tanpa menarik perhatian orang, lalu tiba-tiba saja lari begitu">
muram.
Tiba-tiba saja, rombongan Pengendali-Kuda kami meluncur
maju. Aku kaget, tapi segera lari mengejar mereka, diikuti Jake dan Tobias.
Rombongan pertama berlari sekencang mungkin ke arah
hanggar. Mereka hampir sampai. Para penjaga bersenjata menonton
mereka dengan geli. Tetapi kemudian tampak kegelian itu berubah
menjadi kebingungan. Dan akhirnya... terlambat... ketakutan. BLUG!
Pemimpin rombongan kuda menabrak seorang penjaga,
membuatnya terlempar menabrak penjaga berikutnya. Tapal kuda
berkilat ketika si kuda melangkah menginjak si penjaga. Aku bisa
melihatnya, meskipun mata kudaku lemah, karena jarak kami
sekarang sudah dekat. Kami berlari lurus menuju hanggar.
Kami sudah sampai! Hanggar ini berubah jadi rumah gila! Penjaga bercampur-baur
dengan kuda-kuda yang kelihatannya gila. Penjaga-penjaga berjatuhan diterjang
kuda. "Singkirkan kuda-kuda dari sini!" ada yang berteriak.
"Hieeh-heh-heh-heh-heh!" kuda-kuda meringkik.
"Sersan, bagaimana ini?"
"Ahhhh!" "HrrrIIIEEE-hiieeeh-he-he!"
"Tembak mereka!"
"Jangan! Jangan tembak! Bisa kena yang di dalam!"
Rombongan kami meloncat menerjang para penjaga yang
kacau-balau dan kuda-kuda yang berputar, meloncat, dan meringkik
gila-gilaan. Tetapi rombongan kami tetap bersatu dan meluncur
masuk. Ke dalam Tempat Paling Rahasia di Muka Bumi.
Chapter 19 KAMI menghambur ke dalam hanggar!
Kaki-kaki kudaku berderap di atas beton licin bercat. Lewat
kedua mata di sisi kepalaku, kulihat kelebatan alat-alat berat, deretan tombol
pengatur komputer, dan kilatan angka-angka elektronis.
Ada orang-orang - laki-laki dan perempuan - dalam baju lab,
berlari serabutan, seakan kami ini serombongan serigala atau binatang liar lain.
Petugas-petugas angkatan udara berseragam mengejar kami, mengacung-acungkan
senapan mereka di atas kepala. Ada prajurit-prajurit tua yang kaku, dengan
deretan medali di dada mereka, berdiri berkacak pinggang dengan wajah berang.
Dan semua orang berteriak-teriak.
"Ada apa sih ini?"
"Hentikan kuda-kuda itu!"
"Tembak!" "Jangan tembak!"
"Tolong! Aku alergi kuda!"
Gila-gilaan deh. Tapi sebenarnya sih, asyik juga. Minneapolis
Max berlari. Dan pada saat berlari, ia merasa nyaman.
Semua saraf di tubuh kudaku yang besar berdenyar. Aku benarbenar merasa hidup, penuh ketakutan, ketegangan, dan nafsu untuk
berkompetisi. Aku bukan kuda beban! Aku kuda pacu. Aku dilahirkan
dan dibesarkan sebagai juara! Kuda jantan besar yang kuat dan
dominan! Yee hah! "HIIIEEEH! HIIIEH-Heh-heh!" aku berteriak tanpa alasan,
membuat seorang wanita berbaju lab ketakutan sampai yoghurt yang
sedang dipegangnya terjatuh.
Kami berderap maju; rombongan kuda yang sebenarnya, kuda
yang telah dirasuki Yeerk, dan Animorphs dalam morf kuda.
Dan kemudian kami tiba di ruangan itu. Kau bisa merasakan
ruangan ini ruang utama, ruang inti, yang menjadi alasan untuk semua penjagaan
ketat di luar.
Ruangan itu dikelilingi kaca di keempat sisinya. Kaca yang
tebalnya mencapai tiga puluh senti. Melalui kaca itu, kami bisa
melihat podium dari baja berkilat. Dan di sekitar podium itu ada
kamera, alat sensor, kawat-kawat, lampu, layar menyala, dan sederet komputer
besar-besar. Bermandi cahaya lampu, tinggi di atas podium, ada sesuatu
yang bukan berasal dari planet ini.
Garis tengahnya kira-kira dua setengah meter. Bentuknya
persegi, tetapi sudut-sudutnya membulat. Seluruh permukaannya
dipenuhi pipa dan gambar simbol-simbol.
Di salah satu sisinya ada lubang, cukup luas untuk dimasuki
satu orang. Aku bisa melihat bagian dalamnya sekilas. Licin,
warnanya hijau menarik, dengan penerangan lembut. Ada semacam
alat di salah satu dinding!
Jake, Ax, Marco, dan aku, bersama dengan tiga atau empat
Pengendali-Kuda, semua terpana menatap apa yang Marco sebut
"rahasia yang paling dijaga ketat sepanjang sejarah".
"Cullem fallat?" salah satu Pengendali-Kuda bertanya.
"Jahalan fornella," Pengendali-Kuda yang lain menjawab.
Aku bahkan tak perlu terjemahan Ax untuk mengerti: Para
Yeerk sama sekali tidak tahu benda apa itu.
Mereka telah berhasil. Mereka berhasil menerobos masuk.
Mereka telah melihat dengan mata sendiri rahasia besar itu. Tetapi mereka sama
sekali tak punya gambaran benda apa itu.
"SERSAN! KELUARKAN KUDA-KUDA itu dari tempatku!
SEKARANG!" gelegar seorang kolonel.
"Baik, Pak!" teriak si sersan. "Kuda! Balik kanan!"
Si sersan melongo ketika kami semua mematuhi perintahnya.
Kasihan deh. Animorphs dan Yeerk, semua balik kanan dan pergi.
Chapter 20 HARI sudah gelap ketika kami meninggalkan Tempat Paling
Rahasia di Muka Bumi, dalam kondisi sama seperti sebelumnya: tidak tahu apa-apa.
Para Pengendali-Kuda berjalan lesu menuju Dry Lands. Kami
membayangi mereka, hanya mengambil sedikit jarak. Kami sudah
berada dalam morf lebih dari satu jam. Tetapi Jake memutuskan kami bertahan
beberapa waktu lagi.
hanggar. Mereka melihat... kita semua melihat apa yang
ada di dalamnya. Jadi, kenapa mereka semuram itu">
tahu, lalu apa gunanya">
Tobias.
menggelap. Melayang hanya belasan senti dari pucuk
pohon-pohon yang bertebaran. Membuat debu mengepul. Kecil, tidak
lebih besar dari pada pesawat tempur manusia. Tapi bentuknya seperti kumbang
langsing tanpa kepala. Ada semacam tabung-tabung panjang
berujung runcing bergerigi di kedua sisinya, terarah ke depan.
wajar. Yang aneh adalah, bahwa sekali lagi aku bisa membaui
ketakutan para Pengendali-Kuda. Mereka takut pada Bug Fighter itu.
Lebih takut daripada ketika mereka harus menyerbu hanggar.
Atau lebih tepatnya, takut pada siapa yang berada di dalam Bug
Fighter itu. Pesawat itu meluncur di atas kami, berputar, lalu mendarat di
gundukan karang.
Andalite saja bisa membuat pelindung-radar dari
potongan mainan-mainan mereka.>
Kami mengikuti para Pengendali-Kuda ke balik gundukan
karang. Pesawat Bug Fighter sudah menunggu di sana, sudah
mendarat. Tetapi pintunya tidak terbuka sampai para Pengendali-Kuda sudah
berkumpul di depannya. Ketakutan berpendar dari mereka.
Ketakutan yang begitu besar, sehingga aku bisa menebak siapa
yang ada dalam pesawat itu.
Pintu Bug Fighter terbuka.
Muncul prajurit Hork-Bajir. Maut setinggi dua meter lebih,
penuh mata pisau tajam. Si Hork-Bajir menggoyangkan kepala
ularnya yang bertanduk ke kiri dan ke kanan, tangannya
menggenggam senapan sinar Dracon.
Kemudian, ketika keadaan dianggap sudah aman, penumpang
lain Bug Fighter melangkah ke udara malam yang mulai dingin.
Ia Andalite. Paling tidak, tubuhnya tubuh Andalite. Tetapi tentu
saja ia bukan Andalite betulan.
Visser Three: pimpinan pasukan Yeerk di Bumi. Pimpinan
penyerbuan ke Bumi. Satu-satunya Yeerk sepanjang sejarah yang
berhasil menguasai tubuh Andalite. Satu-satunya Yeerk sepanjang
sejarah yang berhasil mendapatkan kekuatan Andalite untuk
bermetamorfosis dan kemampuan Andalite untuk berbicara bahasapikiran. Musuh besar kami. Musuh besar seluruh umat manusia.
Pemimpin para Pengendali-Kuda mulai melapor dalam bahasa
Gallard. "Visser, gahallum fillak..."
FWAPPPP! Ekor Andalite si Visser bergerak begitu cepat sampai serasa
membelah udara. Pisau mautnya berhenti satu milimeter dari leher si PengendaliKuda. Satu sentilan kecil saja bisa membuat kepalanya
menggelinding.
non-manusia"> Sekali lagi ia menjawab .ya.
Si Pengendali-Kuda ragu-ragu. Dan saat itulah si Visser
menyentilkan ekor Andalite-nya.
dalam bahasa pikiran.
canggung itu, Korin Lima-Empat-Tujuh, waktu dia digigit ular. Dan
sekarang kita kehilangan Jillay Sembilan-Dua-Enam!>
Si Visser menunjuk ke arah si Pengendali-Kuda yang tubuhnya
sudah tak utuh lagi, seakan salah orang lain ia sampai mati.
Ia gusar sekali. Dan kalau Visser Three marah, ia lebih dari
sekadar berbahaya. Para Pengendali-Kudanya mundur sejauh mereka
berani.
bahasa-pikiran yang tiba-tiba rendah dan mengerikan.
bernapas sekalipun. Tak seorang pun, termasuk aku, yang mau
mengambil risiko menarik perhatian si Visser yang sedang berang.
Kemudian,
cadangan. Rencana cadangan selalu lebih baik. Kita kuasai saja
beberapa manusia yang bekerja di pangkalan ini. Apakah kalian para idiot sudah
paling tidak mengidentifikasi target yang cocok untuk
dirasuki"> "Jihal, Visser!' salah satu dari para Pengendali-Kuda menjawab.
Dalam bahasa Galard, para Pengendali-Kuda menjelaskan
bahwa wajar saja jika kuda-kuda berkumpul. Bagus jika ada kuda asli bersama
mereka. Bisa menjadi semacam kamuflase.
Ini bukan jawaban yang ingin didengar Visser. Ia mengarahkan
mata Andalite-nya tepat kepadaku.
mereka mau, termasuk kuda" Aku harus membunuh binatang-binatang
ini, untuk pengamanan.>
Kutundukkan kepala kudaku yang besar keemasan, kuraup rumput,
lalu kukunyah. Dan kemudian aku melakukan apa yang biasa
dilakukan kuda. Dan aku sama sekali tidak malu-malu.
Visser Three terbahak.
Aku menarik napas lega.
kepada kami. Hork-Bajir kedua berlari keluar dari Bug Fighter.
Aku merasakan getaran kengerian. Kuperintahkan diriku untuk
lari kabur. Tapi saat itu aku bukan satu-satunya makhluk di dalam
kepalaku. Minneapolis Max juga ada di sana. Dan ia tak suka kabur.
Kedua kaki belakangku menegang dan mengerahkan serat-serat
ototku. Dan sebelum aku tahu apa yang terjadi, aku sudah berlari. Tapi tidak
kabur, melainkan lurus menuju Hork-Bajir pertama.
"HiliEEEEEH-HEEEH-heh-heh!" aku meringkik. Aku
melonjak sampai berdiri di atas kaki belakangku dan kedua kaki
depanku menendang-nendang serabutan.
Animorphs - 14 Melacak Pesawat Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku tidak bisa mengarahkan tendanganku ke sasaran. Soalnya
kuda bukanlah predator. Tetapi aku tetap saja menendang tepat ketika si HorkBajir menekan pelatuk senapannya...
DUAAAK! "Raaahhhh!" si Hork-Bajir menggerung kesakitan. Senapan
sinar Dracon terjatuh dari tangannya. Berdentang di tanah, dan aku menyusul
turun. Kedua kaki depanku mendarat tepat di atas senapan
itu. KRIEEEK! Ingin sekali aku bilang itu sengaja. Tetapi kenyataannya,
dengan kedua mata kudaku di sisi kepala, aku bahkan tak bisa melihat kuku kakiku
sendiri, apalagi mengarahkannya ke sasaran. Tetapi
kadang-kadang keberuntungan sama baiknya dengan keterampilan.
Sekarang Minneapolis Max sudah siap lari. Maka aku lari.
Kami semua lari. Kedua Hork-Bajir mengejar.
Ia benar. Dan jujur sata, seandainya seratus kuda lawan dua
Hork-Bajir pun, kudanya akan tetap kalah.
tanyaku pada Rachel. Rachel pernah morf menjadi HorkBajir.
Kami melesat. Kami berderap. Tetapi kedua Hork-Bajir bisa
mengimbangi kecepatan kami.
Kemudian kami melihat sinar melompat-lompat liar ke arah
kami. Humvee! Pasukan pengaman dari pangkalan muncul untuk
menyelidiki. Kami terus berlari dan si Hork-Bajir ragu-ragu. Ketika
kemudian aku menoleh, mereka berdua sudah tak kelihatan lagi.
Rachel ketika kami sudah jauh dari Zona 91.
Yeerk.>
Satu per satu kami berhenti berjalan. Satu per satu kami
menoleh menatap Ax.
digunakan, modul ini dibuang ke ruang angkasa. Sebetulnya
pembuangannya ke arah bintang, agar modul-modul ini terbakar tanpa sisa. Yang
satu ini pastilah salah arah, sampai akhirnya tertangkap gaya tarik Bumi.>
Selama satu menit penuh tak seorang pun berkata ." apa-apa.
Kemudian Marco bicara.
ilmuwan sinting, menyembunyikan rahasia WC Andalite">
Chapter 21 KAMI ganti dari morf kuda ke morf burung, lalu terbang
pulang. Hanya kami yang tahu rahasia Zona 91. Pangkalan besar yang
sengaja dibangun untuk menganalisis benda yang mereka kira pesawat ruang angkasa
alien, tapi ternyata, toilet portabel Andalite
berteknologi tinggi. Menurut Ax, kemungkinannya nol, bahwa WC Andalite itu bisa
memberi manusia kemampuan untuk terbang ke luar angkasa.
Kami telah melakukan beberapa hal sangat penting sebagai
Animorphs. Kami telah berjuang dalam pertempuran vital yang
mengerikan. Tapi kasus kali ini bukan seperti itu.
Ketika aku tiba di rumah dan masuk ke ruang tamu, ternyata
kedua orangtuaku sedang menungguku. Mereka pasang muka marah.
"Dari mana saja kau?" ibuku ingin tahu.
Mom-lah yang selalu ambil peran utama dalam soal-soal
kedisiplinan. Ia tahu ayahku akan mengalah dengan mudah. Mom
pikir ia lebih ulet. Ia berpikir begitu karena memang benar begitu.
"Aku keluar bersama Rachel," jawabku, kurang-lebih jujur.
"Keluar bersama Rachel, untuk apa?" desis ibuku. "Kau baru pulang lewat jam
makan malam. Sudah larut. Kau tidak memberitahu
kami ke mana kau pergi."
Ibuku orangnya tidak besar. Sampai ia marah. Kalau sudah
marah, entah bagaimana ia jadi lebih besar. Kelihatannya ia jadi
menjulang tinggi di atasku. Aneh. Maksudku, sebenarnya ia cuma
lima senti lebih tinggi daripada aku, tapi saat ini ia paling tidak dua setengah
meter tingginya. "Kami cemas sekali," kata ayahku dengan suara pelan dan
lembut. Aku menghela napas. Aku bisa merasakan perasaan bersalah
bergejolak di dalam diriku. Aku benci kalau mereka bilang mereka
cemas. Soalnya, aku sekarang tahu, bagaimana rasanya cemas. Aku
cemas sepanjang waktu, mencemaskan Rachel dan Jake, dan yang
lain. Kadang-kadang aku berbaring di tempat tidurku di malam hari
dan mencemaskan seluruh umat manusia.
"Aku minta maaf," kataku.
"Dari... mana... kau... Nona?" ibuku bertanya, menggunakan suara satu-demi-satukata-nya. "Aku cuma bersama Rachel," kataku. Dan Jake.
Orangtuaku bertukar pandang. Ayahku menutup mulut dengan
tangannya. Ia menyembunyikan senyum. Pada saat yang bersamaan ia
berusaha kelihatan ekstra galak.
Ibuku bersandar kembali ke kursinya dan menaruh tangan di
pahanya. "Kita kan sudah pernah membicarakan soal kencanmu,"
katanya, "dan waktu itu kita sepakat kau masih terlalu kecil."
"Kencan?" tanyaku lemas.
Ibuku menghela napas. Kemudian dia menggeleng. "Mungkin
sudah waktunya kita bicara lagi soal hubungan pria-wanita."
Aku yakin darahku tersirap merosot meninggalkan kepalaku.
Kemudian berbalik kembali hanya sampai pipi dan leherku, sehingga
pipi dan leherku serasa terbakar. "Ehm... aku tidak kencan kok."
"Tidak usah malu-malu," kata ayahku blak-blakan. "Kau gadis normal, kau punya...
keinginan tertentu, ketertarikan tertentu, dan...
keingintahuan yang wajar."
Saat itu ingin rasanya aku menggali lubang di lantai, masuk ke
lubang itu, dan menarik karpet menutupiku.
"Yang kami minta hanyalah, jujurlah kepada kami," kata ibuku, sudah dengan sikap
tegas lagi. "Jangan membuat kami cemas."
"Pasti! Sumpah deh! Aku tidak akan membuat Mom dan Dad
cemas lagi. Boleh aku pergi sekarang?"
Aku lari meninggalkan ruang tamu, menghambut ke dapur. Aku
ingin bikin sandwich, membawanya ke kamarku, dan mencoba
membuat sebagian PR-ku, paling tidak.
Dan aku benar-benar tidak ingin diajak bicara serius soal
cowok. Astaga! Aku baru saja mengeluarkan kalkun dari dalam kulkas, ketika
sesuatu terlintas dalam benakku. Aku berjingkat kembali ke pintu
dapur dan melekatkan telingaku di pintu.
"Betul, kan?" kudengar ibuku berkata puas.
"Kau selalu betul, seperti biasanya," kata ayahku.
"Itu satu-satunya cara. Kita hadapi saja kenyataannya, Cassie, sudah bekerja
terlalu keras, apa yang bisa kaulakukan" Kau tak bisa lagi menambahinya beban
kerja sebagai hukuman atau mengurungnya
di kamar." "Anak kita oke banget, ya."
Perasaan hangat menjalariku. Orangtuamu pasti mencintaimu.
Tetapi aku merasa orangtuaku menyukaiku juga. Sebagai manusia.
"Ya, anak kita memang oke," ibuku sepakat. "Tetapi dalam kesempatan-kesempatan
tertentu, kalau dia ngawur - walau ini jarang
terjadi, satu-satunya cara mendisiplinkan dia adalah dengan
mempermalukannya." Mereka berdua tertawa. Ha-ha-ha.
"Lain kali kita bisa bilang padanya kita akan mengundang Jake dan orangtuanya ke
sini untuk membicarakan batasan-batasan dalam
hubungan mereka," kata ibuku.
Ketawa lagi. Hee-hee-hee.
"Atau sebagai rencana cadangan, kita bisa mengancamnya
untuk mengajaknya menemui Pastor Banion untuk membicarakan soal
hubungan intim." Yang ini usul ayahku.
Aku sudah telanjur merasa hangat. Jadi orangtuaku tahu aku
menyukai Jake. Dan mereka tahu bahwa pembicaraan apa pun tentang
hal ini akan membuatku malu setengah mati.
Dasar orangtua! Kau tak bisa sepenuhnya mempercayai mereka.
Aku sudah selesai membuat sandwich dan naik ke kamarku.
Kamarku kacau-balau. Aku bukan cewek yang rapi. Aku berjalan ke
mejaku. Kupinggirkan sebagian barang-barangku agar ada tempat
untuk menulis dan kubuka binder-ku untuk mencari...
Rencana cadangan" Itu tadi yang diucapkan ayahku. Dan Visser Three juga
mengatakannya. Rencana cadangan" Untuk apa Yeerk punya rencana cadangan"
Mereka kan sudah berhasil menembus Zona 91 dan benda itu cuma
WC. Memang benar mereka tidak memahami apa yang mereka lihat,
tetapi jelas mereka tahu apa pun benda itu, itu bukan pesawat Yeerk ataupun
senjata. Jadi, kenapa mereka masih tertarik"
Kusingkirkan pemikiran itu dari benakku. Siapa yang peduli
sekarang" Kami telah membuang cukup banyak waktu di Zona 91.
Masih banyak hal lain yang bisa kucemaskan. Seperti PR, misalnya.
Dan kenyataan bahwa orangtuaku tahu lebih banyak tentang aku
daripada yang kumau. Aku mengerjakan PR, lalu tidur. Pukul empat pagi aku
terbangun. Aku duduk tegak dan menatap nanar kegelapan.
"Jadi, itu WC," seruku. "Itu tidak penting. Itu WC alien! WC
alien! Itu yang penting!"
Tentu saja! Walaupun itu cuma toilet, itu berarti pemerintah
punya bukti adanya kehidupan di planet lain. Bukti yang tidak
diinginkan kaum Yeerk. Bangsa Yeerk sedang menginvasi Bumi. Salah satu alasan
keberhasilan mereka adalah karena tak ada orang waras yang mau
percaya. Bahkan jika aku muncul di siaran TV nasional dan
mengumumkan bahwa alien menyerbu Bumi, siapa yang mau
percaya" Bahkan jika aku bermetamorfosis di depan orang-orang,
mereka akan berpendapat itu cuma satu jenis keanehan lain.
Tetapi jika pemerintah yang muncul dan berkata, "Kami punya
bukti bahwa alien memang ada," maka orang-orang akan mulai
mendengarkan. Orang mungkin malah mulai mau mempercayai
bahwa Yeerk ada di antara kita.
Itulah sebabnya Yeerk tidak bisa begitu saja mengabaikan Zona
91. Mereka tak bisa membiarkan pemerintah punya bukti apa pun
bahwa kehidupan alien itu ada.
Ada rencana cadangan. Begitu kata Visser Three.
Dan mendadak saja aku punya dugaan kuat apa rencana mereka
itu. Besok pukul tujuh malam, The Gardens akan penuh orang-orang
yang bekerja di Zona 91. Seperti yang telah diumumkan di kertaskertas selebaran di pangkalan.
Aku berani bertaruh para Yeerk akan beraksi saat itu. Mana ada
tempat yang lebih baik selain The Gardens untuk menangkap orangorang kunci Zona 91, dan merasuki kepala mereka dengan siput
Yeerk" Yah, sebetulnya banyak sih, tempat yang lebih baik. Tapi Visser
Three kan terkenal ketidaksabarannya. Dan rekreasi ke The Gradens
itu akan menjadi kesempatannya yang paling awal untuk beraksi.
Chapter 22 THE GARDENS adalah kombinasi kebun binatang dan taman
hiburan. Kedua seksi ini terpisah, tentu saja. Yang satu berisi roller coaster
dan bumper car, sedang yang lain laguna buatan dan habitat binatang-binatang.
Aku telah menghabiskan banyak waktu di bagian kebun
binatang The Gardens, tapi hanya sedikit waktu di taman hiburan. Aku tidak suka
roller coaster. Dari angkasa semuanya tampak lebih kecil daripada jika dilihat
dari daratan. Di darat, berjalan sepanjang jalan beton merah jambu-hijau,
rasanya tak ada ujungnya. Tetapi dari angkasa sebagai burung hantu, kau bisa
melihat bagaimana jalan-jalan itu saling melingkar, seperti lingkaran labirin.
Kau bisa melihat tepi-tepi taman dan dunia di luar The Gardens. Kau bisa melihat
lengkungan-lengkungan neon
yang tak ada habisnya dan hotel-hotel Best Western dan luncuran air dan lubanglubang bola di lapangan golf.
Tentu saja, sebagai burung hantu kau bahkan bisa melihat tikustikus yang bersembunyi di bawah semak-semak gelap. Sebagai burung
hantu, tak banyak yang tak bisa kaulihat.
The Gardens di malam hari adalah dua bagian yang sangat
berlawanan. Di bawah kami, harimau-harimau berkeliaran sampai ke
tepi parit yang mengelilingi habitat mereka. Dan unta-unta tertidur.
Dan singa-singa laut bergerombol di pulau buatan bercat biru. Dan
kera-kera tidur, sambil kadang-kadang menggaruk-garuk atau
mencabut kutu dari telinga mereka dan memakannya.
Di taman hiburan, sebaliknya, neon warna-warni berpendaran
amat sangat meriah. Permainan ontang-anting berneon biru; komidi
putar merah dan kuning; roller coaster seperti naga-naga liar yang meliuk dengan
deretan lampu-lampu yang berkejaran.
Aku melihat kilatan! Rupanya dari tempat log ride - wahana
sampan. Mereka menjepret foto orang-orang di dalam sampan ketika
sampan mereka sedang terjun terakhir kali. Kudengar jeritan-jeritan kegirangan
dan ketakutan pura-pura. Selain punya mata yang supertajam, burung hantu juga bisa
mendengar kepakan sayap nyamuk yang jauhnya tiga meter. Tobias
tidak seberuntung ini. Ia tidak punya morf burung hantu. Jadi, ia jadi dirinya
sendiri - elang ekor-merah. Elang ekor-merah tidak melihat
ataupun terbang dengan baik pada malam hari.
Tunggu! Kilatan blitz di tempat sampan"
Animorphs - 14 Melacak Pesawat Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
selebaran itu menyebutkan pukul delapan">
target mereka!>
Jake menjaga agar nada suaranya netral, ia tak ingin
membuatku merasa bersalah.
seperti tentara.> Aku menyimpulkannya pagi-pagi sekali tadi. The Gardens
kadang-kadang menyewakan seluruh taman hiburan kepada
rombongan-rombongan pribadi. Terutama pada malam-malam sepi,
seperti pada Minggu malam.
Zona 91 telah menyewa taman hiburan ini untuk prajuritprajurit mereka dan keluarganya. Tentu saja pemesannya tidak
terdaftar sebagai "Zona 91", melainkan sebagai "Gondor Industries".
Aku menghabiskan seharian mencari data di Internet, agar
yakin. Tak ada perusahaan yang namanya Gondor Industries. Itu
perusahaan palsu. Aku sudah bangga sekali akan kecerdikanku.
Sayangnya, jam yang seharusnya kami waspadai sudah lewat,
hanya karena aku tidak bisa menafsirkan jam militer dengan benar.
rencana Yeerk. Yang kita tahu hanyalah
mereka mungkin akan berusaha menggunakan malam ini untuk
merasuki beberapa anggota kesatuan Zona Sembilan-satu. Tetapi di
mana" Di mana di tempat hiburan yang begini luas ini mereka akan
melakukannya"> Tidak ada waktu! Dan ini gara-garaku. Gara-garaku. Oh, man,
aku sudah bikin kacau. Sekarang laki-laki dan perempuan tak bersalah bisa
dijadikan Pengendali gara-gara kebodohanku!
Coba pikir! Di mana" Di mana para Yeerk akan mencobanya"
gelap. Atau House of Horrors Ride - Rumah
Hantu. Cuma dua tempat itu.>
Horrors.> Kami berpisah menjadi dua rombongan. Jake, Marco, dan aku
terbang gesit menuju wahana sampan. Sepanjang perjalanan aku
mengutuki diri.
Pangkalan wahana sampan dibuat menyerupai gunung. Tentu
saja sebetulnya itu cuma semen dan semak-semak palsu, tapi
kelihatannya gunung betulan. Kami mendarat di atasnya.
Kami demorph secepat kami bisa dan beberapa menit kemudian
kami menuruni sisi gunung semen itu, memakai seragam morf kami.
Dan tanpa sepatu. Untungnya, di The Gardens, orang-orang
berpakaian lebih nyentrik daripada itu. Beberapa orang menoleh
memandang kami, tapi tidak lama.
Antreannya pendek karena yang ada di taman cuma kira-kira
seribu orang dari Zona 91. Beberapa membawa anak-anak mereka,
jadi keberadaan kami tidak aneh, walaupun sebagian besar orang yang antre adalah
laki-laki lebih tua dengan rambut cepak dan kumis
tercukur rapi. Maka jadilah kami ikut log ride. Kami naik sampan. Aku dan
Jake duduk di depan, Marco di belakang kami, dan sepasang pria dan wanita di
tempat duduk terakhir. Sampan kami meluncur sepanjang kanal air menuju ke lift
rantai. "Kalau bukan urusan mati-hidup, ini asyik benar," kata Marco.
"Aku suka log ride. Tidak seseru roller coaster, memang. Tapi ceburan pada akhir
perjalanan asyik banget deh."
"Suara itu!" ada yang berseru. "Aku kenal suara itu!"
Aku berpaling untuk melihat siapa yang bicara. Betapa
kagetnya ketika aku ternyata bertatap mata dengan Kapten Torrelli, interogator
kami dari Zona 91. Dan tepat saat itu, sampan kami
menghantam rantai dengan bunyi CRENG nyaring!
"Kalian!" kata si kapten.
Marco menoleh. "Oh-oh."
"Apa?" tanya Jake.
KLANGKLANGKLANGKLANGKLANG! Kami memanjat
tebing, merapat ke tempat duduk kami yang basah.
"Kalian ditangkap!" kata Kapten Torreli.
"Sayang, ada apa?" tanya teman kencannya.
"Yeah, ada apa?" Jake menanyaiku.
"Itu orang dari Zona Sembilan-satu," bisikku di telinga Jake.
"Dia mengenali aku dan Marco."
"Oh-oh." "Kalian sebaiknya jangan bergerak!" kata si kapten.
Saat itu kami tiba di puncak lift. Untuk sesaat kami nangkring
di sana. Kemudian sampan kami tersuruk ke depan dan gaya tarik
bumi mengambil alih. "Ahhhhhh!" teman kencan si kapten menjerit.
"Ahhhhhh!" aku menjerit karena aku tak suka acara
menegangkan seperti ini. "Kalian berdua milikku!" teriak si kapten.
Dan kami pun meluncur turun.
WHUUUUUUUSH! Kemudian... plung-BYUUUUURR!
Air di mana-mana! Sampan kami miring sepanjang kanal
sempit melewati perkemahan buatan.
"Kalau Yeerk akan beraksi, mereka akan melakukannya di
kanal di depan," bisik Jake. "Itu semacam kanal cinta. Benar-benar gelap."
Aku ingin bertanya bagaimana ia bisa tahu tentang kanal cinta.
Tetapi aku bertahan pada masalah utama kami. "Entah bagaimana caranya, kita
harus kabur dari sini. Kalau tidak, kita tidak akan bisa menghindari si kapten."
Marco berbalik di kursinya, menyampirkan lengannya di atas
partisi yang memisahkannya dengan si kapten. "Tahu tidak, kurasa Anda tidak bisa
menangkap kami. Maksudku, Anda polisi militer,
kan" Dan tempat ini bukan pangkalan militer."
Si kapten mendelik. Disambarnya telepon genggam dari saku
jaketnya dan ditekannya nomor. "Halo" Keamanan Gardens" Ini
Kapten Torelli, kode keamanan nomor delapan-tujuh-dua-sembilansembilan. Aku perlu..."
"Bagus, Marco," kata Jake, memainkan matanya.
"Wah, jadi rumit nih," bisikku.
"Nah, ini dia kanalnya," kata Jake. "Bersiaplah."
Sampan menerabas pintu memasuki kegelapan total.
"Sekarang!" desis Jake.
Aku bangkit. Menoleh ke kiri. Cuma ada kegelapan. Aku
menoleh ke kanan. Sama gelapnya. Bukan gelap seperti gelap-dalamkamar jika kau tidur di malam hari. Ini gelap gekali, sehingga sama seperti jika
kau buta saja. Aku melangkah turun dari perahu, memasrahkan segalanya
pada keberuntungan. Chapter 23 JANGAN pernah memasrahkan apa pun pada keberuntungan.
Kakiku tidak menyentuh apa-apa. Aku mencoba menariknya
kembali, tapi terlambat. Aku terjungkal ke depan.
"Aaaahhh!" BYUUUR! Air sampai ke pinggangku. DUK! Dinding kanal!
"Owww! Kepalaku!" Aku tergelincir dan jatuh dengan kepala duluan ke dalam air.
Kurasakan arus menghanyutkanku.
Kemudian suara Marco, "Uuuuf! Owwww!"
"Kalian tak akan bisa kabur begitu mudah!"
PAH-LUUUSH! "Aaarg!"
"Owww!" "Hei! Hati-hati! Mau kaubawa ke mana sampannya!"
DUAK! Ada tangan mencengkeramku! Kuayunkan kepalanku.
"Oww! Aku perlu bahu ini!" teriak Jake.
"Sori!" "Anak-anak, berhenti!"
Tiba-tiba lampu menyala! Di mana-mana lampu!
Aku dihanyutkan oleh arus sampai keluar dari kanal. Aku
kembali berada di udara malam, menatap neon dan lampu-lampu pijar.
Aku bangkif. Tetapi arus terlalu deras. Arus menerjang kakiku.
Aku jatuh dan mengapung. Di belakangku, ada sampan lain penuh cowok-cowok berambut
cepak. Di antara sampan itu dan aku, tiga kepala menyembul-nyembul di permukaan
air: Jake, Marco, dan Kapten Torelli yang sangat marah.
"Cassie! Keluar!"
"Oh, tidak, ini gila!" keluh Marco.
"Kalian akan dikurung, aku bersumpah!" teriak Kapten Torelli.
BUMPBUMPBUMP. SREEEEEEET!
Aku tergores ketika melewati belokan tajam. Kucoba
menjangkau bibir kanal dan mengangkat diriku keluar dari air, tetapi aku terlalu
lemah dan dorongan air kuat.
Apa yang harus kulakukan" Aku tak bisa morf. Mereka bisa
melihatku. Terpaksa aku harus mengapung terus sampai...
Sampai terjunan besar! "Ahhhhh!" teriakku.
"Kurasa Cassie baru saja sadar ke mana kita menuju," kata Marco.
"Ahhhhh!" aku mengkonfirmasi.
Belokan tajam yang lain. BUMPBUMPBUMP!
SREEEEEEET! Dan kemudian, hanya beberapa meter di depan, persis di depan
sampan yang tadi kami naiki, kulihat sampan lain tiba-tiba
menghilang. Dan aku mendengar teriakan-teriakan. Teriakan gembira.
Sama sekali berbeda daripada teriakanku tadi.
Aku meluncur menuju air terjun. Dan tak ada yang bisa
kulakukan untuk menghentikannya!
"Tidak! Tidak! Tidaaaaaak!"
"Oh, man! Tidak! Tidak! Tidaaaaaak!"
"Gilaaaaaa! Tidaaaaaak!"
"Kalian akan dapat ganjaran yang setimpal! Tidaaaaaak!"
Dan kami pun meluncur menuruni tepi air terjun. Pantatku
menggelincir menuruni air terjun setinggi lima belas meter. Ini saja sudah
gawat. Tapi dua meteran di belakangku ada dua cowok dan
seorang laki-laki yang marah.
Dan di belakangnya lagi ada sampan lain. Sampan yang akan
menggencet gepeng kami semua jika menabrak kami.
Aku terjun sambil menjerit ngeri!
BYU-UUUUR! Aku tercebur ke laguna dan berguling ke kiri secepat aku bisa
menggerakkan tubuhku yang berat karena basah kuyup. Ada yang
menabrakku, tetapi bukan sampan.
"Hah! Cindy Crawford! Kaupikir aku tidak ingat namamu" Kau
ditangkap!" teriak Kapten Torelli kegirangan.
Tetapi kemudian ia tergelincir dan kepalanya terbenam dan aku
berhasil keluar dari situ.
Kami bergabung tepat di depan pintu keluar wahana sampan.
Tiga anak ABG tanpa sepatu, basah kuyup, memakai baju aerobik.
"Eh, sebetulnya asyik juga aksi kita tadi, ya," kata Marco. "Di luar soal nyaris
tertabrak dan tergencet gepeng sampan itu."
Jake mengibaskan air dari rambutnya. "Oke, jadi bukan log
ride. Di sini tidak ada Yeerk."
"House of Horrors," aku sepakat. "Pastilah di House of Horrors."
Kami berlari ke House of Horrors. Tapi selagi kami berlari, tak
jauh dari kami terdengar teriakan, "Polisi! Keamanan! Polisi!"
Maka kami pun berlari semakin cepat.
Chapter 24 KAMI berlari ke House of Horrors, kaki basah kami berkecipak
PYAK-PYAK-PYAK sepanjang jalan. Tempatnya kira-kira di tengah
taman hiburan. Aku terengah-engah dan berkeringat dan memegangi
sisi perutku yang sakit saat kami tiba di sana.
"Sekarang bagaimana?" tanya Marco.
"Sekarang kita cari yang lain," kata Jake.
"Tapi mereka bisa saja sedang dalam bentuk morf. Kita sama
sekali tak tahu harus mencari apa," aku menjelaskan.
"Persis. Dan kita juga harus memperhitungkan apakah Yeerk
menggunakan House of Horrors untuk menculik dan menguasai
orang-orang dari Zona Sembilan-satu."
"Meskipun kita tidak tahu apakah Yeerk-nya cuma PengendaliManusia yang biasa atau Hork-Bajir atau entah apa," kataku.
"Persis." "Dan sementara itu," aku menyimpulkan, "kita harus berusaha menghindar agar
tidak ditangkap oleh kapten Angkatan Udara yang
membabi-buta ingin melindungi Tempat Paling Rahasia di Muka
Bumi, tempat mereka menyembunyikan WC kuno Andalite."
Marco tertawa mengejek. "Ada tidak ya, orang yang
menyangka mungkin kita ini sinting" Kalian tahu, kan, sepertinya
semua ini tidak nyata dan kita ini orang-orang sinting yang kabur dari RSJ yang
khusus merawat orang-orang sakit jiwa parah?"
"Hei, kita ini kan lagi menyelamatkan dunia, Marco," kataku.
"Semua orang gila bilang begitu."
"Ayolah, teman-teman sintingku," Jake mendahului menuju
pintu masuk House of Horrors.
Petualangan kali ini naik mobil di atas rel, alih-alih sampan di
air. Aku lega, paling tidak karena tak ada air.
Kami bertiga naik salah satu mobil. Ada orang keempat yang
duduk bersama kami. Laki-laki, berusia kira-kira tiga puluh tahun. Ia tersenyum
kepadaku. "Yakin ini tidak terlalu menyeramkan bagi kalian, anak-anak?"
"Tidak, Sir. Kami biasa menghadapi hal-hal menyeramkan,"
kataku. "Aku tidak melihat yang lain," Jake bergumam pelan sementara mobil kami meluncur
di atas rel. "Buu-ah-ah-hah-HAH!" ada tengkorak mekanis menjerit.
"Hati-hati! Hati-hati, semua yang masuk rumah ini!" gelegar suara rekaman yang
keras. "Hati-hati, ada horor mengerikan di dalam!"
Animorphs - 14 Melacak Pesawat Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kemudian, "Aaaaaarrrggghh!" seorang bajak laut mekanis,
yang memegangi kepalanya sendiri yang terpenggal, mengayunayunkan pedangnya pada kami.
Seekor ular raksasa menoleh dan mengarahkan kepala kobranya
kepada kami, menatap dengan mata hijaunya yang berkilauan.
"Yeah, yeah, ngeri deh," kata Marco. "Apa bisa lebih norak dari ini?"
"Kenapa kalian begitu sinis?" tanya si laki-laki berambut cepak.
"Kami terlalu banyak nonton TV," jawab Marco.
Mobil berputar dan bagian belakangnya menabrak pintu ruang
horor berikutnya. Ketika kilat menyambar, aku melihat mobil di
belakang mobil kami. Isinya empat orang juga. Kapten Torrelli dan
tiga orang keamanan berseragam The Gardens.
"Kenapa sih orang itu?" tanyaku.
"Hei, Kapten, senang?" si cowok cepak berteriak pada Torrelli.
"Prajurit Jones!" Torrelli berteriak. "Jangan biarkan anak-anak itu lolos!"
"Anak-anak ini?" tanya si Jones, menunjuk kami.
"Yeah. Anak-anak itu! Paling tidak cewek dan cowok yang
menyeringai itu!" Mobil kami tersentak ke belakang dan berputar lagi dan di atas
kami serombongan hantu melayang-layang, menjerit-jerit.
"Si Kapten Torreli itu. Suka amat bergurau dia," kataku lemah pada Prajurit
Jones. "Kapten Torrelli belum pernah bergurau seumur hidupnya,"
Jones menggerung. "Kalian harus tetap bersamaku sampai si kapten bisa bicara
pada kalian." Kami melewati hantu-hantu yang melayang itu. Dan saat itulah
perjalanan kami jadi ajaib. Benar-benar ajaib.
Begini, siapa pun yang membangun rumah horor ini, telah
menciptakan tiruan enam prajurit Hork-Bajir yang persis aslinya. Dan di belakang
mereka, berdiri membeku juga, ada makhluk dengan
tubuh rusa, ekor kalajengking, dan wajah tak bermulut. Mereka semua seakan
hidup. Mungkin karena mereka memang hidup.
Visser Three ada di House of Horrors.
"Nah, sekarang baru aku takut," kata Marco.
"Di mana Rachel dan Tobias dan Ax?" tanya Jake dengan suara rendah.
"Di sana," kataku, seraya menunjuk replika salah satu makhluk paling mengerikan
di muka Bumi: empat ratus kilo beruang grizzly.
Beruang itu berdiri membeku di atas kedua kaki belakangnya. Sama
sekali tidak bergerak. Tapi kalau diperhatikan betul-betul, kau bisa melihatnya
bernapas. Seekor burung bertengger di atas beruang grizzly itu. Terlalu
gelap untuk bisa melihat warna ekornya, tapi aku bisa menebak
warnanya. Dan melengkapi tablo - pertunjukan tanpa gerak dan tanpa
dialog-ajaib ini, seekor ular derik yang amat berbisa melilit kaki depan si
beruang yang terjulur ke depan.
Rachel dan yang lain pastilah melihat para Yeerk memasuki
rumah hantu ini. Mereka sudah masuk lebih dulu dari sekarang
menunggu para Yeerk beraksi.
Pengeras suara menggelegar, "Hiah-hah-hah-hah! Awas ada
hantu kuburan!" Di antara Hork-Bajir, Visser Three, dan kawan-kawanku si
beruang, elang, dan ular, memang ada kuburan-kuburan palsu dihiasi tengkoraktengkorak kehijauan. "Ini bagian yang paling seru," kata Jones. "Monster- monster pisau besar itu
benar-benar cool!" Aku memainkan mataku. Perutku bergolak sendiri. "Benarbenar bakalan gawat deh," kata Marco.
Chapter 25 PERNAHKAH kau tahu sesuatu akan terjadi tepat sebelum itu
terjadi" Seakan kau peramal saja. Tetapi biasanya itu karena otakmu telah
merangkai hal-hal yang kautahu dan membuat kesimpulan.
Nah, detik terakhir sebelum semua terjadi, aku menyadari
sesuatu: Di Dry Lands, Visser Three sudah bicara mengenai perlunya memiliki
daftar orang-orang yang bisa berguna. Dan siapa lagi yang bisa lebih berguna
bagi Yeerk daripada kepala keamanan Zona 91"
Tak ada waktu lagi untuk menyampaikan kesimpulanku ini
dengan tersamar. "Mereka akan mengincar Torelli!" aku berteriak.
Mobil kami berbelok di depan dan kami melewati Hork-Bajir
dan anggota Animorphs yang berdiri diam. Aku mendengar jeritan
keras dan aku tahu itu bukan jeritan keasyikan dan kegembiraan yang biasa
terdengar di tempat hiburan.
Jake meloncat dari mobil. Aku meloncat mengikutinya dan
bertabrakan dengan Marco. Kami bertiga nyaris saja terpotong dua
ketika mobil yang semula kami tumpangi menghantam pintu sempit.
Aku berlutut. Kami mendadak saja menjadi bagian dari House
of Horrors. Dan petualangan di rumah hantu ini menjadi benar-benar mengerikan.
Enam Hork-Bajir besar melompat menerjang mobil Kapten
Torrelli. Jeritannyalah yang tadi kami dengar.
Salah satu dari penjaga berseragam mengangkat senapannya.
Terlalu lamban! Seratus kali kelewat lamban untuk mengalahkan
Hork-Bajir! SLASH! Si Hork-Bajir mengayunkan mata pisau di pergelangan
tangannya. "Aaaaahhhhh! Aaaaahhhh! Aaaaahhhh!" laki-laki itu
menggerung kesakitan. Si Hork-Bajir menyentakkan para penjaga dari tempat duduk
mereka dan melemparkannya ke latar belakang. Kapten Torrelli
sendirian di dalam mobilnya. Tetapi kemudian kedua Hork-Bajir
menjangkaunya, dengan hati-hati agar tidak melukainya, dan
mengangkatnya seakan ia boneka.
Dan sepanjang waktu pengeras suara berteriak-teriak, "Hiahhah-hah-hah! Awas ada hantu kuburan!" Tetapi Kapten Torrelli tidak sendirian.
"GRRRRRAAAWWWRRR!" Rachel menggerung dengan
suara besar beruang grizzly-nya. Dilontarkannya ular berbisanya ke Hork-Bajir
terdekat. Si ular - Ax dalam morf - melilit leher si alien dengan ketat dan
menancapkan taringnya yang berbisa.
"Tseeeeeer!" Tobias menyerang, cakarnya terentang, dan
mencakar mata Hork-Bajir kedua.
Tapi masih tersisa empat monster-pisau lain. Belum lagi Visser
Three. Dan bahkan Rachel pun tak akan sanggup menghadapi mereka
semua. Meskipun ia berusaha sekuat tenaga. Sumpah deh, ia nyengir
beruang selagi mengayunkan tangannya yang sebesar wajan ke kepala
satu Hork-Bajir. PLAK! Si Hork-Bajir terhuyung ke belakang dan terjengkang
pingsan. BLUK! Tubuhnya menimpa lantai.
Mereka tahu, siapa pun kami, kami bisa ber-metamorfosis. Dan
mereka tahu, hanya Andalite yang punya teknologi metamorfosis ini.
"Kita harus morf!" Jake mendesis padaku dan Marco. "Cari tempat terlindung!
Sebelum Visser Three kabur!"
Aku sudah mulai. Ini pertempuran besar. Aku perlu sesuatu
yang kuat. Sesuatu yang sangat membahayakan.
"Mereka membawa pergi si kapten!" Marco berteriak.
"Kita tidak dapat menghentikan mereka! Kita perlu tambahan
kekuatan," seru Jake. "Morf!"
Aku sudah morf setengah jalan. Bulu tebal abu-abu
bermunculan di sekujur tubuhku. Mulutku menjadi moncong.
Moncong yang dipenuhi gigi-gigi panjang tajam.
menghantam Hork-Bajir sampai terbanting ke dinding.
Hork-Bajir yang dicekoki bisa ular oleh Ax sudah terhuyunghuyung. Tetapi Visser Three dan dua Hork-Bajir lain telah menghilang
bersama Kapten Torrelli. "Wow, keren!" terdengar jerit senang. "Bagian sini luar biasa sekali!"
Betapa herannya aku, karena orang-orang masih lewat naik
mobil! Setiap beberapa detik sekali, ada mobil yang lewat, dipenuhi penumpang
yang pastilah mengira mereka sedang menyaksikan
pertunjukan House of Horrors yang paling realistis sepanjang sejarah.
"Lihat! Manusia serigala!" ada yang berteriak. Ia menunjuk.
Kepadaku. Untunglah kami semua terlindung bayang-bayang gelap.
Tak seorang pun akan bisa mengenali kami.
Aku baru saja menyelesaikan metamorfosisku. Aku sudah
berubah, secepat mungkin, dari manusia ke serigala.
Rachel menggerung dan menggeram. Tobias menjerit-jerit
sambil mengepakkan sayapnya. Ax sedang mencari korban lain.
Tetapi kenyataannya adalah, Visser Three berhasil menangkap Kapten Torrelli. Dan
ia sudah lenyap. Aku memandang Jake. Ia baru saja menyelesaikan morf
harimaunya. Aku memandang Marco. Ia nyaris berubah total menjadi
gorila. Aku merasakan naluri serigalaku mulai berfungsi. Ini saat yang luar
biasa. Di muka Bumi ini tidak ada yang menyaingi indra
penciuman serigala. Juga tak ada yang bisa menyaingi indra
pendengarannya. Aku bisa mengatakan dengan tepat, ke mana persisnya Kapten
Torrelli pergi. Aku bisa membaui setiap langkahnya.
Kemudian, tiba-tiba saja, sisa Hork-Bajir yang ada kabur.
Mereka mengejar Visser Three dan Kapten Torrelli.
FWAPP! FWAPP! FWAPP! GU-BRAAAK!
Byar! Lampu-lampu menyala menyilaukan! Neon-neon
berpendaran terang! Beberapa detik kemudian baru aku sadar apa
yang terjadi. Kemudian aku melihatnya: Visser Three telah
menggunakan ekor Andalite-nya untuk memotong dinding belakang
House of Horrors. Hork-Bajir-nya kemudian merobohkan tembok itu.
Visser Three, Hork-Bajir, dan Kapten Torreli yang malang
sekarang lepas bebas di The Gardens.
Chapter 26 SATU Pengendali-Andalite yang jahat dan enam Hork-Bajir beberapa di antaranya terhuyung kesakitan akibat luka-luka yang
disebabkan Rachel, Tobias, dan Ax - menghambur ke malam yang
terang-benderang oleh neon, menyeret Kapten Torrelli yang tak
berdaya. Mereka dikejar elang ekor-merah, harimau, serigala, beruang
grizzly, dan gorila dengan ular derik berbisa mengalungi lehernya.
"Tolong! Tolong!" jerit Kapten Torrelli.
Dan band memainkan Seventy-six Trombones dengan iringan
tuba yang keras dan bas drum yang berdebam-debam.
Ya, aku bilang band. Karena, pawai Parade Tokoh Gardens
yang biasa digelar setiap malam sedang menuju jalan utama. Ada
band, tiga grup malah. Ada rombongan-rombongan penari. Ada badutbadut. Ada kendaraan hias. Dan yang paling heboh, ada tokoh-tokoh
kartun. Bugs Bunny, Daffy Duck, Tweety Bird, Sylvester, Tasmanian
Devil, dan Pepe Le Pew. Mereka semua memakai kostum meriah yang
lebih besar daripada manusia, menari-nari di bawah siraman cahaya
warna-warni terang-benderang yang menenggelamkan cahaya
bintang-bintang. Aku berlari sekuat tenaga. Aku lebih cepat daripada Rachel.
Daya tahanku lebih besar daripada Jake. Para Yeerk bergerak gesit, tepat menuju
ke tengah parade. Tiba-tiba ada Daffy Duck melompat dari barisan, tepat ke depan
Visser Three, menghalangi jalannya. Visser Three mengayunkan ekor
mautnya. Menebas udara dan kepala si Daffy Duck menggelinding di
tanah.
Gadis yang memakai kostum Daffy Duck menjulurkan
kepalanya keluar dan berkata, "Hei! Apa-apaan sih kau?"
sedikit. Cuma untuk beberapa detik,
sementara ia mereka-reka keanehan makhluk yang punya kepala lebih
kecil di dalam kepalanya yang lebih besar. Dan sementara ia raguragu, kami berhasil menyusulnya.
Jake memperdengarkan auman yang membuat aru-manis - gula
kapas atau gulali - terlempar dari pegangan anak-anak.
"RRRROOOAAAARRRRR!"
Kami bersamaan menyerbu. Aku mengincar leher Hork-Bajir
terdekat, dengan gigi-gigi kuningku terpampang dalam seringai
mengerikan. Si Hork-Bajir mengayunkan mata pisau sikunya, tetapi
aku berputar dengan kecepatan luar biasa. Mata pisau itu cuma
memangkas buluku. Si Hork-Bajir tidak bisa menggunakan mata pisaunya. Aku
sudah terlalu dekat. Yang bisa dilakukannya hanyalah mencakarcakarku, dan itu tidak cukup.
Pertempuran mengerikan terjadi. Rachel melawan dua HorkBajir. Jake menancapkan taring harimaunya ke tubuh Hork-Bajir yang lain. Marco,
menggunakan Ax yang berwujud ular sebagai cambuk,
menjulurkannya untuk menggigit, kemudian menariknya kembali.
Dan Tobias menggunakan seluruh kecepatan dan kegesitannya
untuk mencakar mata-tanduk Andalite Visser Three.
"Yay!" jerit seseorang.
"Cool!" yang lain berseru.
Dan kemudian orang-orang mulai bertepuk tangan riuh-rendah.
Tanpa kami sadari, kami sudah terseret ke dalam parade. Kami telah menjadi
bagian dari pertunjukan. Dan orang-orang sangat menyukainya!
Kutinggalkan Hork-Bajir-ku. Ia sudah tak bisa lagi ikut
bertempur. Kukejar Hork-Bajir yang masih menyeret Kapten Torrelli.
Ia sudah berada jauh di depan, menerobos di antara pengikut parade.
Meliuk di antara Bugs Bunny dan Yosemite Sam. Menabrak dengan
kasar band yang saat itu sedang memainkan You're a Grand Old Flag.
"Sini, boy! Sini boy!" panggil seorang anak, seakan aku ini anjing saja.
Penonton semakin rapat di depanku. Rapat sekali, sampai aku
tak bisa melihat Kapten Torrelli. Tetapi aku masih dapat mengendus baunya. Aku
bisa mengendus sisa-sisa jejak yang ditinggalkan
sepatunya. Saat itu aku bisa mengendus seribu macam bau, dari
permen rasa apel sampai minyak pelumas yang digunakan di bantalan
poros kapal-kapal feri sampai gel yang menempel di rambut cowok
funky. Sungguh kelewat banyak.
Tetapi aku berkonsentrasi sepenuhnya pada satu bau: beberapa
molekul beterbangan yang berarti Torrelli bagi hidung serigalaku.
Kudekatkan hidungku ke tanah dan aku menerobos lewat kerumunan
penonton. Orang-orang membelaiku. Orang-orang menabrakku. Aku
tak peduli. Hidung serigalaku sedang bekerja, dan aku bertekad harus menemukan
si kapten. Penonton mulai menipis. Aku menoleh ke kiri, ke kanan. Tak
kulihat apa-apa. Tetapi bau jejak menunjuk ke kiri dan telinga
serigalaku menangkap satu suara di antara ribuan suara lainnya, satu suara di
antara suara-suara The Gardens.
Animorphs - 14 Melacak Pesawat Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau ada hubungannya dengan anak-anak sialan itu, kan?"
dengan berang Kapten Torrelli memaksa si Hork-Bajir mengaku.
Aku berlari ke arah suara itu dengan kecepatan penuh. Itu dia!
Hork-Bajir sedang menyeret si kapten. Si alien tidak menggubris
seorang anak yang berlari mendekat dengan ibunya, agar ia bisa difoto bersama si
"monster". Kuatur waktuku dan aku menerjang sekuat tenaga. Aku
melayang, mengarah tengkuk si Hork-Bajir.
"Rrrumpf!" "Aaaarrrrgggghhh!" jerit si alien.
Kapten Torreli melepaskan diri dan kabur begitu cepat seakan
hidupnya tergantung pada kecepatan larinya. Dan kenyataannya
memang begitu. Kukendorkan rahangku dan aku mendarat di tanah. Si HorkBajir dan aku berpandangan dengan marah selama beberapa detik.
Kami saling mengukur kekuatan lawan, seperti sepasang petinju di
ring. Tetapi kemudian kami berdua melihat dan mendengar Visser
Three berlari melewati kami, telapak kaki Andalitenya bertepak-tepak.
Si Hork-Bajir berlari mengejar komandannya dan tiba-tiba saja,
serbuan Yeerk ke The Gardens usai sudah.
Beberapa saat kemudian, yang lain bergabung denganku. Kami
menonton dua pesawat Bug Fighter mengangkasa dari arena taman
hiburan dan meluncur ke langit malam.
Mereka tadi menyembunyikan Bug Fighter di tempat yang
begitu terbuka. Mereka memarkirnya di atas wahana Alien Adventure
Ride. Sementara kedua Bug Fighter menembus angkasa malam,
kulihat seorang anak menggelengkan kepala sambil mencibir.
"Pesawat ruang angkasa betulan sih bukan begitu bentuknya,"
katanya. "Memang betul," kakeknya sepakat. "Kakek pernah dibawa ke dalam pesawat ruang
angkasa. Para alien melakukan eksperimen
kedokteran pada tubuh Kakek. Pesawat mereka sama sekali tidak
seperti itu." Chapter 27 BERITA resmi di surat kabar dan stasiun televisi lokal adalah
ada serombongan orang iseng yang berdandan sebagai monster dan
membuat kekacauan di House of Horros.
Mereka juga memuat berita bernada mengejek tentang
penculikan seorang kapten Angkatan Udara bernama Torrelli. Si
Kapten hanya mengalami sedikit luka.
Kapten Torrelli dikutip berkata begini, "Gara-gara anak-anak
itu! Saya mencari tiga anak yang bernama Fox Mulder, Dana Scully,
dan Cindy Crawford."
Si reporter mempertanyakan apakah Kapten Torreli kebanyakan
minum. Dan ketika Kapten Torreli ditanyai apa yang dilakukan
seorang perwira Angkatan Udara dalam acara rekreasi karyawan
Gondor Industries, ia berkata, "No comment. Lupakan segala yang sudah saya
katakan. Saya keliru. Tak ada yang terjadi."
Kami,bertemu di gudang jerami keesokan harinya. Jake,
Rachel, Tobias, Ax, Marco, dan aku. Kelompok Animorphs. Enam
anak ABG yang mencoba menyelamatkan dunia.
"Cuma satu pertanyaan," Rachel meminta. "Apakah menurut kalian, bukankah
sewajarnya, sepatutnya, sebaiknya, kita
memberitahu Kapten Torreli bahwa yang dia jaga itu WC alien?"
Aku menggeleng. "Tidak, Rachel. Itu bukan kebaikan. Dia dan
yang lain punya arti hidup sekarang. Kenapa kita harus
menghancurkan semua itu dan membuat mereka merasa rendah dan
bodoh?" "Ooooh, kebijaksanaan," Marco mengejek pelan. "Pemikiran yang dalam."
"Maka Tempat Paling Rahasia di Atas Muka Bumi tetaplah
rahasia," kata Jake sambil berpikir-pikir. "Mungkin itu bijaksana."
"Yeah, tetapi si kapten akan benar-benar waspada sekarang,"
kata Jake. "Lagi pula, mungkin ini ada hikmahnya. Ini akan membuat
mereka sibuk, dan mencegah Yeerk melakukan sesuatu yang lebih
berbahaya," kata Rachel sambil tertawa. "Semua orang perlu kesibukan, kan" Semua
orang perlu tujuan untuk dicapai. Perlu
pencarian. Misi." Saat mengucapkan yang terakhir itu, ia mengamati tepi celana
jinsku. Kemudian ia menggeleng-geleng. "Kapan kau beli celana itu, Cassie, waktu
umurmu empat tahun?" tanyanya.
"Jins ini oke."
"Yeah, kalau kau akan kebanjiran."
"Tunggu dulu!" Kurentangkan tanganku. "Bukankah dulu mulainya juga begini" Kau
mencela celanaku, lalu..."
"Jangan ganggu Cassie," kata Jake, tertawa. "Kita tidak akan mulai sekali lagi.
No way." "Kecuali mungkin bagian pacuan kudanya," kata Marco.
"Maksudku, kita morf jadi kuda pacu. Lalu kita pasang taruhan...."
Dan saat itulah kusiramkan seember air ke kepala Marco, dan
kami semua bubar pulang. Kisah Para Penggetar Langit 6 Tokoh Besar Karya Khu Lung Pembunuh Gelap 2