Ceritasilat Novel Online

Menyingkap Karen 7

Menyingkap Karen Karya Richard Baer Bagian 7


memiliki inisiatif dan keberanian, Karen 1 telah menyatu dengan Karen.
"Dia melingkarkan lengannya ke pinggang saya," kata Karen, "dan menyandarkan
kepalanya ke bahu saya."
"Apakah dia sedang memasukimu?"
"Ya. Saya merasa aneh, gemetar."
"Ada kenangan baru?"
"Saya sedang duduk di lapangan futbol, menonton kelompok marching band berlatih.
Sepertinya saya pernah melihat pemimpin kelompok itu
Setelah itu, Karen diterpa oleh cahaya dan suara, dan dia mengeluhkan kepalanya
yang sakit. 2 April 1997 Penyatuan Karen 1 Pada Selasa, 1 April 1997, Karen 1 menyatu dengan saya. Karen 1 berumur sepuluh
tahun, berambut pirang, dan berma ta cokelat. Awalnya, saya mengira dia anak
terbelakang, namun tak lama kemudian saya menyadari bahwa dia adalah anak yang
sangat sensitif dan pemalu. Meskipun pemalu, dia adalah pendorong kami; dia
memiliki keberanian untuk me mulai hal-hal baru. Karen 1 ingin tetap menjadi
anakanak; dia tidak ingin tumbuh menjadi wanita.
Meskipun penyatuan ini sepertinya berjalan lancar, saya tidak menyadari efek
yang masih tersisa dari integrasi Elise. Entah bagaimana, saya tiba di kantor
Anda dan mendapati diri saya menunggu di kursi di lobi. Saya tidak terlalu meme
dulikan bagaimana saya bisa tiba di sana tapi saya senang karena tidak
terlambat. Tiba-tiba 'muncul" di suatu tempat adalah hal yang biasa bagi saya.
Saat Anda muncul di lobi dan membuka pintu untuk mempersilakan kami masuk, salah
satu kenangan Elise menerpa saya. Saat memasuki lift bersama Anda saya teringat
pada lift di pabrik bahan kimia. Perjalanan mengendarai lift itu berubah menjadi
rute yang saya jalani, atau yang dijalani oleh Elise, menuju ruangan tempat
ritual berlangsung. Saya ingat saat saya memandang Anda dan berharap Anda tidak bisa membaca pikiran
saya. Keheningan di dalam lift mengingatkan saya pada diamnya para penyiksa
saya. Saya berusaha tidak memperlihatkan ketakutan saya kepada Anda. Elise
sangat pintar berpurapura segalanya baik-baik saja. Saat kita keluar dari lift,
saya harus mengerahkan segenap tenaga untuk mengikuti Anda ke pintu, untunglah
Anda meminta saya menunggu sejenak di ruang tunggu. Ini memberi saya cu kup
waktu untuk mengendapkan kenangan itu.
Saya tidak ingat pada apa yang Anda bicarakan dengan Karen 1 sebelum kami
menyatu, tapi saya masih ingat pada cahaya dan suara segalanya tampak
menyilaukan, dan suarasuara yang ada terdengar berisik.
Terdapat sebuah perbedaan dalam penyatuan ini. Karen 1 mulai terserap oleh saya
segera setelah dia mendekati saya kami menyatu dengan cepat. Hal pertama yang
saya ingat adalah turun dari bus sekolah saat saya duduk di SMA, sete /ah malam
penganiayaan. Kami keluar dari bus di depan se buah rumah duka di seberang
sekolah, dan yang pertama kali muncul di benak Karen adalah "tepat seperti yang
kami bu tuhkan, sebuah rumah duka lain." Setelah itu, Karen 1 men dengar musik
band, lalu berjalan ke lapangan dan duduk di sana. Saya mendapatkan banyak
ingatan dari Karen 1, dan saya tahu bahwa dia memegang peran penting dalam
memulai hal-hal baru untuk saya. Dia jugalah yang menginginkan kami memulai
terapi bersama Anda. Ada seorang anak perempuan yang tinggal satu bhk dari rumah kami Sail Jones. ?Saya berteman dengan adik lak i-'a kinya. Sail Jones selaki meledek dan
mempermalukan saya. Sail berusia sekitar lima tahun lebih tua daripada kami, dan
dia tahu betul cara mengganggu kami. Pada suatu hari, dia menyombongkan diri
bahwa dia bisa mengendarai sepeda be roda dua dan Karen 1 mengatakan bahwa dia
juga bisa me ngendarai sepeda meskipun dia tiak pernah punya sepeda. Karen 1
menaiki sepeda dan mengendarainya seolaholah dia telah melakukannya seribu kali.
Sejak saat itulah kami mulai mengendarai sepeda beroda dua.
Saya terus-menerus mendapatkan kenangan baru selama seminggu berikutnya. Seluruh
kenangan Karen 1 memperkaya kenangan Elise. Setiap kati Elise membawa kami ke
suatu tempat, Karen 1 akan muncul untuk memulai sesuatu, dan yang lain akan
mengambil alih dari sana.
"Sebagian besar kenangan Karen 1 serupa dengan kenangan Elise dan Miles," kata
Karen saat aku bertemu dengannya minggu itu. "Mereka mengisi banyak
kekosongan." "Jadi, bagaimanakah perasaanmu sekarang?" Karen menatap ke luar jendela,
bertopang dagu. "Yang terakhir ini berbeda. Proses sebelumnya tidak pernah secepat ini. Saya
merasa agak depresi, tapi saya merasa lebih manusiawi. Karen 1 mirip dengan
saya." "Mungkin karena itulah dia bernama 'Karen'?" Terdapat perbedaan dalam diri Karen
yang kutemui. Sebagai manusia, dia tampak lebih utuh. Dia memikirkan dengan baik
setiap ucapannya, seolaholah dia memiliki lebih banyak pikiran dan informasi
yang harus dipilah-pilah sebelum dia berbicara atau menjawab. Kepribadiannya
lebih dalam dan kaya, seolaholah jiwanya bertambah.
"Saya mengingat kembali banyak kenangan dari masa kanak-kanak saya temanteman, ?permainan yang kami sukai; sebelumnya saya tidak mengingat hal itu. Karen 1
memiliki kesukaan dan ketidaksukaan. Dia belum selesai berintegrasi."
"Kita tidak akan mengintegrasikan siapa-siapa hari ini," ujarku, memberinya
waktu untuk menyelesaikan integrasi sebelumnya. "Aku akan menghipnosis kamu dan
melihat apakah ada sosok lain yang ingin berbicara denganku." Untuk pertama
kalinya, Karen berpikir sejenak sebelum menganggukkan persetujuan, alih-alih
mematuhiku begitu saja. "Sayalah yang depresi," kata Katherine.
"Itu tak seperti dirimu," ujarku.
"Saya tidak dibutuhkan lagi. Saya merasa kesepian tanpa anakanak."
"Aku mengerti. Karen sepertinya mendapatkan manfaat dari integrasi."
"Anda tidak mengerti. Saya telah menjadi ibu bagi
Karen dan bagi semua anakanak di dalam. Dia menciptakan ibu dan ayahnya sendiri.
Jika saya berintegrasi, siapakah yang akan menjadi ibunya?"
"Bagaimanakah orang dewasa bersikap jika mereka kehilangan ibu mereka?" tanyaku.
Katherine hanya memandangku. "Mereka menyimpan ibu mereka di dalam diri mereka
sebagai bagian dari diri mereka," ujarku.
"Anda tidak melihat semua perubahan Karen. Saya masih mengendalikan dia. Karen
ingin memainkan tipuan April Mop untuk Anda, tapi saya mencegahnya. Dia menjadi
lebih ceria, dia mengembangkan selera humornya, dan dia lebih terlibat dengan
kehidupannya. Di manakah tempat saya" Saya tidak menyukai perubahanperubahan
ini. Saya berharap semuanya kembali seperti sedia kala. Saya tahu harapan saya
buruk, tapi saya tidak tahu harus melakukan apa."
"Kita harus mengintegrasikanmu," ujarku sembari menatapnya dengan lembut.
"Ada begitu banyak hal yang harus saya lakukan terlebih dahulu," katanya. "Saya
harus mengatur semuanya."
"Itu pekerjaan jangka panjang," ujarku.
Kami mendiskusikan apa yang bisa atau tidak bisa dilakukannya. Dia tidak ingin
meninggalkan pekerjaannya terbengkalai begitu saja, dan dia merasa tidak berarti
jika tidak bekerja. Akhirnya, aku mengatakan bahwa kesukaannya bekerja dan
mengatur segala sesuatu akan tetap tertinggal di diri Karen. Kami sepakat untuk
mengintegrasikan dirinya pada minggu berikutnya.[]
23 Katherine "SAYA AGAK gugup," kata Katherine, duduk tegak dan mencondongkan tubuh ke arahku
saat berbicara. "Saya tidak sekali pun menyela Karen sepanjang minggu ini. Dia
tidak benar-benar membutuhkan saya. Sebenarnya saya ingin menyelesaikan beberapa
hal, tapi saya membiarkannya saja. Saya gelisah memikirkan tentang kepergian
saya. Rasanya seperti sekarat ... tapi tidak tepat seperti itu, saya rasa ... saya
khawatir Karen tidak akan mampu menghadapi perubahan yang menyertai integrasi
saya." "Kamu akan bergabung dengannya, bukan meninggalkannya," ujarku.
"Saya ingin merasa seperti itu. Awalnya, saya ingin semua sosok berintegrasi
dengan saya, bukan saya yang berintegrasi dengan sosok yang lain. Saya ingin
menjadi sosok yang terakhir kali berintegrasi, Anda tahu, untuk melihat
bagaimana hasilnya. Tapi, Karen akan lebih mendapatkan manfaat saat ini, bukan
nanti. Dia betul-betul harus lebih teratur."
"Kamu akan memberikan sifat itu kepadanya. Bisakah kamu menceritakan apa saja
dari sistem Karen yang belum kuketahui sekarang?"
"Anda tahu, Dr. Baer, Karen tidak muncul nyaris dalam sebagian besar
kehidupannya. Kami mulai membelah saat Karen masih bayi. Penganiayaan telah
dimulai bahkan sebelum dia lahir, selama ibunya hamil. Saya tahu ayahnya sering
menonjok perut ibunya waktu wanita itu hamil. Para sosok lain membangun
kehidupan untuk Karen. Sebagian besar sosok Karen lahir untuk alasan khusus.
Mereka akan muncul saat peran mereka dibutuhkan. Biasanya, saya atau Holdon akan
memutuskan siapa yang sebaiknya muncul."
"Mengapa Karen 3 dipilih untuk menjadi sosok yang dituju oleh sosoksosok lainnya
dalam proses penyatuan" Apakah dia sosok inti kalian?"
"Dialah yang paling patuh; dia tidak punya pendapat sendiri. Dialah yang paling
mudah menerima." "Ah, aku mengerti, dia adalah kapal terbaik bagi kalian." Aku ingat bahwa Karen
3 adalah sosok yang "mengangkut" sosoksosok lainnya.
"Ya, begitulah. Karen 3 adalah sosok yang paling sering Anda temui. Karen 1 dan
Karen 3 hampir bisa dikatakan sebagai sosok yang sama. Mereka bagaikan pinang
dibelah dua, meskipun usia mereka berbeda; sulit untuk menjelaskan hal ini ...
tapi tidak ada sosok inti. Ada bagian kekanak-kanakan dalam diri Karen 3 yang
perlu diintegrasikan. Karen selalu, seperti yang dikatakannya, menjadi penumpang
dalam kehidupannya sendiri."
"Bagaimanakah keadaan yang memicu kelahiranmu, Katherine?"
"Saya lahir untuk menjadi ibu Karen. Ketika itu dia baru berumur satu tahun,
tapi saya terlahir beberapa tahun lebih tua darinya. Pekerjaan saya adalah
memasukkan informasi dan menjaganya agar tetap teratur
dan utuh. Selama masa pertumbuhan kami, saya membaca ensiklopedia, kamus, dan
Alkitab dari awal hingga akhir. Saya terus-menerus memperbarui pengetahuan saya.
Saya menyelesaikan tugas yang ditinggalkan oleh Karen atau sosoksosok lainnya.
Saya menjadi ibu bagi mereka semua; saya tahu cara terbaik dalam mengurus
masalah dan siapa yang sebaiknya dimunculkan untuk menangani tugas tertentu.
Setelah lulus SMA, saya mengerjakan sebagian besar tugas sekretariat bagi Karen
di tempat kerjanya. Saat Sara lahir, sistem kami menjadi kacau. Kami kesulitan
menjaga segalanya tetap terkendali. Ketika itulah Karen 1 memutuskan bahwa kami
membutuhkan pertolongan." Katherine terdiam dan memandangku sambil menelengkan
kepala. "Bisakah kita melanjutkan?" tanyaku. "Ya, silakan." "Silakan mundur, dan aku
akan mempersiapkan Karen." Aku tidak yakin apakah mungkin kepribadian seorang
bayi berumur empat bulan terbelah, karena pada usia itu, seorang bayi belum
membentuk kepribadian kohesif, tetapi inilah yang dikatakan oleh Katherine.
Aku mengikuti prosedur rutin kami dan menempatkan diriku di dalam kamar mungil
Karen, lalu menjabarkan peran Katherine baginya. Karen membuka pintu untuk
mempersilakan Katherine masuk. Karen menggambarkan penampilan Katherine. Dia
adalah wanita yang jangkung, ramping, dan pucat. Senyumnya lembut keibuan dan ? ?dia menggenggam tangan Karen sembari memandangnya.
"Kalian dapat bersatu dengan cara yang kalian sukai," ujarku.
"Saya tidak akan menangis," kata Katherine.
"Dia ingin memeluk saya dengan cepat," gumam
Karen, "di ambang pintu ini, dan memasuki saya. Dia ingin mengatakan sesuatu
kepada Anda terlebih dahulu ... katanya, dia akan merindukan percakapan kalian,
dan dia ingin berterima kasih atas kesabaran Anda dalam menghadapinya."
"Saya juga akan merindukannya, tapi saya akan menjumpainya dalam bentuk yang
baru." "Saya sedang berpelukan dengannya, dia menangis, saya sudah dapat merasakannya.
Dia sedang masuk ... sekarang pendengaran saya mulai peka. Saya merasa sedikit
gelisah, dada saya sakit. Saya dapat merasakan kegugupannya. Dia sudah masuk.
Saya merasa aneh. Leher saya kaku. Tidak banyak yang saya ingat sekarang;
mungkin dia masih menunggu."
"Bagaimana jika kamu menjauh dari pintu dan menutupnya," ujarku.
"Saya lupa menyebutkan," kata Karen, "bahwa ada beberapa orang di pintu,
menyaksikan proses ini."
"Aku akan meninggalkan ruanganmu sekarang."
"Jangan pergi, jangan tinggalkan saya sekarang; saya gugup." "Baiklah, aku akan
menemanimu." "Sebentar saja ... dia biasa merawat saya ..." Karen terdiam; aku tidak
tahu untuk apa. Aku menunggu. "Saya baik-baik saja sekarang."
Aku membangunkan Karen dari kondisi trance-nya. Dia gemetar dan mengatakan bahwa
dia merasa seolaholah kepalanya sedang dibor. Dia sensitif terhadap cahaya dan
suara. Kali ini mungkin berbeda, aku memberitahunya, karena Katherine adalah
sosok yang berperan besar.
"Penglihatan saya berubah, segalanya tampak kabur .... Oh, saya lupa!" Dia merogoh
tasnya dan menyerahkan sepucuk surat untukku. "Apakah kamu mengemudi sendiri?" tanyaku.
"Teman saya menunggu di bawah. Katherine sudah mengaturnya untuk saya."
15 April 1997 Karen tersayang.
Sekarang pukul 16.00, dan hari ini kita berintegrasi. Ada begitu banyak hai yang
ingin kusampaikan kepadamu, namun karena keterbatasan waktu, aku berharap kamu
akan menerima pengetahuanku. Berikut ini adalah hal terpenting yang harus
kuberitahukan kepadamu sebelum integrasi. Aku akan mendaftarnya agar kamu lebih
mudah memahaminya. 1. Menyangkut Dr. Baer: aku selaki menganggap beliau sebagai seseorang yang
jujur dan penolong sejati. Beliau memahami keseluruhan sistem kita dan menerima
kita semua setiap sosok kita. Aku berharap perasaanmu bahwa beliau akan
mengabaikan kita berkurang setelah kita berintegrasi. Jika perasaanmu tidak
berubah, kumohon, berilah beliau kesempatan. Beliau sangat baik kepadaku.
Bisakah kamu membayangkan kesulitan yang kita berikan kepada beliau" Aku
berharap, bersamasama kita dapat melanjutkan penghargaan kita kepada beliau atas
segala hal yang beliau lakukan untuk kita.
2. Menyangkut Pastor Jeremy: kita menemui beliau setiap dua minggu sekali untuk
mendapatkan dukungan keagamaan. Ini kita lakukan bukan karena kita kurang
memercayai Dr. Baer, melainkan karena kita perlu tahu lebih banyak tentang diri
kita di mata Tuhan. Keimanan kita terhadap Tuhan sedang diuji, dan Jeremy
menolong kita. 3. Jangan pernah meminjamkan uang kepada orangorang berikut: Harriet, Ibu, kedua
adikmu, keluargamu, dan teman-temanmu. Mereka tidak akan membayar utang. Aku
telah meninggakan sebuah berkas untukmu. Aku meletakkannya di laci teratas meja
riasmu. Kuharap kamu akan membaca isinya dengan baik.
4. Aku telah meninggakan daftar berisi bendabenda yang ingin kubeli. Tujuanku
adalah membeli satu benda setiap bulan. Aku tahu bahwa kamu akan menyukai
bendabenda itu, jadi, jika mungkin, simpanlah daftar itu.
Kumohon, lupakanlah masa lalumu dan mulailah kehidupanmu dengan awal baru.
Jagalah keimananmu, dan ingatlah orangorang yang benar-benar menyayangimu. Kamu
harus melanjutkan kehidupanmu tanpa aku. Ingatlah selalu bahwa aku ada di dalam
hatimu. Aku senang pernah menjadi bagian dari dirimu.
Aku mencintaimu, Katherine
Terlampir bersama surat tersebut adalah sebuah daftar bendabenda yang
ditinggalkan oleh Katherine untuk Karen, telah dinamai dan diatur rapi. Isi
bungkusan yang ditinggalkan oleh Katherine adalah akta kelahiran, surat Baptis,
surat Komuni, surat Konfrmasi, dan akta Pernikahan untuk Karen; sweter SMA serta
sertifkat dari klub drama dan musik; ijazah SMA dan buku tahunan; akta kelahiran
Josh; surat kematian kakek, nenek, dan ayah Karen; catatan kelahiran, baptis,
komuni anakanak Karen, dan lain-lain. Daftar itu begitu panjang dan diakhiri
dengan daftar lengkap berisi semua tanggal sesi terapi Karen bersamaku.
"SAYA TIDAK tahan dengan semua pikiran baru saya! Cara berpikir saya telah
berubah!" Aku tidak menanggapi.
"Saya memandang segala hal dengan cara berbeda. Saya mengetahui bermacammacam
hal yang tidak saya ketahui sebelumnya. Tapi, saya belum menerima seluruh
kenangan saya. Misalnya, saya hendak membeli salah
satu barang yang disebutkan dalam daftar Katherine, dan saya tahu pasti tempat
untuk mencarinya di toko, tapi saya tidak tahu seperti apa bentuk benda itu. Di
lemari, saya menemukan baju di dalam kantong plastik berlabel 'Katherine1.
Biasanya, saya tidak pernah berdandan pada pagi hari. Saya tidak tahan melihat
bayangan saya di cermin. Saya tidak terlihat seperti diri saya yang seharusnya.
Katherine bertubuh ramping. Sekarang saya merasa kegemukan. Katherine juga telah
menyusun tagihan, seolaholah dia akan meninggal."
"Dia mengatur segalanya agar mudah dikerjakan."
"Ya. Anda tahu, saya agak depresi memikirkan integrasi dengan yang lain."
"Mengapa begitu?"
"Karena saya menghilang. Bersama setiap integrasi, diri saya semakin memudar.
Saya betul-betul merasakannya kal ini."
"Aku memahami maksudmu. Kamu menjadi lebih baik, namun berbeda. Bukan dirimu


Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendiri." "Ya. Ini sangat aneh."3_8richard Baer
"SAYA TIDAK terlalu sering muncul akhirakhir ini," kata Holdon.
"Apa yang kamu lakukan saat kamu ada di dalam?"
"Saya memastikan segalanya berjalan lancar, saya berbicara dengan sosoksosok
lainnya, memastikan mereka baik-baik saja. Jensen tidak yakin apakah dia ingin
berintegrasi; dia ingin menjadi dirinya sendiri. Jensen ingin membuat karya seni
untuk Anda, tapi dia tidak sempat melakukannya karena energi kami terkuras saat
Katherine berintegrasi. Sejak integrasi Katherine, terdapat perubahan besar di
dalam. Karen tertekan ini adalah?integrasi terlama sejauh ini. Tapi, Karen menghadapinya dengan cukup baik. Untuk
kesempatan selanjutnya, sebaiknya kita mengintegrasikan Juliann, jika penyatuan
Katherine sudah selesai. Kepercayaan diri Karen meningkat sejak Katherine
berintegrasi." "Aku senang mendengarnya," ujarku. "Saat Jensen telah mendapatkan waktu untuk
mulai menggambar dan integrasi Katherine telah selesai, kita sebaiknya segera
mengintegrasikan Juliann."
"Sepertinya bagus," kata Holdon.
KETIKA ITU awal Mei 1997. Taman kembali menghijau, dan udara musim semi yang
berembus dari seberang danau terasa sejuk dan segar. Karen datang menenteng
sehelai jaket tipis dan duduk dengan punggung tegak, mencondongkan tubuhnya ke
depan dan sedikit memiringkannya: seperti postur Katherine.
"Saya tidak yakin apakah Katherine menganggap saya sebagai sosok yang pintar,"
kata Karen. "Saya khawatir tidak dapat memenuhi harapannya."
"Ceritakanlah masalahmu kepadaku." "Ada sangat banyak alamat di buku teleponnya!
Apakah yang sebaiknya saya lakukan, menelepon setiap nomor itu dan mengatakan,
Halo! Bagaimanakah saya bisa mengenal Anda" Saya menemui teman Katherine,
Christina. Katherine membantu Christina merawat ibunya yang sedang sekarat. Saya
tahu jalan menuju rumahnya, saya masuk dan mengenali wanita yang sedang sekarat
itu, tapi saya tidak bisa mengingat sedikit pun pembicaraan yang pernah kami
lakukan. Saya menemui Pastor Jeremy berdasarkan janji temu yang dibuat oleh
Katherine. Ini sungguh aneh. Saya mengenal beliau, tapi
hubungan saya dengannya jauh berbeda. Saya mengenali wajah temanteman Katherine,
tapi saya tidak tahu nama mereka maupun interaksi atau percakapan yang pernah
kami lakukan. Saya mendapatkan ingatan emosional dan visualnya, tapi katakata
yang menyertainya baru mulai mendatangi saya. Minggu ini, saya menggunakan kata
'sejujurnya1; itu adalah kata yang sering digunakan Katherine. Saya tidak pernah
memakainya sebelumnya. Saya mendengar katakata di dalam kepala saya, tapi saya
belum bisa menggunakannya dengan nyaman."
"Kamu belum cukup mencerna siapa Katherine yang sesungguhnya."
"Tidak, justru kebalikannya."
"Sepertinya kamu masih akan berurusan dengan proses ini hingga beberapa minggu
lagi." DALAM KEADAAN terhipnosis, Juliann, yang berbicara dengan lemah lembut dan
centil, muncul untuk memberitahuku bahwa dia kesal kepada Karen yang tidak mau
lagi menulis tentang integrasi Katherine. Dia merogoh tas Karen dan mengeluarkan
beberapa lembar kertas bertulisan tangan, lalu menyerahkannya kepadaku. Dia juga
mengatakan, dia harus memberitahuku bahwa Jensen sudah mendapatkan peralatan
menggambar. Penyatuan Katherine Pada Selasa, 15 April 1997, Katherine menyatu dengan saya. Sejauh ini, integrasi
ini paling melelahkan. Masalah dimulai setelah saya tiba di rumah. Saya
menemukan jadwal, catatan, dan instruksi di mana-mana. Saat melihat semua itu,
saya mulai depresi, mungkin karena saya merasa tidak akan mampu menjalani peran
Katherine. Hari pertama ini betul-be tut melelahkan saya dan saya tinggal di
rumah pada hari berikutnya karena Katherine secara bijaksana telah mengosongkan jadwal untuk
hari itu Hari itu, saya menyerap lebih banyak lagi pengetahuan Katherine; dia
terobsesi pada kerapi an.
Saya sendiri berusaha selaki tepat waktu dan merencana kan segala sesuatu, namun
dahulu, saya selalu kehilangan waktu saat sedang tergesa-gesa.
Katherine telah merencanakan integrasinya. Dia menyiap kan setumpuk dokumen dan
bendabenda lainnya dengan rapi, laki membungkusnya dengan plastik. Selain semua
dokumen itu, saya mendapati diri saya cukup kesulitan dalam bergaul dengan
"temanteman" baru saya. Mereka adalah teman Katherine, dan saya merasa tidak
nyaman berhubungan de ngan mereka. Saya merasa seolaholah sedang membuka jalan
menuju kehidupan orang lain, laki mengkhianati mereka ka rena saya sebenarnya
tidak mengenal mereka. Di manakah saya selama ini" Kapankah pertemanan ini
dibangun" Selama proses integrasi ini terjadi, saya masih berpegang pada jadwal
yang telah dibuat oleh Katherine. Dia telah menyusun jadwal hingga empat bulan
ke depan. Saya akan berusaha keras menjaga komitmen ini. Saya mendapati bahwa
sebagian teman dan kegiatannya memang menyenangkan.
"HALO! SAYA sudah lama tidak berbicara dengan Anda!" Siapa pun sosok ini,
sepertinya mood Karen sedang membaik. Dia bergerak-gerak di kursinya, berbicara
dengan cepat, dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan.
"Wah," ujarku, menunda-nunda, "bagaimana kabarmu?" Aku bersikap seperti Karen
saat bertemu dengan seseorang yang mengenalnya, namun dia tidak mengenal orang
itu. "Saya baik-baik saja! Saya tidak punya masalah. Tapi, saya harus mengatakan
bahwa saya kecewa dengan anggota kelompok ini. Mereka semua sangat murung.
Saya sendiri tidak pernah sedih. Pernah terjadi kebakaran di bandara. Semua
orang panik, tapi saya bilang, 'Memangnya kenapa harus ribut" Mereka akan baikbaik saja, dan kalaupun tidak, itu tidak ada hubungannya dengan kita!' Mereka
semua sangat sendu, dan sayalah satusatunya orang yang bisa bersenang-senang
dengan Sara." "Jiwamu sungguh ceria dan menyenangkan," ujarku untuk sedikit membuatnya
tersanjung. "Sifat seperti ini akan sangat berguna dan menolong kepribadianmu
yang utuh setelah kamu berintegrasi."
"Yah, yang jelas saya bisa menolong Karen dalam berurusan dengan pria. Saat saya
menikah dengan Josh, hubungan kami baik-baik saja." Ah, ini adalah Karen 2,
pikirku. "Saya mencintainya selama beberapa waktu. Tapi, dia tidak bisa
membiasakan diri pada sistem kami. Sebenarnya saya tidak bisa menyalahkan dia.
Jika saya berintegrasi, saya bisa menolong Karen mendapatkan hubungan percintaan
yang sehat." "Apakah kamu masih ragu-ragu untuk berintegrasi?" tanyaku.
"Apa Anda bercanda" Lucu sekali! Tetap saja, tidak ada lagi sosok yang bisa saya
ajak bicara. Saya meyakinkan Anda bahwa ada satu hal yang jelas membaik, yaitu
Karen tidak lagi ingin mati. Sekarang, dia berharap tidak akan mati. Itu adalah
seratus persen kemajuan!"
"AKU MULAI bekerja beberapa hari yang lalu," kata Jensen, "tapi aku baru akan
menyelesaikannya dalam beberapa minggu. Aku ingin menunjukkan kepadamu seperti
apa kamar kami. Tembok bata sudah roboh.
Akulah yang merobohkannya. Kami biasanya tidur di kamar terpisah, tapi sekarang
kami semua berada di dalam sebuah ruangan yang luas, meskipun masingmasing dari
kami berdiam di sudut yang berbeda. Aku sudah memikirkan soal integrasi."
"Itu bagus sekali, Jensen. Aku ingin tahu lebih banyak tentang dirimu. Berapakah
umurmu?" "Aku sebelas tahun, tapi aku merasa lebih besar. Tidak ada yang menganggapku
sebagai anakanak. Katherine tidak memperlakukanku seperti anakanak lainnya.
Mungkin karena aku berkulit hitam. Kadangkadang, kukira yang lain berprasangka
buruk padaku. Aku merindukan anakanak yang lain."
"Aku tidak sabar ingin melihat gambar-gambarmu."
"INI TULISAN lain tentang Katherine," kata Karen, menyerahkan empat lembar
kertas kepadaku. "Menakjubkan sekali melihat betapa banyak yang telah dikerjakan
oleh Katherine; saya tak henti-hentinya menemukan sesuatu yang baru." Dia
menyerahkan sebuah kartu nama kepadaku. Nama tengah Karen tertulis di sana. Itu
adalah sentuhan Katherine. Kartu itu memuat alamat dan nomor teleponnya sesuatu?yang biasa diberikan kepada teman atau kenalan baru agar mereka dapat dengan
mudah menghubunginya. "Saya menemukan pakaian yang dibelinya untuk acara wisuda anak lakilaki saya;
saya tidak ingat pernah membeli baju itu."
"Apa lagi yang terjadi?"
"Kata orangorang, saya sekarang menjengkelkan." "Selamat!" aku langsung
menanggapi. Karen tersenyum tipis, namun menggeleng.
"Apakah ini bagus?" tanyanya. "Kakak ipar saya suka memerintah-merintah di
telepon; ambilkan ini atau itu, bahkan tanpa mengucapkan halo. Sekarang, saya
tidak mau lagi menerima telepon semacam ini. Saya memarahi adik saya saat dia
ingin berkunjung tapi bersikap seenaknya saat menelepon. Keluarga saya memang
kacau. Saya tidak tahu bagaimana sosoksosok saya yang lain bisa tahan. Bagaimana
mereka bisa menerima semua ini?"
"Pada sebagian besar waktu, mereka tidak bisa menerimanya," ujarku. "Mereka
hanya bertoleransi." Aku melihat bahwa Karen sekarang berpikir secara lebih
terbuka. "Sandy selalu membiarkan ibumu menang," lanjutku, "tapi dia muak, sakit
hati, dan makan sepanjang waktu. Sebagian sosokmu ingin menyakitimu karena
mereka marah dan frustrasi akibat terus-menerus teraniaya. Sekarang, setelah
kalian menyatu, kamu bisa menggunakan pengalaman dan kekuatan sosoksosok lainnya
untuk mulai membuat perubahan dalam caramu menanggapi semua kekacauan yang
ditimbulkan oleh orangorang di sekelilingmu. Keluargamu akan menolak perubahan
ini karena mereka lebih menyukaimu saat kamu menuruti apa pun perintah mereka,
tanpa memedulikan betapa hal itu menyakitimu. Setelah sosok-sosokmu
berintegrasi, kamu akan semakin kuat. Kamu sudah jauh melangkah."
"Saya memang semakin kuat. Saya bahkan berani menolak saat suami saya menyuruh
saya membelikan rokok untuknya. Saya tidak lagi merasa bersalah saat harus
menolak." "Ini menarik. Meskipun Katherine adalah sosok terakhir yang berintegrasi
denganmu, aku melihat banyak
sifat Miles di dalam dirimu."
"Setelah Katherine berintegrasi, saya merasakan sosoksosok lain juga semakin
kuat. Saya tidak tahu mengapa begini."f J
24 Juliann dan Karon 3 11 SAYA MUNCUL sepanjang hari Minggu, tapi jangan beri tahu Karen; bisa-bisa dia
mati!" Sekarang aku bisa mengenali Karen 2 dari pembawaannya. "Saya pergi ke
acara pameran seks peralatan seks, vibrator, dan video. Menyenangkan sekali!
?Kapan-kapan, saya akan mempraktikkannya. Beberapa teman SMA saya mengadakan
pesta. Kami mengundang penari telanjang yang berperan menjadi polisi. Kami juga
mengundang seseorang dari salah satu toko seks itu untuk memamerkan semua
peralatannya kepada 'ibu-ibu' ini. Kami tak henti-hentinya tertawa! Saya juga
menonton pertandingan basket Chicago Bulls. Polisi pasti akan sangat mengganggu
Karen, tapi saya tidak mengerti juga karena saya tidak pernah disiksa. Sesudah
berintegrasi nanti, saya akan memberikan sebagian kenangan saya kepada Karen,
tapi saya tidak tahu caranya. Yah, yang jelas Karen tidak akan semembosankan ini
setelah saya menyatu dengannya!"
Setidaknya sekarang dia mengatakan setelah, bukan seandainya, pikirku.
"SAYA SIAP berintegrasi," kata Juliann
dengan suara lembutnya. "Saya cukup tenang, dan saya pikir Karen dapat
memanfaatkan sifat ini. Karen sangat gugup saat memikirkan jadwalnya, sampaisampai dia tidak bisa mencurahkan perasaannya dalam katakata. Saya akan bisa
menolongnya dalam hal ini. Sayalah yang selalu menulis jurnal."
"SAYA RINDU beralih," kata Karen, mengerutkan kening, bertopang dagu.
"Terkadang, saya berharap bisa lebih sering kehilangan waktu. Selalu muncul
membuat saya lelah."
"Apakah kamu masih kehilangan waktu?" tanyaku.
"Biasanya pada malam hari; saya menerimanya saja. Saya sedang menonton TV pada
pukul 23.00, dan saat tersadar, waktu sudah menunjukkan pukul 5.00. Kertaskertas berserakan, TV masih menyala .... Lalu, saya memulai hari saya."
"Hari ini jadwal kita mengintegrasikan Juliann."
"Saya tahu; saya siap." Karen tidak terlihat bersemangat. Aku tidak bisa
membayangkan beban pribadi yang dipikulnya akibat seluruh perubahan di dalam
dirinya ini, tapi aku tidak tahu harus melakukan apa lagi selain meneruskan
usaha kami. Aku menghipnosis Karen. Setelah Karen larut dalam trance-nya, Jensen
adalah sosok yang pertama muncul.
"Aku sudah mulai menggambar. Semua gambar kami adalah buatanku." Aku teringat
kembali pada gambar rumah yang pernah kudapatkan. "Apakah Karen masih akan bisa
menggambar jika aku sudah berintegrasi?"
"Kurasa begitu, tapi mungkin gayanya akan berubah, karena bukan hanya kamu yang
akan menggambar. Gambarnya tidak akan bergantung pada keahlianmu saja,
tapi dia akan mengumpulkan gagasan dari semua sosoknya."
"Aku ingin menyelesaikan beberapa gambar lagi sebelum itu terjadi."
"Aku mengerti. Lanjutkanlah gambarmu. Apakah Juliann ada?"
Jensen mundur, dan Juliann muncul.
"Juliann, apakah yang sebaiknya kukatakan kepada Karen tentang dirimu dan
peranmu?" "Yah, saya lahir pada 1970, dan saya berumur tiga belas tahun. Karen baru
sebelas tahun; dia membutuhkan seseorang yang sedikit lebih besar darinya. Saya
tumbuh sampai berumur lima belas tahun, yaitu umur saya sekarang. Umur saya
tidak bertambah lagi. Karen mulai menulis tentang penganiayaannya saat dia
berumur sebelas tahun; saya lahir untuk menjadi jurnalis dalam kelompok kami.
Saya menulis sangat banyak tentang apa yang dilakukan si ayah. Nenek punya
sebuah bufet tua, dan saya menyembunyikan tumpukan kertas catatan saya di sana.
Beberapa tahun yang lalu, si ibu menemukannya dan membuang semuanya."
"Oh, sayang sekali. Apakah kamu punya kekhawatiran mengenai proses integrasi
ini?" "Satusatunya hal yang mengganggu saya adalah saya belum benar-benar memenuhi apa
yang ingin saya lakukan. Saya ingin menulis banyak hal agar dapat membuktikan
bahwa semua peristiwa itu sungguhsungguh terjadi."
"Mungkin setelah kamu berintegrasi dan kenangan-kenanganmu tercurah kepada
Karen, kamu akan mampu menyusun kembali tulisanmu. Bagaimana kalau kamu mundur
sebentar dan menunggu di luar
ruangan mungil Karen. Kami akan memanggilmu sebentar lagi."
"Baiklah." Karen menggambarkan Juliann sebagai seorang gadis berambut panjang berwarna
cokelat bersemburat merah dan bermata hijau tajam. Dia tampak muda dan
memancarkan keceriaan seorang remaja. Aku memberi tahu Karen tentang Juliann dan
harapannya untuk menuliskan kisahnya.
"Juliann duduk di sebelah kanan saya, dan matanya berkaca-kaca," kata Karen.
"Dia menggenggam tangan saya. Dia ragu-ragu. Saya merasakan
keberadaannya sangat kuat. Dia mengatakan kepada saya bahwa dia mengingat ?segalanya tentang apa yang menimpa mereka." Karen terdiam. "Dia tidak tahu harus
melakukan apa." "Mungkin kamu bisa menolong dia."
"Saya memeluk dia. Dia mencium pipi saya ... balas memeluk saya. Dia mengucapkan
selamat tinggal kepada Anda, berterima kasih kepada Anda; katanya, Anda akan
bisa merasakan keberadaannya; dia tidak akan pergi jauh."
"Saya merasakan seluruh tubuhnya, hatinya," Karen melanjutkan. "Saya mendengar
Anda menulis di buku Anda; bunyinya sangat nyaring. Cahaya di sini sangat
terang. Dia sudah masuk; dia tidak lagi berada di ruangan saya. Saya
merasakannya di dalam tubuh saya."
Aku membawa Karen kembali ke kantorku. Tubuhnya gemetar dan penglihatannya
kabur. Dia sepertinya terkejut mendapati betapa integrasi Juliann
memengaruhinya. "Mungkin kamu sebaiknya menulis tentang hal ini," aku menyarankan.
J J Juli 1997 Penyatuan Juliann Pada 17 Juni 1997, Juliann menyatu dengan saya. Integrasi ini sepertinya paling
rumit di antara yang lainnya. Dampak integrasi Juliann begitu besar, sehingga
saya baru bisa mulai menulis hampir sebulan kemudian. Setelah Juliann menyatu,
saya mulai merasa utuh; saya akhirnya menerima sosoksosok lainnya yang telah
terlebih dahulu terintegrasi.
Pada hari pertama setelah Juliann berintegrasi, saya mulai mengingat isi satu
per satu halaman jurnal saya. Saya menulis kannya secepat saya bisa
mengingatnya. Tetapi, tidak mungkin saya dapat menulis kembali seluruh isi
jurnal yang telah ber umur tahunan, sehingga saya menulis sebagian saja. Saat me
null's kembali jurnal tersebut, kenyataan menghantam saya. Saya tahu bahwa yang
saya tulis tentang kehidupan saya bu kanlah kebohongan. Meskipun Juliann baru
berumur lima be las tahun, dan peran utamanya dalam sistem saya adalah un tuk
menulis jurnal di dalam diri saya, dia berhasil menyimpan semua kenangan kami
hingga saya siap mengisi kekosongan dalam pengalaman sosoksosok lainnya. Betapa
melegakan rasanya saat saya bisa menyatukan semua kepingan teka-teki kehidupan
saya. Beberapa minggu terakhir ini, saya menyesali hilangnya masa kecil saya. Setelah
seluruh kenangan masa laki saya ter kumpul, saya tidak lagi menganggap
sosoksosok saya sebagai individu yang berbeda setidaknya mereka yang telah ?berin tegrasi. Saya merasa buruk akibat hai ini karena mereka telah sangat


Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menolong saya, dan masingmasing dari mereka layak diingat. Entah bagaimana,
setelah Juliann berintegrasi dan saya mulai mengingat tulisan di jurnalnya,
peran sosoksosok lainnya mulai memudar. Saya menjadi sangat sedih; saya mu iai
berharap tidak pernah berintegrasi dengan mereka. Saya mengingat semua yang
telah mereka lalui; hanya saja, saya ti dok bisa mengingat sosok mana yang
melakukan apa. Bagaimana mungkin saya bisa melupakan penolong yang telah ada
selama 38 tahun dalam d/'p/ saya sendiri"
Perasaan kehilangan ini begitu menyesakkan. Saya berjuang untuk mencari tahu
siapa diri saya. Setelah saya sepenuh nya terintegrasi, saya mungkin akan bisa
mulai menjadi diri saya yang sesungguhnya, untuk sementara ini, saya berusaha
keras untuk tidak mengubah penampilan saya, meskipun bagian dalam saya tidak
lagi sama. Saya rasa, setelah saya sepe nuhnya terintegrasi, saya akan dalam
seketika berubah menjadi manusia yang berbeda. Mengapa saya tidak membiarkan
terjadinya perubahan setelah setiap integrasi untuk membentuk diri saya menjadi
"saya?" Siapakah saya sesungguhnya"
Integrasi Juliann meninggalkan ratusan pertanyaan pada saya. Saya merasa perlu
membuktikan segalanya agar dapat menerima apa yang menimpa saya. Tetapi, dalam
kenyataan nya, mungkin saya tidak akan mendapatkan barang bukti ka rena semua
itu telah terjadi lama berselang. Saya tahu bahwa Juliann tidak mungkin
menuliskan kebohongan, tapi saya benar-benar perlu melepaskan dorongan untuk
mencari para pelaku dan tempat kejadian semua peristiwa itu.
Karen menyerahkan beberapa lembar kertas bertulisan tangan yang merupakan
rekonstruksi dari catatan harian berdasarkan ingatan Juliann. Katanya, dia
memiliki berjilid-jilid buku harian semacam ini, tapi semuanya telah hancur. Aku
memeriksa yang pertama. Tengah malam: Tidur di rumah
Nenek. 1. 05: Telepon berdering, menyampaikan kabar bahwa ada masalah. Karen
tidak tidur malam itu; kakeknya membangun kannya. Si kakek bertanya "Apa kamu
mau berjalan-jalan?" Karen menurut karena tidak punya pilihan lain. Para pelin
dung muncul (Elise, Miles, dan Kari).
1.40: Tiba di pabrik bahan kimia. Naik lift ke atas, berhenti. Para penganiaya
telah menanti. 1.55: Ritual dimulai. Claire muncul.
2.16: Claire masuk. Miles muncul. 3.20: Miles masuk. Kari muncul. 3.50: Kari
masuk. Kari menghapus ingatan.
3.55: Elise muncul dan membersihkan kamar gelap. Bersiap-siap untuk pulang.
4.15: Elise masuk, Karen muncul. 4.20: Karen pulang. 4.35: Karen tidur.
6.45: Karen terjaga Elise muncul, menyantap sarapan. 7.15: Elise masuk, Sidney
muncul, menonton flm kartun pagi. P. 00: Sidney masuk, Karen muncul
13.00: Karen menderita sakit kepala parah, Katherine mendatangkan pertolongan.
Claire mengajukan diri dan menanggung sakit kepala Karen.
14.20: Claire masuk, ibu Karen pergi bekerja.
14.30: Katherine muncul dan membersihkan rumah, menjaga kedua adik Karen, serta
memasak makan malam. 16.30: Ayah pulang. Katherine menyajikan makan malam dan
membersihkan sisanya. 18.00: Katherine masuk, Holdon muncul untuk membaca surat kabar, menonton berita
dan memeriksa sistem. 18.55: Pemeriksaan Holdon telah selesai. Holdon masuk, Sandy muncul.
19.00: Sandy menonton TV bersama Ayah, membiarkan Ayah mengganti-ganti saluran.
20.00: Ayah tertidur di lantai ruang duduk. Sandy masuk, Karen muncul untuk
berkunjung ke rumah tetangga Henry dan Edith, duduk-duduk di teras depan.
20.50: Karen masuk, Karen 1 muncul untuk mandi, dan Miles muncul sebentar untuk
mengganjal pintu kamar mandi dengan gagang sapu agar Ayah tidak bisa membukanya.
21.30: Karen 1 masuk, Karen tidur.
Terdapat lema serupa untuk beberapa hari lainnya. Masingmasing melibatkan enam
hingga sepuluh sosok berbeda.
"KAREN SUDAH tidak punya sosok yang bisa menolongnya di dalam dirinya," kata
Holdon. "Dia ingin mempertahankan salah satu sosok, hanya untuk berjaga-jaga
"Hanya untuk berjaga-jaga jika dia ingin melarikan diri dan bersembunyi lagi,"
ujarku, menyelesaikan kalimat Holdon.
"Ya," Holdon melanjutkan. "Karen 3 baru saja menunjukkan sikap 'malangnya
diriku'. Dia bersikap seperti
seorang korban dan menjadi sosok yang paling depresi. Karen 2 semakin sering
muncul; dia membawa kesenangan bagi kami. Hanya untuk mengingatkan Anda, masih
ada Jensen, Karen 2, Karen 3, dan tentu saja saya sendiri untuk diintegrasikan."
"APAKAH KAMU sudah lebih banyak memikirkan integrasi?" aku bertanya kepada Karen
2. "Ya, saya sudah sering memikirkannya. Saya tidak yakin apakah saya ingin
bergabung dengan kelompok menyedihkan itu. Saya tidak ingin menanggung rasa
sakit mereka ... dan kehilangan kesenangan saya."
"Kupikir kamu bisa membagi kesenanganmu dengan yang lain. Kamu lahir untuk
tujuan tertentu. Bisakah kamu menceritakan lebih banyak tentang peranmu, saat
kamu lahir?" "Saya lahir pada 1969. Kami duduk di bangku SMA, banyak bergaul dengan lakilaki
dan berkencan. Itulah yang saya lakukan; itu cukup normal bagi saya. Saya
biasanya berkencan dengan lakilaki yang lebih tua. Saat saya masuk, Karen 3 akan
muncul dan itu biasanya akan menjadi akhir bagi hubungan percintaan kami. Dia
frigid, dan saya, yah, lebih berpengalaman."
"SUAMI KAREN" suami Karen sangat kejam," kata Karen 3 muda dalam keadaan
terhipnosis. "Kemarin, Karen 2 membentaknya, lalu masuk. Saat saya muncul, dia
sedang melayangkan tinju ke wajah saya." "Itu tentu sangat menakutkan."
"Menakutkan, ya, aneh, tidak." Aku dapat merasakan Karen 3 mematikan semangatku.
Seolaholah cahaya kematian terpancar dari dirinya dan memadamkan kobaran
semangat orang lain. Inilah yang kurasakan darinya saat dia pertama kalinya
datang menemuiku. Ini adalah belahan sosok kanak-kanak Karen 3 yang masih harus
diintegrasikan menuju keutuhan. "Saya tidak punya siapa-siapa yang bisa diajak
bicara," katanya. "Saya biasanya mengobrol dengan Katherine dan Ann, tapi mereka
sudah pergi. Saya marah kepada Karen 2. Dia membentak saya dan mengatakan agar
saya tidak muncul dan "menyia-nyiakan segalanya". Saat Josh memarahinya, dia
masuk, dan sayalah yang menjadi korban. Saya merasa seolaholah terkurung di
dalam cermin, dan bayangan saya tampak murung dan buruk."
"Kedengarannya kamu sangat menderita. Satusatunya solusi yang dapat kupikirkan
bagimu adalah membagi bebanmu dengan yang lain dan berintegrasi."
"Saya tidak mau menjadikan semua orang merana; menanggung depresi memang sudah
menjadi tugas saya."
"Aku paham, tapi menurutku, kamu bukannya tidak memiliki peran lain. Depresi itu
sesungguhnya dapat ditanggung oleh kalian semua."
"Yah, baiklah, jika itu pendapat Anda." "Kurasa inilah yang terbaik. Kita akan
mengintegrasikan dirimu dalam kesempatan berikutnya."
"BAIKLAH, TAPI kadangkadang saya berharap bisa mendapatkan sosoksosok saya
kembali," kata Karen, putus asa. "Mereka selalu ada untuk saya. Saya merasa
seolaholah saya kehilangan mereka; saya lupa bahwa mereka ada di dalam diri
saya. Saya ingin mengetahui segalanya tentang sosoksosok saya; saya tahu bahwa
pengetahuan itu ada di dalam diri saya, tapi sehari tidak cukup untuk mengingat
segalanya. Saya tahu bahwa
sayalah yang merawat kedua adik saya selama bertahuntahun, tapi saya tidak ingat
pernah benar-benar melakukannya. Saya tidak pernah memasak, mencuci piring,
mencuci baju, mengelap debu Katherine yang mengerjakan semuanya. Sekarang, saya?mengerjakannya sendiri. Ini tidak terlalu buruk; mengapa saya tidak pernah
melakukannya sebelumnya" Saya merasa tersesat, hampa. Saya tidak bisa benarbenar mengingat sosoksosok saya secara individual lagi sejak Juliann
berintegrasi. Meskipun begitu, kadangkadang ada pula kejadian lucu. Saya makan
sesuatu, lalu putri saya mengatakan, 'Bukannya Ibu benci asparagus"' Lalu, saya
mengatakan sesuatu seperti 'Aku lupa' atau 'Hari ini rasanya lumayan,' karena
sekarang saya menyukai asparagus."
"INI MENAKUTKAN, tapi Karen bisa berpikir sendiri," kata Holdon. "Dia memahami
peran semua sosok. Sosoksosok yang sudah berintegrasi dan membaur. Sekarang,
kami tidak bisa membedakan sosok mana yang bertanggung jawab dalam melakukan
sesuatu. Saya menyesal karena Karen harus mendengar segala macam hinaan dari
suaminya. Saya bahkan pernah berpikir untuk membunuh Josh, dan itu tidak seperti
diri saya. Karen tidak mengerti mengapa dia bisa tahan menikah selama
bertahuntahun dengan suaminya." Aku berterima kasih kepada Holdon dan memintanya
mundur. "Jika Anda akan mengintegrasikan Karen 3, berarti Anda sedang menyongsong
bencana," kata Karen 2. "Karen akan depresi! Bagaimana jika dia ingin bunuh
diri" Saya akan harus sering muncul untuk bersenang-senang." Dia mengedipkan
mata kepadaku. "Karen 3 berintegrasi untuk menjadi sosok yang lebih utuh," ujarku. "Mungkin
keadaannya akan sulit selama beberapa waktu, tapi kurasa ini akan berhasil."
"Setelah saya berintegrasi nanti, saya berharap akan bisa mendominasi Karen
untuk waktu yang lama."
AKU MASIH terheranheran karena, entah bagaimana, Karen 3 ternyata berbeda dari
"Karen" yang dituju oleh sosoksosok lainnya saat berintegrasi. Mungkin aku
seharusnya tidak berpikir secara kaku. Karen 3, bagian kanak-kanaknya, memiliki
peran dalam sistem, yaitu menanggung depresi, dan mungkin dia harus dilepaskan
ke dalam Karen yang seutuhnya. Aku berusaha membayangkan apa yang terjadi di
dalam kepala Karen. Kami seolaholah sedang menuangkan berbagai kepribadian ke
dalam sebuah ember. Tetapi, sesungguhnya, serpihanserpihan informasi atau
struktur mental yang terbelah dari kesadaran Karen sedang dibentuk atau disusun
ulang. Tentu saja, Karen 3 mungkin memiliki perasaan depresi yang harus
disembuhkan sehingga dia bisa bermanfaat bagi dirinya yang seutuhnya.
"SEKARANG, SAAT saya kehilangan waktu," kata Karen, "saya merasa tidak wajar.
Dahulu, saya tidak pernah keberatan. Saya kehilangan waktu sepanjang hari
kemarin, dan setengah hari kemarin lusa. Ada sangat banyak pekerjaan yang harus
saya selesaikan; sekarang, saat saya kehilangan waktu, pekerjaan saya
terbengkalai." "Apakah kamu sudah siap berintegrasi dengan Karen 3 muda?" tanyaku.
"Saya rasa sudah. Dia adalah sosok yang depresi, bukan?" Karen tidak
mengatakannya sebagai pertanyaan.
Dia telah mengetahui jawabannya dan bertanya untuk membagi ketakutannya
denganku. "Kamu mungkin akan sedikit depresi," ujarku, "tapi kurasa, seperti yang terjadi
setelah integrasi-integrasi lainnya, pera-juLIann Dan Karen 341_saan ini akan
memudar dan menjadi bagian integral dari dirimu."
"Sayang sekali kita tidak bisa membiarkan sosok ini tetap di dalam."
"Jika Karen 3 tetap di dalam, saya mengkhawatirkan depresi yang tidak akan bisa
kamu kendalikan. Depresi dapat muncul tanpa diduga, dan ini mungkin akan
melandasi caramu bertindak. Jika kita mengintegrasikan depresi denganmu, kita
mungkin akan dapat merawatnya jika perlu." Jawabanku sepertinya memuaskan Karen.
"Bagaimana jika kamu mencari posisi yang nyaman," ujarku untuk memulai sesi
hipnosis dan penyatuan Karen 3.
"Saya takut akan memberikan depresi kepada yang lain," kata Karen 3.
"Kamu menanggung semuanya sendiri selama bertahuntahun ini?" tanyaku.
"Ya," jawabnya. "Saya menanggung semua kepedihan emosional dan rasa percaya diri
yang rendah. Saya menanggung rasa sakit akibat hinaan si suami. Karen hanya
mendengar katakatanya. Sayalah yang menanggung perasaannya."
"Bagaimanakah kamu lahir?" tanyaku.
"Tidak lama setelah kelahiran Karen, Katherine, Holdon, dan Karen 3 terbentuk.
Kemudian, Karen 1 muncul untuk bersikap seperti anak perempuan. Karen 2 lahir
untuk menjadi tidak peduli. Saya lahir waktu Karen berumur dua atau tiga tahun.
Saya berada di dalam untuk waktu lama, tapi saya muncul kembali setelah Sara
lahir. Kami bertiga sesungguhnya lahir pada waktu yang hampir bersamaan, tapi kami
memiliki fungsi yang berbeda. Karena itulah nama kami semua berbeda.
"Saat Karen sedih, sayalah yang akan menanggung kesedihannya. Saat Ayah
menyebutnya pelacur atau jalang, saya akan mengambil perasaan yang muncul akibat
penghinaan itu dari Karen. Saat Ayah mempermalukannya, seperti saat Karen
berumur tiga belas tahun dan ayahnya membawanya membeli gaun tidur transparan,
mengatakan kepada si penjual bahwa Karen adalah adiknya, sayalah yang menanggung
perasaan Karen." Karen terdengar letih dan murung saat menceritakan perannya.
"Karen tidak bisa benar-benar menangis; sayalah yang menangis untuknya.
Kadangkadang, saat Karen menangis di depan Anda, sayalah yang sesungguhnya
muncul. Saya harap saya tidak membuat Anda kebingungan." Aku selalu kebingungan,
pikirku. "Apakah kamu sudah siap?" tanyaku.
"Ya." "Kalau begitu, tunggulah di luar pintu ruangan mungil Karen, dan kami akan
memanggilmu sebentar lagi." Aku dan Karen menjalani langkahlangkah rutin kami.
Aku menjelaskan tentang peran Karen 3 dan bagaimana dia lahir. Karen mengizinkan
Karen 2 masuk. Karen menggambarkan sosok Karen 3 yang gemetar dan meneteskan air
mata; Karen 3 adalah versi lebih muda dari dirinya dan dia bisa mendengar
pikiran-pikirannya. Mereka berdua saling menenangkan.
Karen 3 bergeming, sehingga Karen menghampirinya.
"Dia berdiri di dekat saya sekarang dan dengan cepat bergerak memasuki saya."
Karen terdiam; aku bisa melihatnya sedang bekerja.
"Saya bisa merasakan dia. Semuanya terasa nyaring dan menyilaukan ... dia sedang
masuk. Saya tidak bisa melihatnya lagi."
"Aku akan meninggalkan ruanganmu sekarang," ujarku. "Kamu akan mendapatkan
banyak perasaan darinya, tapi kamu tidak akan kewalahan."
Aku membangunkan Karen dari transnya dan mengembalikannya ke kantorku. Dia
menutupi matanya untuk menghalau cahaya.
"Apakah yang kamu ingat?" tanyaku.
"Gambar seorang pemuda berkulit hitam yang pernah saya lihat. Saya berada di
mobil, dan saya mendengar Ayah mengatakan, 'Orang negro yang baik hanyalah yang
sudah mati.'" 21 Juli 1997 Penyatuan Karen 3 Pada Kamis, 17 Juli, Karen 3 menyatu dengan saya. Sebelum mengintegrasikan Karen
3, saya sedikit ragu-ragu. Saya hanya tahu sedikit tentang sosok yang satu ini.
Saya tahu bahwa dia sering depresi dan murung, sehingga saya khawatir ini akan
menyakiti saya. Kenangan pertama yang saya ingat dari Karen 3 adalah saat ayah
saya lewat di depan sekolah Lincoln. Dia mengemudi memasuki halaman sekolah
melewati lubang di pagar besi, mendekati beberapa remaja berkulit hitam yang
sedang bermain bola basket dan berusaha menerjang mereka. Saya duduk di bangku
belakang saat ayah saya me nge/uarkan sebuah lencana polisi yang dicurinya dari
Bert dan mengancam para remaja itu, menyuruh mereka untuk mening galkan
lingkungan kami dan tidak pernah kembali lagi. Dia tertawa terbahak-bahak saat
mereka berlarian. Laki, dia meno leh ke arah saya dan mengatakan, "Orang negro
yang baik hanyalah yang sudah mati." Pernyataan ini menyakiti saya karena dia selalu menyebut saya
negro, bibir negro atau hi dung negro.
Saat mengemudi pulang, saya mulai menyadari siapa se sungguhnya Karen 3. Saya
tahu bahwa dia berumur tiga pu /uh tahun, dan lahir tidak lama setelah kelahiran
saya (saat saya berumur sekitar dua tahun). Dialah yang memulai terapi bersama
Anda. Dia selalu ingin bunuh diri dan menderita sakit kepala parah. Saat sedang
muncul, dia tidak bisa tidur nyenyak.
Karen 3, saya rasa, memainkan peran yang penting dalam sistem kami, dan saat
mengingat segala yang telah dilakukan nya, saya merasa teramat sangat beruntung
karena memiliki nya di sisi saya. Selama beberapa hari terakhir, saya mengeta
hui bahwa dialah yang menanggung sebagian besar penganiayaan 418richard
Baerverbal dari suami saya. Saya tahu bahwa Josh sering menghina dan mencela
saya tapi saya tidak pernah mengetahuinya ataupun merasakannya hingga sekarang.
Saya tidak yakin harus melakukan apa untuk menghadapi suami saya. Ada kalanya
saya bisa memahami kemarahannya kepada saya. Bagaimana mungkin dia bisa tahan
menghadapi semua perubahan saya sejak integrasi saya dimulai, sementara dia
tidak tahu mengapa saya berubah" Saya bisa tahan bersa manya karena saya tidak
tahu sosok mana yang disukainya. Sejujurnya saya menganggapnya sebagai seorang
asing yang tinggal bersama saya selama 17 tahun terakhir. Saya dapat melihat
kebenciannya terhadap saya setiap kali saya meman dangnya. Sekarang, setelah
Karen 3 berintegrasi, saya dapat merasakan kemarahan saya terhadap Josh. Saya
membencinya karena dia memperlakukan kami dengan sangat kejam. Saya mendapati
diri saya mengharapkan dia pergi, atau bahkan yang lebih menyedihkan,
mengharapkan dia mati. Karen 3 merasa tidak memiliki alasan untuk hidup dan menginginkan kematian. Saya
merasakan integrasi ini telah berakhir, dan saya lega. Saya belum siap untuk
melakukan in tegrasi lagi dalam waktu dekat ini. Saya akan menghabiskan sebulan
ke depan untuk membiasakan diri dengan
perubahanperubahan yang ada. Memandang dunia dari sudut pandang sosoksosok yang
lain adalah pengalaman yang sepenuhnya baru bagi saya dan saya ingin mengambil


Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jeda sejenak untuk menghargai semua yang telah mereka lakukan. Saya tidak ingin
melupakan merekafJ 25 Karon 2 dan Jensen "APA INI?" aku bertanya. Karen menggeleng, seolaholah tidak mau menjawab
pertanyaanku. "Saya hanya merasa putus asa setelah bertahuntahun selalu
mendapatkan kritik pedas." Tidak banyak yang bisa kulakukan mengenai hal ini,
pikirku. Seiring waktu, semua itu akan mengendap dan menjadi bagian dari diri
Karen. Merasa dipermalukan dalam dosis sebesar itu dan dalam waktu seketika
tentunya sangat berat. Di bawah hipnosis, Jensen mengatakan bahwa dia tidak berani membawakanku
gambargambar yang sedang dibuatnya; dia tidak tahu alasannya. Aku menanyainya,
dan dia mengakui bahwa dia tahu jika dia membawa gambargambar itu, akan tibalah
waktu baginya untuk diintegrasikan. Aku berusaha meyakinkannya bahwa kami akan
memisahkan pengamatan kami terhadap gambargambar itu dengan kesiapannya untuk
diintegrasikan, namun kami berdua samasama tahu bahwa aku sedikit berbohong.
Kurasa dia merasa lebih baik hanya dengan mengetahui bahwa aku memahami
kegelisahannya. "Kata Karen 2, akulah yang akan diintegrasikan berikutnya, tak peduli apakah aku
suka atau tidak!" Dia
memiliki kelembutan dan keteguhan seorang bocah lakilaki kecil, sebuah sifat
yang tidak dimiliki oleh Karen. "Dia sok pintar di depanku. Aku muncul untuk
menggambar, tapi dia mendorongku mundur agar dapat menonton TV." Aku mengatakan
kepada Jensen bahwa aku akan berbicara dengan Karen 2 dan memastikan Jensen
mendapatkan jatah waktunya.
"Saya mendengar omongan tupai kecil itu!" Ah, Karen 2, pikirku.
"Sepertinya kamu agak menyusahkan dia," ujarku dengan nada manis, berusaha
menyembunyikan kejengkelanku.
"Dia sangat lamban!" katanya, tidak memedulikanku dan nada bicaraku. "Dia
menghabiskan waktu dengan gambargambar tololnya itu."
"Mungkin kamu bisa memberinya waktu minggu ini agar dia bisa menyelesaikan
gambar-gambarnya. Dia tidak akan bisa diintegrasikan sebelum tugasnya itu
selesai." "Hmm ... yah, baiklah. Saya sendiri tidak pernah muncul selama itu. Saya tidak
ikut campur waktu Karen 3 berintegrasi. Tapi, sulit bagi saya untuk menahan
diri. Saya membenci ibu Karen. Saya ingin menyuruhnya diam. Holdon berusaha
menenangkan saya." "Bukankah dia ibumu juga?" tanyaku.
"Saya tidak pernah menganggap orangtua Karen sebagai ayah dan ibu saya. Saya
membentuk bayangan di dalam diri saya tentang ayah dan ibu yang sempurna dengan
mencomot berbagai sifat dari banyak orang."
"Dari manakah kamu mencomot sifat-sifat itu?"
"Dari potongan acara TV, flm, apa pun. Orangtua saya tidak payah ataupun gemar
menyiksa, tapi mereka juga tidak nyata. Sosoksosok yang lain menganggap
Katherine dan Holdon sebagai orangtua mereka. Sandy menganggap dirinya anak
adopsi dan orangtua asli yang menyayanginya ada entah di mana."
"Bagaimanakah caramu menghabiskan waktu saat kamu muncul?" tanyaku.
"Saya suka bergaul; saya suka menghabiskan waktu bersama Sara dan berusaha
membangun kepercayaan dirinya. Saya tidak mau kehilangan kemampuan saya.
Seandainya saja sosoksosok itu berintegrasi pada saya."
"Apakah akan berbeda?" tanyaku. "Kamu berintegrasi pada mereka, mereka
berintegrasi padamu: Kalian semua berenang di dalam ember yang sama. Sepertinya,
bagaimanapun caranya, hasilnya akan sama saja."
Karen 2 memikirkan perkataanku. Rupanya aku berhasil mengejutkannya. Kupikir dia
mengasumsikan bahwa siapa pun yang dituju oleh sosoksosok lainnya untuk
berintegrasi akan memegang kendali dan mendapatkan kekuasaan. Ternyata tidak
begitu; setiap kali selesai berintegrasi, Karen berubah dengan cara yang tak
bisa dikendalikannya. "Saya takut jika saya berintegrasi, saya hanya akan menjadi bagian yang sangat
kecil dari Karen yang utuh."
"Tidak sekecil itu!" ujarku sambil tertawa.
"Tidak, mungkin tidak," dia tersenyum. "Saya sangat kuat.
Holdon tidak bisa memaksa saya masuk jika saya tidak mau." Sekarang mungkin
adalah kesempatanku untuk mengetahui tentang perasaannya saat beralih.
"Bagaimanakah rasanya saat kamu harus mundur, padahal kamu sedang berada di
luar?" "Saat saya berada di luar dan akan mundur," kata Karen 2, seolaholah sedang
menjelaskan kepada seorang
bocah, "telinga saya terasa tuli dan pandangan saya kabur; lalu saya tersedot
mundur. Jika saya tidak sedang aktif atau berkonsentrasi pada sesuatu, ketika
itulah Holdon menarik saya. Saat saya sudah mundur, saya tidak cukup kuat untuk
melawan Holdon. Katherine juga kadangkadang menarik saya, tapi dia menipu saya
dengan mengatakan ada seseorang di dalam yang membutuhkan saya."
"Kepercayaan dirimu memang sangat tinggi," pujiku. "Karen akan mendapatkan
manfaat besar dari sifat yang kamu bawa untuknya ini."
"Mungkin kita bisa menyisakan dua sosok, Karen dan saya!" Dia sangat ceria dan
antusias, seolaholah baru saja berpikir untuk membeli baju baru. "Anda bisa
tetap mengintegrasikan Jensen dan Holdon. Saya suka menjadi terpisah; saya
merasa seperti seorang manusia yang utuh. Saya memiliki pikiran sendiri. Tidak
pernah ada hal buruk yang menimpa saya. Jika saya berintegrasi, saya juga akan
pernah dianiaya. Saya menyukai diri saya!"
"Kapankah menurutmu kamu akan siap?" tanyaku. Aku mendengar permohonannya, tapi
kami berdua tahu bahwa itu tidak akan terjadi.
"Saya tahu bahwa yang terbaik bagi Karen adalah jika saya berintegrasi
dengannya." Semangatnya melayang. "Tapi, bagaimana dengan orangorang yang saya
kenal, temanteman saya" Saya biasanya menyelinap keluar pada malam hari saat
Karen tidur untuk menemui mereka."
Aku hanya memandang Karen 2.
"Saya tahu bahwa waktu saya telah tiba," kata Karen 2, merasa kalah.
"Kapankah kamu mau melakukannya?" aku mendesaknya.
"Tahun 2000?" katanya, lebih ceria. "Haruskah saya menetapkan tanggalnya?"
"Kita bisa membicarakannya lain kali," ujarku. "Sekarang, mundurlah agar aku
bisa membawa Karen kembali ke sini."
"Haruskah" Saya ingin tetap di luar agar bisa melakukan sesuatu."
MINGGU BERIKUTNYA, 9 September 1997, di bawah hipnosis, Karen 2 muncul dan
berbicara dengan penuh semangat tentang foto-foto yang diambilnya dari pesta
Tupperware dan ditempelkannya di seluruh rumah. Dia menceritakan tentang sepatu
yang dibelinya untuk Sara dan detaildetail acaranya dengan teman-temannya. Dia
melompat-lompat dari satu topik ke topik lainnya hingga aku menyelanya
"Apakah kamu telah memikirkan integrasi?" aku bertanya.
Karen 2 sekonyong-konyong terdiam, dan keceriaannya berubah menjadi kecemasan.
"Ya, sudah. Saya tidak seratus persen mendukung gagasan itu," katanya sambil
memelototiku, "tapi saya tahu bahwa itu akan menolong Karen. Saya sudah membacabaca tentang penganiayaan anakanak, untuk membiasakan diri saya."
"Kurasa akan bagus bagi Karen jika dia mampu membayangkan dunia ini sebagai
tempat yang aman dan menyenangkan untuk ditinggali," ujarku, berusaha memberikan
gagasan akan apa yang bisa dilakukannya untuk Karen.
"Saya rasa saya akan menjadi masalah bagi Anda," katanya, "karena Anda takut
saya akan mengambil alih Karen dan mengendalikan segalanya. Sekarang, saya takut saya akan menghilang
selama-lamanya." "Kapankah kamu mau melakukannya?"
"Saya rasa minggu depan." Dia terdiam dan memandang ke luar jendela, tenggelam
dalam pikirannya. "Saya menikmati setiap waktu yang saya habiskan di luar, tapi
mungkin saya masih akan bisa menikmatinya dengan cara yang berbeda. Saya
mengawasi Karen; saya melihat berbagai aspek dari sosoksosok lamanya di dalam
dirinya sekarang. Setidaknya, hubungannya dengan Josh akan membaik. Tapi, saya
tidak mau berintegrasi ke dalam tubuhnya. Ah!"
"Mungkin kamu bisa memberinya motivasi untuk merawat tubuh."
"Saya harap begitu."
"Jadi, kita akan merencanakannya untuk minggu depan."
"Baiklah." SAAT KAREN menemuiku minggu berikutnya, dia merogoh tasnya dan memberiku sebuah
amplop yang ditujukan kepada "Dok Baer". Di dalamnya terdapat daftar pro dan
kontra integrasi yang dibuat oleh Karen 2. Berikut adalah bagian atasnya.
Daftar itu menghabiskan satu halaman dan mencakup dua puluh pernyataan pro dan
kontra. Menariknya, semua pendapat pro berpusat pada manfaat yang akan
didapatkan oleh Karen dari integrasi, yaitu bahwa Karen 2 dapat berkontribusi
bagi Karen yang seutuhnya, sementara pendapat kontra berfokus pada hal-hal yang
akan ditinggalkan oleh Karen 2 sebagai dirinya sendiri. Di bawah daftar tersebut
terdapat tanda tangan bertuliskan:
ATAU e&SimW* m mm m ww maism wantVK M lift ffflCttWW "as
t&kw naw-f dia w mm. ms&im-^mtic
m M'JK WKTMO f"t!TJti"
oleh Karen II, seorang wanita unik.
"Karen 2 muncul dengan segenap dayanya beberapa hari terakhir ini," kata Holdon,
"bepergian ke sana-kemari, menyelesaikan bermacammacam hal terutama menghadiri ?perkumpulan sosial dan mengurus acara-acara yang akan dilangsungkan di sekolah.
Dia telah mencurahkan sebagian perasaannya kepada Karen. Kemarin, Karen
menghadiri pertemuan orangtua murid di SMA, dan dia merasa percaya diri saat
berbicara kepada para guru."
"Dia merasa jauh lebih baik saat mendapatkan perasaan saya kemarin," kata Karen
2 dengan sedikit sombong. "Saya rasa akan bagus baginya jika saya memegang
kendali." "Bagaimana kamu ingin aku memperkenalkanmu?" tanyaku. Aku masih agak mencemaskan
daftar "kontra" yang dibuatnya akan menang, dan dia berubah pikiran. Aku tidak
ingin mendesaknya, tapi aku juga tidak mau
menyebabkan kebimbangan. Aku ingin dia merasa larut secara perlahan-lahan oleh
mekanisme prosedur integrasi.
"Saya lahir untuk menjadi sosok yang normal; tidak ada kejadian buruk yang
pernah menimpa saya. Sejujurnya, saya tidak benar-benar memahaminya. Pada
sebagian besar waktu, saya tidur. Saya muncul saat kami bertemu dengan seseorang
yang penting dan harus bersikap seperti anakanak yang sehat dan normal. Saat
SMA, saya menginginkan identitas saya sendiri dan melakukan banyak hal yang saya
sukai. Saya bergabung dengan banyak klub debat, drama, dan band. Pada tahun ?terakhir saya di SMA, saya merasa tidak membutuhkan nilai untuk lulus, sehingga
saya menghabiskan waktu saya untuk kesenian dan teater.
"Omongomong, sejak itu, saya selalu muncul untuk bersenang-senang bersama
anakanak; kami bermain, menghadiri acara-acara di sekolah, dan mengikuti acaraacara sosial." Karen 2 terdiam, dan kupikir dia telah selesai bercerita.
"Silakan mundur dan menunggu di luar ruangan mungil Karen. Aku akan
mendatanginya dan kami akan mempersilakanmu masuk." Aku melihat wajah Karen
semakin rileks dan binar-binar meninggalkan matanya. Aku memanggil Karen untuk
muncul dan meminta izinnya untuk memasuki ruangannya. Karen membuka pintu dan
mengundang Karen 2 masuk.
"Saya merasa gugup," kata Karen. "Saya merasa agak terancam olehnya. Entah
bagaimana, dia tampak berbeda. Dia ramping dan berambut pirang. Dia tampak ceria
dan penuh semangat." Secara singkat, aku menjelaskan tentang sejarah dan peran
Karen 2, serta meminta Karen untuk menggambarkan apa yang sedang
terjadi. "Dia duduk di dekat saya, tersenyum, dan menepuk-nepuk tangan saya.
Katanya, 'Apa kau siap menerimaku"' Bagaimana dia akan bereaksi jika mengetahui
bahwa kami pernah disakiti?"
"Itulah tujuan integrasi ini," ujarku.
Dia membelai rambut saya dan mengatakan bahwa segalanya akan baik-baik saja.
Katanya, dia tidak akan memberikan kenangan yang menyakitkan ataupun memalukan.
Dia ingin tahu apa yang sebaiknya kami lakukan sekarang."
"Kalian bisa mendekat, saling memandang, dan berpelukan," ujarku, seolaholah aku
tahu pasti apa yang harus kami lakukan.
"Saya merasa aneh," katanya sambil menggerakkan tubuh. "Dia adalah sosok yang
tidak pernah saya sadari keberadaannya. Dia meminta saya mengatakan kepada Anda,
'Terima kasih untuk segalanya, dan dia akan selalu berada di sisi Anda.' Dia
bertanya apakah saya sudah siap. Saya akan memeluknya, dan kami akan saling
membaur. Katanya, 'Dan ...'. Dia memeluk saya; kepalanya berdekatan dengan kepala
saya .... Saya merasa telah siap. Saya bisa mendengar semua suara di dalam diri
saya, jantung saya, napas saya. Saya merasa mual."
"Hiruplah napas dalam-dalam; mari kita masuk," aku mendesak. Karen mengernyitkan
wajah dan menyeringai, seolaholah Karen 2 menyulitkannya.
"Dia sedang masuk. Saya tidak bisa melihatnya lagi."
"Kalian berhasil." Aku menyadarkannya dari trance-nya dan mengembalikannya ke
kantorku. "Saya gemetar; cahaya di sini begitu terang, dan suara Karen mengernyitkan
wajah. Aku mematikan lampu di dekat kursiku dan membiarkannya menenangkan
diri. Setelah beberapa menit, dia menegakkan badan.
"Sakit kepala saya telah hilang," katanya, seolaholah dia sekonyong-konyong
sembuh. "Saya merasa lebih baik." Dia menatap ke depan sejenak, memfokuskan
pandangan. "Ada apa?" tanyaku. Dia menggeleng. Aku bertanya kembali.
"Tidak ada apa-apa," katanya. "Saya hanya ingat pernah pergi ke restoran
Dominick's untuk mengambil pesanan makan siang."
"Aku sangat penasaran ingin mendengar tentang perubahanmu setelah integrasi ini.
Integrasi kali ini berbeda dengan yang lain." Karen tersenyum lemah kepadaku,
tapi dia bangkit dengan sigap dari kursinya dan pergi dengan langkah mantap.
Penyatuan Karen 2 Pada Rabu, 17 September 1997, Karen 2 menyatu dengan saya. Saya cemas menghadapi
integrasi ini karena saya sefaks merasa terancam oleh sosok ini. Pengetahuan
saya tentang dia sangat sedikit, tapi pada saat yang sama dia memainkan pe ran
yang besar dalam kehidupan saya. Ketika kami mulai ber integrasi, saya ingat
bahwa dia memeluk saya. Laki, saya me rasa seperti sedang berada di dalam
terowongan, dan telinga saya meletup. Sekali lagi, saya sensitif terhadap cahaya
dan suara. Setelah kembali ke kantor Anda kenangan pertama yang saya dapatkan
adalah saat saya mengambil pesanan hi dongan pembuka dari Dominick 's. Sungguh
sebuah kenangan pertama yang aneh.
Berikut ini adalah sebagian kenangan yang telah saya dapatkan:
" Saya ingat tentang SMA dan berbagai aktivitas yang saya ikuti. Saya bisa
mengingat wajah semua teman saya.
* Saya ingat bahwa saya pernah berpacaran dengan beberapa pria lain sebelum saya
menikah. * Saya ingat bahwa saya pernah mencintai suami saya. Saya bisa mengingat hari
pernikahan saya. Saya ingat bahwa saya pernah menjadi sekretaris dan mendapatkan
promosi sebelum Sara lahir. Saya bekerja dengan baik dan disukai oleh banyak
orang. * Saya ingat bahwa saya pernah hamil dan melahirkan anakanak saya. Saya
mencintai anakanak saya dan saya ingat pernah membeli berbagai barang kebutuhan
bayi dan men dekorasi kamar mereka.
* Saya sangat senang bergaul dengan orang lain.
Seiring berjalannya waktu, saya mengingat hal-hal yang tidak saya sukai dari
Karen 2. Misahya saya tahu bahwa dia mengacaukan keuangan saya dengan
menghabiskan uang un tuk dirinya sendiri alih-alih memberikan yang terbaik untuk
keluarga saya. Dia lebih suka menghabiskan $30 untuk pergi ke bioskop daripada
untuk membayar tagihan listrik. Dia sa ngat pintar dalam menutupi perbuatannya.
Saya harus memin ta salinan semua tagihan saya untuk mengetahui seberapa besar
kerusakan yang telah dia timbulkan. Ini betul-betul membuat saya marah karena
saya mengira semua sosok yang suka menghabiskan uang telah diintegrasikan dan
Katherine telah meluruskan semuanya. Saya merasa seperti orang bodoh. Saya rasa
Karen 2 sama sekali tidak sempurna.
Saya melakukan sesuatu yang sangat tidak terduga hari ini. Saya menelepon
sekolah putri saya dan mengatakan kepa da gurunya bahwa saya harus menjemput
Sara untuk suatu keperluan. Saat saya menjemputnya Sara tampak kebingungan dan
terus-menerus bertanya. Saat kami telah keluar dan saya mengatakan kepadanya
bahwa kami akan menonton flm Excess Baggage, dia melompat-lompat senang dan
mengatakan bahwa dia mencintai saya. Sara tidak percaya bahwa saya betubetul
menjemputnya lebih awal dari sekolah untuk menonton
f Int. Tapi, kami bersenang-senang! Selelah itu, saat memikirkannya kembali,
perasaan saya campur aduk. Saya menyadari bahwa akhirnya saya bisa merengkuh
putri saya seorang anak yang tidak pernah saya rasakan sebagai milik saya dan
dia mencintai saya saya juga bisa merasakannya.
SELAMA BEBERAPA minggu menjelang integrasi Karen 2, sejak pertengahan musim
panas hingga awal musim gugur 1997, integrasi-integrasi sebelumnya semakin
matang. Berbagai kenangan dan emosi milik sosoksosok yang telah terintegrasi
semakin mengambil bagian dalam kehidupan seharihari Karen. Sekarang, saat pergi
ke toko, dia akan muncul sepanjang waktu, membuat keputusan sendiri mengenai apa


Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang akan dibelinya, dan tidak akan ada bendabenda mengejutkan di tas
belanjaannya setibanya dia di rumah. Dia juga mengambil keputusan sendiri
mengenai janji temu yang akan dipenuhinya, pakaian yang akan dipakainya, dan
teman yang akan ditemuinya.
Awalnya, dia merasa asing dengan kemampuan baru ini. Dia merasa palsu dan
menganggap dirinya tidak seharusnya "bertindak seperti itu". Tetapi, berangsurangsur, bagian-bagian baru dalam dirinya menjadi dirinya, dan dia berubah
menjadi amalgamasi yang nyata dan terintegrasi dari seluruh sosoksosoknya yang
berbeda. Bagiku, dia menjadi seorang manusia yang utuh, bukan hanya sebuah
cangkang depresi seorang manusia dengan kekayaan sifat yang rumit dan menarik. ?Aku menduga sintesis sosoksosoknya ini merupakan proses yang akan berjalan
hingga beberapa bulan ke depan, atau bahkan bertahuntahun.
Jensen terus menunda membawa gambar-gambarnya. Selain karena dia ingin menunda
integrasinya sendiri, Holdon mengatakan bahwa Jensen mungkin enggan menunjukkan emosi yang terlihat
dalam gambargambar itu. Kari mengatakan kepada Jensen bahwa pikiran dan perasaan
mereka jahat, dan itu mungkin membuat Jensen ketakutan. Saat aku berbicara
kepada Jensen, dia menguatkan hal ini. Dia tahu bahwa aku mempelajari cara
"membaca bermacammacam hal" di sekolah. Katanya, gambar-gambarnya "tidak
normal"; dia akan "dihakimi"; dan mereka akan "dipenjara atau apa". Saat mereka
dirawat di bangsal psikiatri, Jensen menggambar, namun dia hanya menggambar
rumput dan pepohonan, dan dia tidak membiarkanku melihat apa yang sedang terjadi
di dalam dirinya "Adakah yang lain?" aku bertanya kepadanya.
"Apa maksudmu?" tanya Jensen.
"Kamu merasa karena kamu menggambar kejahatan ... itu membuatmu jahat" Apakah kamu
merasa seperti seorang penjahat yang terkurung di dalam diri Karen?"
Jensen menunduk dan mengangguk. Dia menangis.
Aku mendorong Jensen untuk menggambar juga hal-hal yang baik. Kurasa dia sama
seperti kita semua, dan dia memiliki sisi baik dan sisi buruk. Dia tampak lega.
Aku memintanya untuk bercerita sedikit tentang dirinya.
"Aku sebelas tahun, berkulit hitam, dan bisa menggambar," katanya. Lagaknya
seperti seorang remaja. Keluguan seorang bocah masih terpancar dari dirinya,
namun dia bersikap sok tangguh. "Aku lahir sekitar waktu Presiden Kennedy
ditembak," lanjutnya. "Karen selalu ingin menggambar; dia bisa menjiplak dan
membuat sketsa, tapi Karen tidak benar-benar melakukannya. Dia kosong.
Sosoksosok lainnya selalu bekerja untuknya. Aku lahir
untuk memegang bakat ini.
Aku mengangguk agar Jensen meneruskan ceritanya. "Di sekolah, kadangkadang, aku
membuat corat-coret yang aneh iblis bersayap malaikat, lilin yang menyalakan
?darah, hal-hal semacam itu. Di sekolah Katolik, yang semacam itu dianggap buruk.
Ayah membakar gambargambar anehku. Aku takut pada api. Pada suatu hari, di
sekolah, aku menggambar Yesus sedang menangis, menggendong mayat anakanak di
kedua tangannya." "Mungkin jika ada seseorang yang memahami gambar itu, kamu bisa mendapatkan
pertolongan. "Menurutmu, apa arti gambar itu?" tanya Jensen.
"Anakanak adalah bagian dari Karen. Yesus bersedih karena anakanak itu
disakiti." "Itulah yang ingin kugambarkan." Mata Jensen basah, dia memandang ke kanan dan
ke kiri, lalu meremas-remas tangannya. "Seorang biarawati menuangkan air suci ke
gambar itu dan memukul tanganku dengan tongkat. Sakitnya terasa sampai seminggu.
Aku tidak mau disakiti!"
"Apakah kamu khawatir aku akan menyakitimu jika aku menganggap gambarmu buruk?"
tanyaku. Aku berusaha mengungapkan ketakutan tersembunyi yang mencegahnya
menunjukkan gambar-gambarnya kepadaku.
"Aku tidak tahu," katanya. "Aku merasa tertekan. Aku takut akan membuat
kesalahan. Saat si ayah membakar gambargambarku, aku merasa sepertinya diriku
juga sedang dibakar."
"Sepertinya gambargambar itu adalah bagian dari dirimu," ujarku, berempati
terhadap perasaannya. Jensen kembali mengangguk, tampak lebih lega.
"Apakah kamu sering muncul?"
"Tidak, jarang. Aku jarang keluar setahun belakangan ini, sejak Karen
berintegrasi. Terakhir kalinya aku mucul adalah saat kami pergi ke museum
sejarah alam. Keren sekali! Aku tidak muncul sepanjang waktu; Miles muncul waktu
kami melihat binatang yang mengerikan dan Sidney muncul waktu kami melihat
dinosaurus. Aku melihat semua lukisan, mumi, ukiran, dan relik. Hanya akulah
yang memerhatikan semua detailnya: ukiran di meja, bentuk tembikar. Karen ada di
sana selama berjamjam, tapi hanya sedikit yang diingatnya itu membuatnya ?depresi. Kalau kamu bersama kami selama dua puluh empat jam, kamu akan
kelelahan. Kami terus beralih, bergantigantian sepanjang hari. Tapi, aku tidak
penah muncul dalam waktu lama; aku selalu berharap menjadi Miles atau Sidney;
mereka sering muncul. Aku biasanya duduk di dalam ruangan tanpa jendela, hanya
ada meja dan lampu agar aku bisa menggambar."
Jensen memandang ke sekelilingnya. Aku melihat bahwa tubuhnya terus-menerus
bergerak. Dia tidak pernah diam. Berbicara denganku tentu merupakan wilayah yang
sangat berbeda baginya. Mungkin, berada di luar pikiran Karen adalah sesuatu
yang tidak biasa baginya.
"Aku ingin sekali melihat gambar-gambarmu," ujarku. "Potret diri sosoksosok
Karen yang kamu buat dahulu sangat bagus. Kamu mungkin adalah sosok terbaik
untuk yang bisa menunjukkan emosi sosoksosok lainnya melalui gambar-gambarmu.
Sekarang, setelah Karen 2 berintegrasi, kamu seharusnya punya lebih banyak waktu
untuk menggambar." Aku berusaha melambungkan kepercayaan diri Jensen agar dia
dapat memamerkan karyanya kepadaku tanpa takut dihakimi.
"Aku ingin membawakanmu sebuah lukisan besar yang memuat semua emosiku, tapi aku
tidak bisa." "Yang itu mungkin terlalu besar," ujarku. "Mungkin kita sebaiknya membahas
gambargambar yang lebih kecil saja dahulu."
"Ya." Aku mengangguk kepada Jensen untuk mempersilakannya mundur.
"Saya dan Jensen sekarang tinggal di sudut yang terpisah di ruang tamu," kata
Holdon. "Ruangan lain di rumah kami telah ditutup. Sekarang kami dapat saling
melihat. Dahulu, Jensen tinggal di ruangan tanpa jendela. Sekarang jendelanya
terbuka, dan dia melihat lebih banyak kehidupan. Saya rasa, itulah sebagian
alasan yang membuatnya enggan berintegrasi. Menarik sekali melihat bagian dalam
rumah kami berubah. Bersama integrasi setiap sosok, sebuah ruangan ditutup.
Sebelum pergi, mereka telah mengucapkan selamat tinggal dan menutup ruangan
tempat tinggal mereka."
"AKU TAKUT kamu tidak akan menyukainya," kata Jensen. "Yang terlihat di kepalaku
berbeda dengan gambar ini." Aku memandang map kuning tempat Jensen menyimpan
gambar-gambarnya. "Aku tidak tahu kenapa aku tidak bisa menggambar sebagus
dahulu. Gambarku lebih bagus waktu aku sendirian di ruanganku. Sekarang aku tahu
bagaimana rasanya berada di luar."
"Mungkin kamu sudah sedikit berintegrasi."
"Mungkin rasanya aneh."?Aku memperlihatkan kepada Jensen sebuah gambar lingkaran batu bata biru.
"Ini ruanganku," katanya. "Tidak ada jendela. Yang lain harus mengulurkan tangan
untuk mendapatkan perhatianku, tapi aku jarang keluar. Ada beberapa bongkah batu
dan sebuah meja; di situlah aku duduk dan menggambar. Tidak banyak cahaya di
sana. Aku tidur di lantai tanah. Aku sepertinya berada di dasar sumur yang
besar. Ada cahaya jauh di atas, tapi di bawah, di tempatku berada, keadaannya
gelap, dingin, dan lembap. Tapi, aku punya lilin; kamu tidak bisa melihatnya.
Lilin itu dipegang oleh sesosok malaikat."
Aku memegang gambar sosoksosok yang berdiri di depan sebuah mata.
"Beginilah cara kami melihat saat sosok yang lain muncul. Kami melihatnya
seolaholah menembus sebuah mata."
"Sepertinya yang ini sudah kumal," ujarku.
"Karena aku marah," kata Jensen, cemberut. Aku mengisyaratkan kepadanya untuk
menjelaskan. "Kamu mengatakan di telepon bahwa aku berusaha menunda-nunda
integrasiku. Aku ingin berintegrasi. Aku kesepian; aku tidak menyadari betapa
kesepiannya aku hingga aku mulai bicara kepadamu. Dan kupikir kamu tidak akan
menyukai gambargambarku karena aku bukan penggambar yang bagus."
"Maafkan aku. Aku salah paham." Jalinan persekutuanku dengan Jensen memang
rapuh, dan kurasa aku membuat kesalahan dengan interpretasiku mengenai mengapa
dia baru sekarang menunjukkan gambar-gambarnya kepadaku. Aku harus lebih
berhati-hati. "Aku senang karena kamu memutuskan membawa gambar-gambarmu,"
ujarku sambil mengeluarkan gambar-gambarnya yang lain dari dalam
map. "Kamu tidak akan kesepian lagi setelah berintegrasi. Bisakah kamu
menceritakan kepadaku tentang yang ini?"
Jensen sedikit menegakkan badannya. Sepertinya dia yakin akan ketertarikanku dan
bangga karena dapat membicarakan karyanya.
"Kepala di atas kepala: begitulah rasanya memiliki sosok lain di dalam." Semua
gambar itu dibuat menggunakan krayon abu-abu. Menurut Jensen, seluruh dunia
Karen berwarna abu-abu sebelum dia mewarnainya.
Aku menunjukkan gambar berikutnya kepadanya.
"Itu adalah ruangan abu-abu di rumah duka. Karen diikat di sana. Yang ada di
atas meja adalah alatalat yang digunakan untuk menyakiti Karen: sebatang lilin,
sebilah pisau, jarum pentul, dan sebuah palu."
"Itu gambar Miles," kata Jensen, menunjuk gambar berikutnya yang kuperlihatkan
kepadanya. "Saat dia terluka, aku menutup luka-lukanya dengan plester atau alat
rias. Dia tidak terlalu senang."
"Yang ini sangat dramatis," kataku, menunjukkan gambar seseorang yang sedang
menjerit. "Itu Kari. Dia sedang berusaha menahan agar kejahatan tetap berada di luar, tapi
dia tidak mampu melakukannya."
"Sepertinya banyak yang terjadi di sini," ujarku, memperlihatkan gambar Yesus
yang sedang duduk sambil mengulurkan tangan, disertai sesosok malaikat yang
sedang menebarkan bintang-bintang.
Jensen tersenyum dan berbicara dengan cepat. "Yesus mengulurkan tangan dari
surga, memanggil para malaikat. Ada tujuh belas malaikat yang terbang ke bumi,
mendatangi tubuh Karen. Mereka ada untuk melindungi Karen; satu bintang untuk
satu sosok." Ini adalah pandangan Jensen mengenai Penciptaan. Ini tentunya
pernyataan yang mencerminkan harapan, pikirku.
*i f i roit-" (AWT i
(T "Nff ?"" + -r" "-=" . 'J *? ? ?.... ....
",..". '?"/-Ml"
"Yesus memerintahkan sejumlah malaikat untuk mengisi Kati da n jiwa Karen serta
mengambil alih sementara sampai Karen menjadi seutuhnya kembali. Tiap bintang
adalah pengganti dan di bawah adalah apa yang nap bintang berikan dan lakukan
kepada Karen. Holdon Sandy Kart Thfifl Elise Karen 1 Karen 2 Karen 3 Karen Boo : masa kecil
: Inde ra biasa : anak yang sempurna menjadi ttdak waras : mengontrol rata sakit
i pengetahuan medis : seksi bepergian : anak normal : dewasa normal -: depresi
Katherine : organisasi Miles : kekuatan dan amarah
Claire Sidney Jensen Ann !_ ian Juile feminin humor apresiasi seni Agama - Iman J urai Isme
masalah kesehatan Aku mengamati gambar berikutnya selama beberapa waktu sebelum menunjukkannya
kepada Jensen. Gambar itu menunjukkan lebih banyak detail dan keahlian. Sesosok
iblis besar tampak mengancam, dan Karen berada di latar belakang, menggapai ke
arah cahaya namun terbelenggu di neraka.
"Aku ingin menempatkan si iblis di atas sebuah roket dengan tulisan Ke Neraka
atau Hancur Lebur, dan mengirimnya ke tempatnya berasal. Kami tidak jahat; aku
tidak takut lagi pada iblis. Miles dan Kari sering mengaku sebagai iblis."
"Karena itulah yang dikatakan kepada mereka, terus-menerus," ujarku kepada
Jensen. "Satusatunya cara untuk berkompromi dengan para penyiksa adalah dengan
memegang peran mereka. Tapi, semua itu bohong."
"Ya ... menyebalkan."
Selama beberapa minggu kemudian, aku berbicara kepada Jensen, menyemangatinya
untuk terus menggambar dan mempersiapkannya untuk berintegrasi. Karen masih
melanjutkan integrasinya dengan Karen 2 dan sosoksosok lainnya. Dia menjabarkan
tentang semua perubahan kecil yang terjadi di dalam dirinya. Biasanya, dia hanya
dapat berkonsentrasi saat membaca jika dia membiarkan TV dan radio menyala. Di
tengah keheningan, dia akan dapat mendengar suarasuara para sosoknya. Sekarang,
dia sangat sensitif terhadap apa pun yang bisa mengalihkan perhatian, dan untuk
pertama kalinya, dia bisa benar-benar mendengar kesunyian.
Katanya, dia biasanya hanya tidur dua hingga empat jam setiap malam. Sekarang,
dia bisa tidur sedikitnya empat jam semalam, tapi dia masih kehilangan waktu
pada malam hari. Dia mencatat angka di odometer mobilnya setiap malam sebelum
pergi tidur, lalu memeriksanya lagi keesokan paginya. Kadangkadang, terdapat
tambahan seratus enam puluh kilometer di sana. Holdon suka bermobil pada malam
hari. Holdon mengkhawatirkan apa yang akan terjadi saat Karen tidak bisa beralih lagi.
Bagaimana jika dia tertekan" Apakah dia akan menciptakan sosok baru lagi" Apakah
dia akan "menciptakan kembali" sosoksosok lamanya dan kembali ke fungsi lamanya"
"Bisakah kami memulai kehidupan lagi?" tanyanya. Aku tidak mengetahui jawaban
dari pertanyaan ini. Aku juga khawatir dia akan membelah lagi, tapi aku
memintanya untuk meyakini apa yang telah kami raih sejauh ini, seperti aku yang
meyakini bahwa Karen akan mampu bertahan dan sembuh.
Karen 2 membawa sebuah tantangan berbeda. Karen mengatakan bahwa ingatan Karen 2
membuatnya kesal, dan dia tidak menyukai penemuan-penemuannya. Sebelumnya, dia
tidak pernah ingat bahwa dirinya pernah berkencan, berpacaran, dan berhubungan
seks. Aku menanyakan apakah menurutnya pengalaman ini menyenangkan atau tidak.
Pengalaman itu menyenangkan, katanya, tapi dia tidak merasakannya sebagai
perilakunya. Dia tidak menyukai hal-hal yang dilakukannya.
Frustrasi berkepanjangan melingkupi temanteman Karen 2. Orangorang yang tidak
dikenal oleh Karen akan menelepon, dan dia merasa berkewajiban berbasa-basi
dengan mereka hingga dia akhirnya mengetahui siapa dan bagaimana dia bisa
mengenal mereka. Aku mengatakan kepadanya bahwa saat seluruh ingatannya telah
mendatanginya, dia akan mengingat siapa orangorang itu. Katanya, dia secara
refeks memeluk orangorang tertentu saat mereka bertemu, lalu dia harus berhenti
dan memikirkan apakah tindakan itu benar.
Dia tidak menyadari seberapa seringnya dia memeluk anakanaknya. Saat waktu tidur
tiba, Karen 2 muncul dan mengantarkan mereka tidur. Aku mengingatkannya betapa
dia dahulu mencemaskan kemungkinan dirinya akan menganiaya anakanaknya jika
terlalu sering menyentuh mereka. Ternyata, selama ini Karen telah menunjukkan kasih sayang yang cukup
kepada anakanaknya. Integrasi ini menyerap sangat banyak energinya, sehingga dia
hanya memiliki sedikit sisa energi untuk melakukan hal-hal lainnya. Ada begitu
banyak yang harus dituliskannya, katanya, tapi waktunya sangat terbatas. Dia
menyerahkan kepadaku tulisan kedua tentang integrasi Karen 2.
Oktober 1997 Penyatuan Karen 2, lanjutan
Selama melanjutkan Integrasi Karen 2, saya mendapati diri saya terheranheran
menyadari semua yang dilakukannya. Harihari saya begitu rumit sekaligus
memuaskan. Saya ter ganggu oleh kenangankenangan tentang berbagai hubungan yang
"pernah" saya jalani bersama pria-pria berbeda pada masa lalu saya. Meskipun
kenangan semacam ini wajar dan sehat saya merasa terancam olehnya. Saya tidak
bisa memba yangkan bahwa tubuh saya memiliki perasaan seksual yang normal Saya
merasa bersalah dan maki karena pikiran-pikiran baru saya. Meskipun telah
bertahuntahun mendambakan dapat merasa seperti ini, saya kesulitan menerima
kenanganke nangan ini sebagai milik saya.
Saya mengingat kembali detaildetail tentang setiap peng alaman seksual saya,
seolaholah semuanya baru terjadi kema rin. Saya mendapatkan perasaan yang tidak
pernah saya ba yangkan akan saya rasakan. Saya mendapatkan rasa hormat baru
untuk tubuh saya. Dorongan untuk mengetahui tentang tubuh saya begitu besar,
tapi pikiran ini membuat saya sangat maki sehingga saya tidak mampu
menuliskannya. Keseluruhan proses ini akan mengambil waktu lama. Saya memikirkan
apakah saya akan pernah merasa seperti seorang wanita.
Integrasi ini lebih berat daripada yang sebelumnya karena saya tidak bisa
menerima begitu saja berbagai pengalaman in
dah itu tanpa merasa bersalah. Saya mendapati diri saya me neteskan air mata
tanpa alasan yang jelas. Tetapi, tetap saja, saya senang karena perasaan positif
terus-menerus tercurah ke dalam kehidupan saya. Saya telah berurusan dengan
begitu banyak kepedihan pada masa lalu saya, sehingga sekarang saya ingin mulai
menatap ke depan. Hanya saja, saya tidak tahu bagaimana saya bisa memulainya.
Saya harus membebas kan diri saya dan menikmati kehidupan.
"Biasanya saya depresi karena terus-menerus kehilangan waktu," kata Karen sambil
tersenyum kecut. "Sekarang saya kesal karena tidak bisa kehilangan waktu." Aku
menatap Karen dan bersimpati kepadanya. Ini tentu menakutkan baginya.


Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dan saya mendapatkan dorongan untuk melakukan bermacammacam hal; saya ingin
menjadi impulsif. Tapi saya menahannya."
"Karen 2 tidak pernah disakiti," aku menjelaskan kepadanya, "tapi dia juga tidak
pernah mendapatkan hukuman yang layak. Dia tidak pernah mengembangkan
kedisiplinan dirinya."
"Ya, saya pikir juga begitu," kata Karen; dia tampak kebingungan. "Saya masih
merasa kikuk saat berhadapan dengan temanteman Karen 2. Kadangkadang, saya
merasa ramah dan pintar bergaul, tapi perasaan itu datang dan pergi. Minggu ini,
saya mendapatkan ingatan Karen 2 yang membuat saya merasa seolaholah telah
memakai topeng sepanjang waktu," lanjutnya. "Semua orang menyukai dia; masa
kecilnya sempurna, berdasarkan pengalamannya, tapi saya tidak tahan berada di
dekat para wanita yang hanya duduk-duduk dan membicarakan tentang kuku mereka.
Saya dapat merasakan baju apa yang akan dipakai oleh Karen 2, tapi
saat memakainya, saya tidak merasa seperti diri saya sendiri."
"Sepertinya Karen 2 adalah topeng yang kamu maksud," ujarku.
"Ya, sepertinya begitu, tapi sekarang semua orang menanyakan apakah ada yang
salah dengan saya." "Ini memang rumit," ujarku. "Menurutmu Karen 2 sempurna, tapi aku melihat banyak
sekali tingkahnya yang kekanak-kanakan dan mementingkan diri sendiri. Kupikir
dia menyerupai orangtuamu dalam hal ini; mereka samasama membentuk ilusi bahwa
semuanya baik-baik saja, lalu bersikap impulsif dan tidak memedulikan
konsekuensi dari perbuatan mereka. Kupikir kamu tidak perlu terlalu banyak
mengikutinya. Kamu hanya perlu mengambil sisi baiknya dan mengendalikan sifat
impulsifnya dengan memanfaatkan kedewasaan dirimu." Karen terkejut mendengar
saranku, namun dia memikirkannya.
SELAMA BEBERAPA minggu berikutnya, proses integrasi mereda, dan Karen semakin
memerhatikan perubahan dalam dirinya. Dia mampu secara lebih mudah memilih apa
yang diinginkannya tanpa merasakan dorongan impulsif. Dia pergi ke gereja untuk
pertama kalinya dalam rangka mendengar putrinya menyanyi. Karen 2 selalu
melakukannya. Untuk pertama kalinya, dia mendengar dan memandang pendeta sebagai
sesama manusia. Dia bahkan dengan berani memutuskan untuk secara teratur
melakukan pemeriksaan gineakologi. Dia tidak pernah melakukan pemeriksaan pap
smear selama empat belas tahun terakhir karena kepanikannya akan pikiran tentang
pemeriksaan panggul. SETAHUN LEBIH telah berlalu sejak kami mulai mengintegrasikan sosoksosok Karen.
Perubahan yang kulihat bersifat perlahan tetapi pasti. Saat Karen berbicara
kepadaku, aku dapat secara sekilas melihat kecentilan dari Claire, keputusasaan
dari Julie, cara tertawa dari Karen 2, atau empati dari Ann. Karen juga
menceritakan bahwa dirinya melawan suaminya seperti Miles atau menyerah pada
ibunya seperti Sandy. Semua itu sekarang dilakukan oleh Karen sendiri.
Pada 12 November 1997, Jensen dijadwalkan untuk berintegrasi. Dia membawa harta
bendanya yang paling berharga untuk diberikan kepadaku: tiga keping koin emas
palsu, sebuah koin Perang Sipil, sebutir kelereng, piringan hitam penuh goresan
dengan stiker bergambar tengkorak, dua buah mainan binatang mungil dari batu
hitam seekor gajah dan seekor beruang serta sebongkah batu krem berukiran ? ?laba-laba hitam. Dia membawa patung plastik Michael Jordan setinggi lima belas
senti, "karena dia berkulit hitam, seperti aku"; buku tahunan SMA Karen, yang
menunjukkan partisipasinya dalam Klub Komputer, Klub Drama, Klub Bahasa Jerman,
Perwakilan Siswa, Band Sekolah, Perkumpulan Aktor, dan beberapa organisasi lain
yang singkatannya tidak kukenali; foto komuninya; potongan ujung jarum; dan
kliping seluruh surat cinta suaminya saat mereka masih berpacaran.
Saat melihat surat-surat itu, aku mendapati bahwa meskipun mengejutkan, hubungan
mereka ternyata penuh gairah dan tulus. Di dalam surat-surat itu, Josh sangat
bersyukur karena memiliki Karen yang mencintainya dan dia meminta maaf setelah
mereka bertengkar. Kata Jensen, gambargambar yang dijanjikannya akan
diperlihatkan kepadaku sejak berminggu-minggu
sebelumnya ada di dalam lemari di rumah; dia memintaku untuk memberitahukan
tempat penyimpanan ini kepada Karen agar dia bisa membawanya. Jensen malu jika
harus membawanya sendiri.
"Saya sudah siap berintegrasi," kata Jensen, "tapi saya tidak merasa nyaman."
Dia gemetar dan menggigit bibirnya; tangannya terus bergerak-gerak tanpa tujuan.
Aku dapat melihatnya berusaha menunjukkan keberanian.
"Jangan khawatir, Jensen, semuanya akan baik-baik saja. Aku dan Karen telah
berkali-kali melakukan ini sebelumnya." Aku tidak yakin apakah ucapanku berhasil
menenangkannya. Mungkin aku bisa mengalihkan pikirannya dari kecemasan.
"Ceritakanlah lagi padaku tentang kelahiranmu; apakah yang sebaiknya kukatakan
tentang dirimu saat aku memperkenalkanmu kepada Karen?" Jensen berpikir sejenak
dan menyampaikan jawabannya atas pertanyaanku.
"Aku lahir karena Karen suka melihat-lihat, tapi dia tidak diperbolehkan
menikmati apa pun. Ruangan di rumah duka tempat kami disakiti berwarna abu-abu,
dan shandy juga abuabu. Aku lahir untuk membawa warna ke dalam kehidupan kami,
untuk mengajarkan kepada Karen cara menikmati keindahan. Akulah yang mengerjakan
proyek-proyek ketrampilannya, mengikuti lomba, dan mengajar anakanak dalam acara
pemuda saat musim panas. Aku mendekorasi panggung saat di SMA, menggambar
pemandangan." Jensen terdiam, mencegah dirinya untuk mengatakan sesuatu.
"Ada apa?" tanyaku. "Apakah ada yang lain?"
"Ya ...." Jensen ragu-ragu.
"Tidak apa-apa."
"Yah, awalnya adalah saat ibu Karen melukainya
dengan besi pengeriting. Ada bekas terbakar di leher Karen, dan ayahnya
mengatakan bahwa itu adalah bekas cupang. Aku tidak tahu apa artinya, tapi si
ayah memukuli Karen karenanya. Jadi, setelah itu, kapan pun Karen memar, aku
akan menutupnya dengan pakaian atau riasan. Kupikir itu akan bisa
melindunginya." Jensen gemetar saat menceritakan hal ini. Dia jelas merasakan
ada sesuatu yang salah dalam hal ini.
"Karena kamu menutupi luka-luka Karen, tidak ada orang yang bisa menolong, sebab
mereka tidak melihatnya," ujarku, membuka pembahasan topik ini.
"Aku baru menyadarinya sekarang." Jensen hampir menangis. "Aku cuma berusaha
menolong!" "Tentu saja begitu, Jensen. Kupikir itu tidak akan membuat perbedaan. Apa pun
yang terjadi, ayahnya akan tetap menyakitinya. Mudah baginya mencari-cari alasan
untuk memukuli Karen."
"Menurutmu begitu?" aku mengangguk tanpa ragu-ragu, dan dia mendesah lega. "Aku
khawatir sekali akulah yang menyebabkan dia disakiti."
"Kasih sayang dan bakatmu akan sangat bermanfaat bagi Karen jika kalian sudah
berintegrasi." Jensen berpikir sejenak, lalu bertanya, "Apakah Karen akan keberatan jika tahu
bahwa aku berkulit hitam?"
Aku terkejut mendengar pertanyaan ini, namun aku mengatakan, "Tidak, aku yakin
dia tidak akan keberatan." Lalu, aku berpikir dan bertanya, "Mengapa kamu
berkulit hitam?" "Ayahnya penuh prasangka; dia tidak menyukai warna cokelat. Seperti yang pernah
kukatakan, aku lahir untuk mengajarkan tentang warna." Tentu saja. Kadangkadang
aku memang bebal. Kami melanjutkan sesi ini dengan rutinitas integrasi. Saat memasuki ruangan aman
Karen, Jensen menjulurkan lidah dan menyeringai kepada Karen, hanya untuk
mencairkan ketegangan. Karen menggambarkannya sebagai seorang bocah lakilaki
berkulit hitam dan berambut acak-acakan, dengan tinggi sekitar 132 cm. Jensen
lebih kecil daripada yang diperkirakan oleh Karen. Dia berbicara kepada Karen
dan mengatakan bahwa dia menyesal karena telah menutup-nutupi luka-luka Karen.
Dia meminta Karen mengatakan kepadaku bahwa dia akan merindukanku, tapi aku akan
tahu bahwa dia ada di dekatku. Dan, aku tidak boleh lupa mengatakan kepada Karen
tentang tempatnya menyimpan gambar-gambarnya.
Jensen gemetar, kata Karen, dan menyedekapkan tangan. Dia menanyakan apakah
Karen telah siap. Dia naik ke pangkuan Karen dan siap pergi. Karen terdiam
selama beberapa detik dan, dengan terkejut, mengatakan bahwa proses integrasi
ini berlangsung lebih cepat daripada yang disangkanya. Jensen sudah masuk; Karen
dapat merasakannya. Wajah Karen merah padam. Katanya, dia merasa gelisah, dan
dia juga mengeluhkan tentang suara dan cahaya. Dia merasa sedih.
"Dia sering menyendiri," ujarku, setelah Karen terbangun dari trance-nya. Aku
menceritakan kepadanya tentang gambargambar yang disimpan di lemari.
16 November 1997 Penyatuan Jensen Pada Rabu, 12 November 1997, Jensen menyatu dengan saya. Integrasi kali ini
berbeda dari yang sebelumnya, dan saya memikirkan apakah saya sungguhsungguh
berintegrasi. Saya tidak merasa jauh berbeda segera setelah dia berintegrasi,
faks sekonyong-konyong, malamnya, saya merasa kewalahan
akibat serbuan pikiran dan perasaan.
Saat saya dihukum atau dianiaya di dalam ruangan abuabu, Jensen muncul dan
mengubah warna abu-abu menjadi warna-warni pelangi yang indah agar pikiran saya
tetap beker ja. Sekarang, dua hari setelah penyatuan Jensen, saya melihat warnawarni dari hari yang paling kelabu. Saya sama sekali tidak menyadari kekuatan
yang dimiliki Jensen. Saya tidak tahu secara pasti tentang perannya, kecuali
bahwa dia meng gambar dan menghadirkan seni ke dalam dunia saya. Sekarang, saya
menyadari bahwa makna keberadaan Jensen jauh lebih besar daripada yang pernah
saya bayangkan. Jensen adalah satusatunya sosok berkulit hitam yang saya miliki. Dia terlahir
berkulit hitam karena ayah saya berpra sangka sangat buruk kepada orangorang
berkulit hitam. Jensen lahir dalam diri saya agar saya membentuk rasa hormat
kepada semua jenis manusia. Dia memberi saya perspektif agar saya tidak
berprasangka seperti ayah saya. Jensen membaca tentang rasnya dan menamai
dirinya sendiri dengan nama budak dari tahun 1700-an. Dengan pengetahuan yang
diberikan oleh Jensen kepada saya, saya memahami tentang sejarah dan perjuangan
rasnya. Secara khusus, saya tertarik pada bangsa Mesir dan cara mereka
menciptakan karya seni. Jensen dapat menggambar dengan tangan kanan maupun kiri. Dia juga dapat menulis
dengan kedua tangannya pada waktu yang sama. Jensen juga menghadirkan seni ke
dalam kehidupan anakanak dengan duduk berjamjam bersama me reka, mengguntinggunting, menempel, dan menggambar. Dia membuat proyek baru setiap hari. Saat
anak lakilaki saya berumur kurang dari satu tahun, Jensen menumpahkan puding
cokelat di atas kertas dan memulai karier artistik putra saya itu.
Jensen suka mencoret-coret, dan hal ini sering kali menje rumuskan kami ke dalam
masalah. Salah satu gambar yang dibuatnya selama pelajaran agama membuat saya
ketakutan selama bertahuntahun. Sekarang dia mereka ulang gambar itu untuk Anda,
dan ini membuat saya merasa sangat terganggu.
Saya tidak bisa memahaminya. Apakah artinya" Saya tidak mengerti mengapa dia
menggambarnya kembali. Saya takut pada kejahatan yang terkandung di sana. Saya
ingin merobek robek dan membuang gambar itu, namun sesuatu mencegah saya.
Saya masih ingat dengan jelas hari ketika gambar yang asli dibuat. Saya duduk di
deret kedua di kelas enam. Suster mengatakan bahwa kami semua adalah pendosa.
Saya tidak bisa melihat diri saya sebagai seorang pendosa, sehingga Jensen
muncul dan mulai menggambar Yesus yang disalib, dengan salah satu tangan
terlepas dari pakunya, dan seorang gadis (anggap saja gadis itu saya) menjilati
darahnya yang menetes, sementara bayangan jahat mengendap-endap di belakang
saya, menanti untuk merengkuh jiwa saya. Sepertinya Jensen sangat larut dalam
gambarnya ini, sehingga dia tidak melihat si suster mendekat. Suster merebut
gambar itu dan menjerit ngeri saat melihatnya. Jensen tidak memahami
perbuatannya. Dia sangat ketakutan, dan Miles muncul untuk menolong. Suster menu
angkan air suci ke kepala kami dan mengguncang-guncang tubuh kami dengan sangat
keras sehingga kami pikir kami akan pingsan dan koma. Kami menggenggam erat
pensil yang kami gunakan untuk menggambar, dan anak lakilaki di belakang kami,
yang berusaha menarik perhatian kami, menendang ta ngan kami tanpa mengetahui
bahwa ujung pensil itu menem pel di telapak tangan kami. Ujung pensil menancap
ke telapak tangan saya dan menyebabkan darah mengalir. Saya meminta izin untuk
pergi ke kamar kecil kepada si suster, dan saat dia melihat tangan saya, dia
mulai menjeritjerit, seolaholah saya adalah keturunan Lucifer. Dia menelepon
orangtua saya dan saya mendapatkan hukuman malam itu karena saya telah "sa ngat
mempermalukan keluarga kami".
Semakin hari, saya melihat semakin banyak keindahan yang tidak pernah saya
sadari. Sejak berintegrasi dengan Jensen, saya memerhatikan setiap detail dari
setiap benda. Tetapi, bagian terburuk dari integrasi dengan Jensen adalah
perasaan kesepian. Saya merindukan percakapan sosoksosok di dalam diri saya.
Meskipun tidak pernah benar-benar men dengar semua yang mereka bicarakan, saya
merasa nyaman karena mengetahui bahwa mereka ada di sana. Saya juga se dih
karena saya tidak bisa beralih lagi. Aneh sekali bagi saya untuk tidak
kehilangan waktu, terutama saat saya benar-benar membutuhkan pertolongan.
Sungguh berat bagi saya untuk menghadapi begitu banyak masalah. Bagaimana
mungkin se seorang bisa hidup tanpa setidaknya memiliki satu sosok lain di dalam
dirinya" Saya tidak tahu apa yang terjadi pada Holdon, tapi se sungguhnya saya tidak
mengenal dia. Saya tidak bisa memahami mengapa saya tidak bisa menyerahkan waktu
Harpa Iblis Jari Sakti 32 Fear Street - Ratu Pesta Dansa The Prom Queen Durjana Pemetik Bunga 2

Cari Blog Ini