Seperti sedang terganggu. Seperti sedang ingin cari-cari masalah.>
Tentu saja, aku harus berubah dua kali, bukan sekali. Pertama aku harus demorf
jadi Andalite. Sekali lagi sapi-sapi itu menyingkir, membuatku tidak terlindungi. Tapi Tobias
mendengus dan bergerak mengelilingi kawanan itu. Mereka diam di tempat.
Aneh. Seakan-akan sapi-sapi itu takut pada Tobias. Atau setidaknya merasa
berbeda. Seharusnya peristiwa itu merupakan penanda kami punya masalah. Tapi aku terlalu
tidak familiar dengan sapi sehingga aku tidak menyadari salahnya dimana.
Cassie mulai menyebrangi padang menuju kami. Berbahaya, tentu saja. Manusia
dituntut untuk memakai kulit buatan yang sesuai di saat yang sesuai. Dan pakaian
morf Cassie sangat tidak sesuai degan situasi ini. Dia bertelanjang kaki dan hanya
memakai sebuah pakaian ketat simpel dengan warna-warni mencolok
Cassie.
Aku menjadi Andalite sepenuhnya, membiarkan bagian atas tubuhku membungkuk
terlindungi tubuh Tobias.
Perubahan yang terjadi tidak semengerikan perubahan-perubahan lainnya yang
pernah kualami. Aku mulai dengan empat kaki berkuku kuda, dan berakhir dengan empat kaki
berkuku kuda. Beratku berlipat ganda, kalau bukan menjadi tiga kalinya, tetapi
struktur tubuhku tidak berubah secara ekstrim.
Tapi tetap ada yang berubah. Ekor sapi sama sekali tidak seperti ekor Andalite.
Ekor sapi bukan merupakan ancaman bagi siapa-siapa.
Dan tentu saja, lenganku menghilang, mengkerut dan kering sampai mereka seperti
terhisap kedalam tubuhku.
Aku mendapatkan mulut. Mulut yang sangat besar. Dan lubang hidung yang besar.
Dan mata gelap yang besar, kosong serta berair.
Tidak ada yang hebat dari indra sapi. Penciumannya bagus, tetapi tidak degan
intensitas yang sama seperti famili anjing. Pengdengaran dan penglihatannya
lumayan, tetapi tidak setajam manusia.
Hal yang paling janggal adalah mataku yang dipisahkan oleh mukaku sendiri yang
besar, mendominasi jangkauan pandangku. Aku dapat melihat ke kiri dan kanan.
Tetapi 'lurus ke depan' dihalangi oleh moncongku yang panjang.
Tapi Tobias keliru. Morf ini tidak merasa gelisah atau tidak senang. Kebalikannya,
rasanya seperti -
Aku morf lagi. Dan sekarang baru kutahu Tobias benar. Pikiran sapi yang sudah dikebiri ini tidak
damai. Tidak pasif. Sebenarnya... aku marah. Dengan alasan yang sangat bagus :
Ada banteng didekatku. Ada satu manusia juga, tapi aku tidak peduli.
Aku melotot ke arah banteng itu.
Dia melotot kearahku. Aku mendengus dan mengais tanah.
Rasanya seperti sedang bercermin. Banteng didepanku melakukan hal yang sama.
Hal itu tak bisa dihindari. Padang rumput ini hanya cukup bagi salah satu dari
kami. Aku harus menyerangnya dan memaksanya pergi dari sini.
Gadis manusia pendek itu terus mendekat kearah kami, menempatkan dirinya
diantara banteng itu dan diriku.
Dan terpikir olehku aku sebaiknya menyerangnya juga.
"Sapi baik. Sapi baik. Sapi baaaaaaaaik," kata Cassie dengan nada suara yang
anehnya menenangkan. "Dengarkan aku, teman-teman. Kita tidak
memperhitungkan satu hal. Kalian sapi yang belum dikebiri. Kalian banteng."
Pangeran Jake menukik, lalu melayang beberapa kaki diatas tanah, memutar
membentuk lingkaran, dan kembali lagi mendatangi kami.
"Betul," kata Cassie dalam suaranya berbicara-pada-hewan-ganasnya yang lembut
dan manis. "Kita lupa satu hal. Kita lupa kamu seharusnya menjadi sapi yang baik
dan jinak setelah dikebiri. Tapi DNAmu masih DNA banteng."
Mereka bicara apa" Membingungkan. Mengganggu. Tapi banteng yang lain itu
masih ada. Masih berada dalam padang rumputku. Aku mendengus. Dia
mendengus. Aku bisa merasakan energi amarah menggelegak memenuhi diriku. Aku ini hidup!
Siap untuk menyerang. Siap untuk menundukkan kepalaku, menancapkan kukukukuku di tanah, dan menerjang kepala duluan.
"Hei cowok-cowok. Ax. Tobias. Dengarkan aku. Kamu bukan sapi biasa. Kamu
banteng. Banteng sangat protektif terhadap teritorinya. Kamu mau berkelahi
sekarang. Tapi itu ide buruk. Ide yang sangat buruk."
Pangeran Jake melayang dan menanjak kembali keatas.
Cassie menganguk. "Oke, waktunya damai sekarang. Orang Arab dan Israel. Orang
Amerika dan Rusia, kita lakukan ini tahap demi tahap."
Aku mendengarnya. Aku mengerti dia bicara apa. Tapi aku tidak tertarik. Aku
lebih tertarik pada kenyataan, pada kenyataan BESAR bahwa ada seekor banteng
didepanku, menantangku! "Ax. Tobias. Kalian berdua mundur selangkah."
Cassie menggelengkan kepalanya tidak sabaran. "Ayolah, anak baik, banteng baik,
satu langkah kebelakang. Ayo... satu langkah kebelakang. Satu langkah
kebelakang."
bilang... MUNDUR!" Banteng itu dan aku langsung tersentak mundur.
"Oke, Rachel, Marco, siap-siap! Kita akan menyerempet bahaya." Cassie
mencengkram tandukku dan melotot tepat disalah satu mataku. "Aku nggak punya
waktu mengurusi masalah beginian. Kita sudah punya banyak masalah. Kontroli
dia. Sekarang." Dia mengangkat staplernya. Dia menempelkan anting-anting nomor ke ujung
stapler itu dan aku mendengar suara klik yang keras di telingaku. Ada sedikit
sensasi ditusuk oleh sesuatu yang tajam.
Lalu dia pergi dan menangani Tobias dengan cara yang sama. Dalam beberapa
detik kami sudah dinomori. Dan sudah bisa menerima kehadiran satu sama lain.
Hampir. Pangeran Jake turun dari langit lagi. Dia mendarat, seperti yang Tobias dan aku
lakukan, diantara sapi-sapi.
"Kita punya masalah," kata Cassie. "Mereka bukan sapi sungguhan."
"Sori" Tentu saja mereka akan sadar! Mereka mungkin Pengendali, tapi induk
semang mereka amat sangat mungkin orang-orang peternakan."
bagaimana caranya kita melewati orang-orang di truk" Mereka akan menelepon ke
pusat untuk mengecek apakah mereka memang harus membawa banteng. Mereka
akan marah karena banteng itu berbahaya. Mereka akan sadar ada yang salah.
Dengan anting-anting atau nggak."
Untuk waktu yang lama tidak ada yang bergerak, dan tidak ada yang mengatakan
apapun. Lalu Pangeran Jake mengatakan sesuatu yang bahkan membuatku takut.
Bab 20 Truknya datang. Tepat menggerus lumpur. Dua manusia memanjat turun.
"Hei! Itu bukan sapi," kata supirnya.
Temannya mengangguk. "Memang bukan sapi."
"Dan aku benar-benar bukan sapi," kata Marco. Dia berdiri dari belakang
kamuflase yang dibuat oleh Tobias dan aku.
"Gorila!" "Bodoh! Dia Andalite yang sedang morf!"
Dua manusia itu berbalik untuk lari. Mereka tidak lari jauh. Akhirnya aku memiliki
target pelampiasan kemarahan bantengku.
Aku mengejar mereka dengan mudah. Aku menundukkan kepalaku, mensejajarkan
tanduk-tandukku yang melengkung, dan menghantam satu, lalu yang lainnya di
tempat yang biasa manusia bilang sebagai 'pantat'.
Mereka terbang beberapa kaki dan mendarat dengan muka mereka. Marco
mengangkat mereka dari lumpur.
Kedua manusia itu tidak sadarkan diri.
"Oh man, jangan bawa-bawa itu lagi," kata Cassie. "Ayahku meratapi sisa-sisa truk
kami."
Bagian itu mudah. Sapi-sapi itu ketakutan pada Tobias dan aku. Mereka cukup
bersikeras untuk menjauh dari kami, walapun artinya mereka harus memajat ke
dalam bagian belakang truk.
Tobias dan aku masuk belakangan. Cassie dan Rachel morf jadi lalat dan hinggap
dengan sangat tidak menyenangkan didalam hidung kami. Rachel dengan Tobias,
Cassie denganku. Marco menjejalkan tubuhnya kedalam jaket denim dan celana. Sepatu, tentu saja,
merupakan ketidakmungkinan, kalau kita memperhitungkan ukuran kakinya.
Kulit buatan Jake sendiri kebesaran. Tapi dia setidaknya manusia. Dia memakai
topi - sejenis pelindung kepala - dan menurunkannya untuk menutupi wajahnya.
sarkasme.
ke fasilitas pemrosesan daging milik Yeerk. Nggak ada yang aneh.>
akan berhenti di setiap Stuckeys yang kita lewati.>
Aku merasakan sentakan tiba-tiba. Truknya bergerak. Kebelakang. Lalu berhenti.
Sentakan kedua. Mesin menggerung tetapi truknya tidak bergerak. Bunyi yang
kudengar terdengar seperti sebuah metal menggesek metal lainnya.
Pangeran Jake pasti mengatakan sesuatu. Karena kemudian Marco membalas,
Lebih banyak bunyi gesekan. Tanpa peringatan kami terlontar ke depan. Seluruh
sapi terhuyung miring. Kami melintasi padang dan Marco berkata
Aku mendengar bunyi tabrakan yang keras.
Beberapa detik kemudian, bunyi yang sangat mirip terdengar lagi.
melaju pergi, turun keatas jalanan. Pemandangan yang bisa kulihat dari lajur kanan
sangat terbatas. Aku meilhat pohon berkelebatan. Aku melihat lebih banyak
padang dengan lebih banyak sapi.
Aku melihat truk pick-up, dengan klaksonnya menggelegar dan pengemudinya
melakukan semacam penghormatan dengan satu jari terangkat.
Aku memiliki pemikiran bahwa kendaraan yang maju ke depan seharusnya tidak
berada dalam lajur kanan.
Tobias.
Aku dapat melihat bangunan yang panjang dan rendah yang merupakan tempat
pemrosesan daging. Kami makin dekat. Aku merasakan aliran ketegangan
menyerang.
belakang, terlempar ke kiri.
Ribuan pound bobot sapi berpindah ke bagian kiri truk. Tepat ketika truk sedang
membelok ke kiri.
Bab 21
Truk itu terangkat, bertumpu pada bagian kiri, bergerak hanya dengan roda di satu
sisi.
yang lainnya. Lantai truk miring keatas dengan sudut yang tidak masuk akal.
Kami akan terbalik! Biarpun begitu... truknya tetap bergerak. Dengan hanya sebaris roda, miring
hampir sepenuhnya, benda itu terus bergerak!
Dan perlahan... perlahan... sangat... perlahan... sudutnya berkurang. Kami
kembali ke kanan. Lalu... WHAM! Truknya menempati seluruh rodanya.
THUMP THUMP THUMP THUMP Para sapi, Tobias, dan aku berjatuhan ke kanan. Truknya mulai miring lagi ke
kanan, tapi tidak terlalu tinggi.
WHAM! Kembali normal, dan kami melintasi jalan menuju tempat pengemasan daging.
Scrrrreeeee! Marco menekan rem dan truknya menggelincir dan berkelok sampai terhenti
didepan gerbang tempat pengemasan daging.
Sekarang, setelah seisi muatan truk berganti tempat, aku dapat melihat dengan
lebih jelas ke luar bagian kiri truk. Aku dapat melihat dua penjaga bersenjata
menghampiri kendaraaan ini. Mereka terlihat sedikit terusik. Mungkin takjub.
Mungkin kagum. Mungkin takut.
Terkadang sulit menerjemahkan ekspresi muka manusia.
"Kamu ini apa, gila?" Seorang penjaga berteriak.
"Kena guncangan keras, man," kata Marco dalam suara yang rendah, serak, dan
dalam. Aku terkejut mendengar bunyi-bunyian mulut yang dia buat. Dia seharusnya sudah
setengah morf jadi manusia. Cukup manusiawi untuk tidak dicurigai.
"Guncangan keras" Kamu ini apa, tidak waras" Kamu harusnya dibawa ke RSJ!
Kamu harusnya masuk ke ruang karet!"
Animorphs - 28 Eksperimen The Experiment di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ini, tandatangani saja suratnya," kata Pangeran Jake, mencoba membuat suaranya
terdengar berat. "Lewat saja," kata penjaga yang kedua. "Hanya beritahu kami kalau kamu sudah
mau pergi, jadi kami bisa menyingkir dulu."
"Oh ya ampun, mereka mengijinkan kita masuk," kata Tobias suram.
Marco kembali morf menjadi gorila tepat setelah penjaga-penjaga itu membalikkan
badan.
balasan untuk Pangeran Jake,
Truk itu terhentak ke depan lalu berhenti. Terguncang lagi. Berhenti. Bannya
berdecit! Berganti ke gerakan mundur. Berhenti. Bannya berdecit! Terguncang.
Berhenti. Ke depan. Terguncang.
Kebelakang. Berhenti. Berdecit! Terguncang. Ke depan. Berhenti.
(Three-point turn. Semacam manuver mobil yang biasanya diujikan di ujian tes
mengemudi di luar negeri. Di Indonesia diujikan atau nggak gw kurang tahu,
belum pernah mengemudi - Nat )
Terhuyung. Kebelakang. WHAM! Setiap sapi terdorong kebelakang dengan momentumnya.
Aku melihat pria bertubuh besar turun dari teras yang tinggi dan datang berlari-lari
ke depan truk. Dia berteriak-teriak. "Di mana kamu belajar mengemudi, dasar
bodoh" Aku akan memberi pelajaran... hei! Mana supirnya?"
kata Marco.
Pria besar tadi beserta seorang pria lain yang sangat kurus sedang berunding.
"Aku tidak pernah melihat orang mengemudi seperti itu! Tidak heran supirnya
kabur. Dia pasti mabuk. Dia pasti sinting!"
"Hei! Mereka ini banteng!"
"Well, aku akan... banteng diantarkan seperti ini" Ini benar-benar gila!" Pria yang
kurus memicingkan matanya dengan curiga. "Bandit Andalite?"
Pria yang besar tertawa. "Kupikir Andalite bisa mencari tahu cara mengemudikan
truk. Lagipula, bahkan Andalite pun tidak akan sebegitu bodoh untuk morf jadi
sapi atau banteng dan melenggang ke tempat penyembelihan. Mereka harus jadi
orang idiot dulu."
Dari bangunan, bau yang tidak sedap tercium olehku : darah. Pupuk. Darah. Sisasisa biologis yang membusuk. Dan lebih banyak darah.
Bab 22 Dan lebih banyak darah. Kami menuruni jalan yang sempit. Tiga sapi berjalan didepanku. Lalu aku. Tobias
berada dibelakangku. Di sekeliling mulut lintasan ada semacam lengkungan. Gleet BioFilter.
Sapi pertama mencapainya. Aku melihat kilatan cahaya, dikuti bunyi mendesis
yang tidak kentara. Aku tidak dapat melihat mereka dari tempatku, tetapi aku yakin
sejumlah kutu, lalat, dan berbagai binatang kecil lainnya sudah terbunuh.
teman-temanku yang sedang morf jadi lalat.
Aku mencapai BioFilternya. Aku merasakan sensasi menggelenyar, seperti terkena
listrik statis. Lalu aku pun selesai.
melaporkan.
Aku merasakan sedikit rasa tergelitik saat Marco dan Cassie keluar dari lubang
hidungku. Empat lalat yang hampir tak kasat mata menghilang dengan cepat dari
pandangan. Meninggalkan Tobias dan aku sendirian.
Sangat, sangat sendirian.
yang didasari wujud manusia">
menghalangi pandanganku. Tetapi setelah lintasan itu membentuk sudut aku
melihat pemandangan yang mengerikan: lusinan sapi digantung pada kaki
belakang mereka. Mereka hampir terlihat seperti sedang terbang.
Terbang sementara mereka diangkat oleh pengangkut berjalan.
Terbang dan tidak lagi bernyawa.
Adegan yang membingungkan. Kumpulan garis batas yang tidak bisa kupahami,
dipenuhi kejadian dan tindakan yang saling terpisah.
Sapi bukan merupakan binatang dengan tingkat intelegensia yang tinggi. Binatang
yang cerdas, setelah mencium bau darah, memperkirakan hal apa yang bisa
menantinya, akan memberontak, menendang, menentang.
Tapi tidak, mungkin hal itu juga tidak benar. Mungkin binatang yang cerdas juga
dapat mengerti bahwa dia sudah ditakdirkan mati dan bisa menghadapi hal yang
tidak bisa ditolak dengan tenang, Mau bagaimanapun, Tobias dan aku bukanlah
sapi. Dan tidak satupun dari kami cacat secara intelektual.
Bunyi-bunyian yang satu terdengar lebih keras dari yang lainnya. Dan makin lama
makin dekat. Tepat didepan. Aku menjulurkan leherku. Aku lebih tinggi dari sapi yang berada didepanku.
Aku menoleh melewatinya, dan awalnya tidak mengerti hal apa yang sedang
kulihat. Sapi yang pertama sampai di tempat dimana semacam pompa dengan
tekanan udara mendorong sisi-sisi lintasan, mengunci binatang itu diposisinya.
Seseorang, dengan tangan yang sudah ahli, memasangkan belenggu di kaki-kaki
belakangnya. Seorang yang lain menggenggam sebuah alat besar didepan kepala sapi. Benda itu
memiliki tabung di bagian atasnya.
Dia menekan pelatuknya. BANG! Alatnya tersentak. Sapi itu roboh. Di dahinya terdapat lubang.
Secara otomatis dia diangkat dengan kakinya.
Aku menghitung ada dua sapi lagi diantara diriku dan pistol pembunuh.
Aku sudah sering bertatap muka dengan kematian di pertarungan. Tapi tidak
sebagai binatang bodoh yang akan disembelih.
Bab 23 Aku mulai demorf. Tidak ada waktu! BANG! Sapi yang lain mati. Aku menolak maju ke depan.
Dia berjalan menuju hadapanku. Dia membawa sebuah tabung dengan dua cabang
di uung-ujungnya. Dia menusukkan tabung itu d Zzzzapppp!
Aku sudah berhenti demorf.
BANG! Sapi terakhir didepanku mati.
Aku bersikukuh lagi. Tidak! Tidak! Tidak!
Aku menancapkan kuku-kukuku. Tapi sekarang aku melanjutkan demorf, dan dari
kuku-kuku banteng yang besar kuku-kukuku yang lebih halus mulai tumbuh. Aku
hampir tidak bisa menopang berat badanku sendiri. Pria dengan belenggu akan
menyadari hal itu... Tapi segalanya akan sudah terlambat!
Zzzzaaapppp! Zzzzaaapppp! Pria dengan tabung menancapkannya dua kali. Sekali di sisiku. Lalu dibawah
perut. Rasa sakitnya!
Aku terhuyung. Tapi aku terhuyung... ke depan!
Kepalaku perlahan kehilangan konsentrasi.
Fooosh! Sisi-sisi lintasan menekan, mencengkramku kencang, tak bisa bergerak.
Morf! Morf! Morf!
Mataku berair. Kepalau berputar-putar. Aku kebingungan, kehilangan arah, pusing.
Aku melihat ke kanan. Alat itu mendatangiku. Tepat mendatangiku. Aku dapat
melihat jari orang itu menempel di pelatuk.
Lalu... sosok baru. Besar... cokelat... menjulang dibelakang orang itu...
beruang grizzly raksasanya.
Pria dengan alat pembunuh ambruk seperti salah satu sapi.
Aku menyadari aku sedang gemetar. Terguncang.
Manusia-manusia yang lain berhamburan kemana-mana. Banyak yang melarikan
diri. Beberapa berlari kearah kami. Menuju si beruang.
Aku tidak bisa berhenti gemetar. Tidak bisa mengendalikan tubuhku sendiri. Aku
demorf sambil gemetaran. Biarpun begitu aku tetap menyadari bahwa beberapa manusia mendekati Rachel,
tidak kabur. Pengendali, tentu saja. Manusia normal akan lebih memilih untuk melarikan diri.
Para Pengendali diantara mereka mengetahui beruang itu spesial. Mereka tahu atau mereka pikir mereka tahu - beruang itu adalah Andalite yang sedang morf.
Lusinan manusia meninggalkan pekerjaan mereka, mengambil pisau-pisau
panjang, mengambil gergaji-gergaji mesin, dan mendatangi kami.
mencengkram kedua sisi lintasan dengan kedua cakar depannya dan menarik.
Kayu-kayunya langsung lepas. Aku mendesak dan keluar dan pergi.
Dan saat itu, mata pengintaiku mulai berfungsi dan aku dapat melihat kebelakang,
melihat ekorku sendiri. Ekorku yang cepat, akurat, dan mematikan.
Aku binatang pemakan rumput, seperti yang sedang disembelih di tempat ini. Tapi
aku bukan sapi.
Seorang Pengendali-manusia berlari ke arahku dengan gergaji mesin yang panjang.
Gergajinya menderu. FWAPP! Sekarang Pengendali-manusia itu yang menderu.
Bab 24
berbelok dan menghindari bangkai yang sudah dikuliti dan berbagai organ dalam.
Rachel dan aku mengambil rute yang lebih pendek : melalui para Pengendalimanusia dengan pisau mereka.
Kami berusaha untuk tidak membunuh seitap Pengendali. Terutama manusia,
karena teman-teman manusiaku memiliki semacam perasaan sentimentil terhadap
spesies sesama jenis. Jadi kami selalu berhati-hati. Selalu menahan diri. Aku menahan kekuatan pisau
ekorku. Tapi hal itu sulit dilakukan. Aku sudah sangat ketakutan. Tak pernah ketakutan
seperti ini selama hidupku. Dan biarpun hal ini terdengar tidak logis, aku sekarang
menyimpan dendam pada Pengendali-manusia yang bahkan sampai saat ini masih
berusaha membunuhku. Kami menorobos para Pengendali-manusia itu dengan kekerasan. Menerobos
mereka sementara darah dari bangkai sapi yang tergantung diatas menetes-netes.
Kuku-kukuku berkecipakan di lantai yang tergenang.
Apa yang kami temukan di ujung pembantaian berdarah ini adalah pertarungan
yang lain. Pangeran Jake dalam morf harimau. Cassie dalam morf serigala. Marco dalam
morf gorila. Tobias melayang dan menukik untuk mencabik dan mengoyak.
Mereka dikelilingi, dihalangi, dikepung oleh sejumlah Pengendali-manusia yang
jumlahnya makin bertambah.
Lebih buruk lagi : Hork-Bajir mulai memasuki arena pertarungan dari dua arah.
Punggung Pangeran Jake berhadapan dengan sebuah pintu yang tertutup. Dia
mengaum dan mencakar dan menggunakan rahangnya yang kuat, tapi situasi
benar-benar tidak mendukung.
Mereka sudah benar-benar terkepung. Disudutkan. Terperangkap.
Rachel dan aku mungkin bisa bergabung dan membantu mereka, tapi kami akan
berakhir di perangkap yang sama.
kepala beruang grizzlynya yang besar dan dipenuhi bulu sambil menyapu satu
Pengendali-manusia dengan gerakan mengusir lalat yang membuatnya melayang.
Rachel bertumpu pada keempat kakinya. Dia mengaum serak dan menerjang.
Tidak ada Andalite yang familiar dengan kehidupan binatang pecinta damai kami
yang bisa mengerti arti terjangan beruang grizzly. Sebagian besar manusia pun
tidak akan bisa membayangkannya.
Beruang grizzly tidak tangkas dan anggun seperti kucing besar. Mereka lebih
seperti anjing. Mereka bergerak degan cara berjalan yang terputus-putus, bergulung, yang
mungkin terlihat seperti ragu-ragu, seakan mereka bisa berhenti kapan saja.
Tapi lalu kamu mulai menyadari betapa besar mereka itu. Dan kamu mulai
menyadari, kaku atau tidak, mereka sangat cepat. Dan kamu mulai menyadari
kamu ini mungil, lemah, menyedihkan, dan tidak berarti. Kamu mulai menyadari
beruang ini, beruang yang bergulung, penuh bulu, monster tak terhentikan ini,
Animorphs - 28 Eksperimen The Experiment di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat membunuhmu hanya dengan benturan bahunya.
Aku bisa melihat hal ini di setiap muka Pengendali-manusia. Melihat
ketidakpedulian mereka berganti menjadi kekhawatiran dan berubah menjadi rasa
panik serta teror, dalam beberapa detik, saat Rachel mulai menerjang.
HHHHHHROOOOOOOOARRRHHHH! "Lari!" Banyak suara menyetujui.
"Tetap tinggal, jangan kabur!" Satu orang berteriak. Dia bertahan didepan Rachel.
Berdiri kaku. Dalam kira-kira satu sampai satu setengah detik. Lalu dia kabur.
Saat Rachel berguling melewatinya, dia menyabetkan pisaunya. Pisau itu menyayat
bulu. Bagaikan memukul pesawat Dome Andalite dangan cabang pohon.
Dua Hork-Bajir besar melompat kearahnya, pisau-pisau lengan mereka berkilauan.
Aku mencambukkan ekorku, kanan, kiri. Satu Hork-Bajir jatuh. Satu lagi raguragu, cukup lama bagi kami untuk melewatinya.
Kami menyatu dengan kumpulan perlawanan teman-teman kami.
kata Marco saat dia menghujamkan kepalan gorilanya di tubuh salah satu prajurit
Hork-Bajir. (Jendral Custer merupakan bagian dari Peperangan di Little Bighorn, bagian dari
Perang Besar Sioux (1876-1877), perang antara tentara Amerika Serikat dengan
orang asli Amerika (Indian). Pasukan Custer dikalahkan oleh pasukan yang
dipimpin Sitting Bull. Custer sendiri terbunuh disana. - Nat )
Rachel berdiri dengan dua kaki belakangnya. Dia harus menundukkan kepalanya
saat satu bangkai sapi melayang datang, tertancap di pengangkut berjalan.
Dia mengulurkan cakarnya dan menimpakan berat badannya pada pintu.
WHAM! Tidak terjadi apa-apa! Pintu itu tidak bergeser. Dan sekarang raungan kemenangan
pecah dari prajurit musuh yahg terus mengalir masuk, manusia dan Hork-Bajir.
Kami terperangkap. Kalah jumlah.
Lalu kami mendengar sebuah suara penuh kebencian yang sudah begitu kami
kenal.
bunuh mereka!> Bab 25
WHAM! Rachel menghantam pintu itu lagi. Tidak ada yang terjadi.
Slash! Sebuah pisau Hork-Bajir menyayat dadaku. Tidak dalam. Tidak sakit. Tapi
menakutkan. Cassie diselimuti darah kering. Marco hanya menggunakan satu lengan. Yang
satunya lagi bergantung lemas. Pangeran Jake sedang menyerang, menyerang,
menyerang dengan segala keganasan morf harimaunya, tetapi dia mulai lelah.
Tobias kesulitan bermanuver di 'langit' yang dipenuhi bangkai sapi melayang.
Aku menutar satu mata pengintai. Ada papan kode. Bukan desain Yeerk, sudah
pasti. Terlalu primitif. Tapi memang kebanyakan yang bekerja di tempat ini bukan
Yeerk.
Rachel. Aku menyabitkan ekorku. Pisaunya menghancurkan cover papan kode itu. Aku
menghubungkan dua buah kawat.
Pintunya terbuka. Kami berhamburan ke pintu. Berdarah-darah, kelelahan, ketakutan, terluka.
Rachel menutup pintu dibelekang kami. Aku melompat untuk mengakses papan
kode pintu dari sisi ini. Aku menarik lepas semua kabel yang bisa kucapai. Bukan
solusi yang elegan, tapi efektif.
Kesunyian yang mendadak menuruni kami. Dari pintu terderngar suara pukulan
yang teredam.
itulah kami memperhatikan ruangan yang sudah kami masuki.
Ruangan itu, dari berbagai persepsi, identik dengan ruangan di laboratorium uji
coba binatang dimana para simpanse dikurung. Barisan kadang. Sisi kiri dan
kanan. Lantai bata dan dinding ubin putih.
Cahaya yang terang benderang.
Tapi ada satu perbedaan yang sangat jelas. Di tempat dimana seharusnya simpanse
yang diletakkan, ada manusia.
Dua lusin manusia menghuni tiap kandang.
Mereka tidak bergerak. Mereka tidak menoleh untuk melihat kami.
Kataku,
meletakkan cakarnya pada jeruji sehingga dia bisa melihat grafik diluar kandang
terdekat.
Dia bergeser ke kandang berikutnya.
satu set komputer. Desainnya sangat bergaya Yeerk, lumayan modern. Dalam
standar Yeerk. Komputer itu hidup, tidak dilindungi. Seseorang sudah menggunakannya baru-baru
ini.
Dia membalas dalam suara manusia buatan. "Proyek Kepatuhan adalah hasil
pemikiran pemimpin kami yang hebat dan agung, Visser Three, pahlawan
pemberontakan Taxxon, Bencana bagi para Andalite, Penguasa Bumi."
"Proyek Kepatuhan didesain khusus bagi komponen biologikal yang telah
dimanipulasi secara genetik untuk menghapus bagian otak manusia yang mengatur
keinginan bebas."
"Proyek Kepatuhan telah sukses dengan Formula Tujuh-puluh-satu yang
diaplikasikan pada simpanse, sebuah spesies Bumi yang memiliki hubungan
kekerabatan dengan manusia. Sukses seratus persen telah tercapai, semua berkat
sang jenius Visser Three!"
"Dan uji coba pada manusia telah menunjukkan bahwa Formula- Tujuh-puluh satu
telah berhasil seratus persen juga! Fase Tiga telah siap : Penyebarluasan Formula
Tujuh-puluh-satu melalui suplai makanan manusia, diikuti penguasaan planet
Bumi!" Bab 26 Dalam beberapa waktu tidak ada yang berbicara.
Lalu Marco angkat suara,
Cassie tertawa, hampir bersimpati.
melakukan ini!>
mereka akan lakukan apapun yang Yeerk-Yeerk itu sudah perintahkan pada
mereka. Berbalik pada kita. Menyerang kita!>
kepalamu, kamu punya keinginan bebas. Bukan bebas melakukan sesuatu, tapi
bebas untuk berpikir, untuk percaya, untuk berharap atau mencintai atau apapun.>
Gerakan mendadak. Di ujung terakhir ruangan. Pria tua yang kecil memakai
pakaian putih bersih. Dan menggenggam pistol sinar Dracon.
"J-j-jangan bergerak! Aku akan menem-nem-nem-nem -"
<'Nembak,> Rachel membantu.
Manusia itu mengangguk. "Ting-ting-ting-tinggalkan tempat ini! Kembali kesana.
Kalian tidak diperbolehkan berada disini!"
dengan satu gerakan mengalir yang sangat lancar sampai-sampai manusia itu tidak
punya waktu untuk berkedip, Pangeran Jake menerjang dan menyingkirkan pistol
sinar Dracon itu dari tangannya.
Senjata itu menggelincir kebawah sebuah kandang.
Reaksi manusia itu aneh. Dia mulai menangis. Dia menjatuhkan diri ke kursi didepan komputer,
membenamkan mukanya dalam kedua telapak tangannya, dan mengeluarkan suarasuara ratapan. "Dia akan membunuhku! Tentu saja, dia akan membunuhku, mau bagaimanapun
juga. Hanya masalah waktu."
"Tentu Visser Three," jawabnya pahit. "Siapa lagi" Proyek ini merupakan idenya."
Pria itu mengangkat kepala dan memutar bola matanya. "Tidak berhasil. Aku
memalsukan hasilnya. Kami semua memalsukan hasilnya. Kami tidak punya
pilihan lain! Visser Three terus meminta hasil, hasil, hasil! Jadi kami beri dia hasil.
Kebohongan! Semua hanya setumpuk kebohongan!"
"Aku mau memberitahunya. Aku mau mengatakan, lihat, ini tidak akan berhasil.
Kamu tidak mengerti! Tidak ada yang namanya manusia tanpa keinginan bebas.
Hal itu... hal itu... bodoh sekali! Tapi dia bukan ilmuwan, terlebih lagi filsuf.
Kamu tidak bisa memisahkan makhluk dengan perasaan dari keinginan bebas
mereka. Mereka berkeinginan bebas. Yeerk, Hork-Bajir, manusia, siapapun.
Makhluk dengan perasaan memiliki keinginan bebas seperti benda memiliki
massa. Kamu tidak bisa memisahkan hal itu dari mereka! Tapi Visser Three tidak
mau dengar."
"Aku tidak bisa menolongmu. Dia akan membunuhku," pria itu memelas.
Cassie.
"Tidak, tidak ada keluarga. Mereka semua penghuni jalanan. Aku bukan orang
bodoh. Aku tahu mereka harus disingkirkan nantinya."
Cassie sudah menerjangnya sebelum pria itu menarik nafas berikutnya. Dia
menjatuhkannya, menekankan dua cakar depan di bahunya, dan memamerkan gigigiginya didepan wajah pria itu.
mencairkan manusia-manusia ini dan menyerahkanmu pada mereka.>
"Biarkan aku lari bersama kalian," pintanya. "Aku lebih baik mati kekurangan
sinar Kandrona daripada harus berurusan dengan Visser Three."
WHAM! WHAM! Seseorang sedang membombardir pintu dengan benda yang sangat berat dan besar
dari luar.
WHAM! WHAM! WHAM! Pintunya mulai retak. Bengkok kedalam.
Dengan mata pengintaiku aku melihat kebelakang, dan para manusia yang
terkurung mulai beranjak. Cassie menon-aktifkan bio-statisnya. Mereka bergerakgerak dalam kandang mereka.
"Hewan liar! Itu beruang!" Seorang pria berteriak.
"Yeah, well, itu apa?" Seorang wanita menunjuk ke arahku.
WHAM! WHAM! WHAM!
"Siapa yang bilang?" Seorang pria tua bongkok bertanya.
"Yeah" Well, tempat perlindungan ini buruk sekali. Aku mau kembali ke Tentara
Penyelamatan," kata pria itu.
(Tentara Penyelamatan / Salvation Army. Cabang pengelolaan gereja Kristen yang
bentuk aplikasi organisasinya mirip organisasi militer. Dikenal akan aksi-aksi amal
dan bakti sosial. - Nat)
ilmuwan Pengendali itu. "Ikuti aku." Kami membentuk semcam parade yang kacau. Cassie dan aku, si ilmuwan itu
didepan. Selusin manusia yang kebingungan dan lusuh, tetapi merdeka. Dan
berjaga di belakang, tegang serta siap menghadapi Yeerk yang akan memasuki
ruangan, teman-temanku yang lain.
"Andalite," katanya tanpa amarah yang khas. "Setidaknya kalian benar-benar
menghargai ilmu pengetahuan."
apakah formula itu bekerja pada simpanse" Apakah mereka, sebenarnya, memiliki
perasaan"> "Para simpanse" Formula itu tidak bekerja. Tapi apa hal itu disebabkan keinginan
mereka tidak terpengaruh" Atau apa karena mereka tidak punya keinginan untuk
dipengaruhi" Kami tidak tahu."
Bab 27 "Di ujung misi yang bodoh, kacau, dan tak berguna yang paling bodoh dan paling
Animorphs - 28 Eksperimen The Experiment di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tak berguna dari semua misi yang ada," kata Marco.
Hari berikutnya. Kami berada di mall. Di food court.
Food court adalah semacam kuil makanan-makanan enak. Aku menggunakan morf
manusiaku, tentu saja. Yang berarti aku punya mulut. Tobias juga manusia.
Dan sebentar lagi, sesaat setelah Rachel selesai berbaris, aku akan mendapatkan
roti kayu manis yang enak.
"Maksudku, kita repot-repot untuk apa" Untuk sebuah rencana Yeerk yang
memang sudah gagal dari sananya. Kita seharusnya bisa tinggal diam di rumah."
"Kita membebaskan beberapa simpanse," kata Cassie. "Dan manusia juga, Marco,
yang bahkan lebih bagus lagi."
Marco tertawa. "Oh ayolah, kamu tahu kamu ini maniak binatang dan memeluk
pohon. Ayolah. Kamu sedang memakai Birkenstocks kan sekarang" Mengaku
saja." (Birkenstocks: Merek alas kaki Jerman. Masalahnya alas kaki model ini sangat,
sangat. Sangat nggak trendy. Dan ini bukan pendapat subjektif. - Nat )
Rachel kembali membawa senampan makanan. Termasuk roti kayu manisku yang
luar biasa lezatnya. Dia memberikan beberapa makanan pada teman-temanku.
Lalu, akhirnya... rotinya!
Aku mulai memakannya, berhati-hati agar tidak memakan piring kertasnya juga,
karena mereka bilang hal itu tidak pantas dilakukan.
"Ini burgermu, Marco," kata Rachel.
"Oh! Aku nggak percaya ini. Burger?" Kata Cassie. "Setelah Ax hampir dikuliti"
Setelah keluar dari tempat penyembelihan itu?"
Marco membuka mulutnya lebar-lebar dan memakan satu gigitan besar. Dia
mengunyah sementara kami semua menonton. Burgernya kelihatan enak, dengan
sejumlah besar lemak beraroma.
Rachel mengetukkan jarinya ke meja dan memperhatikan Marco dengan ekspresi
yang tidak bisa dibaca. Pangeran Jake juga memperhatikan.
"Aku segera kembali," kata Rachel, lalu dia berdiri.
"Belikan aku satu juga," kata Pangeran Jake. "Acarnya yang banyak."
"Mmmfff!" Kataku, tidak mampu membuat bunyi-bunyian mulut karena sepotong
roti kayu manis mengganjal lidahku.
"Beli tiga," Pangeran Jake menerjemahkan.
End Translated by Nat. 2009 ginger_shive@yahoo.com Re edited by: Farid ZE Blog Pecinta Buku - PP Assalam Cepu
Pengantin Dewa Rimba 3 Roro Centil 09 Misteri Sepasang Pedang Siluman Pendekar Cengeng 1