Chicken Soup For The Couples Soul Karya jack Canfield Bagian 1
Apa yang Dikatakan Orang mengenai
Chicken Soup for the Couple's Soul....
"Setiap pasangan harus membaca Chicken Soup for the
Couple's Soul. Anda akan memperoleh inspirasi, Anda akan
terhibur, Anda akan belajar untuk lebih memahami
pasangan Anda, dan Anda akan merasa lebih mencintainya
daripada sebelumnya!"
Marie Osmond pembawa acara bincang-bincang di televisi, Donny & Marie
salah satu pendiri, Children's Miracle Network
"Cinta dalam buku ini akan membuat hati Anda bernyanyi! Saya sangat menganjurkan
agar Anda membaca buku ini." Susan Jeffers, Ph.D. pengarang, Opening Our Hearts to Men
"Chicken Soup for the Couple's Soul adalah kumpulan cerita
tentang cinta, roman, dan hubungan antarmanusia yang
paling menyentuh hati dalam beberapa puluh tahun ini.
Buku ini akan membangkitkan semangat pembacanya,
berapa pun usia mereka. Apakah Anda sudah jatuh cinta
atau belum menemukan seseorang yang istimewa, hati
Anda akan tersentuh oleh kehangatan dan pengalamanpengalaman romantis serta
mengharukan yang mengisi halaman-halaman buku ini."
Terry M. Walker penerbit, American Bride Magazine
"Sungguh menyenangkan duduk dan membaca sesuatu
yang benar-benar bermanfaat bagi kita. Aku dan istriku
tahu bahwa kami menikah dengan niat untuk hidup selamalamanya dan kami senang
membaca tentang pasanganpasangan lain yang mempunyai semangat sama. Terima
kasih karena telah mengumpulkan banyak sekali kisah
mengagumkan yang menggambarkan suka-duka, cobaan
sekaligus berkah dalam hidup perkawinan. Ketiga anak
kami juga mengucapkan terima kasih!"
John R. Schneider salah satu pendiri, Children's Miracle Network,
aktor, Dukes of Hazard a CHICKEN SOUP FOR THE COUPLE'S SOUL eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
nurulkariem@yahoo.com MR. Collection's Sanksi Pelanggaran Pasal 44:
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan acau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
100.000.000,- (seratus juta rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
a CHICKEN SOUP FOR THE COUPLE'S SOUL 71 Kisah yang Memberikan Inspirasi tentang
Cinta dan Kebersamaan Jack Canfield Mark Victor Hansen Barbara De Angelis, Ph.D.
Mark Donnelly Chrissy Donnelly eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
nurulkariem@yahoo.com MR. Collection's Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2001 Chicken Soup for the Couple's Soul
Inspirational Stories About Love and Relationship
Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Barbara De Angelis, Ph.D.
Mark Donnelly and Chrissy Donelly
Copyright ? 1999 Jack Cdnfield, Mark Victor Hansen,
Barbara De Angelis, Ph.D., Mark Donnelly and Chrissy Donelly
Published by arrangement with HEALT COMMUNICATION, INC.
3201 S.w. 15"' St., Deerfield Beach Fl. 33442-8190, USA
CHICKEN SOUP FOR THE COUPLE'S SOUL
71 Kisah yang Memberikan Inspirasi tentang
Cinta dan Kebersamaan GM 204 00.522 Alih bahasa: Widya Kirana
Sampul diadaptasi dari buku asli
Hak cipta terjemahan Indonesia:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Selatan 24-26, Jakarta 10270
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota IKAPI, Jakarta, Februari 2000
Cetakan keempat: Februari 2001
Cetakan kelima: Juni 2001
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
CANFlELD, Jack Chicken Soup for the Couple's Soul: 71 Kisah yang
Memberikan Inspirasi tentang Cinta dan Kebersamaan / Jack
Canfield ... |et al.]; alih bahasa, Widya Kirana. - Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2000.
352 hlm.; 20 cm. Judul asli: Chicken soup for the Couple's Soul.
ISBN 9 7 9 - 6 5 5 - 5 2 2 - 0 .
1. Cinta. I. Kirana, Widya. 177.7 Dicetak oleh Percetakan Buana Printing, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
K ita masing-masing adalah malaikat bersayap satu. Dan
hanya bisa terbang bila saling berpelukan.
Luciano de Crescenzo D ari hati kami untuk hati Anda,
kami mempersembahkan buku ini
kepada siapa saja yang pernah jatuh cinta, atau berharap akan jatuh cinta lagi.
Daftar Isi Ucapan Terima Kasih Kata Pengantar Berbagilah dengan Kami xv xxi xxv 1 Cinta dan Kemesraan Teringat Padamu Alicia von Stamwitz
Ada Seseorang Menjagaku Sharon Wajda
Aku Sangat Mendambakan Cintamu
Herman dan Roma Rosenblat seperti
diceritakan kepada Barbara De Angelis, Ph.D.
Shmily Laura Jeanne Allen
Kisah Cinta dari Irlandia George Target
Berry Mauve atau Muted Wine"
T. Suzanne Eller Belaian Nan Lembut Daphna Renan
Apa Arti Menjadi Seorang Kekasih"
Barbara De Angelis, Ph.D.
2 Menemukan Cinta Sejati Iman yang Diuji Bryan Smith
Barang Bekas Joanna Slan Ramalan Kue Keberuntungan
Don Buehner 3 10 15 21 25 33 37 40 45 55 59 xii Kekuatan Sebuah Kemauan Barbara De Angelis, Ph.D.
Berani Telanjang Demi Cinta Carole Bellacere
Segelas Sari Jeruk dan Sebuah Kisah Cinta
Justin R. Haskin Kesempatan Kedua Diana Chapman
3 Komitmen Cinta Lima Puluh Cara untuk Mencintai
Pasanean Anda Mark dan Chrissy Donnelly
Menyelamatkan Nyawa Suamiku
Lorraine Lengkeek seperti diceritakan kepada
Deborah Morris Putarlah Nomor 911 Cynthia C. Muchnick
Bagaimana Aku Boleh Mewujudkan
Cintaku Padamu" Lilian Kew
Sampai Maut Memisahkan Kita
Barbara De Angelis, Ph.D.
Dia yang Meramalkan Kebahagiaan
Katharine Byrne Cinta yang Tak Terucapkan Margie Parker
Tak Terpisahkan Susan Ager
4 Saling Memahami Kartu Skor Marguerite Murer
Tuhan Menghubungkan Kami Thorn Hunter
Bertukar Peran The Best of Bits & Pieces
Situasi yang "Menyentuh" Barbara D. Starkey
Wanita Paling Kaya di Dunia
Barbara De Angelis, Ph.D 66 69 72 11 87 90 99 102 106 108 114 116 123 121 130 132 136 xiii Perang Mayones Nick Harrison
Di Belakang Setiap Pria Hebat Selalu
Ada Wanita Hebat The Best of Bits & Pieces
5 Mengatasi Rintangan Cinta Bisa Bersemi di Mana Saja
Diana Chapman Hadiah Cinta dari Derian Patsy Keech
Terukir di Dalam Hatinya Elizabeth Songster
Sepatu Kets Baru Kim Lonette Trabucco
Love Me Tender Jacklyn Lee Lindstorm
Apakah Pangeran Tampan Memang Ada"
Diana Chapman 141 144 149 155 161 163 171 178 6 Kehidupan Keluarga Legenda tentang Cinta LeAnn Thieman
Rasa Memiliki dan Dimiliki Bob Welch
Seseorang untuk Dimiliki Maxine M. Davis
Memotret Ken Grote Kedipan Karen Culver Sepatu Bot Kecil Berwarna Merah Jeannie S.
Williams Ikatan yang Tak Terputus Jann Mitchell
213 217 7 Api yang Masih Membara Hari-hari Rabu David A. Manzi
Muda Selamanya Shari Cohen
Aku Masih Cinta Padamu Geoffrey Douglas
Han Selasa Biasa Dorothy Walker 225 228 231 234 187 193 199
Chicken Soup For The Couples Soul Karya jack Canfield di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
203 208 xiv Kekasihku, Kau Adalah.... David L.
Weatherford Pada Ulang Tahun Perkawinan Kami yang
Ke dua Puluh Maggie Bedrosian
Tersenyumlah pada Orang yang Kaucintai
Eileen Egan 237 239 242 8 Cinta Abadi Puding Beras Roxanne Willems Snopek
Tanda Cintanya Patricia Forbes
Menunggu Ann W. Compton Cinta Sesudah Perceraian Bonnie Eurman Dansa Thelda Bevens Permintaan Terakhir Sarah Ray L. Lundy
Satu Ciuman Lagi dari Rose Laura Lagana
Hidup Tanpa Michael Cindy Landon dan
Kathryn Casey Pesan Terakhir Karen Corkern Babb
278 286 Ingin Chicken Soup Lagi"
Mendukung Anak dan Keluarga
Siapakah Jack Canfield"
Siapakah Mark Victor Hansen"
Siapakah Barbara De Angelis, Ph.D"
Siapakah Mark dan Chrissy Donnelly"
Para Kontributor Izin 291 293 295 297 299 301 303 319 245 251 254 261 265 269 214 a Ucapan Terima Kasih Diperlukan waktu lebih dari tiga tahun untuk menulis,
mengumpulkan, dan menyunting Chicken Soup for the Couple's Soul. Kadang-kadang
secara maraton, kadang-kadang
seperti lari cepat. Sepanjang persiapannya, semua dikerjakan
dengan penuh cinta dan kegembiraan. Kerja ini menjadi
proses membangun hubungan yang kukuh dan tanpa diperkirakan mendapat manfaat
dari persahabatan yang telah terjalin. Tetapi, di atas semuanya, ini adalah
proyek yang tak mungkin kami selesaikan tanpa bantuan penuh
kasih dari banyak orang. Kami ingin berterima kasih
kepada orang-orang ini: Kim Kirberger, yang
keterampilannya memadu-padan telah membantu proyek
ini melewati tahap-tahap yang menentukan. Kim, engkau
adalah bidadari kami. Untuk selamanya, kami berterima
kasih atas cinta dan persahabatanmu.
Patty Hansen, yang membantu kami memusatkan
pikiran dan mengingatkan kami tentang mengenai apa
Chicken Soup ini ditulis. Elisabeth dan Melanie, terima kasih
untuk cinta dan pengertian kalian.
xvi Georgia Noble, terima kasih karena rumahmu selalu
terbuka bagi kami. Juga, karena telah memberi kami dukungan yang hangat dan
penuh cinta. Christopher Canfield, terima kasih karena rela berbagi ayahmu
dengan kami. Bob Proctor, karena menyediakan lingkungan yang subur
dan kreatif yang membantu kami menghaluskan gagasan
awal kami. Tanpa engkau, ini akan menjadi cerita yang
lain (secara harfiah)! John Assaraf, karena menjadi batang pohon kesuksesan
yang membimbing kami ke cabang-cabang lainnya.
Phyllis dan Don Garsham, terima kasih karena selalu
menjadi sumber cinta yang tulus, inspirasi, dan dukungan
yang kukuh. Bob dan Jan Donnelly, karena selalu siap membantu
setiap kali kami membutuhkan kalian, dan karena menjadi
orangtua serta sahabat yang istimewa.
Jeanne Neale, karena menjadi ibu yang hebat dan pilar
peneguh yang sangat kami perlukan. Engkaulah yang
terbaik! Hilda Markstaller, karena menjadi mata air kebijaksanaan.
Mac Markstaller, untuk dukunganmu yang tak kenal
lelah dalam meriset kisah-kisah ini, sikap optimismu yang
konsisten, dan keyakinanmu yang teguh bahwa impian
bisa dan pasti akan menjadi kenyataan.
Alison Betts, karena begitu gigih dan tak kenal lelah
dalam mengurus naskah serta izin terbitnya, dan karena
menjadi saluran komunikasi kami selama proyek ini dikerjakan.
xvii Patty Aubery, dukungan dan persahabatanmu merupakan sumber kekuatan dan
inspirasi bagi kami dalam mewujudkan proyek ini. Engkau adalah pembantu umum
yang orisinal, dan resep Chicken Soup ini menjadi hebat karenamu! Jeff Aubery,
J.T. dan Chandler, terima kasih untuk dukungan dan persabahatan kalian!
Nancy Mitchell, terima kasih untuk dorongan semangat
dan pengarahan dari awal sampai akhir. Terima kasih juga
karena telah memandu kami menembus kerumitan proses
perizinan yang sama sekali tak kami perhitungkan.
Heather McNamara, untuk bantuan keahlianmu dalam
membimbing kami dari naskah mentah sampai buku jadi.
Terima kasih engkau mendampingi kami melewati tekanan
yang luar biasa - engkaulah yang terbaik!
Leslie Forbes, yang selalu siap setiap kali kami membutuhkan bantuan, dan untuk
semua kerja kerasmu ketika
batas waktu perizinan adalah kemarin.
Veronica Romero, Teresa Esparza, dan Robin Yerian,
karena kerja kalian yang sangat profesional dalam menyelenggarakan seminarseminar Self-Esteem. Ro Miller, karena menjadi pemain tim paling handal.
Siapakah di antara kita yang menjagai Chandler ketika
Patty sedang tidak ada"!
Lisa Williams dan Laurie Hartman di kantor Mark
Victor Hansen, karena sangat mendukung proyek ini dan
membimbing kami melewati jalan berliku.
Semua yang bertugas di Health Communications,
penerbit kami, karena enak diajak bekerja sama dan sangat
antusias menyambut proyek ini. Peter Vegso, Tom Sand,
xviii dan Terry Burke yang membentuk dan memimpin sebuah
tim yang luar biasa. Christine Belleris, Matthew Diener, Lisa Drucker, dan
Allison Janse untuk keahlian kalian dalam menyunting
buku. Larissa Hise, untuk bantuanmu merancang cover
yang kreatif dan orisinal.
Diana Chapman, dukungan dan keyakinanmu yang
teguh sejak proyek ini dimulai sungguh tak ternilai. Persahabatanmu dan
pandangan-pandanganmu menjaga kami
agar tidak melenceng dan mendukung kami pada saat-saat
yang berat. Terima kasih.
Matt Eggers, Marty Rauch, Chris McDevitt, Amy dan
Neal Fanelli, James dan Sherry Sandford, Lillian dan Frank
Kew, dan Dejais Collel, yang mempercayai proyek ini
sejak awal. Hati kalian begitu besar dan terbuka bagi
orang lain. Amal baik kalian pasti akan dikembalikan
kepada kalian berlipat-lipat banyaknya.
Arielle Ford, karena menjadi pendukung yang penuh
semangat untuk buku ini. Terima kasih untukmu juga,
Brian Hilliard! Marci Shimoff dan Jennifer Hawthorne, fellow co-authors
extraordinaire, yang memberikan bimbingan sangat penting
dan menganugerahi kami dengan pengalaman dan energi
kalian yang luar biasa. Kami senang berada dalam satu
tim bersama kalian. Jann Mitchell, karena membangkitkan perhatian dengan
artikelmu yang dimuat The Oregonian tiga tahun lalu.
Kami ingin mengirimkan ucapan terima kasih yang
khusus kepada banyak orang yang telah menghabiskan
waktu berjam-jam membaca dua ratus kisah terbaik yang
xix kami kumpulkan, memberikan penilaian dan masukan tak
ternilai yang membantu kami memilih kisah-kisah yang
kami muat di sini: Bonnie Block, Christine Clifford, Lisa
Drucker, Beverly Kirkhart, Peggy Larson, Inga Mahoney,
Lillian Wagner, Nancy Mitchell, Robbin O'Neil, Krista
Buckner, Diana Chapman, Patrick Collins, Yvonne
Fedderson, Dionne Fedderson, Tom Krause, Cristi Leahs,
Heather McNamara, Jeanne Neale, Annie Slawik, Jilian
West, Lynne Cain, Nance Dheifetz, Cindy Dadonna, Sherry
Grimes, Tom Lagana, Laura Lagana, Barbara LoMonaco,
Linda Mitchell, Ron Nielsen, Robin Stephens, Karen Lisko,
Jean Soberick, Bud Grossmann, Rabbi Avi Magid, Robert
Sharpard, Ph.D., Dr. Ian MacMillan, Robert P Barclay,
Elizabeth Reveley, Connie Fueyo, Shore Slocum, Randy
Heller, Lisa Molina, Barbara Rosenthal, Amy Rosenthal,
Debbie Robins, Hubert La Bouillerie, Sharon Dupont dan
Jean Nero. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada beratus-ratus orang yang telah
mengirimkan cerita, surat, puisi, dan kutipan yang mungkin bisa dimuat dalam Chicken Soup for the
Couple's Soul. Meskipun tidak
mungkin memuat semua yang Anda kirimkan, kami sangat terharu oleh kerelaan Anda
untuk berbagi petikanpetikan yang begitu menyentuh hati. Perasaan dan intensi
Anda tentang cinta dan hubungan penuh kasih akan
selalu menjadi sumber inspirasi bagi kami semua. Terima
kasih! Karena luas cakupannya dan lama pengerjaannya,
mungkin kami terlewat menyebut nama orang-orang yang
telah membantu kami menyelesaikan proyek ini. Jika
xx demikian, terimalah permintaan maaf kami. dan ketahuilah
bahwa bantuan Anda sangat kami hargai.
Kami sangat berterima kasih kepada tangan-tangan
yang penuh perhatian dan intensi-intensi yang tulus yang
ikut mewujudkan proyek ini. Tanpa Anda semua, proyek
ini takkan berhasil. Kami mencintai Anda semua!
a Kata Pengantar Cinta adalah kekuatan paling hebat dan ajaib di alam
semesta, dan hanya dalam hubungan mesra antara dua
manusia cinta mempertunjukkan keindahan dan keagungannya. Kami menulis Chicken
Soup for the Couple's Soul dengan harapan bisa merekam misteri dan keajaiban itu
dalam kata-kata, kata-kata yang akan menyentuh dan
membuka hati Anda bila Anda pernah jatuh cinta, atau
berharap akan jatuh cinta. Ini adalah buku untuk para
suami, para istri, para kekasih, siapa saja yang ingin
menemukan belahan jiwa mereka yang sejati.
Cinta antara dua manusia ada yang bertahan sepanjang
hayat. Yang lain mungkin hanya berkobar sesaat; kemudian,
sepasang kekasih itu berpisah, entah karena memilih
demikian entah karena nasib. Tetapi ada satu yang tak
berubah: Apa pun hasil sesuatu hubungan, bila cinta raemasuki hidup kita, cinta
itu takkan pergi tanpa mengubah
kita pada lapis kepribadian kita yang paling dalam.
Setiap kisah di dalam buku ini ditulis oleh orang yang
telah mengalami perubahan karena cinta. Kami mengalami
xxii perubahan itu ketika membaca kisah-kisah ini, dan kami
berharap Anda pun akan mengalami hal yang sama. Mungkin sebagian kisah-kisah ini
akan membantu Anda memperbarui ikatan yang tulus dan mesra dalam relasi Anda,
atau membuat Anda lebih memahami pasangan Anda;
mungkin kisah-kisah yang lain akan membantu Anda menetima semua bentuk ungkapan
cinta yang telah memungkinkan Anda tumbuh menjadi manusia yang lebih baik;
dan kisah-kisah yang lain lagi akan mengingatkan dan
meyakinkan Anda bahwa meskipun cinta menjadi tantangan sekaligus anugerah bagi
kita dalam cata-cara yang
unik, Anda takkan pernah harus sendirian mengalaminya.
Apakah tanda-tanda hubungan yang mesra" Tanda-tanda apa yang harus kita cari
untuk mengetahui bagaimana
cinta itu mewujud" Kisah-kisah yang akan Anda baca
menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan pemahaman
yang mendalam dan memberi pencerahan: Kadang-kadang
cinta mewujud dalam saling pengertian dan persahabatan
yang mendalam yang hanya kita rasakan bersama pasangan
kita - bukan bersama orang lain. Kadang-kadang cinta
mewujud dalam apa yang diucapkan, dan kadang-kadang,
justru bukan dalam apa yang diucapkan melainkan apa
yang dirasakan jauh di dalam hati. Kadang-kadang cinta
mewujud dalam rintangan yang harus kita hadapi bersama.
Kadang-kadang cinta mewujud dalam bagaimana kebahagiaan yang kita rasakan
bersama pasangan kita bisa dirasakan oleh anak-anak kita dan anggota keluarga
yang lain. Dan kadang-kadang cinta mewujud ketika hubungan kita
menuntun kita untuk mengenali diri kita sendiri - menuntun kita ke tempat-tempat
yang kita takkan pernah dengan
xxiii suka tela mengunjunginya; namun demi cinta, kita rela
melakukan apa saja. Hubungan yang erat dan mesra juga merupakan guru
yang berwibawa, seperti diilustrasikan dengan indah dalam
Chicken Soup For The Couples Soul Karya jack Canfield di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kisah-kisah ini. Dia mengajari kita untuk bersikap penuh
kasih, penuh perhatian, dan penuh maaf. Dia mengajari
kita kapan sebaiknya memegang lebih erat, dan kapan sebaiknya membiarkan lepas.
Dia memberi kita kesempatan
untuk mengembangkan watak-watak baik, seperti keberanian, kesabaran, kesetiaan,
dan kepercayaan. Bila kita
memberi kesempatan, relasi kita dengan pasangan kita
akan menunjukkan semua cara yang kita butuhkan untuk
bertumbuh sebagai manusia. Dengan cara ini, cinta takkan
pernah memasuki hidup kita tanpa mengubah kita untuk
menjadi manusia yang lebih baik.
Ada saat-saat ketika cinta dialami sebagai sesuatu yang
amat biasa, diekspresikan dalam senyum tulus penuh
pengertian dari kekasih Anda. Dan di saat-saat lain, cinta
menjadi demikian sublim, mengundang Anda ke dunia
penuh gairah dan penyatuan ragawi dan rohani yang belum
pernah Anda alami sebelumnya. Seperti cinta itu sendiri,
kisah-kisah di dalam buku ini merefleksikan setiap musim
dan cuaca hati, dan setiap warna emosi: awal yang manis;
kemesraan yang semakin dalam dan menantang; saat-saat
penuh duka ketika kita dipaksa mengucapkan selamat
berpisah kepada belahan jiwa kita; saat-saat penuh kekaguman dan rasa syukur
ketika kita menemukan kembali
cinta yang kita kira telah hilang.
Beberapa cerita akan membuat Anda tertawa. Kisahkisah yang lain akan membuat
Anda menangis. Tetapi di xxiv atas semua itu, kisah-kisah di dalam Chicken Soup for the
Couple's Soul merupakan penghormatan bagi kemampuan
cinta untuk tetap bersemi, melewati tahun demi tahun,
melewati masa-masa sulit, melewati jarak tak berbatas,
bahkan melewati ambang kematian.
Tak ada keajaiban yang lebih menakjubkan daripada
cinta. Cinta adalah karunia Tuhan yang paling berharga
bagi kita. Kami menawarkan buku ini sebagai hadiah
untuk Anda. Semoga buku ini bisa membuka hati Anda,
mencerahkan pikiran Anda, menjadi inspirasi bagi jiwa
Anda, dan menjadi kawan yang manis dalam pengembataan
hati Anda. Dan semoga hidup Anda selalu diberkati dengan
cinta. a Berbagilah dengan Kami K ami ingin mendengar bagaimana reaksi Anda terhadap
kisah-kisah di dalam buku ini. Sampaikan kepada kami
kisah apa yang paling Anda sukai dan bagaimana kisah itu
mempengaruhi Anda. Kami juga mengundang Anda untuk mengirimkan cerita
yang Anda ingin lihat diterbitkan di dalam edisi-edisi
mendatang seri Chicken Soup for the Couple's Soul. Anda dapat mengirimkan kisahkisah yang Anda sukai dan Anda
tulis sendiri atau yang ditulis oleh orang lain.
Kirimkanlah ke: Chicken Soup for the Couple's Soul
P.O. Box 30880 Santa Barbara, CA 93130 Faks: 805-563-2945 e-mail: stories@canfieldgroup.com
Anda bisa juga mengunjungi site Chicken Soup for the Soul di
America Online lewat kata kunci: chickensoup.
xxvi Kami berharap Anda menikmati membaca buku ini
seperti halnya kami menikmatinya ketika mengumpulkan
kisah-kisah ini, menyuntingnya, dan menulisnya.
CINTA DAN KEMESRAAN dorongan yang lebih kuat daripada
Capaintapun. adalah Cinta tidak kasat mata - tidak dapat dilihat atau diukur - tetapi cukup kuat untuk
mengubah Anda dalam sekejap, dan menawarkan kepada
Anda lebih banyak kebahagiaan daripada benda
apa pun yang mungkin dapat Anda miliki.
Barbara De Angelis, Ph.D.
a eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
nurulkariem@yahoo.com MR. Collection's a Teringat Padamu Hidup di dalam hati yang kita tinggalkan bukanlah mati.
Thomas Campbell Wajah Sophie tampak samar dalam cahaya musim dingin
yang kelabu di kamar duduk. Dia terlelap di kursi nyaman
yang dibelikan Joe untuknya pada ulang tahun perkawinan
mereka yang keempat puluh. Kamar itu hangat dan
tenang. Di luar, serpih-serpih salju lembut berjatuhan.
Pukul satu seperempat tukang pos melewati tikungan,
membelok ke Allan Street. Hari ini dia agak terlambat,
bukan karena salju, tetapi karena hari itu Hari Valentine.
Ada lebih banyak surat daripada biasanya. Dia melewati
rumah Sophie tanpa mengangkat wajahnya. Dua puluh
menit kemudian dia naik kembali ke mobilnya, lalu pergi.
Sophie terbangun ketika mendengar mobil pos itu
menjauh. Dia melepas kacamatanya lalu melap mulut dan
matanya dengan saputangan yang selalu diselipkannya di
lengan bajunya. Dia menegakkan badannya dengan
4 bertumpu pada lengan kursi, pelan-pelan, sambil merapikan
kimononya yang berwarna hijau tua.
Sandalnya membuat bunyi kerisik lembut di lantai yang
tak beralas ketika dia berjalan ke dapur. Dia berhenti di
tempat cuci piring untuk mencuci dua piring yang ditinggalkannya di meja racik
setelah makan siang tadi. Kemudian
dia mengisi sebuah cangkir plastik dengan air, setengah
penuh, lalu menelan beberapa butir pil. Saat itu pukul satu
lewat empat puluh lima. Di kamar duduk, dekat jendela depan, ada kursi goyang. Sophie mendudukkan diri
di kursi iru. Setengah jam
lagi anak-anak akan lewat, mereka pulang dari sekolah.
Sophie menunggu, duduk bergoyang-goyang sambil memandangi salju.
Yang muncul lebih dulu adalah anak-anak laki-laki,
seperti biasa, sambil berlari-lari dan meneriakkan sesuatu
yang tak bisa didengar Sophie. Sambil lewat, hari ini mereka membuat bola-bola
salju, mereka saling melempar
dengan seru. Sebutir bola salju luput dan menghantam
jendela Sophie dengan keras. Sophie terjengkang, kursi goyangnya tergeser ke
pinggir permadaninya yang berbentuk oval.
Anak-anak perempuan berlari-lari menyusul anak-anak
laki-laki, berdua-dua dan bertiga-tiga, sambil menangkupkan kedua tangan mereka
yang terbungkus kaus tangan
wol tebal dan tertawa-tawa cekikikan. Sophie mendugaduga apakah mereka saling
bertukar cerita tentang kartukartu Valentine yang mereka terima di sekolah.
Seorang anak perempuan cantik berambut cokelat panjang berhenti
dan menunjuk ke jendela tempat Sophie duduk sambil
5 memandang ke luar. Sophie menyembunyikan wajahnya di
balik gorden, tiba-tiba dia merasa malu.
Ketika dia melongok ke luar lagi, anak-anak itu sudah
pergi. Di dekat jendela udara dingin, tetapi dia tetap duduk di situ, memandangi
salju berjatuhan menutupi jejakjejak kaki anak-anak itu.
Mobil pengangkut bunga membelok ke Allan Street.
Sophie mengikutinya dengan pandangan matanya. Mobil
itu bergerak pelan. Dua kali berhenti, lalu berjalan lagi.
Kemudian pengemudinya meminggir di depan rumah Bu
Mason, tetangga sebelahnya, dan berhenti.
Siapa yang mengirim bunga untuk Bu Mason" Sophie
menebak-nebak. Putrinya yang tinggal di Wisconsin" Atau
abangnya" Tidak mungkin, abangnya sakit keras. Mungkin
putrinya. Manis benar anak itu.
Bunga membuat Sophie ingat akan Joe dan, untuk sesaat, dibiarkannya kenangan
sedih memenuhi pikirannya.
Besok pagi tanggal lima belas. Delapan bulan lewat sejak
Joe meninggal. Pengantar bunga itu sedang mengetuk pintu depan rumah
Bu Mason. Dia membawa sebuah kotak bermotif hijau-putih
yang panjang dan sebuah clipboard. Kelihatannya tak ada yang
menjawab. Tentu saja! Sekarang hari Jumat - setiap Jumat sore
Bu Mason pergi membuat quilt di gereja. Pengantar bunga itu
memandang berkeliling, kemudian berjalan ke rumah Sophie.
Sophie bangkit dari kursi goyang dan berdiri rapat ke
gorden. Lelaki itu mengetuk pintu. Tangan Sophie gemetar
ketika dia merapikan rambutnya. Dia sampai ke lorong
depan ketika orang itu mengetuk untuk ketiga kalinya.
6 "Ya?" kata Sophie sambil mengintip ke luar dari pintu
yang terbuka sedikit. "Selamat sore, Bu," kata orang itu keras-keras. "Maukah
Anda menerima titipan barang kiriman untuk tetangga
Anda?" "Ya," jawab Sophie sambil membuka pintu lebar-lebar.
"Sebaiknya saya letakkan di mana?" orang itu bertanya
dengan sopan sambil melangkah masuk.
"Tolong letakkan di dapur. Di atas meja." Orang itu
tampak besar bagi Sophie. Dia nyaris tak bisa melihat wajah orang itu di antara
topi petnya yang hijau dan cambangnya yang lebat. Sophie lega karena orang itu
segera pergi. Dikuncinya pintu setelah orang itu keluar.
Kotak itu panjangnya sama dengan panjang meja dapur.
Sophie berjalan mendekat dan membungkuk untuk membaca tulisannya: "NATALIE'S
Flower for Every Occasion."
Wangi mawar menyambutnya. Sophie memejamkan mata
dan menarik napas pelan-pelan, membayangkan mawarmawar kuning. Joe selalu
memilih mawar kuning. "To my
sunshine," begitu katanya, sambil mengulurkan buket bunga
yang mewah itu. Joe akan tertawa riang, mengecup keningnya, kemudian menggenggam
tangannya dan menyanyikan You Are My Sunshine untuknya.
Pukul lima Bu Mason mengetuk pintu depan rumah
Sophie. Sophie masih duduk dekat meja dapur. Kotak wadah bunga itu sudah
terbuka. Sophie meletakkan mawarmawar itu di pangkuannya, menggoyangnya pelan,
dan membelai daun bunganya yang kuning lembut. Bu Mason
mengetuk lagi, tetapi Sophie tidak mendengar. Beberapa
menit kemudian tetangganya itu pergi.
7 Beberapa saat kemudian Sophie bangkit, lalu meletakkan
bunga-bunga itu di meja dapur. Pipinya memerah. Dia menarik bangku rendah
menyeberangi lantai dapur dan
mengambil vas porselen putih dari sudut atas lemari.
Dengan gelas minum dia mengisikan air ke dalam vas, lalu
dengan lembut menata mawar-mawar dan daun-daun itu.
Setelah itu dibawanya vas itu ke kamar duduk.
Dia tersenyum ketika sampai di tengah ruangan. Dia
memutar badannya, kemudian mulai berdansa, melangkah,
memutar, membentuk lingkaran-lingkaran kecil. Dia
melangkah dengan ringan dan anggun, berkeliling kamar
duduk, ke dapur, ke lorong depan, kembali lagi. Dia berdansa sampai kakinya
lemas, kemudian menjatuhkan diri
di kursi nyaman itu dan tertidur.
Pada pukul enam seperempat, Sophie terbangun karena
kaget. Seseorang mengetuk pintu, kali ini pintu belakang.
Ternyata, Bu Mason. "Halo, Sophie," kata Bu Mason. "Kau baik-baik saja"
Aku mengetuk pintumu pukul lima dan agak cemas karena
kau tidak menjawab. Kau sedang tidur?" Wanita itu terus
bicara sambil membersihkan salju yang menempel di sepatu botnya di atas keset.
Kemudian dia melangkah masuk. "Aku benci salju. Kau juga, kan" Menurut radio,
tengah malam nanti salju bisa sampai enam inci. Tapi, kita
tak pernah bisa mempercayai mereka. Masih ingat musim
dingin tahun lalu ketika mereka meramalkan salju setebal
empat inci dan nyatanya malah dua puluh satu inci" Dua
puluh satu! Dan mereka bilang tahun ini musim dingin
tidak akan terlalu dingin. Ha! Menurutku sudah bermingguminggu suhu tak pernah
lebih tinggi daripada nol. Tahukah
8 kau, tagihan minyakku bulan lalu sampai $263" Padahal
rumahku kecil!" Sophie hanya setengah mendengarkan. Tiba-tiba dia
ingat bunga-bunga mawar itu. Wajahnya merah padam
karena malu. Kotak bunga yang kosong itu ada di belakangnya di meja dapur. Apa
yang akan dikatakannya kepada Bu Mason"
"Aku tak tahu berapa lama lagi aku masih sanggup
membayar tagihan. Kalau saja Alfred, semoga Tuhan
memberkatinya, selalu hati-hati memegang uang seperti
Joseph. Joseph! Astaga! Aku hampir melupakan bungabunga mawar itu."
Pipi Sophie terasa panas. Dia bicara tergagap-gagap,
meminta maaf, dan melangkah ke samping untuk menunjukkan kotak yang kosong itu.
"Oh, bagus," sela Bu Mason. "Kau sudah memasukkan mawar-mawar itu ke dalam air.
Kalau begitu kau pasti sudah melihat kartunya. Kuharap kau tidak kaget melihat tulisan tangan
Joseph. Joseph memintaku untuk mengirimkan mawar kepadamu pada tahun pertama, jadi aku dapat menjelaskan
keinginannya. Dia tidak ingin mengagetkanmu. 'Dana Mawar,' kurasa begitu dia
menamainya. Dia sudah mengaturnya dengan
pemilik toko bunga bulan April yang lalu. Pria yang baik,
Joseph-mu..." Tetapi Sophie telah berhenti mendengarkan. Hatinya
berdebar-debar ketika dia mengambil amplop putih kecil
yang tadi tidak dilihatnya. Amplop itu sejak tadi tergeletak
di samping kotak bunga. Dengan tangan gemetar, dikeluarkannya kartu itu.
9 "To my sunshine," tertulis di situ. "Aku mencintaimu
sepenuh hati. Cobalah bergembira bila kau teringat padaku.
Dengan cinta, Joe." Alicia von Stamwitz a Ada Seseorang Menjagaku Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika
wanita muda berpenampilan menarik dan bertongkat putih
Chicken Soup For The Couples Soul Karya jack Canfield di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu dengan hati-hati menaiki tangga. Dia membayar sopir
bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia berjalan
menyusuri lorong sampai menemukan kursi yang tadi dikatakan kosong oleh si
sopir. Kemudian dia duduk, meletakkan tasnya di pangkuannya dan menyandarkan
tongkatnya pada tungkainya.
Setahun sudah lewat sejak Susan, tiga puluh empat,
menjadi buta. Gara-gara salah diagnosa dia kehilangan
penglihatannya dan tiba-tiba terlempar ke dunia yang gelap gulita, penuh amarah,
frustrasi, dan rasa kasihan pada
diri sendiri. Sebagai wanita yang sangat independen, Susan
merasa terkutuk oleh nasib mengerikan yang membuatnya
kehilangan kemampuan, tak berdaya, dan menjadi beban
bagi semua orang di sekelilingnya. "Bagaimana mungkin
ini bisa terjadi padaku?" dia bertanya-tanya, hatinya mengeras karena marah.
Tetapi, betapa pun seringnya dia
menangis atau menggerutu atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan
itu - penglihatannya takkan
pernah pulih lagi. 11 Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis. Mengisi waktu
seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya
frustrasi. Dia menjadi sangat bergantung kepada Mark,
suaminya. Mark seorang perwira Angkatan Udara. Dia mencintai
Susan dengan tulus. Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat
bagaimana Susan tenggelam dalam
keputusasaan. Mark bertekad untuk membantunya menemukan kembali kekuatan dan
rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri lagi. Latar
belakang militer Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat,
tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran
paling sulit yang pernah dihadapinya.
Akhirnya, Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa sampai
ke kantornya" Dulu Susan biasa
naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi ke kota
sendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun tempat
kerja mereka terletak di pinggiran kota yang berseberangan. Mula-mula,
kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena bisa
melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa
melakukan hal-hal paling sederhana sekalipun. Tetapi,
Mark segera menyadari bahwa pengaturan itu keliru membuat mereka terburu-buru, dan terlalu mahal. Susan
harus belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan dalam hati.
Tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu
kepada Susan telah membuatnya merasa tidak enak. Susan masih sangat rapuh, masih
sangat marah. Bagaimana reaksinya nanti" 12 Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar
gagasan untuk naik bus lagi. "Aku buta!" tukasnya dengan
pahit. "Bagaimana aku bisa tahu ke mana aku pergi" Aku
merasa kau akan meninggalkanku."
Mark sedih mendengar kata-kata itu, tetapi dia tahu apa
yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi dan
sore dia akan naik bus bersama Susan, selama masih diperlukan, sampai Susan
hafal dan bisa pergi sendiri.
Dan itulah yang terjadi. Selama dua minggu penuh
Mark, mengenakan seragam militer lengkap, mengawal
Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia mengajari
Susan bagaimana caranya menggantungkan diri pada
indranya yang lain, terutama pendengarannya, untuk menentukan di mana dia berada
dan bagaimana beradaptasi
dengan lingkungan yang baru. Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan
sopir-sopir bus yang dapat
mengawasinya dan menyisakan satu kursi kosong untuknya.
Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada hari-hari yang
tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung waktu turun dari bus, atau
menjatuhkan tasnya yang penuh
berkas di lorong bus. Setiap pagi mereka berangkat bersama-sama, setelah itu
Mark akan naik taksi ke kantornya. Meskipun pengaturan
itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama,
Mark yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal.
Mark percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum wanita
itu kehilangan penglihatannya; wanita yang tidak pernah
takut menghadapi tantangan apa pun dan tidak akan pernah menyerah.
13 Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk
melakukan perjalanan itu seorang diri. Tibalah hari Senin.
Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang pernah
menjadi kawannya satu bus dan sahabatnya yang terbaik.
Matanya berkaca-kaca, penuh air mata syukur karena kesetiaan, kesabaran, dan
cinta Mark. Dia mengucapkan
selamat berpisah. Untuk pertama kalinya mereka pergi ke
arah yang berlawanan. Senin, Selasa, Rabu, Kamis... Setiap hari dijalaninya
dengan sempurna. Belum pernah Susan merasa sepuas itu.
Dia berhasil! Dia mampu berangkat kerja tanpa dikawal.
Pada hari Jumat pagi, seperti biasa Susan naik bus ke
tempat kerja. Ketika dia membayar ongkos bus sebelum
turun, sopir bus itu berkata, "Wah, aku iri padamu."
Susan tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya
atau tidak; Lagi pula, siapa yang bisa iri pada seorang
wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha menemukan keberanian untuk
menjalani hidup" Dengan penasaran, dia bertanya kepada sopir itu, "Kenapa kau
bilang kau iri padaku?" Sopir itu menjawab, "Kau pasti senang selalu dilindungi
dan dijagai seperti itu."
Susan tidak tahu apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia
bertanya, "Apa maksudmu?"
"Kau tahu, minggu kemarin, setiap pagi ada seorang
pria tampan berseragam militer berdiri di sudut jalan dan
mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan
bahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk
ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer, lalu
pergi. Kau wanita yang beruntung," kata sopir itu.
14 Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak dapat
melihat Mark, dia selalu bisa
merasakan kehadirannya. Dia beruntung, sangat beruntung,
karena Mark memberinya hadiah yang jauh lebih berharga
daripada penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk
meyakinkan diri - hadiah cinta yang
bisa menjadi penerang di mana pun ada kegelapan.
Sharon Wajda a Aku Sangat Mendambakan Cintamu Pada suatu hari yang gelap di musim gugur 1942, udara
dingin, sangat dingin. Hari itu tak ada bedanya dengan
hari-hari lain di kamp konsentrasi Nazi. Aku berdiri menggigil dalam pakaian
compang-camping yang tipis, masih
tak percaya bahwa mimpi buruk ini benar-benar terjadi.
Aku hanya seorang anak laki-laki. Seharusnya aku bermainmain bersama kawankawanku; seharusnya aku pergi ke
sekolah; seharusnya aku bersemangat menyongsong masa
depanku, ketika aku akan menjadi dewasa, menikah, dan
membangun keluargaku sendiri. Tetapi, semua impian itu
hanya pantas untuk mereka yang masih hidup, dan aku
bukan lagi salah satu dari mereka. Aku nyaris mati, mencoba bertahan hidup dari
hari ke hari, dari jam ke jam,
sejak aku diseret dari rumahku dan dibawa ke sini bersama
puluhan ribu orang Yahudi lainnya. Apakah besok aku masih
hidup" Apakah malam ini aku akan dibawa ke kamar gas"
Aku berjalan mondar-mandir di dekat pagar kawat berduri, mencoba menghangatkan
tubuhku yang kedinginan. Aku lapar, tetapi sudah sejak lama aku kelaparan, lebih
16 lama dari yang ingin kuingat-ingat. Aku selalu kelaparan.
Makanan yang layak sepertinya hanya ada dalam mimpi.
Setiap hari semakin banyak di antara kami menghilang
begitu saja, masa lalu yang bahagia tampak semakin samar.
Aku kian tenggelam dalam keputusasaan.
Tiba-tiba, aku melihat seorang anak perempuan berjalan
di balik pagar kawat berduri. Anak itu berhenti dan memandangku dengan mata
sedih, mata yang seakan berkata
bahwa dia mengerti, bahwa dia juga tidak bisa menemukan
jawab mengapa aku ada di sini. Aku ingin membuang
pandang, aku malu dan canggung karena anak perempuan
asing itu melihatku dalam keadaan seperti ini. Tetapi, aku
tak kuasa mengalihkan mataku dari matanya.
Kemudian dia merogoh kantongnya dan mengeluarkan
sebutir apel merah. Apel yang cantik, merah kemilau.
Sudah berapa lamakah sejak terakhir kalinya aku melihat apel
seranum itu"! Dengan waspada dia menoleh ke kanan dan
ke kiri, lalu sambil tersenyum penuh kemenangan cepatcepat melemparkan apel itu
melewati atas pagar. Aku lari
memungutnya, memeganginya dengan jari-jariku yang gemetar dan membeku. Dalam
duniaku yang penuh kematian,
apel itu menjadi lambang kehidupan, lambang cinta. Aku
mengangkat wajahku dan melihatnya menghilang di kejauhan.
Esok harinya, aku tak dapat menahan diri - pada waktu
yang sama aku berdiri di tempat yang sama, di dekat
pagar. Apakah aku gila mengharapkan dia datang lagi" Tentu
saja. Tetapi, di dalam hati aku bergantung pada seiris harapan tipis. Dia telah
memberiku harapan, aku harus bergantung erat pada harapan itu.
17 Sekali lagi, dia datang. Sekali lagi, dia membawakan sebutir apel untukku,
melemparkannya lewat atas pagar
sambil tersenyum manis seperti kemarin.
Kali ini apel itu kutangkap, lalu kupegang tinggi-tinggi
agar dia melihatnya. Matanya berbinar. Apakah dia mengasihaniku" Mungkin. Aku
tidak peduli. Aku cukup senang
bisa memandangnya. Dan untuk pertama kalinya sejak sekian lama, aku merasa
hatiku bergetar karena luapan perasaanku.
Tujuh bulan lamanya kami bertemu seperti itu. Kadangkadang kami bertukar kata.
Kadang-kadang, hanya sebutir
apel. Tetapi, bukan hanya perutku yang diberinya makanan.
Dia bagaikan malaikat dari surga. Dia memberi makanan
untuk jiwaku. Dan entah bagaimana, aku tahu aku juga
memberinya makanan. Suatu hari, aku mendengar kabar mengerikan: kami
akan dipindahkan ke kamp lain. Itu bisa berarti kiamat
bagiku. Yang jelas, itu merupakan akhir pertemuanku dengan kawanku itu.
Esok harinya ketika aku menyapanya, dengan hati
hancur kukatakan apa yang nyaris tak kuasa kusampaikan,
"Besok jangan bawakan aku apel," kataku kepadanya.
"Aku akan dipindahkan ke kamp lain. Kita takkan pernah
bertemu lagi." Sebelum kehilangan kendali atas diriku, aku
berbalik dan berlari menjauhi pagar. Aku tak sanggup
menoleh ke belakang. Kalau aku menoleh, aku tahu dia
akan melihatku berdiri canggung sementara air mata
mengalir membasahi wajahku.
Bulan demi bulan berlalu. Mimpi buruk itu terus
berlanjut. Tetapi kenangan akan anak perempuan itu mem18 bantuku mengatasi saat-saat mengerikan, rasa sakit, dan
rasa putus asa. Berkali-kali aku melihatnya dengan mata
pikiranku; aku melihat wajahnya dan matanya yang lembut. Aku mendengar katakatanya yang lembut dan mencecap manisnya apel-apel itu.
Sampai pada suatu hari, mimpi buruk itu tiba-tiba
berakhir. Perang sudah selesai. Kami yang masih hidup
dibebaskan. Aku telah kehilangan semua milikku yang
berharga, termasuk keluargaku. Tetapi aku masih menyimpan kenangan akan anak
perempuan itu, kenangan yang
kusimpan dalam hati dan memberiku kemauan untuk
meneruskan hidupku setelah aku pindah ke Amerika untuk
memulai hidup baru. Tahun-tahun berlalu. Sampai tahun 1957. Saat itu aku
tinggal di New York City. Seorang kawan memaksaku
melakukan kencan buta dengan seorang wanita kawannya. Dengan enggan, aku
menyetujuinya. Ternyata wanita
itu manis, namanya Roma. Seperti aku, dia juga seorang
imigran. Dengan begitu setidak-tidaknya kami punya persamaan.
"Di mana kau selama masa perang?" Roma bertanya
kepadaku, dengan cara halus seperti umumnya para imigran
yang saling bertanya tentang tahun-tahun itu.
"Aku ada di sebuah kamp konsentrasi di Jerman," jawabku.
Mata Roma tampak menerawang, seakan-akan dia ingat
sesuatu yang manis namun membuatnya sedih.
"Ada apa?" tanyaku.
"Aku ingat masa laluku, Herman," Roma menjelaskan
dengan suara yang tiba-tiba menjadi sangat lembut. "Wak19 tu masih kecil, aku tinggal dekat sebuah kamp konsentrasi.
Di sana ada seorang anak laki-laki, seorang tahanan.
Selama beberapa bulan aku selalu mengunjunginya setiap
hari. Aku ingat, aku biasa membawakan apel untuknya.
Aku selalu melemparkan apel itu lewat atas pagar. Anak
itu senang sekali." Roma mendesah panjang, lalu meneruskan, "Sulit menggambarkan bagaimana perasaan
kami masing-masing - bagaimanapun waktu itu kami masih muda sekali. Bahkan
jika situasi memungkinkan pun kami hanya bertukar beberapa kata - tetapi aku
yakin, waktu itu di antara kami
tumbuh cinta yang tulus. Aku yakin dia pasti dibunuh seperti yang lain-lain.
Tetapi, aku tak sanggup membayangkan
itu. Karenanya, aku berusaha mengenangkan dia seperti
yang kulihat di bulan-bulan itu, ketika kami sedang bersama-sama."
Dengan jantung berdegup kencang hingga kupikir
nyaris meledak, aku menatap Roma lekat-lekat dan bertanya,
"Apakah pada suatu hari anak laki-laki itu berkata kepadamu, 'Besok jangan
bawakan aku apel. Aku akan dipindahkan ke kamp lain'?"
"Wah, ya," sahut Roma, suaranya bergetar.
"Tapi, Herman, bagaimana mungkin kau bisa tahu itu?"
Aku meraih tangannya dan menjawab, "Karena aku
Chicken Soup For The Couples Soul Karya jack Canfield di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
adalah anak laki-laki itu, Roma."
Detik-detik berlalu lambat. Yang ada hanya keheningan.
Kami tak dapat mengalihkan mata kami. Lama kami saling memandang. Kemudian,
setelah tirai waktu terangkat,
kami mengenali jiwa di balik mata yang saling bertatapan,
kami mengenali kawan yang manis dan pernah sangat
20 kami cintai, yang selalu kami cintai, yang tak pernah
hilang dari kenangan kami.
Akhirnya, aku berkata, "Roma, aku pernah dipisahkan
darimu. Sekarang aku tidak ingin dipisahkan lagi darimu.
Sekarang aku bebas, aku ingin selalu bersamamu, selamanya. Sayangku, maukah kau
menikah denganku?" Aku melihat binar-binar yang sama di mata yang dulu
sering kupandangi itu ketika Roma menjawab, "Ya, aku
mau menikah denganmu." Lalu kami berpelukan, pelukan
yang sudah kami dambakan selama berbulan-bulan, tetapi
terhalang oleh, pagar kawat berduri yang memisahkan
kami. Sekarang, tak ada lagi yang akan memisahkan kami.
Hampir empat puluh tahun telah berlalu sejak aku
menemukan Roma-ku lagi. Nasib mempertemukan kami
untuk pertama kalinya di masa perang, untuk menunjukkan
kepadaku adanya janji harapan. Sekarang, nasib pula yang
mempersatukan kami untuk menunaikan janji itu.
Hari Valentine tahun 1996. Kuajak Roma ke acara
Oprah Winfrey Show untuk menghormatinya di siaran
televisi nasional. Di depan jutaan pemirsa, aku ingin mengatakan kepadanya apa
yang kurasakan dalam hatiku
setiap hari: "Kekasihku, kau memberiku makanan di kamp konsentrasi ketika aku kelaparan. Aku
akan tetap lapar dan dahaga akan sesuatu yang rasanya takkan pernah cukup
kuperoleh: Aku lapar dan dahaga akan cintamu."
Herman dan Roma Rosenblat
Seperti diceritakan kepada Barbara De Angelis, Ph.D.
a Shmily Kakek-nenekku sudah lebih dari setengah abad menikah,
namun tetap memainkan permainan istimewa itu sejak
mereka bertemu pertama kali. Tujuan permainan mereka
adalah menulis kata "shmily" di tempat yang secara tak
terduga akan ditemukan oleh yang lain. Mereka bergantian
menulis "shmily" di mana saja di dalam rumah. Begitu
yang lain menemukannya, maka yang menemukan sekali
lagi mendapat giliran menulis kata itu di tempat tersembunyi.
Dengan jari mereka menorehkan "shmily" di dalam
wadah gula atau wadah tepung, untuk ditemukan oleh
siapa pun yang mendapat giliran menyiapkan makanan.
Mereka membuatnya dengan embun yang menempel pada
jendela yang menghadap ke beranda belakang, tempat
nenekku selalu menyuguhkan puding warna biru yang
hangat, buatannya sendiri. "Shmily" dituliskan pada uap
yang menempel pada kaca kamar mandi setelah seseorang
mandi air panas; kata itu akan muncul berulang-ulang
setiap kali ada yang selesai mandi. Nenekku bahkan pernah
22 membuka gulungan tisu toilet dan menulis "shmily" di
ujung gulungan itu. "Shmily" bisa muncul di mana saja. Pesan-pesan
singkat dengan "shmily" yang ditulis tergesa-gesa bisa
ditemukan di dasbor atau jok mobil, atau direkatkan pada
kemudi. Catatan-catatan kecil itu diselipkan ke dalam
sepatu atau diletakkan di bawah bantal. "Shmily" digoreskan
pada lapisan debu di atas penutup perapian atau pada
timbunan abu di perapian. Di rumah kakek-nenekku, kata
yang misterius itu merupakan sesuatu yang penting, sama
pentingnya dengan perabotan.
Aku memerlukan waktu lama sekali sebelum benarbenar bisa memahami dan menghargai
permainan kakeknenekku. Sikap skeptis membuatku tidak percaya bahwa
cinta sejati itu ada - cinta yang murni mengatasi segala
suka dan duka. Meski begitu, aku tak pernah meragukan
hubungan kakek-nenekku. Mereka sungguh saling
mencintai. Dengan cinta yang lebih mendalam daripada
kemesraan yang mereka tunjukkan; cinta adalah cara dan
pedoman hidup mereka. Hubungan mereka didasarkan
pada pengabdian dan kasih yang tulus, yang tidak semua
orang cukup beruntung untuk mengalaminya.
Kakek dan Nenek selalu bergandengan tangan kapan
saja kesempatan memungkinkan. Mereka berciuman sekilas
bila bertabrakan di dapur mereka yang mungil. Mereka
saling menyelesaikan kalimat pasangannya. Setiap hari
mereka bersama-sama mengisi teka-teki silang atau permainan acak kata. Nenekku
membisikkan kepadaku bahwa
kakekku sangat menarik, dan bahwa semakin tua Kakek
semakin tampan. Menurut Nenek, dia tahu "bagaimana
23 membuat Kakek bahagia." Sebelum makan mereka selalu
menundukkan kepala dan mengucap syukur atas rakhmat
yang mereka terima: keluarga yang bahagia, rezeki yang
cukup, dan pasangan mereka.
Tetapi, dalam kehidupan kakek-nenekku ada satu sisi
kelam: nenekku menderita kanker payudara. Penyakit itu
pertama kali diketahui sepuluh tahun sebelumnya. Seperti
yang selalu dilakukannya, Kakek mendampingi Nenek
menjalani setiap tahap pengobatan. Dia menghibur Nenek
di kamar kuning mereka, yang sengaja dicat dengan warna
itu agar Nenek selalu dikelilingi sinar matahari, bahkan
ketika dia terlalu sakit untuk keluar rumah.
Sekali lagi kanker menyerang tubuh Nenek. Dengan
bantuan sebatang tongkat dan tangan kakekku yang kukuh, mereka tetap pergi ke
gereja setiap pagi. Tetapi nenekku dengan cepat menjadi lemah sampai, akhirnya,
dia tak bisa lagi keluar rumah. Kakek pergi ke gereja sendirian,
berdoa agar Tuhan menjaga istrinya. Sampai pada suatu
hari, apa yang kami takutkan terjadi. Nenek meninggal.
"Shmily." Kata itu ditulis dengan tinta kuning pada
pita-pita merah jambu yang menghias buket bunga duka
untuk nenekku. Setelah para pelayat semakin berkurang
dan yang terakhir beranjak pergi, para paman dan bibiku,
sepupu-sepupuku, dan anggota keluarga lainnya maju mengelilingi Nenek untuk
terakhir kali. Kakek melangkah
mendekati peti mati nenekku lalu, dengan suara bergetar,
dia menyanyi untuk Nenek. Bersama air mata dan
kesedihannya, lagu itu dia nyanyikan; lagu ninabobo dalam
alunan suara yang dalam dan parau.
Tergetar oleh kesedihanku sendiri, aku takkan pernah
24 melupakan saat itu. Karena pada saat itulah, meskipun aku
belum dapat mengukur dalamnya cinta mereka, aku mendapat kehormatan menjadi
saksi keindahannya yang abadi.
S-h-m-i-l-y: See How Much I Love You.
Lihat, betapa aku mencintaimu.
Terima kasih, Kakek dan Nenek, karena telah mengizinkan aku melihatnya.
Laura Jeanne Allen a Kisah Cinta dari Irlandia
Sesuatu yang dicintai selalu indah.
Peribahasa Norwegia Sebut saja dia Ian. Bukan namanya yang sebenarnya karena hari-hari ini di Irlandia Utara kita harus hati-hati
menyebut nama seseorang. Lebih dari dua ribu empat ratus
pembunuhan gara-gara perbedaan agama telah terjadi sejak
permusuhan lama antara penganut Katolik dan Protestan
meledak lagi akhir-akhir ini. Jadi, tak masuk akal kalau
kita menantang bahaya. Dan Ian yang baru berumur dua puluh empat tahun itu
sudah cukup menderita. Dia berasal dari keluarga Protestan yang saleh, yang
pergi ke gereja dua kali setiap hari Minggu. Hidup mereka
sangat teratur seperti putaran jarum jam. Ayahnya, tukang
las di galangan kapal Belfast, sangat saleh seperti para
moyangnya. Ibunya mengurus rumah yang selalu bersih
dan rapi, memasak roti paling lezat di lingkungan tempat
26 tinggalnya, dan memerintah keluarga itu dengan lidahnya
yang tajam. Ian punya dua kakak laki-laki, mereka buruh
yang menganggur. Ian pandai di sekolah dan sekarang mendapat upah
lumayan sebagai tenaga perajin di sebuah pabrik. Pemuda
itu pendiam, serius, suka berjalan-jalan di pedesaan di
malam yang sejuk atau di akhir pekan yang cerah di musim
panas. Yang paling disukainya adalah membaca buku di
depan perapian yang menebarkan kehangatan di musim
dingin yang panjang dan sepi. Dia belum pernah pacaran meskipun di Irlandia kaum lelaki cenderung terlambat
menikah. Dua tahun lalu, pada hari ulang tahunnya yang kedua
puluh dua, dia sedang berjalan pulang dari tempat kerjanya
ketika seorang teroris melemparkan bom dari mobil yang
melaju kencang... meninggalkan Ian terkapar tak berdaya
dalam kebutaan yang tiba-tiba menyergapnya.
Dia dilarikan ke rumah sakit, langsung dioperasi karena
luka di bagian dalam tubuh dan tulang-tulangnya patah.
Tetapi kedua matanya terlanjur rusak.
Luka-lukanya yang lain akhirnya sembuh, meskipun
bekasnya membuat tubuhnya cacat seumur hidup. Tetapi
carut luka dalam jiwanya, meskipun tak kasat mata, justru
lebih nyata bekasnya. Dia nyaris tak pernah bicara, nyaris tak pernah makan
atau minum, nyaris tak pernah tidur. Dia hanya berbaring
di ranjang, murung dan tak bisa melihat apa-apa. Hampir
empat bulan lamanya. Ada seorang perawat yang tampaknya bisa memantik
sepercik reaksi manusiawi darinya. Sebut saja dia Bridget 27 nama Irlandia yang cantik. Dari keluarga Katolik yang
saleh, yang selalu ikut Misa pertama setiap Minggu pagi.
Ayah Bridget, tukang kayu, lebih sering tidak ada di
rumah karena bekerja jauh di Inggris. Dia pria baik-baik
yang mencintai keluarganya dan menghabiskan akhir pekan bersama mereka setiap
kali dia bisa menyisihkan uang
untuk ongkos pulang. Keluarganya mencintainya sebagai
seorang ayah yang jarang ada di rumah.
Ibunya mengurus rumah yang tidak rapi tapi bersih,
memasak sup Irlandia yang paling lezat di lingkungan
tempat tinggal mereka, dan mengatur keluarga itu dengan
tangan cekatan dan hati lembut.
Bridget punya enam saudara laki-laki dan empat saudara
perempuan - yang paling muda di antara mereka, Mary,
sebelas, adalah kesayangan ayahnya.
Bridget cukup pandai di sekolah, mendapat pendidikan
sebagai perawat di sebuah rumah sakit terkenal di London,
dan sekarang, pada usia dua puluh satu, bekerja sebagai
perawat di rumah sakit terbesar di Belfast.
Dia lincah, meskipun pada dasarnya berwatak serius.
Suaranya lembut, merdu, dan mempunyai gaya khas bila
menyanyikan lagu-lagu rakyat. Bridget belum punya pacar - meskipun banyak pemuda
yang menaruh hati padanya.
Tetapi sekarang hatinya tersentuh melihat Ian, karena
dalam diri pemuda malang itu dia melihat sosok bocah
kecil yang tak berdaya, yang membuatnya menitikkan air
mata. Benar, Ian tak dapat melihat air matanya, tetapi
Bridget khawatir kalau-kalau suaranya tak bisa menyamarkan emosinya.
28 Boleh dikatakan Bridget benar tentang suaranya, karena
nada riang dan gelak tawa dalam suaranyalah yang
menarik Ian keluar dari jurang depresi dan rasa mengasihani
diri. Dengan suara hangat, lembut, dan teguh, Bridget
meyakinkan Ian akan cinta Yesus Kristus.
Maka, ketika hari-harinya yang panjang dan gelap
mengumpul menjadi minggu dan bulan, Ian akan menyimak
detak langkah Bridget dan menelengkan wajahnya yang
tak bisa melihat ke arah datangnya gadis itu, seperti bunga
yang menelung ke arah matahari.
Pada akhir empat bulan masa perawatannya di rumah
sakit, dokter menyatakan bahwa kebutaannya takkan dapat disembuhkan. Tetapi, apa
yang kemudian diketahuinya
sebagai cinta mereka, memberinya kekuatan untuk menerima nasib buruknya. Karena,
meskipun semua menentang hubungan mereka - agama, politik, dan keluarga mereka mereka saling mencintai dan jiwa mereka bersama menjelajahi dunia yang muda dan
penuh nyanyian riang. Ian keluar dari rumah sakit dan mulai menjalani bulanbulan panjang yang
melelahkan untuk memulihkan kemampuannya: belajar mandi, bercukur, dan
berpakaian tanpa bantuan, belajar bergerak leluasa di dalam rumah
tanpa membentur kursi, belajar menyusuri jalan-jalan dengan tongkat putih,
belajar membaca Braille, belajar
mengatasi rasa iba yang dapat dirasakannya menggantung
di udara yang dihirupnya. Cinta mereka memberinya harapan untuk bertahan hidup
dan terus berusaha. Mereka tidak punya banyak kesempatan untuk bersamasama: sesekali berkencan di
malam hari, atau berjalan-jalan
di sore hari setelah Bridget selesai bertugas. Tetapi mereka
29 menikmati saat-saat singkat itu dan bisa merasakan tumbuhnya benih-benih
kedamaian dan kebahagiaan.
Keluarga mereka terheran-heran. Mereka berencana
untuk menikah" Bahkan hukum Tuhan pun mengharamkan
pernikahan mereka. "Hubungan seperti apakah yang bisa terjalin antara
anak-anak terang dan anak-anak kegelapan?" kata ayah Ian
dengan suara menggelegar. "Kau takkan menikah dengannya
selama aku masih bernapas!"
"Gereja Katolik Roma," kata pastor paroki Bridget,
"tidak menganjurkan perkawinan campuran, jadi singkirkanlah niatmu itu!"
Maka, dengan segala macam tekanan - perdebatan yang
tak pernah surut, berbagai ancaman, janji-janji, bahkan
kebohongan-kebohongan - mereka dipisahkan. Lama-lama
mereka pun bertengkar dan saling mengucapkan kata-kata
Chicken Soup For The Couples Soul Karya jack Canfield di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang menyakitkan hati karena keputusasaan mereka. Dan
pada suatu malam, ketika hujan turun rintik-rintik dan hati
mereka menjadi beku, Bridget pergi meninggalkan Ian,
menjauh menyusuri jalanan yang basah.
Ian mengurung diri dalam kekelaman dunianya. Hari
demi hari dan minggu demi minggu dilaluinya dengan
perasaan pahit. "Kelak kau tidak akan menyesalinya," kata
orang kepadanya. "Kau telah mengundang masalah karena
menjalin hubungan dengan gadis kafir!"
Bridget menenggelamkan diri dalam pekerjaannya,
hatinya terlalu pedih untuk mengingat-ingat. Minggu
demi minggu dan bulan demi bulan dilaluinya dalam
kesedihan yang menumpulkan perasaannya. "Kau akan
tetap hidup untuk memuliakan Yang Mahakuasa," kata
30 orang kepadanya. "Kau membuat dunia jadi neraka karena
berniat menikah dengan orang Protestan!"
Bulan-bulan mengumpul menjadi tahun. Pemboman
masih merajalela, membuat tanah Irlandia tercabik-cabik.
Kemudian, pada suatu malam, ketika Ian sedang duduk
sendirian di rumah, terdengar pintu digedor dengan gugup.
"Ian, cepat keluar!"
Ian mengenali suara Mary, adik Bridget, yang histeris
dan tersendat karena tangis. "Ada bom meledak! Dia terperangkap, nyaris mati!
Dia menjerit-jerit memanggilmu.
Ayo, Ian! Demi Tuhan, datanglah ke sana!"
Tanpa ingat menutup pintu di belakangnya, Ian langsung
meraih tangan Mary. Gadis itu membimbingnya sambil
berlari tersandung-sandung di jalanan yang kacau dan
bergolak. Ledakan bom menghancurkan restoran kecil tempat
Bridget makan malam bersama tiga perawat lain. Kawankawannya berhasil merangkak
keluar dari timbunan reruntuhan. Tetapi kedua kaki Bridget terjepit. Api
merambat cepat, menjilat-jilat mendekatinya.
Mereka bisa mendengar jeritannya, tetapi belum berhasil
mencapai tempatnya terperangkap. Pasukan pemadam kebakaran, tentara, lampu-lampu
dan peralatan khusus sedang
menuju ke situ. Ian maju menembus kekacauan itu. "Kau tak boleh
masuk ke sana!" teriak petugas yang bertanggung jawab di
situ. "Dia pacarku," kata Ian.
"Jangan gila!" teriak petugas itu. "Kau takkan bisa melihat tanganmu sendiri di
dalam kegelapan!" 31 "Apa bedanya kegelapan bagi orang buta?" tanya Ian.
Lalu dia berpaling ke arah suara Bridget. Ian berjalan
menembus kegelapan dan api yang membutakan mata
dengan keterampilan dan insting orang buta, didorong
oleh kekuatan cintanya. "Aku datang, Bridget! Aku datang!"
Ian menemukan kekasihnya, merengkuh kepalanya dengan lengan penuh rindu, dan
menciumnya. "Ian," desis Bridget, "Ian..." lalu pingsan seperti anak
kecil yang kecapekan. Darah Bridget membasahi bajunya dan api mulai
menjilati mereka, namun Ian terus memeluk kekasihnya
sampai para penyelamat berhasil mencapai mereka. Ian
tidak melihat, karena ia buta, bahwa satu sisi wajah Bridget yang manis
mengelupas terbakar. Setelah masa penyembuhan yang lama, akhirnya Bridget sembuh. Meskipun telah
menjalani bedah kosmetik, wajahnya akan tetap bercarut. "Tapi," kata Bridget,
"satu-satunya pria yang kucintai takkan melihat carut
ini, jadi tak ada bedanya bagiku." Dan mereka melanjutkan hubungan cinta mereka
yang tak pernah benar-benar
putus. Memang, keluarga masing-masing tetap berusaha
memisahkan mereka. Satu pertengkaran dramatis nyaris membuat mereka baku hantam.
Caci maki, ejekan dan hinaan, bahkan ancaman adalah hal biasa. Tetapi di tengah semua itu, Bridget
menggandeng tangan Ian. Dan
bersama-sama mereka meninggalkan tempat yang penuh kebencian dan kedengkian itu.
Ya, mereka akan menikah. Semua ajaran konvensional
32 meramalkan bahwa mereka akan gagal. Tetapi, adakah
sesuatu yang lebih mulia daripada cinta" Adakah penyembuh
yang lebih manjur daripada kasih yang tulus"
George Target a Berry Mauve atau Muted Wine"
Dia melihatku sedang menangis sedih di kamar rumah
sakit. "Kenapa?" tanya Richard, meskipun tahu kami samasama punya alasan untuk
menangis. Empat puluh delapan
jam yang lalu aku diberitahu bahwa benjolan kanker di
payudaraku telah menyebar ke saluran getah bening, dan
kemungkinan ada benjolan lain di otakku. Usia kami
sama-sama tiga puluh dua dan kami punya tiga anak kecil.
Richard memelukku erat-erat dan mencoba menghiburku. Kawan-kawan dan keluarga
mengagumi kepasrahan kami. Yesus adalah Penyelamat dan Penghibur kami sebelum aku tahu bahwa aku
menderita kanker, dan Dia
akan tetap menyelamatkan dan menghiburku setelah
diagnosa itu. Tetapi, rupanya Richard mengira bahwa
kenyataan kondisiku yang mengerikan baru benar-benar
kusadari beberapa saat yang lalu, ketika dia sedang keluar
kamar. Sambil memelukku erat-erat, Richard mencoba menghiburku. "Ini terlalu berat, ya
kan, Suz?" katanya. "Bukan itu masalahnya," aku menangis sambil
34 memegangi cermin kecil yang tadi kutemukan di laci.
Richard terheran-heran. "Aku tak mengira akan begini jadinya," aku menangis,
syok melihat bayangan diriku di cermin. Aku tidak
mengenali diriku. Tubuhku bengkak mengerikan. Setelah
dioperasi, aku terbaring tak sadar sambil mengerang-erang.
Kawan-kawan yang bermaksud baik sengaja membuka
slang obat penawar sakit yang bisa mengalir sendiri karena
mereka kira aku kesakitan. Celakanya, aku alergi morfin.
Tubuhku jadi gembung seperti sosis. Betadine mengotori
leher, bahu, dan dadaku; padahal aku belum boleh mandi.
Sebuah tabung menggantung di pinggangku, menampung
cairan dari luka operasi. Bahu dan dada kiriku dibebat
rapat-rapat, menutupi payudaraku yang sudah diamputasi.
Rambutku yang ikal panjang lepek dan lengket menjadi
gumpalan besar. Lebih dari seratus orang datang menjengukku selama empat puluh
delapan jam terakhir. Mereka melihat seonggok tubuh berkulit cokelat-putih yang
menggembung, tanpa rias wajah, berambut lepek, dan
tertutup jubah abu-abu. Sosok tak berbentuk itu dulunya
aku. Mana diriku yang dulu"
Richard membaringkan aku ke bantal, lalu keluar
kamar. Tak lama kemudian dia kembali, menggenggam
botol-botol kecil berisi shampo dan conditioner yang dicurinya
dari sebuah troli di selasar. Dia mengambil beberapa bantal
dari lemari lalu menarik sebuah kursi ke dekat wastafel.
Setelah merapikan slang infus, dia melepas sangkutan tabung panjang dari
pinggangku dan menyangkutkannya
pada saku kemejanya. Lalu dia mengulurkan tangannya,
merengkuhku, dan membopongku - lengkap dengan tiang
35 penyangga tabung infus - ke kursi itu. Dengan lembut
didudukkannya aku di pangkuannya. Secara hati-hati kepalaku diletakkannya di
lekuk lengannya, menggantung di
atas wastafel. Lalu disiramnya rambutku dengan air hangat.
Richard menuangkan isi botol-botol itu ke rambutku, mengeramas rambutku yang
ikal panjang. Setelah selesai, dia
membungkus rambutku dengan handuk. Dengan hati-hati
aku dibopongnya, lengkap dengan tabung dan tiang penyangga infus, kembali ke
tempat tidur. Semua itu dilakukannya dengan sangat lembut hingga tak satu titik
jahitan pun tersenggol. Suamiku, yang seumur hidup belum pernah mem-blowdry rambutnya, mengambil alat
pengering rambut lalu mengeringkan rambutku sambil bercanda dan pura-pura
memberiku tip-tip kecantikan. Kemudian, berdasarkan
pengalamannya memperhatikan aku selama dua belas
tahun, dia bertindak lebih jauh. Dia menata rambutku!
Aku tertawa ketika dia menggigit bibirnya dan memasang
tampang serius, lebih serius daripada tampang muridmurid kursus penata rambut.
Dia melap bahu dan leherku
dengan kain lembut yang dibasahi air hangat, hati-hati
sekali agar tidak menyentuh sekeliling luka operasi. Setelah
itu dia mengolesi kulitku dengan lotion. Kemudian dia
membuka tas kosmetikku dan mulai merias wajahku. Aku
takkan pernah melupakan tawa kami ketika dia mencoba
menggunakan maskara dan perona pipi. Aku membuka
mata lebar-lebar sambil menahan napas ketika dia menyapukan maskara pada bulu
mataku dengan tangan gemetaran. Dia mengusap-usap pipiku dengan tisu untuk
meratakan perona pipi. Kemudian... dia mengambil dua
36 batang lipstik. "Yang mana" Berry mauve atau muted wine?"
tanyanya. Dia menggoreskan lipstik seperti pelukis melukis
di atas kanvas, lalu memegangi cermin kecil itu di
depanku. Aku kembali menjadi manusia. Badanku gembung,
tetapi bersih; rambutku tergerai lembut menyentuh bahu
dan aku bisa mengenali diriku lagi.
"Bagaimana?" tanyanya. Aku menangis lagi, kali ini
karena bersyukur. "He, jangan menangis, Sayang. Kau
merusak hasil karyaku," katanya. Aku langsung tergelak.
Selama masa-masa sulit dalam kehidupan kami itu, aku
hanya diberi kemungkinan 40 persen untuk bertahan selama lima tahun. Itu tujuh
tahun yang lalu. Aku melewati
tahun-tahun itu dengan tawa riang, karena penghiburan
Tuhan dan dukungan suamiku yang mengagumkan. Tahun
ini kami akan merayakan ulang tahun perkawinan yang
kesembilan belas. Anak-anak sekarang sudah remaja. Richard memahami kesia-siaan
dan kekonyolan di tengahtengah tragedi. Semua yang tadinya kuanggap biasa dan
tidak kusyukuri, menjadi sangat berarti pada saat-saat
itu - kesehatanku, masa depanku, dan kenyataan bahwa
aku boleh menunggu anak-anakku tumbuh menjadi remaja.
Dengan tindakan sederhana dan penuh kasih, Richard
memberiku kehidupan yang normal. Aku akan selalu mengenang saat itu sebagai
saat-saat yang paling penuh
ungkapan cinta dalam hidup perkawinan kami.
T. Suzanne Eller a Belaian Nan Lembut A pa yang berasal dari hati, selalu menyentuh hati.
Don Sibert Michael dan aku tidak tahu kapan pelayan meletakkan
piring-piring di meja kami. Waktu itu kami duduk-duduk
di sebuah restoran kecil, terlindung dari kesibukan Third
Street, di New York City. Aroma blintze yang baru saja
disajikan tidak mengusik keasyikan kami mengobrol.
Malahan, blintze itu lama kami biarkan terendam dalam
krim asam. Kami terlalu asyik mengobrol sampai lupa
makan. Obrolan kami seru sekali, meskipun yang diobrolkan
tidak penting. Kami tertawa-tawa membicarakan film
yang kami tonton malam sebelumnya dan berdebat tentang
makna di balik teks yang baru saja kami pelajari untuk
seminar sastra. Dia bercerita waktu dia mengambil langkah
penting menuju kedewasaan, yaitu hanya mau dipanggil
Michael dan pura-pura tidak mendengar bila dipanggil
38 "Mikey." Waktu umur dua belas atau empat belas" Dia
lupa, tapi dia ingat ibunya menangis dan berkata bahwa
dia terlalu cepat menjadi dewasa. Ketika kami mencicipi
blueberry blintzes, aku bercerita dulu aku dan kakakku suka
memetik blueberry liar kalau mengunjungi sepupu-sepupu
kami yang tinggal di desa. Aku ingat, aku selalu memakan
habis bagianku sebelum pulang ke rumah dan bibiku selalu
memperingatkan bahwa perutku pasti akan sakit sekali.
Tentu saja, itu tak pernah terjadi.
Sementara obrolan kami yang menyenangkan terus
berlanjut, pandangku melayang ke seberang ruangan dan
berhenti di sudut. Sepasang orang tua duduk berduaan di
pojok itu. Si wanita mengenakan rok bermotif bunga yang
sudah pudar, sama pudarnya dengan bantal tempat dia
meletakkan tas tangannya yang kusam. Puncak kepala si
lelaki mengilat seperti telur rebus yang sedang dia nikmati
pelan-pelan. Wanita itu mengunyah oatmeal-nya pelanpelan juga, nyaris dengan
susah payah. Tetapi yang membuat pikiranku teralih kepada mereka
adalah keheningan yang melingkupi mereka. Aku seakan
melihat kekosongan melankolis melingkupi pojok tempat
mereka duduk. Ketika obrolanku dengan Michael mereda
dari gelak tawa menjadi bisikan, dari pengakuan ke penilaian, keheningan
pasangan itu mengusik pikiranku.
Alangkah menyedihkan, pikirku, kalau tak ada lagi yang bisa
diobrolkan. Tidak adakah halaman yang belum mereka baca dalam kisah hidup
masing-masing" Bagaimana kalau itu terjadi
pada kami" Michael dan aku membayar makanan lalu kami beranjak
hendak meninggalkan restoran. Ketika kami melewati
39 pojok tempat pasangan tua itu duduk, dompetku terjatuh.
Aku membungkuk untuk mengambilnya, aku melihat, di
bawah meja tangan mereka saling berpegangan lembut.
Mereka makan dengan hening sambil bergandengan tangan!
Aku menegakkan tubuhku. Aku sangat tersentuh melihat
tindak sederhana namun penuh makna yang mencerminkan
kedekatan hubungan pasangan itu. Aku merasa istimewa
karena boleh menyaksikannya. Belaian lembut tangan
lelaki tua itu pada jari-jari istrinya yang letih dan keriput
mengisi tidak hanya apa yang sebelumnya kuanggap sudut
yang secara emosional kosong, tetapi juga mengisi hatiku.
Keheningan mereka bukanlah keheningan yang tidak nyaman, seperti ketidaknyamanan
yang selalu kita rasakan setelah mendengar sebaris lelucon atau canda-tawa waktu
Chicken Soup For The Couples Soul Karya jack Canfield di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kencan pertama. Bukan itu. Keheningan mereka adalah
keheningan yang nyaman dan rileks, itu adalah ungkapan
cinta yang lembut dan tidak selalu membutuhkan katakata untuk
mengekspresikannya. Mungkin telah bertahuntahun mereka bersama-sama menghabiskan
jam-jam seperti ini di pagi hari. Mungkin hari ini tak ada bedanya dari
kemarin, tetapi mereka menikmatinya dengan hati yang
damai. Mereka saling menerima pasangannya, apa adanya.
Mungkin, pikirku ketika aku dan Michael keluar dari
restoran, bukan sesuatu yang buruk bila kelak yang seperti
itu kami alami. Mungkin, itu akan menjadi ungkapan cinta
yang lembut dan penuh kasih.
Daphna Renan a Apa Arti Menjadi Seorang Kekasih" Kehadiran adalah lebih daripada sekadar berada
di sana. Malcolm Forbes Apa arti menjadi seorang kekasih" Menjadi kekasih
mempunyai makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar
menikah atau bercinta dengan seseorang. Berjuta-juta
orang menikah, berjuta-juta orang bercinta - tetapi hanya
sedikit yang benar-benar saling mengasihi. Untuk menjadi
kekasih sejati, Anda harus bersungguh-sungguh dan berpartisipasi dalam tarian
kemesraan bersama partner Anda.
Anda seorang kekasih bila menganggap partner Anda
sebagai anugerah, dan mensyukuri anugerah itu setiap hari.
Anda seorang kekasih bila ingat bahwa pasangan Anda
bukan milik Anda - bahwa dia adalah pinjaman dari alam
semesta. Anda seorang kekasih bila menyadari bahwa apa pun
yang terjadi di antara Anda berdua selalu mempunyai
41 makna, bahwa apa pun yang Anda katakan mempunyai
potensi untuk membuat kekasih Anda sedih atau gembira,
dan bahwa apa pun yang Anda lakukan bisa mempererat
atau justru merenggangkan hubungan Anda dengannya.
Anda seorang kekasih bila memahami semua ini, dan
karenanya setiap pagi Anda bangun dengan perasaan
syukur sebab dikaruniai satu hari lagi untuk mencintai dan
menikmati kebersamaan dengan pasangan Anda.
Bila Anda mempunyai seorang kekasih dalam hidup
Anda, Anda sungguh dikaruniai berkat melimpah. Anda
diberi anugerah dalam wujud seseorang yang memilih
menjadi pendamping Anda. Dia akan menikmati siang dan
malam bersama Anda. Dia akan berbagi ranjang dengan
Anda dan ikut menanggung beban Anda. Kekasih Anda
akan melihat sudut-sudut rahasia Anda yang tak dilihat
orang lain. Dia akan menyentuh titik-titik pada tubuh
Anda yang tidak disentuh orang lain. Kekasih Anda akan
meraih Anda keluar dari tempat persembunyian, dan
menciptakan pelabuhan teduh bagi Anda dalam pelukan
lengannya yang aman dan penuh cinta.
Setiap hari, kekasih Anda menawarkan keajaiban berlimpah kepada Anda. Dia
mempunyai kekuatan untuk membuat Anda senang dengan senyumnya, suaranya,
aroma tengkuknya, dan gerak-geriknya. Dia mempunyai
kekuatan untuk mengenyahkan kesepian Anda. Dia mempunyai kekuatan untuk mengubah
sesuatu yang biasa-biasa saja menjadi sesuatu yang sublim. Dia adalah gerbang
Anda menuju surga, di sini di dunia.
Barbara De Angelis, Ph.D.
Jodoh Rajawali 4 Pendekar Bloon 8 Hianat Empat Datuk Jentera Bianglala 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama