Anjing Kematian 1
Anjing Kematian The Hound Of Death And Other Stories 1933 Karya Agatha Christie Bagian 1 ANJING KEMATIAN DILARANG MENGKOMERSILKAN!!! =kiageng80= banksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000 - (beratus juta rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Agatha Christie ANJING KEMATIAN Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2003 THE HOUND OF DEATH AND OTHER STORIES 1933 by Agatha Christie " Copyright Agaiha Christie Mallowan 1916 All rights reserved ANJING KEMATIAN Alih bahasa: Tanti Lesmana GM 402 02.004 PT Gramedia Pustaka Utama Jl. Palmerah Barat 33 37. Jakarta 10270?Ilustrasi & desain sampul: Dwi Koendoro B r Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama anggota IKAPI, Jakarta. Januari 2002 Cetakan ktdoa Februari 2003 Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT) CHRISTIE. Agatha Anjing Kematian/ Agatha Christie: alih bahasa: Tanti Lesmana Jakarta Gramedia ?Pustaka Utama, 2001 320 him: 18 cm ISBN 979 - 686 - 628 - S I. Judul II Lesmana..Tanti 813 Dicetak oleh Percetakan CV Duta Prima Jakarta Isi di luar tanggung javvab percetakan DAFTAR ISI 1.Anjing Kematian 2.Tanda Bahaya 3.Orang Keempat 4.Sang Gipsi 5.Lampu 6.Radio 7.Saksi Peristiwa 8.Misteri Guci Biru 9.Kasus Aneh Sir Arthur Carmichael 10.Panggilan Sayap-Sayap 11.Yang Terakhir 12. SOS Anjing Kematian Aku pertama kali mendengar tentang peristiwa tersebut dari William P. Ryan, seorang koresponden surat kabar Amerika. Waktu itu aku sedang makan malam bersamanya di London, sehari sebelum ia kembali ke New York Kebetulan aku mengatakan bahwa besok aku akan berangkat ke Folbridge. Seketika ia berkata dengan tajam, "Folbridge, Cornwall?" Dari seribu orang, barangkali cuma satu yang tahu bahwa di Cornwall ada tempat bernama Folbridge. Biasanya Folbridge yang mereka kenal adalah Folbridge di Hampshire. Jadi, rasa ingin tahuku terusik oleh pengetahuan Ryan ini. "Ya," kataku. "Kau tahu tempat itu?" Ia hanya menjawab bahwa sudah jelas ia tahu. Kemudian ia bertanya, apakah kebetulan aku tahu sebuah rumah bernama Trearne di sana. Minatku semakin terpicu. "Tentu tahu. Malah sebenarnya aku akan ke Trearne. Itu rumah saudara perempuanku." "Wah," kata William P. Ryan. "Ini luar biasa sekali!" Kuminta ia menjelaskan ucapannya itu, jangan hanya membuat pernyataan-pernyataan yang sulit ditangkap maksudnya. "Hmm," katanya. "Kalau begitu, aku mesti memaparkan pengalamanku pada masa permulaan perang." Aku mendesah. Peristiwa-peristiwa yang kuceritakan ini terjadi pada tahun 1921. Tak ada orang yang ingin diingatkan akan masa-masa perang. Kami semua sudah mulai bisa melupakannya, syukurlah... selain itu, aku tahu bahwa William P Ryan bisa sangat betah bercerita panjang-lebar kalau sudah menyangkut pengalamanpengalamannya semasa perang. Tapi sudah terlambat untuk menghentikannya sekarang. "Pada permulaan perang, aku berada di Belgia, bertugas untuk surat kabar tempatku bekerja. Kau pasti tahu itu. Nah, di sana ada sebuah desa kecil sebut?saja desa X. Desa itu kecil sekali, tapi di sana ada sebuah biara besar. Ada biarawati-biarawati berjubah putih aku tidak tahu nama ordo mereka. Pokoknya, ?itu tidak penting. Nah, desa kecil ini berada persis di garis penyerangan Jerman. Lalu pasukan Jerman tiba..." Aku bergerak-gerak gelisah. William P. Ryan mengangkat satu tangannya untuk menenangkan. "Tidak apa-apa," katanya. "Ini bukan cerita tentang kekejaman Jerman. Bisa saja sebenarnya, tapi toh bukan. Malah sebaliknya. Mereka menuju biara tersebut masuk ke dalam, dan bangunan itu meledak." ?"Oh," kataku, agak terkejut. "Aneh, kan" Tentu saja. Aneh sekali. Bisa saja kita menganggap orang-orang Jerman itu tengah merayakan kemenangan dan main-main dengan bahan peledak mereka sendiri. Tapi sepertinya mereka tidak membawa peledak semacam itu. Bukan bahan peledak berkekuatan besar. Nah, sekarang aku bertanya padamu, tahu apa para biarawati itu tentang bahan peledak berkekuatan tinggi" Hebat sekali mereka, kalau tahu." "Memang aneh," aku sependapat. "Aku tertarik untuk mendengar cerita para petani tentang kasus tersebut. Cerita mereka seragam. Menurut mereka, peristiwa tersebut seratus persen merupakan keajaiban modem. Sepertinya salah seorang biarawati sudah punya reputasi sebagai orang suci. Dia suka mengalami trance dan mendapat visi-visi. Dan menurut mereka, dialah yang melakukan semua itu. Dia memanggil petir untuk membakar orang-orang Jerman yang jahat dan itulah yang terjadi. Mereka terbakar berikut ? ?segala sesuatu di sekitarnya. Keajaiban yang cukup efisien! "Aku tidak sempat mengungkap kebenaran di balik peristiwa itu tidak ada waktu. ?Tapi pada masa itu orang-orang memang sedang keranjingan keajaiban melihat ?malaikat di Mons dan semacam itulah. Aku menulis tentang kejadian itu, menambahkan sedikit unsur sentimental di dalamnya, juga sedikit unsur religius, lalu mengirimkannya pada kantor surat kabarku. Tanggapannya bagus sekali di Amerika Serikat. Waktu itu mereka senang dengan hal-hal semacam itu. "Tapi (entah kau bisa memahami ini atau tidak) saat menuliskannya, aku jadi tertarik. Aku ingin tahu, apa sebenarnya yang terjadi. Tidak ada yang 8 9 bisa dilihat di tempat peristiwa itu sendiri. Dua tembok biara itu masih berdiri, dan di salah sarunya ada bekas mesiu warna hitam, berbentuk seekor anjing besar. "Para petani sekitar sangat takut akan tanda itu. Mereka menyebutnya Anjing Kematian, dan mereka tidak berani lewat dekat-dekat sana sesudah gelap. "Takhayul selalu merupakan hal menarik Aku ingin menemui biarawati yang melakukan keajaiban itu. Sepertinya dia tidak tewas. Dia pergi ke Inggris bersama sekelompok pengungsi lainnya. Aku susah payah menelusuri jejaknya. Dan kudapati dia sudah dikirim ke Trearne, Folbridge, Cornwall." Aku mengangguk. "Saudara perempuanku menampung banyak pengungsi Belgia pada awal masa perang. Sekitar dua puluh orang." "Sejak dulu aku berniat mencari biarawati itu, kalau ada waktu. Aku ingin mendengar dari mulurnya sendiri tentang peristiwa tersebut. Tapi, berhubung aku sibuk dan ada macam-macam urusan, niat itu terlupakan begitu saja. Apalagi Cornwall letaknya agak jauh. Malah sebenarnya aku sudah lupa sama sekali akan niatku itu, sebelum mendengar kau menyebut-nyebut Folbridge." "Aku mesti menanyakan pada saudara perempuanku," kataku. "Mungkin dia pernah dengar sesuatu tentang peristiwa itu. Tapi tentu saja para pengungsi Belgia itu sudah dikembalikan ke negara mereka lama berselang." "Sudah pasti. Tapi seandainya saudara perempuanmu tahu sesuatu, tolong beritahukan padaku." "Pasti kuberitahukan," kataku dengan bersemangat. * Begitulah. II Hari kedua setelah kedatanganku di Trearne, aku teringat kembali kisah tersebut. Waktu itu aku dan saudara perempuanku sedang minum teh di teras. "Kitty," kataku, "apakah di antara para pengungsi Belgia yang dulu kautampung, ada seorang biarawati?" "Maksudmu Suster Marie Angelique7" "Kemungkinan," kataku dengan hati-hati. "Coba ceritakan tentang dia." "Oh, dia itu orang yang sangat misterius. Dia masih di sini." "Apa" Di rumah ini?" "Bukan, bukan. Di desa. Dr. Rose kau ingat Dr. Rose?"?Aku menggeleng. "Yang kuingat dokter tua berumur delapan puluh tiga tahun itu." "Dr. Laird. Oh, dia sudah meninggal. Dr. Rose baru beberapa tahun di sini. Dia masih sangat muda, dan sangat tertarik pada gagasan-gagasan baru. Dia amat menaruh minat pada Suster Marie Angelique. Suster ini suka mengalami halusinasi dan semacamnya, dan kelihatannya dia objek yang sangat menarik dari sudut pandang medis. Wanita malang dia tak punya rumah lagi dan menurut pendapatku, ? ?dia sangat biasa-biasa saja tapi dia mengesankan, kalau ?10 11 kau mengerti maksudku. Yah, seperti kukatakan tadi, dia tak punya rumah lagi, dan Dr. Rose yang baik hati memberinya tempat tinggal di desa. Kurasa dia sedang menulis monograf atau apalah yang biasa ditulis dokter-dokter, tentang suster itu." Kiity diam sejenak, lalu berkata, "Tapi, apa yang kauketahui tentang suster ini?" "Aku mendengar cerita yang agak aneh." Kupaparkan cerita itu, seperti yang dituturkan oleh Ryan. Kitty sangat tertarik mendengarnya. "Dia memang kelihatan seperti jenis orang yang bisa membuatmu terbakar kalau ?kau mengerti maksudku," kata Kitty. Rasa ingin tahuku makin tergelitik. "Aku mesti melihat wanita muda ini." "Silakan saja. Aku ingin tahu pendapatmu tentang dia. Tapi temui Dr. Rose dulu. Bagaimana kalau kau pergi ke desa sesudah minum teh?" Aku menerima saran itu. Dr. Rose ada di rumah. Aku memperkenalkan diri. Ia tampaknya seorang anak muda yang ramah, tapi ada sesuatu yang tidak kusukai dalam pembawaannya. Kepribadiannya terlalu kuat, hingga tidak sepenuhnya menyenangkan. Begitu aku menyebutkan Suster Mane Angelique, sikapnya langsung penuh perhatian. Ia jelas-jelas sangat tertarik. Kusampaikan padanya apa yang kudengar dari Ryan. "Ah," katanya dengan mimik serius. "Cerita itu menjelaskan banyak hal." Dengan cepat ia memandangku, lalu meneruskan. "Kasus ini benar-benar kasus yang luar biasa menarik. Wanita itu jelas-jelas telah mengalami guncangan mental yang hebat ketika dia tiba di sini. Keadaan mentalnya juga sangat kalut. Dia mengalami berbagai halusinasi yang sangat mengejutkan. Kepribadiannya pun sangat tidak biasa. Barangkali Anda berminat ikut dengan saya mengunjunginya" Anda tidak akan menyesal melihatnya." Aku langsung menyatakan bersedia. Kami berangkat bersama-sama. Tujuan kami adalah sebuah cottage kecil di daerah pinggiran desa. Folbridge adalah tempat yang sangat indah, terletak di mulut Sungai Fol, sebagian besar di sisi sebelah timurnya. Sisi sebelah baratnya terlalu berbahaya untuk mendirikan bangunan, namun ada beberapa cottage yang berdiri di sisi tebing karang di sana. Cottage sang dokter sendiri bertengger di tepi tebing karang di sebelah barat. Dari sana kita bisa memandang ke bawah, ke arah ombak-ombak samudra yang mengempas bebatuan karang yang hitam. Cottage kecil yang hendak kami datangi ini terletak di bagian yang tidak menghadap ke laut. "Perawat distrik tinggal di sini," Dr. Rose menjelaskan. "Saya sudah mengatur supaya Suster Marie Angelique tinggal di rumahnya. Dia perlu berada di bawah pengawasan profesional." "Apakah tingkah lakunya normal?" aku bertanya ingin tahu. "Nanti Anda bisa melihatnya sendiri," sahut sang dokter dengan tersenyum. Si perawat distrik adalah seorang wanita pendek-gemuk dan ramah. Ia baru hendak keluar dengan sepedanya ketika kami datang 12 13 "Selamat sore, Suster, bagaimana pasien Anda?" tanya Dr. Rose. "Dia seperti biasanya. Dokter. Duduk di sana, dengan kedua tangan terlipat dan pikirannya melayang ke mana-mana. Sering kali dia tidak menjawab kalau saya ajak bicara, tapi sampai sekarang bahasa Inggrisnya memang tidak terlalu bagus." Dr. Rose mengangguk. Setelah perawat itu berangkat, ia menghampiri pintu cottage, mengetuk keras-keras, lalu masuk. Suster Marie Angelique sedang berbaring di sebuah kursi panjang di dekat jendela. Ia menoleh ketika kami masuk. Wajahnya aneh pucat, tampak transparan, dengan sepasang mata besar. Sepertinya ?sepasang mata itu menyimpan tragedi yang amat sangat besar. "Selamat sore. Suster," sapa sang dokter dalam bahasa Prancis. "Selamat sore, M. le docteur." "Izinkan saya memperkenalkan seorang teman. Mr. Anstruther." Aku membungkuk, dan suster itu memiringkan kepala sedikit, sambil tersenyum samar. "Bagaimana kabar Anda hari ini?" tanya sang dokter, sambil duduk di sebelahnya. "Keadaan saya seperti biasanya saja." Suster Marie Angelique diam sejenak, kemudian melanjutkan. "Rasanya tidak ada yang nyata bagi saya. Entah hari-hari yang berlalu atau bulan-bulan atau tahun-tahun" Saya hampir-hampir tidak ? ?menyadarinya. Hanya mimpi-mimpi saya yang terasa nyata." "Berarti Anda masih sering bermimpi?" 14 "Selalu selalu dan mimpi-mimpi ini terasa lebih nyata daripada kehidupan itu ? ?sendiri. Anda mengerti?" "Anda bermimpi tentang negeri Anda" Belgia?" Ia menggelengkan kepala. "Tidak. Saya bermimpi tentang sebuah negeri yang tidak pernah ada tidak pernah. ?Tapi Anda sudah tahu tentang ini, M. le docteur. Saya sudah berkali-kali menceritakannya pada Anda." Ia terdiam, kemudian berkata cepat-cepat, "Tapi barangkali tuan ini juga seorang dokter dokter yang ahli dalam menangani ?penyakit-penyakit yang berkaitan dengan otak, barangkali?" "Bukan, bukan," kata Dr. Rose dengan nada meyakinkan, tapi saat ia tersenyum kulihat gigi taringnya sangat tajam. Ada kesan seperti serigala dalam diri orang ini. Lalu ia melanjutkan: "Saya pikir, mungkin Anda tertarik untuk berkenalan dengan Mr. Anstruther. Dia tahu sesuatu tentang Belgia. Belum lama ini dia mendengar berita tentang biara Anda." Suster Marie Angelique menoleh padaku. Warna merah muda samar merambati kedua belah pipinya. "Sebenarnya bukan hal penting," aku lekas-lekas menjelaskan. "Kemarin malam saya makan bersama seorang teman, dan dia menceritakan tentang reruntuhan temboktembok biara itu pada saya." "Jadi. biara itu sudah runtuh!" Pernyataannya berupa seruan pelan yang lebih ditujukan pada dirinya sendiri daripada pada kami Lalu sekali lagi ia menatapku dan bertanya dengan ragu-ragu, "Katakan, Monsieur, apakah teman Anda menyebutkan, bagaimana biara itu runtuh dengan cara bagaimana?"?15 "Biara itu meledak," kataku, lalu menambahkan, "Para petani takut lewat di dekat sana pada malam hari." "Kenapa takut?" "Sebab di salah satu reruntuhan temboknya ada tanda hitam. Mereka punya kepercayaan takhayul tentang tanda itu." Suster Marie Angelique mencondongkan tubuh. "Katakan, Monsieur cepat, cepat katakan! Seperti apakah tanda itu?" ? ?"Bentuknya seperti seekor anjing besar," sahutku. "Para petani itu menyebutnya Anjing Kematian The Hound Of Death And Other Stories 1933 Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Anjing Kematian." "Ah!" Jeritan nyaring terlontar dari bibir suster itu. "Kalau begitu, benar rupanya benar. Segala yang saya ingat itu benar. Bukan ?sekadar mimpi buruk mengerikan Semuanya benar-benar terjadi! Benar-benar terjadi!" "Apa yang terjadi, Suster?" tanya sang dokter dengan suara pelan. " Suster Marie Angelique menoleh padanya dengan penuh semangat. "Saya ingat. Di sana, di undak-undak itu, saya ingat. Saya ingat caranya. Saya menggunakan kekuatan itu seperti kami dulu biasa menggunakannya. Saya berdiri di undak-undak altar dan meminta mereka untuk tidak maju lebih dekat. Saya minta mereka untuk pergi dalam damai Tapi mereka tak mau mendengarkan. Mereka terus maju, walau saya sudah memperingatkan. Maka..." ia mencondongkan tubuh ke depan dan membuat sebuah gerakan yang aneh, "maka saya lepaskan Anjing Kematian pada mereka..." 16 Ia berbaring kembali di kursinya, seluruh tubuhnya gemetar, kedua matanya terpejam. Dr. Rose bangkit berdiri, mengambil sebuah gelas dari lemari, mengisi setengahnya dengan air. Lalu ia menambahkan setetes-dua tetes cairan dari sebuah botol kecil yang ia keluarkan dari sakunya. Kemudian diulurkannya gelas itu pada Suster Marie Angelique. "Minum ini," katanya dengan nada memerintah. Suster itu mematuhinya otomatis, sepertinya. Kedua matanya menerawang jauh, ?seakan memandangi visi yang muncul dari dalam dirinya sendiri. "Kalau begitu, semuanya benar," kata suster itu. "Semuanya. Kota Lingkaran, Orang-orang Bola Kristal semuanya. Segala sesuatunya benar." ?"Kelihatannya begitu," kata Dr. Rose. Suaranya pelan dan menyejukkan, jelas-jelas disengaja untuk memberikan dorongan, bukan untuk mengganggu alur pikiran suster tersebut. "Ceritakan tentang Kota itu," katanya. "Kota Lingkaran, kata Anda?" Suster Marie Angelique menjawab otomatis, dengan pikiran menerawang. "Ya... ada tiga lingkaran. Lingkaran pertama adalah untuk yang terpilih, lingkaran kedua untuk para pendeta wanita, dan lingkaran paling luar untuk para pendeta pria." "Dan di tengah-tengahnya?" Suster Marie Angelique menarik napas dengan keras, dan suaranya melemah menjadi nada takjub tak terkira. "Rumah Bola Kristal..." Saat ia mengucapkan kata-kata itu dengan terengah, 17 tangan kanannya terangkat ke dahi dan jarinya menelusuri suatu bentuk di sana. Sosoknya semakin lama semakin kaku. kedua matanya terpejam, ia agak limbung lalu sekonyong-konyong ia duduk tegak tersentak, seakan-akan ia ?icrbangun dengan mendadak "Apa ini?" katanya dengan bingung. "Apa saja yang saya katakan tadi?" "Tidak apa-apa," kata Dr. Rose. "Anda lelah. Anda perlu istirahat. Kami akan pergi." Suster itu tampak agak bingung saat kami meninggalkannya. "Nah," kata Dr. Rose setelah kami berada di luar. "Bagaimana menurut Anda?" la melirikku dengan tajam. "Saya rasa pikirannya sudah benar-benar tidak terkendali," kataku perlahanlahan. "Anda berpendapat begitu?" "Tidak juga. Malah sebenarnya dia... yah, sangat meyakinkan. Sewaktu mendengarkan apa-apa yang diucapkannya, saya mendapat kesan bahwa dia benar-benar telah melakukan apa-apa yang dikatakannya itu melakukan semacam keajaiban yang luar ?biasa. Keyakinannya bahwa dia memang melakukan itu tampaknya tidak dibuat-buat. Itu sebabnya..." "Itu sebabnya Anda mengatakan pikirannya sudah benar-benar tidak terkendali. Memang. Tapi coba kita lihat masalah ini dari sudut pandang lain. Seandainya dia memang benar-benar membuat keajaiban itu terjadi seandainya dia benar-benar ?telah menghancurkan biara itu dan menewaskan beberapa ratus manusia di dalamnya." 18 "Hanya melalui kekuatan pikirannya?" tanyaku dengan tersenyum. "Menurut saya tidak persis begitu. Anda tentunya sependapat bahwa satu orang saja bisa menghancurkan sejumlah besar orang lain dengan menekan tombol yang mengendalikan sistem peledak." "Ya, tapi itu sifatnya mekanis." "Benar, mekanis, tapi pada intinya, itu juga berarti mengendalikan dan mengontrol kekuatan-kekuatan alam. Hujan badai dan gardu listrik pada dasarnya sama, bukan?" "Ya, tapi untuk mengendalikan hujan badai kita mesti menggunakan sarana mekanis." Dr. Rose tersenyum. "Saya akan menyimpang sedikit. Ada substansi yang dikenal sebagai wintergreen. Dalam alam, substansi ini ditemukan dalam bentuk sayuran. Tapi sayuran ini juga bisa dibuat secara sintetis dan kimia oleh manusia, di laboratorium." "Jadi?" "Maksud saya, sering kali ada dua cara yang bisa digunakan untuk memberikan hasil yang sama. Cara kita, jelas, adalah cara yang sintetis. Tapi mungkin ada cara lainnya. Misalnya, keajaiban-keajaiban yang luar biasa, yang diperlihatkan oleh para fakir India itu tak bisa dijelaskan dengan mudah. Apa-apa yang kita ?sebut sebagai supranatural sebenarnya hanyalah hasil alami dari sesuatu yang belum bisa dipahami oleh hukum-hukum kita." "Maksud Anda?" tanyaku dengan terpesona. "Maksud saya, saya tidak bisa sepenuhnya mengabaikan kemungkinan bahwa mungkin saja ada 19 manusia yang punya kemampuan untuk menyadap suatu kekuatan besar yang destruktif, kemudian menggunakannya untuk maksud-maksud pribadi. Cara yang digunakan mungkin kelihatan seperti sesuatu yang supranatural bagi kita... tapi sebenarnya tidak." Aku melongo menatapnya. Ia tertawa. "Ini cuma spekulasi," katanya dengan nada ringan. "Coba katakan, apakah Anda memperhatikan gerakan suster itu ketika dia menyebutkan Rumah Bola Kristal?" "Dia mengangkat tangannya ke dahi." "Tepat sekali. Dan dia membuat lingkaran dengan jarinya di situ. Persis seperti orang Katolik membuat tanda salib. Saya ingin menceritakan sesuatu yang agak menarik, Mr. Anstruther. Kata 'bola kristal' itu sering sekali diucapkan oleh pasien saya ini, kalau dia sedang mengoceh tidak keruan. Maka saya mengadakan eksperimen. Saya meminjam bola kristal dari seseorang, dan menunjukkannya padanya suatu hari, dengan tiba-tiba, untuk melihat reaksinya." "Lalu?" "Nah, hasilnya sangat aneh dan sugestif. Seluruh tubuhnya jadi kaku. Dia memandangi bola kristal itu, seakan-akan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Lalu dia merosot berlutut di depan bola kristal itu, menggumamkan beberapa patah kata... dan pingsan." "Apa yang diucapkannya?" "Kata-katanya aneh sekali. Dia bilang, "Bola kristal! Berarti Keyakinan itu masih bertahan!?" "Luar biasa." 20 "Sugestif, bukan" Sekarang kejadian aneh berikutnya. Setelah sadar dari pingsannya, dia lupa sama sekali akan apa yang telah terjadi. Saya menunjukkan bola kristal itu padanya, dan bertanya apakah dia tahu, benda apa ini. Dia menjawab bahwa sepertinya itu bola kristal, semacam yang suka digunakan para peramal. Saya tanya, apakah dia pernah melihat bola kristal" Dia menjawab, Tidak pernah, M. le docteur.' Tapi sorot matanya tampak bingung. 'Apa yang mengganggu pikiran Anda, Suster"' tanya saya. Dia menjawab, 'Sebab rasanya aneh sekali. Saya belum pernah melihat bola kristal... tapi saya merasa mengenalnya dengan baik. Ada sesuatu... kalau saja saya ingat...' Tampaknya dia sangat gelisah, karena tak bisa mengingat apa pun yang mengganggunya itu, jadi saya melarangnya berpikir lebih lanjut. Itu kejadian dua minggu yang lalu. Saya sengaja menunggu saat yang tepat. Besok saya akan mengadakan eksperimen lebih lanjut." "Dengan bola kristal lagi?" "Ya, dengan bola kristal lagi. Saya akan minta dia melihat ke dalam bola krsital itu. Saya rasa hasilnya pasti menarik." "Hasil apa yang Anda harapkan?" tanyaku, penuh rasa ingin tahu. Pertanyaanku sebenarnya cuma iseng-iseng saja, tapi efeknya sungguh tak terduga. Dr. Rose mendadak jadi kaku, wajahnya merona merah, dan ketika ia berbicara lagi, sikapnya berubah drastis. Ia jadi lebih formal, lebih profesional. "Saya berharap mendapatkan titik terang mengenai masalah gangguan mental tertentu, yang selama ini 21 belum sepenuhnya dipahami. Suster Marie Angelique merupakan objek penelitian yang sangat menarik." Jadi, minat Dr. Rose sepenuhnya bersifat profesional" pikirku. "Apakah Anda keberatan kalau saya ikut dengan Anda?" tanyaku. Entah ini hanya imajinasiku atau bukan, tapi kulihat ia ragu-ragu sebelum menjawab. Mendadak aku merasa ia tak ingin aku ikut. "Tentu boleh. Saya sama sekali tidak keberatan." Lalu ia menambahkan, "Saya rasa Anda tidak akan terlalu lama berada di sini?" "Hanya sampai lusa." Aku merasa jawaban itu membuatnya lega. Keningnya tidak berkerut lagi, dan ia mulai bicara tentang beberapa eksperimennya baru-baru ini terhadap guinea Pig III Aku membuat janji temu dengan Dr. Rose keesokan siangnya, dan kami pergi bersama-sama untuk menemui Suster Marie Angelique. Hari ini Dr. Rose ramah sekali. Kurasa ia ingin mengubah kesan yang ditampilkannya kemarin. "Jangan terlalu serius menanggapi ucapan saya," katanya sambil tertawa. "Saya tidak mau Anda menganggap saya ini percaya pada praktek-praktek okultisme. Kelemahan saya yang paling parah, saya ini suka penasaran untuk mencari bukti." 22 "O ya?" "Ya, dan semakin fantastis suatu kasus, semakin saya menyukainya." Ia tertawa, seperti orang yang menertawakan kelemahan yang terasa menggelikan. Ketika kami tiba di cottage itu, si perawat distrik ingin membicarakan sesuatu dengan Dr. Rose, jadi aku ditinggalkan bersama Suster Marie Angelique. Kulihat suster itu memandangiku dengan saksama. Lalu ia berbicara. "Perawat yang baik itu mengatakan pada saya, bahwa Anda saudara laki-laki dari wanita yang baik itu, wanita di rumah besar tempat saya tinggal, ketika saya baru datang dari Belgia. Benarkah itu?" "Ya." sahutku. "Dia sangat ramah pada saya. Dia baik sekali." Lalu ia terdiam, seakan-akan tengah mengikuti jalan pikirannya sendiri. Lalu ia berkata, "M. le docteur, dia juga orang yang baik?" Aku jadi agak canggung untuk menjawab. "Eh, ya. Maksud saya... saya rasa begitulah." "Ah!" Suster itu diam sejenak, kemudian berkata, "Dia memang sangat baik pada saya selama ini." Lalu ia memandangku dengan tajam. "Monsieur... Anda... Anda bicara dengan saya sekarang... apa menurut Anda saya ini sudah tidak waras?" "Ah, Suster, hal semacam itu tidak pernah. ." Ia menggelengkan kepalanya perlahan-lahan, menyela protesku. "Apa saya tidak waras" Saya tidak tahu... hal-hal yang saya ingat... hal-hal yang tidak saya ingat..." 23 la mendesah, dan pada saat itu Dr. Rose masuk ke ruangan. Ia menyapa Suster Marie Angelique dengan ceria, dan menjelaskan apa yang ia inginkan dari suster itu. "Begini, ada orang-orang tertentu yang mempunyai bakat melihat berbagai kejadian dalam bola kristal. Saya merasa Anda punya bakat semacam itu, Suster." Suster Marie Angelique tampak gelisah. "Tidak, tidak, saya tidak bisa melakukan itu. Mencoba membaca masa depan itu ?berdosa." Dr. Rose merasa terperanjat. Ia tidak memperhitungkan sudut pandang yang dijadikan dasar penolakan oleh suster itu. Dengan cerdik ia mengubah taktiknya. "Kita memang tidak boleh mencoba melihat masa depan. Anda benar sekali. Tapi kalau melihat ke masa lalu... itu lain halnya." "Melihat masa lalu?" "Ya. Banyak sekali peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi di masa lalu. Berbagai kilasan peristiwa yang muncul kembali terlihat sejenak lalu menghilang lagi. ? ?Jangan mencoba membaca apa pun di dalam bola kristal, kalau itu Anda anggap tidak benar. Pegang saja bola itu di kedua tangan Anda seperti ini. Lihat ke ?dalamnya pandangi baik-baik. Ya... dengan lebih saksama... lebih saksama. Anda ?ingat, bukan" Anda ingat. Anda mendengar saya berbicara pada Anda. Anda bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Bisakah Anda mendengar saya?" Suster Marie Angelique sudah mengambil bola kristal itu, seperti yang diperintahkan sang dokter, 24 dan memeganginya dengan sikap serius yang aneh. Lalu, saat memandangi bola kristal itu, sepasang matanya menjadi kosong dan menerawang, lalu kepalanya terkulai. Ia seperti tertidur. Perlahan-lahan sang dokter mengambil bola kristal itu darinya dan meletakkannya di meja. Kemudian ia membuka sudut kelopak mata suster tersebut. Setelah itu ia duduk di sampingku. "Kita mesti menunggu sampai dia terbangun. Saya yakin tidak akan lama." Benar juga. Lima menit kemudian. Suster Marie Angelique mulai bergerak sedikit. Kedua matanya membuka setengah sadar "Di mana saya?" "Anda ada di sini... di rumah. Anda baru saja tertidur sejenak. Anda tadi bermimpi, bukan?" Suster itu mengangguk. "Ya, saya bermimpi." "Anda bermimpi tentang Bola Kristal itu?" "Ya." "Coba ceritakan mimpi itu pada kami." "Anda akan menganggap saya tidak waras, M. le docteur. Sebab dalam mimpi saya Bola Kristal itu adalah sebuah lambang kudus. Saya bahkan melihat sosok seorang Kristus kedua, Guru Bola Kristal yang mati demi keyakinannya, para pengikutnya diburu dihukum mati... Namun keyakinan itu tetap bertahan. ?"Ya... selama lima belas ribu purnama... maksud saya, selama lima belas ribu tahun." "Berapa lama siklus bulan purnama?" "Tiga belas peredaran bulan biasa. Ya, pada bulan purnama kelima belas ribu... saya menjadi Pendeta 25 Wanita dari Tanda Kelima di Rumah Bola Kristal. Waktu itu adalah hari-hari pertama menjelang datangnya Tanda Keenam..." Kedua alis suster itu bertaut, wajahnya menyiratkan rasa takut. "Terlalu cepat." gumamnya. "Terlalu cepat. Ini suatu kesalahan... Ah! Ya, saya ingat! Tanda Keenam itu..." Ia setengah melompat bangkit, lalu duduk kembali sambil menyapukan tangan di wajahnya, dan bergumam, "Apa yang saya bicarakan ini" Saya melantur, semua ini tak pernah terjadi." "Jangan membuat diri Anda cemas." Tapi Suster Marie Angelique tengah menatap Dr. Rose dengan ekspresi bingung bercampur sedih. "M. le docteur, saya tidak mengerti. Kenapa saya mendapatkan mimpi-mimpi ini... segala khayalan ini" Saya baru umur enam belas tahun ketika masuk biara. Saya tidak pernah bepergian. Tapi saya suka bermimpi tentang kota-kota, orang-orang asing, kebudayaan-kebudayaan asing. Kenapa?" la menekankan kedua tangannya ke dahinya. "Apakah Anda pernah dihipnotis, Suster" Atau mengalami trance?" "Saya belum pernah dihipnotis, M. le docteur. Mengenai trance, kalau sedang berdoa di kapel, roh saya sering kali serasa terbang dari tubuh saya, dan selama berjam-jam saya seperti orang mati. Keadaan itu jelas merupakan keadaan yang membahagiakan saat penuh berkah, kata Ibu Kepala Biara. Ah! Ya," ia tercekat. ?"Saya ingat, kami pun metnebutnva saat penuh berkah" 26 "Saya ingin mencoba mengadakan eksperimen, Suster," kata Dr. Rose dengan nada tegas. "Mungkin eksperimen ini bisa meruntuhkan ingatan-ingatan tak menyenangkan yang hanya muncul setengah-setengah itu. Saya akan minta Anda sekali lagi menatap bola kristal. Lalu saya akan mengucapkan kata tertentu Anda menjawab dengan kata lain. Kita akan teruskan seperti itu sampai Anda lelah. Fokuskan Anjing Kematian The Hound Of Death And Other Stories 1933 Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pikiran Anda pada bola kristal, jangan pada kata-katanya." Sekali lagi aku mengeluarkan bola kristal itu dan memberikannya ke tangan Suster Marie Angelique, dan kulihat ia menyentuh bola krista! itu dengan sikap penuh hormat. Bola kristal itu dialasi selembar kain beledu hitam, dan Suster Marie Angelique memegangnya di antara kedua telapak tangannya yang ramping. Tatapannya yang dalam dan penuh pesona tertuju pada bola kristal itu. Hening sejenak, lalu Dr. Rose berkata, "Anjing." Dengan segera Suster Marie Angelique menjawab, "Kematian" IV Aku tidak berniat memberikan laporan lengkap tentang eksperimen tersebut. Banyak kata-kata yang tidak penting dan tak bermakra yang sengaja diucapkan sang dokter. Ada kata-kata yang diulanginya beberapa kali, kadang-kadang mendapatkan jawaban yang sama. kadang jawaban yang berbeda. 27 Senja itu, di cottage kecil sang dokter di pinggir tebing karang, kami membahas hasil eksperimen tersebut. Ia berdeham dan meraih buku catatannya. "Hasil-hasilnya sangat menarik sangat aneh. Sebagai jawaban atas kata 'Tanda ?Keenam', kita mendapatkan kata Kehancuran. Ungu, Anjing, Kekuasaan, lalu Kehancuran lagi, dan akhirnya Kekuasaan. Berikutnya, seperti telah Anda lihat, saya membalik metodenya, dengan hasil-hasil sebagai berikut. Sebagai jawaban atas kata Kehancuran, saya mendapatkan kata Anjing; kata Ungu dijawab Kekuasaan; kata Anjing dijawab Kematian lagi, dan kata Kekuasaan dijawab Anjing. Semua itu masuk akal, tapi ketika saya mengulangi kaia Kehancuran untuk kedua kalinya, saya mendapatkan jawaban Laut, yang kehhat annya sama sekali tidak relevan. Untuk kata 'Tanda Kelima' saya mendapatkan kata Biru, Pikiran, Burung, Biru lagi, dan akhirnya kalimat yang agak sugestif: Komunikasi antarpikiran. Berpatokan pada fakta bahwa 'Tanda Keempat' dijawab dengan kata Kuning, dan kemudian Cahaya, dan Tanda Pertama' dijawab dengan Darah, saya menyimpulkan bahwa setiap Tanda mempunyai warna tersendiri, dan kemungkinan juga lambang tersendiri. Tanda Kelima lambangnya burung, dan Tanda Keenam lambangnya anjing. Tapi saya menduga Tanda Kelima itu mewakili apa yang selama ini dikenal sebagai telepati komunikasi antarpikiran. Tanda Keenam jelas mewakili Kekuasaan untuk ?Menghancurkan." "Apa arti Laut itu?" "Mesti saya akui, saya tidak bisa menjelaskan yang satu itu. Saya menyebutkan kata itu kemudian. 28 dan mendapatkan jawaban biasa: Perahu. Untuk Tanda Ketujuh, mula-mula saya mendapat jawaban Hidup, lalu Cinta. Untuk Tanda Kedelapan, saya mendapat jawaban Tidak Ada. Maka saya simpulkan tanda-tanda itu hanya sampai Tujuh seluruhnya." 'Tapi jawaban untuk Tanda Ketujuh itu belum diperoleh," kataku sekonyongkonyong. "Sebab dari Tanda Keenam muncul Kehancuran" "Ah, menurut Anda begitu" Kita sudah menanggapi celotehan-celotehan sinting ini dengan sangat serius. Semua itu sebenarnya hanya menarik dari sudut pandang medis." "Tapi para penyelidik psychic juga pasti akan sangat tertarik dengan hal ini." Kedua mata sang dokter menyipit. "Wah, saya sama sekali tidak bermaksud mempublikasikan hal ini." "Lalu bagaimana dengan minat Anda itu?" "Minat saya sepenuhnya bersifat pribadi. Tentu saja saya akan membuat catatancatatan tentang kasus ini." "Begitu." Namun untuk pertama kalinya aku merasa seperti orang buta yang tidak melihat apa pun. Aku bangkit berdiri. "Yah, kalau begitu, selamat malam. Dokter. Besok saya berangkat ke kota." "Ah!" Rasanya aku mendengar nada puas, atau lega barangkali, di balik seruannya itu. "Semoga sukses dengan penyelidikan Anda," kataku dengan nada ringan. "Jangan lepaskan Anjing Kematian pada saya kalau kita bertemu lagi nanti!" Aku menjabat tangannya sambil berbicara, dan kurasakan tangan itu tersentak terkejut. Tapi dengan 29 cepat ia berhasil memulihkan diri. Ia tersenyum, memperlihatkan gigi-giginya yang panjang dan runcing. "Bagi orang yang mencintai kekuasaan, betapa hebatnya kekuasaan semacam itu," katanya. "Kekuasaan untuk mengontrol kehidupan setiap manusia di tangan sendiri." Dan senyumnya semakin lebar. V Itulah akhir dari keterlibatanku secara langsung dengan peristiwa tersebut. Kelak, buku catatan dan buku harian dokter itu jatuh ke tanganku. Aku akan melampirkan isinya yang cuma sedikit itu di sini, meski tentunya Anda mengerti bahwa baru beberapa lama kemudian kedua buku ini benar-benar menjadi milikku. 5 Agustus. Sudah menemukan bahwa yang dimaksud oleh Suster M.A. dengan "Yang Terpilih" adalah mereka-mereka yang mereproduksi ras tersebut. Kelihatannya mereka menduduki kehormatan tertinggi, jauh di atas para Pendeta. Bandingkan ini dengan kaum Kristen zaman dulu. 7 Agustus. Membujuk Suster M.A. untuk mengizinkan aku menghipnotisnya. Berhasil membuatnya tertidur dan mengalami trance, tapi tidak menghasil kan keselarasan yang diinginkan. 9 Agustus. Apakah di masa lampau ada peradaban-peradaban yang jauh melebihi peradaban kita saat 30 ini" Aneh kalau seandainya ada. dan aku satu-satunya orang yang memperoleh petunjuk tentang itu... 12 Agustus. Suster M.A. sama sekali tidak mudah diarahkan pada sugesti, saat dihipnotis. Tapi dengan mudah bisa dibuat trance. Entah kenapa. 13 Agustus. Suster M.A. menyebutkan hari ini bahwa dalam "saat penuh berkah", "gerbang" mesti ditutup, kalau tidak seseorang akan masuk menguasai raga. Menarik... namun membingungkan. 18 Agustus. Jadi, Tanda Pertama itu tidak lain adalah... (kata-katanya dihilangkan di sini)... lalu berapa abad mesti berlalu sebelum sampai pada Tanda Keenam" Tapi seandainya ada jalan pintas menuju Kekuasaan... 20 Agustus. Sudah mengatur kedatangan M.A. kemari bersama perawat. Perawat sudah diberitahu bahwa pasien perlu diberi morfin. Apa aku sudah sinting" Atau aku akan menjadi Superman, dengan Kekuasaan Maut di tanganku" (Di sini catatannya berakhir) VI Rasanya pada tanggal 29 Agustus-lah aku menerima surat itu. Ditujukan padaku, dengan alamat ipar perempuanku. Surat itu ditulis dengan tulisan tangan miring yang tampak asing. Kubuka sampulnya dengan perasaan ingin tahu. Isinya sebagai berikut: C.HfcR Monsieur, saya hanya dua kali bertemu dengan 31 Anda, tapi saya merasa bisa mempercayai Anda. Entah mimpi-mimpi saya nyata atau tidak, semuanya jadi semakin jelas belakangan ini... Dan, Monsieur, satu yang paling utama. Anjing Kematian itu bukanlah mimpi... pada masa-masa yang pernah saya ceritakan pada Anda (Entah itu nyata atau tidak, saya tidak tahu) Dia yang Menjaga Bola Kristal itu terlalu lekas menampakkan Tanda Keenam pada orang-orang tersebut... Dan kejahatan pun merasuki hati mereka. Merwrva memiliki kekuasaan untuk menghabisi sesukanya aja yang menjelek-jelekkan dia, dan demi Tuhan, akan kubunuh Paman!" teriak Dermot. Suara pelan denting gelas membuat mereka sama-sama membalikkan tubuh. Karena terbakar oleh perdebatan mereka tadi, keduanya tidak mendengar Johnson melangkah masuk dengan membawa nampan berikut gelas-gelas. Wajahnya tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun, sebagaimana layaknya pelayan yang baik, tapi Dermot bertanya-tanya, seberapa banyak yang telah didengarnya. Ttu saja, Johnson," kata Sir Alington dengan tegas "Kau boleh pergi tidur." "Terima kasih, Sir. Selamat malam. Sir." Johnson mengundurkan din. Kedua orang itu saling pandang. Interupsi sesaat tadi telah meredakan kemarahan mereka. "Paman," kata Dermot, "mestinya aku tidak bicara kasar seperti tadi. Aku mengerti bahwa dari sudut pandang Paman, Paman benar sekali. Tapi aku sudah lama mencintai Claire Trent. Sejauh ini, aku tak pernah menyatakan cintaku pada Claire, berhubung Jack Trent adalah sahabat baikku. Tapi mengingat situasi sekarang ini, fakta itu tidak penting lagi. Salah kalau Paman menganggap faktor uang bisa membuatku berubah pikiran. Kurasa tidak ada lagi yang bisa dibicarakan di antara kita. Selamat malam." "Dermot..." "Sungguh, tak ada gunanya berdebat lebih lanjut. 54 Selamat malam, Paman Alington. Aku menyesal, tapi bagaimana lagi." Dermot cepat-cepat keluar, menutup pintu di belakangnya. Lorong gelap gulita, la melewatinya, membuka pintu depan dan keluar ke jalan, sambil membanting pintu di belakangnya. Sebuah taksi baru saja menurunkan penumpang di rumah di depan sana, dan Dermot menghentikannya, lalu berangkat ke Grafton Galleries. Di pintu ruang dansa ia berdiri sejenak, kebingungan, kepalanya serasa berputar. Musik jazz yang riuh rendah, wanita-wanita yang tersenyum ia merasa seperti ?melangkah masuk ke dunia lain. Apakah tadi ia bermimpi" Mustahil rasanya bahwa peicakapan tidak bersahabat dengan pamannya tadi benar-benar terjadi. Itu dia Claire melangkah lewat, bagaikan bunga lili dalam gaun putih keperakan yang melekat ketat di tubuhnya yang ramping. Ia tersenyum pada Dermot, wajahnya tenang dan damai. Pasti semua ini hanya mimpi. Orang-orang sudah berhenti berdansa. Claire ada di dekatnya, tersenyum kepadanya. Bagaikan dalam mimpi, ia mengajak wanita itu berdansa. Sekarang Claire ada dalam pelukannya, musik yang keras sudah mengalun kembali. Ia merasa Claire agak lunglai dalam pelukannya. "Capek" Mau berhenti?" "Kalau kau tidak keberatan. Bisakah kita mencari tempat untuk bicara" Ada yang ingin kukatakan padamu." Ini bukan mimpi. Dermot tersentak kembali ke bumi. Benarkah tadi ia menganggap wajah Claire 55 tenang dan damai" Wajah yang dilihatnya ini dihantui kecemasan, dan ketakutan. Seberapa banyak yang diketahui Claire" Dermot menemukan sebuah sudut yang sepi, dan mereka duduk berdampingan. "Nah." katanya, berusaha menampilkan sikap santai yang sama sekali tidak ia rasakan. "Katamu ada yang ingin kaukatakan padaku?" "Ya." Claire menunduk, memainkan rumbai-rumbai gaunnya dengan gugup. 'Tapi agak... sulit." "Katakan saja, Claire." "Hanya ini... aku ingin kau... pergi dulu untuk sementara." Dermot terperanjat. Ia sama sekali tidak menduga Claire akan berkata begitu. "Kau ingin aku pergi" Kenapa?" "Sebaiknya aku jujur saja, bukan" Aku... aku tahu kau... orang yang baik, dan kau sahabatku. Aku ingin kau pergi karena aku... aku telah membiarkan diriku menyukaimu." "Claire." Kata-katanya membuat Dermot tertegun... tak sanggup bicara. "Tolong jangan menganggap aku begitu sombongnya hingga membayangkan kau... kau bisa jatuh cinta padaku. Aku hanya... aku tidak terlalu bahagia... dan... oh! Aku lebih suka kau pergi saja" "Claire, apa kau tidak tahu bahwa aku sudah mencintaimu... amat sangat mencintaimu... sejak pertama kali aku melihatmu?" Claire mengangkat wajahnya dengan terkejut, menatap Dermot. 56 "Kau mencintaiku" Kau sudah lama mencintaiku?" "Sejak awal." "Oh!" serunya. "Kenapa tidak kaukatakan padaku" Waktu itu" Waktu aku masih bisa bersamamu" Kenapa baru menceritakan sekarang, saat sudah terlambat" Tidak, aku pasti sudah sinting aku tidak tahu apa yang kukatakan. Aku tidak mungkin bisa ?bersamamu." "Claire, apa maksudmu sudah terlambat" Apa... apa karena pamanku" Karena apa yang diketahuinya" Karena pendapatnya?" Claire mengangguk tanpa berbicara, wajahnya basah oleh air mata. "Dengar, Claire, kau tidak perlu mempercayai semua itu. Jangan dipikirkan. Kau akan ikut bersamaku. Kita akan pergi ke Laut Selatan, ke pulau-pulau yang hijau bagaikan permata. Kau akan bahagia di sana, dan aku akan menjagamu melindungimu ?selalu." Dirangkulnya wanita itu dan didekatkannya kepadanya, ia merasa Claire gemetar oleh sentuhannya. Namun sekonyong-konyong Claire merenggutkan diri darinya. "Oh, tidak. Apa kau tidak mengerti" Aku tak bisa sekarang. Akan sangat buruk akibatnya buruk -buruk. Selama ini aku ingin menunjukkan sikap baik -dan ?sekarang... sekarang akibatnya bakal buruk." Dermot ragu-ragu. merasa bingung oleh kata-kata Claire. Claire menatapnya dengan pandangan memohon. "Kumohon," katanya. "Aku ingin bersikap baik..." 57 Tanpa berkata apa-apa lagi Dermot berdiri dari duduknya dan meninggalkannya. Sesaat ia merasa sangat tersentuh, sekaligus galau oleh apa yang dikatakan Claire tadi. Ia mengambil topi dan mantelnya, dan bertumbukan dengan Trent. "Halo, Dermot, kau pulang cepat." "Ya, aku sedang tidak berminat berdansa malam ini." "Malam ini sangat buruk," kata Trent dengan murung. "Tapi kau pasti tidak secemas aku saat ini." Sekonyong-konyong Dermot takut kalau-kalau Trent ingin mencurahkan isi hati kepadanya. Jangan sampai -jangan! ?"Yah, sampai jumpa," katanya cepat-cepat. "Aku mau pulang." "Pulang" Bagaimana dengan peringatan dari arwah itu tadi?" "Aku akan ambil risiko Selamat malam, Jack." Flat Dermot tidak jauh. Ia berjalan kaki pulang, karena merasa perlu menghirup udara malam yang sejuk untuk mendinginkan otaknya yang panas. la membuka pintu dengan kuncinya, lalu menyalakan lampu di kamar tidur. Dan seketika, untuk kedua kalinya malam itu, perasaan yang ia sebut sebagai Tanda Bahaya tadi muncul kembali. Perasaan itu begitu kuat, hingga sesaat bisa mengalihkan pikiran tentang Claire dari benaknya. Bahaya! Ia ada dalam bahaya. Pada saat ini. di ruangan ini. ia berada dalam bahaya! Sia-sia ia mencoba mengibaskan rasa takutnya. 58 Barangkali sebenarnya usahanya hanya dilakukan setengah hati. Sejauh ini, Tanda Bahaya itu telah memberinya peringatan yang membuat ia bisa menghindari malapetaka. Sambil tersenyum sendiri karena kepercayaannya pada takhayul, ia memeriksa seisi flatnya dengan hati-hiti. Mungkin saja ada orang masuk dan bersembunyi di sini. Tapi pencariannya tidak menghasilkan apa-apa. Pelayannya, Milson, sedang pergi, dan flat itu benar-benar kosong. Ia kembali ke kamar tidurnya dan melepaskan pakaian perlahan-lahan, sambil mengerutkan kening pada dirinya sendiri. Perasaan sedang terancam bahaya itu masih tetap tajam. Ia beranjak ke laci untuk mengambil saputangan, dan sekonyong-konyong tertegun. Ada onggokan yang tidak ia kenal di bagian tengah laci sebuah benda keras.?Jemarinya dengan gugup dan cepat menyibakkan saputangan itu dan mengambil benda yang tersembunyi di bawahnya. Ternyata sebuah revolver. Dengan sangat heran Dermot memeriksa revolver itu dengan saksama. Polanya agak tidak biasa, dan belum lama ini satu pelurunya telah ditembakkan. Selain itu, tidak ada petunjuk lain. Seseorang lelah menaruh revolver ini di lacinya sore itu. Tadi benda ini tidak ada ketika ia berpakaian untuk makan malam ia yakin ?itu. Ketika hendak menaruh revolver itu kembali ke dalam laci, ia terkejut oleh bunyi bel pintu. Lagi dan lagi, kedengaran sangat nyaring dalam keheningan flat kosong tersebut Siapa yang datang pada jam selarut ini" Dan hanya satu jawaban yang muncul atas pertanyaan 59 tersebut jawaban yang muncul secara naluriah dan tak ada hentinya. ?"Bahaya bahaya bahaya..." ? ?Dituntun oleh naluri yang tidak ia pahami, Dermot mematikan lampu, mengenakan mantel yang tergeletak di sebuah kursi, lalu membuka pintu lorong. Dua laki-laki berdiri di luar, dan sekilas Dermot melihat seragam biru mereka. Polisi! "Mr. West?" tanya pria yang berdiri paling depan. Dermot merasa lama sekali ia baru menjawab, padahal hanya beberapa detik kemudian ia menjawab pertanyaan tersebut dengan meniru nada datar pelayannya. "Mr. West belum pulang. Anda ada keperluan apa dengannya pada jam selarut ini?" "Belum pulang, ya" Baiklah, kalau begitu kami akan masuk dan menunggu saja." "Tidak, tidak bisa." "Coba dengar, namaku Inspektur Verall dari Scotland Yard, dan aku punya surat perintah penangkapan untuk tuanmu. Kau boleh melihatnya kalau mau " Dermot membaca kertas yang disodorkan padanya, atau pura-pura membacanya, lalu bertanya dengan nada bingung, "Untuk apa ini" Apa kesalahannya?" "Pembunuhan. Sir Alington West dari Harley Street." Dengan pikiran bergemuruh, Dermot mundur. Ia beranjak ke ruang tamu dan menyalakan lampu. Sang inspektur mengikutinya. "Periksa seluruh tempat ini," perintahnya pada petugas satunya. Kemudian ia beralih pada Dermot. 60 "Kau tetap di sini. Bung. Jangan coba-coba menyelinap pergi untuk memberitahu tuanmu. Omong-omong, siapa namamu?" "Milson, Sir." "Kapan kira-kira tuanmu pulang, Milson?" "Saya tidak tahu, Sir, dia pergi ke acara dansa Di Grafton Galleries." "Dia keluar dan sana sekitar satu jam yang lalu. Kau yakin dia belum kembali?" "Saya rasa belum. Sir. Mestinya saya mendengai kalau dia pulang." Pada saat itu, petugas satunya muncul dari ruang yang bersebelahan, membawa revolver di tangannya. Ia menyodorkannya pada sang inspektur dengan agak bersemangat. Sebersit rasa puas melintas di wajah sang inspektur. "Ini buktinya," katanya. "Dia pasti masuk dan keluar lagi tanpa sepengetahuanmu. Dia sudah kena sekarang. Aku akan pergi. Cawley, kau di sini saja, siapa tahu dia kembali, dan awasi orang ini. Mungkin dia tahu lebih banyak tentang majikannya daripada yang pura-pura diperlihatkannya." Sang inspektur lekas-lekas pergi. Dermot berusaha mendapatkan detail-detail peristiwanya dari Cawley. yang tampaknya senang berbicara. "Kasusnya cukup jelas," kata Cawley. "Pembunuhan itu diketahui hampir seketika itu juga. Johnson, pelayan korban, baru saja hendak tidur, ketika dia merasa mendengar bunyi tembakan. Dia turun lagi, dan menemukan Sir Alington sudah tewas, ditembak di jantungnya. Dia langsung menelepon kami dan kami pun datang, lalu mendengar kisahnya." Anjing Kematian The Hound Of Death And Other Stories 1933 Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo 61 "Karena itu. kasusnya dianggap sudah cukup jelas?" tanya Dermot. "Tentu saja. Si West ini pulang bersama pamannya, dan mereka bertengkar, tepat saat Johnson masuk membawakan minuman. Korban mengancam akan membuat surat wasiat baru, dan tuanmu mengancam akan menembaknya. Tidak sampai lima menit kemudian, terdengar suara tembakan. Ya, cukup jelas. Dasar bodoh anak muda itu." Cukup jelas" Semangat Dermot serasa terbang saat ia menyadari beratnya buktibukti yang mengarah kepadanya. Ini benar-benar bahaya besar bahaya mengerikan. ?Dan tak ada jalan keluar, kecuali melarikan diri. Ia memutar otak. Akhirnya ia menawarkan untuk membuat secangkir teh bagi Cawley. Cawley menerima dengan antusias. Ia sudah memeriksa keseluruhan flat itu, dan ia tahu tidak ada pintu belakang. Dermot diizinkan pergi ke dapur. Begitu berada di dapur, Dermot menaruh ketel di kompor, lalu pura-pura sibuk dengan cangkir dan tatakan. Kemudian lekas-lekas ia menyelinap ke jendela dan membukanya. Flatnya terletak di lantai dua, dan di luar jendela ada lift kecil dari kawat, yang bergerak naik-turun pada tali dari baja. Lift itu biasa digunakan oleh pedagang. Cepat bagai kilat Dermot sudah berada di luar jendela, berayun turun melalui tali baja itu. Tangannya luka dan berdarah oleh tali itu, tapi ia terus turun tanpa pikir panjang. Beberapa menit kemudian, ia muncul dengan waspada dari bagian belakang blok tersebut Ia berbelok 62 di sudut, dan bertumbukan dengan sosok seseorang yang sedang berdiri di tepi jalan Dengan sangat heran ia menyadari bahwa orang itu adalah Jack Trent Trent sepenuhnya sadar akan bahayanya situasi saat ini. "Ya Tuhan! Dermot! Cepat, jangan berlama-lama di sini." Digamitnya lengan Dermot dan dibawanya ke sebuah jalan samping, lalu sebuah jalan lagi. Ada taksi kosong. Mereka memanggilnya, dan melompat masuk. Trent memberikan alamatnya pada si sopir. "Tempat paling aman untuk saat ini. Di sana kita bisa memutuskan, apa yang mesti dilakukan selanjutnya, untuk menghilangkan jejak dari orang-orang tolol itu. Aku tadi datang karena ingin memperingatkanmu sebelum polisi tiba, tapi aku terlambat." "Aku malahan tidak tahu kau sudah dengar tentang peristiwa itu. Tapi, Jack, kau tidak percaya, kan..." 'Tentu saja tidak, sobat, sama sekali tidak. Aku kenal betul dirimu. Tapi tetap saja urusan ini sangat berat bagimu. Mereka datang dan bertanya macam-macam jam ?berapa kau tiba di Grafton Galleries, kapan kau pulang, dan sebagainya. Dermot, siapa kira-kira yang membunuh pamanmu?" "Tak bisa kubayangkan. Siapa pun pelakunya, dialah yang menaruh revolver itu di laciku, kurasa. Pasti dia sudah mengawasi kami dengan cukup saksama." "Benar juga kata pemanggil arwah itu. 'Jangan pulang." Ucapan itu ditujukan bagi pamanmu yang malang rupanya. Tapi dia pulang juga, dan tewas ditembak." 63 "Peringatan itu juga berlaku bagiku." kata Dermot. "Aku pulang dan menemukan revolver yang sengaja ditaruh orang lain di laciku, dan aku didatangi seorang inspektur polisi." "Yah, kuharap peringatan itu tidak berlaku bagiku." kata Trent. "Kita sudah sampai." la membayar taksi, membuka pintu rumah dengan kuncinya, dan membawa Dermot naik tangga gelap yang menuju ruang kecil di lantai satu. Ia membuka pintu dan Dermot berjalan masuk. Trent menyalakan lampu, lalu ikut masuk. "Cukup aman di sini, untuk saat ini," katanya. "Sekarang kita bisa membahas, apa yang sebaiknya dilakukan." "Aku benar-benar bodoh," kata Dermot dengan tiba-tiba. "Mestinya kuhadapi saja urusan ini. Sekarang aku bisa melihatnya dengan lebih jelas. Keseluruhan peristiwa ini memang sudah direncanakan. Kenapa kau tertawa?" Trent tertawa terbahak-bahak, tak terkendali, sambil bersandar di kursinya. Ada kesan mengerikan dalam suara tawanya juga dalam keseluruhan sosoknya. Matanya ?berkilat-kilat aneh. "Memang plot yang sangat cerdik," katanya terengah-engah. "Dermot, sobatku, habislah kau." Ia mendekatkan telepon ke arahnya. "Kau mau apa?" tanya Dermot. "Menghubungi Scotland Yard. Memberitahukan bahwa buruan mereka ada di sini sudah tak berkutik. Ya, aku mengunci pintu sewaktu masuk tadi, dan ?kuncinya ada di sakuku. Tak usah menoleh-noleh ke pintu di belakangku. Itu pintu ke kamar Claire, dan 64 dia selalu menguncinya dari sebelah sana. Dia takut padaku. Sudah lama takut padaku. Dia selalu tahu kalau aku sedang memikirkan pisau itu pisau panjang ?yang tajam itu. Tidak, kau tidak..." Dermot hendak menyerbu ke arah Trent, tapi Trent sekonyong-konyong sudah mengeluarkan sepucuk revolver yang tampak sangat mengancam. "Ini revolver yang kedua," kata Trent sambil tertawa kecil. "Aku menaruh revolver yang pertama di lacimu setelah menggunakannya untuk menembak pamanmu. ?Apa yang kaupandangi" Pintu itu" Percuma. Kalaupun Claire mau membukanya dan ?.dia mungkin mau membukanya untukmu aku akan menembakmu sebelum kau sempat ?mencapainya. Bukan di jantungmu bukan tembakan untuk membunuh, tapi sekadar ?untuk melumpuhkanmu. supaya kau tidak bisa kabur. Aku penembak yang sangat hebat, kau tahu. Aku pernah menyelamatkanmu dulu. Dasar aku bodoh. Tidak, tidak, aku ingin kau digantung ya, digantung. Bukan kau yang ingin kubunuh dengan ?pisau itu. Pisau itu untuk Claire ya, Claire yang cantik, begitu putih dan ?lembut. Pamanmu tahu. Itu sebabnya dia hadir malam ini, untuk melihat apakah aku gila atau tidak. Dia ingin aku dimasukkan ke rumah sakit jiwa supaya aku tidak ?membunuh Claire dengan pisau itu. Tapi aku sangat cerdik. Kuambil kunci pintunya, dan kunci pintumu juga. Aku menyelinap pergi dari tempat dansa itu. begitu tiba di sana. Kulihat kau keluar dari rumah pamanmu, dan aku masuk. Kutembak dia, lalu aku keluar lagi. Sesudahnya aku pergi ke tempatmu dan menaruh revolver itu di lacimu. Aku sudah berada di Grafton Galleries lagi, hampir bersamaan dengan saat 65 kedatanganmu. Kumasukkan kembali kunci pintumu ketika aku mengucapkan selamat malam padamu. Aku tidak keberatan menceritakan semua ini padamu. Tidak ada orang lain yang mendengarkan, dan saat kau digantung, aku ingin kau tahu bahwa akulah pelakunya... Oh oh, ini sangat menggelikan! Apa yang sedang kaupikirkan" Apa yang kaupandangi?" "Aku sedang memikirkan beberapa ucapanmu tadi. Kau sendiri sebenarnya lebih baik tidak pulang, Trent." "Apa maksudmu?" "Lihat di belakangmu!" Trent membalikkan tubuh. Di ambang pintu ruang yang bersambung dengan ruang itu berdiri Claire... dan Inspektur Verall... Trent bertindak cepat. Revolvernya meletus satu kali dan mengenai sasarannya. ?Ia tersungkur di meja. Sang inspektur lari menghampirinya, sementara Dermot tertegun menatap Claire, seperti dalam mimpi. Berbagai pikiran berkelebat dalam benaknya. Pamannya pertengkaran mereka salah pengertian besar di antara ? ?mereka hukum perceraian Inggris yang takkan pernah membebaskan Claire dari ?suami yang sinting ucapan "kita semua mesti mengasihaninya" plot yang telah ? ?disusun Claire dan Sir Alington. namun bisa tercium oleh Trent yang cerdik seruan Claire padanya, "Buruk, buruk, buruk!" Ya, tapi sekarang... ?Sang inspektur menegakkan tubuh kembali. "Dia sudah mati," katanya kesal. "Ya," Dermot mendengar dirinya sendiri berkata "Sejak dulu dia memang penembak jitu..." 66 Orang Keempat Canon Parfitt agak terengah-engah. Berlari mengejar kereta sama sekali tidak cocok untuk orang seusianya. Tubuhnya sudah tidak seperti dulu lagi, dan dengan hilangnya sosok langsingnya yang dulu, muncul kecenderungan yang makin meningkat untuk kehabisan napas. Sang Canon sendiri selalu menyebut kecenderungan tersebut sebagai "Jantungku, tahu?" dengan berwibawa tentunya. Ia mengempaskan diri ke sudut gerbong kelas satu sambil mendesah lega. Kehangatan gerbong yang diberi pemanas itu sangat menyenangkan hatinya. Di luar, salju masih terus turun. Beruntung sekali bisa mendapatkan tempat duduk di sudut, dalam perjalanan malam yang panjang ini. Kalau tidak, perjalanan ini bisa sangat tidak menyenangkan. Pasti ada gerbong tidur di kereta ini. Ketiga sudut lainnya sudah ditempati, dan saat melihat-lihat, Canon Parfitt menyadari bahwa pria di sudut ujung sana tengah tersenyum padanya dengan sikap mengenali. Pria itu kelimis, dengan wajah lucu dan rambut yang mulai kelabu di kedua pelipisnya. Profesinya jelas-jelas di bidang hukum, dan tak 67 seorang pun akan salah menduga hal itu. Sir George Durand memang seorang pengacara yang sangat terkenal. "Wah, Parfitt," katanya ramah, "Anda lari mengejar kereta, ya?" "Sangat tidak bagus untuk jantungku, sebenarnya," sahut sang Canon. "Kebetulan sekali bertemu dengan Anda, Sir George. Apakah Anda akan bepergian ke utara?" "Ke Newcastle," Sir George menjawab singkat. "Omong-omong," ia menambahkan, "Anda kenal Dr. Campbell Clark?" Pria yang duduk di sisi gerbong yang sama dengan sang Canon memiringkan kepala dengan sikap ramah. "Tadi kami bertemu di peron," Sir George melanjutkan. "Suatu kebetulan lagi." Canon Parfitt memandangi Dr. Campbell Clark dengan penuh minat. Ia sudah sering mendengar nama dokter ini. Dr. Clark sangat terkenal sebagai dokter dan ahli kejiwaan, dan buku terbarunya, The Problem of the Unconscious Mind, menjadi buku yang paling banyak dibicarakan sepanjang tahun. Canon Parfitt memperhatikan rahang sang dokter yang persegi, sepasang mata birunya yang sangat tegas, dan rambut kemerahan yang belum tersentuh warna kelabu sedikit pun, namun sudah menipis dengan cepat. Ia juga mendapat kesan bahwa dokter ini memiliki kepribadian yang sangat dominan. Setelah itu, secara otomatis sang Canon memandang ke tempat duduk yang berhadapan dengannya, setengah berharap bahwa orang yang duduk di situ juga mengenalinya, tapi orang keempat di gerbang 68 itu ternyata sama sekali tak dikenalnya orang asing, tebak sang Canon. Kulitnya?agak gelap dan sosoknya kecil, penampilannya tidak terlalu istimewa. Ia duduk meringkuk dalam mantel besar yang dikenakannya, dan tampaknya tertidur nyenyak "Canon Parfitt dari Bradchester?" tanya Dr. Campbell Clark dengan suara yang enak didengar. Sang Canon tampak tersanjung. "Kebaktian-kebaktian ilimiah" yang diselenggarakannya benar-benar menjadi sukses besar terutama sejak pihak Pers ?memberitakannya. Yah, memang itulah yang dibutuhkan gereja hal-hal modern yang ?bagus dan up-to-date. "Saya sudah membaca buku Anda dan merasa sangat tertarik, Dr. Campbell Clark," katanya. "Walaupun ada bagian-bagian yang terlalu teknis untuk bisa saya pahami." Sir George Durand menimpali. "Anda mau mengobrol atau tidur, Canon?" tanyanya. "Terus terang saja, aku ini mengidap insomnia, karenanya aku lebih memilih mengobrol " "Oh! Tentu. Tentu saja," sahut sang Canon. "Aku sendiri jarang tidur kalau mengadakan perjalanan-perjalanan malam begini, dan buku yang kubawa juga sangat tidak menarik." "Yang jelas, kita bertiga merupakan kelompok yang cukup mewakili," kata sang dokter dengan tersenyum. "Satu mewakili Gereja, satu bidang Hukum, dan satu lagi bidang Kedokteran." "Berarti kita bisa saling tukar pendapat, bukan?" kata Sir George sambil tertawa. "Wakil Gereja dari sudut pandang spiritual, aku sendiri dari sudut 69 pandang hukum yang sepenuhnya duniawi, dan Anda, Dokter, dari sudut pandang yang paling luas, mulai dari yang sepenuhnya patologis sampai yang super-psikologis! Kurasa kita bertiga bisa meliput topik apa pun dengan cukup lengkap." "Kurasa tidak selengkap yang Anda bayangkan," kata Dr. Clark. "Ada sudut pandang lain yang Anda lupakan, padahal cukup penting." "Maksudnya?" tanya Sir George. "Sudut pandang orang awam." "Apa itu penting" Bukankah orang awam biasanya salah?" "Oh! Hampir selalu. Tapi orang awam memiliki sesuatu yang tidak dipunyai oleh para ahli sudut pandang pribadinya sendiri. Pada akhirnya, kita tak bisa ?mengingkari hubungan-hubungan pribadi. Aku sudah belajar hal itu dalam profesiku. Lima banding satu, pasien-pasien yang datang padaku sebenarnya tidak sakit apa-apa; masalah mereka hanyalah mereka tidak merasa bahagia hidup dengan orang-orang yang serumah dengan mereka. Keluhan mereka macam-macam mulai dari ?benjolan di lutut sampai kram otot tangan, tapi semuanya sama saja, penyebabnya adalah gesekan antarpikiran." "Kurasa pasien-pasien Anda banyak yang mengalami masalah dengan 'saraf mereka," kata sang Canon dengan nada agak meremehkan. Ia sendiri punya saraf-saraf yang sangat bagus. "Ah, apa maksud Anda?" Dr. Clark berbalik ke arahnya, cepat seperti kilat. "Saraf! Orang suka menggunakan kata itu seenaknya dan tertawa sesudahnya, seperti Anda tadi. 'Tidak ada yang sakit dengan si 70 anu dan si anu,' kata mereka. 'Cuma masalah saraf Tapi, Bung, justru itu masalah yang paling penting sebenarnya! Penyakit fisik bisa dideteksi dan disembuhkan. Tapi sampai masa sekarang ini, pengetahuan kita tentang penyebab-penyebab tak jelas dari seratus satu bentuk penyakit saraf masih tidak banyak kemajuannya dibandingkan pada zaman... yah, pada 'aman Ratu Elizabeth!" "Astaga," kata Canon Parfitt, yang agak terkejut dengan serangan gencar sang dokter. "Benarkah begitu?" "Jangan salah," Dr Campbell Clark melanjutkan, "itu suatu tanda kelebihan manusia. Zaman dulu kita menganggap manusia hanyalah binatang yang bodoh, punya tubuh dan jiwa... dengan tekanan pada tubuh saja." 'Tubuh, jiwa, dan roh," Canon Parfitt mengoreksi dengan nada biasa. "Roh?" sang dokter tersenyum ganjil. "Apa sebenarnya yang dimaksud kalian, para pendeta ini. dengan roh.* Kalian tidak pernah memberikan penjelasan yang jernih tentang hal satu itu. Sepanjang zaman kalian takut membuat definisi yang setepatnya." Sang Canon berdeham, siap-siap memberikan ceramah, tapi ia kecewa karena ternyata tidak diberi kesempatan. Dokter Campbell melanjutkan. "Apa kita bahkan bisa yakin bahwa cuma ada satu roh dalam tubuh manusia apa ?tidak mungkin ada lebih dari satu roh?" "Lebih dari satu roh?" tanya Sir George Durand sambil mengangkat alisnya dengan heran. "Ya." Dr. Campbell Clark mengalihkan pandang 71 kepadanya. Ia mencondongkan tubuh ke depan dan mengetuk pelan dada pengacara itu. "Apa Anda begitu yakin," katanya dengan sungguh-sungguh, "bahwa hanya ada satu penghuni di dalam struktur ini sebab tubuh kita ini memang cuma suatu ?struktur di dalam hunian menyenangkan untuk diisi selama tujuh, dua puluh satu, ?empat puluh satu, tujuh puluh satu atau entah berapa lama tahun ini" Dan pada ? ?akhirnya si penghuni itu mengeluarkan barang-barangnya sedikit demi ?sedikit lalu meninggalkan rumah itu sepenuhnya maka runtuhlah rumah itu, ? ?menjadi puing-puing dan rongsokan. Anda adalah sang tuan rumah kita akui itu, ?tapi apakah Anda tidak pernah menyadari kehadiran yang lain-lainnya" para ?pelayan dengan langkah-langkah kaki yang tidak kedengaran, hampir-hampir tak pernah diperhatikan, kalau bukan karena pekerjaan yang mereka lakukan pekerjaan ?yang tidak Anda sadari telah dilakukan" Atau kehadiran teman-teman berbagai ?suasana hati yang mempengaruhi Anda dan membuat Anda, untuk sementara, menjadi 'orang yang berbeda', seperti kata pepatah" Anda adalah raja di kastil itu, memang benar, tapi yakinlah bahwa di sana pun ada 'si bajingan kotor'." "Clark yang baik," kata Sir George, "Anda membuatku menjadi sangat tidak nyaman. Apa benar pikiranku ini merupakan medan pertempuran dari sekian banyak kepribadian yang saling bertentangan" Begitukah penemuan terbaru ilmu pengetahuan?" Giliran sang dokter angkat bahu. "Tubuh kita jelas merupakan medan pertempuran," katanya dengan nada datar. "Kalau bisa terjadi pada tubuh, kenapa tidak pada pikiran juga?" 72 "Menarik sekali," kata Canon Parfitt. "Ah! Ilmu pengetahuan yang luar biasa luar biasa."?Dan dalam hati ia berpikir, "Aku bisa menjadikan topik itu bahan khotbah yang sangat menarik." Namun Dr. Campbell sudah bersandar di tempat duduknya, semangatnya yang berapiapi tadi sudah terpuaskan. "Sebenarnya ada kasus kepribadian ganda yang membawaku ke Newcastle malam ini," katanya dengan sikap profesional yang tenang. "Kasus yang sangat menarik. Pengidap neurotik, tentu saja. Tapi ini sungguhan, tidak dibuat-buat." "Kepribadian ganda," kata Sir George Durand sambil berpikir. "Menurutku itu Anjing Kematian The Hound Of Death And Other Stories 1933 Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tidak terlalu istimewa. Pasti ada kehilangan memori juga, bukan" Aku tahu masalah itu muncul dalam kasus di Pengadilan Penetapan Ahli Waris waktu itu." Dr Clark mengangguk. ' "Tapi kasus klasik tentang kepribadian ganda adalah kasus Felicie Bault. Anda mungkin ingat pernah mendengarnya?" katanya. 'Tentu saja," kata Canon Parfitt. "Aku ingat pernah membaca tentang kasus itu di surat-surat kabar tapi itu sudah lama sekali sekitar tujuh tahun yang lalu." ? ?Dr. Campbell Clark mengangguk. "Gadis itu menjadi salah satu tokoh paling terkenal di Prancis. Para ilmuwan dari seluruh dunia datang ingin melihatnya. Dia memiliki empat kepribadian, yang dikenal sebagai Felicie 1, Felicie 2, Felicie 3, dst." "Bukankah ada dugaan semuanya itu tipuan belaka?" tanya Sir George dengan waspada. 73 "Kepribadian Felicie 3 dan Felicie 4 memang agak meragukan," sang dokter mengakui. 'Tapi fakta-fakta utamanya tetap diterima. Felicie Bault adalah seorang gadis petani dari Brittany. Dia anak ketiga dari lima bersaudara; ayahnya pemabuk dan ibunya mengalami kelainan mental. Suatu ketika, saat berada di bawah pengaruh minuman keras, si ayah mencekik sang ibu, dan, seingatku, dipenjara seumur hidup. Waktu itu Felicie berumur lima tahun. Oleh beberapa orang yang tergerak memperhatikan nasib anak-anak, Felicie diambil dan dibesarkan serta dididik oleh seorang wanita Inggris yang tidak menikah, yang memiliki semacam rumah untuk anak-anak miskin. Tapi tidak banyak yang bisa dilakukannya terhadap Felicie. Menurut penuturannya, gadis itu amat sangat lamban dan bodoh, hanya bisa diajari membaca dan menulis dengan susah payah, dan sangat canggung menggunakan tangannya. Wanita ini, Miss Slater, mencoba mengajari gadis itu untuk bekerja sebagai pembantu, dan berhasil mencarikan beberapa lowongan kerja untuknya, setelah dia cukup umur. Tapi dia tak pernah bertahan lama di mana pun, karena kebodohannya dan kemalasannya yang luar biasa." Sang dokter berhenti bercerita sejenak. Sang Canon, yang tengah menyilangkan kembali kakinya dan mengatur letak selimutnya agar lebih rapat menutupi tubuhnya, sekonyong-konyong menyadari bahwa laki-laki yang duduk berhadapan dengannya bergerak sedikit. Kedua matanya, yang tadi terpejam, sekarang terbuka, dan ada sesuatu dalam sorot mala itu, sesuatu yang menyiratkan ejekan dan kesan tak terlukiskan, yang membuat sang Canon terkejut Laki-laki itu 74 seakan-akan tengah mendengarkan percakapan mereka, dan diam-diam merasakan kepuasan yang jahat akan apa yang didengarnya. "Ada sebuah foto Felicie Bault yang diambil saat dia berumur tujuh belas tahun," sang dokter melanjutkan. "Dalam foto itu, dia tampak sebagai seorang gadis petani yang kasar dan kekar. Tak ada apa pun dalam foto itu yang menunjukkan bahwa kelak dia akan menjadi salah satu orang paling terkenal di Prancis. "Lima tahun kemudian, ketika berumur 22 tahun, Felicie Bault mengalami sakit saraf yang parah, dan saat dia berangsur sembuh, fenomena aneh itu mulai menampakkan diri. Berikut ini adalah fakta-fakta yang telah dibuktikan kebenarannya oleh banyak ilmuwan terkemuka. Kepribadian yang disebut Felicie 1 sama sekali tak bisa dibedakan dari Felicie Bault selama dua puluh dua tahun belakangan ini. Felicie 1 tidak bisa menulis dengan baik dalam bahasa Prancis, tidak bisa bicara bahasa asing apa pun, dan tidak bisa main piano. Sebaliknya, Felicie 2 bisa berbahasa Italia dengan sangat fasih, dan cukup mahir berbahasa Jerman. Tulisan tangannya sangat berbeda dari tulisan tangan Felicie 1, dan dia bisa menulis dengan lancar dan ekspresif dalam bahasa Prancis. Dia bisa membahas topik-topik politik dan seni, dan sangat suka main piano. Felicie 3 banyak punya kemiripan dengan Felicie 2. Dia cerdas, dan kelihatannya berpendidikan baik, tapi karakter moralnya sangat berlawanan. Tampaknya dia sosok yang benar-benar tak bermoral tapi tak bermoral ala Paris, bukan secara kampungan. Dia tahu ?semua jargon-jargon Paris dan cara berbicara seorang demi monde yang chic. 75 Bahasanya kotor, dan dia suka mencerca agama serta 'orang-orang terhormat' dengan istilah-istilah yang sangat kasar. Lalu ada kepribadian Felicie 4 sosok ?pemimpi yang hampir-hampir setengah idiot, amat sangat alim dan kabarnya punya kemampuan supranatural, tapi kepribadian keempat ini sangat tidak memuaskan, tidak jelas, dan kadang-kadang dianggap merupakan tipuan yang sengaja ditampilkan oleh Felicie 3 semacam lelucon yang dimainkannya pada publik yang ?tidak menaruh curiga. Aku berani bilang bahwa (mungkin dengan perkecualian terhadap Felicie 4) masing-mosing kepribadian itu sama menonjolnya, saling terpisah, dan tidak saling mengenal. Felicie 2 jelas merupakan yang paling dominan, dan kadang-kadang bisa bertahan sampai dua minggu, setiap kali muncul. Kemudian Felicie 1 akan muncul sebentar selama sehari dua hari. Setelah itu barangkali Felicie 3 atau 4, tapi yang dua ini jarang bertahan selama lebih dari beberapa jam. Setiap perubahan kepribadian selalu disertai dengan sakit kepala yang amat sangat dan tidur lelap, dan dalam setiap kasus selalu ada kehilangan ingatan total terhadap keadaan-keadaan sebelumnya; kepribadian yang sedang muncul itu meneruskan episode dari kemunculan sebelumnya, tidak sadar akan waktu yang berlalu." "Menakjubkan," gumam sang Canon. "Sangat menakjubkan. Sampai sekarang boleh dibilang kita tidak tahu apa-apa tentang keajaiban-keajaiban di alam semesta ini." "Tapi kita tahu bahwa di alam semesta ini ada penipu-penipu yang sangat cerdik," kata Sir George dengan nada datar. 76 "Kasus Felicie Bault ini diselidiki oleh para pengacara, dokter-dokter, dan ilmuwan-ilmuwan," Dr. Campbell Clark cepat-cepat berkata. "Anda sekalian tentu ingat, Maitre Quimbellier mengadakan penyelidikan yang sangat saksama, dan mengkonfirmasikan pandangan-pandangan para ilmuwan tersebut. Bagaimanapun, kenapa kita mesti seterkejut itu sebenarnya" Bukankah kita tahu ada telur yang punya kuning telur ganda" Dan pisang kembar" Kenapa tak mungkin ada jiwa ganda... di dalam satu rubuh?" "Jiwa ganda?" protes sang Canon. Dr. Campbell Clark mengalihkan tatapan mata birunya yang tajam pada Canon Parfitt. "Bagaimana lagi kita mesti menyebutnya" Itu kalau seandainya... kepribadian bisa dianggap jiwa?" "Untungnya kasus itu dikategorikan sebagai kasus 'aneh'," kata Sir George. "Kalau kasus itu dikategorikan 'umum', bisa semakin rumit lagi." "Kondisi itu memang sangat tidak normal," sang dokter sependapat. "Sayang sekali tidak bisa diadakan penelitian lebih lanjut, akibat kematian Felicie yang tak terduga." "Seingatku kematiannya juga agak aneh," kata Sir George perlahan-lahan. Dr. Campbell Clark mengangguk. "Peristiwanya sangat misterius. Gadis itu ditemukan tewas di tempat tidurnya, pada suatu pagi. Jelas dia mati dicekik. Tapi, yang mengejutkan semua orang, kelak terbukti tanpa keraguan sedikit pun bahwa dia telah mencekik dirinya sendiri. Bekas-bekas di lehernya adalah bekas-bekas jemarinya sendiri. Cara bunuh diri seperti itu, walau secara fi*ik sebenarnya tak 77 mungkin dilakukan, pasti membutuhkan kekuatan otot yang luar biasa, dan tekad yang hampir-hampir di luar batas kemampuan manusia. Tak pernah diketahui, apa yang menyebabkan gadis itu berbuat demikian. Memang keseimbangan mentalnya selama itu patut dipertanyakan. Tapi tetap saja kasusnya dianggap misterius. Tapi misteri tentang Felicie Bault sudah tak bakal bisa terungkap sekarang." Pada saat itulah pria di sudut ujung sana tertawa. Ketiga orang lainnya terlonjak bagai ditembak. Mereka sama sekali sudah lupa akan kehadiran orang keempat itu di antara mereka. Sementara mereka tertegun memandangnya, pria itu tertawa lagi, masih meringkuk dalam balutan mantelnya. "Maafkan saya, Tuan-tuan," katanya dengan bahasa Inggris yang sempurna, namun menyiratkan sedikit nada asing. Ia duduk tegak, memperlihatkan wajahnya yang pucat, dengan kumis kecil hitam pekat. "Ya, maafkan saya," katanya sambil membungkuk dengan gaya dibuat-buat. "Tapi... ah! Dalam ilmu pengetahuan, adakah yang namanya kata penutup?" "Anda tahu sesuatu tentang kasus yang sedang kami bicarakan ini?" tanya Dr. Campbell Clark dengan sopan. "Tentang kasus itu" Tidak. Tapi saya kenal dia." "Felicie Bault?" "Ya. Dan Annette Ravel juga. Rupanya Anda sekalian belum pernah mendengar tentang Annette Ravel" Padahal cerita tentang mereka saling berkaitan. Percayalah, Anda tidak tahu apa-apa tentang Felicie Bault kalau tidak tahu tentang sejarah Annette Ravel juga." 78 la mengeluarkan arlojinya dan melihatnya. "Setengah jam lagi kereta tiba di stasiun berikutnya. Saya punya waktu untuk menceritakan kisahnya itu kalau Anda sekalian berminat mendengarnya?"?"Silakan menceritakan pada kami," kata sang dokter dengan suara pelan. "Dengan senang hati," kata sang Canon. "Dengan Nenang hati." Sir George Durand sekadar menunjukkan sikap penuh perhatian, sebagai jawaban. Maka penghuni pojok keempat itu pun memulai ceritanya. "Nama saya. Tuan-tuan, adalah Raoul Letardeau. Tadi Anda menyebut-nyebut seorang wanita Inggris yang membaktikan dirinya untuk pekerjaan amal. Miss Slater. Saya dilahirkan di desa nelayan di Brittany itu. Ketika kedua orangtua saya meninggal dalam kecelakaan kereta api. Miss Slater-lah yang menyelamatkan dan menolong saya, sehingga saya tidak dimasukkan ke rumah yatim-piatu semacam yang Anda kenal di Inggris. Ada sekitar dua puluh orang anak yang diasuhnya, anak-anak laki-laki dan perempuan. Di antara anak-anak itu adalah Felicie Bault dan Annette Ravel. Kalau Anda tak bisa memahami kepribadian Annette, Tuan-tuan, maka Anda tidak akan memahami apaapa. Dia anak hasil hubungan cinta seorang wanita dengan kekasihnya, yang kemudian ditinggalkan dan meninggal karena radang paru-paru. Ibunya dulu seorang penari, dan Annette juga ingin menjadi penari. Saya pertama kali mengenalnya ketika dia berusia sebelas tahun, seorang gadis kecil dengan sepasang mata menyorotkan ejekan, namun sekaligus menjanjikan makhluk ?79 kecil yang lincah dan penuh semangat hidup. Dan dengan segera ya, dengan ?segera dia membuat saya menjadi budaknya. Dia selalu menyuruh-nyuruh saya, ?'Raoul, lakukan ini.' 'Raoul, lakukan itu.' Dan saya, saya mematuhinya. Belum apa-apa saya sudah memujanya, dan dia tahu itu. "Kami suka pergi ke tepi pantai, bertiga. Ya, kami bertiga... sebab Felicie selalu ikut dengan kami. Di pantai, Annette akan melepaskan sepatu dan stoking-nya, lalu menari di hamparan pasir. Setelah lelah menari, dia akan menjatuhkan diri dengan terengah-engah, lalu menceritakan pada kami tentang impiannya. '"Kalian lihat nanti, aku akan terkenal. Ya, amat sangat terkenal. Aku akan memiliki ratusan dan ribuan stoking dari sutra sutra yang paling halus. Dan ?aku akan tinggal di apartemen yang indah. Semua kekasihku muda, tampan, dan kaya. Dan kalau aku menari, seantero Paris akan datang menontonku. Mereka akan berseru-seru, memanggil-manggil, berteriak-teriak, dan kesetanan melihatku menari. Dan di musim-musim dingin aku tidak akan menari. Aku akan pergi ke selatan, yang hangat oleh matahari. Di sana ada vila-vila dengan pohon-pohon jeruk. Aku akan memiliki satu di antaranya. Aku akan berbaring berjemur di bantal-bantal sutra, sambil makan jeruk. Dan kau. Raoul, aku tidak akan pernah melupakanmu, walaupun aku sudah kaya dan terkenal. Aku akan melindungimu dan membantu memajukan kariermu. Felicie akan menjadi pelayanku tidak, kedua ?tangannya terlalu canggung. Coba perhatikan, betapa besar dan kasar tangantangannya itu.' 80 "Felicie akan marah kalau mendengar Annette mengatakan itu. tapi Annette terus menggodanya "'Dia begitu anggun, kan, si Felicie" Begitu elegan, begitu halus. Dia seperti putri yang sedang menyamar ha ha.' ?"Setidaknya ayah dan ibuku menikah, tidak seperti orangtuamu,* Felicie akan menggeram dengan marah. ?"Ya, dan ayahmu membunuh ibumu. Bagus sekali, menjadi anak pembunuh.' '"Ayahmu sendiri meninggalkan ibumu sampai mati,' balas Felicie. '"Ah! Ya.' Annette merenungkan hal itu. 'Pauvre Maman ibu yang malang. Orang ?memang mesti kuat dan sehat Kuat dan sehat itu penting sekali.' '"Aku kuat seperti kuda,' Felicie membanggakan. "Dan memang, dia kuat seperti kuda. Tenaganya dua kali lipat tenaga gadis mana pun di rumah itu. Dan dia tidak pernah sakit. "Tapi dia bodoh sekali, bodoh seperti binatang buas. Saya sering kali merasa heran, kenapa dia selalu mengikuti Annette ke mana-mana. Dia seperti terpesona. Kadang-kadang saya pikir dia sebenarnya benci pada Annette, dan memang Annette jahat kepadanya. Dia suka mengejek kelambanan dan kebodohan Felicie, dan suka memancing-mancingnya di depan anak-anak lain. Saya pernah melihat Felicie pucat pasi karena marah. Kadang saya mengira dia akan mencengkeramkan jemarinya di leher Annette dan mencekik Annette sampai mati. Dia tidak cukup cerdas untuk menjawab ejekan-ejekan Annette, tapi akhirnya dia belajar membalas dengan satu ucapan yang selalu mengena. Yaitu dengan menyebutkan 81 kesehatan dan kekuatannya. Dia akhirnya menyadari (sementara saya sendiri sudah lama tahu) bahwa Annette iri akan fisiknya yang kuat, dan secara naluriah dia menyerang titik lemah lawannya ini. "Suatu hari Annette mendalangi saya dengan sangat gembira. "'Raoul,' katanya. 'Hari ini kita akan bersenang-senang dengan si tolol Felicie itu. Kita akan mati tertawa.' "'Apa yang akan kaulakukan"' '"Ayo kita ke gudang kecil itu, nanti kuceritakan.' "Rupanya Annette menemukan sebuah buku. Sebagian isinya tidak dia pahami, dan memang isi buku itu terlalu berat untuknya. Buku itu sebuah buku lama tentang hipnotis. "'Objek yang terang, menurut buku ini. Tombol kuningan di tempat tidurku bisa berputar. Aku menyuruh Felicie memandanginya semalam. 'Pandangi terus.' kataku. 'Jangan mengalihkan malamu dari situ ' Lalu aku memutarnya. Raoul, aku takut sekali. Kedua matanya kelihatan sangat aneh sangat aneh. 'Felicie, kau akan ?selalu menuruti perintahku,' kataku. 'Aku akan selalu menuruti perintahmu, Annette,' jawabnya. Lalu... lalu... aku berkata, 'Besok kau akan membawa sebatang lilin ke lapangan bermain pada jam dua belas siang, dan mulai memakannya. Kalau ada yang bertanya, kau akan bilang bahwa lilin itu adalah galette paling enak yang pemah kaucicipi.' Oh! Raoul, coba bayangkan!' '"Tapi dia tidak bakal mau berbuat begitu,' kata saya. "'Di buku itu dikatakan demikian. Aku sendiri 82 tidak benar-benar percaya... tapi, oh! Raoul, kalau apa yang dikatakan buku itu benar, kita bisa tertawa habis-habisan hari ini.' "Saya juga menganggap gagasan itu sangat lucu. Kami menyebarkan berita itu pada anak-anak lainnya, dan pada jam dua belas siang, kami semua berkumpul di lapangan bermain. Tepat waktu sampai ke menit-menitnya, Felicie keluar dengan membawa sepotong lilin di tangannya. Bisakah Anda sekalian mempercayainya, Messieurs, dia mulai menggigiti lilin itu dengan takzim" Kami semua tertawa terbahak-bahak! Sesekali salah seorang anak akan mendekatinya dan berkata dengan takzim, 'Enak, ya, apa yang kaumakan itu, Felicie"' Dan dia akan menjawab, 'Ya, ini galette paling enak yang pemah kucicipi.' Lalu kami semua tertawa lagi terbahak-bahak. Rupanya kami tertawa begitu keras, hingga akhirnya membuat Felicie tersadar akan apa yang sedang dilakukannya. Dia mengerjap-ngerjapkan mata dengan bingung, memandangi lilin itu, lalu memandangi kami. Dia menempelkan tangan di dahinya. '"Apa yang sedang kulakukan di sini"' gumamnya. '"Kau sedang makan lilin,' teriak kami. wAku yang menyuruhmu, aku yang menyuruhmu.' seru Annette sambil menari-nari. "Sesaat Felicie tertegun. Lalu perlahan-lahan dia menghampiri Annette. '"Jadi. kau rupanya kau rupanya yang telah membuatku diolok-olok" Sepertinya ?aku ingat. Ah! Akan kubunuh kau nanti.' "Dia bicara sangat pelan, tapi sekonyong-konyong Annette lari bersembunyi di belakang saya. 83 "Tolong aku, Raoul! Aku takut pada Felicie. Tadi itu hanya gurauan, Felicie. Hanya gurauan.' "'Aku tidak suka gurauan-gurauan ini.' kata Felicie. 'Kalian mengerti" Aku benci kalian. Aku benci kalian semua.' "Mendadak dia menangis dan lari pergi. "Saya rasa Annette menjadi takut akan hasil eksperimennya itu. dan tidak mencoba mengulanginya. Tapi, mulai hari itu, pengaruhnya terhadap Felicie sepertinya semakin kuat "Sekarang saya yakin bahwa Felicie sejak dulu membeci Annette, tapi dia tak bisa jauh-jauh dari Annette. Dia selalu mengikuti Annette ke mana-mana, seperti anjing. 'Tak lama sesudah itu, Tuan-tuan, saya mendapat pekerjaan, dan saya pulang hanya Anjing Kematian The Hound Of Death And Other Stories 1933 Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sesekali, saat liburan. Keinginan Annette menjadi penari tidak ditanggapi serius, tapi saat menanjak dewasa, dia memiliki suara yang sangat indah kalau menyanyi, dan Miss Slater setuju dia mendapatkan pelatihan sebagai penyanyi. "Annette sama sekali tidak malas. Dia berlatih dengan giat, tanpa istirahat. Miss Slater merasa perlu mencegahnya berlatih begitu keras. Dia pemah bicara pada saya tentang Annette. '"Sejak dulu kau menyukai Annette,' katanya. 'Coba bujuk dia supaya tidak bekerja terlalu keras. Belakangan ini dia suka batuk-batuk sedikit, gelagatnya tidak baik.' "Tak lama kemudian, pekerjaan saya membuat saya banyak bepergian jauh. Mulanya saya masih menerima satu-dua surat dari Annette, tapi lalu ber 84 henti sama sekali. Selama lima tahun kemudian, saya berada di luar negeri. "Secara kebetulan, ketika kembali ke Paris, perhatian saya tertarik pada sebuah poster tentang pertunjukan oleh Annette Ravelli, berikut fotonya yang terpampang di situ. Saya langsung mengenalinya. Malam itu saya menonton di teater yang disebutkan di poster tersebut. Annette menyanyi dalam bahasa Prancis dan Italia. Dia sangat hebat di panggung. Selesai pertunjukan, saya menemuinya di ruang Setan Dari Luar Jagat 2 Pendekar Rajawali Sakti 12 Rahasia Puri Merah Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 36