Ceritasilat Novel Online

Mengungkap Rahasia Tobias 1

Animorphs - 23 Mengungkap Rahasia Tobias Bagian 1


L1.- `-_- 'Pemanas' *Tfbias h ,-_;_'_'-,__- ::amukan i," '
rahasia ca" v i Jiiq Me?gungkj? Rafasia Tobias
4 .A. A le ace Chapter 1 NAMAKU Tobias. Itu namaku. Tapi nama tidak benar-benar banyak bercerita,
bukan" Aku kenal dua cewek bernama Rachel. Salah satunya sok dan
manja. Rachel yang satu lagi_ yang sekarang kukenal_adalah
cewek paling berani yang pernah aku tahu.
Tapi kau pasti mengira nama Tobias itu paling tidak
menunjukkan aku manusia, bukan" Kau mengira aku memiliki lengan
dan kaki dan Wajah dan mulut. Tapi nama pun tidak akan
mengungkapkan hal itu padamu.
Aku bukan manusia. Aku dulu pernah jadi manusia. Aku dilahirkan sebagai manusia.
Ada karakteristik manusia dalam diriku. Dan aku bisa menjadi
manusia selama dua jam setiap kalinya. Tapi aku bukan manusia.
Aku elang ekor merah. Jenis elang yang paling umum, bukan
jenis yang eksotis. Ekor merah cenderung hidup di hutan dekat
lapangan terbuka atau lembah. Kami paling pandai berburu dengan
cara begini: duduk di cabang sebatang pohon, menatap sekeliling
lapangan, menemukan mangsa, lalu menukik cepat untuk
membunuhnya. Itulah yang kulakukan. Aku tinggal di pepohonan di dekat
lapangan rumput yang sangat indah. Sialnya, perburuan agak
memburuk akhir-akhir ini. Sebagian karena memang begitulah
keadaannya. Ada saat-saat bagus dan ada saat-saat buruk dalam bisnis
pemangsa. Tapi yang lebih berpengaruh adalah kompetisi. Seekor elang
ekor merah lain baru saja pindah ke kawasanku. Ia menyantap tikustikusku. Kehadirannya, ditambah keadaan buruk yang sedang kami
alami, membuat makanan menjadi agak langka.
Bodoh, hah" Bodoh karena aku mengkhawatirkan hal-hal
seperti itu. Maksudku, aku memiliki kekuatan yang jauh lebih hebat
daripada ekor merah lainnya. Aku bisa berubah menjadi manusia. Aku
bisa berubah menjadi hewan apa pun. Aku bisa menjadi keluarga
kucing atau ular dan menghabisi ekor merah itu.
Hanya saja aku tidak melakukannya.
Aku bisa menghadapi elang yang lain, sesama ekor merah.
Kami bisa berkelahi untuk membereskan masalah.
Hanya saja aku tidak melakukannya.
Aku tidak melakukan apa pun. Tidak lama lagi ia akan
bertindak, menyingkirkan diriku. Mungkin pada saat itu aku harus
memikirkan tindakanku. Tapi sekarang ini aku tidak melakukan apaapa. Aku hanya kelaparan.
Aku bisa meminta bantuan yang lain. Meminta bantuan Rachel
dan anggota Animorphs lainnya, teman-temanku. Tapi betapa
lemahnya tindakan itu. Bagaimana aku bisa meminta bantuan untuk
menghadapi situasi yang seharusnya bisa kuatasi sendiri"
Aku duduk di cabangku, di pohonku, dan mengawasi
rerumputan kering. Aku mengawasi sebagaimana layaknya seekor
elang. Dengan mata teleskopik dan benak yang tidak pernah lelah
mencari petunjuk keberadaan mangsanya.
Aku menunggu dan mengawasi dan mendengarkan. Sedikit
goyangan pada bilah rumput. Kepulan tipis debu. Suara samar kakikaki mungil yang melintasi tanah.
Dan dari waktu ke waktu aku memandang ke ekor merah lain di
seberang lapangan. Ke elang yang lain. Ia seratus meter jauhnya
dariku. Sepanjang lapangan bola. Tapi aku bisa melihatnya dengan
jelas. Rasanya seperti memandang cermin di kejauhan. Mata cokelat
kekuningan yang memancarkan kemarahan. Paruh yang melengkung
kejam. Cakar-cakar tajam yang terbenam di kulit kayu cabang pohon.
Ia memandangku. Pandangan kami bertemu. Ia seekor elang
asli. Sedang aku... aku makhluk unik yang aneh bernama Tobias.
kataku padanya, meskipun tentu saja ia tidak
memahami sedikit pun ucapanku. menggunakan kekuatan morf terhadapmu. Ini antara kita berdua, elang
melawan elang.> Ia kembali memandang lapangan. Aku juga. Sudah sejak lama
aku tahu ada liang seekor kelinci dan keluarganya. Tiga ekor bayi
kelinci berhasil bertahan hidup. Aku tahu manusia akan merasa jijik
melihatku membunuh dan menyantap bayi kelinci. Mereka lebih suka
aku memburu induknya. Tapi pendapat mereka keliru. Kehidupan di lapangan ini
bukanlah kehidupan dalam film Disney. Kalau kubunuh induknya,
bayi-bayi itu akan mati semuanya. Kalau aku membunuh bayinya,
induknya akan tetap hidup untuk beranak lagi, untuk melahirkan lebih
banyak bayi agar bisa kusantap.
Masih ada pertimbangan lain: Kelinci jauh lebih tangguh
daripada tikus. Kelinci bisa membidikkan kaki-kaki belakang mereka
yang kuat dan menendangmu hingga kau terkapar.
Inilah kehidupanku. Lapangan yang mulai kehabisan mangsa.
Pesaing yang ingin mengusirku. Dan satu keluarga kelinci yang harus
mati agar aku bisa hidup.
Nah, sekarang mengerti, kan, maksudku bahwa nama tidak
banyak bercerita" Di masa lalu, sewaktu aku masih benar-benar
manusia, "Tobias" kata yang berarti pengecut. Itulah aku. Pada waktu
itu kurasa aku aI1ak yang ramah. Kurasa guru- guru menyukaiku dan
gadis-gadis kasihan padaku. Tapi para berandalan tertarik padaku
seperti nyamuk yang tertarik pada leher berkeringat.
Lalu semuanya berubah, dengan cara yang paling tidak terduga.
Semuanya berubah pada malam J ake, Rachel, Marco, Cassie, dan aku
berjalan melewati lokasi pembangunan yang terbengkalai.
Di sana kami melihat pesawat angkasa luar yang rusak itu
mendarat. Di sanalah kami bertemu pangeran Andalite yang sekarat.
Elfangor. Elfangor-lah yang memberitahu kami bahwa kehidupan
sebagaimana yang kami ketahui akan berakhir. Bahkan telah berakhir.
Ia menceritakan tentang inVasi rahasia di Bumi yang dilakukan oleh
Yeerk_parasit yang memasuki otakmu dan memperbudak dirimu.
Dan Elfangor pula yang memberi kami kekuatan yang belum
pernah dimiliki ras lain kecuali Andalite. Elfangor yang mengubah
kami dengan teknologi morf Andalite.
Kami memiliki kemampuan menyentuh seekor hewan,
menyerap DNA-nya, dan lalu menjadi hewan itu.
Waktu itu aku berubah menjadi elang. Aku melewati batas
waktu dua jam. Aku terjebak. Terjebak dalam tubuh elang ekor merah.
Terjebak di dunia di mana burung lain bisa menjadi musuh yang
berbahaya. Terjebak di dunia di mana aku harus membunuh agar bisa
makan. Aku harus membunuh sendiri makananku. Aku harus menukik
dan menghunj amkan cakar-cakarku yang tajam ke tubuh mangsaku.
Itulah arti nama Tobias bagiku, bagi makhluk yang aneh dan
unik ini. Gerakan! Hanya sentakan sekilas sebilah rumput. Kupandang lawanku. Ia
tidak melihatnya. Mangsa ini milikku. Kubentangkan sayapku, menangkap angin, dan menukik rendah
melintasi bunga-bunga liar dan rerumputan yang kuning melambailambai. Wuuuuus! Aku melihat warna cokelat sekilas. Aku melihat kelinci kecil
itu. Pandanganku sangat terpusat. Aku merasa bergairah.
Kejadiannya berlangsung dalam beberapa detik.
Aku membuang tekanan udara, mengubah sudut serangan,
mengarahkan ekorku untuk membidik, dan menjatuhkan diri, cakarcakarku terbuka lebar, mengarah ke bayi kelinci itu.
Kelinci itu tidak melihatku!
Induknya melihatku, tapi ia satu meter jauhnya. Terlalu jauh!
Dalam beberapa detik lagi cakar-cakarku akan mencengkeram...
Tiba-tiba aku merasa ketakutan, tidak berdaya, membeku
karena ngeri! Di atasku sayap-sayap menghalangi sinar matahari.
Cakar-cakar raksasa yang menakutkan menghunjam turun, seakanakan berasal dari langit.
Aku menjerit ketakutan. Aku menabrak tanah dengan paruh
terlebih dulu. Aku hanya berhasil menangkap tanah, mangsaku lolos.
Aku mengepak-ngepakkan sayap mati-matian, panik. Kucoba
menangkap udara, lalu... PLAKK! Dua kaki kelinci yang besar menghantam sisi kepalaku,
menyentakkan kepalaku begitu cepat hingga aku hampir jatuh
pingsan. Ada debu di mataku. Aku mengerj apkan mata, panik, ketakutan.
Aku melihat bayi kelinci itu berlompatan pergi. Kulihat si induk
kelinci masih bertahan di antara bayinya dan aku. Ia menatapku
dengan satu mata yang bulat sempurna. Mulutnya bergerak-gerak,
telinganya tersentak-sentak.
Ia tidak melihat bayangan kedua. Yang muncul di belakangnya,
menukik, membuka cakarnya, dan terbang pergi, menyeret si bayi
kelinci menuju kematian. Chapter 2 AKU masih lapar. Dan sekarang aku juga merasa syok. Ini
bukan pertama kalinya aku mengalami kejadian seperti ini.
Pengalaman ini dimulai dua minggu yang lalu. Bayangan-bayangan
aneh yang melintas bagai mimpi padahal aku sedang tidak tidur. Aku
sudah mendekati mangsaku dan lalu, di saat-saat yang paling
menentukan, aku merasa pikiranku berpindah ke mangsaku.
Setidaknya begitulah rasanya. Aku tahu kedengarannya sinting.
Tapi, kalau kau jadi diriku, sinting dan waras tidak lagi penting.
Terkadang aku penasaran apakah aku ini memang semacam
orang sinting tanpa harapan yang terkurung dalam rumah sakit jiwa,
dan membayangkan diriku seekor elang.
Mungkin aku mengenakan jaket pengikat. Mungkin aku berada
di dalam ruang berbantalan di antara sederetan ruang berbantalan yang
penuh berisi orang sinting yang menganggap dirinya Napoleon atau
George Washington atau elang ekor merah.
Dari mana aku tahu" Apa orang sinting tahu dirinya sinting"
Apa ia menyadari bahwa ilusinya tidak nyata"
Kubiarkan elang yang satu lagi mendapatkan kelinci itu. Tapi
kenangan sebagai mangsa dan bukannya pemangsa masih
menghantuiku, membayangi pikiranku. Bahkan dengan kehadiran
matahari pagi yang terang benderang dan memanggang jalan-j alan dan
tempat-tempat parkir, aku merasa seperti tengah terbang dalam
bayang-bayang. Tapi ada kebutuhan yang lebih kuat daripada kebutuhan akan
kewarasan. Aku lapar. Selapar seekor pemangsa yang putus asa. Itu
berarti kelaparan yang berbahaya.
Saat itu masih pagi sekali. Kompleks perumahan di bawahku
masih sunyi. Para orangtua masuk ke mobil mereka dan melaju
menuju ke tempat kerj a. Anak-anak tengah menunggu bus. Beberapa
bercakap-cakap atau bermain-main. Sebagian besar berdiri diam,
berusaha mengusir kantuk dari mata mereka.
Aku melayang di atas semua itu, tak diacuhkan oleh para
manusia di bawahku. Lalu aku melihatnya, masih segar, seekor rakun,
seperempat bagian belakangnya luluh lantak terlindas roda.
Bangkai jalanan. Sisa-sisa.
Tapi masih segar. Mati paling lama satu jam yang lalu.
Dagingnya pasti masih hangat, terutama di hari sehangat ini. Tapi
ulat-ulat belum tumbuh. Aku terbang berputar-putar di atasnya.
Kalau saja rakun itu masih bernapas. Bodoh, bukan" Untuk apa
membeda-bedakan mangsa" Kalau yang masih hidup, kau
membunuhnya dan berpura-pura perbuatan itu oke-oke saja. Tapi
kalau mangsa itu sudah mati, kau bersikap seakan-akan makhluk itu
tidak pantas disentuh. Sebenarnya aku pernah melihat elang-elang menyantap hewanhewan yang mati di jalan, terutama elang-elang yang lebih tua dan
lebih lemah, atau yang sial. Tapi selama ini hal itu tidak menimpa
diriku. Aku berputar semakin rendah. Rakun itu begitu segar. Aku
sangat kelaparan. Masih hidup atau sudah mati, itu perbedaan yang
konyol dan tidak berarti. Kelaparanku mendebat diriku. Kelaparanku
sangat meyakinkan. Aku menukik turun, sama mendadaknya seperti kalau memburu
mangsa yang masih hidup. Mungkin aku ingin berpura-pura itulah
yang tengah kulakukan. Aku menukik turun dan mendarat di aspal yang retak-retak.
Aku memandang sekitarku, siapa tahu ada mobil. Jalan kosong.
Dengan cepat, penuh semangat, kucabik perut rakun itu dengan
paruhku. Dan aku mulai makan.
Ya, dagingnya masih hangat. Aku melahapnya. Aku mencabik
dan melahap. Mencabik dan melahap.
"'Tobias?" Kepalaku tersentak berpaling, tapi aku sudah mengenali suara
itu. Rachel" Tidak! Oh, Tuhan, tidak! Tidak.
Rachel berdiri di sana, mengempit buku-buku sekolah di bawah
ketiaknya. Rachel pasti tampak cantik di tengah-tengah longsoran
lumpur dan hujan es. Di hari yang cerah dan indah, ia menyebabkan
dadaku sakit. Ia memandangku, malu karena perbuatanku. Ia ingin
mengatakan sesuatu yang membenarkan tindakanku, tapi tidak tahu
harus mengatakan apa. Ia merasa terluka demi diriku, merasakan
penghinaan yang kurasakan.
Apa yang bisa kulakukan"
Kukepakkan sayapku, menyusuri aspal, dan akhirnya
membubung ke angkasa. Siapa tahu Rachel percaya aku elang lain. Mungkin. Atau
paling tidak ia akan berpura-pura begitu.
Sepotong hati rakun masih ada di mulutku. Aku menelannya.
Chapter 3 AKU kembali bertemu Rachel dua hari kemudian. Aku bertemu
J ake untuk memeriksa situasi. Saat ini tidak ada misi, tapi sebelumnya
kami cukup sibuk menangani masalah DaVid yang menakutkan. Ia
anggota baru Animorphs. DaVid mengalami nasib yang sama seperti diriku, yang menurut
istilah Andalite disebut nothlit, yaitu seseorang yang terjebak dalam
bentuk morf. Tapi DaVid terjebak dalam tubuh tikus, Ia tidak bisa
terbang. Ia hewan mangsa.
Dan tidak seperti aku, DaVid belum_dan tidak akan pernahmendapatkan kekuatan morf lagi.
J ake mengatakan bahwa sekalipun tidak ada misi, Rachel ingin
bertemu denganku. Katanya penting.


Animorphs - 23 Mengungkap Rahasia Tobias di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku berkata,
Aku terbang ke rumah Rachel malam itu, setelah lampu-lampu
di kamar kakak dan ibunya dipadamkan. Ia sengaja membiarkan
jendela kamar tidurnya terbuka, sebagaimana yang sering
dilakukannya. Terkadang aku mampir dan melakukan pekerjaan
rumahnya. Entah kenapa, aku tidak tahu. Kurasa karena keinginan
aneh untuk tetap berhubungan dengan kehidupan lamaku.
Aku terbang diam-diam_yang kulakukan dengan mudah berkat
latihan yang lama_melewati jendelanya yang terbuka, dan mendarat
di mejanya. Rachel tengah duduk dalam kegelapan dengan salah satu lampu
baca kecil menyala sehingga ia bisa membaca. Ia meletakkan
bukunya. "Hai, Tobias," bisiknya.
lalu... > "Sesuatu telah terjadi," sela Rachel.
"Ada yang bertanya-tanya tentang dirimu."
Jantungku bagai berhenti sebanyak dua belas detakan. Sewaktu
mulai berdetak lagi, aku terengah-engah menghirup udara. maksudmu"> Rachel berguling turun dari tempat tidur. Ia mengenakan kaus
olahraga panjang dari bahan jersey. Kurasa itu baju tidurnya. Aku
tidak mengenali warna maupun nomor regunya. Aku tidak pernah
tertarik dengan olahraga, dan sekarang seluruhnya tidak berarti apaapa bagiku. Ia menghidupkan lampu temaram di samping tempat tidur dan
mendekatiku. "Pengacara Katanya dia pengacara ayahmu, dan dia juga
mewakili seorang wanita. Katanya wanita itu bernama Aria,
sepupumu."
Seperti biasa Rachel mengangkat bahu dengan sikap tidak
sabar, seakan-akan mengatakan "Kau ini apa sih, idiot" Perhatikan
dong! Siapa yang peduli apa arti namanya?"
atau ibunya"> "Aku belum memeriksa silang dirinya," kata Rachel.
Aku tertawa. Jangan tanyakan alasannya, tapi Rachel yang
sedang gelisah selalu membuatku tertawa.
"Ini dari tangan kedua," kata Rachel memperjelas. "Dari Mr.
Chapman." Pemberitahuan tersebut menghapus kegembiraan yang
kurasakan. Mr. Chapman wakil kepala sekolah di sekolahku dulu. Ia
juga seorang Pengendali tingkat tinggi, seorang manusia yang sudah
terjangkit dan sepenuhnya diperbudak Yeerk di dalam kepalanya.
tanyaku tajam. menduga begitu" Apa dia menanyaimu secara khusus">
Rachel menggeleng, gerakan yang menyebabkan rambut pirang
panjangnya tergerai di bahu. "Tidak. Dia menanyai putrinya, Melissa,
apakah dia tahu sesuatu tentang Tobias. Aku hanya kebetulan berada
di sana."
"Tak ada yang bisa dipercaya dalam hal ini," kata Rachel.
"Marco sedang kambuh paranoia sintingnya. Tapi apa pun yang
sebenarnya terjadi, bagiku kedengarannya nyata. Maksudku, mungkin
Mr. Chapman tahu lebih banyak dari yang diberitahukannya kepada
putrinya, tapi menurutku dia tidak mengincar diriku."
paranoia. Rasanya ini tidak beres.>
Rachel tertawa. "Jelas Mr. Chapman seakan-akan berkata,
Tobias sudah berbulan-bulan tidak masuk sekolah. Kuhubungi alamat
terakhirnya dan walinya mengatakan Tobias tinggal bersama bibinya
yang satu lagi."' kataku, berusaha terdengar
sesantai mungkin. Kedua orangtuaku mungkin sudah meninggal. Aku
sudah terbiasa berpindah-pindah antara seorang paman dan seorang
bibi. Yang satu pemabuk dan yang lain tidak senang diganggu.
Tak seorang pun menginginkan diriku. Aku berkata begitu
bukan karena ingin dikasihani; tapi memang begitulah kenyataannya.
Kurasa aku tidak bisa menyalahkan mereka. Maksudku, mereka tidak
meminta mempunyai anak dengan tiba-tiba seperti itu. Dan sewaktu
aku menghilang, aku sudah mengira mereka tidak akan buang-buang
waktu untuk mencariku. "Aku tahu tempat tinggal pengacara itu," kata Rachel. "Kata
J ake, kami semua bersedia memeriksa hal ini."
kataku. akal. Sewaktu ibuku menghilang dan ayahku meninggal, tidak ada
surat wasiat atau apa pun.>
"Aku tidak tahu harus mengatakan apa," kata Rachel.
sepupuku. Pasti jebakan. Ada yang tahu siapa diriku yang
sebenarnya.> Rachel mengangguk, tapi bukan berarti setuju seratus persen.
"Mungkin. Bisa jadi. Tapi kurasa wanita ini berada di Afrika selama
ini. Dia baru saja kembali dan menemukan bahwa tak seorang pun
mengetahui di mana kau berada. Kurasa dia menghubungi pengacara
ayahmu dan Mr. Chapman, dan mengatakan bahwa dia bersedia
merawatmu. " "Memberimu rumah, Tobias. Rumah."
Chapter 4 PENCACARA itu bernama DeGroot. Kantornya tidak mirip
kantor pengacara, terletak di jejeran mal dengan toko serbaada di
salah satu ujungnya dan kantor Asuransi Pertanian Negara Bagian di
ujung yang lain. Sekilas tempat ini tidak cocok untuk menjebak. Tapi justru
itulah jebakan: Kalau terlihat seperti jebakan, jelas tidak berguna.
Dan tempat ini memang memberikan masalah besar pada kami.
Tidak ada tempat untuk menyembunyikan morf besar, misalnya
harimau J ake atau beruang grizzly Rachel.
Di belakang gedung terdapat tong sampah berpagar. Di antara
tempat sampah dan dinding belakang gedung terdapat celah sempit.
Cukup gelap, cukup sepi bagiku untuk berubah bentuk.
Tapi aku ragu-ragu melayang di atas gedung dalam embusan
angin yang tercipta oleh matahari dan beton. Aku bisa melihat jendela
depan kantor pengacara itu. Kulihat seorang sekretaris duduk di
belakang meja. Juga ada beberapa majalah lama di mej a-meja di ruang
tunggu. Tapi aku tidak bisa melihat DeGroot.
Itu tidak penting. Melihat wajah seseorang tidak banyak
bercerita. Tidak bila hal yang paling penting dari dirinya adalah Virus
yang tersembunyi, terbungkus di dalam otaknya.
Aku memandang sekitarku. Kulihat beberapa teman-temanku.
J ake dan Cassie duduk di bangku luar Taco Bell di seberang jalan.
J ake menyantap nacho, memandang diriku melewati Cassie. Ia tahu
aku bisa melihatnya. Aku bergerak-gerak sedikit, bergoyang-goyang
ke kiri-kanan untuk mengatakan "hai." Ia mengangkat sepotong nacho
ke arahku, seakan-akan tengah bersulang.
Kulihat Marco keluar dari toko serbaada sambil membawa
minuman yang bisa kugunakan untuk berendam. Ia bersikap seakanakan baru saja melihat AX_dalam bentuk morf manusianya, tentu
saj a_dan mendekat untuk menyapa.
Aku tidak bisa melihat Rachel. Tapi aku tahu ia ada di
Laundromat di sebelah kantor pengacara.Ia pendukung pertamaku.
Kalau aku berteriak minta tolong, ia akan menuju ke kamar mandi
Laundromat, berubah menjadi beruang grizzly, dan langsung
menerobos dinding untuk menyelamatkan diriku.
Aku kasihan pada siapa pun yang kebetulan sedang berada di
kamar mandi pada saat Rachel membutuhkannya.
Semuanya telah siap di posisi masing-masing.
Meskipun begitu aku tetap ragu. Bukan karena situasinya.
Bukan karena aku takut. Rasanya sangat menenangkan bila tahu ada
beruang grizzly yang siap kaupanggil sewaktu-waktu.
Kurasa aku hanya gugup. Apa yang akan kutemukan"
Apa yang akan kuketahui" Godaan apa yang harus kuhadapi"
Kata yang aneh, godaan. Konsep yang aneh. Tapi itulah yang
membuatku sangat khawatir. Godaan.
Oke, Tobias, kataku pada diri sendiri, semua orang tahu kau
menunda-nunda. Jadi... cepat bereskan.
Aku menukik rendah melewati atap mal dan mendarat dengan
luwes di belakang tong sampah. Tempat yang indah, kaleng-kaleng
bir, bungkus Dorito yang telah termakan cuaca, bungkus permen,
puntung rokok. Aku mendarat di atas rerumputan lembap yang kotor. Dan
mulai berubah. Rasanya lucu, karena kalau J ake atau salah satu temanku
menjadi manusia, itu disebut berubah kembali_atau demorphing.
Tapi bagiku manusia hanyalah bentuk hewan lain yang bisa kutiru.
DNA manusia mengalir dalam pembuluhku. DNA manusiaku sendiri,
berkat pekerjaan hebat makhluk luar biasa yang bernama Ellimist.
Dalam salah satu misi awal kami, aku terjebak dalam tubuh
elang yang sekarang kuanggap sebagai tubuhku sendiri. Beberapa
bulan kemudian Ellimist menggunakan diriku untuk membantu
beberapa Hork-Bajir melarikan diri. Ellimist membayar jasaku. Tapi
seperti biasa, kalau berurusan dengan makhluk yang sulit diterka, ada
saja kerumitannya. Aku memintanya memberikan apa yang paling kuinginkan.
Kukira ia akan menjadikan diriku manusia lagi, ternyata ia
membiarkan diriku tetap menjadi elang tapi mengembalikan kekuatan
morf-ku. Dan dengan mengacaukan waktu, ia menghadapkanku
dengan diriku yang dulu, memberiku kesempatan mendapatkan DNAku "sendiri". Aku bisa menjadi manusia lagi seperti dulu, tapi hanya selama
dua jam, dan tetap memiliki kekuatan morf. Atau aku bisa menjadi
manusia lagi, untuk selamanya, tapi kehilangan kemampuan morf,
juga untuk selamanya. Bangsa Andalite hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang
ras atau indiVidu yang disebut "Ellimist". Tak seorang pun tahu pasti
apakah hanya ada satu Ellimist, atau banyak, atau apakah jumlah
makhluk itu penting diketahui.
Pokoknya bangsa Andalite memiliki dongeng-dongeng tentang
Ellimist. Mereka menganggapnya sebagai penipu. Tidak bisa
dipercaya. Makhluk yang menggunakan kekuatan mereka dengan cara
yang tidak bisa ditebak. Well, Ellimist sudah menipuku. Ia membiarkan diriku
terkatung-katung antara dua pilihan yang sama mustahilnya: menjadi
manusia dan tidak lagi menjadi Animorphs. Atau menjalani
kehidupanku yang sekarang.
Semuanya ini melintas dalam benakku saat aku mulai
memusatkan perhatian untuk melakukan morf. Aku merasakan
kemarahan yang sering kurasakan terhadap Ellimist. Tapi lebih dari
itu, aku merasakan kebimbanganku sendiri.
Tubuhku mulai berubah, mula-mula lambat karena benakku
masih bingung, lalu lebih cepat saat aku memusatkan perhatian.
Aku tumbuh semakin tinggi. Cakar-cakarku yang tajam
menumpul, berubah menjadi jari-j ari kaki merah muda dan gemuk
pendek. Kaki-kakiku yang berbulu mencuat dari balik bulu-bulunya,
dan menebal. Aku mendengar bunyi tulang-belulangnya memanjang,
menjadi lebih kokoh. Aku merasa_seolah itu terjadi di tempat yang jauh_organorgan dalamku bergeser dan berubah, menggeliat-geliat memuakkan
dan menyebabkan aku ingin muntah. Keinginan itu tidaklah jelek,
mengingat perubahan aneh yang sedang berlangsung di dalam
tubuhku. Tulang-tulang sayapku menebal dan terasa semakin berat. Jarijari mulai muncul dari balik bulu-buluku, dan pada saat yang sama
seluruh bulu di tubuhku menyusut dan menghilang.
Sebagai gantinya muncul kulit merah muda dan pakaian minim
yang berhasil kusertakan dalam perubahanku.
Paruhku melunak, perlahan-lahan berubah menjadi bibir. Gigigigi muncul dalam mulutku diiringi suara berderak-derak yang
mengganggu dan menggema dalam tengkorakku yang membesar.
Pendengaranku semakin membingungkan. Pandanganku
memudar, rasanya semua benda yang berjarak lebih dari tiga meter
tampak tidak jelas. Mataku tidak secara alamiah terfokus pada bendabenda yang jauh, melainkan lebih jelas melihat benda-benda yang
dekat. Aku merasa telanjang tanpa bulu. Aku merasa tuli dan buta.
Rasanya seperti ada orang yang memegang tombol "brightness" dan
"contrast" sebuah TV kuno dan menurunkannya hingga separo, lalu
merendahkan Volumenya hingga mirip bisikan.
Indra manusia berfungsi dengan baik sesuai dengan kegiatan
manusia. Tapi dibandingkan seekor elang, manusia itu tuli, buta, dan
tidak berdaya. Yang paling buruk adalah gaya tarik bumi. Bukannya elang
tidak terpengaruh graVitasi, tapi rasanya begitu ringan kalau memiliki
sayap. Aku merasa seperti diciptakan kembali dari besi dan Bumi
merupakan magnet raksasa.
Kami telah menyiapkan kantong kertas berisi pakaian yang
lebih layak di belakang tong sampah. Kukenakan pakaian itu secepat
mungkin dengan jari-jari yang sudah tidak biasa kumiliki lagi.
Walaupun demikian, bahkan jari-j ari yang kikuk pun masih
merupakan keajaiban. Kalau ada kelebihan fisik besar yang dimiliki
manusia dibanding elang, itu adalah tangannya.
Ya, otak manusia merupakan yang terbaik yang pernah ada.
Tapi otak tersebut tidak akan berbuat apa-apa tanpa tangan.
Kuperiksa pakaianku. Aku menunduk memandang sepatuku.
Kujilati bagian dalam mulutku, merasakan gigi-gigi besar yang ada di
sana. "Halo," kataku, mencoba suaraku. "Hai. Hai. Namaku Tobias."
Chapter 5 "HALO. Namaku Tobias. Aku..."
Aku ragu-ragu. Sekretaris itu menatapku dengan pandangan
skeptis. Seolah aku datang mau meminjam uang untuk bermain Video
game di tempat hiburan. "Namaku Tobias." Kusebutkan nama keluargaku. Aneh. Aku
hampir-hampir tidak mengingatnya. Rasanya seperti menggunakan
nama lain. "Kalau tidak salah Mr. DeGroot ingin berbicara denganku."
Sekretaris itu tampak kebingungan. Aku memandang pelat
namanya. Ingrid. "Pengucapannya DeGroot. Seirama dengan boat_perahu."
"Oh." "Coba kuperiksa dulu." Ia meraih teleponnya dan menekan
salah satu tombol. "Mr. DeGroot, ada pemuda bernama Tobias di luar
sini. Katanya...oh. Baiklah."
Ia meletakkan telepon. "Dia memang ingin bertemu denganmu," katanya. "Masuk saja,
lewat pintu itu." Kutatap pintu tersebut. Baik. Kantor pengacara masih berbagi


Animorphs - 23 Mengungkap Rahasia Tobias di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dinding dengan Laundromat. Kalau terjadi sesuatu dan aku berteriak,
Rachel perlu waktu tiga menit untuk berubah dan menerobos dinding.
Tiga menit waktu yang sangat lama kalau kau tidak bisa
terbang. Kuputar kenop pintunya. Ya, tangan manusia sangat hebat.
Sebagai burung aku kalah telak melawan kenop pintu.
DeGroot lebih muda daripada dugaanku. Ia berusia dua puluhan
atau tiga puluhan. Ia mengenakan kemeja putih dan tali bahu merah.
J asnya disampirkan sembarangan di kursi.
Ia melompat bangkit dan tersenyum.
"Jadi kau yang bernama Tobias."
"Ya. Aku Tobias."
Ia memandangku dari atas ke bawah. Aku juga berbuat sama
kepadanya. "Tadinya aku berharap bisa menemukanmu, Tobias. Silakan
duduk. Kau mau minum" Soda" Kopi" Tidak, kurasa kau belum
minum kopi dalam usiamu yang sekarang. Soda" Kami punya Coke,
Diet Coke. Dan mungkin ada soda krim Dr. Brown. Biar kusuruh
Ingrid memeriksanya. "
Ia tak tampak punya rencana mencabut pistol dan menembakku,
atau mengharapkan kemunculan Visser Three.
Aku agak santai. Tapi aku bingung. Air" Kopi" Soda" Apa
jawaban yang benar" "Eh... eh..." Ya ampun. Kau pasti mengira ini acara Kuis Siapa Berani dan
pertanyaannya Sebutkan Salah Satu Penyair Belanda Angkatan 1880.
Aku sudah lama tidak menjadi manusia.
"Aku mau Coke!" kataku, bisa dibilang aku berteriak.
DeGroot menekan tombol interkom. "Ingrid, teman muda kita
ini ingin..." "... Coke. Ya, aku mendengarnya. Suaranya sampai ke luar
sini." Pengacara itu dan aku saling pandang sampai Coke-nya tiba.
Dengan sadar kucengkeram kaleng minuman itu dan kutempelkan ke
paruhku. Eh, maksudku bibir.
Sudah lama sekali aku tak menikmati yang manis-manis. Aku
hampir-hampir tertawa. Aku seperti AX yang berubah menjadi
manusia. Rasa gula sangat luar biasa! Dan dinginnya! Aku sudah
sangat lama tidak merasakan sesuatu yang dingin dalam mulutku.
"Tobias, di mana kau tinggal selama ini" Kedua walimu yang
sah masing-masing mengira kau tinggal dengan yang lain."
Itu bukan pertanyaan yang ingin kujawab. "Aku bisa menjaga
diriku sendiri." DeGroot tersenyum. "Tidak diragukan lagi. Tapi kau masih di
bawah umur. Kau tidak bisa 'menjaga diri sendiri'. Tidak secara
hukum." "Kau tidak bisa mengurungku," kataku. Memang benar. Satu
keuntungan menjadi Animorphs: Tidak ada rumah, tidak ada gedung,
tidak ada sekolah, tidak ada penjara yang bisa mengurungku.
Si pengacara tampak sedih. "Bukan itu yang kumaksud."
"Oke Apa yang kau maksud?"
DeGroot tampak agak terenyak. Aneh. Aku memiliki
ketangguhan yang tidak kumiliki sewaktu masih menjadi manusia.
Sebagai manusia aku makanan empuk bagi para berandalan.
"Masalahnya begini. Aku mewakili properti ayahmu."
"Ayahku sudah meninggal."
"Tobias..." Ia mencondongkan tubuh ke atas meja. "Ayahmu,
ayah yang itu, orang yang sudah meninggal itu" Mungkin dia bukan
ayahmu yang sebenarnya."
"Apa?" "Aku memiliki dokumen... situasi ini aneh. Sangat aneh.
Tobias, aku akan jujur padamu. Ini dulu kantor ayahku. Dia juga
sudah meninggal. Dia meninggalkan dokumen ini bersama dokumendokumen klien lainnya. Tapi untuk yang satu ini dia memberiku
instruksi khusus. Sangat spesifik. Pada hari ulang tahunmu yang akan
datang, surat wasiat ayahmu akan dibacakan padamu, bila mungkin."
Aku tidak tahu harus bilang apa. Kalau ini jebakan, jelas ini
jebakan yang aneh. "Kau baik-baik saja" Kau tidak tampak kaget."
Tidak, memang tidak, kusadari hal itu dengan perasaan terkejut.
Aku sudah lupa bagaimana mengubah ekspresi wajahku. Sebagai
elang aku tidak melakukan hal semacam itu.
"Aku terkejut," kataku. Kukerutkan wajahku dengan harapan
mirip ekspresi terkejut. Tapi terlintas dalam benakku bahwa aku
menghadapi masalah baru: Katanya ia akan membacakan dokumen
tersebut pada hari ulang tahunku yang akan datang.
Kapan aku berulang tahun" Aku tidak bisa menanyakan hal itu
padanya. "Sekarang ada masalah baru. Seorang wanita bernama Aria
mengaku sebagai sepupumu. Putri saudari nenekmu. Tampaknya dia
baru saja mengetahui keadaanmu. Katanya dia fotografer alam yang
sangat terkenal dan baru saja menyelesaikan tugas yang memakan
waktu lama di Afrika. Dia ingin bertemu denganmu."
"Kenapa?" "Kau keluarganya. Dia ingin membantumu."
"Oh." "Dia ingin bertemu denganmu besok. Di hotel tempatnya
menginap. Kalau kau tidak keberatan. Hotel Hyatt di pusat kota. Kau
tahu tempatnya?" Aku bisa saja mengatakan ya, aku mengenal atapnya. Seekor
peregrine falcon bersarang di menara radionya. Dan udara panas di
sana sangat hebat, menyapu bagian selatan gedung dengan udara
hangat memancar dari jalan di bawahnya dan mendapat kekuatan dari
cahaya matahari yang dipantulkan jendela-jendelanya.
Tapi aku mengatakan, "Yeah, aku tahu tempatnya."
"Dia sangat mengkhawatirkan dirimu."
"Uh-huh." "Kau membutuhkan uang" Tempat menginap?"
"Tidak, aku baik-baik saja."
DeGroot mengangkat bahu. "Kau tampak cukup sehat.
Pakaianmu layak." Aku hampir-hampir tertawa. Rachel yang memilihkan
pakaianku. Aku mirip cowok model iklan Tommy Hilfiger.
"Aku baik-baik saja. Eh... jadi kapan kau akan membacakan
dokumen ini?" "Pada hari ulang tahunmu."
"Ah. Oke. Bye."
Chapter 6 HARI ulang tahunku. Kapan aku berulang tahun" Bulan ini"
Bulan apa sekarang" Kutinggalkan kantor pengacara itu dan berjalan ke toko
serbaada. AX dan Marco dengan hati-hati memperhatikan diriku.
Wajah morf manusia AX ternoda sesuatu yang kuharap cuma cokelat.
Aku bahkan tidak memandang mereka. Tidak ada anggukan,
tidak ada kedipan mata, tidak ada apa-apa. Kalau kami diikuti,
tindakan-tindakan terkecil sekalipun bisa membongkar rahasia kami.
Sinyal "bahaya" bagiku adalah menuju ke rak donat dan
memandang isinya. Sinyal untuk "oke" adalah mengambil sebungkus
permen Mounds dan meletakkannya kembali.
Kupermainkan permen Mounds tersebut. Penjualnya bertanya,
"Kau mau membeli itu?"
AX dan Marco berlalu. Aku pindah ke rak koran. Kuperiksa
tanggalnya. Bulannya. Ya, sekarang bulan kelahiranku. Hari ini
tanggal dua puluh dua. Ulang tahunku tanggal... dua puluh lima! Ya. Itu dia. Mungkin.
Aku menunggu hingga Marco dan AX tidak terlihat lagi, setelah
itu aku keluar. Aku mengerj apkan mataku memandang matahari dan
hampir-hampir mengepakkan sayapku.
Ayahku! Ayahku bukan ayahku" Ada ayah yang "sebenarnya",
entah di mana" Apakah dia juga meninggal, atau menghilang"
Terlalu banyak kebetulan. Dan seorang sepupu-j auh yang telah
lama menghilang muncul hanya dalam beberapa hari menjelang surat
wasiat "ayah" ini dibacakan padaku"
Sungguh terlalu banyak kebetulan.
Aku mulai berjalan. Aku menuju ke taman terdekat, untuk
berubah kembali di lokasi yang telah kami tentukan sebelumnya.
Setengah perjalanan ke sana, kudengar suara pikiran J ake dalam
kepalaku. setelan.> Aku tidak terlalu memikirkan di mana J ake berada. Ia berada di
suatu tempat di langit. Terbang bebas.
Kami sudah merencanakan ini. Aku melirik ke seberang jalan
dan melihat Speedy Muffler King dan Applebeds. Aku menuju ke
Applebee's. Aku menyeberangi lalu lintas, berlari-lari kecil, seperti tiba-tiba
sadar perutku lapar. J ake melaporkan.
Aku tiba di pintu depan Applebee's. Bergegas masuk dan
menuju ke kamar kecil sebelum penguntitku bisa melihat diriku lagi.
Lalu aku bergegas membelok ke kiri, melewati kamar mandi,
masuk ke dapur. Para pramusaji tengah berlarian ke sana kemari, dorongmendorong, tertawa-tawa, berteriak-teriak. Para koki tengah
membanting panci-panci. Aku menerobos mereka, melewati mesin
pencuci piring, mencari-cari pintu belakang.
"Hei, kalau kau mencari kamar kecil...," teriak seseorang saat
aku menghambur lewat. Begitu keluar melalui pintu belakang, aku segera berlari. Di
belakang restoran terdapat jalan hunian yang terdiri atas rumah-rumah
kecil. Aku berbelok memasuki lorong penghubung, kemudian
berbelok ke kanan lagi, sekali lagi menuju ke taman.
Aku tidak merasa terlalu khawatir. Mungkin ada orang yang
mengira bisa menguntit diriku tanpa ketahuan. Tapi aku memiliki
mata di langit yang mengawasiku.
kata J ake.
Aku berlari-lari kecil ke taman. Di sana ada kamar kecil yang
terlindung tapi terbuka. Begini lho: atapnya ada, tapi keempat dinding
di bawahnya tidak penuh mencapai atap.
Aku menemukan ruang kosong dan menunggu.
kata Cassie.
Aku berubah kembali. Menjadi elang. Aku terbang keluar dari
kamar kecil, menjauhi manusia, dan kembali ke langit biru.
Baru pada saat itu kenyataan memukulku dengan telak: Ada
yang menginginkan diriku. Keluarga. Ingin merawat diriku.
Tapi bisa saja yang mereka inginkan sebenarnya adalah
mempelajari rahasiaku. Lalu membunuhku. Chapter 7 SEHARUSNYA aku menemui teman-temanku. Begitulah
rencananya. Tapi begitu kembali berada di langit, aku tidak ingin
bertemu mereka. Aku tidak ingin duduk dan menjelaskan semuanya kepada
mereka. Kurasa aku juga tidak ingin berurusan dengan harapanharapan Cassie, rasa prihatin Rachel, serta sikap skeptis Marco yang
menjengkelkan. Aku tidak ingin berita yang baru kudengar dianalisis dan
dipilah-pilah. Aku tahu rutinitasnya. Cassie akan memaksaku
menceritakan kembali semuanya, kata demi kata, gerakan demi
gerakan, ekspresi demi ekspresi. Ia memiliki bakat luar biasa dalam
memahami orang lain dan motiVasi mereka. Ia pasti ingin memahami
DeGroot sebisa mungkin. Sikap Marco akan berbeda. Ia tidak akan mendengarkan terlalu
lama sebelum mulai melontarkan semua masalah dan ketidakberesan
di dalamnya. Rachel akan mondar-mandir tanpa henti, dengan marah,
mencari jalan untuk mengamankan diriku. Memikirkan tindakan yang
harus dilakukan. J ake akan menunggu dan mendengarkan dengan
tenang, lalu menghakimi. Aku tidak ingin teman-temanku memikirkan diriku. Aku tidak
ingin mereka memutuskan apa yang harus kurasakan. Aku ingin
melakukannya sendiri. Ini urusanku. Masalahku. Harapanku. Pilihanku.
Aku terbang. Terbang dan terus terbang, berputar-putar semakin
lama semakin tinggi dengan udara panas yang serasa bisa
mengangkatku tanpa tenaga ke balik awan.
Di bawah dan di belakangku, kulihat falcon yang kukenal
sebagai J ake. Dan harrier yang kukenal sebagai Cassie. Mereka
melihatku. J ake, paling tidak, bisa dengan mudah mengej arku. Tapi
mereka membiarkan aku pergi. Kurasa mereka tahu aku perlu waktu
untuk berpikir. Aku berputar-putar ke atas hingga bisa merasakan langit-langit
awan kumulus yang rata tepat di atasku. Lalu kuubah arah terbangku
dan menuju ke hutan. Menuju ke tempat khusus di dalam hutan, jauh
di dalam, jauh dari semua jalan setapak.
Aku pernah ke tempat ini dua kali sebelumnya. Sekali sewaktu
Ellimist menunjukkannya pada kami semua. Sekali sewaktu aku ke
sana hanya untuk mendengar cerita yang mengagumkan. Tapi
sekarang, meskipun tahu dengan tepat letak tempat itu, bahkan dengan
pandangan elang yang terfokus dan semua ^emampuan menemukan
arah yang disesuaikan secara hati-hati, aku masih sulit
menemukannya. Sebut saja mantra. Itulah yang telah dilakukan Ellimist: Ia
memasang mantra dongeng atas tempat ini, menyebabkan hampir
mustahil bagi manusia biasa untuk menemukannya. Pandanganku
selalu teralih. Bulu-buluku tidak merasakan adanya angin bertiup dari sana.
Telingaku tidak mendengar suara apa pun dari sana.
Itulah lembah para Hork-B aj ir. Para Hork-B aj ir yang bebas.
J ara Hamee dan Ket Halpak adalah pasangan yang berhasil
melarikan diri dari majikan budak Yeerk mereka. Berapa banyak
campur tangan Ellimist... well, ia tidak akan pernah mengatakannya,
malah ia akan mengatakan dirinya tidak pernah mencampuri urusan
spesies lain. Tapi J ara dan Ket berhasil menghindari Yeerk dan
meloloskan diri dari kemungkinan tertangkap kembali berkat bantuan
kami. Dan waktu itu mereka datang ke lembah tersembunyi ini.
Sejak itu Hork-Bajir lain pun berdatangan. Beberapa pelarian,
beberapa lainnya lahir dalam kebebasan.
Ke sanalah aku terbang. Ke lembah Hork-Bajir.
Terakhir kali aku ke sana, mereka terkejut. Kali ini berbeda.
Kali ini, saat aku terbang melintasi celah sempit lembah, aku melihat
dua lusin Hork-Bajir tengah berdiri, menengadah memandang langit,
menunggu. Sewaktu melihatku, mereka mulai menunjuk-nunjuk dan
melambai-lambai. Kurasa aku melihat J ara dan Ket. Di antara mereka
berdiri gadis Hork-Bajir muda bernama Toby. Seperti namaku. Ia
putri J ara dan Ket. Dan ia adalah apa yang oleh para Hork-Bajir
disebut sebagai "seer".
Hork-Bajir bukanlah bangsa yang jenius di galaksi. Mereka
lebih mirip kematian dan kehancuran berkaki dua, tapi bilah-bilah
pisau yang memenuhi tubuh mereka yang setinggi dua meter lebih itu,


Animorphs - 23 Mengungkap Rahasia Tobias di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirancang untuk menguliti pepohonan.
Yeerk tidak menggunakan mereka untuk itu. Hork-Bajir
dijadikan pasukan kejut Kerajaan Yeerk.
Pokoknya, entah menakutkan atau manis, Hork-B aj ir bukanlah
spesies cerdas. Kecuali untuk keanehan genetika yang sangat langka,
yang mereka sebut "seer".
Saat menunduk memandang kerumunan Hork-B ajir yang
menanti, dengan mudah kutemukan Toby. Aku bisa mengenalinya
bahkan tanpa pernah bertemu dengannya sebelum ini. Para Hork-Bajir
lain memancarkan ekspresi lugu dan muram seperti para Teletubbies.
Toby memiliki mata yang seakan-akan mampu menembus dirimu dan
menyebabkan kau merasa perlu menutupi otakmu dengan mantel.
"Tobias!" teriak J ara Hamee gembira. "Teman Tobias! Teman."

"Kata Toby, kau akan datang," kata Ket sambil mengangguk
puas. "Kata Toby, Tobias akan datang."'
"Ya," J ara menyetujui. "Kata Toby, 'Teman Tobias akan
datang."' "Sekarang kau datang," kata Ket.
Seperti yang sudah kukatakan, Hork-Bajir lebih bersikap sopan
dan camah dan manis dan dermawan, dan kurang berani dan cerdas.
Kalau Marco menghabiskan waktu sehari bersama Hork-Bajir, ia bisa
jadi orang sinting dan berlari sambil menj erit-jerit, mencari
seseorang_siapa saj a_yang bisa memahami lelucon-leluconnya.
Aku mendarat di cabang yang rendah, hanya tiga puluh senti di
atas pisau kepala mereka yang aneh.
"Kami memerlukan dirimu, Tobias," kata Toby.
Diam-diam aku mendesah. Aku tidak ingin dibutuhkan. Aku
menginginkan ketenangan dan kedamaian dan kesempatan untuk
berpikir. Tapi perasaan tersebut menguap begitu Toby menjelaskan.
"Salah satu anak lelaki bernama Bek, hilang. Dia meninggalkan
lembah ini. Kami takut dia tertangkap oleh manusia atau oleh
Pengendali-Manusia. Atau dia mungkin disakiti. Atau dibunuh. Atau
lebih buruk lagi, diubah menjadi Pengendali."
Chapter 8 DULU sewaktu aku merasa sedih, aku pergi ke lembah HorkBaj ir. Makhluk-makhluk itu membuatku merasa lebih baik.
Bagaimanapun juga, Hork-Bajir menganggap diriku sebagai
pembebas mereka. Mereka menganggap aku ini George Washington
atau apa. Sulit untuk tidak merasa lebih enak dalam situasi seperti itu.
Tapi jelas kunjungan kali ini akan berbeda.
tanyaku.
"Ya. Mencari," kata Jara. "Mencari dan mencari dan mencari."
"Menj erit, 'Bek, Bek!"' tambah Hork-B ajir lain dengan sikap
membantu. "Bek, Bek!" kata Ket mengkonfirmasi.
"Bek tidak ada di lembah," kata Toby. "Aku... kami
menemukan jejak yang menuju keluar lembah. Ukurannya tepat untuk
Hork-Bajir seusianya."
Kuucapkan beberapa kata yang tidak bisa kuulangi. J ara Hamee
menanyakan artinya. kataku. Sulit untuk kupercayai.
Seorang anak Hork-Bajir menghilang! Berkeliaran di dalam hutan
seorang diri. Atau lebih parah lagi: tidak sendirian.

"Sejak kemarin," kata seer muda itu.
memulai pencarian. Tapi kurasa kesempatan kita tipis.> Tiba-tiba
terlintas dalam benakku. orang lain kemari" Apa dia mampu menemukan jalan pulang" Ellimist
sudah memasang mantra yang aneh atas tempat ini. >
Toby tampak waspada. "Tidak, Bek tidak akan bisa menemukan
jalan pulang. Tapi kami bisa."
Aku menatap dirinya. lembah ini"> "Ya, Tobias. Bagaimana lagi cara membebaskan saudarasaudara kami?" Ia mengayunkan lengannya ke arah kerumunan.
"Bagaimana lagi cara para Hork-baj ir ini bebas?"

Toby melontarkan senyuman Hork-Bajir yang menakutkan.
"Kami yang melakukannya. Kami pergi di malam hari dan menyerbu
tempat-tempat yang kami ketahui ada Hork-B ajir."
tanyaku ternganga.
Toby menunduk. "Tobias, kami sangat berutang budi padamu."
"Kebebasan," kata Ket Halpak dengan khidmat. "Hork-B ajir
bebas. Tobias membebaskan."
kataku dengan agak sinis.
"Tapi... tapi tempat kami membebaskan para Hork-B aj ir
merupakan tempat rahasia yang sedang dibangun. Bukan di kotamu.
Di kota manusia di ujung seberang lembah ini. Tobias... penting sekali
bagi kami untuk terus membebaskan saudara-saudara kami. Kami
sedikit. Kami harus menjadi banyak. Untuk melawan Yeerk. Juga..."
Ia tidak melanjutkan kata-katanya. ebulnllawasblogspotcom
kataku. berbeda, bukan"> kataku kasar. pergi, bukan" Kalian memerlukan jumlah yang cukup agar manusia
tidak memperlakukan kalian seperti binatang di kebun binatang. >
Toby tampak bangga. "Hork-B aj ir mempercayai Andalite untuk
menyelamatkan kami dari Yeerk. Andalite gagal. Mereka menjaga
bangsa mereka sendiri. Kami juga harus berbuat begitu. Kami sangat
berterima kasih pada manusia yang disebut Animorphs. Tapi apa
menurutmu kami seharusnya mempercayai semua manusia?"
Well, aku tersudut kalau begini. Rasanya terlalu mudah
membayangkan saat para Yeerk dikalahkan dan para Hork-Bajir
ditinggalkan di Bumi. Apa yang akan terjadi pada mereka" Manusia
tidak memiliki catatan yang benar-benar bersih dalam hal toleransi
terhadap ras lain. Bagaimanapun juga, sebelum lembah ini menjadi
milik Hork-Bajir, mungkin dulunya dihuni Penduduk Asli Amerika.
ini, teman-temanku dan aku akan menyerangnya">
"Ya."
"Kami tidak tahu. Dia mungkin sudah mengikuti jejak bau yang
ditinggalkan para penyerbu kami." Toby kedengaran ragu-ragu.
"Mungkin saja. Tapi dia tidak keluar dari ujung lembah yang itu."
untuk beristirahat dari kehidupan.>
Seer itu tersenyum. "Kalau kau berjanji tidak akan
menghancurkan tempat itu, akan kutunjukkan cara menemukannya."
Aku mendesah. teman-teman yang lain. J ake pasti ingin menyerang tempat itu.>
Toby hendak mengatakan sesuatu, tapi kusela. kami tidak akan melakukan apa pun tanpa persetujuanmu. Aku akan
mengurus J ake. Sementara itu, kita akan mulai mencari di tempat lain.
Tapi bersiap-siaplah kalau aku kembali. Karena bila aku kembali, itu
berarti aku membutuhkan dirimu.>
J ara melangkah maju. Toby mungkin memiliki kepandaian, tapi
J ara dan Ket inti masyarakat di sini. J ara mengulurkan cakarnya yang
besar dan berbahaya, dengan telapak menghadap ke atas, dan aku
melompat ke sana. Ia mengangkatku hingga sejajar dengan wajahnya
yang bagai goblin dan berkata, "Tobias meminta pada Hork-Bajir.
Hork-Bajir memberikannya. Selalu. Selamanya. Apa pun. Bahkan
nyawa. J ara Hamee tidak pernah lupa."
Toby mengangguk setuju. Well, apa yang akan kaulakukan" Kau harus berusaha
menyelamatkan orang-orang seperti itu.
Chapter 9 PAGI hari. Di padang rumput.
Padang rumputku. Aku melihat elang yang lain, Ia tengah terbang, berputar-putar
rendah di atas padang. Matanya terarah ke bawah, mencari sarapan.
Tapi ia melihatku. Aku tahu ia melihatku, karena kalau aku dalam posisi seperti
itu, aku pun akan melihatnya.
Ia sedang penasaran mengapa... ah tidak, itu keliru. Ia tidak
penasaran. Ia elang ekor merah sejati. Elang tidak penasaran.
Pertanyaan "mengapa" adalah milik manusia, sepenuhnya. Paling
tidak begitulah di Bumi. Hanya Homo sapiens yang mengajukan
pertanyaan mengapa. Buteo jamaicensis_elang ekor merah_tidak
bertanya sama sekali. Ia melihatku. Aku tahu ia merupakan ancaman. Ia mengawasi.
Ia menunggu. Ia menantikan diriku menyerang. Pada saat aku
menyerang, ia akan melawan. Kalau aku tidak menyerang, ia akan
memburuku. Ini semacam "pameran" perkelahian. Gertakan dan
ancaman dan untuk melihat siapa yang akan melarikan diri lebih dulu.
Tapi bisa juga berakhir dengan perkelahian yang sesungguhnya.
Aku melihatnya menukik ke arah sasaran. Beberapa detik
kemudian ia telah membubung kembali. Cakamya kosong. Ia luput.
Tidak cukup mangsa di padang ini. Tidak cukup untuk kami
berdua. Salah satu dari kami harus pergi. Atau kami berdua akan
kelaparan. Aku bertengger dan melihat sentakan rumput yang
memberitahuku ada seekor kelinci yang meninggalkan liangnya. Kami
semua harus makan. Kelinci juga.
Lawanku terlalu jauh dan berada di sudut yang salah sehingga
tidak melihat apa yang kulihat. Kubuka sayapku dan membubung
keluar dari bayang-bayang.
Kali ini aku akan menangkap salah seekor kelinci itu. Kali ini
cakarku akan mencengkeram daging hidup yang menggeliat-geliat.
Kali ini kelinci itu akan mati agar aku bisa hidup.
Aku melihat mereka! Ya! Induk dan salah seekor bayinya.
Kurang-lebih seukuranku, mangsa yang sempurna. Lamban bergerak,
tidak menyadari, tidak seperti induknya.
Aku mendekati mereka pada jalur layang yang sempurna. Aku
berada di titik buta si induk kelinci. Kubuka cakarku lebar-lebar dan
menjulurkannya. Kuatur sayap dan ekorku sedemikian rupa, sehingga
dengan sempurna memotong jalur kelinci kecil itu saat ia melompat
lagi. Sekarang! Sekarang! Sekarang! Menukik dan menyerang!
Bayangan itu kembali mencengkeram benakku. Aku menjadi si
kelinci, bukan sang elang!
Aku melihat cakar-cakarnya! Terlambat! Kucoba melompat
pergi, tapi kepanikan menyebabkan aku membeku di tempat. Aku
gemetar ketakutan. Aku bisa melihat maut datang dari langit, tapi aku
tidak bisa bergerak. jeritku dan membatalkan seranganku.
Aku mengepakkan sayap dan membubung pergi, dan bayangan
yang mengerikan itu memudar. Bayi kelinci melompat-lompat ke
samping induknya. teriakku kepada langit yang
kosong.
Chapter 10 "KATAKAN terus terang," kata Marco marah. "Kapan kita
berlibur" Maksudku, Ben-Hur yang mendayung perahu Romawi
sambil dicambuki dan diiringi irama drum masih beristirahat lebih
banyak daripada kita."
Kami berada di gudang jerami Cassie. Saat itu keesokan
harinya, sesudah teman-temanku pulang sekolah. Aku bertengger di
palang langit-langit, tempatku yang biasa. Dari sana aku bisa
melihat_melalui lubang jerami_rumah Cassie dan jalur masuknya.
Dan aku bisa mendengar suara dari luar. Aku akan tahu bila ada yang
menyelinap mendekati kami.
"Hidup kita seperti permainan Nintendo," lanjut Marco,
menikmati kemarahannya sendiri. "Kita selalu menyusuri lorong gelap
sambil menyandang senjata, dan musuh yang datang bagai tidak ada
habisnya. Kita tembak mereka, tapi mereka terus datang. Kapan kita
bisa menekan tombol pause" Kapan kita bisa pindah ke RiVen yang
nyaman dan damai" Kapan kita bisa mematikan power dan
meletakkan joystick dan sekadar membuang waktu nonton film di
HBO" Kapan..." "Kapan kami melihatmu tutup mulut?" sela Rachel. "Kapan
kami bisa mematikan power-mu" Maksudku, ya ampun, Marco,
sikapmu seolah-olah kau punya kegiatan lain yang lebih baik.
Sebelum kita menjadi Animorphs, sepanjang hari kegiatanmu hanya
memperkirakan gadis mana yang akan kaugoda selanjutnya."
Marco menyeringai. "Dan sekarang aku selalu tahu gadis mana
yang akan kugoda selanjutnya." Ia memeluk Rachel dan meletakkan
kepalanya di bahu gadis itu.
Rachel tertawa dan mendorongnya pergi.
Itu hanyalah perbuatan konyol biasa, tapi aku merasa agak iri
hati. Ada sedikit keintiman yang dimiliki sebagian besar manusia,
namun tidak bisa kumiliki. Aku tidak bisa berjabat tangan, memeluk,
atau menyandarkan kepalaku di bahu siapa pun.
Dan, seperti telah kuduga, Cassie menanyaiku dengan teliti,
mendengarkan seluruh ceritaku dengan penuh perhatian. Aku
mengisahkan pertemuanku dengan DeGroot. Marco menyampaikan
sekitar delapan cara yang berbeda bahwa semuanya mungkin hanya
tipuan. Tapi lalu aku menyampaikan informasi baru: Seorang anak
Hork-Bajir tersesat. Seketika Marco mulai gelisah.
"Oke," kata Jake, "ada banyak kejadian yang berlangsung
sekaligus. Dan kita tidak bisa membiarkan satu pun berantakan. Kita
harus mengetahui apakah DeGroot manusia biasa atau Pengendali.
Kita juga harus menyelidiki sepupu bernama Aria ini. Dan kita harus
berusaha menemukan Hork-Baj ir kecil yang tersesat ini. Dua puluh
empat jam ditambah semalam, ditambah pagi ini sewaktu kita
bersekolah. Berarti dia sudah menghilang selama empat puluh delapan
jam." "Aku tidak suka memikirkan apa yang mungkin terjadi
padanya," kata Cassie.
J ake mengangguk. Tapi Marco berkata, "Tidak, tunggu. Kalian
justru harus memikirkan apa yang mungkin terjadi padanya. Apa
kemungkinannya?" kata AX.
"Tidak. Tidak selalu," kata Cassie.
"Sebagian besar orang tidak percaya makhluk asing seperti
dirimu memang ada," kata Rachel.
AX mengangguk, isyarat yang dipelajarinya dari manusia.

"Cacat," kata Cassie berspekulasi. "Cacat bawaan sejak lahir.
Atau sakit parah." membawanya ke rumah sakit,> kataku.
"Atau memanggil ambulans," tambah Cassie.
memutuskan untuk menembaknya,> kataku. dan menyuruh orang-orang membayar untuk menyaksikan keanehan.>


Animorphs - 23 Mengungkap Rahasia Tobias di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

J ake mengangguk setuju. "Yeah. Oke. Marco" Jelajahi Internet
dan cari berita apa pun yang mungkin berkaitan dengan ini. AX" Kau
bantu Marco. Cassie dan aku akan kembali ke pintu masuk lembah,
berubah menjadi serigala, dan mencoba apakah kita bisa melacak jejak
Bek. Rachel, kau bersama Tobias. Cari tahu apakah DeGroot dan
wanita bernama Aria ini Pengendali atau bukan. Ikuti mereka. Awasi
mereka. Berapa lama waktu yang kita miliki sebelum hari ulang
tahunmu, Tobias?" tanyaku.
"Hari ini tanggal dua puluh tiga. Kapan kau berulang tahun?"

Marco tertawa, lalu kurasa ia menyadari bahwa aku tidak
bergurau. tiga hari lagi. > Aku memaksa diri tertawa. berapa usiaku menurut tahun burung.>
Chapter 11 AKU merasa tidak nyaman berpasangan dengan Rachel. Ia
pernah melihatku menyantap hewan korban tabrakan di jalan raya. Ia
belum menyinggung kejadian itu, dan kurasa ia tidak akan pernah
melakukannya. Rachel memang suka berterus terang, tapi juga cukup
peka. Namun demikian, nyaman atau tidak, aku tidak berniat
mendebat J ake. Aku punya masalah sendiri dalam hidup. J ake punya
masalahnya sendiri pula. Aku tidak akan memperumit situasinya.
Lagi pula, apa yang bisa kukatakan" Aku lebih suka bekerja
bersama Cassie karena ia tidak tahu aku sudah menyantap korban
tabrakan di jalan raya"
Rachel mengubah diri menjadi rajawali berkepala bondol. Aku
pernah melihatnya berubah seperti ini berulang kali, tapi entah kenapa
perubahan kali ini membuatku terpesona. Apa itu kata yang tepat"
Tidak, perubahan ini menyebabkan aku ternganga.
Rachel gadis yang cantik, dengan jenis kecantikan yang akan
tetap ada seumur hidupnya. Ia akan tumbuh menjadi wanita cantik.
Tapi kecantikan sendiri bukanlah sesuatu yang penting. Yang
menjadikan Rachel sebagai "Rachel" adalah apa yang ada dalam
dirinya. Dan menyaksikannya berubah menjadi rajawali rasanya seperti
melihat jiwanya mencuat keluar menembus dagingnya.
Bulu-bulu bermunculan di kulitnya. Rambut pirangnya
menghilang digantikan bulu-bulu putih kepala rajawali bondol. Tulang
lengannya menyempit dan berlubang dan bulu-bulu bermunculan di
sana, membentuk sayap. Wajahnya, yang tidak pernah benar-benar lembut atau
mengundang, menjadi muram dan tegang. Mata birunya berubah
cokelat keemasan dan melotot dengan tatapan buas seekor pemangsa.
Bibirnya membentuk paruh rajawali yang besar.
Tubuh manusianya mengecil, tapi ia menjadi salah satu jenis
burung terbesar yang ada.
Apa ia menjadi lebih cantik bagiku karena sekarang ia seekor
burung" Tidak, tentu saja tidak. Satu alasan, elang dan rajawali tidak
kawin. Alasan lainnya, Rachel berubah menjadi rajawali jantan.
Tapi kadang-kadang bagiku tubuh rajawali ini tampak lebih
sesuai untuknya dibanding tubuh manusianya. Tubuh manusianya,
yang mirip sosok gadis-gadis model dalam majalah, bisa menyesatkan
pendapat orang tentang dirinya. Tubuh rajawali ini menunjukkan
Rachel yang sejati: cepat, kuat, cerdas, tegang, dan berbahaya.
tanyanya.
kataku. Ia membentangkan sayapnya. Jauh lebih lebar daripada sayapku
sendiri. Aku merasa bangga menjadi elang ekor merah, tapi mustahil
menghindari fakta bahwa pandangan manusia tertarik pada rajawali
bondol. Orang-orang bisa saja melihatku dan berpikir, Apa sih itu,
gagak cokelat yang besar" Tapi kalau kau melihat rajawali bondol
melayang di udara, dengan bentangan sayap selebar dua meter dan
paruh kuning dan kepala putih yang jelas terlihat, kau tahu dirimu
sedang memandang sesuatu yang istimewa.
Aku pernah membaca Benjamin Franklin ingin menjadikan
kalkun liar sebagai simbol resmi Amerika Serikat. Uh, yang benar
saja. Ia pasti belum pernah melihat rajawali bondol.
Kami menangkap panas udara sore dan menggunakannya untuk
membubung tinggi ke langit. Rachel memiliki sayap yang lebar, tapi
aku lebih berpengalaman, jadi dengan cukup mudah aku bisa
menj aj arinya. Bukannya sombong, tapi kalau kau bisa menambahkan
kecerdasan manusia ke naluri burung, kau bisa terbang lebih cepat
dari hampir apa pun yang ada di udara. Naluri mempunyai
keterbatasan. mengawasi DeGroot sepanjang pagi,> kataku.
tanya Rachel.


Aku baru saja hendak mengatakan bahwa mengetahui aku
punya sepupu saja sudah membuatku gugup. Tidak tenang. < Tidak
apa-apa. Kita coba cari wanita itu. Aku tahu hotel tempat tinggalnya.
Aku tahu kamarnya. Aku akan berubah menjadi manusia dan
menelepon ke sana.> menelepon"> matahari. Kau terbang saja berputar- putar di luar Laundromat koin
Sang Petaka 1 Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong Pendekar Panji Sakti 25

Cari Blog Ini