Lazie Si Mulut Terkunci Karya Jacqueline Wilson Bagian 1
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
Bidadari Pendekar Naga Sakti halaman 7
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
Bab Satu PERNAHKAH kau mimpi buruk" Aku baru saja mimpi mengerikan sekali,
sampai tak ingin kembali tidur. Hari baru saja mulai terang. Aku duduk di tempat tidur
dan memandang Mama. Rambutnya tergerai di atas bantal. halaman 8 Aku ingin sekali
punya rambut panjang indah seperti Mama. Kadang-kadang dia mengizinkan aku
menyikat dan menyisir rambutnya. Aku bisa membuat gelung lucu di atas kepala.
Pernah aku mengepangnya dan Mama tampak seperti kakakku, bukan ibuku. Aku tak
punya kakak perempuan. Kakak laki-laki juga tidak. Tetapi hari ini aku akan mendapat
semacam dua saudara laki-laki baru, Rory dan Jake. Aku tak begitu menyukai mereka.
Aku juga mendapat ayah tiri baru. Panggilannya Sam. Aku tidak memanggilnya apa pun.
Aku sama sekali tidak menyukainya. Aku mengernyitkan dahi memandang Mama.
Kupegang sejumput rambutnya dan kutarik. halaman 9 "Aduh! Ngapain sih kau,
Lizzie?" kata Mama, membuka sebelah matanya. "Aku cuma membangunkan Mama,"
kataku. "Masih kepagian untuk bangun," kata Mama, melingkarkan tangannya ke
tubuhku. "Ayo kita pelukan dan tidur sebentar lagi." "Aku tak mau pelukan," kataku,
menghindar. "Mama, kenapa kita harus pindah ke rumah Sam?" Mama menghela
napas. "Karena aku mencintainya." halaman 10 "Aku tidak mencintainya," kataku.
"Suatu hari nanti mungkin kau akan mencintainya," kata Mama. "Tak bakalan," kataku.
"Tunggu dan lihat saja," kata Mama. "Kurasa kau akan suka menjadi bagian keluarga
besar. Kau dan aku dan Sam dan Rory dan Jake." "Aku tak mau jadi keluarga besar.
Aku mau cuma ada Mama dan aku di flat kita sendiri." Kami biasa bersenang-senang
berdua, Mama dan aku. Kami menonton bola dan makan segelas besar es krim berdua
dan berdansa mengikuti irama musik. halaman 11 Kadang-kadang aku belum tidur
sampai larut malam dan kemudian kami pergi tidur berdua. Aku tak suka malam hari
karena aku suka bermimpi buruk. Aku mimpi tentang ayah tiri pertamaku. Aku benci
ayah tiri. Aku punya ayah kandung, tetapi aku tak bertemu lagi dengannya. Dia sudah
lama tak lagi tinggal bersama kami. Dia tidak datang menengokku, tetapi aku tak lagi
peduli. halaman 12 Ayah tiriku yang pertama juga tidak datang menengok kami, dan
aku sangat, sangat senang karenanya. Dia monster mengerikan. Awalnya dia
berpura-pura periang dan ramah. Dia membelikanku setumpuk hadiah. Dia bahkan
membelikanku Barbie Terbang. Aku sudah lama ingin punya boneka Barbie, tetapi
Mama tak pernah membelikanku. Menurut Mama boneka Barbie terlalu cewek. Aku
suka barang-barang cewek. Aku suka Barbie Terbang-ku, tetapi aku tak pernah
menyukai ayah tiri pertamaku, bahkan sejak awal. Ketika kami pindah tinggal
bersamanya, dia masih periang dan ramah kalau dia tidak sedang b halaman 13 Dia
mulai membentak-bentakku. Aku membalas membentaknya dan dia menamparku. Dia
bilang aku membuatnya jengkel. Dia jelas membuatku jengkel. Dia bilang dia tidak suka
kepadaku. Aku sama sekali tidak suka kepadanya. Mama juga tidak menyukainya lagi,
khususnya kalau dia membentakku. Kami meninggalkan ayah tiri itu. Kami kembali
berdua, hanya Mama dan aku. Kami punya flat sendiri. Flat kami kecil sekali, sempit
dan kamar mandinya bebercak-bercak hitam, serta alat pemanasnya tidak berfungsi,
tetapi tak jadi soal. Yang penting kami aman kembali, Mama dan aku. Tetapi kemudian
Mama bertemu laki-laki ini, Sam, di bar sandwich. Mereka makan banyak sandwich.
Kemudian mereka mulai berkencan. Kemudian aku mulai harus ikut mereka keluar pada
akhir pekan, meskipun aku tak ingin. halaman 14 Kedua anak laki-laki Sam, Rory dan
Jake, ikut juga. Mereka tidak bertemu ibu mereka lagi. Mereka tampaknya menyukai
ibuku. Tetapi aku tidak menyukai ayah mereka. "Aku tak mau Sam jadi ayah tiriku,"
kataku. "Dia sama sekali lain daripada yang dulu, Lizzie, Mama jamin," kata Mama.
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
Aku mencintai ibuku, tetapi aku tak selalu percaya kepadanya, bahkan sekalipun dia
sudah menjamin ataupun berjanji. "Lizzie?" kata Mama. "Oh, ayolah, jangan
bertampang suram begitu. Bukankah kita senang kalau keluar bersama-sama, berlima?"
halaman 15 Mama senang. Dia berkelakar dengan Sam dan menyanyikan lagu-lagu
konyol dan bicara terus dan memegangi tangan Sam. Sam senang. Dia tertawa
memandang Mama dan bernyanyi bersamanya dan menceritakan cerita-cerita lucu yang
konyol dan merangkulnya. Rory senang. Dia bermain sepak bola dengan Mama dan
Mama mengajarnya bagaimana caranya menyelam ketika kami pergi berenang dan
ketika dia tak bisa memilih antara pizza dan pasta di restoran, dia diizinkan beli
dua-duanya. halaman 16 Jake senang. Dia makan permen sepanjang hari dan Mama
memberinya sikat gigi yang bisa bernyanyi supaya semua gula itu tidak membuat
giginya rusak terlalu parah. Dia menyikat gigi sepanjang hari juga. Dia punya tiga belas
Beanie Baby Aku tidak senang. Aku menganggap Jake bayi tolol. Dan tidak adil, Mama
tidak keberatan dia membawa-bawa Beanie Baby-nya. Anak laki-laki selalu diizinkan
kecewek-cewekan. halaman 17 Aku juga tidak begitu menyukai Rory. Dia
mendorongku sampai jatuh waktu kami main bola. Memang dia tidak sengaja, tapi kan
tetap saja sakit. Dan dia mencipratiku waktu kami berenang. Kalau yang ini dia sengaja.
Aku jelas tidak menyukai Sam. Aku tahu dia tak akan lama periang dan ramah. Aku
sedang menunggu dimulainya bentakan-bentakannya. Dia tak hentinya berusaha
berteman denganku. Aku cuma menunduk memandang lantai dan tak mau bicara
sepatah kata pun. Aku memutuskan untuk tidak mengucapkan sepatah kata pun
kepada siapa pun. halaman 18 Bab Dua AKU tidak bicara sepatah kata pun ketika
sarapan. Aku tidak bicara sepatah kata pun ketika mandi dan berpakaian. Aku, tidak
bicara sepatah kata pun ketika mengepak buku-bukuku dan krayonku dan stikerku dan
tas sekolahku dan peralatan mandiku dan sikat rambutku dan semua pakaian dalamku
dan T-shirt-ku dan celana pendek dan celana panjang dan jumper dan mantel tebalku
dan sepatu botku. Aku bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun ketika Mama
membuang baju tidur tuaku yang nyaman dan gaun pesta tahun laluku dan seragam
sekolahku ke tempat sampah. halaman 19 Kata Mama gaun tidurku sudah butut dan
bernoda dan gaun pestaku sudah kependekan sehingga celana dalamku kelihatan dan
aku akan masuk ke sekolah baru dengan seragam baru setelah liburan musim panas.
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
Aku merasa bernoda dan kecil dan berbeda di dalam mobil bersama Sam dan Rory dan
Jake. Mereka semua datang menjemput kami dan membantu mengangkat koper-koper
kami. halaman 20 "Akan sangat menyenangkan tinggal di dalam rumah alih-alih di
dalam flat kecil sempit itu," kata Mama. "Bukankah sangat menyenangkan memiliki
halaman, Lizzie" Kau bisa main bola dengan Rory." "Kami biasa main bola dengan
anak-anak laki-laki tetangga kami," kata Rory. "Tapi kurasa Lizzie boleh ikut kalau mau."
Aku tak mau. Tetapi aku tidak berkata apa-apa. "Kau akan menyukai ayunannya,
Lizzie," kata Mama. "Bayangkan, punya ayunan sendiri!" "Itu ayunanku," kata Jake.
"Tetapi kau tak keberatan memakainya berdua dengan Lizzie, kan?" kata Sam. Jake
tampaknya sangat keberatan. Lagi pula aku juga tak mau naik ayunan jeleknya. Tetapi
aku tidak berkata apa-apa. halaman 21 "Aku tak harus memakai kamarku berdua
dengan Lizzie, kan?" Jake bertanya curiga. "Karena tak cukup. Sudah penuh dengan
semua Beanie Baby-ku dan tempat tidur khusus mereka." Sebetulnya tempat tidur itu
bukan tempat tidur betulan. Jake punya tiga belas kotak sepatu dengan tisu sebagai
penutup tempat tidurnya. Mama beranggapan ini manis sekali. Menurutku itu tolol sekali.
Tetapi aku tidak berkata apa-apa. halaman 22 "Kamarku penuh dengan semua suvenir
bolaku dan koleksi batu karangku dan kebun cacingku," Rory berkata buru-buru. "Aku
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
tak keberatan tidur sekamar dengan Lizzie, tetapi harus kuperingatkan bahwa
cacing-cacing itu merayap ke mana-mana. Mereka bisa saja ke tempat tidurnya."
Kuputuskan aku akan sangat keberatan kalau ada cacing di tempat tidurku. Tetapi aku
tidak berkata apa-apa. Aku berdiri dekat Mama. Dia tahu aku ingin tidur sekamar
dengannya. Tetapi sekarang Mama punya Sam. "Lizzie boleh punya kamar istimewa
sendiri," kata Sam. "Kita bisa mengubah kamar kerjaku menjadi kamar Lizzie.
Komputerku bisa dipindah ke kamar kami. Masih cukup tempat." halaman 23 "Nah!
Beruntung benar kau, Lizzie!"' kata Mama. Aku sama sekali tak merasa beruntung.
"Kamar seperti apa yang kauinginkan, Lizzie" Kau boleh memilih warna dindingnya dan
kami akan membelikanmu gorden dan selimut yang sesuai," kata Sam. "Bagaimana
kalau... merah jambu?" "Merah jambu agak terlalu cewek," kata Mama. "Bagaimana
kalau merah, Lizzie" Atau ungu?" Aku suka merah jambu. Tetapi aku tidak berkata
apa-apa. Sam mengecat dindingnya dengan warna ungu dan Mama membeli gorden
kotak-kotak merah-ungu dan selimut yang sama. Sam membeli kursi berlengan kecil
berwarna merah dan keset bulu ungu. halaman 24 "Nah! Cantik, kan" Bagaimana
menurutmu, Lizzie?" Aku tidak berkata apa-apa. "Kenapa kau tak pernah mengatakan
apa pun, Lizzie?" kata Rory. "Sepertinya mulutmu terkunci." "Lizzie Mulut-terkunci," kata
Jake, terkekeh geli. "Apa kau tak bisa bicara?" halaman 25 "Jangan mengolok-olok,
Lizzie," kata Sam. "Tentu saja dia bisa bicara. Hanya saja sekarang ini dia masih agak
malu." Sam memandang berkeliling kamar baruku. "Bagaimana kita bisa membuat
kamar ini sedikit lebih nyaman untuk Lizzie" Bagaimana dengan mainan-mainanmu"
Kita tebarkan di sana-sini?" Aku tak memiliki banyak mainan. Semuanya cukup
dimasukkan dalam satu laci. Sayang sekali aku tak lagi memiliki Barbie Terbang-ku.
Boneka itu ketinggalan ketika kami melarikan diri dari ayah tiri pertama dulu. Kuharap
Barbie Terbang-ku berhasil terbang keluar lewat jendela dan pergi jauh-jauh darinya.
halaman 26 Aku berharap sekaranglah saatnya meninggalkan ayah tiri kedua ini. Dia
memang periang dan ramah, tetapi dia akan segera berubah. Aku masih menunggu
munculnya bentakan-bentakannya. Aku yakin dia cuma berpura-pura baik. Aku tak
begitu yakin tentang Rory. Mungkin dia benar-benar baik. Dia menempelkan salah satu
poster Manchester United-nya di dinding di atas tempat tidurku. "Nah! Warnanya
cocok," katanya. halaman 27 Sam ingin Jake memberiku salah satu Beanie Baby-nya.
Jake tidak mau berbuat baik. "Mereka punyaku," katanya. "Aku tak mau memberikan
mereka kepada Lizzie Mulut-terkunci." "Hei, hentikan olok-olok itu," kata Sam.
"Bagaimana kalau beruang ungu kecil itu" Dia akan suka tinggal di kamar Lizzie."
"Tidak, dia tidak suka!" kata Jake. "Dia akan benci!" Aku juga benci kalau beruang itu di
kamarku. Semua warna merah dan ungu yang mencolok itu membuat mataku sakit. Aku
membuka lemari pakaianku yang baru dan menutup diri di dalamnya. Sepi sekali di
dalam lemari. Kumasukkan tanganku ke dalam sandalku dan kubuat mereka menari di
dalam gelap, tetapi aku tak bisa memikirkan permainan lain yang bisa kumainkan.
halaman 28 Tak lama kemudian aku mendengar Rory memanggil-manggilku. Dan
kemudian Mama dan Sam dan bahkan Jake. "Lizzie?" "Lizzzie, di mana kau?" "Lizzie
Mulut-terkunci?" Mereka berteriak memanggil-manggil namaku dan terus... terus
berteriak. halaman 29 Aku masih belum berkata apa-apa. Mulutku kujaga agar
benar-benar tetap terkunci. halaman 30 Bab Tiga AKU mendapat kesulitan besar
dengan Mama ketika dia menemukanku. Dia sangat, sangat marah karena dia semula
mengira aku telah kabur. Dia membentak-bentakku.
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
Sam tidak membentakku. Aku heran. Tetapi dia mungkin memang ingin aku kabur"
"Kau membuat ibumu menangis," kata Rory. "Kau nakal sekali, Lizzie Mulut-terkunci,"
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
kata Jake. Mama ingin aku minta maaf kepada semuanya karena telah bersembunyi di
dalam lemari pakaian. Aku tak mau berkata apa-apa. Maka aku disuruh ke kamar tidur
tanpa minum teh dan makan kue. halaman 31 Kuputuskan aku sama sekali tak peduli.
Tetapi kemudian Sam mengetuk pintu dan membisikkan namaku. Dia masuk ke dalam
kamarku. Aku bersembunyi di bawah selimutku. Aku yakin dia akan membentak-bentak
sekarang. Tetapi dia sama sekali tidak berkata apa-apa. Lama setelah dia pergi, aku
mengintip. Dia meninggalkan sebatang cokelat besar di sebelah tempat tidurku.
halaman 32 Bungkusnya ungu, sesuai warna kamarku. Rory dan Jake menyelinap
masuk ketika mereka akan tidur pada waktunya. Rory memberiku biskuit. Biskuitnya
agak remuk karena dikantongi. Aku tidak berkata apa-apa, tetapi aku tersenyum
kepadanya. Jake tidak membawakan makanan untukku, tetapi dia berlari dan
mengambil boneka beruang Beanie Baby ungu. "Kau boleh memiliki Mr Purple selama
semalam," katanya. "Tapi kau mau mengembalikan dia besok pagi, kan, Lizzie
Mulut-terkunci?" Aku tidak menyentuh cokelatnya, tetapi aku menggigit tepi biskuit dan
memeluk Mr Purple. Lalu aku berbaring untuk tidur. halaman 33 Kemudian, coba
tebak. Mama masuk membawa senampan kue dan teh untukku. Aku tak harus minta
maaf. Malah Mama yang minta maaf kepadaku. Dia memelukku erat-erat dan menangis.
Dia berjanji dia tak akan pernah marah lagi. Tetapi seperti pernah kubilang, aku tak
selalu percaya pada apa yang dijanjikan Mama. Hari berikutnya hari Minggu. Mama dan
aku biasa bersenang-senang di hari Minggu waktu kami masih berdua. halaman 34
Kami akan berbaring di tempat tidur sampai siang dan bermain Beruang dalam Gua di
bawah penutup tempat tidur dan sekali Mama bahkan pernah mengizinkanku membawa
sebotol madu ke tempat tidur kami dan dia hanya tertawa ketika seprainya menjadi
lengket semua. Mama senang membaca koran sepanjang pagi. Aku senang
menggambar di koran, memberi kumis pada semua foto perempuan di koran dan
memberi anting-anting panjang pada semua foto para laki-laki. Kemudian kami berdua
akan piknik makan siang di taman. Kami bahkan tetap piknik waktu hari hujan. Kami
tidak peduli. Kami cuma bilang cuacanya baik buat bebek dan berkata, "Kwek, kwek,
kwek." Kemudian kami menonton video di malam hari. Mama suka film-film kuno
hitam-putih dan aku. suka film-film kartun baru yang berwarna-warni cerah. halaman 35
Kami melewatkan hari-hari Minggu yang INDAH. Kupikir aku tak akan menyukai
hari-hari Minggu yang baru ini sedikit pun. Mama dan Sam bangun siang. Rory dan Jake
perang bantal dan bermain di komputer mereka. Aku duduk di dalam lemari. Ingin sekali
rasanya Mr Purple berada di sini menemaniku, tetapi dia sudah pulang kembali ke
kotaknya di dalam kamar Jake. halaman 36 Kami semua ke restoran untuk makan
siang. Aku tak suka makanan sehat seperti daging dan sayuran dan puding.
Kupotong-potong makananku menjadi potongan kecil-kecil dan aku tidak memakannya
sepotong pun. Jake mulai mempermainkan makanannya juga. Sam mencegahnya.
"'Tidak adil! Lizzie Mulut-terkunci tidak memakan makanannya." "Sudah berkali-kali
kukatakan jangan mengolok-olok Lizzie,"' kata Sam. "Ayo makan makananmu, Jake!"
"Dan kau juga, Lizzie," kata Mama. Kukunci mulutku rapat-rapat. "Dia anak manja,"
kata Jake, menjatuhkan segumpal kentang dari garpunya ke piring sehingga sausnya
muncrat kena Mama. "Kalian berdua anak manja," kata Mama. "Aduh, lihat blus
putihku! halaman 37 Padahal aku ingin tampil ekstra-rapi untuk bertemu nenekmu,
Sam." Kami akan minum teh bersama perempuan yang sudah sangat, sangat tua ini.
Kalau dia nenek Sam, dia nenek buyut Rory dan Jake. "Jadi, apakah itu berarti dia
semacam nenek-buyut-tiri Lizzie?" kata Rory. Aku tak pernah punya nenek buyut
sendiri. Aku punya nenek di pantai dan nenek dan kakek di Skotlandia, tetapi aku jarang
bertemu mereka. Aku juga tak ingin bertemu semacam nenek-buyut-tiri ini. halaman 38
"Ayah dan ibuku tinggal di Australia," kata Sam. "Maka Nenek Buyut sangat istimewa
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
bagiku." Dia mengatakannya seakan istimewa berarti mengerikan! "Dia oke, kurasa.
Tapi dia disiplin sekali," kata Rory. "Dia menegurku kalau aku bicara bahasa gaul.
Menurutnya kedengarannya berantakan." "Dia bilang aku tampak berantakan," kata
Jake. "Dia selalu menjilat saputangannya dan menyeka wajahku. Iih! Aku benci itu."
Aku tak ingin perempuan tua ini menegurku dan menyeka wajahku. Aku memandang
Mama. Mama tampaknya cemas dia akan ditegur dan diseka juga. halaman 39 Nenek
Buyut tinggal di sebuah blok besar flat. Aku berharap dia tinggal di lantai paling atas,
tetapi ternyata dia tinggal di lantai dasar. Sam bilang itu untuk menghemat kakinya. Aku
penasaran, apakah kakinya aus. Mungkin kakinya sudah akan lepas dari sendinya,
seperti boneka tua. Nenek Buyut penampilannya sedikit mirip boneka tua. Perempuan
tua aneh yang kaku ini muncul di pintu. Rambutnya hitam pekat dan disisir dan digelung
ketat sekali sehingga membuat matanya seperti terbeliak. Tulangnya berkeretak ketika
dia membungkuk untuk memeluk Rory dan Jake. Dia tidak memelukku. Dia cuma
memandangku dari atas ke bawah. Dia juga memandang Mama dari atas ke bawah.
"Senang sekali bertemu Nenek," kata Mama. halaman 40 Nenek Buyut tampaknya
tidak berpendapat bahwa bertemu kami menyenangkan. "Ucapkan salam kepada
nenek buyut Rory dan Jake, Lizzie," kata Mama, meskipun dia tahu aku tak akan mau.
Dan aku tidak mengucapkan salam. Aku menunduk memandang keset. Keset itu
bertulisan WELCOME halaman 41 Nenek Buyut berdecak. "Sebaiknya kalian masuk,"
katanya. Mama menggenggam tanganku erat-erat dan kami melangkah ke dalam.
"Astaga, astaga! Gosokkan kaki kalian! Hati-hati, jangan mengotori karpetku yang
bersih," kata Nenek Buyut cerewet. Tetapi aku tidak memperhatikan karpetnya. Aku
terkesima memandang berkeliling dinding. Beratus-ratus mata berkilau membalas
memandangku! halaman 42 Bab Empat
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
BONEKA! Boneka-boneka porselen kuno memakai rok krem dan rok luar dan sepatu bot
sekecil kancing, boneka-boneka bulu-lembut dengan pipi merah jambu dan rambut ikal,
boneka-boneka bayi memakai gaun permandian putih panjang, boneka-boneka gadis
cantik dengan payung mungil dan sepatu bertumit tinggi, boneka Jepang memakai
kimono dengan kipas kecil mungil, boneka-boneka memakai seragam sekolah dan
pakaian renang dan gaun pesta, boneka-boneka besar sebesar diriku duduk di kursi
rotan betulan, boneka-boneka berukuran sedang berderet-deret di rak-rak, dan
boneka-boneka kecil mungil tak lebih besar daripada ibu jariku berdiri di kebun mereka
sendiri yang bercat hijau di sebelah rumah boneka. halaman 43 "Nenek Buyut
mengoleksi boneka," kata Rory tak perlu. "Dia tidak mengoleksi Beanie Baby," kata
Jake. "Bahkan yang langka pun tidak." Sam mengelus bahuku. "Kau kedinginan,
Lizzie" Kau gemetar!" katanya. halaman 44 "Lizzie suka boneka," kata Mama. "Wah,
aku yakin Nenek tidak keberatan dia melihat-lihat koleksi bonekanya,"' kata Sam "Dia
boleh lihat, tapi tak boleh menyentuh," kata Nenek Buyut. Kuletakkan tanganku di balik
punggung untuk menunjukkan kepadanya bahwa aku tak akan menyentuh bahkan satu
tangan kecil porselen pun. "Ini boneka-boneka koleksi," kata Nenek. "Mereka bukan
untuk anak-anak." Aku mengangguk. Aku sangat terkesan. Kupikir aku sudah terlalu tua
untuk punya boneka, tetapi Nenek Buyut sudah amat sangat tua dan dia memiliki
ratusan boneka. Aku tahu persis akan jadi apa kalau aku sudah besar nanti. Kolektor
boneka! halaman 45 Aku berjalan perlahan dan hati-hati mengelilingi flat Nenek Buyut.
Ada boneka-boneka di rak-rak di sekeliling ruang keluarganya. Dia bahkan punya tiga
Lazie Si Mulut Terkunci Karya Jacqueline Wilson di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
boneka istimewa penari balet dengan kaki berjingkat di atas televisinya. Dia punya
sederet boneka lucu berperut gendut di ambang jendela dapurnya dan boneka putri
duyung dengan ekor hijau panjang berkilau di dalam kamar mandi. Boneka-boneka di
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
dalam kamarnya semua memakai gaun tidur mereka, gaun tidur putih dengan pelipit pita
merah jambu dan piama bersetrip biru-putih dan baju rumah merah dengan tali serut
dan rumbai-rumbai dan sandal-sandal kecil dengan pom-pom kecil mungil. halaman 46
"Nah, bagaimana mereka menurutmu?" tanya Nenek Buyut, yang berjalan gesit di
belakangku. Aku tidak berkata apa-apa, tetapi pastilah tampangku menyiratkan
ekspresi yang benar, karena Nenek Buyut mengangguk kecil kepadaku. "Sebaiknya
aku pergi dan merebus air," katanya. "Tak akan ada yang ingat untuk merebus air,
mereka semua tolol." Aku memandang boneka terkecil lama-lama untuk terakhir
kalinya. Kedua kepangnya diikat dengan pita kecil merah jambu dan dia memegangi
kelinci merah jambu kecil mungil yang tak lebih besar daripada kancing. halaman 47
"Kurasa kau boleh tinggal melihat-lihat di sini," katanya. "Tapi hanya kalau kau berjanji
tidak akan menyentuh." Aku memantomimkan tanganku di belakang punggung. Tetapi
ini belum cukup. "Berjanjilah kepadaku," kata Nenek Buyut. Aku tidak berkata apa-apa,
tetapi aku berusaha sekuat tenaga membuat wajahku tampak seakan aku berjanji
sampai mataku berair. Mata Nenek Buyut biru sangat cerah meskipun dia sudah tua
sekali. Mata itu semakin cerah sekarang. "Aku tak bisa mendengarmu," katanya. Dia
menangkupkan tangannya yang kecil kurus di belakang telinganya. "Bicaralah yang
keras!" halaman 48 Kami saling pandang. Aku tahu apa maunya. Dan dia tahu aku
tahu. Kami terus saling pandang, dan terus, terus saling pandang. "Jadi, kau tak mau
berjanji?" kata Nenek Buyut. "Kalau begitu ayo, keluar dari kamar ini sekarang juga."
Aku menatapnya dengan pandangan memohon. halaman 49 "Ada apa?" kata Nenek
Buyut "Kenapa kau tak bisa berjanji" " Aku menggeleng tak berdaya. "Tak bisakah kau
bicara?" kata Nenek Buyut. Aku menggeleng. "Tentu saja kau bisa bicara kalau kau
sungguh-sungguh mau!" kata Nenek Buyut. "Buka mulutmu!" Dia mengatakannya
dengan begitu galak sehingga otomatis aku membuka mulutku. "Aha!" kata Nenek
Buyut. "Lihat! Ternyata kau punya lidah dalam mulutmu. Dan dua deret gigi berkilau.
Jadi gunakanlah lidah dan gigimu, Nona. Sekarang!" halaman 50 Lidah dan gigiku
mulai bergerak sendiri. "Aku berjanji!" bisikku. Nenek Buyut tersenyum penuh
kemenangan. Semua boneka di dalam kamarnya tampaknya ikut tersenyum juga.
Mama memanggilku dari ruangan lain. Kukunci lagi mulutku. "Jangan khawatir," kata
Nenek Buyut. "Aku tak akan bilang kepada yang lain." Dia meletakkan jarinya ke
bibirnya. Aku meletakkan jariku ke bibirku. halaman 51 "Kau ini penuh kejutan," kata
Nenek Buyut. "Aku senang kau menyukai boneka-bonekaku. Kau boleh datang
mengunjungiku lagi. Aku masih punya boneka-boneka lain yang disimpan dalam
koper-koper. Aku mungkin akan mengizinkanmu bermain dengan boneka-boneka itu
kalau kau anak yang sangat, sangat baik." halaman 52 Bab Lima AKU kadang-kadang
anak yang sangat, sangat nakal di rumah Mama dan Sam. Aku dulu anak yang baik
ketika dengan ayah tiri pertamaku. Aku tak akan melakukan kekeliruan lagi. Sam tak
bisa memperdayaiku. Dia akan berubah jadi jahat dan mengerikan seperti ayah tiri
pertamaku. Mungkin dia bahkan bisa lebih parah. Jadi, kalau Sam yang masak, aku
sama sekali tak mau makan apa-apa, bahkan kalaupun masakannya salah satu
favoritku, seperti pizza. Jika Sam memasang video aku memutar kursiku dan tak mau
menontonnya, bahkan meskipun yang dipasangnya Little Women atau Black Beauty
atau The Secret Garden. halaman 53 Jika Sam membelikan kami es krim ketika kami
sedang berjalan-jalan, aku tak mau memakan es krimku halaman 54 "Astaga, Lizzie,
kenapa kau harus sekonyol ini?" kata Mama, menghela napas seraya melempar es
krimku ke selokan. Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
Sam juga menghela napas. Aku yakin dia akan memarahiku kali ini. Tetapi ternyata
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
tidak. Dia bertanya apakah aku ingin menjenguk dan bertemu Nenek Buyut lagi. "Oh,
Dad! Apa kita harus ke sana?" kata Rory. "Kupikir kita hanya menengok Nenek Buyut
pada hari Minggu saja." "Kita tidak bisa bermain dengan asyik di rumah Nenek Buyut.
Tak ada yang bisa dilakukan," kata Jake. "Ini undangan khusus untuk Lizzie," kata Sam.
"Bagaimana kalau kuantar kau ke sana setelah kita minum teh?" halaman 55 Aku tak
tahu harus bagaimana. Aku sangat, sangat ingin menjenguk dan bertemu Nenek Buyut
dan boneka-bonekanya. Tetapi aku tak ingin Sam mengantarku. Aku memandang
Mama. "Aku tak bisa bawa mobil Sam, Lizzie," katanya. Aku masih tetap
memandangnya. "Aku juga tak bisa ikut. Aku harus tinggal di sini untuk menjaga Rory
dan Jake," kata Mama. Aku memandang Mama. Aku memandang Sam. "Ikut, Lizzie?"
kata Sam. Aku tak mengatakan apa-apa. Aku hanya mengangguk sedikit. halaman 56
Sam harus memasangkan sabuk pengamanku ke tempat duduk belakang. "Nyaman?"
katanya. Aku kembali menggerakkan kepala sedikit. Sam menyetel musik sementara
kami di jalan, lagu anak-anak lama tentang sikat gigi merah jambu dan tikus-tikus
memakai bakiak dan gajah-gajah sirkus. Sam menyanyikan semua lagu itu. "Silakan
ikut nyanyi kalau mau," katanya. halaman 57 Aku tidak menyanyi tetapi kakiku yang
berjuntai melakukan tarian rahasia ketika Sam menyanyi tentang sebuah rumah kecil di
suatu tempat dengan nama lucu yang sangat, sangat panjang. Sam mengantarku ke
flat Nenek Buyut, tetapi dia tidak tinggal. Dia berkata dia akan kembali menjemputku
satu jam lagi. "Dia mungkin sudah bosan sepuluh menit saja," kata Nenek Buyut. Aku
sama sekali tidak bosan. Aku malah bahagia sekali. Nenek Buyut mengizinkanku
berkeliling flatnya sekali lagi. Aku lihat-lihat boneka-boneka di rak-rak, boneka-boneka di
kursi kursi, boneka-boneka di ambang jendela, boneka-boneka yang memakai gaun
tidur dan siap tidur. Kemudian aku memandang Nenek Buyut penuh harap. Dia
membalas memandangku. halaman 58 "Apa?" katanya. Matanya sama bercahayanya
seperti mata boneka-bonekanya. Aku menelan ludah. Suaraku terdengar parau ketika
aku menggunakannya. "Boleh saya melihat boneka-boneka yang di dalam koper?" aku
berbisik. "Bicara yang keras!" kata Nenek Buyut. "Dan jangan lupa, katakan dengan
sopan!" "Bolehkah saya melihat boneka-boneka yang di dalam koper" Bolehkah?"
kataku, keras sekali, sampai boneka-boneka yang di rak-rak nyaris mengerjap. halaman
59 "Tentu saja," kata Nenek Buyut. "Kau anak baik, meminta dengan sopan! Ayo ikut
aku. Kau bisa membantuku mengeluarkan mereka." Nenek Buyut menyimpan
koper-kopernya di dalam lemari pakaiannya yang menyatu ke dinding. Ada dua, saling
bertumpuk. Aku harus berjingkat untuk mencapai yang di atas. "Pelan-pelan," kata
Nenek Buyut. Aku bergerak p-e-l-a-n sekali, sehingga seperti sedang melakukan
gerakan lambat. Koper itu berat. Tampaknya ada beberapa, boneka di dalamnya. Ketika
Nenek Buyut membuka, tutupnya, aku melihat boneka-boneka itu berbaring berderet,
mata mereka terpejam. Mereka kelihatan seperti sedang tidur nyenyak. halaman 60
"Kau boleh membangunkan mereka," kata Nenek Buyut. Dengan hati-hati kuangkat
boneka besar cantik dengan rambut pirang panjang dari koper. Dia memakai gaun tidur
putih, tetapi kaki porselennya yang pucat tidak memakai sandal. Kuku-kuku kakinya
yang mungil dicat merah jambu. Salah satu tangannya tak ada, tetapi aku sama sekali
tak keberatan. halaman 61 "Dia cantik!" aku berbisik, menimangnya hati-hati. "Itu
Alice. Kurasa dia agak kedinginan memakai gaun tidur tipis itu. Mungkin kau mau
mencarikan rok untuknya?" kata Nenek Buyut. Koper kedua penuh berisi pakaian yang
terlipat rapi-gaun pesta, mantel musim dingin yang berpelipit bulu, seragam pelaut, rok
luar kotak-kotak, pakaian dalam berenda, kaus kaki rajut hitam, dan sepatu-sepatu bot
kecil berkancing mutiara mungil. Tanganku bergetar penuh harap di atas
pakaian-pakaian itu. "Ayo, silakan pilih-pilih. Tapi jangan bikin kusut." kata Nenek
Buyut. halaman 62 Aku membalik-balik pakaian-pakaian itu dengan jari-jari gemetar
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
dan menemukan gaun smock biru berkerah renda putih dan ikat pinggang pita yang
berwarna biru lebih tua. "Bolehkah dia memakai ini?" "Kurasa itu memang gaun favorit
Alice," kata Nenek Buyut. Aku mendandani Alice, menggerakkan lengan dan kakinya
dengan sangat lembut dan hati-hati. Lengan panjang birunya sedikit kepanjangan
untuknya, maka tangannya yang hilang tidak kelihatan. Dia tampak sempurna.
Kemudian aku membangunkan Sophie dan Charlotte dan si kecil Edward dan si bayi
Clementine dan mendandani mereka semua. halaman 63 "Wah! Mereka semua
tampak keren. Semua siap untuk berpesta," kata Nenek Buyut, dan dia membuka kotak
yang lain. Di dalamnya ada seperangkat peralatan minum teh boneka kecil berwarna
biru-putih. Kupikir tadinya kami cuma akan berpura-pura berpesta, tetapi Nenek Buyut
membuat teh rosehip merah jambu, dan membuka sebungkus biskuit kecil-kecil bergula
yang pas untuk piring kuenya. halaman 64
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
Kami berdua masih asyik berpesta ketika Sam datang untuk menjemputku pulang. "Kau
senang di sini, Lizzie?" tanyanya. Aku tidak berkata apa-apa. Tidak kepada Sam. Tetapi
aku mengangguk keras sekali sampai kepalaku sakit. Ketika aku mengecup pipi Nenek
Buyut yang berbedak untuk mengucapkan selamat tinggal, aku berbisik, "Bolehkah saya
datang lagi?" halaman 65 Bab Enam AKU mengunjungi Nenek Buyut hampir setiap
hari. Aku selalu bermain dengan Alice dan Sophie dan Charlotte dan Edward dan
Clementine. Kadang-kadang kami mengadakan acara minum teh boneka.
Kadang-kadang Nenek Buyut dan aku mengadakan acara minum teh sungguhan
dengan cangkir-cangkir besar berbunga lengkap dengan tatakannya dan sandwich dan
kue-kue lezat berlapis gula merah jambu dan ceri. Nenek Buyut mengizinkan aku
mengiris-iris sandwich dan kueku untuk dibagikan kepada Alice dan Sophie dan
Charlotte dan Edward dan Clementine. Pernah sekali Rory dan Jake ikut. halaman 66
Rory sopan terhadap Nenek Buyut, tetapi tak henti-hentinya menguap dan setiba di
rumah dia berlari mengelilingi halaman seperti orang gila, melonjak-lonjak dan
bersorak-sorak. halaman 67 "Asyik sudah di rumah! Di rumah Nenek Buyut sungguh
m-e-m-b-o-s-a-nk-a-n!" teriaknya. Sam berkata dia boleh memilih kunjungan setiap hari
Minggu saja. "Bagaimana kau, Jake?" tanya Sam. "Aku tak tahu," kata Jake. "Aku tak
begitu suka boneka-bonekanya, tetapi aku suka acara minum tehnya. Aku mungkin
akan membawa semua Beanie Baby-ku." Aku mengerutkan dahi. Jake tidak bermain
dengan Beanie Baby-nya dengan benar. Dia jadi konyol dan terlalu bersemangat dan
melempar mereka ke atas dan membuat mereka berkelahi. Aku yakin boneka-boneka
itu akan membuat cangkir-cangkir teh terjungkir. Nenek Buyut akan langsung
memasukkan kembali Alice dan Sophie dan Charlotte dan Edward dan Clementine ke
dalam koper. halaman 68 Sam melingkarkan lengannya ke bahu Mama. "Dugaanku
kau juga tidak suka main boneka dan acara minum teh?" "Memang tidak! Meskipun aku
senang sekali Lizzie akrab dengan nenekmu. Aku agak takut kepadanya!" kata Mama,
terkikik. "Jangan khawatir, dia membuatku ngeri malah!" kata Sam. "Dia bisa
menakutkan," kata Rory. "Tampangnya galak sekali," kata Jake. "Aku suka dia,"
kataku. Mereka semua memandangku. "Lizzie bicara!" kata Rory. "Lizzie tidak terkunci
lagi!" kata Jake. halaman 69 Mama dan Sam tersenyum lebar. Aku membalas
tersenyum. Kemudian aku melompat-lompat ke kamarku yang cerah untuk mengambil
rajutanku. Aku sedang membuat syal biru kecil mungil untuk Alice. Nenek Buyut telah
mengajarku bagaimana caranya merajut. halaman 70 Dia juga mengajari Jake. Jake
berkata dia akan membuat tiga belas syal pelangi, untuk ketiga belas Beanie Baby-nya.
Tetapi sejauh ini dia baru menyelesaikan lima baris syal pertamanya. Aku hampir
menyelesaikan syalku, tetapi rupanya ada beberapa tusukan yang salah hitung. Aku
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
bertemu Nenek Buyut untuk memintanya membetulkannya. Kami akan mengunjunginya
pada hari Minggu, seluruh keluarga. Tetapi pada hari Jumat malam ada telepon. Dering
telepon itu membangunkan aku. halaman 71 Kudengar Sam menjawabnya. Dia
kedengarannya cemas sekali. Ketika aku mengintip dari dalam kamarku, kulihat
wajahnya berkerenyit, seperti Jake kalau dia mau menangis. "Oh, Lizzie, sesuatu yang
sangat menyedihkan telah terjadi," kata Sam, menaiki tangga. Dia merangkulku. "Ini
mengenai Nenek Buyut." "Apakah dia meninggal?" tanyaku, bergidik. "Tidak, dia tidak
meninggal, Nak, tetapi dia sakit parah. Dia kena stroke. Dia tak bisa berjalan atau
bicara. Dia ada di rumah sakit. Aku akan menengoknya sekarang." "Aku ikut!" "Jangan,
Sayang, jangan sekarang. Sudah terlalu larut. Lihat, kau gemetar. Naiklah ke tempat
tidur dengan Mama sementara aku ke rumah sakit." halaman 72 Mama memelukku
erat-erat dan menyuruhku agar berusaha tidur kembali, tetapi aku tak bisa tidur.
Pikiranku dipenuhi Nenek Buyut yang berbaring di tempat tidur rumah sakit, tak bisa
berjalan ataupun bicara, sama seperti salah satu boneka di dalam koper. halaman 73
Bab Tujuh SAM tinggal di rumah sakit hampir sepanjang hari, hari Sabtu itu. Mama
membawa Rory dan Jake dan aku menonton sepak bola. Pertandingannya seru sekali
dan tim kami mencetak gol. Rory dan Jake melompat-lompat dan berteriak-teriak dan
kemudian ingat dan duduk kembali di tempat duduk mereka, wajah mereka tampak
bersalah. halaman 74 "Tak apa-apa, anak-anak," kata Mama, merangkul mereka
berdua. "Kita bisa sedih untuk Nenek Buyut yang malang dan gembira untuk sepak bola
juga. Nenek Buyut pasti tak ingin kalian berhenti menikmati pertandingan ini." halaman
75 Aku memandang Mama. Aku kenal Nenek Buyut jauh lebih baik daripada Mama
mengenalnya. Nenek Buyut menganggap sepak bola itu pemborosan tempat. Nenek
Buyut menganggap dirinya jauh lebih penting daripada tim sepak bola mana pun di
dunia ini. Dia pasti menginginkan Rory dan Jake dan aku duduk diam-diam di rumah,
memakai pakaian terbaik kami, mencemaskannya. Aku mencemaskannya. "Aku ingin
menjenguk Nenek Buyut,"' kataku. "Aku tak tahu apakah mereka mengizinkan
anak-anak masuk rumah sakit," kata Mama. Rory dan Jake mengembuskan napas
lega. Aku menyudutkan Sam ketika dia pulang malam itu. Dia tampak sangat lelah dan
matanya merah seakan baru menangis. "Aku akan membuatkan secangkir teh
untukmu, Sam," kataku. halaman 76 Sam tampak sangat terkejut. "Tenang saja. Aku
bisa membuat teh enak. Nenek Buyut mengajariku. Dan aku memegang tekonya sangat
hati-hati supaya aku tidak tersiram air panas." "Kau anak yang pintar sekali, Lizzie,"
kata Sam. "Oke, kalau begitu, aku ingin secangkir teh." halaman 77
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
Teh itu kubuat sendiri dengan hati-hati. Mama menungguiku, tetapi aku tak
mengizinkannya membantu. Kubawa secangkir teh itu kepada Sam tanpa tumpah
setetes pun. "Teh ini enak sekali," kata Sam, menyeruput tehnya. "Terima kasih
banyak, Lizzie." "Bagaimana Nenek Buyut?" tanyaku. "Tak begitu baik," kata Sam
sedih. "Apakah dia akan sembuh?" "Kuharap begitu." "Sudah bisakah dia berjalan dan
bicara sekarang?" "Dia harus belajar dari awal lagi, seperti bayi. Mereka sudah
mencoba mengajarinya. Tetapi dia tak mau mematuhi apa yang diperintahkan
kepadanya." Aku mengangguk. Aku tak bisa membayangkan Nenek Buyut halaman 78
membiarkan siapa pun menyuruhnya melakukan sesuatu. "Boleh aku menengoknya,
Sam" Besok pagi. "Ku... Kurasa kau akan merasa terpukul, Nak," kata Sam. "Aku tahu
akan merasa terpukul," kata Rory. "Tolong, bolehkah aku menengoknya, Sam?" aku
memohon. "Lizzie, mungkin ini bukan ide yang baik," kata Mama. "Tolonglah, Sam,"
kataku, mencengkeram lengan bajunya. "Baiklah, Lizzie, kalau memang itu yang
kauinginkan." Aku memeluknya halaman 79 Sam membawaku ke rumah sakit untuk
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
menjenguk Nenek Buyut pada hari Minggu sore. Aku memegang tangannya erat-erat
ketika kami memasuki bangsal. Bangsal itu tidak seperti yang kubayangkan. Aku
menginginkan bangsal itu putih dan bersih dan rapi dengan para perawat memakai
seragam biru dan topi kecil berimpel. Ternyata bangsal itu ruang besar asing berantakan
dengan orang-orang berwajah murung tergolek di tempat tidur atau membungkuk di
kursi roda. Seorang laki-laki tua sedang menangis. Aku hampir menangis juga. halaman
80 "Kau yakin kau tidak apa-apa, Lizzie. Sam berbisik, membungkuk ke dekat telingaku.
"Kita bisa pulang lagi kalau kau mau." Aku memang mau pulang. Tetapi aku juga ingin
melihat Nenek Buyut, meskipun aku sangat cemas dia akan tampak sedih dan
mengerikan sekarang. halaman 81 "Aku mau melihat Nenek Buyut," kataku sangat,
sangat pelan. "Baiklah, dia di sini.," kata Sam, dan ia membawaku ke tempat tidur
Nenek Buyut. Tangan Sam lembap. Dia tampaknya ketakutan juga. Nenek Buyut
berbaring miring di atas bantal dengan rambut mencuat-cuat dan mata terpejam.
"Apakah Nenek tidur?" tanya Sam, membungkuk ke dekatnya. Mata Nenek Buyut
langsung terbuka. Mata itu masih biru cerah tetapi tidak bercahaya lagi. "Bagaimana
kabar Nenek hari ini?" tanya Sam. Nenek Buyut mengeluarkan suara dengus marah.
jelas dia menganggap itu pertanyaan bodoh. "Aku membawa seseorang yang ingin
menjenguk Nenek." Sam pelan menarikku maju. "Lihat, ini si kecil Lizzie." halaman 82
Nenek Buyut melihat. Kemudian matanya berawan dan air matanya mengalir. Dia
mengeluarkan. dengus-dengus marah lagi. Hidungnya mulai berair. Dia berusaha
bergerak, tetapi lengannya tidak bisa digerakkan. Dia menangis dan mengeluarkan
bunyi gluguk-gluguk. "Nenek mau apa?" tanya Sam tak berdaya. "Dia mau
saputangan," kataku. Aku berhasil menemukan tas tangan Nenek Buyut dan
mengeluarkan sehelai saputangan. "Ini dia. Saya akan mengusap mata Nenek Buyut
dulu. Dan kemudian hidung. Dan ini sisir Nenek Buyut. Kita akan menata rambut Nenek
Buyut, eh" Jangan khawatir. Saya ahli menata rambut. Saya yang menata rambut Alice,
kan?" halaman 83 Aku mengusap dan menyeka dan menyisir. "Nah!" Nenek masih
tampak terganggu, kepalanya miring ke satu sisi. "Apakah Nenek Buyut ingin duduk
tegak?" Nenek Buyut mengangguk. Sam membantuku menariknya ke atas dan
merapikan bantalnya. Nenek Buyut berbaring, lurus di tempat tidurnya, halaman 84
tampak jauh lebih seperti Nenek Buyut yang biasa. Dia memandangku. Dia membuka
mulutnya. Terdengar bunyi gluguk-gluguk, kemudian dia menghela napas putus asa.
"Cobalah lagi, Nek, " kata Sam. Nenek mengeluarkan bunyi gluguk-gluguk lagi dan
kemudian menangis. "Tak apa-apa. jangan bersedih."' kata Sam, membelai tangan
kecilnya yang terkepal. Nenek tak bisa tidak bersedih. Dia berbunyi
gluguk-gluguk-gluguk-gluguk. "Jangan khawatir. Kami akan membuat Nenek bisa bicara
segera," kata Sam, sebutir air mata bergulir di pipinya. "Kami akan membuat Nenek
Buyut bicara sekarang," kataku, seraya memegang tangan Nenek Buyut yang satunya.
"Tentu saja Nenek Buyut bisa bicara-kalau Nenek Buyut benar-benar mau. Buka mulut
Nenek Buyut!" halaman 85 Nenek Buyut membuka mulutnya. Mulut Sam juga melongo
terbuka. Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
"Aha! Itu lidah Nenek Buyut," kataku. "Dan gigi Nenek Buyut. Jadi, gunakan mereka,
ayo, Nenek Buyut "Nona kecil yang cerdik!" kata Nenek Buyut dengan suara yang
hampir normal. halaman 86 Dia kedengarannya marah-tetapi dia memegangi terus
Lazie Si Mulut Terkunci Karya Jacqueline Wilson di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanganku seakan dia tak mau melepasnya. halaman 87 Bab Delapan NENEK BUYUT
tidak meninggal. Dia juga tidak sepenuhnya sembuh. Dia menghabiskan tiga bulan
belajar lagi bagaimana berjalan. Dia harus memakai tongkat dan berjalan sangat, sangat
pelan dengan timpang. Sebelah lengannya juga tidak berfungsi normal lagi, maka untuk
Lazie Si Mulut Terkunci - Jacqueline Wilson
sementara makanan untuknya harus dipotong-potong. Aku yang memotongkannya
untuknya, dengan sangat rapi. halaman 88 Aku juga menyisir rambutnya dan
membantunya memakai stoking dan mengikat tali sepatunya membentuk pita yang rapi.
Meskipun demikian, Nenek Buyut tidak perlu bantuan lebih jauh untuk bicara! Selama
beberapa hari pertama di rumah sakit kata-katanya memang terbalik-balik dan tidak
selalu bernalar, tetapi ketika tiba saatnya pulang dia sudah bicara dengan sempurna.
Dia terlalu banyak bicara, memberitahu para dokter dan perawat apa yang harus
mereka lakukan. Mereka tidak selalu senang. Nenek Buyut tidak peduli. Kadang-kadang
dia marah sekali dan memberitahu mereka bagaimana pendapatnya tentang mereka.
"Tidak bisakah Anda mengontrol Nenek Anda?" seorang perawat berkata kepada Sam.
halaman 89 Sam memutar matanya dengan kocak untuk menunjukkan bahwa itu sama
sekali tak mungkin. Dia mencoba meminta Nenek Buyut agar jangan begitu tidak sopan.
Nenek Buyut malah jadi sungguh sangat tidak sopan kepada Sam. Aku tak bisa
menahan geli. "Saya rasa Nenek Buyut harus mencoba menjadi Nenek Buyut
Mulut-terkunci!" kataku. halaman 90 Sam dan Mama dan Rory dan Jake dan si perawat
semua ternganga kaget. Tetapi Nenek Buyut tidak marah kepadaku. "Kau anak yang
cerdik, Lizzie kecil," katanya. "Kau menuruni sifatku." Dia lupa dia bukan nenek buyutku
yang sebenarnya. Tetapi dia jelas anggota keluargaku. Dia masih mendampratku,
kadang-kadang, sekarang setelah dia pulang ke flatnya. Aku tidak sakit hati. Ini karena
dia gampang lelah sekarang karena satu kakinya tidak berfungsi sepenuhnya. Dia tidak
suka berjalan sangat, sangat pelan dan timpang. Tetapi dia bisa pergi sangat, sangat
cepat kalau di luar rumah karena sekarang dia punya skuter elektris halaman 91 Tetapi,
tahukah kalian" Kalau Sam membawaku ke flat Nenek Buyut sepulang sekolah, Nenek
Buyut dan aku kadang-kadang pergi diam-diam ke pusat penjualan barang antik untuk
melihat kalau-kalau ada boneka lain yang mau dibeli Nenek Buyut. Kadang-kadang aku
berlarian di sebelah skuter Nenek Buyut. Kadang-kadang aku duduk di pangkuannya
dan ikut mengendarai skuter itu! halaman 92 Kami membeli boneka porselen besar
cantik kemarin dulu. Dia memakai gaun merah jambu dan rok luar putih dengan
sulaman mawar-mawar kecil merah jambu. Kami mengajaknya minum teh bersama
Alice dan Sophie dan Charlotte dan Edward dan Clementine ketika kami sudah
membawanya pulang. "Tetapi dia tidak akan tinggal di dalam koper dengan mereka,"
kata Nenek Buyut. "Kita akan minta ayahmu untuk membuatkannya rak khusus."
halaman 93 Ayahku" Kemudian aku sadar yang dimaksudkannya adalah Sam. "Dia
pintar membuat rak," kataku. "Dia membuat rak-rak kecil khusus untuk CD Mama."'
Nenek Buyut mendengus. Dia masih tidak begitu suka pada Mama. Mama juga tidak
begitu suka pada Nenek Buyut. Tidak apa-apa. Aku bisa menyukai keduanya. Dan Rory.
Dan Jake. Bahkan Sam. Kadang-kadang. Mereka semua menyukaiku juga. Terutama
Nenek Buyut. "Kita namakan siapa boneka baru ini, Nenek Buyut" Saya sudah punya
nama bagus untuknya! Rosebud." Rosebud artinya kuncup mawar. halaman 94 "Tidak,
aku sudah memilihkan nama untuknya. Aku menamakannya seperti nama seseorang
yang sangat istimewa," kata Nenek Buyut. "Siapa" Siapa?" "Kau ini tak sabaran amat!
Jangan berteriak. Wah, wah, dulunya kau berkeliling membisu dan kami tidak bisa
membuatmu mengeluarkan suara secicit pun "Elizabeth," kataku. "Hei, itu nama saya,
meskipun semua orang memanggil saya Lizzie!" halaman 95 "Astaga," kata Nenek
Buyut dan mata birunya bercahaya. Aku tersenyum amat lebar kepadanya, mulutku
terbuka sepenuhnya. ************
Rahasia Istana Terlarang 15 Tiga Dara Pendekar Siauw-lim Karya Kho Ping Hoo Ikat Pinggang Kemala 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama