pergi. Harus aku yang bertemu dengan
Taylor. Jake tahu itu. 48 Bahkan Jake sudah menyiapkan beberapa
tindak keamanan. Kalau kalau korban kami
berbalik menjadi orang yang menjatuhan
korban. Jadi untuk alasan itu, teman-temanku
mengawasi dari berbagai tempat di dalam dan di
luar toko. Dua burung camar di atap, Ax dan Cassie,
mengawasi pintu depan dan langit. Seekor
kucing berbulu lebat, mondar-mandir di gang
belakang, mengawasi pintu belakang. Di bagian
majalah, seorang anak dengan celana sebesar
tenda, kacamata mata serangga yang besar,
headphone, dan topi ski rajutan menyamarkan
wajah aslinya. Dan di dalam salah satu bilik
toilet pria, menunggu sinyal, Jake, bersiap jika
kami butuh tenaga tambahan.
Rachel yang memilihkan pakaian ku, jadi aku
tahu aku terlihat keren. Wujudku yang sekarang
bisa terlihat keren hanya dengan memakai
karung. Begini, berubah wujud menggunakan
DNA, dan aku berubah menjadi Taylor versi saat
dia belum mengalami kebakaran itu. Tangan
yang masih asli. Cantik alami.
Aku adalah gadis sampul majalah yang bisa
menyaingi Angelina Jolie. Aku adalah"
"Taylor," aku berkata sambil menghampiri
dari belakang seorang cewek pirang tinggi yang
berdiri di bagian satwa liar. Dia berputar, dan
terkejut. Mulutnya ternganga. Dia berhadaphadapan dengan dirinya sendiri. Untuk
beberapa detik, aku mengalahkannya. Dia
milikku. 49 "Pintar sekali," dia menguasai dirinya
dengan cepat sebagaimana Yeerk semestinya. "Yeah, sentuhan yang bagus.
Tapi bagaimana caranya" Apa ada teknologi
Andalite baru sehingga kau bisa menyadapku
meski tidak dalam wujud aslimu?"
Aku tersenyum. Tapi di dalam hati, aku
terhenyak. Aku mungkin sudah membocorkan
rahasiaku. Tapi mungkin dia tidak akan
pernah menduganya. Iya kan" Dia tidak bakal
tahu cerita sebenarnya, tentang wujud asliku
yang seekor elang, tentang aku yang bukan
seorang Andalite. Tapi tetap saja, aku sudah
memberitahu nya lebih dari yang aku
perkirakan. Aku membuka-buka otak wujud baruku ini
untuk mencari jawaban yang taktis. Aku
mencari jawaban yang kasar dan merendahkan ala Yeerk. Tapi yang kutemukan adalah kesopanan, ketakutan, dan
perasaan gembira. Sama sekali tidak licik.
Nyaris tanpa kebencian. Taylor yang asli
hanyalah seorang anak biasa. Seperti aku.
Seperti aku dulunya. Kenyataan tersebut membangkitkan rasa
tangguh yang menggantikan gugup yang
sudah mulai bikin aku mual.
"Bukan cuma kalian yang punya ahli
teknologi," kataku hati-hati.
Dia menerima jawaban itu, Kami berjalan
menuju ke kafe. 50 Anak SMA di balik meja kasir membelalak
menatap kami. Ada cewek, dua cewek yang
sangat menarik sedang berjalan ke arahnya.
"Uh, mau pesan apa?" dia bertanya dengan
sedikit gemetar. "Decaf latte tanpa krim," pesan Taylor.
Anak itu berbalik untuk mencatat pesananku.
Aku tersenyum dan dia nyaris terjatuh. Gila
sekali punya kekuatan seperti ini. Aku pernah di
posisi anak itu sebelumnya. Tapi baru sekali ini
aku jadi sumbernya. Beginikah yang selalu
dialami Rachel" Bagian inikah yang membuatnya begitu berani"
"Triple espresso. Dengan banyak krim dan
gula." 51 Taylor mendelik menatapku. "Beraninya
kau memperlakukan tubuhku seperti itu, dasar
pemakan rumput!" Anak tadi mengangkat alisnya. "Rumput?"
dia berkata. "Aku bisa bikin jus dari rumput
gandum, tapi cuma itu yang kami punya."
Taylor memelototi anak itu. Aku tertawa.
Kami sangat mirip, benar-benar pinang
dibelah dua. Tapi aku hidup. Taylor tidak.
Tidak benar-benar hidup. Aku punya rasa
humor. Taylor punya sifat dingin yang
menutup ddirinya seperti perisai. Anak itu bisa
melihatnya. Siapapun bisa.
Kami membawa minuman kami ke meja
dan duduk berhadap-hadapan. Tiga anak
kuliahan sedang belajar di dekat kami, tapi
kami di luar jangkauan pendengaran mereka.
Seorang penulis sedang membacakan
tulisannya kepada pengunjung tiga puluh kaki
dari kami. Musik salsa mengalun dari
pengeras suara. Taylor menggenggam erat cangkirnya
seolah itu adalah musuh. "Aku tahu kau ingin dengar rinciannya,"
katanya dingin. "Tentu saja." "Dengarkan baik-baik," dia mulai, suaranya
berbisik. "Ada pipa gas alam, yang lumayan
besar, sekitar setengah mil dari kolam Yeerk.
Kita perlu menggali terowongan yang
menghubungkan pipa tersebut dengan
kolam." "Kenapa?" 52 Taylor mendengus, arogan dan tidak sabar.
"Supaya pipa tersebut bisa dihancurkan. Supaya
ribuan ton gas alam masuk ke dalam kompleks
kolam Yeerk. Dan supaya gas tersebut, saat
diledakkan, bisa membunuh siapapun yang ada
di sana. Para induk semang. Para Yeerk."
Itu adalah rencana yang sangat menjijikkan.
Lebih mengerikan daripada yang kubayangkan.
Aku menghirup kopiku, berusaha terlihat natural.
Abg kembar, saling membandingkan cerita
tentang kencan tadi malam. "Itu yang kau
maksud dengan langkah demokrasi" Aku tidak
mengerti. Kau mau menghentikan kekerasan
dengan ledakan buatanmu sendiri" Kau pikir
kekerasan itu akan berakhir sampai di sana?"
"Kau tentunya sadar kita membuat suatu
penawaran," Taylor membalas. "Kita ambil alih
tempat itu dan gulingkan Visser Three. Posisi
kita harus di atas. Tanpa rencana ini " jika
pasukan pemberontak mencoba protes dengan
lebih damai "Yeerk di orbit akan melawan kita.
Tapi jika rencana ini berhasil, kita akan punya
satu kolam penuh sandera. Mereka tidak bisa
menyerang kita tanpa mengorbankan orangorang mereka."
"Itu tidak pernah menghentikan Yeerk
sebelumnya." Balasku.
"Yah, para Yeerk di orbit itu, mereka butuh
makan, kan?" dia membalas lagi dengan marah.
"Tidak bisa tidak. Setiap tiga hari sekali Yeerk
harus mendapat asupan sinar Kandrona.
Mereka terpaksa harus menyerah kepada
pasukan pemberontak. Jika mereka mau
selamat." 53 Aku memaksakan nada kagum dalam
suara ku. Sedikit pujian tidak akan melukai
Yeerk egomaniak ini. "Rencana ini buah
pikiranmu kan" Brutal, kejam. Tapi brilian."
"Kau kenal aku dengan baik, Andalite."
Senyum mengembang di wajahnya.
Namun, raut wajahnya berubah begitu
saja. Mendadak mata birunya penuh
keputusasaan. Bibirnya yang merah muda
terbuka dengan ekspresi ngeri. Suara yang
sangat berbeda, ketakutan, suara kecil yang
lelah, berbisik pelan kepadaku dari seberang
meja. "Jangan dengar," katanya. "Jangan
dengarkan dia!" Aku duduk terpaku saat tangan Taylor
menyambar melewati meja, menyenggol latte
nya, menjatuhkan cangkirnya ke lantai.
Disusul oleh suara keramik pecah yang keras.
Si penulis berhenti membacakan karyanya.
Para mahasiswa mengangkat kepala mereka.
Musik salsa berhenti sejenak.
"Nona, anda tidak apa-apa?" anak SMA
tadi di samping Taylor. Dia terduduk di lantai,
tangan menutupi kepalanya. Sedetik berlalu.
Dua detik. Hening. Di detik ketiga, kepalanya
tersentak. "Aku baik saja," kata Taylor, duduk kembali
di kursinya. "Tambah lagi minumanku."
Wajahnya terlihat kuat lagi, terkendali. Dan
aku tahu apa yang baru saja kusaksikan.
Yeerk dalam kepala Taylor kembali
mengambil alih sepenuhnya. Tidak akan
54 pernah lagi dia membiarkan induk semangnya
berbicara. Tidak. Entah bagaimana, dia
memutuskan hubungan mereka. Kecuali mereka
sudah jadi rekan sejak lama, si induk semang
masih bisa mendobrak keluar kadang-kadang.
Taylor manusia masih bisa mendobrak keluar.
Dia masih mencoba" Mengapa" Mengapa ada Yeerk yang
menunggu sebelum benar-benar memperbudak
induk semangnya" Dia bilang dia tertarik oleh
demokrasi dan perdamaian. Namun kelihatannya tidak begitu.
"Ada pertanyaan?" tukas Taylor, seolah tidak
ada yang terjadi. Seolah percakapan tadi tidak
terganggu oleh Yeerk berkepribadian ganda.
"Yeah," aku berkata. "Pertama. Ledakan gas
alam sebesar yang kau rencanakan akan
meruntuhkan kolam Yeerk. Dan kota di atasnya.
Semua akan turut hancur sepanjang bermil-mil."
"Orangku akan mengendalikan pusat gas nya,"
jawab Taylor tenang. "Jumlah gas akan diawasi
ketat. Kolam Yeerk itu tidak akan rubuh."
"Baiklah. Pertanyaan kedua. Bagaimana
caramu menggali terowongan yang menembus
dari jalur pipa ke kolam?"
"Bukan aku yang menggali. Itu tugas mu."
"Itu mustahil," aku tertawa. "Tidak ada hewan
di bumi, tidak ada wujud yang kami Andalite
punya, yang bisa melakukan itu dalam waktu
kurang dari beberapa minggu. Kalau pun bisa,
hanya terowongan kecil. Tidak akan cukup
untuk memindahkan volume gas yang kau
maksud." 55 "Maka dari itu aku sudah memilih wujud
binatang yang bisa kalian pakai untuk
mengerjakan pekerjaan itu dalam hitungan
beberapa jam. Bukan beberapa hari atau
minggu." Bibirnya mengerucut membentuk
senyum jahat. "Kau selalu meremehkanku,
Andalite." "Binatang apa?" aku bertanya. Dia
meletakkan jari-jari tangan artifisialnya di
lenganku dan mulai meremas.
"Aku tahu binatang yang bisa menggali
terowongan, paling tidak sama besarnya
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan pipa di sana."
"Binatang apa?" aku mengulang.
"Taxxon, Andalite temanku. Taxxon!"
56 "Apa dia sinting?" erang Marco. Dia sudah
membuka topi ski dan kacamata hitamnya
sementara headphone masih tergantung di
lehernya. "Ya. Aku percaya kita sudah menetapkan dia
sinting saat pertemuan terakhir." Ax, tentu saja.
Dia sudah berubah kembali dari camar ke
Andalite, kemudian berubah lagi menjadi anak
cowok yang anehnya menarik di Tempat
Sampah belakang toko buku.
"Taxxon! Lebih baik aku jadi E.coli. Aku lebih
memilih jadi semut lagi."
"Bukankah Taxxon kurang lebih seperti
semut?" Jake berkata. "Tak punya otak, terarah,
kelaparan." "Siapa yang tahu?" Rachel mengangkat
bahu dengan tidak sabar. Di antara berubah
kembali dari kucing jadi manusia dan bergabung
57 dengan kami, Rachel menemukan waktu
untuk belanja ke The Gap membeli beberapa
kaos. Lumut tak akan sanggup tumbuh di
cewek itu. "Tapi aku bisa mengatasinya. Aku
ikut." "Whoa." Cassie mengangkat tangan.
"Tunggu sebentar. Siapa bilang kita akan
melakukannya?" Aku sudah berubah kembali di dalam toilet
Borders. Jake meninggalkan sekantong
pakaian di belakang tong sampah. Aku
berubah menjadi sosok manusiaku, dan
menyebrangi jalan menuju mall. Sekarang aku
sedang duduk di food court mendengarkan
reaksi teman-temanku. "Kapan kita harus memberi jawaban
kepada Taylor?" Jake bertanya kepadaku.
"Tidak perlu. Kita cuma harus datang ke
pabrik gas alam malam ini. Ya tidak harus,
sih." "Coba jawab ini," Marco berkata,
memainkan sedotan plastik dengan kedua
telapak tangannya. "Jika semua Taxxon
adalah pengendali, mengapa Cewek-Yeerk ini
tidak minta tolong teman Yeerk nya yang jadi
Pengendali-Taxxon saja untuk menggali
terowongan itu?" Aku menjelaskan. "Taylor bilang Yeerk
hanya mengendalikan setengah saja dari
induk semang Taxxon. Mustahil menguasai
rasa lapar Taxxon, nafsu membunuhnya,
kanibalisme seperti itu. Induk semang Taxxon
diberikan hanya kepada Yeerk berpangkat
58 rendah dan, kejutan besar, tidak berapa lama
mereka akan menjadi seperti Taxxon ketimbang
Yeerk." "Tapi aku sudah melihat mereka menerima
perintah. Aku pernah melihat Taxxon-Taxxon
bergerak dengan dikomandoi,"Marco bersikeras.
"Mereka menerbangkan pesawat Bug-Fighter?"
"Benar. Tapi tidak akan ada yang mempercayai
Taxxon sebagai bagian dari konspirasi. Kau
tidak bisa berharap kepada orang yang rela
berkhianat demi sepotong daging. Lagipula,
sebagian besar sekutu Taylor adalah Pengendali-manusia." Aku menambahkan.
Ax memberi masukan. "Dulu ada yang
pernah bilang padaku, mengendalikan wujud
Taxxon bagaikan menghadapi godaan terbesar.
Tay-shun. Semakin kita melawan godaan itu,
semakin besarlah dia, sampai pada akhirnya
kau akan terbawa jauh ke dalam bawah sadar
pikiranmu sendiri. Kau akan tenggelam dalam
insting paling dasar Taxxon."
"Nah kan, kalau begitu tunggu apa lagi?"
Marco menyindir dengan tajam. "Aku ikut daftar!
Prajurit sekeji dan sehaus kekuasaan seperti
Yeerk saja tidak sanggup menguasai naluri
Taxxon. Jangan khawatir. Remaja pendek yang
dapat B minus di kelas olahraga pasti bisa
menangani masalah ini."
Rachel nyengir. "Kau dapat B minus di
olahraga?" Marco memutar bola matanya dan tampak
jengkel. "Halooo, jika Yeerk saja tidak bisa
mengendalikan Taxxon, bagaimana mungkin
kita bisa?" 59 "Taylor bilang kita hanya harus berubah
jadi Taxxon sebentar saja, "kataku, merasa
seperti sekretaris cewek itu. Seperti bagian
dari tim nya. Memang aneh. "Dan kita berubah
satu per satu, dikelilingi oleh kekuatan yang
cukup untuk membantu mengendalikan naluri
yang tak terkendali."
Jake melongo. Marco terlihat tak yakin.
Mata Cassie tampaknya memikirkan beberapa
masalah. Kami semua perlu berpikir. Ax ingin
makan. Jadi, Marco dan Jake pergi mencari
makanan. Cassie, Rachel, dan Ax duduk dalam diam.
Aku melihat sekeliling. Hari itu Jumat, jadi
food court lumayan ramai. Dipenuhi oleh
orang-orang normal, dengan hidup mereka
yang normal. Hidup yang biasa, yang
membosankan, yang menakjubkan. Semua
orang-orang normal ini " para ayah dan ibu,
anak-anak, kakek nenek " adalah hal-hal
yang kami perjuangkan. Kemanusiaan.
Marco kembali dan menghidangkan nacho
untuk aku dan Ax di meja. Aku tidak terlalu
lapar. Aku tidak terbiasa makan bersama yang
lain dan dikelilingi banyak orang. Sangat
berbeda dari kehidupanku sebagai elang.
Sebagai seekor elang, kau jadi gugup saat
makan di tempat yang tidak tenang.
Seseorang bisa saja menyambar dan mencuri
makan malammu. Atau seseorang bisa
menyambar dan memakanmu. Jake muncul dan menghidangkan nampan
plastik besar penuh dengan dua hamburger,
tiga kentang goring, satu sandwich sayuran, dan
tiga gelas plastik tinggi di meja.
"Cassie, sayuran dan soda jeruk," dia
berkata, menyerahkan satu gelas plastik dan
sandwich. "7-Up, Rachel. Kola, buatku. Jadi,"
dia menambahkan sambil duduk, "sampai di
mana kita?" "Sudah jelas bagiku," kata Rachel dengan
mulut setengah berisi hamburger. "Menghancurkan kolam Yeerk itu adalah hal
yang jelas bagus. Kesempatan yang selama ini
kita nantikan. Bisa jadi awal dari akhir." Dia
berhenti dan menelan. "Mari kita hanguskan
pantat Yeerk." "Aku setuju dengan Rachel," Ax berkata,
mengangkat kepalanya dari kresek Radio Shack
yang sedang dibongkarnya demi mencari
sepotong nacho. "Secara strategi, ini adalah
kesempatan menarik. Meskipun resikonya
besar." Jake mengangguk member keberanian
kepadaku. "Yang perlu kita ingat, Taylor tidak bisa
dipercaya," aku mengingatkan mereka. "Dia?"
aku berhenti. Yang lain memandangku dengan
ekstra hati-hati supaya terlihat sopan. Sama
seperti saat di gudang jerami Cassie, mereka
menungguku selesai berbicara. Tidak ada yang
memotong. Tidak ada yang menyeletuk.
Pertemuan di Borders ini seharusnya
membuktikan bahwa aku sudah mengalahkan
rasa takutku! Aku menanganinya dengan baik.
Tadi bukan aku yang berteriak.
60 61 Aku berusaha untuk terlihat tenang dan
yakin kepada diriku supaya mereka juga
berhenti khawatir, berhenti meragukanku.
"Bahkan jika Taylor berkata jujur, aksi kita
nanti hanya akan membuatnya lebih haus
akan kekuasaan. Aku bisa jamin itu. Tidak
mungkin hatinya berubah begini saja. Soal
demokrasi itu pastilah hanya omong kosong."
"Pastinya," kata Marco. "Rakyat terbebas
dari Yeerk" Yang benar saja. Mari kita
bayangkan sebentar scenario tersebut.
Semua yang setuju kebebasannya ditukar
dengan siput berlendir bau mengambil alih
otaknya, bilang "yea". Yang tidak setuju bilang,
"nay"." "Oke," Jake memotong. "Kami mengerti.
Kita semua tahu Taylor tidak bisa dipercaya.
Marco dan Tobias melihatnya kehilangan
kendali di Borders. Dia jelas-jelas punya
masalah. Tapi bahkan dengan keanehan
tersebut, aku pikir kita semua setuju ini bisa
jadi adalah misi terpenting yang pernah kita
lakukan." 62 Tidak ada yang bicara. Diam tanda setuju.
Kecuali bagi Cassie. Matanya terbuka lebar. Dia mulai berdiri.
"Tidak satupun dari kalian yang benar-benar
memikirkan ini," katanya dengan suara yang
membuat beberapa anak di meja sebelah
memandang kami. "Shhh." "Tidak," katanya. "Ini salah. Aku tidak akan.
Aku tidak mau menghakimi kalian, tapi kalian
bicara tentang strategi dan resiko seolah ini
adalah permainan di komputer. Seolah tidak ada
pihak lain yang terlibat. Apa kalian lupa kita ini
seharusnya menyelamatkan nyawa orangorang?"
63 Jake menyentuh bahu Cassie dan dengan
lembut mendorongnya kembali untuk duduk.
Tidak ada yang tahu musti berkata apa.
Cassie melanjutkan. Suaranya lebih tenang,
tapi terdengar mendesak. "Apa kalian sudah mempertimbangkan
bahwa kita akan bertanggungjawab atas
hilangnya ratusan, bahkan ribuan nyawa
orang-orang" Orang-orang yang sudah
menderita banyak" Dan jika kalian peduli, kita
akan membunuh ribuan Yeerk yang tak
berdaya bersama mereka."
"Oh tuhan, maksudmu kita akan membunuh Yeerk?" Marco berkata dengan
wajah datar. "Benar-benar". Tak terpikirkan!"
Tidak ada yang tertawa. "Biarkan dia selesai," Rachel berbisik.
"Mereka tidak semuanya seperti Visser
Three," Cassie melanjutkan. "Kita tahu itu.
Beberapa Yeerk dan Pengendali adalah anakanak remaja seperti kita. Mereka tidak punya
pilihan. Ikut atau dibunuh. Dan mereka juga
tidak diberikan informasi lebih banyak
sebelum memilih. Jika kau dibesarkan dengan
propaganda Yeerk, kau juga akan berusaha
menjajah Bumi." "Pendapatmu sangat menarik," kata Ax
dengan mulut penuh nacho. "Tapi banyak hal
yang tidak konsisten antara apa yang kau
bicarakan dengan apa yang kau lakukan." Dia
menelan dengan berisik. "Bagaimana tindakan
mu yang sudah-sudah bisa membuat kau
sampai berargumen seperti ini?"
"Itu berbeda," Cassie menjawab dengan
terpaksa. "Aku tidak keberatan untuk membela
diri dan juga kalian. Aku benci kekerasan, tapi
selalu ada pembenaran di dalam membela diri,
semua bangsa tahu itu. Tidak seperti
membunuh orang?" "Membunuh siput," Marco mengoreksi.
"Membunuh Yeerk saat mereka tak berdaya,
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saat mereka tidak siap untuk berperang, saat
mereka tidak membahayakan nyawa kita".
Tidak! Kau tidak bisa" mengapa kalian tidak"
kalian tidak sadar!" Dia berhenti. Aku hampir
bisa merasakan gairah keluar dari tubuhnya.
"Hal.. hal itu tidak benar."
"Tapi mereka memang membahayakan
nyawa kita," Rachel bersikeras. "Bukan cuma
nyawa kita, nyawa semua orang. Hanya dengan
menjadi mereka." "Yeah, dan mengapa menurutmu mereka
semua ada di kolam Yeerk itu?" Marco
menambahkan. "Aku bisa bilang, mereka di
sana bukan sedang merencanakan rekreasi Hari
Bumi. Begini, saat Perang Dunia Kedua kita
mengebom pabrik-pabrik dan jalan-jalan juga
rel-rel kereta. Bahkan kota biasa. Hanya karena
seseorang tidak berseragam atau tidak
membawa senjata, bukan berarti mereka tidak
sedang berperang. Aku tahu rencana ini
terdengar jahat, Cassie, tapi kita perlu melihat
gambaran yang lebih besar." Jake menatapnya
dan menyentuh bahu Cassie lagi.
64 65 "Ya," kata Ax dengan tenang. "Kolam
Yeerk adalah pusat kendali dan komando.
Kolam itu adalah pusat dari gerakan militer
Yeerk. Mereka mengisi kekuatan di sana
supaya mereka bisa melanjutkan gerakan
penaklukan mereka." "Tidak benar," Cassie bersikeras, menemukan kembali suaranya. Dia mencodongkan badan ke depan. "Bagaimana
dengan Tidwell, dan yang lain seperti dirinya
di gerakan perdamaian itu" Mereka harus
kembali ke kolam karena mereka akan mati
jika tidak makan. Untuk mereka, itu tidak ada
bedanya dengan pergi makan."
"Gerakan perdamaian Yeerk adalah
minoritas yang sangat kecil," Jawab Jake
dengan dingin. "Kita tidak bisa benar-benar
mempertimbangkan mereka, kita hanya bisa
memperingatkan." "Tidak mempertimbangkan mereka!" Cassie mengulang dengan tidak percaya.
"Bagaimana jika abangmu berada di kolam
saat gas itu meledak?"
Jake menatap tangannya sendiri. "Aku
anggap itu pengorbanan yang harus aku
lakukan demi melindungi ribuan nyawa yang
lain," Jake berkata, suaranya kini tanpa
ekspresi. "Jake, aku tidak percaya kau!"
"Kau seharusnya percaya," Jake berkata,
memandang Cassie. Memandang diriku.
"Lagipula, keluarga tidak ada sangkut pautnya
dengan ini. Tidak boleh. Target kita adalah
66 kolam Yeerk. Akhir diskusi. Kita tidak
mengebom orang-orang tidak bersalah di mall
pada Jumat sore.." Sekali lagi, aku menatap orang-orang di
sekitar kami. Keluarga, pasangan, anak-anak
seperti kami. Menikmati hari mereka. Datang ke
sini untuk menonton film, bertemu dengan
teman-teman mereka, belanja baju-baju. Mereka
sudah melakukan tugas mereka di kantor atau di
sekolah. Sekarang waktu mereka bersantai.
Bersenang-senang. Cassie juga memandang ke sekeliling food
court, lalu dia kembali memandang Jake.
"Apa bedanya?" 67 Akhirnya Cassie memutuskan dia tidak
akan melakukannya. Dia memilih untuk tidak
ikut misi ini. Aku kagum kepadanya. Aku
bahkan berpikir untuk menarik diri juga.
Tapi siapa yang akan menangani Taylor
nanti" Siapa yang akan mengawasi jika ada
sabotase" Aku juga tidak sepenuhnya
mengerti mengapa dan bagaimana kami
memutuskan akulah yang terbaik untuk tugas
itu. Tapi aku putuskan untuk melakukannya.
Awal sore itu Ax dan aku terbang bersama,
seekor burung hantu dan seekor elang ekormerah, di atas langit malam sehingga kami
bisa melihat jelas tempat itu sebelum kami
mendarat. Kami ingin memastikan bahwa
tidak ada perangkap. Stasiun gas alam
tersebut mulai kelihatan.
68
ungkapan.> Tidak ada apa-apa sejauh setengah mil dari
bangunan tersebut. Hanya pohon dan semaksemak. Aku terbang rendah untuk mengecek
mobil van yang terparkir beberapa kaki dari
stasiun. Tidak ada pasukan Hork-Bajir yang
bersembunyi menunggu kami.
Stasiun gas tersebut cukup kecil, hanya
sepetak bangunan yang hampir sebesar rumah.
Lampu pengaman menyala terang seperti lampu
di stadion sebelum pertandingan baseball
dimulai. Cahaya nya yang terang membuat
penglihatanku sama tajam dengan penglihatan
burung hantu. Melalui beberapa jendela, aku
bisa melihat rangkaian pipa-pipa.
Kami mendarat di tanah di belakang belukar
yang rimbun. Susah mendarat langsung di
tanah. Lebih gampang mendarat di tempat yang
cakarmu bisa memegang sesuatu. Aku sedikit
tergelincir. Ax tepat di belakang ku.
sekali,> aku berkata. Aku berubah dan Ax kembali ke wujud
aslinya. Dua alien biru identik muncul dari balik
semak-semak. Aku suka berubah menjadi
Andalite. Rasanya begitu kuat dan cepat. Pikiran
nya ringan namun fokus. Perasaan optimis
sangat berharga bila kau berhadapan dengan
kejahatan. 69 Kami selesai berubah dan Ax berjalan di
sebelahku. Mata utamanya memandangku.
Mata tanduknya menatap sekeliling daerah
kami. Lalu, mendadak, ekornya menyentak
dan memangkas sedikit bulu biru di dadaku.
manusianya adalah mencukur. Aku harus
membuatmu terlihat tidak begitu mirip
denganku.>
kesalahannya tidak segera dilupakan. Dalam
ritual unschweet, yang bersalah tidak
langsung dihukum. Dia harus hidup dengan
bukti kesalahannya, dalam pengawasan
teman-temannya. Kesalahannya akan berangsur-angsur termaafkan sejalan dengan
bulu-bulunya mulai tumbuh kembali, sampai
akhirnya dia terlahir kembali sebagai seorang
prajurit yang utuh.>
aku sedang di-unschweet">
Kami berjalan dengan waspada menuju
stasiun gas, menghindari cahaya lampulampu, dan mengawasi keadaan di belakang
dengan mata tanduk kami. Pagar tinggi dengan
kawat berduri di atasnya mengelilingi bangunan
ini, tapi pintu gerbangnya terbuka sedikit.
Seseorang sedang menunggu kami.
Aku menunjuk gerbang tersebut dengan
jariku yang ramping. Ax maju duluan. Bunyi derit aneh memecah
keheningan saat kami menyelip masuk melalui
gerbang. Kami bergerak cepat menuju bayang-bayang
yang dihasilkan oleh dinding bangunan itu.
"Malam, anak-anak."
Dia melangkah keluar entah dari mana.
Sosok gelap seorang manusia muncul bersama
suara yang membuat bulu kudukku merinding.
Suara Taylor. "Senang melihat kalian. Aku sudah
menunggu." Taylor sudah berada di sana dari tadi. Aku
tidak percaya. Padahal kami sangat berhati-hati.
Bagaimana mungkin kami tidak melihatnya"
Dia memakai pakaian kulit berwarna hitam
dari kepala sampai ujung kaki. Sepatu boot yang
tingginya mencapai lutut. Rambut pirang
panjangnya disisipkan ke dalam kerah kulit yang
panjang. Penampilan model terbaru. Selamat
tinggal gaya preppy. Halo tentara. Kami
berpandangan. "Aku di sini bukan untuk dipelototi. Aku
datang untuk memberikan hadiah," dia berjengit.
"Aku tahu kalian berdua sangat menyukai
Taxxon. Aku sudah memilihkan " yang sangat
70 71 besar dan sangat kasar- untuk menunjukkan
rasa terima kasih atas bantuan kalian. Ikuti
aku." Dia menghilang ke dalam bangunan. Ax
mengikutinya. Aku mengikuti Ax.
Kami harus membungkuk rendah melewati
beberapa pipa. Bunyi sungguh tak tertahankan, bunyi benturan pipa itu membua
telingaku sakit. Taylor menuruni landasan
logam yang berputar menuju ke bawah tanah.
Kami mengikuti, berjalan hati-hati di
permukaan yanga licin. Keadaan di bawah lebih gelap lagi namun
pipa-pipanya lebih sedikit. Taylor berhenti di
sudut ruangan dan menunjuk ke sebuah
pegangan besi yang menyembul dari lantai
baja. Lalu dia mundur, bersandar di dinding,
dan menyilangkan tangannya di depan dada.
"Dia di dalam sana."
Ax dan aku melihat lebih seksama.
Pegangan besi itu terhubung dengan pintu
baja di lantai.
Mencoba melupakan aku berada di ruangan
yang sama dengan monster yang hampir
menghancurkan sedikit kedamaian yang aku
punya di dalam pikiranku. Aku membungkuk
dan menarik pegangan tersebut dengan
tangan Andalite yang lemah. Tidak terbuka.
Bersama kami menariknya sekuat tenaga.
Pintunya copot dari lantai. Dengan susah
72 payah, kami menyingkirkannya ke samping.
Suara dengusan dari bawah membuat kami
terlompat mundur. "Imut sekali," kata Taylor.
"Kalian
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketakutan."
dingin.
dalam lubang tersebut.
dan memandang Ax dengan tatapan mengejek.
"Cari ke bawah dong, bego"
73 Gua itu gelap sekali. Aku mengira-ngira
dasarnya sekitar sepuluh kaki lagi. Sepertinya
gua tersebut agak melengkung. Aku menebak
ini adalah bekas tangki, tempat penyimpanan
minyak atau semacamnya. Hal terakhir yang kuinginkan adalah
melompat masuk ke tangki gelap dengan
Taxxon lapar menunggu di dalamnya.
Sekali lagi, Ax memimpin jalan. Antara
tidak takut, atau dia sedang berpura-pura.
memanggil dari bawah.
Taylor menonton kami, wajah cantiknya
terlihat penasaran sekaligus penuh harap. Aku
tidak membiarkan dia melihat ketakutan ku.
Aku melompati tepian dan bersiap untuk
benturan. WHAAAMMM! Kuku ku menapak lantai baja dengan keras.
Kegelapan pekat menyambutku. Aku merasakan
Ax ada di sebelah ku.
teman-teman yang sedang menunggu di luar,
bersembunyi dalam berbagai wujud berbeda,
mengawasi. Mereka siap menyerbu masuk jika
kami berada dalam masalah. Tapi butuh berapa
lama mereka sampai ke tempat kami" Aku
melihat ke atas dan membayangkan terkurung
dalam tangki ini. Lalu aku ingat Taylor tidak
mungkin sanggup mengangkat tutupnya sendirian. Ataukah dia bisa" Seberapa kuat lengan
artifisialnya itu" Itu bukan masalah. Tidak. Di antara kami
berdua, Ax dan aku mungkin bisa berubah
menjadi binatang yang bisa membawa kami
keluar dari tempat ini. Namun pikiran
menenangkan itu datang terlambat karena
jantungku sudah keburu dag-dig-dug. Kami
memandang ke kegelapan, mencari tanda-tanda
Taxxon. Sebelum dia menemukan kami.
Ax maju ke depan dan menghilang. Aku
berjuang untuk dapat mengikutinya. Aku melihat
gerakan samar dari sebelah kananku.
meyakinkan kalau itu memang dia dan".
74 75
Ribuan gigi setajam silet mengoyak daging
dan ototku. Dia tidak mengigitnya sampai
putus. Tidak. Dia menghisap lenganku dengan
rahangnya yang keras. Menarikku. Membawaku lebih dekat ke perutnya.
Aku ayunkan ekor belatiku, tapi aku
kehilangan keseimbangan pada lantai licin
yang melengkung itu. Kuku ku tergelincir saat
mulut mengerikan itu mulai mengunyah. Aku
terjebak dalam mesin penggilas yang amat
lamban! Mata yang menyala merah, mendekat ke
arah ku" Aku mengayunkan ekorku dengan ganas,
menyabet kegelapan, namun luput dari
sasaran. Kekuatan rahangnya nyaris memutuskan lenganku!
huyung ke belakang, memegangi lenganku
yang terpotong. Aku mendongak. Pusing.
cukup parah.> Rasa sakit mulai membius apa yang
tersisa dari tanganku. Aku mundur selangkah.
Aku bisa merasakan cairan basah yang
lengket membanjiri kuku ku. Cairan kehidupan
Taxxon mulai menggenangi dasar tangki.
Aku membungkuk. Menjulurkan lenganku
yang sehat dan menyentuh sisi tubuh Taxxon
itu. Bagian tubuhnya yang lunak berdenyut
dengan cepat, atas dan bawah, saat dia
berusaha untuk bernapas. Ya, Taxxon ini
sedang sekarat. Aku bisa melihat Ax melalui cahaya samar,
dia mulai menyadap si Taxxon. Aku berubah
kembali menjadi elang. Saat perubahanku
selesai, aku menjulurkan cakarku ked aging
menjijikan itu. Aku bisa merasakan kehidupan merembes
keluar dari tubuhnya, dan otot jaringan tubuhnya
mulai menempis seperti balon udara yang
bocor. Aku berkonsentrasi untuk menyadap.
Biasanya sih, kau tidak akan merasakan
perasaan binatang yang sedang kau sadap. Kali
ini, aku merasakan sesuatu. Tajam dan
mendasar, seperti teriakan kemarahan.
Aku selesai menyadap DNA Taxxon
tersebut. Dan aku sadar ada sesuatu yang lain
di dalam diriku. Yang belum pernah kurasakan
sebelumnya. Mungkin itu cuma pikiranku yang tersiksa.
Atau mungkin itu memang karena DNA Taxxon
yang menjerit kepada ku, secara mikroskopis.
Terasa seperti sesuatu yang mengerikan.
Sesuatu yang berbahaya. Sekujur tubuh Taxxon tadi berguncang
pelan, dari kepala ke ekor dan balik ke kepala
lagi. Dia menyentak dengan satu sentakan yang
kuat, lalu berhenti. 76 77 Dan aku sadar, sekarang Taxxon tersebut
hanya hidup di dalam Ax dan aku.
78
Bahasa-pikiran Marco menyapa ku di ketinggian
tiga ratus kaki. Dia juga sedang terbang, dan
juga terlambat seperti aku. Saat itu masih
subuh. Kami berdua bekerja keras untuk tetap
mengangkasa di udara yang dingin.
Sebenarnya, memang karena sarapan lah aku
terlambat. Pagi ini, di padang rumput ku tidak
biasanya sepi. Tidak terlihat tikus-tikus di mana
pun. Sedikit mencurigakan, seolah mereka tahu
sesuatu yang aku tidak tahu. Sepertinya mereka
tahu hari ini sebaiknya di rumah saja.
Aku berangkat dengan lapar, tapi di tengah
jalan aku melihat seekor tupai berwarna abuabu. Badannya lebih besar dariku, tapi hanya
makanan yang bisa kupikirkan. Di alam, di
duniaku, kelaparan tidak berarti kau mengomel
di mobil dalam perjalanan ke Taco Bell. Rasa
lapar di dunia ku berarti kematian.
79 Aku menukik, diam dan mematikan.
Dengan cakar terbuka lebar, aku menangkap
tupai itu, tak terlihat, dia sedang menyeberang
kabel listrik. Tupai tersebut lebih berat dari
yang kukira. Dia menarik tungkaiku,
membuatku terjatuh. Aku bertahan dengan
susah payah. Beberapa kaki dari tanah, aku
berhasil menguasai kendali terbangku kembali, aku mengepak sekuat tenaga agar
tetap di udara. Rasa sakit dari tarikan-tarikan tupai
tersebut naik ke otakku. Aku menarik satu
tungkaiku dan merelakan calon-sarapanku
terjun bebas.
Marco sudah mulai berubah kembali. Yang
lain sudah berkumpul tidak jauh dari sana.
Semua kecuali Ax, yang sedang bersembunyi
di balik semak lebat, mengawasai stasiun gas.
Jake mengubah rencana kami terhadap
Taylor di menit terakhir. Dia harus
mempertimbangkan resiko kemungkinan Taylor berada di sana saat kami berubah dan
menampilkan wujud asli kami.
Jadi Jake memberitahu Taylor, lewat e-mail,
bahwa dia tidak boleh berada dalam radius satu
mil dari tempat penggalian atau stasiun gas
sebelum jam 8:00 pagi. Jika dia melanggar,
maka perjanjian kami batal. Saat dia muncul
nanti, dia harus ikut bersama kami selama
proses penggalian. Taylor menyetujui syarat Jake dengan tidak
sabar yang membuatku tidak nyaman. Aku tidak
menyebutkan itu kepada yang lain. Aku tahu
mungkin itu cuma perasaanku.
Aku melihat ada penutup lubang jalan di
dekat kami berdiri. Tertutup oleh pasir dengan
hanya beberapa inci nya tersembul ke luar.
Tempat yang cocok untuk bekerja, kecil
kemungkinan untuk terlihat. Kami tidak terlalu
jauh dari stasiun gas tapi terlindung oleh
pepohonan dan semak yang rimbun. Taylor tahu
apa yang dilakukannya. Lubang selokan itu berada di tempat yang
tertutup, di sisi jalanan berbatu yang belum
diaspal. Trotoar beton sudah dibangun dan
barisan kerikil ditempatkan beberapa inci di
bawahnya, sebagai tanda siap untuk dilapisi
aspal. Keadaannya sudah begitu untuk
beberapa waktu. Tempat ini seharusnya jadi
lokasi taman industri. Tapi penghuni sekitar
keberatan dengan bunyi berisik dan lalu
lintasnya, jadi pembangunan dihentikan. Hanya
meninggalkan selokan dan listrik.
"Cakar kirimu berdarah," Rachel berkata.
80 81 Aku tidak langsung menjawabnya. Aku lagi
malas menjelaskan. Tapi Rachel benar-benar
peduli. Tidak adil mendiamkannya.
menjawabnya. "Kau benar," Marco menyambungku. "Aku
lagi melihat pemanggang untuk mengecek
Pop-Tart ku sudah matang atau belum, benda
itu melontar keluar begitu saja dan tepat kena
mataku."
memandang ke arah Rachel.
"Biar kuperiksa," kata Cassie. Dia masih
keberatan terhadap misi ini, dia hanya datang
supaya tahu di mana kami menggali.
Berjaga jika ada apa-apa, jika kami tidak
kembali. Cassie berada di sana sungguh terasa
aneh. Mungkin cuma aku, entahlah. Dia
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
datang bukan untuk mendoakan kami
berhasil. Dan meski Jake selalu membiarkan
kami memilih, ini adalah pertama kalinya ada
yang memilih untuk tidak ikut bertempur.
"Kau sebaiknya berubah untuk menyembuhkan lukanya," kata Jake. "Bisa
jadi infeksi. Jadi kurasa, kau berubah duluan."
Aku duluan" Kata-kata tersebut membantingku kepada kenyataan yang ingin
aku hindari. Aku tidak menunggu untuk segera
melakukan misi ini. Atau segera menjadi
makhluk yang satu itu.
semak-semak dan berhenti di sebelah Jake.
Ax mengenakan arloji Timex Triathlon di kaki
depannya. Rachel yang memilihkan. Ax takut
kemampuan jam internalnya tidak bekerja
dengan baik saat berubah menjadi Taxxon
nanti. Dia dan aku akan bergantian memakai
arloji tersebut saat kami berwujud Andalite.
Dia bergerak sigap menuju lubang penutup
jalan, menyelipkan ujung ekor belatinya ke
lubang kecil yang seharusnya untuk linggis, dan
dengan satu gerakan putaran ekornya, dia
mengangkat tutup seberat lima puluh pon
tersebut ke udara. Benda tersebut mendarat
dengan bunyi teredam di dekat kaki Jake.
"Mulus," komentar Jake. "Kau seharusnya
bekerja untuk taman kota."
Aku turun dari tempat bertenggerku ke
pinggir lubang. Aku bisa melihat ruang silinder
seluas delapan kaki di bawah.
bilang.
Aku terjun dari tepi lubang ke dalam
kegelapan, jatuh dengan perlahan, dengan
sayap setengah terbuka. Elang asli tidak akan
terjun di ruang sempit seperti ini. Aku bisa
merasakan kegugupan burung pemangsaku.
Aku mendarat pelan di permukaan beton yang
melengkung. 82 83 "Santai saja, Tobias," Jake menyemangati.
"Pelan tapi pasti. Kami ada di sini jika kau
perlu bantuan."
yang lain,> Ax member instruksi.
sudah pernah berhasil menggunakan wujud
Taxxon mengatakan naluri mereka menjadi
satu dengan binatang ini. Nafsu kekerasan
mereka tidak bisa dihentikan. Tapi kau bisa
mencoba untuk mengarahkannya. Salurkan
energinya. Gunakan, jangan diatasi.>
"Aku di sini, Tobias." Panggil Rachel.
"Hati-hati." Cassie. "Dan" sampai ketemu
lagi nanti." "Tobias?" Jake memulai
aku berkata, mencoba meyakinkan mereka
sekaligus diriku sendiri.
84 Aku memejamkan mata dan fokus kepada
DNA yang ada di dalam tubuhku.
Perubahannya langsung terjadi. Terus
berkonsentrasi tidak lagi perlu. Begitu sudah
mulai, proses berubah akan berjalan dengan
sendirinya, seperti batu yang digelindingkan dari
atas bukit. Hisssss" Aku merasakan tulangku terdisintegrasi.
Bukan, mencair. Semua bagian keras di tubuhku
"cakar, paruh, poros bulu-bulu- melunak dan
mencair. Biasanya saat berubah wujud, kau
merasakan bentuk dari organ yang baru mulai
terbentuk. Wujud ini justru sebaliknya.
Semuanya meluluh, terus memadat menjadi
satu kesatuan. Aku jatuh ke semen saat kaki ku meleleh
begitu saja, lalu terangkat lagi saat ratusan
bagian berbentuk kerucut mencuat dari perutku
yang kini memanjang dan melunak.
85 Aku kini sudah seperti cacing. Panjang dan
tak berbentuk. Penglihatan tajam elangku mengabur.
Seperti saat kau berkendara di tengah hujan
tanpa memakai wiper. Lalu pandangan kabur
ku ini digantikan oleh "
Whoa! Ribuan fragmen kecil dari
sekelilingku. Pecahan gambar-gambar, seperti
gambar kaleidoskop dengan tepian yang
samar. Aku tahu Taxxon punya mata majemuk,
seperti lalat. Setiap mata merah mereka itu
sebenarnya terbentuk dari ribuan mata yang
lebih kecil. Masing-masingnya melihat bagian
kecil dari dunia. Yang tidak kutahu adalah
otak Taxxon tidak cukup canggih untuk
menerjemahkan fragmen-fragmen visual tersebut menjadi satu. Mulutnya terbentuk terakhir. Pusat keberadaan Taxxon. Perubahan wujudku selesai.
Lalu, secara serentak, aku merasakannya
datang. Gelombang yang tak tertahankan.
Rasa lapar yang menggila.
Rasa lapar mau-makan-semua, begitu
kuat. Tidak seperti apa pun yang kau
bayangkan. Lebih kuat dari semua naluri yang
pernah aku rasakan. Memblokir apa saja.
Semuanya. Aku bisa membaui yang lain. Di atas sana.
Aku tahu di mana tepatnya mereka berdiri.
Aku mendengar getaran kaki mereka melalui
tanah. 86 Panjangku lebih dari sepuluh kaki. Cukup
panjang untuk merayap ke atas dan melewati
lubang di atas. Aku membayangkan Marco. Dan
hal berikut yang kubayangkan adalah Marco di
mulutku, daging coklatnya sedang kukunyah.
Kutelan. Dan Jake. Lebih besar. Juga Ax"
Tubuh cacingku melesat menuju lubang.
Sebelum aku bisa menghentikannya. Sebelum
aku sempat berpikir. Aku tidak tahu apa yang
terjadi. Baunya kuat sekali. Rasa yang
kubayangkan begitu nyata. Pikiran Taxxon
hanya tahu lapar! Asam pencernaan keluar dari mulutku.
Kepalaku yang lembek mendorong tutup besi
yang dipasang kembali oleh Marco dan Jake.
Aku akan menelan mereka. Bulat-bulat.
Marco dan Jake dan Ax dan"
Rachel. Tubuh Taxxon ku mengejang. Pikiran
tentang makanan membuatnya bersemangat.
Tapi sesuatu.. sesuatu di belakang pikiranku,
jauh di dalam sana, berbicara.
Rachel" Aku berhenti. Aku mendengar sesuatu.
Suara kecil anak kecil yang tidak penting.
Tobias, manusia dalam diriku, sedang berjuang
untuk membuat kehadirannya kusadari. Di suatu
tempat di dalam naluri jahat dan kekuatan tak
terbayangan Taxxon, anak kecil di dalam diriku
sedang berteriak seperti orang gila.
Berhenti, teriaknya. Berhenti! Berhenti!
Berhenti! 87 Aku tidak bisa bilang aku sudah
mengendalikan Taxxon ini. Itu namanya
bohong. Seperti mengatakan kapten perahu
layar bisa mengendalikan badai.
Tapi entah bagaimana aku menjauhkan
mahkluk ini dari Animorphs yang lain.
Memang mustahil untuk menghentikan
rasa laparnya, mustahil memperlambatnya,
tapi Ax bilang aku bisa memfokuskannya
kepada sesuatu yang lain. Oke, aku
memusatkannya kepada yang lain.
Kami dengar Taxxon adalah penggali yang
hebat. Itu tidak benar. Tidak benar-benar
demikian. Taxxon hebat dalam satu hal.
Makan. Mendadak saja, dengan lahap, aku mulai
menelan tanah di sebelah lubang yang dibuat
oleh orang-orang Taylor. Aku mengarahkan
rasa lapar Taxxon ini ke tanah.
Aku melahap tanah tersebut seakan aku
belum makan selama empat puluh hari. Aku
menggigit sebongkah besar, menyelimuti
mereka dengan enzim pencernaaan, dan
menelannya. Gigitan demi gigitan. Gigit lagi
dan lagi. Taxxon ini tidak pernah terpuaskan.
Dalam sekejap aku sudah menggali kamar
sebesar badanku. Dinding tanah terbentuk di
sekitarku saat aku menerjang dan melahap
dan menelan dan menggerogoti. Benar.
Menggerogoti. Aku memakan dengan cepat
beberapa pon setiap detik. Aku adalah truk
88 sampah yang membawa pergi tanah yang digali.
Aku adalah mesin semua-dalam-satu. Bulldozer,
sistem pembuangan air. Dan sisa-sisa produk tanah tersebut aku
lewatkan keluar dari tubuh Taxxon ku sebagai
lapisan tebal yang lengket. Lendir menyelimuti
semua permukaan terowongan yang mulai
terbentuk oleh usahaku untuk memuaskan rasa
lapar tak terbendung ini.
"Tobias" Ugh! Bau apa ini?" Suara Jake
mencapai telingaku sebagai gangguan kecil
yang tidak penting. "Tobias, kau baik saja di
bawah sana?" Aku mengabaikannya. Aku terus saja makan.
Atau menggali. Sama seperti cacing tanah,
mencerna tanah di dalam sistem ku untuk
mengambil ekstrak material organik. Kecuali,
tidak seperti cacing tanah, aku punya lingkaran
gigi setajam silet yang yang membuat proses itu
menjadi lebih cepat. Kalikan kecepatan dan
ukuran cacing tanah dengan sejuta dan kau
akan mulai mengerti perbedaannya.
Kecuali bagi Taxxon, tidak ada harapan
untuk menghentikan rasa lapar ini dengan
tanah, sebentar pun tidak. Tidak ada nutrisi
yang cukup di dalam kandungan tanah. Baunya
cukup banyak, untuk merangsang selera makan.
Cukup banyak untuk membuatku ingin lebih.
"Lihat dia bergerak!" itu suara Marco. Mereka
dekat sekarang. Pastilah mereka turun ke
selokan. "Dia tidak akan pernah?" Marco
terkesiap, mungkin karena aroma sisa
makananku. "terpuaskan."
89 Dia terkesiap lagi. Semakin jauh aku menggali, semakin lapar
pula aku. Aku baru tahu belakangan kalau
seekor Taxxon akan menggali, kelaparan dan
kelelahan, sampai dia mati.
bahasa-pikiran. Dia telah berubah wujud.
Yang lain pasti segera menyusulnya.
aku tak sanggup menahannya.
Aku mundur dengan cepat, melesat melewati
terowongan berlendir, berpacu ke arah
Animorphs yang lain. Aku menyeruak keluar
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lubang menuju daerah bawah tanah. Cacing
yang merayap. Raksasa, kelaparan, putus asa.
Mata majemuk ku dipenuhi oleh gambaran
biru sosok Andalite, tumpukan otot gorilla, dan
beruang grizzly, loreng-loreng harimau. Tidak
ada daging merah muda! Tidak ada daging
lembut berwarna merah muda!
Aku tak peduli. 90 91 Andalite lah yang paling dekat. Aku
mencium daging di bawah lapisan bulunya,
mencium otot di balik dagingnya. Aku berhatihati terhadap ekor belatinya. Ada alarm
bahaya menyala di benak Taxxon ini. Tapi
kecil sekali, nyaris tidak penting. Ekor belati itu
bisa memotongku menjadi dua, tapi aku tidak
peduli. Paling enggak aku bisa menggigit
duluan!
Sadarlah!> Aku maju ke arah Ax dengan cepat. Aku
akan menghimpitnya. Menjatuhkannya ke
tanah. Mengunci gigi ku di kulitnya dan
memakannya hidup-hidup! Lalu aku melihat sesuatu yang lain.
Sesuatu yang bahkan membuat Taxxon ku
berhenti. Kaki-kakiku membeku.
Taylor. Mengenakan tank top dan celana
kapas lembut, tipis berwarna khaki.
Pakaiannya akan lumer di dalam mulutku.
Bahu merah mudanya yang lembut mengundang untuk ditelan.
Aku berpindah arah. Aku bergerak ke
arahnya. Merayap. Menyelinap.
"Coba saja, cacing," dia mendesis,
membidikkan sinar Dracon ke kepala ku, "dan
akan kugoreng kau dengan sinar level enam."
mendekat ke arahnya.
"Masa?" Taylor tertawa. "Kalau begitu, coba
hentikan aku." Dia berpaling kepadaku. "Aku
akan senang sekali punya alasan untuk
menghabisimu." Suaranya terdengar agak
gugup. Aku terus merayap mendekatinya.
"Namun sepertinya, jika kau memang sepengecut yang kukira, kau akan lebih suka
terperangkap dalam tubuh Taxxon daripada mati
dengan berani." Rasa lapar Taxxon ku bercampur dengan
kebencian manusia. Aku sadar bakal lebih
mudah memakannya saja daripada melawan
naluri ini. Lebih mudah mati daripada
berhadapan dengan Cewek-Yeerk ini. Monster
yang menghantuiku siang dan malam. Dengan
penghinaan. Kesombongan. Kekuasaan atas
diriku! Beginikah dulu saat berada di kolam Yeerk
itu" Dalam rasa lapar yang membunuh,
pikiranku bertanya. Apakah aku sengaja
melewati batas waktu dua-jam supaya aku tak
perlu lagi menghadapi masalah-masalah
kehidupan" Jadi anak laki-laki, tinggal bersama
orangtua angkat, sekolah, Rachel, Taylor"
Marco menyambarku dengan hati-hati, dia
mencoba untuk menghentikanku. Aku mendesis
dan menggoyangkan badan agar dia melepaskanku.
Apakah aku seorang pengecut"
92 93 Di alam bebas, hanya ada hidup atau mati.
Kau makan atau kau mati. Sukses adalah
bertahan hidup. Kegagalan adalah kematian.
Simpel. Tidak ada jalan tengah. Paling tidak,
tidak untuk waktu yang lama.
Apakah aku pengecut"
Aku benci Taylor. Karena dia tahu jawaban atas pertanyaan
itu. Karena dia melihat kelemahan di dalam
diriku. Dia melihatnya karena dia juga lemah.
Orang-orang mengenali sifat mereka sendiri.
Dia berkhianat untuk menyelamatkan mukanya. Persis. Dia menjadi Pengendali
suka-rela dan mengkhianati ibunya sendiri
karena dia ingin kembali menjadi cantik.
Itu lebih dari sedih. Itu kasihan.
Apa aku berbeda, atau sama seperti dia"
Aku memerangkap diriku sendiri.
Mengapa" Aku benci Taylor karena dia tahu.
Aku akan menghancurkannya.
Aku melesat maju. Membuka mulutku.
Mengincar kakinya. Tseew! Kilatan sinar Dracon menumbangkan ku.
Tidak cukup kuat untuk membunuh, tapi
cukup untuk melumpuhkan tubuh Taxxon dan
membuatku terdiam cukup lama untuk
kembali mengambil kendali. Dan aku mulai
berubah kembali. Aku berkonsentrasi keras. Tubuh cacingku
mulai menghilang. Aku membayangkan tanda
pertama dari tubuh elang yang kukenal muncul
dari kolam lendir Taxxon. Dan aku ingat"
Taylor melihat semua ini! Dia tidak boleh
menyaksikan aku berubah dari Taxxon menjadi
burung. Dia tidak boleh tahu aku seorang nothlit.
Dia pikir aku ini Andalite. Andalite yang perkasa.
Aku nyaris ketahuan satu kali, di Borders. Tidak
boleh terjadi lagi. Aku konsentrasi lagi dan mencoba
melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak bisa
dilakukan. Berubah dari Taxxon langsung
menjadi Andalite. Begitu anggota tubuh elangku
muncul, aku fokuskan untuk segera mengubahnya menjadi organ Andalite. Prosesnya menyiksa, melelahkan. Mungkin
sama sekali tidak meyakinkan.
Apa dia melihatnya" Bisakah dia menebak
apa yang terjadi" Sadarkah dia sedang melihat
sesuatu yang seharusnya tidak dia lihat"
Untung teman-temanku cerdik. Lebih cerdik
daripada aku. Rachel dan Marco memojokkan
Taylor ke dinding, menutupi pandangannya
dengan tubuh besar mereka. Selama aku
berubah wujud dua kali, Jake berjaga dan bicara
kepada Taylor.
salah dengan senjata ini?"
berkata secara pribadi kepadaku.
Taylor sehingga tidak bisa menembakkan
sinar di atas level tiga.>
bahasa-pikiran tertutup.
dia tadi berhasil. Kubilang kita sudahi saja
semua ini. Dia tidak bisa memegang janji.>
Andalite.
membuang senjata Draconnya ke lantai. Ax
bergerak ke belakang Jake untuk memotong
bulu Andalite ku dengan ekornya.
Marco menjawab dengan marah.
membunuhmu.>
untuknya" Mengapa" Aku kehabisan alasan.
Dia bukan temanku. Dia tidak sejenis
denganku. 96 Kami sudah membuat perjanjian dengan
setan dan sang setan baru saja menunjukkan
siapa dia sebenarnya.
97
dia menggali dan makan. Cobalah untuk tidak
memikirkan kami.>
Ax.
kegagalan menjadi Taxxon. Dulu aku pernah
memberikan presentasi tentang mekanisme
psikologikal dari notallssith, kondisi saat kita
tidak bisa mengendalikan sebuah wujud
perubahan.>
Marco.
aku gali. Taylor menonton proses itu dengan
eskpresi tertarik. Aku menonton dengan jijik.
Ciri-ciri khas Andalite meleleh menjadi
semacam kolam biru-hitam sampai tidak ada
yang tersisa kecuali cairan minyak yang licin.
Seolah semua yang dimiliki Andalite harus
dibuang sebelum Taxxon bisa dilahirkan.
Tapi kemudian bentuk makhluk itu mulai
tumbuh. Empat mata merah, bundar, dan kenyal
keluar dari kolam seperti organ yang sangat
kecil. Tubuhnya semakin besar. Seperti
menonton
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
foto-foto pertumbuhan jamur. Pertama dia tumbuh mendatar di sepanjang
lantai, lalu tumbuh ke atas. Tubuh Andalite yang
kuat dan indah rusak dan bertransformasi.
Perubahan cacing tersebut hampir sempurna. Kami menunggu dengan gugup, diam.
Bersiap. Ax tidak bergerak. Taxxon besar itu hanya
berdiri di sana, seolah sedang kerasukan.
seperti saat kau mendekati anjing yang tidak
kau kenal.
Pena Wasiat 26 Si Penakluk Dewa Iblis Karya Lovely Dear Misteri Gadis Bisu 1