Ceritasilat Novel Online

Llano Estacado 2

Llano Estacado Karya Dr. Karl May Bagian 2


singkat: Parker memberi perintah kepada teman-temannya supaya mengangkut orangorang Indian yang akan dijatuhi hukuman itu ke dekat tempat perhentian kami.
Kini saya anggap tibalah waktunya untuk berbicara.
"Nanti dulu, Mr. Parker! Peradilan savana itu tadi ada cacatnya, sehingga
keputusan itu tidak sah."
"Anda tahu apa tentang peradilan savana" Apa yang Anda maksud?"
"Sesungguhnya ada beberapa kesalahan. Pertama, ada orang yang tidak ikut
berunding, padahal ia berhak pula mengeluarkan pendapatnya."
"Mr. Cutter tidak mau."
"Bukan dia yang saya maksud, melainkan saya sendiri. Saya termasuk rombongan ini
juga dan dengan demikian tidak boleh ditinggalkan dalam perundingan sepenting
itu." "Apa!" jawab Parker dengan tertawa, "Anda sama sekali tidak termasuk rombongan
ini, melainkan Anda ada di bawah perlindungan kami, begitulah letak perkaranya.
Sekiranya kami tidak mau melindungi Anda, belum tentu pada saat ini Anda masih
hidup." "Tentang itu saya tak hendak bertengkar dengan Anda, Mr. Parker. Soal diri saya
bukan menjadi soal. Kesalahan yang kedua ialah bahwa Anda belum menanyai orang
kulit merah itu. Tidak boleh kita menjatuhkan hukuman mati kepada seseorang
tanpa menanyai dia! Selanjutnya seorang tawanan adalah hak orang yang
menawannya, bukan hak orang lain. Siapa di antara Anda dapat mengatakan telah
mengalahkan dan menangkap orang-orang Comanche itu?"
"Jangan sebodoh itu! Orang-orang ini adalah hak kami, kecuali jikalau Anda dapat
mengatakan siapa orang yang mengalahkan mereka ; orang itu bertindak misterius
dan tidak menampakkan dirinya sama sekali."
"Saya dapat mengatakannya, sebab ia tidak menyembunyikan diri melainkan
menampakkan diri, Mr. Parker."
"Tunjukkanlah dia!" katanya dengan tertawa.
"Ia berbaring di sudut ini: yaitu saya sendiri."
"Anda" Anda telah mengalahkan dan mengikat orang-orang Indian ini" Jikalau Anda
benar-benar dapat mengalahkan satu orang Indian saja dan dapat mengikat dia
hidup-hidup seperti orang Indian ini, maka saya bukanlah seorang pemburu
prairi." "Memang, Anda belum pernah menjadi pemburu prairi."
"Ho ho! Untuk berbuat begitu orang memerlukan kekuatan Old Shatterhand. Saya
kira Anda tidak hendak mengatakan bahwa Anda mempunyai kekuatan itu?"
"Mengatakan tidak, akan tetapi dapat membuktikan! Awas!"
Selama saya bertengkar mulut itu saya berbaring dengan tenang. Kini saya
bangkit, saya pegang ikat pinggangnya dengan tangan kanan saya, saya ombangambingkan beberapa kali di atas kepala saya sehingga ia berteriak-teriak, lalu
saya lepaskan lagi seraya bertanya:
"Sudah cukupkah itu atau perlukah Anda merasakan tinju saya pada kepala Anda?"
Sebelum ia dapat menjawab maka salah seorang dari tawanan itu berseru dengan
suara keras: "Old Shatterhand! Old Shatterhand!"
Karena saya tadi berbaring di tempat yang gelap, maka ia tak dapat melihat saya,
akan tetapi kini saya berdiri di dekat api sehingga ia dapat melihat saya. Saya
mendekati orang Comanche itu lalu bertanya:
"Prajurit Comanche yang tertawan itu mengenal saya?"
"Ya," jawabnya.
"Di mana Anda melihat saya?"
"Di Llano Estacado. Saya ialah seorang daripada duapuluh orang prajurit yang
menyongsong ketua suku Tevua Schohe dan anaknya Schiba Bigk untuk melindungi
mereka terhadap penyamun orang kulit putih. Sayang sekali kami datang terlambat:
Tevua Schohe gugur oleh peluru para pembunuh itu."
"Ya, itu cocok. Anda fasih berbicara bahasa orang kulit putih, jadi Anda
mengerti apa yang kami bicarakan tadi?"
"Ya. Kami mendengar bahwa Old Shatterhand hendak melindungi kami."
"Ia selalu berbuat begitu. Saya adalah sahabat setiap prajurit orang kulit merah
dan saya merasa sedih apabila mereka mengangkat tomahawknya untuk berperang
dengan orang kulit putih, sebab saya tahu bahwa mereka dapat memenangkan
pertempuran yang pertama atau yang kedua, akan tetapi tidak akan dapat
memenangkan pertempuran yang terakhir. Andapun akan menyaksikan bahwa saya tidak
menghendaki jiwa orang kulit merah."
"Kami adalah prajurit yang gagah berani: kami tidak takut mati."
"Itu saya tahu, akan tetapi hidup lebih baik daripada mati dan mati ditembak
sesudah Anda dikalahkan tanpa memberi perlawanan tidaklah akan mengharumkan nama
Anda. Adakah saya mau menyelamatkan jiwa Anda, itu bergantung kepada jawaban
Anda atas pertanyaan saya. Siapa nama ketua suku yang dipatuhi oleh seluruh suku
Anda?" "Vupa Umugi, Guntur Besar, yang belum pernah dikalahkan orang."
"Di mana letak perkampungan Anda?"
"Itu tidak akan saya katakan."
"Prajurit-prajurit Anda pergi berperang?"
"Ya." "Berapa banyak jumlah prajurit Anda?"
"Saya tidak akan menjawab."
"Di mana mereka sekarang?"
"Saya tidak tahu."
"Siapa yang hendak Anda perangi?"
"Saya tahu, akan tetapi tidak mau mengatakannya."
"Anda tidak mau berbicara, Anda lebih suka mengorbankan jiwa Anda daripada
mengkhianati suku Anda; Anda seorang prajurit yang gagah berani. Itu saya
hargai. Pulanglah dan katakan kepada para pemimpin Anda dan para prajurit
Comanche bahwa Old Shatterhand dapat menghargai keberanian dan kesetiaan seorang
prajurit." Saya membungkuk untuk melepaskan ikatan mereka. Setelah mereka lepas maka mereka
bangkit dan orang yang berbicara dengan saya itu berseru:
"Old Shatterhand melepaskan ikatan kami dan mengatakan bahwa kami boleh pergi.
Jadi kami sudah bebas dan kami boleh pergi sesuka hati kami?"
"Ya." "Apa yang hendak Anda perbuat dengan senjata dan kuda kami?"
"Semuanya boleh Anda ambil kembali. Old Shatterhand bukan pencuri atau
perampok." "Uf, uf! Anda akan mengintai ke mana kami pergi?"
"Tidak, saya berjanji tidak akan berbuat begitu."
"Uf, uf! Old Shatterhand belum pernah mengingkari janji; ia orang kulit putih
yang paling mulia. Itu akan kami katakan kepada teman-teman dan saudara-saudara
kami." "Masih banyak sekali orang kulit putih yang bersikap dan berpikir seperti saya.
Ini senjata Anda dan itu kuda Anda. Lekas, pergilah! Akan tetapi tempat ini akan
kami jaga baik-baik. Sekiranya Anda tidak pergi, melainkan hendak mengintai
kami, maka peluru kami pasti akan mengenai Anda!"
"Kami akan pergi tanpa menoleh satu kalipun. Howgh!"
Dari para orang kulit putih itu tidak seorangpun menyela perkataan saya, akan
tetapi kini Parker datang ke pada saya serta bertanya:
"Anda bersungguh-sungguh, Tuan" Anda hendak membebaskan mereka?"
"Ya." "Anda hendaknya jangan marah, akan tetapi terpaksa saya mengatakan bahwa Anda
membuat kesalahan yang...."
Kini ia saya gertak dengan pertanyaan:
"Anda sekarang tahu siapa saya?"
"Ya." "Jadi bukan Mr. Charley yang Anda perlakukan sebagai seorang yang tolol?"
"Bukan, melainkan Old Shatterhand, Tuan."
"Kalau begitu diamlah dan jangan hendaknya Anda mencoba menetapkan apa yang
harus saya perbuat! Barangkali Anda orang yang baik hati dan penjelajah hutan
yang berguna, akan tetapi pada saat saya menginjakkan kaki saya untuk pertama
kali di daerah Barat ini, sudah tidak dapat saya di kecam oleh orang seperti
Anda. Barang siapa mengatakan bahwa Hatatitla, kuda Old Shatterhand yang masyhur
itu adalah kuda penarik kereta tidak boleh mencoba memberi saya pelajaran."
Setelah memberi teguran itu maka saya berpaling serta tidak memperhatikan dia
lagi. Saya mempunyai alasan yang kuat untuk memperlakukan dia seperti itu.
Jikalau kami masih tetap akan berjalan bersama-sama dan Sam Parker masih mengira
bahwa kecakapannya melebihi kecakapan orang lain, maka sikap itu dapat
menimbulkan pelbagai kesulitan. Itulah sebabnya maka dia saya tegur sekeras itu,
sungguhpun itu bertentangan dengan kebiasaan saya.
Orang-orang Comanche itu naik ke atas kuda mereka, menganggukkan kepalanya ke
arah saya sebagai tanda terima-kasih tanpa menoleh ke arah teman-teman saya.
Sikap itu menimbulkan kemarahan Old Wabble yang hingga kini tidak berkata apaapa, walaupun ia tidak setuju dengan saya.
"Berlagak benar orang-orang itu!" begitu ia menggerutu. "Kami dipandangnya hawa
belaka. Tiadakah Anda bersikap terlalu manis terhadap mereka, Mr. Shatterhand?"
"Tidak." "Saya tidak hendak mengecam perbuatan Anda. Akan tetapi barangkali ada baiknya
sekiranya Anda tidak berjanji bahwa kita tidak akan mengikuti jejak mereka.
Jikalau kita hendak membebaskan Old Surehand, maka kita harus tahu ke mana Old
Surehand itu dibawa."
"Itu sudah saya ketahui. Saya telah mendengarkan percakapan mereka sebelum
mereka saya tinju, Old Surehand telah dibawa ke Saskuan Kui, ke Air Biru."
"Kalau begitu baiklah. Tahukah Anda di mana letak tempat itu?"
"Ya. Tempat itu sudah saya kunjungi dua kali."
"Akan tetapi saya masih khawatir kalau-kalau mereka akan menceriterakan apa yang
terjadi di sini dan bahwa kita akan menyusul."
"Sebaliknya! Itu adalah siasat yang akan menguntungkan kita. Lagi pula nama Old
Surehand tidak ada saya sebut-sebut. Mereka akan menduga bahwa saya tidak
mengetahui apa-apa, atau tidak mempunyai alasan untuk mencampuri perkaranya.
Percayalah, Mr. Cutter, saya tidak membuat kesalahan. Lagi pula kita sudah
beruntung tidak perlu membawa ke dua orang Comanche itu. Mereka tidak akan
mengganggu perjalanan kita dan saya tidak akan mengizinkan mereka akan dihukum
mati." "Itu betul, it's clear. Dan Anda benar-benar mengira bahwa mereka itu tidak akan
berbalik dengan diam-diam?"
"Mereka tidak akan kembali. Untuk berjaga-jaga marilah kita tinggalkan tempat
ini; kita padamkan api ini dan kita mencari tempat bermalam yang lain. Itu dapat
kita kerjakan dengan segera."
Setelah api itu padam, maka kami berjalan kembali ke arah dari mana kami datang,
sampai menemukan tempat yang serasi untuk bermalam. Kami memasang dua penjagaan,
lalu pergi tidur. Masih lama saya jaga serta mendengar teman-teman saya
berbisik-bisik. Saya dapat menduga apa yang dipercakapkan itu.
Mereka membicarakan peristiwa yang ajaib itu, yakni bahwa Mr. Charley telah
berolok-olok terhadap mereka dan ternyata adalah Old Shatterhand. Setidaktidaknya Old Wabble sangat bergirang hati oleh karena dialah yang pertama-tama
mengenali saya. AIR BIRU Keesokan harinya saya ingin mengetahui, siapa dari teman-teman itu mau ikut ke
Saskuan Kui. Ketika itu saya tanyakan maka semuanya minta dengan sangat agar
dibolehkan ikut serta. Kini mereka telah tahu siapa saya dan tidak seorangpun menaruh keberatan lagi
untuk ikut membebaskan Old Surehand. Mereka yakin bahwa usaha itu niscaya akan
berhasil baik. Bahkan Sam Parker, yang kemarin saya tegur dengan keras itu, kini
menyatakan kegirangannya. Jos Hawley mencari kesempatan untuk berbicara dengan
saya tanpa dapat di dengar orang.
"Siapa akan mengira bahwa Anda adalah Old Shatterhand, Tuan! Tetapi karena kini
telah ternyata begitu, maka senang sekali hati saya bahwa Anda telah membuat
hati saya menjadi lega dengan ceritera Anda. Saya hanyalah seorang pemburu
prairi yang sederhana, akan tetapi apabila Anda mengira bahwa Anda dapat
mempergunakan saya, maka berilah saya sebarang tugas yang Anda pandang patut.
Yakinlah, bahwa saya tidak akan memalukan Anda."
Kini kami berangkat. Mula-mula saya menyusur tepi batang air yang melalui tempat
perhentian kami. Kira-kira satu jam lamanya kami mengikuti sungai itu. Akhirnya
lembah itu membelok ke arah Selatan. Di tempat itu saya melihat bahwa rumputnya
bekas diinjak orang. Old Wabble turun untuk menyelidiki jejak itu.
"Saya kira itu tidak perlu lagi, Mr. Cutter," kata saya. "Saya telah memberi
janji saya kepada orang-orang Comanche itu bahwa saya tidak akan mengikuti
jejaknya." "Jadi Anda menduga bahwa ini jejak mereka" Hm! Saya masih belum yakin. Sekiranya
mereka melalui jalan ini, maka jejak kuda mereka sudah dari tadi kita lihat."
"Tidak. Antara waktu mereka berangkat dan saat kita berangkat adalah besar
sekali, sehingga rumput itu sudah tegak kembali. Akan tetapi mereka berhenti di
sini dan oleh karena mereka baru saja berangkat, maka jejak ini masih
kelihatan." "Boleh jadi itu betul, akan tetapi saya berpendapat bahwa orang-orang Indian itu
tidak bersikap hati-hati, sebab mereka sudah berhenti pada tempat yang hanya
satu jam saja jauhnya dari perhentian kita."
"Mengapa mereka bersikap tidak hati-hati" Mereka sudah saya bebaskan dan saya
sudah berjanji tidak akan mengejar mereka. Tentu saja mereka merasa aman sekali.
Lagi pula pada siang hari orang dapat berjalan lebih cepat daripada pada malam
hari. Karena itu maka sudah sewajarnyalah bahwa mereka berhenti pada malam hari
untuk melanjutkan perjalanan mereka pada siang hari. Setelah mereka satu jam
perjalanan jauhnya dari tempat kita, maka tanpa ragu-ragu lagi mereka dapat
berhenti untuk bermalam."
Kini Old Wabble tersenyum lalu berkata:
"Anda hendak menepati janji Anda dan berjanji tidak hendak mengikuti jejak
mereka, akan tetapi saya yakin bahwa itu tidak mungkin."
"Mengapa tidak?"
"Karena kita harus menempuh jalan yang dilalui oleh kedua orang Comanche itu;
jadi kita terpaksa melihat jejak mereka. Atau adakah Anda menyangka bahwa kita
harus memejamkan mata kita?"
"Tidak, kita tidak akan mengikuti jejak ini."
"Hanya karena Anda sudah berjanji?"
"Tentu saja tidak, akan tetapi ada sebab yang lain yang lebih beralasan. Kedua
orang Comanche itu barangkali akan mengikuti sungai ini agar mereka setiap waktu
dapat memberi kesempatan kuda mereka untuk minum. Sungai ini menuju ke Rio Pecos
juga, akan tetapi jalan menyusur sungai ini ialah jalan yang mengeliling. Kita
akan meninggalkan sungai ini dan akan membelok ke Timur. Dengan demikian kita
akan lebih dahulu sampai ke Saskuan Kui. Betapa besar keuntungannya bagi kita,
rasanya tak perlu lagi saya terangkan."
Tanpa tersenyum Old Wabble berkata:
"Ya, kalau begitu Mr. Shatterhand, saya akui kebenarannya. Saya mengerti bahwa
saya masih dapat belajar dari Anda, it's clear! Tetapi katakanlah, sangat
sukarkah jalan yang Anda maksud itu?"
"Sama sekali tidak. Jalan itu selalu menurun, daerah yang akan kita lalui agak
datar, kadang-kadang merupakan batu-batuan, kadang-kadang pasir, akan tetapi
tidak ada air. Untuk mendapat air, kita harus menaruh sabar hingga sampai ke Rio
Pecos." "Justru orang Comanche ada di sana! Tiadakah mereka akan menghalangi kita
mengambil air yang sangat kita perlukan itu sesudah kita membuat perjalanan
sejauh itu?" "Tidak. Saya tahu dengan tepat letak Saskuan Kui. Sungai itu akan kita dekati
pada tempat yang lain, sehingga kita dapat memberi kuda kita kesempatan untuk
minum tanpa ada bahaya."
"Saya merasa puas, sebab kini saya tahu bahwa, apabila Anda memimpin kita, kita
boleh percaya bahwa segala-gala yang kita perlukan untuk keamanan kita, sudah
terjamin. Hanya ini yang masih akan saya katakan kepada Anda: Saya lebih tua,
jauh lebih tua daripada Anda dan karena itu sesungguhnya sudah sewajarnya bahwa
Anda mengangkat saya sebagai pemimpin; akan tetapi dengan segala senang hati
saya tunduk kepada Anda. Andalah komandan kita yang harus kita patuhi.
Berterang-terang saja, Old Wabble belum pernah menyerah mentah-mentah seperti
sekarang ini. Bagaimana pendapat Anda" Tentu pendapat saya ini akan Anda terima
dengan rasa terima kasih, bukankah begitu, Mr. Shatterhand" It's clear!"
Ya, Old Wabble adalah orang yang tak pernah mau tunduk kepada orang lain. Itu
saya ketahui. Tampak pada mukanya betapa berat keputusan itu baginya. Ia
mengharapkan saya akan memuji sikapnya. Akan tetapi pengharapannya itu tidak
saya penuhi, sebab saya menjawab:
"Tidak, pendapat saya tidak begitu. Kita adalah penjelajah hutan yang merdeka.
Kita bukan serdadu yang mengenal pelbagai pangkat dan harus tunduk kepada
disiplin kepangkatan. Di antara kita tidak ada komandan dalam arti militer; jadi


Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kita ini semuanya mempunyai hak yang sama."
"Akan tetapi, Mr. Shatterhand, saya kira Anda tidak dapat menghendaki, agar kita
selalu sependapat!" "Tentu saja tidak."
"Nah, bagaimana nanti apabila kita berselisih pendapat?"
"Berselisih" Anda maksud bertengkar" Itu tidak akan terjadi antara orang yang
bijaksana. Jikalau ada selisih pendapat, maka kita berunding, Mr. Cutter."
"Lalu?" "Lalu kita mengikuti rencana yang paling baik."
"Dan jikalau yang lain-lain memandang rencana itu tidak sebagai yang paling
baik, bagaimana?" "Maka mereka itu bodoh dan saya biasanya tidak mau bergaul dengan orang yang
bodoh." "He?" tanyanya.
Rupa Old Wabble sekarang lucu sekali. Air mukanya menyatakan kecerdikan
bercampur kebodohan. Seketika lamanya ia tidak bergerak; kemudian ia menggerakgerakkan lengannya, lalu menyambung:
"Bodoh, jadi bodoh, dan Anda tidak mau bergaul dengan orang yang bodoh! Jadi
maksud Anda ialah bahwa hanya kami saja yang dapat berbuat bodoh?"
"Maksud saya ialah menjaga jangan sampai saya akan menyangkal atau menyanggah
pendapat yang baik atau tepat."
"Ooo! Dan sekiranya pendapat Anda tepat, tetapi kami tidak menurutinya?"
"Kalau begitu maka Anda sekalian akan saya tinggalkan. Saya akan mencari jalan
saya sendiri." "Dengan begitu kita tidak dapat menyelesaikan apa yang harus kita kerjakan."
"Ooo! Dapat juga. Hanya itu akan saya kerjakan sendiri. Orang yang bijaksana,
seorang diri saja dapat mencapai lebih banyak daripada apabila ia dibantu oleh
sepuluh orang yang hanya menimbulkan gangguan belaka."
"Jadi dengan kata-kata lain: Old Shatterhand tidak pernah bodoh; semuanya harus
dikerjakan sesuai dengan pendapatnya sendiri dan apabila tiada begitu halnya,
maka ia akan pergi?"
"Kira-kira begitu, tetapi tidak saya rumuskan setajam itu."
"Bukankah itu kira-kira sama dengan apabila Anda kita angkat sebagai komandan?"
"Tidak, sebab Anda tidak selalu harus mematuhi saya secara membabi buta; setiap
orang boleh mengutarakan pendapatnya. Lagi pula Mr. Cutter, saya yakin seyakinyakinnya, bahwa Anda akan selalu berbuat tepat dan tidak akan mau menjalankan
sesuatu yang salah."
Kini muka bekas raja cowboy itu bersinar-sinar kegirangan dan iapun berseru:
"Kata Anda itu benar, benar sekali, it's clear! Kita tidak mempunyai komandan,
akan tetapi jikalau yang lain-lain ini tidak mengerti bahwa pendapat Anda benar,
maka mereka kita tinggalkan. Ayoh, kita harus berjalan terus."
Kami mendaki lereng lembah dan setelah sampai di atas, maka kami membelok ke
arah Timur. Kami menghadapi tanah datar dan oleh karena kuda kami tadi sudah
minum sepuas-puasnya, maka dapatlah kami berjalan cepat sekali. Old Wabble
selalu berjalan di samping saya; berulang-ulang ia memalingkan kepalanya ke arah
kuda saya yang sangat dikaguminya.
Cowboy tua itu pandai sekali menunggang kuda. Ia berdiri tegak di atas pelananya
seperti seorang anak muda belia. Sesungguhnya Old Wabble tidak seratus persen
memenuhi pengharapan saya, sebab keberatan-keberatan dan sangkalan-sangkalan
yang dikemukakannya ketika kami berhenti di dekat sungai tadi, tiada membuktikan
bahwa ia mempunyai pandangan yang tajam, jangankan pandangan yang tidak pernah
sesat, yang pada hakekatnya harus dimiliki oleh seorang pemburu yang ulung. Akan
tetap raja cowboy itu memang hanya biasa bergerak di padang bebas, di savana
yang terbuka, sehingga ia tidak pernah mendapat kesempatan untuk memperoleh
sifat-sifat yang hanya dapat dikembangkan di dalam hutan-hutan yang lebat dan
pegunungan-pegunungan yang berbatu-batu. Akan tetapi dalam segala hal yang
bersangkut-paut dengan kehidupan seorang cowboy. maka ia dapat saya andalkan.
Berjam-jam lamanya ia berjalan di samping saya tanpa mengucapkan sepatah kata.
Ketika saya menyinggung sikapnya itu, maka ia menjawab:
"Saya gemar sekali berbicara dan gemar sekali berceritera, akan tetapi saya tahu
bahwa itu tidak Anda sukai; Anda lebih menghargai tindakan daripada perkataan.
Setiap orang sudah pernah mendengar bahwa berhari-hari lamanya Anda dapat
berjalan bersama-sama dengan Winnetou tanpa mengeluarkan sepatah kata. Bahkan
apabila Anda menghadapi bahaya yang oleh pemburu-pemburu prairi biasa akan
dirundingkan cara mengatasinya, maka Anda dan Winnetou hanyalah bertukar pandang
atau isyarat belaka. Itulah sebabnya maka saya berdiam diri. Saya tak mau Anda
sangka tukang ngobrol; it's clear!"
"Memang, Winnetou lebih mementingkan tindakan daripada perkataan dan sebetulnya
perangai saya seperti perangai Winnetou. Saya akan sangat bergirang hati
sekiranya dengan Andapun saya dapat bertukar pikiran dengan perantaraan tanda
dan isyarat belaka, Mr. Cutter."
"Jangan khawatir, Tuan! Saya seorang yang banyak berpengalaman; saya akan
berusaha sekeras-kerasnya agar saya selalu memahami Anda, agar Anda dapat
mempergunakan saya."
Dalam pada itu kami sudah mendekati anak sungai Rio Pecos yang tepinya ditumbuhi
semak-semak. Anak sungai ini sudah pernah saya kunjungi dahulu. Sungai itu kami
ikuti sampai pada muaranya. Dua jam lagi hari akan malam; untuk sampai ke
Saskuan Kui kami harus berjalan satu jam.
Air Biru ialah sebuah danau kecil yang airnya berwarna biru tua. Air danau itu
mengalir ke Rio Pecos. Tepi danau itu ditumbuhi oleh pohon kapas. Kami harus
menyeberangi sungai itu. Tempat itu tidak dapat kami pergunakan karena ke dua
orang Comanche bekas tawanan kami itu niscaya akan menemukan jejak kami apabila
kami menyeberang di tempat itu. Dengan demikian maka tidak ada cara yang lain
daripada berenang ke seberang. Untung hari sedang panas; jadi air itu akan
menyegarkan badan kami. Sampai di seberang kami memeriksai tanah, kalau-kalau ada jejak; kami tidak ada
melihat jejak. Dengan hati-hati kami berjalan ke arah Air Biru. Danau itu kami
dekati dari arah Utara dan di sanapun kami tidak mendapati jejak. Saya turun dan
setelah kuda saya saya ikatkan pada pohon, maka saya berbaring di atas rumput.
Tanpa berkata-kata Old Wabble mengikuti teladan saya; rupa-rupanya ia ingin
meniru sikap Winnetou yang tidak banyak berbicara. Teman-teman saya yang lain
merasa heran bahwa saya berbaring.
Mereka tidak turun dan Parker berkata:
"Mengapa turun, Tuan" Hari masih slang!"
"Justru karena hari masih siang maka saya turun," jawab saya.
"Bukankah kita hendak pergi ke Air Biru?"
"Tidak." "Jadi Anda hendak menunggu sampai gelap" Mengapa tidak pada siang hari, jadi
kita dapat melihat jejak?"
"Ya, kita dapat melihat jejak, akan tetapi jejak kita akan dilihat orang juga."
"Saya kira, apabila kita bersikap hati-hati...."
Kini ia disela oleh Old Wabble yang menegur dia dengan keras:
"Diamlah, jangan berteriak-teriak sebagai unta! Adakah saya berbicara" Old
Shatterhand tentu tahu apa yang harus diperbuatnya. Kalau Anda hendak menjual
scalp Anda kepada orang Comanche, silahkanlah berjalan terus, tetapi saya
tinggal di sini." "Oho, jangan sekasar itu, Old Wabble! Saya tidak biasa disebut orang unta."
"Setiap orang harus mengenal dirinya. Betul Anda sudah pernah menembak kijang
Anda yang pertama dengan tepat, akan tetapi sesudah itu tembakan Anda sering
menyasar; jadi tidak patutlah Anda menyangkal perkataan Mr. Shatterhand. Diamlah
kalau tidak maka kami akan pergi dan Anda sekalian akan kami tinggalkan di
sini." Rupa-rupanya percakapan kami tadi sangat membekas pada Old Wabble. Ya, kami akan
pergi dan Anda akan kami tinggalkan di sini, perkataan-perkataan itu diingatnya
benar. Dengan bersikap sekeras itu terhadap Parker ia hendak membuktikan bahwa
ia sependapat dengan saya. Dalam pada itu saya yakin bahwa Old Wabble tidak akan
lama sanggup berdiam diri. Pada kesempatan yang dipandangnya baik, tentu ia akan
berbuat seperti Parker dan akan mengganggu saya dengan pelbagai pertanyaan.
Setelah hari mulai gelap, maka bangkitlah saya lalu berkata:
"Kini saya akan pergi menyelidiki. Bedil saya saya tinggalkan di sini dan saya
minta jangan hendaknya ada seorangpun yang meninggalkan tempat ini."
"Tepat sekali," demikian Old Wabble memperkuat perkataan saya. "Saya kira kedua
orang Comanche bekas tawanan kita akan segera datang. Barangkali mereka akan
melalui tempat ini."
"Saya kira tidak, Mr. Cutter. Mereka tentu akan mempergunakan tempat
penyeberangan di sebelah hulu itu."
"Anda kira begitu?"
"Ya. Karena itulah maka saya memilih tempat ini untuk melepaskan lelah. Mereka
tidak akan melihat kita."
"Bolehkah saya ikut menyelidiki?"
"Anda jangan marah, sebenarnya saya lebih suka pergi seorang diri."
"Anda takut kalau-kalau saya kurang berpengalaman, sehingga akan menggagalkan
usaha Anda" Percayalah, Tuan, bahwa saya sudah biasa menyelidiki. Bukankah itu
kemarin malam sudah saya buktikan?"
"Hm! Tetapi Anda saya lihat juga."
"Bukan saya, melainkan ranting yang bergerak."
"Pshaw! Sebelum Anda memotong ranting itu saya telah melihat mata Anda."
"Mata saya" Astaga!"
"Ya, tentu saja hanya dapat dilihat oleh mata yang tajam dan terlatih. Anda tahu
bahwa mata selalu berkilat-kilat dan pada saat itu Anda membukakan mata Anda
lebar-lebar." "Ya, itu perlu! Barangsiapa hendak melihat sesuatu, harus membuka matanya lebarlebar." "Sama sekali tidak. Seorang penyelidik yang hati-hati akan memejamkan matanya
sebanyak-banyaknya, sehingga tidak dapat dilihat orang, Saya selalu berbuat
begitu dan apabila saya telah melihat apa yang hendak saya lihat, maka mata
saya, saya pejamkan sama sekali, sebab sesudah itu saya hanya hendak mendengar
saja. Pertama, mata saya tidak akan kelihatan orang, kedua, dengan mata tertutup
pendengaran kita menjadi lebih tajam."
"Ya, betul-betul saya masih dapat belajar daripada Anda!"
"Lagipula bukan mata Anda saja yang saya lihat, melainkan rambut Anda juga."
"Rambut itu kelihatan juga?"
"Jangan Anda merasa heran. Rambut Anda putih metah, jadi tampak dengan jelas.
Kalau saya boleh memberi nasihat, rambut itu hendaknya Anda tutupi baik-baik
apabila Anda pergi menyelidiki. Jangan-jangan Anda akan kehilangan rambut dan
kulit kepala Anda." (Catatan editor: di buku tertulis 'putih metah', dan ini
berulang kali disebutkan di bab-bab selanjutnya.)
"Ya, ya, betul, betul! Semuanya itu akan saya perhatikan dan akan saya kerjakan.
Bolehkah saya ikut?"
"Sesungguhnya saya lebih suka pergi sendiri."
"Saya mengerti, akan tetapi, bukankah Anda manusia juga" Bagaimana kalau Anda
tertangkap. Maka kami duduk di sini dan tidak tahu di mana Anda dan bagaimana
kami dapat menolong Anda?"
"Itu tidak benar seratus persen."
"Saya berjanji, tidak akan membuat kesalahan."
"Hm! Mudah-mudahan Anda akan menepati janji."
"Ha, jadi saya boleh ikut. Terimakasih! Kini saya akan menutupi rambut saya.
Sesudah itu kita boleh berangkat."
Rambutnya digulungnya, lalu ditutupinya dengan kain kepalanya. Sambil berbuat
begitu ia berkata: "Adakah Anda tahu betul keadaan sekitar Air Biru itu, maka Anda berani mencari
orang kulit merah di sana walaupun hari gelap-gulita?"
"Ya, sesungguhnya Anda harus mengerti sendiri, sebab sekiranya tidak begitu,
maka pekerjaan itu tentu saya jalankan pada siang hari; tentu saya tidak akan
enak-enak berbaring di sini."
"Syukur, syukur!" seru Parker.
Old Wabble menoleh seraya bertanya dengan marah:
"Diam, jangan Anda berteriak-teriak sekeras itu!"
"Syukur, kata saya," jawab Parker, "karena senang hati saya, oleh karena Anda
mendapat tamparan." "Tamparan" Bagaimana?"
"Tadi Anda bersikap kasar sekali terhadap saya, saya Anda suruh diam dan saya
Anda sebut unta oleh karena saya berani mengutarakan pertanyaan dengan sopan
santun dan kini Anda sendiri mengeluarkan pertanyaan yang tak ada ujung
pangkalnya, sehingga Old Shatterhand harus menegur Anda. Bukankah ia berkata:
sesungguhnya Anda harus mengerti sendiri; karena itulah maka saya berseru
syukur!" "Tutup mulutmu! Pertanyaan saya beralasan benar."
"Begitu juga pertanyaan saya."
"Omong kosong! Lagipula, jikalau orang dikerumuni oleh musuh, pantang orang
berteriak-teriak. Mari, Mr. Shatterhand, orang ini kita tinggalkan saja."
"Kita tinggalkan untuk seterusnya?" tanya saya dengan tertawa.
"Tidak, sampai kita kembali."
Bedil saya saya serahkan kepada Parker; kemudian kami berangkat.
Air Biru itu dikelilingi oleh sebuah hutan. Hutan itu tidak lebar dan berbatas
pada padang rumput yang terbuka. Kami berhenti di pinggir hutan dan di sana kami
tak usah khawatir akan bertemu dengan orang Indian atau akan dilihat orang,
sebab banyak sekali semak-semak di mana kami dapat bersembunyi. Demi hari sudah
gelap sama sekali, tak ada sama sekali yang harus kami khawatirkan.
Rupa-rupanya teguran Parker tadi tidak membekas pada Old Wabble. Belum berapa
jauh kami berjalan, maka ia sudah bertanya dengan berbisik:
"Bagaimana bentuk Air itu, Mr. Shatterhand?"
"Bulat, tetapi tidak seberapa besar; sebenarnya lebih layak kita sebut telaga."
"Berapa besarnya?"
"Sudah pernah saya renangi dari tepi ke tepi dalam waktu duapuluh menit."
"Kalau begitu tak dapat kita sebut kecil, sebab saya pernah mendengar bahwa Anda
pandai sekali berenang. Kata orang pernah dikejar oleh orang Indian dan dapat
menyelamatkan jiwa Anda dengan berenang."
"Ya, bahkan sudah beberapa kali."
"Dan semua perenang orang kulit merah, bahkan yang paling ulungpun, sudah Anda
kalahkan semuanya." "Ya, kalau tidak begitu tentu saya sudah mati. Anda pandai berenang, Mr.
Cutter?" "Seperti ikan. Sangsikah Anda?"
"Mengapa akan sangsi, Anda tentu tidak akan berdusta. Kalau begitu Anda lebih
pandai berenang daripada saya, sebab saya tidak dapat mengatakan bahwa saya
dapat berenang sebagai ikan. Anda tidak dapat dikatakan gemuk."
"Tidak, hanya tulang dan kulit belaka. Adakah Anda mengira bahwa orang yang
kurus badannya tidak akan pandai berenang?"
"Kata orang begitu."
"Itu salah! Orang yang gemuk badannya akan lebih banyak ditahan oleh air. Badan
saya panjang dan kurus, sehingga seakan-akan saya dapat menembusi air. Sama
halnya dengan anak-panah bentuknya panjang dan tipis dan karena itu lebih cepat
melayang di udara, it's clear!"
Bagi saya belum lagi clear, akan tetapi saya mau juga percaya bahwa ia pandai
berenang, walaupun tidak seperti ikan.
"Adakah pulau di Air Biru itu?" tanyanya lagi.
"Hanya sebuah, letaknya dekat pada tepi sebelah Utara."
"Kalau tetap gelap begini dan orang Indian tidak membuat api, niscaya sukar
sekali untuk mencari mereka."
"Sebentar lagi bintang akan gemerlapan di langit dan sayapun yakin bahwa orang
Comanche akan membuat api. Bagi mereka tidak ada alasan untuk menduga bahwa ada
musuh akan datang. Mereka merasa aman, jadi tidak akan duduk dalam gelap."
"Bagaimana caranya kita mendekati?"
"Di tepi danau, tepat berhadapan dengan pulau, ada suatu tempat yang serasi
benar bagi tempat bermalam. Saya sudah dua kali mempergunakan tempat itu dan
saya kira orang-orang Indian itu akan memilih tempat itu. Di dekat tempat itu
ada semak belukar yang sangat lebat, lagi pula pohon-pohonan yang tinggi."
"Itu tidak menguntungkan bagi kita, sukar kita menerobos hutan belukar yang
lebat itu. Bukankah begitu, Mr. Shatterhand?"
"Ya, itu benar, akan tetapi harus kita terobosi juga. Tambahan lagi ada sesuatu
yang akan lebih mempersukar pelaksanaan rencana kita."
"Apa itu?" "Antara air dan hutan itu tidak ada padang rumput yang cukup luas untuk memberi
makanan kepada kuda. Tentu kuda itu akan ditambatkan di sebelah sini hutan,
sebab di sini banyak rumput."
"Wah, kalau begitu tentu mereka akan memasang penjagaan!"
"Tentu saja! Jadi kita ini terjepit; di muka ada perkemahan, di belakang ada
penjagaan kuda. Kita harus hati-hati benar, lebih-lebih oleh karena kuda Indian
sangat tajam telinganya. Karena itu janganlah kita berbicara lagi."


Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akhirnya kami sudah dekat pada danau dan untung sekali tidak bertemu dengan
orang Indian. Kini kami tiba pada tempat dari mana air danau mengalir ke sungai.
Di sini hutan belukar itu menjorok ke dalam prairi. Kami berjalan terus, akan
tetapi sekonyong-konyong kami mendengar suara orang.
"Pako!" seru orang, "karbune!"
Artinya: "Pako, dengarlah!"
"Himme unoso sowui (ada apa)?" jawab Indian yang kedua.
"Kim!" Artinya: kemarilah!
"Un neats nariskoe, wone tithteste najokone: saya tidak mau, sebab saya sedang
membuat seruling." Saya berbisik kepada Old Wabble:
"Itu logat orang Comanche-Naiini. Mereka orang Comanche yang kita cari. Anda
mengerti logat itu?"
"Ya. Yang seorang memanggil yang lain, akan tetapi ia tak mau datang."
"Bagus! Anda mengerti bahasa mereka, jadi Anda dapat juga menangkap percakapan
mereka. Nah, dugaan saya betul. Lihatlah, itu kuda mereka. Yang memanggil tadi
ialah seorang penjaga. Sekarang ikutilah saya dari belakang, akan tetapi sangat
hati-hati." Cepat-cepat kami merangkak terus sampai ke ujung hutan. Di sana kami melihat
sebuah api unggun kira-kira empatratus langkah jauhnya dari tempat kami. Api itu
dikelilingi oleh beberapa orang Indian yang bertugas menjaga kuda.
"Betul dugaan Anda, Sir," kata Old Wabble. "Itu kuda mereka dan di belakang
semak-semak dan pohon-pohonan itu tempat perkemahan orang Comanche."
"Ya, itu tempat yang saya sebut tadi; di sana saya dahulu berkemah. Kini kita
harus berbaring agar penjaga itu tidak melihat kita."
Kami merangkak terus dan di muka kami ada tempat terbuka di dalam semak belukar,
yang rupa-rupanya di pergunakan orang sebagai jalan untuk lalu-lintas dari
tempat perkemahan ke tempat kuda. Sayang kami tidak boleh mempergunakan tempat
itu. Orang kulit merah itu tentu berjalan kian kemari melalui jalan itu dan kami
tidak mau bertemu dengan mereka.
Kami membelok ke kanan lalu mencari jalan yang sejajar dengan jalan tersebut.
Karena semak belukar di tempat itu sangat lebat, maka hanya dengan susah payah
kami mencapai pinggir hutan yang di seberang. Dari sana kami melihat perkemahan
orang Comanche. Perkemahan itu ialah yang disebut orang perkemahan perang. Betul orang-orang
Indian itu tidak mencat mukanya dengan warna perang, jadi bermaksud hendak
tinggal di sini agak lama, akan tetapi kami tidak melihat kemah yang sebenar
kemah, artinya yang terbuat dari pada terpal; itu menandakan bahwa mereka tidak
datang ke mari untuk berburu. Mereka itu merasa aman sekali, sebab mereka telah
membuat tidak kurang daripada delapan buah api unggun yang memberi penerangan
bagi seratus limapuluh orang Indian. Mereka sedang membuat dendeng; dendeng itu
diiris-irisnya panjang-panjang dan digantungkan di dekat api supaya menjadi
kering. Itu membuktikan bahwa mereka hendak pergi berperang dan akan membuat
perjalanan yang jauh, dalam perjalanan mana mereka tidak sempat berburu atau
tidak akan melalui daerah di mana mereka akan dapat menembak bison atau binatang
lain. Daerah serupa itu saya kenal: yaitu padang pasir yang disebut orang Llano
Estacado. Mereka itu sibuk bekerja. Ada yang sedang memotong daging, ada yang membakar
daging di atas api. Daging yang sudah dibakar bertimbun-timbun di dekat mereka,
rupa-rupanya akan dipergunakannya untuk makan malam. Pada dua api unggun yang
kecil duduk beberapa orang yang sedang bercakap-cakap sambil mengedarkan pipa.
Sayang sekali tempat mereka itu jauh sekali. Mereka itu duduknya terpisah, sebab
sekiranya mereka itu duduk pada sebuah api unggun, maka sekaligus percakapan
mereka dapat saya tangkap. Kini kami harus berpisah, masing-masing harus
mendekati sebuah api unggun untuk mendengarkan percakapan mereka.
Pulau yang saya sebut dalam percakapan saya dengan Old Wabble tadi, kelihatan
sebagai sebuah benda hitam yang di atasnya agak diterangi oleh bayangan cahaya.
Tanpa bayangan itu pulau itu tak akan kelihatan. Bayangan itu barangkali berasal
dari api yang dinyalakan orang di sana. Mengapa mereka itu membakar api di
pulau" Saya layangkan pandangan saya dari kelompok ke-kelompok, maka kini dapat
saya menjawab pertanyaan itu. Di tempat ini saya hanya melihat orang Indian
belaka, tidak ada saya lihat seorang kulit putih.
"Keparat!" bisik cowboy tua itu, "mereka sudah saya hitung; semuanya ada kirakira seratus limapuluh orang, akan tetapi di antara mereka tak ada seorang kulit
putih. Jangan-jangan Old Surehand telah dibunuhnya."
"Tidak, saya duga ia ditawan di pulau."
"Aha! Benda hitam di dalam air yang di atasnya ada bayangan cahaya itu?"
"Ya." "Lega hati saya, tetapi mengapa dia tidak ditawan di sini."
"Di sana Old Surehand tidak akan dapat meloloskan diri. Dan di sana tawanan itu
tidak memerlukan penjagaan yang kuat."
"Hm, di sinipun Old Surehand tidak akan dapat melarikan diri. sebab tentu ia
terikat." "Ya, tetapi mereka harus mengindahkan segala kemungkinan. Siapa tahu! Kalau ada
orang datang kemari mereka tentu akan melihat tawanan itu. Itu tidak boleh."
"Itu tidak menguntungkan kita. Sekiranya ia ditawan di sini, maka dapat kita
membebaskan dia, akan tetapi tidak mungkin kita membebaskan Old Surehand dari
pulau itu." "Pshaw! Bagi saya lebih baik dia ditawan di pulau. Nanti akan saya buktikan.
Tetapi lebih dulu kita harus pergi ke tempat pemimpin-pemimpin Indian itu,
supaya dapat mendengarkan percakapan mereka."
"Bukankah itu perbuatan yang sangat sembrono" Saya bukan penakut, akan tetapi
sekiranya kita dapat mendengarkan percakapan mereka, masih merupakan pertanyaan
adakah pembicaraan mereka itu penting bagi kita."
"Penting atau tidak, saya akan mencoba juga. Sudah sering sekali saya berbuat
begitu dan selalu saya mendengar sesuatu yang penting. Apa yang akan mereka
percakapkan" Tentu saja tentang apa yang sudah terjadi, tentang apa yang sedang
terjadi dan apa yang akan terjadi, jadi mungkin tentang tawanan dan tentang
perjalanan mereka nanti. Kita mengambil risiko. Walaupun saya tahu bahwa Anda
tidak takut, akan tetapi berterang-terangan saja. saya lebih senang pergi
seorang diri. Saya belum yakin bahwa Anda akan dapat menjalankannya"
"Oho! Adakah saya sudah membuat kesalahan" Bukankah saya sudah membuktikan bahwa
saya pandai juga menyelidik?"
"Ya, sampai sekarang pekerjaan itu tidak berapa sulit, akan tetapi yang akan
kita kerjakan sekarang adalah sulit sekali."
"Pshaw! Saya dapat menjalankannya juga!"
"Betul" Nah, mari kita coba. Anda melihat dua buah api unggun kecil itu di mana
ada orang Indian sedang bercakap-cakap. Anda pergi ke unggun-api yang terdekat.
Hutan ini hampir menjulur sampai ke sana, sehingga Anda selalu dapat
bersembunyi. Saya akan mengambil api yang sebelah sana, yang letaknya dekat pada
danau. Itu sukar didekati. Anda setuju?"
"Ya, walaupun bukan kehormatan bagi saya bahwa Anda memilih yang paling
berbahaya." "Dengarkanlah! Nanti kita harus balik ke tempat ini. Barangsiapa balik lebih
dahulu, harus memberi tanda, bahwa pekerjaannya telah selesai. Tanda itu tidak
boleh menimbulkan curiga pada orang kulit merah. Anda dapat meniru bunyi burung
hantu?" "Saya kira dapat."
"Nah, segera setelah Anda balik ke mari, maka Anda harus meniru bunyi burung
hantu; yang pertama dan kedua jaraknya agak lama, yang kedua dan ketiga cepat
berturut-turut. Mengertikah Anda?"
"Ya. Untuk membedakan dari bunyi burung hantu yang sebenarnya."
"Betul, Kalau saya lebih dahulu kembali ke mari, saya akan berbuat begitu juga.
Sekiranya Anda diketahui orang, maka..."
"Diketahui orang?" demikian ia menyela. "Saya akan menjaga jangan sampai dilihat
orang." "Jangan takabur. Penjelajah hutan yang paling cerdik dan paling hati-hatipun
mungkin juga mendapat sial. Jadi kalau Anda dilihat orang, jangan Anda
memikirkan keadaan saya, melainkan lekas-lekas kembali ke tempat perhentian kita
melalui semak belukar yang lebat. Saya akan segera menyusul."
"Kalau Anda dilihat orang?"
"Saya akan lari juga dan Anda harus mengikuti saya secepat-cepatnya. Masih
hendak bertanya lagi?"
"Tidak. Tugas saya sudah jelas."
"Sukses!" "Ya, sukses! Saya tidak akan membuat Anda kecewa." Ia membelok ke kiri masuk ke
dalam semak belukar. Betulkah ia tak akan membuat kesalahan" Saya masih belum
yakin benar. PERGI MENYELIDIK Seperti telah saya katakan tadi, tugas saya jauh lebih berat daripada tugas Old
Wabble. Api yang akan saya dekati itu letaknya di dekat danau, dan di antara api
dan saya tidak ada sesuatupun yang dapat saya pergunakan sebagai tempat
bersembunyi. Bagaimana saya dapat mendekat dan dapat berbaring sekian lamanya
tanpa dilihat orang" Itulah masalahnya. Saya harus pergi ke sana, sebab salah
seorang yang duduk dekat api itu adalah ketua suku. Itu ternyata dari bulu
burung rajawali yang tertusukkan dalam rambutnya. Kalau saya tidak salah, orang
itu ialah Vupa Umugi, ketua suku orang Comanche.
Satu-satunya jalan yang dapat saya tempuh ialah melalui air. Tetapi bagaimana
itu dapat saya kerjakan sambil menyembunyikan diri saya. Belum pernah saya
mengerjakan sesuatu yang sebesar itu risikonya. Tepi danau itu ditumbuhi oleh
alang-alang. Kini saya memperoleh akal. Saya menanggalkan baju luar saya dan
oleh karena kulit saya putih maka saya harus mencari tempat yang gelap. Di
sebelah kanan, tidak seberapa jauh dari api itu, semak belukar berbatas kepada
air. Lekas-lekas saya menanggalkan pakaian saya, lalu mengambil beberapa tali
serta pisau bowie saya. Kemudian pakaian saya, saya sembunyikan di dalam semaksemak. Saya memotong beberapa batang alang-alang; saya jalin menjadi berkas yang
dapat saya ikatkan pada kepala saya. Kemudian saya membuat lubang dalam alangalang itu, tepat di muka mata saya; gunanya ialah untuk melihat. Dengan
perlahan-lahan saya merangkak ke dalam air.
Baik berjalan ataupun berenang, selalu harus saya usahakan agar alang-alang di
atas kepala saya itu letaknya tetap sama tingginya dengan alang-alang yang
tumbuh di tepi danau. Kini saya bergerak maju dengan perlahan-lahan sekali.
Sekiranya saya akan dilihat orang, maka saya harus berenang ke seberang danau
dan balik kembali ke tempat saya menyembunyikan pakaian saya.
Mula-mula saya melalui tempat yang agak dangkal. Saya harus berbaring dan
merangkak di dalam lumpur. Kulit saya tersentuh pada daun alang-alang yang
sangat tajam itu; jadi saya harus hati-hati supaya tidak mendapat luka. Akhirnya
sampailah saya kepada tempat yang agak dalam. Di sini saya dapat berjalan.
Kemudian kaki saya tidak menjejak tanah lagi, sehingga saya terpaksa berenang.
Jarak yang harus saya tempuh itu jauhnya tidak lebih daripada enampuluh meter,
akan tetapi dalam setengah jam saya belum menempuh seperdua dari jalan itu. Saya
hati-hati benar, sebab orang-orang kulit merah itu tidak boleh melihat bahwa
ikatan alang-alang saya bergerak. Dengan demikian perjalanan saya akan banyak
sekali memakan waktu. Untung segera terjadi sesuatu yang membantu saya.
Saya mendengar orang-orang bersorak-sorak dan ketika saya melayangkan pandang
saya ke arah padang rumput, maka saya melihat dua orang Indian masuk ke tempat
perkemahan. Kedua orang Indian itu ialah bekas tawanan kami. Mereka pergi
mengejar Old Wabble atas perintah ketua suku. Kini setiap orang ingin mengetahui
apa hasil mereka. Kebanyakan orang Comanche itu menyongsong mereka, akan tetapi
ketua suku tetap duduk di tempatnya. Perhatian semua orang tertuju kepada mereka
yang baru datang itu. Tidak seorangpun melihat ke arah danau. Kesempatan baik
itu saya pergunakan; dalam semenit saja sampailah saya pada tempat yang saya
tuju. Saya merangkak ke dalam lumpur di tepi danau. Di sana saya berbaring,
bertumpu pada kedua siku lengan saya. Kini saya dapat melihat dengan jelas apa
yang terjadi di padang rumput itu.
Kedua orang Comanche itu sekarang sudah sampai ke dekat api unggun ketua suku.
Vupa Umugi menyambut mereka dengan marah:
"Saya tidak ada melihat scalp orang kulit putih pada ikat pinggang Anda. Sudah
butakah Anda maka Anda tak dapat mengikuti jejak lagi" Adakah kuda Anda telah
patah kakinya sehingga Anda tak dapat menyusul orang kulit putih itu?"
Bekas tawanan-tawanan saya itu yang seorang berdiam diri saja seraya menunduk.
Tetapi yang lain rupanya lebih berani; ia menatap muka ketua suku seraya
menjawab: "Mata kami tidak buta dan kaki kuda kami tidak patah."
"Tetapi mana scalp orang kulit putih itu?"
"Masih ada pada kepalanya."
"Jadi ia tidak mati?"
"Ia masih hidup."
"Jadi Anda membiarkan dia lolos?"
Kini Vupa Umugi membelalakkan matanya, lalu bertanya dengan suara yang
mengancam: "Sekali lagi, Anda membiarkan dia melarikan diri?"
"Ia dapat menyelamatkan dirinya," jawab orang Comanche yang lain.
"Kalau begitu Anda berdua adalah anjing yang pincang, yang tidak boleh
dipercayai mengejar seorang pelari! Anda akan saya pulangkan ke perkampungan
perempuan-perempuan tua."
"Anda ialah Vupa Umugi, ketua suku kita di dalam perang, yang perintahnya harus
kita patuhi, akan tetapi jikalau Anda memberi perintah yang tak dapat
dilaksanakan, maka Anda tak boleh menghina orang yang sudah berusaha mematuhi
perintah Anda. Kami bukan anjing pincang, melainkan prajurit yang berpengalaman
dan yang gagah berani; kalau tidak begitu niscaya kami tidak akan Anda pilih
untuk menjalankan tugas itu. Tidak, kami tidak akan pergi ke kemah perempuan
tua. Mengapa Anda sudah mengecam, sebelum Anda mendengar apa sebabnya maka kami
tidak ada membawa scalp?"
Berani benar orang itu menyanggah perkataan ketua sukunya. Orang ini niscaya
tidak takut. Vupa Umugi telah terkenal sebagai orang yang bengis, bukan saja
terhadap orang kulit putih, melainkan terhadap sesama sukunya juga. Ia dihormati
sebagai seorang prajurit, akan tetapi tidak disayangi.
Banyak orang yang tidak senang akan sikapnya. Sikap prajurit Comanche tadi
menunjukkan keberanian, akan tetapi ia tidak sembrono. Seorang ketua suku Indian
bukanlah seorang diktator. Ia dipilih oleh seluruh suku; ia tetap menjabat ketua
suku selama pengalamannya, kecerdikannya dan keberaniannya melebihi sesamanya,
akan tetapi setiap waktu ia dapat dipecat oleh dewan kaum tua. Itu diinsafi oleh
Vupa Umugi. Wajahnya menunjukkan bahwa jawab prajurit Comanche itu menimbulkan kemarahannya;
tangannya sudah memegang pisaunya, akan tetapi ia menahan dirinya dan dengan
tenang ia berkata: "Ceriterakanlah apa yang sudah terjadi. Saya hendak mendengarkannya, nanti akan
saya putuskan bolehkah Anda tetap menjadi prajurit Comanche atau tidak."
Ia duduk; yang lain-lainpun duduk pula. Kini prajurit Comanche itu
menceriterakan kisah pengejarannya. Semuanya berdiam diri sampai pada perkataan:
"Tiba-tiba kepala kami dipukul orang dan rebahlah kami. Ketika kami sadar
kembali, kami telah terikat pada pohon."
"Terikat?" seru ketua suku. "Dan Anda tidak memberi perlawanan?"
"Dapatkah ketua suku Naiini memberi perlawanan kepada seorang musuh yang tidak
dilihatnya?" "Saya akan melihat setiap musuh yang berani menyerang saya."
"Anda tak akan dapat melihat musuh ini!"
"Siapa musuh itu" Sebutkan namanya!"
"Old Shatterhand!"
"Uf!" seru ketua suku sambil bangkit, lalu duduk kembali.
"Uf! Uf! Uf!" seru yang lain-lain.
"Old Shatterhand! Anjing kulit putih yang sudah sekian kali tertangkap oleh
orang Comanche, akan tetapi selalu dapat melepaskan diri! O, sekiranya saya ada
di tempat Anda!" "Maka nasib Anda tak akan lain."
"Diam! Saya Vupa Umugi, saya tidak akan membiarkan orang mendekati saya. Kami
sedang mengejar orang kulit putih yang lari. Dapatkah kami mengetahui bahwa ia
sudah bertemu dengan orang kulit putih yang lain" Dan dapatkah kami menduga
bahwa orang kulit putih yang lain itu ialah Old Shatterhand, yang belum pernah
dikalahkan orang?" "Anda hendaknya lebih hati-hati."
"Kami sudah hati-hati. Demi kami mencium bau api, maka kami segera berhenti dan
mengikatkan kuda kami pada pohon. Dengan tidak membuat bunyi kami menyuruknyuruk untuk melihat siapa yang duduk di dekat api itu. Kami yakin bahwa kami
tidak akan dapat dilihat dan ditangkap orang; dugaan kami tak lain daripada
hendak memperoleh scalp. Tetapi tiba-tiba Old Shatterhand telah mengikuti kami
dari belakang. Ia men gadang saya di belakang semak-semak. Malam itu gelap dan
kami tidak dapat melihat dia. Ketika kami lalu di dekatnya, maka kami


Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disergapnya dan ditinjunya. Bukankah saudara-saudara saya sudah pernah mendengar
betapa kuatnya, tangannya?"
Pertanyaan itu ditujukannya kepada prajurit-prajurit yang berdiri sekelilingnya.
"He, he, he, he (ya, ya, ya, ya)!" jawab mereka.
"Bukankah Anda mendengar pula bahwa setiap orang yang ditinjunya akan jatuh
pingsan?" "He, he, he!" "Sekiranya bukan kami melainkan Anda yang diadang oleh Old Shatterhand, adakah
Anda mengira bahwa Anda akan melihat dia dan akan dapat menghindari dia?"
"Ke, ke (tidak, tidak)!"
Siasatnya untuk membela diri itu cerdik benar.
Pernyataan teman-temannya bahwa mereka sependapat dengan dia dapat mengelakkan
amarah ketua suku. Ia berceritera terus, tanpa disela lagi oleh Vupa Umugi.
Setelah selesai kisahnya, maka ia bertanya:
"Demikianlah Old Shatterhand memperlakukan musuhnya. Dapatkah Anda menerka,
siapa orang kulit putih yang kami kejar itu?"
Mereka menggelengkan kepalanya.
"Orang kulit putih itu sudah seringkali kita dengar namanya."
"Saya ada melihat dia, ketika ia menerobosi pasukan kita seakan-akan ia kebal
terhadap peluru dan senjata, akan tetapi saya tidak mengenal dia," jawab Vupa
Umugi. "Rambutnya panjang dan putih metah warnanya. Tidakkah Anda melihatnya?"
"Ya, saya melihatnya."
"Mukanya berkerut dan usianya sudah lebih daripada sembilan puluh tahun. Orang
kulit putih yang selanjut itu usianya, yang putih metah warna rambutnya dan yang
sepandai itu berkuda, hanyalah seorang saja."
"Uf! Uf!" seru ketua suku. "Adakah yang Anda maksud itu Old Wabble?"
"Ya, itu yang saya maksud. Dialah orang kulit putih itu."
"Sial benar kita. Tidak ada orang kulit putih yang lain, yang sudah sedemikian
banyak menumpahkan darah orang kulit merah seperti Old Wabble! Sekiranya ia
jatuh ke tangan kita, maka sorak sorai orang-orang Comanche tidak akan ada
habis-habisnya. Tetapi sekali lagi ia tak akan dapat lepas. Kita akan bertemu
lagi dengan dia dan ia pasti akan kita tangkap, barangkali besok."
"Anda akan menyuruh kita semuanya mengejar dia?"
"Tidak." "Dengan jalan apa Anda hendak menangkap dia?"
Ketua suku itu rupa-rupanya menjadi marah lagi oleh pertanyaan yang dipandangnya
tidak sopan itu. "Saudara saya adalah prajurit biasa saja, tetapi berani bertanya kepada
pemimpinnya apa yang hendak diperbuatnya. Pertanyaan serupa itu tidak patut,
akan tetapi walaupun begitu saya mau menjawabnya, sekalipun hanya untuk
membuktikan bahwa Anda sudah saya ampuni. Kita tidak usah mengejar Old Wabble
sebab ia akan datang ke mari."
"Tidak, ia tidak akan datang ke mari," kata prajurit itu.
"Pasti! Ia tentu akan datang ke mari!" seru ketua suku. "Ia pergi untuk mencari
bala bantuan. Ia sudah menjumpai sepuluh orang kulit putih dan di antaranya ada
Old Shatterhand. Ia pasti akan datang ke mari untuk membebaskan orang kulit
putih yang kita tawan di pulau."
"Mereka sudah kehilangan akal sehat mereka, apabila mereka mengira dapat
mengalahkan kita dengan sebelas orang belaka!"
"Old Shatterhand ada pada mereka! Orang kulit putih yang dipimpinnya selalu
berani mengambil segala risiko."
"Mereka tidak tahu tempat kita."
"Anda meninggalkan jejak dan jejak itu niscaya akan diikutinya."
"Old Shatterhand telah berjanji tidak akan mengikuti jejak kami."
"Janji itu tidak akan ditepatinya."
"Tidak, ia bukan pembohong. Saya belum pernah mendengar bahwa Old Shatterhand
sudah mengingkari janjinya."
"Sebaiknya saudara saya menutup mulutnya. Perbuatan Anda tidak sopan. DI hadapan
prajurit-prajurit yang sudah tua-tua ini tidak patut Anda menyanggah perkataan
ketua suku Anda!" Ini suatu teguran yang dapat mengandung ancaman, akan tetapi Vupa Umugi tidak
disayangi oleh anak buahnya.
Orang Comanche itu mengetahui dari pandang mata teman-temannya bahwa mereka
sependapat dengan dia. Karena itu ia berkata lagi:
"Saya tahu bahwa saya jauh lebih muda daripada prajurit-prajurit tua yang sangat
bijaksana ini, akan tetapi oleh karena sayalah yang menjumpai Old Shatterhand
dan saya pulalah yang bercakap-cakap dengan dia dan saya juga yang memperoleh
janjinya, barangkali saya akan diperkenankan mengatakan kata-kata apa yang saya
dengar dari mulutnya."
Maka kini berkatalah seorang Indian tua yang duduk di samping ketua suku:
"Silahkan saudara saya mengatakan kepada kami kata-kata apa yang didengarnya.
Oleh karena kita telah menggali kapak peperangan, maka segala sesuatu yang
tampaknya remeh boleh jadi mempunyai arti yang penting. Pertemuan dengan Old
Shatterhand adalah suatu hal yang penting sekali. Di mana Old Shatterhand
menampakkan diri, di sana tentu ada Winnetou, ketua suku Apache. Adakah Anda
melihat Winnetou?" "Ia tidak ada di antara mereka," jawab prajurit itu.
"Tidak ada di sekitarnya pula?"
"Kami tidak melihat tanda-tanda yang menunjukkan kemungkinan itu."
"Kata-kata apakah yang diucapkan oleh Old Shatterhand ketika ia berjanji?"
Orang Comanche itu berpikir sebentar, lalu menjawab:
"Demikian saya berkata kepada Old Shatterhand: Anda akan menyelidiki jejak kami
untuk mengetahui ke mana kami pergi"
"Ia menjawab: Tidak, saya berjanji tidak akan berbuat begitu.
"Itulah dengan tepat kata-kata yang diucapkan oleh Old Shatterhand."
"Jikalau Old Shatterhand berkata begitu, maka janji itu mempunyai kekuatan yang
sama dengan apabila ia mengucapkannya dalam upacara mengisap calumet. Ia pasti
menepati janjinya dan ia tidak akan mengikuti jejak Anda! Howgh! Kini kita telah
mendengar apa yang hendak kita ketahui. Saudara saya boleh mengundurkan diri."
Maka pergilah kedua orang Comanche itu, diikuti oleh mereka yang tadi berlarilari datang ke tempat api itu. Orang-orang Comanche yang akan dihampiri oleh Old
Wabble, sementara itu datang pula ke tempat ketua suku. Karena itu maka saya
menduga bahwa Old Wabble telah balik ke tempatnya. Sebentar kemudian dugaan saya
itu ternyata benar, sebab saya mendengar bunyi burung hantu empat kali dengan
cara seperti yang sudah saya sepakati dengan bekas cowboy itu.
Sesungguhnya saat itu memberi kesempatan yang baik sekali bagi saya untuk
mengundurkan diri. Akan tetapi saya menduga bahwa mereka akan meneruskan
percakapan mereka mengenai soal-soal yang penting bagi kami. Lagi pula pada
sangka saya nanti tentu tak akan ada kesempatan sebaik itu lagi. Orang-orang
Comanche itu belum lagi makan. Nanti kalau persiapan mereka untuk makan malam
telah selesai, mereka tentu akan pergi ke tempat api di mana orang membakar
daging. Dengan demikian maka saya akan mendapat kesempatan untuk mengundurkan
diri tanpa dapat dilihat orang. Karena pertimbangan itu maka saya tetap
berbaring di atas lumpur.
Ketua suku Comanche rupa-rupanya marah bahwa prajurit tua itu telah mencampuri
percakapannya. Setelah kedua orang prajurit muda itu pergi, maka ia berpaling
kepada prajurit tua itu: "Saudara saya rupa-rupanya lupa bahwa kewibawaan saya selaku ketua suku telah
dirugikannya karena ia telah melindungi seorang prajurit muda terhadap saya!"
Prajurit tua itu menjawab:
"Kewibawaan seorang ketua suku paling dirugikan oleh sikap yang tidak bijaksana.
Kami percaya bahwa Old Shatterhand akan menepati janjinya, hanya Anda belaka
yang tidak percaya."
"Karena saya mengenal anjing kulit putih ini."
"Kami mengenal dia juga. Lidahnya belum pernah dicemarkan oleh dusta."
"Ya, akan tetapi lidahnya itu licin sekali. Old Shatterhand ialah orang kulit
putih yang paling jujur, akan tetapi dalam pada itu ia orang kulit putih yang
paling cerdik juga. Ia tidak berdusta, itu benar. Apa yang dijanjikannya niscaya
ditepatinya, akan tetapi hanya sesuai dengan apa yang dimaksudnya, tidak dengan
apa yang dikehendaki orang. Kata-kata yang diucapkannya kepada musuhnya ialah
seakan-akan mesiu yang ditimbang-timbang dengan saksama sebelum dimasukkan ke
dalam laras bedil." "Jadi Vupa Umugi menduga bahwa janji yang diucapkannya kepada kedua prajurit
kita itu tadi dapat ditafsirkan lain!"
"Tidak. Ia tidak akan mengikuti jejak mereka, akan tetapi ia tidak akan
memberikan janji itu sekiranya ia tidak mengetahui jalan lain untuk mendengar
apa yang hendak diketahuinya."
"Tidak ada jalan lain!"
"Pendapat saudara saya begitu, akan tetapi pendapat saya berlainan. Seringkali
orang mengatakan bahwa Old Shatterhand selalu tahu apa yang hendak diketahuinya.
Saya yakin bahwa ia tahu dengan pasti bahwa kita berkemah di Saskuan Kui."
"Itu tidak mungkin, sebab tidak ada orang yang memberitahukannya. Tetapi
sekiranya ia tahu maka itu belum lagi merupakan alasan untuk mengira bahwa ia
akan datang ke mari."
"Ia hendak membebaskan tawanan kita."
"Old Shatterhand mengenal itu" Dan sekiranya begitu maka masih merupakan tekateki maukah ia menyabung nyawanya untuk mencobanya?"
"Ia akan menolong setiap orang kulit putih!"
"Rombongannya hanya sebelas orang banyaknya dan kita mempunyai seratus limapuluh
orang prajurit!" "Ia tidak menghitung jumlah musuhnya, sebab ia mempunyai bedil khasiat yang
dapat ditembakkannya terus-menerus. Dan tiadakah saudara saya mengetahui bahwa
Old Shatterhand selalu menghindari pertumpahan darah" Ia lebih suka
mempergunakan muslihat dan muslihatnya itu biasanya lebih mengena daripada bedil
khasiatnya. Ia akan datang ke mari bukan hendak berperang, melainkan hendak
membebaskan tawanan kita dengan jalan muslihat."
Prajurit tua itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berpikir, tetapi akhirnya
ia berkata lagi: "Perkataan Vupa Umugi tak dapat mengubah pikiran saya, akan tetapi oleh karena
kita sudah menggali kapak peperangan maka kita harus bersikap sangat waspada.
Segala kemungkinan dan segala sesuatu yang biasanya kita pandang remeh,
hendaknya kita timbang masak-masak. Saya yakin bahwa Old Shatterhand tidak akan
datang ke mari. tetapi Anda berpendapat bahwa ia pasti akan datang. Anda kata
benar bahwa ia dapat diharapkan akan datang ke mari, maka tidakkah sebaiknya
kita menghindari dia?"
"Takutkah saudara saya" Saya berharap benar mudah-mudahan dia akan datang. Itu
akan memberi kita kesempatan untuk menangkap dia bersama-sama dengan Old
Wabble." "Anda ingin menangkap angin?"
"Adakah Old Shatterhand itu angin" Bukankah ia sudah beberapa kali tertangkap
oleh orang kulit merah?"
"Ya, saya tahu, akan tetapi bukankah ia selalu dapat lolos?"
"Kalau ia jatuh ke tangan saya, maka ia tak akan mendapat kesempatan untuk
melepaskan diri." "Kalau begitu bukalah tangan Anda. niscaya ia akan masuk ke dalamnya."
"Tak usah Anda mengejek! Nanti benar-benar akan saya buka tangan saya, maka ia
akan masuk ke dalamnya. Saya sudah tahu apabila ia akan datang, yaitu besok.
Kedua prajurit kita itu meninggalkan orang kulit putih pada malam hari, tentunya
Old Shatterhand akan berangkat keesokan harinya pagi-pagi. Dengan demikian maka
prajurit kita mendahului dia. Dan oleh karena mereka datang malam ini, maka Old
Shatterhand baru besok akan datang."
"Ke tempat ini?"
"Tidak, tidak akan saya biarkan ia mendekat sampai tempat ini: ia akan saya
adang di Rio Pecos."
"Tahukah Anda tempat di mana ia akan menyeberang?"
"Ya, di tempat yang biasa dipergunakan orang untuk menyeberang. Dan jikalau
tempat itu tidak diketahuinya, maka ia akan mencarinya dan akan mendapatkannya."
"Old Shatterhand tidak memerlukan tempat yang dangkal; ia pandai sekali
berenang." "Itu tidak saya lupakan juga. Besok saya akan memasang penjagaan sepanjang tepi
sungai. Dengan demikian tiada dapat ia menipu mata kita. Alangkah baiknya
sekiranya Nale Masiuv* (*Jari Empat) sudah ada di sini, tidak pada hari sesudah
lusa. Ia membawa seratus orang prajurit; dengan bantuannya saya akan dapat
memasang penjagaan yang sangat panjang."
Pada saat itu saya mendengar orang berteriak: "Teschkaro! Makan!" dan semua
orang berlari-lari ke arah api di mana orang membakar daging. Vupa Umugi bangkit
dengan perlahan-lahan lalu pergi mengambil makanannya. Itulah kesempatan yang
sebaik-baiknya bagi saya untuk mengundurkan diri. Saya melayangkan pandangan
saya ke seluruh padang rumput. Tidak seorangpun melihat ke arah danau, jangan
lagi ke arah tempat saya bersembunyi.
Rupa-rupanya mereka sangat lapar. Saya mundur sampai ke tempat yang dalam,
kemudian saya berenang cepat-cepat tanpa berusaha sedikitpun untuk
menyembunyikan diri saya. Setelah saya sampai ke tempat di mana saya
menanggalkan pakaian saya, maka saya naik ke darat lalu mengenakan pakaian saya
lagi. Sesudah itu saya merangkak ke tempat di mana Old Wabble menunggu saya.
Ikatan alang-alang saya bawa. Sekiranya alang-alang itu saya tinggalkan di sana
maka orang-orang Comanche niscaya akan mengetahuinya dan akan menaruh curiga.
Sedemikian hati-hati saya merangkak sehingga Old Wabble tidak dapat mendengar
kedatangan saya dan ketika bahunya saya sentuh dengan tangan saya ia terkejut:
"Astaga! Andakah itu, Sir?" tanyanya.
"Ya, saya," jawab saya.
"Sekiranya bukan Anda melainkan orang Comanche, niscaya saya tikam!"
"Itu tidak mungkin, Mr. Cutter! Anda berbaring dengan tidak bergerak sama sekali
dan tempat ini sunyi sekali, akan tetapi sungguhpun begitu Anda tidak mendengar
kedatangan saya. Bagaimana sekiranya bukan saya, melainkan seorang Comanche yang
datang?" "Itu tidak mungkin, sebab tidak ada orang yang dapat merangkak tanpa membuat
bunyi seperti Anda. Bagaimana, berhasilkah usaha Anda, Sir?"
"Saya merasa puas."
"Saya juga." "Apakah yang Anda dengar?"
"Tidak banyak, akan tetapi penting sekali, Old Surehand hanya di jaga oleh dua
orang kulit merah." "Di mana?" "Aha, Anda ingin mengetahuinya" Sekiranya saya tidak ikut, maka Anda tidak akan
mengetahuinya." "Salah, Mr. Cutter Sayapun telah tahu. Ia ditawan di pulau."
"Ya. itu yang Anda sangka tadi."
"Bukan begitu; saya mendengarnya dari mulut Vupa Umugi."
"Adakah ia mengatakannya" Sial benar saya ini! Saya kira Anda akan bersenang
hati mendengar dari mulut saya bahwa dugaan Anda benar."
"Janganlah itu Anda sesali! Apa yang masih Anda dengar lagi?"
"Tidak apa-apa. Saya kira kabar saya itu merupakan barang baru bagi Anda, akan
tetapi kini ternyata bahwa susah payah saya sia-sia belaka. Barangkali saya akan
dapat mendengar lebih banyak, sekiranya kedua orang Comanche bekas tawanan kita
itu tiada datang dengan sekonyong-konyong. Sejak saat itu orang-orang yang duduk
di dekat saya itu pergi semuanya ke tempat ketua suku. Anda tentu mendengar
lebih banyak?" "Ya, akan tetapi nanti saja saya ceriterakan. Ini bukan tempat untuk bercakapcakap. Marilah kita pergi!"
"Ke mana?" "Ke padang terbuka melalui jalan yang kita tempuh tadi."
"Jadi menerobos hutan belukar. Dan itu Anda sebut jalan!"
Dalam perjalanan pulang itu kami harus hati-hati seperti pada perjalanan kami ke
mari, tetapi untung benar kami tidak menjumpai orang Indian.
"He, kita berjalan ke arah tempat perhentian kita", kata Old Wabble.
"Ke mana lagi kalau tidak ke sana?"
"Hm! Barangkali saya akan Anda tertawakan, akan tetapi saya mengira bahwa kita
tidak akan kembali sebelum dapat membebaskan Old Surehand."
"Angan-angan itu melampaui batas keberanian yang wajar."
"Ya, sayang keadaannya berlainan sekali daripada yang kita harapkan. Sekiranya
Old Surehand ditawan di tepi danau, bukan di pulau, maka tiada sulit bagi kita
untuk membebaskannya. Kita merangkak mendekat... kita potong ikatannya... kita
melompat bangkit... lalu berlari... orang-orang Indian mengejar kita... akan
tetapi kita lebih cepat sampai ke tempat perhentian kita... lalu naik ke atas
kuda serta... lari secepat-cepatnya."
"Wah, enak benar rencana Anda itu di dengar, mudah benar pekerjaan itu
kedengarannya." "Dengan terus terang saya mengakui, bahwa ingin sekali saya memperlihatkan


Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepada teman-teman kita betapa dua orang pemburu prairi yang sejati seperti kita
ini, tanpa bantuan orang, dapat merebut seorang tawanan dari tangan seratus
limapuluh orang prajurit Comanche."
"Dengan perkataan lain: Anda ingin berlagak."
"Boleh Anda sebut begitu, apa boleh buat. Tetapi, bukankah itu perbuatan yang
jantan, yang serasi untuk dikerjakan oleh Old Shatterhand dan Old Wabble! Ya,
kesempatan seperti itu tidak akan ada lagi. Nanti Sam Parker, Jos Hawley dan
teman-teman yang lain tentu akan Anda perkenankan ikut membantu."
"Membantu yang sebenar membantu tidak. Mereka hanya akan saya beri tugas
menghalang-halangi orang-orang Comanche yang mungkin akan mengejar kita. Tetapi
pekerjaan membebaskan Old Surehand akan kita jalankan berdua."
"Itu sangat menyenangkan hati saya."
"Tetapi saya minta satu syarat, yakni bahwa Anda benar-benar pandai berenang
seperti yang Anda katakan."
"Jangan khawatir, saya berenang seperti ikan, seperti ikan, it's clear! Jadi,
Mr. Shatterhand, kita akan berenang?"
"Ya, bukankah kita harus pergi ke pulau" Jadi Anda benar-benar berani berenang
dari seberang danau ini ke pulau lalu berenang kembali?"
"Mengapa Anda masih bertanya! Tadi sudah saya katakan bahwa kalau perlu saya mau
berenang dari sini ke bulan, sekiranya antara bumi dan bulan ada air."
"Nah! Kalau begitu pekerjaan kita tidak akan terlalu sulit. Kita berenang ke
pulau, kita pukul kedua orang penjaganya sampai tidak dapat berdaya, kita
bebaskan Old Surehand, lalu kita bawa berenang ke tepi danau."
Old Wabble berhenti, memegang tangan saya lalu berkata:
"Wah! mudah benar kedengarannya."
"Rencana Anda tadi begitu juga."
"Ya, tetapi lain. Yang saya maksud ialah membebaskan dia di darat, bukan melalui
air. Kita belum mengetahui adakah Old Surehand pandai juga berenang?"
"Seorang pemburu prairi seperti dia tentu pandai berenang."
"Tetapi ia terikat. Tentu tangan dan kakinya akan menjadi kaku, sehingga masih
merupakan pertanyaan dapatkah ia mempergunakannya."
"Saya tidak khawatir, sebab kata orang badannya sangat kuat."
"Itu saya yakin. Baiklah, rencana Anda akan kita jalankan. Akan tetapi, lihatlah
ke langit. Bintang-bintang sedang gemerlapan. Saya takut kalau-kalau penjaganya
akan melihat kita." "Mereka tidak akan dapat melihat kita, kita akan menyembunyikan diri kita di
belakang alang-alang."
"Anda akan membawa alang-alang" Saya kira orang-orang kulit merah itu tidak akan
dapat kita tipu dengan jalan yang sederhana itu."
"Dapat juga; itu sudah saya buktikan."
Maka saya ceriterakan kepadanya bagaimana saya mendekati api unggun ketua suku
orang Comanche, Maka Old Wabble berkata lagi:
"Hm! Ya, dengan seikat alang-alang masih dapat, akan tetapi bagaimana halnya
dengan dua buah ikatan. Bukankah kedua berkas itu tiada akan dapat sama benar
geraknya" Itu akan menimbulkan syak pada orang-orang Indian itu."
"Ya, tentu. Karena itu kita tidak akan membuat dua buah ikatan, melainkan kita
membuat pulau kecil dari alang-alang yang dengan perlahan-lahan sekali hanyut ke
arah pulau; kita bersembunyi di bawahnya."
"Ya, itu barangkali mungkin."
"Mula-mula kita berenang dengan cepat, akan tetapi apabila kita sudah dekat pada
pulau sehingga dapat terlihat oleh mata para penjaga, maka pulau itu harus
bergerak dengan perlahan-lahan sekali, seakan-akan dihanyutkan oleh arus air."
"Tetapi bagaimana kita menyembunyikan badan kita" Kalau kita berenang
berdampingan, maka pulau itu harus kita buat besar-besar agar tubuh kita
tersembunyikan baik-baik. Lagi pula kita mempunyai kulit putih sehingga lekas
tampak oleh penjaga itu."
"Kita berenang dengan pakaian lengkap."
"Hm," jawabnya.
"Anda khawatir kalau-kalau dengan demikian kita tidak akan dapat bergerak dengan
bebas di dalam air?"
"O, sama sekali tidak! Hanya masih tinggal satu pertanyaan, yaitu adakah para
penjaga itu akan membiarkan alang-alang kita menyentuh tepi pulau?"
"Dapatkah Anda menyelam?"
"Seperti katak, seperti katak, Its' clear! Katakan sajalah berapa dalam saya
harus menyelam!" "Itu bagus, sebab kita harus menyelam. Jikalau para penjaga itu melihat pulau
kita hanyut di dekat pulau, maka mereka akan berlari-lari melihat benda yang
terapung itu." "Ya, saya sependapat dengan Anda. Benda itu akan dibiarkannya hanyut."
"Saya kira begitu, akan tetapi akan kita jaga jangan sampai alang-alang itu
menyentuh daratan. Setelah kita dekat pada pulau maka kita menyelam di bawah
permukaan air, lalu berenang mengeliling, sehingga kita dapat mendarat di balik
pulau. Pada saat para penjaga itu mengamat-amati alang-alang, kita naik ke darat
dan kita serbu mereka dari belakang. Dengan dua pukulan tinju mereka akan
rebah." "Bagus, bagus sekali, Mr. Shatterhand! Dan apa tugas saya?"
"Anda harus segera melepaskan ikatan Old Surehand. Itu harus Anda kerjakan
secepat-cepatnya, sebab ada pula kemungkinan bahwa kita harus pergi dengan
segera, umpamanya jikalau salah seorang dari penjaga itu dapat berteriak minta
tolong." "Celaka benar kalau itu terjadi."
"Ya. Anda maklum bahwa semuanya harus kita kerjakan dengan tepat. Tak boleh ada
satu bagianpun dari rencana itu yang gagal. Karena itu maka mengertilah Anda,
mengapa saya tadi bertanya adakah Anda sungguh-sungguh yakin dapat menjalankan
apa yang saya kehendaki daripada Anda."
"Tentu, dengan mudah sekali. Percayalah, Sir!"
"Dengan terus terang saya mengakui bahwa saya tidak memandang pekerjaan itu
mudah. Jangan kita bersikap sembrono!"
"Saya tidak akan sembrono, Sir! Sudah pernahkah Anda melihat Old Wabble berenang
dan menyelam?" "Belum." "Lihat sajalah nanti. Dan kalau semuanya sudah selesai, maka Anda akan
mengetahui, bahwa Anda tidak akan mendapatkan seorang pembantu yang lebih cakap
daripada saya, it's clear!"
"Syukur, sebab dalam usaha itu kita akan mempertaruhkan nyawa kita."
Sesungguhnya saya belum yakin benar bahwa orang tua itu dapat saya andalkan.
Badannya yang sangat kurus itu tidak memberi jaminan bahwa ia pandai berenang
dan cara ia menjawab pertanyaan saya itu menunjukkan bahwa ia gemar bersombong,
akan tetapi sudah umum diketahui orang bahwa cowboy tua itu orang yang gagah
berani dan berpengalaman. Dan karena ia tidak pernah ragu-ragu memberi jawaban
dengan tegas, maka saya harus percaya.
MEMBEBASKAN OLD SUREHAND.
Kami sudah sampai ke tempat perhentian kami. Teman-teman kami sudah mulai cemas,
karena lama sekali kami belum kembali. Kami ceriterakan apa yang kami alami dan
apa yang telah kami lihat, lalu kami katakan pula apa yang hendak kami perbuat.
Parker dan Hawley merasa sayang bahwa mereka tidak mendapat peranan yang lebih
aktif. Teman-teman yang lain berdiam diri, barangkali mereka merasa puas bahwa
saya tidak menghendaki dari mereka supaya menyabung nyawanya. Segera kami naik
ke atas kuda, lalu berjalan mengeliling ke arah seberang danau.
Setibanya di sana kami turun, lalu mengikatkan kuda kami pada pohon-pohonan. Di
seberang kami, kami melihat api unggun orang Comanche. Segera kami memotong
alang-alang sebanyak yang kami perlukan. Dari beberapa ranting kami membuat
rangka rakit yang akan kami pergunakan. Alang-alang yang telah kami potong itu
kami ikatkan kepada rakit sehingga ranting kayu itu tidak kelihatan dari atas.
Di tengah rakit itu ada beberapa lubang untuk kepala kami. Dari beberapa utas
tali kami membuat empat buah simpul yang kami ikatkan kepada rakit dan nanti
akan kami pergunakan sebagai tempat berpegang. Kami usahakan pula; agar kami
dapat melihat dengan leluasa apabila kami bersembunyi di dalam pulau alang-alang
itu. Kini kami hendak memulai pelaksanaan rencana kami.
Saku-saku kami, kami kosongkan. Dari senjata-senjata kami hanya pisau saja yang
akan kami bawa. Setelah selesai, maka Parker bertanya:
"Jadi benar-benar kami tak usah berbuat apa-apa, Mr. Shatterhand?"
"Tidak, akan tetapi Anda mempunyai tugas yang sangat penting. Sekiranya kami
dilihat orang serta dikejar, maka dengan segera kami berenang kembali. Apabila
pengejar ada di belakang kami, maka adalah tugas Anda menghalang-halangi mereka
menyusul kami." "Bolehkah kami menembak?"
"Ya." "Ya." "Dalam gelap gulita ini" Kalau orang berenang, yang kita lihat hanyalah
kepalanya. Bagaimana kita dapat membedakan kepala seorang kulit putih daripada
kepala seorang kulit merah" Jangan-jangan Anda yang kami tembak?"
"Jangan Anda menembak sebelum Anda melihat dengan jelas kepada siapa Anda
membidik. Lagi pula kami akan berteriak. Jikalau salah seorang dari kami
berkelahi dengan orang kulit merah di dalam air, jangan sekali-kali Anda
menembak, biarpun kami dekat sekali pada Anda. Nah, ini semuanya sudah jelas.
Marilah kita berangkat."
"Ya, setengah jam lagi kami akan kembali membawa Old Surehand," seru Old Wabble
dengan menyombong. Old Wabble turun ke dalam air; saya menyusul.
Selama kami masih jauh dari pulau, kami dapat berenang biasa, belum perlu kami
memasukkan kepala kami ke dalam lubang di dalam rakit. Dalam pada itu saya
mengerlingkan mata saya ke arah Old Wabble untuk mengetahui, adakah ia benarbenar dapat berenang seperti ikan. Saya tidak merasa kecewa, akan tetapi
beberapa menit kemudian saya melihat bahwa rakit itu agak tenggelam di bagian
sebelah Old Wabble. "Anda terlalu menekan pada rakit, Mr. Cutter," kata saya. "Anda belum lelah,
bukan?" "Lelah" Mana boleh?" jawabnya. "Rakit di sebelah saya ini agak tenggelam oleh
bretel pada celana saya. Karena badan saya terlalu kurus."
Saya tidak menyangkal, akan tetapi tidak lama kemudian rakit pada bagian Old
Wabble itu makin banyak tenggelam, sehingga timbul di atas air di sebelah saya.
Maka saya berkata: "Saya kira lebih baik Anda kembali saja, Mr. Cutter. Kini belum terlambat. Ruparupanya pekerjaan ini terlalu berat bagi Anda."
"Omong kosong! Tidakkah Anda melihat bahwa saya berenang seperti ikan?"
"Karena saya mendorong rakit yang Anda tekan ini."
"Hanya tampaknya saja begitu. Aduh, bretel ini mengganggu sekali. Biarlah saya
lepaskan." Dengan tangannya yang satu ia berpegang pada rakit, dengan tangannya yang lain
ia melepaskan bretelnya, lalu dimasukkannya ke dalam saku celananya. Ruparupanya benar bretel itu mengganggu dia, sebab kini rakit itu tidak tenggelam
lagi. Saya mendengar dengus napasnya makin lama menjadi makin keras. Teranglah
bahwa ia harus mempergunakan segala tenaganya. Ketika saya menyindir, ia
menjawab: "Ah, itu paru-paru saya sebelah kiri; selalu membuat suara keras apabila saya
bernapas, akan tetapi paru-paru saya sebelah kanan masih sempurna."
Kini lima menit lamanya kami berenang tanpa berkata.
Kemudian saya melihat bahwa ia makin lama makin dalam tenggelam ke dalam air.
"Rupa-rupanya badan Anda makin lama makin menjadi berat," kata saya.
"Itu tak perlu mengherankan. Pakaian saya kini sudah basah kuyup, jadi menjadi
berat, lagi pula... hai, apa itu?"
Tangan kanannya meraba-raba celananya.
"Anda mencari apa, Sir?"
"Saya mencari... yah... Mr. Shatterhand, bretel saya harus saya pasang lagi."
"Mengapa?" "Karena celana saya turun. Jangan-jangan celana itu sebentar lagi akan lepas.
Tolonglah saya!" Saya tolong dia menarik celananya. Kini kami berenang terus. Tetapi dari menit
ke menit saya menjadi lebih cemas lagi. Saya insaf bahwa ia bukan perenang yang
ulung. Bukan saja saya harus mendorong rakit, melainkan harus mendorong dia
juga. "Kita harus kembali, Mr. Cutter," kata saya. "Anda benar-benar sudah lelah,
padahal rencana kita ini memerlukan seluruh tenaga kita. Ingatlah akan bahaya
yang kita hadapi." "Saya belum mempergunakan seluruh tenaga saya. Saya tidak mau balik. Anda tidak
hendak membuat saya malu, bukan?"
Ya, saya tak hendak membuat dia malu, akan tetapi bolehkah saya meneruskan usaha
ini apabila cowboy itu selama ini hanya menjadi beban saja" Tetapi barangkali
betul ia belum mempergunakan seluruh tenaganya. Selalu ia mencoba meyakinkan
saya, bahwa ia hanya hendak menghemat tenaga saja. Lagi pula kami sudah menempuh
separoh jalan. Apa boleh buat, kita terus! Tetapi lima menit kemudian saya
terpaksa berkata: "Saya kira lebih baik Anda membaringkan dada Anda di atas rakit. Dengan demikian
Anda dapat melepaskan lelah Anda sedikit; nanti Anda segar kembali."
"Itu benar. Akan tetapi tiadakah akan menjadi terlalu berat bagi Anda?"
"Tidak, cobalah."
Ia menuruti nasihat saya. Sedang saya mendorong rakit, ia berkata:
"Hai, Mr. Shatterhand! Para penjaga itu tentu akan menaruh curiga jikalau mereka
melihat rakit ini bergerak, sebab air ini sama sekali tidak berombak."
"Tidak apa. Air ini mengalir ke Rio Pecos; karena itu sudah selayaknya rakit
kita bergerak, akan tetapi geraknya harus perlahan-lahan benar. Saya tidak
merasa cemas. Ada soal lain yang saya khawatirkan."
"Apa?" "Anda." "Pshaw! Saya belum mau melelah-lelahkan badan saya. Nanti kalau pertunjukan kita
sudah mulai, barulah saya akan mempergunakan segenap tenaga saya."
"Hm! Kini soal lain. Sebentar lagi kita harus menyelam: kalau tidak dapat
menjalankannya maka celakalah kita!"
"Mr. Shatterhand, Anda jangan khawatir, betul-betul, kecemasan Anda sama sekali
tidak beralasan. Barangsiapa sekurus saya ini tentu pandai sekali menyelam."
Itu benar. Saya mencoba menekan kecemasan saya, sungguhpun kini saya yakin bahwa
sebenarnya lebih menguntungkan bagi saya apabila ia tidak ikut, melainkan
tinggal bersama-sama dengan teman-teman yang lain.
Kami sudah dekat pada pulau dan rakit itu saya kemudikan ke arah yang saya
kehendaki. Api unggun di pulau untung hanya kecil saja, lagi pula tertutupi oleh
semak belukar. Saya berenang dengan tenang dan tertib, supaya jangan membuat
ombak. Kini kami sudah dekat sekali pada pulau sehingga tak boleh lagi kami
berenang secara biasa. "Mr. Cutter, kini sudah tiba waktunya untuk masuk ke dalam rakit."
"Ya, marilah!" "Ingat-ingatlah! Jikalau Anda hendak mengatakan sesuatu, hendaknya Anda
berbisik-bisik saja."
"Ya, saya mengerti!"
"Walaupun rakit ini harus bergerak atas kekuatan arus air belaka, akan tetapi
harus dikemudikan juga. Itu akan saya kerjakan sendiri."
"Baik. Berilah saya isyarat apabila kita harus menyelam."
Kami menyuruk ke bawah rakit lalu memasukkan kepala kami di dalam lubang yang
sudah disediakan untuk itu. Gerak tangan atau kaki yang sedikit saja sudah cukup
untuk mengemudikan rakit.
"Anda dapat melihat, Sir?" demikian Old Wabble berbisik.
"Ya." "Saya juga. Lihatlah itu!"
"Ya, saya sudah melihat."
"Ia melihat kita. Apa yang akan diperbuatnya?"
Jarak kita dari pulau kira-kira enampuluh langkah.
Dalam semak-semak yang tumbuh di tepi pulau ada celah-celah, sehingga kami dapat
melihat api unggun. Dari celah itu kami melihat seorang Indian yang pergi ke
tepi untuk menceduk air. Orang Indian itu melihat rakit kami. Ia memandang ke
arah kami, akan tetapi segera kembali ke api unggun.
Orang Indian itu tidak kembali ke tepi. Dalam pada itu kami makin lama makin
mendekat. Masih empatpuluh langkah, tigapuluh langkah, duapuluh langkah, yakni
hanya sepuluh langkah saja jarak kami dari pulau.
"Mr. Cutter, sekarang!" kata saya dengan berbisik, "Saya menyelam ke sebelah
kiri, Anda ke sebelah kanan, di balik pulau kita akan bertemu. Sudah siapkah
Anda?" "Ya, kita boleh mulai."
"Ayo, satu... dua... tiga!"
Saya melepaskan kedua tangan saya, lalu menyelam dalam-dalam, kemudian saya


Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berenang di bawah permukaan air, mengelilingi pulau itu dari sebelah kiri. Saya
timbul kembali tepat di belakang pulau. Saya tidak ada melihat Old Wabble.
Tentu saja ia sudah mendarat di tempat yang lain. Saya tak sempat mencari dia.
Segera saya naik ke darat, lalu merangkak melalui semak-semak. Kedua orang
penjaga itu duduk di dekat api. Di sebelah mereka saya melihat tawanan berbaring
di dekat belukar. Mukanya tidak dapat saya lihat, akan tetapi kakinya diterangi
oleh cahaya api: kaki itu terikat. Kini saya harus cepat-cepat bertindak!
Saya bangkit; dengan dua lompatan saja sudah sampailah saya kepada api, meninju
ke kiri dan meninju ke kanan, sebentar saja kedua orang kulit merah itu sudah
rebah. Saya membungkukkan badan saja untuk menyelidiki mereka. Kedua orang itu
sudah pingsan. "Hai, orang kulit putih," demikian saya mendengar suara tawanan. "Anda datang
untuk...." "Ya, tetapi jangan Anda berbicara, kita harus bertindak dengan cepat."
Saya mencabut pisau saya untuk memotong ikatannya, akan tetapi pada saat itu
saya mendengar bunyi di belakang saya.
"Andakah itu, Mr. Cutter?" tanya saya tanpa menoleh, sebab pada saat itu saya
yakin bahwa bunyi itu dibuat oleh Old Wabble.
"Uf! Uf!" Kata-kata itu diucapkan dengan suara yang asing bagi saya. Segera saya bangkit,
lalu menoleh. Saya melihat dua orang Indian yang basah kuyup. Kelak saya
mendengar dari Old Surehand bahwa penjagaan di pulau itu selalu diganti setiap
tiga jam. Pengganti itu datang ke mari dengan berenang. Itulah sebabnya maka
kedua orang itu basah kuyup.
Segera saya bertindak. Saya dapat merebahkan seorang kulit merah dengan tinju
saya, kemudian saya hendak memegang Indian yang kedua. Akan tetapi usaha saya
itu gagal; orang Indian itu menjerit, lalu menceburkan diri ke dalam air. Sambil
berteriak-teriak ia berenang ke arah perkemahan orang Comanche.
Kini saya tak boleh membuang-buang waktu. Dengan cepat saya potong tali ikatan
Old Surehand. "Dapatkah Anda bergerak?" tanya saya ketika ia bangkit.
"Lekas! Lekas!" Tawanan itu menggeliatkan badannya, lalu membungkuk untuk
memungut pisau dari salah seorang Indian yang pingsan itu. Ia menjawab dengan
suara yang tenang sekali:
"Saya dapat menjalankan apa saja yang Anda kehendaki, Sir."
"Anda dapat berenang?"
"Ya. ke mana?" "Ke seberang sana! Di sana kita ditunggu oleh beberapa orang kulit putih."
"Marilah. Orang-orang kulit merah segera akan datang ke mari."
Itu betul. Saya mendengar orang-orang Comanche memekik-mekik dan meraung-raung.
Kami tidak melihat mereka, akan tetapi kami mendengar bunyi mereka menceburkan
diri ke dalam air dan sebentar kemudian kami mendengar suara mereka berenang.
Kami harus lekas pergi. Akan tetapi di manakah Old Wabble"
"Mr. Cutter, Mr. Cutter!" demikian saya berteriak. "Mr. Cutter, di mana Anda?"
Old Surehand berlari ke tepi pulau untuk melihat ke arah perkemahan orang
Comanche. Ia segera berbalik, lalu bertanya dengan ter-gesa-gesa:
"Mr. Cutter" Yang Anda maksud Old Wabble?"
"Ya. Ia bersama-sama dengan saya berenang ke pulau ini, tetapi ia tidak saya
lihat." "Masih ada lagi orang kulit putih di sini kecuali dia?"
"Tidak." "Kalau begitu tak usah kita mencari dia. Saya kenal dia, selalu banyak
tingkahnya." "Tetapi celaka dia!"
"Jangan khawatir. Sir! Ia pandai mencari jalannya sendiri. Biarkanlah, ayuh,
kita pergi! Orang-orang kulit merah semuanya sudah ada di air, yang paling di
muka barangkali sudah hampir sampai ke mari. Ayuh, cepat!"
Tangan saya ditariknya. Saya mengerti mengapa ia tergesa-gesa benar. Di air
antara pulau dan perkemahan orang Comanche berkecimpungan orang kulit merah.
Yang ada di muka sekali tidak lebih daripada sepuluh meter jauhnya dari pulau.
Betul, saya tidak boleh mencari Old Wabble, melainkan harus memikirkan keamanan
saya sendiri dan keamanan Old Surehand.
"Ya, marilah, lekas mencebur!" jawab saya, "Ikutilah saya, secepat-cepatnya!"
Kami terjun ke dalam air lalu berenang dengan gaya yang tertib supaya tidak
lekas lelah. Teriak orang Indian makin lama makin keras. Mereka telah melihat
kami dan berusaha sekeras-kerasnya untuk menyusul kami.
Tentang diri saya, saya tidak takut, tak ada orang Indian yang dapat menyusul
saya, akan tetapi bagaimana Old Surehand" Sebagai seorang penjelajah hutan yang
sejati tentu ia pandai sekali berenang, akan tetapi karena ia sudah beberapa
hari tertawan maka tenaganya sudah banyak berkurang dan saya tahu benar betapa
eratnya ikatan tali Indian.
Barangkali kakinya bengkak-bengkak dan urat dagingnya masih kaku.
Saya berenang di sampingnya serta mengamat-amati keadaan badannya. Ia berenang
dengan cepat sehingga mula-mula sudah hampir hilang kecemasan saya. Akan tetapi
segera saya melihat bahwa gerak tangannya makin menjadi lambat.
"Anda sudah lelah, Sir?" tanya saya.
"Tidak," jawabnya, "akan tetapi tangan dan kaki saya sudah semutan."
"Itu akibat Anda terikat beberapa hari. Bagaimana, dapatkah kiranya Anda
bertahan sampai ke tepi danau?"
"Mudah-mudahan. Dalam keadaan biasa tak ada orang Indian dapat menyusul saya,
akan tetapi kini rasanya darah saya tidak mau mengalir."
Sebentar kemudian kakinya menjadi kejang. Itu berbahaya sekali; karena itu saya
berkata: "Balikkan badan Anda dan berenanglah pada punggung Anda; pergunakan kaki saja
supaya tangan Anda mendapat kesempatan untuk melepaskan lelah."
Nasihat saya itu diturutinya. Kecepatan kami berkurang sekali. Saya pun berenang
pada punggung pula untuk dapat melihat mereka yang mengejar kami. Semuanya masih
ada di belakang kami, akan tetapi jaraknya berlain-lainan. Seorang dari mereka
hanya kira-kira seratus langkah saja jauhnya dari kami. Old Surehand melihat ia
mendekat lalu berkata: "Kita harus berenang lebih cepat lagi; saya akan mencoba berenang secara biasa
lagi." Itu dicobanya, akan tetapi segera ia harus mengaku:
"Tangan saya masih semutan. Tinggalkanlah saya; Anda berenang terus."
"Tidak! Anda akan saya dukung."
"Jangan. Badan saya terlalu berat!"
"Tidak bagi saya."
"Akan tetapi kecepatan kita masih kurang juga dan kita akan tersusul oleh
mereka." "Belum tentu. Marilah!"
Dengan ragu-ragu ia memenuhi permintaan saya. Kini kami maju lebih cepat
sedikit, akan tetapi belum cukup, sebab orang Indian yang saya maksud tadi makin
lama makin dekat pada kami. Ia memeras segala tenaganya. Saya mengerti bahwa
akhirnya ia akan dapat menyusul saya. Untung hanya dia seorang saja yang sudah
dekat; yang lain-lain masih jauh ketinggalan. Dalam gelap gulita sesungguhnya ia
tidak akan dapat melihat kami, akan tetapi danau itu diterangi cahaya api unggun
di perkemahan orang Comanche. Betul cahaya itu tidak sampai ke tempat kami akan
tetapi dipantulkan oleh permukaan air sehingga kepala kami kelihatan juga. Ruparupanya mata orang Indian itu tajam sekali; ia berenang ke arah kami.
Akhirnya ia hanya kira-kira tigapuluh langkah di belakang kami, padahal kami
baru menempuh tiga perempat jalan.
Orang Indian itu menyerukan pekik peperangan.
"Kita akan tersusul!" kata Old Surehand. "Itu salah saya. Anda seorang perenang
yang ulung, akan tetapi Anda mendukung kira-kira seratus kilo. Anda tak akan
dapat bertahan." "Pshaw! Anda didukung pula oleh air dan saya tidak takut kepada seorang Indian
belaka." "Saya tidak takut juga. Kalau ia mendekat, ia akan saya tikam dengan pisau ini.
Kini rupa-rupanya tangan saya sudah mulai pulih kembali."
"Serahkan pekerjaan itu kepada saya. Badan saya masih segar."
"Anda hendak membunuh dia" Sesungguhnya saya enggan menumpahkan darah kalau
tidak perlu benar." "Saya sependapat dengan Anda. Maksud saya hendak meninju kepalanya, kemudian
akan saya seret ke tepi."
"Sir, hanya Old Shatterhand dapat berbuat begitu. Urat daging saya kuat juga,
akan tetapi jikalau saya hendak membuat orang pingsan, maka saya harus memukul
beberapa kali berturut-turut."
"Itu bukan soal kekuatan; saya tahu akalnya. Bagaimana, dapatkah Anda sekarang
berenang lagi?" "Ya, lepaskanlah saya; saya rasa badan saya sudah cukup kuat lagi."
"Kekuatan Anda belum pulih kembali dan Anda sudah mau berkelahi dengan orang
Indian itu. Hanya Old Surehand berani berbuat begitu."
"Anda tahu nama saya. Bolehkah saya mengetahui nama Anda?"
"Nanti akan saya beritahukan. Tetapi sekarang cobalah berenang seperti biasa."
Betul, tangannya sudah dapat dipergunakannya lagi.
Pada saat itu tidak kami insafi betapa ganjil perbuatan kami: dua orang kulit
putih yang sedang berenang di dalam danau, dikejar oleh sepasukan orang Indian,
akan tetapi bercakap-cakap seakan-akan mereka enak duduk di dalam kamar. Hanya
penjelajah hutan yang sejati dapat berbuat begitu. Dalam pada itu kecepatan kami
belum banyak bertambah; orang Indian itu berenang lebih cepat lagi dan makin
dekat pada kami, kemudian ia menyerukan pekik peperangan lagi.
"Kini dia akan saya lawan; biarlah Anda melihat saja kalau Anda mau," kata saya.
Kemudian saya berenang menyongsong orang Indian itu.
Musuh saya melihat bahwa saya hendak melawan, lalu berhenti berenang. Sambil
mengangkat pisaunya ia berseru:
"Saya Vupa Umugi, ketua suku orang Comanche. Pisau saya akan menembusi jantung
anjing-anjing kulit putih itu."
Aha! Itu ketua suku. Senang hati saya.
"Saya Old Shatterhand, yang Anda kira tidak akan dapat lolos," jawab saya.
"Perlihatkanlah sekarang bahwa dugaan Anda benar."
"Old Shatterhand! Old Shatterhand!" demikian Old Surehand dan orang Indian itu
berseru bersamaan dan ketua suku orang Comanche itu menyambung:
"Ah, Anda si coyote busuk! Kalau begitu Anda akan mati."
Sesudah berkata demikian ia cepat-cepat menyelam. Ia hendak menikam saya dari
bawah, akan tetapi saya tidak hendak menunggu sampai ia berbuat begitu. Sayapun
menyelam, akan tetapi lebih dalam lagi daripada dia. Kini badan saya kira-kira
lima meter di bawah permukaan air, lalu saya melihat ke atas, ya, ketua suku itu
saya lihat ada di atas saya! Ia berenang ke atas, akan tetapi pada saat itu saya
sudah ada di belakangnya dan timbul di atas air tepat di belakangnya.
Saya tinju kepalanya lalu saya pegang rambutnya agar ia tidak tenggelam.
"Old Shatterhand! Benar-benar Old Shatterhand! Itulah buktinya," seru Old
Surehand. "Ya, Sir, saya Old Shatterhand. Masih kejangkah tangan Anda?"
"Saya kira tidak lagi."
"Marilah kita berenang lebih cepat. Orang kulit merah ini saya seret."
Betul, kini kami berenang dengan cepat. Akhirnya sampailah kami ke tepi danau
dengan selamat. Ketua suku itu sudah siuman kembali, lalu kami ikat.
Usaha kami telah berhasil, sayang ada tetapinya.
Saya telah membebaskan Old Surehand dan menangkap ketua suku orang Comanche,
akan tetapi Old Wabble sudah hilang. Apakah yang terjadi dengan dia" Old
Surehand tidak percaya bahwa ia sudah mati.
"Anda rupa-rupanya belum mengenal dia, Sir! Ia tidak dapat mati. Saya berani
bertaruh bahwa kini ia sedang bersembunyi di tempat yang aman. Saya tidak akan
heran sekiranya ia sekonyong-konyong datang di tengah-tengah kita sambil membawa
seorang tawanan atau lebih."
"Mudah-mudahan begitu. Tetapi sekiranya ia tertawan, dapat juga kita menolong
dia. Ketua suku ini dapat kita tukarkan dengan dia."
"Jadi tidak akan Anda bunuh?"
"Saya bukan pembunuh! Sekiranya Old Wabble kembali dengan selamat, maka orang
kulit merah ini akan saya bebaskan."
"Setuju sekali, Sir. Tetapi lihatlah itu, saya melihat banyak kepala orang
timbul di atas permukaan air."
Kebanyakan orang Comanche sudah kembali, akan tetapi ada beberapa orang yang
terus mengejar kami. Mereka itu semuanya diusir kembali oleh tembakan temanteman saya orang kulit putih. Untuk sementara kami semuanya aman. Teman-teman
saya tentu saja ingin mengetahui apa yang sudah terjadi di pulau tadi. Dengan
singkat saya ceriterakan pengalaman saya.
Belum selesai saya berceritera maka saya mendengar bunyi di semak-semak di
belakang saya. Saya memberi isyarat kepada teman-teman saya supaya berdiam diri.
Kami mendengar bunyi ranting patah, diseling oleh bunyi depak kuda. Kemudian
saya mendengar orang memberi perintah:
"Tundukkan kepalamu, hai orang kulit merah, nanti habis hidungmu tertusuk-tusuk
oleh duri, it's clear!"
"Old Wabble!" seru Old Surehand. "Nah, Anda melihat sendiri bahwa ramalan saya
benar".. Betul, Old Wabble terbit dari semak-semak sambil membimbing kuda yang memikul
seorang Indian yang terikat pada punggung kuda itu. Lain daripada itu Old Wabble
masih menuntun dua ekor kuda beban.
"Nah, saya sudah kembali," katanya. "Saya ada membawa oleh-oleh. Ah, good
evening, Mr. Surehand! Anda ada di sini juga" Saya sudah tahu bahwa Mr.
Shatterhand tidak memerlukan bantuan saya."
"Di mana Anda selama ini, Mr. Cutter?" tanya saya. "Kami cemas sekali."
"Cemas" Mengapa Anda cemas" Saya dapat menjaga diri saya sendiri; inilah
buktinya." "Mengapa Anda tidak mendarat di pulau?"
"Karena saya tolol, it's clear. Saya mengira bahwa saya pandai sekali berenang
dan menyelam, akan tetapi bersama-sama dengan Anda saya selalu ketinggalan. Saya
enggan berenang kembali dan saya tidak mau kehilangan celana saya. Apalagi saya
harus menyelam! Barangkali saya tidak akan timbul lagi.
Karena itu maka saya tetap bergantung pada rakit dan saya ikut hanyut dibawa
arus air. Kemudian saya mendengar orang memekik-mekik. Orang-orang kulit merah
terjun ke dalam air. Tidak seorangpun tinggal di darat. Bahkan para penjaga kuda
datang juga berlari-lari, lalu ikut mengejar Anda. Hanya seorang saja yang
tinggal dan saya sudah membulatkan hati saya untuk menangkap dia. Karena itu
maka saya mendarat. Orang Indian itu saya tinju kepalanya sehingga ia rebah
tanpa minta izin lebih dahulu. Lekas-lekas ia saya ikat dengan tali yang
dipergunakan oleh orang Comanche untuk menjemur daging.
Maka terpikirlah oleh saya bahwa daging itu dapat kita pergunakan. Karena itu
maka saya berlari-lari ke tempat kuda.
Saya mengambil tiga ekor, seekor untuk mengangkut orang kulit merah ini dan yang
dua ekor untuk mengangkut daging.
Saya masih sempat juga membawa pelana. Saya harus bergegas-gegas agar jangan
terlambat, akan tetapi semuanya berjalan dengan lancar. Demi orang kulit merah
yang pertama telah mendarat kembali, maka saya pergi membawa orang kulit merah
ini dan oleh-oleh saya berupa daging dan pelana. "Nah, katakanlah, akan kita
apakan orang Indian ini" Itu saya serahkan kepada Anda sekalian. Akan kita
apakan daging ini, tak usahlah Anda jawab. Saya tahu bagaimana kita
mempergunakannya." "Tawanan ini besok kita bebaskan," kata Old Surehand. "Saya tidak berkeberatan,
asalkan ia mau berjalan kaki. Hai, itu Vupa Umugi, ketua suku orang Comanche!
Bagaimana ia jatuh ke tangan Anda?"
"Ditangkap oleh Old Shatterhand."
"Ia ada di pulau juga?"
"Tidak, ditangkap di dalam air."
"O, pertempuran laut! Itu harus Anda ceriterakan nanti. Ia hendak Anda bebaskan
juga?" "Ya." "Sayang! Sebenarnya lebih baik dia kita gantung. Tetapi jangan dia dibebaskan
sebelum Anda memperoleh kembali segala milik Anda. Saya bukan sahabat orang
Indian: mereka semuanya bodoh: kalau kita bersikap murah hati maka mereka
mengira bahwa kita takut. Sekiranya seratus limapuluh orang Comanche itu
semuanya tenggelam di dalam danau, maka masyarakat dunia ini tidak kehilangan
apa-apa, it's clear!"
Demi keamanan kami maka saya ajak teman-teman saya mencari tempat lain untuk
bermalam. Musuh-musuh kami tahu bahwa kami ada di tepi danau sebelah sini,
karena itu kami pergi ke prairi sehingga mereka tidak akan dapat menyerang kami
dengan tiba-tiba. Setelah saya mengatur penjagaan maka kami pergi tidur. Sebelum
saya berbaring, saya mendapatkan Old Surehand untuk bertanya:
"Mr. Surehand, adakah Anda mempunyai maksud tertentu di daerah ini?"
"Ya. Saya hendak pergi ke perkampungan orang Apache Mescalero untuk sekiranya


Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapat menjumpai Winnetou. Saya ingin berkenalan dengan dia. Saya malu sudah
sekian lamanya mengembara di prairi, tetapi belum pernah bertemu dengan Winnetou
dan Old Shatterhand!"
"Kami pun belum mengenal Anda juga, akan tetapi sudah banyak sekali mendengar
tentang Anda. Keinginan Anda akan terpenuhi, sebab saya setujuan dengan Anda.
akan tetapi tidak akan pergi ke perkampungan orang Apache Mescalero; Winnetou
tidak ada di sana." "Di manakah ia?"
"Di Llano Estacado."
"Bolehkah saya ikut dengan Anda?"
"Dengan segala senang hati. Kami memerlukan bantuan Anda. Besok akan saya
ceriterakan sebabnya; kini kita harus tidur supaya besok tenaga kita pulih
kembali. Tetapi sudah dapat saya katakan juga sekarang, bahwa maksud kami ialah
akan menghalang-halangi orang Comanche menjalankan perbuatan yang tidak baik."
"Orang Comanche ini?"
"Orang Comanche ini dan orang Comanche lain, yang akan menggabungkan diri dengan
mereka. Anda tentu mendengar apa yang dibicarakannya. Tiadakah mereka
menyinggung-nyinggung tujuan perjalanan mereka?"
"Ya. Akan tetapi mereka berbisik-bisik, sehingga saya tak dapat mendengarnya.
Tetapi saya ingin sekali membayar utang saya, yakni bahwa mereka telah dapat
menyergap saya seakan-akan saya seorang plonco. Sesungguhnya saya merasa malu
terhadap Anda." "Anda tak usah malu. Saya sendiri sudah beberapa kali tertangkap oleh orang
Indian dan saya merasa beruntung dapat berjasa sedikit terhadap Anda. Selamat
malam!" "Good night, Mr. Shatterhand!"
Walaupun pakaian saya basah, namun saya tidur sampai pukul empat pagi, pada saat
mana saya dibangunkan oleh penjaga yang terakhir.
Fajar sudah menyingsing, waktu teman-teman saya bangunkan.
"Good morning, Sir," demikian Old Surehand memberi salam kepada saya. "Nyenyak
benar saya tidur dan badan saya rasanya segar-bugar. Segala akibat ikatan sudah
hilang belaka. Dengan perbuatan apa kita mulai hari ini, Sir?"
"Ketua suku orang Comanche kita beritahu apa yang kita kehendaki dari padanya.
Tawanan Old Wabble kita bebaskan untuk menyampaikan pesan ketua sukunya."
"Sambil menunggu utusan itu kembali, kita dapat makan sarapan sekenyangkenyangnya," kata Old Wabble. "Daging oleh-oleh saya itu seberapa dapat
hendaknya kita simpan di dalam perut saja."
Ajakan Old Wabble itu tentu saja kami sambut dengan gembira. Akan tetapi lebih
dahulu kami harus berunding dengan Vupa Umugi. Old Surehand kami persilahkan
menyampaikan syaratnya kepada ketua suku itu. Vupa Umugi menerima segala syarat
tanpa ragu-ragu. Tawanan Old Wabble lepaskan dari ikatannya, lalu pergi untuk
menyampaikan pesan ketua sukunya kepada orang-orang Comanche. Kini kami dapat
makan sepuas-puasnya. Kira-kira dua jam sesudah itu utusan Vupa Umugi kembali dengan beberapa orang
Indian. Mereka membawa kuda, senjata dan segala milik Old Surehand. Setelah Old
Surehand menyatakan bahwa semuanya serba lengkap, maka ketua suku itu kami
bebaskan. Sebenarnya lebih baik ia kami suruh berjanji tidak akan bermusuhan
lagi dengan kami, akan tetapi kami yakin bahwa itu tak ada gunanya, sebab ketua
suku itu niscaya tidak akan menepati janjinya. Setelah kami lepaskan ikatannya,
maka ia berpaling kepada saya:
"Kini kita sudah berdamai, saya ingin mengetahui berapa lama perdamaian itu akan
berlangsung." "Selama Anda kehendaki," jawab saya.
"Mengapa Old Shatterhand tidak mempergunakan bahasa yang lebih jelas" Apa
sebabnya ia tidak menyebut waktu yang tentu?"
"Karena saya tidak dapat berbuat begitu. Kami tidak bermusuhan dengan orang
kulit merah dan kami ingin hidup dengan damai dengan mereka. Selama mereka mau
berdamai kami tidak akan menggali kapak peperangan."
"Uf! Berapa lama orang-orang kulit putih ini akan tinggal di daerah ini?"
"Kami akan pergi dengan segera."
"Ke mana?" "Ke manakah angin bertiup" Kadang-kadang ke arah sini, kadang-kadang ke arah
sana. Demikian pula halnya dengan seorang pemburu prairi; ia tak akan dapat
mengatakan dengan tepat ke mana ia akan pergi."
"Jawab Old Shatterhand mengelaki pertanyaan saya."
"Sekiranya saya yang bertanya, niscaya jawab Anda begitu juga."
"Tidak! Saya akan berkata benar."
"Nah, itu kami coba. Berapa lama prajurit-prajurit kulit merah akan tinggal di
Air Biru?" "Masih beberapa hari. Kami datang ke mari untuk mengambil ikan dan apabila
pekerjaan itu sudah selesai, maka kami akan pergi."
"Ke mana?" "Pulang ke perkampungan kami."
"Itu bijaksana sekali; hendaknya mereka berbuat sesuai dengan perkataan Anda!!
Anda telah berkata bahwa Anda tidak takut kepada Old Shatterhand. Memang, Anda
tak usah takut, asal Anda tidak memaksa dia berjuang dengan Anda Howgh!"
Ketua suku itu tidak memberi jawaban, melainkan segera pergi diikuti oleh orangorang kulit merah yang lain.
Jilid I berakhir di sini. Jikalau pembaca ingin mengetahui, bagaimana Old
Shatterhand bertemu dengan Winnetou dan bagaimana mereka bersama-sama pergi ke
Llano Estacado untuk menolong Bloody Fox yang terancam oleh serangan suku-suku
Comanche dan kejadian-kejadian apa yang dialami oleh para pemburu prairi itu di
jalan, maka kami persilahkan pembaca membaca sambungan jilid ini, yaitu Llano
Estacado jilid II. Scan & DJVU: BBSC Konversi, Edit, Spell & Grammar Check:
clickers http://epublover.blogspot.com
http://facebook.com/epub.loverLLANO ESTACADO
Dr. Karl May JILID II Bagaimana Vupa Umugi, Schiba Bigk dan Nale Masiuv, ketiganya Ketua suku Comanche
memasang siasatnya untuk menangkap Bloody Fox dan membinasakan kavaleri.
Bagaimana Winnetou, Old Shatterhand dan Old Surehand membalas siasat itu dengan
siasat yang lebih ulung. Penerbit: PRADNYA PARAMITA
Cetakan ke - 2, 1976 KATA PENGANTAR Nama Dr. Karl May sebagai pengarang buku-buku lektur sangat populer pada pembaca
tua dan muda di Eropa Barat pada zaman sebelum perang dunia kedua.
Ceritera-ceriteranya bukanlah rentetan peristiwa yang seram di mana darah
mengalir dan kekejaman ditulis secara realistis, akan tetapi mengandung romantik
yang sehat, tindakan yang jantan dan secara kesatria, diseling dengan humor dan
gambaran cinta kepada alam terbuka.
Sangatlah dipuji caranya melukiskan tokoh-tokoh beserta wataknya dan unsur-unsur
pendidikan bagi pembaca-pembacanya. Oleh sebab itu tidak mengherankan, bahwa
semua hasil karyanya tetap mengasyikkan yang membacanya.
Banyak pembaca bertanya-tanya, adakah penulis ulung itu pernah mengunjungi
negeri-negeri yang diceriterakannya dan adakah petualangannya itu sungguhsungguh dialaminya" Dr. Karl May meninggal dunia pada tanggal 12 Maret 1912. Dari surat-menyuratnya,
catatan-catatannya dan surat-surat jalannya dapat ditarik kesimpulan, bahwa ia
telah menjelajah seluruh Eropa dan bahwa ia telah dua kali bepergian ke Amerika
yakni dalam tahun 1863 dan 1869.
Selanjutnya ia mengadakan perjalanan ke Aljazair, Tunisia dan jazirah Arab. Pada
tahun 1899 ia mengunjungi Mesir, Syria dan Palestina sampai di gurun-gurun.
Pada tahun 1908 ia pergi lagi ke Amerika dan Canada dan hidup selama beberapa
waktu bersama-sama orang-orang Indian.
Menurut temannya, seorang ahli bahasa, Dr. Karl May memang mengenal beberapa
bahasa asing dan bahasa suku, di antaranya: bahasa Turki, Persia, Arab, Indian,
Inggris, Portugis, Spanyol dan Latin.
Banyak tanda mata dan kenang-kenangan disimpan di rumahnya di Radebeul dekat
Dresden (Jerman) di antaranya bedil-peraknya dan bedil-pembunuh-beruangnya.
Ia telah pergi, tetapi karyanya tetap hidup.
UTUSAN WINNETOU Kami sudah berhasil membebaskan Old Surehand dari tangan orang Comanche Naiini
yang berkemah di tepi Air Biru. Bahkan kami telah memperoleh kembali kuda,
senjata dan segala milik Old Surehand yang dirampas oleh orang-orang kulit merah
itu, dengan menukarkan benda-benda itu dengan Vupa Umugi ketua suku Comanche
yang telah kami tangkap juga. Kini ketua suku Comanche beserta orang-orang kulit
merah yang mengantarkan milik Old Surehand sudah pulang ke perkemahan mereka.
Kami harus lekas-lekas meninggalkan tempat kami, karena di situ kami tidak aman.
"Mengapa kita tergesa-gesa benar, Sir?" tanya Parker.
"Orang-orang kulit merah itu telah kita beri pelajaran; mereka tidak akan berani
menyerang lagi." "Sebaliknya! Saya yakin bahwa mereka akan membalas dendam, Old Surehand telah
kita rebut kembali. Ketua sukunya telah mendapat malu karena sudah saya tangkap.
Karena itu mereka akan marah sekali dan akan mencoba menyerang kita. Jikalau
kita tinggal di tempat terbuka ini, maka kita tidak akan dapat memberi
perlawanan sebaik-baiknya, sebab jumlah mereka terlalu besar. Kita harus pergi."
"Sia-sia saja, sebab jikalau mereka benar-benar hendak berusaha menangkap kita,
maka kita akan diikutinya."
"Tidak apa, sebab kita akan mencari tempat yang lebih baik dari padang prairi
ini untuk menyambut mereka. Betul mereka akan mengejar kita, akan tetapi mereka
tak akan mau pergi terlalu jauh, oleh karena mereka hendak pergi ke Llano
Estacado." Kamipun berangkatlah. Bekal perjalanan kami sudah bertambah banyak sekali,
berkat oleh-oleh Old Wabble berupa daging yang dirampasnya dari perkemahan orang
Comanche. Saya berjalan di depan dengan Old Surehand. Kami berjalan ke arah
tempat yang biasa dipergunakan orang untuk menyeberangi sungai Rio Pecos. Sampai
di sana saya segera menyeberang, diikuti oleh teman-teman saya. Sampai di
seberang, saya turun. Kuda saya saya ikatkan kepada pohon, lalu saya duduk. Old
Surehand dan Old Wabble berbuat begitu juga. Akan tetapi Parker dan teman-teman
yang lain tetap duduk di atas pelana dan Parker bertanya:
"Mengapa Anda turun, Sir" Anda hendak tinggal di sini?" Saya tak usah memberi
jawaban, sebab segera Old Wabble berkata:
"Tentu saja kita tinggal di sini, Mr. Parker. Herankah Anda" Barangkali Anda
tidak mengerti apa sebabnya kita berjalan ke arah Barat, padahal tujuan kita ada
di sebelah Timur?" "Tentu saja saya mengerti! Saya tidak sebodoh itu. Orang-orang kulit merah tidak
boleh mengetahui bahwa tujuan kita ada di sebelah Timur. Karena itu mereka harus
kita tipu dengan berbuat seakan-akan kita pergi ke Barat. Akan tetapi untuk apa
kita berhenti di sini, bahkan duduk dengan enaknya, itu masih merupakan tekateki bagi saya." "Anda sudah menghadapi banyak teka-teki dan Anda masih akan menghadapi beberapa
teka-teki lagi! Mula-mula Anda tidak mau meninggalkan Air Biru padahal di sana
kita terancam bahaya. Kini kita telah tiba di tempat yang aman, akan tetapi Anda
masih tetap duduk di atas pelana."
"Jadi Anda hendak menunggu kedatangan orang Indian di sini?"
"Ya." "Tetapi itu tidak perlu! Jikalau mereka datang, maka kita harus memberi
perlawanan. Sekiranya kita berjalan terus, maka kita dapat menghindari
pertempuran. Bukankah itu lebih baik?"
"Supaya mereka dapat mengikuti jejak kita dan dapat menyerang kita pada malam
hari, apabila kita tidak dapat melihat mereka" Aneh benar jalan pikiran Anda!
Sudah, turunlah." Parker turun dari atas kudanya, akan tetapi masih menggerutu. Old Wabble menjadi
marah, lalu berseru: "Mengapa Anda menggerutu, Sir" Kalau Anda tidak mau tinggal di sini silahkan
berjalan terus. Anda belum mengenal daerah ini dan Anda tidak dapat membayangkan
betapa besar bahaya yang mengancam di daerah yang akan Anda lalui. Atau adakah
di antara Anda yang sudah pernah mengunjungi Llano Estacado?"
Pertanyaan itu ditujukannya kepada sekalian pemburu prairi yang menemani kami.
Meringkik Di Lembah Hantu 1 Pendekar Kembar 4 Setan Cabul Petaka Gundik Jelita 1

Cari Blog Ini