Bulan Jatuh Dilereng Gunung 15
Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno Bagian 15 Ideran" Dia membunuh orang seenaknya sendiri. Masakan aku tidak dapat" Tunggu saat ajalmu, kecuali engkau meletakkan pedangmu." Rawayani menghentikan langkahnya. Ia seperti pernah mendengar suaranya. Yang jelas, suara perempuan. Tetapi siapa, itulah soalnya. Dia perlu mengingat-ingat dulu. Tiba-tiba suatu bayangan berkelebat di dalam benaknya. Ah, bukankah perempuan yang mengecok Gemak Ideran di depan lembah rimba pinus" Kalau begitu, anak buah Cing Cing Goling. Mengapa mereka berkeliaran di sini" Apakah mereka mengikutinya dengan diam-diam semenjak lama " "Kalau di antara mereka terdapat Lajuguna, wah celaka! Sukar aku meloloskan diri." pikir Rawayani. Tetapi ia maju http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terus. Sebab mundur pun akan celaka juga. Jalanan sudah tertutup timbunan batu. Setelah maju lagi beberapa langkah, kembali lagi sebuah batu menggelinding dengan deras. Melihat lajunya batu, Rawayani yakin di antara mereka tidak terdapat Lajuguna. Lajuguna seorang sakti. Mustahil main melempar batu seperti kanak-kanak. Dulu ia melabrak dirinya dan Gemak Ideran seorang diri. Memperoleh pikiran demikian, hatinya mantap. Terus saja ia melesat maju. Pikirnya, mungkin dia kalah. Akan tetapi tidak mungkin tertawan hidup-hidup. Karena itu, ia mempersiapkan bola racunnya yang berbahaya. Terhadap mereka, ia sengaja memancing : "Huuu. Lajuguna! Dulu engkau kami ampuni. Masakan engkau hendak membalas dendam dengan cara begini" Hayo turun! Hayo kita mengadu kepandaian lagi." "Kau mengoceh seperti orang sakit bengek, nona" damprat suara perempuan."Sebentar lagi kau bakal minta ampun............" Rawayani mendongkol, akan tetapi dia tidak dapat berbuat apa-apa, karena kembali lagi sebuah batu menggelundung mengancam dirinya. Terpaksalah ia melompat mengindari sambil maju terus. Tetapi makin ke atas, jalan jadi setapak. Kedua dinding gunung menjadi sempit. Bila mereka menggelindingkan batu lagi, akan sulit mengelakkan kecuali harus melompat ke atas. Pada saat itu, ia harus berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan. Bukan hal yang mustahil, salah seorang dari mereka melepaskan senjata bidik selagi kedua kakinya masih berada di udara. "Daripada keduluan biarlah aku dahulu." pikir Rawayani. Tetapi tak dapat ia melepaskan bola mautnya. Sebab bila bola maut pecah, justru akan meluruk dirinya. Maka ia memungut http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tiga buah batu dan dilemparkan ke atas. Tepat lemparan. Seseorang terkena kepalanya selagi melongok ke bawah. Orang itu memaki-maki. Lalu mengutuk : "Iblis jahanam! Sekarang, meskipun kau minta ampun tidak ada kesempatan lagi. Kau bakal mampus hancur lebur tertimbun batu." Tiga orang bersama-sama menggeserkan sebuah batu sebesar perut kerbau. Kalau batu itu terjun ke bawah, Rawayani sulit menolong diri. Seumpama meloncat ke atas, ukuran batu itu akan menyumbat kedua dinding. Hatinya cemas bukan main. "Aku harus mendahului !" itulah pikirannya yang pertama,"Aku harus menggagalkan maksud mereka menggelindingkan batu itu........... Apakah aku harus turun secepat-cepatnya?" Ia khawatir, jangan-jangan ukuran batu itu pas-pasan dengan lebarnya jalan. Meskipun akan berusaha lari secepat mungkin, batu itu akan dapat mengejarnya. Dan apa yang bakal terjadi, sudah jelas. Ia bakal mati rata tanah. Demi mengejar waktu, Rawayani berusaha lari ke atas secepatcepatnya. Untuk menghindari segala kemungkinan, ia berlompatan ke kiri dan ke kanan agar tidak mudah terhantam batu-batu. Akan tetapi mendaki ke atas samalah sukarnya lari turun ke bawah. Selagi dalam keadaan demikian, tiba-tiba terdengar suara teriakan panjang. Yang berada di atas tebing, memekik kesakitan berturut-turut. Sebongkah batu yang sedang didorong untuk digelindingkan ke bawah, terhenti. Lalu terdengar suara langkah cepat menuruni ketinggian seberang sana. Rawayani heran. Apakah yang sedang terjadi" Dengan mengerahkan seluruh tenaganya, ia melompat tinggi dan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pendarat di atas tebing. Ia masih sempat melihat bayangan enam orang lari turun ke bawah seperti diuber iblis Jelas sekali, mereka kabur karena ketakutan. Menyaksikan hal itu, Rawayani makin heran. Siapakah yang membuat mereka kabur" Apakah Gemak Ideran sudah datang untuk menolong dirinya" Rawayani berpikir sejenak. Memang, bukan mustahil Gemak Ideran sudah berada di sekitar Bulukerta mengingat perjanjian yang sudah disetujui. Hanya saja, benarkah dia dapat membuat mereka berenam kabur ketakutan" Rasanya tidak mungkin. Sesungguhnya, Gemak Ideran dapat mengalahkan mereka. Akan tetapi harus melalui suatu pertempuran seru dulu. Memperoleh kesimpulan itu, ia berteriak nyaring : "Pendekar dari mana yang sudi menolong diriku" Terimalah hormatku........." Tiada terdengar suara. Juga tiada nampak bayangan apapun, kecuali segerombol belukar bergoyang-goyang tertiup angin. Sekitarnya sunyi senyap. Keruan saja Rawayani makin heran. Pikirnya di dalam hati : "Jelas sekali, mereka lari karena ketakutan. Tetapi terhadap siapa " Di sini tiada seorangpun kecuali diriku. Apakah mereka melihat hantu" Ah, masakan di dunia ini benar-benar ada hantu" Kukira, mereka melihat orang pandai. Tetapi di manakah dia kini berada " Lapangan ini terbuka. Kecuali batu batu berserakan hanya ditumbuhi beberapa gerombol belukar. Adakah di dunia ini semacam ilmu sakti yang bisa membuat orang lenyap dari penglihatan dalam sekejap mata saja " Rawayani mencoba mengejar. Ia berlari-larian menjelajahi ketinggian sambil melepaskan penglihatannya. Waktu itu, bulan sabit muncul di udara. Walaupun tidak cerah, akan tetapi cukup menerangi seluruh alam bagi seorang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berkepandaian seperti Rawayani. Namun orang yang diharapkan terlihat pandang matanya, benar-benar tiada. Ia jadi teringat kepada orang yang bermain sandiwara di belakang punggungnya. Apakah dia " Dengan diombang-ambingkan teka-teki yang tidak terjawab itu, Rawayani mencari kudanya kembali. Kemudian melanjutkan perjalanannya ke Bulukerta. Tetapi malamhari benar-benar sudah tiba. Rencananya hendak memasuki Bulukerta pada waktu Magrib, gagal. Meskipun demikian masih dapat ia menghibur diri. Tak mengapa, katanya kepada dirinya sendiri. Pokoknya aku ingin mengetahui lagi apa yang akan dilakukan orang itu. Bulukerta ternyata bukan sebuah kota. Lebih tepat jika disebut sebuah perkampungan yang cukup ramai. Tetapi di luar Bulukerta terdapat sebuah bangunan mentereng. Kabarnya milik seorang Cina kaya. Tadinya dibangun sebagai tempat penyimpan barang dagangan berbareng merupakan rumah peristirahatan keluarga. Kini dibiarkan sebagai tempat menginap orang-orang yang kemalaman. Karena Bulukerta pada waktu itu menjadi pusat persinggahan, maka pesanggrahan itu selalu ramai dikunjungi saudagar-saudagar yang menjajakan barang dagangannya atau mengambil dagangannya. Letak kamar penginapan tersebar luas dalam satu lapangan yang berpagar. Masing-masing kamar menghadap semacam halaman cukup lebar. Mungkin dimaksudkan sebagai tempat meletakkan barang dagangan. Rawayani mendapat sebuah karnar yang berada di luar bangunan utama. Hawanya segar dan kebetulan berada di samping sebuah petamanan. Karena lelah, segera ia terlena tidur. Tiba-tiba ia terbangun oleh suatu suara makian parau. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Huah! Beraninya hanya main sembunyi. Kalau berani, mari kita berhadapan sebagai satria." Rawayani turun dari tempat tidurnya. Ia memadamkan pelita kamarnya dan mengintip dari celah dinding bambu. Ia melihat seorang laki-laki gendut sedang mengayun-ayunkan cambuknya. Mula-mula ia mengira seorang sais biasa. Tetapi ia terkejut sewaktu mendengar bunyi pengerahan tenaganya. Jelas sekali, gerakan ayunan cemetinya disertai tenaga sakti yang tinggi. Siapa dia " Belum lagi ia sempat menjawab pertanyaannya sendiri, laki-laki gendut itu mengaduh dan roboh terjengkang. Dan di jauh sana terdengar suara seorang wanita : "Binatang piaraan seperti dirimu, masakan pantas bertempur melawan diriku ?" Aneh suara itu. Mula-mula terdengar dekat. Dan pada detik berikutnya sudah berada sangat jauh. Setelah itu sunyi senyap. Rawayani heran bukan main. Lebih heran lagi karena ia seperti pernah mendengar dan mengenal suara itu. "Bukankah suara ayunda Windu Rini ?" ia berbisik kepada dirinya sendiri. Oleh ingatan itu, terus saja ia membuka pintu kamarnya dan melesat ke luar dengan membawa pedang pendeknya. Kembali lagi ia heran, sewaktu melihat si gendut yang mengerang kesakitan. Samasekali dia tidak terluka. Hanya saja lengannya jatuh lunglai di samping badannya. Apakah lengannya patah dengan mendadak" Siapakah yang mematahkan lengannya. Apakah Diah Windu Rini" Tetapi Diah Windu Rini tadi berada di suatu tempat yang cukup jauh. Oleh rasa penasaran Rawayani mencoba mengejar ke arah suara Diah Windu Rini. Setelah berputar-putar sekian lamanya, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ia merasa sia-sia. Maka dengan berbagai pikiran, ia kembali ke penginapannya. Ternyata si gendut sudah tiada lagi di tempatnya. Suasana penginapan sunyi senyap pula. Apakah arti semuanya ini" Merasa tidak puas, satu-satunya cara untuk memperoleh keterangan, hanya minta keterangan kepada pengurus penginapan. Bukan main sikap hormatnya pengurus penginapan. Akan tetapi dia bersikap tidak mau tahu. Katanya, sering terjadi peristiwa demikian. Orang saling berhantam merebut kemenangan. Masalah apa yang sedang terjadi, dia tidak mau tahu. Takut terembet-rembet. "Baiklah."Rawayani mau mengerti."Apakah engkau melihat seorang aneh berada dalam penginapanmu" "Orang aneh ?" pengurus penginapan terbelalak. "Orang aneh bagaimana ?" Yang dimaksudkan Rawayani dengan orang aneh, adalah orang yang mengisiki punggawa Sumarata tentang dirinya dan yang menolong dirinya pula menggebah kaki-tangan Cing Cing Goling. Tentu saja pengurus penginapan tidak tahu maksudnya. Meskipun demikian, dasar wataknya mau menang sendiri, hatinya mendongkol. Bentaknya : "Kau mau memberi keterangan atau tidak ?" "Ya, ya, ya ... mau. Tetapi orang aneh bagaimana ?" Ingin Rawayani memakinya. Akan tetapi ia merasa tidak enak sendiri main paksa terhadap pengurus penginapan yang nampaknya memang tidak mengetahui masalahnya. Maka ia memberi uang seringgit dan meninggalkan rumah penginapan tanpa pamit. Keruan saja, pengurus rumah makan girang bukan main ibarat orang kejatuhan rejeki besar. Sebab uang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seringgit pada waktu itu nilainya selangit. Terus saja ia memanggut-manggut menyatakan rasa terima kasihnya. Rawayani meninggalkan rumah penginapannya untuk mencari Diah Windu Rini sekali lagi. Sewaktu fajar menyingsing ia kembali ke penginapan. Tiba di halaman, ia mendengar suara orang yang sangat dikenalnya dan Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dibencinya. Benarkah dia" Ya, benar! Dialah Cing Cing Goling yang datang dengan Lajuguna. Dengan suara berwibawa dia berkata kepada pengurus rumah penginapan : "Nih, terimalah hadiah sementara limabelas rupiah, untuk satu pertanyaan saja." Melihat jumlah uang itu, pengurus rumah penginapan sempat bergemetaran. Dengan suara mengumpul di ujung tenggorokan ia menyahut: "Tuan...... eh...... pertanyaan apa ?" "Apakah engkau melihat seorang gadis menginap di sini " Gadis itu cantik, galak. Sifatnya mau menang sendiri." "Ya, ya, ya, ya,,,, baru saja dia meninggalkan penginapan." Rawayani terperanjat mendengar jawaban pengurus rumah penginapan. Ini namanya, dia bakal ketiban penyakit. Terus saja ia mundur sedikit demi sedikit sambil menahan nafas. Suatu pikiran menusuk benaknya. Kalau lari, Cing Cing Goling pasti dapat mengejarnya. Lebih baik, ia masuk ke halaman. Di dalam pekarangan rumah penginapan, terdapat beberapa batang pohon dan gedung tinggi. Kalau terdesak, masih dapat ia meloloskan diri melalui atap rumah. Memperoleh pikiran demikian, buru-buru ia menyelinap masuk. Tetapi di luar rumah penginapan ada yang melihat kehadirannya. Dialah Blandaran salah seorang warok yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dahulu bermukim di Bulukerta. Dengan sendirinya, ia kenal lika-liku jalannya. Rawayani belum mengenalnya. Syukur, Blandaran demikian pula. Namun berkat pengalamannya, ia menaruh curiga terhadap gerak-gerik Rawayani. Lantas saja dia berteriak kepada Cing Cing Goling : "Kakang! Apakah bukan perempuan ini ?" Mendengar teriakan Blandaran, dengan sigap Cing Cing Goling memutar badannya. Terhadap Blandaran, Cing Cing Goling menaruh kepercayaan. Ia sengaja membawa Blandaran ikut serta. Sebab, dialah yang mengenal wilayah Bulukerta. Hanya saja ia tidak menerangkan apa kepentingannya tiba di Bulukerta. Sekarang ia mendengar Blandaran meneriakkan sesuatu, Pasti ada alasannya. Karena itu dengan tidak ragu-ragu lagi, ia melompat ke luar serambi. Tepat pada saat itu, ia sempat melihat berkelebatnya bayangan Rawayani. "Ha, mau lari ke mana?" bentaknya. Rawayani terancam bahaya. Terus saja ia melemparkan bola mautnya. Dan melihat bola maut itu, Cing Cing Goling berteriak : "Blandaran, awas !" Cing Cing Goling mengenal keluarga Rawayani yang pandai membuat ramuan racun berbahaya. Terus saja ia memukulkan tangannya. Itulah pukulan Kumayan Trisula, pukulan yang dilontarkan dari jarak jauh. Dan kena pukulannya, bola maut Rawayani meledak dan rontok memasuki ruang dalam. Keruan saja, pengurus rumah penginapan berkaok-kaok ketakutan. Gugup ia bersembunyi di balik bangku panjang sambil bertiarap rata tanah. Tak lupa mulutnya memekik-mekik : "Tolong! Toloooong! Ada pembunuhan.........." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Melihat aksi Cing Cing Goling, Blandaran mau membuat jasa. Ia melompat menerjang. Tetapi pada saat itu Rawayani sudah berada di atas atap. Kembali lagi ia melemparkan bola mautnya. Blandaran bukan Cing Cing Goling. Sadar, bahwa bola maut itu sangat bahaya, ia melompat ke samping. Lalu melompat lagi ke atas. Maksudnya hendak memburu Rawayani. Tetapi sedang tubuhnya berada di tengah udara, ia mendengar suara : "Kau mau apa " Berenang di atas tanah ! ." Suara itu datang dari gerombol mahkota daun. Belum sempat ia menoleh, pipinya terasa panas dan nyeri luar biasa. Tetapi yang membuatnya terkejut adalah daya tamparan itu sendiri. Tiba-tiba saja ia seperti terlontarkan dan terbanting turun ke tanah. Tahu-tahu....... bluk! Ia benar-benar jatuh terkapar alias berenang di atas tanah. Lajuguna yang semenjak tadi berdiri seperti sebuah tugu, mendengar geseran suara yang halus. Terus saja ia lari memutar dengan maksud hendak mencegat. Masih sempat ia melihat sesosok bayangan putih. Segera ia melompat sambil melontarkan pukulan Kumayan Trisula pula. Terhadap Rawayani ia menaruh dendam karena dipermalukan. Sekaranglah saatnya ia hendak melampiaskan dendam. Tetapi sungguh aneh! Tiba-tiba ayunan tangannya kena tertahan suatu tenaga yang luar biasa kuatnya. Ia kaget bukan kepalang. Cepat luar biasa ia menarik tangannya. Lalu turun ke tanah sambil menyodokkan suatu pukulan jarak pendek. Maksudnya hendak balik menyerang sambil bertahan. Gerakan tangan dan kakinya cepat luar biasa. Tetapi bayangan yang menyerangnya lebih cepat. Plok ! Pipi Lajuguna terasa panas. Ia kena digaplok orang. Ia penasaran berbareng heran. Ia tidak percaya, bahwa yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menggaplok Rawayani. Pasti orang lain yang berkepandaian sangat tinggi. Mungkin kepandaian orang itu berada di atas kepandaiannya sendiri. Siapa ". Cing Cing Goling yang ingin mencekuk Rawayani heran menyaksikan Blandaran dan Lajuguna kena digaplok orang. Mereka berdua mengerang di luar kehendaknya sendiri. Itu suatu tanda, gaplokan yang mendarat di pipinya masingmasing dapat menembus ilmu saktinya. "Mungkinkah di sini bersembunyi musuh sakti melebihi diriku?" ia berkomat-kamit tak percaya. Dengan penasaran ia melesat maju dan sempat melihat berkelebatnya seorang perempuan berbaju putih. Tanpa sangsi lagi, segera ia melepaskan pukulan sambil berseru. Itulah salah satu jurus Ilmu Batu Panas yang disegani lawan dan kawan. Hebat akibatnya. Dinding rumah penginapan ambrol dan roboh dengan suara berisik. Robohnya dinding rumah penginapan menyebabkan kapurnya meluruk tak ubah asap. Dan pada saat itu terdengar suara perempuan menyatakan rasa kagumnya : "Bukan main! Orang begini gagah mengapa mengerubut seorang gadis muda belia ?" Cing Cing Goling tercengang. Hebat serangannya sebentar tadi. Tetapi perempuan itu dapat mengelak dengan gesit sekali sambil membawa lari Rawayani. Mengertilah Cing Cing Goling, bahwa ia sedang berhadapan dengan seorang lawan yang sakti mungkin melebihi dirinya. Seumurnya baru. kali ini ia bertemu dengan seorang lawan yang tangguh dan seimbang. Dia dapat melayani pukulan mautnya yang belum pernah gagal menggempur sasarannya. Meskipun demikian, ia tidak takut. Bahkan semangat tempurnya terbangun. Ia mengulangi pukulan saktinya kembali sambil melompat mengejar. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tunggu!" teriaknya menggelegar. "Aku Cing Cing Goling ingin belajar kenal denganmu." Perempuan itu menghentikan langkahnya. Ia menoleh. Lalu menegur dengan bengis : "Hm..... apakah engkau berharga untuk berkenalan denganku " Karena perempuan itu menghentikan langkahnya, Cing Cing Goling kini dapat melihat wajahnya. Dan melihat wajahnya, ia tercengang. Sebab selain masih berusia muda, wajahnya cantik luar biasa. Sebenarnya dialah Diah Windu Rini yang pernah menyelinap ke perkampungannya dalam usahanya hendak menolong Niken Anggana. "Siapa kau ?" "Kau manusia macam apa sampai berani menanyakan siapa diriku ?" bentak Diah Windu Rini. Memang Diah Windu Rini terkenal galak dan ganas menghadapi lawan. Hatinya angkuh pula dan yakin akan kepandaian sendiri. Sebaliknya, Cing Cing Goling tidak mau mengerti. Selamanya ia dihormati dan disegani orang. Sekarang ia direndahkan oleh seorang gadis yang pantas menjadi anaknya. Keruan saja tidak dapat lagi ia menahan diri. Serunya sambil tertawa terbahak-bahak : "Bagus! Kalau begitu, kau ingin mati tanpa nama" "Hm, apakah kau mampu ?" Diah Windu Rini tidak mau kalah. Terhadap Rawayani ia mempunyai kesannya sendiri. Setelah berpisah dari Rawayani, ia selalu mengikuti dengan diam-diam. Dia pulalah yang mengatur penginapan Rawayani di Magetan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Baiklah." bentak Cing Cing Goling yang sudah kehilangan kesabarannya. "Aku ingin tahu kau mempunyai kepandaian apa." Ucapan Cing Cing Goling mengandung ejekan dan tantangan. Tetapi pada saat itu ia melihat Diah Windu Rini mengeluarkan seutas tali dan diputar-putarkan di atas kepalanya. Cing Cing Goling tidak berani sembrono. Ia bersiap menghadapi segala kemungkinan. Di luar dugaan Diah Windu Rini tidak menyerang. Dia bahkan lari secepat kilat memutari halaman rumah penginapan. "Hai ! Kau hendak kabur ?" ejek Cing Cing Goling. "Kabur ?" Diah Windu Rini menghentikan langkahnya. "Bukankah engkau ingin melihat kepandaianku" Inilah salah satu kepandaianku. Kalau mampu, coba kejar diriku !" "Hm." Cing Cing Goling mendengus. "Oh, apakah engkau ingin mengadu kepandaian denganku" Baik, mari kita bertempur mengadu kepandaian. Seribu haripun, boleh............" Tahulah Cing Cing Goling, bahwa mulut lawannya yang muda itu tajam luar biasa. Tak mau lagi ia melayani. Berkata pendek seperti kepada dirinya sendiri: "Kau kini sudah tahu maksudku. Nah, hayo maju !" Diah Windu Rini memiringkan kepalanya. Menjawab: "Sayang.... fajar hari ini terlalu indah. Tiada nafsuku hendak berkelahi. Lagipula aku mempunyai urusan." "Hm." Cing Cing Goling menggerendeng. "Kau hendak kabur, nah kaburlah ! Tetapi tinggalkan buruanku !" "Kau maksudkan gadis belia tadi" Dia tiada di sini lagi. Bukankah dia mempunyai kaki ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Cing Cing Goling tidak mau tahu. Dengan menggeram ia menghampiri beberapa langkah. Diah Windu Rini bersikap acuh tak acuh. Sebenarnya ia mengenal kepandaian Cing Cing Goling berkat laporan Gemak Ideran. Karena itu, sengaja ia mengadu ketajaman mulut untuk memberi waktu Rawayani menjauhi Bulukerta. Ia sendiri selalu mempunyai cukup waktu untuk menolong diri. Belum pernah Cing Cing Goling dipermainkan oleh seseorang. Maka bisa dimengerti betapa hebat rasa marahnya. Terus saja ia mengerahkan Ilmu Batu Panas tingkat tujuh Walaupun demikian, ia berlagak sebagai seorang tua yang mengerti tata-tertib. Dengan menyabarkan diri dia berkata: "Kau sambutlah pukulanku ! Tetapi jangan mengelak atau menghindar!" Akan tetapi tentu saja Diah Windu Rini tidak sudi menjadi sasaran empuk. Ia melompat mundur enam langkah sambil mengelak. Seketika itu juga ia merasakan sesuatu yang aneh. Hawa yang panas luar biasa menyerangnya. Tak dikehendaki sendiri, seluruh tubuhnya berkeringat. Padahal dia berada di wilayah pegunungan yang dingin. Ia tahu, itulah hawa Ilmu Batu Panas. Meskipun demikian, ia berpura-pura bodoh. Serunya : "Hai! Ini ilmu sesat!" Cing Cing Goling heran, karena lawannya tidak roboh atau terluka. Dia penasaran. Maka dengan serentak ia mengulangi serangannya. Justru ia sedang melontarkan pukulannya, Diah Windu Rini sudah menghampiri dari samping sambil berkata : "Kau terlalu kejam. Maka aku harus meringkusmu sebelum terlanjur ganas." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Berkata demikian, Diah Windu Rini melemparkan talinya yang semenjak tadi digenggamnya dalam tangannya. Karena jaraknya sangat dekat, dengan cepat tali itu melingkar seperti seekor ular melilit mangsanya. Mau tak mau hati Cing Cing Goling terkesiap. Bagaimana caranya Diah Windu Rini menghampirinya" Gerakannya begitu cepat di luar dugaan. Tahu-tahu sudah melepaskan talinya untuk menjerat lehernya. Tetapi Cing Cing Goling seorang jago. Meskipun belum pernah ia berhadapan dengan lawan yang menggunakan tali sebagai senjata, ia tidak gentar. Sebat luar biasa ia mengibaskan tangannya. Justru pada detik itu, tali Diah Windu Rini sudah menggubatnya. Talinya terbuat dari urat lembu pilihan. Selain ulet kuat pula. Syukur, Cing Cing Goling mempunyai ilmu sakti yang istimewa pula. Ilmu sakti berhawa panas melebihi nyala api. Kalau tidak, dia bakal kena ringkus walaupun mengerahkan seluruh tenaganya. Dan kena hawa panas Ilmu Batu Panas, tali Diah Windu Rini terbakar. Dengan begitu tangannya terbebas dari gubatan tali. Diah Windu Rini terperanjat. Sekarang barulah ia sadar, bahwa Ilmu Batu panas tidak boleh dianggap ringan. Memang ia tahu cara melawannya. Paling tidak cukup dengan mengandalkan tali lembunya. Di luar dugaan, ilmu Cing Cing Goling sudah mencapai tingkat tujuh. Daya perlawanannya berada di luar dugaan. Menyadari hal itu, buru-buru ia melesat mundur. Akan tetapi Cing Cing Goling tidak mau sudah. Ia memburu. Tangannya menyambar hendak meremukkan kepala lawan. Terpaksalah Diah Windu Rini menyabetkan talinya. Cing Cing Goling membuka kedua jarinya hendak menjepitnya. Akan tetapi pada detik itu pula, tali Diah Windu Rini melingkar melilit lengan. Sebat luar biasa Cing Cing Goling membetotnya. Ia berhasil, akan tetapi lengannya terasa nyeri. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan demikian, kedua-duanya mengakui ketangguhan Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo lawannya. Selagi begitu tiba-tiba terdengar orang menguap panjang dari balik dinding kamar. Orang itu menggerutu, lalu mendamprat : "Harii masih sedingin ini.... siapa ribut-ribut di luar " Terdengar kemudian orang itu turun dari tempat tidurnya. Kedua kakinya terdengar sempoyongan menghampiri pintu kamar. Tak usah diterangkan lagi, orang itu masih setengah tidur dan kesannya malas luar biasa. Krek ! Dia membuka ganjal pintu. Kemudian muncul di ambang pintu dan berjalan memasuki pekarangan sambil meng-ucak-ucak matanya. "Siapa ribut-ribut di luar ?" dampratnya. Melihat tampangnya, Cing Cing Goling merasa sebal. Demikian pulalah Lajuguna dan Blandaran. Mereka berdua merasa terganggu, karena hatinya penasaran terhadap Diah Windu Rini. Sebenarnya mereka ingin membantu Cing Cing Goling agar dapat meringkus Diah Windu Rini secepat mungkin. Tujuan mereka yang utama ingin membalas menggaplok. Sekarang muncullah orang malas itu. Celakanya dia justru berjalan melintas yang berarti menghalangi penglihatan Cing Cing Goling. Oleh rasa jengkel, seperti berjanji mereka berdua melepaskan pukulan dari jauh untuk membuat orang itu tahu rasa. Sekarang terjadilah suatu keajaiban. Orang itu masih saja mengucak-ucak kedua matanya sambil terus berjalan melintas menutupi penglihatan Cing Cing Goling. Mendadak saja suatu tenaga yang tidak nampak membentur Lajuguna dan Blandaran sehingga mereka berdua mundur sempoyongan. Memang mereka berdua hanya melepaskan pukulan dengan tenaga dua bagian saja, karena tujuannya hanya ingin membuat tahu rasa saja. Meskipun demikian, bila masinghttp://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ masing melepaskan dua bagian tenaga, berarti terhimpun empat bagian tenaga sakti. Cukuplah untuk membunuh seekor kerbau. Sebaliknya, orang itu sama sekali tidak menggerakkan tangannya, kecuali gerakan mengucak-ucak mata. Cing Cing Goling tersirap darahnya. Ia mengenal kepandaian Lajuguna dan Blandaran. Kepandaiannya memang berada dua atau tiga tingkat di bawahnya. Pada saat itu, ia masih sanggup mengalahkan mereka dengan mudah meskipun dikerubut dua. Akan tetapi kalau harus bertempur dengan sambil lalu seperti yang dilakukan orang itu, rasanya mustahil. Meskipun masing-masing hanya melepaskan pukulan dengan tenaga dua bagian, namun gabungan tenaga mereka sama beratnya dengan pukulan Ilmu Batu Panas tingkat tiga. Artinya dia bisa luka parah. "Siapa dia ?" ia berteka-teki dalam hatinya. Bagaimanapun juga, Cing Cing Goling berwatak sombong dan berangan-angan menjadi jago tak terkalahkan. Sikap orang itu yang merendahkan Lajuguna dan Blandaran dianggapnya sebagai menantang dirinya. Terus saja ia mengerahkan Ilmu Batu Panas tingkat tujuh dan melepaskan pukulan telak tanpa sangsi lagi. "Ih!" Diah Windu Rini terkejut. Mau ia mengulurkan tangan, akan tetapi dirinya teraling orang itu pula. Tepat pada saat itu, ia mendengar suara menggerendeng : "Siapa main api di sini " Hai kau !" Pada ucapannya yang penghabisan, orang itu mendorongkan kedua tangannya. Plak ! Adu tenaga tidak dapat dihindarkan lagi. Cing Cing Goling terperanjat bukan kepalang. Ilmu Batu Panasnya tidak hanya sirap, tetapi dirinya http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pun tertolak suatu tenaga kuat luar biasa sehingga kakinya terpaksa mundur dua langkah. Celaka, pikir Cing Cing Goling. Meskipun belum merasa kalah, akan tetapi melawan Diah Windu Rini ia kerepotan. Sekarang datanglah orang itu. Nampaknya bodoh dan tidak berpengetahuan. Tetapi nyatanya berkepandaian hebat tak terkatakan. Inilah untuk yang pertama kalinya, tenaga sakti Ilmu Batu Panas tingkat tujuh bisa tertolak mundur. "Kalau tidak lari sekarang, mau menunggu apa lagi ?" Cing Cing Goling memutuskan. Segera ia memberi isyarat kepada Lajuguna dan Blandaran. Lalu melarikan diri tanpa menoleh lagi. Peristiwa itu berjalan sangat cepat. Diah Windu Rini sama sekali tidak menduga demikian sehingga ia berdiri tercengang-cengang. Selagi demikian terdengar orang itu berkata : "Temanmu dalam bahaya. Mengapa tidak kau lindungi ?" Diah Windu Rini seperti diingatkan. Bukankah Rawayani tadi diberi kesempatan untuk menjauhi Bulukerta. Artinya ia lari seorang diri. Sekarang Cing Cing Goling bertiga lari pula mengarah ke Jalatunda. Inilah bahaya ! Rawayani bisa bertemu dengan mereka bertiga. Memikir demikian, terus saja ia memburu Cing Cing Goling bertiga secepat-cepatnya. Tujuannya hanya hendak melindungi Rawayani. (Oo-dwkz-mch-oO) 19. PULUNGAN DAN KEN RUDATI. ORANG YANG BERHASIL membuat ciut hati Cing Cing Goling, mengawaskan kepergian Diah Windu Rini dengan hati puas. Hal itu nampak pada pandang mata dan keserian http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ wajahnya. Dialah Anjar Laweyan, salah seorang sakti penghuni Gunung Lawu. Meskipun usianya sudah lebih dari delapanpuluh tahun, namun baik kesaktian maupun tenaga jasmaninya tidak kurang. Itulah berkat latihannya yang tekun. Akan tetapi menurut kepercayaan penduduk karena berkat hawa gaib Gunung Lawu, Konon, pada jaman Majapahit salah seorang putera raja mendaki ke puncak Gunung lawu dan bermukim di atasnya, karena tidak berkenan memeluk Agama Islam. Kabarnya putera raja itu berumur lebih daripada duaratus tahun dan disebut penduduk dengan nama Sunan Lawu, walaupun belum memeluk Agama Islam. Barangkali pula Anjar Laweyan berharap berusia melebihi seratus tahun. Diapun bukan pemeluk agama yang baik. Dan bila kesaktiannya kelak sangat termashur bukan mustahil dirinya akan disebut pula dengan Sunan oleh penduduk sekitar Gunung Lawu. Tetapi itu baru dugaan orang saja. Sesungguhnya tidak demikian. Dahulu pada jaman mudanya, ia hidup sebagai manusia biasa sampai bertemu dengan dua orang insan yang dikagumi dan dihormati. Merekalah Pulungan dan Ken Rudati. Hebat riwayat Ken Rudati. Dia hanya anak seorang gendang pencak yang menjual kepandaiannya memainkan pedang untuk menyambung hidup keluarganya. Justru demikian, dengan tidak setahunya, kepandaiannya menanjak tinggi mendekati seorang ahli. Itulah berkat ia bermain pedang terus-menerus tiada hentinya. Kadang-kala sampai tujuh kali dalam satu hari. Bahkan bila mendapat tanggapan di malam hari, dia harus bermain lagi. Selain memiliki keahlian memainkan pedang, gerakan kakinya lincah luar biasa. Dia pandai memanjat pohon kelapa seperti seekor monyet di uber anjing. Dengan gesit ia meloncat-loncat dari dahan ke dahan. Dan yang paling istimewa lagi, dia seorang gadis yang cantik http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ luar biasa. Perawakan tubuhnya langsing, padat dan utuh. Pandang matanya cemerlang dan berkesan cerdas. Kecantikan dan kecakapan Ken Rudati dalam hal menggunakan senjata menarik perhatian seorang pangeran yang bermusuhan dengan Amangkurat Mas yang memerintah negerinya dengan kejam. Dialah Pangeran Purbaya salah satu keluarga Pangeran Puger yang kelak menggulingkan Amangkurat Mas dan mengangkat diri menjadi Paku Bhuwana I di Semarang. Pada jaman itu, Amangkurat Mas dimusuhi keluarganya sendiri. Hanya saja tidak berani terang-terangan. Sebab di antara yang memusuhi tentu ada pula yang memihak. Itulah sebabnya masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Tetapi dengan demikian, mereka saling curiga-mencurigai. Memang istimewa dan luar biasa watak dan pekerti Amangkurat Mas. Selain gemar paras cantik, diapun cemburu terhadap pemuda-pemuda yang berwajah cakap. Tidak perduli apakah pemuda yang cakap itu anak seorang bangsawan atau anak penduduk. Begitu juga masalah paras cantik. Kalau perlu isteri hamba-sahayanya. Atau isteri para Nayaka dan Bupati. Malahan isteri pamannya sendiri, jadi juga. Orang jadi teringat kepada riwayat hidup Raja Jayanegara di jaman Majapahit, semasa Gajah Mada masih menjadi seorang pegawai rendahan alias Bekel. Raja Jayanegara sering melanglap isteri orang pula. Apakah Amangkurat Mas memang inkarnasi Raja Jayanegara" Yang bisa menjawab hanya Malaekat dan setan-setannya. Maka kedudukan Ken Rudati sebenarnya sangat berbahaya. Sewaktu-waktu dia bisa diculik atas perintah Raja. Syukur sampai saat itu, dia masih dapat mencari makan dengan selamat. Mungkin sekali kepandaiannya memainkan pedang disegani orang-orang yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ingin mencari muka. Namun apapun juga alasannya, keselamatan Ken Rudati tinggal menunggu waktu saja. Sekarang timbul pertanyaan. Benarkah dia anak seorang tukang gendang pencak " Memang seorang tukang gendang pencak pun bisa mempunyai seorang anak secantik Ken Rudati. Akan tetapi kecantikan Ken Rudati terlalu istimewa dan agung bagi seorang tukang gendang pencak. Sebab peribadinya terlalu menyolok. Sebaliknya tiada seorangpun dapat menjawab dengan benar, dia anak siapa" Keterangannya sumrawut alias simpang-siur. Ia hanya diketahui orang sewaktu berumur duabelas tahun mendaki Gunung Merbabu seorang diri. Kenapa" Inipun tidak jelas. Seorang pendeta bernama Tundung Kasihan menemukan Ken Rudati menelungkup di atas tanah karena kecapaian. Memang Ken Rudati sudah dua hari dua malam mendaki gunung tanpa tujuan. Karena tenaganya masih kecil dan langkah kakinya pendek pula, ia berhenti beristirahat setiap belasan pal jauhnya. Hawa gunung makin lama makin dingin. Meskipun demikian, ia dapat mempertahankan diri dengan berlari-larian. Namun betapapun juga, ia masih terdiri dari darah dan daging walaupun usianya masih muda belia. Tak terasa ia kehabisan tenaga dan roboh dengan tak dikehendaki sendiri. Sewaktu menyenakkan mata ia merasa berada di dalam sebuah goa yang berhawa hangat nyaman. Goa itu cukup lebar dan luas. Ia melihat beberapa orang sedang bersemedi. Bukan mustahil mereka termasuk pertapa-pertapa yang mengasingkan diri semenjak jaman Sultan Agung. Rambut, misai dan jenggotnya putih bagaikan kapuk. Dandanan mereka terlalu sederhana. Boleh dikatakan hampir tidak mengenakan baju, selain sebuah sarung yang dibebatkan pada tubuhnya. Pada suatu sudut goa, Ken Rudati melihat http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ asap mengepul. Kiranya sebuah sumber api hangat yang meneteskan tetes air. "Aku berada di mana ?" ia berkomat-kamit. Ia heran bukan main, karena selama hidupnya belum pernah berada di dalam goa seaneh itu. Apalagi sebuah goa yang ditempati beberapa pertapa. Ia mencoba mengingat-ingat diri. Apa yang dapat diingatnya ia hanya merasa sangat lelah, lalu membanting diri dengan bermaksud beristirahat. Selagi mengingat-ingat demikian terdengar suara halus menegurnya : "Anak yang baik. Kau datang kemari karena diutus oleh Tuhan Yang Maha Agung. Sebab tidak sembarang orang dapat tiba di tempat ini. Barangkali sudah berjodoh engkau harus tinggal di sini untuk sementara waktu. Maka tenangkan dirimu !" Dengan pandang tak mengerti ia menatap wajah seorang pertapa yang beruban seluruh rambut, misai dan jenggotnya. Mungkin sekali sudah berusia lebih dari seratus tahun. Tapi wajahnya berkesan bening tanda hatinya suci. Dan kena pandang mata pertapa itu serta mendengar suaranya yang lembut penuh cinta-kasih, mendadak saja Ken Rudati menangis menggerung-gerung. Dan dengan penuh pengertian pertapa itu berkata : "Menangislah, anakku! Muntahkan semua rasa hatimu. Cucurkan air-matamu sepuas-puasmu. Di sini tiada yang akan mengganggumu." Memang pertapa-pertapa lainnya seperti sekumpulan manusia tuli. Sama sekali mereka tidak menghiraukan pekerti Ken Rudati yang sebenarnya sedang mengadukan nasibnya yang buruk. Ia meratapi keadaan dirinya sendiri. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apakah engkau sudah kehilangan orang tuamu ?"pertapa itu berkata lagi. Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ken Rudati tidak menjawab. Ia hanya menaikkan suara ratapnya. "Kalau begitu, biarlah aku menjadi ayahmu," ujar orang tua itu. Apakah engkau tidak mempunyai saudara sekandung ?" Kali ini Ken Rudati dapat menggelengkan kepalanya. Maka orang tua itu menunjukkan telunjuknya kepada para pertapa lainnya sambil berkata lembut : "Kalau begitu merekalah kakak-kakakmu. Nah, bukankah di sinipun engkau bertemu dengan keluargamu yang besar" Inilah kami semua." Ken Rudati hidup di tengah para pertapa dua tahun lamanya, sampai berumur empatbelas tahun. Itulah batas umur seorang dara yang sudah tidak boleh dianggap suci lagi. Maka Ken Rudati harus meninggalkan mereka. Tetapi dalam waktu dua tahun itu, setiap pertapa memberikan ilmu kepandaiannya kepada si gadis kecil. Dengan demikian, Ken Rudati sebenarnya termasuk seorang pendekar kecil yang tinggi ilmu kepandaiannya. Hanya saja, ia masih harus melatih setiap macam ilmu kepandaiannya sampai mendarah daging. Ini membutuhkan masa latihan belasan tahun lagi. Maka pada suatu hari pertapa Tundung Kasihan berkata : "Anakku, aku hanya dapat membekali sebatang pedang kepadamu. Pergilah mengadu nasib di tengah pergaulan manusia. Dengan kepandaianmu sekarang, setidak-tidak kau dapat menjaga diri." "Eyang," sahut Ken Rudati dengan berat hati. "Apakah aku dapat menggunakan pedang ini ?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Pedang ini termasuk pusaka yang keramat" Tundung Kasihan seakan akan tidak mendengarkan ucapan Ken Rudati. "Inilah pedang Sangga Bhuana yang semenjak dulu diperebutkan orang. Mula-mula yang membawa pedang seorang pendekar puteri bernama Diatri Kama Ratih. Kemudian beralih tangan kepada seorang pendekar besar Mojang Yudapati. (baca : Jalan Simpang di atas Bukit oleh pengarang yang sama). Setelah itu, pedang Sangga Bhuana mulai berpindah-pindah tangan. Darah membanjiri tanah Jawa dan tulang-tulang berserakan demi memperoleh pedang sakti ini. Sekarang kusertakan padamu seperti kerbau kembali ke kandangnya." "Kerbau kembali.ke kandang" Maksud eyang?" Ken Rudati tak mengerti." "Yang memiliki mula-mula seorang pendekar wanita, kini kuterimakan kepada seorang wanita pula. Bukankah artinya semacam kerbau balik kembali ke kandangnya" Maka aku mengharapkan kelak engkau menjadi seorang wanita seperkasa Diatri Kama Ratih. Dengan berbekal pedang ini, engkau dapat berguru kepada seorang pertapa sakti di atas Gunung Lawu. Nah, ingat-ingatlah pesan ini ! Dan dengan pedang ini pula, engkau tidak akan mudah dirobohkan orang. Nah, anakku pergilah dengan damai. Mudah-mudahan Tuhan membimbingmu ke jalan yang benar........" Ken Rudati membungkuk dengan hormat kemudian bersujud mencium telapak kaki pendeta Tundung Kasihan. Tetapi buru-buru Tundung Kasihan mengangkat kedua tangannya. Berkata : "Janganlah engkau menghormatiku begini berlebih-lebihan. Kau hanya kuperkenankan bersujud kepada Yang Satu. Itulah Tuhan Yang Maha Kuasa, anakku. Dan satu hal lagi yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ harus kau ingat-ingat ! Jangan, sekali-kali kau ceritakan kepada siapapun pertemuan kita ini. Lalu, jangan sekali-kali kau sebutkan nama pedang ini, selama kepandaianmu belum sempurna." Ken Rudati berjanji. Dengan wajah jernih pendeta Tundung Kasihan membimbing tangan Ken Rudati ke luar goa. Lalu berbisik : "Pejamkan kedua matamu !" Ken Rudati memejamkan kedua matanya. Tiba-tiba ia terkejut. Ia merasa tubuhnya seperti terbang melayang tanpa bobot. Kedua telinganya pengang oleh suara deru angin. Pada suatu saat, ia diayunkan dan jatuh dengan perlahan-lahan di atas tanah. Segera ia membuka kedua matanya. Dan pendeta Tundung Kasihan tiada lagi nampak di depan matanya. Dia lenyap dengan begitu saja seperti kesaktian malaikat. Untuk kedua kalinya, Ken Rudati tidak tahu dengan pasti di mana dia kini berada. Beberapa waktu lamanya ia bermenungmenung seorang diri. Lalu melanjutkan perjalanan tanpa tujuan. Tiba-tiba ia melihat sebuah bangunan kuna. Kebetulan, malah. Hari sudah mendekati Magrib. Ia bermaksud bermalam dalam bangunan kuna itu. Ternyata bangunan kuna itu ada penghuninya. Dia seorang pendeta pula yang mengaku bernama Dwijasangka. Melihat Ken Rudati membawa-bawa pedang Sanggabuwana, Dwijasangka terbelalak. Serunya : "Hai! Apakah engkau telah memperolehnya dari dia" Ah, anakku. Rejekimu besar. Sesungguhnya engkau sudah bertemu dengan seorang pendeta suci. Tahukah engkau, siapa dia " Dialah Tundung Kasihan. Artinya mengusir rasa iba. Tetapi nyatanya, engkau memperoleh pusaka ini daripadanya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Apalagi kalau bukan karena dia berkenan" Atau karena dia tahu, engkau berjodoh. Maka akupun wajib mewariskan empat jurus sakti kepadamu. Nah, tinggallah beberapa hari di sini." Ken Rudati benar-benar diajari empat jurus sakti, sehingga ia perlu tinggal bersama Dwijasangka tiga minggu lamanya. Setelah Dwijasangka puas, Ken Rudati di antarkan ke suatu tempat. "Sekarang berjalanlah engkau seorang diri. Engkau akan bertemu dengan seorang pendeta pula. Kaupun akan mewarisi beberapa jurus daripanya." "Mengapa begitu ?" "Itulah berkat pedang Sanggabuwana." Benar saja, Ken Rudati bertemu dengan seorang pendeta yang mengajarkan tiga jurus sakti. Setelah tammat, ia dipertemukan dengan seorang pendeta pula yang mengajarkan dua jurus sakti. Itu semua terjadi, berkat pendeta itu melihat pedang Sanggabuwana. "Anakku, panggillah aku Margadadi. Kau akan kuantarkan kepada seseorang. Dia hanya memiliki satu jurus ilmu sakti. Meskipun begitu, sifat dan sepak terjangnya sangat aneh. Kau harus belajar tunduk dan patuh kepadanya demi memperoleh jurusnya. Kalau tidak, jurus pedangmu belum lengkap." Ternyata orang yang dikatakan aneh itu pekerjaannya menjadi tukang gendang pencak. Dan semenjak hari itu, Ken Rudati menjadi anak-angkat si tukang gendang pencak yang mengaku bernama : Gujali. Ken Rudati harus ikut merantau ke mana Gujali mengadu nasib. "Perlihatkan dulu kebisaanmu," Gujali belum juga mewariskan satu jurus ilmu saktinya. Meskipun demikian, Ken http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rudati tetap sabar dan lambat-laun mengerti apa makna ucapan Gujali. Rupanya dia seperti Juru Periksa. Setiap kali Ken Rudati melakukan gerakan yang kurang tepat, selalu ia membetulkan dan menggerembengi. "Anak tolol ! Kalau belum becus melakukan jurus-jurusmu, jangan harap kau bisa memperoleh satu jurusku." Demikianlah, akhirnya Ken Rudati dibawa masuk ke Ibu Kerajaan. Raja Amangkurat baru saja wafat. Amangkurat Mas kemudian naik tahta. Dan pada saat itu, kecantikan Ken Rudati tumbuh dengan diam-diam. Banyak orang yang gandrung padanya. Akhirnya menjadi tutur kata orang. Dan tutur-kata orang itu sampai di pendengaran Pangeran Purbaya. Tetapi kecuali Pangeran Purbaya sebenarnya masih banyak lagi yang menaksir Ken Rudati. Di antara mereka adalah Pangeran Hangabehi. Pada hari itu, sang ayah angkat Gujali memberi kabar gembira. Katanya baru saja ia bertatap muka dengan orang pembesar. Ia mengaku menerima hadiah Pangeran Hangabehi. Kecuali menerima sebungkus lempeng emas, ia dijanjikan akan diangkat menjadi seorang bupati di wilayah barat. Ia kelihatan gembira bukan main. Ia bermaksud menghentikan acara-acara gendang pencaknya. Katanya kepada Ken Rudati: "Anak yang baik, mulai hari ini penghidupan kita sudah berubah." "Berubah bagaimana?" Ken Rudati tak mengerti. "Kau terpaksa harus bermain sendiri sebisa-bisamu. Aku sih, sudah tidak perlu mencari hidup dengan gendang pencak lagi," lalu ia memperlihatkan lempengan-lempengan emas di dalam bungkusannya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ken Rudati berdiri tegak bagaikan sebuah arca. Sekian tahun lamanya, ia menunggu satu jurus saktinya. Untuk itu ia bersedia hidup merantau menjadi pemain gendang pencak. Dan sekarang, sang ayah angkat sudah menjadi orang kaya. Benarkah dirinya harus tetap hidup sebagai pemain gendang pencak" Maka ia merasa sudah waktunya ia menanyakan kembali tentang jurus sakti itu. Katanya : "Ayah berjanji hendak mewariskan sejurus jurus sakti kepadaku. Kapan ?" Gujali menjawab dengan tertawa: "Anakku, pada saat ini aku belum mempunyai waktu. Aku harus membeli tanah dulu. Lalu mendirikan rumah yang nyaman. Lalu mengatur penghidupan. Kalau perlu menjadi petani pun boleh. Maka aku perlu mencari sawah-sawah subur dan mengatur pekerja-pekerjanya. Setelah semua terpenuhi, nah barulah kita bicarakan lagi soal itu." Sebenarnya Ken Rudati merasa tidak puas mendengarkan jawaban ayah angkatnya. Akan tetapi sang ayah pandai mengambil hati. Katanya : "Bermain gendang pencak itu hanya demi memahirkan jurus-jurusmu saja. Kaupun boleh ikut aku hidup mulia. Kau akan kubelikan semua keperluanmu. Pakaian yang kau kenakan harus layak dan pantas. Setelah itu, engkau akan kuantarkan ke istana yang kelak akan menjamin hidupmu." Kesan ucapan Gujali merasuk ke dalam kalbu Ken Rudati sebagai orang tua yang sayang dan menaruh perhatian kepadanya. Ia seperti mau mengerti, bahwa Gujali sesungguhnya bermaksud baik dan memikirkan hari depannya. Waktu itu mereka berdua berada di rumah sewa. Berbicara dari hati ke hati seperti layaknya orang tua dengan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ anaknya. Selagi demikian, tiba-tiba terdengar suara jendela terbuka. Seorang berkepala besar bertubuh pendek kecil, melompat masuk dengan membawa sebilah senjata tajam yang berkilauan. Langsung saja orang itu menyerang Gujali. Melihat munculnya orang yang berkesan aneh itu, Gujali terperanjat. Ia memekik setengah meratap : "Mati aku ! Rudati, tolong !" Ken Rudati sebenarnya terperanjat pula. Itulah peristiwa yang pertama kalinya keluarganya disateroni orang. Mula-mula ingin ia melihat apa yang akan dilakukan ayah angkatnya. Tentunya akan terpaksa mengeluarkan jurus saktinya. Ternyata tidak demikian. Orang tua itu benar-benar ketakutan. Seperti seorang anak melihat iblis. Menyaksikan hal itu, Ken Rudati tidak dapat menjadi penonton lagi. Begitu orang itu menggerakkan senjatanya, Ken Rudati menendangkan kakinya. Itulah salah satu gerakan kaki yang sering dilakukan di dalam jurus-jurusnya. Di luar dugaan, hebat akibatnya. Kena tertendang kaki Ken Rudati, Orang itu terpental dan menggelinding tak ubah sebuah bola. "Rudati ! Kau sudah tertipu sekian tahun lamanya. Mengapa masih sudi membelanya ?" bentak orang itu dengan bangun tertatih-tatih. "Tertipu apa ?" Ken Rudati membalas membentak. "Bukankah engkau mengharapkan satu jurus saktinya?" Dada Ken Rudati seperti terpukul. Ia tercengang, cemas dan terkejut. Tentang hal itu adalah rahasia peribadinya. Rahasia peribadi yang hanya diketahui oleh pendeta Margadadi dan Gujali seorang. Kenapa orang itu seperti memahami" Apakah pendeta Margadadi yang justru membocorkan rahasia itu " http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tentu saja hal itu tidak dapat terpecahkan dalam waktu sedetik dua detik. Ia hanya sempat terlongong-longong. Dan pada saat itu orang berkepala besar berkata lagi : "Rudati! Aku bernama Surengrana. Ingat-ingatlah nama itu! Aku tahu sejarah hidupmu. Paling tidak sebagian. Meskipun demikian, bagian yang penting. Maka aku tahu apa sebab engkau mengikuti cara hidup orang itu. Engkau tertipu ! Kau Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dilagui. Maka bantulah aku merangket penipu itu." Ken Rudati masih belum pandai menjawab. Tetapi ia memperoleh kesempatan untuk mendengarkan kata-kata Surengrana. Pelahan-lahan, rasa bimbangnya surut. Ia melompat menyambar pedangnya dan dihunusnya dengan sekali tarik. Belum lagi ia sempat membuka mulutnya, Gujali yang berada di belakangnya berkata menyahut : "Rudati, orang ini pengacau. Dia mengaku tahu sejarah hidupmu. Kau percaya " Dialah justru musuhku. Bunuhlah dia !" Pedang Sanggabuwana sudah terhunus. Perbawanya luar biasa. Tidak hanya tiba-tiba bersinar cerah memecahkan keredupan malam hari saja, akan tetapi menyebarkan hawa dingin pula. Sewaktu Ken Rudati hendak menggerakkan pedangnya, sesosok bayangan melesat masuk dan langsung menempel pedang Sanggabuwana. Melihat bayangan yang melesat bagitu cepat, itu, Gujali seperti ketakutan. Dia mundur ke sudut ruang. Ken Rudati sendiri, mundur dua langkah. Sebab orang yang menempel pedangnya memiliki tenaga sakti yang kuat. Dan menyaksikan Ken Rudati mundur dua langkah, orang itu lantas memandang enteng lawannya. Dengan tertawa panjang, dia berkata : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Rudati! Kami tau, kau belum bisa menilai baik-buruknya orang. Tetapi kami datang untuk menolong dirimu. Selama ini engkau menjadi sapi perahan orang yang kau anggap menjadi ayah-angkatmu. Sekarang ayah-angkatmu menerima hadiah dari orang yang bisa mengambil hati raja. Tidak lama lagi, ayah-angkatmu pasti akan diangkat menjadi pejabat. Sebaliknya diapun berkewajiban membalas jasa itu. Apalagi yang akan dilakukan kalau bukan mempersembahkan kecantikanmu kepada raja yang doyan perempuan ?" Kata-kata demikian, bagi Ken Rudati masih asing sekali. Dia menjadi tersinggung sekali. Terus saja ia mengerahkan tenaga saktinya dan mementalkan senjata lawan yang menempel pedangnya. Karena ilmu sakti yang dimiliki merupakan ilmu sakti terpilih pada jaman itu, dengan mudah ia dapat membebaskan pedangnya. Terus saja ia balik menyerang dengan pedang Sanggabuana yang tajam luar biasa. Inilah berada di luar dugaan orang itu. Gugup ia mencoba menempelkan senjatanya lagi. Akan tetapi kali ini Ken Rudati tidak sudi kena ditempel lawan. Gesit luar biasa ia melesat ke samping dan balik menyerang. Keruan saja orang itu kaget bukan kepalang. Mengandal kepada tenaga saktinya ia mencoba mengadu senjata. Dengan suara memekakkan telinga kedua senjata itu beradu. Akibatnya terlalu hebat. Senjata orang itu tidak hanya patah menjadi tiga bagian, akan tetapi tenaga sakti Ken Rudati sempat merayap menghantam pergelangan tangan pula. Orang itu memekik kesakitan, sambil menghantamkan sisa senjatanya. Ken Rudati terpaksa mengendapkan tubuhnya sambil menghantamkan pedangnya. Sewaktu ia berputar balik menghadap kedudukan lawan, tiga orang tiba-tiba sudah berada di dalam ruang rumah. Dengan begitu, ruang gerak jadi terbatas. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Inilah bahaya," pikir Ken Rudati di dalam hati. Dasar masih muda ia makin geram terhadap lawannya. Bentaknya : "Kalian mengaku hendak berbuat baik terhadapku. Nyatanya, kalian membawa teman banyak. Artinya kalian sudah merencanakan jauh-jauh hari. Mari kulayani kehendak kalian. Kalian sekumpulan manusia jahat. Maka jangan salahkan, bila aku akan melabrakmu benar-benar." Setelah membentak demikian, dengan menendang dinding rumah Ken Rudati melesat ke luar halaman. Di sinipun sudah menunggu dua orang lagi. Dengan begitu, jumlah mereka tujuh orang. Tetapi Ken Rudati tidak takut. Selain enam jurus sakti sesungguhnya ia memiliki beraneka ragam jurus. Perbawanya bukan main hebatnya. Setiap gerakan pedangnya menggenggam tipu-tipu yang susah ditebak. Dalam beberapa gebrakan saja ketujuh orang yang mengerubutnya, pelahanlahan mengundurkan . diri. Namun gempuran-gempurannya tidak kendor. Mereka bergerak ke arah tertentu. Jelas maksudnya, Ken Rudati dipancing ke suatu tempat. Karena betapaun juga usia Ken Rudati masih muda belia, lagipula belum memiliki pengalaman, ia mirip seekor lembu yang kena tuntun. Dan yang aneh, sang ayah angkat Gujali yang semenjak tadi ketakutan, ikut pula mengikuti dari jarak tertentu. Sekali-kali ia berseru memberi semangat kepada Ken Rudati: "Anakku ! Jangan ragu-ragu. Mereka gerombolan penjahat. Bunuh saja !" Kalau saja Ken Rudati sempat berpikir sejenak tentunya akan timbul rasa herannya. Apa sebab tidak bersembunyi atau melarikan diri dari ancaman orang" Malahan ikut-ikutan memburu ketujuh musuhnya yang mundur teratur menuju ke tengah lapangan terbuka. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hai anak tidak tahu disayang. Hayo, kini kita bisa bertempur dengan bebas !" teriak Surengrana yang sudah menggenggam sebilah senjata. Itulah sebilah pedang pendek yang tebal. Dia masih yakin, tenaganya akan dapat menindas tenaga Ken Rudati. Karena itu, ia kini membawa pedang pendek tebal. Katanya lagi, "Di sini kita tidak usah takut didengar orang." Ken Rudati sudah gemas semenjak tadi. Tanpa berbicara lagi, terus saja ia menyerang. Dia sudah sempat melancarkan jurus-jurus ilmu saktinya selama lima tahun. Tetapi baru kali ini, ia pergunakan menempur lawan dengan sungguhsungguh. Meskipun belum pernah ia menggabungkan enam jurus saktinya menjadi satu kesatuan, ternyata dia nampak mahir sekali. Tidak usah dijelaskan. Itu semua berkat ia memiliki otak yang cerdas. Selain berotak cerdas, sebenarnya didukung oleh bermacam-macam kepandaian warisan para pertapa selama dua tahun. Karena itu, lawan-lawannya tidak segera mengenal kapan Ken Rudati menggunakan jurus saktinya yang berjumlah enam jurus. Ketujuh orang yang memusuhinya segera menyerang pula dengan bergantian. Rupanya kerja-sama mereka sudah terlatih belasan tahun lamanya. Meskipun Ken Rudati memiliki beraneka jurus sakti yang susah diduga, untuk sementara ia sempat dibuat bingung. Namun lambat laun, ia bisa menguasai diri. Sekarang ia tidak membiarkan dirinya terseret rasa gemasnya. Sebaliknya bisa berkelahi dengan tenang dan mantap. Tetapi berkelahi dengan cara demikian ada pula ruginya. Karena musuhnya bisa maju bergantian, lambat-laun tenaganya bisa terkuras habis. Mulailah ia. berpikir bagaimana cara merobohkan mereka. Sementara itu, Gujali tiada hentihentinya berseru-seru : "Bunuh mereka ! Bunuh !" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ayah-angkatnya itu hanya pandai menyerukan satu kalimat saja. Bunuh mereka ! Bunuh ! Pikir Ken Rudati di dalam hati : "Ayah, aku memang ingin membunuh mereka. Soalnya bagaimana aku dapat membunuhnya. Setiap kuserang, seorang mundur dan digantikan dengan dua orang. Bila dua orang itu kurabu sekaligus, mereka mundur dengan cepat dan tiba-tiba empat orang balik menyerang dari empat penjuru. Bila kuserang dan kubalas dengan cepat, tiga orang lagi datang mengepung." "Bunuh! Bunuh !" lagi lagi Gujali berseru-seru bergelora. Tiba-tiba suatu perasaan aneh merayap dalam diri Ken Rudati. Lengking suaranya tidak hanya mengandung anjuran semata, tetapi seakan-akan memberi petunjuk. Jangan-jangan itulah jurus saktinya yang hanya berjumlah satu. Seumpama benar, lalu apa yang dimaksudkan dengan istilah bunuh" Apakah suatu anjuran termasuk suatu jurus" Memperoleh pikiran demikian ia sempat tertawa geli di dalam hati. Mendadak suatu ingatan berkelebat di dalam benaknya. Pikirnya di dalam hati: "Ah ya ... bukankah aku memiliki sebilah pedang pusaka " Jangan-jangan ayah bermaksud menganjurkan diriku menggunakan ketajaman dan makna pedangku. Menggunakan pedang dengan maksud membunuh, bukankah berarti menyerang terus-menerus" Tetapi dengan begitu aku harus mengadu kegesitanku. Baiklah senyampang tenagaku belum berkurang, apa jeleknya kalau kucoba." Setelah memperoleh keputusan demikian, ia menguatkan hatinya. Terus saja ia memekik tinggi dan mulai menyerang dengan dahsyat. Ia tidak memperdulikan senjata lawan-lawannya. Bukankah pedang Sanggabuana dapat diandalkannya bila sampai berbenturan" Karena yakin akan kehebatan pedang pusaka Sanggabuana, Ken Rudati berkelahi seperti orang kalap. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pedangnya menyambar-nyambar ke sana ke mari tak ubah kejapan kilat. Ia memperlihatkan kegesitannya. Dan benar saja. Diserang dengan cara demikian, pagar pertahanan tujuh orang itu kacau dan rusak. Mereka tidak berani mengadu senjata, mengingat ketajaman pedang Sanggabuana. Berusaha menempel mengadu tenaga, tidak mendapat kesempatan pula. Akhirnya seperti saling berjanji mereka meloncat mundur. Dan pada saat itu, terdengar Gujali tertawa terbahak-bahak. Lalu berseru : "Sudah, sudah! Anakku, apakah engkau benar-benar hendak membunuh mereka ?" Ken Rudati menghentikan serangannya dengan wajah tak mengerti. Iapun terheran-heran melihat perubahan sikap Gujali. Dia tadi berkata, mereka bertujuh adalah musuhmusuhnya dan harus dibunuh. Kini tiba-tiba ia mengurungkan niatnya. Malahan pada saat berikutnya dia melambaikan tangannya kepada mereka agar mendekat. "Mari, mari kuperkenalkan !" katanya. "Ayah! Sebenarnya apa yang sudah terjadi ?" Ken Rudati minta penjelasan. Gujali tertawa riuh. Menjawab di antara suara tertawanya : "Mereka paman-pamanmu. Apakah engkau sampai hati hendak membunuh mereka ?" Ken Rudati benar-benar tidak mengerti. Ia merasa bingung sendiri, karena tidak tahu ujung pangkalnya. Untung, mereka bertujuh yang sebentar tadi bersikap memusuhi, mendadak sontak bersikap ramah sekali. Kata mereka hampir berbareng : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Rudati, kami bertujuh adalah adik ayah angkatmu. Kakang Gujali, jangan biarkan anakmu termangu-mangu. Hayo terangkan yang jelas !" Gujali memang mempunyai pengucapan sendiri dalam hidupnya. Ia mempunyai cara sendiri menentukan sikap. Setelah tertawa panjang pendek seperti orang gendeng, baru ia berkata : "Rudati, itulah ilmu jurusku yang hanya satu. Kau sudah kami nyatakan lulus." Tentu saja pernyataan itu tidak memuaskan hati Ken Rudati. Selagi hendak menegas, Gujali berkata lagi: "Makna sejurus itu mewajibkan aku mengawasimu dan membimbingmu Sampai dapat melakukan semua jurus-jurus warisan para pertapa. Setelah kulihat kau bisa melakukan dengan baik, ingin aku melihat pula bagaimana caramu mengadakan perlawanan bila engkau dipaksa bertempur sungguh-sungguh. Ternyata otakmu cerdas. Kau bisa menangkap yang tersirat di balik ucapankau. Kau dapat menggunakan pedang pusakamu yang tiada bandingnya di jagat raya ini. Kau ingat-ingatlah hal itu !" Sampai di sini Ken Rudati merasa seperti mengerti. Akan tetapi Gujali kembali lagi berkata nerocos : "Dan mereka semua itu adalah adik-adik seperguruanku. Itulah sebabnya mereka mengenal siapa dirimu. Surengrana bahkan berlagak mengaku tahu sejarah hidupmu. Untuk itu semua, maafkan paman-pamanmu. Mereka mengemban tugas atas kehendakku. Inipun kulakukan demi hari depanmu. Sekarang tidak perlu lagi, engkau hidup sebagai seorang pemain gendang pencak. Ayahmu sudah menyediakan bekal hidupmu. Bekal hidupmu sebagai seorang pendekar. Aku http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yakin, dalam jagat raya ini jarang yang bisa menandingi kepandaianmu. Percayalah !" "Apakah bekal hidupku itu dari hadiah ..........." "Tidak, tidak, tidak! Sama sekali tidak." Gujali menimpali pertanyaan Ken Rudati. "Ini semua harta benda guru-gurumu yang kini hidup sebagai pertapa dan aku diwajibkan untuk menjaganya sampai bertemu dengan pewaris pedang Sanggabuana yang tepat. Itulah dirimu. Nah, terimalah ! Tetapi kau dengarkan dulu kata-kataku ini." Gujali menekankan ucapannya yang terakhir. "Kau lahir dalam jaman yang tidak menguntungkan. Negeri dalam keadaan kacaubalau terus-menerus. Mula-mula tahta kerajaan roboh oleh serbuan Adipati Trunajaya dari Madura. Lalu Amangkurat Amral naik tahta. Lalu datanglah Untung Surapati yang kini berada di Jawa Timur. Dia Adipati Wiranegara yang memerintah wilayah Pasuruan dan sekitarnya. Setelah Amangkurat Amral wafat, naiklah raja yang kurang waras. Dia lah yang kita sebut dengan nama Amangkurat Mas. Meskipun kurang waras, betapa juga dia adalah raja yang syah. Maka jagalah mulutmu. Tetapi akibat dari tindakan raja yang kurang waras, terjadilah debat dan fitnah di antara para Pangeran. Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mereka terpecah menjadi tiga bagian. Yang sebagian tetap setia kepada raja. Yang kedua menentang raja dengan diamdiam. Dan yang ketiga bersikap menunggu. Sekarang apa yang akan kau lakukan" Hidup ini anakku, memaksa kita untuk memilih. Memihak atau tidak memihak raja, artinya sudah memilih. Bahkan tidak ikut-ikutan pun sudah berarti memilih. Karena itu, anakku, kau harus menjadi seorang pendekar yang bijaksana." Baru sampai di situ sekalian saudara-seperguruan Gujali berseru hampir berbareng : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hai ! Jangan nerocos terus-terusan. Masakan kita tidak diperkenalkan" Jelek-jelek kita kan punya nama " Gujali berlagak terkejut. Kemudian tertawa panjang. Setelah itu memperkenalkan sekalian adik seperguruannya seorang demi seorang. Dimulai dari Surengrana, Koripan, Emprit, Suragimin, Wesi A ji, Panuluh dan Banyak Seta. Ternyata orang yang berkepala gede justru bernama Emprit. Padahal emprit ialah burung pipit. "Prit, bagaimana sekarang" Kau puas atau belum?" tegur Gujali. "Perkara apa ?" "Kau mempunyai seorang kemenakan begini hebat. Apakah tidak ikut bangga ?" "Justru ini, kakang Gujali harus membawa kami semua minum arak sepuas-puasnya." Dan usul Emprit didukung oleh sekalian saudaraseperguruannya. Rupanya pergaulan mereka antar sesamaperguruan bebas dan terbuka. Mereka saling hormat dan tiada yang bersikap mengangkat kepala terlalu tinggi. Gujali lantas saja tertawa terbahak-bahak. Menyahut : "Perkara itu mudah diatur. Mari kita rayakan pertemuan kita ini! Coba, kalau saja kita tidak mempunyai seorang kemenakan, belum tentu kita bisa bertemu dua-puluh tahun lagi." Gujali lalu mendahului memutar badannya menuju ke rumah sewaannya. Ketujuh saudara-seperguruannya kini tidak hanya bersikap ramah terhadap Ken Rudati, tetapi sayang pula. Dengan berbareng mereka mengerumuni dan sebaliknya Ken Rudati menyapa mereka sebagai paman gurunya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Surengrana, Koripan, Suragimin, Wesi Aji, Panuluh, Banyak Seta dan Emprit tertawa puas. Sebaliknya hati Ken Rudati mendadak saja menjadi terharu. Ken Rudati hidup seorang diri semenjak berumur 12 tahun. Dengan cepat ia merasakan suatu kehangatan itu. Tidak dikehendaki sendiri, kelopak matanya basah. Barangkali pada saat itu, teringatlah dia kepada kedua orang tuanya yang tidak keruan rimbanya. Memang, apakah kedua orang tua Ken Rudati pada saat itu masih hidup atau sudah mati, hanya Ken Rudati seorang yang tahu. Sayang, ia tidak pernah membuka mulut tentang siapa orang tuanya kepada siapapun, sehingga sejarah tidak dapat mencatat dirinya sebagai puteri siapa. Anehnya, semenjak pendeta Tundung Kasihan, Dwijasangka, Margadadi sampai kepada Gujali dan ketujuh saudaraseperguruannya, tiada menanyakan siapakah sebenarnya Ken Rudati. Mereka bersikap merasa tidak aneh, bila Ken Rudati tiba-tiba berada di antaranya sebagai kemenakan-muridnya. Demikianlah, mereka mengadakan pesta kecil-kecilan di pondok Gujali. Mereka minum arak dengan gembira. Tetapi selagi demikian, tahu-tahu pondok Gujali sudah terkepung laskar negeri. Sebab pertempuran mereka tadi sempat menarik perhatian orang-orang kampung yang segera lapor kepada hamba negeri. Sekarang datanglah sepuluh orang laskar Amangkurat Mas yang dipimpin manggala (baca: perwira) Sudira. Sebenarnya, kalau mau, sepuluh laskar itu bukan berarti banyak bagi Gujali dan tujuh saudaraseperguruannya. Apalagi bila ditambah dengan Ken Rudati sudah berjumlah sembilan orang. Dengan sekali menggerakkan senjatanya masing-massing, sepuluh laskar itu akan tertumpas dalam satu gebrakan saja. Akan tetapi Gujali tidak menghendaki begitu. Ia tidak mau berurusan dengan laskar negeri. Karena hal itu akan berakibat panjang. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apa yang harus kita lakukan ?" Emprit minta ketegasan Gujali dengan setengah berbisik. "Biarlah kita menaati kehendak mereka." sahut Gujali. "Kita katakan saja, kita lagi berlatih untuk memahirkan satu pertunjukan. Kenyataannya, bukankah kalian sedang melatih anak kita ?" Alasan Gujali memantapkan hati mereka. Karena Rudati ikut serta dengan menutup mulut. Di dalam hati ingin ia mengetahui apa yang akan diperbuat laskar Kerajaan itu. Tetapi sebenarnya Gujali dan sekalian paman gurunya berpikir begitu juga. Mereka semua merasa tidak berbuat salah. Alasan sedang berlatih sangat masuk akal, mengingat Gujali dikenal umum sebagai tukang gendang pencak yang mengadakan pertunjukan keliling hampir setiap hari ke seluruh wilayah Ibukota Kerajaan. Jadi, semuanya akan beres. Gujali dan tujuh saudara-seperguruannya terkenal berkepandaian tinggi semenjak jaman mudanya. Mereka bersatu-padu dan gemar menolong orang. Karena itu, mereka dihormati orang. Belum pernah sesekali juga berurusan dengan pihak penguasa. Bahkan berkat pengalamannya, pihak penguasa sering minta uluran tangannya. Akan tetapi kali ini, mereka salah duga. Memang, pihak penguasa tidak menyusahkan mereka berdelapan. Sebaliknya arah pertanyaannya berkisar masalah Ken Rudati. "Begini." ujar Ranumanggala komandan laskar keamanan kota. "Membawa-bawa seorang gadis dan dipertontonkan di hadapan orang banyak bisa mengganggu ketertiban umum. Karena itu, masalah Rudati harus kami ajukan kepada atasan." Gujali terheran-heran mendengar alasan Ranumanggala. Katanya menegas : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sudah lima tahun Rudati ikut Gujali. Selama itu, tidak pernah kami menemukan peristiwa yang tidak kami harapkan. Masakan mengganggu ketertiban umum" Sebenarnya apa maksud tuan ?" Ranumanggala perlu mengesankan kewibawaannya. Dengan angker ia menjawab : "Inilah pertanyaan paling bodoh yang pernah kudengar. Kau mengerti apa arti umum ?" "Bukankah masyarakat ?" "Bagus ! Ternyata engkau mengerti akan makna umum. Sekarang jawab, masarakat milik siapa " Bukankah milik raja " Nah, apakah beradanya Rudati sudah kau laporkan kepada raja" Kalau belum, apa namanya kalau bukan mengganggu ketertiban umum ?" Gujali tersenyum pahit. Dalam hati ia mendongkol bukan main. Seketika itu juga, tahulah ia kemana arah ucapan perwira Ranumanggala. Kalau Rudati sampai kena dilihat raja yang terkenal doyan perempuan, sudah dapat ditebak sembilan bagian akibatnya. Tetapi berhadapan dengan penguasa ia harus pandai membawa diri. Maka segera ia membungkuk untuk menyembunyikan perubahan wajahnya. Sahutnya dengan nada mengalah : "Ah ya, tuan benar." Dan mendengar pembenaran Gujali, Ranumanggala tertawa terbahak-bahak. Hatinya puas luar biasa. Di dalam benaknya sudah terpeta hadiah apa yang bakal diterimanya setelah ia mempersembahkan Rudati yang cantik jelita kepada rajanya. Maka dengan suara bergembira dan setengah berterima-kasih ia berkata kepada Gujali: http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bagus, bagus! Maka pergilah kalian ke luar kota sebelum matahari terbit." "Terima kasih, tuan. Tetapi mohon berilah kami kesempatan untuk berpamitan dengan anak-asuh kami." Ranumanggala mempertimbangkan permohonan Gujali dengan mengurut-urut dagunya. Akhirnya ia mengangguk mengijinkan. Dan kesempatan itu dipergunakan Gujali mengisiki Ken Rudati, sementara ketujuh saudara seperguruannya berpamit dengan suara nyaring dengan maksud menutupi pendengaran Ranumanggala dan sekalian bintara yang hadir dalam markas itu. "Anakku jangan takut! Aku akan balik kembali sebelum matahari terbit. Sementara itu jagalah dirimu ! Kalau perlu gunakan pedang pusakamu. Sekalian pamanmu akan mengatur kepergianmu." bisik Gujali. Dengan berbareng Gujali bertujuh ke luar dari Markas.. Begitu tiba di luar segera mereka berunding. Sebenarnya kalau hanya membawa lari Ken Rudati dari Markas Laskar Kerajaan, bukan merupakan suatu masalah yang sulit. Akan tetapi Gujali mempunyai pandangan yang jauh. Ia tahu, sudah lama para Nayaka dan Pembesar-pembesar Negeri menaruh dendam terhadap rajanya. Hanya saja mereka segan untuk menyalakan api pemberontakan. Maka sebagai pelampiasan, mereka bersikap bermusuhan dengan kaki-tangan raja. Karena itu, Gujali bermaksud mengadu kepada Pangeran Purbaya. Ia yakin, Pangeran Purbaya masih mempunyai pengaruh besar terhadap laskar Kerajaan. Dan kalau Pangeran Purbaya sampai bertindak keras, kedudukan raja terancam. Sebab dia bakal dibantu para pangeran dan nayaka. Di antaranya Pangeran Puger yang selama ini bersikap tidak terang-terangan. Dan manakala para pangeran sampai menyalakan api http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pertempuran, rakyat akan berada di pihak mereka. Sebab sudah cukup lama, tindak bijaksana Amangkurat Mas dianggap merugikan rakyat. Apalagi mengenai pajak dan kelakuan raja yang doyan main perempuan. Ketenteraman dan kesejahteraan keluarga terancam langsung. Seringkali terdengar suatu peristiwa. Raja tiba-tiba mengambil isteri siapapun yang dikehendaki. Sudah barang tentu peristiwa demikian cepat menjalar ke seluruh negeri bagaikan padang alang-alang tersulut api. Dan biasanya berita yang ditebarkan dari mulut ke mulut, makin lama makin diperbesar dan dipergawat. Bisa dimengerti, betapa penduduk yang berkeluarga hidup dalam keresahan dan kebencian. Pangeran Purbaya benar-benar terkejut mendengar peristiwa penahanan Ken Rudati tanpa alasan yang jelas. Terus saja ia memerintahkan perwira istana memeriksa peristiwa yang dilaporkan itu ke Markas Laskar Kerajaan. Ternyata Ken Rudati sudah dibawa menghadap Pangeran Hangabehi yang berpihak pada raja. "Kalau begitu, harus aku sendiri yang datang." Pangeran Purbaya memutuskan. Gujali dan ketujuh saudara-seperguruannya ikut serta mengiringkan Pangeran Purbaya mengunjungi istana Pangeran Hangabehi. Sepanjang jalan, Gujali dan sekalian saudaraseperguruannya sudah memutuskan hendak merebut Ken Rudati dengan kekerasan. Tetapi di luar dugaan, Ken Rudati ternyata kerasan berada di istana Pangeran Hangabehi. Ia ditemani oleh putera Pangeran Hangabehi yang bernama R.M. Kartanadi. Mereka berdua nampak akrab dan berbicara dengan semangat, meskipun sudah melalui larut malam. "Eh, sebenarnya apa yang sudah terjadi ?" bisik Emrpit setengah menggerutu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Gujali tidak segera menjawab. Ia mengamat-amati mereka berdua, sementara Pangeran Purbaya dipersilahkan oleh putera-putera Pangeran Hangabehi Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang menyambut kedatangannya dengan hormat sekali. Memang dalam hal tingkatan, kedudukan Pangeran Purbaya jauh berada di atasnya. Bahkan Pangeran Hangabehi menyebut paman terhadap Pangeran Purbaya. Sebab makna Purbaya itu sendiri berarti putera raja terdahulu yang tertua. Pangeran Purbaya pun memegang pucuk pimpinan Laskar Kerajaan. R.M. Kartanadi-pun segera berdiri dari tempat duduknya ikut menyambut kedatangan Pangeran Purbaya. Ia seorang pemuda berusia kira-kira duapuluh empat tahun. Wajahnya cakap dan perawakan tubuhnya tegap sehingga memiliki peribadi yang mengesankan. Melihat R.M. Kartanadi, entah apa sebabnya, Gujali menaruh simpati. "Apakah dia termasuk salah seorang putera Pangeran Hangabehi ?" ia berteka-teki di dalam hati. Teka-teki itu cepat sekali memperoleh jawabannya, karena dengan tiba-tiba Pangeran Purbaya menegur pemuda itu. "Kartanadi, di mana ayahmu" Aku ingin berbicara dengan ayahmu." Dengan takzim, R.M. Kartanadi bersembah. Lalu menjawab : "Biarlah kujemputnya." "Kakang, apakah kau tidak mendengar pertanyaanku?" Emprit menegas kepada Gujali. "Anak-angkatmu tidak beranjak dari tempatnya meskipun melihat kedatangan kita. Bagaimana pendapat kakang ?" Gujali tersenyum lebar. Menjawab dengan berbisik : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku sendiri baru bisa menjawab sebagian." "Sebagian bagaimana ?" Emprit terkejut. Pendekar yang berwatak berangasan itu tidak mengira akan memperoleh bunyi jawaban demikian. "Mari kita duduk di teritisan pendapa." ajak Gujali. Mereka berdelapan kemudian duduk di teritisan pendapa. Meskipun di kediaman Pangeran Hangabehi terdapat belasan punggawa, namun mereka tidak begitu memperhatikan Gujali berdelapan. Mungkin sekali mereka berdelapan dikiranya rombongan abdi-dalem (baca: hamba) yang mengiringkan majikannya. Pakaian yang dikenakanpun adalah pakaian biasa. Artinya bukan pakaian seragam atau pakaian yang dikenakan seorang punggawa Kerajaan. Karena itu, mereka bisa berkumpul dan berbicara dengan bebas. "Apakah kalian bisa menebak apa sebab Pangeran Purbaya berkenan datang sendiri, semata-mata hanya untuk mengurus Rudati ?" "Ah, ya." mereka seperti diingatkan. Dan diam-diam timbul rasa herannya. "Ya, kenapa ?" Gujali tersenyum lebar penuh kemenangan. Sahutnya : "Akupun baru sadar. Kalau begitu, Pangeran Purbaya sudah menaruh perhatian terhadap Rudati semenjak lama." "Dalam hal apa ?" "Nah, hal ini masih gelap. Tetapi bukan mustahil karena orang-orangnya tentunya pernah menyaksikan kepandaian Rudati memainkan pedang. Bila dugaanku ini benar, berarti Pangeran Purbaya sedang mengumpulkan orang-orang pandai untuk menyusun kekuatan perlawanan terhadap raja." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Emprit, Surengrana dan saudara-saudara seperguruannya yang lain memanggut-manggut. Agaknya mereka bertujuh sudah semenjak lama takluk pada pendapat Gujali. Beberapa waktu lamanya, mereka berdiam diri dengan pikirannya masing-masing. Tiba-tiba Banyak Seta nyeletuk : "Kalau begitu, Pangeran Hangabehi mempunyai maksud yang sama pula." "Belum tentu." jawab Gujali dengan suara tegas meskipun diucapkan dengan setengah berbisik. "Pangeran Hangabehi adalah kaki-tangan raja. Aku khawatir, Rudati justru akan dijadikan semacam upeti. Tetapi melihat keakraban salah seorang putera Pangeran Hangabehi kepada Rudati, mudahmudahan semuanya akan jadi berubah." "Berubah bagaimana ?" "Ini hanya doaku. Mudah-mudahan Raden Mas Kartanadi jatuh hati terhadap Rudati. Kalau benar, eh maksudku kalau doaku terkabul, tentunya pemuda itu tidak bakal mempersembahkan Rudati kepada raja. Artinya, Rudati akan aman dan bukan mustahil bisa hidup sebagai keluarga istana.............." "Ah belum tentu !" bantah Emprit. "Belum tentu bagaimana ?" Gujali membalas bertanya. "Kalau raja pada suatu kali melihat kehadirannya, Rudati bisa dibawa orang ke istana. Menurut kabar, raja gemar merampas isteri orang." Gujali menatap wajah Emprit dengan prihatin. Sesaat kemudian ia menghela nafas. Lalu menyahut seperti orang berputus asa. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kalau sampai terjadi begitu, pada waktu itu sudah bukan urusan kita lagi. Kewajiban kita hanyalah mewariskan satu jurus sakti kepadanya. Dan hal itu sudah kita lakukan. Bumi dan langit saksinya." Mereka mengangguk membenarkan. Memang tugas mereka sudah selesai. Malahan semenjak mereka mengadakan pesta kecil-kecilan itu sudah berarti sebagai upacara perpisahan. Hanya saja, karena Ken Rudati diperkirakan akan terancam bahaya, mereka merasa masih wajib mengulurkan tangan. "Mudah-mudahan anak kita bernasib baik." ujar Suragimin. "Dalam hal ilmu kepandaian, kurasa anak kita Rudati susah memperoleh tandingnya. Akan tetapi dalam hal mengenal manusia, dia harus belajar lebih jauh. Dia perlu mendapat pengalaman sendiri." "Betul." sahut Emprit. Meskipun berangasan, ternyata dia berperasaan halus. Dia baru berkenalan dan bertatap muka beberapa jam yang lalu. Namun entah apa sebabnya, ia sangat sayang padanya. Tetapi tatkala hendak mengeluarkan isi hatinya, terdengar suara Pangeran Purbaya yang merasa tidak puas terhadap Pangeran Hangabehi. Tentu saja Pangeran Hangabehi tidak mau mengalah. Diapun mempunyai alasannya sendiri. Dengan demikian mereka berbicara amat seru. Namun betapapun juga, tingkatan Pangeran Purbaya berada di atas Pangeran Hangabehi. Dialah yang memegang pucuk pimpinan tentara Kerajaan. Maka atas perintahnya, Ken Rudati kini berada dalam perlindungannya. Raden Mas Kartanadi kemudian menghampiri Ken Rudati dan berkata dengan manisnya : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Rudati, jangan gelisah. Aku akan selalu datang mengunjungimu." Ken Rudati tidak menjawab. Dia hanya mengangguk. Namun wajahnya nampak berseri serintasan. Dan kesan wajah itu tidak luput dari pengamatan Gujali dan sekalian saudaranya. Mereka berdelapan nampak lega. Sebab apa yang diharapkan Gujali bertambah kuat. Ken Rudati tidak hanya akan bersedia menerima cintanya Raden Mas Kartanadi saja, tetapi berada dalam perlindungan Pangeran Purbaya pula. Keamanannya lebih terjamin. Memang pertemuan antara Ken Rudati dan Raden Mas Kartanadi makin erat setelah bergaul selama dua bulan. Pangeran Purbaya membiarkan mereka berdua bergaul dengan bebas. Sebagai seorang Panglima ia berharap mengetahui kedudukan Pangeran Hangabehi lebih jelas melalui mulut Raden Mas Kartanadi. Sebab akhir-akhir ini, ia banyak menerima laporan. Begini bunyinya : Amangkurat Mas makin menjadi-jadi tingkah-lakunya. Kabarnya, ia berani menggoda isteri pamannya sendiri, Pangeran Puger. Bisa dimengerti bahwa Pangeran Puger merasa terhina dan berniat meninggalkan Ibukota. Kabar demikian akan menggoncangkan hati seluruh penduduk Ibukota. Mereka semua menyaksikan betapa gagah dan perkasa Pangeran Puger. Dengan bersenjata sebatang tombak Kyahi Pleret, Pangeran Puger membunuh Kapten Tack. Dia pulalah yang melindungi Untung Surapati ke luar Ibukota sampai tiba dengan aman di Pesuruan. Sekarang Pangeran yang gagah perkasa itu hendak meninggalkan Ibukota. Apa yang bakal terjadi " Memang pada saat itu, rakyat tidak menaruh kepercayaan lagi terhadap Amangkurat Mas. Mereka tinggal menunggu http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ aba-aba untuk bergerak menggulingkan Amangkurat Mas dari tahtanya. Tadinya rakyat menunggu aba-aba Pangeran Puger. Ternyata Pangeran Puger malahan ingin meninggalkan Ibukota tanpa pesan apapun. Kalau hal itu sampai terjadi, rakyat yang sudah bersiaga hendak berontak kehilangan arah dan pimpinan. Maka diam-diam ada yang memutuskan hendak ikut meninggalkan Ibukota, mengiringkan Pangeran Puger yang dicintainya. Tentu saja fihak Amangkurat Mas tidak tinggal diam saja. Merasa tahtanya terancam, ia harus bertindak cepat. Maka ia memanggil Pangeran Hangabehi menghadap dan diperintahkan untuk mencari bukti-bukti persekongkolan jahat yang memusuhi dirinya. Menurut laporan, Pangeran Puger dan Pangeran Purbaya sudah membuat ikrar hendak bekerjasama menggulingkan kedudukan raja. Ikrar itu ditandatangani beberapa pangeran yang menduduki jabatan penting. Tetapi karena kekurangan bukti, raja tidak dapat bertindak. Tindakan tanpa bukti, malahan bisa mempercepat jatuhnya dari tahta kerajaan. "Nah, carilah bukti itu ! Temukan secarik kertas ikrar yang mereka tanda tangani. Aku ingin tahu, siapa mereka !"perintahnya kepada Pangeran Hangabehi. Dengan menggunakan seluruh kemampuan, kekuasaan dan mengobral uang, Pangeran Hangabehi mulai mengadakan penyelidikan. Akhirnya diperoleh keterangan bahwa surat ikrar itu disimpan di dalam sebuah peti. Dan peti itu disembunyikan di sebuah bangunan tinggi yang berada di tengah Markas Besar Laskar Kerajaan. Selain djjaga dan ditilik oleh laskarlaskar kepercayaan Pangeran Purbaya, Gujali dan delapan saudara-seperguruannya diminta pula jasa-jasanya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ken Rudati sendiri tidak mengerti urusan negeri. Yang diketahuinya hanyalah pesan Gujali. Hati-hati, jangan sampai terlihat raja ! Apabila sampai dibawa orang ke istana! Dan pesan itu selalu diingatnya. Karena itu ia bersikap waspada terhadap Raden Mas Kartanadi. Akan tetapi Raden Mas Kartanadi bersikap sangat baik terhadapnya. Pemuda itu sama sekali tidak pernah membicarakan perkara negeri. Apa yang dipercakapkan hanyalah mengenai ilmu kepandaian. Terutama tentang ilmu pedang. Itulah sebabnya pula, lambat-laun Ken Rudati tidak perlu bersikap terlalu waspada terhadap pemuda Kartanadi. Malahan ia merasa gembira manakala pemuda itu datang mengunjungi. Sebaliknya tiba-tiba ia menjadi resah, apabila pemuda Kartanadi agak lambat datang. Raden Mas Kartanadi sendiri pandai membawa diri. Selain membicarakan perkara ilmu pedang, diapun selalu mengajak Ken Rudati berlatih. Sudah barang tentu hal itu menambah kegairahan hati Ken Rudati. Ia merasa mempunyai teman dalam dunianya yang sudah dikenalnya semenjak kanakkanak. Dengan bersemangat ia selalu melayani kehendak Raden Mas Kartanadi. Gujali dan sekalian saudaraseperguruannya yang ikut mengabdi kepada Pangeran Purbaya, tentu saja menerima kehadiran Raden Mas Kartanadi. Semenjak semula, mereka berharap mudahmudahan pemuda itu mempersunting anak asuhannya. Karena itu, merekapun kadangkala ikut menemani dan melayani Raden Mas Kartanadi berlatih ilmu pedang. Ilmu pedang Raden Mas Kartanadi mempunyai gayanya sediri. Dia dapat mengimbangi kepandaian Gujali dan sekalian adik-seperguruannya. Juga seimbang melawan gerakan pedang Ken Rudati yang memiliki jurus anekawarna. Akan tetapi karena masing-masing tahu membatasi diri, tiada http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seorangpun yang bersikap mengotot. Cukup asal sama kuat saja. Berarti tiada yang kalah dan menang. Empat bulan kemudian, hubungan antara Ken Rudati dan Raden Mas Kartanadi sudah semakin akrab. Meskipun tidak pernah terucapkan, tetapi siapapun dapat membaca keadaan hati mereka berdua masing-masing melalui pandang mata, senyum simpul dan sikap pergaulannya. Menyaksikan hal itu, diam-diam Gujali bersaudara bersyukur dalam hati. Kalau Raden Mas Kartanadi benar-benar berkenan mempersunting Ken Rudati, anak yatim-piatu itu bakal berbahagia hidupnya. Hanya saja, mereka belum tahu pasti sikap ayah Raden Mas Kartanadi yang memihak kepada raja dan dengan sendirinya bukan termasuk golongan Pangeran Puger dan Pangeran Purbaya yang bersakit hati terhadap Amangkurat Mas. Memang cara berpikir orang-orang besar tidak mudah terbaca. Kerapkali tindak kebijaksanaannya tidak dimengerti orang. Selama itu, Pangeran Hangabehi tidak pernah menyinggung-nyinggung lagi masalah Rudati. Juga mustahil bila dia tidak tahu hubungan antara salah seorang puteranya dengan gadis yang tidak jelas siapakah orang tuanya. Pada waktu itu, pergaulan macam demikian dianggap tabu. Bahkan Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo seorang ningrat dilarang bergaul dengan orang bukan kalangannya. Kecuali kalau hanya bermaksud dijadikan penghibur atau palara-lara alias gundik. Akan tetapi sikap pergaulan Raden Mas Kartanadi terhadap Ken Rudati sama sekali tidak berkesan demikian. Dia bersikap hormat, bahkan sangat sayang. Barangkali bisa mengingatkan orang kepada cerita roman Raden Panji Inukertapati dengan Dewi Anggraini puteri Madura pada jaman Janggala. Mereka berdua saling mencintai sampai dibawa ke liang kubur. Demikian pulalah harapan Gujali dan sekalian saudara-seperguruannya terhadap nasib Ken Rudati. Dan niscaya hal itu tidak akan luput dari http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pengamatan Pangeran Hangabehi alias ayahanda Raden Mas Kartanadi. Tetapi mengapa dia bersikap diam " Pangeran Hangabehi tentu saja mengetahui hubungan antara Kartanadi dan Rudati. Tetapi sengaja ia menutup mata serta menulikan telinga. Ia mempunyai cara berpikir sendiri. Apalagi sehubungan dengan tugas raja. Ia tahu apa yang harus dilakukan. Maka pada suatu hari ia memanggil Raden Mas Kartanadi menghadap. Dia minta keterangan hubungan dengan Ken Rudati yang disaksikan pula oleh sekalian saudaranya. Hebat keadaan hati Raden Mas Kartanadi. Jantungnya memukul nyaris menggoncangkan seluruh tubuhnya. Rasa terkejut dan takutnya melebihi kanak-kanak mendengar suara seribu guntur yang meledak dengan berbareng. Akan tetapi pada detik berikutnya ia memperoleh pengharapan. Sebab wajah ayahnya tidak seram menakutkan. Sebaliknya berkesan cerah dan manis. Karena itu, tidak perlu ia menyembunyikan perasaannya terhadap Ken Rudati. Sungguh aneh! Sama sekali Pangeran Hangabehi tidak mengusut siapakah orang tua Ken Rudati. Ia malahan tertawa terbahak-bahak yang diikuti oleh sekalian putera-puteranya. Kemudian setelah mengucapkan restu bahagia, ia menyetujui dan berkenan mengambil Ken Rudati sebagai anakmenantunya. Tentu saja sekalian putera-puteranya menyambut keputusan ayahandanya itu dengan menyalami Raden Mas Kartanadi dengan hangat. Upacara peminangan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Pangeran Hangabehi datang berkunjung menghadap Pangeran Purbaya. Sebaliknya di dalam hati Pangeran Purbaya terheranheran. Rasa curiganya timbul. Akan tetapi ia tidak menemukan dalih yang tepat untuk menolak pinangan itu. Meskipun antara http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dirinya dan Pangeran Hangabehi tidak sejalan darma baktinya, akan tetapi ini masalah perkawinan dua insan yang saling mencintai. Lagipula, diapun tidak berhak memutuskan untuk menolak. Karena Ken Rudati bukan anaknya sendiri atau termasuk salah seorang keluarganya. Maka dia minta pendapat Gujali dan sekalian saudara-seperguruannya. Karena sudah semenjak lama Gujali berdelapan mengharapkan peristiwa demikian, maka mereka dengan serentak menyetujui. Dengan persetujuan itu, Ken Rudati kemudian akan dipindahkan ke istana Pangeran Hangabehi. Alasannya untuk lebih memudahkan upacara-upacara perkawinan yang akan datang. Dalam hal inipun Pangeran Purbaya tidak dapat mempertahankan Ken Rudati agar tetap berada di istananya sebelum perkawinan terjadi. Ken Rudati bukan termasuk keluarganya. Sebaliknya Gujali bersaudara yang lebih dekat hubungannya dengan Ken Rudati sudah menyetujui kepindahan itu. Menurut hemat mereka, bukankah kepindahan itu merupakan suatu kehormatan sendiri" Hanya saja mereka memohon agar Ken Rudati ditempatkan di sebuah rumah yang menyendiri. Artinya Raden Mas Kartanadi belum berhak menganggap Ken Rudati sudah menjadi isterinya. "O, tentu saja!" sahut Pangeran Hangabehi dengan tertawa terbahak-bahak. "Dia calon menantuku. Maka untuk dirinya sudah kusediakan sebuah rumah yang cukup bagus. Katakan sebuah istana, meskipun kecil. Dan rumah itu berada di dalam halaman istanaku. Dikelilingi pagar tinggi pula. Dengan begitu, tidak sembarang orang dapat menghampiri, termasuk anakku sendiri." Gujali berdelapan puas mendengar jawaban Pangeran Hangabehi. Sementara itu Pangeran Purbaya hanya dapat menyaksikan-semacam serah-terima itu dengan menghela http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ nafas. Terhadap Ken Rudati memang ia mempunyai rencananya sendiri. Apalagi dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, betapa tinggi kepandaian gadis itu. Dalam hal ini, kebijaksanaannya tiada yang akan bisa menggagalkan. Tetapi dalam masalah perkawinan, tak dapat ia berbicara banyak. Sama sekali tak terpikirkan bahwa hal itu bisa mengikat Ken Rudati lebih kuat ke pihaknya. Ia mengaku kalah satu langkah dibandingkan dengan kecerdikan Pangeran Hangabehi. "Mengapa aku tidak bisa berpikir begitu ?" ia menyesali diri sendiri. "Bukankah aku bisa mengorbankan salah seorang kerabatku demi mengikat gadis itu ke pihakku ?" Sekarang sudah terlambat. Seumpama akan mengikat Ken Rudati dengan cara demikian, Pangeran Hangabehi sudah mendahului. Dan Gujali berdelapan yang berhak disebut sebagai keluarga Ken Rudati yang terdekat, telah menyetujui. Kalaupun main paksa, bisa berakibat panjang. Bukan, mustahil permusuhan itu akan menjadi terang-terangan. Pangeran Hangabehi yang dekat dengan raja, bisa saja mencari dalihdalih untuk merebut kemenangan dan mencelakakan dirinya sebelum bisa berbuat sesuatu. Paling tidak Pangeran Hangabehi akan melaporkan beradanya Ken Rudati di istananya. Dan Raja yang doyan perempuan itu pasti akan campur-tangan. Siapakah yang bisa menghalangi kehendaknya" Lebih celaka lagi, Gujali berdelapan tentunya akan berbalik memusuhinya, apabila sampai terjadi peristiwa demikian. Dan akhirnya mereka berpihak kepada raja dan akan melaporkan peti rahasia yang disimpannya di atap gedung Markasnya. Maka satu-satunya kebijaksanaan yang masih dapat diharapkan, ia harus memberi kepercayaan lebih besar lagi kepada mereka berdelapan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ken Rudati sendiri dijemput utusan Pangeran Hangabehi pada keesokan harinya. Setelah bermohon diri kepada Pangeran Purbaya ia berangkat ke kediamannya yang baru dengan diiringkan beramai-ramai oleh Gujali berdelapan. Ternyata rumah dijanjikan Pangeran Hangabehi terlalu mewah bagi ukuran Gujali berdelapan. Benar-benar sebuah istana molek dan berkesan agung. Tentu saja hal itu menggirangkan dan membesarkan hati mereka, termasuk Ken Rudati sendiri. Tetapi setelah Gujali berdelapan meninggalkan tempat, Ken Rudati merasa kesepian. Karena di kediamannya yang baru itu, dia tidak kenal siapapun kecuali Raden Mas Kartanadi dan Pangeran Hangabehi. "Jangan kau berkecil hati, Rudati." bujuk Kartanadi. "Sebelum petanghari tiba, sekalian saudaraku akan datang berkenalan. Dan di sinipun banyak sahabat-sahabat ayah yang berkepandaian tinggi yang kelak akan menemanimu berlatih pedang." Memang benar, menjelang petanghari sekalian saudarasaudaranya Raden Mas Kartanadi datang berkunjung padanya. Meskipun demikian, ia merasa tidak puas. Mereka semua bersikap tawar padanya. Yang lebih mengherankan lagi, Pangeran Hangabehi yang bersikap hangat, tidak datang berkunjung atau memanggilnya menghadap. Masih mau ia menghibur diri, barangkali karena kesibukannya. Bukan mustahil pula pada keesokan harinya. Akan tetapi sampai dua hari mendatang, Pangeran Hangabehi tidak datang berkunjung atau memanggilnya menghadap. Dengan demikian, ia belum memperoleh kesempatan untuk mengenal bakal mertua perempuan alias ibunda Raden Mas Kartanadi. Pada hari ketiga, Ken Rudati berjalan-jalan seorang diri ke luar dinding kediamannya. Tibalah ia di sebuah taman yang indah. Dan di tepi taman itu berdiri sebuah gedung yang indah http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dan megah. Selagi ia mengagumi aneka bunga yang tumbuh di taman itu, muncullah seorang gadis cantik dari dalam gedung itu. Gadis itu didampingi seorang dayang. Terdengar gadis itu berkata sengit kepada dayangnya : "Apa budak itu yang ramai dibicarakan ?" "Ya, tuanku puteri." sahut si dayang menyembah. "Huh." Ken Rudati tercengang mendengar ucapan gadis itu dan melihat pula sikapnya yang sengit. Siapa dia " Belum sempat ia memperoleh kejelasan, gadis beserta dayangnya sudah menghilang di balik pintu. Maka dengan hati masgul ia kembali ke kediamannya. Tetapi oleh keadaan hatinya yang tidak puas, ia salah jalan. Tibalah dia di tepi empang yang berair jernih. Empang itu sesungguhnya sebuah telaga buatan yang berpagar tetanaman rapat mirip belukar yang terpelihara rapih. Tiba-tiba ia melihat berkelebatnya dua orang yang mengenakan pakaian pendeta. "Hai !" ia berpikir di dalam hati. "Pakaian yang dikenakan seperti para pendeta yang bermukim di Gunung Merbabu. Mengapa mereka berada di sini ?" Selagi hendak menegornya, salah seorang sudah mendahului. Katanya : "Bukankah engkau Rudati si kecil dulu ?" "Siapakah paman ?" Ken Rudati makin heran. Pendeta itu tertawa lebar. Menyahut: "Belum genap sepuluh tahun, engkau sudah melupakan diriku. Kami berdua adalah pendeta-pendeta yang pernah kau lihat di Gunung Merbabu." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ah !" seru Ken Rudati dengan girang. "Dahulu semua paman-paman bersikap diam dan tak acuh. Demi Tuhan, aku belum sempat mengenal nama paman berdua. "Tak apa." pendeta itu memaklumi. "Sebut saja diriku Megatruh dan dia Saragupita." Ken Rudati bergembira bertemu dengan mereka berdua. Selain mengingatkan dirinya pada masa kanak-kanak dulu, juga menjadi obat hati yang sedang resah. Dengan pandang mata berseri-seri ia menatap wajah Megatruh dan Saragupita. Megatruh sendiri bersikap terbuka. A langkah jauh berlainan dibandingkan semasa masih hidup dalam goa pertapaan. Dulu tentunya dia sangat alim dan tertutup. Sekarang dia dapat berbuat sebebas-bebasnya, tanpa ikatan dan pembelengguan. Dengan tertawa lebar ia menghampiri Ken Rudati seraya berkata : "Rudati ! Semasa kau tiba di goa kami, kami berdua sudah menjalankan masa pertapaan selama sepuluh tahun lebih. Tetapi kau lebih beruntung daripada kami berdua. Dalam waktu singkat, engkau bisa memperoleh sebuah pedang pusaka Sanggabuana dari pendeta Tundung Kasihan. Sedangkan kami berdua hm... jangan lagi memegang, melihatpun belum." Rudati tercengang mendengar ucapan Megatruh. Kenapa masalah bertapa dihubung-hubungkan dengan soal pedang pusaka" Apakah mereka berdua bertapa justru ingin memperoleh pedang itu" Teringatlah dia kepada pesan pendeta suci Tundung Kasihan. Ia harus pandai-pandai menyembunyikan pedang Sanggabuana yang menjadi incaran setiap orang pandai. Selama ini, diapun menjaga kerahasiaannya, kecuali terhadap gurunya Gujali yang merangkap menjadi orang tua angkatnya. Selagi ia sedang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menggerayangi kejelasannya, Saragupita yang belum sempat bersuara, berkata : "Anakku Rudati, coba aku ingin melihat pedang Sanggabuana yang selalu disisipkan di balik bajunya. Dan begitu terhunus, pedang Sanggabuana memperlihatkan kehebatannya. Tidak hanya bercahaya cemerlang saja, tapipun membersitkan hawa dingin yang nyaman sekali. "Alhamdulillah," seru Saragupita dengan rasa syukur. "Puaslah sudah. Kini, matipun aku rela." Megatruh bersikap irihati terhadap rejeki Saragupita Serentak ia berseru : Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Rudati, kau jangan pilih kasih ! Mengapa engkau tidak mengijinkan aku merasa puas pula ?" "Bukankah pamanpun dapat ikut melihat ?" ujar Ken Rudati tidak mengerti. "Ijinkan aku memegangnya" serunya. Ken Rudati mengangsurkan pedang Sanggabuana. Dengan gembira dan bergemetaran, Megatruh menerimanya. Setelah ditimang-timagn ia menoleh kepada Saragupita seraya berkata : "Pantas pedang ini mempunyai sejarah yang luar biasa. Pedang ini pantas diperebutkan orang dari jaman ke jaman. Karena itu, pemiliknya harus pandai-pandai menjaganya. Setelah berkata demikian, ia kembali menatap wajah Ken Rudati dan minta agar sarungnya diserahkannya pula. Berkata sambil menyarungkan pedang Sanggabuana dengan hati-hati: "Engkau harus berhati-hati setiap kali menyarungkannya, Rudati. Sebab sarungnya terbuat pula dari bahan yang jarang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terdapat di dunia. Kalau sampai membuat cacat, pedang Sanggabuana akan turun pamornya. Kau mengerti ?" ' Ken Rudati mengangguk. Tetapi aneh ! Pedang dan sarungnya tidak dikembalikan lagi kepadanya. Sebaliknya lantas saja disisipkan di pinggangnya. "Hai, apa artinya ini ?" ia berteriak minta penjelasan. Megatruh tidak menjawab. Dia hanya mengulum senyum, lalu melompat mundur. Keruan saja, hati Ken Rudati tergetar oleh rasa kejut. Secara wajar ia ikut melompat maju sambil menyambar pedangnya. Akan tetapi pada saat itu, mendadak saja Saragupita menghalangkan dirinya. Sudah begitu, diapun memukulkan tangannya. Tak usah dijelaskan lagi, bahwa mereka berdua merupakan komplotan hendak merampas pedang Sanggabuana. Keruan saja, Ken Rudati marah bukan kepalang. Sambil menangkis, masih dapat ia melanjutkan lompatannya. Memang ia memiliki kegesitan yang jarang dimiliki orang pandai. Tahu-tahu, ia sudah menghadang di depan Megatruh yang sedang melarikan pedangnya. Megatruh terkejut. Sama sekali tak diduganya, bahwa Ken Rudati memiliki anugerah kegesitan begitu hebat. Tetapi dia seorang yang berpengalaman. Meskipun terkejut, namun ia tahu apa yang harus dilakukan. Terus saja ia menggempurkan tangannya dengan maksud mengadu himpunan tenaga sakti. Pelahan namun pasti, ia mendorong dan menggiring Ken Rudati agar tercebur dalam telaga buatan. Tentu saja, Ken Rudati tidak sudi kena digiring demikian. Akan tetapi dalam hal berkelahi dengan tangan kosong, ia belum berpengalaman. Harus diakuinya pula, ia tidak memiliki sejuruspun ilmu berkelahi dengan tangan kosong. Maka mau http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tak mau ia kena dipaksa mundur menghampiri telaga buatan. Syukur, di tepi telaga itu terdapat sebatang pohon hias. Gesit luar biasa ia meloncat dan menggantungkan sebelah kakinya pada batangnya. Kedua tangannya dibuatnya memukul balik seraya menghadang arah larinya Megatruh. Megatruh terpaksa mundur. Tetapi Saragupita segera membantu. Dengan demikian Ken Rudati dikerubut dua orang yang menyerang dan bertahan secara bergantian. Dan diperlakukan dengan cara demikian, tidak dapat lagi Ken Rudati mengadakan perlawanan hanya dengan bergantungan di atas dahan. Terpaksa dia mendarat. Hanya saja, kembali lagi ia menemui kesulitan karena tidak pandai berkelahi dengan tangan kosong. Satu-satunya upaya untuk dapat merebut pedangnya kembali, hanya mengadu kegesitannya. Namun cara demikian, sebenarnya kurang tepat. Hal itu disadarinya. Sebab lambat atau cepat, dia bakal kehabisan tenaga. "Tetapi dengan cara apa lagi ?" ia berkelahi sambil berpikir keras. Selagi merasa kerepotan, mendadak terdengar seseorang berteriak nyaring : "Hai! Semua berhenti!" Megatruh dan Saragupita melompat mundur dan berdiri tegak bagaikan patung. Ken Rudati pun menghentikan langkah kakinya. Dan muncullah Pangeran Hangabehi dengan tertawa panjang. Sungguh mengherankan! Tiba-tiba saja Megatruh dan Saragupita memutar tubuhnya dan menyembah Pangeran Hangabehi seraya menghaturkan pedang rampasannya. Dan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sambil menerima angsuran pedang Sanggabuana, Pangeran Hangabehi berkata kepada Ken Rudati : "Rudati, maafkan mereka ! Mereka hanya bermaksud menguji kepandaianmu. Nih, terimalah pedangmu kembali !" Ken Rudati bergembira bukan main dan bersyukur tidak terhingga. Setengah bergemetaran ia menerima pedangnya kembali. Pada saat itu, ia merasa seperti memperoleh hadiah yang tidak ternilai lagi harganya. Bahkan ia merasa pula berhutang budi terhadap Pangeran Hangabehi yang ternyata berbudi luhur. "Menurut suatu keterangan, engkau termasuk anakangkatnya. Bukankah begitu?" Pangeran Hangabehi berkata lagi. "Mari kuperkenalkan yang lainnya. Paman-pamanmu banyak berada di sini. Mereka ingin melihat apakah engkau sudah benar-benar dapat menguasai ilmu kepandaiannya masing-masing yang diwariskan kepadamu. Mendengar keterangan Pangeran Hangabehi, rasa marah Ken Rudati terhadap Megatruh dan Saragupita surut dengan sendirinya. Apalagi sikap Megatruh dan Saragupita balik menjadi seramah seorang ayah. Mereka berdua mengulurkan tangannya dan membimbing Ken Rudati memasuki sebuah gapura penyekat. Di balik gapura itu, terhampar sebuah taman yang jauh lebih indah bila dibandingkan dengan taman yang berada di samping kediamannya. Dan di tengah taman itu nampak empatbelas orang berpakaian pendeta duduk di atas kursinya masing-m asing. Di antara mereka terdapat pendeta Dwijasangka dan Margadadi. Mereka berdua itulah yang mengajarkan enam jurus sakti. Dari pendeta Dwijasangka empat jurus dan dari Margadadi dua jurus. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Begitu melihat hadirnya dua pendeta itu, sirnalah rasa curiga Ken Rudati. Setengah berlari-larian ia menghampiri dan membungkuk hormat. Sambut pendeta Dwijasangka : "Ah, engkau sudah dewasa, anakku! Kami semua datang kemari hanya karena ingin melihat apakah jurus saktimu sudah lengkap." Ken Rudati hendak membuka mulutnya, tatkala pendeta Margadadi mendahului: "Kau sekarang mengerti makna satu jurus sakti itu, bukan" Tanpa pedang, kau akan dapat dibuat repot lawanmu. Maka pedang ini merupakan satu jurus sakti yang menentukan." Ken Rudati membungkuk hormat lagi. Menyahut : "Benar.. jurus-jurus sakti warisan paman berdua tidak dapat berbuat banyak bila dilakukan dengan tangan kosong. "Tentu saja." ujar Margadadi. "Karena jurus-jurus sakti yang kau pelajari itu adalah jurus gerakan pedang." Setelah itu masing-masing menanyakan tentang jurus-jurus ilmu kepandaian yang diwariskan kepadanya. Ken Rudati benar-benar jadi repot. Apalagi mereka tidak hanya cukup bertanya, melainkan setengah menguji pula. Tetapi karena Ken Rudati benar-benar berlatih di bawah pengawasan Gujali, maka semua pertanyaan mereka dapat dijawabnya dengan cepat dan tepat. Dan mereka semua dengan serentak menyatakan Ken Rudati telah lulus. Sekarang Ken Rudati mempunyai kesempatan untuk membagi pandang. Ternyata Pangeran Hangabehi tidak kelihatan hadir. Dia tahu diri dan mengundurkan diri dengan "diam-diam. Sikap demikian benar-benar pantas mendapat pujian. Alangkah mulia hati dia, pikir Ken Rudati di dalam hati. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Di luar kehendaknya, ia merasa berbahagia karena akan mempunyai seorang mertua semulia itu. Pada sore harinya, sekalian pendeta itu kembali ke pertapaannya. Ken Rudati kembali pula ke kediamannya. Dari tutur-tutur kata seorang dayang yang menyediakan makan dan minumnya, ia mendapat kabar bahwa Pangeran Hangabehi mengantarkan pula para pendeta itu sampai di batas kota. Maka kesannya terhadap bakal mertuanya itu, naik lagi. Hanya saja, kemana perginya Raden Mas Kartanadi calon suaminya" Apakah dia dilarang menemui dirinya sebelum perkawinan resmi " Tidak pandai ia memperoleh jawabannya. Maka satu-satunya jalan yang pantas dilakukan, hanyalah menunggu sampai saat bahagia itu tiba. Di luar dugaan Pangeran Hangabehi berkenan datang di kediamannya dengan seorang diri. Ia menyapa sebagai seorang calon mertua. Ken Rudati segera menyediakan hidangan yang sebentar tadi diantarkan beberapa dayang sewaktu Pangeran Hangabehi mengiringkan para pendeta sampai di batas kota. Pangeran Hangabehi memanggutmanggut puas. Lalu menanyakan pengalamannya bertemu dengan para pendeta. Ken Rudati menjawab secukupnya saja dan menyatakan bahwa mereka semua adalah bekas-bekas gurunya. "Ya, aku tahu. Itulah sebabnya mereka kuundang datang ke mari agar hatimu puas." ujar Pangeran Hangabehi. "Apakah pedang pusakamu sudah kau simpan baik-baik ?" Diingatkan tentang pedang pusaka itu, Ken Rudati menjadi perasa. Ia merasa berhutang budi. Seumpama Pangeran Hangabehi tidak segera campur tangan, setidak-tidaknya ia memerlukan waktu lama untuk memperolehnya kembali. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tiba-tiba Pangeran Hangabehi membisikkan sesuatu. Mendengar bisikan itu, Ken Rudati terperanjat. Menegas: "Apakah pada malam ini ?"' "Ya. Peti itu disimpan di atas atap gedung markas. Kurasa, hanya engkau seorang yang dapat mengambilnya. Setelah itu, kita rundingkan hari perkawinanmu." Ken Rudati berbimbang-bimbang sejenak. Entah apa sebabnya, ia merasa tidak enak hati. Akan tetapi karena merasa berhutang budi lagipula yang menghendaki hal itu adalah bakal mertuanya, maka ia mengangguk. Ia tidak merasa perlu untuk minta keterangan tentang isi peti itu. Tentunya sangat penting bagi Pangeran Hangabehi. Pada malam hari itu yang bertugas menjaga peti berisikan surat ikrar adalah Gujali bersaudara. Pangeran Purbaya memang memutuskan akan memberi kepercayaan penuh kepada mereka demi menarik mereka ke pihaknya. Dan hal itu dilaksanakan begitu Ken Rudati kena dibawa Pangeran Hangabehi ke istananya. Kepada komandan Markas Laskar Kerajaan, Pangeran Purbaya memerintahkan agar membantu sepenuhnya Gujali bersaudara dalam waktu-waktu sedang melaksanakan tugas. Karena itu, Gujali bersaudara bisa keluar masuk Markas Besar dengan bebas dan dalam waktu apapun. Merekapun mendapat jatah jauh lebih cukup dibandingkan dengan jatah laskar. Masing-masing memperoleh sebuah kamar sendiri yang berada di dekat tempat mereka bertugas. Seperti bunyi laporan yang disampaikan kepada Pangeran Hangabehi, peti rahasia itu disembunyikan di atas atap sebuah gedung yang berada di dalam halaman Markas Besar. Gedung itu sebenarnya sebuah gudang tempat menyimpan senjata. Letaknya di belakang halaman Markas. Berpagar dinding tinggi dan selalu berada dalam pengawasan seluruh laskar. Biasanya http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ semua pintu dan jendela-jendelanya tertutup rapat. Akan tetapi semenjak tiga malam yang lalu, jendela-jendelanya dibiarkan terbuka. Itu terjadi atas usul Gujali berdelapan. Maksudnya agar jangan menarik perhatian orang. Lagipula bukankah seluruh halaman Markas Besar sudah dijaga oleh perajurit yang tidak terhitung jumlahnya" Yang perlu diawasi justru para anggauta laskar. Siapa tahu di antara mereka ada yang kena suap sehingga bersedia menjadi petunjuk penyuapnya untuk dapat mencuri peti rahasia yang disembunyikan di atas atap. Dengan pertimbangan itu, maka para laskar pun tidak diperkenankan menghampiri gudang senjata itu, kecuali membawa surat perintah komandan. Gujali pada malamhari itu berada di dalam kamarnya ditemani Suragimin. Emprit, Surengrana, Koripan, Wesi Aji, Panuluh dan Banyak Seta sibuk bermain kartu. Waktu itu sudah jauh malam. Mestinya Gujali dan Suragimin akan menggantikan dinas jaga Emprit dan Surengrana. Tetapi melihat mereka berdua sedang tertidur nyenyak, Emprit dan Surengrana tidak berani mengganggu. Gujali sedang mimpi indah. Ia melihat Raden Mas Kartanadi dan Ken Rudati sedang duduk di atas pelamin. Pangeran Hangabehi menyambut kedatangan Pangeran Purbaya dengan hangat. Kedua pangeran itu lalu berbincang-bincang mengenai sesuatu yang menggelikan hati. Kedua-duanya tertawa terbahak-bahak. Tetapi aneh! Tiba-tiba kedua pangeran itu dengan diam-diam menghunus senjatanya. Gujali memperhatikan gerakan tangan mereka. Selagi demikian, tiba-tiba ia mendengar suara pelahan yang membangunkan kesadarannya. Sebagai seorang pendekar berkepandaian tinggi, pendengarannya sangat tajam. Dengan sebat ia mengenakan bajunya. Lalu dengan mengindap-indap http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ia ke luar pintunya. Ternyata saudara-saudaranya yang lain tidak berada di tempatnya. Ke mana " Tiba-tiba sesosok bayangan berkelebat. Jelas sekali, sosok bayangan itu baru saja turun dari atap. Tidak ayal lagi, ia melompat sambil menyambar. Heran ! Bayangan itu ternyata gesit luar biasa. Ia mencelat mundur dan langsung meloncat tinggi hinggap di atas dinding. Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Maling !" Gujali berseru. Pada saat itu, Emprit dan kawan-kawannya muncul dari arah belakang dan samping gudang senjata. Sedang Suragimin sudah menghadang larinya bayangan itu. "Kakang Gujali ! Kami akan mengejar yang lain !" teriak Emprit dengan suara penasaran. Pada detik itu juga, Gujali tersadar. Yang memasuki halaman terlarang mungkin lebih daripada seorang. Maka dengan Suragimin, segera ia mengadakan pengejaran. Tetapi bayangan itu gesit luar biasa. Ia melompat memasuki jendela gudang senjata. Selagi Gujali dan Suragimin menyusul, bayangan itu melompat ke luar jendela lainnya. "Kejar !"seru Gujali kepada Suragimin. Emprit dan teman-temannya ternyata kena disesatkan tiga sosok bayangan yang memancingnya meninggalkan tempat penjagaan. Dengan rasa penasaran mereka melompat dinding pagar. Dan pada saat itu, Gujali dan Suragimin tiba dengan membawa senjata andalannya masing-masing. "Eh maling ini ingin menguji kecepatan langkah kita. Hayo, jangan kehilangan waktu." ujar Gujali. Harga Sebuah Kepala 2 Jodoh Rajawali Karya Kho Ping Hoo Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 16