Ceritasilat Novel Online

Ksatria Hantu 2

Goosebumps - Ksatria Hantu Bagian 2


kemudian, kau pingsan. Ketika sadar, kau tidak ingat apa-apa lagi. Kau merasa sangat
aneh tapi tidak merasa lebih muda seperti yang dialami Michael
Webster. Lebih kecil, ya. Tapi bukan lebih muda. Apa yang terjadi
pada dirimu" Bunyi tik, tok, tik terus-menerus terdengar dalam kegelapan
yang melingkupimu"pelan, pelan. Lalu pintu kecil membuka di
depanmu. Kau cepat-cepat keluar dan berteriak, "Kukuk! Kukuk!
Kukuk!" Kaukibas-kibaskan bulumu! "Aku jadi burung!" jeritmu.
Tapi lalu sunyi. Begitulah. Sampai jam berikutnya.
Rasanya ini bukan burung jam pembawa bencana itu. Lebih
seperti jam sinting. Kau masih hidup, namun semua kekacauan dan
penantian ini akhirnya menjadikan dirimu burung kukuk.
TAMAT Kau sampai di lembah. Tapi perbukitan hijau itu sudah lenyap.
Kenyataannya, tidak ada sehelai rumput pun sejauh mata memandang.
Semuanya batu. Batu besar, kerikil, dan keping-keping batu.
Suasananya juga gelap. Bulan bersinar pucat di atas.
Abbey mencoba bergerak dan nyaris kehilangan keseimbangan
ketika menginjak lempengan batu yang goyah. Ia memekik,
"Kayaknya akan ada batu longsor!"
"Awas!" Kip memperingatkan. "Batu-batu pipih ini tak
semantap kelihatannya."
"Ya, eh, terima kasih atas sarannya, Kip," kata Abbey. "Kurasa
kita sudah tahu!" Mereka benar. Batu yang sedang kaupijak bergoyang dan kau
terlempar kembali ke batu pipih di bawahnya. "Wuaaa!" teriakmu
ketika hamparan batu yang kaupijak berikutnya juga bergoyanggoyang. Kau melirik ke bawah. Masih banyak lagi batu tajam yang
menunggumu di bawah. Selanjutnya kau mendongak. Dan ada sesuatu yang bercahaya.
Tinggi di atas puncak gunung yang berbatu ini, sesuatu yang
keperakan berkilauan disinari bulan. Seakan memanggilmu. Apa itu"
Mendakilah ke halaman 28 Kau melepaskan tali dan bergegas menghampiri cerek itu. Jika
kau dapat mengangkatnya, akan kausiramkan cairan di dalamnya ke
hantu-hantu itu. Pasti mereka berlarian.
Sosok-sosok berjubah tudung itu menaiki tangga. Mereka
semakin dekat! Kau semakin panik. Dengan sekuat tenaga kauulurkan
tangan untuk menjangkau pegangan cerek itu. Cerek itu bergerak
sedikit dan cairan di dalamnya tumpah ke lantai batu. Menggenangi
sekitar kakimu. Dan kau TERPELESET!
Kau jatuh terjengkang, lenganmu menggapai-gapai. Kau
membentur lonceng itu. TENG! TENG! TENG! TENG! Lonceng itu
berdentang. ebukulawas.blogspot.com
Nyanyian para rahib berubah: "Lonceng berdentang buat kami!
Lonceng berdentang buat kami! Lonceng berdentang buat kami!" Satu
per satu sosok-sosok berhidung itu menelungkup ke lantai menara
lonceng. Dalam sekejap mereka hanya berbentuk segunduk jubah
kosong di dekat kakimu. TENG! TENG! TENG! Lonceng itu kaubunyikan lagi. Kip dan
Abbey menurunkan tudung mereka. "Kau menyelamatkan kami!" seru
Kip penuh syukur. "Dan hantu-hantu tolol itu lenyap selamanya!" sambung Abbey.
"Kau percaya rahib-rahib itu hidup" Eh, mati, maksudku."
Kau menghela napas lega. "Kita selamat sekarang," katamu.
Semuanya diam"kecuali mata yang tampak berkedip-kedip di sisi
lain lapangan itu. "Uh-oh," katamu. "Mata itu bisa cuma satu artinya."
Bukalah halaman 52"kalau kau berani
Yang semula tampaknya misi penyelamatan, sekarang berubah
menjadi misi penghancuran. Elang malam hitam raksasa itu terbang
menanjak. "Pegangan!" teriakmu pada Kip. Ia berpegangan erat pada bulu
hitam licin yang mencuat dari punggung burung itu.
Elang itu tiba-tiba menukik. Berusaha melempar jatuh kalian!
Kau terpelanting ke samping sayap dan kau menggapai-gapai di udara.
"Whoooaaa!" jeritmu.
Mengendarai burung roller-coaster ini mengakibatkan perutmu
teraduk-aduk. Kip kelihatannya juga mabuk udara seperti kau. Tapi ini
belum selesai. Sekarang elang itu jungkir balik sampai akhirnya kau
tak dapat berpegangan lagi.
Kau terlepas. "Selamat tinggal, Kip!" serumu saat kau mulai
terjun bebas! "Selamat tinggaaaaaaaaaaaaaaaal."
Bukalah halaman 117 Pagar tanaman itu berada di belakangmu. Perbukitan hijau
terhampar di depanmu. Angin hangat membelai wajahmu dan ada
sesuatu... sedang menghampirimu. Kabut hitam gelap sedang
bergulung ke arahmu. Sudah setengah jalan ke tempat kau berdiri.
"Aku tak suka melihatnya," Kip berkata.
Angin hangat itu bertiup semakin kencang.. Awan-awan hitam
berkumpul. Debu meliuk-liuk dalam pusaran. Kejahatan melingkupi
sekitarmu. "Dengar," kau memperingatkan, "cepat atau lambat kita harus
menghadapi si Ksatria Jahat. Itulah satu-satunya cara mematahkan
kutukan itu, kan" Hanya keturunan Saxton yang bisa
mengalahkannya!" "Aku lebih suka lambat daripada cepat...," Kip mulai
menimpali. Ia tidak pernah menyelesaikan kalimatnya.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKH!" Dengan
berteriak Ksatria Jahat itu mengumumkan kedatangannya.
Lihat apa yang terjadi selanjutnya di HALAMAN 85!
Kau kembali membaca kata-kata pada potongan teka-teki baru
itu: "Yang terjadi SEKARANG bukanlah yang sebenarnya." Kau
belum tahu apa artinya, tapi kau tahu kau harus keluar dari ruangan ini
SEKARANG! "Zzzztt?" percik Kip.
"Zzzt zzzztttz zzt?" tambah Abbey.
Mereka mengira kau telah tahu jawabannya. Mereka ingin tahu
apa yang terjadi SEKARANG. Kau tidak dapat menjawab
SEKARANG, karena kau mengerti apa yang dimaksud potongan tekateki ini. Tidak pernah ada SEKARANG. Begitu muncul SEKARANG,
segera menjadi MASA LALU. SEKARANG ini kau cuma tahu satu
hal, tidak ada jalan keluar dari tempat ini SEKARANG. Tak ada
SEKARANG. Begitu kau akan melarikan diri SEKARANG,
SEKARANG sudah jadi MASA LALU dan kesempatanmu untuk
pergi telah lenyap. Kau, Kip, dan Abbey terjebak di negeri antah-berantah
SEKARANG. Kebenaran yang mengerikan mengurung kalian dan
demikian juga dinding-dinding itu. Yang terjadi SEKARANG
bukanlah yang sebenarnya. Namun yang sebenarnya adalah bahwa
bagi kau, Kip, dan Abbey, SEKARANG adalah
TAMAT Suara itu lembut. "Masuklah," katanya lagi. Kau berdiri, masih
pusing akibat melayang-layang. Kau terjerembap saat melewati pintu
itu. Kini kau sudah di dalam. Pintu itu menutup pelan-pelan. Kau
menghela napas lega hingga pintu gerbang berjeruji baja
TERBANTING di depan pintu itu!
"AAAAAaaaaaaaaahhhhhh!" teriakan si Ksatria Jahat
terdengar. "TAMATLAH RIWAYATMU!" katanya.
Kau menoleh ke kiri, lalu ke kanan. "Ini bukan gubuk!"
teriakmu. "Ini sel bawah tanah!"
Tikus-tikus hitam besar berlarian menginjak-injak kakimu.
Labah-labah berbisa dan berbulu panjang memenuhi wajahmu dengan
jaring-jaringnya. Kepala-kepala tanpa badan melayang-layang. Jamjam tanpa jarum berbunyi, "Kukuk, kukuk!" Monster Penimpuk
Lumpur melemparkan gumpalan lengket ke arahmu. Kau merunduk
tepat pada waktunya. PLOP! Gumpalan itu bepercikan di dinding
batu. Petir menggelegar dan menyambar di atasmu. Kelelawarkelelawar pengisap darah terbang menabrak-nabrak jeruji besi pintu
gerbang di belakangmu. Bukan, ini bukan gubuk. Ini Kamar Bahaya!
Lorong Seram! Persembunyian Rahasia Setan! Batas Akhir!
Bukalah halaman 130 Kau ternganga melihat dinding kehijauan yang mengelilingimu.
"Pagar tanaman ini terlalu tinggi," katamu. "Kita tak bisa
memanjatnya." "Ini seperti maze"permainan jalan tikus," Abbey berkomentar.
"Kip, biasanya dalam permainan itu ada istana dan lain-lainnya, kan"
Aku ingin tahu di mana jalan keluarnya."
"Kita harus menemukan jalan keluar atau menerobos pagar ini.
Kita tak bisa di sini selamanya," kau berkata.
"Masa selamanya sih!" Kip merengek.
"Diam, Kip!" kau dan Abbey membentak bersamaan.
Jadi, apa yang akan terjadi"
Jika kau berusaha mencari jalan keluar, bukalah HALAMAN
51. Jika kau berusaha mendobrak pagar tanaman itu, bukalah
HALAMAN 116. Sekarang kepala Abbey terletak di tempat kepala ratu itu
sebelumnya. Sedangkan kepala ratu itu terpasang di atas leher Abbey
dan matanya menatapmu! Ratu Abbey yang baru, berdiri di depan
pintu kaca dan berusaha melihat bayangannya.
Kip belum tahu apa yang terjadi pada diri Abbey. Ia sibuk
mengernyit-ngernyit di depan kepala monster yang mengerikan di
sepanjang dinding. Kepala besar yang bermata besar, bermulut lebar,
dan gundul itu paling jelek di seluruh ruangan.
"Wajah yang cuma bisa disayangi ibunya," Kip melucu sambil
menatap mata kecil monster itu. Dalam sekejap, kepala makhluk itu
bertukar tempat dengan kepala Kip!
Kau ternganga kaget ketika Kip, si monster, berpaling pada
Abbey, si Ratu. "Argh!" kata Kip.
"Aahhh!" jerit Ratu Abbey. "Pengawal! Lepas kepalanya! Lepas
kepalanya!" Seluruh deretan kepala Pengawal Kerajaan mulai bergerak. Para
pengawal bertopi baja berteriak-teriak dari tonggak masing-masing,
"Selamatkan sang Ratu! Selamatkan sang Ratu!" Dalam satu gerakan
cepat, seluruh deretan kepala pengawal meloncat ke depan dan mulai
berguling dengan kekuatan penuh menuju ke arah Kip! Dalam sekejap
ia akan terkubur kepala! Jika kau memakai kepalamu untuk menolong Kip, bukalah
HALAMAN 30. Jika kau memakai kepala lainnya untuk menolong Kip, bukalah
HALAMAN 11. Baju baja Ksatria Baik tidak hanya mempersenjataimu dengan
kapak perang dan perisai. Tapi juga mempersenjataimu dengan
keberanian. Ruangan seram ini tidak membuatmu takut. "Tunjukkan
mukamu, Ksatria Jahat!" serumu dengan berani. Kau tidak perlu
menunggu lama. Sesosok raksasa melangkah keluar dari cahaya kuning yang
menyilaukan itu. Si Ksatria Jahat! Ia lebih tinggi, lebih gelap, dan
lebih seram daripada sebelumnya. Matanya melontarkan lidah api ke
arahmu. Lidah api itu mengenai baju baja perakmu dan membuatnya
panas. Matanya membakarmu lagi! Keringat bercucuran di muka dan
lehermu. Kau meleleh di dalam tungku baju baja itu!
Si Ksatria Jahat tertawa sambil mengacungkan pedangnya dan
mengayunkannya kuat-kuat ke topi bajamu. Seluruh tubuhmu
gemetaran akibat benturan logam melawan logam. Si Ksatria Jahat
kembali mengayunkan pedangnya dan menyerang sisi lain topi
bajamu. Kau begitu kaget sampai tidak bisa bergerak.
"Serang!" seseorang berteriak. Wanita Penyihir itu. Ia
menciptakan si Ksatria Jahat dan menyaksikannya mengalahkan Sir
Edmund Saxton. Sudah berabad-abad ia menunggu pertarungan ini.
"Serang!" teriaknya lagi. "Serang! Serang! Serang!"
Tahan napas dan lanjutkan ke HALAMAN 54.
"Lihat yang satu ini!" seru Abbey. Ia menunjuk jam kukuk antik
di atas lantai di sudut. Hampir seluruh jam itu berwarna hitam. Di beberapa bagian ada
gambar berwarna perak, emas, dan biru, serta dihiasi berbagai ukiran,
pahatan, kenop, dan tombol. Piringan jamnya berwarna putih, dengan
jarum-jarum penunjuk dan angka-angka Romawi berwarna emas.
Kau melirik jam itu, dan merasa akan terjadi bencana. Kau
takkan terkejut kalau pintu pada jam itu terkuak dan burung-burung
yang mengerikan melayang keluar! Jam ini rasanya tidak asing lagi
bagimu. Di mana kau pernah melihatnya"
Jika menurutmu kau tahu di mana kau pernah melihat jam ini,
bukalah HALAMAN 46. Jika kau tertarik pada jam dinding lain yang terletak di sebelah
jam yang tadi, bukalah HALAMAN 93.
Kau berlari menuju ke gubuk itu, tapi gubuk itu tidak ada di
sana lagi! Peri-peri jail itu kembali memindahkannya.
"Di sana!" kata kedua peri itu sambil cekikikan.
"Di sana!" "Di sana!" "Di sana!" "Di sana!" "Di sana!" Larilah sampai kau jatuh di HALAMAN 104.
"Abbey!" Kip menjerit saat melihat kakaknya meronta-ronta
disambar si Ksatria Jahat.
"Tolong!" pekik Abbey ketakutan.
BRAK! Sementara satu tangannya memegangi Abbey, tangan
lain si Ksatria Jahat menghantam peti kayu itu. Kau dan Kip menjeritjerit ketakutan. Harapan kalian untuk menolong Abbey lenyap ketika
ksatria itu melanjutkan mendobrak penjara kayunya. Tak ada yang
dapat menghentikannya sekarang!
Ia akan memusnahkan segala yang baik"dan itu berarti KAU!
Pejamkan matamu. Jangan melihat. Ini terlalu mengerikan
untuk dilihat. Lawan kutukan jahat adalah HIDUP, yang tidak akan
terjadi padamu ketika Ksatria Hantu telah berurusan denganmu!
TAMAT Benarkah begini akhirnya" Jika menurutmu kau terlalu cepat
meninggalkan petualangan ini, lanjutkan ke halaman 99
Kau memutuskan kau memerlukan semua bantuan yang bisa
kauperoleh. Kip dan Abbey berada di ruang sebelah, pikirmu.
Kau berbalik menuju ke pintu. Seolah menjawab pikiranmu,
jeruji besi yang besar sekali terbanting ke tanah di depanmu.
Lembaran logam, lainnya terbanting di muka jeruji itu, menghalangi
pintu itu. "Kip! Abbey!" panggilmu. Kemudian semua monster dari
mimpi burukmu mulai mengguncang-guncang sangkar mereka.
"Kau takkan pernah menang!" para wanita berkutil itu
menyanyi bersama. "Kau tak bisa menang tanpa baju baja Ksatria
Baik. Jahat adalah seperti yang dilakukan si Jahat, dan si Jahat
melakukan yang jahat!" Mereka terus ribut di dalam sangkar,
mengejekmu dengan kata-kata usil.
Kaupaksa dirimu untuk tidak mendengarkan mereka. Kau tahu
apa yang harus kaulakukan sekarang. Kau harus tegar dan menghadapi
si Ksatria Jahat seorang diri.
"Tunjukkan mukamu, Ksatria Jahat!" teriakmu.
Naga itu menyemburkan api, menyinari sudut tergelap ruang
pamer setan. Kau masih tidak melihat si Ksatria Jahat.
"Tunjukkan mukamu, Ksatria Jahat!" teriakmu lagi.
Jangan sia-siakan keberanianmu sekarang. Bukalah


Goosebumps - Ksatria Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

HALAMAN 118. Teriakan si Ksatria Jahat berbaur dengan deru angin yang kian
panas. Kau nyaris dapat merasakan napas jahatnya yang bercampur
dengan angin. Kau tahu ia demikian dekat. Kabut gelap mengejarmu!
Angin ribut mengembus kencang hingga kalian bertiga terpental
ke belakang menerpa pagar tanaman. Tapi kau tidak merasa tertusuk
daun-daun yang berduri itu. Kau tidak mendarat di tanah tempatmu
berdiri sebelumnya. Ternyata kau sama sekali tidak mendarat.
"Kita jatuuuuuuuuuuuuuuuh!" teriak kalian bertiga serempak.
Jatuh! Jatuh! Jatuh! Jatuh! Jatuh! Jika di kursi tempatmu duduk ada bantal, bukalah HALAMAN
48. Jika tak ada bantal, atau kau tidak sedang duduk, bukalah
halaman 72 Kalau berdiri di sini terus, kau pasti akan dilumuri lumpur oleh
gerombolan monster Penimpuk Lumpur itu!
"Ayo!" teriakmu. Kau merunduk menghindari kue lumpur yang
melayang jauh tepat menuju ke mukamu. "Kita harus keluar dari sini!"
"Mana jalan keluarnya?" jerit Abbey. Tangannya terulur ke atas
untuk menangkis segumpal lumpur. Saat ia menangkis gumpalan itu,
kaulihat cahaya dari lampu bohlam menembus para Penimpuk
Lumpur itu! Tiba-tiba suatu pikiran terlintas di benakmu. "Menurutku ini
cuma salah satu tipuan licik Ksatria Jahat," kau menduga. "Penimpuk
Lumpur ini tak benar-benar ada. Mereka ditanamkan ke dalam pikiran
kita oleh kekuatan ksatria itu. Cahaya lampu itu menembus mereka.
Lihat!" Kau menangkap makhluk lumpur yang terbesar dan menarik
lehernya. Lalu kaupegang kedua bahu makhluk itu. Kauangkat
makhluk itu ke atas kepalamu.
Jika makhluk itu kaudekatkan ke cahaya, bukalah HALAMAN
63. Jika makhluk itu kaubanting ke tanah, bukalah HALAMAN 29.
Kau tak tahan. BANTINGAN pintu itu membuatmu berteriak.
"Kami tak bermaksud menakut-nakuti kalian," kata orang tua
itu. "Kami?" tanyamu. "Anda mengatakan kami?"
Untuk menjawab pertanyaanmu, orang tua itu berjalan
terpincang-pincang. Sepatu botnya muncul dari balik bayang-bayang.
Ia memakai celana kanvas yang compang-camping dan sweter yang
berlubang-lubang. Lalu wajahnya tampak.
Benar-benar J-E-L-E-K! Ia berbicara sambil me-mandangimu,
wajahnya keriput dan dipenuhi tahi lalat. Orang ini pasti sudah berusia
seratus tahun. Dan ia menatapmu dengan ganjil.
Lalu ada sesuatu yang menarik perhatianmu. Di sebelah
telinganya yang pucat. ADA KEPALA LAGI! Kepala bermata
bengkak, penuh kutil yang mengerikan, dan lidahnya terjulur-julur!
Kepala itu menempel di sebelah kanan lehernya!
Abbey menjerit-jerit ngeri.
Dan masih ada SATU KEPALA LAGI! Di sisi lainnya!
Menempel di lehernya juga. Di bawah sekilas cahaya lampu tampak
mulut yang penuh dengan gigi-gigi busuk dan berlendir. Matanya
menatap nyalang ke mana-mana tak terkendali!
"Kami tak bermaksud menakut-nakuti kalian," kata orang tua
itu. "KAMI BERNIAT MEMBUAT KALIAN TAKUT SETENGAH
MATI! Jika kau sanggup, larilah ke HALAMAN 98.
Jika ternyata kau membeku ketakutan, bukalah HALAMAN
108. "Tak ada lonceng berdentang buat kami. Tak ada lonceng
berdentang buat kami. Tak ada lonceng berdentang buat kami." Suara
Kip dan Abbey terdengar lebih keras di antara para rahib lainnya.
Kau memandang mata transparan mereka dan melihat sekilas
bayanganmu sendiri. Di bawah tudung jubah yang kaupakai TIDAK ADA WAJAH
SAMA SEKALI! "Tak ada lonceng berdentang buat kami! Tak ada lonceng
berdentang buat kami!" kaudengar suaramu sendiri menyanyi. "Tak
ada lonceng berdentang buat kami."
Terimalah nasibmu"kau menjadi lonceng kematian selamalamanya.
TAMAT Ksatria Jahat itu tidak terlihat, namun kau tahu ia ada di sini.
Tawa seramnya berubah menjadi jeritan, lalu kembali ke tawa lagi.
Ruangan yang menyusut ini merupakan ruang siksa kecil. Dari detik
ke detik ruangan itu terus mengecil.
Dengan panik kau menerjang dinding yang bergerak maju itu,
berusaha menahannya. Kau mengerahkan seluruh tenagamu.
"Aaaaaaaaaaaaah!" teriakmu, otot-ototmu mulai panas dan nyeri.
"Coba pintu lainnya, Abbey!" serumu. "Cepat!" Tapi Abbey
mematung dalam ketakutan. Ia bergeming sedikit pun.
Telingamu terdorong oleh dinding yang bergerak itu. Terdengar
bunyi gemeretak yang mengerikan di baliknya. Kakimu mulai tergeser
dan tergelincir. "Pintunya, Kip! Pintunya!" teriakmu.
"Tapi tinggal dua pintu," seru Kip. "Mana yang harus kubuka?"
"Pintu yang benar!" balasmu berteriak. "Buka pintu yang
benar!" Jika pintu di kanan yang benar, bukalah HALAMAN 42.
Jika pintu di kiri yang benar, bukalah HALAMAN 59.
"SELAMAT DATANG DI MUSEUMKU!" geram suara
Ksatria Jahat saat kau memasuki ruang gelap misterius itu.
"MUSEUM SETAN PERTENGAHAN PURI SETANKU YANG
SANGAT PRIBADI!" Ia tertawa terbahak-bahak mendengar
leluconnya sendiri. Tawa seramnya mengejekmu. Berasal dari
berbagai arah. Kau berputar, memicingkan mata ke arah kegelapan itu untuk
mencari tanda-tanda si Ksatria. "Di mana kau?" teriakmu membalas
paduan suara setan itu. "Tunjukkan mukamu!"
"AAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH!" Lengkingan
yang menusuk telinga. Ksatria Hantu memperingatkanmu siapa yang
berkuasa di sini. Tiba-tiba kau merasa tidak ingin tahu lagi.
Cahaya suram tampak muncul dari suatu tempat. Atau mungkin
hanya karena matamu sudah terbiasa dengan tempat gelap ini. Namun
semua garis vertikal di sekelilingmu seolah muncul dari kegelapan.
Batangan-batangan. Batangan besi. SANGKAR! Tapi bukan sangkarmu. Paling tidak, belum.
Ini semacam museum pameran. Atau mungkin kebun binatang.
Atau kebun setan. Kau terguncang saat melihat apa yang terdapat di
dalam semua sangkar itu. Lihatlah apa yang ada di dalam sangkar itu di HALAMAN 106.
"Zzzzt! Zzzzt! Zzzt zzzt zzttt!" Kau mencoba bicara, namun
yang keluar dari mulutmu hanya percikan bunga api!
"Zzzzt zzzt!" Abbey menambahkan dua percikan.
"Zzzzzzzzzzt! Zzzzzzzzt!" Kip memercikkan api paling keras.
Ia mengacungkan potongan perkamen kedua yang berisi peringatan
tentang "tagihan maut".
Seandainya saja bisa bicara, kau akan mengatakan pada Kip"
kau sudah tahu teka-teki itu. Aliran listrik yang mengungkung kalian
inilah yang dimaksudkan oleh perkamen itu.
Kip melambaikan perkamen itu padamu. "Zzzzt zt!" katanya.
"Zzt zzzzt!" kau setuju. Kau mengamati potongan perkamen itu.
Kau berusaha membaca tulisan yang tertera di situ di antara percikan
bunga api. Inilah kejutan yang sebenarnya"kata-kata baru telah
muncul di perkamen itu! Kau membacanya dalam hati:
...waspadalah terhadap tagihan mautnya
Yang terjadi SEKARANG bukanlah yang sebenarnya.
Aha! Sekarang kau mengerti!
Jika kau merasa mengerti isi perkamen itu, bukalah
HALAMAN 34. Jika kau merasa sama sekali tidak mengerti, bukalah halaman
76 "Kip! Kip!" Sekarang suara Abbey terdengar sangat jauh, nyaris
tak terdengar. "Wow! Dia benar-benar terbang!" katamu terkagum-kagum.
"Kau pasti benar dalam hal menghadapi ketakutan itu, Kip."
"Kembalilah!" teriak Kip ke langit malam.
Namun Abbey semakin kecil menuju ke langit malam. Dan
sesaat kemudian, ia menghilang. Kau hampir tidak percaya. Hilang.
Begitu saja. Kip mulai terisak-isak. Kau memberanikan diri. "Kita akan mencarinya lagi. Kita pasti
menemukannya," katamu. "Sudah sampai sejauh ini kita bersamasama. Melewati semua hal sinting ini."
Geraman rendah dari tangga batu memberitahukan akan ada hal
yang lebih sinting lagi. "Siapa di sana?" tanyamu.
"Aaaaaaahhhhhhhhhhhhh!" Teriakan Ksatria Jahat bergema
menyeberangi lapangan. Geraman di tangga tadi berubah menjadi raungan, menjawab
teriakan si Ksatria! Lalu, seekor makhluk mirip kucing hitam besar
sekali dengan mata kuning muncul dari tikungan tangga.
"Kip. Lihat ke sana," katamu setenang mungkin.
Bukalah halaman 61 Jam kukuk antik di sudut itu memang aneh. Namun bukan apaapa bila dibandingkan dengan jam yang tergantung pada dinding di
dekatnya! "Jam ini sepertinya dari masa depan," katamu pada Kip dan
Abbey. "Cantik. Seperti aku," Abbey berkata. "Aku mau lihat lebih
dekat." Ia berjinjit dan menurunkan jam besar itu. Kalian berkerumun
mengamat-amati jam itu. Permukaannya hologram perak berkilauan,
dengan tiga jam kecil lain di atasnya. Yang satu hijau keperakan
dengan jarum perak. Yang satu lagi pink terang dengan jarum hitam.
Yang terakhir oranye mencolok tanpa jarum sama sekali.
"Masing-masing disetel berlainan," katamu. Kauperiksa jam
tanganmu. Pukul 01.00. Kau hendak menyetel jam aneh itu untuk
membetulkannya. Jika kau hendak menyetel jarum jam hijau, lanjutkan ke
HALAMAN 5. Jika kau hendak menyetel jarum jam pink, lanjutkan ke
HALAMAN 109. Jika kau masih tercengang memandangi jam oranye, bukalah
HALAMAN 68. Landak-landak bergulingan di atas tubuh kalian. Suara cericit
mereka berisik sekali. "Mereka sedang ngobrol!" gumammu di sela-sela duri landaklandak itu. Dua landak sedang mengadakan rapat tepat di depan
wajahmu. Rasanya tidak enak sama sekali. Kau berusaha duduk.
Puluhan landak yang melingkarkan tubuhnya menjadi bola
menggelinding ke arahmu dan menindihmu lagi.
Pemimpin landak-landak itu mencericit keras. Tiga landak yang
bersarang di rambut Abbey mendongak.
Landak yang berada di bahu Kip menggulung diri dan
menggelinding menuruni dada Kip. Bola-bola berbulu duri
bergelindingan keluar dari lengan baju kalian, dari rambut kalian,
bahkan dari dalam sepatu kalian!
Landak yang terbesar mencericit sekali lagi. Dalam sekejap,
mereka berlarian kembali ke dalam pagar tanaman di belakang kalian.
Ada apa" Angin berembus. Hangat, tidak dingin. Kau
mendongak menatap perbukitan itu. Kabut gelap bergulung menuruni
perbukitan. "Hei," katamu. "Lebih baik kita pergi dari sini. Apa pun kabut
itu sebenarnya, binatang-binatang kecil itu saja ketakutan."
"Kita akan ke mana?" tanya Abbey.
Jika kau kembali ke pagar tanaman, bukalah HALAMAN 23.
Jika kau menunggu untuk melihat apa yang terjadi, bukalah
HALAMAN 75. Kalian jatuh dengan cepat, namun tidak cukup cepat untuk
menghindari air liur panas yang menetes dari mulut makhluk itu. Ia
membungkuk di tepi dinding menara lonceng. Wajah kalian
berlumuran ludah yang mendidih. Sebelum air liur berikutnya
mengguyur kalian, elang malam raksasa itu terbang di bawah kalian.
Burung itu menangkap kalian dengan punggungnya dan meluncur ke
atas. Kau tidak tahu ke mana burung malam yang hitam ini
membawa kalian. Ketika kau menoleh ke makhluk itu, kau yakin akan
satu hal: Ke mana pun kalian menuju lebih baik daripada tempat di
mana kalian baru saja berada!
Jika burung itu membelok ke kiri, bukalah HALAMAN 115.
Jika burung itu membelok ke kanan, bukalah HALAMAN 53.
Jika menurutmu misi penyelamatan itu malah akan berakibat
lebih buruk, bukalah HALAMAN 74.
"Lupakan saja dongeng tentang baju baja itu!" bentak Abbey
sebelum Kip sempat menjawab. "Itu sih konyol dan ngelantur."
Tapi lama sesudah semua orang tidur, kau masih terjaga
memikirkan peti di garasimu itu.
Lama kemudian, kau nyaris terlelap ketika mendadak terbangun
lagi karena terdengar jerit mengerikan"berasal dari garasi itu.
"Kutukan itu!" Kau tersentak.
Jika kau pura-pura tidak mendengar jeritan itu, bukalah
HALAMAN 13. Jika kau mau menyelidiki jerit ketakutan itu, bukalah
HALAMAN 19. Di bawah pimpinan Ksatria Jahat, seluruh kawanan domba itu
menyerbu! Kau dicekam ketakutan, ketika kawanan hewan itu
berderap cepat ke arah kalian bertiga. Kalian pasti akan gepeng
terinjak-injak! Bunyi yang datang dengan cepat itu seperti bom suara. Kau
melingkarkan lenganmu ke sekeliling kepala dan menunggu rasa sakit
akibat ratusan kaki kecil menginjak-injakmu. Jadi beginilah
rencananya untuk menghancurkan kami, pikirmu. Kau membuka
mulut untuk berteriak, tapi suaramu tidak dapat mengalahkan
gemuruh kaki kawanan domba itu.
Lalu, tiba-tiba, yang terdengar hanya jeritanmu. Jeritanmu
sendiri. Kau mengintip lewat bawah lenganmu.
Kawanan domba itu sudah lenyap. Perbukitan itu juga tidak ada
lagi. Yang tertinggal hanya semak-semak berduri. Kalian meloncat ke
dalam semak-semak berduri. Dan kalian lecet-lecet!
Bukalah halaman 132 Kalian bertiga lari meninggalkan monster bermuka tiga itu,
menerjang pintu belakang gubuk. "Dikunci!" teriakmu sambil
mengguncang-guncang pegangan pintu.
"Kunci itu!" Kip mengingatkanmu. "Coba kunci itu!"
Kau merogoh-rogoh sakumu, mengeluarkan kunci itu, dan
menyisipkannya ke lubang kunci. Begitu kunci itu mulai berputar, trio
monster itu menyanyi bersama:
"Sling-sling, nging-nging, buk-buk.
Kunci berputar dan tiga jadi satu!"
Kunci itu berputar. Pintu terbuka. Kalian bertiga saling dorong
berusaha keluar lebih dulu.
Kau mendorong. Kip mendorong lebih keras. Abbey
mendorong paling keras! Dorongannya keras sekali.


Goosebumps - Ksatria Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mantra monster itu bekerja. Semua dorongan itu melebur tubuh
kalian menjadi satu. POP! Kalian terjatuh ke luar.
Namun putaran kunci telah membuat kalian menjadi monster
bertubuh satu dan bermuka tiga seperti orang tua itu! Yang kau tahu
hanyalah bahwa dua kepala mungkin lebih baik daripada satu, tapi
tiga kepala berarti pusing sekali!
TAMAT "Tamat?" tantangmu. "Jangan mimpi, gombal! Kau takkan bisa
menghentikan kami secepat itu."
Kau segera beraksi sehingga membuat heran kedua sepupumu.
Kau melewati ksatria itu, dan menghampiri rak di dinding garasi.
Kauambil sekaleng oli motor dan kaubuka tutupnya. Kautuang isinya
ke lengan baju baja yang masih mencengkeram Abbey.
"Aahh!" Abbey memekik ketika cairan berminyak melumuri
kepalanya. Tapi syukurlah, ia bisa meloloskan diri dari lengan besi
yang melingkarinya itu. Ia bebas!
Sekarang kau dapat kembali menutup peti KSATRIA JAHAT.
Kalian bertiga mengambil palu, paku, dan tali dari meja kerja. Lengan
Ksatria Jahat itu memukul-mukul. Berlumuran oli lengket dan tebal.
Cepat-cepat kau menutup kembali peti kayu itu.
Senang rasanya segalanya terkendali lagi. Namun perasaan itu
tidak berlangsung lama. Sekarang peti bertanda KSATRIA BAIK
berderak. Seberkas sinar putih tepat menembus lubang pada kayu peti
dan terarah padamu, nyaris membuatmu buta. Pintu itu terbuka,
memutuskan tali kulitnya. Sosok ksatria berbaju baja berkilauan
muncul di depanmu. Matamu mengerjap-ngerjap dan kaututupi
dengan tanganmu. Wajah ksatria itu adalah wajahMU!
Sinar terang itu memudar. Kau memandangi potongan
perkamen yang melayang-layang di dalam peti itu.
Ambillah perkamen itu di halaman 70
"Ayo, kita ke kanan," kata Kip sambil mencabuti duri-duri dari
lengan dan kakinya. "Aku tak suka melihat gubuk di bawah itu.
Kenapa ada orang yang mau tinggal di sini, yang jauh dari manamana?"
Salah satu peri itu cekikikan dan gubuk itu lenyap! "Sekarang di
sini, bukan di sana!" Peri itu tertawa. "Kalian suka gubuk ini di sini?"
Ajaib, gubuk itu tiba-tiba muncul di belakang kalian. "Atau kalian
suka ini di sini?" Peri yang satunya cekikikan ketika gubuk itu
meloncat ke sebelah kiri kalian.
"Di sini. Di sana. Tak peduli di mana," kedua peri itu menyanyi
bersama. "Di mana kalian berada adalah di mana kalian tak berada,
kalau kalian disihir peri!"
"Sebaiknya kalian cepat-cepat sembunyi," salah satu peri
menyanyi sambil menunjuk ke gubuk ajaib itu. "Si Jahat takkan
melongok ke dalam," sambung yang satunya.
Teriakan seram si Ksatria Jahat yang mendadak terdengar
menggerakkan kakimu untuk berlari. "Kalau Ksatria Jahat
menghancurkan kita sebelum kita mematahkan kutukan itu, takkan
ada keturunan Saxton yang selamat," katamu terengah-engah sambil
berlari. "Dia datang. Cepat! Kita harus sembunyi di gubuk itu. Suka
atau tidak!" Larilah ke gubuk di halaman 82
Sejenak kau tergeletak di antara bebatuan. Kepalamu masih
pusing akibat jatuh. "Kau tak apa-apa?" Abbey bertanya.
"Kami melihat semua aksimu!" Kip berkata dengan kagum.
"Kau kuberi nilai sepuluh. Kau hebat!"
"Kupikir kalian berubah jadi batu!" gerutumu.
"Ha! Berhasil." Abbey tertawa. "Kami berusaha tetap diam.
Kami tak ingin tertimpa batu longsor ketika kau di atas sana."
"Ya," Kip menjelaskan. "Batu-batu ini seperti salju. Gerakan
atau suara sedikit saja bisa mengakibatkan seluruhnya berjatuhan."
Jadi itu. Batu longsor. "Kip, kau jenius!" pujimu.
"Yang benar?" "Yang benar?" Abbey tercengang.
"Batu longsor. Itulah cara untuk mencapai benda berkilauan itu.
Itu akan menolong kita. Cuma itu yang kutahu. Dan jika tidak,
mungkin hujan batu dapat membantu kita keluar dari tempat
mengerikan ini," kau menjelaskan.
Sebelum mereka dapat menghentikanmu, kau memungut sebutir
batu berukuran cukup besar dan melemparkannya sejauh mungkin ke
lereng. Keping-keping batu mulai berguguran. Kau, Kip, dan Abbey
mendaki tepi lereng untuk menghindar.
Mendakilah ke halaman 121
Dalam sekejap, Abbey kembali. Namun ia bukan Abbey lagi.
Setidaknya tidak dalam keadaan utuh. Kepalanya"lengkap dengan
rambutnya yang pirang dan panjang"menempel pada tubuh burung
hitam raksasa. Abbey si elang hitam menukik dari langit malam yang
gelap. "Kwaaak! Kwaaak!" ia berkaok. Ia mengepak-ngepakkan
sayapnya dan meluncur menghampiri kau dan Kip.
"Menunduk!" kau berseru pada Kip.
"Kwak!" Abbey berkaok dari atas. Kemudian ia kembali
menukik ke arah kalian. Kau mendengar kepak sayap raksasanya saat ia terbang di
dekatmu dan menancapkan cakar tajamnya ke kepalamu. Kau
memekik kesakitan! Tanpa berhenti ia berbelok di udara dan menyerang Kip dengan
kekuatan yang sama, yang bisa memecahkan kepala.
"Abbey! Abbey! Ini aku!" Kip memohon. "Jangan lakukan!"
Abbey berputar-putar, siap melancarkan serangan kembali.
"Bunyikan lonceng itu!" teriakmu pada Kip. "Mungkin bunyi
itu akan membuatnya ketakutan!"
Kip meraih sisi lonceng itu. Jemarinya hampir menyentuh
lonceng itu saat Abbey si Elang Malam melayang di antara lonceng
dan tangan Kip. Abbey mengangakan mulutnya dan menggigit bagian
belakang kemeja Kip kuat-kuat. Dengan Kip bergelantungan di antara
giginya, Abbey menukik ke arahmu dan cakar elangnya menyambar
kemejamu. Menjauhlah ke halaman 43 Jadi kepalalah pilihanmu. Kau menekan tombol itu. Dinding
kaca itu bergeser membuka ke ruangan berlangit-langit rendah. Tanda
di atas pintu itu memberimu peringatan AWAS KEPALA ANDA.
Kau merunduk sedikit ketika memasuki ruangan yang berisi
berderet-deret bangku dengan kepala-kepala dari masa abad
pertengahan! Ada kepala wanita, kepala pria, dan bahkan kepala
binatang buas. "Aneh sekali!" Abbey terkejut.
"Kelihatan seperti aslinya," kata Kip. Ia sangat ketakutan.
"Itu cuma kepala boneka." Kau tertawa dengan agak cemas.
"Mungkin museum ini memakainya untuk pameran model topi kuno
dan sejenisnya." "Mungkin kau benar," kata Abbey sambil berjalan sepanjang
salah satu deretan kepala. Ia berhenti di depan salah satu kepala. Ia
tersenyum. Kepala itu seperti kepala ratu. "Nah, ini ada yang menarik
perhatianku. Lihat berlian mahkota itu. Aku ingin mencobanya!"
Kejadian berikutnya membuat matamu terbelalak.
"Abbey!" teriakmu. "Apa yang terjadi?"
Ikuti kepala abbey ke halaman 79
"Percuma," Abbey mengeluh dengan napas tersengal-sengal
sesudah berlari kian kemari. "Gubuk itu tak pernah diam di satu
tempat. Aku capek mengejarnya."
"Aku juga," kata Kip sambil menjatuhkan diri ke tanah di
samping kakaknya. "Kita harus mempergunakan kesempatan sebaikbaiknya untuk menghadapi si Ksatria Hantu. Aku ngantuk."
"Jangan! Kita tak boleh tidur!" katamu. "Aku juga capek, tapi
jika kita tidur, Ksatria Jahat itu akan menghancurkan kita."
Semuanya sunyi sekarang. Kau berusaha keras tetap terjaga.
Demikian juga Abbey dan Kip, tapi kau tahu mereka menyerah.
Kedua kakak-beradik itu tertidur lelap.
Tinggal kau yang harus berjaga-jaga. Segumpal awan bergulung
menutupi bulan. Semuanya tak kelihatan. Terdengar derak langkah di
antara semak-semak. "Siapa di sana?" teriakmu di tengah kegelapan itu.
Tidak ada jawaban. Langkah itu kembali menerobos semak-semak. Kau mendengar
helaan napas. Makin dekat. Makin dekat. Pelan-pelan, kau
mengulurkan tangan ke depan. Dalam kegelapan itu jemarimu
menyentuh... logam! Lanjutkan ke halaman 37 BANG! Bantingan keras pintu mengejutkanmu. Membuatmu
melompat. Saat kakimu menjejak lagi, lantai di bawahmu terbuka.
"Pintu jebakaaaaan!" jeritmu. Kalian bertiga terlempar ke
bawah. Sesaat kalian jatuh, menembus kekosongan. Lalu nasib kalian
berubah. Kalian mendarat di atas ranjang empuk dengan seprai
berwarna cokelat. "Wuih!" desahmu, kau menghela napas. "Aku tak tahu kita di
mana. Tapi aku senang bisa pergi jauh dari orang tua itu. Aku tak bisa
menjelaskan, tapi suaranya membuatku merinding!"
"Aku juga punya perasaan begitu terhadap Abbey," Kip ikutikutan. "Aku tak bisa menjelaskannya, tapi muka Abbey benar-benar
membuatku merinding."
"Jangan melebih-lebihkan, Kip," Abbey mengingatkan, dan ia
melempar adiknya dengan sepotong kain cokelat.
"Tapi, apa ini?" tanya Kip. Ia memegang lembaran cokelat
kasar yang baru saja mengenai mukanya.
"Ini jubah rahib!" jawab Abbey. "Ya, kan?" Ia memakai salah
satu jubah itu. Ia jadi mirip rahib dalam film.
"Bagus!" Kau dan Kip juga mencoba memakai jubah-jubah itu,
hanya untuk bercanda. "Kenapa jubah-jubah ini ada di lantai bawah
tanah orang tua itu?"
"Sssst!" kata Abbey. "Dengarkan!"
Terdengar nyanyian rendah berasal dari suatu tempat di atasmu.
"Menurutmu itu erangan Ksatria Hantu?" tanyamu. "Lebih mirip
nyanyian daripada erangan."
Berjingkat-jingkatlah ke halaman 123
Kau tersentak. Di sekelilingmu, sangkar-sangkar itu berisi
wajah-wajah mutan seram dan badan-badan raksasa. Mereka
kelihatannya tidak asing lagi meskipun aneh. Lalu kau menyadari"
Ksatria Jahat telah mengumpulkan semua makhluk yang paling
mengerikan DARI MIMPI BURUKMU YANG PALING SERAM!
Di sebelah kanan"di balik batang-batang besi itu" samarsamar tampak segunduk besar lumpur keunguan. Gundukan itu
mempunyai dua mata kuning, berair, dan besar sekali, ternyata siput
buas! Mereka meloncat keluar dari cangkang dan merayap menuju ke
arahmu! "Oh, mati aku!" katamu pada diri sendiri.
Di sebelah kananmu ada kegelapan dan bayang-bayang diam si
algojo dengan kapak besar. Tanpa sadar, kau memegang lehermu
sendiri. Matamu terbelalak.
Ada kelelawar-kelelawar pengisap darah, labah-labah raksasa,
dan serigala yang mengaum serta berbulu lengket. Di sebelah serigala
itu, bersangkar-sangkar wanita tua dengan kulit penuh kutil dan
rambut kasar meraih-raihmu lewat jeruji yang berlumuran kotoran.
Naga-naga bersisik mengembuskan api ke mukamu ketika kau
menghadap ke arah mereka. Ular-ular mendesis-desis bergantungan
dari langit-langit dan bergesekan dengan telingamu. Seekor ular
menggeliat-geliat jatuh di bahumu.
Cepat, bukalah halaman 10
Jam itu. Kau harus memanfaatkan jam itu. Tapi bagaimana"
Tak ada gunanya mencoba mengulur-ulur waktu selagi kau dimantrai
si Penjaga Waktu. Lalu kau melihat sesuatu yang aneh. Wanita tua itu
juga semakin tua! Dia tua dan mengerikan. Lebih tua daripada kau.
Kau mendapat akal. Mungkin"jika jarum jam itu kaudorong
maju"mungkin ia akan mati lebih dulu! Ini memang ada risikonya.
Tapi saat ini hanya itulah yang bisa kaulakukan.
Dengan gemetar tangan tuamu pelan-pelan mendorong. Jarum
jam itu maju menit demi menit. Kalian memang semakin tua, tapi
wanita tua itu yang paling cepat menua. Satu menit lagi ia bukan apaapa lagi.
"Jangan!" teriaknya. "Jangan! Aku lemas..."
10... 9... 8... 7... 6... 5 detik berlalu. Kau, Abbey, dan Kip saling
menyandarkan tulang tua kalian yang lemah dan melihat wanita
berkulit tipis itu menyusut. Kau tidak sanggup memalingkan muka.
4... 3... 2... 1 detik berlalu. LENYAP! Selesai! Kini wanita itu tak
lebih hanya berupa lembaran kulit tipis di lantai! Kau telah berhasil
melenyapkan satu kekuatan setan lagi. Karena riwayat wanita tua itu
telah TAMAT Tapi buat kau, masih ada lagi yang lain di halaman 6
Kau tahu kau sebaiknya lari. Tapi entah kenapa kakimu tak bisa
digerakkan. "Kita terjebak!" teriakmu. "Terjebak!" Kau coba
menggerakkan kakimu, tapi tertanam ke tanah. Ternyata kaki-kakimu
di dalam tanah! Kip dan Abbey juga tidak dapat bergerak. Kaki mereka juga
tertanam seperti kakimu. Dan tubuh mereka mulai berubah jadi hijau.
Mereka juga semakin kurus. Sangat kurus sekali. Kau pun demikian!
Sementara si orang tua"Mr. Triple-decker"sedang mengucapkan
mantra kesukaannya. Ia berkomat-kamit di sudut sana.
Kalian dijadikan tambahan akhir isi kebunnya. Kau memandang
dari antara kelopak bunga yang membingkai wajahmu dan melihat
bunga petunia dan snap-dragon yang kalian lewati dalam perjalanan
masuk sebelumnya. Ajaib. Sekarang mereka punya wajah.
"Kalian kena sihirnya juga," kata petunia ungu yang tumbuh di
dekatmu. "Tak ada yang tahu setan itu berkebun!"
"Mantra-mantra, tumbuh lagi!" ejek sebatang zinnia.
"Dia menyihir kami bertiga," desah Abbey mendesah dari
bawah topi berkelopak mawar. "Tapi setidaknya aku jadi mawar!"
Kali ini rasanya kau harus berhenti. Namun hidup di kebun
penyihir tidak selamanya jelek. Siapa tahu" Bahkan mungkin kau
semakin terbiasa. TAMAT Tanganmu mendorong maju jarum jam pink terang" tanpa
sengaja agak jauh sedikit. Persendian tulangmu segera terasa kaku.
"Hmm, aneh," katamu. Lalu kau tersedak dan terbatuk-batuk.
"Kau bilang apa, Sonny?" tanya sebuah suara melengking. Kip!
Tapi ia kelihatan aneh sekali! Ia membungkuk dan mendekat sambil
menangkupkan tangan ke telinga kanannya. "Lebih keras, anak
muda!" teriaknya. Ia menjadi semakin tua di depan matamu.
"Siapa yang kaupanggil anak muda, Kakek?" tanya Abbey.
Wajahnya penuh dengan kerutan. Mirip cacing yang banyak sekali. Ia
tampak lebih tua daripada nenekmu. Ups! Anggap saja dia nenek
buyutmu! "Hentikan jam itu sebelum terlambat!" jerit Kip dengan suara
yang aneh sekali. Sekarang tanganmu berkerut-kerut dan berbonggolbonggol. Jari-jarimu nyaris tidak dapat menggerakkan jam itu. Kau
bersin, dan seorang wanita tua muncul di hadapanmu. Seolah ia keluar
dari hidungmu! "Siapa yang memanggilku dengan bersin?" tanya wanita tua itu
dengan kasar. "Kau ya, Pak Tua?" Ia membalikkan badan dan
menudingkan jarinya yang kurus dan bengkok padamu.
Lanjut yuk ke halaman 18 Kau menarik turun tali lapuk itu. Dan langsung putus!
"Tak ada lonceng berdentang buat kami! Tak ada lonceng
berdentang buat kami! Tak ada lonceng berdentang buat kami!" Para
rahib yang memakai jubah bertudung seram itu menyanyi dengan


Goosebumps - Ksatria Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sungguh-sungguh. Mereka sudah tiba di menara lonceng tempat kau
berada! Abbey dan Kip mengulurkan tangan padamu. "Bergabunglah
dengan kami," ucap mereka. "Bersatulah dengan kami. Tak ada
lonceng berdentang buat kami. Tak ada lonceng berdentang buat
kami." "Abbey! Kip!" panggilmu. "Jangan menghilang! Jangan
menghilang!" Sia-sia saja. Wajah kedua sepupumu semakin samar-samar.
Nyanyian para rahib itu bergema di telingamu. "Tak ada lonceng
berdentang buat kami. Tak ada lonceng berdentang buat kami. Tak
ada lonceng berdentang buat kami."
Kau tahu kau harus melarikan diri dari sini sebelum terlambat.
Cepatlah ke halaman 88 Si Ksatria Jahat tergeletak diam di dekat kakimu! Kau tidak
percaya. Kok kayaknya gampang banget. Tapi memang demikian.
Kau menoleh pada si Wanita Penyihir dan mengacungkan
kapak perangmu untuk memberi hormat padanya.
Lalu, BRUK! Suatu pukulan kuat menghantam baju bajamu,
membuat kau jatuh berlutut. Baju bajamu berdencing dan seluruh
tulangmu bergetar. Urusan si Ksatria Jahat denganmu belum selesai.
Baju baja yang kaukenakan sangat berat. Tapi kau berusaha
berdiri kembali. Kau mengacungkan kapak perangmu dan. menanti
peluang untuk menyerang. "TAMATLAH RIWAYATMU!" seru si Ksatria Jahat padamu.
Kau sudah pernah mendengarnya. Dikiranya kau akan
ketakutan. Tapi yang terjadi malah lain sama sekali: kaukirimkan mata
kapak perangmu yang tajam!
Sekarang atau tidak sama sekali. Saat ia masih terbahak-bahak,
kau mengambil ancang-ancang. Kapak perang itu kauayunkan
membentuk lingkaran penuh, lalu kaulepaskan seperti Frisbee.
Dengan lambat tapi pasti, kapak itu menyongsong mukanya.
Menghantamnya hingga membentuk ledakan asap.
Lihat di antara kepulan asap di halaman 136
Begitu melihat ke sekelilingmu, kau terkejut melihat bahwa kau
kembali ke garasimu sendiri! Semuanya tidak asing lagi. Dua peti
raksasa menjulang di depanmu. Yang satu berlabel: KSATRIA
JAHAT. Yang lain bertanda: KSATRIA BAIK.
Garasi itu bukan satu-satunya hal yang tidak asing. Semua
ucapanmu, serta kata-kata yang kaudengar, juga tidak asing!
Setidaknya untuk sesaat. Lalu semuanya mulai tampak normal lagi....
"Sebaiknya mana yang kita buka?" tanyamu waswas.
"Tidak kedua-duanya!" jawab Kip. Ia tampak ngeri.
Mungkin agak keterlaluan. Kau tidak yakin kau mempercayai
segala hal tentang kutukan ini. Mungkin ini semua cuma tipuan. Kip
dan Abbey bisa saja menyuruh seseorang berteriak-teriak dan
menggoyang-goyangkan peti itu. Siapa sesungguhnya yang berada di
dalam peti Ksatria Jahat itu" Kau penasaran.
Lalu terdengar lagi. Teriakan itu kedengarannya seram sekali!
Barangkali sebaiknya kau memilih yang aman dan membuka
peti bertanda KSATRIA BAIK. Baju baja bisa berguna kalau
mengandung kutukan sinting.
Jika kau membuka peti bertanda KSATRIA BAIK, bukalah
HALAMAN 33. Jika kau membuka peti bertanda KSATRIA JAHAT, bukalah
HALAMAN 49. Pintu garasi menggulung ke atas.
Belum pernah garasi itu begini gelap. Seolah monster-monster
mengintai dari segala sudut. Benda-benda di situ jadi kelihatan aneh.
Cahaya lampu sentermu melewati sosok-sosok bayangan yang
menakutkan, menyinari kedua peti itu. Peti-peti itu mirip batu nisan di
tengah-tengah garasi. Tapi salah satu peti itu bergetar. Bergoyanggoyang ke depan dan ke belakang.
Cahaya menyinari label salah satu peti. Label yang memuat
kutukan itu. Lalu kau melihat label lain yang bertulisan tangan di
bagian atas masing-masing peti. Yang satu berbunyi: KSATRIA
JAHAT. Yang lain berbunyi: KSATRIA BAIK.
"Sebaiknya kita membuka yang mana?" kau bertanya waswas.
"Tidak dua-duanya!" sahut Kip. Ia tampak ketakutan.
Mungkin agak terlalu ketakutan. Tentu kau tidak mau percaya
begitu saja. Barangkali kutukan ini hanya tipuan. Kip dan Abbey bisa
saja menyuruh seseorang berteriak dan menggoyang-goyangkan peti
itu. Siapa sih sebenarnya yang ada di dalam peti KSATRIA JAHAT
itu" kau penasaran. Lalu terdengar lagi. Jeritan-jeritan itu seram sekali!
Mungkin sebaiknya kau ambil jalan yang aman dan membuka
peti bertanda KSATRIA BAIK. Baju baja mungkin berguna kalau
kutukan gila itu memang ada.
Jika kau membuka peti bertanda KSATRIA BAIK, bukalah
HALAMAN 33. Jika kau membuka peti bertanda KSATRIA JAHAT, bukalah
HALAMAN 49. Kau tercengang melihat Abbey yang dengan berani memukulmukul ular-ular yang bergelantungan. Ia sangat berani, pikirmu.
"Jangan dekati rambutku!" bentaknya sambil membanting ular
lainnya ke tanah. Tapi ia tidak tahu seekor ular jatuh ke bahunya dan
mulai membelit kepalanya!
"Aaahh!" jeritnya. "Tolong aku!" Ia jatuh ke lantai seraya
menarik-narik ular itu. "Tolong!" jeritnya sekali lagi. "Selamatkan
aku!" Kip memberanikan diri. Ia berlari untuk menolong kakaknya.
Dalam ketergesa-gesaannya, ia terantuk jebakan baja yang menganga.
Kaki kirinya terjepit gigi logam yang tajam. "Tolong!" pekiknya. Ia
tak bisa menolong Abbey. Bahkan ia tidak sanggup menolong dirinya
sendiri. Sekarang semuanya terserah padamu. Hanya kau yang punya
kesempatan untuk mendapatkan hak memakai baju baja si Ksatria
Baik. Bukalah halaman 126 Burung hitam besar itu mendadak berbelok ke kiri. "Tolong!"
pekikmu. Kau terlempar dari punggung burung itu.
"Tolong!" Kip berteriak ketika ia juga terlempar dari punggung
berbulu burung itu. Untungnya, burung itu terbang rendah dekat ke tanah. Sialnya,
tanah itu sama sekali bukan tanah. Itu air!
BYUR! Kau tercebur ke dalam air. Brrr, dingin sekali.
Burung itu berkaok-kaok sambil terbang kembali.
"Tenggelam atau berenang! Tenggelam atau berenang!
Tenggelam atau berenang!" Tiga wanita tua bertubuh kurus bernyanyi
sambil berdiri di tepi air. Lalu mereka menepuk-nepuk air hingga
bergelombang yang membuat kalian semakin tenggelam.
Jika kau bisa berenang, bukalah HALAMAN 45.
Jika kau tidak tahu cara berenang, bukalah HALAMAN 122.
Sia-sia saja kau mencoba mencari jalan keluar dari gerumbulan
pagar tanaman yang mengepungmu.
"Kita dobrak saja," kau memutuskan. "Cuma itu pilihan kita."
"Oke, tapi aku tak mau lecet-lecet!" Abbey memperingatkan.
"Aku sudah setengah mati merawat kulit bagusku ini."
Kalian bertiga memunggungi pagar tanaman yang tebal dan
tinggi itu. "Pada hitungan ketiga kita bentur!" Kalian berpegangan.
"Satu, dua, tiga!" hitungmu. Kalian bersama-sama mundur membentur
dinding hijau yang menjulang itu. Kau terjengkang, mendarat di sisi
lain pagar itu. "Horeee!" sorak Kip. "Kita berhasil!"
Sebelum kau dan Abbey ikut bersorak, ribuan binatang kecil
berloncatan keluar dari pagar tanaman itu dan merubungimu! Bulu
mereka tebal dan kasar seperti duri.
"Iiiiiiiiiiiiih! Aku benci makhluk jorok!" Abbey menjerit-jerit.
"Menyingkir dari rambutku!"
"Landak!" serumu. "Mereka menyerang kita."
Cepat, bukalah halaman 94
Kau sendirian dan masih melayang jatuh. Mulanya secepat
terjun bebas. Tapi sekarang rasanya lebih mirip mengapung lembut.
Kau menengadah dan nyaris tidak melihat elang malam hitam itu. Kip
berusaha tetap berada di atas burung itu. Akankah kau pernah bertemu
dengan Kip dan Abbey lagi"
Di bawah, tampak hamparan rumput hijau zamrud. Makin lama
makin dekat. Pasti pendaratanmu tidak berbahaya. Rerumputan itu
akan menjadi bantal empuk yang menerima tubuhmu.
Kau melayang turun, akhirnya mendarat di atas bukit
berselimutkan lumut"tepat di hadapan gubuk yang tak asing lagi!
Pintu depannya terbuka. Ada suara berbisik, "Masuklah. Kau
baik sekali mau mengunjungiku."
Kau tak punya pilihan lain, bukalah halaman 77
"Tunjukkan mukamu, Ksatria Jahat!" Dengan gugup kau
kembali menantang pemilik museum setan ini.
"Pilih senjatamu. Pilih senjatamu," celoteh seorang wanita tua
yang berambut paling kasar dari dalam sangkar. Ia menudingkan jari
kurusnya ke podium tempat kapak perang, pedang berkilauan,
tombak, dan belati berjajar.
"Hmmm," katamu. "Aku penasaran kenapa aku tak melihat
senjata-senjata itu sebelumnya?" Kau melangkah maju ke podium agar
bisa melihat lebih jelas.
Ketika kau mengulurkan tangan akan memegang kapak perang
itu, semua senjata itu lenyap!
Dan bersinar bagaikan ratusan cermin, sebuah baju baja perak
yang berkilauan muncul di situ.
Mungkinkah" Pikirmu. Mungkinkah akhirnya ini baju baja
Ksatria Baik" Saat kau maju untuk menyentuhnya, baju baja itu menghilang
begitu saja. Lalu, BRUK! Sebuah sangkar besi terbanting di sekelilingmu!
Maaf"akhirnya bukan baju baja Ksatria Baik yang kauperoleh.
Tapi selamat malammu yang terakhir.
TAMAT Kip dan Abbey mengikutimu melewati lubang di belakang peti
itu. Saat kalian bertiga lewat, terdengar bantingan menutup di
belakang kalian. Kau menoleh, dan peti itu telah lenyap! Di
sekelilingmu tampak perbukitan. Warnanya hijau dan lembut.
"Indah sekali," kau berkata. "Benar-benar dunia baru." Kauusap
matamu, tapi perbukitan itu tetap ada.
"Inilah dunia KITA!" Abbey berseru. "Kita kembali ke
Inggris!" "Ke tempat kita berada seperti yang diinginkan si Ksatria
Jahat," kata Kip pelan. "Inggris. Tanah keluarga Saxton. Inggris."
"Siapa peduli?" kata Abbey. "Kita pulang!"
"Jangan gembira," Kip memperingatkan. "Ksatria Jahat ingin
menghancurkan kita. Mungkin kita pulang untuk kebaikan, tapi
mungkin pula untuk kejahatan."
Sekelilingmu tampak memesona. Sulit menjelaskan apa yang
telah kaualami. Ratusan domba sedang merumput di sekitar
perbukitan. Seekor biri-biri jantan yang kelihatannya galak
memelototimu. Jantungmu seakan meloncat.
"Matanya berkilat-kilat!" teriakmu.
Detak jantungmu semakin kencang. Kepala biri-biri yang
bertanduk itu berubah bentuk menjadi kepala Ksatria Jahat berbaju
baja itu! Ia merunduk dan mengais-ngais tanah. Uap mengepul dari
lubang-lubang pada topinya.
"Dia akan menyeruduk kita!" teriakmu. "Lari! Selamatkan diri
kalian!" Larilah ke halaman 97 "Jadi kau benar-benar percaya, ya," Kip berkata ketika kalian
bertiga kembali masuk ke rumah.
"Sudah kubilang jangan ceritakan kisah tolol tentang Ksatria
Hantu itu," Abbey memarahi adiknya. "Akibatnya sepupu kita
bermimpi buruk!" Setelah tertawa-tawa, kalian bertiga kembali ke kamar. Ketika
menyampirkan mantelmu ke kursi, kau melihat daun-daun berduri
yang menancap pada mantel itu.
"Hah?" Kau tersentak. Dari mana daun-daun itu berasal" Kau
penasaran. Tidak ada semak-semak berduri seperti itu di sekitar sini.
Mungkin sebenarnya kau tidak bermimpi!
Kau naik ke ranjang dan menarik selimut sampai menutupi
dagumu. Matamu lelah sekali. Sejenak kau memasang telinga untuk
mendengarkan kalau-kalau ada suara-suara dari garasi. Tak ada.
Sekarang memang tidak ada suara-suara. Tapi sebelumnya"
Hmmmmm, pikirmu saat matamu akhirnya terpejam. Mungkin tadi
ada. "Selamat malam," katamu pada entah siapa.
"Ksatria Jahat," jawab suara berat di sampingmu. Dan kau
merasakan embusan hawa panas di wajahmu.
TAMAT Ketika batu-batu itu berhenti berguguran, kau menyeka debu
dari wajahmu dan menebarkan pandangan.
Di bawah cahaya sinar bulan purnama kau melihat jalur kecil di
tengah bukit. "Berhasil!" serumu. "Batu-batu yang menutupinya sudah
longsor hingga jalan setapak itu kelihatan!"
"Dan lihat apa yang kutemukan," kata Kip. Ia mengacungkan
kunci logam yang mengilap. "Tepat di bawah batu ini."
"Kip, kau jenius!" pujimu sekali lagi dengan gembira.
Bukalah halaman 134 Kau tenggelam ke air yang dingin dan dalam. Makin lama
makin dalam. Paru-parumu serasa akan meledak karena menahan
napas terlalu lama. Akhirnya kau karam ke dasar danau ini dan sampai
di mulut gua di bawah air.
Kau menghampiri Kip, lalu ia mengikutimu. Kalian bergerak
menuju ke lubang gua itu.
Setelah melalui terowongan, kalian muncul ke permukaan air
untuk menghirup udara. "Puah!" kau mengeluarkan napas. "Haaap!" kau menghirup
udara segar. Kip melakukan hal yang sama hingga napas kalian
normal kembali. "Masuklah," suara yang tak asing lagi menyambut kalian.
"Kami sudah menunggu kalian."
Kau tidak tahu pasti letak sumber suara itu. Dari mana suara itu
berasal" Hmmmmmmmmm. "Kami sudah menunggu kalian...."
Bukalah halaman 56 Ada tangga batu di pojok ruang bawah tanah itu.
"Lebih baik kita melihat ada apa di atas sana," bisikmu. Kau
memimpin jalan menaiki tangga batu itu. Lukisan-lukisan abad
pertengahan berjajar di dinding. Ukiran malaikat-malaikat melayanglayang di langit-langit yang melengkung. "Seperti puri," katamu.
"Ini namanya biara!" Abbey membetulkan ucapanmu.
"Mungkin para rahib biasanya tinggal di sini berabad-abad yang lalu."
"Lalu siapa yang menyanyi di ruang sebelah itu?" tanya Kip.
Nyanyian itu semakin keras ketika kau memasuki ruang makan yang
luas. Bangku-bangku panjang penuh dengan sosok-sosok berjubah
yang menunduk di atas meja kayu sempit. Sosok-sosok itu tetap
menunduk. Mereka menyanyi selama makan.
"Tak ada makanan di meja itu!" Kip berbisik keras.
Seketika itu juga semua sosok itu berbalik.
"Oh!" pekik Abbey sekeras-kerasnya.
Jubah-jubah itu kosong! Tempat di mana seharusnya ada wajah


Goosebumps - Ksatria Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu kosong! Mereka hantu!
Kau langsung berbalik kembali menuju ke tangga. Tapi ketika
sampai di sana kau sendirian.
Temukan jawabannya di halaman 135
Mungkin saja yang sedang kaudaki itu kepingan-kepingan
manusia, tapi sebagai batu, mereka takkan menyakitimu"atau
sebaliknya kau pun takkan menyakiti mereka.
Kip dan Abbey barangkali tidak apa-apa. Mungkin mereka
hanya tidak dapat mendengarmu.
Jika mereka berubah menjadi batu, mereka takkan ke manamana, kan" Dan kau sendiri belum tentu dapat menolong mereka.
Kau memutuskan terus mendaki lereng terakhir. Kau harus
meraih benda bercahaya itu"apa pun itu"begitu kau mendapat
kesempatan. Kau hampir sampai di sana.
Batu tempatmu berdiri benar-benar tidak stabil. Kau harus
benar-benar menjaga keseimbangan agar tidak terbanting ke hamparan
batu di bawah. Kau meraih benda keperakan itu dengan hati-hati dan
pelan-pelan. Bentuknya panjang dan bersinar-sinar.
Begitu memegangnya, kau mencoba mengangkatnya. Namun
justru benda itu yang mengangkatmu! Tinggi di udara. Benda
berkilauan itu adalah jari logam yang melekat pada tangan logam
milik... KSATRIA HANTU! Terima ajalmu di halaman 66
Elang malam hitam yang sedang ngebut itu tidak
mendengarmu. Ia tetap terbang. Gunung itu semakin dekat. BRUK!
Bintang-bintang ungu berputar-putar di depan matamu. Jari
kakimu terasa kebas. Kegelapan melingkupimu. Kau meraba
lenganmu sendiri hanya untuk mengetahui apakah kau masih hidup.
"Aku masih hidup!" teriakmu girang.
"Kausebut ini hidup?" tanya suara Abbey.
"Abbey!" kau dan Kip memanggil bersama. "Ini kau! Apa yang
terjadi?" "Kita menabrak gunung dan sekarang kita sedang dijejalkan!
Itulah yang terjadi."
Abbey benar. Benturan itu seolah menghapuskan kutukan itu.
Sekarang kalian bertiga berjejalan di dalam peti Ksatria Jahat!
Kembali ke garasimu! Di Amerika! Pulang!
"Dimulai dengan kita masuk ke peti ini," kata Kip gugup.
"Pintu rahasia, dunia dan masa yang berbeda, dan..."
"...dan malam terburuk dalam hidupku! Kwak!" Abbey
berkaok. Ia mendorong pintu peti. Kau mendobraknya. Kip
melemparkan tubuhnya ke pintu. Tapi tetap tidak terbuka.
"AAAaaaaaaaahh! Aaaaah!" teriakmu dari dalam peti. Tapi
betapa pun kerasnya kau berteriak, tidak ada orang yang akan
mengeluarkanmu. Sebelumnya teriakan itu sudah pernah terdengar.
Teriakan dari dalam peti. Itulah Kutukan Ksatria Hantu. Kutukan yang
tak pernah TAMAT Di antara jeritan para sepupumu, para wanita tua berambut
kasar di dalam sangkar berteriak, "Serang setan itu! Cari baju baja
itu!" Kelelawar-kelelawar yang memperlihatkan taring-taring
pengisap darahnya beterbangan turun ke arahmu. Kaukibas-kibaskan
tanganmu untuk menghalau mereka. Api semburan napas naga-naga
itu menjilat-jilat ke arahmu. Kautudungi matamu. Kau menarik napas
dalam-dalam dan mendekati jebakan baja yang mencengkeram kaki
Kip. Sebelum tanganmu cukup dekat untuk membebaskannya,
gumpalan asap memenuhi ruangan itu. Segumpal asap hitam
menyerbu matamu. "Aku tak bisa melihat apa-apa!" kau menjerit.
Tanganmu meraba-raba ke depan dan tiba-tiba menyentuh
sebuah benda logam. Baju baja!
Kauusap-usap matamu untuk menyingkirkan asap itu dan
mengerjap-ngerjap. "Hore!" kau berseru. "Baju baja si Ksatria Baik!"
Kau berusaha membuka baju baja itu untuk mengenakannya.
Sia-sia. Baju baja itu tidak terbuka sedikit pun. Agaknya kau belum
berhak memakainya. "Ambil kapak perangnya!" teriak Kip.
Tangan baju baja itu memegang kapak perang yang berkilauan.
"Tolong selamatkan kami," Abbey memohon-mohon sambil
menarik-narik ular dari lehernya.
Kauentakkan kapak perang itu dari tangan baju baja. Kapak itu
terlepas! Bukalah HALAMAN 129. Kip dan Abbey menerobos pintu itu.
"Apa yang terjadi di sini?" tanya Abbey.
"Kami mendengar jeritan seram!" Kip menambahkan. "Kau tak
apa-apa?" Kau duduk. Itu betul. Kau duduk, dan membuka selimut. Kau
ada di RANJANG! Kembali di RUMAH! Akhirnya!
"Itu tadi si Ksatria Hantu. Kami bertarung seru dan aku
membunuhnya!" katamu dengan bangga. "Aku menghapuskan
kutukan itu hingga kita bisa pulang!"
"Apa sih yang kaubicarakan?" tanya Kip. "Ksatria Hantu apa"
Oh, maksudmu kisah sinting yang biasanya diceritakan ayahku itu"
Bagaimana kau bisa tahu?"
"Kip! Abbey!" bentakmu. "Kalian pasti ingat! Ksatria Jahat itu
akan memusnahkan semua keluarga Saxton, 'kecuali ada anggota
keluarga Saxton yang pemberani dan berbudi tinggi yang dapat
mengalahkannya.' Ingat" Kita pergi ke Inggris dan bertarung melawan
si Ksatria Jahat!" "Kau" Pergi ke Inggris?" tanya Abbey sambil menyibakkan
rambutnya. "Kau bermimpi!"
Namun kau tidak bermimpi. Dan buktinya ada di kamarmu, di
lantai dekat kaki Abbey. Setumpuk kecil serpihan logam. Kau hampir
tidak memperhatikannya seandainya benda itu tidak mengepul-ngepul.
Sekarang kau tahu akhir kisah ini ternyata menyenangkan.
TAMAT "MAJULAH!" ulang si Ksatria Jahat dari kegelapan di balik
pintu. Suaranya membawa pengaruh jahat padamu. Kau melihat
gulungan hitam dan putih berputar-putar di mukamu. Kau berusaha
keras tidak melihatnya, tapi tidak berhasil. "MAJULAH!
MAJULAH!" dentumnya. Kau dihipnotis oleh suaranya.
"Jangan!" jerit Abbey. "Tutup telingamu! Jangan dengarkan
dia! Jangan masuk ke sana! Dengar kataku!"
Tapi kakimu masih tetap melangkah maju.
Kau merasa aneh saat melewati pintu itu. Entah bagaimana, kau
tahu ruangan ini tidak terdapat pada denah Museum Abad
Pertengahan. Namun kau tetap harus melihat ada apa di sana!
"Berhenti!" teriak Kip ketika kau memasuki ruangan gelap itu.
"Barangkali itu ruang penyiksaan, atau penuh dengan binatang buas!
Kembali!" Kip yang malang, ia tak pernah bisa mengerti....
Ikutilah langkah kakimu ke dalam kegelapan di HALAMAN
90. Semua makhluk di dalam sangkar itu merapat ke jeruji sangkar
sambil ribut mengejek. Siput-siput ungu merayapi tubuhmu. Mereka
tergilas pecah di bawah kakimu ketika kau berjalan. Serigala
menggeram-geram di antara air liurnya. Kaukerahkan seluruh
tenagamu untuk mengangkat kapak perang yang besar sekali itu.
Kemudian kau mengayunkannya.
Kapak itu menghantam sangkar serigala seperti satu ton batu
bata. Terjadi ledakan. Semburan asap. Dan ketika udara sudah bersih
kembali, makhluk-makhluk itu lenyap!
Kauayunkan lagi kapak itu. Kali ini naga-naga itu. Mereka
lenyap juga! Satu per satu lenyaplah mereka" kelelawar, ular, tukang
ejek yang cerewet, bahkan jebakan baja yang mencengkeram kaki
Kip. Mereka menghilang bersama gumpalan asap.
"Kau berhasil!" seru Abbey dengan gembira. "Kau
menyelamatkan kita!"
"Bagus, bagus!" Kip menambahkan sambil menepuk-nepuk
punggungmu. Setiap tepukan mengirimkan denting logam ke
telingamu. Kautatap kedua sepupumu lewat topeng logam!
"Hei!" teriakmu. "Hei! Hei! Hei!" suaramu bergema kembali.
Tiba-tiba kau sadar kau bukan lagi anak kecil biasa. Kau telah
mengatasi semua ketakutanmu dan menang! Keberanianmu telah
memberimu hak untuk mengenakan baju baja si Ksatria Baik!
Namun ini belum TAMAT, si Ksatria Jahat sedang
menunggumu di HALAMAN 80.
Ini Sekolah Asrama Kiamat, dan kaulah murid satu-satunya.
Cahaya mengerikan bersinar dari suatu tempat di atasmu. Cahaya
kuning itu menampakkan singgasana. Di atasnya duduk seorang
wanita. Ia tersenyum. "Apakah kau keturunan Saxton perkasa yang
akan bertarung demi kebenaran?" ia bertanya.
"Aku" A-a-aku c-c-c-cuma a-a-anak-anak," jawabmu tergagapgagap.
"PAKAI BAJU BAJA ITU!" perintah wanita itu.
Sesuatu yang keras membentur punggungmu. Kau menoleh dan
berhadapan muka dengan baju baja perak berkilauan. Kau tersentak.
Sebuah tangan bersarung baja memegang kapak perang. Tangan yang
lain memegang perisai dengan ukiran mahkota keluarga Saxton.
Baju baja itu terbuka sendiri. Kau tidak tahu mau apa lagi, maka
kau masuk ke baju baja itu. Baju baja itu menutup.
Kau merasa lebih tinggi dan lebih kuat daripada sebelumnya.
Kapak perang itu terasa seperti bulu di tanganmu yang bersarung baja.
Kau melihat ke luar dari topeng perak. Wanita di singgasana itu mulai
tertawa. "Ya, ya," katanya. "Itulah cara Sir Edmund melihat ketika dia
mendapatkan apa yang menjadi haknya. Dan akulah yang
MENGANUGERAHINYA! Akulah PENYIHIR itu!"
Jika kau merasa siap berperang, bukalah HALAMAN 80.
Jika kau merasa belum siap, bukalah HALAMAN 64.
Lampu bohlam yang tergantung itu mulai berpendar. Kip
berusaha sekuat tenaga membantu kakaknya berdiri. Sekarang ia
tampak benar-benar ketakutan. Terserah padamu apa yang akan
kaulakukan. Tapi apa" Haruskah kaubuka peti si Ksatria Jahat dan
melawan musuh itu" siapa atau apa pun wujudnya" Mungkin ini
semua hanya tipuan untuk menertawakanmu. Kau takkan menyerah
kalah pada Kip, kan"
Namun, barangkali kutukan itu memang ada. Jika ya,
barangkali apa pun yang ada di dalam peti bertanda KSATRIA BAIK
itu dapat menolongmu. Lebih baik kaubuka salah satu peti itu. Yang
mana" Jika kau membuka peti bertanda KSATRIA JAHAT, bukalah
HALAMAN 49. Jika kau membuka peti bertanda KSATRIA BAIK, bukalah
HALAMAN 38. "Aduh!" teriak Abbey. Ia keluar dari semak-semak berduri. Kau
tak dapat menahan tawa. Abbey mirip bantalan jarum! Duri-duri kecil
menancapi sekujur tubuhnya.
"ADUH!" kau dan Kip berseru bersamaan saat menerobos
keluar dari semak-semak. Kalian berdua mirip landak.
Terdengar tawa cekikikan. Tapi bukan Abbey. Kau menoleh
dan melihat sesuatu yang belum pernah kaubayangkan.
Dua orang kerdil tertawa-tawa dan berguling-guling di tanah.
Masing-masing sebesar bola sepak. Mereka tertawa dan menendangnendang ke arah kalian.
"Peri!" tukas Kip.
"Peri?" katamu. "Kau pasti bercanda!"
Orang-orang kerdil itu menghilang sejenak. Lalu mereka
muncul kembali di semak-semak tak jauh dari tempat kalian berdiri.
"Lewat sini!" kata salah satu orang kerdil itu sambil menunjuk
ke kiri. "Bukan; lewat sini!" kata yang lainnya sambil menunjuk ke
kanan. Mana yang dapat dipercaya"
Ikutilah peri yang menunjuk ke kiri di HALAMAN 32.
Ikutilah peri yang menunjuk ke kanan di HALAMAN 100.
Kautatap lekat-lekat tangan yang mencuat dari bebatuan itu.
Ternyata hanya terbuat dari batu! Saat itulah kau menyadari bahwa
batu yang sedang kaupijak berwajah!
"Aaaah!" teriakmu. Wajah batu itu menegang dengan roman
kesakitan. Kau berpindah ke batu lainnya. Tapi ketika kau melihat ke
sekelilingmu, SEMUA keping batu itu berbentuk seperti MANUSIA!
KEPINGAN-KEPINGAN MANUSIA!
"Abbey! Kip!" kau memanggil. Namun tidak ada jawaban.
Kau tidak dapat melihat mereka dari tempatmu berada tanpa
kehilangan keseimbangan. Bagaimana kalau mereka berubah jadi
batu, atau sesuatu! Kau berpikir. Kau memanggil lagi. Tapi lagi-lagi
tidak ada jawaban. Apa yang terjadi" Barangkali mereka cuma tidak bisa
mendengar suaramu dari bawah. Tapi mungkin kau seharusnya
kembali turun dan memeriksa mereka. Demi keamanan.
Jika kau ingin tetap memanjat, bukalah HALAMAN 124.
Jika kau mau menuruni gunung itu untuk menolong kedua
sepupumu, bukalah HALAMAN 35.
Kalian bertiga mendaki sepanjang jalan setapak itu. Mendaki
menuju ke puncak bukit. Di kejauhan, tampak sebuah gubuk.
"Gubuk itu lagi," celetukmu. Lalu kau mendapat gagasan.
"Kunci itu! Mungkin cocok dengan pintu gubuk itu!"
Setelah berjalan melewati segala batu bergoyang itu, perjalanan
ke gubuk itu terasa mudah. Tidak ada peri yang mengubah-ubah jalan
setapakmu. Tidak ada domba yang menyerbu. Dan sebegitu jauh tidak
tampak Ksatria Jahat. "Cepat!" kau memanggil Kip dan Abbey. Kau berlari dengan
cepat dan tenang sepanjang jalan kotor ke gubuk itu.
Ketika kau tinggal beberapa meter dari gubuk itu, kau berhenti
untuk mengamatinya dengan lebih teliti. Gubuk itu kecil, berlantai
dua, berdinding putih, dan beratap jerami. Bunga petunia dan
snapdragon berjajar di sepanjang jalan melengkung yang berbatu,
menuju ke pintu kayu yang berat.
"Siapa sih yang tinggal di sini?" tanya Abbey. "Gayanya kuno
dan khas sekali." Ia mengintip melalui jendela. "Terlalu gelap di dalam sana,"
bisiknya. "Aku tak bisa melihat apa-apa!"
Kau mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Kau mengetuk lebih
keras. Masih tidak ada jawaban.
"Coba kunci itu," Kip mengusulkan.
Kau menyelipkan kunci perak itu ke lubang kunci dan mencoba
memutarnya. Bukalah HALAMAN 39. Ketika sampai di tangga batu itu, kau menoleh. Kaukira Abbey
dan Kip ada di belakangmu. Tapi mereka tidak ada.
Lalu kau melihat mereka. Mereka sedang berjalan menuju ke
meja itu. Apa yang mereka lakukan" "Hei, ayo! Lewat sini!" kau
memanggil. Tapi terlambat. Wajah mereka sudah mulai samar!
Nyanyian itu semakin keras. Sekarang kau bisa mendengar apa
yang mereka katakan. "Tak ada lonceng berdentang buat kami. Tak
ada lonceng berdentang buat kami."
Lihatlah apa arti nyanyian itu di HALAMAN 41.
"AAAaaaahhhh!" si Ksatria Jahat menjerit lagi. Namun kali ini
jeritannya pelan-pelan semakin samar-samar. Di antara asap itu
tampak gundukan baju baja hitam di lantai lumer dan berubah


Goosebumps - Ksatria Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi... menjadi... bola timah.
Dari singgasana di sudut, si Wanita Penyihir berteriak, "Tidak!
Tidak! Semua kutukan terhapus! Semua kutukan terhapus!"
Kau memandang penuh heran ketika ia menghilang. Jubah
sihirnya berubah jadi permadani. Wajahnya semakin tua. Makhlukmakhluk jahat di sekitarmu lumer dan lenyap.
Wanita Penyihir itu sekarang hanyalah wanita tua yang kurus
kering. Pintu gerbang besi telah lenyap. Kegelapan di sel bawah tanah
mulai berkurang. Lalu, terdengar gedoran pada pintu di belakangmu.
DOK! DOK! DOK! Apa lagi itu"
Bukalah HALAMAN 127 untuk mengetahuinya!
Durjana Pemetik Bunga 2 Pedang Siluman Darah 25 Kitab Pembawa Bencana Peti Bertuah 2

Cari Blog Ini