Ceritasilat Novel Online

Titik Muslihat 4

Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown Bagian 4


yang terjadi sekarang ... tubuhnya pelan-pelan tenggelam di antara dinding es
yang membentuk lubang sedalam dua ratus kaki. Berbagai kenangan melintas di
depan matanya. Saat -saat di masa kanak-kanaknya. Kariernya. Dia bertanya-tanya
apakah akan ada orang yang akan menemukannya di bawah sini. Atau dia hanya akan
tenggelam ke dasar dan membeku di sana ... terkubur di bawah es selamanya.
Paru-paru Ming berteriak meminta oksigen. Dia berusaha menahan napasnya dan
masih mencoba menendang-nendang untuk menuju ke atas permukaan air. Bernapaslah!
Dia melawan gerak refleksnya untuk bernapas, dan mengatupkan mulutnya keraskeras. Bernapaslah! Dia terus mencoba bere nang ke atas walau gagal.
Bernapaslah! Pada saat itu, dalam pertempuran antara gerak refleks manusia
melawan pikiran sadarnya, naluri Ming untuk bernapas mengalahkan kemam puannya
untuk terus menutup mulutnya.
Wailee Ming akhirnya menarik napas.
Air yang menyerbu masuk ke dalam paru-parunya terasa seperti minyak panas yang
menyentuh lapisan paru-parunya yang peka. Ming merasa seperti terbakar dari
dalam ke luar. Kejamnya, air tidak langsung membunuhnya. Ming menghabiskan tujuh
detik yang menyeramkan ketika dia terus menelan air es itu. Setiap tarikan napas
menjadi lebih menyakitkan daripada yang sebelumnya, dan sama sekali tidak
memberikan apa yang dibutuhkan tubuhnya.
Akhirnya, ketika merosot ke dalam kegelapan yang dingin, Ming merasa dirinya
mulai kehilangan kesadarannya. Dia menyambut pembebasan itu. Di dalam air, Ming
melihat titik-titik cahaya yang bersinar di sekitarnya. Itu adalah hal terindah
yang pernah dilihatnya. 37 EAST APPOINTMENT Gate di Gedung Putih terletak di East Executive Avenue di
antara Departemen Keuangan dan East Lawn. Pagar yang kuat dan pos penjagaan dari
semen yang dipasang setelah kejadian penyerangan pada barak marinir di Beirut
memberikan kesan yang tidak ramah pada tempat ini.
Di luar gerbang itu, Gabrielle Ashe melihat jam tangannya, dan kecemasannya
semakin meningkat. Saat itu pukul 4:30 sore, dan masih belum ada yang
menghubunginya. , east appointment gate, 4.30 sore, datang sendirian.
Aku sudah di sini, pikirnya. Di mana kau"
Gabrielle meneliti wajah -wajah para turis yang berlalulalang sambil berharap
ada seseorang yang menangkap tatapannya. Beberapa lelaki melirik ke arahnya,
lalu berlalu. Gabrielle mulai bertanya-tanya apakah menemuinya informannya
adalah gagasan yang bagus. Dia merasakan mata seorang anggota Secret Service di
pos penjaga mulai mengawasinya sekarang. Gabrielle memutuskan bahwa informan nya
takut untuk menemuinya. Sambil menatap untuk terakhir kalinya melalui pagar
berat yang membatasi Gedung Putih, dia mendesah dan beranjak pergi. "Gabrielle
Ashe?" petugas Secret Service yang tadi memerhatikannya memanggil di
belakangnya. Gabrielle berputar, jantungnya langsung berdegup dengan keras. Ya"
Lelaki di dalam pos penjagaan itu melambai padanya. Lelaki itu ramping dan
wajahnya terlihat kaku layaknya penjaga. "Kawanmu siap bertemu denganmu
sekarang." Dia lalu membuka kunci pintu gerbang utama dan memberinya isyarat
untuk masuk. Kaki Gabrielle menolak untuk bergerak.
Penjaga itu mengangguk. "Aku disuruh meminta maaf karena relah membuatmu
menunggu." Gabrielle menatap pintu yang terbuka itu dan masih tetap tidak dapat
bergerak. Apa yang sedang terjadi" Ini sama sekali tidak seperti yang diduganya.
"Kau Gabrielle Ashe, bukan?" tanya penjaga itu. Sekarang dia tampak tidak sabar.
"Ya, Pak, tetapi - " "Kalau begitu, sebaiknya kauikuti aku." Kedua kaki Gabrielle
tersentak, lalu bergerak. Ketika dia melangkah ragu-ragu melewati ambang pintu,
pintu gerbang terbanting menutup di belakangnya.
38 DUA HARI tanpa sinar matahari telah mengacaukan jam biologis Michael Tolland.
Walau jam tangannya menyatakan saat itu sore hari, tubuhnya bersikeras bahwa
saat itu adalah tengah malam. Setelah memberikan sentuhan terakhir pada film
dokumenternya, Michael Tolland memindahkan seluruh file video itu ke piringan
disk video digital. Sekarang dia berjalan menyeberangi kubah yang gelap itu.
Ketika tiba di area pers yang terang benderang, dia segera memberikan piringan
disk itu pada teknisi NASA yang bertugas meninjau presentasi itu.
"Terima kasih, Mike," kata si teknisi sambil mengedipkan matanya ketika menerima
piringan video itu. "Kuharap Presiden menyukainya."
"Pasti. Ngomong-ngomong, pekerjaan-mu sudah selesai. Duduklah dan nikmati
pertunjukannya." "Terima kasih." Tolland berdiri di area pers yang terangbenderang itu dan
mengamati orang-orang NASA yang sedang beramah -tamah sambil bersulang dengan
bir kaleng buatan Kanada untuk merayakan meteorit itu. Walau Tolland ingin
merayakannya juga, dia merasa letih. Otaknya sudah begitu terkuras. Dia mencaricari Rachel Sexton, tetapi tam paknya Rachel masih berbicara dengan Presiden.
Presiden ingin menyiarkan Rachel, pikir Tolland. Dia tidak menyalahkan Presiden.
Rachel akan menjadi tambahan yang sempurna bagi para ilmuwan yang membicarakan
tentang meteorit di hadapan jutaan rakyat Amerika. Selain penampilannya yang
cantik, Rachel memancarkan sikap yang ramah dan rasa percaya diri yang jarang
terlihat dalam diri perempuan-perempuan yang dikenalnya. Lagi pula, umumnya
perempuan yang dikenal Tolland adalah mereka yang ada di televisi - perempuanperempuan berkuasa yang tidak memiliki perasaan atau wanita-wanita yang menawan
saat di kamera tapi tidak semenawan itu saat di luar kamera.
Tolland diam-diam menyelinap pergi dari kerumunan pegawai NASA yang sedang sibuk
itu. Dia lalu berjalan menyeberangi kubah sambil bertanya-tanya ke mana para
ilmuwan sipil lainnya meng-hilang. Jika mereka merasa seletih dirinya, pastilah
mereka berada ada di 'kamar tidur' untuk tidur sebentar sebelum acara besar itu
dimulai. Di hadapannya, di kejauhan, Tolland dapat melihat lingkaran
kerucutkerucut SHABA yang mengelilingi sumur penarikan meteorit yang sekarang
sudah ditinggalkan. Kubah kosong di atasnya seolah bergema dengan suara-suara
hampa dari kenangan lama. Tolland mencoba mengusirnya.
Lupakan hantu-hantu itu, katanya pada diri sendiri. Hantuhantu itu sering
mengganggunya pada saat -saat seperti ini, ketika dia letih atau sendirian,
ketika mengalami kemenangan pribadi atau perayaan. Dia seharusnya bersamamu
sekarang, suara itu berbisik. Sendirian di dalam kegelapan, Tolland merasa
dirinya berputar memasuki masa lampau.
Celia Birch sudah menjadi kekasihnya sejak masa kuliah. Pada suatu malam di hari
Valentine, Tolland mengajaknya ke restoran kesukaan kekasihnya itu. Ketika
pelayan membawakan makanan penutup bagi Celia, ternyata yang dibawakannya adalah
setangkai mawar dan sebentuk cincin berlian. Celia langsung mengerti. Dengan air
mata di matanya, dia mengucapkan satu kata yang membuat Michael Tolland begitu
bahagia. "Ya." Penuh harapan, mereka membeli sebuah rumah kecil di dekat Pasadena, kota tempat
Celia mendapat pekerjaan sebagai guru ilmu pasti. Walau gajinya tidak terlalu
besar, itu merupakan awal yang baik. Letak rumah mereka juga dekat dengan
Scripp's Institute of Oceanography di San Diego, tempat Tolland mewujudkan
impiannya: bekerja di kapal penelitian geologi. Pekerjaan Tolland menuntutnya
untuk terkadang pergi selama tiga atau empat hari dalam seminggu, tetapi
pertemuannya kembali dengan Celia selalu menjadi reuni yang menggairahkan dan
menyenangkan. Ketika berada di laut, Tolland mulai membuat rekaman video dari beberapa
petualangannya untuk Celia dan membuatkannya film dokumenter mini tentang
pekerjaannya di atas kapal. Setelah menyelesaikan sebuah ekspedisi, dia pulang
dengan membawa sebuah kaset video dengan hasil yang agak buram yang direkamnya
dari sebuah jendela kapal selam. Ini adalah rekaman pertama yang pernah dibuat
tentang ikan chemotropic cuttlefish yang aneh, yang bahkan keberadaannya pun
belum pernah diketahui orang sebelumnya. Di depan kamera, ketika membuat narasi
dalam videonya, Tolland menceritakan kejadian itu dengan antusiasme yang
menggebu-gebu. Ada ribuan jenis makhluk yang belum ditemukan yang hidup di kedalaman seperti
ini, ujarnya dengan bersemangat. Kami bahkan baru menyentuh permukaannya!
Padahal ada banyak misteri yang tidak terbayangkan di bawah sini!
Celia sangat gembira ketika mendengarkan penjelasan ilmiah ringkas yang dibuat
suaminya dengan semangat yang meluap-luap itu. Kemudian Celia memperlihatkan
rekaman itu di kelas ilmu pastinya, dan ternyata rekaman itu menjadi sangat
menggemparkan. Guru-guru lainnya ingin meminjamnya. Para orang tua ingin membuat
salinan rekamannya. Tampaknya semua orang menanti-nanti rekaman Michael Tolland
berikutnya dengan penuh semangat. Tiba-tiba Celia memiliki ide cemerlang. Dia
menelepon seorang teman kuliahnya yang bekerja di NBC dan mengirimkan rekaman
video itu. Dua bulan kemudian, Michael Tolland menemui Celia dan mengajaknya jalan-jalan di
pantai Kingman. Pantai itu adalah tempat khusus mereka, tempat mereka selalu
berjalan-jalan sambil berbagi harapan dan impian.
"Ada yang ingin kukatakan padamu," kata Tolland.
Celia berhenti melangkah, lalu memegang tangan suaminya ketika ombak memukulmukul kaki mereka. "Apa itu?"
Tolland bercerita dengan bersemangat. "Minggu lalu aku mendapat telepon dari
NBC. Mereka berpikir, aku harus membawakan acara serial dokumentasi kelautan.
Itu taw aran yang sempurna. Mereka ingin mencoba tayangan perdananya tahun
depan! Sulit dipercaya, kan?"
Celia menciumnya dan kemudian memandangnya dengan wajah berseri-seri. "Aku
percaya padamu. Kau akan jadi hebat."
Enam bulan kemudian, Celia dan Tolland sedang berlayar di dekat Catalina ketika
Celia mulai mengeluhkan rasa sakit di bagian dalam tubuhnya. Mereka
mengabaikannya selama beberapa minggu, tetapi akhirnya rasa sakit itu menjadi
tak tertahankan lagi. Kemudian, Celia pergi memeriksakan masalah itu ke dokter.
Dalam sekejap, impian Tolland yang indah hancur berkeping-keping menjadi mimpi
yang sangat buruk. Celia dinyatakan sakit. Sangat sakit.
"Kanker sel darah putih stadium tinggi," dokter itu menjelaskan. "Jarang menimpa
orang seusianya, walau ada juga yang terkena." Celia dan Tolland menemui
berbagai klinik dan rumah sakit untuk berkonsultasi dengan para ahli hingga tak
terhitung jumlahnya. Jawaban mereka selalu sama. Tidak dapat disembuhkan.
Aku tidak akan menerima itu! Tolland langsung berhenti dari pekerjaannya di
Scripp's Institute, melupakan segalanya tentang film dokumenter NBC, dan
memusatkan energi dan cintanya untuk memulihkan Celia. Celia juga berusaha keras
untuk sembuh dan menahan rasa sakit dengan ketabahan yang membuat Tolland
semakin mencintainya. Tolland membawanya berjalan-jalan di sepanjang Pantai
Kingman, memasakkan makanan sehat untuknya, dan menceritakan hal-hal yang akan
mereka lakukan begitu Celia menjadi lebih baik.
Tetapi Celia tidak menjadi lebih baik.
Hanya dalam waktu enam bulan, Tolland sudah duduk di samping istrinya yang
sekarat di sebuah kamar rumah sakit yang sederhana. Dia sudah tidak dapat
mengenali wajah istrinya lagi. Kebuasan sel kanker sebanding dengan kebrutalan
kemoterapi. Celia sekarang tampak kurus kering seperti tengkorak. Jam-jam
terakhirnya adalah saat yang terberat bagi Tolland.
"Michael," kata Celia, suaranya terdengar serak. "Saatnya membiarkan aku pergi."
"Aku tidak bisa," sahut Tolland dengan mata basah.
"Kau seorang pejuang," kata Celia. "Kau harus menjadi seorang penjuang.
Berjanjilah padaku, kau akan mencari cinta yang lain."
"Aku tidak akan menginginkan yang lain," kata Tolland bersungguh-sungguh.
"Kau harus belajar."
Celia meninggal dunia pada Minggu pagi yang begitu cerah di bulan Juni. Michael
Tolland merasa seperti sebuah perahu yang tercabut dari tambatannya lalu
terlempar dan terombang ambing di tengah laut yang mengamuk. Kompasnya terhempas
pecah. Selama berminggu-minggu Tolland kehilangan kendali. Teman-temannya
mencoba menolong, tetapi harga dirinya tidak mau menerima rasa kasihan mereka.
Kau punya pilihan, akhirnya dia sadar. Bekerja atau mati.
Dengan menguatkan tekadnya, Tolland mulai kembali menekuni acara Amazing Sea.
Acara itu dapat dibilang cukup menyelamatkan hidupnya. Empat tahun berikutnya,
acara yang dibintangi Tolland itu menjadi sangat terkenal. Walau teman-temannya
berusaha mencarikan teman hidup baginya, Tolland hanya dapat menikmati separuh
dari kencan-kencan yang diatur teman-temannya itu. Semua kencannya itu berakhir
dengan kekacauan atau ketidak-puasan yang dirasakan kedua belah pihak. Tolland
akhirnya menyerah dan menyalahkan jadwal bepergiannya yang padat sebagai
penyebab dari kesulitannya untuk bergaul. Sahabat karibnya tahu, sebenarnya
Michael Tolland hanya belum siap untuk memulai lagi.
Lubang penarikan meteorit itu tampak di depannya dan mengalihkan perhatiannya
dari lamunan yang menyakitkan itu. Dia mengusir kenangan yang tidak menyenangkan
itu dan mendekati lubang terbuka tersebut. Di dalam ruangan berkubah yang gelap,
air yang mencair di dalam lubang itu berubah menjadi sangat indah, seperti dalam
mimpi. Permukaan kolam itu berkilauan seperti danau di bawah sinar bulan. Mata
Tolland tertarik pada titik-titik cahaya di atas permukaan air, seolah seseorang
telah menyebarkan percikan cahaya berwarna hijau dan biru di atas permukaannya.
Dia menatap lama pada kilauan itu.
Ada sesuatu yang aneh di sana.
Pada tatapan pertama, Tolland mengira kilauan air itu hanyalah pantulan dari
sinar lampu-lampu sorot dari ruangan di seberang sana. Namun sekarang dia tahu
penyebabnya sama sekali bukan itu. Kilatan itu berwarna kehijauan dan sepertinya
berdenyut dengan teratur, seolah permukaan air itu hidup dan mengeluarkan
cahayanya dari bawah. Dengan ragu, Tolland melangkah melewati kerucut-kerucut tersebut untuk dapat
melihat dengan lebih jelas.
Di seberang habisphere, Rachel Sexton keluar dari kotak PSC dan melangkah
memasuki kegelapan. Dia berhenti sejenak dan menjadi agak bingung karena ruangan
menjadi remang-remang di sekitarnya. Habisphere itu kini menjadi seperti gua.
Hanya diterangi sinar hasil pantulan secara kebetulan dari lampu-lampu sorot
media yang dipasang di dinding utara. Merasa agak takut dengan kegelapan di
sekitarnya, Rachel secara naluriah bergerak menuju ke area pers yang terang.
Rachel merasa senang dengan hasil pengarahan singkatnya kepada staf Gedung
Putih. Begitu merasa terbebas dari pengaruh Presiden, Rachel dengan lancar
menyampaikan apa yang diketahuinya tentang meteorit itu. Ketika dia berbicara,
dia melihat perubahan kesan dari wajah para staf Presiden, dari sangat terkejut
menjadi percaya dan penuh harap, dan akhirnya menerima kenyataan itu dengan
terpesona. "Kehidupan di ruang angkasa?" Rachel mendengar salah seorang dari mereka
berseru. "Kautahu apa itu artinya?"
"Ya," seseorang yang lainnya menjawab. "Artinya, kita akan memenangkan pemilihan
ini." Ketika Rachel mendekati area pers yang mengesankan itu, dia membayangkan
pengumuman yang akan segera digelar di sana. Dia bertanya-tanya apakah ayahnya
benar-benar pantas dilindas oleh serangan Presiden yang akan menghancurkan
kampanyenya dalam satu kali pukulan ini.
Jawabannya, tentu saja, ya.
Setiap kali Rachel Sexton merasa iba kepada ayahnya, yang harus dia lakukan
adalah mengingat ibunya. Katherine Sexton. Luka dan aib yang telah dibawa
Sedgewick Sexton pada ibunya sungguh tercela ... pulang terlambat setiap malam,
terlihat puas, dan wangi parfum wanita tercium dari tubuhnya. Ayahnya selalu
bersembunyi di balik kepatuhan pura-puranya pada agama dan selama itu dia terus
berbohong dan berkhianat. Dia tahu Katherine tidak akan pernah meninggalkannya.
Ya, Rachel memutuskan. Senator Sexton sebentar lagi akan mendapatkan apa yang
layak didapatkannya. Kerumunan di area pers sedang bergembira. Semua orang memegang kaleng bir.
Rachel bergerak di antara kerumunan itu dan merasa seperti orang asing. Rachel
bertanya-tanya ke mana Michael Tolland menghilang. Corky Marlinson muncul di
sampingnya. "Kau mencari Mike?" Rachel terkejut. "Well... tidak juga ...."
Corky menggelengkan kepalanya dengan sebal. "Aku sudah bisa menebaknya. Mike
baru saja pergi. Kurasa dia hanya pergi untuk memejamkan mata sebentar." Corky
menyipitkan matanya ketika menatap sisi lain dari kubah yang berada dalam
keremangan itu. "Tapi kelihatannya kau masih bisa menyusulnya." Dia tersenyum
kepada Rachel dan menun juk. "Mike sering terhanyut setiap kali dia melihat
air." Rachel mengikuti arah jari Corky yang sedang menunjuk ke arah tengah kubah. Di
sana Rachel dapat melihat bayangan Michael Tolland yang sedang berdiri dan
melihat ke air di bawahnya di dalam lubang penarikan.
"Apa yang dilakukannya?" tanya Rachel. "Di situ agak berbahaya."
Corky tersenyum. "Mungkin pipis. Ayo kita dorong dia." Rachel dan Corky
menyeberangi kegelapan kubah dan berjalan menuju ke arah lubang penarikan.
Ketika mereka semakin mendekati Michael Tolland, Corky berseru.
"Hei, Manusia laut! Kau lupa bawa celana renangmu?"
Tolland berpaling. Walau dalam keremangan, Rachel dapat melihat raut wajah
Tolland yang tidak seperti biasanya. Dia tampak muram. Wajahnya tertimpa cahaya,
seolah diterangi dari bawah.
"Semuanya baik-baik saja, Mike?" tanya Rachel.


Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak juga," sahut Tolland sambil menunjuk air di bawahnya.
Corky melangkah melewati kerucut-kerucut SHABA dan bergabung dengan Tolland di
tepi lubang. Suasana hati Corky yang jenaka seketika berubah menjadi serius
ketika melihat air di bawahnya. Rachel bergabung dengan mereka, melangkah
melewati kerucut-kerucut itu, dan menuju tepi lubang. Ketika dia melongok ke
dalam lubang, dia terkejut ketika melihat sinar biru kehijauan yang berkilauan
di permukaan air seperti partikel-partikel debu neon yang mengambang di air.
Mereka tampak seperti titik-titik berwarna hijau yang berdenyutdenyut. Efek yang
dihasilkannya sungguh indah.
Tolland memungut serpihan es di lantai dan melemparkannya ke dalam air.
Akibatnya air tersebut memendarkan sinar berkilauan dengan percikan berwarna
hijau ketika es itu memukul permukaan air.
"Mike," kata Corky dengan nada tidak tenang, "tolong katakan padaku, kautahu apa
itu." Tolland mengerutkan keningnya. "Aku pasti tahu apa itu. Pertanyaanku
adalah, apa yang mereka lakukan di sini?"
39 "KITA MENEMUKAN flagelata," kata Tolland sambil menatap air yang bercahaya di
bawahnya itu. "Bohong!" seru Corky. "Yang benar saja."
Rachel merasa Michael Tolland tidak sedang ingin bercanda pada saat ini.
"Aku tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi," kata Tolland, "tetapi air ini
berisi bioluminescent dinoflagellate."
"Bioluminescent apa?" tanya Rachel bingung. Coba gunakan bahasa yang sederhana
saja. "Plankton bersel tunggal yang mampu mengoksidasi katalis bercahaya yang disebut
luceferin." Itu yang kau anggap sebagai bahasa yang sederhana"
Tolland menghela napas dan berpaling pada temannya. "Corky, apakah ada
kemungkinan meteorit yang tadi kita tarik itu mengandung organisme hidup di
dalamnya?" Tawa Corky meledak. "Mike, seriuslah!" "Aku serius."
"Tidak mungkin, Mike! Percayalah padaku, jika NASA memiliki prasangka sedikit
saja bahwa ada organisme hidup dari angkasa luar pada batu itu, kau boleh yakin
mereka tidak akan mengangkatnya ke udara terbuka seperti sekarang."
Tolland tampak hanya sedikit teryakinkan. Kelegaannya tampaknya diliputi sebuah
misteri yang lebih dalam. "Aku tidak dapat meyakininya tanpa melihatnya dengan
mikroskopku," kata Tolland, "tetapi bagiku itu seperti plankton bercahaya dari
filum Pyrrophyta. Nama itu artinya tanaman api. Samudra Arktika penuh dengan
jenis plankton itu."
Corky mengangkat bahunya. "Lalu mengapa kau tadi menanyakan apakah organisme itu
berasal dari ruang angkasa?"
"Karena," sahut Tolland, "meteorit itu terkubur di bawah es beku - air segar yang
berasal dari salju. Air di dalam lubang itu merupakan hasil pencairan es yang
sebelumnya telah membeku selama tiga abad. Bagaimana mungkin makhluk laut bisa
masuk ke situ?" Rachel berdiri di tepi lubang dan berusaha mencerna apa yang dilihatnya.
Plankton bercahaya di dalam lubang tempat penarikan meteorit. Apa itu artinya"
"Pasti ada retakan di suatu tempat di bawah sana," kata Tolland. "Hanya itu
satu-satunya penjelasan. Plankton-plankton itu pasti telah masuk ke dalam lubang
ini melalui retakan pada dinding es yang memungkinkan air laut meresap ke
dalam." Rachel tidak mengerti. "Meresap ke dalam" Dari mana?" Dia ingat pada perjalanan
panjangnya menumpangi IceRover dari tempat pendaratannya tadi. "Pantai jaraknya
dua mil dari sini. Baik Corky maupun Tolland menatap Rachel dengan tatapan aneh. "Sesungguhnya,"
kata Corky, "samudra itu berada tepat di bawah kita. Lempengan es yang kita
injak ini mengambang di atas air laut."
Rachel menatap dua lelaki itu dan merasa sangat heran. "Mengambang" Tetapi ...
kita berada di atas sebuah dataran es."
"Ya.' Kita memang berada di atas dataran es," kata Tolland, "tetapi kita tidak
berada di atas daratan yang terdiri dari tanah. Dataran es kadang-kadang
mengambang lepas dari benua dan menyebar di samudra. Karena es lebih ringan dari
pada air, dataran es terus mengambang di samudra seperti rakit besar. Inilah
yang dimaksud dengan ice shelf ... bagian yang mengambang dari sebuah dataran
es." Tolland berhenti sebentar. "Saat ini kita berada di laut, kira-kira satu
mil jaraknya dari garis pantai.
Rachel sangat terkejut. Ketika dia membayangkan sekelilingnya, dia menjadi takut
karena memikirkan sedang berdiri di atas Samudra Arktika.
Tolland tampaknya merasakan kecemasan Rachel. Dia lalu menghentakkan kakinya di
atas es untuk meyakinkan Rachel. "Jangan khawatir. Es ini tebalnya tiga ratus
kaki, dengan dua ratus kaki mengambang di dalam air seperti es batu di dalam
segelas air. Hal itu membuat lempengan es ini menjadi stabil. Kau bahkan dapat
membangun sebuah pencakar langit di atas-nya.
Rachel mengangguk lesu, tetapi tidak sepenuhnya yakin. Ketika perasaan was-was
itu hilang, dia sekarang memahami teori Tolland mengenai asal plankton-plankton
itu. Dia berpikir ada retakan yang terus menurun menembus samudra, sehingga
memungkinkan plankton -plankton menyusup ke atas ke dalam lubang itu. Itu
mungkin saja, pikir Rachel, namun hal ini melibatkan sebuah paradoks yang
mengganggunya. Norah Mangor telah memastikan kemurnian dataran es ini. Dia telah
mengebor sedemikian banyak lubang untuk menguji inti lempengan es ini dan memast
ikan kepadatannya. Rachel menatap Tolland. "Kupikir kesempurnaan dataran es ini menjadi dasar dari
seluruh catatan mengenai tingkatan usianya. Bukankah Dr. Mangor tadi mengatakan
bahwa dataran es ini tidak memiliki retakan ataupun celah?"
Corky mengerutkan keningnya. "Tampaknya ratu es itu tidak mengujinya dengan
baik." Jangan keras-keras, kata Rachel dalam hati, atau punggungmu akan ditusuk pedang
es olehnya. Tolland mengusap dagunya ketika dia menatap makhlukmakhluk yang memendarkan
cahaya fosfor itu. "Benar-benar tidak ada penjelasan lain. Pasti ada retakan di
sini. Berat dataran es di atas samudra ini pasti telah menekan air laut yang
kaya akan plankton sehingga memasuki lubang penarikan."
Benar-benar satu retakan yang dalam, pikir Rachel. Jika es di sini tebalnya tiga
ratus kaki dan lubang itu dalamnya dua ratus kaki, maka retakan yang masih
berupa dugaan ini panjangnya harus lebih dari seratus kaki melalui es yang
padat. Padahal pengujian inti lempengan es yang dilakukan Norah Mangor
membuktikan tidak ada retakan.
"Tolong aku," kata Tolland kepada Corky. "Cari Norah. Mari kita berdoa semoga
dia tahu sesuatu tentang dataran es ini yang tidak ia beri tahukan pada kita.
Dan cari Ming juga, mungkin dia dapat menjelaskan kepada kita tentang hewan
berkilauan ini. Corky beranjak pergi. "Cepatlah," seru Tolland di belakangnya sambil melirik lagi ke lubang itu.
"Kurasa cahaya dari plankton ini mulai memudar."
Rachel melihat lubang itu. Terlihat jelas bahwa warna hijau dari makhluk-makhluk
itu sudah tidak terlalu cemerlang lagi.
Tolland menanggalkan mantelnya dan berbaring di atas es di dekat lubang itu.
Rachel menatapnya dengan bingung. "Mike?"
"Aku ingin tahu apakah air laut benar-benar masuk ke sini."
"Dengan cara berbaring di atas es tanpa mantel?"
"Ya." Tolland merayap di atas perutnya dan menuju ke tepi lubang. Dengan
memegangi satu lengan mantelnya, dia membiarkan lengan mantel yang lainnya
menjulur ke bawah lubang itu hingga bagian pergelangan tangan mantel tersebut
menyentuh air. "Ini adalah pengujian salinitas air yang sangat akurat yang
digunakan para ahli kelautan kelas dunia. Disebut 'menjilat jaket basah'."
Di luar, Delta-One berjuang menggerakkan alat pengendalinya dan berusaha untuk
membuat microbot yang rusak itu tetap terbang di atas sekelompok orang yang
sekarang berkumpul di sekitar lubang penarikan. Dari suara percakapan di bawah
sana, dia tahu hal ini telah terungkap dengan cepat. "Hubungi pengendali,"
katanya. "Kita punya masalah serius."
40 GABRIELLE ASHE pernah mengikuti tur ke Gedung Putih berkali-kali saat masih
remaja. Ketika itu, dia diam -diam bermimpi kalau suatu hari kelak dia dapat
bekerja di dalam rumah kepresidenan itu dan menjadi bagian dari kelompok elite
yang merencanakan masa depan bangsanya. Namun, pada saat ini, dia merasa lebih
senang bila berada di tempat lain.
Ketika petugas Secret Service dari East Gate itu membawa Gabrielle masuk ke
ruang depan dengan dekorasi yang rumit, dia bertanya-tanya apa yang sedang ingin
dibuktikan oleh informan yang tidak diketahui namanya itu. Mengundang Gabrielle
ke Gedung Putih adalah tindakan yang gila. Bagaimana jika aku terlihat"
Gabrielle sudah cukup sering terlihat akhir-akhir ini di media sebagai tangan
kanan Senator Sexton. Pasti ada sese orang yang mengenalinya di sini.
"Ms. Ashe?" Gabrielle mendongak. Wajah seorang penjaga yang terlihat ramah di ruang depan
itu tersenyum menyambutnya. "Mohon lihat ke sana." Dia menunjuk.
Gabrielle melihat ke arah yang ditunjuknya dan menjadi silau karena lampu
jepretan kamera. "Terima kasih, Bu." Prajurit itu mengantarnya ke sebuah meja dan menyerahkan
sebuah pena padanya. "Harap mengisi buku tamu." Lalu lelaki itu menyodorkan
sebuah buku bersampul kulit yang berat ke depan Gabrielle.
Gabrielle melihat buku catatan itu. Halaman buku di depannya masih kosong. Dia
pernah mendengar semua pengunjung Gedung Putih menandatangani halaman kosong
untuk merahasiakan kunjungan mereka dari orang lain. Dia kemudian menandatanganinya. Susah sekali untuk sebuah pertemuan rahasia.
Gabrielle berjalan melalui sebuah gerbang pendeteksi metal, dan kemudian
punggungnya ditepuk sekilas oleh penjaga itu.
Penjaga itu tersenyum. "Selamat menikmati kunjungan Anda, Ms. Ashe."
Gabrielle mengikuti petugas Secret Service yang menyambutnya di gerbang depan
tadi dan menelusuri sebuah koridor berlantai keramik sejauh lima puluh kaki
menuju ke meja keamanan berikutnya. Di sini, penjaga yang lain mengeluarkan
tanda masuk tamu yang baru saja keluar dari sebuah mesin laminating. Dia lalu
melubanginya, memasang seutas tali, dan mengalungkannya di leher Gabrielle.
Plastik itu masih terasa hangat. Foto di kartu pengenal itu adalah foto yang
diambil lima belas detik yang lalu di ujung koridor.
Gabrielle terkesan. Siapa bilang pemerintah tidak efisien"
Mereka melanjutkan perjalanan. Petugas Secret Service itu mengantarnya masuk
lebih dalam lagi ke Gedung Putih. Gabrielle merasa semakin tidak tenang setiap
kali kakinya melangkah. Siapa pun pengundang misterius ini, dia sepertinya tidak
mau repot-repot menjaga kerahasiaan pertemuan ini. Sejauh ini, Gabrielle telah
diberi izin masuk resmi, telah menandatangani buku tamu, dan sekarang dituntun
menuju lantai pertama Gedung Putih ke tempat di mana kelompok tur bagi umum
sedang berkumpul. "Dan ini adalah China Room," seorang pemandu mengatakan kepada sekelompok
wisatawan itu, "tempat Nancy Reagan menyimpan porselen dengan pinggiran berwarna
merah yang satu setnya seharga 952 dolar sehingga memicu perdebatan mengenai
pemborosan pada 1981."
Petugas Secret Service itu membawa Gabrielle melewati sekelompok wisatawan
tersebut dan berjalan ke arah tangga pualam besar. Di sana ada kelompok
wisatawan lain yang sedang menaiki tangga tersebut. "Anda sekalian akan memasuki
East Room yang berukuran 3.200 kaki persegi," cerita pemandu itu, "tempat
Abigail Adams pernah menggantung pakaian John Adams yang baru dicuci. Kemudian
kita akan melewati Red Room di mana Ibu Negara Dolley Madison menjamu para
pemimpin negara bagian dengan minuman keras sebelum James Madison bernegosiasi
dengan mereka." Para wisatawan tertawa. Gabrielle kembali melewati sekelompok turis itu dan tangga serta serangkaian
tali dan barikade untuk memasuki bagian yang lebih pribadi dari gedung itu.
Kemudian mereka memasuki sebuah ruangan yang hanya pernah dilihat Gabrielle
dalam buku atau di televisi. Tiba-tiba napasnya menjadi sesak.
Tuhanku, ini Map Room! Tidak ada tur wisata yang boleh masuk hingga ke sini. Dinding ruangan itu dapat
dibuka lapis demi lapis untuk memperlihatkan peta dunia. Di sinilah Roosevelt
merencanakan strategi Perang Dunia II. Celakanya, di ruangan ini juga Clinton
mengaku berselingkuh dengan Monica Lewinsky. Gabrieile mengusir pikiran itu.
Tapi yang paling penting adalah ruangan itu merupakan jalan menuju ke Sayap
Barat - kawasan di Gedung Putih di mana para penguasa yang sesungguhnya bekerja.
Ini adalah tempat terakhir dalam pikiran Gabrieile Ashe yang akan dikunjunginya.
Selama ini dia membayangkan email-email yang diterimanya berasal dari seorang
anak magang atau sekretaris yang bekerja di dalam salah satu ruang kantor yang
lebih sederhana. Ternyata tidak.
Aku akan masuk ke Sayap Barat....
Petugas Secret Service kemudian membawanya ke bagian paling ujung dari sebuah
koridor berlapis permadani, dan berhenti di depan sebuah pintu tanpa nama.
Lelaki itu mengetuk pintu tersebut. Jantung Gabrieile berdegup dengan kencang.
"Tidak dikunci," seseorang terdengar berseru dari dalam. Lelaki itu membuka
pintu dan memberi isyarat kepada Gabrieile untuk masuk.
Gabrieile melangkah masuk. Tirai ruangan itu ditutup, sehingga ruangan tersebut
menjadi remang-remang. Dia dapat melihat sosok samar-samar yang duduk di
belakang meja di balik kegelapan.
"Ms. Ashe?" Suara itu datang dari balik asap rokok. "Selamat datang."
Ketika mata Gabrieile sudah terbiasa dengan kegelapan, dia mulai dapat melihat
seraut wajah yang sudah dikenalnya, dan otot-ototnya menjadi tegang karena
terkejut. INI -kah orang yang selama ini mengirimkan email untukku"
"Terima kasih kau mau datang," Marjorie Tench berkata, suaranya terdengar
dingin. "Ms. ... Tench?" Gabrielle tergagap. Tiba-tiba dia tidak bisa bernapas.
"Panggil aku Marjorie." Perempuan mengerikan itu berdiri sambil mengembuskan
asap rokok dari hidungnya sehingga terlihat seperti seekor naga. "Kau dan aku
akan menjadi sahabat karib."
41 NORAH MANGOR berdiri di tepi lubang penarikan di sebelah Tolland, Rachel, dan
Corky, dan menatap lubang meteorit yang gelap gulita itu. "Mike," katanya, "kau
memang manis, tetapi kau gila. Tidak ada sinar dari plankton bercahaya di sini."
Tolland berharap dia merekamnya dalam video tadi ketika Corky pergi mencari
Norah dan Ming karena plankton bercahaya tersebut mulai memudar dengan cepat.
Dalam beberapa menit saja, semua kedipan cahaya itu berhenti.
Tolland melemparkan serpihan es lagi ke dalam air, tetapi tidak ada yang
terjadi. Tidak ada percikan air berwarna hijau seperti tadi.
"Ke mana mereka pergi?" tanya Corky.
Tolland memiliki gagasan yang cukup bagus. Cahaya yang dikeluarkan tubuh hewan
itu, yang merupakan mekanisme pertahanan diri paling primitif yang dimilikinya,
merupakan respon alamiah yang dimiliki para plankton yang sedang tertekan.
Plankton-plankton itu merasa akan dimakan organisme yang lebih besar sehingga
mereka mulai mengeluarkan sinarnya dengan tujuan untuk menarik perhatian
pemangsa yang lebih besar lagi agar mengusir pemangsa yan g ingin memakannya.
Dalam hal ini, plankton-plankton yang menyusup masuk ke lubang ini tiba-tiba
menyadari dirinya telah berada di lingkungan air tawar dan kemudian dengan panik
mengeluarkan sinar ketika air tawar ini pelan -pelan membunuh mereka. "Aku pikir
mereka sudah mati." "Mereka dibunuh," ejek Norah. "Kelinci Paskah berenang masuk ke sana dan memakan
mereka." Corky melotot ke arahnya. "Aku juga melihat cahaya itu, Norah."
"Sesudah atau sebelum kau minum obat?"
"Untuk apa kami berbohong tentang hal itu?" tanya Corky kesal.
"Lelaki biasa berbohong."
"Ya, kalau mereka baru tidur dengan perempuan lain, tetapi tidak kalau itu
berhubungan dengan plankton bercahaya."
Tolland mendesah. "Norah, kau pasti tahu plankton memang hidup di samudra di
bawah es." "Mike," sahut Norah dengan tatapan galak, "tolong jangan ajari aku tentang
pekerjaanku. Untuk dicatat, ada lebih dari dua ratus jenis ganggang bersel satu
yang hidup di bawah lapisan es di Arktika. Empat belas jenis nanoflagelata
autotropi, dua puluh flagelata heterotropi, empat puluh dinoflagelata
heterotropi, dan beberapa Metazoa, termasuk.Polychaeta, Amphipoda, Copepoda,
Euphausiacea, dan ikan. Ada pertanyaan?"
Tolland mengerutkan keningnya. "Jelas, kau mengenal hewan Arktika lebih baik
daripada aku, dan kau setuju ada makh luk hidup di bawah kita. Jadi, kenapa kau
ragu kami melihat plankton bercahaya tadi?"
"Karena, Mike, lubang ini tersegel. Di sini adalah lingkungan air tawar yang
tertutup. Tidak ada plankton yang mungkin masuk ke dalamnya!"


Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku merasakan adanya garam di dalam air itu," Tolland berkeras. "Sangat samar,
tetapi ada. Air laut telah masuk ke dalam sini, entah bagaimana caranya."
"Baik," kata Norah dengan sikap skeptis. "Kau merasakan adanya garam. Kau
menjilat lengan mantel bulu usangmu yang penuh keringat itu dan kau berpendapat
bahwa alat pemindai kepadatan PODS dan lima belas sampel inti yang kuambil
secara acak itu tidak akurat."
Tolland menyodorkan lengan mantelnya sebagai bukti.
"Aku tidak akan menjilat jaket jelekmu itu." Dia lalu melihat ke dalam lubang di
bawahnya. "Boleh aku bertanya, kenapa sekumpulan plankton seperti dalam dugaanmu
itu memutuskan untuk berenang masuk ke retakan di dalam es yang sekali lagi juga
merupakaan dugaanmu?"
"Panas mungkin?" sahut Tolland mencoba-coba. "Banyak hewan laut tertarik pada
energi panas. Ketika kita menarik meteorit itu, kita memanaskannya. Mungkin saja
planktonplankton itu secara naluriah tertarik ke arah lingkungan yang lebih
hangat di dalam terowongan itu pada saat dipanaskan."
Corky mengangguk. "Masuk akal juga."
"Masuk akal?" sergah Norah sambil memutar bola matanya. "Sebagai pemenang
penghargaan fisika dan ahli kelautan terkenal di dunia, kalian adalah sepasang
makhluk yang bodoh. Bahkan sekalipun ada retakan - yang dapat aku pastikan tidak
ada - air laut tidak mungkin masuk ke dalam lubang itu." Dia menatap kedua lelaki
itu dengan pandangan merendahkan.
"Tetapi, Norah ...," Corky mulai ingin berdebat.
"Bapak-bapak! Kita sedang berdiri di atas permukaan laut." Norah menghentakkan
kakinya di atas es. "Sadarlah! Lempengan es ini menjulang setinggi seratus kaki
dari permukaan laut. Kalian mungkin ingat tebing besar di ujung dataran es ini,
bukan" Kita lebih tinggi dari samudra. Jika ada retakan memasuki lubang ini, air
hanya akan mengalir keluar dari lubang ini, bukan ke dalamnya. Itu yang disebut
gravitasi." Tolland dan Corky saling menatap.
"Sialan," kata Corky, "aku tidak berpikir hingga ke sana." Norah kemudian
menunjuk ke arah lubang yang berisi air tersebut. "Kalian mungkin juga menyadari
kalau ketinggian permukaan air itu tidak berubah?"
Tolland merasa seperti orang idiot. Norah sangat benar. Jika ada retakan, air
akan mengalir ke luar, bukan ke dalam.
Tolland berdiri diam, lama, sambil bertanya-tanya apa yang harus dilakukan
setelah ini. "Baik," kata Tolland akhirnya sambil mendesah. "Tampaknya, teori tentang retakan
itu tidak masuk akal. Tetapi kami melihat plankton bercahaya di dalam air. Satusatunya kesimpulan adalah ini bukanlah lingkungan yang sama sekali tertutup. Aku
tahu, sebagian besar data penanggalan es yang kaubuat dibangun berdasarkan
perkiraan bahwa dataran es ini padat, tetapi - "
"Perkiraan?" Norah jelas menjadi semakin kesal. "Ingat, ini bukan hanya dataku,
Mike. NASA juga menemukan hal yang sama. Kami semua telah memastikan bahwa
dataran es ini padat. Tidak ada retakan sama sekali."
Tolland menatap ke seberang kubah ke arah kerumunan orang di sekitar area pers.
"Apa pun yang terjadi, sebaiknya kita harus memberi tahu administrator dan - "
"Omong kosong!" desis Norah. "Aku katakan kepadamu, matriks es ini murni. Aku
tidak mau data intiku dipertanyakan oleh seorang penjilat garam dan orang-orang
yang berhalusinasi." Lalu Norah berjalan dengan cepat ke arah area suplai dan
mulai mengumpulkan beberapa peralatan. "Aku akan mengambil sampel air yang
tepat, dan memperlihatkan pada kalian bahwa air ini tidak mengandung plankton
laut di dalamnya - hidup atau mati!"
RACHEL DAN yang lainnya menatap Norah yang sedang menggunakan pipet steril yang
diikatkan pada tali untuk mengambil sampel air dari kolam dari es yang mencair
itu. Setelah itu, Norah meletakkan beberapa tetes air itu ke atas peralatan yang
menyerupai teleskop miniatur. Dia melihat ke dalam melalui teropongnya, dan
mengarahkan alat tersebut ke cahaya yang berasal dari seberang kubah . Beberapa
detik kemudian dia berseru.
"Ya, am pun!" Norah menggoyang-goyangkan alat itu dan melihat kembali. "Sialan!
Ada yang salah dengan refractometer ini!"
"Air asin?" tanya Corky dengan senang.
Norah mengerutkan keningnya. "Sebagian. Di sini menunjukkan ada tiga persen air
asin yang tentunya sangat tidak mungkin. Dataran es ini merupakan salju padat.
Murni air tawar. Seharusnya tidak ada garamnya." Norah membawa sampel itu ke
dekat mikroskop dan memeriksanya. Dia lalu menggeram.
"Plankton?" "G. polyhedra," sahut Norah. Sekarang suaranya terdengar melunak. "Plankton itu
adalah jenis yang biasa dilihat para ahli glasiologi di dalam samudra di bawah
lapisan es." Dia menatap Tolland. "Sekarang mereka sudah mati. Jelas mereka
tidak dapat bertahan lama di dalam lingkungan yang hanya mengandung tiga persen
air asin." Mereka berempat sekarang berdiri diam di tepi lubang yang dalam tersebut.
Rachel bertanya-tanya akibat apa yang akan timbul dari paradoks ini terhadap
keseluruhan penemuan itu. Dilema yang timbul tampaknya kecil saja dibandingkan
dengan penemuan meteorit ini secara keseluruhan, namun, sebagai seorang analis
intelijen, Rachel sudah sering menyaksikan hancurnya kese luruhan teori akibat
kesulitan yang lebih kecil dari ini.
"Ada apa di sana?" Suara laki-laki yang berat terdengar di belakang mereka.
Semuanya menoleh. Sosok Administrator NASA yang seperti beruang itu muncul dari
kegelapan. "Ada sedikit hal yang membingungkan menyangkut air di dalam lubang ini," sahut
Tolland. "Kami sedang berusaha untuk menyelesaikannya."
"Data es Norah kacau," ujar Corky dengan nada gembira.
"Kau baik sekali, Corky," Norah mendesis.
Sang administrator mendekat, alis lebatnya berkerut. "Apa yang salah pada data
es itu?" Tolland mendesah ragu. "Kami melihat ada kandungan air asin sebanyak tiga persen
tercampur dalam air di lubang meteorit. Hal itu berlawanan dengan laporan
glasiologi yang menyatakan bahwa meteorit terkubur di dalam lempengan es yang
terdiri dari air tawar." Tolland berhenti sejenak. "Kami juga melihat kehadiran
plankton di sini." Ekstrom tampak hampir marah. "Itu jelas tidak mungkin. Tidak ada celah pada
dataran es ini. Pemindai PODS memastikan hal itu. Meteorit tersebut terkubur di
dalam 'es padat." Rachel tahu Ekstrom benar. Menurut pemindai kepadatan NASA, lapisan es ini
sepadat batu. Dataran es setebal ratusan kaki menyelimuti meteorit ini selama
tiga ratus tahun. Tidak ada retakan. Namun, ketika Rachel membayangkan bagaimana
pemindaian kepadatan dilakukan, sebuah pikiran aneh terlin tas dalam
benaknya .... "Lagi pula," tambah Ekstrom, "sampel inti lempengan yang diambil Dr. Mangor
telah memastikan kepadatan dataran es ini.
"Tepat!" seru Norah sambil melemparkan refraktometer ke atas meja. "Pembuktian
ganda. Tidak ada retakan pada es. Jadi, tidak ada yang dapat kita jelaskan
mengenai kandungan garam dan plankton tersebut."
"Sebenarnya,"kata Rachel. Keberanian dalam suara Rachel mengejutkan semua orang,
bahkan dirinya sendiri juga. "Ada kemungkinan lain." Ilham itu seperti muncul
dari ingatannya yang paling tidak terduga.
Semua orang menatapnya. Keraguan tampak jelas pada wajah mereka.
Rachel tersenyum. "Tampaknya keberadaan garam dan plankton itu sangat wajar."
Lalu Rachel menatap Tolland sambil tersenyum lemah. "Dan terus terang, Mike, aku
heran kau tidak sadar akan hal itu."
42 "PLANKTON MEMBEKU di dalam dataran es?" Suara Corky Marlinson terdengar sama
sekali tidak percaya dengan penjelasan Rachel. "Aku tidak ingin menghancurkan
teorimu, Rachel, tetapi biasanya jika makhluk hidup membeku, dia pasti akan
mati. Ingat serangga yang baru kita lihat tadi?"
"Tetapi," kata Tolland sambil memandang Rachel dengan tatapan kagum, "mungkin
Rachel ada benarnya juga. Ada banyak jenis makhluk hidup yang mati suri ketika
lingkungannya mengharuskannya begitu. Aku pernah membahas satu episode tentang
fenomena itu." Rachel mengangguk. "Kau pernah memperlihatkan ikan pike utara yang membeku di
danau tapi kemudian dapat bere nang kembali setelah danau mencair. Kau juga
mengatakan tentang mikroorganisme yang disebut 'beruang air' yang mengering di
gurun pasir, dan terus seperti itu selama beberapa dekade, kemudian dapat hidup
kembali setelah hujan turun."
Tolland tertawa terkekeh. "Jadi, kau betul-betul menonton acaraku?"
Rachel mengangkat bahunya dengan agak malu. "Apa maksudmu, Ms. Sexton?" tanya
Norah. "Maksudnya," sahut Tolland, "dan ini seharusnya kusadari lebih awal,
adalah salah satu jenis organisme yang kusebutkan dalam acaraku itu adalah
sejenis plankton yang membeku di puncak kutub es setiap musim salju, tidur
panjang di dalam es, dan kemudian berenang lagi setiap musim panas ketika puncak
es tersebut menipis." Tolland berhenti sejenak. "Aku jamin, jenis yang
kucontohkan dalam acaraku itu bukan lah plankton bercahaya yang tadi kita lihat,
tetapi mungkin saja hal yang sama bisa terjadi di sini."
"Plankton beku," lanjut Rachel dengan perasaan senang karena Michael Tolland
begitu antusias dengan gagasan yang diberikannya, "dapat menjelaskan semua yang
kita lihat tadi di sini. Karena satu alasan tertentu, di masa lalu, celah -celah
dapat saja terbuka di dataran es ini, dan segera terisi dengan air asin yang
mengandung plankton, lalu membeku lagi. Bagaimana jika ada kantung-kantung air
asin yang membeku di dataran es ini" Air asin beku yang berisi plankton beku"
Bayangkan, jika saat kau menaikkan meteorit yang dipanaskan itu melewati es,
meteorit tersebut melewati kantung air asin beku. Es air asin itu pasti mencair,
membebaskan plankton dari tidur panjang mereka, dan memberi kita campuran air
asin dalam persentase kecil pada air tawar itu."
"Ya, ampun!" seru Norah dengan rasa ngeri. "Tiba-tiba semua orang menjadi ahli
glasiologi!" Corky juga tampak ragu. "Tetapi PODS seharusnya dapat menemukan setiap kantung
air asin ketika memindai kepadatan di sini, bukan" Lagi pula, es air asin dan es
air tawar memiliki kepadatan yang berbeda."
"Hampir tidak berbeda," kata Rachel.
"Empat persen merupakan perbedaan yang berarti," tantang Norah.
"Ya, di dalam lab," sahut Rachel. "Tetapi PODS melakukan pengukuran itu dari
jarak 120 mil di ruang angkasa. Komputernya dirancang untuk membedakan antara
bendabenda yang jelas, seperti es dan lumpur salju, batu granit dan batu
gamping." Lalu Rachel berpaling pada sang administrator. "Apakah dugaanku benar
ketika PODS mengukur kepadatan dari ruang angkasa, alat pemindai itu mungkin
memiliki kekurangan di bidang resolusi sehingga sulit untuk membedakan es air
asin dari es air tawar?"
Sang administrator mengangguk. "Benar. Perbedaan empat persen berada di bawah
ambang toleransi PODS. Satelit itu akan melihat air asin dan air tawar sebagai
jenis air yang sama."
Tolland sekarang tampak tertarik. "Ini juga menjelaskan ketinggian permukaan air
yang statis di dalam terowongan itu." Lalu dia menatap Norah. "Kau tadi
mengatakan bahwa jenis plankton yang kaulihat di terowongan penarikan itu
sebagai jenis - " "G. polyhedral sahut Norah. "Dan sekarang kau bertanyatanya apakah G. polyhedra
mampu tidur panjang di dalam es" Kau akan senang karena jawabannya adalah ya. G.
polyhedra biasanya ditemukan berkelompok di sekitar ice shelf. Dia adalah
plankton bercahaya, dan dia dapat tidur panjang di dalam es. Ada pertanyaan
lagi?" Semua orang saling pandang. Tapi dari nada bicara Norah, jelas tersembunyi kata
"tetapi" yang belum terucap. Walau begitu, Norah seolah hanya ingin memastikan
teori Rachel. "Jadi," Tolland mencoba-coba, "kau mengatakan bahwa hal itu mungkin saja, kan"
Bahwa teori itu masuk akal?"
"Tentu," kata Norah, "jika kau betul-betul memiliki keterbelakangan mental."
Rachel melotot. "Maaf?"
Norah Mangor balas menatap Rachel. "Dalam pekerjaanmu, bukankah pengetahuan yang
sedikit dapat menjadi hal yang berbahaya" Nah, kalian bisa percaya padaku bahwa
hal yang sama juga berlaku dalam glasiologi." Sekarang mata Norah beralih dan
menatap ke setiap orang di sekelilingnya. "Izinkan aku menjelaskan ini pada
semuanya satu kali saja. Kantung-kantung air asin yang diperkirakan Ms. Sexton
memang bisa saja terjadi. Para ahli glasiologi menyebut kantung es itu
interstices. Tetapi, interstices tidak berbentuk kantung air asin tetapi lebih
berbentuk seperti jaringan es air asin yang memiliki cabang banyak dengan sulursulur setebal rambut manusia. Meteorit itu harus melalui serangkaian interstices
yang amat sangat padat agar bisa mencairkan air asin beku yang cukup banyak
sehingga dapat menciptakan campuran kadar garam sebesar tiga persen di kolam
sedalam itu." Ekstrom menggerutu. "Jadi, hal itu mungkin atau tidak?" "Sama sekali tidak,"
kata Norah datar. "Sama sekali tidak mungkin. Kalau ada, aku sudah menemukan kantung-kantung es
air asin itu dalam sampel-sampel intiku. "
"Sampel inti dataran es ini dibor pada titik-titik yang ditentukan secara acak,
bukan?" tanya Rachel. "Apakah mungkin pemilihan tempat inti tersebut tidak
mengenai sebuah kantung es air asin?"
"Aku mengebor tepat di atas meteorit. Kemudian, aku mengebor inti-inti lainnya
hanya beberapa yard di setiap sisinya. Itu sudah dekat, Bu."
"Aku hanya bertanya."
"Intinya adalah, teorimu dapat diperdebatkan," kata Norah. "Interstices air asin
hanya terjadi di dalam seasonal ice atau es yang terbentuk dan mencair pada
setiap musim. Sementara Milne Ice Shelf adalah fast ice atau es yang terbentuk
di pegunungan dan terus berada di sana hingga berpindah ke zona yang rentan
terhadap longsor dan jatuh ke laut. Walaupun plankton beku adalah teori yang
bagus untuk menje laskan fenomena kecil yang misterius ini, tetapi dapat aku
pastikan, tidak ada jaringan tersembunyi dari plankton beku di dalam dataran es
ini." Sekelompok orang itu menjadi diam lagi.
Walau ada bantahan yang tajam pada teori plankton beku itu, analisis Rachel yang
sistematis terhadap data tersebut menolak untuk menerima sanggahan dari Norah.
Secara naluriah Rachel tahu bahwa keberadaan plankton beku dalam dataran es di
bawah mereka merupakan jawaban yang paling sederhana bagi teka-teki yang
sekarang mereka hadapi. Law of Parsimony, pikirnya. Instrukturnya di NRO yang
mengajarkan tentang hal ini. Ketika ada begitu banyak penjelasan, yang paling
sederhanalah yang biasanya benar.
Norah Mangor jelas akan sangat malu jika data inti esnya salah, dan Rachel
bertanya-tanya apakah mungkin Norah sudah melihat plankton itu, menyadari bahwa
dia salah karena sudah menyatakan dataran es ini padat, dan sekarang hanya
sedang mencoba menutupinya saja.
"Yang pasti," kata Rachel, "aku baru saja memberikan keterangan ringkas bagi
seluruh staf Gedung Putih dan mengatakan kepada mereka bahwa meteorit ini telah
ditemukan di dalam es murni dan telah terkubur di sana, tidak tersentuh dunia
luar sejak 1716, saat dataran es ini terpecah oleh meteor yang disebut Jungersol
dalam catatannya. Sekarang fakta ini sepertinya masih belum pasti."
Administrator NASA terdiam dengan wajah muram.
Tolland berdehem. "Aku harus setuju dengan Rachel. Memang ada air asin dan
plankton di dalam kolam itu. Tidak penting bagaimana penjelasannya, lubang itu
jelas bukan tempat yang tertutup. Kita tidak dapat mengatakan yang sebaliknya."
Corky terlihat merasa tidak nyaman. "Mm, kawan -kawan, aku tidak bermaksud
menonjolkan diri sebagai ahli astrofisika di sini, tetapi dalam pekerjaanku,
ketika kami membuat kesalahan, kami biasanya mengabaikannya kecuali fakta yang
ternyata salah tersebut berusia miliaran tahun. Maksudku, kesempurnaan dari es
yang menyelimuti meteorit ini sama sekali tidak memengaruhi meteorit itu
sendiri, bukan" Kita masih memiliki fosil itu. Tidak seorang pun mempertanyakan
keaslian mereka. Jika ternyata kita berbuat salah mengenai data inti es, tidak
seorang pun yang betul-betul memerdulikannya. Apa yang mereka pedulikan adalah
bahwa kita menemukan bukti kehidupan di planet lain."
"Maafkan aku, Dr. Marlinson," kata Rachel, "sebagai seorang analis data, aku
tidak sependapat. Satu kesalahan kecil di dalam data NASA yang akan
diperlihatkan malam ini memiliki potensi untuk memicu keraguan pada kredibilitas
keseluruhan penemuan NASA. Termasuk keaslian fosil-fosil tersebut."
Corky ternganga. "Apa maksudmu" Fosil-fosil itu tidak dapat diperdebatkan lagi!"
"Aku tahu itu. Kau juga tahu itu. Tetapi jika masyarakat mendengar bahwa NASA
telah memperlihatkan data inti es yang masih diragukan, percayalah padaku,
mereka akan segera mulai bertanya-tanya kebohongan apa lagi yang masih
disembunyikan NASA."
Norah melangkah ke depan. Matanya menyala-nyala. "Data inti esku tidak perlu
diragukan." Lalu dia berpaling pada sang administrator. "Aku dapat membuktikan
padamu, secara pasti, tidak ada air asin yang terperangkap di mana pun di dalam


Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lapisan es ini!" Sang administrator menatapnya, lama. "Bagaimana caranya?"
Norah menjelaskan rencananya. Ketika dia selesai, Rachel harus mengakui bahwa
gagasan Dr. Mangor terdengar masuk akal.
Sang administrator tidak tampak begitu yakin. "Dan hasilnya akan pasti?"
"Kepastian seratus persen," kata Norah meyakinkan. "Jika ada satu ons saja air
asin beku di dekat lubang tempat penarikan meteorit ini, kau pasti akan
melihatnya. Bahkan beberapa tetes saja akan terlihat menyala di peralatanku
seperti Times Square di malam Natal."
Alis sang administrator berkerut di bawah rambutnya yang bergaya militer itu.
"Tidak ada banyak waktu lagi. Konferensi pers akan mulai dalam beberapa jam
lagi." "Aku dapat kembali dalam waktu dua puluh menit." "Berapa jauh kau harus pergi?"
"Tidak jauh. Dua ratus yard sudah cukup." Ekstrom mengangguk. "Kauyakin itu
aman?" "Aku akan membawa senter," sahut Norah. "Dan Mike akan ikut denganku."
Kepala Tolland tersentak. "Aku?"
"Ya, kau, Mike! Kita akan bekerja sama. Aku akan sangat membutuhkan tangan yang
kuat di bawah sana jika ada angin kencang.
"Tetapi - " "Dia benar," kata Ekstrom sambil berpaling pada Tolland. "Jika Norah pergi, dia
tidak bisa pergi sendirian. Aku bisa saja mengirimkan beberapa orangku, tetapi,
terus terang, aku lebih suka menyimpan isu plankton ini di antara kita saja
hingga kita dapat memastikan apakah itu memang sebuah masalah atau bukan."
Tolland mengangguk dan terlihat enggan. "Aku juga ingin ikut," kata Rachel.
Norah berputar dengan cepat. "Tidak boleh."
"Sebenarnya," kata Ekstrom, seolah sebuah gagasan tibatiba muncul di kepalanya.
"Kupikir aku akan merasa lebih aman jika kita menggunakan konfigurasi tali
pengaman kuartet yang standar. Empat orang akan jauh lebih aman daripada dua
orang." Dia berhenti dan menatap Corky. "Itu berarti salah satu di antara kau
dan Dr. Ming." Ekstrom melihat ke sekeliling habisphere. "Ngomong-omong, di mana
Dr. Ming?" "Aku sudah agak lama tidak melihatnya," kata Tolland. "Mungkin dia tidur
sebentar." Ekstrom berpaling pada Corky. "Dr. Marlinson, aku tidak dapat memintamu untuk
ikut bersama m ereka, tapi - "
"Mengapa tidak?" kata Corky. "Toh semua orang sudah menjadi akrab, bukan?"
"Tidak!" seru Norah. "Empat orang akan memperlambat pekerjaan kita. Mike dan aku
akan pergi berdua saja."
"Kalian tidak akan pergi berdua saja." Suara sang administrator terdengar tegas
ketika memutuskan. "Ada alasannya mengapa konfigurasi tali pengaman terdiri dari
empat simpul, dan kita akan melakukannya seaman mungkin. Hal terakhir yang aku
butuhkan adalah sebuah kecelakaan yang terjadi beberapa jam menjelang konferensi
pers terbesar dalam sejarah NASA."
43 GABRIELLE ASHE merasakan ketidakpastian yang berbahaya ketika dia duduk di dalam
kantor Marjorie Tench yang beraura tidak menyenangkan itu. Apa yang mungkin
diinginkan perempuan ini dariku" Di belakang satu-satunya meja dalam ruangan
itu, Tench bersandar pada kursinya. Wajahnya yang keras tampak memancarkan
kegembiraan ketika melihat Gabrielle merasa tidak tenang.
"Apakah asap rokok mengganggumu?" tanya Tench sam bil mengeluarkan rokok baru
dari kotaknya dengan mengetukkannya ke meja.
"Tidak," sahut Gabrielle berbohong.
Lagi pula Tench sudah mulai menyulutnya. "Kau dan kandidatmu sangat tertarik
dengan NASA selama kampanye ini."
"Betul," sahut Gabrielle keras tanpa berusaha menyembunyikan kemarahannya,
"terima kasih atas doronganmu yang kreatif. Aku ingin penjelasan."
Tench mencibir seolah tidak bersalah. "Kauingin tahu mengapa aku mengirimkan
informasi lewat email kepadamu untuk menyerang NASA?"
"Informasi yang kau kirimkan merugikan Presidenmu." "Untuk sementara, ya."
Nada tak menyenangkan dalam suara Tench membuat Gabrielle tidak tenang. "Apa
maksudnya itu?" "Tenang, Gabrielle. Pesan-pesan dalam emailku tidak banyak membuat perubahan.
Senator Sexton sudah mengkritik NASA jauh sebelum aku masuk. Aku hanya
membantunya menjelaskan pesan kampanyenya. Memperkuat posisinya."
"Menguatkan posisinya?"
"Tepat." Tench tersenyum. Giginya yang ternoda nikotin terlihat sekilas. "Yang
mana harus aku akui, sudah dilakukannya dengan sangat baik siang tadi di CNN."
Gabrielle ingat reaksi Senator pada 'pertanyaan pendobrak pertahanah yang
disampaikan Tench. Ya, aku akan menghapuskan NASA. Sexton sudah terpojok, tetapi
dia mampu mengatasi kesulitan dengan kekuatannya. Apa yang dilakukannya benar.
Betulkah begitu" Dari kesan puas di wajah Tench, Gabrielle merasa ada informasi
yang hilang. Tiba-tiba Tench berdiri. Tubuhnya yang tinggi kurus mendominasi ruang sempit
itu. Dengan sebatang rokok tergantung di bibirnya, dia berjalan ke brankas yang
tertanam di dalam dinding ruangan kerjanya, menarik sebuah amplop dari kertas
manila yang berisi berkas-berkas yang tebal, lalu kembali ke kursinya dan duduk.
Gabrielle menatap amplop yang tebal itu.
Tench tersenyum sambil menimang-nimang amplop tersebut di atas pangkuannya
seperti seorang pemain poker ketika sedang memegang kartu kerajaan. Ujung
jarinya yang kekuningan menjentiki sudutnya dan membuat suara goresan berulangulang yang mengganggu, seolah dia menikmati penantian yang menyiksa Gabrielle
ini. Gabrielle tahu, yang dia rasakan sekarang hanyalah rasa bersalah, tetapi
ketakutan pertamanya adalah jika amplop itu berisi semacam bukti hubungan
seksualnya yang sembrono bersama sang senator. Menggelikan, pikirnya. Kejadian
itu terjadi setelah jam kantor di kantor sang senator yang terkunci. Dan lagi,
jika Gedung Putih benar-benar memiliki bukti, mereka pasti sudah menyebarkannya
pada masyarakat sejak lama.
Mereka mungkin curiga, pikir Gabrielle, tetapi mereka tidak punya bukti.
Tench mematikan rokoknya. "Ms. Ashe, entah kau menyadarinya atau tidak, kau
terperangkap di tengah -tengah pertempuran yang telah berkobar di balik layar di
Washington sejak 1996."
Gerakan pembuka ini sama sekali di luar dugaan Gabrielle. "Maaf?"
Tench menyulut sebatang rokok baru. Bibir tipisnya menjepit rokok itu, lalu
ujung rokok tersebut menjadi merah ketika disulut. "Apa yang kau ketahui tentang
undang-undang yang disebut Space Commercialization Promotions Act atau 'UndangUndang Komersialiasi Ruang Angkasa'?"
Gabrielle tidak pernah mendengar tentang itu. Dia menggerakkan bahunya dengan
bingung. "Betulkah?" tanya Tench. "Aku terkejut. Padalah kau adalah juru bicara
kandidatmu. Undang-Undang Komersialiasi Ruang Angkasa diajukan pada 1996 oleh
Senator Walker. Undang-undang itu, pada intinya mengutarakan ketidakmam puan
NASA untuk melakukan hal-hal yang berguna sejak mendaratkan manusia di bulan.
Undang-undang ini merencanakan privatisasi NASA dengan cara menjual segera asetaset NASA kepada perusahaan-perusahaan ruang angkasa swasta dan membiarkan
sistem pasar bebas menjelajahi ruang angkasa dengan lebih efisien, sehingga
menghilangkan beban NASA yang sekarang diletakkan pada bahu para pembayar
pajak." Gabrielle pernah mendengar para pengkritik menyarankan privatisasi sebagai
penyelesaian untuk permasalahan NASA. Tetapi Gabrielle tidak tahu kalau gagasan
itu dikembangkan dari undang-undang resmi.
"Undang-undang komersialisasi ini," kata Tench, "telah diajukan kepada Kongres
sebanyak empat kali. Ini serupa dengan undang-undang yang telah berhasil
mengubah berbagai industri milik negara menjadi industri swasta, seperti pabrik
uranium. Kongres telah mengesahkan Undang-undang Komersialisasi Ruang Angkasa
tersebut sebanyak empat kali. Syukurlah, Gedung Putih memveto semuanya. Zachary
Herney sendiri memvetonya dua kali."
"Maksudmu?" "Maksudku adalah, undang-undang ini akan didukung Senator Sexton jika dia kelak
menjadi presiden. Aku punya alasan untuk percaya bahwa Sexton tidak akan ragu
untuk menjual aset-aset NASA kepada penawar-penawar komersial begitu dia
mendapat kesempatan. Pendek kata, kandidatmu akan mendukung privatisasi daripada
melanjutkan program eksplorasi ruang angkasa dengan menggunakan pajak rakyat
Amerika." "Setahuku, Senator Sexton belum pernah mengatakan di depan umum tentang
dukungannya terhadap Undang-Undang Komersialisasi Ruang Angkasa."
"Betul. Tetapi, dengan melihat platform-nya., aku menyimpulkan kau tidak akan
terkejut jika dia mendukungnya."
"Sistem pasar bebas cenderung menghasilkan efisiensi." "Aku menganggap itu
sebagai ya.'" Tench menatap Gabrielle lurus ke matanya. "Sayangnya, privatisasi
NASA merupakan gagasan yang sangat buruk, dan ada banyak alasan kenapa setiap
presiden yang menjabat di Gedung Putih, sejak undang-undang itu dilahirkan,
selalu menolaknya." "Aku pernah mendengar alasan yang menentang privatisasi ruang angkasa itu," kata
Gabrielle, "dan aku mengerti keprihatinanmu."
"Betulkah?" Tench mencondongkan tubuhnya ke arah Gabrielle. "Alasan yang mana
yang kaudengar?" Gabrielle bergerak dengan gelisah. "Yah, yang paling ditakuti oleh akademis
standar. Yang paling mungkin terjadi adalah jika kita menjadikan NASA lembaga
swasta, eksplorasi ilmiah tentang ruang angkasa akan dengan cepat ditinggalkan
dan digantikan dengan usaha untuk mencari keuntungan."
"Betul. Ilmu pengetahuan tentang ruang angkasa akan mati dalam sekejap. Bukannya
mengeluarkan uang untuk mempelajari alam semesta, perusahaan -perusahaan swasta
akan menjadikan asteroid-asteroid itu sebagai tambang uang, membangun hotelhotel wisata di ruang angkasa, dan juga menawarkan pelayanan peluncuran satelit.
Kenapa perusahaan-perusahaan swasta memedulikan usaha untuk mempelajari asal
mula alam semesta jika itu akan membuat mereka harus membayar miliaran dolar dan
tidak terlihat adanya keuntungan materi?"
"Mereka tidak akan bertindak seperti itu," bantah Gabrielle. "Lagi pula,
National Endowment for Space Science, Dana Nasional bagi Ilmu Ruang Angkasa,
dapat didirikan untuk mendanai misi misi ilmiah seperti itu."
"Kita sudah memiliki lembaga seperti itu. Namanya NASA."
Gabrielle terdiam. "Pengabaian ilmu pengetahuan demi keuntungan adalah isu sampingan," kata Tench.
"Hampir tidak relevan jika dibandingkan dengan kekacauan luar biasa jika sektor
swasta diizinkan untuk mengurus ruang angkasa dengan bebas. Kita akan mengalami
kegemparan yang sama seperti ketika nenek moyang kita menemukan dunia baru di
Amerika ini. Kita akan melihat orang-orang memancangkan tanda kepemilikan mereka
di bulan dan asteroid, dan melindungi apa yang mereka akui sebagai milik mereka
itu dengan kekuatan. Aku sudah mendengar petisi-petisi dari beberapa perusahaan
yang ingin membangun papan iklan dengan lampu neon yang berkedip pada malam hari
di langit. Aku juga sudah melihat petisi-petisi dari hotel ruang angkasa yang
ingin mengundang banyak turis ke sana dengan mengusulkan berbagai kegiatan
termasuk membuang sampah mereka di ruang angkasa yang kosong dan menciptakan
pengorbitan tumpukan sampah. Bahkan kenyataannya, kemarin aku baru saja membaca
sebuah pengajuan rencana dari sebuah perusahaan yang ingin menjadikan ruang
angkasa sebagai makam dengan meluncurkan mayat mayat ke orbit. Dapat
kaubayangkan satelit-satelit komunikasi kita saling bertabrakan dengan tubuh
orang yang sudah meninggal" Minggu lalu aku menerima kunjungan seorang CEO
miliarder di kantorku yang mengajukan permohonan untuk meluncurkan sebuah misi
menuju asteroid terdekat, menariknya agar lebih dekat ke bumi dan menambang
mineral-mineralnya yang berharga. Aku sampai harus mengingatkan lelaki itu bahwa
menarik asteroid mendekati orbit bumi akan menimbulkan potensi risiko malapetaka
global! Ms. Ashe, aku dapat yakinkan kau, jika undang-undang itu lolos, sekumpulan
pengusahalah yang akan berlomba ke ruang angkasa, bukan lagi ilmuwan -ilmuwan.
Mereka adalah pengusaha-pengusaha yang berkantong tebal tetapi berotak dangkal."
"Argumen yang persuasif," kata Gabrielle, "dan aku yakin Senator Sexton akan
mempertimbangkan isu tersebut dengan hati-hati jika dia berada pada posisi untuk
mendukung undang-undang tersebut. Boleh aku bertanya apa hubungan semua ini
denganku?" Mata Tench menyipit. "Banyak orang bersedia mengeluarkan uang untuk ruang
angkasa, dan lobi politik meningkat untuk menghilangkan semua batasan dan
membuka penghalang itu. Kekuatan veto lembaga kepresidenan adalah satusatunya
penghalang yang menahan privatisasi itu ... menahan anarki total di ruang
angkasa." "Kalau begitu aku sarankan agar Zach Herney untuk menolak undang-undang
tersebut." "Yang aku takutkan adalah kandidatmu tidak akan begitu bijak jika kelak dia
terpilih." "Sekali lagi, aku kira sang senator akan mempertimbangkan semua hal dengan
berhati-hati jika dia berada dalam posisi untuk menimbang-nimbang undang-undang
itu." Tench tidak terlihat percaya sepenuhnya. "Kau tahu berapa banyak uang yang
dikeluarkan Senator Sexton untuk iklan di media?"
Pertanyaan itu tidak terduga. "Jumlah itu sudah diketahui umum."
"Lebih dari tiga juta dolar sebulan." Gabrielle mengangkat bahunya. "Terserah
katamu saja." Perkiraan jumlah itu hampir benar.
"Itu jumlah uang yang banyak untuk dikeluarkan." "Dia mempun yai banyak uang
untuk dikeluarkan." "Ya, dia merencanakannya dengan baik. Atau lebih bagus jika kukatakan, menikah
dengan baik." Tench berhenti sejenak untuk mengembuskan asap rokoknya.
"Menyedihkan juga tentang istrinya, Katherine. Kematiannya membuat Se xton
sangat sedih." Lalu terdengar desahan sedih yang jelas dibuat buat. "Kematiannya
belum lama, bukan?" "Katakan segera maksudmu atau aku pergi."
Tench terbatuk keras, dan meraih amplop dari kertas manila itu dengan isinya
yang tebal itu. Dia kemudian mengeluarkan setumpukan kecil lembaran -lembaran
kertas yang dijepit dan memberikannya kepada Gabrielle. "Catatan keuangan
Sexton." Gabrielle mempelajari dokumen itu dengan kagum. Catatan itu dimulai dari
beberapa tahun yang lalu. Walau Gabrielle bukan asisten yang mengurus keuangan
pribadi Sexton, dia merasa data ini asli. Di sana terdapat catatan rekening
bank, tagihan kartu kredit, berbagai pinjaman, aset dalam bentuk saham, aset
dalam bentuk lahan yasa, hutanghutang, keuntungan dan kerugian modal. "Ini data
pribadi. Di mana kau mendapatkannya?"
"Sumberku bukan urusanmu. Tetapi jika kau mau meluangkan waktu untuk mempelajari
angka-angka itu, kau akan tahu dengan jelas bahwa Senator Sexton tidak memiliki
uang sebanyak yang dia keluarkan akhir-akhir ini. Setelah Katherine meninggal,
Senator menghamburkan uang warisannya untuk investasi yang hanya memberikan
kerugian, kesenangan pribadi, dan membeli barang-barang yang pada awalnya
terlihat menguntungkan, tetapi kemudian berubah menjadi kerugian yang besar.
Enam bulan yang lalu, dia jatuh bangkrut."
Gabrielle merasa ini pasti hanya gertak sambal Marjorie Tench saja. Jika Sexton
memang benar bangkrut, dia jelas tidak akan terlihat seperti itu saat ini. Dia
justru membeli blok penayangan iklan yang semakin besar setiap minggunya.
"Pengeluaran kandidatmu," lanjut Tench, "sekarang sudah melebihi pengeluaran
Presiden. Empat banding satu. Padahal, dia tidak memiliki uang pribadi."
"Kami mendapatkan banyak bantuan."
"Ya, dan hanya beberapa di antaranya yang sah secara hukum."
Kepala Gabrielle tersentak. "Maaf?"
Tench mencondongkan tubuhnya ke depan, dan Gabrielle dapat mencium aroma napas
nikotin dari mulutnya. "Gabrielle Ashe, aku akan mengajukan sebuah pertanyaan,
dan aku sarankan kau memikirkannya dengan saksama sebelum menjawabnya.
Pertanyaan ini dapat menentukan apakah kau akan menghabiskan beberapa tahun
mendatang di penjara atau tidak. Tahukah kau bahwa Senator Sexton menerima uang
suap secara tidak resmi dari perusahaan-perusahaan ruang angkasa yang
menginginkan keuntungan miliaran dolar dari privatisasi NASA?"
Gabrielle menatapnya. "Itu tuduhan konyol!" "Maksudmu, kau tidak tahu
aktivitasnya?" "Kukira aku akan tahu jika sang senator menerima suap dari perusahaan-perusahaan
besar yang kausebutkan itu."
Tench tersenyum dingin. "Gabrielle, aku mengerti Senator Sexton sudah begitu
banyak menceritakan dirinya denganmu, tetapi aku yakinkan kau, ada banyak hal
lain yang tidak kau ketahui tentang lelaki itu."
Gabrielle berdiri. "Pertemuan ini sudah selesai." "Sebaliknya," kata Tench
sambil mengeluarkan sisa dari isi amplop itu dan menebarkannya di atas meja.
"Pertemuan ini baru saja mulai.
44

Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

DI "RUANG perlengkapan" di dalam habisphere, Rachel Sexton merasa seperti
seorang astronot ketika dia mengenakan pakaian pertahanan iklim mikro Mark IX
milik NASA. Pakaian terusan berwarna hitam dan berpenutup kepala itu serupa
dengan pakaian selam yang digembungkan. Bahan dengan lapisan ganda yang terbuat
dari memory-foam itu memilik saluran-saluran kosong, di mana saluran tersebut
dilalui gel padat yang dipompakan untuk menolong pemakainya agar dapat mengatur
suhu tubuhnya dalam lingkungan dingin atau pun panas.
Sekarang Rachel memasang penutup kepala di atas kepalanya sambil menatap
Ekstrom. Lelaki itu tampak seperti penjaga yang berdiri diam di depan pintu. Dia
jelas tidak senang dengan keharusan misi kecil ini.
Norah Mangor menggumamkan kata-kata tidak sopan ketika mempersiapkan ketiga
kawannya itu dengan pakaian mereka. "Ini dia untuk si bantet," katanya sambil
melemparkan pakaian untuk Corky.
Tolland hampir siap. Begitu Rachel sudah selesai mengenakan pakaiannya, Norah memegang katup di sisi
pakaian Rachel dan menghubungkan Rachel dengan sebuah selang infusi yang
tergulung pada tabung perak yang serupa dengan tabung oksigen untuk penyelam.
"Tarik napas," kata Norah sambil membuka katupnya. Rachel mendengar suara
mendesis dan merasakan gel yang disuntikkan ke dalam pakaiannya. Kain yang
terbuat dari memory-foam itu mengembang, dan sisi dalam pakaian astronot
tersebut memadat di sekitarnya dan menekan pakaian yang tadi dikenakannya.
Sensasi yang dia rasakan mengingatkan nya pada saat dia memasukkan tangannya
yang bersarung tangan karet ke dalam air. Ketika tutup kepala Rachel mengembang
di sekitar kepalanya, tutup kepala itu menekan telinganya, sehingga semuanya
terdengar tidak jelas. Aku berada dalam kepompong.
"Hal terbaik dari Mark IX," kata Norah, "adalah pelindung tubuhnya. Kau bisa
saja jatuh terduduk tanpa merasakan sakit sama sekali."
Rachel memercayainya. Dia merasa seperti terperangkap di dalam matras.
Norah memberikan seperangkat peralatan kepada Rachel yang terdiri atas sebuah
kapak es, tali pengaman, dan carabiner, 5 yang dipasangkan di ikat pinggang
Rachel. "Semuanya?" tanya Rachel sambil menatap peralatannya. "Untuk pergi sejauh dua
ratus yard saja?" Mata Norah menyipit. "Kau mau ikut atau tidak?"
Tolland mengangguk untuk menenangkan Rachel."Norah hanya ingin berhati-hati."
Corky sudah terhubung dengan tangki infusi dan pakaian nya kemudian terpompa.
Dia tampak senang. "Aku merasa seperti mengenakan kondom raksasa."
Norah mengerang jijik. "Memangnya kautahu apa itu kondom, Perjaka?"
Tolland duduk di sebelah Rachel. Dia tersenyum lemah ke arah Rachel ketika putri
Senator Sexton itu mengenakan sepatu bot dan crampon6 -nya. "Kau yakin mau
ikut?" Mata Tolland memancarkan kepedulian yang membuat Rachel terhanyut.
Rachel berharap anggukan dengan sikap yang dikuatkuatkannya itu sanggup
menyembunyikan kecemasannya yang semakin bertambah. Hanya dua ratus yard ...
sama sekali tidak jauh. "Kaupikir kau hanya dapat menemukan kegembiraan di laut
terbuka saja." Tolland terkekeh. Dia berbicara sambil memasang crampon-nya sendiri. "Aku lebih
menyukai air dibandingkan es beku ini.
"Aku tidak pernah menyukai keduanya," kata Rachel. "Aku pernah jatuh ke dalam es
ketika masih kecil. Sejak itu air membuatku panik."
Tolland menatapnya. Matanya bersinar simpatik. "Aku prihatin. Jika ini sudah
selesai, kau harus pergi dan mengunjungiku di Goya. Aku akan mengubah pendapatmu
tentang air. Aku janji."
Undangan itu mengejutkan Rachel. Goya adalah kapal penelitian Tolland yang
terkenal karena perannya dalam acara Amazing Seas maupun reputasinya sebagai
salah satu kapal dengan bentuk paling aneh di samudra. Walau kunjungan ke Goya
akan membuatnya agak takut, dia tahu undangan itu sayang untuk dilewatkan. "Goya
berlabuh dua belas mil dari pantai New Jersey saat ini," kata Tolland sambil
masih berusaha keras untuk mengikat tali crampon-nya..
"Terdengar seperti tempat yang tidak biasa."
"Sama sekali tidak. Daerah pesisir Atlantik adalah tempat yang mengagumkan. Kami
sedang mempersiapkan pengam bilan gambar untuk sebuah film dokumenter baru
ketika aku diganggu Presiden."
Rachel tertawa. "Film dokumenter tentang apa?"
"Sphyrna mokarran dan megaplume."
Rachel mengerutkan keningnya. "Aku senang sudah bertanya."
Tolland sudah selesai memasang crampon-nya, kemudian menatap Rachel. "Sungguh.
Aku akan membuat film dokumenter di sana selama dua minggu. Washington tidak
begitu jauh dari pantai Jersey. Datanglah ke sana. Kau tidak bisa terus-menerus
takut terhadap air. Anak buahku akan menggelar karpet merah untukmu."
Suara Norah Mangor terdengar menyambar dengan keras. "Kita akan pergi keluar
atau aku harus mengambil beberapa batang lilin dan sampanye untuk kalian?"
45 GABRIELLE ASHE tidak tahu apa yang harus dia lakukan dengan dokumen yang
sekarang terhampar di atas meja Marjorie Tench. Tumpukan itu termasuk fotokopi
surat-surat, faks, dan transkrip pembicaraan telepon. Dokumen -dokumen tersebut
tampak mendukung dugaan bahwa Senator Sexton sedang berdialog dengan perusahaanperusahaan ruang angkasa swasta.
Tench lalu mendorong dua lembar foto hitam-putih ke arah Gabrielle. "Kukira ini
penting untukmu?" Gabrielle melihat foto-foto tersebut. Yang pertama, diambil dengan kamera
tersembunyi dan memperlihatkan Sexton sedang keluar dari sebuah taksi di suatu
garasi bawah tanah. Sexton tidak pernah menggunakan taksi. Gabrielle lalu
melihat foto kedua, sebuah foto yang diambil dari jarak jauh dan memperlihatkan
Sexton sedang memasuki sebuah mobil van kecil berwarna putih. Seorang lelaki tua
yang berada di dalam van tersebut sedang menunggunya.
"Siapa itu?" tanya Gabrielle sambil merasa curiga kalaukalau foto itu hanya
rekayasa. "Seorang tokoh penting dari SFE"
Gabrielle ragu-ragu. "Space Frontier Foundation?"
SFF adalah semacam "persatuan" perusahaan-perusahaan ruang angkasa swasta.
Persatuan itu mewakili para kontraktor pesawat ruang angkasa, wiraswasta,
pemodal bersama atau entitas swasta apa pun yang ingin pergi ke ruang angkasa.
Mereka cenderung kritis pada NASA dan beragumen bahwa lembaga ruang angkasa
Amerika Serikat itu melaksanakan praktik bisnis yang tidak adil dengan mencegah
perusahaanperusahaan swasta meluncurkan misi ke ruang angkasa.
"SFF," kata Tench, "sekarang mewakili lebih dari seratus perusahaan besar yang
bersemangat untuk menunggu Undang-Undang Komersialisasi Ruang Angkasa disahkan."
Gabrielle mempertimbangkannya. Untuk alasan yang pasti, SFF terang-terangan
mendukung kampanye Sexton, walau sang senator telah berhati-hati untuk tidak
terlalu dekat dengan mereka karena taktik lobi mereka yang kontroversial. Akhirakhir ini SFF telah mengutarakan keluhan mereka dengan menuduh NASA sebagai
"monopoli ilegal" karena rela merugi untuk satu transaksi tertentu tetapi masih
terus dipertahankan sehingga memperlihatkan adanya persaingan yang tidak adil.
Menurut SFF, kapanpun AT&T ingin meluncurkan satelit telekomunikasi, beberapa
perusahaan ruang angkasa swasta menawarkan jasa dengan biaya yang masuk akal
sebesar 50 juta dolar. Celakanya, NASA selalu menyela dan menawarkan peluncuran
satelit milik AT&T dengan biaya paling tinggi 25 juta dolar, walau itu berarti
NASA harus mengeluarkan biaya lima kali untuk menyelesaikan pekerjaan itu!
Beroperasi dalam keadaan rugi adalah satu cara NASA untuk tetap menguasai ruang
angkasa, seorang pengacara SFF menuduh. Dan para pembayar pajak yang harus
menambal kerugian itu. "Foto-foto ini membuktikan," kata Tench, "kandidatmu melakukan pertemuan rahasia
dengan organisasi yang mewakili perusahaan-perusahaan besar ruang angkasa. Lalu
Tench menunjuk pada dokumen lainnya di atas meja. "Kami juga memiliki beberapa
catatan internal SFF yang menghimbau para anggotanya agar mengumpulkan sejumlah
besar uang - dalam jumlah yang proporsional dengan nilai bersih perusahaan mereka
- dan uang tersebut ditransfer ke rekening yang dikontrol Senator Sexton.
Akibatnya, berbagai perusahaan ruang angkasa swasta ini berjasa mengantarkan
Sexton ke tampuk kekuasaan. Aku dapat menduga, Sexton sudah setuju untuk
meloloskan undang-undang komersialisasi dan privatisasi NASA jika dia terpilih
kelak." Gabrielle melihat tumpukan kertas itu, namun dia tidak percaya. "Apakah kau
berharap aku percaya bahwa Gedung Putih memiliki bukti bahwa lawannya terlibat
masalah pendanaan kampanye ilegal yang besar, tapi, karena satu dan lain hal,
kau merahasiakannya?"
"Apa yang ingin kaupercaya?"
Gabrielle melotot. "Terus terang, dengan mempertimbangkan keahlianmu dalam
memanipulasi, sebuah jawaban yang tampaknya lebih masuk akal adalah kau mencoba
menyodoriku dokumen-dokumen dan foto-foto palsu yang dibuat staf Gedung Putih
dan komputernya." "Aku akui itu memang mungkin. Tetapi itu tidak betul." "Tidak" Lalu bagaimana
kau bisa mendapatkan semua dokumen internal dari perusahaan-perusahaan itu"
Sumbermu harus mencuri semua bukti ini dari begitu banyak perusahaan yang jelas
berada di luar jangkauan Gedung Putih."
"Kau benar. Tetapi informasi-informasi itu berada di sini sebagai pemberian
tanpa diminta." Gabrielle sekarang bingung.
"Oh, ya," kata Tench, "kami mendapatkan banyak informasi seperti ini. Presiden
memiliki banyak sekutu politik yang senang melihatnya tetap berada di lembaga
ini. Ingat, Senator Sexton mengusulkan pemotongan anggaran di seluruh departemen
dan banyak dari departemen itu yang berada di sini, di Washington. Dia jelas
tidak segan-segan menyebutkan anggaran FBI yang membengkak sebagai contoh
pemborosan pemerintahan. Dia juga menuduh IRS secara sembrono. Mungkin seseorang
dalam departemen-departemen tersebut merasa agak terganggu."
Gabrielle mengerti maksud Tench. Orang -orang di FBI dan IRS memiliki cara untuk
mendapatkan informasiinformasi seperti itu. Mungkin mereka kemudian mengirim kan
semua informasi tersebut ke Gedung Putih sebagai bentuk dukungan untuk membantu
Presiden dalam menghadapi pemilu. Tetapi yang tidak dapat dipercaya Gabrielle
adalah, Senator Sexton mungkin terlibat dengan pendanaan kampanye yang ilegal.
"Jika data-data ini benar," tantang Gabrielle, "yang mana sangat kuragukan,
kenapa kau tidak mengumum kannya saja?"
"Menurutmu kenapa?"
"Karena kau mengumpulkan semua data ini dengan cara tidak sah."
"Bagaimana kami mendapatkannya tidak jadi soal."
"Tentu saja ada artinya. Semua data tersebut tidak akan diterima dalam
pemeriksaan hukum." "Pemeriksaan hukum apa" Kami hanya tinggal membocorkan semua data ini ke surat
kabar dan mereka akan mencetaknya sebagai cerita dari 'sumber yang dapat
dipercaya' berikut foto dan dokumentasinya. Sexton akan bersalah hirigga dia
terbukti tidak bersalah. Pendirian Sexton yang menentang NASA dengan keras itu
akan menjadi bukti jelas bahwa dia menerima suap."
Gabrielle tahu itu benar. "Baik. Lalu mengapa kau belum membocorkan informasi
tersebut?" tanya Gabrielle menan tang.
"Karena ini adalah hal yang negatif. Presiden sudah berjanji untuk tidak
melakukan kampanye negatif dan dia ingin tetap menjaga janjinya selama dia
mampu." Memangnya aku percaya! "Maksudmu, Presiden begitu bermoralnya hingga dia tidak
akan mengumumkannya kepada masyarakat karena hal itu akan dianggap sebagai
kampanye negatif?" "Cara itu buruk bagi bangsa ini. Langkah seperti itu akan melibatkan belasan
perusahaan yang banyak di antaranya didirikan oleh orang-orang jujur. Langkah
seperti itu juga akan menodai lembaga Senat Amerika Serikat dan buruk bagi moral
bangsa. Beberapa politisi yang tidak jujur akan mencoreng semua politisi.
Masyarakat Amerika harus memercayai pemimpin mereka. Ini akan menjadi
penyelidikan yang berisiko dan sangat memungkinkan seorang senator Amerika
Serikat dan sejumlah eksekutif perusahaan pesawat ruang angkasa masuk penjara."
Walau uraian Tench masuk akal, Gabrielle masih meragukan dugaan itu. "Apa
hubungan ini semua denganku?"
"Gampangnya begini, Ms. Ashe. Jika kami melepaskan dokumen-dokumen ini,
kandidatmu akan didakwa menggunakan dana kampanye yang tidak sah, kehilangan
kursi di Senat, dan mungkin sekali, masuk penjara." Tench bethenti sejenak.
"Kecuali ...." Gabrielle melihat kilatan licik seperti mata ulat di mata Tench. "Kecuali apa?"
Tench menghisap rokoknya dalam -dalam. "Kecuali kau memutuskan untuk membantu
kami menghindari semua itu."
Ruangan itu menjadi sunyi dan suram.
Tench tetbatuk serak. "Gabrielle, dengar. Aku memutuskan untuk membagi informasi
yang tidak menyenangkan ini denganmu karena tiga alasan. Pertama, untuk
memperlihatkan padamu bahwa Zach Herney adalah seorang lelaki terhormat yang
menempatkan kebaikan pemerintahan di atas kepentingan pribadi. Kedua, untuk
memberitahukan bahwa kandidatmu itu tidak sejujur seperti yang kaukira. Dan yang
ketiga, untuk membujukmu menerima tawaran yang akan kuajukan padamu."
"Tawaran apa?" "Aku akan menawarimu kesempatan untuk melakukan hal yang benar. Hal yang
patriotis. Entah kau menyadarinya atau tidak, kau berada pada posisi yang unik
untuk menghindarkan Washington dari berbagai jenis skandal yang tidak
menyenangkan ini. Jika kau dapat melakukan apa yang akan kuminta, mungkin kau
akan memperoleh jabatan dalam tim Presiden."
Jabatan dalam tim Presiden" Gabrielle tidak dapat memercayai telinganya. "Ms.
Tenc h, apa pun rencanamu, aku tidak suka diperas, dipaksa, atau diperintah. Aku
bekerja untuk kampanye sang senator karena aku percaya pada politiknya. Dan jika
apa yang terjadi di sini adalah indikasi bagaimana Zach Herney menggunakan
pengaruh politiknya, aku tidak tertarik berhubungan dengannya! Jika kau
mempunyai informasi tentang Senator Sexton, kusarankan kau bocorkan saja kepada
pers. Terus terang, kupikir semua ini tipuan."
Tench mendesah muram. "Gabrielle, pendanaan kampanye Sexton yang tidak sah itu
merupakan fakta. Maafkan aku. Aku tahu kaupercaya padanya." Dia lalu merendahkan
suaranya. "Begini. Ini intinya. Presiden dan aku akan mengumumkan isu pendanaan
itu jika terpaksa, tetapi itu akan berakibat buruk dalam skala yang besar.
Skandal ini melibatkan beberapa perusahaan besar Amerika Serikat yang melanggar
hukum. Banyak orang tidak bersalah akan terkena akibatnya." Tench menghisap
rokoknya, lama, lalu mengembuskannya. "Apa yang diharapkan Presiden dan aku di
sini ... adalah cara yang berbeda untuk mencemarkan etika senator. Sebuah cara
yang kurang berakibat buruk ... cara yang tidak akan menyakiti orang yang tidak
bersalah." Tench meletakkan rokoknya dan melipat tangannya. "Gampangnya, kami
ingin kau mengakui di depan umum bahwa kau mempunyai hubungan gelap dengan sang
senator." Seluruh tubuh Gabrielle menjadi kaku. Tench terdengar begitu yakin. Tidak
mungkin, kata Gabrielle dalam hati. Tidak ada bukti. Hubungan seks itu hanya
terjadi satu kali di balik pintu tertutup di kantor Senator Sexton. Tench tidak
punya bukti apa-apa. Dia hanya memancing-mancing saja. Gabrielle berusaha
menjaga suaranya agar tidak gemetar. "Kau banyak menduga-duga, Ms. Tench."
"Yang mana" Bahwa kaupunya hubungan gelap" Atau bahwa kau akan meninggalkan
kandidatmu?" "Keduan ya." Tench tersenyum sekilas dan berdiri. "Baik. Mari kita singkirkan salah satu dari
keduanya itu sekarang." Dia lalu berjalan ke brankas di dindingnya lagi dan
kembali dengan membawa map merah dari kertas manila. Di atasnya ada cap lambang
Gedung Putih. Tench membuka pengaitnya, membalikkan map itu, dan menjatuhkan
semua isinya ke atas meja di depan Gabrielle.
Ketika belasan lembar foto berwarna itu berjatuhan di atas meja, Gabrielle
melihat seluruh kariernya hancur berkepingkeping di hadapannya.
46 DI LUAR habisphere, angin katabatic yang menderu-deru di atas dataran es sama
sekali tidak sama dengan angin samudra yang biasa dirasakan Tolland. Di samudra,
angin dihasilkan dari gelombang pasang dan tekanan dari dua jenis udara yang
memiliki temperatur berbeda, dan datang dalam wujud embusan yang kadang-kadang
menguat dan mereda. Sementara angin katabatic sangat dipengaruhi fisika
sederhana: udara dingin yang berat, mengalir menuruni kemiringan lereng es
seperti ombak pasang. Ini merupakan kekuatan angin terkencang yang pernah
dialami Tolland. Jika kecepatan angin katabatic adalah pada dua puluh knot,
angin itu akan menjadi mimpi indah bagi para pelaut, tetapi pada arus delapan
puluh knot, angin itu dengan cepat dapat menjadi mimpi buruk, bahkan bagi mereka
yang berada di tanah yang padat. Tolland tahu, jika dia berhenti dan menegakkan
tubuhnya, angin kencang itu dapat dengan mudah menerbangkannya.
Yang membuat aliran udara yang deras itu menjadi begitu menakutkan bagi Tolland
adalah kemiringan dataran es yang searah dengan turunnya angin. Dataran es
tersebut menurun walau sangat landai ke arah lautan yang berjarak dua mil. Walau
gerigi-gerigi crampon Pitbull Rapido menempel kuat pada sepatu botnya, Tolland
masih merasa cemas kalau-kalau dia salah melangkah sehingga mungkin akan


Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuatnya tertiup angin kencang dan menggelincir ke bawah lereng es yang curam.
Kursus selama dua menit untuk keamanan di lereng es yang diberikan Norah Mangor
sekarang tampak tidak memadai.
Kapak Piranha Ice, kata Norah sambil mengencangkan peralatan ringan berbentuk T
itu di setiap ikat pinggang mereka ketika mereka bersiap-siap di habisphere
tadi. Berbagai jenis kapak, palu, dan sabit. Yang perlu kalian ingat adalah,
jika terpeleset atau terperangkap dalam tiupan angin, pegang kapakmu dengan satu
tangan di mata kapaknya dan satu tangan lagi di tangkainya. Tancapkan kapak
tersebut ke dalam es, dan jatuhkan tubuhmu secara tiarap sambil menjejakkan
crampon-mu. Dengan kata-kata yang meyakinkan itu, Norah Mangor memasangkan tali pengaman YAK
dari kulit ke pinggang mereka semua. Mereka semua mengenakan kacamata ski, dan
berjalan memasuki kegelapan sore.
Sekarang, keempat sosok itu menuruni lereng es sambil berbaris lurus dengan tali
penyelamat yang menghubungkan mereka masing-masing dengan jarak sepuluh yard.
Norah berjalan paling depan, diikuti Corky, kemudian Rachel dan Tolland sebagai
jangkar. Ketika mereka bergerak semakin jauh dari habisphere, Tolland merasa semakin
cemas. Di dalam pakaiannya yang dipompa, walau terasa hangat, dia merasa seperti
seorang pengembara di ruang angkasa yang sedang berjalan tidak tentu arah
menyeberangi planet yang jauh. Bulan telah menghilang di balik awan badai yang
tebal dan menyebar, menjadikan dataran es itu gelap gulita. Angin katabatic tam
paknya bertiup semakin kuat setiap menitnya dan menekan punggung Tolland secara
konstan. Ketika matanya mencoba menembus kabut melalui kacamata skinya untuk
melihat kehampaan yang meluas di sekitar mereka, dia mulai merasakan bahaya yang
sebenarnya di tempat ini. Entah ini bisa disebut sebagai tindakan pengamanan
tambahan NASA atau tidak, Tolland heran kenapa sang administrator mau
membahayakan empat nyawa di luar sini, bukan dua saja, terutama jika tambahan
nyawa itu adalah putri seorang senator dan seorang ahli astrofisika yang
terkenal. Tolland tidak terkejut ketika merasa khawatir untuk melindungi Rachel
dan Corky. Sebagai seseorang yang telah menjadi kapten dari sebuah kapal, dia
terbiasa merasa bertanggung jawab dengan orangorang di sekitarnya.
"Tetaplah di belakangku," teriak Norah, suaranya terdengar tertelan angin.
"Biarkan kereta luncur ini memimpin jalan."
Kereta luncur salju dari aluminum yang memuat peralatan pengujian Norah serupa
dengan Flexible Flyer besar. Kendaraan itu sebelumnya telah dipenuhi dengan
peralatan diagnostik dan perlengkapan penyelamatan yang telah digunakannya di
lereng es beberapa hari yang lalu. Semua peralatannya - termasuk sekotak baterai,
senter pengaman, dan lampu sorot yang amat terang yang dipasang di depan- diikat di bawah penutup plastik yang aman. Walau muatannya banyak, kereta luncur
itu meluncur lurus dengan mudah seperti pada jalan yang rata. Bahkan pada
kecuraman yang hampir tidak terasa, kereta luncur itu meluncur turun secara
otomatis, dan Norah hanya menahannya sedikit saja, seolah membiarkan kereta itu
meluncur memimpin jalan. Merasa mereka sudah semakin jauh dari habispehere, Tolland menoleh ke belakang.
Mereka baru berjalan lima puluh yard, tapi bentuk melengkung dari kubah pucat
itu telah menghilang di balik kegelapan dalam embusan angin yang kuat.
"Kau tidak mengkhawatirkan cara kita menemukan jalan pulang?" teriak Tolland.
"Habisphere sudah hampir tidak terli - " Kata-kata Tolland terpotong desisan keras
dari obor yang menyala di tangan Norah. Tiba-tiba sinar merah-putih menerangi
lapisan es dalam radius sepuluh yard di sekitar mereka. Norah menggunakan ujung
kakinya untuk menggali lekukan kecil di permukaan salju, kemudian membuat tum
pukan salju sebagai pelindung obor itu pada sisi yang tertiup angin. Setelah itu
dia menancapkan obor itu ke dalam cerukan tersebut.
"Remah -remah roti berteknologi tinggi," teriak Norah.
"Remah -remah roti?" tanya Rachel sambil melindungi matanya karena sinar yang
tiba-tiba muncul itu. "Dongeng Hansel dan Gretel," teriak Norah lagi. "Obor ini akan tahan hingga satu
jam. Banyak waktu untuk menemukan kembali jalan pulang."
Setelah itu Norah kembali bergerak, memimpin mereka menuruni lereng es - memasuki
kegelapan sekali lagi. 47 GABRIELLE ASHE berlari keluar dari kantor Marjorie Tench dan nyaris menabrak
seorang sekretaris. Dengan rasa malu yang amat sangat, yang dapat dilihat
Gabrielle dalam benaknya hanyalah foto-foto yang memperlihatkan lengan dan kaki
laki-laki dan perempuan yang saling berangkulan dengan wajah-wajah yang penuh
kepuasan. Gabrielle tidak tahu bagaimana foto-foto itu diambil, tetapi dia tahu dengan
pasti foto-foto itu asli. Foto-foto itu telah diambil di kantor Senator Sexton
dan tampaknya dari atas dengan kamera tersembunyi. Tuhan tolong aku. Salah satu
foto itu memperlihatkan Gabrielle dan Sexton bercinta di atas meja kerja Senator
- tubuh mereka terlentang di atas tebaran dokumen-dokumen resmi yang berserakan.
Marjorie Tench menghadang Gabrielle di luar Map Room. Tench membawa map merah
berisi foto-foto itu. "Dari reaksimu, aku menduga kaupercaya bahwa foto -foto
ini asli?" Penasihat senior Presiden itu betul-betul tampak seperti sedang
menikmati saat ini. "Aku berharap foto-foto ini dapat membuatmu percaya bahwa
data-data lainnya yang kami miliki itu juga asli. Data-data itu berasal dari
sumber yang sama." Gabrielle merasa seluruh tubuhnya memerah karena malu ketika dia berjalan
melintasi koridor. Di mana pintu keluarnya"
Kaki Tench yang panjang tidak menemui kesulitan untuk mengejar Gabrielle.
"Senator Sexton bersumpah kepada semua orang bahwa hubungan kalian berdua
hanyalah sebatas rekan kerja saja. Pernyataannya yang disiarkan di televisi se
sungguhnya sangat meyakinkan." Tench bergerak perlahan di belakang bahu
Gabrielle. "Aku juga punya kaset rekamannya di kantorku jika kauingin
menyegarkan ingatanmu?"
Gabrielle tidak membutuhkan penyegar ingatan. Dia ingat konferensi pers tersebut
dengan sangat baik. Penyangkalan Sexton begitu kukuh sekaligus tulus.
"Sayang sekali," kata Tench tanpa terdengar kecewa sama sekali, "Senator Sexton
memandang masyarakat Amerika tepat pada mata mereka dan mengatakan kebohongan
dengan sangat jelas. Masyarakat memiliki hak untuk tahu. Dan mere ka akan tahu.
Aku sendiri yang akan memastikannya. Satusatunya pertanyaan sekarang adalah
bagaimana mereka akan tahu. Kami percaya, yang terbaik adalah jika itu dari
dirimu sendiri." Gabrielle terpaku. "Kau benar-benar mengira aku akan membantu menjegal
kandidatku sendiri?"
Wajah Tench mengeras. "Aku hanya berusaha untuk mempermudah masalah ini untukmu,
Gabrielle. Aku memberimu kesempatan untuk menyelamatkan semua orang dari rasa
malu dengan cara menegakkan kepalamu dan mengatakan yang sesungguhnya. Yang
kuperlukan hanyalah pernyataan tertulis yang mengakui hubungan gelap kalian itu
dengan tanda tanganmu di atasnya."
Gabrielle berhenti. "Apa!"
"Tentu saja. Sebuah pernyataan yang ditandangani akan memudahkan kami untuk
menangani Senator Sexton secara diam-diam, dan menghindarkan negara ini dari
skandal yang memalukan. Tawaranku sederhana saja: tanda tangani pernyataan itu
untukku, maka foto-foto ini akan musnah sebelum matahari terbit esok hari.
"Kauingin sebuah pernyataan?"
"Secara teknis, aku membutuhkan sebuah pernyataan tertulis yang sah, tetapi kami
memiliki seorang notaris di gedung ini yang akan - "
"Kau gila," kata Gabrielle. Dia lalu berjalan lagi.
Tench masih tetap mengikuti di sampingnya. Suaranya terdengar marah sekarang.
"Senator Sexton akan jatuh. Itu sudah pasti, Gabrielle. Dan aku menawarimu
kesempatan untuk keluar dari kemelut ini tanpa harus melihat bokong telanjangmu
sendiri di koran pagi! Presiden adalah lelaki terhormat dan tidak mau foto-foto
ini dipublikasikan. Jika kau memberiku surat pernyataan resmi dan mengakui
hubungan gelap kalian dengan caramu sendiri, maka kita semua akan tetap memiliki
sedikit harga diri."
"Aku bukan barang dagangan."
"Wah, tetapi kandidatmu seperti itu. Dia berbahaya, dan melanggar hukum."
"Melanggar hukum" Kalianlah yang menyusup dan mengambil foto tanpa izin! Pernah
mendengar kasus Watergate?"
"Kami tidak ada hubungannya dengan pengumpulan informasi ini. Foto-foto ini
berasal dari sumber yang sama seperti juga informasi yang mengatakan bahwa SFF
mendanai kampanye Sexton. Seseorang telah mengamati kalian berdua dengan sangat
saksama." Gabrielle melewati meja keamanan tempat dia tadi mengambil tanda keamanan. Dia
merobek tanda pengenalnya dan melemparkannya ke arah penjaga yang terbelalak.
Tench masih terus mengikutinya.
"Kau harus cepat mengambil keputusan, Ms. Ashe," kata Tench ketika mereka
mendekati pintu keluar. "Jika kau tidak memberiku surat pernyataan resmi yang
mengakui kau tidur dengan sang senator, maka dalam konferensi pers pukul delapan
malam nanti Presiden akan terpaksa membeberkan semuanya di depan publik:
keuangan Sexton, foto-fotomu, dan pengumpulan dana kampanyenya yang ilegal. Dan percayalah, ketika
publik melihat kau hanya diam saja ketika Sexton berbohong tentang hubungan
kalian, kau akan jatuh bersamanya."
Gabrielle melihat pintu dan menuju ke sana.
"Di atas mejaku pukul delapan malam ini, Gabrielle. Bijaksanalah." Lalu Tench
melemparkan map itu padanya. "Sim panlah, Sayang. Kami masih punya banyak."
48 RACHEL SEXTON merasa semakin kedinginan di dalam pakaiannya ketika dia berjalan
di atas salju dan memasuki malam yang semakin larut. Bayangan -bayangan yang
mencemaskan berputar-putar di dalam benaknya: meteorit, plankton bercahaya, dan
dampak yang dihasilkan jika Norah Mangor salah saat melakukan pengujian inti es.
Sebuah matriks padat dari es air tawar, begitu argumentasi Norah. Norah juga
mengingatkan mereka semua bahwa dia telah mengebor inti lempengan es ini di
seluruh area dan juga tepat di atas meteorit. Jika dataran es itu mengandung
kantung air asin beku yang penuh plankton, Norah pasti akan melihatnya, bukan"
Walau begitu, intuisi Rachel kembali teringat pada fakta yang paling sederhana.
Ada plankton beku di dalam dataran es ini.
Setelah sepuluh menit dan empat obor berikutnya di tancapkan di es, Rachel dan
kawan-kawannya berada kira-kira 250 yard dari habisphere. Tiba-tiba, Norah
berhenti. "Ini tem patnya," katanya. Suaranya terdengar seperti peramal mata air
yang secara mistis mampu menentukan letak mata air untuk mengebor sebuah sumur.
Rachel menoleh dan melihat lereng di belakang mereka. Habisphere sudah sejak
lama menghilang di balik keremangan malam yang disinari rembulan. Tetapi barisan
obor itu masih tetap terlihat. Obor yang paling jauh berkedip meyakinkan seperti
bintang yang bersinar samar. Obor-obor itu dipasang dalam garis yang lurus
sempurna, seperti sebuah landasan pacu yang dibuat dengan perhitungan cermat.
Rachel terkesan pada keahlian Norah.
"Satu lagi alasan mengapa kita membiarkan kereta luncur itu berjalan memimpin
kita," teriak Norah ketika melihat Rachel mengagumi garis lurus obor-obor itu.
"Kaki kereta luncur itu lurus. Jika kita membiarkan gravitasi membimbing kereta
dan kita tidak mencampurinya, dijamin, kita akan berjalan dalam garis lurus."
"Kiat yang hebat," seru Tolland. "Kuharap ada juga yang seperti itu di laut
lepas." "INI laut lepas, pikir Rachel sambil membayangkan samudra di bawah mereka.
Tetapi tak lama kemudian, obor terjauh menarik perhatian Rachel. Obor itu
menghilang, seolah cahaya itu telah dimatikan oleh sesuatu yang lewat. Sesaat
kemudian, cahaya itu muncul lagi. Tiba-tiba Rachel merasa cemas. "Norah," dia
berteriak melawan angin. "apa kau pernah bilang ada beruang kutub di sini?"
Ahli glasiologi itu sedang mempersiapkan obor terakhirnya dan tampaknya dia
tidak mendengar Rachel atau sengaja meng-abaikannya.
"Beruang kutub," teriak Tolland, "adalah predator anjing laut. Mereka hanya
menyerang manusia jika kita memasuki daerah mereka."
"Tetapi ini adalah negerinya beruang kutub, bukan?" Rachel tidak pernah ingat,
kutub yang mana yang ditinggali beruang dan yang mana yang ditinggali pinguin.
"Ya," jawab Tolland juga berteriak. "Nama Arktika sebenarnya berasal dari
beruang kutub. Arktos adalah bahasa Yunani yang artinya beruang."
Bagus sekali. Rachel menatap dengan panik ke dalam kegelapan.
"Antartika tidak ditinggali beruang kutub," lanjut Tolland. "Jadi mereka
menamakannya Anti-arktos."
"Terima kasih, Mike," teriak Rachel. "Cukup tentang beruang kutubnya."
Tolland tertawa. "Baik. Maaf."
Norah memasang obor terakhirnya ke dalam salju. Seperti sebelumnya, mereka
berempat dikelilingi cahaya kemerahan dan tampak menggembung di dalam pakaian
penahan cuaca mereka yang berwarna hitam. Di luar cahaya yang memancar dari
obor, seluruh daerah menjadi tidak terlihat, seolah -olah sebuah selubung hitam
menyelimuti mereka. Ketika Rachel dan yang lainnya memerhatikan ahli glasiologi itu, Norah
menjejakkan kakinya dan dengan berhati-hati menggunakan tangannya untuk menarik
kembali kereta luncur itu beberapa yard ke atas ke arah tempat mereka berdiri.
Kemudian, sambil mempertahankan agar tali pengaman mere ka tetap kencang, Norah
berjongkok dan secara manual mengaktifkan rem kereta luncur itu yang berbentuk
paku di keempat sisinya yang ditancapkan ke dalam es untuk menjaga agar kereta
itu supaya tidak meluncur sendiri. Setelah itu, dia berdiri dan membersihkan
dirinya. Tali di sekitar pinggangnya terlihat menjadi longgar.
"Baik," teriak Norah. "Waktunya bekerja."
Ahli glasiologi itu berputar menuju bagian depan kereta luncur, membelakangi
arah angin, dan mulai melepaskan tali simpul yang menahan kain kanvas pelindung
perlengkapan nya. Rachel yang merasa selama ini telah memperlakukan Norah dengan
kurang ramah, bergerak untuk membantunya dengan melonggarkan ikatan kain kanvas
di bagian belakang kereta luncur.
"JANGAN!" teriak Norah. Kepalanya tersentak. "Jangan pernah melakukan ltu! "
Rachel mundur dengan bingung*.
"Jangan pernah melonggarkan ikatan pada sisi arah datangnya angin!" kata Norah.
"Kau akan membuat gada gada! Dan kereta luncur ini akan terbang seperti payung
dalam terowongan angin!"
Rachel mundur. "Maaf. Aku ...."
Norah melotot. "Kau dan Anak ruang angkasa itu seharusnya tidak ikut ke sini."
Tidak seorang pun dari kita yang seharusnya berada di sini, pikir Rachel.
DASAR AMATIR! Norah marah sekali, dan merasa kesal dengan tuntutan Ekstrom untuk
mengirimkan Corky dan Sexton bersama dengannya. Badut-badut ini akan membuat
seseorang terbunuh di sini. Yang paling Norah tidak inginkan saat ini adalah
Iblis Sungai Telaga 21 Goosebumps - Si Raja Cacing Pedang Golok Yang Menggetarkan 15

Cari Blog Ini