Ceritasilat Novel Online

Pembunuhan Terpendam 1

Pembunuhan Terpendam Sleeping Murder Karya Agatha Christie Bagian 1


Pembunuhan Terpendam Bertahun-tahun yang lalu. Agatha Christie menulis dua novel untuk diterbitkan
setelah dia meninggal Yang pertama adalah Tirai, kasus pembunuhan terbesar dan
terakhir yang dibongkar, oleh Hercule Poirot karena dalam Tirai ini Poirot ?yang telah tua akhirnya meninggal dunia. Yang kedua Pembunuhan Terpendam, yang
menampilkan Nona Jane Marple untuk terakhir kali. dalam membongkar kasus
kejahatan yang'paling mengerikan sepanjang ka-rirnya
Karena itulah buku ini merupakan perpisahan ganda. Pertama perpisahan dengan
Agatha Christie sendiri, yang meninggal pada tanggal 12 Januari 1976 Dan kedua
untuk Nona Jane Marple, perawan tua yang disayanginya.
Pembubuhan. Terpendam yang mengutarakan perasaan.pribadi Agatha Christie tentang
kejahatan'telah mengokohkan reputasinya sebagai penulis cerita detektif yang
terbesar sepanjang masa dan juga mewariskan kejutan akhir yang menyenangkan bagi
berjuta-juta pembacanya..
Penerbit PT Gramedia Jl. Pameran Selatan 22 It IV
Jakarta 10270 Judul asli: "SLEEPING MURDER" by Agatha Christie Copyright 0 Agatr? Christie
Limited, 1976 "PEMBUNUHAN TERPENDAM" Alih bahasa: Sudarto GM. 78.060 Diterbitkan atas
kerjasama dengan Hughes Massie Limited, London Hak cipta terjemahan Indonesia PT
Gramedia, Jakarta Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang AU rights reserved
Sampul dikerjakan oleh: Dwi Koendoro Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT
Gramedia, Jakarta, Anggota IKAPI
Cetakan pertama: Juni 1978 Cetakan kedua: Januari 1985
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia Jakarta
Bab 1 GWENDA REED berdiri tegak agak menggigil sedikit di bagian yang menghadap kepada
dermaga - Galangan-galangan kapal dan kantor-kantor pabean dan seluruh yang dapat dia
lihat tampaknya berombak-ombak.
Pada saat yang demikian itulah ia mengambil
suatu keputusan.....satu keputusan yang kemudian
akan melibatkan dirinya kepada kejadian-kejadian yang sangat mengesankan.
Dia tidak akan pergi dengan kereta api ke London, seperti yang semula ia
rencanakan. Sebetulnya untuk apa dia harus berbuat demikian" Toh tidak ada
seorang pun yang mengharapkan kedatangannya. Apa yang dapat dilakukannya ialah
turun dari kapal yang bising dan bergoyang ini (perjalanan melintasi Bay ke
Plymouth selama tiga hari itu, luar biasa jeleknya) dan ia tidak akan
menggunakan kereta api yang jalannya lambat dan bergoyang-goyang. Dia akan
menuju ke suatu hotel yang baik dan terletak pada suatu tempat yang kokoh dan
kuat. Dia akan masuk ke tempat tidur yang tidak bergoyang dan bergerak,lalu
pergi tidur. Untuk esok paginya dia telah mempunyai ren-5cana yang baik. Dia
akan menyewa sebuah kendaraan dan dengan cara pelan-pelan dan tidak tergesa-gesa
menjelajahi bagian Selatan dari negeri Inggris untuk mencari sebuah rumah.
Sebuah rumah yang olehnya dan Giles telah direncanakan untuk didapatkan. Yah ide
ini baik sekali. Dengan begitu dia akan melihat sedikit dari Inggris yang telah diceritakan
kepadanya oleh Giles. Suatu negeri yang belum pernah ia lihat, walaupun oleh
penduduk Selandia Baru, dianggap sebagai tanah air mereka. Pada saat ini Inggris
kelihatannya tidak begitu menarik. Harinya mendung dan turun hujan, semua ini
memberikan perasaan tidak enak. Anginnya juga tajam dan menjengkelkan. Plymouth,
pikir Gwenda ketika ia sedang maju menurut aturan dalam antrian yang menuju ke
tempat pemeriksaan paspor di Pabean, mungkin bukan bagian yang terbaik dari
negeri Inggris. Pada hari berikutnya, perasaannya sudah berbeda sekali. Sang surya memancarkan
sinarnya. Pemandangan dari jendelanya sangat menarik. Rupanya dunia pada umumnya
tidaklah berombak dan tersendat-sendat. Keadaan cuaca jadi tenang. Jadi inilah
negeri Inggris yang sebenarnya, dan di sini berada seorang perempuan muda,
berumur dua puluh satu tahun dan baru kawin, sedang dalam pengembaraannya.
Saat kembalinya Giles ke Inggris masih belum dapat ditentukan.
Mungkin dia baru akan menyusul istrinya dalam beberapa minggu lagi, dan paling
lama mungkin akan memakan waktu enam bulan.
Dia telah mengusulkan kepada istrinya, Gwenda, supaya pergi mendahuluinya dan
berusaha mendapatkan sebuah rumah yang sesuai dengan selera mereka berdua.
Mereka dua-duanya berpendapat bahwa ada baiknya jika mereka mempunyai sebuah
rumah yang tetap. 6 Pekerjaan Giles mengharuskannya banyak mengadakan perjalanan.
Jikalau keadaannya memungkinkan, adakalanya Gwenda bisa ikut serta. Mereka
berdua menghendaki sebuah rumah, suatu tempat yang merupakan milik pribadi
mereka berdua. Giles telah mendapatkan warisan dari bibinya berupa perabotan
rumah tangga, sehingga cita-cita mereka itu cocok dan praktis sekali.
Juga oleh karena Gwenda dan Giles dalam bidang keuangan cukup kuat, maka
pelaksanaan cita-cita mereka itu tidak akan menemui kesulitan apa-apa.
Pada mulanya Gwenda kurang menyetujui usul Giles, untuk memilih rumah sendirian,
"Kita sebaiknya bersama-sama saja mencarinya,' kata Gwenda. Akan tetapi Giles
berkata sambil tertawa, "Saya tidak begitu mengerti mengenai soal rumah. Kalau
kau senang, saya^uga senang. Tapi hendaknya yang ada tamannya sedikit, tentunya
jangan yang baru dan menyolok. Juga jangan terlalu besar. Carilah di sekitar
pantai selatan, tapi letaknya jangan terlalu ke dalam."
"Apakah kau menghendaki suatu tempat yang khusus?" tanya Gwenda. Tetapi Giles
menjawab, tidak. Dia adalah seorang anak yatim (keduanya adalah anak yatim dan
biasanya ia dikirim kepada salah satu keluarganya untuk berlibur, sehingga tidak
ada suatu kesan yang mendalam dari tempat-tempat itu baginya. Rumah ini akan
merupakan rumah sementara bagi Gwenda, sambil menunggu saatnya mereka berdua
mencarinya bersama-sama. Bayangkan bagaimana jadinya kalau dia sampai tertahan
selama enam bulan lamanya" Apa vang akan diperbuat oleh Gwenda selama itu"
Berdiam di hotel-hotel" Tentu saja, jawabannya tidak Dia akan mencari rumah dan
mendiaminya. 7"Jadi apa yang kaumaksudkan," kata Gwenda, "ialah, saya yang melaksanakan semua
pekerjaan." Akan tetapi Gwenda sendiri sangat senang dengan ide untuk mendapatkan sebuah
rumah dan membuat rumah itu siap dan nyaman untuk didiami jika Giles nanti
kembali ke Inggris. Mereka telah kawin selama tiga bulan dan Gwenda sangat
mencintainya. Setelah selesai sarapan pagi di tempat tidur, Gwenda bangun dan mengatur
rencananya. Selama seharian dia melihat-lihat kota Plymouth, yang menggembirakan
hatinya dan pada hari berikutnya dia menyewa sebuah mobil Daimler yang
menyenangkan bersama-sopirnya. Setelah itu mulailah perjalanannya menyelusuri
Inggris. Keadaan udara baik sekali dan ia sangat senang dengan perjalanannya. Dia melihat
di Divonshire adanya kemungkinan beberapa tempat tinggal, tapi tidak ada satu
pun yang ia rasakan cocok dengan seleranya. Untuk mencarinya tidak perlu
terburu-buru. Dia akan terus mencari. Dari keterangan para makelar rumah, ia
sudah dapat menarik pelajaran sehingga ia tidak perlu membuang-buang waktu tidak
ada gunanya. Pada hari Selasa malam, seminggu kemudian, ketika kendaraannya sedang melalui
jalan yang berbelok-belok di bukit dan perlahan-lahan turun menuju Dillmouth
yang terletak berbatasan dengan laut yang mempesonakan itu, dilaluinya sebuah
papan. Pada papan itu tertulis : Dijual. Dari antara celah-celah pohon
dilihatnya sebuah villa yang dibangun dengan gaya arsitektur Victoria. Seketika
itu juga Gwenda merasakan adanya getaran dalam hatinya. Ia mengaguminya, sangat
mengaguminya, tapi anehnya seakan-akan mengenalinya kembali.
Rumah ini rumahnya. Dia sudah yakin betul mengenai hal itu.
8 Dia dapat menggambarkan kebunnya, jendela-jendelanya yang panjang.....dia yakin
bahwa rumah inilah yang diidamkannya.
Karena hari sudah gelap, maka lalu ia pergi ke Hotel Clarence dan pada pagi
keesokan harinya segera ia menghubungi para agen rumah yang namanya tersebut di
dalam papan itu. Sekarang, dengan membawa surat ijin untuk melihat dari agen rumah, ia sedang
berada di dalam ruangan tamu yang modelnya kuno. Ruangan itu mempunyai dua buah
jendela model Perancis dan yang memberikan pandangan ke sebuah teras yang
ditumbuhi dedaunan. Di depannya terdapat semacam bukit-bukitan dari batu koral
yang diselingi pohon-pohon kecil yang berbunga dan menurun curam ke bawah ke
sebuah lapangan yang luas. Dari antara celah-celah pohon di taman dapat dilihat
lautan. "Ini adalah rumah saya," pikir Gwenda.Ini adalah tempat tinggal saya. Saya sudah
merasakannya, saya seolah-olah sudah mengetahui setiap sudut dari rumah ini."
Pintu rumah terbuka. Seorang perempuar yang tinggi, muram dan pilek masuk ke
dalam ruangan. "Nyonya Hengrave" Saya mendapat ijin dari Tuan Galbraith dan
Penderley. Saya khawatir kedatangan saya agak terlalu pagi." Nyonya Hengrave
sambil mengusap hidungnya, berkata dengan nada susah, bahwa itu tidak menjadi
soal. Maka dimulailah pemeriksaan rumah itu.
Keadaannya memang baik. Tidak terlalu besar. Agak sedikit kuno. Dia dan Giles
akan menambahkan satu atau dua buah kamar mandi. Dapurnya dapat dibuat lebih
modern. Untungnya sudah ada kompornya. Juga bak cuci piring dan peralatannya
yang baru. Sementara Gwenda sedang asyik memikirkan semua rencananya dan
kegiatan yang akan dikerjakannya, suara Nyonya Hengrave ter-9dengar pelan-pelan
sedang menceriterakan secara terperinci penyakitnya yang terakhir dari Mayor
Hengrave almarhum. Dengan perhatian setengah-setengah Gwenda menyatakan ikut
berdukacita, menyatakan simpati dan pengertiannya.
Keluarga Nyonya Hengrave semuanya bertempat tinggal di Kent dan dia mempunyai
keinginan untuk pergi dan menetap dekat mereka......mayor sangat menyenangi
Dillmouth......beberapa tahun dia menjadi sekretaris dari perkumpulan golf, akan tetapi untuk dia
sendiri tidak...... "Ya....memang begitu.....tidak enak buat Anda.....sangat wajar. Untuk mengurus rumah
memang begitu.....memang begitu...Anda hendaknya......"
Saat itu bagian setengah dari pikiran Gwenda sedang berpikir cepat, "Saya rasa....
lemari pakaian ada di sini.....ya, ternyata betul. Kamar untuk berdua ini dengan
pemandangan yang indah ke laut.....
tentu Giles pasti akan menyenanginya. Sebuah kamar yang kecil diperlukan di
sebelah sini.... Giles akan memerlukannya untuk tempat tukar pakaian..... Kamar
mandi. Saya rasa tempat mandinya
dilapisi dengan kayu mahoni.... Oh ya, tempat mandinya memang dilapisi dengan kayu
mahoni. Letak bak mandi ini di tengah kamar mandi.....alangkah
bagusnya. Saya tidak akan merobah itu......ini merupakan bagian yang bersejarah dari
rumah ini." Bak mandi ini ukurannya begitu besarnya, sehingga rasanya di sekitarnya dapat
ditaruh buah apel, mainan perahu layar dan bebek-bebekan yang dicat. Orang akan
merasa seakan-akan sedang berada di lautan.
"Saya pikir, nanti kami akan membuat bagian belakang yang gelap dari kamar yang
tidak terpakai itu, dua buah kamar mandi yang benar-benar modern dan warnanya
hijau chronium.... pipa-pi 10 panya tidak apa-apa melalui dapur... keadaannya
biarkan saja seperti sekarang ini....."
"Radang dada," kata Nyonya Hengrave. "Pada hari ketiganya menjadi radang paruparu yang lebih parah lagi."
"Menyedihkan sekali," kata Gwenda. "Apakah pada akhir gang ini ada tempat tidur
lainnya ?" Ternyata ada.... dan kamar itu sesuai seperti apa yang dikhayalkannya. Bentuknya
hampir bundar dan jendelanya besar melengkung. Dia bermaksud untuk merapikannya.
Keadaan kamar itu masih baik, akan tetapi ia menjadi heran mengapa orang seperti
Nyonya Hengrave begitu senang pada warna cat dinding yang kekuning-kuningan
seperti biskuit " Mereka berjalan kembali di gang. Gwenda dengan teliti menghitung pelan-pelan,
"Enam, tidak, semuanya ada tujuh kamar tidur termasuk yang kecil dan loteng.
Papan di bawah kakinya berderak pelan-pelan. Dia sudah merasakan seakan-akan dia
dan bukannya Nyonya Hengrave yang berdiam di rumah ini.
Nyonya Hengrave adalah seorang wanita yang aneh.....seorang wanita yang senang
memberi warna kuning biskuit pada kamar-kamarnya. Begitu juga seperti tanaman
berbunga dalam ruangan tamunya.
Gwenda melihat sebentar ke kertas yang berada dalam tangannya, di mana di situ
disebutkan perincian dari keadaan rumah dan harga yang diminta oleh pemilik.
Dalam beberapa hari saja, Gwenda sudah agak mahir dalam soal harga-harga rumah.
Harga yang diminta tidak begitu tinggi, memang karena rumahnya memerlukan
beberapa perbaikan modern. Akan tetapi walaupun begitu.... dia lalu memperhatikan
perkataan "boleh" ditawar di surat keterangan itu.
11Rupanya Nyonya Hengrave sudah ingin sekali pergi ke Kent dan tinggal dekat
orang-orangnya. Mereka akan mulai menuruni tangga, ketika tiba-tiba Gwenda merasakan secara
mendadak ada gelombang rasa takut yang mencekam dirinya. Kejadian ini
menyakitkannya dan hilang mendadak seperti saat datangnya. Kejutan ini telah
menimbulkan suatu pemikiran baru dalam kepalanya.
"Rumah ini tidak angker, bukan?" tanya Gwenda.
Nyonya Hengrave, yang berada satu tangga ke bawah dan sedang menerangkan keadaan
Mayor Hengrave yang semakin menurun, melihat ke atas dengan sikap tersinggung.
"Tidak, setahu saya tidak, Nyonya Reed. Mengapa" Adakah ada seseorang yang
mengatakan demikian?"
"Apakah Anda tidak pernah merasakan atau melihat sendiri" Tidak seorang pun yang
meninggal di sini?" Satu pertanyaan yang tidak pada tempatnya, ia berpikir bahwa pertanyaan itu
tidak baik, tapi sudah terlambat. Karena mungkin Mayor Hengrave......
"Suami saya meninggal di St. Monica's Home," kata Nyonya Hengrave tegang.
"Oh ya, Maaf. Anda telah memberitahukannya kepada saya."
Nyonya Hengrave lalu meneruskan bicaranya dengan cepat,
"Di dalam suatu rumah yang telah dibangun selama kurang lebih ratusan tahun yang
lalu, adalah wajar kalau ada yang meninggal dalam masa itu. Nona Elsworthy, dari
siapa suami saya mendapatkan rumah ini tujuh tahun yang lalu, keadaan
kesehatannya baik sekali. Ia pergi ke luar ne-12
geri untuk menjalankan tugas keagamaan, ia tidak pernah menceriterakan adanya
kemalian baru dalam keluarga."
Gwenda dengan cepat berusaha untuk meringankan kesedihan Nyonya Hengrave.
Sekarang mereka berada sekali lagi di ruangan tamu. Ruangan yang menarik ini
terasa tenang dan mempunyai suasana yang tepat seperti yang dirindukan oleh
Gwenda. Kegusarannya tadi pada saat ini sulit sekali untuk dimengerti. Apakah
yang telah terjadi dengan dirinya" Tidak ada sesuatu pun yang tidak beres dengan
rumah ini. Kepada Nyonya Hengrave ia lalu minta ijin supaya diperkenankan melihat taman,
melalui jendela sampai ke teras.
"Di sini seharusnya ada tangga-tangga," pikir Gwenda, "yang menuju ke bawah
lapangan." Akan tetapi sekarang yang terdapat di sana ialah pohon-pohon kecil yang tumbuh
tinggi dan luar biasa suburnya sehingga menutupi pandangan ke laut.
Gwenda mengangguk kepada dirinya sendiri dan bertekad akan merobah semuanya itu.
Setelah itu lalu ia mengikuti Nyonya Hengrave pergi ke teras terus ke beberapa
anak tangga yang letaknya jauh ke lapangan. Ia melihat bahwa karang-karang itu
tidak terpelihara dan penuh dengan tetumbuhan. Sebagian besar dari tanaman yang
berbunga itu perlu dipangkas.
Nyonya Hengrave dengan suara pelahan minta maaf karena taman kurang mendapat
perhatiannya. Soalnya ia hanya dapat mendatangkan tukang kebun dua kali
seminggu. Dan juga malah tukang kebun itu sering kali tidak muncul.
Mereka lalu memeriksa halaman dapur yang kecil akan tetapi mencukupi. Setelah
itu mereka lalu kembali ke rumah. Gwenda menerangkan bahwa masih ada beberapa
rumah lagi yang harus ia lihat dan walaupun ia senang sekali dengan Hillside ini
13(sebuah nama yang biasa saja kedengarannya), ia belum dapat lekas-lekas
mengambil keputusan Nyonya Hengrave berpisah dengannya dengan muka sedikit sedih sambil menghirup
panjang udara untuk terakhir kalinya.
Gwenda lalu pergi ke agen rumah dan mengajukan penawaran yang pasti berdasarkan
laporan pengukur tanah. Setelah itu sisa pagi harinya itu dipergunakannya untuk
keliling-keliling Dillmouth.
Sebuah kota kecil yang menarik dan tidak modern. Letaknya di tepi pantai. Di
bagian yang agak jauh ada sepasang hotel yang agak modern dan beberapa bungalow.
Dillmouth diselamatkan dari pelebaran yang tidak semestinya oleh adanya bukit

Pembunuhan Terpendam Sleeping Murder Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukit pantai. Sesudah makan siang Gwenda menerima telepon dari agen rumah, yang mengatakan,
bahwa Nyonya Hengrave telah menerima tawarannya.
Dengan senyum nakal, Gwenda lalu pergi ke kantor pos untuk mengirim telegram
kepada Giles. Telah membeli rumah. Sayang. Gwenda.
"Ini akan membangkitkan semangatnya," gumam Gwenda.
"Saya akan perlihatkan kepadanya bahwa saya tidak membuang waktu."
14 Bab 2 KERTAS DINDING SEBULAN telah berlalu Gwenda mendiami Hillside. Perabotan rumah tangga bibinya
Giles dikeluarkannya dari gudang dan sudah ditempatkan dengan teratur di dalam
rumah. Perabotan itu model tua, tetapi terbuat dari kwalitet yang baik. Beberapa
lemari pakaian yang kebesaran sudah dijual oleh Gwenda akan tetapi sisanya manis
dan cocok sekali. Serasi dengan rumahnya. Di kamar tamu ada meja-meja kecil yang
lucu bentuknya, dilapisi dengan karang mutiara dan dilukisi dengan istana dan
bunga mawar. Juga ada sebuah meja kerja yang kecil dengan bantalannya yang
terbuat dari sutra murni, sebuah meja tulis yang terbuat dari kayu mawar dan
sebuah meja dipan dari kayu mahoni.
Semua kursi malas ditempatkannya di kamar-kamar tidur. Ia telah membeli dua buah
kursi besar yang sangat menyenangkan untuk dirinya sendiri dan Giles. Keduanya
ia tempatkan di muka perapian. Sedangkan dipan Chesterfield ditempatkannya di
dekat jendela. Untuk gordennya Gwenda memilih model lama dan berwarna biru
dengan gambar bunga mawar dan burung-burung kuning. Sekarang ia baru merasakan
bahwa keadaan kamar sudah tepat benar.
15Dia sudah hampir selesai mengaturnya sedangkan pekerja-pekerja di rumahnya
masih ada. Mula-mula Gwenda bermaksud untuk mengeluarkan pekerja-pekerja itu
dari rumahnya sekarang tetapi kemudian ia berpendapat bahwa sebaiknya ia tidak
mengeluarkan mereka dari rumahnya sebelum ia sendiri pindah ke rumah itu.
Perombakan-perombakan di dapur sudah selesai demikian pula kamar mandinya yang
baru. Untuk keperluan dekorasinya ia akan menunggu sebentar. Dia membutuhkan
waktu untuk mencari warna yang sesuai dengan rumah barunya sampai dia dapat
memutuskan warna yang dikehendakinya untuk kamar-kamar tidur itu. Sekarang rumah
sudah berada dalam keadaan yang sangat teratur dan di samping itu tidak
diperlukan mengerjakan segala sesuatunya dengan tergesa-gesa.
Di dapur ditempatkannya Nyonya Cocker, seorang perempuan yang sopan-santun, yang
agak sulit untuk menerima kebaikan Gwenda yang sangat demokrasi. Akan tetapi
setelah Gwenda menjelaskan kedudukannya dengan bijaksana, baru ia bersedia
menyesuaikan dirinya. Pada hari yang khusus ini Nyonya Cocker, menempatkan baki berisi sarapan pagi di
atas pangkuan Gwenda yang sedang duduk di tempat tidur.
"Jika tuan rumah tidak ada di rumah," Nyonya Cocker menjelaskan, "biasanya
nyonya rumah akan lebih menyukai sarapan paginya di tempat tidur." Dan Gwenda
tunduk kepada peraturan Inggris ini.
"Pagi ini dadar telur," kata Nyonya Cocker sambil menunjuk ke telur. "Anda
mengatakan tentang ikan, akan tetapi tidak akan tepat apabila makan ikan di
tempat tidur. Ikan suka meninggalkan bau yang tidak enak. Saya akan
memberikannya kepada Anda pada waktu makan malam. Dengan dilapisi roti bakar."
16 "0.... terima kasih, Nyonya Cocker."
Nyonya Cocker tersenyum dengan manis dan lalu bersiap-siap untuk pergi.
Gwenda tidak menempati kamar tidur yang be-i sar dengan sepasang tempat
tidurnya. Ia baru akan menggunakannya setelan Giles kembali. Sebaliknya ia
memilih kamar tidur yang letaknya di pojok. Dindingnya bulat dan mempunyai
jendela yang melengkung. Dia sangat kerasan di kamar itu dan merasa bahagia.
Sambil melihat ke sekelilingnya, dengan tidak sadar ia berteriak,
"Saya senang sekali dengan kamar ini."
Mendengar ini Nyonya Cocker ikut melihat ke sekelilingnya.
"Kamar ini sangat manis, Nyonya, walaupun agak kecil. Dengan adanya jerujijeruji itu di jendela saya dapat mengatakan bahwa kamar ini dahulu dipergunakan
sebagai kamar untuk anak-anak."
"Saya tidak memikirkannya sampai ke situ, tapi mungkin juga memang demikian."
"Oh...... begitu," kata Nyonya Cocker dengan
penuh pengertian dan lalu dia mengundurkan diri.
"Sekali ada seorang laki-laki di rumah," seakan-akan dia mau mengatakan : siapa
tahu" "Sebuah kamar untuk anak-anak mungkin diperlukan."
Mendengar ini wajah Gwenda menjadi merah. Dia lalu menengok ke sekeliling kamar.
Kamar untuk anak-anak" Ya, kamar ini akan merupakan kamar anak-anak yang manis.
Dalam khayalannya ia mulai mengatur perabotannya. Sebuah lemari yang besar untuk
boneka-boneka di sana di dekat tembok dan sebuah lemari pendek untuk mainan di
dekatnya. Api menyala dalam tungku yang dikelilingi pagar tinggi dan palang-palangnya
dapat dipergunakan untuk menjemur barang-barang. Tapi tanpa tembok kuning yang
menyeramkan ini. Dia akan
17memakai kertas tembok yang warnanya terang dan gembira. Motifnya berupa
tangkai-tangkai bunga mawar kecil diselingi dengan tangkai-tangkai bunga
gandum..... Ya, semua itu akan membuat kamar ini menjadi cantik. Dia merasa yakin bahwa dia
pernah melihatnya di suatu tempat.
Di dalam kamar tidak diperlukan banyak perabotan. Sudah ada dua lemari dinding,
akan tetapi yang letaknya di pojok terkunci dan kuncinya hilang. Kelihatannya
semua lemari itu telah berulang kali dicat dan ada kemungkinan tidak pernah
dibuka selama berpuluh tahun. Dia akan menyuruh tukang-tukang itu untuk
membukanya sebelum mereka pergi meninggalkan rumah. Dalam keadaannya yang
sekarang dia sudah mempunyai ruangan yang cukup untuk pakaiannya.
Dia merasa setiap harinya makin kerasan saja tinggal di Hillside. Tiba-tiba ia
mendengar seseorang mendehem dan batuk-batuk kecil, melalui jendela terbuka.
Mendengar itu Gwenda lalu bergegas menyelesaikan sarapan paginya. Ternyata yang
datang Foster, tukang kebun pemborong yang bersemangat dan yang janji-janjinya
tidak selalu dapat ditepati, hari ini berada di sini sesuai dengan janjinya.
Gwenda lalu mandi, berpakaian, memakai tweed skirt dan sweater. Setelah itu
dengan cepat ia pergi ke kebun. Foster sedang bekerja dekat jendela ruangan
tamu. Yang pertama-tama dikerjakan oleh Gwenda ialah membuat jalan ke bawah
menuju ke bukit-bukit koral. Foster sikapnya agak menantang, menunjukkan bahwa
semak-semak bunga harus dibuang, demikian pula dengan pohon weigela dan pohonpohon kecil itu. Akan tetapi Gwenda tetap pada maksudnya semula untuk membuat
jalan sehingga Foster akhirnya dengan kurang bersemangat mengerjakan juga
tugasnya. 18 Dia menghormati Gwenda sambil tertawa dalam hati.
"Tampaknya Anda mau kembali ke jaman dahulu, Nona."
(Dia berkeras kepala memanggil Gwenda dengan kata-kata nona)
"Ke jaman dahulu" Maksudnya bagaimana?"
Foster lalu menepuk tanah dengan menggunakan sekopnya.
"Lihat, saya datang dari tangga-tangga yang dahulunya adalah jalan. Jalan yang
persis seperti Anda kehendaki sekarang. Tetapi kemudian ada orang yang
menutupinya dan lalu menanam tumbuh-tumbuhan di atasnya."
"Mereka bodoh sekali untuk berbuat demikian itu," kata Gwenda, "kalau saya
justru menginginkan pemandangan ke bawah melalui celah-celah pepohonan yang ada
di lapangan itu, sehingga saya bisa melihat ke laut melalui jendela ruangan
tamu." Foster kelihatannya agak ragu-ragu untuk membuat lorong dari pepohonan. Akan
tetapi akhirnya sambil menggerutu ia memberikan persetujuannya juga.
"Saya tidak dapat mengatakan bahwa ini akan membawa perubahan-perubahan.... akan
tetapi pohon-pohon kecil itu membuat ruangan tamu menjadi gelap sehingga juga
pemandangan dari ruang tamu menjadi tertutup karenanya. Pepohonan itu masih
memerlukan banyak perawatan. Saya sebelumnya, belum pernah melihat semak-semak
bunga yang demikian suburnya. Saya lihat bunga-bunga violetnya tidak banyak,
tapi tanaman itu harganya mahal sekali. Sayangnya sudah terlalu tua untuk
dipindahkan." "Oh. Saya tahu, tapi begini kan lebih baik."
"Ya," kata Foster sambil menggaruk kepalanya, "mungkin juga."
19"Semuanya itu memang betul," kata Gwenda sambil menganggukkan kepalanya. Lalu
dengan mendadak ia bertanya, "Siapa yang tinggal di sini sebelum keluarga
Hengrave" mereka belum lama tinggal di sini, bukan?"
"Kira-kira enam tahun atau lebih. Mereka tinggal di sini tidak lama. Sebelum
mereka adalah kakak beradik Elworthy. Pengunjung gereja yang rajin, Gereja
rakyat jelata. Mereka mengabarkan in-jil pada orang kafir. Pernah sekali mereka
mengundang seorang pendeta berkulit hitam untuk tinggal di sini. Mereka
bersaudara terdiri dari lima orang. Yang satu laki-laki. Tapi saudara lakilakinya itu tidak banyak mencampuri kegiatan wanita-wanita itu. Lalu sebelumnya
mereka yang tinggal di sini adalah Nyonya Findeyson.....Ah, dia orangnya berwibawa
dan masih golongan bangsawan. Dia tinggal di sini sebelum saya lahir."
"Apakah dia meninggal di sini?" tanya Gwenda.
"Dia meninggal di Mesir atau entah di mana. Akan tetapi sanak keluarganya
membawanya pulang dan lalu dimakamkannya di halaman gereja. Dialah yang menanam
bunga-bunga magnolia itu dan tanaman yang lainnya. Dia sangat menyenangi semaksemak itu." Foster meneruskan ceriteranya;
"Pada saat itu ada rumah-rumah baru yang dibangun di atas bukit ini. Ketika itu
suasananya kedesaan. Tidak ada bioskop. Dan tidak ada toko-toko baru itu. Atau
bangunan-bangunan yang menyolok itu."
Suaranya mengandung nada yang tidak menyetujui dengan perobahan-perobahan ini.
Pendapat dari seorang yang telah lanjut usianya mengenai pendapat-pendapat baru.
"Semua perobahan-perobahan ini," katanya sambil mengeluarkan nafas dari
hidungnya, "tidak ada istimewanya."
20 "Menurut saya semuanya itu memang telah ditakdirkan untuk berobah," kata Gwenda,
"dan bagaimanapun sekarang banyak segi baiknya dari perobahan-perobahan itu,
bukan?" "Begitulah kata orang. Saya sendiri tidak memperhatikan perobahan-perobahan
itu." Foster lalu menunjuk ke arah pagar yang ditumbuhi dedaunan yang letaknya
di sebelah kiri di mana dapat dilihat gemerlapnya sebuah bangunan.
"Dahulu di situ ada sebuah pondok untuk rumah sakit. Tempatnya cukup besar dan
nyaman. Sekarang rumah sakit itu dibangun di luar kota, satu mil jauhnya dari
sini. Bangunannya besar dan luas. Jauhnya dua puluh menit perjalanan. Kalau Anda
mau ke sana datanglah pada hari kunjungan, kalau pergi pakai bus bayarnya tiga
pence." Sekali lagi ia menunjuk ke arah pagar. "Sekarang di situ dipergunakan
sebagai sekolah untuk anak gadis. Itu sejak sepuluh tahun yang lalu. Semuanya
"berobah setiap saat. Orang-orang sekarang membeli rumah dan mendiaminya untuk
hanya sepuluh atau Riasan tahun, setelah itu mereka kemudian pergi
meninggalkannya. Sama sekali tidak ada lagi ketenangan. Jadi semuanya itu, lalu
untuk apa" Tidak ada seorang pun akan dapat mengurus tanaman dengan baik,
kecuali kalau merencanakannya jauh ke depan."
Gwenda dengan sayang melihat ke bunga magnolia.
"Lain dengan Nyonya Findeyson," kata Foster.
"Ah. Dia memang orang yang sopan. Dahulu dia datang ke sini sebagai pengantin
baru. Kemudian membesarkan anak-anaknya dan mengawinkan mereka setelah besar.
Mengubur lakinya di sini, membawa cucunya ke sini setiap musim panas dan
kemudian pergi dari sini ketika umurnya delapan puluh tahun."
21Foster menceriterakan semuanya itu dengan hangat dan bersemangat. Gwenda lalu
kembali ke rumahnya sambil tersenyum. Ia lalu mengadakan tanya-jawab dengan
tukang-tukang yang sedang bekerja di dalam rumahnya. Setelah selesai, ia lalu
kembali ke ruangan tamu. Di sana dia lalu duduk di meja tulis dengan maksud
untuk menulis beberapa surat. Di antara surat-surat yang belum dibalasnya, ada
beberapa surat dari keponakan Giles yang tinggal di London. Selama ini
sebenarnya ia ingin ekal pergi ke London.
Mereka meminta dengan sangat supaya mereka datang dan tinggal di rumah mereka di
Chelsea. Raymond West adalah seorang pengarang yang terkenal (boleh dikatakan lebih dari
populer) dan is-terinya bernama Joan Gwenda mengetahui bahwa istrinya itu
seorang pelukis. Pikir Gwenda. Mungkin akan sangat menyenangkan untuk pergi dan
berdiam bersama mereka, walaupun nanti mereka akan berpendapat bahwa Gwenda
kurang berbudaya. "Giles dan saya, sedikit pun tidak menaruh perhatian kepada
soal-soal intelek atau kebudayaan," pikir Gwenda.
Dari ruangan yang besar terdengar bunyi gong yang menggema seperti di gereja.
Gong yang merupakan milik bibi Giles yang paling berharga itu berhiaskan ukiran
dari kayu hitam di sekelilingnya.
Nyonya Cocker senang sekali untuk membunyikannya dan selalu dengan caranya yang
membuat Gwenda menutup kupingnya dengan tangan dan memaksanya untuk segera
bangun dari kursinya. Dia lalu berjalan dengan cepat melalui ruangan tamu menuju
tembok di dekat jendela yang letaknya agak jauh. Tiba-tiba ia mengeluarkan
teriakan kejengkelannya. Ia selalu menemukan dinding dan bukannya sebuah pintu
yang terletak di situ Kejadian ini sudah untuk ketiga kalinya terjadi pada
dirinya. Ia selalu mengharapkan bisa mene-22
robos dinding tebal itu untuk dapat masuk ke kamar makan di sebelah. Akhirnya
dia lalu mesti kembali ke kamar tamu, baru setelah itu berjalan menuju ke
ruangan besar. Mengelilingi ujung dari tembok ruangan tamu dan baru bisa masuk
ke kamar makan. Perjalanan yang harus ditempuhnya ini cukup jauh. Pada musim
dingin hal ini pasti akan sangat mengganggunya, karena ruangan depan banyak
anginnya, sedangkan aliran pemanasan pusat hanya terdapat di ruangan tamu, kamar
makan dan kedua kamar tidur di atas.
"Saya benar-benar tidak mengerti," pikir Gwenda sambil duduk di meja makan model
Sheraton yang baru dibelinya dengan harga cukup mahal untuk menggantikan meja
makan yang kokoh dari kayu mahoni dan bentuknya persegi itu. "Saya tidak
mengerti, mengapa saya tidak suruh saja tukang-tukang itu untuk membuatkan
sebuah pintu yang menghubungkan kamar tamu dengan kamar makan. Saya akan
membicarakannya dengan Tuan Sims nanti sore kalau dia datang."
Tuan Sims adalah seorang pemborong dan ahli dekorasi. Laki-laki setengah umur
yang pandai merayu dengan suaranya yang serak dan selalu memegang sebuah buku
kecil yang selalu siap dipergunakannya, untuk mencatat setiap ide-ide mahal yang
mungkin dikemukakan oleh langganannya. Tuan Sims waktu diminta pendapatnya,
sangat setuju dengan rencana Gwenda.
"Itu pekerjaan yang mudah sekali, Nyonya Reed. Kalau saya boleh mengatakannya
itu akan merupakan suatu perobahan yang baik sekali."
"Apakah ongkosnya akan mahal?" tanya Gwenda. Sekarang ia agak meragukan tentang
persetujuan dan kegembiraannya Tuan Sims. Karena sebelumnya, sudah banyak
tambahan-tambahan biaya yang tidak menyenangkannya, yang pada
23mulanya tidak termasuk perhitungan Tuan Sims.
"Itu soal kecil yang tidak berarti," kata Tuan Sims dengan suaranya yang serak
dan meyakinkan. Melihat itu Gwenda malah jadi lebih sangsi lagi. Semua soal
kecilnya Tuan Sims, ia sudah belajar banyak untuk tidak mempercayainya. Walaupun
taksirannya untuk setiap perbaikan adalah jujur, teliti dan dengan cara yang
menyenangkan. "Saya mau memberitahukan sesuatu, Nyonya Reed," kata Tuan Sims.
"Saya akan suruh Taylor melihat tembok itu, sesudah ia selesai dengan
pekerjaannya di kamar pakaian itu, nanti sore. Sesudah itu baru saya bisa
memberikan perhitungan ongkosnya yang tepat. Ongkosnya tergantung kepada keadaan
tembok itu." Mengenai ini Gwenda sudah setuju. Dia lalu kembali lagi menulis surat.
Ditulisnya sebuah surat untuk John West, untuk menyampaikan terima kasihnya atas
undangannya, sambil menerangkan bahwa untuk saat ini, dia belum bisa
meninggalkan Dillmouth, berhubung dia masih harus mengawasi pekerjaan tukangtukang yang sedang bekerja di rumahnya. Setelah selesai menulis surat, Gwenda
lalu jalan-jalan di antara pepohonan sambil menikmati udara laut yang segar.
Setelah beberapa saat, dia lalu kembali ke dalam rumah. Di ruangan tamu
dijumpainya Taylor, si mandor tukang-tukang itu, sedang berdiri di sudut
ruangan. Taylor menyambutnya dengan hormat sambil tersenyum.
"Tidak ada kesulitannya untuk membongkar tembok ini, Nyonya Reed," katanya,
"Karena di sini sebelumnya memang pernah ada sebuah pintu, jadi akan mudah untuk
membongkarnya. Rupanya ada orang yang tidak menyukainya, lalu menutupnya."
Mendengar itu Gwenda merasa senang tapi juga terkejut.
24 "Aneh sekali," pikir Gwenda. "Saya selama ini selalu mempunyai perasaan, bahwa
di situ ada sebuah pintu."
Dia masih ingat, ketika waktu makan tadi, dia dengan langkah pasti telah
berjalan ke tembok itu, karena merasa bahwa di tembok itu ada sebuah pintu.
Dengan mengingat kejadian itu, tiba-tiba ia gemetar karena adanya perasaan yang
tidak enak pada dirinya. Kalau sekali lagi dipikirkan kejadian itu, rasanya


Pembunuhan Terpendam Sleeping Murder Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benar-benar aneh sekali.....
Mengapa ia merasa begitu pasti bahwa di situ ada sebuah pintu" Padahal dari luar
sama sekali tidak tampak adanya sebuah pintu pada tembok itu" Lalu bagaimana
sampai dia bisa menerka bahwa sebelumnya ada sebuah pintu tepat di situ"
Sebenarnya memang kurang menyenangkan adanya sebuah pintu yang menerobos ke
ruangan makan, tetapi mengapa ia selalu melangkah ke tempat khusus itu setiap
kali mau pergi makan" Sebenarnya pada tembok itu di mana saja bisa dibuat sebuah
pintu, tetapi mengapa ia selalu memusatkan perhatiannya ke tempat yang khusus
itu saja" Tempat khusus yang dahulunya pernah ada sebuah pintu"
"Saya harap.... saya bukan termasuk orang yang bisa meramal yang bukan-bukan...."
Pikir Gwenda dengan cemas.
Pada dirinya belum pernah ada sesuatu yang bertalian dengan kekuatan batin. Dia
sama sekali bukan tipenya untuk itu. Atau apakah memang demikian" Jalan kecil di
luar itu, yang berasal dari teras terus ke bawah melintasi semak belukar menuju
ke tanah lapang, dengan cara apakah sampai dia mengetahui........ bahwa ada jalan
kecil di situ, ketika dia berkeras kepala minta dibuatkan sebuah jalan kecil di tempat
yang khusus itu " "Mungkin saya mempunyai firasat yang sedikit tajam," pikir Gwenda dengan
perasaan yang tidak 25enak. "Atau adakah sesuatu yang bersangkutan dengan rumah ini?"
Mengapa ia sampai menanyakan kepada Nyonya. Hengrave tempo hari apakah rumah ini
ada hantunya atau tidak" Tidak. Rumah ini tidak ada hantunya. Ini adalah sebuah
rumah yang bagus dan tidak akan ada sesuatu yang tidak beres dengan rumah ini.
Itulah sebabnya mengapa Nyonya Hengrave agak tercengang dengan pertanyaannya
itu. Atau mungkinkah sikapnya yang menjemukan itu menyembunyikan sesuatu "
"Aduh..... saya mulai mengkhayalkan yang bukan-bukan," pikir Gwenda. Dia lalu
memaksakan dirinya untuk kembali kepada pembicaraannya dengan Taylor lagi.
"Ada pekerjaan lain," kata Gwenda kepada Taylor, "salah satu dari lemari yang
ada di kamar atas tidak bisa dibuka. Saya mau supaya lemari itu dibuka."
Taylor mengikutinya ke kamar di atas. Begitu sampai, diperiksanya lemari itu.
"Pintu lemari ini sudah berkali-kali dicat," katanya, "saya akan mencari tukang
untuk membuka pintu lemari ini, besok. Itu pun kalau Nyonya setuju." Gwenda
menyetujuinya, lalu Taylor pergi.
Pada malam harinya Gwenda merasa tidak ten-tram. Dia sedang duduk-duduk di
ruangan tamu dan berusaha untuk membaca buku. Dia mendengarkan setiap bunyi
keriat-keriut dari kursi yang didudukinya. Sekali dua kali dia menoleh ke
belakang sambil menggigil.
Berkali-kali dia berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa persoalan jalan kecil
di taman itu dan pintu pada tembok itu hanyalah suatu kebetulan saja. Kejadian
ini bisa saja terjadi sebagai suatu kejadian yang wajar saja.
Walaupun dia sendiri sangat berat untuk mengakui bahwa itu hanya suatu
kebetulan, akibat - 26 nya dia merasa terlalu gugup untuk dapat pergi tidur. Pada akhirnya ia lalu
bangkit dari kursinya dan lalu mematikan lampu. Pada saat itu dia membuka pintu
ruangan besar, dia merasa takut untuk pergi ke loteng di atas. Dia hampir lari
ketika tergesa-gesa menaiki tangga ke atas. Lalu berjalan cepat di dalam gang
dan membuka pintu kamar tidurnya. Setelah berada di dalam kamar ketakutannya
agak berkurang dan merasa lebih tenang.
Dia lalu melihat ke sekeliling kamar dengan penuh kasih sayang.
Dia merasa aman berada di sini.... aman dan gembira. Dia betul-betul merasa aman
di kamar ini. "Aman" Memangnya takut sama siapa" tolol," tanyanya kepada dirinya
sendiri. Di atas tempat tidur dilihatnya piyamanya dan di bawah tempat tidur
dilihatnya sandal tidurnya.
Gwenda naik ke tempat tidur dengan perasaan tenang dan tidak lama kemudian jatuh
tertidur. Pagi berikutnya dia mempunyai beberapa urusan yang harus diselesaikannya di
kota. Dia kembali ketika waktu makan.
"Tukang-tukang sudah berhasil membuka lemari di kamar tidur Nyonya," kata Nyonya
Cocker ketika dia membawa gorengan yang lezat, kentang tumbuk dan krim wortel.
"Oh ya" Bagus kalau begitu," kata Gwenda.
Gwenda benar-benar lapar, dan dia sangat menikmati makanannya.
Setelah minum kopi di ruangan duduk, dia lalu pergi ke atas ke kamar tidurnya.
Ketika dia melintasi kamar, ditariknya pintu lemari yang berada di pojok. Gwenda
tiba-tiba mengeluarkan teriakan kaget dan ketakutan. Bagian dalam dari lemari
itu memperlihatkan lapisan tembok yang asli. Ternyata dinding kamar itu
dahulunya dilapisi dengan kertas tembok bermotifkan bunga-bunga. Tepat sekali
dengan apa yang selama ini menjadi idamannya,
27tangkai-tangkai bunga mawar kecil yang diselingi dengan tangkai-tangkai bunga
gandum...... Gwenda lama berdiri termenung di situ, kemu dian dengan gemetar dia pergi ke
tempat tidur dan lalu duduk di atasnya.
Di sini, dia berada di dalam rumah, yang belum pernah didiaminya, di suatu
negara yang belum pernah dikunjunginya.....dan hanya dua hari yang lalu
di tempat tidur dia mengkhayalkan kertas dinding
untuk kamar ini..... dan ternyata kertas yang dia
khayalkan itu sangat cocok dengan kertas yang pernah dipasang di dinding kamar
ini. Cukilan-cukilan keterangan yang tidak jelas memenuhi kepalanya.
Telah terjadi, percobaan dengan waktu, seolah-olah dia bisa melihat ke muka,
sedangkan pada orang normal biasanya melihat ke belakang.....
Dia dapat menerangkan mengenai jalan kecil dan pintu penghubung pada tembok,
hanya sebagai kebetulan saja.....tetapi mengenai ini tidak-mungkin
hanya suatu kebetulan saja.... orang tidak mungkin dapat membayangkan adanya
kertas dinding dengan lukisannya yang jelas dan kemudian menemukannya sesuai
dengan yang pernah dikhayalkannya... Tidak, Harus ada penjelasannya untuk ini,
karena dia tidak mengerti sehingga menakutkannya. Berulang kali dia berpikir,
mengingat ke belakang dan bukannya ke muka, ke masa dahulu. Mungkin setiap waktu
dia akan melihat sesuatu, yang tidak ingin ia lihat. Rumah ini menakutkannya....
Tetapi apakah ini dikarenakan
rumahnya atau.....dirinya sendiri" Dia tidak ingin
untuk menjadi orang-orang yang dapat melihat hal-hal yang akan terjadi.....
Gwenda menarik nafas panjang, mengenakan topi dan mantelnya, lalu setelah itu ia
dengan cepat pergi ke luar rumah. Di kantor pos dikirimnya sebuah telegram :
28 16 Addway Square Chelsea London. Bolehkah saya, merobah pikiran dan datang
menemuimu besok. Gwenda. 29Bab. 3 "TUTUPLAH MUKANYA, SAYA TIDAK TAHAN UNTUK MELIHATNYA MATI MUDA."
RAYMOND WEST dan istrinya telah berusaha se-dapatnya untuk membuat Gwenda merasa
seperti di rumah sendiri. Walaupun sebenarnya justru wajah merekalah yang
menakutkan Gwenda. Misalnya Tuan Raymond. Tampangnya seperti burung gagak.
Caranya ia menyisir rambutnya dan tekanan suaranya yang aneh kalau berbicara.
Semua ini membuat Gwenda suka terkejut dengan tiba-tiba. ...
Mereka berdua seolah-olah mempunyai bahasa tersendiri. Sebelumnya Gwenda belum
pernah berada dalam lingkungan yang demikian. Jadi sulit baginya untuk dapat
memahami cara-caranya. "Kami berdua bermaksud membawamu menonton opera," kata Raymond ketika Gwenda
sedang minum segelas gin.
Setelah mengadakan perjalanan itu sebenarnya Gwenda ingin minum teh.
Mendengar ajakan mereka itu wajah Gwenda berseri-seri.
"Pertunjukan balet itu di gedung Sadler Wells. Besok kita akan menghadiri pesta
ulang tahun bibi saya yang luar biasa, namanya Jane, Dutches of Malfi with
Gielgud. Dan pada hari Jum'at alangkah
30 baiknya kalau kau melihat pertunjukan drama. Judulnya: Mereka yang berjalan
tanpa berpijak. Terjemahan dari Rusia. Sebuah karya yang luar biasa bagusnya
selama dua puluh tahun terakhir ini. Tempat pertunjukannya di Withmore Theatre."
Gwenda mengucapkan terima kasih kepada mereka berdua yang telah berusaha untuk
memberi hiburan kepadanya. Tetapi sebenarnya kalau suaminya sudah datang dia
bermaksud untuk melihat pertunjukan musik yang lebih menggembirakannya. Mungkin
saja pertunjukan di Withmore Theatre itu akan dapat dinikmatinya, tetapi
biasanya pertunjukan yang demikian itu tidak menarik.
"Kau akan menyukai bibi saya," kata Tuan Raymond. "Tepat sekali kalau saya
katakan bahwa dia seolah-olah adalah hasil dari suatu jaman gemilang. Ia berjiwa
Victorian asli. Tinggal di sebuah kota kecil yang tenangnya seperti sebuah
telaga." "Sekali pernah terjadi sesuatu di sana," kata istrinya bersemangat.
Raymond mengisyaratkan diam kepada istrinya.
"Hanya sebuah kejadian yang menggairahkan dan tidak ada istimewanya."
"Kau sangat menyenanginya ketika itu," kata Joan mengingatkannya sambil
memicingkan sebelah matanya.
"Saya kadang-kadang suka bermain cricket desa," kata Raymond dengan penuh
kebanggaan. "Bagaimanapun kejadiannya Bibi Jane berhasil mengatasi soal pembunuhan itu."
"Ia bukan orang bodoh. Malahan ia suka sekali memecahkan soal."
"Soal?" Pikiran Gwenda melayang ke ilmu hitung di sekolah.
Raymond menggerakkan tangannya.
"Segala macam persoalan. Misalnya mengapa istri pemilik toko itu kalau pergi ke
gereja selalu membawa payung, padahal hari ketika itu cerah. Dan se 31gala macam persoalan tetek bengek lainnya. Inilah sifat bibi saya. Jadi kalau
kau mempunyai persoalan dalam hidup yang perlu dipecahkan, serahkan saja
kepadanya. Pasti dia bisa memberikan jalan keluarnya,"
Raymond berkata begitu sambil tertawa, juga Gwenda yang mendengarkannya. Tapi
dia tertawa tidak begitu bersemangat.
Pada hari berikutnya Gwenda diperkenalkan kepada Bibi Jane atau nama lain Nona
Marple. Seorang perempuan tua yang menarik. Badannya tinggi dan kurus. Pipinya
kemerah-merahan dan matanya berwarna biru. Tingkah lakunya lembut tapi bicaranya
sedikit cerewet. Pada matanya yang berwarna biru itu sering terlihat ada
kejutan. Setelah makan malam dan minum untuk kesehatan Bibi Jane, lalu mereka berangkat
ke gedung pertunjukan. Ada dua orang yang menyertai mereka. Seorang artis yang
sudah tua dan seorang pengacara muda.
Artis tua itu memusatkan perhatiannya kepada Gwenda, sedangkan pengacara muda
itu membagi pembicaraannya di antara Joan dan Bibi Marple. "Akan tetapi susunan
mereka itu berobah setelah berada di dalam gedung pertunjukan. Gwenda duduk di
tengah deretan, di antara Tuan Raymond dan si pengacara muda.
Lampu ruangan dimatikan dan acara pertunjukan dimulai.
Pertunjukannya bagus dan Gwenda sangat menyukainya. Sebelumnya jarang sekali dia
dapat melihat suatu pertunjukan kelas satu seperti ini
Pertunjukan mendekati akhir. Ceriteranya menuju ke suatu akhir yang mengerikan.
Suara aktor di pentas terdengar penuh dengan kesedihan dan pikiran yang
mencekam. "Tutuplah mukanya, saya tidak tahan untuk melihatnya mati muda."
32 Pada saat itulah Gwenda menjerit.
Ia meloncat dari kursinya lalu lari sambil mendorong yang lainnya. Ia lalu lari
menuju pintu ke luar gedung. Menuruni tangga terus ke jalan raya. Begitu sampai
di jalan raya, ia tidak berhenti berlari. Sesampainya di Piccadilly ditemuinya
sebuah taksi. Dipanggilnya taksi itu, masuk ke dalamnya dengan tergesa-gesa.
Diberikannya alamat rumah di Chelsea kepada sopir taksi. Begitu ia sampai di
tujuan dengan tangan gemetar dikeluarkannya uang, membayar taksinya dan lalu
lari menaiki tangga depan rumah.
Pembantu rumah tangga yang membukakan pintu melihat kepadanya dengan keheranan.
"Non sudah kembali......" Apakah Non sakit....?"
"Saya...." Tidak. Ya saya rasanya mau pingsan." "Non.... barangkali saya bisa
membantu?" "Non, barangkali Non mau minum brendi?" "Tidak. Saya hanya mau
langsung naik tempat tidur."
Setelah berkata begitu, Gwenda lalu segera lari menaiki tangga menuju ke
kamarnya, untuk menghindari pertanyaan lebih lanjut dari kedua pembantu itu.
Begitu sampai di kamar, dibukanya bajunya. Dibiarkannya bajunya bertumpuk di
lantai. Setelah itu ia lalu naik ke tempat tidur. Ketika berbaring di tempat
tidur badannya gemetar. Jantungnya berdebar dengan cepat dan matanya melotot ke
langit-langit kamar. Gwenda tidak mendengar ada yang lain datang. Setelah lima menit pintu kamar
terbuka. Nona Marple masuk ke dalam kamar, sambil membawa dua botol pemanas di
lengannya dan secangkir teh panas di tangannya.
Gwenda berusaha untuk bangun dari tempat tidurnya, sambil menahan gigilan
badannya. "Aduh.... Nona Marple, maafkan saya... saya
33tidak mengerti apa yang terjadi dengan saya.... saya sungguh keterlaluan. Apakah
yang lainnya merasa terganggu karena saya tadi.....?"
"Sudahlah Sayang.... kau jangan khawatir," kata Nona Marple.
"Sekarang hangatkan badanmu dengan botol pemanas ini."
"Tapi.... saya sebenarnya... tidak membutuhkan botol pemanas itu."
"Tentu... tentu saja kau membutuhkannya. Nah, sekarang minumlah teh panas ini."
Gwenda meminumnya dengan patuh dan sekarang gigilan badannya agak berkurang.
"Sekarang kau berbaringlah dan tidur," kata Nona Marple.
"Kau baru saja mendapat shock. Kita akan membicarakannya besok pagi saja. Kau
jangan mengkhawatirkan apa-apa. Sekarang berusahalah untuk tidur."
Sambil tersenyum Nona Marple menyelimutinya dengan selimut, ditepuknya Gwenda
dengan lembut dan lalu ia pergi ke luar kamar.
Di lantai bawah Tuan Raymond sedang berbicara kepada istrinya dengan agak gusar.
"Sebenarnya dia itu kenapa sih" Apakah dia sakit?"
"Raymond Sayang...... saya tidak tahu. Dia
menjerit ketika melihat pertunjukan itu. Mungkin pertunjukan itu
mengagetkannya." "Mungkin saja pertunjukan itu sedikit keterlaluan untuknya. Tapi masa hanya
karena itu saja ia sampai begitu.....?"
Raymond berhenti berbicara ketika nona Marple masuk ruangan.
"Apakah dia tidak apa-apa?"
"Saya pikir dia mendapat shock."
"Mendapat shock" Hanya karena melihat pertunjukan sebuah drama dari jaman
Elizabeth"'" 34 "Saya kira bukan karena itu saja ia mendapat shock," kata Nona Marple sambil
berpikir keras. Keesokan harinya makan pagi Gwenda dikirim ke kamarnya.
Diteguknya sedikit kopi dan makan sedikit roti bakar.
Ketika ia bangun dari tempat tidurnya dan lalu turun ke lantai bawah, istri
Raymond sudah berada di studionya dan Raymond sedang berada di kamar kerjanya.
Sedangkan Nona Marple duduk di depan jendela yang menghadap ke sungai. Ia sedang
sibuk dengan rajutannya. Nona Marple melihat kepadanya dengan tersenyum, ketika ia masuk ke dalam
ruangan. "Selamat pagi, Sayang, saya harap kau sudah merasa segar sekarang."
"Ya.... sekarang saya sudah merasa sehat. Tetapi saya tetap tidak mengerti mengapa
saya semalam sampai begitu. Sekali lagi.... saya tidak mengerti. Apakah mereka
berdua marah kepada saya?"
"O......tidak, mereka cukup mengerti dengan keadaan Anda."
"Mengerti apa.....?"
Nona Marple mengalihkan pandangannya ke rajutannya lagi.
"Bahwa Anda tadi malam mendapat shock." Nona Marple lalu berkata dengan lembut,
"Bukankah sebaiknya kalau Anda menerangkannya kepada saya, kenapa Anda sampai
mendapat shock tadi malam?"
Gwenda melangkah di dalam ruangan itu dengan gelisah.
"Saya pikir.... sebaiknya saya menemui seorang ahli ilmu jiwa atau seseorang yang
bisa membantu saya."
"Memang ada beberapa ahli ilmu jiwa di London, tapi apakah itu perlu.....?"
35"Ya, saya pikir itu perlu.......saya bisa menjadi
gila karena semua ini."
Pembantu rumah masuk ke dalam kamar sambil membawa sebuah telegram dan
memberikannya kepada Gwenda.
"Tukang telegram masih menunggu di luar, apakah ada jawabannya dari Nona untuk
telegram ini." Gwenda membuka telegram itu. Telegram berasal dari Dillmouth. Dibacanya sesaat
dengan penuh perhatian. Lalu diremasnya menjadi sebuah bola.
"Tidak ada jawabannya," kata Gwenda dengan segera.
Pembantu rumah lalu meninggalkan ruangan.


Pembunuhan Terpendam Sleeping Murder Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sayang.....saya harapkan bukan berita buruk."
"Telegram ini dari Giles, suami saya. Dia sedang dalam perjalanan ke sini. Dalam
seminggu lagi dia akan sudah ada di sini."
"Bagus sekali kalau begitu."
"Bagus" Sedangkan saya sendiri sudah tidak merasa pasti lagi apakah saya gila
atau tidak. Kalau saya gila, saya seharusnya tidak mengawini Giles. Rumah dan
semuanya ini. Saya tidak bisa kembali
lagi. Aduh........saya tidak tahu lagi apa yang mesti'
saya perbuat sekarang."
Nona Marple menepuk sofa di sebelahnya dengan lembut.
"Sekarang, bagaimana kalau Anda ceriterakan kepada saya semuanya yang
menyebabkan Anda mendapat shock ketika itu."
Gwenda dengan sedikit lega memenuhi ajakannya itu. Dia lalu menceriterakan
semuanya kepadanya. Bermula dari semua kejadian yang membingungkannya dan
membuatnya khawatir. . "Semua kejadian itu menakutkan saya," kata Gwenda mengakhiri ceriteranya. "Saya
sering berpikir alangkah baiknya kalau saya pulang saja ke
36 London.....untuk melarikan diri dari semuanya ini.
Tetapi seperti Anda ketahui, saya tidak dapat melarikan diri dari semua ini.
Tadi malam.....," kata
Gwenda sambil menutup matanya dan menelan air liurnya beberapa kali.
"Tadi malam......?" kata nona Marple dengan tiba-tiba.?
"Saya yakin bahwa Nona Marple tidak akan mempercayainya," kata Gwenda dengan
cepat, "Nona Marple akan berpikir bahwa saya ini histeris atau entah apa lagi.
Semuanya datang dengan tiba-tiba dan semuanya bermula ketika pertunjukan itu
mendekati akhir. Saya menyenangi jalannya pertunjukan itu. Tetapi semua bayangan
itu tiba-tiba saja keluar dari otak saya, dari kegelapan, ketika aktor di pentas
mengatakan kata-kata itu....."
Gwenda lalu mengulangi kata-kata sang aktor di pentas dengan suara yang rendah
dan gemetar. "Tutuplah mukanya, saya tidak tahan untuk melihatnya mati muda."
"Pada saat itu saya merasa seolah-olah kembali berada di atas tangga rumah dan
melihat ke bawah melalui jeruji tangga ke ruangan tamu.... terlihat seorang
perempuan menggeletak mati di lantai. Rambut perempuan itu berwarna keemasan dan
warna mukanya.... biru. Perempuan itu sudah mati. Matinya dicekik dan pada saat
itu ada seseorang mengatakan kata-kata itu dengan suara yang menyeramkan. Saya
melihat orang itu tangannya
berwarna abu-abu.... seperti..... seperti bukan
tangan manusia tapi seperti tangan.... seekor monyet. Semua yang saya lihat ini
sungguh-sungguh menyeramkan. Saya merasa pasti bahwa perempuan itu sudah mati."
Nona Marple lalu bertanya dengan lembut. "Yang mati itu siapa?"
Gwenda dengan spontan menjawab halen....Bab 4
HELEN" UNTUK beberapa saat Gwenda melotot kepada Nona Marple, setelah mengatakan nama
itu. Lalu dikibaskannya rambutnya dari muka dahi ke belakang kepala.
"Kenapa saya mengatakannya?" kata Gwenda dengan bingung.
"Kenapa saya katakan nama Helen" Sedangkan seumur hidup saya, saya belum pernah
mengenal seorang pun bernama Helen!"
Gwenda lalu menjatuhkan tangannya dengan putus asa.
"Seperti yang Nona lihat, saya ini sudah gila. Saya membayangkan sesuatu yang
tidak pernah ada. Kejadian pertama dengan kertas tembok itu. Saya seolah-olah
pernah melihatnya.... dan sekarang saya seolah-olah pernah melihat mayat seorang
perempuan. Saya pikir mungkin keadaan saya ini sudah semakin gawat."
"Sudahlah, Sayang.... Jangan terlalu cepat mengambil keputusan yang bukan-bukan,"
kata Nona Marple dengan lembut.
"Atau mungkin juga rumah itu yang ada hantunya, atau.... rumah itu.... rumah
terkutuk... atau entah apa lagi. Saya melihat kejadian-kejadian yang
38 pernah terjadi di rumah itu atau yang akan terjadi di kemudian hari. Apa pun
yang akan terjadi di kemudian hari pasti gawat. Mungkin saja seorang perempuan
yang bernama Helen akan mati terbunuh di rumah itu. Kalau misalnya rumah itu ada
hantunya, saya pikir itu tidak beralasan. Karena apa yang terjadi di gedung
opera justru ketika saya sedang tidak berada di rumah itu. Karena itu saya
berpendapat bahwa justru otak sayalah yang tidak beres lagi. Saya sebaiknya
menemui seorang ahli jiwa pagi ini juga."
"Tentu... tentu... itu semua dapat Anda lakukan. Tapi nanti saja setelah usaha kita
berdua menemui jalan buntu. Saya sendiri berpendapat sebaiknya kita selidiki
dahulu persoalan ini dengan jalan yang semudah-mudahnya. Saya sekarang ingin
mengemukakan keterangan-keterangan yang nyata dahulu. Selama ini ada beberapa
kejadian yang membuat Anda gelisah dan bingung.
Pertama-tama Anda merasa yakin bahwa ada jalan kecil di dalam kebun itu dan
sekarang jalan itu sudah tidak ada lagi, kemudian Anda merasa yakin bahwa Anda
mengetahui sampai ke detail kertas tembok itu, ternyata Anda benar, padahal Anda
belum pernah melihatnya sebelumnya. Apakah keterangan saya benar?"
"Ya benar." "Jadi kalau begitu hanya ada satu penjelasan yang masuk akal mengenai semua ini,
bahwa Anda sebelumnya memang pernah melihatnya."
"Apakah yang Nona Marple maksudkan dalam kehidupan saya yang terdahulu sebelum
kehidupan saya masa kini?"
"Bukan... bukan itu yang saya maksudkan, Sayang..... tetapi dalam masa kehidupan
Anda di masa kini. Saya maksudkan bahwa semua ini adalah ingatan normal Anda
yang sebenarnya." 39"Tetapi seumur hidup saya belum pernah datang di Inggris, kecuali sebulan yang
lalu ketika saya datang mencari rumah."
"Apakah Anda merasa pasti mengenai hal ini?"
"Tentu saja saya merasa pasti. Seumur hidup, saya tinggal di Selandia Baru."
"Apakah Anda lahir di sana?"
"Tidak. Saya lahir di India. Ayah saya seorang perwira Inggris. Ibu meninggal
setahun atau dua tahun setelah saya lahir. Ayah kemudian menitipkan saya kepada
keluarganya di Selandia Baru untuk dipelihara sampai dewasa. Beberapa tahun
setelah itu Ayah meninggal dunia."
"Anda sama sekali tidak ingat kapan datang di Selandia Baru dari India?"
"Saya cuma ingat, ketika naik kapal. Saya ketakutan ketika itu. Jendelanya
berbentuk bulat. Jadi saya kira itu tentu jendela sebuah kapal. Saya ingat ada
seseorang yang berpakaian seragam putih dan mukanya berwarna merah. Matanya
berwarna biru dan ada goresan luka pada dagunya. Biasanya dia melempar lemparkan
saya ke udara. Ketika dilempar lemparkan begitu saya merasa senang dan takut."
"Mungkin Anda ingat seorang pembantu atau pengasuh?"
"Ya. Saya ingat seorang pengasuh. Dia tinggal cukup lama bersama saya. Dia
tinggal bersama saya kira-kira sampai saya berumur lima tahun. Saya i-ngat dia
suka marah, kalau saya menangis karena dicium oleh kapten yang janggutnya tidak
saya senangi itu." "Nah, hal kecil ini menarik bagi saya. Sayang. Karena di sini Anda telah
mencampuradukkan dua perjalanan jauh. Dalam perjalanan yang satu, Andn menemui
seorang kapten kapal yang berjanggut dan pada perjalanan yang lainnya. Anda
bertemu 40 dengan seorang kapten kapal yang bermuka merah dan mempunyai goresan luka pada
dagunya." "Nona Marple. Betul sekali!" kata Gwenda. "Jadi saya kira, saya memang pernah
mengadakan dua perjalanan jauh dengan kapal."
"Jadi menurut saya semua ini bisa saja terjadi. Ketika ibu Anda meninggal dunia,
yang pertama-tama dilakukan oleh ayah Anda adalah membawa Anda ke Inggris.
Ketika itulah Anda tinggal di rumah yang Anda tempati sekarang ini. Anda katakan
kepada saya bahwa Anda merasa seperti di rumah sendiri ketika berada di dalam
rumah itu. Dan kamar yang Anda pilih, mungkin saja adalah bekas kamar Anda
dahulu." "Saya kira memang kamar itu bekas kamar anak kecil. Karena pada jendelanya ada
jerujinya." "Karena itulah kertas dinding kamar itu mempunyai gambar bunga gandum, yang
sesuai untuk kamar anak kecil. Anak-anak biasanya ingat keadaan kamarnya ketika
masih bayi. Saya ingat ketika kertas tembok di kamar' saya diganti. Padahal
ketika itu saya baru berumur kira-kira tiga tahun."
"Dan karena itu semua, saya lalu teringat kepada mainan saya. Rumah-rumahan
untuk boneka dan sebuah lemari khusus untuk tempat mainan?"
"Ya! Dan lalu Anda teringat kamar mandinya. Tempat mandinya yang berlapis kayu
mahoni. Anda katakan kepada saya bahwa ketika itu juga Anda teringat mainan
bebek-bebekan di dalam bak untuk mandi."
Gwenda berpikir keras untuk sejenak "Semuanya ini benar. Saya seolah-olah
mengetahui segala sesuatunya termasuk letak barang-barang itu. Dapur dan letak
lemari untuk serbet. Karena, saya ingat semua ini, saya tetap berpendapat bahwa
ada pintu tembus antara ruang tamu dan kamar makan. Tetapi apakah semuanya ini
41 mungkin terjadi bahwa saya telah membeli sebuah rumah yang pernah saya tinggali
dahulunya?" "Ini bukan hal yang mustahil. Ini hanya suatu kebetulan yang luar biasa. Dan
kebetulan semacam ini bisa saja terjadi, bukan" Suamimu menginginkan sebuah
rumah di pantai selatan dan lalu Anda mencarikannya. Secara kebetulan kemudian
Anda lewat di depan rumah itu, yang membangkitkan kembali kenang-kenangan lama
Anda. Tentu saja rumah itu jadinya menarik bagimu. Juga rumah itu cocok dengan
apa yang sedang Anda cari dan juga harganya tidak mahal. Karena semua ini lalu
Anda membelinya. Jadi apa yang terjadi bukan suatu kemustahilan. Semua ini masuk
akal. Saya pikir seandainya rumah itu berhantu, tentu reaksi Anda akan lain.
Selama ini Anda tidak merasakan gangguan atau perasaan tidak senang terhadapnya.
Kecuali tentu kejadian yang Anda ceriterakan kepada saya. yaitu ketika Anda
menuruni tangga dan melihat ke bawah, ke ruangan tamu."
"Bayangan ketakutan terlihat lagi di mata Gwenda.
"Jadi Nona Marple berpendapat bahwa.....bahwa.... apa yang telah terjadi dengan
Helen itu.... benar-benar terjadi?"
Nona Marple menjawab dengan lembut. "Ya. Saya pikir memang begitu, Sayang.
Menurut saya semuanya yang terjadi ini sebaiknya kita tempatkan pada posisi yang
sebenarnya saja. Karena kejadian kecil yang lain-lainnya merupakan suatu
kenangan, maka tentu ini juga menjadi suatu kenyataan."
"Jadi..... saya benar-benar telah melihat seseorang terbunuh karena dicekik dan
mati tergeletak?" "Saya sendiri kurang merasa yakin kalau perempuan itu telah mati tercekik.
Mungkin saja itu 42 hanya buah pikiran yang timbul karena melihat pertunjukan opera itu. Sebagai
pendapat seorang dewasa bahwa seseorang yang mati tercekik mukanya akan berwarna
biru." "Saya pikir anak yang masih merangkak di lantai pasti merasakan adanya kekerasan
dan kejahatan. Semuanya itu diasosiasikan dengan kata-kata. Mungkin pada saat
itu si pembunuh mengucapkan kata-kata yang menyeramkan itu dan semua itu mungkin
telah menjadikan shock yang mendalam dalam jiwa si anak kecil. Anak kecil adalah
suatu makhluk yang sedikit agak aneh. Kalau mereka ketakutan karena suatu hal
yang mereka sendiri tidak mengerti mereka tidak membicarakannya, tetapi mereka
simpan semuanya itu jauh di dalam lubuk ingatannya. Dan semua itu tertanam kuat
sekali dalam ingatannya."
Gwenda menarik nafas dalam-dalam.
"Jadi Nona Marple berpendapat bahwa semua ini telah terjadi pada saya" Tetapi
mengapa semua kejadian itu tidak saya ingat Bekarang?"
"Seseorang tidak dapat diperintahkan untuk mengingatkan segala sesuatu yang
telah dilupakannya. Malah sering kali terjadi apa yang ingin diingatnya malah
menghilang. Tetapi untuk ini ada buktinya bahwa ini benar-benar telah terjadi.
Yaitu seperti apa yang Anda telah ceriterakan kepada saya mengenai kejadian di
gedung opera itu. Anda telah menggunakan kata-kata yang aneh untuk seorang
dewasa. Anda mengatakan melihat melalui jeruji tangga. Hanya seorang anak kecil
yang melihat melalui jeruji tangga , sedangkan orang dewasa tentu akan melihat
melalui atas jeruji tangga."
"Nona Marple memang pintar sekali," kata Gwenda dengan kagum.
"Hal-hal kecil ini semua sangat penting."
"Tetapi siapa yang bernama Helen itu?" tanya Gwenda dengan bingung.
43 "Katakan, Sayang.....apakah Anda masih yakin
bahwa orang itu bernama Helen?"
"Ya, tapi aneh sekali....., sebab saya tidak tahu
siapa Helen itu. Akan tetapi pada saat yang sama, saya betul-betul tahu bahwa
Helen-lah yang tergeletak di lantai itu.....Setelah itu bagaimana saya
bisa mengetahui lebih dari itu?"
"Baiklah, menurut saya sudah jelas apa yang harus dikerjakan, yaitu untuk
mengetahui dengan pasti apakah Anda pernah di Inggris waktu masih anak-anak.
Atau ada kemungkinannya Anda pernah ada di sini. Misalnya sanak keluarga
Anda....." Gwenda mengelak. "Bibi Alison. Ya, mungkin dia tahu. Saya yakin dia pasti tahu."
"Kalau demikian sebaiknya Anda menulis surat kepadanya dengan pos udara atau
sebuah telegram. Ceriterakan kepadanya bahwa telah terjadi hal-hal, sehingga
Anda sangat perlu untuk mengetahui, apakah Anda pernah berada di Inggris.
Mungkin Anda akan menerima balasannya dengan pos udara, pada saat suami Anda
datang." "Oh, terima kasih, Nona Marple. Anda sangat baik sekali. Saya juga mengharapkan,
bahwa apa yang Anda sarankan adalah benar. Oleh karena, jika kejadiannya memang
demikian, yah....... jadi segala sesuatunya menjadi beres. Yang saya maksudkan, jadi
tidak ada sangkut pautnya dengan alam gaib."
Mendengar itu Nona Marple tertawa.
"Saya harapkan segala sesuatunya terjadi seperti apa yang kita pikirkan. Besok
lusa saya akan pergi dan tinggal bersama teman saya di Inggris Utara. Saya akan
kembali ke London dalam sepuluh hari. Kalau Anda dengan suami Anda masih berada
di sini, atau jika Anda telah menerima jawabannya, saya ingin sekali tahu apa
hasilnya." 44 "Sudah tentu, Nona Marple yang baik hati. Saya ingin sekali Anda bertemu dengan
Giles. Dia orangnya baik. Dan kita akan mengadakan pertemuan untuk membicarakan
soal ini seluruhnya."
Sekarang semangat Gwenda telah kembali lagi sepenuhnya.
Sebaliknya dengan Nona Marple, tampaknya ia sedang merenungkan sesuatu.
45 Bab 5 MERENUNGKAN PEMBUNUHAN SEPULUH hari kemudian Nona Marple masuk ke dalam sebuah hotel kecil di Mayfair
dan diterima dengan gembira oleh Tuan dan Nyonya Reed.
"Ini suami saya, Nona Marple. Giles, saya tidak dapat mengatakan betapa baiknya
Nona Marple ini terhadap saya."
"Saya senang sekali bertemu dengan Anda, Nona Marple. Saya mendengar mengenai
Gwenda. Ia telah menakuti dirinya sendiri dan hampir masuk rumah sakit jiwa."
Nona Marple dengan matanya yang biru senang melihat Giles Reed. Giles seorang
anak muda yang sangat menarik, tinggi dan kelihatannya jujur. Dan sedikit
kemalu-maluan. Dia perhatikan dagunya yang menandakan ketegasan dan juga bentuk
rahangnya. "Kita akan minum teh di kamar tulis yang kecil dan agak gelap," kata Gwenda,
"tidak akan ada orang yang datang di sana dan kita akan menunjukkan kepada Nona
Marple surat dari Bibi Alison."
"Ya," dia tambahkan ketika Nona Marple .melihat kepadanya dengan tajam.
"Jawabannya sudah sampai dan isinya tepa* seperti apa yang Anda fikirkan."
46 Sesudahnya selesai minum teh lalu surat itu dibuka dan dibaca.
Gwenda sayang, (tulis Bibi Alison)
Saya gelisah sekali ketika mendengar bahwa kau telah mengalami hal-hal yang
tidak enak. Untuk mengatakan dengan terus terang, saya hampir lupa, bahwa kau
pernah tinggal di Inggris untuk waktu yang singkat, semasa kanak-kanak.
Ibumu, kakak saya, bertemu dengan ayahmu, Mayor Halliday, pada waktu ia
mengunjungi kawan-kawan kita yang pada waktu itu ditempatkan di India. Mereka
lalu kawin dan kau lahir di sana.
Dua tahun setelah kamu lahir, ibumu meninggal dunia. Kita sangat terkejut
mendengarnya dan lalu menulis surat kepada ayahmu, kami sendiri tidak tahu
dengan siapa kami berkirim surat, karena kami sendiri belum pernah berkenalan
dengannya, meminta dengan sangat kepadanya supaya kau dapat dipercayakan kepada
kami untuk pemeliharaannya. Ini karena kami sangat senang sekali untuk


Pembunuhan Terpendam Sleeping Murder Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendapatkan kau dan juga berpendapat bahwa ayahmu sebagai seorang militer akan
sulit sekali untuk mengurus anak kecil. Ayahmu sebaliknya menolak dan
memberitahukan bahwa dia akan mengundurkan diri dari ketentaraan dan membawa kau
kembali ke Inggris. Dia mengharapkan suatu saat kami bisa mengunjunginya di
sana. Saya mengerti, bahwa dalam perjalanan kembali bapakmu menjumpai seorang
perempuan muda. Mereka kemudian bertunangan dan kawin secepatnya ketika tiba di
Inggris. Saya merasa, bahwa perkawinan mereka tidak berbahagia dan kami
mengetahui ketika setahun kemudian mereka berpisah. Sesudah itu ayahmu menulis
kepada kami dan menanyakan kepada kami, apakah kami masih bersedia menampung
kau. Tidak perlu diterangkan kepadamu betapa gembiranya kami untuk meneri
47 mamu. Kau kemudian dikirim kepada kami bersama seorang juru rawat orang Inggris.
Pada waktu yang bersamaan ayahmu telah menyerahkan seluruh kekayaannya atas
namamu dan juga menyarankan supaya secara hukum kau menggunakan nama kami. Ini
menurut saya agak aneh, akan tetapi kami merasakan bahwa ini mengandung maksud
baik. Setelah itu kau lalu tinggal bersama kami tetapi sarannya itu kami tidak
terima. Kurang lebih setahun kemudian ayahmu meninggal di rumah perawatan. Saya kira dia
sudah menerima kabar tidak baik mengenai penyakitnya pada saat dia mengirim kau
kepada kami. Saya tidak dapat mengatakan kepada kau, di mana tempat tinggalmu selama berada
di Inggris bersama ayahmu. Surat-surat dari ayahmu ketika itu disertai pula
alamatnya, akan tetapi ini sudah delapan belas tahun yang lalu dan saya sudah
tidak ingat lagi hal-hal sekecil itu. Yang saya tahu di Inggris Selatan. Saya
kira yang tepat di Dillmouth. Tapi mengenai itu saya samar-samar dengan
Dartmouth, soalnya kedua nama itu hampir serupa.
Saya tahu, ibu tirimu lalu kawin lagi, saya tidak ingat lagi namanya, juga nama
sebelum menikah, walaupun ayahmu dalam suratnya menyebutkannya. Kami sebenarnya
kurang menyetujui perkawinan ayahmu yang sedemikian cepatnya, akan tetapi semua
orang tahu bahwa di dalam kapal pengaruh pergaulan yang akrab besar sekali dan
mungkin juga ayahmu berpendapat ada baiknya juga bagi kau. Adalah bodoh bagi
saya untuk tidak memberitahukan kepadamu, bahwa kau pernah tinggal di Inggris,
biarpun itu adalah suatu kenyataan, akan tetapi seperti yang saya katakan
semula, semuanya itu telah lenyap dari pikiran saya. Kematian ibumu di India dan
kedatangan kau kemudian untuk tinggal bersama kami, semuanya itu selalu
merupakan soal yang terpenting bagi kami.
48 Saya harap semua sekarang telah jelas"
Saya percaya, bahwa Giles dalam waktu dekat akan menggabungkan dirinya denganmu.
Adalah sulit bagimu untuk berpisah dalam tahap pertama ini.
Semua berita mengenai diri saya akan ada dalam surat yang akan menyusul. Ini
saya kirimkan dengan tergesa-gesa sebagai jawaban dari telegrammu.
Dari bibimu sayang, Alison Danbey.
P.S. Kau belum mengatakan, apa pengalamanmu yang mencekamkan itu"
"Seperti apa yang Anda ketahui," kata Gwenda. "Semuanya cocok dengan apa yang
Anda pikirkan." Nona Marple membersihkan kertas yang tipis itu.
"Ya, memang demikian. Suatu keterangan yang wajar. Saya mengetahuinya karena
sering benar." "Ya, Nona Marple saya sangat berterima kasih kepada Anda," kata Giles. "Kasihan
Gwenda yang bingung dan saya sangat cemas memikirkan, bahwa Gwenda bisa melihat
ke depan atau mempunyai firasat yang tajam atau yang lain-lainnya."
"Itu akan merupakan suatu sifat yang tidak baik bagi seorang istri," kata
Gwenda. "Kecuali jika seseorang mempunyai penghidupan yang bersih."
"Saya mempunyai kehidupan yang bersih," kata Giles.
"Mengenai rumah itu bagaimana" Bagaimana perasaan Anda terhadap rumah itu?"
tanya Nona Marple. "Oh....ya. Besok kami akan melihatnya. Giles ingin sekali melihatnya."
"Nona Marple, saya tidak tahu apakah Nona menyadarinya atau tidak, tetapi ini
berarti ada sua - 49 tu misteri pembunuhan yang berat sekarang berada di dalam tangan kita. Tegasnya
di tangga pintu kita atau tepatnya di muka halaman."
"Ya, saya pernah memikirkannya," kata Nona Marple pelan-pelan.
"Dan Giles menggemari sekali ceritera-ceritera detektif," kata Gwenda.
"Ya. Yang saya maksudkan, bahwa ini memang merupakan suatu ceritera detektif.
Sesosok tubuh dipendam dalam ruangan besar, sesosok tubuh wanita cantik yang
mati dicekik. Mengenai dirinya sesuatu pun tidak ada yang diketahui, kecuali
nama kecilnya. Saya ketahui kejadian ini dua puluh tahun yang lalu. Dan selama
ini tidak ada petunjuk-petunjuk untuk membuka rahasia ini, akan tetapi
sedikitnya kita bisa mendapatkan sedikit informasi. Oh saya bisa mengatakan
bahwa tidak ada seorang pun yang dapat memecahkan rahasia misteri pembunuhan
ini." "Saya berpendapat bahwa mungkin Anda akan dapat memecahkannya," kata Nona
Marple, "walaupun sudah lewat delapan belas tahun lamanya. Ya, Anda mungkin bisa
memecahkannya." "Tapi, bukankah tidak ada jeleknya untuk mencoba dengan sungguh-sungguh?"
Setelah itu Giles diam dengan penuh harap.
Nona Marple bergerak dengan perasaan tidak enak, wajahnya kelihatan suram dan
cemas. "Mungkin usaha ini akan sangat membahayakan," kata Nona Marple, "saya ingin
memberikan nasehat kepada kalian berdua. Ya saya benar-benar ingin memberikan
nasehat ini kepada kalian berdua.... untuk membiarkan saja misteri pembunuhan yang
sudah lama ini." "Membiarkan" Ini adalah misteri pembunuhan kita sendiri. Bukankah ini suatu
pembunuhan"' "Memang ini suatu peristiwa pembunuhan, menurut pendapat saya. Dan oleh karena
itu se - 50 baiknya dibiarkan saja. Suatu peristiwa pembunuhan tidak dapat dicampuri dengan
cara yang ringan." Giles lalu berkata, "Akan tetapi, Nona Marple, kalau semua orang berpendapat
demikian....." Nona Marple memotong pembicaraan Giles.
"Oh ya, saya tahu. Memang ini adakalanya merupakan tugas dari seseorang.... orang
yang tidak bersalah didakwa... mencurigai beberapa orang... sedangkan penjahat
sebenarnya yang berbahaya bebas untuk melakukan kejahatannya lagi. Akan tetapi
Anda hendaknya menyadari, bahwa pembunuhan ini telah dilakukan dahulu. Dan
rupanya itu tidak diketahui oleh umum telah terjadi suatu pembunuhan. Tetapi
kalau memang demikian kehendak Anda, Anda bisa mulai dengan segera mendengarkan
dari tukang kebun yang tua itu dan orang lain. Pembunuhan biarpun sudah lama
selalu merupakan berita. Tidak, tubuhnya pasti disimpan di salah satu tempat,
sehingga segala sesuatunya tidak mencurigakan. Sekarang.... apakah Anda yakin...
benar-benar yakin... bahwa perbuatan Anda itu bijaksana untuk membongkarnya
kembali?" "Nona Marple," kata Gwenda, "tampaknya Anda cemas sekali?"
"Memang saya cemas, Sayang. Anda berdua adalah orang-orang muda yang menarik
hati dan baik (kalau saya boleh mengatakannya), Anda baru kawin dan berbahagia.
Jadi saya minta dengan sangat jangan melibatkan diri untuk membongkar hal yang
mungkin... ya yang mungkin... akan menggelisahkan dan menyusahkan Anda berdua di
kemudian hari." Gwenda memandang kepadanya. "Anda sedang memikirkan sesuatu... sesuatu yang
khusus.... Apakah yang Anda maksudkan?"
"Bukan apa-apa, Sayang. Hanya sekedar memberikan nasehat kepada Anda berdua
(oleh karena 51 saya sudah berumur, saya mengetahui bahwa persoalan begini suka menggelisahkan
orang) untuk membiarkan saja persoalan ini. Itulah nasehat saya. Semua itu supaya didiamkan saja."
"Tidak. Persoalan ini tidak bisa didiamkan saja," kata Giles dengan suara keras.
"Hillside adalah rumah kami, milik Gwenda dan saya. Orang yang dibunuh itu di
dalam rumah ini, seperti apa yang kami ketahui. Saya tidak bisa tinggal diam
karena adanya pembunuhan di dalam rumah saya dan lalu tidak berbuat sesuatu
mengenai hal itu, biarpun sudah delapan belas tahun yang lalu."
Nona Marple menghela nafas panjang. "Maafkan saya," katanya, "Saya dapat
memahami Anda, bahwa kebanyakan dari anak-anak muda yang bersemangat akan
mempunyai pendapat yang sama. Untuk ini saya dapat menghargai, malah mengagumi
Anda dalam hal ini. Akan tetapi saya mengharapkan.... Oh saya sangat mengharapkan...
supaya Anda tidak berbuat demikian itu."
II Keesokan harinya, tersiar kabar di desa St. Mary Mead, bahwa Nona Marple sudah
berada di rumah lagi. Pukul sebelas dia kelihatan berada di High Street. Pukul
dua belas lebih sepuluh dia mendatangi rumah pendeta. Pada siang harinya, tiga
orang wanita yang senang desas-desus datang mengunjungi Nona Marple. Mereka
mendengarkan kesan-kesan tentang ibukota. Sesudah selesai, mereka lalu segera
membicarakan persiapan-persiapan dari pusat derma dan tempatnya di tenda teh.
Malam harinya Nona Marple berada di dalami tamannya. Kegiatannya lebih
dipusatkan kepada rusaknya rerumputan daripada tetangganya. Dia tidak begitu\ menikmati makan malamnya dan hampir-hampir tidak didengarnya
keterangan 52 pembantu kecilnya, Evelyn, mengenai kegiatan tukang obat di desa. Keesokan
harinya dia masih saja memusatkan pikirannya kepada sesuatu. Beberapa orang
termasuk istri pendeta memperhatikan keadaannya itu. Pada malam harinya ia
mengatakan bahwa badannya kurang enak dan ia lalu terus tidur. Pada keesokan
harinya, dipanggilnya Dr. Haydock.
Dr. Haydock, adalah dokter dan kawan lama Nona Marple. Dokter mendengarkan
mengenai tanda-tanda penyakitnya, lalu memeriksanya, setelah itu duduk dan
mengacungkan stetoskopnya kepada Nona Marple.
"Untuk wanita seumur Anda," katanya," kelihatannya saja badan Anda lemah, tetapi
sebenarnya Anda sehat sekali."
"Saya yakin keadaan kesehatan saya baik," kata Nona Marple, "akan tetapi saya
akui, bahwa saya selama ini telah bekerja agak terlalu keras sedikit."
"Anda selama di London agak terlalu banyak jalan-jalan sampai jauh malam."
"Memang betul. London sekarang sangat melelahkan dan juga udaranya begitu
pengap, tidak sesegar seperti hawa laut."
"Udara di St. Mary memang enak dan segar."
"Akan tetapi sering lembab dan menyesakkan. . Tidak seperti apa yang kita
harapkan, menyegarkan. "
Dr. Haydock melihat kepadanya dengan perhatiannya yang baru.
"Saya akan mengirimkan tonic," katanya berjanji.
"Terima kasih, Dokter. Sirop Easton sangat baik."
"Anda tidak perlu memberitahukan kepada saya resep apa yang harus saya berikan
kepada Anda." "Saya pikir, mungkin, bagaimana kalau perobahan udara.....?"
Nona Marple melihat kepadanya dengan matanya yang biru dan mengandung pertanyaan
dan muslihat. "Tapi, Anda baru saja kembali setelah jalan-jalan selama tiga minggu." .
"Saya tahu, tapi seperti yang Anda katakan, London sangat melemahkan. Begitu
juga ke sebelah Utara daerah pemintalan. Semuanya itu tidak sesehat udara laut."
Dr. Haydock mengambil tasnya. Kemudian dia melihat ke sekelilingnya dengan
sedikit marah. "Katakanlah, mengapa Anda memanggil saya," katanya, "katakanlah kepada saya apa
yang Anda kehendaki dan saya akan mengulanginya. Anda membutuhkan pendapat saya
sebagai seorang Dokter hanya karena Anda memerlukan hawa segar.....?"
"Ya, saya senang sekali Anda mengerti!" kata Nona Marple dengan rasa terima
kasih. "Hawa laut baik sekali untuk Anda. Sebaiknya Anda cepat saja pergi ke
Eastbourne, kalau tidak kesehatan Anda akan sangat terganggu."
"Eastbourne agak terlalu dingin. Juga bukit-bu-kitnya seperti Anda ketahui."
"Bagaimana kalau Bournemouth atau Pulau Wight?"
Nona Marple mengedipkan mata kepadanya. "Saya kira tempat kecil akan lebih
menyenangkan." "Saya jadi ingin tahu. Kota kecil yang Anda usulkan itu di mana?"
"Saya pernah memikirkan Dillmouth."
"Tempat kecil dan agak menjemukan. Tapi apa sebabnya Anda justru memilih
Dillmouth?" Sebentar Nona Marple menjadi terdiam. Pada wajahnya tampak lagi adanya
kesusahan. Dia lalu berkata,
54 "Sekarang Anda katakanlah kepada saya, misalnya pada suatu hari tanpa disengaja
Anda menemukan suatu bukti yang menunjukkan bahwa beberapa tahun yang lalu....
sembilan belas atau dua puluh tahun yang lalu.... telah terjadi suatu pembunuhan.
Lalu yang mempunyai bukti hanya Anda sendiri yang mengetahuinya. Sebelumnya
tidak pernah ada yang mencurigakan atau yang dilaporkan. Apakah yang Anda akan
perbuat?" "Maksudmu menyelidiki kembali suatu pembunuhan, begitukah?"
"Tepat, itulah yang saya maksudkan."
Haydock berpikir sebentar.
"Sebelumnya tidak pernah ada kesalahan dalam pelaksanaan pengadilan" Dan tidak
ada seorang pun yang merasa dirugikan sebagai akibat dari pembunuhan itu?"
"Selama ini tidak ada."
"Menyelidiki kembali suatu pembunuhan yang tidak seorang pun mengetahuinya.
Menghadapi hal yang begini saya nasehatkan kepada Anda, untuk membiarkan saja
pembunuhan yang telah lama lewat ini. Itulah apa yang akan saya perbuat.
Melibatkan diri dalam suatu kasus pembunuhan adalah berbahaya, malah nantinya
bisa juga sangat berbahaya."
"Itulah apa yang saya takutkan."
"Orang-orang mengatakan bahwa seorang pembunuh selalu akan mengulangi
kejahatannya. Itu tidak benar. Ada satu kelompok yang berbuat kejahatan dan
setelah berusaha untuk melupakannya. Dan mereka ini sangat berhati-hati untuk
tidak melibatkan dirinya lagi. Saya tidak mengatakan bahwa mereka sesudah itu
bisa hidup senang.....karena hukuman Tuhan itu ada bermacam-macam caranya. Memang
segala sesuatunya tampak beres.
55 Mungkin begitu pulalah dengan kasus Madeleine Smith atau Lizie Borden. Dalam
kasusnya ini Madelaine Smith tidak dapat dibuktikan dan Lizie dibebaskan, akan
tetapi menurut pendapat orang banyak kedua perempuan itu bersalah. Saya masih
bisa memberikan contoh-contoh lainnya kepada Anda. Mereka tidak mengulangi
kejahatannya.... mereka telah melakukan pembunuhan seperti apa yang mereka
kehendaki.... dan untuk itu mereka sudah merasa puas. Setelah melakukan kejahatan,
mereka lalu pergi ke tempat yang tidak ada seorang pun yang mencurigainya.
Akan tetapi seandainya kemudian ada orang yang memikirkannya kembali,
menyelidiki segala sesuatunya, lalu mendongkeli setiap batu rintangan dan lalu
menyelusuri jalannya kejadian sehingga akhirnya, mungkin, orang itu akan
menemukan apa yang dicarinya" Untuk ini saya katakan, jangan. Sebaiknya jangan
berbuat begitu, kalau kasus itu sendiri tidak menyangkut diri pribadi. Jadi
sebaiknya dibiarkan saja." Dia lalu mengulangi kata-katanya. "Biarkan saja
pembunuhan yang tidak ada seorang pun yang mengetahuinya."
Dia lalu menambahkan dengan tegas pada ucapannya,
"Dan itu adalah perintah dari saya kepada Anda. Biarkan semuanya itu."
"Akan tetapi bukan saya yang terlibat di dalamnya, melainkan dua anak muda yang
periang. Marilah saya ceriterakan kepada Anda kasusnya." Nona Marple lalu
membeberkan semuanya dan Dokter Haydock mendengarkannya.
"Luar biasa!" katanya sesudah Nona Marple selesai berceritera.
"Satu kebetulan yang luar biasa. Seluruhnya merupakan pekerjaan yang luar biasa.
Saya dan Anda tentu memahami akibat-akibatnya?"
56 "Ini mengandung arti banyak hal-hal yang tidak menyenangkan dan mereka
mengharapkan, sebaiknya tidak mencampuri persoalan itu.
Mungkin kerangka tersimpan di dalam lemari mereka. Tapi saya mengetahui
pendirian Giles yang muda itu. Untuk melemparkan saja persoalan ini semuanya,
saya sendiri tidak dapat. Sekarang pun saya jadinya ingin mengetahui....."
Dokter Haydock memotong pembicaraannya dan lalu memandang sepintas lalu kepada
Nona Marple. "Jadi itulah alasan Anda meminta ijin untuk pergi ke Dillmouth. Melibatkan diri
dalam sesuatu yang sebenarnya bukan urusan Anda."
"Sebenarnya bukan begitu maksud saya, Dr. Haydock. Saya hanya khawatir mengenai
nasib kedua anak muda itu. Mereka masih terlalu muda dan tidak berpengalaman.
Mudah mempercayai dan juga mudah diperdayakan orang. Saya lalu berpendapat


Pembunuhan Terpendam Sleeping Murder Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebaiknya saya berada di sana untuk menjaga mereka."
"Jadi itu maksudnya Anda pergi. Untuk mengawasi mereka. Apakah Anda tidak dapat
membiarkan suatu pembunuhan, Perempuan" Biarpun pembunuhan itu terjadi di masa
dahulu?" Nona Marple tersenyum kepadanya dengan sopan.
"Tapi Anda kan berpendapat bahwa tinggalnya saya di Dillmouth untuk beberapa
minggu akan sangat baik bagi kesehatan saya, bukan?"
"Mungkin kepergian Anda ini akan mengakhiri kehidupan Anda," kata Dr. Haydock.
"Tapi Anda tidak pernah mau mendengarkan saya."
Dalam perjalanannya mengunjungi teman-temannya yaitu Kolonel dan Nyonya Bantry,
Nona 57 Marple menjumpai Kolonel Bantry sedang jalan dengan senapan di tangan dan
anjingnya di belakang. Kolonel menyambutnya dengan hangat.
"Saya sangat senang melihat Anda kembali lagi. Bagaimana dengan London?"
Nona Marple mengemukakan bahwa London baik sekali dari kemenakannya telah
membawanya ke beberapa pertunjukan.
"Tentunya melihat yang intelek dan berbudaya. Saya sendiri lebih senang melihat
sandiwara yang gembira dan yang diiringi musik."
Nona Marple mengatakan bahws dia melihat pertunjukan Rusia yang mengesankan akan
tetapi agak terlalu panjang.
"Rusia," sahut Kolonel Bantry gusar. Dia pernah mendapatkan satu novel yang
dikarang oleh Dostoevski pada waktu berada di rumah sakit. Dia tambahkan bahwa
Nona Marple akan menjumpai Doly di kebun. Nyonya Bantry selalu dapat ditemukan
di kebun. Berkebun adalah hobinya. Buku yang digemarinya adalah mengenai tumbuhtumbuhan dan pembicaraannya selalu bersangkutan dengan bunga-bunga, semak-semak
dan berita mengenai Pegunungan Alpen. Nona Marple melihat punggungnya yang
memakai jaket yang agak luntur.
Ketika mendengar langkah-langkah yang mendekat, Nyonya Bantry berdiri tegak
sambil merasakan sakit encoknya. Mengelap dahinya dengan tangannya yang agak
kotor dan lalu menyambut temannya itu.
"Saya sudah mendengar bahwa kau sudah kembali, Jane," sambutnya. "Bukankah,
tanaman saya segar-segar" Apakah kau sudah melihat bunga-bunga kecil itu" Saya
mendapatkan kesulitan dengan bunga-bunga itu tetapi sekarang sudah dapat saya
atasi. Apa yang diperlukan adalah hujan. Hawanya
58 sangat panas." Dia lalu menambahkan, "Esther memberitahukan kepada saya bahwa
kau sakit." Esther adalah pembantu Nyonya Bantry dan juga sebagai penghubung antara Nyonya
Bantry dengan desa. "Saya senang bahwa itu tidak benar."
"Saya hanya sedikit capai," kata Nona Marple. "Menurut Dokter Haydock, saya
membutuhkan hawa laut. Saya sudah tentu senang sekali untuk turun ke bawah."
"O begitu, tapi kau tidak akan pergi sekarang, bukan?" kata Nyonya Bantry. "Saat
ini merupakan waktu yang terbaik buat taman batasmu berbunga."
"Dokter Haydock berpendapat bahwa hal itu perlu."
"Ya, memang Dr. Haydock tidak setolol dokter-dokter lainnya." Diakui oleh Nyonya
Bantry dengan enggan. "Dolly, saya ingin tahu mengenai kokimu itu."
"Koki yang mana" Apakah kau memerlukan seorang koki" Yang kau maksudkan bukan
perempuan peminum itu, bukan?"
"Bukan..... bukan. Yang saya maksudkan itu lo...
yang bisa membuat kue-kue yang enak, yang suaminya menjadi kepala pelayan."
"Ooo... jadi yang kaumaksudkan adalah keluarga Mock Turtle," kata Nyonya Bantry
dengan cepat mengenalnya. "Perempuannya yang mempunyai suara menyedihkan, yang
seakan-akan mau menangis. Dia memang seorang koki yang baik. Suaminya gendut dan
pemalas. Arthur, suaminya selalu mengatakan bahwa istrinya telah mencampur
wiskinya dengan air. Saya tidak tahu apakah itu betul atau tidak. Sayangnya lagi
bahwa di antara suami-istri selalu saja ada pihak yang tidak menyenangkan.
Setelah mereka menerima warisan dari majikannya yang dahulu, mereka lalu pergi
dan membuka sebuah rumah penginapan di pantai selatan.
59 "Mereka itulah yang saya maksudkan. Bukankah tempatnya itu di Dillmouth?"
"Betul. Alamatnya Se Parade no. 14 Dillmouth."
"Saya teringat kepada mereka, karena Dokter Haydock menyarankan kepada saya
untuk pergi ke pantai. Mungkin saya akan mendatangi mereka.... apakah nama mereka,
Saunders?" "Ya, betul. Itu ide yang baik sekali, Jane. Kau tidak dapat berbuat lebih baik
lagi daripada itu. Nyonya Saunders tentu akan melayani kamu dengan baik-baik,
apalagi sekarang belum musimnya penginapan mereka penuh. Mereka pasti akan
senang sekali untuk menerima kau dan pasti mereka tidak akan menarik pembayaran
yang tinggi. Dengan masakannya yang enak dan hawa laut yang segar, kau pasti
akan cepat sembuh kembali."
"Terima kasih, Dolly," kata Nona Marple, "itulah, apa yang saya harapkan akan
dapat." LATIHAN MEMBONGKAR SUATU KEJAHATAN
"ADA di mana mayat itu menurut perkiraanmu" Kira-kira di sini?" tanya Giles.
Giles dan Gwenda sedang berdiri di halaman muka dari Hillside.
Mereka kembali kemarin malam dan Giles saat ini sudah siap untuk bekerja. Dia
kelihatannya gembira sekali, seperti anak kecil mendapat mainan baru.
"Ya, kira-kira di situ," kata Gwenda. Dia lalu naik ke atas dan melihat ke bawah
dengan sungguh-sungguh. "Ya......saya pikir kurang lebih di situ."
"Coba kau membungkuk,," kata Giles, "ingat pada saat itu kau berumur kurang
lebih tiga tahun." Gwenda menurut dan membungkuk.
"Apakah kau benar-benar tidak melihat orang yang mengeluarkan kata-kata itu?"
"Saya tidak ingat melihat dia. Dia mestinya pada ketika itu agak jauh ke
belakang.... ya kira-kira di situ. Saya hanya dapat melihat......melihat cakarnya."
"Cakarnya?" pikir Giles.
"Yang" saya lihat cakar. Cakar yang berwarna kelabu bukan tangan manusia." Giles
memperhatikannya dengan sangsi.
61 "Kelihatannya kau agak sedikit mengkhayal untuk ini."
Dengan pelan-pelan Gwenda berkata,
"Apakah kau tidak pernah berpikir bahwa semuanya ini adalah khayalan saya"
Kauketahui, bahwa saya sudah memikirkannya dan ada kemungkinan seluruhnya bagi
saya adalah sebuah mimpi. Ini mungkin, dan mungkin ini hanya mimpi seorang anak
kecil, yang sangat menakutkannya dan yang kemudian terus diingatnya.
Apakah kau tidak berpendapat bahwa itu adalah-suatu penjelasan yang masuk akal"
Pendapat ini timbul karena tidak seorang pun di Dillmouth yang mempunyai
keterangan sedikit pun bahwa di sana pernah terjadi pembunuhan atau kematian
yang mendadak atau ada orang yang hilang atau sesuatu yang aneh dengan rumah
ini." Giles tampaknya seperti anak kecil yang mainannya diambil kembali.
"Saya juga berpendapat bahwa ini hanya sebuah mimpi yang buruk."
Dia mengakui dengan segan. Tetapi kemudian wajahnya mendadak bersinar kembali.
"Tidak! Tidak mungkin." katanya, "saya tidak percaya. Kau bisa saja memimpikan
cakar monyet atau seseorang yang mati... akan tetapi saya berani bertaruh bahwa
tidak mungkin kau dalam mimpi bisa menyebutkan kalimat-kalimat dari The Duchess
of Malfi itu!" "Mungkin saja saya mendengar dari seseorang kata-kata itu dan lalu
memimpikannya." "Saya kira tidak semua anak kecil bisa berbuat begitu. Tidak, kecuali keadaanmu
ketika itu tertekan..... dan jika memang demikian halnya, kita
akan memulai dari permulaan lagi.....tunggu, saya
menemukannya. Yang kaumimpikan adalah cakar. Kau melihat tubuh seseorang dan
kemudian kau bermimpi yang tidak enak mengenai itu, dan dalam
62 mimpi itu kau juga melihat cakar monyet yang melambai-lambai.... mungkin kau takut
kepada monyet." Gwenda melihat kepadanya dengan ragu-ragu, lalu berkata dengan pelan-pelan,
"Saya kira barangkali begitu....."
"Yang saya harapkan supaya kauingat lebih banyak.... turunlah ke serambi ini.
Tutup matamu, lalu pikirkan.... barangkali ada sesuatu yang bisa kauingat
kembali." * "Tidak bisa Giles.... kalau saya paksakan untuk memikirkannya terus, maka
semuanya malah lenyap.... Yang saya rasa sekarang, saya mulai sangsi apakah saya
benar-benar melihat semuanya itu. Mungkin pada malam di teater itu saya hanya ?mengalami gelombang kejutan jiwa saja."
"Tidak bisa. Pasti ada sesuatu. Begitu pula dengan pendapat Nona Marple.
Bagaimana dengan Helen" Seharusnya kau ingat sesuatu mengenai Helen?"
"Saya tidak ingat apa-apa sama sekali mengenai dirinya. Yang saya ingat hanya
namanya saja. Dan namanya itu pasti Helen."
Gwenda tampaknya berkeras kepala dan yakin dalam hal ini.
"Tapi kalau kau yakin bahwa perempuan itu Helen, seharusnya kau mengetahui
sesuatu mengenai dirinya," kata Giles masuk akal.
"Apakah kau pernah kenal dengannya" Di mana tempat tinggalnya" Atau di sinikah
rumahnya?" "Sudah saya katakan kepadamu, saya tidak tahu!" kata Gwenda dengan tampang
tegang dan gugup. Giles lalu mempergunakan cara lain.
"Siapa yang kamu ingat" Barangkali ayahmu?"
"Tidak, saya tidak ingat. Yang saya maksudkan, bahwa saya tidak dapat
mengatakannya dengan jelas. Di sana selalu ada sebuah potret dan Bibi Ali 63 son biasanya mengatakan, 'Ini ayahmu'. Saya tidak Ingat kepadanya di sini, di
rumah ini." "Barangkali kauingat pelayan, juru rawat atau lainnya?"
"Tidak......tidak. Lebih keras saya untuk berusaha mengingatnya, hasilnya malah
makin kosong. Semua yang saya ketahui adalah diluar kesadaran saya.... misalnya
ketika saya berjalan secara otomatis ke pintu itu. Padahal saya tidak pernah
ingat ada pintu di situ. Mungkin.....mungkin kalau kau tidak
mengganggu saya, Giles, segala sesuatu akan kembali lagi dalam ingatan.
Bagaimanapun usaha-usaha untuk mengetahui lebih banyak mengenai soal ini, tidak
akan memberi harapan. Ini telah terjadi lama sekali dahulu."
"Sudah tentu ini semua tidak sia-sia.... juga Nona Marple yang tua itu
membenarkannya." "Ia tidak membantu kita dengan cara bagaimana kita harus bertindak," kata
Gwenda, "sedangkan saya mempunyai perasaan dengan melihat matanya bahwa ia
mempunyai beberapa pendapat. Saya ingin tahu apa yang akan dilakukannya."
"Saya kira dia tidak akan menempuh jalan yang tidak kita setujui," kata Giles
dengan tegas. "Kita harus berhenti dengan jalan spekulasi ini, Gwenda, dan mulai
berpikir dengan cara yang teratur. Sejak kita mulai bertindak, saya sudah
melihat daftar kematian di kepasturan. Tidak terdapat nama Helen dengan umur
yang sama. Tampaknya pada saat itu tidak ada seorang pun yang bernama Helen.
Yang paling dekat adalah Ellen Plugg yang berumur sembilan puluh empat. Sekarang
sebaiknya kita memikirkan pendekatan yang lebih menguntungkan. Kalau ayah atau
mungkin juga ibu tirimu pernah tinggal di sini, tentunya mereka telah membeli
atau menyewa rumah ini."
"Menurut Foster si tukang kebun itu, keluarga Elworthy mendiami rumah ini
sebelum Hengrave 64 dan sebelumnya mereka adalah Nyonya Findeyson. Tidak ada orang lain lagi."
"Ayahmu mungkin membelinya dan mendiaminya untuk sementara waktu..... dan kemudian
menjualnya lagi. Akan tetapi menurut pendapat saya, kemungkinan besar dia hanya
menyewanya saja...... dan mungkin dia menyewanya bersama perabotannya. Kalau begitu
sebaiknya kita menghubungi para1 agen rumah."
Untuk pergi ke agen-agen rumah itu tidak memakan waktu lama.
Di Dillmouth hanya ada dua agen rumah. Perusahaan Wilkinson adalah perusahaan
baru. Mereka mulai berusaha sebelas tahun yang lalu. Mereka sebagian besar
menangani bungalow dan rumah-rumah baru di pinggiran kota. Agen rumah lainnya
ialah Galbraith dan Penderley dari siapa Gwenda membeli rumah ini. Sesudah
mereka menemui agen rumah itu, Giles mulai berceritera.
Dia dengan istrinya secara keseluruhan sangat senang untuk tinggal di Dillmouth.
Gwenda bani saja menyadari, bahwa dia di masa kecilnya pernah di Hillside. Dia
masih mempunyai kenang-kenangan yang samar-samar mengenai tempat ini, bahwa
Hillside sebenarnya rumah di mana dahulu ia pernah tinggal, akan tetapi ia tetap
merasa kurang yakin, benar. Apakah mereka mempunyai catatan mengenai rumah yang
pernah disewa oleh Mayor Halliday" Dan ini kira-kira delapan belas atau sembilan
belas tahun yang. lalu.....
Tuan Penderley dengan menggerakkan tangannya meminta maaf.
"Saya tidak mungkin memberikan keterangannya kepada Anda, Tuan Reed. Catatancatatan saya tidak sejauh itu, tidak oleh karena disewakan dengan perabotannya
atau karena hanya untuk jangka pendek. Sayang saya tidak dapat menolong Anda,
Tuan Reed. Sebenarnya kalau klerk kami
65 yang tua, Tuan Narracott masih hidup, dia meninggal pada musim salju yang lalu,
dia mungkin dapat membantu Anda. Dia mempunyai ingatan yang istimewa dan benarbenar luar biasa. Dia bekerja dalam perusahaan ini selama tiga puluh tahun."
"Tidak ada orang lain yang mungkin masih i-ngat?"
"Staf kami rata-rata masih muda. Mungkin Tuan Galbraith sendiri yang tertua. Dia
telah pensiun beberapa tahun yang lalu."
"Mungkin saya bisa menanyakan kepadanya," kata Gwenda.
"Ya, saya sendiri tidak mengetahui apakah dia
tahu atau tidak mengenai persoalan itu....." Tuan
Penderley meragukannya. "Tahun yang lalu ia mendapat serangan jantung. Keadaannya sangat menyedihkan.
Umurnya sudah lebih dari delapan puluh."
"Apakah rumahnya di Dillmouth?"
"Ya, di Calcutta Lodge. Sebuah rumah yang mungil di pinggir jalan. Akan tetapi
saya masih menyangsikan....."
n "Harapannya tipis," kata Giles kepada Gwenda.
"Akan tetapi kita tidak tahu dengan pasti. Sebaiknya kita tidak mengirim surat
kepadanya, tapi kita pergi saja ke sana dan mempengaruhi mereka dengan
kewibawaan kita." Calcutta Lodge itu dikelilingi oleh sebuah taman yang bersih, dan kamar tamunya
di mana mereka dipersilakan masuk, juga bersih tapi agak kebanyakan perabotan.
Ruangan ini berbau lilin lebah dan obat pembersih. Perabotan dari kuningan
semuanya mengkilap. Jendela-jendelanya penuh dengan bunga-bunga.
66 Seorang wanita setengah umur dengan mata curiga masuk ke dalam kamar. Giles lalu
menerangkan maksud kedatangan mereka, yang sekonyong-konyong merubah wajah Nona
Galbraith. "Maafkan saya, saya benar-benar tidak dapat membantu Anda," katanya, "itu sudah
lama sekali." "Mungkin Anda masih ingat sedikit," kata Gwenda.
"Memang betul, tapi mengenai diri saya sendiri, saya sudah tidak ingat lagi.
Tidak, saya tidak tahu, karena saya tidak ada hubungan dengan perusahaan. Kata
Anda namanya Mayor Halliday" Tidak, saya belum pernah menjumpai seorang pun di
Dillmouth yang mempunyai nama itu."
"Ayah Anda mungkin masih ingat," kata Gwenda.
"Ayah saya?" Nona Galbraith lalu menggelengkan kepalanya.
"Dia sekarang sudah tidak ada perhatiannya lagi dan juga ingatannya sekarang
sudah kabur." Gwenda memperhatikan sebuah meja dari kuningan yang dibuat di Benares, India,
dan sekelompok gajah-gajahan dari kayu ebonit yang berada di atasnya.
"Saya kira menurut saya beliau masih ingat," kata Gwenda, "karena kelihatannya
ayah Anda baru datang dari India. Rumah Anda ini namanya Calcutta Lodge, bukan?"
Dia lalu berhenti sebentar seakan-akan bertanya.
"Ya betul," kata Nona Galbraith. "Ayah pernah pergi ke Calcutta, dan berusaha di
sana. Kemudian pecah perang dan pada tahun sembilan belas dua puluh dia masuk ke
dalam perusahaan ini. Akan tetapi dia selalu ingin kembali ke India. Dia selalu
mengatakan itu. Tapi Ibu tidak menyukai negara asing.... dan sudah tentu hawanya
tidak dapat dikatakan sehat. Saya sendiri tidak mengetahui bahwa
67 pada saat di India itu merupakan hari-hari yang bahagia baginya...."
Nona Galbraith lalu membawa mereka berdua ke dalam kamar kerja yang kecil. Di
sana, di atas kursi kulit besar duduk seorang tua yang besar badannya seperti
binatang laut. Dia lalu miring sedikit. Dia memperhatikan Gwenda dengan seksama
pada waktu anaknya memperkenalkan mereka.


Pembunuhan Terpendam Sleeping Murder Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ingatan saya sudah tidak sebagaimana biasanya lagi," katanya perlahan,
"Halliday kata Anda" Tidak, saya sudah tidak ingat lagi nama itu. Saya kenal
seorang pemuda di sekolah di Yorkshire.... akan tetapi itu sudah tujuh puluh tahun
yang lalu." "Menurut kami mungkin, mungkin dia yang menyewa Hillside."
"Hillside" Namanya Hillside ketika itu?" Tuan Galbraith matanya berkedip-kedip.
"Findeyson tinggal di sana. Seorang wanita yang baik."
"Mungkin ayah saya menyewa rumah itu bersama perabotannya, ketika itu dia baru
datang dari India." "India" India kata Anda" Saya ingat seorang militer. Saya juga kenal dengan
Mohammed Hassan yang tua dan nakal itu, yang menipu saya dengan beberapa
permadani murah. Orang militer itu mempunyai seorang istri yang muda.... dan
bayi.... perempuan."
"Bayi perempuan itu adalah saya," kata Gwenda dengan pasti.
"Memang benar. Waktu sangat cepat berlalu. Apakah namanya" Ia menghendaki sebuah
rumah bersama perabotannya. Nyonya Findeyson ketika itu diperintahkan untuk
pergi ke Mesir atau tempat lain selama musim dingin. Semua itu saya kira
perbuatan tolol saja. Sekarang.... siapa nama orang militer itu?"
"Halliday," kata Gwenda.
68 "Benar, benar itu namanya, Sayang.....Halliday,
Mayor Halliday. Orangnya baik. Istrinya cantik sekali.... masih muda sekali.... dan
rambutnya berwarna pirang. Senang sekali untuk dekat dengan pasangan seperti
mereka itu. Istrinya cantik sekali."
"Istrinya itu namanya siapa?"
"Saya tidak tahu. Tapi Anda tidak serupa dengannya."
Gwenda hampir saja berkata, "Perempuan itu hanya ibu tiri saya," akan tetapi
untuk tidak mempersulit persoalan, dia lalu berkata,
"Bagaimana rupanya?"
Dengan tidak disangka-sangka Tuan Galbraith malah berkata,
"Kelihatannya tampang Mayor susah, ketika itu. Kelihatannya ia ada dalam
kesusahan. Mayor itu memang orang baik. Dengan penuh perhatian ia mendengarkan
ceritera saya ketika saya katakan baru datang dari Calcutta. Tidak seperti
orang-orang yang berada di sini ketika itu. Cara berpikir mereka sempit karena
tidak pernah meninggalkan Inggris. Sekarang saya sudah melihat dunia. Apa nama
tempat itu" Orang militer itu memerlukan rumah bersama perabotannya?"
Tuan Galbraith saat itu persis seperti sebuah gramopon tua yang berulang-ulang
mengulangi lagu lama. "St. Catherine! Ya, itulah namanya. Ia menyewa
St. Catherine ...... enam guines seminggunya...
selama Nyonya Findeyson berada di Mesir. Ia meninggal di sana, kasihan. Rumahnya
dilelang.... siapa yang membelinya" Elworthys yang membelinya.... mereka, terdiri
dari beberapa orang perempuan... masih bersaudara. Rumah itu, namanya lalu mereka
robah.... karena kata mereka St. Catherine agak terlalu berbau agama. Mereka
kurang menyenangi segala sesuatu yang berbau Paus karena bia-69
sanya menyiarkan risalah-risalah agama. Perempuan-perempuan itu hanya wanita
biasa.... mereka suka memperhatikan penghidupan kaum pribumi. Mereka mengirim
pakaian dan kitab-kitab suci. Mereka berusaha sekerasnya untuk merubah
kepercayaan orang-orang yang menyembah berhala."
Tuan Galbraith, mendadak menghela nafas. Lalu bersandar pada kursinya.
"Beberapa saat yang lalu," katanya agak sedikit cerewet, "tidak ingat lagi
namanya. Orang itu dari India.... orang baik......saya lelah Gladys. Saya mau
teh." , Giles dan Gwenda mengucapkan terima kasih kepadanya dan putrinya, setelan itu
mereka segera meninggalkan mereka.
"Jadi sudah dibuktikan," kata Gwenda, "bahwa Ayah dan saya pernah tinggal di
Hillside. Sekarang apa yang akan kita kerjakan?"
"Saya benar-benar orang tolol," kata Giles. "Sommerset House."
"Ada apa dengan Sommerset House?" tanya Gwenda.
"Itu adalah nama kantor pendaftaran. Di situ dapat diketahui semua catatan
perkawinan-perka-winan. Saya akan ke sana untuk mengetahui perkawinan ayahmu.
Menurut bibimu, ayahmu kawin dengan istrinya yang kedua, segera setelah mereka
tiba di Inggris. Apakah kau tidak melihat, Gwenda. Sebenarnya perkawinan seperti
ini sering terjadi sebelumnya dan juga besar kemungkinannya, bahwa yang bernama
Helen itu masih satu keluarga dengan ibumu atau...... mungkin juga adiknya.
Bagaimanapun kalau nama kecilnya sudah kita ketahui, kita pasti bisa menemukan
seseorang yang mengetahui riwayat Hillside. Ingat orang tua itu berkata bahwa
mereka menghendaki sebuah rumah di Dillmouth, supaya dapat dekat orang-orangnya
70 Nyonya Halliday. Kalau orang-orangnya itu hidup di dekat rumah mereka, mungkin
kita akan mendapatkan sesuatu."
m Giles berpendapat tidak perlu untuk pergi ke London. Walaupun sebenarnya
pembawaannya yang penuh dengan semangat itu lebih cenderung untuk pergi ke sanake mari dan selalu ingin mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Dia setuju,
bahwa untuk pertanyaan yang biasa dapat diwakilkan kepada istrinya. Untuk
keperluannya itu, ia lalu mengadakan hubungan telepon interlokal.
"Saya sudah dapat," katanya dengan gembira ketika jawaban yang ditunggu-tunggu
datang. Pada surat yang ditujukan kepadanya, ia juga mendapatkan salinan dari surat
perkawinan ayah Gwenda. "Ini dia, Gwenda. Jum'at, Agustus tanggal 7. Kantor Pendaftaran Perkawinan,
Kensington. Kelvin James Halliday kawin dengan Helen Spenlove Kennedy."
Mendengar itu Gwenda berteriak. "Helen?"
Mereka lalu saling berpandangan. Giles lalu berkata dengan perlahan, "Tapi....
tapi.... ini pasti bukan dia. Yang saya maksudkan bahwa mereka sudah bercerai dan
lalu istri keduanya ini kawin lagi dengan orang lain dan.....setelah itu ia
kemudian pergi." "Kita tidak pernah tahu," kata Gwenda, "bahwa istri keduanya ini pergi...."
Dia lalu melihat lagi ke surat itu di mana tertulis dengan jelas; Helen Spenlove
Kennedy. Helen..... Bab 7 DR. KENNEDY BEBERAPA hari kemudian, Gwenda jalan-jalan di taman terbuka, di mana anginnya
sangat keras. Mendadak ia berhenti dekat tempat berlindung dari gelas, yang
dibuat oleh sebuah perusahaan untuk tempat berlindung para pengunjung.
"Nona Marple!?" katanya berteriak dengan heran.
Orang yang ditegurnya benar-benar Nona Marple, yang memakai baju tebal dan
dibalut syal. "Anda tentu sangat heran, menemukan saya di sini," kata Nona Marple dengan
cepat. "Dokter menasehatkan untuk mencari perobahan suasana di pantai, dan
Dillmouth sangat menarik. Sehingga saya mengambil keputusan untuk pergi ke sini...
khususnya lagi ada koki dan pelayan teman saya yang menerima orang-orang
indekos." "Kenapa Anda tidak mengunjungi kami?" tanya Gwenda.
"Orang tua suka menyusahkan, Sayang. Anak-anak muda yang baru kawin sebaiknya
jangan diganggu." Dia lalu menertawakan protesnya Gwenda. "Saya yakin bahwa \nda
berdua akan menerima saya dengan senang hati. Bagaimana keadaan
72 Anda berdua" Dan apakah kemajuannya dari misteri Anda?"
"Kami mendapatkan kemajuan," kata Gwenda sambil duduk di sampingnya. Gwenda lalu
menceriterakan kepadanya hasil dari penyelidikannya sampai saat ini.
"Dan sekarang kami sudah memasang iklan di banyak surat kabar lokal, Times dan
beberapa surat kabar yang besar. Kita minta supaya siapa saja yang mengetahui
tentang Helen Spenlove Halliday dari keluarga Kennedy supaya menghubungi kami.
Saya kira, kami akan menerima beberapa jawaban, bukan?"
"Saya juga berpendapat begitu, Sayang."
Suara Nona Marple tenang seperti biasanya, akan tetapi tampaknya ia agak cemas.
Dia menghargai tindakan-tindakan wanita yang duduk di sebelahnya. Suaranya yang
gembira itu seperti dibuat-buat. Menurut pendapat Nona Marple, tampaknya Gwenda
sedang susah. Yang dimaksud oleh Dokter Haydock dengan kata-kata keterlibatan
kelihatannya sudah mulai mempengaruhi Gwenda. Ya, dan sekarang mereka sudah
terlalu jauh terlibat, untuk dapat mengundurkan diri.....
Nona Marple berkata dengan halus dan minta maaf,
"Saya sangat memperhatikan persoalan ini. Penghidupan saya seperti Anda ketahui,
kurang menggairahkan. Saya harap Anda tidak berpendapat, bahwa saya terlalu
banyak ingin mengetahui, kalau boleh saya tahu sudah sampai di mana kemajuan
Anda?" "Sudah tentu kami akan memberitahukannya kepada Anda," kata Gwenda dengan senang
hati. "Dalam semua kegiatan Anda akan diikutsertakan. Akan tetapi untuk Anda,
saya sebaiknya minta kepada dokter untuk menutup saya di salah satu rumah kecil
dan sepi. Beritahukan kepada saya
73 alamat Anda di sini dan nanti harap datang untuk minum teh bersama sambil
melihat rumahnya. Anda tentunya ingin melihat-tempat terjadinya kejahatan itu,
bukan?" Dengan agak gugup Nona Marple tertawa.
Waktu Nona Marple pulang, dia menggelengkan kepalanya, pelan-pelan sambil
mengerutkan keningnya. II Gile9 dan Gwenda setiap harinya menunggu tukang pos, akan tetapi harapan mereka
selalu dikecewakan. Mereka menerima dua surat dari detektif yang menyatakan
kesediaannya untuk mengadakan penyelidikan untuk keperluan mereka.
"Masih banyak waktu untuk mereka," kata Giles, "juga kalau kita memerlukan
seorang penyelidik, maka saya akan mengambil dari sebuah biro detektif yang
kelas satu, dan yang tidak melamar dari iklan kita. Akan tetapi saya dapat
melihat bahwa mereka-dapat mengerjakan sesuatu yang tidak dapat kita perbuat."
Harapan baiknya (atau harga dirinya) menjadi kenyataan beberapa hari kemudian.
Sebuah surat diterima. Surat itu ditulis dengan tangan yang jelas tapi sulit
dibaca. Tulisan macam begini biasanya tulisan orang-orang ahli.
Galls Hill Woodleigh Bolton
Tuan yang terhormat, Menjawab iklan Tuan dalam Times. Helen Spenlove Kennedy adalah saudara perempuan
saya. Saya telah kehilangan kontak dengannya untuk beli
berapa tahun dan akan sangat gembira sekali untuk mendapatkan berita mengenai
dirinya. Dari, James Kennedy, M.D. "Woodley Bolton," kata Giles. "Tempat itu tidak terlalu jauh. Di Woodley Camp
sering diadakan piknik. Dekat padang rumput. Kurang lebih tiga puluh mil dari
sini. Kita akan menulis surat kepada Dr. Kennedy dan menanyakan kepadanya apakah
kita boleh datang mengunjunginya atau mungkin ia akan lebih senang untuk
mengunjungi kita." Dari Dr. Kennedy telah diterima jawaban, bahwa dia bersedia untuk menerima
mereka berdua pada hari Rabu yang akan datang dan pada hari itu mereka
mengunjunginya. Woodley Bolton adalah sebuah desa yang letaknya dekat bukit dan Galls Hill
adalah sebuah rumah yang letaknya paling tinggi di puncak lereng bukit dengan
pemandangan Woodley Camp dan padang rumput di tepi laut.
"Tempat yang tidak menyenangkan dan dingin," kata Gwenda sambil menggigil.
Rumahnya tidak menarik dan tampaknya Dr. Kennedy telah melengkapi ruanganruangan dengan alat pemanas modern dan alat-alat lain yang modern. Perempuan
yang membukakan pintu, agak hitam dan sikapnya tidak menyenangkan. Dia membawa
mereka berdua melalui halaman yang kosong ke kamar kerja di mana Dr. Kennedy
menerima mereka. Kamar kerja Dr. Kennedy itu panjang dan tinggi dengan lemari-lemari yang penuh
dengan buku-buku. Dr. Kennedy orangnya sudah tua. Rambutnya sudah putih dengan mata yang licik dan
alis mata 75 yang tebal-Dia mengamati mereka berdua dengan tajam.
"Tuan dan Nyonya Reed" Duduklah di sini, Nyonya Reed. Kursi ini yang paling
menyenangkan. Nah, sekarang apa persoalannya?"
Giles dengan lancar mengemukakan masalahnya yang telah diaturnya terlebih
dahulu. Dia dan istrinya baru kawin di Selandia Baru. Mereka mengunjungi Inggris, di
mana istrinya untuk waktu yang singkat pernah berdiam, dan berusaha menghubungi
teman-teman lama dari keluarganya dan kenalan-kenalan. Dr. Kennedy bersikap kaku
dan tidak ramah. Dia menghormatinya, akan tetapi dia tidak senang dengan adanya
hubungan kekeluargaan yang sentimentil seperti di jaman dahulu.
"Jadi Anda mengira, bahwa saudara perempuan saya, saudara tiri saya dan mungkin
juga saya sendiri, adalah kenalan Anda?" dia bertanya kepada Gwenda dengan cara
yang tidak bersahabat. "Dia adalah ibu tiri saya," kata Gwenda. "Dan dia adalah istri kedua ayah saya.
Saya sudah tidak ingat lagi kepadanya. Ini tentu karena saya masih kecil sekali
pada waktu itu. Nama famili saya adalah Halliday."
Dr. Kennedy memandangnya... dan kemudian tertawa. Seketika itu juga ia menjadi
orang lain, yang sikapnya tidak kaku lagi.
"Oh, Tuhan," katanya, "jangan katakan kepada saya bahwa Anda adalah Gwennie."
Gwenda dengan senang hati mengangguk. Nama kecilnya sendiri sudah lama
dilupakan. Terdengarnya penuh dengan keakraban.
"Ya," katanya, "Saya adalah Gwennie."
"Masa Allah. Sudah besar dan sudah kawin lagi. Waktu cepat sekali berlalunya.
Ini mestinya terjadi lebih dari lima belas tahun yang lalu. Saya kira Anda tidak
mengenal saya?" 76 Gwenda menggelengkan kepalanya.
"Saya pun tidak mengenal ayah saya. Yang saya maksudkan, semuanya kelihatannya
samar-samar." "Memang betul, istri pertama Halliday asalnya dari Selandia Baru. Saya masih
ingat ia memberitahukannya kepada saya. Suatu negara yang bagus."
"Negara yang tercantik di dunia... akan tetapi saya juga sangat menyenangi
Inggris." "Hanya mengunjungi.... atau mau menetap di sini?" Dia lalu membunyikan bel. "Untuk
pertemuan ini sebaiknya kita minum teh."
Pada saat perempuan besar itu datang, dia berkata, "Sediakan teh dan roti
panggang dengan mentega atau kue-kue lainnya."
Pelayan yang ramah itu melihatnya dengan sengit, akan tetapi dia berkata, "Ya,
Tuan," dan pergi. "Biasanya saya tidak minum teh," kata Dr. Kennedy, "akan tetapi kita harus
merayakannya." "Anda baik sekali," kata Gwenda. "Tidak, kami tidak mengadakan kunjungan. Kami
sudah membeli rumah," dia berhenti sebentar dan menambahkan, "Hillside."
Dr. Kennedy berkata dengan pelahan.
"O, ya. Di Dillmouth. Anda menulis dari sana."
"Ini adalah kebetulan yang luar biasa," kata Gwenda, "bukankah begitu, Giles?"
"Memang begitu," kata Giles, "ini benar-benar mengejutkan sekali."
"Rumah itu dahulu dijual," kata Gwenda, dan menambahkan di hadapan Dr. Kennedy
yang tampaknya tidak mengerti, "ini rumah yang sama, yang dahulu pernah kita
diami." Dr. Kennedy berkerut. "Hillside" Ya... benar. Saya mendengar bahwa namanya telah
dirobah. Biasanya disebut St... ini atau itu... kalau benar itu
77 rumahnya.....yang letaknya di Jalan Leahampton,
yang di sisi kanannya turun ke kota?" "Ya, betul."
"Jadi memang betul itu. Lucu sekali kita sering melupakan nama-nama. St.
Catherine... itulah namanya."
"Dan saya pernah tinggal di sana, bukan?" kata Gwenda.
"Ya, memang Anda pernah di sana." Dia memandangnya dengan senang. "Mengapa Anda
ingin kembali ke sana" Anda tidak dapat mengingatnya banyak, bukan?"
"Tidak. Akan tetapi bagaimanapun saya merasa kerasan di rumah itu."
"Kerasan," Dr. Kennedy mengulangi. Perkataan itu tidak.mengandung perasaan apaapa, akan tetapi Giles mendadak bertanya dalam hatinya apakah yang sedang
dipikirkan oleh Dokter Kennedy.
"Sekarang," kata Gwenda, "saya harapkan Anda untuk menceriterakan semuanya
kepada saya.... "mengenai ayah saya dan Helen......" dan dia
mengakhiri kata-katanya dengan lemah, dan semuanya."
Dr. Kennedy melihat kepadanya dengan termenung.


Pembunuhan Terpendam Sleeping Murder Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Saya menduga bahwa mereka tidak mengetahui banyak... mengenai Selandia Baru. Dan
juga untuk apa" Tidak banyak yang dapat saya ceriterakan mengenai Helen....
saudara saya... ia kembali dari India dengan kapal yang sama dengan ayahmu. Ayahmu
seorang duda dengan seorang anak perempuan yang masih kecil. Helen kasihan
kepadanya atau jatuh cinta. Sedangkan ayahmu kesepian atau jatuh cinta kepada
Helen. Sulit sekali untuk mengikuti perkembangan keadaan. Mereka kemudian kawin
di London, dan mengunjungi saya di Dillmouth. Saya ketika itu membuka praktek di
78 sana. Tampaknya Kelvin Halliday adalah orang baik, agak gugup dan tidak
bergairah, akan tetapi mereka tampaknya berbahagia." Dia diam sebentar sebelum
berkata, "Akan tetapi "dalam waktu kurang dari satu tahun, Helen kemudian
melarikan diri dengan orang lain. Mungkin Anda mengetahui mengenai hal itu?"
"Dengan siapa dia melarikan diri?" tanya Gwenda.
Dokter Kennedy memperhatikan Gwenda dengan matanya yang cerdik.
"Dia tidak memberitahukannya kepada sava," "katanya, "saya bukan kepercayaannya.
Saya lihat... dengan tidak disengaja... bahwa ada percekcokan di antara mereka. Saya
tidak tahu mengapa. Saya selalu terus terang.... semuanya itu mungkin ada sangkut
pautnya dengan kesetiaan dalam perkawinan. Helen tidak menghendaki saya
mengetahui apa yang telah terjadi. Saya mendengarkan desas-desus... akan tetapi
tidak disebut nama khusus. Mereka sering menerima tamu-tamu yang menginap di
rumah mereka, yang datang dari London atau daerah lain di Inggris. Jadi mungkin
salah satu dari mereka itu."
"Kemudian, apakah tidak ada perceraian?"
"Helen tidak menghendaki perceraian. Mengenai itu Kelvin memberitahukan kepada
saya. Itulah sebabnya, saya membayangkan, bahwa persoalan ini menyangkut diri
seorang laki-laki yang sudah kawin. Meskipun dugaan saya ini mungkin salah."
"Dan ayah saya bagaimana?"
"Dia juga tidak menghendaki perceraian," kata Dokter Kennedy dengan singkat.
"Ceriterakanlah mengenai ayah saya," kata Gwenda, "mengapa ia mendadak
memutuskan untuk mengirim saya ke Selandia Baru?"
79 Kennedy berhenti sebentar, sebelum berkata,
"Saya kira karena sanak saudara Anda di sana mendesaknya. Sesudah perkawinannya
yang kedua hancur, dia kemudian mungkin berpendapat, bahwa keputusan itulah yang
terbaik." "Mengapa tidak dia sendiri yang mengantarkan saya ke sana?"
Dokter Kennedy melihat kepada selubung corong asap, agaknya ia mencari alat
pembersih pipanya. "O, mengenai itu saya tidak tahu.... tapi ketika itu keadaan kesehatannya tidak
begitu baik." Pintu kamar terbuka dan pelayan, yang merasa dihina itu, muncul dengan baki
penuh dengan isi. Ada roti panggang dengan mentega dan selai, tapi tidak ada
kuenya. Dr. Kennedy minta kepada Gwenda untuk menuangkan teh. Dia mengerjakan itu.
Sesudah cangkir-cangkir diisi dan dibagikan, Gwenda lalu mengambil sepotong roti
bakar. Lalu Dokter Kennedy berkata dengan gaya gembira yang dipaksakan,
"Ceriterakan kepada saya, rumah itu telah Anda apakan" Banyak mengadakan
perobahan dan perbaikan" Saya rasa, saya tidak akan mengenalnya kembali
sekarang, sesudah Anda berdua menyelesaikannya.'.'
"Kami berdua, sangat senang dengan kamar mandinya," diakui Giles. Gwenda menatap
Dokter, dan berkata, "Apakah yang menyebabkan kematian ayah saya?"
"Saya benar-benar tidak dapat mengatakannya. Seperti yang saya katakan, keadaan
kesehatannya ketika itu kurang baik. Dan akhirnya dia masuk sanatorium.... yang
letaknya di pantai Timur."
Tampak dengan jelas padanya ada usaha untuk menghindari hal ini dalam caranya.
Giles. dan Gwenda sekilas saling memperhatikan.
80 "Sedikitnya, Anda dapat memberitahukan kepada kami, di mana dia dimakamkan"
Gwenda, sangat mengharap dapat berziarah di makamnya."
Dr. Kennedy membungkuk di tempat perapian dan membersihkan pipanya dengan pisau
kecil. "Tahukah kalian berdua," katanya dengan tidak jelas, "saya berpendapat, bahwa
sebaiknya, saya tidak terlalu banyak membicarakan soal-soal yang telah lalu.
Mengagungkan leluhur kita.... adalah suatu kesalahan. Yang penting ialah, hari
depan kita. Di sini Anda berada berdua, sehat dan muda, dengan dunia di muka
Anda. Berpikirlah ke depan. Tidak ada perlunya meletakkan karangan bunga di atas
makam seseorang yang hampir tidak dikenal oleh Anda. Ini untuk maksud
praktisnya." Gwenda berontak dan berkata,
"Tapi, saya ingin sekali melihat makam ayah saya."
"Sayang, saya tidak dapat membantu Anda." Suara Dokter Kennedy menyenangkan tapi
dingin. "Semua itu telah terjadi beberapa tahun yang lalu dan juga karena
ingatan saya tidak seperti dahulu lagi. Saya kehilangan kontak dengan ayah Anda,
Manusia Harimau Marah 5 Satria Lonceng Dewa 3 Pangeran Bunga Bangkai Jurus Tanpa Bentuk 7

Cari Blog Ini