Ceritasilat Novel Online

Ketika Cinta Bertasbih 2

Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy Bagian 2


kesucian batin. Kenapa dalam buku-buku fikih pelajaran
pertama pasti tentang thaharah. Tentang bersuci. Adalah agar
pemeluk Islam senantiasa menjaga kesuciar lahir dan batin. Di
antara kesucian-kesucian yang dijaga oleh Islam adalah kesucian hubungan antara pria dan wanita. Islam sama sekali tidak
membolehkan ada persentuhan intim antara pria dan wanita
kecuali itu adalah suami isteri yang sah. Dan ciuman gaya
Prancis itu bagi saya sudah termasuk kalegori sentuhan sangat intim. Yang dalam Islam tidak boleh dilakukan kecuali
oleh pasangan suami isteri. Ini demi menjaga kesucian. Kesucian kaum pria dan kaum wanita.
"Ketika saya mengatakan bahwa jika sampai saya melakukan ciuman itu dengan wanita yang tidak halal bagi saya,
maka saya telah menodai kesucian saya sendiri dan menodai
kesucian wanita itu. Dan itu bagi saya adalah suatu musibah
yang luar biasa besarnya. Saya telah kehilangan kesucian bibir
saya. Tidak hanya itu, saya juga kehilangan kesucian jiwa
saya. Jiwa saya telah terkotori oleh dosa yang entah bagaimana cara menghapusnya. Jika bibir ini kotor oleh gincu bisa
dibersihkan dengar air atau yang lainnya. Tapi jika terkotori
oleh bibir yang tidak halal, kotor yang tidak tampak bagaimana cara membersihkannya. Meskipun bisa beristighfar,
meminta ampun kepada Allah tetap saja bibir ini pernah kotor,
pernah ternoda, pernah melakukan dosa yang menjijikkan.
Saya tidak mau melakukan hal itu. Saya ingin menjaga kesucian diri saya seluruhnya. Saya ingin menghadiahkan kesucian
ini kepada isteri saya kelak. Biar dialah yang menyentuhnya
pertama kali. Biar dialah yang akan mewangikan jiwa dan raga
ini denga n sentuhan-sentuhan yang mendatangkan pahala."
"Itulah prinsip yang caya yakini. Mungkin saya akan
dikatakan pemuda kolot. Pemuda primitif. Pemuda kampungan. Pemuda tidak tahu perkembangan dan lain sebagainya.
Tapi saya tidakpeduli. Saya bahagia dengan apa yang saya
65 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy yakini kebenarannya. Dan saya yakin Mbak Eliana yang
pernah belajar di negeri yang mengagungkan kebebasan
berpendapat itu akan bisa menghargai pendapat saya."
Azzam menjelaskan panjang lebar. Eliana mendengarkan
dengan seksama. Tak terasa air matanya berkaca -kaca. Ia belum pernah mendengarkan penjelasan tentang kesucian seperti itu sebelumnya.
"Aku mengerti." Lirih Eliana.
"Terima kasih atas penjelasannya. Lanjutnya.
Saat itu Romi keluar dari toilet. Eliana lalu kembali ke
tempatnya semula. Penjelasan Azzam masih membekas dalam
hatinya. Tiba-tiba ia merasa dirinya sangat kotor. Bibirnya entah berapa kali bercium dengan pria yang belum menjadi
suaminya. Ia tidak bisa menghitungnya. Untuk pertama kalinya ia merasa menjadi perempuan yang tidak berharga. Ia
teringat dengan saudara sepupunya yang tinggal di pelosok
Lumajang. Namanya Nurjanah. Sejak kecil selalu memakai jilbab. Saat diajak salaman ayahnya saja tidak mau. Ayahnya
sempat tersinggung. Tap sepupunya yang sekarang menjadi
pengajar di sebuah Madrasah Ibtidaiyyah itu bersikukuh dengan pendiriannya. Tidak mau bersentuhan kecuali dengan
lelaki yang halal baginya. Sekarang baru ia tahu rahasianya.
Itu karena ajaran kesucian itu. Nurjanah bersikukuh mempertahankan kesucian dirinya secara utuh. Tiba-tiba ia merasa
gadis seperti Nurjanal alangkah lebih muliamya. Ia merasa
tidak ada apa apanya dibanding Nurjanah. Ada yang merem bes dari ujung kedua matanya.
Bus terus melaju membelah padang sahara yang luas.
Sejauh mata memandang yang tampak adalah hamparan padang pasir kecoklatan. Ada yang rata, ada yang bergelombang seperti berbukit-bukit. Eliana memandang ke jendela. Ia
melihat debu-debu berhamburan di pinggi jalan. Angin ber66
Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
hembus sangat kencang. Namum bus terus melaju dengan
tenang. * ** Sampai di Cairo. Azzam langsung meluncur pulang kerumahnya di Hay El Asher. Tepat menjelang Maghrib ia sampai
di rumah. Teman satu rumahnya menyambutnya dengan penuh kerinduan. Ia minta mereka untuk membuka kardus berisi
oleh-olehnya. Isinya kurma isi kacang. Buah Zaitun. Kacang
Arab berwarna hijau. Dan Makaronah untuk dimasak. Tak ada
yang istimewa Sernua adalah makanan Mesir yang sebenarnya
ada di Cairo. Namun mereka tetap menyambut oleh-oleh itu
dengan penuh antusias dan gembira.
Azzam langsung mandi. Setelah itu ia langsung pamitan
pergi. "Ceritanya nanti saja ya. Aku ada urusan penting sekali
malam ini." Kata Azzam pada mereka. Mereka pun mengangguk paham.
Azzam meluncur ke Hay El Sabe'. Ia shalat Maghrib di
Masjid Ridhwan. Tujuannya setelah itu hanya satu, yaitu ke
rumah Ustadz Saiful Mujab, untuk melamar Anna Althafunnisa. Ia sampai ke masjid itu saat imam sudah rakaat kedua. Ia
bahagia melihat Ustadz Mujab ada. Di shaf kedua. Ia takbir di
shaf ketiga. Selesai shalat ia bertemu dengan Ustadz Mujab.
Dan Ustadz Mujab tersenyum gembira berjumpa dengannya.
"Lho, aku dengar kau ikut rombongan KBRI ke Alexandria. Kok sudah di sini, Rul?" Sapa Ustadz Mujab.
"Iya Ustadz. Baru pulang menjelang Maghrib tadi dan
langsung meluncur kesini." Jawab Azzam.
"Ada urusan apa" Kok kelihatannya penting sekali sampai
tidak istirahat segala. Malah langsung kemari?"
67 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Saya ada urusan pribadi yang sangat penting. Saya ingin
membicarakannya pada Ustadz. Ustadz ada waktu?"
"O begitu. Boleh-boleh. Ayo kita ke rumah"
Mereka la lu pergi ke rurnah Ustadz Mujab yang tak jauh
dari Masjid Ridhwan itu. Ustadz Mujab yang sedang S. 2 di
Institut Liga Arab itu hidup di Cairo bersama keluarganya.
Bersama anak dan isterinya. Rumahnya sederhana. Namun
rurnah itu membuat betah siapa saja yang berkunjung ke sana.
Tak lain dan tak bukan, karena keramahan pemilik rumahnya.
Yaitu Ustadz Mujab dan isterinya.
Setelah duduk diruang tamu beberapa saat, dan teh panas
dikeluarkan bersama satu piring roti cokelat, ustadz Mujab
bertanya pada Azzam dengan mata memandang lekat-lekat,
"Ada urusan apa" Apa yang bisa kubantu?"
"Saya sebenarnya malu Ustadz. Saya tidak tahu dari mana
saya harus memulai." JawabAzzam.
"Tidak usah malu. Jika kebaikan yang dicari tidak usah
malu." "Baiklah Ustadz. Saya ingin minta bantuan Ustadz untuk
melamar seseorang untuk saya." Kata Azzam dengan suara
bergetar. "Oh itu. Begitu saja kok malu. Kamu memang sudah saatnya kok Rul." Ustadz Mujab biasa memanggilnya "Rul" kependekan dari "Khairul" yang diambil dari namanya "Khairul
Azzam". Jadi di Cairo ada yang memanggilnya "Mas Khairul",
"Mas Insinyur", "Rul", "Irul" dan ada yang memanggil dengan
nama belakangnya yaitu "Azzam". Yang memanggil dengan
panggilan Azzam hanya orang orang satu rumahnya saja. Itu
pun atas permintaannya. Sedangkan di luar rumah banyak
yang memanggil "Khairul" dan "Insinyur".
68 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
"Aku akan membantu sebisanya. Siapa nama gadis yang
kaupilih itu. Dan siapa nama orang tuanya. Orang mana"
Kalau di Al Azhar, tingkat berapa?" Ustadz Mujab melanjutkan.
Dengan mengumpulkan semua keberaniannya ia menjawab dengan suara bergetar. Dan dengan hati bergetar pula,
"Namanya Anna Althafunnisa Putri Pak Kiai Luffi Hakim. Asal Klaten. Kalau tidak salah sekarang sedang program
pascasarjana di Kuliyyatul Banat, Al Azhar."
Ustadz Mujab kaget mendengar kata-kata yang keluar
dari mulut Azzam. Ia seperti mendengar suara petir yang nyaris merobohkan apartemen di mana dia dan keluarganya tinggal.
"Anna Althafunnisa?" Tanya Ustadz Mujab tidak percaya.
Azam mengangguk dengan tetap menundukkan kcpala.
Ustadz Mujab menghela nafas panjang. Ia seperti hendak
mengeluarkan sesuatu yang menyesak di dadanya.
"Siapa yang mengabarkan kamu tentang Anna Althafunnisa?"
"Ada. Tapi dia tidak mau disebut-sebut namanya Ustadz,"
Ustadz Mujab kembali menghela nafas panjang.
"Allahlah yang mengatur perjalanan hidup ini. Sungguh
aku ingin membantumu Rul. Tapi agaknya takdir tidak menghendaki aku bisa membantumu kali ini. Anna Althafunnisa itu
masih terhitung sepupu denganku. Aku tahu persis keadaan
dia saat ini. Sayang kau datang tidak tepat pada waktuya.
Anna Althafunnisa sudah dilamar orang. Ia sudah dilamar oleh
temanmu sendiri. 69 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Sudah dilamar temanku sendiri" Siapa?"
"Furqan! Ia sudah dilamar Furqan satu bulan yang lalu."
Mendengar hal itu tulang-tulang Azzam bagai dilolosi
satu per satu. Lidah dan bibirnya terasa kelu. Furqan lagi. Ia
berusaha keras mengendalikan hati dan perasaannya untuk
bersabar. "Maafkan aku Rul. Aku sarankan kau mencari yang lain
saja. Mahasiswi Indonesia di Al Azhar kan banyak. Dunia
tidak selebar daun kelor." Ustadz Mujab berusaha menenteramkan.
"Iya Ustadz. Tapi saya akan mencari yang sekualitas
Anna Althafunnisa." Ustadz Mujab terhenyak mendengar jawaban Khairul
Azzam. Begitu mantapnya ia memasang standar. Ia seolah lah
sudah tahu persis Anna Althafunnisa.
"Apa kamu sudah pernah ketemu Anna?"
"Belum." 'Sudah pernah tahu wajahnya?"
"Belum." "Aneh. Bagaimana mungkin kau begitu mantap memilih
Anna Althafunnisa" Bagaimana mungkin kau menjadikan
Anna sebagai standar."
"Firasat yang membuat saya mantap Ustadz."
"Tapi menikah tidak cukup memakai firasat Rul. Jujur
Rul aku sangat kaget dengan standarmu ini. Baiklah aku buka
sedikit. Anna adalah bintangnya Pesantren Daaru Quran.
Sejak kecil ia menghiasi dirinya dengan prestasi, dan prestasi
selain dengan akhlak mulia tentunya. Ia menyelesaikan S.1 nya di Alexandria dengan predikat mumtaz. Kalau ingin memi70
Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
liki isteri seperti dia. Cobalah kau menstandarkan dirimu dulu
seperti dia. Kalau aku jadi orang tuanya, dan ada dua mahasiswa Al Azhar yang satu serius belajarnya yang satu hanya
sibuk membuat tempe. Maaf Rul, pasti aku akan memilih yang
lebih serius belajamya. Kau tentu sudah paham maksudku.
Bukan aku ingin menyinggungmu, tapi aku ingin kau mem perbaiki dirimu. Aku ingin kau lebih realistis. Cobalah kauraba
apa opini di Cairo tentang dirimu."
"Iya Ustadz. Terima kasih. Ini akan jadi nasihat yang sangat berharga bagi saya." Jawab Azzam dengan mata berlinang. Kalimat Ustadz Saiful Mujab sangat berat ia terima. Ia
sangat tersindir. Tapi ia tidak bisa berbuat apa apa. Dengan
bahasa lain, sebenamya Ustadz Mujab seolah ingin menga takan bahwa dia sama sekali "tidak berhak" melamar Anna.
Atau lebih tepatnya sama sekali "tidak layak" melamar Anna.
Hanya mereka yang berprestasi yang berhak dan layak
melamarnya. Dan lagi-lagi, prestasi yang dilihat adalah prestasi akademis. Dan di mata orang orang yang mengenalnya di dunia
akademis, ia sangat dipandang remeh karena tidak juga lulus
dari Al Azhar. Padahal sudah delapan tahun lebih ia menjalaninya.
Azzam lalu minta diri. Dalam perjalanan ke rumahnya ia
meneteskan air mata. Ia berusaha tegar dan sabar. Namun
setegar-tegarnya ia adalah manusia biasa yang memiliki air
mata. Ia bukan robot yang tidak memiliki perasaan apa-apa. Ia
mengusap air matanya. Ia tidak bisa menyalahkan siapa saja
jika ada yang meremehkannya. Karena memang kenyataannya
ia belum juga lulus. Ia berusaha meneguhkan hatinya bahwa
hidup ini terus bergulir dan berproses.
"Baiklah saat ini aku belum berhasil menunjukkan
prestasi. Tapi tunggulah lima tahun kedepan. Akan aku bukti71
Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy kan bahwa, aku, Khairul Azzam berhak melamar gadis salehah
yang mana saja." Sampai di rumah ia langsung ke kamarnya untuk istirahat. Diatas meja masih tergeletak surat dari Husna, adiknya
di Indonesia yang mengabarkan bahwa si kecil Sarah perlu
operasi amandel. Dan perlu biaya seragam pondok pesantren.
Ia langsung teringat akan tanggung jawabnya sebagai kakak
tertua. Ia menangis. Ia merasakan betapa sayangnya Allah
kepadanya. Allah masih ingin ia fokus pada tanggung
jawabnya membiayai adik-adiknya. Inilah hikmah yang ia dapat dari peristiwa kekecewaannya karena Anna telah dilamar
orang lain. "Allah belum mengijinkan aku menikah. Aku masih harus
memperhatikan adik-adikku sampai ke gerbang masa depan
yang jelas dan cerah. Kalau aku menikah saat ini, perhatianku
pada adik-adikku akan berkurang." Ia berbisik pada dirinya
sendiri. Ia bertekad untuk menutup semua pintu hatinya. Dan
akan ia buka kembali saat nanti sudah pulang ke Indonesia.
Setelah ia sudah selesa S.1 dan adik-adiknya sudah bisa ia
percaya mampu meraih masa depannya.
Tiba-tiba ia tersenyum. "Bodohnya aku kenapa aku memasukkan Eliana dan Anna
ke dalam hati. Bodohnya aku. Tugas yang jelas di mata menuntut tanggung jawab saja masih panjang kok malah tergoda
dengan yang tidak jelas." Gumamnya lagi pada diri sendiri.
Ia menancapkan tekadnya untuk bekerja lebih keras lagi.
Dan ia akan belajar lebih keras. Ia ingin sukses dua duanya. Ia
lalu teringat harus segera mengirimkan uang ke Indonesia. Ke
rekening Husna, agar si Sarah bisa belajar dengan tenang di
pesantrennya. Ia ingin adik bungsunya itu menghafal AlQuran. Tiba-tiba ia rindu seperti apa adik bungsunya itu. Ia
tidak tahu seperti apa wajah adiknya itu sebenarnya. Ia hanya
72 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
tahu wajahnya yang ada di foto. Sebab ia belum pernah bertemu dengannya sama sekali. Saat ia meninggalkan Indonesia
dulu, Sarah masih berada dalam kandungan ibunya.
"Ah semua sudah ada yang mengatur. Yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika saatnya ketemu nanti akan ketemu juga."
Gumamnya dalam hati. 73 Ilyas Mak"s eBooks Collection
6 LAGU-LAGU CINTA Jam setengah tiga. Purnama bulat sempurna. Bintangbintang bertaburan menghias angkasa. Malam itu Kota Cairo
terasa sejahtera. Angin musim semi mengalir semilir. Pelan.
Berhembus dari utara ke selatan. Menerobos sela-sela pintu
dan jendela apartemen. Menebarkan kesejukan-kesejukan.
Dua ekor kucing bercengkerama. Sesekali mengeong.
Sesekali menjerit-jerit, melengking lengking memba-hana.
Keduanya kejar-kejaran dengan suara yang sangat gaduh
bagi yang mendengarnya. Di taman sebuah apartmen di kawasan Mutsallats, dua ekor kucing itu menikmali indahnya musim semi. Diiringi tasbih daun daun yang dibelai angin musim
semi, mereka saling merayu. Mereka mendendangkan laguKetika Cinta Bertasbih Buku I
lagu cinta. Ya. Lagu cinta yang sangat indah, yang hanya bisa
dipahami oleh mereka berdua.
Tak begitu jauh dari situ, sebuah kedai kopi tampak masih ramai.Belasan orang terjaga menikmati musim semi
dengan minum kopi, menghisap shisha, main kartu dan berbincang tentang apa saja. Ada yang sedang menikmati film
india. Ada juga yang sedang berdiskusi dengan serius. Temanya meloncat-loncat, ke mana-mana.
Musim semi memang indah. Paginya indah. Siangnya
indah. Sorenya indah. Malamnya pun indah. Lebih lebih bagi
mereka yang menikmatmya dengan penghayatan ibadah.
Namun demikian, ada juga orang-orang yang sama sekali


Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak peduli dengan datangnya musim semi. Ada juga bahkan
yang tidak pernah merasakan datangnya musim semi. Mereka
bahkan nyaris tidak pernah merasakan adanya pergantian
musim. Semua itu, lantaran kerasnya kehidupan yang harus
mereka hadapi dan lalui. Lantaran mereka harus terus memeras otak dan menghadapi hidup dengan kucuran keringat dan
bekerja tiada henti. Di antara orang-orang yang nyaris tak pernah peduli
datangnya musim semi itu adalah "Mas Insinyur" Khairul Az zam, dan beberapa orang mahasiswa yang bekerja dengannya.
Malam itu, di kamarnya yang berada di sebuah apartemen, tepat di samping taman di mana ada dua ekor kucing
yang sedang mendendangkan lagu-lagu cinta, ia masih juga
belum istirahat dari pekerjaannya. Sementara teman-temannya satu rumah sudah larut bermesraan dengan mimpi indahnya masing masing.
Azzam masih sibuk berkutat dengan kacang kedelainya
yang telah ia beri ragi. Dengan penuh kesabaran ia harus
membungkusnya agar menjadi tempe. Sejak lamarannya pada
Anna Althafunnisa telah didahului oleh sahabatnya sendiri,
75 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Azzam memutuskan untuk total bek erja. Sejak Ustadz Mujab
menyarankan agar ia mengukur dirinya, ia memutuskan untuk
total membaktikan diri pada ibu dan adik-adiknya di Indonesia. Ia niatkan itu semua sebagai ibadah dan rahmah yang
tiada duanya. Ia juga meniatkannya sebagai tempaan dan pelajaran hidup yang harus ia tempuh di universitas besar kehidupan. Ia yakin, semua itu tidak akan sia-sia. Bukankah Allah
tak pernah menciptakan segala sesuah dengan kesia-siaan.
Ia tidak lagi memiliki mimpi yang melangit tentang calon
isteri. Ia sudah bisa mengaca diri. Ia yakin jodoh-nya telah
ada, telah disiapkan oleh Allah Swt. Maka ia tidak perlu kuatir.
Jodoh adalah bagian dari rezeki. Rezeki seseorang sudah ada
jatahnya. Dan jatah rezeki seseorang tidak akan diambil oleh
orang lain. Begitulah yang tergores dalam pikirannya. Maka ia
merasa tenang dan tenteram. Tetapi tempaan hidup, ilmu
hidup harus diusahakan. Allah tidak akan menambah ilmu
seseorang kecuali seseorang itu berusaha menambah ilmunya.
Ia merasa bekerja serius adalah bagian dari upaya menam-bah
ilmu dan bagian dari usaha mengubah nasib.
Sejak peristiwa itu ia merasa harus lebih serius menghadapi hidup. Ia mulai membangun diri untuk berproses tidak
hanya sukses secara bisnis, tapi juga sukses secara akademis.
Ia mulai menata diri untuk menyelesaikan S.1 tahun ini juga.
Setelah itu ia tetap akan belajar dan belajar tiada hentinya.
Wajahnya tampak lelah. Kedua matanya telah merah.
Namun sepertinva ia tak mau menyerah. Dalam kondisi sangat
letih, ia harus tetap bekerja. Ia tak mau kalah oleh keadaan. Ia
tak mau semangatnya luntur begitu saja oleh rasa kantuk
yang terus menderanya. Bila sudah begitu, ia selalu ingat
perkataan Al Barudi yang selalu melecut jiwanya,
Orang yang memiliki semangat.
Ia akan mencintai semua yang dihadapinya.
76 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Ia melihat jam yang tergantung di dinding kamarnya. Ia
menghela nafas dalam-dalam. Sudah masuk ujung ma-lam, dua
jam lagi pagi datang. Ia harus menyelesaikan pekerjaannya
dengan segera. Ia harus punya waktu untuk istirahat, meskipun cuma satu jam memejam mata.
Ia lalu berdiri dan menggerak-gerakkan tubuhnya untuk
menghilangkan rasa linu dan pegal yang begitu terasa. Dua
menit ia melakukan gerakan senam ringan. Lalu kembali jongkok. Dan kembali membungkus kedelai calon tempe dengan
penuh ketelitian dan kesabaran.
Tepat pukul tiga kurang lima menit ia berdiri dan
bernafas lega. Pekerjaannya telah usai. Masih ada sedikit waktu untuk istirahat sebelum Subuh tiba. Alat-alat kerjanya ia
rapikan. Ia letakkan pada tempatnya. Segera ia membersihkan
tangannya dan mengambil air wudhu. Sebelum merebahkan
badannya di atas tempat tidur, terlebih dahulu ia sempatkan
dirinya untuk shalat tahajud dua rakaat lalu shalat Witir. Ia
membaca tasbih sambil mengatur jam bekernya. Lalu perlahan
tidur. Baru saja matanya terpejam, ia mendengar namanya
dipanggil-panggil pelan. Pintu kamamya juga diketuk, pelan.
"Kang Azzam... Kang Azzam!"
Dengan perasaan sangat berat, kepala sedikit pusing, ia
bangkit. "Siapa" " tanyanya.
"Hafez Kang." Azzam turun dari tempat tidurnya dan beranjak membuka pintu kamarnya. Di depan pintu kamarnya berdiri seorang
pemuda berkaca mata. "Ada apa Fez?" tanya Azzam.
77 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Maaf Kang, saya tidak kuat lagi. Saya tidak bisa tidur
Kang. Saya tidak tahu harus bagaimana" Saya perlu orang
yang saya ajak bicara. Saya mau minta pertimbangan Kang
Azzam. Saya tidak kuat lagi Kang." Jelas Hafez dengan suara
serak. "Masih tentang perasaanmu pada Cut Mala?"
"Iya Kang." "Aku tahu kau pasti berat menanggung perasaan itu Fez.
Tapi afwan 11 , aku belum tidur. Aku harus istirahat. Bila tidak
aku bisa ambruk. Nanti saja kita bicarakan Setelah shalat
Subuh ya. Kau baca Al-Quran saja sana untuk menenangkan
jiwa sambil menunggu Subuh. Nanti kalau sudah Subuh aku
dan teman-teman dibangunkan. Gitu ya?"
"Tidak bisa sekarang Kang?"
"Aku tidak kuat Fez. Aku baru saja selesai membungkusi
tempe. Aku sangat lelah. Aku butuh istirahat."
"Baiklah Kang. Setelah shalat Subuh."
Pemuda berkaca mata itu beranjak ke kamamya. Azzam
menutup kamarnya. Tanpa dikunci. Ia merebahkan badannya.
Ia tahu Hafez menghadapi masalah serius. Tapi ia perlu istirahat. Dan membicarakannya setelah Subuh ia rasa tidak
terlambat. Subuh sudah sangat dekat. Ia kembali berdoa,
memejamkan mata dan tidur. Lelap.
Sementara Hafez keluar dari kamamya dengan membawa
mushaf. Ia mengikuti saran Azzam. Di ruang tamu ia membaca Al-Quran dengan suara pelan. Ia sama sekali tidak bisa
berkonsentrasi menghayati dan mentadabburi apa yang dibacanya. Pikirannya tetap saja tertuju pada Cut Mala. Ia sendiri
tidak tahu kenapa satu bulan ini hati dan pikirannya tidak bisa
11 Maaf 78 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
lepas dari Cut Mala. Mahasiswi Al Azhar dari Aceh yang tak
lain adalah adik kandung teman yang paling akrab dengannya,
yaitu Fadhil. Ia tidak menyadari bahwa perasaan cintanya
pada gadis Aceh itu tumbuh dengan begitu lembut dan perlahan. Dan sekarang perasaan itu sudah sedemikian membuncah. Berbunga -bunga. Bahkan nyaris tak bisa dikuasainya.
Sedemikian membuncahnya perasaan itu, hingga ia tak
bisa berbuat apa-apa. Padahal saat itu, ia harus konsentrasi
memikirkan ujian Al Azhar yang tinggal satu bulan lagi. Yang
ada dalam pikiran dan hatinya selalu saja Cut Mala. Wajah
Cut Mala. Suara Cut Mala. Langkah kaki Cut Mala. Budi
bahasa Cut Mala. Gaya bahasa Cut Mala. Tingkah laku dan
perangainya yang halus, sopan, dan sangat menjaga diri. Prestasi prestasinya yang selalu terukir dengan gemilang. Bahkan
pendapat-pendapatnya yang tertuang dalam pelbagai buletin
kemahasiswaan di Cairo. Itu semua telah membuat hati Hafez begitu kagum padanya. Ah, tak hanya kagum, tapi ada sesuatu yang aneh mendera-dera hatinya, entah apa namanya. Ia merasa, di dunia ini tak
ada gadis yang ia anggap sempurna untuk menjadi pendamping hidupnya, menjadi ibu dari anak-anaknya, selain gadis
dari Tanah Rencong itu. Sehap kali ia mendengar nama itu disebut, hatinya sela lu
bergetar. Berdesir-desir. Disebut oleh siapa saja. Termasuk
ketika ia mendengar nama itu disebut oleh Fadhil kakak
kandung Cut Mala sendiri.
Dan setiap kali ia membaca nama gadis kelahiran Ulee
Kareng Banda Aceh itu tertulis di buletin, buletin apa saja.
rasa cintanya bertambah-tambah.
Ia merasa sudah nyaris gila. Ia sadar perasaan seperti itu
tidak boleh menjajah dirinya. Tapi entah kenapa ia merasa
sangat tidak berdaya. Ia membaca Al-Quran dengan perlahan
79 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy dan ia kembali tidak berdaya. Cut Mala hinggap lagi di kelopak matanya.
Sudah sekuat tenaga ia mengusir kelebatan bayangan Cut
Mala, tapi tak kuasa. Semakin ia coba mengusirnya, justru
semakin jelas bayangan Cut Mala bersemayam di benaknya. Ia
benarbenar tak berdaya. Dalam ketidak berdayaan, kehadiran bayangan Cut Mala,
malah ia rasakan sebagai sebuah kegilaan dan kenikrnatan,
kenikmatan dan kegilaan. Bagaimana tidak. Saat ia berusaha
mentadabburi apa yang ia baca, saat itu justru muncul bayangan yang tidak-tidak di benaknya: "Seandainya ia telah
menikah dengam Cut Mala, lalu di penghujung malam seperti
itu ia membaca Al-Quran bareng Cut Mala. Bergantian. Terkadang ia yang membaca, Cut Mala yang mendengarkan. Atau
Cut Mala yang membaca, ia yang menyimak dengan seksama.
Alangkah indahnya. Alangkah indahnya."
Ia memejamkan mata. Setetes airmata jatuh ke mushaf
yang ia baca. Ia sesenggukan. Menangis dengan perasaan cinta, sedih,
rindu dan merasa berdosa bercampur jadi satu.
"Ya Allah, ampuni dosa hamba-Mu ini. Ya Allah, jika
yang kurasakan ini adalah sebuah dosa maka ampunilah dosa
hamba-Mu yang lemah ini."
Dalam doa dan istighfarnya, ia sangat berharap bahwa
Allah Swt. mengasihi orang-orang yang sedang jatuh cinta
seperti dirinya. *** Di ufuk timur, langit menyemburatkan warna merah.
Fajar perlahan menyingsing. Sebuah menara mengumandangkan azan. Disusul menara kedua.
80 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Beberapa detik kemudian azan berkumandang dari beribu
menara yang menjulang di Kota Cairo. Azan dari menara
Masjid Ar Rahmah membangunkan Cut Mala yang tinggal di
kawasan Masakin Utsman. Tepatnya Masakin Utsman 72/
605, tak jauh dari Masjid Ar Rahmah yakni masjid yang oleh
orang-orang Indonesia disebut "Masjid Planet".
Disebut "Masjid Planet" karena bentuknya yang tidak
seperti masjid pada umumnya, tapi mirip bangunan dari planet
lain.Ada juga yang menyebut "Masjid UFO", karena bentuknya agak mirip UFO.
Gadis Aceh itu membangunkan teman-temannya. Ketika
ia masuk kamar Tiara, ia mendapati kakak kelasnya itu masih
bersimpuh di atas sajadahnya dengan terisak-isak. Ia tidak
ingin mengganggunya. Cut Mala atau lengkapnya Cut Malahayati, tinggal di
dalam flat yang cukup luas itu dengan empat orang mahasiswi. Flat itu memiliki tiga kamar tidur berukuran cukup luas.
Satu dapur. Satu kamar mandi. Balkon. Dan ruang tamu yang
juga luas. Flat itu tergolong mewah. Semua lantainya full
karpet. Di ruang tamu ada seperangkat sofa yang diimpor dari
Italia. Dapur full keramik. Dan kamar mandi yang tak kalah
dengan hotel bintang tiga. Flat itu juga dilengkapi telpon,
pemanas air, kulkas, kompor gas bahkan pengatur suhu udara
diruang tamu. Cut Mala dan teman-temannya bisa dikatakan beruntung. Sebab untuk flat yang semewah itu mereka hanya
membayar tiga ratus pound perbulan. Untuk ke kuliah pun
seringkali ia memilih jalan kaki. Sebab flatnya dengan kuliah
banat tidaklah jauh. Pemilik flat itu bernama Madam Zubaida. Seorang pengusaha yang kaya. Ia memiliki perusahaan travel dan beberapa toko sepatu di Cairo dan Alexandria. Madam Zubaida
81 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy sangat pemurah dan baik hati. Ia memiliki tiga orang anak.
Satu putri, dua putra. Dua anaknya berada di luar negeri.
Yang putri bemama Yasmin, sedang kuliah di Prancis, dan
telah menikah dengan seorang staf Kedutaan Mesir di Paris.
Anaknya yang nomor dua, kuliah di Istanbul. Hanya si Bungsu yang menemaninya. Masih kuliah di Fakultas Kedokteran
Cairo University. Setahu Cut Mala, Madam Zubaida memiliki
tiga rumah di Cairo. Satu di kawasan Mohandisin yang ia
tempati bersama putra bungsunya. Yang kedua di kawasan
Ma'adi, dan yang ketiga di Masakin Utsman Nasr City yang
disewakan kepada mahasiswi dari Indonesia.
Tujuan Madam Zubaida menyewakan flatnya di Masakin
Utsman memang tidak semata mata untuk mendapatkan uang,
tapi agar flatnya ada yang menjaga, merawat dan mengurusnya. Maka ia hanya percaya pada para maha-siswi. Khususnya
mahasiswi Indonesia. Kebetulan Madam Zubaida pernah
memiliki seorang pembantu perem-puan dari Indonesia.
Madam Zubaida sangat terkesan dengan kehalusan budi dan
ketelatenan pembantunya itu dalam mengurus rumahnya.
Maka sejak itu ia sangat percaya pada perempuan dari
Indonesia. Perempuan Indonesia memang luar biasa di mata
Madam Zubaida. Setiap bulan Madam Zubaida datang mengontrol keadaan flatnya pada hari yang tidak ia tentukan. Dan ia selalu
puas, karena para mahasiswi dari Indonesia yang meninggali
flatnya benar-benar menjaga dan merawat flatnya dengan
baik. Cut Mala dan teman temannya bahkan selalu menjaga
seluruh ruangan flat itu dengan pengharum ruangan, agar
selalu segar dan wangi udaranya.
Bisa dikatakan, seluruh penghuni rumah itu adalah mahasiswi yang bernaung dalam Keluarga Mahasiswa Aceh. Cut
Mala dari Pidie dan Tiara dari Banda Aceh. Keduanya benarbenar asli Aceh, maksudnya kedua orangtua mereka memang
82 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
asli Aceh. Selain mereka berdua ada Cut Rika dan Masyithah.
Keduanya tidak berdarah Aceh murni, namun tidak ada
bedanya dengan yang berdarah Aceh.Cut Rika, lahir di Peukan
Bada, Aceh Besar, tapi ia besar dan menghabiskan masa remajanya di rumah neneknya di Bandung. Ayahnya asli Peukan
Bada, ibunya asli Bandung. Dan terakhir adalah Masyithah,
gadis paling cantik di rumah itu. Bahkan, mungkin mahasiswi
Indonesia paling cantik di Cairo. Hanya saja tidak banyak
yang tahu seperti apa sesungguhnya kecantikannya. Sebab,
dalam keseharian ia selalu memakai cadar.
Masyithah lahir di Aceh, ayahnya asli Syiria, ibunya asli
Pakistan. Jadi sama sekali tidak ada darah Aceh yang mengalir
dalam dirinya. Tapi sejak pertama kali melihat dunia ia telah
jadi orang Aceh. Masyithah lahir di Banda Aceh saat ayahnya mendapat
tugas dari Rabithal 'Alam Islami untuk mengajar di IAIN Ar
Raniry. Saat melahirkannya, ibunya meninggal dunia Ayahnya
tetap teguh untuk menyelesaikan tugasnya berdahwah dan
mengajar di Aceh. Ia dirawat oleh seorang gadis dokter yang membantu
kelahirannya. Entah bagaimana awalnya, akhimya dokter asli
Aceh yang merawatnya itu berhasil disunting ayahnya. Dialah
ibunya, yang ia kenal sekarang. Meskipun sesungguhnya ia
ibu tiri, tapi ia tak pernah merasa menjadi anak tiri. Sejak itu


Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ayahnya pindah kewarga-negaraan menjadi orang Indonesia.
Sekarang ayahnya bekerja di Kedutaan Besar Syiria di Jakarta.
Sementara ibunya bekerja di RSCM Jakarta. Masyithah sudah
bisa berbahasa Arab sejak kecil. Maka wajar jika ia paling fasih
berbahasa Arab di rumah itu. Selain bahasa Arab, ia juga fasih
berbahasa Indonesia dan Aceh.
Cut Mala dan teman-temannya menjalankan shalat Subuh
berjamaah. Mereka menggelar sajadah di ruang tamu. Yang
83 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy menjadi imam pagi itu Cut Rika. Mahasiswi tingkat tiga jurusan tafsir itu membaca surat An Nisa'. Bacaannya tartil dan
fasih. Suaranya indah. Semuanya larut dalam penghayatan
kalam ilahi. Usai shalat mereka zikir, mengingat Allah Swt.,
lalu membaca Al Ma' tsurat. 12 Setelah itu mereka kembali ke
kamarnya masing-masing untuk tilawah.
Cut Mala mengikuti Masyithah masuk kamar. Mereka
berdua memang tinggal dalam kamar yang sama. Keduanya
lalu larut dalam tadarus Al-Quran. Cut Mala terus membaca.
Sementara Masyithah menyudahi baca-annya. Ia menyalakan
komputernya. Tiara mendekati Cut Mala. Cut Mala menyudahi bacaannya.
"Mau aku ajak jalan jalan Dik Mala" " Lirih Tiara.
"Mau Kak." "Yuk kita keluar. Kita ke Hadiqah Dauliyah. Sekalian
menghirup udara pagi. Aku ingin sedikit bicara denganmu."
"Ayuk." Cut Mala melepas mukenanya. Memakai jubah hijau tuanya dan memakai jilbab hijau mudanya. Setelah yakin dengan
penampilannya ia melangkah keluar kamar mengikuti Tiara.
Masyithah yang mengetahui ke mana me-reka akan pergi
berteriak, ''Jangan lupa nanti mampir beli roti."
"Insya Allah. " Jawab Cut Mala.
*** Usai shalat Subuh, Azzam tetap di masjid, demikian juga
Hafez. Azzam membaca dua halaman mushafnya lalu mendekab Hafez yang duduk terpekur tak jauh darinya. Beberapa
12 Kumpulan dzikir dan doa dari Rasulullah Saw. Yang dibaca pada pagi dan sore hari
84 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
orang Mesir duduk melingkar untuk membaca Al-Quran bergantian. Biasanya Azzam menyempatkan ikut, tapi kali ini ia
sudah berjanji pada Hafez.
"Sebaiknya kita berbincang-bincang di luar sana sambil
berjalan-jalan dan menghirup udara pagi" kata Azzam pada
Hafez. Hafez mengangguk. Keduanya keluar meninggalkan
masjid dan berjalan menelusuri trotoar ke arah Mahatta
Gami'. "Kau bilang kau akan konsentrasi pada studimu Fez. Apa
kau lupa dengan itu?" Kata Azzam seraya menghentikan
langkahnya. Hafez juga menghentikan langkahnya.
"Aku inginnya begitu Kang. Tapi entah kenapa aku sama
sekali tidak bisa melupakan dia. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Aku bingung aku harus bagaimana. Saat shalat,
aku membayangkan jika shalat bersamanya. Saat membaca AlQuran aku membayangkan jika aku membaca Al-Quran
bergantian dengannya. Saat berdoa pun aku juga mengingat
dirinya. Aku harus bagaimana Kang?"
"Ini penyakit, kau harus sadar itu Fez!"
"Aku sadar Kang, sangat sadar. Aku tak boleh membayangkan wajahnya. Itu tidak boleh. Itu haram.Tapi bayangan
wajahnya datang begitu saja Kang. Aku bisa gila Kang. Aku
rasa satu -satunya jalan aku harus berterus terang pada Fadhil,
bahwa aku mencintai adiknya dan aku langsung akan mela marnya dan menikahinya secepatnya"
Azzam tersenyum. "Itu pikiran yang bagus. Menikah. Tapi masalahnya apa
kamu yakin adik si Fadhil. Siapa itu namanya Cut Nala?"
"Bukan Nala Kang, Mala."
85 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "O ya Cut Mala. Apa kamu yakin dia siap untuk menikah. Dia baru tingkat dua. Sedang asyik-asyiknya merasakan
dinamika hidupnya sebagai seorang maha-siswi. Bahkan seorang aktivis. Terus kalau dia siap menikah apa kamu yakin dia
mau menikah denganmu" "
"Lalu aku harus bagaimana Kang?"
"Kau harus melupakannya. Jika dia jodohmu, percayalah,
dia tidak akan ke mana-mana. Dia tidak akan diambil siapapun
juga." "Tapi rasanya sangat susah Kang."
"Aku tahu. Selama kau masih satu rumah dengan Fadhil
kau takkan bisa melupakannya. Aku tahu setidaknya tiap dua
hari sekali Fadhil mendapatkan telpon dari adiknya, dan sebaliknya Fadhil juga sering menelpon adiknya. Terkadang tanpa
sadar Fadhil menyebut nama adiknya itu di depanmu, di depan
kita-kita. Bagi orang lain yang tak memiliki perasaan apa-apa,
mendengar namanya mungkin tak ada masalah. Tapi bagi
kamu, itu sama saja air hujan menyirami tanaman yang mengharap air. Belum lagi kalau adiknya itu datang mengantar
sesu-atu, yang terkadang mengantar makanan untuk kakaknya. Ya untuk kakaknya, tapi kita ikut menyantap masakannya. Bagi yang lain mungkin tidak masalah, tapi bagimu
menyantap masakannya akan mengobarkan bara asmara yang
mungkin susah payah kau padamkan. Jika kau nekat berterus
terang pada Fadhil saat ini, percayalah kau bisa merusak sega lanya. Kau bisa merusak dirimu sendiri. Merusak hubunganmu dengan Fadhil. Bahkan juga bisa merusak Cut Mala."
"Kok bisa sejauh itu efeknya Kang?"
"Keinginan menikah itu baik. Keinginan melamar seseorang juga tidak salah. Namun jika waktunya tidak tepat,
yang didapat bisa hal yang tidak diinginkan. Kau tentu tahu
saat ini sudah sangat dekat dengan ujian. Waktunya orang
86 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
konsentrasi pada ujian. Kalau kau membuka perasaan dan
keinginanmu saat ini, pasti bisa membuyarkan konsentrasi
Fadhil, juga adiknya Cut Mala. Bahkan jika Cut Mala pun siap
menerimamu. Konsentrasinya pada pelajaran akan buyar dan
beralih memikirkan lamaranmu. Apalagi jika ia sebenamya
tidak siap menikah. Fadhil juga akan sangat memikirkan hal
itu. Sebab, kau adalah temannya, dan Cut Mala adalah adiknya. Jika Cut Mala menolak lamaranmu Fadhil pasti akan
sangat tidak enak padamu. Belum lagi hal-hal lain di luar
prediksi kita. Saya pernah mendapat cerita dari seorang bapak
di KBRI, ada seorang mahasiswi gagal ujiannya gara-gara
dilamar oleh seseorang lewat telpon dan mahasiswi itu tidak
siap menerima lamaran itu. Konsentrasinya buyar dan ujiannya gagal. Apa tidak kasihan kalau itu terjadi pada Cut Mala."
"Terus saya harus bagaimana Kang?"
"Kau harus berhasil mengatasi dirimu. Kau harus bisa
mengatasi perasaanmu. Jangan kau korbankan orang lain.
Sebaiknya untuk sementara, kau mengungsilah yang jauh
supaya bisa konsentrasi belajar. Nanti setelah ujian selesai, aku
akan membanturnu membicarakan hal ini dengan Fadhil. Ini
lebih baik bagimu dan bagi semuanya. Percayalah, siapa
jodohmu, sudah ditulis di Lauhul Mahfudz. Kau jangan kuatir.
Jika memang yang tertulis untukmu adalah Cut Mala, Insya
Allah tidak akan ke mana-mana.
"Baiklah Kang. Aku ikut saranmu. Tapi janji ya Kang,
setelah ujian selesai nanti akan membanlu berbicara dengan
Fadhil." "Ya, aku janji."
*** Cut Mala dan Tiara keluar flat dan turun menggunakan
lift. Mereka lalu berjalan ke selatan menuju Hadiqah Dauliyah.
Sebuah taman kota di Nasr City yang sangat dibanggakan
87 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy oleh orang Mesir. Taman yang terdiri hanya atas beberapa
hektar itu, mereka sebut Hadiqah Dauliyah, artinya International Garden, Taman Internasional.
Mahasiswa Indonesia sering menertawakan orang Mesir
begini,"Kita saja orang Indonesia yang memiliki taman sangat
luas, replika dari suku bangsa Indonesia, untuk mengitarinya
tidak cukup dengan jalan kaki. Kita masih menamakan taman
mini. Kita menyebutnya Taman Mini Indonesia Indah. Sedangkan ini taman yang cuma beberapa hektar saja sudah
disebut Taman Internasional. Terkadang orang Mesir menjawab dengan santai, "Itulah bedanya orang Indonesia dengan
orang Mesir. Orang Indonesia terlalu rendah diri, terlalu minder dengan kemampuannya, dan tidak bisa memotivasi diri.
Sedangkan orang Mesir selalu percaya diri. Selalu bisa memotivasi diri! Kita bisa menginternasionalkan yang kecil." Maka
biasanya orang Indonesia akan diam sambil terus menggerutu
di dalam hati, "Dasar orang Mesir anak Fir'aun, sombong
sekali!" Cut Mala dan Tiara sudah sampai di gerbang Hadiqah.
Gerbang baru saja dibuka. Beberapa orang Mesir masuk.
Mereka berpakaian olah raga. Dua gadis Aceh itu masuk.
Tiara mengajaknya duduk di sebuah bangku panjang. Langit
tampak cerah. Burung burung beterbangan dari pohon ke
pohon. Dari arah timur, di antara gedung-gedung bertingkat
muncul cahaya kemerahan yang perlahan menjadi kekuningkuningan. Matahari muncul seolah tersenyum pada bumi.
"Mau bicara tentang apa Kak?" Tanya Cut Mala.
"Aku mau sedikit minta tolong padamu Dik." Jawab
Tiara. "Apa itu Kak?" "Begini, aku sedang sedikit menghadapi masalah serius.
Aku minta kamu tidak membuka hal ini kepada siapapun juga.
88 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Kemarin aku mendapat telpon dari Aceh. Dari ayah. Beliau
bilang, aku dilamar oleh seorang Ustadz. Namanya Ustadz
Zulkifli. Dia adalah salah seorang ustadz di pesantren kakak
dulu. Namun dia tidak pernah mengajar kakak. Karena ketika
dia masuk pesantren, kakak sudah kelas dua aliyah. Dan dia
mengajar di kelas satu. Jadi kakak tidak tahu persis bagaimana
sebenamya dia. Ayah cerita, katanya Ustadz Zulkifli pernah
satu pesantren dengan Kak Fadhil, kakakmu. Aku minta tolong sampaikanlah keadaanku ini pada Kak Fadhil. Aku
sebaiknya mengambil keputusan apa" Harus aku terimakah
lamarannya atau bagaimana" Dua hari lagi ayah mau menelpon untuk meminta kepastianku. Ayah menyerahkan sepenuhnya padaku."
"Sebenarnya dari hati nurani paling dalam Kak Tiara
bagaimana" Menerima atau menolak" "
"Aku tidak tahu Dik."
"Reaksi hati pertama kali mendengar lamaran itu
bagaimana Kak?" "Biasa-biasa saja. Karena sebenarnya aku belum ingin
menikah. Aku ingin menikah setelah selesai kuliah. Tapi ayah
bilang jika aku mau, Ustadz Zulkifli akan menyusul ke Mesir.
Aku belum bisa mengambil keputusan. Tolong ya sampaikan
hal ini pada Kak Fadhil. Aku ingin tahu pendapat dia sebagai
pertimbangan. Dia mungkin kenal baik Ustadz Zulkifli, dan
dia juga tahu tentang diriku."
"Baiklah Kak, amanah kakak segera saya tunaikan, Insya
Allah." Hati Tiara merasa lega mendengar jawaban Cut Mala.
Sebenarnya ia ingin mengatakan pada Cut Mala, bahwa ia
mencintai Fadhil, kakaknya, tapi ia tidak sampai hati menyampaikannya. Rasa malulah yang menghalanginya. Selama ini ia
hanya bisa meraba tanpa bisa memastikan apakah Fadhil
89 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy memiliki perasaan yang sama ataukah tidak. Ia ingin mendengar komentar Fadhil tentang masalahnya untuk sedikit
mencari petunjuk dan isyarat seperti apa sesungguhnya sikap
Fadhil kepadanya. Ia ingin mencari petunjuk bahwa Fadhil juga mencintainya. Jika ya, ia akan lebih memilih hidup bersama orang
yang dicintainya. Ia sangat yakin Fadhil orang yang baik dan
saleh, demikian juga Ustadz Zulkifli. Jika demikian, bila disuruh memilih yang sama baiknya, tentu ia akan memilih yang
telah diterima oleh hatinya. Namun, ia merasa jodoh terkadang tidak bisa dipilih. Jodoh dalam keyakinannya adalah
dipilih. Ya, dipilihkan oleh Allah. Manusia hanya berusaha,
berikhtiar. Dan apa yang ia lakukan pada pagi buta dimusim
semi itu ia yakini sebagai salah satu dari ikhtiarnya.
Ia tidak bisa menampik bahwa ia mencintai Fadhil,
dengan diam-diam. Namun ia tidak yakin cinta seperti yang ia
rasakan akan kekal. Baginya, cinta yang kekal adalah untuk
orang yang secara sah menjadi suaminya, Dan ia tidak
memungkiri, ia ingin orang itu adalah Fadhil. Sekali lagi jika
boleh memilih. Tiara bangkit diikuti Cut Mala. Keduanya berjalan
mengitari taman. Orang-orang Mesir semakin banyak berdatangan. Ada yang berlari-lari kecil. Ada yang hanya berjalan
jalan. "Berarti Ustadz Zulkifli itu pernah belajar di Pesantren
Ar Risalah Medan Kak?" tanya Cut Mala. Ia bertanya begitu
karena Fadhil, kakaknya menyelesaikan pendi-dikan menengahnya di pesantren itu.
"Iya. Setahu saya, dia waktu MTs dan Aliyahnya di
Pesantren Ar Risalah, lalu kuliah di LIPIA Jakarta Prograrn
I"dadul Lughah, setelah itu ia mengajar di pesantren kakak."
Jelas Tiara panjang lebar.
90 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
"Dia tampan nggak Kak?"
"Aku tak ingat lagi wajahnya Dik. Kenapa kau tanya
begitu.?" "Memang tidak boleh, Kak"!"
"Ya boleh saja. Tapi kenapa kau tanya begitu?"
"Kalau dia tampan, ya diterima saja Kak."
"Kalau tidak tampan?"
"Ya terserah Kakak. Kan Kakak yang mengambil keputusan, dan kakak pula yang akan menjalaninya bukan Mala,
hi... hi... hi...." Cut Mala cekikikan. Dua lesung di pipinya
menambah pesona wajahnya.
Tiara gemas dibuatnya. 91 Ilyas Mak"s eBooks Collection
7 SMS UNTUK ANNA Gadis itu berjalan dengan hati berselimut cinta. Hatinya
berbunga -bunga. Siang itu, Cairo ia rasakan tidak seperti biasanya. Musim semi yang sejuk, matahari yang ramah, serta
senyum dari Profesor Amani saat memberinya ucapan selamat
dan doa barakah. Semua melukiskan suasana indah yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia merasakan begitu dalam
rahmat dan kasih sayang Allah kepadanya.
Ia berjalan dengan hati berselimut cinta. Kedua matanya
basah oleh air mata haru dan bahagia. Itu bukan kali pertama
ia menangis bahagia. Ia pernah beberapa menangis bahagia.
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Dulu, begitu kedua kakinya untuk pertama kalinya menginjak tanah Mesir, ia menangis. Juga saat berhasil
lulus S.1 dua tahun yang lalu dengan predikat mumtaz,
atau summa cumlaude. Ialah mahasiswi dari Asia Tenggara pertama yang berhasil meraih prestasi ini. Ia juga menangis penuh rasa syukur ketika berhasil lulus ujian tahun kedua pasca
sarjana. Lulus setelah melewati ujian tulis dan ujian lisan yang
berat. Dalam ujian lisan ia harus berhadapan dengan empat
profesor. Lulus juga dengan nilai mumtaz, sehingga ia berhak
untuk mengajukan judul tesis. Saat itu ia merasakan betapa
dekatnya Allah 'Azza wa Jalla. Betapa sangat sayanya Allah
kepadanya. Doa dan usaha kerasnya senantiasa dijabahi olehNya.
Dan hari ini, ia kembali menangis. Menangis bahagia.
Hatinya dipenuhi keharuan -luar biasa. Batinnya terus bertasbih dan bertahmid. Jiwanya mengalunkan gerimis Subhaana


Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rabbiyal a'la wa bihamdih. Subhaana Rabbiyal a'la wa bihamdih.
Subhaana Rabbiyal a"1a wabihamdih... Ia bertasbih. Proposal
tesisnya langsung diterima tanpaa menunggu waktu yang
lama. Hanya satu bulan saja sejak proposal tesisnya itu ia ajukan ke Qism Diraasat 'Ulya. 13
Ia kembali menangis. Ia kembali teringat kata abahnya
tercinta, "Anakku, alangkah indahnya jika apa saja yang kau temui. Apa saja yang kaurasakan. Suka, duka, nikmat, musibah,
marah, lega, kecewa, bahagia. Pokoknya apa saja, Anakku. Bisa
kau hubungkan derngan akhirat, dengan hari akhir. Dengan
begitu hatimu akan sangat peka menerima cahaya hikmah dan
hidayah. Hatimu akan lunak dan lembut Selembut namamu.
Dan tingkah lakumu juga akan tertib setertib namamu!"
13 Program Pascasarjana 93 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Wajah abahnya seperti di depan mata. Saat itu ia bingung
dengan maksud menghubungkan yang ditemui dan dirasakan
dengan akhirat. Abah sepertinya tahu akan kebingungannya,
maka abah langsung menyambung,
"Begini Anakku, jika suatu ketika kau dimurkai ibumu
misalnya, carilah sebab kenapa kau dimurkai ibumu. Hayati
perasaanmu saat itu, saat kau dimurkai. Ibumu murka kemungkinan besar karena kau melakukan suatu kesalahan, yang
karena kesalahamnu itu ibumu murka. Dan saat kau dimurkai
pasti kau merasakan kesedihan, bercampur ketakutan dan juga
penyesalan atas kesalahanmu. Itulah yang kau temui dan kau
rasakan, saat itu. Lalu hayati hal itu sungguh sungguh, dan
hubungkan dengan akhirat. Bagaimana rasanya jika yang
murka kepadamu adalah Allah. Murka atas perbuatanperbuatanmu yang membuat-Nya murka. Bagaimana perasaanmu saat itu. Mampukah kau menanggungnya. Jika yang
murka adalah ibumu, kau bisa meminta maaf. Karena kau
masih ada di dunia. Jika di akhirat bisakah minta maaf kepada
Allah saat itu" "
Air matanya kembali meleleh.
"Terima kasih Abah!" Lirihnya. Kata-kata abahnya itu
memang sangat membekas dalam dirinya. Kata -kata abah saat
berusaha menghiburnya kala ia dimurkai ibunya liburan tahun
lalu. Ia dimurkai gara-gara asyik membaca saat diminta ibunya mengupaskan mangga kepona-kannya si Kecil Ilham"
putra kakak sulungnya. Saat itu ia hanya menjawab "Inggih,
sekedap'' 14 dan ia masih konsentrasi membaca buku yang baru
ia beli dari Shopping Centre Jogja. Ia tidak memperhatikan
pisau dan mangga yang diletakkan oleh lbu di samping kanannya. Sementara ia terus asyik membaca, si Kecil rupanya tidak
sabar. Diam-diam ia mengambil pisau dan berusaha mengupas
14 Ya Sebentar 94 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
sendiri. Akibatnya, jari si Kecil kepiris , darah mengalir dari
jarinya dan harus dilarikan ke puskesmas. Ia dimurkai ibunya
habis-habisan, buku yang ia baca dibakar oleh ibunya.
"Buku setan! Apa hidup hanya untuk membaca! Apa
belajar bertahun-tahun di Mesir masih kurang hah! Apa ilmu
hanya ada dalam buku! Peka pada anak kecil apa juga tidak
perlu ilmu! Apa gunanya jadi sarjana, lulusan Al Azhar kalau
tidak tanggap sasmita, kalau disuruh ibunya tidak segera
beranjak!" Saat itu ia benar-benar sangat menyesal. Ia merasa begitu
kerdil. Kesalahannya seolah tidak bisa ditebus, tidak termaafkan. Merasa menjadi orang paling berdosa di dunia. Ibu tidak
pernah marah bila ia membaca buku. Tapi saat itu beliau
sangat murka justru dikarenakan keasyikannya membaca
buku. Abah menghiburnya. Itu baru ibu yang murka, bagaimana jika Allah yang murka" Dan hari berikutnya, ibu sudah
tersenyum padanya, sudah melupakan semua kesalahannya. Si
Kecil Ilham seperti tidak merasakan sakit pada jarinya saat ia
ajak main bongkar-pasang balok susun.
Dia terus berjalan. Kakinya melangkah menyeberangi
jalan raya dan rel metro yang melintas di depan Kulyyatul
Banat. Sinar matahari begitu cerah dan bening, tidak seperti
saat musim panas atau musim dingin. Sesekali ia mengusap
matanya yang sembab dengan sapu tangannya.
Sesungguhnya yang membuat dia menangis tidaklah
semata -mata rasa bahagia karena proposal tesisnya diterima
dalam waktu begitu singkatnya, sementara ada mahasiswi
yang sudah dua kali mengajukan proposal tesis dan sudah
menunggu satu tahun tapi belum juga diterima. Namun yang
membuatnya menangis, karena ia teringat, bahwa yang dirasakannya barulah kebahagiaan duniawi, belum ukhrawi.
95 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Begitu bahagianya ia, ketika jerih payahnya, kerja kerasnya memeras otak, pontang-panting ke perpus-takaan Shalah
Kamil dan IIIT Zamalek, membuka dan menganalisis ratusan
referensi akhirnya membuahkan hasil yang melegakan jiwa.
Begitu hahagianya hatinya saat diberi ucapan selamat oleh
Profesor Amani. Benarlah kata pepatah, siapa menanam, dia
mengetam. Baru proposal tesis yang diterima, ia begitu bahagianya.
Baru ucapan selamat dari Profesor Amani, ia begitu bangga nya. Kalimat Guru Besar Ushul Fiqh yang sangat dicintai para
mahasiswinya itu masih bergema dalam jiwanya :
"Selamat Anakku, semoga umurmu penuh barakah, ilmumu bermanfaat. Teruslah belajar dan belajar!" Air matanya
kembali meleleh. Ia lalu berkata pada diri sendiri "Lantas
seperti apakah rasanya ketika kelak di hari akhir seseorang
mengetahui amalnya diterima Allah. Ia menerima catatan
amalnya dengan tangan kanan. Dan mendapatkan ucapan
selamat dari Allah, dari Baginda Nabi, dari malaikat penjaga
surga, dan dari seluruh malaikat, para nabi dan orang-orang
saleh. Saat surga menjadi tempat tinggal selama-lamanya.
Kebahagiaan semacam apakah yang dirasa?"
Ia melangkah. Matanya basah, "Rabbana taqabbal minna
innaka antas sami'ul 'aliim. Tuhan terimalah amal kami,
sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Lirihnya dalam hati, sambil menghayati dengan sepenuh jiwa bahwa tiada prestasi yang lebih tinggi dari diterimanya amal saleh oleh Allah dan dibalas dengan keridhaanNya.
Ia terus melangkah menapaki trotoar di depan gedung
Muraqib Al Azhar, ke arah Abdur Rasul. Ia menengok ke kiri,
memandang gedung Muraqib sekejab. Di gedung itulah dulu
berkas-berkasnya masuk Universitas Al Azhar diproses. Di
96 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
gedung itulah ia pertama kali kenal antrean yang lumayan
panjang di Mesir. Di gedung itu juga ia berkenalan dengan
Wan Najibah Wan Ismail, mahasiswi dari Kedah, Malaysia
yang kini menjadi salah satu sahabat karibnya. Saat itu ia juga
antre untuk mendaftarkan diri masuk Al Azhar.
Bagi mahasiswa dan pelajar Al Azhar, gedung Muraqib
atau nama resminya Muraqabatul Bu'uts Al Islamiyyah pasti
menyisakan kenangan tersendiri. Bagi yang dapat bea siswar
maka mengurus beasiswanya juga tidak lepas dari Muraqib.
Bahkan bagi yang tidak mendapatkan beasiswa dari Al Azhar
dan ingin mengajukan permohonan beasiswa ke lembaga lain,
juga harus mendapatkan surat keterangan tidak menerima
beasiswa dari Muraqib. Seluruh lembaga pendidikan di dunia
yang ingin menyamakan ijazah mereka dengan ijazah Al
Azhar harus melalui proses di Muraqib.
"Pentingnya Muraqib bagi Al Azhar nyaris sama seperti
tangan bagi manusia", begitu kata Zuleyka, seorang mahasiswi dari Turki, suatu kali kepadanya saat bertemu di depan
Muraqib. Mungkin ungkapan itu terlalu berlebihan. Namun
memang Muraqib jadi bagian pusat administrasi dan birokrasi
yang sangat vital bagi Al Azhar.
Begitu sampai di Tayaran Street ia melihat jam tangannya. Sebelas kurang seperempat. Ia ingin segera sampai rumah, dan mengabarkan kebahagiaannya kepada seluruh teman
rumah. Nanti setelah shalat Zuhur ia akan ke Daarut Tauzi",
membeli beberapa buku dan kitab. Ia belum pernah ke toko
buku yang satu ini. Pulang dari Daarut Tauzi' setelah Ashar.
Dan si Zahraza, mahasiswi asal Kedah yang satu rumah dengannya tak usah repot repot masak. Setelah shalat Maghrib,
ia mau mengajak orang satu rumah makan di Palace,
restaurant milik mahasiswa Thailand di kawasan Rab'ah El
Adawea yang terkenal Tom Yam dan nasi gorengnya.
97 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Dan saat pulang dari PaIace ia akan mampir ke rumah
Laila yang menjadi agen Malaysia Air Lines. Ia akan pesan
tiket pulang ke Tanah Air dengan transit dua minggu di
Kuala Lumpur. Kalau tidak, ia akan pesan pada Laila lewat
telpon saja. Rencananya ia hendak melakukan penelitian di
Malaysia untuk bahan tesisnya. Maka ia merasa, sebaiknya ia
berangkat minggu ini. Sebab Wan Aina mahasiswi asal Selangor yang tinggal serumah dengannya mau pulang ke
Malaysia minggu ini. Putri bungsu orang penting di Malaysia itu pulang hanya
dua minggu untuk menghadiri pernikahan kakaknya. Pikirnya,
ia bisa bersama Wan Aina selama di Kuala Lumpur. Sehingga
urusan penelitian untuk tesisnya tentang "Asuransi Syariah di
Asia Tenggara" akan menjadi lebih mudah. Ia berencana hendak melakukan penelitian di Perpustakaan ISTAC-IIUM di
Petaling Jaya, Perpustakaan IIUM di Gombak, dan Perpustakaan Universiti Kebangsaan Malaysia di Kajang. Dan kakak
Wan Aina yang hendak menikah adalah dosen di IIUM. Wan
Aina sendiri berjanji akan menemaninya selama mela-kukan
penelitian di Malaysia. Itulah rencana yang telah tersusun dalam kepalanya saat
ini. Yang paling penting ia harus segera pulang ke Tanah Air
sambil melakukan penelitian serius untuk tesisnya. Ia ingin
segera pulang untuk berbagi rindu, cerita, dan rasa bahagia
dengan abah dan ibundanya tercinta.
Begitu menyeberang Tayaran Street, hand phone-nya
berbunyi. Ada SMS masuk. Ia menghentikan langkah dan
melihat layar hand phone, dari Mbak Zulfa, isteri Ustadz
Mujab, yang masih bisa digolongkarl sepupu dengannya.
Kakek ayah Ustadz Mujab adalah juga kakek abahnya. Jadi
98 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
antara dirinya dan Ustadz Mujab masih erat pertalian darahnya. Ia buka pesan yang masuk :
"Ass. Wr. Wb. Dik Anna, bagaimana Istikharahnya" " Sdh ada kepastian" Td Ust.
Furqan ngebel ke Ust. Mujab, katanya besok mau dolan. Mungkin mau menanyakan
hasilnya." Ia tertegun sesaat, sesuatu yang nyaris dia lupakan, kini
ditanyakan. Memang sudah tiga bulan yang lalu ia diberitahu
Mbak Zulfa tentang keseriusan Furqan yang ingin mengkhitbahnya. Saat itu ia sedang konsentrasi ujian, jadi ia anggap angin lalu. Apalagi Furqan bukan yang pertama mengutarakan keseriusan kepadanya. Ia telah menerimanya belasan
kali. Baik yang melalui orang ketiga seperti Furqan, atau yang
langsung blak-blakan lewat telpon, sms, email, surat maupun
disampaikan langsung face to face. Semuanya telah mampu ia
selesai-kan dengan baik. Namun lamaran dari Furqan, Mantan Ketua Umum
PPMI, dan kandidat M.A. dari Cairo University, ia rasakan
agak lain. Tidak mudah baginya untuk mengatakan "tidak",
seperti sebelum-sebelumnya. Juga tidak mudah untuk mengatakan "ya."
Ia sama sekali tidak menemukan alasan untuk menolak.
Namun juga belum mendapatkan kemantapan hati untuk menerimanya. Pikirannya masih terpaku pada tesisnya. Namun ia
juga sadar bahwa waktu terus berjalan, dan usianya hampir
seperempat abad. Memang sudah saatnya ia membina rumah
tangga, menyempurnakan separo agama.
Ia melangkah sambil memasukkan hand phone ke dalam
tas birunya. Jilbab putih yang menutupi sebagian jubah biru
lautnya berkibaran diterpa semilir angin sejuk musim semi. Ia
mencoba menghadirkan bayangan wajah Furqan. Namun
spontan ada yang menolak dan dalam jiwanya. Ia tersadar,
dalam kenikmatan, dalam kelapangan selalu ada ujian. Dalam
99 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy setiap hembusan nafas dari aliran darah selalu ada setan yang
ingin menye-satkan. Ia langsung istighfar dan ber-ta'awudz. Ia
juga sadar bahwa dirinya adalah manusia biasa yang punya
nafsu, bukan malaikat suci yang tak memiliki nafsu.
Yang pasti, sunah Nabi tetap harus diikuti, dan suatu saat
nanti ia harus mengatakan "ya" atau "tidak" untuk Furqan.
Ya, suatu saat nanti tidak harus saat ini. Musim semi kali ini ia
tidak ingin diganggu siapa saja, termasuk apa saja yang
berkenaan dengan Furqan. *** Sementara itu di belahan lain Kota Cairo, tampak sebuah
sedan Fiat putih keluar dari pelataran Fakultas Darul Ulum,
Cairo University. Sedan itu melaju pelan di Sarwat Street lalu
belok kanan ke Gami'at El Qahirah Street, kemudian belok
kanan melintas di depan Zoological Gardeen dan terus melaju
ke arah sungai Nil. Tak lama kemudian Fiat putih itu telah berada di atas El
Gama'a Bridge, salah satu jembatan utama Kota Cairo yang
melintang gagah di atas sungai Nil. Begitu sampai di kawasan
El Manyal yang berada di Geziret El Roda, sedan itu belok
kanan menyusuri Abdel Aziz Al Saud Street yang membentang di tepi sungai Nil dari ujung selatan Geziret sampai
ujung utara. Sedan putih buatan Italia itu terus melaju ke
ujung utara, hingga melintasi Cairo University Hospital. Tepat
di ujung utara Geziret, tampak Meridien Hotel berdiri gagah.
Sedan terus melaju dengan tenang hingga masuk di
pelataran Meridien. Begitu menemukan tempat yang tepat di
pelataran parkir, sedan itu berhenti. Seorang pemuda berwajah
Asia keluar dari sedan. Ia mengeluar-kan tas ransel dan tas
jinjing hitam. Setelah mengunci mobil ia melangkah ke arah
pintu masuk hotel. Dua orang pelayan hotel berkemeja hijau
muda dengan rompi dan celana hijau tua menyambutnya
100 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
dengan senyum manis. Seorang di antara mereka menawarkan
untuk membawakan tasnya, tapi ia menolak. Pemuda itu
berjalan tenang melewati lobby hotel menuju resepsionis. Dua
orang petugas resepsionis dengan aura kecantikan khas gadis
Mesir menyambutnya dengan senyum. Seorang di antara
mereka menyapa, "Good Afternoon, Sir. Can I help you" "
Pemuda itu membalas dengan senyum seraya menunjukkan paspornya. Saat menyerahkan paspornya, ia sempat mem baca nama dua resepsionis itu. Dina dan Suzan. Si Dina menerima paspor itu dengan senyum lalu menulis sesuatu di
komputer. Sebelum Dina berkata, sang Pemuda telah mendahuluinya dengan sebuah kalimat dalam bahasa Arab,
"Lau samahti ya Anesa Dina...." 15
"Na'am," Resepsionis bernama Dina tampak terkejut,
"Hadratak bitakallim 'arabi" " 16
"Alhamdulillah, fiin Anesa Yasmin" Heya musy gaiya el
yom?" 17 "Heya hategi bil leil, insya Allah." 18
Dina lalu melihat data di komputer. "Kamar Anda 615,
Tuan Furqan" "Kalau boleh 919."
"Sebentar saya cek dulu."


Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Furqan menangkap bau semerbak wangi parfum yang
menyengat. Bau itu begitu menteror dirinya. Ia menoleh ke
15 Maaf Nona Dina. (Anesa, atau Anisah adalah sapaan untuk petempuan yang belum menikah)
16 Anda bisa berbahasa Arab"
17 Alhamdulillah, mana Nona Yasmin" Dia t dak datang hari ini"
i 18 Dia akan datang nanti malam, Insya Allah.
101 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy arah datangnya bau itu. Seorang perempuan Mesir berambut
jagung dan berpakaian ketat melintas. Tangannya digandeng
seorang turis bule. Dalam hati ia istighfar, ia berdoa semoga
suatu kali nanti perempuan itu tahu adab memakai pakaian
dan parfum. Mengenai bule yang menggandengnya ia tidak
mau berpurbasangka. Mungkin itu adalah suaminya. Ia kem bali memperhatikan Dina. Pada saat yang sama Dina menoleh
ke arahnya. "Ada isinya, Tuan."
"Kalau begitu coba 819."
"Baik, sebentar."
Dina kembali melihat layar komputer sementara jari jarinya menari di atas keyboard dengan indahnya. Furqan melihat
jam tangannya, dua belas lebih tiga menit.
"Alhamdulillah, kosong!"
"Breakfast-nya sekali saja ya."
"Baik, Tuan." Dina lalu memasukkan data. Mengambil key card, dan
memasukkannya ke dalam wadah berlipat tiga dari karton
berwarna kuning keemasan. Menuliskan nama Furqan, nomor
kamar dan mengambil kupon merah muda.
"Ini kunci dan kupon breakfast-nya."
"Mutasyakkir ya Anesa." 19
"Afwan." 20 Furqan memeriksa sebentar key card dan kupon yang ia
terima, lalu tersenyum tipis pada Dina dan Suzan. Keduanya
19 20 Terima kasih nona. Maaf 102 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
membalas dengan senyum dan anggukan ringan. Furqan
lantas melangkahkan kaki ke arah lift. Ia tidak sadar kalau
Dina terus mengikuti gerak tubuhnya sampai hilang ditelan
pintu lift. Furqan naik lift bersama dua turis dari Jepang. Dua muda-mudi yang sedang melakukan riset tentang alat transportasi Mesir kuno. Keduanya ternyata mahasiswa Kyoto University. Kamar mereka dilantai yang sama dengan kamar Furqan.
Mereka begitu antusias ketika Furqan menjelaskan dia juga
seorang mahasiswa. Furqan memperkenalkan dirinya sebagai
mahasiswa pascasarjana Cairo University, jurusan tarikh wal
hadharah, sejarah dan peradaban. Sebelum berpisah untuk
menuju kamar masing-masing, Furqan sempat bertukar kartu
nama dengan mereka. Sampai di pintu kamar 819, dengan mengucap basmalah,
Furqan membuka pintu kamar dengan key card-nya. Lalu memasukkan key card-nya ke tempat bertuliskan "insert your card
here" untuk menyalakan listrik. Furqan langsung merasakan
kesejukan dan kemewahan kamarnya. Kemewahan Eropa
kontemporer hasil perkawinan arsitektur Italia dan Turki
modern. Furqan meletakkan tas jinjing dan tas ranselnya di atas
meja pendek di samping kanan almari televisi. Ia lalu beranjak
membuka tabir jendela kamarnya. Dan terhamparlah di hadapannya panorama sungai Nil. Kamarnya tepat menghadap
sungai Nil. Dari jendela kamamya ia bisa melihat hampir semua panorama sungai Nil. Ke arah utara ia bisa melihat El
Tahrir Bridger, jembatan paling utama yang melintas sungai
Nil. Ia juga bisa melihat Gezira Sheraton Opera House, Cairo
Tower, bahkan menara Television and Broadcasting Studio di
kejauhan. 103 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Ke arah barat ia bisa melihat gedung Papyrus Institute,
arus lalu lintas di El Nil Street yang berada tepat di sepanjang
tepi barat sungaiNil, membentang dari Giza hingga Imbaba.
Ke arah selatan ia bisa melihat El Gama'a Bridge, bendera
Kedutaan Israel, dan terminal transportasi air yang letaknya
tak begitu jauh dari El Gama'a Bridge dan tentu saja beberapa
menara masjid. Cairo memang terkenal dengan kota seribu menara.
Sangat mudah menemukan menara masjid di kota ini. Sebab
hampir di setiap titik ada masjidnya
Furqan merebahkan badannya di atas springbed. Punggungnya terasa nyaman. Perlahan-lahan kedua matanya hendak terpenjam. Tiba-tiba hand phone-nya berdering mengingatkan saatnya shalat. Ia bangkit, menggerak-gerakkan
badannya untuk melemaskan otot ototnya lalu duduk di kursi.
Di kepalanya telah tergambar jadwalnya selama berada di
hotel. Setelah wudhu ia akan keluar sebentar untuk shalat
Zuhur di masjid terdekat dari hotel. Ada masjid di dekat Cairo
University Hospital yang terletak di sebelah selatan Meridien.
Setelah itu istirahat sebentar. Satu jam sebelum Ashar,
bangun untuk mulai membaca isi tesisnya. Untuk seterusnya
konsentrasi memperdalam isi tesisnya yang siap diujikan
dalam sidang terbuka tiga hari lagi. Hanya diselingi shalat,
makan dan mandi. Selain tesis yang telah paripurna penyuntingannya, bahan-bahan terpenting telah ia bawa yaitu beberapa buku penting, data -data penting yang telah ia simpan
rapi dalam laptop serta beberapa data dalam berlembar-lembar
fotocopy. Itulah jadwal yang telah tersusun di kepalanya.
Saat ia bangkit hendak ke kamar mandi telpon yang ada
di kamarnya berdering. Ia kaget, dalam hati ia bertanya siapa
yang telpon, baru saja sampai sudah ada yang telpon.
"Ya, hello. Ini siapa ya?"
104 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
"Ini Sara, Tuan Furqan. "
"Sara siapa ya?"
"Sara Zifzaf, mahasiswi Cairo University yang berkenalan
dengan Tuan diperpustakaan dua bulan yang lalu. "
"Sebentar, Sara yang tinggal di Mohandisin itu ya?"
"Iya benar." "Kok bisa tahu saya di sini!?" Tanya Furqan heran. Ia
heran bagaimana mungkin ada orang yang tahu ia ada di hotel
itu dan tahu nomor kamarnya. Apalagi dia adalah gadis Mesir
yang berkenalan tidak di sengaja di Perpustakaan. Setelah itu
tidak pernah bertemu lagi sama sekali. Ia berkenalan dengan
Sara di perpustakaan. Gara garanya, saat itu perpustakaan
penuh. Tidak ada lagi kursi kosong kecuali satu kursi di dekat
seorang gadis Mesir. Ia terpaksa duduk di situ. Ia membaca
dan menulis hal-hal penting dengan laptop-nya di samping
gadis itu. Entah kenapa gadis itu lalu mengajaknya bicara dan
terjadilah perkenalan itu.
Gadis itu adalah Sara. Dia memperkenalkan diri sebagai
mahasiswi Cairo University yang tinggal di Mohandisin. Gadis
itu ingin mengajaknya banyak bicara, Tapi ia minta maaf tidak
bisa banyak bicara, sebab banyak yang harus ditulisnya.
"Kebetulan tadi saya menemani ayah saya bertemu
koleganya di hotel ini. Saat saya hendak meninggalkan lobby
saya sempat melihat Tuan Furqan di meja resepsionis. Maka
saya tanya pada resepsionis untuk meyakinkan saya bahwa
yang saya lihat tidak salah. Dan ternyata benar. Sebenarnya
saya ingin bertemu langsung dengan Tuan Furqan. Tapi
sayang saya ada janji dengan seorang teman di Giza. Ini saya
menghubungi Tuan di jalan, dalam perjalanan ke Giza."
"Ada keperluan apa Anda menghubungi saya, Nona"'
105 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Saya ingin mengundang Anda makan malam bersama?"
"Ya makan malam bersama?"
Furqan kaget, ia baru sekali bertemu dengan gadis Mesir
itu. Tapi gadis Mesir itu bisa tidak lupa padanya. Ia saja jika
bertemu lagi dengan gadis itu di jalan mungkin sudah lupa.
Terus baru sekali bertemu sudah berani mengundang makan
malam. Ia heran. Itu bukanlah watak asli gadis Mesir. Watak
asli gadis Mesir adalah menjaga diri dengan rasa malu yang
berlapis lapis. "Saya mengundang Tuan nanti malam jam 19.30 di Abu
Sakr Restaurant di Qashr Aini Street, tepat di depan Qashr El
Aini Hospital. Setelah berkenalan dengan Tuan di perpustakaan itu, saya lalu mencari data lebih jauh tentang Tuan di bagian kemahasiswaan. Saya jadi mengetahui banyak hal tentang
Tuan. Saya juga sering melihat Tuan melintas di gerbang
kampus, tapi Tuan pasti tidak tahu. Saya harap Tuan bisa memenuhi undangan saya malam ini" Suara Sara itu terasa indah
ditelinga. Bahasa 'Amiya Mesir jika diucapkan oleh gadis
Mesir memiliki sihir tersendiri. Sihir yang tidak dimiliki jika
diucapkan oleh kaum laki-laki. Furqan berpikir sejenak lalu
menjawab dengan tegas, "Maaf, mungkin saya tidak bisa Nona. Ada yang harus
saya kerjakan." "Tidak harus Tuan jawab sekarang. Lihat saja nanti
malam, jika ada waktu silakan datang. Jika tidak, tidak apa.
Namun saya sangat senang jika Tuan bisa datang. Ini saja
Tuan, maaf mengganggu. Sampai bertemu nanti malam.
Syukran." "Afwan." Seketika ada tanda tanya besar dalam kepala Furqan,
kenapa gadis yang baru begitu ia kenal itu mengundangnya
106 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
makan malam" Sangat aneh untuk adat wanita Mesir kebanyakan. Ia merasa heran.
"Ah, emang gua pikirin. Gua ke sini bukan untuk memenuhi undangan makan, tapi untuk persiapan sidang tesis tiga
hari yang akan datang. Ah sekarang shalat, makan siang, istirahat lalu belajar dengan tenang." Kata Furqan pada diri sendiri, meskipun undangan makan malam dari Sara di salah satu
restauran berkelas itu, mau tidak mau, hinggap juga di pikiran
dan menimbulkan seribu tanda tanya.
Di luar hotel, angin musim semi mencumbui sunga Nil
dengan mesra. Sinar matahari memancarkan kehangatan dan
rasa bahagia. 107 Ilyas Mak"s eBooks Collection
8 SIANG DI KAMPUS MAYDAN HUSEIN Usai shalat Zuhur di masjid Al Azhar, Azzam melangkahkan kakinya menuju kampus Fakultas Ushuluddin, Al Azhar
University . Ia keluar masjid lewat pintu utara. Menyusuri
trotoarAl Azhar Street yang melintas tepat di utara masjid.
Jalan raya itulah yang memisahkan Masjid Al Azhar dengan
kantor Grand Syaikh Al Azhar yang lama, kantor yang biasa
disebut Masyikhatul Azhar. Masjid Al Azhar, Universitas Al
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Azhar, pasar tradisional Al Azhar, serta Mustasyfa
berada di sebelah selatan jalan.
21 Husein Sedangkan Masyikhatul Azhar yang lama, Masjid Sayyidina Husein, Khan Khalili, dan toko buku paling populer di
sekitar kampus Al Azhar yaitu Dar El Salam, berada di sebelah utara jalan. Lalu lintas di jalan ini cukup padat. Untuk
menghubungkan kawasan utara dan selatan ada terowongan
bawah tanah yang tepat berada di halaman barat Masjid Al
Azhar. Juga ada jembatan penyebe-rangan yang berada di
sebelah barat toko buku Dar El Salam. Kawasan ini, semuanya, dikenal dengan Maydan Husein.
Masjid Al Azhar, dan kampus Universitas Al Azhar yang
lama dikenal berada di kawasan Maydan Husein. Sedangkan
kampus Al Azhar yang baru, termasuk rektorat Al Azhar
berada di Madinat Nasr atau dikenal juga dengan sebutan
Nasr City. Untuk kantor Grand Syaikh Al Azhar yang baru,
berada tepat di sebelah selatan Daarul Ifta'.
Daarul Ifta' adalah tempat dimana Mufti Mesir berkantor.
Keduanya berdiri tepat di tepi barat Shalah Salim Avenue,
yang membentang dari kawasan Cairo lama, tepatnya dari
kawasan Malik El Shaleh, terus melintas di depan Benteng
Shalahuddin hingga ke kawasan Abbasea. Shalah Salim Avenue, ini termasuk jalan raya yang paling terkenal di Cairo,
karena banyak melintasi daerah daerah penting dan bersejarah. Melintas di kawasan yang dianggap paling tua hingga
kawasan yang dianggap metropolis.
Letak Masyikhatul Azhar yang baru dan Daarul Ifta" tidak
begitu jauh dari kampus Al Azhar, masih bisa ditempuh
dengan berjalan kaki. Tepat di depan Masyikhatul Azhar yang
baru dan Daarut Ifta' terbentang pekuburan terluas di Cairo.
Orang yang pertama kali datang ke Cairo dan melewati
21 Rumah Sakit 109 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy daerah ini tidak akan langsung tahu kalau kawasan itu adalah
pekuburan. Sebab banyak sekali bangunan berkubah. Beberapa
bangunan malah ada yang bermenara Ternyata bangunan
yang berkubah itu adalah kuburan para khalifah dan orang
orang penting. Bagi umat Islam, pekuburan ini adalah pekuburan tertua setelah pekuburan yang ada di sebelah timur
Mesir lama atau Fusthath.
Di sebelah timur Mesir lama, ada daerah yang dikenal
dengan sebutan City of the Dead. Sebuah kawasan yang di situ
menyatu antara pekuburan dan perkampungan. Makam dan
Masjid Imam Syafi'i ada di sini. Makam Imam Waqi' yang
dikenal sebagai salah satu guru Imam Syafi'i juga ada di sini.
Imam Zakaria AL Anshari dan Imam Leits juga dimakamkan
di sini. Bahkan makam Imam Hasan Al Banna juga ada di sini.
Kawasan ini dulunya, merupakan tempat tinggalnya para
imam besar. Di sebelah utara daerah ini ada kawasan pekuburan raja-raja Mameluk.
Sedangkan pekuburan di depan Masyikhatul Azhar yang
baru dan Daarul Ifta' dikenal sebagai tempat disemayamkannya Dinasti Qaitbay. Pekuburan ini dikelilingi oleh beberapa masjid bersejarah. Masjid Sultan Barquq ada di pinggir
utara kawasan ini. Sedangkan Masjid Qaitbay ada di pinggir
timur, tepat di samping jalan El Nasr. Dan di sebelah selatan,
beberapa ratus meter di utara Benteng Shalahuddin berdiri
Masjid Emir Khair Bey. Kawasan ini, sekarang tidak murni sebagai kawasan pekuburan. Bangunan yang tampak kotak-kotak dan sebagian
berkubah yang memenuhi kawasan itu, banyak yang telah
dijadikan tempat tinggal orang-orang yang tidak punya tempat tinggal. Daerah ini mungkin bisa disebut kawasan paling
aneh di Cairo, manusia yang masih hidup bisa sedernikian
nyaman dan akrabnya dengan jasad dan tulang-belulang
orang yang telah mati. 110 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Daerah ini bahkan kini nyaris mirip perkampungan.
Namun fungsinya sebagai tempat menguburkan orang yang
merunggal dunia juga masih berjalan. Hampir semua mahasiswa Asia Tenggara yang tinggal di Nasr City, jika berangkat kuliah ke Al Azhar pasti melewati daerah ini.
Bagi mahasiswa Indonesia yang berasal dari Solo, atau


Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat paham, dengan Solo, setiap melintasa kawasan ini akan
diingatkan dengan kawasan pemakaman terluas di Solo, yaitu
makam Bonoloyo. Tidak sama persis memang. Paling tidak
diingatkan akan adanya manusia yang tinggal sehari-hari di
makam Bonoloyo. Makan dan tidur di Bonoloyo. Sehari-hari
hidup di atas kuburan. Hal itulah paling tidak titik persamaan
keduanya. Ia masuk area kampus lewat pintu gerbang sebelah barat.
Seorang duf"ah 22 berseragam putih tersenyum padanya. Ia
membalas dengan senyum seraya mengucapkan salam. Ia terus melangkah menuju gedung Fakultas Ushulud-din. Ia berjalan menuju tempat penjualan muqarrar, atau diktat kuliah.
Buku muqarrar Tafsir Tahlili masih kurang satu.
Tempat penjualan muqarrar Pakultas Ushuluddin itu tak
lain adalah bangunan kecil beeukuran kira-kira 2 X 2 meter.
Terbuat dari kayu dan papan. Dicat hijau. Sangat sederhana
untuk nama besar Al Azar, sebagai universitas tertua dan
paling berpengaruh di dunia Islam. Seorang penjaga berada di
dalamnya. Tempat itu mirip warung penjual rokok dan makanan kecil di pinggir-pinggir jalan di Indonesia. Ada pintu
kecil tempat penjaga itu keluar masuk dan ada jendela tempat
melayani mahasis-wa yang beli muqarrar.
Tempat peenjualan muqarrar itu agak sepi. Hanya satu
dua mahasiswa yang beli. Memang menjelang akhir semester,
22 Tentara wajib militer 111 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy hampir semua mahasiswa telah memegang muqarrar. Bahkan
muqarrar itu mungkin telah habis dibaca. Kecuali beberapa
mahasiswa yang memang terlambat beli muqarrar, termasuk
dirinya. Buku kedua muqarrar Tafsir Tahlili sebenarnya sudah
keluar satu bulan yang lalu. Namun ia belum sempat untuk
mengambilnya. Karena kondisi pribadinya menghalanginya
untuk bisa benar-benar aktif kuliah seperti mahasiswa Al
Azhar pada umumnya. Kesibukan hariannya membuat tempe
dan memasarkannya nyaris menyita hampir sebagian waktu nya di Cairo. Apalagi jika ada order membuat bakso atau sate
ayam dari bapak bapak atau ibu-ibu KBRI, nyaris ia tidak bisa
menyentuh buku, termasul buku muqarrar yang semestinya ia
sentuh. Kecuali Al-Quran, dalam sesibuk apapun tetap merasa
harus menyentuhnya, membacanya meskipun cuma sete-ngah
halaman lalu menciumnya dengan penuh rasa takzim dan
kecintaan. Ia merasa, dalam perjuangan beratnya di negeri
orang, Al-Quran adalah pelipur dan penguat jiwa.
Sampai di depan jendela tempat penjualan muqarrar, ia
melongok. Sang penjaga lagi menulis sesuatu di atas kertas.
Angka-angka. Mungkin menghitung uang yang masuk bulan
itu, serta membagi hasilnya pada para dosen penuhs muqarrar.
Ia tampak begitu serius sehingga tidak memperhatikan kehadirannya.
"Assalamu'alaikum ya Ammu Shabir." Sapanya dengan nada
nyaris sama dengan nada orang Mesir asli. Ia sangat kenal
nama penjaga itu, meskipun mungkin sang penjaga tidal
mengenalnya. "Wa'alaikumussalam, lahdhah. " 23 Ammu Shabir menjawab
tanpa melihat ke asal suara.
23 Wa"alaikumussalam, sebentar!
112 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Ia tahu Ammu Shabir,24 penjaga buku muqarrar sedang
se-rius, tidak bisa diganggu. Ia menunggu sambil melihat-lihat beberapa buku yang dipajang di daun jendela tempat
penjualan muqarrar. Yang dipajang biasanya, buku-buku terbaru karya dosen-dosen Al Azhar University, atau buku penting yang dicetak ulang. Ia perhatikan buku-buku baru itu
dengan seksama. Prof. Dr.Abdul Muhdi Abdul Qadir Abdul Hadi, Guru
Besar Hadis Fakultas Ushuluddin mengeluarkan buku baru
yang sangat menarik, Ahaditsu Mu'jizatir Rasul, terdiri atas
dua juz, dicetak oleh Mathba'ah AL Madani, kover sampul
bukunya cukup sedap dipandang Buku buku Profesor hadis
yang disebut-sebut juga sebagai salah satu murid Syaikh
Nashiruddin AI Albani ini termasuk yang banyak diminati.
Kepakarannya di bidang sanad dan dibarengi kematangannya
dalam fiqhul hadits-lah yang membuat karya-karyanya dianggap sangat berbobot.
Dalam hal fiqhul hadits bahkan banyak yang berpendapat
beliau lebih matang dibandingkan dengan gurunya, Syaikh
Jashiruddin Al Albani sekalipun. Prof. Dr. Thal'at Muhammad
Afifi Salim, Guru Besar Fakultas Dakwah, menulis buku baru
berudul "Akhlaqut Du'at Ilallah, An Nadhariyyah wat Tathbiq. "
Buku itu berwarna biru tua. Judulnya ditulis dengan warna
kuning keemasan. Diterbitkan oleh Maktab Al Iman, penerbit
yang bermar-kas dibelakang kampus Al Azhar, disebuah
lorong sempit, dikenal dengan harganya yang selalu murah
dari yang lain. Sementara Sang Maestro Ilmu Tafsir Universitas Al
Azhar, Prof. Dr. Ibrahim Khalifah menulis buku "Ad Dakhil fit
Tafsir ", diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin. Buku tersebut
bersampul putih polos tanpa hiasan apa pun. Buku maestro
24 Ammu, artinya paman 113 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy tafsir ini, meskipun tanpa hiasan dan desain sampul yang
memikat tetap menunjukkan kelasnya. Nama Ibrahim Khalifah
adalah jaminan kualitas. Prof. Dr. Hamdi Zaqzuq, Guru Besar Filsafat, JeboIan
Muenchen University, Jerman, yang dikenal pakar Orientalis
menerbitkan kembali bukunya berjudul "Al Istisyraq wal Khalfiyyah Al Fikriyyah Lish Shira' Al Hadhari", diterbitkan oleh
Dar El Manar, penerbit yang bermarkas di samping Masjid
Sayyidina Husein. Ia memandangi buku-buku itu dengan mata berkaca -kaca.
Ingin sekali rasanya memiliki buku buku baru itu, lalu mela hapnya dengan penuh konsentrasi seperti tahun pertama
hidup di Mesir dulu. Tahun pertama yang indah, saat ia bisa
menggunakan waktunya untuk belajar, bisa melampiaskan
obsesinya membaca buku sebanyak banyaknya.
Dulu, saat ia tidak harus membanting tulang dan memeras keringat dan otak untuk mempertahankan hidupnya dan
adik-adiknya di Indonesia. Ia hanya berdoa, semoga kesem patan untuk belajar dan membaca dengan serius itu datang
lagi, suatu hari nanti. Dan semoga waktu yang ia jalani selama
di bumi Kinanah ini tetap diberkahi oleh Dzat yang mengatur
hidup ini. "Na'am ya Andonesi Enta "ais eh?"25 Suara penjaga mem buyarkan keasyikannya melihat buku-buku yang terpajang di
daun jendela tempat penjualan muqarrar."Muqarrar Tafsir
Tahlili juz dua, jurusan tafsir, tahun empat." Ia menjelaskan
spesifikasi buku muqarrar yang ia maksud.
"Mana juz pertamanya, kamu bawa?"
Ia membuka tas ranselnya, dan mengeluarkan buku berwarnabiru muda.
25 Orang Indonesia, apa yang kau inginkan"
114 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
"Ini" Sang penjaga lalu membuka halaman paling akhir. Ia
mencoret stempel bertuliskan "masih ada juz kedua" dengan
tinta merah. Kemudian mengambil sebuah buku yang juga
berwarna biru muda. "Tafadhal, kudz dza ya Andonesi."26
Ia menerima dua buku yang diulurkan oleh penjaga, dan
memeriksanya sebentar. Tak perlu membayar lagi, sebab telah
ia bayar saat membeli juz satu.
"Syukran ya Ammu."27
"Afwan. " Ia lalu melangkah menapaki tangga di depan pintu
masuk. Di sana ia mendapati pengumuman ditulis dengan
spidol warna hitam dan biru. Pengumuman sidang terbuka
ujian disertasi doktor seorang mahasiswa jurusan hadis dari
Syiria. Ia baca pengumuman itu dengan seksama. Matanya
berkaca-kaca. Ia tak sanggup membayangkan, mungkinkah
suatu saat nanti namanya ditulis dalam sebuah pengumuman
seperti itu. Pengumuman yang membanggakan, untuk diri
sendiri dan bangsa. Pengumuman yang dibaca oleh mahasiswa
dari pelbagai penjuru dunia. Ia hanya bisa mendesah untuk
kemudian pasrah pada takdir. Bisa lulus S.1 tahun ini saja
sudah alhamdulillah. Dulu di awal tahun masuk Al Azhar, ia mungkin adalah
mahasiswa Indonesia paling idealis. Begitu namanya tercatat
sebagai mahasiswa Al Azhar Pakultas Ushuluddin, dan begitu
ia terima kartu mahasiswa, seketika ia proklamirkan sebuah
cita-cita: AKU TAK AKAN PULANG KE INDONESIA
26 27 Silakan ambil ini, hai orang Indonesia.
Terima kasih, paman. 115 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy SEBELUM MENGONDOL DOKTOR. DAN AKAN AKU
BIKIN REKOR SEBAGAI DOKTOR TERCEPAT DI AL
AZHAR! Saat itu ia langsung teringat nama-nama besar jebolan
Fakultas Ushuluddin, Universitas Al Azhar. Nama-nama yang
sangat terkenal di dunia Islam: Syaikh Abdul Halim Mahmud,
Syaikh Muhammad Ghazali, Syaikh Yusuf AL Qardhawi,
Syaikh Abdullah Darraz, Prof. Dr. M. M. Al-Azami, Prof. Dr.
Ahmad Umar Hasyim, Prof. Dr. Hamdi Zaqzuq, Prof. Dr.
Abdul Muhdi, dan lain sebagainya. Sementara dari Indonesia
ada nama yang sangat terkenal yaitu Prof. Dr. M. Quraish
Shihab dan Prof. Dr. Roem Rowi. Mereka berdua adalah
lulusan Fakultas Ushuluddin Al Azhar University .
Ia masih ingat dulu, di atas meia belajarnya ia menuIis
semboyan yang membuatnya selalu bersemangat, semboyan
yang selalu membuatnya merasa optimis: AKU HARUS MENGUKIR SEJARAH! Ia lalu menulis nama-nama besar itu
dan di deret paling akhir ia menulis namanya sendiri: Prof. Dr.
Khairul Azzam, MA. Ia tidak pernah mempedulikan beberapa
respon miring dari teman-temannya atas ulahnya itu. Baginya
itu adalah bagian dari strateginya untuk menjaga semangat
belajar dan mengejar cita -citanya.
Ia tesenyum sendiri mengingat itu semua. Kini semuanya
jadi kenangan manis. Ia sangat sadar, betapa jauhnya ia saat
ini dari cita-citanya. Semuanya telah berubah. Ia tidak bisa lagi
konsentrasi seratus persen pada mata kuliah. Saat ini konsentrasinya lebih banyak tercurah bagaimana mencari uang untuk
hidupnya sendiri di Cairo, juga kelangsungan hidup adik-adiknya di Indonesia. Ia lebih banyak pergi ke Pasar Sayyeda
Zaenab untuk membeli bahan dasar membuat bempe dan
bakso daripada ke kampus untuk kuliah dan mendengarkan
uraian ilmiah para guru besar yang sesungguhnya sangatsangat ia cintai.
116 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Tak terasa matanya berkaca -kaca. Dengan cepat ia menghapus air matanya yang mau keluar. Kenapa ia harus meneteskan air mata. Apa yang harus ditangisinya. Ia langsung tersadarkan, kesuksesan sejati tidaklah semata-mata hanya bisa
diraih dengan meraih gelar Profesor Doktor. Dan kebahagiaan
sejati tidak harus berupa nama besar yang disebut di manamana. Ia harus tahu siapa dirinya dan seperti apa kondisi dirinya agar tidak menzalimi dirinya sendiri.
Ia lalu masuk ke gedung Fakultas Ushuluddin. Beberapa
mahasiswa lalu laIang. Ada yang turun dari lantai atas, ada
yang mau naik ke aias. Ada yang baru dari bagian kemahasiswaan dan ada yang bergegas keluar mau pulang. Ketika ia
mau naik lantai satu, sekonyong-konyong ia mendengar seseorarlg memanggil nama terkenalnya di kalangan mahasiswa
Indonesia di Cairo. "Kang Insinyur!"
Ia menoleh ke asal suara. Seseorang melangkah ke arahnya sambil tersenyum. Ia pun tersenyum. Ia tidak pernah protes dipanggil "Kang Insinyur", atau "Kang Ir.", terkadang ada
juga yang membahasa-arabkan jadi "Kang Muhandis". Tapi
orang-orang satu rumahnya biasa memanggil "Kang Azzam."
Pada mulanya panggilan insinyur adalah panggilan ledekan dari teman-teman satu angkatan, karena kepin-tarannya
membuat tempe dan bakso. Mereka menyebut-nya insinyur
tempe bakso, seringkali disingkat Ir. Tempe atau Ir. Bakso.
Lama-lama tinggal insinyur. Tempe dan baksonya tak ada.
Dan setiap kali ada acara dia selalu dikenalkan dengan nama
"Kang Insinyur Khairul" atau "Kang Insinyur Irul".
Sekarang panggilan insinyur jadi kebanggaan sekaligus
hiburan baginya. Seringkali ia mendapat undangan dari
organisasi kekeluargaan dan di sana tertulis: Yth. Mas Ir. H.
117 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Khairul Azzam. Siapa tidak bangga tanpa sekolah di fakultas
teknik sudah dapat gelar Ir. alias insinyur
Apapun kata orang tentang dirinya, selama ia merasa
dirinya tidak berbuat yang dilarang Allah ia tidak pernah peduli. Dalam hal ini ia selalu dimotivasi oleh perkataan Pythagoras, seorang filsuf dan ahli matematika Yunani yang hidup
580-800 S.M. Pytagoras pernah berkata:
"Tetaplah puas melakukan perbuatan yang baik. Dan biarkanlah orang lain membicarakan dirimu sesuka mereka. "
"Hei kamu tho Mif, piye kabarmu?"28
"Alhamdulillah, baik-baik saja Kang."
Keduanya lalu berjabat tangan.
"Tumben kuliah Kang?"
"Nggak kuliah kok Mif. Ini baru datang. Ngambil muqarrar. Trus mau nemui si Khaled, anak Mesir yang satu kelas
denganku. Mau minta tahdid. Aku janjian dengannya di
Mushala." "Kang, ada berita menarik?"
"Apa itu" Nanti malam ada Syaikh Yusuf Al Qardhawi di
Darul Munasabat 29 Masjid Utsman bin Affan, Heliopolis.
Kalau mau datang, shalat Maghrib di sana. Tempat ter-batas.
Sampeyan kan pengagum abis Yusuf Al Qadhawi."
"Nggak tau ya Mif, bisa datang apa nggak ya nanti
malam." "Sayang lho Kang kalau nggak datang. Apalagi selain
Syaikh Yusuf- Al Qardhawir ada Prof. Dr. Murad Wilfred
Hofmann, Mantan Dubes Jerman untuk Maroko yang masuk
28 29 Apa kabar" Gedung serba guna 118 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Islam dan kini jadi pembela Islam di Eropa. Temanya tentang
Umat Islam dan Tatanan Dunia Baru. "
"Wis, doakan aja bisa datang Mif, eh itu yang kamu
pegang apa Mif, tashdiq ya?"
"Iya Kang, ini tinggal minta stempel."
"Cari tashdiq untuk apa Mif" Mau umrah?"
"Nggak Kang. Ini untuk memperpanjang visa. Bulan depan habis."
"O, kirain mau umrah lagi. Kalau umrah lagi kan bisa
nitip. "

Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Doakan Kang, habis ujian nanti saya mau umrah, insya
Allah." "Masih bisa nitip kan?"
"Sama Miftah beres deh Kang. Saya jalan dulu Karg, mau
nyetempelin ini nih. Nanti keburu tutup bagian Stempel.
Ketemu diHeliopolis nanti malam Kang"
"Semoga. Salam untuk teman-teman di Darmalak ya
Mif'" "Insya Allah Kang."
Ia mengiringi langkah Miftah dengan senyum. Miftah,
empat tahun lalu dia yang menjemput di Bandara. Dia iuga
yang membimbingnya empat bulan pertama hidup di Mesir.
Setelah itu pindah ke Darmalak bersama kakak-kakak kelasnya dari Pesantren Maslakhul Huda, Pati.
Kini Miftah sudah di tingkat akhir sama dengan dirinya.
Selama ini hubungannya dengan teman-teman dari Pati di
Darmalak seperti layaknya saudara. Miftah sudah ia anggap
seperti adiknya sendiri. Hanya saja kesibukannya membuat
tempe sekaligus memasarkannya ke pelbagai titik di Kota
119 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Cairo membuatnya tidak punya banyak waktu untuk sila turrahmi.
Ia sendiri mengakui, bahwa silaturahminya ke Darmalak
seringkali dilakukannya bila ada teman Darmalak yang mau
pergi umrah atau haji. Atau saat ada yang datang dari umrah
atau haji. Ia seringkali nitip dibelikan ragi di Tanah Suci. Di
Mesir ia telah mencari ke sana kemari, tidak ada yang menjual
ragi yang merupakan bahan utama untuk membuat tempe.
Selain ragi, ia biasanya juga nitip kecap dan saos yang
sangat penting baginya dalam menyajikan baksonya saat dipesan orang-orang KBRI. Kecap juga tidak bisa ia tinggalkan
saat membuat sate ayam. Dan ia tidak bisa menggunakan sem barang kecap. Kecap Cap Jempol buatan Boyolali yang ia anggap paling pas untuk racikan bumbunya. Dan kecap Cap Jempol itu tidakbisa ia dapatkan di Mesir. Kecap itu bisa didapatkan dari Toko Asia, dekat Pasar Seng di Makkah. Temanteman yang pergi umrah atau hajilah yang menjadi penolongnya dalam mendatangkan kecap Cap Jempol itu. Biasanya
sebagai ucapan terima kasih dia akan membawakan beberapa
lembar tempe untuk mereka.
Di Cairo, tempe termasuk makanan istimewa bagi mahasiswa Indonesia. Sama istimewanya dengan daging ayam. Bahkan jika disuruh memilih antara telor dan tempe, banyak mahasiswa Indonesia yang lebih memilih tempe.
Ia terus melangkah menuju mushala. Ada yang menyesak
dalam dada. Kabar adanya ceramah Dr. Yusuf Al Qardhawi
yang datang dari Qatar bersama Dr. Murad Wilfred Hofmann
di Heliopolis membuncahkan ke-inginannya untuk hadir, tapi
ia merasa itu sulit. Ulu hatinya seperti tertusuk paku. Pedih
dan ngilu. Ia harus bersabar dengan pekerjaan rutinnya mengantar tempe ke beberapa tempat. Masakin Utsman, Abbas
120 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Aqqad, dan Hay El Thamin. Paling cepat selesai jam sembilan
malam. Ia tidak mungkin mengejar ke Heliopolis.
Matanya kembali berkaca -kaca. Ada yang terasa menyesak dalam dada. Sebenarnya sangat ingin ia bertemu langsung
dengan Dr. Yusuf Al Qardhawi. Ulama moderat jebolan Al
Azhar yang sangat brilian pemikiran- pemikirannya. Ia juga
sangat ingin bertemu Prof. Dr. Murad Wilfred Hofmann.
Bukunya berjudul Islam fil Alfiyyah Ats Tsalitsah atau Islam di
Millineum Ketiga, yang sempat ia baca dua puluh lima hala man saja itu sangat mengesan di hatinya. Dan ia harus rela
menelan rasa pahit. Keinginannya yang sesungguhnya sangat
besar itu harus ia simpan rapat-rapat di dalam satu ruang
mimpinya. Itu bukan rasa pahit yang pertama ia rasakan. Telah berkali-kali ia merasakan hal seperti itu. Ia hanya berharap semoga suatu kelak nanti Alkah memberikan gantinya. Jika pun ia
harus pulang ke Tanah Air nanti dengan bekal yang pas-pasan
karena hari-harinya lebih banyak ia habiskan usaha berjualan
tempe, bakso dan sate daripada membaca kitab, menghadiri
kuliah, seminar dan diskusi, ia berharap yang pas-pasan, yang
sedikit itu berkah dan bermanfaat. Harapan itulah yang
menghibur hatinya. Ia terus melangkahkan kakinya menuju mushala fakultas.
Ia berharap semoga Khaled, mahasiswa Mesir itu masih berada di mushala. Biasanya mahasiswa berwajah putih bersih
dari Desa Sanhur yang terletak antara Kota El Faiyum dan
Danau Qarun itu me-muraja'ah 30 hafalan Quran-nya di
mushala. Setiap hari habis shalat Zuhur. Ia akrab dengannya
sejak berkenalan dengannya di acara itikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan di Masjid Ar Ridhwan, Hayyu Tsabe
tahun lalu. Sudah beberapa kali Khaled mengunjungi flatnya
30 Mengulang hafalan Al -Quran agar tidak lupa.
121 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy dan sudah dua kali ia diajak Khaled ke desanya sekaligus melihat Danau Qarun yang letaknya hanya beberapa kilo dari
desanya. Tempat yang kini berwujud danau itu diyakini sebagai tempat ditenggelamkannya seluruh harta Qarun ke dalam
bumi oleh Allah karena Qarun mengingkari nikmat Allah.
Danau itu kini jadi salah satu tempat wisata yang cukup terkenal di Mesir.
Ia terus melangkah Mushala ada di depan mata. Tiga
mahasiswa dari Rusia keluar dari mushala. Seorang mahasiswa
berkulit hitam sedang melepas sepatunya. Masih ada jamaah
yang sedang shalat. Ia masuk dengan tenang. Hatinya senang
ketika matanya menangkap sosok berjalabiyah putih dan
berkopiah putih duduk di salah satu sudut mushala menghadap kiblat. Matanya terpejam dan mulutnya komat-kamit
melantunkan ayat ayat suci Al-Quran dengan irama cepat. Ia
mendekat. Benar dugaannya. Sosok itu adalah Khaled.
Ia meletakkan tas, dan duduk di samping Khaled. Punggungnya ia rebahkan ke dinding mushala. Kedua kakinya ia
selonjorkan. Ia menarik nafas pelan. Meme-jamkan mata. Lalu
larut khusyuk mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran.
Bacaan yang cepat, fasih dan enak didengar. Tidak keras juga
tidak lirih. Ia menyimak dengan sepenuh hati. kesejukan yang
tiada terkira. Kesejukan yang melebihi embun pagi musim
semi. Sepuluh menit kemudian bacaan ayat-ayat Ilahi itu berhenti. Ia membuka mata dan menyapa,
"Assalamu'alaikum ya Akhi."
Khaled menolehke arahnya. Sedikit kaget.
"Wa 'alaikumussalam wa rahmatullah. Masya Allah, Akhi
Azzam, sudah lama?" 122 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Khaled selalu menyambutnya hangat dan selalu memanggilnya dengan sebutan akhi di depan namanya, Azzam. Itulah
nama yang ia kenalkan pada Khaled saat pertama kali kenalan
tiga tahun yang lalu. Setiap Khaled memanggil namanya, ia
merasakan ada keakraban yang kuat terjaga.
"Ada sedikit waktu untuk bincang-bincang, Akhi Khaled?"
"Tentu, dengan senang hati. Seluruh waktuku untukmu
Akhi. " "Bisa dijelaskan tahdid yang telah ada. Mana-mana yang
muhim, muhim jiddan, makhdzuf, dan mana yang qiraah faqad?"
"Dengan senang hati, ya Siddi." 31
Khaled lalu membuka buku catatannya, dan menjelaskan
kepada Azzam tahdid semua mata kuliah yang telah ia
dapatkan selama mengikuti kuliah. Ia menjelaskan satu per
satu dengan detil dan sabar. Ia juga memberi kesempatan
kepada Azzam untuk bertanya. Dan semua pertanyaan ia
jawab panjang lebar, sampai Azzam merasa puas.
"Ada hal lain yang bisa saya bantu ya Syaikh Azzam." "
"Cukup, insya Allah. Jangan kapok kalau saya tanya iniitu."
"Ana fi khidmatik ya Siddi."32
"Jazaakallah khairan."33
"Sekarang gantian saya. Sebenarnya sejak dua hari yang
lalu aku mencarimu untuk suatu urusan. Boleh kan saya
menyampaikan sesuatu padamu?"
31 32 33 Siddi, tuanku. Saya selalu siap membantumu, Tuanku.
Semoga Allah membalas (kebaikanmu) dengan kebaikan.
123 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Dengan senang hati jika ada yang bisa saya bantu."
"Masih ingat kunjunganmu ke kampungku dua bulan
yang lalu" " "Ya. Kunjungan yang menyenangkan. Kampung yang
menenteramkan. Dan sambutan yang hangat dan penuh persaudaraan. Saya sangat terkesan. Jazakumullah khaira."
"Ingat ketika engkau kubawa ke rumah Syaikh Abbas" "
"Yang Imam masjid itu?"
"Tepat." "Ingat saat kita dijamu dirumanya."
"Masya Allah, jamuan yang tidak akan pernah saya
lupakan. Keluarga yang ramah dan sangat berpen-didikan."
"Ingat seseorang yang menyajikan makanan dan minuman."
"Isteri Syaikh Abbas dan seorang perempuan bercadar."
"Kau tahu siapa perempuan bercadar itu?"
"Mungkin puteri beliau. "
"Tepat." "Ada apa dengan puteri beliau?"
"Begini, Saudaraku...."
Belum sempat Khaled menjelaskan lebih lanjut, seorang
mahasiswa Mesir memakai jubah seragam khas Al Azhar
memanggil Khaled dari pintu mushala,
"Ya Khaled, sur'ah! " 34
"Ada apa?" 34 Khaled, cepat! 124 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
"Doktor Yahya memanggilmu di ruang kerjanya. Kau
harus ke sana sekarang. Penting!"
"Sekarang?" "Ya ayo cepat. Beliau tergesa-gesa mau ada urusan!"
"Mmm. Baik" Khaled memasukkan buku yang tadi dibacanya ke dalam
tas. Lalu berkata pelan, "Akhi Azzam, afwan, saya tinggal
dulu. Kita lanjutkan pembicaraan kita di lain kesempatanya."
"O ya baik. Salam buat Doktor Yahya."
"Insya Allah." Khaled bergegas keluar. Sementara Azzam, ia terpekur di
mushala dengan sebagian hati didera penasaran: apa sesungguhnya yang akan dibicarakan Khaled tentang putri bungsu
Syaikh Abbas itu" Sementara sebagian hatinya yang lain telah
mengembara di Pasar Sayyeda Zainab. Ya ia harus ke sana
untuk belanja bahan baku membuat tempe dan bakso. Ia harus
ke sana jika ingin tetap bisa hidup dan menyelesaikan kuliah di
Cairo. 125 Ilyas Mak"s eBooks Collection
9 PERJALANAN KE SAYYEDA ZAINAB Azzam melihat jam tangannya. Sudah seperepat jam ia
menuggu, bus ke Sayyeda Zaenab tidak juga datang, padahal
bus ke Atabah sudah berkali-kali lewat. Halte bus di depan
Masjid Al Azhar itu ramai manusia. Sebagian duduk di kursi
halte, tapi yang berdiri jauh lebih banyak. Bus jurusan Imbaba
datang. Orang-orang berlarian naik. Seorang ibu-ibu sekuat
tenaga berusaha menggapai pintu bus. Tangannya telah meraih pegang-an, dan ketika kakinya hendak naik, bus itu
berjalan. Ibu-ibu itu tidak melepaskan pegangannya. Jadilah ia
terseret. Para penumpang dan orang-orang yang melihatnya
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
berteriak-teriak marah. Seorang lelaki setengah baya berteriak
keras marah, "Hasib ya hayawan! " 35
Bus itu berhenti, dan sang sopir tertawa nyengir tanpa
terlihat berdosa sama sekali. Ibu-ibu berhasil naik dan kemarahannya tidak juga berhenti. Azzam melihat hal ltu dengan
hati sesak. Sudah tak terhitung lagi ia melihat kejadian seperti
itu. Seorang turis bule tampak asyik mengabadikan adegan
kekonyolan. Tampaknya turis itu mendapatkan oleh oleh yang
sangat unik untuk dia bawa ke negaranya. Azzam merasakan
dadanya semakin sesak. Layakkah kekonyolan semacam ini
terjadi di depan kampus Islam tertua di dunia" Tanyanya
dalam hati. Bus jurusan Imbaba itu telah hilang dari pandangan. Tak
lama sebuah bus datang. Ia sangat akrab dengar nomor bus
itu. Delapan puluh coret. Bus yang sangat legendaris dan terkenal bagi mahasiswa Asia Tenggara yang ting-gal di kawasan Hayy El Ashir. Legendaris karena murah-nya. Jauh dekat
sama saja. Cuma sepuluh piester. Apa tidak murah. Dan terkenal, karena lewat jalur strategis bagi mahasiswa. Bus itu dari
Hayyul Ashir Nasr City melewati Hayyu Thamin, Masakin
Ustman, Kampus Al Azhar Nasr City, Muqowilun, Duwaiqoh,
Kampus Al Azhar Maydan Husein, dan berakhir di Attaba.36
Selain itu, juga terkenal karena sering terjadi pencopetan di
dalamnya. Maka seringkali mahasiswa Indonesia menyebutnya, "bus delapan puluh copet", bukan "delapan puluh
coret". Meskipun demikian, bus itu tetap saja dicintai dan
dekat di hati. 35 Hati-hati, jangan sembrono, hei hewan!
Tahun 2006 route bus delapan puluh coret berubah jadi: Hayyul Ashir Nasr CityHayyu Thamin- Masakin Ustman-Kampus Al Azhar Nasr City- Muqowilun- DuwaiqohBuuts-Darrasah.
36 127 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Begitu delapan puluh coret berhenti, dari pintu depan
banyak penumpang yang turun. Dan di pintu belakang
penumpang berjejal naik. Ia melihat seorang dosen ikut berdesakan naik. Ia amati dengan seksama, ternyata Prof. Dr. Hilal
Hasouna, Guru Besar Ilmu Hadis. Ia selalu dibuat takjub oleh
sikap tawadhu' dan kesahajaan para syaikh dan guru besar
Universitas Al Azhar. Di Indonesia mana ada seorang guru
besar yang mau berdesakan naik bus.
Perlahan delapan puluh coret pergi. Lima detik kemudian
datang bus bernomor enam puluh lima. "Ini dia," desis Azzam
lirih. Hatinya begitu lega dan bahagia. Selalu saja di dunia ini,
jika seorang menanti sesuatu dan sesuatu yang dinanti itu
hadir, maka hadir pulalah kebahagiaan yang susah dilukiskan.
Di antara bus-bus yang lain, enam puluh lima adalah yang
paling dicintai Azzam. Karena bus itulah yang senantiasa
mengantarkannya ke Pasar Sayyeda Zaenab. Bus itu telah
menjadi alat yang sangat akrab dalam menunjang bisnisnya.
Bisnis tempe dan bakso. Begitu bus berhenti beberapa orang naik dari pintu
belakang. Azzam ikut naik. Bus tidak penuh sesak. Tidak ada
penumpang yang berdiri. Namun tidak banyak tempat duduk
yang kosong. Semua penumpang yang baru naik, mendapatkan tempat duduk, kecuali Azzam. Ia harus berdiri. Bus beranjak pergi menyusuri Al Azhar Street. Azzam berdiri agak di
tengah. Sekilas ia melihat ke depan. Beberapa mahasiswi Asia
Tenggara duduk di barisan depan.
"Mungkin mereka juga mau belanja di Sayyeda Zaenab. "
Gumamnya dalam hati. Ia yakin mereka mahasiswi Indonesia, meskipun tidak
menutup kemungkinan ada mahasiswi Malaysia. Yang lebih
sering kreatif belanja ke Pasar Sayyeda Zaenab biasanya


Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

128 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
mahasiswa dan mahasiswi dari Indonesia. Sementara mahasiswa dan mahasiswi dari Malaysia lebih memilih belanja di
tempat yang dekat dengan flat mereka di Nasr City, seperti
Swalayan Misr wa Sudan di Hayye El Sabe. Meskipun tentu
saja harganya lebih mahal.
Perlahan bus beranjak menyusuri Al Azhar Street. Dari
jendela Azzam bisa melihat bangunan-bangunan tua yang
kusam. Di antara bangunan itu banyak yang dijadikan toko
dan gudang tekstil. Sampai di El Muski belok kiri menyusuri
Port Said Street. Bus terus melaju melewati Museum of Islamic Art. Di halte
dekat Maidan Ahmad Maher bus berhenti. Seorang perem puan Mesir turun. Tak ada penumpang naik. Bus kembali berjalan. Azzam duduk di kursi yang baru saja ditinggal perem puan Mesir. Kursinya masih terasa hangat. Ia merasa lega.
Sekilas ia tahu bahwa yang duduk di sampingnya adalah seorang mahasiswi Asia Tenggara. Ia tak merasa harus menyapa.
Pikirannya sudah ada di Pasar Sayyeda Zaenab. Ia melihat
jam tangannya. Ia berharap tidak terlambat sampai disana.
Kalau terlambat ia akan bertambah lelah karena tidak mendapatkan barang yang ia inginkan.
"Semoga Ammu Ragab belum pulang" doanya dalam hati.
Jika Ammu Ragab pedagang kedelai itu sudah pulang ia harus
ke Pasar Attaba. Harga kedelai di Attaba lebih mahal dan
kualitas kedelainya di bawah Sayyeda Zaenab. Dan ia sebagai
produsen ingin memberikan yang terbaik kepada konsumen.
Terbaik dalam harga, juga terbaik dalam kualitas barang. Selisih harga sekecil apapun harus ia perhatikan. Ia memang berusaha seprofesional mungkin. Meskipun cuma bisnis tempe.
Ia ingin memposisikan diri sebagai produsen tempe
terbaik dan termurah. Ia berusaha memposisikan tempenya
adalah tempe dengan kualitas kedelai nomor satu. Rasa nomor
129 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy satu. Rasa khas tempe Candiwesi Salatiga yang sangat terkenal itu. Dan kelebihan lainnya adalah bentu knya paling besar
di antara tempe yang lain, isinya paling padat, dan harganya
paling murah. Inilah uniquiness yang dimiliki hasil produksinya. Keunikan inilah yang menjadi positioning bisnisnya. Dan
ia akan terus mempertahankan positioning ini terus terukir
dalam benak para pelanggannya. Sehingga para pelanggan itu
percaya penuh padanya dan pada produk- produknya.
Untuk menjaga hal itu memang perlu keseriusan dan
kerja keras. Tidak hanya konsep dalam pikiran atau di atas
kertas. Ia teringat satu ajararan dari Cina kuno: "Kamu akan
mendapatkan apa yang kamu inginkan, jika kamu bekerja keras dan
tidak keburu mati dulu"
Ajaran itu senada dengan kata mutiara bangsa Arab yang
sangat dahsyat: Man jadda wajada. Siapa yang besungguh
sungguh berusaha akan mendapatkan yang diharapkannya.
Bus terus berjalan. "Maaf, Anda dari Indonesia ya" "
Ia mendengar suara pelan dari sampingnya.
"Iya benar. Anda juga dari Indonesia?" Jawabnya tenang.
"Iya. Maaf, kalau boleh tanya toko buku Daarut Tauzi' itu
di mana ya?" "Sebentar." Ia melihat ke depan dan ke kiri jalan.
"Halte depan. Sebelah kiri jalan ada tulisannya kok.
Pokoknya kira-kira seratus meter dari Masjid Sayyeda
Zaenab." Lanjutnya "Terimakasih." "Sama-sama. Belum pernah ke Daarut Tauzi'ya?"
130 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
"Iya belum pernah. Biasanya saya beli buku di toko toko
buku dekat kampus Al Azhar Maydan Husein"
"Oo." Setelah itu keduanya diam. Masing-masing mengikuti
pikirannya sendiri. Setiap kali bertemu dengan maha-siswi
Indonesia Azzam langsung teringat dengan kedua adiknya
yang sudah gadis. Husna dan Lia. Husna pastilah sudah saatnya menikah. Dan Lia telah meninggalkan masa remaja.
Genap sembilan tahun sudah ia tidak bertemu mereka berdua.
Adapun adiknya yang ketiga, si Bungsu Sarah, sudah masuk
usia sembilan tahun. Ia sama sekali belum pernah melihatnya,
kecuali lewat foto. Saat ia meninggalkan Indonesia dulu, Sarah
masih berada dalam kandungan ibunya. Seperti apakah wajah
ketiga adiknya itu. "Semoga ada jalan untuk pulang. Aku rindu pada mereka.
Juga pada ibu," katanya dalam hati. Dan jalan pulang yang
paling realistis baginya adalah membuat tempe sebanyakbanyaknya, dan berdoa semoga mendapatkan order membuat
bakso yang juga sebanyak-banyaknya. Hasil dari usahanya itu
akan ia gunakan membeli tiket. Jika kurang semoga bisa minta
bantuan ke Baituz Zakat yang berkantor di Muhandisin.
Namun sesungguhnya dalam hati ia ingin bisa membeli tiket
sendiri tanpa minta bantuan kepada siapapun. Itu berarti ia
harus benar benar membanting tulang dan memeras keringat.
Di samping itu semua, yang paling penting adalah, ia
harus selesai S.1 tahun ini. Jika tidak, rencana pulang akan
berantarakan. Ia harus menahan rindu satu tahun ke depan.
Dan ia tidak mau hal itu terjadi.
Maka ia harus melakukan sesuatu.
Kalau kamu ingin menciptakan sesuatu, kamu harus melakukan sesuatu! Demikianlah kata Johann Wolfgang von Goethe
yang pernah disitir Prof. Dr. Hamdi Zaqzuq dalam kuliahnya.
131 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Sekali lagi ia harus melakukan sesuatu. Yaitu bekerja
lebih serius, belajar lebih serius, dan berdoa lebih serius. Tak
ada yang lain. Tak terasa bus telah sampai di depan Masjid Sayyeda
Zaenab. Azzam harus turun, karena bus akan ke Termimnal
Abu Raisy dan tidak melewati pasar. Para penumpang turun.
Lima orang mahasiswi itu turun, termasuk yang duduk di
samping Azzam. Azzam yang paling akhir turun. Beberapa
mahasiswi menengok ke kiri dan kanan.
"Maaf Daarut Tauzi'-nya ke sana ya?" mahasiswi berjilbab biru muda yang tadi duduk di sampingnya kembali berta nya padanya.
Reflek Azzam memandang wajahnya sekilas. Subhanallah,
cantik. Mahasiswi Indonesia di Cairo ada yang cantik juga.
Bahkan ia merasa belum pernah melihat wanita Indonesia
secantik gadis berjilbab biru muda ini. Azzam cepat-cepat
mengalihkan pandangannya. Lalu dengan memandangke arah
Daarut Tauzi', ia menjelaskan ke mana mereka harus melangkah dan bagaimana ciri-ciri gedungnya. Daarut Tauzi' me
mang tidak terlalu kelihatan lazimnya toko buku. Sebab, tem patnya ada di lantai dua sebuah gedung agak tua
"Syukran, ya." "Afwan. O ya sampaikan salam buat Hosam Ahmad.
Penjaga Daarut Tauzi. "
"Dari siapa?" "Katakan saja dari thalib dzu himmah. 37 Dia pasti tahu."
37 Mahasiswa yang memiliki cita-cita.
132 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
"Insya Allah. " Jawab gadis berjilbab biru muda itu. Ia dan
teman-temannya menuju ke arah yang dijelaskan Azzam.
Sementara Azzam langsung bergegas ke pasar. Ia melewati
masjid. Pasar itu ada di sebelah selatan masjid.
*** Pasar Sayyeda Zaenab masih ramai meskipun tak seramai
ketika pagi hari, sebelum Zuhur. Beberapa pedagang ikan dan
daging ayam sudah mengemasi tempat mereka. Dagangan
mereka telah ludes. Azzam langsung menuju kios Ammu
Ragab. Ammu Ragab memang khusus menjual segala jenis
tepung, kacang-kacangan dan beras. Ia menjual kacang jenis
ful sudani, ful soya, adas dan lain sebagainya.
"Assalamu'alaikum ya Ammu."
"Wa 'alaikumussalam, o anta ya Azzam. Kaif hal ?"38
"Ana bi khair. Alhamdulillah. Andak ful shoya ?"39
"Thab'an 'andi. 'Aisy kam kilo?"40
"Khamsah wa 'isyrin kilo kal "adah. "41
Azzam lalu menjelaskan sebentar. Karena waktu sudah
dekat Ashar, ia akan mengambil barangnya setelah shalat
Ashar. Setelah itu ia berrgegas ke kios penjual daging. Ia sudah pesan daging tadi pagi lewat telpon. Jika tidak pesan, jelas
ia tidak akan mendapatkan daging yang diinginkan. Ternyata
kios penjual daging sudah siap tutup. Dagingnya juga telah
habis. "Kami masih buka karena menunggu kamu Akhi." Kata
Ibrahim yang kini menjalankan kios daging milik ayahnya itu.
38 39 Kamu Azam. Apa kabar"
Saya baik-baik saja. Alhamdulillah. Masih punya kacang kedelai"
Tentu aku punya. Ingin berapa kilo"
41 Dua puluh lima kilograrn. Seperti biasa.
40 133 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Maaf. Saya sedikit terlambat." Jawab Azzam. Ia memang
terlambat setengah jam mengambil pesanannya.
Ibrahim tampak sudah rapi dan bersih, tidak tampak
kotor layaknya penjual daging. Separo kiosnya sudah ditutup.
Ia duduk di kursi di depan kiosnya sambil membaca koran.
Ibrahim masih muda. Umurnya masih di bawah tiga
puluh tahun. Ayahnya tidak bisa lagi bekeria karena terkena
stroke. Ibrahim anak sulung. Masih mempunyai empat adik.
Dua perempuan dan dua laki-laki. Yang paling besar namanya
Sami, lalu Yasmin, Heba dan yang paling kelil bernama Samir.
Dialah yang kini jadi kepala rumah tangga. Ia mati-matian
menghidupi adik-adiknya. Juga mati-matian menjaga mereka
agar tetap memperoleh pendidikan yang la yak. Semua adiknya
Bujukan Gambar Lukisan 10 Wiro Sableng 139 Api Cinta Sang Pendekar Tak Terduga 2

Cari Blog Ini