Rassendyll berperan sebagai raja itu dan jatuh cinta pada Princess Flavia, yang
resminya adalah tunangan raja itu."
Lady Matilda lagi-lagi menghela napas. "Ya. Rudolf Rassendyll mewarisi rambut
merahnya itu dari seorang leluhur wanitanya, dan dalam salah satu adegan di buku
itu, dia membungkuk di depan potret dan mengucapkan sesuatu tentang aku lupa
?namanya sekarang Countess Amelia atau siapa itu, yang daripadanya diwarisinya
?wajah itu dan lain-lainnya. Lalu aku melihatmu dan membayangkan kau adalah
Rudolf Rassendyll, dan kau tadi keluar untuk melihat potret seseorang yang
mungkin leluhurmu, untuk meyakinkan apakah dia mengingatkanmu pada seseorang.
Jadi kau sedang terlibat dalam semacam petualangan cintakah?"
"Wah, apa yang membuat Bibi berpikir begitu?"
"Yah, sesungguhnya hidup ini tidak mengandung terlalu banyak pola, tahu" Orang
baru melihat adanya pola jika pola itu sudah timbul di permukaan. Seperti sebuah
buku tentang rajut-merajut. Ada sekitar enam puluh lima jenis rajutan. Nah, kau
akan mengenal satu pola ter-101
tentu jika kau melihatnya. Saat ini, bisa kukatakan, polamu adalah petualangan
asmara." Ia menarik napas. "Tapi kau takkan mau mengatakannya kepadaku, kukira."
"Tak ada yang bisa kukatakan," kata Sir Stafford.
"Kau memang .selalu pandai berbohong. Yah, tak apa. Bawa dia ke sini untuk
menjumpaiku suatu hari kelak. Itu saja yang kuinginkan, sebelum para dokter
berhasil membunuhku dengan antibiotik jenis baru yang belum ditemukan. Itu pilpil berwarna-warni yang harus kuminum saat ini! Kau pasti takkan percaya."
"Aku tak mengerti kenapa Bibi bilang ada wanita..."
"Apa bukan" Oh, aku selalu tahu jika ada seorang wanita hadir. Ada seorang
wanita yang kini sedang melintas di jalan hidupmu. Yang ingin kuketahui yaitu di
mana kau berjumpa dengannya pertama kali. Di Malaysia, di meja konferensikah"
Putri seorang duta atau putri seorang menterikah" Sekretaris cantik dari
kalangan diplomatik" Tidak, tak ada yang cocok. Di kapal waktu pulang" Tidak,
kau tak lagi naik kapal zaman sekarang. Di pesawat, barangkali."
"Bibi sudah hampir benar," Sir Stafford tak tahan lagi untuk terus menutupi.
"Ah!" Ia menyambar. "Pramugari?"
Ia menggelengkan kepala. "Ah! Jangan bilang. Coba saja, aku akan tahu. Aku selalu punya intuisi tajam
tentang apa saja 102 yang sedang kaugeluti. Bahkan hal-hal yang umum. Tentu saja aku sudah tidak
aktif sekarang, tapi aku masih suka bertemu teman-teman lama, dan cukup gampang,
tahu, untuk mendapat satu atau dua info dari mereka. Orang sedang gelisah
sekarang. Di mana-mana mereka gelisah."
"Maksud Bibi ada ketidakpuasan secara umum kekecewaan?"?"Bukan, sama sekali bukan itu maksudku. Maksudku orang-orang yang di atas yang
sedang cemas. Pemerintah kita sedang cemas. Ada hal-hal yang sedang terjadi,
hal-hal yang tidak seharusnya terjadi. Pergolakan." "Pergolakan mahasiswa?" "Oh,
pergolakan mahasiswa cuma salah satu- . nya saja. Tapi itu memang sedang
berkembang di mana-mana dan di semua negara, kelihatannya begitu. Kau tahu, aku
punya seorang gadis manis yang datang setiap pagi untuk membacakan surat kabar.
Aku sendiri sekarang kurang bisa membaca dengan baik. Suaranya bagus. Dia juga
yang menyeleksi surat-suratku, dan dia membacakan berita-berita dari surat
kabar. Dia gadis yang baik dan ramah. Dia membacakan hal-hal yang ingin
kuketahui, bukan hal-hal yang menurut dia kurang baik untuk kuketahui. Ya, semua
orang sedang cemas, begitu yang kusimpulkan, dan ingat, gagasan ini sedikitbanyak timbul dari seorang temanku yang amat tua."
"Salah satu teman karib Bibi di kemiliteran?" "Dia seorang mayor jenderal, kalau
itu yang 103 kautanyakan. Sudah bertahun-tahun pensiun, tapi masih selalu mengikuti
perkembangan. Kaum mudalah yang boleh dikatakan menjadi ujung tombak dari
semuanya ini. Tapi bukan itu yang menjadi biang utama kecemasan. Mereka siapa
?pun yang dimaksud dengan mereka melaksanakan aksinya, lewat kaum muda itu. Kaum
?muda di semua negara. Kaum muda bergerak. Kaum muda meneriakkan slogan-slogan,
slogan-slogan yang kedengarannya membakar semangat, walau mereka tidak selalu
memahami artinya. Begitu gampangnya menyulut api revolusi. Itu hal yang biasa
bagi kaum muda. Semua kaum muda memang selalu berjiwa pemberontak. Mereka
memberontak, mereka mendobrak, mereka menginginkan suatu dunia yang lain. Tapi
mereka juga buta. Mata mereka tak bisa melihat. Mereka tak tahu akan dibawa ke
mana. Apa yang akan terjadi selanjutnya" Apa yang ada di depannya" Dan siapa
yang ada di belakang mereka, yang mendalangi" Inilah yang menakutkan dari semua
ini. Jadi, ada yang memegang wortel di depan hidung keledai, dan pada saat yang
sama ada orang di belakang keledai itu memacunya dengan cemeti."
"Bibi punya daya khayal yang luar biasa." "Ini bukan khayalan, Anak manis. Dulu
orang juga bilang begitu tentang Hitler. Hitler dan Pemuda Hitler-nya. Itu
adalah sesuatu yang dipersiapkan dengan lama dan cermat. Itu sebuah peperangan
yang direncanakan dengan rapi. Itu
104 pilar kelima yang ditanamkan di berbagai negara yang siap menerima kaum super.
Kaum super adalah bunga dari bangsa Jerman. Itulah yang mereka pikir dan mereka
yakini sepenuh jiwa-raga. Ada orang yang sekarang ini mempercayai hal semacam
itu. Itu adalah sebuah ideologi yang akan bisa diterima oleh mereka, jika
diajarkan dengan cara yang pintar."
"Sebenarnya Bibi sedang berbicara tentang siapa" Maksud Bibi, Cina atau Rusia"
Apa maksud Bibi?" "Aku tidak tahu. Sedikit pun aku tak tahu. Tapi ada yang sedang terjadi di suatu
tempat, dan menunjukkan gejala-gejala yang sama di mana-mana. Lagi-lagi pola,
kau lihat itu. Pola! Rusia" Negeri itu sedang dibingungkan oleh komunisme,
kurasa mereka sudah dianggap ketinggalan zaman. Cina" Kurasa mereka sudah
tersesat. Barangkali karena Ketua Mao terlalu mendominasi. Aku tak tahu siapa
orang-orang itu dan siapa yang membuat perencanaan. Seperti kataku tadi,
masalahnya adalah mengapa dan di mana dan kapan dan siapa." "Sangat menarik."
"Betapa sangat menakutkan, gagasan sama yang muncul kembali. Sejarah selalu
berulang. Sang pahlawan muda, sang superman yang harus diikuti semua orang." Ia
berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Gagasan yang sama. Sang Siegfried Muda."
105 7. Nasihat dari Bibi Buyut Matilda
Bibi buyut matilda melihat kepadanya. Ia memang cerdas dan bermata tajam. Sejak
dulu Stafford Nye tahu itu. Tapi ia lebih yakin lagi sekarang.
"Jadi kau sudah pernah mendengar istilah itu," katanya. "Baiklah."
"Apa artinya istilah itu?"
"Benar kau tak tahu?" Alisnya terangkat heran.
"Sumpah mati, belah dadaku," kata Sir Stafford, memakai bahasa masa kanak-kanak
dulu. "Ya, dulu kita biasa bilang begitu, ya?" kata Lady Matilda. "Benar kau sungguhsungguh?" "Benar aku tak tahu apa-apa tentang itu." "Tapi kau pernah mendengar
istilah itu sebelumnya."
"Ya. Seseorang menyebutkannya padaku."
"Orang pentingkah dia?" "Bisa jadi. Kurasa bisa sekali. Apa maksud Bibi dengan
'orang penting'?" "Yah, kau kan banyak terlibat dalam misi-misi
106 Pemerintah akhir-akhir ini" Kau telah mewakili negeri yang payah dan
memprihatinkan ini sepenuh kemampuanmu, dan aku takkan heran jika hasilnya tidak
lebih baik daripada yang bisa dilakukan orang-orang lain, duduk mengelilingi
meja dan bicara. Aku tak yakin, apa akan ada hasilnya dengan cara itu."
"Barangkali memang tidak," kata Stafford Nye. "Nyatanya, orang tak bisa merasa
optimis jika berbicara mengenai masalah-masalah ini."
"Orang mencoba melakukan sepenuh kemampuannya," kata Lady Matilda meluruskan.
"Itu prinsip yang amat Kristiani. Tapi di zaman ini, jika orang melakukan hal
jelek malahan dianggap benar. Apa artinya semua ini. Bibi Matilda?"
"Rasanya aku tidak mengerti," kata bibinya. "Wah, sering kali Bibi mengerti
begitu banyak hal." "Tidak persis begitu. Aku mencomotnya dari sana-sini." "Ya?"
"Aku masih punya beberapa teman lama, tahu" Teman-teman yang masih mengikuti
perkembangan. Tentu saja sebagian besar dari mereka sudah hampir tuli total,
setengah buta, atau tak bisa berjalan dengan benar. Tapi ada yang masih
berfungsi. Sesuatu, katakan saja, yang di atas sini." Ditepuknya kepalanya yang
berambut putih, yang ditata rapi. "Sedang ada banyak kecemasan dan ketakutan.
Lebih dari-
itu. Kali ini sifatnya aktif, bukan pasif, boleh dibilang begitu. Sebenarnya
sudah lama aku merasa dari luar, dan kau dari dalam bahwa ada yang tidak ? ?beres. Ketidakberesan yang cukup parah. Tapi kini kita sampai pada suatu titik
di mana kita merasa bahwa ketidakberesan itu sedang dibenahi. Dan itu mengandung
nuansa bahaya. Sesuatu sedang berlangsung, sesuatu sedang bergolak. Bukan cuma
di satu negara. Di cukup banyak negara. Mereka telah membentuk semacam pasukan
sendiri, dan yang berbahaya yaitu bahwa yang terlibat adalah kaum muda. Juga
orang-orang yang mau disuruh pergi ke mana saja, melakukan apa saja, dan
payahnya percaya saja. Dan selama kepada mereka dijanjikan akan ada pendobrakan,
perusakan, pengacauan, mereka mengira itu baik dan bahwa dunia akan menjadi
lebih baik. Mereka tidak kreatif, itulah masalahnya mereka cuma destruktif.
?Kaum muda yang kreatif menulis puisi, membaca buku, mungkin mengarang lagu,
melukis gambar seperti yang biasa mereka lakukan. Mereka itu tak jadi masalah.
Tapi jika sekali orang belajar menyukai destruksi demi destruksi itu sendiri,
maka akan muncul kepemimpinan jahat."
108 "Bibi selalu mengatakan 'mereka'. Siapakah 'mereka' itu?"
"Kalau saja aku tahu," kata Lady Matilda. "Ya, kalau saja aku tahu. Sungguh aku
ingin tahu. Jika ada kudengar sesuatu yang penting, kau akan kuberitahu. Supaya
kau bisa melakukan sesuatu."
"Sayangnya, aku belum tahu harus mengatakannya kepada siapa, maksudku meneruskan
berita itu." "Ya, jangan teruskan kepada sembarang orang. Jangan percaya begitu saja. Jangan
teruskan kepada orang-orang goblok yang di pemerintahan itu, atau pada orangorang yang berharap akan ambil peranan di pemerintahan setelah semua ini
berlalu. Para politisi tak punya waktu untuk meneliti dunia tempat mereka
tinggal, dan mereka melihatnya sebagai suatu panggung pemilihan wakil-wakil
rakyat yang mahaluas. Itu sudah cukup untuk menyita seluruh perhatian mereka
untuk sementara waktu. Mereka melakukan hal-hal yang dengan sejujurnya mereka
percaya akan bisa memperbaiki keadaan, lalu mereka terkejut ketika ternyata
keadaan tidak jadi lebih baik, sebab itu bukan hal-hal yang dimaui masyarakat.
Dan mau tak mau akhirnya orang sampai pada kesimpulan bahwa kaum politisi ini
merasa mereka punya hak istimewa untuk berbohong demi tujuan yang baik. Belum
terlalu lama rasanya ketika Mr. Baldwin membuat pernyataannya yang ter-109
kenal 'Seandainya dulu saya mengatakan yang sebenarnya, pastilah saya kalah ?dalam pemilihan.' Para perdana menteri masih merasa begitu. Syukur pada Tuhan,
sekali-dua kali muncul seorang besar. Tapi itu sangat jarang."
"Nah, menurut Bibi apa sebaiknya yang harus
dilakukan?" "Kau minta nasihatku" Aku" Tahukah kau
berapa usiaku sekarang?"
"Hampir sembilan puluh," keponakannya
coba menerka. "Belum setua itu," kata Lady Matilda, agak tersinggung. "Apa aku kelihatan setua
itu, Anak manis?" 'Tidak, Sayang. Bibi tampak cantik dan sehat, seperti berumur enam puluh enam."
"Itu lebih baik," kata Lady Matilda. "Belum pas. Tapi lebih baik. Jika aku
mendapat info dari salah satu teman baikku yang admiral atau jenderal tua, atau
malahan mungkin dari seorang marsekal udara mereka benar sering mendapat info,
?tahu" Mereka masih punya banyak teman, dan orang-orang tua1-itu masih suka
berkumpul dan berbicara. Jadi, Berita akan diteruskan. Selalu ada saja radio
berjalan, dan sampai sekarang masih saja ada, walaupun mereka sudah tua-tua.
Sang Siegfried Muda. Kami sedang mencari petunjuk untuk bisa memecahkan arti
istilah itu. Aku tak tahu apa itu nama orang atau sebuah kata sandi atau nama
sebuah klub atau nama seorang juru selamat baru atau
110 seorang penyanyi pop. Tapi istilah itu menunjukkan, sesuatu. Bisa merupakan
sebuah motif musik juga. Aku sudah agak lupa konser-konser Wagner." Suara tuanya
mendendangkan sebuah melodi yang sebagian mudah dikenali. "Tiupan terompet
Siegfried, bukan begitu" Sebaiknya kauambil sebuah recorder. Apa maksudku me-"
ngatakan recorder tadi" Maksudku bukan piringan hitam yang dipasang pada
gramofon. Maksudku, itu barang yang dibuat mainan oleh anak-anak sekolahan.
Dipakai di kelas juga barang itu. Aku hadir dalam sebuah ceramah tempo hari.
Pendeta kami yang menyelenggarakannya. Sangat menarik. Itu, menelusuri jejak
sejarah ditemukannya recorder itu, dan jenis-jenis recorder yang ada mulai zaman
Elizabeth sampai sekarang. Ada yang besar, ada yang kecil, berbeda nada dan
berbeda bunyi. Sangat menarik. Menarik dari dua segi. Recorder JtuL-sendiri. Ada
yang berbunyi merdu. Dansejarahnya. Ya. Wah, bilang apa aku tadi, y^P^
"Bibi bilang, aku^sebaiknya mencari alat seperti itu, kalau^taK salah."
'Ya. Caftrecorder (suling kuno) itu, dan be-lajarlahDagaimana meniup panggilan
terompet Siegfried. Kau berbakat musik sejak dulu. Kau bisa, kan?"
"Wah, itu kecil artinya bagi penyelamatan dunia, tapi aku berani bilang aku bisa
melakukan itu." "Siapkan itu. Sebab, kau lihat saja nanti..." ia
111 mengetuk meja dengan kotak kacamatanya, "kau akan perlu menarik perhatian orangorang jahat itu suatu saat. Barangkali bisa berguna. Mereka akan menerimamu
dengan tangan terbuka, dan kau lalu akan bisa tahu sesuatu."
"Bibi benar-benar punya gagasan," kata Sir Stafford dengan nada kagum.
"Apa lagi yang bisa dipunyai orang seumurku?" kata bibinya. "Aku tak lagi bisa
ke mana-mana. Aku tak lagi bisa banyak bergaul, aku tak sanggup berkebun. Yang
masih bisa kulakukan hanya duduk di kursi dan mengolah gagasan-gagasan. Ingat
itu jika kau nanti lebih tua dari empat puluh tahun."
"Satu yang Bibi katakan tadi menarik perhatianku."
"Cuma satu?" kata Lady Matilda. "Itu tidak terlalu membesarkan hati, mengingat
banyaknya aku berbicara tadi. Yang mana?"
"Bibi bilang tadi aku mungkin bisa menarik perhatian orang-orang jahat itu
dengan serulingku. Bibi serius?"
"Yah, itu salah satu cara, kan" Orang baik tak jadi masalah. Tapi yang
jahat nah, kau harus bisa menemukan cara-cara khusus, bukan" Kau harus ?menyebarkan sesuatu. Seperti kumbang yang mendengung," katanya sambil merenung.
"Jadi sebaiknya aku membuat bunyi-bunyian di malam hari?"
"Yah semacam itulah kira-kira. Kami pernah ketempatan sarang kumbang kematian di
sayap 112 timur rumah. Sangat mahal biayanya untuk membereskan kekacauan dunia."
"Sudah jelas akan jauh lebih mahal," kata Stafford Nye.
'Tak jadi masalah," kata Lady Matilda. "Orang tak pernah berkeberatan membuang
banyak uang. Mereka lebih merasa terkesan begitu. Malahan jika ciiminta untuk
berhati-hati dan berhemat, mereka tidak suka. Kita masih sama saja. Di negara
ini, maksudku. Kita masih sama saja dengan dulu." "Apa maksud Bibi dengan itu?"
"Kita ini bangsa yang punya kemampuan untuk melakukan hal-hal besar. Kita dulu
begitu andal dalam mengelola kekaisaran. Tapi kita tidak bisa mempertahankannya.
Lalu ternyata kita tidak lagi membutuhkan kekaisaran. Dan kita sadar akan hal
itu. Terlalu sulit mengurusnya. Robbie-Iah yang membuatku menyadari hal itu," ia
menambahkan. "Robbie?" Rasanya nama itu pernah didengarnya.
"Robbie Shoreham. Robert Shoreham. Dia temanku yang paling lama. Lumpuh seluruh
tubuhnya yang kiri. Tapi dia masih bisa berbicara, dan dia memakai alat bantu
dengar yang cukup baik."
" "Di samping menjadi salah satu ahli fisika paling terkenal di dunia," kata
Stafford Nye, "ternyata dia juga salah satu teman karib Bibi, ya?"
"Kukenal dia sejak masih anak-anak," kata
113 Lady Matilda. "Kau heran, ya, bahwa ternyata kami berteman, cocok dalam banyak
hal, dan suka sekali ngobrol bersama?"
"Yah, aku tak menyangka bahwa..." "Bahwa akan ada banyak hal yang bisa kami
bicarakan" Memang benar aku tak pernah bisa matematika. Untunglah, waktu aku
kecil dulu, itu tak jadi masalah. Bagi Robbie, matematika sudah digemarinya
sejak dia berumur sekitar empat tahun, kukira. Kini orang bilang itu hal yang
cukup jamak. Dia suka bicara tentang banyak hal. Dia selalu suka padaku, karena
aku sembrono dan bisa membuatnya tertawa. Dan aku juga seorang pendengar yang
baik. Dan memang, kadang-kadang bicaranya amat menarik." "Begitukah?" kata
Penumpang Ke Frankfurt Passenger To Frankfurt Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Stafford Nye datar. "Eh, kau tak percaya, ya" Moliere itu kawin dengan
pembantunya, kan" Dan perkawinannya ternyata sukses. Jika seorang pria sangat
pintar, dia malahan tidak menginginkan seorang wanita yang sangat pintar juga
untuk diajak bicara. Itu akan melelahkan. Dia akan lebih suka dengan seorang
gadis manis yang tidak pintar, tapi bisa membuatnya tertawa. Aku tidak terlalu
buruk waktu masih muda dulu," kata Lady Matilda dengan nada puas. "Aku tahu aku
tidak memiliki kelebihan-kelebihan akademik. Aku sama sekali bukan cendekiawan.
Tapi Robert selalu bilang bahwa aku punya penalaran yang bagus, kecerdasan."
"Bibi orang yang menyenangkan," kata Stafford Nye. "Aku senang datang ke sini
mengunju - 114 ngimu, jika nanti aku pergi atau akan selalu ingat semua yang telah Bibi
katakan. Kukira masih banyak lagi yang bisa Bibi katakan padaku, tapi tampaknya
Bibi tak mau mengatakannya."
"Hanya jika saatnya telah tiba," kata Lady Matilda. "Tapi aku setulus hati ingin
selalu membantumu. Katakan padaku, apa saja yang kaulakukan dari waktu ke waktu.
Kau akan makan malam di Kedutaan Amerika, kan, minggu depan?"
"Bagaimana kau bisa tahu" Memang aku diminta."
"Dan kau setuju, aku tahu."
'Yah, itu semua kan masih dalam lingkup tugas." Ia memandang wanita tua itu
dengan rasa ingin tahu. "Bagaimana Bibi bisa tahu semua hal?"
"Oh, Milly yang bilang padaku."
"Milly?" "Milly Jean Cortman. Istri Duta Besar Amerika. Wanita yang amat menarik, tahu"
Perawakannya kecil, tapi sempurna."
"Oh, maksud Bibi Mildred Cortman?"
"Dia dibaptis dengan nama Mildred, tapi dia lebih suka dipanggil Milly Jean.
Waktu itu aku bicara dengannya di telepon, tentang pertujukan bioskop pagi untuk
amal atau apa. Dia sering kami juluki sang Venus Dermawan."
"Istilah yang amat menarik," kata Stafford Nye.
115 8. Makan Malam di Kedutaan
Ketika Mrs. Cortman menyambutnya dengan kedua tangan terbuka, Stafford Nye
teringat istilah yang dipakai oleh bibinya. Milly Jean Cortman adalah wanita
berumur di antara tiga puluh lima dan empat puluh tahun. Raut wajahnya halus,
mata biru-kelabu yang besar, bentuk kepala yang teramat sempurna, dengan rambut
kelabu-kebiruan yang memancarkan bayang-bayang menawan yang pas sekali dengan
seluruh sosoknya yang tampak terawat sempurna. Ia sangat populer di London.
Suaminya, Sam Cortman, seorang laki-laki berperawakan tinggi besar, agak
membosankan. Ia amat bangga akan istrinya. Ia sendiri seorang pembicara yang
lamban, agak terlalu suka menekan-nekankan. Orang jadi kehilangan minat jika ia
menguraikan suatu pokok dengan bertele-tele, yang sebenarnya tidak penting.
"Balik dari Malaysia, bukan. Sir Stafford" Pastilah menyenangkan, ya, berkunjung
ke sana, walau saya takkan melakukannya pada saat se 116 perti ini. Tapi sungguh kami semua senang Anda telah kembali. Coba sebentar.
Anda sudah kenal Lady Aldborough dan Sir John, dan Herr von Roken, Frau von
Roken, Mr. dan Mrs. Staggenham."
Mereka itu orang-orang yang dikenal Stafford Nye dengan derajat berbeda-beda.
Ada seorang pria Belanda dan istrinya yang belum dikenalnya, sebab mereka baru
saja menduduki pos baru. Staggenham itu menteri kesejahteraan sosial yang hadir
bersama istrinya. Pasangan yang sungguh tidak menarik, begitu selalu
pendapatnya. "Dan Countess Renata Zerkowski. Saya rasa dia bilang pernah berjumpa dengan
Anda." "Tentunya setahun yang lalu itu. Ketika saya terakhir berada di Inggris," kata
countess itu. Dan inilah dia, lagi-lagi penumpang dari Frankfurt itu. Agak tak acuh, santai,
berubah jadi cantik dalam gaya kelabu-kebiruan berhiaskan mantel bulu. Rambutnya
ditata tinggi (pakai wig") dan di lehernya melingkar sebuah kalung dengan salib
batu mirah berdesain antik.
"Signor Gasparo, Count Reitner, Mr. dan Mrs. Arbuthnot."
Sekitar dua puluh enam totalnya. Saat makan, Stafford Nye duduk di antara Mrs.
Staggenham dan Signora Gasparo. Renata Zerkowski duduk tepat di depannya.
Makan malam di kedutaan. Makan malam yang sudah begitu sering dihadirinya, yang
je - 117 nis tamu-tamunya selalu begitu. Beraneka ragam anggota Korps Diplomatik,
menteri-menteri muda, satu atau dua industrialis, dan biasanya diundang pula
beberapa tokoh masyarakat yang pintar berhandai-handai, wajar, menyenangkan,
walaupun ada satu atau dua yang berbeda, pikir Stafford Nye. Walau ia sedang
sibuk berbicara dengan Signora Gasparo seorang yang menarik untuk diajak ?bicara, seorang yang cerewet, sedikit genit benaknya mengembara, sama seperti
?matanya, walau itu dilakukannya dengan tidak kentara. Ketika matanya menyapu
meja makan, orang takkan tahu bahwa ia sedang membuat kesimpulan-kesimpulan di
benaknya. Ia diundang ke sini. Mengapa" Untuk suatu alasan tertentukah atau
tanpa alasan apa-apa" Hanya karena namanya otomatis muncul di daftar saat para
sekretaris, mengecek anggota-anggota Korps Diplomatik sesuai giliran mereka"
Atau ia diperlukan di situ sebagai tamu "ekstra", pria atau wanita, demi
seimbangnya susunan di meja" Ia memang selalu diundang jika ada keperluan
"ekstra" seperti itu.
"O, ya," sang Nyonya Rumah "biasanya akan berkata, "Stafford Nye adalah pilihan
yang tepat. Harap tempatkan dia di sebelah Madame Anu, atau Lady Anu."
Barangkali ia diundang hanya untuk itu saja. Tapi toh ia masih ragu. Dalam
pengalamannya, selalu ada saja alasan tertentu lainnya. Jadi matanya, dengan
pandangan ramah orang yang
118 terbiasa bergaul luas, yang tampak seperti tidak memandang ke arah tertentu,
sebenarnya sedang sangat sibuk.
Di antara tamu-tamu ini barangkali ada seseorang yang penting, karena suatu
alasan tertentu. Seseorang yang diundang bukan cuma sekadar mengisi kekosongan,
tapi sebaliknya seseorang yang malahan dicarikan orang-orang lain yang sekiranya
cocok menemani kehadirannya. Seseorang yang punya arti. Ia bertanya-tanya, yang
mana kiranya orang itu. Cortman pasti tahu. Atau Milly Jean, barangkali. Ada macam-macam istri. Ada
istri-istri yang malahan lebih baik daripada suaminya sebagai diplomat. Ada
istri-istri yang disukai orang karena pesona kepribadiannya, karena keluwesannya
membawa diri, karena kemauan baiknya untuk selalu menyenangkan orang lain, tidak
sok ingin tahu. Tapi ada istri-istri, yang di kalangan diplomatik seperti ini,
merupakan bencana. Nyonya-nyonya rumah yang mungkin saja berstatus dan kaya
ketika menikah dengan suaminya, tapi tiap saat bisa saja mengatakan atau
melakukan se-" suatu yang salah dan membuat suasana jadi rusak. Jika kemungkinan
ini akan dicegah, harus ada salah satu tamu, atau dua, bahkan tiga, yang
berperan sebagai yang biasa disebut orang pemoles profesional.
Apakah pesta makan malam ini mempunyai tujuan lain selain acara sosial biasa"
Matanya yang bergerak cepat dan jeli telah tuntas me 119 ngitari meja makan, menjaring satu atau dua orang yang selama ini begitu
dikenalnya. Seorang pengusaha Amerika. Menyenangkan, tapi tidak hebat dalam
bergaul. Seorang profesor dari salah satu universitas di negara bagian Barat
Tengah. Sepasang suami-istri, suaminya Jerman, istrinya tampak sekali amat
Amerika. Cantik juga. Sangat menarik secara seksual, pikir Sir Stafford. Apakah
salah satu dari keduanya ini penting" Singkatan-singkatan bermunculan di
benaknya. FBI. OA. Pengusaha itu barangkali agen CIA, berada di situ untuk suatu
maksud. Begitulah situasinya zaman sekarang. Tidak seperti dulu. Bagaimana
formula lama itu berhenti berfungsi" Big Brother sedang mengawasimu. Ya, bukan
cuma itu kini. Sepupu Transatlantik sedang mengawasimu. Eropa Tengah yang padat
dana sedang mengawasimu. Jadi sulit secara diplomatik, sebab Anda harus
mengawasi dia. Oh, ya, di zaman ini sering kali banyak hal tersembunyi. Tapi
apakah semua ini cuma suatu formula lain, suatu acara lain" Ataukah ini punya
arti lebih dari itu, sesuatu yang vital, sesuatu yang nyata" Bagaimana orang
berbicara tentang masalah-masalah di Eropa di zaman ini" Pasar Bersama. Yah, itu
cukup adil. Ia berurusan dengan perdagangan, dengan ekonomi, dan dengan hubungan
antarnegara. Begitulah panggung pertunjukan ditata. Tapi di balik panggung itu. Di belakang
panggung. Menunggu tanda. Siap beraksi jika aksi memang
120 diperlukan. Apa yang sedang terjadi sebenarnya" Yang sedang terjadi di dunia
besar dan di balik dunia besar ini" Ia bertanya-tanya.
Ada hal-hal yang kuketahui, ada hal-hal yang kuduga, dan ada hal-hal yang aku
tak tahu apa-apa dan tak seorang pun ingin aku tahu, begitu pikirnya.
Matanya terhenti sejenak ke sosok yang tepat berada di hadapannya, yang dagunya
diangkat, yang mulutnya membentuk secercah senyuman sopan, dan mata mereka
bertemu. Matanya tidak mengekspresikan apa-apa. Sedang apa ia di sini
sebenarnya" Ia tampak tenang, bisa membawa diri dengan pas, ia kenal lingkungan
seperti ini. Ya, ia tampak sangat wajar di sini. Tidak akan sulit baginya
menemukan peranan wanita ini di dalam diplomatik, begitu pikirnya. Tapi apakah
itu akan bisa menjelaskan peranannya yang sebenarnya dalam lingkup yang lebih
luas" Tapi wanita muda bercelana panjang yang tiba-tiba mengajaknya bicara di
Frankfurt itu wajahnya penuh gairah dan cerdas. Apakah itu kepribadiannya yang
sebenarnya, atau yang sekarang ini yang santai dan pandai bergaul ini yang ? ?benar" Apakah salah satu dari kedua kepribadian itu merupakan peranan yang
sedang dimainkan" Jika benar, yang mana" Dan mungkin saja ada lebih dari dua
kepribadian. Ia ragu. Ia ingin tahu.
Ataukah diundangnya ia ke pesta ini dan
121 berjumpa dengan wanita ini hanyalah suatu kebetulan" Milly Jean bangkit dari
duduknya. Para wanita lainnya juga ikut. Lalu tiba-tiba ada suara ribut. Suara
ribut dari luar rumah. Teriakan-teriakan. Seruan-seruan. Suara kaca pecah dari
sebuah jendela. Teriakan. Bunyi keras jelas tembakan pistol. Signora Gasparo
?berseru sambil mencengkeram lengan Stafford Nye.
"Apa lagi!" serunya. "Dio! lagi-lagi mahasiswa-mahasiswa celaka itu. Di negeri
?kami juga sama saja. Mengapa mereka selalu menyerang kedutaan" Mereka berkelahi,
melawan polisi, berpawai, meneriakkan kata-kata gila, tidur di jalanan. Si, si.
Kami lihat itu di Roma di Milan. Kami lihat itu seperti penyakit pes berjangkit
?di seluruh Eropa. Mengapa mereka tak pernah merasa bahagia, kaum muda ini" Apa
yang mereka inginkan?"
Stafford Nye menyesap brendinya dan mendengarkan pembicaraan Mr. Charles
Staggenham yang berlogat kental, yang bergaya sok kuasa dan menunjukkannya
dengan berkepanjangan. Kerusuhan itu sudah mereda. Rupanya polisi berhasil
menyetop laju para pemimpin mahasiswa itu. Kejadian seperti itu tadinya memang
dianggap luar biasa dan menakutkan, tapi Icini dianggap biasa saja.
"Angkatan kepolisian yang lebih kuat. Itu yang kita perlukan. Polisi yang lebih
tangguh, yang ditakuti oleh pengacau-pengacau itu. Di mana-mana sama saja, saya
dengar. Waktu itu 122 saya bicara dengan Herr Lurwitz. Mereka juga punya masalah seperti itu, juga di
Prancis. Tidak terlalu banyak di negara-negara Skandinavia. Apa yang mereka
maui" Cari susah saja. Anda tahu, seandainya saya yang..."
Stafford Nye mengalihkan pikirannya ke hal lain, sambil tetap menunjukkan
ekspresi penuh perhatian saat Charles Staggenham menjelaskan apa yang akan
dilakukannya seandainya ia berwenang, yang sangat mudah ditebak
"Berteriak tentang Vietnam dan semuanya itu. Apa yang mereka ketahui tentang
Vietnam" Tak seorang pun dari mereka pernah ke sana, bukan?"
'kemungkinannya amat kecil," kata Stafford Nye.
"Ada yang bilang pada saya tadi, ada banyak masalah di California. Di
universitas-universitas. Kalau saja kita punya kebijaksanaan yang masuk akal...."
Saat itu para pria bergabung dengan para wanita di ruang tamu. Stafford Nye,
yang bergerak dengan luwes dan santav dengan ekspresi datar tanpa motif yang
?selalu menguntungkan itu duduk di dekat seorang wanita cerewet berambut warna
?emas yang cukup dikenalnya, yang dijamin takkan mengatakan apa-apa yang bermutu
untuk didengar, tapi tahu hampir lengkap semua hal yang bersangkutan dengan sesama jenisnya dalam lingkungannya ini. Stafford Nye tidak membuat
pertanyaan langsung, 123 tapi menuntun pokok pembicaraan dengan suatu cara yang tidak disadari oleh lawan
bicaranya, untuk memancing tentang Countess Renata Zerkowski.
"Masih sangat cantik, ya" Dia jarang ke sini sekarang. Kebanyakan dia berada di
New York, atau di pulau yang indah itu. Anda pasti tahu maksud saya. Bukan
Minorca. Salah satu dari pulau-pulau lainnya di Laut Tengah Saudarinya menikah
dengan raja sabun itu, ya saya tahunya dia raja sabun. Bukan yang Yunani. Orang
Swedia, saya rasa. Berkubang uang. Dan tentu saja dia banyak menghabiskan
waktunya di istana di daerah Dolomites atau dekat Munich sangat berbakat musik,?sejak kecil. Katanya Anda pernah bertemu, ya?"
"Ya. Setahun atau dua tahun yang lalu, saya
kira." "Oh, ya, saya rasa saat itu dia berada di Inggris sebelum ini. Kata orang, dia
terlibat urusan Cekoslowakia. Atau lebih tepat jika dikatakan masalah Polandia"
Oh, sulit benar, ya" Maksud saya, nama-nama itu. Begitu banyak 'z' dan 'k'-nya.
Begitu ganjil dan susah dieja. Dia juga amat terpelajar. Itu, membuat petisipetisi, minta orang banyak menandatangani. Memberi suaka bagi para pengarang di
sini, atau apa namanya itu. Tak banyak orang yang mau mendukungnya. Maksud saya,
apa sih yang dipikirkan orang zaman sek^^^ kecuali bagaimana caranya bisa
membayar pajaknya masing-124
masing" Keringanan biaya perjalanan memang agak membantu, tapi v tidak banyak.
Maksud saya, toh tetap saja kita harus mengusahakan sejumlah uang dulu sebelum
bisa ke luar negeri" Saya tak tahu bagaimana orang bisa memperoleh uang kini,
tapi hal ini banyak kaitannya. Ya, sungguh banyak kaitannya."
Wanita itu memandang tangan kirinya dengan penuh kepuasan, di mana terdapat dua
cincin bermata tunggal, satu berlian, dan satu lagi zamrud, yang rupanya
membuktikan bahwa ia pun sedikitnya telah mengkonsumsi cukup banyak uang.
Malam itu sudah hampir berakhir. Sangat sedikit tambahan data yang didapat Sir
Stafford tentang penumpang dari Frankfurt itu. Ia telah memperoleh gambaran
luar, gambaran luar bersegi banyak, kalau saja kedua pengertian itu bisa
digabung begitu. Wanita itu gemar musik. Yah, bukankah ia pernah bertemu
dengannya di Festival Hall" Gemar olahraga di alam terbuka. Saudara kaya pemilik
pulau-pulau di Laut Tengah. Aktif menyumbang dunia kesusastraan. Jadi, ia punya
banyak koneksi, pandai bergaul, terkemuka di masyarakat. Tidak tampak terlalu
menonjol di bidang politik, tapi secara diam-diam barangkali punya hubungan
dengan suatu golongan tertentu. Ia orang yang terus bergerak dari suatu tempat
ke tempat lain dan satu negeri ke negeri lain. Bergerak di kalangan orang
125 kaya, orang-orang berbakat, di dunia kesusastraan.
Ia menduga pasti ada kaitannya dengan spionase. Itu jawaban yang paling masuk
akal. Tapi ia tidak terlalu yakin.
Malam bertambah larut. Akhirnya tibalah gilirannya untuk ditemani bicara oleh
sang Nyonya Rumah. Milly Jean sangat andal dalam melakukan peranannya ini.
"Sudah lama sekali saya ingin berbicara dengan Anda. Saya ingin sekali mendengar
tentang Malaysia. Sayabenar-benar buta tentang tempat-tempat di Asia, lho.
Membingungkan. Tolong ceritakan, apa yang terjadi di sana" Ada yang menarik,
atau apakah semuanya sangat membosankan?"
"Saya yakin Anda sudah bisa menebak jawabannya."
"Nah, tebakan saya, pasti sangat membosankan di sana. Tapi barangkah Anda tak
boleh berkata begitu."
"Oh, tidak, saya boleh saja berpikir begitu dan berkata begitu. Lawatan itu
memang tidak cocok untuk saya."
"Mengapa Anda pergi juga kalau begitu?"
"Oh, saya memang suka melakukan perjalanan. Saya senang melihat negara-negara
lain." "Anda orang yang memikat dalam banyak hal. Benar memang, seluruh kehidupan
diplomatik sangat membosankan, bukan" Saya tidak seharusnya mengatakan ini. Saya
hanya mengatakannya pada Anda."
126 Matanya sangat biru. Biru seperti bunga bluebell di hutan. Mata itu membuka agak
lebar, dan alis-alis hitam di atasnya turun dengan lembut di sudut-sudut luar
mata, sedangkan sudut-sudut dalamnya terangkat sedikit. Itu membuat wajahnya
jadi mirip seekor kucing Persia yang cantik. Sir Stafford ingin tahu, Milly Jean
ini sebenarnya wanita macam apa. Suaranya yang lembut itu beraksen Selatan.
Kepalanya kecil dan molek bentuknya, profilnya sempurna bagaikan profil di mata
uang wanita macam apa dia" Pasti bukan orang bodoh, pikirnya. Seorang wanita ?yang bisa menggunakan senjata sosial jika perlu, yang bisa memikat jika ia mau,
dan juga bisa menarik diri sehingga tampak misterius. Jika menginginkan sesuatu
dari siapa saja, ia akan mencoba mendapatkannya dengan tangkas. Ia melihat
betapa penuh semangat wanita itu ketika memandang dirinya sekarang. Apa yang
Penumpang Ke Frankfurt Passenger To Frankfurt Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diinginkannya darinya" Ia tidak tahu. Rasanya tak mungkin begitu. Wanita itu
lalu berkata, "Anda sudah bertemu dengan Mr. Staggenham?"
"Ah ya. Tadi saya bicara dengannya di meja makan. Sebelum itu, saya tak pernah
berjumpa dengannya."
"Kata orang, dia orang yang amat penting," kata Milly Jean. "Dia itu presiden
PBF, seperti Anda tahu."
"Kita harus tahu^semuanya itu," kata Sir Stafford Nye. "PBF dan D.C.V. L.Y.H.
Dan semua singkatan macam itu."
127 "Menyebalkan," kata Milly Jean. "Menyebalkan. Semua serba singkatan, tak ada
pribadi-pribadi, manusia tak ada artinya sekarang. Cuma singkatan. Dunia yang
menyebalkan! Itulah yang kadang-kadang saya pikir. Dunia yang menyebalkan. Saya
ingin yang lain sesuatu yang amat, amat, lain."
?Apakah ia bersungguh-sungguh dengan kata-katanya itu" Sejenak Sir Stafford
berpendapat mungkin ia bersungguh-sungguh. Menarik....
Grosvenor Square sunyi senyap. Masih ada bekas-bekas kaca pecah di trotoar.
Bahkan juga telur-telur, tomat-tomat hancur, dan serpihan logam yang berkilau.
Tapi di atas sana, bintang-bintang tampak indah dan damai. Mobil-mobil antre
menuju pintu kedutaan, untuk menjemput para tamu yang akan pulang. Polisi masih
ada di situ, di pojok-pojok halaman, tapi sudah tenang kini, tidak seperti tadi.
Semuanya telah bisa dikuasai. Salah satu diplomat yang akan pulang itu berbicara
dengan salah satu polisi. Saat balik, ia mengomel, "Tidak banyak yang ditangkap.
Delapan. Besok pagi mereka sudah akan berada di Bow Street lagi. Paling-paling
bergabung lagi dengan gengnya. Tadi Petronella ada, pasti, dan Stephen dengan
anak buahnya. Ah! Suatu hari nanti, mereka akan bosan dengan hal-hal seperti
itu." "Anda tinggal tak begitu jauh dari sini, bukan?" Sebuah suara terdengar di
telinga Sir Staf - 128 ford Nye. Sebuah suara kontralto yang berat dan dalam. "Saya bisa menurunkan
Anda di perjalanan ke tempat saya."
'Tidak, tidak. Saya bisa jalan saja. Hanya sekitar sepuluh menit."
"Takkan merepotkan saya, sungguh," kata Countess Zerkowski. Ia menambahkan,
"Saya tinggal di St. James's Tower."
St. James's Tower adalah salah satu hotel baru.
"Anda baik sekali."
Mobil yang sedang menunggu itu mobil sewaan besar dan tampak mahal. Sopir
membukakan pintu, Countess Renata masuk, dan Sir Stafford Nye mengikutinya.
Ialah yang menyebutkan alamat Sir Stafford Nye kepada sopir itu. Mobil bergerak
maju. "Jadi Anda tahu tempat saya tinggal?" kata Sir Stafford.
"Kenapa tidak?"
Ia heran, apa maksud jawaban itu: Kenapa tidak"
"Ya, kenapa tidak," katanya. "Anda tahu begitu banyak, ya?" Ditambahkannya,
"Anda baik sekali mau mengembalikan paspor saya."
"Tadinya saya pikir itu akan membantu. Akan lebih gampang jika Anda bakar saja.
Anda sudah memperoleh yang baru, saya kira."
"Perkiraan Anda benar."
"Mantel bandit Anda akan Anda dapati di laci terbawah lemari Anda. Malam ini
ditaruh di sana. Saya pikir membeli yang lainnya tak 129 kan membuat Anda puas, juga untuk mendapatkan yang mirip dengan itu rasanya tak
mungkin." "Mantel itu jadi lebih berarti buat saya sekarang, karena dia telah sempat...
bertualang," kata Stafford Nye. Ditambahkannya, "Dia telah melakukan
kewajibannya." Mobil itu mendesir di malam sunyi itu.
Countess Zerkowski berkata,
"Ya. Dia telah melakukan kewajibannya, sebab kini saya ada di sini masih ?hidup...."
Sir Stafford Nye tidak mengatakan apa-apa. Ia menyimpulkan, entah benar entah
tidak, bahwa wanita ini menginginkan supaya ia bertanya, mendesak, mencari tahu
apa yang telah dilakukannya, nasib baik seperti apa yang telah dilaluinya.
Wanita ini ingin ia menunjukkan rasa ingin tahunya, tapi Sir Stafford tak mau
menunjukkannya. Ia lebih senang begitu. Ia lalu mendengar wanita itu tertawa...
sangat lembut. Tapi bukan tertawa karena merasa terpojok. Itu tertawa karena
senang, tertawa karena puas.
"Anda senang tadi?" tanyanya kepada Sir Stafford.
"Pestanya meriah, menurut saya. Memang Milly Jean selalu bisa membuat pesta
begitu." "Anda kenal benar dengannya, kalau begitu?"
"Saya sudah kenal dia ketika dia di New York sebelum menikah. Si Venus
Dermawan." Wanita itu memandangnya dengan sedikit terkejut.
130 "Itu julukan Anda baginya?"
"Sebenarnya bukan. Saya mendengarnya dari famili saya yang lebih tua."
"Ya, itu istilah yang jarang diberikan orang untuk seorang wanita, di zaman ini.
Pas benar untuknya, menurut saya. Hanya..."
"Hanya apa?" ** "Venus itu perayu. Begitu jugakah dia" Apa dia juga ambisius?"
"Menurut Anda, Milly Jean Cortman itu ambisius?"
"Oh, ya. Itu sifatnya yang paling menonjol."
"Dan menurut Anda, menjadi istri seorang duta besar di St. James belum cukup
untuk memuaskan ambisinya?"
"Oh, belum," kata sang Countess. "Itu hanya ^ suatu permulaan saja."
Sir Stafford tidak menjawab. Ia sedang memandang ke luar jendela mobil. Ia
hampir saja berbicara, tapi tak jadi. Dilihatnya wanita itu memandangnya
sekilas, tapi lalu diam juga. Baru setelah mereka sampai ke jembatan dengan
Sungai Thames di bawah mereka, ia berkata,
"Jadi, Anda tidak jadi mengantar saya pulang, ^ dan Anda tidak balik ke arah St.
James Tower. Kita sedang melintasi Sungai Thames. Kita pernah bertemu di situ,
di tengah jembatan. Saya sedang Anda bawa ke mana?"
"Keberatankah Anda?"
"Saya kira iya." t
T 131 "Ya, saya tahu mungkin Anda keberatan."
"Anda benar-benar mengikuti trend. Pembajakan memang menjadi mode sekarang ini,
kan" Anda telah membajak saya. Kenapa?"
"Karena, seperti dulu juga, saya membutuhkan Anda." Lalu ditambahkannya, "Dan
orang-orang lain juga membutuhkan Anda."
"Begitukah?" "Anda kurang senang?"
"Saya lebih senang jika diminta lebih dulu."
"Seandainya tadi saya minta, akan maukah Anda?"
"Barangkali mau, barangkali tidak." "Maafkan saya."
"Saya tak pasti, apa itu Anda ucapkan dengan sepenuh hati."
Mereka terus maju di kegelapan malam keduanya diam. Mereka tidak sedang ?melewati pedesaan yang sunyi; mereka berada di jalan raya. Sekali dua lampu
mobil menyoroti nama atau tiang tanda, sehingga Sir Stafford tahu cukup jelas
rute yang sedang ditempuh. Lewat Surrey dan lewat bagian-bagian pertama daerah
Sussex. Kadang-kadang ia merasa mereka menempuh jalan-jalan simpang yang
menyebabkan mereka jadi lebih jauh dari rute lurusnya, tapi ia tidak begitu
pasti. Hampir saja ia bertanya pada teman seperjalanannya itu, apakah ini
dilakukan karena barangkali mereka sedang dibuntuti dari London tadi. Tapi ia
lalu memutuskan untuk diam. Wanita itulah yang seharusnya
132 berbicara, yang seharusnya memberikan informasi. Walau ia sudah makin
mengenalnya kini, tetap saja wanita itu bersikap sangat misterius.
Mereka kini sedang naik mobil menuju daerah pedesaan, setelah selesai makan
malam di London. Mereka sedang berada dalam sebuah mobil sewaan jenis mahal,
sekarang ia yakin akan hal itu. Ini sudah direncanakan sejak semula. Cukup
beralasan. Tak perlu heran atau ragu akan hal itu. Dibayangkannya, sebentar lagi
ia akan tahu mereka sedang menuju ke mana. Kecuali jika ternyata mereka akan
terus menuju pantai. Itu pun bisa saja, pikirnya. Has-lemere, demikian dibacanya
tiang tanda yang sedang dilewati. Kini mereka sedang menyusuri daerah Godalming.
Semuanya tampak jelas dan gamblang. Daerah pinggiran kota yang kaya dan elite.Pepohonan yang teratur rapi, rumah-rumah tinggal mewah. Mereka berbelok beberapa
kali, lalu mobil mengurangi kecepatan. Rupanya mereka telah tiba di tujuan.
Gerbang-gerbang. Sebuah gubuk kecil bercat putih di dekat gerbang. Menanjak
sedikit, di kiri-kanan padat ditumbuhi rhododendron yang terawat rapi. Mereka
memutar sedikit dan berhenti di depan sebuah rumah. "Stockbroker Tudor," gumam
Sir Stafford Nye perlahan. Teman semobilnya menoleh dengan pandang bertanya.
"Cuma komentar," kata Stafford Nye. "Tak usah dihiraukan. Kalau tak salah, kita
sudah sampai di tujuan, sesuai kehendak Anda?"
133 "Dan Anda rupanya tidak terlalu gembira."
"Halamannya tampak dirawat rapi," kata Sir Stafford, matanya mengikuti sorot
lampu mobil saat berbelok memutar. "Perlu banyak uang untuk merawat tempat
seluas ini. Barangkali bisa saya katakan rumah ini nyaman untuk dihuni."
"Nyaman, walaupun tidak indah. Orang yang tinggal di dalamnya lebih mementingkan
kenyamanan daripada keindahan, saya kira."
"Mungkin itu lebih bijaksana," kata Sir Stafford. "Tapi toh dalam beberapa segi
orang itu sangat menghargai keindahan, suatu jenis keindahan tertentu."
Mobil itu melaju ke depan teras yang terang karena lampu. Sir Stafford keluar
dari mobil dan menyorongkan lengannya untuk membantu teman seperjalanannya.
Sopir telah melangkah naik undakan dan memencet bel. Ia lalu memandang wanita
itu dengan pandangan bertanya, saat wanita itu naik ke undakan.
"Anda takkan memerlukan saya lagi malam ini, M'lady?"
"Tidak. Cukup dulu. Kami akan menelepon besok pagi."
"Selamat malam. Selamat malam. Sir."
Terdengar langkah-langkah kaki dari dalam, dan pintu segera terbuka lebar. Sir
Stafford mengira itu pasti seorang pelayan pria, tapi yang keluar malahan
seorang pembantu rumah tangga wanita yang jangkung berseragam infanteri.
Rambutnya kelabu, bibir terkatup rapat, sangat
134 kompeten dan bertanggung jawab, pikirnya. Sebuah aset yang tak ternilai dan
jarang ada di zaman ini. Bisa dipercaya, kalau perlu bisa berlaku kejam.
"Saya rasa kami sedikit terlambat," kata Renata.
"Tuan ada di perpustakaan. Dia minta Anda dan tuan ini menjumpainya di sana
begitu sam- ? 135 9. Rumah Dekat Godalming Pembantu itu memandu jalan lewat tangga lebar, dan keduanya mengikutinya. Ya,
pikir Stafford Nye, sebuah rumah yang teramat nyaman. Kertas dindingnya bergaya
Jacobean, pegangan kayu ek yang diukir sangat halus, tapi anak tangganya rendahrendah. Lukisan-lukisan pilihan, tapi tidak artistik. Rumah orang kaya,
pikirnya. Seleranya tidak jelek, hanya sedikit kuno. Karpet tebal kualitas
tinggi dengan tekstur warna buah plum yang enak dipandang.
Di lantai pertama, pembantu yang seperti anggota infanteri itu menghampiri pintu
pertama. Dibukanya, lalu ia berdiri di pinggir untuk memberi jalan bagi mereka,
tapi ia tidak mengumumkan nama-nama seperti lazimnya. Sang Countess lebih dahulu
masuk, dan Sir Stafford Nye mengikutinya. Didengarnyffcpintu ditutup pelan di
belakangnya. Ada empat orang di ruangan itu. Duduk di belakang sebuah meja besar yang
dipenuhi kertas, dokumen, satu atau dua map yang terbuka,
136 dan kertas-kertas lain yang rupanya sedang diperbincangkan, adalah seorang pria
besar gemuk dengan wajah sangat kekuningan. Wajah itu sudah pernah dilihat Sir
Stafford Nye, walaupun saat itu ia tak ingat namanya. Ia ingat pernah bertemu
dengan orang ini sepintas lalu, tapi pada suatu saat yang penting. Ia mestinya
tahu, ya, pasti ia tahu. Tapi mengapa mengapa nama itu tak muncul juga di ?benaknya"
Dengan agak susah payah sosok di belakang meja itu bangkit berdiri. Ia menyambut
tangan Countess Renata yang diulurkan kepadanya.
"Anda sudah sampai," katanya. "Bagus."
"Ya. Mari saya perkenalkan, meskipun saya kira Anda sudah kenal. Sir Stafford
Nye, Mr. Robinson." Tentu saja. Di benak Sir Stafford Nye, tanda tanya tadi seketika terjawab. Nama
itu segera mengacu pada nama lain, Pikeaway. Tidak benar bahwa ia tahu semua
tentang Mr. Robinson. Ia cuma tahu tentang Mr. Robinson sebanyak diperbolehkan
Mr. Robinson untuk diketahui. Namanya, sepanjang yang diketahui orang, adalah
Robinson, walau nama apa pun bisa saja, asalkan nama asing. Tak ada yang pernah
mempunyai gagasan seperti itu. Penampilan fisiknya juga sangat mudah diingat.
Dahi lebar, mata besar yang melankolis, mulut yang besar, dan gigi-giginya yang
besar-besar dan putih sangat mengesankan gigi palsu, rupanya, apa pun ?itu cocok untuk diberi komentar, seperti dalam
?137 cerita anak-anak Red Ridinghood, "Supaya bisa memakanmu dengan lebih baik, Nak!"
Ia juga tahu, apa kira-kira peranan Mr. Robinson ini. Satu kata sederhana akan
sanggup menggambarkannya. Mr. Robinson berarti Uang dengan U besar. Uang dalam
semua bentuknya. Uang internasional, uang dunia, dana bagi rumah pribadi,
perbankan, pemerintah-pemerintah asing. Pr#f*ek-proyek industri. Ia berarti uang
dalam bentuk yang tidak dikenal oleh orang kebanyakan. Anda takkan menduga bahwa
ia sangat kaya. Tak pelak lagi, ia memang sangat kaya, tapi bukan itu yang
penting. Ia adalah salah satu pengatur uang dunia, anggota klan bankir dunia.
Selera pribadinya bisa saja sederhana, tapi Sir Stafford Nye meragukan ini.
Kenyamanan, bahkan kemewahan yang tak berlebihan merupakan gaya hidup Mr.
Robinson. Tapi tidak lebih dari itu. Jadi, di balik semua yang misterius ini
bermain kekuasaan uang. "Saya mendengar tentang Anda sehari-dua hari yang lalu," kata Mr. Robinson saat
bersalaman. "Dari kawan kita Pikeaway."
Nah, semua jadi pas sekarang, pikir Stafford Nye, sebab sekarang ia ingat bahwa
sebelum ia berjumpa dengan Mr. Robinson, ada suatu pertemuan sendiri di mana
Kolonel Pikeaway hadir. Horsham, ia ingat, pernah berbicara tentang Mr.
Robinson. Jadi kini ada Mary Ann (atau Countess Renata") dan Kolonel Pikeaway
yang suka duduk di kantornya yang penuh asap,
138 dengan mata setengah tertutup seakan mau tidur atau baru saja bangun dari tidur,
dan ada Mr. Robinson dengan wajahnya yang lebar dan kuning, dan ada uang yang
dipertaruhkan di suatu tempat. Pandangan matanya beralih ke tiga orang lainnya
di ruang itu, karena ia ingin tahu apa ia mengenal mereka dan apa peranan
mereka, atau barangkali ia bisa memperkirakan.
Dalam dua hal, sedikitnya ia tak perlu susah-susah menebak pria yang duduk di
kursi tinggi dekat perapian. Seorang yang sudah berumur, yang seakan terpasang
di kursi itu bagaikan sebuah lukisan berpigura, adalah wajah yang sangat dikenal
di seluruh Inggris, di masa lalu. Sampai kini pun masih sangat dikenal, walau
jarang muncul di depan publik. Seorang yang sakit, seorang invalid yang
pemunculannya selalu sangat singkat, itu pun kata orang dilakukan dengan banyak
kesulitan dan penderitaan. Lord Altamount. Wajah kurus kering, hidung yang
tampak amat menonjol, rambut beruban yang tipis mulai dari dahi, tapi kemudian
menebal di belakang, agak gondrong; telinga ekstra besar seperti yang sering
dibuat bahan ejekan oleh para kartunis, dan pandangan mata tajam menusuk, secara
mendalam menyelidik apa saja yang sedang dipandangnya. Saat ini pandangan itu
diarahkan ke Sir Stafford Nye, Ia mengulurkan tangan ketika Stafford Nye
menghampirinya. "Saya tidak bangun," kata Lord Altamount.
139 Suaranya sayup, suara seorang tua, suara yang seakan jauh. 'Punggung saya ini
tak bisa. Baru pulang dari Malaysia, bukan, Stafford Nye?" "Ya."
"Apakah ada manfaatnya kepergian Anda itu" Saya kira Anda pasti berpendapat
tidak. Bisa jadi Anda benar. Tapi, kita memang tak bisa menghindari hal-hal
sepele itu, yang perlu " sebagai bumbu-bUmbu untuk mengenakkan hubungan
diplomatik yang penuh dusta. Saya senang Anda bisa datang ke sini atau dibawa ke
sini malam ini. Pekerjaan Mary Ann, saya kira?"
Jadi beginilah ia memanggil wanita itu dan begitulah ia memperlakukannya, kata
Stafford Nye pada diri sendiri. Begitulah yang sudah diperkirakan Horsham. Jadi
ia memang sudah masuk dalam kelompok mereka ini, tak pelak a lagi. Akan halnya
Altamount, ia pasti berperan sebagai... apa peranannya di zaman seperti ini"
Stafford Nye menduga-duga. Ia pasti mewakili Inggris. Ia akan selalu mewakili
Inggris, sampai kelak ia dimakamkan di Westminster Abbey atau di sebuah
mausoleum milik negara, yang mana saja yang dipilihnya. Ia memang selalu setia
Penumpang Ke Frankfurt Passenger To Frankfurt Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pada Inggris, dan ia tahu Inggris, dan kurasa ia tahu nilai setiap politisi dan
pejabat pemerintah di Inggris ini dengan sangat baik, walaupun ia belum pernah
berbicara dengan mereka. Lord Altamount berkata, "Ini rekan kita, Sir James Kleek."
140 Stafford tak tahpfcapa Kleek. Rasanya ia bahkan belum pernah mendengar namanya.
Seseorang yang penggugup dan selalu gelisah. Matanya tajam, pandangannya yang
penuh curiga tampak nanar dan tak pernah berhenti bergerak. Ia bagaikan seekor
anjing pelomba yang selalu gelisah, siap menunggu aba-aba. Satu pandangan
sekilas saja dari tuannya, ia akan langsung melesat.
Tapi manakah tuannya" Altamount atau Robinson"
Mata Stafford Nye mengembara, mengarah ke orang keempat. Orang ini baru saja
bangkit dari kursinya di dekat pintu, yang tadi didudukinya. Kumis tebal, alis
mencuat, waspada, tidak menonjol, berusaha untuk tampak akrab, tapi toh hampirhampir tak disadari kehadirannya.
"Jadi kau di sini," kata Sir Stafford Nye. "Apa kabar, Horsham?"
"Senang sekali melihat Anda di sini, Sir Stafford."
Sebuah kumpulan yang cukup representatif, pikir Stafford Nye, dengan pandangan
sekilas menyapu ruangan. Sebuah kursi telah disediakan untuk Renata, tak jauh dari perapian dan Lord
Altamount. Wanita itu baru saja mengulurkan sebuah tangannya, dan orang tua itu
menyambutnya dengan kedua belah tangannya, memegangnya beberapa saat, lalu
melepaskannya. Katanya, 141 "Kau telah mengambil i^to anakku Kau mengambil terlalu banyak risiko."
Memandangnya, wanita itu berkata, "Andalah yang mengajarkan itu padaku, dan itu
satu-satunya cara hidup."
Lord Altamount lalu menoleh ke arah Sir Stafford Nye.
"Tapi bukan aku yang mengajarkan bagaimana memilih rekan priamu. Kau punya bakat
alam yang hebat untuk itu." Memandang Stafford Nye, ia lalu berkata, "Saya kenal
dengan bibi buyut Anda, ataukah itu bibi buyut buyut Anda?"
"Bibi Buyut Matilda," kata Stafford Nye segera.
"Ya. Betul. Salah satu sisa-sisa peninggalan kejayaan zaman Victoria tahun
sembilan puluhan. Dia pasti sudah hampir sembilan puluh tahun umurnya sekarang."
Lalu dilanjutkannya, "Saya tidak begitu sering bertemu dengannya. Barangkali hanya sekali atau dua
kali setahun. Tapi setiap kali melihatnya, saya amat terkesan. Vitalitasnya luar
biasa, jauh melebihi kekuatan fisiknya. Mereka memang punya sesuatu yang gaib,
orang-orang Victoria yang tak terkalahkan itu juga sebagian orang-orang ?Edwardian."
Sir James Kleek berkata, "Anda mau minum, Nye" Mau minum apa?"
"Gin dan tonik, jika boleh."
142 Sang Countess rnenolak dengan sedikit menggelengkan kepalanya.
James Kleek membawakan minuman Nye dan meletakkannya di meja di dekat Mr.
Robinson. Stafford Nye tidak bermaksud untuk memulai pembicaraan. Mata hitam di
belakang meja kehilangan melankolisnya untuk sesaat. Tiba-tiba mata itu berseri.
"Ada pertanyaan?" katanya. "Banyak sekali," kata Sir Stafford Nye. "Apakah tidak
sebaiknya diberikan penjelasan dahulu, pertanyaan kemudian?" "Anda lebih suka
begitu?" "Itu lebih memudahkan." "Nah, kita mulai dengan membuat pernyataan
tentang fakta-fakta biasa. Anda mungkin dimin-^ y\A atau tidak diminta datang ke
sini. Jika tidak, itu akan sedikit kurang nyaman bagi Anda."
"Dia lebih suka jika selalu diminta dulu sebelumnya," kata sang Countess.
"Begitu dikatakannya pada saya."
"Itu sudah jamak," kata Mr. Robinson. "Saya telah dibajak," kata Stafford Nye.
"Memang sangat trendi, saya tahu itu. Salah satu metode mutakhir."
Nada bicaranya ditatanya supaya kedengaran sedikit senang.
"Yang pasti mengundang tanya dari pihak Anda," kata Mr. Robinson.
"Cuma satu kata kecil berhuruf enam., 'Kenapa'?"
143 "O, begitu. Kenapa" Sayaikagum akan penghematan kata Anda. Ini sebuah komite
tertutup sebuah komite pencari data. Data yang menyangkut kepentingan seluruh
?dunia ini." "Kedengarannya menarik," kata Sir Stafford Nye.
"Lebih dari menarik. Masalahnya cukup genting dan mendesak. Empat jenis cara
hidup diwakili di.ruang ini malam ini," kata Lord Altamount. "Kami mewakili
cabang-cabang yang berbeda. Saya sudah pensiun dari dinas aktif dalam mengurus
masalah-masalah di negeri ini, tapi saya masih sering dimintai pendapat. Saya
dimintai pendapat dan diminta memimpin tim khusus pencarian data ini, untuk
mengetahui apa yang sedang, terjadi di dunia kita ini, khususnya dalam tahun
ini, karena memang sesuatu sedang terjadi. James di sini punya tugas khusus
sendiri. Dia tangan kanan saya. Dia juga merupakan juru bicara kami. Tolong
kaujelaskan masalahnya secara umum, Jamie, pada Sir Stafford ini."
Sir Stafford Nye merasa anjing penjaga itu bergidik. Nah, tibalah saatnya!.
Begitulah ia seakan berteriak dengan penuh semangat. Tibalah saatnya! Tiba
saatnya aku bisa bicara dan terus bicara! Dicondongkannya tubuhnya sedikit di
kursinya. "Jika ada kejadian-kejadian di dunia ini. kita harus mencari tahu sebabnya.
Tanda-tanda luarnya selalu gampang dideteksi. Tapi ini, menurut
144 Pak Ketua ia membungkuk ke arah Lord Altamount dan Mr. Robinson dan Mr.
? ? Horsham tidak penting. Selalu begitu halnya. Ambillah satu tenaga alam, sebuah ?air terjun besar yang pada gilirannya menghasilkan kekuatan turbin. Ambillah
penemuan uranium dari bijihnya, yang pada gilirannya menghasilkan tenaga nuklir
yang sebelumnya tak pernah diimpikan atau diperkirakan. Ketika orang menemukan
batu bara dan mineral-mineral lainnya, lalu ada transportasi, tenaga, energi.
Selalu ada tenaga-tenaga yang sedang bekerja, yang menghasilkan hal-hal
tertentu. Tapi di balik setiap tenaga itu ^ ada seseorang yang mengendalikannya.
Kita harus bisa menemukan siapa yang mengendalikan, yang secara pelan tapi pasti
sedang menanamkan pengaruh di hampir semua negara Eropa, malahan juga di
beberapa bagian dari Asia. Barangkali agak kurang di Afrika, tapi meliputi
benua-benua Amerika Utara dan Selatan. Kita harus mencari di balik peristiwaperistiwa yang sedang terjadi ini, dan menemukan kekuatan penggerak yang
mendorong semuanya ini terjadi. Salah satu yang mendorong semua ini adalah
uang." Ia menggangguk ke arah Mr. Robinson.
"Mr. Robinson ini sangat tahu apa artinya uang, seperti siapa pun di dunia ini,
saya kira." "Biasa saja," kata Mr. Robinson. "Pergerakan-pergerakan besar sedang terjadi.
Pasti ada peranan uang di baliknya. Kita harus mencari tahu, dari
145 mana asal uang itu. Siapa yang mengoperasikannya" Dari mana mereka
mendapatkannya" Ke mana uang itu dikirim" Mengapa" Benar sekali yang dikatakan
James tadi: Saya tahu banyak tentang uang! Sebanyak yang diketahui setiap
manusia hidup sekarang. Lalu, dalam hubungan ini, ada hal-hal yang dinamakan
trend. Ini kata yang sangat banyak dipakai di zaman ini! Trend atau
kecenderungan tak terkatakan banyaknya kata yang dipakai untuk mengartikan ini.
?Artinya tidak persis sama, tapi satu sama lain ada hubungannya. Misalnya saja,
saat ini ada kecenderungan untuk melakukan pemberontakan. Coba lihat kembali
sejarah. Itu selalu datang berulang-ulang, bagaikan sebuah jadwal periodik,
mengikuti suatu pola yang sama. Keinginan untuk memberontak. Perasaan untuk
memberontak, cara-cara memberontak, bentuk-bentuk pemberontakan. Ini bukan
sesuatu yang khas milik sebuah negara tertentu. Jika itu timbul di suatu negara,
maka akan timbul juga di negara-negara lain, walaupun tingkatannya berbeda-beda.
Itu yang Anda maksud, bukan, Sir?" Ia setengah menoleh ke arah Lord Altamount.
"Begitu yang Anda lebih-kurang jelaskan pada saya."
"Ya, kau telah menggambarkannya dengan sangat bagus, James."
"Itu adalah pola, pola yang tiba-tiba timbul dan seakan tak terhindarkan. Kita
akan tahu pola itu saat Jsita mengalaminya. Pernah ada satu masa ketika
keinginan untuk melakukan penyebaran
146 Injil menyapu semua negara di dunia. Di seluruh Eropa, orang-orang beramai-ramai
naik kapal, berlayar untuk mengabarkan Injil. Semuanya jelas, selalu ada pola
yang jelas dari suatu keinginan kuat. Tapi mengapa mereka pergi" Itu adalah
lingkup kajian ilmu sejarah. Menyelidiki sebab-sebab timbulnya keinginankeinginan dan pola-pola ini. Alasannya tidak selalu bertalian dengan materi.
Berbagai hal bisa saja menyebabkan pemberontakan hasrat untuk merdeka,
?kebebasan berbicara, kebebasan menganut agama, sekali lagi serangkaian hal yang
pola-polanya saling berkaitan. Hal-hal ini menyebabkan orang lalu beremigrasi ke
negara-negara lain, atau membentuk kepercayaan-kepercayaan baru yang sering kali
sama saja sewenang-wenangnya dengan bentuk-bentuk kepercayaan yang
digantikannya. Tapi di dalam semua ini, jika kita mau meneliti dengan sungguhsungguh, jika kita membuat penyelidikan yang cukup, kita akan bisa mengetahui
apa yang telah menggerakkan saya pakai lagi kata itu pola-pola ini dan banyak
? ?lagi pola lainnya. Dalam beberapa hal bisa disamakan dengan virus. Virus bisa
dibawa ke seluruh penjuru dunia, menyeberangi lautan, ke atas pegunungan. Virus
itu menyebar dan menular. Memang untuk ini jelas penyebarannya tidak didorong
oleh sesuatu. Tapi kita tak pernah yakin benar, apa benar begitu. Mungkin saja
ada penyebabnya. Sebab-sebab yang mendorong terjadinya sesuatu. Lalu kita bisa
melangkah setapak lagi. Yaitu faktor
147 manusianya. Satu orang sepuluh orang beberapa ratus orang yang mampu menjadi ? ?pendorong bagi terjadinya sesuatu. Jadi bukan hasil akhirnya yang perlu dikaji.
Tapi orang-orang yang menjadi cikal bakal pendorong suatu gerakan. Tapi kita
bicara tentang pengabar-pengabar Injil, para penganut agama yang fanatik, orangorang yang menginginkan kemerdekaan. Kita telah mengkaji pola-pola itu tadi,
tapi kita masih harus masuk pada hal-hal yang lebih konkret, yang kelihatan. Ada
gagasan-gagasan. Bayangan-bayangan, impian-impian. Sang Nabi Joel tahu itu
ketika menulis, 'Orangrorang tua akan memimpikan impian-impian, orang-orang muda
akan melihat bayangan-bayangan.' Dan dari keduanya itu, manakah yang lebih kuat"
Impian tidak menghancurkan. Tapi bayangan sanggup membuka dunia baru bagi
kita dan bayangan bisa menghancurkan dunia yang kini..."
?James Kleek tiba-tiba menoleh kepada Lord Altamount. "Saya tak tahu apa ini
relevan. Sir," katanya, "tapi Anda pernah bercerita tentang seseorang di
kedutaan di Berlin. Seorang wanita."
"Oh, itu" Ya, menarik sekali buatku saat itu. Ya, itu ada hubungannya dengan
yang sedang kita bicarakan sekarang. Dia adalah salah satu istri pejabat
kedutaan, pandai, cerdas, berpendidikan. Dia ingin sekali pergi dan mendengar
sendiri pidato sang Fuhrer. Tentu saja ini terjadi dalam kurun waktu saat perang
sembilan belas 148 tiga puluh sembilan hampir pecah. Dia ingin sekali tahu, sampai di mana pengaruh
sebuah pidato. Mengapa semua orang terkesan" Jadi pergilah dia. Lalu dia balik
dan berkata, 'Luar biasa. Tadinya saya tidak percaya. Memang saya tidak begitu
paham bahasa Jerman, tapi saya juga ikut hanyut. Kini saya tahu mengapa orangorang juga begitu. Maksud saya, gagasan-gagasannya sangat hebat. Menyalakan
semangat kita. Hal-hal yang diucapkannya. Maksud saya, kita jadi berpikir tak
ada gagasan lain yang lebih benar, bahwa akan tercipta suatu dunia yang benarbenar baru jika orang mengikutinya. Oh, tak bisa saya jelaskan dengan baik. Akan
saya tuliskan saja semua yang bisa saya ingat, dan jika itu nanti saya bawa pada
Anda untuk dilihat, Anda akan bisa melihatnya dengan lebih jelas daripada jika
saya ceritakan secara lisan begini/
"Kubilang padanya itu gagasan yang bagus. Lalu dia datang lagi besoknya dan
berkata, 'Barangkali Anda takkan percaya ini. Saya mulai menuliskan hal-hal yang
saya dengar, hal-hal yang diucapkan Hitler. Apa yang dimaksudkan tapi... sangat
?menakutkan tak ada yang bisa dituliskan sama sekali. Saya tak sanggup mengingat
?satu pun kalimat yang memikat atau menawan. Saya menemukan beberapa kata, tapi
ternyata itu tak memberi arti yang sama jika dituliskan. Kata-kata itu cuma... oh,
kata-kata kosong. Saya tak mengerti.'
"Semua ini menunjukkan pada kita satu bahaya paling besar yang tidak selalu kita
sadari, tapi nyata. Ada orang-orang yang punya kemampuan mengkomunikasikan pada
orang lain gagasan-gagasan Uar, semacam visi tentang kehidupan dan tentang apa
yang akan terjadi. Itu dilakukan sebenarnya bukan lewat kata-kata yang
diucapkannya, bukan karena kata-kata yang kita dengar, bahkan bukan karena
gagasan yang diuraikan. Ada sesuatu yang lain. Itu adalah kekuatan magnetis yang
hanya dimiliki oleh sangat sedikit manusia, mereka pakai untuk menggerakkan
sesuatu, untuk membentuk dan menciptakan sebuah visi. Barangkali dengan
memancarkan daya magnetis, atau suatu nada suara yang khas, atau barangkali
suatu pancaran yang langsung berasal dari daging. Aku tak tahu dengan jelas,
tapi itu memang ada. "Orang-orang seperti itu memiliki kejkuatan. Nabi-nabi besar juga punya kekuatan
seperti ini Kekuatan ini bisa saja kekuatan yang jahat sifatnya. Keyakinan bisa
diciptakan melalui sebuah gerakan, melalui hal-hal tertentu yang dilakukan, halhal yang katanya akan membuahkan surga baru dan dunia baru, dan orang akan
percaya dengan semua itu dan berjuang untuk mencapainya, dan bahkan bersedia
mati untuknya." Suaranya merendah ketika ia berkata lagi, "Jan Smuts membuat sebuah ungkapan.
Katanya, '"Kepemimpinan, di samping merupakan suatu kekuatan hebat yang kreatif,
bisa menjadi jahat.'"
150 Stafford Nye beringsut di tempat duduknya. "Saya mengerti apa yang Anda
maksudkan. Menarik sekali ucapan Anda itu. Bisa saya lihat mungkin itu benar."
"Tapi menurut Anda itu berlebihan, tentu saja." "Saya tak tahu apa saya
berpendapat begitu," kata Stafford Nye. "Hal-hal yang kedengarannya dilebihlebihkan sering sekali ternyata tidak berlebihan sama sekali. Itu hanya karena
hal itu belum pernah kita dengar atau kita pikirkan sebelumnya. Karena itu, kita
menerimanya sebagai sesuatu yang begitu asing, sehingga tak ada yang bisa
dilakukannya kecuali menelannya saja. Omong-omong, boleh saya ajukan satu
pertanyaan sederhana" Apa yang dilakukan orang jika itu terjadi?"
"Jika kita sempat curiga ada hal seperti itu sedang terjadi, kita harus
menyelidikinya," kata Lord Altamount. "Kita harus sepakat dengan anjuran
Kipling: Pergi dan carilah. Selidiki dari mana uang itu berasal, dan dari mana
gagasan itu berasal, dan dari mana, jika boleh kubilang begitu, mesin penggerak
itu berasal. Siapa yang mengendalikan mesin itu" Pasti ada komandan lapangannya,
dan pasti ada panglima besarnya. Itulah yang sedang kami coba lakukan. Kami
ingin Anda membantu kami."
Itulah salah satu saat yang jarang terjadi, di mana Sir Stafford Nye
terperanjat. Bagaimanapun perasaannya di saat-saat mengejutkan seperti ini di
waktu yang lalu, ia selalu bisa me 151 ngendalikan dirinya. Tapi kali ini lain. Ia memandangi orang-orang di ruang itu
satu per satu. Mr. Robinson, wajah kekuningan tanpa ekspresi, dengan gigigiginya yang tonggos; Sir James Kleek yang bicaranya blak-blakan. Sir Stafford
Nye menimbang-nimbang, orang macam apakah dia ini. Yang jelas, orang ini ada
gunanya; anjing penjaga, begitu disebutnya dalam benaknya. Ia memandang ke arah
Lord Altamount, sandaran kursi besar itu seakan melingkari kepalanya bagai
pigura. Ia tampak seperti santo di suatu katedral dengan lingkaran cahaya di
kepala. Bagai pertapa abad keempat belas. Seorang besar. Ya, Altamount memang
salah satu orang besar dari masa lalu. Stafford Nye tak ragu akan itu, tapi
sekarang ia sudah sangat tua. Itulah sebabnya, demikian ia menduga, perlu ada
Sir James Kleek, dan mengapa Lord Altamount tampak begitu tergantung padanya.
Lalu melewati para pria inL ia memandang makhluk penuh rahasia yang begitu
dingin, yang telah membawanya kemari, sang Countess Renata Zerkowski, alias Mary
Ann, alias Daphne Theodafanous. Wajahnya sama sekali tanpa ekspresi. Ia bahkan
tak melihat ke arah Sir Stafford. Akhirnya pandangannya tertuju ke Henry Horsham
dari Departemen Keamanan.
Dengan sedikit heran ia melihat bahwa Henry Horsham sedang menyeringai
kepadanya. 'Tapi tunggu dulu," kata Stafford Nye, me 152 ninggalkan semua bahasa formal dan berbicara seperti anak sekolah berumur
delapan belas tahun. "Apa peranan saya" Apa yang saya ketahui" Terus terang
saja, saya tidak terlalu menonjol dalam segi apa pun dalam profesi saya, asal
Anda tahu. Mereka tidak menganggap saya terlalu penting di Deplu. Tak pernah."
"Kami tahu itu," kata Lord Altamount. Sekarang giliran Sir James menyeringai,
dan itu memang dilakukannya.
"Malahan lebih baik begitu barangkali," ia menceletuk, tapi langsung minta maaf
ketika Lord Altamount memandangnya dengan cemberut "Maaf, Sir."
"Ini sebuah komite penyelidikan," kata Mr. ' Robinson. "Tak jadi soal apa yang
Anda lakukan di masa lalu, atau apa pendapat orang terhadap Anda. Yang kita
lakukan adalah merekrut sebuah _^ komite untuk menyelidiki. Tak banyak yang jadi
Penumpang Ke Frankfurt Passenger To Frankfurt Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" anggota komite ini. Kami minta Anda bergabung, karena Anda memiliki kemampuankemampuan tertentu yang mungkin bisa membantu dalam penyelidikan ini."
Stafford Nye menoleh ke arah pria dari Keamanan itu.
"Bagaimana ini, Horsham?" katanya. "Aku tak percaya kau setuju dengan itu?"
"Mengapa tidak?" kata Henry Horsham. "O ya" Kalau begitu, apa saja 'kemampuankemampuan'-ku, seperti yang disebut tadi" Te 153 rus terang, aku sendiri tak yakin aku memilikinya."
"Anda bukan tipe yang suka memuja seseorang," kata Horsham. 'Itu alasannya. Anda
orang yang bisa melihat kepura-puraan. Anda tak percaya bahwa seseorang itu
hebat, jika yang menilai itu dirinya sendiri atau dunia. Anda menilai seseorang
dengan kriteria Anda sendiri."
Ce n'st pas un garcon serieux. Kata itu muncul di benak Sir Stafford Nye.
Sungguh suatu alasan yang aneh dalam memilih seseorang untuk melakukan pekerjaan
yang sulit dan penuh risiko seperti ini.
"Saya harus memperingatkan Anda," katanya, 'bahwa kesalahan saya yang utama,
yang sering saya perbuat dan yang telah menyebabkan saya kehilangan sejumlah
pekerjaan, saya kira, cukup diketahui orang. Saya ini bukan orang yang Kukup
serius untuk bisa melakukan pekerjaan sepenting ini."
"Percaya atau tidak," kata Mr. Horsham, "itu salah satu alasan mengapa mereka
menginginkan Anda. Saya benar, bukan, My lord?" Ia memandang ke arah Lord
Altamount. "Pelayanan masyarakat!" kata Lord Altamount. "Begini, sering kali salah satu
kerugian dalam kehidupan masyarakat adalah jika orang yang bekerja di bidang
pelayanan masyarakat bersikap terlalu serius. Menurut kami, Anda tidak begitu.
Maksud saya," ia berkata, "Mary Ann berpendapat begitu."
154 Sir Stafford Nye menoleh. Di situlah wanita itu bukan lagi seorang countess. Ia
telah menjadi Mary Ann kembali.
"Jika keberatan, saya ingin bertanya," katanya. "Anda ini sebenarnya siapa"
Maksud saya. Anda benar-benar seorang countess?"
"Seratus persen. Geboren, begitu kata orang Jerman. Ayah saya seorang bangsawan,
olahragawan andal, penembak jitu, dan memiliki sebuah istana yang romantis tapi
sudah agak rusak di Bavaria. Masih di sana, istana itu. Sampai di situ, saya
punya banyak koneksi dengan bagian dunia Eropa yang luas, yang masih bersikap
sangat congkak jika menyangkut masalah asal-usul. Seorang countess yang miskin
dan lusuh mendapat kehormatan untuk duduk lebih dahulu di meja makan, sedangkan
seorang Amerika kaya yang punya jutaan dolar di bank malahan disuruh menunggu."
"Lalu bagaimana tentang Daphne Theodafanous" Apa peranannya dalam rangkaian
ini?" "Nama yang berguna untuk paspor. Ibu saya seorang Yunani." "Dan Mary Ann?"
Ia tersenyum, dan itulah senyum pertama yang pernah dilihat Stafford Nye di
wajahnya. Mata wanita itu tertuju ke arah Lord Altamount, lalu ke Mr. Robinson.
"Barangkali," katanya, "karena saya semacam petugas serba bisa, pergi ke sana
kemari, me - 155 nyelidiki ini-itu, membawa apa saja dari suatu negeri ke negeri lain, menyapu di
bawah kasur, melakukan apa saja, pergi ke mana saja, membenahi apa yang tidak
beres." Lalu ia memandang ke arah Lord Altamount lagi. "Apa benar begitu, Paman
Ned?" "Benar sekali. Sayang. Mary Ann, kau adalah teman sejati dan akan tetap jadi
teman sejati bagi kami."
"Apa saat itu Anda juga membawa sesuatu di pesawat" Maksud saya, membawa sesuatu
yang penting dari suatu negeri ke negeri lain?"
"Ya. Saya diketahui membawa itu. Seandainya Anda tidak menyelamatkan saya,
seandainya Anda tidak minum bir beracun itu dan memberikan mantel bandit
berwarna mencolok itu sebagai penyamaran saya, nah musibah bisa saja terjadi.
Barangkali saya takkan pernah berada di Ifcini."
"Anda sebenarnya sedang membawa apa atau saya tak boleh bertanya" Adakah hal-?hal yang tak boleh saya ketahui?"
"Ada banyak hal yang takkan pernah Anda ketahui. Ada banyak hal yang tak boleh
Anda tanyakan. Tapi saya kira pertanyaan yang tadi itu akan saya jawab. Sebuah
jawaban yang gamblang. Jika saya diizinkan."
Lagi-lagi ia memandang ke arah Lord Altamount.
"Aku percaya pada kebijaksanaanmu," kata Lord Altamount. "Teruskan."
156 "Beri dia sedikit perangsang," kata James Kleek yang kurang sopan itu.
Mr. Horsham berkata, "Kurasa kau perlu tahu. Bukan aku yang akan mengatakannya,
aku bagian Keamanan. Katakan, Mary Ann."
"Satu kalimat saja. Saya sedang membawa akte kelahiran waktu itu. Itu saja. Tak
bisa saya katakan lebih dari itu, dan tak ada gunanya Anda bertanya lagi."
Stafford Nye memandang berkeliling ke kelompok itu.
"Baiklah. Saya ikut. Saya merasa mendapat kehormatan kalian memilih saya. Kita
akan mulai dari mana?"
"Anda dan saya," kata Renata, "berangkat be- ' sok. Kita akan menuju daratan
Eropa. Anda mungkin sudah membaca, atau tahu, bahwa akan ada Festival Musik
bertempat di Bavaria. Ini sesuatu yang baru terjadi dua tahun terakhir ini.
?Judulnya agak seram, dalam bahasa Jerman yang artinya Perhimpunan Para Penyanyi
Muda, dan ini didukung oleh sejumlah Pemerintah dari negara-negara yang berbedabeda. Ini berlawanan dengan semua festival tradisional yang biasanya diproduksi
di Bayreuth. Sebagian besar musiknya bergaya .modern komponis-komponis muda
?diberi kesempatan untuk memperdengarkan gubahan mereka. Walaupun dipuji oleh
sementara khalayak, pagelaran ini ditolak mentah-mentah dan direndahkan oleh
yang lain." 157 "Ya," kata Sir Stafford, "saya baca tentang itu. Kita akan menghadirinya?"
"Kami telah memesan dua tiket untuk pertunjukan itu."
"Apakah festival ini punya nilai khusus dalam penyelidikan kita?"
"Tidak," kata Renata. "Sifatnya lebih bisa dikatakan... supaya enak masuk dan
keluarnya. Kita pergi ke sana untuk tujuan murni dan tidak murni, dan kita akan
meninggalkannya untuk melakukan langkah selanjutnya dalam jadwal kita."
Ia melihat berkeliling. "Instruksi" Apa saya akan diperintahkan" Apa' semua
tindakan saya akan diatur?"
"Tidak seperti yang Anda perkirakan. Anda akan pergi menjelajah, melakukan
penyelidikan. Anda akan tahu semua ini sambil berjalan. Anda akan berjalan
dengan wajar sebagai diri Anda sendiri, hanya tahu apa yang Anda ketahui saat
ini. Anda akan berangkat sebagai seorang diplomat yang agak kecewa karena tak
pernah diberi kedudukan yang diharapkannya di negerinya sendiri. Selain itu,
Anda takkan tahu apa-apa. Akan lebih aman begitu."
"Tapi hanya itukah semua kegiatan saat ini" Jerman, Bavaria, Austria,
Tyrol bagian dunia itu?"?"Itu hanya salah satu sasaran kepentingan."
"Itu bukan satu-satunya?"
"Bukan, bahkan bukan yang utama. Ada tem 158 pat-tempat lain di muka bumi ini, semuanya berbeda kadar pentingnya dan jenis
manfaatnya. Sampai berapa jauh kadar pentingnya masing-masing tempat itulah yang
harus kita ketahui."
"Dan saya tidak tahu, atau takkan diberitahu, informasi tentang tempat-tempat
atau pusat-pusat kegiatan lain ini?"
"Hanya sepintas lalu. Salah satunya, kami berpendapat ini yang paling penting,
markasnya berada di Amerika Selatan. Ada dua yang markasnya berada di Amerika,
satu di California, dan satunya di Baltimore. Satu di Swedia, satu di Itali.
Kegiatan makin aktif enam bulan terakhir ini di pusat-pusat yang saya sebutkan
terakhir tadi. Portugis dan Spanyol juga punya pusat-pusat yang lebih kecil.
Paris, pasti. Masih ada lagi tempat-tempat lainnya yang menarik, yang 'sedang
akan diorbitkan', begitu istilahnya. Karena belum dikembangkan secara maksimal."
"Maksud Anda Malaysia, atau Vietnam?"
"Bukan, bukan, itu tempat-tempat yang sudah lewat masanya. Dulu memang tempattempat itu subur bagi kekejaman dan kemarahan mahasiswa dan banyak hal lain."
"Apa yang sedang dikembangkan sekarang, Anda harus tahu ini, adalah organisasiorganisasi pemuda di seluruh dunia, yang tujuannya adalah menentang kebijakan
pemerintahnya; menentang orangtuanya, sering kali bahkan menentang agama yang
telah diyakini sejak kecil. Ada aliran jahat yang menganjurkan kebebasan
159 berbuat apa saja, ada aliran yang menganjurkan kekerasan. Kekerasan bukan untuk
memperoleh uang, tapi kekerasan karena memang cinta pada kekerasan. Hal-hal
itulah yang ditekankan. Dan hal-hal itu menjadi tujuan yang teramat penting
dalam hidup mereka bagi orang-orang yang melakukannya."?"Kebebasan berbuat apa saja, apa itu pentingnya?"
"Itu cuma sekadar cara hidup saja. Memang ada dampak-dampak negatif, tapi masih
dalam batas." "Kalau obat bius?"
"Penggunaan obat bius telah sengaja digalakkan dan dikembangkan. Memang itu
menghasilkan sangat banyak uang, tapi menurut kami, semua itu dilakukan bukan
hanya karena uang." Semua memandang Mr. Robinson yang menggelengkan kepalanya.
"Tidak," katanya, "memang tampaknya begitu. Memang ada orang-orang yang
ditangkap dan diseret ke pengadilan. Pengedar-pengedar obat bius terus diawasi.
Tapi ada sesuatu yang lain di balik perdagangan gelap obat bius ini. Perdagangan
gelap obat bius adalah salah satu cara, satu cara jahat untuk mencari uang. Tapi
ada yang lebih daripada itu."
'Tapi siapa...," Stafford Nye terputus bicaranya.
"Siapa dan apa dan mengapa dan di mana" Itulah misi Anda, Sir Stafford," kata
Mr. Robinson. "Itulah yang harus Anda temukan. Anda dan
160 Mary Ann. Takkan mudah, dan salah satu hal paling sulit di dunia ini adalah
menjaga rahasia." Stafford Nye memandang dengan penuh perhatian ke wajah kuning gemuk Mr.
Robinson. Barangkali itulah rahasia dominasi Mr. Robinson di dunia keuangan.
Rahasianya adalah bahwa ia menyimpan rahasianya baik-baik. Mulut Mr. Robinson
menyunggingkan senyum lagi. Gigi-giginya yang besar berkilat.
"Jika Anda tahu satu hal," katanya, "Anda akan selalu tergoda untuk menunjukkan
bahwa Anda tahu; mengatakannya kepada orang lain, dengan kata lain. Bukan karena
Anda merasa wajib memberi informasi. Bukan karena Anda ditawari akan dibayar
untuk informasi itu. Itu hanya karena Anda ingin menunjukkan betapa pentingnya
Anda. Ya, cuma begitu saja. Sebenarnya," kata Mr. Robinson, matanya ditutupnya
setengah, "semua di dunia ini begitu sangat sangat sederhana. Tapi justru ini
yang tidak dimengerti orang."
Sang Countess bangkit dari duduknya dan Stafford Nye mengikutinya.
"Saya harap kalian tidur dengan nyenyak," kata Mr. Robinson. "Saya kira rumah
ini cukup nyaman." Stafford Nye bergumam bahwa ia cukup yakin akan hal itu, dan tak lama kemudian
memang-terbukti hal itu benar. Ia meletakkan kepalanya pada bantal dan lelap
dalam sekejap. 161 BUKU II PERJALANAN MENUJU SIEGFRIED
10. Wanita di Dalam Schloss
mereka keluar dari Festival Youth Theatre itu untuk menghirup udara segar. Di
bawah mereka, di sebuah tanah datar, ada sebuah restoran. Di lereng bukit ada
satu lagi, lebih kecil. Restoran-restoran itu berbeda harga sedikit, walaupun
tak ada yang murah benar. Renata mengenakan gaun malam dari beludru hitam, Sir
Stafford Nye berdasi putih dalam pakaian malam resmi.
"Penontonnya amat berstatus," Stafford Nye menggumam kepada partnernya. "Biaya
pementasan itu sangat mahal. Kebanyakan anak muda yang menonton. Apa menurut
Anda mereka sanggup memikul biayanya?"
"Oh! Itu bisa diatur memang itu diatur."?'Subsidi buat elite pemuda" Semacam itu?"
"Benar." Mereka berjalan menuju restoran yang terletak agak tinggi di perbukitan.
"Istirahat makarr^atu jam. Benarkah?"
"Resminya satu jam. Prakteknya satu seperempat."
165 "Para penonton itu," kata Sir Stafford Nye. "sebagian besar atau hampir
semuanya, saya kira, benar-benar pencinta musik." "Sebagian besar, benar. Itu
penting." "Apa maksud Anda penting?" "Bahwa kegairahan itu harus murni. Tak
?boleh ada ketidakseimbangan," ditambahkannya. "Persisnya apa maksud Anda?"
"Mereka yang melakukan dan mengatur kekerasan harus suka pada kekerasan, harus
menginginkannya, harus mendambakannya. Harus merasakan kenikmatan dalam setiap
gerak memukul, melukai, menghancurkan. Begitu juga dengan musik. Telinga harus
bisa menghayati setiap momentum harmoni dan keindahan. Tak boleh ada kepalsuan
dalam permainan ini."
"Apa bisa peranannya dibuat berganda maksud Anda, kekerasan bisa dikombinasikan
?dengan kegemaran pada musik atau kesukaan pada seni?"
"Itu tidak mudah, saya kira, tapi benar. Banyak yang bisa. Tapi lebih aman
sebenarnya jika kedua peran itu tidak harus digabungkan."
"Lebih baik dibuat sederhana, seperti dikatakan teman kita yang gemuk, Mr.
Robinson" Biarkan penggemar musik menggemari musik saja, biarkan pelaku
kekerasan mencintai kekerasan saja. Itukah maksud Anda?"
"Saya kira begitu."
"Saya suka semua ini. Dua hari di sini, dua malam musik yang telah kita nikmati.
Saya ti - 166 dak bisa menikmati seluruhnya, karena mungkin saja selera saya tidak cukup
modern. Pakaian-pakaiannya sangat menarik."
"Maksud Anda yang di panggung?"
"Bukan, bukan, saya bicara tentang penontonnya. Anda dan saya kurang luwes,
kuno. Anda, Countess, dengan gaun pesta Anda, saya dengan dasi putih dan jas
panjang. Saya rasa pas dalam suasana seperti ini. Lalu orang-orang lain itu,
sutra dan beludru, kemeja-kemeja berploi para prianya, renda asli, saya lihat
tadi, cukup banyak kain mewah berkilau, dandanan rambut, dan kemewahan avant?garde, kemewahan abad kedelapan belas, atau hampir bisa dikatakan, zaman
Elizabeth atau seperti yang digam- barkan dalam lukisan-lukisan Van Dyck."?"Ya, Anda benar."
"Tapi saya belum mengerti, apa maksudnya semua itu. Saya belum tahu apa-apa.
Saya belum menemukan apa pun."
"Anda jangan tidak sabar. Ini sebuah pergelaran mahal, didukung, diminta,
mungkin dituntut oleh kaum muda dan diselenggarakan oleh..."
"Oleh siapa?" "Kita belum tahu. Kita akan tahu."
"Saya gembira Anda begitu yakin."
Mereka lalu masuk ke restoran itu dan duduk. Hidangannya cukup lezat, walaupun
tidak dihias dan tidak tampak mewah. Sekali-dua kali mereka diajak bicara oleh
kenalan atau teman. 167 Dua orang yang mengenali Sir Stafford Nye mengutarakan kegembiraan dan keheranan
berjumpa dengannya di tempat ini. Renata punya lebih banyak kenalan, sebab ia
mengenal lebih banyak orang asing wanita-wanita berpakaian bagus, satu-dua
?pria, kebanyakan Jerman atau Austria, Stafford Nye menghitung-hitung, satu atau
dua orang Amerika. Cuma sekadar basa-basi. Datang dari mana dan mau ke mana,
kritik atau pujian untuk pertunjukan musik itu. Tak seorang pun mau membuang
waktu, karena jeda untuk makan sangat pendek.
Mereka lalu balik ke tempat duduk untuk menonton dua babak terakhir. Sebuah
Puisi Simfoni, Disintegrasi dalam Kebahagiaan, oleh seorang komponis muda,
Solukonov. Setelah itu sebuah karya musik yang megah tapi serius, berjudul Derap
Sang Maestro Penyanyi. Mereka keluar lagi di malam gelap. Mobil yang disewa harian itu menunggu untuk
membawa mereka pulang ke hotel kecil tapi eksklusif di jalan pedesaan. Stafford
Nye mengucapkan selamat malam kepada Renata. Renata berbicara kepadanya dengan
suara dipelankan. "Jam empat pagi," katanya. "Harap siap."
Ia lalu langsung masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Sir Stafford juga masuk ke
kamarnya. Garukan jari pelan di pintu Sir Stafford terdengar tepat tiga menit sebelum jam
empat ke - 168 esokan harinya. Pintu dibukanya. Renata berdiri di situ, siap berangkat.
"Mobil sudah menunggu," katanya. "Mari."
Mereka makan siang di sebuah penginapan kecil di pegunungan. Cuaca cerah,
gunung-gunung tampak indah. Kadang-kadang Stafford Nye berpikir, sebenarnya
sedang apa ia berada di situ. Ia makin lama makin tak mengerti tentang teman
seperjalanannya ini. Renata bicara sangat sedikit. Ia mendapati dirinya sedang
memperhatikan profil wanita itu. Ke manakah ia sedang dibawa" Apa alasan
sebenarnya" Akhirnya, saat matahari hampir terbenam, ia berkata.
Penumpang Ke Frankfurt Passenger To Frankfurt Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita sedang menuju ke mana" Boleh saya bertanya?"
"Anda boleh bertanya, ya." "Tapi Anda takkan menjawab." "Saya bisa saja
menjawab. Saya bisa saja menceritakan banyak hal, tapi apakah akan ada gunanya"
Menurut pendapat saya, jika Anda nanti sampai ke tempat tujuan tanpa saya
beritahukan apa-apa (yang memang takkan punya arti apa-apa), maka kesan Anda
yang pertama malahan akan memiliki kekuatan dan arti."
Dipandanginya lagi wanita ini dengan merenung: Ia mengenakan mantel wol yang
dihias bulu-bulu, pakaian yang praktis untuk bepergian, buatan dan potongannya
tampak bukan dari dalam negeri.
"Mary Ann," katanya sambil merenung.
169 Terkandung sebuah pertanyaan semu dalam panggilan itu.
'Jangan/' katanya, "tidak saat ini."
"Ah. Anda masih Countess Zerkowski."
"Saat ini saya masih Countess Zerkowski."
"Apa Anda sekarang berada di bagian dunia tempat asal Anda?"
"Kira-kira begitu. Saya tumbuh sebagai anak di bagian dunia ini. Setiap tahun
selama beberapa waktu, kami dulu selalu ke sini di musim gugur, untuk
mengunjungi sebuah schloss istana tidak begitu jauh dari sini."? ?Sir Stafford tersenyum dan berkata dengan serius, "Bagus sekali istilah itu.
Sebuah schloss. Bunyinya sangat mantap."
"Para pemilik schloss tidak begitu mantap keadaannya sekarang. Mereka sudah
berantakan." ^'Ini kawasan Hitler, bukan" Kita tak jauh, bukan, dari Berch-tesgaden?"
"Letaknya di sana, di arah Timur Laut."
"Apakah para relasi Anda, teman-teman Anda apa mereka menerima Hitler, percaya
?kepadanya" Barangkali tidak seharusnya saya bertanya seperti ini."
"Mereka tidak suka padanya dan pada semua yang dianjurkannya. Tapi mereka
bilang, 'Heil Hitler'. Mereka diam saja ketika semua* itu terjadi di negeri
mereka. Apa yang bisa mereka lakukan selain itu" Siapa yang bisa berbuat lain
saat itu?" 170 "Kita sedang menuju ke arah Dolomite, bukan?"
"Apakah jadi soal di mana kita saat ini, atau sedang menuju ke mana?"
"Yah, bukankah ini perjalanan penyelidikan?"
"Benar, tapi penyelidikan ini tidak geografis sifatnya. Kita akan bertemu dengan
seseorang." "Anda membuat saya merasa seolah-olah" Stafford Nye mendongak, melihat
?pemandangan alam di mana gunung-gunung menjulang ke angkasa biru "kita akan
?mengunjungi Pak Tua yang tinggal di gunung terkenal itu."
"Mahadewa Pembunuh, maksud Anda, yang mampu membius para pengikutnya sehingga
rela mati baginya, sehingga mau membunuh, tapi percaya bahwa itu akan membawa
mereka masuk surga wanita-wanita cantik, hashish, dan mimpi-mimpi
?erotis kebahagiaan yang sempurna dan abadi."
? Ia berhenti^sejenak, lalu berkata,
"Para pemikat! Saya kira mereka itu selalu ada sepanjang sejarah. Orang yang
sanggup membuat kita percaya padanya, sehingga kita bersedia mati baginya. Bukan
cuma pengikut sang Pembunuh. Orang-orang Kristen juga berani mati."
"Para martir suci" Lord Altamount?"
'Tiba-tiba dia tampak seperti itu di mata saya malam itu. Bagai pahatan ?batu dalam sebuah katedral abad ketiga belas barangkali."
?"Salah satu dari kita mungkin harus mati. Barangkali lebih dari satu."
171 Ia mencegah ketika Sir Stafford akan mengatakan sesuatu.
"Ada satu lagi yang kadang-kadang saya pikirkan. Sebuah ayat dalam Kitab
Perjanjian Baru Lukas, saya kira. Kristus pada saat Perjamuan Terakhir pernah
?berkata kepada para pengikutNya, 'Kalian adalah teman dan sahabatku, tapi salah
satu dari kalian adalah setan/ Jadi sangat mungkin ada setan di antara kita."
"Anda pikir itu mungkin?"
"Hampir pasti. Seseorang yang kita kenal dan percayai, tapi yang tidur di malam
hari, bukan bermimpi tentang mati sebagai martir, tapi tentang tiga puluh keping
perak, dan yang bangun pagi seakan sudah memegang itu di tangannya."
"Cinta atau uang?"
"Ambisi adalah istilah yang lebih tepat. Bagaimana kita bisa mengenali setan"
Bagaimana kita bisa tahu" Setan bisa saja berperan baik di masyarakat, bisa
menarik perhatian, bisa membuat orang suka padanya bisa jadi pemimpin."
?Lalu ia terdiam sebentar dan melanjutkan lagi dalam suara bernada serius.
"Saya pernah punya teman di Dinas Luar Negeri, yang bercerita pada saya bahwa
dia mengungkapkan pada seorang wanita Jerman betapa hatinya tersentuh saat
menyaksikan Passion Play opera tentang kesengsaraan Kristus di Oberammergau.
?Tapi wanita Jerman itu menanggapi dengan mengejek, 'Anda tidak me-172
ngerti. Kami orang JerrKan tafebOstuh Yesus kristus! Kami memiliki Adolf Hitler
di sini sekarang. Dia lebih besar dari Yesus mana pun yang pernah hidup/ Padahal
wanita itu ibu rumah tangga biasa yang baik. Tapi begitulah perasaannya.
Berjuta-juta orang mempunyai perasaan yang sama. Hitler adalah seorang pemikat.
Dia berpidato dan mereka mendengarkannya lalu menerima semua kekejaman itu,
?kamar-kamar gas itu, penyiksaan oleh Gestapo."
Ia mengangkat bahunya, lalu sekarang berkata dengan suara normal, "Tak jadi soal
benar, aneh sekali tadi Anda mengatakan itu."
"Yang mana, ya?"
"Itu... tentang Pak Tua yang tinggal di gunung. Pemimpin para pembunuh."
"Anda bermaksud mengatakan bahwa memang ada Pak Tua yang tinggal di gunung di
sini?" "Bukan. Bukan Pak Tua yang tinggal di gunung, tapi mungkin ada Bu Tua yang
tinggal di gunung." "Seorang Bu Tua yang tinggal di gunung. Seperti apa dia, ya?"
"Anda akan lihat malam ini."
"Apa acara kita malam ini?"
"Kita akan bermasyarakat," kata Renata.
"Rasanya sudah lama Anda tidak menjadi Mary Ann."
Anda harus menunggu sampai kita bepergian dengan pesawat lagi."
"Saya kira tidak baik untuk moral," kata Stafford Nye dengan tepekur, "tinggal
begitu tinggi di dunia ini."
"Secara sosial maksud Anda?"
"Bukan. Secara geografis. Jika kita tinggal di istana di puncak bukit, membawahi
dunia di bawah kita, nah, itu akan membuat kita sombong terhadap rakyat
kebanyakan, bukan" Kita adalah yang paling atas, kita adalah yang paling hebat.
Itulah yang dirasakan Hitler di Berchtes-gaden, itulah yang-barangkali dirasakan
orang yang mendaki gunung saat memandang ke bawah, ke sesama makhluk yang berada
di lembah di bawah."
"Anda harus hati-hati malam ini," Renata memperingatkannya. "Situasinya akan
peka." "Ada instruksi khusus?"
"Anda orang yang dikecewakan. Anda orang yang tidak suka kemapanan, tidak suka
cara hidup yang kuno. Anda seorang pemberontak, " tapi memberontak diam-diam.
Bisa Anda lakukan ini?"
"Bisa saya coba."
Jalan menjadi makin sulit ditempuh. Mobil besar itu berputar dan mendaki, lewat
desa-desa pegunungan, terkadang di bawah tampak pemandangan yang jauh dan
menyesatkan, di mana sungai bercahaya karena sinar lampu, di mana puncak-puncak
menara gereja tampak di kejauhan.
"Kita sedang menuju ke mana, Mary Ann?"
174 "Ke sarang rajawali."
Jalanan mencapai belokannya yang terakhir. Ia berputar .menembus hutan. Stafford
Nye merasa ia sebentar-sebentar melihat sekilas ada kijang dan binatang-binatang
lain lewat. Juga sebentar-sebentar terlihat pria-pria berjaket kulit menyandang
senjata. Para penjaga, pikirnya, t Lalu alchirnya muncul sesosok istana besar,
berdiri di atas sebuah tebing curam. Sebagian besar telah diperbaiki dan
dibangun kembali. Tampak kokoh dan megah, tapi tak ada hal baru di dalamnya. Ia
merupakan lambang kekuasaan di zaman dulu kekuasaan yang dipertahankan berabad-?abad lamanya.
"Istana ini dulunya bernama Grand Duchy of Liechtenstolz. Dibangun oleh Grand
Duke Lud-* " wig pada tahun tujuh belas sembilan puluh" kata Renata.
"Siapa yang tinggal di situ sekarang" Grand Duke yang sekarang?"
"Tidak. Mereka semua sudah habis dan punah. Disingkirkan."
"Jadi, siapa yang tinggal di sini?"
"Seseorang yang memiliki kekuasaan di zaman ini," kata Renata. ^ "Uang?"
"Ya. Sebagian besar karena itu."
"Apa kita akan bertemu dengan Mr. Robinson, yang tiba lebih dahulu lewat udara
untuk menyambut kita?"
"Paling kecil kemungkinannya Anda akan ber 175 temu dengan Mr. Robinson di tempat ini, itu saya yakin."
"Sayang," kata Stafford Nye. "Saya suka Mr. Robinson..Dia sungguh istimewa, ya"
Siapa dia sebenarnya apa kebangsaannya?"?"Saya kira tak seorang pun tahu pasti. Setiap orang ceritanya lain. Ada yang
bilang dia orang Turki, ada yang bilang Armenia, ada yang bilang Belanda, ada
yang bilang dia orang Inggris biasa. Ada yang bilang ibunya seorang budak bangsa
Circassia, seorang grand duchess Rusia, seorang begum India, dan sebagainya. Tak
ada yang tahu. Satu orang mengatakan pada saya bahwa ibunya adalah Miss McLellan
dari Skotlandia. Saya kira itu sama saja tidak pastinya."
Mereka berhenti di bawah sebuah serambi besar bertiang. Dua pembantu pria
berseragam menuruni undakan. Cara mereka membungkuk amat bergaya sewaktu
menyambut sang Tamu. Barang-barang bawaan diturunkan; mereka membawa banyak
sekali barang. Semula Stafford Nye ingin bertanya mengapa ia diharuskan membawa
begitu banyak barang, tapi kini ia mulai mengerti bahwa di sana-sini barangbarang itu memang perlu. Misalnya malam ini, pikirnya. Ia mengajukan beberapa
pertanyaan tentang ini, dan partnernya membenarkan hal itu.
Mereka berdua baru bertemu lagi sebelum waktu makan malam, yang ditandai oleh
bunyi gong yang berkumandang keras. Ketika sampai di depan bangsal, ia berhenti
untuk menunggu 176 Renata bergabung menuruni tangga. Renata mengenakan pakaian malam dengan
perhiasan lengkap malam ini, gaun beludru merah tua, batu-batu mirah bertabur di
lehernya, dan mahkota berhiaskan batu mirah di kepalanya. Seorang pembantu pria
melangkah ke depan dan menunjukkan jalan. Setelah membuka pintu, ia mengumumkan,
"Grafin Zerkowski, Sir Stafford Nye."
Ini kami datang, dan saya harap kami cocok untuk peran yang dimaksud, kata Sir
Stafford Nye dalam hati. Dipandanginya dengan puas kancing dari batu safir dan berlian di bagian depan
kemejanya. Tak lama setelah itu ia menarik napas, tersengal karena terkesima.
Apa pun yang dibayangkannya tadi sama sekali tidak seperti yang dilihatnya ini.
Ruangan itu luar biasa besarnya, bergaya rokoko/ kursi dan sofa dan gorden dari
bahan-bahan brokat dan beludru yang paling halus. Di dinding tergantung lukisanlukisan yang tak bisa dikenali semuanya sekaligus, tapi ada yang langsung bisa
diketahuinya sebab ia memang penggemar lukisan ada satu Cezanne, satu Matisse,
? ?mungkin satu Renoir. Lukisan-lukisan yang tak ternilai harganya.
Duduk di sebuah kursi mahabesar, bagaikan sebuah singgasana, adalah wanita yang
luar biasa besar. Wanita paus, pikir Stafford Nye. Tak ada kata lain yang lebih
tepat untuk menggambarkannya. Seorang wanita mahabesar, bergelimang lemak.
Dagunya dobel, tripel, hampir-hampir kuadrupel. Ia mengenakan gaun dari satin
kaku berwarna Jingga. Di kepalanya bertengger sebuah hiasan bagai mahkota,
berhiaskan batu-batu permata. Tangannya, yang menumpang di lengan-lengan kursi
yang berlapis kain brokat, juga amat besar. Tangan-tangan mahabesar dan gemuk,
dengan jari-jari mahabesar dan tak berbentuk. Di setiap jari, dilihatnya,
melingkar cincin bermata satu. Batu mirah, zamrud, safir, berlian, batu hijau
pucat yang tak dikenalnya, barangkali sebuah chrysoprase, sebuah batu kuning
yang jika bukan topas pastilah berlian kuning. Mengerikan sekali wanita ini,
pikirnya. Ia seakan berkubang dalam lemak. Wajahnya adalah lemak besar yang
berlipat dan becek. Dua matanya bagaikan dua butir kismis yang tertanam dalam
kue besar. Dua mata hitam dan kecil. Mata yang amat cerdas, menatap dunia,
menilai dunia, menilainya, tidak menilai Renata, begitu dikiranya. Renata sudah
dikenalnya. Renata berada di sini karena perintah, karena sudah diatur. Begitu
kira-kira. Renata disuruh untuk membawa dia ke sini. Ia bertanya-tanya mengapa.
Ia tak tahu benar mengapa, tapi ia cukup yakin akan hal itu. Ia sedang menilai
dirinya, menyimpulkan tentang dirinya. Memang diakah yang dimauinya" Apa memang
dia, ya, barangkali lebih tepat begini apa memang dia yang sesuai dengan ?keinginan si pemesan" Aku harus yakin bahwa aku tahu apa sebenar-178
nya yang dimauinya, pikir Sir Stafford. Aku harus berusaha sebaik-baiknya, atau...
Atau bisa dibayangkannya wanita itu mengangkat tangannya yang gemuk dan
bercincin banyak itu, dan memerintahkan salah satu penjaga tinggi besar berotot
itu, "Bawa dia dan lemparkan ke luar benteng." Tak masuk akal, pikir Stafford
Nye. Masa hal seperti itu masih bisa terjadi di zaman ini" Di mana aku ini"
Permainan apa ini" Pertunjukan teater apa ini dan peranan apa yang sedang
kumainkan" "Kau telah datang sangat tepat waktu, anakku."
Suaranya serak dan asthmatic. Barangkali dulunya mengandung kekuatan, dan bahkan
mungkin keindahan. Tapi itu sudah berlalu. Renata maju ke depan, membungkuk
sedikit, lalu menyambut tangan gemuk itu serta menciumnya sebagai tanda
penghormatan. "Saya perkenalkan pada Anda, Sir Stafford Nye. Graffin Charlotte von
Waldsausen." Tangan gemuk itu diulurkan ke arahnya sekarang. Ia membungkuk dalam gaya asing.
Lalu wanita itu mengucapkan sesuatu yang membuatnya heran.
"Aku kenal bibi buyut Anda," katanya.
Sir Stafford tertegun, dan tampak olehnya bahwa wanita itu senang melihatnya
begitu, tapi tampak juga bahwa wanita itu tahu ia akan heran. Ia tertawa dengan
agak ganjil dan menjengkelkan. Benar-benar menjengkelkan.
179 "Atau barangkali lebih tepatnya, dulu aku kenal dia. Sudah bertahun-tahun kami
tidak bertemu. Saat itu kami sama-sama di Swiss, di Lausanne, ketika masih
gadis. Matilda. Lady Matilda Baldwen-White."
"Sungguh sebuah berita menyenangkan untuk saya bawa pulang nanti," kata Stafford
Nye. "Dia lebih tua dariku. Kesehatannya baik?"
"Untuk orang seumur dia, sungguh baik. Dia tinggal dengan tenang di pedesaan.
Ada sedikit artritis, rematik."
"Ah, ya, semua penyakit orang usia lanjut. Mestinya disuntik procaine. Dokterdokter melakukan hal itu di sini. Hasilnya amat memuaskan. Tahukah dia bahwa
Anda sedang mengunjungiku?"
"Saya kira sedikit pun dia tak menduganya," kata Sir Stafford Nye. "Dia hanya
tahu bahwa saya pergi ke festival musik modern ini."
"Anda menikmatinya, kuharap?"
"Oh, luar biasa. Festival Opera Hall itu teramat canggih, ya?"
"Salah satu yang terbaik. Pah! Dibandingkan dengan ini. Gedung Festival Bayreuth
yang lama itu tampak seperti gedung sekolah biasa! Tahukah Anda berapa biaya
membangun gedung opera itu?"
Ia menyebutkan jumlah jutaan mark. Itu membuat Sir Stafford Nye tertegun, dan ia
tidak merasa perlu menyembunyikan reaksinya. Wa 180 nita itu tampak senang melihat dampak dari pernyataannya itu.
"Dengan uang," katanya. "Jika kita tahu, jika kita bisa, jika kita tahu cara
menerapkannya, apa yang tak bisa dibeli dengan uang" Uang bisa memberikan yang
terbaik." Dua kata terakhir itu diucapkannya dengan penuh sukacita, dengan mengecapkan
bibirnya dalam gaya yang sungguh kurang menyenangkan, dan pada saat yang sama
agak sinis. "Saya lihat buktinya di tempat ini," kata Sir Stafford, sambil memandang
berkeliling ke dinding-dinding.
"Anda suka seni" Ya, kulihat begitu. Di sana, di dinding sebelah timur, ada
lukisan Cezanne terbagus di dunia. Ada yang bilang bahwa ah, aku lupa judulnya ?sekarang, itu yang berada di Metropolitan di New York lebih bagus. Tidak benar
?itu. Yang terbaik dari Matisse, yang terbaik dari Cezanne, yang terbaik dari
semua pelukis besar ada di sini. Di sini, di istana gunungku ini."
"Sungguh bagus," kata Sir Stafford. "Benar-benar bagus."
Minuman ditawarkan berkeliling. Wanita gaek dari gunung itu tidak minum apa-apa.
Sir Stafford melihat hal itu. Barangkali ia tak mau ambil risiko dengan tekanan
darahnya, jika melihat tubuhnya yang kelewat gemuk itu, begitu pikirnya.
181 "Dan di mana Anda berjumpa dengan anakku ini?" tanya sang Naga Gunung itu.
Perangkah ini" Ia tidak tahu, tapi ia telah mengambil keputusan.
"Di Kedutaan Amerika, di London."
"Ah, ya, kudengar begitu. Dan bagaimana ah, aku lupa lagi namanya ah, ya.
? ?Milly Jean, putri selatan kita" Dia amat menawan, bukan?"
Penumpang Ke Frankfurt Passenger To Frankfurt Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sungguh memikat. Dia amat sukses di London."
?'!Dan Sam Cortman yang kurang menarik itu, Duta Besar Amerika?"
"Orang yang amat beres, saya yakin itu," kata Sir Stafford Nye dengan sopan.
Wanita itu terkekeh. "Aha, Anda sedang berdiplomasi, ya" Ah, dia cukup beres. Dia melakukan semua
kewajibannya, seperti yang diharapkan dari seorang politisi yang baik. Dan
sungguh suatu posisi yang menyenangkan menjadi duta di London. Semua itu
dimungkinkan oleh istrinya, Milly Jean. Ah, istrinya itu bisa memperoleh
kedutaan mana pun di dunia ini untuknya, dengan koceknya yang sangat tebal itu.
Ayahnya memiliki separo dari seluruh minyak yang ada di Texas, tanah-tanah,
tambang-tambang emas, segalanya. Seorang laki-laki kasar dan buruk rupa. Tapi
coba lihat anak gadisnya itu. Bagaikan seorang bangsawan mungil yang lembut.
Tidak norak, tidak tampak kaya. Pintar sekali dia membangun citra dirinya itu,
ya?" 182 "Terkadang hal seperti itu tidak mengundang kesulitan," kata Sir Stafford Nye.
"Dan Anda" Anda tidak kaya?" "Kalau saja saya kaya."
"Departemen Luar Negeri sekarang tidak terlalu menghasilkan, ya?"
"Oh, saya tidak menafsirkannya begitu.... Bagaimanapun juga, di situ kita bisa
bepergian, bertemu dengan orang-orang yang menarik, melihat dunia, melihat
gejala-gejala yang sedang berlangsung."
"Benar. Tapi itu belum semuanya."
"Ya, sulit untuk memperoleh semua."
"Pernahkah Anda punya keinginan untuk melihat apa bagaimana harus kuungkapkan ?ini apa yang terjadi di balik kejadian-kejadian yang nyata di dunia ini?"
?"Ada orang yang punya gagasan tentang ini, kadang-kadang." Sir Stafford sengaja
membuat suaranya kedengaran tak berminat.
"Orang bilang padaku bahwa Anda orangnya begitu, Anda suka dengan gagasangagasan seperti itu. Biasanya bukan gagasan yang konvensional?"
"Ada saat-saat saya merasa dianggap si nakal dalam keluarga saya," kata Stafford
Nye, tertawa. Si tua Charlotte terkekeh. "Anda memilih untuk berterus terang, kadang-kadang,
ya?" 183 "Apa gunanya berpura-pura" Akhirnya orang akan tahu juga jika menyembunyikan
sesuatu." Wanita itu menatap dirinya.
"Apa c'ta-cita hidupmu, Anak muda?"
Ia mengangkat bahu. Di sini, sekali lagi, ia harus memutuskan jawabannya dengan
segera. 'Tak ada," katanya. "Ayolah, ayo, apa aku harus percaya itu?"
"Ya, Anda bisa percaya itu. Saya tidak ambisius. Apa saya tampak ambisius?"
"Tidak, itu harus saya akui."
"Saya cuma ingin senang, ingin hidup nikmat, makan, minum secukupnya, punya
teman-teman yang menyenangkan."
Wanita tua itu memajukan tubuhnya ke depan. Matanya berkejap tiga atau empat
kali. Lalu ia berkata dengan nada suara yang berbeda. Terdengar bagai nada
bersiul. "Anda bisa membenci" Anda mampu membenci?"
"Membenci hanyalah membuang waktu."
"Benar. Benar. Tak ada guratan-guratan jahat di wajah Anda. Itu benar sekali.
Walaupun demikian, kukira Anda bersedia menempuh suatu jalan tertentu yang akan
membawa Anda ke tempat tertentu> dan Anda akan melewatinya dengan senyum, seakan
Anda tak peduli, tapi tetap saja, akhirnya, jika Anda menemukan penasihat yang
tepat, pembimbing yang tepat, Anda akan mendapatkan apa yang Anda maui. Itu jika
Anda memang punya kemauan."
184 "Jika seperti itu," kata Stafford Nye, "siapa yang tak mau?" Ia menggelengkan
kepalanya ke arah wanita itu dengan lembut. "Anda melihat terlalu banyak,"
katanya. "Sungguh terlalu banyak."
Para penjaga membuka pintu. "Makanan telah siap."
Tata caranya cukup formal. Bahkan cenderung seperti adat kerajaan. Pintu-pintu
besar di ujung ruangan itu terbuka lebar, sehingga tampak sebuah ruangan makan
resmi yang bergelimang cahaya, dengan atap dicat berwarna dan tiga lilin gantung
raksasa. Dua wanita setengah baya menghampiri sang Grafin, lalu mengapitnya di
kanan-kiri. Mereka mengenakan gaun malam, rambut yang memutih ditata rapi di
kepala mereka, masing-masing mengenakan bros dari berlian. Bagi mata Sir
Stafford Nye, tetap saja masih ada kesan seragam perang. Mereka ini, begitu
pikirnya, barangkali bukan penjaga, tapi lebih berperan sebagai perawat kelas
tinggi yang bertanggung jawab atas kesehatan, kebutuhan-kebutuhan berpakaian,
dan kebutuhan-kebutuhan pribadi lain Grafin Charlotte. Setelah membungkuk dengan
hormat, masing-masing menyelipkan lengan di bawah bahu dan siku wanita yang
sedang duduk itu. Dengan cara yang amat luwes karena sudah terlatih, dan dengan
bantuan sekuat tenaga dari yang duduk, mereka mengangkatnya berdiri dengan
hormat. 185 "Kita akan menikmati makan malam sekarang," kata Charlotte
Diiringi dua pembantunya ini, ia memimpin di depan. Dalam posisi berdiri, ia
lebih-lebih tampak seperti segumpal jeli yang oleng, tapi toh ia masih
mengundang rasa segan. Orang tak bisa begitu saja menganggapnya sebagai wanita
tua gemuk biasa. Ia orang penting, tahu bahwa ia penting, berambisi untuk
menjadi penting. Di belakang mereka, Sir Stafford dan 'Renata mengikuti.
Ketika melewati ambang pintu ruang makan, ia merasa bahwa ini lebih mirip aula
resepsi daripada ruang makan biasa. Di sini ada bodyguard. Anak-anak muda
jangkung, berambut pirang, dan tampan. Mereka menggunakan semacam seragam. Saat
Charlotte melangkah masuk, ada suara berdenting serentak karena mereka sama-sama
menarik pedangnya. Pedang-pedang itu disilangkan di atas kepala, membentuk
lorong jalan, dan Charlotte dengan menegakkan tubuh melangkah lewat lorong ? ?itu, dilepas oleh pembantu-pembantunya dan maju ke depan seorang diri, ke arah
sebuah kursi besar berukir dengan pinggiran-pinggiran emas dan jok berlapis
brokat emas, posisinya di kepala meja. Mirip dengan iring-iringan perkawinan,
pikir Stafford Nye. Tapi bersifat militer atau angkatan laut. Dalam hal ini,
pasti militer, sangat militer tapi pengantin prianya tidak ada.
?Semua pemuda itu memiliki jasmani super.
Tak ada yang di atas tiga puluh tahun, pikirnya. Wajah mereka tampan,
kesehatannya tampak jelas. Mereka tidak tersenyum, mereka sangat serius,
mereka apa, ya, istilahnya ya, sangat berdedikasi. Ini barangkali lebih mirip
? ?sebuah pawai religius daripada militer. Para pelayan sudah muncul, sangat kuno,
pikirnya, milik istana tua itu, pasti dari saat perang 1939. Ini seperti sebuah
produksi super dari sebuah drama historis. Dan duduk di situ sebagai ratunya, di
kursi atau singgasana atau apa itu namanya, di kepala meja, bukan seorang ratu
atau kaisar wanita, tapi seorang wanita tua yang kelebihan satu-satunya cuma
beratnya yang luar biasa itu, dengan kejelekannya yang bukan alang-kepa-lang.
Siapa dia sebenarnya" Apa yang sedang dilakukannya di sini" Mengapa"
Mengapa harus ada semua pergelaran ini, bodyguard-bodyguard ini" Bodyguard
keamanan barangkali" Peserta-peserta makan lainnya datang menghampiri meja.
Mereka membungkuk kepada sang Monster di singgasana itu dan mengambil tempat
duduk masing-masing. Mereka mengenakan pakaian malam biasa. Tak ada pengenalan.
Stafford Nye yang sudah berpengalaman bertahun-tahun bergaul, mulai menilai
mereka. Tipe-tipe yang beragam. Sangat beragam. Ahli-ahli hukum, ia yakin. Ada
cukup banyak ahli hukumnya. Barangkali akuntan-akuntan atau ahli-ahli keuangan;
satu atau dua perwira angkatan darat dalam pakaian preman. Mereka adalah staf
yang 187 186 mengurus rumah tangga, pikirnya, tapi mereka juga orang-orang yang menurut
istilah feodal "tunduk di bawah kekuasaan".
Makanan tiba. Kepala babi yang amat besar dengan acar aspic, daging rusa, sari
buah segar dengan jeruk limau, sebuah kue tari yang bukan main besarnya sebuah
?millefeuille yang dibuat dari beraneka ragam gula-gula yang tak terhitung
jumlahnya. Wanita berukuran raksasa itu makan makan dengan rakus, bagaikan kelaparan,
?menikmati semua hidangan itu. Dari luar terdengar suara. Suara mesin bertenaga
kuat dari sebuah mobil sport super. Mobil itu meluncur lewat jendela, bagai
kilat putih. Dalam ruangan terdengar teriakan para bodyguard. Teriakan dahsyat.
"Heil! Heil! Heil Franz!"
Para bodyguard muda itu bergerak dengan gaya manuver militer yang terlatih baik.
Semua sudah berdiri sekarang. Cuma wanita tua itu saja yang duduk tak bergerak,
kepalanya mendongak tinggi di singgasananya. Nah, pikir Stafford Nye, suatu
pertunjukan baru akan segera berlangsung di ruangan ini.
Tamu-tamu lain, atau anggota-anggota rumah tangga yang lain tadi itu, entah apa,
lenyap seketika, hingga mengingatkan Stafford pada cecak yang menghilang melalui
celah-celah dinding. Pemuda-pemuda berambut emas itu membentuk formasi baru,
pedang ditarik ke luar, mereka menghormat pada pimpinan wanita
188 mereka, yang dibalas dengan anggukan tanda mengerti, pedang disarungkan lagi dan
mereka berbalik, persetujuan sudah diberikan, lalu mereka melangkah ke luar
pintu ruang itu. Mata wanita itu mengikuti langkah mereka, lalu memandang ke
Renata, kemudian ke Stafford Nye.
"Apa pendapat Anda tentang mereka?" katanya. "Pemuda-pemudaku, korps pemudaku,
putra-putraku. Ya, anak-anakku. Anda punya satu kata untuk menggambarkan
mereka?" "Ya, saya kira," kata Stafford Nye. "Luar biasa." Ia berkata kepada wanita itu,
bagaikan kepada seorang ratu. "Luar biasa Ma'am."
"Ah!" Ia membungkukkan kepala. Ia tersenyum, keriput memenuhi seluruh raut
wajahnya, membuatnya tampak persis seekor buaya.
Wanita yang mengerikan, pikir Stafford Nye. Wanita yang mengerikan, tidak
normal, dramatis. Apa semua ini benar sedang terjadi" Rasanya tak bisa
dipercaya. Apa semua ini cuma sebuah pertunjukan lain seperti yang di gedung
festival tadi" Pintu terlempar ke luar sekali lagi. Pasukan superman muda berambut jagung itu
berbaris lagi melewatinya, seperti tadi. Kali ini mereka tidak mengayunkan
pedang, tapi bernyanyi. Bernyanyi dengan suara dan nada luar biasa indah.
Setelah bertahun-tahun cuma mendengar musik pop, Stafford Nye merasakan
kenikmatan yang luar biasa. Ini adalah suara-suara yang
189 benar-benar terlatih. Bukan teriakan-teriakan urakan. Dilatih oleh para maestro
seni suara. Tak boleh menggunakan pita suara dengan semena-mena, apalagi membuat
bunyi sumbang. Mereka ini mungkin pahlawan-pahlawan dunia baru, tapi yang mereka
nyanyikan bukanlah musik baru. Musik itu sudah didengarnya sebelumnya. Sebuah
aransemen Preislied. Pasti ada orkestra tersembunyi di suatu tempat, pikirnya.
Di sebuah galeri sekitar bagian atas ruang itu. Itu adalah aransemen atau
adaptasi berbagai tema Wagner. Mulai dari Preisleid sampai nada-nada maya musik
Rhine. Lalu sekali lagi pasukan elite itu berbaris berjajar, membentuk lorong bagi
seseorang untuk memasuki ruangan. Kali ini bukan kaisar wanita tua itu. Ia duduk
saja di singgasananya, menanti orang yang akan masuk.
Akhirnya datang juga dia. Musik berganti saat ia tiba. Ia melagukan motif itu,
yang kini Stafford Nye sudah hafal. Melodi Siegfried Muda. Panggilan terompet
Siegfried, bangkit dalam kemudaan dan kemenangannya, masuk ke dunia baru yang
akan ditaklukkan oleh sang Siegfried Muda.
Lewat pintu itu, melangkah di antara dua jajaran para pengikutnya, masuklah
seorang pemuda paling tampan yang pernah dilihat oleh Stafford Nye. Rambut emas,
mata biru, proporsi tubuh sempurna, seakan muncul dari tongkat sihir. Ia maju ke
depan dari dunia antah-beran-190
tah. Mitos, kepahlawanan, kebangkitan kembali, reinkarnasi semuanya bercampur ?jadi satu. Keindahannya, percaya dirinya yang luar biasa, dan keangkuhannya.
Ia melangkah melewati jajaran ganda dari bodyguard-nya itu, sampai ia tiba di
hadapan sosok wanita yang menyerupai gunung lemak yang sedang duduk di
singgasananya itu. Ia lalu berlutut pada satu kaki, mencium tangan wanita itu,
lalu tegak berdiri. Ia mengulurkan satu tangannya ke atas, seraya meneriakkan
satu kata yang tadi sudah diucapkan oleh yang lainnya. "HeiH" Bahasa Jerman-nya
tidak begitu jelas, tapi Stafford Nye bisa menangkap samar-samar, yang artinya
"Salam kepada Ibu Besar!"
Kemudian pahlawan muda yang tampan itu menyapu ruangan, melihat yang hadir.
Ketika memandang Renata, ia tampak mengenalinya, tapi tidak tampak merasa
tertarik. Namun ketika pandangannya sampai kepada Stafford Nye, tampak jelas ia
tertarik dan serius. Awas! Ia harus memainkan peranannya sekarang juga.
Memainkan peranan yang diharapkan darinya. Tapi, apa sebenarnya peranannya" Ia
sebenarnya sedang berbuat apa di sini" Apa yang diharapkan darinya atau dari
gadis itu di sini" Untuk apa mereka harus datang"
Pahlawan itu berbicara. "Jadi," katanya, "kita punya tamu!" Dan ditambahkannya, dengan senyum anak muda
yang sadar bahwa ia jauh lebih superior dari 191 pada semua orang yang ada di dunia, "Selamat datang, para tamu, selamat datang
pada Anda berdua." Di suatu tempat di istana itu, sebuah lonceng besar sedang berdentang. Memang
tak ada nada upacara penguburan, tapi ada suasana disiplin suasana khusyuk ?pemanjat doa.
"Kata harus tidur sekarang," kata Charlotte Tua. "Tidur. Kita bertemu lagi besok
pagi, jam sebelas." Ia memandang ke arah Renata dan Sir Stafford Nye.
"Anda akan diantar ke kamar Anda. Saya harap Anda bisa tidur nyenyak."
Ternyata pembubaran juga dilakukan secara kerajaan.
Stafford Nye melihat Renata menaikkan tangannya dengan gaya Fasis, tapi bukan
ditujukan kepada Charlotte, melainkan pada pemuda berambut emas itu. Rasanya ia
mengucapkan, "Heil Franz Joseph." Pemuda itu menirukan sikap ini dan juga
berkata, "Heil!"
Charlotte berbicara pada mereka.
"Apa kiranya kalian senang jika besok pagi-pagi acara dimulai dengan berkuda
menjelajah hutan?" "Itu saya paling suka," kata Stafford Nye. "Kau bagaimana, anakku?" "Ya, saya
?juga." i "Bagus kalau begitu. Akan diatur. Selamat malam pada kalian berdua. Aku
gembira menyam - 192 but kedatangan Anda di sini. Franz Joseph, berikan tanganmu. Kita menuju Chinese
Boudoir. Banyak yang harus kita bicarakan, dan kau harus berangkat pagi-pagi
besok." Para pembantu pria mengawal Renata dan Stafford Nye ke kamar mereka masingmasing. Nye terpaku sejenak ketika sampai di ambang pintu. Apa bisa bicara
sedikit dengan partnernya sekarang" Ia memutuskan untuk tidak melakukannya.
Selama masih berada dalam lingkungan istana^ sebaiknya berhati-hati. Siapa tahu,
setiap kamar mungkin saja dipasangi mikrofon.
Akan tetapi, suatu saat kelak, ia harus mengajukan pertanyaan. Beberapa hal
telah menimbulkan kekhawatiran-kekhawatiran baru di benaknya. Ia sedang dibujuk,
sedang dijerumuskan ke dalam sesuatu. Tapi apa" Dan siapa dalangnya"
Kamar tidurnya bagus sekali, tapi membuat perasaan tertekan. Satin-satin dan
beludru-be-ludru mewah bergantungan di sana-sini, sebagian benar-benar antik,
tapi menebarkan aroma kelapukan yang berusaha diimbangi oleh aroma rempahrempah. Ia bertanya-tanya, berapa sering Renata tinggal di sini sebelum ini.
193 11. Yang Muda, Yang Cantik
Setelah makan pagi keesokan harinya, di sebuah ruang makan pagi di lantai bawah,
Stafford Nye mendapati Renata sudah menunggunya. Kuda-kuda ada di luar pintu.
Keduanya membawa pakaian berkuda. Apa saja yang mungkin bisa dihadapi telah
diperhitungkan dengan cermat sejak awal.
Mereka menaiki kuda dan meninggalkan tempat itu melalui jalan masuk istana.
Renata berbicara agak lama dengan perawat kuda.
"Tadi dia tanya, apa kita ingin ditemani olehnya, tapi saya bilang tidak perlu.
Saya tahu jalan-jalan di sekitar sini cukup baik."
"O, ya. Anda pernah berada di sini sebelumnya?"
"Akhir-akhir ini tidak terlalu sering. Dulu waktu masih kanak-kanak, saya kenal
tempat ini cukup baik."
Sir Stafford lalu memandanginya dengan tajam. Renata tidak membalas
pandangannya. Ketika berkuda di sampingnya, Sir Stafford mem 194 perhatikan profilnya hidungnya yang ramping dan melengkung, kepalanya yang ?tegak angkuh pada lehernya yang jenjang. Cakap benar perempuan itu menunggang
kuda, itu jelas baginya. Tetap saja ada yang mengganggu di benaknya, semacam perasaan yang tidak nyaman
Ching Ching 12 Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen Matahari Esok Pagi 12