Ceritasilat Novel Online

Mrs Mcginty Sudah Mati 1

Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie Bagian 1


Mrs. McGinty "t 111 Sudah Mati )
Agatha Christie KERETA API HAMPIR TIBA! Hercule Poirot menyodorkan tubuhnya ke'depan untuk melongok Ya, kerete api yang
ditunggunya akhirnya tiba. Kemudian tiba-tiba' Seseorang dengan sengaja
mendorong tubuhnya dengan keras ... '
poirot hampir berhasil menangkap seorang pembunuh. Kini ia sendiri-'nyaris
menghadapi maut! Ia harus bertindak cepat kalau mau selamat, dan harus 'menyelamatkan seorang ?yang tak bersalah dari-hukuman gantung atas tuduhan pembunuhan keji terhadap
seorang wanita tua yang "tak punya musuh"!
Penerbit PT Qramedig Pustaka Utama
Jl Palmerah Selatan 24 -26 Lt 6' Jakarta 10276
Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan
atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta
1 Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu. dipidana dengan pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan/atau denda pating banyak Rp 100 000.000, (seratus juta
rupiah) 2 Ba"angsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana panjar^ paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50 000000, (lima puiun juta rupiah).
Agatha Christie MRS. McGINTY SUDAH MATI MRS. McGINTVS DEAD BY Agatha Christie
" 1952 AGATHA CHRISTIE MALLOWAN
MRS. McGINTY SUDAH MATI AUhbahasa Drs. Bud janto T. Pram no Editor: Daisy Diana
GM 402 91.106 Hak cipta terjemahan Indonesia: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jl. Palmerah
Selatan 24-28. Jakarta 10270. Sampul digambar kembali oleh Tom Masdiono.
Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI
Jakarta, Apnl 1991 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
CHRISTIE, Agatha Mrs McGinty Sudah Mati / Agatha Christie Maliowan Gramedia Pustaka Utama, 1991.
344 him.; 21 cm. Judul asli-Mrs. McGinty's Dead. ISBN 979-511-106-x
1. Rksi Inggris. I. Judul. II. Pramono, Budiyanto T.
823 Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi diluar tanggung jawab Percetakan PT Gramedia
Dipersembahkan untuk PETER SAUNDERS sebagai ungkapan rasa terima kasih atas kebaikan hatinya kepada para penulis
PARA PEMERAN HERCULE POIROT Kriminolog luar biasa cuma dua hal dalam hidup ini yang ? ?ditekuninya dengan serius: studi tentang kejahatan dan kondisi perutnya.
INSPEKTUR SPENCE Pria berperawakan besar, serius, yang menolak menerima*
?kesimpulan yang tidak sempurna.
MRS. McGINTY -Korban dari rasa ingin tahu yang berakibat fatal.
?JAMES BENTLEY Tidak menarik, rapuh, loyo dan sedang menunggu hukuman gantung.
? ?MAUREEN SU M MERH AYES Keliru memilih profesi sebagai manajer dan tukang masak
?di sebuah guest house vang paling kacau di seluruh Inggris.
JOHNNIE SU M MERH A YES Pemarah, pemurung, tapi sangat bangga akan darah
?birunya. BESSIE BURCH Lebih merasa direpotkan daripada sedih ketika Bibi meninggal.
?MAUDE WILLIAMS Pirang dan agresif, dan barangkali bukan seorang lady.
?LAURA UPWARD Lehernya terjulur, mati.
?DR RENDELL Ada sesuatu di balik sikapnya yang sangat ramah.
?MRS. WETHERBY Wanita yang selalu kuatir akan kesehatannya, dan bangga sekali
?akan kepekaan perasaannya.
ROBIN UPWARD Pengarang sandiwara muda dan manja yang tahu betul bagaimana
?mencari keuntungan untuk dirinya sendiri.
SHELAGH RENDELL Wanita kurus dan pucat, yang tangannya selalu gelisah dan gugup
? - DEIRDRE HENDERSON Gadis yang kaku, tidak menarik, dan sangat menderita.
?ROGER WETHERBY Ayah tiri Deirdre yang kejam, yang terang-terangan menunjukkan
?ketidaksenangannya kepada gadis itu sangat menyebalkan.
?8 ARIADNE OLIVER Penulis cerittP detektif, yang senang makan apel dan tidak suka
?dikenali orang. EVE CARPENTER Wanita cantik yang mewah, sikapnya kasar, dengan mata indah yang
?seakan tenggelam. GUY CARPENTER Politisi yang sedang naik daun yang tidak ingin kesalahan? kesalahannya diketahui orang.
Hercule poirot keluar dari restoran Vieille Grand'mere dan menuju ke Soho. Ia
menegakkan kerah overcoal-nya karena sifatnya yang selalu berhati-hati, bukan
karena perlu, sebab malam itu tidak dingin. "Seumur aku ini, lebih baik tidak
ambil risiko," Poirot sering bilang begitu.
Matanya memancarkan kegembiraan tersembunyi, Escargots Vieille Grand'mere tadi
sedap sekali. Benar-benar kejutan mengingat restorannya kecil dan kumuh. Dengan
penuh konsentrasi, bagaikan anjing yang habis makan kenyang, Hercule Poirot
menjilat bibirnya. Diambilnya saputangan dari sakunya lalu diusapnya kumisnya
yang mentereng itu. Ya, ia baru saja makan enak... Lalu apa" Taksi yang lewat di
sampingnya melaju pelan seakan mengundang. Poirot ragu sejenak tapi tidak
melambaikan tangan. Kenapa harus naik taksi" Berjalan kaki pun ia akan tiba di
rumah sebelum waktu tidur.
"Rugi," Poirot bergumam di sela-sela kumisnya, "orang kok hanya sanggup makan
tiga kali sehari..."
Ia tidak pernah minum teh pada sore hari. "jika orang minum teh jam lima sore,
dia fak akan bisa," katanya menjelaskan, "menikmati makan malam dengan kadar
asam perut yang pas. Padahal, harus kita ingat bahwa makan malam adalah
puncaknya!" Ia juga tidak suka minum kopi sebelum makan siang. Coklat dan croissants saja
untuk sarapan,. Dejeuner pada jam setengah satu kalau bisa, tapi yang pasti
tidak lewat dari jam satu, dan akhirnya puncaknya: Le Dinerl
Waktu-waktu makan adalah saat-saat terpenting dalam kehidupan Hercule Poirot
sehari-hari/Sejak dulu ia memang sangat mementingkan soal perut, dan di hari
tuanya ini ia menuai hasil kerjanya. Kini makan baginya bukan semata kenikmatan
badani, tapi juga riset intelektual. Sebab di sela-sela acara makan ia
menggunakan banyak waktu untuk mencari dan menandai kemungkinan-kemungkinan
tempat makan yang menyediakan makanan yang unik dan lezat. La Vieille Grand'mere
adalah salah satu hasil penyelidikannya, dan restoran itu baru saja mendapat
pengakuan gastronomik dari Hercule Poirot.
Tapi sayang, ia sudah selesai makan dan tidak tahu bagaimana harus menghabiskan
malam itu. Hercule Poirot menghela napas. "Kalau saja," ia berpikir, "ce cher Hastings ada
di sini..." 12 Sejenak ia menikmati kenangan-kenangan indah bersama teman lamanya ini.
'Temanku yang pertama di negeri ini dan bagiku masih teman yang paling ?tersayang. Benar dia sering membuatku jengkel. Tapi ingatkah aku akan hal itu
kini" Tidak. Aku hanya ingat ekspresi wajahnya yang keheranan, mulutnya yang
ternganga saat mengagumi kemampuanku betapa mudahnya menyesatkannya tanpa perlu
?menyebutkan satu pun kata yang tidak benar, betapa dia selalu bingung, kagum,
dan terkejut saat akhirnya dia tahu duduk perkaranya, yang bagiku sudah lama
jelas. Ce cher, cher amil Itu memang kelemahanku, selalu ingin menunjukkan
kebolehanku. Kelemahan itu tak pernah dimengerti Hastings. Tapi memang orang
yang punya kemampuan seperti aku harus mengagumi dirinya sendiri dan untuk itu
?perlu rangsangan dari luar. Aku tak bisa, sungguh aku tak bisa, duduk di kursi
sepanjang hari merenung-renung betapa aku ini patut dikagumi. Orang perlu
sentuhan kemanusiaan. Orang perlu istilahnya sekarang anak buah."
? ?Hercule Poirot menarik napas. Ia berbelok ke Shaftesbury Avenue.
Apakah ia sebaiknya menyeberanginya dan menuju Leicester Square dan menghabiskan
malam itu dengan nonton film" Dengan agak mengerutkan dahi, ia menggelengkan
kepalanya. Nonton film lebih sering membuatnya jengkel daripada senang. Jalan
ceritanya yang kurang 13 kompaklah kurangnya kesinambungan yang logis dalam dialognyalah atau ? ?fotografinya, yang dipuji-puji oleh sementara orang, namun bagi Hercule Poirot
hanya merupakan rekaman adegan dan benda yang membuatnya nampak sama sekali
berbeda dari keadaan sebenarnya."
Semuanya diusahakan untuk nampak artistik di zaman ini begitu pendapat Hercule
?Poirot. Di mana-mana tak nampak lagi penghargaan terhadap aturan dan metode yang
teramat penting baginya. Dan jarang sekali orang menghargai kecerdikan. Adeganadegan kekerasan dan kekejaman yang buas kini jadi mode dan sebagai mantan
perwira polisi Poirot sudah jenuh dengan kekejaman Pada awal masa dinasnya, ia
telah banyak sekali melihat kekejaman yang luar biasa. Sudah rutin baginya. Ia
merasa itu amat melelahkan, dan tidak intelek.
"Kenyataannya," Poirot merenung ketika melangkah pulang, "aku tak bisa
menyesuaikan diri dengan kehidupan modern ini. Dan aku. walaupun lebih elite,
tak lain adalah budak seperti orang-orang lain juga. Pekerjaanku telah
membuatku.jadi budak seperti pekerjaan mereka. Ketika ada waktu luang, mereka
tak tahu harus mengisinya dengan apa. Pensiunan pakar keuangan lalu main golf,
saudagar kecil menanam umbi-umbian di kebunnya, sedangkan aku aku makan. Tapi
?itulah, aku selalu terben tur ini. Orang ham/a bisa makan tiga kali sehari. Dan
di antara saat itu ada kesenjangan
14 Ia melewati penjual koran dan mengamati poster.
"Hasil Sidang McGinty. Vonis."
Tidak menarik baginya. Ia ingat samar-samar jsebuah paragraf kecil di koran.
Suatu kasus pembunuhan yang menarik. Seorang wanita tua yang malang dipukul
kepalanya gara-gara uang beberapa pound saja. Kekejaman brutal masa kini.
Poirot berbelok ke halaman blok flatnya. Seperti biasanya,' hatinya berbungabunga. Ia bangga akan rumahnya. Bangunan simetris yang sedap dipandang. Lift
membawanya ke lantai tiga, ke flatnya yang besar dan mewah jeng dibangun dengan
perlengkapan-perlengkapan ehrom yang sempurna, dilengkapi kursi-kursi berlengan,
dan hiasan-hiasan yang semuanya berbentuk persegi. Bisa dikatakan tak ada bentuk
lengkung di tempat itu. Ketika ia membuka pintu dan melangkah masuk ke lobi yang berbentuk persegi dan
bercat putih, pelayan prianya, George, menghampirinya dengan, langkah sopan.
"Selamat malam, sir. Ada seorang gentleman menunggu Anda."
?Dengan tangkas ia lalu membantu Poirot menanggalkan overcoat-nya.
"Oh, ya?" Poirot bisa menangkap makna jeda sebelum kata gentleman tadi. Kalau
menyangkut basa-basi sosial, George adalah ahlinya.
"Siapa namanya?"
15 "Katanya Mr. Spence, sir."
"Spence." Mula-mula nama itu tak memberi kesan apa pftn pada Poirot. Tapi ia
tahu mestinya ia pernah kenal nama itu.
Setelah berkaca sejenak untuk mengatur kumisnya agar kelihatan sempurna, Poirot
membuka pintu ruang duduk dan masuk. Laki-laki yang duduk di salah satu kursi
berlengan itu bangkit. "Halo, M. Poirot, kuharap kau ingat aku. Sudah lama sekali.... Inspektur Spence."
"Tentu saja." Poirot menjabat tangannya dengan hangat.
Inspektur Spence dari Polsek Kilchester. Waktu itu ada kasus yang sangat menarik
di sana... Seperti kata Spence sudah lama sekalfL.
Poirot membanjiri tamunya dengan, tawaran-tawaran minuman^
Grenadine" Creme de menthe" Benrduliner.^ Crime de cacao...
Saat itu George masuk membawa nampan dengan sebotol whisky dan sebuah
siphon pipa lengkung, untuk memindahkan minuman di atasnya. "Atau bir jika ? ?Anda suka, sir?" ia menggumam kepada sang tamu.
Wajah Inspektur Spence yang lebar dan merah itu berbinar.
"Untukku bir saja," katanya.
Poirot sekali lagi kagum akan kehebatan George. Ia sendiri tak pernah tahu ada
bir di 16 flatnya dan ia heran mengapa tamunya lebih suka bir daripada anggur manis.
Ketika Spence telah memperoleh apa yang diinginkannya, Poirot menuang segelas
kecil creme de menthe yang hijau berkilauan untuk dirinya sendiri.
"Kau baik sekali mau mampir ke tempatku." katanya. "Hebat. Kau baru saja
dari ?" ?"Kilchester. Enam bulan lagi aku pensiun. Sebenarnya, masa pensiunku sudah jatuh
delapan belas bulan yang lalu. Mereka minta aku terus dan aku setuju."
Sungguh bijaksana,!' kata Poirot dengan penuh perasaan. "Kau sungguh bijaksana..."
"Masa iya" Aku bertanya-tanya. Aku tidak yakin."
"Ya, ya, kau sungguh bijaksana," Poirot bersikeras. "Hari-hari panjang yang
membosankan, tak bisa~kaubayangkan."
"Oh, banyak yang bisa kulakukan setelah pensiun.. Kami pindah" ke rumah baru
tahun lalu. Kebunnya cukup luas, namun kurang terawat. Aku belum bisa
menanganinya dengan baik saat ini."
"Ah ya, kau memang suka berkebun. Aku dulu pernah memutuskan untuk tinggal di
desa .dan menanam sayur-mayur hijau. Ternyata gagal. Tidak cocok dengan
pembawaanku." ,rKau seharusnya melihat kebun sayurku tahun lalu," kata Spence dengan
bersemangat. 17 "Hebat! Dan mawar-mawarku. Aku suka mawar. Aku akan " Ia berputus di situ.
?"Aku datang bukan untuk berbicara tentang itu."
'Tidak, tidak, kau datang untuk menengok teman lama kau baik sekali. Aku ?senang."
"Ada yang lain lagi, M. Poirot. Aku akan terus terang. Aku.ada perlu."
Poirot menggumam pelan, "Barangkali, rumahmu kaujaminkan" Kau perlu pinjaman "
?Spence menyela dengan suara cemas,
"Astaga, bukan soal uangl Sama sekali bukan masalah itu."
Poirot melambaikan tangannya dengan gerakan minta maaf.
"Maafkan aku." "Aku akan langsung saja aku suruj^uh lancang melakukan ini. Jika kauusir aku
?dengan omelan yang pedas, aku tak akan heran."
'Tak akan ada omelan pedas," kata Poirot. "Lanjutkan."
"Kasus McGinty. Kau mungkin'telah membaca tentang itu."
Poirot menggelengkan kepalanya.
'Tidak dengan serius. Mrs. McGinty wanita tua di sebuah toko atau rumah. Dia
?mati, ya. Bagaimana matinya?"
Spence terbelalak menatapnya.
18 "Ya ampun!" katanya. "Itu membuatku ingat. Luar biasa... Dan tadinya tak terpikir
olehku." "Maaf, aku tak paham."
"Bukan apa-apa. Hanya sebuah permainan. Fermainan anak-anak. Kamt biasa
memainkannya ketika masih kecil. Kami berdiri berderet. Lalu tanya-jawab
bersambung sampai deretan . habis. 'Mrs. McGinty mati!' 'Bagaimana matinya"'
'Berlutut di satu kaki seperti aku ini/ Dan pertanyaan berikutnya, 'Mrs. McGinty
mati/ 'Bagaimana matinya"' 'Mengangkat tangannya seperti aku ini,' Dan
begitulah, semua berlutut dan mengangkat lengan kanannya dengan kaku. Dan
terakhir! 'Mrs McGinty mati/ 'Bagaimana matinya"' 'Seperti INI!' Praaak, anak di
ujung deretan ja-* tuh ke samping dan kami semua roboh serentak bagai botolbotol boling!" Spence tertawa berderai-derai mengingat hal itu. "Betul-betul aku
jadTingat!" Poirot menunggu dengan sopan. Ini merupakan salah satu ciri orang Inggris yang
tak dimengertinya, walaupun telah lebih dari separuh umurnya ia tinggal di
negeri itu. Ia sendiri fuga pernah memainkan Cache Caokc dan Le Boulanger di
masa kanak-kanaknya, tapi ia tak punya keinginan untuk membicarakannya atau
bahkan untuk memikirkannya.
Setelah Spence selesai dengan memori masa kecilnya itu, Poirot mengulangi dengan
agak kesal, "Bagaimana matinya?"
19 Spence sudah tidak tertawa lagi. Tiba-tiba ia sudah kembali jadi dirinya lagi.
"Bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda berat dan tajam. Simpanannya
uang kontan sekitar tiga puluh pound diambil setelah kamarnya digeledah. Dia
hidup sendirian di cottage kecil, hanya ditemani seorang pemondok. Laki-laki


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bernama Bentley. James Bentley."
"Ah ya, Bentley."
'Tempat itu tidak didobrak. Tak ada tanda-tanda perusakan jendela atau kuncikunci. 'Bentley orang Susah, kehilangan pekerjaan, dan berutang dua bulan sewa
pondokan. Uangnya ditemukan di bawah batu di belakang rumah itu. Pada lengan
mantel Bentley ditemukan noda darah dan rambut golongan darah dan jenis rambut ?milik korban. Mula-mula dia bilang dia tak pernah berada di dekat jenazah
itu jadi noda darah dan rambut tadi tak mungkin ada di situ secara tak
?sengaja." "Siapa yang menemukan mayat itu."
'Tukang roti datang mengantar roti. Itu hari pembayarannya. James Bentley
membukakan pintu dan bilang bahwa dia telaff mengetuk pintu kamar tidur Mrs.
McGinty, Japi tak ada jawaban. Tukang roti berpendapat mungkin ada yang tak
beres. Mereka memanggil wanita di sebelah rumah untuk naik dan melihat. Mrs.
McGinty tak ada di kamar tidur, dan tempat tidurnya rapi, tapi kamar itu telah
digeledah dan papan-papan lantai dicongkel. Lalu merek-20
pikir sebaiknya mencarinya di ruang tamu. Wanita itu ada di situ, tergeletak di
lantai, membuat si tetangga menjerit histeris. Kemudian tentu saja polisi
dipanggil." "Dan Bentley akhirnya ditangkap dan diadili?"
"Ya. Kasus itu diselesaikan di Assizes kemarin. Kasus yang sederhana dan
gamblang. Juri hanya muncul selama dua puluh menit pagi tadi. Vonis: Bersalah.
Hukuman mati." Poirot mengangguk. "Lalu, setelah vonis dijatuhkan, kau naik kereta ke London dan datang ke sini
menemuiku. Mengapa?"
Inspektur Spence memandangi gelas birnya. Jarinya menyusuri pinggiran gelas itu.
"Sebab," katanya, "Kukira bukan dia pembunuhnya...."
21 2 Keduanya terdiam sejenak.
"Kau datang kepadaku "
?Poirot tidak melanjutkan kalimatnya.
Inspektur Spence mengangkat kepalanya. Warna kulit wajahnya seakan bertambah
gelap. Wajah khas lelaki desa, tanpa ekspresi, perasaannya terkendali, dengan
mata yang cerdas -dan jujur. Wajah oraneyang percaya pada standar-standar yang
pasti, yang tak goyah oleh keraguan diri sendiri atau keraguan akan ^"pa yang
benar dan salah. "Aku sudah lama dinas di kepolisian," katanya. "Sudah banyak pengalamanku^
tentang hal macam begini, begitu, dan lain-lain lagi. Aku bisa menilai orang
sebaik yang mereka lakukan. Banyak kasus pembunuhan sepanjang "
dinasku beberapa di antaranya cukup gamblang, beberapa tak begitu gamblang.
?Salah satu kasus kau juga tahu, M. Poirot "
?Poirot mengangguk. "Memang agak ruwet. Jika bukan karena kau, kami tidak bisa melihatnya dengan
jelas. Tapi 22 kami lalu bisa melihatnya dengan jelas tanpa keraguan. Itu sama dengan kasus-?kasus lain yang tak kauketahui. Ada kasus Whistler, dia dihukum dan itu memang
pantas. Ada lagi anak-anak muda pembunuh Guterman tua itu. Ada lagi Verall yang
menggunakan racun arsenik. Tranter bebas padahal dia yang melakukannya. Mrs.
?Courtland mujur suaminya itu memang laki-laki bejat dan juri membebaskannya
? ?dari tuduhan. Itu sebenarnya bukan hukum tapi perikemanusiaan-T-lal-hal seperti
?itu bisa terjadi. Kadang-kadang bukti tak cukup kadang-kadang perasaan lebih
?berbicara, ka dang-kadang seorang pembunuh berhasil mengelabui juri yang
?terakhir ini jarang, tapi bisa saja terjadi. Kadang-kadang karena pintarnya tim
pembela atau tim jaksa telah bertindak keliru. Oh ya, banyak kulihat hal macam
?begitu. Tapi^-tapi "
?Spence menggoyangkan telunjuknya yang besar.
"Belum pernah kulihat selama masa dinasku orang digantung karena sesuatu yang
? ?dia -tidak lakukan. Ini satu hal, M. Poirot, yang tak ingin kulihat."
'Tidak," Spence menambahkan, "di negeri iniV
Poirot balas memandangnya.
"Dan kaupikir kau akan melihatnya sekarang. Tapi kenapa "
?Spence menyelanya. ' "Aku tahu apa yang akan kaukatakan Aku
23 akan menjawabnya tanpa perlu kautanyakan. Aku ditugaskan-mengurusi kasus ini.
Aku diminta untuk mencari bukti tentang kejadian itu. Aku menanganinya dengan
sangat hati-hati. Kudapatkan fakta-faktanya, semua fakta yang bisa kugali. Semua
fakta itu menunjuk ke satu arah ke satu orang. Setelah kuperoleh semua fakta,
?kulaporkan pada atasanku. Setelah itu bukan bagianku lagi. Kasus itu sampai ke
tangan Penuntut Umum dan semuanya terserah kepadanya^ Dia memutuskan untuk
menuntut memang dia tak bisa berbuat lain karena dasarnya adalah bukti-bukti
? ?tadi. Begitulah James Bentley ditangkap dan diseret ke pengadilan dan diadili
sesuai prosedur dan dinyatakan bersalah. Mereka tak bisa berbuat lain, sebab
bukti-bukti amat jelas. Q*n bMfcti nwrffang merupakan bahan pertimbangan juri.
Nampaknya sedikit pun mereka tak menyesal. Tidak, malahan bisa kukatakan mereka
semua sangat puas dia bersalah."
"Tapi kau tidak?"
?'Tidak." "Mengapa?" Inspektur Spence menarik napas. Ia menggaruk dagunya dengan tangannya yang besar
sambil termenung. "Aku tak tahu. Maksudku, aku tak bisa memberi alasan yang kongkret. Bagi juri
?dia nampak seperti pembunuh bagiku tidak dan aku
? ?24 lebih.banyak tahu ciri-ciri seorang pembunuh daripada mereka."
"Ya, ya, kau ahli dalam hal ini."
"Satu hal misalnya, dia tidak nampak sok. Sama sekali tidak sok. Menurut
pengalamanku biasanya mereka sebaliknya. Selalu bersikap puas diri. Selalu.
berpikir bahwa mereka bisa mengelabui kita..Selalu merasa yakin mereka lebih
pintar dalam semuanya. Dan bahkan saat duduk di kursi terdakwa di mana mestinya
mereka sadar, masih juga mereka dengan cara yang aneh berusaha untuk menikmati
semuanya itu. Mereka terkenal, menjadi tokoh utama. Memainkan peran sebagai
bintang barangkali yang pertama kali dalam hidup mereka. Mereka itu yah kau ? ? ?tahu sokF
?Spence mengucapkan kata itu dengan amat tegas.
"Kau pasti mengerti apa yang kumaksud, M. Poirot."
"Sangat mengerti. Dan James Bentley ini dia tidak seperti itu?"
?'Tidak. Dia hm, kelu ketakutan. Ketakutan sejak dari semula. Dan untuk
?sementara orang itu mungkin menunjukkan bahwa dia memang bersalah. Tapi bagiku
tidak." "Memang tidak, aku setuju denganmu. Seperti apa dia, James Bentley itu?"
'Tiga puluh tiga tahun, tinggi badan sedang, berkulit pucat, pakai kacamata "
?Poirot menyela kata-katanya.
25 "Bukan, maksudku bukan ciri-ciri fisiknya. Pribadinya bagaimana?"
"Oh itu." Inspektur Spence menimbang-nimbang. 'Tipe orang yang kurang menarik.
?Gampang gugup. Kalau bicara tak pernah langsung bertatapan muka. Dia suka
meneliti orang dengan memandang secara sembunyi-sembunyi. Sikap yang sangat
tidak menguntungkan di depan juri. Kadang menunduk ketakutan dan kandang
bersikap galak. Meledak-ledak tidak pada tempatnya." *
Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan nada biasa,
"Benar-benar tipe seorang pemalu. Aku punya sepupu yang mirip begitu, jika ada
yang kurang beres mereka mencoba berdusta, tapi tidak meyakinkan."
"Nampaknya kurang menawan, James Bentley-mu."
"Oh, memang tidak. Tak ada yang -menyu feamya. Walaupun begitu aku tak ingin
melihat dia digantung."
"Dan menurutmu dia akan digantung?"
"Bisa saja. Pengacaranya mungkin akan mengajukan banding tapi dasarnya akan
?sangat lemah hanya akan jadi semacam proforma saja dan kukira tak ada peluang
?untuk berhasil." "Cukup baguskah pengacaranya?"
"Si Graybrook muda ditunjuk untuk membelanya, berdasarkan Undang-Undang
Pembelaan Bagi Kaum yang Kurang Mampu Kukira
26 dia cukup bersungguh-sungguh dan telah berusaha tampil sebaik-baiknya."
"Jadi sebenarnya Bentley telah memperoleh peradilan yang baik, dan telah
dinyatakan bersalah oleh juri yang terdiri dari warga seperti dia."
"Benar. Susunan jurinya cukup baik. Tujuh pria, lima wanita-^-semuanya warga
baik-baik dan cukup adil. Hakimnya Pak Tua Stanisdale. Sangat adil dan
teliti tidak berat sebelah."?"Jadi menurut hukum negeri ini tak ada yang perlu dikeluhkan James Bentley."
?"Jika dia digantung untuk sesuatu yang tidak dilakukannya, dia patut mengeluh!"
"Pengamatan yang amat adil."
"Dan kasus penuntutan itu adalah kasusitw >Ucwlah yang mengumpulkan fakta?fakta dan menyusunnya dan berdasarkan kasus dan fakta-fakta itulah dia dijatuhi
?hukuman. Dan aku tak suka itu, M. Poirot, aku tak suka itu."
Lama" Hercule Poirot memandang wajah Inspektur Spence yang merah karena marah.
"Eh bien," katanya. "Apa yang kausarankan?"
Spence nampak benar-benar malu.
"Kukira kau bisa menduga. Kasus Bentley itu telah ditutup. Lagi pula aku sedang
menangani kasus lain penggelapan. Harus ke Scotland malam ini. Aku terikat."
?"Dan aku bebas?"
?Spence mengangguk, malu-malu.
"Itulah. Sangat lancang, kau pasti pikir begitu
27 Tapi aku tak bisa berpikir lain atau menemu-' kan jalan lain. Sudah kulakukan
?semua yang aku bisa, kuperiksa setiap kemungkinan yang ada. Ternyata buntu.
Kukira aku tak bisa lagi melanjutkannya. Tapi siapa tahu, mungkin akan lain
bagimu. Kau selalu memandang masalah dengan maafkan aku jika kukatakan
?ini dengan cara yang tidak umum. Barangkali dengan cara itulah harus kaulihat
?masalah ini. Sebab jika James Bentley tidak membunuhnya, maka orang lainlah yang
melakukannya. Wanita itu pastilah tidak bisa membacok sendiri belakang
kepalanya. Mungkin kau bisa menemukan sesuatu yang luput dari pengamatanku.
Sebenarnya tak ada alasan bagimu untuk menangani hal ini. Permintaanku benarbenar tidak sopan. Tapi itulah. Aku datang kepadamu sebab hanya itu yang bisa
kupikirkan. Tapi jika kau tak ingin melibatkan dirimu dan memang tidak
?seharusnya kau " ?Poirot memotong kata-katanya.
"Oh, tapi sesungguhnya alasan itu ada. Aku sedang nganggur terlalu nganggur.
?Dan kau membuatku tergoda ya, kau sangat membuatku tergoda. Ini suatu
?tantangan bagi sel-sel kecil kelabu di otakku. Lagi pula, aku memikirkan
?kepentinganmu. "Aku bisa membayangkan, kau di kebunmu enam bulan kemudian,
barangkali sedang menanam bunga mawar dengan perasaan kurang bahagia, sebab di
?balik semua itu, ada sesuatu yang mengganjal dalam
28 benakmu, suatu kenangan buruk yang kaucoba singkirkan, dan aku tak ingin kau
begitu, kawan. Dan akhirnya " Poirot duduk tegak dan menganggukkan kepalanya
?dengan penuh semangat, "ini yang pokok. Jika seseorang tidak melakukan
pembunuhan maka dia tak boleh dihukum." Ia terdiam sejenak,,lalu menambahkan,
'Tapi jika ternyata dia memang pembunuh wanita itu?"
"Jika begitu maka aku akan berterima kasih karena telah diyakinkan."
"Dan dua kepala selalu lebih baik daripada satu" Voila, semuanya beres. Aku
ingin cepat-cepat menangani kasus ini. Jelas kita tak boleh membuang waktu.
Nanti semuanya telanjur basi. Mrs. McGinty dibunuh kapan?"?"Tanggal 22 November yang lalu."
"Sebaiknya kita langsung saja membahas hal-hal yang pokok." ,
"Aku punya catatan-catatan kasus itu yang akan kuberikan padamu."
"Bagus. Untuk sementara kita hanya perlu garis besarnya saja. Jika James Bentley
tidak membunuh Mrs. McGinty, siapa yang melakukannya?"
Spence mengangkat bahu dan berkata dengan berat,
"Sejauh ini tak seorang pun yang bisa kucuci."
Tapi jawaban begitu tak bisa kita terima. Nah, sebab setiap pembunuhan pasti ada
motif - 29 nya, dalam kasus Mrs. McGinty ini. kira-kira motifnya apa" Iri hati, balas
dendam, cemburu, rasa takut, uang" Baiklah kita ambil yang terakhir dan yang
paling gampang Siapa yang mendapat keuntungan dari kematiannya?"
"Kalau ada pun tak banyak. Dia punya dua ratus pound di Savings Bank. Keponakan
perempuannya yang akan mewarisi itu."
"Dua ratus pound memang tidak banyak* tapi dalam situasi tertentu itu mungkin
?cukup. Jadi sebaiknya kita pertimbangkan juga keponakan perempuannya ini. Akil
minta maaf, kawan terpaksa menginjak lagi jejak-jejak yang, telah kaubuat. Aku
tahu kau pasti telah memikirkan semua ini. Tapi harus kita ulangi semua yang
pernah dijelajahi." Spence menganggukkan kepalanya yang besar itu.
'Tentu saja kami telah mempertimbangkan keponakan itu. Umurnya tiga puluh
delapan', sudah menikah. Suaminya bekerja di bidang bangunan dan
dekorasi tukang cat. Perangainya baik, pekerjaannya tetap, orangnya cerdas,
?sama sekali bukan orang tolol. Istrinya wanita muda yang menyenangkan, agak
cerewet, nampaknya cukup menyukai bibinya. Tak satu pun dari keduanya punya
kebutuhan mendesak untuk mendapatkan dua ratus poutid, walaupun jika diberi
pasti sangat senang."
"Bagaimana dengan cottage-nya" Apa diwariskan pada mereka?"
30 "Itu rumah sewaan. Tentu saja berdasarkan Peraturan Sewa-Menyewa si pemilik tak
bisa menyuruh wanita tua itu keluar. Tapi setelah dia mati, kurasa keponakan itu
tak bisa mengambil alih lagi pula dia dan suaminya memang tak menginginkannya.
?Mereka punya rahmah sendiri, kecil tapi modern dan mereka amat bangga." Spence
menarik napas. "Aku menyelidiki mereka dengan saksama kau juga tahu, mereka
?merupakan orang yang paling patut dicurigai. Tapi aku tak mendapatkan petunjuk
apa-apa." "Bien. Kini sebaiknya kita bicara mengenai Mrs. McGinty. Ceritakan padaku
tentang dia kalau bisa tidak cuma ciri-ciri fisiknya saja, ya."
?Spence tersenyum lebar. 'Tak mau uraian gaya polisi" Well, umurnya enam puluh empat. Janda. Suaminya
dulu bekerja di^ perusahaan Hodges bagian gorden, di Kilchester. Dia mati
sekitar tujuh tahun yang lalu. Radang paru-paru. Sejak itu Mrs. McGinty tiap
hari keluar masuk rumah di sekitar tempat itu untuk membantu pekerjaan rumah
tangga. Broadhinny adalah desa kecil yang belum lama dihuni orang. Ada satu atau
dua pensiunan, ada juga pemilik perusahaan rekayasa, seorang dokter, orang-orang
seperti itulah. Jasa pelayanan bis dan kereta cukup bagus antara Kilchester dan
Cullenquay tempat berlibur musim panas?yang cukup luas. kurasa kau tahu itu yang
?sendiri masih menarik dengan ciri kedesaan-nya sekitar seperempat mil masuk
?dari jalan raya Drymouth dan Kilchester. Poirot mengangguk.
"Cottage Mrs. McGinty itu salah satu dari empat lainnya yang berciri desa. Ada
kantor pos dan toko kecil, dan pekerja-pekerja pertanian tinggal di pondokpondok lainnya." - "Dan dia menyewakan kamar?"
"Ya. Sebelum suaminya meninggal, cuma tamu-tamu yang berlibur di musim panas,
tapi setelah kematiannya dia menerima satu pemondok tetap. James Bentley sudah
tinggal di situ selama beberapa bulan."
"Jadi sampai juga kita pada James Bentley?"
?'Terakhir Bentley bekerja di kantor agen perumahan di Kilchester. Sebelum itu
dia tinggal dengan ibunya di Cullenquay. Ibunya inyalid dan dia merawatnya dan
jarang keluar rumah Lalu ibunya meninggal dan dengan itu tunjangannya pun ikut
berhenti. Bentley terpaksa menjual rumah kecil itu dan mencari kerja. Cukup
berpendidikan tapi tak punya keahlian khusus atau bakat khusus, dan seperti
kataku tadi, orangnya kurang menarik. Sulit baginya memperoleh pekerjaan.
Akhirnya dia diterima di Breather and Scuttle's, sebuah perusahaan kelas dua.
Rupanya dia tidak terlalu berprestasi di situ. Mereka mengurangi karyawan dan
dia yang harus keluar. Dia tak dapat memperoleh pekerjaan lain, dan uangnya
menipis. Biasan a 32 tiap bulan dia membayar sewa kamar pada Mrs. McGinty. Wanita itu memberinya
makan pagi dan makan malam dengan tarif tiga pound seminggu cukup murah. Dia
?menunggak dua bulan dan hampir bangkrut total. Dia belum juga memperoleh
pekerjaan sementara wanita itu terus menagih utangnya."
"Dan dia tahu Mrs. McGinty punya tiga puluh pound di rumah" Mengapa wanita itu
sampai menyimpan tiga puluh pound di rumah, padahal dia punya rekening tabungan
di Savings Bank?" "Sebab dia tak percaya pada pemerintah. Katanya, dua ratus pound sudah
diberikannya kepada pemerintah, tapi tidak lebih dari itu. Sisanya disimpannya
di tempat yang gampang diraihnya setiap saat. Itu dikatakannya pada satu atau


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dua orang. Uang itu ditaruhnya di ba-wah-papan lantai yang longgar di kamar
tidurnya tempat yang sangat mudah ditemukan. James Bentley mengaku bahwa dia
?tahu uang itu ada di situ."
"Baik benar dia mau mengaku. Dan sang keponakan serta suaminya juga tahu itu?"
"Oh ya." "Kalau begitu sekarang kita balik lagi ke pertanyaanku yang pertama. Bagaimana
meninggalnya Mrs. McGinty?"
"Dia meninggal di malam hari tanggal 22 November. Ahli bedah polisi
memperkirakan saat kematiannya antara jam tujuh dan sepuluh ma 33 lam. Dia sudah makan malam ikan asap dengan roti dan margarine, dan menurut
? keterangan dari semua pihak, biasanya dia makan malam sekitar jam setengah
tujuh. Jika dia engikuti kebiasaan itu di malam yang naas itu, maka sesuai hasil
pengamatan pencernaannya dia dibunuh sekitar jam setengah sembilan atau jam
sembilan. James Bentley, sesuai pernyataannya sendiri, sedang keluar jalan-jalan
malam itu dari jam tujuh lima belas sampai sekitar jam sembilan. Hampir setiap
malam dia keluar rumah dan jalan-jalan begitu petang tiba. Menurutnya, dia masuk
ke rumah lagi sekitar jam sembilan (dia punya kunci sendiri) dan langsung ke
atas ke kamarnya. Mrs. -McGinty menyediakah wastafel dalam setiap kamar untuk
tamu-tamu musim panasnya dulu. Dia membaca sekitar setengah jam lalu pergi
tidur. Dia tidak mendengar atau merasa ada yang tidak beres. Esok paginya dia
turun dan melihat ke dapur, tapi tak ada seorang pun di situ dan tak ada tandatanda makan pagi sedang disiapkan. Katanya, dia ragu sejenak lalu diketuknya
pintu kamar Mrs. McGinty, tapi tak ada jawaban.
"Dia mengira wanita itu terlambat bangun, tapi tidak mau mengetuk terus. Lalu
tukang roti datang dan James Bentley naik dan mencoba mengetuk lagi. Setelah
itu, seperti kataku *adi, tukang roti pergi ke tetangga dan menjemput Mrs.
Elliot yang akhirnya menemukan jenazah
34 letak di lantai ruang tamu. Bagian belakang kepalanya dibacok dengan sesuatu
yang mirip golok daging yang amat tajam. Dia mati seketika. Laci-laci terbuka
dan barang-barang berserakan dan papan longgar di lantai kamar tidurnya telah
dicongkel dan tempat simpanan itu kosong. Semua jendela terkunci rapat dan
tertutup dengan tirai dari dalam. Tak ada tanda-tanda perusakan dari luar."
"Karena itu," kata Poirot, "kalau bukan James Bentley yang membunuhnya, maka
pastilah wanita itu sendiri yang telah mempersilakan pembunuhnya masuk ketika
Bentley sedang keluar?"
'Tepat sekali. Ini bukan penodongan atau maling. Nah siapa kiranya yang telah
dipersilakannya masuk" Salah satu tetangga, atau keponakannya, atau suami
keponakannya. Itu kesimpulannya. Kita singkirkan faktor tetangga. Keponakan dan
suaminya sedang nonton film malam itu. Bisa saja mungkin saja, salah satu ?meninggalkan bioskop tanpa diketahui orang, naik sepeda sejauh tiga mil,
membunuh wanita tua itu, menyembunyikan uang tadi di luar rumah, dan balik ke
bioskop tanpa ada yang tahu. Kami meneliti kemungkinan itu, tapi tidak diperoleh
bukti-bukti yang menguatkan. Lagi pula apa perlunya menyembunyikan uang tersebut
di luar rumah McGinty jika itu benar" Bukan-kafi sulit untuk menemukannya lagi
nanti" Mengapa tidak di suatu tempat sepanjang jalan
35 balik tiga mil itu" Tidak, satu-satunya alasan mengapa uang itu disembunyikan di
situ i lah " ?Poirot menyelesaikan kalimat itu untuknya.
" karena dia tinggal di rumah itu tapi tidak mau menyembunyikannya di kamarnya
?atau di suatu tempat di dalam rumah. Orang yang bisa berpikir begitu hanya:
James Bentley." "Benar. Di mana-mana, setiap saat, ditemukan hal-hal yang memberatkan Bentley.
Lalu akhirnya, ada darah di lengan mantelnya."
"Lalu apa katanya tentang itu?"
"Katanya, dia ingat terkena darah itu di toko daging sehari sebelumnya. Omong
kosong! Itu bukan darah binatang."
"Dan dia tetap bersikeras dengan itu?"
'Tidak. Waktu sidang ceritanya lain sama sekali. Begini, di lengan mantelnya itu
ternyata ditemukan sehelai rambut juga rambut yang bernoda darah, dan rambut ?itu ternyata sama dengan rambut Mrs. McGinty. Tentu saja itu harus dijelaskan.
Lalu dia mengaku bahwa malam sebelumnya dia memang masuk ke ruang itu
sepulangnya dari jalan-jalan. Dia masuk, katanya, setelah mengetuk, dan
menemukan wanita itu di situ, tergeletak di lantai, sudah mati. Dia membungkuk
dan menyentuhnya, katanya, untuk memastikan. Lalu dia tak tahan lagi. Dia memang
amat peka jika melihat darah, katanya. Dia berjalan menuju kamarnya dengan
sempoyongan lalu pingsan. Paginya dia tidak sanggup
36 mengaku bahwa dia tahu apa yang telah terjadi."
"Cerita yang amat mencurigakan," Poirot berkomentar.
"Memang. Walaupun begitu," kata Spence termenung, "mungkin saja itu benar.
Memang itu sulit dipercaya oleh orang kebanyakan atau oleh juri. Tapi aku
?pernah bertemu dengan orang-orang seperti itu. Maksudku bukan cerita pingsan
tadi, tapi orang-orang yang dihadapkan pada suatu peristiwa yang menuntutnya
untuk bertindak tegas dan bertanggung jawab tapi tak sanggup melakukannya.
Orang-orang pemalu Katakan saja dia masuk ke situ, menemukan jenazah itu. Dia
tahu dia mestinya melakukan sesuatu menghubungi polisi pergi ke
? ?tetangga melakukan hal yang benar, apa saja. Tapi dia panik. Pikirnya, 'Aku tak
?perlu tahu tentang semua ini. Mestinya aku tidak masuk ke sini tadi. Aku akan
terus tidur seakan aku tadi tak pernah masuk ke sini...' Di balik semua itu, tentu
saja, dia merasa takut kalau-kalau dia nanti dicurigai ikut terlibat. Dia
berpikir sebaiknya cuci tangan dari kasus itu selama mungkin, dan begitulah dia
malahan tercebur ke dalamnya habis-habisan."
?Spence terhenti sejenak.
"Mungkin sekali begitu ceritanya."
"Mungkin sekali." kata Poirot tepekur.
"Atau sekali lagi, mungkin itu cerita terbaik yang bisa disajikan oleh para
pembelanya untuk 37 menyelamatkan dia. Tapi aku tak tahu. Pelayan kafe di Kilchester di mana dia
biasa makan siang bilang dia selalu memilih meja yang menghadap ke tembok atau
terletak di sudut supaya dia tidak harus melihat orang-orang. Dia orangnya
begitu agak sinting. Tapi tak cukup sinting untuk jadi pembunuh. Dia tak punya
?kompleks kejiwaan sebagai penganiaya atau yang semacam itu."
Spence melihat ke arah Poirot dengan penuh harap tapi Poirot tidak
?bereaksi dahinya berkerut
?Kedua lelaki itu terdiam sejenak.
38 3 Akhirnya Poirot memecahkan kesunyian dengan menarik napas.
"Eh bien," katanya. "Telah kita bahas habis motif yang menyangkut uang. Mari
kita coba teori-teori lainnya. Apa Mrs. McGinty punya musuh" Adakah orang yang
ditakutinya?" 'Tak ada tanda-tanda ke arah itu."
'Tetangga-tetangganya bilang apa saja?"
'Tidak banyak. Mungkin mereka tak mau bicara-banyak kepada polisi, tapi kurasa
mereka memang tidak menyembunyikan informasi apa-apa. Wanita itu hidup
menyendiri, kata mereka. Tapi hal itu dianggap lumrah. Kau tahu, M. Poirot,
desa-desa di negeri kita memang tidak bersahabat. Para pengungsi mendapati hal
itu selama perang. Mrs. McGinty suka ngobrol dengan para tetangganya, tapi tak
pernah bergaul akrab."
"Sudah berapa lama dia tinggal di situ?" "Sekitar delapan belas atau dua puluh
tahun, kukira." "Dan empat puluh tahun sebelum itu?"
39 "Tak ada yang misterius tentang dirinya. Dia anak petani dari North Devon. Dia
dan suaminya tinggal dekat Ilfracombe sebentar, lalu pindah ke Kilchester. Punya
cottage di situ tapi lembap, sehingga mereka pindah ke Broadhinny. Suaminya ?rupanya pria pendiam yang berkelakuan baik, perangainya lembut jarang pergi ke
?pub. Segalanya nampak terhormat dan beres. Tak ada misteri apa pun, tak ada yang
disembunyikan." 'Tapi nyatanya dia dibunuh?"
'Tapi nyatanya dia dibunuh."
"Apakah keponakannya tidak tahu kalau-ka-lau ada orang dendam kepada bibinya?"
"Dia bilang tidak tahu."
Poirot menggaruk hidungnya dengan kesal.
"Kau pasti mengerti, kawan, masalahnya akan jauh lebih gampang seandainya Mrs.
McGinty itu bukan Mrs. McGinty. Jika saja dia itu .orang yang sering disebut
sebagai Si Wanita Misterius wanita yang memiliki masa lalu."
?"Well, ternyata bukan," kata Spence dengan acuh. "Dia cuma Mrs. McGinty, wanita
tak berpendidikan yang menyewakan kamar dan mencari nafkah dengan membersihkan
rumah orang. Ribuan wanita seperti itu ada di seluruh Inggris."
'Tapi tidak semuanya dibunuh." "Tidak, aku berani pastikan itu." "Jadi mengapa
Mrs. McGinty dibunuh" Jawaban yang gamblang tak bisa kita terima. Lalu
40 apa lagi kemungkinannya" Keponakan yang samar-samar dan sulit dipercaya. Dan
orang asing yang lebih samar-samar dan lebih sukar lagi dipercaya. Fakta-fakta"
Baiklah kita berpegang pada fakta. Apa fakta-faktanya" Wanita tua pembersih
rumah dibunuh. Pria muda pemalu dan tak tahu sopan santun ditangkap dan dituduh
membunuh. Mengapa James Bentley ditangkap?" Spence terbelalak.
"Bukti yang memberatkan dia. Sudah kukatakan tadi "
?"Ya. Bukti. Tapi coba katakan, Spence-ku, apakah itu bukti betulan atau hasil
rancangan?" "Hasil rancangan?"
"Ya. Andaikan James Bentley tak bersalah, maka ada dua kemungkinan. Bukti-bukti
dibuat dengan sengaja supaya orang curiga kepadanya. Atau .dia itu cuma sial
saja kebetulan jadi korban situasi."
?Spence diam berpikir. "Ya. Aku tahu ke arah mana kau berpikir."
'Tak ada tanda-tanda yang bisa menunjukkan bahwa teori pertama tadi benar. Tapi
juga tak ada tanda-tanda yang bisa menunjukkan bahwa teori itu salah. Uang itu
diambil dan disembunyikan di luar rumah di suatu tempat yang mudah ditemukan.
Jika disembunyikan di kamarnya sendiri maka akan sulit bagi polisi untuk percaya
begitu saja. Pembunuhan dilakukan pada saat Bentley sedang jalan-jalan
sendirian, 41 seperti yang biasa dilakukannya. Apa noda darah di lengan mantelnya itu memang
benar terjadi seperti yang dikatakannya waktu sidang, atau apakah itu juga hasil
rancangan" Mungkinkah ada orang yang mendekatinya dalam gelap dan mengoleskan
bukti bikinan itu pada lengan mantelnya?"
"Kurasa itu agak terlalu jauh, M. Poirot."
"Mungkin, mungkin. Tapi kita memang harus menyusup sejauh mungkin. Kurasa dalam
kasus ini kita harus melargkah jauh ke tempat yang sulit dibayangkan oleh
imajinasi kita... Sebab, kaulihat, mon cher Spence, jika Mrs. McGinty cuma wanita
pembersih rumah biasa maka pembunuhnyalah yang pasti tidak biasa. Ya itu ? ?jelas. Yang menarik adalah pembunuhnya, bukan yang dibunuh. Kebanyakan kasus
kejahatan tidak begini. Biasanya sang korbanlah yang menjadi pokok masalah dan
kuamati dengan saksama. Apa-apa yang dibencinya, apa-apa yang dicintainya,
aktivitasnya. Dan jika kau benar-benar kenal si korban pembunuhan itu, maka
korban itu akan berbicara, dan bibir yang mati itu seakan mengucapkan sebuah
nama nama yang kuinginkan."
?Spence nampak tidak tenang.
"Orang-orang asing ini!" itu diucapkannya seakan kepada dirinya sendiri. '
'Tapi dalam kasus ini " Poirot mekmiutkan "Kebalikannya. Di sini kita
?mencurigai pribadi yang masih terselubung sosok yang masih ber ?42 sembunyi dalam gelap. Bagaimana cara meninggalnya Mrs. McGinty" Mengapa dia
meninggal" Jawabannya tidak bisa didapat dengan mempelajari kehidupan Mrs.
McGinty. Jawabnya terdapat dalam diri si pembunuh. Setujukah kau denganku dalam
hal itu?" "Kurasa begitu," kata Inspektur Spence dengan hati-hati.
"Seseorang yang menginginkan apa" Menyerang Mrs. McGinty" Atau menyerang fames
?Ben-tleyT Inspektur itu mengucapkan "Hm!" dengan ragu"Ya ya, itu salah -satu hal yang harus diputuskan paling awal. Siapa korban
?sesungguhnya" Siapa yang dimaksudkan untuk jadi korban?"
Spence berkata dengan nada tak percaya,
"Kau, benar-benar berpikir bahwa seseorang telah mencelakakan wanita tua yang
tak berdosa supaya orang lain bisa digantung dengan tuduhan melakukan
pembunuhan?" "Kata orang, kita tak bisa membuat telur dadar tanpa memecahkan telur. Jadi Mrs.
McGinty mungkin telurnya, dan James Bentley itu telur dadarnya. Coba sekarang
aku ingin dengar, apa yang kauketahui tentang James Bentley?"
'Tidak banyak. Ayahnya seorang dokter meninggal waktu Bentley berumur sembilan
? tahun. Dia bersekolah di sekolah negeri yang tidak terkenal ditolak masuk
tentara, jantungnya le - 43 mah. Selama perang membantu salah satu ke-menterian dan tinggal dengan ibunya
yang dominan dan suka mengatur."
"Well," kata Poirot, "ada beberapa kemungkinan yang nampak di situ.... Lebih
daripada yang terdapat dalam riwayat hidup Mrs. McGinty."
"Kau benar-benar yakin akan pendapatmu itu?"
"Tidak, aku belum bisa percaya kepada apa pun. Tapi bisa kukatakan bahwa ada dua
jalur penyelidikan yang jelas terpisah, dan kita harus memutuskan, secepatnya,
yang mana yang benar untuk diikuti."
"Bagaimana kau akan mulai melakukan penyelidikan ini, M. Poirot" Ada yang bisa
kubantu?" "Pertama, aku ingin mewawancarai James Bentley."
"Itu bisa diatur. Aku akan menghubungi para_ pengacaranya."
"Setelah itu, dan tentu saja tergantung pada hasil wawancara, kalau ada aku ?tidak terlalu mengharap aku akan pergi ke Broadhinny. Di sana, dengan bantuan
?catatan-catatanmu, dengan cepat aku akan mengulangi lagi langkah-langkah yang
telah kaubuat." "Kalau-kalau ada yang terlewatkan olehku," kata Spence dengan senyum kecut.
"Aku lebih senang mengatakan, kalau-kalau ada hal-hal yang nampak olehku dari
sudut 44 yang lain daripada yang nampak olehmu. Reaksi manusia tidak sama, juga
pengalaman manusia. Kemiripan seorang pakar keuangan yang kaya dengan seorang
pengusaha sabun yang kukenal di Liege pernah membawa hasil yang amat memuaskan.
Tapi tak ada perlunya membicarakan hal itu. Yang ingin kulakukan hanyalah
menghapus salah satu jalur yang kusebut tadi. Dan menghapus jalur Mrs.
McGinty yaitu jalur No 1 sudah jelas lebih cepat dan lebih mudah daripada
? ?menelaah jalur No 2. Nah, di Broadhinny di mana aku bisa tinggal" Apa ada
penginapan yang lumayan?"
"Ada losmen Three Ducks tapi tempatnya kecil. Ada juga Lamb di Cullavon tiga
?mil dari situ atau semacam Guest House di Broadhinny sendiri. Bukan Guest House
?betulan, cuma rumah desa yang agak bobrok yang disewakan olehjjemiliknya,
sepasang anak muda. Kukira," kata Spence dengan ragu, "itu tak cukup baik."
Hercule Poirot memejamkan matanya seakan menahan sakit.
"Jika memang aku harus menderita, aku rela," katanya. "Apa boleh buat."
"Aku tak tahu sebagai apa sebaiknya kau ke sarw," Spence melanjutkan dengan ragu
sambil mengamati Poirot. "Kau bisa saja menyamar sebagai semacam penyanyi opera.
Suara sedang berantakan. Harus beristirahat. Itu mungkin bisa."1
"Aku akan ke sana," kata Hercule Poirot, ber 45 bicara dengan lafal bangsawan" "sebagai diriku sendiri."
. Spence menanggapi ucapan ini dengan bibir berkerut.
"Kaupikir itu bijaksana?" * "Kupikir itu perlui Ya benar, perlu. Pikirkan, cher
ami, sudah waktunya kita bertindak. Apa yang kita ketahui" Nol. Jadi harapannya,
ha rapan yang terbaik, adalah berpura-pura bahwa aku tahu banyak. Aku adalah
.Hercule Poirot, aku Hercule Poirot yang hebat, yang unik itu. Dan aku, Hercule
Poirot, tidak puas dengan vonis yang dijatuhkan dalam kasus McGinty itu. Aku,
Hercule Poirot, sangat curiga akan apa yang sebenarnya terjadi. Ada situasi yang
hanya aku sendiri yang bisa mengukur kadar "nilainya yang sebenarnya. Kau
mengerti?" "Setelah itu?" "Setelah kulakukan aksiku, kuamati reaksi-re-aksinya. Sebab akan ada reaksi.
Pasti, akan timbul reaksi."
Inspektur Spence menatap pria kecil itu dengan perasaan tak enak.
"Begini, M. Poirot," katanya. "Jangan terlalu mengambil risiko. Aku tak ingin


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terjadi apa-apa pada dirimu."
"Tapi jika itu terjadi, teorimu terbukti benar dan menghapus semua keraguan,
kjwf?" "Aku tak ingin itu dibuktikan dengan cara
46 yang begitu penuh risiko," kata Inspektur ce.
47 Dengan mual, Hercule Poirot memandang sekeliling ruang tempat ia berdiri. Ruang
itu cukup luas, tapi hanya itu saja kelebihannya. Poirot menyeringai sambil
mengusapkan jarinya sepanjang papan di atas rak buku. Seperti yang sudah
diperkirakannya debu! Ia lalu duduk dengan hati-hati di sofa, dan per-pernya ?yang sudah rusak tak sanggup menopang berat tubuhnya. Dua kursi berlengan yang
juga sudah usang itu masih lumayan. Seekor anjing besar yang nampak garang dan
kudisan menggeram dari kursi keempat yang didudukinya.
Ruang itu memang besar, dan dihias dengan wallpaper Morris yang sudah kusam.
Ukiran-ukiran logam dengan pola-pola yang kurang menarik tergantung miring di
samping satu atau dua lukisan cat minyak yang bagus. Kain penutup kursi kusam
dan kotor, karpetnya berlubang-lubang dengan corak yang kurang enak dipandang.
Sejumlah besar benda-benda hiasan kecil berserakan kacau di sana sini. Meia-meja
bergoyang-goyang akan roboh karena roda-rodanya sudah copot. Satu jendela dalam
keadaan 48 terbuka, dan tak bisa menutup kembali. Pintu, yang saat ini tertutup, nampaknya
tak akan tetap begitu. Palangnya tidak berfungsi dengan baik dan setiap angin
berembus pintu itu terlempar membuka dan angin dingin menerobos masuk memenuhi
seluruh ruangan. "Ini yang namanya penderitaan," kata Hercule Poirot pada dirinya sendiri dengan
amat geram, "fru benar-benar penderitaan."
Pintu terlempar membuka dan bersamaan dengan angin yang bertiup Mrs. Summerhayes
pun masuk ke dalam. Ia memandang ke sekeliling ruang, berteriak, "Apa?" kepada
seseorang di kejauhan lalu keluar lagi.
Mrs-Summerhayes berambut merah dan berwajah menarik penuh bintik-bintik. Ia
selalu nampak sibuk mengatur barang atau kalau tidak, mencari barang yang
terselip. Hercule Poirot meloncat dari duduknya dan menutup pintu.
Sesaat kemudian pintu terbuka lagi dan Mrs. Summerhayes muncul lagi. Kali ini ia
menjinjing baskom enamel besar dan sebilah pisau.
Sebuah suara pria dari sana berteriak,
'^Maureen, kucing itu sakit lagi. Harus ku-apakan?"
Mrs. Summerhayes berseru, "Sebentar aku ke sana, Sayang. Sebentar."
Ditaruhnya baskom dan pisau itu dan ia keluar lagi. Poirot bangkit lagi dan "menutup pintu. Katanya,
49 'Tak pelak lagi, ini penderitaan."
Terdengar suara mobil, anjing besar itu melompat dari kursi, lalu menyalak
dengan lengkingan yang makin keras. Lalu ia melompat ke atas meja kecil dekat
jendela dan meja itu roboh dengan suara keras.
"Wah," kata Hercule Poirot. "Aku tak tahan lagi!"
Pintu terlempar membuka, angin masuk mengitari ruang, anjing itu berlari keluar,
masih tetap menyalak. Suara Maureen terdengar tinggi, keras dan jelas.
"Johnnie, sialan benar, kenapa kaubiarkan pintu belakang terbuka! Ayam-ayam
keparat itu masuk ke gudang makanan."
"Dan untuk tempat seperti ini," kata Hercule Poirot dengan penuh perasaan,
"harus kubayar tujuh guinea seminggu!"
Pintu menutup dengan bunyi keras. Melalui jendela terdengar lengking ayam-ayam
yang gusar. Lalu pintu terbuka lagi dan Maureen Summerhayes masuk dan langsung menghampiri
baskom tadi sambil berseru gembira.
"Saya lupa kalau ini ada di sini. Maaf sekali, Mr. Er hm maksud saya, apa Anda
? ?tidak terganggu jika saya mengiris buncis ini di sini" Di dapur bau sekali."
"Madame, saya akan senang sekali."
Barangkali itu bukan ungkapan yang tepat, tapi biarlah. Inilah untuk pertama
kalinya da - 50 lam dua puluh empat jam Poirot menemukan kesempatan untuk berbicara dengannya
lebih dari enam detik - Mrs. Summerhayes menjatuhkan dirinya di kursi dan mulai mengiris buncis itu
dengan gesit, namun caranya amat tidak luwes.
"Saya sungguh berharap," katanya, "Anda tidak terlalu kurang nyaman di sini"
Jika ada hal-hal yang ingin diubah, katakan saja."
Poirot sudah sejak tadi berpendapat bahwa satu-satunya hal yang disukainya di
Long Meadows adalah nyonya rumahnya.
"Anda terlalu baik, Madame," ia menjawab dengan sopan. "Saya cuma berharap
seandainya saja saya bisa mencarikan Anda pembantu-pembantu yang cakap."
"Pembantu!" Mrs. Summerhayes agak terpekik. "Benar-benar tak bisa diharapkan!
Yang harian saja sukar didapat. Pembantu harian kami yang terbaik baru saja mati
terbunuh. Memang saya sial." -4
"Maksud Anda Mrs. McGinty," kata Poirot dengan cepat.
"Benar Mrs. McGinty. Oh Tuhan, betapa saya kehilangan dia! Tentu saja gempar
waktu itu. Pembunuhan pertama yang pernah kami alami di lingkungan kami, tapi
seperti yang saya bilang kepada Johnnie, memang kami benar-benar sial. Tanpa
McGinty saya benar-benar kerepotan."
"Anda menyukainya?"
51 "Tuan yang baik, dia bisa diandalkan. Dia selalu datang. Senin sore dan Kamis
pagi persis seperti lonceng. Sekarang diganti oleh perempuan Burp itu yang ?tinggal dekat stasiun. Anaknya lima dan suaminya masih ada. Tentu saja dia
jarang datang. Suaminya ngadat, atau ibunya punya masalah, atau anak-anaknya
sakit ini sakit itu. Kalau McGinty tua itu paling-paling dia sendiri yang punya
masalah dan boleh di-kata, itu hampir tidak pernah terjadi."
"Dan dia selalu dapat diandalkan dan jujur" fftnda percaya kepadanya?"
"Oh, dia tak pernah mencuri apa pun bahkan makanan saja tidak. Tentu saja dia
?sedikit ingin tahu. Membaca surat orang dan hal-hal seperti itu. Tapi itu wajar.
Maksud saya, mereka pasti jemu dengan kehidupannya sehari-hari, bukankah
begitu?" "Apa Mrs. McGinty hidupnya menjemukan?"
"Amat sangat, saya kira," kata Mrs. Summerhayes mengambang. "Sehari-harinya
berlutut menggosok lantai. Lalu tumpukan perabot makan orang lain menunggu di
tempat cuci piring setiap pagi jika dia datang. Kalau saya harus menjalani itu
setiap hari, saya akan lega jika ' saya dibunuh. Benar."
Wajah Mayor Summerhayes tiba-tiba muncul di jendela. Mrs. Summerhayes meloncat,
menumpahkan buncis, dan berlari ke jendera~yang lalu dibukanya lebar-lebar.
52 "Anjing keparat itu makan makanan ayam lagi, Maureen."
"Sialan, dia pasti akan sakit!"
"Coba' lihat," Johnnie Summerhayes menunjukkan sebuah mangkuk penuh dengan
sayuran hijau, "apa bayamnya cukup banyak?"
"Masih kurang."
"Kelihatannya sudah banyak sekali."
"Cuma satu sendok teh kalau sudah dimasak. Masa kau tak tahu sifat bayam"
"Oh Tuhan! "Ikan sudah datang?"
"Kelihatannya belum."
"Brengsek, kita harus buka kalengan atau apa. Coba kaubuka, Johnnie. Ambil salah
satu dari lemari di pojok. Yang agak gembung itu. Kurasa tak apa-apa kok."
"Lalu bayam ini bagaimana?"
"Akan kuurus." '
Ia keluar lewat jendela, dan suami-istri itu berjalan bersama meninggalkan
tempat itu. "Wah, wah, wah!" kata Hercule Poirot. Ia menyeberangi ruang itu dan menutup
jendela serapat mungkin. Terdengar di telinganya suara Mayor Summerhayes terbawa
angin. "Gimana orang baru itu, Maureen" Kok nampaknya agak aneh. Siapa namanya, aku
lupa." "Aku tak ingat tadi waktu bicara padanya. Samparaku bilang Mr. Er hm. ?Poirot itulah namanya. Orang Prancis."
?53 "Kau tahu, Maureen, rasanya aku pernah melihat nama itu di suatu tempat."
"Home Perm, barangkali. Dia tampak seperti penata rambut."
Poirot mengernyit. "B bukan. Bisa gawat. Aku tak pasti. Tapi namanya pernah kudengar. Sebaiknya
?minta dulu tujuh guinea itu."
Lalu suara-suara itu mengabur.
Hercule Poirot memunguti buncis-buncis yang terserak ke mana-mana di lantai itu.
Ketika ia baru saja selesai melakukan itu, Mrs. Summerhayes masuk lagi lewat
pintu. Ia memberikan buncis-buncis itu kepada nyonya itu dengan sopan,
"Void, Madame."
"Oh terima kasih banyak. Kayaknya, buncis-buncis ini sedikit hitam. Anda tahu,
kami menyimpannya dalam periuk tembikar, digarami. Tapi rupanya ada yang salah.
Saya kuatir tak akan enak dimakan."
"Saya kira juga begitu.-. Anda tak keberatan jika pintu saya tutup" Terlalu
banyak udara masuk."
"Oh ya, silakan. Saya memang selalu -lupa menutup pintu." "Saya lihat begitu."
'Tapi pintu itu memang tak bisa terus tertutup. Rumah ini praktis hampir runtuh.
Ayah dan ibu Johnnie tinggal di sini dulu dan mereka kurang mampu, kasihan, dan
mereka tak per - 54 nah merawat rumah ini. Lalu ketika kami kembali dari India untuk tinggal di
sini, kami juga tak punya cukup dana untuk merawatnya. Tapi sangat menyenangkan
bagi anak-anak waktu liburan, banyak ruang untuk berlari-lari, ada kebun dan
lain-lain. Sewa yang dibayar para tamu memungkinkan kami untuk bertahan,
walaupun harus saya akui beberapa kali kami sempat kaget setengah mati."
"Apa saat ini saya tamu Anda satu-satunya?"
'Tidak, di lantai atas ada seorang wanita tua, dan sejak kedatangannya dia hanya
berbaring dan tidak pernah muncul. Nampaknya tak ada masalah dengannya. Tapi
begitulah, dan saya harus mengantar empat nampan setiap harinya. Tak ada masalah
dengan selera makannya. Tapi besok dia akan pindah ke rumah keponakan
perempuannya atau entah siapa."
Mrs. Summerhayes terdiam sejenak sebelum bicara lagi dengan suara yang agak
kaku. 'Tukang ikan akan segera datang. Jika Anda tidak berkeberatan saya
minta er uang sewa untuk minggu pertama. Anda bermaksud ting-gakseminggu, ? ?kan?"
"Mungkin lebih lama."
"Maaf merepotkan. Tapi kebetulan tak ada uang tunai di rumah, dan Anda tahu
bagaimana-orang-orang ini terus saja menagih."
?'Tak perlu minta maaf, Madame."
Poirot mengambil tujuh lembaran satu pound
55 dan menambahkan tujuh shilling. Mrs. Summerhayes menerima uang itu dengan penuh
gairah. "Terima kasih banyak."
"Barangkali, Madame, saya perlu menceritakan sedikit lagi tentang diri saya.
Saya adalah Hercule Poirot."
Pengakuan itu tidak mengherankan Mrs. Summerhayes.
"Nama yang sungguh bagus," katanya ramah. "Nama Yunani, rupanya?"
"Saya ini, mungkin Anda tahu," kata Poirot, "seorang detektif." Ditepuknya
dadanya. "Mungkin detektif yang paling terkenal saat ini."
Mrs. Summerhayes berteriak dengan penuh sukacita.
"Anda suka bercanda, M. Poirot. Apa yang sedang Anda selidiki" Abu rokok dan
jejak-jejak kaki?" "Saya sedang menyelidiki pembunuhan Mrs. McGinty," kata Poirot. "Dan saya tidak
bercanda." "Aduh," kata Mrs. Summerhayes. 'Tanganku teriris."
Ia mengangkat jarinya dan mengamatinya.
Lalu ia menatap Poirot. "Begini," katanya. "Anda bersungguh-sungguh" Maksud saya, itu semua sudah
berakhir. Mereka telah menangkap si konyol yang mon-dok di rumah itu dan dia
telah diadili dan dijatuhi hukuman. Mungkin sekarang dia sudah digantung."
56 'Tidak, Madame," kata Poirot. "Dia belum digantung. Dan kasus tadi belum
'berakhir' kasus Mrs. McGinty itu. Saya ingin mengingatkan Anda akan ucapan
?salah satu penyair Anda. 'Sebuah pertanyaan belum terjawab sebelum
dijawab dengan benar.'" .
?"Oo," kata Mrs. Summerhayes, perhatiannya beralih dari Poirot ke baskom di
pangkuannya. "Darah saya mengotori buncis-buncis ini. Payah, padahal ini untuk
makan siang. Tapi tak apalah, sebab kita akan merebusnya. Semuanya, tidak apaapa jika direbus, kan" Bahkan makanan kaleng juga."
"Saya kira," kata Hercule Poirot pelan, "saya nanti tidak ikut makan siang."
57 5 l "Saya tidak tahu, sungguh," kata Mrs. Burch.
Itu sudah dikatakannya tiga kali. Rasa tak percayanya kepada pria bertampang
asing berkumis hitam serta menyandang mantel bulu ini tak mudah diatasi.
"Benar-benar tidak enak," katanya melanjutkan. "Kejadian pembunuhan Bibi yang
malang dan polisi datang dan lain-lain. Menginjak-injak seluruh tempat,
menggeledah, dan terus bertanya-tanya. Tetangga-tetangga begitu senang. Tadinya
saya pikir semua tidak akan pernah berakhir. Dan mertua saya benar-benar
menjengkelkan sikapnya. Tak pernah hal seperti itu terjadi dalam keluarganya dia
terus berkata. Dan 'Joe yang malang" dan hal-hal seperti itu. Bagaimana tentang
saya yang malang" Dia adalah bibi saya, kan" Tapi saya pikir semuanya sudah
berlalu sekarang." "Dan seandainya ternyata James Bentley itu tidak bersalah?"
"Omong kosong," Mrs. Burch nyeletuk. Tentu saja dia bersalah. Memang dialah
pelakunya. Sejak semula saya tidak suka melihat tampangnya. Suka keluyuran dan mengomel
sendirian. Pernah saya bilang pada Bibi, 'Sebaiknya jangan tinggal dengan orang
seperti itu. Satu saat dia bisa berbuat gila/ Tapi Bibi bilang dia pendiam dan
penurut dan tidak pernah menyusahkan. Tak suka minum, katanya, bahkan merokok
pun tidak. Well, kini dia baru tahu, kasihan."
Poirot memandanginya dengan cermat. Ia seorang wanita berbadan besar dan gemuk
dengan wajah berseri-seri dan mulut yang ramah. Rumah kecilnya nampak rapi dan
bersih dan menebarkan bau pelitur dan brasso. Samar-samar tercium bau harum
masakan dari arah dapur. Seorang istri yang baik yang menjaga rumahnya tetap bersih dan mau repot masak
buat suami. Poirot senang. Memang ia berprasangka darv. keras kepala tapi, yah,
mengapa tidak" Yang sudah pasti ialah, ia bukan tipe wanita yang bisa membacok
bibinya dengan golok, atau mempengaruhi suaminya untuk berbuat begitu. Spence
memang sudah bilang begitu, dan kini Hercule Poirot terpaksa menyetujuinya.
Spence juga telah menelusuri keadaan keuangan pasangan Burch ini dan tidak
menemukan motif bagi suatu pembunuhan, dan Spence sangat teliti.
Ia_ menghela napas, dan menekuni tugas selanjutnya yaitu mencoba memudarkan
kecurigaan Mrs. Burch akan orang asing, la mengalih'm 58 kan pembicaraan dari pembunuhan dart memusatkan perhatian kepada korbannya. Ia
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang "Bibi yang malang", kesehatannya,
kebiasaan-kebiasaannya, makanan dan minuman kegemarannya, aliran politiknya,
almarhum suaminya, sikapnya terhadap hidup, kepada seks, dosa, agama, anak-anak,
binatang. Apakah semua aspek yang tidak releva* ini akan ada gunanya, ia tidak tahu. Ia
sedang mencari sebuah jarum dalam tumpukan jerami. Tapi dengan tidak sengaja ia
memperoleh suatu fakta tentang Bessie Burch.
Ternyata Bessie tidak begitu mengenal bibi-tvya. Mereka punya ikatan keluarga,
dan masih menghargai itu, tapi mereka tidak akrab. Kadang-kadang, mungkin
sebulan sekali, ia dan joe berkunjung pada hari Minggu untuk makan siang dengan
Bibi, dan Bibi sekali-sekali berkunjung ke tempat mereka. Pada hari Natal mereka
bertukar hadiah. Mereka juga tahu bahwa Bibi punya sedikit simpanan yang akan
menjadi milik mereka bila ia meninggal.
'Tapi itu bukan berarti kami memerlukannya," Mrs. Burch menjelaskan dengan malumalu. "Kami sendiri juga punya simpanan. Dan kami menguburkannya dengan baik.
Pemakaman yang bagus. Lengkap dengan bunga-bunga dan semua yang perlu."
Bibi gemar merajut. Ia tidak suka anjmg karena kotor, tapi ia punya
kucing warnanya?60 coklat kemerahan. Kucing itu hilang dan sejak itu ia tak memelihara kucing lagi,


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tapi wanita yang kerja di kantor pos bermaksud memberinya seekor anak kucing. Ia
selalu menjaga rumahnya tetap rapi dan tidak senang jika dikotori. Kuningan
selalu digosoknya sampai mengkilat dan lantai rumahnya dipel setiap hari. Kerja
luar memberikan penghasilan yang lumayan baginya. Satu pound sepuluh shilling
per jam dua pound jika bekerja di Holmeleigh, yaitu di rumah Mr. Carpenter.
? ?Keluarga Carpenter itu kaya. Mereka minta Bibi datang lebih sering, tapi Bibi
tak mau karena tak ingin mengecewakan majikan-majikannya yang lain yang sudah
dilayaninya lebih dahulu daripada keluarga Carpenter.
Poirot menyinggung Mrs. Summerhayes dari Long Meadows.
Oh ya. Bibi kerja di situ dua hari dalam seminggu.' Mereka kembali dari India
?di mana mereka biasa punya banyak pembantu pribumi dan Mrs. Summerhayes tak tahu
apa-apa tentang mengurus rumah. Mereka mencoba merawat kebun, tapi tentang itu
pun mereka tak tahu apa-apa. Kalau anak-anak pulang untuk berlibur, maka rumah
?itu jadi porak-poranda. Tapi Mrs. Summerhayes amat baik dan Bibi suka padanya.
Begitulah gambaran mulai menjadi jelas. Mrs. McGinty merajut, membersihkan
lantai dan menggosok kuningan, suka kucing dan tidak
61 suka anjing. Ia suka anak-anak, tapi tidak terlalu. Ia lebih banyak menyendiri.
Hari Minggu ia ke gereja, tapi tidak pernah ikut kegiatan gereja yang lain.
Kadang-kadang ia nonton film. Ia masih kolot. Pernah ia bekerja pada seorang
seniman dan istrinya. Ketika tahu bahwa keduanya belum menikah secara resmi, ia
minta berhenti. Ia tidak suka membaca buku, tapi ia senang koran Minggu dan ia
senang majalah-majalah lama yang diperolehnya, dari majikan-majikannya. Walaupun
ia tidak sering nonton film, ia tertarik pada bintang-bintang film dan ulah
mereka. Ia tidak suka politik, tapi selalu memilih Partai Konservatif seperti
yang dilakukan suaminya dulu. Ia tak pernah membuang banyak uang untuk pakaian,
tapi memperoleh banyak pakaian bekas dari majikannya-majikannya. Dan ia suka
menabung. Ternyata Mrs. McGinty sangat mirip dengan Mrs. McGinty yang dibayangkan Poirot.
Dan Bessie Burch, keponakannya, juga sama dengan Bessie Burch yang digambarkan
dalam catatan Inspektur Spence.
Ketika Poirot akan pamit, Joe Burch pulang untuk makan siang. Seorang laki-laki
kecil yang cerdas, lebih tidak bisa diduga daripada istrinya. Terlihat sedikit
kegugupan dalam tingkah lakunya, la tidak begitu curiga dan lebih ramah daripada
istrinya. Malahan ia ingin kelihatan mudah diajak bek^-ga sama. Dan ini, dilihat
Poirot sebagai sesuatu yang agak aneh. Sebab, ke-62
napa Joe Burch ingin menyenangkan seorang asing yang ngotot" Alasan yang masuk
akal hanyalah bahwa oTang asing itu membawa surat Inspektur Spence dari
Kepolisian Distrik. - Jadi Joe Burch nampak ingin memihak polisi" Apakah ini disebabkan oleh posisinya
yang tidak memungkinkan untuk menentang polisi seperti yang dilakukan istrinya*
Barangkali ia seorang yang nuraninya tidak tenang. Tapi mengapa tidak tenang"
Ada begitu banyak kemungkinan namun tak satu pun bisa dihubungkan dengan ?kematian Mrs. McGinty. Atau adakah kemungkinan, entah bagaimana, alibi nonton
bioskop itu hanya sebuah rancangan yang cerdik, dan Joe Burch-lah yang mengetuk
pintu cottage, dipersilakan masuk oleh sang bibi lalu menyerang wanita tua yang
tidak curiga apa-apa itu. Laci-laci digeledahnya dan ruang diobrak-abrik untuk
memberi kesan perampokan, lalu uang disembunyikannya di luar dengan cerdik,
untuk memfitnah James Bentley. Yang ditujunya adalah tabungan di Savings Bank.
Dua ratus pound yang akan jatuh ke tangan istrinya, yang entah mengapa,
merupakan hal yang teramat genting baginya. Poirot ingat, senjata yang dipakai
untuk membunuh itu tak pernah ditemukan. Mengapa itu tidak dibiarkan saja
tergeletak di tempat pembunuhan" Orang bodoh pun tahu bahwa semua beres jika
memakai sarung tangan atau sidik jari dihapus. Jadi mengapa senjata itu, yang
ten-63 tunya cukup berat dan tajam, disingkirkan" Apa itu karena akan dengan mudah bisa
diketahui sebagai milik keluarga Burch" Apakah senjata itu, setelah dibersihkan
dan dicuci, kini ada di sini di rumah ini" Sesuatu yang mirip golok daging, kata
dokter bedah polisi tapi nampaknya, tidak benar-benar merupakan golok daging.
?Barangkali sesuatu yang agak khas sifatnya... yang agak tidak umum, yang akan
mudah dikenali. Polisi telah mencoba mencarinya, tapi tak bisa menemukannya.
Mereka telah menelusuri semak-semak, mengacak-acak kolam. Tak ada barang yang
hilang dari dapur Mrs. McGinty, dan tak seorang pun mengatakan bahwa James
Bentley memiliki benda serupa itu. Belum pernah-ditelusuri apakah ia pernah
membeli sebuah golok daging atau alat semacam itu. Satu upaya kecil yang akan
menguntungkan posisinya. Yang diabaikan karena memperhatikan bukti yang lebih
penting. Memang kecil tapi bisa berguna...
Poirot melemparkan pandangan dengan cepat ke sekeliling ruang duduk kecil yang
nampak agak sumpek karena banyak barang, di mana ia berada sekarang.
Apa senjata itu ada di sini, di satu pojok rumah ini" Itukah yang membuat Joe
Burch tidak tenang dan bersikap terlalu ramah"
Poirot tidak tahu. Ia tidak berpendapat begitu. Tapi ia juga tidak terlalu
yakin.... 64 k Di kantor Messrs Breather & Scuttle, setelah melewati berbagai keberatan, Poirot
akhirnya dibawa masuk ke ruang Mr. Scuttle.
Mr. Scuttle lincah dan tak sabaran, tapi sikapnya cukup ramah.
"Selamat pagi. Selamat pagi." Ia menggosok-gosok tangannya. "Nah, apa yang bisa
kami lakukan untuk Anda?"
Matanya yang profesional mengamati Poirot, mencoba menganalisisnya untuk
mendapat kesan. Orang asing. Pakaiannya bermutu tinggi. Kaya barangkali. Pengusaha restoran"
Manajer Hotel" Insan Film"
"Mudah-mudahan saya tidak mengganggu Anda. Saya ingin berbicara tentang mantan
karyawan Anda, James Bentley."
Alis Mr. Scuttle yang lebat itu tersentak ke atas setinggi satu inci lalu jatuh
kembali. "James Bentley. James Bentley?" Ia bertanya dengan keras. "Pers?"
"Bukan." 65 "Juga bukan polisi?"
'Tidak. Setidaknya tidak di negeri ini."?'Tidak di negeri ini." Mr. Scuttle mengulang ini dengan cepat seakan ia akan
memerlukannya lagi kelak. "Ada apa sebenarnya?"
Poirot, yang tak pernah keberatan untuk mengungkapkan kebenaran, berbicara
dengan lantang. "Saya melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap kasus James Bentley atas
?permintaan beberapa keluarganya."
"Saya tak tahu dia punya keluarga. Bagaimanapun, dia telah dinyatakan bersalah,
dan telah divonis mati."
'Tapi belum dieksekusi."
"Selama masih hidup, masih ada harapan, ya?" Mr. Scuttle menggelengkan kepala.
'Tapi saya ragu. Bukti-bukti amat kuat. Siapakah keluarganya itu?"
"Saya hanya bisa mengatakan ini, mereka kaya dan berpengaruh. Sangat kaya"
"Anda membuat saya kaget." Mau tak mau sikap Mr. Scuttle melunak sedikit. Katakata "sangat kaya" mengandung daya tarik dan daya hipnotis. "Ya, Anda benarbenar membuat saya kaget."
"Ibu Bentley, mendiang Mrs. Bentley," Poirot menjelaskan, "memisahkan dirinya
dan putranya dari keluarga
'Pertengkaran keluarga, eh" Well, well. Dan
66 Bentley muda itu tidak kebagian harta. Sayang sekali mereka tidak membantunya
sebelumnya." 'Tadinya mereka tidak tahu mereka ada hubungan keluarga," Poirot menjelaskan.
"Mereka menugaskan saya untuk datang secepatnya ke negeri ini dan berusaha
sekuat tenaga." Mr. Scuttle bersandar ke belakang, sikapnya menjadi lebih enak sekarang.
"Saya tak tahu Anda akan bisa berbuat apa. Apa mungkin dia tidak waras" Agak
terlambat memang tapi jika Anda bisa menanyai dokter-dokter itu. Tentu saja
?saya tidak kompeten dalam hal ini."
Poirot mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Monsieur; James Bentley bekerja di sini. Anda bisa menceritakan tentang dia
pada saya." "Sangat sedikit yang bisa diceritakan sangat sedikit. Dia salah satu karyawan
?pemula kami. Tak ada yang negatif. Pemuda yang sangat baik dan bekerja dengan
sungguh-sungguh. Tapi tak punya bakat salesman. Dia tak pernah bisa menyukseskan
penjualan. Itu sangat tidak menguntungkan di kantor ini. Jika seorang pelanggan
datang kepada kami dengan sebuah rumah yang ingin dijualnya, kami harus bisa
berupaya menjualnya. Dan jika seorang pelanggan ingin sebuah rumah, kami
mencarikannya. Jika rumahnya terletak di tempat sunyi jauh dari kenyamanan, kami
menonjolkan keantikannya, katakan itu benda kuno dan jangan sebutkan masalah ?air ledengnya! Dan jika sebuah rumah
67 terletak di sebelah pabrik gas, kami berbicara tentang kenyamanan dan fasilitas
dan jangan sebutkan masalah pemandangan. Dorong terus si pelanggan supaya mau
membeli itulah tugasnya di sini. Pakai segala macam teknik merayu. 'Kami
?anjurkan, Madam, segeralah mengajukan penawaran. Ada seorang anggota Parlemen
yang juga sangat berminat benar-benar sangat berminat. Sore ini katanya akan
?meninjau lagi/ Biasanya si pelanggan terjebak jika mendengar ini anggota
?Parlemen benar-benar sesuatu yang sangat ampuh untuk merangsang. Tak tahu kenapa
begitu! Padahal tak ada anggota Parlemen yang tinggal jauh dari daerah
pemilihannya. Jadi itu hanya karena bunyi ucapan yang nyaman di telinga." Tibatiba ia tertawa, giginya putih berkilat "Psikologi itulah kuncinya cuma
? ?psikologi." Poirot terpana mendengar kata itu. "Psikologi. Anda benar. Saya
lihat Anda mahir menilai manusia."
'Tak terlalu jelek. Tak terlalu jelek," kau Mr. Scuttle merendah.
"Jadi saya ingin bertanya lagi bagaimana kesan Anda terhadap James Bentley" Ini
cuma di antara kita berdua benar-benar cuma di antara kita menurut Anda diakah
? ?yang membunuh wanita tua itu?" Scuttle terbelalak.
'Tentu saja." ~ * "Dan Anda juga berpendapat, bahwa ituwa-"
68 jar saja bagi orang seperti dia secara psikologis?"
?"Well jika dari segi itu t dak saya tidak pasti. Menurut saya dia tak punya
? ?keberanian untuk itu. Anda tahu, jika Anda tanya saya, dia agak sinting. Kirakira begitu, dan semuanya akan jadi jelas. Selalu nampak tidak stabil, apalagi
setelah dia di-PHK, merasa cemas, dan lain-* lain; bisa saja dia lepas kontrol."
"Anda tak punya alasan khusus waktu memberhentikan dia?"
Scuttle menggelengkan kepalanya. "Ekonomi sedang lesu. Karyawan banyak yang menganggur. Kami melepas orang
yang kurang kompeten. Bentley orangnya. Akan selalu begitu, saya kira. Kami beri
dia rekomendasi "* yang baik, dan lain lain. Tapi dia tidak berhasil mendapatkan
pekerjaan lain. Dia kurang lincah. Kesan orang terhadapnya kurang baik."
Bolak-balik selalu begitu, pikir Poirot, ketika meninggalkan kantor itu. James
Bentley meninggalkan kesan yang kurang baik. Ia menghibur diri dengan mengingatingat kembali bermacam-macam pembunuh yang dikenalnya yang oleh banyak orang
dianggap penuh pesona. 2 "Maaf, apa Anda tidak berkeberatan jika saya duduk di sini dan berbicara
sebentar dengan Anda?" ^tl^S^
Poirot, yang sedang duduk terlindung menghadap meja kecil di Blue Cat,
mengangkat wajahnya dari menu yang sedang dipelajarinya. Kafe itu agak gelap,
interiornya memberi kesan kuno dengan bahan kayu ek dan kaca jendela yang
berpinggiran timah, dan wanita muda yang baru saja duduk di hadapannya itu
nampak kontras dengan latar belakang yang suram itu.
Rambutnya berwarna emas, dan ia mengenakan setelan rompi biru manyala. Hercule
Poirot ingat ia pernah melihatnya di suatu tempat belum lama ini.
Wanita itu melanjutkan, 'Tanpa sengaja saya tadi mendengar sebagian dari apa yang Anda katakan kepada
Mr. Scuttle." Poirot mengangguk. Ia sadar bahwa ruang-ruang di kantor Breather & Scuttle
diatur untuk kenyamanan dan bukan untuk privacy. Itu tak jadi soal baginya,
sebab ia memang menghendaki publisitas.
"Anda sedang mengetik," katanya, "di sebelah kanan jendela belakang."
Ia mengangguk. Giginya bersinar cemerlang melepas senyum tanda setuju. Benarbenar seorang wanita muda yang sehat, dengan tubuh sintal yang membuat Poirot
senang. Kira-kira tiga puluh tiga atau tiga puluh empat tahun, Poirot menduga,
rambut aslinya hitam, narhun
70 ia nampaknya bukan orang yang mau diatur oleh alam.
'Tentang Mr. Bentley," katanya.
"Ada yang ingin Anda sampaikan tentang dia?"
"Apa benar dia akan naik banding" Apa itu berarti ditemukannya bukti baru" Oh
saya sangat gembira. Saya tak percaya saya benar-benar tak percaya dia yang ?melakukannya."
Alis Poirot terangkat. "Jadi Anda tak pernah berpikir bahwa dia yang melakukannya," ia berkata
perlahan. "Well, pertamanya tidak. Saya pikir pasti ada kesalahan. Tapi lalu ada bukti
itu " ia terdiam. ?"Ya, bukti itu," kata Poirot.
"Nampaknya tak mungkin orang lain yang melakukannya. Saya pikir barangkali dia
telah jadi sedikit gila."
"Apa dia pernah nampak sedikit apa ya aneh?"? ?"Oh tidak. Bukan aneh yang Anda maksud itu. Dia cuma malu dan kaku, seperti
banyak orang lain juga. Dia tak menggunakan seluruh potensinya. Dia tak punya
rasa percaya diri." Poirot memandangnya. Wanita itu pasti sangat percaya diri. Mungkin memiliki
cukup banyak rasa percaya diri untuk dibagi dengan orang lain.
"Anda menyukainya?" ia bertanya.
Wajahnya memerah. "Benar. Amy teman sekantor saya selalu
? ?71 menertawakannya dan menganggapnya menye^ balkan, tapi saya amat menyukainya. Dia
lembut dan sopan dan sebenarnya pengetahuannya luas. Hal-hal yang ditulis di
?buku-buku, maksud saya."
"Ah ya. Hal-hal dari buku."
"Dia merindukan ibunya. Anda tahu, ibunya sakit-sakitan selama bertahun-tahun.
Bukan sakit serius, tapi badannya lemah dan dia melakukan apa saja untuk
ibunya." Poirot mengangguk. Ia tahu tipe ibu seperu itu.
"Dan tentu saja dia juga merawat Bentley. Maksud saya, memikirkan kesehatannya,
memanaskan dadanya saat musim dingin, memperhatikan makannya, dan lain-lain."
Lagi-lagi ia mengangguk. Tanyanya,
"Kalian berkawan?"
"Saya tak tahu belum sebegitu. Kami memang suka ngobrol. Tapi setelah dia
?keluar dari sini, dia saya saya jarang melihatnya. Sekali pernah saya menulis
? ?surat padanya sebagai teman, tapi dia tidak membalas."
Poirot berkata dengan lembut,
'Tapi Anda menyukainya?"
Ia menjawab dengan agak angkuh.
"Ya...." "Bagus sekali," kata Poirot Pikirannya melayang ke saat wawancaranya dengan tertuduh itu... Ia melihat James
Bentley dengan jelas. Rambutnya coklat kusam, tubuh 72 nya kurus kaku, buku-buku tangan dan per-gelangan besar, jakunnya menonjol pada
lehernya yang panjang. Terbayang olehnya pandangannya yang sembunyi-sembunyi,
hampir-hampir licik. Sikapnya tidak lugas, ia bukan orang yang bisa dipercaya
ucapannya seorang laki-laki yang tertutup dan licik dengan gaya bicara
?menggumam yang tidak enak didengar.... Itulah kesan yang terpancar dari pribadi
James Bentley bagi kebanyakan orang yang kurang mendalam j^ngamatannya. Itulah
kesan yM\g dibuatnya saat berada di kursi tertuduh. Jems orang yang suka bohong,
dan mencuri uang, dan memukul kepala wanita tua....
Tapi kepada Inspektur Spence, yang bisa menilai orang, ia meninggalkan kesan
lain, sama dengan yang didapat Hercule Poirot... Dan kini gadis ini lagi.
"Nama Anda, Mademoiselle?" ia bertanya.
"Maude Williams. Apakah ada yang bisa saya lakukan untuk membantu Anda?"?"Saya rasa ada. Ada orang-orang yang percaya, Miss Williams bahwa James Bentley
?tidak bersalah. Mereka sedang berusaha untuk membuktikan itu. Saya adalah orang
yang ditugasi untuk melakukan penyelidikan, dan bisa saya katakan bahwa saya
telah membuat cukup banyak kemajuan ya, cukup banyak kemajuan."
?la mengucapkan dusta itu tanpa sedikit pun tergetar. Sebab ia berpikir ini dusta
yang sung - 73 guh perlu. Seseorang, entah di mana, harus dibuat merasa tak enak. Maude


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Williams akan berbicara, dan bicara sama dengan batu yang dilemparkan ke kolam.
Akan timbul riak-riak yang menyebar ke luar... ,
Katanya, "Anda mengatakan bahwa Anda dan James Bentley sering ngobrol. Dia
bercerita tentang ibunya dan kehidupannya di rumah. Pernahkah dia menyebut
seseorang yang tidak senang padanya atau pada ibunya?"
Maude WiUiams merenung sejenak. g,
'Tidak btffim seperti yang Anda maksud tadi. Tapi saya tahu ibunya tak begitu
?suka dengan wanita-wanita muda."
"Ibu-ibu yang punya putra-putra yang berbakti pastilah tak senang kepada wanitawanita muda. Bukan, maksud saya lebih dari itu. Pertengkaran keluarga,
permusuhan. Seseorang yang menaruh dendam?"
Ia menggelengkan kepala. "Dia tak pernah menyinggung hal seperti itu."
"Pernahkah dia bicara tentang ibu kosnya, Mrs. McGinty?"
Ia menggigil sedikit "Dia tidak menyebut nama. Dia pernah bilang wanita itu terlalu sering memberinya
ikan asap dan pernah juga dia bilang ibu kosnya sedih karena kehilangan
?kucingnya." "Pernahkah dia harap Anda jujur menyebutkan bahwa dia tahu di mana wanita itu
? ?menyimpan uangnya?" ^
74 Ini membuat wajah gadis itu agak pucat, tapi ia menengadahkan dagunya dengan
gaya menantang. 'Terus terang, ya. Saat itu kami berbicara tentang ketidakpercayaan orang
terhadap bank dan'dia bilang ibu kosnya yang tua itu menyimpan uangnya di
?bawah papan lantai. Katanya, 'Bisa saja setiap saat kuambil kalau dia sedang
keluar/ Dia tidak bercanda, dia tak suka bercanda, tapi itu dikatakannya karena
dia ce-rra akan kecerobohan wanita itu."
"Ah4" kata Poirot. "Itu bagus. Dari segi kepentingan saya, maksud saya. Jika
James Bentley bermaksud mencuri, maka itu baginya merupakan perbuatan yang
dilakukan tanpa sepengetahuan orang lain. Mestinya dia mengatakan, 'Suatu hari
seseorang akan memukul kepalanya untuk mendapatkan uang itu/"
'Tapi bagaimanapun cara mengatakannya, dia pasti tak bersungguh-sungguh."
"Memang tidak. Tapi ucapan, seringan apa pun, walau cuma sepintas lalu, tetap
saja menunjukkan pribadi seseorang. Penjahat yang bijak tak akan pernah buka
mulut, tapi penjahat jarang yang bijak dan biasanya sombong dan banyak
bicara makanya kebanyakan penjahat akhirnya tertangkap."?Maude Williams menjawab dengan serta merta,
"Memang begitu."
75 'Tapi seseorang pasti telah membunuh wanita tua itu."
"Siapa" Anda tahu" Ada perkiraan?"
"Ya,", kata Poirot berbohong. "Saya kira saya punya perkiraan yang sangat baik.
Tapi kita masih berada di permulaan jalan."
Gadis itu memandang sekilas ke arlojinya.
"Saya harus kembali. Kami cuma diberi waktu setengah jam. Tempat yang tak enak,
Kilchester sebelum ini saya selalu bekerja di London. Tolong beritahu jika ada
?yang bisa sa^ lakukan maksud saya, benar-benar bisa saya lakukan."
?Poirot mengambil sebuah kartu namanya. Ia lalu menuliskan Long Meadows dan nomor
teleponnya. "Saya tinggal di situ."
Ia agak kesal karena ternyata namanya tidak memberikan kesan apa pun pada gadis
itu. Ia merasa bahwa generasi muda tak lagi kenal kepada orang-orang termasyhur.
3 Hercule Poirot naik bis kembali ke Broadhinny dengan perasaan agak gembira.
Setidaknya ada satu orang yang sependapat dengannya tentang ketidakterlibatan
James Bentley. Ternyata Bentley masih punya teman walaupun kebanyakan orang
tidak menyukainya. Ia kembali teringat pada Bentley yang di 76 temuinya di penjara. Betapa kurang bersemangat wawancara itu. Tak ada harapan
yang timbul, tak ada hal yang menarik.
'Terima kasih," begitu dikatakan Bentley waktu itu, "tapi saya kira tak ada
suatu pun yang bisa dilakukan."
Tidak, ia merasa pasti ia tak punya musuh.
"Jika orang hampir-hampir tidak tahu bahwa saya ini ada, bagaimana saya bisa
punya musuh?" . "Ibu Anda" Apa dia punya musuh?"
'Tentu saja tidak. Semua orang suka dan menaruh hormat padanya."
Ada terkandung sedikit kemarahan dalam nada suaranya.
"Bagaimana dengan teman-teman Anda?"
Dan James Bentley waktu itu berkata, atau lebih tepat menggumam, "Saya tak ?punya te1-man..."
Tapi ternyata itu tidak seluruhnya benar. Sebab Maude Williams adalah temannya.
"Alam memang adil," pikir Hercule Poirot, "tiap pria, betapapun kurang menarik
penampilan luarnya, tetap saja ada wanita yang memilihnya."
Walaupun Miss William berpenampilan seksi, ia punya dugaan kuat bahwa sebenarnya
gadis itu keibuan. Ia memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki James Bentley, energi, motivasi,
sikap tak mau menyerah, kemauan keras untuk sukses
r 77 Ia menghela napas. Betapa besar dustanya waktu itu! Tak apa itu memang perlu.
?"Karena pasti akan ditemukan," kata Poirot pada dirinya sendiri, membenamkan
diri dalam perumpamaan yang kacau, "sebuah jarum di antara tumpukan jerami, atau
di antara anjing-anjing yang tidur pasti ada satu yang akan terinjak oleh
kakiku, atau dengan menembakkan beberapa anak panah ke udara, salah satu pasti
akan jatuh mengenai rumah kaca!"
78 Cottage tempat tinggal Mrs. McGinty hanyalah beberapa langkah dari halte bis.
Dua anak sedang bermain di depan pintu. Satu sedang makan apel yang agak busuk
dan yang lainnya sedang berteriak dan memukul-mukul pintu dengan sebuah nampan
seng. Mereka nampak gembira.
Poirot menambah semua kebisingan itu dengan mengetuk pintu keras-keras.
Seorang wanita menjenguk dari sudut rumah. Ia mengenakan overall warna-warni dan
rambutnya nampak kurang rapi.
"Hentikan itu, Ernie," katanya.
'Tak mau," kata Ernie dan melanjutkan tingkahnya.
Poirot beranjak dari ambang pintu dan menuju sudut rumah itu.
"Susah jika berurusan dengan anak-anak, ya?" kata wanita itu.
Poirot tidak berpendapat begitu, tapi menahan diri untuk tidak mengatakannya.
Ia diberi isyarat untuk menuju pintu belakang.
79 Tinta depan saya kunci, sir. Silakan masuk."
Poirot melewati dapur tambahan yang amat kotor dan masuk ke dapur utama yang
lebih kotor lagi. "Dia tidak dibunuh di sini," kata wanita itu. "Di ruang tamu."
Poirot mengejapkan mata sedikit.
"Anda datang ke sini untuk itu, kan" Anda orang asing yang dari Summerhayes?"
"Jadi Anda tahu semua tentang saya?" kata Poirot. Wajahnya berbinar. "Ya, benar,
Mrs "?"Kiddle. Suami saya tukang batu. Kami pindah ke sini empat bulan yang lalu.
Tadinya kami tinggal dengan ibu Bert... Orang bilang, 'Pasti kau tak mau tinggal
di rumah bekas tempat terjadinya pembunuhan, kan" tapi saya bilang, rumah
?adalah rumah, dan lebih baik daripada kamar duduk di belakang dan tidur di dua
kursi. Payah ya, kalau tak punya rumah" Lagi pula di sini tak pernah ada apaapa. Orang bilang, orang yang mati karena dibunuh akan gentayangan, tapi dia
tidak! Anda mau lihat tempat kejadian?"
Merasa seperti seorang wisatawan yang sedang ikut tur, Poirot mengiyakan saja.
Mrs. Kiddle membawanya masuk ke sebuah ruang kecil yang terlalu padat oleh
perabot gaya Jacob. Berbeda dengan bagian selebihnya dari rumah itu, ruang itu
tidak menunjukkan tanda-tanda pernah dihuni.
"Dia tergeletak di lantai dan bagian belakang
80 kepalanya terbelah menganga. Sangat mengejutkan Mrs. Elliot. Dialah yang
menemukan mayat itu dia dan Larkin yang datang dari Co-op membawa roti. Tapi
?uang itu diambil dari lantai atas. Mari ikut dan saya tunjukkan tempatnya."
Mrs. Kiddle berjalan lebih dulu naik tangga dan menuju kamar tidur yang berisi
sebuah lemari besar dengan banyak laci, sebuah tempat tidur kuningan yang besar,
beberapa kursi, dan sejumlah pakaian bayi, ada yang kering dan ada yang basah.
"Tepat di sini," kata Mrs. Kiddle dengan bangga.
Poirot melihat ke sekeliling. Sulit untuk membayangkan bahwa tempat yang acakacakan dan penuh tanda-tanda perkembangbiakan ini tadinya merupakan tempat
tinggal yang bersih dan apik dari seorang wanita setengah baya yang mementingkan
kerapian rumah. Di sinilah Mrs. McGinty tinggal dan tidur.
"Saya kira ini bukan perabotnya?"
"Oh bukan. Keponakannya yang dari Cullavon mengambil semuanya."
Tak ada lagi sisa-sisa peninggalan Mrs. McGinty. Keluarga Kiddle telah datang
dan menguasai semuanya. Kehidupan lebih kuat daripada kemahan
Dari bawah kedengaran raung bayi.
"Wah, bayinya bangun," kata Mrs. Kiddle sesuatu yang tak perlu diucapkan. ^b*c
?# i_ 81 ?Ia menghambur turun dan Poirot mengikutinya.
Tak ada yang perlu baginya di sini. Ia pergi ke rumah sebelah.
2 "Ya, sir, sayalah yang menemukan dia;"
Mrs. Elliot berlaku dramatis. Rumahnya rapi dan formal. Satu-satunya drama di
rumah itu adalah Mrs. Elliot sendiri, seorang wanita jangkung kurus kering
berambut hitam, menceritakan saat-saat yang hebat dalam hidupnya.
"Larkin, si tukang roti, datang dan mengetuk pintu. 'Mrs. McGinty/ katanya, 'dia
tak mendengar panggilan kami. Nampaknya telah terjadi sesuatu dengan dia/ Dan
memang saya pikis itu mungkin sekali. Dia sudah tidak muda lagi. Dan setahu saya
jantungnya sering berdebar-debar. Saya pikir mungkin dia mendapat serangan
jantung. Lalu saya cepat-cepat ke sana, karena di situ hanya ada dua laki-laki,
yang tentu saja tak berani masuk ke kamar tidur."
Poirot menyetujui pendapat ini dengan menggumam mengiyakan.
"Saya lari ke atas lewat tangga. Dia ada di depan tangga, pucat seperti mayat
Saat itu saya tak berprasangka apa-apa... Well, tentu saja waktu itu saya tak tahu
apa yang telah terjadi. Saya mengetuk pintu keras-keras dan tak ada jawaban,
jadi saya putar handelnya dan masuk
82 ke dalam. Seluruh tempat itu kacau-balau dan papan lantai terangkat. ?'Perampokan/ kata saya. Tapi di mana wanita yang malang itu"' Lalu kami berpikir
untuk menengok ke ruang tamu, Dan di fsitu dia... Tergeletak di lantai dengan
kepala berlubang. Pembunuhan! Segera saya tahu apa yang terjadi pembunuhan! Tak
?mungkin tidak! Perampokan dan pembunuhan! Di sini di Broadhinny. Saya berteriakteriak! Cukup repot mereka mengurusi saya. Saya pingsan dan mereka terpaksa
pergi mencari brandy di Three Ducks. Setelah minum pun saya masih gemetaran
selama berjam-jam. 'Jangan terlalu dipikirkan, Ibu/ itu yang dikatakan pak
Sersan kepada saya waktu dia datang. 'Jangan terlalu dipikirkan. Anda pulang
saja dan minum secangkir teh hangat/ Begitulah saya lakukan itu. Dan ketika
Elliot pulang, 'Kenapa, apa yang terjadi"' katanya, menatap saya. Saya masih
juga gemetaran. Memang sejak kecil saya peka sekali."
Dengan tangkas Poirot menyela uraian pribadi yang menggetarkan hati ini.
"Ya, ya, orang bisa memaklumi itu. Dan kapan Anda terakhir bertemu dengan Mrs.
McGinty yang malang itu?"
"Mestinya sehari sebelumnya, ketika dia pergi ke kebun belakang untuk memetik
daun mint. Saya "baru saja memberi makan ayam."
"Dia mengatakan sesuatu kepada Anda?"
83 "Cuma selamat sore dan menanyakan apa ayam-ayam bertelur lebih banyak."
"Dan itukah terakhir Anda melihatnya" Anda tidak bertemu dengannya di hari
kematiannya?" 'Tidak. Tapi saya melihat dia." Mrs. Elliot merendahkan suaranya. "Sekitar jam
sebelas pagi. Sedang berjalan di jalan raya. Menyeret kakinya seperti yang biasa
dilakukannya." Poirot menunggu, tapi nampaknya tak ada tambahan apa-apa lagi.
Ia bertanya, "Apa Anda heran waktu polisi menangkapnya?"
"Well, saya heran sekaligus tidak. Perlu Anda tahu, saya selalu mengira dia itu
agak gila. Dan tak perlu diragukan lagi, orang-orang gila kadang-kadang berubah
jadi jahat. Paman saya punya anak laki-laki yang dungu, dan anak itu kadangkadang bisa berlaku jahat ketika dia makin dewasa. Tak sadar akan kekuatannya.
?Ya, si Bentley itu memang gila, dan saya tak akan heran jika akhirnya mereka
tidak menggantungnya, melainkan mengirimnya ke rumah sakit jiwa. Coba lihat di
mana dia menyembunyikan uang itu. Tak ada orang yang akan menyembunyikan uang di
tempat seperti itu kecuali ingin diketemukan. Tolol dan sinting, itulah dia."
"Kecuali ingin diketemukan," gumam Poirot. "Anda tak kehilangan parang atau ?kapak?" 'Tidak, sir. Polisi juga menanyakan itu. Se 84 mua yang tinggal di dekat-dekat sini ditanyai. Masih tetap merupakan misteri,
dengan alat apa dia membunuh wanita itu."
3 Hercule Poirot berjalan menuju kantor pos.
Si pembunuh menghendaki uang itu ditemukan, tapi ia tidak menghendaki senjata
itu ditemukan. Sebab uang itu akan menunjuk kepada James Bentley dan senjata itu
akan menunjuk kepada siapa"
?Ia menggelengkan kepala. Ia telah mengunjungi kedua cottage lainnya. Mereka
tidak begitu bersemangat seperti Mrs. Kiddle dan tak begitu dramatis seperti
Mrs. Elliot. Mereka mengatakan bahwa Mrs. McGinty adalah wanita yang amat
terhormat yang menjalani hidup sendirian. Ia punya keponakan perempuan yang
tinggal di Cullavon. Tak seorang pun kecuali keponakannya itu pernah
mengunjunginya. Tak .seorang pun, sepanjang pengetahuan mereka, benci kepadanya
atau menaruh dendam kepadanya. Mereka menanyakan apakah benar ada petisi yang
dibuat untuk memojokkan James Bentley, dan apakah mereka akan diminta untuk ikut
menandatanganinya" "Aku belum mendapatkan apa-apa sama sekali belum," kata Poirot kepada dirinya
?sendiri. 'Tak ada apa pun tak ada sekilas cahaya pun. Aku bisa mengerti rasa
?putus asa Inspektur 85 Spence. Tapi aku tidak boleh begitu. Inspektur Spence perwira polisi yang sangat
baik dan teliti. Tapi aku, aku adalah Hercule Poirot. Untukku, harus ada titik
terang!" . Salah satu sepatu kulitnya yang bermutu tinggi terperosok ke dalam
genangan air dan ia mengernyitkan kening.
Ia adalah Hercule Poirot yang termasyhur, yang unik, tapi ia juga orang yang
sudah lanjut usia dan sepatunya terasa menggigit.
Ia masuk ke dalam kantor pos.
Ruang sebelah kanan dipakai untuk urusan Pos Sri Paduka. Ruang sebelah kiri
menggelar koleksi barang dagangan yang beraneka ragam, terdiri dari permen,
bahan pangan, mainan anak-anak, perangkat keras, alat tulis, kartu * ulang
tahun, benang wol, dan pakaian dalam anak-anak.
Poirot dengan santai membeli prangko.
Wanita yang dengan tergesa maju ke depan untuk melayaninya berusia setengah baya
dengan mata yang tajam. "Di sinilah/'.kata Poirot pada dirinya sendiri," otak desa Broadhinny."
Namanya, kebetulan pas dengan orangnya, " adalah Mrs. Sweetiman.
"Dan dua belas penny," kata Mrs. Sweetiman, dengan terampil mencabut prangko
dari sebuah buku besar. "Jadi empat belas penny seluruhnya. Ada yang lainnya,
Pak?" Ia menatap Poirot dengan matanya yang.ce 86 rah dan penuh semangat. Melalui pintu di belakang terlihat kepala seorang gadis
menyimak dengan cermat. Rambutnya tidak teratur.
"Saya masih asing di kawasan ini," kata Poirot serius.
"Itu benar. Pak," kata Mrs. Sweetiman setuju. "Anda. dari London, kan?"
"Saya rasa Anda tahu apa keperluan saya di sini," kata Poirot sambil tersenyum
sedikit. "Oh tidak, Pak, benar-benar saya tak tahu," kata Mrs. Sweetiman asal-asalan
saja. "Mrs. McGinty," kata Poirot.
Mrs. Sweetiman menggelengkan kepala.
"Kasus yang menyedihkan! dan mengejutkan."?"Saya rasa Anda kenal baik dengannya"'
"Oh, iya. Seperti semua orang di Broadhinny, begitu saya kira. Dia selalu
ngobrol dengan saya setiap kali datang ke sini untuk membeli keperluan-keperluan


Mrs Mcginty Sudah Mati Mrs Mcgintys Dead Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kecil. Ya, tragedi yang mengerikan. Dan belum beres sampai sekarang, begitu yang
saya dengar." "Ada keraguan di kalangan .tertentu mengenai keterlibatan James Bentley."
? ?"Well," kata Mrs. Sweetiman, "bukan pertama kali polisi salah tangkap
orang walaupun menurut saya kali ini mereka tidak begitu. Bukan karena saya
?menaruh prasangka terhadapnya. Pria pemalu dan kaku tapi tidak berbahaya, atau
begitu yang dikira orang. Tapi itulah, tak pernah bisa diduga, kan?"
87 Poirot minta diambilkan kertas tulis.
'Tentu saja, Pak. Harap ke sebelah sana, ya?"
Mrs. Sweetiman bergegas menuju ke belakang counter yang di sebelah kiri.
"Yang sulit dibayangkan ialah, jika bukan Mr. Bentley, siapa yang melakukannya?"
ucapnya sambil meraih rak paling atas untuk"' mengambil kertas tulis dan amplop.
"Kami memang sering menjumpai gelandangan busuk di desa ini, dan mungkin saja
salah satu menemukan jendela yang tak terkunci dan masuk dari situ. Tapi dia
pasti tidak akan pergi dengan meninggalkan uangnya, kan" Dia telah membunuh
untuk mendapatkan uang itu lagi pula uangnya dalam bentuk lembaran pound, tanpa
?nomor atau tanda. Nah. ini Pak, kertas blue Bond halus, dan amplop yang cocok."
Poirot membayarnya. "Mrs. McGinty tak pernah cerita tentang orang yang membuatnya tegang atau
takut?" ia bertanya.
"Kepada saya, tidak pernah. Dia bukan wanita yang suka cemas. Kadang-kadang dia
bekerja sampai larut di tempat Mr. Carpenter itu bangunan Holmeleigh di puncak
?bukit itu. Mereka sering dikunjungi tamu-tamu untuk makan malam dan Mrs. McGinty
sekali-sekali ke sana malam hari untuk membantu.mencuci, dan dia turun bukit
dalam gelap satu hal yang tak mau saya lakukan. Sangat gelap di situ. Menuruni
?bukit itu." 88 "Anda kenal keponakan perempuannya Mrs. Burch?"?"Cuma kenal sepintas lalu. Dia dan suaminya kadang-kadang datang ke sini."
"Mereka mewarisi sedikit uang setelah kematian Mrs. McGinty."
Mata hitam yang tajam itu menatapnya dengan galak.
"Itu wajar, kan Pak" Yang mati tidak bisa membawa uangnya dan bisa dibenarkan
jika itu diberikan kepada darah dagingnya sendiri."
"Oh ya, oh ya, saya setuju seratus persen. Sukakah Mrs. McGinty pada
keponakannya itu?" "Sangat suka, saya kira, Pak. Walaupun tidak diperlihatkannya."
"Dan suami keponakannya?"
Suatu sikap ingin mengelak nampak di wajah Mrs. Sweetiman.
"Sejauh yang saya tahu."
"Kapan Anda terakhir melihat Mrs. McGinty?"
Mrs, Sweetiman menimbang-nimbang, berusaha mengingat.
"Coba saya ingat-ingat, kapan ya, Edna?" Edna, yang ada di ambang pintu,
mendengus dengan tak acuh. "Apa pada hari dia meninggal" Tidak, sehari
sebelumnya atau sehari sebelumnya lagi" Ya, hari Senin. Betul. Dia dibunuh hari
?Rabu. Ya pasti Senin. Dia datang ke sini untuk membeli sebotol tinta."
89 "Dia perlu sebotol tinta?"
"Saya rasa dia mau menulis surat," kata Mrs. Sweetiman dengan cerah.
"Itu mungkin sekali. Dan saat itu biasa-biasa sajakah dia" Tidak nampak lain
dari biasa?" 'T tidak, saya kira tidak;'
?Edna si pendengus terseret-seret masuk ke dalam toko dan serta merta nimbrung
bicara. "Dia nampak lain," ia menyatakan. '"Seakan hatinya senang karena
sesuatu hm bukan senang bergairah begitu."
? ? ?"Barangkali kau benar," kata Mrs. Sweetiman. "Saat itu aku tak begitu
memperhatikan. Tapi sekarang setelah kauhilang begitu ya, dia nampak gesit dan
?lincah." "Anda ingat apa saja yang diucapkannya hari itu?"
"Biasanya saya tidak ingat. Tapi karena dia terbunuh dan jadi urusan polisi dan
lain-lain, kasusnya menjadi penting. Dia tidak mengatakan apa-apa tentang James
Bentley, itu saya pasti. Dia bicara tentang keluarga Carpenter sedikit dan Mrs.
Upward tempat-tempat di mana dia bekerja."
?"Oh ya, saya baru saja akan tanya pada siapa saja tepatnya dia bekerja di sini."
Mrs. Sweetiman menjawab dengan cepat,
"Senin dan Kamis dia di tempat Mrs. Summerhayes di Long Meadows. Anda tinggal di
Pahlawan Dan Kaisar 15 Pendekar Hina Kelana 7 Majikan Gagak Hitam Pendekar Tanpa Tanding 7

Cari Blog Ini