Menyingkap Karen Karya Richard Baer Bagian 8
kepadanya jika dia memang masih ada. Apakah dia tidak mau menolong saya lagi"
"APAKAH KAMU sudah siap untuk menyelesaikan proses integrasi?" tanyaku. Jensen
telah berintegrasi, dan Karen sedang membiasakan diri dengan kenangan dan
perasaan yang menyertainya.
"Saya takut," kata Karen. Dia memandangku, mengharapkan pertolongan. "Saya masih
punya satu sosok yang bisa membuat saya kehilangan waktu. Dia adalah jaring
pengaman saya. Sepertinya tidak wajar jika saya tidak kehilangan waktu." Aku
tidak berkata-kata, membiarkannya mencerna pikirannya sendiri.
"Saya tidak mengingat segalanya dari sosoksosok yang telah kita integrasikan.
Saya masih melihat hal-hal di sekitar rumah yang tidak pernah saya lakukan."
"Meskipun proses integrasi ini telah hampir selesai," ujarku, "tapi untuk
mencerna seluruh kenangan dan perasaan itu, terdapat sebuah proses sintesis yang
kurasa akan berlangsung selama beberapa bulan."
"Tapi, bagaimana jika ada kejadian yang sangat buruk?" tanyanya, menaikkan nada
suaranya. Aku melihat sedikit kepanikannya saat dia menyadari prospek dirinya
akn menjadi utuh. "Meskipun sebagian besar dari diri saya telah terintegrasi,"
lanjutnya, "saya masih merindukan sosoksosok saya. Saya pernah menjadi
sekretaris. Saya mengetik dan membuat steno saya tidak ingat. Ada seluruh ?keluarga saya di dalam diri saya; saya tidak membutuhkan orang lain." Dia
bersedekap dan tampak muram. "Holdon tidak pernah muncul lagi dia membuat saya
?harus menangani semuanya sendirian!" Dia cemberut di kursinya. "Saya tidak
benar-benar menyadari hingga kemarin bahwa dia adalah satusatunya sosok yang
masih tersisa." "Bolehkah saya berbicara dengannya?" Karen memandangku, kesal, tapi tetap
memejamkan matanya dan memulai proses trance.
"Dia tidak pernah berurusan dengan dirinya sendiri sebelumnya," kata Holdon.
"Sayalah yang menjaga agar kelompok ini tetap utuh selama bertahuntahun." Aku
selalu beranggapan bahwa hal ini berkaitan dengan pilihan namanya.
"Bagaimanakah pendapatmu tentang integrasi?" tanyaku.
"Saya harus berintegrasi, saya tahu, tapi saya rasa, saya masih bertugas
mengawasinya. Saya telah menutup rumah di dalam.
"Apa maksudmu?"
"Semua ruangan telah disegel; tidak ada lagi yang terjadi di sana. Saya tidak
pernah benar-benar menjadi bagian dari rumah itu, karena saya selalu berada di
luar, memberikan perlindungan. Tapi, saya belum menutup
ruangan mungil Karen."
"Apakah kamu membutuhkan ruangan itu untuk berintegrasi?"
"Saya rasa tidak. Saya rasa kita bisa melakukannya di luar rumah. Tapi, saya
tetap harus menutup ruangan itu. "Mengapa begitu?"
"Saya khawatir Karen akan menggunakannya untuk membentuk sosoksosok baru lagi."
SETELAH MELEWATI liburan Natal penuh tekanan, yang dihadapi secara jauh lebih
baik oleh Karen, akhirnya dia membawakan gambar terakhir Jensen untukku. Dia
menunda-nunda memberikan gambar ini kepadaku, kupikir, karena ketakutan Jensen
akan hukuman. Gambar itu menunjukkan Yesus disalib, sebuah reka ulang dari
gambar yang mengakibatkan hukuman dari seorang suster bertahuntahun yang lalu.
Tetapi, bagi Jensen, yang tidak memahami konsep waktu, hukuman itu masih terasa
segar dalam ingatannya. Karen mengingat versi lebih mengerikan dari gambar itu, dengan bayangan yang
lebih besar dan menggapai-gapai di belakangnya, menariknya dari Yesus. Dalam
reka ulang ini, bayangan itu lebih samar dan jauh. Kurasa itu adalah sebuah
kemajuan. Hadiah Natal dari Karen untukku tahun ini adalah sebuah pemberat kertas yang
bertuliskan kalimat kutipan dari Jonathan Swift, "Penglihatan adalah seni untuk
melihat hal-hal yang tak terlihat."[]
26 Holdon KETIKA ITU 7 Januari 1998, dan musim dingin kembali mendatangi kami. Aku dapat
mendengar angin menderu di luar jendela dan melihat asap putih tebal membubung
dari atap semua bangunan, menunjukkan sistem pemanas yang bekerja keras untuk
menahan temperatur beku di permukaan danau. Karen menemuiku dan membawa empat
buah surat dari Holdon. Dia mengaku bahwa dia telah menahan surat itu, yang
dibuat sejak 24 November hingga 4 Desember 1997.
"Saya menyadari bahwa saya marah terhadap sosok ini," Karen mengeluh. "Mungkin
saya iri; saya tidak yakin. Hanya saja, sepertinya, setelah Jensen berintegrasi,
saya mengharapkan banyak bantuan dari Holdon, dan saat tidak mendapatkannya,
saya menyalahkan dia." Karen mengkhawatirkan kemungkinan aku dan Holdon memiliki
hubungan khusus, pribadi, dan rahasia, yang lebih erat daripada hubunganku
dengannya. Meskipun dia mengakui bahwa dia tidak betul-betul mengenal Holdon,
dia tahu bahwa Holdon adalah sosok yang menyatukan semua sosok di dalam dirinya.
Sebagian besar isi surat-surat itu adalah kabar tentang kemajuan proses
integrasi. Holdon mengatakan
bahwa sosoksosok yang pertama kali berintegrasi telah "melebur", sehingga Karen
tidak bisa lagi mengatakan dari sosok yang mana pikiran, perasaan, ataupun
kenangannya berasal. Sekarang, yang ada hanyalah dirinya. Pada akhir Desember,
sekitar setengah sosoksosok itu telah melebur. Holdon mengatakan bahwa hal ini
adalah sebuah proses jangka panjang yang masih berlangsung. Dalam surat
terakhirnya, sebagai persiapan untuk integrasinya, dia menuliskan, dalam bentuk
memo, sebuah otobiograf singkat.
4-12-97 Kepada: Dp. Baer Dap/: Holdon Pep/hal: Kisah Saya
Saya, Holdon, lah/'p di dalam d/'p/ anak cantik ini, Kapen, pada 8 Febpuap/'
1961. Ketika itu, Kapen bepumup 20 bulan. Saya, bepsama Kathep/'ne, bergabung
bepsama Kapen Boo dalam memulai sebuah sistem pertahanan yang pum/'t dan sangat
dibutuhkan. Kapen menangis setiap kali ayahnya mendekat dan tepamat sangat
membutuhkan sosok seopong ayah untuk melindunginya, dan di dalam benaknya, d/'a
menciptakan saya. Saya menjadi pelindung semua sosok. Meskipun Kapen meyakini
bahwa saya tumbuh dan menua bepsama d/'p/'nya, sesungguhnya tidak sepepti itu.
Sayabepumup dua tahun saat lah/'p dan menua dengan cepat. Ketika Kapen berumur
lima tahun, saya berumur dua puluh tahun. Ketika Kapen berumur dua belas, saya
berumur tiga puluh, dan saat memulai tepapi bepsama Anda, dia berumur dua puluh
sembilan tahun, dan saya berumur tiga puluh empat tahun. Sejak saat itu, saya
hanya menua hingga berumur tiga puluh enam, usia saya sekapang ini. Saya menua
berdasarkan kebutuhan dan perubahan di dunia dalam kami. Tidak pernah ada jadwal
yang menetapkan bagaimana atau apakah kami hapus menua.
Saya berperan sebagai pp/'a dalam kehidupan Kapen. Selama awal kehidupan Kapen
(sebelum d/'a berumur lima tahun), kami (saya)
belajar membaca. Kami membaca semua yang bisa kami baca. Orangtua Karen sering
memarahinya karena d/'a selalu membaca. Tentu saja, mereka tidak tahu bahwa
sayalah, Holdon, yang membaca. Saya belajar dengan cepat seiring umur saya,
meskipun kami menjalani penyiksaan tak tertahankan, dan saya tidak bisa mengubah
hai ini. Saya adalah ayah yang selalu didambakan Karen, hanya saja, saya berada
di dalam dirinya. Saat d/'a memulai tepapi bepsama Anda, saya bisa mengarahkan
perhatian saya ke dunia di dalam. Saya menetapkan tujuan untuk mengetahui semua
detail dari setiap sosok sehingga saya dapat mengamati sikap mereka. Sayangnya,
saya tidak bisa turut campur saat mereka muncul. Saya membentuk sebuah ruang
pertemuan (ruang mengobrol yang ada di dalam) dan itu adalah salah satu prestasi
terhebat saya. Hanya pada saat berada di sanalah kami semua dapat berkumpul dan
bekerja sebagai sebuah unit. Pertemuan di sana diadakan setiap malam, dengan
undangan terbuka untuk semua sosok yang ingin menghadirinya. Ketika pembicaraan
dewasa dibutuhkan, sosoksosok anakanak diminta pepgi. Selama waktu ini, saya
dapat memantau bagaimana kami, sebagai sebuah unit, bekepja, dan, jika mungkin,
saya juga dapat membuat pepubahan.
Saya bangga terhadap pekepjaan saya. Saya bepusaha keras menjaga agar kami tetap
hidup hingga saat integrasi tiba. Saya harus berintegrasi agar kami dapat
memulai kehidupan baru kami sebagai seorang manusia yang utuh. Pekerjaan saya
telah selesai. Saya siap berintegpasi.
"KITA BIASANYA melakukan integrasi bila sosok yang bersangkutan telah siap,"
ujarku kepada Karen. "Dengan Holdon, kita akan mengintegrasikannya bila kamu
telah siap." Karen tersenyum, lalu mengangkat bahu.
"Saya sudah terbiasa tidak mendapatkan pertolongan," katanya sambil tersenyum
penuh arti, yang mengandung ironi, kepasrahan, dan kekecewaan.
"'Mendapatkan pertolongan' adalah pilihan kata yang
bagus," ujarku. "Mereka memang memberimu pertolongan; mereka menolongmu agar
tetap bertahan. Tapi, kamu tidak membutuhkan pertolongan mereka lagi."
"Tempo hari, saya jatuh dan bahu saya sakit. Karena rasa sakitnya tidak kunjung
reda, saya berkata keras-keras, 'Bisakah kau keluar sekarang"' Tapi tidak ada
yang muncul." Secara perlahan tapi pasti, Karen berubah. Saat dia memandangku, tidak terdapat
kesan bersalah dalam tatapannya, dan tidak terdapat pula kesan kalah dalam
posturnya. Suaranya lebih beremosi, dan dia lebih memerhatikan pakaian dan
perawatan tubuhnya. Dia memakai riasan mata dan membeli baju baru. Dia
berkembang dengan pesat. Katanya, dia dapat mengambil keputusan secara cepat.
Dia tidak lagi ragu-ragu dalam memilih apa yang diinginkannya atau mengetahui
apa yang dilakukannya. Sekarang, semua itu menjadi lebih otomatis baginya.
Tetapi, suaminya tidak menyukai keterbukaan barunya ini.
"Kamu berpegang pada pendapatmu sendiri?"
"Saya lebih berpendirian," katanya, "dan dapat mempertahankan pendapat saya.
Saya bahkan bisa bercanda. Dari manakah kemampuan itu berasal?"
"Mungkin dari peleburan yang dijelaskan oleh Holdon," ujarku. "Sepertinya Miles
yang suka bercanda."
"Mungkin juga. Saya bisa melontarkan komentar yang membuat suami saya terdiam."
"Apakah yang kamu ingat?" tanyaku. Karen berpaling ke jendela, bertopang dagu,
memandang keluar dengan mata menerawang.
"Rasanya seperti menonton flm," katanya, dan aku dapat menyaksikan dirinya
menonton. "Kenangankenangan itu terasa akrab, tapi sekarang semuanya begitu
jelas dan mendetail. Semua percakapan, semua yang ada di sekeliling saya ...
semuanya terjadi bertahuntahun yang lalu, tapi ingatan saya begitu segar. Saya
mengingat masa SMA saya. Saya beristirahat makan siang pada jam pelajaran
ketujuh dan mengikuti pelajaran aljabar pada jam keenam. Sekali waktu, salah
satu sosok membolos dan pergi bermain boling, dan saat saya kembali, saya tidak
bisa mengingat pelajaran matematika saya. Saya mengikuti ujian membaca cepat dan
mendapatkan nilai tertinggi, tapi sosok itu tidak pernah berpartisipasi lagi,
dan saya mendapat nilai D karena tidak bisa mengikuti pelajaran. Ini terjadi
terus-menerus selama SMA; semuanya bergantung pada sosok mana yang menyukai
pelajaran tertentu. Para guru tentu saja kebingungan."
"Kamu pun tentunya kebingungan," ujarku. "Hal yang sama terjadi pada kehidupan
sosialmu." "Ini masih terjadi. Saya pergi ke toko, dan sepertinya semua orang mengenal
saya, tapi saya tidak mengenal seorang pun dari mereka. Sungguh sulit
berpurapura mengetahui apa yang terjadi dan membiarkan mereka berbicara cukup
lama hingga saya bisa menghimpun informasi. Saya harap itu tidak akan terjadi
lagi saat saya sudah mendapatkan semua ingatan saya. Tapi saya sudah membaik.
Adik saya berusaha memberi tahu saya bahwa dia telah melakukan sesuatu untuk
saya, bersikeras bahwa saya harus mengingatnya. Tapi, saya memang ingat, dan
saya mengatakan itu padanya. Dia sudah terbiasa dengan saya yang selalu menerima
begitu saja semua perkataannya." Karen terdiam, lalu melanjutkan.
"Baru-baru ini, saya teringat akan betapa seringnya Anda membicarakan sosoksosok
saya yang lain. Saya ingat secara mendetail setiap sesi Anda bersama mereka,
tapi saya tidak terlalu sering memikirkannya, dan ingataningatan itu juga tidak
berkelebatan di benak saya lagi."
"Aku memiliki hubungan dengan setiap sosokmu," ujarku, "dan aku memandu satu per
satu dari mereka melewati proses integrasi."
"Saya masih bisa mengingat beberapa hal tentang setiap sosok. Claire suka
menyisir rambut putri saya ... tapi anakanak kebingungan karena sosoksosok saya
tidak muncul lagi. Anakanak saya mengeluh karena saya sudah lama tidak membuat
masakan yang enak, yang biasanya dilakukan oleh Katherine, dan karena saya tidak
membawa mereka ke tempat-tempat yang menyenangkan, seperti yang dilakukan Karen
2. Setidaknya saya tidak perlu menonton sebuah flm hingga sepuluh kali sebelum
bisa mengetahui cerita selengkapnya." Aku dan Karen tertawa mendengar hal ini,
namun benak kami disusupi penyesalan lantaran sosoksosok yang menghilang dan
kekacauan yang harus dilalui Karen.
"Saya tidak ingin melupakan semua yang saya ingat," lanjutnya. "Saya ingin
menuliskan semuanya, tapi saya tidak bisa karena ingatan saya terus berdatangan.
Saya seolaholah sedang berhadapan dengan sebuah kran yang tidak bisa ditutup."
Tetapi, Karen tetap menuliskan sebagian perasaannya. Dia memberikan berhalamanhalaman tulisannya, dan dia membuat dua buah buklet berisi foto-foto keluarganya
untukku. Yang satu menggambarkan pernikahannya; yang
lain menggambarkan kamar tidurnya semasa kanak-kanak, tempat sebagian penyiksaan
terhadap dirinya terjadi. Dia tidak yakin apakah dia ingin menulis tentang
kamarnya. Katanya, dia sesungguhnya tidak ingin berurusan dengan dampak
ingatannya, tetapi dia tidak bisa menghindari ingatan yang membanjiri kepalanya.
Setiap ruangan di rumahnya menyimpan kepedihan yang harus ditanggungnya seumur
hidup. "APAKAH KAMU sudah mempersiapkan diri?" aku bertanya kepada Holdon. Aku gugup
menghadapi penyatuan sosok terakhir. Aku takut semua yang telah kami lakukan
menjadi sia-sia jika integrasi yang terakhir tidak berjalan lancar.
"Saya akan segera siap," kata Holdon. "Apakah Anda punya pertanyaan untuk saya
sebelum saya berintegrasi" Saya mengetahui banyak hal yang tidak diketahui oleh
sosoksosok lainnya."
"Benarkah" Aku akan memikirkan beberapa pertanyaan." Nah, ini kesempatan
terakhirku. Tentunya ada beberapa kekosongan yang harus kuiisi. "Siapakah yang
pertama kali datang menemuiku?" tanyaku.
"Yang pertama kali menemui Anda adalah Sandy. Ini gagasan Katherine. Sandy
mengenakan baju merah muda. Dia kesakitan akibat operasi Caesar. Lalu, Sandy
mulai melewatkan janji temu. Katherine mengantarkannya, tapi Sandy tidak mau
muncul. Kemudian, sosoksosok yang lain muncul kapan pun mereka ingin berbicara.
Anda berbicara dengan salah satu sosok, lalu memasukkan sosok yang lain ke rumah
sakit. Karena itulah mereka marah kepada Anda. Anda ingat bahwa Miles menelepon
Anda dari pos perawat. Lalu, kami diberi obat. Selama di
rumah sakit, Ann dan Juliann paling sering muncul untuk bersosialisasi, dan
Katherine merapikan isi kulkas. Para perawat tidak pernah mengetahui tentang
kami." Kurasa aku bisa memintanya untuk menjelaskan tentang mekanisme segalanya yang
terjadi selama sepuluh tahun terakhir, tapi itu hanya akan memuaskan rasa
penasaranku dan tidak menolong Karen, sehingga aku memutuskan untuk tidak
membebani Holdon dengan banyak pertanyaan. Tetapi, aku punya beberapa pertanyaan
yang betul-betul membutuhkan jawaban.
"Mengapa rumah?" tanyaku. Holdon memandangku sambil menelengkan kepala. "Mengapa
kalian mengorganisasikan dunia internal kalian di dalam sebuah rumah?"
"Oh!" katanya, terkejut mendengar pertanyaan blak-blakanku. "Setiap sosok
membutuhkan tempat sendiri-sendiri. Mereka membutuhkan tembok pemisah agar dapat
menjaga privasi masingmasing. Tidak ada dapur atau kamar mandi. Ada banyak kamar
tidur yang berhubungan dengan sebuah ruang pertemuan. Rumah itu menjadi lebih
berkembang dan mendetail setelah kami mulai berbicara dengan Anda. Kami
menciptakan sebuah ruangan untuk Anda ruangan aman Karen, sehingga kami dapat ?berbicara kepada Anda tanpa harus meninggalkan rumah. Enam buah lubang kunci
terpasang di bagian dalam pintu, sehingga sosoksosok Karen mendapatkan privasi
saat mereka berbicara kepada Anda."
"Baiklah, mengapa jumlahnya enam?" aku bertanya.
"Miles dan Sandy bersikeras untuk memasang dua,
tiga, bahkan empat buah lubang kunci. Claire menginginkan kuncinya sendiri. Akhirnya,
kami memasang enam."
"Bagaimana dengan ruang pertemuan?"
"Tempat itu didirikan saat Karen berusia awal dua puluhan, tepat sebelum dia
menikah. Dia tidak berfungsi secara normal. Inilah cara kami untuk saling
memberikan informasi, sebelum dia tertidur, tepat saat dia mulai kehilangan
kesadaran. Saat terbangun pada pagi harinya, dia akan mengetahui apa yang
dilakukannya sehari sebelumnya. Sistem ini bekerja dengan cukup baik hingga Sara
lahir." "Apakah yang terjadi setelah itu?"
"Keadaan menjadi kacau. Karen 2 yang seharusnya melahirkan, tapi saat diikat dan
merasa nyeri akibat pembedahan, dia panik dan langsung mundur. Keseluruhan
sistem kami menjadi kacau ketika itu. Setiap sosok bereaksi secara berbeda
terhadap obat penahan rasa sakit. Depresi muncul, menyebar, dan semakin parah."
"Ketika itulah kalian mendatangiku."
"Benar, setelah mengatasi berbagai keraguan."
"Aku bisa saja duduk di sini dan memberimu rentetan pertanyaan," ujarku, "tapi
aku hanya akan menanyakan satu hal lagi. Bagaimanakah sosok baru bisa
terbentuk?" "Yah, itu agak sulit untuk dijelaskan dengan katakata." Holdon terdiam dan
Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berpikir sejenak. "Saat kami mengalami suatu hal baru yang tidak bisa ditanggung
oleh sosok mana pun, sosok baru akan lahir. Setiap sosok memiliki peran dan
tujuan masingmasing."
"Tapi, bagaimana mereka lahir?" tanyaku. Aku memancing Holdon untuk memberikan
jawaban yang lebih spesifk. Aku ingin bisa membayangkannya.
"Yah ... yang terjadi adalah" Holdon berusaha mencari katakata yang tepat untuk ?menjelaskan-"kami semua akan berkumpul saat Karen memiliki kebutuhan
yang mendesak. Kebutuhan ini berkembang menjadi harapan, dan harapan
bertransformasi menjadi sosok baru. Saya lahir dari harapan Karen akan sosok
seorang ayah. Claire lahir dari harapan Karen untuk menjadi seorang anak
perempuan yang sempurna, semurnimurninya, yang disukai oleh semua orang. Ayahnya
mengatakan bahwa Komuni adalah hari saat Tuhan menyerahkan Karen kepadanya agar
dia dapat menjalankan perintah Tuhan. Itu berarti agar Karen dapat dianiaya.
Sidney lahir karena Karen ingin menjadi anak lakilaki yang diharapkan ayahnya.
Sidney harus mencuri untuk si ayah tanpa merasa bersalah, dan Karen tidak bisa
melakukannya." "Setiap sosok lahir dari harapan Karen," ujarku, berusaha memahami. Aku berusaha
membayangkannya. "Karena adanya kebutuhan," Holdon menegaskan. "Saat Karen depresi, dia mulai
menciptakan sosoksosok baru, namun saya dan Katherine mencegahnya. Karen mulai
menyadari bahwa tidak semua orang kehilangan waktu dan mendengar suarasuara. Dia
takut jika dirinya mengatakan tentang hal ini kepada orang lain, mereka akan
menganggapnya menderita skizofrenia dan mengurungnya."
"Aku mengerti. Aku ingin tahu lebih banyak, tapi waktu kita hari ini telah
habis." "Karena Karen sudah hampir siap untuk integrasi saya, saya akan merekam suara
saya untuk bercerita lebih banyak kepada Anda. Jika Anda telah mendapatkan
rekaman itu, artinya saya telah siap."
KETIKA ITU akhir Februari, dan Karen datang
ke kantorku, bersimbah air mata dan tampak letih. Dia mengeluhkan hari-harinya
yang berat. Dia tidak bisa "berlibur" sepanjang hari. Dia selalu ada. Dia
merasakan tekanan untuk menyelesaikan segalanya. Biasanya dia dapat mengabaikan
masalahnya. Dia berharap dapat melakukan semua yang bisa dilakukannya enam bulan
sebelumnya. "Saat kamu tidak tidur," aku menambahkan.
"Ya," katanya sambil memandangku, malu. Katanya, dia tertarik untuk berintegrasi
dengan Holdon. Dia menginginkan keahlian Holdon ....
"Saya akan mengirim rekaman itu," kata Holdon setelah Karen dihipnosis. "Karen
penasaran dan mendengarkan sebagian isinya. Dia tidak menyukainya. Saya
mendengar suara saya yang maskulin. Karen juga menganggapnya begitu, tapi suara
saya berbeda dari suaranya, agak lebih dalam. Saya rasa dia kecewa. Dia berharap
lebih banyak." Aku teringat akan suara setiap sosok Karen; semuanya berbeda,
namun karena semuanya berasal dari Karen, perbedaan itu hanyalah variasi.
"Ada perkembangan terbaru?" tanyaku.
"Yah, toleransinya terhadap rasa sakit lebih baik setelah Kari melebur. Dia juga
mendapatkan sebagian kemampuan Kari untuk mengatasi masalah."
"Aku menantikan rekamanmu."
KAREN MELANJUTKAN peleburan sosoksosoknya yang telah berintegrasi. Dia masih
bingung memikirkan apa yang akan dilakukannya untuk menyelesaikan berbagai
pekerjaannya; tidak semuanya berjalan secara otomatis. Waktu sehari bagaikan
sebulan baginya, dengan segala macam pikiran melintasi benaknya.
Dia hanya kadangkadang kehilangan waktu, tapi dia menyadarinya. Dia mengandalkan
jam untuk melacak waktu yang dilewatkannya. Holdon muncul sesekali dalam waktu
singkat untuk menyelesaikan beberapa urusan bisnis. Holdon menutup rumah di
dalam diri Karen, termasuk ruangan mungil Karen, dan menyediakan tempat untuk
Karen di depan rumah, di dalam rongga pohon di halaman depan. Ke sanalah Karen
pergi saat dia kehilangan waktu. Menurut Holdon, tempat itu sangat bersih dan
nyaman. SELAMA TIGA sesi berturut-turut, Karen lupa membawa amplop yang berisi rekaman
Holdon yang ditinggalkannya untukku. Ketika itu akhir Maret 1998, dan aku merasa
Karen menolak langkah yang akan menjadikannya terintegrasi secara utuh. Katanya,
dia teringat pada rekaman itu saat masih di rumah, tapi dia melupakannya saat
berangkat ke kantorku. Ini bukan kebetulan, pikirku. Karen secara tidak sadar
melupakan karena dia takut melepaskan sosok terakhirnya. Dia mengakui bahwa dia
khawatir Holdon akan menyudutkan dia dalam rekamannya, atau mengatakan hal-hal
buruk tentangnya. Dia mengalihkan topik dengan membicarakan kelakuan buruk
suaminya. Katanya, Josh mengancam akan meneleponku dan mengatakan kepadaku bahwa
Karen tidak berguna, dll., dan bahwa aku menyia-nyiakan waktu saja dengan
merawatnya. "Dia tidak pernah meneleponku," ujarku, "dan saat dia menerima teleponku
untukmu, dia selalu bersikap sangat sopan dan penuh hormat. Kurasa dia takut
kepadaku. Dia hanya menakut-nakuti dan melawan orang yang
dianggapnya lebih lemah."
"Saya rasa, sayalah yang membuat suami saya lebih buruk," katanya.
"Apa maksudmu?" aku terkejut mendengar perkataannya. Apakah dia selama ini
membesar-besarkan cerita tentang penganiayaan yang dilakukan suaminya"
"Hanya saja" Karen tampak sangat sedih saat mengatakannya-"dia harus hidup ?bersama saya selama bertahuntahun. Saya pergi selama berjamjam dan dia tidak
tahu di mana saya berada, dan setibanya di rumah, saya tidak bisa memberi tahu
dia apa yang telah saya lakukan. Ini bisa membuat siapa pun marah. Saya tibatiba muncul di suatu tempat, berkencan dengan pria lain, dan saya harus
berpurapura sakit agar bisa pulang. Suami saya tidak pernah paham. Dia tidak
pernah membaca tulisan saya ataupun menggeledah tas saya. Ada bermacammacam
benda di dalamnya bendabenda yang dibutuhkan oleh sosoksosok saya yang lain.
?Yang bisa dia lakukan hanyalah memarahi saya."
"Apakah kalian tidak pernah membicarakan masalah kalian?"
"Kami tidak pernah ... saya tidak pernah bisa melakukannya. Saya tidak bisa. Apa
pun yang saya katakan kepadanya, yah, dia selalu menggunakannya untuk melawan
saya di kemudian hari. Tidak seorang pun bisa membayangkan bagaimana rasanya
memiliki suami dan anakanak namun harus berpurapura sepanjang waktu. Sekarang
saya ingat bahwa saya pernah melakukan hubungan seks dengan suami saya, tapi
saya masih tidak mengetahui rasanya. Saya belum mendapatkan ingatan tentang hal
itu. Siapakah yang bisa menyalahkan suami saya?"
"Bisa dimengerti bahwa dia kebingungan dan marah," ujarku, teringat pada memarmemar yang ditunjukkan oleh Karen, "tapi untuk menanganinya, dia memiliki banyak
pilihan. Memukulimu bukanlah pilihan yang tepat." Kepercayaan diri Karen yang
rendah menjadikannya ingin membenarkan sikap penyiksanya, pikirku: Siapakah yang
bisa menyalahkan suami saya saya layak diperlakukan seperti ini.
? Karen menangis saat mendengar ucapanku. Dia merasa sangat sedih memikirkan
betapa penyakitnya telah mengorbankan kehidupan keluarganya. Tidak banyak yang
bisa kulakukan untuk mengatasi hal ini; aku hanya mengatakan kepadanya bahwa aku
memahami kesedihannya. Sebelum dia pergi, aku memintanya untuk membawa amplop
Holdon jika dia menemuiku lagi; dia mengangguk, masih sambil menangis.
PADA PERTEMUAN berikutnya, Karen membawakan sebuah gambar untukku. Gambar itu
menunjukkan dirinya di tempat barunya: pohon di depan rumah di dalam dirinya.
Langit tampak biru, matahari bersinar cerah, dan nama sosoksosok Karen tertera
di setiap cabang pohon itu.
Dia juga memberiku sebuah surat, yang kubaca bersamanya.
22 Maret 1998 Yang terhormat Dr. Baer, Sekarang, saat waktu untuk mengintegrasikan sosok terakhir saya semakin
mendekat, saya mendapati diri saya keta kutan tidak akan bisa hidup tanpa
kemajemukan kepribadian. Saya rasa, penting bagi Anda untuk mengetahui apa yang
saya pikirkan sebelum Holdon berintegrasi dengan saya. Dengan begitu. Anda akan
mengetahui bagaimana kemungkinan perasaan saya nantinya.
Seperti apakah jadinya diri saya setelah integrasi" Apakah sebutan saya"
"Penderita Sindrom Kepribadian Majemuk yang Telah Sembuh dan Terintegrasi" atau
yang semacam itu" Pikiran saya telah membuat saya tetap hidup selama bertahuntahun dan selalu
bekerja keras untuk melindungi dan menyembuhkan saya. Saya lebih memilih untuk
tidak mende rita penyakit ini, tetapi karena saya memang sakit, saya berte kad
untuk bertahan hidup. Meskipun saya telah
mengintegrasikan enam belas dari tujuh belas sosok saya saya sangat takut pada
kemungkinan akan menjalani kehidupan seharihari saya tanpa bisa beralih. Tidak
qpa-qpakah jika saya takut"
Jika Holdon telah menyatu, bagaimanakah keadaan kami" Saya tidak merasa nyaman
jika harus kembali ke ruangan aman saya. Apakah Anda tahu mengapa saya merasa
seperti ini" Adakah sesuatu yang salah di dunia di dalam diri saya" Apakah saya
akan mulai bersikap seperti seorang pria" Siapakah yang akan mengemudikan mobil
untuk kami" Karen "Ini menarik," ujarku setelah membaca surat itu dengan cepat. "Kamu masih
berpikir dengan sudut pandang 'kami1, bukan 'saya'. Saat pulang setelah Holdon
berintegrasi, kamu akan menjadi 'saya', bukan 'kami'. Mungkin itulah yang
sesungguhnya kamu khawatirkan. Menjadi 'saya'."
"Saya takut pada masa depan," katanya, "karena saya tidak pernah memandang ke
depan. Yang selalu saya pikirkan hanyalah bagaimana saya bisa menjalani harihari
saya." Aku mengatakan kepadanya bahwa aku memahami ketakutannya akan hal-hal
yang tidak diketahuinya, tetapi aku berpikir dia akan mampu mengatasinya. Di
bawah hipnosis, aku berbicara kepada Holdon.
"Kukira Karen akan membawakan rekamanmu hari ini," kataku kepada Holdon. Aku
kesal karena penundaan ini. "Maaf," kata Holdon sambil membungkuk dan membuka
tas Karen. Dia memperlakukan tas itu seolaholah dirinya tidak terbiasa
membawanya dan merasa malu karena harus mengaduk-aduk isinya. Dia mengeluarkan
dua buah mikrokaset dan menyerahkannya kepadaku. "Saya harap ini membantu Anda."
DI RUMAH, aku mendengarkan rekaman Holdon, yang dibuat pada 12 dan 18 Februari
1988. Dalam rekaman pertama, yang hanya berlangsung selama lima belas menit,
tidak banyak yang dibicarakannya. Katanya, dia tidak terbiasa berbicara
menggunakan mikrofon sehingga merasa canggung. Dia menceritakan kabar terbaru
kepadaku, mengatakan bahwa sosoksosok yang terintegrasi belum sepenuhnya
melebur, dan dia merasa Karen sedang berusaha memburu-buru peleburan ini sebelum
Holdon berintegrasi. Holdon meyakinkanku bahwa ini tidak penting, bahwa
peleburan akan tetap berjalan hingga berbulan-bulan mendatang. Tetapi, Karen
tertekan karena kencangnya arus pikiran yang mendatanginya. Aku berpikir,
bukankah ini adalah kran yang tidak bisa dia tutup"
Holdon membicarakan masalah keuangan yang diakibatkan oleh kekacauan sistem
mereka dan upayanya untuk memilahmilah tagihan mereka sebelum dia berintegrasi.
Saat mendengarkan rekaman itu, aku memikirkan sesuatu, dan mungkin aku tidak
akan pernah memahaminya dengan jelas, tapi Katherine mengatakan bahwa terdapat
tujuh belas sosok di dalam diri Karen dan tidak ada "Karen" inti. Pada waktu
lain, seperti dalam rekaman ini, terdapat "Karen" yang dirujuk dan ditolong oleh
sosoksosok lainnya. Mungkin perbedaannya tidak penting, dan mungkin Holdon
beserta sosoksosok lainnya tidak benar-benar memiliki pemahaman yang baik dan
objektif atas cara mereka berorganisasi. Tetapi, kadangkadang aku memikirkan
siapa tepatnya yang mereka sebut sebagai "Karen". Mungkin yang mereka
maksud adalah Karen tempat mereka semua hidup.
Di akhir rekaman, Holdon menekankan bahwa dia telah berusaha membiarkan Karen
mengatasi sendiri masalahnya dan hanya akan muncul saat dibutuhkan. Katanya,
sosoksosok Karen muncul dari rasa sakit Karen. Seandainya rasa sakit Karen
normal bagi anakanak, tentunya dia akan mampu menanggungnya sendiri. Tetapi,
rasa sakitnya tidak normal, sehingga mereka pun berusaha sebaik mungkin.
Rekaman yang kedua berdurasi lebih panjang, sekitar lima puluh menit, dan
menekankan pada rencana-rencana yang direkomendasikan oleh Holdon untuk mengisi
waktu setelah integrasinya dilakukan. Holdon membicarakan Karen yang akan
tinggal di motel setelah dia berintegrasi, dan mengatakan, yang menarik, bahwa
dia akan membicarakan hal ini terlebih dahulu denganku sebelum "meletakkan
gagasan ini ke dalam pikiran Karen". Rupanya Holdon dapat meletakkan dan
menyingkirkan suatu gagasan berdasarkan keinginannya. Dia tidak ingin Karen
dilecehkan oleh suaminya saat sedang berusaha memulihkan diri sesaat setelah
integrasinya. Menurut Holdon, suami Karen adalah masalah utama kami sekarang dan
hanya tinggal menunggu waktu sebelum Karen mengajukan gugatan cerai.
Holdon memintaku mengawasi Karen karena dia takut Karen akan depresi setelah
kehilangan sosoksosoknya, dan ini bisa mendorongnya untuk melakukan bunuh diri.
Dalam rekamannya, Holdon mengatakan bahwa dia letih akibat segala usahanya,
namun dia merasakan kedamaian, karena sekarang dia dapat menggantungkan diri
kepadaku. Katanya, aku sebaiknya menanyakan kepada Karen
tentang kenangankenangan yang didapatkannya segera setelah dia berintegrasi,
karena ingatannya akan terpacu jika aku menanyakannya dengan cara itulah dia ?akan mengingat. Holdon tahu bahwa itu bukanlah metoda yang biasa kulakukan, tapi
dia meyakinkanku bahwa ini tidak akan sama dengan meletakkan pikiran ke dalam
pikiran Karen. Kita lihat saja nanti, pikirku.
Melepaskan semuanya sungguh berat baginya, kata Holdon dalam rekamannya, tapi
dia telah siap. Dilihat dari satu sisi, dia merasa bagaikan orangtua yang
melepaskan anaknya yang telah dewasa. Dia berpikir perawatanku terhadap Karen
masih akan berlangsung lama dan melelahkan, namun pada akhirnya, semuanya akan
terbayar. Dia memandang sistem mereka sebagai karunia Tuhan, sebuah mekanisme
pertahanan yang jauh melampaui khayalan semua orang. Dia merasa bangga karena
telah menjadi pemimpin para sosok dan terhormat karena dipilih untuk melindungi
mereka. Holdon telah memikirkan bagaimana dia akan berintegrasi. Dia telah menutup semua
ruangan di dalam rumah. Dia akan menutup wilayahnya di luar rumah tepat sebelum
dia berintegrasi. Aku bisa mengundangnya ke kantorku, dan kami bisa melakukan
integrasi di sana. Aku memikirkan apakah ini akan berhasil.
Mendekati akhir rekaman, Holdon mengatakan dia menikmati pembicaraan kami.
Akulah satusatunya sosok pria dewasa berharga yang pernah ditemuinya. Dia akan
selalu menjadi bagian dari diri Karen, namun dia tidak dibutuhkan lagi. Mereka
telah menjalani kesengsaraan. Sekaranglah saat untuk memulai kembali.
"SAYA SELALU punya sosok lain sehingga saya
bisa kehilangan waktu," kata Karen, mengerutkan kening. "Rasanya saya seolaholah
akan mendapatkan serangan jantung saat sosok terakhir saya berintegrasi.
Bagaimana jika saya berubah" Bagaimana jika saya tidak mengenali diri saya
sendiri?" "Kamu tidak akan kehilangan apa-apa setelah Holdon berintegrasi," aku
menenangkannya. "Dia akan menambah dirimu, seperti sosoksosok lainnya. Mungkin
aku bisa berbicara dengan Holdon sekarang." Karen memandangku sejenak dengan
mata menerawang dan duduk lebih tegak di kursinya.
"Saya di sini, Dr. Baer," kata Holdon.
"Tanpa hipnosis!" aku terkejut.
"Ya, saya sekarang muncul bersama Karen sepanjang waktu, tapi dia tidak tahu
bahwa saya berbagi waktu dengannya dia melawan, meskipun dia tidak ?menyadarinya. Jadi, saya rasa saya tidak bisa berintegrasi tanpa hipnosis. Karen
lebih suka berada di ruangan amannya, tapi saya sudah menutupnya."
"Aku mengerti." Kami berdua berpikir sejenak. "Kita bisa melakukannya di
halaman, di bawah pohonnya," aku mengusulkan.
Holdon mempertimbangkan usulku. "Itu bisa saja berhasil," katanya.
"Baiklah," ujarku, "jika begitu, ini rencana kita. Omongomong, apakah karena
kamu muncul lantas Karen ingin menjadi kidal?"
"Ya, dia merasa canggung. Dia mengangkat garpu dan makan dengan tangan kirinya.
Dia lelah karena saya muncul bersamanya. Saya tidak menyadari bahwa keadaan ini
akan sulit baginya."
"Apakah menurutmu penting bagimu untuk muncul
bersamanya?" tanyaku.
"Tidak, mungkin tidak," kata Holdon sebelum menghela napas. "Sejujurnya, ini
juga membuat saya tertekan. Saya akan berhenti memengaruhinya hingga saya
berintegrasi." "Baiklah," ujarku, "dan kita akan mengikuti prosedur integrasi biasa untukmu,
kecuali bahwa kita akan melakukannya di bawah pohon."
"Baiklah." 15 April 1998 yang terhormat Dr. Baer, Saya merasa sangat kecewa pada diri saya sendiri karena saya mengira bahwa
sekarang saya akan bisa berfungsi lebih baik daripada dahulu. Saya mengira saya
akan mengetahui se galanya, bahwa saya akan merasa sehat. Tetapi, ternyata
tidak. Saat memikirkan tentang apa yang membuat saya kesal, saya
menyadari bahwa ketakutan telah melanda saya, menye /ubungi saya bagaikan
selimut. Ini adalah ketakutan saya ter hadap kehidupan dan masa depan yang
menyangkut diri saya. Saya tidak tahu pengertian tepat menjadi utuh. Anda tahu,
setelah Holdon berintegrasi, saya mengasumsikan diri saya akan menjadi
utuh, dan oleh karena itu, saya akan mencapai keada an yang terbaik. Saya akan
menjadi sempurna. Tapi, saya ti dok merasa seperti itu. Menurut saya terdapat
dua macam ke utuhan. Sebagian besar orang melalui sebuah perjalanan untuk
sepenuhnya menjadi satu jenis manusia sepanjang hidup mere ka. Saya harus
Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melalui dua perjalanan yang pertama untuk mengintegrasikan seluruh diri saya, ?dan yang kedua, seperti semua orang lainnya, untuk menemukan siapa diri saya.
Perjalanan kedua tidak bisa dimulai sebelum saya menyelesaikan perjalanan
pertama saya. Setelah itu, saya tidak akan berbeda dengan semua orang lainnya
dalam berusaha sebaik-baiknya untuk menjalani kehidupan saya sendiri. Inilah
yang saya takuti. Apakah saya memiliki kekuatan untuk memulai lagi" Saat ini, saya merasa bagaikan
barang bekas, lemah, dan tersesat.
Saya yakin Tuhan memberikan kesempatan kedua bagi saya sebuah awal baru, dan
saya takut akan menghancurkan nya. Tapi, saya tidak akan menyerah. Saya telah
cukup lama menjadi korban orang lain, dan saya akan melawan jika ada yang
mencoba-coba menjadikan saya korban lagi. Karen
PADA 29 April 1998, Karen tiba di kantorku, tampak gemetar dan letih namun
bahagia. Dia membawakanku sebuah "Album Kepribadian" yang disusun oleh Holdon.
Album ini seperti buku kliping, penuh berisi foto-foto Karen semasa kanak-kanak,
dan di samping setiap foto, Holdon menuliskan keterangan mengenai sosok mana
yang muncul saat foto itu diambil.
Terdapat sebuah surat dari Holdon yang menjelaskan kepada Karen mengenai seluruh
tugas dan pekerjaan yang telah diselesaikannya pagi ini sebelum dia berangkat ke
kantorku, dan juga kepastian Karen dapat tinggal di motel malam itu. Tindakan
terakhirnya adalah "mendaftarkan diri ke motel, mandi air panas untuk terakhir
kalinya, menulis surat ini, serta menyediakan makanan dan minuman" di kamar
motel. Dia menutup suratnya dengan pesan "saya memilih kamar motel di lantai
kedua, tepat di dekat lift dan mesin es. Kamar 218. Mudah ditemukan olehnya.
Sekarang pukul 15.39, dan saya akan mundur agar Karen dapat bersiap-siap
berangkat ke kantor Anda untuk melakukan integrasi. Sampai bertemu lagi."
"Akan sangat menyenangkan seandainya saya menikah dengan pria seteratur itu,"
kata Karen. "Holdon telah melakukan banyak persiapan untuk integrasinya," aku menyampaikan.
"Jelas terlihat bahwa
dia berusaha untuk menjagamu hingga saatsaat terakhir." Alihalih memerhatikan
perkataanku, Karen malah termenung memandang ke luar jendela.
"Inilah pertama kalinya saya akan sendirian," ujarnya, lebih kepada dirinya
sendiri, lalu berpaling menatapku. "Saya ketakutan, tapi pada waktu yang sama
juga bahagia. Saya telah siap."
Aku memulai rutinitas hipnosis kami, namun alih-alih memandu Karen ke ruangan
amannya, aku membawanya ke halaman di depan "rumahnya", ke bawah sebatang pohon
besar, seperti yang telah kusepakati bersama Holdon, dan mengundangnya untuk
melihat ke sekelilingnya dengan jelas dan penuh warna. Setelah dia tenggelam
dalam trance-nya, aku mengundang Holdon untuk muncul dan berbicara kepadaku.
"Bagaimanakah perasaanmu mengenai integrasi?" tanyaku.
"Saya sudah siap," katanya, menggeleng sambil menghela napas. "Saya sudah
lelah." "Karen juga sudah lelah." Holdon mengangguk. "Saya berusaha hanya muncul saat
Karen mulai tertidur," Holdon menjelaskan, "bukan saat dia telah tidur nyenyak.
Jika saya menunggu hingga dia tidur nyenyak, maka saya juga akan ikut tertidur
dan tidak bisa berkutik lagi."
"Bagaimana caramu melakukannya?" aku bertanya.
"Saya berusaha tidak mengganggu tidurnya," Holdon melanjutkan. Aku dapat melihat
bahwa dia berusaha keras untuk menjabarkan proses ini dalam katakata. "Saya
menunggu hingga dia telah tertidur sepuluh atau lima belas menit, atau tepat
setelah dia mulai bermimpi. Saya berusaha menunggu hingga saat yang tepat tiba
.... Kami semua tahu bahwa bermimpi adalah sesuatu yang penting. Setelah itu, saya muncul,
dan setelah selesai mengerjakan urusan saya, saya mundur dan berbaring, kembali
masuk, dan Karen terbangun, mengira dirinya lama tertidur."
"Hingga dia mendapati bahwa mobilnya telah dibawa melakukan perjalanan sejauh
tiga ratus kilometer malam itu," ujarku. Holdon tersenyum, menggeleng, lalu
mengangguk. "Itu waktu yang paling tepat bagi saya untuk berpikir."
"Aku ingin memberitahumu tentang betapa kamu telah sangat membantu dalam
melewati keseluruhan proses integrasi ini," ujarku. "Tanpa instruksimu mengenai
langkahlangkah yang harus diambil, aku tidak tahu apa yang akan terjadi."
"Dr. Baer, saya sungguh senang dapat bekerja bersama Anda. Saya tidak bisa
melakukannya sendirian. Saya membutuhkan pertolongan Anda. Pekerjaan saya adalah
melindungi. Sayalah yang sesungguhnya memutuskan untuk memberi tahu Anda tentang
keberadaan sosoksosok lainnya."
"Apakah maksudmu surat Claire?"
"Ya. Dia sering muncul dan menyaksikan banyak hal. Dia sangat menyayangi Anda.
Dia menanyakan kepada saya tentang kapan sebaiknya Anda mengetahui tentang kami.
Dia ingin menulis surat untuk Anda, dan saya memperbolehkannya, lalu sayalah
yang mengirimkan surat itu untuknya. Kami selalu ada, menyaksikan, selama
terapi." Holdon tersenyum kepadaku sembari mengangguk, dan aku menyadari betapa
penting panduannya selama bertahuntahun ini.
"Apakah kamu sudah siap?" "Ya."
Aku meminta Holdon mundur dan mengatakan bahwa aku akan memanggilnya lagi. Aku
memastikan bahwa Karen masih berada di bawah pohon dan tenggelam dalam transnya.
Aku mengatakan kepada Karen bahwa aku akan menyusulnya ke halaman, dan saat dia
melihatku, aku memanggil Holdon untuk bergabung bersama kami.
"Bisakah kamu menggambarkan penampilan Holdon?" tanyaku. Aku sangat bersemangat
saat itu, tapi aku berusaha menjaga agar suaraku tetap tenang dan tegas. Karen,
di kursinya, mengernyitkan wajah dan berkonsentrasi pada pemandangan di dalam
dirinya. "Dia jangkung," katanya, seolaholah dari jauh. "Dia mengenakan kemeja putih,
dasi, dan setelan hitam. Dia berambut cokelat ....
"Apakah dia mengatakan sesuatu?" tanyaku.
"Katanya, dia senang karena akhirnya dapat berjumpa dengan saya." Karen terdiam
dan mencondongkan tubuh ke depan di kursinya. "Dia meminta saya berdiri."
"Silakan lakukan apa pun yang kamu mau," ujarku. Alihalih berdiri, Karen tetap
mencondongkan tubuh ke depan di kursinya. Kurasa, di dalam pikirannya, dia
sedang berdiri. "Dia kelihatan sangat jangkung," kata Karen, mengungkapkan pengalamannya.
"Katanya, dia telah berusaha melakukan yang terbaik untuk saya selama
bertahuntahun ini. Dia selalu berusaha melindungi saya." Karen terdiam dan
menelengkan kepala, mendengarkan. "Katanya, dia dan Anda menjadi sahabat, dan
dia akan merindukan Anda, namun agar saya membaik, yang harus dilakukannya
adalah menyatu dan menjadikan saya utuh."
Karen kembali mendengarkan. "Katanya, saya tidak perlu takut dan khawatir. Saya
mengatakan kepadanya bahwa saya telah siap. Dia tersenyum dan mengangguk.
Katanya, setelah dia berintegrasi, saya akan mengingat segalanya; saya akan
mendapatkan perasaan seluruh sosok saya, seperti yang seharusnya. Katanya, saya
membutuhkan integrasi terakhir ini agar dapat menjadi utuh."
"Apakah kamu sudah siap?" tanyaku.
"Dia juga menanyakan hal yang sama," Karen menjawab. "Dia melangkah memasuki
saya, begitu saja. Dia memegang bahu saya. Katanya, dia banyak sekali
menggunakan lengannya minggu ini; dia tahu bahwa saya kesakitan karenanya. Dia
telah menyediakan kompres es di koper. Dia menanyakan apakah dia boleh maju."
"Silakan," ujarku, berusaha menjaga agar suaraku tetap berkesan tenang dan
positif. "Katanya, dia tahu bahwa dia akan melihat saya di 'sisi yang lain'." Karen
terdiam, dan dia bergerak-gerak kaku di kursinya.
"Semuanya mulai berubah ... saya bisa merasakan ini terjadi." Karen terdiam; aku
menyaksikan wajahnya mengernyit saat dia berusaha menyerap Holdon. Menitmenit
seolah berjalan sangat lambat.
"Dia sudah masuk," akhirnya Karen berkata. Dia menutupi kedua telinganya,
membungkukkan badan, dan mengayun-ayunkan tubuhnya ke depan dan belakang. Dia
mulai menangis. Air mata mengalir di pipinya.
"Ada apa?" tanyaku. Dia tidak menjawab, tetapi terus menangis.
"Apakah kamu menyesal karena membiarkan Holdon pergi?" Karen mengangguk dan
terus menangis. Aku duduk
menemaninya selama beberapa menit sementara dia menyerap Holdon, bersama segala
ingatan dan semua peristiwa yang pernah dilaluinya.
"Apakah kamu sudah siap untuk kembali?" aku bertanya saat isakan Karen mulai
mereda. Dia mengangguk. Aku harus mempersiapkannya untuk langkah berikutnya.
"Integrasi Holdon baru akan dimulai setelah kamu tiba di motel," ujarku. "Kamu
akan sepenuhnya sadar saat mengemudi ke sana, dan kamu akan tiba di sana dengan
selamat." Aku menyadarkannya dari trance, dan dia menutupi matanya untuk
menghalau cahaya. Dia menghapus air mata yang membasahi wajahnya.
"Ini sungguh aneh katanya.
"Selamat," ucapku. "Kita akan bekerja keras selama beberapa minggu mendatang."
Karen mengangguk dan mulai terisak lagi.
"Sebuah keluarga pernah ada di dalam diri saya," katanya, "dan sekarang mereka
semua telah pergi. Mereka telah melakukan begitu banyak hal untuk saya sepanjang
hidup mereka; saya merasa seolaholah mereka semua telah meninggal. Selama
bertahuntahun ini, mereka selalu ada untuk saya." Karen terisak-isak selama
beberapa menit lalu mengatakan, "Pendengaran saya sangat sensitif, tapi pada
saat yang sama, saya merasakan keheningan.
"Kamu merasakan keheningan di dalam kepalamu?"
"Ya ... rasanya biasa saja," dia memandang ke sekeliling ruangan. Dia seolaholah
memandang dengan sepasang mata baru.
"Kamu tidak akan kesulitan mengemudi," kataku. "Kamu tahu jalan menuju motelmu?"
Dia mengangguk. "Teleponlah aku besok, dan kabarkanlah keadaanmu." Dia
kembali mengangguk. Aku menyaksikannya keluar ruangan dan merasa teramat sangat kehilangan. Aku
memikirkan seluruh waktu yang kuhabiskan untuknya dan semua kekacauan yang
disebabkan olehnya. Aku juga memikirkan sosoksosok di dalam dirinya yang telah
tiada. Aku, terutama, akan merindukan Claire dan Miles. Claire sangat
menyenangkan dan Miles pemberani. Sekarang, sifat-sifat mereka akan mengendap di
dalam diri Karen, tapi aku tidak akan pernah melihat mereka secara terpisah
lagi. Merawat Karen adalah pengalaman paling penting dan mengesankan sepanjang
kehidupan profesionalku. Kami berdua akan berduka.
KEESOKAN PAGINYA, Karen menelepon dari motel. Katanya, dia tertidur dan
terbangun lagi sepanjang malam. Kenangan membanjirinya, tapi dia mengatakan
bahwa dirinya baik-baik saja. Dia tidak ingin berbicara; dia sangat lelah. Dia
berusaha menuliskan apa yang diingatnya, namun seluruh kenangannya kembali
begitu cepat. Aku memintanya untuk menjaga diri sebaik-baiknya dan meneleponku
dua hari kemudian. Dia mengiyakan.
Dua hari kemudian, Karen menelepon dan mengatakan bahwa arus ingatannya telah
mereda. Dia mengatakan bahwa dia tidak pernah kehilangan waktu sejak terakhir
kali menemuiku, tetapi dia kelelahan. Aku memikirkan apakah ini akan benar-benar
berhasil. Kami menentukan janji temu untuk beberapa hari kemudian. Aku
mempersilakannya meneleponku kapan pun dia membutuhkanku.
Ketika kembali untuk menemuiku, Karen berjalan perlahan, menegakkan kepala, dan
memandangku dengan sorot mata lelah sekaligus lega. Wajahnya tampak pucat, dan dia menjatuhkan diri
ke kursi. "Saya merasa lebih baik hari ini," katanya, tersenyum lemah. "Saya tidak tahu
mengapa saya keberatan memiliki sosoksosok lain. Saya mengingat banyak hal yang
menarik dan menyenangkan dari mereka bukan masalah yang mereka ciptakan." Mata ?Karen basah. "Saya merasa seolaholah terjebak di sebuah pulau. Saya harus
memulai semuanya dari awal lagi. Apakah langkah saya selanjutnya" Saya merasa
seolaholah mengalami koma selama sebagian besar kehidupan saya."
"Apakah kamu berduka atas kepergian mereka?"
"Saya tidak tahu bagaimana saya bisa berduka." Dia terdiam dan tersenyum geli.
"Mungkin saya harus memakai baju hitam, lalu pergi ke makam dan melihat
orangorang di sana." Kami tertawa. "Seperti Miles saja," katanya.
"Aku juga merindukan Miles," ujarku.
"Ya. Semalam, saat saya pulang dari supermarket, suami saya menanyakan mengapa
saya pergi sangat lama. Saya bilang padanya, saya baru saja bercinta di lorong
dua puluh satu. Itu meluncur begitu saja." Aku kembali tertawa bersamanya. Lalu,
dia memandangku dengan murung. "Anda tentu mengenal mereka semua dengan cara
yang berbeda," katanya. "Setelah mereka berintegrasi, saya ingin mengenal mereka
lebih baik. Saya tidak pernah benar-benar bisa melihat mereka, kecuali pada
waktu singkat saat mereka berintegrasi. Setelah itu, mereka pergi."
"Tentu sulit bagimu untuk memikirkan mereka," ujarku, "tapi aku tahu mereka
ada." "Ya, saya tahu. Saya meminum susu cokelat, yang bukan minuman kesukaan saya,
tapi sebagian diri saya menyukainya. Saya mendapatkan kenangankenangan baru, tapi saya belum sepenuhnya
mengingat semuanya."
"Tugas kita selanjutnya adalah menyelaraskan semua pengalaman ini ke dalam
sebuah keutuhan yang terintegrasi."
"Saya harap kita akan berhasil." Karen menggeleng. "Saya mengingat jauh lebih
banyak hal tentang setiap sosok sejak Holdon berintegrasi, terutama tentang
sosoksosok lelaki. Tahukah Anda bahwa para sosok lakilaki tidak pernah bisa
masuk ke toilet" Mereka tidak memiliki penis. Jadi, salah satu sosok perempuan
harus muncul jika kami ingin buang air kecil. Mileslah yang paling ingin menjadi
lakilaki. Selama bertahuntahun, dia dan sosoksosok lelaki lainnya memerban
payudara saya agar rata. Beberapa sosok menderita alergi. Saya tidak tahu!
Holdon-lah yang menyimpan semua informasi itu." Dia mengeluarkan beberapa lembar
kertas dari dalam tasnya. "Saya tidak tahu apa yang telah saya tulis, tapi saya
terus menulis; saya tidak bisa menulis cukup cepat."
Aku menerima kertas-kertas itu dan meminta Karen meneleponku beberapa hari
kemudian. Segera setelah dia pergi, aku mulai membaca.
29 April 1998 Penyatuan Holdon (Sosok Terakhir) yang terhormat Dr. Baer,
Sekarang pukul 22.45, dan hari ini sangat melelahkan. Dengan bantuan Anda,
akhirnya saya menjadi satu. Saya dapat membayangkan masa depan saya, dan saya
berharap da pat mempertahankan sikap positif saya. Saya sangat takut mengambil
langkah selanjutnya, apa pun itu. Saya juga sangat
bersyukur karena Anda akan ada untuk menolong saya. Untuk saat ini, saya ingin
menulis tentang keadaan saya hingga se jauh
ini. Berbagai kenangan mulai mendatangi saya, dan saya tidak ingin melupakan
perasaan saya saat menyatu dengan Holdon.
Saya tidak terbangun pagi ini: Holdon-lah yang terba ngun. Saya mendapati diri
saya telah berada di Hampton Inn. Meskipun sedikit kesal karena kehilangan
waktu, saya tahu bahwa merencanakan hari ini adalah hal yang penting bagi
Holdon. Dia tentu sangat menyayangi saya.
Saat bermobil ke kantor Anda, saya terus berusaha tidak memikirkan betapa
pentingnya hari ini. Tetapi, di dalam mo bil, saya serta-merta diterpa keraguan,
dan saya pun ketakutan setengah mati. Saya tidak yakin apakah saya akan bisa
melalui hari ini. Saya duduk selama setengah jam di luar kantor Anda dan
berusaha memberanikan diri.
Saya khawatir saya tidak akan bisa hidup tanpa kemajemukan kepribadian.
Akhirnya, saya memutuskan untuk maju setelah saya menyadari bahwa Anda tidak
mungkin menga caukan apa pun. Tidak seorang pun memaksa saya melakukan integrasi
ini; saya sendirilah yang menginginkannya. Sekaranglah
saatnya. Hari ini akhirnya tiba! Holdon telah siap. yang terakhir.
Saat mengemudi ke hotel setelah mengintegrasikan Holdon, saya mendapatkan sebuah
pengalaman baru. Saya melamun. Sebelumnya, saya tidak pernah mengemudi ke suatu
tempat, melewatkan waktu, sambil memikirkan hal lain. Dahulu, jika kehilangan
konsentrasi, saya akan langsung kehilangan waktu.
Sekitar pukul 20.00, arus kenangan mulai menerpa saya. Saya mendapatkan kenangan
selama tiga puluh menit, lalu tertidur nyenyak selama dua puluh menit dan
terbangun untuk mendapatkan lebih banyak kenangan lagi. Pola seperti ini te rus
berlanjut sepanjang malam.
Setelah berbicara dengan Anda melalui telepon, saya meng ingat kembali integrasi
yang baru saja saya jalani. Sejenak, saya ingin Holdon mengatakan, "Mari kita
menunggu sehari lagi." Meskipun mengetahui bahwa ini akan sulit dilakukan, saya
menerima Holdon untuk menyatu dengan saya. Berbagai kenangan membanjiri saya
sepanjang hari. Saya bisa mengingat nama umur, dan peran semua sosok saya. Saya mendapatkan
semua perasaan Holdon terhadap Anda terapi, perawatan, serta harapan dan
impiannya akan masa depan. Saya bisa mengingat berbagai percakapan Holdon dengan
Anda dan perasaan kehilangannya terhadap hubungannya
dengan Anda. Itu membuat saya sedih. Saya merasakan ketenangan dan kesabaran
Holdon. Saya mendapatkan kecin taannya mengemudi, terutama pada malam hari, saat
semua hal tampak tenang dan indah.
Berbagai kenangan baru mengisi kekosongan yang ada. Saya mulai mengingat sosok
mana yang menanggung pengani ayaan tertentu. Saya takjub saat mengetahui
Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemampuan me reka beralih masuk dan keluar sehingga setiap sosok hanya perlu
menanggung satu bagian dari sebuah episode penganiayaan. Mereka betul-betul
melindungi saya. Saya tidak tahu mengapa saya merasa sangat sedih. Saya telah
kehilangan me reka dan sepertinya saya tidak bisa memahami bahwa mereka semua
berada bersama saya sekarang, sepanjang hari. Mengapa saya tidak bisa
berhubungan dengan mereka" Saya berharap mereka semua dapat berdiri di hadapan
saya sehingga saya bisa berterima kasih secara pribadi kepada setiap sosok saya.
Saya tidak kehilangan waktu lagi sekarang, dan sejujurnya saya merasa diri saya
membaik. Saya pergi ke supermarket hari
ini, dan saya mengenal semua orang menyapa saya. Saya tidak perlu berpurapura
hingga sosok lain muncul untuk menyelamatkan saya.
Apakah menurut Anda saya telah cukup menghargai me reka" Saya berharap mereka
tahu bahwa saya peduli. Saya rasa saya tidak mengetahui cara yang tepat untuk
mengekspre sikon perasaan saya mengenai hal ini. Bagaimana mungkin saya bisa
berterima kasih kepada mereka yang ada di dalam diri saya" Sekarang saya telah
utuh. Saya dapat merasakannya.
Saya adalah diri saya sendiri.
PADA 13 Mei, Karen dapat tidur lebih nyenyak, dan alih-alih muncul secara
mendadak, ingatan baru mendatanginya akibat adanya peristiwa yang memicunya,
seperti ketika ibunya menelepon dan menanyakan kepadanya apakah dia ingat bahwa
hari ini adalah hari ulang tahun ayahnya, lalu memintanya untuk mengantar ke
makam. Holdon telah memperkirakan bahwa Karen akan mendapatkan kenangan jika dia
teringat pada sesuatu yang berhubungan dengan kenangan itu, dan sepertinya
inilah fase yang sedang dijalani oleh Karen saat ini. Dia juga mendapatkan
ingatan dalam bentuk "laporan", misalnya penjelasan mendadak mengenai pemahaman
mengapa jalur-jalur di jalan bebas hambatan dinomori. Tidak ada emosi yang
menyertai ingatan ini, hanya fakta-fakta yang diketahui oleh Holdon.
Karen juga teringat pada berbagai perintah yang diberikan kepada para sosok
anakanak dan percakapan Holdon dengan sosoksosok lainnya saat dia memimpin
pertemuan setiap malam. Karena sebagian dari kenangankenangan itu tidak memuat
emosi, Karen tidak yakin akan perasaannya terhadap berbagai peristiwa yang
berhubungan dengannya. Apakah perasaan itu telah dihapus" Aku mengatakan
kepadanya bahwa mungkin memang begitulah Holdon: mengetahui banyak fakta dan
tidak terlalu emosional. Karen tidak pernah mempertanyakan bagaimana berbagai
pekerjaan diselesaikan siapa yang membersihkan rumah, menyiapkan makan siang ?untuk anakanak, berbelanja. Sekarang, dia bisa mengingat bagaimana dia
melakukannya. Tetapi, dia merasa masih banyak yang
harus diingatnya. Masih banyak lubang yang belum terisi.
Di penghujung sesi setelah integrasi Holdon, Karen terdiam dan tampak agak malu.
Aku menanyakan apakah ada yang salah, dan katanya, dia merasa canggung, namun
tidak mengetahui alasannya. Lalu, dia tertawa dan mengatakan bahwa dia mengerti.
Dia tidak terbiasa berbicara sendirian kepada saya sepanjang sesi. Aku
mengingat-ingat dan menyadari bahwa selama beberapa bulan terakhir, dia hanya
berbicara kepadaku selama sepuluh atau lima belas menit pertama dalam setiap
sesi. Sesi ini memang terasa sangat lama.
PADA AKHIR Mei 1998, Karen datang menemuiku, dan aku dapat melihat perbedaan
dalam dirinya. Apakah yang berbeda" Sulit untuk menjelaskannya. Dia tampak lebih
manusiawi. Terdapat kekayaan baru dalam bahasa tubuhnya, lebih banyak kesan
dalam suaranya. Perubahan dirinya samarsamar namun mencengangkan.
"Saya terus mendapatkan kenangan baru setiap hari," katanya. Bahkan senyumnya
pun tampak lebih rumit. "Saya terheranheran melihat betapa banyak yang telah
saya pelajari kembali. Saya tahu bahwa di dalam diri saya terdapat jawabannya,
yang menanti untuk diungkapkan." Karen tersenyum hangat kepadaku. "Saya
melewatkan sangat banyak hal dalam kehidupan, tapi saya merasa terlahir
kembali." "Kamu sedang berada pada tahap akhir sebuah proses luar biasa, Karen, tapi kita
masih harus menyelaraskan semua bagian dari dirimu supaya kamu bisa menjadi
dirimu yang sejati."
Dia memikirkan perkataanku. "Saya ingat, dahulu, salah satu sosok saya pernah
mengatakan bahwa kehidupan
dimulai pada umur tiga puluh delapan. Beberapa hari lagi saya berumur tiga puluh
sembilan, dan saya menetapkan tujuan baru, yaitu perasaan saya akan lengkap saat
saya berumur empat puluh tahun. Ini berarti, saya memiliki satu tahun untuk
membiasakan diri merasa utuh." Dia terdiam dan menatap ke luar jendela. "Ini
sungguh berat," lanjutnya, "berurusan dengan naik-turunnya kehidupan tanpa bisa
beralih. Saya tidak akan pernah melupakan sosoksosok lain di dalam diri saya.
Merekalah yang membuat saya menjadi diri saya, dan inilah saya." Dia kembali
terdiam dan memejamkan mata. Perlahan-lahan, dia berpaling dan menatapku. "Saya
benar-benar ingin menjelaskan perasaan saya, tapi saya lelah."
"Tidak apa-apa. Kita bisa melanjutkannya lain kali," ujarku. Aku menatapnya,
merasakan semacam kekaguman. Karen adalah seorang manusia luar biasa.
Dia tersenyum kepadaku. "Kalau begitu, lain kali saja. Ada begitu banyak hal
yang harus saya ceritakan kepada Anda."f J
Epilog PADA PERTENGAHAN Agustus 1998, aku bermobil bersama Karen. Ketika itu menjelang
sore, dan udara musim panas terasa sejuk saat matahari mulai tenggelam.
Lingkungan masa kecil Karen berjarak hanya beberapa kilometer dari kantorku,
tapi untuk menembus lalu lintas kota, kami membutuhkan waktu tiga puluh menit.
Kami telah membicarakan tentang kemungkinan melihat tempatnya dibesarkan dan
tempat terjadinya seluruh peristiwa masa kecilnya yang telah diceritakan
kepadaku. Aku ingin melihatnya sendiri.
Kami keluar dari jalan tol dan melaju ke selatan. Wilayah itu saat ini banyak
dihuni oleh ras Hispanik. Saat kakek Karen pindah ke sana pada 1937, lingkungan
itu banyak dihuni oleh orang Jerman, Polandia, dan Irlandia. Kami berbelok ke
timur dan mengarah langsung ke rumah masa kecil Karen. Rumah itu bertingkat tiga
dan terbuat dari batu bata tanpa ada sesuatu pun yang tampak mencolok.
Penampilannya serupa dengan rumah-rumah lainnya di jalan itu. Dan, meskipun
tidak ada rumah yang betul-betul kembar, jika dilihat sekaligus, semuanya
menggambarkan permukiman sederhana dari paruh pertama abad ini, yang dibangun
untuk menampung para pekerja pabrik dan penampungan binatang di dekat situ.
Karen dan keluarganya tinggal di apartemen bawah tanah, dan kakeknya menempati
lantai pertama. Lantai teratas rumah itu digunakan sebagai loteng. Aku memarkir
mobil di luar, dan Karen memandang ke luar jendela. Cat krem yang melapisi
tembok rumah itu telah terkelupas di sana-sini, memperlihatkan susunan batu bata
merah di baliknya. "Dengan cat yang terkelupas di sekitar jendela dan pintu itu," kata Karen,
memandang rumah itu, "rumah ini kelihatan terluka, seperti wajah berdarah yang
bersimbah air mata."
Karen menunjukkan kepadaku kios es krim di seberang jalan dan rumah duka di
sudut jalan. Aku kembali menjalankan mobil dan berbelok ke kiri. Terdapat sebuah
gereja Protestan di ujung jalan. Karen sering bersembunyi di tangga menuju ruang
bawah tanah gereja jika dia ingin melarikan diri dari rumah. Pendeta dari gereja
itu dapat mendengar ayah Karen membentak-bentak, terutama pada musim panas, saat
pendingin udara mati dan semua orang membuka jendela. Sang pendeta akan membuka
gerendel di pintu gang, mengetahui bahwa dia akan mendapati Karen bersembunyi di
tangga terbawah. Kadangkadang, dia mengajak Karen bercakap-cakap dan membawakan
kue dan susu untuknya. Tiga blok dari rumah Karen, berdirilah gereja dan sekolah Katolik. Bangunan
sekolah itu terbuat dari batu bata merah, bertingkat tiga, dan berasal dari awal
1900-an. Di antara sekolah dan gereja, berdirilah bangunan rektorat.
"Saya biasanya berjalan dari sekolah menuju pintu rektorat, di sana," kata
Karen, menunjuk dengan jarinya.
"Ruang bawah tanah gereja bisa dicapai dari rektorat melewati gang itu." Karen
menunjuk seruas gang tertutup yang menghubungkan rektorat dengan gereja. "Di
dalam gereja terdapat seruas anak tangga menuju ruang bawah tanah."
Aku bisa melihat bahwa perjalanan ini bukan sesuatu yang mudah bagi Karen.
Katanya, sudah bertahuntahun dia tidak kembali ke sana, dan semuanya tampak
lebih kecil dan kotor. Tempat ini sangat memicu ingatannya, dan aku dapat
melihat Karen memainkan kembali seluruh adegan yang dialaminya pada masa lalu di
dalam kepalanya bersama kunjungan kami ke setiap lokasi kejadian.
Kami menyusuri taman. Karen menunjukkan kepadaku kolam dan bangku yang sering
didudukinya. Di sanalah dia akan menemukan adiknya, Jim, jika anak itu kabur
dari rumah. Karen juga menunjukkan tembok pelindung sebuah patung, tempatnya
bersembunyi jika dia berhasil melarikan diri dari amukan ayahnya. Patung itu
terletak di sudut taman, sangat jauh dari rumahnya, namun masih berada di
lingkungan taman. Kami melanjutkan bermobil mengelilingi lingkungan itu, memutar kembali ke utara.
Terdapat sebuah bar di setiap sudut jalan, sebuah rumah duka di setiap dua blok,
dan bangunanbangunan kecil bekas toko bahan makanan, toko roti, atau toko
perkakas. Dahulu, tempat itu merupakan wilayah bisnis kecil yang berkembang,
namun sekarang kebanyakan bangunan di sana telah rusak atau ditutup. Berjarak
dua blok dari rumah Karen, terdapat sebuah sebuah studio foto tempat foto-foto
dan flm-flm porno Karen dan anakanak lainnya diambil. Sekarang, tempat itu
digunakan sebagai salon kecantikan. Kami
kembali ke rumah Karen dan memasuki gang di belakangnya. Ketika kami tiba di
garasinya, Karen menunjukkan kepadaku sebuah bangunan kelabu kumuh yang terbuat
dari kayu dan logam, shandy, tempatnya disakiti berkali-kali. Kami kembali
melewati rumah duka dan pintu garasi menuju ruang pembalsaman, tempat Karen
dianiaya oleh gerombolan ayahnya untuk kesenangan mereka.
Saat kami bermobil kembali melewati rumah itu, beberapa pemuda yang tinggal di
jalan itu memandang kami. Mereka tidak mengenal kami, dan kami berkali-kali lalu
lalang di sana sore itu. Suasana terasa agak mencekam bagiku, sehingga aku
mengusulkan kepada Karen untuk pulang. Dia juga telah cukup melihat-lihat.
Sebelum memasuki jalan tol, kami melewati gerbang tua menuju pabrik bahan kimia.
Jalan menuju bangunan itu berada di bawah sebuah jembatan lebar dan rendah yang
dilewati oleh kereta barang dan lori. Keadaan di bawah jembatan itu begitu
gelap; kata Karen, lampu-lampu yang berada di kedua sisi jalan, yang hanya
memberikan penerangan remang-remang di jalan, masih baru. Ketika Karen masih
kecil, jalan itu selalu gelap gulita dan membuatnya ketakutan. Aku membayangkan
adanya tanda di gerbang itu: Putuskan harapanmu, siapa pun yang masuk kemari.
Kami bermobil memasukinya, melewati bagian bawah jembatan, dan di kanan kiri
kami hanya terdapat pagar beton. Pabrik itu telah ditutup. Di depan bangunan
yang terbengkalai itu, Karen menunjukkan kepadaku bekas tempat parkir dan rute
yang harus dilewati untuk menuju bagian belakang pabrik.
Malamnya, Karen mendapatkan mimpi buruk. Rumahnya menjadi hidup. Jendelajendelanya menjadi mata dan pintupintunya menjadi mulut, lalu semuanya
menyedotnya masuk. Dia berusaha bertahan, tapi tarikan itu bertambah kuat,
hingga akhirnya dia terisap. Aku datang mencarinya, namun dia telah menyatu
dengan dinding, menjadi bagian dari rumah itu, dan aku tidak bisa melihat maupun
mendengarnya. Berkat bantuanku, akhirnya dia berhasil membebaskan diri dari
rumah itu. Dia terbangun dengan perasaan jijik dan nista, lalu mandi
berlamalama. SELAMA BERBULAN-BULAN kemudian, Karen berjuang untuk melepaskan diri dari
cengkeraman ibunya, menghentikan tuntutan akan uang dan bantuan yang tak ada
habisnya. Dahulu, saat kehilangan waktu, Karen akan menuruti atau menolak
permintaan ibunya. Setelah menjadi utuh, Karen masih melakukan hal yang sama.
Perbedaannya adalah dia menyadari betul apa yang dilakukannya. Di dalam dirinya
masih terdapat sifat-sifat Sandy dan Miles. Kadangkadang, dia menunjukkan
kekuatan Miles dalam menolak tuntutan ibunya, dan kadangkadang, saat kepercayaan
dirinya menurun, dia memainkan peran Sandy dan tidak mampu menolak. Karen
berangsur-angsur menunjukkan kemajuan, namun dia butuh bertahuntahun untuk
mendewasakan diri dari pola masa kecilnya, yaitu membayar untuk mendapatkan
kasih sayang ibunya. Selain harus berjuang untuk menyelesaikan konfik dengan ibunya, Karen juga harus
berusaha mati-matian untuk melepaskan diri dari suaminya yang gemar melakukan
kekerasan. Karen mengetahui bahwa menjauhkan diri dari penganiayanya saat ini
adalah sebuah kewajiban jika dia memang ingin membebaskan diri
dari segala bentuk kekerasan. Perjuangan ini melibatkan perjalanan ke ruang
gawat darurat, laporan ke polisi, penahanan suaminya, dan penahanan suaminya
selama tiga hari di tahanan Cook County.
Aku meminta sahabatku semasa kuliah, seorang pengacara, untuk menolong Karen.
Dengan biaya murah, dia bekerja untuk Karen, dan pada Halloween 2001, Karen
berhasil bercerai dengan suaminya. Suami Karen tetap berusaha memanipulasinya,
meminta uang dan layanan, dan kadangkadang dia berhasil, namun Karen tetap
berusaha menjauhkan diri darinya dan pola hubungan yang dibawanya. Mantan suami
Karen jarang membayar tunjangan anakanak seperti yang telah diperintahkan oleh
pengadilan. Karen bekerja paruh waktu, dan akhirnya penuh waktu, sebagai resepsionis di
sebuah organisasi nirlaba. Empati dan pemahaman yang langsung dapat
ditunjukkannya pada masalah para klien organisasi itu mengundang banyak orang
untuk datang lebih awal dan berbicara dengannya, melakukan prasesi. Meskipun
dianggap kompeten dan dapat diandalkan, serta selalu bersedia mengerjakan tugas
tambahan mendadak, Karen masih merasa ketakutan akan membuat masalah dan
dimarahi. Dia masih mencari pertolongan dariku, dan aku berusaha mendorongnya
untuk menganggap pekerjaan sebagai sebuah rutinitas alih-alih pembantaian
harian. Menariknya, kekuatan profesional terbesarnya adalah melakukan berbagai
pekerjaan sekaligus. Integrasi tidak mampu menghapuskan dampak dari bertahuntahun penganiayaan fsik
dan mental yang mendera Karen. Sejak Karen berintegrasi sepenuhnya pada April
1998, kami terus bekerja sama hingga delapan
tahun kemudian. Kami menghabiskan waktu untuk memperbaiki pemulihan diri dan
kecenderungannya untuk putus asa saat berhadapan dengan tantangan dan kekecewaan
dalam kehidupan seharihari. Aku merasa bersyukur saat menyaksikan wanita ini
tumbuh dan berkembang menjadi seorang manusia penuh perhatian, baik hati, dan
penuh kasih sayang, yang ingin mendapatkan tempat yang layak di dunia ini,
membebaskan diri dari dampak masa lalunya, dan mendambakan masa depan yang
bahagia. Pada akhir April 2006, kami menetapkan tanggal untuk terapi terakhir. Kami
memilih 30 Juni. Sambil menunggu tibanya hari itu, kami mengingat-ingat tentang
semua yang terjadi di antara kami dan di dalam dirinya. Karen ketakutan, namun
dia tahu bahwa dia tidak membutuhkan terapi lagi. Dia telah mengetahui semua
yang akan kukatakan. Dia hanya senang mendengarku mengatakannya.
Saat sesi terakhir kami tiba, Karen datang ke kantorku dua jam lebih awal. Dia
mengemudi di seputar Old Town, tempat tinggalku, dan tersesat. Dia mendapati
dirinya berada di sebuah taman kecil di Sedgwick, "tanpa ayunan, anakanak, dan
gangguan", berdiam di sana untuk merenungkan arti kehidupannya tanpa sesi
terapi. Ketika tiba di rumahku, seperti yang sudah berkali-kali dia lakukan sebelumnya,
dia duduk di kursinya, dan segalanya terasa berbeda. Kami menjadi satu bagian
dari bahan yang membentuk kehidupan kami masingmasing, dan rasanya sangat luar
biasa saat hari ini akhirnya tiba.
"Perasaan saya campur baur," kata Karen. "Sangat senang sekaligus sangat sedih.
Saya tahu saya tidak benar-benar memerlukan terapi lagi, tapi Anda sudah
seperti keluarga saya sendiri."
"Apakah rasanya seperti kehilangan seorang teman?" tanyaku.
"Bukan, bukan teman sebenarnya; hubungan kita selalu searah. Saya selalu
menyayangkan hal itu."
"Aku tahu. Batasan dalam hubungan terapi harus selalu dijaga untuk menjaga agar
terapi bisa terus berlangsung. Aku menyadari bahwa ini mengecewakan, tapi
batasan inilah yang membawa kita hingga tahap ini, dan aku sangat senang
melihatmu menjadi wanita yang kutemui hari ini."
"Terima kasih," Karen menjawab, sedikit tersipu-sipu. "Saya tidak pernah
melampaui batas kita; saya selalu mematuhi Anda; saya dapat merasakan apa yang
mungkin Anda perbolehkan. Dengan semua sosok yang ada di dalam diri saya, saya
takjub melihat kita bisa tiba di sini. Satusatunya kelegaan di dalam kehidupan
saya adalah ketika saya bertemu dengan Anda, Dr. Baer." Air mata Karen mulai
mengalir. "Setiap kali Anda mengatakan bahwa saya boleh menelepon Anda itu ?bagaikan selimut penyelamat saya. Itu membuat saya terus bertahan, setiap
minggu, selama bertahuntahun ini. Anda berkali-kali mencegah saya melakukan
bunuh diri." "Menjadi orang yang pernah merawatmu membuatku bangga," ujarku. Aku merasa harus
mengatakan lebih banyak, tapi perasaanku yang membuncah tidak dapat diungkapkan
dengan katakata. "Bolehkah saya mengirim e-mail jika ada yang ingin saya ceritakan?"
"Tentu saja; kamu juga boleh meneleponku kapan pun kamu mau. Kurasa kita berdua
samasama sulit menerima perpisahan ini."
"Andalah ayah saya yang sejati, Dr. Baer; saya tidak pernah benar-benar memiliki
ayah sebelum berjumpa dengan Anda."
"Aku merasa seolaholah aku menolong membesarkanmu. Aku juga merasa menjadi ayah
bagi Miles, Claire, Sidney, dan lainnya." Sejenak, kami tenggelam dalam
keheningan. Aku teringat pada mimpi tentang Karen yang kudapatkan pada malam
Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebelumnya. Haruskah aku memberitahunya" Aku menimbangnimbang. Aku ingin
menceritakan mimpi itu kepadanya, dan tanpa membuang-buang waktu untuk
memperhitungkan kebaikan ataupun keburukannya, aku memutuskan untuk
mengatakannya. "Aku memimpikanmu semalam," ujarku. Karen tergugah dari lamunannya dan
tersenyum. "Aku memimpikan pagi ini, dan ternyata jadwal kita bersilangan. Aku
sudah membuat janji untuk menyelesaikan urusan pribadi pada waktu yang sama
dengan sesi kita. Aku buru-buru membatalkan urusan pribadiku agar dapat memenuhi
pertemuan denganmu yang jauh lebih penting. Kurasa, itulah yang selalu
kulakukan melupakan urusan pribadiku agar dapat merawatmu. Aku betul-betul ?tidak dapat menahan diri untuk melakukannya."
"Saya selalu memikirkan bagaimana Anda melakukannya. Ini adalah hubungan terbaik
yang pernah saya miliki. Anda tidak pernah mengecewakan saya."
"Apakah kamu akan baik-baik saja saat meninggalkan tempat ini?"
"Teman saya Jan menunggu saya. Kami akan minum kopi, makan pizza, dan dia akan
menyediakan tisu untuk menghapus air mata saya. Temanteman saya sama sekali
tidak menganggap saya gila; mereka mendukung
saya. Sejak mengenal Anda, saya tahu apa yang seharusnya saya cari dari diri
temanteman saya." Ketika mengantarnya ke pintu, aku memikirkan apakah Karen akan mencoba memelukku
sebelum kami berpisah. Aku membuka pintu untuknya dan berdiri di sisinya. Karen
berpaling dan menatapku sekilas, berjalan melewatiku menuju ambang pintu.
"Apa kamu tidak mau memelukku?" tanyaku.
Dia menoleh, terkejut. "Sekarang tidak apa-apa?" tanyanya, berpurapura kesal. "Ya."
Karen menghampiriku dan kami pun berpelukan. Aku dapat merasakannya memelukku
eraterat, dan aku membalasnya. Setelah beberapa saat, aku melepaskan pelukannya,
dan dia memandangku. Kasih sayang dan ucapan terima kasih terpancar dari
matanya.[] Catatan Karon AIR MATA saya masih mengalir jika saya memikirkan kembali tahuntahun yang saya
lewati untuk melakukan terapi bersama Dokter Baer, bekerja bersamanya untuk
menyembuhkan penyakit saya. Saat terus membaca ulang buku ini, katakatanya
menyentuh saya dengan cara yang tak terungkapkan, tapi yang paling berarti
adalah, melalui perjalanan ini, saya mendapatkan kembali kehidupan saya. Saya
tentu tidak akan ada di sini tanpa Dokter Baer.
Buku ini adalah sebuah gambaran akurat mengenai penderitaan dan pengalaman saya,
dan Dokter Baer berhasil menampilkan sosoksosok saya tepat seperti yang saya
ingat. Sosoksosok saya telah memercayai Dokter Baer bahkan sebelum saya
memercayainya. Biasanya, saya mendapati diri saya berada di ruang tunggu Dokter
Baer, sendirian, gelisah, dan memikirkan bagaimana saya bisa sampai di sana.
Saya harus menerima bahwa, entah bagaimana, saya berada di sana. Namun, ketika
membuka pintu, saya selalu merasa aman. Untuk pertama kalinya dalam kehidupan
saya, ada seseorang yang bersedia mendengarkan saya, berkali-kali, tanpa
menghakimi. Selama delapan belas tahun menjalani
terapi, saya mempelajari tentang kepercayaan, kehormatan, harga diri,
integritas, komitmen, keimanan, kasih sayang, dan cinta dari Dokter Baer.
Sesungguhnya, buku ini adalah semacam kisah cinta. Setelah disakiti dengan parah
sepanjang hidup saya, saya tidak memiliki kemampuan untuk mencintai diri saya
sendiri maupun orang lain. Sebagai seorang wanita dan ibu, beban ini sungguh
tidak tertanggungkan. Entah nyata entah hanya dalam khayalan saya, kesabaran,
pemahaman, dan perawatan tanpa syarat dari Dokter Baer membuat saya merasa
diterima dan, ya, dicintai.
Saya berpesan kepada semua orang yang membaca buku ini untuk benar-benar
memerhatikan anakanak yang Anda temui setiap hari. Apakah mereka tampak
jauh tidak sepenuhnya ada" Jika begitu, Anda sebaiknya memberanikan diri untuk ?bertanya dan menuntut jawaban dari mereka. Ketika anakanak menjadi korban,
seperti yang pernah saya alami, mereka tidak lagi berada di dunia yang nyata.
Mereka berpaling ke satusatunya tempat aman yang mereka ketahui ke dalam diri
?mereka. Sebagai seorang anak yang terus-menerus ketakutan, secara tidak
disadari, saya melindungi para penganiaya saya dengan memenuhi kebutuhan mereka.
Untuk bertahan, saya harus menurut. Saya berharap apa yang menimpa saya tidak
pernah menimpa anakanak lain yang mendapati diri mereka berada di dalam deraan
kekerasan tanpa adanya seorang pun yang bisa dijadikan tempat berpaling. Saya
berdoa agar anakanak itu tidak takut bercerita kepada orang lain seperti saya.
Karen Overhill Januari 2DD7
Catatan Penulis PADA AWAL perawatan Karen, saat mulai menyadari bahwa dia memiliki banyak sosok
dalam kepribadiannya, aku telah merasa diriku akan menyaksikan sebuah drama
kehidupan manusia yang luar biasa. Setelah menerima surat Claire dan kondisi
Karen dapat dipastikan, aku mulai mencatat secara mendetail setiap sesi kami.
Meskipun tidak tahu pasti bagaimana atau akankah aku bisa menggunakan
? ?catatancatatan itu, aku merasakan pentingnya memiliki catatan yang ekstensif dan
akurat mengenai perawatan Karen.
Dalam mendiagnosis Karen dan memikirkan cara untuk menjadikannya kembali utuh,
aku membaca lebih dari dua puluh buku, serta ratusan artikel dan abstrak
mengenai sindrom kekacauan identitas. Sepanjang waktu, aku berusaha bersikap
mendukung tanpa memengaruhi apa yang ingin disampaikan oleh Karen.
Totalnya, selama kami menjalani terapi selama lebih dari delapan belas tahun,
aku menulis 622 halaman catatan kemajuan, mengumpulkan 44 gambar, 49 artefak
(hadiah dan bendabenda yang berhubungan dengan ketujuh belas sosok), 12 rekaman
suara, dan 2 kaset video. Aku juga menerima 275 e-mail, 60 pucuk kartu
ucapan, dan hampir 5.000 catatan harian dan surat dari Karen. Buku ini merupakan
intisari dari bahan-bahan itu, dan setiap episode yang kuceritakan
terdokumentasikan di dalam catatan perawatan Karen. Bagiku, bagian yang tersulit
dalam mempersiapkan manuskrip ini adalah berusaha memutuskan apa yang tidak
perlu dicantumkan. Setelah perawatan untuk menyembuhkan Karen dari sindrom kepribadian majemuk
selesai, dan aku merasa dia telah mampu memberikan persetujuan, aku menanyakan
kepadanya apakah dia akan mengizinkan jika aku menulis ceritanya. Sebagai
tanggapan, dia mengatakan kepadaku bahwa dia berharap bisa membagi ceritanya
sehingga akan membantu memberikan sinyal peringatan bagi masyarakat agar lebih
memerhatikan adanya kekerasan yang kadangkadang menimpa anakanak. Jika, berkat
buku ini, seorang anak saja dapat diselamatkan dari masa kecil yang penuh
kekerasan, Karen merasa ini layak dilakukan.
Selama enam tahun menulis buku ini, bantuan Karen dalam memeriksa keakuratan
setiap peristiwa yang kugambarkan sungguh tidak terkira. Bahkan, dia memberikan
lebih dari delapan puluh halaman ralat, tambahan, dan penegasan mengenai apa
yang telah dikatakannya kepadaku. Untuk melindungi privasi Karen dan semua orang
lain yang kusebutkan di dalam buku ini, aku mengubah nama maupun ciri-ciri Karen
dan hampir semua tokoh yang kusebutkan di dalam buku ini.
Aku juga menyamarkan sebagian tempat yang disebutkan dalam buku ini. Sementara
itu, untuk beberapa adegan yang tidak dihadiri oleh Karen, seperti adegan di
toko perkakas saat ayah Karen mengintimidasi Harry, aku memaparkannya dari
cerita yang telah berulangulang
didengar oleh Karen. (Misalnya, adegan di toko itu berulangulang diceritakan
oleh ayah Karen untuk menegaskan kekuasaan dan kemampuannya untuk memerintah
orang lain sesuka hatinya.) Tulisan-tulisan Karen telah kupersingkat karena
keterbatasan ruang, dan bertahuntahun perawatan telah kupadatkan; tetapi tidak
ada yang ditambahkan atau diubah dari penggambaran mengenai pengalaman Karen
ataupun proses psikoterapi yang kami lalui.
Untuk mewujudkan kerja sama mati-matian kami ini menjadi sebuah buku yang
sekarang Anda baca, beberapa orang menolong dan membimbing kami. Carole Bidnick,
agenku, langsung melihat nilai yang terkandung dalam kisah Karen; itulah
bakatnya, dan dia mendorong agar buku ini dijual dan dipublikasikan dengan cara
yang tepat. Jenny Meyer dan Whitney Lee adalah anggota kunci dari tim yang
dibentuk oleh Carole untuk menolong agar buku ini dapat menjangkau lebih banyak
pembaca. Di Crown, Rick Horgan dengan ahli melakukan pekerjaan menyeluruh dalam
menyunting manuskripku dan membawanya menembus labirin proses penerbitan.
Dibantu oleh Julian Pavia, dia menunjukkan kepadaku cara yang lebih baik untuk
mengungkapkan sebuah cerita sambil tetap menjaga integritas proyek ini. Yang
juga memberikan kontribusi besar adalah pengacaraku, Min Lee, dan penerbitku,
Penny Simon. Aku ingin berterima kasih kepada Lori Andrews yang telah menunjukkan kepadaku
makna memiliki identitas sebagai penulis. Aku juga ingin berterima kasih kepada
Mark Rosin dan Caroline Pinus yang telah memberikan pertolongan editorial untuk
versi manuskrip awal buku ini.
Selama aku belajar di program master penulisan nonfiksi kreatif di Northwestern
University's School for Continuing Studies, Brian Bouldrey dan Susan Harris
senantiasa membimbing dan menyemangatiku.
Akhirnya, aku harus berterima kasih kepada Karen sendiri atas dorongan dan
bantuannya saat aku menulis buku ini. Perjalanan kita bersama masih berlanjut.
Hubungan terapeutik kita telah berubah menjadi pertemanan dekat yang
berlandaskan rasa hormat. Waktu yang kita habiskan bersama telah selamanya
mengubah kehidupan kita. Pekerjaan ini terapi dan penulisan buku ini adalah ? ?sebuah usaha kerja sama dalam arti yang sesungguhnya.
Richard K. Baer, M.D. Januari 2007 Naga Sakti Sungai Kuning 7 Gajahmada Karya Langit Kresna Hariadi The Diversion 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama