Burung Garuda Terbang Sendiri Karya Sanoesi Pane Bagian 1
mmm-namu.- 15 30 B:.llj Pusuk: BURUNG GARUDA TERBANG SENDIRI
(Drama dalam tiga babak] oleh SANDESI PANE Kepada R.P. Mr.Singgih. Tokoh"tokoh: Kertanagara Prabu Singasari, Raja Jenggala dan Kediri
Jayawardani Ratu"Ibu.
Bajradewi Ratu. Baskara seorang rahib Mahayana.
Raganata Rakrian Apatih. Aragami Senapati, kemudian Rakrian Apatih.
Aria Wiraraja sahabat Raja.
Mahisa Surya seorang Kesyatria.
Sefanjatnya: Mahamantri"mahamantri | hine, sirikan dan halu,
Rakrian-rakrian demung dan kamuruhan, Penggawapenggawa tinggi lainnya, Prajurit"prajurit, Pegawai
dalam dan Abdi"abdi Dalam perempuan. Seorang
pembunuh pengkhianat. BABAK PERTAMA (Kraton di Singasari. Ruangan daiarn. Praba Kertanagara. Aria
Wiraraja, seorang patra rakyat; yang mengaiarnipen'indangan Raja)
Kertanagara: Nah, Wide, bagaimana pendapat Anda tentang kehidupan di istana"
Aria Wiraraja: Sangat memuaskan,Prabu. Kertanagara: Sudah berkali"kali saya mengatakan kepada Anda, Wi de, bahwa saya
Kertanagara senantiasa akan tetap untuk Anda, teman pesta, dan
berbahagialah kemolekanwanita"wanita Jawa! "sahabat yang setia,
yang tahu berterima kasih di dalam petualangan asmara. Hiduplah
Jawadwipa, hiduplah wanita"wanitanya dan anggurnya!
Aria Wiraraja: Dan hiduplah kebijaksanaan, sahabat Prabu, karena Paduka juga
adalah ahli filsafat. Dan lagi pula penyair.
Kertanagara: Saya mohon kepada Anda,jangan|ah menggunakan kata"kata resmi
di sini. Aria Wiraraja: Rakyat mengerti, bahwa Syiwa sendiri selalu mencari kenikmatan
duniawi. Kertanagara: Raja"Penyairnya Aria Wiraraja: Raja"Penyairnya tidak perlu menyingkir dari kegembiraan. Paduka
memahami hal itu, bukan! Patik mengagumi Paduka, Seri Prabu,
karena Paduka "mohon diampuni" Senantiasa tetap suci dan
tampan. Seri Paduka senantiasa Raja, Raja" Penyair, di singgasana,
mmm-namum.- B:.Ilj Pusuk:
atau di jalan raya. Di atas bumi Paduka sudah bermukim di Indra
kayangan. Kertanagara: Bijaksana dan suci adalah tujuan manusia yang sempurna. Tidak
ada tujuan lain daripada ini. Benar, Arjuna, raka Madukara yang
termasyhur, adalah khayalan yang diinginkan manusia! Kelahiran
kembali Singasari Ngamartal Biarkanlah kata"kata bijaksana
bersi pengang di biara-biara, gamelan bergema nyaring di pesta-pesta
penari"penari menari dengan lemah gemulai atau dalam napsu yang
berkobar-kobarl Mencintalah di bawah alunan nyanyian dangesekan
musik, dengan anggur dan pujian, dibawah sinar bulan purnama dan
gemerlapan bintang. Aria Wiraraja: Penyair! Kertanagara: Penyair, Ya, dan di samping itu Raja! D, Wideku, alangkah nikmatnya
kehidupan ini, sedangkan dunia terletak di bawah kaki manusia.
Kemasyhuran dan cinta. Aria Wiraraja: Dan kebijaksanaan! Kertanagara: Dan kebijaksanaan. "Mekar laksana kuntum bunga di dalam taman
istana. "Akan tetapi, bagi saya kehidupan tidaklah selunak itu.
Raganata yang saleh senantiasa mengamati saya, dan menunjukkan
kepada saya tentang kewajiban"kewajiban raja saya sebagai bapak
rakyat. [Meniru] rrRaja, Paduka, berdiri di depan dalam kemuliaan.
Raja, Paduka,ada!ahsenantiasaterhormat dalamkata dan perbuatan.
Raja, Paduka ...!" (Dengan saata keiairan yang dibuat-buat) kerajaan,
Wide, adalah berat untuk dipikul. "Tanpa menghiraukan Raganata
dan kesuciannya, malam ini kita akan mengadakan petualangan
lagi. Ganapati menyingkir untuk Asmara! Maka siapkanlah segala
sesuatunya. Akan tetapi sekarang," Apatih akan segera datang
menghadap, oleh karena itu tinggalkanlah saya, sahabat yang setia!
(Aria Wiraraja mundur. Seorang abdi daiarn Perempuan. )
Kertanagara: Berbicara! ah! Abdi daiarn perempuan: Daulat Prabu, Rakrian Apatih mohon izin untuk menghadap Paduka.
Kertanagara: Pati h dipersilahkan masuk.
(Abdi daiarnperernbuan mundur, Raganata tairrnas uirrnengiradapjl
Kartan ag ara: Salam,Tuan Raganata! Raganata: Salam untuk Paduka, Seri Prabu. Tuan Aria Wiraraja
Kertanagara: Tidak berhubungan apa"apa dengan kerajaan. Saya harap Anda
suka memberitahukan apakah ahli"ahli bangunan telah dikirim ke
bangunan pengairan Airlangga dan Berantas.
Raganata: Besok, Paduka mereka berangkat.
Kertanagara: Dan apakah Anda, sesuai dengan keputusan kami, telah mengangkat
orang"orang untuk mengatur sengketa"sengketa perbatasan di
Tanggilis" Raganata: Sudah pasti, Paduka! Untuk menghindarkan terulangnya seng-ketasengketa demikian, patik mohon persetujuan Seri Paduka untuk
mengadakan pemeriksaan tentang besarnya desa"desa dan untuk
menetapkan daerah desa-desa itu, sejauh hal itu tidak terjadi atas
piagam. mmm-namum.- B:.Ilj Pusuk:
Kertanagara: Benar"benar suatu rencana yang berfaedahl Dan di samping itu
selidikilah pula, apakah di sana terdapat daerah-daerah otonomi,
yang mendaku tanah"tanah, hutan"hutan secara tidak syah,
dan memberikan alasan kepada rakyat untuk mengadu. Saya
menginginkan keadilan didalam kerajaan.
Raganata: Pengangkatan jaksa-jaksa yang baru, Paduka.
Kertanagara: Akan saya perkuat dalamwaktu singkat dengan meterai saya. Namun
demikian saya harus mengenyampingkannya dahulu untuk hal-hal
lain. Raganata: Undang-undang yang baru mengenai iyuran jiwa dan palawang.
Kertanagara: Itu adalah suatu perkara, yang menghendaki penyelesaian segera.
Rakyat miskin. Terima kasih, Tuan Raganata, bahwa Anda kembali
menyinggung halitu.Rakyat miskin.Ketika saya masih putra mahkota,
dan sering bergerak dalam pakaian menyamar di tengah"tengah
rakyat, saya telah melihat dari dekat kemiskinan, yang terdapat di
mana"mana. Saya bersumpah: kemelaratan itu harus menyingkir
untuk kemakmuran! Raganata: Jadi undang-undang baru dilaksanakan.
Kertanagara: Sudah pasti. Akan tetapi terlebih dahulu saya akan memeriksanya.
Saya ingin mengetahui, apakah Anda cukup memperlihatkan
pandangan yang luas. Raganata: Sudah lama undang"undang itu dipersembahkan kehadapan Seri
Paduka. Kertanagara: Akh ya, akan tetapi saya harus memikirkan hal"hal lain. Kewajiban"
kewajiban Raja adalah banyak, Apatih.
(Abdi Daiam perempuan mas uk)l
Kertanagara: Berkatalah, mengapa engkau mengganggu kami"
Abdi Daiam perempuan: Daulat Prabu, Paduka Ibu Ratu mohon menghadap.
Kertanagara: Ibu Ratu kami" (Raja bangkit untuk menyongsong ibu Ratu. ibu Ratu muncuij
Kertanagara: 0 Ibu Ratu, apakah Bunda memperkenankan patih tetap ditempat"
Jayawardani: Bunda justru memilih saat ini untuk kedatangan bunda, Kertanagara,
oleh karena bunda ingin berbicara dengan Anakanda di hadapan
Tuan Raganata. Soalnya mengenai kerajaan.
Kertanagara: Anakda dipersilahkan berbicara.
Jayawardani: Wahai Anakda Prabu, bunda mendengar bahwa Anakda tidak cukup
memberikan perhatian kepada masalah-masalah kenegaraan.
Kertanagara: Tuan Apatih. Raganata: Daulat Prabu! Kertanagara: Perlukah Paduka Ratu mencampuri hal ini"
mmm-namum.- B:.Ilj Pusuk:
Raganata: Patik melaksanakan sebagai patih
Kertanagara: dan sebagai manusia kewajiban saya,Tuan,terhadap Mahkota dan
rakyat! Jayawardani: Apatih telah menjalankan tugasnya dengan baik, Kertanagara!
Kertanagara: Jadi Bunda datang kemari untuk mengemukakan pendapat!
Jayawardani: Saya ingin berbicara dengan putra saya; bukan dengan Raja. Saya
ingin memberitahukan kepadanya tentang kegagalan" kegagalannya
tentang kewajiban-kewajibannya.
Kertanagara: Kewaji ban-kewaji ban anakanda sebagai raja"
Jayawardani: Anakanda telah mengatakannya.
Kertanagara: Dengan demikian Bunda mencela Raja!
Jayawardani: Raja adalah putra saya. Saya menginginkan supaya dia ber" sungguh"
sungguh menjalankan tugas sucinya sebagai Raja!
Kertanagara: Raja juga adalah seorang manusia.
Jayawardani: Manusia tertinggi. Kertanagara: Hidup dalam musim bunga hari muda, dia mencintai kehidupan.
Jayawardani: Kebahagiaan saya terletak dalam kesentosaan rakyat.
Kertanagara: Anakanda mencintai rakyat anakanda dan anakanda menginginkan
kesentosaannya. Jayawardani: Betapakah bunda tidak mengetahui hal Ini" Ketika Anakanda masih
putra Mahkota, acapkali anakanda mempercayakan kepada bunda
impian-Impian Anakanda yang Indah. Akan tetapi segala Impian itu
tidak berhasil menjadi kenyataan. Hanyalah demi keindahan sematamata Anakanda menciptakan Iamunan- lamunan yang Indah.ApabiIa
mahkota tidak sesuai dengan Anakanda, tanggalkanlah mahkota itu,
dan ambillah daun lontar.
Kertanagara [bersemangat]:
Penyair membangkitkan, penyair pula menjatuhkan singgasana"
singgasana Raja. Penyairlah yang hidup lebih lama dari Raja"raja,
betapa pun kuasanya mereka itu. Kakinya terletak pada sebuah
bintang, kepalanya mengaso pada bantal keabadian. Abad-abad
melampauinya, tanpa memadamkan kecemerlangannya impiannya
yang indah di siang hari. Sudah berapa lama Ayodia berada dalam
makam masa. Ngastina dan Ngamarta telah lenyap. Nama Airlangga,
termasyhur ke mana"mana di masa lampau, pada masa kini menjadi
luntur, akan hilang dari kenangan bangsa"bangsa.
Namun demikian untuk selama-lamanya Walmiki, Abiasa, Kanwa
bersinggasana di atas bantal"bantal teratai keabadian.Anakda Ingin
menjadi penyair. Dan di samping itu Raja! "Maafkan, Paduka Bunda
" Tuan Patih, pagi ini saya mengadakan pameran senjata.
:'Kertanagara mundur]. Jayawardani: Putra saya seorang pelamun, yang tidak mampu melihat kenyataan
hidup. Jauh dari segala urusan, dia hidup di dunia impiannya.
Walaupun lemah, lebih lemah lagi landasan dia membangun
mmm-namum.- B:.Ilj Pusuk:
kerajaan"kerajaan. Landasan itu adalah kehampaan.Satu masa akan
runtuhlah apa yang dibangunkannya. Di atas puing"puing dia akan
menyesali dirinya dalam kesepian. Iseng dan riang kupu-kupu malam
bermain dengan cahaya lampu, akan tetapi pada akhirnya akan
hangus dimakan api. Raganata: Telah lama Anda mengetahui hal Ini, Ratu, dan senantiasa
membiarkannya bermimpi. Jayawardani: Ayahnya, Patih, sangat keras. Oleh karena itu dia mendambakan
cinta. Barangkali saya terlalu lemah, barangkali saya terlalu me"
manjakannya, "seorang lain tempatnya berlindung selain dari saya
diatidak punya.
Burung Garuda Terbang Sendiri Karya Sanoesi Pane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Raganata: Patik memahami kasih"bunda Anda, Ratu. Akan tetapi lihatlah
akibatnya! Jayawardani: Kalau begitu Anda tidak lagi menghormati hati seorang ibu.
Raganata: Aria Wiraraja harus disingkirkan dari istana. Kalau patik yang
mengajukan hal ini, Paduka Raja pasti akan menuduh patik iri dan
dengki. Anda sendirilah yang melakukannya, wahai Ratu!
Jayawardani: Dengan segala senang hati, Apatih.
Raganata: Paduka, patik mohon kepada Anda, berilah peringatan kepada
kerajaan. Lupakanlah kelemahanAnda sebagai ibu,tuntunlah Paduka
Raja kepada kerajaan yang sebenarnya.
Jayawardani: Tuan Raganata, saya akan menguatkan hati saya.
(Ratu"iba menyingkir. Kemadianjuga Apa tik. Sesama tonii tingg ai
kosong. Kemudian Kertanagara muncai didampingi oieh Baskara].
Kertanagara: Saya menginginkan ketertiban dalam tentara, ketertiban! Suatu
pemandangan yang Indah, Tuan Baskara, pasukan"pasukan berbaris
di medanperang, dengan panji-panji mereka yang berwarna berkibarkibar. Betapa bagusnya Pandawa yang gagah berani ketika berangkat
ke Kuru yang dilukiskan oleh Sedah dan Panuluh dalam Bratayuda.
0, pada suatu ketika saya juga akan berangkat ke medan perang
dengan pasukan yang baik dan berani.
(Baginda duduk dan mempersiiankan Baskara mengambiitempat
dengan isyarat tangan. Tenang. Seianjutnya baginda bersabda)
Kertanagara: Acapkali seperti dengan sehelai selubung, jiwa saya tiba"tiba
diliputi oleh kerundungan. Di tengah"tengah kegembiraan dalam
kemewahan pesta, dihadapan Bajradewi sendiri. Lalu saya seolah"
olah mengambang dalam ruangan kelabu, hampa, terasing. Seolah"
olah sedang jiwa saya ingin menyentuh dunia luar, membeku tidak
dapat bergerak Baskara: Saryan syunian, o Prabu, Semesta adalah kehampaan. Dunia adalah
tipu daya. Hanyalah Nirwana kenyataan. Sebelum kapal kehidupan
kita mencapai batas kebebasan, o Prabu, dia harus berlayar
menyeberangi samudera keteduhan. Lalu Atman dihancurkan maka
tercapailah Nirwana. Pantai Maya telah ditinggalkannya oleh Paduka,
dalam kesepian mengharungi lautan luas, yang teduh.
Kertanagara: Antara Maya dan Nirwana terhampar lautan kesepian. Perjalanan
berlangsung antara Ketiadaan menuju Ketiadaan melalui Ketiadaan
dan juga para jemaah pun adalah suatu Ketiadaan.
Baskara: Prabu berjenaka. mmm-namum.- B:.Ilj Pusuk:
Kertanagara: Baginda bersabda dalam kesungguhan yang sepenuhnya.KatakanIah
kepada saya: Tidak adakah sesuatu selain Ketiadaan"
Baskara: Tidak ada sesuatu selain Ketiadaan.
Kertanagara: Namun demikian Nirwana adalah Kenyataan.
Baskara: Sebagaimana sabda Paduka, Daulat Prabu.
Kertanagara: Jadi juga kenyataan adalah sesuatu yang tidak ada. Lihatlah, Yang
Mulia, daya pikir saya tidak dapat mencakup segala sesuatu. Oleh
karena Kenyataan hanyalah bayangan, kehidupan Ini tidak ada
harganya. Lalu apakah tujuan dunia Ini"Tentu, dalam kitab-kitab suci
saya temui ajaran"ajaran diuraikan, akan tetapi tidak pernah mampu
memberi kepuasan kepada jiwa saya. Senantiasa timbul suatu
pertanyaan baru, tentang asal dan tentang tujuan, awal dan akhir
dari kehidupan.Saya berpikir, pengertian tidak saya capai.
Baskara: Barulah kalau pikiran diam Kebijaksanaan lahir. Hanyalah dalam
renungan yang tekun memancar cahaya Kebenaran. Sinar matahari
tidak putus oleh gumpalan"gumpalan awan sebelum badai berhenti.
Malah tantra"tantra hanyalah merupakan aiai pembantu.
Kertanagara: Syiwa Budha ada dalam keadaan berpikir. Lalu apakah saya Syiwa"
Budha, Bagawan" Baskara: Paduka, Padukalah dia dan Paduka bukanlah dia. Pada saat At" man
Paduka dibinasakan, dipadamkan, Paduka adalahSyiwa" Budha.Tidak
sebelumnya, setidak"tidaknya untuk Paduka tidak. Untuk Semesta"
jiwa Paduka adalah Syiwa-Budha.
_._';;f._z_ 613 11 Kertanagara: Apabila Atman saya dihembus padam, apakah yang tersisa pada
diri saya" Baskara: Tidak ada sesuatu. Dan namun demikian lalu Paduka adalah segala
sesuatu. Pada saat Atman dimatikan, Syiwa, Budha pun lahir.
Kertanagara: Apakah bersamaan dengan Atman saya Keadaan saya tidak
dibinasakan" Baskara: Paduka bukanlah Atman semata, melainkan juga Semesta jiwa.
Pembinasaan adalah pelaksanaan! Kematian adalah Kehidupan.
Ketiadaan adalahSemesta. (Seorang pegawai daiamj Kertanagara: Kami menginginkan tidak terganggu.
Pegawai Daiam: Paduka Patih Kertanagara: Diam! Pegawai Daiam: Pemberontakan, Paduka! Kertanagara (terkejut): Pemberontakan" Pegawai Daiam: Mata-mata telah memberitahukan kepada Apatih tentang
bergeraknya pasukan"pasukan menuju Mendut. Rakrian Apatih
sendiri segera akan menghadap Paduka.
mmm-namum.- B:.Ilj Pusuk:
Kertanagara: Engkau boleh pergi. (Pegawai Daiam pergi "Bajradewi, Ratu, masuk tergesa"gesaj
Bajradewi: Kertanagara, ada desas-desus, bahwa pemberontakantelah meletus.
Saya khawatirkan terhadap jiwa Anda, Suamiku!
Kertanagara: Demikian pula saya, terhadap jiwa Anda. Kertanagara harus dibunuh,
sebelum sesuatu dapat mencederakan diri Anda!
Bajradewi: Anda tetap di kraton, bukan"
Kertanagara: Apakah yang demikian sesuai dengan sifat Raja" Di pucuk pimpinan
bala tentaranya yang gagah berani Raja menyongsong musuh.
Bajradewi: Saya mohon kepada Anda, pikirlahjiwa Anda sebagai Raja.
Kertanagara: Dewiku, jiwa saya, saya serahkan kepada rakyat!
(Patih masukmengiradapj Kertanagara: Saya tidak melihat senapati. Rakrian patih, berbicaralah!
Raganata: Sejumlah lima puluh orang gila datang menuju kemari. Kepala
mereka adalah Syiwaraja, yang merasa terpilih oleh Dewata untuk
membangun kerajaan seribu tahun.
Kertanagara: Ha! Kalau begitu seorang raja"tandingan. Kita akan sanggup
mempertahankan hak"hak kita. Silahkan senapati menghadap.
6!) 13 Raganata: Pasukan telah dikirim. Soalnya tidak begitu mengkhawatirkan.
Kertanagara: Seorang raja tandingan! Saya sendiri akan memimpin pasukan. Ini
menjadi sebuah epos kepahlawanan yang perkasa!
Raganata: D Paduka Raja, kuasailah diri Paduka sendiri. Raja tidak bertempur
melawan orang gila. Kertanagara: Rakrian Patih, Syayaraja mestinya telah mengerahkan ribuan orang,
itu tak perlu diragukan. Seorang raja"tandingan tidak bergerak tanpa
tentara. Raganata: Syayaraja adalah seorang gila!
Kertanagara: MungkinAnda keliru. " Bajradewi, saya berangkat untuk bertempur
dan untuk mencapai kemenangan! Demi kewajiban, Cinta harus
menyingkir. Selamat tinggal. Ratu. Apatih ikutlah Raja!
(Raja berangkat) Bajradewi: Kertanegara! (Ratu bergegas menyusuisuaminyaj
Raganata: Demi kehormatan saya, seorang gila duduk di singasana Singasari.
(Patih pergi. Juga Baskara pergi)
Tamat Babak Pertama mmm-namum.- B:.Ilj Pusuk:
BABAK KEDUA (Daiam keraton di Singasari. Kertanagara dan Baskara sedang
berbicara) Kertanagara: Bagi saya cahaya mulaiterang.Akan tetapi kebenaran mengejutkan.
Yang mulia,sudilahmemberikanjawabanataspertanyaan-pertanyaan
saya lebih lanjut, sehingga semua terang bagi saya. Dimulai dengan
baik dan jahat, dengan kemurnian dan ketidakmurnian.
Baskara: Baik dan jahat. Raja hanyalah maya. Jiwa, penuh dengan kecemasan,
dibatasi oleh rasa-diri,terkurung dalam keinginan- keinginan, melihat
baik dan jahat. Akan tetapi apabila jiwa, kesatuan pikiran, kesatuan
hasrat dibinasakan, apabila manusia telah bersatu dengan semesta"
jiwa, apabila dia menjadi Syiwa-Budha tanpa batas, maka Ienyaplah
bayangan baik dan jahat, yang diciptakan oleh pembatasan. Dalam
Syiwa Budha terdapat segala sesuatu, semuanya terletak di telapak
tangannya. Hanyalah untuk Atman ada Sakala dan Niskala, kemurnian
dan ketidakmurnian, yang baik dan yang jahat.
Kertanagara: Dan Maya dan Nirwana"
Baskara: Juga kedua hal Ini pada akhirnya terdapat hanya untuk Atman: Suatu
ketika, berbicara tentang kesatuan hakikat, Tatagata berkata. "Tanah
liat di bawah kaki Anda pun dapat dirobah bentuknya menjadi benih"
benih kebenaran". Nah, Rajaku, diri mengkhayalkan adanya bendabenda dan bermain dengan benda"benda itu, seperti halnya seorang
bocah dengan kacang-kacang.
Kertanagara: Cinta juga adalah khayal. Di dalam apa yang Anda sebut cinta,
persahabatan, di dalamnya terdapat hakikat Anda sesungguhnya
$ 15 tanpa gangguan. Dua orang, betapa pun mereka merasa bersatu,
selamanya jauh terpisah satu sama lainnya. Kesatuan hanyalah Syiwa
Budha, akan tetapi cinta tidak.
Kertanagara: Jadi kesepian adalah kehidupan manusia.
Baskara: Atman hidup dalam kesepian.
Kertanagara: Ajaran Anda mengejutkan, Baskara. Namun demikian saya melihat
kebenaran memancar dari sana. Katakanlah lagi kepada saya, apakah
tujuan dari kehidupan"
Baskara: Hanyalah Atman melihat satu tujuan. Dalam Syiwa-Budha tidak ada
awal maupun akhir. Dia pernah ada di sana, kini ada di sana, akan
ada di sana dalam ketiadaan gerak, dalam ketiadaan waktu, dalam
ketenangan. Kertanagara: Mengapa diri ada" Baskara: Tidak ada mengapa, Raja. Ada suatu Ada, suatu Ada yang tak dapat
disangkal. Juga Atman adalah Syiwa"Budha.
Kertanagara: Saya merasa kebenaran kata-kata Anda. Akan tetapi seandainya
saya melihatnya, maka daya pikir saya minta pembatasan yang jelas,
suatu hal yang dapat diraba.
Baskara: Bahwa Sangyerti berdiam diri, paramarta berbicara.
Kertanagara ['iambat-iamb at, merenung ).
mmm-namum.- B:.Ilj Pusuk:
Didalam samadi saya merasa Diri saya hanyut, surut perlahan" lahan.
Kecemasan terhadap sesuatu yang maha hampa menghalangi saya
untuk berpikir. Baskara: Janganlah menyingkir karena kecemasan, Rajaku. Suatu ketika Diri
Paduka toh harus binasa. Yang lemah lari dari kebinasaan diri,yang
kuat mencarinya. Kertanagara: Namun demikian saya suka kepada kehidupan, saya mencintai
keindahan cahaya matahari, kemewahan bunga"bunga, nyanyian
burung-burung, kemudaan dan kekuatan.
Baskara: Hanyalah dalam Syiwa"Budha terdapat hakikat kemudaan dan
keindahan. Cintailah, Raja, sumber cahaya, dan bukan pantulannya.
Kertanagara: Jadi pantulan, gejala, penjelmaan harus ditolak"
Baskara: Syakyamuni berbicara: Jiwa dapat dimatikan, walaupun tubuh
dihiasi dengan emas dan permata. Bukan perwujudan Iahiriyah yang
menentukan hakikat manusia.
Kertanagara: Jadi, dapat hidup di tengah gejala-gejala, bebas daripadanya.
Baskara:
Burung Garuda Terbang Sendiri Karya Sanoesi Pane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Paduka menemukan kebenaran, Daulat Prabu, kalau Paduka setidak"
tidaknya mengartikan rrgejala-gejala, adalah pengelabuan dari Diri.
Dalam dirinya gejala"gejala itu tidak ada.
Kertanagara jseteiair sejenak berdiam diri):
Tidak pada satu tempat pun dari lautan"lautan kematian dan
keterasingan muncul Keabadian, Kekuasaantertinggi Syiwa- Buddha,
yang membentang dari nadir ke zenith, memancar laksana sebuah
6!) 1" gunung api yang tinggi, di mana terdapat kerlipan matahari dan
bintang"bintang. Suatu Kekinian yang hidup selama"lamanya;
ketiadaan-gerak dangerakan, kematian dan kehidupan, ada dantidak
ada, Naskala dan Niskala, Syania dan Akasya, Atman dan Brahman,
Maya dan Nirwana. Kejayaan dan kegemilangannya: keunggulannya
diatas kata"kata. Segala sesuatu dalam dirinya, dan Dia dalam segala
sesuatu. Di gunung-gunung ada Dia, di dalam mutiara lautan ada
Dia, di dalam yang berdosa dan yang sempurna ada Dia, di dalam
kebiruan laut Dia, di dalam harimau, di dalam ular Dia; Dia ada di
dalam kejadian dan kebinasaan, di dalam yang baik dan yang jahat,
di dalam pergantian siang dan malam, surut dan pasang. Di dalam
empasan gelombang, di dalam seruan burung hantu waktu malam
hari, di dalam lagu"lagu bocah gembala, di dalam sorak"sorai sang
juara, di dalam keluhan putus asa orang yang dikalahkan, di dalam
keluhan orang buangan, di dalam bunyi hembusan angin sepoi"
sepoi, di dalam ledakan petir, di dalam kicauan burung-burung, di
dalamgemuruhnyatopan Dia Dia ....! Di lubuk hati saya yang
sedalam-dalamnya Dia! Jauh didasar sanubari saya Dia. Dia,
hati dari hati saya...... Dia Diri dari Diri saya Dia ",Syiwa"Budha.
Saya sendiri ....., Syiwa-Budha
Ini adalah akhir dari pencaharian. Kemenangan perjuangan.
Kebenaran yang berasal dari keragaman. Keabadian yang berasal
dari kepintaran. Keabadian
(Diamembis u. [amaberdiam diri. Seorang Abdi Daiam perempuan
munaaijl Kertanagara: Apa yang membawa kau kemari"
Abdi Daiam Perempuan: Rakrian apatih, Paduka, mohon diizinkan menghadap.
Kertanagara: Atas nama kami, persilahkan dia datang kemari.
(Abdi Daiam perempuan pergi)
mmm-namum.- B:]li Pusuk: Kertanagara: Yang Mulia,Anda mendengarnya, sekarang Kerajaan minta perhatian
kami. (Baskara pergi Raganata masuk)
Kertanagara: Rakian Apati h! Raganata: Paduka! Kertanagara: Katakanlah kepada saya, bagaimanakah penerimaan kaum
bangsawan terhadap undang-undang kami yang baru"
Raganata: Tersinggung, Paduka Raja. Sangat merasa tidak puas. Kebanyakan
sangat merasa tidak senang. Banyak yang meninggalkan Singa" sari,
susul menyusul. Dengan berbagai-bagai alasan. Patik khawatir,
mereka menggabungkan diri kepada Mahisa Banggah, yang seperti
Paduka maklum berperang melawan Paduka, " yasaI-yasal yang
besar telah menggabungkan diri. Juga di sini, di ibu"kota ini, panas
membara patik mengkhawatirkan sebuah pemberontakan.
Kertanagara: Akan tetapi katakanlah kepada saya, undang-undang itu adil atau
tidak" Tidakkah dia melindungi hak lama dari rakyat"
Raganata: Bahwa undang-undang itu tidak adil, bukan patik yang berpendapat
demikian.Akantetapi dia menyangkut penghasilan para kesyatria dan
membebankan pajak"pajak yang lebih berat kepada mereka. Paduka
ingat Prabu, pengalaman seorang tua berulang kali memperingatkan
Paduka. Kertanagara: Sudah tentu, Apatih. Akan tetapi apakah pengalaman Anda tidak
mengetahui, bahwa rakyat mengeluh karena kemiskinan, dan kaum
_._';;f._z_ 613 19 bangsawan berdendang karena kemewahan" Bahwa dengan undang"
undang saya, rakyat belum akan kaya, dan kaum bangsawan tidak
akan miskin" Apakah Anda tidak menunjukkan kepada saya tentang
tugas saya sebagai raja dari hari ke hari" Tentang penyelenggaraan
kemakmuran Kerajaan" "Apakah kemakmuran Kerajaan, di sana
rakyat menghabiskan hidupnya dalam kemelaratan" "Anda dulu
mengenal kemelaratan Itu. "Anda mengenalnya sekarang. Akan
tetapi Anda dulu berdiam diri Juga sekarang Anda berdiam diri.
Raganata: Paduka Juga kaum bangsawan berpegang pada haknya.
Kertanagara: Di manakah piagam yang memberi hak kepada mereka untuk
menindas rakyat" Raganata: Akan tetapi di negeri kita hukum tertulis bukanlah satu"satunya
yang mengikat. Apakah tidak terdapat kebiasaan, tradisi yang tidak
tertulis" Tidakkah acapkali lebih berkuasa hukum kebiasaan daripada
hukum keputusan seorang raja"
Kertanagara: Tidak ada kebiasaan, yang dapat meluruskan ketidak-adilan yang
bengkok itu menjadi hukum. Apabila Anda menindas dan merampas
suatu bangsa selama bertanun"tahun, lima"pu! uh, seratus; tiga ratus
tahun, seribu tahun, apakah IaIu Anda mencipta hukum" Apakah
Anda memperoleh hak mengambil untukAnda sebagai hak istimewa,
apa yang tidak menjadi milik anda"
Raganata: Pernahkah Patik memuji ketidakadilan" Pengalaman patik hanyalah
menasihatkan Paduka: Agar keadilan Paduka tidak tergesa-gesa,
tidak menjurus ke arah kebinasaan. Barangkah, apabila Paduka lebih
berhati-hati dalam tuntutan Paduka, hanyalah secara berangsurangsur menghapuskan hak istimewa yang diperoleh secara diam"
-"mmmun B:]li Pusuk:
diam, mungkin perasaan tidak puas itu tidak berkembang seluas itu.
Juga rahib"rahib mengomel tidak puas; mungkin mereka memberikan
bantuan kepada kesatria-kesatria.
Kertanagara: Apakah tuntutan saya" Agar tanah yang telah diperoleh secara tidak
syah dikembalikan kepada desa-desa.
Raganata: Apakah desa"desa itutelah memohonkan hal itu kehadapan Paduka"
Kertanagara: Memang jarang sekali. Akan tetapi apakah bukan kewajiban Raja,
untuk melindungi rakyat, juga terhadap sikap penurutnya.
Raganata: Apakah Paduka maksudkan, Prabu, bahwa rakyat memahami Impian
Paduka tentang hukum"
Kertanagara: Apabila tidak demikian halnya, apakah ada pengaruhnya bagi Raja"
Raganata: Bahwa Paduka yang Mulia, Raja yang adil, bukan patik, hambanya,
keliru. Prabu! Sikap hormat dan cinta menyebabkan patik takut.
Paduka dengan sikap Paduka yang lembut, Paduka hidup dalam
mimpi. Semoga Paduka dapat menjadikan keras jiwa Paduka yang
hangat,yang sangat lemah dalam kenyataanyang dingin, yangjernih,
yang jujur, seperti halnya tukang besi menjadikan keras mata pedang
dalam air Paduka ingin mengabdi kepada Rakyat" Akan tetapi
katakanlah kepada patik, Prabu, apa yang Paduka harapkan dari
rakyat" Hari Ini rakyat bersorak me"nyambut Rajanya. Besok mereka
hauskan darahnya. Rakyat tidak mengenal akal sehat, tidak mengerti
kebijaksanaan.Siapa yang berhasil, mereka Ikuti.Seorang penguasa
yang kejam akan mereka elu-elukan, pahlawan kemerdekaan mereka
lulur, "siapa yang akan mengatakannya" Kaum bangsawan juga
janganlah tidak dihargakan. Apakah kaum bangsawan kurang dari
$ 21 rakyat" Mengapa" Kaum bangsawan yang setia, sokoguru Kerajaan,
bersama"sama dengan raja mendukung kejayaan negeri. Terlalu
sering rakyat membunuh dirinya sendiri secara membabi-buta.
Mengapa Paduka menyingkirkan bunga bangsa.
Kertanagara: Bangsa adalah sama halnya dengan sebatang pohon yang rindang;
tidak hanya pucuk"pucuknya, juga batangnya, anak"anak akarnya
tumbuh. "Kaum bangsawan" Bangsawan yang kesatria, yang setia,
adakah kebanggaan dari sebuah negeri. Akan tetapi tunjukkanlah
sekarang kepada saya kesetiaan.
Raganata: Harap diampuni, Paduka Prabu,janganlah murkaterhadapkecemasan
seorang-orang tua. Kaum bangsawan telah Paduka singkirkan; akan
tetapi rakyat tidak tambah dekat kepada Paduka, Bunda Paduka
bermuram durja terhadap Paduka.
Kertanagara: Tidakkah kami telah penuhi tuntutan Paduka Bunda" Tidakkah
Aria Wiraraja "sahabat kami satu"satunyal" telah meninggalkan
Singasari. Raganata: Paduka telah mengangkatnya menjadi regen Sungeneb.
Kertanagara: Apakah barangkali orang menginginkan kemusnahannya.
Raganata: Pengangkatannya berarti penghinaan terhadap golongan kesatria.
Kertanagara: Apakah terlarang, bahwa seorang putra rakyat menduduki jabatan
regen" Undang"undang yang mana mengatakan demikian"
Raganata: Tradisi. mmm-namum.- B:]li Pusuk: Kertanagara: Anda menganggap saya lemah, Tuan Raganata. Tetapi siapakah yang
lebih lemah" Saya, atau Anda, yang menyingkir ketakutan terhadap
khayalan, bayangan, seolah"olah itu adalah seekor anjing gila"
Raganata: Bukan ketakutan yang menuntun patik, sikap hati
Kertanagara (memotong ucapannya dengan mengejek):
Apakah bukan kebijaksanaan yang Anda ucapkan" Kebijaksanaan
lama Anda yang berhati-hati menyesatkan Anda, dan bagi saya tidak
ada faedahnya. Raganata (penuh kesungguhan):
Paduka mengetahui, Prabu, bahwa patik, tidak satu kali, tetapi
berulang"ulang, telah memohon kehadapan Paduka, agar dipecat
dari jabatan patik, oleh karena patik merasa kegoncangan jiwa
selama memikul jabatan itu. Untuk mempelopori jalan"jalan baru
yang Paduka impikan, untuk itu diperlukan jiwa yang lebih muda.
Yang cocok bagi Paduka adalah seorang penasihat yang lebih muda.
Seorang yang juga mampu mengobarkan lebih baik daya bertindak
Paduka, daripada yang patik sanggupi. Kita sudah terlalu banyak
memboroskan kata"kata, itu benar, kata"kata itu terlalu murah.
Saat ini untuk berbuat tak dapat ditunggu lebih lama lagi. Paduka
menginginkan bertindak dengan lemah lembut, pengiriman utusan
oleh Paduka Ke Mahisa Surya, untuk menawarkan perdamaian
kepadanya dan orang-orangnya, tidak membawa laba, melainkan
nista. Patik mohon kehadapan Paduka, bangkitlah dari pengangguran
impian Paduka, selamatkanlah kerajaan.
Kertanagara jmeiompat, tangannya memegang senjata):
Apatih! (Baginda memaksa dirinya dan melanjutkan dengan suara
lantang]. Sungguh. Anda terlalu banyak mengucapkan kata-kata.
Akan tetapi tidak semua keliru diucapkan: Benar ucapan Anda,
bahwa jiwa Anda menjadi ragu-ragu. Jalannya pincang. Giginyagiginya rontok. Tidak lama lagi dia akan Iinglung. Dan kamijuga Ingin
$ 23 menyetujui pendapat: Penasihat"penasihat demikian tidak cocok
bagi kami. Keinginan Anda kami kabulkan; kami pecat Anda dari
jabatan Anda. Pilihlah sendiri biara, di mana Anda akan menjalani
sisa hidup Anda dengan latihan-latihan yang saleh; "barangka|i di
sana Anda lebih banyak dapat berbakti kepada kami, daripada yang
dapat Anda berikan dengan nasihat"nasihat Anda. Akan tetapi, orang
tua, pilihlah tempat tinggal itu di luar batas-batas daerah kami. "
Pergilah sekarang. (Raganata tanpa kaia, menyingkir)
Kertanagara: Panggillah punggawa-punggawa kerajaan.
|' Seoran g Abdi Daiam perempu an pergi ke ia ar. Sejenakkema dian
muncuiiair Mahamantri"mabamantri i nino, sirikan dan demung dan
Rakrian-rakrian demung dan kamuruiran, yang teiair, menunggu
ag ar dip ang gii mengira dap untuk memberikan nasihat.)
Kertanagara: Katakanlah kepada saya, Mahamantri i hino, bagaimanakah pendapat
Anda tentang keadaan"
Mahamantri i irin o: Ada desas-desus di kota, bahwa Mahisa Ranggah sudah bergerak
dengan tentara yang lebih besar daripada kepunyaan Paduka. Kalau
perang saudara meletus, Jawa akan bergelimang darah, sedangkan
satu kata perdamaian dari Prabu akan dapat mengembalikan
ketertiban dan perdamaian. Perkataan itu harus Paduka ucapkan,
Prabu. Peperangan tidak Paduka kehendaki! Rakyat Paduka cintai.
Paduka harus memperlindungi dari malapetaka yang lebih besar!
Patik mohon dengan amat sangat kehadapan Paduka, Prabu,
pertahankanlah perdamaian, tariklah kembali undang-undang itu.
Kertanagara (berpura-pura):
Cukup. Tuan Mantri, saya tarik undang-undang Itu.
(Terdengar bisik"bisik sukacita yang menyatakan setuju dari
keibmpok penggawa-penggawa kerajaan yang berapat.)
mmm-namum.- B:]li Pusuk: Mahamantri i hino: Terima kasih, Prabu, terima kasih.
Kertanagara (tiba-tiba, murka iantang):
Apakah karena Anda setia kepada Raja Anda, maka Anda menuntut
kepadanya untuk tidak setia kepada dirinya sendiri" "Ka|au saya
mengirim seorang utusan perdamaian, itu adalah: "Sadarlah Raja!
Akan tetapi sebelum kata"kata itu menjadi dingin, seorang lain
datang merengek memperingatkan saya: Peliharalah perdamaian!
"Saya ingin memelihara perdamaian; akan tetapi tidak dengan
mengorbankan hukum! Anda Mantri, mungkin Anda telah
mendengar, biara mana telah dipilih Raganata untuk tapanya. Kalau
jiwa Anda juga mengalami kemunduran, kalau semangat Anda juga
mengalami kekenduran, Anda dapat menyusulnya, dan menyertai
jaga dan puasanya. "Dan Anda,Tuan"tuan banyak jalan menuju
biara-biara di Jawa, di dalam dan di luar kerajaan.Juga ada jalan-jalan
ke arah timur, menuju ke benteng pemberontak. Mahisa Ranggah.
Burung Garuda Terbang Sendiri Karya Sanoesi Pane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiap-tiap orang silahkan berpikir sendiri.Siapa yang ingin berjuang di
samping kami, bolehtinggal. Siapa yang Ingin pergi, silahkan memilih
jalan yang akan ditempuhnya. Kami memperkenankannya. " D "
Cukup untuk hari ini. Tuan"tuan.
jPenggawa-penggawa kerajaan memberihormat dan diam-diam
menyingkir. Seorang Abdi Daiam perempu an mas uk.)
Kertanagara: Berbicaralah. Abdi daiam perempuan: Paduka Ibu"Ratu. jiawardani meiangkah masuk)
Kertanagara: Selamat datang. Paduka Ratu, dan sampaikanlah berita baik kepada
Anakda! Sebentar. (Kepada Abdi Daiam perempuan) Silahkan Tuan
Baskara datang kemari. _._';;f._z_ 613 25 Jayawardani: Sia"sia Anakda menunggu dia. Pemimpin Biara Agung , Budha baru
saja dengan tergesa-gesa mengumpulkan semua rahib-rahib juga
Baskara, dan telah berangkat bersama mereka.
Kertanagara: Tahukah orang ke mana"
Jayawardani: Kata orang menempuh jalan menuju ke utara.
Kertanagara: Mereka pastilah bukan yang terakhir, yang pergi. Akan tetapi, IbuRatu, apakah yang membawa Bunda kemari"
Jayawardani: Bukan berita baik. Pagi-pagi benar tadi bunda melihat Bajradewi,
istri Anakda. Dia (berdiam diri)
Kertanagara: Nah, dia ..." Jayawardani: Tampaknya dia memutuskan hari ini juga berangkat ke Kediri.
Kertanagara: Jalan menuju ke selatan tidak ada rintangan, sejauh yang anakda
ketahui. "Apakah yang dikatakan Majradewi kepada Bunda"
Jayawardani: Katakanlah kepada putra bunda, bahwa patik, putri dari keluarga
raja Kediri, terlalu angkuh untuk cinta-syudra. Kehidupan patik,
Paduka Bunda, tidak patik percayakan kepadanya, rrpenguasa
Jawa", " katakanlah, " penguasa golongan paria; patik tidak lagi
menyediakan diri patik terlibat akibat-akibat lamunan-lamunan
pemimpin, katakanlah itu kepada putra bunda, pahlawan perang
yang termasyhur, penakluk Syayaraja yang jaya, Patik meninggalkan
Singasari. mmm-namum.- B:]li Pusuk: Kertanagara: Anakda tidak mengerti Paduka, Bunda. Ke dalam telinga Anakda
mendengingdanmendesiskata-katayangtak dapat dipercaya.Semangat
jahatkah yang menghembuskannya ke dalam telinganya"Barang siapa
yang mengucapkan kata-kata demikiantentang Raja, bersalah dengan
ajal ancamannya; barang siapa yang menyampaikannya kepadanya,
sama kesalahannya dengan pembicara. "Apakah yang Paduka Ingin
katakan kepada anakda, Bunda"
Jayawardani: Kepala biara dari biara-biarawati di Pamanggungan, yang berada di
bawah perlindungan bunda, seperti Anakda ketahui,telah menyurati
dan memohon kepada bunda apakahtidak mungkin, bahwa bunda di
saat yang keruh ini tinggal sejenak disana.
Kertanagara: Juga Bunda" Raja tidak akan menghalangi Anda, Bunda, apabila hati
nurani Bunda tidak melakukannya.
j) ayaward ani menyingkir)
Kertanagara jseteiah beberapa saat duduk berdiam diri, berbicara
sambii merenung): Lain halnya memahami dengan pikiran, bahwa persahabatan, cinta,
kesetiaan adalah lambang"lambang bayangan khayali yang berusia
sehari, suatu lamunan. Lain halnya, mengalami kerontokan semua itu
dengan hati (Seorang Pegawaiistana) Peg awai is tan a: [Senapati masuk] Kertanagara: Dan Anda" " Saya telah lama menunggu Anda.
Aragani: Harap diampun, Paduka. Desas"desus jahat mengharuskan, agar
patik sendiri mengunjungi tempat-tempat tinggal semua pasukan,
_._';;f._z_ 613 2" untuk memeriksa semangat mereka, dan untuk campur tangan bila
diperlukan. Kertanagara: Dan ?" Aragani (penuh semangat):
Paduka, perintahkanlah perang! Tentara menunggu aba"aba Raja!
Kertanagara: Jangan menyesatkan saya, Senapati.
Aragani: Bagaimana mungkin patik berbuat demikian, Prabu" Tidakkah ayah
patik sudah terlebih dahulu mengabdi kepada Paduka"
Kertanagara: Katakanlah kepada saya, berapa hari Anda perlukan untuk
melengkapkan persiapan"persiapan tentara, sehingga tidak akan
mengalami kekurangan selama pertempuran berlangsung.
Aragani: Dua hari, Paduka. Kertanagara: Baik, akan tetapi, Senapati, jagalah bahwa musuh tidak sekonyongkonyong menyerang kita; segeralah, tetapi dengan hati"hati dan
diam-diam, pasang rintangan-rintangan yang kuat sepanjang
semua jalan dan lorong, yang menuju ke arah timur. Pengkhianat"
pengkhianat yang diam-diam bergerak ke sana ke, pemberontakanpemberontakan, bunuhlah,tanpa peringatan,tanpa ampunan. Jalan"
jalan ke arah barat, selatan, utara dijaga, akan tetapi tetap terbuka
untuk orang"orang yang akan melarikan diri. Orang"orang yang tidak
setia karena pengecut, boleh pergi.
(Terdengar suara gemuruh di kejauhan, yang iambat-iambat
mendekat) mmm-namum.- B:]li Pusuk: Kertanagara: Apa yang saya dengar, Aragani"
Aragani: Itu adalah lasykar, Paduka, yang bergerak, dan senjata-senjata saling
berlaga. Bersama"sama dengan rakyat mereka memanggil Raja!
Dengar, seperti gemuruhnya topan! "Mulailah peperangan, Prabu,
dan tuntunlah kami mencapai kemenangan.
Kertanagara jmeiompat): Senapati, dengan rakyatTumapelyang besar, dunia kami punya. Pada
hari ketiga,terhitung mulai hari ini, peperangan dimulai. Pertempuran
sudah menjadi keputusan. Sekarang saya mau memperlihatkan diri
kepada rakyat dan kepada tentara saya. Mari, Aragani, ke tempat
lasykar. Menuju kekemenangan!
(Kedua-duanya pergi) Tamat Babak Kedua 6!) 29 BABAK KETIGA Daiam kraton di Singasari. Aragani sedang berbicara dengan
beberapa penggawa tinggi iainnya)
Aragani: Raja tidak mengenal belas kasihan dalam perang. Masih tampak di
muka mata saya seperti hari kemarin. Sebelum saya menyaksikan
baginda bertempur di medan perang, tidak pernah saya menduga
bahwa baginda sangat perkasa, sangat memandang rendah kepada
ajal, benar-benar seorang pahlawan. Pemimpin itu ternyata dewa
perang sendiri ! Keberanian baginda mengambil alih tentara, acapkali
tanpa merasa takut menyerbu lagi ke tengah"tengah musuh, pada
waktu musuh ragu-ragu sesaat. Pengawal raja acapkali tidak dapat
mengikut baginda. Selalu baginda ada waktu pertempuran berkobar
paling dasyat.SeringkaIikesatria-kesatriayang memberontakkembali
menyerang baginda, akan tetapi lengan baginda kuat dan pukulan
baginda keras. Pada hari kedua, sebelum pertempuran dimulai
lagi, baginda bersabda kepada kami. Drang-orang Tumapel, kita
bertempur untuk kejayaan kerajaan, kejayaan rakyat, untuk semua
hak. Kita harus menang. Kelemahan bukan sifat kita. Bagi musuh
tidak ada ampunan. Kita tidak menghendaki tawanan"tawanan,
dengarlah orang-orang! Ampunantempatnya sesudah kemenangan,
akan tetapi tidak di tengah"tengah berkobarnya pertempuran. Kita
harus menang. Kekalahan kita akan mengakibatkan penindasan dan
penderitaan bagi semua orang, bagi seluruh bangsa. Tidak seorang
pun diantara Tuan"tuan akan lemah karena pengecut. Barang siapa
yang demikian halnya, kelemahannya tidak menguntungkannya;
dia tidak akan melihat lagi matahari esok terbit; terhindar dari
lembing musuh, pastilah dia akan jatuh oleh pedang kita. Sekali
lagi, orang"orang Tumapel, Anda berperang demi kejayaan Kerajaan
dan demi semua hak." Demikianlah sabda baginda. Akan tetapi
ketika Kahuripan, benteng terakhir Rangga jatuh, dan tentara yang
mmm-namum.- B:]li Pusuk: tidak terkalahkan menyamaratakan dengan tanah, saya melihat air
mata berlinang pada mata baginda yang pengasih. Sesudah perang
berakhir demikian, dengan suara nyaring keluarlah isi hati baginda
yang mulia. Baginda menyayangkan darah tertumpah begitu banyak.
rrHindarkanlah pembunuhan lebih lanjut", bunyi perintah baginda.
"Barang siapa yang menyerah, barang siapa yang memperbarui
sumpah setia, dia harus diampuni." "Tuan-tuan kalau saya telah
berbicara lagi kepada Anda tentang keperkasaan dan kebesaran"
jiwa Raja adalah untuk menekankan lebih keras kepada Andatentang
kewajiban"kewajiban Anda terhadap pribadi baginda yang suci.
Ketidak-setiaan sekali lagi tidak hanya menodai kesucian, melainkan
sesungguhnya kejatuhan dari orang yang tidak setia. Apabila Anda
nanti mendengar rencana"rencana Raja, renungkanlah, kejayaan
Tumapellah yang dikejarnya. Jadilah juga besar dengan Raja Anda.
Saya katakan kepadaAnda seorang raja seperti baginda belum pernah
disaksikan oleh Jawa. Jadi Tuan-tuan yang mulia, berfihaklah kepada
Raja. Pembangkangan sudah pasti mengakibatkan keruntuhan Anda
sendiri. Saya juga tidak meragukan, dalam hati Anda sekalian tak
ada yang berpikir demikian. Akan tetapi Anda benar"benar harus
bersikap hati-hati. Siapa tahu ada bara pemberontakan di sini dan
di sana tersem"bunyi menyala dalam jiwa kesatria" Kata"kata Anda
yang tidak hati-hati kesatria Tumapel yang utama, akan dapat
mengakibatkan bara itu menyala menjadi kebakaran.
jtambat-iaun jumiah pejabat-pejabat di antaranya juga
mahamantri"mahamantri dan menteri"menteri, jadi bertambah.
Raja, pengiring, pengawai, mancui. Musik gamei an, sei anju tnya diam
hening sedang Raja meiangkah ke singgasana dan duduk. Pengiring
dengan teratur mengambii tempat di beiakang baginda, pengawai di
kiri dan di kanan singgasana.)
Kertanagara: Rakrian Apatih, Tuan Senapati, Mahamantri"mahamantri, Rakrian
Menteri-Rakrian menteri, selamat datang! Di zaman Mataram, Anda
mengetahuinya semua, Jawa kita adalah penakluk atas raja yang
_._';;f._z_ 613 31 jauh, mazhab, armada pulau"pulau, besar dan kecil, di laut"laut yang
biru Ini, dari Jambudwipa sampai ke serang. Malah benua sendiri,
Kamboja, mengakui kekuasaan kita. Di bawah payung Jawa yang
memberikan perlindunganberdesakan bangsa"bangsa;sesungguhnya
bukan hanya dari ketakutan terhadap ketajaman pedangnya.Tidak!
Akan tetapi oleh karena "dengarkanlah Anda sekalianl" tempat
bernaung yang baik dalam keteduhan bayangan payungnya yang
sejuk membawa nikmat, sedangkan putra"putranya berjiwa mulia,
dan pandangan hidup mereka, agung dan kosmis, menghayati
mereka dengan api keramat untuk kejayaan dunia. Demikianlah,
oleh tenaga batinnya, Jawa ditakdirkan menjadi pemimpin semua
negeri"negeri. Nah, kelahiran kembali dari keagungan ini, keagungan
Mataram, Itulah yang saya inginkan. Kembali melihat"Singasari kita
tegak di puncak bangsa-bangsa, tidak hanya sebagai pemimpin
mereka dengan pedang, akan tetapi terutama melihatnya berjalan
di depan sebagai pemimpin kerokhanian mempersembahkan
kurban ditempat suci persemayaman Roh. Kami Ingin melindungi
orang-orang suci, seniman-seniman dan penyair-penyair dengan
kekuasaan raja kami, memajukan, memelihara kebajikan kesyatria
yang sejati, bangsawan dalam batin. Agar bangsa Jawa, bangsa
kita seluruhnya, menghayati lebih banyak daripada hanya suatu
kehidupan keragaan! Agar bangsa kita melepaskan dahaganya
pada sumur kebijaksanaan yang dalam, bersantai dalam taman
keindahan yang berwarna"warni. Candi"candi, biara"biara, tempat"
tempat suci lainnya, wisma"wisma dan balai"balai, arena"arena
penyabungan ayam, semua gedung kerajaan, dihias oleh senimanseniman yang cakap; dan dI"mana"mana didirikan yang baru, yang
lebih indah. Para cendekiawan, penyair, mendidik bangsa dalam
berpikir dan merasa. Keriaan yang membawa keberuntungan dari
permainan wayang dan tarian-tarian yang menyenangkan roh-roh
dan memeluk kejahatan, dengan membangkitkan kenang"kenangan,
kepada masa lampau yang jaya dan kepada amal perbuatan nenek
moyang. Irama"irama gamelanyang baru, di samping yang lama yang
mmm-namum.- B:]li Pusuk: penuh khidmad, harus memberikan kelegaan kepada malam"malam
yang hening. "Juga dunia kebendaan sama sekali tidak disia"siakan.
Jalan-jalan bendungan-bendungan, pipa-pipa air, saluran-saluran
pengairan, keseluruhan pertanian dan semua pekerjaan kerajinan
tangan, perdagangan dekat dan jauh, semua ini dimajukan. Supaya
bangsa Ini, orang"orang Tumapel, bangsa Jawa, menjadi bangsa
yang paling berbahagia dari segala bangsa. Namun demikian hati
kita tidak boleh sempit. Bangsa"bangsa lain, dan berbatasan dengan
laut-laut yang biru ini, ingin kita Ikut sertakan dalam kebahagiaan
Jawa, dan oleh karena itu membangkitkan kekuasaan Mataram
di mana-mana. Payungnya dikembangkan kembali demi kejayaan
dunia, meliputi negeri"negeri ini. Sri Wijaya yang pertama"tama kita
maksudkan. Di masa lampau Sri Wijaya berada di bawah Jawa, akan
tetapi memberontak terhadapnya, tumbuh dalam kekuasaan, dan
menjadi satu musuhyang besar dari negeri kita.Akantetapi sekarang
kerajaan itu kehilangan tenaganya untuk pertama kali. Bukankah
Candrabanu, raja Sri Wijaya, mencoba merengutkan mahkota Sailan.
Kesombongan itu gugur. Tentaranya terpukul habis. Dia sendiri lari
ke Jawbudwipa; akan tetapi Jatawarman, Raja Pandia, menyuruh
penggal kepalanya. Sekarang 20 tahun telah berlalu, Suwarnabumi
masih senantiasa belum bangun kembali dari kejatuhan Candrabanu,
dan saya menginginkan supaya tanda-tanda kemenangan kita
dipancangkan di negeri itu. Jadi kesatuan"kesatuan laskar harus
berangkat ke sana, menaklukan Melayu, dan dari sana kekuasaan kita
menyerbu ke seluruh pulau. Juga Bali supaya termasuk negeri"negeri
Burung Garuda Terbang Sendiri Karya Sanoesi Pane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pertama, yang menyaksikan kebangkitan kembali Jawa. Barang siapa
di antara Anda sekalian putra"putra Jawa sejati, mereka akan turut
bertempur untuk kejayaan Tumapel!
(Hening sejurus) Dengan senang hati kami akan mendengar pendapat Anda sekalian,
Tuan"tuan. $ 33 Aragani: Paduka Raja! Kertanagara: Rakri an Apatih! Aragani: Dari patik tidak hanya berbicara hamba Paduka, patih, melainkan
juga putra Jawa yang setia. Kata-kata Paduka telah membakar
hati patik, seperti rumput dan potongan"potongan kayu terbakar
di ladang di musim kering, kalau orang senegeri membakarnya,
sehingga dia dapat memperoleh panen yang berharga. Siapa, Raja,
tetap tidak tergerak oleh perkataan Paduka yang berapi-api dan
menyuburkannya" Kebesaran Jawa, saya melihatnya telah bangkit
kembali. Putra"putra Singasari telah berangkat untuk memperluas
kejayaannya, kekuasaannya ke timur dan barat, dan selatan dan
utara, dan, sambil memuji-muji semangat mereka, berangkatlah
sekali lagi dari segenap penjuru angin para jemaah ke Tumapel
untuk beristirahat dicerpu kaki ahli"ahli filsafat, orang"orang suci,
para cendekiawannya. Kesatria"kesatria yang merindukan kejayaan,
dari mana"mana di seberang lautan, datang berlayar kemari, untuk
mengabdi dalam tentara Paduka dan turut serta dalam kemegahan
Paduka. "Paduka! Pimpinlah Tumapel kepada kemenangan!
Kebesaran Paduka, kebesarannya, akan disaksikan dunia sampai
akhir zaman. Seperti halnya generasi yang lampau besar karena
perbuatan"perbuatan yang perkasa, kami juga, putra"putra Jawa,
merindukan perbuatan- perbuatan dan mendambakan kebenaran.
Patik tahu, kerendahan diri kami, dibandingkan dengan kepahlawan
nenek moyang. Namun demikian "apabi|a Paduka memimpin kami,
apabila Dewata dan roh nenek moyang memberkahi kami, kami akan
meningkatkan kebesaran negeri lebih tinggi daripada yang pernah
dicapainya.DemiSyiwa, dunia akantunduk dengan khidmad bersujud
di hadapan singasana emas Tumapel. D. Prabu perkenankanlah
senjata Aragami merambah jalan menuju kebesaran. Apa pun yang
melawan, walaupun sekeras batu, akan lumat; kami hancur"Ieburkan
menjadi bara, sehingga semuanya menjadi puing, seperti oleh
mmm-namum.- B:]li Pusuk: meletusnya sebuah gunung berapi. "Perintahkan|ah patik, Prabu,
dan kami, lasykar Paduka, kesatria-kesatria Paduka, kami akan lebih
dasyat daripada banjir, topan,gempa. Perintahkanlah, Prabu!
Kertanagara: Syukur kepada Dewata! Keturunan pahlawan dari Jawa lama masih
hidup terus, abadi, dalam diri Anda sekalian! Kalaupun selama Ini
ada kesan keragu"raguan dalam hati kami, apakah ada kemungkinan
berhasil pelaksanaan rencana-rencana, yang sekarang menjadi jelas
bagi Anda,yang bagi kami sama-sekali bukan berarti Impian kosong,
Anda telah menghapuskan keragu"raguan itu. Kadang"kadang
kami khawatir, "kami akui di sini terus terang, "apakah Anda
akan menurut kami! Kata"kata Patih telah mengenyahkan setiap
kebimbangan. Dengarkanlah,Anda sekalian kami memutuskan untuk
berperang. Mahisa Surya: Paduka melimpahkan kehormatan kepada kami, Gusti Prabu, dengan
kepercayaan Paduka. Tidak hanya dalam hati Apatih,juga dalam hati
kami, kata"kata Paduka yang berapi"api membakar kebangkitan jiwa,
menyalakan cahaya yang terang benderang, sehingga terlihat jelas
kebesaran masa lampau. Paduka Prabu, kalau kami Ikuti gelora hati
kami, pastilah kami memohon kehadapan Paduka: D Gusti Prabu,
pimpinlah negeri Paduka, para kesatria Paduka, rakyat Paduka
menuju kebesaran!Tancapkanlahtanda-tanda kemenanganSingasari
di seluruh kerajaan bumi! Akan tetapi, Gusti Prabu, kami penasihat
kerajaan Paduka, adalah kewajiban kami, mengemukakan keberatankeberatan,yang jugatimbul dalam hati kami, laksana asap naik diatas
api, dan acapkali menutup nyalanya yang berkobar dihadapan mata
Gusti Prabu, kami harus mengemukakan keberatan itu secara
jujur. Paduka telah berbicara tentang Candrabanu, Raja Sriwijaya
yang malang Apakah gerangan yang meruntuhkan semangatnya,
kesombongannya, keangkuhannya" Negerinyatadinya kaya, mungkin
lebih daripada negeri Paduka. Akan tetapi apakah cukup kaya" Dan
apakah Tumapel, Jawa, cukup kaya untuk rencana"rencana Paduka
yang sangat maju" Kemekaran filsafat, kesenian, agama, memang
6!) 35 benar menghiasi Singasari, dan meng" harumkannya. Akan tetapi itu
adalah kembang-kembang dari kemewahan, yang tak dapat hidup
dari air yang segar, atau abu yang menyuburkan seperti halnya
padi di padang-padang basah dan kering, melainkan berakar dalam
emas dan cepai menghabiskannya. Dalam hal dengan emas Paduka,
emas kerajaan, kefilsafatan yang saleh dan kesenian"kesenian yang
indah mencapai kemekaran dan hasil, lalu dengan apa. Gusti Prabu,
Paduka akan menempa senjata"senjata untuk menaklukan dunia"
Banyak emas ditempa tanpa kelihatan dalam mempersenjatai
sebuah negara! Armada Paduka siap siaga, sungguh dan berani.
Akan tetapi untuk keberangkatan balatentara Paduka meyeberangi
lautan, armada itu harus tiga kali diperbesar, menurut taksiran patik.
Mengenai perlengkapan"perlengkapan, yang harus dikumpulkan dan
diangkut, patik tidak bicarakan, tidak tentang persediaan makanan,
yang harus dikumpulkan dengan hati-hati, sehingga baik lasykar
maupun rakyat yang tinggal tidak menderita. Juga lasykar"lasykar,
Gusti Prabu, hidup dari emas, menghabiskan emas. Patik khawatir,
semua emas dari tambang-tambang Jawa, dari perbendaharaan
Paduka, dan dari kami, dari kauIa-kaula Paduka, tidak mencukupi.
"Lalu, apakah pasti, Gusti Prabu, bahwa, semua orang yang rela
mengorbankan darahnya, jiwanya secara kesatria, kepada Paduka,
kepada kebesaranJawa, dan kepada kejayaan sendiri, juga bersedia
mengorbankan miliknya" Patik mohon ke hadapan Paduka, D Gusti
Prabu, hindarkanlah oleh Paduka meletakkan beban terlalu berat
kepada negeri, kepada rakyat, kepada kaum bangsawan. Patik ingin,
bahwa patik akan mengucapkan kata-kata lain kehadapan Paduka.
Keagungan pikiran"pikiran Paduka, patik junjung tinggi.
Aragani: Perkenankanlah patik, Paduka.
Kertanagara: Sabar, Aragani, biarkanlah saya sendiri kami menyetujui. Tuan
kesatria, kejujuran Anda. Dan ramalan Anda yang bijaksana. Kami
sendiri sudah mempertimbangkan, keberatan" keberatan yang Anda
kemukakan kepada kami. Kami juga tidak meremehkannya, akan
mmm-namum.- B:]li Pusuk: tetapi juga tidak melebih"Iebihi nilainya, dengan menyamakannya
dengan kekerdilan jiwa dan kelemahan yang hampa. Kas negeri
padat isinya. Suwarnabumi membujuk dengan barang rampasan
yang berharga. Tidak ada kemenangan tanpa keberanian bertindak.
Dan kemudian, kami merasa pasti, barang siapa mengorbankan
kepada kami, kepada kerajaan, darahnya, hal yang lebih berharga,
nyatanya diaterlalu besar untuk bersifat kikir, seandainya diharuskan
juga mengorbankan yang kurang berharga, miliknya. Di saat bahaya
perang Anda pasti merelakan beban-beban yang baru. Tuan-tuan,
sehingga pada akhirnya kemenangan akan memberi imbalan untuk
segala sesuatu itu dengan melimpah-limpah.
(Dari keiompok para kesatria terdengar bisik"bisik yang tidak
merasa senang) Kertanagara: Barang siapa ingin mengatakan sesuatu, silakan berbicara! Hanya
bersungut belaka, karena ketakutan,tidak layak lagi kesatria: Drang
bebas mengucapkan kata"kata dan berbicara, secara jujur, tanpa
takut-takut. Mahisa Surya: Terima kasih, Gusti Prabu. Paduka memberitahukan tentang bebanbeban baru; akan tetapi pikirkanlah, bahwa beban"beban yang
lama bagi banyak orang sudah memberatkan. Undang- undang
Paduka tidak menjadikan rakyat kaya, akan tetapi memiskinkan
kaum bangsawan. Beban di bahu rakyat ingin Paduka peringan;
namun demikian rakyat sudah terbiasa memikul beban, dan
karena tekanan pikulan kulit mereka jadi melepuh dan mereka jadi
kebal. Paduka telah menggeserkan beban itu kepada leher kaum
bangsawan, pada kulitnya yang tiada biasa menderita tekanan. Kulit
yang melepuh, luka-luka yang masih terasa sakit. "Memang benar;
ketika itu, seperti halnya seekorkuda tung"gangan yang unggul,yang
diinginkan orang menyalahgunakannya menjadi kuda-beban, kaum
bangsawan ditunggang dan dicambuk, ketika itu Paduka berhasil;
_._';;f._z_ 613 3" Paduka telah menjinakkan dan mengekang kuda jantan. Akan tetapi
apakah yang tidak dibayar oleh Jawa untuk ini" Berapa banyakkah
dari keturunan bangsawannya yang tidak musnah" Permainan itu
telah terlalu kejam dan terlalu berbahaya! Patik sembah Paduka,
Gusti Prabu, hentikanlah permainan itu, yang dapat mengakibatkan
kematian kita semua, dan "kematian Paduka!
Aragani jmemakui tangannya pada senjatanya):
Anda mengancam Prabu, tolol" Menurut hemat saya, siapa yang
bermain dengan kematian, bermain dengan kematian Anda, itu
adalah Anda! Kertanagara: Diam Aragami, Kami telah memberi izin untuk berbicara terang"
terangan. Kami tidak ingin mendengar ancaman, melainkan hanya
suatu peringatan. "Siapa diantara Anda sekalian ingin berkata lagi"
Seorang kesabfia tua: Paduka, Tuan Mahisa Surya telah berbicara untuk kami semua.
Apalagi yang harus dikatakan" Patik telah mengabdi kepada Paduka
Wisynuwardana sampaitua.Seni mengambil muka patiktidakfahami.
Maafkan patik, Paduka, akantetapi rencana"rencana Paduka, Impian"
impian Paduka, tidak membawa kepada kejayaan bagi Tumapel. Juga
tidak bagi dunia. Kertanagara: Jadi Anda menolak. Kesatria-kesatria, untuk turut serta pada
kemasyhuran dan kemuliaan dan ikut memikul beban"beban
kerajaan" Sudah pernah sekali sebelum ini, hampir sekalian Tuantuan meninggalkan kami. Siapakah yang memenangkan tujuannya
ketika itu" Kami, atau Anda sekalian" Kami telah menang melawan
Anda. Kalau perlu, sekarang ini kami Akan menang tanpa Anda.
Kesatria-kesatria yang tidak terhormat! Rakyat sekali lagi akan
Suara |" dari keiomp ok kes atria-kes atria meng ejek):
Rakyat" Nun di sana rakyat, dengarkanlah oleh Paduka!
mmm-namum.- B:]li Pusuk: (Di iuar tembok keraton terdengar teriakan"teriakan dan
kegaduhan yang bertambah keras dan bertambah dekat.)
Aragani: Gusti Prabu, bahaya mengancam. " Senapati, lindungilah Raja!
Pengawalan untuk singasana!
(Seorang Prajaritmancui dengan tergesa"gesa tetapi terhuyunghuyung dan iuka-iuka) Perajurit: Penghianatan! (Dia rubah di muka kaki Aragani, yang iaia membunguk
kepadanya. Para pengawai, sejumiah penggawa-penggawa iinggi
dan beberapa orang kesatria, di antaranya pembicara yang tua tadi,
berkumpui dimuka singasana; Mahisa Surya dankeiompoknya berdiri
tanpa mengambii keputusan. Orang-orang seiebihnya, sebagian
besar daripada kesatria, mencabut senjata mereka dan mengambii
sikap mengancam.) Aragani (berteriak kepada Mahisa Surya):
Bangsat, sedang lidahmu mengucapkan alasan"alasan yang muluk di
sini, memuji-muji pikiran-pikiran yang mulia dari Gusti Prabu, dikota
terjadi pendurhakaan, yang kaugerakan! Banyak suara"suara (dari
kesatria-kesatria yang berkumpui, saiingberebutbicara):
Bukan dia! Kami! Kami! Penindasan harus berakhir: Serang!
Aragami: Bunuhlah pengkhianat-pengkhianat!
(Maka terjadiiah perkeiahian kacau baiaa. Banyak kesatriakesatria yang durhaka gugur oieh iembing para pengawai. Yang
seiebihnya terdesak mundur sambii berkeiahi, membawa serta
orang-orang yang ragu-ragu,: bangsawan-bangsawan yang tetap
setia turut mengejar. Semua keiuar sambii berkeiahi. kecuaii Raja,
yang tinggai seorang diri.)
$ 39 Aragani jsejenakmasuk kembaii):
Izinkanlah patik. Paduka, agar patik sendiri memberikan penjelasan
tentang keadaan. Patik khawatir, patik telah mengabaikan penjagaan
yang cukup. Kini jelas bagi patik, mengapa kesatria"kesatria dari timur
dengan sangat banyak pengikut kali Ini bermunculan di ibu-kota. Dan
patik juga khawatir, emas yang bagi mereka terlalu berharga untuk
diserahkan bagi kejayaan kerajaan, dengan membagi-bagikannya
kepada rakyat banyak. "Permisi, Paduka Perabu, sebentar patik
kembali lagi. (Pergi) (Baskara masak) Kertanagara: Yang Mulia, apakah kedatangan Anda untuk menyaksikan kejatuhan
Raja" Baginda telah menerima terima kasih rakyat. Rakyat membela
dengan baik, apa yang telah dilakukan Raja. Kaum bangsawan
bermufakat jahat terhadap Raja. Rakyat bangkit. Baginda Anda
menyangka, rakyat membantu raja" Janganlah Anda keliru! Mereka
bersekongkol dengan kaum bangsawan, yang telah memaksa mereka
demikian. D nasib seorang Raja!
Baskara: Bersikap tenanglah, Paduka. Rakyat tidak bertindak dari dorongan
jiwa sendiri; mereka pasti kena hasut. Segera mereka akan sadar.
Mereka tidak melakukan kesalahan dengan direncanakan terlebih
dahulu, mereka dibujuk. Senapati Paduka dengan pasukan"
pasukannya yang berani menundukkan kesatria-kesatria yang
mendurhaka. Kebijaksanaan dan siasat apatih akan menenteramkan
rakyat. Kertanagara: Boleh jadi. Akan tetapi, rahib, betapa pun hari yang berbahaya ini
mungkin berlalu, dalam hati saya membakar luka yang tak dapat
disembunyikan. Sikap rakyat yang tidak berterima kasih telah
memukul saya Iebihparah daripada yangdapat dilakukan oleh pedang
mmm-namum.- B:]li Pusuk: kesatria"kesatria yang pengecut. Tidakkah saya telah memberikan
segala"galanya untuk kesejahteraan rakyat, cinta, persahabatan"
Tidakkah kami telah menjadikan rakyat besar mengatasi semua
bangsa" Baskara: Cinta, persahabatan, kesetiaan, dalam keadaan bahaya semuanya
gugur pada manusia, seperti daun"daun pohon jati berguguran
di musim kering. Lalu apakah yang langgeng bagi kebaikan
rakyat" Semuanya adalah keangkuhan. Siapa yang mendambakan
keangkuhan, akan hancur luluh oleh kehancuran itu. Paduka
Burung Garuda Terbang Sendiri Karya Sanoesi Pane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ingin meningkatkan Jawa di atas semua bangsa, negeri. Demikian
halnya. Apabila itu adalah tugas yang dibebankan kepada Paduka,
Iaksanakanlah itu. Oleh karena itu adalah kewajiban Paduka. Tetapi
bukan demi cinta istri atau sahabat, bukan untuk kebaikan rakyat.
Laksanakanlah kewajiban Paduka yang tak dapat ditolak, juga itu
adalah keangkuhan Kertanagara: Rahib pengoceh, itukah hiburan Anda"
(Baginda merenung daiam kemurungan. Tiba-tiba baginda
bangkit. berpaiing, sambii menunjuk ke arah gumpaian-gumpaian
asap yang tebai, yang membubung di atas dinding tembok haiaman
keraton) Kertanagara (terkejut, sangatmasygui):
Singasari terbakar. (Baginda mengaiang dengan air muka yang membayangkan
perasaan putus asa): Rahib, Singasari terbakar!
(Baginda terhayang"hayung ke kursi singasana. Menatap
muka baginda dengan kedua tangannya. Berdiam diri. Kegaduhan
pertempuran dari kota bertambah sengit dan mereda di sekitar
bendera-bendera. Seorang Perajurit masak. )
$ 41 Baskara: Gusti Prabu tidak ingin diganggu.
Kertanagara (tenang): Siapakah kau, dan apakah yang menyebabkan engkau kemari"
Perajurit: Salah seorang perajurit,yang ditugaskan oleh senapati untuk berjagajaga di pintu"pintu gerbang keraton. Seorang utusan apatih mohon
diizinkan menghadap Paduka.
Kertanagara: Dipersil ahkan. (Prajurit membawa utusan masuk dan kemudian menyingkir atas
isyarat Raja) Kertanagara: Berita Apa yang Anda bawa untuk kami"
Utusan (tiba-tiba mencabut sebiiah keris):
Kematian! ['Dia menerpa kepada Raja, akan tetapi Baskara, seraya meioncat
secepat idiat di antara kedua orang itu, menyambut tusukan keris
itu pada iambungnya sebeiah kanan, dan rubuh, sambii berpegang
erat pada pembunuh, menyeretnya daiam kejatuhannya. Sebeium
sang pembunuh dapat bangkit kembair, Raja berjongkok di dekatnya
dengan ujung senjata baginda pada dada si pembunuh)
Kertanagara: Siapakah yang mengutus engkau" Berbicaralah"
Pembunuh: Rakyat! Kertanagara: Engkau berdusta. Engkau memfitnah rakyat! Apakah yang menjadi
dendam rakyat kepada saya" Apakah saya tidak membela mereka"
Tidakkah saya meninggikan derajat mereka"
mmm-namum.- B:]li Pusuk: Pembunuh: Meninggikan" Ya, Banyak Wide yang edan telah Paduka
naikkan derajatnya dan mengangkatnya menjadi regen! Apakah
keuntungannya bagi kami" Rakyat menuntut jiwa Paduka, dan yang
lebih baik dari itu Paduka tidak berhak menerimanya.
Kertanagara: Kebenaran atau kematian! Pikirkanlah olehmu! Untuk kali terakhir:
Siapakah yang mengutus engkau"
Pembunuh: Rakyat, kata patik, rakyat!
Kertanagara: Siapakah pemi mpinmu"
Pembunuh: Dari patik Paduka takkan mendengar nama-nama itu. Nama-nama
mereka akan segera menggema ditelinga Paduka!
Kertanagara: Drang-orang bodoh yang malang, yang kau hasut atas suruhan
musuh kodratmu, kaum bangsawan.
Pembunuh: Musuh, itu adalah Paduka. Terlalu lama Paduka menggunakan kaum
bangsawan melawan rakyat, dan rakyat melawan kaum bangsawan!
Untuk sengketa-sengketa Paduka dengan mereka, kami, rakyat
membiarkan darah kami tertumpuk bertahun"tahun yang lalu di
medan perang timur. Dan sekarang napsu Paduka yang terkutuk
untuk mencapai kemasyhuran menginginkan kami membiarkan
darah kami tertumpah di seribu medan perang dari seratus pulau"
pulau di lautan-lautan sekeliling Jawa ini. Di benua, Kamboja, "
Hindustan, "siapa tahu! Barang siapa yang Paduka biarkan hidup,
Paduka ambil harta dan miliknya. Dengan darah kami, dengan harta
kami Paduka ingin membeli kemasyhuran abadi yang tidak ada
gunanya, penindas! $ 43 Kertanagara: Engkau orang tolol, diam!
Pembunuh: Diam" Saya tidak mau diam. Bunuhlah saya, raja yang zalim! Darah
saya, darah kami, akan melanda Paduka!
|' Pembunuh berusaha meiepaskan dirinya dan bangkit berdiri.
Dengan satu tusukan yang tangkas Raja menikamnya sehingga
roboh) Kertanagara: Mampuslah engkau, orang sial! Semoga dalam dirimu punahlah
seluruh keturunanmu, orang"orang yang terkutuk!
|' Raja bangkit berdiri, tetapi untuk segera kembaii menjongkok;
kini di samping jasad Baskara, dan meietakkan teiinga baginda pada
dada orang ini) Kertanagara: Mati. " Mati! " Ternyata hati Anda, hati yang tidak terikat kepada
segala-galanya, adalah yang paling setia.
(Daiam pada itu kegaduhan pertempuran menjadi bertambah
sengit dan asap yang membubung bertambah tebai, dan kiiauan
nyaia api bertambah merah. Raja bangkit beriutut, wajah yang
kecemasan dipaiingkan ke arah tempat asap membubung paiing
menakutkan. [aiu baginda membungkuk ke mayat Baskara, seoiahoi ah untuk membisikkan sesuatu kepadanya).
Kertanagara (murung, hampir"hampir tak terdengar, sangat
kebingungan): Baskara, Singasari terbakar! [bangkit berdiri, meraung dengan kepala
tegak Iurus]:Singasari terbakar! Singasari terbakar! Singasari terbakar!
Tam at Babak Ketiga mmm-namum.- B:]li Pusuk: Penerbitan dan Percetakan
P'T Balai Puetaka [Petet-ro)
6 Jalan Bunga Nata"BA.
Matraman, Jakarta Timu r 1 3140
V TeIIFaka. taz-211353 3369
Website: http:!Mwwbalaipuatakaeoi-d
Keponakan Penyihir 2 Goosebumps - Topeng Hantu 2 Menuju Negeri Antah Berantah 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama