Ceritasilat Novel Online

Brisingr 1

Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini Bagian 1


Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Bidadari Pendekar Naga Sakti GERBANG KEMATIAN
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Eragon menatap menara batu yang gelap tempat monster-monster yang membunuh
pamannya, Garrow, bersembunyi. Ia tiarap di balik tepi bukit berpasir yang di sana-sini
ditumbuhi rumput jarang-jarang, semak berduri, dan kaktus-kaktus kecil mirip mawar
kuncup. Tunas-tunas rapuh tanaman rambat musim yang lalu menusuk telapak
tangannya- saat ia merayap maju agar dapat lebih jelas melihat Helgrind, yang
menjulang pada daratan sekelilingnya seperti belati hitam mencuat dari perut bumi.
Matahari petang memetakan bayang-bayang panjang dan sempit pada perbukitan
rendah dan jauh di barat menerangi permukaan Danau Leona sehingga cakrawala
tampak seperti batangan emas bergelombang. Di sebelah kirinya, Eragon mendengar
suara napas teratur sepupunya, Roran, yang tengkurap di sebelahnya. Aliran udara
yang biasanya tidak bersuara kedengaran luar biasa kencang di telinga Eragon yang
indra pendengarannya semakin tajam, salah satu dari banyak perubahan yang
diterimanya saat Agaeti Bl "Pendeta-pendeta Helgrind," ia bergumam pada Roran.
"Bisakah mereka menggunakan sihir?" "Mungkin. Aku tidak berani menjelajah Helgrind
dengan benakku sampai mereka pergi, karena jika di antara mereka ada penyihir,
mereka akan merasakan sentuhan benakku, sekecil apa pun, dan keberadaan kita di
sini akan terungkap." Di belakang para pendeta,- dalam dua barisan, melangkah
beberapa pemuda berpakaian emas. Masing-masing membawa rangka segi tiga besi
yang terbagi dua belas oleh batangan-batangan horizontal tempat tergantung
lonceng-lonceng besi seukuran umbi rutabaga musim dingin. Sebagian pemuda
mengguncangkan rangka segi tiga mereka keras-keras saat melangkah maju dengan
kaki kanan, menimbulkan nada-nada sumbang, sementara sebagian lagi mengguncang
rangka segi tiga mereka saat melangkah dengan kaki kiri, menyebabkan lidah-lidah besi
menghantam kerongkongan-kerongkongan besi dan mengeluarkan suara keras yang
sedih dan bergema di seluruh perbukitan. Para pengikut mengiringi dentang lonceng
dengan seruan-seruan mereka sendiri, mengerang dan berteriak dalam gairah
membuncah. Dalam barisan panjang di bagian belakang prosesi menakutkan ini
melangkah berbagai jenis penduduk Dras-Leona: bangsawan, saudagar, pedagang,
beberapa komandan militer berpangkat tinggi, dan berbagai jenis orang yang kurang
beruntung, seperti buruh, pengemis, dan prajurit- biasa. Eragon ingin tahu apakah
gubernur Dras-Leona, Marcus Tabor, berada di antara mereka. Berhenti di pinggir
gundukan bebatuan curam yang mengelilingi Helgrind, para pendeta berkumpul di
sekeliling batu besar berwarna karat yang- bagian atasnya dipoles. Ketika seluruh
gerombolan- berdiri tak bergerak di depan altar kasar itu, makhluk di dalam usungan
bergerak dan mulai merapalkan mantra dengan suara yang sama sumbangnya dengan
dentang-dentang lonceng tadi. Perkataan sang shaman terpotong desiran angin, tapi
Eragon bisa mendengar penggalan-penggalan bahasa kuno- meski terdengar berbelit
dan tidak diucapkan dengan benar- diselingi kata-kata dalam bahasa kurcaci dan Urgal,
semuanya disatukan dalam dialek arkaik bahasa Eragon sendiri. Kata-kata yang
dimengerti Eragon membuatnya bergidik, karena khotbah itu membicarakan hal-hal
yang sebaiknya tidak diketahui, tentang kebencian mendalam yang tersembunyi selama
berabadabad di lorong-lorong gelap hati manusia sebelum akhirnya berkembang saat
para Penunggang telah tiada, tentang darah dan kegilaan, dan ritual-ritual mengerikan
yang dilakukan di bawah rembulan hitam. Di akhir orasi yang menyesatkan itu, dua
pendeta bertingkat lebih rendah segera maju dan mengangkat pemimpin laki-laki
mereka atau mungkin perempuan dari usungan menuju permukaan altar. Kemudian
Pendeta Tinggi mengeluarkan perintah. Belati besi kembar berkilau seperti bintang saat
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
diangkat dan dihunjamkan. Aliran darah muncrat- dari kedua bahu sang Pendeta Tinggi,
mengalir pada bagian tubuh yang terbalut kulit, kemudian menggenang di batu sebelum
akhirnya membanjir sampai ke kerikil di bawahnya. Dua pendeta lagi melompat ke
depan untuk menampung cair an merah tua itu dengan piala-piala yang, ketika sudah
penuh, diedarkan kepada jemaah, yang meminumnya dengan lahap. "Astaga!" kata
Roran lirih. "Kau lupa bilang bahwa kacung-kacung pembantai, menjijikkan, dan sakit
jiwa itu kanibal." "Tidak juga. Mereka tidak makan dagingnya." Ketika semua jemaah
telah minum darah, kedua pendeta kelas rendah mengembalikan Pendeta Tinggi ke
usungan dan membebat kedua bahunya dengan kain linen putih. Noda merah basah
segera merembes di kain yang tadinya putih bersih. Luka itu tampaknya tidak memberi
pengaruh apa-apa pada Pendeta Tinggi, karena sosok tanpa lengan dan kaki itu
berputar menghadap jemaah setianya yang berbibir merah terang lalu mengumumkan,
"Sekarang kalian Saudara dan Saudari-ku yang sejati, telah mencicip getah nadiku di
bawah bayang-bayang Helgrind yang mahakuasa. Darah memanggil darah, dan jika
Keluarga kalian membutuhkan bantuan, lakukanlah apa yang kalian bisa untuk Gereja
dan untuk orang-orang yang memercayai kekuatan Pangeran Kengerian... Untuk
menegaskan dan menegaskan ulang sumpah setia kita kepada Triumvirate, ucapkan
Sembilan Sumpah bersamaku... Demi Gorm, Ilda, dan Fell Angvara, kami bersumpah
untuk melakukan persembahan setidaknya tiga kali sebulan, sebelum matahari
terbenam, kemudian mengorbankan diri untuk memuaskan kelaparan abadi sang
Pangeran Kekuatan dan Kengerian... Kami bersumpah untuk mematuhi
larangan-larangan yang disebutkan dalam kitab Tosk... Kami bersumpah untuk selalu
membawa Bregnir dalam tubuh kami dan selamanya menjauhkan diri dari kedua belas
larangan dua belas dan sentuhan tali bersimpul banyak, karena siapa tahu ia
merusak..." Angin kencang yang datang tiba-tiba mengaburkan kata-kata Pendeta
Tinggi. Kemudian Eragon melihat para pengikut mengeluarkan pisau melengkung kecil
dan, satu demi satu, mengiris diri mereka sendiri di lekukan siku dan membanjiri altar
dengan darah. Beberapa menit kemudian, angin kencang mereda dan Eragon kembali
bisa mendengar sang pendeta, "...dan hal-hal yang kalian impikan dan inginkan akan
diberikan kepada kalian sebagai hadiah pengabdian... Pemujaan kita sudah lengkap.
Meski demikian, jika ada di antara kalian yang cukup berani untuk menunjukkan
kedalaman sesungguhnya pengabdian kalian, majulah!" Para jemaah tampak menegang
dan mencondongkan tubuh ke depan, wajah mereka penuh harap; rupanya ini saat-saat
yang mereka tunggu. Selama jeda panjang yang hening, timbul kesan mereka akan
dikecewakan, tapi kemudian salah satu pembantu pendeta maju ke depan dan berteriak,
"Aku akan melakukannya!" Dengan seruan gembira, rekan-rekannya mengguncang
lonceng dengan gerakan cepat dan liar, membuat para jemaah bagai kesetanan,
mereka melompat-lompat dan berteriak-teriak seolah kehilangan kewarasan. Musik
kasar itu menyalakan percikan gairah dalam hati Eragon meski ia jijik melihat
upacaranya membangkitkan bagian dirinya yang purba dan liar. Menanggalkan jubah
emasnya sehingga ia hanya mengenakan celana pendek dari kulit, pemuda berambut
gelap itu melompat ke atas altar. Cairan berwarna merah delima memercik dari kedua
sisi kakinya. Ia menghadap Helgrind dan tubuhnya mulai gemetar serta bergetar seakan
terserang ayan, seiring dentangan lonceng-lonceng besi yang menyakitkan telinga.
Kepalanya terkulai lemas, sudut-sudut mulutnya berbusa, kedua lengannya
melambai-lambai seperti ular. Keringat membasahi otot-ototnya sampai ia berpendar
seperti patung perunggu dalam cahaya matahari yang semakin redup. Lonceng-lonceng
segera mencapai tempo sangat cepat saat satu nada berbenturan dengan nada lain,
dan pada saat itu si pemuda mengulurkan sebelah tangannya ke belakang. Ke telapak
tangannya, seorang pendeta menyerahkan gagang benda aneh: senjata bermata
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tunggal, panjangnya dua setengah kaki, dengan sambungan panjang dari gagangnya,
gagang bersisik dengan besi melengkung, dan bilah yang besar dan pipih, melebar dan
berlekuk-lekuk dekat ujungnya, bentuk yang mirip sayap naga. Itu alat yang dirancang
untuk satu tujuan semata: mengiris baju zirah, tulang, dan otot semudah menusuk botol
air kulit yang terisi penuh. Pemuda itu mengangkat senjatanya sehingga terarah ke
puncak tertinggi Helgrind. Kemudian ia bersimpuh dengan sebelah lutut dan, diiringi
teriakan yang tidak bisa dimengerti, menghantamkan senjata itu ke pergelangan tangan
kanannya. Darah memerciki bebatuan di belakang altar. Eragon mengernyit dan
memalingkan wajah, meski telinganya tidak bisa menghindari jeritan melengking si
pemuda. Bukannya Eragon belum pernah melihat yang seperti itu di pertempuran, tapi
rasanya ada yang salah kalau orang memutilasi diri sendiri begitu saja sementara dunia
ini bisa membuatmu cacat kapan pun. tidak terde-Tar jelas dari balik janggutnya,
kemudian terdiam lagi. Sementara seorang pendeta menangani luka si pemudamenyumbat lukanya dengan mantra- seorang pembantu pendeta nembebaskan dua
budak dari usungan Pendeta Tinggi, tapi lalu nerantai pergelangan kaki mereka pada
cincin besi yang menancap di altar. Kemudian para pembantu pendeta mengeluarkan
beberapa bungkusan dari balik jubah, menumpuk benda-benda itu di tanah, di luar
jangkauan para budak. Upacara mereka berakhir, para pendeta dan pengiring mereka
neninggalkan Helgrind kembali ke Dras-Leona, melolong dan nengguncang lonceng
sepanjang jalan. Pemuda fanatik yang sekarang hanya memiliki satu tangan
tersaruk-saruk di belakang pendeta Tinggi. Senyum penuh kebahagiaan menyinari
wajahnya. "Yah," kata Eragon, dan mengembuskan napas yang selama ini ditahannya
ketika gerombolan orang itu lenyap di balik bukit yang jauh. "Yah apa?" "Aku pernah
bepergian bersama kurcaci dan elf, dan tidak ada satu pun tindakan mereka yang
seaneh orang-orang tadi, manusia-manusia itu." "Mereka sebiadab Ra'zac." Roran
menggerakkan dagunya ke arah Helgrind. "Bisakah kau cari tahu apakah Katrina ada di
dalam- sana?" "Akan kucoba. Tapi bersiap-siaplah lari." Eragon memejamkan mata,
perlahan-lahan merentangkan jangkauan benaknya ke luar, bergerak dari satu mahkluk
hidup ke makhluk hidup lain, seperti aliran air yang meresap di pasir. Ia menyentuh
kerumunan serangga dalam sarang-sarang mereka yang bertemperasan melakukan
kegiatan, kadal dan ular yang bersembunyi di antara bebatuan hangat, berbagai spesies
burung penyanyi, dan beberapa jenis mamalia kecil. Serangga dan hewan sibuk dengan
aktivitas mereka mempersiapkan diri menyambut- malam yang segera tiba, entah
pulang ke sarang atau, bagi makhluk-makhluk malam, menguap, meregangkan tubuh,
mempersiapkan diri untuk berburu. Seperti indra-indranya yang lain, kemampuan
Eragon menyentuh dengan benaknya melemah seiring semakin jauhnya jarak. Pada
saat sentuhan psikisnya tiba di dasar Helgrind, ia hanya bisa menyentuh benak-benak
hewan besar, dan itu pun hanya samar-samar. Ia melanjutkan dengan hati-hati, siap
menarik diri begitu me nyentuh benak buruan mereka: para Ra'zac dan induk Ra'zac
serta tunggangan mereka, Lethrblaka raksasa. Eragon bersedia memaparkan dirinya
seperti ini karena tidak ada ras Ra'zac yang bisa menyihir, dan ia juga yakin mereka
bukan penembus benak- orang-orang bukan penyihir yang dilatih bertarung
menggunakan telepati. Ra'zac dan Lethrblaka tidak memerlukan keahlian tersebut
karena hanya dengan embusan napas mereka mampu melumpuhkan pria-pria
tertangguh. Dan meski Eragon mengambil risiko tepergok melakukan penyelidikan tanpa
raga ini, ia, Roran, dan Saphira harus tahu apakah Ra'zac menawan Katrina tunangan
Roran di Helgrind, karena jawabannya akan memastikan apakah misi ini akan jadi
penyelamatan atau penyergapan dan interogasi. Eragon mencari-cari lama dan
saksama. Ketika benaknya kembali pada tubuhnya, Roran memerhatikannya dengan
ekspresi serigala kelaparan. Matanya yang kelabu menyala-nyala akibat campuran
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kemarahan, harapan, dan kepedihan yang sangat besar, seakan emosinya bisa
meledak dan membakar apa saja di hadapannya dengan kekuatan begitu dahsyat
sampai bisa melelehkan batu. Eragon mengerti Ayah Katrina, Sloan si tukang daging,
mengkhianati Roran kepada para Ra'zac. Ketika mereka gagal menangkapnya, para
Ra'zac menculik Katrina dari kamar tidur Roran dan membawanya lari dari lembah
Palancar, meninggalkan penduduk Carvahall untuk dibunuh dan dijadikan budak oleh
prajurit-prajurit Raja Galbatorix. Tidak mampu mengejar Katrina, Roran tepat pada
waktunya meyakinkan penduduk desa untuk meninggalkan rumah mereka dan
mengikutinya menyeberangi Spine kemudian bergerak ke selatan di sepanjang garis
pantai Alagaisia, tempat mereka menggabungkan kekuatan dengan kelompok
pemberontak Varden. Banyak kesulitan mengerikan yang mereka hadapi akibat
perjalanan tersebut. Namun meski melalui jalan berliku, tindakan itu mempertemukan
kembali Roran dengan Eragon, yang tahu di mana letak sarang para Ra'zac dan berjanji
akan membantu menyelamatkan Katrina. Belakangan Roran menjelaskan bahwa ia
berhasil hanya karena kekuatan cintanya membuatnya melakukan hal-hal ekstrem yang
dihindari orang lain, sehingga ia berhasil membuat musuh-mu suhnya terpana.
Semangat yang sama sekarang mengalir dalam diri Eragon. Ia akan menyambut
marabahaya tanpa memedulikan kesela matan diri sama sekali jika orang yang
dicintainya berada dalam bahaya. Ia mencintai Roran bagaikan saudara kandung, dan
karena Roran akan menikahi Katrina, Eragon menganggap Katrina sebagai kakaknya
juga. Konsep ini bahkan menjadi lebih penting karena Eragon dan Roran adalah pewaris
terakhir garis keluarga mereka. Eragon tidak mengakui lagi segala jenis hubungan
dengan saudara kandungnya sendiri, Murtagh, dan satu-satunya keluarga yang dimiliki
Eragon dan Roran hanyalah satu sama lain, dan sekarang Katrina. Rasa persaudaraan
yang tak terputuskan bukan satu-satunya kekuatan yang menyemangati keduanya. Ada
tujuan lain yang menjadi obsesi mereka: balas dendam! Bahkan saat mereka meramu
rencana untuk menyelamatkan Katrina dari tangan para Ra'zac kedua pejuang itu
manusia danPenunggang Naga berniat membunuh pelayan-pelayan mengerikan Raja
Galbatorix tersebut karena mereka telah menyiksa dan membunuh ayah Roran, Garrow,
yang juga telah dianggap ayah oleh Eragon. Maka pengetahuan yang dikumpulkan
Eragon sama pentingnya bagi dirinya maupun bagi Roran. "Kurasa aku bisa merasakan
Katrina," katanya. "Sulit untuk tahu pasti, karena kita begitu jauh dari Helgrind dan aku
belum pernah menyentuh benaknya, tapi kurasa ia berada di tempat terkutuk itu,
disembunyikan dekat puncaknya." "Apakah ia sakit" Apakah ia terluka" Sialan, Eragon,
jangan sembunyikan apa-apa dariku: apakah mereka menyakitinya?" "Saat ini ia tidak
merasakan sakit. Lebih dari itu, aku tidak yakin, karena butuh seluruh kekuatanku hanya
untuk menangkap pendaran alam sadarnya; aku tidak bisa berkomunikasi dengannya."
Tapi Eragon tidak berkata bahwa ia juga merasakan kehadiran orang kedua, orang yang
identitasnya ia curigai dan jika memang kecurigaannya benar, keberadaan orang itu di
sana sangat membuatnya gelisah. "Tapi aku tidak menemukan para Ra'zac dan
Lethrblaka. Bahkan jika para Ra'zac terlewat dari pengamatanku, induk mereka sangat
besar, kekuatan kehidupan mereka seharusnya memancar bagaikan seribu lentera,
seperti Saphira. Selain Katrina dan beberapa titik cahaya remang, Helgrind tampak
gelap, gelap, gelap." Roran mengerutkan kening, mengepalkan tangan kiri, memelototi
gunung batu itu, yang tampak semakin remang saat matahari terbenam dan
bayang-bayang ungu menyelimutinya. Dengan suara rendah dan datar, seolah bicara
pada diri sendiri, ia berkata, "Tidak penting apakah kau benar atau salah." "Kenapa?"
"Kita tidak bisa menyerang malam ini; Ra'zac paling kuat di malam hari, dan jika mereka
memang ada di dekat-dekat sini, memerangi mereka dalam keadaan yang tidak
menguntungkan adalah tindakan bodoh. Setuju?" Jadi, kita tunggu sampai matahari
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
terbit." Roran menunjuk ke arah budak-budak yang dirantai di altar menjijikkan. "Jika
kedua orang malang itu tidak ada besok pagi, para Ra'zac memang- ada di sini, dan kita
lanjutkan rencana kita. Jika tidak, kita bisa menyumpahi diri karena mereka berhasil
lolos, membebaskan budak-budak itu, menyelamatkan Katrina, dan terbang kembali ke
Varden sebelum Murtagh memburu kita. Bagaimanapun, aku ragu para Ra'zac mau
meninggalkan Katrina tanpa penjagaan dalam waktu lama, tidak jika Galbatorix ingin
Katrina tetap Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sehingga bisa digunakannya untuk mendapatkan aku." mengangguk. Ia ingin
membebaskan para budak tapi kalau ia melakukannya, para musuh akan tahu ada yang
tidak beres. Dan jika para Ra'zac tiba untuk mengambil makan malam mereka, ia dan
Saphira juga tidak bisa mengha langi kedua budak dibawa pergi. Pertarungan terbuka
antara naga dengan makhluk seperti Lethrblaka akan menarik perhatian setiap pria,
wanita, dan anak-anak bahkan dari kejauhan. Dan Eragon ragu ia, Saphira, dan Roran
akan selamat jika Galbatorix tahu mereka hanya bertiga di kerajaannya. Ia memalingkan
wajah dari kedua pria yang dirantai. Demi mereka, kuharap para Ra'zac berada di sisi
lain Alagaesia, atau setidaknya mereka tidak lapar malam ini. Dengan kesepakatan
yang tak diucapkan, Eragon dan Roran merangkak turun kembali dari puncak bukit
rendah yang mereka jadikan tempat bersembunyi. Di dasarnya, mereka bangkit dalam
posisi setengah berjongkok, kemudian berbalik dan, masih membungkuk, berlari di
antara dua barisan bukit rendah. Lekukan dangkal ini berangsur-angsur semakin curam
membentuk parit sempit akibat banjir, yang diapit reruntuhan bebatuan pecah. Sambil
merunduk di bawah cemara-cemara juniper yang tumbuh di sana-sini di parit, Eragon
menengadah, menatap ke sela dedaunan jarum, melihat gugus bintang pertama yang
menghiasi langit bagai beludru. Bintang-bintang itu tampak dingin dan tajam, seperti
pecahan es yang terang. Kemudian ia berkonsentrasi pada langkahnya saat ia dan
Roran berjalan ke selatan menuju perkemahan mereka. di sekeliling api unggun
GUNDUKAN rendah bara berdenyut bagaikan jantung hewan raksasa. Sekali-sekali
percikan api keemasan menjilat-jilat keluar dan mengalir cepat pada permukaan kayu
sebelum lenyap ke dalam celah-celah putih yang panas. Sisa-sisa api- unggun yang
dibuat Eragon dan Roran memancarkan cahaya remang di sekeliling area,
menampakkan tanah berbatu, beberapa semak kelabu bagai timah, dan sekumpulan
cemara juniper di kejauhan, kemudian kegelapan. Eragon duduk, kakinya yang
telanjang diselonjorkan ke arah gundukan bara kemerahan menikmati kehangatannya
dan punggungnya bersandar pada sisik-sisik kasar kaki depan kanan Saphira yang
tebal. Di seberangnya, Roran bertengger di sisa-sisa batang pohon tua yang sekeras
besi, memutih karena terpapar matahari dan aus dimakan angin. Setiap kali Roran
bergerak, pohon itu berderit nyaring, membuat Eragon ingin menggaruk telinga. Saat ini,
sisa-sisa pohon itu tidak bersuara. Bahkan bara pun terbakar dalam kesunyian; Roran
mengumpulkan ranting-ranting yang sudah lama mati dan kering kerontang agar tidak
menge luarkan asap yang mungkin bisa terlihat mata-mata yang tidak bersahabat.
Eragon baru saja selesai menceritakan kejadian hari itu pada Saphira. Biasanya ia tidak
perlu menceritakan apa saja yang telah dilakukannya, karena pikiran, perasaan, dan
sensasi lain mengalir di antara mereka semudah air mengalir dari satu sisi danau ke sisi


Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang lain. Namun saat ini Eragon perlu bercerita karena ia tadi membentengi benaknya
dengan hati-hati selama penyelidikan, selain penjelajahan tanpa raga ke sarang Ra'zac.
Setelah jeda lama dalam percakapan, Saphira menguap, menampakkan deretan giginya
yang menakutkan. Mereka mungkin jahat dan kejam, tapi aku terkesan karena Ra'zac
mampu menyihir buruan mereka sehingga ingin dimakan. Mereka pemburu yang hebat
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
karena bisa melakukannya... mungkin aku akan mencobanya kapan-kapan. Tapi,
Eragon merasa perlu menambahkan, jangan manusia. Cobalah dengan domba.
Manusia, domba; apa bedanya bagi naga" Kemudian Saphira tertawa berat di dalam
tenggorokannya yang panjang gemuruh bergulung-gulung, mengingatkan Eragon pada
petir. Ia mencondongkan tubuh ke depan untuk menyingkirkan berat tubuhnya dari
sisik-sisik Saphira yang berpinggir tajam, mengambil tongkat kayu hawthorn yang
tergeletak di sebelahnya. Ia menggerakkannya di antara kedua telapak tangannya,
mengagumi permainan pantulan cahaya pada belitan akar yang dipoles - - di bagian
atasnya, dan di lapisan besi serta tombak yang penuh goresan di ujung bawahnya.
Roran menyerahkan tongkat ini kepadanya sebelum mereka meninggalkan Varden di
Dataran Membara, sambil berkata, "Nih. Fisk membuatkan ini untukku setelah Ra'zac
menggigit bahuku. Aku tahu kau telah kehilangan pedangmu, dan kurasa kau mungkin
membutuhkannya... Jika kau ingin mencari pedang lain, tidak apa-apa, tapi aku tahu
hanya sedikit pertarungan yang tidak- bisa kaumenangi dengan pukulan keras tongkat
yang bagus dan kuat." Mengingat tongkat yang selalu dibawa-bawa Brom, Eragon
memutuskan melupakan mencari pedang baru karena lebih menyukai tongkat hawthorn
berbelit ini Setelah kehilangan Zar'roc, ia tidak memiliki keinginan mendapatkan pedang
lain yang kualitasnya lebih rendah. Malam itu ia memperkuat tongkat hawthorn dan
gagang kapak Roran dengan beberapa mantra sehingga tidak akan patah, kecuali
diserang kekuatan yang paling ekstrem. Tanpa diundang, beberapa kenangan menyapu
benak Eragon: Langit mendung berwarna jingga dan merah tua berkelebat di
sekelilingnya ketika Saphira menukik ke bawah untuk mengejar naga merah dan
Penunggangnya. Angin meraung di telinganya... Jemarinya mati rasa karena getaran
keras pedang beradu pedang ketika ia berduel dengan Penunggang itu di darat...
Merenggut helm musuhnya- di tengah pertarungan, menampakkan wajah seseorang
yang pernah menjadi teman dan kawan seperjalanannya, Murtagh, yang dikiranya telah
mati. Senyum mengejek di wajah Murtagh ketika ia merenggut Zar'roc dari tangan
Eragon, mengakui pedang merah itu sebagai haknya yang sah sebagai abang Eragon...
Eragon mengerjap, agak kebingungan saat suara dan kemarahan peperangan memudar
dan aroma harum hutan cemara juniper menggantikan bau darah. Ia menyapukan lidah
ke deretan gigi atasnya, berusaha menghapus rasa masam yang memenuhi mulutnya.
Murtagh. Nama itu saja membangkitkan serangan berbagai emosi tumpang tindih dalam
diri Eragon. Di satu sisi, ia menyukai Murtagh. Murtagh pernah menyelamatkan Eragon
dan Saphira dari para Ra'zac pada kunjungan mereka yang pertama dan membawa- - malapetaka ke Dras-Leona; Murtagh membahayakan nyawanya sendiri membantu
Eragon kabur dari Gil'ead; membuktikan dirinya patut dihormati di Pertempuran Farthen
Dur dan, meski Eragon, kata Saphira. Ia tersadar dan mengangguk, bersyukur Saphira
telah membuyarkan lamunannya. Eragon berusaha keras tidak memikirkan Murtagh dan
orangtua mereka, tapi pikiran itu menyerangnya saat ia tidak siap. Ia menarik napas
dalam-dalam dan mengembuskannya lagi at di Dataran Membaraketika Varden sibuk
mengumpulkan kekuatan kembali dan bersiap-siap berangkat memburu pasukan
Kerajaan, yang telah mundur beberapa league ke hulu Sungai JietEragon menemui
Nasuada dan Arya, menjelaskan kegentingan situasi yang merisaukan Roran, serta
meminta izin mereka untuk membantu sepupunya itu. Ia tidak berhasil. Kedua wanita
tersebut sangat tidak menyetujui tindakan yang disebut Nasuada sebagai "rencana tolol
yang memiliki konsekuensi malapetaka bagi semua orang di Alaga- - - Senyum tipis
menghiasi bibir Eragon saat ia mengingat kejadian itu. Kombinasi kekuatan pernyataan
Saphira dan logikanya yang tak terbantahkan telah meyakinkan Nasuada dan Arya
untuk memberi restu, meski dengan berat hati. Setelah itu, Nasuada berkata, "Kami
memercayai pertimbangan kalian dalam hal ini, Eragon, Saphira. Demi kalian dan demi
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kami, kuharap ekspedisi ini berjalan lancar." Nada bicaranya membuat Eragon tidak
yakin apakah ia mengungkapkan harapan yang tulus atau ancaman halus. Eragon
menghabiskan sisa hari dengan menyiapkan perbekalan, mempelajari peta Kerajaan
bersama Saphira, dan merapalkan mantra-mantra yang dianggapnya perlu, seperti
mantra untuk merintangi usaha Galbatorix atau pelayan-pelayannya men-scry Roran.
Pagi berikutnya, Eragon dan Roran memanjat punggung Saphira, kemudian naga itu
terbang, tinggi di atas awan-awan jingga yang menyelimuti Dataran Membara- lalu
berbelok ke timur laut. Ia terbang tanpa berhenti sampai matahari telah melintasi kubah
langit dan menyembunyikan diri di balik cakrawala, sampai kemudian muncul lagi
dengan semburan warna-warni merah dan kuning. Bagian pertama perjalanan
membawa mereka ke tepi Kerajaan, yang berpenduduk jarang. Dan dari sana mereka
berbelok ke barat menuju Dras-Leona dan Helgrind. Sejak saat itu, mereka bepergian di
malam hari untuk menghindari tepergok orang di banyak perkampungan kecil yang
tersebar di dataran berumput yang harus mereka lewati untuk- mencapai tujuan.Eragon dan Roran harus membungkus tubuh rapat-rapat dengan jubah dan bulu
binatang serta sarung tangan wol dan topi tebal karena Saphira memilih terbang lebih
tinggi daripada sebagian besar puncak-puncak gunung bersaljutempat udara terasa tipis
serta kering dan bagai menusuk paru-paru mereka sehingga jika ada peternak yang
sedang menangani anak sapi sakit di ladang atau seorang penjaga bermata awas
sedang berkeliling dan kebetulan melihat ke atas saat ia lewat, Saphira hanya akan
tampak sebesar elang. Ke mana pun mereka pergi, Eragon melihat bukti-bukti
peperangan yang sedang berlangsung: kamp-kamp prajurit, keretakereta kuda berisi
persediaan yang dikumpulkan di satu- tempat untuk bermalam, dan barisan pria dengan
leher dirantai diseret dari rumah-rumah mereka untuk berperang mendukung Galbatorix.
Jumlah sumber daya yang dikerahkan untuk melawan Varden memang tampak
menakutkan. Menjelang akhir malam kedua, Helgrind muncul di kejauhan: tumpukan
pilar pecah yang samar dan menakutkan ditimpa cahaya kelabu sebelum fajar. Saphira
mendarat di parit tempat mereka berada sekarang, dan mereka tidur sepanjang hari
kemarin sebelum memulai penyelidikan. Segumpal debu api membubung dan berputar
ketika Roran menyodokkan ranting ke bara yang mulai padam. Ia melihat Eragon
memerhatikannya lalu mengangkat bahu. "Dingin," katanya. Sebelum Eragon bisa
menjawab, ia mendengar suara benda bergesek, mirip seperti jika seseorang
mengeluarkan sebilah pedang dari sarungnya. Ia tidak berpikir; ia melompat ke arah
yang berlawanan, berguling sekali, lalu berjongkok, mengangkat tongkat hawthorn untuk
menangkis serangan. Roran bereaksi hampir sama cepatnya. Ia menyambar perisai dari
tanah, melompat dari batang pohon yang didudukinya, dan mencabut kapak dari ikat
pinggang, semua dilakukan dalam beberapa detik saja. Mereka membeku, menunggu
serangan datang. Jantung Eragon berdebar keras dan otot-ototnya bergetar ketika ia
mencari-cari sedikit saja gerakan dalam kegelapan. Aku tidak mencium bau apa-apa,
kata Saphira. Ketika beberapa menit berlalu tanpa kejadian apa pun, Eragon
menjulurkan benaknya ke daerah sekeliling mereka. "Tidak ada siapa-siapa," katanya.
Sambil meraih jauh ke dalam dirinya sendiri ke tempat Eragon berdiri, melangkah
menghampiri ransel-ransel mereka dan mengambil guci tanah liat kecil yang diberikan
Orik kepadanya sebelum mereka berpisah, kemudian menenggak dua teguk penuh arak
raspberry ke dalam kerongkongannya. Kehangatan mengalir ke perutnya. Sambil
mengernyit, Eragon menyerahkan guci itu kepada Roran, yang juga meneguk cairan di
dalamnya. Beberapa tegukan kemudian, ketika arak itu telah berhasil menekan suasana
hatinya yang buruk, Eragon berkata, "Kita mungkin mendapat masalah besok." "Apa
maksudmu?" Eragon mengarahkan kata-katanya kepada Saphira juga. "Ingat saat aku
berkata kami Saphira dan aku bisa dengan mudah menghadapi para Ra'zac?" Dan kita
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
memang bisa, timpal Saphira. "Yah, aku memikirkannya saat kita mengintai Helgrind,
dan aku tidak yakin lagi. Hampir tidak terbatas cara untuk melakukan- sesuatu dengan
sihir. Misalnya, jika ingin menyalakan api, aku bisa mengumpulkan panas dari- udara
atau tanah; aku bisa menciptakan api dari energi murni; aku bisa memanggil petir; aku
bisa menyatukan beberapa pancaran cahaya matahari jadi satu titik; aku bisa
menggunakan gesekan; dan seterusnya." "Jadi?" "Masalahnya adalah meski aku bisa
menggunakan berbagai mantra untuk melakukan satu tujuan ini, untuk menangkis
mantra-mantra itu hanya butuh satu mantra penangkal. Jika kau menangkis tindakan itu
sendiri agar tidak terjadi, kau tidak perlu mengarahkan mantra penangkalmu kepada
masing-masing mantra secara khusus." "Aku masih tidak mengerti apa hubungan ini
dengan besok." Aku tahu, kata Saphira pada mereka berdua. Ia segera memahami
maksud Eragon. Artinya, selama satu abad kemarin, Galbatorix- mungkin telah
menanamkan perlindungan di sekitar Ra'zac " yang akan melindungi mereka dari
sekian macam jenis mantra. Aku mungkin tidak akan" bisa membunuh mereka dengan
semua "mantra pembunuh yang telah diajarkan kepadaku, atau dengan" mantra
penyerang yang bisa kami ciptakan sekarang atau nanti. Kami mungkin "harus
bergantung kepada" "Stop!" seru Roran. Ia menyunggingkan senyum tersiksa. "Stop,
kumohon. Kepalaku sakit jika kalian melakukan itu." Eragon berhenti dengan mulut
terbuka; sampai saat ini ia tidak sadar bahwa ia dan Saphira telah bicara bergantian.
Penge tahuan ini membuatnya senang: ini membuktikan mereka telah mencapai tingkat
kerjasama yang baru dan bertindak bersamasama sebagai satu kesatuanyang membuat
mereka jauh lebih kuat daripada jika masing-masing melakukanya sendirian. Ia juga
gelisah karena kerjasama seperti ini, secara natural, akan mengurangi individualitas
pihak-pihak yang terlibat di dalam nya. Ia- menutup mulut dan tergelak. "Maaf. Ini yang
kukhawatirkan: jika Galbatorix memiliki firasat untuk melakukan tindakan pencegahan,
satu-satunya cara melawan Ra'zac hanyalah dengan kekuatan fisik. Jika memang
begitu" "Besok aku hanya akan jadi penghalang bagimu." "Bukan begitu. Kau mungkin
lebih lamban daripada para Ra'zac, tapi aku yakin sekali kau akan membuat mereka
takut pada senjatamu, Roran Stronghammer." Pujian itu tampaknya membuat Roran
senang. "Bahaya terbesar buatmu adalah jika para Ra'zac dan Lethrblaka mampu
memisahkanmu dari aku dan Saphira. Semakin dekat posisi kita dengan satu sama lain,
kita akan semakin aman. Saphira dan aku akan berusaha terus menyibukkan Ra'zac
dan Lethrblaka, tapi beberapa di antara mereka mungkin bisa lolos dari perhatian kami.
Empat lawan dua adalah satu-satunya harapan jika kau berada di antara yang empat."
Kepada Saphira, Eragon berkata, Kalau saja punya pedang, aku yakin bisa membantai
para Ra'zac sendirian, tapi aku tidak tahu apakah bisa mengalahkan dua makhluk
segesit elf, hanya dengan menggunakan tongkat.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Kau yang berkeras membawa ranting kering itu alih-alih senjata yang memadai, sahut
Saphira. Ingat, aku sudah bilang tongkat itu mungkin tidak cukup mematikan jika
digunakan melawan musuh yang seberbahaya Ra'zac. Dengan enggan Eragon
mengakui kata-kata Saphira. Jika mantra-mantraku gagal, posisi kita akan jadi lebih
rentan daripada yang kuharapkan... Besok bisa berakhir dengan buruk sekali.
Melanjutkan potongan percakapan yang masih belum dipahaminya benar, Roran
berkata, "Sihir adalah sesuatu yang rumit." Batang kayu yang didudukinya mengerang
ketika ia menumpukan siku ke lutut. "Benar," Eragon menyetujui. "Bagian tersulit adalah
berusaha mengantisipasi setiap mantra yang bisa dilakukan; aku menghabiskan
sebagian besar waktu dengan bertanya bagaimana aku bisa melindungi diri jika aku
diserang seperti ini dan apakah si penyihir lain akan menduga aku bakal melakukan itu."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Bisakah kau membuatku jadi sekuat dan secepat dirimu?" Eragon menimbang-nimbang
pertanyaan ini selama beberapa menit sebelum menjawab, "Aku tidak tahu bagaimana.
Energi yang diperlukan untuk itu harus datang dari sesuatu. Saphira dan aku bisa
memberikannya kepadamu, tapi setelah itu kami akan kehilangan sejumlah kekuatan
dan kecepatan yang kami berikan kepadamu." Yang tidak disebutkannya adalah orang
juga bisa mengambil energi dari tanaman dan hewan terdekat, meski dampaknya buruk:
misalnya, kematian si makhluk lebih kecil yang energi kehidupannya telah disedot.
Teknik ini merupakan rahasia besar, dan Eragon merasa lebih baik tidak sembarangan
mengungkapkannya, atau malah tidak mengungkapkannya sama sekali. Terlebih lagi,
tindakan itu tidak banyak gunanya untuk Roran, karena hanya sedikit yang tumbuh atau
hidup di sekitar Helgrind yang bisa dijadikan bahan bakar- tubuh manusia. "Kalau begitu,
bisakah kau mengajariku menggunakan sihir?" Ketika Eragon ragu-ragu, Roran
menambahkan, "Bukan sekarang, tentu saja. Kita tidak punya waktu, lagi pula aku tidak
mengharapkan bisa jadi penyihir dalam semalam. Tapi secara kasarnya, kenapa tidak"
Kau dan aku sepupu. Kita sedarah. Dan ilmu sihir akan jadi kemampuan berharga untuk
dimiliki." "Aku tidak tahu bagaimana orang yang bukan Penunggang mempelajari sihir,"
Eragon mengakui. "Ini bukan sesuatu yang kupelajari." Ia menatap sekeliling,
mengambil selempeng batu pipih bundar dari tanah dan melemparkannya ke arah
Roran, yang segera menangkapnya dari samping. coba ini: berkonsentrasilah untuk
mengangkat batu itu setengah sampai satu meter ke udara dan ucapkan, 'Stenr "Stenr
risa?" "Tepat." Roran mengerutkan kening pada batu yang tergeletak di telapak
tangannya dalam sikap yang sangat mirip Eragon ketika ia masih belajar sehingga
Eragon mau tidak mau teringat- hari-hari ketika ia ditempa Brom. Alis Roran bertaut,
bibirnya terkatup rapat dalam seringai, dan ia menggeram, "Stenr risa!" dengan cukup
intens sehingga Eragon setengah menduga batu itu akan mental entah ke mana. Tidak
ada yang terjadi. Makin mengerutkan kening, Roran mengulangi perintahnya, "Stenr
risa!" Batu itu tidak menunjukkan gerakan apa-apa. "Yah," kata Eragon, "teruslah
mencoba. Itu satu-satunya saran yang bisa kuberikan. Tapi" dan ia mengangkat satu
jari"jika kau berhasil melakukannya, segeralah mendatangiku atau, jika aku tidak ada di
sekitarmu, datangilah penyihir lain. Kau bisa membunuh diri sendiri dan orang lain jika
mulai bereksperimen dengan sihir tanpa mengerti aturannya. Atau selalu ingat ini: jika
merapalkan mantra yang membutuhkan energi terlalu besar, kau akan tewas. Jangan
melakukan percobaan di luar kemampuanmu, jangan berusaha menghidupkan kembali
yang sudah mati, dan jangan berusaha melenyapkan apa yang sudah ada." Roran
mengangguk, masih menatap batu. "Selain masalah sihir, aku baru sadar ada hal yang
lebih penting untuk kaupelajari." "Oh?" "Ya, kau harus bisa membentengi pikiranmu dari
tangan hitam, Du Vrangr Gata, dan yang lain-lain seperti mereka. Sekarang kau tahu
cukup banyak hal yang bisa membahayakan Varden. Maka, sangat penting kau sudah
menguasai kemampuan ini begitu kita kembali. Sampai kau bisa melindungi diri dari
mata-mata, baik Nasuada maupun aku atau orang lain tidak bisa mempercayakan
padamu informasi yang mungkin bisa membantu musuh-musuh kita." "Aku mengerti.
Tapi kenapa kau memasukkan Du Vrangr Gata dalam daftarmu" Mereka melayanimu
dan Nasuada." "Memang, tapi bahkan di antara sekutu- kita ada lebih dari segelintir
orang yang rela memberi tangan- kanan mereka" ia mengernyit memikirkan betapa
sesuainya istilah itu"untuk mengetahui rencana dan rahasia kita. Dan rahasiamu juga.
Kau sudah menjadi seseorang, Roran. Sebagian karena tindakanmu, dan sebagian
karena kita bersaudara." "Aku tahu. Aneh sekali rasanya dikenali orang-orang yang
belum pernah kujumpai." "Memang benar." Eragon nyaris mengucapkan beberapa
pandangan lain yang berhubungan dengan masalah ini, tapi ia menahan diri untuk
membicarakannya; ini topik yang harus diungkapkan di lain kesempatan. "Sekarang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
setelah kau tahu bagaimana rasanya saat benak orang menyentuh benak orang lain,
kau mungkin bisa belajar bagaimana meraih dan menyentuh benak orang lain." "Aku
tidak yakiritu keahlian yang ingin kumiliki." "Tidak masalah; mungkin kau juga tidak bisa
melakukannya. Bagaimanapun, sebelum kau mencari tahu, mula-mula kau harus
berusaha menguasai seni melindungi diri." Sepupunya mengangkat sebelah alis.
"Bagaimana caranya?" "Pilih sesuatu suara, gambar, emosi, apa saja dan biarkan itu
menguasai benakmu sampai pikiran-pikiran lain terblokir." "Hanya itu?" "Tidak semudah
yang kauduga. Ayo; cobalah. Kalau kau sudah siap, beritahu aku, dan aku akan melihat
seberapa bagus hasil usahamu." Beberapa saat berlalu. Kemudian, diberi tanda oleh
Roran dengan jentikan jemari, Eragon melontarkan pikirannya ke arah sepupunya, ingin
mengetahui apa yang telah dicapai Roran. Serangan mental Eragon dengan kekuatan
penuh menghantam dinding yang dibangun Roran dari kenangannya akan Katrina; dan
serangan Eragon terhalang. Ia tidak bisa merusaknya, tidak bisa menemukan jalan
masuk atau membuat jalan masuk, atau menganggap remeh benteng tak tertembus
yang berdiri tegak di hadapannya. Pada detik itu, seluruh identitas Roran hanya
berdasarkan perasaannya terhadap Katrina; pertahanannya jauh lebih baik daripada
orang-orang yang pernah dihadapi Eragon, karena benak Roran sama sekali tidak
memiliki sesuatu yang bisa disambar atau digunakan Eragon untuk mengambil alih
kendali sepupunya. Kemudian Roran menggeser kaki kirinya dan kayu di bawahnya
berderit keras. Dengan itu, dinding yang ditekan kuat-kuat oleh Eragon pecah menjadi
puluhan keping saat pikiran lain mengganggu Roran: Apa yang... Sial! Jangan
pedulikan; ia akan tembus. Katrina, ingat Katrina. Abaikan Eragon. Malam Katrina
menerima lamaranku, harum rumput dan rambutnya... Apakah itu Eragon" Tidak!
Fokus! Jangan- Memanfaatkan kebingungan Roran, Eragon menyerbu dan, dengan
kekuatan pikirannya, menaklukkan Roran sebelum sepupunya itu bisa membentengi
dirinya lagi. Kau sudah mengerti konsep dasarnya, kata Eragon, kemudian ia menarik
diri dari benak Roran dan mengucapkan kata-kata dari mulutnya, "tapi kau harus belajar
mempertahankan konsentrasi bahkan di tengah-tengah pertempuran. Kau harus belajar
berpikir tanpa berpikir... mengosongkan dirimu dari segala harapan dan kekhawatiran,
kecuali satu yang kaujadikan perisai. Sesuatu yang diajarkan kaum elf kepadaku, yang
kuangggap sangat membantu, adalah mengucapkan teka-teki, puisi, atau lagu. Memiliki
sesuatu yang bisa kaulakukan berulang-ulang membuatmu jauh lebih mudah
mengendalikan benakmu agar tidak berkeliaran ke mana-mana." "Aku akan
mempelajarinya," Roran berjanji. Dengan suara lirih, Eragon berkata, "Kau sangat
mencintainya ya?" Itu lebih merupakan ungkapan kebenaran dan kekaguman daripada
pertanyaankarena jawabannya sudah jelas sekalidan sebenarnya Eragon canggung
mengucapkannya. Urusan cinta bukanlah topik yang biasa diperbincangkan Eragon
bersama sepupunya selama ini, meskipun mereka pernah menghabiskan waktu
berjam-jam berdebat tentang nilai plus wanita-wanita muda yang tinggal di dan sekitar
Carvahall. "Bagaimana kejadiannya?" "Aku menyukainya. Ia menyukaiku. Apakah
detailnya penting?" "Ayolah," kata Eragon. "Aku terlalu marah sehingga tidak bertanya


Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebelum kau berangkat ke Therinsford, dan kita tidak bertemu lagi sampai empat hari
lalu. Aku hanya ingin tahu." Kulit di sekitar mata Roran tertarik dan berkerut ketika
"Jujurlah. Kau memerhatikan kata-katanya seolah tiap kata adalah berlian, kau juga
sering melirik ke arahnya dengan ekspresi seperti orang kelaparan dan ada hidangan
lezat yang tersaji satu sentimeter di luar jangkauanmu." Asap kelabu gelap mengepul
dari hidung Saphira ketika ia mengeluarkan suara seperti tercekik. Eragon tidak
mengacuhkan tawa tertahan Saphira dan berkata, "Arya itu elf." "Dan sangat cantik.
Telinga runcing dan mata sipit cuma kekurangan kecil dibandingkan pesonanya. Kau
sendiri tampak seperti kucing sekarang." "Usia Arya sudah seratus tahun lebih."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Informasi itu membuat Roran terperangah; alisnya terangkat tinggi, dan ia berkata, "Sulit
dipercaya! Ia tampak masih belia." "Memang." "Yah, meski begitu, ini alasan yang
kauberikan kepadaku, Eragon, dan kata hati jarang sejalan dengan akal sehat. Kau
menyukainya atau tidak?" Jika ia tidak menyukainya, Saphira berkata pada Eragon dan
Roran, aku sendiri yang akan mencoba mencium Arya! Saphira! Dengan perasaan malu
luar biasa, Eragon menepuk kaki naganya. Roran cukup baik hati untuk tidak menggoda
Eragon terus. "Jadi jawab pertanyaanku yang awal tadi dan katakan padaku bagaimana
hubunganmu dengan Arya. Sudahkah kau bicara dengannya atau keluarganya tentang
masalah ini" Menurutku, tidak baik membiarkan ini berlarut-larut." "Ya," sahut Eragon,
dan menatap tongkat hawthorn-nya yang mengilap. "Aku sudah bicara dengannya."
"Dan hasilnya?" Ketika Eragon tidak segera menjawab, Roran berseru frustrasi.
"Menanti jawaban darimu lebih sulit daripada menarik Brika melewati lumpur." Eragon
tergelak mendengar Brika disebut-sebut, salah satu kuda mereka yang bandel. "Saphira,
maukah kau membantuku memecahkan misteri ini" Jika tidak, aku khawatir tidak akan
mendapatkan penjelasan penuh." hasilnya. Tidak berhasil sama sekali. Ia tidak
menginginkanku." Eragon mengucapkannya dengan datar, seakan mengomentari
kemalangan orang lain, tapi hatinya merasakan sakit yang begitu dalam dan kuat, ia
merasa Saphira jadi agak menarik diri darinya. "Aku ikut prihatin," kata Roran. Eragon
susah payah menelan gumpalan di kerongkongannya, melewati hatinya yang terluka,
dan turun ke simpul erat di perutnya. "Hal ini bisa saja terjadi." "Aku tahu ini rasanya
tidak tepat diucapkan sekarang," kata Roran, "tapi aku yakin kau akan menemukan
wanita lain yang bakal membuatmu melupakan Arya. Ada banyak wanita muda dan
lebih dari segelintir wanita yang sudah menikah, kurasa- yang akan senang sekali bisa
dilirik Penunggang. Kau tidak akan sulit menemukan istri di antara semua wanita cantik
Alagaesia." "Dan apa yang akan kaulakukan jika Katrina menolak cintamu?" Pertanyaan
itu membuat Roran terdiam; jelas sekali ia tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan
bereaksi jika itu terjadi. Eragon melanjutkan, "Kebalikan dari yang tampaknya kau, Arya,
dan semua orang duga, aku memang sadar masih banyak wanita di AlagaRoran
tertawa, gelak yang keras dan sepenuh hati sampai ber gema di jurang. "Sekalian saja
kauminta bisa mengantongi matahari atau" Ia berhenti dan menegang seolah hendak
melompat ke depan, kemudian diam tidak bergerak. "Tidak mungkin." Roran bersusah
payah menemukan kata-kata. "Apakah ini hasil dari perubahanmu di Ellesmera, atau
karena kau sudah jadi Penunggang?" "Karena aku Penunggang." "Itu menjelaskan
kenapa Galbatorix belum mati sampai sekarang." Ranting yang ditambahkan Roran ke
api meletup dengan suara berderak kecil saat bara di bawahriya memanaskan batang
kayu bengkok itu di bagian yang mengandung rembesan air atau getah yang entah
bagaimana berhasil menghindari sengatan matahari selama berdekade-dekade dan
meletup menjadi uap. "Ini hal yang sangat... luar biasa, hampir tidak bisa dipahami,"
kata Roran. "Kematian adalah bagian dari diri kita. Kematian membimbing kita.
Kematian membentuk kita. Kematian membuat kita gila. Bisakah kau tetap menjadi
manusia jika kau tidak memiliki akhir?" "Aku bukannya tidak bisa mati," Eragon
menegaskan. "Aku masih bisa dibunuh dengan pedang atau panah. Dan aku masih bisa
menderita penyakit yang tidak bisa diobati." "Tapi jika kau menghindari semua itu, kau
bisa hidup selamanya." "Jika begitu, memang. Saphira dan aku akan berlangsung
terus." "Rasanya seperti anugerah sekaligus kutukan." "Ya. Akal sehatku tidak bisa
mengizinkanku menikahi wanita yang akan semakin tua sementara aku tidak akan
tersentuh waktu; keadaan itu akan terasa kejam bagi kami berdua. Di atas segalanya,
aku menganggap menikah berulang kali sepanjang berabad-abad sangat membuat
depresi." depresi." "Tidak bisakah kau membuat seseorang imortal melalui sihir?" "Kau
bisa membuat rambut putih kembali hitam, kau bisa melicinkan keriput serta
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menyembuhkan katarak, dan jika benarbenar berani berbuat lebih jauh, kau bisa
memberikan seorang pria berusia enam puluh sebentuk tubuh yang dimilikinya saat ia
berusia sembilan belas. Meski demikian, kaum elf tidak bisa menemukan cara untuk
mengembalikan benak seseorang tanpa membuatnya gila. Dan siapa yang ingin
menghapus identitas mereka demi kehidupan abadi" Yang hidup terus akan menjadi
terasing. Otak yang sudah tua di dalam tubuh yang muda juga bukan jawaban, karena
meski dengan kesehatan sempurna, yang bisa dipertahankan manusia seperti kita
hanya selama seabad, mungkin sedikit lebih lama. Kau juga tidak bisa menghentikan
seseorang menjadi tua. Itu akan menyebabkan segudang masalah lain... Oh, elf dan
manusia sudah mencoba seribu satu cara berbeda untuk menghindari kematian, tapi
tidak satu pun berhasil." "Dengan kata lain," kata Roran, "lebih aman bagimu untuk
mencintai Arya daripada memberikan hatimu kepada wanita manusia."- - - - - - - - - - - - - - - "Siapa lagi yang bisa aku nikahi selain elf" Terutama dengan rupaku sekarang ini."
Eragon menahan keinginan untuk mengulurkan tangan dan menyentuh ujung telinganya
yang lancip, tindakan yang menjadi kebiasaannya sekarang. "Ketika aku tinggal di
Ellesmera, mudah bagiku untuk menerima bagaimana para naga telah mengubah
wujudku. Lagi pula, mereka telah memberiku lebih banyak daripada itu. Para elf juga
lebih, ramah padaku sejak Agaeti Bl"Aku tahu apa yang akan diucapkan Ayah jika
mendengar itu." Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Dan kupindahkan ke sabuk Beloth si Bijaksana dua malam belakangan ini. Aku masih
pegal-pegal, dan punya lebih banyak memar daripada yang bisa kuhitung. Lihat..." Ia
membuka tali di pergelangan kiri kemejanya, menarik l "Roran! Kau seharusnya
menunjukkan ini padaku berhari-hari yang lalu. Aku tidak tahu Ra'zac telah melukaimu
separah Apakah kau sulit menggerakkan lengan?" "Tidak ke samping atau ke
belakang," kata Roran. Ia menunjukkannya. "Tapi jika kugerakkan ke depan, aku hanya
bisa mengangkatnya sampai... setinggi dada." Mengernyit, ia menurunkan lengannya.
"Bahkan itu butuh perjuangan; aku harus- - meluruskan ibu jariku, kalau tidak lenganku
takkan bisa digerakkan. Cara terbaik adalah dengan mengayunkan lenganku dari
belakang dan biarkan mendarat di mana pun tempat yang ingin kupegang. Buku-buku
jariku terkelupas beberapa kali sebelum aku bisa mahir melakukan itu." Eragon
memutar-mutar tongkat di tangannya. Apakah sebaiknya kulakukan" ia bertanya pada
Saphira. Kurasa harus. Kita mungkin menyesalinya besok. Kau- akan lebih menyesal
jika Roran tewas karena tidak bisa mengangkat kapaknya ketika situasi memaksa. Jika
kau menarik sumber daya di sekitar kita, kau bisa menghindari lebih banyak keletihan.
Kau tahu aku benci melakukan itu. Bahkan membicarakannya saja membuatku mual.
Hidup kita lebih berharga daripada hidup semut, Saphira menegaskan. Tidak bagi si
semut. Dan apakah kau semut" Jangan munafik, Eragon; tidak baik bagimu. Sambil
mendesah, Eragon meletakkan tongkatnya dan memberi tanda pada Roran agar
mendekat. "Kemari, akan kusembuhkan itu." "Kau bisa melakukannya?" "Jelas."
Ekspresi senang mencerahkan wajah Roran sejenak, tapi kemudian ia bimbang dan
tampak gelisah. "Sekarang" Apakah itu bijaksana?" "Seperti kata Saphira, sebaiknya
aku menyembuhkanmu selagi bisa. Siapa tahu lukamu membuatmu kehilangan nyawa
atau membahayakan kita semua." Roran mendekat, dan Eragon meletakkan tangannya
di atas luka merah itu sementara, pada saat yang sama, ia merentangkan benaknya
untuk menyentuh pepohonan dan tumbuhan serta hewan yang hidup di sekitar parit,
kecuali mereka yang ia kira terlalu lemah untuk menanggung mantranya. Kemudian
Eragon mulai merapal dengan bahasa kuno. Mantra yang dirapalkannya panjang serta
rumit. Menyembuhkan luka separah itu butuh lebih daripada sekadar menumbuhkan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kulit- - baru dan sangat sulit. Dalam hal ini, Eragon mengandalkan formula
penyembuhan yang dipelajarinya di Ellesmera dan ia menghabiskan waktu
berminggu-minggu untuk menghafalnya. Tanda keperakan di telapak tangan Eragon,
gedwsemua milikku." Ia mengulurkan tusukan dari kayu cemara, tempat terdapat tiga
gumpal daging- cokelat keemasan. Bagi hidung Eragon yang sensitif, aroma yang
menguar ke arahnya terasa pekat dan kuat serta membuatnya teringat pada
malam-malam yang dihabiskannya di pegunungan Spine dan acara makan malam di
musim dingin panjang ketika ia, Roran, dan Garrow- berkumpul di sekitar tungku mereka
dan menikmati kehadiran satu sama lain sementara badai salju mengamuk di luar. Air
liurnya terbit. "Masih hangat," kata Roran, dan mengibaskan daging rusa itu di depan
hidung Eragon. Dengan susah payah, Eragon menggeleng. "Berikan saja rotinya
padaku." "Kau yakin" Ini climasak sempurna: tidak terlalu keras, tidak terlalu empuk,
dan dimasak dengan bumbu dalam jumlah yang tepat. Sangat empuk, sehingga ketika
kaugigit, rasanya seperti menelan semulut penuh stew terlezat buatan Elain." "Tidak,
aku tidak bisa." "Kau tahu kau akan menyukainya." "Roran, berhenti menggodaku dan
kemarikan rotinya!" "Ah, lihat, kau sudah mendingan sekarang. Mungkin yang
kaubutuhkan bukan roti tapi seseorang yang bisa membakar kembali semangatmu, eh?"
Eragon memelototinya, kemudian, lebih cepat daripada penglihatan, ia menyambar roti
dari tangan Roran. Tindakan itu tampaknya membuat Roran semakin senang. Ketika
Eragon menggigit roti, ia berkata, "Aku tidak tahu bagaimana kau bisa hidup hanya
makan buah, roti, dan sayuran. Orang harus makan daging jika ingin tetap kuat.
Tidakkah kau rindu makan daging?" "Lebih daripada yang bisa kaubayangkan." "Lalu
kenapa kau berkeras menyiksa diri seperti ini" Setiap makhluk di dunia ini harus makan
makhluk hidup lain meskipun hanya tanaman untuk bertahan hidup. Begitulah kita
diciptakan. Kenapa berusaha melawan hukum alam?" Aku mengucapkan hal yang sama
padanya di EllesmEragon mengangkat bahu. "Kita pernah membicarakan ini.
Kaulakukan saja apa yang kauinginkan. Aku tidak akan mengajarimu atau orang lain
bagaimana harus hidup. Tapi aku tidak bisa dengan sadar memakan hewan yang benak
dan perasaannya pernah kubaca." Ujung ekor Saphira berkedut, dan sisiknya
berdenting ketika membentur gundukan batu aus- yang menonjol dari tanah. Oh, ia
payah. Naga itu mengangkat dan memanjangkan leher, menyambar daging rusa,
dengan tusukannya sekaligus, dari tangan Roran yang sebelah lagi. Kayunya berderak
di antara gigi-giginya yang bergerigi tajam saat ia menggigit, kemudian kayu dan daging
itu lenyap ke kedalaman perutnya yang berapi. Mmm. Kau tidak membesar-besarkan,
katanya pada Roran. Daging manis dan empuk: begitu lembut, begitu asin, sangat lezat,
rasanya aku ingin menggeliat senang. Kau harus lebih sering memasak untukku, Roran
Stronghammer. Hanya saja lain- kali, kurasa kau sebaiknya men yediakan beberapa
rusa sekaligus. Kalau tidak, aku takkan kenyang. Roran bimbang, seakan tidak bisa
memutuskan apakah permintaan Saphira memang serius dan, jika ya, bagaimana ia
dengan sopan bisa melepaskan diri dari kewajiban tidak terduga dan menyusahkan ini.
Ia melontarkan pandangan memohon pada Eragon, yang lantas tertawa karena melihat
ekspresi Roran dan nasib buruknya. Suara tawa Saphira yang membahana menyertai
tawa Eragon dan bergema di sepanjang parit. Gigi-gigi naga itu mengilap, memantulkan
cahaya merah darah dari bara. Satu jam setelah ketiganya tidur, Eragon berbaring
dengan punggung sejajar dengan Saphira, terbungkus berlapis-lapis selimut yang
menahan hawa dingin malam hari. Segalanya tenang dan hening. Seakan ada penyihir
memantrai dunia dan segala isinya agar terlelap dalam tidur abadi dan akan tetap
membeku serta tidak pernah berubah sepanjang zaman di bawah sorotan
bintang-bintang yang berkelip. Tanpa bergerak, Eragon berbisik dalam benaknya:
Saphira! Ya, makhluk kecil" Bagaimana jika aku benar dan ini ada di Helgrind" Aku
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tidak tahu apa yang harus dilakukan jika benar begitu... Katakan padaku apa yang harus
kulakukan. Aku tidak bisa, makhluk kecil. Ini keputusan yang harus kaubuat sendiri.
Jalan manusia bukanlah jalan naga. Aku akan merobek kepalanya dan memakan
tubuhnya, tapi itu akan salah menurutmu, kurasa. Apakah kau akan mendukungku, apa
pun yang kuputuskan" Selalu, makhluk kecil. Sekarang istirahatlah. Segalanya akan
baikbaik saja. Merasa lebih tenang, Eragon menatap kegelapan di antara
bintang-bintang dan memelankan napas sampai ia mengalir menuju trance yang
menggantikan tidur baginya. Ia tetap sadar akan sekitarnya, tapi berlatar belakang
kumpulan bintang, sosoknya yang berada dalam mimpi terjaga melangkah maju dan
membentuk gerakan-gerakan samar dan bagai bayangan, seperti biasanya. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Bidadari Pendekar Naga Sakti SERANGAN KE HELGRIND
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
MASIH lima belas menit sebelum fajar ketika Eragon berguling dan duduk tegak. Ia
menjentikkan jemari dua kali untuk membangunkan Roran kemudian mengumpulkan
selimut dan mengikat semua jadi buntalan erat. Setelah memaksa dirinya bangkit, Roran
melakukan hal yang sama dengan alas tidurnya. Mereka berpandangan dan bergidik
penuh semangat. "Jika aku mati," kata Roran, "maukah kau menjaga - - Katrina?" Ya.
"Kalau begitu, katakan padanya aku berangkat berperang dengan hati gembira sambil
menyerukan namanya." "Baiklah." Eragon menggumamkan kalimat singkat dalam
bahasa kuno. Energinya hampir tidak terasa berkurang setelah Eragon merentangkan
benaknya ke luar, memastikan kecurigaannya kemarin tentang adanya dua orang yang
ditahan di Helgrind, tapi ia tidak bisa merasakan budak-budak itu, dan dengan cemas
masih tidak bisa menemukan lokasi para Ra'zac atau Lethrblaka. Jika mereka tidak ada
di sini, lalu di mana" ia bertanyatanya. Setelah mencari lagi, ia menemukan sesuatu
yang tadi terlewat matanya: sekuntum bunga gentian, mekar tidak sampai lima puluh
kaki di depan mereka, tempat seharusnya hanya ada batu padat. Dan dari mana bunga
itu dapat cukup cahaya untuk hidup" Saphira menjawab pertanyannya dengan
bertengger di tebing rapuh beberapa kaki di sebelah kanan. Saat melakukannya, ia
kehilangan keseimbangan sesaat dan mengangkat kedua sayapnya agar tidak terjatuh.
Alih-alih menebas dinding Helgrind yang menonjol, kedua sayapnya menembus batu
kemudian keluar lagi. Saphira, kaulihat itu" Ya. Saphira mencondongkan tubuh ke
depan, mendorong ujung moncongnya ke arah batu padat, berhenti tiga atau lima
sentimeter sebelum menyentuhnya seakan menunggu jebakan yang bakal menjerat
mereka kemudian melanjutkan. Sedikit demi sedikit, kepala Saphira meluncur ke dalam
Helgrind, sampai yang dilihat Eragon hanyalah leher, tubuh, dan sayap-sayapnya. Ini
hanya ilusi! seru Saphira. Dengan dorongan otot-ototnya yang kuat, Saphira
menolakkan tubuhnya dari tebing dan memasukkan seluruh tubuhnya mengikuti kepala.
Eragon butuh kendali diri yang sangat kuat agar tidak mengangkat tangan untuk
melindungi wajahnya ketika tebing batu itu melesat melewatinya. Sedetik kemudian, ia
mendapati diri menatap gua besar berlangit-langit kubah yang diterangi pendar cahaya
hangat pagi hari. Sisik-sisik Saphira memantulkan cahaya, memancarkan ribuan titik
biru ke sekeliling gua. Sambil memutar tubuh, Eragon melihat tidak ada dinding di
belakang mereka, hanya mulut gua dan pemandangan daratan di luar sana. Eragon
mengernyit. Tidak terpikirkan olehnya Galbatorix akan menyembunyikan sarang Ra'zac
dengan sihir. Idiot! Aku seharusnya lebih tahu, pikirnya. Meremehkan kemampuan sang
raja adalah jalan pasti menuju kematian. Roran memaki dan berkata, "Bilang aku dulu
jika kau ingin melakukan hal seperti itu lagi." Eragon membungkuk ke depan,
melepaskan kakinya dari ikatan pada pelana sambil memerhatikan sekeliling mereka,
waspada akan bahaya. Mulut gua berbentuk oval tidak sempurna, mungkin setinggi lima
puluh kaki dan selebar enam puluh kaki. Dan di sana ruangan melebar jadi dua kali lebih
besar sebelum berakhir sejauh lontar an anak panah dalam gundukan lempengan batu
tebal yang tumpang tindih tidak teratur. Bekas-bekas cakaran memenuhi lantai gua,
bukti seringnya Lethrblaka mengudara, mendarat, dan berkeliaran di permukaannya.
Seperti lubang kunci misterius, lima terowongan rendah menembus sisi gua, begitu pula
lorong dengan bagian atas melengkung yang cukup besar untuk dilalui Saphira. Eragon
memeriksa terowongan-terowongan itu dengan hati-hati, tapi semuanya gelap gulita dan
tampak kosong, fakta yang diketahuinya dengan mengulurkan benaknya dengan cepat.
Suara bergumam aneh dan terputus-putus terdengar dari isi perut Helgrind,
menandakan ada makhluk-makhluk tidak dikenal yang berkeliaran dalam kegelapan,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dan air yang menetes tanpa henti. Di antara bisikan-bisikan itu terdengar suara napas
Saphira yang teratur, kedengaran sangat keras dalam kungkungan ruang tertutup itu.
Tapi hal yang paling menonjol dari gua itu adalah campuran bau yang memenuhinya.
Bau batu basah memang mendominasi bau- lain, tapi di baliknya Eragon bisa
niengendus samar-samar bau lembap dan lumut serta sesuatu yang jauh lebih buruk:
bau memuakkan daging yang membusuk. Setelah membuka simpul pengikat terakhir,
Eragon mengayunkan kaki kanannya melalui tulang punggung Saphira, sehingga ia
duduk menyamping, dan bersiap-siap untuk melompat dari punggung naganya. Roran
melakukan hal yang sama di sisi sebelah sana. Sebelum melepaskan pegangan,
Eragon mendengar, di antara banyak suara yang menggelitik telinganya, bunyi klik
berkesinambungan, seakan ada yang memukuli batu dengan beberapa palu. Suara itu
terulang kembali sedetik kemudian. Ia menoleh ke arah suara, begitu pula Saphira.
Sosok luar biasa besar dan menakutkan meluncur cepat dari arah lorong. Mata hitam,
menonjol, tidak berkelopak. Paruh sepanjang tujuh kaki. Sayap-sayap mirip kelelawar.
Bagian tubuhnya telanjang, tanpa bulu, penuh tonjolan otot. Cakar-cakar seperti taji
besi. Saphira melompat saat menghindari Lethrblaka, tapi tidak berhasil. Makhluk itu
menghantam sisi tubuhnya begitu keras sampai Eragon merasa seperti tertimpa tanah
longsor dahsyat. Apa yang terjadi kemudian, ia tidak tahu, karena hantaman itu
membuatnya mental ke udara tanpa bisa memikirkan apa-apa dengan otaknya yang
teraduk-aduk. Ia terbanting sama mendadaknya seperti saat terlempar tadi ketika
punggungnya membentur sesuatu yang keras dan rata, kemudian ia terjatuh ke lantai,
kepalanya terantuk untuk kedua kalinya. Benturan kedua itu membuat semua udara di
dalam paru-paru Eragon menyembur keluar. Ia terenyak, berbaring meringkuk miring,
tersengal-sengal dan berjuang mengendalikan tubuhnya yang belum bisa merespons
perintah. Eragon! seru Saphira. Kecemasan dalam suaranya membakar usaha Eragon,
tidak ada hal lain yang bisa menimbulkan efek seperti itu. Ketika lengan dan kakinya
bisa digerakkan kembali, ia meraih dan menyambar tongkatnya dari tempat benda itu


Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terjatuh di dekatnya. Ia menancapkan tombak yang menempel di ujung bawah tongkat
ke retakan batu dan menarik tubuhnya- naik dengan bertumpu pada kayu hawthorn-nya,
lalu berdiri. Ia sempoyongan. Percikan cahaya merah menari-nari di depan matanya.
Situasi sangat membingungkan sehingga ia tidak tahu harus melihat ke mana lebih
dahulu. Saphira dan Lethrblaka berguling-guling di lantai gua, menendang dan
mencakar serta saling mengatupkan rahang pada satu sama lain dengan kekuatan yang
cukup besar sehingga meretakkan batu di bawah mereka. Perkelahian mereka pasti
menimbulkan keributan luar biasa, tapi bagi Eragon mereka bertarung dalam kesunyian,
telinganya tidak bekerja. Tapi ia bisa merasakan getaran di telapak kakinya saat kedua
makhluk raksasa itu menggelepar ke sana kemari. Orang yang mendekati mereka akan
terancam gepeng terinjak-injak. Semburan api biru keluar dari antara rahang Saphira ke
arah sisi kepala Lethrblaka dalam kobaran besar yang cukup panas untuk melelehkan
besi. Api itu menyelubungi Lethrblaka tanpa menyakitinya. Tidak terpengaruh, makhluk
itu mematuk leher Saphira, memaksanya berhenti menyemburkan api untuk
mempertahankan diri. Secepat anak panah meluncur dari busurnya, Lethrblaka kedua
melompat keluar dari lorong besar, menerkam sisi tubuh Saphira, dan sambil membuka
paruh panjangnya lebar-lebar, ia mengeluarkan pekikan mengerikan yang memekakkan
telinga sehingga membuat rambut di kepala Eragon berdiri dan perutnya mendadak
mulas. Ia menggeram kesal; suara itu bisa ia dengar. Sekarang setelah dua Lethrblaka
ada di sini, bau yang tercium di udara bisa disamakan dengan bau memuakkan jika
seseorang memasukkan tiga kilo daging busuk ke gentong berisi air got dan
membiarkan campuran tersebut berfermentasi selama seminggu di musim panas.
Eragon menutup mulut rapat-rapat ketika merasa isi perutnya bakal keluar dan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengalihkan perhatian agar tidak muntah. Beberapa langkah darinya, Roran terkapar di
dekat sisi gua, tempat ia tadi mendarat setelah terlempar. Saat Eragon memperhatikan,
sepupunya itu mengangkat sebelah tangan dan menarik tubuhnya bangkit dalam posisi
merangkak kemudian berdiri. Matanya tampak tidak fokus, dan Mereka bergerak maju
dalam kecepatan luar biasa, gerakan mereka tajam dan menyentak-nyentak seperti
serangga. Tetapi Eragon masih tidak bisa merasakan mereka atau para Lethrblaka.
Apakah mereka juga ilusi" ia bertanya-tanya. Tapi tidak, ini tidak masuk akal; daging
yang disobek cakar Saphira memang nyata. Sebuah penjelasan lagi terpikirkan olehnya:
mungkin mustahil mendeteksi keberadaan mereka. Mungkin para Ra'zac bisa
menyembunyikan diri dari benak manusia, mangsa mereka, seperti laba-laba bisa
menyembunyikan diri dari lalat. Jika demikian, Eragon akhirnya mengerti mengapa para
Ra'zac bisa begitu berhasil memburu penyihir dan Penunggang untuk Galbatorix
padahal mereka sendiri tidak bisa menyihir. Sial! Eragon bisa menyemburkan makian
yang lebih kreatif lagi, tapi sekarang waktunya beraksi, bukan menyumpahi nasib
buruknya. Brom pernah berkata para Ra'zac bukanlah tandingannya di siang bolong,
dan anggap saja itu benar karena Brom menghabiskan waktu beberapa dekade
menciptakan mantra untuk digunakan menghadapi Ra'zac Eragon tahu, jika tidak
melakukan sergapan mendadak, ia, Saphira, dan Roran sulit bisa lolos dalam keadaan
hidup, apalagi menyelamatkan Katrina. Eragon mengangkat tangan kanannya ke atas
kepala, berseru, "Brisingr!" dan melemparkan kobaran bola api ke arah kedua Ra'zac.
Mereka merunduk, dan bola api itu memercik di lantai, menyala sebentar lalu lenyap.
Mantra itu bodoh dan konyol serta tidak akan menimbulkan banyak kerusakan jika
Galbatorix telah melindungi para Ra'zac seperti Lethrblaka. Tapi tetap saja memberi
kepuasan besar pada Eragon. Serangan itu juga cukup lama mengalihkan perhatian
para Ra'zac sehingga Eragon bisa berlari menghampiri Roran dan menempelkan
punggungnya pada punggung sepupunya. "Tahan mereka semenit saja!" teriaknya,
berharap Roran bisa mendengar. Mendengar atau tidak, Roran mengerti maksud
Eragon, karena ia segera melindungi diri dengan perisai dan mengangkat kapaknya,
siap bertarung. Besarnya kekuatan dalam setiap serangan Lethrblaka mengurangi
perlindungan terhadap serangan fisik yang dimantrakan Eragon di sekeliling Saphira.
Tanpa perlindungan itu, Lethrblaka berhasil mencakar Saphira luka memanjang tapi
tidak dalam- di pahanya dan berhasil menusuknya tiga kali dengan paruh; luka-luka
tersebut pendek tapi dalam dan menyebabkan Saphira sangat kesakitan. Sebaliknya,
Saphira berhasil merobek rusuk satu Lethrblaka dan menggigit semeter ujung ekor
Lethrblaka satu lagi sampai putus. Darah Lethrblaka, Eragon melihat dengan terkejut,
berwarna hijau kebiruan metalik, mirip karat yang terbentuk di tembaga. Pada saat itu,
kedua Lethrblaka telah menjauh dari Saphira dan mengitarinya, menerkam sesekali
agar Saphira tidak mendekat sementara mereka menunggunya letih atau sampai saat
mereka bisa membunuhnya dengan sekali tusukan paruh yang tajam. Saphira memiliki
perlindungan yang lebih baik daripada para Lethrblaka karena ia bersisik yang lebih
keras dan kuat daripada kulit kelabu Lethrblaka dan giginya- yang jauh lebih mematikan
dalam jarak dekat daripada paruh Lethrblaka tapi selain itu, Saphira sulit memerangi
kedua makhluk itu sekaligus, terutama karena langit-langit gua tidak memungkinkannya
melompat atau terbang untuk menghindar dari musuh-musuhnya. Eragon takut meski
Saphira mampu bertahan, para Lethrblaka akan membuatnya cacat sebelum naga itu
bisa membunuh mereka. Sambil menarik napas cepat, Eragon merapalkan mantra yang
berisi kedua belas teknik membunuh yang diajarkan Oromis kepadanya. Dengan
saksama ia melafalkannya dalam rangkaian proses, sehingga jika mantra pelindung
Galbatorix tidak bisa ditembusnya, ia bisa menghentikan aliran mantranya. Jika tidak,
mantra itu bisa menyedot kekuatannya sampai ia tewas. Untung saja ia mengambil
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
langkah tersebut. Ketika melepaskan mantranya, Eragon segera sadar bahwa sihir
tersebut tidak berpengaruh apa-apa terhadap kedua Lethrblaka, dan ia menghentikan
serangannya. Ia tidak mengharapkan bakal berhasil menggunakan kata-kata kematian
yang biasa, tapi ia harus mencobanya, karena ada kemungkinan kecil Galbatorix
ceroboh atau tidak mengetahuinya saat ia memasang mantra pelindung pada Lethrblaka
dan para penunggang mereka. belakangnya, Roran berteriak, "Yah!" Sedetik kemudian,
pedang menghantam perisainya, diikuti suara baju baja yang bergemerincing dan suara
berdentang seperti lonceng saat pedang kedua menghantam helm Roran. Eragon sadar
pendengarannya mulai kembali. Kedua Ra'zac menyerang terus, tapi selalu saja pedang
mereka memantul di perisai Roran atau nyaris menyerempet wajah dan lengannya, tidak
peduli seberapa cepat mereka mengayunkannya. Roran terlalu lamban untuk membalas
serangan, tapi kedua Ra'zac juga tidak bisa melukainya. Mereka mendesis frustrasi dan
menyemburkan makian kasar tanpa henti, yang bahasanya kedengaran semakin kotor
karena rahang-rahang mereka yang bergemeretak. Eragon tersenyum. Kepompong
mantra pelindung yang dijalinnya di sekitar Roran ternyata bekerja dengan baik. Ia
berharap sihir itu bertahan sampai ia bisa menemukan cara untuk menghentikan
Lethrblaka. Segalanya tampak berkelebat kelabu di sekitar Eragon ketika kedua
Lethrblaka memekik bersamaan. Selama sedetik, keberaniannya seakan menguap,
membuatnya tidak bisa bergerak, kemudian ia menguasai diri dan mengibaskan
tubuhnya seperti anjing, menyingkirkan pengaruh mereka. Suara itu mengingat kannya
pada jeritan dua anak kecil yang kesakitan. Kemudian Eragon mulai merapal secepat
yang bisa dilakukannya tanpa salah melafalkan bahasa kuno. Setiap kalimat yang
diucapkannya, dan itu panjang sekali, berisi kekuatan untuk mengirimkan kematian
seketika, dan setiap kematian memiliki keunikan di antara yang lain. Saat ia merapalkan
monolog panjang yang diimprovisasikannya, sisi tubuh Saphira kembali terluka sayat.
Untuk membalas, naga itu mematahkan sayap penyerangnya, dengan cakarnya
mencabik-cabik membran tipisnya jadi seperti kain perca. Beberapa benturan keras dari
punggung Roran menghantam punggung Eragon ketika para Ra'zac memukul dan
menghunus dalam gerakan secepat kilat. Ra'zac yang paling besar di antara keduanya
mulai beringsut mengelilingi Roran, agar bisa menyerang langsung Eragon. Kemudian,
di antara benturan besi dengan besi, besi dengan kayu, dan cakar dengan batu,
terdengar gesekan pedang menembus baju baja, disertai suara percikan cairan. Roran
berteriak, dan Eragon merasakan darah- memercik ke betis kanannya. Dengan sudut
mata, Eragon memerhatikan saat sosok bungkuk melompat ke arahnya, menghunuskan
pedangnya yang berbilah ;seperti daun untuk menusuknya. Dunia seakan menyempit di
sekitar bilah pedang yang meruncing; ujungnya gemerlap seperti pecahan kristal, setiap
titik memancarkan sinar bagai benang perak dalam cahaya fajar yang terang. Eragon
hanya punya waktu untuk merapalkan satu mantra lagi sebelum harus mengalihkan
perhatian untuk menghentikan Ra'zac itu menusukkan pedang ke antara hati dan
ginjalnya. Dalam keadaan kalut, ia menyerah menyerang Lethrblaka secara langsung
dan akhirnya berseru, "Garjzla, letta!" Itu mantra kasar, dibuat dalam keadaan
tergesa-gesa menggunakan kata-kata yang terlalu sederhana, tapi ternyata berhasil.
Mata melotot Lethrblaka yang sayapnya patah tampak bagaikan sepasang cermin,
masing-masing mata tampak seperti setengah lingkaran sempurna, saat sihir Eragon
memantulkan cahaya yang tadinya dimaksudkan untuk masuk ke pupil Lethrblaka itu.
Terbutakan, makhluk itu terhuyung dan mencakar-cakar udara dalam usaha gagal untuk
memukul Saphira. Eragon mengayunkan tongkat hawthorn di tangannya dan menangkis
pedang Ra'zac yang hanya tinggal setengah inci dari rusuknya. Ra'zac itu tersungkur di
depannya dan memanjangkan leher. Eragon mundur ketika paruh pendek- yang tebal
muncul dari dalam tudung kepala makhluk tersebut. Bagian tubuh yang runcing itu
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengatup tepat di depan mata kanan Eragon. Agak samar, Eragon melihat lidah Ra'zac
itu berduri dan berwarna ungu, dan menggeliat-geliat seperti ular tanpa kepala. Eragon
memegang bagian tengah tongkat dengan kedua tangannya, mengulurkan kedua
lengan, menghantam Ra'zac di dadanya yang cekung dan melemparkan monster itu
beberapa meter ke belakang. Makhluk tersebut jatuh dalam posisi merangkak. Eragon
memutar tubuh mengitari Roran, yang sisi kiri tubuhnya basah oleh darah, lalu
menangkis pedang Ra'zac satu lagi. Ia melakukan gerak tipu, memukul pedang Ra'zac
itu, dan, ketika makhluk itu berusaha menusuk lehernya, ia memutar tongkatnya melalui
belakang tubuhnya dan menangkis serangan. Tanpa jeda, Eragon menerkam maju dan
menusukkan ujung kayu tongkatnya ke perut Ra'zac. Jika memegang Zar'roc, Eragon
pasti sudah membunuh si Ra'zac saat itu juga. Tapi serangan tongkatnya membuat
sesuatu bergemeretak di dalam tubuh Ra'zac itu, dan makhluk tersebut berguling-guling
di lantai beberapa puluh kali. Tapi ia segera berdiri lagi, meninggalkan noda biru di lantai
batu yang tidak rata. Aku butuh pedang, pikir Eragon. Ia mengangkang ketika kedua
Ra'zac mengeroyoknya; Eragon tidak punya pilihan selain bertahan dan menghadapi
kombinasi serangan mereka, karena hanya ia satu-satunya yang menghalangi kedua
monster gagak pemakan bangkai itu dari Roran. Ia mulai merapalkan mantra yang tadi
dilontarkannya kepada Lethrblaka, tapi kedua Ra'zac menyerangnya membabi-buta
sebelum ia sempat mengeluarkan satu suku kata saja. Pedang-pedang beradu dengan
kayu hawthorn diiringi suara buk ringan. Kedua pedang tidak menggores atau merusak
kayu tongkat yang sudah dimantrai. kiri, kanan, atas, bawah. Eragon tidak berpikir; ia
beraksi dan bereaksi sambil menyerang kedua Ra'zac. Tongkat itu mampu menghadapi
berbagai serangan, karena Eragon bisa menghantam dan menangkis dengan kedua
ujungnya, dan sering kali secara berkesinambungan. Kemampuan itu sangat
membantunya sekarang. Ia tersengal, setiap tarikan napas pendek dan cepat. Keringat
menetes dari alisnya dan menggenang di sudut matanya, mengalir di punggung dan
ketiaknya. Pertarungan cepat ini membuatnya melihat kabut merah dan memburamkan
pandangannya, berdenyut-denyut seiring detak jantungnya. Ia belum pernah merasa
sehidup ini, atau setakut ini, ketika bertarung. Eragon sendiri kekurangan mantra
pelindung. Karena ia memberikan perhatian penuh kepada Saphira dan Roran,
pertahanan sihir Eragon menguap tak lama kemudian, dan Ra'zac yang lebih kecil
berhasil melukai bagian luar lutut kirinya. Luka itu tidak membahayakan nyawa, tapi
tetap serius, karena kaki kirinya tidak lagi bisa menahan berat tubuhnya. Sambil
mencengkeram bagian bawah tombak, Eragon mengayunkan tongkatnya seperti
pentungan dan menghantam kepala salah satu Ra'zac. Makhluk itu tersungkur, tapi mati
atau hanya pingsan, Eragon tidak tahu. Ia maju menghadapi Ra'zac satu lagi,
menggebuk lengan dan bahu makhluk itu dan, dengan gerakan berputar tiba-tiba,
Eragon berhasil melontarkan pedangnya. Sebelum Eragon bisa menghabisi Ra'zac itu,
Lethrblaka yang buta dan bersayap patah terbang melintasi gua dan menghantam
dinding terjauh, membuat beberapa bongkah batu berguguran dari langit-langit.
Pemandangan dan suaranya begitu dahsyat, membuat Eragon, Roran, dan Ra'zac
tersentak dan menoleh, hanya karena refleks. Saphira melompat mengejar Lethrblaka
yang terluka, yang baru saja ditendangnya, membenamkan gigi-giginya ke tengkuk
berotot makhluk itu. Lethrblaka tersebut menggelepar dalam usaha terakhir untuk
melepaskan diri, kemudian Saphira menggerakkan kepalanya sehingga mematahkan
tulang leher monster yang digigitnya. Sambil bangkit dari mangsanya yang
berdarahdarah, Saphira memenuhi gua dengan raungan kemenangan. Lethrblaka yang
satu lagi tidak ragu untuk beraksi. Sambil menerkam Saphira, makhluk itu
menghunjamkan cakar-cakarnya ke bawah sisik Saphira dan membuat naga itu
terjungkal tidak terkendali. Mereka berguling-guling ke arah mulut gua, bergelantungan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
selama setengah detik, kemudian terjun ke bawah, sambil terus saling menyerang. Itu
taktik yang cerdik, karena dengan begitu Lethrblaka itu akan berada di luar jangkauan
benak Eragon, dan sesuatu yang tidak bisa dirasakannya, tidak akan bisa diserang
sihirnya. Saphira! seru Eragon. Jaga dirimu sendiri. Yang satu ini tidak akan lepas
dariku. Dengan terkejut Eragon memutar tubuh dengan cepat, tepat pada saatnya untuk
melihat kedua Ra'zac menghilang ke kegelapan terowongan terdekat, terowongan yang
lebih kecil di sebelah lorong yang besar. Sambil memejamkan mata, Eragon mencari
lokasi para tawanan di Helgrind, menggumamkan kalimat bahasa kuno, kemudian
berkata kepada Roran, "Aku mengunci sel Katrina sehingga kedua Ra'zac tidak bisa
menggunakannya sebagai tawanan. Hanya kau dan aku yang bisa membuka pintunya
sekarang." "Bagus," kata Roran dengan gigi terkatup rapat. "Bisakah kau melakukan
sesuatu terhadap ini?" Ia menggerakkan dagu ke arah tempat yang ditekan tangan
kanannya kuat-kuat. Darah mengalir melalui jemarinya. Eragon menekan luka Roran.
Segera setelah lukanya disentuh, Roran mengernyit dan menyurut mundur. "Kau
beruntung," kata Eragon. "Pedangnya kena tulang rusuk." Ia meletakkan satu tangan
pada luka itu dan sebelah lagi pada salah satu dari kedua belas berlian yang
tersembunyi di dalam sabuk Beloth si Bijaksana di pinggangnya, mengeluarkan
kekuatan yang dimasukkannya ke berlian tersebut. "Waise heill!" Sisi tubuh Roran
berkedut saat sihir itu menyatukan otot dan kulitnya kembali. Kemudian Eragon
menyembuhkan lukanya sendiri: luka sayat di lutut kirinya. Setelah selesai, ia berdiri
tegak dan menoleh ke tempat Saphira tadi terjatuh. Hubungan benaknya dengan
Saphira semakin samar saat naga itu mengejar Lethrblaka ke arah Danau Leona.
Eragon ingin sekali membantunya tapi ia tahu, untuk saat ini, Saphira harus
melakukannya sendiri. "Cepat," kata Roran. "Mereka kabur!" "Benar." Eragon
mengangkat tongkatnya, menghampiri terowongan yang gelap gulita dan melihat dari
satu tonjolan batu ke tonjolan batu berikutnya, menduga kedua Ra'zac akan melompat
keluar dari balik salah satunya. Eragon bergerak perlahan sehingga langkah kakinya
tidak akan bergema di lorong berliku itu. Ketika kebetulan berpegangan pada sebongkah
batu, ia mendapati permukaan batu tersebut penuh lendir. Setelah beberapa meter,
beberapa kali tikungan dan kelokan di terowongan menyebabkan gua utama tidak lagi
tampak di belakang, dan mereka berdua masuk ke kegelapan yang begitu pekat,
sehingga bahkan Eragon tidak bisa melihat apa-apa. "Mungkin kau berbeda, tapi aku
tidak bisa bertarung dalam kegelapan," kata Roran. "Jika aku membuat cahaya, para
Ra'zac tidak akan mendatangi kita, karena aku sekarang tahu mantra apa yang bisa
membunuh mereka. Mereka akan sembunyi sampai kita pergi. Kita harus membunuh
mereka sekarang selagi ada kesempatan." "Apa yang harus kulakukan" Lebih besar
kemungkinan aku membuat hidungku patah karena menabrak dinding daripada
menemukan kedua makhluk mirip serangga itu... Mereka bisa mengendap-endap di
belakang kita dan menusuk punggung kita." "Sst... Pegang ikat pinggangku, ikuti aku,
dan siap merunduk." Eragon tidak bisa melihat, tapi ia masih bisa mendengar,
mengendus, menyentuh, dan merasakan, dan indra-indranya cukup sensitif untuk
menangkap apa yang ada di dekat mereka. Bahaya terbesar adalah jika para Ra'zac
menyerang dari jauh, misalnya menggunakan panah, tapi Eragon percaya refleksnya
cukup tajam untuk menyelamatkan Roran dan dirinya sendiri dari senjata jarak jauh.
Aliran udara menggelitik kulit Eragon, kemudian berhenti dan mengalir ke arah
sebaliknya ketika tekanan dari luar menyurut. Siklus udara itu terjadi berulang kali dalam
jeda waktu tidak tentu, menciptakan arus balik yang menerpa Eragon seperti gulungan
air terjun. Suara napasnya, dan napas Roran, kedengaran lantang dan kasar
dibandingkan berbagai jenis bunyi-bunyian yang menyebar di seluruh terowongan. Di
antara napas tersengal mereka, Eragon mendengar bunyi sebutir batu yang jatuh entah
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
di mana di terowongan yang bercabang-cabang itu, dan suara teratur plung... plung...
plung tetesan air yang jatuh seperti bunyi gendang di permukaan kolam bawah tanah. Ia
juga mendengar kerikil sebesar kacang polong remuk di bawah sol sepatu botnya.
Erangan panjang yang membuat merinding terdengar entah di mana jauh di depan
mereka. Sedangkan baunya, tidak ada yang baru: keringat, darah, lembap, dan lumut.
Selangkah demi selangkah, Eragon memimpin jalan saat mereka masuk semakin dalam
ke perut Helgrind. Terowongan itu melandai ke bawah dan sering bercabang atau
berkelok, sehingga Eragon bisa tersesat jika tidak menggunakan benak Katrina sebagai
panduan. Lubang-lubang terowongan yang tidak rata berlangit-langit rendah dan sempit.
Sekali, ketika kepala Eragon membentur langit-langit, serangan klaustrofobia mendadak
membuatnya gelisah. Aku sudah kembali, Saphira mengumumkan persis ketika Eragon
melangkahkan kaki ke undakan kasar yang dipahat pada lantai batu di bawahnya. Ia
berhenti. Saphira tidak terluka lebih banyak, yang membuatnya lega. Dan Lethrblaka
itu" Mengambang terlentang di Danau Leona. Aku khawatir ada beberapa nelayan yang
melihat pertarungan kami. Terakhir kali kulihat mereka mendayung menuju Dras-Leona.
Yah, tidak bisa dihindari. Coba lihat apa yang bisa kautemukan di lorong tempat
Lethrblalca tadi keluar. Dan buka matamu untuk menangkap para Ra'zac. Mereka
mungkin berusaha menyelinap melewati kita dan kabur dari Hel'grind melalui pintu yang
kita masuki tadi. Mereka mungkin punya lubang untuk keluar di dasar sana. Mungkin,
tapi kurasa mereka belum kabur. Setelah rasanya satu jam terkurung di kegelapan
meski Eragon tahu tidak mungkin waktu berlalu lebih dari sepuluh atau lima belas menit
dan setelah menuruni Helgrind lebih dari seratus kaki, Eragon berhenti di sebidang batu


Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datar. Sambil mengirimkan pikiran kepada Roran, ia berkata, Sel Katrina berada sekitar
lima belas kaki di depan kita, di sebelah kanan. Kita tidak bisa ambil risiko
mengeluarkannya sebelum para Ra'zac mati atau pergi. Bagaimana jika mereka tidak
menampakkan diri sampai kita mengeluarkan Katrina" Entah kenapa aku tidak bisa
merasakan mereka. Mereka bisa saja bersembunyi dariku di sini sampai kiamat. Jadi
apakah kita akan menunggu entah sampai kapan, atau kita bebaskan Katrina mumpung
masih ada kesempatan" Aku bisa menempatkan perisai sihir di sekelilingnya sehingga
bisa melindunginya dari sebagian besar serangan.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Roran terdiam sedetik. Kalau begitu, kita bebaskan dia. Mereka mulai bergerak maju
lagi, meraba jalan di sepanjang koridor rendah dengan lantai yang kasar dan tidak rata.
Eragon harus memusatkan sebagian besar perhatiannya pada langkah kakinya agar
tidak terjungkal. Akibatnya, ia hampir tidak mendengar desisan kain menggesek kain
kemudian suara tuing lirih yang muncul dari sebelah kanannya. Ia mundur ke dinding,
mendorong Roran ke belakang. Pada detik yang sama, sesuatu menyerempet
wajahnya, membuat daging pipi kanannya tercabik. Goresan tipis itu terasa pedih
seperti terbakar. "Kveykva!" teriak Eragon. Cahaya merah, terang seperti matahari
tengah hari bolong, memancar tiba-tiba. Cahaya itu tidak bersumber di mana-mana,
menerangi seluruh permukaan secara merata dan tanpa menimbulkan bayangan,
menjadikan segalanya tampak aneh dan datar. Sinar terang yang muncul tiba-tiba itu
membuat Eragon silau, tapi dampaknya lebih parah pada Ra'zac yang sendirian di
depannya; makhluk itu menjatuhkan busurnya, menutupi wajahnya yang bertudung, dan
memekikkan jeritan melengking. Pekikan yang mirip memberitahu Eragon bahwa Ra'zac
kedua ada di belakang mereka. Roran! Eragon memutar tubuh tepat waktunya untuk
melihat Roran menyerang Ra'zac satu lagi, kapaknya diangkat tinggi-tinggi. Monster
yang kalut itu tersaruk ke belakang tapi gerakannya terlalu lambat. Kapak diayunkan.
"Demi ayahku!" teriak Roran. Ia memukul lagi. "Demi rumah kami!" Ra'zac itu sudah
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mati, tapi Roran mengangkat kapaknya sekali lagi. "Demi Carvahall!" Hantamanterakhirnya menghancurkan cangkang Ra'zac itu seperti kulit labu kering. Dalam
pancaran cahaya merah terang, kolam darah yang melebar tampak berwarna ungu.
Eragon memutar tongkatnya membentuk lingkaran untuk menangkis anak panah atau
pedang yang ia yakin diarahkan kepadanya. Ia berbalik untuk menghadapi Ra'zac satu
lagi. Lorong di depannya kosong. Ia memaki. Eragon melangkah menghampiri sosok
yang bentuknya sudah tak keruan di lantai lorong. Ia mengayunkan tongkatnya ke atas
kepala dan- menghantamkannya ke dada Ra'zac yang sudah mati itu dengan suara
gedebuk bergema. "Sudah lama aku ingin melakukan itu," kata Eragon. "Aku juga." Ia
dan Roran bertatapan. seru Eragon, dan memegangi pipi saat rasa sakitnya menjadi.
"Lukanya menggelegak!" seru Roran terkejut. "Lakukan sesuatu !" Ra'zac itu pasti
melapisi anak panahnya dengan minyak Seithr, pikir Eragon. Sambil mengingat latihan
yang didapatnya, ia membersihkan luka dan sekitarnya dengan mantra kemudian
memperbaiki kerusakan pada wajahnya. Ia membuka dan menutup mulut beberapa kali
untuk memastikan otot-ototnya bekerja sempurna. Dengan senyum geram, ia berkata,
"Bayangkan bagaimana keadaanku sekarang jika tanpa bantuan sihir." "Tanpa sihir, kau
tidak perlu mengkhawatirkan Galbatorix." Mengobrolnya nanti saja, potong Saphira.
Segera setelah para nelayan itu mencapai Dras-Leona, Raja mungkin akan mendengar
perbuatan kita dari salah satu penyihir peliharaannya di kota, dan kita tidak ingin
Galbatorix men-scry Helgrind semen tara kita masih di sini. Ya,- ya, sahut Eragon.
Setelah melenyapkan cahaya merah yang tidak memudar itu, ia berkata, "Brisingr
raudhr," dan menciptakan lingkaran cahaya merah seperti malam sebelumnya, tapi yang
ini tetap melayang enam inci dari langit-langit, bukan mengikuti Eragon. Sekarang
setelah punya kesempatan memeriksa terowongan dengan saksama, Eragon melihat
ada pintu-pintu besi di koridor batu itu, beberapa di tiap sisi. Ia menunjuk dan berkata,
"Pintu kesembilan dari sini, sebelah kanan. Kau bebaskan Katrina. Aku akan memeriksa
sel-sel yang lain. Mungkin para Ra'zac meninggalkan sesuatu yang menarik di
dalamnya." Roran mengangguk. Sambil membungkuk, ia memeriksa mayat di kaki
mereka tapi tidak menemukan kunci. Ia mengangkat bahu. "Kalau begitu, pakai cara
kekerasan saja." Ia berlari menuju pintu yang benar, dan mulai berusaha merusak
engsel-engselnya dengan kapak. Setiap hantaman kapak menimbulkan suara keras.
Eragon tidak menawarkan diri untuk membantu. Sepupunya tidak akan menginginkan
atau menghargai bantuan sekarang. Lagi pula, ada hal lain yang harus dilakukan
Eragon. Ia pergi ke sel pertama, membisikkan tiga kata, kemudian, setelah kuncinya
terbuka, mendorong daun pintunya. Isi ruangan kecil itu hanya rantai hitam dan
tumpukan tulang busuk. Sisa-sisa tubuh yang menyedihkan itu memang sudah diduga
Eragon ada di sana; ia tahu di mana letak sesuatu yang dicarinya, tapi tetap pura-pura
tidak tahu agar tidak membuat Roran curiga. Dua pintu lagi terbuka dan tertutup setelah
disentuh jemari Eragon. Kemudian, di sel keempat, pintu berayun terbuka dan
membiarkan pancaran lingkaran cahaya merah memasukinya, menampakkan seorang
pria yang diharapkan Eragon tidak akan dijumpainya: Sloan. PENGALIHAN SI tukang
daging duduk melorot di dinding kiri, kedua tangannya dirantai ke cincin besi di atas
kepalanya. Pakaiannya yang compang-camping hampir tidak menutupi tubuhnya yang
pucat dan sekarang kurus; tulang-tulangnya mencuat di balik kulitnya yang tampak
transparan. Urat-uratnya yang biru juga tampak bertonjolan. Pergelangan tangannya
terluka akibat borgol yang menggesek kulitnya. Bisul-bisulnya mengeluarkan nanah
bening dan darah. Sisa-sisa rambutnya berwarna kelabu atau putih dan lepek berminyak
menutupi wajahnya yang penuh bopeng. Terbangun karena dentuman kapak Roran,
Sloan mengangkat dagu ke arah cahaya dan, dengan suara gemetar, bertanya, "Siapa
itu" Siapa itu?" Rambutnya tersibak dan jatuh ke belakang, menunjukkan rongga
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
matanya, yang melesak ke dalam tengkoraknya. Di tempat seharusnya terdapat kelopak
mata hanya ada sisa-sisa kulit keriput yang menutupi rongga matanya. Di sekeliling
matanya terdapat memar dan luka mengering. Dengan terperangah Eragon melihat
bahwa para Ra'zac telah mematuk kedua mata Sloan. Eragon tidak bisa memutuskan
apa yang harus dilakukannya. Si tukang daging telah memberitahu para Ra'zac bahwa
Eragon menemukan telur Saphira. Terlebih lagi, Sloan telah membunuh penjaga malam,
Byrd, dan mengkhianati Carvahall kepada Kerajaan. Jika ia dibawa kepada penduduk
desa, mereka pasti akan segera menganggapnya bersalah dan ia akan dihukum
gantung. Menurut Eragon, si tukang daging memang layak dihukum mati. Bukan itu
yang menyebabkannya ragu. Keraguannya muncul karena fakta bahwa Roran mencintai
Katrina, dan Katrina, apa pun yang telah diperbuat Sloan, tentu masih memiliki rasa
sayang kepada ayahnya. Menyaksikan penengah sengketa mengumumkan
kejahatan-kejahatan Sloan secara publik kemudian menggantungnya tidak akan mudah
bagi Katrina, atau secara tidak langsung, juga bagi Roran. Kejadian itu mungkin bakal
menimbulkan masalah di antara mereka sehingga bisa memutuskan pertunangan.
Bagamanapun, Eragon yakin jika ia membawa Sloan kembali bersama mereka akan
menimbulkan perpecahan antara dirinya,- Roran, Katrina, dan penduduk desa lainnya,
juga mungkin bisa membahayakan misi utama mereka memerangi Kerajaan. Solusi
yang paling mudah, pikir Eragon, adalah membunuhnya dan bilang aku menemukannya
dalam keadaan tewas di dalam sel... Bibirnya bergetar, salah satu kata kematian
tergantung di lidahnya. "Apa maumu?" tanya Sloan. Ia menolehkan kepala dari sisi ke
sisi, agar bisa mendengar lebih jelas. "Aku sudah mengatakan semua yang kuketahui!"
Eragon menyumpahi diri sendiri karena ragu-ragu. Kejahatan- - Sloan tidak perlu
diperdebatkan; pria itu pembunuh dan pengkhianat. Semua hakim akan menghukum
mati dirinya. Meski kenyataannya seperti itu, pria yang meringkuk di hadapannya
tetaplah Sloan, pria yang dikenal Eragon sepanjang hidupnya. Si tukang daging
mungkin orang yang menjijikkan, tapi kayanya kenangan dan pengalaman yang Eragon
alami bersamanya menimbulkan rasa akrab yang mengganggu hati nurani Eragon.
Membunuh Sloan sama saja seperti menghabisi Horst atau Loring atau siapa saja yang
dituakan di Carvahall. Sekali lagi Eragon bersiap menggumamkan kata kematian.
Bayangan muncul di depan mata benaknya: Torkenbrand, pedagang budak yang
dijumpai Murtagh dan dirinya ketika mereka dalam perjalanan menuju Varden, berlutut
di tanah berpasir dan Murtagh menghampirinya lalu memenggal kepalanya. Eragon
ingat betapa Mata Roran melebar. "Apa penyebabnya?" "Tampaknya mereka
mematahkan lehernya." SejenakEragon takut Roran tidak percaya padanya. Kemudian
sepupunya mendengus dan berkata, "Kurasa itulah yang terbaik untuknya. Siap" Satu,
dua, tiga " Bersama-sama, mereka mengangkat pintu yang berat itu dari engsel dan
melemparkannya ke seberang lorong. Terowongan batu itu menggemakan suara
berdebumnya berkali-kali. Tanpa berhenti, Roran menghambur ke dalam sel, yang
diterangi sebatang lilin kecil. Eragon mengikuti selangkah di belakang Roran. Katrina
beringsut mundur ke ujung terjauh ranjang besi. "Jangan ganggu aku, bajingan ompong!
Aku..." Ia berhenti, terenyak ketika Roran melangkah maju. Wajah Katrina pucat
kekurangan matahari dan sangat kotor, tapi saat itu, dengan ekspresi heran dan cinta
yang lembut memancar dari wajahnya, Eragon merasa ia jarang menjumpai orang yang
begitu cantik. Tanpa mengalihkan matanya dari Roran, Katrina berdiri dan, dengan
tangan gemetar, menyentuh pipi Roran. "Kau datang." "Aku datang." Suara tawa disertai
isakan keluar dari mulut Roran, dan ia memeluk Katrina, mendekap gadis itu di
dadanya. Mereka berpelukan erat lama sekali. Roran lalu melepaskan dekapannya dan
mencium bibir Katrina tiga kali. Gadis itu mengernyitkan hidung dan berseru, "Kau
berjanggut!" Dan dari semua kalimat yang bisa diucapkannya, itu sangat tidak terduga
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dan ia kedengaran begitu shock serta terkejut sehingga Eragon tergelak. Untuk pertama
kalinya, Katrina menyadari kehadiran Eragon. Ia meliriknya, kemudian menatap
wajahnya lekat-lekat, memerhatikannya dengan heran. "Eragon" Itu kau?" "Ia
Penunggang Naga sekarang," kata Roran. "Penunggang" Maksudmu..." Suara Katrina
menghilang; kenyataan ini tampaknya sulit diterimanya. Sambil melirik Roran, seolah
mencari perlindungan, ia semakin merapatkan diri dan beringsut ke belakangnya,
menjauh dari Eragon. Kepada Roran, Katrina berkata, "Bagaimana... bagaimana kalian
menemukan kami" Siapa saja yang bersamamu?" "Nanti saja kuceritakan. Kita harus
keluar dari Helgrind sebelum sisa pasukan Kerajaan mengejar kita." "Tunggu!"
Bagaimana dengan ayahku" Apakah kalian menemukannya?" Roran menatap Eragon,
kemudian kembali melihat Katrina dan berkata lembut, "Kami terlambat." Tubuh Katrina
bergetar. Ia memejamkan mata, dan sebutir air mata mengalir di pipinya. "Biarlah seperti
itu." Sementara mereka bicara, dengan kalut Eragon berusaha mencari jalan untuk
menyingkirkan Sloan, meski ia menyembunyikan rencananya dari Saphira; "Sihir..."
Katrina berbisik. "Mantra sederhana." Katrina menyurut mundur menghindari sentuhan
Eragon ketika pemuda itu meraihnya. "Katrina, aku harus memastikan bahwa Galbatorix
atau salah satu penyihirnya tidak memantraimu dengan jebakan atau memaksamu
bersumpah menggunakan bahasa kuno." "Bahasa kuno " Roran menyelanya. "Eragon!
Lakukan itu saat kita tiba di perkemahan. Kita tidak bisa tinggal di sini lama-lama."
"Tidak." Eragon mengibaskan tangan ke udara. "Kita lakukan sekarang." Sambil
mengerutkan kening, Roran minggir dan membiarkan Eragon meletakkan kedua
tangannya di bahu Katrina. "Tatap saja mataku," ia memberitahu gadis itu. Katrina
mengangguk dan menurut. Ini kali pertama Eragon memiliki alasan menggunakan
mantra-mantra yang diajarkan Oromis kepadanya untuk mendeteksi apakah terdapat
pekerjaan penyihir lain, dan Eragon sulit mengingat semua kata dari gulungan-gulungan
perkamen di Ellesm- - - Aku menghargai perhatianmu terhadap kesehatanku, sahut
Saphira, tapi ini bukan saatnya menunjukkan kasih sayang. Untuk terakhir kali ayo kita
pergi dari sini! Ya. Sudah waktunya pergi. Melangkah mundur, Eragon beringsut
menjauhi Saphira, menuju terowongan di belakangnya. "Ayo!" panggil Roran.
"Cepatlah!" Eragon! seru Saphira. Eragon menggeleng. "Tidak. Aku akan tinggal di sini."
"Kau " Roran mulai berkata, tapi raungan keras Saphira memotongnya. Ia mengibaskan
ekor ke sisi gua dan menggaruk lantai dengan cakarnya, sehingga tulang dan batu
menimbulkan suara berderit melengking seperti jeritan orang sekarat. "Dengar!" teriak
Eragon. "Salah satu Ra'zac masih berkeliaran bebas. Dan pikirkan apa lagi yang
mungkin berada di dalam Helgrind: gulungan perkamen, ramuan, informasi tentang
kegiatan Kerajaan hal-hal yang bisa membantu kita! Para Ra'zac mungkin menyimpan
telur-telur mereka di sini. Jika begitu, aku harus memusnahkannya sebelum Galbatorix
bisa menggunakannya."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Kepada Saphira, Saphira melolong frustrasi kemudian dengan enggan melangkah
menuju mulut gua. Dan dari tempat bertenggernya di pelana, Roran berseru, "Eragon,
ayolah! Jangan tolol. Kau terlalu penting untuk mengambil risiko- " Gabungan suara dan
gerakan keras membuat sisa kalimatnya tidak terdengar saat Saphira melompat dari
gua. Di langit yang cerah, sisik-sisiknya gemerlap seperti sekumpulan berlian biru.
Eragon berpikir naga itu memang mengagumkan: agung, berwibawa, dan lebih cantik
daripada semua makhluk hidup lainnya. Tidak ada kuda jantan maupun singa yang bisa
dibandingkan dengan keagungan naga yang sedang terbang. Saphira berkata,
Seminggu: hanya sampai saat itu aku mau menunggu. Kemudian aku akan datang
mencarimu, Eragon, meski aku harus melawan Thorn, Shruikan, dan seribu penyihir.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Eragon berdiri di sana sampai Saphira menghilang dari pandangan dan ia tidak bisa lagi
menyentuh benaknya. Kemudian, dengan hati seberat baja, ia menegakkan bahu dan
memalingkan wajah dari cahaya matahari dan segala yang benderang serta hidup dan
sekali lagi melangkah menyusuri terowongan. PENUNGGANG DAN RA'ZAC ERAGON
duduk bermandi cahaya dingin dari bola sinar sihirnya di lorong tempat pintu-pintu sel
dekat perut Helgrind. Tongkatnya tergeletak di pangkuan. Batu memantulkan suaranya
saat ia mengulang-ulang kalimat dalam bahasa kuno. Kalimat itu bukan mantra sihir,
tapi pesan kepada Ra'zac yang masih tersisa. Kalimat yang diucapkannya berarti seperti
ini, "Datanglah, pemakan daging manusia, mari kita akhiri pertarungan kita. Kau terluka,
dan aku letih. Temantemanmu mati, dan aku sendirian. Kita sebanding. Aku berjanji
tidak akan menggunakan sihir terhadapmu, atau menjebak dan melukaimu dengan sihir
yang kurapalkan. Datanglah, pemakan daging manusia, mari kita akhiri pertarungan
kita..." Waktu seakan tanpa akhir saat ia mengucapkan kata-kata itu: keberadaan tanpa
rentang waktu dalam ruangan remang yang tidak pernah berubah melalui lingkaran
kalimat tanpa henti yang susunan dan artinya tidak penting lagi bagi Eragon. Setelah
beberapa lama, benaknya berhenti berputar, dan ketenangan aneh menyelubunginya. Ia
berhenti bicara dengan mulut terbuka, kemudian ia menutup mulutnya, waspada.
Sepuluh meter di hadapannya berdirilah si Ra'zac. Darah menetes dari lipatan jubah
makhluk itu. "Masssterku tidak ingin aku membunuhmu," ia mendesis. "Tapi itu tidak
kaupedulikan sekarang." "Ya. Jika aku mati dengan tongkatmu, biarkan Galbatorix
membereskanmu seperti keinginannya. Ia lebih punya hati dibanding kau." Eragon
tertawa. "Hati" Akulah pahlawan masyarakat, bukan dia." "Bocah bodoh." Ra'zac itu
menelengkan kepala, menatap melewati Eragon ke mayat Ra'zac satu lagi yang
tergeletak lebih jauh di lorong. "Ia passsanganku. Kau lebih kuat sssejak pertama kali
kita bertemu, Shades layer." "Harus seperti itu atau mati" "Maukah kau membuat
perjanjian denganku, Shades layer?" "Perjanjian apa?" "Aku yang terakhir dari kaumku,
Shades layer. Kami makhluk kuno, dan aku tidak ingin kami dilupakan. Maukah kau,
dalam nyanyian dan sssejarah kalian, mengingatkan manusia tentang teror yang kami
sssebarkan di antara kaum kalian"... Ingat kami sssebagai kengerian!" "Kenapa aku
harus melakukan itu untukmu?" Dengan menempelkan paruh ke dadanya yang sempit,
Ra'zac itu tergelak dan bercericip sendiri beberapa saat. "Karena," katanya, "aku akan
mengatakan sssebuah rahasia padamu, ya aku akan memberitahumu." "Kalau begitu,
katakanlah." "Beri janjimu dulu, sssehingga kau tidak bisssa menipuku." "Tidak. Katakan
padaku, kemudian aku akan memutuskan apakah setuju atau tidak." Lebih dari satu
menit berlalu, dan keduanya tidak bergerak, meski Eragon mengencangkan
otot-ototnya, siap menghadapi serangan mendadak. Setelah serangkaian ceklikan
paruh, Ra'zac itu berkata, "Ia hampir menemukan nama." "Siapa?" "Galbatorix." "Nama
apa?" Ra'zac itu mendesis frustrasi. "Aku tidak bisa memberitahumu! Nama itu! Nama
sssejati!" "Kau harus memberitahuku lebih banyak daripada itu." "Tidak bisssa!" "Kalau
begitu, tidak ada peijanjian." "Terkutuk kau, Penunggang! Aku mengutukmu! Sssemoga
kau tidak menemukan tempat dan rumah ssserta kedamaian di negerimu ini Sssemoga
kau meninggalkan AlagaSambil mendengus, Eragon menolakkan tubuh dari Helgrind.
Sekali lagi ia berkata, "Audr," dan sekali lagi ia mengudara. Kali ini ia menggunakan
kekuatan SloanAkhirnya para Ra'zac mati! Akhirnya dendamnya terbalas. Akhirnya ia
menyelesaikan tugasnya terhadap Garrow dan Brom. Dan akhirnya ia telah
menyingkirkan rasa takut dan marah yang terpendam sejak para Ra'zac pertama kali
muncul di Carvahall. Membunuh mereka ternyata butuh waktu lebih lama daripada yang
dikiranya, tapi sekarang tugas itu telah diselesaikan, tugas yang sangat berat pula. Ia
membiarkan dirinya menikmati kepuasan karena telah melakukan tugas yang
sedemikian sulit, meski dibantu Roran dan Saphira. Tapi dengan terkejut ia mendapati
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bahwa kemenangan itu juga terasa pahit, dinodai perasaan kehilangan. Perburuannya
terhadap para Ra'zac adalah kaitan terakhir yang dimilikinya dengan Lembah Palancar,
dan ia benci berpisah dengan tempat itu, meski hubungan mereka menyakitkan. Lebih
jauh lagi, tugas itu memberinya alasan untuk hidup di saat ia tidak memiliki apa-apa; itu
alasan ia meninggalkan rumah. Tanpa tugas itu, ada lubang menganga dalam dirinya, di
tempat ia memupuk perasaan bencinya terhadap para Ra'zac. Eragon jijik karena
dirinya menyesal kehilangan misi mengerikan itu, dan ia bersumpah tidak akan
melakukan kesalahan yang sama. Aku menolak menjadi begitu terobsesi dengan
perjuanganku melawan Kerajaan dan Murtagh serta Galbatorix sehingga aku tidak ingin
melanjutkan ke kehidupan yang lain ketika, dan jika, waktunya tiba Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Bidadari Pendekar Naga Sakti MELINTASI NEGERI SENDIRIAN
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Perut Eragon keroncongan. Ia telentang, kedua kaki terlipat di bawah lutut
Pedang Dan Kitab Suci 4 Love From My Heart Karya Endik Koeswoyo Melati Tujuh Racun 2

Cari Blog Ini