Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin Bagian 2
menjawab, "Kakiku yang sebelah kiri belum
berwudu." Bagaimana Melihat Sebelah Kanan
Datang seorang tamu ke rumah
Nashruddin dan menginap di rumahnya.
Tengah malam, tamu itu terbangun dari
tidurnya dan memanggil Nashruddin sambil
berkata kepadanya, "Wahai tuan, tolong
ambilkan aku sebuah lilin yang ada di sebelah
kananmu itu." Mendengar permintaan tamunya itu,
78 79 CANDA ALA SUFI Nashruddin menjadi bingung dan berkata, "Gila
kamu. Bagaimana mungkin aku melihat sebelah
kananku, sementara keadaannya gelap gulita""
Menara al-Tis Suatu hari, teman-teman Nashruddin
bertanya padanya, "Apa bintangmu""
Nashruddin menjawab, "Menara al-Tis." Mereka
berkata, "Tidak ada dalam ilmu bintang nama
menara al-Tis." Maka Nashruddin berkata, "Ketika aku
masih kecil, ibuku menunjukkan kepadaku
menara al-Tis dan dia berkata kepadaku bahwa
itu adalah menara tua. Sekarang, umur menara
itu sudah 40 tahun. Tentunya, tidak diragukan
lagi, menara itu telah berkembang dan menjadi
terkenal." CANDA ALA SUFI Carilah Orang Lain untuk Membacakan Talqin Suatu hari, seorang hakim yang tinggal
di kota Sayury Khishar meninggal,
namun antara dia dan Nashruddin ada sedik
it permusuhan. Ketika hendak memakamkannya, orangorang meminta kepada Nashruddin untuk
membacakan talqin untuknya. Setelah dikubur,
Nashruddin menjawab, "Aku tidak mau, cari saja
orang lain untuk membacakannya. Sebab, dia
tidak akan mendengarkan omonganku, karena
antara aku dan dia terjadi perselisihan seperti
yang kalian ketahui."
Di Hadapan Hakim Suatu hari, seekor anjing membuang
cotoran di jalan, di antara dua rumah.
Kedua pemilik rumah itu berselisih, siapa orang
yang harus membersihkan kotoran itu" Kedua
orang itu pun pergi ke hakim untuk me
80 81 CANDA ALA SUFI nyelesaikan permasalahan mereka itu. Kebetulan,
Nashruddin berada di rumah hakim itu.
-Setelah keduanya menceritakan masalahnya,
hakim itu bertanya kepada Nashruddin sembari
bergurau, "Apakah kamu dapat menyelesaikan
masalah ini"" Maka dengan tegas Nashruddin
menjawab, "Karena kotoran itu jatuh di jalan
umum, tidak ada yang berkewajiban membersihkan
kotoran itu. Menurutku, yang wajib
membersihkannya adalah hakim ini."
Sapi yang Bersalah Suatu saat, seekor anak sapi mengambil
rumput milik Nashruddin, lalu dia lari
dan membawanya pergi. Melihat kejadian itu,
Nashruddin marah dan segera menemui induk
anak sapi itu. Lalu Nashruddin memukulinya
dengan tongkatnya. Melihat perbuatan Nashruddin itu, tetangganya
bertanya, "Mengapa engkau memukulinya"
Apakah dia telah bersalah"" Nashruddin
CANDA ALA SUFI menjawab, "Ya, dia bersalah, bukan anaknya.
Karena dialah yang mendidik dan mengajari
anaknya." Bulan yang Lama Suatu hari, Nashruddin berjalan
menuju sebuah lembah. Dia lalu
dihadang oleh seorang penggembala yang
berkata padanya, "Wahai tuan, apakah Anda
orang yang pandai"" Nashruddin menjawab, "Ya."
Penggembala itu berkata, "Lihadah ke lembah itu,
orang-orang bergelimpangan di sana. Akulah
yang membunuh mereka itu, karena mereka
tidak dapat menjawab sebuah pertanyaanku ini."
Nashruddin lalu bertanya padanya, "Apa
pertanyanmu itu." Penggembala itu berkata,
"Bulan, ketika berupa sabit, kita melihatnya kecil.
Kemudian, dia menjadi besar seperti roda. Lalu,
dia berubah menjadi kecil lagi dan kemudian
menghilang serta yang tampak adalah lainnya.
Lantas, apa yang mereka perbuat dengan bulan
yang lama"" 82 83 CANDA ALA SUFI Nashruddin menundukkan kepalanya dan
berkata, "Kasihan mereka orang-orang bodoh
itu... Bulan yang lama itu bersembunyi karena
musim hujan dan dia sedang membuat kilat."
Penggembala itu lalu memeluk Nashruddin
dan mencium tangannya. Dan dia berkata kepada
Nashruddin, "Demi Allah, inilah jawaban yang
terlintas dalam benakku." []
84 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
4 Kuah Kelinci Seorang petani menghadiahkan seekor
kelinci kepada Nashruddin. Nashruddin
lalu memberikan penghormatan dan menjamu
petani itu dengan jamuan memuaskan hingga
pulang. Selang satu minggu, datanglah kepada
Nashruddin seorang yang tidak dikenalnya.
Karena itu, dia bertanya padanya, "Siapakah
engkau"" Orang itu menjawab, "Aku adalah
orang yang menghadiahkan kelinci kepadamu
seminggu yang lalu." Nashruddin pun menghormati
dan menjamunya. Beberapa hari kemudian, datanglah empat
orang petani. Nashruddin bertanya pada mereka,
85 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
"Siapakah kalian"" Mereka menjawab, "Kami
adalah tetangga pemilik kelinci itu." Maka
Nashruddin pun menghormati dan menjamu
mereka. Satu minggu berikutnya datanglah beberapa
orang petani yang jumlahnya lebih banyak. Lalu
Nashruddin bertanya pada mereka, "Siapakah
kalian ini"" Mereka menjawab, "Kami adalah
tetangga dari tetangga pemilik kelinci itu."
Nashruddin lalu bangun dan mengambil air
putih sambil berkata, "Silakan kalian minum."
Mereka heran dan berkata pada Nashruddin,
"Kok hanya ini saja"" Nashruddin menjawab,
"Wahai tetangga dari tetangga permilik kelinci,
ini adalah kuah kelinci itu."
Mengapa Menyuruhku Turun"
Suatu hari, Nashruddin berada di
sebuah kamar di lantai atas. Kemudian,
seseorang mengetuk pintu rumahnya.
Nashruddin melongok dari jendela; ternyata dia
seora ng pria. Nashruddin lalu bertanya padanya
dari atas, "Mau apa kau"" Dia menjawab, "Silakan
turun ke bawah, aku akan bicara denganmu."
Nashruddin turun dan orang itu berkata padanya,
"Aku adalah orang miskin yang membutuhkan
bantuanmu." Mendengar perkataan orang itu, Nashruddin
pun marah, namun dia dapat menahannya. Lalu,
dia berkata kepada pengemis itu, "Tolong, ikuti
aku." Maka orang itu mengikuti Nashruddin
hingga ke lantai atas. Setelah sampai di atas, Nashruddin berkata
padanya, "Maaf, aku tidak dapat memberimu
apa-apa." Pengemis itu berkata, "Kalau engkau
tidak mau memberikan apa-apa, mengapa tidak
kau katakan itu di bawah tadi"" Nashruddin
menjawab, "Begitu juga kamu, mengapa kamu
menyuruhku turun dan tidak kau katakan saja
dari bawah." Berikan Jubahku, Kukembalikan Bajumu
Suatu hari, Nashruddin turun dari
keledainya untuk buang air kecil di
86 87 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
tempat sunyi. Dia meletakkan jubahnya di atas
punggung keledai itu. Taklama, lewatlah seorang
pencuri dan diambillah jubah Nashruddin itu.
Setelah kembali, Nashruddin tidak menemukan
jubahnya. Nashruddin kemudian memukul
keledainya itu dan bertanya,"Di mana jubahku""
Karena keledai itu tidak memberi tahu, dia
lepaskan pakaian keledai itu dan diletakkannya
di atas punggungnya sendiri. Dia berkata kepada
sang keledai, "Berikan jubahku, maka aku akan
mengembalikan bajumu."
Jalan di Atas Pohon Saat Nashruddin berjalan-jalan bersama
sekelompok pemuda, mereka bersepakat
untuk mencuri sepatunya. Salah seorang di
antara mereka berkata kepada Nashruddin,
"Siapa yang dapat menaiki pohon ini""
Nashruddin menjawab dengan cepat, "Saya..."
Mereka lalu berkata padanya, "Kamu tidak
mungkin dapat menaiki pohon itu, karena sangat
tinggi." Nashruddin pun marah. Dia lalu menyingsingkan
lengan baju, melepaskan sepatu,
dan menyelipkannya di ikat pinggangnya.
Nashruddin berkata kepada mereka, "Lihatlah,
bagaimana aku menaiki pohon ini." Mereka
berkata kepada Nashruddin, "Untuk apa kau
selipkan sepatumu di ikat pinggangmu""
Nashruddin menjawab, "Barangkali aku menemukan
jalan di atas pohon ini; dengan begitu
aku akan pulang ke rumah."
Lari Mendahului Burung Suatu ketika, Nashruddin diajak oleh
Taimurlank naik kendaraannya dan pergi
ke arena lomba balap sapi. Kemudian,
Nashruddin masuk ke sebuah kandang lembu
dan menaiki seekor lembu tua. Dia lalu mengendarai
lembu tua itu memasuki arena balap
sapi. Melihat Nashruddin, semua orang tertawa
dan menyorakinya. Nashruddin ditanya oleh Taimurlank,
88 89 CANDA ALA SUFI "Mengapa kau masuk ke arena balap sapi dengan
mengendarai seekor lembu yang sudah tua""
Nashruddin menjawab, "Aku sudah biasa
menggunakan lembu ini untuk balapan sejak
sepuluh tahun lalu dan lembu ini bermampu lari
melebihi kecepatan burung. Tetapi saya heran,
mengapa lembu ini sekarang menjadi sangat
lamban"" Naik Keledai Menghadap ke Belakang
Suatu hari, Nashruddin menyampaikan
pelajaran kepada murid-muridnya dari
atas punggung sebuah keledai; menghadap ke
belakang. Murid-muridnya pun merasa heran.
Salah seseorang di antara mereka bertanya pada
Nashruddin, "Wahai guru kami, mengapa Anda
menaiki keledai itu dengan cara demikian""
Nashruddin menjawab, "Apa boleh buat...
Jika aku menaikinya menghadap ke depan, maka
aku akan membelakangi kalian. Dan jika kalian
berjalan di depanku, maka aku di belakangmu,
dan itu tidak patut. Karenanya, sebaiknya aku
CANDA ALA SUFI menaiki keledai ini dengan menghadap ke
belakang." Tak Disangka, Sapi Itu Naik ke Atas Bukit
Suatu ketika, Nashruddin ingin
menyembunyikan uangnya. Lalu, dia
menggali sebuah lubang di depan rumahnya dan
menaruh uang itu di dalamnya. Namun
kemudian dia merasa khawatir akan uangnya tersebut,
karena itu dia mengambilnya kembali.
Ketika Nashruddin sedang bingung
memikirkan tempat yang aman untuk menyimpan
uangnya yang banyak itu, tampaklah
olehnya sebuah bukit yang tinggi. Dia lalu pergi
ke kebun dan memotong sebatang kayu
Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
panjang. Kemudian, di ujung kayu panj
ang itu Nashruddin mengikatkan uangnya yang telah
ditaruh dalam sebuah kantong. Setelah itu, dia
membawanya ke puncak bukit dan menanamnya.
Hati Nashruddin kini tenang dan lega. Dia pun
turun...Sambil melihat ke kantung itu, dia
berkata, "Hanya manusia yang bisa berubah
90 91 CANDA ALA SUFI menjadi burung saja yang dapat mengambil uang
itu." Tanpa disadarinya, dari kejauhan, seorang
pencuri mengintip. Setelah Nashruddin pulang,
pencuri itu menuju tempat tersebut dan
mengambil uang Nashruddin, serta melumuri
tempat itu dengan kotoran sapi.
Beberapa hari kemudian, ketika butuh uang,
Nashruddin pergi ke tempat itu. Namun, dia
tidak mendapatknnya; dia hanya melihat kotoran
sapi. Nashruddin lama merenung dan berkata,
"Subhanallah, yang kutakutkan manusia,
ternyata sapi.... Tak kusangka dia dapat naik ke
atas bukit." Andai Aku Punya Saat Nashruddin berjalan, dia bertemu
dengan beberapa orang muridnya. Dia
lalu mengajak mereka untuk menikmati bubur
bersamanya. Mereka pun mengikuti Nashruddin
pulang ke rumahnya. CANDA ALA SUFI Setibanya di rumah, Nashruddin memerintahkan
istrinya untuk menyediakan bubur.
Istrinya berkata, "Mana minyak samin dan
berasnya"" Nashruddin pun ingat kalau dia tidak
memiliki apapun. Karena itu, dia mengambil sebuah bejana
kosong dan meletakkannya di depan muridmurid yang diundangnya itu. Dan berkata kepada
mereka, "Niat saya, andai saya mempunyai
minyak samin dan beras, tentu saya akan
membuatkan bubur dagi'ng di tempat ini."
Mendengar ucapan Nashruddin itu, mereka
bangkit dan meninggalkan Nashruddin.
Andai Kau Lepas Bajumu, Tentu Tidak Akan
Basah Suatu hari, Taimurlank pergi bersama
Nashruddin untuk berburu. Saat itu
Nashruddin menaiki seekor kuda yang tak bisa
berjalan cepat. Tiba-tiba, hujan pun turun.
92 93 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI Karena itu, Taimurlank beserta anak buahnya
segera pulang, sehingga tidak kehujanan.
Karena berjalan sendirian, Nashruddin
melepas pakaiannya dan mendudukinya. Setelah
hujan reda, dia mengenakan pakaian itu kembali.
Sesampainya di istana, Taimurlank melihat
pakaian Nashruddin tidak basah. Dengan penuh
heran, Taimurlank bertanya, "Mengapa
pakaianmu tidak basah"" Nashruddin menjawab,
"Wahai tuanku, karena kudaku hebat!"
Taimurlank mengira kuda Nashruddin sangat
cepat sehingga dapat menghindarkan
Nashruddin dari air hujan. Dia lalu memerintahkan
kepada anak buahnya agar kuda itu dijadikan
kendaraan pribadinya. Beberapa hari kemudian, Taimurlank keluar
untuk jalan-jalan. Saat itu, dia menggunakan
kuda Nashruddin. Tiba-tiba, hujan pun turun
sehingga seluruh pakaiannya basah-kuyup.
Setelah sampai di rumah, dia memerintahkan
pengawalnya untuk memanggil Nashruddin.
Nashruddin pun datang menghadap dan
Taimurlank marah pada Nashruddin. Maka,
Nashruddin pun berkata kepadanya, "Seandainya
Anda melepas pakaian Anda saat hujan turun dan
mendudukinya seperti yang saya lakukan dulu,
tentu pakaian Tuan tidak akan basah."
Jika Melihat Buah Pala, Dia akan Segera Lahir
Suatu saat, istri Nashruddin hamil. Ketika
tiba saat melahirkan, dia mengalami
kesulitan. Wanita-wanita yang berada di rumah
Nashruddin pun bingung dan ribut. Mereka lalu
datang pada Nashruddin dan berkata, "Doakan
agar dia cepat melahirkan dengan mudah. Jika
tidak, dia atau anaknya akan mati."
Nashruddin menggeleng-gelengkan kepalanya
dan terus keluar menuju pasar. Dia lalu
membeli beberapa biji buah pala. Setelah pulang
dari pasar, Nashruddin langsung mendekat pada
istrinya dan meletakkan buah itu di bawah kursi
di mana istrinya duduk. Kemudian dia berkata,
"Semoga dengan melihat buah pala ini bayimu
akan segera keluar dan bermain-main dengannya.
94 95 CANDA ALA SUFI Ingat Almarhumah Ibumu Suatu saat, Nashruddin duduk-duduk
bersama istrinya; menikmati semangkuk
sup. Karena sup itu sangat panas, istri
Nashruddin menyantapnya lebih dulu dengan
sendok. Namun, tiba-tiba istri Nashruddin meneteskan
air mata. Nashruddin bertanya padanya,
"Mengapa engkau menangis"" Istrinya menjawab,
"Aku teringat ibuku, dia sangat menyukai
sup ini." Ketika Nashruddin hampir menelan apa
yang ada dalam sendoknya, dia ikut menangis
dan meneteskan air mata yang jauh lebih banyak
ketimbang air mata istrinya. Karenanya, sang istri
bertanya, "Mengapa pula engkau menangis""
Nashruddin menjawab, "Almarhumah ibumu
meninggal, lalu dia menitipkanmu padaku."
CANDA ALA SUFI Karena Rindu, Lupa Pakaianku
Suatu pagi buta, ketika sedang tidur,
Nashruddin mendengar suara pedati
yang sedang melaju. Dia bertanya-tanya dalam
hati, namun dia segera tahu bahwa pedati itu
sedang berjalan menuju kota Sayury Khishar.
Maka, Nashruddin pun segera bangun dan ikut
menumpang pedati itu tanpa sempat berpakaian
cukup. Tak lama, pedati itu melaju masuk ke sebuah
desa. Ketika melihat Nashruddin tak cukup
berpakaian, penduduk desa itu menjadi heran,
sehingga mereka bertanya padanya, "Wahai tuan,
tontonan apakah ini"" Nashruddin menjawab,
"Rasa rinduku pada kalian membuatku lupa
mengenakan cukup pakaian."
Telah Kuperoleh Apa yang Kuinginkan
Suatu saat, Nashruddin memiliki seekor
lembu yang tanduknya sangat besar dan
keras. Saat lembu itu tidur, Nashruddin
96 97 CANDA ALA SUFI membayangkan; kalau saja dia ber-tengger di
antara tanduk-tanduk itu, pasti dia akan seperti
seorang raja yang sedang duduk di singgasananya.
Pelan-pelan, Nashruddin mendekati lembu
itu, lalu melompat naik dan duduk di atas
tanduknya. Tiba-tiba, lembu itu terbangun dan
berdiri serta membanting Nashruddin ke tanah
hingga terkapar dan pingsan.
Dengan cepat istrinya mendekati
Nashruddin sambil berteriak dan menangis. Tak
lama kemudian, Nashruddin siuman dan
berkata, "Wahai istriku, janganlah engkau
menangis.... Memang, aku merasa sakit, tapi
paling tidak aku telah memperoleh apa yang
kuinginkan." Mendurhakai Ibu Suatu hari, Nashruddin membeli seekor
keledai di pasar, lalu membawanya
pulang. Di tengah jalan, dua orang penganggur
CANDA ALA SUFI melihat Nashruddin dan mereka bersepakat
untuk menipunya. Salah seorang mendekati
Nashruddin dan berjalan di belakangnya sambil
melepaskan tali pengikat keledai itu secara
perlahan, lalu mengikatkannya ke kepalanya
sendiri. Sementara, temannya mengambil keledai
itu dan membawanya lari. Setelah sampai di rumah, Nashruddin
menoleh ke belakang untuk melihat keledainya.
Dia terkejut karena yang dilihatnya adalah
seorang pria dengan kepala-terikat. Melihat itu,
Nashruddin menjadi heran, lalu bertanya
padanya, "Siapakah engkau"" Orang itu berkata
sambil mengusap air matanya, "Wahai tuan, aku
adalah orang bodoh yang telah dimurkai oleh
ibuku. Beliau telah mendoakanku agar Allah
mengubahku menjadi seekor keledai, maka doa
beliau itu dikabulkan oleh Allah Swt. Kemudian
mereka menjualku di pasar kepadamu. Namun,
dengan barakah tanganmu, bentukku dapat
berubah kembali menjadi manusia seperti
semula." Lalu dia mendekati Nashruddin dan
98 99 CANDA ALA SUFI menciuminya sambil minta doa dan berterima
kasih padanya. Mendengar itu, Nashruddin
percaya lalu membebaskanya. Tentunya, setelah
dia memberikan nasihat agar orang itu segera
menaati dan membuat ridha orang tuanya.
Hari berikutnya, Nashruddin pergi ke pasar
untuk membeli keledai yang lain. Tiba-tiba dia
melihat keledai yang dibelinya beberapa hari
yang lalu ada di situ. Dengan cepat dia mendekati
keledai itu dan membisikkan di telinganya,
"Wahai pria kurang ajar, aku tahu kalau kamu
tidak mendengarkan nasihatku sehingga ibumu
murka lagi padamu. Demi Allah, aku tidak akan
membelimu lagi." Rumah Ini Mungkin Memiliki Dua Pintu
Suatu hari, Nashruddin mengundang
beberapa orang muridnya untuk bertandang
ke rumahnya. Mereka pun datang.
Ketika Nashruddin melihat istrinya, dia berkata
padanya, "Di pintu ada beberapa orang tamu,
aku harap engkau menghormati mereka."
100 CANDA ALA SUFI Istri Nashruddin keluar dan berkata kepada
mereka dari belakang pintu, "Mau apa kalian""
Mereka menjawab, "Kami hendak bertemu
dengan guru kami." Istri Nashruddin pun
berkata, "Dia tidak ada..."
Mendengar ucapan istri Nashruddin, mereka
bingung dan heran. Lalu mereka berkata, "Beliau
datang bersama kami dan baru saja masuk,
karena beliaulah yang mengundang kami
kemari." Lalu terjadilah pertengkaran antara mereka
dengan istri Nashruddin. Tak lama, karena sudah
tidak sabar lagi mendengarkan pertengkaran
mereka, Nashruddin menampakkan dirinya dari
jendela dan berkata kepada mereka, "Hai,
mengapa kalian bertengkar dengan istriku yang
malang ini. Mungkin saja rumah ini memiliki dua
pintu, sehingga orang bisa keluar-masuk dari
pintu mana saja." 101 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
Seekor Burung Bulbul Suatu hari, Nashruddin masuk ke sebuah
kebun, lalu naik ke sebuah pohon yang
lebat buahnya. Setelah di atas, dia memetik buah
itu dan memakannya. Tak lama kemudian,
pemilik kebun itu datang dan melihat
Nashruddin, lalu berteriak dan berkata, "Apa
yang sedang kau lakukan di situ"" Nashruddin
menjawab, "Aku adalah seekor burung bulbul."
Lalu si pemilik kebun kembali berkata,
"Berkicaulah, agar aku dapat mendengarkannya."
Maka Nashruddin pun berkicau dan menirukan
suara burung bulbul. Mendengar suara
Nashruddin itu, pemilik kebun tertawa dan bertanya,
"Begitukah burung bulbul berkicau""
Nashruddin menjawab, "Burung bulbul tak
pernah berkicau lebih baik dari apa yang pernah
kuperdengarkan..." Bagian Lain Kutanami Pohon Jerami
Suatu kali, Nashruddin mencukur rambut
pada orang bodoh sehingga beberapa
bagian dari kepalanya terluka, dan tukang cukur
itu menutup luka tersebut dengan kapas. Tetapi,
Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Nashruddin kemudian merasa sakit dan langsung
berdiri. Tukang cukur itu berkata pada
Nashruddin, "Sabar, sebentar lagi selesai..."
Dengan kesal Nashruddin menjawab,
"Cukup... Engkau telah menanami sebagian
kepalaku dengan pohon kapas dan aku akan menanami
sebagian yang lain dengan pohon jerami."
Lebih Tua Nashruddin atau Anaknya"
Suatu hari, putra Nashruddin berkata
padanya, "Wahai ayah, aku masih ingat
saat engkau dilahirkan. Engkau dimaki oleh
ibumu, lalu dia mendiamkanmu."
Maka Nashruddin pun menoleh pada
istrinya dan berkata padanya, "Mengapa engkau
memakinya, mungkin dia menyamakan dirinya
denganku di masa kecil..."
102 103 CANDA ALA SUFI Alhamdulillah, Aku Mengeluarkannya dari
Sumur Suatu malam, Nashruddin melihat
bayangan bulan pada sebuah sumur dan
berkata, "Betapa malangnya bulan itu, mengapa
dia jatuh ke dalam sumur""
Lalu, dia berusaha mengeluarkannya dengan
menggerak-gerakkan ember yang ada di
dalamnya, agar dia naik. Namun, setelah
melakukanya, bulan itu tidak juga mau naik ke
dalam ember. Nashruddin kemudian mengambil
seutas tali dan mengikatnya dengan kuat pada
sebuah batu besar, karena dia tahu bulan itu
sangat berat, dan akan sulit untuk mengangkatnya.
Ketika mengikat batu itu dengan sekuat
tenaganya, Nashruddin terjungkir dan jatuh
terpelanting. Sambil terkapar, matanya memandangi
langit. Tiba-tiba saja, dia melihat sang
rembulan sudah berada di sana. Dengan
kesakitan Nashruddin berkata, "Alhamdulillah,
tulang punggungku patah, namun aku berhasil
menyelamatkan bulan yang malang itu."
104 CANDA ALA SUFI Aku Bersembunyi, Malu Padamu
Suatu malam, Nashruddin merasa bahwa
seorang pencuri telah masuk ke
rumahnya. Lalu, dia bersembunyi di dalam
sebuah lemari. Setelah lama pencuri itu mencari
sesuatu dan tidak mendapatkan apapun, dia
berdiri sejenak dan terlihatlah olehnya sebuah
lemari yang tertutup. Pencuri itu berkata dalam
hati, "Semoga aku beroleh sesuatu di dalamnya."
Dia lalu membukanya. Tiba-tiba, terlihatlah Nashruddin di dalamnya.
Setelah melihat Nashruddin, tubuh pencuri
itu bergetar ketakutan. Namun, dia memberanikan
diri dan berkata, "Apa yang sedang kau
lakukan di sini, wahai orang tua"" Nashruddin
menjawab, "Wahai tuan, jangan kau lakukan
apapun padaku. Sebab, aku tahu bahwa engkau
tidak mendapatkan sesuatu pun untuk dicuri.
Aku bersembunyi karena malu padamu..."
105 CANDA ALA SUFI Mungkin Dia Keluar Suatu saat, cincin Nashruddin hilang di
rumahnya. Dia telah mencarin
ya namun tidak mendapatkannya. Lalu, Nashruddin keluar
dan mencarinya di depan pintu. Melihat
Nashruddin sedang mencari sesuatu, salah
seorang tetangga bertanya padanya, "Apa yang
sedang kau lakukan"" Nashruddin menjawab,
"Cincinku hilang di dalam rumah..." Dia pun
bertanya kembali, "Mengapa engkau tidak
mencarinya di dalam rumah saja"" Nashruddin
menjawab,"Di dalam sangat gelap, mungkin saja
dia keluar..." Saksi Lebih Baik Nashruddin menjadi seorang hakim di
sebuah negeri. Suatu hari, datang
padanya seseorang sambil berteriak dengan keras
dan berkata, "Wahai tuan, gitarku telah dicuri
oleh seseorang dan aku menemukannya di pasar.
Gitar itu berada di tangan seseorang, tolong
kembalikan padaku." CANDA ALA SUFI Nashruddin berusaha menenangkannya dan
mengajaknya ke pasar. Setelah sampai dan
melihat barang itu, Nashruddin bertanya pada
orang itu, "Milik siapa gitar ini"" Dia menjawab,
"Gitar ini milikku, aku telah membelinya dari
negeri sana." Lalu Nashruddin bertanya padanya, "Apakah
kamu punya saksi"" Dia menjawab "Ya." Seketika
itu juga dia mendatangkan dua orang saksi.
Kemudian Nashruddin menanyai mereka
tentang gitar itu. Mereka menjawab, "Kami
menyaksikan bahwa gitar itu miliknya. Sebagai
tandanya, bagian atasnya pecah, senarnya lembut,
dan di bawahnya terdapat pita."
Setelah mendengar kesaksian itu,
Nashruddin tentu akan memberikan keputusan.
Namun, pendakwa membantahnya dan berkata,
"Aku ingin membersihkan saksi-saksi itu; karena
menurutku kesaksian mereka cacat. Sebab, salah
seorang di antara kedua orang itu adalah pecandu
alkohol dan yang satu lagi suka berzina."
Nashruddin merenung sejenak dan
mengangkat kepalanya ke atas dan berkata
106 107 CANDA ALA SUFI kepada pendakwa, "Apakah untuk menyelesaikan
masalah seperti ini harus dilakukan pembersihan
terhadap kedua orang saksi itu" Lalu, saksi yang
bagaimana yang kau harapkan dapat menyelesaikan
masalah sebuah gitar""
Ambilkan Denda darinya, Aku Tergesa-gesa
Suatu hari, Nashruddin berjalan-jalan di
pasar. Tiba-tiba, datanglah seorang pria yang
memukulnya dengan keras dari belakang.
Nashruddin menoleh dan berkata padanya, "Ada
apa"" Pria itu minta maaf padanya dan berkata,
" Wahai tuan, saya kira Anda salah seorang teman
saya." Nashruddin marah, lalu dia membawanya ke
pengadilan agar masalahnya dapat diselesaikan.
Secara kebetulan, hakim itu adalah salah seorang
teman pria tersebut, sehingga dia memberinya
keputusan-cukup agar Nashruddin membalasnya
dengan pukulan yang sama. Namun,
Nashruddin tidak rela dengan keputusan
tersebut. CANDA ALA SUFI Hakim itu berkata pada Nashruddin, "Kalau
engkau tidak rela dengan keputusan ini, maka
aku akan menjatuhkan denda padanya agar dia
memberikan uang untukmu sebanyak sepuluh
girisy" Lalu, dia berkata kepada pria itu, "Pergi
dan ambillah uang sebanyak sepuluh girisy dan
berikan pada Nashruddin."
Rupanya, sang hakim memberikan
kesempatan kepada pria itu untuk kabur dengan
alasan mengambil uang. Nashruddin pun
menunggunya berjam-jam. Setelah lama
menunggu dan orang itu tak kunjung datang, dia
pun sadar kalau hakim itu telah menipunya.
Nashruddin lalu beranjak dari tempat
duduknya dan mendekati sang hakim yang
sedang sibuk itu. Sembari memukulnya dengan
keras, dia berkata padanya, "Maaf, aku sibuk
sekali dan aku tak punya waktu lagi untuk
menunggu. Tolong, ambilkan uang darinya,
kapan saja dia datang."
108 109 CANDA ALA SUFI Na'udzubillah Suatu ketika, Taimurlank bertanya pada
Nashruddin, "Wahai Nashruddin,
engkau tahu bahwa seluruh pemimpin dinasti
Abbasiyyah memiliki gelar berbeda-beda, seperti
al-Muwaffiq billah., al-Mutawakkil 'alallah, alMu'tashim billah dan Iain-lain. Seandainya aku
menjadi salah seorang di antara mereka, gelar
apakah yang cocok untukku"" Nashruddin
menjawab dengan tangkas, "Paduka mulia dan
agung, gelar yang cocok untuk Anda adalah
Na'udzubillah" Kehilangan Apa Lagi"
Suatu hari, salah seorang teman
Nashruddin berkata padanya, "Sesungguhnya
istrimu teiah kehilangan akal."
Nas hruddin memandanginya dan meletakkan
tangannya ke atas dahinya sendiri, lalu
berpikir agak lama. Sang teman bertanya
padanya, "Apa yang sedang kau pikirkan."
CANDA ALA SUFI Nashruddin menjawab, "Tadi kau berkata bahwa
istriku telah kehilangan akalnya. Karenanya, aku
yakin dia sudah tidak lagi memiliki akal sama
sekali. Oleh karena itu, biarkan aku berpikir, dia
akan kehilangan apa lagi""
Belum Pernah Bicara Dengannya
Suatu hari, Nashruddin pergi ke
pengadilan untuk menceraikan istrinya.
Hakim bertanya padanya, "Siapa nama istrimu
dan ayahnya"" Nashruddin menjawab, "Aku
tidak tahu." Sang hakim bertanya kembali, "Sejak
kapan kamu menikahinya"" Nashruddin
menjawab, "Sejak beberapa tahun lalu, tapi aku
belum pernah ngobrol dengannya. Aku tak punya
cukup waktu untuk menanyakan namanya dan
nama ayahnya." Paku Sama dengan Abu Istri Nashruddin berpesan padanya agar
membawa serbuk arang untuk pewarna
110 111 CANDA ALA SUFI benang. Dia lalu memberikan sebuah kantong
kepada suaminya. Karena tak dapat memperolehnya,
Nashruddin pergi ke tempat pembakaran, lalu
mengambil beberapa potong paku dan memasukkannya
ke dalam kantung, kemudian
pulang. Sesampainya di rumah, Nashruddin
memberikan kantong itu pada istrinya.
Saat melihat kantong berisikan beberapa
buah paku itu, sang istri heran dan berkata pada
Nashruddin,"Apa ini"" Nashruddin menjawab,
"Wahai istriku, engkau tidak tahu bahwa
menurut para ilmuwan, hukum sesuatu yang menyeluruh
dan terbanyak adalah sama. Sehingga,
paku dan abu adalah sama."
Bertanyalah padaku, Kemudian pada
Kambingku Suatu malam, Nashruddin beserta istrinya
mendengar suara kaki beberapa orang
pencuri. Tiba-tiba, kambing Nashruddin
CANDA ALA SUFI mengembik. Karena itu, salah seorang pencuri
berkata pada temannya, "Jika kita tak
mendapatkan apa-apa malam ini, kita akan
masuk ke dalam rumah ini, membunuh
Nashruddin, menyembelih kambingnya, makan
dagingnya, dan kemudian membawa lari
istrinya." Tak lama kemudian, Nashruddin batukbatuk,
sehingga menimbulkan keributan. Ya,
mendengar suara itu, pencuri-pencuri itu
berlarian ketakutan. Istrinya berkata padanya,
"Kelihatannya engkau takut, sehingga engkau
batuk-batuk dan membuat kegaduhan..." Maka,
Nashruddin pun menjawab dengan cepat, "Tentu,
tapi tak ada sesuatu yang perlu kau resahkan.
Tanyakan saja padaku atau pada kambingku."
Kita Bangun Kamar Kecil di Sana
Suatu ketika, Nashruddin hendak
membangun sebuah rumah. Seseorang
berkata padanya, "Sebaiknya kita bangun di sini
sebuah kamar, lalu di sebelah sana ruangan besar
112 113 CANDA ALA SUFI dan di sebelah sana lagi tempat menyimpan
makanan." Nashruddin melihat-lihat bakal rumahnya
itu sambil naik-turun, ke atas dan ke bawah. Tibatiba,
dia buang angin. Sembari menunjuk sebuah
tempat, dia berkata, "Dan di sini kita akan
bangun kamar kecil."
Bersama Orang Berusia Dua Puluh Tahun
Beberapa orang bertanya pada
Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Nashruddin, "Apakah dalam usia
seratus tahun, seseorang masih dapat punya
anak"" Nashruddin menjawab, "Ya, jika dia selalu
bersama dengan orang yang berusia dua puluh
tahun." Mengenalnya Sejak Bayi Suatu ketika, mantel tetangga Nashruddin
dicuri orang. Beberapa hari kemudian,
mantel itu ditemukan berada di tangan
CANDA ALA SUFI seseorang. Setelah pemilik mantel itu raengadukannya
kepada hakim, dia memanggil
Nashruddin untuk dijadikan saksi.
Hakim bertanya pada Nashruddin, "Apakah
kau tahu bahwa mantel itu milik orang ini""
Nashruddin menjawab, "Ya, aku mengenalnya
sejak dia masih bayi, mantel itu tetap di tangannya
hingga dia dewasa." Jangan Sombong, Ini Air Sebenarnya
Suatu ketika, Nashruddin berada di sebuah
perahu. Lantaran merasa haus, dia
mencelupkan tangannya ke laut untuk mengambil
seteguk air dan meminumnya. Karena
terasa sangat asin, lambungnya menjadi sakit dan
kepalanya pusing. Nashruddin kemudian maju sedikit ke depan
dan mendapatkan air tawar. Dia meminumnya
hingga kenyang. Setelah itu, Nashruddin
mengambil sebuah bejana dan memenuhinya
dengan air tawar s erta menuangkannya sedikit
114 115 CANDA ALA SUFI ke laut sambil berkata," Janganlah sombong dan
jangan berlaku sombong pada manusia. Sebab,
inilah air yang sebenarnya." Sambil menunjuk
pada air tawar yang berada di tangannya.
Jangan Masuk ke Peti Jenazah
Suatu saat, Nashruddin ditanya oleh
seorang temannya, "Jika seseorang
berjalan bersama jenazah, sebaiknya dia berjalan
di belakangnya atau di depannya"" Nashruddin
menjawab, "Berjalanlah semaumu, yang penting
engkau tidak berada di dalam peti jenazah."
Mengapa Tidak Seperti Anakmu"
Suatu ketika, Nashruddin pergi ke sebuah
kota bersama seorang teman guna
menyelesaikan sebuah urusan. Dia pun telah
bersungguh-sungguh untuk menyelesaikannya,
namun urusan itu tetap tertunda-tunda dan tak
kunjung selesai. CANDA ALA SUFI Lalu, beberapa orang pegawai mendekat
pada Nashruddin dan berkata, "Jika urusanmu
ingin selesai tepat pada hari ke-41, maka
lakukanlah shalat subuh di mihrab masjid jami
yang besar itu selama 40 hari, kemudian
berdoalah. Maka doamu itu pasti akan dikabulkan
Allah Swt." Mendengar ucapan pegawai itu, Nashruddin
langsung melakukannya. Namun, apa yang
terjadi" Setelah melakukan itu, urusannya itu
tidak juga selesai. Esok paginya, Nashruddin pergi ke sebuah
masjid kecil. Dia shalat dan berdoa dengan hati
tulus dan khusuk. Setelah itu, dia pergi ke tempat
di mana dia harus menyelesaikan urusannya. Dia
pun mendapatkan seluruh urusannya itu selesai
dengan baik dan sempurna. Seketika,
Nashruddin menuju masjid jami yang besar itu
dan masuk ke dalam. Sambil mengangkat
suaranya, dia berkata, "Hal semacam itu tidaklah
patut bagimu, mengapa engkau tidak seperti
anakmu"" 116 117 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
Lihat, Bagaimana Dia Lari Sebelum Kuberi Ter
Suatu ketika, Nashruddin pergi ke sebuah
tempat pembuatan kapal. Di sana, dia
melihat orang-orang sedang menyalakan api
untuk mengecat dan memperindah sebuah kapal.
Nashruddin pun bertanya pada mereka, "Apa
yang sedang kalian lakukan"" Mereka menjawab,
"Kami sedang membuat sebuah kapal; kami
mengecatnya dengan ter agar dia dapat berjalan
dengan cepat." Tak lama kemudian, Nashruddin pulang.
Sesampainya di rumah, dia mengikat keledainya
dengan sebuah rantai dan menyalakan api untuk
mengecat kuku-kukunya dengan ter, agar dia
dapat berjalan cepat seperti yang mereka lakukan
pada kapal itu. Begitu sang keledai melihat apa yang sedang
dilakukan Nashruddin, dia memberontak hingga
rantai pengikatnya putus. Dia lalu lari dengan
cepat karena ketakutan. Melihat keledainya lari
dengan cepat, Nashruddin pun befteriak, "Wahai
manusia, lihatlah, bagaimana dia melompat dan
118 lari sebelum aku memberinya ter pada kukukukunya."
Dia Adalah Aku, Lalu Siapa Aku"
Nashruddin hendak melakukan sebuah
perjalanan. Dia lalu meletakkan sebuah
labu di lehernya sembari berkata, "Aku
menggant'ungkan labu ini di leherku agar aku
tidak hilang." Kemudian, dia melakukan perjalanan
hingga suatu saat dia singgah di sebuah
rumah. Saat Nashruddin tertidur, seseorang
mengambil labu itu dari tubuh Nashruddin, lalu
menggantungkannya ke lehernya. Setelah
bangun, Nashruddin melihat orang itu dan
berkata dengan bingung, "Dia adalah aku, lalu
siapa aku"" 119 CANDA ALA SUFI Obat Sakit Mata seperti Obat Sakit Gigi
Suatu ketika, Nashruddin ditanya
seseorang tentang obat sakit mata. Dia
pun menjawab, "Obatnya seperti obat sakit gigi,
yaitu dengan mencabutnya..."
Sembilan Bulan Ditempuh Hanya Lima Hari
Pada hari kelima pernikahan Nashruddin,
istrinya melahirkan seorang bayi. Hari
berikutnya, Nashruddin membeli beberapa alat
tulis dan perlengkapan sekolah lainya, serta
meletakkannya di atas kepala bayi itu.
Orang-orang berkata padanya, "Apa ini""
Nashruddin menjawab, "Karena dia mampu
menempuh waktu sembilan bulan hanya dengan
lima hari, tentu saja beberapa hari lagi dia akan
masuk sekolah. Karena itu, aku memberinya alatalat
tulis dan perlengkapan sekolah."
CANDA ALA SUFI Naudzubillah, Andai Aku Memakainya
Suatu ketika, baju N ashruddin dijemur di atas tali. Tiba-tiba, angin menjatuhkannya.
Nashruddin lalu berkata pada dirinya, "Wah,
kalau begini kita harus bersyukur." Sang istri
bertanya padanya, "Mengapa"" Nashruddin
menjawab, "Bayangkan, andai aku memakainya..."
Andai Berjalan Satu Arah, Mereka Akan Jatuh
Orang-orang bertanya pada Nashruddin,
"Setiap pagi, mengapa orang-orang ada
yang berjalan lewat sini dan ada pula yang
berjalan lewat sana"" Nashruddin menjawab,
"Seandainya mereka berjalan satu arah, maka
bumi ini akan hilang keseimbangannya dan
mereka pun akan jatuh."
120 121 CANDA ALA SUFI Roti Menjadi Es Suatu hari, Nashruddin berkata, "Aku
telah menemukan sesuatu yang baru,
tetapi aku tidak menyukainya." Seseorang
bertanya padanya, "Apa itu"" Nashruddin
menjawab, "Makan roti yang sudah jadi es."
Tanamlah Aku, Kuberikan pada Kalian
Bebuahan Suatu hari, Nashruddin melihat beberapa
orang petani sedang menanam anggur.
Dia bertanya pada mereka, "Apa yang sedang
kalian lakukan"" Mereka menjawab, "Kami
sedang menanam pohon anggur, tangkai demi
tangkai." Mendengar jawaban itu, Nashruddin
merenung sejenak dan berkata, "Tanamlah aku,
akan kuberi kalian buah yang bermacammacam."
Lalu para petani itu berkata, "Ya,
silakan." Mereka pun menanam Nashruddin di
CANDA ALA SUFI tengah ladang, kemudian mereka duduk-duduk
di bawah sebuah pohon. Karena saat itu musim semi, udara sangat
dingin, sehingga Nashruddin kedinginan dan
lapar. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya, dan
dengan susah-payah dia melepaskan tubuhnya'
dari himpitan tanah. Kemudian, dia mendatangi
mereka. Dan mereka bertanya padanya,
"Mengapa kau kemari""
Nashruddin menjawab, "Demi Allah, wahai
saudara-saudaraku, jika kalian ingin aku
berbicara jujur, akan kukatakan kepada kalian
bahwa aku tak menyukai tempat itu, sehingga aku
tak dapat memberimu sebiji buah pun. Oleh
sebab itu, aku pun keluar dan mendatangi
kalian." Perintah Itu Mudah, Tetapi Pelaksanaannya
Sulit Suatu ketika, Nashruddin melakukan
kesalahan pada Taimurlank. Karena itu,
sang raja memerintahkan kepada salah seorang
122 123 CANDA ALA SUFI tentara untuk memukulnya sebanyak 80 kali
pukulan tongkat. Mendengar keputusan itu, Nashruddin
tersenyum, sehingga Taimurlank marah padanya
dan berkata, "Pukullah dia sebanyak 500 kali."
Mendengar ucapan Taimurlank itu, Nashruddin
tidak merasa takut. Dia justru tertawa terbahakbahak,
sehingga Taimurlank menjadi sangat
marah dan memerahlah kedua matanya. Dia lalu
berkata, "Pukullah dia sebanyak 800 kali."
Begitu melihat amarah Taimurlank, tubuh
Nashruddin menjadi lemas karena takut padanya.
Dia memegangi perutnya karena sakit, akibat
terlalu lama tertawa terbahak-bahak. Taimurlank
bangun dari tempat duduknya, lalu berdiri di
hadapan Nashruddin dan berkata, "Wahai
pembangkang, kau telah meremehkan ketentuan
hukum yang kutetapkan dan serbanmu bagai
gilingan tepung. Bukankah engkau tahu bahwa
engkau berada di hadapan salah seorang
penguasa, di mana bumi saja takut menghadapinya"
Nashruddin menjawab, "Segala yang kau
124 CANDA ALA SUFI katakan benar dan aku mengetahui pokok
permasalahannya. Kuakui bahwa engkau adalah
si penumpah darah yang tiada tandingannya.
Hanya saja, aku bingung dalam satu hal, apakah
engkau tidak tahu ilmu hitung ataukah engkau
bukan makhluk yang sejenis dengan kami" Mana
pukulan sebanyak 800 dengan tongkat itu" Segala
sesuatu mudah dituturkan dengan lisan, namun
untuk melaksanakan 800 kali pukulan dengan
tongkat itu sulit...."
Dia Sendiri Memberitahuku
Ketika Nashruddin berada di luar kota,
tersiar berita bahwa dia telah meninggal.
Dia lalu segera membaringkan tubuhnya di atas
tanah, menunggu orang mengangkat jenazahnya.
Lama menunggu, namun tak seorang pun
yang datang untuk mengangkat jasadnya. Karena
perutnya lapar, dia pulang ke rumahnya dan
memberitahu istrinya tentang berita kematiannya;
di mana dan kapan dia meninggal.
125 CANDA ALA SUFI Kemudian, dia pergi ke tempat semula di mana
dia diduga telah meninggal.
Istri Nashruddin mulai menyebarkan berita
kematian suaminya itu kepada semua orang. Dia
lalu menangis tersedu-sedu, hingga para tetangga
berdatangan ke rumahnya dan menanyakan
tentang keberadaan suaminya. Istri Nashruddin
Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memberi tahu kepada mereka bahwa suaminya
telah meninggal di suatu tempat dan tubuhnya
tergeletak di sana. Mereka pun bersedih dan
mengucapkan bela sungkawa padanya. Mereka
kemudian bertanya, "Kapan dan di mana dia
meninggal, serta siapa yang menyampaikan
berita kematiannya"" Istri Nashruddin menjawab,
"Dia sendiri yang datang kepadaku
beberapa saat lalu dan dia kemudian kembali ke
tempat itu...." Sayapku yang Lebar Hamzah adalah seorang pria tua yang
mengaku telah menjadi hamba yang
'arif dengan sempurna dan menjadi pertapa.
126 CANDA ALA SUFI Suatu ketika, dia bertanya pada Nashruddin,
"Wahai Nashruddin, menurutku seluruh yang
ada di alam ini hanyalah bualan dan igauan
belaka. Pabila engkau memiliki banyak
pengetahuan, ayolah kita saling tukar-menukar
pengalaman." Nashruddin bertanya, "Keistimewaan apa
yang telah kauperoleh dari jalan yang telah
kautempuh" Mungkin suatu saat aku dapat
menirumu..." Dia menjawab, "Kami memiliki banyak
pengetahuan yang tak berbatas. Setiap malam,
aku naik ke atas dan berada di alam raya sana,
sehingga aku sampai di langit pertama, lalu aku
melihat dan menikmati alam malakut."
Mendengar perkataan orang itu, yang begitu
tinggi dan tidak dapat diterima akal Nashruddin,
dia bertanya padanya, "Apakah di sana engkau
tidak merasakan adanya susuatu yang lembut
bagai kipas, yang menyentuh tubuhmu"" Dia
menjawab, "Tidak" Nashruddin lalu berkata, "Itu
adalah salah satu sayap di antara sayapku yang
lebar." 127 CANDA ALA SUFI Aku Bukan Manusia Suatu saat, Nashruddin melepas bajunya
dan duduk berbaring di atas kuburan.
Tiba-tiba, angin tertiup dengan kencang sehingga
pakaiannya terbawa angin; entah ke mana.
Nashruddin mengejarnya dengan berlari.
Tak lama, datanglah beberapa orang
penunggang kuda. Begitu melihat Nashruddin
sendirian di kuburan tanpa pakaian yang cukup
dan melompat-lompat dari satu batu ke batu
yang lain, mereka pun ketakutan. Mereka lalu
berkata padanya, "Hai, apa yang sedang kau
lakukan di sini""
Nashruddin menjawab, "Aku penghuni
kuburan ini dan telah meninggalkan dunia ini
beberapa puluh tahun lalu. Aku keluar dari
kuburan ini karena wuduku batal. Setelah
berwudu, aku akan kembali lagi ke sana, tapi aku
bukan manusia." 128 CANDA ALA SUFI Pemberian Allah atau Manusia"
Nashruddin sangat menyayangi anak
kecil; dia selalu berkumpul, bercanda,
dan bermain bersama mereka. Pabila menemui
kesulitan, mereka datang padanya dan me
ngutarakan masalahnya. Suatu ketika, mereka berselisih dalam
menerima manisan buah pala yang dibagikan
Nashruddin. Kareia itu, mereka datang padanya
dan berkata, "Bagikanlah manisan pala itu
kepada kami." Nashruddin menjawab, "Kalian
meminta bagian dari pemberian Allah atau
bagian dari pemberian hamba""
Dengan polos, mereka menjawab pertanyaan
Nashruddin itu, "Ya, kami menginginkan bagian
dari pemberian Allah." Maka, Nashruddin pun
membagikan manisan pala itu kepada mereka.
Ada yang diberi dua telapak tangan penuh, ada
yang satu telapak tangan, ada yang diberi
beberapa biji, dan ada pula yang hanya diberi satu
biji manisan pala, bahkan ada juga yang tidak
diberi sama sekali. Mereka tidak mengetahui
hikmah di balik pembagian Nashruddin ini.
129 CANDA ALA SUFI Mereka lalu berkata, "Tidak adil... Pembagian
macam apa ini""
Nashruddin pun menjawab, "Wahai anakanakku,
kita tak perlu pergi jauh untuk
menyelesaikan masalah ini; kita hanya perlu
melihat contoh saja sekaitan dengan masalah
yang terjadi di antara kita. Ayah Badi' Affandy
sangat kaya dan merupakan orang yang
terpandang di negeri ini. Dia hidup sejahtera;
semua keluarga dan anaknya hidup berkecukupan
dan bahagia. Adapun Sananuddin,
dia orang kecil dan sangat miskin; keluarganya
hidup dalam kesusahan, bapak dan ibunya sakit,
sehingga dia tidak dapat bekerja. Adapun
keluarga Husammudin tidak demikian. Masingmasing
kalian memiliki keadaan yang berbeda.
Adapun keadaan kakekmu ini berbeda dengan
mereka semua. Inilah, wahai anak-anakku,
pembagian Allah Swt."
CANDA ALA SUFI Inilah Urusanku Salah seorang tetangga dekat Nashruddin
bertanya padanya, "Aku bingung ketika
mendengar keributan dan teriakan di rumahmu.
Apa gerangan yang terjadi"" Nashruddin
menjawab, "Aku berkelahi dengan istriku; dia
menarik bajuku dan kemudian terjatuh dari
tangga serta berteriak sehingga menimbulkan
kegaduhan." Orang itu kembali bertanya, "Jika istrimu
jatuh dari tangga, mengapa ada juga suara
gemerincing"" Nashruddin menjawab, "Diam,
wahai saudaraku, mengapa engkau selalu ingin
tahu urusan orang lain" Ini adalah urusanku..."
Ucapkan Insya Allah Suatu malam, Nashruddin berkata pada
istrinya, "Jika cuaca esok hari cerah dan
bersahabat, saya akan pergi mencari kayu."
Istrinya lalu berkata padanya, "Katakan, Insya
Allah." Nashruddin menimpali, "Tentu, segala
130 131 CANDA ALA SUFI sesuatu bisa terjadi." Kemudian, mereka pun
tidur. Esok harinya, Nashruddin berangkat. Di
tengah jalan, dia bertemu dengan sekelompok
penunggang kuda. Mereka memanggil
Nashruddin dan bertanya padanya, "Manakah
jalan yang menuju desa Falaniyah"" Nashruddin
menjawab,"Aku tidak tahu." Serta-merta, mereka
pun marah; memukuli dan memaksa
Nashruddin mengantarkan mereka ke desa itu.
Mereka berkata,"Berjalanlah di depan kami dan
antarkan kami ke desa itu."
Tak lama, turunlah hujan dengan lebat
sehingga seluruh pakaiah dan tubuh Nashruddin
basah-kuyup. Nashruddin mengantarkan mereka
hingga tengah malam. Dalam keadaan sakit dan
terluka, dia pun pulang ke rumah. Setibanya di
rumah, Nashruddin mengetuk pintu. Istrinyabertanya,"
Siapakah itu"" Nashruddin menjawab,
"Aku, wahai istriku.... Bukalah pintu insya
Allah."[] 132 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
5 Mencari Tidur Di tengah malam, Nashruddin keluar
dari rumahnya untuk mencari angin.
Dia lalu bertemu dengan salah seorang penjaga
malam. Sang penjaga bertanya padanya, "Apa
yang kau cari di tengah malam seperti ini""
Nashruddin menjawab, " Tidurku telah
menghilang dariku.... aku sedang mencarinya."
Memberi Karena Janji Salah seorang teman Nashruddin menagih
hutang padanya; karena sudah berjanji.
Nashruddin menjawab, "Aku memberikan uang
133 CANDA ALA SUFI ini padamu bukan karena hutang, tetapi karena
janji..." Memotong Harga Handuk Suatu hari, Nashruddin beserta
Taimurlank pergi ke kolam renang.
Taimurlank bertanya pada Nashruddin,
"Seandainya aku seorang hamba, berapa kira-kira
hargaku"" Nashruddin menjawab, "Lima puluh
dirham." Mendengar jawaban Nashruddin,
Taimurlank marah dan berteriak, "Kurang ajar,
lalu berapa harga handuk yang berada di leherku
ini"" Dengan tenang, Nashruddin menjawab,
"Aku juga telah memotong harga handukmu
itu." Memberikan Uang, Memperoleh Seruling
Saat Nashruddin hendak ke pasar, anakanak
kecil di kampungnya minta dibeli
CANDA ALA SUFI kan seruling. Lalu, dia menggeleng-gelengkan
kepalanya dan berjanji pada mereka untuk
membelikannya. Salah seorang di antara mereka
mendekat pada Nashruddin dan berkata,
"Belikan aku sebuah seruling dan ini uangnya."
Kemudian, Nashruddin pun berangkat.
Mereka semua menanti Nashruddin di jalan
hingga sore hari. Setelah datang, dengan cepat
mereka mengerumuni Nashruddin dan berkata
padanya, "Mana seruling pesananku""
Nashruddin menoleh kepada anak yang memberikan
uang padanya dan menyerahkan sebuah
seruling, sambil berkata-, "Yang memberikan
uang, yang memperoleh seruling."
Lihat, Apa yang akan Kulakukan
Suatu ketika, Nashruddin menjadi seorang
tamu di sebuah desa. Namun, dia
kehilangan tali celananya. Karena itu, dia berkata
kepada penduduk desa itu, "Jika kalian tak
mendapatkan tali celanaku, lihat apa yang akan
kulakukan." 134 135 CANDA ALA SUFI Setelah tahu bahwa Nashruddin adalah salah
seorang tokoh masyarakat, mereka kebingungan
dan berusaha mencari tali itu agar dapat
mengembalikannya pada Nashruddin. Salah seorang
di antara mereka mendekat pada Nashruddin
dan berkata, "Andai kami tak menemukan tali
celana itu, apa yang akan Anda perbuat"" Dengan
tenang, Nashruddin menjawab, "Aku punya
sebuah karpet tua dan aku akan menjadikannya
tali celanaku..." Agar Semua Orang Tahu Deritaku
Nashruddin membawa keledainya ke
pasar untuk dijual. Lalu datanglah
seseorang dan meletakkan tangannya ke dalam
mulut keledai itu untuk mengetahui berapa
umurnya. Namun, keledai itu menggigitnya,
sehingga dia merasa kesakitan dan mengumpat
sambil meninggalkannya. Tak lama, datanglah seorang pembeli lain.
Ketika hendak memegang ekornya, tiba-tiba
CANDA ALA SUFI keledai itu menghentakkan kakinya hingga
mengenai orang itu dan terjatuh. Dia pun mengumpat
keledai itu dan pergi. Seseorang berkata pada Nashruddin, "Kalau
keledai ini dijual pada orang lain, dia akan
menggigit dan menghentakkan kakinya."
Mendengar ucapan orang itu, Nashruddin
berkata, "Aku datang ke mari bukan untuk
menjual keledai, tetapi untuk menunjukkan
kepada semua orang musibah yang menimpaku
lantaran keledai ini."
Resep Masakan Suatu hari, Nashruddin pergi ke pasar
untuk membeli sepotong daging. Di
tengah jalan, dia bertemu dengan salah seorang
temannya yang bertanya, "Bagaimana engkau
akan memasak sepotong daging itu""
Nashruddin menjawab, "Seperti biasa," sambil
menyebutkan sejenis makanan yang biasa
Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Nashruddin makan. Orang itu berkata kembali,
"Tentu engkau harus memasaknya menjadi
136 137 CANDA ALA SUFI masakan lezat, yaitu dengan resep yang kan
kuajarkan padamu." Setelah orang itu menyebutkan resep dan
cara memasaknya, Nashruddin berkata padanya,
"Aku tidak dapat menghafalnya satu persatu.
Tolong engkau catat semua resep itu dalam kertas
ini dan aku akan mencobanya." Orang itu lalu
menuliskan resepnya dan Nashruddin pulang
sambil mengkhayalkan lezatnya makanan yang
akan dimasaknya. Tak lama, karena lelap dalam lamunannya,
tiba-tiba datanglah seekor burung elang dan
menyambar daging Nashruddin itu serta
membawanya terbang ke angkasa. Nashruddin
bingung. Dia lalu mengambil resep itu sambil
memandangi burung elang yang sedang terbang
cepat ke angkasa, seraya berkata, "Hai elang,
daging itu tak bermanfaat bagimu... Engkau
takkan dapat menyantapnya begitu saja, karena
resep masakannya ada padaku."
CANDA ALA SUFI Kapan Kiamat Tiba" Orang-orang bertanya pada Nashruddin,
"Kapan kiamat tiba"" Nashruddin
menjawab, "Kiamat apa yang kalian maksudkan""
Mereka menjawab, "Apakah kiamat itu
bermacam-macam"" Nashruddin menjawab, "Ya,
jika istriku meninggal, itu kiamat kecil, dan jika
aku yang meninggal, itu kiamat besar..."
Mengapa Harus Memainkan Jemari"
Ketika Nashruddin sedang duduk santai
bersama teman-temannya, mereka
menyodorkan padanya sebuah gitar gambus.
Lalu, Nashruddin mengambilnya dan langsung
memetiknya dari bawah ke atas dengan suara
yang keras dan tak enak didengar.
Mereka berkata padanya, "Bukan begitu
memetik gitar gambus... Engkau harus memainkan
jemarimu di atas senarnya sesuai not!"
Nashruddin menjawab, "Jika tak ada notnya,
mengapa aku harus susah-susah menciptakan
lagu dan memainkan jemariku""
138 139 CANDA ALA SUFI Kalau Menungganginya, Aku Hilang
Suatu ketika, keledai Nashruddin hilang,
namun dia mengucapkan alhamdulillah
dan bersyukur pada Allah. Maka orang-orang
bertanya padanya, "Mengapa engkau bersyukur
kepada Allah"" Nashruddin menjawab, "Aku
bersyukur pada-Nya karena aku tidak menungganginya.
Coba kalau aku menungganginya,
pasti aku akan hilang bersamanya."
Nikmatnya Menemukan Sesuatu yang Hilang
Suatu hari, Nashruddin kehilangan
keledainya. Dia lalu pergi ke pasar dan
berkata pada semua orang dengan lantang,
"Barangsiapa yang dapat menemukan keledaiku,
aku akan memberinya hadiah pelana dan tali
kekang keledai itu."
Mendengar pengumuman itu, mereka
berkata padanya, "Apa manfaat barang itu" Jika
kau ingin memberikan hadiah, berikan dengan
keledainya." Nashruddin menjawab, "Kalian tak
C ANDA ALA SUFI tahu betapa nikmatnya menemukan sesuatu yang
hilang." Pasti Akan Kembali Suatu hari, Nashruddin kehilangan
keledainya, dia lalu mencarinya sambil
bernyanyi. Melihat tingkah Nashruddin itu,
orang-orang bertanya padanya, "Orang yang
kehilangan keledainya, haruskah dia bernyanyi""
Nashruddin menjawab, "Mungkin saja keledaiku
ingin meninggalkanku dari balik gunung ini. Bila
mendengar nyayianku, dia pasti paham bahwa
aku tak peduli. Dengan begitu, dia akan datang
sendiri padaku." Ada Perbedaan antara Aku dan Engkau
Suatu hari, Nashruddin pergi ke sebuah
negeri untuk memberikan nasihat, lalu
dia singgah di rumah para pemimpin negeri itu.
Pagi harinya, salah seorang tokoh memanggilnya,
140 141 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
dan Nashruddin mengajarkan hal yang telah
diketahui orang itu. Orang itu berkata pada Nashruddin, "Aku
tak membutuhkanmu, karena aku telah membaca
apa yang kamu baca dan aku telah menulis
apa yang kamu tulis, lalu apa bedaku denganmu""
Nashruddin menjawab, "Tidak, di antara kita
terdapat perbedaaan yang sangat jauh. Aku
datang dan berjalan dari negeri yang jauh selama
perjalanan tiga hari dengan berbagai kesulitan
dan tantangan. Andai suatu hari engkau tertimpa
kesusahan, lalu engkau datang ke negeriku, maka
aku akan mengembalikanmu seperti engkau mengembalikanku;
dengan tangan hampa, tanpa
memperoleh sesuatupun. Sehingga dengan
demikian nasibmu sama denganku."
Anggur Berumur 40 Tahun Suatu ketika, tetangga Nashruddin
bertanya padanya, "Apakah engkau me
miliki anggur yang sudah berumur 40 tahun""
Nashruddin menjawab, "Ya, aku punya." Orang
itu berkata, "Beri aku sedikit." Nashruddin menjawab,
"Aku tak dapat memberikannya padamu."
Dia bertanya, "Mengapa"" Nashruddin menjawab,
"Jika aku memenuhi permintaanmu,
berarti aku telah memberikannya pada orang
lain. Dengan demikian, apakah dia akan tetap
berumur 40 tahun""
Jika Kakinya Terpotong, Jangan Potong
Kepalanya Seseorang yang amat kejam telah
dikhianati istrinya, sehingga dia dendam
pada semua wanita. Dia lalu mendatangi
beberapa orang ulama dan para arifin untuk
meminta petunjuk mereka. Jika salah seorang di
antara mereka menjawab pertanyaan yang
dibisikkan ke telinganya dengan jawaban yang tak
disukainya, dia akan memenggal kepalanya.
Semua orang tak mampu mencegah perbuatannya
yang lalim itu, sehingga mereka menunjuk
Nashruddin untuk menyelesaikannya.
Mereka lalu mendatangkan Nashruddin dan
142 143 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
mempertemukannya dengan orang itu. Setelah
bertemu, orang itu berbisik padanya, "Kamu
sudah berkeluarga atau bujang tua"" Nashruddin
menjawab, "Apakah orang setua aku ini masih
dapat dikatakan bujang"" Orang itu berkata
kepada Nashruddin, "Kamu seperti mereka..."
Lalu dia memerintahkan anak buahnya untuk
memenggal kepala Nashruddin.
Seketika itu, Nashruddin dapat memahami
pokok masalahnya. Dengan cepat, dia berkata
padanya, "Jangan tergesa-gesa, tolong tanyakan
padaku tentang istrimu itu, apakah engkau telah
menceraikanya atau telah kembali padanya"
Ataukan dia telah meninggal atau menikah lagi"
Atau, biarkan dia bersamaku sehingga engkau
dapat menikah lagi dengan wanita lain, satu atau
lebih" Apakah engkau telah mengalami posisi
yang rumit ini" Aku ingat akan sebuah pepatah
yang mengatakan: Jika binatang itu kakinya telah
terpotong, maka kepalanya jangan kamu potong
juga." Begitu mendengar ucapan Nashruddin, hati
orang itu menjadi lega. Dia berterima kasih
padanya lalu melepaskannya.
Kami Berwudu lalu Membatalkannya
Suatu ketika, istri Nashruddin berkata
padanya, "Kendi untuk berwudu milik
kita itu bagian bawahnya bocor, sehingga airnya
tak dapat bertahan lama. Apa yang harus kita
berbuat"" Nashruddin menjawab, "Selamanya kita
tidak akan memperbaikinya, kecuali jika kita
terus-menerus membatalkan wudu kita, lalu kita
berwudu. Sekarang, penuhilah kendi itu dan mari
kita berwudu, lalu kita batalkan, kemudian kita
berwudu lagi, begitu seterusnya kita lakukan."
Apa Urusanmu dan Apa Urusanku" Seseorang yang usil berkata pada
Nashruddin, "Tadi, aku melihat seekor
ayam India yang sudah dimasak dan berada
dalam piring, dibawa lari oleh dua orang."
Nashruddin menjawab, "Terus, apa urusanku
dengannya"" Orang itu berkata kembali, "Pergi
144 145 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
dan ambillah darinya." Nashruddin menjawab,
"Lalu, apa urusanmu dengannya""
Kalau Suka Pergi, Dia akan Singgah di Rumah
Suatu hari, seseorang berkata pada
Nashruddin, "Istrimu suka keluyuran."
Maka, dia pun menjawab," Jika itu benar, dia akan
singgah di rumahku."
Hari Ini untuk Kemarin, Kemarin untuk Hari Ini Suatu hari, Nashruddin pergi ke tempat
pemandian. Setelah dia masuk, tak
seorang pun di antara para pelayan tempat
pemandian itu yang menghargai atau menghormati
Nashruddin, bahkan mereka memberinya
handuk lusuh. Ketika hendak keluar, seperti
pengunjung lainnya, dia meletakkan uang di
depan cermin. Nashruddin meletakkan uang
146 sebanyak sepuluh girisy, sehingga mereka takjub
dan gembira. Seminggu kemudian, Nashruddin datang
kembali ke tempat itu. Mereka menghormatinya
dan melayaninya dengan sangat istimewa.
Mereka memberinya perlengkapan mandi yang
serba bagus, narhun Nashruddin tidak berkomentar.
Ketika hendak keluar, seperti biasa, dia
mendekat ke cermin dan meletakkan uang hanya
satu girisy saja. Melihat bayaran Nashruddin yang sangat
sedikit itu, mereka heran dan marah padanya, lalu
berkata, "Apa ini" Kok cuma ini"" Dengan santai
dan sambil berjalan keluar, Nashruddin berkata
pada mereka, "Karena kemarin pelayanan kalian
tidak bagus dan sekarang sangat memuaskan,
maka ongkos hari ini untuk kemarin dan ongkos
kemarin untuk hari ini."
147 CANDA ALA SUFI Aku Tak Punya Waktu ke Baghdad
Salah seorang teman Nashruddin datang
padanya dan berkata, "Tolong, tuliskan
aku sebuah surat untuk salah seorang temanku
di Baghdad." Nashruddin lalu berkata, "Demi
Allah, tolong tinggalkan aku, karena aku tak
punya waktu untuk pergi ke Baghdad."
Nashruddin pun meninggalkan orang itu,
namun dia mengejarnya dan memegang bajunya
sambil berkata, "Mengapa engkau harus pergi ke
Baghdad, bukankah aku hanya minta padamu
untuk menuliskan sebuah surat"" Maka
Nashruddin berkata padanya, "Karena tulisanku
tak dapat dibaca orang lain... Bila aku menulis
sesuatu, aku harus membacakannya di hadapannya,
barulah dia dapat memahami isinya."
Aku di Luar, Kamu di Rumah
Suatu ketika, Nashruddin membawa
keledainya ke pasar. Dia lalu menyerahkannya
pada seorang makelar untuk menjualkan
CANDA ALA SUFI nya. Makelar itu pun menerimanya. Dia berkeliling
kampung dan menawarkannya pada
orang-orang sambil berkata, "Ini keledai pintar;
panjang langkahnya, tenang jalannya, dapat
ditunggangi sembari minum kopi, lembut
kepalanya, kuat dan tidak cacat." Dengan cepat,
orang-orang pun berdatangan untuk melihat
keledai itu. Ketika Nashruddin mendengar beberapa keistimewaan
keledainya yang diucapkan makelar
itu, dia barkata pada dirinya, "Mungkinkah dia
Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memiliki sifat sebaik itu" Jika ya, tentu aku tidak
akan menjualnya." Tak lama kemudian, seseorang
membelinya dengan harga mahal. Nashruddin
pun memberikan keuntungan pada makelar itu
dan pulang dengan senang.
Malam harinya, istri Nashruddin mengetahui
apa yang telah diperbuat suaminya.
Dengan bergurau, dia berkata pada suaminya,
"Hari ini, aku melihat sesuatu yang sangat
mengagumkan. Telah lewat di depan rumah kita
seorang penjual yogurt 'Gusythah', lalu aku
memanggil dan membelinya. Kemudian, si
penjual itu menakarnya, namun aku melebihkan
149 148 CANDA ALA SUFI timbangan itu dengan meletakkan gelangku di
timbangan yang satunya, sehingga aku mendapatkannya
lebih banyak lagi. Lalu, aku
mengambilnya dan membawanya masuk."
Kemudian istri Nashruddin berkata lagi
padanya, "Bagaimana pendapatmu dengan
tindakanku itu"" Nashruddin menjawab, "Bagus,
engkau melakukannya di rumah dan aku di luar."
Tertimpa Musibah Suatu hari, Nashruddin berada di atas
atap; sedang membetulkan atap rumah
nya yang r usak. Karena bekerja sendirian, dia
mondar-mandir dari satu atap ke atap lain,
sehingga kakinya tergelincir dan jatuh.
Mendengar Nashruddin jatuh dari atap,
teman-temannya berdatangan ke rumahnya dan
berkata,"Wahai Nashruddin, apa gerangan yang
telah menimpamu"" Nashruddin menjawab
sambil menangis," Janganlah kalian menanyakan
keadaan orang yang kalian sudah lihat. Sebab,
keadaan orang yang tertimpa musibah dapat
diketahui dari apa yang dialami pembawa berita."
CANDA ALA SUFI Cukup Keras Kepala Suatu ketika, Nashruddin enggan
memberi makan keledainya. Dia lalu
berkata pada istrinya, "Tolong, beri makan
keledai kita itu." Namun, istrinya tak mau melakukannya,
sehingga keduanya bertengkar.
Mereka lalu saling diam. Sebelum melakukan itu,
mereka telah bersepakat bahwa yang pertama kali
bicara harus memberi makan keledai itu.
Nashruddin beranjak ke sebuah tempat di
sebelah kamarnya. Dia lalu diam tanpa mengucapkan
sepatah kata pun hingga berjam-jam.
Melihat sikap suaminya itu, istri Nashruddin
langsung keluar dan menuju rumah tetangganya
serta tinggal di sana hingga malam tiba. Di sana,
dia mengadukan ikhwal suaminya yang keras
kepala itu dan dia bertekad akan membiarkannya
hingga mati kelaparan. Setelah malam tiba, masuklah seorang
pencuri yang mengambil seluruh isi rumah itu.
Melihat pencuri yang sedang bersuka ria
150 151 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
mengambil barang miliknya itu, Nashruddin
tetap diam. Dia tidak melakukan tindakan
apapun, apalagi bicara. Sehingga, pencuri itu
menyangka bahwa dia bisu dan lumpuh. Setelah
menguras seluruh isi rumah, sang pencuri
mendekat padanya dan mengambil topinya,
kemudian melarikan lari. Tak lama, istri Nashruddin merasa kasihan
padanya dan takut kalau-kalau suaminya itu mati
kelaparan. Karena itu, dia mengutus putra
tetangganya untuk memberikan makanan
padanya. Setelah masuk ke rumah, anak itu
melihat Nashruddin seperti patung; tidak
bergerak sedikit pun. Dia lalu berkata padanya,
"Aku diperintah oleh istrimu untuk memberikan
makanan padamu." Namun dia tetap membisu
dan tak menjawab sepatah kata pun. Si anak
kembali berkata padanya, dengan bahasa isyarat,
memberi tahu bahwa seluruh isi rumah telah
dirampok orang. Namun, Nashruddin tetap
membisu dan takpeduli pada isyarat anak itu. Si
anak memberikan makanan itu padanya, namun
dia juga tak mau bergerak. Anak itu kemudian
menyuapkan makanan tersebut hingga habis.
Setelah itu, dia pulang. Sesampainya di rumah, anak itu memberikan
kabar kepada istri Nashruddin bahwa
seluruh isi rumahnya telah dirampok orang. Istri
Nashruddin pun segera bergegas ke rumahnya.
Melihat seluruh isi rumahnya ludes, dia tertawa
sambil menangis. Sementara, Nashruddin tetap
saja diam sambil bersandar, bagaikan sebatang
kayu. Istri Nashruddin lalu memukulinya sambil
berteriak padanya, "Apa-apaan ini"" Nashruddin
menjawab dengan tenang, "Pergilah dan berilah
makan keledai itu, karena kamulah yang lebih
dulu bicara. Sungguh, kamu sangat keras kepala."
Beri Aku Sendok Besar, agar Mati Sepertimu
Suatu hari, ketika cuaca sangat panas,
Nashruddin bertamu ke rumah salah seorang
temannya. Lalu, pemilik rumah itu menyuguhkan
segelas es buah. Mereka kemudian me
152 153 CANDA ALA SUFI nikmati es buah itu. Nashruddin minum dengan
sendok emas kecil, sementara tuan rumah
minum dengan sendok almunium besar.
Setiapkali menikmati es buah itu, sang tuan
rumah berkata, "Ahhh... Nikmatnya es buah ini;
hampir saja aku mati karenanya."
Mendengar kata-kata tuan rumah,
Nashruddin memukuli gelasnya dengan sendoknya
hingga bawah. Lantaran es buah di hadapan
Nashruddin itu sulit untuk dinikmati dengan
sendok kecil, dia hanya menjilatinya saja.
Sementara, tuan rumah itu terus menyantapnya
dengan nikmat. Tak lama, dia menoleh pada Nashruddin dan
berkata, "Ada apa, kok membunyikan gelas""
Nashruddin menatapnya dan berkata, "Kuharap
engkau memberiku sendok besar, agar aku dapat
mati sepertimu juga."
CANDA ALA SUFI Bulan Lebih Banyak Manfaatnya
Suatu hari, o rang-orang bertanya pada Nashruddin, "Matahari atau bulan yang
lebih banyak manfaatnya"" Nashruddin
menjawab, "Matahari muncul di siang hari, dan
di malam hari dia tak berguna. Adapun bulan
muncul di malam hari, namun dia mampu
menyinari dunia yang gelap sehingga menjadikannya
seperti siang. Oleh karena itu, tentu bulan
lebih banyak manfaatnya daripada matahari."
Kaleng Berisi Sepuluh Kilogram
Suatu hari, ketika mencari kayu,
Nashruddin melihat seekor kelirici yang
belum pernah dilihatnya. Dia lalu menangkapnya
dan berkata pada dirinya, "Ini binatang langka
dan aku harus membawanya serta menunjukkannya
ke seluruh penduduk negeriku; mungkin
mereka tahu binatang apa ini"" Nashruddin lalu
memasukkan kelinci itu ke dalam kantung dan
mengikatnya dengan kuat. 154 155 CANDA ALA SUFI Setelah tiba di rumah, Nashruddin menceritakan
pada istrinya dan mengingatkan
padanya agar tak membuka kantung itu. Dia
berkata padanya, "Aku akan pergi untuk
memanggil para pakar binatang dan menunjukkannya
pada mereka." Dasar manusia, selalu saja dia ingin
melakukan segala yang dilarang. Ketika istri
Nashruddin sendirian di rumah, dia berkata pada
dirinya, "Coba ahh... Aku akan melihat isinya."
Sebab, dia tahu bahwa Nashruddin seringkali
berbohong. Ternyata benar, ketika dia membuka
kantung itu, tiba-tiba keluar seekor kelinci dan
lari. Istri Nashruddin bingung, apa yang harus
dia perbuat. Namun, tak ada jalan lain kecuali
mengelabuinya. Dia lalu mengambil kaleng
gandum dan memasukkannya ke dalam kantung
itu, kemudian mengikatnya kembali.
Istri Nashruddin menanti dan bertanya
tanya; kira-kira apa yang akan terjadi setelah itu.
Dia menduga bahwa Nashruddin hanya akan
mengundang orang-orang yang suka bergurau
dengannya saja, sehingga masalah itu akan selesai
begitu saja tanpa masalah apa-apa.
CANDA ALA SUFI Tapi, kenyataannya tidak demikian. Beberapa
orang terpandang di antara para ilmuan negeri
itu berdatangan ke rumah Nashruddin. Mereka
masuk ke rumah Nashruddin, lalu duduk rapi di
ruang tamu sambil'berkata, "Cepat, suruh keluar
binatang langka itu."
Mereka sangat penasaran pada binatang itu.
Ketika Nashruddin mengambil kantung itu dan
hendak membukanya, tatapan mata mereka pun
terpusat padanya, sehingga keadaan menjadi
hening. Namun, apa yang terjadi" Ketika
Nashruddin membuka kantung itu, yang keluar
bukanlah seekor kelinci, namun sebuah kaleng
kosong yang jatuh menggelinding. Nashruddin
menjadi bingung, apa yang harus dia katakan
pada orang-orang itu. Lalu dia berkata pada
mereka,"Kaleng ini isinya sepuluh kilogram."
Ajal Telah Tib a Suatu hari, Nashruddin bermaksud untuk
pergi ke desa tetangga, sementara para
pemuda kampungnya tengah mempersiapkan
156 157 CANDA ALA SUFI sebuah pesta hiburan untuk bersenang-senang.
Karena menurut mereka pesta itu kurang meriah
tanpa kehadiran Nashruddin, mereka kemudian
berusaha agar Nashruddin dapat menunda
kepergiannya itu. Ketika Nashruddin hendak
pergi dengan keledainya, mereka menghadangnya
dan bertanya, "Hai Nashruddin, hendak ke
mana engkau"" Nashruddin menjawab, "Aku akan pergi ke
desa sebelah untuk menyelesaikan beberapa
urusan penting." Mereka lalu berkata, "Hai
miskin, kamu tak dapat pergi karena kamu sudah
mati... Penduduk desa ini akan memandikan dan
mengafanimu sesuai dengan kedudukanmu.
Kamu adalah sesepuh dan teman kakek-kakek
kami." Mendengar ucapan mereka itu, Nashruddin
bingung dan pikirannya menjadi kacau, bahkan
otot-ototnya pun ikut tegang. Nashruddin lalu
menghampiri mereka dan berkata, "Wahai anakanakku,
kalian jangan bergurau, karena aku
sungguh memiliki urusan yang penting. Biarkan
aku pergi bersama orang-orang itu. Kalaupun
CANDA ALA SUFI aku memang benar-benar sudah mati, tentu aku
tidak akan pergi sendirian."
Mereka pun ngotot dan mengatakan bahwa
dia telah mati, sehingga mereka harus memandikan
dan mengkafaninya. Dengan cara
paksa mereka melepas pakaian Nashruddin dan
memandikannya. Mereka juga sepakat, jika
teman Nashruddin datang untuk pergi bersamany
a, mereka akan menghentikannya.
Ternyata benar, begitu teman Nashruddin lewat
di hadapan mereka, mereka menghentikannya
dan berkata padanya, "Hai, Nashruddin telah
meninggal, kamu harus melihat jenazahnya dan
turut menguburnya." Dia menjawab, "Aku ada pekerjaan penting,
biarkan aku pergi dulu." Namun mereka tetap
tidak mengizinkannya. Ketika mereka berdebat,
dari tempat untuk memandikan jenazah,
Nashruddin mengangkat kepalanya lalu berkata,
"Tak ada perlunya berdebat, kamu harus patuh
pada mereka. Aku juga memiliki urusan dan
harus cepat-cepat, tapi apa daya ajal telah tiba...
Orang-orang sudah berkumpul, karenanya tidak
ada jalan lain kecuali pergi ke kuburan."
158 159 CANDA ALA SUFI
Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kita Naiki dan Bawa Barang Kita yang Berat
Nashruddin pergi ke pasar untuk
membeli sayuran. Sebagian barangnya
dia letakkan di pundi pelana keledainya dan
sebagian lain di pundaknya sendiri, lalu dia
menunggangi keledainya dan pulang.
Di tengah jalan, dia bertemu dengan salah
seorang temannya. Dia lalu berkata pada
Nashruddin, "Mengapa engkau tidak meletakkan
pundi-pundi itu di depanmu saja, sehingga
engkau dapat menaiki keledaimu dengan
nyaman dan tenang""
Nashruddin menjawab, "Ingatlah, wahai
temanku, binatang ini merasa senang bila kita
naiki. Bukankah dia akan merasa lebih senang
bila dia mampu membawa sesUatu yang memiliki
beban" Aku belum pernah melakukannya hingga
sekarang." CANDA ALA SUFI Tambahkan Mantra dengan Sedikit Ter
Kambing milik salah seorang petani
terkena penyakit kudis. Dia lalu membawanya
ke Nashruddin. Sampai di sana, dia
berkata padanya, "Karena engkau sangat ampuh
dalam mengobati penyakit kudis, tolong bacakan
sesuatu untuk kambingku ini." Maka Nashruddin
pun menjawab, "Jika kambing milikmu ini ingin
sembuh, maka aku harus menambahi mantraku
dengan sedikit ter."
Jika Aku Mati, Kuburkan Aku Berdiri
Menjelang wafatnya, Nashruddin
memberikan banyak pesan. Di
antaranya, dia berkata, "Jika aku mati, kuburkanlah
aku dengan berdiri." Maka orang-orang pun
bertanya, "Mengapa demikian""
Nashruddin menjawab, "Karena esok, ketika
kiamat tiba, dunia akan berguncang dengan
dahsyat, maka kalau berdiri, aku akan dapat
160 161 CANDA ALA SUFI dengan mudah melarikan diri dan tidak akan
mengalami kesulitan."
Aku Datang untuk Memberitahumu
Suatu ketika, istri Nashruddin merasa
kesakitan. Dia lalu meminta agar dipanggilkan
seorang dokter. Nashruddin pun
pergi untuk memanggilnya, namun ketika berada
di depan pintu, istrinya mengeluarkan kepalanya
dari jendela dan berkata, "Alhamdulillah, aku
sudah sembuh, tak perlu lagi dokter."
Namun, Nashruddin tetap saja pergi dengan
cepat. Dia lalu berkata, "Istriku sakit dan dia
menyuruhku untuk memanggil Anda, namun
setelah aku pergi, dia mengeluarkan kepalanya
dari jendala dan berkata, Alhamdulillah, aku
sudah sembuh, tak perlu lagi dokter. Oleh sebab
itu, aku mohon Anda datang..."
CANDA ALA SUFI Allah Satu, Jawaban Juga Satu
Suatu ketika, Nashruddin ditanya temantemannya,
"Berapa umurmu""
Nashruddin menjawab, "Empat puluh tahun."
Setelah sepuluh tahun, mereka bertemu
kembali dengan Nashruddin dan bertanya lagi
padanya, "Berapa umurmu"" Tapi Nashruddin
menjawab dengan jawaban yang sama, "Empat
puluh tahun." Mereka lalu berkata padanya,
"Sepuluh tahun yang lalu kami bertanya padamu
berapa umurmu, kamu menjawab empat puluh
tahun... Sekarang kami bertanya kembali padamu,
kamu juga menjawab empat puluh tahun,
mengapa"" Nashruddin menjawab, "Manusia itu bebas
mau berkata apa... Dan Allah itu satu, sehingga
jawabanku juga satu. Seandainya kalian bertanya
padaku tentang umurku setelah dua puluh tahun,
maka aku juga akan menjawabnya dengan
jawaban yang sama." 162 163 CANDA ALA SUFI Sumpit Seharga Tiga Ribu Suatu hari, Nashruddin pergi ke pasar. Dia
lalu melihat sebilah pedang di tangan
makelar yang sedang ditawarkan kepada orangorang untuk dijual dengan harga tiga ribu girisy.
Nashruddin memegang dan merenungkannya,
karena tak ada pedang yang memiliki harga
sem ahal itu. Lalu, dia bertanya tentang manfaat
pedang itu. Orang-orang pun berkata, "Pedang
itu dapat dipakai untuk membunuh orang dari
jarak lima hasta." Nashruddin pun menggelenggelengkan
kepalanya lalu pergi. Esok harinya, Nashruddin kembali ke pasar
itu dengan membawa sumpit besar. Dia berteriak
dan berkata, "Sumpit hebat dengan harga tiga
ribu girisy" sambil menawarkannya pada orangorang. Seluruh orang yang ada di pasar itu heran,
karena umumnya harga sumpit hanya dua girisy
saja. Tapi dia memiliki harga semahal itu.
Mereka pun bertanya pada Nashruddin, "Hai
Nashruddin, apa keistimewaan sumpit ini,
sehingga berharga tiga ribu girisy7.'" Nashruddin
menjawab, "Kemarin kalian mengatakan bahwa
CANDA ALA SUFI pedang itu dapat memukul orang dalam jarak
lima hasta dan dijual dengan harga tiga ribu
girisy, berarti sumpitku ini lebih murah dan lebih
hebat darinya. Sebab, jika istriku marah padaku,
dia dapat melemparku dengannya dalam jarak
sepuluh hasta!" Sampai Kapan Manusia Lahir dan Mati
Suatu hari, Taimurlank bertanya kepada
Nashruddin, "Sampai kapan manusia
lahir dan mati"" Nashruddin menjawab, "Hingga
surga dan neraka penuh."
Kami Baru Setengah Jalan Nashruddin beserta istrinya pergi
mengunjungi seorang temannya di
sebuah tempat yang memakan waktu perjalanan
selama empat hari. Baru beberapa menit meninggalkan kota, dia
menoleh kepada istrinya dan berkata,
164 165 CANDA ALA SUFI "Bagaimana kita dapat mengetahui jarak
perjalanan ini"" Istrinya menjawab, "Mudah, jika
kita sudah berjalan seharian hari ini dan besok,
berarti kita sudah menempuh perjalanan selama
dua hari." Maka Nashruddin berkata, "Kalau
begitu kita sudah menempuh setengah
perjalanan..." Tidak Memiliki Ahli Waris
Ketika masih muda, Nashruddin pergi ke
sebuah desa. Di sana, dia sakit keras.
Orang-orang desa pun mengerumuninya dan
berkata padanya, "Jika engkau mati, apakah
engkau memiliki ahli waris"" Nashruddin
menjawab, "Aku hanya memiliki seorang ibu,
namun ayahku telah menceraikannya. Oleh
karena itu, aku tidak memiliki seorang ahli waris
pun..." 166 CANDA ALA SUFI Minta Ongkos untuk Sepuluh Hari
Suatu hari, Nashruddin menyewa seorang
kuli untuk membawa barangnya. Di
tengah jalan, kuli itu lari dan membawakan kabur
barang Nashruddin. Dia lalu mencarinya, namun
tidak mendapatkannya. Sepuluh hari kemudian, Nashruddin
mendapatkannya. Saat itu, Nashruddin sedang
bersama beberapa orang temannya. Mereka
berkata pada Nashruddin, "Ini dia kuli panggul
yang sedang kau cari." Nashruddin pun gembira,
namun dia berusaha menjauh dari kuli itu dan
tidak berkata sepatah kata pun.
Melihat sikap Nashruddin yang aneh itu,
teman-teman Nashruddin berkata, "Hai
Nashruddin, mengapa engkau tidak menangkapnya"
Bukankah engkau telah letih mencarinya""
Nashruddin menjawab, "Bagaimana aku
tidak menghindar darinya" Bukankah aku sudah
menyewanya sepuluh hari yang lalu, kemudian
dia menghilang" Jika aku menangkapnya, aku
takut kalau-kalau dia berkata padaku, 'Berikan
upah harianku selama sepuluh hari, karena aku
167 CANDA ALA SUFI selalu membawakan barangmu.' Lalu, apa yang
harus kuperbuat""
Pasti akan Diketahui Orang
Suatu malam, Nashruddin tidur di atas
atap. Ketika bangun dan hendak turun
untuk pindah ke kamar, dia merasa seolah-olah
bertengkar dengan istrinya. Tanpa sadar, dia
bangun lalu berjalan, karena mengira bahwa dia
sedang berada di dalam rumah. Akibatnya, dia
jatuh dari atap dan menimpa kepala tetangganya.
Mereka pun bingung lalu mengerumuni
Nashruddin seraya bertanya, "Ada apa ini""
Nashruddin bangun dan menjawab singkat,
"Barangsiapa bertengkar dengan istrinya di atas
atap, dia akan tahu mengapa aku jatuh ke sini."
Bagaimana Membedakan Wanita dan Pria"
Suatu hari, Nashruddin duduk di sebuah
tempat. Tiba-tiba, orang-orang memberi
CANDA ALA SUFI tahu kepadanya bahwa baru saja tiba beberapa
wisatawan dari negeri Arab. Mereka lalu bertanya
pada Nashruddin, "Karena cuacanya sangat
panas, apakah penduduk negeri itu selalu tida
k berpakaian"" Nashruddin pun menjawab, "Jika tidak,
bagaimana cara membedakan an tar a pria dan
wanitanya""[] 168 169 Seruling Gading 2 Lupus Idiih Udah Gede Macan Tutul Di Salju 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama