Dyah Ratnawulan 1
Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo Bagian 1 Koleksi Kang Zusi DYAH RATNAWULAN Kho Ping Hoo Majapahit, abad ke empat belas. Setelah Sang Prabu Kertarajasa mangkat pada tahun 1309, putera mahkota, Raden Kalagement naik tahta Kerajaan Majapahit menggantikan kedudukan ayahnya, dan bergelar Sang Parbu Jayanagara. Akan tetapi, raja muda ini banyak menimbulkan perasaan kecewa dan tidak senang di kalangan para panglima tua, yaitu panglima-panglima mendiang Prabu Kertarajasa. Banyak hal yan tidak mereka setujui berhubung dengan penobatan itu. Pertama menurut faham mereka, Raden Kalagement masih terlampau muda untuk memikul tugas menjadi raja di Kerajaan Majapahit yang demikian besar dan jaya dan mereka menyangsikan apakah pemuda yang baru berusia lima belas tahun ini akan dapat memberi pimpinan yang bijaksana seperti mendiang ayahnya. Kedua, mereka berpendapat bahwa sungguhpun Raden Kalagemet merupakan putera tunggal karena keturunan yang lain adalah putriputeri belaka, namun ibu dari putera mahkota ini adalah seorang puteri dari Malayu yang bernama Dara Petak atau Sri Indreswari. Hal ini amat mengecewakan hati para panglima karena menurut pendapat mereka, yang berhak menjadi raja di Majapahit harus seorang keturunan Majapahit aseli. Adapun hal ketiga yang amat mendatangkan rasa tidak puas dan tidak senang kepada mereka adalah bahwa di dalam pemerintahan Jayanagara ini terdapat seorang Kepala Agama Syiwa yang sangat besar kekuasaannya. Kepala Agama Syiwa ini bernama Bagawan Mahapati yang amat sakti mandraguna, cerdik pandai lagi kebal terhadap segala macam senjata. Bagawan Mahapati tidak disukai oleh para panglima yang telah banyak membantu Raden Wijaya atau Prabu Kertarajasa dalam membangun keraton Majapahit. Menurut anggapan mereka, Bagawan Mahapati ini adalah seorang pendeta yang mabok akan kemewahan hidup dan kedudukan tinggi, bahkan mereka menaruh hati syakwasangka bahwa bukan tak mungkin pendeta itu telah mempergunakan aji kesaktiannya untuk memasang guna-guna sehingga Prabu Jayanagara yang masih muda itu berada di bawah pengaruhnya. Telah banyak panglima-panglima tua yang mengajukan usul dan nasihat kepada Prabu Jayanagara agar supaya mereka itu dienyahkan dari kerajaan. Akan tetapi, segala nasihat ini tidak dihiraukan oleh Sang Parbu yang masih muda belia itu, terutama sekali oleh karena ibunya juga berfihak dan membela Bagawan Mahapati. Tiga hal diatas itu merupakan sebagian daripada sebab-sebab sehingga tak lama sejak Sang Prabu Jayanagara naik tahta, timbulah pemberontakan-pemberontakan yang dipimpin oleh para panglima ayahnya dahulu, di antaranya: RanggaLawe, Sora dan Nambi. Koleksi Kang Zusi RanggaLawe adalah seorang panglima gagah perkasa yang menjadi bupati di Tuban. Dahulu, panglima ini pernah di janjikan angkat patih oleh mendiangPrabu Kertarajasa, akan tetapi janji ini tak pernah dipenuhi. Juga Prabu Jayanagara yang diam-diam mendapat bujukan dan bisikan dari Bagawan Mahapati, tidak mau memenuhi janji mendiang ayahnya itu. Maka berontaklah Rangga Lawe. Akan tetapi, masih banyak panglima-panglima gagah perkasa yang membela Prabu Jayanagara, terutama berkat kesaktian Bagawan Mahapati,maka gagallah pemberontakan Rangga Lawe itu. Ia tewas oleh panglima tua Kebo Anabrang. Panglima sora menjadi marah sekali mendengar tentang tewasnya Rangga Lawe dalam tangan Kebo Anabrang karena sesungguhnya mereka semua itu adalah kawan-kawan seperjuangan ketika masih membela Prabu Kertarajasa dahulu. Sora mencari Kebo Anabrang sebagai pembalasan dendam atas kematian Rangga Lawe. Setelah itu, maka berontaklah pula Panglima Sora yang pada waktu itu menjabat patih di Daha. Akan tetapi, ternyata Prabu Jayanagara masih dibela oleh orang-orang pandai sehingga pemberontakan inipun gagal, Patih Sora dapat dibinasakan.Setelah itu, pemberontakan-pemberontakan susul-menyusul, diantaranya pemberontakan Juru Demung dalam tahun 1313 dan Gajah Biru dalam tahun 1314. Namun, semua pemberontakan itu dapat dipadamkan. Yang paling hebat adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Raden Nambi, putera dari Aria Wiraraja, karena sebetulnya diantara semua pemberontakan yang timbul, pemberontakan inilah yang amat menyusahkan hati Sang Prabu Jayanagara .Hubungannya dengan Aria Wiraraja dan Raden Nambi tadinya amat baiknya dan mereka ini telah dianggap sebagai keluarga dekat. Aria Wiraraja adaah seorang panglima yang amat setia dan paling besar jasanya terhadap mendiang Prabu Kertarajasa,dan jasanya dalam membangun Majapahit amatlah besarnya. Oleh karena itu mendiang Parabu Kertarajasa membalas jasa Aria Wirarajadengan mengangkatnya menjadi perdana menteri dan menjadikannya wakil raja di Lumajang, sedangkan puteranya Raden Nambi, diangkat menjadi patih di Majapahit. Semenjak terjadi peberontakan-pemberontakan dan tewasnya Rangga Lawe dan lainlain panglima tua. Aria Wiraraja merasa tak senang sekali dan ia tidak pernah datang berkujung menghadap kepada raja di Majapahit, dan pada masa itu, "mogok sowan" ini dilakukan untuk menyatakan bahwa ia tidak setuju dengan pemerintahan Prabu Jayanagara. Raden Nambi yang menjadi patih di Majapahit, juga diam-diam meninggalkan ibukota dan tinggal di Lumajang bersama-sama ayahnya. Tentu saja hal ini amat mengecewakan dan menyedihkan hati Prabu Jayanagara. Beberapa kali Bagawan Mahapati dan lain-lain panglima membujuk kepada raja untuk menggempur Lumajang, akan tetapi, Sang Prabu masih merasa segan dan malu hati untuk memerangi Aria Wiraraja, orang tua yang telah banyak berjasa itu. Akhirnya setelah Aria Wiraraja meninggal dunia, barulah tentara Majapahit dikerahkan dan di bawah pimpinan raja sendiri, Lumajang digempur.Raden Nambi dan anak buahnya melakukan perlawanan mati-matian sehingga korban di kedua fihak jatuh bertumpuk-tumpuk. Betapapun juga, fihak Majapahit lebih kuat dan lebih banyak, terutama berkat kesaktian Bagawan Mahapati, akhirnya Raden Nambi beserta seluruh keluarganya dibinasakan. Dan di dalam geger peperangan di Lumajang itulah maka cerita ini dimulai. Koleksi Kang Zusi Di antara banyak panglima di Lumajang yang gugur dalam peperangan menghadapi serbuan tentara Majapahit, terdapat seorang senopati muda yang gagah perkasa bernama Nagawisena. Senopati ini adalah seorang muda yang menjadi sahabat baik Raden Nambi dan tadinya juga tinggal di ibukota dan ikut pergi dengan Raden Nambi dari kotaraja untuk menyatakan tidak senangnya terhadap pemerintahan terhadap Jayanagara. Isteri Nagawisesa adalah seorang cantik jelita yang berkulit kekuning-kuningan dan bernama Dara Lasmi, yang sesungguhnya adalah seorang wanita dari Malayu. Ketika dahulu kedua puteri dari Malayu, Dara Petak dan Dara Jingga yang menjadi isteri-isteri dari Prabu Kertarajasa, datang di Majapahit, Lasmi menjadi seorang di antara pelayan-pelayan kedua puteri itu, dan masih kanak-kanak. Berkat ketangkasan dan jasa Nagawisena, maka akhirnya ia jutuh cinta kepada Lasmi, mendapat kurnia raja dan dinikahkan dengan Lasmi. Dalam pernikahan ini, mereka mendapatkan seorang puteri yang diberi nama Ratnawulan. Ketika Nagawisena gugur dalam perang melawan tentara Majapahit, Dara Lasmi membawa anaknya lari dari Lumajang. Sambil menahan tangisnya karena kehancuran hatinya mendengar betapa suaminya yang tercinta itu gugur dalam peperangan dan ia tidak mempunyai kesempatan untuk menengok jenazah suaminya, Dara Lasmi menarik tangan puterinya yang baru berusia sepuluh tahun ini, berlari-lari keluar dari gerbang kota Lumajang sebelah barat. Sebagaimana sudah lajim terjadi dalam sebuah keributan, terutama keributan yang ditimbulkan oleh perang, banyak hal-hal yang tak patut terjadi dan dilakukan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Demikianpun dalam petempuran di Lumajang ini, banyak anak buah dari bala tentara Majapahit melakukan penyelewengan-penyelewengan merampok harta benda penduduk Lumajang, dan bini orang yang masih muda dan cantik. Oleh karena itu, usaha Dara Lasmi untuk melarikan diri keluar dari kota bukanlah hal yang mudah. Baru saja keluar dari rumahnya, ia telah bertemu dengan dua orang tentara Majapahit yang segera menyerbunya ketika melihat wanita muda yang cantik jelita ini berlari dengan anaknya. Dara Lasmi berdiri dengan mata terbelalak lebar ketika melihat dua orang tentara musuh itu maju mendekatkan. Ia mendekap anaknya yang menangis ketakutan, lalu menghadapi kedua tentara Majapahit itu sambil berkata. "Jangan kalian menggangguku, aku adalah isteri dari Senopati Nagawisena!" Ia hendak mempergunakan nama suaminya yang cukup terkenal untuk membikin takut kedua orang itu. Akan tetapi mereka bahkan tertawa geli mendengar Dara Lasmi menyebut nama ini. Seorang di antara mereka, yang bermuka bopeng karena dimakan penyakit cacar berkata. "Ha,ha, ha, jadi kau puteri dari Malayu" Kebetulan sekali, sudah lama aku mengilar dan merindukan seorang puteri Malayu!" Ia melangkah maju dengan kedua tangan dibentangkan, siap untuk menubruk. "Mundur!" teriak Dara Lasmi." Apakah kau tidak takut kepada Senopati Nagawisena" Akan dihancurkan kepalamu kalau ia mendengar tentang ke kurang ajaranmu!" Koleksi Kang Zusi Tentara yang seorang lagi, yang bermuka hitam,tertawa mengejek. "Ha,ha! Jangan kau menakut-nakuti kami, manis! Suamimu, pemberontak Nagawisena itu,telah mempus dimedanyuda!" Kemudian ia berkata kepada kawannya yang bermuka bopeng. "Bandu, biarlah kau mendapkan puteri Malayu yang denok ayu ini, dan perawan kecil yang molek mungil itu bagianku. Aku cukup sabar menanti baranglimatahun lagi, tentu ia akan menjadi bunga yang lebih harum dan segar daripada ibunya.Ha, ha,ha,!" Selagi kedua orang itu tertawa-tawa dengan lagak menjemukan, marahlah Dara Lasmi. Ucapan-ucapan yang amat menghina itu membuat mukanya yang cantik menjadi merah padam dan kemarahannya tak dapat ditahan lagi. Ia lalu membawa Diah Ratnawulan ke tepi jalan, kemudian ia mencabut keris yang terselip di ikat pinggangnya. Gerakannya cepat dan trengginas sekali. Memang nasib kedua orang tentara Majapahit itu yang sial. Mereka tidak tahu siapakah adanya wanita cantik yang mereka ganggu. Dara Lasmi bukanlah wanita sembarangan dan dahulu, ketikaia masih tinggal bersama dengan orang tuanya di tanah Malayu, ia telah mendapat latihan pencak silat dari ayahnya, seorang pendekar yang cukup terkenal. Setelah menjadi isteri Nagawisena, Dara Lasmi bahkan memperdalam ilmu silatnya. Suaminya sendiri, Nagawisena, banyak mendapat kemajuan dalam ilmu berkelahinya dari isterinya ini. Kedua orang tentara Majapahit itu makin keras suaranya ketika melihat Dara Lasmi mencabut keris. Apakah daya seorang wanita lemah lembut dan secantik itu" Sebagai dua orang perajurit yang kenyang akan pengalaman pertempuran tentu saja sikap Dara Lasmi tidak menakutkan hati mereka, bahkan menggelikan. Mereka salingpadang, kemudian si muka bopeng berkata. "Lihat calon kekasihku ini! Gagah sekali bukan" Biar kutangkap dia!" Sambil berkata demikian, si muka bopeng itu menubruk maju sambil mengembangkan kedua lengannya, bagaikan seekor harimau menubruk kambing. Akan tetapi, dengan padangan matanya yang tajam. Dara Lasmi berlaku waspada dan cepat sekali ia melangkah kesamping, mengelak dari terkaman laki-laki buas itu. Begitu tubuh laki-laki itu menyambar lewat, secepat kilat kerisnya menyambar kearah lambung. Perajurit itu terkejut sekali Koleksi Kang Zusi dan cepat memiringkan tubuhnya ke samping untuk menghindarkan diri dari tusukan maut ini, akan tetapi ia kalah cepat dan kulitnya masih tergores keris sehingga mengucurlah darah dari lambungnya! Barulah terbuka mata kedua orang perajurit itu! Rasa sakit karena kulit lambungnya pecah membuat si muka bopeng menjadi marah sekali dan sekaligus kegairahan hatinya memiliki puteri jelita itu berubah menjadi nafsu untuk membunuh! Ia mencabut klewangnya yang tergantung di pinggang. "Kau ingin mampus!" serunya dan klewangnya menyambar kearah leher Dara Lasmi! Akan tetapi, pada saat itu, DaraLasmi telah berubah menjadi seorang pendekar wanita. Setiap otot dan urat di dalam tubuhnya menegang, sepasang matanya yang indah bening itu memancarkan cahaya berapi, hawa yang keluar dari pernapasan panas! Ketika Klewang ditangan lawannya menyabar kearah leher tanpa berkedip sedikitpun DaraLasmi mengelak cepat, bukan untuk menjauhi lawan, akan tetapi bahkan ia menyelinap di bawah sambaran klewang itu dan kaki kanannya melangkah masuk di barengi dengan luncuran kerisnya yang cepat sekali gerakannya, maka."cepp!" keris itu menancap perut lawannya sampai ke gagangnya! Sebagai seorang ahli silat yang mahir, Dara Lasmi secepat itu pula mencabut kerisnya,dibarengi dengan gerakan tangan kiri mendorong ke depan dan tubuhnya cepat membalik kebelakang menjauhi lawan. Untuk beberapa saat tubuh si muka bopeng seperti kejang dan kaku, klewangnya terlepas dari tangan, matanya memandang terbelalak ke depan. Kemudian ia memekik ngeri, kedua tangannya mendekap perut yang mengucurkan banyak darah dan tubuhnya mulai bergoyang-goyang kekanan kiri, kedua kakinya limbung terhuyung-huyung dan akhirnya ia roboh bagaikan pohon pisang di tumbangkan orang! Si muka hitam semenjak tadi berdiri kesima dan bengong, hampir tak percaya akan kejadian yang disaksikannya. Setelah melihat kawannya roboh tak berkutik lagi, barulah ia sadar bahwa ia bukan sedang mimpi. Dipegangnya tombak di tangan. Sebenarnya ia telah merasa ngeri dan seram menghadapi seorang puteri yang luar biasa ini, akan tetapi ia bermaksud untuk merobohkan puteri itu dengan sekali tusukan tombaknya. Dara Lasmi berlaku tenang sekali. Ketika tombak yang ditujukan kearah dadanya itu meluncur dengan kencangnya, ia hanya menggeser kakinya dan memiringkan tubuhnya sehingga tombak yang ditusukkan itu meluncur lewat di samping tubuhnya, kemudian sebelum lawannya sempat menarik kembali tombak itu, tangan kirinya cepat menangkap batang tombak dan kakinya melangkah maju dengan keris di tangan kanan yang masih berlumuran darah itu siap ditusukkan. Koleksi Kang Zusi Akan tetapi, si muka hitam itu ternyata berhati pengecut dan tiba-tiba ia melepaskan tombaknya lalu membalikkan tubuh dan lari tunggang langgang! Dara Lasmi melepaskan tombak itu dan memandang dengan dada masih berombak karena marah, melihat orang yang berlari cepat dan hanya nampak kedua telapak kaki orang itu yang seakan-akan menendangi pantatnya sendiri! Diah Ratnawulan berlari memeluk ibunya. Barulah Dara Lasmi lenyap marahnya dan ia mengucap syukur kepada Gusti yang Maha Agung bahwa yang menyerangnya hanya dua orang. Kalau yang menyerangnya berjumlah banyak, sungguhpun ia akan dapat melindungi diri sendiri, akan tetapi belum tentu ia akan dapat melindungi anaknya. Pikiran ini membuat ia cepat memasuki rumahnya kembali dan ketika tak lama kemudian ia keluar, ia telah berubah menjadi seorang wanita yang berpakaian compang camping dan mukanya penuh dengan Lumpur dan arang, menutupi kecantikannya. Demikianlah, wanita yang bernasibmalangini,lalu pergi keluar dari pintu gerbang sebelah barat. Untung baginya bahwa di situsunyi karena peperangan berlangsung disebelah utarakotadan ia dapat keluar dari Lumajang dengan selamat. Dengan tindakan cepat ia mengandeng anaknya berlari terus kebarat. Diah Ratnawulan biarpun baru berusia sepuluh tahun, akan tetapi ia memiliki kekerasan hati seperti ibunya. Biarpun ia telah merasa betapa kedua kakinya lelah dan sakit sekali, ia menguatkan hati dan menggigit bibirnya,terus berjalan setengah berlari di samping ibunya. Baru setelah mereka berjalan lama dan jauh meninggalkan kota sehingga suara pekik sorak orang-orang yang bertempur tak kedengaran lagi, Ratnawulan mengeluh dan berkata perlahan. "Ibu. apakah kita tidak mengaso dulu.?" Dara Lasmi berhenti dan mnunduk memandang kearah kedua kaki puterinya. Hatinya terasa perih sepertitertusuk pisauketika melihat betapa kedua kaki anaknya itu bengkak-bengkak dan pinggirnyatelah pecah-pecah. Dua titik air mata menetes turun dna ia cepat merangkulanaknya. "Manis, kita belum boleh mengaso dulu.?" Koleksi Kang Zusi Dara Lasmi berhenti dan menunduk, memandang ke arah kedua kaki puterinya. Hatinya terasa perih seperti tertusuk pisau ketika melihat betapa kedua kaki anaknya itu bengkak-bengkak dan pinggirnya telah pecah-pecah. Dua titik air mata menetes turun dan ia cepat merangkul anaknya. "Manis ,kita belum boleh mengaso, belum cukup jauh dari Lumajang. Marilah kau kugendong, nak!" Setelah berkata demikian, Dara Lasmi lalu menggendong anaknya dan terus berlari lagi, lurus kearah barat di mana nampak menjulang tinggi Gunung Mahameru. Sebagai seorang isteri senopati yang dapat disebut bangsawan juga, ia jarang Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sekali melakukan perjalanan keluar rumah dari rumah, apalagi melakukan perjalanan sejauh itu, belum pernah ia lakukan.Maka tentu saja telapak kakinya menjadi lemah dan kulit telapak kakinya yang halus lemas bagaikan sutera. Kini, melakukan perjalanan jauh melalui tanah berbatu dan menerjang tetumbuhan berduri, kedua kakinya telah luka-luka dan telapak kakinya bahkan telah bengkak dan pecah-pecah. Akan tetapi, ia menguatkan diridan sambil menggendong anaknya yang telah kepayahan, ia berlari terus memasuki hutan dikaki Gunung Mahameru itu. Haripun mulai menjadi gelap karena senjakala mendatang. Setelah tiba di dalam hutan yang sunyi, barulah ia berhenti mengaso di dekat sebatang anak sungai yang amat jernih airnya. Ia menurunkan Diah Ratnawulan yang segera duduk di atas rumput dan menggosok-gosok kakinya yang amat sakit. Anak itu mulai menangis perlahan-lahan sambil mengeluh. "Sakitkah kakimu,Wulan?" Tanya ibunya dengan suara penuh iba. Ratnawulan hanya mengangguk dan ibunya lalu memeriksa kaki anaknya yang pecahpecah kulit telapaknya itu. Ia lalu menggendong anknya kedalam anak sungai dan mencuci kaki anak itu.Ratnawulan menjerit kesakitan karena luka-luka di telapak kaki itu ketika terkena air yang dingin terasa sakit dan perih sekali. "Biarlah sakit sedikit, Wulan. Luka-luka ini harus dicucui,kalau tidak, akan menjadi bengkak dan menghebat." Setelah telapak kaki Ratnawulan dicuci bersih, Dara Lasmi lalu memotong ujung kembennya (kain pengikat pinggang) dengan keris, dan dibalutnyalah kedua kakianaknya itu. Koleksi Kang Zusi Setelah itu, barulah ia mencuci dan membalut keduakakinya sendiri dan kedua orang yang bernasibmalangini lalumengaso di bawah sebatang pohon ketapang. Rasa sakit pada kakinya mengurang dan hal ini membuat Ratnawulan dapat merasai rasa lapar yang menyerang perutnya. Beberapakali ia memandang ibunya yang duduk melamun seperti kehilangan semangatitu,akan tetapi ia tidak membukamulut.Iamaklumbahwa semenjakpagi tadiibunya pun belum makan danmaklum pula bahwa ibunya tidak membawa makanan apa-apa, maka ia tidak berani menyatakan bahwa perutnya lapar. "Ibu," akhirnya suara anak itu memecah kesunyian. Ibunya memandang dan seakan-akan baru sadar dari mimpi,karena ia lalu mendekati anaknya dan merangkulnya.Kepala anaknya diraih dan didekapdi atas pangkuannya dan kembali air mata mulai membasahi bulu matanya. "Adaapakah, Wulan" Masih sakitkah kakimu?" Ia menekan perasaannya agar supaya anaknya jangansampai mendengar suaranya yang mengandung isak. Ratnawulan menggeleng diatas pangkuan ibunya, akan tetapianak ini tak dapat menahan lagi dan mulai menangis tersedu-sedan.Dengan penuh kasih sayang dankeharuan hati, Dara Lasmi mengelus-elus rambut anaknya yang hitam dan panjangitu,lalu berkata, "Anakku sayang kau lelah sekali" Biarlah malam inikita mengaso di sini, dan besok kalau kau tidakkuat berjalan, ibuakan menggendongmu." Ratnawulan menahan isaknya. "Ibu besok kitaakan pergi kemanakah?" Kalau saja orang lain yang mengajukanpertanyaan ini, tentu DaraLasmi takkan kuat menahan tangisnya, karenasesungguhnya ia sendiri puntidak tahuke manakah ia harus pergi. Akantetapi ia tidak mau menyusahkan hati anaknya,anak yangmasih kecil dan belum tahu apa-apa ini, maka iamenjawab sambil memaksabibirnya terseyum karena anaknya telah memandang wajahnya. Koleksi Kang Zusi "Wulan, besok kita pergi mendakibukit itu.Disanaindah sekali pemandangannya, kita selanjutnya tinggal dipuncakgunung,di mana banyak terdapatbinatangyang indah-indah. Aku akan menangkap kijang, kelinci, danpelanduk untukmu. Disanabanyak pula kembang yang cantik dan harum baunya, banyak pula buah-buahan yang lezat rasanya." Mendengar ibunya menyebut buah, terasa pula lapar didalam perut Ratnawulan. "Banyak buah-buah, ibu?" "Ya, na, banyak buah-buahan yang lezat. Pisang,jambu,mangga, jeruk, semua terdapatdi puncakitu. Maka sekarang tidurlahagar besok pagikita dapat melanjutkan perjalanan." Hening sejenak. "Ibu.?" "Ya, sayang?" "Betul-betul banyak buah disana,bu?" "Tentu, nak. Ibu tak pernah membohong, bukan?" "Dan sekarang.ke manakah kita harus mencari makanan, ibu?" Dara Lasmi merasaseakan-akanlehernya tercekik dan biarpun ia telah menahannya, namun dua butir air mata tak dapat dicegah lagi, menitik turun dari kedua matanya. Koleksi Kang Zusi "Wulan, anakku. Kau. kau laparkah.?" Ratnawaulan mempereratpelukan kedua tangannya ke pinggang ibunya akantetapi ia tidak menjawab. Dan dalam kesunyian itu, terdengar jawaban dari perut anak itu yang berkeruyuk menyatakan kelaparannya. Bukan main terharunya hati Dara Lasmi.Iamemeluk anaknyadan menciumi mukanya."Wulan. anakku,sayang. tahankanlah untuk malam ini, anakku.Besok akankucarikan makanan untukmu!" Dan kini iatak dapatmenahan lagi membanjirnya air matanya yang membasahi rambutanaknya. Ratnawulanjuga menangis lagidan memeluk pinggang ibunyamakin erat. "Wulan, kau sudah besar, usiamu sudahsepuluh tahun. Kauharus dapat menahan penderitaan inidengangagah, seperti Pendekar Wanita Halimi yang gagah perkasa itu!" "Ibu, ceritakanlah tentangPendekar Hamili itu." Keadaan telah gelap benarkarena malamtelah tiba. Kalau keadaan tidak segelap itu tentu Dara Lasmi akanmelanjutkan perjalanan, mencari tempat di mana mungkin terdapat pohon yang berbuah. Maka ialalu mulaibercerita untuk menghibur anaknya. "Puteri Hamili dibuang ke dalam hutan belukar olehibutirinya yangkejam, dengan maksudagar supaya PuteriHamili mati kelaparandi dalam hutan yang hanya penuh dengan pohonjati dan randu itu. Telah tiga hari tiga malam Puteri Hamiliberjalan di dalam hutan tak kuasa mencari jalankeluar, karena hutanitu amat luas dan liar. Selama tiga hari tiga malam, PuteriHamili tidak makan nasi sebutirpun dan tidak minum air barang setetespun. Ia merasa amat lapar." "Tentuia lapar sekali, ibu, danjuga haus." "Memang, Wulan,lebihlapardan labih haus daripada kita." "Ia kuat sekali, ibu." Koleksi Kang Zusi "Memang, PuteriHamili amat kuat dan gagah perkasa. Pada hari keempat, datanglah seekor srigala jahat dan kejam menjumpainya." "Srigala itu yang bagaimana, ibu?" "Srigala adalah anjing hutan, yang jauh lebih kejamdan lebih kotor daripadaanjing, lagi pula ia besardan kuatsertaliar sekali!" "Aduh, tentu Puteri Hamiliamat ketakutan." "Tidak, Wulan. Puetri Hamilitakkenal takut!Ia gagah perkasalagi kuatimannya. Srigala datang membawa seika tbuah pisang yang sudah masak, dan dengan suarapenuh bujuk rayu ia mempersembahkan pisang raja itu kepada Puteri Halimi sambil bernyanyi: "Duhan Hamili yang cantik rupawan Hamba datang menghibur tuan, Terimalah seikat pisang raja Asalkan mau menjadi isteri hamba!" Dasa Lasmi menceritakan dongeng inisambil menirusuara yang parau danmenyanyikan lagu itu sehingga anknya amat tertarik. "Ia menipu! Ia mau membujuk danmenipu! Bagaimana seorang puteri cantik harusmenjadi isteri srigala?" teriak Ratnawulan dengan gembira,lupa samasekali akan rasalaparnya! Koleksi Kang Zusi Ibunya tersenyum. "Kalau kau menjadi Hamili,apakah kau akan mau menerima persembahan itu, Wulan?" "Tidaksudi, tidak sudi!" jawabanaknya. "Sungguhpun kauamatlapar?" "Tidaksudi! Biar kutahan rasalaparku!" jawab pula anak itu penuh semangat. "Nah, demikianpunPuteriHalimi. Ia menolakkerasdan menjawabdengannyanyian pula: "Wahai srigala jahanam angkara! Tiga hari tiga malam aku berpuasa, Namun bujukanmu ini, tak sudi aku terima! Ketahuilah, Puteri Hamili tahan menderita. Lapar danhaus gangguan biasa. Enyahlah kau, srigalam enyahlah! Puteri Hamili puteri yang gagah!" "Bagus!" Ratnawulan berteriak sambil tersenyum-senyum dan bertepuk tangan. "Demi mendengar jawabanini, srigalamenjadi marah lalu ia menyerang puteri inidengan terkamannya sambil membukamulutnya yang lebarpenuh dengan gigi yang runcing dan mengerikan." Koleksi Kang Zusi "Aduh, lalu bagaimana, ibu?" Ratnawulan menggunakan kedua tangannya menekan kedua pipi dan matanya terbelalak lebar memandang wajahibunya yang hanya nampak samara-samar di bawah penerangan bintang-bintang yang suram itu. "Puteri Hamili tak gentar sedikitpun juga. Ia mencabut pandangnya dan dengan gagah ia melawansehingga srigala itu mati dengan dada tertembus pedang." Ratnawulan menariknapaspanjang karena lega hatinya.Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas rumput, dan meletakkan kepalanya diatas pangkuan ibunya. DaraLasmi melanjutkanceritanya diseling nyanyian-nyanyianyang merdu, karena memang suaranya amat nyaringdan iapandai sekali bernyanyi dan mendongeng. Akhirnya tertidurlah Ratnawulan tanpa teringat sedikitpun akan kelaparan perutnya. Setelah tarikan napas anakitu menyatakan bahwaia telahtidur nyenyak barulah Dara Lasmi menghentikan nyanyian-nyanyiannya dan ialalu duduk melamun sambil menaruh tangannya diatas kepala anaknya. Ia mengenangkan segala peristiwa pagi tadidan tak terasa pula ia menangis lagi, yang ditahan-tahannyaagar jangan sampai menimbulkan suara dan mengganggu anaknya yang sedang tidur. Hatinya penuh dendam dan sakit hati kepda Kartika yang telah menjadi pembunuh suaminya. Kalau suaminyasebagai seorang senopati gugur di dalam peperangan secara sah, ia akan rela karena gugur adalah hal yang tidak memalukan dansudahsewajarnya bagi seorangpanglima perang. Iatakkan menaruh hati dendam kepada siapapunjuga, tidak kepadaKerajaan Majapahit, maupun kepada orang-orang tertentu. Kewajiban seorang panglima danperajurit hanya untuk membela Negara danbangsa, membela kerajaan dan junjungan, membela pimpinannya,tanpa memusingkanpikiran tentang urusanyang menimbulkan pertikaian dan peperangan itu. Kalau ia menang, ia akanmemperoleh jasa dan kedudukan, kalauia gugur, iaakan menjadi kesumaNegara dan menjadi pahlawan. Akan tetapi, yaitu Kartika, yang tadinya dianggai sebagai sahabat baik dan setia. Sepekan sebelum terjadi peprangan, Kartika datang darikota raja mengunjungi suaminya. Sikapnya ketika memandangnya telah menimbulkan rasa jijik dan tak senang di dalam hatinya karena sebagai seorangwanita yang berperasaan halus ia dapat menangkap artisinar mata laki-lakiitu.Akan tetapi oleh karena Kartika dan suaminya, telahmenjadi sahabatkarib semenjak mereka masih tinggaldi kota raja, maka ia diam saja dan pura-pura tidak melihat sinar mata yang mengandung kekurangajaranitu.Kartikaadalah murid tersayang dari Bagawan Mahapati, dan kedatangannya itu untukmembujuk-bujukNagawisena agar supaya suka membantu serbuan tentaraMajapahitdan suka membela Prabu Jayanagara. Akan tetapi, suaminya menjawab dengan suara tetap. Koleksi Kang Zusi "Kartika, kalausaja yang mengeluarkan ucapan inibukankau, yang telah kuanggap sebagai saudara sendiri, tentu sekarang juga bukan mulutku yang bicara, melainkan kerisku. Dengarlah! Aku telah bersumpah setia kepada Raen Nambi dan sebagai seorang senopati Lumajang, aku akan membela Lumajang dengan jiwa dan ragaku. Siapapun juga yang mengganggu Lumajang, akan kuhadapi dengan keris di tangan dan biarpun aku harusberkorbannyawa, aku rela." "Aduh, sahabatku yangkucinta!" Kartika dengan wajahnya yang tampan itu membayangkan keharuan hati danmulutnya mengeluarkan ucapanyang amat manis." Bagaimana hatiku akan rela melihat kau binasa di bawah serbuan tentara Majapahit?" "Apa boleh buat, Kartika. Kalau sudah tiba masanyakau menjadi perajurit Majapahit dan menyerbu ke Lumajang, terpaksa aku akan meramkan mata dan menghadapimu dengan senjata di tangan,denganpendirianbahwa penyerbu Lumajang adalahmusuh Negara yang harus kulawan dengan gigih." Kartikamenjadi amatkecewa mendengar pernyataan Nagawisena yang tak tertundukkan itu, maka sebagai penutup kata ia berkata. "Nagawisena, sahabatku.Betapapunmenyesal dankecewa rasahatiku, namun apabila benar-benar barisanMajapahit menyerbu ke sini, akan kuusahakan agar kaujangan sampai tewas dalam peperangan itu." "Tewashanyalah berpulang ke tempat asal, Kartika. Dan tiada yang lebih mulia bagi seorang senopati melainkan tewas dengan tombak tertancapdi dada." Demikianlah, Kartika kembali kekota raja melaporkan kegagalannya.Danpagi tadi, ketika perang tanding sedang memuncak dan ramainya.Nagawisena yang mengamuk hebat tiba-tiba berhadapan dengan Kartika. "Sayang, Kartika! Terpaksa kita harus berhadapan dengan senjata di tangan!" ata Nagawisena dengan gagah. Koleksi Kang Zusi Akan tetapi, tiba-tiba Kartikamelemparkan senjatanya ke atas tanah dan berkata dengan uara berduka. "Ngawisena, benar-benarkahakan sekejam itu hatimu" Tidak ingatkahkau betapa dahulukita di masa kanak-kanak bersama-sama mandi di Begawan, mencari sarangsarang burung dan bermain-main" Ah, kawan, aku tak tega mengangkat senjata kepadamu!" "Kartika, jangan kauselemah itu!" kataNagawisena sambil mengertak giginya, mengeraskan ati. "Tidak, Nagawisena, tidak!Kitatak boleh saling meyerangi! Simpanlah kembali kerismu dan biarkan aku memelukmu sekali lagi!" "Kita dimedanperang, Kartika,jangan bersikap seperti wanita lemah!" "Kabulkan permintaanku yangterakhirini, Nagawisena. Simpanlah senjatamu dan biarkan aku memelukmu sekali lagi. Setelah itu, terserah kepadamu kalau hendakmelanjutkan pertempuran. Pelukanterakhir ini berarti banyak bagiku, sahabatku yang baik. Siapa tahu, kalau bukan kau tentu akuyang akangugur dimedanyuda ini." Lemah hati Nagawisena mendengar ini. Dimasukkannya kembali kerisnya diwarangka keris dan mereka lalu saling memeluk sebagai duaorang sahabat karib. Akan tetapi, ketika dua orang muda itu saling memeluk, tiba-tibasenopati dari Majapahit cepat memusuk lambung Nagawisena dari belakang dengan kerisnya. Pelukanterlepas dan Nagawisena terhuyung-huyunglalu roboh mandi darah! Kartika yang berhati palsu itu hanya tersenyummenyerigai dan berkata kepadaNagawisena yang menggeletak di atas rumput. "Salahmusendiri mengapa kau tidak mendegar bujukanku!" Koleksi Kang Zusi Demikian terjadilah peristiwaitu. Dara Lasmi mengertakgigi, mengepaltangan dan matanya memancarkan cahaya berapi. Ia mengetahui semua peristiwa ini dariseorangperajurit Lumajang yang menceritakannya dengan jelaskepadanya, sekalian menggambarkan tentang tewasnya suaminya. "Bangsat Kartika, keparatjahanam! Aku bersumpah hendak membalas kekejaman dan kecurangan ini! Kalau aku sendiri tidak dapat turun tangan membalaskan dendam suamiku, tentu anakku yang akan membalaskan sakit hati ayahnya!" Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali DaraLasmi telah melanjutkan perjalanannya mendaki Gunung Mahameruyang amat tinggi itu. Dapat dibayangkan betapa sukarnya perjalanan itu, akan tetapu puteriyang bersemangat besar ini biarpun dengan terpincang-pincang,tetap melanjutkan langkahnya sambil menggendong Ratnawulan di punggungnya. Kadang-kadang anak yang menaruh hati kasihan kepadaibunya iniminta turundan ikut berjalan terpincang-pincang. Untung sekali, di lereng bukit itu mereka lewat dalamsebuah hutan di mana banyak terdapat pohon-pohon berbuah,maka dengan girangDara Lasmi lalu mencari buahbuahpisang dan lain-lain untuk anaknya dan dia sendiri. Sungguhpun dengan hanya merasa puas, namun makanan itu cukuplah untuk menentramkancacing-cacing di dalam perut yang mengeliat-geliat. Akan tetapi sadar mereka harus mengalami banyak penderitaan. Baru saja perut mereka terisi dan mereka terhindar balik gerombolan-gerombolan pohon muncul orang-orang lelaki yang kelihatan kasar dan liar. Jumlah mereka dua belas orang Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dan di tangan mereka kelihatan golok-golok yang mengkilap dan tajam! Dara Lasmi merasa terkejut sekali dan wajahnya menjadi pucat. Kedua kakinya luka-luka dan sakit sekali sedangkan tubuhnya telah menjadi lemah karena lelah. Bagaimana harus membela melindungi anaknya" Karena merasa bahwa ia tidak akan dapat mempertahankan diri apabila ia melawan, maka Dara Lasmi lalu menggendong anaknya dan cepat berlari pergi dari situ! Koleksi Kang Zusi Kawanan perampok itu tertawa mengejek dan mereka mulai melakukan pengejaran sambil terteriak-teriak karenas ungguhpun pakaian Dara Lasmi sudah tak karuan lagi macamnya, namun kecantikan wanita itu masih amat menggiurkan. Dara Lasmi tidak menghiraukan lagi kedua telapak kakinya yang pecah-pecah dan berdarah, tidakmerasakan lagi perih-perih kerikil tajam itu. Akan tetapi, kedua kakinya makin lemas dan beberapa kali ia terhuyung-huyung hampir jatuh. Pegejarnya makin dekat saja dan suara teriakan mereka terdengar keras. Tak lama kemudian ,lagkah kaki pengejar pertama telah berada di dekat Dara Lasmi. Derap kakinya telah terdengar, bahkan bunyi pernapasannya telah terdengar pula.Dara Lasmi makin gelisah dan ketika di depannya terdapat sebuah batu yang agak besar, dalam kegugupannya ia melompati batu itu.Malangbaginya, ia tergelincir dan tubuhnya terguling di atas tanah berbatu-batu. Walaupun demikian, ia masih ingat untuk mendekap anaknya dan melindungi kepala anaknya dengan kedua lengannya.Beberapa kali ia menggelundung dan mendapat lukaluka dikening dan kedua lengannya. Perih dan sakit sekali tubuhnya terasa sakit.Ratnawulan menangis karena ketika ibunya terjatuh, kakinya tergencet dan berdarah, sakitnya bukan main. "Ha,ha, ha! Kau hendak lari kemana, manis,"pengejar yang paling cepat larinya tertawa. "Aku yang lebih dahulu menangkapmu, maka akulah yang berhak atas dirimu!"Sambil tertawa bergelak, perampok itu maju menghampiri. Akan tetapi, tiba-tiba terdengar seruan suara yang halus dan berpengaruh, "Jangan mengganggu orang!" Mendengar suara yang amat berpengaruh ini, bagaikan ada tenaga yang menahan gerakan perampok yang hendak menubruk DaraLasmi itu. Ia cepat menengok dan melihat seorang kakek tua turun dari lereng bukit dengan tindakan kaki tenang. Sementara itu,Dara Lasmi mengeluh dan merangkak bangun,memijit-mijit kaki anaknya yang berdarah sambil menghiburnya. Koleksi Kang Zusi Wanita ini sama sekali tidak memperdulikan luka-lukanya sendiri dan sibuk mendiamkan Ratnawulan yang menangis. Perampok itu menjadi marah dan pada saat itu, kawan-kawannya yang tadi mengejar telah sampai di situ pula. Mereka lalu memandang kepada kakek itu telah turun dari bukit. Kakek ini telah tua,bajunya berlengan panjang warna putih, celananya sampai di bawah lutut berwarna hitam, tangan kanan memegang sebatang tongkat hitam.Rambut kepala dan kumis serta jenggotnya panjang berwarna putih, nampak mengkilap bagaikan perak ketika tertimpa sinar matahari. Perampok yang marah itu lalu membentak. "He, kakek tuarenta! Mengapa kau berani menghalangi maksudku" Apakah kau telah bosan hidup?" "Semenjak dahulu, sekarang dan kemudian aku selalu hidup, bagaimana dapat disebut bosan?" kata kakek itu dengan suaranya yang lemah lembut dan sabar."Kalian janganlah mengganggu wanita ini. Lihat keadaannya demikian sengsara, tidak kasihan bahkan mau mengganggu, apakah itu bukan perbuatan yang melanggar prikemanusiaan?" Berandal-berandal itu adalah orang-orang kasar yang setengah liar,mana tahu tentang prikemanusiaan" Seorang di antara mereka berkata kepada pemimpinnya yang tadi mengejar Dara Lasmi, "Kakang Singo, mengapa perdulikan ocehan seorang kakek yang sudah mau mati" Tangkap saja perempuan itu!" Mereka serentak maju hendak menangkap Dara Lasmi,akan tetapi tiba-tiba terdengar bentakan kakek itu dengan suara gemuruh. "Jangan bergerak!" Koleksi Kang Zusi Dan aneh! dua belas orang perampok yang tinggi besar dankuat itu tiba-tiba berdiri diam dalam gerakan masing-masing, ada yang sedang mengulur tangan, ada yang sedang berlari, ada pula yang sedang menengok, semua berdiri diam dan kaku tak dapat bergerak seperti patung batu-batu. Melihat keanehan ini, Dara Lasmi tertegun dan berdiri dengan bengong, kemudian ia maklum bahwa ia berhadapan dengan seorangtua yang sakti, maka sambil menggendong anaknya dan berjalan terpincang-pincang ia lalu menghampiri kakek itu dan menjatuhkan diri berlutut, menyembah, lalu ibu yang sengsara itu terjungkal pingsan bersama Ratnawulan di dalam gendongannya. "Jagad Dewa Batara!" Kakek itu menyebut."Kasihan sekali nasibmu yang buruk ini, nini!" Ketika Dara Lasmi siuman kebali dari pingsannya, dengan amat heran ia mendapatkan dirinya telah berada dalam sebuah pondok bilik yangamat sederhana dan Ratnawulan telah tidur nyenyak di sebelahnya, yaitu di atas sebuah pembaringan bambu yang bersih. Ia bangun perlahandan memandang ke kanan kiri. Pondok itu tak berkamar, hanya kecil saja bagaikan gubuk ditengah sawah. Iaturun dari pembaringan bamboo itu dan merasa makin terheran ketika merasa betapa kedua kakinya telah sembuhsama sekali. Ketika keluar dari sebuah pintu yang kecil didepan pondok, angina sejuk meniup perlahan dan ia merasa tubuhnya menjadi segar dan berbareng perutnya terasa lapar sekali. Setelah ia keluar dari pondok, ia menahan seruannya karena merasa amat kagum. Pemandangan di luar pondok benar-benar mengagumkan dan indah sekali.Ternyata bahwa pondok itu berada di puncak Gunung Mahameru dan didepannya terbentang luas tamasya alam yang indah menawan hati. Bunga-bunga harum indahtumbuh di sana-sini, pohon-pohon yang penuh buah-buahan terdapat banyak sekali disekitar tempat itu. Suara burung yang berkicau membuat ia merasa seakan-akan berada di alam mimpi. Ternyata bahwa saat itu metahari baru saja terbit,maka ia merasaheran bagaimana ia bisa berada di tempat ini. Ia teringat kepada kakaek yang menolongnya, maka ia menduga bahwa tentu kakekitu yang membawa mereka berdua ketempat ini. Dara Lasmi mencari-cari dengan matanya,namun kakek itu tidak nampak berada di sekitar tempat itu. "Ibu.!"tiba-tiba terdengarRatnawulan memanggilnya.Ia kembali ke dalam pondok dan anaknya telah turun dari pembaringan. Juga keadaan Ratnawulan amat sehat dan segar.Agaknya hawa gunung yang sejuk mambuat mereka merasa amat segar dan sehat. Koleksi Kang Zusi "Sudah bangunkah kalian?" tiba-tiba terdengar suara halus bertanya. Suara ini datangnya dari depan pondok,maka Dara Lasmi lalu mengandeng tangan anaknya dan segera keluar dari pondok. Ternyata bahwa yang bicara itu adalah kakek yang kemarin menolong mereka, maka Dara Lasmilalu mengejak anaknya cepat-cepat berlutut menyembah memberi hormat. "Sungguh hamba amat bersyukur dan berterimakasih kepada eyang yang telah menolong kami berdua. Kalau tidakada eyang yang menolon kami, entah bagaiakan jadinya dengan nasib diriku!" Tak tertahan lagi, saking terharunya, Dara Lasmi mengucurkan air matanya. "Bersyukurlah kepada Yang Maha Adil, nini, dan jangan berterima kasih kepadaku. Memang kau dan anakmu sudah berjodoh untuk bertemu dengan aku, maka sekarang ceritakanlah mengapa kau seorang wanita muda bersama anakmu sampai tersasar ke lereng Gunung Mahameru dan berada dalam keadaan yang demikian sengsara?" Sambil mengucurkanair matanya, Lasmi menceritakan pengalamannya. Akhirnya, ia menutup penuturannya sambil menyembah. "Oleh karena hamba telah tertolong oleh eyang dan telah berada di sini, maka nasib hamba berdua selanjutnya, hamba serahkan pada eyang. Kalau eyang sudi, biarlah hamba tinggal bersama anak hamba di sini, menjadi pelayan dan mengerjakan segala keperluan eyang." Kakek itu mengelus-elus jenggotnya yang panjang sambil menarik napas. "Hm, Mahapati agaknya yang menjadi gara-gara. Sungguh sayang Majapahit yang jaya dikotori oleh bagawan itu. Nini, jangan kau berduka, karena betapapun juga, suamimu gugur sebagai seorang ksatria utama. Kau tinggalah di sini bersama anakmu dan asal saja kau tidak teringat akan kemewahan hidup dikota dancukup merasa puas denganapa yang ada, kau tentu akan menemui kebahagiaan hidup ditempat sunyi ini.Di lereng sebelah utara, takjauh darisini, terdapat beberapa kelompok dusun sehingga kau tak perlu khawatirakan kesunyian, sungguhpun di sini kau takkan bertemu dengan orang-orang gunung yang sederhana saja. Adapun anakmu ini, jiwa ksatria ayahnya menurun kepadanya, maka biarlah ia kudidikdan menjadi muridku." Bukan main girangnya hati Dara Lasmi,dan kini yang mengalir turun dari matanya adalah air mata kebahagiaan. Koleksi Kang Zusi "Terima kasih, eyang. Sungguhkata-kata eyang itu merupakan pendengaran yang paling indah dan membesarkan hati bagi hamba." "Kau anak yang baik, nini, dan demi Yang Maha Adil, kebaikan selalu mendatangkan kebaikan." Kakek tua itu bukan lain ialah Sang Panembahan Mahendraguna, seorang pertapa sakti yang telah puluhan tahun bertapa di puncak Gunung Mahameru. Orang-orang dusun yang tinggal di sekitar gunung itu, menyebutnya dengan sederhana saja, yaitu Eyang semeru. Selain bertapa kakek ini suka bertani, menanam sayursayurdan suka pula berjalan-jalan ke kampong-kampung untuk memberi wejanganwejangan kepada orang-orang kampong dan gunung, bahkan tak jarang ia menolong mereka yang menderita sakit.Tak seorangpun tahu darimana asalnya kakek luar biasa ini yang hidupnya amat sederhana, akan tetapi tak seorangpun diantara mereka yang tidakmenaruh hormat terhadap Eyang Semeru. Demikianlah, semenjak tertolong oleh kakek sakti ini DaraLasmi hidup di puncak Mahameru, mengatur segala keperluankakekitu dan juga mendidik Ratnawulan anak tunggalnya yang terkasih. Tepats ebagaimana yang dikatakan oleh Eyang Semeru, semenjak tinggaldi gunung itu, Ratnawulan memperlihatkan bahwa ia memiliki ketangkasan dan sifat-sifat keperwiraan, tiada bedanya dengan seorang anak laki-laki. Ia mendapat latihanlatihan ilmu pencak silat dari ibunya dan dalam waktu setahun saja, semua kepandaian ibunya telah diwarisinya sampai tamat! Dara Lasmimemang sengaja mendidik puterinya agar supaya menjadi seorang pendekat wanita, karena tidak saja ketangkasan dan kegagahan diperlukan bagi seorang yang hidup di tempat berbahaya itu, jugaia bercita-cita untuk menyuruh anaknya ini kelak membalas dendam kepada Kartika! Disamping memberi latihan silat, Dara Lasmi juga memberi latihan-latihan pekerjaan yang harus diketahui oleh seorang wanita, yaitu pekerjaan tangan,memasakdan lain. Alangkah girang hatiDara Lasmi ketika mendapat kenyataan bahwa setelah menamatkan pelajaran ilmu pencaksilat yang ia berikan kepadanya, Ratnawulan mulai mendapat pelajaran dari Eyang Semeru sendiri! Dan ketika ia melihat cara Eyang Semeru memberi latihan keperwiraan kepada anaknya, ia menjadi takjub karena ternyata bahwa kakek itu adalah seorang ahli yang sukar dicari bandingannya! Baru mendapat latihan beberapa bulan saja, sudah nampak kehebatan gerakan Ratnawulan apabila anak itu sedang berlatih pencak.Gerakan-gerakannya selain cepat,juga amat luar biasa. DaraLasmi ketika masih kecil dan berada di rumah ayahnya yang menjadi pendekat pencak,sudah sering kali melihat kawan-kawan ayahnya bermain silat, akan tetapi belum pernah ia Koleksi Kang Zusi melihat gerakan-gerakan yang secepat dan sehebat ilmu pencak yang diajarkan oleh Eyang Semeru kepadaRatnawulan. Maka diam-diam wanita muda ini mengucap syukur di dalam hatinya kepada YangMaha Agung yang telah mempertemukan ia dan anaknya dengan Eyang Semeru. * Waktu berdear amat cepatnya. Tujuh tahun lewat tak terasa,seakan-akan tujuh tahun itu hanya tujuh harisaja. Bagaikan sang waktu, segala apa di permukaan bumiini bergerak maju, berubah dan tumbuh tak terasa pula. Benih bertunas, menjadi sehelai rumput hijau tak berarti, lalu tumbuh menjadi besar, bercabang, berdaun, berbunga, berbuah! Yang tadinya belum ada bermunculan, yang kecil menjadi besar, yang besar menjadi tua akhirnya kembali lenyap ditelan bumi.Semua ini terjadi bersama peredaran waktu, tak terasa, tahu-tahu sudah terjadi dan demikian seterusnya, selama dunia masih ada. Akan tetapi, di antara segala benda di alam dunia, Gunung Mahameru termasuk benda yang amat kokoh kuat,agknya tak terpengaruh oleh waktu, atau andaikata terpengaruh, maka perubahannya amat kecil, takkan terlihat oleh mata manusia. Keadaan Gunung Mahameru tujuh tahun yang lalu dengan keadaan sekarang, masih sama.Gunung itu masih menjulang tinggi, kepalanya lenyap ditelanawan, bagaikan raksasa dalam Samadhi. Besar, tinggi, angker dan jaya, saksi mati segala peristiwa yang melihat semua itu dengan sabar dan diam.Mahameru maklum bahwa segala peristiwa yang terjadi di permukaan bumi ini memang harus terjadi dan semestinya demikian, maka ia tidak mau mengganggu gugat, tidak mendorong ataupun mencegah, menyerahkan segala sesuatunya kepada Pengaturnya. Bunga-bunga berkembang dan merontok berulang kali di lereng Gunung Mahameru. Pohon-pohon tua tumbang dan pohon-pohon barutumbuh. Namun keindahan lereng gunung itu tidak berubah, baik bunga-bunganya yang beraneka ragam dan warna serta keharumannya yang menyegarkan hawa itu, maupun kehijauan pohon-pohon yangmemenuhi hutan-hutan di sekitar lambung dan kaki gunung. Pada suatu pagi yang indah di lereng Gunung Mahameru. Sang Batara Surya baru saja muncul kembali setelah beristirahat semalam suntuk di belakang Gunung Mahameru. Cahayanya yang kuning kemerahan bagaikan sinar kencana murni itu menembus embun pagiyang tebal, seakan-akan merupakan air suci yang dituangkan dari Surgaloka.Segala sesuatu merasakan kenikmatan hangat yang ditimbulkan oleh cahayamatahari, kenikmatan yang membuat segala benda merasa bersyukur bahwa ia masih hidupdi permukaan bumi ini. Suara burung yang ratusan macamnya memnuhi udara dengan kicau dannyanyi, amat merdu dan membangkitkan suasana gembira, tak kalah indahnya dengan bunyi nyanyian maupunindahnya dengan bunyi nyanyian maupun gamelan yang manapun juga. Koleksi Kang Zusi Sukarlah menuturkanatau menggambarkan keindahan tamasya alamdi pagi hari di lereng Gunung Mahameruitu, karena bahasa dunia tak cukup kuat untuk menggambarkan keindahan yang mulusdan suciitu. Kalau ada seseorang kebetulan berada ditempat itu dan menyaksikan segala keindahan ini, tanpa berdongak memanang keluasan langit yang maha hebat itu,ia akan merasa betapa kecil tak berarti adanya dia diantara segala keindahan yangmulia ini. Setelah matahari naik makin tinggi, dari balik sekelompok pohon mawar gunung dengan bunganya yang berwarna merahmuda, terdengar suara orang bersenandung. Dari suara senandung yang makin keras itu dapat diketahui bahwa orangnya tentu sedang menuju ke lereng itu. Tak lama kemudian nampaklah orangnya yang bersenandung tadi. Dan kalau suaranya tadi amat merdu, maka orangnya lebih menarik lagi.Ia adalah seorangdara remaja yang usianya takkan lebihdari tujh belastahun. Kecantikan wajahnya menyaingi bunga mawar yang sedang mulai mekar, bahkan bunga melatidan kenanga yang tumbuh di dekat tempat itu menjadi kemerahan karena maludan iri menyaksian keayuan dara itu. Rambutnya hitam panjang terurai ke belakang punggung, segar dan gemuk, terhias kembang melati yang harum dan putih bersih.Di atas sebelah kiri dan didekat telinga terhias dengan kembang mawar merah. Sepasang matanya lebar dan jernih sekali, dengan warna pitih pada matanya yang mengingatkan orang akan permata yang menghias ujng daun di pagihari ini, sedangkan manik matanya hitam danmengeluarkan sinar tajam berkilat. Sepasang mata yang pada ujungnya dikanankiri meruncingitu menjadi lebihindah lagi oleh bulu mata yang panjang melengkung ke atas, ditambah oleh sepasang alis mata yang hitam dan kecilpanjang berbentuk bulan sabit.Hidungnya kecil mancung dengan ujung yang manis. Dan alangkah indah bentuk mulutnya. Garis bibirnya membentuk potongan gendewa terpentang dan kulit bibirnya merah delima, membasah dan segar sehat! Akan tetapi, di balik segala kecantikan yang benar-benar menggairahkan ini, tidak nampak kelemahan dan sifat menyerah yang biasanya terdapat pada seorang wanita, sebaliknya jelas sekali nampak sifat yang perkasa di balik kecantikannya itu. Terutama sekali sepasang matanya yang tajam itu menyinarkan semangat yang bernyala-nyala dan ketabahan yang luar biasa. Pakaiannya sederhana saja dan dari pakaiannya ini nampak pula sifat-sidatnya yang gagah. Baju kutangnya terbuat daripada kain berwarna hitam, dengan hiasan renda putih dibagian pinggangnya, atas dan bawah.Baju kutangnya yang hanya membungkus dadanya setinggi bawah pangkal lengan itu melibat erat, namun masih belum cukup kuat untuk dapat menyembunyikan keindahan bentuk tubuhnya yang mulai berkembang. Pinggangnya dikat dengan sabuk berkembang warna kuning dengan kembang-kembang merah di depannya, bagian penyambung sabuk itu, dihias dengan sebuah kembang perak dengan permata intan di tengahnya. Sebatangkeris denganwarangkanya yang berukirdan gagangnya yang berbentuk kepala naga, terselip di baliksabuk, miring ke kiri.Daripundak kirinya sampai ke pinggang kanannya melintang erat-erat sehelai tali lawe warna merah, yaitu pengikat tempat anak panah dan gendewanya. Dipandangdari depan, makayang nampak hanyalah gagang-gagang anak panahnya yang dipasangi bulu burung srikatan.Di pergelangan tangan kirinya nampak sebuah gelangemas berukir intan dengan mata intan, sedangkan pergelangan tangan Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kanannya dilingkari sebuah gelang kayu Koleksi Kang Zusi cendana menghitam yang berbentuk ular. Berbeda dengan kebiasan-kebiasaan puteri paamasa itu, dara ini mengenakan kain batiknya agak tinggi di atas mata kakinya yang terhias gelang perak, dan hal inimemang disengaja karena dengan demikian gerakan langkah kakinya menjadi leluasa, seperti halnya kebiasaan perempuanperempuan gunung di sekitar Gunung Mahameru itu mengenakan kainnya. Inilah Diah Ratnawulan yang kinitelah menjadi seorang dara perkasa yang berilmu tinggi. Selama tujuh tahun Ratnawulan menerima gembelangan-gemblengan ilmu pencak silat dari ibunya dan dari eyang gurunya, bahkan iatelah mempelajari ilmu kebatinan sehingga tidak saja ilmu silatnya tinggi, akan tetapi iapun memiliki kekuatan batin yang mentakjubkan, yang membuat semangatnya bernyala-nyala, ketabahannya tak mengenal batas, dangerak-geriknya tenang, penuh kepercayaan kepada diri sendiri. Pada waktu itu, Panembahan Mahendraguna atau Eyang Semeru, yaitu eyang guru dari Ratnawulan, telah sebulan lebih meninggalkan puncak Mahameru, melakukan lelana brata dan katanya hendak mengamankan daerah-daerah di tanah Jawa yang masih angker. Maka Ratnawulan hanya tinggal berdua dengan ibunya yang kinipun telah menjadi seorang pertapa. Dara Lasmi telah mempelajari filsafat kebatinan dari Eyang Semeru dan kini mulai menjalankan tapa brata. Akan tetapi, dendam di dalam hatinya biarpun kini tidak bernyala-nyala panas, namun api dendam itu masih belum padam. Ia belum menceritakan hals akit hatinya itu kepada puterinya, oleh karena sungguhpun ia maklum bahwa kinianaknya telah menjadi seorang pendekar yang digdaya, jauh melebihi kegagahan mendiang ayahnya, namn ia mengangap anaknya masih terlampau muda. Memang ada benarnya keraguan hati Dara Lasmi itu, oleh karena sesungguhnya, di samping ketenangan dan kepamdaiannya yang tinggi, Ratnawulan memiliki dasar tabiat yang keras hati dan tidak mau mengalah terhadap siapapun juga. Sifat inilah yang marupakan dorongan kepadanya sehingga ia dapat mengeduk semua ilmu dari Eyang Semeru.Tiap kali ia berlatih dengan gurunya itu dan dikalahkan, ia menjadi penasaran dan merengek-rengek kepada gurunya untuk diberi pelajaran ilmu baru yang digunakan oleh gurunya dalam mengalahkan tadi. Seringkali Eyang Semeru berkata sambil tersenyum kepadanya. "Ratnawulan,kau seperti anak kecil saja! Kau selalu merasa penasaran kalau dikalahkan dan ingin menambah pengertianmu. Sifat untuk selalu menambah kepandaian ini memang baik dan dapat memajukan kepandaianmu, akan tetapi jangan kau terlalu bernafsu oleh keinginan hendak memiliki seluruh kesaktian yang ada didunia ini.Hasrat hati memang selalu diliputi nafsu angkara murka dan kehendaknya kalau dapat akan dipeluknya Gunung Mahameru, tanpa mengingat bahwa sepasang lengannya hanya pendek saja. Ketahuilah, Wulan, manusia tetap makhluk yang lemah apabila di bandingkan dengan seluruh kebesarannya ini. Kepandaianmu tidakkenal batas dan tidak habisnya.Tak mungkin ada di dunia ini manusia yang dianggap paling pandai, karena sepandai-pandainya seseorang, Koleksi Kang Zusi akan ada yang melebihi lagi. Kalau kau menang dalam sesuatu hal terhadap orang lain, belum tentu kau akan menang pula darinya dalam hal lain. Dan akhirnya, sepandai-pandainya orang,ia akan merasa dirinya bodoh dan kecil kalau berhadapan dengan hukum dan kekuasaan alam!" Betapapun juga, karena Eyang Semeru amat sayang kepada dara ini, ia turuti juga permintaannya dan karenanya, Ratnawulan menjadi makin pandai saja. Baik ilmunya memanah, bersilat tangan kosong, main keris, maupun kekuatan batinnya, membuat ia menjadi seorang dara perkasa yang jarang terdapat keduanya pada zaman itu. Selain kerashati dan tidak mau kalah, Ratnawulan juga berwatak riang gembira danamat jenaka pula sehingga kadang-kadang ia bertingkah kenes dan kewat, menggemaskan hati dan membuat orang ingin menggigit dengan gemas dan sayang! Kesukaan Ratnawulan berburu binatang dan ia seringkali merantau di sekitar Gunung Mahameru, sehingga boleh dibilang semua penduduk di dusun-dusun sekitar lereng dan kaki gunung itu kenal belaka kepada dara perkasa ini. Karena malum bahwa dara ini adalah murid terkasihdari Eyang Semeru,maka mereka semua menghormatinya sebagai seorangdara yang berilmu tinggi.Tidak jarang Ratnawulan menolong orang-orang dusun yang sedang ditimpa bencana.Pernahia memburu dan membunuh seekor harimau buas yang mengacau dusun di kaki gunung sebelah selatan, dan pernah pula ia mengusir seorang laki-laki kasar yang menjagoi dan menghina penduduk kampong mengandalkan kekuatannya. Pada hari itu, Ratnawulan seperti biasaturun daripuncak gunung. Iahendak memburu rusa, karena telah lama ia tida kmakan daging rusa. Sudah beberapa tahun ibunya tidak makan daging, dan hanya makan sayur-sayuran saja,maka kalau ia mendapatkan hasil buruan, ia hanya makan bagian yang paling disukainya saja, sedangkan selebihnya ia berikan kepada orang-orang dusun terdekat. Ratnawulan telah melalui dua buah hutan, namun belum juga ia melihat seekor rusa pun. Ia menjadi jengkel dan kegembiraannya banyak berkurang. Mengapa ia demikian sial, pikirnya. Memang banyak ia melihat binatang-binatang lain, akan tetapi bukan watak dara itu untuk sembarangan melepas anakpanah dan membunuh binatang tanpa maksud. Kalau ia ingin membunuh rusa,harus rusalah yang menjadi kurban anak panahnya, bukan binatang lain.Ratnawulan belum belum pernah membunuh binatang, kalau ia ingin makan daging itu,atau kalau binatang itu tidak menyerangnya. Biar bertemu dengan seekor harimau atau ular besar sekalipun, asalkan binatang ini tidak mengganggunya dan tidak mengganggu penduduk, ia tidak mau menyerang atau membinasakannya. Setelah matahari naik tinggi dan tengahhari telah lewat, ia tiba di dalam sebuah hutan di sebelah utara gunung. Di luar hutanitu terdapat sebuah dusun yang disebut dusun Jatikembar. Nama ini Koleksi Kang Zusi diberikan orang kepada dusun itu karena di situ terdapat sepasang pohon jati yang besardan tua dan yang bentuknya hampir sama, maka dikenal jati kembar. Ratnawulan telah dikenal baik oleh penduduk di situ, maka dara ini ingin singgah di situ melepas lelah. Tiba-tiba ia melihat berkelebatnya bayangan rusa. Hatinya berdebar girang dan bagaikan anak panah terlepas dari busurnya, tubuhnya melesatdan memburu rusa itu dengan cepatnya. Rusa adalah seekor binatang yang dapat berlari amat cepatnya, akan tetapi oleh karena tahu bahwa dirinya dikejar orang, rusa itu berlari sambil sembunyi-sembunyi sehingga sebentar saja Ratnawulan dapat mengejarnya. Percuma saja binatang itu hendak menyembunyikan dirinya, karena sepasang mata dara itu yang amat tajam dan erlatih, selalu dapat mengikutinya. Pada saat yang amat baik, ketika binatang itu hendak berlari lagi keluar dari serumpun alang-alang, Ratnawulan cepat mengambil gendewa dan anakpanahnya. Dengan amat cekatan tanpa memandangnya lagi, tangannya bergerak memasang anakpanah dan"sr!" sebatang anak panah meluncur merupakan sinar keputihan dan dengan tepat anakpanah itu menembus jantung binatang itu yang roboh tanpa dapat bergerak atau mengeluarkan suara lagi karenaia mati pada saat anak panah menancap dan menembus jantungnya. Bukan main girangnya hati Ratnawulan karena hasil ini.Ia menyimpan gendewa dan anak panahnya, lalu berlari-lari menghampiri rusa yang menggeletak tak bernyawa itu. Kegirangannya membuat ia berlaku kurang waspada dan tidak melihat bahwa diatas cabang pohon lo di deka trusa itu, terdapat seekor macan tutul sedang mengintai dengan mulut meringis. Tadinya macan tutulitu hendak menyerang rusadan menjadikan rusa itu sebagai pengenyang perutnya yang lapar,akan tetapi ketika ia melihat Ratnawulan berlari mendekat, perhatiannya beralih kepada mangsa yang masih hidup ini. Ratnawulan membungkuk dan hendak mencabut anak panahnya yang menancap didada rusa,dan pada saat itulah harimau tutul itu menggereng dengan suara yang amat dahsyat. Ratnawulan terkejut dan baru ia tahu bahwa di atasnya ada seekor macan tutul yang kelaparan, akan tetapi terlambat karena pada saat itu, binatang buas tadi telah menubruk turun dengan kaki depannya mengulur cakar dan mulut terpentang lebar. Akan tetapi, tidak percuma Ratnawulanlah mendapat gemblengan bertahun-tahun dari Panembahan Mahendraguna dan ia hanya akan memalukan nama Eyang Semeru apabila ia menyerah kalaht erhadap serangan hanya seekor macan tutul saja! Biarpun tubuhnya masih membungkuk dan sedang berada dalam posisi yang kurang baik dan sama sekali tidak kuat, namun ketabahan dan ketenangannya banyak menolongnya. Dengan amat sigapnya, ia menjatuhkan diri ke kiri dan Koleksi Kang Zusi bergulingan cepat bagaikan seekor trenggiling sehingga tubrukan macan tutul itu mengenai tempat kosong. Ketika macan itu sambil menggereng marah membalikkan tubuhnya, dara perkasa itu telah berdiri dengan gagah memasang kuda-kuda dan siap menghadapinya. "Binatang curang!"ia memaki sambilt ersenyum mengejek. "Kalaukau memang berani, seranglah ke depan, jangan mempergunakan kesempatan selagi orang lengah kau menubruk." Belum habis ucapannya ini dikeluarkan macantutul yang tidak mengerti ucapan dara itu, telah menggeram dan menubruk kembali.Akan tetapi kali ini dengan gerakan amat indah serta gesitnya, Ratnawulan mengelak kekanan dan ketika tubuh macantutul itu menyambar lewat ia memutar kakinya dan memberi hadiah berupa dupakan kearah pantat binatang itu sehingga macan itu terdorong maju dan terjungkal ke depan. Ratnawulan tertawa geli, sedangkan macan itu cepat bangun pula. Ia tidak segera menyerang, akan tetapi menggereng perlahan, mulutnya ditarik meringis seakanakan memperlihatkan keruncingan siungnya kepada lawan. Kedua kaki depannya menggaruk-garuk tanah sehingga tidaksaja rumput-rumput menjadi jebol karena kuku-kukunya yang menggaruk kuat, bahkan batu-batu kecil juga ikut tergali ke luar! Ia seakan-akan hendak memperlihatkan betapa kuatnya kku-kukunya. Tubuhnya direndahkan sehingga perutnya yang kempis itu menyentuh tanah, seluruh urat kakinya tegang siap untuk menubruk kembali. Bagiorang lain, lebih-lebih wanita, baru melihat siung dan gigi yang runcing dan tajam serta cakar yang ganas dan kuat itu, tentu ia akan menggigil karena merasa ngeri dan takut. Akan tetapi Ratnawulan bahkan tertawa geli dan berkata seakanakan lawannya seorang manusia yang mengerti kata-katanya. "Macan busuk! Kau mempunyai benda-benda runcing, apa kaukira akupun tidak mempunyai itu" Kau lihat ini!" Sambil,sekali tangan kanannya bergerak, makakeris pusaka Kyai Banaspati yang selalu terselip di pinggangnya kini telah berada di tangannya! Aneh sekali, entah karena keampuhan Kyai Banaspati, keris pusaka pemberian Eyang Semeru itu, atau karena ketegangan gadis itu yang amat ganjil bagi si macan tutul, akant etapi buktinya binatang ini seperti merasaragu-ragu untuk melanjutkan serangannya. Sampailama ia mendekam saja, menggereng perlahan dan bahkan tubuhnya lalu bergerak mundur perlahan sekali! Koleksi Kang Zusi "He, binatang pengecut! Apakah kau patut disebut raja hutan?" Ratnawulan mengejek dan ia memandang sebuah batu yang berada di depannya ke arah macan tutul itu. Macantutul itu menggerung kesakitan dan dengan kaki depan serta mulutnya, ia mencoba untuk mencakar atau menggigit buntutnya yang telah hilang sehingga tubunya berputar-putar sepertibaling-baling. Kemudian, dengan amarah meluap-luap ia menerjang lag,kini tidak engan melompat ke atas, hanya langsung menerjang ke depan, tubuhnya diluruskan dan dipanjangkan. Dua buah kaki depannya mencakar kearah tubuh Ratnawulan. Serangan ini diganda tertawa saja oleh dara pendekar itu yang lalu melompat keatas melalui tubuh harimau sambil berseru. "Awas telingamu!" Dan ketika ia menggerakkan kerisnya,maka terbabat putuslah telinga kiri harimau itu! Kembali macan tutul itu menggerung-gerung kesakitan dan darah mengucur dari kepalanya yang kini tinggal bertelinga satu itu. Ia memandang kepala lawannya dengan marah dan kepalanya digerakkan ke kanan kiri karena terasa amat perih dan sakit. "Bagaimana, kucng dapur! Masih belum puaskah" Awas, kali ini kedua matamu hendak kuambil!" Akan tetap iagaknya macan itu telah puas dan kapok. Buktinya, tanpa pamit lebih dahulu ia lalu membalikkan tubuhnya dan melarikan diri secepat mungkin dengan terhuyung-huyung karena tanpa buntut, ia kehilangan keseimbangan tubuhnya dan telinganya yang tinggal satu itu membuat kepalanya terasa berat sebelah. Ratnawulan tertawa bergelak dengan hati geli. Ia menyimpan kembali kerisnya didalam warangka dan sambil tersenyum ia memungut telinga dan buntut macan tadi, dibawanya ke tempat rusa yang menjadi korban anak panahnya. Pada saat itu,munculah belasan orang dusun Jatikembar.Ada yang membawa arit, ada yang membawa tombak, kapak, linggis dan bahkan ada yang membawa pacul.Seorang yang berubah gemuk Koleksi Kang Zusi bahkan membawa sebatang alu yang potongannya seperti tubuhnya sendiri. Beramairamai mereka menuju ketempat itu dan ketika melhat Ratnawulan, mereka segera maju menghampiri dengan wajah nampak girang. "Eh, eh,paman-paman sekalian ini hendakke manakah?"Tanya Ratnawulan sambil memandang heran. Seorang tua yang memegang tombak,yaitu PakGanjar yang dianggap sebagai kepala dusun Jatikembar, menarik napas panjang dan menjawab, "Ah, baiknya ada kau di sini, jeng Wulan." Memang Ratnawulan disebut Raden Ajeng Ratnwulan yang disingkat jeng Wulan saja, karena sungguhpun DaraLasmi tak pernah menceritakan pada orang lain bahwa ia adalah isteri seorang senopati, namun keadaan dan sifat-sifat Dara Lasmidan Ratnawulan membuat semua orang dusun menduga bahwa mereka tentu berarah bangsawan. "Adaapakah, Paman Ganjar" Agaknya kalian hendak berangkat perang?" "Sebenarnya kami sedang dalam keadaan gelisah, bagaikan seekor burung yang baru saja terhindar ari bahaya maut sebatang anak panah sehingga apa saja yang kami dengar menimbulkan rasa takut. Tadi kami sedang berkunpul dan marundingkan sesuatu yang amat penting, yaitu tentang bahaya yang mengancam dusun kami,tiba-tiba kami mendengar aumanmacantutul sehinggadengangugup dan ketakutan kami lalu mengambil senjata seadanya untuk menuju ketempat ini.Tak tahunya kau yang beradadi sini dengan seekor rusa yang telah kau panah mati. Heran sekali, dimanakah adanya macan tutul yang tadi kami denga rsuaranya?" Sambil tersenyum manis Ratnawulan menjawab, "Macan tutul" Ah, ia telah melarikan diri, paman. Ia memang berada di sini tadi,akan tetapi setelah menyatakan takluk kepadaku dan memberi tanda mata buntut dan kupingnya, ia lalu pergi. "Sambil berkata demikian Ratnawulan lalu mengeluarkan buntut dan kuping macan tutul yang terbabat putus oleh kerisnya tadi. Semua orang menjadi bengong mendengar betapa seekor macan tutul yang ganas dapat menyatakan takluk dan bahkan memberi tanda mata berupa buntut dan telinga, akan tetapi setelah mereka melihat buntut dan telinga yang berdarah itu, bersoraklah mereka dengan girang dan kagum. Mereka dapat menduga bahwa dara perkasa ini tentu telah mempermainkan macan itu sehingga buntut dan telinganya terpotong. Koleksi Kang Zusi "Kau tadi menyatakan tentang adanya bahaya yang mengancam kampungmu, Paman Ganjar. Sebetulnya apakah yang telah terjadi?" Pak Ganjar menarik napas berulang-ulang, kemudian ia menuturkan dengan suara berat. "Bencana telah menimpa kepada kami, jeng Wulan. Bukanitu saja,yang mengelisahkan kami adalah bahaya yang mengancam keselamatan penduduk sekitar Mahameru ini. Beberapa hari yang lalu, beberapa orang kawan kami yang membawa hasil hutan ke kaki bukit sebelah timur, telah bertemu dengan segerombongan perampok yang katanya berasal dari para pelarian dari Majapahit, yaitu sisa para pemberontak yang telah dipukul hancur oleh barisan Majapahit. Mereka itu tidak saja merampok habis kawan-kawan kami itu, bahkan menyatakan hendak menyerbu dan merampok habis dusun di sekitar gunung dan hendak memaksa kami memberi runsum kepala mereka. Ratnawulan menjadi marah mendengar ini sehingga alisnya terangkat naik. "Hmm,di manakah adanya perampok-perampok jahanam itu?" "Mereka berserang dihutan randu di kaki gunung sebelah timur,jeng Wulan,"kata Pak Ganjar." Akan tetapi bukan itu saja bahaya yang menimpa kami.Ketika kawankawan kami pulang dengan tangan kosong karena sudah diberi andil oleh perampokperampok itu, didalam hutan cemara tiba-tiba mereka diserang ular raksasa sehingga seorang diantara kawan kami itu ditelan habis. Ah, entah dosa apa yang telah kami dan mendatangkan malapetaka ini." Semua orang dusuni tu menundukkan kepala dan nampaksedih sekali. Kemarahan Ratnawulan bertambah dan ia berkata, "Keparat benarular itu. Mari, tunjukkan aku ke hutan cemara, hendak klihat sampai di mana kekurangajaran ular itu!" "Akantetapi,jeng Wulan. Ular itu benar-benar besar sekali!" kata seorang di antaramereka." Aku sendiri ikut dalam rombongan itu dan ketika kami berlima sedang membicarakan kesialan kami yang telah dirampok habis-habisan, tiba-tiba kami mendengar desis hebat dari atas pohoncemara dan baru saja kami menengok ke atas, dariatas menyambar turun kepala ular ituyang besarnya Koleksi Kang Zusi segentong. Dengan kaki mengigil kami melarikan diri, akan tetapi seorang kawan kami itu ditelannya bulat-bulat berikut seluruh pakaiannya, semua masuk ke dalam mulut yang sebesar gua itu. Ketika aku menengok, bukan main! Tubuh ular itu besarnya sama dengan gelugu (batang pohon kelapa)!" Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Semua orang menjdi pucat mendengar ini, sungguhpunorang itu pernah bercerita sampai berkali-kali kepada mereka.Tiap kali mendengar cerita ini kembali mereka menjadi ketakutan dan ngeri. Akan tetapi, tanpa gentar sedikitpun Ratnawulan berkata. "Aku akan membinasakannya! Bawalah aku kesana,atau kalau kalian takut tunjukkan saja di mana tempat ular itu." Timbulah semangat PakGanjar menyaksikan sikap gagah ini walaupun ia masih merasa ragu-ragu ketika bertanya, "Akantetapi,jeng Wulan. Binatang itu demikian berbahaya,bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu dengan kau" Kami takut akan mendapat marah dari EyangSemeru." "Jangan takut! Sebaliknya kalau kalian tidak mau memberitahukan dan aku tidak mau menolong, beliau akan marah kepadaku, juga kepada kalian. Kalau sampai terjadi sesuatu, biarlah kutanggung sendiri." "Baik, kalau begitu kami akan mengantarmu ke tempat itu, jeng Wulan! Hayo, siapa yang berani mengantar?" kata kepala dusun itu dengan gagah. Ternyata semangat orang tua ini menlar kepada semua orang dan di antara belasan orangitu, tidakada seorang pun yang tidak mau mengantar, semua hendak ikut dan hendak menyaksikan betapa dara perkasa itu membinasakan ular! "Akan tetapi,rusa ini harus dibawa ke dusun Jatikembar lebih dulu, kalau tidak segera dirawat akan rusak,"kata Ratnawulan. Koleksi Kang Zusi Demikianlah, beramai-ramaipara penduduk Jatikembar itu mengiringkan Ratnawulan memasuki dusn Jatikembar sambil memikulrusa yang besar itu. Mereka berseri-seri bangga seakan-akan rusa yang dipikuln yaitu adalah hasil buruan mereka! Kegirangan ini bukantak beralasan, oleh karena seperti biasa, gadis pendekar itu hanya makan sedikit bagian saja, sedangkan selebihnya akan dibagi-bagi dengan adil! Riuhlah seluruh penduduk Jatikembar, tua mudalaki perempuan, menyambut kedatangan dara perkasa itu. Rusa itulalu dikuliti, dan beberapa orang wanita sibuk memasak hati dan buntut rusa karena mereka maklum bahwa hanya itulah kegemaran Ratnawulan. Taklama kemudian, hatidan buntutrusa yang telah masak mengebul harum dihidangkan kepada Ratnawulan yang segera memakannya dengan enak sebagai teman nasi pulen. Setelah saraperkasa itu selesai makan, ia lalu minta diantar kehutan cemara di mana terdapat ular besar itu. Kini yang mengantarnya terdiri dari orang-orang bersenjata parang, tobakdan keris sebanyak duapuluh orang. Mereka berjalan mengiringkan Ratnawulan yang berjalan bersama Pak Ganjar, kakek yang sudah lanjut usianya akan tetapi masih bersemangat. Semua orang berbaris dengan langkah gagah, seakan-akan sepasukan perajurit yang berangkat perang dipimpin oleh seorang panglima yang gagah perkasa. Akan tetapi, ketika mereka telah tiba di luar hutan cemara, lenyaplah sebagian besar kegagahan mereka.Bahkan Pak Ganjar sendiri yangpaling berani kiniberjalan di belakang Ratnawulan, tidakseperti tadi selalu di samping gadis pendekar itu. "Di sanalah tempatna, melalui tanjakan itu membelok ke kiri,"kata seorang diantara mereka, kawan si korban ular. Tiba-tiba mereka mendengar suara yang menyeramkan menggema dihutan. Suara ini seperti bunyi burung gagak yang menggoak dengan suara parau dank eras, akan tetapi suara ini lebih besar dan lebih parau. Suara itu berbunyi berulang-ulang sampai delapan kali dan tiap kalinya mendatankan gema dan membuat bulu tengkuk semua orang meremang. "Suara apakah itu?" Tanya Ratnawulan penuh perhatian. Koleksi Kang Zusi "Itulah suaranya, jeng Wulan!" bisik Pak Ganjar. "Aku tahu benar, ular yang besar memang dapat menggoak seperti gagak. Dan menilik dari suaranya tadi, ia tentu amat besar." Suara kepala kampong ini gemetar karena ia menahan rasa takutnya. "Hmm,kalau begitu, biarlah aku maju sendiri dan kalian berani mendekat,boleh mengikuti di belakangku, akan tetapi jangan terlalu dekat." Denganlangkah gagah dan sedikitpun tidak ragu-ragu atau jerih, Ratnawulan menuju ke tanjakan itu,kemudian ia membelok ke kiri. Parapengikutnya yang berjumlah duapuluh orang itu saling pandang.Untuk beberapa lama mereka tidka bergerak maupun bersuara, bahkan bernapas pun mereka tahantahan. Mata mereka ditujukan kepada Ratnawulan sampai gadis itu lenyap dalam tikungan tanjakan. "Aku mau ikut, jeng Wulan!" tiba-tiba PakGanjar berbisik perlahan, akan tetapi gagah. Kemudian dengan dada berdebar keras,kakek ini melangkah maju, mendaki tanjakan, dengan tombaknya terpegang erat-erat ditangan kanan. Perbuatan ini mendatangkan ketabahan dalam hati semua orang dan kini semua orang melangkah maju perlahan mendaki tanjakan, di belakang Pak Ganjar. Ketika Ratnwulan tiba di bawah pohon cemara yang tinggi dari mana suara menggoak tadi terdengar, ia tertegun juga melihat seekor ular yang membelitkan tubuhnya pada cabang pohon itu dengan kepala bersembunyi di balik daun cemara. Tubuh ular itu tidak sebesar yang diceritakan olehorang tadi,dan hanya dibagian perutnya saja yang benar-benar sebesar pohon kelapa karena agaknya di situlah terletakmayatorang yang telah ditelannya, akan tetapibagian tubuhnya yang lain tidak sebesar itu. Kulitnya berwarna coklat kekuning-kuningan dengan kembang-kembang hitam melingkar-lingkar. Inilah semacam Ular Sanca Kembangy ang jarang ditemukan orang dan sungguhpun penuturan orang tadi agak dilebih-lebihkan, akan tetapi Ratnawulan harus mengaku bahwa belum pernah ia melihat ular sebesar itu. Ular itu membelit cabang terendah dan melihat panjangnya tubugh ular itu, bisa jadi kepalanya menyentuh tanah apabila ia menggantungkan tubuhnya sambil mempergunakan ekornya untuk melilit cabang dan menahan tubuhnya. Koleksi Kang Zusi Tadinya Ratnawulan merasa sayang untuk membinasakan binatang yang indah warna kulitnya ini, akan tetapi ketika pandang matanya tertuju kearah perut yang gembung itu, ia teringat akan korban manusia yang telah ditelan olehular itu, maka kemarahannya timbul kembali. "Ah, paman-paman petani itu terlalu penakut." pikirnya, "apakah susahnya membinasakan ular itu" Dengan sebatang anak panah pun ia akan dapat dibinasakan." Setelah berpikir demikian, ia mencabut sebatang anak panah,menurunkan gendewanya, memasang anak panahnya dan bagaikan Srikandi melepaskan panah pusakanya, ia membidik dan menarik tali gendewanya. "sr!" Sebatang anak panah meluncur cepat ke atas dan tepat mengenai bagian tubuh ular yang menjadi sasaran bidikan Ratnawulan, yaitu di dekat leher. Akan tetapi, alangkah terkejut dan herannya hati Ratnawulan ketika menyakskan betapa anak panahnya itu tidak menembus kulit ular sebagaimana yang ia duga,akan tetapi anak panahnya itu meleset dan menancap pada cabang pohon itu. Ternyata bahwa kulit ular itu amat keras dan licin sehingga anakpanahnya tidak mempan dan meleset. Akan tetapi, serangan anak panah itu cukup mengagetkan binatang itu, oleh karena tiba-tiba tubuh ular itu bergerak dan kini kepalanya muncul dari balik daun-daun cemara. Bukan main hebatnya kepala ular itu. Sungguhpun tidak sebesar gentong sebagaimana yang diceritakan oleh orang besar dan yang mengerikan adalah mulut dan matanya. Mulutnya lebar dan berwarna merah, lidahnya terjulur keluar dan siungnya nampak putih dan runcing. Sepasangmatanya melotot dan menjijikkan sekali. Ratnawulan merasa marah dan penasaran melihat betapa anakpanahnya yang pertama tadi gagal. Ia mendengar seruan tertahan dari para pengikutnya yang telah berada di tempat jauh di belakangnya. Agaknya orang-orang itu melihat pula betapa anak panahnya tak berhasil maka dara perkasa ini menjadi malu dan gemas. Dengan cepat dipasangnya sebatang anakpanah lagi dan setelah membidik kearah kepala ular itu, ia menarik lagi gendewa dan begitu dilepas, meluncurlah anak panah itu menyambar kepala ular. Kepala ular itu bergerak sedikit akan tetapi ia kalah cepat daripanah itu sehingga karena ia menarik kepalanya, maka anak panahyang tadinya mengarah mulutnya itu, kini tepat mengenai tengah mulutnya itu, kini tepat mengenai tengah-tengah kepalanya, diatas kedua matanya. Kali ini Ratnawulan benar-benar tercengang. Ketika anak panahnya dengan tepat sekali menusuk kepala ularitu, terdengar bunyi "Tak!" dan anak panahnya jatuh ke bawah menjadi dua potong. Koleksi Kang Zusi Demikian keras dan kuat kepala ular itu sehingga tak saja kepala itu tidak terluka oleh anak panah, bahkan anakpanahnya putus menjadi dua. Semua penduduk Jatikembar yang berada di situ, menjadi pucat melihat hal ini. Mereka tidak terasa lagi mundur beberapa tindak,bahkan Pak Ganjar segera bertindak. "Jeng Wulan.!Larilah saja, ular itu terlalu sakti!" Orang-orang lain berseru, "Ular siluman.!" Bahkan ada beberapa orangyang menjatuhkan diri berlutut dan menyembah meminta ampun. Tadinya ketikamelihat betapa anak panahnya yang kedua tidak berhasil bahkan patah, Ratnawulan menjadi terkejut dan kesima, akan tetapi jangan sekali-kali mengira bahwa ia menjadi takut atau gentar. Tidak! Dara perkasa Diah Ratnawulan tidakmerasa takut. Kini, ketika mendengar seruan Pak Ganjar dan ketika ia menengok melihat wajah mereka pucat ketakutan, amarahnya timbul dan ia memandang kepada ular itu dengan mata bernyala. "Kau ular siluman" Baik, turunlah siluman busuk! Turunlah dan terima kebinasaanmu!" Sambil berkata demikian, ia melemparkan gendewanya ke atas tanah dan mencabut Kyai Banaspati, berdiri memandangke atas dengan sikap gagah! "JengWulan. jangan.!" masih terdengar seruan PakGanjar, akan tetapi Ratnawulan sama sekali tidak memperdulikannya dan pada saat itu,ular yang merasa kepalanya sakit tertumbuk anak panah yang kencang sekali jalan itu, tiba-tiba menyambar ke bawah. Dengan melilitkan ujung ekornya pada cabang pohon, kepalanya menyambar dengan mulut terbuka lebar ke arah Ratnawulan! Gadisitu cepat melompat ke samping, menghindarkan diri dari sambaran kepala ular. Ia belum sempat mengerjakan kerisnya oleh karena gerakan ular itu cepat sekali, dari atas menyambar ke bawah. Setelah sambaran pertama gagal, kepala itu terayun-ayun dan menyambar-nyambar dari kanan ke kiri dengan amat cepatnya. Mulutnya mendesis-desis dan mengeluarkan bau amis sekali. Akan tetapi Ratnawulan terlampau cepat baginya dan biarpun berkali-kaliia menyerang, selalu gadis ini dapat melompat ke samping dan mengelak dengan baik sekali. Bahkan, pada sambaran kelimakalinya, Ratnawulan yang telah mempelajari gerakan ular itu, cepat mengejar dan menusuk dengan kerisnya. Iamerasa betapa kulit ular itu benar-benar keras dan licin sekali sehingga kerisnya Kyai Banaspati juga meleset! Ia maklum bahwa klit ular itu mengeluarkan lender yang membuat kulititu amat licn,maka makin gemaslah Ratnawulan. Ketika untuk keenam kalinya ular itu Koleksi Kang Zusi menyerangnya dengan mulut terbuka lebar dan lidah terjulur keluar,ia tidak mengelak sambil melompat seperti tadi, akan tetapi dengan amat beraninya ia hanya menggeser kakinya dan miringkan tubuh, kemudian secepat kilat kerisnya menyambar kearah lidah ular yang dijulurkan keluar! "Cep!"dan keris itu dengan ganasnya membabat lidah itu sehingga putus. Ular ini ketika tadi ditusuk oleh Kyai Banaspati, sungguhpun tidak terluka, akan tetapi daya keampuhannya keris itu membuat kulitnya terasa panas bagaikan terbakar, maka ia menjadi marah sekali. Dan kini lidahnya terpotong oleh keris pusaka itu! Terdengar suara menggoak yang menyeramkan sekali dania lalu melepaskan belitan ekornya sehingga tubuhnya yang panjang itu kini jatuh menimpa Ratnawulan! Pak Ganjar dan kawan-kawannya yang semenjak tadi menyaksikan pertempuran hebar itu dengan hati penuh kengerian dan menahan napas,kini menjadi makin gelisah. Mereka menjerit ketakutan ketika melihat betapa dengan kecepatan luarbiasa, ular itu tadi dapat menyapu tubuh Ratnawulan dengan ekornya, sungguhpun gadis itu tadi dapat mengelak dari terkaman tubuh ular. Bukan main hebatnya sabetan ekor itu, kekuatannya ratusan kali. Pohon cemara pun akan roboh kalau disebet oleh ekor itu. Ratnawulan terkena sabetan pada pinggangnya dan tubuh dara perkasa itu terbanting ke atas tanah! Kalau lain orang yang terkena sabetan ini, tentu tulang pinggangnya akan patah-patah. Akan tetapi, Ratnawulan hanya terlempar dan jatuh saja, sama sekali tidak menderita luka, karenaia telah mempergunakan aji kesaktiannya Liman Murni (Tubuh Gajah), sehingga ekor ularitu seakan-akan menyabet seekor gajah yang berat dan kuat, maka tentu saja tak berdaya merusakkannya. Apalagi Ratnawulan memang telah mempelajari ilmu kekebalan dan tubuhnya telah "berisi" aji kesaktian wejangan Panembahan Mahendraguna. Lagi pula, keris Kyai Banaspati bukanlah senjata biasa dan amatlah ampuhnya, maka senjata pusaka inipun mendatangkan pengaruh dan kekuatan yang mujijat. Orang-orang yang menyaksikan betapa dara perkasa itu terlempar, telah mengeluh dan menjadi gelisah, akan tetapi hampir saja mereka bersorak girang ketika melihat betapa dengan cekatan sekali bagaikan bajing melompat, Ratnawulan telah melompat kembali. Bibirnya masih tersenyum-senyum sungguhpun sepasang matanya menyinarkan cahaya yang beralamat kurang baik bagi yang dipandangnya. Dan karena pada saat itu yang dipandangnya adalah ular itu, maka sudah dapat ditentukanakan nasib binatang ini. Ular yang benar-benarkuat itu biarpun menderita kesakitan hebat karena lidahnya terpotong, masih dapat bergerak amat cepatnya. Ketika ia melihat bahwa gadis itu tidak binasa oleh sabetan ekornya, ia bergerak lagi dan tahu-tahu ekornya telah dapat melilir gadis itu. Koleksi Kang Zusi Ratnawulan hanya merasa jijik dangeli saja, akan tetapi dara perkasaini menanti saat yang baik. Ia menjaga agar supaya kedua tangannya tetap bebas dan bagian lain dari tubuhnya ia biarkan saja dililit oleh lawannya. Ular itu mengerahkan tenaganya dan mempererat lilitannya. Jangankan tubuh manusia, batu karang sekalipun agaknya akan hancur apabila dililit dan ditekan dengan kekuatan yang bukan main besar dan hebatnya ini. Namun, untuk mencoba menghancurkan tubuh Ratnawulan dengan lilitan itu, sama halnya dengan percobaan menghancurkan sepotong baja murni. Ular itu merasa heran sekali dan mendekatkan kepalanya dan membuka mulut yang tak berlidah lagi itu untuk menggigit kepala Ratnawulan! Mulut itu dipentang lebar dan agaknya kelapa Ratnawulan akan dapat dicapoknya begitu saja! Saat yang dinanti-nanti oleh dara perkasa Ratnawulan. Secepat kilat menyambar, keris Kyai Banaspati meluncur ke arah mulut itu dan ambles ditenggorokan ular itu.Ketika Ratnawulan mencambut kembali kerisnya, darah menyembur keluar dari mulut ular.Akan tetapi dengan cepat Ratnawulan telah mempergunakan kesempatan selagi ular itu terkejut dan kesaktian sehingga lilitannya mengendur,untuk melepaskan diridari lilitan dan melompat jauh dari situ sehingga ia tidak terkena semburan darah dari mulut ular. Kini ular yangtelah terluka parah itu menggeliat-geliat dan kepalanya tak dapat menyerang lagi, hanya terputar-putar mengucurkan darah dari mulut. Parapengiring dari Jatikembar ketika melihat hal ini, dengan girang dan gagah lalu datang menyerbu. Semua senjata, tombak, parang, kapak, linggis, dans ebagainya, jatuh bagaikan hujan lebat di atas kepala ular sehingga tak lama kemudian kepala ular yang keras itu dapat dihancurkan dan matilah binatang itu. Bangkai ular diseret dan rombongan itu menuju ke kampong mereka sambil bersoraksorak dan tertawa-tawa girang. Setibanya di dusun Jatikembar, dengan hati-hati mereka membedah perut ular itu dan mengeluarkan mayat kawan mereka yang ditelan ular. Ternyata bahwa mayat itu masih utuh, hanya terluka bekas gigitan ular. Maka jenazah itu lalu dikebumikan dengan upacara sederhana. Sementara itu, setelah mendapat penjelasan lagi tentang para perampok yang mengganggu penduduk Jatikembar, Ratnawulan meninggalkan dusun untuk pulang ke puncak, karena ia takut kalau-kalau ibunya akan merasa gelisah apabila malam hari itu ia tidak kembali. Penduduk Jatikembar yang merasa amat berterima kasih, mengantar dara perkasa itu sampai diluar dusun di mana mereka berdiri memandang sampai gadis itu lenyap di sebuah tikungan jalan.Mereka kembali ke kampong sambil tiada hentinya membicarakan kegagahan dara itu. Di dalam pondok bambu di puncak Mahameru, Dara Lasmiduduk di atas pembaringan bamboo.Rambutnya telah menjadi putih semua sungguhpun usianya belum tua benar. Akan tetapi, biarpun kepalanya telah penuh dengan uban, namun wajahnya masih nampak cantik dan belum ada keriput pada kulit mukanya itu. Bibirnya masih kelihatan merah dan sepasang matanya bahkan Koleksi Kang Zusi mengandung cahaya yang tenang berpengaruh.Di hadapannya duduk Ratnawulan yang menceritakan kepada ibunya akan gangguan perampok dikaki bukit sebelah timur itu dan dinyatakan pula niat hatinya untuk turun gunung dan membasmi perampokperampok itu. Dara Lasmi mengerutkan kening dan berkata dengan suara sungguh-sungguh. "Anakku Wulan. Kalau memang benar sebagaimana yang dituturkan oleh penduduk Jatikembar bahwa mereka itu adalah bekas pemberontak yang dipukul mundur oleh tentara Majapahit, kau sama sekali tak boleh mengganggu mereka, Wulan!" Ratnawulan memandang kepada ibunya dengan matamengandung keheranan besar. Memang ia belum pernah diberitahu oleh ibunya tentang riwayat hidupibu dan mendiang ayahnya. "Mengapa begitu, ibu?" Pertanyaan yang singkat ini mengandung sebuah tuntutan Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang tak disadari oleh dara itu, tuntutan kepada Dara Lasmi untuk menceritakan segala sesuatu mengenai riwayatnya. "Anakku," katanya setelah menarik napas panjang,"agaknya telah tiba saatnya kini bagimu untuk mengetahui siapakah sebenarnya kita ini dan siapa pula mendiang ayahnya serta mengapa kita berdua sampai tinggal di atas puncak yang sunyi ini." Maka berceritalah DaraLasmi tentang semua pengalaman semenjak suaminya tewas dalam peperangan akibat kecurangan Kartika. Ratnawulan mendengar engan amat tertarik.Ia merasa terharu dan juga marah sekali ketika mendengar betapa ayahnya tewas dalam cara yang amat mengecewakan dan betapa ibunya melarikan diri dalam keadaan yang amat sengsara. "Demikianlah,Wulan. Kerajaan Majapahit dalam pengaruh jahat dari Bagawan Mahapati, dan selama bagawan itu masih berkuasa mempengaruhi Sang Prabu,maka pemberontakan akan timbul tiada hentinya. Mereka yang memberontak itu bukan semata-mata membenci raja. Kita takkan membenci keturunan Raden Wijaya atau Sang Prabu Kertarejasa,akan tetapi yang kita benci adalah bagawan jahat itu. Ketahuilah bahwa Kartika, jahanam besar yang menjadi musuh kita itu, bukan lainadalah murid terkasih dari Bagawan Mahapati.Oleh karena itu, tak dapat kubenarkan apabila kau membinasakan sisa-sisa pemberontak yangtelah terpukul oleh tentara Majapahit,karena harus kauingat bahwamerekaitu sebenarnya segolongandengankita. Bukankah ayahmu juga membantu Raden Nambi dari Lumajang, yang memberontak terhadap Majapahit pula" Mereka itu, sisa-sisa pemberontak itu, adalah kawan-kawan seperjuangan kita, Wulan!" Koleksi Kang Zusi Semenjak tadi Ratnawulan menahan-nahan amarahnya terhadap Kartika musuh besarayahnya itu. Setelahibunya selesai dengan penuturannya, ia berkata. "Ibu,kalau begitu, ijinkanlah anakmu turun gunung, pergi ke Majapahit dan membunuh keparat Kartika dan gurunya, pendeta palsu Mahapati itu!" Mau tak mau ibunya hanya tersenyum juga mendengar ucapan anaknya ini."Wulan, kau benar-benar seperti seorang anak kecil. Apa kaukira pekerjaan itu akan semudah kau mengucapkannya" Kartika adalah seorang panglima yang tangguh, dan Bagawan Mahapati adalah seorang yang sakti mandraguna, memiliki ilmu sihir dan segala macam ilmu hitam. Selain itu, ia mempunyai pengaruh dan kekuasaan yang amat besar di Kerajaan Majapahit sehingga andaikata ia mengangkat kari tangannya memberi isyarat, ribuan orang tentara Majapahit akan menyerbu dan menangkapmu sebelum kau sempat bergerak." Tertegunlah Ratnawulan mendengar ucapan ibunya ini. Memang ia samasekali belum tahu tentang siapakah sebenarnya musuh-musuhnya itu dansampai bagaimana besar kedudukan mereka.Kini, mendengar ucapan ibunya,walaupun ia tidak merasa gentar, akan tetapi ia menjadi binggung juga. "Habis, bagaimana baiknya, ibu" Apakah dendam ayah itu harus dibiarkan saja?" "Tidak demikian maksudku, Wulan. Dendam ini harus dibalas dan manusia berhati curang seperti Kartika harus ditumpas.Akan tetapi kita harus mencari jalan yang baik dan aman." "Kalau begitu, ibu. Aku harus pergi ke hutan randu tempat sisa pemberontak itu bersarang. Aku hendak mencari keterangan tentang keadaan Majapahit pada waktu sekarang dari mereka, dan akupun harus membuktikan sendiri apakah benar-benar mereka ini menjadi perampok-perampok sebagaimana yang dituturkan oleh penduduk Jatikembar. Karena, menurut pendapatku,betapapun juga keadaan mereka, dan siapapun juga mereka itu, pekerjaan merampok orang-orang kampong adalah perbuatan yang amat jahat dan harus dibasmi. Aku tidak rela membiarkan penduduk Mahameru diganggu,biar siapapun juga yang akan mengganggunya." Dara Lasmi tak dapat membantah kebenaran dalam kata-kata anaknya ini, dan diamdiam ia merasa girang karena dari ucapan iniia mendapat kesan bahwa Ratnawulan memiliki kegagahan dan Koleksi Kang Zusi kesetiaan.Iapun tidak merasa khawatir akan keselamatan anaknya karena maklum bahwa anaknya telah memilikiilmu kepandaian yang tinggi. Ia menghela napas dan berkata dengan suara menyesal. "Sayang kau eorang wanita, Wulan. Kalau saja kau seorang laki-laki, tentu kau akan dapat memimpin mereka itu untuk menyerbu Majapahit dan membalas dendam terhadap Kartika dan gurunya yang jahat." Ratnawulan diam saja,akan tetapi ucapan ibunya ini merupakan api yang membakar hatinya yang membuat ia menjadi panas hati,gemas dan penasaran. Mengapa sesuatu yang hebat" Diam-diam ia berjanji kepada kepada diri sendiri untuk melakukan pekerjaan yang oleh kaum laki-laki saja.Akan tetapi mulutnya tidak menyatakan sesuatu oleh karena ia tidak ingin mendatangkan rasa khawatir dalam hati ibunya. Akhirnya Dara Lasmi memberi perkenan juga kepadaRatnawulan untukmenemui sisa pemberontak yang kini berada dikaki gunung sebelah timur. "Berhati-hatilah kau, Wulan, dan dalam sepak terjangmu ingatlah selalu akan segala wejangan Eyang Semeru, dan terutama sekali ingatlah bahwa ibumu selalu berdoa untuk keselamatanmu dan selalu menanti-nantidi puncak gunung ini." Setelah memeluk ibunya dengan mesra,Ratnawulan lalu berangkat, meninggalkan puncak Mahameru, menuruni lereng sebelah timur yang belum pernah dituruninya karena ibunya selalu melarangnya turun di bagian itu. Larangan Dara Lasmi ini hanya untuk menjaga kalau-kalau anaknya bertemu enggan seorang dari Lumajang sehingga tempat persembunyiannya diketahui orang. Lereng Mahameru bagian timur penuhd engan hutan-hutan liar yang belum penah dimasuki manusia. Penduduk-penduduk dusun sekitar tempat itu bahkan menganggap bahwa hutan-hutan di sekitaritu amat angker dan merupakan tempat-tempat berbahaya di mana orangdapat masuk tak dapat keluar kembali. Akan tetapi, Ratnawulan bahkan merasa gembira sekali ketika masuk ke dalam hutan-hutan ini karena pemandangan di situ jauh berbeda dengan pemandangan di bagian-bagian lain yang pernah didatanginya. Koleksi Kang Zusi Ketika Ratnawulan sedang berjalan dengan cepat karena hutan randu yang ditujunya masih jauh, tiba-tiba dari balik pohon-pohon berlompatan keluar dua belas orang tinggi besar yang tampak liar dan ganas. Mereka itu sebetulnya adalah perampokperampok yang dahulu mengganggu Dara Lasmidan dibuat tidak berdaya oleh Eyang Semeru. Mereka dipimpin oleh kepala rampok yang dulu,yang bernama SingaPragalba (Singa Buas), laki-laki kasar yang dulu hampir saja mengganggu Dara Lasmi kalau tidak keburu datang EyangSemeru yang mencegahnya. Ratnawulan berdiri dengan kedua kaki terpentang dan kedua tangan bertolak pinggang. Ia menyangka bahwa inilah orang-orang yang dimaksudkan oleh penduduk Jatikembar, dan disangkanya bahwa perampok-perampok ini telah keluar dari hutan dan sedang menuju ke dusun-dusun untuk mengacau. Melihat lagak mereka yang tersenyum-senyum menyeringai dengan pandangan mata kurang ajar, Ratnawulan menjadi kecewa. Beginilah mecamnya pemberontak-pemberontakyang oleh ibunya disebut kawan-kawan seperjuangan itu" Singa Pragala melangkah maju menghadapi Ratnawulan dan sepasang matanya yang merah itu memandang seakan-akan seekor singa yang kelaparan memandang kepada seekor domba muda yang gemuk! "Eh, eh,manis!" katanya dengan suara parau sambil menyeringai sehingga nampak giginya yang besar-besar dan kuning. "Kau siapakah dan hendak pergi kemana" Mari kakang antar, dan lebih baik kakang gendong saja daripada kakimu yang halus itu menjadi sakit!" Bukan main marah dan mendongkolnya hari Ratnawulan mendengar ucapan yang kuranga ajar ini, dan makin besarlah kekecewaaannya. Sungguh tak tahu malu! Perampok itu usianya sedikitnya setengah abad, dan menyebut diri sendiri kakang! Bangsat benar! Akan tetapi makian ini hanya dikeluarkan di dalam hatinya saja dania masih menyabarkan hati ketika bertanya. "Kalianini apakah pemberontak-pemberontak yang dipukul mundur oleh barusan Majapahit?" Mendengar pertanyaan ini, dua belas orang perampok itu saling pandang dan kemudian pecahlah suara ketawa, seakan-akan ucapan Ratnawulan itu terdengar amat lucunya. "Ha-ha-ha, bidadari yang cantik manis! Kami adalah laki-laki sejati, jantan tulen yang menjagoi hutan sekitar tempat ini,dan bukan harimau yang menjadi raja hutan, melainkan aku, singa Pragal badan sebelas orang anak buahku ini! Bagaimana kau menyangka kami pemberontak" Sudah lama aku Koleksi Kang Zusi Singa Pragalba hidup membujuang belum mempunyai isteri, dan agaknya pantas sekali menjadi istriku. Ha,ha, ha!" "Kakang Singa, dara jelita ini wajahnya mengingatkan aku kepada puteri yang ditolong oleh kakek tua itu!" tiba-tiba seorang diantara berkata. Mendengar ucapan ini semua perampok memandang penuh perhatian dan Singa Pragalba sendiripun mengakui bahwa wajah daraini benar-benar mirip dengan puteri yang dulu mereka ganggu. "Benar, Reksamuka (Si Muka Beruang), memang dia mirip sekali. Akan tetapi yang ini lebih segar, lebih muda, dan lebih manis!" "Patut benar menjadi bini kakang Singa!" kata seorang lain. Sementara itu tanpa diketahui oleh perampok-perampok yang bodoh dan sial itu, wajah-wajah Ratnawulan mulai berubah kemerah-merahan,sepasang matanya bersinarsinar mengeluarkan cahaya panas.Tadinya ia merasa lega bahwa mereka ini bukanlahorang-orang yang oleh ibunya disebut kawan-kawan seperjuangan, dan ia hendak meninggalkan mereka begitu saja. Akan tetapi, melihat sikap dan mendengar kekurangajaran mereka, timbulah amarah dalam hatinya dan ia takkan merasa puas sebelum memberi hajaran ke pada orang-orang liar ini. Ia pun maklum bahwa yang mereka bicarakan adalah ibunya, karena ibunya pernah menuturkan bahwa dulu ketika ibunya mulai mendaki Gunung Mahameru, ibunya diganggu oleh sekawanan perampok dan kemudian ditolong oleh gurunya. Jadi inikah gerangan perampok-perampok jahanam yang pernah mengganggu ibunya. Mendapat kesempatan untuk membalas sakitjati ibunya dengancara demikian mudah tanpa mencari musuh-musuhnya ini, Ratnawulan menjadi demikian girang sehingga ia tertawa bergelak.Kawanan perampok itu lagi-lagi saling pandang terheran-heran, karena bagamanakah anak perawan ini demikian tabah sehingga menghadapi mereka ini sambil tertawa-tawa" Kalau saja anak gadis ini mejadi ketakutan, melarikan diri dengan wajah pucat dan menjerit-jerit, mereka akan mengalami kesenangan mengejar-ngejar gadis yang lari ketakutan itu, berlumba berdulu-duluan untuk menangkap dan memeluk tubuh muda itu. Akan tetapi, gadis itu bukanlah lari ketakutan dan menangis, bahkan berdiri dengan gagah, masih bertolak pinggang dan tertawa bergelak-gelak, seakan-akan tidak sedang berhadapan dengan dua belas orang perampok tinggi besar, akan tetapi menghadapi dua belas ekor tikus yang lucu-lucusaja. "Eh, kunyuk-kunyuk bercelana!" Ratnawulan memaki sambil menudingkan telunjuknya yang runcing kearah mereka."Ingatkah kalian bahwa puteri yang kalian kejar-kejar dulu itu menggendong seorang anak perempuan" Nah, bukalah matamu lebar-lebar! Akulah anak itu yang sekarang datang hendak menuntut balas atas kekurangajaran dahulu terhadap ibuku " Koleksi Kang Zusi Terkejutlah para perampok itu, terkejut dan memandang kagum. Mereka bukan terkejut karena takut, akan tetapi terkejut dan kagum melihat betapa anak kecil dahulu itu kini telah menjadi seorang remaja puteri yang demikian cantiknya. "Ha, ha, bagus sekali. Kakang Singa, kuntumyang dulu itu kini telah mekar menjadi kembang." Singa Pragalba menyeringai senang dan ialalu maju menubruk dengan maksud memeluk Ratnawulan sambil mendengus. "Manis, marilah ikut kakang!" "Monyet tua! Hari ini adalah hari terkutuk bagi kau dan kawan-kawanmu!"seru Ratnawulan sambil mengelak ke samping dan ketika tubuh kepala rampok itu memeluk angin, kaki kiri dara perkasa itu bergerak cepat menterampang kedua kaki Singa Pragalba sehingga tentu saja tubuh yang tiba-tiba kakinya terangkat itu menjadi terguling, terdorong kedepan dan jatuh dengan hidung menyentuh tanah lebih dulu. "Aduh biung!"Singa Pragalba berteriak dan ketikaia merangkak, hidungnya yang besar itu telah penyok dan berdarah karena mencium batu hitam. Ratnawulan tertawa geli. "Ha,ha, tak pantas kau bernama singa! Lebih baik ganti saja namamu dengan Kapi(Monyet) atau Sona (Anjing). Kau seperti monyet makan teletong (tai lembu)" Biarpun merasa geli di dalam hati, namun anak-anak buah Singa Pragalda tak berani tertawa dan mereka memandang dengan mata terbelalak saking herannya. Kepala mereka adalah seorang yang terkenal kuat dan memiliki kepandaian berkelahi yang mereka kagumi, akan tetapi kini menghadapi dara itu, baru satu gebrakan saja telah berdarah hidungnya. Sementara itu, Singa Pragalba menjadi amat marah. Ia melopat berdiri, mengeluarkan geraman seperti seekor serigala, lalu mencabut goloknya dan memberi komando kepada anak buahnya. Koleksi Kang Zusi "Serbu!"tangannya menuding kearah Ratnawulan.Anak buahnya lalu mencabut golok masing-masing karena untuk menghadapi dara perkasa itu dengan tangan kosong, mereka takut kalau mereka pun akan mengalami nasib seperti pemimpin mereka. Kemudian, sambil bersorak-sorak mereka menyerbu danmenyerang Ratnawulan dari segala jurusan. Golok mereka yang tiap hari diasah itu berkilap-kilap terkena cahaya matahari dan diacungkan dengan sikap mengancam. Akan tetapi Ratnawulan tetap tenangdan sepasang matanya mengerling ke kanan kiri, sikapnya waspada sekali.Sebelum lawan-lawannya bergerakia telah mendahului mereka sambil berseru nyaring. "Awas! Terimalah pembagian hadiah dari Ratnawulan!" Seruan yang nyaring dan keras itu membuat para perampok itu untuk sedetik menahan gerakan mereka dan memandang dengan penuh perhatian.Akan tetapi, tibatiba tubuh gadis ditengah-tengah itu lenyap, berubah menjadi sinar yang menyambar-nyambar mereka. Demikian cepatnya gerakan kaki tanganRatnawulan dan luar biasa pula terjangannya sehingga sukarlah mengikuti gerakan tubuhnya dengan mata. Segera terdengar jerit kesakitan susyl-menyusuldan robohlah para perampok itumalangmelintang dan tumpang tindih. Inilah Ilmu Pukulan Liman Bramantya (GajahMengamuk Marah) yang dimainkan oleh Ratnawulan dengan baik sekali.Tentu saja para perampok yang hanya terdiri mengandalkan tenaga otot itu tak dapat bertahan menghadapi ilmu pukulan yang hebat ini. Mereka itu biasanya berkelahi mempergunakan tenaga, tanpa disertai kecerdikan otak. Sebenta rsaja dua belas orang itut telah rebah mengaduh-aduh, ada yang benjol-benjol kepalanya, bocor hidung dan mulutnya, biru hitam matanya, bahkan ada pula yang patah-patah tulangnya. Singa Pragalba sendiri untuk kedua kalinya terbanting sehingga kini pada jidatnya, tepat di tengah atas alisnya, nampak kulitnya benjol sebesar telur bebek yang berwarna biru. Semua perampok merangkak dan menjauhkan diri dari dara perkasa itu yang mereka anggap telah mempergunakan ilmu sihir sehingga mereka menjadi ketakutan ak berani maju lagi. Akan tetapi Singa Pragalba tidak mau menyerah begitu saja. Ia melompat bangun lagidan sambil menuding kepada Ratnawulan yang masih berdiri tersenyum-senyum sambil bertolak pinggang, ia berkata keras. "Perawan keparat! Kau telah mengandalkan ilmu sihir untuk melawan kami. Kalau kau memang keturunan pendekar dan bukan seorang pengecut, pergunakan cara perkelahian yang jujur. Atau, kau tentu takut melawan aku tanpa mempergunakan ilmusihirmu?" Ratnawulan tersenyum mengejek. "Pembalasanku tadi sebenarnya masih terlampau lunak, mengingat bahwa kalian hanyalah orang-orang kasar yang tak berotak,maka aku masih memberi ampun.Akan Koleksi Kang Zusi tetapi, tidak tahunya kau benar-benarseorang yang bermartabat rendah. Kau ingin berkelahi" Baik, baik! Memang dosamu telah terlalu banyak maka kau perlu mendapat hajaran yang lebih berat.Nah, bagaimana kau mau berkelahi" Menggunakan senjata atau bagaimana" Aku siap sedia menghadapimu dan jangan takut, aku takkan menggunakan ilmu sihir." Paraanak buah Singa Pragalba maju mendekat lagiuntuk menyaksikan perkelahian ini. Mereka mengharapkan agar pemimpin mereka akandapat membekuk perawan yang telah membuat mereka merasa sakit-sakit seluruh tubuh itu, agar mereka dapat pula membalas dendam. "Tak perlu aku mempergunakan senjata-senjata." jawab Singa Pragalba, "cukup dengan kedua tangan ini.Rasakan pukulan!" Sambil berkata demikian, kepala rampok itumenyerbu sambil mengirim pukulan sebesar buah kelapa itu kearah dada Ratnawulan! "Hm, tak tahu malu!" seru Ratnawulan yang merasa marah sekali sambil menggeser kakinya ke belakang dan miringkan tubuhnya sehingga pukulanitu mengenai angin. "Lihat aku tidak mempergunaan kecepatan dan ilmu berkelahi yang baik!" Singa Pragalba menjadi penasaran sekali dan kembali ia menyerang. Tingkahnya seperti seekor babi hutan yang menyeruduk saja, mengandalkan tenaga yang besar. Pukulan tangannya ini dengan mudah menghancukan sebutir kepala, maka kalau seandainya pukulannya itu mengenai tubuh Ratnawulan, akan celakalah dara itu. Akan tetapi serangan Singa Pragalba bukan merupakan apa-apa bagi Ratnawulan dan sampailimakali ia dapat mengelak dengan amat mudahnya. "Tangkislah pukulanku! "teriak Singa Pragalba dengan amat marah dan penasaran."Tangkislah kalau kau berani!" Bibir Ratnawulan yan gtersenyum itu mengeras. Orang ini benar-benar tak tahu diri. Memang, siapakah yang takkan merasa penasaran" Menghadapi seorang remaja puteri yang mulai dewasa, seorang gadis yang berpinggang ramping dan bertubuh Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kecil lemah itu,masa seorang kepala perampok yang terkenal sampai kalah dan dipermainkan" Hampir gila karena marahnya Singa Pragalba memikirkanhal ini. Sementara itu a menyerang terus dengan pukulan bertubi-tubi sungguhpun pukulannya selalu mengenai angin, jangan kata dapat menyeramkan kulit tubuh lawannya, menyentuh ujung kembennyapun tak pernah! Koleksi Kang Zusi "Kau ingin merasakan tangkisanku" Nah, rasakanlah!" Sambil berkata demikian, Ratnawulan miringkan tubuhnya dan dengan jari-jari terbuka dan tangan dimiringkan,ia membabat kearah pergelangan tangan Singa Pragalba. "Dukk!"terdengar suara ketika pergelangan lengan yangbesar itu ditumbuk oleh tangan Ratnawulan yang kecil dan berkulit halus. Kalau tidak melihat sendiri, para perampok itu tentu takkan mimpin mereka berlutut sambil memegangi tangannya, lalu menjerit-jerit kesakitan. Pergelangan tangan kirinya yang dipakai memukul tadi telah lumpuh karena tulangnya retak! Namun,kepala rampok inibenar-benar bendeldan tidak mau menyerah dengan mudah.Tiba-tiba ia melompat dan tangan kanannya yang tidak terluka itu diulur merupakan cangkeraman yang menyerang pundak Ratnawulan, agaknya ia hendak mencekik leher gadis itu. Ratnawulan terkejut dan menangkis kilat tangan kanan Singa Pragalba menangkap tangan gadis itu dan dengan geraman liar ia membetot tangan Ratnawulan hendak memeluk tubuh dara perkasa itu. Akan tetapi, secepat kilat tangan kanan Singa Pragalba menangkap tangan gadis itu dan dengan geraman liar iamembentot tangan Ratnawulan hendak memeluk tubuh dara perkasa itu. Akan tetapi, selagi paraanak buah perampok merasa girang, tiba-tiba terjadilah halyang aneh sekali. Entahbagaimana daraperkasa itu bergerakkarena tahu-tahu tubuh Singa Pragalba yang tinggi besaritu mencelat danterlemparjauh, jatuhdi bawah sebatang pohon.Kebetulansekali di bawah pohonitu terdapat teletong (tai lembu) yang hitamdan masih empuk, bergunduk seperti bukitkecil. Tubuh Singa Pragalbajatuh dengan muka lebih dulu,tempat diatas teletongitu sehingga mukanya masukke dalam tai lembu itu. Kini menggigilah tubuh para perampok itu dan mereka tidak merasa lucu ketika melihat betapa Singa Pragalba merangkak-rangka bangun sambil membersihkan mukanya dari tai lembu dan terdengar ia merintih-rintih kesakitan. "Nah, biarlah huhuman ini merupakan pelajaran bagi kalian! "kata Ratnawulan." Dan lain kali janganlah kalian memandang rendah kaum wanita! Kalau aku mendengar lag itentang kekurangajaranmu terhadap wanita, awaslah! Ratnawulan akan datang dan menghabiskan nyawa kalian!" Setelah berkatad emikian, sekali ia berkelebat dengan mengeluarkan Aji Kesaktian Marga Kenaka (Kijang Emas), tubuhnya melompat jauh dan lenyap di balik pohonpohon, sehingga para perampok itu saling pandang dengan mata terbelalak dan mulut melongo, akhirnya mereka berlutut dan menyembah oleh karena mereka menduga bahwa gadis itu tentulah sebangsa peri dari kahyangan. Koleksi Kang Zusi * Menjelang senjakala, sampailah Ratnawulan di hutan randu dikaki Mahameru sebelah timur itu. Hutan ini besar dan memang di situ tumbuh banyak sekali pohon-pohon randu alas di samping pohon-pohon raksasa lain. Dari luar,hutan itu nampak angker sekali,sehingga tidak sembarang orang beranimemasukinya. Kadang-kadang terdengar auman harimau dan salak anjing serigala yang melolong-lolong mendirikan bulu tengkuk. Tanpa ragu sedikitpun juga, Ratnawulan memasuki hutan itu dan menuju ke tengah. Karena hutan itu amat rangkut (penuh tetumbuhan),maka kalau di luarhutan masihsenja, didalam hutan itu telag gelap sekali.Cahaya matahari Siang sudah lemah itu hanya sedikit saja dapat menembus celah-celah daun pohon. Tiba-tiba Ratnawulan menahan langkahnya. Telinganya yang terlatih dan mempunyai tenaga yang lebih kuat daripada telinga orang biasa itu dapat mendengar suara orang-orang dari jauh yang hanya terdengar sebagaibisik-bisiksajadiseling suara ketawa. Bagi oranglain,tentu suara itu akandisangka suara jin dan setan penghuninya hutan liar akan tetapi Ratnawulan maklum bahwa itu adalah suara orang-orang bercakap-cakap yang menggema di dalam hutan. Ia lalu mengarahkan langkahnya ke jurusan suara-suara itu mendatang. Tak lama kemudian tampaklah olehnya sinar terang dan ternyata bahwadi tempat terbuka karena pohon-pohonan agaknya telag ditebang, terdapat tiga unggun api besar bernyala-nyala dan di sekitar api itu terdapat banyak orang lakilaki.Adayang bercakap-cakap, ada yang bersendau gurau, bahkan ada yang sedang memanggang daging binatang hutan. "Hm, inilah mereka!"kata Ratnawulan dalam hatinya dan tanpa takut sedikitpun ia melangkah maju dengan cepat sehingga sebentar sajaia telah berdiri di dekat kelompok orang-orang yang jumlahnya kurang lebih tiga puluh orang itu. Seorang di antara mereka, masih muda berusiadua puluhan, adalah orang pertama yang melihat kehadiran dara perkasaitu.Pemudainitiba-tiba menggigilseluruh tubuhnya dan denganjari tangan menuding kearah Ratnawulanyang disangkanya periatau jinperempuan,ia berdiri dengan kedua kaki wel-welan(menggigil) dan mulutnya yang hendak berseru "Setan. Setan!" itu hanya dapat mengeluarkan suara, Koleksi Kang Zusi "Uuh.uuuuh.!" Kawan-kawannya memandangnya dengan heran dan ketika mereka menengok mereka heran dan juga terkejut sekali.Pada penglihatan pertama, semua orangjuga timbul persangkaan bahwa yang berdiri dengan kedua kaki terpentang dan tangan bertolakpinggang itutentulah sebangsa peri atau jin. Seorang laki-laki berusia kurang lebih empat puluh tahun dan agaknya berani dari kawannya, lalu bangkit berdiri dan melangkah maju,akan tetapi tidak sampai terlampau dekat Ratnawulan, lalu menegurnya. "Siapakah di depan" Kalau manusia, datang darimana, siapa nama,dan apa maksud kedatangan" Kalau makhluk halus, harap pergi dan jangan mengganggu kmi yang mempunyai niat jahat!" Ratnawulan menjadi geli hatinya dan terasa lagi ia tersenyum.Mereka menahan napas ketika melihat senyum ini. Silau mata mereka melihat kecantikan wajah dengan senyumnya yang amat manis itu. Melihat pendangan mata mereka, timbul sifat kenakalan Ratnawulan yang hendak mempermainkan mereka. "Hai para pemberontak! Kalian menyatakan tidak berniat jahat, akan tetapi mengapa kalian mengganggu penduduk Mahameru danm erampok mereka?" Benar saja, ucapan ini membuat tiga puluh lebih orang laki-laki itu menjadi gemetar dan ketakutan.Merekatak syak lagi, wanita initentulah seorang peridari Mahameru yang datang hendak menghukum mereka! Orangtua yang tadi menegur Ratnawulan lalu berkata lagi setelah menjilat-jilat bibirnya yang terasa kering. "Sang Mahadewi, kami terpaksa merampok karena kami harus makan. Mengandalkan hasil buruansaja tidak cukup untuk memberi ransum kepada kawan-kawan kami yang puluhan jumlahnya. Kalau kami tidak merampok hasil tani para penduduk, tentu kami akan mati kelaparan!" Suara Ratnawulan terdengar keras dan berpengaruh ketika ia berat dengan marah. "Pandir, lemah dan pengecut! Kalian menganggap diri sendiri ksatria-ksatria yang gagah, yang telah berani memberontak untuk menumbangkan kekauasaan jahat! Apakah tujuan dari pemberontak kalian itu" Bukanlah kalian bertujuan untuk membasmi kekuasaan jahat guna membela rakyat daripada Koleksi Kang Zusi penindasan" Dan sekarang apakah yang kalian perbuat" Merampoki rakyat jelata malah! Tahukah kalian bahwa dengan alasan mencegah diri sendiri dari kelaparan kalian telah membuat penduduk Mahameru terancam bahaya kelaparan kalau padidan hasil sawahnya kalian rampok" Inikah pahlawan-pahlawan perkasa" Memalukan sekali!" Pada saat itu,semua orang memandang kepada Ratnawulan dengan melongo, bakan orang-orang yang tadi memanggang daging juga meninggalkan pekerjaannya sehingga daging yang terpanggang dan dibiarkan menjadi hangus dan asap bergulung-gulung. Semenjak berangkat daripuncak gunung, Ratnawulan belum makan apa-apa, maka kini mencium daging panggang, ia merasalaparsekali.Kemarahan danucapan yangkeras membuat perutnya terasa makin lapar saja, makatanpa memperdulikan orangorangyang berada disitu, ia lalu melangkah maju ketempat pemanggangan daging,dan membalik-balikkan daging yang dipanggang itu sampai matang benar. Kemudian ia mulai makan daging tanpa melirik atau menawarkan kepada orang-orangyang masih berdiri dan mengawasi seluruh gerak-geriknya bagaikan patung. Melihat betapa "peri" itu makan daging panggang dengan enaknya, mereka mulai bisik-bisik. "Ia suka daging panggang!" kata seorang. "Ia bukan peri! Mana adaperi makan dagingpanggang!" terdengar suara lain. "Mahkluk halus tak pernah makan."kata suara ketiga. "Dia orang biasa! Dia penipu!" kata orang lain dengan suara marah. Maka mulai beginilah orang-orang itu dan dengan hati geram mereka mulai bergerak mendekati Ratnawulan. Akant etapi orang tua yang agaknya menjadi pemimpin itu berkata. "Jangan ganggu Dia, biarkan dia makan lebih dahulu. Kasihan kelihatannya amat lapar!" Koleksi Kang Zusi Sambil makan daging panggang, diam-diam Ratnawulan mendengarkan semua percakapan ini dan ia merasa amat geli. Ia agak merasa amat puas melihat sikap mereka, karena tidak sekasar parap erampok yang dihajarnya siang tadi. Bahkan didalam hati ia memanfaatkan perbuatan mereka yang telah merampok setelah mendengar alasan orangtua tadi. Mereka memang bodoh, akan tetapi kadaaan mereka patut dikasihani. Setela hselesai makan, Ratnawulan memetik daun pisang bagian pupusnya (daunmuda) untuk membersihkan bibir,kemudiania berdiri untuk menghadapi mereka. "Setidaknya aku berterima kasih untuk daging yang baru saja kumakan tadi." katanya. Kini mereka menghadapinya dengan marah. Orangtua itu berkata sambil tersenyum, karena ternyata ia adalah seorang penyabar. "Nini, jangan kau mencoba untuk menipu kami. Kau bukanlah seorang peri, akan tetapi seorang gadis biasa. Sebetulnya siapakah kau dan mengapa kau seorang remaja puteri seorang diri datang dihutan berlukar pada malam hari?" Ratnawulan tersenyum manis. "Siapakah yang menipu kalian dan siapa pula yang mengaku menjadi peri siluman" Kalian sendirilah yang bodoh dan tahyul ,menganggap aku sebagai peri! Aku adalah seorang biasa dan kedatanganku ini untuk menghentikan kesesatan kalian yang telah berani menganggu pendudukGunung Mahameru!" Mendengar pengakuan bahwa dara ini bukanlah seorang peri, kembalilah keberanian semua orang dankini mereka terheran-heran mendengar pernyataan Ratnawulan yang hendak melarang mereka! Timbul geli dalam hati mereka, bahkan seorang di antara mereka yang tinggi besar lalu melangkah maju dan bertanya dengan suara mengejek. "Nona manis, ucapanmu sombong sekali! Dengan jalan apakah engkau hendak menghentikan perbuatankami?" "Mungkin dengan senyumnya yang manis!" terdengar seorang mengejek. Koleksi Kang Zusi "Lirikan mata yang tajam memikat memang dapat melumpuhkan semangat kita!" seru seorang lain. "Kalau diamenjadi punyaku, disuruh apapun juga saya akan rela!" katapula seorang lain yang agak kurangajar. Akan tetapi jawaban dara itu benar-benar membuat semua orang tertegun, karena dengan sikap tenang dan suara keren. Ratnawulan berkata. "Aku akan menghentikan kesesatan kalian dengan jalan melarang kalian melakukan perampokan kepada orang-orang dusun!" Untuk beberapa lama semua orang terdiam karena suara ini biarpun halus dan merdu, namun amat berpengaruh dan mengejutkan. Aka tetapi, hal itu hanya berlangsung sebentar, karena segera meledaklah suara ketawa mereka. Bahkan orang tua yang sabar itupun tersenyum geli melihat kecongkakan gadis ini. "Nini," kanta sambil menahansenyum, "kau benar-benar gagah berani.Akan tetapi, kau adalah seorang gadis lemah lembut dan cantik jelita, tak kalah oleh puteriputeri Majapahit. Sedangkan kami adalah orang-orang kasar, perajurit-perajurit yangt angkas dan kuat. Dengan cara bagaimanakah kau dapat melarang kami?" Semua orang terdiam sambil tersenyum dan memperhatikan dara itu karena ingin Pendekar Guntur 7 Wiro Sableng 102 Bola Bola Iblis Pedang Hati Suci 1