Llano Estacado Karya Dr. Karl May Bagian 6
Tahukah Anda nama pemimpin orang-orang Comanche dengan siapa Anda berperang?"
"Namanya tidak saya ketahui. Kami tidak mempunyai penyelidik yang dapat
menyelidikinya." "Ketua suku itu namanya Nale Masiuv, artinya Jari Empat. Dan siapakah nama ketua
suku Comanche yang berkemah di Air Biru itu?"
"Kalau nama Nale Masiuv itu benar, maka itulah nama ketua suku yang berkemah di
Air Biru itu." "Salah! Nama ketua suku Comanche itu ialah Vupa Umugi, artinya Guntur Besar."
"Omong kosong! Itu bukan orang lain, sebab Nale Masiuv telah kami giring sampai
ke Air Biru." "Aha! Tadi Anda sudah baik hati menerangkan kepada kami kedudukan Anda di tempat
ini, sungguhpun Anda tidak wajib memberi keberangan itu. Karena itu saya
bersedia pula menerangkan kepada Anda bagaimana sesungguhnya letak perkara itu,
walaupun kami tidak wajib pula memberikannya. Nale Masiuv sudah berserikat
dengan Vupa Umugi dan sudah bersepakat untuk membinasakan Anda. Ketika ia Anda
kalahkan, ia telah menyuruh orang pergi ke kampungnya untuk mengambil bala
bantuan sebanyak seratus orang prajurit. Dari Air Biru ia kembali dengan
mengambil jalan keliling untuk menggabungkan diri dengan bala bantuannya. Tetapi
Anda tetap menyangka bahwa Anda mengejar dia. Sebenarnya Anda dikejar oleh Nale
Masiuv. Anda dipikat ke Air Biru di mana Vupa Umugi menunggu-nunggu kedatangan
Anda. Ketika Anda datang, ia mengundurkan diri, pura-pura lari ke tempat ini,
yang oleh orang Comanche disebut Suksma Lestavi, artinya Pohon Seratus. Ia pergi
ke padang pasir untuk memikat Anda mengikuti dia. Anda mengira mengejar mereka
untuk membinasakan orang-orang Indian itu, akan tetapi sebenarnya Anda
dipikatnya masuk ke dalam perangkap. Ia berjalan mendahului Anda dengan
prajurit-prajuritnya. Di belakang Anda akan menyusul Nale Masiuv dengan pasukan
yang jumlahnya jauh lebih besar daripada 100 orang prajurit. Dengan demikian
maka akan terjepit oleh dua pasukan musuh. Begitulah letak perkaranya, Sir,
tidak lain." Opsir-opsirnya berganti-ganti memandang saya dan memandang komandannya. Komandan
itu memandang saya dengan tercengang-cengang, lalu bertanya: "Sir, obrolan apa
itu?" "Ini bukan obrolan, saya hanya berkata tentang apa-apa yang saya ketahui dengan
pasti sebagai kebenaran."
"Anda mengetahui nama-nama itu semuanya, bagaimana Anda dapat mengetahuinya?"
"Saya mengerti bahasa Comanche."
"Anda" Seorang pencari kuburan?"
"Pshaw! Masih belum sadar jugakah Anda, bahwa Anda salah sangka terhadap diri
saya?" "Salah sangka" Bukankah Anda orang yang selalu saya sebut-sebut tadi, Sir?"
"Bukan. Adakah Anda benar-benar percaya bahwa seorang sarjana, jadi orang yang
terpelajar, akan berkeliaran di daerah Wild West ini sebagai orang tolol" Hanya
dengan tujuan hendak mencari kuburan" Percayakah Anda bahwa seorang yang tolol
dapat menjelajah daerah yang penuh dengan orang Indian tanpa dapat dilihat oleh
mereka?" "Ya, memang saya merasa heran, Sir!"
"Janganlah saya yang mengherankan Anda, melainkan diri Anda sendiri! Tadi telah
saya sebutkan nama tiga orang pemburu prairi yang namanya tentu sudah pernah
Anda dengar. Tahukah Anda kuda apa yang ditunggangi oleh Winnetou?"
"Kuda hitam yang diberi nama Angin."
"Ya, Angin. Dalam bahasa Apache disebut Iitschi. Adakah Anda pernah juga
mendengar nama kuda Old Shatterhand!"
"Ya, kuda hitam yang disebut Kilat."
"Tepat! Dalam bahasa Apache: Hatatitla! Lihatlah kuda saya!"
Tunggangan saya itu sedang makan rumput di tempat yang kira-kira tujuh puluh
langkah jauhnya dari saya. Saya berpaling kepadanya seraya berseru: "Hatatitla".
Kuda itu segera berlari-lari ke arah saya, lalu menggosok-gosokkan kepalanya
kepada bahu saya. "Astaga!" seru komandan itu. "Adakah...?"
"Ya, adakah...," jawab saya dengan tertawa. "Anda seorang opsir kavaleri dan
Anda telah sering melihat kuda ini. Anda sangka kuda ini kuda penarik kereta.
Perhatikanlah kuda itu lebih saksama. Sudah pernahkah Anda melihat kuda seindah
ini" Mungkinkah seorang pencari kuburan memiliki kuda sebagus ini?"
Ia hendak menjawab, akan tetapi tidak ada suara keluar dari mulutnya, karena ia
merasa sangat malu. Akhirnya ia berseru: "Butakah saya selama ini!"
"Ya, Anda buta dengan mata terbuka. Tahukah Anda senjata apa yang selalu dibawa
oleh Winnetou?" "Bedil perak yang sudah terkenal di mana-mana."
"Dan Old Shatterhand?"
"Bedil pembunuh-beruang dan bedil Henry."
"Tidakkah Anda pada pertemuan kita tempo hari melihat bahwa saya membawa dua
buah bedil?" "Ya, akan tetapi sebuah tersimpan dalam selubung."
"Akan tetapi sekarang tidak. Ini, lihatlah!"
Bedil-bedil saya itu saya perlihatkan kepadanya. Opsir-opsir yang lain
mengarahkan pandangannya kepada bedil saya.
"Astaga! Bedil yang berat inikah yang disebut orang pembunuh-beruang?"
"Betul." "Dan bedil yang ajaib ini?"
"Bedil Henry!" "Kalau begitu maka Anda... Anda...."
"Old Shatterhand!" demikian saya menyelesaikan kalimatnya.
"Dan teman Anda ini?"
"Namanya Old Surehand."
Saya melihat opsir-opsir itu berbisik-bisik. Komandan pasukan itu memandang kami
dengan tercengang-cengang, lalu bertanya: "Old Shatterhand dan Old Surehand!
Betulkah itu?" Ia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, sebab pada saat itu kami mendengar
para pengawal berseru: "Orang Indian, orang Indian!"
"Di mana?" tanya komandan itu dengan suara yang keras.
"Itu. Di sebelah Utara," jawab mereka sambil menunjuk ke arah Utara. Komandan
itu sudah hendak memberi perintah kepada pasukannya untuk bersiap-siap, akan
tetapi saya halang-halangi.
"Sabar, Sir! Anda tidak usah khawatir. Kalau Anda masih belum percaya bahwa kami
adalah Old Surehand dan Old Shatterhand, maka kini datang saksi-saksi yang akan
mau menguatkan kebenaran perkataan saya."
"Orang-orang kulit merah itu" Tetapi itu musuh. Saya harus segera...."
"Anda tidak harus apa-apa. Mereka itu sahabat kita. Bahkan mereka itu datang
menolong Anda. Orang-orang kulit merah itu ialah orang Apache yang saya bawa ke
mari untuk membantu Anda melawan orang-orang Comanche."
"Orang-orang Apache" Anda menempatkan saya dalam kedudukan yang sukar, Sir!
Orang kulit merah tetap orang kulit merah. Mereka tidak dapat dipercaya dan saya
masih belum tahu dengan pasti bahwa Anda benar-benar Old Shatterhand."
"Kalau begitu, Anda boleh mengambil tindakan yang Anda pandang perlu. Akan
tetapi jangan Anda mulai menembak. Anda tidak percaya?" tanya saya. "Nanti
semuanya akan saya terangkan, akan tetapi orang-orang Apache itu akan saya beri
isyarat lebih dahulu supaya mereka jangan mendekati perkemahan ini sebelum Anda
dapat mempercayai mereka."
"Biarlah saya saja yang menyampaikan pesan Anda," demikian Old Surehand
menawarkan jasanya. "Ya, silakan, Sir. Katakan juga bahwa seorang dari mereka harus menunggu di
semak belukar di atas itu."
"Di atas" Mengapa begitu?" tanya komandan yang masih menaruh curiga itu.
"Mengapa Anda menyuruh orang memasang penjagaan di belakang kami?"
"Untuk meninjau kedatangan Nale Masiuv. Bukankah tadi telah saya katakan bahwa
Nale Masiuv akan menyusul Anda dari belakang. Setiap saat ia mungkin datang."
"Bukankah saya sendiri dapat memasang penjagaan saya!"
"Orang-orang Apache matanya lebih tajam."
"Tetapi sekiranya Anda... sekiranya Anda...!"
"Ya, ya, Sir! Anda hendak mengatakan sekiranya Anda musuh dan penipu?"
"Ya," demikian ia mengaku dengan terus terang. "Saya belum dapat memastikan
adakah orang-orang kulit merah itu betul-betul orang Apache."
"Jadi Anda tidak dapat membedakan orang Apache daripada orang Comanche" Dan Anda
hendak berperang dengan orang Indian" Kalau begitu Anda mudah sekali dapat
berbuat kesalahan yang sebesar-besarnya! Lihatlah itu mereka datang! Jumlahnya
lima puluh orang. Menurut taksiran saya Anda membawa seratus orang tentara
kavaleri yang terlatih baik. Masakan Anda takut akan seratus orang kulit merah?"
"Tidak. Saya mau mempercayai Anda, Sir! Hanya orang-orang Indian itu jangan
mendekati perkemahan ini sebelum mereka saya beri izin. Itu kewajiban saya."
"Saya mengerti. Anda tak usah khawatir. Lihatlah Mr. Surehand telah sampai
kepada mereka. Mereka berhenti serta turun. Hanya tiga orang saja yang berjalan
terus. Itulah penjaga yang akan memelihara keamanan kita."
"Baik, Sir! Akan tetapi saya pun tidak boleh meninggalkan apa yang sudah menjadi
kewajiban saya untuk memelihara keamanan kita."
Kemudian ia memberi perintah dan pasukannya mengatur kedudukannya sedemikian
sehingga mereka apabila perlu dapat menyambut serangan orang Apache.
"Saya berharap jangan hendaknya Anda berkecil hati oleh karena saya sudah
mengambil tindakan," katanya.
"Saya tahu bahwa itu tak lain daripada kewajiban Anda," jawab saya.
"Itu Mr. Surehand sudah kembali. Marilah kita duduk lagi. Saya akan berceritera
terus dan dengan demikian membuktikan bahwa saya berkata benar dan bahwa tanpa
pertolongan kami Anda akan binasa."
Kami duduk kembali di dekat kolam dan saya ceriterakan kepadanya semua yang
patut diketahuinya. Apa-apa yang tidak penting baginya saya tinggalkan. Semua
mendengarkan keterangan saya dengan minat yang sangat besar. Komandan itu tidak
sekali juga menyela perkataan saya. Opsir-opsirnya pun kini yakin bahwa tanpa
campur tangan kami mereka akan menghadapi bahaya yang besar. Akhirnya komandan
itu memandang saya seraya berkata: "Perkenankan saya memajukan suatu pertanyaan,
Mr. Shatterhand. Maukah Anda memaafkan bahwa saya sudah... memperlakukan Anda
tidak dengan sepertinya?"
"Dengan segala senang hati. Percayalah Anda sekarang bahwa saya Old
Shatterhand?" "Ya. Saya masih tercengang-cengang bahwa seorang penjelajah hutan seperti Anda
dapat melebihi opsir yang paling cakap! Memang saya mengakui bahwa kami
memerlukan seorang penunjuk jalan, seorang penyelidik, seorang penasihat, yang
tidak saja mengenal daerah ini baik-baik, melainkan mengenal adat-istiadat orang
kulit merah serta mengerti bahasa mereka. Anda telah mendengarkan percakapan
orang-orang Comanche dan dengan demikian dapat mengetahui rencana mereka.
Mungkinkah kami mengerjakannya" Kami tidak menyadari bahwa kami telah memasuki
sarang musuh. Anjing-anjing Comanche itu akan merasakan pembalasan kami. Bedilbedil kami tidak akan henti-hentinya memuntahkan peluru."
"Jangan, Sir! Itu adalah soal yang harus kita rundingkan lebih dahulu sebelum
kami bersedia memberi Anda bantuan. Saya bukan seorang pembunuh!"
"Saya bukan juga. Saya dikirim ke mari untuk menghukum orang-orang Indian ini.
Saya harus memerangi mereka sampai mereka kami kalahkan atau sampai mereka
menyerah." "Bagaimana kalau mereka itu menyerah tanpa memberi perlawanan?"
"Dalam hal yang demikian pun mereka harus mendapat hukuman. Setiap orang Indian
yang kesepuluh atau keduapuluh harus saya tembak mati."
"Kalau begitu tak usah Anda mengharapkan bantuan kami."
"Omongan apakah itu" Anda tahu bahwa bantuan Anda sangat saya perlukan!"
"Itu saya yakin juga; karena itu maka saya katakan bahwa nasib orang-orang kulit
merah itu ada di tangan kami."
"Tidak di tangan Anda saja, Mr. Shatterhand saya mau mengakui segala jasa Anda,
akan tetapi saya menghendaki juga bahwa Anda akan menghormati hak-hak saya."
"Apakah yang Anda maksud dengan hak-hak Anda?"
"Apabila Anda dan saya bersekutu melawan orang-orang Comanche, maka apabila kita
menang maka kita berdua mempunyai hak yang sama dalam hal menentukan apa yang
akan kita perbuat dengan orang-orang kulit merah itu. Anda harus mengakui bahwa
mereka itu wajib mendapat hukuman."
"Tidak, saya tidak mengakuinya."
"Kalau begitu maka kita berselisih pendapat, akan tetapi saya berharap mudahmudahan kita akan memperoleh kata sepakat. Marilah kita mencari jalan tengah."
"Dalam hal ini bagi saya tidak ada jalan tengah. Jikalau orang-orang Comanche
itu melawan, maka sudah barang tentu kita akan mempergunakan senjata kita. Akan
tetapi apabila mereka menyerah, maka tak perlu mereka menderita. Itu adalah
pendirian saya yang tidak dapat saya lepaskan."
"Akan tetapi, Sir, mereka harus dihukum, oleh karena mereka sudah berani
memberontak!" "Apa yang Anda sebut memberontak" Apabila orang mempertahankan haknya, apabila
orang Indian tidak dengan sukarela mau diusir dari tempat tinggalnya, adakah
mereka itu Anda sebut pemberontak?"
"Hm! Kini saya mengerti mengapa orang selalu mengatakan bahwa Mr. Shatterhand
memihak orang kulit merah."
"Saya selalu memihak mereka yang ada pada pihak yang benar."
"Pshaw! Janganlah kita bertengkar. Anda adalah seorang Yankee, lagi pula seorang
opsir. Saya tidak dapat mendesak Anda agar Anda sependapat dengan saya. Itu pun
sama sekali tidak perlu. Saya membawa beberapa orang pemburu kulit putih yang
dapat melawan sepasukan orang Comanche. Lagi pula kami membawa juga tiga ratus
orang prajurit Apache yang jauh lebih baik terlatih dan bersenjata daripada
orang-orang Comanche. Lain daripada itu kami masih mempunyai keuntungankeuntungan yang lain. Percayakah Anda bahwa kami dapat mengalahkan orang-orang
Comanche?" "Ya." "Tanpa pertolongan Anda juga?"
"Hmm.... Hm!" Ia menggelengkan kepalanya.
"Sesungguhnya kami tidak memerlukan Anda. Percayalah, bahwa tidak seorang
Comanche pun akan dapat meloloskan diri apabila mereka kami kepung, biarpun
tidak dengan bantuan Anda. Karena itulah maka saya berpendapat, bahwa nasib
orang Comanche itu sama sekali bergantung kepada kehendak kami, bukan tergantung
kepada kehendak Anda."
"Thunderstorm! Anda gegabah sekali. Sir! Jadi Anda hendak memisahkan diri dari
kami?" "Tidak. Betul saya mengatakan, bahwa kami tidak memerlukan bantuan Anda, akan
tetapi saya mengakui bahwa pelaksanaan rencana itu akan menjadi lebih mudah
sekiranya kami memperoleh bantuan Anda."
"Baik. Akan tetapi barang siapa membantu, memperoleh hak juga untuk mengeluarkan
suaranya." "Kalau begitu kami akan mogok. Kalau Anda bersedia membantu kami, maka itu
hendaknya Anda pandang sebagai terimakasih terhadap pertolongan kami, akan
tetapi tidak dengan maksud untuk mengadakan pertumpahan darah. Tetapi kita tidak
sempat lagi mengadakan perundingan yang tidak berkesudahan. Orang-orang Comanche
setiap saat dapat datang kemari. Putuskanlah sekarang! Ya atau tidak!"
"Hm! Berilah saya waktu lima menit untuk berunding dengan opsir-opsir saya."
"Baiklah, akan tetapi jangan lebih lama dari lima menit itu. Keragu-raguan Anda
dapat membahayakan keamanan kita."
Saya bangkit lalu mengundurkan diri untuk lima menit. Ketika saya kembali maka
saya diberi jawab: "Kehendak Anda akan kami turuti, Sir! Setelah kami Anda
tolong, maka tidak patutlah apabila kami pergi begitu saja tanpa membantu Anda.
Jadi kami akan tinggal dan akan menolong Anda."
"Nasib orang-orang Comanche itu Anda serahkan kepada saya?"
"Ya." "Saya sangat bergirang hati mempunyai sekutu yang gagah berani lagi
berperikemanusiaan."
"Nah, katakanlah apa yang akan kami perbuat."
"Suruhlah kuda Anda minum dan bongkarlah kemah Anda. Anda meninggalkan tempat
ini, mengikuti Vupa Umugi. Tonggak-tonggak itu akan menjadi penunjuk jalan bagi
Anda." "Anda tinggal di sini?"
"Berapa jauh kami harus berjalan?"
"Ya, sampai kami melihat pasukan Nale Masiuv datang."
"Apabila Anda tidak dapat melihat hutan belukar ini lagi, maka Anda berhenti.
Kami akan segera menyusul Anda."
"Apa sebabnya maka Anda tidak bersama-sama dengan kami?"
"Oleh karena saya hendak mengintai Nale Masiuv dan oleh karena orang-orang
Apache itu harus datang ke mari untuk mengambil air sebelum kuda mereka masuk ke
padang pasir." "Baiklah!" Ia segera memberi perintah secukupnya dan setengah jam kemudian sudah berangkat
Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan pasukannya. Kini orang-orang Apache datang untuk memberi kuda mereka
minum serta untuk mengisi kantong air mereka. Dalam pada itu saya naik ke atas
bukit untuk mengintai kedatangan musuh dengan teropong saya. Karena mereka
mengikuti jejak tentara Kavaleri, maka saya tahu dengan tepat dari mana mereka
dapat saya harapkan datang. Saya yakin pula bahwa saya tak usah menunggu terlalu
lama, oleh karena mereka niscaya menduga bahwa tentara itu hanya sebentar saja
singgah di Pohon Seratus.
Dugaan saya itu ternyata benar. Belum lama Old Surehand dan saya menunggu di
tempat penjagaan kami, maka di kaki langit sebelah Barat saya melihat sebuah
titik hitam yang perlahan-lahan maju ke arah kami.
"Itu mereka datang," kata saya kepada Old Surehand.
"Cepat benar. Berikanlah teropong Anda kepada saya sebentar."
Setelah ia melihat, maka ia bertanya: "Yang Anda maksud titik hitam di sebelah
Barat kita itu" Ha, kini mereka memencar. Ada enam buah titik, bukan, delapan
buah titik, yang membentuk setengah lingkaran."
"Kalau begitu mereka ialah penyelidiknya."
"Mereka tak hendak langsung pergi ke mari agar jangan dilihat oleh tentara
Kavaleri, sekiranya mereka masih ada di sini. Bukan begitu?"
"Ya. Mereka hendak mendekati Pohon Seratus dari dua pihak. Itulah cara yang
paling aman bagi mereka untuk mengetahui adakah tentara itu masih di sini.
Berikanlah teropong itu kembali."
Dengan teropong itu saya melihat dua kelompok penyelidik. Mereka masih
sedemikian jauhnya sehingga hanya dapat dilihat dengan teropong saja. Kami tidak
boleh menunggu sampai kami dapat melihat mereka tanpa teropong, sebab mereka
akan dapat melihat kami juga. Cepat-cepat kami turun, lalu memberi perintah
kepada orang-orang Apache agar segera meninggalkan kolam. Semenit kemudian kami
sudah berangkat, mengikuti jejak yang paling lebar yang menuju ke arah Tenggara.
Kami melalui beberapa buah tonggak berturut-turut. Kira-kira sepuluh menit
kemudian kami bertemu dengan tentara kavaleri yang menunggu kami.
Dari tempat itu kami tidak dapat melihat Pohon Seratus dengan mata biasa akan
tetapi dengan teropong dapat. Tidak lama kemudian saya melihat penyelidikpenyelidik Comanche itu dengan perlahan-lahan dan hati-hati mendekati kolam air
dari dua pihak. Demi mereka mengetahui bahwa tempat itu kosong, maka mereka
mempercepat jalannya. Hutan belukar itu diselidikinya dengan saksama. Mereka
turun, sedang seorang di antara mereka berbalik. Ia harus melaporkan kepada Nale
Masiuv bahwa tempat itu sudah aman.
Baru kira-kira sejam kemudian saya melihat bahwa tempat di dekat kolam itu kini
sudah ramai lagi. Orang-orang Comanche sudah datang. Ketika Old Surehand saya
beritahu maka ia berkata: "Saya kira tidak lama lagi kita dapat bertindak.
Bukankah begitu?" "Ya. Mereka tinggal di sana hanya untuk minum dan memberi kudanya minum saja.
Jadi marilah kita naik!"
"Semua serentak?"
"Tidak. Mereka harus kita kepung; kita mulai dari jauh sehingga mereka tak dapat
melihat kita. Kemudian lingkaran kita akan kita perkecil. Mereka yang harus
berkuda paling jauh harus berangkat lebih dahulu, yaitu Anda dengan orang-orang
Apache yang saya serahkan kepada pimpinan Anda, Mr. Surehand."
"Senang hati saya. Terimakasih, Sir!"
"Anda mengelilingi Pohon Seratus, tetapi tidak boleh dilihat oleh orang
Comanche. Kemudian Anda menduduki tempat-tempat yang tinggi sekeliling pinggir
hutan belukar itu, sehingga Anda membuat setengah lingkaran dengan kelima puluh
orang Apache. Anda sekalian berbaring di antara semak-semak sehingga dengan
demikian Anda dapat menguasai seluruh tempat itu dengan bedil Anda."
"Kami harus menembak?"
"Hanya kalau orang-orang Comanche itu memberi perlawanan atau hendak menerobos
barisan Anda. Berapa lama Anda perlukan untuk sampai ke tempat itu?"
"Saya kira setengah jam. Ada pesan lagi, Mr. Shatterhand?"
"Hanya ini: Kita hanya akan mempergunakan senjata kita apabila itu tidak dapat
kita elakkan. Tentara kavaleri ini akan saya bawa dalam bentuk setengah
lingkaran ke arah Pohon Seratus, sedemikian sehingga ujung dan pangkal setengah
lingkaran itu akan bertemu dengan ujung dan pangkal setengah lingkaran Anda.
Dengan demikian orang-orang Comanche itu akan terkepung. Mula-mula sekali mereka
akan melihat kami, lalu akan lari ke belakang ke arah Anda. Agar mereka tahu
bahwa mereka sudah terkepung, maka hendaknya orang-orang Apache meneriakkan
pekik peperangan mereka segera setelah orang-orang Comanche itu dekat."
"Mengerti. Saya akan berangkat."
Ia pergi mendapatkan orang-orang Apache untuk memberi beberapa petunjuk,
kemudian berangkat dengan mereka. Saya berpaling kepada komandan: "Siapa yang
akan memimpin pasukan Anda, Sir" Kita akan mulai."
"Tentu saja saya!"
"Baik, tetapi segalanya harus kita jalankan dengan saksama."
"Saya tahu apa yang harus saya kerjakan."
"Nah, kita akan berjalan cepat-cepat ke arah Pohon Seratus dan dalam pada itu
kita mulai dari sini akan membentuk setengah lingkaran yang ujung-ujungnya akan
bertemu dengan, hutan belukar sebelah dalam."
"Saya mengerti. Di belakang hutan belukar itu orang-orang Apache kita menunggu."
"Ya. Orang-orang Anda harus menyelesaikan lingkaran itu."
"Dan apabila sudah selesai, bagaimana?"
"Tujuan kita yang paling pertama ialah mengepung orang-orang Comanche. Apa yang
akan terjadi kemudian, tergantung kepada sikap mereka. Apabila mereka menembak,
maka kita akan menembak kembali. Jika mereka menunggu maka kita tidak akan
mengangkat senjata kita. Dalam hal yang demikian saya akan berunding dengan
ketua suku mereka. Dari hasil perundingan itulah akan tergantung apa yang akan
terjadi selanjutnya."
"Saya akan hadir dalam perundingan itu?"
"Tidak. Itu tidak perlu."
"Pada hemat saya perlu juga. Sebagai komandan pasukan kavaleri ini saya adalah
orang yang akan diperhatikan benar oleh Nale Masiuv."
"Ia tidak akan memperhatikan Anda."
"Siapakah yang akan diperhatikannya?"
"Saya." "Hm! Saya tahu bahwa Anda orang yang cakap, Mr. Shatterhand, tapi saya kira Anda
salah sangka. Dalam perundingan serupa itu perlu kita mempergunakan kewibawaan.
Anda adalah hanya seorang pencari jejak belaka, sebaliknya saya adalah komandan
kavaleri, Mr. Shatterhand."
"Ah!" Demikian saya menjawab dengan tertawa.
"Betul. Hanya pakaian seragam saja akan memberi kewibawaan."
"Apa lagi?" "Lagak saya berbicara."
"Anda hendak berbicara dengan Nale Masiuv" Mengertikah Anda bahasa Comanche?"
"Tidak." "Bagaimana Anda akan berunding?"
"Anda akan menjadi jurubahasa saya."
"O, begitu! Jadi Anda ialah komandan yang memutuskan segala-galanya dan saya
hanyalah alat belaka, jurubahasa Anda" Sadarlah, Tuanku. Sebab Anda rupa-rupanya
belum mengenai Old Shatterhand. Saya harus berbicara dengan Nale Masiuv sebagai
jurubahasa; kalau begitu untuk apa saya memerlukan Anda" Apa gunanya lagak Anda
jikalau saya harus menterjemahkan perkataan Anda" Dan pakaian seragam Anda"
Percayalah bahwa Nale Masiuv lebih takut akan baju perburuan saya dan lebih
takut kepada bedil saya daripada kepada pakaian seragam dan pedang Anda. Tetapi
apa gunanya kita bertengkar perkara perbedaan pangkat! Saya yang akan mengatakan
apa yang akan kita kerjakan dan Anda menyampaikan perintah itu kepada anak buah
Anda. Saya bukan bawahan Anda. Lagi pula, adakah Anda memikirkan bahaya yang
mengancam Anda apabila Anda berunding dengan orang-orang Comanche?"
"Bahaya" Ada bahaya apa" Seorang perantara untuk berunding ialah tidak boleh
diganggu gugat!" "Tidak bagi Indian ini. Ia orang yang curang. Ia berhadapan dengan Anda. Keduaduanya tidak bersenjata. Anda mulai berunding. Tetapi tiba-tiba orang Comanche
itu mencabut pisau yang disembunyikannya lalu menikam Anda."
"Itu tidak boleh."
"Ia tidak akan bertanya bolehkah itu atau tidak! Ia hendak menikam pemimpin
musuhnya dan dengan demikian akan menggemparkan lawan-lawannya."
"Hm! Terimakasih!"
"Anda masih hendak berbicara dengan Nale Masiuv, Sir?"
"Saya mau juga, akan tetapi saya tidak mau menanggung perasaan Anda. Lagipula
oleh karena saya tidak mengerti bahasa mereka. maka sukar sekali saya akan
memperoleh persetujuan dengan dia. Jadi saya rasa lebih baik Anda saja yang
berunding." "Baik. Marilah kita berangkat."
"Sebentar, saya harus memberitahu opsir-opsir saya."
Komandan ini benar-benar menyangka bahwa pakaian seragamnya akan menakutkan
orang-orang Comanche. Tambahan lagi lagak suaranya! Padahal ia tidak tahu sama
sekali dengan lagak apa orang harus berbicara dengan orang Indian yang menjadi
musuh. Barangsiapa dalam perundingan yang sepenting itu akan menggertak ketua
suku seperti Nale Masiuv sebagai seorang plonco, maka binasalah ia. Untung saja
ia memperhatikan peringatan saya terhadap kecurangan orang kulit merah. Kini
kami tidak boleh membuang-buang waktu lagi. Segeralah kami berangkat, sebab Old
Surehand dan teman-temannya orang Apache sudah tidak dapat kami lihat lagi.
Serdadu-serdadu itu membentuk sebuah baris melengkung yang merupakan setengah
lingkaran. Saya berjalan di depan. Kami pacu kuda kami dan dengan cepat sekali
kami menuju ke Pohon Seratus.
Orang-orang kulit merah itu tidak boleh kami beri kesempatan untuk berpikir atau
berunding. Sebagai halilintar kami bergerak menjelajah pada pasir; dalam pada
itu kami tidak membuat bunyi yang tidak perlu, hanya depak kuda kami saja yang
kedengaran. Kini orang-orang Comanche itu melihat kami, akan tetapi mula-mula
tidak mengetahui siapa kami. Demi mereka melihat bahwa yang datang itu ialah
orang-orang kulit putih, maka mereka memekik-mekik, memungut senjata lalu
berlari-lari ke kudanya. Akan tetapi semua sudah terlambat, sebab lingkaran kami
telah bersambung. Maka mereka hendak mengundurkan diri, akan tetapi pada saat
itu kedengaran dari belakang pekik orang-orang Apache itu maka lekas-lekas
mereka mengundurkan diri ke belakang semak-semak. Mereka mengerti bahwa mereka
telah terkepung. Kami berhenti sejauh jarak tembak. Orang-orang kulit merah itu menjadi gempar;
mereka berlari-larian kian-kemari sambil meraung-raung. Demi mereka melihat
bahwa kami berhenti, maka mereka menjadi tenang dan tinggal di dekat kolam. Maka
saya turun dari atas kuda saya, lalu berjalan perlahan-lahan ke arah perkemahan
mereka. Kira-kira sampai jarak dua ratus langkah dari mereka, saya berseru:
"Prajurit-prajurit orang Comanche boleh mendengarkan saya! Ini Old Shatterhand,
pemburu kulit putih yang hendak berbicara dengan Nale Masiuv. Jikalau ketua suku
orang Comanche itu mempunyai keberanian, maka ia boleh menampakkan diri."
Kini mereka menjadi gempar lagi dan saya mendengar orang berseru ketakutan.
Sebentar kemudian tampillah seorang dari mereka. Orang itu memakai bulu burung
rajawali di rambutnya. Ia melambai-lambaikan tomahawknya seraya berseru: "Ini
Nale Masiuv, ketua suku Comanche. Jikalau Old Shatterhand hendak menyerahkan
scalp-nya, maka ia boleh datang ke mari. Saya bersedia mengambil scalp itu."
"Adakah itu kata-kata seorang ketua suku yang gagah berani?" jawab saya. "Adakah
Nale Masiuv sudah menjadi pengecut sehingga ia menghendaki agar scalp yang
hendak diambilnya itu harus dibawa kepadanya" Barangsiapa berani harus
mengambilnya sendiri!"
"Kalau begitu Old Shatterhand boleh datang ke mari untuk mencoba dapatkah ia
mengambil scalp saya!"
"Old Shatterhand tidak menghendaki scalp. Ia sahabat orang-orang kulit merah dan
ia ingin menyelamatkan orang-orang kulit merah dari bencana besar. Prajurit
Comanche telah terkepung dari segala pihak. Jiwa mereka sudah seakan-akan
terletak di atas mata tomahawk, akan tetapi Old Shatterhand mau menyelamatkan
mereka. Nale Masiuv boleh datang kepada saya untuk berunding."
"Nale Masiuv tidak mau menyia-nyiakan waktunya!"
"Kalau ia tidak sempat mengadakan perundingan maka ia akan sempat menemui
ajalnya! Ia saya beri waktu untuk menghitung lima kali seratus. Apabila sesudah
itu ia belum memberi jawab, maka kita akan berbicara dengan bedil kita."
Kemudian ketua suku itu kembali ke tempat prajurit-prajuritnya, lalu mulai
berunding. Demi waktu yang saya sebut tadi lewat, maka saya berseru: "Waktu itu
sudah lewat, apa keputusan Nale Masiuv?"
Ia maju beberapa langkah lalu bertanya: "Adakah Old Shatterhand bermaksud hendak
mengadakan perundingan secara jujur" Di mana kita berunding?"
"Tepat di tengah-tengah antara Anda dengan kami."
"Siapa yang akan mengikuti perundingan itu?"
"Hanya Anda dan saya."
"Sesudah itu masing-masing bebas pulang ke tempatnya kembali" Pasukan Anda tidak
akan menembak sampai kita masing-masing kembali ke tempatnya?"
"Jangan khawatir, saya berjanji."
"Bolehkah kita membawa senjata?"
"Tidak." "Old Shatterhand hendaknya menanggalkan senjata serta mulai berjalan ke tempat
yang sudah kita janjikan; saya akan datang dengan segera."
Kemudian insaflah saya, bahwa orang Indian itu tidak mengatakan bahwa dia pun
akan menanggalkan segala senjatanya. Walaupun begitu saya akan waspada. Demi
senjata saya tinggalkan pada kuda saya dan saya berpaling, maka saya melihat
bahwa Nale Masiuv sudah berjalan ke arah tempat yang kami janjikan. Ia berjalan
cepat-cepat, tidak perlahan-lahan seperti biasa dilakukan oleh seorang ketua
suku. Rupa-rupanya ia hendak mendahului saya di tempat pertemuan kami. Mengapa
ia berbuat begitu" Saya pergi dengan tenang, akan tetapi mata saya memperhatikan
setiap geraknya dengan waspada. Nale Masiuv duduk serta menyembunyikan sebuah
tangannya di belakang punggungnya lebih lama daripada untuk membetulkan letak
ikat pinggang. Mengapa ia berbuat begitu" Saya yakin bahwa ia menyembunyikan
senjata. Dengan perlahan-lahan saya menghampirinya sampai kira-kira tiga langkah dari
dia. Kini saya pun pergi duduk dengan perlahan-lahan.
Nale Masiuv bukanlah anak muda, usianya kira-kira lima puluh tahun, akan tetapi
badannya yang langsing itu menunjukkan urat daging yang kuat. Ia mengamat-amati
saya dari kepala sampai ke kaki, lalu membuka ikat pinggangnya seraya berkata:
"Old Shatterhand boleh melihat bahwa saya tidak membawa senjata."
Kini saya yakin benar bahwa ia sudah meletakkan pisau di belakangnya atau
menusukkannya di tanah di belakang punggungnya. Maka saya berkata: "Apa sebab
Nale Masiuv mengucapkan kata-kata itu" Itu tidak perlu. Nale Masiuv ialah ketua
suku dan Old Shatterhand bukan saja pemburu kulit putih melainkan ia ketua suku
juga dari orang-orang Apache Mescalero. Kata-kata ketua suku boleh dipandang
sebagai sumpah. Saya sudah berjanji tidak akan membawa senjata saya. Saya perlu
menunjukkannya atau membuktikannya."
Sedang saya berkata saya lipatkan kaki kanan saya ke dalam dan saya letakkan
kaki itu di bawah kaki kiri saya, agar apabila perlu dengan lekas saya dapat
bangkit. Ia tidak mengindahkan gerak saya. Rupa-rupanya ia merasa tersinggung
oleh kata-kata saya tadi, sebab ia menjawab: "Old Shatterhand gegabah sekali.
Nanti akan tiba saatnya ia akan berbicara dengan rendah hati sekali."
"Apabila saat itu akan tiba?"
"Apabila ia sudah kami tangkap."
"Kalau begitu Nale Masiuv boleh menunggu sampai ia sudah mati. Andalah yang akan
menjadi tawanan saya, bukan sebaliknya."
"Uf! Bagaimana Anda akan dapat menangkap Nale Masiuv?"
"Ia sudah menjadi tawanan saya. Silakan Anda melihat sekeliling."
"Pshaw! Saya melihat orang-orang kulit putih."
"Orang-orang kulit putih ini ialah serdadu-serdadu yang terlatih, terhadap siapa
prajurit-prajurit Anda tidak akan dapat memberi perlawanan."
"Mereka ialah anjing yang akan kami ambil scalpnya. Orang-orang kulit putih itu
tidak akan dapat menandingi prajurit kulit merah!"
"Katakanlah, adakah orang-orang Apache prajurit kulit merah juga!"
"Ya." "Kalau begitu boleh Anda mengetahui bahwa di belakang Anda itu ada pasukan orang
Apache." "Bohong!" "Anda tahu bahwa saya tidak pernah berbohong. Tiadakah Anda mendengar sorak
peperangan orang-orang Apache tadi" Adakah Anda tuli?"
"Berapa besar jumlah mereka?"
Tentu saja saya tidak bersedia memberitahukan bahwa jumlah mereka itu hanya lima
puluh orang saja. Karena itu saya menjawab: "Sedemikian besar jumlahnya sehingga
mereka saja sudah dapat membinasakan sekalian prajurit Comanche yang ada di
sini." "Dari marga mana mereka?"
"Dari marga Mescalero yang diketuai oleh Winnetou dan saya."
"Di mana Winnetou."
Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Di Llano Estacado. Dengan lima puluh orang Apache ia berjalan mendahului Vupa
Umugi untuk memindahkan tempat tonggak-tonggak, sehingga menuju ke arah tempat
di mana pasukan Vupa Umugi akan dibinasakannya."
"Uf, Uf!" serunya.
"Dalam mengerjakan tugas itu ia menggantikan Schiba Bigk yang tidak dapat
melakukannya oleh karena ia sudah kami lawan. Kini Winnetou memindahkan tonggaktonggak itu agar orang-orang Comanche sesat, tepat seperti yang dimaksud oleh
Vupa Umugi terhadap serdadu-serdadu kulit putih ini."
"Saya tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Old Shatterhand. Hendaknya ia
berbicara lebih jelas."
"Anda tahu dengan tepat apa yang saya maksud. Rencana itu Anda yang membuatnya."
"Rencana mana?"
"Untuk menyesatkan serdadu-serdadu kulit putih dengan mengubah tempat tonggaktonggak itu." "Rupa-rupanya Old Shatterhand sedang bermimpi!"
"Anda sudah pernah dikalahkan oleh pasukan kulit putih itu dan Anda telah
menyuruh orang pergi ke kampung Anda untuk mengambil bala bantuan sebanyak
seratus orang. Lain daripada itu Anda telah menyuruh dua orang utusan pergi ke
Air Biru untuk menyampaikan rencana-rencana Anda kepada Vupa Umugi. Saya telah
mendengarkan percakapan mereka sebelum mereka menyeberangi Rio Pecos."
"Uf! Mereka itu akan saya pecat sebagai prajurit!"
"Itu baik! Orang-orang yang tidak bersikap hati-hati dan suka sekali mengobrol
tidak layak menyebut dirinya prajurit. Vupa Umugi sendiri pun telah saya
dengarkan percakapannya dan saya sudah mengetahui segala-gala tanpa diduganya."
Ia berdiam diri saja, akan tetapi memandang saya dengan pandangan yang
mengandung ancaman. Saya berkata lagi: "Lain daripada itu saya sudah
mendengarkan juga percakapan keenam utusan Vupa Umugi yang dikirimkannya ke
Timur. Mereka semua tewas di Altschese Tschi!"
"Uf! Sekarang mengerti saya mengapa mereka tidak balik kembali dan tidak ada
kami jumpai di sini!"
"Masih banyak lagi hal-hal yang akan Anda fahami. Winnetou sudah pergi ke Llano
Estacado untuk memberitahu Bloody Fox. Ia sudah mengumpulkan dan menyiapkan
berkian-kian orang Apache untuk menggagalkan rencana Anda. Dengan orang-orang
Apache itu saya sudah dapat menawan pasukan Schiba Bigk, ketika mereka sedang
memancangkan tonggak yang harus menjadi penunjuk jalan bagi Vupa Umugi."
"Anda tidak berbohong?" katanya dengan marah.
"Perlukah pertanyaan itu saya jawab" Belum kenalkah Anda akan saya" Boleh Anda
mendengar terus: tonggak-tonggak itu sudah kami pindahkan tempatnya. Itu
dikerjakan oleh Winnetou dengan lima puluh orang Apache. Jejak mereka niscaya
akan disangka jejak orang-orang Comanche oleh Vupa Umugi. Kini Vupa Umugi
mengikuti jejak orang-orang Apache. tetapi menyangka bahwa ia mengikuti pasukan
Schiba Bigk. Ia akan sampai ke hutan kaktus yang kering dan di sana ia akan kami
kepung. Sungguhpun begitu saya bersedia menjadi perantara agar Anda berdamai
dengan musuh-musuh Anda."
"Kami tidak mau berdamai!"
"Kalau begitu Anda akan menumpahkan darah Anda sendiri dan darah prajuritprajurit Anda." "Kami akan memberi perlawanan!"
"Cobalah! Anda berhadapan dengan seratus pucuk bedil orang kulit putih yang Anda
lihat itu; lain daripada itu Anda masih menghadapi juga bedil wasiat saya dan
bedil Old Surehand yang selalu mengenai sasarannya."
"Uf! Old Surehand ada di sini juga" Di mana?"
"Ia memimpin pasukan Apache di belakang Anda. Peluru pasukan itu akan mengenai
Anda juga. Mustahil Anda akan dapat meloloskan diri."
"Anda hendak menipu saya, agar saya menyerah. Schiba Bigk tidak tertawan."
"Salah! Ia sudah tertawan dengan tiga puluh orang prajurit Naiini dan dua puluh
orang prajurit Comanche dari marganya sendiri."
"Akan tetapi Vupa Umugi sangsikan. Bahkan saya mau juga mengatakan bahwa ketika
ia masih berkemah di Air Biru, saya sudah pergi ke Kaam Kulano di mana seluruh
sukunya berkemah. Di sana saya sudah mengambil jimatnya yang diikatkannya pada
dua buah tombak yang terpancang di muka kemahnya."
"Kalau begitu ia akan binasa!"
Kini Nale Masiuv menundukkan kepalanya serta berdiam diri. Saya menyambung:
"Nah, kini Anda tahu, bahwa Anda tidak usah mengandalkan Schiba Bigk atau Vupa
Umugi. Tidak ada jalan lain lagi bagi Anda daripada menyerah."
Lama sekali ia berdiam diri. Apakah yang direnungkannya" Ia saya amat-amati
dengan waspada. Akhirnya ia mengangkat kepalanya serta bertanya: "Akan diapakan
Schiba Bigk dan prajurit-prajuritnya?"
"Mereka akan kami bebaskan, sebab pertemuan kami dengan dia tidak mengakibatkan
pertumpahan darah." "Apa yang hendak Anda perbuat dengan Vupa Umugi?"
"Apabila ia mau menyerah, maka ia dan prajurit-prajuritnya akan kami bebaskan
juga." "Dan apa yang hendak Anda perbuat dengan prajurit-prajurit saya sekiranya kami
menyerah?" "Kami bebaskan juga."
"Dan milik kami?"
"Kami orang kulit putih tidak menghendaki jarahan, akan tetapi orang-orang
Apache tentu akan merampas kuda Anda."
"Tetapi kuda itu kami perlukan sendiri."
"Untuk pergi merampok" Jikalau Anda semuanya tidak mempunyai kuda, maka Anda
tidak akan dapat membuat kejahatan."
"Tetapi senjata-senjata kami tidak akan Anda rampas?" tanyanya lagi.
"Itu tidak saya ketahui."
"Anda harus mengetahuinya."
Sambil mengucapkan kata-kata itu tangannya digerakkan ke arah belakang. Saya
mengerti bahwa ia segera hendak menyerang, akan tetapi saya menjawab dengan
tenang: "Saya tidak dapat mengatakannya, sebab itu masih harus saya rundingkan
dengan Winnetou dan Old Surehand."
"Maukah Anda mengusulkan agar senjata-senjata itu tidak akan dirampas?"
"Panah, pisau dan tomahawk tidak akan kami rampas. Itu Anda perlukan untuk
berburu. Akan tetapi bedil Anda barangkali akan kami rampas juga. Jikalau Anda
tidak mempunyai bedil, maka Anda tidak akan dapat berperang."
Barangkali saya dapat memberi jawab lain, artinya dapat memberi janji yang akan
memuaskan dia, akan tetapi pada saat ini saya tidak bersedia untuk memberi janji
barang sedikit pun. Lagi pula saya percaya bahwa jawab saya itu akan menyebabkan
ia menyerang saya. Bagi saya lebih menguntungkan apabila serangan itu dilakukan
pada saat ini, sebab saya sudah siap-siap dan waspada.
"Kami tidak mau berdamai, kami menghendaki perang. Inilah permulaannya!"
Kata-kata yang terakhir itu diucapkannya sangat keras dan sementara itu dengan
tiba-tiba ia membungkukkan badannya ke arah saya. Gerak itu sudah saya harapharapkan. Saya pegang pergelangan tangan kanannya yang memegang pisau, lalu
tangan itu saya putar sehingga ia terpaksa menjatuhkan pisaunya. Dengan tangan
saya yang lain saya pukul pelipisnya sehingga ia rebah. Kini saya bangkit, lalu
berseru kepada orang-orang Comanche: "Ketua suku Anda sudah berkhianat! Nale
Masiuv hendak membunuh saya. Inilah pisaunya."
Pisau itu saya lemparkan ke arah orang-orang Comanche, lalu Nale Masiuv yang
sudah pingsan itu saya pegang ikat pinggangnya, lalu saya dukung ke arah temanteman saya orang kulit putih.
Prajurit-prajurit Comanche itu segera meraung-raung. Mereka berlari-lari untuk
mengejar saya, akan tetapi mereka disambut dengan tembakan dari teman-teman saya
sehingga lekas-lekas mereka mengundurkan diri.
Ketua suku itu kami ikat. Kemudian saya memungut bedil saya, lalu berjalan ke
arah kolam. Serta saya sudah dekat sampai mereka dapat mendengarkan suara saya,
maka saya memberi isyarat agar mereka diam. Mereka mematuhi perintah saya; lalu
saya berseru: "Prajurit-prajurit Comanche boleh mendengarkan apa yang akan saya
katakan. Mereka tahu bahwa ketua sukunya telah membawa pisau, akan tetapi tinju
saya lebih kuat daripada pisaunya. Nale Masiuv belum mati. Demi ia sadar
kembali, saya akan berunding lagi dengan dia. Jikalau sementara itu Anda akan
mencoba melarikan diri atau apabila Anda melepaskan tembakan, maka beratus-ratus
pucuk bedil akan berbicara. Howgh!"
Ancaman saya itu menimbulkan akibat yang saya kehendaki. Orang-orang Comanche
itu tinggal tenang. Ketika saya kembali dan memeriksa badan Nale Masiuv, maka
komandan itu berkata kepada saya: "Akan kita apakan pengkhianat ini" Saya
usulkan agar ia digantung saja pada pohon. Itu hukuman yang selayaknya bagi
orang yang tidak dapat dipercayai."
"Saya hendak menunggu sampai ia siuman kembali."
"Sementara itu perkenankanlah saya mengajukan suatu pertanyaan. Percayakah Anda
bahwa Anda seorang diri saja dapat menyelesaikan perkara dengan orang-orang
Comanche ini?" "Ya." "Kalau begitu tidak ada gunanya kami ikut ke Llano Estacado. Bekal kami tidak
cukup. Kami lebih suka kembali saja."
Usul itu sama sekali tidak saya sayangkan. Mereka tidak usah mengetahui letak
waha Bloody Fox. Karena itu saya menjawab dengan segala senang hati: "Saya tidak
menaruh keberatan sama sekali."
"Baik. Sebenarnya tidak selayaknya kami ada di sini; daerah operasi kami ialah
di balik Mistake Canyon. Nale Masiuv itu saya perangi oleh karena ia terbentur
pada kami. Demi Anda telah selesai dengan orang-orang Comanche ini, maka kami
akan balik ke pangkalan kami."
"Dalam hal yang demikian Anda dapat membantu kami. Orang-orang kulit merah itu
akan kami serahkan kepada Anda setelah senjatanya kami lucuti. Hanya saya minta
agar Anda mau berjanji tidak akan membunuh mereka."
"Ya, saya berjanji."
"Nah, kalau begitu orang-orang ini boleh Anda bawa-serta sampai di seberang Rio
Pecos. Mereka tidak akan balik ke mari. Di sana kuda dan senjata mereka
hendaknya Anda rampas dan mereka Anda bebaskan."
Nale Masiuv siuman kembali. Mula-mula ia tidak tahu apa yang sudah terjadi, akan
tetapi sebentar kemudian insaflah ia akan nasibnya.
"Kini Anda tawanan saya" kata saya. "Jimat Anda akan saya rampas dan saya
bakar." Jimat itu saya cabul dan saya mengambil korek api. Dengan ketakutan ketua suku
itu berseru: "Uf! Uf! Anda hendak membinasakan jiwa saya?"
"Ya, itu hukuman yang pantas bagi Anda. Anda telah mengkhianati saya dan hendak
membunuh saya. Hukuman Anda akan berlipat tiga. Anda akan digantung, jadi tidak
akan kami siksa. Selanjutnya jimat Anda sudah saya ambil sehingga Anda tidak
akan dapat masuk ke padang perburuan abadi. Ketiga: jimat Anda akan saya bakar
agar jiwa Anda binasa untuk selama-lamanya."
Saya goreskan korek api saya. lalu api itu saya dekatkan kepada bungkusan
jimatnya. "Jangan bunuh saya, akan tetapi selamatkanlah jiwa saya. Katakanlah apa yang
harus saya perbuat untuk menyelamatkan jiwa saya."
"Hanya ada satu hal yang dapat Anda kerjakan. Perintahkanlah kepada anak buah
Anda, agar mereka menyerah dan menyerahkan pula senjatanya."
"Saya tidak dapat berbuat begitu!"
"Kalau begitu jiwa Anda akan saya binasakan."
Api itu saya dekatkan lagi pada jimatnya. Kini ia berteriak-teriak. "Jangan,
jangan! Saya akan menuruti kehendak Anda!"
"Baiklah, tetapi jangan Anda mencoba mengulur waktu untuk menipu saya."
"Sananda Khasi, ketua muda suku kami harus datang ke mari. Ia akan saya beri
perintah melaksanakan kehendak Anda."
Sekali lagi saya mendekati tempat orang-orang Comanche, lalu berseru: "Nale
Masiuv menghendaki agar Sananda Khasi tanpa ragu-ragu datang ke mari."
Saya balik kembali ke tempat saya. Ketua muda suku Comanche itu datang. Tanpa
menoleh kepada kami ia langsung menuju ke Nale Masiuv lalu duduk di sebelahnya.
Mereka bercakap-cakap perlahan-lahan, akan tetapi tampak dengan nyata, bahwa
mereka gugup. Akhirnya ketua muda itu berpaling kepada saya, lalu berkata: "Old
Shatterhand sudah dapat mengalahkan kami dengan sekali tinju saja, akan tetapi
akan datang saatnya Manitou kami akan membantu kami. Kami bersedia menyerah dan
menyerahkan senjata-senjata kami. Di manakah senjata-senjata itu akan kami
serahkan?" "Setiap kali hendaknya datang ke mari sepuluh orang meletakkan senjata dan mesiu
mereka di samping ketua suku ini. Akan tetapi perhatikanlah: Barangsiapa
menyembunyikan senjata akan kami tembak mati!"
Setelah mereka semua menyerahkan senjata dan mesiunya, maka mereka dibawa pergi
oleh komandan pasukan kavaleri. Saya berseru ke arah Old Surehand: "Saudarasaudara saya orang Apache boleh datang ke mari."
Beberapa menit kemudian orang-orang Indian itu datang. Saya terangkan kepada
mereka dengan cara bagaimana saya telah berhasil melawan semua orang Comanche.
Kemudian kami minta diri kepada komandan pasukan kavaleri yang segera berangkat
dengan membawa tawanan-tawanan itu beserta senjata mereka.
Kami berjalan di muka pasukan Apache menyusul Vupa Umugi. Beberapa menit
kemudian kami sudah tidak dapat melihat Pohon Seratus lagi.
PERANGKAP KAMI MENGENA Bagi kami tidaklah sukar untuk menghitung berapa jauh pasukan Vupa Umugi ada di
depan kami. Kuda orang-orang Comanche itu niscaya sudah lelah. Tetapi kuda kami
masih segar, sehingga kami dapat berjalan cepat-cepat. Pada dugaan saya, pukul
tiga sore kami sudah akan dapat melihat mereka.
Tetapi dugaan saya itu ternyata meleset. Hari sudah lewat pukul empat, akan
tetapi kami belum dapat melihat orang-orang kulit merah itu, walaupun jejak
mereka masih segar benar sehingga mereka tidak ada tiga mil Inggris jauhnya di
muka kami. Maka kami pacu kuda kami dan sebentar kemudian dengan teropong saya
melihat di kaki langit sebelah Tenggara sepasukan kecil orang berkuda.
"Orang Naiinikah itu?" tanya Old Surehand dengan ragu-ragu. "Saya masih raguragu." "Mengapa" Mereka pasti orang Comanche."
"Akan tetapi jumlah mereka seratus lima puluh orang!"
"Ini hanya sebagian saja yang harus mengintai kedatangan kami serta
memberitahukannya kepada Vupa Umugi. Yang saya maksud dengan kami itu tentu saja
serdadu-serdadu kavaleri yang disangkanya menyusul mereka dari belakang, sebab
mereka tidak mengetahui bahwa kami dengan orang-orang Apache yang mengejar
mereka." "Ya, itu mungkin sekali."
"Bukan kemungkinan saja, melainkan kepastian. Itu akan Anda saksikan sendiri
apabila kami sudah dapat melihat mereka dengan mata biasa."
"Marilah kita coba."
Kini kami berjalan lebih cepat lagi dan sebentar kemudian ternyatalah bahwa
dugaan saya benar. Dengan mata biasa saja kami dapat melihat bahwa mereka
berhenti. Mereka telah melihat kami, lalu memacu kudanya supaya dengan cepat
menghilang dari pandangan kami. Rupa-rupanya mereka hendak memberitahukan kepada
Vupa Umugi bahwa serdadu-serdadu kulit putih telah datang.
Kalau mereka berjalan secepat itu, maka pada saat matahari terbenam mereka akan
sampai ke dekat waha. Kini kami tidak boleh berjalan terus, sebab orang-orang
Comanche itu niscaya akan memasang kemahnya. Tidak boleh kami terlalu cepat
bersua dengan mereka. Dari tempat itu sampai ke hutan kaktus yang akan kami
jadikan perangkap itu jauhnya masih sehari perjalanan. Saya meninggalkan lima
orang Apache untuk menjaga tempat itu, lalu yang lain-lain saya ajak mengikuti
saya ke waha Bloody Fox. Sejam kemudian sampailah kami ke sana.
Winnetou dengan orang-orang Apachenya tiada mungkin sudah kembali ke rumah
Bloody Fox; demikian juga Fox sendiri yang menjadi penunjuk jalan mereka. Parker
dan Hawley menggerutu oleh karena mereka selama itu harus menunggu dengan
menganggur, akan tetapi segera mereka saya beritahu, bahwa keesokan harinya
mereka boleh menyertai kami. Demi mereka melihat bahwa Old Wabble tidak ada di
tengah-tengah kami, maka Parker bertanya:
"He, di mana si Cowboy tua, Sir" Saya tidak melihat dia?"
"Ia tidak ada pada kami," jawab saya. "Ia menyertai Vupa Umugi dan bertugas
sebagai tawanan." "Tawanan" Astaga! Ia sudah bertindak lancang lagi?"
"Ya, bukan lancang saja, melainkan ia sudah membahayakan keselamatan kami semua.
Hampir-hampir saja ia menggagalkan rencana kita. Bahwa kita telah dapat
melaksanakan rencana itu sekali-kali bukanlah jasanya."
"Biarlah. Itulah upahnya, Mr. Shatterhand, Mengapa ia selalu Anda bawa serta"
Saya merasa heran, mengapa Anda selalu melindungi orang tua yang bersikap tidak
hati-hati itu. Kebodohannya sudah bertimbun-timbun, akan tetapi Anda tidak
berani mengusir dia. Jos Hawley dan saya selalu Anda belakangkan dan kami harus
duduk di sini menangkap lalat dan nyamuk saja, padahal Old Wabble Anda izinkan
mengikuti petualangan Anda yang sangat menarik itu. Hendaknya Anda mengerti
bahwa itu sangat menjengkelkan hati kami. Kami lebih dapat Anda andalkan
daripada Old Wabble! Barangkali pengalaman kami kurang banyak, akan tetapi kami
tidak pernah berbuat lancang!"
Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekiranya tidak segera Bob datang berlari-lari, niscaya ia akan terus-menerus
menggerutu. Dari jauh Bob berseru-seru: "Oh, Ah! Massa Shatterhand dan Massa
Surehand telah balik kembali. Masser Bob tahu apa yang harus dikerjakannya. Ia
harus segera mengambil sepatu lars!"
"Ya, silakan. Mocasin ini hendaknya selekas-lekasnya kami tukarkan dengan sepatu
kami." Setelah kami mengenakan sepatu kami lagi, maka saya bertanya:
"Bagaimana halnya dengan Schiba Bigk" Ia masih ada?"
Ia mengerutkan dahi, lalu menjawab: "Tidak ada lagi!"
"Apa" Tidak ada?"
"Tidak. Schiba Bigk sudah hilang."
Kini dia tertawa lebar-lebar. Rupa-rupanya ia hendak memperolok-olokkan saya.
Saya berbuat pura-pura terkejut sekali, lalu bertanya: "Hilang" Ia sudah lari?"
"Ya. Sudah lari!"
"Dengarkanlah, Bob! Itu harus Anda tebus dengan nyawa Anda. Kalau ia benar-benar
sudah hilang, maka Anda akan saya tembak mati. Anda bertanggung jawab dengan
nyawa Anda!" "Kalau begitu Massa Shatterhand boleh menembak Masser Bob. Schiba Bigk sudah
hilang sama sekali. Massa Shatterhand boleh menyaksikannya sendiri."
"Ya, saya akan pergi melihat. Inilah peluru yang akan saya sediakan bagimu
sekiranya ia sudah tidak ada di kamar lagi."
Saya cabut pistol saya lalu saya bidikkan ke arahnya. Kini ia membuka pintu
kamar seraya berkata: "Anda boleh menengok. Kamar ini kosong."
Apa yang saya lihat! di kamar itu membuat saya tertawa. Ketua suku Comanche itu
bersandar pada dinding sambil memandang kami dengan mata yang berkilat-kilat
kemarahan. Sesungguhnya tidak dapat saya katakan ia bersandar pada dinding,
sebab antara badannya dengan dinding masih ada benda lain, yaitu delapan buah
tongkat panjang yang oleh Bob diikatkan pada punggung Indian itu dengan bentuk
bintang. Ya, dengan tongkat-tongkat sepanjang itu tentu saja Schiba Bigk tidak
dapat melarikan diri. Dan tongkat-tongkat itu sangat mengganggu kebebasannya
bergerak. Itulah sebabnya maka ia memandang kami dengan marah sekali.
"Ia masih ada di sini," kata saya. "Akan tetapi apa yang Anda ikatkan pada
punggungnya?" "Massa Shatterhand boleh melihatnya sendiri. Saya tidak boleh memukul dan tidak
boleh menembak orang Indian ini, dan Masser Bob tidak boleh membiarkan dia lari.
Jadi Masser Bob harus mempergunakan akalnya, lalu saya ikatkan delapan tongkat
itu pada punggungnya."
"Dan ia menyerah saja Anda perlakukan begitu?"
"Ia tidak mau, akan tetapi Masser Bob berkata bahwa ia akan saya pukuli jikalau
ia menolak. Tidak cerdikkah Masser Bob?"
Saya tidak dapat menjawab pertanyaan itu, sebab Schiba Bigk sudah berseru: "Uf!
Saudara saya orang kulit putih hendaknya segera membebaskan saya. Seorang ketua
suku tidak selayaknya disiksa seperti ini!"
"Anda bukan ketua suku lagi, melainkan tawanan."
"Saya tidak dapat duduk atau berbaring. Terlalu!"
"Saya kira Anda tidak menghiraukan sakit."
"Pshaw! Bukan sakit yang saya derita. Mengapa Anda memberi perintah orang Negro
itu untuk memperlakukan saya seperti ini?"
"Saya tidak ada memberi perintah."
"Jadi itu akalnya sendiri" Ia akan saya bunuh, demi saya sudah bebas!"
"Kalau begitu Anda tidak akan bebas. Ia saya beri perintah membuka ikatan Anda
dan memperlakukan Anda baik-baik. Semua yang Anda perlukan sudah saya berikan.
Mengapa Anda masih mengeluh, bahwa tongkat-tongkat itu diikatkan pada punggung
Anda, itu adalah salah Anda. Bukankah Anda telah mengatakan bahwa Anda akan
melarikan diri demi Anda memperoleh kesempatan. Orang Negro ini harus menjaga
Anda dan dengan tongkat-tongkat itu ia tidak memberi kesempatan pada Anda untuk
lari. Anda harus mengerti, bahwa ia hanya menjalankan kewajiban belaka.
Sekiranya Anda mau berjanji tidak akan lari, maka Anda dapat duduk di luar dan
dapat menikmati kehormatan yang sudah selayaknya saya berikan kepada seorang
ketua suku." "Saya tidak boleh berjanji."
"Boleh. Sebab sekiranya Anda dapat meloloskan diri juga maka Anda tidak akan
dapat berbuat apa-apa. Anda belum tahu apa yang terjadi hari ini."
"Bolehkah saya mengetahuinya?"
"Sebenarnya tidak, akan tetapi mau juga saya mengatakannya. Saya hendak
berterus-terang saja, sebab saya sudah yakin benar bahwa sekiranya Anda dapat
lari Anda tidak akan dapat merugikan kami juga."
Kini saya katakan bahwa kami sedang bersiap-siap untuk menggiring Vupa Umugi
masuk ke dalam perangkap dan menahan dia di sana. Tentang nasib Nale Masiuv saya
tidak mengatakan apa-apa. Schiba Bigk seakan-akan terpesona. Ia tidak dapat
berbuat lain daripada berseru: "Uf!"
"Katakanlah kepada saya apa yang akan diperbuat oleh prajurit-prajurit Anda."
"Mereka akan memberi perlawanan. Mereka adalah prajurit-prajurit yang gagah
berani, sehingga mereka tidak akan mau menyerah tanpa memberi perlawanan."
"Ya, itu Anda katakan oleh karena Anda ada di rumah ini, tidak di dalam
perangkap. Mereka tidak akan dapat memberi perlawanan. Kami tunggu sampai mereka
menyerah. Kami membawa air, mereka tidak."
"Dan apabila mereka tidak akan menyerah."
"Mereka akan mati kehausan."
Kemudian ia tersenyum lalu berkata: "Old Shatterhand cerdik sekali, tetapi masih
melupakan satu hal."
"Tahukah Anda akal bagi orang Comanche untuk meloloskan diri?"
"Ya. Jikalau Anda mengetahuinya, niscaya Anda tidak akan berbicara secara ini.
Howgh!" "Anda mengira bahwa Old Shatterhand tidak memikirkan segala kemungkinan" Anda
salah. Mereka tidak hanya kami kurung dari sebelah depan, melainkan kami kurung
juga dari sebelah belakang."
"Uf!" "Saya tahu juga bahwa Anda masih menyangka bahwa teman-teman Anda orang Comanche
masih mempunyai kemungkinan untuk mengamankan diri. Mereka membawa pisau, jadi
dapat membuka jalan untuk melarikan diri. Bukankah begitu?"
"Uf! Uf!" jawabnya dengan putus asa.
"Ya, Anda mengira bahwa Anda sangat cerdik. Tetapi pikirkanlah berapa lama waktu
yang diperlukannya untuk menebang pohon kaktus itu. Jalan itu hanya sempit, jadi
hanya beberapa orang saja yang dapat bekerja. Pekerjaan itu memerlukan waktu
berhari-hari. Dan adakah Anda menyangka bahwa itu akan kami biarkan saja?"
Ia berdiam diri. "Pasukan kami, kami bagi-bagi. Yang seperdua kami pasang di sebelah belakang dan
yang seperdua lagi di sebelah depan. Lagipula saya mempunyai cara yang lebih
singkat untuk mengalahkan mereka tanpa melepaskan tembakan satu pun. Pohon
kaktus itu dapat kami bakar."
"Uf! Kalau begitu prajurit-prajurit kami akan mati hangus. Old Shatterhand tidak
akan berbuat begitu."
"Jangan Anda mengandalkan kebaikan hati saya. Saya hanya hendak mengatakan bahwa
tidak ada kemungkinan lagi bagi prajurit-prajurit Anda untuk menyelamatkan
diri." "Akan tetapi Anda terpaksa meninggalkan hutan kaktus itu."
"Sebab apa?" "Sebab Nale Masiuv akan datang. Anda lupakankah itu?"
Kini saya ceriterakan kepadanya bagaimana kami telah menangkap Nale Masiuv di
Pohon Seratus. Setelah ia mendengar semuanya, maka dengan suara yang sedih ia
berkata: "Kalau begitu segala harapan saya sudah hilang. Biarpun saya dapat
melarikan diri hari ini juga, saya tidak akan dapat menyelamatkan Vupa Umugi dan
prajurit-prajuritnya. Anda hendak membebaskan dia lagi, akan tetapi akan
merampas kuda dan senjatanya. Bagaimana kami prajurit kulit merah dapat hidup
tanpa kuda dan senjata?"
"Mereka harus mengetahuinya sendiri. Anda sudah menggali kapak peperangan. Itu
tidak akan dapat terjadi sekiranya Anda tidak mempunyai kuda dan senjata.
Apabila kuda dan senjata itu kami rampas, maka kami tidak mencuri atau merampok,
melainkan kami mempergunakan hak kami. Dalam pada itu kami dapat menjaganya agar
Anda tidak akan lekas-lekas dapat merusak perdamaian lagi."
"Uf! Itu hukuman yang terlalu berat."
"Tetapi hukuman yang adil. Pikirkanlah! Anda sudah mengisap calumet persahabatan
dan perdamaian dengan saya dan Anda telah berjanji tidak akan membuka rahasia
waha ini, namun begitu, Anda datang ke mari dengan pasukan yang besar jumlahnya.
Anda sudah selayaknya mendapat hukuman yang lebih berat daripada kehilangan kuda
dan bedil belaka. Itu. harus Anda fahami benar-benar."
Ia mengeluh: "Jadi kuda dan bedil saya juga!"
"Tidak. Anda masih saya pandang sahabat saya. Kuda dan bedil Anda tidak akan
saya rampas. Dan terhadap Vupa Umugi dan prajurit-prajurit saya akan mencoba,
dapatkah saya bermurah hati. Itu tergantung kepada sikapnya sendiri. Mudahmudahan saya akan berhasil meyakinkan ketua suku itu bahwa ia bersikap bodoh
sekali apabila ia hendak memberi perlawanan. Saya kira ia lebih bijaksana
daripada Anda." "Daripada saya?"
"Ya. Anda hendak saya hukum seringan-ringannya, akan tetapi Anda tidak mau
berjanji bahwa Anda tidak akan berusaha melarikan diri. Karena itu maka saya
terpaksa bersikap keras."
"Saya tidak mau berjanji oleh karena saya belum tahu apa yang kini sudah saya
ketahui." "Anda mengerti bahwa Anda tidak akan dapat menolong prajurit-prajurit Anda?"
"Kalau begitu Anda masih sempat memberikan janji Anda."
"Ya, saya berjanji."
"Baiklah. Tetapi jangan hendaknya Anda lupakan bahwa tingkah laku Anda tidak
hanya mempunyai akibat terhadap diri Anda sendiri, melainkan terhadap prajuritprajurit Anda juga. Jikalau Anda mengingkari janji Anda, maka bukan Anda saja
yang akan saya hukum, melainkan anak buah Anda juga."
"Saya tidak akan mengingkari janji saya."
"Jaminan apakah yang akan Anda berikan kepada saya?"
Ia memandang saya dengan pandangan yang mengandung pertanyaan. Maka saya memberi
keterangan lebih lanjut: "Janji seorang sahabat dapat saya percayai, akan tetapi
janji seorang musuh tidak dapat saya percayai."
"Maukah Anda mempercayai janji Winnetou?"
"Ya, itu suatu pengecualian yang besar. Di dalam hatinya ia seorang saleh."
"Jikalau seorang prajurit kulit merah dirampas jimatnya, maka ia pasti akan
menepati janji." "Ya, akan tetapi itu tidak berlaku bagi Anda, sebab Anda sudah tidak percaya
kepada kesaktian jimat."
"Kalau begitu saya akan mengisap calumet dengan Anda."
"Itupun belum merupakan jaminan yang cukup juga. Anda sudah mengisap calumet
dengan Bloody Fox dan saya, akan tetapi Anda sudah mengingkari janji Anda."
Kini ia menundukkan kepala lalu berkata dengan sedih. "Hukuman yang saya terima
dari Old Shatterhand berat sekali. Hukuman itu tidak ditujukannya kepada badan
saya, melainkan kepada jiwa saya."
Saya melihat bahwa kesedihan hatinya ia tidak dibuat-buat. Karena itu saya
menjawab: "Anda sudah mendengar bahwa Anda masih saya anggap sahabat saya.
Karena itu sekali ini saya tidak akan bersikap terlalu hati-hati terhadap Anda.
Anda akan saya percayai. Akan tetapi hati saya akan merasa sedih sekali
sekiranya Anda mengecewakan saya lagi. Anda akan mencoba melarikan diri apabila
Anda saya bebaskan?"
"Tidak." "Tidak." "Anda tidak akan meninggalkan waha ini tanpa izin saya?"
"Saya tidak mau juga bahwa Anda akan mencoba pergi ke anak buah Anda dan
bercakap-cakap dengan mereka."
"Saya tidak akan berbuat begitu. Bahkan sekiranya mereka datang ke mari, saya
akan tetap berdiam diri sampai saya mendapat izin dari Anda untuk berbicara."
"Kalau begitu ulurkanlah tangan Anda supaya kita dapat berjabat tangan sebagai
prajurit yang tidak mau mengejar keuntungan yang hanya dapat diperoleh dengan
kebohongan." Maka diulurkannyalah tangannya dan dalam pada itu ia memandang saya dengan
pandang yang mengandung kejujuran, sehingga saya yakin seyakin-yakinnya bahwa ia
tidak akan menipu saya. Demi keamanan Bob saya bertanya: "Tadi Anda marah pada
Bob. Masihkah Anda hendak membalas?"
"Tidak. Seorang prajurit kulit merah merasa terlalu tinggi derajatnya untuk
menuntut pembalasan pada seorang kulit hitam. Orang negro itu tidak tahu apa
yang diperbuatnya. Ia tidak sadar bahwa ia sudah menyalahi adat-istiadat orang
Indian dengan memperlakukan seorang ketua suku sedemikian."
"Kemarilah supaya tongkat-tongkat itu dapat saya lepaskan."
Demi ia sudah bebas sama sekali maka ia menggeliatkan badannya lalu mengikuti
saya keluar kamar, Setelah kami selesai makan, maka kami pergi tidur. Schiba
Bigk berbaring antara Old Surehand dan saya, padahal tidak kami beri perintah
untuk berbuat begitu. Maksudnya ialah hendak menunjukkan bahwa ia dengan
sukarela telah menyerahkan dirinya di bawah penjagaan kami serta hendak
membuktikan bahwa ia benar-benar hendak memegang janjinya.
Keesokan harinya pagi-pagi benar kami sudah bangun. Kami mengisi sekalian
kantong air yang ada, mengambil persediaan makan yang cukup, lalu berangkat,
setelah saya minta diri kepada Schiba Bigk. Sebelum kami bertolak Bob bertanya:
"Massa Shatterhand menghendaki bahwa Bob akan menjaga lagi ketua suku ini?"
"Tidak, kini sudah tidak perlu lagi. Ia sudah berjanji tidak akan melarikan diri
dan ia akan memegang janji."
Walaupun saya sudah yakin benar, namun tiada saya tinggalkan membuat persiapan
seperlunya. Sejumlah prajurit Apache saya suruh menjaga kelima puluh tawanan
kami dan saya menunjuk seorang Apache sebagai pemimpin yang saya serahi juga
tugas mengamat-amati Schiba Bigk supaya ia tidak meninggalkan pekarangan Bloody
Fox. Kemudian pergilah kami dengan dua ratus orang prajurit Apache. Jumlah itu
lebih daripada cukup untuk menangkap pasukan Vupa Umugi. Parker dan Hawley saya
bawa serta. Mula-mula kami menjemput kelima orang prajurit Apache yang kami tinggalkan untuk
menjaga dan mengintai pasukan Vupa Umugi. Orang-orang Naiini ternyata sudah
berangkat; rupa-rupanya mereka tergesa-gesa sekali. Kami mengikuti jejak mereka
dengan cepat sekali. Dengan teropong kadang-kadang saya dapat melihat mereka.
Dalam pada itu saya menjaga agar mereka tidak dapat melihat kami, sehingga
mereka tidak dapat membedakan apakah kami orang kulit putih atau kulit merah.
Demikianlah lewat satu hari tanpa ada terjadi sesuatu apa yang penting.
Menjelang petang bertiuplah angin yang kencang sekali.
Angin itu panas; datangnya dari belakang kami. Angin itu mengandung butir-butir
pasir yang sangat mengganggu tubuh kami.
"Angin keparat!" seru Parker. "Saya hampir tidak dapat melihat dan tidak dapat
bernafas." "Kita boleh mengucap syukur bahwa ada angin kencang bertiup, Mr. Parker!" jawab
saya. "Tidakkah Anda melihat bahwa angin ini menghapuskan jejak orang-orang
Comanche?" "Ya, itu saya lihat, akan tetapi saya tidak mengerti bagaimana kita dapat
memungut keuntungan daripadanya."
"Jikalau jejak orang-orang Comanche hilang, maka hilang pulalah jejak Winnetou.
Tugas Winnetou ialah memancangkan tonggak sampai ke perangkap kita. Dengan
demikian ia harus masuk ke dalam teluk di pinggir hutan kaktus. Tetapi ia harus
segera berbalik. Jikalau musuh kita nanti akan melihat jejak yang balik itu,
maka mereka akan mengetahui bahwa jalan yang sebenarnya tidak menuju ke hutan
kaktus; dengan demikian mereka akan menaruh curiga. Setidak-tidaknya mereka
niscaya akan meninggalkan hutan kaktus lagi. Ke mana tujuan jejak yang baru itu,
Mr. Parker?" "Ke arah kita," jawabnya.
"Jadi ada pula kemungkinan bahwa rencana kita akan gagal. Akan tetapi angin ini
akan menghapuskan jejak semuanya. Mengertikah Anda bahwa itu sangat
menguntungkan kita?"
Parker hendak menjawab, akan tetapi dengan sekonyong-konyong ia berdiam diri
sambil menunjuk ke depan serta berkata dengan tergesa-gesa: "Orang-orang
Comanche itu sudah berbalik! Mereka datang!"
Kami melihat ke arah kaki langit di depan kami. Betul kami melihat sosok tubuh
beberapa orang. Adakah mereka bergerak atau tidak, itu tidak dapat kami lihat.
Segera saya memasang teropong saya.
Sebentar kemudian saya dapat menenteramkan hatinya: "Kita tidak usah merasa
khawatir, mereka bukan orang Comanche. Itu Winnetou."
"Dapatkah Anda mengenalinya dari sejauh itu, Sir," tanya Old Surehand.
"Belum." "Jika begitu kita harus hati-hati. Bagaimana kalau mereka itu pasukan belakang
orang-orang Comanche?"
"Saya kira bukan, sebab mereka berhenti."
Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Musuh pun mungkin juga berhenti."
"Ya, tetapi Winnetou justru berbuat begitu untuk memberi isyarat kepada saya. Ia
menyusun pasukannya sedemikian sehingga kita segera dapat mengetahui bahwa itu
pasukannya. Ini, lihatlah dengan teropong ini, Mr. Surehand."
Dipasangnya teropong itu, lalu ia berkata: "Cerdik benar! Pasukan itu disusun
dalam bentuk anak panah."
"Dan kemana ujung anak panah itu diarahkan?"
"Tidak ke arah kita, melainkan ke arah tenggara."
"Anak panah itu menunjukkan kemana kita harus berjalan. Winnetou memberitahukan
kepada kita bahwa kita dapat berjalan terus dengan aman. Lagi pula susunan
pasukan itu memberi kita kepastian bahwa semua berjalan dengan beres."
"Saya kira begitu, sebab kalau tidak, niscaya Winnetou tidak akan berhenti
setenang itu. Tetapi masih ada satu soal yang perlu kita indahkan, yaitu air."
"Saya mengerti maksud Anda. Jikalau kita ingin menunjukkan orang-orang Comanche
dengan kehausan, maka kita sendiri harus menjaga agar persediaan air kita
cukup." "Tepat. Persediaan air kita cukup untuk hari ini, akan tetapi mungkin sekali
kita besok memerlukan sehari suntuk untuk menundukkan Vupa Umugi dan pasukannya.
Sesudah itu kita memerlukan satu hari lagi untuk sampai ke waha. Persediaan air
kita tidak cukup untuk tiga hari. Dan apabila kita sudah menawan mereka, maka
orang-orang Comanche itu tentu memerlukan air juga."
"Ya, tetapi saya dapat menjamin bahwa kita tidak akan kehausan. Air yang kita
perlukan akan kita ambil dari waha."
"Dengan jalan bagaimana" Waha itu terletak satu hari perjalanan dari sini, jadi
sebelum mereka yang mengambil air itu balik kembali, sudah lewat dua hari. Itu
membahayakan." "Salah! Mereka yang mengambil air tak usah balik kembali."
"Hm! Saya belum mengerti bagaimana Anda hendak mengerjakannya."
"Mudah sekali. Kita membuat rantai orang berkuda. Teman-teman kita orang Apache
membawa kantong air dalam jumlah banyak. Lagi pula Bloody Fox masih mempunyai
sejumlah kantong air juga. Untuk memasang rantai itu kita tidak memerlukan orang
banyak-banyak. Hanya kita memerlukan banyak kuda. Setiap orang tidak usah
menempuh jalan sampai ke waha, melainkan hanya berjalan dari pos yang satu ke
pos yang lain. Itulah maksud saya."
"Ya, itu baik sekali. Adakah itu sudah Anda bicarakan lebih dahulu dengan
Winnetou?" "Tidak, tetapi saya tahu bahwa ia sudah memikirkannya juga. He! Orang Apache itu
tidak membawa kuda. Hanya Winnetou saja yang berkuda. Mengertikah Anda apa
maknanya, Mr. Surehand?"
"Tidak," jawabnya.
Sedang kami bercakap-cakap itu tentu saja kami tidak berhenti, melainkan
berjalan terus dan dengan begitu makin dekat pada pasukan Winnetou. Kini mereka
sudah membongkar susunan mereka dan berdiri berdekat-dekatan menantikan
kedatangan kami. "Winnetou sudah melaksanakan apa yang saya pikirkan tadi. Jalan pikirannya
selalu sama dengan saya."
"Anda hendak mengatakan bahwa Winnetou telah mengirim kudanya ke waha?"
"Ya. Lihatlah, pasukannya tidak lebih daripada tiga puluh orang banyaknya dan
Bloody Fox tidak ada di antara mereka. Tentu saja Bloody Fox sudah membawa
beberapa orang Apache ke waha untuk mengambil air."
Setelah kami sampai ke tempat Winnetou, maka Winnetou menyongsong saya seraya
berkata: "Saudara saya Charley tentu mengerti apa yang saya maksud dengan
susunan pasukan saya tadi. Saya hendak memberi isyarat, bahwa kami bukan orang
Comanche." "Berapa jauh mereka ada di depan kita?" tanya saya.
"Mereka berjalan cepat sekali, oleh karena mereka haus. Tetapi sebentar lagi
mereka terpaksa berhenti, sebab matahari sudah hampir menyentuh kaki langit."
"Ya, seperempat jam lagi hari sudah gelap. Masih berapa jauh hutan kaktus itu?"
"Dua jam perjalanan."
"Kalau begitu mereka tidak akan sampai ke sana sebelum hari malam. Itu
menguntungkan kita, sebab dengan demikian besok siang mereka masuk perangkap
kita. Prajurit-prajurit saudara saya orang kulit merah tidak membawa kudanya.
Adakah kuda itu Anda suruh bawa ke waha?"
"Ya, Bloody Fox, yang mengetahui jalan langsung ke sana, menyertai mereka. Pada
jarak-jarak tertentu ia akan memasang pos penjagaan dan jalan itu akan
ditunjukkannya dengan tonggak yang masih sisa. Sayang kantong air kami tidak
cukup." "Kalau begitu kantong-kantong air kami akan kami susulkan, segera setelah kami
menetapkan tempat kami bermalam."
"Ya. Jejak kami telah terhapuskan oleh angin. Kini kita dapat memilih tempat
bermalam yang sedekat-dekatnya pada tempat perhentian orang Comanche. Jikalau
mereka besok masuk ke perangkap kita, maka hendaknya kita selekas-lekasnya
menyusul mereka dan sekiranya mereka menaruh curiga, jangan hendaknya mereka
kita beri kesempatan untuk berbalik atau lari ke samping."
Kami berjalan terus. Prajurit-prajurit Apache mengikuti kami dengan berjalan
kaki. Setelah hari menjadi gelap, maka kami masih berjalan terus dari tonggak ke
tonggak, sampai pada perkiraan kami sudah dekat sekali pada tempat perhentian
orang-orang Comanche. Sementara itu angin sudah reda. Bulan sudah terbit. Winnetou pergi menyelidik
dengan beberapa orang Apache untuk mengintai tempat perhentian orang-orang
Comanche. Ketika ia kembali, saya sudah tidur.
Ketika keesokan harinya saya bangun maka Winnetou sudah sibuk mengatur
persiapan. Kami tidak membuang waktu; bahkan makan pagi kami lakukan sambil
berjalan. Hanya kami minum dan memberi kuda kami minum dahulu, walaupun
sesungguhnya air tidak cukup.
Kami berjalan cepat-cepat; mereka yang berjalan kaki kami tinggalkan di
belakang. Saya selalu memasang teropong saya. Seperempat jam kemudian kami sudah
sampai pada tempat di mana orang-orang Comanche tadi malam berhenti. Sebentar
kemudian mereka sudah saya lihat. Winnetou pun memasang teropongnya juga.
"Mereka berjalan perlahan-lahan sekali. Adakah saudara saya melihat mereka?"
"Ya. Rupa-rupanya kuda mereka sudah letih sekali."
"Mereka sendiri pun sudah kehausan. Walaupun begitu saya yakin bahwa mereka
tidak akan segera menyerah."
"Bagi Vupa Umugi sendiri saya masih mempunyai alat yang dapat saya pergunakan
untuk memaksanya menyerah."
"Yang Anda maksud jimat ketua suku itu" Untung jimat itu sudah Anda ambil dari
Kaam Kulano dan Anda bawa ke mari. Saya tidak sangsi lagi bahwa kita dapat
menundukkan mereka dengan mudah, lebih-lebih oleh karena Old Shatterhand sudah
menangkap pasukan Nale Masiuv dan menyerahkan mereka kepada tentara kulit
putih." Kata-kata itu membuktikan sekali lagi bahwa Winnetou dan saya tidak memerlukan
keterangan panjang lebar. Sesungguhnya Winnetou menduga bahwa Nale Masiuv dan
tentara kavaleri itu akan datang juga, akan tetapi walaupun ia tidak melihat
mereka, sedikitpun ia tidak bertanya. Orang lain akan merasa khawatir dan akan
menanyakannya kepada saya. Akan tetapi Winnetou sudah dapat mengambil kesimpulan
sendiri. Kini saya memperoleh kesempatan untuk menceriterakan kepadanya
bagaimana saya sudah dapat menangkap Nale Masiuv dan bagaimana saya melepaskan
orang-orang Comanche itu. Setelah selesai laporan saya, maka ia berkata: "Uf!
Tepat sekali apa yang saudara kerjakan. Sekiranya orang-orang kulit merah itu
Anda bawa ke mari, maka mereka akan mengganggu saja. Nale Masiuv sudah mendapat
hukuman yang selayaknya. Tanpa kuda dan bedil tak dapat ia segera memulai
permusuhan lagi. Nanti Winnetou akan mendengar juga adakah komandan tentara
kulit putih itu memegang janji atau tidak. Sekiranya ia membunuh orang-orang
Comanche itu maka ia harus menebus kejahatan itu dengan nyawanya sendiri.
Howgh." Jarak dari hutan kaktus sampai ke perangkap yang sudah disediakan oleh Winnetou
kira-kira ada dua jam perjalanan. Akan tetapi orang-orang Naiini memerlukan
waktu lebih dari pada tiga jam oleh karena kuda mereka sudah sangat lelah. Kami
pun terpaksa berjalan perlahan-lahan pula. Dalam pada itu Winnetou dan saya
selalu memasang teropong agar dapat melihat mereka tanpa dapat dilihat kembali.
Mereka berjalan berdampingan, sehingga meninggalkan jejak yang lebar. Tiga jam
sesudah itu jejak tadi menjadi lebih sempit.
"Aha! Saat yang menentukan sudah tiba!" kata saya kepada Winnetou. "Mereka tidak
berhenti; jadi rupa-rupanya tidak menaruh syak wasangka."
"Ya," jawab Winnetou dengan mengangguk. "Kini mereka telah sampai pada tempat
yang sempit di mana mereka masuk perangkap kita."
Barangkali mereka mengira bahwa hutan belukar di ujung tempat itu tidak lebat
oleh karena rupa-rupanya Schiba Bigk dapat melaluinya. Lain daripada itu mereka
niscaya menyangka bahwa mereka sudah dekat pada waha. Karena mereka niscaya haus
sekali, maka mereka menjadi lengah. Lain daripada itu Winnetou telah
memancangkan tonggak di situ, sehingga Vupa Umugi sedikit pun tidak menaruh
curiga. Ketika kami sampai pada tempat masuk itu, kami tidak melihat mereka
lagi. Kami berhenti, lalu turun dari kuda kami. Kuda itu kami tambatkan
sedemikian jauh di belakang kami sehingga tak mungkin kena tembak sekiranya
orang-orang Comanche itu nanti akan memberi perlawanan. Pasukan kami susun
sedemikian sehingga kami menguasai seluruh tempat masuk itu. Dengan demikian
tidak seorang prajurit Comanche pun akan dapat meloloskan diri.
Tempat masuk ke perangkap itu lebarnya kira-kira dua puluh langkah, akan tetapi
makin lama makin menjadi sedemikian sempit sehingga hanya cukup untuk empat
orang prajurit saja untuk berjalan berdampingan. Sekiranya musuh kami bermaksud
hendak menyerang kami, maka tiap-tiap kali mereka hanya dapat maju dengan
kelompok sebanyak empat atau lima orang belaka. Dengan begitu maka seluruh
pasukan mereka dapat dikuasai oleh dua puluh orang kami saja. Jikalau bagian
yang terdepan sudah tertembak maka mereka yang ada di belakang tidak akan dapat
maju sedang hutan kaktus di kiri-kanan mereka tidak akan memungkinkan mereka
bergerak ke samping. Kini kami menunggu dengan tenang. Lebih daripada dua jam sudah lewat, akan
tetapi orang-orang Comanche itu tidak kunjung datang. Rupa-rupanya mereka sudah
sampai pada ujung jalan, tetapi tidak segera berbalik, melainkan berhenti untuk
berunding. Akhirnya mereka tentu terpaksa akan berbalik; kemungkinan yang lain
tidak ada lagi. Semua mata kami arahkan ke jalan sempit itu dengan hati yang
berdebar-debar. "Uf!" seru Winnetou sambil menunjuk dengan tangannya.
Matanya yang sangat tajam telah melihat mereka lebih dahulu daripada kami. Musuh
kami berjalan dengan perlahan-lahan sekali.
Teranglah bahwa mereka sudah letih sekali dan merasa kecewa. Mereka belum
melihat kami. Akan tetapi sebentar kemudian kami melihat bahwa bagian terbesar
sudah berhenti. Kami segera bangkit untuk menampakkan diri.
Jikalau mereka tadi mengira bahwa mereka disusul oleh tentara kavaleri maka kini
mereka dapat melihat bahwa dugaan mereka salah. Mereka sudah sedemikian dekatnya
pada kami sehingga mereka dapat mengetahui bahwa mereka berhadapan dengan
pasukan Indian. "Betapa terkejut mereka," kata Old Surehand di sebelah saya.
"Terkejut" Belum," jawab saya. "Boleh jadi kita disangka pasukan Nale Masiuv.
Akan tetapi mereka tentu akan merasa heran mengapa pasukan Nale Masiuv datang
lebih dahulu daripada pasukan kavaleri. Saya tahu apa yang akan diperbuatnya.
Mereka akan menyuruh beberapa orang prajurit menyelidiki, siapa kita ini.
Lihatlah. penyelidik itu sudah datang!"
Dua orang dari mereka berjalan kaki ke arah kami.
"Saudara saya mau menemani saya menyongsong mereka?" tanya saya kepada Winnetou.
"Ya," jawabnya.
Perlahan-lahan sekali kami menyongsong kedua orang Comanche itu. Mereka melihat
bahwa kami adalah seorang Indian dan seorang kulit putih. Mereka segera
berhenti. Kami melambai-lambaikan tangan kami memberi isyarat agar mereka
mendekati kami. Dengan ragu-ragu mereka berjalan terus, akan tetapi sebentar
kemudian berhenti lagi. "Saudara saya Shatterhand boleh berbicara!" kata Winnetou.
Pada kesempatan serupa itu biasanya Winnetou menyerahkan kepada saya untuk
memulai perundingan. Saya berseru kepada kedua orang Naiini tadi: "Prajuritprajurit Comanche boleh datang ke mari Kami hendak berbicara dengan mereka dan
apabila mereka tidak hendak mempergunakan senjatanya, maka mereka tidak akan
kami apa-apakan." Mereka saya panggil, oleh karena saya tidak mau mendekat sampai dapat ditembak
oleh orang-orang Comanche. Kedua orang Naiini itu datang. Kira-kira sampai jarak
sepuluh langkah mereka berhenti lagi.
"Vupa Umugi, ketua suku Comanche-Naiini menyuruh Anda ke mari untuk mengetahui
siapa kami ini," kata saya. "Kenalkah Anda akan saya?"
"Tidak!" jawab yang tertua daripada mereka, sambil memandang kepada Winnetou
dengan rasa hormat. "Tidak juga mengenal prajurit kulit merah yang berdiri di samping saya ini?"
"Uf! Itu Winnetou, ketua suku Apache!"
"Saya Old Shatterhand, orang kulit putih sahabat dan saudara Winnetou."
"Uf! Uf!" seru mereka bersama-sama sambil mengamat-amati saya juga. Mereka
terkejut sekali mendengar nama saya, walaupun perasaan itu tidak
diperlihatkannya. "Tentu Anda mengira bahwa Anda dikejar oleh tentara kulit putih," kata saya
lagi. Mereka tidak menjawab.
"Dan Anda niscaya mengira bahwa tentara kulit putih itu dikejar oleh pasukan
Nale Masiuv!" kata saya selanjutnya.
"Bagaimana Old Shatterhand mengetahuinya?" tanya orang yang tertua itu lagi.
"Anda bermaksud hendak memikat tentara kulit putih itu ke mari, akan tetapi
perangkap itu sudah mengenai Anda sendiri. Lihatlah siapa yang ada di belakang
kami! Itu tiga ratus orang prajurit Apache-Mescalero yang sudah menyediakan
bedilnya untuk membinasakan Anda semua, sekiranya Anda akan mencoba memberi
perlawanan." "Uf! Uf!" "Kecuali ini tidak ada lagi jalan keluar. Anda sudah terjebak. Jikalau pasukan
orang-orang Comanche tidak mau binasa, maka sebaiknya mereka menyerah saja."
Mereka berpandang-pandangan. Kemudian orang Comanche yang tertua itu berkata
lagi: "Di manakah tentara orang kulit putih?"
"Anda mengira bahwa kami bersedia mengatakannya?"
"Dan di manakah Nale Masiuv?"
"Itu pun tidak akan kami katakan juga. Tetapi saya mau bertanya, tahukah Anda di
mana Schiba Bigk dengan pasukannya lima puluh orang Comanche."
"Uf! Schiba Bigk! Itu tidak kami ketahui."
"Kami mengetahuinya. Anda mengira bahwa Anda mengikuti pasukan Schiba Bigk dari
belakang, akan tetapi mereka tidak berjalan di depan Anda."
"Mengapa tidak?"
"Dua hari lamanya Anda mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh tonggak-tonggak
yang pada dugaan Anda dipancangkan oleh Schiba Bigk. Tetapi Winnetou telah
memindahkan tempat tonggak-tonggak itu, sehingga jalan yang Anda ikuti tadi
ialah jalan yang salah, yang dengan sengaja kami arahkan ke perangkap ini."
"Uf! Itu tidak benar."
"Old Shatterhand selalu berkata benar. Schiba Bigk tidak dapat menunjukkan jalan
kepada Anda, oleh karena ia sudah kami tawan. Demikian pula nasib pasukan Nale
Masiuv. Mereka sudah jatuh ke tangan kami dan sudah kami serahkan kepada tentara
kavaleri." Kini mereka terkejut sekali, lalu berseru: "Vupa Umugi tidak mau
mempercayainya!" "Itu bukan urusan kami. Segala yang saya katakan tadi benar belaka."
"Kami tahu bahwa Old Shatterhand tidak pernah berbohong, akan tetapi apa yang
diucapkan tadi tidak mau masuk ke telinga kami. Maukah ia mengatakannya sendiri
kepada ketua suku kami?"
"Ya." "Kalau begitu kami akan segera kembali untuk memberitahukannya kepada Vupa
Umugi." "Baik. Kami akan menunggu di sini."
Ketika kedua orang prajurit Naiini itu sampai ke tempat teman-temannya, maka kami melihat bahwa barisan orang-orang Comanche
itu mulai bergerak-gerak. Mereka turun dari kudanya. Sebentar kemudian datanglah
seorang Indian kepada kami. Orang itu bukan Vupa Umugi, melainkan orang yang
berbicara dengan kami tadi.
"Ketua suku Comanche telah mendengar kata-kata kami, akan tetapi tidak mau
percaya. Ia hanya mau mendengarnya dari mulut Anda."
"Boleh. Mengapa ia tidak datang sendiri?"
"Ia boleh membawa teman."
"Anda berdua, Old Shatterhand dan Winnetou. Vupa Umugi tidak mau seorang diri
saja." "Kami tidak menaruh keberatan sama sekali."
"Anda menjamin bahwa mereka boleh balik kembali apabila mereka sudah selesai
berbicara dengan Anda?"
Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya, itu saya janjikan."
"Kami akan menerimanya apabila Winnetou pun mau menguatkan janji itu juga."
"Saya berjanji. Howgh!" jawab Winnetou.
Orang Comanche itu pergi. Saya belum pernah bertemu dengan Apanatschka. Nama itu
dalam bahasa Comanche berarti orang yang serba cakap dan serba tahu. Saya ingin
sekali bertemu muka dengan dia.
Tidak lama kemudian kami melihat mereka berdua berjalan dengan perlahan ke arah
kami, seakan-akan mereka adalah pihak yang mempunyai segala keuntungan. Dengan
sikap itu mereka hendak memberi kesan bahwa mereka tidak takut dan tidak merasa
khawatir. Dengan tidak mengucapkan sepatah kata jua pun mereka segera duduk di
depan kami sambil meletakkan bedil mereka di atas lututnya. Sementara itu mereka
memandang kami dengan pandang yang mengandung kecongkakan. Sikap mereka itu
tidak kami hiraukan. "Ia akan ditemani oleh Apanatschka, ketua suku Naiini yang kedua."
Saya kira Apanatschka itu adalah orang yang sudah agak tua, akan tetapi kini
ternyata bahwa ia masih muda dan paras mukanya sangat menarik hati saya.
Badannya tidak berapa tinggi akan tetapi kuat. Bentuk mukanya berlainan sekali
dengan bentuk muka orang Indian. Walaupun warna kulitnya merah, akan tetapi saya
melihat bahwa bibir atasnya, dagunya dan pipinya agak kebiru-biruan seperti
halnya dengan muka orang kulit putih yang setiap hari harus mencukur janggutnya.
Saya heran mengapa Apanatschka mempunyai janggut selebat janggut orang kulit
putih. Sebagai umum diketahui, orang Indian tidak pernah mencukur janggutnya.
Jikalau sekiranya juga dagu mereka berambut, maka rambut itu dicabutnya satusatu. Pada pandangan pertama saja saya sudah menaruh simpati kepada ketua suku
yang masih muda ini. Lagi pula rasa-rasanya muka Apanatschka ini sudah pernah
saya jumpai. Rupanya menyerupai rupa orang yang sudah saya kenal baik, akan
tetapi tidak dapat saya ingat siapa di antara kenalan saya rupanya menyerupai
dia. Jikalau ketua-ketua suku yang bermusuhan hendak mengadakan perundingan, maka
bukanlah yang tertinggi kedudukannya yang memulai perundingan. Makin tinggi
derajat orang, makin lama ia berdiam diri. Sudahlah diadatkan bahwa yang akan
membuka pembicaraan ialah pihak yang mempunyai kepentingan terbesar pada
pembicaraan itu. Rupa-rupanya Vupa Umugi hendak memberi kesan seakan-akan ia
tidak mempunyai kepentingan sama sekali. Ia berdiam diri saja dan air mukanya
menunjukkan bahwa ia tidak mau membuka mulut sebelum kami berbicara. Kami pun
berbuat acuh tak acuh juga. Dalam pada itu saya melayangkan pandang ke arah
Winnetou. Saudara saya itu menjawab dengan pandang yang mengatakan bahwa ia pun
tidak bersedia untuk memulai perundingan. Demikianlah kedua pihak berdiam diri
saja beberapa waktu lamanya. Kemudian saya berbaring seakan-akan hendak
melepaskan lelah. Siasat saya mengena; Vupa Umugi memberi isyarat kepada
Apanatschka. Ketua suku yang muda itu berkata: "Old Shatterhand dan Winnetou
hendak berbicara dengan kami?"
Saya tidak mengubah sikap saya dan tidak menjawab. Winnetou pun berdiam diri
juga. Apanatschka mengulangi perkataannya: "Old Shatterhand dan Winnetou hendak
berbicara dengan kami?"
Karena tidak mendapat jawab, maka perkataan itu diulanginya beberapa kali. Kini
saya membangkitkan badan saja lalu berkata: "Apa yang saya dengar itu sangat
mengherankan saya. Kami sama sekali tidak hendak berbicara dengan ketua-ketua
suku Comanche, melainkan kami telah diminta menyampaikan sendiri kepada Vupa
Umugi apa yang telah kami katakan kepada utusannya. Kami telah mengizinkan kedua
ketua suku ini datang ke mari, akan tetapi kini mereka berbuat seakan-akan tidak
mau mendengarkan kami. Mengapa Vupa Umugi berdiam diri serta menyuruh
Apanatschka berbicara dengan kami" Sudah hilangkah akalnya atau sudah tidak
dapatkah ia berbicara" Vupa Umugi sendiri, bukan Apanatschka, yang ingin
berbicara dengan kami. Apabila Vupa Umugi tidak mau membuka mulutnya maka
janganlah ia mengharapkan bahwa kami akan membuka perundingan. Persediaan air
minum dan daging kami lebih daripada cukup. Jikalau demikian juga halnya dengan
pasukan Comanche maka boleh ia tetap berdiam diri."
Saya membuat gerak seolah-olah hendak berbaring kembali, tetapi Vupa Umugi
segera berkata: "Old Shatterhand boleh tetap duduk dan mendengarkan perkataan
saya." "Silakan," jawab saya dengan singkat.
"Old Shatterhand sudah mengatakan kepada utusan saya bahwa Nale Masiuv dan
pasukannya telah tertawan."
"Ya, itu sudah saya katakan. Itu benar."
"Schiba Bigk sudah tertawan juga?"
"Ya." "Saya tidak percaya!"
"Kalau tidak mau, jangan Anda percaya."
"Bagaimana Anda dapat berturut-turut menjumpai Schiba Bigk, pasukan tentara
kulit putih dan Nale Masiuv" Hanya secara kebetulan saja" Itu tidak mungkin."
"Bukan secara kebetulan, melainkan akibat perhitungan."
"Perhitungan" Itu hanya mungkin apabila Anda mengetahui apa yang sudah
diputuskan oleh prajurit-prajurit Comanche!"
"Itupun saya ketahui juga."
"Dari siapa Anda mengetahuinya?"
"Dari Anda sendiri."
"Uf!" "Ya. Itu saya dengar dari mulut Anda di Air Biru."
"Uf! Anda mengira bahwa Vupa Umugi lekas mempercayai segala perkataan orang."
"Tidak, akan tetapi Vupa Umugi sudah bersikap sangat tidak hati-hati. Anda sudah
melengahkan segala sesuatu yang perlu untuk membuat rencana Anda berhasil."
"Rencana apa?" "Pertanyaan itu hanya dapat membuat saya tertawa!" jawab saya.
Kini saya ceriterakan kepadanya segala sesuatu yang sudah terjadi dari saat
Winnetou mendengarkan percakapan dua orang Comanche di daerah Utara sampai pada
saat saya dapat mengetahui rencana mereka. Selanjutnya saya katakan juga bahwa
Winnetou dan saya telah memutuskan untuk membantu Bloody Fox. Seterusnya saya
kisahkan juga bagaimana saya dapat menundukkan Nale Masiuv dengan ancaman akan
membinasakan jimatnya; kemudian saya berkata kepadanya: "Demikian juga Anda akan
terpaksa menyerah kepada saya, sebab jimat Anda akan saya binasakan juga."
Vupa Umugi menjawab dengan tertawa: "Anda tidak akan dapat merampas jimat saya,
sebab jimat itu tidak ada pada saya. Vupa Umugi bukan hanya mempunyai sebuah
jimat saja, melainkan beberapa buah. Lagi pula Vupa Umugi tidak pernah membawa
jimatnya apabila ia pergi berperang, sebab dalam peperangan ada kemungkinan
bahwa jimat itu akan hilang. Anda tidak akan dapat mengancam saya sebagai Anda
mengancam Nale Masiuv."
"Anda tahu bahwa Old Shatterhand tidak pernah berbohong Apabila Old Shatterhand
mengatakan bahwa dia dapat membinasakan jimat Anda maka itu pun benar juga.
Bagaimanapun juga, apa akal Anda untuk meloloskan diri jikalau Anda tidak mau
menyerah" Anda hendak memberi perlawanan?"
"Ya, tentu saja."
"Itu boleh Anda coba. Tetapi sayu tahu bahwa Anda tidak akan mencobanya. Bahkan
sekiranya Anda dapat menang, maka Anda dan prajurit-prajurit Anda akan mati
semuanya karena kekurangan air minum. Lihatlah kedudukan pasukan Anda dari sini!
Anda tak mempunyai cukup ruangan untuk membentuk barisan Anda dan prajuritprajurit Anda itu sedemikian berjejal-jejal, sehingga setiap peluru kami akan
mengenai sasaran. Kami mempunyai air minum, Anda tidak. Kami masih segar,
demikian juga kuda kami; Anda haus dan kuda Anda hampir rebah keletihan.
Perhatikanlah semua itu!"
"Namun begitu kami akan memberi perlawanan juga!"
"Tidak. Anda mungkin sekali berbuat kurang hati-hati, akan tetapi tak mungkin
Anda berbuat sebagai orang gila."
Ia menundukkan kepala lalu berdiam diri. Seketika lamanya ia tidak berkata apaapa. Akhirnya ia bertanya dengan perlahan-lahan: "Sekiranya kami mau menyerah,
apa yang akan Anda putuskan terhadap kami?"
"Anda tidak akan kami bunuh."
"Selanjutnya kami tidak akan Anda apa-apakan" Tanpa kuda dan bedil, kami akan
binasa; karena itu kami tidak dapat menyerahkan kuda dan bedil kami."
"Kalau itu kami kehendaki, Anda harus menyerahkannya. Kami sudah cukup bersikap
baik hati dengan tidak menuntut nyawa Anda. Sekiranya Anda pihak yang menang,
maka Anda tidak akan memberi ampun kepada kami, melainkan kami sekalian akan
Anda ikat pada tiang siksaan."
Ia mengepalkan tinjunya seraya berseru: "Anda sudah dibawa oleh jiwa jahat ke
Air Biru! Sekiranya itu tidak terjadi, maka rencana kami niscaya akan berhasil!"
"Itu benar; karena itu saya berpendapat bahwa yang membawa saya ke Air Biru itu
bukanlah jiwa yang jahat, melainkan jiwa yang baik. Anda sudah tidak mempunyai
pengharapan lagi. Apabila tidak mau menyerah maka Anda semua akan binasa. Itu
harus Anda pahami!" "Tidak, saya tidak dapat memahami. Jangan Anda lupa bahwa orang kulit putih yang
kami kenal dengan nama pembunuh Indian, ada di tangan kami. Ia dapat kami
pergunakan sebagai sandera, dan ia akan kami bunuh apabila Anda atau teman Anda
berani berbuat sesuatu yang merugikan kami."
"Kalau tidak dapat dielakkan biarlah si tua itu mati. Ia jatuh ke tangan Anda
oleh karena ia tidak mematuhi perintah saya. Ia telah meninggalkan barisan
kami." "Jadi Anda setuju bahwa ia kami bunuh?"
"Sama sekali tidak. Yang saya maksud ialah bahwa saya tidak akan mengorbankan
sesuatu untuk menyelamatkannya. Tetapi apabila Anda membunuhnya maka saya akan
memberi pembalasan seperti yang belum pernah Anda alami. Dari pihak saya
perundingan ini sudah selesai; saya tidak akan mengatakan apa-apa lagi."
Saya bangkit, diikuti oleh Winnetou. Kedua orang Comanche itu bangkit juga.
Apanatschka memandang kami dengan pandang yang sama sekali tidak mengandung
perasaan permusuhan, akan tetapi kami dapat melihat bahwa Vupa Umugi sedang
mendidih darahnya. Akhirnya ia berteriak ke arah kami: "Kami pun selesai juga. Kami masih
mengetahui beberapa akal untuk menyelamatkan kami semua."
"Sekiranya Anda mengira mempunyai seratus akal, maka tidak satu pun akan dapat
menyelamatkan Anda sekalian. Jikalau kami terpaksa maka kami akan membakar hutan
kaktus ini." "Uf!" katanya dengan terkejut. "Winnetou dan Old Shatterhand hendak menjadi
pembakar dan pembunuh?"
"Jangan Anda mengucapkan pertanyaan sebodoh itu, lagi! Pergilah Anda berunding
dengan prajurit-prajurit Anda dan beritahukanlah dengan segera apa yang akan
Anda putuskan." "Anda akan mendengarnya."
Kini pergilah mereka berdua, tetapi sikapnya tidak lagi secongkak sikap mereka
ketika mereka datang tadi. Kami pun kembali ke tempat teman-teman kami yang kini
ingin benar mengetahui apa hasil perundingan kami dengan kedua ketua suku itu.
Kami tidak lengah mengamat-amati dengan baik-baik barisan orang-orang Comanche
itu. Mungkin sekali mereka akan menjadi mata gelap; berhubung dengan kemungkinan
itu maka kami harus bersiap-siap dan waspada. Yang dapat kami lihat hanyalah
prajurit-prajurit Comanche yang ada di depan sekali. Apa yang terjadi di
belakang mereka tidaklah dapat kami lihat. Saya mengambil kuda saya lalu
berjalan sebentar mengelilingi hutan kaktus itu. Saya dapat melihat musuh kami
dari sebelah samping. Maka kami melihat bahwa pada tempat di mana padu dugaan
kami prajurit-prajurit Comanche itu berkumpul semuanya, hanya ada paling banyak
tiga puluh orang Comanche. Yang lain rupa-rupanya telah masuk lebih jauh lagi ke
hutan kaktus. Saya kembali untuk melaporkannya kepada Winnetou.
"Mereka hendak merintis jalan di antara pohon-pohon kaktus itu dengan tomahawk
mereka," kata Winnetou.
"Saya rasa begitu, akan tetapi usaha, itu tidak akan berhasil."
"Ya, pohon-pohon kaktus yang sudah kering itu keras sebagai batu sehingga tidak
akan terpancung oleh pisau mereka."
"Walaupun begitu kami tidak boleh lengah. Saya akan pergi sekali lagi untuk
mengintai mereka." "Boleh, akan tetapi saya rasa tidak perlu."
"Bolehkah saya ikuti, Mr. Shatterhand?" tanya Parker.
"Silakan." "Saya juga?" tanya Hawley.
"Boleh, akan tetapi tidak lebih daripada Anda berdua saja. Ambillah kuda Anda."
Kami berjalan ke arah selatan sampai suatu tempat di mana hutan kaktus itu
membelok ke arah timur. Kemudian kami menuju ke arah timur sampai kira-kira satu
jam lamanya. Maka sampailah kami kepada sebuah teluk yang menjorok jauh sekali
ke arah hutan belukar. Kami masuk ke dalam teluk itu sampai pada ujungnya.
Dengan teropong saya, dapat melihat orang-orang Comanche. Apa yang mereka
kerjakan tidak dapatlah saya lihat dengan saksama, akan tetapi saya dapat
melihat bahwa prajurit-prajurit itu sedang memegang pohon kaktus dengan
tomahawknya. Kini kami balik kembali melalui jalan yang kami tempuh tadi.
SI JENDERAL Kini kami sampai kembali ke tempat di mana pinggir hutan itu membelok ke arah
barat, maka tampaklah pada saya seakan-akan jauh sekali di sebelah selatan ada
sesuatu bergerak di padang Llano. Saya angkat teropong saya; maka kelihatan
sekarang bahwa dugaan saya itu tidak salah. Mereka itu ialah orang berkuda.
Jumlah mereka belum dapat saya hitung, akan tetapi setelah menunggu beberapa
lama, maka dapatlah saya ketahui bahwa mereka itu delapan orang jumlahnya serta
membawa empat ekor kuda beban. Mereka bergerak ke arah timur-laut sehingga
mereka nanti akan melalui pinggir hutan kaktus ini. Sekiranya mereka itu orang
Comanche maka mungkin juga mereka akan dapat menolong prajurit-prajurit Comanche
yang sudah terkurung di dalam hutan kaktus. Kemungkinan itu hanya kecil sekali,
akan tetapi sudah sering sekali saya mengalami bahwa kemungkinan yang kecil pun
dapat membawa akibat yang besar. Karena itu maka mereka tidak dapat saya biarkan
lalu. melainkan mereka harus saya paksa dengan segala usaha untuk mengikuti saya
ke tempat teman-teman saya prajurit Apache, lebih-lebih setelah saya melihat
bahwa di antara mereka itu ada empat orang Indian. Indian suku manakah mereka"
Itu perlu saya ketahui. Kami berjalan ke arah Selatan, sedemikian jauhnya
sehingga mereka nanti harus melalui tempat kami. Di sana kami menunggu. Kini
mereka melihat kami juga. Mereka berhenti untuk berunding, lalu meneruskan
perjalanan ke arah kami. Di depan sekali berjalan seorang kulit putih dan seorang kulit merah. Orang
Indian itu memakai bulu burung rajawali di rambutnya, jadi ia seorang ketua
suku. Orang kulit putih itu kurus badannya; usia saya taksir antara lima puluh
dan enam puluh tahun. Pakaiannya ganjil sekali, setengah pakaian sipil setengah
pakaian militer. Lagi pula ia membawa pedang. Demi mereka sudah dekat pada kami
maka saya dapat melihat bahwa muka orang kulit putih itu agak mencurigakan,
artinya tidak menimbulkan kepercayaan.
Orang kulit putih itu tidak mengangkat topinya, melainkan menggerakkan tangan ke
arah kami belaka sambil berkata: "Good day, boys! Apa kerja Anda di tengahtengah padang pasir yang kering ini, he?"
"Ah, kami berjalan-jalan begitu saja," jawab saya.
"Berjalan-jalan" Aneh benar! Jikalau sekiranya saya tidak terpaksa mengarungi
padang Llano ini, maka sedikit pun tidak akan terpikir oleh saya untuk datang ke
mari. Siapakah Anda ini?"
"Boys! Anda menyebut kami demikian, jadi tentu kami tak lain daripada boys."
"Omong kosong. Saya tidak hendak mendengarkan olok-olok. Anda tahu apabila orang
di padang pasir ini bertemu dengan orang yang tidak dikenalnya, orang harus
mengetahui dengan jelas siapa yang dijumpainya itu."
"Itu tepat." "Saya menjumpai Anda di sini, jadi...."
"Kami pun menjumpai Anda di sini, jadi...."
"Rupa-rupanya Anda gemar sekali berolok-olok. Biasanya tidak saya perkenankan
orang berolok-olok terhadap saya, akan tetapi sekali ini saya mau memberi ampun.
Tidakkah Anda melihat bahwa saya seorang opsir" Tidakkah pernah Anda mendengar
nama Douglas, jenderal Douglas?"
"Tidak." "Kalau begitu Anda tidak mengetahui sedikit juga sejarah Amerika Serikat.
Jenderal Douglas yang masyhur itu ialah saya."
Ia mengangkat dadanya untuk memperlihatkan betapa tinggi kedudukannya. Kini saya
yakin bahwa ia sama sekali bukan jenderal.
"Saya senang bertemu dengan Anda, Sir!"
"Saya sudah berperang di Bull-Run!"
"Bagus sekali."
"Dan di Gettysburg, di Harpers-Ferry, di pegunungan Chatta dan saya menyertai
dua puluh buah pertempuran yang lain lagi. Selalu saya menang. Anda percaya?"
Sementara itu ia menggerak-gerakkan pedangnya.
"Mengapa tidak?" jawab saya.
"Kini saya sedang menjelajah padang Llano. Orang-orang kulit putih ini adalah
bujang saya dan orang Indian ini penunjuk jalan. Pemimpin orang kulit merah itu
ialah Mba, ketua suku Chickasaw."
Saya mengetahui bahwa jari ketua suku itu lebih berharga daripada seluruh badan
Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang yang menyebut dirinya jenderal itu. Saya bertanya kepada ketua suku orang
Indian itu: "Adakah prajurit-prajurit Chickasaw menggali kapak peperangan
terhadap suku kulit merah yang lain?"
"Tidak," jawabnya.
"Tidak terhadap suku Apache dan tidak juga terhadap suku Comanche?"
"Tidak." "Kalau begitu maka Mba, ketua suku orang Indian yang suka damai itu dapat saya
perkenalkan kepada Winnetou ketua suku Apache. Prajurit-prajurit Apache ada di
balik hutan kaktus ini Mereka sedang mengepung orang-orang Comanche yang
dipimpin oleh Vupa Umugi. Maukah Anda mengikuti kami?"
"Dengan segala senang hati!" jawabnya dengan mata yang berseri-seri.
"Winnetou?" tanya si Jenderal. "Saya ingin sekali bertemu dengan dia. Tentu saja
kami pun ingin ikut. Siapakah Anda, Sir?"
"Saya ketua suku orang Apache. Mereka menyebut saya Old Shatterhand."
Jawab saya itu rupa-rupanya sedikit pun tidak diharapkannya, karena itu sikapnya
segera berubah, lalu ia berkata: "Saya sudah sering sekali mendengar nama Anda,
Sir. Saya bersenang hati bertemu dan berkenalan dengan Anda. Maukah Anda
berjabatan tangan dengan seorang jenderal yang selalu ada pada pihak yang
menang?" Maka saya jabat tangannya; saya merasa puas bahwa mereka dengan sukarela mau
mengikuti kami. Mba berdiam diri saja, akan tetapi saya melihat bahwa ia
memandang pertemuan dengan saya itu sebagai suatu kehormatan. Lain benar sikap
Douglas. Ia tak henti-henti bertanya, lebih-lebih tentang asal mula permusuhan
orang-orang Apache dengan orang-orang Comanche. Pertanyaan-pertanyaan itu saya
jawab sekedar saya pandang perlu supaya saya tidak dianggapnya orang yang tidak
sopan. Sedikit pun saya tidak menaruh simpati kepada orang kulit putih ini;
mukanya menunjukkan segala sifat orang jahat. Demi saya menyebut nama Old
Surehand maka tampaklah dengan nyata bahwa ia terkejut. Antara dia dan Old
Surehand pasti terjadi sesuatu.
Ketika kami sampai ke tempat teman-teman kami, maka orang-orang Apache itu heran
sekali bahwa saya membawa rombongan yang membawa perlengkapan cukup untuk
mengarungi padang pasir. Mereka itu saya perkenalkan kepada teman-teman saya.
Winnetou menyambut Mba dengan ramah-tamah, tetapi si jenderal disambutnya dengan
sikap yang dingin. Old Surehand memandang jenderal itu dengan keheran-heranan,
ia memperhatikan pakaiannya yang ganjil itu, akan tetapi selanjutnya tidak
menunjukkan bahwa ia kenal akan orang itu. Sebaliknya opsir tinggi itu memandang
Old Surehand dengan pandang yang mengandung ketakutan, akan tetapi demi ia
melihat bahwa Old Surehand rupa-rupanya tidak mengenal dia, maka ia menjadi
tenang kembali. Karena itu maka saya lebih yakin lagi bahwa saya harus bersikap
waspada terhadap orang ini. Kesempatan yang pertama saya pergunakan untuk
bertanya kepada Old Surehand: "Kenalkah Anda pada orang yang menyebut dirinya
jenderal itu?" "Anda belum pernah bertemu dengan dia?"
"Belum. Baru sekali ini saya melihat mukanya."
"Cobalah Anda ingat-ingat, betulkah Anda belum pernah berjumpa dengan dia!"
"Betul! Akan tetapi, apa maksud Anda dengan pertanyaan yang Anda beri tekanan
itu, Sir?" "Oleh karena saya yakin bahwa ia mempunyai sangkut paut dengan Anda. Ia terkejut
sekali ketika saya menyebut nama Anda."
"Ah, barangkali Anda salah lihat."
"Tidak. Saya melihatnya dengan jelas. Lagi pula, baru ini ia melihat Anda dengan
pandang yang mengandung ketakutan. Nyata pada saya bahwa ia sedang memperhatikan
adakah Anda mengenali dia."
"Hm! Saya tahu bahwa mata Anda tajam sekali, Mr. Shatterhand, akan tetapi dalam
hal ini saya yakin bahwa Anda salah sangka. Saya tidak mempunyai urusan sama
sekali dengan Douglas ini."
"Akan tetapi ia rupa-rupanya mempunyai urusan dengan Anda. Baiklah, selanjutnya
ia akan saya amat-amati."
"Itu baik, Sir! Anda nanti akan melihat bahwa Anda salah sangka."
Matahari memancarkan sinarnya yang panas. Tengah hari sudah lewat, akan tetapi
orang-orang Comanche tidak memberi jawab. Kemudian saya melihat barisan mereka
sedang bergerak-gerak, suatu tanda bahwa mereka semuanya sudah berkumpul
kembali. Rupa-rupanya Vupa Umugi kini menginsafi bahwa mereka tidak mungkin
dapat merintis jalan di hutan kaktus. Saya yakin pula bahwa ia segera akan
berusaha mengadakan perundingan kedua. Ya, saya melihat seorang prajurit
Comanche berjalan ke arah kami. Dari jauh ia sudah berseru bahwa kedua ketua
sukunya ingin mengadakan perundingan lagi dengan kami. Kami menyatakan kesediaan
kami, lalu pergi ke tempat di mana kami mengadakan perundingan yang pertama.
Sekali ini saya membawa jimat-jimat Vupa Umugi yang sudah saya ambil dari Kaam
Kulano. Jimat-jimat itu saya masukkan di bawah baju saya sehingga tidak dapat
dilihat orang. Baru saja kami duduk, maka Vupa Umugi dan Apanatschka sudah datang. Masingmasing mengambil tempat duduk mereka semula. Dalam pada itu mereka berusaha
berbual seolah-olah mereka sama sekali tidak merasa khawatir. Sekali ini Vupa
Umugi tidak menunggu-nunggu lagi. Serta ia sudah duduk, maka ia segera berkata:
"Belum berubahkah pendapat Old Shatterhand?"
"Pendapat saya tidak akan berubah," jawab saya.
"Saya sudah berunding dengan prajurit-prajurit saya dan saya datang ke mari
untuk mengajukan sebuah usul. Kami akan menghentikan permusuhan dan kami
bersedia mengisap pipa perdamaian dengan Anda."
"Bagus! Kini Anda berbicara dengan akal sehat. Akal sehat itu akan mengatakan
pula kepada Anda bahwa usul Anda itu hanya dapat kami terima dengan beberapa
syarat tertentu." "Uf! Anda hendak menuntut syarat" Syarat itu tidak ada!"
"Syarat itu justru ada! Anda bukan kanak-kanak. Saya yakin bahwa Anda pun insaf
bahwa, setelah Anda memerangi kami, tiada dapatlah Anda datang menawarkan
perdamaian belaka supaya Anda dapat pulang sebagai pihak yang menang."
Kata-kata itu saya ucapkan dengan suara yang keras, sehingga ketua suku itu
menundukkan kepala kemalu-maluan. Akhirnya ia berkata lagi dengan suara yang
tidak mengandung kecongkakan sama sekali: "Syarat apakah yang Anda kehendaki?"
"Anda semua akan kami bebaskan, akan tetapi kuda dan bedil Anda akan kami
rampas. Senjata-senjata yang lain kami biarkan pada Anda."
"Syarat itu tak mungkin dapat kami terima."
"Kalau begitu tak perlu kita berunding; perselisihan ini akan kita selesaikan
dengan senjata." Saya berbuat seakan-akan hendak bangkit, akan tetapi Vupa Umugi cepat-cepat
berkata: "Sebentar! Sungguh-sungguhkah Anda yakin bahwa Anda dapat menaklukkan
Vupa Umugi sebagai Anda menaklukkan Nale Masiuv?"
"Ya, saya yakin."
"Nale Masiuv membawa jimatnya; karena itu Anda dapat mengalahkan dia."
"Tiadakah saya katakan bahwa saya dapat juga mengambil senjata Anda?"
"Ya, itu Anda katakan, akan tetapi Anda tidak akan dapat mengambilnya."
"Pshaw! Itu mudah sekali. Saya tahu di mana jimat-jimat itu Anda tinggalkan,
yakni di Kaam Kulano."
"Uf!" "Ya, jimat-jimat itu Anda gantungkan pada dua tombak yang terpancang di depan
kemah Anda." "Uf! Dari siapa Old Shatterhand mengetahuinya."
"Saya sudah melihatnya dengan mata saya sendiri. Perhatikanlah apa yang akan
saya perbuat." Saya bangkit, memotong beberapa ranting kaktus, lalu saya timbun. Kemudian saya
berpaling kepada Vupa Umugi: "Saya pergi ke Kaam Kulano dari Altschese Tschi dan
dari perkemahan suku Anda saya ada membawa tiga hal: tawanan Anda orang
Negro...." "Bohong!" "Kuda kesayangan Anda...."
"Bohong juga!" "Dan jimat-jimat Anda...."
"Itu bohong... bohong sekali."
"Old Shatterhand tidak pernah berbohong. Lihatlah ini!"
Saya buka baju saya, lalu saya keluarkan jimat-jimat Vupa Umugi. Benda-benda itu
saya letakkan di atas timbunan ranting kaktus yang kering. Demi ketua suku itu
melihat perbuatan saya, maka saya melihat matanya berkilat-kilat dan seketika
kemudian ia melompat bangkit untuk menjangkau jimat-jimatnya. Dalam pada itu
saya telah mencabut pistol saya dan sambil membidikkan pistol ke arah mukanya
maka saya mengancam: "Jangan bergerak! Saya sudah menjanjikan akan membebaskan
Anda dan janji itu akan saya tepati; akan tetapi jimat-jimat ini adalah milik
saya dan apabila Anda hendak menyentuhnya maka Anda akan saya tembak."
Vupa Umugi duduk kembali dengan putus asa sambil mengeluh: "Itu... jimatjimat... saya... betul-betul... jimat-jimat saya!"
"Ya, itu jimat-jimat Anda. Kini Anda telah mengakui bahwa Old Shatterhand selalu
tahu apa yang dikatakannya. Saya mau berjanji bahwa Anda akan saya perlakukan
sebagai saya memperlakukan Nale Masiuv. Katakanlah sekarang dengan segera,
maukah Anda menyerah atas dasar syarat-syarat saya?"
"Tidak... tidak mau!"
"Kalau begitu maka lebih dahulu jimat-jimat Anda akan saya bakar. Kemudian akan
saya ambil scalp Anda dan Anda akan saya gantung. Howgh!"
Saya mengambil korek api, saya goreskan sebuah, lalu saya bawa ke dekat timbunan
ranting kaktus yang segera mulai menyala.
"Jangan! Aduh, jimat saya!" seru ketua suku itu dengan ketakutan. "Kami
menyerah! Kami menyerah!"
Oleh karena pistol saya masih selalu saya bidikkan ke arahnya, maka ia tidak
berani meninggalkan tempat duduknya. Api yang sudah mulai menyala itu saya
padamkan dan sambil memegang batang korek api, saya berkata dengan suara yang
Gerhana Darah Biru 2 Animorphs - Chronicle 4 The Ellimist Chronicle Pendekar Pemetik Harpa 30
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama