat dan lantas menyerahkannya. Cee-cit menyambuti surat untuk disimpan di dalam sakunya, Terus ia berbangkit dan berkata sambil tertawa: "Tak dapat aku menahan dorongan hatiku, sekarang juga aku hendak berangkat ke kota raja, sepulangnya nanti aku akan membalas budimu ini" ia memberi hormat, lantas ia ambil tongkat-nya, untuk berlalu dari Lim Kang Lauw, ia bukannya mengambil pintu hanya lompat melewati jendela. Ketika itu sudah malam maka ia menghilang jauh diantara sinar rembulan bagaikan perak. Coe soe Hoei mengawasi orang berlalu itu, habis ia kata seorang diri: "Ceo Cit, pinto tahu kaulah satu laki-laki sejati, maka sayang sekali tanganmu terlalu jahat, tanpa sebab, adikangkatku kau hajar hingga gempur anggauta-anggauta dalam tiibuhnya, hingga dia muntah darah dan mati karenanya. Aku bukanlah koencoe apabila aku tidak membalaskan sakit hati adik angkatku itu. Maka itu j anganlah kau sesalkan pintoo kejam. Pintoo pun telah menerima pesan dari liat Tek Coe..." Habis berkata, ia bersenyum tawar, kemudian setelah membayar uang kepada pelayan, ia berlalu dari rumah makan itu dengan senyuman puas .... Cea cit sendiri telah melakukan perjalanan cepat siang dan malam, ia cuma singgah seperlunya, ia berhasil mencari HoeiyanPokBeng, seorang kepala pencuri. Dia menyambut hormat dan manis kepada Cee- cit. Dia kata, asal lenghoe berada dikota raja, pasti dia akan berhasil mencarinya. Lalu beruntun selama tiga hari, dia pergi keluar untuk mencari. selama itu tapinya dia tidak peroleh hasil. Cee-cit menanti dengan sabar, sedang hati nya bingung sekali. "Pastilah lenghoe tidak ada dikota raja," kata PokBeng kemudian, "Sekarang ada dua tempat untuk mencarinya. Yang satu adalah le Kee Poo di Hoai ho-kauw, di rumahnya say bin Thian-ong le Kioe, dan yang lainnya Ya n Kee Po di siang Kiam Hoa, Tuk-lok. di rumahnya Hoa n thian-ciang Yan Loei. Di tempatnya le Kioe rasanya tak mungkin. Puteranya Ie Kioe menjadi hokswie dalam istana pangeran Tokeh, pernah aku mencari di sana, aku mendengar tak ada yang tahu. Maka itu, aku pikir, baiklah Cee Pangcu pergi ke Yan Kee Po saja. Inilah perangkapnya Jie siong Gan dan Pek Liang, Cee Cit tidak menyangka apa-apa, walaupun ia pintar, ia terjebak. ia turut saran si raja pencuri, ia berangkat ke Yan Kee Po. ia cerdas dan banyak pengalamannya tetapi ia tidak tahu Yan Loei si tukang hitam makan hitam, sebaliknya Yan Loei mencurigai ia datang untuk menyelidiki rahasianya, maka tuan rumah ini segera mendapat keinginan menyingkirkan padanya. Dengan berpura-pura baik hati, Yan Loei menjanjikan membantu mencari lenghoe Coan Pang itu, Dia menjanjikan tempo lima hari. Dengan sikapnya sebagai tuan rumah yang ramah tamah dia mengajak tetamunya melihat lihat rumahnya dan sekitarnya, diam-diam dia mengajak orang ke liang^ebakannya itu di mana sang tetamu terjeblos ke dalam ruang dalam tanah. Cee-cit tertawa setelah menutur sampai di situ, katanya nyaring: "Aku tidak sangka aku Gee- cit mengalami kejadian yang cocok dengan julukanku, Kwie Kian-cioe. Di sini kumelihat setan-setan sebab di sinilah aku hidup seorang diri." Habis berkata, jago tua ini memperlihatkan mata bersinar tajam dan bengis. Sinar matanya Lie Tiong Hoa pun bersorot, jikalau begitu tidak bisa salah lagi, leng hoe mesti ada pada Yan Loei." ia kata, "Mestinya dialah s i pencuri, jika la u tidak. tidak nanti dia membikin loojinkee celaka." "Kenapa kan dapat memikir demikian?" tanya Cee-cit, dia heran, tapi dia tertawa. Karena dialah orang yang biasa hitam makan hitam, sahut si anak muda, ia beber peranan terahasia dari Yan Loei, ia pun menyatakan kecurigaannya bahwa Yan Loei si orang yang menyuruh Pek Kie Hong menjebaknya masuk perangkap ini. Pek Kie Hong itu apa bukan anaknya Lo liong-sin Pek Liang dari benteng air di Tong Teng ouw?" tanya Coe cit, Agaknya dia terperanjat. "Benar." Tiong Hoa mengangguk Cee Cit merapatkan kedua matanya, ia berdiam, Agaknya ia berpikir. Kemudiau ia melek tertawa dingin, ia kata: "selama sepuluh tahun aku menyangka Hoei- Ya n PokBeng yang mencuri lenghoe dan dia bersekongkol dengan Yan Loei untuk mencelakai aku, supaya aku mati dan perkara habis. Tapi sekarang mendengar keterangan kau ini, dugaanku itu nyata meleset, sekarang aku memikir lain lain. Mestinya Jie siong Gan ingin merampas kedudukan Pangeoe, dia mencuri lenghoe, lantas dia bersekongkol dengan Pek Liang untuk mencelakai aku, Hm. Hm, Mana mungkinjusteru di Yan Coe Kie aku bertemu si imam dari Heng san" Akulah orang yang gusar dan girang tak terkentarakan, kenapa dia justeru dapat melihat aku bingung dan berduka" Haha. jikalau aku si orang tua dapat melihat pula langit dan matahari, mesti aku akan binasakan itu manusia-manusia dengan hati serigala danpeparu anjing." Keras suaranya jago tua ini, terdengarnya itu menyeramkan. setelah itu, mendadak romannya menjadi guram, terus ia menghela napas. "Ah, aku memikir yang bukan-bukan..." katanya perlahan. Lie Tiong Hoa berdiam, Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mereka berdua sama penyakitnya Maka itu, dengan keduanya berdiam, ruang menjadi sangat sunyi Setelah sekian lama, sekonyong-konyong cee-cit menanya .Sudah berapa ia tua teman jak kau terjebak di sini?" Tiong Hoa tercengang, ia sebenarnya tak mengingat itu, ia lantas mengusut-ungsut dagunya yang tumbuh jenggot "Mungkin sudah empat atau lima hari...." sahutnya tertawa. "Bagus." mendadak Cee-cit berseru seraya tangan kanannya meny amber. Tiong Hoa berdiri terpisah kira sekaki, ia terkejut, ia melihat tangan Gee cit terulur tiga kaki lebih panjang dari semestinya. ia lantas lompat mundur sedang tangan kirinya meluncur, untuk menangkap tangan orang itu. Cee Cit Iiehay, Tangan kanannya itu di tarik pulang dengan cepat, tangan kirinya menyusul menyambar Dia dapat bergerak cepat luar biasa. Kembali Tiong Hoa terkejut, ia menyangka Cae Cit seperti ciptaan kera, Tapi ia tak takut, Tangan kirinya meluncur terus, guna menyambut tangan kiri orang itu. serangan Hoei Wan cioe, atau "Tangan Kera Tarbang" Cee Cit itu. gertakan belaka, ketika^eriji tangannya si anak muda hampir mengenai tangannya itu, ia cepat menariknya pulang, habis mana ia tertawa terbabak-bahak. "Kita mempunyai harapan untuk melihat langit dan matahari pula" ia kata nyaring. "Aku tidak sangka kau begini liehay" Tiong Hoa melengak mengawasi orang Tanpadaksa itu, ia tidak dapat menerka apa perlunya Ceecit menyerang ia. Tapi lantas ia mengerti orang lagi menguji padanya, Akan tetapi ia heran mendengar yang mereka bakal dapat melihat lagi langit dan matahari "Apakah kau pernah mempelajari Pek- bouw kang?" Ceecit tanya, itulah ilmu cicak merayap ditembok. Tiong Hoa menggeleng kepala, Didalam hatinya, ia kata: " Guruku belum pernah mengajari aku ilmu itu, aku juga tidak memikir untuk mempelajarinya, ilmu itu terutama penting untuk bangsa pencuri, Laginya, pelajaran itu cuma bisa membawa diri naik setinggi lima belas tombak. sedang di sini, lowongan tingginya limapuluh tombak. Apakah gunanya Pekhouwkang?" Oleh karena heran, ia terus mengawasi jago Coan-pang itu, Cee- Cit bersenyum. "Kau tak bisa, bukan?" katanya. "tapi bagimu, mempela jari itu cuma soal tempo satu siang dan satu malam, Baiklah kau ketahui, pada lima tahun dulu aku telah melepas kata-kata, jikalau ada orang yang bisa menolongi aku keluar dari sini, akan aku wariskan akupunya ilmu "Hoei Wan cioe kepadanya. Maka kau, dapatkah kau menolongi aku keluar dari sini?" Tiong Hoa heran bukan main- ia mengawasi melongo. kemudian- ia menggeleng kepala. Katanya: "Aku bukannya tidak mau menolongi, tetapi, walaupun kita pandai Pek Houw Kang. mana dapat kita naik sampai limapuluh tombak" Apapula aku mesti naik sambil menggendong kau, loojinkee, mana dapat..." Cee-cit tertawa berkelak. "Tentang itu j angan kau buat kuatir." kata dia. "Asal kau sendiri dapat keluar maka taklah sukar untuk menoongi aku si orang tua. itulah mudah sekali, selama ber-tahun-tahun aku berdiam di sini bersama kawanan setan itu, aku telah berhasil membuat dadung rumput panjangnya sampai tigapuluh tombak, maka jika la u kau pandai Hoei Wan cioe, pasti kau dapat menolong aku keluar dari sini" Lie Tiong Hoa lantas berpikir: "Daripada aku berdiam saja, baiklah aku berdaya" Maka ia lantas mengangguk "Baiklah." katanya. Sampai di situ, tanpa bersangsi lagi Cee Cit lantas memberikan pelajaran ilmunya itu, "Hooi Wan Tjioe" atau si "Kera Terbang" itulah pelajaran yang sangat sulit, Untuk itu lebih dulu orang mesti mempela jari ilmu " melunakkan tulang-tulang." habis mana lalu mempela jari pula ilmu " menyiutkan tubuh". setelah tulang dan tubuh dapat diciutkan maka berhasilkah orang mengulur tangannya lebih panjang daripada mestinya. Ilmu ini tidak dapat dipahamkan dalam waktu satu hari satu malam akan tetapi untuk Lie Tiong Hoa tidak ada apa-apa yang sulit. Kecerdasannya dibantu khasiat obatnya Thian Yoe sioe Membikin ia menjadi suatu bahan yang bagus sekali. Dia menjadi mempunyai tubuh yang disebutkan " lepas dari kandung-dan bertukar tulang." ia tidak perlu tempo berhari-hari, cuma tiga jam, lantas ia mengerti. Cee-cit heran hingga dia melengak. Tanpa merasa di menggeleng kepala dan berkata: Ah, anak muda ini sungguh harus dibuat jerih. Aku berbakat baik, aku telah menemui jodoh ku", aku toh tak dapat belajar secepat dia." Tapi dia menjadi girang. "Sekarang mari pelajari Pek Houw Kang." katanya, Dan ia menga jari teorinya. sebab untuk menga jari prakteknya, dia tidak sanggup, dia terhalang cacad kakinya itu. Juga pelajaran cicak Merayap ini tak sukar untuk Tiong Hoa, Bahkan Tiong Hoa mempelajarinya terus dengan dicoba, Dia memang ringan tubuhnya dan pandai berlompat tinggi, dibantu ilmu merayap itu, dengan lekas ia bisa manjat tiga puluh tombak kira-kira, kemajuan itu didapat karena di tengah perjalanan naik itu ia dapat menukar napas. Cee-cit gembira sekali, ia sering-sering tertawa girang. "Asal kau menggunai saatmu belum menukar napas lebih jauh kau menghajar papan penutup jebakan ini, pasti kau dapat mencarinya." dia kata, "Asal kau dapat menjambret dan membukanya, lantas kau berada di atas." "Baiklah, nanti aku coba." kata Tiong Hoa. Kali ini anak muda ini mengawasi keatas, setelah mengumpulkan semangatnya, ia berlompat, lantas ia mengguna i kedua kaki dan tangannya, untuk merayap di tembok. Namanya merayap. sebenarnya ia memanjat. Dengan cepat ia mencapai tiga puluh tombak. la tidak menanti menukar napas, ia menjejak dengan kedua kakinya, selagi tubuhnya mencelat kedua tangannya diulur, untuk meny amber ke atas, Bagatkan terbang, tubuhnya mencelat naik. Karena ia terpisah lagi belasan tombak. la lantas sampai di atas, maka kedua tangannya segera menggempur. suara nyaring adalah akibatnya itu, disusul dengan terlihatnya sinar terang, papan jebakan, yang menjadi penutup liang, telah pecah, maka dengan pecahnya itu, sinar terang lantas masuk ke dalam liang. Dengan masuknya sinar terang serta hawa, hawa buruk di dalam liang lantas mulai lenyap karenanya. Tepat serangannya Tiong Hoa mengenai papan penutup itu, yang terbuat dari lembaran besi. saking tuanya papan itu, pesawat rahasianya sudah karatan, maka itu, gempuran hebat dari si anak muda membikin alat itu tak dapat bertahan dan rusak karenanya. ooooo BAB 8 SEKONYON G - Konyong Cee Cit tertawa berkakak- kakak dan berseru berulang-ulang. "Sudah sepuluh tahun sudah sepuluh tahuni Aku Cee Cit, aku tidak sangka bahwa hari ini aku bakal dapat melihat pula langit dan matahari" Dan saking girangnya itu, dia mengucurkan airmata, dia menangis terisakisak Ketika itu Tiong Hoa sudah turun pula, ia menyaksikan kegirangan dan kesedihannya Cee-cit itu, ia menjadi terharu, ia turut merasa sedih juga, hingga ia hampir mengeluarkan airmata, ia sama girangnya seperti si orang tua, ia kata dalam hatinya: "Sepuluh tahunjalan tempo yang sangat lama, siapa dapat bertahan demikian lama jikalau dia tidak memiliki kekuatan hati yang luar biasa" Cuma Cee cit seorang yang tangguh demikian-" Hanya sebentar, lenyap sudah kesedihannya Cee-cit. Dia lantas menunjuk pada tumpukan dadung di sisinya. "Laotee, kau ikatlah dadung itu di punggungmu." ia berkata, " Kau pun geser aku ke mulut liang itu, untuk aku berduduk di situ.seperti aku telah bilang i kau, kau boleh lantas manjat naik, Kau mesti manjat terus hingga kau berada di atas, di luar." Cee cit bicara dengan gembira, sampai napasnya seperti tertabas Di balik kegirangannya itu matanya bersinar sangat tajam. Tiong Hoa melakukan apa yang dikatakan orang tua itu, ia pondong tubuh orang untuk dipindahkan tepat ke bawahan mulut liang jebakan itu, ia telah mengikat dadung dipunggungnya, ia lantas bersiap siap. tenaga dalamnya dikerahkan Tak usah disebut lagi bahwa ia pun mengempos semangatnya. Kalau tadi ia mau menggempur, sekarang ia mau ke luar, guna merebut kebebasannya. Hanya sedetik, anak muda she Lie itu sudah lantas manjat naik, Kali ini ia bergerak jauh terlebih cepat, Benar seperti katanya Cee cit, tinggal lagi dua kaki ia bakal sam pai di mulut liang, napasnya sudah habis tubuhnya lantas turun pulaJusteru itu, ia mengempos tenagannya yang terakhir, ia meoggunai Hoei Wan cioe, Tiba tiba saja tangannya terulur panjang, hingga ia dapat menyambar pinggiran liang. "Bersemangat, laotee Bersemangat" Cee cit berseru menganjuri, ia melihat orang telah tiba dimulut liang itu. Tepat ia memegang pinggiran papan besi itu, Tiong Hoa menukar napas, maka kalau tadi ia menjambret dengan kanan- sekarang ia dibantu dengan tangan kirinya. Dengan dua tangan berpegangan, tak sukar untuknya bergelayutan, guna mengayun tubuhnya, maka di lain saat, denganjungkir baiik, tibalah ia di atas. Melihat sinar matahari, Tiong Hoa melengak. la segera memandang ke sekitarnya, ia melihat rumah besar terpisah tiga puluh tombak dari liang perangkap itu, ia mendapat kenyataan matahari sudah turun ke barat dan burung-burung lagi mengoceh ber kicau. "Loojinkee, bagaimana sekarang?" ia kata. ia berdiri dimulut liang, ia berjongkok untuk memandang ke bawah, kedalam liang itu, cee cit berdongak. "Laotee, kau turunkan dadung" dia berkata "Kaupeganglah dengan kedua tangan mu biar keras, jangan bikin terlepas" Tiong Hoa nenurut, ia mengulur dadung itu, ia tahu apa artinya dadung dan apa maksudnya ketua Coan Pang itu, ia memegang erat erat ia memasang kuda-kudanya, ia heran sebab ujung dadung masih terpisah cukupjauh dari si orang bercacad, ia tidak tahu, dengan cara bagaimana orang akan menyampaikan dadung itu. Cee Cit tahu apa yang ia mesti lakukan. inilah saatnya yang terakhir, ia hidup atau ia mendekam terus didalam neraka dunia itu" Maka ia berduduk dengan mata meram, tapi otaknya bekerja, ia mengempos semangat, ia " mengumpul tenaganya, Tepat ia merasa bahwa ia sudah mengerahkan segala apa, mendadak ia menahan napasnya, mendadak ia menjejak dengan kaki buntungnya, dibantu dengan tekanan kedua tangannya pada tanah. Menyusul itu maka tubuhnya lantas melesat naik, Barbareng dengan itu, kedua tangannya terus diluncurkan lempang keatas. Hebat keadaannya waktu itu, kalau dia gagal, kalau dia jatuh kembali maka sebelah kakinya itu mesti patah juga... Tiong Hoa di atas memasang mata. Mendadak ia merasa ujung dadungnya ada yang s amber, dadung itu lantas terasa menjadi berat, hampir ia membuatnya terlepas. ia tahu apa artinya itu. Maka terus ia bertahan. Dadung terasa bergoyang goyang, Telinganya pun lantas mendengar tertawanya si orang tua, yang terus berkata : "Laotee, kau tariklah perlahan-lahan" Tanpa menjawab, Tiong Hoa bekerja, ia menarik dadung, ia mengerek naik, ia mesti berlaku hati-hati. ia insaf tuanya dadung itu, sementara itu ia tidak tahu, larahan dadung sudah ada yang putus sendirinya, disebabkan beratnya, tubuh Cee cit. Cee-cit sudah naik tinggal lagi sepuluh tombak kira-kira waktu Tiong Hoa mendapat tahu larahan dadung pada putus, ia kaget tidak terkira, tanpa merasa ia berseru: "Dadung mau putus" Cee Cit mendengar itu, dia kaget bukan main. celakalah kalau dadung putus dan dia jatuh. Tapi dia tabah, dia menjadi nekad. "Tahan" dia berseru, Lantas dia menarik dengan keras, untuk membikin tubuhnya melesat naik. Di bawah menarik. diatas bertahan, tidak ampun lagi, dadung itu benar-benar putus, Tiong Hoa kaget, Cee Cit pun kaget, tapi Cee Cit insaf. Meski dadung putus, tubuhnya tidak jatuh hanya melesat terus naik, kedua tangannya diulur dan diluncurkan, "Laotee, sambut" dia berteriak Tiong Hoa cerdas. dia tabah, takperduli dia kaget, dia tahu harus berbuat apa. sambil berjongkok itu ia mengulurkan tangannya ke bawah, ia mengulur dengan ilmu Hoei Wan cioe, Maka tangannya itu terulurlah, tangannya Cee Cit juga terulur, Dengan begitu ke dua pasang tangan terulur sama-sama menjadi lebih panjang daripada biasanya, lantas tangan kedua pihak beradu, lalu keduanya saling jambret, Tiong Hoa menarik dengan g entakan cee Cit pun meminjam tenaga orang. Maka terlihatlah sebuah tubuh melesat ke luar dari dalam liang. Tubuh Tiong Hoa melengak, Untuk ber-tahan- kecuali memasang kuda kuda. ia mesti mendapat bantuan tubuhnya itu. Dengan itu cara ia menarik tubuh kawannya. ia sebenarnya merasa tangannya sakit terpegang tangan cee-cit tapi ia mengertak gigi, ia menahannya Cee-cit numprah ditanah, Dia melongo, dia menghela napas, lantas dia tertawa, Dia tertolong. dia bebas. Di depannya dia melihat pepohonan. Langit dan matahari yang dia kenang- kena ngka n bertahun-tahun. Di tempat terbuka ini, dia dapat bernapas lega. Dia seperti menjelma pula. Juga perasaannya Lie Tiong Hoa serupa, untuk sejenak mereka saling mengawasi dan melongo, matanya Cee-cit penuh air mata, tapi segera dia tertawa. "Laote," dia berkata, "aku bukannya penasaran, tetapi aku Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mesti memuja kepada sang Buddha Aku berjanji, habis ini, aku tidak bakal memperdulikanpula urusan kaum Kang-ouw, Laotee, coba kau hajar kutung secabang p^hon itu" Tiong Hoa mengangguk- Untuk sejenak itu, tak dapat ia berkata-kata, ia menghampirkan sebuah pohon, dengan gempuran tangannya, ia mematahkan secabang yang cukup besar, habis membuangi cabang-cabang kecil dan daunnya, ia bawa itu pada si orang tua dan menyerahkannya. Cee- cit menyambuti dengan cepat, dengan cepat juga dia bekerja, Dengan tangannya dia memapas berulang-ulang, tangan itu bekerja bagaikan golok. Maka dengan lekas ia berhasil membuat sebatang tongkat panjang. Ketika ia tertawa nyaring, lantas ia bangun berdiri dibantu tongkatnya ini. "Laotee, mari." ia berkata. Tiong Hoa menyambut. Tapi. . . Belum lagi kedua orang ini mengangkat kaki, atau mengangkat tongkat, untuk berlalu, mendadak mereka mendengar suara angin meny amber, angin dari datangnya senjata rahasia. "Setan" berseru sin Gan Tok kak Kwi-Kian-Cioe sambil ia memutar tubuhnya cepat bagaikan angin, tongkatnya turut berputar, maka dengan terdengarnya suara nyaring be berapa kali, tandanya bentrokan senjata dengan senjata, beberapa buah senjata rahaia terlempar jatuh ke tanah di dekat mereka, Akan tetapi Cee cit tidak lantas berhenti, dia masih berputar terus, hingga dia kena menghajar beberapa pohon di dekatnya Tiong Hoa kagum menyaksikannya liehaynya orang dengan kaki satu itu. Ketika itu, dengan berhentinya serangan senjata rahasia, di situ lantas muncul satu orang yang lompatannya pesat sekali, Dia pun membawa sinar putih mengkilap seperti rantai. Tiong Hoa lompat mundur, matanya dipasang, Maka ia melihat di depannya berdiri seorang muda tampan dengan pedang ditangan. matanya dia itu bersinar tajam, ia heran kenapa di Yan Keo Po ada seorang muda semacam dia ini. "Kau siapa?" Kwie Kian cioe menegur, suaranya dalam. "Cara bagaimana kau berani main gila dengan kuningan rongsokan dan besi karatanmu di depannya Kwie Kian cioe?" orang muda itu heran- ia lantas mengawasi ke tanah. "Kwie Kian cioe..." ia mengulangi Hanya sebentar, ia mengangkat kepalanya, untuk mengawasi, dengan alis dikerutkan, ia berkata: "Tuan, adakah kau Cee Pangeoe dari coan Pang yang telah lenyap sepuluh tahun, yang dulunya namanya sangat kesohor dissiatan dan Utara sungaiBesar?" "Ya, itulah aku si orang she Cee" sahut Cee-cit dengan suara di hidung. Anak muda itu lantas memandang Tiorig Hoa, agaknya dia heran. "Kalau begitu," katanya aku mohon tanya, bukankah kawan cee Pangcu ini bernama Lie Cie Tiong?" Cee Cit belum pernah menanya namanya Lie Tiong Hoa, ditanya begitu dia lantai berpaling kepada kawannya. Tiong Hoa heran, tapi ia maju satu tindak "Benar, aku yang rendah adalah Lie Cie Tiong," ia menyebut terus terang. "Aku tidak tahu untuk urusan apakah tuan mencari aku yang rendah ini" Mendengar jawaban itu, muka si anak muda menjadi merah, tanpa membilang apa-apa lagi, ia menikam dengan pedangnya, inilah jurus tok bong coet biat atou" ular beracun keluar dari guha, sasarannya punjalan darah thian-kie di dada si anak muda. Cee Cit heran, ia terutama heran karena ia melihat pemuda itu mestinya orang lurus. kenapa dia menyerang cie Tiong secara begitu" Apakah salahnya orang she Lie ini" Tak tahu ia siapa salah siapa benar, tetapi Cie Tioog itu penolongnya, tak dapat ia berpeluk tangan saja, Maka ia maju sambil meluncurkan tangan kanannya dengan tiga jarinya ia menjepit ujung pedang orang" Anak muda itu terkejut ia melihat tangan kanan orang meluncur panjang luar biasa, sedang tangan kirinya tertarik ringkas. Ketika ia mencoba menarik pedangnya, pedang itu tak bergeming Kembali ia terkejut, sekarang dengan mukanya lantas menjadi merah hingga ke telinganya. Terang ia tidak dapat melepaskan senjatanya itu. Maka ia mengawasi dengan sinar mata berapi. Tiong Hoa mendongkol untuk kegalakannya orang itu, yang menyerang ia secara hebat. "Tuan, aku tidak kenal kau, kita tidak bermusuhan, mengapa kau menyerang begini hebat?" ia tanya dingin, " Kenapakah?" Belum orang menjawab, Cee cit sudah melepas kanjepitanny a. ia tertawa dan berkata "Aku si orang she Cee selalu berlaku jujur maka itu, tidak mau aku berat sebelah, Anak muda, kau coba jelaskan, buat urusan apa kau mencari saudara Lte ioi" Percayalah, aku si orang she Cee, aku nanti berikan keadilan kepada kau." Anak muda itu tertawa dingin. "Cee pangcu." katanya, "Asal kau berlaku adil, tenanglah hatiku Aku yang rendah bernama soew Leng Hoei dan guruku ini yalah Im san le-soe." Cee- cit heran juga, tidak ia sangka bahwa anak muda ini muridnya Boe seng atau Nabi Persilatan dari tanah perbatasan, tengah ia mau menanya tegas, mendadak ia melihat bayangan berkelebat di depannya, maka di situ tambah satu orang -- adalah seorang imam, yang matanya hitam, yang romannya tampan, sedang kumisnya panjang sampai di dadanya. Nampak imam itu agung, Karena gesitnya, dia mesti berilmu silat tinggi. selain dari Cee- cit, Tiong Hoa pun heran . Imam itu menghadapi Souw Leng Hoei, untuk segera menanyai "Leng Hoei, siapakah dua orang ini" apakah kau berhasil mencari si orang she Cie?" Mendengar pertanyaan itu, Tiong Hoa gusar sekali, alisnya bangun berdiri "Aku tidak tahu apakah salah aku si orang she Lie terhadap kamu berdua, tuan-tuan?" ia tanya, " Kenapa kamu tidak mau memberikan penjelasan" Kenapa kamu sembrono begini macam" Apakah kamu tidak menyalahi tingkah- lakunya orang orang sopan- santun?" Orang muda yang bernama Souw Leng Hoei itu tetap gusar. "Lie cie Tiong " dia membentak, di Kee-beng-ek kau telah rampas mustika Ngo-sek Kim-bo kami serta kau menganjurkan orang orangmu berlaku kurang ajar terhadap adikku perempuan, Kau telah ketahui itu tetapi kau masih berani mengajukan pertanyaan." Jilid 6. Ilmu Kera Terbang Cee-cit Bukan main mendongkolnya Tiong Hoa. ia merasa sangat terfitnah. "Aku si orang she Lie, aku laki-laki sejati." ia berseru, "Mana dapat aku melakukan itu macam perbuatan jahat dan busuk" Kenapa kau menuduh begini rupa" Lekas kamu jelaskan tuduhan kau ini" Cee Cit melihat sikapnya Tiong Hoa, ia mau percaya anak muda ini tidak melakukan perbuatan seperti dituduh itu, bahwa dia telah terfitnah. Maka ia lantas merangkap kedua tangannya akan memberi hormat pada si imam, sembari tertawa ia kata: "Loocianpwee, loocianpwee tentulah Boe seng im seng Loocianpwee dari tanah perbatasan?" Imam itu bersenyum, ia mengangguk perlahan. "Benar, itulah pintoo adanya." ia menyahut "Pintoo biasa merantau maka itu pintoo telah mendengar banyak tentang nama Cee Pangcoe yang sangat terkenal sebagai ketua Thian Hoo Pangcu, Pintoo telah mendengar juga bahwa Pangcoe sangat menjunjung keadilan-maka itu pintoo sangat mengagumi kau." Kwie Kian cioe bersenyum. "Tidak berani aku menerima pujian lo-cianpwee," katanya merendah. Imam itu lantai berpaling kepada Souw Leng Hoei, "Leng Hoei, dalam segala hal tak dapat kita mendengar satu pihak saja, ia berkata. Aku lihat Lie cie Tiong ini bukan miripnya orang jahat, maka itu baiklah kau berlaku teliti, sesudah ada kepastian baru dapat kau bertindak." Anak muda itu agaknya jengah, dia berdiam, Menampak sikapnya dua orang itu, yang mulai berubah, dada Tiong Hoa lega sedikit. "Locianpwee," berkata Cee cit pula, "ijinkanlah aku bicara sedikit. Aku ini telah di celakai Hoao-thian ciang Yan Loei pada sepuluh tahun yang lampau, aku telah dipincuk dan dijebak masuk dalam perangkap yang merupakan rumah dalam tanah di sana itu. syukur aku dapat bersemedhi menurut ajaran guruku, aku dapat hidup sampai sekarang ini. Aku telah ditolongi Lie Laotee ini, yang pun telah dijebak dalam perangkap seperti aku. Enam hari sudah dia berada di dalam kurungan baru saja barusan kami dapat keluar, oleh karena itu aku percaya Lie Laotee telah dituduh karena fitnah belaka dan si tukang fitnah yalah bangsat she Yan itu, jikalau loocianpwee tidak percaya silahkan kau masuk ke dalam liang dijebakan itu untuk memeriksa." Sembari berkata, Cee Cit menunjuk ke liang beberapa tombak dekat mereka. Im san le-soe suka mendengar keterangan itu, bersama Souw Leng Hoei ia pergi ke mulut liang jebakan. Lantas saja si imam menjadi gusar. "Yan Loei demikianjahat, tidak seharusnya dia dibiarkan lolos" katanya sengit. Lie Tiong Hoa lantas menduga dari perkataan imam ini bahwa Yan Kee Po pasti telah mengalamkan penyerbuan dan kabur, karena mana tentulah sarangnya Yan Loei sudah pecah. "soehoe," berkata Leng Hoei, yang menghampirkan si imam, "habis bagaimana keterangannya Lao san sam Eng" Mendengar perkataan orang ini, Tiong Hoa lantas mendusin. "Jikalau begitu, aku yang muda dapat memberi keterangan." ia lantas berkata, ia terus menuturkan halnya di rumah makan ia bertemu Yan Hong dan seterusnya selama ia berkenalan dengan anaknya Yan Loei itu. Souw Leng Hoei mau percaya keterangan itu, lantas ia menghampirkan Tiong Hoa dengan roman likat, ia mamberi hormat untuk berkata: "Aku masih muda sekali, aku kurang pengalaman Aku minta maaf yang aku sembarang percaya perkataan orang jahat." Lie Tiong Hoa menyingkir tak mau ia menerima hormat itu, Bahkan ia kata "tidak berani aku menerima hormatmu ini" Dingin suaranya itu, ia masih mendongkol selain di fitnah ia telah diserang secara keterialuan Im San le-soe tertawa, dia lantas berkata: "Sudah lama pintoo mengundurkan diri. karena gara-gara Ngo-sek Kim-bo ini, terpaksa aku mesti muncul pula dalam dunia Kang ouw, Ngo-sek Kim-bo terjatuh didalam tangannya Yan Loei, itulah berbahaya, Kalau dia bekerja sama kaum sesat dan dengan segera itu ia membuat pedang mustika, sungguh hebat ancaman buat dibela kang hari." Ia bersenyum, lalu dia menambahkan: "Cee Pangcu, sekarang ini kau hendak pergi ke mana?" Cee cit tertawa tak wajar, ia rupanya menahan kegusarannya. "Sepuloh tahun aku terpenjarakan, sepuluh tahun aku tersiksa dalam neraka dunia." menyahut ketua Coan Pang, "Maka itu, setelah sekarang aku berhasil melihat pula langit dan matahari, tak dapat aku melupakan kejahatannya bangsat she Yan itu. Loocian^wee, suka aku turut kau pergi mencari rtia, tapi di dalam Partaiku mesti telah terbit urusan oleh karenanya perlu aku pulang lebih dahulu untuk melihat dan mengurusnya, setelah itu barulah dapat aku pergi merantau." Ia bersenyum, terus ia menambahkan Juga sekarang ini aku mesti lekas mencari rumah makan karena sudah sepuluh tahun aku belum pernah dahar sebutir nasi juga..." Im San lesoe tertawa, "Sungguh Cee Pangcu seorang jujur dan baik hati" ia memuji. ia lantas mengeluarkan sebuah peles kecil, dari dalam situ ia menuang keluar dua butir pel marah, yang baunya harum, sembari memegang itu di telapakan tangannya, ia tertawa dan menambahkan " Kalau begitu, Pangcu, perlu Pangcu mendapat obat, Kedua pelku ini bukan obat dewa tetapi aku percaya bakal ada faedabnya untuk membikin kuat tubuh pangeoe, silahkan pangeoe berdua memakannya . " Cee cit percaya imam itu, ia menjadi girang. "Terima kasih" ia kata, ia lantas makan obat itu. Lie Tiong Hoa pun buyar kemendongkolannya, maka ia ambil obat itu dan makan, ia merasakan bau harum dan dadanya menjadi nyaman. Im san le-soe bersenyum, dia kata, "Kami berdua perlu lekas menyusul Yan Loei maka itu ijinkanlah kami berangkat lebih dulu semoga kita akan lekas bertemu pula" Lantas ia mengajak Souw Leng Hoei pergi. oalam sekejab saja mereka sudah pergi jauh dan menghilang didalam rimba. Tiong Hoa kagum untuk kegesitan si imam. Kwie Kian Cioe menggeleng kepaia, dia kata perlahan: "Tidak kecewa Im san Ie-soe dinamakan Boe seng dari wilayah perbatasan, ilmu ringan tubuhnya itu sudah mencapai puncak kemahiran." Kemudian ia berpaling pada Tiong Hoa, untuk berkata: "Lao-tee. kaulah sahabatku satu-satunya, maka itu kalau kau tidak mempunyai urusan lain, mari kau turut aku si tua ke selatan untuk kau membantu aku." Tiong Hoa tidak berpikir lama untuk menerima baik ajakan itu, ia memangnya sebatang kara dan tanpa tujuan lain kecuali mencari lukisan. "Yoe san Goat Eng" serta sekalian mencari Cek In Nio yang bayangannya seperti senantiasa berpeta di depan matanya. "Baiklah," sahutnya. Cee- cit girang sekali, "Kau nampaknya berduka laotee, kau mesti mempunyai suatu urusan penting," ia berkata, "Maka itu aku berjanji, sebagai ketua Coan Pang, setelah urusan Partaiku beres. aku nanti membantu kau memecahkan kesulitanmu itu. Bagaimana, apakah kau suka menerima bantuanku?" "Saudara Cee sudi membantu aku, suka sekali aku terima," sahut Tiong Hoa. "Hanya urusanku itu masih terlalu pagi untuk di beritahukan kepada kau, Lain kali saja ku menjelaskannya Lebih dulu aku menghaturkan terima kasih." ia lantas memberi Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hormat sambil menjura. Cee Cit, terima hormat itu sambil tertawa bergelak. "Kita orang Kang-ouw, kita harus menyingkirkan segala macam adat-istiadat." katanya. "jikalau kau tidak terjebak. laotee, mana dapatjiwa saudaramu ini ditolongi kau" Boleh dibilang, jiwa itu terserah kepada takdir tetapi aku tetap sudah menerima pertolongan kau, Maka itu, aku juga berhutang budi kepadamu, Bagaimana aku harus membalasmu" sekarang sudah sore, mari kita berangkat," Memang juga matahari sudah turun rendah di arah barat dan cuaca mulai guram sedang angin meniup keras. Burungburung telah pada terbang pulang dan mengasi dengar kicauannya. Rumah Yan Loei besar tapi sekarang rumah itu gelap gulita, Ketika mereka berdua pergi ke hutan bambu, hutan itu tidak keruan macamnya. Pohon-pohon bambu patah dan rebah, daunnya berhamburan. Bahkan tempat kediamannya Cian cioe Koan Im juga tak luput dari serbuan, sebab tamannya, rimbanya, kacau juga. Mereka keluar dari Yan Kee Po, terus mereka lari, selagi sang Puteri malam muncul mereka masih berlari-lari di tega la n yang bersinar seperti perak. ooo Bulan keempat di Kanglam yalah akhir musim semi danpermulaan musim panas, Ketika itu pohon-pohon yangliu lagi berombak-ombak burung burung kepodang lagi bernyanyi-nyanyi, pemandangan alam indah nya bukan buatan. Justeru begitu maka itu hari ditepi telaga Hian Boe ouw diluar kota Kim-leng, di dusun Hang Hoa Coen, terlihat munculnya dua orang. Yang satu adalah seorang tua yang rambutnya panjang terurai sampai d i pundaknya, jalannya dibantu tongkat karena kakinya tinggal sebelah, yang lainnya seorang pemuda tampan. Oleh karena mereka merupakan pasangan yang tak setimpal, dengan sendirinya mereka menarik pandangan banyak orang. Merekalah Kwie- kian- cioe Cee-cit dan Lie Tiong Hoa, Mereka lantas duduk bersantap berdua. Gembira nampaknya mereka. Mereka bicara perlahan satu dengan lain, kadang kadang mereka tertawa, tangan mereka menunjuk kepada kepermaian sang alam. Telaga Hiao Boe ouw, yang pun disebut Houw Guw atau Telaga Belakang, memang indah sekali, hingga disitu orang suka pesiar berjalan-jalan atau main perahu. Bertetangga dengan mereka itu berdua ada sebuah meja serta empat orang yang duduk mengitarinya. Yang seorang sudah ubanan semua rambutnya, tiga yang lain dari usia lebih kurang tiga puluh tahun. "Keponakan Eng," kemudian terdengar si orang tua, "aku tidak sangka dalam usia lanjut ku ini aku memperoleh nasib buruk begini Kim-Ieng Jie Pa keterlaluan. Didalam tempo tiga hari, mereka memastikan aku mengganti uang tiga puluh laksa tahil perak. Benar aku telah membuka dan mengurus piauw-kiok dua puluh tahun lebih akan tetapi tidak dapat aku menyimpan uang demikian banyak. Walaupun rumah tanggaku dijual, tidak nanti aku dapat mengumpulkan jumlah itu... Ah" Air matanya orang tua itu lantas turun meleleh, hingga tak dapat ia bicara lebih jauh. Tiong Hoa heran, kata-kata itu tak ada kepalanya, tak ada ekornya. "Coba Thie sie Tayhiap ada disini, pasti urusan mudah dibereskan?" kata seorang yang lain agak keras. "Maka sekarang ini tidak ada lainjalan daripada mengangkat kaki, Lain kali barulah kita kembali..." Tiong Hoa melirik diam-diam, ia melihat alisnya si orang tua rapat satu dengan lain, dia itu menghela napas dan berkata: "sekarang ini kita sudah diawasi Kimleng Jie Pa, tak dapat kita menyingkir. Kita cuma dapat menunggu." Romannya orang tua itu membangunkan simpati orang. Kwie Kian cioe pun melihatnya. dia tertawa dan kata perlahan pada kawannya: "Laote, jikalau kau ingin mengangkat namamu maka kau harus membantu empat orang itu. Baiklah kau melakukan, sesuatu yang menggemparkan dunia Kang ouw" Lie Tiong Hoa bersenyum. "Berbuat baik adalah keinginanku tetapi nama kosong bukanlah yang aku harap" katanya tertawa. ia lantas mengawasi tajam empat orang itu, Terus ia menanya, "Apakah saudara Cee kenal mereka itu?" Matanya Kwie Kian cioe memain. "setelah lewat sepuluh tahun, romanku telah menjadi berubah sekali." berkata Ceecit, yang seterusnya dipanggil saudara atau kakak Cee, "Melainkan kaki tunggalku ini yang tak turut berubah Aku mengenali dia, dia sebaliknya, Apa aku bisa bilang?" ia lantas tertawa nyaring hingga ia menarik perhatian banyak orang. Tepat itu waktu dari luar bertindak masuk seorang dengan tubuh besar, gede roman-nya jumawa, Di punggung dia itu tergendol sepasang tombak cagak yang dipanggil In-yang-kek, Lantas dia mengawasi tajam pada tiga orang tua, terus dia tertawa dingin dan berkata seram. "Sekarang ini untuk mengurus jenazah sendiri saja masih tak ada temponya, toh orang masih mempunyai kegembiraan untuk minum arak. He, di kolong langit ini dimana ada seorang manusia yang kegilaan hidup hingga dia lupa pada kematian?" Seorang muda di sisi kiri si orang tua menepuk meja keras sekali hingga cangkir arak menari nari terus dia berbangkit dan berkata dengan nyaring: Khoe Ho, di dalam tempo tiga hari kami akan mengganti uangnya KimlengJie Pa Buat apa kau bertingkah di sini, seperti lagaknya si rase yang meminjam pengaruhnya si raja hutan?" orang yang baru datang itu terbangun sepasang alisnya "Setelah mengerti uang, apakah kau kira kamu dapat melarikan jiwa kamu?" berkata dia jumawa, " Kapannya Kimleng Jie Pa pernah mengampuni orang?" Itu waktu para tetamu lainnya bergegas-gegas meninggalkan rumah makan itu, Mereka rupanya jeri karena melihat suasana buruk itu. Tiong Hoa dan Cee-cit tidak mengangkat kaki, Bahkan si anak muda jemu melihat lagaknya orang yang dipanggil Khoe ho itu, Cuma sayang ia belum tahu siapa kedua pihak. Khoe Ho berdiri di pinggir meja Tiong Hoa terpisah lima kaki, sebatang tombaknya terlihat bercahaya mengkilap. Melihat itu, hati si anak muda tergerak. Segera ia mengambil keputusan, Mendadak ia mengulur sebelah tangannya, yang bergerak bagaikan kilat, bahkan meluncur panjang luar biasa. Karena itu di lain detik, Sepotong seniata itu berpindah ke tangan anak muda ini. Cee Cit melihat kejadian itu, Dia melirik terus menoleh, untuk melihat keluar. Lie Tiong Hoa mendapat lihat lirikan itu, ia dapat membaca maksudnya, Tanpa ber-sangsi lagi, ia ayun tangannya kearah telaga. maka teriemparlah sepotong Im-yangkek itu ke permukaan air untuk terus tenggelam. Semua itu terjadi dengan cepat, akan tetapi si orang tua yang bersusah hati itu lihai matanya, dia dapat melihat, karena itu dia menjadi kaget berbareng girang, Kaget karena heran, girang sebab pindahnya senjata orang itu. Khoe Ho terkejut ia merasa angin bersiur, lalu pundaknya terasa enteng, ia lantas ber curiga, Tangan kanannya segera di balik, dipakai meraih. Kembali ia terkejut, tangannya itu meraih sesuatu yang kosong. Segera ia melirik. Lie Tiong Hoa bersama Cee cit tetap duduk minum sambil memasang omong berdua saja, mereka bicara periahan, perlahan juga tertawanya. Agaknya mereka berdua gembira sekali. Sebaliknya adalah si orang tua yang agak tak tenang. Mendadak orang she Khoe itu memperlihatkan roman bengis. "Yo Eng Pioe." ia membentak. "Kau berani main gila di depan aku Khoe Ho, jangan kau menyesaikan kalau tanganku telengas." Tapi sekarang ini Yo Eng Pioe, demikian orang tua itu, tidak lagijeri seperti nampak semula. Rupanya ia mendapat hati karena melihat Tiong Hoa dan kawannya itu. ia tertawa dan menyahut: "Khoo Ho, kau sendiri yang mempertontonkan kejelekanmu, jangan kau sesalkan siapa juga." Sementara itu orang she Khoe itu melengak. diam-diam hatinya jeri. ia menduga tentulah itu dua orang, Tiong Hoa atau Cee Cit yang ia tidak kenal, yang sudah menyamber tombaknya. Justeru itu dari gili-gili telaga terlihat datangnya dua orang, wajahnya ramai dengan senyuman. segera terdengar suaranya gembira dari si orang she Khoe: "Im cianpwee lekas" Ketika itu Cee Cit tak berbicara atau tertawa lagi dengan Tiong Hoa, dengan bengis dia bentak Khoe Ho: "He, kenapa kau bikin banyak berisik di sini " Kau mengganggu kesenanganku ya" lalu menyusul itu, ia menerbangkan cangkir araknya. Khoe Ho kaget, dia bingung, sampai tak sempat dia berkelit Tepat cangkir itu mampir di batang hidungnya. Dia kesakitan. sampai matanya kabur. Tanpa dapat dicegah dia menjerit dan hidungnya berboran darah. Berbareng dengan itu ke dalam rumah makan itu bertindak masuk dua orang, yang pesat tindakannya, Mereka bertubuh kurus kering, bajunya panjang sampai di dengkul, baju itu berwarna abu-abu dan lebar, memain di antara sang angin. Mereka beroman bengis juga sinarmatanya. Yang luar biasa yala h mereka berdua sama wajah dan potongan mukanya, hingga sulit untuk membedakannya satu dari lain, kecuali yang satunya, d ia lis nya yang kiri ada setitik tai lalat hitam. Yo Eng Pioe berempat melihat dua orang itu, muka mereka lantas berubah menjadi pucat, terus mereka mengawasi Ceecit. berdua, agaknya mereka seperti mau minta pertolongan. Cee- cit pun melihat kepada dua orang yang baru datang itu. Mulanya dia agak heran tetapi lekas juga dia menjadi tenang lagi seperti biasa, bahkan diam-diam dia bersenyum orang yang tak bertai lalat meoghampirkan Khoe Ho, dia merabah ke muka orang, maka pecahan cangkir tadi lantas tercabut dari batang hidung orang galak itu. "Siapa yang menyerang kau?" orang itu tanya, suaranya seram. Khoo Ho mengusap-usap hidungnya, dia menoleh dan menunjuk. "Dia" dia menyahut. Dia menunjuk Cee- cit. sepasang mata yang galak lantas menatap si orang bercacad. Orang yang diawasi lantas tertawa dan berkata: "Aku sangka siapa, tak tahunya Im Kee siang Koay dariBokhoe yang pada tiga- belas tahun dulu telah lolos dari kematian dari tangannya Khong Taysoe dari Siauw Lim sie" Dua orang itu mendelik, romannya menjadi semakin bengis, tanpa mengucap apa-apa, keduanya berlompat maju, tangan mereka masing-masing yang kulit membungkus tulang dan kering dilonjori, menghanjar ke masing-masing pundaknya si kaki buntung sebelah, Yo Eng Pioe berempat kaget hingga mereka menjerit. Im Kee siang Koay -- sepasang siluman Keluarga Im bergerak dengan sangat cepat akan tetapi gerakannya Cee- cit lebih cepat pula, takperduli dia terintang kakinya yang tinggal satu sebelah tangannya bergerak berbareng dengan mendaknya tubuhnya, terus tubuh itu mencelat hingga dia jadi berada disampingnya Khoe Ho Celaka ialah siluman yang satu, Gerakan nya Cee cit membikin dia terhuyung hampir dia menubruk saudaranya dan melukainya. Atas semua kejadian itu, Lie Tiong Hoa bercokol tetap dikursinya, romannya angkuh cuma wajahnya yang bersenyum berseri-seri. Dengan satu lompatan, kedua siluman tiba di depan Cee Cit. "Siapa kau, setan tua" mereka membentak. "Bagaimana kau kenal kami persaudaraan Im?" Kwie Kian cioe tertawa bergelak, "Biarnya kamu berdua berubah menjadi abu, aku siorang tua pasti mengenali kamu" jawabnya keras, ia mengulur tangannya, menunjuk siluman yang bertahi lalat, berkata: "Kau toh Im siauw Im Han si Memedi Gunung" Dan kau," ia menunjuk siluman yang satunya. " kaulah Bok-Kek Im Leng si setan Kayu, Tentang diriku, kamu rupa nya tak dapat meng ingatnya . " Khoe Ho sementara itu sudah melampiaskan murka dan penasarannya. selagi Cee Cit berbicara itu. diam diam dia menyerang dengan timpukan paku rahasianya paku touw simteng. dia bahkan menggunai seraup banyaknya. Cee cit liehay, ia melihat orang membokong ia lantas menyampok dengan tangan kirinya dengan begitu ia membikin semua paku itu terpental ke lain arah. Berbareng dengan itu, dengan tangan kanannya, yang mendadak terulur lebih panjang tiga kali, ia menjambak punggung orang. Suara berkeretek adalah akibat sambitan itu, disusul dengan jeritan menyayatkan hati yang keluar dari mulutnya si pembokong .Tulang-tulang nya Kho Ho remuk tercengkeram dan darahnya mengucur keluar. Kwie Kian cioe tidak bekerja kepalang tanggung, ia mengangkat tubuh orang selagi Khoe Ho menjerit pula, tubuh itu dilemparkan keluar, hingga orang tercebur di permukaan telaga Hian Boe ouw, yang airnya muncrat keempat penjuru. Im Kee siang Koay kaget sampai mereka menjerit . ooooo BAB 9 DENGAN kedua matanya seperti mau berlompat keluar, san-siauw Im Han danBok Kek Im Leng mengawasi Cee cit. Orang yang diawasi itu tidak takut, ia berdiri bersenyum dingin dengan tubuhnya di tunjang tongkat kayunya, ia berbalik mengawasi dengan angkuh. Im Kee-siang-koay gusar bukan main, meski begitu, mereka rada jeri, Mereka heran menyaksikan gerakan gesit darisipincang dan tangannya demikian cepat dan panjang. Mereka tidak menginsafi "Hoei Wan cioe" dari Cee- Cit. Mulanya Cee cit memperoleh ilmu "Kera Terbang" itu dari seorang pendeta bangsa India. sulit untuk mempelajari itu, yang mesti digabung dengan ilmu yoga, Benar ia pernah Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menjagoi tapi pad a sepuluh tahun yang lampau itu, ilmunya belum sempurna adalah selama dipenjarakan di dalam tanah, ia meyakinkannya lebih jauh hingga sekarang ia menjadi mahir sekali, ia mempelajari itu bertahun-tahun tapi Tiong Hoa dapat menyangkut dalam tempo tiga jam maka mengertilah ia bahwa si anak muda berbakat luar biasa. Selama sepuluh tahun cee-cit bisa mengendalikan diri, tetapi sekarang, setelah melihat langit dan matahari pula, tak puas ia menyaksikan kegalakannya Khoe Ho, maka itu, bersama sama Tiong Hoa, ia turun tangan, hingga ia mesti menghadapi dua siluman she Im itu. Melihat orang masih berdiam saja, Cee cit tertawa. " Hebat, segala memedi muncul di siang hari." dia kata mengecek. "Hari ini kamu bertemu aku si penakluk setan." dia tertawa pula. Habis sabarnya san siauw Im Han- Mendadak dia menggeser tubuh ke kiri, lantas tangan kirinya meluncur, dengan lima jarinya dia menjambak ke arah Cee- cit, mengarah rusuk kiri dimana ada jalan darah kieboen, Dapat dimengerti berapa cepatnya gerakan-nya itu, Tiba-tiba terdengarlah suara memberebet pecahnya baju. itulah bajunya Im Han, Dia menyerang tetapi belum dia mengenakan sasarannya, tangannya itu telah ditarik pulang dengan kaget seperti dia dipagut ular segera dia berpaling, mengawasi Tiong Hoa dengan bengis. Bajunya di bagian punggung robek hingga terlihat punggungnya yang bagatkan tulang hitam. Cee- cit tertawa tak hentinya. Yo Eng Pioe berempat juga tertawa terpaksa. Tiong Hoa tertarik hatinya seperti Cce-cit karena sepak terjangnya kawan itu, maka sekali si siluman menyerang sang kawan, ia menjambret punggung orang itu. Kedua siluman menjadi kaget dan heran. Keduanya lantas berpikir: " Siapakah dua orang ini" Baik romannya, baik ilmu silatnya, belum pernah aku mendengarnya." San siauw lm Han bingung, mendongkol dan berkuatir, Dialah jago kecuali roboh di tangan Khong Taysoe, belum pernah dia menghadapi musuh lainnya yang tangguh, dia tidak sangka, hari ini dia menghadapi si anak muda dan si orang tua yang liehay itu, Kalah dari Khong Taysoe, dia masih mempunyai alasan, tetapi sekarang" Seperti yang telah berjanji, sekonyong-konyong keduanya berlompat menyerang Lie Tiong Hoa, tangan mereka mengarah empat jalan darah pek-hoay, kinceng thian-kie dan samyang dari si anak muda. Itulah pukulan yang hebat dan ditempat yang hebat pula. Lie Tiong Hoa dapat melihat serangan itu, sepasang alisnya terbangun. Mendadak tubuhnya mencelat mumbul, berkelit dari ancaman bahaya maut itu, Tapi ia tidak menyingkir jauh, ketika tubuhnya turun, kedua tangannya diluncurkan ke bawah ke arah kedua siluman itu menggunai salah satu jurus dari Kioe Yauw seng Hoei cip sam s ie yala h jurus bergeraknya bintang Lo-auw-chee. Jurus ini ia baru pelajari mahir enam bagian. Kedua siluman menjadi kaget, mendadak mereka merasai dada mereka sesak. Maka tahulah mereka bahwa mereka benar-benar lagi menghadapi lawan lawan tangguh, keduanya lantas menjejak. untuk lompat mundur tiga tombak. keempat mata mereka melototi mulut mereka mengasi dengar suara dingin dan seram: "Setan cilik" Orang belum sempat berbicara terus, Cee-cit sudah mencelat dengan tongkatnya untuk menyerang dengan tangan kanannya tangan yang dapat terulur panjang lebih daripada biasanya, untuk menyengkeram pundaknya Bok Kek. Im Leng kaget sekali, Dia kena tercekal, Lantas dadanya menjadi sesak pula. Dia pun merasakan nyeri seperti ditusuktusukjarum. Yang tercekal itu ialah jalan darah kin-ceng, ia merasa sangat tersiksa hingga untuk menahan sakit ototototjidatnya menjadi matang biru dan matanya melotot seperti mau lompat keluar. Im Han kaget dan bingung. segera ia memutar tubuh dan menyerang, ingin ia menolongi saudaranya itu. Tiong Hoa melepaskan tekanannya, ia lompat kedepan m Han dengan begitu ia dapat menangkis serangan itu, Dengan begitu juga ia dapat membantu Cee Cit, hingga saudara ini tak usah repot menangkis atau berkelit. Maka bentroklah tangan mereka berdua, Dua-duanya mundur masing masing satu tindak. Im Han bergidik, Musuh liehay, tak dapat dia melawan terus. Tapi tak tega dia meninggalkan adiknya, Maka dengan mendelik dia mengawasi Tiong Hoa dan Cee-cit bergantian Kembali dia bertanya-tanya dalam hatinya: "Siapakah dua orang ini?" Lama dia menduga-duga, lalu nampak dia terperanjat. "Tuan" dia menegur Cee-cit, yang ia tatap terus, "bukankah kau sie Gan Tok-kak Kwie Kian cioe yang pada sepuluh tahun yang lampau menggemparkan sungai Tiang Kang bagian selatan dan utara" Bukankah kau Cee Pangcu dari Thian Hong pang Coan?" Ketika dia menanya begitu, mendadak lenyap sikap garangnya. Cee cit tertawa berkakak, "Benar, itulah aku si orang tua" dia menyahut "Kamu tentunya tidak memikirnya bukan" Aku si orang tua tidak memiliki kepandaian apa-apa kecuali menggayang setan dan menelan iblis siapa suruh kamu mengantarkan dirimu" Maka kamu tak dapat menyesalkan siapa juga" Im Han merasakan seperti hatinya hancur remuk dan semangatnya seperti terbang. Dia tahu benar ketelengasannya Cee-cit, tidak biasanya orang lolos dengan mudah dari tangannya orang itu -- orang mestinya tersiksa atau sedikitnya mendapat malu besar bila orang berurusan dengannya, Maka, tak ada lainjalan, dia lantas menanya: "Cee pangcu, dengan apa kau hendak menghukum kami?" "Mudah sekali" sahut Cee-cit, perlaban, sembarangan "Lebih dulu biarlah adikmu tnerasai penderitaan Souw Im Pek hiat," baru dia menyicipi nyeri dan ngilunya tulang-tulangnya remuk dan otot-ototnya putus, akan kemudian, sesudah keluar darah dan mata, hidung, mulut dan telinganya semua, baru dia kering darahnya dan musnah tulang nya dan akhirnya berangkat ke lain dunia. Semua itu akan mengambil tempo cuma dua jam, lantas adikmu akan merasa sangat berbahagia." ia berhenti sebentar, lalu ia menambahkan sembari bersenyum: "Kau sekarang masih bebas merdeka, maka kau dapat lekas-lekas mengangkat kaki lari menyingkir dari sini, jikalau kau ayalayalan maka kau nanti terlambat." Wajahnya Im Han menjadi geram, airmata nya lantas menetes jatuh. Tiong Hoa mengawasi san sia uw, kemudian ia memandang Bok-kek. Muka Bok-kek si setan kayu mandi keringat, yang turun deras seperti hujan, tubuhnya menggigil bergemetaran. im Han si Memedi Gunung mengawasi adiknya, airmata nya mengucur. Tanpa merasa, ia menjadi merasa kasihan, ia lantas berpikir: "Aku orang baru, aku tak tahu halnya Im Kee siang Koay ini. Nama mereka menyeramkan, pantas kalau mereka jahat dan kejam, pantas mereka terhukum. Tapi sang kakak begini menyayangi adiknya, nyatalah sifatnya belum terlalu rusak. sayangnya dia belum insaf dan memperbaiki diri." Ia menjadi tidak tega, maka ia kata pada kawannya "saudara Cee, aku lihat mereka ini tidak terlalu buruk. baiklah mereka diberi ampun, asal mereka suka berjanji tak akan berbuat jahat pula . " Cee cit tertawa, lantas ia melepaskan cekalannya. Bok-kek Im Leng sudah merapatkan matanya, ia tinggal menanti siksaannya Kwie- kian Cioe, tetapi begitu musuh melepaskan tangannya, ia lantas tak merasakan sakit lagi kecuali sisanya tadi, tinggal tenaganya yang tak lantas pulih. San-tauw lm Han mengawasi Tiong Hoa dengan sinarmatanya yang berterima kasih, ia lantas merangkap kedua tangannya memberi hormat seraya berkata: "Kami dua saudara Im, kami dapat membedakan budi dan sakit bati, maka itu selama kami masih hidup, selamanya juga kami akan ingat baik baik budi yang besar ini." Ia terus memandang Cee cit. untuk menambahkan: "Kami alpa, kami kena didului, maka itu kami kena dipengaruhkan Cee pangcu, walaupun demikian, teranglah memang kami kalah kepandaian, dan itu di belakang hari kami masih hendak meminta pengajaran dari pangcu." Habis berkata begitu, dia berkata pada Bok kek: "Mari kita berangkat." Im Leng menurut, Dua saudara itu mengibas tangan baju mereka, lantas mereka berlompaian turun, bukan kedarat hanya ke telaga di mana ada banya k pohon teratai, dengan menginjak itu, mereka tiba di sebrang untuk melenyapkan diri diantara pepohonan yang lebat. Kwie Kian cioe mengawasi Tiong Hoa. "Aku tidak sangka kau berhati begini pemurah, laotee," ia berkata bersenyum, Kemudian ia menambahkan: "Benar apa yang Im Han bilang barusan, kepandaian mereka dengan kepandaian kita berimbang, hanya mereka telah kena didahului Mereka menyerah untuk Hoei Wan cioe kita, hingga mereka tak keburu berdaya, Coba mereka sabar dan waspada, entah bagaimanalah kesudahannya." Ketika itu Yo Eng pioe datang menghampirkan, Dia memberi hormat. "Cee Tayhiap." katanya, " belasan tahun dulu pernah aku mengunjungi kau, lalu kemudian aku mendengar berita bahwa kau telah menutup mata, maka sungguh di luar dugaan hari ini aku dapat bertemu kau dengan kau tak kurang suatu apa, kecuali wajah tayhiap yang telah berubah hingga aku tidak lantas dapat mengenali." Habis berkata kepada Kwie Kian cioe itu, ia berpaling kepada Lie Tiong Hoa, buat memberi hormat juga seraya menghaturkan terima kasih. Tiong Hoa ramah-tamah, ia merendahkan diri, katanya tak dapat ia menerima ucapan terima kasih itu. Kemudian Eng pioe kata pula pada Ceo Cit: "Aku minta sukalah tayhiap berdua berjamu bersama-sama kami, Pula ada suatu urusan yang aku minta tayhiap suka bantu membereskanny a . " Cee Cit tidak mengatakan apa apa akan tetapi alisnya berkerut. Yo Eng Pioe melihat kesulitan orang, ia lantas berkata pula: "inilah bukan melulu urusanku pribadi, ini pun mengenai tayhiap. karena mana aku menjadi berkuatir, Karena itu aku jadi membesarkan hati mengundang tayhiap sudi bersantap bersamaku." Menampak kesungguhan hati orang, Cee Cit tertawa. "Kelihatannya aku si orang she cee mesti mencampuri pula urusan Kang ouw yang ruwet" katanya. "ia tidak berduka hanya sebaliknya, walaupun ia masih belum tahu urusan itu menyangkut dirinya secara bagaimana, "Baiklah, mari kita pergi" Yo Eng Pioe menjadi girang sekali, lantas ia mendahuluijalan dimuka, ia panggil pemilik rumah makan "Heng Hoa coen" itu, untuk memberikan uang sepotong perak, katanya guna mengganti segala kerugian barusan, sekalian supaya dia lekas menyajikan sama barang hidanganUang dapat menyelesaikan segala apa demikianlah pemilik Hang Haa coen itu, yang tadinya berdiri diam dengan hati kebat kebit, Dia tertawa, dia mengucapkan terima kasih, lantas dia pergi guna menyiapkan barang hidangan yang diminta itu. Sebentar saja orang sudah duduk berkumpul. Yo Eng Pioe menghela napas ketika ia mulai membuka pembicaraan, ia kata. "Sudah dua puluh tahun lebih aku si orang she Yo membuka Hiong Hoei Piauw Kiok di kota Kimleng, selama itu aku bersyukur kepada bantuannya sesama kaum Kang ouw hingga aku memperoleh kemajuan, luas pergaulanku dan sangat sedikit mengalami gangguanBaru kira-kira setengah bulan yang lalu, aku mendapatkan kesulitan, Kim-lengJie Pa telah datang kepada kami buat minta dilindungi barangnya untuk kota raja, Mereka gagah dan kesohor, mereka toh minta bantuan kami, sendirinya perbuatannya itu sudah mendatangkan kecurigaan, tetapi kami membuka piauwkiok. tidak dapat kami menampik pekerjaan maka juga besokannya pagi aku sudah berangkat mengantarpiauw itu. Begitu kita melewati kota kaug-ouw, lantas barang itu lenyap tanpa ketahuan, tiga hari kami mencari dengan sia sia tanpa ada endusannya. Terpaksa kami pulang ke Kimleng untuk berdamai dengan Kimleng Jie Pa. Mereka menjadi sangat gusar, sekali mereka menuduh kami hilap dan menelan piauw itu, Lantas mereka minta supaya barang itu dikembalikao, atau kami mengganti sebanyak tiga puluh laksa tahilperak. Atau kalau dua-duanya tak dapat kami penuhkan, kami disuruh menyerahkan piauwkiok kami..." "Apakah KimlengJie Pa itu orang-orang yang baru muncul?" Cee Cit tanya. "jikalau mereka mau mengusahakan piauwkiok. mereka dapat membuka yang baru, tak ada perlunya mereka mesti merampas Hiong Hoei Piauw Kiok." "Begitulah kalau menurut pikiran umum," kata Yo Eng Pioe "Tayhiap tak ketahui bahwa mereka mengandung maksud, Aku sendiri baru kemarin aku ketahui maksud apa adanya itu. Baiklah tayhiap ketahui, Kim-lengJie pa terdiri dari dua saudara Sian namanya yalah Couw dan Wat. Tak jelas asal usul mereka, cuma diketahui mereka gagah Duduknya perkara yalah begini: "Aku murid Boe tong-pay, sekarang ini Tiat tek coe Jie siong Gan, pangcu dari Thian Hong Pang Coan, bentrok dengan Bu tong pay, Mulanya tahun yang sudah, karena itu Jie siong Gan hendak mengganggu aku. Buat itu dia pakai tenaganya Kim-leng jie Pa. Dengan mengganggu aku Jie siong Gan ingin memancing keluar guruku, supaya sekalian mereka dapat tumpas. jikalau mereka berhasil, Thian Hong Pang hendak menancap kaki di wilayah kang-lam..." Mendengar namanya Jie siong Gan, kumat kemarahannya Cee cit, hingga alisnya berdiri matanya mendelik, dadanya berombak. Jikalau begitu dua saudara sian itu pastilah orang Thian Hong Pang," dia kata keras "Terang sudah, piauw kamu itu dirampas oleh orang Jie siong Gan. Hmm, jikalau aku tidak Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bikin tubuh siong Gan ludas menjadi abu, tak nanti aku puas Yo Loosoe, jangan kuatir aku nanti bantu kau." Yo Eng Pioe girang mendengar janji itu, ia menghaturkan terima kasih, ia memang percaya, kali ini cee-cit muncul tentu untuk bereskan urusan coan Pang yang selama tahun-tahun yang belakangan ini sepak terjangnya kacau, tak lagi rapi seperti dulu, hingga telah terbit juga keruwetan dalam kalangan Rimba Persilatan. sebaliknya banyak orang Rimba persilatan yang berpeluk dagu saja, untuk tidak terlibat dalam kekacauan yang membahayakan itu. Selama Eng Pioe bercerita itu, perhatiannya Tiong Hoa tidak ketarik, bukannya ia memasang telinga, ia justeru memandang selalu ke muka telaga yang indah, yang menarik perhatiannya. Kalau toh ia berpikir, ia memikirkan pengalamannya, hingga ia menjadi ruwet pikirannya . Cee-cit bersenyum melihat kawannya itu. "Laotee, apakah ada sesuatu yang kau pikir kan keras" Dia tanya, "Nanti setelah urusan ini beres, kakakmu akan membantu kau menyelesaikan atau memecahkan itu." Tiong Hoa bersenyum, ia tidak menjawab, Ketika itu barang santapan telah disajikan atas undangan Yo Eng Pioe, Cee-cit lantas bersantap. Dia dabar dan minum dengan bernapsu. Tengah mereka berjamu itu, tiba-tiba empat orang muncul untuk terus menghampirkan Yo Piauwsoe. Mereka itu bertubuh besar dan pakaiannya sings at, satu di antaranya terus berkata kepada Eng Pioe, keras: "sian Tan-coe menanya Yo Loosoe tentang piauw yang hilang itu, bagaimana hendak dibereskannya, sekarang juga kami menantikan jawaban" Belum lagi orang berhenti bicara, Eng Pioe sudah memotong Dia gusar hingga kumisnya bangun berdiri, Dia kata: "Buat apa kamu terburu naps u, Bukankah masih ada tempo tiga hari" Kamu pergi beri tahu sian Tao-coe, di dalam tempo tiga hari aku akan selesaikan itu, tidak nanti aku membikin majikan kamu menyesal" orang itu tidak mau pergi, bahkan dia tertawa dingin. "Sian Tan coe memikirkan saja urusan itu hingga dia tidak dapat tidur nyenyak" dia kata. "oleh karena itu batas tempo yang di berikan itu di rubah menjadi hari ini, itu sebabnya kenapa kami diperintah datang ke mari untuk menanyakan dengan mendesak." "PIak plok" demikian terdengar dua suara nyaring, terus tubuh orang galak itu terhuyung hingga hampir dia roboh terguling. sedang kedua belah pipinya lantas menjadi merah dan bengap. olehnya dirasai sakit dan panas. Cee- cit tidak puas orang begitu galak dan mulutnya kasar, ia terganggu saat bersantapnya itu, Maka tanpa membilang apa-apa ia mengulur kedua tangannya dan ditamparkan di kedua pipi orang Orang itu berdiri sambil memegangi kedua belah pipinya, Untuk sejenak dia merasa kepalanya pusing dan matanya berkunang-kunang, rasa panas dan sakit dipipinya juga tidak lantas hilang, ia memandang Yo Eng Pioe, s ambil paksakan tertawa-- hingga ia jadi tertawa meringis-- ia kata: "Yo Loosoe, aku cuma orang suruhan, taruh kata kau robohkan aku, namamu tidak bakat menjadi tersohor. Baiklah, aku nanti sampaikan ucapan loosoe kepada sian Tan-coe." Habis berkata dia mengajak tiga kawannya berlalu dengan cepat. sampai itu waktu dia masih belum tahu bahwa yang menghajarnya yalah Cee-cit, yang mengulur tangan nya panjang luar biasa, Seberlalunya empat orang itu, di meja tetangga terdengar suara ini -- suara yang berat: "Sayang sayang Dua gaplokan itu pasti bakal mendatangkan bencana."orang heran, orang menoleh, Mereka melihat orang itu yalah seorang pelajar usia pertengahan yang tubuhnya sedikit gemuk. dia berkata-kata itu sambit dongak mengawasi langit, romannya tenang .tenang saja sedang sebelah tangannya menggoyang-goyang sebuah kipas hitam. Itulah aneh, karena tadi tak ada orang yang melihat dia datang ke meja sebelah itu. Bahkan Cee Cit menjadi Iikat sendirinya, ia liehay, ia pun tak tahu datangnya orang itu, ia menjadi mendongkol hingga ia hendak mengumbar hawa amarahnya, syukur Tiong Hoa lekas mencegah. "Hm" ia bersuara sengit, ia menyangka Tiong Hoa kenal orang itu, sedang sebenarnya orang itu asing bagi si anak muda Tiong Hoa mencegah kawannya sebab ia melihat orang mempunyai pelipis yang tinggi, tanda dari pemilikan ilmu silat yang mahir. ia jug a, kalau orang bukannya orangnya Kimleng Jie Pa, mungkin dia orang sama tengah. Selama berkenalan dengan cee Cit. Tiong Hoa dapat kenyataan kawannya ini bertabiat keras. Di dalam guha dia dapat bersabar tetapi di kolong langit dan matahari, timbul pula tabiat lamanya, sebab segera dia menghadapi urusan partainya yang di kangkangi Jie siong Gan. Tiong Hoa berpegangan sabar, sebab tanpa kesabaran urusan kecil bisa menjadi besar, ia bukan cuma mencegah dengan kedipan mata, ia pun menarik ujung baju orang. Orang itu masih mengoceh sendirian, katanya: "sebenarnya Kimleng Jie Pa bukan orang yang luar biasa, yang sukar dilayani yalah Boe Eng Hoei Long, hingga aku si orang tua, acap kali tak sanggup mengalahkan padanya, Kembalinya kamu bakal mati hingga tidak ada liang kubur buat kamu..." lalu dia menghela napas. Cee Cit mendengar disebutnya gelaran Boe eng Hoei Long itu, yaitu si serigala Terbang Tanpa Bayangan, ia terperanjat, ia ingat Boe Eng Hoei long toh orang yang pada empat puluh tahun dulu sudah mendaki sendiri gunung-gunung Ngo Bie san, Koen Loen san dan Ceng shia san di mana dengan tangannya, ia menghajar mati lebih daripada tujuh puluh orang kosen, hingga dia diberikan orang-orang kaum sesat dan lurus. Karena kegagahannya itu orang Rimba persilatan menyebutnya Thian Gwa li shia adalah si sesat Nomor satu di Luar Langit." Hanya semenjak itu dia benar tak nampak lagi dalam dunia Kang ouw hingga orang perlahan-lahan melupakannya. sekarang ia mendengarnya dari mulutnya pelajar ini, ia lantas kata dalam hatinya: "Bukankah Kimleng Jie Pa muridnya Boe Eng Hoei Long?" Lie Tiong Hoa tidak tahu siapa Boe Eng Hoei Long, tetapi melihat sinar matanya Cee Cit, ia dapat menduga, di lain pihak, ia tertawa sendirinya mendengar pelajar itu menyebutkan dirinya "si orang tua " sedang dia masih muda... Yo Eng Pioe juga berpikir keras, menduga-duga siapa pelajar ini yang ia tidak kenal, sedang kata-kata orang jelas ditujukan kepada mereka. Tatkala itu satu orang datang ke situ, gesit sekali tindakannya hingga dia datang secara tiba-tiba. Nyatalah dia seorang bocah yang mukanya hitam, dan usianya dari lima atau enam belas tahun Dia lantas menjura dalam pada si pelajar, matanya melirik kepada rombongannya Yo Eng Pioe, terus dia berkata perlahan: "soehoe, telah dijanjikan tempo pertemuan dengan KimlengJie Pa, ialah sebentar malam jam dua dan tempatnya panggung ie Hoa Tay. Tiba-tiba pelajar ini tertawa, terus dia berkata: " Kimleng Jie Pa itu boleh kau layani sendiri, supaya kau dapat bereskan hutang darah seluruh keluargamu dari delapan tahun yang lalu -- Nah, mari kita pergi." Terus dia berbangkit dan berlompat, hingga tahu-tahu dia sudah berada jauhnya tujuh atau delapan tombak, di jalanan lantai batu ditepi telaga. Kelihatan kedua kakinya orang itu bergerak sangat cepat demikian juga si bocah yang menjadi muridnya, yang sembari mengikuti berteriakan: "soehoe, tunggu..." Tiba-tiba Yo Eng Pioe menepuk meja dan berkata nyaring: "Dia Ah, benar dia si orang tua" "Siapa?" Cee-cit tanya, heran"Cee Tayhiap" sahut Eng Pioe, "mungkin tay hiap juga kenal dia. Dialah sin-heng sioe-soe Kim som." Cee-cit mengerutkan alisnya. "Oh, kiranya dia." dia kata. "Pantas dia angkuh." sebentar jam dua, hendak aku saksikan kepandaiannya, untuk mengetahui dia jauh terlebih lihai beberapa tinggi daripada aku si orang she Cee." Lalu dia memesan, "Yo Laotee aku harap sangat supaya kau jangan menyebut-nyebut bahwa aku Cee-cit telah muncul pula. Tentang urusanmu, suka aku membantu kau." Yo Eng Pioe girang sekali. "Terima kasih," ia kata, "Aku janji tidak akan menyebut nama tayhiap." Tidak lama mereka sudah berjamu cukup, "Sekarang pergi kau pulang ke Piauw- kiok" kata Cee-cit. Eng Pioe menurut, ia meminta diri, terus ia pergi bersama ketiga kawannya, "Laotee," kata Cee-cit pada Tiong Hoa, "Hiong Hoei Piauw Kiok terletak di barat Keuw-lauw, dan di dekat Kauw-lauw itu ada sebuah losmen yang memakai nama hian-siang-kie, silahkan kau pergi dulu ke sana, untuk mengawasi piauw- kiok itu, aku sendiri mau pergi meronda, Umpama kata kau tidak dapat menemukan aku di thian-siang-kie, sebentar malam kau susullah ke Ie Hoa-tay." Habis berkata itu, dengan bantuan tongkatnya Kwie Kiancioe pergi dengan cepat. Tiong Hoa suka menerima pesan itu, ketika ia mengawasi orang berlalu, ia tertawa. "Saudara Cee sudah lanjut usianya, tabiatnya masih keras seperti api meledak." Pikirnya. "ini dia yang dibilang, Kebiasaan sukar dirubah." Lantas seorang diri anak muda ini berjalan menuju ke kota Kim-leng. Ditengah jalan ia menikmati pelbagai pemandangan alam yang indah, ia berlaku tenang .Memang semenjak di Yan-khia, ia telah berkeinginan melihat-lihat kota di selatan ini. Dengan tindakan perlahan, Tiong Hoa berjalan terus hingga ia mendekati pintu kota, ia terus bertindak masuk diantara banyak orang yang berlalu lintas. Kota ramai sekali, Kota Kimleng asing baginya, maka itu, untuk mendapat tahu dimana letaknya Kouw lauw, ia tanya tanya orang, dengan begitu seterusnya ia berjalan menurut pelbagai petunjuk. Tiba-tiba ia sampai di satu bagian jalanan di mana orang pada menyingkir kedua samping, tengah ia menduga-duga apa sebabnya itu, ia mendengar tindakan kaki kuda yang nyaring, terus ia melihat debu mengepul naik di sebelah depan. sekarang tahulah ia sebabnya orang pada membuka jalan itu. segera ia melihat mendatanginya tiga penunggang kuda, kudanya dilarikan keras, cambuknya menjeter berulangulang, mereka itu berpakaian hitam dan sings at. "Mereka pasti orang rimba persilatan, kenapa mereka begini sewenang-wenang?" pikirnya, heran dan mendongkol "Mengaburkan kuda ditempat seramai ini toh berbahaya untuk umum" Belum pernah aku menemui orang begini tidak tahu aturan." Justeru ia lagi berpikir itu, justeru ketiga penunggang kuda sudah sampai. orang banyak lantas pada menjerit. Mereka itu melihat ia bakal segera ditabrak ketiga penunggang kuda itu yang sambil berteriak-teriak membentak mengaburkan keras kudanya. segera juga Tiong Hoa ditabrak, atau mendadak terlihat seekor kuda terangkat tinggi dan terpental, penunggangnya jatuh karenanya, hingga dia terbanting keras dan berjupalitan, sedang dua penunggang kuda lainnya lewat terus, sang kuda sendiri ialah kuda yang terpental itu -- roboh terbanting. rebah di tanah sambil meringkik sedih.... Tiong Hoa tetap berdiri di tengah jalan, sikapnya tenang. Kedua penunggang kuda yang lain itu lari sampai tujuh atau delapan tombak jauhnya, lantas, mereka menahan kuda mereka dan kembali. Mereka gusar melihat nasib kawannya itu, mereka membentak. keduanya lompat turun didepan Tiong Hoa. "Aku tidak sangka kau mengerti silat," kata yang satu sambil tertawa dingin, Tiong Hoa bersenyum. Jikalau tidak demikian, bukankah aku sudah mampus diinjak kaki kuda kamu?" Katanya, tenang tetapi tajam. " Kamulah yang tidak punya mata, maka jugakalau kamu mampus, bukankah itu selayaknya saja" Orang itu sudah gusar, sekarang kegusarannya menjadi bertambah. "Binatang, apakah kau telah makan jantung naga atau hati macan tutul?" dia tanya bengis, "Apakah kau tidak mencari tahu kami orang macam apa." "Siapa perduli kamu siapa?" sahut Tiong Hoa, dingin, Mendadak ia mengulur sebelah tangannya, menyamber dada orang itu, terus ditarik dan diangkat, untuk dilemparkan, hingga dia jatuh menindih kawannya yang terjungkal dari kuda itu. Orang yang ketiga kaget, dia lompat kepada kedua kawannya, untuk mengasi bangun, kemudian dia menoleh dan berkata dengan bengis: "Kalau kau berani, jangan kau pergi." Tiong Hoa tertawa, dia kata: "sekalipun kau minta tuan mudamu pergi, tidak nanti tuan mudamu berlalu dari sini. Tuan mudamu akan menantikan kamu." Tanpa merasa, Tiong Hoa membawa tabiatnya si anak orang berpangkat. Tiga orang itu lantas ngeloyor pergi sampai mereka tak menghiraukan lagi kuda mereka. Mereka pergi dengan cepat. "Bagus" mendadak terdengar suara memuji dari tepi jalanan. Tiong Hoa segera menoleh. Maka ia melihat seorang muda yang bermuka hitam, yang ia ketemukan dalam rumah makan Hong Hoa Coen di tepi telaga Hian Boo ouw ialah muridnya sin-heng sioe-soe Kim som. Hanya habis memuji, dia itu berjalan pergi dengan cepat, tak ayal lagi, pemuda ini menyusu, ia ingat suatu apa, ia melihat orang masuk ke hotel Thian sian Kie, Ketika ia sampai di situ, orang muda itu tak nampak lagi, ia mengangkat pundak seraya bersenyum sendirinya. Pelayan lantas menghampirkan- Dia menyangka kepada Misteri Bayangan Setan 5 Pendekar Rajawali Sakti 73 Perempuan Siluman Pendekar Aneh Dari Kanglam 3