Ceritasilat Novel Online

Pembunuhan Di Sungai Nil 3

Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie Bagian 3


"Maaf," kata Simon pada Pennington. "Bodoh benar saya tidak
mengembalikan giliranmu."
Linnet berdiri. "Aku ngantuk. Mau tidur dulu."
"Sudah waktunya tidur," kata Kolonel Race.
"Saya juga," kata Pennington. "Ikut, Simon?"
Doyle berkata pelan-pelan, "Nanti saja. Aku ingin minum dulu."
Linnet mengangguk dan keluar. Race mengikutinya. Pennington
menghabiskan minumannya, lalu mengikuti mereka. Cornelia
memberesi bordirannya. "Jangan tidur dulu, Nona Robson," kata Jacqueline. "Saya ingin
menghabiskan malam ini. Jangan meninggalkan saya."
Cornelia duduk lagi. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Gadis-gadis harus kompak." kata Jacqueline. Dia mengangkat
kepalanya dan tertawa - sebuah tawa keras tanpa kegembiraan.
Minuman kedua datang. "Mau minum?" tanya Jacqueline.
"Tidak, terima kasih," jawab Cornelia.
Jacqueline bersandar pada kursinya. Dia menyanyi keras-keras
sekarang, "Laki laki itu dahulu kekasihnya, dan dia bersalah... "
Tuan Fanthorp membalik sebuah halaman Europe from Within.
Simon Doyle mengambil sebuah majalah. "Saya rasa saya harus
tidur," kata Cornelia. "Sudah larut malam."
"Anda tidak boleh pergi," kata Jacqueline. "Saya melarang Anda.
Ceritakan tentang diri Anda."
"Ah - Saya tak tahu. Tak banyak yang bisa diceritakan," kata
Cornelia. "Saya tinggal di rumah saja, dan tidak sering keluar. Ini
merupakan perjalanan saya yang pertama ke Eropa. Dan saya
senang sekali, saya menikmati setiap menit."
Jacqueline tertawa. "Anda seorang yang bahagia, bukan" Tuhan,
alangkah senangnya menjadi orang seperti Anda."
"Oh, benarkah" Tapi maksud saya - saya percaya - " Cornelia
merasa gugup. Nona de Bellefort terlalu banyak minum. Itu bukan
suatu yang baik di mata Cornelia. Dia telah melihat banyak
pemabuk-pemabuk wanita dalam tahun-tahun Larangan. Tetapi
ada sesuatu lainnya... Jacqueline de Bellefort berkata-kata
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
kepadanya - melihat kepadanya - tetapi Cornelia merasa bahwa
seolah-olah dia bicara dengan orang lain....
Tapi di ruangan itu hanya ada dua orang lainnya. Tuan Fanthorp
dan Tuan Doyle. Tuan Fanthorp kelihatannya asyik dengan
bukunya. Tuan Doyle kelihatan agak aneh - ada ekspresi waspada
pada wajahnya. Jacqueline berkata lagi, "Ceritakan tentang diri Anda."
Cornelia selalu menurut berusaha untuk menjawab. Dia berkata
dengan berat tentang kehidupannya sehari-hari. Dia tidak biasa
menjadi pembicara. Peranannya selalu sebagai pendengar. Tetapi
Nona de Bellefort kelihatannya ingin tahu. Ketika Cornelia habis
dengan ceritanya, Jacqueline mendesaknya dengan cepat.
"Teruskan - cerita lebih banyak."
Dan Cornelia meneruskan. ("Tentu saja Ibu sangat rapuh beberapa hari dia tidak makan apa-apa kecuali bubur - "), dengan
sadar dan sedih bahwa yang diceritakannya sama sekali tidak
menarik, tetapi dia terbujuk oleh Jacqueline yang seolah-olah
sangat tertarik. Tetapi tidakkah dia tertarik"
Tidakkah dia sedang mendengarkan sesuatu lainnya - atau
barangkali menunggu sesuatu untuk didengar" Ya, dia melihat pada
Cornelia, tapi bukankah ada orang lain yang duduk di ruangan itu"
"Tentu saja kami mendapat pelajaran kesenian yang bagus, dan
musim dingin yang lalu saya mengikuti kursus - "
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
(Pukul berapa sekarang" Tentu sudah larut malam. Dia telah bicara
dan bicara terus. Kalau saja ada sesuatu yang nyata terjadi - ).
Dan tiba-tiba, seolah-olah sebagai jawaban keinginan itu, terjadilah
sesuatu. Hanya saja, pada malam yang lembut kelihatannya wajar.
"Pijitkan bel, Simon. Aku ingin minum lagi."
Simon Doyle melihat dari balik majalahnya dan berkata dengan
pelan, "Pelayan-pelayan telah tidur lni sudah tengah malam lebih."
"Tapi aku ingin minum."
Simon berkata, "Kau sudah cukup banyak minum, Jackie."
Dia berputar menghadap Simon. "Apa perdulimu?"
Dia mengangkat bahu. Jackie memandangnya satu-dua menit. Lalu
dia berkata, "Kenapa, Simon" Kau takut?"
Simon tidak menjawab. Dengan hati-hati diambilnya lagi
majalahnya. Cornelia bergumam, "Oh - sudah begitu larut saya - harus - " Dia mulai gugup, menjatuhkan sarung jarinya.....
Jacqueline berkata, "Jangan tidur. Saya ingin ditemani seorang
wanita di sini - untuk menyokong saya."
Dia mulai tertawa lagi. "Tahukah Anda, apa yang ditakutkan Simon"
Dia takut saya akan menceritakan pada Anda tentang hidup saya."
"Oh, benarkah?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Cornelia menjadi mangsa emosi yang berbentrokan. Dia sangat
malu tetapi juga gemetar kesenangan. Alangkah - alangkah
hitamnya Simon Doyle. "Ya, ini adalah suatu cerita yang sedih," kata Jacqueline. Suaranya
yang halus bernada rendah dan mencemooh. "Dia memperlakukan
saya dengan seenaknya. Bukankah begitu, Simon?"
Simon Doyle berkata dengan kasar, "Tidurlah, Jackie. Kau mabuk."
"Kalau kau malu, Simon, keluarlah dari ruangan ini."
Simon Doyle memandangnya. Tangan yang memegang majalah itu
sedikit gemetar, tetapi dia berkata dengan terang. "Aku tidak akan
pergi," katanya. Cornelia bergumam untuk ketiga kalinya. Saya benar-benar harus
pergi tidur - ini sudah sangat larut - "
"Anda tidak boleh pergi," kata Jacqueline Tangannya terulur dan
memegang Cornelia supaya tetap duduk. "Anda harus tinggal di sini
dan mendengar apa yang akan saya katakan."
"Jackie," kata Simon dengan tajam. "Kau membodohi dirimu
sendiri! Demi Tuhan, tidurlah."
Jacqueline tiba-tiba duduk tegak di kursinya. Kata-kata keluar
menerobos dari mulutnya dengan suara halus. "Kau takut terjadi
pertengkaran, bukan" Itu karena kau orang Inggris - begitu
pendiam! Kau ingin agar aku bersikap 'sopan', bukan" Tapi aku tak
peduli apakah aku bersikap sopan atau tidak! Sebaiknya kau cepatcepat keluar dari sini - sebab aku akan berkata - banyak."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Jim Fanthorp menutup bukunya hati-hati, menguap, melihat
jamnya, berdiri dan keluar. Adegan itu tidak meyakinkan sama
sekali. Jacqueline berputar di atas kursinya dan memandang marah pada
Simon. "Kau tolol, terkutuk," katanya sengit, "kaukira kau bisa
memperlakukan aku semaumu dan lepas begitu saja?"
Simon Doyle membuka mulutnya, lalu menutup lagi. Dia duduk
diam seolah-olah berharap bahwa kemarahan Jackie akan reda
dengan sendirinya bila dia tidak memulainya.
Suara Jacqueline menjadi berat dan kacau. Hal itu menarik Cornelia
yang tidak terbiasa dengan emosi yang meluap-luap.
"Aku telah mengatakan," kata Jacqueline, "bahwa aku akan
membunuhmu secepatnya begitu aku melihatmu dengan wanita
lain. Kaukira aku hanya berpura-pura" Kau salah. Aku hanya
menunggu! Kau adalah milikku! Dengar! Kau adalah bagianku!"
Simon tidak berkata apa-apa. Tangan Jacqueline meraba-raba
pahanya. Dia membungkuk ke depan.
"Aku telah mengatakan bahwa aku akan membunuhmu dan aku
tidak main-main." Tangannya yang tiba-tiba terangkat, menggenggam sesuatu yang
berkilauan. "Aku akan menembakmu seperti seekor anjing
kotor......" Akhirnya Simon bergerak. Dia meloncat berdiri, tetapi pada saat
yang sama Jackie menarik pelatuk. Dengan setengah terhuyung
Simon jatuh ke atas kursi. Cornelia berteriak dan lari ke pintu. Jim
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Fanthorp ada di dek bersandar pada pagar. Dia memanggilnya.
"Tuan Fanthorp... Tuan Fanthorp..."
Dia lari mendekati Cornelia; dan Cornelia mencengkeramnya
ketakutan. "Dia menembaknya - oh! Dia menembaknya!"
Simon Doyle tetap terbaring seperti pada waktu jatuh di atas kursi.
Jacqueline berdiri seperti orang lumpuh. Dia sangat gemetar dan
matanya, menyala dan ketakutan, memandang noda merah yang
membasahi celana Simon di bawah lutut. Simon melekatkan sapu
tangan untuk menutupi lukanya.
Jacqueline berkata dengan suara gugup, "Aku tidak bermaksud....
Oh Tuhan, aku tidak bermaksud benar-benar...."
Pistol itu lepas dari jarinya yang gemetar di atas lantai. Dia
menyepaknya jauh jauh, dan meluncur di bawah dipan.
Simon berbisik dengan suara lemah, "Fanthorp - ada orang
datang.... Katakan bukan apa-apa - kecelakaan atau apa. Jangan
sampai ada skandal tenang hal ini."
Fanthorp mengangguk dengan penuh pengertian Dia berputar ke
pintu ketika sebuah wajah orang Nubia yang kaget muncul di situ.
Dia berkata, "Tidak apa-apa - tidak apa-apa! Hanya lelucon!"
Muka hitam itu ragu-ragu, bingung, lalu lega. Mulutnya
menyeringai lebar. Dia mengangguk dan pergi. Fanthorp kembali.
"Beres. Rasanya tak ada orang lain yang mendengar. Hanya seperti
bunyi sumbat gabus. Sekarang - "
Dia terkejut. Jacqueline tiba-tiba menangis dengan histeris.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Oh, Tuhan, lebih baik aku mati..... Aku akan bunuh diri. Lebih baik
aku mati.....Oh, apa yang telah kulakukan - apa yang telah
kulakukan?" Cornelia bergegas mendekatinya. "Sudahlah, sudahlah."
Simon dengan dahi basah dan muka kesakitan berkata dengan
mendesak, "Bawa dia pergi. Demi Tuhan, bawa dia pergi dari sini!
Bawa dia ke kabinnya, Fanthorp. Nona Robson, panggillah perawat
rumah sakit itu." Dia memandang dari satu orang ke lainnya dengan pandangan
memohon. "Jangan meninggalkan dia. Perawat itu harus
menjaganya. Lalu panggillah Bessner tua ke mari. Demi Tuhan,
jangan memberitahukan hal ini pada isteri saya."
Jim Fanthorp mengangguk mengerti. Laki-laki muda pendiam itu
tenang dan sangat kompeten dalam keadaan darurat seperti itu.
Fanthorp dan Cornelia membawa ke luar. Jacqueline yang
menangis dan meronta, melewati dek menuju kabinnya. Di sana
mereka bertambah repot, gadis itu meronta-ronta berusaha
melepaskan diri, tangisnya bertambah-tambah.
"Saya akan menenggelamkan diri. Saya akan menenggelamkan diri.
Saya tidak patut hidup. Oh, Simon, Simon! "
Fanthorp berkata pada Cornelia, "Lebih baik panggil Nona Bowers.
Saya akan tetap di sini sementara Anda pergi."
Cornelia mengangguk dan keluar dengan cepat. Begitu dia keluar,
Jacqueline mencengkeram Fanthorp. "Kakinya - berdarah - patah.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia bisa mati kekurangan darah. Saya harus ke sana. Oh, Simon Simon - kenapa aku bisa begitu?"
Suaranya bertambah keras. Fanthorp berkata cepat-cepat,
"Tenang - tenang. Dia tidak apa-apa."
Dia mulai berontak lagi. "Biarkan saya pergi! Biarkan saya
mencebur ke air, biarkan saya bunuh diri!"
Fanthorp yang memegangi bahunya memaksanya tidur di atas
tempat tidur. "Anda harus diam di sini. Jangan ribut. Tenanglah.
Semuanya beres." Dia menjadi lega ketika gadis itu menjadi sedikit tenang, tetapi dia
bersyukur ketika tirai di situ terbuka dan Nona Bowers yang efisien
dan dengan rapi berpakaian kimono, masuk diiringi Cornelia.
"Sekarang," kata Nona Bowers cepat, "ada apa?"
Dia menggantikan tugas itu tanpa rasa heran dan takut. Fanthorp
meninggalkan gadis yang sedang gugup itu pada tangan yang
cekatan dan bergegas menuju kabin Dr. Bessner. Dia mengetuk dan
masuk. Dengkuran yang keras tiba-tiba berhenti dan teringar sebuah suara
terkejut, "Ya",Ada apa"
F anthorp menyalakan lampu. Dokter itu mengejap-ngejapkan mata
seperti burung hantu besar.
"Doyle. Dia ditembak. Nona de Bellefort menembaknya. Dia ada di
ruang kaca. Dapatkah Anda ke sana"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dokter gendut itu bergerak dengan cepat. Dia menanyakan
beberapa hal kecil, kemudian memakai baju luar dan sandalnya,
mengambil tas kecil yang berisi perlengkapan dan pergi dengan
Fanthorp ke ruang kaca. Simon bisa membuka jendela di dekatnya. Dia menyandarkan
kepala di jendela menghirup udara segar. Wajahnya mengerikan.
Dr. Bessner mendekatinya.
"Ha" Begitu" Apa ini?"
Sebuah sapu tangan yang berlumuran darah tergeletak di atas
karpet, dan di atas karpet itu sendiri ada noda hitam. Pemeriksaan
Dokter Bessner diselingi dengan omelan dan seruan.
"Ya, ini buruk. Tulangnya retak. Dan terlalu banyak keluar darah.
Tuan Fanthorp, kita bawa dia ke kabin saya. Jadi - begini. Dia tidak
dapat berjalan. Kita harus mengangkatnya, kalau begitu."
Ketika mereka mengangkat Doyle, Cornelia muncul di tengah pintu.
Ketika melihat dia, Dokter bergumam senang.
"Ah, kau" Bagus. Ke marilah. Aku perlu bantuan. Kau lebih tahan
dari temanku ini. Dia sudah kelihatan pucat."
Fanthorp tersenyum lemas.
"Apa Nona Bowers perlu dipanggil?" tanyanya.
Dr. Bessner melihat Cornelia sambil berpikir. Kau bisa
membantuku, Nona," katanya. "Kau tidak akan pingsan atau
berbuat tolol, bukan?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya dapat melakukan apa yang kaukatakan," kata Cornelia
dengan semangat. Bessner mengangguk puas.
Rombongan itu melewati dek. Sepuluh menit berikutnya operasi
dilakukan, dan Tuan Jim Fanthorp tidak tahan. Diam-diam dia
merasa malu dengan keteguhan hati Cornelia yang melebihinya.
"Jadi, itulah yang dapat saya lakukan," kata Dr. Bessner akhirnya.
"Anda telah menjadi pahlawan." Dia menepuk-nepuk bahu Simon.
Kemudian dia menggulung lengan bajunya dan mengeluarkan
jarum hipodermik. "Dan sekarang saya akan memberikan sesuatu agar Anda dapat
tidur. Isteri Anda, bagaimana?"
Simon berkata dengan lemah, "Dia tidak perlu tahu sampai besok
pagi......" Dia melanjutkan, "Saya - Anda jangan menyalahkan Jackie. Itu
semua salah saya. Saya memperlakukannya semau saya. Kasihan dia tidak tahu apa yang telah dilakukannya."
Dr. Bessner mengangguk mengerti. "Ya, ya - saya mengerti...."


Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Salah saya - " Simon berkata. Matanya memandang Cornelia.
"Seseorang - harus menjaga dia. Dia mungkin - menyakiti dirinya
sendiri - " Dr. Bessner menyuntikkan jarumnya.
Cornelia berkata dengan tenang dan yakin, "Semuanya akan beres,
Tuan Doyle. Nona Bowers akan menjaganya sepanjang malam...."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Simon memandangnya dengan rasa terima kasih. Tubuhnya tenang
dan matanya tertutup. Tiba-tiba dia membuka matanya.
"Fanthorp?" "Ya, Doyle." "Pistol... jangan dibiarkan... tergeletak. Pelayan-pelayan akan
menemukannya pagi-pagi...."
Fanthorp mengangguk. "Benar. Aku akan mengambilnya sekarang."
Dia keluar dari kabin, berjalan sepanjang dek. Nona Bowers muncul
di pintu kabin Jacqueline "Dia tidak menguatirkan lagi sekarang,"
katanya. "Saya memberinya injeksi morfin."
"Tapi Anda akan menjaganya, bukan?"
"Oh, ya. Morfin bisa mengagetkan beberapa orang. Saya akan
menemaninya sepanjang malam."
Fanthorp memasuki ruangan kaca.
Tiga menit kemudian dia mengetuk pintu kabin Dokter Bessner.
"Dr. Bessner?" "Ya?" Si gendut keluar.
Fanthorp memberi isyarat untuk mengikutinya ke dek. "Saya tidak
menemukan pistol itu..."
"Apa itu?" Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Pistol. Pistol itu jatuh dari tangan gadis itu. Dia menyepaknya dan
pistol itu meluncur di bawah sofa. Tapi sekarang tak ada lagi."
Mereka saling berpandangan.
"Tapi siapa yang mengambilnya?"
Fanthorp mengangkat bahunya.
Bessner berkata, "Ini mencurigakan. Tapi saya tak tahu apa yang
harus kita lakukan."
Dengan kebingungan dan sedikit kuatir, keduanya berpisah.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 13 HERCULE Poirot baru saja mengusap busa dari mukanya yang licin
tercukur ketika terdengar suara ketukan cepat di pintu, dan Kolonel
Race masuk tanpa permisi. Dia menutup pintu. Dia berkata, "Insting
Anda benar. Hal itu sudah terjadi."
Poirot menegakkan badan dan berkata dengan tajam, "Apa yang
terjadi?" "Linnet Doyle meninggal - ditembak kepalanya tadi malam."
Poirot diam semenit, ada dua bayangan jelas di depan matanya seorang gadis di taman di Aswan berkata dengan suara berat tanpa
napas, "Saya ingin melekatkan pistol kecil ini di kepalanya dan
menarik pelatuknya," dan bayangan lainnya, suara yang sama
berkata, "Kalau orang tidak tahan... suatu hari di mana bisa terjadi
sesuatu - dan pandangan memohon yang aneh dalam matanya.
Mengapa dia tidak menjawab permohonan itu" Dia menjadi buta,
tuli, bodoh, dengan keinginan tidurnya.....
Race melanjutkan, "Saya mendapat kepercayaan untuk menangani
persoalan ini. Kapal ini akan berangkat setengah jam lagi, tapi akan
diundur sampai ada perintah dari saya. Tentu saja ada
kemungkinan bahwa pembunuhnya datang dan luar. Poirot
menggelengkan kepalanya. Race mengerti isyaratnya.
"Saya setuju. Orang bisa menyangkalnya dengan mudah. Nah,
sekarang terserah Anda. Ini pertunjukan Anda. Poirot berpakaian
dengan cepat dan rapi. Dia berkata, "Anda bisa memakai saya."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Kedua laki-laki itu melangkah ke atas dek. Race berkata, "Bessner
tentunya ada di sana sekarang. Saya menyuruh pelayan
menjemputnya." Ada empat kabin mewah yang dilengkapi kamar mandi di kapal itu.
Pada bagian kiri kapal dua kabin mewah itu ditempati Dr. Bessner
dan Andrew Pennington. Di sebelah kanan kapal, kabin pertama
ditempati oleh Nona Van Schuyler dan sebelahnya oleh Linnet
Doyle. Kamar pakaian suaminya ada di sebelah kabin tersebut.
Seorang pelayan dengan muka pucat berdiri di depan pintu kabin
Linnet Doyle. Dia membuka pintu untuk mereka, dan keduanya
masuk. Dr. Bessner sedang membungkuk di atas tempat tidur. Dia
melihat ke atas dan menceloteh ketika kedua orang itu masuk.
"Apa yang dapat Anda ceritakan pada kami tentang soal ini,
Dokter?" tanya Race.
Bessner mengusap dagunya yang tak tercukur dengan tenang. "Ah!
Dia ditembak - ditembak dalam jarak dekat. Lihat - di sini, di atas
telinganya - peluru masuk dari sini. Pelurunya kecil sekali - saya
kira ukuran dua puluh dua. Pistolnya ditempelkan pada kepala,
lihat, ada bekas hitam di sini. Kulitnya hangus."
Poirot sekali lagi memikirkan kata-kata yang diucapkan di Aswan.
Bessner meneruskan, "Dia tertidur; tak ada perlawanan;
pembunuhnya merangkak dalam kegelapan dan menembaknya
ketika dia berbaring di sana "
"Ah! non!" Poirot berteriak. Indera psikologinya tersinggung.
Jacqueline de Bellefort merangkak dalam kabin yang gelap, pistol di
tangan - tidak, gambaran itu tidak cocok.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Bessner memandangnya melalui lensa tebalnya. "Tapi itulah yang
terjadi." "Ya, ya. Saya tidak menyangkal apa yang Anda katakan. Saya tidak
menolak pendapat Anda."
Bessner mengomel mengerti. Poirot mendekat dan berdiri di
sampingnya. Linnet Doyle terbaring miring. Sikapnya wajar dan
tenang. Tapi di atas telinganya ada sebuah lubang kecil dengan
bekas darah kering di sekelilingnya. Poirot menggelengkan kepala
dengan sedih. Kemudian pandangannya tertuju pada dinding putih di depannya.
Dia menarik napas dalam-dalam. Dinding putih dan rapi itu dikotori
oleh huruf J berwarna merah kecoklat-coklatan yang ditulis dengan
gemetar. Poirot memandangnya lama, lalu membungkuk pada wanita yang
telah mati itu. Dengan hati-hati diangkatnya tangan kanannya.
Salah satu jarinya bernoda merah kecoklatan.
" Nom d'un nom d'un nom!" kau Hercule Poirot. "Eh, apakah itu?"
Dr. Bessner mendongak. "Ah! Itu."
Race berkata, "Ah. Apa yang Anda lakukan Poirot?"
Poirot berputar di atas jari kakinya. "Anda menanyakan apa yang
saya akan lakukan. sederhana sekali, bukan"
Nyonya Doyle dalam keadaan sekarat menulis nama pembunuhnya, jadi dia menulis dengan jarinya yang dilumuri
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
darahnya sendiri. Dia menuliskan huruf depan nama pembunuh itu.
Oh ya, ini benar benar sangat sederhana."
"Ah. tetapi - "
Dr. Bessner akan bicara, tetapi Race memberi isyarat supaya diam.
"Jadi Anda berpendapat demikian" tanyanya pelan.
Poirot menoleh kepadanya dan menganggukkan kepala. "Ya, ya.
Seperti saya katakan. Hal ini terlalu sederhana! Terlalu biasa,
bukan" Telah berkali-kali ditemui, dalam halaman-halaman buku
cerita! Tentu saja sekarang menjadi vieux jeu! Ini membuat kita
beranggapan bahwa si pembunuh ini kuno."
Race menarik napas panjang. "Begitu," katanya. "Saya kira - " dia
berhenti. Poirot berkata dengan sedikit tersenyum, "Bahwa saya
percaya dengan klise-klise tua melodrama" Maaf, Dr. Bessner,
Anda tadi akan mengatakan - "
Bessner berkata dengan suara di kerongkongan, "Apa yang akan
saya katakan" Bah! Saya kira ini aneh; tak masuk akal! Nyonya
Doyle meninggal seketika. Mencelup jari dengan darahnya (seperti
Anda lihat hampir tak ada darah) dan menulis huruf J di dinding Bah - itu tak masuk akal - omong kosong melodramatis!"
" C'est de l'enfant talage." kata Poirot mengiyakan.
"Tapi itu dilakukan dengan suatu maksud," kata Race.
"Tentu - tentu saja," kata Poirot, wajahnya menjadi suram.
"J singkatan apa sebenarnya?" tanya Race.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Poirot menjawab dengan cepat, "Jacqueline de Bellefort, seorang
wanita muda yang mengatakan pada saya kurang lebih seminggu
yang lalu bahwa dia ingin - " dia berhenti dan dengan sengaja
menirukan, "menempelkan pistol kecil ini di kepalanya lalu menarik
pelatuknya dengan jari saya - "
" Gott im Himmel!" seru Dr. Bessner.
Suasana menjadi sepi. Kemudian Race menarik napas dalam-dalam
dan berkata, "Dan itu yang dilakukannya di sini?"
Bessner mengangguk. "Ya, begitu. Pistol itu kaliber kecil - seperti telah saya katakan,
barangkali ukuran dua puluh dua. Tentu saja pelurunya harus
dikeluarkan sebelum kita bisa memastikannya."
Race mengangguk cepat. Lalu dia bertanya, "Bagaimana dengan
waktu kematiannya?" Bessner memukul dagunya lagi. Jari-jarinya menimbulkan suara
gemeletak. "Saya tidak bisa mengatakan persis. Sekarang pukul
delapan. Saya kira, dengan mempertimbangkan temperatur
semalam, dia telah meninggal enam jam yang lalu dan barangkali
tidak lebih dari delapan jam."
"Kalau begitu antara tengah malam dan pukul dua pagi."
"Ya, begitulah."
Ketiganya diam, Race melihat sekelilingnya. "Bagaimana suaminya"
Saya rasa dia tidur di kabin sebelah."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saat ini," kata Dr. Bessner, "dia tidur di kabin saya."
Kedua laki-laki itu keheranan. Bessner menganggukkan kepalanya
beberapa kali. "Ah, begitu. Anda belum tahu bahwa Tuan Doyle
ditembak tadi malam di ruangan kaca."
"Ditembak" Oleh siapa?" Oleh wanita muda itu, Jacqueline de
Bellefort." Race bertanya dengan tajam, "Parah sekali?"
"Ya. Tulangnya retak. Saya telah melakukan apa yang dapat saya
lakukan, tapi lukanya perlu di periksa dengan sinar X secepatnya,
dan perawatan yang layak tidak mungkin diberikan di atas kapal
ini." Poirot bergumam, "Jacqueline de Bellefort." Matanya memandang
pada huruf J di atas tembok.
Race berkata tiba-tiba, "Kalau tak ada yang dapat dilakukan di sini
sekarang, lebih baik kita turun. Manager kapal menyediakan ruang
merokok untuk keperluan kita. Kita harus mencari detail-detail
tentang apa yang terjadi tadi malam."
Mereka meninggalkan kabin. Race mengunci pintu dan membawa
kuncinya. "Kita bisa kembali nanti," katanya. "Yang akan kita
lakukan pertama-tama ialah membuat fakta menjadi jelas."
Mereka turun menuju dek, di mana manager Karnak menunggu
dengan tidak tenang di pintu ruang merokok. Laki-laki ini menjadi
bingung dan kuatir dengan persoalan yang sedang mereka hadapi,
dan ingin menyerahkan segalanya pada Kolonel Race.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya rasa sebaiknya saya menyerahkan persoalan ini pada Anda,
mengingat jabatan Anda. Saya siap menerima perintah Anda. Bila
Anda mau menangani persoalan ini, saya akan melakukan apa saja
sesuai dengan kehendak Anda."
"Terima kasih! Pertama-tama saya ingin agar ruangan ini
dikosongkan untuk saya dan Tuan Poirot selama pemeriksaan."
"Baik, Tuan." "Itu saja dahulu. Lakukan terus tugas Anda. Saya tahu di mana saya
harus mencari Anda."
Manager itu meninggalkan ruangan dengan wajan agak lega. Race
berkata, "Duduklah Bessner, dan ceritakan pada kami apa yang
terjadi semalam." Mereka diam mendengarkan dokter itu bercerita dengan suara
serak. "Cukup jelas," kata Race ketika dia selesai bercerita. "Gadis itu
sengaja minum segelas dua gelas untuk membantunya, dan
akhirnya menembak Doyle dengan pistol dua puluh dua. Lalu pergi
ke kabin Linnet Doyle dan menembaknya pula."
Dr. Bessner menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak. Saya kira tidak
begitu. Saya rasa itu tidak mungkin. Pertama, dia tidak akan
menulis namanya di dinding. Ini tidak lucu, bukan?"
"Mungkin saja," kata Race, "kalau dia mata gelap dan begitu
cemburu seperti ceritanya; dia mungkin ingin - ya - memberi
tanda namanya." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Poirot menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak, saya rasa dia tidak
akan begitu - begitu mentah."
"Kalau begitu hanya ada satu alasan untuk menulis huruf J. Huruf
itu ditulis agar orang mencurigai dia."
Bessner mengangguk. "Ya, dan si pembunuh itu memang sial sebab
gadis itu bukan hanya tidak akan melakukan hal itu, tetapi saya kira
juga tidak mungkin."
"Maksud Anda?" Bessner menerangkan tentang Jacqueline yang ada dalam keadaan
histeris sehingga Nona Bowers harus mengawasinya.
"Dan saya - saya yakin bahwa Nona Bowers berasama-sama dia
semalaman." "Race berkata, "Kalau begitu, ini akan mempermudah persoalan."
Poirot berkata, "siapa yang pertama kali menemukan mayat
Nyonya Doyle?" "Pelayan Nyonya Doyle, Louise Bourget. Dia masuk untuk
menengok nyonyanya seperti biasa, tapi ketika diketahuinya sudah
meninggal, dia keluar seru menjatuhkan diri dalam pelukan
pramugara tidak sadar. Pramugara ini yang melapor ke manager,
yang lalu menemui saya. Saya memanggil Bessner dan kemudian
datang ke kamar Anda."
Poirot mengangguk. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Race berkata, "Doyle harus tahu. Anda bilang dia masih tidur?"
Bessner mengangguk. "Ya, dia masih tidur di kabin saya. Saya
memberikan opium keras tadi malam."
Race berkata pada Poirot.
"Saya rasa kita tidak perlu menahan Dokter lebih lama lagi, bukan"
Terima kasih, Dokter."
Bessner berdiri. "Saya akan sarapan dulu. Setelah itu kembali ke
kabin untuk melihat apakah Tuan Doyle sudah bangun."
"Terima kasih."
Bessner keluar. Kedua laki-laki itu saling berpandangan.


Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nah, bagaimana, Poirot?" Race bertanya. "Ini adalah tugas Anda.
Saya akan bertindak menurut perintah Anda. Anda katakan saja apa
yang perlu dilakukan."
Poirot mengangguk. " Eh, bien!" katanya, "kita harus membuat
sidang pemeriksaan. Pertama-tama, saya rasa, kita harus mendapat
keterangan yang jelas tentang cerita tadi malam. Ini berarti kita
harus menanyai Fanthorp dan Nona Robson, yang menjadi saksi
peristiwa itu. Hilangnya pistol itu jelas nyata."
Race menekan bel dan memberi perintah pada pelayan.
Poirot menarik napas menggelengkan kepalanya. "Buruk sekali,"
bisiknya. "Buruk sekali."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Apa yang Anda Pikirkan?" tanya Race ingin tahu.
"Apa yang saya pikirkan tidak keruan. Tidak tersusun rapi; tidak
berurutan. Anda tahu, ada fakta yang jelas bahwa gadis ini
membenci Linnet Doyle dan ingin membunuhnya."
"Anda rasa dia mungkin melakukan hal itu?"
"Saya kira begitu - ya," kata Poirot agak ragu-ragu
"Tapi tidak dengan cara ini" Itulah yang menguatirkan Anda,
bukan" Tidak merangkak dalam kabin gelap dan menembaknya
ketika dia sedang tidur. Sifat pembunuhannya yang begitu kejam
itu yang membuat Anda berpikir bukan dia yang melakukannya,
bukan?" "Dalam satu hal, ya."
"Anda pikir gadis ini, Jacqueline de Bellefort, tidak bisa membuat
suatu rencana pembunuhan kejam?"
Poirot berkata pelan, "Saya tidak pasti. Dia mungkin saja - dia
cerdas. Tapi saya ragu-ragu, apakah secara fisik dia bisa
melakukannya...." Race mengangguk. "Ya, saya mengerti.... Dan menurut cerita
Bessner, hal itu secara fisik juga tidak mungkin."
"Bila hal itu benar, persoalan akan menjadi jelas. Kita harap saja hal
itu benar." Poirot berhenti dan kemudian menambahkan, "Saya
akan senang bila demikian, sebab saya menaruh simpati pada si
kecil itu." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Pintu terbuka dan Fanthorp dengan Cornelia masuk. Bessner
mengikuti mereka. Cornelia berkata dengan tersengal, "Dahsyat sekali, bukan" Kasihan
Nyonya Doyle! Dan dia benar-benar cantik. Pasti benar-benar
seorang musuh yang melukainya! Dan Tuan Doyle. Kasihan. Dia
akan gila bila tahu! Tadi malam saja dia sudah kuatir kalau isterinya
tahu tentang kecelakaan Itu."
"Itulah yang akan kami tanyakan pada Anda, Nona Robson," kata
Race. "Kami ingin tahu dengan tepat apa yang telah terjadi tadi
malam." Cornelia mulai bercerita dengan agak bingung tapi satu-dua
pertanyaan dari Poirot memperlancar pembicaraannya.
"Ah, saya mengerti. Setelah main bridge, Nyonya Doyle masuk
kabinnya. Apakah dia benar-benar masuk kabinnya?"
Ya." kata Race. "Saya sendiri melihatnya. Saya mengucapkan
selamat tidur padanya di pintu."
"Dan jamnya?" "Maaf, saya tidak ingat," jawab Cornelia.
"Pukul sebelas dua puluh,"kata Race.
" Bien. Kalau begitu pukul sebelas dua puluh Nyonya Doyle masih
hidup dan sehat. Ketika itu, siapa yang ada di saloon?"
Fanthorp menjawab, "Doyle ada di sana. Dan Nona de Bellefort.
Saya sendiri dan Nona Robson."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ya, benar," kata Cornelia. "Tuan Pennington minum, lalu tidur."
"Berapa lama setelah lainnya tidur?" "Oh, kurang lebih tiga-empat
menit kemudian." "Sebelum setengah dua belas, kalau begitu?"
"Oh, ya." "Jadi yang tinggal dalam saloon, Anda, Nona de Bellefort, Tuan
Doyle dan Tuan Fanthorp. Apa yang Anda lakukan?"
"Tuan Fanthorp membaca buku. Saya membordir. Nona de
Bellefort - dia - "
Fanthorp menolongnya. "Dia minum berkali-kali."
"Ya," kau Cornelia. "Dia bercakap-cakap dengan saya dan
menanyakan banyak hal di rumah. Lalu dia berbicara terus kepada saya, tapi saya rasa kata-katanya itu ditujukan pada Tuan
Doyle. Dia agak marah kepada Nona de Bellefort, tapi dia tidak
bicara apa-apa. Saya rasa dia berpikir bahwa kalau dia diam. Nona
de Bellefort akan reda sendiri."
"Tapi ternyata tidak?"
Cornelia menggelengkan kepala. "Saya sudah akan pergi sekali dua
kali, tetapi dia minta supaya tetap tinggal di situ, dan saya jadi tidak
enak sekali. Dan lalu Tuan Fanthorp berdiri dan keluar - "
"Sedikit memalukan," kata Fanthorp. "Saya pikir saya lebih baik
keluar tanpa mengganggu. Nona de Bellefort jelas ingin memulai
suatu pertengkaran."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Dan kemudian dia mengeluarkan pistolnya," sambung Cornelia,
"dan Tuan Doyle meloncat mau merebut pistol itu dari tangannya,
dan dia terus menembak kakinya; dan kemudian mulai terisak dan
menangis - dan saya ketakutan setengah mati dan lari ke Tuan
Fanthorp, dan dia kembali ke saloon dengan saya, dan Tuan Doyle
berkata supaya jangan membuat ribut, dan salah seorang anak lakilaki Nubia mendengar suara tembakan dan datang, tetapi Tuan
Fanthorp menjelaskan tidak ada apa-apa; dan kemudian kami
membawa Jacqueline ke kabinnya, dan Tuan Fanthorp menjaganya
sementara saya memanggil Nona Bowers," Cornelia kehabisan
napas. "Pukul berapa itu terjadi?" tanya Race.
Cornelia berkata lagi, "Maaf, saya tidak tahu,"
Fanthorp menjawab dengan cepat, "Kira-kira pukul dua belas dua
puluh menit, karena ketika saya masuk kabin sudah dua belas tiga
puluh menit. "Baiklah sekarang kita memastikan tentang satu hal," kata Poirot.
"Setelah Nyonya Doyle meninggalkan saloon, apakah satu di antara
empat orang ini keluar?"
"Tidak." "Anda yakin bahwa Nona de Bellefort tidak meninggalkan saloon
sama sekali?" Fanthorp berkata dengan cepat, "Pasti. Tak seorang dari kami baik
Doyle, Nona de Bellefort, Nona Robson, ataupun saya
meninggalkan saloon."'
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Bagus. Ini menerangkan fakta bahwa Nona de Bellefort tidak
mungkin menembak Nyonya Doyle sebelum - katakan saja pukul
dua belas dua puluh. Sekarang, Nona Robson, Anda memanggil
Nona Bowers. Apakah Nona de Bellefort sendirian di kabinnya
ketika itu?" "Tidak. Tuan Fanthorp menjaga dia."
"Bagus! Sampai di sini Nona de Bellefort punya alibi sempurna.
Kami akan mewawancarai Nona Bowers setelah ini, tetapi sebelum
saya memanggil dia, saya ingin menanyakan pendapat Anda
tentang satu-dua hal. Anda bilang bahwa Tuan Doyle sangat
mendesak agar Nona de Bellefort tidak ditinggalkan sendirian.
Menurut Anda, apakah dia takut kalau kalau Nona de Bellefort
melakukan hal-hal yang nekat?"
"Saya kira begitu," kata Fanthorp. Dia takut kalau Nona de Bellefort
menyerang Nyonya Doyle?"
"Tidak." Fanthorp menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak
demikian. Saya rasa dia takut kalau de Bellefort - er - melakukan
sesuatu yang nekat pada dirinya sendiri."
"Bunuh diri?" "Ya. Kelihatannya dia sudah tidak mabuk dan menyesal sekali
dengan apa yang telah dilakukannya. Dia sesali dirinya. Dia terus
berkata bahwa dia lebih baik mati."
Cornelia berkata dengan takut-takut, "Saya rasa tuan Doyle agak
kacau. Dia berkata manis sekali. Dia bilang itu semua salahnya - dia
memperlakukannya semaunya. Dia - dia baik sekali."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Hercule Poirot mengangguk sambil berpikir. "Sekarang tentang
pistol," dia meneruskan, "Apa yang terjadi?"
"Dia menjatuhkannya," kata Cornelia. "Dan sesudahnya?"
Fanthorp menerangkan bahwa dia kembali untuk mencari, tetapi
tidak ketemu. "Aha!" kata Poirot. "Sekarang kita mulai sampai. Saya harap Anda
menerangkannya dengan tepat! Jelaskan pada saya apa yang
terjadi." "Nona de Bellefort membiarkannya jatuh. Lalu dia menyepaknya
jauh-jauh dengan kakinya."
"Kelihatannya dia sangat benci," kata Cornelia. "Saya mengerti
perasaannya." "Dan pistol itu terlempar ke bawah sofa, kata Anda. Sekarang
berhati-hatilah. Nona de Bellefort tidak mengambilnya lagi ketika
dia meninggalkan saloon?"
Baik Fanthorp maupun Cornelia sangat yakin dalam hal ini.
" Precisement. Saya hanya ingin sesuatu yang tepat. Anda mengerti,
bukan" Kita menuju titik itu. Ketika Nona de Bellefort meninggalkan
saloon, pistol itu di bawah sofa, dan karena Nona de Bellefort tidak
sendirian - ditemani Tuan Fanthorp, Nona Robson atau Nona
Bowers - dia tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke
saloon. Pukul berapa ketika Anda kembali lagi untuk mencari pistol
terbut, Tuan Fanthorp?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya kira sebelum pukul setengah satu".
"Dan berapa jarak waktu ketika Anda dan Dr Bessner membawa
Tuan Doyle keluar saloon dan saat Anda kembali mencari pistol?"
"Barangkali lima menit - atau lebih sedikit."
"Bila demikian, dalam waktu lima menit itu seseorang mengambil
pistol itu dari bawah sofa, dari tempat yang tidak kelihatan.
Seorang itu bukan Nona de Bellefort. Siapakah dia"
Kemungkinannya besar sekali bahwa orang yang mengambil pistol
itu adalah pembunuh Nyonya Doyle. Kita bisa menduga pula bahwa
orang itu mendengar atau melihat kejadian di saloon sebelumnya."
"Saya tak dapat menerimanya," kata Tuan Fanthorp.
"Sebab," kata Hercule Poirot, "Anda baru saja mengatakan bahwa
pistol itu tidak kelihatan, ada di bawah sofa. Karena itu hampir tak
mungkin jika benda itu ditemukan secara kebetulan. Pistol itu
diambil oleh seseorang yang tahu tempatnya. Karena orang
tersebut pasti telah melihat peristiwa itu."
Fanthorp menggelengkan kepala. "Saya tidak melihat seorang pun
ketika saya keluar ke dek sebelum pistol itu meletus."
"Ah, tapi Anda keluar dari pintu sebelah kanan."
"Ke arah yang sama dengan kabin saya. Jika demikian, bila ada
seseorang pada pintu sebelah kiri yang melihat ke dalam melalui
kaca, Anda tak akan dapat melihatnya?"
"Ya," kata Fanthorp."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Adakah orang lain yang mendengar tembakan itu (kecuali anak
Nubia itu)?" "Setahu saya, tidak ada lagi." Fanthorp meneruskan, "Anda lihat,
semua jendela di sini tertutup. Nona Van Schuyler sudah merasa
pengap pada sore hari. Pintu kupu-kupu itu ditutup. Saya pikir
tembakan itu tak akan terdengar jelas. Bunyinya hanya seperti
bunyi sumbat gabus."
Race berkata, "Setahu saya, tak ada orang lain yang mendengar
tembakan lainnya - tembakan yang membunuh Nyonya Doyle."
"Itu akan kita tanyakan nanti," kata Poirot. "Untuk saat ini kita akan
memusatkah perhatian pada Nona de Bellefort. Kita harus bicara
dengan Nona Bowers. Tapi sebelum Anda pergi," - dia
mengisyaratkan Fanthrop dan Cornelia untuk tinggal, "saya ingin
Anda memberi informasi tentang diri Anda masing-masing. Setelah
itu kami tidak perlu memanggil Anda lagi. Anda dahulu, Tuan nama lengkap Anda." "James Lechdale Fanthorp."
"Alamat?" "Glasmore House, Market Donnington, Northamptonshire."
"Pekerjaan Anda?"
"Saya pengacara."
"Dan alasan Anda mengunjungi negara ini?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia diam. Untuk pertama kalinya Tuan Fanthorp kelihatan seperti
tertangkap basah. Akhirnya dia berkata, hampir-hampir tergagap,
"Er - senang-senang."
"Aha!" kata Poirot. "Anda sedang berlibur; begitu bukan?"
"Er - ya." "Baiklah, Tuan Fanthorp. Maukah Anda memberi keterangan
singkat tentang apa yang Anda lakukan tadi malam setelah kejadian
yang baru diceritakan (saya langsung tidur," itu jam
Setelah pukul dua belas tiga puluh)?"
"Kabin Anda nomor dua puluh dua di sebelah kanan - yang paling
dekat dengan saloon?"
"Ya." "Saya ingin menanyakan satu pertanyaan lagi Apa Anda mendengar
sesuatu - apa saja - setelah Anda masuk ke dalam kamar?"
Fanthorp berpikir. "Saya cepat tidur. Saya kira saya mendengar seperti suara ceburan
ketika saya akan tidur. Tak tahan lagi."
"Anda mendengar suara ceburan" Dekat sekali?"
Fanthorp menggelengkan kepala.
"Saya benar-benar tidak yakin. Saya sudah setengah tidur."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Dan kira-kira itu pukul berapa?"
"Kira-kira pukul satu. Saya tidak pasti."
"Terima kasih. Tuan Fanthorp. Saya kira cukup."
Poirot mengalihkan perhatiannya pada Cornelia. "Dan sekarang
Nona Robson. Nama lengkap Anda?"
"Cornelia Ruth. Dan alamat saya The Red House, Bellfield,
Connecticut." "Apa yang menyebabkan Anda ke mari?"
"Marie, Nona Van Schuyler, mengajak saya dalam perjalanan ini."
"Pernahkah Nona bertemu dengan Nyonya Doyle sebelum
perjalanan ini?" "Tidak, tak pernah."
"Dan apa yang Anda lakukan semalam?"
"Saya langsung tidur setelah membantu Dr. Bessner memberesi
kaki Tuan Doyle." "Kabin Anda - ?"
"Empat puluh tiga, sebelah kiri - tepat bersebelahan dengan Nona
de bellefort." "Dan apakah Anda mendengar sesuatu?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Cornelia menggelengkan kepalanya. "Saya tidak mendengar apaapa." "Suara ceburan."


Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak. Tidak akan, sebab kabin saya di sebelah,"
Poirot mengangguk. "Terima kasih. Nona Robson. Sekarang
barangkali Anda mau berbaik hati memanggilkan Nona Bowers ke
mari." Fanthorp dan Cornelia keluar.
"Kelihatannya cukup jelas," kata Race. "Kecuali ketiga saksi itu
berbohong, Jacqueline de Bellefort tak akan dapat mengambil
pistolnya. Tapi orang lain mengambilnya. Dan orang itu melihat
peristiwa itu. Dan orang itu cukup tolol untuk menulis huruf J di
dinding." Terdengar suara ketukan di pintu dan Nona Bowers masuk.
Perawat rumah sakit itu duduk dengan sikapnya seperti biasa,
tenang dan efisien. Ketika menjawab pertanyaan Poirot tentang
nama, alamat, dan pekerjaannya, dia menambahkan, "Saya telah
menjaga Nona Van Schuyler lebih dari dua tahun sekarang."
"Apakah kesehatan Nona Van Schuyler sangat buruk?"
"Oh, tidak, saya kira tidak," jawab Nona Bowers. "Dia tidak muda
lagi, dan dia kuatir dengan dirinya sendiri, dan dia suka dijaga
seorang perawat di dekatnya. Tak ada hal yang serius dengan
kesehatannya. Dia hanya ingin banyak perhatian, dan dia mau
membayar untuk hal itu."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Poirot mengangguk mengerti. Kemudian dia berita, "Saya
mendengar bahwa Nona Robson tadi malam menjemput Anda?"
"Ya, memang benar."
"Maukah anda menceritakan pada saya dengan tepat apa yang
terjadi?" "Ya Nona Robson menjelaskan dengan singkat pada saya apa yang
terjadi, dan saya pergi dengan dia. Saya menemukan Nona de
Bellefort dalam keadaan histeris."
"Apakah dia menyebut-nyebut suatu ancamam terhadap Nyonya
Doyle?" "Tidak. Sama sekali tidak. Dia dalam kondisi penyesalan diri yang
tidak sehat. Dia telah minum minuman keras agak banyak, saya
kira, dan dia menderita karena suatu reaksi. Saya pikir tidak
seharusnya dia tinggal sendirian. Saya memberikan suntikan morfin
dan menemaninya." "Sekarang, Nona Bowers. Saya ingin Anda menjawab pertanyaan
ini. Apakah Nona de Bellefort meninggalkan kabinnya?"
"Tidak." "Dan Anda sendiri?"
"Saya bersama-sama dia sampai pagi."
"Anda yakin dengan hal itu?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Yakin sekali."
"Terima kasih, Nona Bowers."
Perawat itu keluar. Kedua laki-laki itu saling berpandangan.
Jacqueline de Bellefort jelas bersih dari tindak kriminal itu. Kalau
begitu siapa yang menembak Linnet Doyle"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 14 Race berkata, "Seseorang menarik pelatuk pistol. Dia bukan
Jacqueline de Bellefort. Tapi seseorang yang tahu persis bahwa
tuduhan itu akan ditimpakan pada Jacqueline. Tapi dia tidak tahu
bahwa seorang perawat akan memberi Jacqueline morfin dan
menjaganya sepanjang malam. Dan ada satu hal lagi. Seseorang
telah berusaha membunuh Linnet Doyle dengan menggulingkan
batu besar dari atas karang; dia bukanlah Jacqueline de Bellefort.
Siapa?" Poirot berkata, "Akan lebih mudah kalau kita bertanya sebaliknya.
Tuan Doyle, Nyonya Allerton, Tuan Allerton, Nona Van Schuyler
ataupun Nona Bowers tidak mungkin melakukan hal itu. Saya
melihat mereka semua."
"Hm," kata Race, "kalau begitu banyak sekali kemungkinannya.
Bagaimana tentang motif?"
"Itu yang saya harapkan bisa kita ketahui dari Tuan Doyle."
Setelah itu, ada beberapa insiden. Pintu terbuka dan Jacqueline de
Bellefort masuk, mukanya pucat sekali dan kakinya tersandungsandung ketika berjalan. "Saya tidak melakukannya," katanya. Suaranya seperti suara anak
kecil yang ketakutan. "Saya tidak melakukannya. Percayalah. Setiap
orang akan mengira bahwa saya yang melakukannya. Itu - itu
mengerikan. Seandainya saja hal itu tidak terjadi, Saya mungkin
membunuh Simon tadi malam; gila, gila, saya rasa. Tapi saya tidak
membunuhnya...." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia duduk dan menangis. Poirot menepuk-nepuk bahunya. "Sudah,
sudah. Kami tahu bahwa Anda tidak membunuh Nyonya Doyle. Itu
sudah terbukti - ya terbukti mon enfant. Bukan Anda."
Jackie tiba-tiba berdiri. Sapu tangannya yang basah tergenggam
erat. "Tapi siapa?"
"Itu masih merupakan pertanyaan bagi kami. Anda tidak bisa
menolong kami?" Jacqueline menggelengkan kepalanya. "Saya tidak tahu... saya tidak
bisa membayangkannya. Tidak, saya tak bisa membayangkannya."
Mukanya bersungut. "Tidak," dia berkata akhirnya. "Saya tak tahu
siapa yang menginginkan dia mati."
Suaranya sedikit gagap. "Kecuali saya."
Race berkata, "Maaf - sebentar saja. Saya baru saja ingat sesuatu."
Dia bergegas keluar ruangan.
Jacqueline duduk dengan kepala tunduk. Tangannya menekuknekuk jarinya dengan gugup. Tiba-tiba ia berkata, "Kematian itu
mengerikan! Saya - tidak mau memikirkannya."
Poirot berkata, "Ya. Tidak menyenangkan memang kalau kita
berpikir bahwa dalam keadaan seperti ini seseorang bergirang hati
karena dia berhasil dengan rencananya."
"Jangan - jangan!" teriak Jackie. "Cara Anda mengatakan hal itu
kedengaran mengerikan."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Poirot mengangkat bahunya. "Tapi ini benar."
Jackie berkata dengan suara rendah, "Saya - saya ingin agar dia
mati - dan dia sekarang mati. Dan yang lebih tidak enak lagi... dia
mati - seperti yang saya kehendaki."
"Ya, Nona. Kepalanya ditembak."
Dia berteriak, "Kalau begitu saya benar - malam di Hotel Cataract.
Ada seseorang yang mencuri dengar
"Benar," Poirot menganggukkan kepalanya. "Saya heran Anda
masih ingat hal itu. Ya, terlalu banyak kebetulan - dengan cara
pembunuhan Nyonya Doyle seperti yang Anda terangkan."
Jackie menggigil. "Laki-laki itu - siapa kira-kira"
Poirot diam satu-dua menit. Kemudian dia berkata dengan nada
suara yang sangat berbeda, "Anda yakin dia seorang laki-laki,
Nona?" Jackie melihat dengan terkejut. "Ya, tentu saja. Setidak-tidaknya - "
"Ya, Nona?" Dia memberengut, menutup setengah mata untuk mengingatingat. Dia berkata pelan pelan, "Saya kira dia seorang laki-laki......"
"Tapi Anda sekarang tidak yakin?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Jackie berkata dengan pelan, "Tidak, saya tidak pasti. Saya hanya
menduga bahwa dia adalah seorang laki-laki - tapi nyatanya dia
hanya - hanya - sebuah bayangan....."
Dia diam, dan kemudian karena Poirot tidak berkata apa-apa, dia
menambahkan, "Anda mengira dia seorang wanita" Tapi, tentunya
tidak seorang wanita pun dalam kapal ini ingin membunuh Linnet?"
Poirot hanya menggelengkan kepalanya dari satu satu ke sisi lain.
Pintu terbuka dan Bessner muncul. "Maukah Anda menemui dan
bicara dengan tuan Doyle, Tuan Poirot" Dia ingin bertemu dengan
Anda." Jackie meloncat. Dia memegang lengan Bessner. "Bagaimanakah
keadaannya" Apakah dia - tak apa"
"Tentu saja dia sakit," jawab Dr. Bessner dengan kesal. "Tulangnya
retak, tahu?" "Tapi dia tidak akan mati?" teriak Jackie.
"Ah, siapa bicara dia akan mati" Kami akan membawanya ke kota
dan memberikan sinar X serta perawatan yang layak."
"Oh!" Kedua tangan gadis itu menggenggam erat. Dia duduk
kembali. Poirot keluar menuju dek dengan Dokter, dan saat itu pula
Race muncul menggabungkan diri. Mereka menuju ke kabin
Bessner. Simon Doyle terbaring dikelilingi bantal-bantal dan kakinya
terangkat pada sebuah sandaran. Mukanya pucat tanpa cahaya,
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
kelihatan menahan sakit dan kejutan. Tapi ekspresi wajahnya yang
jelas kelihatan adalah rasa takut - ketakutan seorang anak kecil.
Dia berbisik, "Mari masuk. Dokter telah menceritakan - tentang tentang Linnet. Saya tak bisa mempercayainya. Saya benar-benar
tidak percaya." "Saya tahu. Ini memang pukulan buruk," kata Race.
Simon tergagap, "Anda tahu - Jackie tidak melakukannya. Saya
yakin Jackie tidak melakukannya! Memang dia bisa dicurigai, tapi
dia tidak melakukannya. Dia - dia memang sedikit mabuk tadi
malam, dan itulah sebabnya dia menyerang saya. Tapi dia tidak
akan - tidak akan melakukan pembunuhan... bukan pembunuhan
kejam." Poirot berkata dengan halus, "Jangan menyusahkan diri, Tuan
Doyle. Siapa pun yang membunuh isteri Anda, dia bukanlah Nona
de Bellefort." Simon memandangnya dengan ragu-ragu. "Apakah bisa
dibuktikan?" "Karena bukan Nona de Bellefort," kata Poirot melanjutkan,
"dapatkah Anda memberitahukan, siapa kira-kira yang mungkin
melakukan hal tersebut?"
Simon menggelengkan kepala. Rasa takut pada wajahnya
bertambah. "Ini gila - tidak mungkin. Selain Jackie tak seorang pun
yang ingin melakukan hal itu."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Pikirkan dahulu, Tuah Doyle. Apakah dia punya musuh" Apakah
tak ada seseorang yang menaruh dendam kepadanya?"
Sekali lagi Simon menggelengkan kepala dengan rasa putus asa.
"Kedengarannya sangat fantastis. Ya, memang ada yang bernama
Windlesham. Linnet menolaknya dan kawin dengan saya - tapi
saya tak dapat membayangkan bahwa orang sesopan Windlesham
melakukan pembunuhan, dan lagi dia ada di tempat yang sangat
jauh. Juga Tuan George Wode tua. Dia merasa direndahkan Linnet
karena persoalan rumah - tidak menyukai cara Linnet mengatur
rumah barunya; tapi dia di London. Dan melakukan pembunuhan
hanya karena alasan tersebut kedengarannya tidak mungkin."
"Dengar, Tuan Doyle," kata Poirot dengan sungguh-sungguh. "Pada
hari pertama kita naik kapal Karnak ini, saya terkesan dengan
percakapan saya sendiri dengan isteri Anda. Dia sangat bingung sangat gelisah. Dia berkata - dengarkan baik-baik - bahwa setiap
orang membencinya. Dia berkata dia merasa takut - tidak aman seolah-olah setiap orang di sekitarnya adalah musuhnya."
"Dia sangat bingung mengetahui bahwa Jackie ada di kapal ini.
Saya pun merasa begitu," kata Simon.
"Benar, tapi itu tidak ada hubungannya dengan kata-kata yang
diucapkannya. Ketika dia mengatakan bahwa dia dikelilingi musuh,
tentu saja hanya berlebih-lebihan dalam hal ini, tapi ia menaksirkan
lebih dari satu orang."
"Anda mungkin benar," kata Simon. "Barang kali saya bisa
menerangkannya. Yang membuatnya bingung adalah sebuah nama
dalam daftar nama penumpang."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Sebuah nama dalam daftar nama penumpang" Nama siapa?"
"Sebenarnya dia tidak mengatakannya pada saya. Saya bahkan
tidak sungguh-sungguh mendengarnya. Pikiran saya saat itu penuh
dengan persoalan Jacqueline. Seingat saya, Linnet mengatakan
sesuatu yang mengecewakan orang lain dalam bisnis dan hal itu
membuatnya tidak enak untuk bertemu dengan seseorang yang
membenci keluarganya. Meskipun saya tidak begitu mengerti
tentang sejarah keluarganya, saya rasa ibu Linnet anak seorang
milyuner. Ayahnya memang kaya sekali. Tetapi setelah dia kawin,
dengan sendirinya dia mulai merajai pasaran bidangnya. Dan
akibatnya, ada beberapa orang yang tidak menyukainya. Anda tahu
bukan orang bisa kaya dalam sesaat, tapi miskin dalam saat lain.
Nah, saya rasa ada seseorang di kapal ini yang ayahnya
bermusuhan dengan ayah Linnet dan merasa dendam. Saya ingat
Linnet pernah mengatakan, "Mengerikan sekali bila orang
membencimu tanpa mengenalmu."
"Ya," kata Poirot sambil berpikir-pikir. "Ini memang bisa
menjelaskan apa yang dikatakannya pada saya. Untuk pertama
kalinya dia merasakan beban warisannya, bukan keuntungannya.
Anda yakin, Tuan Doyle, bahwa dia tidak menyebutkan nama itu?"
Simon menggelengkan kepalanya keras-keras.
"Saya benar-benar tidak memperhatikan. Hanya hilang. 'Oh, tak
seorang pun memikirkan apa yang telah terjadi dengan ayahnya
sekarang ini. Hidup berlalu teramat cepat untuk memikirkan hal itu!
Kira-kira begitu." Bessner berkata dengan serius, "Akh, saya dapat menebak. Ada
seorang laki-laki muda yang kelihatan sedih di kapal ini."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Maksud Anda Ferguson?" tanya Poirot.
"Ya. Dia tidak menyukai Nyonya Doyle, dan mengatakan hal itu
sekali dua kali. Saya sendiri mendengarnya."
"Apa yang bisa kita lakukan untuk mengetahuinya?" tanya Simon.
Poirot menjawab, "Kolonel dan saya harus mewawancarai semua
penumpang. Sebelum mengetahui apa yang mereka ceritakan
sebaiknya kita tidak menyusun suatu teori. Di samping itu ada
pelayan. Kita akan menanyai dia terlebih dahulu. Barangkali lebih
baik dilakukan di sini. Kehadiran Tuan Doyle barangkali akan
membantu." "Ya, pikiran yang bagus," kata Simon.
"Sudah lama dia ikut Nyonya Doyle?"
"Baru dua bulan."
" Baru dua bulan!"
"Mengapa, Anda tidak menyangka - "
"Apakah Nyonya Doyle mempunyai perhiasan berharga?"
"Ada - mutiaranya," kata Simon. "Dia pernah mengatakan pada
saya bahwa nilainya empat puluh atau lima puluh ribu." Dia
menggigil "Tuhan, mungkinkah mutiara terkutuk itu - ?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Perampokan bisa menjadi motif," kata Poirot. "Sama saja.
Kelihatannya tak bisa dipercaya Kita lihat saja. Baiklah kita panggil
pelayan itu." Louise Bourget adalah gadis Latin periang rambut coklat yang
pernah dilihat Poirot beberapa hari yang lalu. Tetapi sekarang dia
bukan seorang yang periang Dia baru menangis dan kelihatan
ketakutan. Ada sesuatu yang menunjukkan kecerdikan dan


Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kelicikan pada wajahnya, yang tidak menyenangkan kedua laki-laki
di situ. "Louise Bourget?"
"Ya, Tuan." "Kapan kau terakhir melihat nyonyamu hidup?"
"Tadi malam, Tuan. Saya di dalam kabin untuk mengganti
pakaiannya." "Pukul berapa itu?"
"Kira-kira setelah pukul sebelas, Tuan. Saya tidak tahu persis pukul
berapa. Saya mengganti pakaian Nyonya dan menidurkannya, dan
kemudian saya keluar."
"Kira-kira berapa lama?"
"Sepuluh menit. Tuan. Nyonya sangat lelah. Dia menyuruh saya
memadamkan lampu ketika saya keluar."
"Dan setelah meninggalkan dia, apa yang kaulakukan?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya ke kabin saya sendiri, Tuan, di dek bawah."
"Dan kau tidak melihat atau mendengar apa-apa yang bisa
membantu kami?" "Bagaimana mungkin, Tuan?"
"Kaulah yang tahu, bukan kami," jawab Hercule Poirot.
Dia meliriknya. "Tapi, Tuan, saya tidak ada di dekatnya. Apa yang telah saya dengar
atau lihat" Saya ada di bawah. Kabin saya bahkan ada di sisi lain.
Mungkin saya mendengar sesuatu, tentu saja. Saya tidak dapat
tidur, bila saya naik tangga, barulah barangkali saya bisa melihat
pembunuh ini, raksasa ini, masuk atau keluar kabin Nyonya, tapi
karena - " Dia melemparkan tangannya minta dibelas kasihani
kepada Simon. "Tuan, saya mohon - Tuan tahu bagaimana sebenarnya" Apa yang
dapat saya katakan?"
Simon berkata dengan kasar, "Jangan bodoh. Tak ada orang yang
mengatakan bahwa kau melihat atau mendengar sesuatu. Jangan
takut. Aku akan melindungimu. Tak ada orang yang menuduhmu."
Louise berbisik, "Tuan baik sekali," dan menutupkan matanya
dengan rendah hati. "Kalau begitu kami menganggap bahwa kau tidak melihat atau
mendengar sesuatu?" tanya Race tidak sabar.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Itu yang saya katakan tadi, Tuan."
"Dan kau tak tahu seseorang yang membenci nyonyamu?"
Jawaban Louise mengagetkan pendengarnya. Dia menganggukkan
kepalanya. "Oh ya. Saya tahu benar. Saya dapat menjawab
pertanyaan itu. Ya."
Poirot berkata, "Maksudmu Nona de Bellefort?"
"Dia - tentu saja. Tapi saya tidak membicarakan dia. Ada orang lain
di kapal ini yang tidak menyukai Nyonya, yang sangat benci karena
Nyonya menyakiti hatinya."
"Ya, Tuhan!" Simon berteriak, "persoalan apa ini?"
Louise melanjutkan sambil mengangguk-angguk-an kepalanya
dengan sungguh-sungguh. "Ya, ya, ya, seperti saya katakan! Itu
menyangkut Pelayan Nyonya dahulu - sebelum saya. Ada seorang
laki-laki, salah seorang ahli mesin di kapal ingin mengawininya. Dan
pelayan ini, namanya Marie, juga bersedia. Tetapi Nyonya
menyelidiki laki-laki tersebut dan mengetahui bahwa si Fleetwood
sudah punya isteri - 3 orang wanita berwarna, dari negara ini.
Isterinya ini sudah kembali ke keluarganya, tetapi Fleetwood masih
berstatus menikah. Dan begitulah, Nyonya mem eritahu Marie.
Dan Marie menjadi sedih dan memutuskan hubungannya dengan
Fleetwood. Si Fleetwood marah sekali, dan ketika dia tahu bahwa
Nyonya Doyle dahulu adalah Nona Linnet Ridgeway, dia
mengatakan pada saya bahwa dia ingin membunuhnya! Campur
tangan Nyonya sudah merusak hidupnya, katanya."
Louise berhenti dengan perasaan bangga.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ini menarik," kata Race.
Poirot menoleh pada Simon. "Tahukah Anda tentang hal ini?"
"Sama sekali tidak," jawab Simon dengan tulus. "Saya rasa Linnet
sendiri pun tak tahu bahwa dia ada di kapal ini. Dia mungkin telah
lupa insiden itu." Dia menoleh kepada pelayannya. "Apakah kau mengatakan hal itu
kepada Nyonya?" "Tidak, Tuan, tentu saja tidak."
Poirot bertanya, "Tahukah kau tentang mutiara nyonyamu?"
"Mutiaranya?" Mata Louise terbuka lebar. "Tadi malam dia
memakainya." "Kau masih melihatnya ketika Nyonya tidur?"
"Ya, Tuan." "Diletakkan di mana?"
"Di meja di sisi tempat tidur, seperti biasanya. "Kau terakhir
melihatnya di situ?"
"Ya, Tuan." "Apa kau masih melihatnya di tempat itu paginya
Muka gadis itu kaget. "Mon Dieu! Saya tidak memperhatikan. Saya
menuju tempat tidur, saya melihat - saya melihat nyonya; lalu saya
berteriak dan lari ke luar, dan saya pingsan."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Hercule Poirot menganggukkan kepala. "Kau tidak memperhatikan.
Tetapi aku, aku punya mata yang tajam, dan di meja itu tak ada
mutiara pagi tadi." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 15 APA yang dikatakan Hercule Poirot benar. Tidak ada mutiara di atas
meja dekat tempat tidur Linnet Doyle. Louise Bourget
diperintahkan untuk mencarinya di semua tempat barang-barang
Linnet. Menurut dia, semuanya tersusun rapi. Hanya mutiara itu
yang lenyap. Ketika mereka keluar dari kabin, seorang pramugara telah
menunggu dan mempersilakan mereka sarapan di ruang merokok.
Pada waktu mereka melewati dek, Race berhenti, melongok dari
pagar. "Aha! Aku rasa Anda punya suatu ide, Kawan."
"Ya. Tiba-tiba saja saya ingat bahwa saya pun terbangun karena
mendengar suara benda yang jatuh di air ketika Fanthorp
mengatakan bahwa dia mendengar suara ceburan. Ada
kemungkinan besar bahwa setelah pembunuhan itu, si pembunuh
melemparkan pistol tersebut ke air."
Poirot berkata pelan, "Anda pikir itu mungkin terjadi?"
Race mengangkat bahu. "Hanya suatu ide. Lagipula, pistol itu tidak
kita temukan di kabin. Pistol itu adalah benda pertama yang saya
cari." "Sama saja," kata Poirot, "tidak masuk akal bila benda itu dilempar
ke air." Race bertanya, "Kalau begitu sekarang di mana?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Poirot menjawab sambil berpikir, "di kabin Nyonya Doyle, maka
hanya ada satu kemungkinan lagi di mana pistol itu berada. Suatu
tempat." "Di mana?" "Di dalam kabin Nona de Bellefort."
Race berkata sambil merenung, "Ya saya mengerti - "angguknya.
Tiba-tiba dia berhenti. "Dia tidak ada di sana sekarang Race,
bagaimana kalau kita masuk dan mencarinya?"
Poirot menggelengkan kepala. "Tidak, jangan tergesa-gesa. Barang
itu mungkin di sana."
"Bagaimana kalau kita melakukan pemeriksaan mendadak di
seluruh kapal?" "Kita harus mengumumkannya, kalau demikian. Kita harus hatihati. Posisi kita sangat rawan saat ini. Kita bicarakan saja situasi ini
sambil makan." Race setuju. Mereka menuju ruang merokok. Sambil menuang kopi
pada cangkirnya Race berkata. "Ada dua hal yang menarik saat ini.
Hilangnya mutiara itu, dan persoalan Fleetwood. Mengenai mutiara
ini, motifnya adalah perampokan, tapi - saya tak tahu apakah Anda
bisa menyetujui pendapat saya - "
Poirot berkata dengan cepat, "Tapi bukankah saatnya kurang
tepat?" Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Benar. Mencuri mutiara pada waktu demikian menyebabkan
penyelidikan ketat pada setiap orang di kapal. Bagaimana si pencuri
bisa lepas?" "Dia bisa saja pergi ke darat dan menyembunyikannya."
"Perusahaan mempunyai pengawas di darat."
"Kalau begitu tak mungkin hal itu dilakukan. Mungkinkah
pembunuhan itu dilakukan untuk mengalihkan perhatian dari
pencurian" Tidak, rasanya tak masuk akal. Tapi seandainya nyonya
Doyle terbangun dan menangkap basah si pencuri?"
"Dan karenanya si pencuri menembak dia" Tapi dia ditembak ketika
sedang tidur." "Jadi hal itu juga tidak masuk akal. Anda tahu saya mempunyai
sedikit ide tentang mutiara itu tapi - ah tidak - tidak mungkin.
Sebab jika ide saya benar, mutiara itu tidak akan lenyap. Bagaimana
pendapat Anda tentang si pelayan?"
"Saya kira," kata Race pelan-pelan, "dia tahu lebih banyak dari apa
yang dikatakannya." "Ah, Anda juga punya kesan begitu?"
"Jelas dia bukan gadis baik-baik," kata Race.
Hercule Poirot mengangguk. "Ya, saya tidak akan mempercayainya." "Anda rasa dia ada hubungan dengan pembunuhan ini?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Tidak. Saya rasa tidak."
"Dengan pencurian mutiara, kalau begitu?"
"Itu lebih mungkin. Dia baru saja bekerja pada Nyonya Doyle. Dia
bisa menjadi anggota suatu komplotan yang mengkhususkan diri
dalam perampokan perhiasan. Dalam hal seperti ini, pelayan itu
sering punya referensi yang sangat baik. Sayang kita tidak bisa
mendapat informasi mengenai hal ini. Bagaimanapun, teori ini
kurang memuaskan aaya. Mutiara itu - ah, sacre, ide saya
seharusnya benar. Tetapi tak seorang pun yang akan berlaku
bodoh - " "Dia berhenti."
"Bagaimana tentang Fleetwood?"
"Kita harus menanyai dia. Barangkali kita akan menemukan
kuncinya di sana. Kalau Louise Bourget berkata benar, dia punya
motif yang meyakinkan untuk membalas dendam. Dia bisa saja
mendengar pertengkaran Jacqueline dengan Tuan Doyle, dan
ketika semua orang meninggalkan saloon, dia mengambil pistol itu.
Ya, ini memang mungkin. Dan huruf J itu ditulis dengan darah. Ini
mungkin dengan sifat sederhana dan agak kasar. Namun, pada
kenyataannya, dia adalah orang yang kita cari."
"Ya - hanya - " Poirot mengusap hidungnya. dia berkata dengan
sedikit menyeringai, "Saya mengenal kelemahan saya. Saya rasa
saya lebih suka membuat persoalan menjadi sulit. Pemecahan vang
Anda kemukakan tadi - terlalu sederhana, terlalu mudah. Saya
tidak dapat merasa bahwa hal itu benar-benar terjadi. Tetapi ini
mungkin prasangka saya saja."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya rasa, lebih baik kita memanggilnya saja."
Race membunyikan bel dan memberi perintah. Kemudian dia
bertanya, "Ada kemungkinan - lain?"
"Banyak sekali, Kawan. Misalnya saja, wali Amerika itu."
"Pennington?" "Ya, Pennington. Di sini pernah terjadi suatu drama kecil beberapa
hari yang lalu." Dia menceritakan apa yang terjadi pada Race.
"Jadi - jelas sekali. Nyonya itu ingin membaca semua dokumen
sebelum menandatanganinya. Dia membuat alasan untuk
melakukannya pada hari lain saja. Dan kemudian, si suami. Dia
mengatakan pendapat yang sangat berarti."
"Apa itu?" Dia berkata - 'Saya tidak pernah membaca apa-apa. Saya menanda
tangan di tempat saya harus menanda tangan."
"Anda mengerti apa artinya" Penington mengerti. Saya melihat itu
dalam matanya. Dia memandang Doyle seolah-olah ada ide masuk
di kepalanya. Bayangkan saja, Kawan, seandainya Anda menjadi
wali gadis kaya raya. Tiba-tiba saja Anda menggunakan uang itu
untuk berspekulasi. Saya tahu hal itu dari cerita-cerita detektif tapi kita membacanya juga di koran-koran. Itu terjadi. Kawan, itu
terjadi." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya tidak membantah hal itu," kata Race.
"Barangkali, masih ada waktu untuk membuat spekulasi. Anak
tanggungan itu toh belum cukup umur. Dan kemudian - dia
menikah! Kontrol itu beralih dari tangannya ke tangan Linnet dalam
waktu singkat! Suatu bencana! Tapi masih ada kesempatan. Dia
sedang berbulan madu. Dia mungkin menjadi agak teledor dalam
soal-soal bisnis. Sehelai dokumen diselipkan di antara dokumendokumen lain, ditandatangani tanpa dibaca. Tapi Linnet Doyle
bukan gadis macam itu. Bulan madu atau bukan, dia tetap bersikap
bisnis. Dan kemudian suaminya mengeluarkan pendapat, dan suatu
ide baru muncul di benak laki-laki yang nekat itu, yang mencari
jalan keluar dari kehancuran. Kalau Linnet Doyle meninggal,
kekayaannya akan berpindah pada suaminya - dan dia akan
mudah dihadapi. Dia seperti anak kecil di tangan laki-laki cerdik
seperti Andrew Pennington. Mon cher Colonel, saya bilang saya
melihat pikiran itu melintasi kepala Andrew Pennington.
' Seandainya saja Doyle yang harus kuhadapi...' Itulah yang
dipikirkannya." "Sangat mungkin, saya rasa," kata Race serius, "tapi Anda tidak
punya bukti." "Sayang sekali, tidak."
"Kemudian ada si Ferguson muda itu," kata Race. "Omongannya
pahit sekali. Bukannya saya terpengaruh dengan perkataan
mungkin orang yang ayahnya dihancurkan oleh orang tua korban .
Ini agak kurang bisa diterima, tapi mungkin terjadi. Kadang-kadang
orang suka menungkit-ungkit persoalan yang telah lalu."
Dia berhenti semenit lalu berkata, "Dan orang buruan."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ya, ada 'orang buruan Anda' seperti Anda bilang."
"Dia adalah pembunuh," kata Race. "Kita tahu itu. Tapi sebaliknya,
Saya tidak melihat hubungannya dengan Linnet Doyle. Garis jalan
mereka tak bertemu."
Poirot berkata dengan pelan-pelan, "Kecuali, dengan tak disengaja


Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Linnet mengetahui identitasnya."
"Itu bisa jadi, tapi kemungkinannya jauh."
Ada orang mengetuk pintu.
"Ah, ini dia calon bigamis kita."
Fleetwood adalah seorang laki-laki besar yang kelihatan galak. Dia
memandang dua orang itu berganti-ganti dengan curiga ketika memasuki ruangan. Poirot
mengenalnya sebagai laki-laki
yang bicara dengan Louise Bourget.
Fleetwood bertanya dengan curiga. "Anda ingin bertemu dengan
saya?" "Benar," kata Race. "Barangkali Anda tahu bahwa ada pembunuhan
dalam kapal ini tadi malam?"
Fleetwood mengangguk. "Dan benarkah bahwa Anda punya alasan untuk membenci wanita
yang terbunuh itu?" Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia melihat dengan pandangan terkejut. "Siapa yang mengatakan?"
"Anda merasa bahwa Nyonya Doyle ikut campur urusan Anda
dengan seorang wanita muda."
"Saya tahu siapa yang mengatakan - gadis keji kurang ajar dan
pembohong itu. Dia pembohong besar."
"Tapi cerita ini benar."
"Itu bohong!" "Anda mengatakannya meskipun Anda tidak tahu apa sebenarnya
yang akan dikatakan."
Tebakan itu mengenai sasarannya. Laki-laki itu menjadi merah dan
meneguk ludah. "Bukankah benar bahwa Anda akan menikah dengan gadis Marie
ini, dan dia memutuskan hubungan ketika tahu bahwa Anda telah
menikah" "Apa urusan dia?"
"Maksud Anda, apa urusan Nyonya Doyle" Anda tahu bukan,
bahwa bigami adalah bigami."
"Tidak begitu sebenarnya. Saya menikah dengan orang sini. Itu
bukan soal. Dia kembali pada keluarganya. Saya tidak pernah
menemuinya lagi selama enam tahun."
"Bagaimanapun, Anda berstatus menikah."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Laki-laki itu diam. Race melanjutkan, "Nyonya Doyle, atau Nona
Ridgeway, waktu itu, mengetahuinya bukan?"
"Ya. Terkutuklah perempuan itu! Ikut-ikut campur urusan orang
lain. Seandainya dia tidak ikut-ikutan, saya pasti berhasil dengan
Marie. Saya mau melakukan apa saja untuknya. Dan dia tidak akan
tahu tentang isteri saya kalau saja gadis itu tidak ikut campur. Ya,
saya memang dendam dengan gadis itu. Dan saya benci sekali
ketika melihatnya di atas kapal ini, berbaju bagus, ditaburi mutiara
dan berlian, dan merajai tempat ini, tanpa pikiran sedikit pun
bahwa dia telah merusak hidup seorang laki-laki! Saya benci
memang, tapi bila Anda mengira bahwa saya adalah pembunuh
kotor - bila Anda mengira saya membunuhnya dengan pistol, itu
bohong! Saya tidak pernah menyentuhnya. Dan Tuhan tahu itu
benar." Dia berhenti. Keringat mengucur dari mukanya.
"Di mana Anda tadi malam antara pukul dua belas dan pukul dua?"
"Di tempat tidur saya, tidur - dan teman saya akan mengatakannya
demikian pada Anda."
"Akan kami lihat," kata Race. Dia mengusirnya dengan anggukan
pendek. "Itu saja."
" Eh, bien?" tanya Poirot ketika Fleetwood telah menutup pintu.
Race mengangkat bahunya. "Dia menceritakan cerita yang benar.
Dia memang gugup. Kita harus menyelidiki alibinya - meskipun ini
tidak menentukan. Teman sekamarnya mungkin saja tidur, dan dia
bisa keluar masuk kabin seenaknya. Ini tergantung apakah ada
orang lain yang melihatnya."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ya, kita harus mencari keterangan tentang itu."
"Hal berikutnya, saya kira," kata Race, "adalah apakah ada orang
yang mendengar sesuatu yang bisa menjadi petunjuk waktu
pembunuhan. Bessner mengatakan bahwa itu terjadi antara pukul
dua belas dan pukul dua. Saya rasa beralasan bagi kita untuk
berharap ada seorang penumpang mendengar tembakan itu meskipun mereka tidak mengetahui suara apa itu sebenarnya. Saya
sendiri tidak mendengar apa-apa. Bagaimana dengan Anda?"
Poirot menggelengkan kepala.
"Saya tidur nyenyak sekali. Saya tidak mendengar apa-apa - sama
sekali tidak mendengar apa-apa. Mungkin saya dibius, saya tidur
nyenyak sekali." "Sayang," kata Race. "Kita harap saja kita bisa mendapat
keterangan dari orang-orang yang kabinnya ada di sebelah kanan.
Kita telah menanyai Fanthorp. Sekarang giliran Allerton. Saya akan
menyuruh pramugara menjemput mereka."
Nyonya Allerton masuk dengan cepat. Dia memakai baju sutera
bergaris-garis dengan warna abu-abu. Wajahnya kelihatan sedih. Ini
terlalu mengerikan," katanya sambil duduk di kursi yang
ditempatkan Poirot untuknya.
"Saya tidak bisa mempercayainya. Makhluk cantik itu. dengan
segala yang dimilikinya - meninggal. Saya hampir merasa saya
tidak bisa mernpcayainya."
"Saya tahu perasaan Anda, Nyonya," kata Poirot dengan penuh
simpati. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya senang sekali Anda ada di kapal ini," kata Nyonya Allerton.
"Anda akan bisa menemukan siapa yang melakukan pembunuhan
itu. Saya juga gembira bahwa pembunuhnya bukan gadis sedih itu."
"Maksud Anda Nona de Bellefort. Siapa yang memberitahu Anda
bahwa bukan dia yang melakukan?"
"Cornelia Robson," jawab Nyonya Allerton sambil tersenyum.
"Anda tahu, dia sangat 'gembira' dengan kejadian ini. Barangkali ini
satu-satunya yang menggemparkan hatinya, dan mungkin hanya
satu-satunya yang terjadi dalam hidupnya. Tapi dia baik sekali. Dia
sangat malu menikmati 'kegembiraan' ini. Dia merasa tidak
pantas." Nyonya Allerton memandang Poirot dan kemudian menambahkan,
"Tapi saya tak seharusnya ngobrol. Anda ingin menanyakan sesuatu
pada saya." "Benar. Anda tidur pukul berapa, Nyonya?"
"Setelah setengah sebelas."
"Dan Anda langsung tidur?"
"Ya. Saya mengantuk sekali."
"Dan apakah Anda mendengar sesuatu - apa saja - pada malam
itu?" Nyonya Allerton mengernyitkan dahinya. "Ya, saya rasa saya
mendengar suatu ceburan dan orang berlari - atau mungkin
sebaliknya" Saya merasa ada seseorang yang tercebur di air Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
mimpi saya kira - dan kemudian saya bangun lalu mendengarkan,
tapi sepi tak ada apa-apa."
"Tahukah Anda, pukul berapa waktu itu?"
"Saya tidak tahu. Tapi saya rasa tidak lama setelah saya tidur.
Maksud saya dalam waktu kira-kira satu jam setelah saya tertidur."
"Sayang, Nyonya tidak terlalu pasti."
"Ya, benar. Tapi tak ada gunanya menebak-nebak bukan, kalau saya
memang tidak tahu?" "Dan hanya itu yang dapat Nyonya terangkan?"
"Saya kira begitu."
"Pernahkah Anda bertemu dengan Nyonya Doyle sebelumnya?"
"Tidak. Tim pernah. Dan saya mendengar cukup banyak tentang
dia - dari sepupu kami, Joanna Southwood, tapi saya belum
pernah bicara dengannya sampai kami bertemu di Aswan."
"Saya punya satu pertanyaan lagi. Nyonya, bila Anda tak
keberatan." Nyonya Allerton bergumam sambil tersenyum kecil. "Saya senang
mendapat pertanyaan yang kurang menyenangkan."
"Begini. Apakah Anda, atau keluarga Anda pernah menderita
kerugian finansial karena ulah ayah Nyonya Doyle, Melhuish
Ridgeway?" Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Nyonya Allerton memandang dengan heran. "Oh, tidak! Keuangan
keluarga saya tidak pernah kacau kecuali makin lama makin
merosot. Anda tahu, segala sesuatu kurang menguntungkan
sekarang ini. Tidak ada sesuatu yang melodramatis dengan
kemiskinan kami. Suami saya meninggalkan sedikit uang, tapi yang
ditinggalkan tetap saya miliki meskipun itu tidak memberi
keuntungan seperti yang kami peroleh sebelumnya."
"Terima kasih. Nyonya. Barangkali Nyonya bisa memanggilkan anak
Nyonya ke mari." Tim berkata dengan ringan ketika ibunya datang. "Percobaan telah
berlalu" Giliran saya sekarang! Apa saja yang mereka tanyakan?"
"Hanya apakah aku mendengar sesuatu tadi malam," kata Nyonya
Allerton. "Sayang aku tak mendengar apa-apa sama sekali. Aku tak bisa
berpikir, kenapa. Padahal kabin Linnet hanya di situ. barangkali aku
memang tak boleh mendengar tambakan itu."
"Pergilah, Tim; mereka menunggumu."
Poirot mengulangi pertanyaan sebelumnya. Tim menjawab, "Saya
tidur sore. Pukul setengah sebelasan kira-kira. Saya membaca
sedikit sebelumnya. Lalu mematikan lampu setelah pukul sebelas."
"Anda mendengar sesuatu setelah itu?"
"Mendengar suara laki-laki yang mengucapkan selamat tidur, saya
rasa, tidak terlalu jauh."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Itu saya mengucapkan selamat tidur pada Nyonya Doyle," kata
Race. "Ya. Setelah itu saya tidur. Kemudian saya mendengar seperti ributribut, ada orang memanggil nama Fanthorp. Saya ingat."
"Nona Robson ketika lari dari saloon."
"Ya. Saya rasa dia. Dan kemudian bermacam-macam suara. Dan
kemudian seseorang berlari sepanjang dek. Lalu suara ceburan.
Dan kemudian saya mendengar Bessner tua mengatakan 'Hati-hati'
dan 'Jangan terlalu cepat.' "
"Anda mendengar ceburan?"
"Ya, semacam itu."
"Anda yakin, bukan suara tembakan yang Anda dengar?"
"Ya, bisa jadi, saya rasa.... Saya mendengar suara seperti penutup
gabus terbuka. Barangkali saya membayangkan suara ceburan itu
ada hubungannya dengan suara sumbat gabus dengan minuman
yang tertuang dalam gelas. Saya membayangkan barangkali ada
pesta, dan saya mengharapkan mereka segera mengakhirinya dan
tidur." "Ada lagi setelah itu?"
Tim berpikir. "Hanya Fanthorp berjalan mondar mandir dalam
kabinnya di sebelah kabin saya. Saya rasa dia tidak tidur."
Poirot berkata "Setelah itu - Anda tak mendengar apa-apa lagi?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Sama sekali." "Terima kasih, Tuan Allerton."
Tim berdiri dan meninggalkan kabm itu.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 16 RACE mempelajari dengan asyik situasi dek atas kapal Karnak.
"Fanthorp, Allerton muda, Nyonya Allerton. Lalu sebuah kabin
kosong - kabin Simon Doyle. Sekarang siapa di sebelah kabin
Nyonya Doyle yane satunya" Perawan tua Amerika itu. Kalau orang
lain mendengar sesuatu, dia tentunya mendengar pula. Kalau dia
sudah bangun, sebaiknya kita tanyai."
Nona Van Schuyler masuk ruangan itu. Pagi itu dia kelihatan lebih
tua dan lebih kuning dari biasanya. Matanya yang kecil gelap
menunjukkan rasa tidak senang. Race berdiri dan membungkuk.
"Maaf harus mengganggu Anda, Nona Van Schuyler. Anda baik
sekali. Silakan duduk."
Nona Van Schuyler berkata dengan tajam, "Saya tidak senang ikut
tersangkut dalam perkara ini. Saya sangat menyesali kejadian ini.
Saya tidak ingin tersangkut dengan kejadian yang - err, tak
menyenangkan ini." "Benar-benar. Saya baru saja bicara dengan Tuan Poirot bahwa
lebih cepat kami mendapat keterangan dari Anda lebih baik,
karena Anda tidak akan terganggu lagi."
Nona Van Schuyler melihat Poirot dengan pandangan sedikit
senang. "Saya gembira Anda berdua mengerti perasaan saya yang
tidak biasa berhadapan dengan persoalan seperti ini.
Poirot berkata menenangkan, "Tepat, Nona. Itulah sebabnya kami
ingin secepatnya melepaskan Anda dari perasaan yang tak
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
menyenangkan ini. Sekarang - Anda tidur pukul berapa tadi
malam?" "Pukul sepuluh seperti biasa. Tadi malam saya tidur agak lambat
sebab Cornelia Robson yang tak tahu diri itu membuat saya
menunggunya." " Tres bien, Nona. Sekarang, apa yang Anda dengar setelah Anda
berbaring?" Nona Van Schuyler berkata, "Saya tertidur cepat."
" A merveille! Sangat menguntungkan kami."
"Saya terbangun oleh perempuan agak gemuk itu, pelayan Nyonya
Doyle, yang berkata, 'Bonne nuit, Madame,' yang diucapkan
dengan suara keras."
"Dan setelah itu?"
"Saya tertidur lagi. Saya bangun karena mengira ada seseorang di
kabin saya. Tetapi ternyata seseorang itu di kabin sebelah saya."
"Dalam kabin Nyonya Doyle?"
"Ya. Kemudian saya mendengar seseorang di luar, di dek, dan
kemudian ceburan." "Anda tahu pukul berapa ketika itu?"
"Saya dapat memberitahu dengan tepat pukul berapa ketika itu.
Pukul satu sepuluh menit."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Anda pasti?" "Ya. Saya melihat jam kecil saya yang ada di dekat tempat tidur."
"Anda tidak mendengar tembakan?"
"Tidak." "Tetapi, mungkinkah itu suara tembakan yang membangunkan
Anda?" Nona Van Schuyler memikirkan pertanyaan itu. Kepalanya yang
seperti katak itu dimiringkannya. "Mungkin juga." dia mengaku
dengan segan "Dan Anda tak punya bayangan, apa yang kira tercebur di air"
"Ya - saya tahu benar."
Kolonel Race berdiri spuntan. "Anda tahu?"
"Tentu saja. Saya tidak suka suara berkeliaran itu. Saya bangun dan
menuju pintu kabin. Nona Otterbourne membungkuk di pagar. Dia
baru menjatuhkan sesuatu di air."


Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nona Otterboume?" Suara Race terdengar heran.
"Saya melihat mukanya dengan jelas."
"Dia tidak melihat Anda?"
"Saya kira tidak."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Poirot membungkuk. "Dan bagaimana wajahnya ketika itu. Nona?"
"Dia dalam suatu emosi tertentu."
Race dan Poirot saling berpandangan. "Dan kemudian?" Race
bertanya cepat. "Nona Otterboume berjalan memutari buritan
kapal dan saya kembali tidur."
Ada ketukan di pintu dan manager kapal itu masuk. Dia membawa
bundelan yang menetes-netes. "Sudah ketemu. Kolonel."
Race mengambil bungkusan tersebut. Dia membuka setiap lipatan
beludru yang basah. Di dalamnya terdapat sebuah sapu tangan
kesat, sedikit ternoda warna merah muda, dan di dalamnya
terdapat pistol kecil bergagang mutiara. Race melirik Poirot dengan
sinar mata kemenangan. "Lihat," katanya, "pendapatku benar. Benda itu dilempar ke air."
Dia meletakkan pistol itu di telapak tangannya "Bagaimana. Tuan
Poirot" Inikah pistol yang Anda lihat di Hotel Cataract malam itu?"
Poirot melihatnya baik-baik; kemudian dia berkata pelan-pelan,
"Ya - ini. Ada hiasan di atasnya... singkatan J.B. Benda ini
merupakan sebuah article de luxe, suatu produksi yang sangat
feminin, tapi merupakan senjata yang membawa maut."
"Dua puluh dua," gumam Race. Dia mencabut penahannya. "Dua
peluru ditembakkan. Ya, tak diragukan lagi."
Nona Van Schuyler batuk-batuk memberi isyarat.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Dan bagaimana dengan stola saya?" tanyanya.
"Stola Anda, Nona?"
"Ya, itu stola saya yang Anda pegang."
Race mengangkat lipatan kain yang basah itu.
"Ini kepunyaan Anda, Nona Van Schuyler?"
"Tentu saja, itu kepunyaan saya!" bentak wanita tua itu. "Saya
mencarinya tadi malam. Saya menanyakannya pada setiap orang
apakah mereka melihat stola itu."
Poirot bertanya pada Race dengan matanya, dan yang terakhir ini
mengangguk mengerti. "Kapan Anda melihatnya terakhir kali, Nona Van Schuyler?"
"Benda itu ada di saloon kemarin sore. Ketika saya akan tidur, saya
tidak menemukannya."
Race berkata dengan tenang, "Anda tahu apa gunanya benda itu."
Dia membentangnya, dan menunjuk dengan jarinya bekas-bekas
hangus dan beberapa lubang kecil. "Si pembunuh memakainya
untuk membungkus pistol sehingga suara tembakan tidak
terdengar." "Kurang ajar!" teriak Nona Van Schuyler. Pipinya yang keriput
menjadi merah. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya akan senang bila Anda mau menceritakan sejauh mana
perkenalan Anda dengan Nyonya Doyle sebelum ini," kata Race.
"Saya tidak mengenal dia sebelumnya."
"Tapi Anda tahu tentang dia?"
"Tentu saja saya tahu siapa dia."
"Tapi keluarga Anda tidak kenal?"
"Kami membanggakan diri sebagai suatu keluarga yang eksklusif,
Kolonel Race. Ibu saya tidak akan mimpi mengunjungi keluarga
Hart, yang di luar kekayaannya, mereka bukanlah apa-apa."
"Itu saja yang dapat Anda ceritakan, Nona Van Schuyler?"
"Tidak ada yang perlu saya tambahkan pada apa yang telah saya
katakan pada Anda. Linnet Ridgeway dibesarkan di Inggris dan saya
tak pernah melihatnya sampai kedatangan saya di kapal ini."
Dia berdiri. Poirot membuka pintu dan dia keluar. Mata kedua lakilaki itu bertemu."Itu adalah ceritanya," kata Race, "dan dia akan
tetap mempertahankannya! Mungkin benar juga. Saya tidak tahu.
Tetapi - Rosalie Otterboume" Saya tak mengira."
Poirot menggelengkan kepala dengan sikap bingung. Kemudian dia
meletakkan tangan di atas meja dengan suara keras.
"Tapi itu tak masuk akal," teriaknya. " Nom d'un nom d'un nom! Tak
masuk akal." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Race memandangnya. "Apa maksud Anda?"
"Maksud saya, sampai pada suatu titik segalanya lancar. Seseorang
ingin membunuh Linnet Doyle. Seseorang itu mendengar
pertengkaran di saloon tadi malam. Seseorang mengendap-endap
masuk saloon dan mengambil pistol itu - pistol Jacqueline de
Bellefort, ingat. Seseorang menembak Linnet Doyle dengan pistol
itu dan menulis huruf J di dinding. Semuanya jelas, bukan" Semua
menunju Jacqueline de Bellefort sebagai pembunuh. Dan kemudian
apa yang dilakukan pembunuh itu" Meninggalkan pistol - pistol
terkutuk - pada Jacqueline de Bellefort, untuk ditemukan orangorang. Namun, apa yang pelaku itu lakukan" Tidak, dia malah melempar pistol itu, yang menjadi bukti, keluar kapal. Kenapa,
Kawan, kenapa?" Race menggelengkan kepalanya. "Ini aneh."
"Itu bukan hanya aneh - tidak mungkin,"
"Bukannya tidak mungkin, karena hal itu terjadi."
"Maksud saya bukan itu. Maksud saya urutan kejadian itu tidak
mungkin. Ada sesuatu yang tak beres."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 17 KOLONEL Race menoleh dengan curiga pada temannya. Dia
menghormati - dia punya alasan untuk menghormati - otak
Hercule Poirot. Tetapi pada saat itu dia tidak bisa mengikuti proses
pikiran temannya. Tetapi dia diam saja. Dia jarang mengajukan
pertanyaan. Dia meneruskan persoalan yang ditanganinya.
"Apa lagi yang akan kita lakukan" Menanyai gadis Otterboume itu?"
"Ya. Itu mungkin akan membantu kita."
Rosalie Otterboume masuk ruangan itu dengan kasar. Dia tidak
kelihatan gugup ataupun takut - hanya kelihatan segan dan
murung. "Bagaimana?" tanyanya.
Race menjadi pembicara. "Kami menyelidiki kematian Nyonya Doyle," dia menerangkan.
Rosalie mengangguk. "Maukah Anda menerangkan apa yang Anda lakukan tadi malam?"
Rosalie berpikir sebentar. "Ibu dan saya tidur sore-sore - sebelum
pukul sebelas. Kami tidak mendengar apa apa kecuali sedikit ributribut di luar kabin Dr. Bessner. Saya mendengar suara si Jerman tua
itu. Tentu saja saya tidak tahu ada kejadian apa sampai tadi pagi.
"Anda tidak mendengar tembakan?"
"Tidak." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Apakah Anda meninggalkan kabin Anda tadi malam?"
"Tidak." "Benarkah?" "Tentu saja benar!"
"Apa anda pergi ke luar, misalnya ke pagar untuk membuang
sesuatu" Tidak" Kalau begitu Anda meninggalkan kabin?"
"Tidak. Saya tidak pernah meninggalkan kabin. Telah saya katakan
tadi." "Kalau begitu bila ada seseorang mengatakan bahwa dia melihat
Anda - ". Dia menyela. "Siapa yang mengatakan telah melihat saya?"
"Nona Van Schuyler."
"Nona Van Schuyler?" Suaranya kedengaran sangat heran.
"Ya. Nona Van Schuyler mengatakan bahwa dia keluar kabin dan
melihat Anda membuang sesuatu ke dalam air."
Rosalie berkata dengan nyaring. "Itu bohong."
Kemudian, seolah-olah mendapatkan suatu ide. dia bertanya,
"Pukul berapa dia melihat saya?"
Poirot menjawab. "Pukul satu sepuluh menit. Nona."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia menganggukkan kepalanya sambil berpikir. "Apakah dia melihat
hal lain?" Poirot menatapnya dengan aneh. Ia mengelus dagunya. "Dia tidak," katanya, "tapi dia mendengar sesuatu."
"Tapi dia - apa yang didengarnya?"
"Seseorang berada di dalam kabin Ny. Doyle."
"Aku paham," bisiknya. Wajahnya menjadi pucat - pucat sekali.
"Dan Anda tetap mengatakan bahwa Anda tidak melempar sesuatu
ke dalam air,Nona?" "Kenapa saya harus berkeliaran malam-malam dan melemparkan
sesuatu?" "Mungkin ada suatu sebab - sebab yang tidak merugikan."
"Tidak merugikan?" ulang gadis itu dengan tajam.
"Itu yang saya katakan. Anda tahu, Nona, bahwa ada sesuatu yang
dilemparkan tadi malam. Suatu yang merugikan."
Race diam-diam membuka bungkusan beledu kotor dan
menunjukkan isinya. Rosalie Otterboume mengerut. "Dengan itu - dengan itukah - dia
dibunuh?" ia Nona Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Dan Anda menyangka bahwa saya - saya melakukannya" Sangat
tak masuk akal! Kenapa saya harus membunuh Linnet Doyle" Kenal
pun tidak!" Dia tertawa dan berdiri dengan menghina. "Persoalan
yang lucu!" "Ingat, Nona Otterboume," kata Race, "bahwa Nona Van Schuyler
sedia bersumpah melihat wajah Anda dengan jelas dalam cahaya
bulan." Rosalie tertawa lagi. "Kucing tua itu" Dia barangkali setengah buta.
Bukan saya yang dilihatnya."
Dia diam. "Bolehkah saya keluar sekarang?"
Race mengangguk dan Rosalie Otterboume meninggalkan ruangan.
Mata kedua laki-laki itu bertemu. Race menyalakan rokok. "Nah.
begitulah. Sama sekali berlawanan. Yang mana yang kita percaya?"
Poirot menggelengkan kepala. "Saya rasa tak seorang dan mereka
berkata terus terang."
"Itulah yang paling buruk," kata Race putus asa. "Banyak orang
yang menyimpan kebenaran hanya untuk alasan yang tak ada
gunanya. Apa tindakan kita selanjutnya" Meneruskan menanyai
penumpang-penumpang?"
"Saya rasa begitu. Meneruskan urutan dan metode selalu baik."
Race mengangguk. Nyonya Otterboume dengan pakaian batiknya menggantikan
tempat anaknya. Dia menguatkan pernyataan Rosalie bahwa
mereka tidur sebelum pukul sebelas. Dia sendiri tidak mendengar
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
suara yang menarik pada malam itu. Dia tidak bisa mengatakan
apakah Rosalie meninggalkan kabin atau tidak. Ketika menyinggung
persoalan kriminal itu dia cenderung untuk berpidato.
" Crime passionnel!" serunya. "Insting primitif - untuk membunuh!
Begitu erat dengan insting seksual. Gadis itu, Jacqueline, setengah
Latin, berdarah panas, mengikuti insting dirinya yang paling dalam,
mencuri, dan dengan pistol di tangan - "
"Tetapi Jacqueline de Bellefort tidak menembak Nyonya Doyle.
Kami yakin akan hal itu. Sudah terbukti." Poirot menerangkan.
"Kalau begitu suaminya," kata Nyonya Otterboume melarikan diri
dari bualannya. "Nafsu membunuh dan insting seksual - suatu
kriminal seks. Banyak contoh-contoh yang terkenal."
"Tuan Doyle kena tembak kakinya, dan dia tak dapat bergerak tulangnya retak." Kolonel Race menerangkan. "Dia tidur dengan Dr. Bessner."
"Tentu saja!" katanya, "alangkah bodohnya saya, Nona Bowers!"
"Nona Bowers?" "Tentu saja. Jelas sekali secara psikologis, penahan diri. Perawan
yang menahan diri! Menjadi gila karena melihat pasangan ini suami muda isterinya dalam asmara. Pasti dia! Dialah tipe wanita
itu - tidak menarik secara seksual, dengan pembawaan terhormat.
Dalam buku saya, Anggur yang Gersang - "
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Kolonel Race menyetop dengan bijaksana. "Pendapat Anda sangat
membantu Nyonya Otterboume. Kami harus meneruskan
pekerjaan kami sekarang. Terima kasih banyak."
Dia mengantarnya dengan hormat ke pintu, dan kembali ke
kursinya sambil mengusap dahinya. "Wanita beracun! Huh! Kenapa
tak ada orang yang membunuhnya.'"
"Itu bisa terjadi," kata Poirot menghibur.
"Barangkali ada artinya juga. Siapa yang masih belum dapat giliran"
Pennington - akan kita panggil terakhir, aku rasa. Richetti Ferguson." Tuan Richetti banyak bicaranya. "Alangkah mengerikan. Keji
sekali - seorang wanita yang begitu muda dan begitu cantik benar-benar kriminal yang tak berperasaan!"
Tangan Tuan Richetti terbang ke atas dengan ekspresif.
Jawabannya tepat dan cepat. Dia tidur sore-sore - sangat sore.
Bahkan langsung tidur setelah makan malam. Tetapi dia harus
membaca sebentar - sebuah pamflet yang baru diterbitkan Prahistoriche Forschung in Kleinasien - yang memberikan
petunjuk-petunjuk dan pandangan baru mengenai barang-barang
pecah belah bercat dari kaki bukit Anatoli. Dia mematikan lampu
sebelum pukul sebelas. Tidak, dia tidak mendengar suara
tembakan. Juga tidak mendengar suara sumbat gabus. Yang
didengarnya hanyalah - tapi dia mendengar ini tengah malam ceburan. Ceburan keras, di dekat lubang jendelanya.
"Kabin Anda di dek bawah, sebelah kanan kapal, bukan?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Iya, iya benar. Dan saya mendengar ceburan ke dalam air."
Tangannya terangkat lagi untuk menggambarkan besarnya ceburan
itu. "Bisakah Anda katakan pukul berapa Anda mendengar suara itu"
Tuan Richetti berpikir-pikir.
"Kira-kira satu, dua, tiga jam setelah saya tidur. Barangkali dua
jam." "Kira-kira pukul satu sepuluh menit, misalnya?"
"Ya, barangkali. Ah! kriminal yang mengerikan dan tak memiliki
perikemanusiaan. Seorang wanita yang begitu menarik...."
Tuan Richetti masih menggerak-gerakkan tangannya ketika keluar.
Race memandang Poirot. Poirot mengangkat alisnya lalu
menggerakkan bahunya. Mereka melanjutkan dengan Tuan
Ferguson. Ferguson seorang yang sulit. Dia berselonjor di kursi
dengan sombong. "Soal yang hebat!" katanya mencemooh. "Ada apa sebenarnya"
Dunia ini kelebihan wanita!"
Race berkata dengan dingin. "Kami ingin mendengar apa yang Anda
lakukan tadi malam. Tuan Ferguson."
"Saya tak mengerti mengapa Anda memerlukannya. Tapi saya tak
berkeberatan. Saya jalan-jalan berkeliling sebentar. Ke pantai
dengan Nona Robson. Ketika dia kembali ke kapal, saya jalan-jalan
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
sendiri sebentar. Saya datang dan masuk kabin kira-kira tengah


Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

malam." "Kabin Anda di bawah dek, sebelah kanan kapal?"
"Saya rasa itu benar."
"Apakah Anda mendengar tembakan" Suaranya terdengar seperti
sumbat botol." Ferguson berpikir. "Ya, saya kira saya mendengar sesuatu seperti
suara sumbat botol terbuka. Tapi tak ingat pukul berapa - sebelum
saya tidur. Tapi saat itu masih banyak orang yang - err, lari-lari di
atas dek." "Barangkali itu tembakan yang dilepas Nona J.Bellefort. Anda tidak
mendengar tembakan lain?"
Ferguson menggelengkan kepala.
"Suara ceburan?"
"Ceburan" Ya, saya rasa saya mendengar suara ceburan. Tapi saat
itu ribut sekali, dan saya tak begitu pasti."
"Apakah Anda meninggalkan kabin malam itu?"
Ferguson menyeringai. "Tidak. Saya tidak keluar. Dan saya tidak
ambil bagian dalam pekerjaan yang menyenangkan itu. Sayang."
"Saya harap Anda tidak bertingkah seperti kanak-kanak. Tuan
Ferguson." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Anak muda itu menjadi marah. "Kenapa saya tidak boleh
mengatakan apa yang saya pikirkan" Saya suka kekerasan."
"Tapi Anda tidak mempraktekkan apa yang Anda sukai?" bisik
Poirot. "Saya meragukannya."
Poirot membungkukkan badan. "Yang memberitahu Anda bahwa
Linnet Doyle adalah salah seorang wanita terkaya di Inggris adalah
Fleetwood, bukan?" "Apa hubungan Fleetwood dengan perkara ini"
"Fleetwood punya motif yang kuat untuk membunuh Linnet Doyle,
Kawan. Dia mendendam pada Linnet."
Tuan Ferguson berdiri dari tempat duduknya seperti sebuah
boneka spiral muncul dari kotaknya. "Jadi itukah permainan kotor
Anda?" Dia bangkit dengan marah. "Menimpakan tuduhan pada Fleetwood
miskin, yang tak dapat membela diri, dan yang tak punya uang
untuk membayar pengacara! Jadi perhatikan - bila Anda berusaha
menuduh Fleetwood dengan perkara ini, Anda akan berhadapan
dengan saya." "Dan siapakah Anda sebenarnya" * tanya Poirot dengan manis.
Tuan Ferguson menjadi marah. "Bagaimanapun saya bisa bersatu
dengan kawan-kawan saya," katanya marah.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Tuan Ferguson, saya rasa ini saja yang kami perlukan saat ini," kata
Race. Ketika pintu ruang itu menutup, dia berkomentar dengan tak
diduga, "Agak seperti anak harimau."
"Apa bukan orang yang Anda cari?" tanya Poirot.
"Saya rasa bukan. Saya kira dia ada di kapal. Informasinya sangat
tepat. Oh, dua pekerjaan untuk satu waktu. Mari kita tanyai
Pennington." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 18 ANDREW Pennington menunjukkan reaksi umum dengan duka cita
dan rasa terkejut. Seperti biasa, dia berpakaian dengan rapi.
Dasinya berganti dengan dasi hitam. Mukanya yang panjang dan
tercukur bersih menunjukkan ekspresi cemas.
"Tuan-tuan," katanya sedih, "persoalan ini menyedihkan saya!
Linnet kecil - ah, saya ingat dia sebagai anak kecil yang paling lucu.
Melhuish Ridgeway begitu bangga dengan anaknya! Ah, saya rasa
tak ada hubungannya. Katakan saja apa yang dapat saya lakukan;
itu yang saya inginkan."
Race berkata, "Pertanyaan pertama, Tuan Pennington, apakah
Anda mendengar sesuatu tadi malam?"
"Tidak, Tuan, saya tidak mendengar apa-apa. Kabin saya persis di
sebelah kabin Dr. Bessner - nomor empat puluh satu, dan saya
mendengar ribut-ribut di situ sekitar tengah malam. Tentu saja saya
tidak tahu dengan tepat pukul berapa saat itu."
"Anda tak mendengar sesuatu yang lainnya" Tembakan?"
Andrew Pennington menggelengkan kepalanya. "Tidak sama
sekali." "Dan pukul berapa Anda tidur?"
"Setelah pukul sebelasan." Dia membungkukkan badan. "Saya rasa
Anda tahu bahwa ada gosip di atas kapal ini. Gadis setengah
Perancis itu - Jacqueline de Bellefort - ada sesuatu yang
mencurigakan tentang dia. Linnet tidak mengatakan apa-apa pada
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
saya, tapi saya tentu saja tidak buta dan tuli. Antara dia dan Simon
pemah ada hubungan bukan" Cherchez la femme - ini adalah
aturan yang baik, dan saya kira Anda tidak perlu cherchez terlalu
jauh. "Maksud Anda, Anda yakin bahwa Jacqueline de Bellefort-lah yang
menembak Nyonya Doyle?" tanya Poirot.
"Saya rasa begitu. Tentu saja saya tak tahu apa-apa...."
"Sayang sekali, kami mengetahui sesuatu!"
"Eh?" Tuan Pennington kelihatan terkejut.
"Kami tahu bahwa Nona de Bellefort tidak mungkin menembak
Nyonya Doyle." Dia menerangkan situasi malam itu dengan hati-hati. Pennington
kelihatan enggan menerimanya.
"Saya setuju bahwa hal itu kelihatannya baik - tapi perawat wanita
ini, saya bertaruh dia tidak melek sepanjang malam. Dia tertidur
dan gadis itu menyelinap ke luar dan masuk lagi."
"Kurang dapat diterima, Tuan Pennington. Perawat itu
menyuntiknya dengan obat bius, ingat. Dan lagi, perawat terbiasa
cepat bangun dan tidak tidur lelap."
"Bagi saya, kedengarannya masih mencurigakan," kata Pennington.
Race berkata dengan suara memerintah tetapi halus, "Saya kira
Anda harus percaya bahwa kami telah memeriksa segala
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
kemungkinan dengan seksama, Tuan Pennington. Hasilnya sangat
meyakinkan - Jacqueline de Bellefort tidak menembak Nyonva
Doyle. Jadi kami terpaksa berpaling ke arah lain. Dan kami berharap
Anda bisa membantu kami."
"Saya?" Pennington menjadi gugup.
"Ya. Anda adalah teman intim wanita yang terbunuh ini. Anda tahu
keadaan hidupnya, dengan segala kemungkinannya. Anda lebih
tahu daripada suaminya karena dia berkenalan hanya beberapa
bulan yang lalu. Anda tahu, misalnya, orang yang membenci dia.
Anda tahu, barangkali, bahwa ada seseorang yang menginginkan
agar dia meninggal."
Andrew Pennington membasahi bibirnya yang kelihatan agak
kering itu dengan lidahnya. "Percayalah, saya tidak tahu. Linnet
dibesarkan di Inggris. Saya tidak mengenal keadaan dan relasirelasinya." "Tetapi," kata Poirot, "ada seseorang di atas kapal ini yang
menginginkan kematian Nyonya Doyle. Dia baru saja terhindar dari
bahaya. Anda ingat, di tempat ini ketika sebuah batu besar
menggelinding ke bawah ah! Tapi Anda tidak di sana, rasanya?"
"Tidak. Saya ada di dalam kuil waktu itu. Tentu saja saya
mendengar tentang hal itu kemudian. Hampir saja. Tapi bisa jadi itu
suatu kecelakaan, bukan?"
Poirot mengangkat bahunya. "Orang mengira demikian saat itu.
Sekarang diragukan."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ya, ya - tentu saja." Pennington mengusap mukanya dengan
sebuah sapu tangan sutera bagus.
Kolonel Race melanjutkan, "Tuan Doyle kebetulan mengatakan
bahwa ada seseorang di kapal ini yang punya rasa dendam - bukan
terhadap Nyonya Doyle sendiri, tapi keluarganya. Tahukah Anda
siapa kira-kira?" Pennington kelihatan heran sekali. "Tidak, saya sama sekali tidak
tahu." "Dia tidak mengatakan hal itu kepada Anda?"
"Tidak." "Anda adalah teman dekat ayahnya - Anda tidak ingat akan suatu
urusan bisnis yang menghancurkan saingannya?"
Pennington menggelengkan kepalanya tanpa daya. "Tidak ada
persoalan demikian yang kelihatan nyata. Hal begitu memang
sering terjadi, tentu saja. Tapi saya akan bisa mengingat seseorang
yang memberi ancaman semacam itu - tidak seperti itu."
"Secara singkat. Anda tidak dapat membantu kami, Tuan
Pennington?" "Kelihatannya demikian. Maafkan saya, Tuan-tuan."
Race dan Poirot saling berpandangan, kemudian dia berkata,
"Sayang sekali. Kami sudah berharap-harap."
Dia berdiri, menandakan bahwa interview itu berakhir.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Andrew Pennington berkata, "Karena Doyle sekarang sakit, saya
rasa saya harus mengatur beberapa hal. Maaf, Kolonel, apa
rencana Anda?" "Kalau kita meninggalkan tempat ini, kita akan berjalan terus,
nonstop sampai ke Shellfll. Kita akan tiba di sana besok pagi."
"Dan mayatnya?"
"Akan dipindah ke salah satu ruang penyimpan yang dingin."
Andrew Pennington menundukkan kepalanya. Kemudian dia
meninggalkan ruangan. Sekali lagi, Poirot dan Race saling
berpandangan. "Tuan Pennington," kata Race sambil menyalakan rokok. "Sama
sekali tidak tenang."
Poirot mengangguk, "Dan," katanya, "Tuan penington dengan
kacau menceritakan kebohongan yang agak menggelikan. Dia tidak
di dalam kuil abu Simbel ketika batu besar itu menggelinding.
Saya - moi qui vous parte - berani bersumpah baru saja keluar
dari tempat itu." "Bualan yang sangat tolol," kata Race, "dan kelihatan jelas sekali."
Poirot mengangguk lagi. "Tapi untuk saat ini," dia berkata dan
tersenyum, "kita menanganinya seperti anak kecil, hah"
"Sebaiknya begitu," kata Race setuju.
"Kita bisa mengerti dengan baik satu sama lain."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Ada suara berputar di bawah kaki mereka. Kapal Karnak mulai
berjalan kembali ke Shellal.
"Mutiara itu," kata Race. "Adalah soal kedua yang harus
diselesaikan." "Anda punya rencana?"
"Ya." Dia melihat jam tangannya. "Setengah jam lagi makan siang.
Pada akhir jam makan saya ingin membuat suatu pengumuman hanya mengatakan bahwa mutiara itu hilang, dan meminta setiap
orang untuk tinggal di ruang makan sementara dilakukan
penggeledahan." Poirot mengangguk setuju. Rencana yang bagus. Siapa pun yang
mengambil mutiara itu, pasti masih ada di tangannya. Dengan tidak
memberitahukan terlebih dahulu, tidak akan ada kesempatan
untuk melemparnya dari kapal.
Race mengambil beberapa lembar kertas. Dia berkata lirih, "Saya
akan membuat catatan singkat mengenai fakta-fakta yang telah
kita dapat. Ini dapat membantu kita berpikir dengan terang."
"Anda bekerja dengan baik. Metode dan urutan - sangat
diperlukan," kata Poirot.
Race menulis dengan tulisannya yang kecil dan rapi selama
beberapa menit. Akhirnya dia menyodorkan pekerjaannya pada
Poirot. "Ada yang tidak Anda sukai di situ?"
Poirot mengambil lembaran-lembaran itu. Judulnya:
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
PEMBUNUHAN NY. LINNET DOYLE
Nyonya Doyle terakhir kali dilihat dalam keadaan hidup oleh
pelayannya, Louise Bourget. Waktu: 23.30. Dari 23.30-24.20 yang
punya alibi: Cornelia Robson, James Fanthorp, Simon Doyle,
Jacqueline de Bellefort - tak ada orang lain lagi - tapi kriminal
hampir dapat dipastikan terjadi setelah waktu itu, karena pistol
yang digunakan adalah benar-benar milik Jacqueline de Bellefort,
yang sebelumnya ada di dalam tasnya.
Kepastian bahwa pistol tersebut yang dipakai sama sekali tidak ada,
sampai setelah diadakan pemeriksaan dokter dan pembuktian
seorang ahli peluru - tapi ini bisa dianggap sebagai suatu
kemungkinan besar. Kemungkinan urut-urutan kejadian:
X (pembunuh) adalah saksi pertengkaran antara Jacqueline dan
Simon Doyle di ruang kaca dan melihat pistol yang terlempar di
bawah sofa. Setelah ruangan itu kosong, X mengambil pistol dengan tujuan agar Jacqueline de Bellefort akan menerima
tuduhan. Dalam teori ini beberapa orang tertentu secara otomatis
bersih dari kecurigaan: Cornelia Robson, karena dia tidak punya kesempatan untuk
mengambil pistol itu sebelum James Fanthorp kembali untuk
mencari pistol tersebut. Nona Bowers - sama. Dr. Bessner - sama.
Catatan: Fanthorp sama sekali tidak dilepaskan dari tuduhan,
karena dia sendiri bisa menyembunyikan pistol itu dan mengatakan
bahwa tidak dapat di temukannya. "
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Orang-orang lainnya dapat mengambil pistol tersebut dalam jarak
waktu sepuluh menit. Kemungkinan-kemungkinan motif pembunuhan:
Andrew Pennington. Ini berdasarkan anggapan bahwa dia bersalah
karena praktek praktek penipuan. Ada beberapa bukti yang
menguatkan anggapan ini, tetapi tidak cukup untuk memberikan
tuduhan. Bila dia adalah orang yang menggulingkan batu besar, dia
Harpa Iblis Jari Sakti 22 Rahasia Si Badju Perak Karya G. K. H Biang Biang Iblis 3

Cari Blog Ini