Giri Karya Marc Olden Bagian 1
G I R I 1 SUATU LEDAKAN BALAS DENDAM MELANJUTKAN YANG
DITINGGALKAN OLEH PARA NINJA
Marc Olden www.ac-zzz.blogspot.com Bagi orang Jepang berarti kewajiban atau kesetiaan: keharusan paling ketat
bagi pendekar pendekar samurai.
Tetapi bagi seorang amerika, istilah itu mempunyai arti lain: balas dendam!
Memadukan intrig internasional, filsafat 0riental, kekerasan yang membawa
maut dan nafsu menggelora, GIRI merupakan sebuah kisah menggemparkan dari
perbenturan dahsyat dunia Timur dengan dunia Barat, dan kode yang berlaku
abadi dari si pemburu melawan yang diburu menjalani ujian
SEORANG PEMBUNUH MASSAL menteror New York, korban korbannya menjadi
sasaran suatu bentuk korbanan darah gaya Oriental yang membawa maut.
SERSAN DETEKTIF DECKER, seorang polisi yang menguasai ilmu bela diri,
ditugaskan melacak pembunuh itu. Seketika terjeratlah ia dalam suatu jaringan
pengkhianatan dan tipu muslihat maut yang terentang dari lorong lorong Saigon
hingga pusat pasaran intan di Manhattan dan dunia hitam kotaParis.
Harapan satu satunya bagi Decker untuk bertahan hidup adalah di dalam
pelukan seorang wanita Jepang yang eksotik dan cantik:
Seorang wanita yang pandai memadukan seni rangkap dari maut dan nafsu
Seorang wanita dengan nafsu membara akan, GIRI yang menyeret Decker dalam
pengejaran balas dendam yang setajam mata pedang samurai
GIRI bahasa Jepang, yang berarti kewajiban, kesetiaan, tugas.
Kini benar benar aku tahu Tatkala kita mengatakan 'ingat' dan kita bersumpah
begitu, adalah dalam 'akan kita lupakan' pikiran pikiran kita sungguh sungguh
saling bertemu. sebuah tangka, oleh Saigo Hoshi.
Kepemudaan adalah kebenaran dan kekuatan. Kekuatan dirangsang oleh bu
(seni bela diri) dan berlimpah menjadi perbuatan perbuatan baik atau kadang
kadang perbuatan perbuatan jahat. Maka, jika karate do dijalankan dengan
tepat, ia akan menghaluskan watak dan seseorang akan menjunjung tinggi
keadilan, sedangkan jika dipakai untuk maksud maksud jahat, ia a-kan merusak
masyarakat dan akan bertentangan dengan kemanusiaan.
Gichin Funakoshi, bapak Karate do modern New York SELAMA tiga jam lebih ia mengendapi wanita itu. Dua kali wanita itu telah
melewati tempat persembunyiannya, dan ia sebetulnya dapat mengulurkan
tangan dan menyentuh wanita itu. Latihannya, namun, telah menekankan wazo o hodokoso koki, saat psikologikal dalam melaksanakan sesuatu jurus.
Jangan menyerang terlalu cepat atau terlalu lamban. Nantikan peluang, lalu
rebutlah itu. Jika tidak ada peluang itu, ciptakan sebuah. Berpura puralah menyerang.
Alihkan perhatian. Lalu serang, cepat, menentukan.
Jangan memberi peringatan. Burung burung buas, jika menyerang, terbang
rendah tanpa membentangkan sayap. Binatang yang menyerang selalu
merunduk rendah, merapatkan telinga pada kepala. Seseorang yang cerdik,
sebelum menyerang, harus menampilkan diri sebagai tidak berbahaya.
Di sebelah sana tembok, hanya satu kaki jauhnya dari tempat ia berada, ada
seseorang meninggalkan tempat itu, membanting sebuah pintu kantor,
kemudian mencoba kenop pintu, sebelum berjalan menuju lift. Beberapa detik
kemudian lift itu tiba, yang berarti bahwa ia dan wanita itu kini berduaan saja
di atas lantai itu. Pernafasannya kini lebih cepat dan untuk pertama kali ia
bergerak. Gerak-kannya terbatas pada jari jari tangan; kedua tangan bersarung
itu ada pada sisi badannya, jari jari terentang, dan dalam keadaan seperti itu
selama lima hitungan, sebelum dikepalkan kembali.
Setelah mengangkat tangan kanan ke mulut dan dengan giginya membuka
sarung tangan hingga telapak tangan itu telanjang, ia memasukkan butir butir
amphetamine itu ke dalam mulutnya.
Dengan mengumpulkan air liurnya ia menelan. Ketika gelora itu bergolak, ia
merasakan geletar kenikmatan itu dan sesudah itu datanglah panasnya pusaran
dan kemudian kekuatan mutlak di dalam dirinya itu.
TELEGRAM itu menjengkelkan Sheila Eisen kare rena telegram itu memaksa
dirinya mengambil sesuatu keputusan yang hendak dielakkannya. Malam itu ia
harus memilih di antara kedua pria itu, yang seorang mempunyai kekuasaan
memberi kepadanya segala yang diinginkannya, dan yang seorang lagi, pria
yang telah mengkhianati dirinya, tetapi yang dicintainya.
Dari kantornya di Fifth Avenue yang menghadap pada Central Park dan Plaza
Hotel itu, Sheila melihat ke atas jalanan yang basah karena hujan salju
pertama bulan novem-ber dan jari jari tangannya bermain main dengan jam
antik dari enamel perancis dan emas yang tergantung pada lehernya. Jam itu
suatu pemberian dari pria yang menunggu dirinya di dalam mobil sedan yang
diparkir di jalanan di bawah itu; pria yang menjadi kekasihnya, seorang
produser film, pemenang Academy A-ward yang usianya duapuluh lima tahun
lebih tua dari Sheila dan sudah beristeri pula. Pria itu juga pemegang saham
terbesar nomer dua dari sebuah studio terkemuka di Hollywood dan telah
menawarkan kedudukan sebagai staf produksi kepada Sheila, asal saja Sheila
bersedia pindah ke Los Angeles.
Tetapi, di atas meja di belakang Sheila ada sepucuk telegram dari bekas
suaminya. Semalam, untuk pertama kali sejak perceraian mereka dua tahun berselang,
mereka telah tidur bersama dan persetubuhan itu telah membikin lupa daratan
dan memuaskan sekali, sehingga membuat Sheila terlalu lemas untuk
mengingkari yang diketahuinya sejak dulu, yaitu bahwa ia tidak pernah
berhenti mencintai bekas suaminya itu. Siang tadi, pria itu telah mengirim
bunga mawar, dan kemudian datanglah telegram itu, yang meminta Sheila agar
mau rujuk kembali. Sheila telah meninggalkan kantornya dan berjalan
menyeberangi jalan ke Central Park. Di sana ia telah duduk dan menangis.
Dalam diri Sheila timbul pertanyaan apakah ia tidak semestinya marah pada
pria itu; pria itu yang telah meninggalkan dirinya dan kini pria itu kembali dan
melakukan ini pada dirinya.
Sheila berusia tigapuluh lebih, seorang wanita dengan perawakan kecil dan
berwajah manis. Pekerjaannya sebagai penyunting cerita bagi kantor cabang
Pantai Timur studio kekasihnya, mengharuskan Sheila menunggu di kantor,
seorang diri, hingga pukul delapan malam, karena seorang wakil presiden
studio itu telah menelefon dari California. Wakil presiden itu lebih suka
menelefon pada pukul lima waktu Los Angeles, dan meminta agar Sheila sendiri
yang menerima pesan pesannya " tidak mau dilayani oleh seorang sekretaris,
dilayani oleh dinas umum.
Jam tangan Sheila menunjuk pukul delapan kurang enam menit. Sheila
berbalik dari jendela dan berjalan kembali ke meja yang penuh dengan
tumpukan buku dan naskah. Sheila duduk dan menarik pesawat telefon ke arah
dirinya. Selama beberapa minggu terakhir, ia cuma menemukan sebuah lakon
di luar Broadway yang agak layak untuk difilmkan. Tetapi, jika, studio
berminat, maka diperlukan tindakan segera. Produser lakon sandiwara itu
berniat mementaskannya di Broadway; dan kalau itu terjadi, maka harga untuk
hak membuat film dari lakon itu akan melonjak tiga kali lipat.
Sheila bersandar ke belakang di kursinya. Lakon itu akan merupakan debut
yang hebat bagi dirinya sebagai produser film. Sheila tersenyum, bertanya pada
diri sendiri apakah hal itu tidak menguatkan suatu pilihan antara bekas
suaminya dan kekasihnya. Suatu ketukan pelan di atas pintu mengagetkan Sheila.
"Ya?" "Polisi. Sersan detektif Ricks, Manhattan Pusat. Suara itu pelan, kesopanan
datar semua polisi New York. "Mudah mudahan aku tidak mengagetkan anda."
Dengan memejamkan mata, Sheila menyentuh dadanya, jantungnya yang
berdebar keras itu. "Terus terang saja, anda telah mengejutkan diriku. Aku
sedang seorang diri saja di sini; menunggu telefon penting."
"Aku akan berusaha tidak meminta terlalu
banyak dari waktu anda, nona "
Pria itu menunggu. "Nyonya Eisen. Aku tidak bermaksud bersikap kasar pada anda, tetapi
apakah keperluan anda tidak dapat ditunda" Apa pun keperluan anda itu?"
"Kurasa tidak dapat, nyonya Eisen. Markas kami mendapat telefon dari
bagian keamanan di lantai dasar tentang seorang yang berkeliaran di dalam
gedung ini." Sheila melompat dari kursinya, ketakutan.
Kami menduga orang itu telah masuk lewat pintu elevator barang di sisi
gedung ini di Fifty-eigth Street," petugas kepolisian itu berkata. "Kami
memeriksa semua tingkat, toilet toilet, ruangan ruangan perlengkapan dan
gudang gudang, pintu pintu darurat, semuanya. Dalam gedung gedung seperti
ini ada elevator elevator otomatik dan kadang kadang seorang sinting
menyelinap masuk setelah semua orang meninggalkan gedung. Dan kerjanya
orang sinting itu naik turun lift menunggu kalau kalau ada wanita yang bekerja
seorang diri saja hingga larut malam."
Sheila cepat membuka pintu, membiarkan petugas itu masuk. Seorang pria
kurus yang penuh senyum, memakai mantel biru tua dan topi warna abu abu.
Tangannya yang bersarung memegang lencana detektif darimetal.
Pria itu menutup kembali pintu, meletakkan tas atase di atas meja resepsi
dan kemudian memperhatikan sekelilingnya. Pria itu mendorong topinya ke
belakang, menggaruk dahinya. Gaya Alan Ladd, pikir Sheila.
Pria itu melepaskan kancing kancing mantel, kemudian juga melepaskan
topinya, memperlihatkan rambutnya yang pirang, sambil menyapukan mata
atas diri Sheila. Tajam me-rikuhkan.
Pria itu paling paling berusia tiga puluh, bersih dan rapih, ciri ciri yang tidak
pernah disukai Sheila. Pria itu dengan topinya menunjuk pada pintu depan kantor itu. "Kunci itu
tidak a-man. Setiap orang dapat memakai kartu kredit atau sepotong plastik
dan membuka kunbi itu dalam waktu dua detik. Coba kuncilah sekarang, dan
kalau aku keluar, akan kuperlihat-kan kepada anda betapa mudahnya membuka
kunci itu." "Ya, ya. Baiklah." Sheila mengunci pintu
itu. "Memang lucu," kata detektif Ricks itu, "Separoh dari kasus kasus pencurian
dengan membobol masuk ke dalam rumah, ternyata tidak menyangkut
pembobolan itu sendiri. Pencuri dapat masuk karena ada pintu yang tidak
terkunci, sebuah jendela yang terbuka, karena kunci disimpan di bawah keset,
hal hal yang semestinya tidak boleh terjadi."
"Jenis kunci apakah yang semestinya kupasang?"
"Kunci berpasak. Namun begitu, harus anda ketahui, bahwa tidak ada kunci
yang seratus persen aman. Paling paling yang dapat dicapai adalah
mempersulit, memperlambat masuknya pencuri itu. Pencurian pada umumnya
adalah suatu tindakan serba kilat. Menghantam dan lari. Suatu kejahatan berazaskan oportunitas. Kalau ada kemungkinan akan adanya kesulitan untuk
masuk, maka pelaku itu tidak mau mendapat gangguan."
Sersan detektif Ricks menjatuhkan topinya ke atas tas atasenya dan
menggerakgerak-kan jari jari tangan dalam sarung itu. Huruf huruf inisial di
atas tas itu adalah RA. Itu terlihat oleh Sheila. Ada sesuatu lagi yang istimewa.
Detektif Ricks memakai sebuah pentol emas kecil pada telinga kanan.
Telefon di atas meja di belakang Sheila
itu berdering dan Sheila memalingkan kepala
ke arah pesawat itu, kemudian berpaling kembali pada sersan Ricks dan pria itu melihat segala galanya yang terdapat di atas
wajah wanita itu. Kecurigaan. Dan harapan.
Karena telefon itu berdering dan ia, Sheila,
cukup mengangkat gagang telefon itu dan berteriak meminta tolong.
Tsuki no kokoro. Karena rembulan bersinar rata atas segala sesuatu yang berada di dalam
jangkauannya, maka seperti itu pulalah seorang pendekar harus
mengembangkan kesadaran yang akan selalu membuat dirinya mengetahui
totalitas lawannya dan gerak geriknya.
IA menyerang. Cepat, menentukan.
Tangan kirinya melesat, mata pisau itu meremukkan lekum Sheila dan
mengakhiri ke-mampuannya untuk berbicara, namun tidak mem-bunuhnya.
Belum. Mata wanita itu melotot.
Ah, ini suatu lelucon tentu; tidak terjadi atas dirinya. Selama beberapa detik,
Sheila menjadi penonton dan sekaligus peserta, ber- diri atau berada di luar
dirinya sendiri dan menyaksikan pukulan itu, tetapi rasa nyeri yang sangat itu
merambat mendekat dan mengi- kuti alurnya adalah kepanikan dan kengerian
yang mempunyai baunya sendiri
Sheila mengangkat kedua tangan ke teng-gorokkannya dan melangkah mundur
menjauhi pria itu. Pria itu mengikutinya, dan ketika maai, jarak, telah tepat,
pria itu melancarkan pukulan lagi. Ia menghantamkan bagian bawah tangan
kanannya pada hidung wanita itu, meremukkannya, dan Sheila terhuyung
huyung menubruk meja resepsionis, belum juga menerima kenyataan serangan
itu. Namun rasa nyeri itu semakin menjadi jadi; ia tidak dapat bernafas dan
kulitnya telah menjadi berpeluh dingin.
Pria itu merapat, menendang wanita itu pada pahanya, mengelukkan
kakinya dan merobohkannya ke atas lantai. Tanpa satu pun gerak sia sia, pria
itu membungkuk rendah dia-tas Sheila dan secara akhli melancarkan serentetan
pukulan ke atas ginjal wanita itu. Suatu bunyi tercekik keluar dari tenggorok
Sheila bersamaan dengan mengejangnya tubuhnya. Jari jari kedua tangan Sheila menggaruk
garuk dan mencengkeram karpet dan ia menguatkan diri untuk bertahan hidup
karena, tidakkah ia belum membuat pilinannya di antara kedua pria yang mencintai
dirinya" Tiba tiba, pria itu berhenti. Dengan kelembutan mengherankan, ia
menyeret Sheila menjauhi meja, dan selagi telefon di atas meja itu berdering
terus, pria itu menyingkap rok Sheila, melepaskan celana dalam wanita itu, dan
melemparkan benda tipis dan ringan itu ke suatu sudut. Pria itu merenggang
kaki Sheila dan ia tersenyum senang, memandang sejenak sebelum melepaskan
mantel dan jas dan membuka celananya sendiri. Pria itu menarik nafas dalam
dalam, merasakan nikmatnya diri yang sudah terangsang penuh. Ia memasuki
tubuh Sheila, dengan menopang diri di atas siku siku dan lutut lututnya,
menjaga agar dirinya tidak bersentuhan dengan wajah yang berlumuran darah
itu. Ia menggarap wanita itu dengan tidak mem buang buang waktu,
menenggelamkan diri dalam daging wanita itu dan merasa kendali terlepas dari
tangannya. Dalam beberapa detik ia sudah mengerang erang, mendesak
sedalam dalam mungkin dalam nafsunya mencapai puncak kenikmatan itu, lalu
membiarkan dirinya luluh dalam kenikmatan tertinggi, yang hampir menyerupai
maut itu sendiri. Pria itu ambruk di atas karpet di samping Sheila, tergeletak tenang,
bernafas lewat mulutnya dan merasakan suatu cinta yang tidak sanggup
dinyatakannya dengan kata kata. Mereka berdua telah disatukan dalam Chimatsuri, ritus darah yang sudah berussia seribu tahun dan yang menentukan
bahwa suatu pertempuran harus didahului dengan suatu korbanan manusia
kepada dewa perang. Pertempuran.
Pria itu tiba tiba duduk dan melihat pada jam tangannya. Dalam waktu
kurang dari satu jam, ia akan berhadapan dengan musuhnya.
Pria itu mendengar orokan sekarat dari tenggorokan wanita itu. Mata Sheila
itu memohon belas kasihan, padahal yang dapat diberikannya kepada wanita
itu hanyalah pembebasan. Dengan menghantamkan siku kanannya ke kening,
pria itu memusnahkan Sheila dengan sekali pukul.
TIGA ORANG PRIA, dua di antaranya bercakap cakap mengenai suatu rencana
pemasaran yang telah mereka siapkan selama duabelas jam terakhir, berjalan
dari lift menyeberangi lobby kosong itu ke sebuah meja, tempat seorang
penjaga keamanan menonton televisi. Ketika ketiga orang pria itu lewat di
dekat mejanya, penjaga itu mengangkat kepala sejenak, melihat ketiga orang
bermantel yang menjinjing tas atase masing masing itu, dan kembali
mencurahkan perhatiannya pada layar televisi itu. Penjaga itu tidak
memperhatikan pria yang ketiga, yang memakai syal leher yang hampir
menutupi seluruh wajahnya.
Setelah berada di Fifth Avenue, pria ketiga itu menarik syal itu dari
wajahnya, menyentuh pentol emas di telinganya itu dan memandang ke atas
Giri Karya Marc Olden di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pada langit yang warnanya seperti merah karat itu. Pria itu merasakan
dinginnya serepih serepih salju dan udara dingin menyejukkan kulitnya yang
terasa panas itu. Ia merasa dirinya kuat tidak terkalahkan; ki-nya, tenaganya,
bertambah terus dan panca inderanya begitu tajam, sehingga ia dapat
mendengar angin dan air dari zaman lain? Malam itu, di waktu ia memasuki
gelanggang, akan digebrakkan kakinya dan akan digoncangkannya bumi
Dirinya dilindungi oleh ritus darah itu dan oleh Hachiman Dai Bosatsu,Bodhisatva agung, dewa
perang. Dirinya adalah sebilah pedang, yang ditempah oleh keempat
unsur: logam, air, kayu dan a-pi.
Ia adalah bushi sejati, seorang pendekar yang tidak terkalahkan.
SATU GOJO-GYOKO Azas dari lima perasaan dan lima nafsu, ciri ciri watak musuh yang harus
dimanfaatkan. KEPULAUAN CAYMAN terletak dalam satu jam terbang dengan pesawat jet di
sebelah selatan Miamidan seratus delapan puluh mil di sebelah barat laut dari
Jamaica. Dengan luas yang hanya seratus mil persegi, kepulauan itu mempunyai
jumlah penduduk yang duabelas ribu orang banyaknya, keturunan dari petani
petani skotlandia, orang orang eropa, orang orang afrika dan perompak
perompak laut yang mengalami karam dan yang pernah menteror daerah
karibia di bawah pimpinan Sir Francis Drake, Henry Morgan dan Blackbeard.
Penduduk kepulauan itu hidup dari menangkap ikan dan mengekspor kulit ikan
hiu, barang barang hasil penyu dan kayu pewarna.
Pulau Grand Cayman adalah pulau yang terbesar: seserpih datar dan kurus
dari batu koral, pasir putih dan rawa rawa bakau.
Pada tahun 1962, kepulauan cayman, yang merupakan suatu daerah yang
tergantung pada Jamaica, tidak mau mengikuti jalan yang ditempuh Jamaica,
yaitu dengan menjadi merdeka dari kerajaan inggris. Sebaliknya, ketiga pulau
itu " Grand Cayman, Libtle Cayman dan Cayman Brae " mengeluarkan suara
untuk tetap sebagai sebuah koloni mahkota inggris, yang memerintah dengan
suatu undang undang dasar sendiri; sedangkan politik luar negeri dan
pertahanan akan ditetapkan dan diselenggarakan dari London.
Dengan mengikuti contoh kepulauan bahamas, yang telah menjadi makmur
dengan menawarkan pembebasan pembebasan perpajakan kepada bank bank
asing dan perusahaan perusahaan multi nasional, maka penduduk ke-. pulauan
cayman memutuskan untuk mengubah masyarakat mereka yang kecil dan
terpencil itu menjadi suatu negeri swiss karibia.
Dengan diberlakukannya suatu undang undang perusahaan baru pada tahun
1966, kepulauan caymanmenjadi suatu pusat keuangan internasional, yang
menawarkan kepada perusahaan perusahaan asing suatu medan usaha baru
yang bebas pajak dan memperkenankan bank bank dunia bergerak di kepulauan
itu dengan jaminan kerahasiaan yang bahkan tidak bisa ditandingi oleh sistem
sistem yang berlaku di kepulauan bahama atau bahkan yang berlaku di swiss.
Limabelas tahun kemudian, hampir tigaratus bank dan lebih dari sebelas
ribu perusahaan telah terdaftar di Georgetown, ibukota Grand Cayman.
Jumlah bank dan perusahaan itu mewakili beratus ratus milyar dollar.
Seluruhnya bebas dari pajak dan pengawasan.
Dan dari pertanyaan pertanyaan mengenai " asal usul uang sebanyak itu
*********** PENGHITUNGAN UANG ITU HAMPIR SELESAI.
Delapan juta, tiga ratus ribu dollar. Tunai.
Dibawa sendiri dari New York ke Grand Cayman.
Dalam tiga koper dan diletakkan di atas meja seorang manager bank
Georgetown yang adalah juga seorang pengacara dan seorang dari tujuh
anggota 'dewan eksekutif pulau itu.
Hal itu, kedudukan kedudukan rangkapnya itu, memungkinkan manager
bank di Georgetown yang adalah juga seorang pengacara dan seorang anggota
'dewan eksekutif pulau itu " yang adalah juga 'kabinet' pemerintahan di pulau
itu " untuk membuat undang undang yang menjamin kemakmuran dan
kesejahteraan bagi dirinya, dan mentercengangkan saingan saingan dirinya. Seorang yang ramah, yang menawarkan cerutu kuba dan Vieille Rhum dari
kepulauan perancis kepada klien kliennya, dan yang "terpenting: pandai
menyimpan rahasia. Namun, ada petunjuk petunjuk bahwa manager itu tidaklah tanpa * rahasia
rahasianya, dan Trevor Sparrowhawk, yang hadirdi situ, melihat akan hal itu.
Sesuatu rahasia di antara bankir yang sudah beriste-ri itu dengan sekretaresnya
yang jauh lebih muda, seorang wanita Jamaica dengan tubuh menggiurkan,
dengan bunga bakung di rambutnya dan jam tangan Lucien Picard pada pergelangan tangannya. Colek colek dan gelitik gelitik, pikir Sparrowhawk.
Sparrowhawk juga mengetahui bahwa gaji
manager itu sebagai bankir, walaupun memberikan segala kemudahan, namun tidak menandingi penghasilannya sebagai pengacara, karena dalam kedudukan itu ia menerima seribu
dollar untuk setiap pendaftaran sebuah korporasi multi nasional, dan kemudian bahkan
mengangkatnya sebagai anggota dewan direksi
perusahaan tersebut. Selama sepuluh tahun,
manager itu telah mendaftar lebih dari seribu perusahaan
Sertifikat sertifikat berbingkau yang ditata di atas rak buku menyatakan bahwa bankir yang menyandang dasi
perguruan Eton itu juga menjadi anggota berbagai klub bergengsi di London
Dari lima orang di dalam kantor bankir itu, hanya Sparrowhawk seorang
yang tidak menghitung uang itu. Sparrowhawk cuma penonton di situ dan sudah
merasa jemu sekali dengan harus menunggu berjam jam lamanya. Bagian besar
waktunya di situ dilewatkannya dengan memandang keluar dari jendela kantor
di lantai dua itu , memandang keluar ke atas pelabuhan Georgetown dan
pembongkaran muatan sebuah kapal dari Caracas.
Trevor Wells Sparrowhawk adalah seorang inggris, berwajah merah,
berkumis hitam lebat, berperawakan kekar, dan berusia limapu-luh lima tahun.
Dengan kesehatan yang prima. Rambutnya yang putih keperak perakan dan
masih lebat dan gondrong itu menyembunyikan sisa telinga yang dikoyak
seorang suku Simba yang mabok di konggo belgia. Pada kelepai jas tweed
tersemat lencana SAS, dengan bangga menyatakan bahwa ia pernah berdinas
dalam komando elit inggris itu selama karir militernya yang lama. Dewasa ini
Sparrowhawk tinggal dan bekerja di amerika, menjadi kepala operasi dan
seorang direktur Management Systems Consultants, sebuah dinas intelijen
partikelir. Di satu sisi meja besar itu, bankir cayman dan dua orang pembantunya
berhenti menghitung dan memasukkan hasil hasil kalkulator masing masing ke
dalam buku besar yang dipegang oleh bankir itu. Di hadapan mereka, duduk
Constantine Pangalos, seorang pengacara New York yang berkedudukan tinggi,
yang dengan dikawal oleh Sparrowhawk dan dua pengawalnya telah membawa
uang itu dari New York ke St. Petersburg dengan berkendaraan mobil, dan dari
sana dengan pesawat jet ke kepulauan Cayman. Usia Pangalos sekitar empatpuluhan. Kecenderungan Pangalos yang paling terkenal adalah kesukaannya
pada isteri isteri orang lain. Pangalos dulunya seorang jaksa federal terkenal,
bertanggung jawab a-tas sebuah team yang memeriksa kejahatan terorganisasi.
Tetapi kini, Pangalos bekerja untuk kejahatan terorganisasi, yaitu pada
keluarga Paul Molise dari New York. Seperti halnya dengan Sparrowhawk.
Sebuah kapal lain telah tiba di pelabuhan.
"Selesai, " Pangalos yang sudah lelah sekali bersandar ke belakang di kursinya.
Pangalos berbicara pada Sparrowhawk " yang tidak disukainya " tanpa
memalingkan muka. "Kau dapat menelefon New York. Katakan pada kawan
kawan kita itu 'tiga hari1."
Sparrowhawk kini berdiri dari kursinya. Paul Molise, yang junior dan yang
senior, akan senang sekali mendengar bahwa mereka akan mendapatkan
kembali uang delapan juta itu secepat itu. Sudah diputihkan. Rencana
pemutihan itu merupakan buah pemikiran Paul junior, seorang tukang sulap
keuangan yang lulus dari HarvardBusinessSchool dan yang bertanggung jawab
atas peralihan keluarganya ke dalam investasi investasi syah: klinik klinik
bersalin, pusat pusat perbelanjaan, usaha usaha simpan pinjam dan real
estate. Management Systems Consultants juga memutihkan bagiannya dari uang
kotor itu, tetapi bukan itu bidang pekerjaannya yang
utama. Di bawah pimpinan Sparrowhawk, perusahaan itu mengumpulkan
informasi informasi yang bersifat vital bagi kepentingan kepentingan Molise.
Informasi informasi itu datang dari berkas berkas kepolisian, komite komite
kongres amerika, rapat rapat dewan perusahaan, dari IRS, FBI, kesaksian
kesaksian rahasia di pengadilan, rapat rapat dan perundingan perundingan
dengan serikat buruh, dan dari program perlindungan bagi saksi saksi federal.
Informasi datang pula dari petugas petugas hukum yang kini bekerja bagi
perusahaan Molise dan yang mengerahkan kontak kontak mereka untuk
mendapatkan pita pita komputer, informasi bank data dan salinan salinan
memo memo, dosir dan laporan laporan.
Sparrowhawk telah- mengubah Management Systems Consultants menjadi
sebuah perusahaar yang menguntungkan. Dengan perusahaan perusahaan
terkemuka, dari kelompok kelompok hotel hingga restoran restoran 'pelayanan
cepat, Sparrowhawk mempunyai kontrak kontrak keamanan. Perusahaannya
juga melakukan penyelidikan penyelidikan untuk perusahaan perusahaan
pengacara, politikus dan pengusaha luar negeri. Perusahaannya menyediakan
pengawal pengawal pribadi, mengatur keamanan bank bank dan pabrik pabrik
federal, melakukan pencurian pembicaraan telefon maupun menghalau
pencurian pencurian seperti itu, dan melakukan pemeriksaan riwayat pegawai.
Sekali pun didukung oleh Paul Molise dan ayahnya, Management Systems
Consultants sepenuhnya dikuasai Sparrowhawk sendiri. Sparrowhawk berkeras
agar pekerjaan 'basah1, membunuh, diserahkan pada kelompok kelompok lain,
agar MSC tidak menjadi sasaran sorotan pihak berewajib. MSC membatasi
pekerjaannya pada pemutihan uang dan pengumpulan intelijens.
"Orang melihat kesalahan bahkan pada yang lurus," Sparrowhawk telah
mengatakan kepada Paul Molise, "Pikiran yang curiga hanya memerlukan sedikit
saja untuk semakin curiga dan curiga. Pelaksanaan hukum amerika adalah
pikiran yang penuh curiga itu. Mereka mengawasi kita berdua, tetapi dirimu
lebih lebih dicurigai oleh mereka. Karenanya, jangan memberi bahan kepada
mereka untuk menimbulkan kegaduhan di antara dewan direksi kita."
Di kantor bankir di Georgetown itu, Sparrowhawk berkata kepada Pangalos,
"Akan kutelefon dari luar. Agar ada kesempatan bagiku merentang kakiku. 0 ya,
kalau ada yang bertanya, kapankah harus kukatakan kau akan kembali ke New
York?" "Pada waktunya. Aku masih ada pekerjaan di Miami."
"Oke." Pangalos memalingkan muka kepada Sparrowhawk. Tatap menatap itu
berlangsung hingga Pangalos mengalihkan kembali matanya ke arah bankir itu,
dan berkata, "Selesaikanlah segala sesuatunya. Kita sudah selesai dengan
menghitung uang itu. Tinggal surat suratnya, bukan?"
"Akan kuajak Robbie,": Sparrowhawk berkata, maksudnya adalah seorang
dari kedua pengawal yang menunggu di luar pintu. "Martin biar tinggal di sini.
Jika kau memerlukan seorang untuk menyampaikan sesuatu pesan padaku, aku
yakin Martin tidak akan mendapatkan kesulitan mencari diriku dalam kota yang
cuma sebesar Georgetown ini."
Pangalos mendengus, "Barangkali akan kaudapatkan seorang bimbo untuk
duduk di a-tas wajah Robbie."
"Barangkali aku tidak bersamamu, kalau kau sedang mengganggu Robbie
lagi." Sambil mengerutkan dahi, Pangalos teringat pada peristiwa ia lolos dari
lubang jarum itu. Hanya berkat Sparrowhawk, Robbie dapat ditenangkan. Suatu
ejekan yang dilemparkan Pangalos, bahwa Robbie tidak pernah bersama
wanita, hampir saja harus di bayar Pangalos dengan nyawa. Robbie memang
seorang yang mematikan. Robbie seorang akhli Tae Kwon Do dan Okinawa Te, akhli Kung Fu dan
Shotokan. Dalam perkelahian dengan menggunakan pisau dan Bo-jitsu,
permainan tongkat, Robbie akhli pula. Robbie dan Sparrowhawk pertama kali
bertemu di Saigon. Ketika itu Robbie bekerja untuk SEAL dan Sparrowhawk
untuk CIA. Mereka berdua juga bekerja untuk Mafia, yang berhasil menarik keuntungan
besar dari perang Vietnam. Di Management Systems Consultants, Robbie yang
berusia tigapuluh tahun itu bekerja sebagai pengawal pribadi, sebagai kurir
pembawa uang tunai atau suratsurat penting dan sebagai pelatih seni bela diri
bagi personel perusahaan. Sparrowhawk merasa bangga bahwa Robbie secara
berhasil ikut dalam turnamen turnamen karate terpenting dan menjadi tokoh
nasional di bidang i-tu. Karena cuma mempunyai seorang anak " seorang anak
perempuan " pada diri Robbie Sparrowhawk melihat anak lelaki yang
didambakannya, dan Robbie memperlihatkan sikap menghormati Sparrowhawk
dengan memanggilnya dengan sebutan 'mayor'.
Di Saigon, ketika Paul junior dan Sparrowhawk pertama kalinya
membicarakan tentang pendirian Management Systems Consultants,
Sparrowhawk telah menegaskan bahwa Robbie harus menjadi bagian dari kerja
sama itu. Itu bukan sekedar sikap kesetiakawanan; kontrak yang sangat
menguntungkan dan kebebasan yang ditawarkan kepada Sparrowhawk itu tidak
menutup kemungkinan adanya pengkhianatan dari pihak orang orang itali. Dan
dengan Robbie di sampingnya, suatu masalah yang tidak dapat diremehkan
telah mendapatkan pemecahannya.
SPARROWHAWK seketika menjadi Waspada. Ada sesuatu yang tidak beres di
ujung sana tele-fon di New York itu.
Semestinya Paul Molise yang menjawab. Sedangkan kini, Sparrowhawk
mendengar suara lain, sopan berolok olok dan tawa yang hampir tidak
diselubungi. Canang berbunyi dalam benak orang inggris itu. Sesuai ketentuan,
Sparrowhawk menggunakan telefon umum di Georgetown untuk menghubungi
sebuah telefon umum pula di Manhattan, sebuah telefon yang bebas dari
bahaya penyadapan. Suara yang menyambut Sparrowhawk itu agaknya sudah
mengetahui bahwa ia ada di luar negeri.
"Paulie mengatakan bahwa ia yakin kau telah melakukan pekerjaanmu
dengan baik di sana. Ia menghendaki agar kau meneruskan informasimu
kepadaku." Informasi itu. Uang Molise yang delapan juta, yang kini secara tidak dapat
dilacak berada didalam sebuah bank cayman, akan kembali ke amerika dalam
waktu tiga hari, dalam bentuk pinjaman pinjaman kepada bisnis yang dikuasai
Molise. Molise juga akan mendapatkan pengurangan pengurangan pajak atas
pembayaran bunga pinjaman pinjaman itu.
Dan lewat telefon lima belas menit yang lalu, Sparrowhawk telah mengatur
bahwa seseorang "bukan pegawai Management Systems Consultants "
melaksanakan suatu pembunuhan 'kontrtaktual' bagi keluarga Molise, dalam
waktu empatpuluh delapan jam lagi.
"Hai, aku mengetahui bahwa kau ada di situ," suara itu berkata. "Aku dapat
mendengarmu bernafas."
-Bangsat bangsat itu mengejar ngejar kita, pikir Sparrowhawk. Bangsat yang
seorang itu teristimewa. Sparrowhawk menutupi corong telefon itu dengan tangan dan dengan kepala
memberi i-syarat agar Robbie mendekat.
"Mannie Decker,'1 Sparrowhawk berbisik.
Alis Robbie naik. "Ia yang di telefon itu?"
"Sialan, jangan keras keras. Siapa pun yang di sana, ia mencoba
menyamarkan suaranya dengan menutup corong telefon dengan saputangan.
Tetapi aku berani bertaroh bahwa yang di sana itu Decker."
"Haram jadah. Bagaimana ia bisa mengetahui pesawat yang akan kita
hubungi di New York" Bagaimana ia mengetahui kita ada di sini ?"
Sparrowhawk bergulat menahan amarah. Ya dewa, betapa ia membenci
menjadi pihak yang diburu.
"Tidak perlu dipersoalkan bagaimana ia dapat mengetahui hal itu. Ia seorang
perwira polisi." "Ayo, ayo...," suara itu mendesak, "waktu terbuang buang. Berikan angka
angka, tanggal tanggal, sesuatu untuk disampaikan kepada Paulie."
Seandainya bukan Sparrowhawk, pastilah o rang akan bergidik melihat airmuka
Robbie i-tu. Sparrowhawk sudah pernah melihatnya: di Saigon, sesaat sebelum
Robbie menyiksa dan membunuh dan pada pertandingan pertandingan karate,
sebelum ia memusnahkan lawannya.
Sparrowhawk, dengan tangan masih menutupi corong telefon,
menggelengkan kepala. "Dengarkan kata kataku. Telah dua kali kau mencoba
Decker. Biarkan hingga di situ. Ini bukan Vietnam, kau mengerti?"
Ditegur begitu, Robbie menundukkan kepala.
Giri Karya Marc Olden di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seperti halnya dengan Robbie, Mannie Decker juga saorang karateka yang
hebat. Dua kali mereka telah bertemu dalam pertandingan, dan kedua kali itu
Robbie yang keluar sebagai pemenang. Dalam pertarungan terakhir, Robbie
dengan ganas telah mematahkan lutut detektif New York City itu. Hanya
pembedahan akhli dan berbulan bulan latihan khusus telah menyelamatkan
Decker dari cacad seumur hidup.
Setelah itu, Decker tidak pernah bertarung lagi dalam turnamen turnamen
karate, membuat banyak orang "termasuk Sparowhawk" mengira bahwa
Decker takut pada Robbie. Padahal, Decker berlatih dan mengajar terus dan
berada dalam kondisi top. Ia hanya menghindari pertandingan pertandingan.
Sparrowhawk dan Robbie telah bertemu dengan Mannie Decker di Saigon dan
mengetahui betapa efisien Decker dalam semua tindakannya.
Decker ditugaskan pada suatu gugus tugas yang menyelidiki Management
Systems Consultants; dan hingga saat itu, penyelidikan itu tidak membuahkan
banyak hasil. Tetapi suatu pembunuhan yang dapat ditimpakan ke atas pundak
MSC pastilah akan disambut penuh semangat oleh gugus tugas federal itu. Oleh
Decker. Teristimewa oleh Decker.
Sialan benar Paul junior itu! Yang pernah menimang nimang gagasan
memakai Robbie atau seorang lain dari MSC melaksanakan suatu pembunuhan
kontraktual. Tetapi, yah... a-pakah yang dapat diharapkan dari gerombolan
gerombolan liar itu, pembunuh pembunuh bayaran, pelahap pelahap spaghetti
itu! Mereka itu keranjingan kekuasaan dan kesukaannya memanipulasi setiap
orang yang bekerja untuk mereka. Seketika Robbie atau Sparrowhawk atau
seseorang dari MSC melakukan pembunuhan atas perintah Molise, orang itali itu
akan menggenggam nasib mereka. Sparrowhawk menghendaki orang luar yang
melakukan pekerjaan kotor itu dan kalau Paul tidak menyukai pendiriannya itu,
yah.... persetan! Yang paling mendesak saat itu adalah kembali ke bank dan cepat
merundingkan dengan Pangalos bagaimana caranya menghubungi Paul junior,
kalau pun itu dipandang bijaksana. Yang lebih baik adalah kembali ke New York
dan menyampaikan berita itu secara pribadi. Bagaimana pun, Sparrowhawk
bermaksud untuk menemui manager bank dan anggota anggota kabinet cayman
lainnya, untuk membicarakan tentang pemasangan sistem keamanan baru bagi
lapangan terbang Georgetown. Suatu proyek yang berharga sejuta dollar bagi
Management Systems Consultants. Itulah sebab lainnya mengapa Sparrowhawk
secara pribadi mengawal uang itu ke kepulauan itu.
"Paulie....," suara dari New York itu memulai lagi, tetapi Sparrowhawk
sudah memutuskan hubungan. Ia mencurigai suara dari u-jung sana itu, dan
tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Sparowhawk meletakkan gagang telefon
itu. SERSAN DETEKTIF MANNIE DECKER keluar dari suatu malam New York yang
bersalju itu, dan masuk ke Jepang.
Ia berada di Furin, sebuah club Jepang di East Fifty-sixth street di
Manhattan. Gaijin, orang orang luar, tidak disambut baik di daerah itu. Fur in
itu tempat o-rang orang Jepang yang kesepian dapat mendengar bahasa mereka
dipakai, tempat mereka dapat bercumbu cumbuan dengan pramuria pra-muria
Jepang dan amerika yang profesional, tempat minum Awamori, brandi dari ubi
manis dari Okinawa, dan membuat transaksi transaksi dengan membubuhi
dokumen dokumen dan surat menyurat dengan hanko, tanda cap pribadi.
Decker menyerahkan mantel dan topinya kepada seorang pramuria yang
berpakaian kimono,lalu mengikuti kepala pelayan ke bagian restoran yang
ditata sebagai suatu taman batu karang, dengan air terjun miniatur dan pohon
pohon kerdil. Semua itu, berpadu dengan bau makanan gaya Jepang,
mengingatkan Decker kepada Saigon. Pada Michi. Jika kenikmatan cinta mereka
cuma sesaat lamanya, kepedihannya menyiksa lebih lama. Michi Chihara sudah
mati. Detektif itu diperhatikan orang, mula mu la oleh para pria di suatu sudut
restoran itu, kemudian oleh orang orang yang duduk di bar, yang duduk sambil
membaca surat kabar yang setiap hari diterbangkan dari Tokyo a-tau yang
menonton kaset video dari pertandingan sumo dari Kokugikan Arena di Tokyo.
Decker tidak merasa terganggu oleh pelo-totan mata mata itu, bahkan
mempertimbangkan ikut menonton suatu pertandingan sumo. Lazimnya itu
tidak lama, paling lama enampu-luh detik; seorang pegulat sumo yang beratnya
350 kilo tidaklah mempunyai daya tahan, namun begitu, sungguh menakjubkan,
pegulat pegulat itu memiliki kelincahan, keseimbangan, kecepatan. Mereka
merupakan atlet atlet paling populer di jepang.
Manny Decker tinggi lima kaki sepuluh inci, tampan dengan hidung patahnya
dan rambut coklat tua dan berkumis. Usianya tigapuluh tahun, langsing,
berotot dan warna matanya hijau laut. Ia menjadi anggota kepolisian sejak
keluar dari pasukan komando angkatan laut enam tahun berselang, dan
memperoleh lencana emas kedetektivan dalam waktu kurang dari dua tahun.
Hidungnya yang patah itu kenangan dari suatu turnamen karate, ketika
lawannya yang memakai cincin, gagal melancarkan dan mendaratkan sebuah
pukulan ke atas wajahnya.
Decker juga petugas lapangan, pengawas dari bagian Urusan Intern
departemen kepolisian. Tugasnya adalah mendeteksi salah ulah polisi dan
melaporkannya. Suatu tugas penuh resiko karena dapat menjadi sasaran kebencian setiap
anggota kepolisian. Suatu kehidupan yang banyak menye rempet bahaya. Dan
Decker menikmati hidup seperti itu.
Itu tidak berarti bahwa ia semberono di-dalam sikap dan tindakannya.
Di lantai dua Furin itu, pelayan yang mengantar Decker itu berhenti di
depan sebuah O-zashiki, sebuah kamar makan perseorangan dengan tatami,
tikar jerami yang berbau segar dan manis. Jalan masuk ke dalam kamar itu
berpintu sorong berupa sekat shoji dari kertas berwarna krem. Dari dalam
kamar itu suatu suara menjawab hai, 'ya', dan detektif itu ditinggalkan oleh
pelayan itu. "Silahkan masuk, sersan Decker."
Decker melepaskan sepatu, menarohnya di atas lantai di samping sepatu
Kanai, lalu menyorong pintu itu ke samping.
Ushiro Kanai, dalam setelan jas warna kelam yang disukai oleh semua
pengusaha Jepang, duduk berjongkok di depan sebuah meja rendah, memegang
secangkir arak beras hangat. Sebagai kepala kantor cabang New York dari
Murakami Electronics, yaitu sebuah perusahaan besar multi nasional yang
berpangkalan di Tokyo dengan cabang cabang di tiga-puluh satu negeri, Kanai
yang tampak muda, masih berusia empat puluhan, sedang dipersiapkan untuk
menjadi presiden perusahaan.
Ushiro Kanai adalah seorang yang intelijen dan tidak gampang dijajagi,
produk dari suatu masyarakat yang sangat kompetitif.
Ushiro mempersilahkan Decker duduk di seberang meja rendah itu. Lututnya
yang cidera menghalanginya duduk berjongkok, sehingga Decker memilih gaya
duduk dalam dojo, di atas pantatnya, kaki di depan tetapi rapat pada
badannya. Kanai tersenyum pada Decker, suatu senyum keras dan dingin.
Senyum yang tiada mengandung makna apa pun. Kanai, lagi pula, sama sekali
tidak menyukai New York, dan bertambah kurang kesukaannya pada New York
sejak penikaman atas diri anak menantunya, tiga hari yang lalu.
Decker menyerahkan tas atase yang dibawanya itu kepada lelaki Jepang itu
dan melihat senyum Kanai itu lenyap dari wajahnya. Sekali itu, untuk pertama
kali selama hidup yang berciri pengendalian diri secara ketat itu, Kanai goyah.
Mulutnya menganga terbuka. Tetapi ia cepat menguasai diri kembali. Kanai
mengenali tas atase itu; itu pemberiannya kepada anak menantunya. Kanai
membuka tas itu, mengangkat tutupnya dan dengan cermat memeriksa setiap
helai kertas yang terdapat di dalam tas itu. Ketika ia memandang lagi pada
Decker, tiada senyum di bibirnya.
Rasa terima kasih. Kanai menutup tas itu, meletakkan kedua tangan di atas tutup tas itu dan
memejamkan Dariku untukmu, pikir Decker. Telah kukembalikan padamu masa depanmu
dan aku mengharapkan pembayaran.
"Domo arigato gozai mashite, Decker-aan," Kanai berkata dengan menjura.
Terima kasih banyak. "Do itashi mashite, Kanai-san," Terima kasih kembali.
"Domo osewasama desu," Aku sangat berhutang budi pada anda.
Decker menyelami maksud Kanai. Tetapi, karena bahasa Jepangnya sangat
kurang, kepingan kepingan yang dipungutnya dari lima belas tahun karate dan
afair getir getir manis dengan Michi, Decker memutuskan untuk mendapatkan
penegasan. Decker menunggu hingga Kanai membuka kembali mata, dan
ditatapnya pria jepang tu.
"Giri." Kanai membisikkan kata itu. Sekali pun Decker baru saja
mengembalikan suatu laporan yang tercuri, yang dapat merusak Murakami
Electronics dan menyeret Kanai dari kedudukannya yang tinggi, pria jepang .itu
tidak suka, enggan, harus berhutang budi pada seorang gaijin ,seorang asing.
Namun nyatanya ia berhutang budi, dan rasa kehormatan menuntut dirinya
membalas budi itu. Merasa senang, Decker melakukan yang patut dilakukannya.
Mengikuti adat kebiasaan jepang, dituangkannya arak beras ke dalam cangkir
Kanai. Setelah Kanai menyatakan giri itu, tinggallah pada Decker untuk
menyatakan dengan cara bagaimana ia minta dibayar. Decker menginginkan
pembayaran saat itu juga dan di situ pula. Malam itu.
Tiga hari yang lalu, di sebuah hotel mu-rahan di West Side, seorang pria
jepang telah diketemukan dengan luka tikaman yang gawat. Pria itu dirampok
uang tunai yang dibawanya, perhiasan pribadinya dan sebuah tas atase berisi
suratsurat penting dan berharga. Pria malang itu adalah menantu Ushiro Kanai,
seorang akuntan Murakami Electronics, dan yang dibawa dalam tas atase itu
adalah dokumen dokumen yang memerinci usul pengoperan sebuah perusahaan
elektronik California, sebuah perusahaan yang mempunyai kontrak kontrak di
bidang pertahanan amerika serikat.Saran itu ingin dirahasiakan oleh Kanai
sebelum ia mengatasi masalah keberatan keberatan Pentagon terhadap
pengoperan perusahaan perusahaan yang ada sangkut dengan pertahanan
amerika oleh pengusaha pengusaha asing.
Pria pria jepang yang sendirian di New York sulit sekali menemukan orang
perempuan. Tidak hanya karena tidak banyak wanita jepang yang masih single,
tetapi penghalang bahasa mempersulit pria pria jepang itu bergaul dengan
wanita wanita amerika. Maka sebagian orang pria jepang itu pergi pada wanita
wanita pelacur, suatu pilihan yang berbahaya.Orang orang jepang itu kadang
kadang dirampok, dipukuli, dibunuh.
Anak perempuan Kanai yang cuma seorang sangat membenci amerika.
Dipandangnya ame-rika itu kotor dan kasar. Ia juga tidak senang ditinggal
sendirian oleh seorang suami yang bekerja hingga jauh malam untuk
menyenangkan seorang ayah mertua yang ditakutinya. Ketika sakitnya, entah
itu sungguh sungguh atau khayalan belaka, mendorongnya ke tepi keambrukan
total, Kanai memerintahkan anak perempuannya itu pulang ke Jepang..Dalam
waktu beberapa minggu setelah ditinggalkan isteri, kesepian sang suami tidak
tertahankan lagi. "Sebagaimana telah kukatakan kepada anda lewat telefon," Decker berkata
kepada Kanai, "kami melakukan penangkapan penangkapan siang tadi. Tiga
orang: pelacur yang bersama tuan Tada, bersama calo dan temannya, yang
telah menunggu di kamar hotel itu. Jam tangan yang anda sebutkan padaku dan
rekanku tempo hari, telah terlihat di kota. Ban emas, jarum jarumnya bertatah
rubi. Calo itu telah memperagakannya di disko disko dan club club malam. Ada
nama Yoko pada baliknya."
"Nama anakku. Dan jam itu, di manakah barang itu sekarang?"
"Di bagian barang barang curian di kantor polisi. Anda akan menemukan
sebuah surat tanda terima di dalam tas itu. Kami akan memerlukannya sebagai
barang bukti terhadap penyerang penyerang tuan Tada.
Akan dikembalikan selekas mungkin. Bagaimanakah keadaan menantu anda?"
"Masih dalam keadaan cukup gawat. Ia masih dalam daftar pasien gawat.
Anak perempuanku semalam datang dari Osaka dengan menumpang pesawat
terbang. Ia dalam keadaan bingung." Kanai menepuk nepuk tas atase itu.
"Mengapakah ini, seperti anda katakan tadi, tidak ditahan sebagai bahan bukti?"
Kini giliran Decker dikejutkan. Ia diam, cangkir berisi sake itu sudah di
depan mulutnya, dan dalam hati bertanyalah ia, mengapa telah menyangka
bisa bermain main dengan seorang seperti Kanai itu. Kanai seorang yang
pandai. Kalau Kanai belum menangkap tanda tanda bahwa ia, Decker, hendak
memperalatnya, maka Kanai kini mulai menangkap hal itu. Decker berpikir
bahwa ia dapat juga mengatakan yang sebenarnya kepada Kanai, sebab,
tidakkah kebenaran selalu unggul" Soalnya, Decker sendiri ingin ia dapat
meyakini hal itu. Decker meletakkan cangkirnya di atas meja rendah itu, menarik nafas
dalam dalam dan dipandangnya kakinya sendiri yang berkaos itu.
"Tas ini berada di sini, Kanai-san, karena isinya penting bagi anda dan
karena aku ingin menukarkannya dengan sesuatu yang penting bagiku. Sesuatu
yang anda miliki." Decker mengangkat mukanya, "Informasi."
Dengan ujung ujung jari jari tangan, Kanai menarik lingkaran lingkaran di
atas tutup tas atase itu. "Anda telah membaca yang terdapat di dalam tas ini."
"Betul. Dan tidak ada artinya bagiku,juga bagi kepolisian. Ini sepenuhnya
urusan bisnis anda, bagi anda dan pemerintah amerika. Yang ingin kuminta dari
anda tidak ada sangkut paut apa pun dengan Murakami Electronics."
"Dan yang hendak anda minta, mempunyai nilai bagi anda, sedemikian
bernilai sehingga anda diperkenankan memilih yang akan anda tahan sebagai
bahan bukti dan yang akan anda kembalikan pada pemiliknya."
Indah sekali. Pukulan di atas rahang yang mengena. Decker mengangguk,
setengahnya karena kekaguman, setengahnya lagi karena merasa rikuh telah
kebongkar begitu cepat. Dan Kanai menunggu. Orang harus belajar tidak tergesa gesa dalam semua dan setiap persoalan.
Bersabar, kata orang tionghoa, dan daun besaran menjadi gaun sutera.
Decker memijat mijat lututnya yang cidera dan bertanya dalam hati, hingga sejauh
manakah ia dapat mengungkapkan yang sebenarnya kepada Kanai
0 SEJAK BULAN OKTOBER, sersan detektif Mannie Decker telah membagi
waktunya antara tugas di distrik kepolisian dan tugasnya bersama suatu gugus
tugas federal yang menyelidiki Management Systems Consultants, perusahaan
intelijen dan keamanan partikelir itu.
Decker ditugaskan pada kasus itu karena dua orang yang telah dikenalnya di
Saigon, ketika berdinas di sana sebagai pengawal kedutaan besar, kini menjadi
sasaran gugus tugas itu: Trevor Sparrowhawk, orang inggris yang telah
mendirikan dan mengepalai MSC; dan Dorian Raymond, seorang detektif New
York yang dicurigai telah menyerahkan berkas berkas kepolisian kepada
Sparrowhawk. Raymond juga dicurigai dalam hubungan dengan tiga
pembunuhan 'kontraktual' yang diperintahkan oleh keluarga penjahat Molise.
Dibiayai oleh Washington, gugus tugas itu terdiri atas dua losin orang, FBI,
DEA, IRS, detektif detektif New York City dan penyelidik penyelidik untuk jaksa
federal, semuanya di bawah Charles LeClair, yang adalah juga seorang
penuntut umum federal. LeClair, yang adalah anak seorang jendral angkatan
udara yang berkulit hitam dan seorang aktres Jerman, adalah seorang yang
berambisi dan terkenal karena kekerapan dan derajat hukuman hukuman yang
dijatuhkannya. - Di luar LeClair tampak ramah sekali, namun ia seorang akhli mengenai
aspek aspek politikal dari pekerjaannya dan seorang pela
ku yang memukau di dalam maupun di luar-ruangan persidangan. Decker sudah
mencurigainya sejak pertama kali bertemu.
Decker memiliki suatu kualifikasi lagi yang menarik bagi LeClair: ia tidur
dengan isteri Dorian Raymond yang berpisah dari suaminya.
Pada pertemuan mereka yang pertama kali LeClair telah mengatakan
kepada Decker, "A-kan kusinggung sepintas lalu hal itu. Aku mengetahui
mengenai hubunganmu dengan nyonya Raymond. Dan, seperti tentunya
kauketahui juga, wanita itu kadang kadang bertemu dengan suaminya.
Sehingga sampailah kita pada 'percakapan di tempat tidur'."
LeClair memperlihatkan kerikuhan, seakan akan enggan. Gayanya hampir
meyakinkan. "Jangan melupakan bahwa kita mempunyai suatu tujuan dengan gugus tugas
ini dan selama kita berpedoman pada hal itu, kita bisa berguna dalam
pelaksanaan penegakan hukum. Kau mempunyai karirmu, aku mempunyai karirku. Kita dapat saling membantu atau mungkin juga tidak dapat saling
membantu." Decker menganggap dirinya telah mendapatkan peringatan. Di dalam
penegakan hukum, kekuasaan dan uang ada pada Washington. LeClair adalah
Washington. Dan LeClair telah memperingatkan Decker.
Management Systems Consultants disoroti karena telah menyabot suatu
penyelidikan atas hubungan hubungan senator Terry Dent , anggota kongres
dari New York yang paling kuasa, dengan dunia kejahatan. Jika LeClair berhasil
Giri Karya Marc Olden di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menumbangkan Dent, maka karirnya sendiri sudahlah terjamin; ia dapat
melejit ke Washington, pusat perhatian pada pesta pesta kedutaan besar dan
sasaran media terus menerus. LeClair juga bertekad menjatuhkan Constantine
Pangalos, pengacara Dent, MSC dan keluarga Molise. Ketika Pangalos masih
penuntut umum federal dan LeClair seorang anggota stafnya, mereka berdua
bersahabat. Sedangkan kini telah tiba saatnya untuk memperlihatkan, siapakah
yang terbaik di antara mereka berdua.
LeClair bersandar ke belakang di kursinya. "Bersantailah, Decker. Berkasmu
menerangkan bahwa kau seorang karateka. Sejak lama aku sendiri bermaksud
mencoba itu. Tetapi tidak pernah terlaksana keinginanku i-tu. Sudah berapa
lama kau menguasainya?"
"Sudah limabelas tahun lamanya aku berlatih."
"Kalau begitu harus kuperlakukan dirimu dengan berhati hati. Limabelas
tahun. Seka rang pun masih terus berlatih?"
"Aku berlatih dua jam sehari. Setiap hari."
"Wah, bukan main! Bagaimana kau dapat menemukan waktu untuk itu?"
"Waktu kubikin. Aku berlari pada pukul empat di pagi hari atau di tengah
malam, atau kapan saja aku sempat.
Seringkali aku berlatih sendiri, lazimnya kalau dojonya kosong."
"Ah, seseorang yang mengibarkan benderanya sendiri. Aku menyukai itu.
Pernah kau pergunakan di jalanan?"
"Ya." LeClair terkesan. Diperhatikannya Decker; keteguhan itu menjadikan
detektif itu seorang yang istimewa, seorang dengan kekuatan kekuatan dan
kelemahan kelemahan tertentu.LeClair bertekad mengetahui itu semua dan
bagaimana memanfaatkannya.
LeClair menjadi lunak. "Maafkan aku yang menyinggung soal nyonya
Raymond tadi, namun aku yakin kau sendiri mengetahui bahwa orang orang
dalam bertugas seperti kita tidaklah mempunyai suatu kehidupan pribadi.
Perkawinan kita, rekening bank kita, kehidupan sex kita, surat menyurat
pribadi, semuanya dapat diperiksa oleh inspektor inspektor dan kita tidak bisa
berbuat apa pun terhadap itu. Bagaimana pun, Decker, aku berada di sini untuk
sebanyak mungkin memberi kemudahan padamu. Aku memerlukanmu dan aku
menginginkan a-gar kau bekerja sesenang mungkin."
Decker tersenyum. Namun ia menyadari bahwa LeClair lebih berpeluang
memukul dirinya daripada ia dapat memukul LeClair. Dan hal itu sama sama
mereka ketahui. "Kukira sudah sepantasnya, Decker, jika aku mengatakan bahwa kami
menuntut kesetiaan darimu. Ini mungkin akan bertentangan dengan yang
kauanggap terbaik bagi nyonya Raymond. Orang mengatakan, bahwa jika
seseorang mempunyai dua majikan, ia harus berdusta pada yang seorang."
Senyum seringai LeClair i-tu ramah. Tetapi sorot matanya tidak. "Kuharap
bukan aku yang menjadi majikan yang didustai itu."
DUDUK BERHADAP HADAPAN dengan meja rendah i-tu di antara mereka, Decker
mulai berbicara terus terang kepada Ushiro Kanai."Kemarin, ketika rekanku dan
aku datang di kantor anda, ada dua orang meninggalkan kantor anda:
Constantine Pangalos dan seorang lagi. Sudikah anda memberitahukan nama
pria yang seorang lagi itu?"
Lama, pria Jepang itu memandang pada tas atase itu sebelum menjawab,
"Ia adalah tuan Buscaglia. Ia presiden sebuah serikat buruh yang mewakili
penjaga penjaga keamanan. Tuan Pangalos adalah pengacaranya. Perusahaanku
adalah pemilik gedung yang ditempati cabang perusahaan kami di New York
dan harus mendapat jaminan keamanan bagi pekerja dan penyewa penyewa
kami. Kami berpikiran memakai Management Systems Consultants, yang juga
diwakili oleh tuan Pangalos."
Kanai memindahkan tas atase itu dari meja ke atas lantai di samping
dirinya. "Akhir akhir ini kami mendapatkan kesulitan, ketika suatu kelompok
demonstran beraksi di depan
gedung kami itu. Mereka menyatakan bahwa kami kurang banyak
mempekerjakan penjaga penjaga kulit hitam dan puerto rica. Kami
mendapatkan kesanggupan tuan Buscaglia untuk mengatasi persoalan itu. Ia
bersedia dan berhasil berunding dengan kelompok aksi itu. Orang orang negro
dan puerto rica itu pergi. Kami terkesan sekali oleh kemampuan tuan
Buscaglia." Decker menyimpulkan, bahwa seperti umumnya pengusaha pengusaha syah
lainnya, ketakutan Kanai pada kejahatan dan hasratnya akan ketenangan kerja
telah mendorongnya berkesetiduran dengan kalangan hitam.
"Tuan Buscaglia menawarkan suatu paket yang menarik kepada kami," Kanai
melanjutkan, "Penjaga penjaga anggota serikat buruhnya lebih murah, rencana
pensiun lebih ringan bagi perusahaan kami dan ia menjamin bahwa tidak akan
ada pemogokan selama jangka waktu kontrak itu."
Yah, siapakah yang dapat mempersalahkan
Kanai" Kejahatan dan vandalisme terjadi dimana mana, menjadikan bidang keamanan bisnis
ketiga besarnya di amerika serikat. Decker
kini jnendapat sebuah nama baru: Buscaglia,
ditambah dengan serikat buruhnya. Hal itu akan menyenangkan LeClair
"Tuan Pangalos dan aku telah membicarakan suatu bisnis lagi," kata Kanai.
"Perusahaan kami telah memulai suatu program diversifikasi di amerika. Kini,
kami sudah mempunyai investasi dalam real estate di tiga negara bagian, dan
tahun depan kami akan membuka sebuah hotel baru di Hawaii, di pulau
Maui.Kami mempunyai rencana akan menanam modal dalam sebuah hotel
kasino baru di Atlantic City, yang juga diwakili oleh tuan Pangalos."
Decker menyesap sake-nya sebelum membuka mulut."Dapatkah anda juga
memberitahukan kepadaku, tuan Kanai, nama hotel kasino baru yang diwakili
oleh tuan Pangalos itu?"
"Namanya Golden Horizon. Pemilik barunya adalah Marybelle Corporation.
Kalau aku tidak salah, mereka bergerak di bidang video games, mesin kepik dan
komputer rumahan." "Bolehkah aku mengetahui mengapa perusahaan anda tidak berminat lagi
membeli langsung Golden Horizon itu?"
"Sedianya ada suatu persetujuan dalam prinsip untuk membeli sepuluh
persen saham dengan suatu harga tertentu. Namun, persetujuan itu
berdasarkan pemilikan suatu daftar tertentu dari penjudi penjudi terpenting.
Setiap kasino di dunia memiliki sebuah daftar seperti itu."
"'Daftar umpan' namanya." Decker berkata. "Jika sebuah kasino berganti
tangan, 'daftar umpan' itu dijual terpisah." Decker mengetahui adanya sebuah
daftar seperti itu yang memuat nama tigaratus penjudi dan telah laku dijual
untuktiga juta dollar. "Sebelum menanam modal dalam Golden Horizon," Kanai berkata, "Aku
menuntut melihat dulu 'daftar umpan' itu. Aku ingin lebih dulu mengetahui
nama nama yang oleh kasino itu dipandang sebagai pengunjung pengunjung
tetap yang menguntungkan. Sayangnya, tuan Pangalos dan Marybelle
Corporation tidak dapat memperlihatkan daftar seperti itu kepadaku."
Marybelle Corporation dan keluarga Molise tidak akan berhenti sebelum
mereka mendapatkan daftar itu, pikir Decker. Tidak a-kan ada investor luar
mau menanam sepeser pun dalam Golden Horizon, sebelum melihat daftar
sepertiitu, sedangkan hotel kasino memerlukan investor luar agar bisa tampil
sebagai suatu perusahaan yang syah.
Keluarga Molise juga tidak akan senang dengan yang telah dilakukan Decker
atas diri sersan Aldo LoCicero. LoCicero berbicara si-silia dan telah ditugaskan
menterjemahkan sa dapan sadapan atas pembicaraan pembicaraan keluarga
Molise. LoCicero tidak menjadi anggota gugus tugas itu. LoCicero adalah
petugas kepolisian yang sedistrik dengan Decker.
Pada suatu pagi, secara kebetulan, Decker melihat LoCicero diantar dengan
sebuah mobil Chrysler Imperial baru dan mahal, diturunkan beberapa blok
jauhnya dari markas kepolisian. Setelah melakukan pengecekan, sehari
kemudian, Decker mengetahui bahwa mobil itu dibeli di NassauCounty dan
didaftar atas nama nyonya LoCicero, dibeli dengan harga delapan ribu
limaratus dollar secara tunai. Suatu jumlah yang merupakan sepertiga gaji
suaminya setahun. Suami isteri LoCicero juga secara tunai telah membayar ongkos liburan
dengan berlayar dengan sebuah kapal pesiar itali ke daerah karibia: limaribu
tujuhratus dollar. Juga telah menghubungi agen agen real estate mengenai
pembelian sebuah rumah baru, jauh di Long Island dan jauh pula dari
'lingkungan mereka yang berubah terus'.
LeClair harus diberi tahu. Namun, Decker tidak mau mengambil resiko
memberi suatu peluang kepada LeClair untuk memukul dirinya, kalau
penyelidikannya mengenai LoCicero itu salah. Maka di hubunginya 'Ron' kontak
rahasia di markas besar kepolisian. 'Ron' setuju. Informasi diteruskan kepade
gugus tugas itu melalui Dinas Intern. Dar dugaan Decker mengenai LoCicero
ternyata be nar. LoCicero yang menterjemahkan sadap" pembicaraan
pembicaraan keluarga Molist ternyata selalu membuat salinan yang di kirimkannya
kepada keluarga penjahat iti Setiap kali memasuki markas besar gugus ti gas
di Federal Plaza, LoCicero memasan sebuah rekorder pada badannya,
yaitu diples terkan di atas dadanya. Sebuah nomor telefoi yang ditemukan atas
dirinya pdalah nomor sebuah telefon umum di Manhattan. Berita penangkapan
atas diri LoCicero, namun, segera tersiar luas, sehingga tidak seorang pun dari
keluarga Molise akan mendekati telefon umum itu. Decker, dengan dukungan
dua agen FBI, baru saja memeriksa tempat itu, ketika pesawat telefon umum di
sudut Seventy-second Street dan Columbus Avenue itu berdering dan segera
dilayani oleh Decker. Namun, siapa pun yang berada di ujung sana, orang itu
tidak mau berbicara dengan seorang asing.
Di dalam ruangan khusus di Furin itu, Kanai berkata kepada Decker, "Di
rumah sakit kita sempat berbicara sebentar mengenai ka-rate-do, dan ketika
itu aku menyebutkan bahwa anak menantuku pernah berlatih, namun terpaksa
berhenti karena banyaknya pekerjaan. Seandainya ia lebih berpengalaman,
mungkin ia lebih berhasil menghadapi penyerang penyerangnya itu. Adakah
anda belajar bahasa jepang melalui seni bela diri itu?"
"Aku hanya mengerti beberapa kata, Ka-nai-san. Cukup untuk membuatku
rikuh sendiri." "Kami, orang orang jepang, sangat menghargai jika orang berbicara dalam
bahasa kami, biarpun cuma sedikit. Kami bersambut hangat pada usaha usaha
orang asing, betapa pun kecilnya."
Kanai tampak lebih bersantai. Kewajibannya pada Decker ternyata tidak
melibatkan dirinya untuk mengkhianati perusahaannya a-tau dirinya sendiri. Itu
sesuatu untuk diingat. "Aku berharap akan mencapai suatu kesepakatan dengan tuan Buscaglia
mengenai penjaga penjaga keamanan baru bagi gedung itu. Memang
menyedihkan, tetapi orang tidak dapat hidup di New York tanpa jasa jasa itu.
Beberapa hari yang lalu, terjadi suatu pembunuhan mengerikan di Fifth
Avenue." "Aku tahu," Decker berkata. "Seorang wanita yang bekerja hingga malam
telah diperkosa dan dibunuh di dalam kantornya."
"Yang sungguh ganjil, suatu pembunuhan serupa telah terjadi di San
Francisco dua bulan yang lalu. Aku kebetulan berada di sana menemui arsitek
arsitek kami untuk hotel yang kami rencanakan pembangunannya di Hawaii.
Seorang wanita yang bekerja hingga malam di sebuah gedung tidak jauh dari
tempat kami berada juga telah diserang dan dibunuh dengan cara serupa."
"Pihak kepolisian di sini berpendapat bahwa itu perbuatan seorang maniak.
Mereka tidak bisa memastikan apakah penjahat itu mempergunakan senjata."
"Apakah tugas anda tidak meliputi pula bidang pembunuhan?"
"Tidak. Soalnya karena yang terjadi itu tidak dalam distrik kami."
"Oh, begitu. Kalau hanya mengikuti pemberitaan surat kabar, maka hampir
dapat dikatakan bahwa orang yang sama yang melakukan kedua pembunuhan
itu." "Maafkan aku, Kanai-san, tetapi kukira itu suatu kebetulan belaka. Suatu
kebetulan yang menyedihkan."
Kanai tidak membantah. "Aku lebih suka menamakannya 'nasib', Deckersan, dan nasib adalah hasil total perbuatan perbuatan kita, penjumlahan semua
tindakan kita. Nasib adalah hakim yang tidak mengenal ampun. Dapatlah
dikatakan bahwa kedua wanita itu telah diadili dan dihukum, yang dilaksanakan
"barangkali" oleh pria yang sama. Barangkali. Tetapi baiklah, akan kuterima
sebagai kehormatan jika anda sudi makan malam bersama diriku. Akan kuminta
disiapkan makanan di dalam kamar ini. Maafkan aku, kalau aku tidak
merencanakan hidangan yang lebih sesuai. Aku mengharap anda sudi menerima
yang sedikit yang dapat kusajikan secara tergesa gesa ini."
Teringat pada peraturan departemen kepolisian mengenai undangan
makan, Decker menggelengkan kepala. Tetapi tanpa menghiraukan penolakan
Decker itu, Kanai bangkit berdiri, pergi ke dan mendorong pintu itu. Ia
berbicara cepat dalam Jepang, kemudian balik pada detektif itu dan menatap
padanya. "Ini kewajibanku, Decker-san."
Giri. Decker yang telah menggerakkan roda itu menggelinding. Undangan
makan malam itu adalah hasil dari sesuatu yang telah dilakukannya, suatu
akibat tidak bisa dihindarkan lagi dari tindakannya sendiri.
Hasil keseluruhan dari perbuatan perbuatan kita, Kanai tadi berkata,
penjumlahan semua tindakan tindakan kita. Meninggalkan kamar itu akan
berarti suatu penghinaan, akan mempersulit untuk kembali dan mengajukan
pertanyaan pertanyaan tentang Marybelle Corporation, serikat buruh penjaga
keamanan Buscaglia, Management Systems Consultants.
Dan sake itu telah membuat Decker merasa lapar.
"Steak Kobe," Kanai berkata. "Khusus disediakan untukku di sini." Decker
mengangkat alisnya. Dengan harga $150 per pon, daging Kobe adalah yang
paling mahal di dunia. Ternak Kobe, yang diternakkan di jepang barat dan
dijual dengan harga $125,000 seekornya, secara khusus diberi minum bir dan
setiap hari digosok dengan anggur, yang menurut kepercayaan melunakkan
daging. Mulut Decker mulai berliur.
Decker makan. Di tengah tengah makan itu, Kanai mengatakan bahwa dirinya bersedia
berbicara tentang Pangalos dan Buscaglia, kapan saja Decker menghendakinya.
Pernyataan itu hampir lewat begitu saja. Namun Decker bukanlah tipe orang
yang membiarkan sesuatu lewat begitu saja. Naluri menguasai dirinya. Ia
sedang memikirkan yang baru saja didengarnya dari Kanai, dan menyadari
betapa pintar Ushiro Kanai itu, dan... disadarinya pula bahwa hidangan itu juga
bagian kepintaran Kanai itu.
Kanai menginginkan agar ia, Decker, selalu memberitahukan kepada Kanai
kalau perusahaannya terancam bahaya. Menjadilah sifat Kanai untuk
mempergunakan, bukan untuk dipergunakan. Sibuk dengan pikirannya sendiri,
detektif itu menusukkan sumpitnya ke dalam nasi dalam mangkoknya dan ia
tersenyum. Ada orang orang yang memang bijaksana; ada pula orang orang
yang penuh kecerdikan. Ushiro Kanai adalah kedua duanya.
Decker mengulurkan tangan untuk mengangkat gelas birnya, dan tiba tiba,
seakan akan tertikam dari belakang, Kanai berhenti makan. Matanya melotot.
Decker hampir tidak percaya akan yang dilihatnya itu.
Kengerian. Tangan Kanai menjangkau di atas meja
rendah itu, menyenggol dan menggeser dan
merobohkan piring piring, mangkok mangkok
dan botol botol, dan menyentak sepasang
sumpit Decker dari nasi dalam mangkok itu.
Sepasang sumpit yang terpancang dan berdiri
tegak dalam nasi itu "Kematian," Kanai berkata dengan terengah engah. "Di jepang, semangkok
nasi dengan sepasang sumpit tertancap dan berdiri tegak disajikan kepada
anggota keluarga yang sudah mati."
"Sumimasen," berkata Decker yang sadar. "Aku memohon maaf, Kanai-san.
Sesuatu yang teramat bodoh telah kulakukan. Aku memohon maaf dari anda."
Hening. Ingin sekali rasanya Decker merangkak pergi dan bersembunyi. Sialan! Di
Saigon, Michi telah menceritakan pada dirinya mengenai adat kebiasaan itu,
dan ia telah melupakannya! Baka.Dungu.
Terdengar ketukan pelan di atas pintu sorong dari kertas itu. Kanai bangkit
berdiri dan membukakan pintu itu. Kepala pelayan. Orang itu dan Kanai
berbicara dengan berbisik bisik, dan kemudian pelayan itu menjura dalam,
lebih lama daripada kelaziman, sebelum menghilang kembali.
Kanai agak lama berdiri dengan membelakangi Decker, dan ketika ia
berputar, suaranya seperti tercekik. "Sumimasen,Decker-san. Aku mesti
meminta maaf dari anda, karena aku harus segera pergi. Aku harus pergi ke
Giri Karya Marc Olden di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
anak perempuanku. Anak menantuku baru saja meninggal ."
Kanai meninggalkan Decker, yang merasa bersalah dan bingung, seorang diri
saja di dalam kamar itu. KEDINGINAN DAN PANAS HATI, sersan detektif Dorian Raymond tiba di Atlantic
City beberapa saat sebelum pukul 8.30 malam. Ia memarkir mobil Chevrolet
bekas itu di pinggiran kota peristirahatan di pantai samudera itu, jauh dari
pusat kota. Perjalanan dari Philadelphia itu sangat melelahkan. Dorian telah berangkat
dalam kabut, menuju ke selatan dan ke arah laut, dihambat oleh jalan jalan
yang ditutupi salju. Sejam kemudian ia terjebak dalam kemacetan lalu lintas,
dengan deretan mobil yang hampir satu mil panjangnya. Tetapi Dorian
memaksa diri untuk tenang. Ia harus menjaga agar dirinya tidak sampai dikenali
orang. Sebuah trailer dengan muatan mesin mesin jahit telah bertubrukan dengan
sebuah bus penuh orang tua. Peristiwa itulah yang menyebabkan kemacetan itu
dan menghambat perjalanan Dorian.
Yang menambah kejengkelan Dorian adalah tidak bekerjanya alat pemanas
di dalam mobil itu.Hidung Dorian mengeluarkan lendir terus dan
tenggorokannya terasa gatal. Memang sialan benar orang di Philadelphia yang
menyediakan kendaraan sialan itu!
Walaupun begitu, Dorian tiba di Atlantic
City dengan masih cukup waktu untuk membunuh Alan Baksted.
Mobil Chevrolet itu berhenti di suatu bagian Brigadier Boulevard yang
kosong. Dorian melihat lampu lampu yang diredupkan oleh kabut dari Harrah's
Marina Hotel Casino di kejauhan itu. Di tempat itu, yang hanya beberapa blok
jauhnya dari samudera, kabut lebih tebal dan Dorian terpaksa mengerahkan
penyeka kaca. Yang sebuah bekerja, yang sebuah lagi tidak. Indah.... sialan!
Namun, ia masih dapat melihat dengan cukup jelas gedung apartemen di
sudut itu. Enam lantai, di sebelah kanan dan berhadapan dengan Harrah's Hotel
itu. Mobil Baksted, sebuah Porsche abu abu, tampak menyolok di antara tiga
buah mobil yang diparkir di depan gedung itu. Dorian meniupkan nafas hangat
ke tangan bersarung yang ditangkup-kannya itu. Mobil bagus, Porsche itu.
Cuma, sayang, tidak bisa dibawanya nanti.
Di belakangnya, sebuah bus kota yang setengah kosong muncul dari kabut,
sorot lampu lampunya menembus kegelapan, dan kemudian menghilang lagi.
Seorang pria yang terbatuk batuk dan meludah ludah lewat, diseret oleh seekor
anjing dengan tali leher, menuju ke arah Harrah's Hotel. Beberapa menit
kemudian sebuah taxi kosong melesat lewat.
Detektif New York itu meninggalkan mobilnya, menguncinya, kemudian
berjalan beberapa yard ke arah mobil Porsche itu.
Dengan menggunakan korek apinya, Dorian memeriksa nomor plat mobil itu.
ALAN B, muka dan belakang. Memang menggiurkan bagi cewek cewek.
Dorian berjalan ke depan Porsche itu, melihat ke sekeliling dirinya,
memastikan bahwa tidak ada orang mengawasi dirinya, lalu berjongkok di
samping ban depan sebelah kiri. Tiga kali ditusuknya ban itu dengan sebuah
penusuk es, dan Porsche itu miring ke samping. Dorian bangkit berdiri dan
berjalan kembali ke mobilnya sendiri. Sungguh sayang ia tidak dapat
melewatkan beberapa waktu di Atlantic City. Kasino kasino belum tutup
sebelum pukul 6.00 pagi, padahal ia mengenal beberapa wanita hangat,
seorang pegawai tempat judi berkulit hitam khususnya
Yah, lain kali saja. Kembali di dalam mobilnya, Dorian menyalakan sebatang sigaret dan
memapankan diri, menunggu.
Dorian Raymond berusia tigapuluhan lebih, seorang pria berperawakan
tinggi besar. Ia memiliki ketampanan juga dan rambutnya yang merah mulai
menipis. Ia memakai kostum berlari, yang adalah suatu lelucon, karena ia
membenci olah raga berlari, membenci semua bentuk olah raga. Celananya
berwarna kelam. Mata Dorian tajam di balik kaca mata tidak berbingkai itu.
Rambutnya tersembunyi di bawah sebuah peci dari wol pemain ski. Sebelum
meninggalkan mobilnya la gi,Dorian akan mengganti peci itu dengan kedok ski
berwarna hitam dan kuning.
"Di New York, Dorian bekerja dari distrik East Side, tidak jauh dari
GracieMansion. Di tempat itu ia kadang kadang bertugas khusus pada upacara
upacara resmi. Dorian Raymond adalah seorang pria yang cerdik dan pandai
bertahan hidup di dalam suatu dunia yang penuh orang orang lemah. Ia seorang
penjudi dan tukang main perempuan, sifat sifat yang mengakhiri
perkawinannya dengan wanita yang masih dicintainya.
Sebagai seorang penjudi ia selalu kalah dan hampir tidak pernah tanpa
hutang. Bagi seorang yang kecanduan judi seperti Dorian Raymond, menderita
kekalahan itu hampir sama memuaskan seperti menang. Dalam segala hal ia
hidup dari saat ke saat lain, dan sangat tidak mempercayai hari depan.
Cinta mengerikannya; semakin seseorang mencintai, semakin banyaklah yang
dituntut seseorang lain dari dirinya. Padahal 'kehebatannya' dalam hal itu
tidaklah besar. Ia khawatir bahwa cepat atau lambat orang akan mengetahui
kelemahannya itu. Serentetan afair tanpa arti dimaksudkan untuk
menyembunyikan kerentanan itu. Malangnya, itulah yang menghancurkan
perkawinannya. Baru di saat terakhir ia telah menyatakan kepada Romaine
betapa ia mencintainya. "Tidak, kau tidak mencintai diriku," Romaine telah berkata, "Kau mencintai
versimu tentang diriku."
"Aku tidak berbohong. Versi apakahitu?"
"Yang kaudapatkan dengan meniduri setiap wanita yang dapat kaubujuk.
Versi yang kau dan semua teman polisimu punyai dari semua wanita. Madona
madona atau lonte lonte, tiada yang di antara itu. Yang kumaksudkan adalah
versi yang sama sekali tiada secuwil pun kemiripan dengan diriku yang
sesungguhnya." Dorian secara tiba tiba menyadari bahwa yang paling utama pada isterinya
adalah justru hal hal yang tidak pernah mau iaketahui atau akui.
Di dalam mobil Chevrolet itu Dorian tersentak cemas. Ia telah lupa bahwa
hari itu adalah hari ulang tahun Romaine. Bercerai atau tidak, semestinya ia
mengirim kembang, kartu ucapan selamat atau menelefon. Ia kesal dengan diri
sendiri karena telah melupakan hal itu. Suatu kesalahan lagi yang harus
dibayarnya dengan mahal. Dengan marah dihantamkannya tinju ke atas kemudi
mobil itu. Tidakkah kehilangn Romaine merupakan pembayaran penuh atas
segala galanya" Ah, sudahlah. Kini bukan saatnya untuk menangisi hal hal yang sudah lewat
itu; ada pekerjaan yang harus dilakukannya.
Dibukanya tas di atas tempat duduk di samping dirinya, mengeluarkan
sepasang sepatu jogging dan mengenakannya. Satu nomor terlalu kecil. Tidak
menjadi soal. Ia tidak bermaksud lari marathon. Kembali ia merogo ke dalam
tas itu, kali ini untuk mengeluarkan sepucuk Hi-Standard .22, salah satu, pistol
terkecil dan paling mematikan yang pernah dibuat. Sebutir peluru kaliber .22
melesat dengan kecepatan seribu kaki per detik. Senjata genggam yang paling
disukai oleh CIA, juga oleh pembunuh pembunuh profesional. Juga ada
peredamnya. Di dalam tas itu terdapat pula sebuah foto Baksted, tetapi Dorian tidak
memerlukan itu. Sudah beberapa kali ia bertemu dengan orang itu di Atlantic
City, dan Dorian menyukai Baksted. Baksted memiliki rasa humor, pernah
menyediakan beberapa orang penari dari pentas Golden Horizon, dan memberi
kredit pada Dorian untuk berjudi di kasinonya. Dorian bahkan pernah makan di
rumah Baksted dan bermain dengan anak anaknya. Namun semua itu tidak
menghalanginya menerima kontrak tigapuluh ribu dollar untuk membunuh
Baksted. Tampan dan mendekati usia tigapuluh, Baksted sangat serasi dengan
bajingan bajingan itali di Philadelphia yang erat digaulinya. Baksted seorang
yang lihai, pandai dalam membuat transaksi transaksi. Selalu
mendukung transaksi ada uang transaksinya. Dan tidak pernah berhutang. Baksted juga penuh hormat, yang
dihargai sekali oleh 'Mustache Petes,1 'cukong cukong berkumis' " sisa sisa
tokoh tokoh gang zaman Capone, Luciano dan Genovese
Baksted suka menolong, tetapi seringkali terlalu serakah bagi keselamatan
dirinya. Ia suka bermain perempuan, mempertontonkan ketidak setiaan itu di
depan isterinya. Malam itu Baksted bersama seorang penari berusia tujuhbelas
tahun dari salah satu resort murahan.
Padahal, Baksted memiliki segala galanya: uang, ketampanan, keluarga, perempuan,
masa depan. Tetapi ia selalu mau lebih banyak. Dan menjadilah tugas Dorian Raymond
bahwa Baksted tidak akan mendapatkan apa apa
lagi, untuk selama lamanya
"Aku menyangka Alan itu dilindungi," Dorian yang terkejut telah berkata
kepada Sparrowhawk, ketika orang inggris itu menelefon dirinya dari kepulauan
cayman, memberitahukan tentang kontrak itu. Baksted menjadi perisai bisnis
yang syah bagi Carlos Maggiore, pemuka Mafia yang menguasai kegiatan
kegiatan kejahatan di Philadelphia dan mempunyai kepentingan kepentingan
yang tersebar dari Atlantic City hingga Florida dan kasino kasino di London.
"Tadinya begitu. Tetapi kini tiba waktunya diadakan perhitungan
dengannya. Telah tercapai kesepakatan antara faksi faksi Molise dan Maggiore,
dan tuan Alan Bak sted merupakan limpahan berlebih." "Sejak kapan?"
"Dorian, janganlah kau ikut menjadi gaduh. Ini bukanlah kiamatnya dunia.
Baksted telah membuat musuh musuh, yang membawa akibat akibat berat bagi
dirinya. Upahmu untuk pekerjaan yang satu ini adalah tigapu-luh ribu dollar."
Dorian bersiul. Ia berputar membelakangi orang banyak yang berlalu lalang
dengan susah payah mengarungi salju di atas Lexington Avenue itu, dan
menutup telinganya yang satu dengan jari tangannya. Ia mendengarkan dengan
cermat. "Aku merasa bahwa kau telah memberikan perhatianmu sepenuhnya,"
Sparrowhawk berkata, "Oh ya, sambil lalu, bagaimanakah cuaca di situ?"
"Menyebalkan." "Aha. Nah, di tempatku sekarang berada,
menyenangkan sekali. Matahari, udara asin,
rhum berlimpah limpah. Cuaca disini sungguh
menyenangkan. Tetapi, yah, lebih dulu tuan
Alan Baksted itu, semoga ia mendapat
tempatnya di sisi Tuhan "
Melalui Marybelle Corporation, keluarga Molise telah membeli Golden
Horizon dari Alan Baksted dan keenam partnernya, semuanya pengusaha yang
syah. Harganya: sedikit di bawah duabelas juta dollar. Baksted memutuskan
menahan 'daftar umpan' untuk dirinya sendiri, membiarkan partner partnernya
memba gi yang duabelas juta itu di antara mereka. Ketika mereka mengeluh, Baksted
mengancam dengan Carlos Maggiore. Menyebutkan nama itu saja sudahlah
cukup. Baksted lalu bersikap kaku terhadap Paul Molise junior. Untuk menimbulkan
kesan baik pada komisi perjudian New Jersey, keluarga Molise menghendaki
Marybelle berpartner dengan pengusaha pengusaha bonafide dalam
pengelolaan Golden Horizon. Dan di dalam suatu dunia dengan keuangan yang
seret, hanya Murakami Electronics yang tampak berminat membeli 10 persen
saham kasino itu. "Namun," Sparrowhawk berkata, "orang orang Jepang itu berkeras mau
melihat daftar penjudi royal yang secara tetap berkunjung ke kasino itu,
sebelum mereka bersedia menanam satu yen pun."
"Lalu, apa kesulitannya?" Dorian bertanya. "Tinggal Paul membeli
daftar itu dari Alan, dan bereslah sudah, bukan?" Logika. Akal sehat.
"Tidak sesederhana itu," kata Sparrowhawk, "Paul menawarkan dua juta
pada Baksted, kemudian tiga juta. Alan menerima tiga, tetapi kemudian
berubah pikiran. Ia menaikkan harganya menjadi lima juta. Harga mati,
katanya. Dan dapat kutambahkan, bahwa nama Don Maggiore telah dibawa
bawa pula oleh Baksted untuk menakut nakuti Paul junior."
Dorian bersiul. "Tolol. Tidak tahukah Alan, bahwa ia mengundang perang
dengan berbicara seperti itu?"
"Kebodohan itu nekad sifatnya. Kelakuan egoistik tuan Baksted mengancam
pembelian suatu kasino besar dan bahkan berhasil menghina sindikat sindikat
itu." "Jadi, itulah sebabnya. Lalu, bagaimana Paulie berhasil membujuk Maggiore
untuk menyingkirkan Alan?"
"Sederhana sekali. Auri sacra fames, kata Virgil di dalam Aeneid.
Keserakahan terkutuk akan emas."
Sambil memejamkan mata, Dorian mengangguk. Yah, uanglah yang akan
menjadi penyebab berakhirnya segala impian Alan Baksted.
Kepada Maggiore akan diberikan saham saham dalam Golder Horizon. Tidak
banyak, namun suatu jaminan nyata. Perusahaan perusahaan Maggiore akan
memegang asuransi kasino itu, melayani keperluan akan sigaret, tenaga tenaga
pekerja tempat judi, dan Maggiore dapat memutihkan uangnya lewat kasino
itu. Paul junior akan mendapatkan 'daftar umpan' itu, dengan membayar uang
'imbalan' sebesar satu juta dollar kepada Maggiore. Dan tidak akan ada perang
gang di Atlantic City agar tidak membikin keder para turis. Cuma satu pukulan.
Sesudah itu bisnis berjalan seperti biasa.
Paul junior memainkan sebuah kartu truf lagi
dan kartu itu yang membulatkan transaksi itu.
"Ada persoalan suatu berkas, tertentu," Sparrowhawk berkata. "Berkas itu
berada di kantor sebuah komisi yang diangkat oleh gubernur New Jersey.
Berkas itu memuat hasil penyelidikan atas kerajaan gelap Maggiore. Maggiore
menginginkan sebuah salinan. Paul junior menjanjikan bahwa Management
Systems Consultants akan menyerahkan berkas itu dua hari sesudah tuan
Baksted disingkirkan." "Dan dapatkah anda memenuhi janji itu?" "Sahabatku,
kami sudah mempunyai berkas itu di dalam bank data kita selama sebulan
lebih. Informasi adalah mata uang yang paling berharga, satu hal yang bahkan
harus difahami oleh seorang perwira kepolisian."
"Itu tidak dapat kusangkal. Tetapi, bagaimana dengan 'daftar umpan' itu"
Anda tentunya menghendaki aku membawanya kembali ke New York."
"Itu sangat kuanjurkan padamu. Tuan Baksted menyimpan itu di badannya."
"Bagaimana anda dapat memastikan itu?" "Dengan menyetujui permintaan tuan
Baksted. Dengan mengatur suatu pertemuan yang akan didatangi oleh tuan
Baksted, dengan daftar itu di tangannya. Kau akan menghadangnya di dekat
rumah kekasihnya yang terakhir dan mencegahnya mencapai tujuan a-khirnya.
Orang orang Don Maggiore akan memberikan bantuan mereka. Mobil, senjata,
alamat kekasih tuan Baksted itu dan sebagainya dan sebagainya. Kau segera
tanganilah urusan itu. Kita tidak menginginkan orang orang jepang itu
kehilangan minat mereka, bukan?"
"Tentu saja," Dorian menjawab. "Sungguh menyedihkan. Alan tidaklah
begitu buruk." "Yang sabar akan mewarisi bumi, tetapi tidak mewarisi daftar daftar
umpannya. 0 ya, secara kebetulan sekali, Robbie akan bertanding di Atlantic
City dalam empat hari lagi. Karate kontak penuh, tanpa pembatasan
pembatasan. Pastilah suatu pertandingan hebat. Sayangnya aku sendiri tidak
dapat menonton. Ada urusan di Dalas."
"Kalau aku berada di Atlantic City, tentu anda sudi memaafkan aku jika aku
tidak menonton pertandingan itu. Banyak orang New York pergi ke sana untuk
berjudi dan aku tidak ingin dikenali orang. Aku cuma melaksanakan
pembakaran Alan, lalu menghilang lagi dari sana."
"Tentu, tentu saja, Dorian. Presis seperti Vietnam. Lancarkan serangan
kilat, lalu meleburlah dengan semak belukar."
"Tolong sampaikan kepada Robbie bahwa aku memujikan ia menang."
Untunglah bahwa Sparrowhawk menjauhkan Robbie dari pembunuhan
bayaran. Dorian memerlukan uang itu. Ia mempunyai hutang sebanyak
limabelas ribu pada lintah lintah darat itu, belum lagi hutangnya atas minuman
minumannya. Tigapuluh ribu dollar untuk me nyingkirkan Alan itu akan menarik dirinya keluar dari sebuah lubang dalam.
Membunuh atas perintah, bagi Robbie, sudah pernah dilakukannya di
Vietnam, kadang kadang terlalu hebat. Memang dalam keadaan perang, namun
Robbie mencurahkan seluruh diri dalam pekerjaan itu, melakukan hal hal yang
bahkan Dorian atau Sparrowhawk tidak bersedia melakukannya. Kalau Robbie
sampai mulai menghabisi orang orang di amerika serikat sebagaimana yang
Giri Karya Marc Olden di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dilakukannya di Vietnam, akan banyaklah orang yang tidak bisa tidur.
Dorian, yang hampir empat puluh pon lebih berat dari Robbie tidak pernah
sekilas pun berpikir atau ingin mencoba coba Robbie. Di sebuah bar di Saigon,
Dorian pernah menyaksikan Robbie menghancurkan empat serdadu baret hijau.
Dua orang di antaranya bersenjata lengkap: pisau komando segala, dan yang
benar benar mengetahui bagaimana mempergunakan senjata itu, atau....
mengira bahwa mereka mampu mempergunakannya. Seorang di antara mereka
telah menjadi cacad untuk seumur hidupnya.
Dorian dan Robbie kadang kadang bertemu, namun telah lenyap keakraban
di antara orang orang yang bersama dalam pertempuran. Vietnam sudah masa
lalu. Untunglah bahwa dewasa ini Robbie mendapatkan kesenangan dari
pertandingan pertandingan karate itu. Ada Sparrowhawk atau tanpa
Sparrowhawk, semoga Tuhan melindungi dunia jika Robbie tidak harus
melangsungkan suatu peperangan pribadi.
DORIAN RAYMOND berdiri di depan mobil Chevrolet itu, sudah mengenakan
kedok pemain ski, pistol .22 itu terselip di pinggangnya, tersembunyi di bawah
rompinya. Jam tangannya menunjukkan pukul 9:10; 'perjanjian' Alan adalah
pada pukul 9:30 di pusat kota, di sebuah kamar Golden Horizon. Bisnis adalah
bisnis, Alan. Jangan dendam.
Dorian mulai berlari lari, tubuhnya yang besar bercondong ke depan. Ia
berlari dengan mulut terbuka. Ya, dewa! Satu blok, dan ia sudah kehabisan
nafas. Ia melompat ke atas trotoar, menghindari sebuah truk kecil, kemudian
melompat kembali ke atas jalanan. Ya dewa, mengapa orang suka berlari lari!
Gerak badan" Bah! Satu blok lagi, hanya satu saja, dan Dorian balik. Baksted
ada di mobil Porsche itu. Mesti Baksted, sekali pun dalam kabut itu tidak
mungkin melihatnya dengan jelas dalam jarak itu. Bagaimana kalau itu cuma
seseorang yang mencoba mendobrak mobil itu, seorang negro yang mencongkel
kunci dengan kawat penggantung pakaian" Hebat!
Dorian berlari, kakinya memukul aspal, kabut basah menjilati mukanya.
Sebuah mobil datang dari belakangnya, menangkap dirinya dengan sorot lampu
lampunya, kemudian lewat dan menerangi Alan Baksted di dekat Porsche itu, yang menendang
ban kempes itu dan memaki maki.
Alan Baksted mendengar suara kaki Dorian yang berlari. Alan melambaikan
tangannya, ada sehelai envelop coklat di tangannya. "Hai, ban mobilku kempes.
Tolong membantu aku, oke?"
Dorian mencabut .22 itu dari bawa rompinya, berhenti berlari, merunduk,
memegang gagang pistol itu dengan kedua tangannya, dan dari jarak hanya
empat kaki melepaskan tembakan ke arah kepala. Pistol .22 itu mengeluarkan
bunyi pop pelan, tidak lebih keras dari suara dibukanya tutup kaleng bir. Alan
terbanting dari Porsche itu, roboh dengan kaki sebelah di bawah badannya.
Envelop coklat itu terlepas dan tertinggal di atas atap mobil itu.
Dengan tenggorokan terasa terbakar karena berlari tiga blok jauhnya,
paruparu terbakar dan adrenalin mengalir deras, Dorian memandang ke bawah
pada Alan Baksted. Dorian melepaskan dua tembakan lagi ke arah kepala,
kemudian dua lagi ke jantung Alan, sebelum menyelipkan kembali .22 itu pada
pinggangnya. Dalam penerangan yang redup itu, darah di atas wajah Alan
bagaikan jalur jalur cellophan hitam berkilat.
Tetapi Dorian belum selesai. Ia harus meninggalkan sebuah pesan.
Ia merogoh ke dalam saku kemeja kaosnya, "
mengeluarkan beberapa lembar uang kertas li-mapuluhan dollar dan menyobek
semuanya menjadi dua. Dengan tenang diselipkannya parohan parohan uang
kertas itu ke dalam saku jas Alan dan di bawah rantai emas yang meliliti leher
Alan itu. Pesannya jelas. Keserakahan.
Dorian kini berdiri, mengambil envelop coklat dari atas atap mobil Porsche
itu dan merasakan bentuk keras sebuah buku catatan di dalam envelop itu.
Dorian berusaha tidak mengingat dua anak kembali Alan yang masih berumur
lima tahun itu. BEBERAPA MENIT KEMUDIAN, di OceanCity, Dorian meletakkan gagang telefon
itu, keluar dari gardu telefon itu dan mengangkat botol wodka itu ke mulutnya.
Kosong. Dengan jengkel dibuangnya botol itu ke arah suatu tebing salju.
Romaine telah bersikap sopan, ramah. Mengucapkan terima kasih atas ucapan
selamat ulang tahun itu. Namun, Romaine juga terdengar dingin, tertutup,
jelas tidak mau disakiti lagi hatinya. Akhirnya Romaine mengatakan bahwa ia
sudah harus pergi; ia sibuk sekali Dari Atlantic City, Dorian tidak langsung pulang ke New York. Terlebih dulu
ia harus berganti kendaraan, yang berarti harus menempuh perjalanan dengan
mobil sejauh limabelas menit ke OceanCity itu. Di kota kecil di pantai
Jersey itu Dorian memarkir mobil Chevrolet itu di suatu jalan samping, berganti memakai
pakaiannya sendiri, lalu menyeberangi jalan itu ke sebuah mobil Ford hitam.
Pistol .22 itu berada di dalam saku mantel, alat peredam di saku lainnya. Biar
orang orang Philly yang menyingkirkan mobil Chevrolet itu5 ia sendiri yang akan
menyingkirkan pistol itu. Dari dalam mobil Ford itu, Dorian mengawasi seorang
pemuda dalam mantel tentara dan peci baseball Phillies keluar dari sebuah
restoran, naik ke dalam mobil Chevrolet itu, lalu membawanya pergi. Mobil
Chevrolet itu, seperti juga mobil Ford itu, kedua duanya mobil curian dan akan
berakhir di bengkel bengkel pemeretelan, dipereteli hingga menjadi losinan
potong dan dijual di eropa dan amerika selatan.
Dorian merasakan kebutuhan akan minuman. Ia masuk ke dalam restoran
itu. Sialan! OceanCity adalah sebuah kota 'kering'. Dorian harus menyeberangi
sebuah jembatan sebelum menemukan sebuah toko yang menjual minuman.
Setelah mendapatkan sebotol minuman, Dorian duduk di dalam mobil di
suatu daerah sepi dan mulailah ia minum. Ia berpikir tentang Romaine dan
tentang Alan Baksted. Pria malang dan Dorian menyadari bahwa
ia tidak akan sanggup mengemudikan mobil itu kembali ke New York tanpa
berbicara dengan Romaine. Ada sebuah telefon umum di depan toko minuman
itu. Tetapi Romaine telah mengatakan bahwa dirinya sibuk. Mendengar Romaine
berkata begitu pada saat ia, Dorian, sungguh sungguh membutuhkannya, adalah
seperti ditendang hatinya.
Kembali lagi di dalam mobil Ford itu, Dorian membanting pintu dan nyaris
berputar untuk memasukkan kunci starter, ketika di depannya sana ia melihat
seorang pria meninggalkan sebuah rumah yang terpencil letaknya dan mulai
berlari lari ke arahnya, bergerak gerak masuk dan keluar dari kegelapan dan
sinar rembulan. Dorian nyaris tidak memberi perhatian lagi pada orang itu,
namun sesuatu pada pria itu menuntut perhatiannya. Pria itu berlari dengan
gaya terlatih. Tanpa ketegangan sedikit pun. Dan penampilannya seperti
dikenal Dorian, tetapi mungkinkah ia akan bertemu dengan orang itu di tengah
ketiadaan seperti itu" Dan pria itu memegang sebuah tas atase.
Robbie. Terkejut, Dorian bergerak refleksif. Ia bersembunyi, merunduk rendah di
tempat duduknya di belakang kemudi mobil itu. Setelah hitungan dua ia duduk
tegak kembali, berputar dan matanya mengikuti pelari yang sudah lewat itu.
Tidak salah lagi. Robbie.
Tetapi apakah pekerjaan Robbie di daerah
pelabuhan itu, pada saat ia mestinya
bertanding di Atlantic City" Berada di Ocean
City di depan rumah dijual itu"
Atau berlari dari situ agar tidak terlambat di Atlantic City"
Ah, tidak masuk akal. Di sekeliling situ tidak ada apa pun, kecuali rumah
rumah yang terletak terpencar, pohon pohon, pantai pasir yang lebar lebar dan
di ujung jalan itu, jembatan tadi.
Robbie lazimnya membawa gi-nya dan perlengkapan perlindungan dirinya di
dalam tas atase itu; setiap tahun Sparrowhawk membelikan sebuah yang baru
dari London, lengkap dengan monogram dan kunci kombinasi.
Dorian Raymond melihat Robbie naik ke dalam sebuah mobil, memutar mobil
itu dan kemudian meluncur cepat menuju jembatan ke OceanCity. Dan
seterusnya ke Atlantic City, pikir Dorian.
Dorian berputar lagi di tempat duduknya, memandang ke arah rumah kayu
berlantai satu yang tadi ditinggalkan Robbie itu. Dorian menggelengkan kepala.
Malam itu suatu malam besar bagi Robbie di Atlantic City.
Lalu, apakah yang dilakukan Robbie di terapat yang terpencil itu"
ATLANTIC CITY "Robbie!" "Robbie!" "Robbie!"
MEREKA menyerukan namanya dengan berirama, bertepuk tangan pada tiap
suku kata dan memenuhi arena itu dengan suara menjerit.
Tapi zanshin,konsentrasi menuntut seorang
pendekar mengawasi musuhnya dengan mata,
pikiran, jiwa, mencari kelemahannya yang dapat
dimanfaatkan. Robbie Ambrose
tidak menyerahkan diri pada beribu ribu orang yang memnyanjung nyanjung dirinya
itu. Ia duduk di sudutnya, dengan pernafasan yang rata, dan dengan matanya
yang awas memandang ke seberang ring pada Cari Waterling.
Darah keluar dari sebuah luka di atas mata kiri Waterling yang bengkak itu,
dan sisi tubuhnya merah memar, sasaran tendangan tendangan Robbie. Seorang
dokter membungkuk dan menyentuh tulang tulang iga Waterling. Karateka itu
mengejang dan menggerenyit, menarik nafas lewat gigi yang dirapatkan. Pasti
kesakitan, pikir Robbie. Seorang gadis, berambut pirang dan manis, telah naik ke atas ring dan
mulai berjalan memutari ring itu dengan kedua lengan ke atas membawa
selembar karton dengan tulisan Ronde Ketiga. Walaupun siulan
siulan dan ucapan ucapan cabul dilemparkan
ke arah gadis itu, gadis itu tersenyum
terus, dan senyumnya khusus kepada Robbie
adalah tulus. "Selamat," bisik gadis itu
kepada Robbie. Dan matanya mengatakan yang
lebih daripada itu Konsentrasi Robbie demikian kuat ditujukan kepada Waterling, sehingga
tidak didengarnya seruan seruan beribu mulut yang meminta segera terjadinya
suatu 'knock out'. Yang didengar oleh Robbie bahkan suatu suara lain. Suara
yudawan. Narou Amida Hachiman Dei-Bosatsu. Dengarkanlah, o Bodhisatva yang
besar, dewa perang. Akulah pedangmu,-kehendakmu, perbuatanmu. Keempat
unsur - api dan air, logam dan kayu - ada dalam diriku.
Aku kuat di dalam kekuatanmu.
Telah kulaksanakan Chi-matsuri,ritus darah.
Akulah bushi sejati, samurai yang seribu tahun usianya.
Aku kuat di dalam keperkasaanmu.
"Robbie!" "Robbie!" "Robbie!" Robbie Ambrose mengerjapkan mata, menyingkirkan dari pikirannya apa yang telah
dilakukannya atas wanita di OceanCity
itu Telah dilaksanakannya ritus darah, ritus pembunuhan
yang akan menjamin kemenangannya malam itu. Seperti wanita wanita lainnya dan
sebelumnya, wanita itu mudah dikibuli dengan lencana detektif itu dan
kesudahannya wanita itu menyerahkan tubuhnya kepada dewa perang.
Robbie berdiri, menanti, adrenaline bergerak di dalam tubuhnya, tinggal
beberapa detik sebelum bel Yang sedang berlangsung itu adalah karate kontak penuh, suatu olah raga
yang berkembang pesat di amerika: suatu kombinasi tinju barat dan teknik
teknik karate. Olah raga itu juga disebut tinju tendang, dan sejumlah aturan
keselamatan telah ditetapkan: tidak lagi dengan tinju dan kaki telanjang, para
petanding memakai sarung tinju dan lapisan karet busa pada kakinya, dan
mereka dilarang mengarahkan pukulan dan tendangan pada sulbi, tenggorokan
atau sendi sendi. Serangan dibatasi pada pinggang dan di atasnya, dengan memperbolehkan
paha dan betis sebagai sasaran. Setiap ronde berlan-sung dua menit.
Penghitungan angka dilakukan seperti dalam tinju barat, dengan k. o, t.k.o.
atau keputusan juri. Pertandingan malam itu bersifat istimewa: antara dua nama paling tersohor
dalam karate kontak penuh. Sebelum mengundurkan diri, bekas juara Cari
Waterling merupakan satu satunya orang yang pernah mengalahkan Robbie
Ambrose, dengan ke menangan angka sangat tipis. Dalam hatinya, Robbie yakin
bahwa dirinyalah yang menang. Namun Waterling adalah sang juara dan
pertandingan dilangsungkan di 'kandang' Waterling.
Sejak ronde pertama, Robbie melancarkan serangan serangan dengan
tendangan tendangan ke arah tubuh Waterling yang sekali besar, sudah tampak
mulai lembek. Sebuah tendangan Robbie menghantam bekas juara itu di
perutnya, melemparkannya ke tambang tambang. Waterling kembali dengan
agak sempoyongan, dan Robbie menyambutnya dengan ayunan tangan kanan ke
wajah Waterling, hingga kepala bekas juara itu tersentak ke belakang, dan
Robbie menyusulkan sebuah tendangan lurus yang kembali mengenai lambung
Waterling. Waterling membalas dengan suatu tendangan berputar, tetapi
Robbie telah berhasil menyudutkannya. Suatu kelitan kepala, dua uppercut
secepat kilat, dan Waterling terhuyung huyung di sepanjang tambang tambang.
Penonton mencium bau darah; melompat berdiri dan bersorak sorak. Waterling
membalas pukulan secara naluriah belaka, mengenai Robbie di atas pipi, tetapi
tidak telak.Ronde itu berakhir dengan mulut Waterling berdarah .
Dalam ronde kedua, Robbie berhasil dua kali merobohkan lawannya, yang
pertama kali dengan tendangan berputar yang mengenai kepala,
mengakibatkan luka pecah di atas mata.
Waterling dihitung hingga delapan, bangkit kembali dan sering menyelamatkan diri dengan melakukan
rangkulan rangkulan. Menjelang akhir ronde itu, Robbie berhasil menghujambalikkan tinjunya dan kembali menyempoyongkan Waterling, yang akhirnya
jatuh terduduk. Wasit menganggap itu suatu knockdown, tetapi sebelum
penghitungan dimulai gong berbunyi, menandai akhir ronde itu. Ronde ketiga.
Kedua karateka itu bergerak maju, wajah masing masing dilindungi lengan
bawah dan tangan tangan bersarung. Waterling tampak kehabisan nafas. Juga
ngeri. Ichibyoshi. Jika sudah cukup dekat, seranglah secepat kilat, dalam suatu
hembusan nafas, tanpa gerak pendahuluan, tanpa pura pura, tanpa keraguan.
Serang sebelum musuh lolos.
Robbie memulai dengan tangan kanan, menghantam luka di atas mata
Waterling, membuka kembali luka itu. Waterling, yang terlatih dalam Tae
Kwon Do, membalas dengan dua tendangan tinggi sesuai gayakorea. Robbie
menahan yang sebuah dan menghindari yang kedua dengan merundukkan
kepala, dan sebelum Waterling sempat meloloskan diri, Robbie menendangnya
pada paha kanannya. Selagi Waterling bergerak mundur, Robbie menendang
sebelah dalam betis kiri dan dengan ayunan kaki yang sama menendang
Waterling pada iganya. Kedua tangan Waterling turun untuk melindungi tubuhnya.
Sekarang. Ni no koshi no hyoshi. Dengan dua gerakan. Ketika musuh mencoba
mundur, pura puralah menyerang dan ragu ragu. Musuh akan menegang dan,
selama sepecahan detik, akan mengendor. Di saat itulah harus diserang tanpa
ditunda tunda lagi. Dengan mengangkat kaki kanan, Robbie berpura pura menendang ke arah
iga, kemudian menurunkan kembali kaki itu. Waterling seakan akan membeku.
Dengan suatu gerakan yang membuat seluruh penonton bangkit berdiri,
Robbie melompat tinggi, berputar di udara dan dalam keadaan masih di udara
itu menendang ke belakang dengan kaki kiri, mengenai Waterling tepat di atas
keningnya. Pengaman gigi Waterling terlempar keluar dari mulutnya dan kedua
lengannya terentang keluar. Waterling jatuh ke atas tambang tambang dan
terjungkel, jatuh dengan mukanya ke atas kanvas.
Penonton bersorak sorak riuh rendah. Lupa daratan.
Wasit tidak merepotkan diri dengan menghitung Waterling. Selagi para
Giri Karya Marc Olden di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pendekar Latah 17 Pendekar Rajawali Sakti 146 Bunuh Pendekar Rajawali Sakti Pendekar Lembah Naga 28
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama