Golok Bintang Tudjuh It Kiam Tjeng Tjhim Karya Chung Sin Bagian 2
bukan untuk melarikan diri, sebaliknia membuat satu posisi baru dan menjerang dengan golok
raksasa lagi. Siauw Beng masih memutar-mutarkan golok Bintang Tudjuh membuat suara gangsingannja,
melihat datangnja golok raksasa dari Tan Khiong dari arah kedudukan jang lain mendjadi kaget.
Betul golok Bintang Tudjuh dapat diteruskan membabat putus lengan orang, namun serangan Tan
Khiong jang mematikan itu akan membelah dirinja djuga, terpaksa ia menarik pulang golok dan
memadjukan tjambuk peraknja.
Terhadap tjambuk perak ini, sewaktu Siauw Beng baru mengindjakkan kakinja dipulau Angin Pujuh,
Tan Khiong pernah merasakan kehebatannja, maka dengan sendirinja ia tidak akan membiarkan
golok pemetjah batunja dililit dan tjepat2 menarik pulang.
Maksud tudjuan Siauw Beng menempur Tan Khiong jang galak ganas bukanlah untuk mentjari
kemenangan, ia menginginkan orang mendjauhi bangunan rumah batunja si nenek tua jang terluka.
Maka tjambuk diajun sedemikian rupa, dengan ilmu tipu 'Hoa-bwe-bu-yu' atau 'Menghilangkan dan
melenjapkan segala-gala' ia merangsek madju lagi.
Betul Tan Khiong telah berumur 97 tahun, tapi disebabkan pernah meminum susu binatang monjet
raksasa jang pandjang umurnja, maka daja hidupnjapun tjukup lama, tenaga besarnja tidak akan
lenjap begitu sadja. Ketjuali terhadap si nenek tua penghuni Angin Pujuh, ia agak takut untuk
25 menghadapi, terhadap semua orang didalam dunia tidak ada satu jang dipandang dimatanja. Maka
melihat Siauw Beng menjerang dengan 'Hoa-bwe-bu-yu' tjepat ia memutarkan golok besarnja
membikin pembelaan dan djuga penjerangan.
Siauw Beng masih kurang pengalaman didalam pertempuran, melihat datangnja serangan terlalu
tjepat, tidak mengerti ia harus membikin pembelaan dengan tjara apa, terpaksa ia mengajun golok
Bintang Tudjuh sedemikian rupa, menangkis dengan sekenanja sadja.
Keistimewaan dari golok Bintang Tudjuh bukan di-perobahan2nja, 7 lubang itu memang membawa
suara jang tjukup memusingkan kepala. Biasanja dimana ada suara, disitulah tentunja letaknja
sendjata, tapi karena orang jang memutarkan mempunjai latihan tenaga dalam jang tjukup hebat,
maka gerakan golok pun turut mendjadi tjepat, sewaktu suara jang dikeluarkan oleh lubang2 digolok
Bintang Tudjuh masih ada disebelah kiri, golok jang digunakan sudah berada dilain tempat lagi, dari
arah jang tidak disangka inilah golok Bintang Tudjuh akan menterdjungkelkan lawannja.
Tan Khiong dapat memahami kedjadian ini, maka tidak berani ia mendekati Siauw Beng lagi,
terpaksa ia harus menjerang bila melihat ada lowongan.
Penjerangan Siauw Beng setjara serampangan telah membawa hasil jang tidak disangka, maka ia
mendjadi girang dan membikin penjerangan dengan terlebih gentjar lagi.
Biar bagaimana, Tan Khiong jang usianja beberapa kali lipat dari sipemuda, menpunjai pengalaman
tjukup luas di dalam pertempuran jang seperti ini, maka pada satu ketika sewaktu melihat lowongan,
tjepat sekali ia mengajun golok pemetjah batu dan 'Hut' menembus kurungan golok Bintang Tudjuh
mengarah kulit daging lawannja.
Hatinja Siauw Beng terkedjut, untuk menggunakan golok Bintang Tudjuh menangkis ada terlalu
berbahaja bagi dirinja, dikuatirkan belum tentu dapat menandingi tenaga raksasanja Tan Khiong
jang maha hebat, untuk melilit dengan tjambuk perak sudah tidak keburu karena sendjata tjambuk
hanja dapat digunakan dari djarak djauh, dan kini golok besar sudah dekat dengan dirinja, didalam
keadaan jang sangat terdesak, tiba2 Siauw Beng menutulkan kakinja dan mentjelat tinggi.
Kali ini Siauw Beng sudah sedia, golok Bintang Tudjuh disodorkan dan 'Traang', memindjam tenaga
benturannja dua golok, ia naik dengan terlebih tinggi lagi.
26 Tan Khiong harus mendongakan kepala, lawannja djauh berada diatas udara, ia sudah siap dengan
golok raksasa menanti turunnja Siauw Beng jang akan dibatjok oleh golok istimewanja.
Siauw Beng melajang ditengah udara, golok Bintang Tudjuh diputar sedemikian rupa, dengan suara
mengaung mulai menurun. Kini terlihat Tan Khiong berada di bawahnja, ia menusuk ketudjuh arah
jang tidak sama jang dinamakan tipu serangan 'Tjit-seng-lian-hoan' membuat mata sang lawan
berkunang-kunang, kemudian 'Siuuut', dengan gaja 'It-ouw-put-thong' atau 'Sonder suara sonder
tanja, tamu masuk njelontjong' menjerang kearah Tan Khong.
Tipu 'It-ouw-put-thong' atau dapat djuga diartikan dengan 'Sonder suara sonder tanja, tamu masuk
njelontjong' adalah ilmu jang teristimewa dari permainan ilmu golok Bintang Tudjuh. Biasanja, bila
golok diputar, 7 lubang diatas golok membawa suara uing-uingan membuat pusing kepala sang
lawan, tapi dikarenakan ini djugalah, orang jang mendjadi lawan dapat mengetahui dari mana arah
datangnja golok Bintang Tudjuh jang mau menjerang dirinja, sebelum dari apa jang terdjadi, ia
sudah dapat membikin pendjagaannja terlebih dahulu. Tidak demikian dengan tipu serangan jang
dinamakan 'It-ouw-put-thong', jang diartikan 'It-ouw-put- thong' ialah meluruskan golok menusuk
orang, maka disebabkan gerakannja jang berdjalan lurus kedepan, semua lubang2 bintang tidak
terkena hawa tekanan, dengan sendirinja suara mengaung dari golok bintang tudjuh tidak terdengar
lagi, musuh segera kehilangan arah dari mana golok istimewa ini menjerang, tentu sadja mudah
untuk terpedaja. Demikian udjung golok Bintang Tudjuh dengan tipu jang dinamakan 'It-ouw-put- thong' menjerang di
tempat 7 dim dibawah pundak lawan.
Tan Khiong sedang kebingungan harus menghadapi 7 serangan Siauw Beng jang pertama tadi, ia
kehilangan djedjaknja arah golok atau diserang setjara begini, tentu sadja tidak menjangka dan
'Tjes' pundaknja sudah terluka.
Maka menggunakan kesempatan ini, Siauw Beng meletakan udjung kaki ditanah lagi, tidak
menunggu sampai Tan Khiong dapat membuat posisi baru, tjambuk perak diajun merebut golok
pemetjah batunja siraksasa wanita tua itu.
Hampir disaat jang sama, pundaknja Tan Khiong terluka, golok raksasanja terlepas dari
genggamannja, membuka mulut berteriak: "Binatang!"
27 Eh, mengapa Tan Khiong dapat bitjara" Apa si pengarang tjerita salah bitjara"
Terdjadi disinilah letaknja keistimewaan. Gerakannja Siauw Beng jang dinamakan 'It-ouw-put-thong'
dengan tepat telah mengenai 3 dim dibawah pundak orang, disitulah letak kebetulannja Tan Khiong
jang sebelumnja telah ditotok oleh si nenek tua penghuni pulau Angin Pujuh sehingga mendjadi
gagu. Tempat jang dilukai oleh Siauw Beng inilah jang mendjadi titik djalan darah membuka totokan
gagu sehingga siraksasa galak dapat berbitjara.
VII. TELAPAK TANGAN BERDARAH.
SANGAT kebetulan, Siauw Beng dengan gerakan 'It-ouw-put-thong' telah mengenai djalan darah
'Hong-bun' dan 'Hun-hu' berbareng, disitulah letak menghidupkannja djalan darah gagu jang dahulu
ditotok sehingga mengakibatkan tidak dapat bitjaranja Tan Khiong. Maka sewaktu Tan Khiong
lompat mundur dan memaki 'Binatang', perkataan ini segera terutjapkan.
Siauw Beng jang melihat sigagu dapat btjara djuga merasa bingung, diperhatikan perubahan
wadjahnja Tan Khiong jang masih tidak mengarti atas apa jang telah terdjadi, maka hatinja
sipemuda tergerak, tjepat ia berteriak:
"Hei, biarpun aku telah melukai dirimu, tapi luka itu telah memberi kebebasan kepadamu jang dapat
berbitjara lagi. Masih berani kau membandel berkepala batu?"
Tan Khiong mempelototan mata kearah lawan mudanja dan membentak:
"Apa jang diartikan dengan 'Membandel berkepala batu'?"
Siauw Beng tidak mendjawab pertanjaannja Tan Khiong, sebaliknja ia menimang- nimang berat
golok raksasanja Tan Khiong jang dapat direbut dan berkata:
"Baik, aku segera akan melemparkan golok ini kedasar laut, kemudian membiarkan kau tidak dapat
bitjara untuk seumur hidup."
28 Untuk menotok djalan darah gagunja Tan Khiong sehingga seumur hidup tidak dapat bitjara masih
tidak mengapa, tapi untuk melemparkan golok kesajangannja jang mendjadi djiwa kedua, tentu
sadja Tan Khiong mendjadi kaget, tjepat sekali ia berteriak:
"Djangan dibuang, apa jang kini kau mau?"
Siauw Beng berpikir: tudjuan menempur raksasa galak ini jalah dimaksud untuk mendjauhi
gangguannja pada si nenek tua jang kini terluka, setiap hari kerdjanja Tan Khiong hanja mengatjau
mereka sadja, maka merupakan satu gangguan bagi mereka jang memerlukan ketenangan, maka
mendengar pertanjaan Tan Khiong, Siauw Beng berkata: "Aku menginginkan kau segera
meninggalkan pulau Angin Pujuh dengan segera! Dan pergilah sedjauh mungkin, djanganlah kau
mendekatinja lagi." Tan Khiong jang mendengar Siauw Beng mengusir dirinja mendjadi gembira, inilah berarti ia sudah
dibebaskan dari tugasnja jang mendjadi pendjaga pulau Angin Pujuh jang tidak ada tumbuh2-an
sama sekali. Ternjata Tan Khiong dibawa kemari bukan atas kerelaan hati sendiri, ia telah ditotok djalan gagunja
dan didjadikan budak atau pendjaga pulau Angin Pujuh oleh si nenek tua.
Didalam soal ini, sudah tentu sadja Tan Khiong tidak puas, tapi apa daja" Ilmu kepandaiannja djauh
berada dibawah lawannya, maka bukan sekali dua kali ia mentjoba menandingi si nenek tua, tapi
selalu ia terkalahkan sadja.
Sebetulnja, si nenek tua bukan selalu menetap di pulau tandus jang berangin keras ini, sering kali si
nenek keluar dan pergi, seperti itu hari, berapa lama ia mengikuti Siauw Beng sehingga dapat
membawa kemari. Djika kesempatan ini dapat digunakan baik oleh Tan Khiong, dengan mudah ia
dapat melarikan diri. Tapi Tan Khiong hanja besar badan, sebetulnya mempunjai otak jang ketjil dan butek, ia tidak ada
pikiran untuk berdaja upaja untuk melarikan diri. Selalu teringatlah akan pesan si nenek tua
penghuni pulau Angin pujuh sebelum meninggalkan pulau:
29 "Tan Khiong, baik2lah kau melatih diri seorang diri disini, bahwa suatu hari, pasti kau akan berhasil
dan dapat mengalahkan diriku. Maka itu waktu, kau dapat meninggalkan pulau Angin Pujuh dengan
kemenangan jang gilang gemilang, meninggalkan pulau Angin Pujuh setjara terhormat."
Demikian, Tan Khiong melatih diri dan melatih lagi sehingga si nenek tua kembali. Ditantangnja si
nenek, dengan kesudahan Tan Khiong dikalahkan lagi.
Demikian seterusnja sehingga saat ini.
Dasar Tan Khiong pandainja mengganas dan berlaku galak sadja, tapi tidak dapat memutar otak
sama sekali. Seumpama Siauw Beng tidak mengusir dirinja, dapat dipastikan untuk seumur hidup
Tan Khiong mendiadi budak dipulau Angin Pujuh dan akan mendjadi kuburannja disini.
Tan Khiong bergirang sebentar dan katanja:
"Untuk menjuruh aku meninggalkan pulau Angin Pujuh tidak terlalu sukar, tapi pulangkanlah golok
besarku itu dahulu."
Siauw Beng mendjadi ragu2, untuk dapat mengalahkan orang jang seperti Tan Khiong, bukanlah
soal jang mudah, apa lagi diharuskan merebut golok pemetjah batunja, bagaimana djika Tan Khiong
mengganas lagi" Maka lama sekali pemuda ini tidak dapat bitjara.
Tan Khiong mengetahui akan ketjurigaan orang, maka ia tertawa serta katanja: "Legakanlah hatimu.
Setelah golok besar kau kembalikan kepadaku, biarpun diberi upah jang sebesar gunung, tidak
mungkin aku mau menetap di pulau Angin Pujuh ini lagi."
Ketjuali bervivere pericoloso, tidak ada djalan kedua lagi terpaksa Siauw Beng melemparkan golok
besarnja Tan Khiong serta berkata:
"Baik Lekaslah kau meninggalkan pulau ini."
30 Tan Khiong memanggutkan kepala, dipungutnja golok raksasanja, dengan tidak membalikkan
kepala lagi, ia menggunakan golok besarnja memapas putus rantai pengikat perahu dan
menggunakan golok ini djuga ia mulai mengajuh untuk meninggalkan pulau Angin Pujuh.
Menunggu sampai Tan Khiong tidak terlihat, baru Siauw Beng berani kembali lagi, langsung ia
masuk kedalam bangunan batu jang menajadi rumah si nenek tua di pulau Angin Pujuh untuk
melihat keadaan orang jang ditjintainja.
Sinenek tua masih terbaring bagaikan terluka, Siauw Beng sudah berteriak girang:
"Popo, Tan Khiong telah dapat kuusir pergi dari sini."
Si nenek tua tidak mendjadi gembira, sebaliknja menekuk muka, wadjahnja jang dibuat seperti sakit
bertambah putjat, lenjaplah wadjah welas asihnja, lenjap pula ramah tamahnja, ia merapetkan
kedua kelopak matanja jang sudah banjak keriput.
Siauw Beng telah menetap dipulau Angin Pujuh selama 6 tahun, belum pernah melihat wadjahnja si
nenek tua seperti ini, wadjah si nenek tua selalu tersungging senjuman bikinan, welas asih
gadungan, sikap ramah tamah paksaan, maka ia sudah menjangka kepada sesuatu apa dan
menanja: "Popo, apakah jang menjebabkan kemarahanmu?"
Sinenek tua malah memalingkan muka tidak melihatnja, kedjadian ini membuat Siauw Beng
bertambah ibuk. "Popo," panggilnja lagi. "Akukah jang menjebabkan kemarahanmu ini" Pukullah dengan
sekehendakmu, makilah dengan sesukamu, Siauw Beng tidak akan menjalahkan kepadamu."
Baru sekarang si nenek tua mau menolehkan kepala, matanjapun dibuka pula, dengan
31 membawakan sikapnya jang agung berkata:
"Anak, aku telah menyuruhmu untuk segera melarikan diri, mengapa kau tidak mendengar perintah
ini?" Siauw Beng merasa bingung, ternyata gara2 inilah jang dibuat marah oleh sipopo jang tertjinta" Ia
tidak mengarti sebentar dan achirnja berkata:
"Popo, selalu kau mengatakan kepadaku untuk mendjadi seorang anak jang baik, mungkinkah aku
dapat meninggalkan kau seorang diri didalam keadaan jang terluka dan terantjam bahaya jang
seperti tadi" Mungkinkah aku dapat berhati tenteram melarikan diri seorang diri?"
Sinenek tua menghela napas berkata:
"Apa jang kau lakukan tidak dapat dikatakan salah. Tapi, bagaimanakah bila sampai terdjadi kau
terbinasa di bawah tangan ganasnya Tan Khiong" Mungkinkah aku dapat hidup seorang diri lagi?"
Sudah terang ilmu kepandaannja Siauw Beng ada lebih tinggi dari Tan Khiong, dan ternyata
terang2an ia telah berhasil menghalau siraksasa tua hingga meninggalkan pulau Angin Pujuh, tapi
si nenek tua masih mengutjapkan kata2 jang sematjam tadi, sebetulnia kata2 ini terang tidak masuk
di akal. Apa mau dikata Siauw Beng masuk kedalam perangkapnya, manusia jang terbaik akan
dikatakan djelmaannja sang popo tua, maka apapun dapat dipertjajanya sadja.
"Popo " panggil Siauw Beng dengan hati terharu.
Si nenek tua memanggutkan kepala, didalam hati tertawa geli, tapi dimulut ia berkata:
"Anak, umurmu masih muda, sungguh disajangkan djika terbinasa. Tidak demikian dengan diriku,
biarpun setengah tahun lagi aku akan mati, mati tuapun sudah tjukup bagiku."
32 Siauw Beng kaget mendengar si nenek tua mengatakan dirinja akan mati setengah tahun lagi,
bagaikan mendengar geledek disiang hari, ia berteriak:
"Popo " Sinenek tua memainkan peranannja dan tertawa getir. "Anak, ada apa?" Tanjanja.
Siauw Beng mengepalkan tangan ketjilnja dan berkata:
"Popo, siapa jang mengatakan kau hanja hidup setengah tahun lagi" Tidak. Aku akan membuat kau
hidup 30 tahun 40 tahun.... lagi."
Nenek tua menggeleng-gelengkan kepala, katanja:
"Tentu sadja aku ingin dapat hidup sehingga 40 tahun lagi, ingin sekali aku dapat melihat kau
bagaimana meningkat sehingga dewasa, bagaimana kau berumah
tangga Tapi semalam, setelah aku salah melatih diri, ilmu kepandaianku
telah lenjap sebagian banjak. Masa hidupku hanja terbatas diantara setengah tahunan. Bahkan
akan menderita segala matjam penderitaan jang terhebat."
Kepalan tangannja Siauw Beng memukul-mukul tempat tidur batu dihadapannja, dengan tjemas ia
berkata: "Tida Popo Kepandaianmu begitu tinggi, kau tentu mempunjai daja untuk
mengatasi." 33 Sandiwara sudah waktunja untuk diachiri, maka dengan menghela napas tiga kali, si nenek tua baru
berkata: "Daja untuk mengatasi hanja "
Siauw Beng mendjadi gembira, maka akan tertolonglah djiwanja si nenek tua, sang popo tidak akan
menderieta segala matjam penderitaan jang terhebat di dalam dunia, dengan pandangan mata
bersinar penuh harapan, Siauw Beng menantikan kata2 landjutannja si nenek tua penghuni pulau
Angin Pujuh ini. Tidak disangka, si nenek menghentikan kata2nja sampai disini. Untuk mengachiri tjerita terlalu
tjepat memang tidak terlalu masuk diakal sama sekali, terdengar lagi helaan napasnja si nenek tua
dan inilah sambungan kata2nja:
"Ah, Pertjuma untuk dikatakan Mengatasi kematian dengan djalan ini tidak
mungkin sama sekali aku memang sudah ditakdirkan untuk mati."
Siauw Beng ibuk, tangan sang popo ditarik, tjepat ia berteriak:
"Popo, tapi kau mengatakan dapat mengatasi, mengapa dapat terdjadi seperti ini?"
Sinenek tertawa getir, katanja:
"Nak, ilmu kepandaianku jang telah kulatih puluhan tahun mungkin hanja satu atau dua orang sadja
jang dapat menjaingi. Maka bila dapat mengumpulkan tenaga jang sebagian besar sudah lenjap ini,
aku masih dapat hidup di antara 30 atau 40 tahunan."
"Popo," teriak Siauw Beng. "Dajakanlah agar kau dapat mengumpulkan kembali tenaga2 jang lenjap
itu." 34 Sinenek mengulurkan tangannja jang keriputan dielus-elusnja kepala Siauw Beng, bagaikan
seorang ibu jang menjajang kepada anaknja ia berkata:
"Aku, kau masih terlalu ketjil untuk mengerti kesempatan ini. Mengumpulkan tenaga jang sudah
terbuang bagaikan gampang sekali, tapi sebetulnja tidak mudah untuk dilaksanakan. Ilmu ini hanja
tertjatat didalam sebuah kitab pusaka. Dan kitab ini tidak ada, bagaimana dapat
mengumpulkannja?" Lalu terlihat si nenek tua terbatuk-batuk bagaikan orang jang sudah mau mampus, tjepat Siauw
Beng merebahkannja pula dan berkata:
"Popo, dalam kitab jang bagaimanakah ada tertjatat peladjaran jang sematjam itu" Biar kuusahakan
untuk mendapatkannja agar kau dapat hidup terus."
Sinenek tertawa getir, katanja:
"Anak, aku tahu maksudmu jang luhur tapi kitab ini sudah lenjap lama sekali dan tidak mungkin
tertjari, sudahlah, aku terima nasib."
Semakin kurang djelas, semakin besar pula hasratnja Siauw Beng untuk mengetahui, maka tjepat ia
menanja lagi: "Popo, katakanlah apa nama dari kitab pusaka itu."
Sinenek menggeleng-gelengkan kepala, katanja:
"Tidak mau aku mengatakannja. Sudah dapat dipastikan kau akan segera meninggalkan aku di
pulau Angin Pujuh ini, dan inilah kedjadian jang paling mengenaskan karena sewaktu aku
meninggal dunia kau sudah tidak berada disebelah sisiku lagi."
35 Siauw Beng semakin bersedih, tiba2 ia bangun berdiri dan berkata tegas:
Golok Bintang Tudjuh It Kiam Tjeng Tjhim Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Popo, biarpun kau tidak mengatakannya, tetap aku akan meninggalkan pulau Angin Pujuh djuga.
Akan kudjeladjahi keseluruh pelosok mentjari kitab pusaka ini untuk diserahkan kepadamu agar
dapat mengembalikan semua tenagamu yang sebagian besar telah lenyap itu."
Sinenek marah dan membentak:
"Djadi kau tega membiarkan aku mati seorang diri disini?"
"Popo," bantah Siauw Beng. "Asal aku dapat menemukan kitab pusaka yang kau maksudkan itu,
kau tidak akan djadi mati, bukan" Sebutkanlah nama dari kitab tersebut agar aku terlebih tjepat pula
untuk mendapatkannya."
Sinenek menghela napas, tidak lama kemudian iapun berkata:
"Ah, kau masih seperti anak ketjil sadja, tetap kukuh dan berkepala batu."
Siauw Beng teringat semasa kanak2nja, dimana ia telah djatuh kedalam lembah Patah Tulang dan
hampir mendjadi korban mangsanja si Muka Hitam Hek Thian- tong jang kedjam. Djika bukannya
nenek berwadjah welas asih ini jang datang menolong, sudah dapat dipastikan ia tidak mendjadi
dewasa, maka mengingat budi orang, biar bagaimana ia harus membalas dan berdaja untuk
mendapatkan itu kitab pusaka djuga.
Tjepat Siauw Beng berdiri, golok Bintaug Tudjuh disoren dipinggang dan dengan tjambuk perak di
tangan, ia siap membikin perdjalanan.
Si nenek seperti ibuk, dengan susah berkata:
36 "Anak Kau kau mau pergi djuga?"
Siauw Beng memanggutkan kepala berkata:
"Popo aku akan segera berangkat sekarang djuga. Setengah tahun kemudian, dapat, aku akan
tetap balik kemari. Maka agar aku dapat balik dengan terlebih cepat lagi, katakanlah nama dari kitab
pusaka itu." Bagaikan orang jang tidak berdaja, si nenek berkata:
"Anak, kitab itu telah lenyap pada 10 tahun jang lalu. Kitab pusaka jang mendjadi hak milik partay
Kun lun-pay telah lenjap pada 10 tahun jang lalu...."
'Dek' sadja, hatinja Siauw Beng hampir mentjelat keluar mendengar akan kata2nja si nenek tadi.
"Kun-lun Sin-sie!" Pikiran ini segera berkelebat didalam otaknja sipemuda."
Maka ditariknia tangan si nenek, dengan tjepat Siauw Beng memotong pembitjaraan:
"Popo Popo.... Aku tahu Nama dari kitab pusaka itu ialah 'Kun-lun Sin-sie'."
Tentu sadja si nenek kegirangan, namun, ia tidak mengutarakan perubahan wadjabnja. Djerih pajah
selama 6 tahun belakangan ini ternjata tidak pertjuma, kata2 'Kun-lun Sin-sie' telah d keluarkan dari
mulutnja sibotjah. Sebagai seorang achli didalam bidang kesandiwaraan, tentu sadja si nenek tidak mengutarakan
rasa girangnja, malah dengan wadjah jang seperti kaget ia berkata:
37 "Eh, mengapa kau dapat tahu nama kitab pusaka ini?"
"Popo lain kali sjadalah kutjeritakan tentang kesemua ini." Siauw Beng berkata. "Waktu sudah tidak
dapat ditawar-tawar lagi, aku akan segera meninggalkan pulau Angin Pujuh, didalam djangka waktu
4 bulan, aku akan segera balik kemari."
Sinenek menggeleng-gelengkan kepala, katanja:
"Anak, kulihat kau sudah tjukup dewasa, hatimu masih tetap djudjur dan patuh kepada kepertjajaan.
Djanganlah sampai terdjadi sesuatu dikarenakan lukaku."
"Popo," panggil Siauw Beng. "Kau pertjalah, didalam 4 bulan, aku akan membawa kitab 'Kun-lun
Sin-sie' itu kemari. Aku tahu dimana letak 'Kun-lun Sin-sie' karena kitab pusaka itu masih
mempunjai hubungan jang rapet sekali denganku. Menurut perhitunganku, djarak dari sini ketempat
pengambilan kitab bulak balik hanja memakan waktu 4 bulan sadja, maka didalam djangka waktu
ini, baik2lah kau mendjaga diri."
Sinenek bagaikan orang jang tidak berdaja, maka ia terpaksa meluluskan penmintaannja sipemuda
jang mau mentjarikan itu kitab 'Kun-lun Sin-sie' jang dikatakan dapat memberi petundjuk
menjembuhkan luka2 jang diderita disebabkan salah melatih diri didalam ilmu persilatan.
"Baiklah." Demikian si nenek berkata "Aku dapat merawat diriku sendiri, baik2lah kau diperdjalanan
jang masih terlalu asing bagimu."
Siauw Beng berat untuk meninggalkan sinenek berwadjah welas asih jang telah dianggap mendjadi
orangnja jang terdekat, maka dengan perasaan jang sukar terlukiskan, seraja membawa golok
Bintang Tudjuh serta tjambuk perak, ia mulai meninggalkan pulau Angin Pujuh.
Sajang ibu dari pemuda ini terlalu tjepat meninggalkan anaknja jang hidup merana. Djika ia masih
ada di dunia dan mengetahui Siauw Beng didatangi oleh seorang nenek tua berwadjah welas asih
dengan mulut tertawa-tawa, tidak mungkin ia dapat mengidjinkan sang anak mengikutinja. Apa lagi
setelah tahu bahwa nenek tua ini adalah mendjadi pemilik golok Bintang Tudjuh, penghuni pulau
Angin Pujuh, sampai turut kesana. Apa lagi mau menjerahkan itu kitab 'Kun-lun Sin-sie' jang
38 mendjadi rebutan dunia, suatu kedjadian jang tidak mungkin sama sekali.
Sajang ibu Siauw Beng telah meninggal dunia, maka kedjadian sampai mendjadi seperti ini,
demikianlah terlihat sipemuda sudah mulai meninggalkan pulau Angin Pujuh, untuk mentjari kitab
'Kun-lun Sin-sie'. Beberapa djam kemudian Siauw Beng sudah djauh meninggalkan pulau Angin Pujuh, angin keras menderu- deru menulikan
kuping sudah tidak terdengar lagi. Pulau ketjil jang semakin lama semakin djauh achirnja mendjadi
satu titik ketjil, kemudian lenjap ditelan permukaan air laut.
Siauw Beng meninggalkan pulau Angin Pujuh dan membikin perdjalanan untuk mengambil itu kitab
'Kun-lun Sin-sie'. Beberapa hari kemudian Perkampungan San-kiong San-tjhung akan dilewati, Siauw Beng yang pernah menerima budi
kebaikan dari Tjoa Tay-kiong sukar untuk melupakannja, maka ia bersedia menengoknya.
Siauw Beng mengarahkan tudjuan keperkampungan Sam-kiong San-tjhung. Sipemuda dapat
terpikir dan bekerdja tjepat, tidak ada sangsi2-nja lagi.
Beberapa djam telah dilewatkan
Daerah Sak-pe memang terlebih tjepat turun saldju, terpaksa Siauw Beng harus menggunakan ilmu
mengentengi badannya meluntjur, melandjutkan perdjalanan.
Karena inilah, ditambah tidak apal djalanan, Siauw Beng sudah mulai kesasar.
39 "Tjelaka!" Keluhnja sipemuda. "Bilakah aku dapat tiba diperkampungan Sam-kiong San-tjhung?"
Tapi, ia tidak mengendorkan larinya, dengan mengambil kesatu arah ia meluntjur dengan pesat.
3 hari kemudian Dari djauh sudah terdengar suara kereta berdjalan, Siauw Beng menambah ketjepatan dan djauh
didepannja terlihat 7 atau 8 kereta piauw yang ditarik oleh belasan ekor mendjangan jang tahan
terhadap hawa dingin meluntjur diatas saldju.
Siauw Beng gembira, maka disusulnya dengan segera, kini djelas bahwa diatas dari kereta2 ini
terpantjang bendera ketjil yang berkibar-kibar, gambar dari bendera itu ialah satu telapak tangan
jang berdarah merah, entah siapa punya pertandaan"
Siauw Beng tidak diberi banjak kesempatan untuk memikirkan segala matjam ini, dari kereta jang
berdjalan dipaling belakang ia menjusul ke depan, kini keanehan mulai terlihat, di setiap kereta
terdapat satu peti besar jang mendjadi barang angkutannia, sebagai kusir atau pengawal ada
seorang tinggi besar. Tapi orang2 ini sudah tidak bernjawa dan menggeletak disisi peti2 besar tadi
jang mendjadi barang2 antaran mereka.
Kematian mereka memang sangat aneh, semua kereta berdjumlah 8 buah, ketjuali 7 jang berdjalin
di belakang terdapat 7 buah peti besar dengan 7 majat pengawalnja, satu jang berdjalan dipaling
depan, terlihat seorang kakek dan seorang pemuda jang masih tidak tahu kematian orang2nja,
mereka memetjut mendjangan2 dengan keras seperti ingin berdjalan lekas2.
Siauw Beng menjusul lagi, dengan tjepat ia menarik peihatianja siorang tua dan pemudanja.
Agaknja, dua orang jang berdjjlan dipaling depan ini mendjadi kepala dari rombongan kereta piauw
jang ditarik dengan mendjangan dan berdialan disaldju putih, mereka memandang kearah Siauw
Beng sebentar dan kini baru tahu bahwa 7 orang mereka telah terbinasa. Mereka menundjukkan
wadjah jang gusar, dipandangnja Siauw Beng dengan pandangan marah.
40 Maksud Siauw Beng menjusul rombongan ini ialah untuk menanjakan dimana letaknja
perikampungan Sam-kiong San-tjhung, ia akan menghaturkan terima kasihnja kepada Tjoa
Tay-kiong sekalian jang pernah memberikan pertolongannya, kemudian tjepat mengambil kitab
'Kun-lun sin-sie' untuk dipersembahkan kepada poponja, jang dikatakan dapat membikin sembuh
luka dalam jang dideritanja.
Tapi si piauwsu tua jang melihat 7 orangnja terbinasa sudah menjangka kepada perbuatannja
Siauw Beng, diperiksanja apa jang menjebabkan kematian dari orang2nja, dan tepat diatas djidat
dari 7 orang tadi, semua kedapatan satu telapak tangan berdarah jang bewarna merah, itulah satu
pertandaan dari perbuatannja si Telapak Tangan Berdarah Ang-tjiang Tjou-su.
Tapi, didalam pandangannja piauwsu tua ini, Siauw Benglah jang melakukan pekerdjaan tadi, ia
tertawa berkakakan bagai orang jang setengah gila, kemudian berkata:
"Tidak disangka Telapak Tangan Berdarah Ang-tjiang Tjou-su jang sudah dimasukkan
mendjadisalah satu dari 4 'Manusia Imperialis' masih mengingini benda2 bawaanku jang tidak
berharga.!!! Ha, ha, ha, ha, Kau telah salah mata."
Siauw Beng heran dan tidak mengerti, dilihatnia sekeliling mereka. Tidak ada orang lain ketjuali
dirinja. Maka siapakah jang diartikan dengan si Telapak Tangan Berdarah Ang-tjiang Tjou-su jang
mendjadi salah satu dari 4 'Manusia Imperialis' itu?"
Sewaktu ia menetap di pulau Angin Pujuh, sinenek tua jang banjak pengalamannja sering bertjerita
tentang nama2 dari para tokoh terkemuka. Ketjuali ini 4 'Manusia Imperialis' jang tidak
disebutkannja. Maka siapakah jang mendjadi 4 'Manusia Imperialis'" Tidak pernah Siauw Beng
memikirkan sampai disitu.
Bagi Siauw Beng, untuk sementara memang tidak ambil pusing siapa2 jang mendjadi 4 'Manusia
Imperialis' jang paling tamak dengan harta kepunjaan lain orang, tapi bagi kita jang akan mengikuti
djalan tjerita, ada terlebih baik djika dapat mengetahui terlebih dahulu siapa2 manusia2 jang
terdjahat didalam tjerita.
Siapakah gerangannja keempat manusia imperialis itu"
41 Ternjata orang2 jang mendapat gelaran 4 'manusia imperialis' ialah orang2 jang berkepandaian
paling tinggi didalam golongan sesat, mereka adalah Mo-mu Oen- hun, Hun-in Lo-koay, Ang-tjiang
Tjou-su dan Pek- kut Sin-kun.
Orang pertama dari ini 4 'Manusia Imperialis' ialah orang jang mendjadi kepala dari tiga orang
lainnja, Mo-mu Oen-hun inilah jang berkepandaian paing tinggi, ia mempunjai wadjah jang welas
asih, menetap di pulau Angin Pujuh jang sukar didatangi orang biasa, memiliki golok Bintang Tudjuh
dan tjambuk perak jang mendjadi sendjata2 terampuh didalam rimba persilatan, Mo-mu Oen-hun,
satu nama jang tjukup seram telah diberikan kepada ini manusia terdjahat nomor satu didalam
dunia. Orang kedua dari 4 'Manusia Imnerialis' ialah Hun-in Lo-koay jang hanja kalah setingkat dari Mo-mu
Oen-hun, orang ini menetap digunung Khong-tong dan djarang keluar dunia. Golok besar pemetjah
batu jang digunakan oleh Tan Khiong dipulau Angin Pujuh itu jalah benda jang berasal dari
gunungnja dahulu. Menjusul dari Moimu Oen-hun dan Hun-in Lo-koay jalah Ang-tjiang Tjou-su jang belum lama disebut
oleh sipiauwsu tua tadi dan Pek-kut Sin-kun, itu orang jang pernah memaksa Tjoa Tay-kiong
membongkar kuburan ibunja Siauw Beng didalam perkampungan Sam-kiong San-tjhung dahulu
dan Pek-kut Sin-kun inilah jang menjadi guru dari si Muka Hitam Hek Thian-tong jang telah
terbinasa didasar lembah Patah Tulang.
Seperti apa jang disebut, dengan 'Manusia Imperialis', Mo-mu Oen-hun, Hun-i
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
n Lo- koay, Ang-tjiang Tjou-su dan Pek-kut Sin-kun, tidak ada satu jang tidak berkelakuan ganas
dan telangas, djahat dan biadab tepat dengan djulukan jang mereka dapatkan - Manusia
Imperialis - Orang2 inilah jang selalu mengatjau dunia, membikin kegaduhan dimana-mana.
Demikian, mendengar kata2 tuduhan si piauwsu tua tadi jang menjebut si 'Telanak Berdarah
Ang-tjiang Tjou-su', Siauw Beng sudah tahu akan kesalahpahaman diantaranja, maka tjepat ia
berkata: "Lotiang djangan sembarang mendakwa orang!"
Inilah utjapan pertama dari Siauw Beng sedjak meninggalkan pulau Angin Pujuh, suara ini keras
dan memekakkan telinga, sampaipun Siauw Beng sendiri mendjadi kaget luar biasa.
Dua orang dihadapannja Siauw Beng terlebih kaget, wadjahnja si piauwsu tua berubah putjat, si
piauwsu muda sampai tergojang-gojang hampir djatuh karena daja tahannja tidak terlalu kuat.
Diatas pulau Angin Pujuh, Siauw Beng harus membuka suara keras2 agar dapat menandingi
menderu-derunja angin keras. Tapi tidak demikian dengan di sini, angin keras tidak ada sama
sekali, maka suaranja jang diutjapkan tadi bagaikan guntur memekakkan telinga dua orang jang
mendengarnja. Si piauwsu tua tertawa terpaksa kemudian berkata: "Biar bagaimana anak muridnja Ang-tjiang
Tjou-su jang ternama, maka lagu suaranja djuga istimewa. Lohu jang rendah biarpun tahu tidak
dapat memberikan perlawanan jang setimpal, tetapi lohu ingin mentjoba-tjobania djuga."
Diliriknja sipiauwsu muda dan Sret, Sret, dua kali, dua orang itu sudah mengeluarkan sendjata
mereka jang berupa pedang2 pusaka.
Kini Siauw Beng telah berada ditengah-tengah mereka, si piauwsu tua didepan dan si piauwsu
muda di belakang, serentak mereka menusukkan pedangnja dengan tjepat kearah Siauw Beng jang
didjadikan mangsanja. 1 Dari gerakan orang jang sebat luar biasa, Siauw Beng sudah dapat memastikan piauwsu tua jang
berada didepannja tentu ada seorang jang ternama djuga. Namun, tetap ia tidak gentar, jang harus
disesalkan jalah dirinja telah ditjap sebagai murid dari si Telapak Berdarah Ang-tjiang Tjou-su jang
mendjadi satu dari itu 4 'Manusia Imperialis' jang selalu mengatjau dunia. Maka mengingat
kedjadian ini, ia masih tidak mengingini menempur orang. Tjepat sekali ia melompat tinggi
menghindari serangan depan dan belakang.
Saldju turun dengan lebat dan gerakannja mereka sebat dan tjepat, maka ketika bajangannja Siauw
Beng lenjap dengan mendadak, pedang piauwsu tua dengan tepat telah mengenai dada sipiauwsu
muda. "Ajah!" Si piauwsu muda mengeluarkan djeritannja dan djatuh mati terkena tusukan pedang ajahnja
sendiri. Piauwsu tua mendjadi kaget, ditubruknja wajat sang anak dan mengutjurkan air mata kesedihan.
Tapi ia tidak lama menangis, tjepat sekali lompat bangun kembali dan menusukan pedangnja ke
arah Siauw Beng sehingga beberapa kali.
Sedianja Siauw Beng ingin menghindari serangan orang lagi, tapi gerakan pedang jang dimainkan
oleh si piauwsu tua memang tjukup hebat, maka terpaksa golok Bintang Tudjuh dikeluarkan,
dengan tipu 'Khong-hiat-lay-hong' membikin pendjagaan jang kuat sekali.
Saldju masih turun dengan lebat, Golok Bintang Tudjuh diputarkan maka mengaunglah satu suara
jang menderu-deru bagaikan mau menelan sesuatu apa jang berada didepannja.
Piauwsu tua jang mendengar suara mengaungnja lubang2 dari golok Bintang Tudjuh romannja
putjat tidak berdarah, tjepat ia membatalkan serangan pedang dan menanja dengan suara jang
gemetaran: 2 "Hei, sendjata apakah jang kau gunakan?"
Siauw Beng memang tidak ada niatan untuk bertempur dengan tidak beralasan, melihat orang
menarik serangan, iapun menghentikan permainan goloknja dan berkata:
"Golok Bintang Tudjuh!"
Mukanja si piauwsu tua semakin putjat.
"Djadi, tuan bukan orang dari Telapak Berdarah Ang-tjiang Tjou-su?" Tanjanja kaget.
Baru kini Siauw Beng diberi kesempatan untuk membikin pendjelasan, maka dengan tertawa getir ia
berkata: "Aku memang bukan orang dari Ang-tjiang Tjou-su, aku mengedjar kalian ingin menanjakan djalan
jang menudju ketempat perkampungan Sam-kiong San-tjhung. Dan kematiannja 7 orangmu itu
djuga bukan disebabkan olehku, mereka telah mati terlebih dahulu."
Siorang tua agak tidak pertjaja, dengan menundjuk kepandji-pandji Telapak Tangan Berdarah ia
menanja: "Djadi, pandji2 itu bukan hasil perbuatanmu?"
"Aku mana mempunjai pandji2 jang sematjaim itu?" Kata Siauw Beng. Piauwsu tua menganggukan
kepala. "Betul." Katanja. "Kau adalah orangnja pulau Angin Pujuh, mana mungkin mempunjai pandji2 jang
seperti itu." 3 Hatinja Siauw Beng tergerak, piauwsu tua ini mungkin dapat mengetahui hal ichwal tentang pulau
Angin Pujuh, dan si nenek tua jang mempunjai ilmu kepandaian tinggi, maka sudah dapat
dipastikan ia mengetahui siapa adanja. Ingin sekali Siauw Beng mengetahui si popo, maka ia
bersedia untuk menanja. Djilid Ke III "Sangat kebetulan saudara ingin menudju keperkampungan Sam-kiong San-tjhung jang terletak
disebelah Barat dari kota Ping-kang-tin. Maka dari sini terus ke Utara, hanja beberapa saat sadja
sudah akan segera tiba disana."
Siauw Beng jang berdjiwa patriot berhati luhur bertudjuan miringankan penderitaan rakjat,
mengingat kedjahatannja si Telapak Tangan Berdarah Ang- tjiang Tjou-su jang melondjak-londjak,
apa lagi tidak terlalu djauh dengan maksud tudjuannja, sudah memanggutkan kepala menjanggupi:
"Bila Siong piauwsu pertjaja kepada aku jang rendah, tidak halangan aku mengantarnja."
Siong Linm menganggutkan kepala puas, tapi tidak lama pandangan matanja mendjadi suram,
semakin suram dan ia telah membunuh diri dengan memutuskan djalan pernapasannja.
Siauw Bang mendjadi kaget, ia berusaha memberikan pertolongan. Tapi niatan bunuh diri Siong
Lim sudah bulat, ia membunuh diri setjara ini sehingga tidak mungkin orang dapat memberikan
pertolongan lagi. Ternjata Siang Lim menjesal dan penasaran karena anak kandungnja sendiri telah binasa di bawah
pedangnja jang njasar, ditambah kelihayannja si Telapak Tangan Berdarah Ang tjiang Tjou su
sudah terkenal, tidak mungkin ia dapat menghindari diri dari kedjaran maut jang akan segera
menanti maka ia membunuh diri disana dan menjerahkan semua tugasnja kepada Siauw Beng jang
mempunjai gelok bintang tudjuh dan ilmu silat jang terampuh.
Langkah dan kelakuan jang direntjanakan oleh siong Lim memang hebat, siapa sadja jang
melihatnja tidak mungkin dapat membiarkan usahanja gagal dan tidak meneruskan mengantarkan
kereta piauw jang kini sudah tidak ada jang mengantar lagi. Apa lagi Siauw Beng jang pernah
4 melulusi, terpaksa harus mendjalankan tugasnja djuga.
Hanja satu jang sukar dimengerti oleh si pemuda, dirinja dan Siong Lim belum pernah berhubungan
atau berkenalan, mereka baru bertemu muka disaat jang belum lama, sampaipun namanja sendiri
Golok Bintang Tudjuh It Kiam Tjeng Tjhim Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
djuga tidak diketahui oleh si piauwsu tua ijang telah bunuh diri, mengapa orang dapat memastikan
ia dapat menggagalkan usaha Ang-tjiang Tjou-su jang telah menaruh pandji2t telapak tangan
berdarahnja diatas kereta piauw jang berarti ingin merebut itu 7 peti barang jang tidak diketahui"
VIII. BELATI HITAM MUNTJUL KEMBALI.
TENTU sadja Siauw Beng tidak mengetahui, Siong Limu begitu melihat golok bintang tudjuh jang
mendajadi sendjata genggamannja sipemuda sudah dapat
mengenalinja akan sendjata ampuhnja si nenek tua, dari sini sudah dapat diduga hubungan apa
jang dipunjai lawan tangguh di hadapannja.
Mengetahui dirinja bukan tandingan jang setimpal untuk berhadapan dengan Ang- tjiang Tjouw-su
serta mengingat anaknja sudah mati konjol dibawah pedangnja sendiri, maka ia telah membunuh
diri dan menjerahkan tugas berat kepada sipemuda pemegang golok bintang tudjuh. Dengan tjara
ini, seumpama si pemuda bukan tandingan Ang-tjiang Tjouw-su sehingga 7 peti aneh itu dapat
direbut, tidak mungkin si nenek tua akan berpeluk tangan sadja dan tidak membalaskan dendam ini
semua. Ditjeritakan Siauw Beng telah mengubur 9 majat jang menggeletak dihadapannja, itulah majat2 jang
mendjadi korban keganasan si Telapak Tangan Berdarah Ang- tjiang Tjouw-su jang belum pernah
dilihat mukanja. Kemudian ia naiki kereta piauw dan ketika kudanja dipetjut meluntjurlah iring2an kereta ini menuju
kekota Ping-kang tin. Siauw Beng belum Inma djalankan keretanja, tiba2 terasa ada sambaran angin jang aneh lewat
dibelakangnja, maka tjepat sekali ia membalikkan kepala dan dilihatnja pandji Telapak Tangan
Berdarah jang tertancap disetiap kereta sudah lenjap sama sekali.
5 "Heran!" Siauw Beng mengeluh didalam hati. "Siapakah jang mempunjai ilmu mengentengi badan
setinggi ini?" Maka dihadapinja arah bajangan tadi lenjap dan berteriak:
"Kawan dari manakah jang menggoda, mengapa tidak mau memperlihatkan dirinja?"
Djauh didepannja sudah terdengar suara tertawa tjekikikannja seorang wanita, dan ia inilah jang
memberikan penjabutan, katanja:
"Bojah sombong, djanganlah kau terkebur dahulu. Lihatlah wadjahmu dikatja jang kusediakan ini."
Betul sadja dari sana melajang satu benda tembaga jang berupa katja, tjepat Siauw Beng
mengulurkan tangan dan menjambutinja.
Mungkinkah Ang-tjiang Tjouw-su jang mendjadi salah satu dari 4 Manusia Imperialis itu seorang
Wanita" Demikian pikir Siauw Beng jang tidak mengerti.
Maka katja dipasang dan Siauw Beng mendjadi kaget karena tepat didjidatnja terlihat satu telapak
tangan jang berwarna merah, dengan tidak terasa katja perunggu djatuh ditanah dari pegangannja.
Dan waktu itu, berkelebat pula satu bajangan langsing jang segera memungut katja perunggunja,
bagaikan angin jang lewat bajangan ini datang dan lenjap pula.
Siauw Beng mendjadi kaget, golok bintang tudjuh segera dipegang untuk mendjaga segala
kemungkinan. "Siapa?" Demikian bentak si pemuda.
6 Bajangan langsing jang sudah lenjap dibalik pohon tertawa tjekikkan lagi.
"Botjah," katanja. "Kau sudah lihat bukan" Maka berusahalah menghindari diri dari urusan ini,
mungkin kau dapat hidup beberapa hari lagi. Tapi bila kau keras kepala dan mau turut tjampur
djuga, sebagai orang pemilik golok bintang tudjuh dan tjambuk perak, mungkinkah kau tidak tahu
kelihayannja telapak tangan berdarah perguruanku?"
Memindjam arah datangnja suara tadi, Siauw Beng sudah dapat mengetahui letak
persembunjiannja sibajangan langsing, tapi ia masih tidak berani banjak bergerak karena tahu
sampai dimana kelihayannja telapak tangan berdarah dari Ang-tjiang Tjouw-su jang dimalui.
Jang membuat Siauw Beng tidak habis mengarti jalah bilakah telapak tangan berdarah menempel
diatas djidatnja, ia tidak merasa tertepuk oleh siapapun djuga, tapi ternjata didjidat telah ada telapak
tangan berdarah, maka saking penasaran, ia sudah mau memungut katja perunggu tadi untuk
dilihat lagi. Tapi katja perunggu sudah dapat diambil oleh pemiliknja, dan sipemilik katja perunggu itu ada
didepannja, maka ia memandang dan berteriak:
"Hei, mengapa kau tidak mau kemari?"
Tiba2 dari balik pohon muntjullah seorang wanita berpotongan badan langsing, tapi pada wadjahnja
seperti tumbuh banjak daging lebih, pada berindjulan seperti daging busuk dipupuri oleh bedak jang
tebal sehingga membuat Siauw Beng jang melihat sampai tertawa saking geli.
Wanita berwadjah djelek menekuk muka, maka bentaknja:
"Apa jang kau tertawakan" Berani kau memperhatikan kecantikanku?"
7 Siauw Beng jang mendengar ini hampir mau muntah, tidak disangka wanita jang berwadjah seperti
setan berani mengatakan 'tjantik', maka tjepat ia membentak:
"Kau gila! Setelah kau berani memberi tanda telapak tangan berdarah, sudah tentu kau mempunjai
kepandaian jang tjukup berarti, maka sambutilah serangan golok bintang tudjuhku ini."
Dan betu! sadja, dengan ilmu tipu 'Tjit-seng-lian hoan', Siauw Beng sudah mengajun golok bintang
tudjuh menjerang orang. Suara bunji jang seperti gangsingan dari lubang2 digolok jang diputar mendesing, tapi wanita djelek
jang diserang tidak mendjadi takut atau kader, dengan mengikuti arah perputaran golok, ia lompat
sana lompat sini menghindari segala matjam serangan.
Siauw Beng penasaran telah dibokong orang dan diberi tanda telapak tangan berdarah diatas
djidatnja. Bukannja Siauw Beng takut mati sehingga berubah mendjadi galak, adalah ia
menguatirkan keselamatannja si nenek tua dipulau
Angin Pujuh, sebab hanja kitab 'Kun-lun Sin-sie' itulah jang dikatakan dapat menolongnja, maka
seumpama ia mati disebabkan telapak tangan berdarah, siapakah jang harus meneruskan usahanja
mengambil kitab pusaka itu"
Demikianlah, setelah menggunakan ilmu tipu 'Tjit-seng lian hoan' tidak berhasil melukai musuhnja,
ia telah merubah mendjadi 'It-auw-put-thong' membikin penjerangan jang berikutnja.
Terdengar 'Bret', sebagian badju dari siwanita djelek itu telah terpapas robek.
Wanita djelek lompat mundur, dengan tertawa ia berkata:
"Sungguh tidak pertjuma kau beladjar ilmu dipulau Angin Pujuh!"
8 Aneh sekali wanita ini mempunjai potongan badan jang langsing dan bagus, mempunjai suara
merdu jang enak didengar, tapi mempunjai wadjah muka jang seperti belatungan berdaging busuk.
Siauw Beng masih belum menjudahi gerakan goloknja, maka seraja menjerang lagi ia berkata:
".Sambutlah ini lagi!"
Tapi wanita djelek itu berteriak, sambil menundjuk kearah belakang orang ia berkata:
"Lihat dibelakangmu! Siapa jang telah datang?"
Pengalaman Kang-ouwnja Siauw Beng memang tidak ada, tapi ia tidak mudah ditipu seperti itu, ia
tahu orang mau melarikan diri, maka ia tidak mau membalikkan kepala, sebaliknja malah
mengeluarkan tjambuk perak dan dengan 'Khong hiap-lay-hong' berbareng menjerang lawannja.
Pada saat itu, dibelakangnja Siauw Beng terdengar suara 'Bemg' 'Beng' 'Beng' tiga kali, seperti
suara peti besar jang ditumpuk mendjadi satu. Tapi Siauw Beng tidak sempat menengok karena
serangannja sudah kepalang tanggung dilanjutkan.
Wanita djelek itu terpaksa harus? mendjaga diri. Melihat golok bintang tudjuh dan tjambuk perak
datang menjerang berbareng, tjepat sekali ia mengeluarkan sendjatanja jang berupa belati hitam.
Melihat belati hitam, hatinja Siauw Beng mendjadi kaget, ia menarik serangan dan membentak:
"Hei, kau mempunjai hubungan apa dengan Sak-pe Sam-hiap diperkampungan Sam-kiong
San-tjhung?" "Persaudaraan Tjoa?" Balik tanja si wanita djelek. "Mereka adalah anak2 nakal dari tjutju2ku. Hi hi
hi " 9 Waktu terdengar lagi 'Beng' 'Beng' Beng' ,Beng' empat kali jang njaring, tjepat Siauw Beng
membalikkan kepala dan dilihatnja seorang tua sudah menumpuk 7 peti besi jang segera dibawa
lari. Siauw Beng kaget, itulah peti besi sipiauwsu tua Siong Lim jang telah bunuh diri, orang telah
membunuh diri dan meminta tolong kepadanja untuk membawa ke kota Ping-kang-tin, maka
tjelakalah bila lenjap ditangannja. Maka tjepat sekali ia membikin pengedjaran untuk meminta
pulang lagi. Tapi siwanita djelek sudah menjelak dan berteriak:
"Hei, tidak usah kau meogedjar. Diriku sadja kau tidak dapat kedjar, apa lagi mau mengedjar
guruku?" "Siapa jang meadjadi gurumu?" Bentak Siauw Beng. "Apa jang dinamakan Ang- tjiang Tjouw-su?"
Wanita djelek mendjebikan bibir tebalnja, dengan merdu berkata:
"Ajo. Djika bukannja Ang-tjiang Tjouw-su, manusia manakah jang dapat lari tjepat seperti dia" Apa
kau tahu djulukan dari guruku itu?"
"Apa djulukunnya?"
"Tjoba kau tebak."
Siauw Beng marah, dilihatnja Ang-tjiang Tjouw-su sudah tinggal satu titik ketjil, tentu sadja 7 peti
jang ditumpuk dipundak tidak terlihat sama sekali. Maka semua kemarahan ditumplekan pada
dirinja wanita djelek ini, ia membentak:
10 "Siapa jang kesudian menebak-nebak! Gurumu biarpun mempunjai ilmu lari tjepat dan tidak dapat
dikedjar lagi, bila aku menahanmu dan menangkap untuk didjadikan barang tanggungan,
mungkinkah ia tidak balik lagi dan memulangkan semua peti2 jang dibawa lari?"
Wanita djelek tertawa, badannja sampai bergojang semua dan berkata:
"Satu kau menebak tepat, tapi satunja lagi menebak salah."
"Apa menebak tepat menebak salah?" Siauw Beng membentak tidak sabaran.
Wanita djelek itu seperti puas dengan olok2nja, dengan lagak jang tjukup menarik berkata:
"Kau mengatakun guruku mempunjai ilmu lari tjepat, tebakanmu ini memang tepat karena
djulukannja jalah si 'Kilat Hidup'. Dan satu lagi jang tidak tepat jalah tjaramu jang mau menahan
diriku, dengan ini kau ingin guruku mengembalikan 7 peti besi itu" Tidak mungkin. Biarpun aku
bukan mendjadi muridnja si 'Kilat Hidup' Ang tjiang Tjouw-su, tetap kau tidak dapat menangkapku.
Seumpama betul kau dapat menangkap diriku didjadikan barang tukaran, guruku djuga tidak mau
mengembalikan 7 peti itu, karena ia mempunjai satu djulukan lain jang berbunji 'Manusia tidak
berhati', tidak mungkin ia dapat memperdulikan mati hidupku lagi. Maka aku mengatakan s*atu betul
dan satu salah." Siauw Beng menunggu sampai orang selesai 'Kuliah', baru berkata geram: "Aku tidak perduli
dengan apa jang dinamakan 'Kilat Hidup' atau 'Kilat mati', aku tidak memperdulikan 'Manusia tidak
berhati' atau 'Manusia berhati', aku akan menahan dirimu bukan sadja karena gurumu telah
membawa lari 7 peti besiku, tapi djuga karena kau "
"Karena aku tjantik?" Memotong siwanita djelek. "Karena ketjantikanku inilah, maka timbul niatanmu
untuk memperistrr?" Perutnja Siauw Beng sampai dirasakan mules karena lagi sekali mendengar siwanita djelek
mengatakan dirinja 'Tjantik', tapi ia seperti budek dan tidak mendengar meneruskan katanja:
11 "Karena kau memiliki itu belati hitam."
"Mengapa kau dapat mengenali belati hitam"' Waniia djeJek itu dengan heran bertanja.
Siauw Beng tertawa dingin, katanja:
"Dari mana kau mendapatkan belati hitam itu?"
Wanita djelek ini memang tjukup nakal, bagaimana lajaknja para gadis jang baru dilepas keluar
rumah, iapua bersifat bebas dan lepas, dengan enak berkata:
"Pada suatu malam, aku mendatangi perkampungan Sam kiong San-tjhung, tenta sadja harus
membunuh dulu apa jang dinamakan Sat-gwa Sam-hiap, bagaikan membunuh 3 ekor andjing sadja
aku membunuh Tjoa Tay-Kiong sekalian. Kemudian, bagaikan membakar sampah jang sudah lama
bertumpukan, kusulut api jang segera menjala dan memakan perkampungan Sam-kiong
San-tjhung. Kemudian dari runtuhan2 dan abu jang masih panas, kudapatkan belati hitam ini."
Siauw Beng mana pertjaja, wanita didepannja mempunjai potongan badan jang langsing
mengiurkan, mempunjai lagu suara jang menarik dan merdu, mungkinkah mempunjai kelakuan jang
sekedjam ini" Maka dengan ragu2 menanja:
"Apa tjeritamu betul semua?"
"Tentu sadja." Berkata siwanita djelek. "Bila kau tidak pertjaja, aku boleh mengadjakmu
keperkampungan Sam-kiong San-tjhung untuk melihat kenjataannja."
Siauw Beng tidak dapat menahan hawa amarahnja lagi. Seperti apa jang telah kita ketahui dibagian
depan dari tjerita ini, Tjoa Tay-kiong telah memberikan pertolongannja kepada Siauw Beng jang
belum lama kematian ibunja, maka budi ini tidak nanti ia cepat melupakan begitu sadja. Mendengar
12 kata2 siwanita djelek jang membunuh 3 saudara Tjoa dan membakar perkampungan Sam-kiong
San- tjhung, tjepat sekali ia mengajun tjambuk perak dan memutarr golok bintang tudjuh menjerang
dengan kalap. Wanita djelek tidak pertjuma mendjadi muridnja si 'Kilat Hidup' Ang-tjiang Tjouw- su jang djuga
mendapat djulukan 'Manusia tidak berhati', dengan menggunakan belati hitam sebagai sendjata, ia
membikin pendjagaan jang tjukup kuat djuga.
Siauw Beng bertambah panas, dengan golok bintang tudjuh di tangen kanan, tjambuk perak
ditangan kiri, bergantian ia membikin penjerangan.
Wanita djelek mulai kewalahan, tapi ilmu mengentengi badan si 'Kilat Hidup' Ang- tjiang Tjouw-su
jang mendjadi salah satu dari 4 Manusia Imperialis telah diturunkan kepadanja semau, maka
dengan lontjat sana dan lontjat sini, ia berhasil menghindari diri dari serangannja si pemuda gagah
berani. IX. BILA DUA MANUSIA IMPERIALIS BERTEMU MENDJADI SATU.
PERTEMPURAN jang kedua kali diantara Siauw Beng dan siwanita djelek ini tidak dapat disamakan
dengan tadi. Bila pertempuran jang pertama si pemuda tidak berlaku ganas, itulah dikarenakan ia
mau menangkap hidup dan tidak adi niatan untuk melukainja. Tidak demikian dengan kali ini,
setelah mengetahui bahwa manita djelek inilah jang membunuh Tjoa Tay-kiong jang mendjadi tuan
penolongnja, maka kemarahan Siauw Beng sudah meluap-luap dan menjerang setjara ganas dan
tidak mengenal kasihan. Suara 'Wing' 'Wing' nja golok bintang tudjuh diseling djuga dengan 'Tar'
'Tar' dari tjambuk perak, dua sendjata bawaan dari pulau Angin Pujuh ini memang tjukup hebat,
musuh mulai dibuat keteter.
Wanita djelek itu ternjata banjak akalnja, melihat sipemuda mendjadi kalap, menggunakan ketika ia
tengah lompat telah berteriak:
"Tunggu dulu! Apa kau sudah lupa dengan telapak tangan berdarah jang menempel didjidatmu?"
Tapi Siauw Bang sudah tidak perduli, ia mendesak terus dengan lebih hebat lagi.
13 Dua orang saling serang didalam pertempuran sengit. Siauw Beng menang dari dua sendjata
pandjang, tapi wanita djelek menggunakan belati hitam jang tadjam, tidak berani Siauw Beng
membentur sendjata orang, maka pertempuran dapat berdjalan seru!
Sebetulnja ilmu meringankan badan wanita djelek jang mendjadi murid si 'Kilat Hidup' Ang-tjiang
Tjouw-su sudah mentjapai pada tarafnja jang tertinggi, namun ilmu ilmu kepandaian Siauw Beng
djuga tidak dapat dibuat memain, maka diseling oleh angin mendesing-desing bagaikan suara
seruling, karena 7 lubang digoloknja Siauw Beng menggunakan ilmu tipu 'Khong-hiap-lay-hong'
membikin penjerangan. Wanita djelek mempunjai ilmu kepandaian lari jang tinggi, kedjadiun ini sudah dapat kita maklumi,
maka dengan lompat sana dan lompat sini ia selalu berhasil menjingkir dari serangannja sipemuda.
Maka karena ini inilah ia mulai lengah, diperhatikannya sipemuda jang tjakap, pemuda ini
mempunjai ilmu kepandaian jang tjukup tinggi, sendjatanja tjambuk perak dan golok bintang tudjuh
pun memang hebat, wadjah mukanja tampan dan tjakap, ia melamun dan semakin tertarik sadja.
Saat inilah dalam serangan 'Khong-hiap-lay-hong', maka 'Nguing' dan 'Sret' sebagian rambutnja
sudah terpapas, kupingnja mendesing-desing hampir mendjadi korban golok bintang tudjuh jang
hebat. "Hebat!" Wanita djelek memudji sambil lompat menjingkirkan diri.
"Jang hebat masih belum menjusu!" Sambung Siauw Beng tjepat.
Dan 'Tar, tjambuk perak menjusu! membikin penjerangan. Tapi kali ini wanita djelek tidak melamun,
ia lompat menjingkir dan berteriak:
"Tahan! Apa kau sudah lupa dengan tanda telapak tangan berdarahmu?"
Ternjata ilmu telapak tangan berdarah adalah ilmu pukulan jang terlihay dari si Kilat Hidup
Ang-tjiang Tjouw-su, siapa jang sudah mendapat tanda telapak tangan berdarah ini, didalam waktu
24 djam akan mati konjol dengan tidak diketahui sebab2nja.
14 Siauw Beng pernah melihat bagaimana orang2 dari si piauwsu tua Siong Lim mati kanjol semua,
maka mendengar orang berkali-kali memberi peringatan, ia berhenti dan menanja:
"Mengapa?" "Kau mempunjai hubungan apa dengan Tjoa Tay-kiong, mengapa sampai demikian kalap
dikarenakan mendengar kabar kematian nja?" Wanita djelek itu menanja.
Siauw Beng sungguh tidak mengerti, dari lagu suara jang merdu mana mungkin sedjelek ini
rupanja" Dari potongan badan jang menggairahkan mana mungkin sedjelek ini. Tapi didalam
kenjataan ia sedang berhadapan dengan seorang wanita jang luar biasa djeleknja. Agar tidak
dikatakan pemuda tidak tahu aturan, iapun memberikan djawaban atas pertanjaan orang:
"Pada 6 tahun jang lalu, Tjoa Tay Kiong pernah memberikan pertolongannja kepada kami anak dan
ibu." "Karena ini kau mau membunuh diriku."
"Betul! Kau telah membunuh dirinja, kau telah membakar kampungnja, mungkinkah aku dapat
berpeluk tangan sadja?"
Tiba2 wanita djelek mundur kaget, sambi! menundjukan belati hitam ia berkata:
"Aaaaaa Kau inilah itu anak ketjil jang dibawa lari oleh muridnja Pek
kut Sin kun si Muka Hitam Hek thian Thong dan bersama-sama djatuh kedalam lembah Patah
Tulang. Kiranja kau masih belum mati?"
15 Hanja gara2 utjapan jang dianggap sepele sadja, orang telah dapat mengetahui asal usulnja,
kekagetannja Siauw Beng tidak kepalang. Inilah soal jang paling runjam.
Menurut penuturan ibunja almarhum, bila asal usul dirinja dapat diketahui orang, akan tjelakalah
sehingga tidak dapat makan dan tidur tenang, puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang jang segera
membikin pengedjaran, maka itu waktu, uatuk melarikan diri sadja sudah tidak ada harapan.
Ia tinggal dipulau Angin Pujuh lebih dari 6 tahun, sebetulnja tidak mudah orang dapat mengenali
dengan segera, tidak disangka wanita djelek dihadapannja dapat menebak tepat dan
berteriak-teriak, bagaimana bila orang lain dapat mengetahui djuga" Bukankah akan mendjadi
runjam dan heboh" Memikir sampai disini, maka Siauw Beng dengan marah membentak:
"Lalu kau mau apa?"
Golok Bintang Tudjuh It Kiam Tjeng Tjhim Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wanita djelek itu tertawa tjekikikan, katanja:
"Aku datang untuk menonton keramaian! Kesatu, karena itu kitab 'Kun-lun Sin-sie' berada
ditanganmu, maka tidak perduli kemanapun kau pergi, tetap kau dikuntit para tokoh2 serakah djuga.
Kedua, Pui Siauw Beng, djangan kau kira aku tidak mengetahui asal asulmu, biarpun kau mempujai
seribu tangan seribu kaki, mungkinkah dapat melajani kerojokannja orang2 ini?"
Heran! Mengapa siwanita djelek dapat mengetahui nama dan she orang" Soal ini hampir Pui Siauw
Beng tidak pertjaja. Orang jang terdekat dengan si pemuda jalah si nenek dipulau Angin Pujuh jang
Pui Siauw Beng belum ketahui siapa adanja, tapi nenek itu pun belum dapat menjebut 'Pui Siauw
Beng' tiga surat. Wanita djelek itu tertawa tjekikikan lagi, katanja:
"Pui Siauw Beng, djangan kau heran karena aku dapat mengetahui namamu, tiga kali aku turun
16 kedalam lembah Patah Tulang, disana aku mendapatkan badju luarmu jang ketinggalan, dibalik
badju luar itulah aku mendapatkan tjatatan2 jang memberikan pendjelasan tentang asal usul dan
namamu, itulah tulisan2 ibumu jang ditinggalkan untukmu. Tapi badju luar itu sudah sobek, bukan
kau jang merobeknja, bukan?"
Pui Siauw Beng memanggutkan kepala.
"Maka," sambung wanita djelek jang masih diragukan kedjelekannja. "Tentang asal usul dirimu, aku
ada terlebih djelas dari padamu!"
Siauw Beng memang maslh belum mengarti, mengapa ibunja membawa ia lari" Mengapa 'Kun-lun
Sam-po' atau tiga pusaka Kun lun dapat terdjatuh kedalam tangan mereka" Mengapa terdapat
banjak orang jang mengedjar-ngedjar mereka dan achirnja sang ibu telah terbinasa oleh pukulannja
seorang dari gunung Khong- tong.
Tentang letak penjimpan kitab 'Kun-lun Sin-si' pernah djuga Pui Siauw Beng menanjakan kepada
ibunja, tapi sang ibu menggeleng-gelengkan kepala dan berkata, bahwa nama serta tempat
penimpanan 'Kun lun Sin-sie' tidak boleh diketahui orang, atau akan tjelakalah ia sendiri. Ratusan
orang atau ribuan orang akan mengintil dibelakang membikin pengedjaran, maka tidak perduli ia
berkepandaian maha tinggi, pada suatu hari; akan kalah djuga dengan kerojok2annaja orang2 ini.
Pernah djuga Pui Siauw Beng bertanja kepada ibunja, siapakah jang mendjadi ajahnja" Tapi ibu
hanja mengatakan ia she Pui dan tidak menjebut namanja sama sekali. Ia mengatakan bahwa bila
sang anak sudah dewasa, maka semua rahasia2 ini dapat diketahuinja djuga.
Tidak disangka semua tjatatan2 ini tersimpan di badju luarnja jang ketinggalan di dasar lembah
Patah Tulang, disana, setelah Hek Thian Tong menjobek dan mengetahui nama Pui Siauw Beng,
karena kedatangannja si nenek dari pulau Angin Pujuh, maka ia telah terbinasa dan demikianlah
badju luar Pui Siauw Beng telah terbengkalai disana dan achirnja dapat ditemui oleh wanita jang
berwadjah djelek ini. "Dimanakah sekarang badju luarku itu?" Pui Siauw Beng mulai menanja.
Wanita djelek itu tertawa tjekikikan, wadjahnja jang banjak daging lebih itu sampai bergojangan,
17 menambah kedjelekan, kemudian ia berkata:
"Sudah kubuang Tapi, tjatatan tentang asal usulmu itu telah kusobek
sebagian." "Kini dimana itu?" tanja Pui Siauw Beng. "Berikanlah kepadaku."
"Tidak bisa." Djawab wanita djelek. "Biarpun aku telah mengetahui namamu, tapi kau masih belum
mengetahui namaku. Mengapa kau tidak mau menanja dahulu?"
Sungguh lutju" Pui Siauw Beng sudah berniat membunuh wanita djelek ini bila dapat memastikan
Tjoa Tay Kiong telah terbinasa ditangannja, maka mendengar kata2 jang mengesalkan, ia
mem-banting2 kaki dan berkata:
"Tidak kasih" Apa kau kira aku tidak dapat merebut kembali?"
Wanita djelek menggeleng-gelengkan kepala berkata:
".Heran! Selama 6 tahun belakangan ini, apa kau menetap di pulau Angin Pujuh?"
Hatinja Pui Siauw Beng tergerak, ia memang belum tahu siapa nenek tua jang berwadjah welas
asih itu, maka menggunakan ketika ini, ia ingin mengorek sedikit keterangan darinja, maka
berkatalah ia: "Djika betul, bagaimana?"
"Betul2 membuat aku heran dan tidak mengerti, situa bangka jang tidak mau mati2 itu mengapa
18 tidak mengganggu selembar pun rambutmu?"
Pui Siauw Beng paling sajang kepada poponja dipulau Angin Pujuh jang dianggap manusia terbaik
didalam dunia, maka mendengar ada orang jang mentjela, ia mendjadi marah dan membentak:
"Siapa jang kau maki dengan sebutan 'Situa bangka jang tidak mau mati2 itu?" "Siapa lagi djika
bukannja situa bangka penghuni pulau Angin Pujuh, pemilik golok bintang tudjuh dan tjambuk
perak?" djawab wanita djelek heran
Kemarahan Pui Siauw Beng tidak dapat ditawar lagi. 'Tar' dan tjambuk perak diajun menjerang
kepala orang. Wanita djelek gesit dan lintjah, badannja jang langsing bergerak dan menjingkir dari serangannja
pemuda. "Hei, kau masih pernah apa dengan situa bangka she Oen itu?" Wanita djelek menanja heran.
"Ow!" Pui Siauw Beng mengeluarkan seruan didalam hati, ternjata poponja she Oen, baru kini ia
dapat mengetahui she poponja jang tertjinta.
Ternjata si nenek tua penghuni Pulau Angin Pujuh, pemilik golok bintang tudjuh adalah orang
pertama dari 4 Manusia Imperialis jang sudah ditjap terdjahat didalam dunia. Mo-mu Oen-hun.
Demikian nama jang tjukup seram! Mo-mu adalah djulukannja jang berarti seribu iblis, dan Oen Hun
adalah nama aslinja, maka wanita djelek memakinja sebagai situa bangka she Oen. Sajang Pui
Siauw Beng tidak tahu kepada siapa ia berguru, dengan siapa ia tinggal selama 6 tahun belakangan
ini, malah ia lebih pertjaja kepada Mo-mu Oen hun dari pada siapapun djuga. Hal inilah jang
membuat tjerita bertambah kalut dan ramai karenanja.
Waktu itu, dari djauh terdengar siulan jang tinggi. Mendengar ini, wanita djelek berteriak:
"Suhu sudah kembali!"
19 Pui Siauw Beng menengok kearah datangnja siulan, dan betul sadja terlihat satu titik ketjil dengan
menggendong 7 buah peti besi kembali lagi. Itulah si Telapak Tangan Berdarah alias Kilat Hidup
Ang tjiang Tjouw-su jang balik kembali.
Sebentar sadja Ang Tjiang Tjouw-su sudah tiba disana, ternjata ia tidak balik seorang diri sadja,
dibelakangnja terlihat seorang jang berwajah majat dan bermuka kuda tampak mengedjarnja, ialah
Pek-kut Sin-kun jang pernah menjuruh Tjoa Tay Kiong dan si Pintjang Pui Kie membongkar kuburan
ibunja Pui Siauw Beng. Sebagai salah satu dari 4 Manusia Imperialis djuga, Pek-kut Sin-kun atau Siluman Tengkorak
mempunjai ilmu kepandaian jang tinggi. Maka Ang-tjiang Tjouw-su jang harus
menggendong-gendong 7 buah peti besar tidak dapat memberikan perlawanannja, segera ia tiba
disana dan berteriak kepada muridnja.
"Yang Hong, sambuti peti2 ini!"
Pundak kirinja mumbul sedikit, maka 7 peti besar jang mendjadi barang antaran si piauwsu tua
Siong Lim jang telah direbut oleh Ang tjiang Tjouw-su melajang dan menudju ke wanita djelek jang
dipanggil Yang Hong. Kini Ang-tjiang Tjouw-su bebas dari beban, terlihat ia memegarkan kedua tangannja jang ternjata
berwarna merah berdarah menjerang ke arah Pek-kut Sin kun.
Itulah ilmu pukulan telapak tangan berdarah jang ganas.
Tapi Siluman Tengkorak Pek-kut Sin kun tidak takut, ia mengeluarken kedua telapak tangaanja
menangkis dan 'Bum' 'Bum' dua kali, masing2 sudah terpukul mundur. Mereka seri dan sama kuat.
Pui Siauw Bmg tidak tahu siapa adanja Pek kut Sin-kun, ia hannja kaget karena disini ia sudah
menemukan tiga djago2 kuat jang tidak mudah untuk dihadapinja. Wanita djelek jang disebut Yang
Hong sadja sudah sukar uutuk dihadapi, apalagi si Kilat Hidup Ang-tjiang Tjouw su jang mendjadi
suhu orang, mana mungkin ia dapat memberikan perlawanan" Kini mutjul pula seorang sastrawan
20 jang bermuka kuda seperti majat ini, orang ini dapat mengimbangi kekuatannja Ang-tjiang Tjouw-su,
mana mungkin ia dapat melawannja"
Maka dilihatnja 7 peti besar jang melajang turun, itu waktu wanita djelek jang bernama Yap Yang
Hong sudah memasang pundak, ia hendak mengambil alih tugas gurunja jang harus menempur
Pek kut Sin-kun jang ternama.
Pui Siauw Beng menengok lagi ke arah si Telapak Tangan Berdarah dengan lain djulukan si Kilat
Hidup Ang-tjiang Tjou-su jang sudah madju lagi dan menempur musuhnja. Mereka sama kuat dan
sama hebat, pertandingan berdjalan dengan seru!
Inilah kesempatan jang tidak mudah untuk didapatkan, menggunakan ketika ini Pui Siauw Beng
ingin merebut 7 buah peti kembali. Ia ingin menjelesaikan tugas jang diberikan oleh Siong Lim jang
telah mati bunuh diri, itu malam djuga ia ingin mengantarkan ke kota Peng-kang-tin dan kemudian
mentjari kitab 'Kun-lun Sin- sie' jang akan dibawa pulang ke pulau Angin Pujuh, diserahkan kepada
si nenek tua jang dianggap manusia baik olehnja.
Disinilah letak kepribadiannja Pui Siauw Beng jang luhur, biarpun ia tahu diatas djidatnja ada
bertanda telapak tangan berdarah, tapi ia masih tidak mementingkan diri sendiri, ia ada lebih
mementingkan kepentingan lain orang.
Ditjeritaknn 7 tumpukan peti melajang turun terlebih rendah lagi, wanita djelek Yap Yang Hong
sudah memasang posisi untuk lari, pundaknja tepat berada dibawah peti2 jang saling susun rapi,
begitu peti djatuh, ia siap melarikan diri dan membawa 7 buah peti aneh ini pergi.
Maka tjepat sekali Pui Siauw Beng mengajun tjambuk perak nja 'Tar' mengarah lima djalan darah
orang. Kepandaiannya Yap Yang Hong telah mendapat didikan Ang-tjiang Tjouw-su langsung ada 7 atau 8
bagian dari kepandaian gurunja telah djatuh kedirinja semua, mendengar suara serangan dari arah
belakang, tjepat sekali ia meledjit kedepan menghindari serangan.
Saat inilah jang dinantikan oleh sipemuda, maka tjepat ia madju tiga langkah memasang pundak,
tepat sekali 7 peti saling numpuk djatuh pada pundaknja.
21 Pui Siauw Beng segera merasakan bobot 7buah peti berada diatas pundaknja sehingga terhadap
ilmu kepandaian si Kilat Hidup Ang tjiang Tjouw-su ia harus memudji didalam hati. Ternjata djumlah
berat dari 7 buah peti besar itu lebih dari 2000 kati, tapi berkat daja lemparan Ang-tjiang Tjouw-su,
ia hampir tidak merasakan, maka enak sadja ia panggul untuk dibawa pergi atau lari.
Disana, wanita djelek Yap Yang Hong berteriak memudji:
"Eh, botjah litjik. Pandai sekali kau menggunakan kesempatan!"
Yap Yang Hong berteriak disertai dengan gerakan belati hitam jang mendjadi pusaka Kun-lun-pay
jang terdjatuh kedalam tangannja dikasih kerdja menjerang kearah si pemuda.
Pui Siauw Beng sudah menduga bakal mendapat serangan seperti ini, maka tjambuk peraknja
diajun siap melibat tangan orang jang digerakkan menusuk dirinja.
Gerakannja Yap Yang Hong gesit, tidak pertjuma ia mendjadi murid si Kilat Hidup Ang-tjiang
Tjouw-su jang mempunjai kaki maling, tidak menunggu sampai tjambuk perak melilit tangan, ia
membatalkan serangan dan menarik pulang belati hitam, dengan demikian ia berhasil menghindari
serangan orang. Kini ia berada dibelakang orang, dan tjepat sekali menusukkan pula belati hitamnja.
Pui Siauw Beng diserang! Beban berat di atas pundak jang berupa 7 buah peti besar tentu sadja
menjukarkan dirinja, sulit untuk ia menghindari diri dari serangan, maka tjambuk perak lalu diajun
dan membalikkan kepala untuk menghadapi sang lawan.
Wanita djelek Yap Yang Hong mempunjai ketjepatan jang berada di atas lawannja, kedjadian ini
sudah masuk didalam perhitungannja, maka ia tidak meneruskan serangan belati hitam, sebaliknja
bergerak lagi dan ini kali perut oranglah jang didjadikan sasaran.
22 Tjelaka! Serangan tangan sipemuda sudah dikeluarkan, sukar untuk menghiudari tusukan belati
hitam jang datang setjepat ini. Sebentar lagi perut akan mendjadi korbannja belati hitam, maka si
pemuda memeramkan mata untuk menerima kematian.
Tapi siwanita djelek Yap Yang Kong tidak meneruskan tusukan belati hitamnja, ia membalikkan
telapak tangan dan 'Bret' sebagian badju dari Pui Siauw Beng, dari perut sehingga leher badju telah
terbelah mendjadi dua. Kedjadian ini terdjadi didalam waktu jang singkat, maka tjepat sekali Pui Siauw Beng mengeluarkan
golok bintang tudjuh, golok ini diputar sedemikian rupa mendjaga seluruh tubuhnja, hingga
menimbulkan suara angin jang menderu-deru bagaikan serulig golok mengalun di udara.
Bunji golok bintang tudjuh jang diputar memang tjukup istimewa, disana, Pek-kut Sin-kun jang
bertempur dengan Ang tjiang Tjouw-su segera meagenali dan berteriak:
"Hei, orang dari pulau Angin Pujuh djangan lari dulu! Tunggu sampai aku selesai bertempur dengan
si Kilat Hidup ini, aku masih ada urusan jang mau dibitjarakan denganmu."
Telapak Tangan Berdarah Ang Tjiang Tjouw-su jang dimaki si Kilat Hidup tidak marah, sebaliknja
telah tertawa berkakakan, dan balasnja.
"Pek kui Sin-kun, semakin lama kau semakin tidak tahu malu. Mengapa kau tidak berani langsung
mendatangi pulau Angin Pujuh mentjari guru orang" Kau hanja pandainja menghina botjah jang
tidak bernama. Kelakuanmu ini mana seperti kelakuan satu tokoh ternama" Seharusnja, namamu
Pek-kut Sin-kun harus dihapus atau disingkirkan dari 4 Manusia Imperialis."
Pai Siauw Beng heran, mengapa orang segera dapat mengetahui ia datang dari pulau Angin Pujuh"
Kini mendengar kata2nja Ang-tjiang Tjouw-su, ia baru tahu bahwa orang jang bermuka seperti kuda
itu adalah si Siluman Tengkorak Pek-kut Sin-kun jang ternama. Disini sudah hadir dua manusia
Imperialis jang harus diganjang, entah siapa2 lagi dua manusia Imperialis lainnja"
Mulut si Kilat Hidup Ang tjiang Tjouw-su memaki, tangannja tidak tinggal diam, pukulan telapak
tangan berdarah dikerahkan dan memukul kearah pundak kiri Pek-kut Sin-kun.
23 Siluman Tengkorak Pek kut Sin-kun lompat menjingkir dari serangan orang, berbareng ia membikin
serangan balasan dan membentak:
"Tangan Merah, bilakah kau bersekongkol dengan sinenek tua?"
Ternjata Ang Tjiang Tjouw-su mempunjai arti 'Tjakal bakal pukulan tangan merah', maka Pek kut
Sin-kun memanggil 'Tangan merah' kepadanja.
Si Kilat Hidup Ang Tjiang Tjouw-su mempunjai kegesitan jang luar biasa, maka dengan mudah ia
menjingkir ke belakang orang, memukul dan membentak:
"Tutup mulut!" Demikian dua manusia Imperialis ini saling maki saling serang, saling membela diri dan membikin
pendjagaan. Dilain medan pertempuran, Pui Siauw Beng harus berhadapan dengan wanita djelek Yap Yang
Hong jang gesit, si pemuda tidak mendjadi kapok karena ditusuk belati hitam jang hanja memakan
korban badjunja, dengan golok bintang tudjuh ditangan kanan dan tjambuk perak ditangan kiri ia
memberikan perlawanan. Yap Yang Hong djuga tidak takut terhadap sipemuda jang telah dibebani 7 peti beaar dipundak,
dengan belati hitam dan gerakan lintjah ia menangkis dan menjerang. Wanita djelek ini seperti ada
niatan untuk memantjing pergi sipemuda mendjauhi Pek-kut Sin-kun dan Ang tjiang Tjouw-su, ia
main mundur dan didesak madju oleh Pui Siauw Beng.
Maka setelah djarak dengan dua manusia imperialis djauh, dengan perlahan wanita djelek Yap
Yang Hong berkata: 24 "Botjah tolol, mengapa kau masih tidak tahu diri?"
Pui Siauw Beng menjerang dengan golok bintang tudjuh dan membentak:
"Apa jang tidak tahu diri?"
Yap Yang Hong menjingkir dari serangan golok dan berkata:
"Apa kau kira kau dapat hidup sehingga detik ini, bila aku meneruskan tusukan belatiku tadi"
Serahkanlah 7 buah peti jang dimaui oleh guruku itu, kemudian menghentikan pertempuran ini"
"Phuy!" Pui Siauw Beng meludah. "Apa kau kira 7 buah peti ini barang kepunjaanmu" Betul belati
hitammu tadi memberi ampun satu kali, djika nanti golok bintang tudjuhku djuga akan memberi
ampun kepadamu." Yap Yang Hong mem-banting2 kaki, teriaknja:
"Oh, pemuda membosankan. Tahu begitu, kutusuk sadja perutmu tadi. Betul 7 buah peti itu bukan
kepunjaanku, tapi djuga memangnja kepunjaanmu?"
Sementara itu, djarak mereka dengen si Kilat Hidup Ang-tjiang Tjow-su dan si Siluman Tengkorak
Pek kut Sin kun bertambah djauh, mereka tidak dapat melihat atau mendengar apa tang telah
terdjadi, maka Yap Yang Hong dapat berteriak semakin keras seperti tadi.
Pui Siauw Hong tidak mau menerima budi orang, maka bantahnja:
"Tentu! 7 buah peti besi ini adalah barang tanggung djawabku jang telah diserahkan oleh sipiauwsu
tua jang bernama Siong Lim. Biar bagaimana aku harus berusaha mengirimkan 7 buah peti ini
kekota Peng-kang-tin."
25 Wanita djelek Yap Yang Hong mengeluarkan suara dari hidung 'Hm' dan katanja:
"Piauwsu tua Siong Lim bangsa apa" Apa ia ialah memberitahu kepadamu tantang isi dari 7 peti
jang berada dipundakmu itu?"
Pui Siauw Beng melengak, karena inilah serangan belati hitam dari Yap Yang Hong himpir
mengenai kakinja. Tjepat ia menenangkan hati dan membalas dengan serangan Khong
hia-lay-hong lagi. Wanita djelek Yap Yang Hong tertawa tjekikikan, dari suara ini sipemuda hampir tidak pertjaja akan
kedjelekan musuh dihadapannja, inilah suara merdu seoraog gadis jang belum lama meningkat
dewasa. "Pui Siauw Beng," demikian Yap Yang Hong berkata. "Tentang asal usulmu, hanja aku seorang jang
tahu. Kau serahkanlah 7 buah peti itu, maka aku akan bcrdjandji tidak akan membotjorkan rahasia
dirimu." "Tidak!!" Pui Siauw Beng berteriak. "Aku pernah meudjandjikan Siong Lim untuk mengantarkan 7
peti ini ke kota Peng-kang-tin."
Yap Yang Hong membanting-banting kaki, katanja:
"Botjah, kau memang tolol dan goblok. Kau bitjara dengan suara keras, mungkinkah sengadja agar
guruku mendengarnja?"
Betul sadja, saling serang di antara si Kilat Hidup Ang-tjiang Tjouw-su dan si Siluman Tengkorak
Pek-kut Sin-kun makin lama makin berpindah mendekati mereka. Pui Siauw Beng memandang ke
arah dua lawan jang tengah bertanding dan berteriak:
"Tidak perduli!"
26 Yap Yang Hong semakin geregetan, tjepat ia berkata perlahan:
"Hei permainan golokmu itu kendurkanlah sedikit, dan bitjaralah dengan tidak terlalu keras agar
tidak didengar oleh guruku dan Pek Kut Sin-kun. Kau pertjaja kepadaku, tidak mungkin aku melukai
dirimu." Pui Siauv Beng agak bingung, maka gerakan goloknja semakin kendur, kesempatan ini digunakan
oleh Yap Yang Hong dan berkata:
"Siorg Lim mengatakan kepadaku bahwa orarg jang meminta tolong membawakan barang antaran
Golok Bintang Tudjuh It Kiam Tjeng Tjhim Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akan membunuh keluarganja. Bila barang antaran jang dimaksud tidak tiba ditempat tudjuan?"
Pui Siauw Beng menganggukkan kepala.
"Kau terkena tipunja Siong Lim!" Berkata Yap Yang Hong tjekikikan. "Orang jang meminta
membawakan barang antaran jang berupa 7 buah peti besar dipundakmu itu jalah Pek kut Sin-kun
sendiri!" "Apa?" Pui Siauw Beng tidak pertjaja. "Kau djangan mentjoba memperdajai orang. Pek-kut Sin-kun
memang orang apa, harus meminta membawakan barang2nja kepada segala matjam piauwsu
segala." Yap Yang Hong menganggukkan kepala, katanja:
"sudah kukatakan, kau tolol, memang tidak salahnja. Apa kau tak tahu apakah akibatnja bila 3
manusia imperialis lainnja, Kun-lun Tjit-tju (7 tokoh dari Kun-lun) sekalian tahu Pek-kut Sin-kun
membawa-bawa 7 buah peti itu" Mungkinkah ia dapat berdjalan aman dan tenang" Maka ia telah
memisahkan perhatian orang dan menjuruh Siong Lim membawakannja. Siong Lim sebagai
manusia biasa, tentu tidak terlalu menarik perhatian, dengan demikian ia dapat aman menunggu di
Peng kang-tin menarik keuntungan. Tidak disangka, kuping guruku sangat tadjam, maka siasat ini
dapat diketahuinja djuga."
27 Pui Siauw Beng sudah mulai mengendurkan gerakkannja, mendengar sampai disini agaknja ia
pertjaja kepada utjapannja si wanita djelek, pikirnja, tidak berguna ia menolong membawakan
barangnja P3k-kut Sin-kun, maka terdengar ia berteriak:
"Hei, Pek kut Sin-kun, apa betul 7 peti besi ini ada mendjadi barang2 kepunjaannmu?"
Suara sipemuda sudah dilatih banjak tahun dipulau Angin Pujuh, tentu sadja keras dan kentjang,
sebentar kemudian dari sana terdengar suaranja Pek-kut Sin-kun menjahut:
"Betul! Djika kau dapat memperhatikan 7 buah peti itu sampai tidak direbut, maka perhitungan
dendam dengan gurumu jang telah membunuh muridku akan kuhapuskan, tapi akan tjelakalah kau
seumur hidup bila tidak dapat mendjaganja."
Pui Siauw Beng bukan manusia jang dapat digertak, ia tidak puas diantjam seperti tadi, maka 'Bum'
'Bum' 'Bum' 7 kali, 7 buah peti sudah didjatuhkan dari pundaknja dan berkata:
"Siapa jang kesudian mendjagakan 7 buah peti besimu ini" Kau djagalah sendiri dan aku tidak mau
ikut tjampur didalam perebutan ini. Tapi bila kau berani mengantjam keluarga Siong Lim dirumahnja,
tentu akupun tidak dapat melepaskan dirimu."
Siluman Tengkorak Pek-kut Sin-kun tertawa terkekeh-kekeh, katanja djauh:
"Boleh kita lihatsiapa jang tidak dapat melepaskan lawannja?"
Tapi disana Ang-tjiang Tjouw-su djuga tidak tinggal diam, ia mengurung sang lawan dengan ilmu
pukulan2 telapak tangan berdarahnja sehingga membuat Pek-kut Sin kun tidak berdaja
membebaskan diri dan harus melajaninja.
Pui Siauw Beng menjimpan golok dan tjambuknja, ia berdjalan pergi dengan tidak memperdulikan 7
28 buah peti besi itu lagi, jang sebetulnja masih mempunjai sangkutan dengan rahasia asal usulnja.
Mendadak sadja terlihat bajangan bergerak dan wanita djelek Yap Yang Hong sudah menghadang
djalan perginja sipemuda, mulutnja bergerak-gerak seperti mau mengutjapkan sesuatu apa, sajang
agak berat, maka ia terdiam sadja mengawasi sipemuda.
Pui Siauw Beng merasa mual dipandang sedemikian rupa, maka dengan gusar membentak:
"Mengapa kau masih menghadang djalan kepergianku?"
Djauh dari mereka djuga terdengar teriakannja si Kilat Hidup Ang-tjiang Tjouw-su:
"Yap Yang Hong, lekas bawa 7 peti besi itu ketempat jang kita djandjikan. Mengingat hubungannja
botjah itu dengan sinenek tua she Oen, djanganlah kau mengganggu dirinja."
Yap Yang Hong mengija kepada gurunja, kemudian dengan suara jang ditekan dan perlahan
berkata: "Pui Siauw Beng, legakanlah hatimu. Tentang asal usulmu akan kurahasiakan dengan aman. Kau
pergilah dengan segera!"
Sipemuda tidak mengerti sikap dari wanita djelek ini djauh berbeda dari semula, maka dengan tidak
terasa dipandangnja sekali lagi.
Yap Yang Hong seperti masih belum selesai bitjara maka katanja:
"Tentang tjerita kedjadian di perkampungan Sam kiong San- tjhung hanja berupa tjerita isapan
djempol belaka. Maka bila kau tiba disana, kau akan lihat perkampungan itu masih ada seperti
sedia kala. Dan Tjoa Tay Kiong djuga tidak terbunuh seperti kutjeritakan kepadamu, tapi ia masih
hidup segar bugar tidak menderita tjatjad sesuatu apa. Lekaslah kau kesana."
29 Pui Siauw Beng tidak memperdulikan Pek-kut Sin-kun dan Ang tjiang Tjouw-su lagi, tjepat sekali ia
bergerak dan meninggalkan mereka jang masih asjik bertempur. Bila dua tokoh kuat jang seperti
mereka mengadu tenaga, memang sampai 3 hari tiga malam pun masih sukar untuk mendapat
kepastian. Maka, dengan tidak mendapat rintangan, sebentar sadja Pui Siauw Beng sudah tiba dikota
Peng-kang-tin. Kota Peng kang-tin tjukup ramai. Betul dimusim saldju jang dingin, tapi suasana kota masih tidak
dapat dilenjapkan, banjak orang jang berpakaian tebal atau bermantel mundar mandir, rumah
makan dan penginapan tidak ada jang kosong, suara riuh rendah kadang2 masih terdengar.
Setibanja didalam kota, baru sipemuda teringat sesuatu hal. Mengapa ia tidak menanjakan apa jang
mendjadi isi dari 7 buah peti besi" Dari sikap laku si wanita djelek, tidak sukar untuk menanjakan
keterangan darinja. Pui Siauw Beng tidak mengarti mengapa ia bolehnja pertjaja kepada itu wanita djelek" Bila
mengingat daging jang berindjulan diatas mukanja, tentu sadja tjukup memualkan bagi siapa jang
melihat, tapi ia mempunjai: potongan badan jang
menaritk, lagu suara jang merdu dan ah, Pui Siauw Beng tidak berani memikir
terlebih landjut, wadjah djeleknja itulah jang ia tidak tahan untuk menerima.
Terbajang pula wadjah wanita djelek Yap Yang Hong dihadapannja, mengapa ia tidak menusukkan
belati hitam diperut" Tapi hanja merobek sebagian dari badjunja sadja" Dan mengapa ia berdjandji
untuk tidak membongkar rahasia asal usulnja" Mengapa orang dapat berlaku sebagai ini"
Mungkinkah ada terselip sesuatu apa"
Pui Siauw Beng melamun sambil berdjalan, sehingga dengan tidak diketahui ia hampir menubruk
seseorang. 30 Orang jang mau ditubruk mendjadi marah, maka tangan besarnja diulurkan hendak mentjengkeram.
Untung sipemuda dapat berlaku gesit, tjepat sekali ia menundukkan badan dan menghindari
tjengkeraman tangan orang.
Berbareng kupingnja mendengar satu suara:
"Sam te, kau mengapa" Orang toch belum menubruk tubuhmu bukan?"
Inilah suara jang tidak asing lagi bagi Pui Siauw Beng! Hatinja tergetar, itulah suaranja Tjoa Tay
Kiong jang ia kenal betul.
Maka ia mendongakan kepala dan betul sadja didepannja sadja terlihat Tjoa Tay Kiong jang sedang
didampingi oleh adik ketiganja Tjoa Tay Hiong, dan ia inilah jang tadi mengulurkan tangan siap
mentjengkeram orang. Tjoa Tay Hiong tidak puas karena tjengkeramannja tidak membawa hasil jang diinginkan, apa lagi
mendengar toakonja mentjegah ia membikin onar, maka dengan tidak puas berkata:
"Botjah ini berdjalan dengan seradak seruduk, dihawa jang sedingin ini tidak memakai badju dingin
sama sekali, apa tidak bisa djadi murid atau orang suruhannja Kim lo Han jang mentjari setori?"
"Djangan sembarang mendakwa o?ang." Tjoa Tay Kiong berkata keren. "Mungkin djuga anak dari
seorang jang tidak berada, maka djanganlah kau mentjari gara2 lagi. Urusan kita ada terlebih
penting!" Tjoa Tay Hiong mendengar tidak puas, tapi ia tidak berani melawan perkataan atau perintah
toakonja maka berdua lalu berdjalan pergi meninggalkan sipemuda.
Hatinja Pui Siauw Beng tergerak, urusan apa lagikah jang akan terdjadi" Maka ia siap mengulurkan
31 tangan memberi bantuan, dengan mengikuti dibelakang mereka ia membikin penguntitan.
Tjoa Tay Kong dan Tjoa Tay Hiong masuk kedalam rumah makan jang besar, maka Pui Siauw
Beng turut mengajunkan langkahnja kesana.
Tjoa Tay Kiong dan Tjoa Tay Hiong memilih tempat duduk jang menjolok mata, maka Pui Siauw
Beng mengambil medja jang berhadap-hadapan dan memasang kuping mentjuri dengar
pembitjaraan. Tidak lama terlihat Tjoa Tay Kiong mengkerutkan kening dan berkata:
"Sam-te, setelah hilangnja belati hitam pada 3 hari dimuka aku sudah tahu akan terdjadi kedjadian
jang lain lagi. Betul sadja Kim Lo Han mengutus orangnja untuk menemui kita dirumah makan ini.
Entah apa jang mau dirundingkan olehnja?"
Tjoa Tay Hiong membusungkan dada, adik ini memang ada terlebih djumawa dari pada toakonja,
dengan mentjoba berlaku gagah ia berkata:
"Djangan takut! Hanja satu Kim Lo Han buat apa ditakuti" Dahulu, sewaktu rumah kita didatangi
oleh Kim Lo Han, Po-jang Ni-kouw, Hek Thian Tong, Tui Kie dan Tjo Put Djin sekalian, bukankah
kau dapat berlaku tenang dan tidak terdjadi sesuatu, apa bahkan kau dapat memberikan
perlawanan jang tjukup seru kepada Pu-yong Ni-kouw, kini jang datang hanja Kim Lo Han seorang
buat apa kau mendjadi takut tidak kepuguhan?"
Tjoa Tay Kiong menggeleng-gelengkan kepala. Katanja:
"Kedjadian tidak dapat disamakan pada hari itu, itu waktu aku harus membeli si anak piatu jang
belum lama kehilangan tjinta ibu, maka aku harus berdaja upaja mengeluarkan tenaga. Tapi setelah
ia terdjatuh kedalam lembah Patah Tulang dengan tidak kabar tjerita, hatiku bimbang dan tidak
tenang sehingga telah menelantarkan ilmu peladjaran, tidak demikian dengan Kim Lo Han jang
semakin lama semakin gagah dan dimalui orang, mungkinkah aku dapat menandingi dirinja, soal ini
masih harus diragukan sekali lagi."
32 "Djadi kau meragukan belati hitam telah ditjuri oleh salah satu dari mereka itu?" Tanja Tjoa Tay
Hiong. Tjoa Tay Kiong menmanggutkan kepala, katanja:
"Menurut tjerita orang, si Pintjang Tui Kie, Pu-yong Ni-kouw, Tjo Put Djin dan Kim Lo Han ini telah
mendirikan satu perserikatan jang dinamakan 'Samtasia', maka 4 orang ini disebut 4 Manusia
Imperialis Muda. Bila belati hitam dapat ditjuri dari buntalanku dengan tidak diketahui sama sekali,
mudah dibajangkan sampai dimana kemadjuan ilmu silat mereka."
Pui Siauw Beng jang mendengar pembitjaraan dari dua roang dihadapannja memanggutkan kepala.
Ternjata kata2 dari wanita djelek Yap Yang Hong memang tidak bohong, dengan ilmu kepandaian
jang dimiliki oleh muridnja si Kilat Hidup, tentu sadja tidak sukar untuk mentjuri belati hitam dari
bawah bantal Tjoa Tay Kiong. Hanja ia heran, ketjuali 4 Manusia Imperialis, kini telah timbul pula 4
Manusia Imperialis Muda. Sungguh dunia sudah tua! Matjam2 nama sadja jang telah
dikeluarkannja. Rumah makan jang didjandjikan oleh Kim Lo Han untuk bertemu dengan Tjoa Tay Kiong adalah
rumah makan jang terbesar, disana ketjuali mereka dan Pui Siauw Beng masih banjak orang tamu
lagi. Diantaranja terlihat seorang pemuda berwadjah tampan, bermulut ketjil turut memasang
perhatian atas pembitjaraan dua saudara Tjoa jang belum lama kita sebut tadi.
Dua sandara Tjoa tidak engah, tapi Pui Siauw Beng jang lebih lihay dari mereka sudah dapat
mengetahui dengan segera. Sangat kebetulan, pemuda tampan, bermulut ketjil itu memandang
kearah Pui Siauw Beng, maka dua pasang sinar mata beradu mendjadi satu.
Agaknja sikap dan pembawaan Pui Siauw Beng tidak menarik perhatian orang, maka pemuda
bermulut ketjil itupun tidak memandangg terlalu lama dan memasang kuping mendengar
pembitjaraannja Tjoa Tay Kiong lagi.
Pui Siauw Beng agak tertjengang, seperti apa jang dilihat dari katja perungu dari wanita djelek Yap
Yang Hong, ia telah melihat diatas djidatnia ada tanda tapak tangan berdarah, tapi pemuda itu
mengapa tidak mendjadi heran"
33 Maka ia menengok kekiri dan kekanan memandang orang2 menarik perhatian, banjak orang jang
dipandang tidak puas, tapi mereka tidak melakukan sesuatu apa dan djuga tidak menundjukan
keheranannja. Kedjadian ini memang agak aneh! Bila telapak tangan berdarah masih menempel diatas djidat,
sudah dapat dipastikan mereka heran dan memandang atau menarik perhatian, kini mereka
memandaag dengan pandangan mata biasa, maka kelakuan mereka agak aneh djuga dilihatnja.
Kebetulan, pelajan rumah makan segera datang membawakan makanan, maka Pui Siauw Beng
berkatja dimangkuk jang tersedia air dan telapak tangan berdarah diatas djidat sudah tidak terlihat
lagi! Sungguh heran sekali!
Seperti diketahui, tanda telapak tangan berdarah adalah salah satu ilmu jang terdjahat dari si Kilat
Hidup Ang tjiang Tjouw-su. Orang jang terkena tanda telapak tangan berdarah ini, didalam waktu 24
djam tidak mungkin dapat hidup dengan terlebih pandjang lagi. Maka tentu sadja Pui Siauw Beng
mendjadi heran karena tanda teLapak tangan berdarahnja dapat lenjap setjara mendadak.
Datang mendadak lenjappun setjara mendadak. Sungguh kedjadian aneh jang paling
membingungkan orang! Bila tidak tahu kuntji rahasianja, memang sangat membingungkan. Tapi setelah mengetahui apa
jang mendjadi sebab dari keanehan ini, Pui Siauw Beng sampai tertawa sendiri, inilah tjerita di
belakang dari tjerita ini.
Karena sedang melamun dengan tidak diketahui, dirumah makan telah bertambah satu orang,
Orang ini berupa hweshio tidak berambut, ia datang mendadak dan tertawa terbahak-bahak,
kemudian mengeluarkan suara gembrengnja:
"Saudara Tjoa memang tidak pertjuma mendjadi orang ternama, dengan sekali undang sadja
mudah bertemu muka."
Inilah Kim Lo Han jang sudah datang.
34 Tjoa Lay Kiong mengeluarkan suara hidung 'Hm' dan berkata: "Silahkan duduk!"
Kim Lo Han mengajunkan langkah lebar dan mengambil kursi jang berada didepan dua saudara
Tjoa, dengan tidak sungkan2 lagi ia duduk disana.
X. PENGHUNI MUDA PULAU ANGIN PUJUH JANG DISEGANI
KEDATANGANNJA Kim Lo Han biarpun tidak diketahui oleh Pui Siauw Beng jang sedang
melamun, tapi tidak lepas dari persiapannja sipemuda mulut ketjil jang memasang mata, ia
mengeluarkan suara dingin 'Hm' dan memperhatikan apalagi jang akan terdjadi.
Kim Lo Han tidak tahu sedang diintjar orang, ia duduk dengan lagak sombong, dihadapinja Tjoa Tay
Kiong dan berkata: "Saudara Tjoa, maksudku mengundang kemari ialah ingin meminta belati hitam jang ketinggalan itu.
Apa kau telah membawanja sekalian?"
Tjoa Tay Kiong heran, ia menjangka belati hitam telah ditjuri oleh hweshio ini, tidak tahunja orang
masih meminta lagi, maka ia kesal dan berkata:
"Kau djangan bergurau!"
"Siapa jang kesudian bergurau dengaa dirimu?" Berkata Kim Lo Han. "Pada 6 tahun jang lalu,
karena sedang mengintjar obat 'Tjian lian-soat som' dan kitab 'Kun lun- sin-sie', aku telah
melupakan belati hitamnja Kun lun-pay. Kini teringat kembali, tentu sadja aku meminta lagi.
Lekaslah kau keluarkan untuk diserahkan."
Tjoa Tay Kiong harus membongkar dugaannja semula, kini ia tahu bukan Kim Lo Han jang mentjuri
belati hitam, maka ia memberikan pendjelasan berkata:
35 "Sajang kedatanganmu sudah telat. Belati hitam telah ditjuri orang pada 3 hari berselang."
Kim Lo Han mana pertjaja" Alisnja bergerak bangun, ia marah dan membentak:
"Tjoa Tay Kiong, bukalah matamu dahulu. Siapa jang kini sedang kau hadapi" Berani kau
menjimpan barang jang telah kuintjar?"
Dan untuk menambah kegarangannja, Kim Lo Han mengangkat telapak tangan lebarnja jang siap
menggebrak medja. Pui Siauw Beng mengkerutkun kening, ia tidak ingin Tjoa Tay Kiong mendapat malu, sedianja ia
siap turun tangan atau tiba2 sadja dilihatnja si pemuda bermulut ketjil menggerakkan tangan dan
satu titik hitam meluntjur kearah medja Tjoa Tay Kiong sekalian dan tepat sekali berhenti dimana
tempat jang mau digebrak oleh Kim Lo Han tadi.
Kim Lo Han tidak menjangka ada orang jang berani mengusik-usik dirinja jang mendapat djulukan
salah satu dari 4 Manusia Imperialis Muda. Apa lagi datangnja benda hitam ini luar biasa tjepatnja,
tidak bersuara dan tidak ada pertandaannja, gerakan Kim Lo Han djuga sebat dan tjepat, maka
begitu benda hitam djatuh disana, tangannjapun bergebrak dan 'Aduh!' Kim Lo Han membal dan
berteriak- teriak: Ternjata benda hitam itu adalah bibit bentjata jang dilontarkan oleh sipemuda mulut ketjil!
Tjoa Tay Kiong jang melihat Kim Lo Han mendjadi marah, sudah siap, tidak disangka sebelum ia
bergebrak sudah terdjadi kedjadian jang seperti ini. Kim Lo Han lompat berdjingkrak-djingkrak dan
mulut berteriak-teriak. Ternjata sipemuda mulut ketjil sudah menalangi memberikan gandjarannja.
Kim Lo Han jang menderita kekalahan tidak kepuguhan mana mau mengerti" Mulutnja tidak
berhenti memaki 'Tjetjunguk' 'Bedebah' 'Kunjuk' 'Babi' dan mnkian2 jang bermatjam-matjam lagi.
Dilihatjya pemuda Pui Siauw Beng jang paling dekat dengannja, maka semua kemarahan sudah
didjatuhkan keatas dirinja sipemuda, maka dengan keras membentak:
36 "Binatang ketjil, masih enak2 sadja kau memakan nasi?"
Tangannja diajun dan memukul.
Tjoa Tay Kiong mempunjai pedoman hidup dengan asas2 tudjuan dan mementingkan amanat
penderitaan rakjat, maka melihat ada orang jang mau dihina mentah2, tjepat ia berteriak:
"Hei, kau djangan sembarang menimpa kesalahan kepada sembarang orang. Hadapilah aku
siorang she Tjoa terlebih dahulu."
Tapi gerakannja Pui Siauw Beng ada lebih tjepat dari perkataan jang diutjapkan orang, dengan
enak ditjomotnja daging dimangkuk jang segera didjedjalkan kemulut Kim Lo Han a jang berteriak
peratjat perotjot, kemudian badannja bergerak meninggalkan kursi duduk di medjanja.
'Bum' dan 'Braak', pukulan Kim Lo Han dengan tepat telah menghantjurkan kursi dan medja jang
sipemuda duduki maka berantakanlah piring mangkuk serta sajur majur diatas medja.
Pui Siauw Beng tidak puas dengan sikapnja Kim Lo Han jang sombong dan angkuh, apa lagi
setelah mengetahui bahwa Kim Lo Han adalah salah satu dari 4 Manusia Imperialis Muda, seperti
umum memahami, manusia imperialis itulah jang paling djahat di dalam dunia, mereVk selalu
membuat kekatjauan dan kebobrokan dunia, tidak perduli ia manusia imperialis tua atau manusia
imperialis muda, mereka tetap harus diganjang djuga. Tidak menunggu sampai Kim Lo Han sempat
mengeluarkan daging jang disumpalkan kedalam mulutnja, Pui Siauw Beng sudah memberikan
persen barunja dan mendorong pergi.
'Buk', Kim Lo Han terdorong djatuh. Berbareng ia memuntahkan daging sumpalan dimulut dan
berteriak kalang kabut. "Binatang tjetjunguk, berani kau mempermainkan tuan besarmu" Kau belum tahu akan lihaynja tjara
manusia imperialis bekerdja, he" Awaslah dengan batok kepala ketjilmu itu."
37 Pui Siauw Beng tertawa Puas. "Ha, ha, ha." Memang sangat lutju melihat kelakuannja Kim Lo Han
Golok Bintang Tudjuh It Kiam Tjeng Tjhim Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jang telah dibuat permainan olehnja.
Tidak demikian dengan sipemuda mulut ketjil, ia mengeluarkan suara dari hidung 'Hm' dan tetap
duduk ditempatnja. Tjepat Kim Lo Han merangkak bangun, dengan menuding-nudingkan djari tangan kearah Pui Siauw
Beng, ia membentak: "Binatang ketjil, kau orang dari golongan mana" Dan apa kau punja nama?"
Wah! Pertanjaan jeng sangat menjulitkan sipemuda. Nama 'Pui Siauw Beng' tidak boleh sembarang
disebut, nama ini akan mengakibatkan kegemparan dunia, maka setelah berpikir sebentar, karena
mengingat golok bintang tudjuhnja jang aneh, ia membusungkan dada berkata:
"Aku bernama Khong Tjit To."
Arti dari 'Khong Tjit To' jalah 'Golok dengan tudjuh lubang' atau boleh djuga diartikan dengan 'Golok
bintang tudjuh'. Pui Siauw Beng masih belum puas dengen menjebut namanja mendjadi 'Khong Tjit To', ia takut
orang buta hurup atau buta bahasa, karenanja mungkin tidak mengarti dengan arti dari 'Khong Tjit
To' itu. Serentak dikeluarkan djuga golok pusaka pulau Angin Pujuhnja jang terdapat tudjuh bintang
itu, dan 'Sret' ia mengeluarkannja dan berkata:
"Tentang golongan, inilah jang mendjadi pertandaan dari golonganku!"
Muntjulnja golok bintang tudjuh membuat Kim Lo Han mendjadi putjat, manusia imperialis muda
tentu sadja harus tunduk kepada manusia imperialis tua, ia tjukup tahu siapa jang mendjadi pemilik
golok bintang tudjuh, maka dengan badan gemetaran, tidak berani ia banjak lagak pula.
38 Muntjulnja golok bintang tudjuh bukan sadja telah menggegerkan Kim Lo Han seorang diri, banjak
tamu di dalam rumah makan segera bangun berdiri, mereka membajar rekening makanan dengan
segera dan berdjalan pergi. Satu persatu meninggalkan ruangan rumah makan jang sebentar sadja
sudah mendjadi sepi. Kini disana tinggal 5 orang lagi, mereka adalah Pui Siauw Beng, Kim Lo Han, Tjoa Tay Kiong, Tjoa
Tay Hiong dan sipemuda mulut ketjil jang mempunjai njali tidak ketjil.
Golok bintang tudjuh bagaikan satu pertandaan maut sadja sehingga dapat menakutkan semua
orang, kedjadian ini sungguh berada diluar dugaan Pui Siauw Beng jang belum tahu siapa adanja
sinenek tua jang berwadjah welas asih. Maka dilihatnja Kim lo Han masih gemetaran, maka tjepat
sekali ia membentak lagi:
"Hei, hweshio galak, kau mengapa" Apa kau belum kenal dengan golok ini?"
Kim Lo Han memanggutkan kepala gundulnja, tjepat sekali ia berkata:
"Kenal." Pui Siauw Beng tertawa, maka ia memberi perintah:
"Bila kau kenal. Maka mulai dari ini hari kau tidak boleh mengganggu Tjoa Tayhiap lagi, mengarti?"
"Mengarti." "Bila kau sudah mengarti. Pergilah segera!"
Bagaikan ajam djago jang kalah bertanding, ngelojorlah hwesjop berjubah kuning ini.
39 Pemuda bermulut ketjil memperhatikan dari tempatnja, tidak henti2 ia mengeluarkan suara dari
hidung 'Hm' 'Hm', ia seperti tidak memandang mata atas kelakuan siapapun djuga.
Pui Siauw Beng tidak memperdulikan Kim Lo Han jang berdjalan pergi, dia djuga tidak mau ambil
pusing dengan suara dari hidungnja si pemuda bermulut ketjil, ia hanja tidak mengarti mengapa
semua orang menakuti golok bintang tudjuhnja seperti menghadapi sesuatu jang seram.
Jah! Soal ini dikernakan ia tidak tahu siapa adanja si nenek tua penghuni pulau Angin Pujuh jang
pandai menjembunjikan muka aslinja. Maka ia bingung dan terdjadilah drama di belakang ini tjerita.
Tjoa Tay Kiong djuga merasa keheraan bila disuruh berhuhungan dengan satu anak muridnja
manusia2 imperialis, betul ia berhutang budi karena ditolong olehnja, tapi tidak mau ia di Tjap
orang, tjepat sekali ia mengadjak adiknja mau meninggalkan rumah makan.
Pui Siauw Beng sungguh mati tidak mengarti, sinenek tua di pulau Angin Pujuh jang baik hati itu
mengapa dapat ditakuti orang seperti ini" Maka melihat Tjoa Tay Kiong mau lari, tjepat ia mentjegah
dan memanggil: "Tjoa Tayhiap!"
Tjoa Tay Kiong membalikan kepala, dengan wadjah jang muram menanja: "Khong siao-to-tju ada
perintah apa?" 'Khong siao-to-tju berarti Tuan muda she Khong' atau 'Penghuni muda dari sesuatu pulau jang
dikuasainja'. Tjoa Tay Kiong memanggil orang dengan sebutan seperti ini karena agak takut
terhadap keangkerannja golok bintang tudjuh jang dipegang oleh sipemuda.
Didalam hati Pui Siauw Beng mengeluh, "Aaaa, tentunja ia sudah melupakan diriku!". Maka iapun
memberikan hormatnja dan berkata:
40 "Tjoa Tayhiap, aku ingin pergi keperkampungan Sam-kiong San-tjhung menjambangi makam
ibuku." Tjoa Tay Kiong bingung dan heran, tapi sebentar sadja ia sudah mengarti siapa pemuda
dihadapannja, maka tjepat sekali ia berkata:
"Aaaa Ternjata kau anak jang dahulu itu" Kiranjakau she Khong" Bernama Tjit
To?" Pui Siauw Beng tidak ambil pusing dengan nama panggilan palsu belaka, ia hanja girang karena
orang masih kenal dan tidak melupakan dirinja. Dergan memanggutkan kepala iapun berkata:
"Tjoa Tayhiap, ternjata kau belum melupakan diriku!."
Sampai disini, pemuda bermulut ketjil sudah dapat menduga siapa adanja sipenghuni muda dari
pulau Angin Pujuh ini, sekali lagi ia mengeluarkan suara dari hidung 'Hm' dan berdjalan pergi.
Pui Siauw Beng menoleh kearah sipemuda tjakap bermulut ketjil, seperti wanita jang hanja pandai
meogeluarkan suara dari hidung itu dan menanja kepada Tjoa Tay Kiong jang disangka kenal
dengannja: "Tjoa Tayhiap, pemuda itu kawanmu barangkali?"
Tjoa Tay Kiong menggeleng-gelengkan kepala, dengan tidak bersemangat ia berkata:
"Baru pertama kali ini aku melihatnja. Agaknja ia djuga dapat mengenali asal usul golok bintang
41 tudjuhmu itu, aku pertjaja ia muridnja seorang tokoh pandai djuga."
Baru pertama kali ini Tjoa Tay Kiong bitjara dengan ogah2an, biasanja ia berani menantang segala
kedjahatan, maka biarpun terhadap manusia jang sematjam Kim Lo Han djuga berani manantang.
Tidak demikian terhadap Pui Siauw Beng jang dahulu mau diambil mendjadi anak pungutnja, kini
orang sudah berubah mendjadi penghuni muda dari pulau Angin Pujuh, kedjadian inilah jang paling
disajangkan olehnja. Pui Siauw Beng djuga dapat melihat perubahannja djago Sam kiong San-tjhung ini, maka dengan
tulus ia berkata: "Tjoa Tayhiap, pada 6 tahun jang lalu, dengan sekuat tenaga kau telah membela diriku. Bahkan
telah tolong menguburkan djenazah ibuku, maka budimu tidak nanti dapat kulupakan, aku akan
memandangmu sebagai seorang paman jang budiman."
Tjoa Tay Kiong hanja memanggutkan kepala tidak membantah dan djuga tidak berani menentang.
"Tjoa Tayhiap," Pui Siauw Beng memanggil lagi. "Mengapa kau seperti mereka djuga" Anggaplah
aku sebagai kemenakanmu dan katakanlah dengan terus terang,a apkah jang mendjadi sebab dari
kesegananmu?" Mendengar lagu suara orang jang sedemikian rendahnja, hatinja Tjoa Tay Kiong sampai turut
terharu djuga, ia paling tidak bisa menjembunjikan sesuatu di dalam hati, maka dengan terus terang
berkata: "Khong lote, dengan bakatmu jang sebagus ini, tidak seharusnja kau mengabdi kepada sinenek
djahat dari pulau Angin Pujuh."
'Khong lote' berarti 'Saudara Khong jang terhormat', satu sebutan jang lazaim digunakan bagi
seorang jang tua memanggil kaum muda jang didjundjung tinggi. Tjoa Tay Kiong menggunakan
istilah ini karena masih segan terhadap nama penghuni pulau Angin Pujuh jang dimalui.
42 Pui Siauw Beng membelalakan matanja, bukan sekali dua kali ia merasa satu keanehan rahasia
sinenek tua penghuni pulau Angin Pujuh jang baik hati kepadanja, maka untuk mengetahui apa jang
terselip disini ia menanja:
"Tjoa Tayhiap, siapakah jang kau artikan dengan nenek djahat itu?"
Tjoa Tay Kiong dan Tjoa Tay Hiong saling pandang sedjenak, mereka tidak mengarti atas sikapnja
sipemuda. Maka tidak berani mereka lantjang bitjara.
"Toako." Tjoa Tay Hiong memetjah kesunjian. "Buat apa kau melajaninja" Mari kita segera pulang
sadja!" Tapi? Tjoa Tay Kiong menggeleng-gelengkan kepala. "Tidak"* Katanja tegas. "Segala akibat dan
tanggung djawab akan kupikul sendiri, Utjapan jang berada didalam hatiku tidak mungkin dapat
tidak dikeluarkan untuknja."
Mendengar utjapan jang setegang seperti tadi, Pui Siauw Beng bertambah tidak mengarti, 'Akibat'
apakah jang dapat ditimbulkannja" 'Tanggung djawab' apakah jang ada karena mengutjapkan
beberapa patah kata sadja" Sungguh keliwatan sekali djika dirinja dianggap seperti satu manusia
terdjahat jang dapat membunuh setiap manusia lain jang mengutjapkan kata2 salah atau kata2 jang
tidak mentjotjokinja. Tentu sadja Pui Siauw Beng tidak tahu bahwa manusia jang ditakuti jalah Mo-mu Oen-hun,
simanusia imperialis pertama, dan bukan dirinja. Dan karena inilah jang menjebabkan kematiannja
Tjoa Tay Kiong jang memegang teguh amanat penderitaan rakjat.
"Khong lote," terdengar Tjoa Tay Kiong bitjara untuk penghabisan kalinja. "Aku mengatakan bahwa
dengan bakatmu jang sebagus itu tidak seharusnja mengabdi kepada Mo-mu "
Sedari tadi, Tjoa Tay Hiong jang takut nanti sudah mengulap-ulapkan tangan mentjegah toakonja
bitjara terus, tapi Tjoa Tay Kiong tidak memperdulikan dan bitjara dengan tjepat, sampai disini
mendadak sadja Tjoa Tay Kiong seperti menemukan sesuatu apa jang menjeramkan, ia tidak dapat
meneruskan pembitjaraannja dan terputusan dengan segera.
43 Tjoa Tay Hiong memperhatikan kedjadikan apa jang akan menimpa toakonja jang berani menjebut
dan membongkar rahasia si manusia imperialis nomor satu, kini tiba2 dilihat sang toako tidak bitjara,
ia mendjadi heran dan memanggil:
"Toako " Tapi Tjoa Tay Kion tidak dapat memberikan sahutan, ia masih berdiri tegak bagaikan patung hidup
jang belum lama disulap. "Toako " Sekali lagi Tjoa Tay Hiong memanggil.
Tetap tidak ada djawaban. Maka Tjoa Tay Hiong mendorong tubuh saudara tua dan keadjaibanlah
segera terdjadi disana, tubuhnja Tjoa Tay Kiong sudah kaku dan tidak dapat bergerak, maka karena
dorongan sang adik tadi, tubuh kaku ini segera djatuh telentang dan menggeletak dilantai rumah
makan. Tjoa Tay Hiong mendjerit, dan manusia pengetut ini segera lari ngiprit dengan tidak memperdulikan
majat saudara tuanja lagi.
Pui Siauw Beng djuga mendjadi kaget, tjepat ia membalikkan kepala memandang apa jang
menjebabkan keseraman, hanja terdengar geseran angin lewat dan apapun tidak terlihat olehnja.
Sewaktu sipemuda membalikkan kepala lagi, majat Tjoa Tay Kiong sudah menggeletak dan Tjoa
Tay Hiong sudah melarikan diri lenjap. Diperiksa djalan pernapasan dan
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
nadinja Tjoa Tay Kiong, betul2 sadja djago ini sudah tidak bernjawa!
Oh, keijadian jang mengenaskan bagi Tjoa Tay Kiong jang gagah berani! Ia harus terbinasa hanja
gara2 mau menjebutkan beberapa patah kata sadja.
Terpaksa Pui Siauw Beng mengangkat majatnja Tjoa Tay Kiong, dipandangnja seluruh raangan
rumah makan, dan kini sepi sunji mengarungi suasana. Tidak ada sebutir manusia lagi disana.
Diperiksa sekali lagi, apa jang menjebabkan kematian Tjoa Tay Kiong, dan kini dilihat diatas atap
rumah makan ini terdapat lubang ketjil, lubang itulah jang diduga mendjadi lubang kematian.
Budi Tjoa Tay Kiong pada 6 tahun jang lalu tentu tidak mudah terlupakan, djago inilah jang
dianggap paling menjajang dirinja, tidak disangka ia harus menerima kebinasaan dihadapannja.
Orang jang paling menjajang dirinja mungkin ajah atau ibu kandung sendiri, sajang Pui Siauw Beng
tidak mengetahui asal usul ajahnja, dan ibunjapun telah terbinasa. Maka rahasia tentang ajahnja
tidak dapat diketahui sehingga kini.
Soal rahasia ajahnja, mungkin wanita djelek Yap Yang Hong jang mendjadi murid si Kilat Hidup
Ang-tjiang Tjouw-su dapat mengetahtahui, tapi entah dimana kini"
Setelah ajah dan ibunja serta Tjoa Tay Kiong, orang jang paling menjajang dirinja
harus terhitung itu nenek tua dipulau Angin Pujuh Tapi berpikir sampai disini,
hatinja sipemuda harus bertanja kepada diri sendiri:
"Betulkah nenek welas asih itu orang jang baik budi?"
1 "Tentu sadja!" Djeritan kalbu Pui Siauw Beng mendapat pikirannja.
"Tapi, mengapa Tjoa Tay Kiong dan sekalian orang takut padanja?" Demikian tanja suara diri
sendiri. "Mungkin siwanita Raksasa Tan Khiong jang disalah artikan!" Pui Siauw Beng masih mencoba
mendebat lagi. Maka putusan hakim urat sjaraf memutuskan: Manusia jang ditakuti jalah si Raksaksa Wanita Tan
Khiong dan bukan sinenek tua jang berwadjah welas asih.
Memikir sampai disini, hatinja Pui Siauw Beng baru mendjadi lega, tjepat ia membawa majatnja Tjoa
Tay Kiong dan menudju ke perkampungan Sam-kiong San-tjhung.
Waktu mendjelang sore, saldju berpetjahan karena sinar matahari jang memanas, awan merah dan
biru silang menjilang membuat pemandangan jang indah. Di saat jang seperti inilah Pui Siauw Beng
harus menggendong majat penolong besarnja pada 6 tahun jang telah silam.
Djajak dari kota Peng kaug-tin dan perkampungan Sam kiong San-tjhung sedjauh 3 lie maka
sewaktu sipemuda tiba disana, haripun sudah mendjadi gelap. Masih untung ada sinar bulan jang
menggantikan matahari, maka tidak terlalu gelap bagi siapa jang sedang bersedih.
Pintu gerbang perkampungan tertampak bajangan jang menggendong, itulah bajangan Pui Siauw
Beng dan Tjoa Tay Kiong. Pintu diketuknja beberapa kali untuk mendapat penjambutan, tidak
disangka pintu gerbang telah ditutup rapat dari dalam.
Pui Siauw Beng penasaren dan berteriak:
"Buka pintu! Aku mengantarkan majat tjhungtju kalian pulang!"
2 Tapi para penghuni dari perkampungan Sam kiong San tjhung tidak berani membuka pintu, mereka
telah mendapat laporan dari Tjoa Tay Hiong jang mengatakan sang tjhungtju atau kepala kampung
telah terbinasa oleh satu pemuda djahat. Tidak perduli Pui Siauw Beng telah berteriak-teriak
beberapa kali, tetap pintu gerbang ditutup menentang tetamu masuk.
Didalam perkampungan Sam kiong San-tjhuhg
Disana terlihat Tjoa Tay Hong dan Tjoa Tay Hiong dua saudara sedang merundingkan tjara untuk
menghadapi sipemuda jang baru datang dari pulau Angin Pujuh.
"Dji-ko, ia telah mendjadi orang pulau Angin Pujuh, apakah jang dapat kita lakukan?" Terdengar
suara simanusia pengetjut Tjoa Tay Hiong.
Tjoa Tay Hong memandang wadjah sang adik, wadjah ini putjat bagaikan majat, dperhatikannja
gerak gerik orang, napasnja segal2 seperti kuda tidak dapat terbang.
"Dji-ko," Terdengar Tjoa Tay Hiong bitjara lagi. "Toako hanja salah bitjara sadja, maka ia telah
menurunkan tangan djahat dan melupakan budi kita. Maka bila kau menjuruh orang membuka
pintu, ribuan orang didalam kampung Sam-kiong San- tjhung akan segera terbinasa."
Tjoa Tay Hong menggeleng-gelengkan kepala berkata:
"Sam-te, kulihat pemuda itu tidak sedjahat seperti apa jang kau duga. Pikirlah, djika betul ia jang
menganiaja toako, buat apa ia membawa majatnja pula?" "Hm," Tjoa Tay Hiong mengeluarkan
suara dari hidung. "Ia ingin menggunakan majat toako sebagai pantjingan agar kita dapat membuka
pintu gerbang." "Djika menurut apa jang telah kau tjeritakan. Kim Lo Han kalah olehnja. Maka dengan ilmu
kepandaiannja jang setinggi itu kukira tidak sukar untuknja masuk kedalam kampung dengan
lompat naik dari pintu gerbang jang ditutup. Ada lebih baik kubuka mengundangnja sadja."
3 "Djangan." Tjoa Tay Hiong membantah. "Dji-ko, kau sudah tidak mementingkan djiwamu. Tapi aku
masih sajang kepada djiwa andjingku."
"Memang! Manusia jang seperti Tjoa Tay Hiong ini paling tepat dikatakan sebagai djiwa andjing,
sungguh utjapan jang paling tepat sekali!
Diluar, Pui Siauw Beng sudah mendjadi tidak sabaran. Dipandangnja pintu gerbang penghadang
djalan, dan dengan sekali lontjatan sadja ia sudah berhasil mentjapai puntjak tertingginja, dari sana
ia masuk kedalam membuka tiang gandjalan, baru ia keluar lagi membopong majatnja Tjoa Tay
Kiong jang segera dibawa masuk keruangan dalam.
Langsung dihadapi rumah tiga saudara Tjoa dan berteriak: "Lekas suruh Tjoa Tay Hong Keluar
rumah!" Tjoa Tay Hiong terpaksa harus menongolkan kepalanja dan menjapa: "Khong siao-to-tju kah jang
datang?" Sebutan 'Penghbni muda she Khong' lagi jang dipakai. Pui Siauw Beng jang pernah mendengar
Tjoa Tay Kiong memanggilnja dengan panggilan ini tidak mendjadi heran, maka ia memanggutkan
kepala berkata: "Betul, disini aku mengantarkan majat Tjoa Tayhiap jang telah terbinasa."
Di ini waktu, dari arah belakang sipemuda tiba melajang satu tmnbak jang melajang tjepat,
serangan ini sungguh hebat!
Tapi Pui Siauw Beng jang telah dilatih lama oelh satu tokoh terkuat didalam dunia segera dapat
mengetahui akan datangnja bokongan ini, maka tangannja dibalikan menangkis datangnja
serangan tombak bokongan. Dihadapinja Tjoa Tay Hong dan membentak:
4 "Tjoa Tay Hong, berani kau membokong diriku?" Mukanja Tjoa Tay Hong berubah, tjepat ia
membantah: "Khong siao-to-tju, kau kira aku manusia apa" Dapat melakukan pekerdjaan jang serendah ini?"
Pui Siauw Beng memandang ke arah datangnja serangan bokongan, dan dari sana sudah terlihat
kepala tikusnja seseorang jang takut mati, maka tjepat ia membentak: "Siapa jang berani
memnbokong tadi" Mengapa kau masih tidak mau mengeluarkan diri?"
Dari sana muntjul Tjoa Tay Hiong, dengan keras ia berkata kepada saudaranja:
"Dji-ko, biarpun kau tidak takut mati, tapi aku masih mau hidup beberapa tahun lagi."
Pui Siauw Beng paling bentji terhadap manusia jang seperti Tjoa Tay Hiong ini, maka tombak
ditangan segera diajukan dan 'Hul' melajang ke arah Tjoa Tay Hiong jang berteriak-teriak tadi.
Tjoa Tay Hong kaget, tjepat ia berteriak:
"Khong siao-to-tju, kau "
Tapi, djalan tombak sungguh tjepat, sebentar sadja sudah 'Memantek' Tjoa Tay Hiong didindiag
seberang sana, bagaikan badju berisikan manusia tergantung ditombak jang didjadikan sangkutan
badjunja. Kekagetannja Tjoa Tay Hiong sukar terlukiskan, djiwanja dirasakan melajang dan terbung, sebentar
Golok Bintang Tudjuh It Kiam Tjeng Tjhim Karya Chung Sin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemudian iapun merasakan badannja tergantung, maka gelagap gelugup ia berkata:
"Khong Khong Khong "
5 Tidak dapat ia mereruskan kata2nja, didalan kenjataan ia masih hidup didunia dan dipetkampungan
Sam-kiong San-tjhungnja, ia hanja terpantek pada udjung tombak dan menantjap.
Pui Siauw Beng tertawa melengking, ia puas dapat memberi hadjaran kepada Tjoa Tay Hiong jang
setimpal, tidak lama ia menghadapi orang dan berkata:
"Tjoa Tay Hiong, mengingat budi engkomu. Kuberi ampun kepadamu."
Lalu membalikkan badan menghadapi Tjoa Tay Hong dan berkata:
"Tjoa djihiap, atas kelakuanku tadi, harap dapat diberi maaf."
Tjoa Tay Hong harus menghadapi Pui Siauw Beng dengan hati berdebar-debar, kini melihat
sipemuda berlaku hormat, baru ia dapat menenangkan hatinja, tidak lama setelah tenang betul,
iapun berkata dan menanja:
"Khong siao to-tju, siapakah jang membunuh toakoku" Sebenarnja kau tahukah soal itu?"
Pui Siauw Beng menggeleng-gelengkan kepala berkata:
"Tjoadjihiap, didalam soal ini, sungguh aku tidak tahu siapa jang telah menurunkan tangan djahat
terhadap Tjoa Tayhiap. Tapi aku berdjandji akan membongkar rahasia pembunuhan ini dan mentjari
pembunuh djahat." "Mendapat djanji Khong siao-to-tju ini, maka legalah hati kita semua." Tjoa Tay Hong berkata
singkat. Sampai ini waktu selesailah kesalahpahaman, maka Pui Siauw Beng segera menjerahkan majatnja
Tjoa Tay Kiong dan berkata:
6 "Aku mau menjambangi makam ibuku sebentar, maka selamat tinggal!"
Dengan sekali endjot, badannja sipemuda melesat tinggi, kemudia, dengan beberapa kali tukikan, ia
telah lenjap dari pandangan Tjoa Tay Hong dan Tjoa Tay Hiong jang harus terlongong-longon.
TAMAT BAGIAN PERTAMA (http://cerita-silat.mywapblog.com)
7 Cinta Bernoda Darah 2 Pendekar Rajawali Sakti 94 Pendekar Aneh Kisah Tiga Kerajaan 28
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama