"Kau mau telepon ke rumah, kan" Oke. Kita akan menghubungi
orangtuamu. Tapi dari telepon umum. Lalu kita lihat apa yang terjadi."
Kugandeng dia sepanjang jalan sambil berharap tak ada polisi
yang lewat dan melihat kami. Aku tidak biasa keluyuran malammalam. Setidaknya
tidak sebagai manusia. Biasanya aku dalam wujud
morf. Kutuntun dia sepanjang jalanan kompleks yang gelap dan sunyi,
keluar gerbang kompleks, dan menuju jalan besar yang mengarah ke
toko 7-Eleven. Ada telepon umum di sisi lapangan parkirnya yang
menghadap ke jalan. "Oke, sekarang perhatikan," kataku pada David. "Kita lakukan
ini menurut caraku. Kau boleh menelepon. Beritahu orangtuamu kalau
kau baik-baik saja. Jangan beritahu mereka kau sekarang tinggal
dengan siapa. Jangan katakan kau sekarang ada di mana. Paham?"
Dia mengangguk. Tapi menurutku dia tidak akan menuruti
perintahku. Bukan masalah sih, soalnya aku juga tidak akan
membiarkan dia menelepon sendirian. Jari telunjukku akan berada
satu senti di atas pengait gagang telepon, siap untuk memutuskan
sambungan kalau David mau ngomong macam-macam.
David mencemplungkan koin 25 sen dan mulai menekan nomor
rumahnya. Kucekal lengannya. "Sebelum tersambung, kuberitahukan
apa yang akan terjadi. Suara ibu dan ayahmu akan terdengar sangat
normal. Mereka akan memintamu pulang. Jika kau menolak, mereka
akan menanyakan kau ada di mana. Lalu tanyakan pada mereka apa
yang sebenarnya terjadi tadi di rumah. Itu saja."
David selesai menekan nomornya.
"Halo" Dad" Ya, ini aku. David."
Aku menunggu sementara dia mendengarkan suara di ujung
sana. "Tidak, aku tidak baik-baik saja. Aku takut sekali." Dia
mendengarkan lagi. Aku membuka mulutku di depan matanya dan mengucapkan
kalimat "ayo, tanyakan padanya" tanpa suara.
"Dad, apa yang terjadi sih" Maksudku, tadi siang itu kan rumah
kita didatangi alien."
David terdiam lagi. Matanya mengarah kepadaku. Aku dapat
melihat rasa takut di sana.
"Itu cuma main-main?" dia mengulangi kata-kata ayahnya.
"Cuma teman-teman kantor Dad yang mempermainkan Dad?"
Kunaikkan pupil mataku. Aku sudah menduga ayahnya akan
berbohong. Tapi tidak menduga kebohongannya bakal separah ini.
Terlalu dibuat-buat. "Dad, aku kan lihat salah satu alien itu berubah bentuk menjadi
monster lain lagi. Itu kan bukan tipuan." Diam lagi.
"Aku baik-baik saja, aku..."
Klik! Kuputuskan sambungannya.
David menoleh ke arahku, tatapannya benar-benar marah. Dan
kelihatan sangat menyeramkan, karena bermandikan cahaya neon dari
lampu-lampu 7-Eleven. "Apa-apaan kau?" bentaknya.
Kutarik lengan bajunya. "Ayo. Waktunya sudah cukup lama
untuk bisa melacakmu."
Dikibaskannya tanganku. "Minggir, Marco, kau tidak bisa
menyuruh-nyuruhku seperti itu."
"Dengar dulu, tolol. Dua menit lagi dua mobil van penuh Yeerk
bakalan muncul di sini, mencarimu. Mereka pasti bisa melacak nomor
telepon umum itu." "Ayahku tidak akan berbuat begitu."
"Oh, ya" Ayo ikut. Kita tunggu. Kita lihat apa yang terjadi."
Dia ikut menyeberang jalan raya itu. Ada sebaris bangunan tua
di sana. Bangunan-bangunan dengan beranda depan yang gelap dan
pintu yang menjorok ke dalam. Kami bersembunyi dalam kegelapan
itu. Aku keliru. Ternyata tidak sampai dua menit.
Dua Jeep, yang kacanya gelap, datang menderu-deru satu
setengah menit kemudian. Limusin hitam yang panjang itu tepat
berada di belakang mereka. Pengendali-Manusia melompat turun dari
Jeep-Jeep tersebut. Kali ini tidak ada Hork-Bajir. Mereka tidak bakal
digunakan Visser Three di depan toko yang terang benderang ini.
"Betul, kan?" "Itu tidak membuktikan apa-apa," bisik David.
Tapi lalu sebuah mobil sedan direm sampai berdecit-decit.
Ayah dan ibu David keluar. Mereka bergabung dengan orang-orang
itu. Ayahnya mulai membagi-bagikan setumpuk kartu. "Fotomu,"
kataku. "Mereka cuma teman-teman kantornya," kata David. "Matamata, seperti ayahku.
Tindakan mereka normal-normal saja."
"Sebenarnya apa sih pekerjaan ayahmu?"
"Dia bekerja pada National Security Agency - Dewan
Keamanan Nasional. Jadi, dia pasti dengan mudah bisa melacak
teleponku, dan mengerahkan rekan-rekan kerjanya. Dia cuma
mencariku, itu saja."
Ayahnya dan dua pria lain merentangkan tangan untuk
menyetop mobil-mobil, dan berlari menyeberang jalan. Pria lainnya
menyebar, ada yang masuk ke dalam toko dan ada yang menuju ke
bagian belakangnya, mencari ke sana kemari.
Ayah David dan kedua pria itu menyusuri trotoar tepat ke arah
kami. Kami dapat mendengar bunyi langkah mereka. Kami dapat
mendengar suara ayah David.
"Kalau kita tidak berhasil menemukan bocah itu, Visser Three
akan menyiksa kita, sedemikian rupa sehingga kita berharap lebih baik
mati saja," kata ayah David.
Aku melirik ke arah David. Aku melihat matanya membelalak.
Aku takut dia bakal pingsan.
"Dia menuju kemari," kata David, suaranya pecah. "Dia akan
menemukan kita."
Agaknya David tidak sadar bahwa dia tidak benar-benar
mendengar suaraku. Ayahnya dan kedua orang itu datang mendekat.
Lalu... BUMM! BUMM! BUMM! BUMM! Terdengar suara makhluk berlari. Makhluk yang benar-benar
besar. Kujengukkan kepalaku, keluar dari naungan bayangan, untuk
melihat apa yang terjadi. David mencontohku.
Ketiga Pengendali itu mendengar suara dentuman itu dan
berpaling. Di belakang mereka, di atas trotoar, muncul seekor badak.
Ayah David dan salah satu pria itu cukup cerdik untuk
menghindar. Pria ketiga ternyata bodoh. BUMMM!
Cula badak itu menabrak si manusia, yang ternyata tidak dapat
menahannya. Si Pengendali terbang, jungkir-balik, dan mendarat
dengan keras di atas trotoar.
pasti membuntuti kita ke sini.>
Ayah David berbalik, menarik keluar pistolnya, dan membidik
pantat Jake. Bukan berarti peluru sekecil itu bisa melukai pantat
badak, tapi tetap saja...
Aku melangkah ke arahnya, melingkarkan sebelah tangan
gorilaku di sekitar lehernya, dan melemparkannya pelan ke arah
tembok. Ayah David menabrak tembok, terpantul, lalu jatuh ke trotoar
sambil mengerang. Si Pengendali nomor dua memperhatikanku cukup lama.
Memperhatikan lenganku yang sebesar batang pohon dan bahuku
yang sebesar buldoser. "Ini jebakan!" teriaknya, lalu lari lintang-pukang menyeberangi
jalan.
Chapter 20 KAMI memindahkan David dari rumahku ke rumah Jake. Kami
tidak tahu apa yang harus kami lakukan terhadap dirinya nanti. Dia tak
bisa pulang. Dia tak bisa pergi ke tempat-tempat umum. Dia menjadi
hewan buruan. Dan kami tak bisa membiarkan dia ditangkap Yeerk.
Apalagi setelah dia mengetahui rahasia kami.
Keesokan paginya kami berkumpul di hutan. Ayah Cassie
sedang bekerja di gudang jerami. Bahkan walaupun udara begitu
dingin dan langit masih tertutup awan, kami terus berjalan menginjak
daun-daun kering dan ranting-ranting patah sambil mengepit sweter
atau jaket erat-erat pada lengan kami.
Dengan tangan yang satunya kami mengangkut kurungan kawat
yang sangat besar dan dibagi dua dengan sekat. Kami memasukkan
dua tongkat panjang, dari depan ke belakang, satu di tiap sisi. Cassie,
Jake, Rachel, dan aku masing-masing memegang salah satu ujungnya.
David berjalan sendirian, agak menjauh. Tobias dan Ax menunggu di
hutan. Di dalam kurungan itu ada dua burung pemangsa: seekor elang
hitam atau merlin dan seekor rajawali emas. Si elang hitam besarnya
cuma seperempat rajawali itu. Rajawali emas adalah salah satu burung
besar. Dan berat. Lenganku yang mengangkat satu sisi kerangkengnya
sudah kram sejak tadi. Kedua burung itu dulunya pasien Cassie dan ayahnya. Sekarang
mereka akan dilepaskan ke alam bebas karena sudah sehat.
Tobias meluncur turun, seolah-olah keluar dari mega-mega
yang gelap itu. Dia mendarat mulus di atas batang pohon yang
tumbang.
menatap tajam pada si rajawali.
"Tenang, tenang, Tobias," kata Cassie, menurunkan kerangkeng
itu ke tanah.
datar. "Tobias, burung ini cuma dirawat selama dua atau tiga hari saja.
Dia punya teritori sendiri di atas puncak gunung sana. Kau tahu kan,
rajawali emas tidak suka bertengger di pohon kalau dia bisa
menemukan tebing karang yang tinggi. Jadi dia tidak akan keluyuran
sampai ke sini. Tapi kami tak bisa membawanya lebih dekat lagi ke
daerahnya, sebab jalan menuju ke sana sudah ikut hanyut bersama
tanah longsor." Tobias menatap Cassie dengan pandangan galak. Tapi Tobias
memang selalu terlihat galak. Wajah elangnya tak pernah terlihat ceria
atau rileks. Dia mengalihkan pandangannya ke arah David, lalu ke arah
Jake. Itu pertanyaan yang tak terucapkan.
"David berada di sini untuk memperoleh wujud morf-nya yang
pertama. Si merlin."
"Yang mana yang bernama merlin?" tanya David.
"Yang hitam kecil itu," kata Cassie. "Mereka terbang begitu
cepat, begitu gesit," tambahnya tanpa ditanya.
"Lebih cepat daripada yang besar itu?" tanya David.
rusa. Dan aku tidak bohong tentang rusa itu. Aku pernah melihat
rajawali emas menyerang anak rusa. Menancapkan cakarnya tepat di
ubun-ubunnya, lalu, bum, si Bambi jatuh seolah-olah kena tembak
senapan.> "Aku ingin mengambil DNA si rajawali," kata David.
Semua terdiam. "Ada alasan khusus?" tanya Jake.
"Yeah. Kaubilang aku tidak punya rumah. Tidak punya
keluarga. Dan aku sekarang berada di tengah-tengah pertempuran
melawan alien. Jika aku berada di medan perang, aku ingin punya
kekuatan maksimal." Jake mengangguk. "Tidak selalu kekuatan maksimal itu
berguna. Si rajawali emas itu besarnya sama dengan rajawali bondol,
dan kami kadang-kadang kesulitan dengan ukuran tubuh Rachel yang
terlalu besar kalau dia sedang morf jadi rajawali bondol."
"Rajawali memiliki rentang sayap sepanjang dua meter lebih,"
tambah Cassie. David mengangguk dan menatap daun-daun dan rerumputan di
bawah. "Apa Jake selalu menentukan morf apa yang boleh kalian
sadap" Atau kalian yang memilih sendiri?"
"Aku tidak akan memaksakan binatang apa yang mau
kausadap," kata Jake dengan suara kalem. Tapi suara itu sudah kami
kenal sebagai suara yang selalu muncul kalau Jake mulai marah.
"Oke, jadi aku akan menyadap si rajawali emas," kata David
bersikeras. "Hei, coba dengar," kataku. "Bagaimana kalau kau berhenti jadi
anak brengsek" Kami menyelamatkanmu dari para Yeerk. Kami sudah
melakukan morf cukup lama, oke" Kami tahu banyak hal tentang
binatang. Dan Jake adalah pemimpin kelompok ini, jadi bagaimana
kalau kautunjukkan sedikit rasa hormat padanya?"
"Memangnya kau siapa, Marco" Ayahku?" ejek David. "Kalian
tidak bisa memaksaku. Tidak ada yang berhak menyuruhku
melakukan apa yang tidak kusukai. Dan kalau kalian bilang kalian
telah menyelamatkan aku, hah! Lucu sekali. Kalian ingin kotak biru
itu, nah, sekarang sudah di tangan kalian, dan kalian tahu apa yang
kudapat" Nol! Itulah yang kudapat: nol rumah, nol orangtua, nol
segala-galanya. Jadi, thanks."
Aku tak tahu apa yang kuharap darinya. Aku tidak boleh
munafik. Dulu juga aku tidak suka jadi Animorphs. Aku tidak peduli
tentang menyelamatkan dunia. Yang aku pedulikan cuma bagaimana
supaya ayahku tidak berduka lagi. Dan sepertinya aku tidak mau
menerima kenyataan ini sampai kutemukan bahwa ibuku adalah
Pengendali. Saat itulah baru aku sadar bahwa kami harus berjuang.
"Dengar, anak br.....," kata Rachel.
Tapi Jake menggelengkan kepala. Rachel berhenti bicara lalu
diam seribu bahasa. "Kalian pikir kalian begitu hebat," kata David. "Karena semua
pertempuran yang sudah kalian hadapi, dan hal-hal lainnya. Tapi kini,
inilah aku, si anak baru - seperti yang selalu terjadi - dan kalian tidak
suka padaku." "Tidak ada yang tidak suka padamu," hibur Cassie.
David berpaling menatapku. "Dia tidak suka padaku. Aku
bukan orang tolol, asal kalian tahu saja. Aku bisa merasakan pendapat
orang lain tentang diriku. Keluargaku selalu berpindah rumah tiap dua
tahun, setiap kali ayahku dipindahtugaskan. Aku selalu jack anak baru
di sekolah. Jadi aku sudah pintar membaca perasaan orang lain
tentang diriku. Dan sekarang, aku masuk sekolah yang baru lagi. Aku
jadi anak baru lagi." Dia mengangkat bahu. "Jadi, mungkin kalian bisa
menerimaku, mungkin juga tidak. Terserah. Pokoknya, inilah aku.
Jika kalian gunakan kotak biru itu padaku, aku jadi anggota kalian.
Tapi aku tidak mau dipaksa-paksa atau disuruh-suruh. Dan aku tidak
mau mengucapkan, 'Oh, terima kasih, para Animorphs yang hebat,
karena telah mengizinkan aku ikut bergabung'. Kalau aku ikut, aku
harus ikut sepenuhnya, dengan kedudukan sama seperti kalian. Kalau
tidak... lebih baik aku pergi saja dan mencoba mencari cara untuk
Animorphs - 20 Anggota Baru Animorphs di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bertahan hidup. Tanpa bantuan orang lain."
Lucunya, aku malah menyukai pidatonya itu. Aku suka pada
orang yang balas mendorong kalau dirinya didorong orang lain. Aku
suka ceramahnya tadi. Aku suka sikapnya. Tapi aku masih tidak suka
dia. Namun Rachel malah tertawa terbahak-bahak. "Oh dia akan
cocok dengan kita." Jake memandang Tobias. "Mana Ax?"
sana.> Ax muncul perlahan-lahan.
Jake ragu sebentar, cuma sedetik, sebelum berkata, "Ya."
Rachel membawa kotak biru itu di tas pinggangnya. Dia
membuka ritsletingnya, mengeluarkan kotak itu, lalu melemparnya ke
arah Ax. Ax tak sanggup menangkapnya. Tangan Andalite memang
lemah dan lamban. Tapi sebelum kotak itu mendarat di tanah, Ax
melenturkan duri ekornya ke depan, membuat bilahnya jadi horisontal,
lalu menangkap kotak itu. Dia membawa kotak itu ke tangannya
sendiri.
perintah Ax. "Tunggu! Bukankah seharusnya ada semacam upacara?" tanya
Cassie. "Seperti apa?" tanyaku. "Kau ingin kita semua berpegangan
tangan dan menyanyikan lagu kebangsaan The Star-Spangled
Banner?" "Tidak usah deh, aku tidak hafal liriknya," kata Cassie. Sambil
tersenyum konyol dia menambahkan, "Tapi kita kan bisa
menyanyikan lagu MMMBop-nya Hanson."
Kami semua tertawa. Bahkan David juga.
Ax meletakkan kotak itu di telapak tangannya. David maju
selangkah, jelas masih merasa aneh melihat alien. Dia menempelkan
telapak tangannya pada kotak itu.
"Geli," katanya.
Tiba-tiba aku kembali berada di tempat pembangunan yang
terbengkalai itu. Kembali bersama Jake, Rachel, Cassie, dan Tobias
yang berwujud manusia, serta Elfangor yang sekarat.
Aku hampir tidak dapat mengenali cowok pendek berdarah
semi-Amerika Latin yang suka ngocol itu. Aku sudah berubah. Segala
sesuatunya berubah malam itu.
Sekarang David, tidak jauh berbeda dengan kami, telah terseret
ke dalam realita menyeramkan yang berisi kekuatan super dan rasa
takut yang lebih super lagi.
Mungkin aku memang tidak menyukai David. Tapi aku merasa
kasihan terhadapnya. Aku mendekatinya dan mengulurkan tangan. Dia
menyambutnya. "Selamat bergabung bersama Animorphs, anak baru."
Kami berenam menjabat tangannya. Lalu Cassie membuka
pintu kandang si rajawali emas.
"Masukkan saja tanganmu perlahan-lahan," katanya. Tangan
David yang gemetar bergerak ke arah burung itu.
"Sekarang tempelkan telapak tanganmu pada pundak burung
itu." David menurut. Si rajawali menatapnya tajam, lalu
mengabaikannya. "Pusatkan pikiranmu. Bayangkan wujud rajawali itu dalam
benakmu. Pikirkan tentang dia, siapa dirinya, apa ciri-cirinya."
Mata David memejam. "Sekarang lepaskan tanganmu," kata Cassie dengan lembut.
"Kini kau sudah punya DNA-nya dalam dirimu. Di dalam darahmu.
Kau bisa menjadi dirinya."
David nyengir. "Kapan aku bisa berubah?"
"Nanti," kata Jake. "Kita juga harus mengisi tubuhmu dengan
wujud yang memiliki taring. Cassie" Ajak David ke The Gardens.
Dengan akses yang kaumiliki, dia pasti bisa masuk dan keluar tanpa
terlihat orang, tapi kami akan terbang berjaga-jaga di atas kalian.
Biarkan dia mengambil DNA binatang apa pun yang diinginkannya.
Tapi suruh dia menyadap satu atau dua jenis serangga untuk berjagajaga
seandainya dia harus menjadi kecil. Kita harus siap," katanya,
beralih menatap David, "kita punya sedikit... masalah. Sebuah misi
yang harus dijalankan."
"Bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan," kataku. "Cuma
tugas rutin saja: menyelamatkan dunia dari serbuan makhluk asing.
Nanti juga kau akan terbiasa."
Chapter 21 ADA dua ujian yang harus ditempuh David. Yang satu adalah
perubahan wujudnya yang pertama. Yang satu lagi adalah
pertempurannya yang pertama.
Kami berenam sudah terbiasa berubah wujud. Hampir terbiasa.
Tapi perubahan pertama kali selalu mencengangkan. Kaupikir kau
sudah pernah mengalami hal yang aneh" Pengalamanmu itu belum
ada apa-apanya dibandingkan dengan melihat tubuhmu sendiri
berubah menjadi sesuatu yang benar-benar berbeda.
Pasti menyenangkan kalau kami punya banyak waktu untuk
mempersiapkan David. Tapi ternyata sudah tak ada waktu. Erek sudah
bilang bahwa para pemimpin dunia akan berdatangan dalam waktu
empat hari. Mereka mulai datang hari ini. Dan kami harus menemukan
siapa dari mereka yang sudah menjadi Pengendali, melindungi yang
lainnya, dan jika memang mungkin, memperingatkan mereka tentang
adanya penyerbuan alien. "Aku punya brosurnya," kata Rachel ketika kami berkumpul
lagi di gudang jerami Cassie. "Aku dapat dari Internet."
Dia menyodorkan beberapa lembar kertas hasil cetak printer
berwarna yang menampilkan segala sesuatu tentang Marriott Resort.
Ada foto kamar-kamar. Foto para tamu yang ceria dalam pakaian
renang, foto meja saji yang besar, kira-kira sepanjang lima belas meter
dan penuh dengan beraneka makanan, dan peta Resort itu sendiri. Peta
itu menampilkan bangunan hotel utama yang besar setinggi dua puluh
lantai. Dan lebih dekat ke arah pantai, terdapat kumpulan "pondokpondok" yang
lebih kecil. Semuanya ada sepuluh.
"Mereka akan menginap di pondok-pondok itu," kataku. "Para
kepala negara itu, maksudku. Mereka akan menempatkan semua
orang-orangnya di hotel utama."
"Kedengarannya normal-normal saja," komentar Jake.
"Mereka akan punya pengamanan yang begitu ketat sampaisampai takkan ada orang
yang bisa bersendawa tanpa langsung
dikepung oleh sembilan pria berkaca mata hitam yang mengokang
senapan mesinnya." Aku berhitung dengan jariku. "Pasukan keamanan
Prancis, pasukan keamanan Jerman, pasukan keamanan Jepang..."
"Ninja?" tanya David.
"Yeah, bahkan Jackie Chan sendiri," kataku, memutar bola
mataku. "Dia orang Cina, bukan orang Jepang," kata David, balas
memutar bola matanya. "Pengawal perdana menteri Inggris," kataku, lalu cepat-cepat
menambahkan, "dan itu bukan, 'Bond, James Bond'. Pasukan sekuriti
Rusia, dan anggota-anggota Dinas Rahasia Amerika Serikat, agenagen FBI, dan
polisi setempat." Jake mengeluh dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Yang
lebih asyik lagi," lanjutku, "masih ada pasukan Yeerk. Berapa banyak
petugas kebersihan hotel, pelayan restoran, dan pengurus kolam
renang yang sudah jadi Pengendali" Tidak tahu. Berapa banyak
petugas sekuriti dari keenam negara besar itu yang jadi Pengendali"
Tidak tahu. Yang kami tahu hanyalah, salah satu dari keenam kepala
negara tersebut adalah Pengendali."
"Minimal satu," kata Cassie. "Sori, aku menyela
pembicaraanmu. Tapi ini penting. Erek bilang satu dari antara mereka
sudah pasti Pengendali. Dia tidak katakan secara pasti bahwa lima
yang lainnya bukan."
Kami semua melongo mendengarnya. Aku tidak berpikir
sampai ke situ. Seharusnya iya, tapi nyatanya tidak.
"Boleh kutambahkan sesuatu?" tanya David.
"Silakan," kata Rachel. "Asal bukan kabar buruk lagi."
"Sayangnya begitu. Ayahku adalah anggota Dewan Keamanan
Nasional. Kegiatan mereka sehari-hari adalah pengintaian elektronis.
Kau tahu, seperti menyadap saluran telepon dari luar dan memantau
orang dengan bantuan kamera pelacak panas tubuh berkekuatan tinggi
dari satelit" Yah, sepertinya para Yeerk kini mampu melakukan semua
itu, juga keahlian-keahlian canggih lainnya. Jadi mungkin saja tiap
jengkal tanah di Marriott Resort diawasi oleh para Yeerk."
"Aku yakin tadi aku sudah bilang 'jangan bawa kabar buruk
lagi'," Rachel mengomel. "Ya, ampun."
Tak ada yang lebih membuatku takut daripada Rachel yang
merasa khawatir. Sebab pada waktu dia mulai khawatir, semua orang
waras harus bersiap-siap lari sambil menjerit-jerit.
"Tak ada pilihan," kata Jake. "Ya, kan?"
Tobias.
daripada kita bertujuh.>
"Dengan semua pengamanan itu...," kata Jake. "Banyak cara
untuk mati di sana."
"Yeah," kata Rachel. "Jadi... ayo, kita lakukan."
"Kau siap?" tanya Jake pada David.
David mengangguk. "Oke," kata Jake. "Ini cuma penerbangan menuju pantai yang
aman dan tenang. Kita cuma mau menganalisis situasi. Kau butuh
wujud rajawalimu, David, tapi bukan wujud-wujud lainnya yang telah
kaudapatkan dari kebun binatang tadi."
"Tapi tetap saja, perubahan wujud akan menjadi proses yang
menyeramkan," kata Cassie. "Jadi bersiaplah. Tinggal konsentrasi saja
kok. Fokuskan pikiranmu pada si rajawali."
Aku dapat melihat alis David menyatu karena berkonsentrasi.
Kulitnya mulai berubah warna. Menjadi bernuansa cokelat tua.
Matanya membelalak ketika dia menatap tangannya.
"Tidak sakit kok," kataku meyakinkannya.
Garis-garis mulai muncul pada kulit itu. Membentuk pola bulu.
Lalu dia mulai menyusut. "Ada apa ini?" pekiknya.
"Kau menjadi kecil," sahut Cassie lembut. "Memang begitu.
Sekarang garis-garis pada kulitmu akan melesak ke dalam dan
menjadi tiga dimensi. Mungkin kau akan merasa gatal."
"Aaahhh!" teriaknya ketika gambar bulu berubah menjadi bulu
sungguhan. "Semoga saja dia tidak mendapat kasus tulang nongol seperti
yang kualami waktu itu," bisikku pada Jake. "Itu pasti bisa
menjungkir-balikkan dunianya."
Mungkin sebaiknya aku diam saja. Sebab tepat pada saat itu
kedua lengan David mencuat, memanjang secara tiba-tiba. Tulangtulang lengan dan
jarinya melejit keluar, telanjang, dan berwarna putih
dan tipis seperti spageti mentah.
"Aaaaahhh! Aaaaahhh!" teriak David.
"Iiihhhhh! " komentar Rachel. "Itu baru yang namanya
menjijikkan." "Teruskan saja," kata Cassie. "Lihat! Daging dan bulu kini
menutupi tulang itu."
Memang betul tulang itu cuma kelihatan selama beberapa detik.
Tapi David benar-benar terguncang.
"Jangan dipikirkan," kataku. "Tunggu saja sampai kau berwujud
lalat. Mau lihat sesuatu yang menjijikkan" Nah, coba deh morf lalat.
Ini sih belum apa-apa." Kuayunkan lenganku dengan gaya
meremehkan. "Aku tidak mau...," David mulai bicara, tapi kemudian
mulutnya maju ke depan. Bibirnya meregang, membentuk paruh
kenyal yang berwarna pink, lalu mengeras seperti semen yang
mengering. David sudah bertubuh kecil. Lebih kecil dari aku. Tapi
sayapnya besar sekali. Bajunya menggelantung longgar, teronggokonggok di
sekeliling kakinya. Mungkin ada bagusnya juga. Jika dia
melihat kakinya, jangan-jangan dia malah tambah syok.
Baru aku sadar. "Umm, teman-teman" David belum tahu
caranya menyatukan pakaian morf-nya. Dia belum memakai pakaian
morf." "Rachel dan aku akan menoleh ke arah lain sampai dia bisa,"
kata Cassie. "Kita bisa mencarikan baju yang bagus untuknya," kata Rachel
sambil merenung. Aku tahu otaknya sedang mendaftar isi rak-rak
semua toko baju di mall. David sudah hampir berwujud rajawali sepenuhnya. "Oke,
sekarang kau tak bisa bicara," kata Cassie menjelaskan. "Tapi kau bisa
berbahasa-pikiran. Pikirkan saja orang yang ingin kauajak bicara,
entah itu aku, Marco, atau kita semua sekaligus. Susun kata-katanya
dalam pikiranmu, dan kami akan bisa mendengarnya."
"Ya." Cassie mengangguk. "Lihat, kan" Mudah sekali. Tapi kini
tiba bagian yang sulit. Sebab otak rajawali itu, atau naluri dasarnya,
akan mendobrak keluar dan..."
Kepala si rajawali, agak keemasan dalam cahaya suram ini,
menyentak ke samping. Matanya menatap tajam pada Tobias.
Si rajawali emas mengepak-ngepakkan sayapnya dengan liar,
membidikkan cakar dan paruhnya ke arah Tobias sebelum kami
semua sempat bergerak. Chapter 22 DAVID memang gesit. Tapi Cassie lebih gesit dan sudah siap.
Dia melompat, segera menangkap si rajawali, dan memitingnya.
sayap dan naik ke atas palang langit-langit.
beberapa jenis burung lainnya yang bisa kusebutkan satu-satu.
Maksudku, kan ada banyak tikus dan kelinci untuk dimangsa. Jangan
menyerang sesama burung dong.>
"David, David!" panggil Cassie. "Sadarlah. Fokuskan
pikiranmu. Namamu David. Kau manusia. Sadarlah."
Si rajawali meronta-ronta, menggelepar-gelepar, tapi bahkan
burung pemangsa sekalipun takkan bisa terbang kalau ada anak
perempuan yang menungganginya. Dan David masih terperangkap
oleh bajunya sendiri. Perlahan-lahan David menjadi tenang.
Kebutuhan akan makanan, misalnya.>
"Yeah. Jangan berada di antara Ax dan sepotong roti kayu
manis," kataku. "Kau ingin mencoba terbang?" tanya Jake pada David.
Animorphs - 20 Anggota Baru Animorphs di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya, ampun. Memangnya kaupikir sayap sebesar itu buat apa?"
tanyaku.
"Yah, pertama-tama, tunggu sampai kami semua selesai
berubah wujud. Lalu pasrahkan kehendakmu pada si rajawali. Dia
tahu caranya," ujar Cassie.
Dalam beberapa menit saja kami siap lepas landas. Kami
tinggalkan pakaian David di gudang jerami.
Agak mengharukan, melihat seseorang berubah wujud untuk
yang pertama kalinya. Entah bagaimana menjelaskannya. Seperti...
gimana ya" Ya, seperti kalau seseorang menjadi warga negara. Ketika
orang itu diambil sumpahnya, dan semula dia itu orang Cina atau
Afrika atau Belanda atau Mexico atau lainnya, lalu menit berikutnya,
setelah ia "disumpah dengan sepenuh hati", ia menjadi orang Amerika.
Warga negara Amerika. Aku selalu agak tersentuh melihat upacara
pengambilan sumpah itu. Maksudku, ibuku kan lahir di negara lain.
Pokoknya, begitulah perasaanku sekarang, melihat David
mencoba sayap-sayapnya. Dia adalah Animorphs baru. Sudah resmi
sekarang. Dia sudah menjadi salah satu dari kami.
Dan kami tak tahu apa pun tentang dirinya, kecuali bahwa dia
punya ular bernama Spawn dan kucing bernama Megadeth.
Dia terbang. Cuacanya tidak begitu bagus untuk terbang, tapi
kami tidak punya pilihan lain. Kami harus mengintai Marriott Resort
sebelum para pembesar itu datang. Selagi kami terbang, aku mencoba
menempatkan diriku di otak siapa pun yang mengorganisir keamanan
Konferensi Tingkat Tinggi ini. Akan kusiapkan pemblokiran jalan di
tiap ruas jalan yang menuju kemari. Akan kutempatkan penembak
jarak jauh atau sniper di seluruh atap. Tim Unit Reaksi Cepat dengan
persenjataan berat yang mudah diraih. Orang-orang dengan basoka
anti-pesawat-udara yang diselempangkan di bahu. Stinger, istilah
kerennya. Menakjubkan sekali apa yang dapat kaupelajari dengan
menonton film-film yang dibuat berdasarkan novel-novel karangan
Tom Clancy. Mereka akan menempatkan perahu-perahu yang berpatroli di
sekeliling garis pantai. Mungkin perahu-perahu motor yang sangat
cepat, yang dibantu kapal pemecah ombak milik penjaga pantai.
Mereka mungkin akan...
kalinya, lagi-lagi memotong pikiranku.
Maksudku, wow!> Mereka mungkin sudah menyegel semua penutup lubang di
jalanan, yang menuju ke gorong-gorong di bawah tanah. Mereka
mungkin sudah memasang kunci otomatis pada sebagian besar pintu
di hotel dan pondok. Dan tentu saja...
menangkap pilar udara hangat, merentangkan sayapnya, lalu melesat
naik.
besar, dua kali ukuran tubuhku, seperti Boeing 747 jumbo jet
dibandingkan dengan Boeing 727. Secercah cahaya matahari yang
mengintip melalui awan-awan menyinari emas palsu yang ada di
kepala dan lehernya.
Oke, dia memang menyebalkan. Tapi aku tidak berhak marahmarah. Terbang adalah
hal paling asyik di seluruh dunia. Betul.
Memiliki sayap dan mampu melayang di angkasa benar-benar
menakjubkan. Tapi aku harus berpikir. Kami harus tahu apa yang akan kami
hadapi setibanya kami di kompleks tersebut. Harus mencari tahu
bagaimana kami bisa beraksi di tempat itu, bagaimana cara kami
mencapai tempat kediaman para pemimpin dunia dan memata-matai
mereka. Dan melindungi mereka.
Masih ada burung pemangsa lain bersama kami. Dan kami
terbang agak berjauhan, agar - seperti yang dikatakan Tobias -
Kami tersebar dalam radius satu setengah kilometer di angkasa,
kadang merapat, kadang menjauh, tergantung kekuatan angin dan
celah-celah termal yang bisa menyebabkan kami turun enam meter.
Ada iring-iringan itik yang terbang di atas kami, membentuk huruf
"V" di langit. Dan ada gagak, camar, dan elang normal, semuanya
berada di bawah kami, mencari-cari makanan atau cuma melayanglayang santai.
Aku mengabaikan burung-burung itu, walau mereka terus
memperhatikan kami. Mereka tahu siluet burung pemangsa. Mereka
tahu bahwa mereka tak ingin berada dekat-dekat kami.
Perlu waktu beberapa detik bagiku untuk memperhatikan bahwa
nada suaranya agak berbeda, lebih bersemangat. Lebih hiperaktif.
Pada saat aku melihatnya, sudah terlambat.
David menukik tajam, turun, turun, seperti roket yang jatuh.
Meluncur tepat menuju seekor gagak.
Aku menatapnya tanpa daya. Aku sedang berwujud elang laut.
Tak mungkin aku bisa menyusulnya. Hanya Jake dalam wujud
peregrine falcon-nya yang bisa memotong jalurnya, tapi Jake berada
terlalu jauh. Dengan mata osprey-ku yang setajam sinar laser kulihat cakar
rajawali itu melesat ke depan.
Tanpa suara David menyerang gagak itu. Mereka berada jauh
sekali di bawahku sehingga suaranya tidak terdengar. Baru semenit
yang lalu gagak itu sedang terbang, dan kini ia jatuh.
David menangkap udara lagi, meluruskan tubuhnya secara
horisontal, dan naik kembali. Gagak yang sudah mati itu berputarputar turun
bagai gasing.
Mustahil. Memang kadang-kadang sulit mengendalikan benak
hewan yang kautiru. Jadi hal itu mungkin saja terjadi. Temanku yang
lain mempercayai ucapannya. Cassie menghiburnya.
Tapi aku punya naluri untuk mendeteksi kebohongan. Mungkin
karena aku sendiri mampu berbohong dengan baik kalau terpaksa.
Aku bisa membedakan sesuatu itu dusta atau bukan. David telah
membunuh gagak itu. Secara sengaja. Pembunuhan berdarah dingin.
Tanpa alasan sama sekali.
presiden,> kata Tobias menjelaskan.
kagum. ?"?""L"W"S."?OG?"OT."?M
Kufokuskan pandangan pada helikopter itu. Tak ada waktu
untuk memusingkan perbuatan David. Heli itu datang dari arah
bandara, langsung menuju kompleks Marriott. Heli kedua yang benarbenar mirip,
berada satu setengah kilometer di belakangnya. Heli
pengalih sasaran. Kecuali, kalau heli yang di depan yang pengalih
sasaran. Lalu aku memperhatikan hal lain lagi. Riak pada udara di atas
dan di belakang heli kedua. Seperti gelombang panas yang naik dari
aspal jalanan yang mendidih terkena matahari.
Tobias juga melihatnya.
Yeerk... yah... cuma teknologi kelas dua dibanding teknologi
Andalite.>
Para Yeerk ingin menangkapnya sekarang juga!>
Chapter 23
Kami melesat. Mengepak-ngepakkan sayap seperti bebek gila,
berlomba-lomba menuju heli itu sebelum para Yeerk mencapainya.
Heli itu menuju ke arah kami. Menuju ke arah yang sama dengan
kami, tapi masih cukup jauh.
Pada kecepatan seperti ini, kedua heli itu akan mencapai
Marriott Resort dalam dua puluh menit. Tapi tempat itu masih satu
jam terbang bagi kami. Aku dapat melihat dari ukuran riak-riak udara bahwa pesawat
ini bukanlah jenis Bug Fighter. Tapi lebih besar lagi. Dan hanya ada
satu pesawat Yeerk yang berukuran kurang-lebih sama.
Pesawat Blade. Kendaraan pribadi Visser Three yang selalu
menyebar maut. Udara yang bergelornbang itu bergerak mendekat, tepat di atas
heli ini. Kami mendekat, tapi kami terlalu tersebar, dan kami sudah
kehabisan tenaga. Rachel di belakang bersama Tobias; Jake dan David
di depan; aku, Cassie, dan Ax berada kurang-lebih di tengah-tengah.
Sebuah segi empat yang sempit dan panjang muncul. Muncul di
angkasa seolah-olah mengambang begitu saja. Yang membuka
semakin lebar.
Ax. Jadi Ax juga telah menduga bahwa ini adalah pesawat Blade.
Lubang itu makin lama makin lebar, menunjukkan isi pesawat
Blade. Aneh sekali. Selubung stealth tidak berfungsi pada lubang itu
sendiri. Aku dapat melihat bagian dalamnya. Aku dapat melihat
sejenis landasan terbalik - menempel di langit-langit - siap untuk
menerima - dengan daya tarik magnetis - helikopter tersebut. Aku
bisa melihat kepala-kepala Taxxon dari balik unit-unit komputer dan
panel-panel kontrol. Dan aku bisa melihat para serdadu Hork-Bajir
berseragam merah. Tapi tak satu pun dari semua itu dapat terlihat oleh kru
helikopter. Lubang itu berada di luar jangkauan penglihatan kokpit
helikopter, yaitu tepat di atas baling-baling dan agak ke belakang. Dan
heli yang di depan juga takkan melihatnya. Sudut pandang mereka
tidak tepat. Aku bergegas. Lubang itu melebar. Aku sudah capek, terus
mengepak-ngepakkan sayapku melawan arus angin. Tapi aku semakin
dekat. Tiba-tiba baling-baling helikopter itu melambat. Suara
mesinnya mati.
Mereka pasti telah menembakkan gelombang kejut pada manusiamanusia di dalam
helikopter.> Heli itu sudah hampir berada tepat di atas kami. Dari bawah,
terlihat seperti perahu hijau tua yang dilihat dari bawah permukaan
air. Ada dua batangan besi mencuat di kiri kanannya, dengan di
ujungnya terdapat roda untuk mendarat.
Jake dan David melayang naik. Kami berlima mengejar mereka.
Tapi tepat pada saat itu, seolah-olah menjawab peringatan
Tobias, sesuatu yang baru muncul. Seolah-olah seluruh helikopter
diselimuti cahaya terang. Tapi lalu selimut itu memisahkan diri,
menjadi semakin jelas. Helikopter lagi! Seolah-olah helikopter yang asli sedang
mengelupas kulit luarnya.
Baling-baling heli yang asli sudah berhenti. Tingkap pesawat
Blade itu sudah terbuka maksimal. Heli itu naik. Masuk ke dalam
pesawat Blade. Dan hologram itu menggantikan tempatnya, mulai
terbang menjauh, terlihat persis seperti aslinya.
Jake dan David melayang naik. Jake membalikkan badan,
mengarahkan cakarnya ke atas, dan menangkap salah satu batang besi
itu. David mengikuti contohnya.
Tingkap itu mulai menutup!
sampai kupikir paru-paruku akan pecah. Pintu tingkap menutup... aku
mengejarnya... pintu tingkap menutup... aku mengejarnya...
Kulihat Cassie melesat menembus lubang itu, diikuti oleh Ax.
Tak ada waktu lagi! Tingkap itu menutup terlalu cepat.
Lebarnya tinggal setengah meter... tiga puluh senti... dua puluh senti...
Wuss! Aku lolos, walau perut dan punggungku sakit karena tergesek.
Satu detik saja terlambat, pasti aku akan menabrak pintu yang
tertutup. Tapi kini aku sudah di dalam! Aku mengerem lajuku,
berputar-putar di bawah perut heli, dan mendarat di atas pintu tingkap
yang kini tertutup.
Aku berhasil! Aku berhasil menyusup masuk pesawat Blade
milik Visser Three. Oh... ya, ampun. Kenapa sih aku ini" Apa aku sudah gila"
Chapter 24 AKU ada di kolong helikopter. Bersama Jake, Ax, Cassie, dan
David. Rachel dan Tobias ketinggalan di luar.
Kasihan mereka. Helikopter itu terletak pada semacam cekungan pada lantai dek
pesawat Blade, sehingga kami tak terlihat oleh siapa pun yang ada di
atas dek. Aku menatap Jake.
telah kembali menjadi empat anak yang ketakutan dan satu Andalite
yang terbaring di kolong helikopter presiden. Aku melirik David
untuk melihat bagaimana caranya menangani semua ini. Dia terlihat
seperti akan ke dokter gigi yang mencabut gigi pasiennya tanpa
memakai suntikan pembius. Dia sudah hampir membasahi celananya
sendiri. Bagus, pikirku. Cuma orang gila saja yang tidak merasa takut
menghadapi semua ini. Di balik tubuh teman-temanku terlihat kaki Hork-Bajir mondarmandir di sekeliling
helikopter. Dari kabin, mereka membopong
seorang pria yang pingsan. Aku melihat celana berwarna abu-abu
gelap dan sepatu hitam milik pria itu. Aku melihat sol sepatunya. Ada
sayatan pada bagian tumitnya. Sepertinya orang itu telah menginjak
sesuatu yang tajam. Sang presiden" Jika betul, maka kami tak mungkin lagi
menyelamatkannya.
Animorphs - 20 Anggota Baru Animorphs di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ax," bisik Jake. "Kita butuh pengalih perhatian." Pikiran Jake
sama dengan pikiranku. Kami butuh waktu untuk berubah wujud.
Kupikir kalau aku jadi Ax, aku akan membenci Jake saat itu.
Soalnya Jake seolah-olah berkata, "Ax-man, ayo keluar sana agar kau
tertembak, supaya kami bisa berubah wujud tanpa diganggu."
Tapi Ax adalah prajurit sejati. Walau pada saat-saat tertentu dia
bersikap sombong dan sok hebat, dan di saat-saat lainnya terlihat tolol
dan idiot, Ax tetap "seorang" aristh Andalite, calon tentara.
Dan dia adik Elfangor, yang menjelaskan dari mana dia
memperoleh sikap heroik tersebut.
Sayangnya, ternyata itu bukan ide yang bagus. Di sini sempit.
Tubuh Ax saja sudah terjepit oleh perut helikopter. Dan langsung
terlihat bahwa tak satu pun dari kami yang bisa berubah menjadi
hewan buas dalam tempat yang sempit ini.
Lagi pula kami tak mungkin bertempur lagi. Sekarang saja
sudah terlambat untuk menyelamatkan pria bersepatu tersayat itu.
"David," bisikku. Wajahnya cuma beberapa senti saja dari
wajahku. "Apa Cassie mempersiapkanmu dengan morf serangga?"
Dia terlihat bingung. "Dia memaksaku menyentuh... maksudku
menyadap... seekor kecoak. Apa itu maksudmu?"
"Jake!" kataku. "David punya morf kecoak. Menurutmu
bagaimana?" Jake mengangguk. Jelas dia tidak senang mendengarnya. Tapi
tak ada cara lain. Kami harus berubah menjadi sesuatu yang kecil
untuk keluar dari kolong helikopter. Lalu nanti saja memikirkan cara
menggagalkan rencana mereka.
"Oke, sobat," kataku pada David. "Kita akan berubah menjadi
kecoak. Tinggal pusatkan pikiran, pejamkan mata, dan jangan
pikirkan betapa seramnya."
Sejauh ini tak ada yang berjalan mulus. Pertama-tama, Rachel
dan Tobias tidak bersama kami. Kedua, kami sedang terperangkap di
bawah helikopter. Dan akhirnya, siapa pun pria bersepatu tersayat itu,
takkan sempat kami selamatkan.
Kecuali para Yeerk benar-benar bekerja lambat sekali, maka
mereka punya cukup waktu untuk menguasai otaknya.
Aku menganggap pria bersepatu tersayat itu memang Presiden
Amerika Serikat. Dan demi Tuhan, kami takkan rela membiarkan
presiden kami menjadi budak makhluk luar angkasa.
Jika itu sudah terjadi, satu-satunya yang dapat kami lakukan
hanyalah menculik pria itu dan menyekapnya selama tiga hari sampai
Yeerk dalam kepalanya mati karena kekurangan sinar Kandrona.
Menculik pemimpin negara nomor satu di dunia. Dari pesawat
alien. Dan menyembunyikannya selama tiga hari. Tidak masalah. Toh
takkan ada yang mencari-carinya. Cuma SELURUH PENDUDUK
BUMI. Santai saja, Marco, kukatakan pada diriku sendiri. Jangan
memikirkan semuanya sekaligus.
Kupusatkan pikiran pada kecoak yang DNA-nya sudah ada
dalam diriku. Dan aku mulai berubah.
Aku menatap David. Dia juga menatapku, matanya berwarna
putih seluruhnya karena ketakutan.
"Tutup matamu," kataku.
Dia menurut. Tapi sedetik kemudian matanya terbuka lagi. Dia
sedang berubah, tapi pelan sekali. Dia sudah menyusut dan kini
panjangnya menjadi hanya tujuh puluh sentimeter. Dan sayap luar
berwarna cokelat sedang terbentuk pada punggungnya. Tapi hal yang
paling menyeramkan belum terjadi.
Kurasakan tubuhku sendiri menciut dan kulihat lantai meluas ke
segala arah sekaligus. Kulihat permukaan kulitku menjadi keras dan
cokelat, seperti kuku kakek-kakek. Aku melirik David lagi. Sejauh ini
semua lancar. Dia masih menyusut. Tubuh kecoaknya sudah
terbentuk. Lehernya sudah mengecil, sayapnya terbentuk sempurna,
lengan dan kakinya telah tertekuk-tekuk. Dia sudah separuh kecoak.
Tapi wajahnya masih hampir sepenuhnya manusia. Cacat,
penyok-penyok, bergelombang, selagi berusaha membentuk wajah
kecoak. Tapi matanya masih berwarna putih.
Dia akan baik-baik saja, kukatakan pada diriku sendiri, asal dia
bisa melewati tahap munculnya kaki tambahan.
Dan tepat pada saat itu, dua kaki tambahan muncul. Mula-mula
milikku dulu. Sploot! Sploot! Kaki itu muncul dari pinggangku. Dua kaki kecoak yang
panjang dan berbulu. Dan sepertinya wajahku juga ikut berubah,
sebab detik berikutnya aku menatap David melalui mata majemuk.
Maka bisa kulihat ratusan gambar dirinya yang sedang
membuka mulutnya untuk menjerit.
Dan ketika kudengar suara yang melengking itu, gelombangnya
tertangkap oleh antenaku.
Chapter 25 DAVID membuka mulut manusianya untuk menjerit. Tidak
selantang jeritan manusia normal sih, karena paru-parunya kan sudah
lenyap. Tapi cukup keras juga.
Lalu terdengar suara Hork-Bajir yang berseru, "Hitnef shellah!
Shellah! Jangan bersuara!"
Semuanya terdiam. Dan jadi sangat mudah mendengar jeritan
David yang kedua. "Aaaahhhh! Aaahhhh! Aahhh!"
beradab daripada kata-kataku.
"Haff Visser!" suara Hork-Bajir itu berkata.
Aku tidak perlu kamus Hork-Bajir - Inggris untuk mengerti
artinya. Artinya pasti "Panggil sang Visser."
nanti saja.> Perintah itu rupanya menembus kesadaran David. Dia berhenti
menjerit. Tapi dia mulai demorf. Menjadi manusia kembali.
Itu satu-satunya jalan keluar.>
pernah melakukannya. Marco juga. Dan apa dia sekarang jerit-jerit
kayak anak kecil" Tidak, kan" Apa kau mau dibilang lebih cengeng
dari Marco"> Aku belum pernah melihat sifat Cassie yang seperti ini. Dia
selalu pandai memahami jiwa seseorang. Tapi aku tak tahu bahwa dia
juga pandai memanipulasi orang kalau terpaksa.
apa-apa kau ketakutan. Tapi kau harus bisa pegang kendali sekarang.>
Aku menatap David, dan perlahan-lahan tubuhnya melebur
menjadi kecoak seratus persen.
Tentu saja, sekarang dia jadi benar-benar membenci aku. Cassie
telah menggunakan ketegangan yang ada antara David dan aku untuk
memanipulasinya. Memang itu hal yang tepat untuk dilakukan. Harus,
kalau kami mau tetap hidup. Tapi, dari sisi lain, itu bisa dibilang
kejam. Bukan berarti aku punya waktu untuk memikirkannya.
Sebab kini helikopter itu terangkat dari lantai. Para Yeerk
menggunakan medan magnetis dari langit-langit untuk mengangkat
heli ini dan melihat ada apa di bawahnya.
Seharusnya aku diam saja. Tapi bukan Marco namaku kalau aku
selalu melakukan apa yang benar. Maka kukatakan,
kukalahkan, baru boleh ngomong kayak begitu, Anak Baru.>
Nah, kan" Dasar bodoh. Sekarang aku malah membuatnya
benar-benar membenciku.
terang. Padahal itu helikopter yang diangkat perlahan-lahan.
Kami lari secepat kecoak lari: enam kaki bergerak-gerak cepat
sekali, seperti Wile E. Coyote dengan roket di punggungnya untuk
mengejar Roadrunner. Wusss! Menyeberangi dek baja itu.
Wusss! Melintasi celah di lantai yang mungkin cuma dua
milimeter lebarnya, tapi bagi kami sebesar selokan lebar.
Wusss! Mata majemukku hanya beberapa milimeter di atas
tanah, antenaku melambai-lambai, berkibar-kibar di belakangku.
Wusss! Kami bagai Viper di jalan tol! Kami bagai Porsche di
jalan bebas hambatan! Kami bagai mobil balap roket di atas padang
garam. Kami bergerak dalam kecepatan maksimal kecoak.
Yang sayangnya, sama dengan kecepatan berjalan manusia.
serangga kecil yang gesit. Pernah coba injak kecoak yang lari secepat
mungkin" Kecoak dengan kepintaran manusia"
Tidak gampang, kan" WHUUUUUUUSH! Sesuatu meluncur turun, begitu besar,
sampai langit tertutup seluruhnya.
Kuhentikan kaki kiriku, kugerakkan kaki kananku, dan
melakukan gerakan berputar yang pasti bakal menyebabkan mobil
Batman berdecit-decit. BOOOOMMMMM! Kaki Hork-Bajir sebesar pulau mendarat
di belakangku. Hah! Pelan sekali.
Terlalu lamban sekitar tiga milimeter. Yang berikutnya pasti
kena. Lalu...
Celah menuju ke mana" Aku tidak peduli. Kulihat garis
horisontal membentang tanpa akhir ke sebelah kiri dan kananku. Itu
cuma celah antara dua lempengan baja mendatar, tapi tingginya lebih
dari sekeping mata uang, dan itu sudah cukup.
WHUUUUSSH! BUUUUMMM!
sampai ke akar-akarnya ketika kaki Hork-Bajir menginjaknya. Si
kecoak tidak peduli. Aku memang takut, tapi si kecoak tak acuh saja.
Kami berada dalam dunia dua dimensi. Di bawah kami, pelat
baja. Di atas kami, mengimpit punggung, ada baja lagi. Kami bisa
bergerak maju-mundur, atau kanan-kiri. Itu saja.
Kami menuju cahaya itu. Tapi di atas kepala kami ada gemuruh
guntur yang tak pernah dapat kaubayangkan. Lusinan Hork-Bajir
berlari-lari di atas kami, berat badannya terasa melalui getaran. Kami
seperti berada dalam drum yang dimainkan oleh pemain band.
BUUM! BUUM! BUUM! BUUM!
petualangan seru!> Sementara itu, cahaya redup di depan semakin terang. Dan tibatiba, langkah kaki
di atas kami lenyap. Kami berada di bawah semacam dinding. Namanya bulkhead
atau sekat, seingatku. Pokoknya, guntur itu sudah di belakang kami,
cahaya ada di depan kami, dan aku mulai merasakan secercah harapan
tumbuh di dalam hatiku. Pokoknya, kalau bicara soal kecoak, ingat saja: Tidak ada
matinya. H I I ISSSSSSSSS.
Sekujur tubuhku dapat merasakan getaran bunyi itu di belakang
kami. Dan antenaku sudah merasakan bahwa baunya tak enak.
Aku berhenti. Berbalik ke arah sisi tubuhku yang tinggal
menyisakan dua kaki, dan menatap ke belakang. Melalui mata
majemuk aku tidak dapat melihat apa-apa. Hanya kehampaan
horisontal. Tapi... sesuatu mendekat. Aku dapat merasakannya.
Sesuatu yang bau. Sesuatu yang...
Chapter 26
bertemu malaikat!> jeritku.
Gas. Cahaya. Gas. Cahaya. Yang mana yang lebih dulu
mengenai tubuhku" Ada tiang, menuju ke atas, ke arah cahaya itu. Wusss! Seekor
kecoak naik ke tiang itu.
Wusss! Wusss! Wusss! Lalu giliranku. Kalau soal kabur, kecoaklah ahlinya, meski otak
kecoak tidak begitu pintar untuk menjumlah dua tambah dua. Aku
melompat, menurunkan kaki belakangku, menabrak tiang itu, lalu
naik. Wusss! Gelombang gas bergulir di bawahku. Aku naik lebih tinggi lagi.
Menuju cahaya itu.
telah selamat.
Kami berada dalam ruangan yang terang. Lantai baja di
sekitarku, tapi hanya ada sepasang kaki Hork-Bajir yang berada cukup
jauh. Lalu, di atas kepalaku, aku melihatnya: sesuatu seperti Menara
Miring Pisa. Sebuah sepatu, yang bersandar miring, benar-benar diam
tak bergerak. Tinggi sekali, seolah-olah mencapai awan. Mungkin
sepatu itu berukuran 46. Yang lebih penting lagi, mataku berhasil melihat bahwa
tumitnya terbelah.
seperti ini. Kupikir kami akan berjabat tangan. Dan kupikir aku akan
punya tangan.> Terdengar langkah mendekat. Langkah kaki yang
aneh.
Itu cuma berarti satu makhluk.
Kami naik ke kaki presiden. Naik sepatu yang mengilap itu.
Naik ke permukaan kaus kakinya. Memanjat kulitnya yang berbulu.
Dan kami bersembunyi di sana, di bawah lapisan wol abu-abu dan di
antara hutan bulu kakinya yang jarang-jarang.
Plok-plok. Plok-plok.
Animorphs - 20 Anggota Baru Animorphs di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kaki kuda berjalan masuk ke dalam ruangan.
Visser Three.
serdadu Hork-Bajir.
biasa" Pokoknya, tak ada waktu lagi. Aku akan menyadapnya
sekarang.>
Baru aku sadar. Si sepatu tersayat takkan dirasuki. Visser Three
sedang menyadap DNA-nya. Ia ingin bisa berubah menjadi sang
presiden! Tentu saja! Kok aku bisa begitu bodoh" Mana mungkin Visser
Three rela membiarkan Yeerk bawahannya mengendalikan manusia
paling berkuasa di Bumi"
Ia ingin menyadapnya. Dengan begitu ia akan mampu berubah
menjadi sang presiden kapan saja ia mau.
Tiba-tiba saja, kami berpindah. Si Hork-Bajir menyeret pria
bersepatu tersayat itu di sepanjang dek pesawat Blade.
Si sepatu tersayat tidak diseret jauh-jauh.
Mereka akan menarik efek gelombang kejut dan para manusia di
dalamnya akan terbangun, tak ingat apa-apa. Seolah-olah tidak terjadi
apa-apa.>
seandainya beliau bisa tenang melihat kita, para bawahannya takkan
bersikap sama. Pasti akan terjadi baku tembak.>
Kami kabur. Menuruni kaki itu. Menuruni kaus kaki. Menuruni
bagian belakang sepatu lalu jatuh di atas dek baja.
Kami berdiri di atas tingkap. Tingkap yang akan terbuka untuk
menurunkan helikopter ini ke angkasa luas.
kami. Tepat di bawah kami. Segaris cahaya matahari muncul di lantai,
tak sampai tiga sentimeter jauhnya.
Aku berbalik hendak lari.
Garis itu melebar menjadi segi empat.
Dan saat itulah aku sadar bahwa kecoak sekalipun takkan dapat
mengalahkan kecepatan angin.
Angin itu menjangkau kami, mengangkat tubuhku, menarikku
ke arah udara di luar pesawat Blade, lalu mengisapku turun melalui
celah di lantai.
Kulihat dua, kecoak terbang menyusulku, seperti pesawat jet
dalam angin yang kencang ini.
Aku mencengkeram tepi lantai dek dengan kedua kaki depanku
dan bertahan. Selama sekitar sepersejuta detik.
Lalu aku jatuh. Jatuh, berputar-putar, turun, turun, turun ke permukaan tanah di
bawahku. BERSAMBUNG... Bara Diatas Singgasana 2 Satria Gendeng 12 Pewaris Keris Kiai Kuning Raja Silat 3