Empat Serangkai - Pulau Rahasia The Secret Island Bagian 3
Dengan begitu kita akan punya uang guna membeli perbekalan untuk musim dingin
nanti! Nah - bagaimana itu?"
"Hebat, Kapten!" seru anak-anak yang lain bersemangat "Kita akan bisa nyaman
nanti dengan penerangan lilin, makanan yang enak-enak, serta membaca buku sambil
makan coklat! Hore!"
"Kau tidak lupa membelikan jagung untuk ayam-ayam kita, Jack?" tanya Nora agak
cemas. "Tentu saja tidak! Ini dia," kata Jack. "Dan bagaimana pendapatmu tentang ketel
serta basi-basi email ini, Peggy" Kusangka kau pasti akan menyukainya."
"Ini sungguh-sungguh mengasyikan, Jack," kata Peggy. "He - bagaimana jika kita
sekarang makan malam dulu, lalu sesudah itu baru mengemasi barang-barang
belanjaan ini! Kau dan Mike harus membuat rak dalam Pondok Willow, untuk tempat
menaruh segala barang ini!"
Keempat anak itu sibuk menyiapkan hidangan untuk makan malam, sambil bercakapcakap dengan ramai. Hidangan saat itu daging kelinci yang direbus dengan kacang
polong yang dipetik Nora, ditambah dengan kentang panggang masing-masing satu.
Setelah itu menyusul buah arbei dengan krim. Sebagai hidangan ekstra, Jack
membagi-bagikan coklat Masing-masing mendapat setengah batang. Anak-anak sangat
senang. Rasanya mereka takkan mungkin bisa lebih senang lagi. Sepanjang hari
Peggy dan Nora merasa kesepian, ketika kedua anak laki-laki itu pergi. Senang
rasanya berkumpul kembali sekarang.
Selesai makan malam, mereka berkemas dan mencuci alat-alat makan yang kotor,
sedang api unggun dipadamkan. Barang-barang diangkut semua ke Pondok Willow.
Lentera yang tergantung di atap dinyalakan. Jack masih menyalakan sebatang lilin
lagi. Dengan penerangan tambahan itu anak-anak bisa dengan jelas meneliti
barang-barang yang dibeli Jack.
"Wah - banyak sekali korek api yang kaubeli!" kata Mike. "Kita harus
menyimpannya baik-baik, di tempat kering."
"Dan lihatlah buku-buku bacaan ini!" pekik Peggy. "Nanti Jack bisa membacakan
semuanya untuk kita saat malam hari." ia membacakan judul buku-buku itu.
"Robinson Crusoe, Cerita-cerita dari Kitab Injil, Margasatwa Penghuni Bumi, dan
Hal-Ihwal Pesawat Terbang Untuk Kaum Remaja. Semua mengasyikkan! Pasti
menyenangkan membaca kisah Robinson Crusoe, karena ia pun hidup sebatang kara di
pulau, seperti kita sekarang ini. Tapi kurasa ada beberapa hal yang bisa
dipelajarinya dari kita!"
Anak-anak yang lain tertawa.
"Sedang kita pun bisa banyak belajar dari dia!" kata Jack.
Anak itu pandai berbelanja, ia bahkan membeli sekaleng sirup kental, dengan mana
Peggy pasti bisa membuat manisan! Ia tidak melupakan gula untuk menambah
keenakan rasa minuman teh dan coklat. Gula persediaan anak-anak sudah lama
habis. "Mulai sekarang kita tidak perlu terlalu berhemat lagi," kata Jack, "karena
setiap minggu aku bisa ke darat untuk menjual jamur dan arbei. Dengan uang hasil
penjualan, kubeli perbekalan lagi."
"Tapi bagaimana jika musim jamur dan arbei sudah lewat nanti?" tanya Peggy.
"Saat itu buah bram dan buah-buah berkulit keras sudah bisa dipetik," kata Jack.
"Uang yang akan kuperoleh dengannya takkan sebanyak sekarang, tapi setidaktidaknya cukup guna membeli perbekalan kita untuk musim dingin nanti. Kurasa
kehidupan kita akan sudah cukup nyaman, asal. punya persediaan tepung terigu,
kentang, beras, coklat dan bahan-bahan makanan lainnya. Dari Daisy kita akan
terus mendapat susu dan krim. Telur kita peroleh dari ternak ayam, ikan dari
danau, dan sekali-sekali kita makan daging kelinci.
Nasib kita memang baik."
"Kau membacakan cerita malam ini ya, Jack?" kata Nora. "Sudah lama aku tidak
mendengar cerita." "Baiklah! Kita mulai dengan kisah Robinson Crusoe," kata Jack. "Rasanya kisah
itu cocok untuk kita. O ya, Nora - sudah bisakah kau membaca?"
"Bisa sih bisa, tapi belum lancar," kata Nora.
"Kurasa ada baiknya jika silih berganti membacakan cerita," kata Jack. "Jangan
sampai kita melupakan apa yang sudah kita pelajari. Malam ini aku yang mulai lalu kau besok, Nora."
Demikianlah, dengan diterangi dua batang lilin, Jack mulai membacakan kisah
petualangan Robinson. Anak-anak berbaring di atas rumput empuk sambil menikmati
kisah yang dibacakan. Mereka berbahagia, karena bisa berkumpul bersama-sama.
Mereka mendesah puas ketika akhirnya Jack menutup buku.
"Asyik," kata Peggy. "He, Jack - kurasa jika kita menuliskan petualangan kita di
pulau ini, kisahnya pasti akan merupakan buku yang menarik!"
"Takkan ada yang mau percaya," kata Jack sambil tertawa. "Padahal semuanya
sungguh-sungguh terjadi. Kenyataannya kita ada di sini, hidup seorang diri,
mengusahakan makan kita sendiri, hidup nikmat di Pulau Rahasia yang tak dikenal
orang lain!" Keesokan harinya Jack dan Mike membuat rak, untuk tempat menyimpan bekal yang
baru dibeli. Menyenangkan sekali rasanya mengatur segala barang-barang itu di
atasnya. Anak-anak mulai menyusun daftar barang-barang yang harus dibeli oleh
Jack, apabila ia berangkat lagi menjual hasil bumi petikan mereka ke pasar.
"Mulai sekarang kita perlu mengingat-ingat urutan hari," kata Jack. "Aku tidak
boleh sampai melewatkan hari Rabu, karena itu hari pasar di desa yang kudatangi.
Dengan begitu aku akan bisa memperoleh harga penjualan yang lebih tinggi."
Jadi hari Rabu minggu berikutnya anak-anak sudah sibuk sejak fajar. Mereka
melakukan tugas masing-masing, memetik jamur dan buah arbei.
Mereka juga sudah membuat sejumlah besar keranjang. Beberapa jam kemudian Jack
berangkat bersama Mike, dengan perahu penuh berisi keranjang buah arbei dan
jamur. Selama tiga atau empat minggu, setiap hari Rabu, Jack berangkat ke pasar untuk
menjual hasil bumi petikan anak-anak. Dengan uang hasil penjualannya ia
berbelanja persediaan untuk musim dingin. Bersama Mike ia menyimpan barangbarang itu di dalam gua sebelah dalam di lereng bukit, karena tempat itu kering.
Lagi pula tempat itu mudah dicapai, apabila saat musim dingin nanti anak-anak
harus tinggal di dalam gua.
Lambat laun tidak banyak lagi buah arbei liar yang masih bisa ditemukan. Jamur
juga sudah tidak tumbuh lagi di lapangan. Sebab itu anak-anak harus menjual
hasil bumi yang lain. Mereka memetik buah-buah berkulit keras. Peggy dan Nora
memetik buah bram ranum sampai berkeranjang-keranjang. Jack membawa hasil
petikan itu ke pasar, sebagai ganti jamur dan arbei yang sudah- tidak musim
lagi. Dengan segera orang-orang di pasar sudah mengenalnya. Mereka ingin tahu dari
mana anak itu berasal. Tapi Jack tidak pernah menceritakan apa-apa tentang
dirinya. "Aku tinggal di tepi danau," katanya, apabila ada yang menanyakan tempat
tinggalnya. Mereka mengira bahwa yang dimaksudkannya di pinggir danau. Mereka tidak tahu
bahwa maksud sebenarnya adalah di tepi danau, tapi di Pulau Rahasia! Dan Jack
sendiri tidak berniat mengatakan hal itu!
Pada suatu hari Jack melihat seorang polisi di desa tempatnya berjualan. Hal itu
dianggapnya aneh, karena sebelumnya ia tidak pernah melihat polisi di situ. ia
tahu, desa sekecil itu tidak mungkin punya polisi sendiri. Penjagaan keamanan di
situ dirangkap oleh polisi yang ditempatkan di desa yang letaknya lima mil dari
desa itu. Jack langsung merasa kecut. Jangan-jangan polisi itu diberi tahu orang bahwa ada
seorang anak laki-laki tak dikenal berkeliaran! Mungkin pula ia menduga bahwa
Jack adalah salah satu anak yang hilang! Jack beringsut-ingsut hendak lari,
walau jualannya baru setengah yang terjual.
"He, kau!" panggil polisi itu dengan tiba-tiba. "Kau dari mana, Nak?"
"Dari pinggir danau, di mana aku memetik buah bram untuk dijual," jawab Jack.
Tapi ia tidak mendekati polisi itu.
"Apakah namamu Mike?" tanya polisi itu lagi.
Dengan segera Jack sadar bahwa polisi itu pasti diberi tahu bahwa ia, Jack,
mungkin seorang dari keempat anak yang lari dari rumah - lalu datang ke desa itu
untuk menyelidiki. "Tidak, namaku bukan itu," kata Jack dengan tampang polos. "Anda mau membeli
buah-buahan ini, Pak Polisi?"
"Tidak," kata polisi itu. ia mengeluarkan secarik kertas dari kantungnya, lalu
memperhatikan foto yang terpasang di situ. "Coba kemari, Nak! Kurasa kau satu
dari anak-anak yang minggat itu. Coba kulihat mukamu."
Jack langsung pucat mukanya. Jika polisi itu memiliki fotonya, pasti ia akan
ketahuan! Dengan cepat dilemparkannya pikulan dengan sekitar selusin keranjang yang masih
tergantung di situ, lalu melesat lari menerobos kerumunan orang yang sementara
itu sudah berkumpul. Beberapa orang berusaha menangkapnya. Tapi Jack meronta,
sehingga terlepas lagi. Bajunya robek. Tapi Jack tidak peduli. Pokoknya ia harus
bisa melarikan diri, katanya dalam hati.
ia lari ke balik tikungan jalan, lalu masuk ke dalam suatu kebun, ia lari sampai
ke sudut rumah di situ, lalu mengintip ke kebun sebelah belakang. Tidak ada
orang di situ - tapi pada satu sisi terdapat sebuah kandang ayam. Jack mengambil keputusan
dengan cepat. Dibukanya pintu kandang itu. ia lekas-lekas masuk ke dalam lalu
meringkuk dalam jerami yang tertimbun di tempat itu. Ia menahan napas. Dalam
kandang sedang tidak ada ayam - semua sedang mengais-ngais di pelataran sempit
di luar. Jack mendengar suara orang berseru-seru serta bunyi langkah berlari-lari. Pasti
orang-orang itu mencarinya, katanya dalam hati. Jack menghembuskan napas
panjang. Jantungnya berdebar keras, ia sangat ketakutan saat itu.
Sepanjang hari ia meringkuk di dalam kandang, tanpa berani bergerak, ia sangat
lapar dan haus. Tubuhnya terasa kaku. Tapi ia tahu bahwa besar kemungkinan ia
akan ketahuan jika berani keluar. Jadi ia terpaksa menunggu di tempat itu sampai
malam, ia bertanya-tanya dalam hati, bagaimana perasaan Mike karena menunggu
begitu lama. Peggy dan Nora tentu juga sudah cemas.
Seekor ayam betina masuk ke kandang. Ayam itu naik ke atas kotak yang merupakan
sarang, lalu bertelur di situ. Ayam itu berkotek-kotek sebentar. Setelah itu
keluar lagi. Mudah-mudahan saja siang itu tidak ada yang datang untuk mengambil telur, pikir
Jack. Ternyata ada juga orang yang datang mengambil telur. Tapi saat itu hari sudah
sore, dan di dalam kandang ayam sangat gelap. Pintu kandang terbuka. Nampak
kepala seseorang di situ, disusul tangan yang menggapai-gapai dalam setiap kotak
sarang. Telur-telur yang ada di situ diambil - lalu tangan itu ditarik ke luar
lagi dan pintu kandang ditutup kembali. Jack tidak ketahuan! ia meringkuk di
sisi yang jauh dari kotak-kotak tempat bertelur!
Bau kandang menusuk hidung. Jack merasa sengsara di situ. ia tahu bahwa ketika
ia tadi melarikan diri, itu sekaligus merupakan pengakuan pada polisi yang
bertanya bahwa ia memang salah satu dari anak-anak yang lari. Sekarang seluruh
daerah di sekitar situ pasti akan diperiksa kembali. Dan kemungkinannya pulau di
tengah danau juga akan didatangi untuk diperiksa.
"Tapi jika aku tadi tidak lari, aku pasti ditangkap oleh polisi itu - dan ia
tentu akan memaksa aku agar mengatakan di mana anak-anak yang lain berada," kata
Jack dalam hati. "Sekarang aku harus berusaha pergi ke tempat Mike menunggu di perahu, lalu kita
cepat-cepat kembali ke pulau, supaya bisa bersiap-siap untuk menyembunyikan
segala-galanya." Ketika hari sudah malam dan ayam-ayam sudah tidur sambil bertengger di samping
Jack, anak itu membuka pintu kandang dan menyelinap ke luar. Sesaat ia memasang
telinga, ia tidak mendengar apa-apa, kecuali bunyi orang sedang menyetrika di
dapur rumah yang ada di dalam kebun itu.
Jack cepat-cepat lari ke pintu pagar depan, lalu melesat ke jalan, ia berlari
secepat-cepatnya di sepanjang jalan yang menuju ke tepi danau, di mana Mike
menunggu. Tapi masih adakah Mike di sana" Bagaimana kalau orang-orang sementara itu sudah
mulai mencari keempat anak yang melarikan diri - dan sudah menemukan perahu di
mana Mike berada" Bagaimana kalau begitu" Bagaimanakah Jack bisa kembali ke
tempat anak-anak perempuan di pulau"
Jack melupakan rasa haus dan lapar, sementara ia berlari secepat mungkin ke
tempat di mana ia tadi pagi meninggalkan Mike. Tidak ada yang melihat dirinya
dalam perjalanan ke sana. Malam itu gelap, karena bulan belum muncul di langit.
Jack menyelinap di sela pepohonan, menuju ke tepi danau.
Alangkah gembiranya ketika ia kemudian mendengar suara Mike!
"Kaukah itu, Jack" Lama sekali kau pergi! Apakah yang terjadi?"
16. ANAK-ANAK DICARI Jack bergegas masuk ke perahu. Napasnya tersengal-sengal.
"Dorong perahu ke tengah, Mike! Cepat!" katanya. "Aku tadi nyaris tertangkap.
Jika ada yang melihat kita sekarang, kita pasti ketahuan!"
Mike bergegas mendorong perahu ke tengah, ia merasa seram membayangkan dirinya
tertangkap lalu dikirim kembali ke pertanian pamannya. Ditunggunya dulu sampai
napas Jack sudah biasa lagi. Kemudian Mike mengajukan beberapa pertanyaan
padanya. Jack menceritakan semua yang terjadi. Mau tidak mau Mike tersenyum
ketika membayangkan Jack meringkuk di tengah ternak ayam di dalam kandang. Tapi
ia juga sangat ketakutan.
Bagaimana jika Jack tertangkap tadi!
"Dengan begini berakhirlah kesempatanku berjualan di pasar," kata Jack dengan
lesu. "Aku tidak berani muncul lagi di desa itu, karena orang di sana pasti sudah
berjaga-jaga. Apa sebabnya orang tidak diperbolehkan minggat" Kita kan tidak
berbuat jahat - cuma hidup bersama dengan bahagia di pulau rahasia kita!"
Setelah itu Jack mulai membantu Mike mendayung. Mereka sampai di pulau saat
bulan mulai muncul di langit. Peggy dan Nora menunggu dengan cemas di dekat api
unggun di pantai. "Aduh, Jack - Mike!" seru Nora. Dirangkulnya kedua anak laki-laki yang baru saja
tiba. Nora nyaris menangis karena lega melihat keduanya kembali. "Kami sudah menyangka
kalian takkan kembali lagi! Bermacam-macam dugaan seram timbul dalam pikiran
kami! Kami sudah merasa yakin bahwa kalian pasti tertangkap!"
"Aku memang nyaris saja tertangkap tadi," kata Jack.
"Mana barang-barang belanjaanmu?" tanya Peggy.
"Tidak ada," kata Jack. "Aku baru berhasil menjual beberapa keranjang, ketika
aku dilihat seorang polisi. Padaku ada uang pembayar keranjang-keranjang yang
masih sempat kujual tadi - tapi apa gunanya uang di pulau ini, di mana kita
tidak bisa membeli apa-apa!"
Jack menceritakan pengalamannya siang itu. ia melakukannya sambil duduk berdiang
di depan api unggun, serta menikmati minuman susu coklat panas. Perutnya lapar
sekali, karena sepanjang hari belum makan, ia menyikat habis sebasi nasi dengan
dua ekor ikan serta sebutir telur rebus.
Keempat anak itu berperasaan suram, karena tahu bahwa keadaan mereka gawat. Nora
bahkan ketakutan, ia berusaha agar jangan sampai menangis. Tapi Jack
mendengarnya terisak-isak, lalu merangkulnya.
"Kau tidak perlu takut," katanya. "Mungkin keadaan kita tidak begitu gawat. Kita
kan sudah menyusun rencana. Jika kita berhati-hati, tidak ada alasan kenapa kita
bisa ketahuan. Saat ini kita cuma bingung dan capek. Kita tidur saja sekarang.
Besok kita berunding lagi."
Malam itu mereka tidur di Pondok Willow. Jack melepaskan pakaiannya, lalu
membungkus tubuhnya dengan selimut usang, ia melakukannya karena menganggap
badannya berbau kandang ayam. Kata Peggy, pakaian Jack akan dicucinya besok.
Agak lama juga mereka belum bisa tidur. Ada saja di antara mereka yang
mengatakan sesuatu atau bertanya - dan percakapan dimulai lagi.
"Sudah! Sekarang jangan ada lagi yang berbicara!" kata Jack kemudian dengan nada
tegas. "Baik, Kapten!" kata anak-anak yang lain dengan suara mengantuk. Dan setelah itu
memang tidak ada lagi yang berbicara.
Keesokan harinya anak-anak bangun pagi-pagi benar. Mereka langsung teringat
kembali pada kejadian sehari sebelumnya. Tidak ada yang bernyanyi, bercanda,
atau tertawa-tawa, seperti yang biasanya terjadi. Peggy menyiapkan hidangan
sarapan sambil membisu. Jack pergi memerah Daisy dengan mengenakan mantelnya,
karena pakaiannya belum dicuci. Mike mengambil air, sedang Nora memberi makan
ayam. Setelah itu anak-anak duduk untuk sarapan. Tidak seorang pun nampak
gembira. Sehabis sarapan, ketika Peggy sudah mencuci pakaian Jack yang bau dan
menjemurnya, anak-anak berkumpul untuk berunding.
"Yang pertama-tama harus kita lakukan ialah mengatur agar salah seorang dari
kita selalu ada di puncak bukit saat siang hari untuk berjaga-jaga," kata Jack.
"Seluruh danau bisa kelihatan dari atas! jadi jika ada orang datang, kita bisa
Empat Serangkai - Pulau Rahasia The Secret Island di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cepat tahu - sehingga cukup waktu untuk melakukan segala-galanya."
"Apakah kalau malam juga harus ada yang menjaga?" tanya Mora.
"Tidak, karena kecil kemungkinannya akan ada orang datang malam-malam," kata
Jack. "Saat itu kita boleh tidur dengan tenang. Kurasa selama beberapa hari berikut
ini belum ada orang datang, karena mestinya mereka mula-mula mencari dulu di
tepi danau. Setelah itu baru terpikir untuk memeriksa pulau ini."
"Karena untuk sementara kita takkan ke darat lagi, ada baiknya jika lunas perahu
kita lubangi lalu kita biarkan tenggelam," kata Mike. "Aku selalu khawatir kalau
perahu itu ditemukan orang, walau tempatnya tersembunyi di bawah ranting-ranting
belukar yang menjulur sampai air. Jika perahu itu terbenam di dalam air, takkan
mungkin bisa ditemukan orang, Jack!"
"Idemu itu bagus, Mike," kata Jack. "Kita sekarang harus sangat berhati-hati.
Tenggelamkanlah perahu kita pagi ini juga. Nanti kalau kita perlukan lagi, kita
bisa dengan mudah mengangkatnya lagi dari dalam air, lalu membetulkannya. Peggy
- coba kauurus agar semua yang bisa merupakan petunjuk bahwa kita ada di sini
disingkirkan! Lihatlah, itu ada sepotong benang wol! Barang-barang seperti itu perlu
disingkirkan, karena bisa dipakai sebagai petunjuk!"
"Baiklah," kata Peggy. Jack tahu bahwa Peggy pasti akan melakukannya, karena
anak itu bisa diandalkan.
"Segala-galanya harus hari ini juga dibawa ke gua," kata Jack, "kecuali beberapa
barang yang diperlukan untuk memasak, seperti panci, ketel air dan sebagainya,
yang bisa kita bawa lari pada saat terakhir nanti. Beberapa batang lilin kita
tinggalkan di Pondok Willow, karena kita masih bisa tidur di sana sampai saat
terpaksa pindah ke dalam gua."
"Bagaimana dengan kandang ayam, Jack?" tanya Nora. "Tempat itu sudah seperti
pekarangan sekarang, karena sering dikais-kais ayam kita."
"Betul juga," kata Jack. "Yah, begitu kita tahu bahwa kita terpaksa
menyembunyikan diri, Mike harus mencabut pagar yang mengelilinginya dan
menyembunyikannya di Pondok Willow. Setelah itu ia menaburkan pasir di atas
pekarangan kandang, lalu menutupinya dengan rumput padang. Untung saja kau
teringat akan hal itu, Nora!"
"Satu hal sudah jelas," kata Peggy. "Bekal makanan kita mencukupi, juga apabila
kita nanti terpaksa bersembunyi selama berhari-hari."
"Tapi bagaimana dengan Daisy?" tanya Peggy. "Nanti kita tidak punya persediaan
makanan untuknya. Sedang sapi kan banyak makannya."
"Kita terpaksa membawanya ke luar malam-malam untuk merumput," kata Jack. "O ya,
Peggy - kau jangan menyalakan api dulu sebelum benar-benar hendak mulai memasak, ya!
Dan begitu selesai, langsung cepat-cepat padamkan lagi. Asap yang mengepul bisa
menyebabkan kita cepat ketahuan!"
"Bagaimana jika salah seorang dari kita sekarang naik ke atas bukit untuk
mengintai," kata Mike mengusulkan. "Matahari sudah agak tinggi. Mulai sekarang kita harus
sudah berjaga-jaga."
"Ya, betul," kata Jack, "Kau saja yang pertama-tama menjaga, Mike. Nanti
kupanggil, jika sudah waktunya kau diganti. Kita berganti-ganti menjaga,
sepanjang hari. Amati keadaan sekeliling pulau. Kita tidak tahu dari arah mana
perahu akan datang menuju kemari - walau kemungkinan yang paling besar dari tepi
danau yang kudatangi kemarin."
Mike bergegas naik ke puncak bukit, lalu duduk di sana. Danau berair biru
terbentang di bawah. Permukaannya tenang, tak ada angsa maupun ayam-ayaman yang
mengganggu kelicinannya. Perahu juga tidak nampak di situ. Mike mulai melakukan
penjagaan dengan cermat. Sementara itu anak-anak yang lain sibuk semua. Segala-galanya dibawa ke gua-gua
di lereng bukit dan disimpan di sana. Nora meletakkan sebuah karung dekat
pekarangan kandang ayam, siap untuk dijadikan tempat mengangkut ayam apabila
waktunya sudah tiba. ia juga menaruh setumpuk pasir dekat situ, untuk ditaburkan oleh Mike setelah ia
mencabut pagar kandang. Nora tidak lagi ceroboh seperti dulu. ia juga sudah
bukan anak pemalas lagi. ia sudah sadar bahwa jika sikapnya begitu, semuanya
akan menderita karenanya. Oleh karena itu ia selalu berusaha sebaik mungkin.
Beberapa saat kemudian Jack menggantikan Mike menjaga di atas bukit, sementara
Mike pergi menenggelamkan perahu. Perahu itu dengan segera terbenam ke dalam
air, di bawah belukar tempatnya disembunyikan selama itu. Mike merasa yakin
bahwa takkan ada yang bisa tahu bahwa di situ ada perahu.
Peggy memeriksa kalau ada sesuatu yang bisa menyebabkan mereka ketahuan. Tidak
banyak yang ditemukannya, karena anak-anak biasa membereskan lagi setelah makan
atau bermain-main. Kulit telur selalu dikubur dalam pasir, sedang makanan yang
tersisa selalu diberikan pada ayam. Peggy hanya menemukan potongan-potongan
benang yang diterbangkan angin.
Setelah itu Peggy pergi menjaga di atas bukit menggantikan Jack. Nora mendapat
giliran setelah itu. Tugas itu tidak mengasyikkan, karena tidak ada yang dapat
dilakukan di atas bukit kecuali mengamat-amati keadaan sekeliling dengan
seksama. Karenanya Nora naik dengan berbekal pensil dan buku gambar, ia menjaga
sambil menggambar. Dengan begitu waktu berlalu dengan cepat. Peggy menjaga
sambil menjahit. Ada saja yang dikerjakan anak itu, karena setiap hari selalu
ada pakaian yang robek karena tersangkut. Peggy menjahit sambil memperhatikan
danau. Tapi tak ada apa-apa yang nampak.
Petang itu giliran Mike berjaga. Ketika ia sudah hendak turun untuk makan malam,
tahu-tahu ia melihat sesuatu di kejauhan. Diperhatikannya apa yang dilihatnya
itu dengan seksama. Perahukah itu" ia memanggil Jack.
"Jack! Cepatlah kemari! Aku melihat sesuatu. Mungkinkah itu perahu?"
Anak-anak yang lain cepat-cepat lari ke atas. Jack memicingkan mata, agar bisa
lebih jelas melihat. "Kalau itu perahu, kecil sekali," katanya.
"Warnanya hitam," kata Mora. "Apakah itu" Mudah-mudahan saja itu bukan orang
yang datang kemari."
Anak-anak mengamat-amati dengan mata terpicing. Tiba-tiba yang disangka perahu
kecil itu terbang membubung ke udara!
"Ah - itu kan angsa hitam yang pernah kita lihat!" kata Jack sambil tertawa
geli. "Aduh, kita sempat kaget dibuatnya. Lihatlah, ia terbang kemari. Indah, ya?"
Anak-anak memperhatikan angsa indah berbulu hitam itu, yang terbang menuju ke
arah mereka. Mereka mendengar bunyi sayapnya mengepak-ngepak. Muka Nora agak
merah, karena teringat bahwa ia pernah ketakutan ketika untuk pertama kali
mendengar bunyi angsa terbang melintas di atas pulau. Tapi anak-anak yang lain
tidak mengganggunya. Mereka semua merasa lega bahwa yang datang itu ternyata
hanya seekor angsa, dan bukan perahu.
"Malam ini kita tidak perlu berjaga lagi," kata Jack. Keempat anak itu menuruni
bukit. Malam sudah hampir tiba. Mereka duduk mengelilingi api unggun untuk makan malam.
Mereka merasa lebih senang saat itu, dibandingkan dengan sehari sebelumnya. Mungkin saja takkan ada orang yang datang
mencari mereka! Lagi pula kini mereka sudah menyiapkan segala yang perlu
dipersiapkan, apabila memang ada orang datang.
Keesokan harinya anak-anak kembali berjaga secara bergilir, begitu hari
selanjutnya. Pada hari ketiga, ketika Nora sedang berjaga, ia merasa seolah-olah melihat
beberapa orang di tepi seberang danau, di tempat yang berhutan lebat Nora
bersiul pelan memanggil Jack. Jack segera naik ke atas untuk ikut mengamati.
"Ya, kau benar, Nora," kata Jack setelah beberapa saat memandang. "Di sana
memang ada orang - dan nampaknya mereka sedang mencari orang, atau mencari
sesuatu!" Kedua anak itu mengamat-amati tepi seberang selama beberapa saat Kemudian mereka
memanggil Mike dan Peggy. Saat itu di pulau mereka tidak ada api, karena sudah
dipadamkan oleh Peggy. Keempat anak itu berkumpul di puncak bukit. Mereka
mengintip dari sela tumbuhan pakis yang tumbuh tinggi di situ.
"Itu - di sana!" kata Jack. "Lihatlah - pencarian sudah dimulai! Satu-dua hari
lagi mereka pasti akan kemari. Mulai sekarang kita harus terus berjaga-jaga!"
"Pokoknya kita sudah siap," kata Peggy. "Jika mereka memang akan datang, aku
lebih senang apabila mereka datang dengan segera - tidak enak menunggu-nunggu
terus. Perutku terasa dingin karenanya."
"Perutku juga," kata Mike. "Sampai kepingin rasanya membawa-bawa botol berisi
air panas!" Ucapannya itu menyebabkan anak-anak tertawa geli. Mereka masih memperhatikan
selama beberapa waktu. Setelah itu yang tiga turun, meninggalkan Jack seorang
diri di atas. Dua hari berikutnya tidak terjadi apa-apa, walau anak-anak merasa seperti
melihat orang-orang sibuk mencari di semak belukar di seberang danau. Pada pagi
hari ketika Mike mendapat giliran berjaga di atas bukit. Nora memberi makan
ayam, seperti biasa dilakukannya, sedang Jack pergi memerah Daisy.
Tiba-tiba Mike melihat sesuatu! ia cepat-cepat berdiri lalu mengamati dengan
lebih seksama. Benda yang dilihatnya itu nampak di ujung danau, di arah yang
dituju Jack ketika ia pergi berjualan waktu itu. Benda itu sebuah perahu! Sekali
ini tidak ada kekeliruan lagi! Itu memang perahu-perahu besar!
Mike memanggil anak-anak. Mereka bergegas-gegas mendatanginya di puncak bukit
"Ya," kata Jack dengan segera. "Itu memang perahu - dengan sekitar empat orang
di dalamnya. Yuk, jangan membuang-buang waktu lagi! Cuma ada satu tempat yang
mungkin dituju perahu itu - pulau kita ini! Ayo, semua melakukan tugas masingmasing. Dan jangan takut!"
Anak-anak bergegas turun. Jack pergi menjemput Daisy. Mike mengurus pengungsian
ayam-ayam serta membereskan kandang mereka. Peggy menyerakkan sisa-sisa api
unggun yang sudah padam. Dikumpulkannya peralatan masak serta bahan makanan yang
ada di pantai, untuk dibawa ke gua. Nora lari untuk menutupi petak-petak tanaman
dengan rerumputan padang. Masih sempatkah mereka melakukan segala-galanya"
Apakah nanti semua sudah bisa tersembunyi dengan baik, sebelum orang-orang yang
naik perahu itu mendarat di pulau rahasia mereka"
17. PULAU RAHASIA DIGELEDAH
Anak-anak melaksanakan rencana mereka dengan lega, ketika ada orang yang datang
untuk memeriksa pulau. Menunggu-nunggu selama berhari-hari sangat menyiksa
perasaan. Segala-galanya berjalan lancar, karena rencana sudah diatur dengan
sebaik-baiknya. Daisy nampaknya sedikit pun tidak heran ketika dituntun lagi
oleh Jack ke dalam gua sebelah dalam. Sapi betina itu mengikutinya dengan patuh,
tanpa melenguh sama sekali!
Jack menuntunnya dengan selamat melalui lorong sempit, menuju ke gua sebelah
dalam. Daisy ditinggalkannya di situ, setelah diberi makan lobak. Sementara sapi itu
asyik mengunyah, Jack keluar lagi untuk melihat apakah masih ada yang perlu
dikerjakan. Sambil berjalan ke luar, dihapusnya jejak kaki Daisy. Dedaunan pakis diserakkannya di mulut gua sebelah luar, untuk menghilangkan kesan bahwa pernah ada orang
masuk ke situ. Saat itu Mike tiba. ia menjinjing karung berisi ayam-ayam betina. Karung itu
diserahkannya sebentar pada Jack, sementara ia sendiri menyusup masuk ke dalam
gua sempit. Dari situ ada lorong rendah menuju ke gua sebelah dalam.
Sudah disepakatkan bahwa hanya Daisy saja yang dibawa masuk lewat lorong yang
satu lagi, karena jika lorong itu keseringan dilewati, nanti akan nampak jelas
bahwa jalan itu sering dipakai.
Ketika Mike sudah berada di dalam gua sempit Jack menyodorkan karung berisi ayam
padanya. Setelah itu Mike merangkak-rangkak melalui lorong rendah, menuju gua
sebelah dalam di mana Daisy sudah berada. Ayam-ayam rupanya tidak senang
diseret-seret lewat lorong. Mereka ribut berkotek-kotek. Tapi mereka kembali
tenang ketika dikeluarkan oleh Mike dari dalam karung di gua sebelah dalam, lalu
diberi makan. Jack yang ikut masuk menyalakan lentera. Sinarnya yang remang
menerangi rongga gua itu. Mike memutuskan untuk tetap tinggal di dalam, untuk
menjaga jangan sampai ada ayam yang keluar lagi.
ia duduk di situ dengan hati berdebar-debar, menunggu anak-anak yang lain masuk.
Mereka datang satu demi satu, sambil membawa berbagai barang. Masing-masing
sudah melakukan tugas mereka. Semua duduk dalam gua sambil berpandang-pandangan.
Muka mereka merah, sementara hati mereka berdebar keras.
"Mereka belum sampai," kata Jack. "Aku sempat melihat sebentar tadi. Mereka
masih sekitar seperempat mil dari sini. Nah - adakah yang mungkin masih kita
lupakan?" Anak-anak mengingat-ingat Perahu sudah ditenggelamkan. Sapi dan ayam-ayam sudah
dimasukkan ke dalam gua. Api sudah dipadamkan dan sisa-sisanya dicerai-beraikan.
Pelataran kandang ayam sudah ditutupi dengan pasir dan rerumputan padang.
Pagarnya sudah dicabut dan disimpan di dalam Pondok Willow. Petak-petak tanaman
sudah ditutupi sehingga tidak kelihatan lagi. Dan ember berisi susu sudah
diambil dari mata air. "Semuanya sudah kita kerjakan!" kata Peggy.
Tiba-tiba Mike meloncat bangkit. Tampangnya nampak cemas.
"Topiku!" katanya. "Mana topiku" Mestinya tertinggal di salah satu tempat!"
Anak-anak yang lain menatapnya dengan gugup. Topi Mike memang tidak ada di atas
kepalanya. Dalam gua juga tidak ada.
"Tadi pagi kau masih memakainya," kata Peggy. "Aku ingat betul! Aku bahkan
sempat berpikir bahwa topimu itu sudah kotor sekali sekarang. Aduh, Mike - di
mana kau meninggalkannya tadi" Coba kauingat-ingat! Ini penting sekali!"
"Mungkin karena itu kita nanti ketahuan," kata Jack.
"Sekarang masih ada waktu sedikit untuk mencarinya," kata Mike. "Mungkin saja
aku bisa menemukannya sebelum orang-orang itu tiba di sini."
ia merangkak ke luar lewat lorong sempit, menuju ke gua kecil. Dari situ ia
keluar, ke lereng bukit yang terang disinari matahari. Dari situ ia bisa melihat
perahu yang datang di kejauhan. Mike berlari menuruni bukit, menuju pantai, ia
mencari-cari di situ. Kemudian pindah ke kandang ayam. Ke mata air. Mike mencari
ke mana-mana. Tapi ia tidak berhasil menemukan topinya yang tercecer!
Kemudian terlintas dugaan, jangan-jangan topi itu tertinggal di dekat Pondok
Willow. Soalnya, ia tadi kan ke sana untuk menyimpan tonggak-tonggak pagar kandang ayam.
ia bergegas merintis hutan lebat, mendatangi pondok mereka. Dan benarlah topinya memang ada di situ, tergeletak di samping lubang pintu! Mike cepat-cepat
mengantunginya, lalu lari kembali ke lereng bukit. Perahu yang datang mencecah
pasir pantai, tepat ketika Mike tiba kembali di mulut gua.
Mike merangkak masuk ke gua sebelah dalam, disambut dengan gelisah oleh anakanakyang lain. "Kau menemukan topimu, Mike?"
"Ya - untung saja," jawab Mike. Dikeluarkannya topinya dari dalam kantung.
"Ternyata tertinggal di Pondok Willow! Tapi kurasa kalau di situ takkan mungkin
bisa terlihat, karena pondok kita kan cukup tersembunyi letaknya, di tengah
hutan lebat. Tapi walau begitu lega juga hatiku karena berhasil menemukannya.
Kalau tidak - aku kan bisa cemas terus memikirkan di mana barang ini tercecer.
Perahu yang datang sudah sampai di pantai, Jack. Aku tadi mendengarnya ditarik
ke atas pasir. Penumpangnya empat orang."
"Masih ada yang agak kukhawatirkan sekarang - yaitu lorong kemari dari gua luar
yang besar," kata Jack. "Jika lorong itu ditemukan, habislah riwayat kita. Aku
berpikir-pikir, bagaimana jika di pertengahan lorong itu kita tumpukkan bongkahbongkah batu - supaya jika ada orang yang memasukinya nanti, sampai setengah jalan ia tidak
bisa terus karena terhalang tumpukan batu. Dengan begitu mungkin ia takkan
menduga bahwa di belakang lorong ada gua lagi, yaitu di mana kita bersembunyi
saat ini!" "Idemu itu bagus, Jack," kata Mike. "Sedang jalan masuk yang satu lagi tidak
perlu kita khawatirkan, karena orang dewasa takkan mungkin bisa masuk lewat
situ. Ayo, kita semua mencari batu-batu besar dan gumpalan tanah - lalu kita
sumbat lorong di pertengahan jalan!"
Keempat anak itu bekerja dengan cepat. Tak sampai setengah jam kemudian lorong
itu sudah tersumbat di bagian tengahnya. Tak mungkin ada yang mengira bahwa
lorong itu sebenarnya tidak buntu. Dan nanti, kalau orang-orang yang datang itu
sudah pergi lagi, anak-anak akan bisa membuka lorong itu kembali dengan mudah.
"Sekarang aku akan pergi sebentar ke gua yang mulutnya sempit, untuk mengintip
ke luar," kata Jack. "Mungkin saja aku nanti bisa mendengar sesuatu, ia
merangkak lewat lorong rendah, lalu duduk di sebelah dalam mulut gua kecil
sambil memasang telinga. Orang-orang yang datang itu ternyata memang memeriksa pulau itu! Jack bisa
mendengar dengan jelas suara mereka berseru-seru.
"Memang ada orang kemari!" seru seorang di antara mereka. "Lihatlah - di sini
ada bekas api unggun!"
"Mungkin pelancong!" balas seseorang lagi. "Ini ada kaleng bekas yang sudah
kosong -
Empat Serangkai - Pulau Rahasia The Secret Island di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
serta sebuah kardus! Barang-barang begini biasa ditinggalkan pelancong yang
jorok!" "He - coba lihat mata air ini!" seru orang yang lain lagi. "Nampaknya tempat ini
sering didatangi." Jack mengeluh dalam hati. Padahal di tempat itu kan tidak banyak jejak kaki!
"Jika anak-anak itu memang ada disini, kita pasti berhasil menemukan mereka!"
seru orang keempat "Tapi aku heran, bagaimana mereka bisa hidup di sini - hanya
mereka sendiri saja, tanpa makanan sama sekali, kecuali yang bisa dibeli anak
laki-laki itu di desa!"
"Aku akan ke balik pulau untuk mencari di sana," seru laki-laki yang pertama
berbicara. "Kau ikut denganku, Tom! Kau mulai mencari dari sisi bukit sebelah sana, sedang
aku dari situ - jadi jika anak-anak itu berusaha menghindar, seorang dari kita
pasti bisa memergoki mereka!"
Jack mengucap syukur bahwa ia berada dalam gua. ia tetap di situ, sampai
didengarnya bisikan pelan di belakangnya.
"Jack! Kami mendengar suara orang-orang berteriak. Bagaimana - semua beres?"
"Sampai sekarang masih, Mike," jawab Jack. "Mereka sibuk mencari - tapi satusatunya yang kelihatannya mereka temukan cuma beberapa jejak kaki kita di dekat
mata air. Aku masih ingin di sini sebentar lagi, untuk mendengar pembicaraan
mereka." Pencarian dilanjutkan. Tapi nampaknya orang-orang yang mencari itu tidak
menemukan apa-apa lagi. Anak-anak ternyata melakukan tugas masing-masing dengan
cermat. Tapi kemudian terdengar seruan seseorang yang saat itu rupanya mencari-cari di
dekat pantai. "Coba lihat ini! Bagaimana pendapat kalian tentang ini?"
Jack bertanya-tanya dalam hati. Apakah yang ditemukan orang yang berseru-seru
itu" Sesaat kemudian ia tahu. Orang itu menyingkirkan rerumputan yang menutupi
pekarangan kandang ayam dengan kakinya - dan seketika itu juga melihat pasir
yang belum lama ditaburkan di situ!
"Kelihatannya di sini pernah ada sesuatu - tapi entah apa," kata orang itu.
"Kurasa anak-anak itu memang ada di sekitar sini. Sekarang kita harus berusaha
menemukan mereka. Anak-anak itu mestinya cerdik - karena bisa menyembunyikan
jejak mereka sebaik ini!"
"Sebaiknya kita rintis saja semak belukar dan tumbuhan pakis," kata salah
seorang teman orang itu. "Mungkin saja mereka bersembunyi di situ. Itu tempat
yang paling mungkin."
Setelah itu Jack mendengar bunyi semak belukar diterabas orang. Para pencari
menyibakkan setiap rumput dan menjenguk ke dalam. Mereka berusaha keras
menemukan anak-anak yang diduga bersembunyi di situ. Tapi mereka tidak menemukan
siapa-siapa. Kira-kira dua jam kemudian Jack merangkak kembali ke gua sebelah dalam, lalu
bercerita tentang apa yang terjadi di luar. Anak-anak yang lain mendengar
ceritanya dengan perasaan cemas. Pekarangan kandang ayam ternyata masih saja
ketahuan, walau mereka sudah berusaha menyembunyikan tanda-tandanya sebaik
mungkin. "Kita perlu makan sedikit sekarang," kata Peggy. "Di sini kita tidak bisa
menyalakan api, karena asapnya akan menyebabkan kita terpaksa lari ke luar
nanti. Tapi aku masih punya roti bundar yang kubuat kemarin, begitu pula buah
arbei dan sedikit puding yang sudah dingin. Kalau susu, berkecukupan!"
Anak-anak makan, walau tidak ada yang merasa lapar. Daisy berbaring di belakang
mereka dengan tenang. Sapi betina itu merasa senang di situ. Ayam-ayam berkotek
pelan. Mereka bingung, karena berada di tempat asing yang gelap. Tapi mereka
senang, sebab anak-anak juga ada di situ.
Selesai makan, Jack kembali ke tempat pengamatannya, ia duduk di gua dekat jalan
keluar sambil memasang telinga.
Para pencari di luar mulai bingung. Mereka putus asa. Saat itu mereka sedang
duduk di kaki bukit sambil makan roti bekal dan minum bir. Jack dapat mendengar
dengan jelas suara mereka bercakap-cakap.
"Yah - anak-anak itu mungkin saja pernah ada di pulau ini. Aku bahkan yakin
mengenai hal itu. Tapi kini mereka tidak ada lagi di sini," kata seseorang.
"Segala sudut sudah kita periksa," kata salah seorang temannya. "Kurasa kau
benar, Tom. Anak-anak itu memang pernah ada di sini - karena siapa lagi kalau bukan mereka
yang menanam kacang polong yang kita temukan tadi" Tapi mereka sudah pergi lagi.
Kurasa anak laki-laki yang dilihat polisi Rabu lalu itu memberi tahu temantemannya, lalu mereka lari dengan perahu."
"Ya, betul, perahu itu!" kata seseorang lagi. "Jika mereka masih ada di sini,
mestinya perahu itu kita temukan - bukankah begitu" Tapi kita sama sekali tidak
melihat perahu di sini. Jadi mereka tidak mungkin masih ada di sini!"
"Betul," kata orang yang bernama Tom. "Tak terpikir ke sana aku tadi. Jika tidak
ada perahu di sini, maka itu berarti anak-anak juga tidak ada! Bagaimana jika
kita pulang saja sekarang" Kurasa tak ada gunanya kita mencari lebih lama lagi."
"Masih ada satu tempat yang tadi belum kita periksa," kata laki-laki keempat.
Suaranya tenang. "Di lereng bukit ada beberapa gua. Bisa saja anak-anak itu
menyembunyikan diri di sana."
"Gua?" kata salah seorang temannya. "Ya - itu mungkin saja. Kita perlu memeriksa
tempat-tempat itu. Di manakah letaknya?"
"Nantilah kutunjukkan," kata laki-laki yang bersuara tenang. "Ada yang membawa
senter?" "Tidak - tapi korek apiku banyak," kata seseorang. "Tapi tidak mungkin mereka
ada di sini - karena sejak tadi kita tidak melihat perahu. Jika anak-anak itu
ada di pulau ini, mestinya di salah satu tempat di sini ada perahu!"
"Bisa saja ditenggelamkan, supaya orang yang mencari tidak menemukannya," kata
laki-laki yang bersuara tenang.
"Mana mungkin anak-anak berpikir sejauh begitu," kata seseorang.
"Memang - kurasa itu memang tidak mungkin," jawab orang tadi.
Jack yang mendengar pembicaraan itu mengucapkan terima kasih dalam hati pada
Mike. Mike-lah yang mendapat gagasan untuk menenggelamkan perahu mereka. Coba itu
tidak dilakukan, pasti kini sudah ditemukan para pencari itu, karena pencarian
mereka lakukan dengan sangat cermat. Jauh lebih cermat daripada yang diduga oleh
Jack! Bayangkan - sampai tanaman kacang polong pun mereka lihat!
"Yuk - kita ke gua-gua itu sekarang," kata salah seorang di antara keempat
pencari itu. "Tapi menurutku itu cuma membuang-buang waktu saja. Kurasa anak-anak itu sudah
lari dengan perahu mereka!"
Jack merangkak kembali ke gua sebelah dalam.
"Orang-orang itu beranggapan bahwa kita tidak ada lagi di pulau ini," bisiknya
pada anak-anak yang lain, "karena mereka tidak menemukan perahu kita. Tapi kini
mereka datang kemari, untuk memeriksa gua-gua ini. Padamkan lentera, Mike.
Jangan ada lagi yang bicara! Daisy sudah berbaring" Bagus! Ayam-ayam juga tidak
ribut. Rupanya mereka menyangka sekarang sudah malam, karena mereka tidur
berjejer. Awas - jangan sampai ada yang bersin atau batuk! Segala-galanya
tergantung dari apa yang terjadi selama saat-saat berikut!"
Gua sebelah dalam itu sunyi senyap. Daisy berbaring tenang. Hanya napasnya saja
yang terdengar pelan. Ayam-ayam bertengger dengan diam. Anak-anak juga tidak ada
yang berbunyi. Beberapa saat kemudian terdengar para pencari memasuki gua sebelah luar.
Terdengar bunyi desis korek api dinyalakan - dan saat berikutnya lorong yang
menuju ke gua sebelah dalam sudah ditemukan!
"Coba lihat ini, Tom!" seru salah seorang pencari. "Ini nampaknya merupakan
lorong! Perlukah kita memeriksa ke mana arahnya?"
"Kurasa itu memang sebaiknya," kata orang yang bernama Tom. Terdengar langkah
orang berjalan di dalam lorong yang pertengahannya tersumbat batu dan tanah!
18. PENCARIAN DIHENTIKAN Anak-anak duduk tanpa bergerak sedikit pun di gua sebelah dalam. Mereka bahkan
tidak berani mengejapkan mata. Semua menahan napas. Jantung mereka berdebar
keras! Jack sampai takut, jangan-jangan orang-orang yang mencari itu bisa
mendengar debaran jantungnya.
Anak-anak itu mendengar bunyi seseorang berjalan sambil meraba-raba di dalam
lorong yang gelap. Orang itu mengalami kesulitan lewat di situ, karena lorong
itu sangat sempit. Akhirnya ia sampai di tempat yang tersumbat dengan batu dan
bongkah-bongkah tanah yang ditumpukkan anak-anak.
"He!" serunya pada teman-temannya yang ada di luar. "Lorong ini rupanya buntu,
tersumbat batu dan tanah longsor. Bagaimana - perlukah aku menerobosnya?"
"Tidak!" seru salah seorang temannya. "Jika kau tidak bisa lewat, anak-anak itu
pasti juga tidak bisa! Pencarian kita ini sia-sia saja - takkan mungkin anakanak itu ada di dalam gua-gua ini. Keluar sajalah lagi!"
Orang yang berada di dalam lorong berbalik dengan susah payah, lalu mulai
melangkah ke luar - tapi saat itu terjadi sesuatu yang sangat dikhawatirkan oleh
anak-anak! Daisy melenguh dengan nyaring!
Anak-anak sama sekali tidak menduga kejadian itu. Mereka terlonjak karena kaget
dan takut. Mereka saling berpegangan, karena menyangka bahwa orang-orang yang di
luar pasti akan langsung memburu masuk, setelah mendengar suara Daisy.
Keadaan senyap sesaat. Rupanya orang-orang yang di luar juga kaget. Kemudian
salah seorang di antara mereka berbicara lagi.
"Kalian dengar itu?" katanya.
"Tentu saja!" jawab seorang temannya. "Bunyi apa itu?"
"Yang jelas, pasti bukan suara anak-anak," kata yang pertama sambil tertawa.
"Aku belum pernah mendengar ada anak bersuara seperti itu!"
"Kedengarannya seperti lenguhan sapi," kata seseorang lagi.
"Sapi?" tukas orang yang pertama. "Macam-macam saja! Kau hendak mengatakan bahwa
menurutmu di dalam bukit ini ada sapi, Tom?"
"Ah - tentu saja tidak," kata Tom sambil tertawa. "Tapi suara itu tadi mirip
sekali dengan lenguhan sapi! Coba kita dengarkan baik-baik - mungkin saja
terdengar sekali lagi."
Keadaan sunyi kembali - seakan-akan keempat orang yang mencari sedang mendengar
baik-baik. Dan saat itu Daisy terbatuk-batuk. Bunyinya menggema dalam gua.
"Ih - seram rasanya mendengar bunyi itu," kata salah seorang pencari. "Yuk, kita
keluar saja dari gua gelap ini, kembali ke tempat terang. Setelah mendengar
bunyi-bunyi aneh itu tadi, aku sekarang semakin yakin bahwa di dalam tidak
mungkin ada anak-anak! Kalau ada, mereka pasti sudah setengah mati ketakutan!"
Jack gembira sekali mendengar ucapan itu. Diremasnya tangan Nora. Rupanya orangorang itu ketakutan mendengar suara Daisy. Wah - kocak sekali! Anak-anak duduk
diam-diam. Mereka kini malah mengucap syukur dalam hati karena Daisy tadi melenguh dan
batuk-batuk. Dari arah gua sebelah luar terdengar bunyi langkah bergegas-gegas. Para pencari
rupanya cepat-cepat meninggalkan tempat itu.
"Sebaiknya kita periksa saja lagi, kalau-kalau masih ada lagi gua-gua lainnya,"
kata salah seorang dari para pencari. "Lihatlah - ini nampaknya juga sebuah
gua!" Keempat laki-laki itu masuk ke dalam gua itu. Tapi ternyata itu gua biasa saja,
tanpa lorong yang menuju ke tempat lain. Dengan segera mereka keluar lagi.
Kemudian mereka menemukan gua sempit dengan jalan masuk yang kecil dan rendah.
Gua itulah yang dilalui anak-anak tadi ketika hendak masuk ke gua sebelah dalam.
Dugaan Jack ternyata benar lubang masuknya terlalu sempit. Orang dewasa tidak bisa menyusup masuk lewat
situ. Setelah mencoba beberapa kali, akhirnya orang-orang itu menghentikan usaha
mereka. "Tidak ada yang bisa masuk ke situ, kecuali kelinci," kata seorang dari mereka.
"Kalau anak-anak, rasanya bisa," kata seorang temannya.
"Begini sajalah, Tom! Jika kita berhasil menemukan anak-anak itu di pulau ini,
akan kumakan topiku ini nanti," kata orang yang pertama berbicara. "Pikir
sajalah. Di sini tidak ada perahu! Selama mencari di sini kita cuma menemukan
tanaman kacang polong, yang benihnya bisa saja dijatuhkan burung. Lalu semacam
pelataran berpasir. Aku tidak percaya ada anak-anak sepintar itu, bisa hidup
berhari-hari di sini, tapi kemudian menghilang tanpa meninggalkan jejak, begitu
kita datang kemari! Tidak mungkin - tidak ada anak sepintar itu!"
"Rasanya katamu itu memang benar," kata orang yang bernama Tom. "Yuk, kita
pergi! Aku sudah bosan berada di pulau dengan berbagai bunyi aneh ini. Semakin
cepat kita pulang, bagiku makin baik. Entah ke mana perginya anak-anak itu.
Padahal aku ingin sekali bisa menemukan mereka, karena ada kejutan besar
menunggu mereka!" Suara orang-orang itu kian menjauh. Rupanya mereka sudah menuruni bukit, menuju
pantai di mana perahu mereka ditaruh tadi. Jack menyelinap lewat lorong rendah,
menuju ke gua sempit yang jalan masuknya kecil sekali. Sesampai di situ ia
mendekatkan telinganya ke lubang masuk. Didengarnya suara orang-orang itu lagi,
disertai kesibukan menurunkan perahu ke air dan disusul bunyi air berkecipak.
"Mereka sudah pergi!" seru Jack. "Betul, mereka sudah meninggalkan pulau kita!"
Anak-anak yang lain bergegas keluar, lalu berkerumun di sekeliling Jack. Ketika
mereka merasa keadaan sudah cukup aman, semua merayap ke luar lewat lubang masuk
yang sempit dan menuju ke lereng bukit. Sambil bersembunyi di sela tumbuhan
pakis yang tinggi mereka mengamat-amati para pencari yang pergi dengan perahu makin lama makin menjauh!
Dengan jelas terdengar bunyi dayung serta suara orang-orang itu bercakap-cakap.
Nora menangis. Ketegangan yang dirasakannya selama itu terlalu berat baginya.
Selama itu Nora menabahkan hati. Tapi kini tidak ada lagi yang bisa mencegahnya
menangis. Ia disusul oleh Peggy. Sedang Jack dan Mike pun tahu-tahu merasa mata
mereka basah! Aduh - kenapa sampai bisa begitu" Tapi perasaan mereka lega karena tidak jadi ketahuan,
dan hanya mereka berempat saja lagi yang masih ada di pulau kecil mereka.
Dari dalam gua terdengar suara lenguhan. Itu Daisy. Kasihan - sapi itu sedih,
karena merasa ditinggal sendiri di dalam gua.
Mau tidak mau, anak-anak tertawa mendengarnya.
"Masih ingat tidak tadi, bagaimana orang-orang itu ketakutan karena Daisy," kata
Jack sambil tertawa geli.
"Aku pun ikut ketakutan," kata Peggy. "Sungguh, sampai terlonjak aku tadi! Coba
gaunku tidak kukancingkan baik-baik, mungkin saja aku tadi terlompat ke luar
dari dalamnya!" Anak-anak semakin tertawa karenanya. Mereka duduk sambil setengah tertawa dan
setengah menangis, menunggu sampai perahu para pencari sudah tidak nampak lagi.
"Aku tadi sudah menyangka bahwa kita pasti ketahuan, ketika pencari yang satu
itu sampai di tempat dalam lorong yang kita sumbat dengan batu," kata Jack.
"Ya - untung saja kita menyumbatnya!" kata Peggy. "Coba kalau tidak - kita pasti
sudah ketahuan!" "Dan untung pula perahu kita ditenggelamkan oleh Mike," kata Nora. "Jika mereka
tadi menemukan perahu, mereka pasti akan terus mencari sampai menemukan kita."
"Aku ingin tahu apa maksud orang yang tadi mengatakan bahwa ada kejutan besar
menunggu kita," kata Mike. "Tapi pasti kejutan itu takkan mungkin menyenangkan."
"Tentu saja tidak!" kata Peggy yakin. "Mereka sudah hampir tidak kelihatan lagi
sekarang," kata Nora. "Bagaimana menurutmu, Jack - sudah cukup amankah bagi kita
untuk menandak-nandak di sini" Aku rasanya kepingin berteriak, bernyanyi, dan
menari-nari-karena tadi begitu lama harus meringkuk di dalam gua!"
"Ya - keadaan sudah aman sekarang," kata Jack. "Orang-orang itu takkan kembali
lagi kemari. Sekarang kita bisa dengan tenang tinggal di dalam gua selama musim
dingin." "Bagaimana jika menyalakan api di pantai, supaya aku bisa menyiapkan hidangan
yang panas?" kata Peggy. "Kurasa kita semua memerlukannya!"
"Betul," kata Jack. Anak-anak mulai bekerja kembali. Nora membantu sambil
bernyanyi dan menari-nari. Perasaannya begitu bahagia karena mereka selamat, dan
tidak ada lagi orang lain di pulau rahasia mereka.
Tidak lama kemudian anak-anak sudah menikmati hidangan yang disiapkan oleh
Peggy. Semua makan dengan lahap, seakan-akan seumur hidup belum pernah makan.
Lenguhan yang kemudian terdengar dari arah bukit mengingatkan mereka bahwa Daisy
masih ada di dalam gua. Sementara anak-anak perempuan membereskan sisa-sisa makanan mereka, Jack dan
Mike berlari untuk mengeluarkan Daisy serta ayam-ayam betina.
"Kau sapi yang baik, Daisy," kata Jack pada sapi betina itu, sambil mengusapusap hidungnya yang lembut. "Kami mulanya berharap kau takkan melenguh ketika
orang-orang itu sedang mencari kita. Tapi kau lebih cerdik. Kau melenguh,
sehingga mereka lari ketakutan!"
Sementara itu siang semakin singkat, dan hari semakin cepat menjadi malam. Anak
Empat Serangkai - Pulau Rahasia The Secret Island di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
anak mengambil lentera dari dalam gua dan membawanya ke Pondok Willow. Malam itu
giliran Nora membacakan cerita. Anak-anak berbaring di atas hamparan rumput
sambil mendengarkan. Nyaman rasanya berada di dalam pondok itu, diterangi sinar
lentera yang bercahaya lembut, serta mencium bau rumput padang dan pakis yang
mereka baringi. Senang rasanya bersama-sama di dalam pondok, serta tahu bahwa
mereka selamat dari pencarian orang-orang tadi siang.
"Aku mengantuk," kata Jack, setelah beberapa lama mendengarkan Nora membacakan
cerita. "Kita makan coklat sedikit sekarang. Setelah itu mengobrol sebentar, lalu tidur.
Kita harus sudah mulai memikirkan soal tidur dalam gua, karena cuaca nyaman
takkan lama lagi bertahan!"
"Besok saja semuanya kita putuskan," kata Mike, sambil mengunyah coklat. ia pun
sudah mengantuk. Tidak lama kemudian anak-anak sudah tidur semua. Kesibukan dan ketegangan hari
itu menyebabkan mereka sangat capek. Tapi alangkah menyenangkan rasanya bangun
keesokan paginya, karena tahu bahwa pencarian terhadap mereka sudah dihentikan
dan mereka akan aman selama musim dingin mendatang. Mereka turun ke pantai untuk
mandi di danau, sambil bercanda dan tertawa-tawa.
"Iiih," seru Nora, ketika ia masuk ke dalam air. "Air danau sudah semakin
dingin, Jack! Apakah kita harus terus mandi di sini sepanjang musim dingin nanti?"
"Tentu saja tidak," kata Jack. "Tak lama lagi kita akan terpaksa berhenti mandi
di sini-tapi selama masih cukup hangat, kan menyenangkan."
Minggu itu cuaca menjadi sangat buruk. Badai dan hujan menderu-deru di atas
danau. Menurut anak-anak danau nampak seperti laut sekarang, dengan ombak besar
bergulung-gulung memecah di pantai. Ombak menyapu pasir, sehingga anak-anak
tidak bisa lagi membuat api di situ. Anak-anak basah kuyup kehujanan. Mereka
terpaksa mengeringkan pakaian sebisa mungkin dekat api yang mereka nyalakan di
luar gua besar. Tempat itu baik untuk menyalakan api, karena angin biasanya
bertiup dari arah yang berlawanan dan nyala api terlindung punggung bukit.
"Kurasa mulai sekarang kita harus pindah dari Pondok Willow, dan tinggal di
dalam gua," kata Jack pada suatu pagi setelah malam badai. Sepanjang malam angin memecut
pohon-pohon dan hujan yang mengguyur dari langit menyebabkan air masuk lewat
belakang ke dalam pondok mereka. Hamparan rumput dan pakis tempat Peggy dan Nora
tidur basah karenanya. Keduanya terpaksa bangun tengah malam lalu pindah ke
ruang sebelah depan, di mana Jack dan Mike tidur. Mereka terpaksa berdesakdesakan di situ. Tapi setidak-tidaknya ruangan itu kering.
Dedaunan mulai rontok. Pohon-pohon memamerkan warna-warna kuning, merah tua,
Jingga, coklat, atau merah muda. Pulau itu nampak sangat indah apabila matahari
muncul dari balik awan selama satu jam atau lebih, karena saat itu sinarnya
menyebabkan dedaunan nampak berseri sehingga kelihatannya seperti permata. Tapi
dedaunan indah itu mulai berguguran.
Daun-daun pun mulai berjatuhan dari cabang-cabang yang membentuk atap Pondok
Willow. Aneh rasanya berbaring malam-malam di tempat tidur, dan tahu-tahu ada daun jatuh
dengan lembut mengenai pipi. Pondok Willow kini nampak berubah, karena tidak
banyak lagi dedaunan yang tumbuh di atap dan dindingnya. Pondok itu nampak
coklat dan gundul. Nora kena pilek, ia bersin-bersin terus. Kata Jack mereka harus dengan segera
pindah ke dalam gua, karena kalau tidak nanti semua terserang pilek. Dan
bagaimana kalau itu sampai terjadi" Di pulau kan tidak ada dokter yang bisa
merawat mereka sampai sembuh!
Nora disuruh minum susu panas. Tubuhnya dibungkus dengan dua helai selimut baru
yang dibeli oleh Jack ketika ia masih berjualan ke desa. Anak yang pilek itu
berbaring di bagian belakang gua sebelah luar. Sebatang lilin menyala diletakkan
di sampingnya, karena sudut itu agak gelap.
Tidak lama kemudian Nora sudah sembuh kembali, sehingga bisa membantu mengatur
rencana untuk tinggal di dalam gua.
"Gua luar ini kita jadikan ruang duduk dan ruang tidur kita," kata Jack, "sedang
yang di dalam kita jadikan tempat menyimpan perbekalan. Api unggun selalu kita
nyalakan di mulut gua, untuk menghangatkan tubuh serta untuk memasak. Wah hidup begini asyik! Musim dingin ini kita menjadi penghuni gua!"
19. HIDUP DI DALAM GUA Minggu itu anak-anak menyusun semua rencana untuk melewatkan musim dingin di
dalam gua. Perbekalan mereka semua sudah diamankan ke dalam gua sebelah dalam. Sekarang
tinggal mengatur supaya gua sebelah luar bisa nyaman ditinggali. Peggy paling
pintar mengatur hal-hal seperti itu.
"Kalian berdua harus membuat rak-rak sekeliling gua ini," katanya pada Jack dan
Mike. "Kalian bisa membuatnya dari ranting-ranting yang kokoh, lalu menegakkannya
dengan salah satu cara di sepanjang dinding gua. Kalian juga harus mengusahakan
agar lentera dapat tergantung di tengah-tengah ruangan. Pembaringan kita yang
terbuat dari rumput padang dan daun pakis kita letakkan di sudut sini. Kalian
berdua yang mengambil daun pakis dan rumput untuk itu. Jika basah, kita
keringkan dekat api. Daun pakis mestinya sekarang enak ditiduri, karena sudah
tua dan kering." Peggy membersihkan dasar gua dengan sapu yang dibuat dari ranting-ranting semak
padang. Setelah itu dengan dibantu oleh Nora ia menebarkan pasir halus yang diambil dari
pantai. Dengan begitu dasar gua nampak apik sekali. Jack dan Mike membawa masuk rumput
dan daun pakis, untuk dijadikan alas tempat berbaring. Peggy mengatur hamparan
itu sehingga nyaman apabila berbaring di atasnya. Setelah itu ia menghamparkan
selimut di atas masing-masing pembaringan. Tapi selimut yang ada hanya tiga
lembar - dua yang baru dan selembar selimut usang. Jadi seorang dari mereka
terpaksa tidur tanpa selimut.
"Apa yang bisa kita jadikan selimut untuk tempat tidur keempat?" tanya Jack.
Tahu-tahu Peggy menunjukkan sesuatu yang tak disangka-sangka, ia memperlihatkan
selimut yang terbuat dari kulit kelinci yang masih ada bulunya. Rupanya selama
itu ia dengan rajin membersihkan kulit kelinci yang ditangkap oleh Jack, lalu
menjemurnya sampai kering dan setelah itu dijahit sambung-menyambung. Anak-anak
memandang selimut bulu itu sambil melongo!
"Hebat, Peggy!" kata Jack. "Selimut bulu itu sangat indah, dan pasti hangat.
Kita silih berganti saja memakainya waktu tidur nanti."
"Niatku memang begitu," kata Peggy. Ia senang, karena anak-anak mengagumi
selimut bulu buatannya itu. "Sangat sulit menjahit kulit-kulit ini, tapi
akhirnya aku berhasil juga.
Aku sengaja menyimpannya untuk kutunjukkan apabila cuaca sudah mulai dingin.
Sudah kukira kalian akan terperanjat!"
Dengan segera rongga gua itu sudah nampak sangat nyaman didiami. Rak-rak
sepanjang dinding diisi dengan buku-buku serta berbagai permainan. Lentera
tergantung di tengah ruangan. Kepala anak-anak setiap kali tersundul
mengenainya, ketika belum biasa.
Pembaringan mereka terhampar rapi di sudut-sudut ruangan sebelah belakang,
ditutup dengan selimut-selimut biasa dan yang terbuat dari kulit kelinci yang
masih ada bulunya. Di sudut lain disimpan alat-alat rumah tangga yang biasa
dipakai Peggy, seperti ketel, panci-panci, dan lain-lainnya.
Pada suatu hari Jack muncul dengan sesuatu yang tak disangka-sangka. Sebuah meja
kecil buatannya sendiri! ia menemukan papan yang dibawa anak-anak ketika mereka
datang beberapa bulan yang lalu ke pulau itu. Dengan gergaji yang dibelinya di
desa ketika masih suka berjualan di sana, ia berhasil membuat sebuah meja kecil
untuk Peggy! Meja itu agak goyah. Kaki-kakinya terbuat dari dahan-dahan paling lurus yang
bisa ditemukan oleh Jack. Tapi sulit sekali mengaturnya sehingga bisa berdiri
kokoh. Papan dipotong-potong olehnya dengan gergaji, lalu disambung-sambung
dengan paku untuk dijadikan daun meja berbentuk persegi empat. Peggy sangat
gembira menerima hadiah itu!
"Sekarang kita bisa makan di atas meja!" serunya. "Wah, asyik! Dan aku juga bisa
menjahit di atasnya. Itu lebih mudah, daripada duduk menongkrong di lantai!"
"Tapi bagaimana dengan kursi?" tanya Nora. "Kita kan tidak bisa makan di meja,
kalau tidak ada kursi!"
"Aku sedang membuat bangku-bangku duduk," kata Jack, ia menemukan sebatang pohon
yang tumbang ditiup angin dibalik pulau. Dengan gergaji dipotong-potongnya
batang pohon itu. Masing-masing potongan merupakan bangku yang kokoh. Enak rasanya duduk di
atasnya! Hari demi hari berlalu dengan menyenangkan, sementara anak-anak mengubah gua
menjadi tempat tinggal mereka. Menyenangkan rasanya duduk di atas bangku-bangku
kecil menghadap meja buatan Jack, dan makan di situ. Menyenangkan rasanya dudukduduk di mulut gua sambil memperhatikan nyala api unggun yang nampak semakin
terang saat hari semakin malam. Senang sekali rasanya berbaring di atas
pembaringan dari rumput kering yang empuk di bagian belakang gua, dengan badan
tertutup selimut hangat serta memandang api yang lama-kelamaan padam, sampai
akhirnya hanya nampak kayu yang membara saja.
Di dalam gua sangat nyaman, saat angin menderu-deru menyapu lereng bukit. Sinar
lembut memancar ke bawah dari lentera yang tergantung di langit-langit gua.
Kadang-kadang Peggy menyalakan sebatang lilin lagi, apabila ia hendak menjahit.
Anak-anak laki-laki mengerat-ngerat kayu, membuat ukiran. Kalau tidak, mereka
mengajak Nora melakukan salah satu permainan. Kadang-kadang mereka saling
membacakan cerita. Api unggun menyala terang. Sekali-sekali ruang gua menjadi
sangat terang karenanya, apabila nyala berkobar besar. Benar-benar asyik!
Selalu ada saja hal-hal yang perlu dilakukan. Daisy masih tetap perlu diperah
susunya setiap pagi dan petang. Sapi betina itu nampaknya senang tinggal di
lapangan berumput Jack dan Mike membuatkan semacam naungan baginya, dimana ia
bisa berlindung saat malam hari. Ayam-ayam betina juga perlu diurus dan diberi
makan. Mereka sudah dipindahkan ke kandang yang baru dibangun dekat gua. Mereka
tidak begitu sering lagi bertelur. Tapi anak-anak tidak begitu meributkannya,
karena perbekalan makanan cukup banyak.
Anak-anak juga harus mencuci, memasak, dan membersihkan. Air harus diambil dari
sumbernya. Mereka harus mencari kayu bakar dan menimbunnya sebagai persediaan.
Peggy gemar mencari buah pinus, karena kalau dibakar enak sekali baunya.
Bulan November sudah lewat. Kadang-kadang ada juga hari yang cerah, saat mana
anak-anak bisa duduk-duduk di lereng bukit untuk menikmati kehangatan sinar
matahari. Tapi kadang-kadang angin bertiup selama berhari-hari, teriring hujan
yang menderu serta awan gelap yang seakan-akan berlomba-lomba melintasi langit
Sedang air danau saat itu bergolak. Ombak besar bergulung-gulung, dengan buih
memutih di puncak. Perahu sudah diangkat dari dalam air dan dibetulkan kembali oleh Mike dan Jack.
Mereka menariknya sejauh mungkin ke atas pasir, supaya tidak bisa terjangkau
ombak yang menyambar. Ketika bulan Desember tiba, anak-anak mulai teringat pada hari Natal. Pasti aneh
rasanya nanti, merayakan Natal di pulau itu!
"Aneh rasanya, hanya kita berempat saat Natal nanti," kata Peggy. "Aku sangsi,
apakah aku akan menyukainya. Aku suka mendengar lagu-lagu Natal dinyanyikan,
serta melihat toko-toko penuh dengan berbagai barang yang bagus-bagus, dan
menunggu-nunggu hadiah Natal serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan
perayaan Natal." "Sebelum Ayah dan Ibu pergi naik pesawat terbang dan kemudian hilang, kami
selalu merayakan Natal bersama mereka," kata Nora pada Jack. "Waktu itu sangat
indah! Aku masih ingat semuanya!"
"Coba Ayah dan Ibu waktu itu tidak berangkat- pasti mereka sekarang masih ada
bersama kita," kata Mike. "Aku sangat sayang pada mereka - keduanya selalu riang
dan berbahagia." Jack mendengar cerita ketiga kawannya tentang apa yang dulu biasa mereka lakukan
saat Natal, ketika ayah dan ibu mereka masih ada. Bagi Jack, kisah-kisah itu
sangat menyenangkan, ia selalu tinggal bersama kakeknya, yang tidak mempedulikan
perayaan Natal. Ketiga anak itu pasti sangat merasa kehilangan, karena tidak
bisa lagi mengalami segala hal menyenangkan yang biasa mereka lakukan sewaktu
ayah dan ibu mereka masih ada.
Dalam hati Jack timbul gagasan, ia akan berangkat dengan perahu ke desa yang di
ujung danau, beberapa hari sebelum Natal. Padanya masih ada uang sedikit
Dengannya ia berniat hendak membeli mercon, sebuah boneka untuk Nora, kotak
jahitan yang baru untuk Peggy, sesuatu untuk Mike - dan juga jeruk dan permen
untuk mereka semua! Mereka akan merayakan Natal yang meriah!
Niatnya itu tidak diceritakannya pada anak-anak yang lain, karena tahu bahwa
mereka pasti akan takut kalau ia tertangkap nanti. Tapi Jack tidak bermaksud
pergi ke desa yang dulu. ia hendak mendatangi desa yang satu lagi, yang letaknya
lima mil dari desa pertama, ia tidak dikenal orang di situ. Di situlah ia nanti
berbelanja. Jack merasa bahwa ia pasti aman di desa itu, karena ia akan sangat
berhati-hati! Hari-hari bulan Desember berlalu. Hari-hari yang suram dan membosankan. Pada
suatu hari Jack memutuskan untuk berangkat Pada kawan-kawannya ia akan
mengatakan hendak bermain-main perahu sebentar, untuk menghangatkan tubuh.
Takkan diceritakannya niatnya yang sebenarnya pada mereka. Biar saja mereka
tercengang nanti! Hari itu matahari bersinar menembus awan putih. Langit nampak biru pucat. Peggy
sedang sibuk berbenah, sehabis sarapan. Mike hendak membetulkan atap tempat
Daisy bernaung yang agak rusak tertiup angin kencang. Sedang Nora hendak mencari
buah pinus. "Apa yang akan kaulakukan, Jack?" tanya Peggy.
"Ah, kurasa aku akan pesiar sebentar dengan perahu, untuk menghangatkan tubuh,"
kata Jack. "Sudah lama aku tidak mendayung perahu!"
"Aku ikut, Jack," kata Nora.
Tapi Jack tidak ingin ada yang ikut dengannya saat itu.
"Jangan," katanya. "Lebih baik kau mencari buah pinus saja. Agak lama juga aku
pergi. Bisakah kaubekali aku makanan sedikit, Peggy?"
"Makanan?" Peggy tercengang mendengar permintaan itu. "Hendak berapa lama kau
pergi, Jack?" "Begitulah - beberapa jam," kata Jack. "Aku perlu melatih otot-ototku. Aku juga
akan membawa pancingku."
"Kalau begitu lebih baik kau memakai mantelmu," kata Peggy. "Nanti kau
kedinginan, di tengah danau yang banyak angin."
ia memasukkan beberapa buah roti bundar dan sebutir telur rebus ke dalam sebuah
keranjang, dan ditambah dengan sebotol susu. Sambil menjinjing bekalnya, Jack
menuruni bukit. Nora mengantarnya, ia agak merajuk, karena tidak diizinkan ikut.
"Aku ikut ya, Jack?" pintanya.
"Hari ini tidak bisa, Nora," kata Jack. "Nanti kau tahu kenapa, kalau aku sudah
kembali." Jack mendorong perahu ke air, lalu didayungnya ke tengah danau yang hari itu
tidak begitu bergolak. Ia mendayung sekuat tenaga. Nora meninggalkan pantai,
pergi mencari buah pinus. Setelah beberapa saat timbul niatnya untuk melihat di
mana Jack memancing. Ia naik ke puncak bukit. Tapi walau ia sudah berusaha mencari ke segala arah,
tapi ia tidak melihat perahu mereka di mana-mana. Aneh, katanya dalam hati.
Beberapa jam sudah berlalu. Tapi Jack belum juga kembali. Anak-anak menunggunya.
Mereka heran, apa sebabnya teman mereka itu pergi seorang diri-dan kenapa ia
masih belum kembali juga.
"Mungkinkah ia ke desa lagi, untuk membeli sesuatu?" kata Peggy menduga. "Kata
Nora tadi, ia tidak melihat perahu kita di danau sewaktu ia mencari Jack.
Padahal jika ia memancing di dekat-dekat sini, mestinya dengan mudah bisa
kelihatan!" "Aduh -jika ia ke desa yang waktu itu, nanti ia tertangkap lagi," kata Mike
cemas. Tapi Jack bukan tertangkap. Ada peristiwa lain yang terjadi - sesuatu yang luar
biasa! 20. KABAR YANG MENGGEMBIRAKAN
Jack sudah lama meninggalkan pulau. Jauh lebih lama daripada kalau ia hanya
pergi berbelanja saja. Apakah yang menyebabkan ia begitu lama"
Jack tiba dengan selamat di ujung danau, lalu menambatkan perahu pada sebatang
pohon yang tumbuh dekat air. Setelah itu ia berjalan lewat hutan, lalu mengambil
jalan yang menuju desa yang satu lagi, yang letaknya lima mil dari desa yang
dulu didatangi. Perjalanan ke sana akan memakan waktu sekitar satu setengah jam. Tapi pasti ia
bisa asyik berbelanja di sana nanti!
Jack melangkah di jalan yang becek. Hawa saat itu sangat dingin. Tapi Jack
Empat Serangkai - Pulau Rahasia The Secret Island di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merasa dirinya hangat, ia mengguncang-guncangkan uang yang ada di dalam kantung,
sambil berpikir apakah ia nanti bisa membeli semua yang diingininya, ia ingin
sekali membelikan boneka untuk Mora, karena tahu bahwa anak itu pasti
menyukainya! Jack berjalan sambil menjinjing keranjang berisi bekal yang disiapkan oleh
Peggy, ia berhenti ketika sudah sampai di dekat desa. Sambil duduk di pintu
pagar pekarangan sebuah rumah, ia makan dulu. Setelah itu ia meneruskan
perjalanan. Menurut perasaannya takkan ada orang di desa itu yang tahu bahwa ia
salah seorang anak yang minggat Mereka pasti sudah melupakan kejadian itu,
karena sudah enam bulan berlalu sejak mereka lari ke pulau yang di tengah danau!
Tapi walau begitu Jack tetap waspada, ia berjaga-jaga, siap untuk lari apabila
ada yang terlalu memperhatikan dirinya!
Jack memasuki desa. Desa itu besar dan luas, dengan jalan raya membujur di
tengah-tengahnya. Di jalan raya itu ada sekitar setengah lusin toko. Jack pergi
melihat-lihat di situ. Toko alat-alat permainan dan permen dilewatinya dulu. ia
berniat mendatanginya paling akhir, ia melihat-lihat ayam kalkun yang berjejerjejer di balik jendela toko daging. Beberapa di antaranya dihiasi dengan pita
merah. Setelah itu ia melihat toko-toko lainnya. Semua dihias meriah, menyambut
hari Natal. Senang rasanya, bisa melihat-lihat toko lagi!
Setelah itu ia mendatangi toko permainan. Alangkah indahnya! Boneka-boneka
dipajang di jendela dengan lengan terulur ke depan, seakan-akan minta dibeli.
Sebuah mainan kereta api bergerak di atas rel. Di tengah segala benda yang
dipajang itu tegak boneka orang suci Natal yang berjenggot panjang berwarna
putih. Boneka itu memanggul karung. Sedap-sedapan juga dipajang di dalam toko
itu. Coklat berkotak-kotak, kaleng-kaleng berisi permen, serta botol-botol besar
yang penuh dengan manisan berwarna-warni.
Jack berdiri memandang segala benda yang menarik itu. Ia berpikir-pikir, boneka
mana yang akan dibelinya untuk Nora. Ia sudah melihat keranjang jahitan yang
mungil untuk Peggy. Untuk Mike, ia menemukan sebuah buku tentang kapal. Di
bagian belakang jendela pajangan dilihatnya sebuah kotak berisi mercon berwarna
merah. Jack berniat membelinya, untuk Nora. Pasti asyik membakarnya sambil
merayakan hari Natal di dalam gua, sambil memakai topi-topi kertas yang kocak!
Jack memasuki toko permainan itu. Di dalam ada beberapa orang, karena toko itu
juga merangkap sebagai kantor pos. Orang-orang itu hendak mengirim paket-paket
berisi hadiah Natal. Gadis pelayan toko sibuk menimbang paket-paket itu. Jack
menunggu dengan sabar, sambil melihat-lihat berbagai alat permainan yang ada di
situ. Orang-orang yang ada di dalam toko sedang bercakap-cakap. Mulanya Jack tidak
memperhatikan pembicaraan mereka. Tapi kemudian ia mendengar sesuatu, yang
menyebabkan ia memasang telinga baik-baik.
"Ya, sayang anak-anak itu tidak berhasil ditemukan," kata seorang wanita. "Saya
dengar ayah dan ibu mereka sedih sekali karenanya."
"Kasihan," kata teman bicaranya, juga seorang wanita. "Mereka mengalami
kecelakaan pesawat terbang yang jatuh di pulau gersang dan baru dua tahun
kemudian ditemukan dan kemudian setelah berhasil kembali dengan selamat, anakanak mereka ternyata lenyap!"
Mata Jack terbelalak ketika mendengarnya. Apakah arti semuanya itu" Mungkinkah mungkinkah ayah dan ibu teman-temannya sudah kembali" Jack melupakan niatnya
semula untuk berhati-hati. Dipegangnya lengan wanita yang paling dulu berbicara.
"Maaf, saya ingin bertanya - apakah anak-anak yang Anda bicarakan itu bernama
Mike, Peggy, dan Nora?" tanyanya. "Dan ayah-ibu merekakah yang sekarang sudah
kembali?" Wanita yang ditanya memandang anak laki-laki yang nampak gelisah itu dengan
pandangan heran. "Betul," katanya. "Memang begitulah nama anak-anak itu. Mereka menghilang bulan
Juni yang lalu, bersama seorang anak lagi yang bernama Jack. Mereka tidak pernah
ditemukan, walau sudah dicari ke mana-mana. Lalu bulan Agustus yang lalu orang
tua mereka ditemukan di suatu pulau terpencil di Samudra Pasifik, dan kemudian
dibawa pulang kemari. Pesawat terbang mereka ternyata mengalami kecelakaan dan
jatuh di pulau gersang itu. Mereka hidup di sana, sampai ada kapal lewat yang
kemudian menjemput mereka."
"Tapi sementara itu anak-anak mereka lenyap," kata gadis pelayan toko mencampuri
pembicaraan. "Kedua orang tua yang malang itu sangat sedih, karena sejak
berbulan-bulan mereka selalu cemas dan ingin sekali bisa bertemu kembali dengan
anak-anak mereka." "Apa yang kauketahui tentang urusan ini?" tanya salah seorang wanita itu dengan
tiba-tiba. "Mungkinkah kau salah satu dari anak-anak itu?"
"Itu tidak begitu penting," kata Jack. "Saya cuma ingin tahu satu hal - di
manakah ayah dan ibu anak-anak itu sekarang?"
"Tidak jauh dari sini," kata gadis pelayan toko. "Mereka tinggal di sebuah hotel
di kota, karena masih mengharapkan kabar tentang anak-anak mereka."
"Apa nama hotel itu?" tanya Jack bersemangat.
"Hotel Swan," jawab gadis pelayan toko. Kedua wanita yang bercakap-cakap tadi
melongo, karena tahu-tahu Jack melesat lari ke luar. Matanya bersinar-sinar.
Wajahnya memancarkan kegembiraan yang luar biasa.
Ia berlari ke perhentian bis. ia tahu bahwa bis yang berhenti di situ menuju ke
kota. Saat itu hanya ada satu yang dipikirkannya - yaitu pergi ke Hotel Swan dan
memberi tahu ayah dan ibu Mike bahwa anak-anak mereka berada dalam keadaan
selamat! Belum pernah Jack begitu bersemangat seperti saat itu. Bayangkan semuanya berakhir dengan demikian menyenangkan, dan ia yang akan memberi tahu
ayah dan ibu ketiga temannya!
Begitu bis datang, Jack cepat-cepat meloncat naik. Ia tidak bisa duduk diam di
dalamnya. Dan begitu bis masuk ke dalam kota, dengan cepat pula Jack meloncat
turun lalu lari menuju Hotel Swan. Ia bergegas ke ruang penerimaan tamu dan
menghampiri petugas yang ada di situ.
"Di manakah Kapten Arnold serta istrinya?" kata Jack dengan cepat. Mike sering
bercerita bahwa ayahnya berpangkat kapten, ia juga tahu bahwa ketiga temannya
itu bernama keluarga Arnold. Karenanya ia tahu nama siapa yang harus ditanyakan
olehnya. "He, he - jangan terburu-buru, Anak muda," kata petugas hotel, ia agak curiga
melihat anak laki-laki yang masuk dengan mantel usang serta sepatunya yang sudah
lusuh. "untuk apa kau menanyakan Pak Kapten itu?"
"Aduh, katakanlah di mana saya bisa menemui mereka," kata Jack. Saat itu
terdengar suara seseorang berbicara.
"Siapa ini, yang menanyakan diriku" Ada apa, Nak?"
Jack berpaling dengan cepat. Dilihatnya seorang laki-laki jangkung berwajah
coklat karena banyak kena sinar matahari. Laki-laki itu memandangnya. Dengan
segera Jack menyukai orang itu, karena wajahnya sangat mirip dengan Mike.
"Kapten Arnold!" serunya. "Saya tahu di mana anak-anak Anda saat ini berada!"
Kapten Arnold memandangnya dengan sikap seolah-olah tidak bisa mempercayai
pendengarannya. Kemudian dipegangnya lengan Jack. Ditariknya anak itu ke tingkat
atas, menuju sebuah kamar. Seorang wanita duduk di dalam kamar itu. ia sedang
menulis surat. Jack langsung tahu bahwa wanita itu pasti ibu ketiga temannya, karena wajahnya
mirip dengan Peggy dan Nora. Wanita itu nampak ramah dan bijaksana. Jack ingin
sekali wanita itu juga ibunya.
"Kata anak ini ia tahu di mana anak-anak kita, Mary," kata Kapten Arnold.
Keadaan menjadi asyik setelah itu! Kedua orang dewasa itu mendengarkan saja
tanpa mengatakan apa-apa, sementara Jack bercerita. Kemudian Kapten Arnold
menyalami Jack, sedang istrinya merangkul.
"Kau ini teman yang baik," kata Pak Kapten dengan wajah berseri-seri. "Benarkah
katamu tadi, bahwa selama ini kalian berempat tinggal di pulau kecil itu, tanpa
ada yang bisa menemukan kalian?"
"Betul, Pak," kata Jack. "Dan benarkah bahwa Anda berdua selama ini juga
terdampar di sebuah pulau, sampai akhirnya dijemput sebuah kapal yang lewat?"
"Itu betul," kata Kapten Arnold sambil tertawa. "Pesawat terbang kami mengalami
kecelakaan dan jatuh di pulau itu, di tengah Samudra Pasifik! Kami tidak tahu
bahwa anak-anak kami kemudian juga tinggal di sebuah pulau! Rupanya ini sudah
merupakan nasib keluarga!"
"Kita harus segera mendatangi mereka, John," kata Bu Arnold yang sudah hampir
menangis karena terlalu gembira. "Saat ini juga! Aku tidak bisa menunggu lebih
lama lagi!" "Sebaiknya kita naik perahu yang pantas," kata Jack. "Perahu kami sudah tua dan
bocor." Tidak lama kemudian sudah ada mobil menjemput di depan hotel. Jack mengantarkan
Pak Arnold serta istrinya ke tepi danau. Di situ mereka menyewa perahu besar
dari seorang nelayan, lalu berangkat dengannya menuju ke pulau. Dalam hati Jack
ingin tahu apa kata ketiga temannya nanti!
Sementara itu ketiga anak yang ditinggal di pulau semakin bertambah gelisah,
karena saat itu sudah sore. Hari sudah mulai gelap. Tapi Jack belum juga
kembali. Ke manakah anak itu"
"Aku mendengar bunyi orang mendayung!" seru Peggy, ia lari ke pantai, diikuti
oleh kedua saudaranya. Mereka melihat bayangan sebuah perahu dalam keremangan
senja. Perahu itu menuju ke arah mereka. Kemudian Mike menyadari bahwa perahu
yang datang itu lebih besar daripada kepunyaan mereka. Dan yang menaiki-nya tiga
orang - bukan satu! "Itu berarti Jack tertangkap - dan orang-orang itu datang untuk menjemput kita!"
kata Mike dalam hati. Perasaannya langsung lesu. Alangkah tercengangnya ketika
kemudian terdengar suara Jack memanggil-manggil. Jelas sekali terdengar di atas
air danau yang mulai gelap.
"Mike! Peggy! Nora! Kalian tidak perlu takut! Aku datang membawa hadiah Natal
untuk kalian!" Ketiga anak yang berada di pulau hanya bisa melongo. Apakah maksud Jack dengan
ucapannya itu" Tapi dengan segera mereka tahu, ketika perahu sampai di pantai
dan Kapten Arnold meloncat ke luar.
"Ibu! Aduh, Ibu! Dan Ayah!" seru ketiga anak itu. Mereka bergegas menghampiri
lalu merangkul ayah dan ibu mereka. Asyik benar mereka saat itu! Hanya Jack saja
yang tertinggal seorang diri. Ia tegak sambil memperhatikan mereka. Tapi hanya
sebentar saja, karena kemudian Nora mengulurkan tangan dan menarik Jack ke
tengah orang-orang yang sedang bergembira itu.
"Kau pun termasuk, Jack," kata Nora.
Semua tertawa dan menangis pada saat yang sama. Tapi akhirnya hari sudah begitu
gelap, sehingga tidak ada lagi yang nampak di situ. Jack menyalakan lentera yang
tadi dibawa Mike ke pantai, lalu berjalan mendului menuju gua. Ia sangat ingin
menunjukkan betapa indah tempat itu pada Pak dan Bu Arnold.
Semua masuk beramai-ramai. Api unggun berkobar terang di depan mulut gua yang
terasa hangat dan nyaman. Jack menggantungkan lentera di tempatnya, lalu
menyilakan orang tua teman-temannya duduk di dua buah bangku buatannya. Peggy
bergegas pergi menghangatkan susu. Ia menyajikan roti bundar serta daging asin
yang semula hendak disimpannya untuk hari Natal nanti. ia ingin sekali
memperlihatkan kecekatannya bekerja pada ibunya, walau mereka tinggal di dalam
gua! "Alangkah indahnya tempat tinggal kalian!" kata Bu Arnold, ia memandang
berkeliling, memperhatikan rak-rak, bangku-bangku, meja, pembaringan, dan lainlainnya yang ada di situ. Rongga gua itu sangat rapi dan bersih. Nampaknya
begitu nyaman dan hangat.
Mereka mengobrol dengan asyik! Anak-anak sibuk bercerita tentang segala hal,
sambil tertawa-tawa. Hanya ada satu hal yang menyebabkan Kapten Arnold serta
istrinya marah - yaitu ketika diceritakan tentang sikap Bibi Harriet serta Paman Henry yang tidak
ramah terhadap ketiga keponakan mereka.
"Perbuatan mereka itu ada hukumannya," kata Kapten Arnold. Hanya itu saja yang
dikatakannya. Entah kenapa, tahu-tahu Daisy melenguh. Kapten Arnold tertawa terpingkal-pingkal
ketika mendengar cerita bagaimana Daisy disuruh berenang ke pulau, mengikuti
perahu! Kegeliannya semakin menjadi ketika mendengar bagaimana sapi betina itu berhasil
mengusir orang-orang yang datang mencari ke pulau dengan lenguhannya.
"Kisah pengalaman kalian ini perlu dijadikan buku," katanya. "Belum pernah
kudengar kisah seperti itu. Kami sendiri tidak mengalami petualangan yang begitu
mengasyikkan sewaktu terdampar di pulau kami! Kami tinggal bersama penduduk
setempat, sampai ada kapal menjemput! Tidak banyak yang bisa diceritakan tentang
pengalaman kami selama di sana!"
Jack pergi sebentar, ia kembali sambil membawa rumput padang, yang kemudian
diletakkan di salah satu sudut gua.
"Anda tinggal di sini bersama kami malam ini kan, Kapten?" katanya. "Anda
menginap, ya! Kami akan senang sekali jika Anda mau!"
"Tentu saja kami mau!" kata Kapten Arnold. Sedang istrinya mengangguk.
"Kita tidur beramai-ramai di dalam gua," kata Bu Arnold. "Dengan begitu kami
juga bisa ikut menikmati kehidupan di pulau rahasia kalian!"
Jadi malam itu anak-anak mendapat tamu! Akhirnya semua merasa capek, lalu
berbaring di pembaringan masing-masing. Alangkah senangnya bangun pagi-pagi
besok, karena ayah dan ibu mereka kini ada di samping mereka!
21. AKHIR PETUALANGAN Keesokan paginya Mike bangun paling dulu. Begitu membuka mata, ia langsung
teringat lagi. Ayah dan ibunya masih tidur nyenyak di atas hamparan rumput
padang, di sudut gua. Jadi itu rupanya bukan mimpi - tapi benar-benar terjadi kemarin. Ayah dan Ibu
masih hidup, dan kini berkumpul kembali dengan anak-anak mereka. Segala-galanya
sudah beres lagi. Mike pergi ke luar untuk menyalakan api unggun, ia sudah tidak ingin tidur lagi.
Sinar matahari pagi merayap masuk ke dalam gua. Langit nampak biru pucat.
Matahari membayang di sebelah timur, di balik selimut kabut tipis. Hari itu
pasti akan cerah! Semua bangun ketika nyala api unggun sudah berkobar meriah. Nora langsung
merangkul ibunya, ia masih belum bisa percaya bahwa ibunya sudah ada lagi.
Karena itu tidak bosan-bosannya ia merangkul. Dengan segera ruang gua sudah
dipenuhi suara obrolan dan gelak tertawa.
Peggy dan Nora pergi menyiapkan sarapan pagi. Mike mengajak ayahnya melihatlihat gua sebelah dalam serta perbekalan yang disimpan di situ. Jack bergegas
pergi memerah susu. Ayam-ayam betina berkotek-kotek di dalam kandang mereka. Nora pergi melihat,
lalu kembali sambil membawa empat butir telur.
Sarapan pagi itu terdiri dari ikan hasil tangkapan Jack, ditambah dengan roti
bundar, daging asin yang masih tersisa dari kemarin malam, serta sekaleng buah
persik. Sebagai minuman dihidangkan teh panas. Api unggun dibiarkan padam,
karena sementara itu sinar matahari yang hangat sudah masuk ke dalam gua. Semua
pergi ke luar, untuk menikmati pagi hari yang cerah.
Air danau nampak biru kemilau, terbentang di bawah. Pohon-pohon yang sudah tidak
berdaun lagi bergoyang-goyang lembut digerakkan angin pagi. Nora bercerita pada
ibunya tentang segala buah-buahan hutan yang ada di pulau itu. Sedang Peggy
asyik menceritakan kesibukan mereka menanam benih sayur-sayuran, serta
keranjang-keranjang yang mereka buat.
"Kurasa sekarang sudah waktunya kita pergi," kata Kapten Arnold kemudian.
Anak-anak kaget. "Pergi" Apa maksud Ayah" Pergi meninggalkan pulau kami?"
"Ya, Anak-anak," kata Kapten Arnold, "kalian tidak mungkin tinggal untuk selamalamanya di sini - dan itu kan sudah tidak perlu lagi. Kalian sekarang sudah
bukan anak-anak sebatang kara lagi. Kalian anak-anak Ayah dan Ibu yang sangat
kami sayangi. Dan kami ingin kalian tinggal bersama kami."
"Betul," kata Bu Arnold menimpali. "Kita semua harus tinggal di rumah biasa, dan
kalian harus bersekolah, Anak-anak. Kalian selama ini sangat tabah dan pintar tapi mulai sekarang kita bisa hidup berbahagia lagi bersama-sama."
"Tapi bagaimana dengan Jack?" tanya Nora dengan segera.
"Jack pun anak kami pula," kata Bu Arnold. "Aku yakin kakek mereka pasti
mengizinkan ia hidup untuk seterusnya bersama kita. Aku akan menjadi pengganti
ibunya, begitu pula ayah kalian akan menjadi ayahnya pula! Kita hidup bersama
sebagai keluarga besar!"
Banyak sebetulnya yang ingin dikatakan oleh Jack. Tapi suaranya tidak mau
keluar. Rasanya aneh sekali! Mukanya memerah karena gembira. Dipegangnya tangan Nora
erat-erat, sampai anak itu kesakitan. Saat itu Jack merasa bahwa dirinya
merupakan anak yang paling berbahagia di dunia.
"Aku pasti sedih meninggalkan pulau kami yang tercinta ini, Bu," kata Nora.
"Begitu pula meninggalkan Pondok Willow - serta gua kami yang nyaman, serta mata
air - dan segala-galanya."
"Kurasa aku mungkin bisa membeli pulau ini untuk kalian," kata Kapten Arnold.
"Dengan begitu sewaktu liburan kalian akan selalu bisa kemari dan hidup sendiri
Empat Serangkai - Pulau Rahasia The Secret Island di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
secara leluasa, jika kalian menghendakinya. Pulau ini akan menjadi milik kalian
sendiri." "Aduh, Ayah!" seru anak-anak dengan gembira. "Kami takkan keberatan harus
bersekolah dan hidup di dalam rumah biasa, apabila saat liburan bisa kembali
lagi kemari! Wah - pasti akan asyik nanti!"
"Tapi sekarang kalian harus meninggalkannya dulu dan pulang bersama kami untuk
perayaan Natal," kata Bu Arnold. "Kita kan punya rumah! Kalian masih ingat,
'kan" Bukankah akan menyenangkan jika kita merayakan Natal di sana - makan
puding, serta mendapat hadiah Natal?"
"O ya!" seru anak-anak serempak.
"Itulah yang selama ini kurindukan!" kata Nora.
"Aku kemarin sebenarnya hendak membeli mercon untukmu, Nora," kata Jack, "tapi
sebelum sempat membeli apa-apa, aku sudah lebih dulu mendengar kabar
menggembirakan itu!"
"Kalian semua akan memperoleh mercon," kata Kapten Arnold sambil tertawa. "Nah bagaimana jika kita berangkat saja sekarang?"
"Sebentar - kami masih ingin pamitan dulu dari segala-galanya," kata Peggy. "Bu,
kita ke Pondok Willow dulu, yuk! Kami sendiri yang membuatnya. Pondok itu sangat
indah pada musim panas - karena pondok itu hidup. Dinding dan atapnya ditumbuhi
daun!" Sejam kemudian semuanya sudah siap untuk berangkat. Ayam-ayam betina dimasukkan
lagi ke dalam karung. Mereka ribut berkotek-kotek, karena tidak suka berada di
tempat yang sempit dan gelap itu. Daisy ditinggal untuk sementara. Kapten Arnold
mengatakan bahwa ia akan meminta tolong pada salah seorang nelayan untuk
menjemput sapi betina itu. Air danau sudah sangat dingin, jadi Daisy tidak bisa
lagi disuruh berenang menyeberang.
Barang-barang perbekalan anak-anak hampir semuanya juga ditinggal, karena masih
bisa dipergunakan jika mereka datang lagi ke situ.
Peggy membawa selimut yang dibuatnya dari kulit kelinci, karena sayang jika
ditinggalkan. Buku-buku bacaan juga dibawa, karena anak-anak sangat gemar
membacanya. Barang-barang yang lain disimpan dengan rapi di dalam gua sebelah dalam, lalu
ditutupi dengan karung-karung agar terhindar dari kelembaban. Agak sedih juga
perasaan anak-anak karena harus meninggalkan tempat itu, walau mereka tahu bahwa
mereka akan pulang ke rumah mereka sendiri.
Akhirnya semua sudah masuk ke dalam perahu. Kapten Arnold mendorongnya ke
tengah. Daisy yang sedang makan rumput musim dingin mendengar bunyi dayung
direngkuhkan ke dalam air.
Sapi betina itu memandang perahu yang menjauh, bergerak-gerak di atas ombak.
"Selamat tinggal, Pulau Rahasia," kata Nora.
"Selamat tinggal, selamat tinggal," ujar anak-anak yang lain. "Tapi kami pasti
kembali! Selamat tinggal, Daisy, selamat tinggal semuanya!"
"Sekarang marilah kita membicarakan apa yang akan kita lakukan saat Natal
nanti," kata Bu Arnold dengan riang, ia melihat bahwa anak-anak merasa sedih,
meninggalkan pulau kecil yang mereka sayangi.
Tidak lama kemudian keempat anak itu serta ayah dan ibu mereka - Jack juga sudah
menganggap Pak dan Bu Arnold orang tuanya sendiri - sudah menetap kembali di
dalam rumah mereka yang dulu. Suasana mulanya sangat ramai, karena anak-anak
harus diberi pakaian yang serba baru! Menurut Bu Arnold, walau harus diakui
bahwa Peggy telah bekerja sebaik-baiknya untuk merawat pakaian mereka, tapi
semuanya kini tidak mungkin masih bisa dipakai lagi!
Mereka pergi berbelanja pakaian. Ketika kembali mereka merasa diri mereka
sehebat raja dan ratu, karena semua kini mengenakan pakaian serba baru. Peggy
nampak cantik dengan jas, gaun, dan topi serba biru. Sedang Nora memilih warna,
merah. Mike dan Jack berpakaian biru tua.
Jack merasa aneh dengan pakaian barunya. Baru sekali itu selama hidupnya ia
memiliki pakaian baru. Sebelumnya ia selalu mengenakan pakaian bekas orang lain!
Hebat sekali perasaannya saat itu.
Anak-anak saling lihat-melihat, lalu tertawa.
"Lain sekali tampang kita sekarang - kalau dibandingkan dengan gombal yang kita
pakai selama hidup di pulau!" kata Mike. "Tapi enak rasanya, mengenakan pakaian
yang pantas lagi!" Mulanya agak aneh rasanya tidur di tempat tidur yang biasa. Peggy dan Nora
bersama-sama menempati sebuah kamar tidur yang apik, masing-masing dengan tempat
tidur mungil berwarna putih. Jack dan Mike tidur di kamar sebelah. Tempat tidur
mereka berwarna coklat Mulanya mereka tidak langsung ingat ketika untuk pertama
kali bangun di pembaringan mereka yang baru. Tapi dengan segera mereka sudah
terbiasa. Hari Natal semakin dekat Mereka pergi berbelanja hadiah Natal. Asyik sekali
mereka! Mereka juga pergi ke London. Mereka terkagum-kagum melihat keindahan toko-toko
di kota besar itu, menonton segala jenis kapal dan perahu yang terapung-apung di
dalam sebuah tangki besar; berbagai jenis kereta api mainan yang meluncur
berputar-putar, menembus terowongan dan berhenti di stasiun, persis kereta api
yang sebenarnya. Semuanya serba mengasyikkan, setelah lama hidup menyendiri di
pulau kecil. Hari Natal sangat menyenangkan. Malam sebelumnya anak-anak menggantungkan kaus
kaki masing-masing di kaki tempat tidur mereka. Alangkah asyiknya ketika
keesokan paginya mereka melihat kaus kaki itu sudah penuh berisi berbagai
hadiah! Boneka-boneka mungil, jeruk, permen, kacang, buku pelajaran menjahit,
serta bola. Jack dan Mike juga mendapat bermacam-macam hadiah. Sedang hadiah
yang lebih besar diletakkan di ujung bawah tempat tidur. Keempat anak itu sibuk
membuka bungkusan hadiah mereka dengan asyik.
"Ini lebih menyenangkan daripada merayakan Natal di dalam gua!" kata Nora, ia
membuka kotak yang berisi sebuah boneka besar yang tersenyum manis, dengan
rambut ikal berwarna pirang. "Aduh, Jack! Kau yang membelikan hadiah ini
untukku" Alangkah indahnya!"
Dengan segera kedua kamar tidur itu sudah penuh dengan boneka, buku, kereta api,
bola, pesawat terbang, dan mobil! Itulah pagi hari Natal terindah yang pernah
mereka alami - Jack sampai sulit sekali bisa percaya.
"Kau sudah sepantasnya menerima segala hadiah ini, Jack," kata Nora. "Kau teman
baik kami ketika kami sedang sedih - dan karenanya sudah selayaknya jika kau
juga ikut merasakan kebahagiaan kami."
Sorenya mereka berkerumun di bawah pohon Natal yang juga penuh dengan berbagai
hadiah. Semua mengenakan topi kertas yang lucu-lucu. Semua tertawa ketika Kapten Arnold
membuka sebuah tabung, karena dari dalamnya keluar sebuah pesawat terbang kecil.
"Ayah takkan bisa pergi terbang lagi dengannya," seru Peggy.
"Ayah tidak akan melakukannya lagi, kan?" tanya Nora. Tiba-tiba ia merasa
khawatir. Jangan-jangan ayah dan ibunya akan terbang lalu hilang lagi, sehingga anak-anak
akan hidup sebatang kara kembali.
"Tidak, kami takkan pergi lagi," kata ayahnya. "Penerbangan kami selama ini
sudah menghasilkan uang begitu banyak, sehingga mulai sekarang kami bisa tetap
tinggal di rumah untuk mengurus kalian berempat. Kalian takkan pernah kami
tinggalkan lagi!" Malam itu anak-anak masuk ke tempat tidur dengan perasaan bahagia. Pintu kamar
tidur mereka dibiarkan terbuka. Dengan begitu mereka masih bisa mengobrol terus,
sampai akhirnya tertidur. Mereka tidak bisa melepaskan kebiasaan itu. Sewaktu
masih hidup di pulau, mereka selalu mengobrol sebentar sebelum tidur.
"Alangkah indahnya hari ini," kata Peggy dengan suara mengantuk. "Tapi ada
sesuatu yang masih kuingini saat ini."
"Apa itu?" tanya Jack.
"Aku ingin bisa kembali sebentar ke gua nyaman kita di pulau - lima menit saja
sudah cukup," kata Peggy.
"Aku juga," kata anak-anak yang lain. Sejenak mereka terdiam, mengenang kembali
kehidupan yang menyenangkan di pulau kecil mereka.
"Takkan kulupakan pulau kita itu," kata Nora. "Menurut perasaanku, tempat itu
yang paling indah di dunia. Mudah-mudahan saja sekarang tidak kesepian, karena
kita tidak ada lagi di sana! Selamat tidur, Pulau Rahasia! Kami pasti kembali!"
Ketika sudah tidur, anak-anak bermimpi tentang pulau mereka. Tentang hari-hari
musim panas nanti, saat mana mereka bisa kembali hidup dengan gembira di sana,
di tengah sinar matahari cerah, serta tidur di pembaringan yang terbuat dari
rumput padang! -TAMAT- Djvu: BBSC Edit & Convert: zhe (zheraf.wapamp.com)
http://www.zheraf.net Bencana Tanah Kutukan 1 Pendekar Naga Geni 22 Jejak Telapak Iblis Memanah Burung Rajawali 30
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama