Ceritasilat Novel Online

The Devils Dna 3

The Devil's Dna Karya Peter Blauner Bagian 3


Terdengar bunyi halus di belakang tenggorokannya. Hanya
gumaman, hampir tak seperti kata-kata. Tetapi segala sesuatu di
alam semesta ini tergantung dari cara orang menyimpannya. Eileen
meluruskan punggung, berusaha mengingat-ingat latihan yang biasa
dilakukan para aktor. Rileks. Tarik napas. Ciptakan pemahamanmu
sendiri akan waktu. Ia melemaskan bahu kembali dan perlahan- lahan
menghembuskan napas yang seakan menukik-nukik. "Kau tahu, Ibu
telah berpikir-pikir," ujarnya.
"Apa?" "Mungkin ada alasan mengapa aku tak bisa menyelesaikan buku
ini. Mungkin ini bukan waktu yang tepat. Maksudku, menulis ulang
Hans Christian Anderson, karena karya itu begitu... hangat. Tidakkah
begitu menurutmu?" "Aku tak tahu, Bu," jawabnya, lemah. "Aku bukan si anak kreatif
di rumah ini." "Aku berpikir-pikir tentang proyek lain."
"Oh?" "Kau tahu, aku semakin tertarik pada bidang ilmiah belakangan
ini. Bagaimana tubuh bekerja. Bagaimana pikiran memperbarui
diri..." "Bu..." "Pernahkah kau berpikir tentang sistem bintang ganda, Tom?"
"Rasanya belum." Tom mendesah.
"Hampir setiap bintang yang kau lihat di malam hari memiliki
satu kawan. Tapi yang satu biasanya mendominasi yang lain,
sehingga kau hampir tak bisa melihatnya. Yang menarik adalah
bahkan jika yang satu mati, saat keduanya berada dalam jarak cukup
dekat, bintang itu dapat mulai menarik hidrogen sehingga ia bisa
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
menyala kembali. Tetapi ia lalu melepaskan ledakan supernova, dan
yang tertinggal hanya * lubang hitam."
"Bu, sudah malam. Kukira kita sudah pernah membahas hal ini."
"Ia bintangku yang gemilang."
"K ukira, bintang Ibu yang gemilang adalah anak-anakku." Tom
menatap langit-langit. "Aku ingin ia tahu aku tidak lupa padanya."
"Jika benar-benar mengira ia masih hidup, kenapa Ibu masih ingin
melihat kasus ini kembali ke pengadilan?" Tom berdiri, menggigiti
bibir. "Bisakah Ibu jelaskan?"
"Ia membutuhkan satu pertanda. Jika melihat kasus ini kembali
menarik perhatian, ia akan tahu bahwa kita masih mencari dirinya.
Bahkan bintang yang sedang sekarat pun dapat menyala kembali."
"Ibu juga bilang bintang-bintang itu dapat mengisap kehidupan
bintang lain." Tom pergi ke wastafel dan membuang isi gelas
anggur. "Aku ada pekerjaan besok pagi-pagi, setelah itu akan
kutelepon Spencer untuk mengatur obat-obat Ibu."
"Tom..." "Apa?" "Itu semua kesalahanku, kan?"
"Lupakan, Bu." Ia mengambil puntung rokok dari saringan
wastafel dan menaruhnya di tempat sampah. "Ibu telah melakukan
yang terbaik." 13 KEESOKAN SORENYA, Francis pergi menuju gudang penyimpanan
barang bukti NYPD di Long Island City, sebuah gedung empat
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
tingkat berselimut debu di kawasan industri dengan garasi- garasi
truk, pusat daur ulang, toko karpet, dan klub-klub striptease
bertebaran. Jantungnya serasa tenggelam saat melewati gerbang, melintasi
potongan karpet gaya Oriental yang dihamparkan ke lantai semen.
Dari sudut mata, ia melihat bahwa satu-satunya pegawai di sana
adalah Sersan Brian Mullhearn.
"Gustav Mauler, sebutkan namamu."
"Francis X., sehat dan bernapas."
Sersan itu tak terburu-buru menyingkirkan sekaleng mi wijen
dingin dan mengelap tangan dengan tisu. Ia bangkit dari meja dan
mereka saling berjabat tangan kaku ala teman lama yang tak dapat
lagi menerima kehadiran satu sama lain.
Francis tahu, mestinya ia menelepon terlebih dulu, untuk
memastikan bahwa yang bertugas adalah orang lain.
Dentam musik disko Hot 97 di radio kantor entah bagaimana
memperkuat suasana penuh derita tempat ini. Cat mengelupas dari
pipa-pipa yang menonjol keluar, jamur bermunculan di ventilasi AC,
dan tanda peringatan KORUPSI HARUS DILAPORKAN KE PROVOST
separo tenggelam di balik kulkas penyok.
"Mereka bilang, orang baik mati muda, Sersan." Francis
menyunggingkan senyum terpaksa sambil memasukkan angka-angka
identitasnya. "Jadi kita berdua tak perlu khawatir tentang itu, kan?"
Sejujurnya, Mullhearn terlihat seperti salah satu barang yang
disimpan di antara drum-drum minyak sejak 1972. Rambut kelabu
lemas, kumis tikus, bahu kaku, raut wajah seperti spons. Di balik
lensa kontak, matanya berwarna seperti penghapus pensil; di atasnya,
alisnya tampak seperti semak belukar. Ia bergerak perlahan dan
dengan sekuat tenaga, seolah-olah terlambat untuk tiap respons
ototnya. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"K ita sama-sama mengalami masa-masa liar di bagian narkotika,
bukan?" ujarnya. "Aku masih menyimpan perih dan nyeri gara-gara itu." Francis
menyentuh punggung bawahnya.
"Kau ingat waktu jatuh dari pagar jeruji lantai tiga di Baruch
Houses di Housten Street?"
"Justru itu..."
"Ya, ampun, kukira kau sudah mati, Francis. Kami berlima
mengelilingimu, menunggu pendeta muncul untuk melaksanakan
upacara terakhir. Kau bahkan tak bernapas. Mendadak saja kau
terduduk, 'Mana dompetku"' seolah-olah kau baru berlalu dari meja
kasir dan salah satu dari kami mengambilnya."
Francis menyeringai. "K ita beruntung keluar dari tempat itu
dengan utuh." "Beberapa dari kita lebih dari utuh." Mauler bersandar di
belakang meja. "Lihat aku, lihat kau. Aku menyalakan TV malammalam, dan kau lebih sering muncul di TV daripada OJ. Simpson."
"Lebih seperti Homer Simpson."
"Ya, kau cukup berhasil dalam kariermu." Mullhearn mengambil
garpu lagi. "Kudengar April nanti kau pensiun."
"Kau harus tahu kapan mesti mempertahankan pekerjaan dan
kapan melepaskannya."
"Yeah, kau selalu tahu cara untuk keluar sebagai pemenang, aku
yakin itu." "Itu keberuntungan semata, Kawan. Itu saja."
"Lebih tepatnya mungkin keberuntungan secara genetis." Mauler
menyisakan helai panjang dari garpunya. "Kalau ayahku bekerja di
Departemen No mor Satu, posisi kita pasti terbalik."
"Hey, hey..." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Francis merasa ini akan menjadi negosiasi panjang. Meski
kariernya menanjak dua puluh tahun terakhir ini, Mauler dibuang ke
semacam tempat suci pelayanan masyarakat yang pahit, Polisi Karet
yang menjaga buku-buku kuno dan Senjata Canggih Mematikan
Abad Kedua puluh. "Jadi, apa yang bisa kulakukan untukmu?"
"Aku mencari barang apa saja yang kau punya dari kasus Allison
Wallis. Kurasa Paul Raedo dari kantor Jaksa Wilayah telah mengirim
faks sebelumnya." "Baru pertama kali aku dengar."
"Tapi kau tentu tahu kasus yang kumaksud. Kau yang paling
bagus ingatannya di gedung ini, Bri. Tentang dokter perempuan yang
terbunuh di apartemennya oleh anak pengawas gedung pada tahun
1983..." Mauler mengernyit sedikit, seolah melihat mobil lain melaju cepat
dari spion belakang. "Memangnya ada apa dengan kasus itu?"
"Permohonan banding-omong-kosong-bangsat-terkutuk
itu dikabulkan," sahut Francis, menjawab ringan. "Kami akan membuka
kembali kasus ini, untuk memastikan bahwa semuanya telah
dikerjakan dengan benar."
"O h?" "Aku butuh semua berkas yang kau punya. Kartu noda darah,
sampel otopsi, goresan kuku, pakaian apapun yang mereka
simpan..." Mata Mauler mulai berenang di balik lensa matanya yang
berdebu. "Kau bilang ini kasus pembunuhan tahun 1983?"
"Ada masalah?" "Ya ampun, Francis, kau tak punya kasus baru?" Mauler
melempar tisu, menggapai laci meja, dan menyodorkan formulir
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
kuning serta bantalan cap pada Francis. "Kau bisa mulai dengan
mengisi formulir ini dan membuat cap sidik jari."
"Bri, aku agak terburu-buru sekarang." Francis menengok arloji,
ternyata sudah menunjukkan pukul tiga kurang seperempat. "Bisa
kita lewatkan saja bagian ini?"
"Bung, ini untuk berkas resmi. Meski komisaris sendiri yang
datang, ia tetap harus mengisi formulir ini. K ita tak bisa membiarkan
orang keluar-masuk mengambil barang tanpa pertanggungjawaban."
Sebelum Francis dapat membantah, telepon berdering di sebelah
patung tokoh kartun Secret Squirrel di atas meja dan Mullhearn
menggunakan kesempatan itu untuk mengangkat telepon dan
berpaling darinya. "Ya-aahh, ada apa, bay-bay?" ia melagu, mendadak berubah
wujud dari seorang Irlandia tua getir dan kasar menjadi seorang
penyanyi rap playboy yang pintar bicara. "Rindu padaku?"
Francis mengisi beberapa kalimat pertama dalam formulir,
berusaha tetap menjaga sopan-santun basi ini. Ia menengadah dan
menampak tanda yang ia lewatkan sebelumnya: BALAS DENDAM
dengan garis silang melewatinya. Tentu saja, itulah keadaan biasa di
sini. Mauler dan dirinya pernah menjadi peminum berat saat bekerja
di bagian narkotika, menembaki botol-botol Budweiser untuk
mempersiapkan diri melakukan penggerebekan dan menenggak
scotch dari wadah besar untuk menenangkan diri setelahnya. Hingga,
suatu ketika, Francis entah bagaimana kepergok tertidur di tempat
minum di sebuah ruang hakim pengadilan di Manhattan, tanpa
celana dengan senjata yang hilang. Ayahnya berhasil menangkis
ancaman sanksi yang datang dan mengeluarkan Francis dengan
tamparan keras. Tiga puluh hari penundaan gaji dan sebulan di
markas untuk mengurus "kejahatannya".
Namun, ketika Mauler kepergok mengemudi di jalan yang salah
di Astoria Boulevard enam bulan kemudian dengan napas berbau
alkohol, ia tak punya kenalan berkuasa seperti Francis untuk dimintai
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
tolong. Akhirnya, ia terpaksa berkarier dengan menghitung pensil
sementara Francis berhasil memperoleh lencana emas.
"Bri?" Francis memanggil setelah selesai menempelkan sidik
jarinya di formulir. "K urasa aku sudah selesai mengisi formulir. Bisa
kau bantu aku, mungkin ada tisu atau apa?"
"Sebentar." Mauler mengacungkan satu jarinya. "Dengar, Say,
nanti telepon aku lagi dan kita bicarakan hal itu. Aku ada urusan
dengan orang ini. Oke" Aku ingin kita berdua merasa nyaman."
Ia menutup telepon dan berputar menghadap Francis, kembali
mengambil peran sebagai si Birokrat yang Terlindas Jaman itu. "Apa
katamu tadi?" "Berkas Wallis dari tahun 1983." Francis menoleh ke sana-kemari
mencari sesuatu untuk mengelap tangan. "Mestinya ada beberapa
barangnya di sini. Kami mengambil seprai, sidik jari, serat karpet,
darah dari bawah kuku korban..."
"Ya, ya, ya." Mullhearn melepas kacamata. "K ukira sekarang aku
ingat. Orang itu menulis surat padaku beberapa kali."
"Siapa?" "Si terdakwa. Namanya aneh."
"Julian Vega?" "Ya. Aku pasti telah menerima sekitar dua belas surat darinya.
Salah satu sahabat penaku. Ia dan pengacaranya ingin semua omong
kosong tentang uji DNA itu. Seperti halnya semua orang sok
sekarang. Mereka bersikap seolah-olah itu segampang melakukan tes
kehamilan." Ia menyenggol telepon menjauh, topik yang tak
menyenangkannya saat ini. "Pipislah di batangan itu, lihat tanda
plus, dan kau akan keluar dari penjara. Kuberi tahu, ya..."
Francis menggosok sisa-sisa minyak di antara ujung jarinya.
"Tunggu sebentar. Kau bilang Julian Vega menulis surat-surat
padamu, ingin tahu apa ia bisa menggunakan DNA untuk
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
membuktikan bahwa bukan darahnya yang kita ambil dari kukukuku gadis itu?" "Ya, bukan cuma padaku. Ia juga menulis ke Jaksa Wilayah. Tapi
sudah lama aku tidak mendengar kabar darinya. K ukira kami tak lagi
saling mencinta." Francis butuh beberapa saat untuk memikirkan segala sesuatunya
tentang hal ini, seluruh informasi ini mendadak muncul seperti planet
tak dikenal di tepi tata surya.
"Lalu, apakah ia memperoleh apa yang dicarinya?"
Mauler menyeka kacamata dengan ujung dasi. "Kau bercanda?"
"Tidak. Kenapa?"
"Kau pernah melihat-lihat tempat ini" Ini seperti negeri Indiana
Jones. Kami masih punya tumpukan barang dari peristiwa 9/11 yang
bahkan belum sempat dikerjakan."
Francis mengambil tisu untuk mengelap tinta dari jari-jarinya,
teringat kehebohan saat terakhir kali ia berkunjung ke gudang ini
pada musim semi lalu, mencari bukti perkosaan lama. Hanggar
pesawat terbang yang terbentang luas penuh dengan bukti-bukti yang
berpotensi keliru diarsipkan. Rak-rak baja menjulang disesaki tongtong kardus berukuran 250 liter. Ratusan sepeda curian menumpuk
di gudang tambahan, seperti sisa-sisa Tour de France. Seorang
operator forklift mondar-mandir menggilasi karpet gulung yang
ternyata menyimpan bukti helai rambut penting dari sebuah kasus
pembunuhan. Dan yang paling aneh, sebuah koleksi alat-alat
pemanggang gaya pinggiran dan gerobak jajan dorong berjejer di
dinding. Suasananya tak seperti akhir film Raiders of the Lost Ark,
tapi seperti toko alat-alat rumah tangga yang dikelola seorang
pecandu. Akhirnya ia menyerah mencari barang yang dimaksud dan
memilih pergi untuk mendapatkan keterangan baru dari saksi asli.
"K ukira mereka akan merapikan tempat ini," kata Francis,
melempar tisu itu ke tempat sampah.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Merapikan" Merapikan" Kau sedang mabuk" Maksudku, catatan
kami cukup baik, tapi yang benar saja. Orang sudah menaruh barang
di tempat yang salah sejak 1895. Kau bisa menemukan Hakim Crater
di salah satu tong barang bukti. Jadi pendeknya: tidak. Julian tak


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendapatkan apa yang ia cari. Kami baru saja mendapat musibah
atap rubuh besar-besaran akibat hujan yang merusakkan barang bukti
senilai lima tahun. Aku tak tahu ke mana separo barang-barang itu.
Jadi kami bilang padanya bahwa barang bukti itu tak lagi ada."
"Ya, sekarang ia sudah bebas dan kasusnya kembali ke
pengadilan. Jadi kurasa lebih baik kita mulai mencari benda itu."
"Ah," Mullhearn tersenyum menatap jam. "Aku keluar sepuluh
menit lagi, Sobat. Ada seorang wanita muda yang tak sabar bertemu
denganku." Francis membayangkan dirinya benar-benar akan tersesat
berkelana dalam lorong- lorong tanpa akhir, berusaha mencari dua
berkas dengan penglihatan yang terbatas. Dilihat dari keadaannya,
boleh jadi ia akan terkunci semalaman. "Brian, aku betul-betul butuh
bantuanmu. Kasus ini benar-benar sangat berarti."
"K ita sama-sama tahu, tak ada yang dapat menahanku di sini
setelah pukul tiga," kata Mauler.
"Aku benar-benar akan berutang padamu, Sobat."
"O h, jadi sekarang kita sobat, Francis?"
"Apa maksudmu?" Francis memeriksa jari- jarinya, memastikan
tak ada tinta yang tersisa. "Aku tak mengerti maksudmu."
"K ubilang, kau pikir sekarang kita sobat" Kau dan aku?"
"K ita saling kenal, satu sama lain. Punya ikatan."
"Lucu. Karena kurasa kita tak punya ikatan apa-apa. Kukira kita
hanya dua lelaki yang pernah berbuat kacau di masa lalu. Dan, karier
salah satu dari kita naik, sementara yang lain tidak."
"Tiap orang punya pendapat masing- masing."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tidak, pendapat diarahkan." Mullhearn menaruh kacamatanya
kembali. "Sedangkan ini kenyataan. Salah satu dari kita memperoleh
lencana karena ia punya seseorang yang melindungi. Sementara yang
lain berakhir di tempat sampah. Aku tak ingat kau pernah menelepon
dan menawarkan agar ayahmu memberikan jaminan untukku. Aku
bakal segera keluar dari sini dalam sembilan menit."
"Brian, kau harus membantuku mencari tong itu."
"Maaf?" "K ubilang, kau harus membantuku mencari apa yang kubutuhkan." "Bangsat, kubantu kau, pasti." Mullhearn menjatuhkan makanannya ke tempat sampah.
"Kalau kau ingin mengasihani dirimu sendiri selama sisa
hidupmu, itu urusanmu, aku tak akan memberitahumu cara
memperbaiki apa yang telah kau lakukan."
Francis bicara dengan tenang dan datar, seolah-olah sedang bicara
pada seorang tersangka. Tak perlu drama berlebihan. Cukup
pandangan sejajar dan nada bicara normal seorang lelaki yang
memberi tahu lelaki lain bahwa sebuah buldoser akan merubuhkan
rumahnya. "Masalahnya aku punya terpidana pembunuhan berusia dua puluh
tahun yang baru saja dilepas. Pembunuh yang kujebloskan bebas
dengan jaminan. Aku punya tuduhan yang memerlukan bukti baru
untuk mendukungnya. Ini pekerjaanku, Brian. Bos di departemen
menyuruhku cepat-cepat, dan percayalah padaku, itu semua bukan
karena perilaku dan pesonaku. Tapi karena aku membuat mereka
tampak oke. Dan mereka akan menyerangmu seperti Godzilla
terkutuk jika aku mengatakan bahwa kau bersikap tak membantu."
"Demi Tuhan, Francis, kenapa kau brengsek oegini, sih?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Hanya istriku yang tahu alasannya." Ia menggosok-gosok kedua
tangan. "Dan, ia tak pernah mengungkapkan - atau setidaknya ia tak
bilang padaku. Sekarang, dari mana kita mulai?"
14 "BOLEH SA YA minta Toffee Nut latte dalam gelas besar dan seiris
caramel cheesecake?"
Hoolian masuk ke gerai Starbucks di Astor Pl.ace, menurutkan
keinginannya pada makanan manis. Gadis di meja kasir, dengan topi
bisbol hitam dan celemek hijau, menatapnya seolah-olah ia baru saja
memesan sebungkus heroin murni.
"Kau suka gula, kan?"
Gadis itu berpaling untuk mengambil pesanan, meninggalkannya
bertanya-tanya apakah ia mengucapkan sesuatu yang keliru.
Kemarin, Nona A. menyuruhnya untuk beristirahat sejenak dari
kegiatan hukum dan bersenang-senang sedikit. Nikmati kebebasanmu. Seolah-olah ia tahu hal itu tak berlangsung lagi seusai
sidang pengadilan esok. Akhirnya ia gunakan uang yang diperolehnya dari pekerjaan
aneh-aneh di penjara dan memotong rambut gaya cepak yang pantas
untuknya di Astor Place Barbers. Tampak cukup bagus, pikirnya,
dengan sedikit janggut yang ia pelihara untuk menutupi parut di dagu
serta jaket dan dasi murah dari toko yang ia beli untuk menciptakan
kesan baik pada hakim. Ia meregangkan diri dan menguap, lega punya waktu beberapa
jam untuk tidur. Setelah berdebat lama dengan petugas kesejahteraan
sosial, ia akhirnya berhasil memperoleh tempat di rumah
persinggahan di Bed-Stuy, berbagi satu kamar tidur sesak dengan
tiga mantan narapidana lain di ranjang bertingkat. Memang kurang
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
nyaman, berbagi laci pakaian bersama lelaki lain dan satu kamar
mandi dengan sembilan orang lain, tapi sewanya hanya enam puluh
dolar seminggu dan satu-satunya kekurangan lain hanya keharusan
menghadiri sesi terapi kelompok untuk berdiskusi tentang "masalah
kecanduan" palsunya itu. Bagaimana pun juga, dunia ini akan
membuatmu menjadi pembohong, kalau bukan kau lebih dulu
menjadi salah satunya. Gadis itu membawakan minuman dan kue yang dipesannya dan ia
membayar tujuh dolar, menyisipkan tiap lembaran ke meja kasir dan.
menghitung- hitung: dirinya masih punya sekitar lima puluh dolar
untuk kupon makanan yang bisa membuatnya bertahan hingga akhir
minggu. Saat ini, ia tak bisa memikirkan hal itu. Ia hanya ingin pergi jauh
dari para pengacara dan ruang sidang serta para birokrat selama
beberapa waktu. Ia hanya ingin menenangkan diri bersama alunan
Miles Davis di radio dan suara wanita cantik berbicara dengan nada
rendah di latar belakang. Setelah bertahun-tahun terkurung sel
lembab dua kali tiga meter, sebagian dari dirinya begitu ingin
merasakan kenikmatan sederhana seperti tangkai bunga yang
menggeliat mencari matahari.
Dengan lembaran koran iklan di satu tangan dan buku di tangan
lain, ia berjalan di antara para wanita yang menempati meja- meja
bulat. Wanita sedang menelepon dengan ponsel, wanita dengan
pakaian kerja formal, wanita membaca buku tentang Mancisme dan
fisika kuantum, wanita dengan sepatu roda, wanita menatap dengan
sepi ke layar laptop seakan-akan masalah terpampang di sana, wanita
berpegangan tangan dengan wanita lain, wanita menganalisis detildetil penting hidupnya, wanita memakai syal dan kerudung pendek
milik sang nenek, wanita dengan kaus FCUK, wanita dengan jaket
militer dan blus gaya petani. Wanita yang bebas dan menyingkirkan
versi diri mereka sendiri yang berbeda, wanita yang belum digayuti
gelambir lemak, nyeri sendi, pernikahan yang keropos, dan utang
berlimpah. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia memilih meja dekat jendela dan membuka berkas yang ia
bawa, menikmati paduan aroma parfum, Kenyan double A, dan
rambut yang baru dicuci. Untuk kedua kali dalam beberapa hari terakhir, ia bertanya pada
diri sendiri apakah memang teramat buruk jika ia mencoba
melepaskan diri dari persidangan. Kasusnya telah lama sekali.
Separo wanita di sini mungkin bahkan belum lahir saat ia ditahan.
Mengapa ia tak seperti orang lain saja untuk beberapa saat"
Gadis yang telah ia perhatikan sebelumnya telah kembali ke meja,
menarik kerah turtleneck-nya hingga dagu dan membiarkannya
merosot selagi ia asyik membaca Les Miserables. Tumitnya yang
ramping menyilang di antara kaki-kaki kursi, dan rambutnya
digelung di belakang kepala. Jepit ketidakbahagiaan yang menggoda
beberapa lelaki untuk mencoba membongkarnya demi membebaskan
gadis itu. Hoolian meretakkan punggung buku Les Miserables
miliknya dan mulai membaca tentang si pengembara lapar di malam
yang dingin, angin pegunungan Alpen menusuki tubuhnya.
Mencari perlindungan dalam sebuah pondok, ia mendaki pagar
kayu, merobekkan pakaian, hanya untuk menemukan dirinya
sendirian dalam kandang bersama seekor buldog yang menggeramgeram. "Bagaimana, apakah kau suka?" ujarnya, diam-diam mencuri
pandang pada gadis itu. Kini dengan leher baju turun dari dagunya, ia tampak seperti
seorang gadis di atas punggung kuda,' hidung bengkok panjang dan
tulang pipi tinggi ala bangsawan dihiasi awan rambut ikal pirang. Ia
kembali mencubiti remah-remah di sudut kue scone kismisnya.
"Buku." Hoolian menunjukkan buku Les Miserables edisi Signet
yang ia beli dari penjual kaki lima kemarin. "Kita membaca buku
yang sama." Lidah gadis itu menyodok di dalam pipinya, dan gumpalan itu
perlahan menyusut. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Bukunya tebal tapi bagus. Ya, kan" Aku sedang membacanya."
Gadis itu mendesah panjang dan kembali menghadapi scone-nya,
menaruh remah-remah kecil di ujung lidah. Ia sedikit mengingatkannya pada Allison: menaruh beberapa tetes madu ke
sendok, menjilati ujungnya dengan nikmat, lalu menaruh toples
berbentuk beruang itu jauh-jauh agar tak tergoda.
"Lalu, bagaimana menurutmu?"
Jemari gadis itu berderap di samping cangkirnya dengan gelisah.
Jari-jemarinya tampak lebih gemuk dari anggota tubuh yang lain,
seakan-akan ada wanita lain dengan selera makan yang lebih sehat
terperangkap dalam dirinya.
"Lumayan," sahutnya akhirnya. "Sedikit sentimentil, mungkin."
Hoolian bertanya-tanya apakah perempuan itu punya kesukaan
juga pada fiksi ilmiah seperti Allison, atau satu-satunya kesamaan
yang mereka miliki mungkin hanya menunda- nunda makan.
"Ya, ya, aku tahu maksudmu. 'Sentimentil.' Seakan-akan,
penulisnya agak berlebihan meramu cerita."
Gadis itu mengangkat bahu, acuh tak acuh dan kembali
menggumuli bukunya. "Tapi, menurutku, aku bersimpati pada si lelaki," lanjut Hoolian,
masih berusaha membuat gadis itu tertarik.
Ia separo berpaling dan menarik kerah ke atas, tak begitu
menutupi dagunya kali ini. Hoolian tak bisa menebak apakah wanita
itu ingin dirinya melanjutkan bicara atau tidak. Sejak awal ia tak
pernah punya kemampuan untuk membaca pikiran wanita, dan apa
yang terjadi pada Allison jelas tak membantu. Di titik ini, ia tak
yakin mampu menebak apakah seorang wanita tertarik tanpa perlu
duduk di pangkuan dan menjulurkan lidah ke tenggorokannya.
"Maksudku, lelaki ini, lelah bukan main, kelaparan, berjalan kaki
sejak fajar, bersedia menukar uang tunai dengan senjatanya demi
ranjang dan sesuatu untuk dimakan. Dan orang-orang ini terusTiraikasih Website http://dewi-kz.info/
menerus mengusirnya. Semua hanya karena sedikit kesalahan yang
tak patut ia dapatkan di masa lalu."
"Dari mana kau tahu?"
"Apa?" "Kau bilang kau baru mulai membaca." Ia akhirnya menggigit
bongkahan yang cukup besar. "Dari mana kau tahu ia tak bersalah
jika kau belum membaca sejauh itu?"
"Kau bisa tahu dari cara ia menulis tentang dirinya."
"Tapi mungkin kau hanya dibodohi oleh... rasa simpati" ujarnya
dengan sedikit cadel. Hoolian menunduk ke arah deretan sesak kalimat-kalimat
terjemahan itu. Mungkin ia melewatkan sesuatu. Selama bertahuntahun, yang benar-benar pernah habis ia baca hanyalah fiksi ilmiah
dan beberapa bagian dari K itab Hukum Pidana Negara Bagian New
York. "Mungkin kau benar." Dengan canggung ia mengangkat
cangkir latte-nya untuk bersulang. "K ita tak bisa begitu saja
membuat asumsi atas orang lain."
Hoolian menaruh cangkirnya kembali dan meluruskan dasi,
melirik bayangannya di cermin di dinding: seorang lelaki dengan
kilatan perak metalik di rambutnya, berusaha ngobrol dengan
seorang gadis yang terlalu muda untuknya. Sekali lagi ia tersentak
karena tak segera dapat mengenali dirinya sendiri.
"Ternyata menyenangkan juga, ya, ada tempat seperti ini, tempat
orang bisa nongkrong tanpa ada yang mengganggu," kata Hoolian,
menirukan nada percakapan biasa yang ia dengar orang lain
gunakan. "Ada banyak tempat seperti ini di kota?"
"Kau bercanda, ya?" gadis itu mengerutkan dahi.
"Tidak. Kenapa?"
"Kau tak tahu Starbucks" Memangnya, kau ini baru keluar
penjara atau bagaimana?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Maaf?" Ia tidak mendengar jelas perkataan gadis itu.
"Tempat seperti ini ada di tiap sudut kota..."
"Ya, tapi kenapa kau mengucapkan apa yang baru saja kau
katakan tadi" Kau tak mengenalku."
Rasanya seolah gadis itu baru menyiram kopi panas di mukanya.
"Lupakan. Oke?"
"Aku hanya tak mengerti kenapa kau berkata seperti itu." Gadis
itu berpaling dan menarik kerahnya naik ke hidung seperti topeng
perampok kereta api jaman koboi. "No na, aku bicara padamu..."
Ia mengambil bukunya kembali dan mulai membaca, bertindak
seolah lelaki di sampingnya tak hadir.
"Maaf." Hoolian menaikkan suara. "Kau tahu, amat tidak sopan
tak menatap orang yang sedang berbicara padamu."


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beberapa wanita di meja- meja sebelah berhenti bicara dan
menoleh, seakan-akan ia tengah meniup saksofon bernada sumbang
keras-keras di tengah-tengah musik manis yang mereka mainkan.
"Yo, apakah aku menyinggungmu!" ia melotot, menolak
diabaikan. "Jika aku mengatakan sesuatu, tolong katakan saja..."
Mereka semua kini menatapnya, bertanya-tanya siapa lelaki
sinting ini. Mereka mungkin mengira ia sejenis tunawisma bermata
liar yang sedang keluar dari jalanan, mencoba mencari perhatian.
Mereka tak tahu dirinya seseorang yang berpendidikan. Mereka tak
tahu ia pernah punya masa depan yang hampir secerah masa depan
mereka. Mereka tak mengerti betapa semua itu dapat direnggut
begitu saja dari seseorang, bahwa seseorang dengan kehalusan budi
dan perasaan tulus dapat berubah menjadi binatang bukan atas
kesalahannya, bahwa ia kurang dari seminggu keluar dari tempat di
mana menatap seseorang dengan keliru bisa membuat matamu
ditusuk garpu. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku hanya ingin menjalin percakapan denganmu seperti orang
normal," ia bersikeras, masih berusaha didengar.
Manajer gerai berjalan ke arahnya, seorang kulit putih kaku
dengan lengkung kecil alis yang dimaksudkan untuk mengalihkan
perhatian dari kulit bopengnya yang membawa petaka.
"Maaf, Sir, saya terpaksa harus meminta Anda meninggalkan
tempat ini." "Yeah, oke, tunggu sebentar..."
Hoolian mengangkat tangan, meminta sedikit pengertian, tapi pria
itu mundur seolah ia baru ditampar.
"O h, ayolah....jangan seperti itu...."
Hoolian berusaha bergurau, mengubah gerakannya menjadi
pukulan karate main- main, tapi pria itu mulai memberi isyarat pada
gadis Asia di belakang konter, membuat isyarat telepon dengan ibu
jari dan kelingkingnya, mungkin menyuruhnya menelepon 911.
"Hey, bro, tomalo con calma." Hoolian menjatuhkan tangan.
"Kalem saja." Tapi pria itu terus mundur, ketakutan. Jadi, untuk apa lagi saling
bertengkar" Ke mana pun ia pergi, seseorang pasti mengganggunya;
berusaha membuatnya melakukan sesuatu yang tak ingin ia lakukan.
Entah bagaimana mereka tahu emosinya selalu di atas dan mereka
hanya tinggal menyenggol sedikit untuk membuatnya kehilangan
kendali. "Tuan, saya persilakan Anda menikmati secangkir kopi di gerai
lain kami." Manajer itu menunjuk ke arah pintu. "Tetapi saya
sungguh-sungguh meminta Anda untuk pergi..."
"Baik, baik, aku mengerti." Hoolian mengancingkan jaket dan
mengambil buku. "Kau tak perlu memintaku dua kali."
Ia berjalan menyusuri meja- meja kecil, menoleh ke belakang
untuk terakhir kalinya pada gadis dengan kaus turtleneck hitam itu.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
15 PINTU RUANG sidang berderit terbuka dan Francis menoleh,
berusaha mencari sumber bunyi.
Para reporter yang datang untuk mencari tahu apakah dakwaan
Hoolian akan dihapus pagi ini sibuk berbisik-bisik. Dov Ashman,
fosil tua kasar yang meliput sidang untuk Daily News pada 1984,
menaruh cakar berbentuk tangan di atas lutut sintal belia milik Judy
Mandel dari Trib. Allen Robb, keparat dari Times yang mengenakan
dasi lengkung, mulai berbisik-bisik pada si sembrono dari Post yang
namanya tak dapat Francis ingat. Pintu terbanting menutup dan
akhirnya ia menemukan titik fokus: Eileen Wallis memasuki ruang
sidang bersama Tom yang menempel di lengannya.
Jackie Kennedy sendiri tak akan bisa membuat adegan masuk
yang lebih dramatis. Setelan Chanel muram yang serasi - bernuansa
gelap namun bukan hitam suram - dipadukan lipstik gelap warna
anggur pada wajah putih salju, matanya tersembunyi di balik
sepasang kaca mata gelap. Rambutnya masih cenderung ke arah
warna jahe daripada kelabu dan bentuk tubuhnya masih bagus, tetapi
ia berjalan dengan sedikit kaku di gang kecil di antara tempat d uduk.
Francis tak akan menyalahkannya jika ia masih di bawah pengaruh
obat-obatan saat ini; jika dalam situasi seperti itu mungkin ia akan
melakukan hal serupa. Tetapi ada sesuatu yang agung darinya,
seakan-akan kedukaan telah menempatkannya di luar manusiamanusia hidup. Bahkan, kedatangannya saja telah menjadi pernyataan tersendiri.
Pernyataan yang berbunyi, Tahan dulu. Yang berkata bahwa tanah
telah terusik. Yang berkata bahwa setidaknya satu orang di ruangan
ini tak cukup siap untuk 'melanjutkan hidup.' Namun ketika ia
berhenti di barisan depan dan duduk di samping, Francis tak melihat
tanda-tanda perkenalan darinya. Eileen tak ingat tentang waktu yang
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
pernah mereka habiskan bersama, membandingkan kepedihan dan
berusaha menerima hal- hal yang sulit diterima.
"Eileen." Francis menyentuh lengan wanita itu selagi ia
bermaksud duduk. "Francis Loughlin. Aku datang untuk Allison."
Sepasang mata itu hampir tak mengerjap di balik lensa berwarna
itu. "Terima kasih telah datang, Francis." Tom menggapai melewati
ibunya untuk menjabat tangan Francis.
"Ah, tentu saja, aku tak mungkin melewatkannya."
Secara teknis sebenarnya banyak tempat lain yang bisa ia datangi
pagi ini. Mestinya, ini hari cuti dan ia sudah hampir menghabiskan
waktu lembur tak resmi tahun ini. Belum lagi setidaknya masih ada
enam kasus investigasi yang boro-boro bisa ia kerjakan.
Pintu samping terbuka dan dengung percakapan mendadak
lenyap. Paul Raedo berhenti menggeledah berkas di meja jaksa, dan
bangku kayu tua mendecit saat semua orang memajukan badan ke
depan untuk mendapatkan pemandangan yang lebih jelas. Julian
Vega baru saja masuk dan mengambil tempat di samping Debbie
Aaron di meja pembela. Francis hampir tak mengenali pada awalnya. Pria kekar bertubuh
besar dengan rambut cepak dan sedikit janggut, leher kuat menjulur
dari jaket wol abu-abu dengan kemeja marun dan dasi hitam. Ia
terlihat pantas sebagai seseorang yang sedang berkampanye di East
Harlem atau paling jelek didakwa atas penipuan bursa.
"Harap tenang di ruang sidang," Tony Barone, petugas
pengadilan, menegur, alisnya meloncat seperti dua paruh kumis
Stalin di kening. Hoolian berpaling untuk menoleh dan memeriksa kerumunan. Ia
mungkin bertambah lima kilogram, kebanyakamdi otot, sejak
terakhir mengejar Francis di koridor penjara. Cara berdirinya kini
mengeras, khas mantan narapidana, bahu di belakang, dagu
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
terangkat, mata yang mati. Tetapi ketika ia melihat Francis,
wajahnya berubah menjadi senyum pahit separo seakan-akan
berkata, Kita bertemu lagi, amigo. Debbie A. menyadari apa yang
sedang diperhatikan Hoolian, mengerutkan dahi, dan mulai berbisik
di telinga sang klien, mmitnya sedikit keluar dari sepatu sewaktu
berjingkat. "Semua berdiri."
Hakim Miriam "Langsung ke Pokok!" Bronstein masuk, hampir
tenggelam di balik jubah hitam besar, keriting hitam membingkai
wajah mungil berkerut seorang nenek berusia tujuh puluh dua tahun
yang masih mengendarai sepeda ke gedung pengadilan tiap hari dari
Upper West Side. Francis mengingatnya sebagai pengacara lembaga
bantuan hukum, mudah jengkel dan siap beradu pendapat, tak pernah
mau percaya bahwa polisi dapat memperoleh pengakuan resmi dari
tersangka tanpa penggunaan buku Yellow Pages Manhattan di atas
kepalanya. Karena maju ke kursi hakim lewat koneksi politik, ia
berusaha sungguh-sungguh agar berlaku lebih adil, tetapi ketenangan
berwibawa sering diganggu ledakan kemarahan, seolah-olah semua
orang di ruang sidang mendadak mengingatkannya pada anakanaknya yang terkenal mengecewakan.
"Lanjutkan, Pembela." Ia memberi isyarat pada Paul dan Debbie
A. agar mendekat. "Ada kasus apa sekarang" Jadwalku penuh hari
ini." "Yang Mulia, ini melanjutkan kasus Warga melawan Julian
Vega," Paul berkata, yang di pengadilan awal dulu duduk di bangku
kedua. "Hakim Santiago menganugerahi mosi empat-empat puluh
terdakwa di Rikers Island beberapa hari yang lalu dan - "
"Ya, ya, ya," potong Bronstein. "Langsung ke pokoknya! Kau
siap membawa kasus ini ke pengadilan?"
Paul sedikit bergoyang di tumitnya. Ia sudah memperingatkan
Francis bahwa Bronstein tahu ia mengincar posisi hakim. Jadi
mungkin ia bakal menerima beberapa jotosan, pagi ini.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Saat ini, Yang Mulia," sahutnya. "Kami menggunakan hak untuk
terus maju." Debbie A. angkat bicara. "Yang Mulia, saya tak ingin membuang
waktu lebih lama lagi, saya ingin mengajukan pencabutan dakwaan
ini dengan segera." "Atas dasar apa?"
"Kekeliruan ganda. Sama sekali inkonstitusional bagi klien saya
untuk disidangkan dua kali dalam kejahatan yang sama."
"Usaha yang bagus." Mata hakim itu mengernyit di belakang
kacamata bingkai tanduk, mungkin melihat sosok mudanya dalam
Debie A yang tangkas dan kecut. "Tapi jika dakwaan asli dicabut,
seakan-akan pengadilan awal tak pernah terjadi. Anda tak bisa
mendapatkan keduanya, Pembela."
Francis melihat Deb memiringkan badan untuk menjelaskan,
tetapi Hoolian menolak, ia memahaminya dengan baik.
"Ada hal lain sebelum kita menentukan tanggal sidang?"
"Ya, Yang Mulia." Paul mendekati bangku hakim. "Warga ingin
mengajukan mosi untuk menghentikan jaminan untuk Saudara Vega.
Kami yakin setelah sembilan belas setengah tahun di penjara, ia
berpotensi tinggi meninggalkan negeri ini. Juga, saat masih ditahan
ia terus menunjukkan kecenderungan melakukan kekerasan. Ia
ditempatkan di sel isolasi selama tiga puluh hari karena berusaha
menyerang petugas kepolisian. Dan kantor kami memiliki dokumen
Direktorat Pemasyarakatan yang membuktikan bahwa dirinya
ditempatkan di unit rumah khusus dalam peristiwa lain akibat
insiden yang melibatkan penusukan pada - "
"O h, itu keterlaluan." Debbie A. mencibir, setelan jaket cokelat
menyampir di bahunya. "Hal itu bukan bagian dari catatan
pengadilan ini dan sudah pasti tidak relevan terhadap jaminan. Itu
hanya usaha murahan Tuan Raedo di depan media."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Dan juga efektif, dinilai dari bisik-bisik di antara reporter.
Francis, yang menghabiskan empat jam membongkar-bongkar
laporan Direktorat Pemasyarakatan kemarin, menoleh ke sekeliling
dan melihat Dov Ashman memiringkan badan kepada Judy Mandel,
memastikan ia mendengar dengan benar.
"Ya, No na Aaron pasti ahli tebakan murahan karena dalam
wawancara ia menciptakan kesan meragukan investigasi awal," balas
Paul. "Ko mentarnya jelas dimaksudkan untuk memengaruhi juri.
Saya ingin meminta perintah penghentian pemberitaan beropini."
"Hei, jangan seperti anak kecil." Hakim itu melepaskan kaca
mata. "Kita bahkan belum mulai apa-apa dan kalian berdua sudah
bertengkar di persidangan."
Francis kembali bersandar, tangannya menyilang di puncak
bangku, meremehkan beberapa ucapan terakhir Deb. Beberapa kali
ia merasa seakan dirinya yang disidangkan di sana.
"Saya tak akan menarik kembali jaminan tersebut." Hakim itu
menatap dengan tajam. "Terdakwa tidak kabur sebelum sidang awal
terdahulu, tak ada alasan memberikan sanksi padanya. Sekarang b isa
kita langsung saja ke pokok persoalan dan menentukan tanggal
persidangan jika kita akan mengulangi semua ini lagi?"
Francis diam-diam memperhatikan Eileen Wallis, mengamati cara
ia menghadapi semua ini. Tetapi perhatian wanita itu sedang beralih,
ia merabai pegangan buku saku Coach-nya. Dalam cahaya ruang
sidang yang menyedihkan, kulitnya, yang masih begitu lembut tanpa
cacat di usia empat puluhannya, kini mulai memperlihatkan bintikbintik kecil, seperti vas yang ditinggalkan terlalu lama di tungku
pembakaran. "Yang Mulia, kami ingin memulai seleksi juri tanggal 2
Desember, karena Thanksgiving dan Hanukkah berdekatan tahun
ini." Paul menganggukkan kepala, berusaha memperlihatkan kesan
sopan. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Itu hampir tiga bulan!" protes Debbie A. "Kasus klien saya telah
menggantung selama dua puluh tahun. Ia berhak memperoleh
penjadwalan lebih cepat."
"Itu persiapan yang terlalu lama, Tuan Raedo," ujar hakim,
mengenakan kacamata kembali. "Kenapa harus menunda?"
"Bu Hakim, kami yakin ada bukti di berkas kasus yang akan
memungkinkan kami membuktikan kesalahan Saudara Vega yang
tak diragukan lagi. Perkembangan teknologi DNA tak ragu lagi akan
menunjukkan bahwa Julian Vega membunuh Allison Wallis."
"Jadi mana buktinya"!" Deb mengangkat tangan sebagai isyarat
olok-olok yang sudah begitu dikenal Francis. "Klien saya telah
berusaha meminta bukti tersebut sejak 1995!"
"Ya, apa yang terjadi?" Hakim itu menoleh pada Paul, mulai
tampak jengkel. "Mengapa bukti itu belum diberikan?"
"Yang Mulia, kami tidak naif. Kita semua tahu divisi fasilitas
kearsipan kita kekurangan dana dan kurang pegawai. Setiap orang
berusaha menambah kapasitas, bahkan jika No na Aaron ingin
berpura-pura sebaliknya. Orang-orang keluar dari gudang barang
bukti di Queens dalam empat hari terakhir. Buktinya ada di sana.
Hanya salah taruh." "Salah taruh!" Deb mengejek. "Salah taruh!" ia mengangkat tangan lebih tinggi
lagi, memastikan pihak media mengerti
maksudnya. "Yang Mulia, mengapa klien saya harus menanggung
akibat dari sesuatu yang menjadi kesalahan administrasi orang lain"
Kita anggap saja seperti itu. Kedengarannya seolah kita mungkin
harus meminta penuntut khusus untuk menyelidiki apa yang terjadi
di sini." "O h, ayolah." Hakim itu menggapai palu, bersiap memanggil
semua orang ke ruangannya. "Bisakah kita membahas satu masalah
saja saat ini?" Francis mengangguk, mafhum mengapa ia mengagumi Deb.
Siapa yang tak ingin diwakili oleh pengacara yang dapat membuat
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
setiap peristiwa menjadi alasan bagi sebuah Perang Suci" Ia adalah
salah seorang sosok perempuan kuat, cerdik, dan tangguh. Setiap
celah harus memiliki jawaban, setiap tawaran permohonan adalah
tohokan pribadi bagi integritasnya.
Sementara itu, Francis memanfaatkan momentum itu dari
perubahan suasana di kubu media. Ia melirik dan melihat Dov
Ashman membolak-balik buku catatan, menggelengkan kepala,
melihat bahwa Paul pernah mengangkat masalah catatan hukuman
Hoolian untuk mengalihkan perhatian dari tiadanya bukti-bukti
DNA.

The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ahhhh." Hakim Bronstein mengerutkan dahi, tak terbiasa
menjadi orang paling rasional di ruang sidangnya sendiri. "Aku tak
mengerti mengapa kalian berdua tidak mendiskusikan kasus ini dulu
sebelum membawanya ke ruang sidang. Tuan Raedo, tidak bisakah
kau hargai Saudara Vega atas waktu yang telah terbuang darinya dan
membiarkan hal- hal berlalu setelah dua puluh tahun?"
"Yang Mulia, dengan segala hormat, Saudara Vega dengan jelas
menyatakan bahwa ia tak tertarik untuk membuat pengakuan
bersalah. Dan yang lebih penting lagi, keluarga Nona Wallis hadir di
sini hari ini." Paul berpaling, memberi isyarat pada Tom dan Eileen
dengan anggukan hormat. "Apapun sebutannya atas penderitaan
yang dijalani Saudara Vega, ia masih hidup. Tetapi keluarga ini
belum memperoleh kedamaian sejak 1983. Ini tentang wanita muda
dengan potensi tak terkira. Dan, Anda boleh yakin bahwa ibunya tak
akan duduk di barisan depan hari ini jika ia merasa keadilan telah
ditegakkan dengan memadai."
Francis melihat Eileen mulai memain- mainkan pegangan buku
sakunya dan mengeluarkan kertas kuning terlipat, penuh oleh tulisan
cakar ayam di kedua sisi.
"Jangan sekarang, Bu," gumam Tom, menggapai ibunya dan
berusaha membuatnya tetap tenang di kursi.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian menoleh untuk melihat langsung wanita itu, bibir
bawahnya sedikit mencuat. Francis membatin bahwa hal itu tak
bermakna apa-apa, banyak sosiopat pintar meniru emosi manusia
normal. Tetap saja, ia merasa terganggu. Berapa banyak dari priapria itu yang benar-benar menunggu saat yang tepat" Biasanya ketika
dihadapkan pada keluarga korban, mereka akan menatap ke kejauhan
dan mengatakan omong kosong tentang menemukan Tuhan dan
menyadari kekuatan pengampunan kekal.
"Cukup." Hakim mengambil pena. "Aku menjadwal sidang pada
17 Oktober. Tuan Raedo, Anda akan hadir atau tidak usah sama
sekali. Cukup banyak waktu untuk Anda mencari barang bukti itu."
"Yang Mulia, ada kemungkinan masih ada saksi-saksi yang harus
dicari. Sudah hampir dua puluh tahun berlalu."
"Jika kau tak punya kasus untuk disidangkan tanggal 17, saya
akan mencabut dakwaan ini." Hakim itu menandatangani berkas dan
menyerahkannya pada petugas. "Ada lagi yang lain?"
"Tidak, Yang Mulia." Debbie A. mengangguk, sangat mengerti
untuk membiarkan segalanya berjalan begitu saja.
"Kasus berikutnya." Hakim itu mengetok-ngetokkan palu saat
terdakwa lain bersama pengacaranya beralih untuk menggantikan
tempat Hoolian dan Deb di meja pembela, seperti pergantian dalam
pertandingan hoki. Apa yang bisa kau lakukan" Paul mengangkat telapak tangan
sementara Debbie A. menatap Francis yang cemberut, mulutnya
membentuk garis miring merah mungil. Aku tahu apa yang kau
lakukan, Bajingan. Tapi apa yang mereka berdua sama-sama tidak
ketahui" Pengacara. Selalu menganggap mereka di atas segalanya,
tak pernah mengira akan terkena percikan darah sungguhan pada
setelan Donna Karan dan Armani mereka. Merendahkan orang-orang
kasar kaum pekerja dan gelandangan penggerutu yang mesti
membereskan segalanya. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Mengapa Francis masih peduli" Ia telah melakukan tugas,
memainkan perannya. Jika seseorang ingin menyebarkan kotoran ke
mana-mana dan menuduh ia sedikit melampaui batas, biarkan
mereka membuktikannya. Silakan. Seret ia ke pengadilan lain kali. Ia
akan menemukan satu cara untuk berdiri tegak. Ia mengangguk
pendek saat Hoolian keluar dari pintu samping bersama Deb. Sampai
nanti, companero. Gemeresik kertas mengalihkan perhatiannya. "Tapi aku belum
membaca pernyataannya," protes Eileen, kertas kuning gemetar di
tangannya. "Bukan waktunya, Bu." Dengan lembut Tom mengeluarkan kertas
itu. "Kau akan memperoleh kesempatannya, Eileen," Francis berusaha
meyakinkan. "Kami akan pastikan hal itu."
"O h, Francis, ini orangnya." Wanita itu berpaling, akhirnya
mengenali, memperhatikan lelaki itu dari puncak kepalanya yang
membotak hingga perut. "Bagaimana kau bisa seperti ini!"
"Terjadi begitu saja." Ia tertawa.
Wanita itu mencengkeram pergelangan tangan Francis dan
dengan mengejutkan, meremasnya kuat-kuat. "Ingat apa yang
kaujanjikan padaku..."
"Percayalah, aku belum lupa."
"Kau bilang kau tak akan melupakan anakku. Kau harus
menemukannya untukku."
"Tapi - " "Mereka mengubur gadis yang salah."
Sebelum Francis menemukan jawaban yang masuk akal, Tom
telah menggamit ibunya. "Terima kasih, Francis," katanya, menuntun
keluar dari bangku dan gang sementara media mulai mengelilingi
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
dan membuntuti mereka, seperti ikon religius di festival jalanan
Italia. "K ita akan terus kontak-kontak."
"Tolong keluar dengan tenang," demikian pengumuman petugas
pengadilan bersamaan dengan hilangnya mereka dari pandangan
mata Francis. "Sidang masih berlangsung."
BAGIAN III KEHENINGAN SEBUAH BINTANG JATUH
16 ADA SEMACAM kelengangan menggelisahkan di rumah tempat
para lelaki yang baru keluar dari penjara bisa menginap, satu
kegelisahan yang berhembus menembus dinding-dindingnya. Orang
cenderung memilih sisi ranjang paling tepi dan menonjol oleh
barang-barang berharga yang diam-diam disembunyikan di
bawahnya. Mesin- mesin dalam tabuh menjadi lebih bergema dan
patut diperhatikan. Sendawa keras tengah malam, buang gas diamdiam, erangan melumpuhkan gara-gara mimpi buruk; semua menjadi
bagian dari atmosfer umum. Penggunaan kamar mandi dapat
menjadi sangat kompetitif dan dipolitisasi seperti Dataran Tinggi
Golan. Pada 1 Oktober, Hoolian terjaga dan berbaring di sisi ranjang,
gelisah, menunggu berkas sinar matahari yang berkilau-kilau bagai
mutiara muncul di sudut kumal jendela berjeruji. Pukul enam kurang
seperempat jam, dengan hati- hati, ia menuruni tangga tempat tidur
bertingkat dan merayap melewati tiga kawan sekamar yang tengah
mendengkur dengan membawa handuk di tangan. Dalam beberapa
menit mereka akan berbaris di koridor di luar kamar mandi,
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
menggedor-gedor pintu dan menyumpahi dirinya karena menghabiskan seluruh air panas.
Ia menutup pintu di belakangnya dan berpaling ke arah cahaya.
Sekali lagi, di sana tampak wajah ayahnya di cermin, di atas
wastafel, memarahinya. Kau bangga pada dirimu, bobo" Ia menarik
kaus lengan panjang dan memeriksa parut-parut gelap panjang yang
mengeras setelah bertahun-tahun di tulang rusuknya. Dadanya
tampak janggal, telanjang tanpa medali Santo Christopher, dan
belakang lehernya masih terasa terbakar di tempat rantai itu diambil.
Pintu mulai terbuka dan dengan kasar pintu itu didorong hingga
menutup dengan tangannya yang terbalut.
"Yo, buka, Bung," terdengar suara erangan tergesa di sisi lain
pintu. "Sebentar." "Ayolah, G. Aku tidak main- main. Sudah hampir meledak nih."
Ia menarik kausnya kembali dan membuka pintu. Si mulut besar
berambut gimbal yang dipanggil "Sapi," yang selalu berusaha
meyakinkan semua orang bahwa ia pernah menjadi penguasa di
sebuah wilayah pemukiman, melangkah masuk, dan segera saja
mengambil alih sebagian besar ruang di lantai.
Ia meraih tali celana olahraganya, merogoh sebentar ke dalam,
dan akhirnya mengeluarkan penisnya yang kecil.
"Kau tahu, aku sudah mengawasimu, Nak." Dengan santai ia
melirik dari bahunya sementara kencing ke dalam toilet, wajahnya
membulat, nyaris terlihat feminin seperti gadis-gadis geisha yang
terlalu matang. "Yeah, kenapa?"
Sapi menyeringai melihat balutan di belakang tangan Hoolian.
"K ubilang, aku tahu apa yang kau lakukan, bertingkah sok jujur
seperti itu." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Apa katamu, Bung?"
"Kau bukan yang seperti kau katakan."
"Bung, selesaikan saja urusanmu dan keluarlah dari sini." Hoolian
menyentakkan lengan kausnya untuk menutupi balutan itu. "Aku
sedang bersiap-siap kerja."
Ia baru akan mulai bekerja di toko swalayan, dan sudah
memutuskan untuk selalu menjadi orang pertama yang datang tiap
pagi di sana. "Pengetahuan adalah sumber kekuatan." Sapi menarik ikat
pinggangnya dan berbalik dari toilet tanpa membilas.
"Terkutuk, kau tak tahu apa-apa tentangku."
Sapi memasang tubuhnya di pintu, menghalanginya. "Aku sudah
mengecek dirimu dari internet di perpustakaan, booyy. Aku tahu kau
dihukum dua puluh tahun bukan karena masalah narkotika."
"Kenapa kau tak urus saja dirimu sendiri?"
"Kau berbohong di setiap sesi terapi kelompok yang kau hadiri.
Kau bukan pemakai." Ia menggapai lengan baju Hoolian. "Biar
kulihat lenganmu. Aku yakin kau bahkan tak pernah memegang
jarum." "Singkirkan tanganmu dariku." Hoolian mendorongnya. "Apa aku
minta kau untuk menyentuhku?"
"Yeah, aku tahu, kau bajingan penipu sejak pertama kulihat
matamu, G." "Yeah!" Mendadak Hoolian mencengkeram kemeja lelaki besar
itu. "Yah, aku juga sudah memeriksa dirimu, pendejo. Dan, kudengar
kau bukan pengedar heroin kelas kakap. Kudengar kau ditangkap
karena menyodomi seorang gadis kecil. Kau ingin kubeberkan hal itu
di pertemuan kelompok berikutnya?"
Si Sapi berusaha tersenyum sementara air kencingnya berputar
keras di toilet. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Mungkin lebih baik kita saling menghindari satu sama lain untuk
beberapa waktu." Dengan lembut ia menyentakkan kemejanya dari
cengkeraman Hoolian. "Memang semestinya begitu, Brengsek." Hoolian menohok dada
si Sapi yang kendur keras-keras untuk memastikan ucapannya.
"Sekarang lebih baik kau main- main dengan orang lain saja. Aku
harus bersiap-siap bekerja."
17 "PA GI YANG cerah," Francis menyeka bekas hujan dan
memperlihatkan lencananya pada petugas berseragam yang menjaga
pintu. "Bagaimana ceritanya, Johannesburg?"
"Ia masih di bak mandi." Petugas patroli itu tampak seperti
berumur dua belas tahun. Jerawat sekolah paroki, hidung mencuat,
mata gugup loper koran yang kepergok mengintip jendela tetangga.
"Mudah- mudahan perutmu kuat."
Francis menepuk perutnya saat petugas itu bergeser. "Inspektur
menginjak-injaknya bak trampolin."
Ia mencatat waktu kedatangan di buku kecil dan memeriksa pintu
untuk mengecek tanda-tanda pendobrakan paksa.
"K urasa kau telah memeriksa gadis itu dengan baik," celetuknya
santai. "Peri kapur tak mampir ke sini ya?"
"Siapa?" "Salah seorang dari orang-orang tolol itu berpikir untuk menarik
garis di sekitar mayat itu."
"Aku tak menyentuh apa pun."
"Bagus. Bahaya mencampuradukkan seni murni dan patroli
keliling." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia mengangguk, menaruh buku catatannya kembali di saku, dan
memasukkan tangan ke saku depan, memastikan ia tak menyentuh
apa-apa. Harus ekstra hati- hati zaman sekarang agar tidak menginjak
barang bukti. Pelan-pelan. Tak usah terburu-buru. Francis
melangkah melewati serambi kecil dan menuju ruang tamu bagai
gajah terikat tali kencang.
Ia memeriksa ruangan, masih berusaha terbiasa untuk melihat
benda-benda yang dapat orang lain lihat dengan segera.
Apartemen yang pertama kali ditinggali saat dewasa. Salah satu
dari tempat sesak seharga 2.200 dolar sebulan di Upper East Side
tanpa penjaga gedung, pipa ledeng berusia tujuh puluh tahun, dan
pemandangan dari sebuah lubang udara. Ia merasa denyut nadinya
perlahan- lahan kian cepat, mesin penghitung Geiger dalam tubuh
yang mati saat pertama kali ia masuk ke rumah korban. Sebuah pot
tanaman paku tergantung di bawah tirai Venesia. Sofa lapis biru
gemuk dengan sehelai kain terletak di ujung meja yang tertutup syal,
dengan lampu halogen berleher kurus menjulur di sisinya seperti
seorang ibu menoleh dari balik pundak sang putri. Ia pergi ke
samping dan melihat boneka beruang bersandar di bantal dengan
celemek perawat kuno dan topi Palang Merah.
Francis menyadari dirinya sebagai lelaki besar yang menyusuri
apartemen seorang wanita muda, kehadiran aroma pria yang tak
diinginkan seperti orang sinting di salon kecantikan. Jika itu tempat
tinggal putrinya, ia pasti akan dengan serta- merta diusir keluar.
Dengan menggerakkan kepala ke segala arah yang telah menjadi
kebiasaannya, dengan cepat ia melihat rak buku kayu pinus produksi
IKEA di sisi kanan ruangan, rak-rak dipenuhi CD, dan buku-buku
yang diatur menurut ukuran. Tak pernah tahu kapan seseorang akan
memiliki buku Final Exit, manual bunuh diri, dan - bum - kau telah
menemukan motif dan metodenya bahkan sebelum mayatnya
ditemukan. Alih-alih begitu, ia malah menemukan buku Angela's
Ashes. Pride and Prejudice. The Human Stain. Atonement. The
Dispossessed. Judul- judul lain tampak dibebani makin banyak
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
makna belakangan ini. The God of Small Things. Ia berhenti di judul
terakhir itu, tergelitik. Sesuatu yang dibutuhkan semua detektif
bagian pembunuhan tengah menatapnya. Dewa dari saksi-saksi yang
tak dapat dipercaya, uji mitokondria, pola sebaran bercak, isi ponsel,
pemindaian racun, kapas DNA, detektor kebohongan, kotak
peralatan sidik jari, logam pencari jejak, tanda-tanda lebam, dan serat
karpet. Mestinya ada tempat pemujaan bagi Dewa Hal- hal Kecil di
bagian Pembunuhan. Tepat sebelum berpaling, ia melihat buku di
sebelahnya, Physician's Desk Reference; dan di sisi lain adalah buku
kumal berjudul The Illustrated Man.


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia menoleh kembali ke arah boneka beruang berseragam perawat
itu, dan cahaya di ruangan tampak memburam. Ia tak menghiraukan
hal tersebut dan terus mencari-cari, tak melihat tanda-tanda nyata
perlawanan kasar. Kotak perangkat TV kabel masih bertengger di
atas pesawat TV Sony di sudut, dan. vas bunga ramping dengan tulip
merah tampak tak terganggu di atas meja antik di ujung.
Francis berpaling ke kiri, penghitung Geiger dalam tubuhnya
berdetak makin cepat saat dirasakannya ia kian mendekat ke arah
mayat. Entah bagaimana ia sudah mengetahui sebelum melihatnya
bahwa jalan menuju dapur ada di hadapan. Apakah ia pernah ke
gedung ini sebelumnya" Dari jendela ia melihat, pertama, kotak
sereal berserat tinggi dan toples madu berbentuk beruang. Tak
bermakna apa-apa, ia membatin. Banyak orang memiliki benda itu.
Matanya bergerak menuju mosaik sesak foto Polaroid di muka
kulkas. Sekali lagi sambil memperhatikan langkahnya, ia berputar ke
samping pintu dan masuk ke dalam untuk melihat lebih jelas.
Anak-anak. Hampir empat puluh foto anak-anak. Dengan celah di
gigi, parut di mulut, jarum infus di lengan mereka, mulut sumbing,
penyangga leher, jahitan kupu-kupu, dan bantalan di telinga mereka.
Tidak, korban ini bukan perawat atau dokter biasa. Tentu saja
tidak. Ia pasti seorang yang bekerja dengan anak-anak.
Duk. Ia menatap keran yang menetes, menahan dorongan untuk
mematikan keran sebelum diambil sidik jarinya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Didengarnya suara pria ngobrol diam-diam di dekatnya, suara
pria yang bekerja di apartemen seorang wanita. Mereka mungkin
memperbaiki pendingin ruangan atau mengganti lampu. Ia
meninggalkan dapur dan pergi menuju kamar tidur.
Tirai menutup, tapi ranjangnya siap ditiduri, bantal-bantal
lembutnya gemuk ditepuki dan bertumpuk, sehelai selimut tebal
berbulu halus terlipat dua. Ia menoleh ke arah meja rias kayu mapel
dan jantungnya seakan meloncat saat melihat pemain berkumis yang
mengenakan topi Mets. Tetapi ia kemudian menyadari itu hanya
Mike Piazza, catcher top saat ini, bukan Keith Hernandez, yang
bermain di first base dua puluh tahun lalu. Itu masih tak berarti apaapa, ia memperingatkan diri sendiri. Banyak gadis menonton
pertandingan olah raga zaman sekarang. Ia memeriksa foto-foto lain
di meja itu. Di setiap foto selalu tampak gadis bermata gelap lembut
dengan rambut berwarna jerami. Tampaknya ia penyuka berbagai
kegiatan. Di satu foto, ia bermain golf dengan sepasang orang tua,
mungkin kakek dan neneknya. Di foto lain, ia tengah melakukan
putaran ice skates di depan sorakan penonton. Sang korban, tentu.
Wajahnya menyiratkan semacam kepantasan dan sedikit berbau
zaman Victoria yang membuat Francis berpikir tentang anting-anting
khusus berdebu yang ditemukan di belakang laci seorang kerabat
yang meninggal dunia. Tetapi ada semacam sifat agresif di sana yang
menahannya dari kesan teramat murni dan suci, bentuk mulutnya
yang tegas, sikap suka bersaing dari dagunya yang mencuat.
Lampu merah mesin penjawab telepon berkedip-kedip panik di
meja sebelah ranjang. "Francis X.!" Sebuah suara menjerit dari kamar mandi. "Tak ada
keadilan, tak ada kedamaian, Sayang!"
"Jimmy Ryan, ceritakan padaku." Ia bergerak menuju ambang
pintu. Rekan kerja lamanya, yang kini di bagian TKP, berlutut di
pinggiran bak mandi kuno dengan kaki berbentuk cakar, tikus
berkepala ikan trout yang mengenakan jaket olahraga tweed, tengah
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
mencari-cari petunjuk. Tiga puluh lima tahun di Kepolisian, namun
ia tak perlu memperlambat gerakannya gara-gara cacat terkutuk
sepertinya. Bahkan setelah ia memenangkan 6 juta dolar dari
bermain lotre sepuluh tahun lalu, Ryan tak ingin mendengar kata
pensiun. Ia terlalu terbiasa dengan suara dering telepon, mencari-cari
santapan tengah malam, buku catatan identitas, saat-saat di ruang
pengajuan para tersangka ketika saksi mulai menggigit- gigit bibir
karena gugup. Ia tahu, ia tak akan bisa beristirahat. Lelaki sepertinya
selalu bermain raket setiap Sabtu dan mulai melupakan nama-nama
cucunya pada hari Kamis. Seorang lelaki kulit hitam kurus dengan setelan pelaut berdiri di
sampingnya, dasi hitam diselipkan dengan elegan ke dalam kemeja,
tengah sibuk mengambil gambar dengan kamera.
"Rashid Ali, perkenalkan kawan barumu," kata Jimmy. "Francis
X. Loughlin. Detektif paling tajam kedua di Satuan Manhattan
North. Mestinya ia jadi nomor satu kalau saja aku tidak kembali
bertugas." Pria kulit hitam itu menurunkan kamera dan berjabat tangan,
perasaan meremehkan menyelimuti Francis bagai lumut Spanyol.
Oh, ini lagi, pikir Francis. Silakan dimulai acara jilat-menjilatnya.
Mata Rashid menatap terlalu lama pada emblem bendera Amerika
dan tiket terusan di kelepak mantel panjang Francis. Tanpa tergesa ia
memeriksa bungkusan itu, tahu Francis akan menjadi pengawasnya.
"Apa kabar?" ujar Francis. "Kau dari gugus satu-sembilan?"
"Benar." "Kawah candradimuka-ku dulu."
Sekarang giliran menyelidiki kencan butanya. Pria kulit hitam
berusia tiga puluhan, berotot dengan sudut-sudut tubuh yang keras.
Potongan janggut tipis, tulang pipi bak pahatan dalam, bentuk badan
huruf V. Bahkan cukuran rambutnya pun bersudut, atau itu hanya
susunan gigi" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Bagaimana kau bekerja sama dengan sobatku, Gary Wahl?"
Francis bertanya tentang sersannya dulu.
"Kapten?" Rashid mengerutkan hidung, seolah-olah baru
mencium kotoran kucing. "Sedikit tak cocok di sana-sini. Kami bisa
menyelesaikannya." Sudah kuduga aku akan dapat yang seperti ini. Francis
menggelengkan kepala. Dengan nama Muslim pula.
"Jadi, apa yang kita punya?"
Rashid bergeser ke samping, memberikan pemandangan jelas
pada Francis. "Terkutuk."
Ia harus mundur selangkah untuk menyerap segalanya dengan
jelas. Satu bola api yang angkara telah meledak di ubin di atas bak
mandi, alur ruwet darah menetes-netes ke celah dinding.
Bahkan setelah 25 tahun dalam pekerjaan ini dan mungkin hampir
mendekati lima ratus mayat, pembunuhan tak pernah benar-benar
kehilangan kekuatan biadabnya, kemampuan untuk membuatnya
terhina secara pribadi, yang berkata padanya agar maju atau keluar
dari situ. Ia memaksa diri untuk tak terburu-buru, menyusun ulang
semua fakta, mengambil napas, membuang napas, berkonsentrasi.
Segalanya tampak beriak-riak membentuk lingkaran dari sana.
Gadis di bak mandi berpinggiran ombak-ombak itu terlihat sedikit
lebih kecil dan lebih gelap ketimbang fotonya. Ada kelebat garisgaris cat mencolok mata yang membuat rambutnya terlihat sedikit
merah. Satu tangan terkulai lemas di satu sisi, ujung jemari sedikit
menyentuh bagian ujung cakar bak mandi itu. Ia mungkin sedang
bersantai setelah hari yang panjang di pekerjaannya, hanya bak
mandi itu kosong dan ia hanya mengenakan bra hitam tanpa celana
dalam. Lutut kirinya tertekuk di hadapannya, seolah-olah ia sedang
berpose untuk kalender porno.
Francis mendesis saat separo berjongkok untuk memeriksa lebih
teliti kerusakan yang terjadi. Darah masih membasahi lubang hidung
yang menunjukkan bahwa ia belum lama tewas, dan celah di bibir
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
bawahnya menunjukkan bahwa ia telah ditonjok dengan keras di
mulutnya, minimal sekali. Tenggorokannya digorok dua kali. Sekali
tampak janggal, seakan-akan pisaunya tersangkut, dan sekali lagi
lebih dalam usaha yang kedua, menciptakan semprotan kabut halus
hingga ke langit- langit. Darah kental menggenang di sekitar tulang
selangkanya. "Bagaimana menurutmu?" tanya Jimmy Ryan. "Si pembunuh
memulai dengan memukuli wajah lalu menggorok lehernya?"
"Aku tak tahu." Perlahan Francis mengangkat alis dan melihat
sejumput rambut berdarah dan sebagian isi otak di kaitan handuk.
"K urasa mungkin ia membuat pingsan terlebih dulu, dengan
membenturkan kepala ke dinding. Jika gadis ini masih sadar ketika
dipukuli, tangannya mungkin akan lebih ke atas di depan wajahnya.
Siapa yang menelepon polisi?"
"Pengganti tugas jaganya di RS Mount Sinai," kata Rashid.
"Gadis ini seharusnya menggantikan salah seorang dokter pukul
enam sore kemarin. Ia tak muncul. Padahal ia tak pernah terlambat.
Jadi mereka langsung tahu ada sesuatu yang terjadi. Mereka
meninggalkan sekitar selusin pesan di mesin penjawab di sini dan
menyerantanya sekitar seratus kali. Pagi tadi mereka menelepon
apartemen ini dan pengelola membolehkan mereka masuk."
Francis bangkit perlahan- lahan, seperti penyelam yang berusaha
tak terjangkit rasa mual akibat tekanan air. "Siapa namanya?"
"Christine Rogers," kata Jimmy.
"Oke," sahut Francis.
Ia memutuskan untuk menangani kasus ini seperti kasus baru
lainnya untuk saat ini, tak terburu-buru mengambil kesimpulan.
Tabula rasa. Yang kuketahui adalah apa yang tak kuketahui.
Ia menoleh pada orang baru itu. "Pernah menangani kasus yang
mendapat liputan besar media sebelumnya?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Mengapa?" tanya Rashid. "Kau pikir ini akan lebih menjadi
berita besar daripada jika hal ini terjadi di perumahan Edenwald di
Bronx?" "Apakah aku mendengar nada sinis?"
Rashid menyeringai. Ya, kau lebih mengerti, Saudaraku. Kau tahu bahwa apa pun
yang kukatakan, itu tak diperhitungkan. Gadis kulit hitam mungkin
tak akan membuat walikota dan komisaris polisi merasa perlu
mengadakan konferensi pers tentang pembunuhannya. Seorang gadis
kulit hitam tak akan menjadi topik utama berita lokal malam ini dan
menjadi berita utama di tabloid besok pagi. Seorang gadis kulit
hitam tak akan mendapat enam detektif yang sibuk cekcok tentang
kasusnya, meski sekali waktu si korban mirip dengan seseorang yang
mungkin saja tinggal di lingkungan tempat tinggal mereka,
bersekolah dengan anak mereka, mungkin bahkan pergi ke gereja
yang sama. "Detektif Ali baru memperoleh lencananya bulan Januari," kata
Jimmy penuh arti sambil membungkuk keluar dari kamar mandi.
"Di mana kau bertugas sebelumnya?" tanya Francis.
"Bagian narkotika Brooklyn Utara." Rashid menjelaskan. "Kami
melakukan banyak operasi penyamaran-penangkapan. Beberapa
kasus yang kami tangani muncul di koran. Kami menangani gang
Blood Money Sex di Brownsville. Topik utama di Live at Five
bersama Sue Simmons, mengisi halaman depan Daily News esok
harinya. Jadi, ya, aku tahu bagaimana berurusan dengan media."
"Oke, aku hanya ingin memastikan bahwa kita sama-sama tak
akan membocorkan kasus ini," ujar Francis.
"Aku tak akan bicara pada siapa pun."
"Bagus." Francis kembali melirik tangan si gadis, kukunya
pendek dan tak dicat. "Kau tak akan menaruhnya di kantong bukti?"
"Apa?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"K ubilang, kau lebih baik taruh kantung di tangan gadis itu. Tukar
dan alihkan. Ia mungkin memiliki darah atau kulit si penjahat di
bawah kukunya." Rashid mengeluarkan sepasang kantung Ziploc dari sakunya.
"Tolong, jangan plastik." Francis mengerutkan dahi. "Kertas.
Gunakan kantung kertas cokelat."
Rashid melotot padanya. "Mengapa kau harus bicara seperti itu
padaku?" "Seperti apa?" "Seakan-akan aku sedang mengisi barang belanjaanmu."
Francis menengadah, matanya menemukan retak akibat tekanan
di langit-langit. "Dengar," katanya. "Bukan merendahkan. Tapi kau harus
memberi si kulit ruang untuk bernapas. Jika tidak, barang bukti itu
akan membusuk." "Aku tahu itu. Kau tak perlu menguliahiku."
"Yah, maaf, tapi hanya karena punyamu sebesar anggur dan bisa
pergi ke rumah bandar narkoba penuh oleh Tec 9 dengan perhiasan
emas seharga lima ribu dolar, tak berarti kau mengetahui segala
sesuatu yang mesti diketahui tentang menjalankan investigasi
pembunuhan. Oke?" Rashid menyilangkan tangan di depan dada, seperti penyanyi rap
yang berpose untuk sampul majalah, defensif dan tak terjangkau.
"Oh, sekarang aku jadi si keparatnya, ya?"
"Ya, Tuhan..." Francis mendesah dan melihat mayat itu kembali, bak tua itu
tampak tumbuh membesar selagi menyimpan gadis itu. Sekarang
setelah matanya fokus, ia dapat melihat ada jejak-jejak jelas darah
lengket di bawah kuku-kukunya dan apa yang tampak sebagai helai
rambut kemerahan terlilit melingkari buku jari, mungkin ditarik dari
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
kepala penyerangnya. Jadi, ia melawan, ternyata. Oke, pikirnya.
Tertangkap kau. Aku tahu dari mana asalmu.
"Jadi, apa lagi yang kau ingin kulakukan?" tanya Rashid tak sabar
dengan kameranya. "Ikuti saja jejaknya. Periksa saluran dan pipa di sini dan di dapur
untuk mencari darah dan rambut. Jimmy akan mengantongi sikat gigi
di wastafel, siapa tahu kita mendapatkan sesuatu dari helai sikatnya.
Ambil rekaman mesin penjawab telepon dan hubungi Unit Respons
Bantuan Teknis untuk membantu memperoleh catatan telepon. Cari
siapa tahu gadis itu punya ponsel. Periksa e-mail-nya. Lalu periksa
alamat ini untuk memeriksa jika ada mantan narapidana bersyarat
tinggal di gedung ini atau keluhan dari tetangganya."
"Mau sekalian kubawakan cucianmu di binatu sambil aku di
sana?" "Apa?" "Tidak. Cuma bertanya-tanya apa yang akan kau lakukan selagi
aku mondar-mandir." "Aku akan menghubungi kepala departemen agar ia tidak
membuat kita sinting, menanyakan kabar terbaru tiap lima menit,
lalu aku akan memeriksa jika ada rekaman di kamera keamanan yang
kulihat di lift." "Tak ada." Rashid menggelengkan kepala. "Kosong. Itu kamera
plasebo. Aku sudah memeriksanya. Mudah ditebak."
"Hey, hey, sobatku, Rashid. Kau sudah jauh mendahuluiku."
Rashid mengusap pipi dan mengangkat kamera sekali lagi, tak
ingin terpancing untuk cekcok. "Terserah, Bung."
"Oke, kita selesaikan semua ini dan biarkan orang-orang TKP
mengurus bukti-bukti perkosaan." Francis mengambil buku catatan
kecilnya untuk membuat sketsa tata letak kamar mandi. "Ingat,
selalulah berpikiran terbuka. Tak ada yang tak relevan. Siapa pun
dapat melakukan apa saja."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Hey, Francis!" panggil Jimmy dari ruang lain. "Kau mau aku


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menembak kepalamu?" Francis mengikuti arah suaranya, satu kaki di depan kaki lain,
jalan kecil di antara kedua ruangan yang berpotensi menyimpan
sesuatu. "Ada apa?"
Ia telah memeriksa seluruh ruangan dengan saksama, dan
kenyataan bahwa dirinya tak segera melihat Jimmy membuat
dadanya menegang. Apakah daya penglihatannya sudah sedemikian
memburuk" Berangsur-angsur matanya menyesuaikan diri dan
menemukan Jimmy di seberang ruangan dengan carikan kertas di
tangan. "Aku mencari-cari di sini dan kulihat gadis ini memiliki meja
kecil di sebelah ranjang dengan laci dan kupikir, apa salahnya!"
Jimmy mengangkat bahu. "Mungkin ia punya buku harian atau buku
alamat dengan nama-nama yang berguna di dalamnya."
"Benar sekali," ujar Francis.
"Jadi aku mengacak-acak laci, dan kulihat ia menyimpan
setumpukan kliping koran di bawah beberapa barang lain. Dan
kupikir, itu aneh. Untuk seorang wanita, maksudku. Aku juga suka
meninggalkan koran di lantai kamar mandi, istriku sering siap
menelepon komandan..."
"Jimmy, bisa langsung ke pokok persoalannya saja?"
"Jadi aku melihat-lihat dan kau tahu apa yang kutemukan?"
Ia memegang salah satu klipnya dan Francis maju selangkah, tak
begitu percaya pada penglihatannya. "Kau main- main denganku,
Ryan?" "Serasa deja vu, bukan, Francis?"
"Apa itu?" Rashid ikut masuk ke dalam kamar.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Gadis itu mengumpulkan kisah dari koran tentang orang yang
Francis jebloskan ke penjara tahun 1983. Ia baru saja bebas karena
dakwaannya dicabut."
"Untuk tuduhan apa hukumannya itu?"
Francis menatap topik utama halaman- lima dari koran Post yang
diayun-ayunkan Jimmy di hadapannya.
"Membunuh dokter wanita."
Ia merasa seakan diguyur air es, seolah-olah tengkoraknya lepas
dari kepala. Apa yang dimaksud mereka dengan deja vu itu" Hanya gangguan
mental sekejap, satu lompatan dari rentetan peristiwa, pengalihan
alur informasi dari simpanan ingatan jangka pendek ke ingatan
jangka panjang, sehingga itu terlihat seolah pernah terjadi. Ia
merogoh saku untuk mengambil pulpen dan membuat catatan,
kemudian tersadar ia sudah memegangnya.
"Kau tak apa-apa, Francis?" Jimmy melirik. "K au tampak sedikit
pucat." "Aku tak apa-apa." Ia meng-klik pulpennya. "Tapi, Jimmy, tolong
aku satu hal." "Apa?" "Lain kali jika kau tanya apakah aku ingin kepalaku ditembak,
tunggu hingga aku menjawab ya, oke?"
18 EILEEN SEDANG berusaha memakaikan baju yang serasi dengan
sweter korduroi untuk sekolah pada para cucu saat Tom masuk ke
kamar. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ada apa ini?" ia menaruh kopinya dengan keletihan seorang pria
yang menunggu hingga berusia 46 tahun untuk memberikan seorang
cucu pada ibunya. "Aku sudah menyiapkan pakaian untuk mereka."
"Mereka ingin yang ini. Mereka bilang ingin terlihat mirip hari
ini." "Oops, I did it again!" anak-anak itu mulai melompat- lompat di
atas tempat tidur. "Sejak kapan?"
"Mereka sedang dalam masanya saja," ujar Eileen, berusaha
membuat Stacy, yang paling tua, duduk diam untuk disikat
rambutnya. "Adikmu sama seperti ini saat seusia mereka. Selalu
ingin mengenakan apa yang kupakai."
"Baik sekali Ibu berpikir seperti itu," gumam Tom. "Hey, apa
yang terjadi pada bibir Ibu?"
"Aku membentur cermin kamar mandi." Eileen menyentuh tanda
di bawah hidungnya. "Jangan menua. Tak ada keuntungannya sama
sekali." Tom masih menatap luka itu ketika Stacy menjatuhkan diri di
pangkuan dan memeluknya. Tentu saja, adiknya lalu ikut-ikutan,
bersaing minta dipangku. Dikelilingi wanita-wanita yang membutuhkan, putranya itu memiliki hidup yang lengkap. Segalanya
lebih mudah buat seorang ayah. Anak perempuan tak pernah
menghargai ibunya lewat cara yang sama. Mereka selalu bertengkar,
ada rasa tak suka menggumpal, rasa cemburu membara. Eileen
teringat betapa kulitnya pecah-pecah ketika ia mengandung Allison,
dan ibunya sendiri, yang tak punya hati lembut, berkata bahwa ia
pasti mengandung anak perempuan. "Anak wanita selalu mencuri
kecantikan ibunya." "Mengapa Ibu bangun pagi-pagi sekali?" tanyanya, melirik ke
arah jam Little Mermaid. "Aku tak mendengar Ibu ke atas saat aku di
dapur, membuat kopi."
"Aku sudah di sini. Stacy memanggil malam- malam. Aku tak tahu
bagaimana kalian berdua tetap bisa nyenyak tidur."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ibu dengar dari bawah?"
"Aku tak bisa tidur. Satu lagi efek samping menyenangkan dari
kombinasi obat-obat yang kuminum."
Ia membuat putranya takut lagi. Eileen dapat merasakan dari
caranya mengabaikan anak-anak dan berkonsentrasi mengancingkan
mansetnya. "Mungkin Ibu cukup pelan-pelan saja," katanya. "Kadang hal- hal
seperti ini butuh penyesuaian."
"Aku tak keberatan bangun sedikit lebih pagi."
Tom menyentuh alisnya, sedikit bingung. Tak pelak lagi ia
berpikir, Ibu kembali berpura-pura. Harus mulai mengawasinya.
Jaga agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Jaga agar
wanita sinting ini tetap di basement.
"Di mana Jen?" Ia mencari-cari. "K upikir ia sudah bangun."
"Ia bilang lagi- lagi badannya terasa tak enak."
Tom tampak menerima penjelasannya dengan senyum datar. Tom
yang malang. Setelah semua peristiwa dalam hidupnya, ia mungkin
berharap akhirnya mendapatkan seorang perempuan yang benarbenar baik dan pintar mengurus rumah tangga tanpa cela, dan bukan
perempuan memusingkan dengan perilaku tak beres.
"Aku harus bersiap-siap." Ia menyentakkan ujung dasi. "Aku akan
mengantar anak-anak ke sekolah sebelum pergi ke Morristown.
Biarkan mereka memakai pakaian yang mereka inginkan."
19 PINTU OTOMATIS mengayun terbuka dan Hoolian melangkah
menuju Met Foods, ia merasakan desiran dingin rasa takut, setengah
berandai-andai bahwa Lydia, kasir jelita yang selalu tersenyum
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
padanya, dengan anting-anting sebesar borgol berkedip-kedip dalam
pendar cahaya toko, mendadak menunjuk dengan kukunya yang
panjang melengkung dan dicat perak dengan ketakutan dan mulai
menjerit, "Asesino! Asesino!" Pembunuh.
Alih-alih demikian, gadis itu hanya melambai dan kembali ke
belakang untuk membantu rekannya yang bertugas membungkus
belanjaan, menghitung kembalian, sen demi sen.
Hoolian pergi ke mesin absen untuk melubangi kartunya. Di
sebelah pengumuman berisi lowongan pekerjaan terpasang kalender
yang ia pelototi setiap hari sejak manajer toko setuju memberinya
kesempatan kerja paruh waktu. Hidupnya kini berkutat di seputar
angka-angka. Enam belas hari sejak tanggal sidang terakhir. Enam
belas hari lagi sampai tanggal sidang berikutnya. Sepuluh hari sejak
ia mengisi lamaran di sini, menjawab 'tidak' pada kolom pertanyaan
apakah ia pernah melakukan tindak kejahatan. Itu bukan
kebohongan, katanya pada diri sendiri, dakwaan telah "dibekukan."
Dua puluh empat hari lagi sampai ia masuk serikat, yang akan
membuat dirinya lebih sulit dipecat.
Setiap hari adalah perjuangan. Ya, terkadang ada buncah
kesenangan. Aroma perubahan musim, kuning matahari yang
menyusut, kerah naik, garis hem turun, lagu penutup radio akhir
musim panas mengalun di belakang jendela mobil yang tertutup,
anjing-anjing kecil mengenakan sweter di jalanan, potonganpotongan kaset berkilauan yang misterius bergelantungan di dahan
pohon seperti kertas perak pohon Natal. Tetapi di setiap peristiwa
itu, selalu ada tanda-tanda tak terbaca, salah paham menakutkan,
saat-saat semburan amarah dan akibat tak disengaja, lubang- lubang
hitam dalam yang memaksanya untuk menelan. Semuanya sama
sekali tak sama, untuk berada di luar, seperti yang ia duga
sebelumnya. Semut-semut tak pernah berhenti merayapi kulitnya. Ia
menyentuh tengkuk, masih merasakan bekas kalung yang direnggut.
"Yo, Jools, aku perlu bicara denganmu. Segera."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia tersentak dan berputar, menemukan Angel, sang manajer toko,
yang mengawasinya dari bilik yang ditinggikan, tempat ia
menghabiskan sebagian besar waktu untuk mengawasi kerajaan ritel
sepuluh lorongnya, ditambah hasil bumi dan kios makanan.
"Quepasa" " Hoolian menguatkan diri.
"Ayo jalan-jalan sebentar bersamaku, amigo." Angel mengambil
langkah-langkah kecil. "Orang lain tak perlu mendengar ini."
Ia menggamit lengan Hoolian dan menariknya menuju ruangan
kecil sunyi di dekat tangga basement. Hoolian meraba pisau
Leatherman barunya yang ia bawa-bawa di saku, berharap ini bukan
sebuah pemecatan kasar yang setengah ia duga akan terjadi. Ia
benar-benar ingin dihargai oleh lelaki kecil rewel ini, yang banyak
mengingatkan kepada ayahnya dengan kemeja putih licin dan dasi.
Betapa ia merasa sangat bersalah setelah wawancara pertama, ketika
mengatakan keluarga mereka sama-sama berasal dari kota sebelah
dekat San Juan namun tak menyebutkan dirinya baru keluar dari
penjara. Sejak saat itu, ia telah menunggu- nunggu untuk dipecat - seperti
ini. Tentu saja, mestinya ia yang melakukan inisiatif, sadar bahwa
namanya dapat muncul di koran kapan saja. Setiap hari, ia berkata
pada dirinya sendiri, ia akan pergi ke kantor Angel saat waktu pulang
dan mengaku, tetapi setiap malam pula ia selalu mendapatkan alasan
lain untuk menunda. Itu bukan salahku, demikian ia membatin. Itu
adalah tanggung jawab Angel. Mestinya, Angel sudah tahu siapa
dirinya dari semua pemberitaan itu; lelaki itu mestinya memeriksa
riwayat hidupnya lebih teliti.
"Apa aku melakukan suatu kesalahan?" dengan gugup ia
menggosok-gosokkan ibu jarinya ke permukaan halus pisau yang
melipat. uQue mosca te ha picado?" Memangnya ada yang bilang begitu"
"Tidak, hanya..."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia tersadar dirinya berkedut-kedut dan mengerjap- ngerjapkan
mata. Tak tahu bagaimana cara mengunci lutut, menetapkan mata,
atau melemaskan bahu. "Sepertinya posisi itu akan terbuka minggu depan di kios
makanan." Angel menurunkan suaranya menjadi bisikan berkomplot.
"Masih tertarik memperoleh bonus ekstra?"
"Oh." Tangannya keluar dari saku. "Ada apa dengan Charlie?"
"Aku memergoki Charlie tidur di gudang saat ia mestinya
membersihkan pemotong daging. Sepertinya anak itu suka
mengonsumsi obat." "Ya, tapi aku belum siap mengambil posisi itu. Aku baru masuk."
( "Ah, jangan seperti itu." Ia menepuk pundak Hoolian. "Aku sudah
mengawasimu, hombre. Aku melihatmu menunggu di gerbang
ketika aku datang untuk membuka toko setiap pagi. Kau selalu
membersihkan lorong seperti yang kuperintahkan. Kau selalu
melakukan tugasmu dengan baik..."
Suara Angel menggantung dan Hoolian menyadari manajer itu
tengah menatap pisau yang ia keluarkan dari saku tanpa sadar.
"Untuk apa itu, bro?"
"Aku bermaksud ke bawah untuk membuka beberapa kardus,"
jelasnya tanpa dosa. "Memang hebat, kau, Kawan. Itu maksudku! Jangan membuatku
menghalangimu." Angel menyeringai. "Kau memang binatang,
amigo. Seandainya aku punya seratus pegawai sepertimu."
20 "MENGAPA MEREKA melakukan itu" Ia begitu baik."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Perawat RS Mount Sinai, gadis bernama Tracy Mercado yang
berkulit gelap, senyum lebar, dan rambut panjang dicat pirang,
menangis. Air mata yang tampak hangat mencoreng riasan
wajahnya, berjatuhan setelah menempati sudut mata beberapa lama.
Francis melemparkan pandangan hati-hati pada Rashid, memperingatkannya agar tak terlalu dekat atau melontarkan ucapan
menghibur yang keliru. Membuka sumbat kesedihan memerlukan
kesempatan untuk bernapas.
"Tracy, kami harus menanyakan beberapa hal padamu," ujar
Francis setelah jeda sejenak. "Kapan terakhir kali kau bertemu
Christine?" "Aku tak tahu." Ia tercekik, berusaha menguasai diri. "Kurasa
kemarin lusa. Ia baru saja bekerja dua belas jam tiga hari berturutturut. Aku memperingatkannya agar jangan terlalu memforsir diri. Ia
bermaksud pulang ke rumah dan tidur."
Francis menggelengkan kepala pada Rashid. Gadis ini tak akan
membantu dalam penentuan waktu kematian.
"Apakah ia menyebut-nyebut soal kedatangan seseorang" Seorang
pacar mungkin?" "Tidak, ia tak sedang berkencan dengan siapa pun, sejauh yang
kutahu." Perawat itu mengusap sudut mata dengan jarinya.
"Apa kau tahu pasti?"
"Apakah aku tahu! Ya, aku tahu. Aku sobatnya yang terdekat."
Sunset Park. Francis mengenali aksennya. Seorang gadis dari
pinggir kota. Ia bisa membayangkan gadis ini bangun pagi-pagi
untuk naik kereta N kala orang lain masih terlelap.
"Aku agak terkejut, kau mengaku sobatnya yang terbaik." Rashid
memiringkan kepala ke satu sisi. "K ukira, dokter dan staf perawat
tak biasanya bersahabat di rumah sakit seperti ini."
"O w, Christine tidak berlagak seperti itu," Tracy mendengus.
"Maksudku, ia dari East Armpit, Wisconsin, tapi ia orang rumahan.


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Mengerti maksudku" Ia selalu bergurau bersama staf dokter,
membaca katalog Kohl di ruang istirahat dan bercanda tentang acara
Ricki Lake Show bersama kami."
"Ia punya masalah dengan seseorang di sini?" tanya Francis.
"Petugas keamanan rumah sakit" Staf" Pasien?"
"O h, ia tidak takut beradu pendapat dengan orang lain jika perlu.
Ia akan bicara terus terang jika seseorang melontarkan omong
kosong. Perusahaan asuransi, administrator rumah sakit, kardiolog.
Ia mencela staf senior yang tak cukup cermat melakukan
pemeriksaan. Dan, para orang tua yang anaknya terkena AIDS"
Lupakan. Jika mereka mulai melewatkan sesi pertemuan demi pesta
koktil, ia akan memarahi mereka. Ia akan menginterogasi mereka,
menelepon siang dan malam, berteriak di telepon, 'Kalian ini
kenapa" Tidakkah kalian tahu apa yang akan terjadi"' Aku pernah
melihatnya mengenakan mantel setelah selesai tugas jaga dan
langsung pergi menuju sebuah apartemen di perumahan Schomburg.
Sang Juara Sepatu Luncur. Mengetuk tepat di pintu orang-orang ini
dan menyeret anaknya ke sini sendiri untuk memastikan ia
memperoleh protease inhibitors."
"Ia pernah mendapat masalah karena hal seperti itu?"
"Tidak, mereka tahu ia benar."
Francis mengedipkan mata pada Rashid, sadar mereka butuh
bantuan dari detektif lain untuk meminta catatan Ruang Gawat
Darurat. Akan butuh waktu berhari- hari untuk menyisir semua data,
memastikan mereka mendapatkan nama- nama orang tua pasien yang
mungkin pernah bertengkar dengannya.
"Tracy, ada hal lain yang ingin kami tanyakan padamu." Francis
merendahkan suaranya. "Dan, kami sangat mengharapkan kebijaksanaanmu untuk menjaga kerahasiaan, karena jika hal ini
sampai pada media, akan benar-benar menghancurkan investigasi
kami." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Oke, aku mengerti." Tracy membungkukkan bahu, matanya
menyapu Francis dan Rashid. "Silakan."
"Kami menemukan sejumlah artikel di laci sebuah meja yang
dikumpulkan Christine mengenai sebuah kasus lama..."
Tracy mulai mengangguk-angguk sebelum kalimat Francis
selesai. "Ya, ya....tentang gadis dokter di Bellevue, sekitar dua puluh
tahun yang lalu." "Sebentar, kau sudah tahu tentang hal ini?" ujar Rashid.
"Tahu tentang ini?" Tracy menaruh tangan di pinggul. "Ia tak
pernah berhenti membicarakan hal itu. Ia terobsesi dengan kasus
brengsek itu." "K ita bicara tentang Allison Wallis, bukan?" tanya Francis,
memastikan ia tak menyuapkan kalimat padanya.
"Ya, benar. Allison. Siapa pun namanya. Yang namanya muncul
dalam satu artikel beberapa minggu lalu. Dengan seorang lelaki yang
baru keluar penjara dan mengatakan ia tidak bersalah."
Francis berusaha melirik pada Rashid, tapi jaraknya tak cukup
untuk itu. "Mengapa ia terobsesi kasus itu?" ia mulai mencatat dengan
tulisan tangan, berusaha mencatat jawaban seakurat mungkin.
Bisa ia bayangkan Debbie A. memukulinya karena melangkah
terlalu cepat ke arah ini. Pernahkah kau mempertimbangkan tentang
kemungkinan lain, Detektif"
"Ya, tak lama setelah mereka memuat artikel itu di koran, kami
langsung membahasnya, dan mengedarkan ke semua orang," kata
Tracy. "Maksudku, korban adalah gadis seumuran kami, bekerja di
Instalasi Gawat Darurat bersama anak-anak. Bahkan meski hal itu
sudah dua puluh tahun berlalu, kau masih berpikir, mi dios, itu bisa
terjadi padaku. Christine tak mau melepaskannya begitu saja."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Maksudmu?" tanya Francis.
"Ia terus bicara tentang kejadian itu. Aku melihatnya
menggunting berita itu dari koran, tentang apakah mereka akan
membebaskan anak itu atau menjebloskannya kembali ke penjara.
Christine bilang, 'Bedebah, bagaimana jika ia tak ada hubungannya
dengan semua itu" Bagaimana kalau ia dipenjara selama dua puluh
tahun padahal sebenarnya ia tak bersalah?"
Francis merasa mendengar letupan kecil di dalam gendang telinga
selagi ia berpaling pada Rashid. Ko lega baru itu ada tepat di
sampingnya, langkah demi langkah.
"Kau tahu mengapa ia begitu tertarik?" tanya Francis acuh tak
acuh. "Tidak. Aku hanya berkata, que pasa, Sobat" Kau kencan dengan
lelaki itu atau bagaimana?"
"Apa ia kencan dengannya?" tanya Rashid, mengantisipasi
pertanyaan Francis. "Tidak." Gadis itu mulai mengusir gagasan tersebut dan tersadar
sendiri. "Ya, setidaknya dari yang kudengar. Itu hanya sesuatu yang
ia bicarakan. Sejauh yang kutahu."
Tracy menatap ke arah pintu dengan lirikan ganjil, seakan-akan
baru menemukan perangkat tambahan asing untuk sebuah perkakas
rumah tangga kuno. "Ada apa?" tanya Francis.
"Bukan apa-apa. Di sini Instalasi Gawat Darurat di kota besar.
Orang keluar masuk setiap waktu, dengan tugas jaga gila- gilaan.
Mereka merayap melintasi perbatasan Meksiko atau turun dari
pesawat dari Afrika, dengan penyakit-penyakit yang belum pernah
kau dengar. Mata berubah hijau, cacing bermunculan dari lubang
pantat. Kadang-kadang rasanya seperti dalam film horor. Lalu ada
pria-pria dari pusat rehabilitasi di dekat sini, berusaha masuk dan
mencuri obat..." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Lalu?" "Maksudku, Christine itu jenis orang yang lunak pada mereka
yang berasal dari lingkungan ini. Aku biasanya bilang, 'Hey,
hentikan itu. Kau mendorong orang-orang kacau itu untuk mengejarngejarmu."' "Pernah terjadi sesuatu yang buruk gara-gara hal itu?" tanya
Rashid. "Tidak, sih... Kecuali suatu hari, ia memintaku untuk mengantar
ke daerah tempat tinggalnya. Dan ia terus-menerus menoleh ke
belakarlg seakan-akan seseorang tengah mengikutinya."
"Ia bilang siapa yang mungkin mengikutinya?" tanya Francis,
masih berusaha tak terburu-buru mengambil kesimpulan tak
beralasan. "Tidak. Tapi, ini New York. Banyak orang sinting di luar sana."
21 ESOK PAGINYA, gerombolan wartawan telah beranjak pergi dan
Eileen memutuskan bahwa kini telah aman untuk kembali ke East
Side. Seonggok kantung sampah hitam besar tergeletak di kaleng
sampah penyok di luar apartemen Christine, secarik kecil pita kuning
TKP yang terbelit menyembul keluar di atasnya, dipenuhi cangkircangkir kopi bekas, mungkin sisa para reporter dan juru kamera yang
berada di sana kemarin. Seseorang telah merangkai tanda peringatan di salah satu pohon.
Sebatang lilin merah meneteskan lelehan di sebelah pagar hitam
pendek yang dimaksudkan untuk mengusir anjing. Dafodil, anyelir,
dan mawar tergeletak dalam bongkahan di atas trotoar, masih
terbungkus kertas kaca dari toko Korea di sekitar situ yang masih
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
ditempeli label harga. Ada foto Polaroid buram sosok Christine, dari
arah kiri, bukan sisi terbaiknya, pikir Eileen, terlalu memperlihatkan
gigi dan gusinya, tersenyum selagi memegangi salah satu pasiennya,
seorang gadis kecil berkulit hitam berpipi montok dengan jarum
infus besar di belakang lengannya dan kilat bintik merah di matanya.
"Untuk Dr. C," bunyi tulisan cakar ayam seorang anak di kartu
delapan kali tiga belas sentimeter di sebelahnya. "Aku tahu kini kau
berada bersama malaikat. Sampai jumpa. Cinta, Adelina."
Eileen menoleh ke sekeliling, menemukan setidaknya ada dua
lusin foto dan pesan persis seperti itu, mungkin lebih banyak dari
yang Allison peroleh. Tampaknya jumlah karangan bunga hampir
sama banyak, namun ia tak tahu pasti: ia datang terlambat ke sini dan
selalu ada orang-orang jahat di dekat sana yang mencurinya.
Tak lama lagi sebagian besar pelayat akan segera melupakannya.
Mereka akan kembali meneruskan kehidupan, drama dan krisisnya,
rencana diet dan lotrenya, gila-gilaan dengan aktivitas rahasianya.
Hingga akhirnya yang berduka hanyalah ibu si gadis. Orang lain
akan berkata, mereka mengerti, memperlihatkan sikap pengertian
yang selayaknya dan mengucapkan perkataan yang tepat di
pemakaman, bahkan mungkin mampir ke rumah beberapa kali dan
mendengarkan beberapa lama. Tetapi pandangan mereka kemudian
mulai melayang- layang. Senyum hangat yang kemudian muncul
terlalu cepat, tepukan di tangan yang terasa terlalu bersemangat, dan
pandangan mereka pun mulai melirik ke arah jam. Dan akhirnya
pertanyaan tak terucapkan menggantung di udara: Belum selesaikah
kau berduka" Bukan karena kebanyakan orang tidak sabar dan
kejam, tetapi karena mereka khawatir terlampau dekat. Mereka tak
ingin mengalami apa yang kau alami.
Ia mengambil tisu dari buku catatan dan mengusap kaca mata
hitamnya. Jangan biarkan mereka tahu. Mereka tak akan mengerti.
Ini bukan urusan mereka. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Tetapi ia kemudian menoleh ke arah foto Christine bersama gadis
kecil bermata merah itu, dan ia pun ambruk di trotoar, sambil
burung-burung bernyanyi riang di pepohonan.
Anak-anak berlalu melewatinya menuju sekolah dan menyentak
lengan orang tua mereka sambil bertanya, Kenapa wanita itu"
Napasnya terengah-engah. Tak seharusnya hal ini terjadi lagi.
Sejarah tak mungkin berulang. Perasaan menyakitkan ini tak
mungkin muncul untuk kedua kali dalam satu kali jatah hidupnya.
Semua ini terlalu berat bagi pikirannya. Ia tak diciptakan untuk kuat
menghadapi. Kini ia tak yakin apakah ia patut mendapatkannya.
Eileen merasa dirinya diawasi, sepasang mata menghujam
punggungnya. Ia berbalik dan menghapus air mata yang
mengaburkan pandangan, tepat saat sebuah taksi kuning melaju
berlalu, dengan seorang gadis berambut merah menatapnya dari
balik jendela. 22 DENGAN LENYAPNYA penglihatan perifer, Francis belajar
menduga-duga keberadaan benda-benda secara tak langsung. Karena
itu ketika berjalan ke Seksi 19 pagi itu, ia bahkan sudah mengetahui
keluarga korban telah tiba sebelum melihatnya. Detektif lain di
satuan itu mondar-mandir terlalu tergesa-gesa untuk waktu sepagi
itu, berbicara terlalu sopan di telepon, dan terlalu berhati- hati
mengerjakan berkas-berkasnya.
Akhirnya, ia melihat dua orang tua berwajah pucat ketakutan
duduk di meja Rashid. "Detektif Loughlin, ini Pak dan Nyonya Rogers," ujar Rashid
memperkenalkan, dengan sikap resmi. "Mereka datang langsung dari
La Guardia." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Saya ikut berduka cita," ujar Francis, terkejut karena mengenali
mereka sebagai pasangan berusia tujuh puluhan dari foto-foto golf
Christine. "Saya juga memiliki putri."
Yang pria, mengenakan kemeja flanel dan kacamata tebal, dengan
kikuk dan canggung meloncat seakan-akan ia disalami kerabat yang
telah lama meninggal. "Roy Rogers. Saya pernah di kepolisian dulu.
Tiga puluh tiga tahun, patroli jalan tol Wisconsin."
Sebuah jabat tangan kebapakan sambil menyebut nama bintang
koboi. Seolah-olah Francis memerlukan dorongan semangat untuk
menangani kasus ini dengan serius. Ia telah bekerja hingga pukul
satu pagi, mondar-mandir dengan tergesa-gesa dari sini ke kantor
pusat di tengah kota, mengoordinasikan enam detektif lain yang
terlibat, melayani telepon, memantau bersama tim forensik,
menyelidiki buku alamat dan isi komputer Christine, mewawancarai
sebanyak mungkin rekan kerja dan pasiennya saat mereka punya
waktu lowong, dan berusaha mengabaikan telepon dari para bos
yang setiap jam meminta kabar terbaru untuk diteruskan ke kepala
kepolisian. Saat waktu pulang tiba, tubuhnya begitu letih hingga tak dapat
tidur. Ia membuat dirinya sendiri dan Patti sinting dengan tingkahnya
yang terus membolak-balikkan badan. Kemudian, tentu saja, telepon
pukul enam pagi dari kawan lama, Jerry Cronin, yang kini menjadi
kepala detektif Manhattan, yang memberitahunya bahwa pembunuhan itu telah menjadi halaman utama tabloid. Plus, desasdesus dari atas menyebutkan bahwa City Hall, kantor walikota, akan
memantau perkembangan investigasinya langkah demi langkah, dan
walikota secara pribadi ikut melibatkan d iri membayari tiket pesawat
bagi orang tua korban, lengkap dengan kamar hotelnya.
"K urasa Anda tak mengira kami begitu tua." Sang ayah kembali
bersandar di kursi, ia melayangkan pandangan khawatir pada Rashid,
yang mengatakan pada Francis bahwa mereka bertiga belum
menciptakan ikatan yang hangat sebelum dirinya tiba di sini.
"Sama sekali tak terlintas di kepala saya."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Francis mengawasi sang ibu yang terus-menerus merokok di
jendela terbuka. Ia memiliki wajah merosot turun khas wanita yang
menghabiskan sepanjang hidupnya menunggu untuk dikecewakan.
Tanpa melihat pun ia tahu berkas di pangkuannya pasti dipenuhi halhal yang ia kumpulkan sepanjang malam - gambar krayon semasa
TK, kertas laporan kelas empat, Piagam Penghargaan Nasional, fotofoto Polaroid wisuda SMA, surat penerimaan dari kampus, surat
panggilan, kopi ijazah kedokteran, kartu ucapan - singkatnya, apa
pun yang menegaskan fakta-fakta bahwa korban adalah seseorang
yang berarti, musibah telah terjadi, dan kini sebuah lubang
menganga di alam semesta.
Francis tersentuh, karena ia selalu berada di pihak orang tua dari
anak-anak yang tewas, namun ia juga menyadari Nyonya Rogers
sama sekali tak mirip anak perempuannya.
"Christine adalah keajaiban kami," sang ayah berkata, seakan
turut merasakan kebingungan itu. "Kami berdoa memintanya. Kami
telah berusaha bertahun-tahun, sebelum obat-obat penumbuh
kesuburan dan pengobatan lain berkembang. Kami hanya berharap
dan Tuhan memberkati kami dan mengizinkan biro adopsi
membelokkan peraturan saat kami telah mencapai usia empat


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

puluhan." "Kawan-kawan kami dulu menyebut kami Abraham dan Sarah."
Sang istri menggunakan rokok yang hampir habis untuk menyalakan
yang baru. "Dan kini kami tak punya apa-apa."
Suaminya meraih tangannya dan meremas, seolah-olah ia baru
saja ditindik. "Tak ada putra lain?" tanya Francis, menoleh ke arah Rashid
untuk memastikan ia mencatat.
"Tidak, tak ada lagi." Sang istri memijit- mijit puntung rokoknya
di bingkai jendela. "Dua keponakan di California yang hampir tak
kami kenal. Itu saja. Setelah kami meninggal, tak ada lagi yang
tersisa." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Sungguh menyedihkan." Roy Rogers menggeleng-gelengkan
kepala. "Pagi ini di pesawat, aku melirik Ruthie, aku bilang, 'Sayang,
kuharap begitu usia kita mulai senja, kita menjelang kematian
dengan cepat karena tak ada orang lain yang bisa menjaga kita dari
kemungkinan keluyuran di jalanan.'"
Francis mengibas- ibaskan asap rokok yang tertiup kembali ke
dalam ruangan, merasa sedikit tersentuh oleh bayangan dirinya
sendiri yang keluyuran di jalanan belakangan ini.
"Begini, saya mengerti betapa sulitnya keadaan ini..."
"Tapi Anda harus cepat mengatasi situasi ini." sang ayah
mengangguk sedikit terlalu kuat, ingin berpegang pada ilusi
kejantanan lelaki. "Tentu saja."
"Kami memohon padanya agar tak pindah ke sini," sela sang ibu.
"Tapi ia selalu harus mencari-cari masalah."
"Saya kurang mengerti maksud ucapan Anda," kata Francis.
"Ia suka mencampuradukkan segalanya," jelas Roy Rogers.
"Selalu begitu. Ia suka mengendarai mobil patroli saya dan
menyalakan sirenenya ketika kecil."
Ia memperlihatkan foto Christine saat berusia sekitar delapan
tahun, topi polisi jatuh menutupi matanya kala ia berusaha mencapai
kemudi. "Kau menyemangatinya," sentak Ruth. "Ia bisa melakukan apa
saja. Ia berhasil masuk putaran final kejuaraan sepatu luncur. Ia
memperoleh beasiswa penuh di Universitas Wisconsin. Ia bisa
menjadi dokter olahraga atau dokter anak di Green Bay. Tapi, oh,
tidak, kau selalu melambungkan harapannya tentang mencari sesuatu
yang mestinya dibiarkan saja."
"Saya masih tidak mengerti." Francis memandang suami istri itu
bolak-balik. "Istri saya berpikir saya menyemangatinya untuk mencari ibu
kandungnya di sini." Roy menatap sedih ke arah berita utama harian
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Daily News di meja sebelah. "Dan, ia selalu menginginkan bekerja di
ruang gawat darurat kota besar. Katanya, 'Ayah, tiap minggu rasanya
seperti berada di acara TV.'"
"Tunggu sebentar." Francrs mengangkat tangannya. "Tolong
ulangi lagi. Ia datang ke New York karena mencari ibu
kandungnya?" "Tidak, tidak seperti itu." Roy mengerutkan dahi ke arah istrinya.
"Itu hanya sesuatu yang membuatnya tertarik setelah tiba di sini.
Memang begitulah. Sekali bertekad akan sesuatu, ia tak akan
melepasnya." Francis membayangkan bagaimana darah itu mengering di bawah
kuku-kuku gadis itu. "Aku hanya ingin tahu. Siapa ibunya?"
"Kukira ia mungkin seorang pelajar atau guru, seperti itulah." Roy
melirik istrinya tak yakin. "Kami melakukan adopsi lewat sebuah
agensi di Milwaukee yang kini sudah tak ada lagi. Saat itu tak seperti
sekarang ketika kau bisa tahu sekolah ibu kandungnya sebelum
memutuskan mengadopsi. Kami diberi tahu namanya Phelps, tapi
siapa yang tahu" Christy pernah mencarinya sebentar setelah ia tiba
di sini, tetapi aku tak tahu sejauh mana usahanya itu."
"Saya ingin melihat semua berkas yang masih Anda punya dari
agensi adopsi tersebut." Francis menggaruk belakang telinganya.
"Aku tak yakin kami masih memilikinya," kata si ayah. "Lagi
pula, untuk apa kau memerlukannya?"
"Anda tak pernah tahu apa yang ternyata merupakan hal penting."
"Kami satu-satunya orang tua yang ia tahu." Sang ibu
mengumpulkan kenang-kenangan di pangkuan, seakan-akan seseorang berusaha mengambil semua itu darinya.
"Saya mengerti itu, ma 'am." Francis mengangguk hormat. "Tak
ada yang berkata sebaliknya. Tetapi saya rasa kita mengejar hal yang
sama. Karena itu kita harus melihatnya dari berbagai sudut. Kami
akan memerlukan semua surat atau e-mail yang kalian peroleh dari
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Christine dalam beberapa bulan terakhir. Nama dan nomor telepon
kawan-kawannya yang mungkin kalian tahu...."
"Apa pun yang Anda inginkan," ujar sang ayah tiba-tiba, benarbenar ingin ikut membantu.
"Apakah Christine, mungkin, pernah menyebut seseorang
bernama Julian Vega?"
"Tidak," tukas ibunya tajam. "Siapa itu?"
"Beberapa rekan kerjanya berkata, ia sering membicarakannya.
Dan kami menemukan bahwa Christine mengumpulkan berita di
koran mengenai Julian." Francis menatap si ayah, berusaha
mencandainya. "Tentu saja itu bukan sesuatu yang ingin kami
sisihkan." "Oh, tentu, saya mengerti," ujar si ayah. "Tetapi siapa Julian ini"
Saya rasa saya tak pernah mendengar tentangnya."
"Sir, ia lelaki yang baru saja keluar dari penjara atas tuduhan
pembunuhan," kata Francis.
Garis-garis di mulut sang ibu segera menyusut begitu dalam
seperti rahang boneka tali.
"Tetapi mengapa bisa begitu?" tanya sang ayah.
"Sayangnya, kasus-kasus ini tak selalu bergulir menuruti
kehendak kami," tukas Francis.
"Dan apa yang membuat Anda berpikir Christine mengenal orang
ini?" Roy membungkukkan badan ke depan, sikunya bertumpu di
lutut. "Mungkin ia tidak kenal. Kami berupaya tak terburu-buru
mengambil kesimpulan."
"Binatang-binatang itu lagi," gumam si ibu, dengan sebal
menjentikkan abu rokoknya keluar jendela.
"Maaf?" Rashid melengkungkan alis.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Orang tua itu melemparkan pandangan saling menuduh.
"Hatinya begitu lembut," ujar Roy. "Ketika bekerja di klinik di
Chicago, ia selalu mengundang anak-anak miskin ke apartemennya
atau pergi mengunjungi beberapa keluarga miskin. Kurasa ia tak
pandai menjaga batas-batas pergaulan."
"Mungkin lebih tepatnya bodoh." Si ibu menutup?mulut kecutnya
lalu membuka lagi, bosan menyimpan opini paling tajam hanya
untuk dirinya sendiri. "Padahal ia bisa tetap tinggal di Madison dan
menikahi seorang pemuda calon kardiolog..."
Francis menggerakkan lehernya yang kaku dan melirik Rashid
sesaat, memastikan mereka mendengar perkataan-perkataan yang
sama. Memasukkan binatang-binatang. Tak pandai menjaga batas
pergaulan. Berhati lembut. Mereka baru mendapatkan informasi
bahwa Hoolian bekerja di toko swalayan di daerah itu. Apakah
terlalu jauh jika berpikir ia berhasil masuk ke apartemen Christine
untuk mengantar sesuatu atau apalah, menceritakan tentang
ketidakbersalahan dirinya"
"Nyonya Rogers, kami akan berusaha semampu kami untuk
menangkap orang yang melakukan ini pada anak Anda," ujar
Francis. "Baik," ujar si ibu, mematikan puntung rokok di ambang jendela.
"Sekarang bisa Anda katakan apa yang mesti saya lakukan di sisa
hidup saya?" 23 HOOLIAN SEDANG menunggu di depan Met Foods ketika Angel
tiba untuk membuka gerbang.
"Dasar binatang, kau, companero." Manajer itu tersenyum kagum
seraya merogoh saku. "Aku mesti hati- hati, nih."
Insan Tanpa Wajah 3 Pendekar Naga Putih 39 Putera Harimau Pembunuhan Di Malam Natal 3

Cari Blog Ini