Ceritasilat Novel Online

Taiko 15

Taiko Karya Eiji Yoshikawa Bagian 15


maupun Nobumori merupakan senior Hideyoshi, sementara Mitsuhide dan Takigawa setaraf
dengannya dalam hal popularitas dan kecerdasan.
Mereka sendiri menimbulkan suasana serbaragu mengenai siapa sesungguhnya panglima tertinggi.
Perintah tak bisa melalui dua jalur, namun kini perintah diberikan oleh beberapa jendral. Pihak
musuh dapat mencium kesulitan seperti itu. Pasukan Mori cukup awas untuk memahami
perkembangan situasi. Suatu malam, pasukan Kobayakawa menyusuri bagian belakang Gunung
Takakura dan melancarkan serangan mendadak terhadap perkemahan Oda.
Korban berjatuhan di kalangan anak buah Hideyoshi. Kemudian pasukan Kikkawa bergerak cepat
dari dataran di belakang daerah Shikama dan melancarkan serangan mendadak terhadap korps
perbekalan Oda, membakar kapal-kapal mereka, dan melakukan segala sesuatu untuk
menimbulkan kekacauan. Suatu pagi, ketika Hideyoshi memandang ke arah Kozuki, ia melihat menara jaga benteng itu telah
dihancurkan pada malam sebelumnya. Pada waktu menyelidiki kejadian itu, Hideyoshi diberitahu
bahwa marga Mori memiliki meriam bangsa barbar dari Selatan, dan rupanya mereka telah
menghancurkan menara jaga dengan tembakan meriam yang kena telak. Terkesan oleh unjuk
kekuatan ini, Hideyoshi bertolak ke ibu kota.
*** Ketika tiba di Kyoto, Hideyoshi langsung menuju Istana Nijo. Pakaiannya masih penuh debu
perjalanan, dagunya dipenuhi pangkal janggut.
"Hideyoshi?" Nobunaga harus mclihat dua kali sebelum yakin. Penampilan Hideyoshi sungguh
berbeda dengan laki-laki yang meninggalkan ibu kota sebagai pemimpin pasukan; matanya tampak
cekung. dan janggut tipis berwarna kemerahan mengelilingi mulutnya, seperti sikat kasar.
10 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Hideyoshi, mengapa kau datang ke sini dengan wajah tertekan seperti itu?"
"Hamba tidak punya waktu banyak, tuanku." "Kalau begitu, mcngapa kau di sini?"
"Hamba datang untuk memohon pctunjuk."
"Kau memang jendral yang merepotkan. Aku telah menunjukmu sebagai panglima tertinggi, bukan"
Kalau kau menanyakan pendapatku tentang segala sesuatu, kau takkan punya waktu untuk
menjalankan taktik-taktikmu. Kenapa kau begitu bimbang kali ini" Tidak mampukah kau bertindak
sendiri?" "Sudah sewajarnya tuanku merasa gusar, tapi hendaknya perintah tuanku hanya melewati satu
jalur." "Pada waktu kuserahkan tongkat komando ke tanganmu, aku telah memberikan wewenang dalam
segala situasi. Kalau kaupahami keinginanku, berarti perintahmu adalah perintahku. Mengapa mcsti
bingung?" "Dengan segala hormat, justru dalam hal ini hamba mengalami kesulitan. Hamba tidak
menginginkan satu prajurit pun gugur sia-sia."
"Apa maksudmu?"
"Kalau situasi sekarang masih berkelanjuian, kita tak mungkin menang."
"Kenapa kau berpikir demikian?"
"Betapapun tidak berartinya hamba, sebagai panglima tertinggi, hamba tidak bermaksud membawa
pasukan hamba menuju kekalahan yang menyedihkan. Tapi kekalahan tak terelakkan. Dalam hal
semangat tempur, perlengkapan, dan keuntungan medan, sekarang ini kami tak dapat menandingi
pihak Mori." "Hal pcrtama yang harus diingat," balas Nobunaga. "kalau panglima tertinggi belum-belum sudah
takut kalah, dia tidak memiliki alasan untuk mengharapkan kemenangan."
"Tapi kalau kita salah perhitungan, menyangka kita bisa menang, kekalahan kita mungkin berakibat
fatal. Jika pasukan tuanku dinodai satu kekalahan di daerah Barat, musuh-musuh yang menunggu
di sini dan di tempat lain, dan tentu saja para biksu-prajurit Honganji akan menyangka pemimpin
marga Oda telah menemui batu sandungan, dan sekaranglah dia akan jatuh. Mereka akan
memukul gong dan meneriakkan jampi-jampi, dan daerah Utara dan Timur akan bangkit dan
menentang tuanku." "Aku menyadari hal itu."
"Tapi bukankah kita harus mempertimbangkan bahwa penyerbuan daerah Barat, yang begitu
penting, mungkin berakibat fatal untuk marga Oda?"
"Itu pun sudah kupikirkan."
"Kalau begitu, mengapa bukan tuanku sendiri yang datang ke provinsi-provinsi Barat, setelah
hamba mengirim begitu banyak permintaan bantuan" Waktu teramat penting. Kalau kita
11 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyia-nyiakan kesem-patan ini, kita tidak memiliki peluang dalam pertempuran sesungguhnya.
Rasanya konyol menying-gung ini, tapi hamba tahu bahwa tuanku jendral pertama yang melihat
kesempatan ini, dan hamba benar-benar tidak mengerti mengapa tuanku tidak mengambil tindakan
setelah hamba mengirim permohonan demi permohonan. Hamba bahkan telah berusaha menarik
musuh keluar, padahal mereka tidak mudah dipancing. Sekarang pihak Mori telah mengcrahkan
pasukan besar dan menyerang Kozuki, dengan menggunakan Benteng Miki sebagai pangkalan.
Bukankah ini kesempatan emas" Dengan senang hati hamba akan bertindak sebagai umpan untuk
semakin menarik mereka. Setelah itu, dapatkah tuanku datang sendiri untuk menyelesaikan
permainan ini dengan satu pukulan mencntukan?"
Nobunaga termenung-menung. Karena ia bukan orang yang mungkin dirasuki kebimbangan pada
saat seperti ini, Hideyoshi segera mengerti bahwa Nobunaga tidak bermaksud meluluskan
permintaannya. Akhirnya Nobunaga berkata, "Tidak, ini bukan waktu untuk bertindak gegabah." Kali ini Hideyoshi
yang tampak termenung-menung. Nobunaga melanjutkan, seakan-akan memarahinya. "Bukankah
kau terlalu berkecil hati karena kekuatan orang-orang Mori, sehingga kau merasa sudah kalah
sebelum bertempur?" "Menurut hamba, menjalankan pertempuran yang akan berakhir dengan
kekalahan bukanlah tanda kesetiaan pada tuanku."
"Begitu kuatkah pasukan provinsi-provinsi Barat" Begitu hebatkah semangat tempur mereka?"
"Demikianlah keadaannya. Mereka menjaga perbatasan yang telah terbentuk sejak masa Motonari, dan mereka pun berupaya memperkuat bagian
tengah wilayah mereka. Kekayaan marga Uesugi dari Echigo atau marga Takeda dari Kai pun tak
dapat menandingi kekayaan mereka."
"Hanya orang bodoh yang menyamakan provinsi kaya dengan provinsi kuat."
"Kekuatan tergantung dari jenis kekayaan. Seandainya marga Mori bersikap berlebih-lebihan dan
congkak, mereka tak pcrlu dicemaskan, bahkan kekayaan mereka dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan kita. Tapi kedua jendral, Kikkawa dan Kobatakawa, sangat membantu Terumoto, dan
mereka meneruskan tradisi bekas junjungan mereka:
semua komandan dan prajurit berbudi luhur mengikuti Jalan Samurai. Segelintir prajurit yang
berhasil ditawan dalam keadaan hidup menunjukkan keberanian luar biasa, dan scakan-akan
dibakar oleh kebencian terhadap musuh. Kalau hamba melihat itu semua, mau tak mau hamba
menyesalkan bahwa penyerbuan ini akan begitu ber..."
"Hideyoshi. Hideyoshi," potong Nobunaga dengan gusar. "Bagaimana dengan Benteng Miki"
Nobutada sedang menuju ke sana."
"Hamba meragukan bahwa benteng itu akan takluk dengan mudah, biarpun dengan segala
kecakapan yang dimiliki putra tuanku."
"Komandan macam apa Bessho Nagaharu, penguasa benteng itu?"
"Dia tangguh." 12 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sadarkah kau bahwa kau terus memuji-muji musuh?"
"Menurut hamba, aturan pertama dalam ilmu perang adalah mengenali musuh. Hamba rasa,
mungkin memang tidak pada tempatnya memuji komandan maupun prajurit mereka, tapi hamba
berkata apa adanya, karena hamba merasa berkewajiban memberikan penilaian yang tepat."
"Rasanya kau benar." Sepertinya Nobunaga akhirnya mulai mengakui kckuatan musuh, biarpun
dengan enggan. Mcski demikian, keinginan untuk menang masih membara di dalam dirinya, dan ia
berkata. "Rasanya kau benar, tapi itu tidak berarti pasukan kita tidak bersemangat, Hideyoshi."
"Betul sekali."
"Peran sebagai panglima tertinggi tidak mudah. Takigawa, Nobumori, Niwa, dan Mitsuhide, mereka
semua jendral senior. Mungkinkah mereka tidak menaati perintahmu?"
"Pengamatan tuanku sungguh cermat." Hideyoshi menundukkan kepala, wajahnya yang letih
bertempur menjadi merah. "Barangkali tanggung jawab ini memang terlalu berat bagi junior mereka,
Hideyoshi." Tentu saja ia dapat membaca intrik-intrik halus para pengikut senior, serta bagaimana mereka
mencegah Nobunaga terjun langsung ke kancah pertempuran. Seandainya pun pasukan besar
pihak Mori tak perlu dikhawatirkan ia harus mengingaikan diri untuk berhati-hati terhadap bahaya
dari sekutu-sekutunya scndiri.
"Ini yang harus kaulakukan, Hideyoshi. Tinggalkan Benteng di Kozuki untuk sementara waktu.
Bergabunglah dengan pasukan Nobutada, pergi ke Benteng Miki, dan singkirkan Bessho Nagaharu.
Kemudian awasi tindakan musuh selama beberapa waktu."
Kemuraman prajurit-prajurit mereka terutama disebabkan pasukan mereka terpceah dua,
setengahnya ditugaskan menyerang Benteng Miki setengahnya diharapkan menolong Kozuki. Ini
akibat perbedaan pendapat yang berlangsung sampai sekarang dalam rapat-rapat militer pihak
Oda. Alasan pemecahan ini tampak jelas. Nasib pasukan Amako yang berkekuatan kecil dan
terkurung di Benteng Kozuki berada di tangan marga Oda. Meninggalkan mereka untuk meraih
keuntungan strategis akan menyebabkan marga-marga lain di daerah Barat merasa gelisah dan
bertanya-tanya, laki-laki macam apa Nobunaga sebenarnya. Dapat di pastikan marga Oda akan
memperoleh reputasi sebagai sekutu yang tak dapat diandalkan.
Hideyoshi-lah yang menempatkan Amako Katsuhisa dan pasukan Shikanosuke di dalam Benteng
Kozuki, dan kini kesengsaraan, persahabataan, dan simpati yang nyaris tak tertahankan merasuki
sukmanya. Ia tahu bahwa ia akan menyaksikan kematian mereka. Meski demikian, begitu menerima
perintah baru dari Nobunaga itu, ia langsung berkata. "Baik, tuanku," dan menarik diri.
Sambil memendam perasaannva, ia kembali ke provinsi-provinsi Barat, termenung-menung
sepanjang perjalanan. Hindari pertempuran berat, dan menangkan yang mudah - inilah hukum yang
melandasi strategi militer, katanya pada diri sendiri. Sepertinya langkah ini tak ada sangkut-pautnya
dengan kejujuran, tapi seharusnya sejak awal kita bertempur untuk tujuan yang lebih besar.
Sekarang aku harus memikul yang tak tertahankan.
Setelah Hideyoshi kembali ke markasnya di Gunung Takakura, ia memanggil semua jendral lain
dan memberitahukan keputusan Nobunaga pada mereka, persis seperti disampaikan kepadanya.
Kemudian ia segera memberi perintah untuk membongkar perkemahan dan bergabung dengan
13 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pasukan Nobutada. Niwa dan Takigawa ditugaskan sebagai barisan belakang, Hideyoshi dan Araki
Murashige memulai penarikan pasukan.
"Sudah kembalikah Shigenori?" Hideyoshi bertanya Beberapa kali sebclum meninggalkan Gunung
Takakura. Takenaka Hanbei, yang tahu apa yang ada dalam benak Hideyoshi, menoleh ke arah Benteng
Kozuki, seakan-akan enggan pergi.
"Dia belum kembali?" Hideyoshi bertanya sekali lagi. Shigenori adalah salah satu pengikut
Hideyoshi. Dua malam sebelumnya, ia menerima perintah dari Hideyoshi untuk pergi scorang diri ke
Benteng Kozuki sebagai kurir. Kini Hideyoshi merasa was-was dan bertanya-tanya, apakah
utusannya berhasil menyelinap melewati barisan musuh. Tindakan apa yang akan diambil
Shikanosuke" Pesan Hideyoshi, yang dibawa oleh Shigenori, berisi pemberitahuan mengenai
perubahan rencana yang terjadi.
Dapatkah kalian bertekad memilih kehidupan di tengah-tengah kematian, dan meninggalkan
benteng untuk bergabung dengan pasukan kami" Kami akan menunggu kalian sampai besok.
Keesokan harinya mereka menunggu dengan hati berdebar-debar. Tapi para prajurit di dalam
benteng tidak bergerak, dan pasukan Mori yang mengepung benteng pun tidak melakukan
perubahan apa-apa. Tak ada pilihan bagi Hideyoshi selain meninggalkan Gunung Takakura.
Orang-orang di Benteng Kozuki tenggelam dalam keputusasaan. Mempertahankan benteng berarti
maut, meninggalkan benteng juga berarti maut. Shikanosuke yang gigih pun tampak bingung. Ia tak
tahu apa yang harus dilakukan.
"Ini bukan salah siapa-siapa." Shikanosuke berkata pada Shigenori. "Kita hanya bisa mendongkol
terhadap para dewa."
Setelah membahas masalah itu dengan Amako Katsuhisa dan para pengikut lainnya, Shikanosuke
menyampaikan jawaban mereka pada Shigenori. "Meski tawaran Yang Mulia Hideyoshi sungguh
baik, tak terbayangkan bagaimana pasukan kecil yang lelah ini dapat menerobos kepungan musuh
dan bergabung dengan beliau. Kami terpaksa mencari akal yang jauh lebih baik."
Setelah itu, Shikanosuke diam-diam menulis surat yang ditujukan pada komandan pasukan
penyerang Mori Terumoto. Surat itu berisi pernyataan menyerah. Secara terpisah ia juga
mengajukan permohonan untuk intervensi oleh Kikkawa dan Kobayakawa. Shikanosuke hendak
menyelamatkan nyawa junjungannya, Amako Katsuhisa, serta ketujuh ratus praiurit dalam benteng,
tetapi baik Kikkawa maupun Kobayakawa tidak bersedia memenuhi permohonan Shikanosuke.
Hanya ada satu cara yang dapat diterima oleh keduanya. "Bukalah gerbang benteng." mereka
berkata, "dan serahkan kepala Katsuhisa."
Memang berlebihan jika seseorang menuntut belas kasihan pada waktu ia terpaksa menyerah.
Sambil menelan air mata kesedihan, Shikanosuke menyembah di hadapan Katsuhisa. Tak ada lagi
yang dapat dilakukan pengikut Yang Mulia. Betapa malang nasib tuanku, karena memiliki pengikut
tak berguna seperti hamba. Ini tak terelakkan, tuanku harus bersiap-siap menghadapi maut."
"Tidak, Shikanosuke," kata Katsuhisa, lalu berpaling ke arah Iain. "Situasi ini terjadi bukan karena
para pengikutku tidak memiliki kemampuan. Tapi kita juga tidak bisa menaruh dendam terhadap
14 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Yang Mulia Nobunaga. Aku justru bersyukur telah memperoleh kesetiaan pengikut-pengikutku, dan
telah mengabdi sebagai pemimpin marga samurai. Kaulah yang membangkitkan keinginanku untuk
memulihkan nama marga kita, dan memberikan kesempatan untuk memerangi musuh bebuyutan
kita. Apa yang harus kusesali, walaupun kita kini menghadapi kekalahan" Kurasa aku telah
melakukan kewajibanku sebagai laki-laki. Sekarang aku bisa beristirahat dengan tenang."
Pada fajar hari ketiga di Bulan Ketujuh, Katsuhisa melakukan seppuku dengan jantan. Dendam
antara marga Mori dan Amako telah berlangsung selama lima puluh enam tahun penuh.
Tctapi kejutan terbesar masih menyusul. Yamanaka Shikanosuke, laki-laki yang berjuang melawan
marga Mori tanpa memedulikan derita dan sengsara, dan yang baru saja meminta Amako Katsuhisa
untuk melakukan seppuku, memutuskan untuk tidak mengikuti contoh junjungannya itu. Ia memilih
mendatangi perkemahan Kikkawa Motoharu bagaikan prajurit rendahan, dan menanggung aib
sebagai tawanan perang. Hati manusia tak dapat diduga. Shikanosuke dicerca oleh kawan maupun lrwan, yang mengatakan
tak peduli bagaimana ia berselubung di balik kesetiaan, jika saat penentuan tiba, mau tak mau
belangnya terungkap juga.
Tetapi beberapa hari kemudian orang-orang yang sama mendengar sesuatu yang lebih tak terduga
lagi, yang membuat mereka muak dan terheran-heran. Yamanaka Shikanosuke telah menjadi
pengikut marga Mori, dan diberi sebuah benteng di Suo sebagai imbalan atas kesetiaannya di masa
mendatang. "Dasar anjing berpikiran dangkai!"
"Orang ini tak pantas bergaul dengan para samurai!" Dalam sekejap nama Yamanaka Shikanosuke
telah tercoreng untuk selama-lamanya. Selama dua puluh tahun, oleh kawan maupun lawannya ia
dianggap sebagai samurai dengan kesetiaan tanpa batas, yang tak mau tunduk meski didera
kesusahan. Tapi kini orang-orang merasa malu karena telah ditipu mentahmentah. Kebencian mereka berbanding lurus dengan keharuman nama Shikanosuke sebelumnya.
Di bagian terpanas Bulan Ketujuh, Shikanosuke - yang tampaknya tak peduli terhadap segala caci
maki - keluarganya, dan para pengikutnya digiring menuju kediaman mereka yang baru di Suo.
Mereka dikawal oleh pasukan Mori berkekuatan beberapa ratus orang, yang resminya bertindak
sebagai penuntun, tapi sesungguhnya tak lebih dari pasukan penjaga. Shikanosuke bagaikan
harimau yang tertangkap, yang sewaktu-waktu masih bisa mengamuk. Sebelum ia dikurung di
dalam kerangkeng dan terbiasa diberi makan, sekutu-sekutu yang baru belum merasa aman.
Setelah perjalanan beberapa hari, mereka tiba di penyeberangan Sungai Abe di kaki Gunung
Matsu. Shikanosuke turun dari kuda dan menduduki batu besar sambil menghadap ke sungai.
Amano Kai dari pihak Mori ikut turun dari kuda dan menghampirinya. Ia berkata. "Para perempuan
dan anak-anak tidak biasa berjalan kaki, jadi kita biarkan mereka menyeberang lebih dulu.
Beristirahatlah sejenak di sini."
Shikanosuke hanya mengangguk. Belakangan ini ia jadi pendiam, dan tidak berminat banyak
bicara. Kii berjalan ke arah perahu tambang dan menyerukan sesuatu pada orang-orang di tepi
15 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sungai. Hanya ada satu atau dua perahu. Istri, putra, dan para pengikut Shikanosuke menaiki
perahu-perahu itu, lalu berangkat ke tepi seberang.
Sambil memperhatikan perahu, Shikanosuke menghapus keringat dari wajah dan meminta
pelayannya mencelupkan sepotong kain ke dalam air sungai yang dingin bagaikan es. Satu-satunya
pelayannya yang lain membawa kudanya ke arah hilir, untuk diberi minum.
Kawanan serangga bersayap hijau terbang di sekeliling Shikanosuke. Bulan berwarna pucat
mengambang di langit senja. Rumput liar yang sedang berbunga menjalar di tanah.
"Shinza! Hikoemon! Ini kesemparan kalian!" bisik putra sulung Kii, Motoaki, pada dua laki-laki yang
berdiri di bayang-bayang pohon tempat sekitar sepuluh kuda diikat. Shikanosuke tidak mengetahui
kehadiran mereka. Perahu yang membawa keluarganya sudah berada di tengah sungai.
Angin sungai mengisi dadanya, dan pemandangan sekitar memesona matanya yang berkaca-kaca.
Betapa menyedihkan, ia berkeluh kesah. Sebagai suami dan ayah, hatinya serasa diiris-iris ketika ia
memikirkan nasib keluarganya yang kini menjadi gelandangan.
Prajurit tergagah pun memiliki perasaan, dan Shikanosuke konon lebih sentimental daripada
kebanyakan orang. Keberanian dan jiwa ksatrianya membara dalam matanya, melebihi terik
matahari. Ia telah ditinggalkan oleh Nobunaga; ia telah memutuskan hubungan dengan Hideyoshi;
ia telah menyerahkan Benteng Kozuki; dan kemudian ia menyodorkan kepala junjungannya pada
musuh-musuhnya. Dan sckarang ia masih ada di sini, enggan melepaskan kehidupan. Harapan apakah yang
digenggamnya" Masih adakah kehormatan yang dimilikinya" Caci maki dunia menyerupai suara
jangkrik yang kini mcngelilinginya. Tapi, ketika ia mendengarkannya di tengah angin sejuk yang
mengenai dadanya, ia tak peduli.
Satu ketusahati Bertumpuk pada yang lain Menguji kekuatanku sampai ke batasnya.
Sajak itu ditulisnya bertahun-tahun yang lalu. Kini ia membacanya di dalam hati. Ia teringat sumpah
yang diucapkannya di hadapan ibunya, di hadapan bekas junjungannya, di hadapan dewa-dewa,
dan di hadapan bulan muda di langit kosong sebelum ia maju ke medan tempur: Berikan segala


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rintangan bagiku! Ia berhasil mengatasi setiap rintangan satu per satu, sampai sekarang. Shikanosuke
menganggapnya sebagai kesenangan paling besar bagi manusia, dan kepuasan terbesar dalam
hidupnya. Pada hakikatnya, seratus rintangan pun bukan alasan untuk bersedih hati. Dengan berpegang pada
keyakinan ini ketika mengarungi kehidupan, Shikanosuke sempat mencicipi kegembiraan besar di
tengah segala penderitaannya. Ia tetap mempertahankan sikap ini ketika utusan Hideyoshi
memberi-tahunya bahwa Nobunaga mengubah strategi. Memang benar, untuk sementara waktu ia
berkecil hati, tapi ia tidak menaruh dendam pada siapa pun. Ia juga tidak bersedih. Tak pernah,
bahkan sekarang pun, saat ia tenggelam dalam keputusasaan dan berpikir. "Inilah akhir segalanya."
Malah sebaliknya, harapannya tetap membara. Aku masih hidup, dan akan terus hidup selama aku
bernapas! Ia menyimpan satu harapan besar mendekati musuh bebuyutannya, Kikkawa Motoharu,
dan mati ketika menikamnya sampai tewas. Setelah merenggut nyawa Kikkawa. dengan sukacata
ia akan menemui arwah bekas junjungannya di akhirat.
16 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Walaupun Shikanosuke telah menyerah, Kikkawa tak mau mengambil risiko dengan bertatap muka.
Dengan santun ia menganugerahkan sebuah benteng dan menyuruh Shikanosuke pergi ke sana.
Kini Shikanosuke bergundah gulana, sambil bertanya-tanya kapan ia akan memperoleh
kesempatan. Perahu yang membawa keluarga dan pengikutnya merapat di tepi seberang. Sesaat perhatian
Shikanosuke beralih pada keluarganya yang sedang turun dari perahu, di tengah-tengah
kerumunan orang. Tanpa suara, sebilah pedang terhunus menyambar di belakang Shikanosuke dan mengenai
bahunya. Pada saat yang sama, pedang lain menghantam baju yang didudukinya, mengakibatkan
bunga api beterbangan. Orang seperti Shikanosuke pun bisa dikejutkan oleh serangan mendadak.
Walaupun lukanya cukup dalam, Shikanosuke melompai bangun dan menjambak rambut calon
pembunuhnya. "Pengecut!" teriaknya.
Ia telah terluka, dan penyerangnya ada dua orang. Melihat rekannya dalam kesulitan, orang kedua
menyerang Shikanosuke sambil mengacungkan pedang dan berseru. "Bersiaplah untuk mati! Ini
perintah junjungan kami."
"Keparat!" Shikanosuke membalas dengan marah. Ia mendorong penyerang pertama ke arah
rekannya. sehingga keduanya berjatuhan. Shikanosuke memantaatkan kesempatan itu untuk berlari
ke dalam sungai. Air bercipratan ke segala arah.
"Jangan biarkan dia lolos!" seorang perwira Mori berseru, lalu mulai berlari. Dengan segenap
tenaga ia melemparkan rombaknya dari tepi sungai. Tombak itu menancap di punggung
Shikanosuke, membuatnya terjerembap ke dalam sungai. Gagang tombak tampak tegak dalam air
yang mulai memerah, seperti harpun yang menancap di tubuh ikan paus.
Kedua pembunuh melangkah mendekat. Mereka menyeret Shikanosuke yang terluka parah ke
pinggir dengan memegang kakinya, lalu memenggal kepalanya. Darah mengalir di celah-celah batu
di tepi sungai, sementara ombak Sungai Abe kelihatan bagai terbakar. Secara bersamaan icrdcngar
orang beneriak-teriak dari arah hulu.
"Tuanku!" "Yang Mulia!"
Kedua pembantu Shikanosuke berlari ke arahnya. tapi kemungkinan itu pun telah diperhitungkan
oleh orang-orang Mori. Begitu keduanya mulai berteriak-teriak, mereka telah dikelilingi oleh
kerangkeng baja dan tidak dapat maju lebih jauh. Ketika menyadari bahwa majikan mereka telah
menemui ajalnya, mereka bertempur dengan gagah berani, sampai mereka menyusul Shikanosuke
ke akhirat. Tubuh manusia tak dapat hidup selama-lamanya. Tapi kesetiaan yang tak tergoyahkan serta
kesadaran tentang kewajiban akan seterusnya tercatat dalam sejarah perang. Setiap kali mereka
memandang ke atas dan melihat bulan muda di langit malam, para samurai di kemudian hari akan
terkenang pada kegigihan Yamanaka Shikanosuke dan dirasuki perasaan hormat. Dalam hati
mereka, Shikanosuke akan hidup untuk selama-lamanya.
17 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pedang dan kotak teh "Samudra Luas" milik Shikanosuke dikirim kepada Kikkawa Motoharu beserta
kepalanya. "Jika kami tidak menyingkirkanmu." ujar Kikkawa ketika memandang kepala itu, "suatu hari kau
akan memandang kepalaku seperti ini. Itulah Jalan Samurai. Setelah segala keberhasilanmu, kau
sebaiknya berusaha mencari kedamaian di akhirat."
*** Ketika ketujuh ribu lima ratus prajurit Hideyoshi meninggalkan Kozuki, sepertinya mereka hendak
menuju Tajima, tapi tiba-tiba mereka membelok ke arah Kakogawa di Harima, dan bergabung
dengan pasukan Nobutada yang berkekuatan tiga puluh ribu orang. Akhir musim panas telah tiba.
Diserang oleh pasukan besar ini, baik benteng di Kanki maupun di Shikau takluk dalam waktu
singkat. Kini tinggal Benteng Miki, kubu utama marga Bessho. Pertempuran-pertempuran pasukan
Oda ketika mereka maju ke Benteng Miki seolah-olah terasa ringan, tapi sesungguhnya penaklukan
benteng-benteng pada garis pertahanan terdepan pihak Mori memakan banyak korban. Pasukan
gabungan Oda berkekuatan tiga puluh delapan ribu orang, tapi tak perlu diragukan bahwa musuh
akan memberikan perlawanan gigih.
Salah satu sebab operasi militer ini membutuhkan waktu lama adalah bahwa di samping kemajuan
persenjataan juga terjadi perubahan besar-besaran dalam taktik-taktik tempur. Pada umumnya,
persenjataan pasukan provinsi-provinsi Barat lebih maju daripada persenjataan musuh-musuh
marga Oda di Echizen maupun Kai.
Ini pertama kalinya prajurit-prajurit Oda berhadapan dengan mesiu dan meriam yang demikian
hebat. Hideyoshi merasa bisa belajar banyak dari musuh ini. Kemungkinan besar Kanbei yang
melakukan pembelian, tapi Hideyoshi-lah yang pertama-tama meninggalkan meriam-meriam Cina
yang kuno dan melengkapi diri dengan meriam buatan bangsa barbar dari Selatan, yang
ditempatkan di puncak sebuah menara pengintai. Ketika para jendral Oda yang lain melihat ini,
mereka pun bergegas untuk memperoleh meriam terbaru.
Sewaktu mendapat kabar mengenai pertempuran di provinsi-provinsi Barat, banyak pedagang
senjata berdatangan dari Hirado dan Hakau di Kyushu, menghindari armada Mori dengan
mempertaruhkan nyawa dan mencari pelabuhan-pclabuhan di pesisir Harima. Hideyoshi membantu
orang-orang ini dengan bertindak sebagai pcranrara. Ia menyarankan agar para jendral lain
membeli senjata-senjau baru, tanpa memedulikan biaya.
Benteng Kanki menjadi sasaran pertama dalam rangka uji coba kekuatan meriam-meriam baru ini.
Orang-orang Oda membuat bukit kecil yang menghadap ke sasaran, lalu mendirikan menara
pengintai dan kayu di atasnya. Kemudian sebuah meriam besar ditempatkan di puncak menara dan
ditembakkan ke benteng. Tembok dan gerbang benteng dengan mudah berhasil dihancurkan. Tapi
sasaran sesungguhnya adalah menara-menara dan benteng dalam.
Namun pihak musuh juga memiliki artileri, begitu pula senapan dan mesiu terbaru. Beberapa kali
menara pengintai hancur lebur dan terbakar habis, hanya untuk dibangun dan dihancurkan kembali.
Selama pertempuran sengit itu, korps zeni Hideyoshi menguruk parit pertahanan dan mendesak
maju sampai ke tembok baru, sementara para tukang gali menggali terowongan untuk meruntuhkan
tembok. Pekerjaan itu berlangsung siang-malam. hampir tanpa henti, dan tanpa memberi
18 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kesempatan kepada para prajurit di dalam benteng untuk memperbaiki kerusakannya. Strategi
semacam itu akhirnya membawa kekalahan bagi benteng-benteng musuh. Karena kemenangan
atas benteng-benteng kecil di Shikata dan Kanki saja sudah memerlukan usaha sedemikian besar,
serangan terhadap benteng utama di Miki tampaknya lebih sukar lagi.
Di suatu tempat bernama Bukit Hirai terdapat daerah yang agak tinggi berjarak kira-kira satu
setengah mil dari benteng. Di sanalah Hideyoshi mendirikan perkemahan dan menempatkan
delapan ribu prajurit di daerah sekitarnya.
Suatu hari Nobutada mengunjungi Bukit Hirai, dan mereka berdua pergi mengamati posisi-posisi
musuh. Di selatan musuh terdapat gunung-gunung dan bukit-bukit yang merupakan bagian dari
daerah pegunungan di Harima bagian barat. Sungai Miki mengalir di sebelah utara. Di sebelah timur
terlihat rumpun-rumpun bambu, tanah pertanian, dan semak belukar. Sejumlah kubu pertahanan
pada bukit-bukit sekitar mengelilingi tembok benteng pada tiga sisi. Tembok itu mengelilingi benteng
pertama, kedua, dan satu benteng lagi.
"Rasanya berat menaklukkannya dengan cepat," ujar Nobutada sambil mengamati Benteng Miki.
"Hamba meragukan benteng itu bisa direbut dengan cepat. Benteng itu seperti gigi busuk dengan
akar yang dalam." "Gigi busuk?" tanpa sengaja Nobutada tersenyum ketika mendengar perumpamaan Hideyoshi.
Sudah empat atau lima hari Nobutada menderita sakit gigi parah. Karena bengkak, wajahnya
tampak agak berubah. Kini ia memegang pipinya dan tertawa. Persamaan antara Benteng Miki dan
giginya yang busuk terdengar lucu sekaligus menyakitkan.
"Begitu. Persis seperti gigi busuk. Untuk mencabutnya dibutuhkan kesabaran."
"Ini memang hanya satu gigi, tapi pengaruhnya terasa di seluruh tubuh. Bessho Nagaharu membuat
orang-orang kita mendcrita. Belum cukup kalau dia disamakan dengan gigi busuk. Tapi kalau kita
mengalah pada kejengkelan kita dan berusaha menundukkan benteng itu secara gegabah, bukan
gusi saja yang mungkin rusak, akibatnya bisa gatal untuk seluruh tubuh."
"Hmm, apa yang harus kita lakukan kalau begitu" Apa strategimu?"
"Nasib gigi ini sudah jelas. Biarkan akarnya membusuk dengan sendirinya. Bagaimana kalau kita
memutuskan jalan penghubung dan menggoyang-goyangkan giginya dari waktu ke waktu?"
"Ayahku, Nobunaga, menyuruhku mundur ke Gifu jika serangan cepat tak dapat dilakukan. Kau
boleh mengatur semuanya; aku kembali ke Gifu."
"Tuanku tak perlu khawatir."
Keesokan harinya Nobutada menarik diri dari medan pertempuran bersama para jendral lain.
Hideyoshi menempatkan kedelapan ribu prajuritnya di sekitar Benteng Miki, menugaskan seorang
komandan korps di masing-masing posisi, dan mendirikan pagar kayu runcing. Ia menempatkan
penjaga-penjaga dan memutuskan semua jalan yang menuju benteng. Perhatian khusus diberikan
pada korps observasi yang menjaga jalan di sebelah selatan benteng. Jika jalan itu diikuti sejauh
kurang-lebih dua belas mil ke arah barat, orang akan tiba di tepi laut. Angkatan laut Mori sering
mengirim konvoi kapal ke titik ini, lalu membawa senjata dan perbekalan ke benteng.
19 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Bulan Kedelapan sungguh menyegarkan." ujar Hideyoshi sambil memandang bulan di langit
malam. "Ichimatsu! Hei, Ichimatsu!"
Para pelayan menghambur keluar dari kemah, masing-masing berusaha mendului yang lain.
Ichimatsu tidak tampak di antara mereka. Sementara para pelayan berusaha saling mengalahkan.
Hideyoshi memberikan perintah.
"Siapkan tikar di tempat berpemandangan bagus di Bukit Hirai. Malam ini kita membuat acara
memandang bulan. Ayo, jangan bertengkar. Ini pesta, bukan pertempuran."
"Baik, tuanku." "Toranosuke." "Ya, tuanku."
"Ajaklah Hanbei untuk menemaniku, kalau dia merasa cukup sehat untuk memandang bulan."
Tak lama kemudian dua pelayan kembali dan memberitahu Hideyoshi bahwa tikar sudah disiapkan.
Mereka memilih tempat di dekat puncak Bukit Hirai, sedikit di atas perkemahan.
"Pemandangannya memang indah," Hideyoshi berkomentar. Sekali lagi ia berpaling kepada para
pelayan dan berkata, "Ajak juga Kanbei ke sini. Sayang sekali kalau dia tidak menikmati keindahan
bulan ini." Kemudian ia menyuruh seorang pdayan bergegas ke tenda Kanbei .
Pelataran untuk memandang bulan didirikan di bawah pohon cemara besar. Telah tersedia sake
dingin dalam botol berleher bangau, dan santapan pada baki berbentuk bujur sangkar yang terbuat
dari kayu pohon cemara. Meski tak dapat dikatakan mewah, pelataran ini cukup memadai untuk
melepas lelah di tengah operasi militer - terutama dengan bulan terang di atas kepala. Ketiga
laki-laki itu duduk berdampingan di tikar, Hideyoshi di tengah, Hanbei dan Kanbei di kedua sisinya.
Mereka menatap bulan yang sama, tapi pemandangan itu menimbulkan perasaan berbeda dalam
diri masing-masing. Hideyoshi teringat ladang-ladang di Nakamura, Hanbei mengenang bulan di
atas Gunung Bodai, dan hanya Kanbei yang memikirkan hari-hari yang akan datang.
"Kau kedinginan, Hanbei?" Kanbei bertanya pada sahabatnya, dan Hideyoshi, mungkin karena
mendadak cemas, ikut menoleh dan menatap Hanbei.
"Tidak, aku baik-baik saja." Hanbei menggelengkan kepala, namun saat itu wajahnya tampak lebih
pucat dibandingkan bulan.
Laki-laki hebat ini bertubuh lemah. Hideyoshi mendesah. Ia lebih mencemaskan kesehatan Hanbei
daripada Hanbei sendiri. Suatu hari, Hanbei pernah muntah darah ketika berkuda di Nagahama, dan ia sering jatuh sakit
selama operasi di Utara. Ketika mereka berangkat untuk menghadapi pasukan Mori, Hideyoshi
sempat berusaha mencegah Hanbei dengan berkata bahwa sahabatnya itu terlalu memaksakan
diri. "Apa maksudmu?" Hanbei membalas sambil lalu, dan tetap menyertai Hideyoshi ke medan laga.
Hideyoshi merasa lebih tenang jika Hanbei berada di sisinya. Hanbei memberikan kekuatan nyata
dan kekuatan batin - hubungan mereka hubungan antara junjungan dan pengikut, tapi dalam hati
20 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Hideyoshi memandang Hanbei sebagai guru. Kini ia menghadapi tugas berat berupa operasi Barat,
perangnya berkepanjangan. dan banyak jendral lain merasa iri padanya. Hideyoshi sedang
menempuh perjalanan terberat selama hidupnya, dan karena itu ia semakin mengandalkan Hanbei.
Namun Hanbei sudah dua kali jatuh sakit sejak mereka memasuki wilayah provinsi-provinsi Barat.
Hideyoshi begitu ccmas, sehingga ia memerintahkan Hanbei menemui dokter di Kyoto. Tapi dalam
waktu singkat Hanbei telah kembali lagi.
"Sejak kecil hamba sudah sakit-sakitan, jadi hamba sudah terbiasa dengan keadaan ini.
Pengobatan tak ada gunanya bagi hamba. Medan peranglah tempat bagi samurai." lalu ia kembali
bekerja dengan tekun di markas Hideyoshi, tanpa memperlihatkan tanda-tanda keletihan. Namun
tubuhnya yang lemah merupakan kenyataan yang tak dapat ditolak. Dan tak ada cara untuk
mengalihkan penyakitnya, tak peduli betapa kuatnya semangat yang ia miliki.
Hujan turun deras ketika pasukan pindah dari Tajima. Mungkin karena perjalanan berat itu, Hanbei
melapor sakit dan tidak muncul di hadapan Hideyoshi selama dua hari, sejak mereka mendirikan
perkemahan di Bukit Hirai. Memang biasa Hanbei tidak menemui Hideyoshi jika ia sedang sakit
keras; ia tak ingin membuat junjungannya khawatir. Tapi karena Hanbei tampak sehat dalam
beberapa hari terakhir, Hideyoshi pikir mereka bisa duduk duduk di bawah bulan dan
berbincang-bincang seperti yang sudah lama tidak mereka lakukan. Namun bukan hanya karena
cahaya bulan, seperti yang ditakutkan Hideyoshi, memang ada vang tidak beres dengan corak kulit
Hanbei. Ketika menyadari kecemasan Hideyoshi dan Kanbei, Hanbei sengaja membelokkan pembicaraan
ke arah lain. "Kanbei, menurut berita yang kuterima kemarin dari pengikut provinsi asalku, putramu, Shojumaru,
tampaknya sehat-sehat saja, dan akhirnya mulai terbiasa dengan lingkungannya yang baru."
"Karena Shojumaru berada di provinsi asalmu, Hanbei, aku tidak khawatir. Aku hampir tak pernah
memikirkan hal itu."
Selama beberapa waktu keduanya berbincang-bincang mengenai putra Kanbei, Hideyoshi. yang
belum juga dikaruniai keturunan, mau tak mau merasa agak iri ketika mendengarkan percakapan
kedua ayah itu. Shojumaru merupakan pewaris Kanbei, tapi ketika Kanbei menyadari
perkembangan di masa depan, ia mempercayakan putranya pada Nobunaga sebagai tanda iktikad
baik. Sandera muda itu ditempatkan di bawah asuhan Hanbei, yang lalu mengirim Shojumaru ke
bentengnya di Fuwa dan membesarkannya seperti putranya sendiri. Jadi, dengan Hideyoshi
sebagai poros hubungan mereka, Kanbei dan Hanbei juga terikat oleh tali persahabatan. Dan
walaupun mereka bersaing sebagai jendral, di antara keduanya tak sedikit pun terdapat rasa iri dan
dengki. Pepatah "dua orang besar tak dapat berdiri berdampingan" tak berlaku di markas Hideyoshi.
Ketika memandang bulan, mereguk sake, dan membicarakan orang-orang besar di masa lampau
dan masa sekarang, serta pasang-surut provinsi dan marga, Hanbei tampaknya dapat melupakan
penyakitnya. Namun Kanbei kembali ke pembicaraan semula.
21 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Walaupun seseorang memimpin pasukan besar di pagi hari, dia tidak tahu apakah dia masih hidup
pada waktu matahari terbenam. Tapi jika kita menyimpan ambisi besar - tak pengaruh betapa
hebatnya kita - kita harus hidup cukup lama agar jerih payah kita dapat membuahkan hasil. Banyak
pahlawan gagah dan pengikut setia yang akan dikenang sepanjang masa, walaupun hidup mereka
singkat. Bagaimana kalau mereka hidup lebih lama" Tak ada salahnya kita menyesali singkatnya
kehidupan. Kehancuran yang mengiringi penyingkiran hal-hal lama dan pertempuran melawan
kejahatan bukan satu-satunya tugas orang besar. Tugasnya belum selesai sampai seluruh bangsa
dibangun kembali ." Hideyoshi mengangguk penuh semangat. Kemudian ia berkata pada Hanbei yang membisu.
"Karena itu, kita harus menyayangi kehidupan. Dan karena alasan itulah kuminta agar kau
memperhatikan kesehatanmu, Hanbei."
"Aku pun sependapat,." Kanbei menambahkan "Daripada memacu dirimu secara berlebihan,
mengapa kau tidak bertetirah di sebuah kuil di Kyoto, dengan dokter yang pandai, dan mengurus
dirimu" Aku mengusulkan ini sebagai sahabat, dan kurasa memberikan ketenangan pikiran pada
junjunganmu merupakan bukti kesetiaan."
Hanbei mendengarkan mereka, dipenuhi rasa terima kasih pada kedua sahabatnya. "Kuterima
usulmu. Aku akan pergi ke Kyoto untuk beberapa waktu. Tapi sekarang ini kita sedang menyusun
rencana, jadi aku baru berangkat setelah mengetahui bahwa semuanya sudah rampung."
Hideyoshi mengangguk. Sejauh ini ia mendasarkan strateginya pada usul-usul Hanbei, tapi ia belum
melihat keberhasilannya. "Kau cemas karena Akashi Kagechika?" tanya Hideyoshi.
"Benar," jawab Hanbei sambil mengangguk. "Jika tuanku berkenan memberikan waktu lima atau
enam hari sebelum hamba mulai bertetirah, hamba akan menyusup ke Gunung Hachiman dan
menemui Akashi Kagechika. Hamba akan berusaha membujuknya agar pindah ke pihak kita.
Setujukah tuanku?" "Itu akan merupakan kemenangan besar. Tapi bagaimana kalau terjadi sesuatu" Kau tentu sadar
bahwa kemungkinannya delapan atau sembilan dari sepuluh. Bagaimana kalau begitu?"
"Hamba akan mati," jawab Hanbei tanpa berkedip. Nada suaranya membuktikan bahwa ia tidak
sekadar omong besar. Sctelah penaklukan Benteng Miki, Akashi Kage-chika merupakan lawan berikut yang menanti
Hideyoshi. Tapi sementara ini Hideyoshi tak sanggup merebut Benteng Miki. Namun ia pun tidak
bermaksud melakukan pengepungan secara membabi buta. Benteng Miki hanyalah sebagian
operasi untuk menaklukkan seluruh daerah Barat. Jadi, ia tak punya pilihan selain menerima
rencana Hanbei untuk meng

Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hasut Akashi. "Kau akan pergi?" tanya Hideyoshi.
Hideyoshi masih ragu-ragu, walaupun Hanbei telah membulatkan tekad. Kalaupun Hanbei berhasil
melewati segala rintangan yang menghadang dalam perjalanan dan menemui Akashi. Jika
22 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
perundingan bcrakhir dengan kegagalan, tak dapat dipastikan bahwa pihak musuh akan
mengembalikan Hanbei dalam keadaan hidup. Di pihak lain, Hideyoshi pun tak dapat memastikan
bahwa Hanbei ingin kembali dengan tangan kosong. Mungkinkah Hanbei scsungguhnya bermaksud
mati" Entah ia mati karena penyakitnya atau karena dibunuh musuh, ia hanya bisa mati satu kali.
Kanbei lalu mengajukan rencana lain. Ia mempunyai beberapa kenalan di antara para pengikut
Ukita Naoie. Sementara Hanbei mendekati marga Akashi, ia sendiri bisa menemui para pengikut
senior marga Ukita. Ketika mendengar ide ini, Hideyoshi langsung merasa tenang. Memang ada kemungkinan marga
Ukita bisa dibujuk. Sejak penyerbuan provinsi-provinsi Barat, orang-orang Ukita menunjukkan sikap
hangat-hangat kuku, menunggu sampai jelas pihak mana yang berada di atas angin. Ukita Naoie
telah minta bantuan marga Mori, tapi jika ia bisa diyakinkan bahwa masa depan adalah milik
Nobunaga... Kecuali itu, persekutuan marga Ukita dengan marga Mori mungkin terbukti tak
berharga jika mereka tidak memperoleh dukungan militer. Itu dapai berarti kematian bagi pihak
Ukita. Mereka menarik pelajaran ketika Mori ditarik mundur, setelah Benteng Kozuki berhasil direbut
kembali . "Jika marga Ukita mencapai kata sepakat dengan kita, Akashi Kagechika tak punya pilihan selain
mengikuii langkah mereka." Hideyoshi berkata mengemukakan pemikirannya. "Dan jika Kagechika
tunduk pada kita, pihak Ukita akan segera memohon damai. Melakukan kedua perundingan pada
waktu yang sama merupakan ide gemilang."
Keesokan harinya Hanbei minta cuti karena penyakitnya di depan umum, dan mengumumkan
bahwa ia akan pergi ke Kyoto untuk berobat. Dengan dalih ini, ia meninggalkan perkemahan di
Bukit Hirai, hanya disertai dua atau tiga orang. Setelah beberapa hari, Kanbei pun meninggalkan
perkemahan. Hanbei pcrtama-tama menemui adik Kagechika, Akashi Kanjiro. Ia bukan teman Kanjiro, tapi ia
pernah bcrtemu dua kali dengannya di Kuil Nanzen di Kyoto, tempat mereka sama-sama menekuni
meditasi Zen. Kanjiro tertarik pada ajaran Zen. Menurut Hanbei, jika pembicaraan dengan Kanjiro
dilandasi semangat Zen, dengan cepat mereka akan mencapai persetujuan. Setelah itu Hanbei
akan berbicara dengan kakaknya, Kagechika.
Sebelum bertemu dengannya, baik Akashi Kanjiro maupun kakaknya, Kagechika, bertanya-ranya
kebijak-sanaan seperti apa yang akan dikemukakan oleh Hanbei, dan seberapa pandai ia bersilat
lidah. Bagaimanapun, ia guru Hideyoshi dan ahli taktik yang tersohor. Tapi, ketika berbicara
dengannya, mereka ternyata menemukan bahwa ia laki-laki yang suka berterus terang dan sama
sekali tidak menyimpan tipu muslihat.
Pendirian dan ketulusan Hanbei begitu berbeda dari tipu daya yang biasa dipergunakan dalam
perundingan antarmarga samurai, sehingga orang-orang Akashi mempercayainya dan memutuskan
hubungan dengan marga Ukita. Baru setelah berhasil merampungkan tugas, Hanbei akhirnya minta
cuti pendek. Kali ini ia benar-benar meletakkan kewajiban-kewajiban militer vang diembannya, lalu
pergi ke Kyoto untuk berobat.
Hideyoshi berbicara dengannya ketika ia hendak berangkat, dan memintanya mengunjungi
Nobunaga. Hanbei ditugaskan memberitahu Nobunaga bahwa mereka berhasil membujuk Akashi
Kagechika untuk bergabung dengan persekutuan Oda.
23 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ketika mendengar berita itu, Nobunaga sangat gembira. "Apa" Kalian berhasil menaklukkan
Gunung Hachiman tanpa menumpahkan darah" Bagus, bagus sekali!" Pasukan Oda, yang
sebelumnya telah menduduki seluruh Harima, kini untuk pertama kali memasuki wilayah Bizen.
Langkah pertama itu mempunyai arti besar.
"Kau tampak lebih kurus. Ambillah waktu untuk memulihkan kesehatanmu." ujar Nobunaga, dan
sebagai penghargaan atas jasa baik Hanbei, ia menycrahkan dua puluh keping perak kepadanya.
Kepada Hideyoshi ia menulis:
Kau menunjukkan kebijakan luar biasa dalam situasi ini. Aku menanti laporan terperinci pada saat
kita bertemu, tapi untuk sementara, inilah tanda terima kasihku.
Dan ia mengirimkan seratus keping emas, jika Nobunaga gembira, kegembiraannya meluap-luap.
Dengan meraih segelnya yang berwarna merah terang, ia menunjuk Hideyoshi sebagai penguasa
militer di Harima. *** Operasi di Bukit Hirai serta pengepungan Benteng Miki yang berkepanjangan telah memasuki jalan
buntu. Tapi dengan pembelotan marga Akashi ke pihak mereka, orang-orang Oda
berangsur-angsur berhasil menjalankan manuver-manuver mereka. Namun, seperti bisa diduga dari
sebuah marga yang demikian termasyhur, marga Ukita tidak mudah terpengaruh oleh perundingan,
walaupun Kanbei telah mengerahkan segenap kelihaiannya dalam menghadapi mereka. Sebagai
penguasa Provinsi Bizen dan Mimakasa, orang-orang Ukita berada dalam posisi terjepit antara
pihak Oda dan pihak Mori. Jadi tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan
provinsi-provinsi Barat sepenuhnya tergantung pada sikap mereka.
Ukita Naoie mengandalkan nasihat empat pengikut senior, Osafune Kii, Togawa Higo, Oka Echizen,
dan Hanabusa Sukebei. Di antara mereka, Hanabusa yang memiliki hubungan dengan Kuroda
Kanbei. Dan Hanabusa-lah yang pertama-tama didatangi Kanbei. Kanbei berbicara sepanjang
malam, membahas keadaan negeri di masa sekarang dan masa mendatang. Ia membicarakan
cita-cita Nobunaga dan watak Hideyoshi, dan berhasil merangkul Hanabusa.
Hanabusa lalu membujuk Togawa Higo untuk bergabung dengan mereka, dan karena berhasil
meyakinkan kedua orang ini, Kanbei akhirnya dapat menemui Ukita Naoie.
Setelah mendengarkan alasan-alasan mereka, Naoie berkata. "Kita harus mempertimbangkan
bahwa kekuatan besar yang menjangkau seluruh negeri sedang bangkii dari Timur. Jika kita
diserang oleh Yang Mulia Nobunaga dan Yang Mulia Hideyoshi, seluruh marga Ukita akan binasa
untuk membela marga Mori. Untuk menyelamatkan nyawa ribuan prajurit dan berjasa bagi negeri
ini, ketiga putraku dengan senang hati menyambut kematian di wilayah musuh. Walau harus
menyerahkan ketiga putraku sebagai sandera di daerah musuh, jika aku dapat melindungi wilayah
ini dan menyelamatkan ribuan nyawa, doa-doaku akan terkabul."
Kata-kata Naoie ini mengakhiri perdebatan di kalangan pengikut-pcngikutnnya. Pertemuan ditutup,
dan sepucuk surat berisi pernyataan kesediaan bekerja sama dari marga Ukita diserahkan pada
Hikoemon, yang lalu membawanya ke Bukit Hirai. Dengan demikian, Hideyoshi meraih kemenangan
di belakang pasukannya tanpa melepas satu anak panah pun. Tanpa pertumpahan darah Provinsi
Bizen dan Mimakasa menjadi sekutu marga Oda.
24 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Hideyoshi tentu saja ingin secepat mungkin menyampaikan kabar mengenai perkembangan
menggembirakan ini pada junjungannya, tapi mengirim surat mungkin berbahaya, katanya dalam
hati. Urusan ini menuntut kerahasiaan. Sampai kesempatan yang tepat tiba, persekutuan ini harus
ditutup-tutupi agar tidak diketahui oleh pihak Mori.
Ia mengirim Kanbei ke Kyoto untuk menyampaikan hal ini pada Nobu
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
25Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai | http://cerita-silat.mywapblog.com | Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai pdf created by Saiful Bahri (Seletreng - Situbondo) pd 23-04-2016 08:25:20
naga. Kanbei langsung bertolak ke ibu kota. Tiba di sana, ia diterima oleh Nobunaga.
Sewaktu mendengarkan laporan Kanbei, Nobunaga tampak sangat tak senang. Sebelumnya, pada
waktu Hanbei datang ke Istana Nijo dan melaporkan bahwa marga Akashi berhasil ditundukkan,
Nobunaga gembira sekali dan memuji-mujinya. Tapi kali ini tanggapannya berbeda sama sekali.
"Siapa yang memberi perintah ini" Kalau Hideyoshi yang bertanggung jawab, dia akan
menanggung akibatnya! Lancang sekali dia membuat kesepakatan dengan Provinsi Bizen dan
Mimakasa. Kembalilah dan sampaikan hal ini pada Hideyoshi!" Kemudian.
seakan-akan tcguran keras itu belum cukup, ia melanjutkan, "Menurut surat Hideyoshi, dalam
beberapa hari dia akan datang ke Azuchi bersama Ukita Naoie. Kauberitahu dia bahwa aku tak sudi
menerima Naoie, biarpun dia datang ke sini. Aku bahkan tidak bersedia menemui Hideyoshi!"
Nobunaga begitu geram, sehingga Kanbei pun tak sanggup menghadapinya. Setelah mencmpuh
perjalanan yang sia-sia, ia kembali ke Harima dengan memendam perasaan tak senang.
Walaupun merasa malu melaporkan hasil kunjungannya, mengingat segala kesulitan yang telah
dilalui Hideyoshi, Kanbei juga tidak dapat menutup-nutupinya. Ketika Kanbei menatap wajah
Hideyoshi, Hideyoshi bisa melihat ia memaksakan senyum di wajahnya yang cekung.
"Ya, aku mengerti," ujar Hideyoshi. "Yang Mulia marah karena aku membuat persekutuan yang tak
perlu atas wewenangku sendiri." Tampaknya ia tidak sekecewa Kanbei. "Kurasa Yang Mulia
Nobunaga sebenarnya berkcinginan agar kita menghancurkan marga Ukita, supaya dia dapat
membagi-bagi wilayah kekuasaan mereka di antara para pengikutnya." Kemudian, untuk mcnghibur
Kanbei yang murung, ia berkata. "Memang berat rasanya kalau rencana kita tidak berjalan seperti
yang diharapkan. Rencana yang disusun sepanjang malam tiba-tiba mentah lagi pada pagi hari,
dan siasat-siasat yang kita miliki pagi hari sudah berubah lagi ketika sore tiba."
Kanbei tiba-tiba menyadari bahwa hidupnya berada di tangan orang ini. Di lubuk hatinya yang
paling dalam, ia merasa takkan menyesal mati demi Hideyoshi.
Hideyoshi bisa membaca hati Nobunaga. Jika ia benar-benar memahami bagaimana mengabdi
pada Nobunaga, tentunya ia pun mengetahui jalan pikiran junjungannya itu. Kini Kanbei mengerti
bahwa kepercayaan dan status yang dinikmati Hideyoshi merupakan hasil pengabdiannya selama
dua puluh tahun. "Kalau begitu, apakah ini berarti tuanku mengadakan kesepakatan dengan pihak Ukita, meskipun
tuanku tahu ini bertentangan dengan keinginan Yang Mulia Nobunaga?" tanya Kanbei.
"Mengingat cita-cita Yang Mulia, memang sudah bisa di pastikan bahwa dia akan gusar. Ketika
Takenaka Hanbei melaporkan bahwa Akashi Kagechika telah tunduk, Yang Mulia begitu gembira,
sehingga memberikan imbalan berlebihan pada Hanbei dan aku. Tentunya Yang Mulia merasa
tunduknya marga Akashi akan mempermudah serangan terhadap marga Ukita, dan serangan yang
berhasil akan memungkinkan Yang Mulia membagi-bagi wilayah Ukita dan menawarkannya sebagai
tanda penghargaan. Tapi, setelah orang-orang Ukita tunduk pada kita, rasanya tak mungkin Yang
1 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mulia merampas tanah mereka, bukan?"
"Kalau dijelaskan seperti ini, aku dapat memahami perasaan Yang Mulia Nobunaga. Tapi Yang
Mulia begitu marah, sehingga takkan mudah bagi tuanku untuk melakukan pembicaraan dari hati ke
hati. Yang Mulia berpesan, jika Ukita Naoie datang ke Azuchi, atau bahkan jika tuanku datang
sebagai perantara, Yang Mulia menolak bertemu."
"Aku harus menemuinya, tak peduli betapapun dia marah. Selalu ada cara untuk menghindari
pertengkaran antara suami-istri, tapi sia-sia belaka kalau kita berusaha menghindari amarah
junjungan kita. Tak ada yang dapat membuatnya merasa lebih baik daripada permohonan maaf
secara langsung, walaupun untuk itu aku harus menerima caci maki sambil menyembah di kakinya."
Pernyataan tertulis yang diperoleh dari Ukita Naoie berada di tangan Hideyoshi, tapi Hideyoshi
hanya komandan lapangan. Jika kesepakatan itu tidak berkenan di hati Nobunaga, pernyauan itu
tak ada artinya sama sekali.
Selain itu, sebagai formalitas, tata krama menuntut agar Naoie pergi ke Azuchi, mempcrlihatkan
ketaatannya pada Nobunaga, dan menanyakan perintah lebih lanjut. Pada hari yang sudah
ditetapkan sebelumnya, Hideyoshi menyertai Naoie ke Azuchi. Tapi kemarahan Nobunaga belum
padam. "Aku tidak mau bertemu mereka." Hanya itu yang ia sampaikan melalui pembantunya.
Hideyoshi kehabisan akal. Ia hanya dapat menunggu. Ia kembali ke ruang tamu tempat Naoie
sedang menunggu, dan melaporkan hasilnya. "Yang Mulia sedang tidak enak hari hari ini. Sudikah
Tuan menungguku di tempat Tuan menginap?"
"Sakitkah beliau?" tanya Naoie dengan perasaan tak senang. Ketika memohon damai, ia tidak
bermaksud minta belas kasihan Nobunaga. Ia masih dapat mengandalkan pasukannya yang hebat.
Ada apa sebenarnya" Mengapa ia memperoleh sambutan demikian dingin" Kata-kaia itu tak
pernah terucap, tapi mau tak mau ia memikirkannya sambil mendongkol.
Naoie tak tahan dipermalukan lebih lanjut Barangkali lebih baik jika ia secepatnya pulang ke provinsi
asalnya dan kembali bersikap sebagai lawan. Tampak jelas bahwa niat itu sempat terlintas di dalam
benaknya. "Tidak, tidak." kaia Hideyoshi kepadanya. "Kalau sekarang ada masalah, kita bisa menemuinya
nanti. Untuk sementara ini, mari kita pergi ke kota benteng." Hideyoshi telah mengatur penginapan
Naoie di Kuil Sojitsu. Keduanya bergegas kembali ke kuil, lalu Naoie membuka pakaian resmi dan
berbicara dengan Hideyoshi.
"Aku akan meninggalkan Azuchi sebelum malam tiba, dan menginap satu malam di ibu kota.
Setelah itu, rasanya lebih baik kalau aku pulang seorang diri ke provinsi asalku."
"Ah, mcngapa Tuan hendak berbuat demikian" Mengapa Tuan hendak berbuat demikian sebelum
kita pergi menemui Yang Mulia Nobunaga sekali lagi?" "Aku tidak berminat lagi bertemu dia." Untuk
pertama kali Naoie menegaskan perasaannya melalui roman muka dan ucapannya. "Tampaknya
Yang Mulia Nobunaga pun tidak berminat menemui aku. Lagi pula ini provinsi musuh, dan aku tidak
menjalin hubungan di sini. Rasanya paling baik bagi kita berdua jika aku segera pergi."
2 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Itu melanggar kehormatanku."
"Di lain kesempatan, aku akan datang lagi dan mengucapkan terima kasih secara pantas atas
segala kebaikan yang kuterima, Tuan Hideyoshi. Aku takkan meupakan kebaikan Tuan."
"Sudikah Tuan tinggal satu malam lagi" Aku tak tega melihat dua marga kupertcmukan untuk
perundingan damai tiba-tiba kembali terlibat pertempuran. Hari ini kita tidak berhasil menemui
beliau, dan Yang Mulia punya alasan sendiri atas sikapnya itu. Mari kita bertemu lagi nanti malam,
dan aku akan bercerta. Sekarang ini aku pun akan kembali ke tempat penginapanku. Aku akan
berganti pakaian dulu. Kumohon Tuan menungguku sebelum mulai makan."
Tak ada yang dapat dilakukan Naoie, jadi ia menunggu sampai waktu malam tiba. Hideyoshi
berganti pakaian dan sekali lagi mengunjungi Sojitsu. Mereka mengobrol dan tertawa sambil makan
malam, dan setelah selesai, Hideyoshi berkomencar, "Ah. betul. Aku telah berjanii untuk bercerita
mengapa Yang Mulia Nobunaga memperlakukanku begitu keras kali ini."
Dan ia mulai bercerita, seakan-akan baru teringat masalah itu. Karena ingin mendengar cerita
Hideyoshi, Naoie telah menunda keberangkatannya. Kini Hideyoshi memperoleh perhatiannya
secara penuh. Dengan terus terang Hideyoshi menjelaskan mengapa tindakannva menyinggung Nobunaga.
"Sesungguhnya tak pantas aku berkara begini, tapi cepat atau lambat, baik Provinsi Mimasaka
maupun Bizen akan menjadi milik marga Oda. Karena itu, persetujuan damai dengan marga Ukita
tidak diperlukan. Tapi jika Yang Mulia Nobunaga tidak menghancurkan marga Ukita, dia pun tak
dapat membagi-bagikan wilayah itu di antara jendral jcndralnya sebagai imbalan atas jasa-jasa
mereka. Disamping itu, aku tidak minta persetujuan dari Azuchi, dan ini tidak termaafkan. Karena
inilah Yang Mulia begitu marah." Ia tertawa sambil berbicara, tapi kata-katanya tak sedikit pun
mengandung kepalsuan. Kebenaran ucapannya tampak nyata, bahkan dari balik senyumnya.
Naoie terpukul sekali. Wajahnya merah akibat sake, tiba-tiba menjadi pucat. Namun ia tidak
meragukan bahwa memang demikianlah jalan pikiran Nobunaga.
"Jadi, beliau sedang tidak enak hati," Hideyoshi melanjutkan. "Yang Mulia tidak mau menemui aku,
dan juga tidak berkenan menerima Tuan. Kalau sudah bertekad seperti itu, beliau takkan mengubah
sikap. Pikiranku buntu, dan perasaanku tak keruan. Pernyataan yang Tuan percayakan padaku
belum juga disahkan, dan selama beliau belum membubuhkan segelnya, kita tak dapat berbuat
apa-apa. Aku akan mengembalikannya pada Tuan, jadi Tuan dapat saja memutuskan hubungan
dengan kami, membatalkan perjanjian itu, dan bergegas pulang ke provinsi asal Tuan besok pagi."
Lalu Hideyoshi mengeluarkan pernyataan yang diberikan kepadanya dan menyerahkannya pada
Naoie. Namun Naoie hanya memandang lentera yang berkelap-kelip, dan sama sekali tidak
menyentuh dokumen itu. Hideyoshi membisu. "Tidak." Naoie tiba-tiba memecahkan keheningan. Dengan santun ia merapatkan kedua tangan.
"Kumohon Tuan sekali lagi bersedia mengerahkan segala upaya. Aku akan sangat bcrterima kasih
jika Tuan sudi menjadi perantara bagiku."
Kali ini ia bersikap seperti orang yang menyerah dari lubuk hati. Sebelumnya, tampaknya ia
3 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyerah hanya karena argumen-argumcn yang dikemukakan Kuroda Kanbei .
"Baiklah. Jika kepercayaan Tuan terhadap marga Oda sedemikian besar," kata Hideyoshi sambil
mengangguk-angguk. Dan ia berjanji untuk menangani urusan itu.
Lebih dari sepuluh hari Naoie tinggal di Kuil Sojitsu untuk menanti hasilnya Hideyoshi cepat-cepat
mengirim kurir ke Gifu, dengan harapan Nobutada dapai meluluhkan hati Nobunaga. Karena
memang ada keperluan di ibu kota, tak lama kemudian Nobutada bertolak ke Kyoto.
Disertai oleh Naoie, Hideyoshi lalu diterima oleh Nobutada. Akhirnya, berkat perantaraan Nobutada,
sikap Nobunaga melunak. Pada hari yang sama. capnya yang berwarna merah terang dibubuhkan
pada pernyataan Naoie, dan marga Ukita sepenuhnya memutuskan hubungan dengan pihak Mori
dan menyeberang ke kubu Oda.
Tidak sampai tujuh hari setelah itu, entah karena kebetulan atau karena keputusan militer yang
cepat, salah satu jendral Oda, Araki Murashige, mengkhianati Nobunaga dan bergabung dengan
marga Mori, mengibarkan bendera pemberontakan tepat di depan hidung orang-orang Oda.
Pengkhianatan Murashige "BOHONG! Ini pasti kabar bohong!" Mula-mula Nobunaga tak dapat mempercayainya. Ketika berita
mengenai pemberontakan ini sampai di telinga Nobunaga di Azuchi, tindakan pertama yang diambil
Nobunaga adalah menyangkal kebenarannya. Tapi gawatnya keadaan segera terbukti ketika
Takayama Ukon dari Takatsuki maupun Nakagawa Sebei dari Ibaragi mengikuti langkah Murashige
dan mengibarkan bendera pemberontakan.
Nobunaga mengerutkan alis dengan cemas. Anehnya ia tidak menunjukkan kemarahan maupun
wataknya yang cepat naik darah ketika menghadapi perkembangan tak terduga ini. Keliru jika orang
menggolongkan watak Nobunaga sebagai api. Tapi keliru juga kalau dengan mengamati
ketenangan wataknya ia digolongkan sebagai air. Pada saat dianggap api, ia menjadi air; pada saat
dipandang sebagai air, ia menjadi api. Panasnya api dan dinginnya air saling berdampingan dalam
dirinya. "Panggil Hideyoshi!" Nobunaga tiba-tiba memerintahkan.
"Yang Mulia Hideyoshi telah bertolak ke Harima tadi pagi." Takigawa membalas dengan was-was.
"Dia sudah pergi?"
"Beliau tentu belum jauh. Dengan seizin tuanku, hamba akan mengambil kuda dan mengejar
beliau." Jarang-jarang ada orang yang demikian tanggap, sehingga sanggup menyelamatkan
junjungannya dari ketidaksabarannya sendiri. Ketika para pengikut menoleh untuk mencari tahu


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siapa orang itu, mereka melihat Ranmaru, pelayan setia Nobunaga.
Nobunaga meluluskan permintaannya dan mendesaknya agar bergegas.
4 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pagi berganti siang, dan Ranmaru belum juga kembali. Sementara itu, laporan-laporan para
pengintai dari daerah Itami dan Benteng Takatsuki terus berdatangan. Satu laporan membuat
terperanjat, karena berisi perkembangan baru lagi.
"Tadi pagi sebuah armada besar dari pihak Mori mendekati Pantai Hyogo. Prajurit-prajurit mendarat
dan memasuki benteng Murashige di Hanakuma." Jalan raya pesisir di dekat Hyogo, yang melintas
di bawah Benteng Hanakuma, merupakan satu-satunya jalan penghubung antara Azuchi dan
Harima. "Hideyoshi takkan sanggup menerobos." Ketika Nobunaga menyadari ini, ia juga memahami
bahaya yang mengancam jika komunikasi antara pasukan Hideyoshi dan Azuchi terputus. Ia hampir
dapat merasakan cengkeraman tangan musuh pada lehernya.
"Ranmaru sudah kembali ?" tanya Nobunaga. "Dia belum kembali ."
Sekali lagi Nobunaga termenung-menung. Marga Hatano, marga Bessho, dan Araki Murashige kini
tiba-tiba memperlihatkan ikatan mereka dengan musuh pihak Mori dan Honganji - dan Nobunaga merasa terkepung. Selain itu, kalau memandang ke
Barat, ia melihat bahwa marga Hojo dan marga Takeda belum lama ini telah mencapai
kesepakatan. Ranmaru memacu kudanya melewati Otsu, dan akhirnya berhasil mengejar Hideyoshi di dekat Kuil
Mii. Hideyoshi sedang beristirahat di sana. Ia telah mendapat kabar mengenai pemberontakan Araki
Murashige, dan mengutus Horio Mosuke beserta dua atau tiga pengikut lain untuk memastikan
kebenaran laporan itu dan mencari keterangan terperinci.
Ranmaru menghentikan kudanya dan berbicara pada Hideyoshi. "Yang Mulia menyuruh hamba
mengejar Tuan. Beliau hendak berbicara lagi dengan Tuan. Sudikah Tuan kembali ke Azuchi
secepat mungkin?" Hideyoshi meninggalkan anak buahnya di Kuil Mii dan kembali ke Azuchi, hanya discrtai oleh
Ranmaru. Dalam perjalanan, Hideyoshi membavangkan apa yang akan terjadi. Nobunaga tentu
marah sekali karena pemberontakan Murashige. Murashige pertama kali mengabdi pada Nobunaga
dalam serangan terhadap Istana Nijo, ketika mereka mengusir bekas shogun. Nobunaga adalah
jenis orang yang suka menunjukkan rasa terima kasih pada semua orang yang menyenangkan
hatinya, dan ia sangat menghargai keberanian Murashige. Kasih sayang Nobunaga terhadap
Murashige melebihi kasih sayangnya terhadap kebanyakan orang. Dan Murashige telah mengkhianati kepercayaan Nobunaga. Hideyoshi dapat membayangkan bagaimana perasaan Nobunaga.
"Ranmaru, kau tidak mendengar apa-apa mengenai kejadian ini?" tanya Hideyoshi.
"Maksud Tuan, mengenai pengkhianatan Tuan Murashige?"
"Apa kiranya yang membuat dia begitu tidak puas, sehingga memberontak terhadap Yang Mulia
Nobunaga?" Perjalanan yang mereka hadapi panjang, jika mereka terus bergegas, kuda-kuda yang
mereka tunggangi akan ambruk. Ketika Hideyoshi menjalankan kudanya dengan pelan, ia menoleh
ke arah Ranmaru di belakang, yang mengikutinya dengan kecepatan sama.
5 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sebelumnya memang sudah ada desas-desus," ujar Ranmaru. "Di antara pengikut-pengikut Yang
Mulia Murashige konon terdapat satu orang yang menjual beras jatah pasukan kepada para
biksu-prajurit Honganji. Osaka sedang mengalami kekurangan beras. Sebagian besar jalan darat
sudah terputus, dan jalur-jalur laut diblokir oleh armada kita, jadi tak ada kemungkinan untuk
mengangkut perbekalan dengan kapal-kapal perang Mori. Harga beras melambung tinggi, dan jika
seseorang menjual beras di sana, dia bisa meraih keuntungan luar biasa. Itulah yang dilakukan oleh
pengikut Yang Mulia Murashige, dan ketika perbuatannya terbongkar, Yang Mulia Murashige
mengambil inisiatif dan mengibarkan bendera pemberontakan, karena merasa bahwa
bagaimanapun juga Yang Mulia Nobunaga akan menuntut tanggung jawabnya atas kejahatan itu.
Paling tidak, inilah cerita yang beredar."
"Kedengarannya seperti hasutan yang sengaja disebarkan oleh musuh. Ini pasti fitnah yang tak
berdasar." "Hamba pun sependapat. Dari apa yang hamba lihat, banyak orang merasa iri karena jasa-jasa
Yang Mulia Murashige. Hamba rasa bencana ini disebabkan oleh kedengkian orang tertentu."
"Orang tertentu?"
"Tuan Mitsuhide. Setelah desas-desus mengenai Yang Mulia Murashige mulai terdengar, Tuan
Mitsuhide terus menjelek-jelekkannya di hadapan Yang Mulia Nobunaga. Hamba selalu berada di
sisi Yang Mulia, diam-diam memasang telinga, dan memang, hambalah salah seorang yang merasa
gundah karena kejadian ini."
Ranmaru mendadak terdiam. Rupanya ia sadar bahwa ia terlalu banyak bicara, dan ia
menyesalinya. Ranmaru menyembunyikan perasaannya terhadap Mitsuhide seperti anak perawan.
Pada saat-saat seperti itu, Hideyoshi selalu bersikap tidak memperhatikan pembicaraan. Ia bahkan
tampak tak peduli sama sekali.
"Ah, aku sudah bisa melihat Azuchi. Mari bergegas!" Begitu menunjuk ke kejauhan, Hideyoshi
memacu kudanya. Sedikit pun ia tidak menanggapi ucapan rekan seperjalanannya.
Gerbang utama benteng diramaikan oleh orang suruhan pengikut-pengikut yang mendengar kabar
mengenai pemberontakan Murashige dan datang ke benteng, serta oleh kurir-kurir dari
provinsi-provinsi tetangga. Hideyoshi dan Ranmaru mencmbus kerumunan orang itu dan memasuki
benteng dalam, tapi diberitahu bahwa Nobunaga sedang mengadakan pertemuan. Ranmaru masuk
dan berbicara dengan Nobunaga, lalu cepat-cepat kembali dan memberitahu Hideyoshi. "Yang
Mulia minta Tuan menunggu di Ruang Bambu." Ia mengantar Hideyoshi ke sebuah menara
bertingkat tiga di benteng dalam.
Ruang Bambu merupakan bagian kediaman Nobunaga. Hideyoshi duduk seorang diri, memandang
ke danau. Tak lama kemudian Nobunaga muncul, berseru gembira melihat Hideyoshi, dan
mengambil tempat duduk dengan mengabaikan segala formalitas. Hideyoshi membungkuk penuh
normal dan tetap membisu. Keheningan berlangsung selama beberapa saat. Tak ada yang angkat
bicara. "Bagaimana pendapatmu mengenai ini, Hideyoshi?" Inilah ucapan pertama Nobunaga, dan
kata-kata itu menunjukkan bahwa berbagai pendapat yang dikemukakan dalam pertemuan belum
menghasilkan keputusan. 6 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Araki Murashige adalah laki-laki yang luar biasa jujur. Hamba tidak bermaksud buruk, tapi dia bisa
disebut orang bodoh dengan keberanian menonjol. Hanya saja hamba tak menduga bahwa dia
begitu bodoh," balas Hideyoshi.
"Tidak." Nobunaga menggelengkan kcpala. "Aku tidak sependapat. Dia tak lebih dari sampan. Dia
merasa was-was mengenai masa depanku, dan mengadakan kontak dengan marga Mori, karena
silau oleh keuntungan yang terbayang. Ini perbuatan orang berpikiran dangkal. Murashige terjebak
oleh kedang-kalannya sendiri.''
"Sebenarnya dia hanya orang bodoh. Dia telah menikmati kebaikan berlcbihan, dan tak punya
alasan untuk merasa tidak puas," ujar Hideyoshi.
"Orang yang berniat memberontak pasti akan mewujudkan niatnya, tak peduli betapa baiknya dia
diperlakuan." Nobunaga mengemukakan perasaannya tanpa tedeng aling-aling. Ini pertama kali
Hideyoshi mendengar Nobunaga menyebut seseorang sebagai sampah. Biasanya Nobunaga
takkan bicara demikian karena marah atau benci; justru karena ia tidak memperlihatkan kemarahan
secara terbuka, pertemuan tadi belum menghasilkan keputusan. Namun, seandainya Hideyoshi
ditanya, ia pun kehabisan akat. Haruskah mereka menyerang Benteng Itami" Ataukah mereka
harus mendekati Murashige dan membujuknya untuk membuang jauh-jauh gagasan
pemberontakan" Masalahnya, mereka harus memilih satu dari kedua alternatif itu. Menaklukkan
Benteng Itami tentu tidak sukar. Tapi penyerbuan daerah Barat baru saja dimulai. Jika mereka salah
langkah dalam urusan sepele ini, ada kemungkinan semua rencana mereka terpaksa ditinjau
kembali . "Bagaimana kalau hamba bertindak sebagai utusan dan berunding dengan Murashige?" Hideyoshi
mengusulkan. "Jadi, kau pun berpendapat bahwa kita sebaiknya tidak menggunakan kekerasan?"
"Kecuali kalau terpaksa," balas Hideyoshi.
"Mitsuhide dan dua atau tiga orang lain juga menyarankan demikian. Kau sependapat dengan
mereka, tapi rasanya lebih baik orang lain yang dikirim sebagai utusan."
"Tidak, hamba ikut bertanggung jawab atas kejadian ini. Murashige wakil hamba, dan karena itu
juga bawahan hamba. Jika dia melakukan tindakan bodoh..."
"Tidak!" Nobunaga menggelengkan kepala dengan tegas. "Mengirim utusan yang terlalu akrab
dengannya tidak bermanfaat. Aku akan mnugaskan Matsui, Mitsuhide. dan Mami. Mereka takkan
membujuk Murashige, melainkan sekadar menyelidiki kebenaran desas-desus yang beredar."
"Itu langkah tepat," Hideyoshi menyetujui. Kemudian ia mengucapkan beberapa patah kata demi
kepentingan Murashige maupun Nobunaga. "Ada pepatah yang mengatakan bahwa kebohongan
biksu Buddha disebut kebijaksanaan, dan bahwa pemberontakan dalam marga samurai disebut
strategi. Tuanku jangan tcrpancing untuk bertempur, sebab itu hanya menguntungkan pihak Mori."
"Aku tahu." "Sesungguhnya hamba ingin menunggu hasil perundingan para utusan, tapi masalah-masalah di
7 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Harima membuat hamba tidak tenang. Barangkali lebih baik jika hamba segera mohon diri."
"Benar?" Nobunaga tampak agak enggan melepaskan Hideyoshi. "Bagaimana dengan jalan yang
menuju ke sana" Rasanya mustahil kau bisa melewati Hyogo kalau tidak berhati-hati sekali."
"Jangan khawatir, masih ada jalur laut."
"Hmm, apa pun hasilnya. aku akan memberitahukannya padamu. Dan jangan lalai mengirim kabar
untukku." Akhirnya Hideyoshi berangkat. Meski lelah, dari Azuchi ia menyebcrangi Danau Biwa ke Otsu,
bermalam di Kuil Mii, dan keesokan harinya bertolak ke Kyoto. Ia menyuruh dua pelayannya
mendahului rombongan dengan perintah untuk menyiapkan kapal di Sakai, sementara ia dan para
pengikutnya menempuh perjalanan ke Kuil Nanzen. Di sana ia mengumumkan bahwa mereka akan
berhenti sejenak untuk melepas lelah.
Di kuil ini ada seseorang yang ingin ditemuinya. Orang itu tentu saja Takenaka Hanbei yang sedang
bertetirah di tempat bertapa di Kuil Nanzen.
Para biksu menjadi bingung karena kedatangan tak terduga seorang tamu agung, tapi Hideyoshi
berbicara dengan salah satu dari mereka, dan minta agar mereka meniadakan sambutan yang
biasa diberikan kepada tamu yang setaraf dengannya.
"Semua pengikutku membawa bekal, jadi ke-butuhan kami hanya air panas untuk membuat teh.
Dan karena aku datang untuk menengok Takenaka Hanbei, aku tak perlu disuguhi sake maupun
teh. Setelah selesai bicara dengan Hanbei, aku akan berterima kasih jika dibuatkan makanan
ringan." Akhirnya ia bertanya, "Apakah keadaan si pasien sudah membaik sejak kedatangannya?"
"Kelihatannya dia hanya mengalami sedikit kemajuan, tuanku," si biksu menjawab sedih.
"Obatnya diminum secara teratur?" "Baik pagi maupun malam."
"Dan dia diperiksa dokter secara berkala?"
"Ya, ada dokicr yang khusus datang dari ibu kota. Dan dokter pribadi Yang Mulia Nobunaga pun
mengunjunginya secara teratur."
"Apakah dia sedang bangun?"
"Tidak, dia tidak bangun selama tiga hari terakhir." "Di mana dia sekarang?"
"Di tempat bertapa, jauh dari keramaian."
Kerika Hideyoshi melangkah ke pekarangan, seorang pembantu yang melayani Hanbei berlari untuk
menyambutnya. "Tuan Hanbei sedang berganti pakaian agar dapat mencmui tuanku," anak itu
berkata. "Dia tidak boleh bangun." Hideyoshi menggerutu, lalu mempercepat langkahnya menuju tempat
bertapa. 8 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ketika Hanbei mendengar bahwa Hideyoshi hendak menjenguknya, ia langsung minta agar tempat
tidurnya disingkirkan dan menyuruh seorang pelayan untuk menyapu ruangan, sementara ia sendiri
berganti pakaian. Kemudian, dengan mengenakan sandal kayu, ia membungkuk di sungai kecil
yang mengalir di tengah-tengah bunga serunai di gerbang bambu, dan berkumur serta membilas
tangan. Ia berbalik ketika seseorang menyentuh pundaknya.
"Oh, hamba tidak tahu tuanku ada di sini." Hanbei cepat-cepat berlutut. "Di sebelah sana, tuanku,"
katanya, mengajak Hideyoshi ke ruangannya. Dengan gembira Hideyoshi duduk di tikar. Di ruangan
itu tak ada apa-apa selain lukisan tinta yang tergantung di dinding. Pakaian Hideyoshi sama sekali
tidak mencolok di antara warna-warna Azuchi, tapi di tempat bertapa yang bersahaja ini, baik
mantel maupun baju tempurnya tampak gemilang dan mengesankan.
Membungkuk sambil melangkah, Hanbei pergi ke serambi, lalu memasukkan sekuntum bunga
serunai ke dalam tempat bunga yang terbuat dari ruas bambu. Kemudian ia kembali duduk di
samping Hideyoshi dan meletakkan tempat bunga di dekatnya.
Hideyoshi mengerti. Walaupun tempat tidur telah disingkirkan, Hanbei khawatir bau obat-obatan dan
keapakan ruangan masih tercium. Daripada membakar dupa, ia mencoba menyegarkan udara
dengan wangi bunga itu. "Aku sama sekali tidak terganggu. Jangan pikirkan soal itu," ujar Hideyoshi, lalu menatap
sahabatnya dengan prihatin. "Hanbei, bukankah sukar bagimu untuk bangun seperti ini?" Hanbei
mundur sedikit dan sekali lagi membungkuk rendah-rendah. Namun di balik sikap kaku ini,
kegembiraannya mengenai kunjungan Hideyoshi tetap terbaca di wajahnya. Tuanku jangan cemas."
katanya. "Selama beberapa hari terakhir, hawa memang dingin, jadi hamba tetap tinggal di dalam
ruangan, berlindung di bawah selimut. Tapi hari ini udara mulai menghangat, dan hamba pikir sudah
waktunya bangun dari tempat tidur."
"Sebentar lagi Kyoto sudah memasuki musim dingin, dan kabarnya udara di pagi dan malam hari
dingin sekali. Bagaimana kalau kau pindah ke tempat yang lebih hangat selama musim dingin?"
"Tidak, tidak. Dari hari ke hari keadaan hamba terus bertambah baik. Hamba akan sembuh sebelum
musim dingin tiba." "Kalau memang begitu, semakin banyak alasan bagimu untuk tidak meninggalkan tempat
perawatanmu selama musim dingin. Kali ini kau sebaiknya bertetirah sampai benar-benar sembuh.
Tubuhmu bukan milikmu semata-mata."
"Perhatian tuanku pada hamba lebih besar daripada yang patut hamba terima." Hanbei duduk
dengan lesu, matanya tertuju ke bawah. Tangannva merosot dari lutut dan - seiring dengan air
matanya - menyentuh lantai ketika ia menyembah. Sesaat ia membisu.
Ah, dia begitu kurus sekarang, pikir Hideyoshi, dan mendesah. Pergelangan tangan Hanbei tampak
kurus kering, pipinya cekung. Benarkah penyakit yang menggerogotinya tidak tersembuhkan" Hati
Hideyoshi serasa disayat-sayat. Bagaimanapun, siapakah yang menarik orang sakit ini ke dunia
yang kacau, bertentangan dengan kehendaknya sendiri" Berapa kalikah ia tersiram hujan dan
diterpa angin dingin di medan pertempuran" Dan siapakah yang, bahkan di masa damai pun,
membebaninya dengan masalah-masalah intern maupun hubungan diplomatik, tanpa memikirkan
kesempatan beristirahat. Hanbei laki-Iaki yang seharusnya dipandang sebagai guru, tapi nyatanya
Hideyoshi memperlakukannya sama saja seperti para pengikut lain.
9 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Hideyoshi merasa bersalah atas kondisi Hanbei yang gawat, dan akhirnya, ketika ia membuang
muka, air matanya mulai mengalir. Di hadapannya, bunga serunai di tempat bunga semakin putih
dan wangi karena terendam air.
Dalam hati, Hanbei menyalahkan diri sendiri atas air mata Hideyoshi. Sebagai pengikut dan
samurai, ia merasa bersalah karena menyebabkan Hideyoshi berkecil hati di saat Hideyoshi
mengemban tanggung jawab militer yang begitu berat.
"Hamba pikir Tuanku tentu lelah karena operasi militer yang berkepanjangan ini, jadi hamba
memetik sekuntum serunai di pekarangan," kata Hanbei.
Hideyoshi membisu, tapi pandangannya tertuju pada bunga itu. Ia tampak lega karena topik
pembicaraan mereka telah berubah.
"Wanginya sangat menyenangkan. Mungkin bunga-bunga serunai juga bermekaran di Bukit Hirai,
tapi aku tidak memperhatikannya. Barangkali semuanya terinjak-injak oleh sandal kami yang
berlumuran darah," balas Hideyoshi sambil tertawa , berusaha mcnghibur Hanbei yang merana.
Keharuan yang diperiihatkan Hanbei ketika mencoba bcrsimpati kepada junjungannya dibalas oleh
usaha Hideyoshi untuk menghibur pengikutnya.
"Di sini aku benar-benar merasa sulit terus-menerus mempertahankan hidupku dengan jiwa dan
raga yang bertindak sebagai satu kesatuan," ujar Hideyoshi. "Medan perang membuatku sibuk dan
kasar. Di sini aku merasa tenang dan bahagia. Kontras itu kini telah jelas, dan hatiku menjadi
mantap." "Ya, orang memang menghargai waktu senggang dan pikiran yang tenang, tapi sesungguhnya tak
ada keuntungan yang dapat diraih dengan menjadi orang yang hidup demi kesenangan duniawi.
Tuanku tak sedikit pun memiliki waktu luang antara satu kecemasan dan kecemasan berikut. Jadi,
hamba dapat membayangkan bahwa saat-saat penuh kedamaian seperti ini merupakan obat
penawar yang manjur. Kalau bagi hamba..."
Sepertinya Hanbei hendak menyalahkan diri dan minta maaf sekali lagi, jadi Hideyoshi tiba-tiba
memotong. "Oh, ya, kau sudah mendengar berita mengenai pemberontakan Murashige?"
"Sudah, semalam seseorang mengunjungi hamba dengan membawa laporan terperinci." Hanbei
berbicara tanpa perubahan ekspresi, seakan-akan masalah itu tidak penting.
"Aku ingin membicarakannya sejenak." kata Hideyoshi, lalu maju sedikit sambil tetap berlutut.
"Rapat dewan Yang Mulia Nobunaga di Azuchi telah memutuskan untuk mendengarkan
keluhan-keluhan Murashige, dan menempuh segala upaya untuk menenangkannya dan mencapai
kesepakatan dengannya. Tapi aku meragukan bahwa itu gagasan yang baik. Dan apa yang harus
kita lakukan kalau Murashige ternyata sungguh-sungguh memberontak" Aku ingin mendengar
pendapatmu. Itu salah satu alasanku datang ke sini." Hideyoshi menanyakan strategi untuk
menyelesaikan situasi itu, tapi Hanbei hanya menjawab singkat, "Hamba kira itu tindakan yang
tcpat." "Hmm, kalau utusan dikirim dari Azuchi dengan membawa pesan yang menyejukkan, apakah
Benteng Itami dapat ditenteramkan tanpa insiden?"
10 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Tentu saja tidak." Hanbei menggelengkan kepala. "Menurut hamba, sekali orang-orang di benteng
itu mengibarkan bendera pemberontakan, mereka takkan menggulungnya kembali dan tunduk pada
Azuchi." "Kalau memang begitu, bukankah sia-sia saja kita mengirim utusan?"
"Tampaknya memang demikian, tapi sebenarnya tetap ada manfaat yang dapat ditarik. Dengan
menunjukkan perikemanusiaan dan dengan menyadarkan seorang pengikut akan kesalahannya,
dunia akan melihat kelebihan Yang Mulia Nobunaga. Selama masa itu, Tuan Murashige akan
sangat sedih bingung. dengan demikian anak panah yang ditarik tanpa alasan dan keyakinan akan


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melemah dari hari ke hari." "Stratcgi apa yang harus kita gunakan jika kita menyerangnya, dan
bagaimana ramalanmu untuk provinsi-provinsi Barai?"
"Hamba rasa, baik pihak Mori maupun Honganji takkan bertindak gegabah. Murashige telah
memberontak, jadi mereka akan membiarkan dia memberikan perlawanan sengit. Kemudian, kalau
mereka melihat bahwa orang-orang kita di Harima dan di markas besar Yang Mulia di Azuchi
melemah, mereka akan menerjang untuk mengisi kekosongan dan menyerang dari segala arah."
"Itu benar, mereka akan memanfaatkan kebodohan Murashige. Aku tidak tahu keluhan apa yang
disimpannya, atau umpan apa yang diberikan padanya, tapi pada dasarnya dia dimanfaatkan
sebagai perisai oleh orang-orang Mori dan Honganji. Begitu perannya sebagai tameng selesai, dia
tak punya pilihan selain bunuh diri. Dari segi keberanian bertempur, dia jauh di atas orang lain, tapi
otaknya tumpul. Kalau ada cara untuk menyelamatkan dia, aku ingin mengusahakannya."
"Strategi terbaik adalah berusaha agar dia tidak terbunuh. Orang seperti itu patut diselamatkan dan
dipertahankan sebagai sekutu."
"Tapi, jika kau beranggapan bahwa pengiriman utusan dari Azuchi sia-sia belaka, pada siapa
Murashige mungkin tunduk?"
"Mula-mula, cobalah mengirim Kanbei. Kalau Kanbei berbicara dengannya, dia mestinya sanggup
menjelaskan duduk perkaranya pada Murashige, atau setidaknya membangunkan dia dari mimpi
buruknya." "Bagaimana kalau dia menolak menemui Kanbei?" "Kalau begitu, marga Oda mengirim utusan
mereka yang terakhir." "Yang terakhir?" "Tuanku sendiri."
"Aku?" Sesaat Hideyoshi termenung-menung. "Hmm, kalau itu terjadi, semua nya sudah terlambat."
"Ajarkan perihal kewajiban padanya, dan hadapi dia dengan persahabatan Kalau dia tidak
menerima ucapan tuanku, tak ada lagi yang dapat dilakukan selain menyerang dengan alasan
menumpas pemberontakan. Jika tindakan itu terpaksa diambil, Benteng Itami jangan diserbu
dengan sekali gebrak. Penyebab keberanian Tuan Murashige bukan kekuatan Benteng Itami,
melainkan kerja sama dua orang yang diandalkannya bagaikan tangan kanan dan tangan kiri.
"Maksudmu Nakagawa Sebei dan Takayama Ukon?" "Jika kedua orang itu bisa dijauhkan darinya,
dia akan menyerupai badan tanpa lengan. Dan kalau Takayama atau Nakagawa berhasil diajak
membelot, menjauhkan mereka dari Tuan Murashige takkan merupakan masalah." Hanbei
seakan-akan lupa pada penyakitnya dan berbicara mengenai ini-itu, sampai kepucatan di wajahnya
11 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hampir lenyap. "Bagaimana aku dapat merangkul Takayama?" Hideyoshi bertanya penuh semangat, dan Hanbei
tidak mengecewakannya. "Takayama pemeluk ajaran Nasrani. Jika tuanku memberikan kondisi yang memungkinkan bagi
penyebaran kepercayaannya, tak perlu diragukan bahwa dia akan meninggalkan Murashige."
"Ya, itu jelas," ujar Hideyoshi dengan kagum. Dan kalau ia bisa membujuk Takayama untuk
meyakinkan Nakagawa, itu berarti ia menyelam sambil minum air. Ia menghentikan pertanyaannya.
Hanbei pun tampak lelah. Hideyoshi berdiri untuk berangkat lagi.
"Tinggallah sebentar lagi." Hanbei memohon. Ia berdiri dan keluar dari ruangan, mungkin ke arah
dapur. Hideyoshi teringat bahwa ia lapar. Para pembantunya tentu sudah selesai makan siang. Tetapi
sebelum ia sempat memikirkan umuk pergi ke ruang tamu kuil dan makan sedikit, seorang bocah
laki-laki, yang tampaknya pelayan Hanbei, membawa masuk dua baki, salah satu berisi tempat
sake. "Ke mana Hanbei" Apakah dia lelah karena pembicaraan kami yang panjang-lebar"
"Bukan, Yang Mulia. Tuan Hanbei berada di dapur.
Dia sendiri yang menyiapkan sayur-mayur untuk santapan Yang Mulia. Sekarang dia sedang
menanak nasi, dan dia akan kembali begitu nasinya sudah matang."
"Apa" Hanbei memasak untukku?" "Ya, Tuanku."
Hideyoshi menggigit sepotong talas yang masih panas, dan sekali lagi matanya berkaca-kaca.
Aroma talas tidak hanya terkecap oleh lidahnya, melainkan seolah-olah mengisi seluruh tubuhnya.
Walaupun Hanbei seorang pengikut, dari Hanbei-lah Hideyoshi mempelajari prinsip-prinsip rahasia
pengetahuan militer Ona. Hal-hal yang dipelajarinya ketika duduk bersama Hanbei setiap hari
bukanlah hal-hal biasa - memerintah rakyat di masa damai, serta keharusan untuk menjalankan
disiplin diri. "Dia tak perlu berbuat begitu," Tiba-tiba Hideyoshi meletakkan cawan, dan sambil meninggalkan
bocah pelayan, ia pergi ke dapur, tempat Hanbei sedang menanak nasi.
Hideyoshi meraih tangannya. "Hanbei, ini keterlaluan. Mengapa kau tidak duduk bersamaku dan
mengobrol untuk beberapa waktu"
Ia mengajak Hanbei kembali ke ruangan tadi dan menyuruhnya mengambil secawan sake. Tapi,
karena sakit yang dideritanya, Hanbei hanya dapat menempelkan cawan itu ke bibirnya. Kemudian
mereka makan. Sudah lama junjungan dan pengikut itu tidak menikmati santapan bersama-sama.
"Sudah waktunya pergi. Tapi aku merasa segar kembali. Sekarang aku bisa bertempur. Hanbei,
jagalah dirimu baik-baik."
Ketika Hideyoshi meninggalkan Kuil Nanzen, hari sudah mulai senja, dan langit di atas ibu kota
12 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berubah menjadi merah tua.
*** Suasana hening, tanpa satu letusan senapan pun - begitu hening, sehingga orang mungkin tak
percaya bahwa ini medan pertempuran; begitu hening, sehingga bunyi belalang sentadu yang
bergerak di tengah-tengah rumput kering terdengar menggerisik di telinga. Musim gugur di
provinsi-provinsi Barat telah mencapai pertengahannya. Di semua puncak gunung dan bukit,
daun-daun pohon telah berubah merah selama dua atau tiga hari terakhir, dan kemerahan itu
seolah-olah membakar mata Hideyoshi.
Hideyoshi telah kembali ke perkemahannya di Bukit Hirai. Ia duduk di hadapan Kanbei, di bawah
pohon cemara, di bukit tempat mereka memandang bulan beberapa waktu lalu. Setelah
membicarakan berbagai hal, mereka akhirnya menarik kesimpulan penting.
"Hmm, bersediakah kau pergi untukku?"
"Dengan senang hati hamba akan menjalankan tugas ini. Apakah hamba berhasil, terserah para
dewa." "Aku mengandalkanmu."
"Hamba akan berusaha sekuat tenaga. Selebihnya hamba serahkan pada Tuhan. Jika hamba tidak
kembali dalam keadaan hidup, Tuanku sudah tahu apa yang akan menyusul."
"Kekerasan." Mereka berdiri. Suara seekor burung bulbul terdengar dari seberang lembah di sebelah barat.
Daun-daun merah yang tampak di sana sungguh mencengangkan. Kedua laki-laki itu menuruni
bukit sambil membisu, dan berjalan ke arah perkemahan. Momok kematian - serta perpisahan yang
sudah dekat - menguasai suasana sore yang damai dan menyelubungi pikiran kedua sahabat itu.
"Kanbei," Hideyoshi menoleh ke belakang ketika menuruni jalan setapak yang sempit dan curam.
Kemungkinan bahwa sahabatnya takkan kembali lagi mengusik hatinya, dan ia menyangka Kanbei
mungkin hendak menyampaikan kata-kata terakhir. "Masih ada hal lain?"
"Tidak." "Tak ada pcsan untuk Benteng Himeji?" "Tidak."
"Barangkali pesan untuk ayahmu?"
"Tolong jelaskan mengapa hamba menjalankan tugas ini."
"Baik." Udara sangat cerah, dan benteng musuh di Miki terlihat di kejauhan. Sejak musim panas, jalan
menuju benteng telah terputus, jadi mudah membayangkan rasa lapar dan haus yang diderita
orang-orang di dalamnya. Meski demikian, seperti yang bisa diharapkan dari pasukan penjaga
benteng yang terdiri atas jendral-jendral paling bersemangat dan prajurit-prajurit paling berani di
13 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Harima, mereka tetap memperlihaikan jiwa juang yang luar biasa.
Musuh yang terkepung itu dipaksa melancarkan serangan tiba-tiba terhadap pasukan Oda yang
mengeilinginya. Namun Hideyoshi memberikan perintah keras pada anak buahnya agar tidak
terpancing oleh sepak terjang musuh, dan agar tidak mengambil tindakan berdasarkan durongan
hati. Scgala upaya ditempuh untuk mencegah sampainya berita mengenai situasi di luar ke benteng, jika
orang-orang di dalam benteng mendapat kabar mengenai pemberontakan Araki Murashige
terhadap Nobunaga, semangat mereka akan berkobar-kobar kembali. Bagai-manapun,
pemberontakan Murashige bukan sekadar menimbulkan kecemasan di Azuchi. Pemberontakan itu
mengancam seluruh operasi di daerah Barat. Dan bukan itu saja. Begitu Odera Masamoto,
penguasa Benteng Gochaku, mengetahui pemberontakan Murashige, ia segera menyatakan
memisahkan diri dari Nobunaga, dan pada suatu malam bahkan pergi ke markas musuh.
"Semestinya provinsi-provinsi Barat tidak diserahkan begitu saja ke tangan para penyerbu." Odera
berkata pada mereka. "Sebaiknya pihak Mori bertindak sebagai poros untuk mempersatukan
kekuatan. Setelah itu usir orang-orang Oda dari sini."
Odera Masamoto merupakan junjungan ayah Kanbei, dan dengan demikian juga junjungan Kanbei.
Karena itu. Kanbei menghadapi dilema: di satu pihak ada Nobunaga dan Hideyoshi, di pihak lain
ayahnya dan Odera Masamoto.
Araki Murashige tersohor karena keberaniannya. tapi ia juga dikenal sebagai orang yang suka
membangga-banggakan diri. Kehalusan perasaan dan pemahaman mengenai tanda zaman berada
di luar kemampuannya. Setelah mencapai umur yang oleh Konfusius discbut "bebas dari
kebimbangan", yakni empat puluh tahun. Pada usia itu, seorang laki-laki mestinya telah matang,
tapi rupanya watak Murashige tidak berubah banyak selama sepuluh tahun terakhir. Tanpa
kebijakan dan kehalusan budi bahasa yang seharusnya ia miliki, ia belum maju satu langkah pun
dari keadaannya semula - samurai yang menakutkan.
Dapai dikatakan bahwa dengan membujuk Murashige sebagai wakil Hideyoshi, Nobunaga telah
menutupi kekurangan-kekurangan Hideyoshi. Tapi Murashige berpandangan lain. Ia tak pernah
segan memberi nasihat, namun baik Hideyoshi maupun Nobunaga tak pernah menjalankan
gagasan-gagasannya. Murashige merasa terganggu dengan kehadiran Hideyoshi. Tapi ia tak pernah memperlihatkan
kctidaksenangannya saat berhadapan dengan Hideyoshi.
Dari waktu ke waktu ia menunjukkan kesebalannya, dan bahkan tertawa keras di depan
pengikut-pengikutnya sendiri. Di dunia ini ada orang-orang yang tak dapat dibuat tersinggung, tak
peduli apa yang dilakukan terhadap mereka, dan bagi Murashige, Hideyoshi termasuk kelompok
orang tersebut. Dalam serangan di Benteng Kozuki, Murashige berada di garis depan. Namun,
ketika waktu bertempur tiba dan Hideyoshi memberi perintah menyerbu, Murashige hanya duduk
bersilang tangan dan tak mau beranjak dari tempatnya.
"Kenapa kau tidak terjun ke dalam kancah peperangan?" Hideyoshi menegurnya kemudian.
14 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Hamba tidak ikut dalam pertempuran yang tidak menarik minat hamba," Murashige menjawab
tanpa berkedip. Tapi karena Hideyoshi hanya tertawa, Murashige pun memaksakan senyum. Masalahnya ditutup,
tapi desas-desus yang beredar di antara para jendral bernada mencela.
Mitsuhide mengecam tindak-tanduk Murashige dengan keras. Murashige, sebaliknya memandang
rendah jendral-jendral seperti Akechi Mitsuhide dan Hosokawa Fujitaka yang merupakan orang
terpelajar. Ia gemar memberi julukan banci pada orang-orang seperti itu. Penilaian ini didasarkan
atas kebenciannya terhadap pesta sajak dan upacara minum teh yang acap kali mereka
selenggarakan di perkemahan. Satu-satunya hal yang mengesankan bagi Murashige adalah bahwa
Hideyoshi rupanya tidak melaporkan sikapnya. baik pada Nobunaga maupun Nobutada.
Murashige meremehkan Hideyoshi sebagai prajurit berhati lemah, tapi justru karena itu ia
menganggap Hideyoshi orang yang sukar ditangani. Namun yang paling menyadari sikapnya di
medan perang adalah musuh-musuhnya, orang-orang Mori. Mereka mendapat kesan bahwa
Murashige menyimpan berbagai keluhan, dan bahwa jika mereka bisa berbicara dengannya, ada
kemungkinan ia akan beralih ke pihak mereka. Kurir-kurir rahasia, baik dari pihak Mori maupun
Honganji, berulang kali keluar-masuk perkemahan Murashige, bukan keluar-masuk Benteng Itami.
Ini menunjukkan bahwa mereka bukan tamu yang tak diharapkan. Tindakan Murashige merupakan
undangan tanpa kata bagi mereka.
Kalau orang tanpa kecerdasan memadai mencoba mengandalkan kecerdikannya, berarti ia bermain
api. Berkali-kali para penasihat Murashige mewanti-wanti junjungan mereka bahwa rencananya tak
mungkin berhasil, tapi peringatan mereka tidak digubrisnya.
"Jangan bicara yang bukan-bukan! Apalagi marga Mori sudah mengirim perjanjian tertulis padaku."
Dengan berpegang teguh pada perjanjian tertulis itu, ia segera dan dengan jelas memperlihatkan
semangat pemberontakannya pada Nobunaga. Padahal, di zaman yang serbakacau itu, kalau
orang dengan seenaknya menyingkirkan perjanjian antara pengikut dan junjungannya seperti
sepasang sandal tua, apalah arti sebuah perjanjian tertulis dari marga Mori, yang notabene sampai
kemarin masih merupakan musuh" Murashige tidak berpikir sejauh itu, dan ia pun tidak melihat
pertentangan yang dihadapinya.
"Dia hanya orang jujur yang bodoh. Percuma saja kita mendendam padanya," Hideyoshi sempat
berkata pada Nobunaga untuk menenangkannya. Rasanya ucapan Hideyoshi memang paling tepat
untuk kondisi waktu itu. Namun situasinya tak dapat diremehkan oleh Nobunaga, sehingga ia mewanti-wanti, "Tapi dia
orang kuat." Masalah yang dihadapi Nobunaga ditambah lagi dengan pertanyaan bagaimana pengaruh
pemberontakan itu terhadap jendral-jendral lain di bawah komandonya dan bagaimana akibat
psikologis yang timbul. Karena itu, Nobunaga menempuh segala cara, termasuk mengutus
Mitsuhide untuk menenangkan Murashige.
Namun upaya-upaya itu justru membuat Murashige semakin curiga. Ia segera mempergiat
persiapannya untuk menghadapi perang dan berkata, "Aku sudah menunjukkan sikap bermusuhan,
jadi kalau aku sampai termakan oleh bujuk rayu mereka dan menjawab panggilan dari Azuchi, tak
pelak lagi aku akan dibunuh atau dipcnjara."
15 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Nobunaga sakit hati. Akhirnya keputusan untuk bertempur melawan Murashige diumumkan, dan
pada hari kesembilan di Bulan Kesebelas, Nobunaga sendiri membawa pasukan sampai ke
Yamazaki. Pasukan Azuchi akan dibagi tiga. Pasukan pertama, yang terdiri atas pasukan Takigawa
Kazumasu, Akechi Mitsuhide, dan Niwa Nagahide, mengelilingi Benteng Ibaragi; pasukan kedua,
yang merupakan gabungan pasukan Fuwa, Maeda, Sassa, dan Kanamori, mengepung Benteng
Takatsuki. Markas besar Nobunaga didirikan di Gunung Amano. Pada waktu barisannya mulai membentuk
formasi tempur, ia masih menyimpan harapan bahwa pasukan pemberontak dapat ditundukkan
tanpa pertumpahan darah. Harapan itu berhubungan dengan Hideyoshi yang telah kembali ke
Harima dan baru saja mengirim pesan.
Hamba mempunyai satu ide lagi, Hideyoshi menulis. Di balik kata-katanya terselip persahabatannya
dengan Murashige, serta perasaan bahwa keberanian Murashige terlalu berharga untuk
disia-siakan. Dengan sungguh-tungguh ia memohon agar Nobunaga menunggu sedikit lagi. Tangan
kanan Hideyoshi, Kuroda Kanbei, secara mendadak meninggalkan perkemahan di Bukit Hirai pada
suatu malam. Keesokan harinya Kuroda Kanbei bergegas ke Benteng Gochsku, dan berkata pada Odera
Masamoto. "Ada desas-desus bahwa Yang Mulia bersekongkol dengan Yang Mulia Murashige,
bahwa benteng ini telah berpaling dari marga Oda, dan bahwa Yang Mulia hendak beralih ke kubu
marga Mori." ia bicara terus terang, dari hati ke hati.
Senyum tipis muncul di bibir Masamoto ketika mendengar ucapan Kanbei. Dari segi umur, Kanbei
pantas menjadi putranya; dari segi kedudukan pun ia tak lebih dari putra pengikut senior. Karena
itu, tidak mengherankan bahwa jawaban Masamoto bernada amat congkak.
"Kanbei, kelihatannya kau serius, tapi coba pikir sebentar. Sejak marga ini menjadi sekutu
Nobunaga, apa yang kami peroleh sebagai balasan" Tidak ada."
"Menurut hamba, urusan ini bukan urusan untung-rugi semata-mata."
"Kalau begitu, apa?"
"Ini masalah kesetiaan. Marga Odera merupakan marga termasyhur, dan menjadi sekutu marga
Oda di Harima. Jika Yang Mulia tiba-tiba bergabung dengan pemberontakan Araki Murashige dan
membelakangi teman-teman lama, itu berarti menginjak-injak norma kesetiaan."
"Apa maksudmu?" tanya Masamoto. Ia memperlakukan Kanbei seperti juru runding tak
berpengalaman, dan semakin sungguh-sungguh sikap Kanbei, semakin dingin tanggapan yang
diberikan Masamoto. "Sejak pertama, persekutuanku dengan Nobunaga bukan masalah kesetiaan." katanya. "Kau dan
ayahmu tampak yakin bahwa masa depan negeri ini berada di tangan Nobunaga; dan ketika ia
menduduki ibu kota, langkah yang paling bijaksana adalah bekerja sama dengannya. Paling tidak,
seperti itulah situasi yang dijelaskan padaku, dan aku pun terbujuk. Tapi sesungguhnya mulai
sekarang Nobunaga menghadapi banyak bahaya. Bayangkanlah kapal besar yang hendak
mengarungi lautan. Dari darat, kapal itu tampak aman: kaupikir jika kau menaiki kapal itu, kau
takkan gentar menantang ombak dan badai. Tapi kemudian kau benar-benar menaikinya dan
16 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mempertaruhkan nasibmu pada nasib kapal itu. Setelah itu, bukan kedamaian yang kauperoleh,
melainkan keraguan dan kebimbangan. Setiap kali ombak menerjang, kau merasa tidak tenang dan
menyangsikan kekuatan kapal itu. Ini memang sifat manusia."
Tanpa sadar Kanbei menepuk lutut. "Dan sekali kita sudah menaiki kapal, kita tak mungkin turun di
tengah jalan." "Kenapa tidak" Jika kita menyadari bahwa kapal itu takkan sanggup menahan pukulan ombak,
mungkin tak ada cara lain untuk menyelamatkan nyawa selain meninggalkan kapal dan berenang
ke tepian sebelum kapalnya karam. Kadang-kadang kita harus menutup mata terhadap perasaan
kita." "Ini pemikiran yang memalukan, Yang Mulia. Setelah badai berlalu dan kapal yang tadinya
terancam mara bahaya menaikkan layar dan akhirnya memasuki bandar, justru orang yang gemetar
ketika diterjang topan, menyangsikan kapal yang dipercayainya, mengkhianati teman-teman
seperjalanannya, dan dengan bingung melompat ke laut, yang akan menjadi bahan tertawaan."
"Aku bukan tandinganmu dalam bersilat lidah."
Masamoto tertawa. "Sesungguhnya kau malah terlalu fasih berpidato. Mula-mula kau berkata
bahwa Nobunaga akan menyapu daerah Barat dengan cepat. Tapi pasukan yang dikirim bersama
Hideyoshi hanya berjumlah lima atau enam ribu orang. Dan meskipun Nobutada dan jendral-jendral
lain acap kali datang membantu, orang-orang di ibu kota tetap merasa was-was, dan sepertinya
pasukan Hideyoshi takkan lama bertahan di sini. Setelah itu aku akan dimanfaatkan sebagai
barisan depan dan diminta mengerahkan prajurit, kuda, dan perbekalan, tapi pada gilirannya aku


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanya akan menempati posisi sebagai penyangga antara Nobunaga dan musuh-musuhnya. Coba
renungkan masa depan marga Oda. Lihatlah bagaimana Araki Murashige - yang telah diangkat ke
posisi yang begitu penting oleh Nobunaga - membalik situasi di ibu kota ketika dia bersckutu
dengan marga Mori! Rasanya alasan kenapa aku meninggalkan marga Oda bersama Murashige
sudah cukup jelas." "Rencana yang baru saja hamba dengar sungguh menyedihkan. Hamba kira Yang Mulia akan
segera menyesalinya."
"Kau masih muda. Kau hebat dalam pertempuran, tapi tidak dalam urusan duniawi."
"Yang Mulia, hamba mohon agar Yang Mulia sudi berubah pikiran."
"Itu takkan terjadi. Aku sudah menjelaskan pada semua pengikutku bahwa aku telah memberi janji
kepada Murashige, dan telah memutuskan untuk bergabung dengan marga Mori."
"Tapi jika Yang Mulia sudi mempertimbangkan sekali lagi..."
'Sebelum kau berkata apa-apa lagi, cobalah bicara dengan Araki Murashige. Kalau dia batal
membelot, aku akan mengikuti jejaknya."
Dewasa dan kanak-kanak. Perbedaan di antara mereka bukan saja cara berpikir yang tak masuk
akal. Tak berlebihan jika dikatakan bahwa orang seperti Kanbei pun. yang dianggap unik di daerah
17 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Barat karena kecakapan dan gagasan-gagasannya yang maju, takkan mampu bertahan di hadapan
lawan seperti Odera Masamoto, tak pengaruh apakah ia benar atau salah.
Masamoto menekankan sekali lagi. "Bagaimanapun, bawalah ini dan pergilah ke Itami. Lalu segera
sampaikan jawabannya padaku. Kalau aku sudah mendengar pendapat Murashige, aku akan
memberikan jawaban yang pasti."
Ia menulis pesan untuk Araki Murashige. Kanbei menyelipkannya ke balik kimono, kemudian
bergegas ke Itami. Situasinya genting, dan setiap tindakannya mungkin berdampak besar. Ketika
mendekati Benteng Itami, ia melihat prajurit-prajurit menggali selokan dan mendirikan pagar kayu
runcing. Tanpa memedulikan lingkaran tombak yang segera mengelilinginya, ia berkata, seolah-olah tak ada
yang perlu dikhawatirkan. "Aku Kuroda Kanbei dari Benteng Himeji. Aku bukan sekutu Yang Mulia
Nobunaga maupun Yang Mulia Murashige. Aku datang sendiri untuk pembicaraan empat mata yang
penting dengan Yang Mulia Murashige." Dan kemudian ia mendesak.
Ia melewati beberapa gerbang, akhirnya memasuki benteng dan segera bertemu Murashige. Kesan
pertamanya ketika menatap wajah Murashige adalah bahwa laki-laki itu tidak setegar yang
dibayangkannya. Roman muka Murashige tidak mengesankan. Kanbei menyadari semangat dan
rasa percaya diri yang goyah pada diri lawannya, dan bertanya-tanya mengapa ia memilih
berperang melawan Nobunaga, yang dianggap sebagai orang paling menonjol dari generasinya.
"Hmm, sudah lama kita tak berjumpa," Murashige berkata tak berketentuan. Nadanya hampir
menyanjung. Kanbei menduga kalau jendral sehebat bersikap demikian, itu berarti ia masih diliputi
kebingungan. Kanbei berbasa-basi sejenak, sambil terus tersenyum pada Murashige. Murashige tak mampu
menutup-nutupi keluguannya dan kelihatan kikuk sekali.
Ia merasa wajahnya memerah. "Apa keperluanmu?" ia bertanya.
"Aku mendengar desas-desus." "Bahwa aku mcngcrahkan pasukan?" "Tuan menghadapi masalah
besar." "Ada yang berkata baik, ada yang buruk."
"Pendapat orang-orang rupanya masih terpecah-belah. Seharusnya mereka menunggu sampai
pertempuran selesai sebelum memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah. Reputasi
seseorang tak pernah ditetapkan sebelum dia mati."
"Sudahkah Tuan mempertimbangkan apa yang akan terjadi setelah Tuan tiada?"
"Tentu saja." "Kalau begitu, aku yakin Tuan sadar bahwa akibat dari keputusan Tuan tak dapat ditarik kembali."
"Kenapa begitu?"
"Nama buruk yang akan Tuan peroleh karena menentang junjungan yang begitu banyak
menunjukkan kebaikan terhadap Tuan takkan pupus selama beberapa generasi."
18 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Murashige terdiam. Denyut nadi di pelipisnya penuh emosi, tapi lidahnya tak cukup lincah untuk
menyangkal. "Sake sudah siap," seorang pengikut memberitahunya.
Murashige tampak lega. Ia berdiri. "Kanbei, mari masuk. Bagaimanapun, kita sudah lama tidak
bertemu. Mari minum bcrsama-sama," ia mengusulkan.
Murashige bersikap sebagai tuan rumah yang baik. Ia telah mcnyuruh pelayan-pdayan menyiapkan
jamuan makan di benteng utama. Tentu saja kedua laki-laki itu mcnghindari setiap perdebatan
ketika minum sake, dan roman muka Murashige tampak melunak. Namun pada suatu titik Kanbei
kembali ke topik pembicaraan semula.
"Bagaimana, Tuan" Mcngapa Tuan tidak menghentikan semua ini sebelum berlanjut terlalu jauh?"
"Sebelum apa berlanjut terlalu jauh?" "Unjuk kekuatan yang tak berguna ini."
"Pendirianku dalam masalah penting ini tak ada sangkut-pautnya dengan unjuk kekuatan."
"Itu mungkin benar, tapi orang-orang menyebutnya pengkhianatan. Bagaimana perasaan Tuan
mengenai ini?" "Ayo, mari tambah sake lagi."
"Aku tak mau menipu diri sendiri. Tuan telah melayaniku dengan sebaik-baiknya hari ini, tapi sake
yang Tuan sajikan serasa agak pahit."
"Kau diutus oleh Hideyoshi."
"Tentu saja. Yang Mulia Hideyoshi sangat mencemaskan Tuan. Bukan itu saja, beliau juga terus
membela Tuan, tanpa memedulikan omongan orang. Beliau menyebut Tuan orang yang berharga
dan pejuang yang gagah berani. Beliau mewanti-wanti agar kami tidak melakukan kesalahan, dan
aku tahu beliau takkan pernah melupakan persahabatan dengan Tuan."
Murashige menarik napas panjang dan berkata dari lubuk hati, "Sebenarnya aku telah menerima
dua atau tiga surat teguran dari Hideyoshi. dan aku terharu oleh persahabatannya. Tapi Akechi
Mitsuhide dan para pengikut Oda yang lain berdatangan sebagai utusan Yang Mulia Nobunaga, dan
aku menampik mereka semua . Tentunya tak mungkin aku menuruti kata-kata Hideyoshi sekarang."
"Kurasa itu tidak benar. Jika Tuan menyerahkan urusan ini pada Yang Mulia Hideyoshi, aku yakin
beliau akan menemukan cara untuk menengahi sengketa ini."
"Aku tidak sependapat," ujar Murashige dengan muram. "Kabarnya, ketika Mitsuhide dan Sakuma
mendapat kabar bahwa aku memberontak, mereka bertepuk tangan dan bersukacita. Mitsuhide
datang ke sini untuk menenteramkanku. Dia membujukku dengan kata-kata manis, tapi siapa yang
tahu laporan macam apa yang diberikannya pada Nobunaga. Seandainya aku membuka benteng
dan kembali berlutut di hadapan Nobunaga, pada akhirnya dia hanya akan memerintahkan anak
buahnya untuk menjambak rambutku dan memotong kepalaku. Tak satu pun pengikutku
berkeinginan kembali pada Nobunaga. Mereka telah sampai ke titik di mana mereka menganggap
19 Pendekar Bodoh Tongkat Dewa Badai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berjuang sampai mati merupakan pilihan terbaik, jadi ini bukan pendapatku semata-mata. Kalau kau
kembali ke Harima, tolong sampaikan pada Hideyoshi agar jangan berpikiran buruk tentangku."
Kelihatannya Kanbei takkan mudah membujuk Murashige. Setelah minum beberapa cawan sake
lagi, ia mengeluarkan surat Odera Masamoto yang hampir terlupakan, dan menyerahkannya pada
Murashige. Kanbei sudah mempelajari isi surat itu. Bunyinya sedcrhana, tapi mengecam tindakan Murashige.
Murashige bergegas mendekati sebuah lentera dan membaca suratnya, tapi begitu selesai
membaca, ia mohon diri dan meninggalkan ruangan.
Ketika ia melangkah keluar, sekelompok prajurit mendesak masuk. Mereka mengepung Kanbei,
membentuk pagar baju tempur dan tombak di sekelilingnya.
"Berdiri!" mereka berscru.
Kanbei meletakkan cawannya dan menatap wajah-wajah geram di sekelilingnya. "Apa yang akan
terjadi setelah aku berdiri ?" ia bertanya.
"Tuanku Murashige memerintahkan agar kau digiring ke penjara," salah satu prajurit menjawab.
"Penjara?" Kanbei berseru. Ia ingin tertawa keras-keras. Sejenak ia menyangka maut telah
Pendekar Muka Buruk 11 Pasir Maut Von Bilma Nach Murzuk Karya Karl May Utusan Pulau Keramat 1

Cari Blog Ini