Ceritasilat Novel Online

Dyah Ratnawulan 2

Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo Bagian 2 sekali mereka mendengar jawabannya. "Aku melarang kalian mengganggu penduduk di sini, dan dengan cara apa saja yang akan kaluan kehendaki. Dengan cara halus,aku hanya memberi nasihat dan peringatan saja, akan tetapi andaikata kalian menghendaki cara kasar, suruhlah maju orang yang terkuat di antara kalian untuk melawanku mengadu ketangkasan dan kegagahan!" Orang yang tinggi besar tadi lalu melangkah maju dan mengangkat dadanya yang membusung ke depan. Ia memang nampak kuat sekali dan seluruh tubuhnya dilingkari otot-otot yang menonjol keluar dibawah kulitnya. Ia terkenal sebagai jagoan di antara rombongan orang itu dan namanya Koleksi Kang Zusi adalah Bejo. Orang ini belum tua benar, usianya kurang lebih tigapuluh tahun dan dahulu adalah anak buah tentara yang dipimpin oleh RanggaLawe di Tuban.Ia dahulu bekerja menjadi jagal (Pemotong hewan)dan selain tangannyabesar, juga ia amat pandai berkelahi, mengenal banyak macam ilmu pukulan dan gulat.Orangnya besar, akan tetapi hatinya jujur. Ketika Bupati Rangga Lawe memberontak terhadap Majapahit, ia measuk menjadi menjadi anggota barisan dan sepak terjangnyad alam peprangan amat mengejutkan musuh-musuhnya. Akan tetapi akhirnya, barisan Rangga Lawe hancur sehingga Bejo terpaksa melarikan diri dengan beberapa orang kawannya. Kini melihat seorang dara yang demikian gagah dan sombongnya, ia menjadi tidak sabar lagi karena merasa bahwa kehormatan rombongannya disinggung dan dihina. "Akulah orang terkuat diantara kawan-kawanku. Namanya Bejo asal dari Tuban. Kau ini anak perempuan ringkih (lemah) ternyata bermulut lancing. Apakah kegagahanmu menyamai Srikandi" Nah, aku telah maju,hayo, kau boleh bertindak apa saja untuk mencoba kepandaian!" Sambil berkata demikian ia melembungkand adanya dan berdiri di depan Ratnawulan sambil bertolak pnggang,seakan-akania menawarkan dadanya untuk dipukul. Karena Bejo melangkah maju sampai dekat sekali dengan Ratnawulan, gadis itu melangkah mundur setindak sambil berkata menyindir. "Namamu Bejo (mujur), akan tetapi dengan sikapmu yang kasar dan sombong ini kau mendatangkan kemalangan bagi dirimu. Dalam dua hal kau mungkin melebihi kerbau, akan tetapi dalam satuhal kaukalah oleh kerbau itu!" Bejo memandang bodoh. "Eh, apa maksudmu?" "Kau masih melebihi kerbau dalam hal tenaga dan bau tak enak, akan etapi otakmu lebih bodoh dari pada kerbau. Binatang itu masih dapat mengenal orang yang lebih kuat daripadanya, akan tetapi kau menyeruduk saja seperti kerbau gila." Semua orang tertawa mendengar ini dan Bejo menjadi marah sekali. "Bocah kurangajar! Jagalah lidahmu baik-baik. Kalau aku sudah marah, mungkin aku lupa bahwa kau adalah seorang gadis muda yang ringkih dan cantik!" Koleksi Kang Zusi "Ringkih" Boleh kucoba! Nah, makanlah pukulanku ini!" Sambil berkata demikian, Ratnawulan mengirimpukuan kearah dada Bejo yang tersenyum mengejek sambil memasang dadanya! Ratnawulan membuka jari tangannya dan menebak (memukul dengan telapak tangan) kearah dada itu sambil berseru. "Robohlah kau kerbau!" Ketika telapak tangan yang berkulit halus itu menumbuk dada ejo, terdengar suara"buk!" bagaikan bedug ditabuh dan alangkah herannya semua orang ketika melihat betapa tubuh Bejo yang tinggi besar itu mencelat dan terlempar kebelakang dua tombak lebih seakan-akan terbawa oleh angina puyuh! Inilah dorongan yang dilakukan dengan Aji Lesus (Angin Putar) yang dahsyat sekali. Bejomerasa demikian terheran-herandan terkejut sehingga ketika pantatnya berdebuk menimpa tanah, ia terkejut dan sehingga ketika pantantnya berdebuk menimpa tanah, ia terkejut dan memandang dengan bengong. Ia tidak merasa sakit pada dadanya yang dipukul tadi, akan tetapi tenaga mendorong itu benar-benar luar biasa hebatnya, lebih kuat dari pada serudukan seekor kerbau jantan. Akan tetapi ia adalah seorang laki-laki yang kuat dan berani,maka setelah melihat bahwa dara itu bukanlah seorang biasa dan benar-benar memiliki ilmu kepandaiannya, ia lalu melompat dan sambil mengeluarkan suara keras seperti lembu menguak, ia menerkam ke depan mengirim pukulan dengan kepalan tangannya yang besardan mengerikan itu. Namun Ratnawulan memperlihatkan ketangkasan dan kegesitannya.Mudah saja ia mengelak dan biarpun Bejo mengeluarkan seluruh kepandaiannya dan memukul dengan bertubi-tubi. Namun selalu pukulannya mengenai angin belaka. Beberapakali kepalannya telah hampir mengenai sasaran,akan tetapi dengan terampil sekali, jari-jaritangan Ratnawulanyang mengebut dengan perlahan telah cukupuntuk membuat pukulannya menjadi mencong arahnya dan tidak mengenai sasaran. "Hai,kerbau gila! Coba kaukejar aku!" tiba-tiba Ratnawulan mentertawakannya dan tubuhdara perkasa itu berkelebat ke sanake Mari mengelilingi tubuhBejo yang menjadi pening karena ia harus berputar-putar mengejar bayangan lawannya yang gesit itu. Belumpernah ia mengalamihal luar biasa seperti ini, makas ebentar saja kepalannya menjadi pening dan pandangan matanya berkunang-kunang. Terpaksa ia menghentikanserangannya dan biarpunia berdiri tegak, namun tubuhnya bergoyang-goyang seakan-akan bumi yang dipijaknya terputar atau seakan-akan ia merasa ada lindu besar saat itu. Ketika Ratnawulan juga menghentikan gerakannya dan berdiri sambil tersenyumsenyumdi depannya, Bejo yangtelah dapat memenangkan pikirannya itu tiba-tiba menyerang dengan seluruh Koleksi Kang Zusi tenaga yang ada padanya. Ia maju menubruk dengan kedua tangan dipentang bagaikan seekor alap-alap menyambar anak ayam. Iamaklum bahwaia kalah gesitdan lalau iamain pukulsaja,ia takkan berhasil, maka kini hendak menggunakan ilmu gulat, hendakmenangkapdan memiting tubuh lawannya sampai gadis itu menjerit-jerit minta ampun. Akan tetapi kembali ia salah hitung. Mana Ratnawulan mau membiarkan tubuhnya ditangkap dan.didekap oleh orang yang bau keringatnya saja telah membuat kepalanya pusing itu. Dengan amat cekatania melompat ke sampingdan ketika tubuh Bejo menubruk lewat ,ia menggerakkan kakinya dan menjegal kedua kaki Bejo yang tak dapat ditahannyalagi jatuh tersungkurdengan tubuhtertelungkup sehinggaketikaia merangkak bangundenganterheran-heran, jidat dan dadanya menjadimerah karena kulitnya lecet dan darah mengalir keluar. Bejo merangkak bangun dengan perasaan malu dan terheran-heran, sedangkan para penonton kini tak dapat ditahan lagi bersorak gemuruh karena kagum sekali melihat kehebatan Ratnawulan. Sebelum Bejo jatuh tersungkur, semuaorang menahan napas dan tak dapatmengeluarkan suarasaking herannya, akan tetapi kinibaru terbuka mata mereka bahwadara jelita itu ternyata adalah seorang pendekar wanita yang benar-benar mengingatkan mereka dan pahlawan wanita yang gagah perkasa itu. Sementara itu,Bejo yang merasa amat marah dan malu, cepat bangun lagi dan kini ia menarik keluar kelewangnya, yaitugolok pemotong kerbau yang lebar dan tajam! "Keparat perempuan! Berani kau menghina Bejo, awas, tubuhmu akan kucacah-cacah sampai hancur lebur!" Ia hendak menyerang dengan kelewangnya, akan tetapi tibatiba orang tua tadi berseru. "Bejo,tahan!" Ternyata Bejo kalah pengaruh dan ia lalu mengurungkan niatnya serta melangkah mundur dengan kepala tunduk, kembali ketempat kawan-kawannya. "Wanita digdaya ini bukanlah lawanmu!" kata pula orangtua itu, lalu ia menghadapi Ratnawulan sambil berkata dengan mata memandang kagum. "Sungguh hebat ilmu kepandaianmu. Kulihat kau membawa anakpanah dan busur, maukah kau memperlihatkan kepandaianmu dalam ilmu memanah?" Sebelum Ratnawulan menjawab, ia telah memandang ke arah kelompok anak buahnya dan memanggil. Koleksi Kang Zusi "Parta,coba kau ujiilmu memanahmu dengan wanita digdaya ini." Melompatlah keluar seorang anak muda yang usianya kira-kira dua puluhlimatahun, berwajah tampan dan berkulit langsat. Ia membawa sebuah gendewa dan pada punggungnya terdapat tempat anakpanah yang penuh dengan anak panah berbulu putih. Tanpa banyak bicara ia menurunkan anak panah tiga batang, dan kakek tadi lalu berkata kepada Ratnawulan. "Lihatlah kepandaian memanah anak buahku ini dan kalau kau memang dapat menyamai kepandaiannya, benar-benar kau seorang gadis pendekar!" Ratnawulan tersenyum dan iapun mengambil tiga batang anak panah dan mempersiapkan gendewanya, memandang kepada Parta dengan mulut tersenyum dan sikap tenang sekali. "Aku siap sedia!" katanya singkat. Parta lalu memasang anak panah pertama pada gendewanya dan ketika ia menarik gendewanya lalu melepaskannya,terdengar bunyi angin angina anak panah yang meluncur keatas itu, lenyap ditelan malam gelap. Akan tetapikarena bulunya putih dan langit diterangi oleh bulan, orang masih dapat melihat anak panah kedua yang cepat sekali meluncur ke atas menyusulanak panah pertama dan tepat sekali anak panah itu bersambung dan terus menta lke atas dengan lurus! Kembali terdengar angina anak panah ke tiga melesatlebihcepat lagi, menyusulkedua anak panah itu dankini anak panah kedua sehingga di udara terdapat tiga batang anak panah yang sambung-menyambung! Pecahlah tampik sorak memuji dari para anak buah rombongan itu sambil memandang kea rah tiga batang anakp anah yang telah habis tenaga luncurannya dan melayang turun kembali. Akan tetapi tiba-tiba terdengar darap erkasa itu berseru. "Lihatlah anak panahku!"Sekaligus Ratnawulan memasang tiga batang anak panah pada tali gendewanya dan setelah membidik dan mulutnya bergerak membaca mantra (doa), ia menarik gendewanya dan melesatlah tiga batang anakpanah itu bagaikan kilat menyambar. Terdengar lengking yang nyaring ketiga tiga batang anak panah itu menembus udara dan menyambar ke arahtiga batang anak panah.Parta yang sambung-menyambung dan sedang meluncur turun itu.Parapenonton memandang dengan mata terbelalak dan mereka melihat betapa tiga batang anak Koleksi Kang Zusi panah dara pendekar itu menyambar anak panah Parta sehingga anak-anak panah yang pertama itu terputus menjadi tiga lagid an jatuh melayang ke bawah bersama-sama anak-anak panah Ratnawulan. Parta menjadi amat penasaran dan marah,akan tetapi ketika ia dan kawan-kawannya menghampiri anak-anakp anahnya dan melihat,ia menjadi pucat, sedangkan kawankawannya melenggong dengan penuh keheranan. Ternyata bahwa ketiga batang anak panah Parta itu semuatelah kehilangan kepalanya, terputus oleh anak-anak panah gadisitu. "Bukan main!" Parta berbisik takjub, "guruku sendiri belum tentu dapat melakukan hal ini!" Pernyataan Parta yang sekaligus menyatakan kekalahannya ini merupakan pujian terbesar, karena semua orang disitu telah tahu akan kepandiannya dan kini pemuda itu menyatakan bahwa ilmu memanah gadis itu bahkan lebih unggul dari pada gurunya sendiri. Tentu saja semua orang menjadi kagum dan bersorak gembira. Kakek yang memimpin rombongan itu lalu melangkah maju menghadapi Ratnawulan sambil mengembalikan tiga batang anak panahnya. "Nona, kau benar-benar memiliki kesaktian yang mengagukan. Belum pernah aku melihat seorang wanita seperti kau, demikian gagah perkasa sunguhpun masih amat muda sekali. Nona yang gagah,jangan membuat kami menjadipensaran. Ketahuilah bahwa diantara pasukan kami ini, yang paling kuat tenaganya adalah Bejo, dan yang paling pandai mempergunakan anak panah adalah Parta.Sedangkan orang ketiga yang paling pandai berkelahi mempergunakan senjata adalah aku sendiri, maka sekarang kuharap kau suka memperlihatkan kepadakami bahwa selain kepandaianmu luar biasa tadi, engkaupun pandai mainkan senjata sebagai seorang santika (ahli main senjata)yang sakti mandraguna."Sambil berkata demikian, kakek itu lalu mencabut kerisnya dan mengambil sebuah perisai yang bundar bentuknya. "Paman, kau mengajak main-maind engan pusaka, apakah itu tidak berbahaya?" kata Ratnawulan, "kata-kataku ini bukan berarti bahwa aku takut bermain keris, akan tetapi kulihat pusakamu itu baik juga, maka sayang sekali kalau sampai rusak." Kakek itu memandang heran. "Rusak" Bocah ayu (anak cantik), ketahuilah, pusakaku ini adalah pusaka dari Luamajang yang amat ampuhnya, bagaimana bisa rusak?"katanya sambil mengacung-acungkan kerisnya yang berluk tiga. Koleksi Kang Zusi Berdebarlah dada Ratnawulan mendengar disebutnya Lumajang ini. "Bolehlah saya mengetahui,paman ini siapakah?" Orang tua itu tersenyum lalu menjawab setelah menarik napas panjang, "Dahulu aku adalah seorang di antara pemimpin pasukan Lumajang, akan tetapi sekarang hanyalahs eorang kepala rombongan pelarian ini. Namaku Waluyo, maka berhatihatilah kau menghadapi permainan kerisku, karena kau berhadapan dengan seorang bekas panglima perang diLumajang." Makin gembiralah hati Ratnawulan mendengar ini, akan tetapi sebelum bicara terlebih lanjut, ia hendak menguji dahulu sampai di mana kepandaian orang tua ini. Maka ia lalu mencabut kerisnya Kyai Banaspati dan berkata. "Marilah kita main-main sebentar Paman Waluyo. Akan tetapi sekali lagi kuperingatkan, jangan kau terlalu berani mengadu kesaktian pusakamu dengan kerisku ini.Banyak kemungkinan pusakamu akan rusak karenanya!" Pak Waluyo memandang pusakanya dan menjawab. "Pusaka ini adalah senjataku semenjak pertama-tama menjadi perajurit. Kalau sekarang pusaka ini sampai rusak, itu berarti bahwa aku tak cakap pula memimpin pasukan. Hayo,majulah, dan ka uboleh meminjam sebuah tameng (Perisai) kepada seorang kawanku. " "Tak usah paman, bukanlah kita hanya main-main saja?" Sikap yang agaknya memandang remeh ini membuat Waluyo merasa penasaran juga, maka ia lalu berseru dan menyerang dengan kerisnya. Ratnawulan cepat menggeser kakinya dan mengelak dengan cepat, lalu dari samping ia membalas dengan serangannya. Waluyo tidak mau berlaku lambat dan sambil majukan perisai untuk menangkis serangan lawan ini, ia membarengi dengan sodokan keris pada lambung lawannya! Gerakan ini cepat sekali dan otomatis datangnya. Koleksi Kang Zusi sehingga merupakan serangan balasan yang amat berbahaya. Kalau sekiranya Ratnawulan memegang perisai,tentu ia dapat mempergunakan perisainya untuk menangkis. Akan tetapi gadis ini tidak mengkhawatirkan serangan lawan, bahkan ia khawatir ketika melihat lawannya menangkis dengan perisai, oleh karena ia maklum bahwa tidak ada perisai yang akan sanggup menangkis Kyai Banaspati! Oleh karena itu, secepat kilat ia memutar tubuhnya dan memapaki perisai itu dengan pukulan telapak tangannya,sedangkan keris dari Waluyoitu terpaksa ia tangkis dengan kerisnya sendiri. "Brak! Trang!" Dua suara ini berbunyi hampir berbareng ketika perisai itu menjadi pecah terkena pukulan telapak tangan Ratnawulan, sedangkan ketika kedua pusaka itu beradu, memancarkan bunga api dan terdengar serua kaget dari Waluyo karena keris pusakanya telah patah ujungnya! Bekas penglima ini berdiri dengan muka pucat sekali dan memandang kepada perisainya yang telah pecah dan kerisnya yang telah patah. Melihat kesedihan danmuka yang menunjukkan rasa malu besar itu, Ratnawulan lalu berkata menghibur. "PamanWaluyo, jangan kau merasa penasaran, karena kau bukan dikalahkan oleh orang lain. Aku adalah Ratnawulan juga seorang Lumajang! kenalkah kau kepada Senapati Nagawisena?" "Tentu saja aku mengenal mendiang Nagawisena dengan baik, karena dahulu aku berada di dalam pasukan yang dipimpinnya." kata Waluyo dengan heran "Kau siapakah?" "Aku adalah puteri tunggalnya!" Bukan main girangnya hati Waluyo dan lain-lain kawannya mendengar inidan semua orang lalu mengerumuni dara perkasa itu sambil memandang dengan penuh kekaguman. Lebih-lebih Waluyo,seakan-akania bertemu kembali dengan peminpinnya yang telah meinggal dunia, sehingga iasegera berlutut hendak menyembah Ratnawulan! Akan tetapi gadis itu cepat memegangt angan kakek itu dan menariknya bangun kembali. Koleksi Kang Zusi "Jangan begitu, paman.Akuhanyaorang biasasaja yang bodoh dan sama sekali tak patut mendapat penghormatan besar. Kedatanganku ini sebenarnya karena tertarik hatiku mendengar bahwa disini terdapat sisa-sisa pemberontak yang dipukul mundur oleh tentara majapahit,dan terutama sekali karena mendengar betapa kalian telah melakukan perampokan terhadap penduduk gunung ini. Ibuku menganggap kalian sebagai kawan-kawan seperjuangan, dantentu saja aku merasa malu kalau mempunyai kawan-kawan yang menjadiperampok dan mengganggu rakyat di sini." "Ibumu masih hidup?" kata Waluyo dengan muka girang,kemudian ia menghela napas ketika mendengar celaan Ratnawulan tentang perampok itu. "Memang kami telah melakukan perampokan keberapa kali, akan tetapi percayalah, hal itukamilakukan dalam keadaaan terpaksa karena kami telahkehabisan ransum. Kamisedang mengumpulkan tenagauntuk mengabungkan diri dengan pemberontak-pemberontaklain yang akan dipimpin oleh panglima-panglima Kuti dan Sumi!" KemudianWaluyo menceritakan bahwa sebagian besar daripada kawan-kawannya itu adalah bekas anakbauhRangga Lawe danRaden Sora, dua orang panglimayang telah gagal dan tewas dalam usaha mereka menumbangkan kekuasaan Prabu Jayanagara yang dipengaruhi oleh Begawan Mahapati. "Bertahun-tahun kamimenjadi orang buruandan menjadi pelarian yang hidup dihutan Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo huta, emncari kesempatan untukmembalas dendam kepada Bagawan Mahapati yang merupakan musuhbesar sekalian pemberontak,oleh karena pendeta itulah sesungguhnya yang mendatangan kebencian dalam hati kami." "Dan tahukahkau akan seorang yang bernama Kartika, paman?" "Siapa yang tidak tahu akan bedebah itu!" Sepasang mata Waluyo memancarkan api kemarahan. "Dia lebih jahat daripada gurunya dan aku telah bersumpah bahwa sekali waktu akan kubelek perutnya dan akan kukeluarkan jantungnya!" Melihat kebencian orang tua itu terhadap Kartika, Ratnawulan merasa heran, menceritakan bahwa anak gadisnya telah ditawan oleh Kartika dan dipaksa menjadi selirnya! Manusia busuk itu dengan kejamnya menghancurkan seluruh keluarga pemimpinpemimpin pemberontak.Celakalah orang-orang yang diketahui menjadi anggota keluarga orang yang telah memberontak, karena mereka takkan diberi ampun.Kalau mereka bukan perempuan-perempuan muda dan cantik, pasti mereka dibunuh, sedangkan perempuan-perempuan muda mereka tawan untuk Koleksi Kang Zusi menjadi bahan penghinaan!" Setelah berkata demikian, Waluyo berdiri mengepal tinju dan mengertakkan giginya. "Paman Waluyo, kau tentu tahu tentang tewasnya mendiang ayahku." Waluyo mengangguk. "ayahmu binasa dalam tangan Kartika pula, memang manusia itu amat curang danj ahat." "Karena itulah ,paman, maka aku mempelajari semua kepandaian ini. Aku akan mencari mereka dan membalas dendam kepada keparat itu berikut gurunya." "Bagus, kami akan membantumu, jeng Ratna. Kau memiliki ilmu kepandaian yang hebat dan luar biasa, maka sudah sepatutnya kalau kau menjadi pemimpin kami! Bagaimana, kawan-kawan, setujukah kalau kita mengangkat dara perkasa ini menjadi pemimpin dara perkasa ini menjadi pemimpin kita?" "Akur! Akur!" "Setuju sekali!" Ratnawulan mengangkat kedua tangannya ke atas, dan menggelengkan kepalanya. "Sabar, saudara-saudara! Sungguhpun aku menaruh hati dendam kepada Kartika dan Mahapati, akan tetapi aku tidak tahu-menahu tentang pemberontakan terhadap Kerajaan Majapahit. Hal itu bukan urusaku. Aku hanya ingin mencari dan membalas dendam terhadap kedua orang itu, dan sama sekali tidak ingin menyerang Kerajaan Majapahit." Semua orangyang tadinya merasa gembira sekali karena mereka telah menaruh pengharapan besar kepada dara perkasa ini,menjadi diam dan bungkam. Akan tetapi Waluyo mencelanya. "Jeng Ratna! Mengapa kau berkata demikian" Bukankah mendiang ayahmu juga seorang Koleksi Kang Zusi pemberontak terhadap Kerajaan Majapahit?" Ratnawulan menggelengkan kepala lagi. "Bukan, paman. Dalam pandanganku,juga menurut seorang senapati Lumajang, seorang perajurit yang memenuhi tugasnya sebagai ksatria sejati. Tentang pemberontakan-pemberontakan itu, biarlah hal itu diserahkan dan dipimpin oleh mereka yang memang mempunyai kepentingan dengan pemberontakan itu. Bagiku, asal saja aku sudah dapat membalas dendam kepada kedua orang itu, cukuplah. Lagipula, agaknya akan lebih mudah dan leluasa bagiku untuk bekerja seorang diri saja melakukan pembalasan dendam itu, daripada harus bersama dengan kalian!" Kecewalah semua orang mendengar ini, karena mereka ingin sekali berperang lagi melawan tentara Majapahit,dan mereka akan berbesar hati apabila mereka berperang di bawah pimpinan seorang yang gagah perkasa seperti daraini. "Aku mengerti maksudmu, Jeng Ratna. Akan tetapi,demi pertalian batin yang ada di antara kita, kuharapkau suka menurunkansedikit kepandaian kepada kami,agar pasukan kami mejadi lebih teratur juga ke Majapahit, oleh karena ketahuilah bahwa Majapahit memiliki panglima-panglima yang amat sakti, di samping Mahapati dan Kartika.Menurut pendapatku, akan lebih baiklahkalau kaumenanti sampai meletusnya pemberontakan baru yang jauh lebih besar dan kuat daripadayang sudahsudah,dan dalam keadaaankacau-balau itu, akanlebihmudah bagimu mencari Kartika dan Mahapati, karena mereka tentu akan maju di medan yuda. Kalausekarangkau pergike ibukotaMajapahit sengaja mencari mereka, maka kau bukan hanya akan menghadapi Kartika dan gurunya, akan tetapi kau akan berhadapan dengan seluruh panglima Majapahit." Diam-diam Ratnawulan membenarkan pendapat yang bijaksana ini, dan melihat betapa semua mata memandangnya dengan penuh harapan, ia tidak tega untuk menolak permintaan ini. "Baiklah, aku akan melatih kaliand engan sedikit ilmu kepandaian yang telah kupelajari, akan tetapi mulaisaat ini, kalian tidak boleh lagi merampok penduduk di gunung ini. Untuk ransum kita harus membanturakyatterdekat denganpekerjaan mereka di sawahagar hasil lading bertambah dan dengan demikian, maka kita akan dapat mengambil bagian kitadenganadil dan bersih. Pejuang-pejuang yang baik dan benar hanya mereka yang mendapat dukungan dan simpati dari rakyat kecil. Tanpa dukungan rakyat, usahamu akan gagal. Apalagi kalau sampai memusuhi dan mengganggu rakyat,maka kalian bukanlah pejuang-pejuang lagi namanya bahkan patut disebut penjahat dan pengkhiana bangsa." Koleksi Kang Zusi Diam-diam Waluyo merasa tunduk dan kagum sekali. Bagaimanaseoranggadis muda remaja ini dapatmengucapkakata-katayang demikian bijaksana" Sementara itu, melihat Ratnawulan bersedia melatih dan memimpin mereka, bersoraklah semua orang yangberadadi situdan suasana menjadi gembira sekali. KetikaRatnawulan, tas pertanyaan Waluyo, menjawab bahwa ia adalah murid dari PanembahanMahendragunaatau Eyang Semeru,makin runduklahmereka karena Eyang Semeru terkenal sebagai manusiasetengahdewa yangsuci dansakti. Demikianlah, orang-orangitu lalu memberikan pondokyang terbaik sebagai tempat tinggal Ratnawulan, sedangkan pada keesokan harinya Waluyo danbeberapaorang yang tadinya menjadianak buah Nagawisena, naikke puncak Mahameru untuk menjumpai Dara Lasmi, menghadap ibu pemimpin mereka itu untuk memberi hormat dan menyampaikan warta tentang keadaan Ratnawulan yang kinitelah mereka angkat sebagai pemimpin untuk melatih ilmu kepandaian danaji kesaktian kepada tiga puluh dua orang yang berada di hutan randu, di kaki Gunung Mahameru sebelah timur. Pada suatu hari, Ratnawulan seorang diri membawa anak panahnya hendak mencari binatang buruan. Didalamhutanrandu itu sunyi oleh karena semua orang dibawahpimpinan Waluyo telah berangkat ke dusun-dusun terdekatuntuk membantu mencangkul tanahladang. Semenjak Ratnawulan berada disitu, keadaan mereka amat berubah.Tidak lagi mereka bermalas-malasan di waktu siang hari, akantetapi semenjak matahari terbit, mereka bekerjadi sawahdan pada sore harinyabarulahmerekamenerima latihan-latihan dari Ratnawulan, bermain lembing, bermain keris, memanah dan pencak silat, sesuai dengan bakat masing-masing.Bahkan Ratnawulan lalu menyuruh semua orang membuat pedang yang sama bentuk dan ukurannya, bermata dua(tajam kedua bagian), lalu ia melatih mereka bermain pedang. Maka terbentuklah pasukanpadangyang mereka beri nama Pasukan Candrasa Bayu(Pedang angin) karena menurut pendapat mereka,permainanpedangyang diajarkanmemiliki kecepatan bagaikan angin puyuh! Tentus aja permainan mereka tidak sehebat permainan dara perkasa itu, walaupun mereka memang mendapatkan kemajuan yang cepat sekali. Ratnawulan merasa suka melihat kemajuan mereka, dania kini mendapat kenyataan bahwa anak buanya memang bukanlah sebangsa perampok yangjahat. Mereka itu kesemunya bekas perajurit-perajurit yang patuh akan perintah pemimpin dan ratarata memiliki sifat ksatria yang mengagumkan. Oleh karenaitu bercita-citauntuk kelak maju menyerbu ke Majapahit lagi, maka ia bersungguh hati untuk melatih mereka sehingga Pasukan Candrasa Bayu menjadisebuah pasukan pedang yang benarbenar kuatsekali. Perjalanannya memburu binatang hutan, Ratnawulan menuju ke hutan sebelah utara yang belum pernahdidatanginya. Hutan ini amat luas dan liar,penuh dengan pohonpohon tinggibesar yang telah berabad usianya. Juga disitu terdapat banya kpohon waringin yangluar biasabesarnyasehingga untuk dapat memeluk batangnya,agaknya dibutuhkan belasan orang yangberdiri dengan tangan saling bergandengan. Pohonpohon raksasainientah sudah berapa ratus tahun umurnya. Akar-akarnyayang panjang dan besarsebagian timbul di atastanah merupakan raksasa. Akar-akargantung berjuntaike bawah seperti tambang-tambang yang sengaja dikatkan orang pada cabang-cabang pohon itu, kuat danuletsekali. Daun-daunnya lebat, memenuhi puluhan cabang-cabang dan ranting-ranting yang rata Koleksi Kang Zusi tumbuhnya mengelilingi batang pohon membuat pohon raksasa itu nampak seperti sebuah payung yang amat besar. Auman harimau dan suara binatang-binatang lain menggembirakan hati Ratnawulan benar karena ternyata bahwa hutan liar ini amat banyak penghuninya.Memang, sebagaimana biasanya, makin liar hutannya,makin banyaklah binatangnya dan makin senanglah hati para pemburu yang memasuk ihutan itu. Tiba-tiba mata Ratnawulan yang awas itu melihat seekor kelinci putih yang gemuk lari ke bawah pohon. Cepat ia mengambil anak panah dan memasangnya pada busur yang telah dipegang semenjak tadi, akan tetapisebelum ia melepaskan anak panahnya, ia mendengar suara lain yang lebih menarik perhatianya. Suara Kijang! Ratnawulan membatalkan niatnya memanah kelinci dan segera jalan dengan hatihatikea rahsuara kijang itu.Benar saja, seekorkijang betina yang bagus dan gemuksedang berjalan perlahan dibawah pohon waringin yang amat besar. Kijang itu makan rumput di bawahwaringinitu, makandenganasyiknya, tidak tahu bahwa bahaya maut telah mengintainya darisebelah kiri. Olehkarena anginayang bersilir perlahan itu datang darijurusan depan, makakijangitu tidak tahu bahwa Ratnawulan telah berdiri dibalik tetumbuhan dan telah membidikkan anak panah kepadanya. Terdengarsuara gendewa menjepret dan sebatang anak panah meluncur bagaikan burung srikatanke arahkijang itu.Ratnawulan memandang denganmatagembira. Akan tetapi tak terasa lagiia mengangkat tangan kirinya menutupi mulutnya yang hampir saja mengeluarkan seruan karena terkejut dan heranya ketika melihat sinar putih berkelebatdari atas pohon beringin itu! Ia melihat betapa tubuh kijang itu terlempar kedepan sehinggaanak panahnyayang tadi dibidikkan kea rah leher, kinimenancap pada perut binatang itu. Ratnawulan cepatmelompat mendekati tubuh kijang yang telah rebah tak bernyawa lagidan mukanya menjadi merah karena marah ketika melihat betapa pada leher kijangitu menancap sebatanganak panahlain yang mendahului anak panahnya dan yang ternyata lebih tepat kenanya dan yang mendatangkan kematianpadabinatang itu. Ternyata adaorang lain yang telah mendahuluinya!Siapakah gerangan orang yang berani berbuat ini" Siapakah dia yang begitu kurang ajarberani mendahuluiRatnawulan yanghendak merobohkan buruannya" Akan tetapi, sebelum iamelihat orang yang berani berlancang tangan ini, tibatiba ia mendengar auman hebat dari belakangnya dan ketika ia cepat membalikkantubuhnya, ternyata bahwa seekormacan gembong yang besar sekali, sebesarlembumuda, telahberdiri dibelakangnya dan tiba-tibaharimauitu menubruk sambilmenggerengdengan suarayang dahsyat sekali! Ratnawulan cepatmelompat kesamping untuk megelak,akan tetapi oleh karena harimau itugerakannya cepat sekali, hampirsajapundaknya kena dicakar.Bukanmain marahnya Ratnawulan, karenasebelum diserang Koleksi Kang Zusi olehharimaugembong itu, iamemang telah marah sekali kepada orangyang mendaghului memanah kijang. Kinidenganhatigeramia mencabut keris pusaka Banaspati danmenghadapi harimau itudenganmata berapi-api! Tidak biasaRatnawulan menghadapiseekor harimau saja dengan kemarahan demikian besar. Pada saatitu terdengar jepretan jemparing (busur) dan tiba-tiba dariatas pohon beringin itumenyabar turuntigabatang anak panah dengan kecepatan bagaikan kilat menyambar dan dengan tepat sekali tiga batang anak panah itu menancap di tubuhharimauyang telah siaphendak menerkam Ratnawulan lagi, menancap di leher punggung, dan lambung! Sambilmengeluarkan gerengan keras danpanjang robohlahmacan ituberguling-guling, mengeliatdan akhirnya keempat kakinya berkelojotan laludiam! Kalau tadi kemarahan Ratnawulan laksanaapiberkobar panas, kinimakin kejatuhan hujan, mendidih Kawah Candradikuma kejatuhan hujan, mendidihdan menggelora sehingga dadanya naik turun amat hebatnya. Kalautadi si pelepas panah yang mendahuluinya membunuhkijangdianggaphanyalancing tangan, kini melihat anak panah pembunuh harimau yang samabentuknyaitu, ia menganggap bahwaorang ini telah menghinanya! Dengan kerisBanaspati di tangan, ia memandang ke atas pohon dan membentak kertas. "Keparat rendah dari manakah beranimenghina Ratnawulan?" Tiba-tiba terdengar suara ketawa di ataspohon dandisusul oleh suara seorang laki-laki yang tenang, "Alangkahindah namaitu. Sesuai benar denganorangnya!" Ucapan ini disusul pula oleh melayangnya bayangan seorangpemuda dari atascabang pohon itu. Ketikakeduakakinya menginjak tanah,tak terdengar suara sedikitpun sehingga diamdiam Ratnawulan terkejut melihat ilmu lompatorang itu dan memandang penuhperhatian. Orang itumasih muda,paling banyak duapuluh satuatau dua puluh dua tahunusianya,berkulithitam manis dan wajahnya amat gagahdan tampan. Alis matanya sehitamrambutnya, tebal dan mengingatkan orangakan alis Raden Gatotkaca. Sepasang matanya bercahaya-cahaya bagaikan bintangpagi, lebar danbersinar tajam. Bola mata yang tak mau diamitu menandakan bahwa dia adalah seorang periang.Hidungnya mancung danbagusbentuknya, sedangkan mulutnya yangmanis itu membayangkan kekerasan hatinya, terutama dagunya yang kuat dengan lekuk di tengah-tengahnya.Tubuhnya sedang saja, yakni potongan bambang. Pakaiannya sederhana,seperti yang biasadi pakai oleh petani-petani muda.Ikatkepalanya sempit dan hanya dikatkan secarasembarangan di ataskeningnya. Gagang keris terselip pada pinggangnya.Sedangkan dipunggungnya nampak tempat anak panah dikalungi busur yang besarberwarna putih. Koleksi Kang Zusi Mendengar pemuda itu memuji namanya, Ratnawulanmenjadimarahdan jugaheran. Bagaimana adaorang seberani ini" Belum pernah dara perkasa ini melihat orangberani bermain-mainpadanya,dan melihat pemuda ini tersenyumsenyummemandangnya rendah, ia menjadigemas sekali. "Benar-benar nama yangindah,dan orangnyalebihayu lagi!" katapemuda itu pula sambil memandang dengan mata jujur,sama sekali tidak menyembunyikan kekagumannya. "Tutup mulutmuyang kotor!" Ratnawulanmembentak dengan bibirmerengut dan mata memancarkan api. "Kaumanusia sombong, manusia kurang ajar." "Lho, bagaimanapula ini"Mengapa kau marah-marahdan menyebutkusombong dan kurang ajar?" "Kau. kau telah berani memanah mati harimau itu!" Ratnawulan mengigit bibir menahan kemarahannyaoleh karenadipanahnya harimau tadi benar-benar menyakitkan hatinya. Pemuda itu menggaruk-garuk kepalanyayang tidak gatal. "Kalau kau tidaksedang bicara danberadadi depanku sehinggaakumelihatjelas bahwa kedua kakimu mengambah (menginjak) tanah, tentu aku akan kusangka peri!" "Gila!"Ratnawulan memaki. "Memang mungkin aku sudah menjadi gila, atau memang kau yang bukan manusia!Di dalam hutanliarseperti ini, dimana orang-oranglelaki biasapunbelumtentuada yangebrani memasukinya, aku bertemu dengan seorang dara seperti engkau seorang diri! Inisudahamataneh namanya. Kemudian kau menghadapi harimau dengan keris di tangan dan samasekali tidaktakut, bahkandapat mengelak dari terkaman harimau tadi. Ini lebih aneh nemanya. Kemudianaku menolongmu daribahaya maut, dengan anak panahkukubinasakanharimau busa itu, dan apakah bunyiterima kasihmu"Kau memberi hadiahmakian! Ini namanyalebihanehdari sekalian yanganeh!" Biarpun katanya menunjukkan bahwa ia merasa penasaran melihat sikap yang tak tahuakan terimakasihitu, namun wajah pemuda itu masih saja memperlihatkan keriangan hatinya. Ratnawulan cemberut."Siapa butuh pertolonganmu" Siapa tadi melihat kau berlancang tangan membantuku" Aku tidak butuhakan bantuanmu!Kau telahberlaku lancing, memanahbinatang buruanku, kemudian kau membunuh pulaharimau yang sedang hendak kubunuh! Kau telah Koleksi Kang Zusi sombongmemperlihatkansedikitkepandaianmu, apakah kaukira di dunia ini hanya kau seorang saja yang paling gagah" Tanpa bantuanmu,akupun akandapat membinasakan harimau itu dengan mata meram.Jangankan baru seekor harimau,biarpun ada sepuluh ekorpun aku tak takut. Kaumenghinaku,bukanlaku seorangksatria untuk menghina orang lainmengandalkan kepandaiannya!" Semenjak tadi pemuda itu memandang dengankagum sambil tersenyum, seakan-akan melihat gadis berkata-kata dengan muka merah danmatabersinar-sinaritu merupakan pemandangan yang amat menarikhatidan menyenangkan. Ia sama sekalitidak perduli melihat kemarahan orang. Bahkankini ia lalu bersedekap (menyilangkan lengan di depan dada) danbertanya. "Habis, kalau kau menganggap aku kurang ajar, sombong dan sebagainya lagi, kau hendak memberi hukuman apakah kepadaku?" "Aku bukan algojoyang berwenang menghukum orang, apalagi orang macam engkau!"jawabRatnawula dengan marah sekali. "Kalau begitu, apakah kehendakmu selanjutnya"Biarlahkauketahuibahwa akubernama Adiprana, masih jejakaberusia duapuluh satutahun, baru saja turunGunung Bromo danhendak pergike." "Aku tidak perduli!Akutidak perduli kau bernama setanatau iblis, tidak Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo perdulikau baru turun dari neraka pula!" Ratnawulan memotong dengansuara keraskarena hatinya mendongkol sekali, akan tetapi diam-diam namaAdiprana itu terukir di dalam hatinya. "Kauharus mintamaafkepadaku karena segala kelancanganmu tadi!" "Kalau aku tidak mau?" "Aku akanmembinasakanmu dengan kerisku!" Pemuda itu mengangguk-anggukkan kepala danbibirnya berbisik, "Aduh,galak dan ganasnya.! Biarlahakuminta maaf saja." Kemudian ia membungkuk sambil berkata,"Padukaputeri yang mulia, semogasudimelimpahkan maaf sebesarnya kepada hamba yangrendah." Koleksi Kang Zusi Makin panas hati Ratnawulanmelihatbetapa pemuda itu sengaja megejeknya,maka ia lalu membentak, "Kalau kau tidak berlutut dan menyembah, aku tak maumemaafkankau!" Kini sepasang mata pemuda itumemandang tajam dan suaranyaterdengar penasaran sekali ketikaberkata. "Ah, bagus sekali! Kaukirakau hanya main-main saja,tidaktahunya kau bersunguhsungguh! Sayang, seorang gadis yang cantik dangagah seperti kau inimemilikikesombongan seperti itu. Aku kulihat sampai di mana sih tingginya kepandaianmu makaakuberani bersikapdemikian terhadap anak Gunung Bromo!" "Kaupun belum kenal sepak-terjang anak Mahameru!" Ratnawulanmembalas"Majulah!"Sambil berkata demikian, ia berdiri dengantubuh agak merendah, tangan kanan memegangkerisyang ditarik sampai kesamping pinggangnya, sedangkantangan kirinyaditaruh didepan dada dengan jari tangan terbuka. Adipranayang melihat sikap ini maklumbahwa gadisitu memilikikepandaian, dan pula iadapat mengenal keris pusaka di tangan gadis itu, maka ia tidak mau berlaku sembronodan cepat mencabutpula kerisnya yangjuga mengeluarkan cahaya tanda keris pusaka ampuh. "Tidak pantas seorang pria menyerang lebih dulu," jawab Adiparana yangbetapapun juga masih memandang ringan, "Kau majulah hendakkulihat sampai dimana kepandaianmu!" Ratnawulan tak dapat menahan sabarlagi dan segeramengirimserangan dengan kerisnya meluncurdengan tusukanke arah dada lawan. Adiprana berlakuwaspadadan kagum melihatkecepatangerakandara perkasaini, makaia cepat menggerakkan kerisnya untukmenangkis. "Trangg!"Ketika duabilahkeris itu salingmembentur, memerciklah bunga api dan keduanyamerasa betapa telapak tanganmerekayang menggenggamgagangkeris, menjadi panas dansakit. Keduanyaterkejut sekalidan cepat memeriksa keris masing-masing, akantetapi senjata mereka tidak rusak, maka mereka menjadi legadan mulaiserang-menyerang lagidengan lebih hati-hati. Koleksi Kang Zusi Bukan main kagum danherannya Adiprana ketika ia menyaksikanketangkasan dan kehebatan ilmu keris gadis itu.Hal ini sama sekalitak pernahdisangkanya. Tidaksajadalamhal tenaga lawanya tidka kalah olehnya, bahkan kecepatannyapunhanyadapat mengimbangi dara ini!Iakagumsekali dan mengerahkan seluruhkepandaiannya yang ia warisidari gurunya, yaituPanembahan Bromosakti,seorang pertapa yangsakti mandraguna di puncak Gunung Bromo. Sebaliknya, Ratnawulan jugamerasaterkejut dankagum. Baru kali ini semenjak turun gunung ia menjumpai lawan yangbenar-benar berat dan tinggiilmukepandaiannya. Ia telahmenyerang dengan hebatdan telahmengeluarkan segala aji kesaktian,akan tetapi tak berhasil mendobrak dan membobolkan pertanahan lawannya. Tipu dilawan tipu,kegesitan dilawan kecepatan,dan ilmu dengan ilmu telahia pergunakantanpa hasil sehingga ia menjadi makin penasaran dan gemas. Kedua orang itu benar-benar hebat. Pertempuranyang terjadi kali inisayangtidakada yang menyaksikannya, karena kalau ada orangketiga yangmenyaksikan, ia tentu akan berdiri bengong saking takjubnya. Tubuhkeduaorang mudaitu berkelebatankesanakemari, keris mereka menyambar-nyambarbagaikan kilat, kadang-kadang terdengarbunyi nyaring kalau sepasang senjata beradu dan nampakbunga api berpijar. Akan tetapi, setelah bertempur puluhan juruslamanya, akhirnya pemuda itumerasa betapa tangannya yangmemegangkeris mulai gemetar dan panas sekali. Ia maklum bahwa hal ini terjadi oleh karena kerispusakanya kalah ampuh dan kalau diteruskan,banyakkemungkinan ia akan kalah.Makin meninggi rasakagumnyadan tibatiba ia melompatke belakang sambil berseru. "Tahan!" Bagaikan seekor banteng mencium darah, Ratnawulan berdirid engan keris di tangan kanan dan tangan kirinya menolak pinggang, kakinya terpentang dan matanya menatap lawannya dengan pandang mata beapi, dadanya naik turun dan dari jidatnya yang berkulit kuning langsat danhalus itu menitik keluar beberapa butir peluh. "Mau apa lagi" Hayo majulah, keluarkanlah semua kepandaianmu, Adiprana! Jangan kauanggap dirimu sendiri saja yang gagah perkasa. Keluarkan kesaktianmu dan coba jatuhkan aku kalau kaubisa!" Ia menggunakan tangan kirinya menepuk-nepuk dadanya dan berkata, "Kerahkan kejantanmu, karena kau baru patut memandang rendah dan berlaku sombong kalau kau sudah bisa mengalahkan aku. Inilah anak Mahameru yang tak sudi dihina oleh siapapun juga!" Dalam sumbar dan tantangannya ini Ratnawulan melepaskan semua kegemasannya dan kemarahannya terhadap pemuda itu, pemuda yang begitu bertemu telah menimbulkan benci, marah dan juga kagum di dalam hatinya. Koleksi Kang Zusi Mendengar sumbar dan tantangan ini, Adiprana tersenyum dan sambil menghapus peluhnya yang membasahi muka,ia berkata, "Ratnawulan, kau benar-benar gagah perkasa. Tak pernah aku melihat atau mendengar, bahkan dalam mimpipun tidak, bahwa di dunia ada seorang dara segagah engkau! Tak dapat diragukan lagi, kau tentulah anak murid Panembahan Mahendraguna yang disebut Eyang Semeru, bukan?" Ratnawulan tertegun."Bagaimana kau bisa tahu?" Adiprana menarik napas panjang dan memasukkan kerisnya ke dalam warangka. "Lebih dahulu kita harus berdamai, maukah kau" Tak enak untuk bercakap-cakap dengan seorang yang masih marah-marah kepadaku. Maukah kau berdamai dengan aku?" "Itu tergantung." "Tergantung bagaimana?" "Tergantung kepadamu sendiri apakah kau masih sombong dan memandang rendah kepadaku! Kau telah berlaku lancing dan menyakiti hatiku dengan perbuatanmu yang sombong tadi.Apakah kini kau masih merasa bahwa aku pantas ditolong dari harimau ini?"Ia menunjuk kepada bangkai harimau. "Memang aku bersalah, Ratnawulan. Memang kau tadi benar, jangan baru seekor harimau, dengan kepandaianmu itu, biarpun kau dikepung lima ekor harimau pun, rasanya kau belum berada dalam bahaya. Aku telah salah duga tadi." "Nah, kalausaja sikapmutadiseperti sekarang, siap ayang akanmenjad marah-marah" Tadi akuketerlaluan, minta maaf sajatidakmaubahkan mengejek. Begitukahsikapseorangksatria terhadap waita" Memalukan sekali!" Adipranamenarik napas panjang. "Aku minta maaf, Ratnawula, kala memang kaukehendaki, biarlahaku berlututdan menyembah kepadamu." Koleksi Kang Zusi "Cih!Siapa yangingin disembah-sembah" Asal kau benar-benar merasa menyesal dengan kesombonganmu tadi, tak perlu hal itu dibongar-bongkarlagi. Kau sudah membuktikansendiri bahwa dalam hal ketangkasanbermain keris danolah yuda,aku tidak kalah olehmu. Ataukalau masih penasaran, boleh kitateruskan lagi sampai salah seorangmenggeletakdi sini!" "Tidak, tidak! Aku sudah cukup puas. Kau benar digdaya!" "Namun aku masih belum puas kalau belum bertandingpanah denganmu, Adiprana!Anak panahmulahyang melukai danmenyinggunghatiku tadi,maka sekarang akau ingin kausaksikan bahwa dalam hal ilmu memanah, anakMahameru juga tidak perlumenyerah kalahterhadap anak Bromo!" Dari ucapan dan nada suaranya ini, Adiprana maklum bahwa gadis inimasih merasa panas hatinya,maka sambil tersenyum ia lalumenurunkan gendewanyadan memasang anak panah. Sekali pasang ia telah menggunakan limabatang anak panah dan ia segera berkata. "Baiklah, marikita berlomba panah.Dengananak-anak panahku aku akan membuat lingkaran dipohon waringin depan itu!" Baru saja ucapannya habislima batang anakpanahnya telah melucur dari gendewadengansekali tariksaja dan anak-anakpanah itumenancap dengan rapinya merupakansetengah bulatan pada batang pohon waringin yang besar. Sekali lagi diprana mengeluarkan lima batang anak panah dan sekali lagilimabatang anak panah itu meluncur cepat melengkapi dan menyempurnakan lingkaranyang baru jadi setengahnya. Kini di atasbatang pohonitu nampak sepuluh batanganak panahyang teratur rapi, berderet-deret merupakansebuah lingkarankecil. "Nah, kau keluarkan anak panahmu dan coba kauusahakan untuk memasukkan sepuluh batanganak panah ke dalam lingkarananak panahku itu!" Ratnawulan memandangke arah lingkaran itudan iamerasabahwa ilmu memanah pemuda ini benar-benar hebat.Iamelihat betapa lingkaranitu kecilsajasehingga takkan cukupdimasuki oleh sepuluh batanganak panah, makaia tahu akan kelicikan ini.Akan tetapi, iatetaptenang, bahkan kini tersenyummengejek. Koleksi Kang Zusi "Apakah susahnya memasukkansepuluh batang anak panah dalamlingkaran itu" Kaulihatlah!" Sambil berkata demikian iamemasang lima batang anakpanah pada gendewanyadan setelah membidik, terdengartali gendewanya menjepret dan limabatang anak panah dengan kecepatan luar biasa meluncurke arah batang pohonitu. Adipranamemandang penuh perhatian dan ia merasa heran melihat ketenangan gadis itu. Ia tahu betul bahwaruang lingkaran itutakkan mungkindapat dimasukisepuluh batang anak panah akan tetapi setelahanak-anak panahdara perkasaitu menyambarkearah lingkaran, ia menjadi terkejut sekalidan jugakagum oleh karenaanak-anak panahitu bukannya menancap di dalam lingkaran, melainkan menyambar tepat pada gagang anak-anak panahnya sehingga patah-patahdan lima batanganak panahnya jatuh keatas tanah bersama lima batang anak panah Ratnawulan. Kembali lima batanganak panahgadis itumenyambar danhabislahanak panahnyayang tadi menancappadabatang pohon itu! Sambil melangkah tenang, Ratnawulanmengambil kesepuluhbatang anak panahnya, sedangkan anak-anak panah Adiprana telah patahkepalanya dan tak dapat dipakai lagi! Akan tetapipemudaitu tidak menjadimarah. Iamaklum bahwadenganjalanitu,Ratnawulan hendak membalas dendam dan melampiaskan amarah dan kegemasannya. Ia bahkan memji dan tersenyumramah. "Hebatsekali!Ilmu panahmu memang lebih unggul daripada kepandaianku!" Mendengar pujianini dan melihat sikap Adiprana, timbulah rasa menyesal dalam hati Ratnawulan. Memang hati seorangwanita ituperasa sekali, mudah tersinggungdan mudah terharu, gampang marahdan gampang menyesal, sebentargirang sebentar berduka. Kalau saja Adipranamenjadi marah karena anak-anak panahnya dirusak dan menegur Ratnawulan, daraini tentu akan menjadi marah sekali dan mengingatkania akankelancangannya mempergunakan anak panah untuk membunuhkijangdan harimau tadi.Akan tetapi karena Adipranatidakmenjadi marah bukan memujinya, luhlah hati dara perkasa itu dan ia menjadimenyesal mengapaia telah merusak semuaanak panahdan menyerahkannyakepada Adiprana sambilberkata. "Aku telahmerusakkan sepuluhbatang anak panahmu.Terimalah lima batang sebagai penggantinya, sehingga kita masing-masingkehilanganlima batang!" Adipranamemandang dengan mata kagum dan hatinya makin sukakepada dara perkasa yang aneh ini. Kalautadipadapertemuan pertamaia berlakukurang ajar dan menggoda, hal iniadalahkarena ia Koleksi Kang Zusi mengira bahwa Ratnawulan hanyalah seorang gadis gunung yangmempunyai sedkitkepandaian danmenjadi sombong karenanya. Akan tetapi setelah kini ia tahu betul bahwagadis ini ilmu kepandaiannya tidak beradadi sebelah bawah kepandaiannya sendiri, maka iamenjaditertarik,kagum, suka, dan menganggapnyasebagai seorang sederajat dan segolongan. Mereka duduk di atas rumput dan Ratnawulan bertanya. "Adiparana, bagaimana kau bisa tahubahwa aku adalahmurid EyangSemeru" Siapakah kau sebenarnya dan siapa pulagurumu?" "Sepertitelah kukatakan tadi, namaku Adiparana dan aku adalah murid tunggal dari Eyang Bromo sakti yang bertapa di puncak GunungBromo.Tadi aku hanya menduga saja bahwakauadalahmurid Eyang Semeru oleh karena gurukupenah memberi pesan bahwa Eyang Semeru mempunyai seorang murid wanitayang sakti dan yang ilmu kepandaiannya tinggisekali. Maka begitu melihatkepandaianmu bermain keris,mudah saja menerkasiapa adanya kau.Ketahuilah, Ratnawulan, gurukumasih terhitungadikangkatgurumu sendiri, maka kitabukanlah orang lain dan masihdapat disebut saudara seperguruan." Ratnawulan girang sekali mendengarini. "Sayang bahwa eyang guru tak pernah menceritakanperihal gurumu itu, akantetapi melihat kepandaianmu, aku percaya bahwa kau tentulahmurid seorang sakti," kataRatnawulan, pandang matanyamenatap wajah yangtampan itu. Meliaht sinar mata gadis itu memandang sengan terbukadan jujur, tanpa sedikit pun sungkan dan malumalu sebagaimana pandang mata lain gadis,Adiprana merasa suka dan kagum. Benarbenar seorangdarayang sukar ditemukan keduanya,pikirnya.Seperti inilah agaknya Srikandidi zaman pewayangan itu.Tidak,Ratnawulan lebihgagah lagi, lebih cantik jelita dan mengagumkan. "Kautinggal di manakah, Ratnawulan" Kalaugurumu bertapa di puncak Mahameru, mengapa kauberadadi tempat sejauhini?" "Aku sedangbertugas memimpin Pasukan Candrasa Bayuyang bersarang di hutan randu." Mata Adipranaterbelalaj memandang. "Memimpin. apa.?" Koleksi Kang Zusi Ratnawulan tersenyum bangga."Aku memiliki sebuah pasukan yang gagah berani, terdiri daritigapuluh orang, yaitu PasukanCandrasa Bayu. Mereka bersarang ditengah hutan randu di kaki Gunung Mahamerusebelah timur." Bukan main heranahtipemuda itu."Melatih pasukan" Mengapa dan untuk apa?" Melihat wajahpemudaitu demikianterheran, Ratnawulan tertawageli. "Kau tidak tahu, Adiprana, pasukan itu bukanlah pasukan sembarangan, akan tetapi pasukan istimewa danpara anggotanya terdiridari sisa-sisapemberontak Majapahit,dahulu anak buah Panglima Nambi diLumajang dan lain-lain. Mereka bercita-citauntuk membalas dendamdan mengempur Majapahit lagi, maka kini aku melatih mereka dengan ilmu pedang dan olah yuda." Adipranatertegun dan memandang dengan muka menunjukkan bahwaia hampir takdapat percaya akanpenuturan ini. "Kau. Kau menjadi pemimpin pemberontakyang hendakmenggempur Majapahit" " "Aah, panjang ceritanya, Adiprana.Sekarang haritelah hampir senja dan kedua bangkai binatang inikalau tidak lekas dirawat akan menjadirusak.Maukah kau kehutan randuuntuk kuperkenalkandenganPasukan Candrasa Bayu dan mendengar lanjutanceritaku" Aku akan menceritakanriwayatku, asal sajakau maumenceriakanriwayat hidupmu lebih dahulu padaku. Setelah saling mengadu kesaktian dan saling berkenalan, kemudian ternyata masih saudara seperguruan, sudah sepatutnya kalau kita saling mengetahui riwayat hidup masing-masing pula." Mendengar bahwa dara perkasa itu memimpinsepasukan sisa para pemberontak, mulamulaAdipranamerasaragu-raguuntuk ikut, akantetapi entahmengapa, ada sesuatu pada gadis itu yang membuatia tidak kuasauntuk menolak ajakanini. Entah sepasang mata yangjernih dan indah itu, entah bibiryang merah danmanis itu. Akantetapi, ia bangunberdiri bagaikan terdorong oleh pengaruh yang jauh lebih kuatdaripada tenaga batinnya sendiri, memanggul bangkaimacan sambil berkata. "Kijangitu bagianmu karena lebih ringan." "Kaukiraaku tidak kuat untuk memanggul macan itu?" Kembali sepasang mata Ratnawulan memancarkan sinar berapi. Koleksi Kang Zusi Adipranatersenyum. Dalampekealan yang tak berapa lamaini ia telahtahu akan sifat gadis ini,maka iamenjawab. "Tentu sajakau kuat memanggulnya, akan tetapi sudahmenjadikelaziman umum bahwa kaum pria harus memanggul yang lebih berat.Dan pula, sekarang sudah hampirgelap,kalau tidak lekas-lekaskita akan kemalaman di jalan." "Mungkinbagi oranglain, akan tetapibagi kita, jarakitu tak berapa jauh.Mari kita berlombalari!"kata Ratnawulan sambil memanggul kijang itu. Keduanyalalu menggunakan aji kesaktian mereka dan berlari cepat sambil memanggul kijangdan macan itu, berlari-lari bagaikanterbang cepatlah menujuke hutansebelah timur. Di sepanjangjalan, mereka tidak banyak bicara dan diam-diam Ratnawulan merasa gembira sekali oleh karena barukali inilah ia dapat berlari cepat dengan seorang yang memiliki ilmu kepandaian yang tinggi dan tidak kalah olehnya. Dalam diri Adiprana ia merasa mendapat seorang kawan yang amat baik dan cocok. Sementara itu,senja mulai mendatangdan Sang Batarasurya telah bersembunyi di balik puncak Bukit Mahameru, sungguhpun cahayanya masihmenghambatsatangnyasang malam gelap.Dan di dalam cahaya yang suram itu,di mana anginatak bertiup dansegala sesuatuagaknya diam dansunyikarena ditinggalkan oleh matahari, nampak Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dua bayangan berkelebat cepat.Darijauh merekatidak kelihatan seperti manusiabiasa, karenabiarpuntubuh bagian bawah seperti orang biasa,akan tetapi bagian atasnya kelihatanbesar dan aneh bentuknya.Kalau adaorang yang kebetulan melihat dua sosokbayangan ini, tentu mengira bahwa mereka adalah setan-setan pertama yang keluar dari persembunyiannya setelahSang Batara surya yang mereka takuti itu mengundurkan diri. Padahal kedua sosok bayangan inibukan lain ialah Ratnawulan dan Adipranayang memanggul kijangdan macan,sehingga dilihat dari jauh memangbentuk pundak dan kepalamereka aneh,menjadisatu dengan kedua ekor binatangyang telahmati itu! Sebelum hari menjadi gelap benar,merekatelah memasuki hutan randudi kakiMahameru sebelahtimur, dan kecepatanlari mereka agaknyatakkankalah apabila dibandinkan dengan kedua ekor binatang yangkini mereka panggul,andaikatakeduaekor binatang itu masih dapatberlari! Karena mereka telahmempergunakan aji kesaktian mereka, yaitu IlmuLari CepatMarutoBajra (AnginKilat)! Koleksi Kang Zusi Kedatangan Ratnawulan disambut dengan girang oleh kawan-kawannya, dan semua anggota Pasukan Candrasa Bayu yang tadinya merasa gelisah karena tidak melihat dara perkasa itu, menjadi gembira melihat pemimpin atau pelatih mereka itu datang membawakijangdan harimau.Akan tetapi, mereka memandang kepada Adiprana dengan curiga dan tak senang. Terutama sekali Bejo dan Parta, dua oranggagah yangdiam-diam menaruh hati cinta kasih terhadap Ratnawulan, merasa cemburu melihat pemuda yang tampan itu. Bejoyang wataknya jujur dan terbuka serta kasarlalu melangkahmaju, menatapwajah Adiprana dan bertanya kepada Ratnawulan. "Jeng Ratna, siapakah saudara ini dan apa kepentingannya datang ke tempat kita?" Ratnawulan tersenyum lalu memperkenalkanpemuda itu. "Ini adalah saudara Adiprana,seorangkelana mudayang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Kami telah bertanding mengadukepandaian danbekenalan, dan tidakt ahunya bahwa dia ini adalah murid dari Eyang Bromo sakti yang menjadi saudara angkat guruku sendiri. Kalian boleh banyak belajar ilmud ari saudara Adiprana ini!" Parta berkatadengansuara menyatakan ketidak-puasannya. "Bagaimana kami dapat mengetahui bahwa ia boleh dipercaya dan benar-benar digdaya kalau kamibelummenyaksikannya sendiri"Jeng Ratna, apakah ilmu panahnyadapat menandingi Kukiladanu (Gendewa Burung) kita?" "Apakah ia dapat menandingi Candrasa Banyu?" Tanya pula Bejo dengan sikap menantang. Ratnawulan tersenyum lagi. "Jadi kalian hendak memuji kesaktiannya"Tunggulah sampai esok hari, biarlah dia memperlihatkan kepandaiannya." Adipranamelihatsikaporang-orang itu, didalamhatinyamemenarkan pernyataanRatnawulan bahwa anggota-anggota pasukan istimewaini benarbenarbersikap gagahdan jantan. Maka timbulah Koleksi Kang Zusi kegembiraannya dania maklum bahwa kalaumereka initidakdiberibuktiakan kepandaiannya, tentu mereka akanmemandang rendah dan merasatidak puas.Maka ia lalu melangkah maju dan berkata. "Saudara-saudara yanggagah! aku adalahseorangpemuda gunug yang bodoh dan hanya memiliki sedikit kepandaian saja. Apakah kalian inginkan, biarlah aku yang muda memperlihatkan sedikit kebodohanku." Ia memandang kepada Parta yang selalu memegang sebuah gendewa yang besar lalu berkata. "Agaknya saudaraadalah ahli panah yang pandaidalampasukan ini.Pernahkan saudaramendengar tentang ilmu memanahtanpa melihatsasarannya dan dapat emngenai sasaran dengan tepat hanya dengan mendengar suara saja?" Memang Parta pernah mendengar ilmu memanahini dari Ratnawulan. Ilmu memanah ini dari Ratnawulan disebut Isu Destarata(Anak Panah Destarata). Sebagaimana diketahuioleh para penggemar cerita pewayangan,Destarataadalahseorang yang buta, akan tetapi kesaktiannya menggiriskan hati pahlawan-pahlawan seluruh permukaan bumi. Destarata inilah menggiriskan hati pahlawan-pahlawan seluruh permukaan bumi. Destarata inilah yang menjadinenekmoyang parasaudara Kurawa. Ilmumemanah itu disebut Anak PanahDestarata, karenadilakukan tanpamelihat sasaran, seakanakan pemanahnya seorang butayang memiliki pendengaran yang akan menentukandi mana letak sasaran itu sehingga bidikan akanmengenai tepat. Mendengar pertayaan Adiprana, Partamengangguk danberkata. "Aku tahu tentang ilmumemanah itu sungguh punakutakdapat melakukankarena amat sukar dan sulit." Adiprana menurunkan gendewanya dan mengambilsebatang anak panah. "Nah,biarlah aku memperlihatkansedikit kebodohanku!"Sambil membawa gendewa dananak panah, Adiprana lalu menghampirisebatangpohon randu yang besardan tinggi.Di ataspohon itu terdengar suara burunggagakyang kadang-kadang berbunyi,akan tetapi oleh karena burung gagak bulunya hitam dan pohon itu amat tinggi serta diselumuti olehkegelapan malam, tentu saja daribawahorang tak dapat melihat apa-apa dan tidak tahu dimana tempat burung itu bertengger. Semua orang mengikuti gerakan Adiprana dengan penuh perhatian. Setelah tiba di bawah pohon randu itu, Adiprana menundukkan mukanya dan diam tak bergerak bagaikan patung. Ia sedang menghening cipta dan mengerahkan seluruh tenaga batinnya ke arah Koleksi Kang Zusi telinga untuk menentukan di mana gerakan burung yang hendak dijadikan sasaran anak panahnya itu, sebentar saja ia dapat menangkap suara burung itu dengan jelas, jangankan suara menggaoknya, bahkan suara burung itu membersihan bulunyapun terdengar jelas olehnya. Tiba-tibaia menggerakkan gendewa tanpa mendongakkan kepalanya dan ketika ia menarik tali gendewa, terdengarlah suara menjepret. Akan tetapi, tepat setelah anak panahnya meluncur, dari belakangnya ia mendengar suara tali gendewa lain ditarik dan anak panah dilepaskan sehingga hampir berbareng dua batang anak panah melesat kearah gerombolan daun randu yang hitam gelap itu. Terdengar bunyi daun-daun gemersik dan seekor burung gagak yang melayang jatuh. Ketika orang ramai mengambil bangkai burung itu, ternyata bahwa dadanya telah tertusuk oleh dua batang anak panah! Adiparana berpaling dan tersenyum kepada Ratnawulan yang tadi juga melepas anak panahnya.Ia malum bahwa dengan perbuatannya itu, Ratnawulan hendak memperlihatkan pula kepada anak buahnya bahwa ia tidak kalah pandai oleh Adiprana! Bukan main gembiranya orang-orang yang berada disitu ketika mengetahui bahwa anak panah ke dua adalah anak panah Ratnawulan. Mereka amat kagum kepada pemuda itu, dan Parta diam-diam mengeluh karena ia harus mengakui bahwa Adiprana benarbenar lebih pandai dari padanya,dan sudah pantaslah kalau pemuda itu menjadi gurunya! Adipranalalu memandang kepada Bejo sambil tersenyum dan berkata, "Saudara yang gagah perkasa seperti Gatotkaca. Kautentulah ahli pedang yang tinggi ilmunya dan kuat tenaganya. Marilah kita main-main sebentar dan memang hendak kubuktikan bagaimana hebatnya permainkan pedang dari jago Paskan Candrasa Bayu!" Betapapaun juga, Bejo adalah seorang yang patuh dan akan disiplin,dan karena Adiprana adalah tamu dari Ratnawulan, maka ia memandang kepada dara perkasa itu dengan mata minta keputusan. Ratnawulan menganggukdan berkata. "Bejo,kau boleh kerahkan seluruh ilmu kepandaian dan tenagamu! Kalau kaud apat bertahan sampai sepuluh jurus saja menghadapi saudara Adiprana,sudahcukup memuaskan hatiku." Mendengar ucapan pelatihnya ini, Bejo merasa makin penasaran.Benar-benarkah ia hanya dapat melawan selama sepuluh jurussaja" Ah, jangan-jangan pemuda ini takkan dapat bertahan sampai lima jurus. Koleksi Kang Zusi Bejo dan Adiprana lalu masuk kedalam lingkaran yang disediakan untuk mereka, yaitu lingkaran orang-orang yang menjadi penonton, diterangi oleh api unggun yang dipasang di empat penjuru. Bejo segera mencabut pedangnya, sedangkan Waluyo lalu meminjamkan pedangnya kepada Adiprana. Disaksikan oleh semua orang yang berada disitu, ada yang berjongkok dan ada pula yang berdiri mengelilingi lapangan seolah-olah mereka sedang menyaksikan adu ayam, kedua pendekar pedang itu mulai berlagak. Bejo memasang kuda-kudanya dengan kaki kiri dibelakang, tubuh agak condng kemuka, kaki kanan di depan dengan tumit di angkat, tangan kiri terbuka jarinya dimiringkan melintang dada sedangkan tangan kanan memegang pedang melintang ditempelkan di atas pundak kiri. Inilah sebuah gerak pembukaan yang dalam Ilmu Pedang Candrasa Bayu disebut Kukila Nendra (Burung Tidur). Pembukaan ini dilakukan dengan berat tubuh di tengah-tengah dan tenaga kaki dipusatkan pada kaki kiri yang berada di belakang, sehingga kaki kirilah yang merupakan tiang penyangga tubuh, sedangkan kaki kanan hanya ujungnya saja menyentuhtanah. Sikap tubuh ini memungkinkan ia membuka serangan dengan berbagai cara dan jalan. Tanpa mengubah kedudukan lawan agak jauh, ia dapat mengalihkan tenaga dari kaki kanan ke kaki kiri untuk melangkah maju dan membarengi gerakan itu dengan sebuah tusukan serong. Melihat kuda-kuda lawan ini,Adiprana tersenyum dan ia pun lalu membuka kudakudanya yang indah. Ia memasang kuda-kudanya dengan merendahkan tubuhnya,kaki kiri ditekuk lututnya dan bagian belakang tubuh diturunkan sampai hampir menyenyuh tumit sedangkan kaki kanan dilonjorkan ke depan. Tubuhnya lurus dengan mata memandang ke depan, tangan kiri diangkat ke atas kepala dengan telapak tangan di atas sedangkan pedang di tangan kanannya dilonjorkan pula di atas kaki kanan. Bejo tertegun melihat pembukaan lawannya ini oleh karena sikap dan kedudukan tubuh Adiprana itu sekaligusmemecahkan pembukaan Kukila Nendra! Dengan kedudukan macam itu, maka Adiprana boleh dibilang telah berada "di atas", lebih mudah melancarkan serangan berbahaya daribawah dan menempatkan kedudukan Bejo pada kedudukan yang amat sukar karena memang sulit baginya untuk dapat memulai serangan dengan baik apabila ia tidak merobah kuda-kudanya. Oleh karena itu, iaberseru keras dan merobah kedudukannya, dengan menarik kaki kiri maju sejajar dengan kakikanan, tubuh direndahkan dan kedua kutut ditekuk sedikit, tangan kiri tetap bersilang didada sedangkan pedangnya kini ditaruh di pinggir pinggang! Dengankuda-kuda ini,ia dapat menyerang lawannya dengan mudah, mengirim tusukan atau bacokan ke bawah! Akan tetapi Adiprana tidak merobah kedudukannya, bahkan lalu tersenyum dan berkata. "Bagus, kini kau dapat menyerang! Mulailah Bima!" Pemuda itu sengaja menyebut Bima, yaitu seorang tokoh pewayangan yang bertubuh tinggi besar sehingga dengan sebutan ituia Koleksi Kang Zusi mengumpamakan Bejo yang tinggi besar itu sebagai Bima! Sebutan ini bukan merupakan hinaan, bahkan pujian, olehkarena Bima adalah seorang ksatria gagah perkasa, akan tetapi tetap saja suaranya mengandung nada mengejek. Bejo berseru keras, "Awas pedang!" Dan bagaikan petir menyambar, pedangnya meluncur kearah tenggorokan Adiprana dalam sebuah tusukan yang dahsyat. "Jurus pertama!" Adiprana berseru tak kalah nyaringnya sambil mernggeser kedua kakinya. Sungguh mengagumkan dan indah dipandang, oleh karena dengan amat lemas dan cekatan sekali, ia telah berpindah tempat dengangerak kai amat indah. Tanpa menangkis telahdapat mengelak bahaya tusukan itu. Akan tetapi tidak percumaBejo mendapatlatihan ilmu pedang dari Ratnawulan, karena biarpun tusukannya mengenai tempat kosong, pedangnya itu tidak ditariknya kembali, bahkan laludiubah luncurannya bagaikan burung sedang melayang. Pedangnya itu membelok ke kanan mengejar lawannya.dan kinidengan majukan kaki kiriia mengirim bacokanke arah leher Adiprana dibarengi dengan bentakan keras, lalu kaki kanannya menyusul dengan sebuah tendangan yang kuat kearah lambung lawan itu! "Jurus kedua yang bagus!"Adiprana masih sempatberseru sambil cepat-cepat menggerakkan pedangnya menangkis dantangan kirinya dengan jari-jari terbuka cepat meluncur ke arah lambung sendiri untuk menangkap tendangan itu! Bukan main hebatnya gerakannya ini! Semua orangmenahan nafas karenamereka menganggap pemuda itu terlalu sembrono untuk mencoba menangkap tendangan kaki Bejo yang tenaganya mungkin akan dapat melemparkan seekor kerbau! Kalau saja lengan atau jari tangan pemudaitu terkena tendangan kakiBejo, tentu akan remuklah tulang-tulangnya! Akan tetapi, Adiprana telah membuat perhitungan yang amat tepat. Tidak saja ia dapat menaksir sampai di mana kehebatan tenaga tenangan lawan, bahkan iapun maklumakan kecepatannya sendiri yang jauh lebih menang.Berbareng dengan bunyinya kedua pedang bertumbuk, iatelah berhasil menyangga tumit kaki Bejo yang menendang, dansambil berseru,"Maaf" ia menggerakkantangannya keatas sehinggaBejo yang kakinya didorong keatas itu tentusajatak dapat mempertahankan tubuhnya lagi yang terjengkang ke belakang! "Buk!" Bejo meringis-ringis ketika pantatnya bertemu dengan tanah keras! Terdengar sorakan memuji dari semua orang, akan tetapi Bejo masih belum puas. Ia meloncat bangun dan kini menyerang dengan hebat bagaikan harimau hausdarah! Pedangnya berkelebatan Koleksi Kang Zusi cepat dan iatelah mengeluarkan Ilmu Pedang Angin itu sehingga pedangnya benarbenar menderu-deru bagaikan angin puyuh mengamuk! Namun Adiprana tetap tenang dan tiada hentinya mulutnya menghitung sambil menangkis atau mengelak. "Jurus ketiga! Jurus ke empat!" Pada serangan juruske delapan, tiba-tiba Adiprana menangkis sambil memutar-mutar pedangnya. Bejokalah tenaga sehingga terpaksa pedangnya ikut berputar-putar.Kemudian Bejo mengerahkan tenaganya sehingga dua batang pedang itu saling temple dan mulailah adu tenagauntuk menindas pedang lawan. Urat-urat diseluruh tubuh Bejo menggembung, tanda bahwa ia mengeluarkan semuatenaganya untuk menindas pedang Adiprana. Akantetapi pemuda Gunung Bromo itu hanya tersenyum dan nampaknya tidak sukar menahan tekanan ini. Tiba-tiba Adiprana berseru. "Awas, Bima!" Dan iamenarik pedangnya ke bawah sambil miringkan tubuh, akan tetapi tangan kirinya dengan jari-jari terbuka dia "masukkan" melalui bawah lengan kanan lawan untuk "makan" lempengnya. "Heeit.!"Bejo berseru keras dan "Ngek"perutnya telahtermakan oleh sodokan jarijari tangan Adiprana yang amat kuat! "Aduh.!"Tubuh Bejo terhuyung-huyung kebelakang dan roboh terlentang dengan pedang terlepas dari tangannya! Ia lalu merangkak sambil memegangi perutnya yang tiba-tiba menjadi mulas. Masih untung baginya bahwa Adiprana tidak bermaksud mencelakakannya dan hanya mempergunakan sebagian kecil tenaganya saja. Kalau sodokan pada perut itu dilakukan dengan seperempat tenaganya saja,kecil sekali harapan Bejo akan dapat bangun lagi! "Hebat." Bejo berkata sambil terengah-engah, "aku mengaku kalah." Ratnawulan tersenyum dan semua orang bergembira mendapatkan seorang pemuda yang demikian pandai di tengah mereka. Juga Adiprana merasa girang sekali melihat kejuran Bejo.Ia makin tertarik kepada orang-orang ini sehingga ia memutuskan untuk tinggal bersama mereka di dalam hutan. Koleksi Kang Zusi * Telah tiga pecan Adiprana tinggal bersama Pasukan Candrasa Bayudi hutan randu. Ia disukai oleh semua orangkarena ramah tamahdan sikapnya yang amat sederhana itu menimbulkan penghormatan dari semua orang. Diam-daim Parta danBejo mengakuibahwa pemuda ini jauh lebih sesuai untuk menjadi sisihan Ratnawulan, sama muda, sama rupawan dan sama saktinya. Akan tetapi, Ratnawulan sendiri menganggap tak lebih. Ia memang suka sekali bercakap-cakap membicarakan ilmu kepandaian dengan pemuda itu dan dalam percakapan itu mereka saling menuturkan riwayat masing-masing. Secara singkat Adiprana menuturkan riwayatnya. Ia adalah putera tunggal dari seorang empu (pembuat keris atau pandai besi yang pandai) di kota raja. Akan tetapi malang baginya bahwa ayahnya telah meninggal dunia karenasakit ketika ia masih berusia lima tahun. Ibunya yang masih mudamenjanda dan akhirnya, memenuh ipesan mendiang suaminya, ibunya itu mengirimkannya kepada Eyang Bromo untu kmengejar ilmu. Semenjak berusia delapan tahun, ia telah ikut pertapa itu di puncak Bromodan selama itu ia tidakpernahbertemu dengan ibunya yang tinggal seorang diri dikota raja. Ketika ia bertemu dengan Ratnawulan, ia sedang dalam perjalanan ke kota raja mencari ibunya, akan tetapi dasar anak muda yang ingin meluaskan pengalaman dan ingin berkelana, ia singah di kaki Mahameru dan bertemu dengan Ratnawulan. Ia mengambil keputusan untuk berangkat kekota raja setelah tinggal barang sepekan di hutan itu. Tidak tahunya, hatinya tuntuh oleh kecantikan dan kegagahan dara perkasa Ratnawulan sehingga beratlah rasanya untuk meninggalkan tempat itu. Sebaliknya, Ratnawlan juga menceritakan riwayatnya secara singkat saja. Ia menuturkan bahwa ayahnya tewas dalam perang, dan bahwaia dan ibunya diganggu oleh perampok-perampok. Tidak iaceritakan kepada Adiprana secara jelas siapakah yangmenimbulkan semua kesengsaraan ibunyaitu,karena ia menganggap hal itu tidak perlu diceritakan kepada seorang yang belum dikenalnya benar. Diam-diam Ratnawulan mengakui bahwa Adiprana adalah satu-satunya pemuda yang dapat menarik hatinya. Ia kagum melihat pemuda yang selain tampan dan gagah, jugaberwatak baik ini, lemah lembut dan halus sopan sikapnya, tak pernah memperhatikan kekurangajaran dan sukarlah untuk mendapatkan seorang sahabat yang lebih baik daripada pemuda GunungBromo ini. Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pada suatu pagi tiga pecan kemudian. Anak-anak buah Pasukan Candrasa Bayu telah pergi ke lading untuk bekerja. Mereka ini telah mendapat kemajuan pesat berkat pimpinan Ratnawulan yang dibantu dengan sungguh-sungguh oleh Adiprana. Tanpa terasa,pasukan itu kini benar-benar merupakan pasukan pedangy ang amat sukar dicari bandingannya pada waktu itu. Koleksi Kang Zusi Menurut petunjuk dari Ratnawulan dan Adiprana, mereka itu kini tak pernah membawa perisai dan hanya bersenjatakan sebilah pedang. Kedua orang muda yang pandai itumenyatakan bahwa perisai selain kurang praktis, juga malahan memperlambat gerakan sendiridan sebagai pengganti perisai, diberi pelajaran kegesitan dancara-cara mengelak dengan secepat mungkn dari serangan senjata musuh. Dengan cara ini, selain gerakan tubuh tak terganggu, juga sambil mengelak mereka dapat melakuan serangan balasan yang lebih cepat lagi, sedangkan tangan kiri yang tadinya memegangp erisai,dapat dipergunakan untuk mengirim pukulanatau merampassenjata lawan, terutama apabila lawannya mepergunakan lembing. Juga mereka semua rata-rata diberi pelajaran ilmu memanah sehingga kini, termasuk juga Waluyo sendiri, semua mempunyai sebuah gendewa dan belasan anakpanah yang selalu dibawa sebagai senjata ke dua. Seperti biasa, apabilas emua orang telah pergi bekerja,Adiprana dan Ratnawulan bercakap-cakap sambil duduk di bawah pohon atau pergi berdua memburu binatang. Pada pagi hariitu,mereka tidak pergi berburu binatang dan dudukdi tempat terbuka menikmati cahaya mataharipagi yang hangat dan sehat. "Adiprana," terdengar Ratnawulan berkata. "Apakah kau telah merasa suka dan cocok tinggal ditempat sunyi bersama kawan-kawan kita itu?" "Terus terang saja Ratnawulan, aku merasa amat krasan dan agaknya belum pernah aku merasa segembira sekarang. Aku merasa senang tinggal di sini, kawan-kawan kita itu amat baik dan amat menyenangkan hati melihat kemajuan mereka, ikut bangga hatiku menyaksikan betapa pejuang-pejuang itu kini menjadi pasukan yang amat kuat." "Kausetuju dengan cita-cita mereka hendak melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan Majapahit?" Mendengar pertanyaan ini, Adiprana diam saja dan sampai lama tak dapat menjawab.Akhirnya ia menjawab juga. "Ratna, hal ini sungguh sukar bagi ku untuk menjawabnya. Mereka adalah orangorang yang pernah mengalami perang melawan Majapahit dan tentu saja cita-cita mereka itu bukannya tanpa dasar. Adapunaku ini, semenjak kecil aku berada dipuncak gunung ,aku tidak tahu akan keadaan Majapahit, tidak tahu pula akan kebaikan-kebaikannya, maka bagaimana aku dapat memiliki cita-cita tentang pemberontakan" Pemberontakan hanya mungkin timbul dalam hati orang-orang yang sakit hati, yang merasa dirugikan dan yang tidak merasa senang dengan pemerintah yang ada. Sedangkan aku yang tidak mengalami semua ini, bagaimana aku dapat menyatakan pendapatku?" Koleksi Kang Zusi Ratnawulan dapat menginsafi hal ini. "Akan tetapi, setidak-tidaknya kau tentu akan suka untuk memimpin terus mereka itu, bukan?" "Tentu saja, Ratna!" jawab Adiprana cepat dan tanpa ragu-ragu. "Kalau tidak suka, masa aku mau tinggal di sinis ampai tiga pekan." "Kalau aku minta kepadamu untuk tetap memimpin dan melatih mereka sampai tiba masanya mereka melakukan pemberontakan itu, menggabungkan diri dengan pasukanpasukan peberontakan." "Demikianlah, Adiprana. Ibuku terlunta-lunta, ayah tewas dalam keadaaan penasaran, semua akibat perbuatan Kartika keparat itu. Dan menurut penuturananak-anak Pasukan Candrasa Bayu, Kartika tinggal di kota raja,menduduki pangkat senopati dan orang itu selalu berada dekat dengan Bagawan Mahapati yang berkuasabesar. Oleh karenaitu,akudapat menduga bahwa untuk membunuh Kartika, mungkin aku harus menghadapi Bagawan Mahapati.Aku hendak naik kepuncak Mahameru lebih dulu untuk memberitahukan hal ini kepada ibu dan untuk minta diri karena telah lima pecan lebih aku meninggalkan ibu." Dengan pikiran asyik membayangkan masa depannya, Ratnawulan menundukan muka dan memandang rumput yang dicabutnya. Keadaan hening dansunyi. Ketika ia mengangkat muka memandang kepada Adiprana, ia menjadi terkejut. Sinar mata pemuda yang sedang menatapnya itu berbeda dari biasanya dan sinar mata ini membingungkan hati dara perkasa itu. "Adiprana. kau kenapakah."Kenapa kau memandangku seperti itu?" Biarpun Ratnawulan sudah berusia hampir depalan belas tahun, aku tetapi oleh karena selalu bertempat tinggal ditempat sunyi, maka iabelummengerti akan makna pandangan mata pria seperti itu. "Ratna. ijinkanlah aku ikut kau pergi ke kota raja! Aku pun hendak mencari ibuku dan.dan aku akan membantumu membalas dndam terhadapmusuh-musuhmu!aku khawatir kalau-kalau kau akan menemui bencana ditempat itu, Ratna. Aku harus mengantarkaupergi! Ucapan ini dikeluarkan dengan suara bernafsu sehingga Ratnawulan memandang makin heran. Koleksi Kang Zusi "Ah, Adiprana, halini tak mungkin!" "Mengapatak mungkin, Ratnawulan?" Tanya Adiprana dengan suara gemetar. "Pertama, karena iniadalah urusanku pribadi yang tiada sangkut-pautnya dengan kau dan tak perlu akan membawa orang lain terseret dalam permusuhan ini. Kedua, kau harus tinggal di sini memberi bimbingan dan latihan kepada Pasukan Candrasa Bayu,dan ketiga, karena betapapun juga, tidak pantas dan melanggar tata susila bagi seorang gadis melakukan perjalanan jauh berduasaja dengan seorang pria!" Adiprana menggeser duduknya mendekati Ratnawulan dan suaranya makin hemetar ketika ia menjawab penuh nafsu. "Ratnawulan, ketiga soal itu dapat kujawab sekarang juga. Pertama, urusan pribadimu telah kuanggap sebagai urusanku sendiri, bahkan kuanggap lebih mulia dan penting daripadaurusankupribadi. Kedua,akutakkan tahantinggal di tempatini tanpa adanya kaudisini, seakan-akan sunyi senyap dunia ini tanpa adanyakaudi dekatlu! Ketiga, kelak setiba kitadikotaraja, akuakan mintaibuku melamarku sebagai jodohku, maka apa salahnya bagi seorangcalon jodohmu untuk mengantar kau ke mana kau pergi?"Melihat betapa gadisitu memandangnya dengan pucat dan mata terbelalak, Adiprana melanjutkan ucapannya, "Ratna.Ratna. tak tahukah betapa sinar matamu yang tajam melebihi Dewandanu itu telah mematahkan pertahanan imanku semenjak pertemuan kita pertama, sebagaimana anak-anak panahmu mematahkan ujung anak-anak panahku" Taktahukah kau betapa senyum dan kerling matamu itu merupakan belenggu baja yang telah mengikat kedua kaki tanganku sehingga aku tidak kuasalagi melepaskan diridan tak kuasameninggalkantempat ini" Ratna. Ratnawulan,dewi pujaan hatiku, aku. hambamu yang rendah ini. aku bersedia mengorbankan apa saja, jiwaku sekalianpun, untukmu karena. karena aku cinta padamu Ratna.! Mendengar pernyataan kasih ini, Ratnawulan melompat berdiri bagaikan diserang oleh seekor ular berbisa.Ia memandang dengan muka sebentar pucat sebentar merah dan sepasang matanya terbelalak lebar memandang wajah pemuda yangmasih duduk berlutut di depannya. "Adiprana. jangan. jangan kau mengeluarkan kata-kata seperti itu!" Koleksi Kang Zusi "Ratnawulan, kekasih hati pujaan kalbu, kau boleh melarang aku makan minum, boleh melarang aku tidur, boleh pula melarang aku bernafas, akan tetapi kau tidak bisa melarang aku menyatakan suara hatiku, bisikan kalbuku.!" "Kaugila, Adiprana!"kata Ratnawulan sambil melangkah mundur dua tindak,akan tetapi Adiprana juga berdiri melangkah maju, merungrum (merayu) dara itu dengan cumbu rayu dan kata-kata bermadu. "Memang aku sudah gila, Ratnawulan! Aku telah gila, tergila-gila oleh kecantikanmu. Kau cantik jelita melebihi Dewi Ratih! Kaugagah perkasa melebihi Wara Srikandi! Kau lemah lembut dan setia melebihi Diah Setiawati! Kau melati sucidi antara segala puspita!" Wanita manakah yang takkan luluh imannya menhadapi cumburayu dari orang teruna setampan dan segagah Adiprana"Kalau saja yang dirungrum itu seorang wanita lain, tentu ia akan melempar perisai danmenyerah dengan hati bangga. Akan tetapiRatnawulan adalah seorang dara perkasa yang teguh imannya,dan pulaia masih asing dengan suaraasmaraini, maka cemburayu itu sungguh-sungguhpun membuat dadanya berdebar bangga, namun mendatangkan kekagetan besar. "Tidak, tidak, Adiprana! Sadarlah kau, hai ksatria utama! Demikian lemahnya imanmu" Ucapanmu itu mencemarkan kegagahanmu." "Apa, Ratnawulan" Jangan salah sangka! Kasih sayangku kepadamu bukanlah kasih sayang terdorong nafsu semata. Aku mencintaimu dengantulus ikhlas,denganhatisuci, dengan seluruhjiwaragaku. Cinta murni seperti inibukanmencemarkan kegagahan, bahkan membuat nama seorang ksatria dijunjung tinggi sepanjang masa. Cintaku kepadamu bagaikan cinta Palgunadi terhadap Anggraeni, cinta yang akan kubawa sampai mati!" "Cukup.Adiprana. Tetapkanlah hatimu dan sadarlah!" "Kau menolak cintaku, Ratnawulan" Kau tega menghancurkan hidupku" Penolakanmu berarti hancurnya hidupku, seakan-akan dunia ditinggalkan Dewangkara (matahari). Aku akan binasa, tak kuat menghadapi gelombang hidup di mayapada." Koleksi Kang Zusi "Adiprana, sekarang belum tiba saatnya bagiku untuk bicara tentang hal itu. Aku belum dapat membuka pintu hatiku kepada siapapun juga,tidakkepada priayang manapunjuga. Aku masih mempunyai tugas yang maha penting, Adiprana,dan aku tidak sudi memikirkan tentang. Jodoh dan lain-lain seperti itu sebelum tugas kewajibanku membalas dendam mendiang ayahku terlaksana!" Sadarlah Adiprana dari keadaannya yang seakan-akan mabuk dan gandrung tadi.Ia berkata lemah. "Maafkan sikapku tadi, Ratnawulan. Apakah kata-katamu tadi bukan hanya merupakan alasan untuk menolak cintaku?" "Tidak, Adiprana.Aku tidak. menerima maupun menolak! Aku bersumpah bahwa sebelum terlaksana tugasku, aku takkan mengikat janji hati terhadap pria yang manapun juga." "Jadi aku masihmempunyai harapan, Ratna?" "Harapan selalu ada, Adiprana. Siapa tahu" Jodoh adalah kehendak Hyang Agung." "Terima kasih, Ratnawulan! Besar hatiku mendengar kata-katamu ini. Selama masih ada harapan aku akan kuat menahan derita asmara, aku akan berbantal rindu berguling dendam. Aku takkan meraba-raba di dalam gelap karena harapan itu merupakan lampu yang menjadi sumber penerangan bagiku." "Sudahlah Adiprana,jangan terlalu lemah, kau mengecewakan hatiku. Sekarang jawablah sungguh-sungguh, apakah kau bersedia menggantikan kedudukan dan memimpin kawan-kawandari Pasukan Candrasa Bayu." "Aku bersedia, Ratna, bahkan aku akan membawa ibuku tinggal bersamaku di tempat ini. Aku akan membantu bahkan akan ikut dalam perjuangan mereka, kewajiban ini masih terlampau ringan bagiku, biarlah kujadikan pemanis harapanku." "Kalau begitu, sekarang juga aku hendak pergi, Adiprana, aku hendak naik keMahameru Koleksi Kang Zusi menemui ibuku, kemudian aku akan berangkat mencari musuhku di kotaraja." "Mengapa demikian tergesa-gesa, Ratnawulan?" "Telah terlampau lama waktunya tertunda disini, Adiprana." Gadis ini tak dapat menyatakan isi hatinya,ia merasa tadak enak untuk berdiam lebih lama di dekat Adiprana. "Kalau begitu, selamat jalan,Ratnawulan. Semangat dan doaku menyertaimu!" "Selamat tinggal,Adiprana, danjangan terlalu banyak melamun yang bukan-bukan!" Maka pergilah Ratnawulan,keluar dari hutan randu di manaia tinggal selama lima pecan. Dalam perjalanannya merupakan sawahladang di mana ia bertemu dengan beberapa orang anggota pasukan Camdrasa Bayu. Ia berhenti sebentar dan dengan singkat memberitahukan maksudnya meninggalkan pasukan itudan menyerahkan tugas para anggota itu merasa kecewa, akan tetapi mereka tidak putusasa karena Adiprana yangmengantikan daraperkasa itu. Karena menggunakan aji kesaktiannya,maka sebelum matahari terbenam, ia sampai di tempat tinggal ibunya, yaitu di puncak Mahameru. Dengan hati girang ia mendapat kenyataan bahwa gurunya, EyangS emeru, telah kembali dari perjalanannya puladan telah berada di dalam gua pertapaannya. Dengansingkat Ratnawulan menceritakan pengalamannya kepada ibunya tanpa menyembunyikan sesuatu, bahkan ia menuturkan pula tentang pinangan Adiprana. Ibunya menghela napas dan berkata. "Itulah yang memberatkan pikiranku, anakku. Kau telah dewasa dan selain tugasmu membalas musuhitu sudah cukup berat, kaupun menghadapi penggoda lainyang lebih berbahaya, yaitu dari kaum pria yang tentu takkan membiarkan kau lalu begitu saja tanpa menggoda. Ketahuilah bahwa kau memiliki kecantikan yang membanggakan hatiku, dan hal ini amat berbahaya bagi seorang wanita muda dalam perjalanan, sungguhpun aku cukup maklum bahwa kau cukup kuat untuk menjaga dirimu. Kauberlaku benar telah menolak pinangan pemuda itu, karenamemang cita-cita tak boleh terganggu oleh keinginan hendak mempersenang diri dan menurutkan kata nafsu hati.Orang bercita-cita harusmantap dan harus mencurahkan segenapperhatian ke arah pelaksanaan cita-citanyaitu, barulah ada kemungkinancita-cita itu berhasil.Sekalisaja orang berlaku lemah terhadap pengoda, terutama godaan yangbersifat asmara, maka besar sekali kemungkinan cita-citanya Koleksi Kang Zusi takkanterlaksanadengansempurna bahkan akan berhenti di tengah jalan, oleh karena pikirannya telah bercabang dan tidakdipusatkan.Memang cita-citamu untuk membalas dendam ayahmu,yang menjadi cita-cita ibumu adalah cita-cita yang luhur, anakku. Tidak saja kau akan membalaskan sakit hatiorang tua, akan tetapi kalau kau berhasil membinasakan keparat Kartika, berarti bahwakau telah menolong banyak orang pula, membebaskan mereka dari kekejaman dan kecurangan hati penjahat itu!" "Segala petuahmu akan kuperhatikan dan kujunjung tinggi, ibu." jawab Ratnawulan sambil memeluk ibunya. "Akan tetapi, kauharus mintaizin dan doa restu lebih dahulu dari eyangmu, Wulan. Tak ada yang lebihberharga untukbekal perjalanan melaksanakan cita-cita melainkan doa restu dari orang-orang tua,terutama dari gurumu yang bijaksana." Maka pergilah Ratnawulan dalam gurupertapaan Panembahan Mahendraguna yang kini telah nampak tua sekali. Pertapaitu sedang bersamadhi ketika Ratnawulan masuk kedalam guanya. Ratnawulan tidak berani mengganggu, bahkan lalududukbersila tidak jauh dari gurunya dan ikut bersamadhi mengheningkancipta. Belum lama ia tenggelam dalam alam hening, terdengar gurunya memanggil dan melihat gurunya telah duduk memandangnyadengan matanya yang berpengaruh dan penuh kesabaran. "Ratnawulan,bilakah kau kembali dari hutan randu?" Ratnawulan telah maklumbahwa gurunyaini waspada akan segala hal, akan tetapi selalu tidak menampakkannya sungguhpun kadang-kadang kewaspadaannya itutanpa sengaja dan tanpa disadarinya bahwa di dalam kalimat itu terlihat bahwa kakek sakti ini telah tahu akan keadaannya, tahu bahwa ia selama iniberadadi hutan randu, sungguhpun tak seorangpun memberitahu kepada kakek itu. "Baru saja kemarin sore hamba datang, eyang Panembahan. Sekarang datang menghadap untuk mohon izin dandoa restu dari eyang karena hamba hendak pergi ke kota raja Majapahit untuk mencari musuh besar ayah hambadan membalas dendam." Koleksi Kang Zusi Kakek itu menhela napas dan bibirnya bergerak-gerak. "Muridku ya cucuku yang ayu. Dengan dasar apakah kau hendakmembalas dendam kepada Kartika?" "Berdasarkan kebaktian hamba kepada ayah yang telah dicurangioleh Kartika sehingga ibu menderita sengsara karenanya dan mengingat pula bahwa seorang jahatseperti Kartika harus dibasmi untuk mencegahnya mendatangkan malapetaka kepada orang lain, selain dengan watak pendekar utama telah eyang ajarkan kepadahamba." Eyang Semeru tersenyum dan menghela napas lagi. "KehendakHyang Agung takkan berubah. Kau masih terbawa oleh pergerakan Triloka dan terpengaruh olehJanaloka atauArcapada, oleh karena itu kau masih terikat oleh Karma, masih terikat oleh segala sesuatu yang berputar dijagat raya ini.Akutidakberhak mencegah atau mendorongmu. Ratnawulan, hanya kesadaran dan batinmu sendirilah yang harus memegang kendali dan memutuskanke mana kauhendak menuju. Sebagaiorang tua, aku hanya memberi doa restu, semogakau selalu akandapat memilih mana yang benarmana yang salah, dan dapatmelalui jalan kebenaran jangansampai kesasar. Hanya satupesanku, Ratnawulan, semoga Hyang agung mengampuniaku akrena pesan iniyang timbul dari kasih sayangku kepadamu sebagai cucu dan murid, yaitu, berhatihatilah kau apabila berhadapan dengan Mahapati! Dewa kebenaran akan melindungimu dan akan memperkuat kau sehingga kau tak perlu kalah menghadapi kesaktiannya, akan tetapi. kau waspadalah terhadap lembing bagawan itu! Lembingnya itu ampuh sekali dan kebetulan sekali lembing pusakanya itu bernama Nyi Ratnawulan! Sekali lagi, kau tak usahtakut berhadapan dengan Mahapati,akan tetapi apabila ia mengeluarkan lembingnya yang ampuhitu,akan lebih baik apabila kau menjauhkan dirimu, muridku!" Sambil menyembah Ratnawulan menjawab. "Segala wejangandan nasihat eyang akanhamba perhatikan dan junjung tinggi sebagai jimat hamba." "Berangkatlah,Ratnawulan, kuberi bekalpengestu kepadamu." Setelah menyambah lagi, keluarlah daraperkasa itu darigua pertapaan Panembahan Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mahendraguna.Kakek yangsakti itu lalu menghela napas dan berbisik perlahan. "Duh gusti, ampunilah kiranyaSi Ratnawulan itu." Koleksi Kang Zusi Kemudiania melanjutkan samadhinyayang tadi tergangguoleh kedatangan muridnya. * Pada keesokan harinya, dari puncak Mahameru turunlah seorang pemuda yang amat elok dan rupawan. Sungguhpun tubuhnya tidak besar dan kakitangannya nampaklemahdan berkulit kuning halus, namun gerak-geriknyacekatandan larinya bagakan kijang dikejar harimau. Pemuda inidemikian halus dan tampannya sehingga orang yang melihatnya tentu akan bertanya apakah Sang Arjuna yang terkenal sebagaipria paling menandingi ketampanan pemuda yang sedang turun dari Mahameru itu. Memang luar biasasekali pemuda itu. Wajah dangerak-geriknya yanghalus tak sesuaidenganketangkasannya ketika ia menuruni gunung, melompati batu karang dan jurang. Melihat matanya yang bening dan bibirnya yang merah, ia kelihatan seperti Batara Kamajaya Dewa Asmara, akan tetapi melihat ketangkasannya, ia menyamai Raden Gatotkaca yang dapatngambah jumantara (terbang)! Siapakah dia ini" Lihatlah baik-baik dananda akan mengenalnya! Ya,diabukanlain adalah daraperkasa Ratnawulan! Gadis ini telah menyamar sebagai seorang pemuda atas nasehat ibunda. "Wulan". Kata ibunya sebagainasehat terakhir ketika anaknyahendak berangkat kokota raja,"Seorang daraseperti kau melakukan perjalanan seorang diri keluar masuk hutan masih tidak terlalu menarik perhatianpara penduduk gunung dandusun. Akan tetapi, apabila kau mamasuki kota raja, kauakan menimbulkan kegemparan di kalangan penduduk. Amat langka terdapat dan amat ganjilah apabila mereka melihat seorang dara muda berjalan seorang diri tanpa pengiring di kota raja. Apa akan kata orang" Halitu hanya akan menimbulkan kesulitan bagimu, nak, dan akubahkan khawatir kalau-kalau engkau akan akan menemui bahaya sebelumcita-citamu tercapai. Oleh karena itu, janganlah kau masuk ke kota raja sebagaiwanita, akantetapi sebagai seorangpria, sebagais eorang jakalelana. Dengand emikian, takkan ada orang yang menaruh perhatian kepadamu dank au takkan menimbulkan kecurigaan." Demikianlah, dengan pertolongan ibunya, Ratnawulanl alu menyamar sebagai seorang pemuda. Ibunya berlinang air mata ketika memandang puterinya dalam penyamaran itu. "Anaku, Wulan," bisiknya sambil memeluk pundakanaknya, "kau mengingatkan ibunya kepada mendiang ayahmu pada waktu kamu mula-mula bersuara." Koleksi Kang Zusi Amat terharulah Ratnawulan mendengar keluhan ibunyaini, dania dapat memaklumi kesedihan hati ibunya.Dipeluknya ibunya dengana kasih sayang yang amat besar dan untuk beberapa lamanya keduanyaterbenam dalamlaut keharuan. "Sekali lagi, Wulan. Berhati-hatilah kau menjaga dirimu sendiri, tertama sekali teguhkanlah imanmu menghadapi godaanasmaradidalam hatimu sendiri, oleh karena tiada musuhyang lebih berbahaya daripada musuh didalam dada sendiri!" Maka berangkatlah Ratnawulan meninggalkan ibunya, berangkatlah menuju keKota Raja Majapahit ,menuju kearah pelaksanaan cita-citanya, yaitu membalas dendam kepada musuh besarnya, Kartika! Benar sebagaimana kata ibunya,dengan menyamar sebagaiseorang pria, dengan mudah tanpa menimbulkan kecurigaan orang, Ratnawulan dapat masuk kekotaraja. Memang ia menarik perhatian karenake elokan wajahnya, akan tetapi keelokan wajah seorang priahanyamembuat orang menengokdan mengagumi sekilas saja. Begitu ia lewat, orang telah melupakan lagi. Karena hari sudah malam ketika ia tiba di kotaraja, maka Ratnawulan menunda niatnya mencari rumah Kartika.Ia tidak mau menimbulkan kecurigaan orang yang akan membuat usahanya menemui rintangan, oleh karena itu ia sengaja berjalanjalan sekeliling kota, melihat-lihat dan mengagumi bangunan gedung-gedung besaryang amat indah dan yang belum pernah dilihat seumur hidupnya. Di dusundusun sekitar Gunung Mahameru hanya melihat bangunan-bangunan dari bamboo yangberatap daun, palingbesarhanyalah rumah-rumah lurah yang terbuat daripada kayu gunung beratap genteng.Di kotaraja melihat bangunan-bangunan raksasa dengan pilar-pilar terukir dan tercat indah merupakan bangunan yang besarnya seperti anak bukit! Tiba-tiba ia mendengar suara gamelan ramai menggema di gelap malam. Suara kenong dangongnya bertalu-taluseperti memanggil-manggil semua orang untuk datang menonton. Ah, tentu pertunjukan wayang kulit, piker Ratnawulan dengangembira. Lumayan juga untuk melewatkan malamini. Ia pernah menonton pertunjukan wayang kulit yang sering diadakan didusun-dusun dan ia gemar sekali akancerita pewayangan, terutama ceritayang mengisahkan perjalanan pahlawan wanita Srikandi.Biasanyaia tidak kuat sampai semalam untuk menonton wayang kecualikalau ceritaya mengisahkan pengalaman pahlawanwanita itu, terutama cerita yang mengisahkan pengalaman wanita itu, terutama sekali ia paling suka menonton cerita Srikandi Belajar memanah! Dengan langkah lebar ia menuju ke arah suara gamelan itudan darijauh ia telah melihat penerangan tempat pertunjukan itu. Ternyata bahwa gamelan itu keluar dari sebuah gedung tumenggungan dan pertujukan diadakan di halaman depangedung itu. Melihat banyak orang menonton berjubel di luar panggungyang dibangun di depan gedung, Ratnawulan juga mendesak maju dan mencari tempat di Koleksi Kang Zusi depan. Akan tetapi alangkah herannya ketia ia tidak melihat layer wayang di situ, juga tidak ada batangpohon pisang melintang untuk tempat wayang-wayang kulit ituditancapkan. Yang ada hanyalah para yogo penabuh gamelan dandi atas panggng itu kelihatan seorang ledek tengah menaridan menyanyi dengangerak kaki tangan yang amat lemasdan suaranya amat merdu. Ledek itu tidak muda lagi, akantetapi jelas bahwa ia memiliki potongan tubuh yang menggairahkan dan wajah yang amat cantiknya. Lirikan matanya tajam menggurat kalbu sedangkan senyumnya mengalahkan bunga yang mengharum. Di sekeliling panggung itu penuh dengan tamutamududukdi kursi. Mereka ini semuanya kaum pria dantidakada seorang pundi antara mereka yang tersenyum dantertawa-tawa gembira. Diatas meja tersedia kendi-kendi arak yang menyiarkan bau keras, sedangkan beberapa buah cawan menggeletak di sana-sini.Dengan heran Ratnawulan melihat betapa wajahpara tamu itu berbeda dengan orangbiasa, dan ketawa mereka juga ketawa tidak sewajarnya. Bahkan ada orang yang berdiri dengan tubuh bergoyanggoyang seakan-akan hendak jatuh. Ia tidak tahu bahwa sebagian besar para tamu itu telah mabok! Pesta malam itu adalah pesta tayuban, yaitu pesta malam gembira dengan taritarian dan nyanyianledek, dandi dalam pesta tayubanini para tamu yang "ketiban sampur" diharuskan menari bersama ledek itu.Ketiban sampur berartikejatuhanselendang, dan ledek itulah yang menetapkan siapa-siapa orangnya yang hendak diajak menari. Sambil menari-nariia berjalan lenggang-lenggok ke arah para tamu dengan mata tajam mengerling ke kanan kiri, mencari-cari "korbannya" yang hendak dijatuhi selendangnya. Biasanya ledek ini memilih seorang tamu yang kantongnya padat, olehkarena sehabis menari, sudah menjadi kelaziman bahwa tamu itu memberi hadiah uang beberapa realkepada si ledek.Akan tetapi ada pulaledek yang tidak begitu mementingkan uang dansengaja memilih tamu-tamu yang muda dant ampan, terutama yang pandai untuk memenuhi kesenangan sendiri. Ledek inipun agaknya hendak mencari seorang lawan yang baik, karena ia tidak menghampiri tamu-tamu tua yang berpakaian mewah, akan tetapi menghampiri seorang tam umuda yang amat menarik perhatian. Pemuda ini usianya dua puluh tahun lebih, tubuhnya tubuh ksatria, kuat tegap tidak dempel atau tinggi besar, rambutnya keriting dan sepasang matanya bercahaya tajam. Wajahnya amat tampan dan menunjukkan kegagahan, terutama sepasang alisnya yangtebal danbulu matanya yang lentik melengkung keatas yaitu bulu mata yang biasanya hanya terdapat pada kaum bangsawan atau darah keraton. Pakaiannya jugaindah dan mahal, tanda bahwa iabenar-ronta dan memekik-mekik ketakutan, sedangkan para tamu bermacam-macam sikapnya melihat peristiwa ini. Ada yang melindungi sambil tertawa terkekehkekeh ada yang berdiri dan membujuk sigemuk itu untuk turun kembali dan jangan merusak suasana, akan tetapi tidakada orang yang berani naikke panggung untuk menghalanginya. Sementara itu, para yogo masih tetap menabuh gamelannya dengan riuh. Raden Indrajaya yang melihat perbuatan si gemuk ini,segera mengeluarkan tangan dan sekali renggut saja, terlepaslah pelukan tangan si gemuk itu ari tubuh Puspamirah. Sambil menangkis Puspamirah lalu berlari ke tempat yogo dan duduk sambil menutupi mukanya dengan selendang yang berwarna merah jingga. Koleksi Kang Zusi "Mas Bei Bajrabumi, jangan melanggar kesusilaan di tempat ini! Mundurlah dan jangan membikin kacau!" pemuda itu membentakdengan halus, mukanya merah tanda bahwa ia marah, akan tetapi iakan Arjuna itu.Geraktarian pemuda itu benar-benar hebat dan indah, tidak saja lemas dan sesuai batul dengan Irama lagu, akan tetapi juga hidup dan seakan-akan setiap gerakannya menyatakan sesuatu yang berarti. Sepasang matanya memancarkan cahaya gemilang, bibirnya tersenyum dan wajahnya berseri-seri. Sungguh seorang pemuda yang akan meruntuhkan iman setiap orangdara, danbenar-benar tariannyaitu tarian yang indahdan bermutu. Orangorangyang berada disitu tidak merasa heran oleh karena pemuda ini memang seorang ahli tariyang kenamaan di Majapahit dan seringkali ia memperlihatkan keahliannya di depan sang prabu sendiri dengan seluruh keluarga keraton.Akan tetapi bagi Ratnawulan yang tidak tahu siapa adanya pemuda ini, memandangnya bagaikan memandang kepada seorang dewata yang baru melayang turun dari Swargaloka! Benarbenar hatinya terpikatdan jari-jari tangan muda yang bergerak-gerak dalam tariannya itu seakan-akan menjentik-jentik kalbunya, membuat mukanya terasa panas dan matanya memandang sayu. Akantetapi,dara perkasa ini segera teringat akan petuah ibundanya, maka ialalu menahan napas, memusatkan panca inderanya dan berhasil mengusirgodaan itu. Pada saatia berdiridi antara sekian banyak orang sambil mengheningkan cipta untuk menekan perasaannya yang menggelora, tiba-tiba ia menangkap bisikan tiga orang yang berdiri tak jauh dari tempatnya. "Saat yang baik untuk mulai gerakan kita!" terdengar bisikan itu. "Sudah seharusnya mas bei melihat kesempatan ini dan mulai beraksi.Banyak tamu telah mabok, maka kalau ia berpura-pura mabok dan menyerang Raden Indrayana membuat keributan, takkan ada yang mengira bahwa ia melakukan dengan sengaja. Dan kitaakan lebih mudah lagi bergerak." "Dengan alasan seperti yang sudah diatur semula?" terdengar orang kedua berbisik. "Bodoh! Masih kurang jelaskah perintah mas bei" Kita berpura-pura merasa cemburu kepada Raden Indrayana dan kita mengaku menjadi kekasih-kekasih Puspamirah! Sst, diam, itu kulihat mas bei sudah berdiri dari kursinya! Benar. Ia berdiri terhuyung-huyung seperti orang mabok. Awas, siap!" Ratnawulan berdebar hatinya mendengar bisikan-bisikan yang terdengar oleh orang lain itu. Ia maklumbahwa yang handak diserang adalah pemuda yang menawan hatinya itu, karena tadipun orang menyebut nama pemuda itu Raden Indra.Tiga orang ini menyebut nama Raden Indrayana, tentu pemuda yang sedang menari dengan asyiknya itu. Dan ia mengerling ke arah tigaorang yang berbisik tadi. Ternyata bahwa mereka adalah orang tingg ibesar yang brengosnya sekepal melintang dansikapmereka jelas menunjukkan bahwa mereka adalahorang-orang kasar yang berlagak seperti seorang cabang atas! Ketika Ratnawulan mengerling ke atas panggung, ke arahketiga orang itumenujukan pandang maramereka, ia melihat seorang setengah tua yang bertubuh gemuk pendek, berpakaian mewah, berdiri dari kursinya dandengan tubuhterhuyung-huyung menghampiri kedua Koleksi Kang Zusi orang yang asyik menari di tengah panggung itu.Denganpandang matanya yang amat tajam Ratnawulan dapat melihat bahwa biarpun orang gemuk ini kelihatan mabok,akan tetapi sepasang matanya masih bersinar cerdik dan beberapa kalisigemuk itu mengerling ke arah tiga orang yang berdiri di sebelah kiri Ratnawulan. Ratnawulan memandang dengan penuh perhatian dan diam-diam ia mengambil keputusan untuk mebantu Raden Indrajayaitu apabila benar-benar menghadapi bahaya. Entah apa ang menggerakkan hatinya untuk mencampuri urusan lain orang ini, hanya ia menghibur hatinya sendiri dengan bisikan, "Ada orang dalam bahaya, tak perduli siapa adanya orang itu, baik kakek tua buruk maupun teruna yang elok rupanya, harus kubantu dia." Orang gemuk itu setelah berada di dekat puspamirah, tiba-tiba tertawa dan menangkap lengan tangan ledek itu, menarik dan memeluknya lalu berusaha hendak menciumnya. Ledek itu meronta benar putera bangsawan yang kayaraya. Ketika ledek itu telah melangkah sampai di hadapan pemuda ini, ia lalu mengalungkan selendagnya kepada pemuda itu yang menolak dengan kedua tangannyas ambil berkata halus. "Puspamirah, pilihlah orang lain, sekali saja sudah cukup bagiku!" Akan tetapi banyak tamu ikut membujuknya dan berkata. "Raden Indra,menarilah sekalilagi.Tidak saja Puspa akanmerasa girang, kamipunamat gembiramelihattarianmu yang indah!" Terpaksa pemuda itu bangkit dari tempat duduknya dan melangkahle tengah panggung bersama ledek itu.Gamelan dipukul dengan irama merdu danmenarilah pemuda itubersama pasangannya. Kalau semua tamu dan semua penonton di bawah panggung merasa gembiradan kagum, adalah Ratnawulan merasa takjubdan memandang denganmataterbelalak. Dadanya berdebaraneh, dan sepasang matanya tidak bosannya memandang kepada pemuda yang tampan bagai menahan kemarahannya karena melihat bahwa Bajrabumi dalam keadaan mabok. Koleksi Kang Zusi "Ha, ha, ha! Raden Indrayana, aku Raden Mas Ngabei Bajrabumi, tidak tunduk kepada siapa juga kecuali sang prabu! Kalau aku tidak mau mundur, kaumau apa" Ha, ha, ha! Kau hendak memborong Puspamirah" Tidak boleh. tidak boleh. Haimenari dengan aku sampai pagi!" "Mas bei, kalau tidak mau kelur terpaksa akan kulontarkan kau keluar dari sini!" Raden Indrayana berkata marah. "Ha, ha, ha! Dengar ocehan anak kemarin sore! Indrayana! Kau anak kecil masih bau pupuk ubun-ubunmu, hendak melontarkan aku" Ha, ha, ha!Boleh kau coba!" Si gemuk itu lalumencabut kerisnya yang dihias ronce kembang melati. "Raden Indra! Mundurlah dan jangan melayanidia yang mabok!" terdengar orang berserudari rombongan tamu. Akan tetapi Raden Indrajaya sama sekali tidak merasa gentar menghadapi keris ditangan Bajrabumi itu. Ratnawulan memandang dengan kagum dan gembira ketika melihat betapa pemuda tampan itu ternyata tidak saja pandai menari,akan tetapi pandai pulailmu pencak silat. Biarpun ia bertangan kosongdan menghadapi seorang lawan yang bersenjata keris, ia tidak gugup dan tidak pula mencabut kerisnyasendiri.Ternyata bahwa Bajrabumi juga bukan seorang lemah. Ilmu kerisnya cukup tinggi dan dari gerakantangannya ternyata bahwa ia telah mempelajariilmu pencakdari pesisir utara, ilmu kerisnya adalahilmu kerisdari daerah Tuban. Tusukannya bertenaga dancepat sekali danpekembangannya serangannya selain bagus juga amat cekatan.Bertubi-tubiia menusukkan kerisnya kepada pemuda lawannya itu, sehingga marahlah Indrayana karena dari pergerakan lawannya yang tangkas dan cepat ini sama sekali ia tidak melihat sifat-sifat orang mabok. Orang mabok takkan dapat bermain keris sebaik ini! "Bajrabumi, kau benar gila!" bentaknya dan dengan cepat ia mengelak sambil mengirim serangan balasan. Dengan tangankiri iamenangkappergelangan tangan lawan yang memegang keris, sedangkan tangan kanannya memukul dengan telapak tangan, menebakdada. Bajrabumi tak kurang gesitnya, dengan cepat ia dapat metenggut tangannya yang tepegang dan tangan kirinya menangkis pukulan tangan lawan dari samping. Koleksi Kang Zusi Ternyata dalam hal ini kecepatan gerakan, Bajrabumi yang gemuk pendek itu masih kalah oleh Indrayana yang gesit seperti burung srikatan.Begitu serangan balasannya gagal, kaki kirinya menyapukaki lawan lalu di sini pergelangan tanganyang memegang keris. Bajrabumi melompat untuk menghindarkan diri dari sapuan kaki lawan, akan tetapi ia tidakmenyangka akan datangnya tendangan lawan yangcepat itu sehingga pergelangannya kena tendangan keras. Ia memekik kesakitan dan kerisnya terlepas dari pegangan. Pada saat itu, tiga bayangan tubuh yang tinggi besar melompat naik ke atas punggung. Seorang yang terdepan berseru. "Indrayana, kau berani merebut Puspamirah dari tangan kami"Kau benar-benar sudah rindu kepada kuburan!" Tiga orang yang berkumis tebal itulalu maju menyerang dengan kelewang mereka yang berkilauan saking tajamnya. Bukan main ributnya suasana di situ. "Celaka. Perampok-perampok datang!" terdengar teriakan orang, sedangkan Bajrabumi yang masih berpura-pura mabok melanjutkan serangannya pula dengan tangan kosong. Akan tetapi ketika melihat Indrayana mencabutkerisnya, ngabei yang bertubuh gemuk itu lalu mengundurkan diri dari pertempuran, oleh karena tadi ia pun hanya hendak memperlihatkan bahwa ia benar-benar "mabok" Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo saja dan memang hendak menyerahkan pemuda itu ke pada tiga orang"perampok"yang sebenarnya adalah tiga orang cabang atas dari Madurayang telah disewanya untuk maksud ini. Setelah berhadapan dengan tiga orang cabang atas dariMadura ini, baru kelihatanlah kepandaian Indrajaya, seakan-akan sebatang keris yang baru kelihatan pamornya. Tiga orang itu bersenjata kelewang yang panjang dan tajamdan gerakan mereka menunjukkan bahwa mereka benar-benar memiliki ilmu kepandaian pencak silat yangtakboleh dipandang ringan.Dengan lincahnya kaki mereka bergerak secara teratur sekali, juga kelewang-kelewang di tangan mereka melakukan serangan menurut gerakan seorang ahli,bukan secara sembarangan atau akan hal ini, maka iapun mengerahkan seluruh kepandaiannya.Dengan amat terampil dan cekatan bagaikan seekor burung Srikatan dikeroyok tiga oleh burung Alap-alap, tubuhnya bergerak menyelinapdi antara sinar tiga batang kelewang, berlompatan kesana ke mari mengelak golok sambil melakukanserangan balasan. Kadang-kadang kerisnya beradu dengan golok sehingga terdengar bunyi nyaring dan berpancarlah bunga api.Sementara itu, masih saja gamelan dipukul bertalu-talu dengan amat ramainya sehingga bagipendatangbaru, mungkin pertempuran itu disangkanya sebuah permainan atau sebuah adegan daricerita Bhatarayuda! Koleksi Kang Zusi Ratnawulan masih berdiri dan belumturun tangan oleh karena ia asyik memperhatikan gerakan empat orang itu. Ia mendapat kenyataan bahwa Raden Indrayana memiliki ilmu pencak silat yang cukup tinggi dan andaikata ia tidak memegang sebatang keris yang kecils aja, akan tetapi juga memegang senjata yang panjang, tentu pemuda itu takkan memiliki ilmu kepandaian "halus"sehingga gerakannya demikian indah bagaikansedang menari saja, hanya mengandalkan keawasan mata dan kelincahan tubuh. Tidak seperti ketigaorang pengeroyokannya yang biarpun memilikigolok yang hebat, akan tetapi kehebatannya itu hanya nampak pada luarnya saja karena ketiga orangcabang atas ini memiliki ilmu pencak kasar dan yangh anya mengandalkan besarnya tenaga dan tajamnya kelewang. Namun harus diakui bahwa kepandaian mereka sudah cukup tinggi dan merupakan lawan yang amat berbahaya bagi pemuda itu. Indrayana agaknya maklum akan hal ini, makaia lalu menyerang dengan amat cepatnya dengan maksud merobohkan seorang pengeroyok lebih dahulu untuk mengurangi jumlah lawan. Ketika dua batanggolok menyambar dari kanan kiri,ia tidak mengelak ke belakang,bahkan lalu menerjang ke depan dengan kecepatan melebihi datangnya golok lawanke tiga yang menusuknya daridepan yangdapat dielakkannya dengan tubuh dimiringkan, secepat kilat kerisnya menusuk dada orang itu! Akan tetapi alangkah kagetnya ketika kerisnya bertemu dengan dadayang bidang dari orangitu, kerisnya terpental kembalidan orang ituhanya tertawa mengejek! Ternyata bahwa orang itu kebal dan memiliki AjiKesaktian Lulang Warak (Kulit Badak) yang membuat kulitnya kebal tak terluka oleh senjata tajam! Hal ini menggoncangkan semangatnya dan kini perlawanannya menjadi lemah dan kacau. Ratnawlan dapatmelihatakan hal ini,maka kinidara perkasa ini setelah melihat keadaan pemuda itu amat terdesak danberada dalam dalam bahaya, cepat menjejakkan kakinya ke atas tanah dan tubuhnya mencelat keatas panggung! "Mengasolah, Raden, biarkan aku menggantikanmu dan membereskan tiga ekor babi hutan ini!" kata Ratnawulan yang telah melompatdi hadapan Indrajaya. Tidak saja semua penonton menjadi kagum dan heran,juga Indrajaya sendiri tertegun melihat betapa seorang pemuda bersikap lemah-lembut dan elok sekalitahu-tahu muncul dari bawah, bagaikan Raden Antasena muncul keluar dari permukaan bumi! Ia memang telah lelah sekali dan melihat munculnya pemudayang aneh ini, ia menaruh kepercayaan dan segera melangkah mundur. Akan tetapi ia masih memgang kerisnya, siap membantu apabila pemuda yang hendak membantunya init ernyata tak dapat mengalahkan tiga orangp engeroyok itu. Koleksi Kang Zusi Sementara itu,ketiga orang pengeroyok tadi telah merasa amat gelisah ketika mendapat kenyataan betapa Raden Indrajaya amat sukar dikalahkan. Mereka telah merasa gelisah kalau-kalau tugas mereka akan gagal. Kini melihat munculnya seorang pemuda tampan dengan tiba-tiba, mereka menjadi marah dan hendak menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, maka tanpa banyak bicara lagi mereka lalu menyerbu dan menyerang Ratnawulan yang masih berdiri dengan tenang! Akan tetapi, alangkah terkejut hati mereka ketika tiba-tiba tubuh pemuda elok itu sekali berkelebat saja lenyap dari depan mereka dan tahu-tahu pemuda merdu di belakang mereka! Mereka tercengang sejenak, akan tetapi segera menyerang lagi dan seorang diantara mereka membentak. "Keparat! Jangan kau kira kami takut kepada aji silumanmu!" Ratnawulan tersenyum dan sekali tangannya bergerak kearah pinggang, keris pusaka Banaspasti telah tercabut dan ia menyambut serangan tiga buah kelewang itu dengan memutar kerisnya. "Trang! Trang!Trang!" tersengar bunyinyaring ketika kerisnya sekaligus menyambar-nyambar ke arah senjata lawan dan suasana di situ menjadi sunyi senyap karena kini gamelan tiba-tiba menjadibidu. Semua yogo duduk dengan melongo dan lupa untuk menabuh gamelan mereka ketika menyaksikan betapa tiga batang golok besar itu tela putus semua sampai tinggal gagangnya saja yang masih berada di tangan ketiga orang pengacau itu! Kemudian pecahlah suara sorak-sorai menyatakan kagum kepada pemuda tampan yang aneh itu. "Siapakah dia?" terdenga rsuara di mana-mana akan tetapi siapakah yang dapat menjawab" Semua orang hanya menduga-duga sambil memandang ke arah pemuda itu. Tiga orang lawan Ratnawulan jugaterkejut sekalis ehingga wajah mereka menjadi pucat.Akan tetapi ketakutan mereka akan ampuhnya keris lawan itu lenyap ketika mereka melihat betapa Ratnawulan dengan amat tenangnya menyimpan kembali kerisnya dan menghadapi mereka dengan tangan kosong. "Bagaimana sekarang" Apakah akan kita lanjutkan dengan kedua tangan saja?" tantangnya. Kemudiania berkata kepada orang yang mempunyai kekebalan tadi dan berkata,"Kau kebal dan kuat menahan tusukan curiga (keris), hendak kulihat apakah kuat menerima pukulan tanganku!" Koleksi Kang Zusi Biarpun merasa takjub melihat ampuhnya keris di tangan pemuda yang nampak lemah ini, akan tetapi ketiga orang itu memiliki aji kekebalan, maka mereka maju lagi dengan berani, bahkan orang yangtadi memperlihatkan kekebalannya lalu berkata. "Keparat! Kalau kau tidak mengandalkan keampuhan curigamu, dalam dua jurus saja kami akan menhancurkan kepalamu!" "Aduh mudah amat!" Ratnawulan mengejek. "Jangan hanya memperbesar sumbarmu, kawan! Kalian coba sajalah!" Tiga orang itulalu maju menyerbu dan memukul dengan buah kelapa besarnya. Akan tetapi, tanpa bergerak atau berpindah dari tempatnya, Ratnawulan mengangkat kedua lengannya dan menangkis semua pukulan itu dengan gerakan yang cepat sekali.Ketika lengan tangan mereka beradu dengan lengan Ratnawulan yang kecil dan berkulit halusitu, ketiga orang tadi menahan seruan, karena mereka betapa kulit lengan mereka amat pedih dan sakit. Mereka menduga bahwa pemuda aneh ini tentu mempergunakan aji Kesaktian Srigunting,maka mereka menjadi jerih dan merasa ragu-ragu untuk memukul lagi. Ratnawulan tersenyum lagi."Apakah kedua tanganku masih terlampau ampuh bagimu" Nah, kalau begitu, aku takkan menangkis, kalian pukulah sesukamu, asal saja jangan memukul kepala!" Setelah berkata demikian,Ratnawulan lalu bersedekap, melindungi dadanya dengan kedua lengan, dan berdiri tak bergerak bagaikan patung, mengerahkan aji kesaktiannya.Hal ini memang di luar kebiasaannya,akan tetapi entah mengapa, di hadapan Indrayana, ia ingin sekali memamerkan kepandaian dan kesaktiannya, terutama ketikaia mengerling dan melihat betapa Indrayana memandangnya dengan mata penuh takjub dan kagum. Tiga orang cabang atasdari Maduraitu saling pandang dengan heran, kemudian mereka lalu melangkah maju dan memukul tubuh Ratnawulan. Aneh sekali! Semua pukulan mereka itu seakan-akan mengenai segumpal karet mentah yang membuat pukulan-pukulan mereka mental kembali. Ke manasaja mereka memukul, tak sebuahpun pukuan mereka dapat menggoyangkan tenaga yang disertai ilmu dalam, akan tetapi tak ada kesaktian yang dapat mengalahkan kekebalan pemuda ini. Seorang diantara mereka lalu melakukan kecurangan dan mengirim pukulan ke arah kepala pemuda itu. Sebetulnya Ratnawulan tidak takut akan pukulan ini dan kepalanya takkan terluka oleh pukulan orang, akan tetapi, ia tidak sudi kepalanya tersentuh tangan lawannya, maka sambil berseru kerasia mengerahkan tangannya ke arah sambungan siku lawan. Koleksi Kang Zusi "Krek!" ketika pukulan orang itu melayang ke arah kepalanya, lengan tangan yang besar itu telah didahului dan disambar oleh jari-jari tangan Ratnawulan yang dibuka dan dipukulan miring ke arah tulang siku sehingga tulang siku itu patah! Orangitu menjerit kesakitan dan membungkuk-bingkuk sambil memgangi sikunya yang telah lumpuh dan patah. Ratnawulan takmau memberihati lagi."Coba pergunakan kekebalanmu!" serunya sambil menggerakkan tubuh menyerang dua orang yang lainnya. Mereka masih mencoba menangkis dan mempertahankan diri, akan tetapi percuma saja Ratnawulan terlalu gesit dan cepat bagi mereka sehingga ketika dada mereka kena ditebak oleh telapak tangan gadis itu mereka mencelat dan roboh tunggang-langgang di atas panggung. Ratnawulan menyepak tiga kali tubuh yang tinggi besaritu melayang turun ke bawah panggung, di mana mereka merangkak-rangkak bangun lalu berlari sipat kuping bagaikan sedang adu balap lari! Bukan main riuhnya orang-orang yang menyaksikan kehebatan ini. Tadi mereka tak bersuara sedikitpun menyaksikan sepak terjang yang luar biasa gagahnya itu, dan pecahlah tampik sorak dan tepuk tangan memuji. Raden Indrajaya sendiri lalu menghampiri Ratnawulandan dengan mesra ia memgang lengan tangan dara perkasa itu, yang disangkanyas eorang pria. "Kesatria yang gagah perkasa tanpa tanding!" katanya memuji sambil memandang dengan penuh kasih sayang."Jangankan melihat dengan mata sendiri, mendengarpun belum pernah bahwa didunia ini ada seorang muda teruna sehebat engkau! Sungguh mentakjubkan! Tubuhmu begini kecil, tanganmu begini halus dan lunak, akan tetapi tenagamu dapat menggugurkan Mahameru!" Sambil berkata demikian,dengan kagum dipandangnya lengan tangan Ratnwulan yang berkulit putihkuning dan amat halus itu. Indrajaya benar-benart ertegun karena lengan itu begitu halus dan sentuhannya membuat dadanya berdebar aneh. Ia melihat sebuah tahi lalat hitam bulat di dekat pergelangan tangan Ratnawulan, jelas kelihatan di atas kulit yang putih kuning dan bersih itu. Adikku yang gagah, adiku yang elok. Siapakah gerangan adik yang gagah perkasa ini" Marilah kita duduk bercakap-cakap di sana!" Akan tetapi, digandeng dan dipegang lengannya sedemikian rupa dan melihat sikap Indrajaya yang amat mesra itu, tiba-tiba muka Ratnawulan menjadi merah sekali merenggutkan tangannya, maka terlepaslah tangannya dari pegangan Indrajaya. Koleksi Kang Zusi "Aku.akuharus pergi sekarang juga!" katanya seperti pada diri sendiri dan tubuhnya melompat, hanya merupakan bayangan berkelebat dan lenyaplah ia dari hadapan Indrajaya dan lain-lain tamu yang memandang dengan bengong. Indrajaya menghela napas. "Sayang sekaliia pergi tanpa mau memperkenalkan diri. dia gagah perkasa!" Sementara itu, Mas Ngabei! Bajrabumi dengan langkah sempoyongan menghampiri Raden Indrajayadan dengan muka merah ia berkata. "RadenIndra, harap kau sudi memaafkan padaku. aku tadi entah mengapa kepalaku Pedang Naga Kemala 1 Keturunan Pendekar Karya Rajakelana Asmara Bernoda Darah 2

Cari Blog Ini