The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum Bagian 11
"Kau boleh menghubungi mereka satu per satu, tapi bukan untuk menyiagakan.
justru sebaliknya. Mereka sudah kerja berlebihan, tanpa satu pun hari libur
selama beberapa minggu. Beritahu mereka masing-masing tentu saja aku ingin ?perubahan lokasi dilaporkan tapi kecuali ada pemberitahuan sebaliknya, kita
?aman selama dua puluh empat jam mendatang, dan orang-orang di kendaraan tiga dan
tujuh boleh pulang tapi tidak boleh ke Wilayah untuk minum-minum. Beritahu
mereka bahwa aku memerintahkan mereka semua tidur nyenyak malam ini, atau apa
pun yang ingin mereka lakukan untuk mengisi waktu." 'Ya, Sir. Mereka akan
menghargainya, Sir."
"Aku sendiri akan berkeliaran dengan kendaraan empat. Kau mungkin akan mendengar
kabar dariku. Tetaplah berjaga-jaga." "Tentu saja, Major."
"Kau akan mendapat makan malam, anak muda."
"Kalau boleh, Sir," kata operator radio yang penuh semangat itu, "dan saya tahu
saya berbicara atas nama kami semua. Kami tidak ingin bekerja pada orang lain
kecuali Anda." "Mungkin dua makan malam."
Sambil memarkir kendaraan di depan gedung apartemen di Yun Ping Road, Lin
mengangkat mikrofon dari tempatnya di bawah dasbor. "Radio, ini Capung Nol."
"Ya, Sir?" "Pmaahkan aku ke sambungan telepon langsung berpengacak. Aku tahu pengacaknya
terpasang kalau aku mendengar gema dari pihakku, bukan?"
"Mestinya begitu, Sir."
Gaung pelan itu terdengar melalui sambungan telepon, diiringi nada panggil.
Major menekan angka-angka; deringnya terdengar dan seorang wanita menerimanya.
"Ya?" "Mr Zhou. KuoiF kata Lin, bicaranya cepat, memberitahu wanita itu agar bergegas.
"Baik," jawab wanita itu dalam bahasa Kanton. "Di sini Zhou," kata pria itu.
"Xun sulXiao XV," Lin mendesis dari tenggorokan; suara orang yang putus asa dan
memohon agar didengarkan. "Sheng! Kontak sekarang juga! Safir hilang!" "Apa"
Siapa ini?" Major menekan tuas dan menekan tombol di sebelah kanan mikrofon. Operator radio
seketika menjawab. 'Ya, Capung?"
"Sambungkan ke jalur pribadiku, juga berpengacak, dan salurkan semua telepon
kemari. Segera! Ini akan menjadi prosedur standar sampai aku memberi instruksi
sebaliknya. Mengerti?"
"Ya, Sir," kata petugas radio.
Telepon mobil berdengung dan Lin meraihnya, berbicara dengan nada biasa. "Ya?"
jawabnya, lalu pura-pura menguap.
"Major, ini Zhou! Aku baru saja mendapat telepon sangat aneh. Seseorang
meneleponku kedengarannya terluka parah dan menyuruhku menghubungi seseorang
? ?bemama Sheng. Aku harus memberitahu bahwa Safir hilang."
"Safir?" kata Major, tiba-tiba waspada. "Jangan bilang apa-apa pada siapa pun,
Zhou! Komputer sialan aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi telepon itu
?seharusnya untukku. Ini di luar jangkauan Capung. Kuulangi, jangan mengatakan
apa-apa kepada siapa pun!"
"Mengerti, Sir."
Lin menghidupkan mobil dan melaju beberapa blok ke barat, ke Tanlung Street. Ia
mengulangi tindakannya, dan sekali lagi telepon masuk ke jalur pribadinya.
"Major?" "Ya?" "Aku baru saja mendapat telepon dari orang yang kedengarannya sekarat! Ia ingin
aku..." Penjelasannya sama: kekeliruan yang berbahaya telah terjadi, di luar jangkauan
Capung. Tidak ada yang boleh disebarkan. Perintah itu dipahami.
Lin menghubungi tiga nomor lagi, dari depan apartemen atau tempat kos masingmasing. Hasilnya negatif; setiap orang menghubunginya beberapa saat sesudah
menerima telepon itu dan tak ada yang melesat keluar, ke telepon umum yang aman.
Major tahu satu hal yang pasti. Siapa pun penyusup itu, ia tidak akan
menggunakan telepon rumah untuk mengadakan kontak. Tagihan telepon mencatat
semua nomor yang dihubungi, dan semua tagihan harus diaudit Departemen. Itu
prosedur rutin yang diterima para agen. Kelebihan biaya ditanggung Cabang Khusus
seakan-akan berkaitan dengan bisnis.
Kedua orang di kendaraan tiga dan tujuh, sesudah dibebastugaskan, telah melapor
ke markas besar saat Lin selesai menelepon untuk yang kelima kalinya. Satu
berada di rumah kekasihnya dan mengatakan ia tidak berniat pergi dan sana selama
24 jam berikut. Ia meminta petugas radio menangani semua "telepon darurat dari
khen" dan memberitahu semua orang yang ingin menghubunginya bahwa atasannya
mengirimnya ke Antartika. Negatif. Bukan begitu cara kerja agen ganda, termasuk humornya. la
tidak akan meniisahkan diri atau mengungkapkan keberadaan maupun identitas
penghubungnya. Orang kedua, kalau mungkin, lebih tidak mungkin lagi. Ia
memberitahu petugas komunikasi markas besar bahwa ia siap untuk masalah apa
saja, besar atau kecil, berkaitan atau tidak dengan Capung, bahkan hanya untuk
menjawab telepon. Istrinya bam saja melahirkan kembar tiga, dan dengan suara
nyaris panik menurut petugas radio ia mengaku lebih bisa beristirahat di ? ?pekerjaan daripada di rumah. Negatif
Tujuh beres dan tujuh negatif. Dengan begitu tinggal satu orang di Pagoda Cinema
selama empat puluh menit mendatang, dan satu lagi di Yacht Club di Aberdeen.
Telepon mobilnya berdengung secara empatik rasanya, atau itu hanya disebabkan
?kegelisahannya sendiri" "Ya?"
"Aku bam menerima pesan untuk Anda, Sir," kata operator radio. Elang kepada
Capung Nol. Mendesak. Jawab."'
'Terima kasih." Lin memandang jam di tengah-tengah dasbor. Ia terlambat 35 menit
untuk janji temunya dengan Havilland dan agen cacat legendaris dari masa lalu,
Alexander Conklin. "Anak muda?" kata Major, mendekatkan mikrofon ke bibirnya.
"Ya, Sir?" "Aku tidak punya waktu untuk 'Elang' yang gelisah dan agak tidak relevan itu,
tapi aku tidak ingin menyinggung perasaannya. Ia akan menelepon lagi kalau aku
tidak menjawab, dan kuminta kau menjelaskan bahwa kau tidak bisa menghubungiku.
Tentu saja, kalau itu terjadi, sampaikan pesannya padaku secepatnya."
"Dengan senang hati, Major."
"Maaf?" "'Elang' yang menelepon tadi sangat tak menyenangkan. Ia berteriak-teriak
mengenai janji temu yang seharusnya ditepati dan itu..."
Lin mendengarkan kutipan itu dan mengingat-ingat kalau selamat malam ini, ia
akan bicara dengan Edward McAllister mengenai etika bertelepon, terutama dalam
keadaan darurat. Gula menghasilkan ekspresi yang lembut, garam hanya
menghasilkan cibiran. "Ya, ya, aku mengerti, anak muda. Sebagaimana yang mungkin
-dikatakan para leluhur kita, 'Semoga paruh elang tertangkap di lubang
pemusnahan mereka.' Lakukan saja perintahku, dan sementara itu lima belas menit?dari sekarang panggil orang kita di Pagoda Cinema. Kalau ia menelepon, berikan
?nomor tak terdaftar tingkat empat dan sambungkan ke frekuensi ini, pengacak
masih diaktifkan, tentu saja."
'Tentu, Sir." Lin melaju ke timur di Hennessy Road, melewati Southom Park ke Fleming, di mana
ia berbelok ke selatan memasuki Johnston dan ke
AAA timur lagi di Burrows Street, menuju Pagoda Cinema. Ia membelokkan mobil
memasuki areal parkir, mengambil tempat yang disediakan untuk asisten manajer.
Ia menjejalkan kartu polisi di jendela depan, turun, dan beriari ke pintu. Hanya
ada beberapa orang di loket untuk pertunjukan tengah malam berjudul Lust in the
Orient, pilihan aneh untuk agen itu. Sekalipun begitu, agar tidak menarik
perhatian pada dirinya, karena ia hanya memiliki waktu enam menit, ia berdiri di
belakang tiga orang yang menunggu di depan loket. Sembilan puluh detik kemudian
ia membayar dan menerima karcisnya. la masuk ke dalam, memberikan karcis kepada
petugas, dan menyesuaikan matanya dengan kegelapan dan film pomo di layar. Film
itu memang pilihan hiburan yang aneh bagi orang yang tengah diujinya, tapi ia
telah bersumpah untuk tidak menjatuhkan penilaian, tidak membanding-bandingkan
satu tersangka dengan yang lain.
Tapi harus diakui, dalam kasus ini, hu sulit. Bukan karena ia menyukai orang
yang berada di suatu tempat di bioskop gelap itu, menyaksikan gimnastik seksual
para "aktor" bersama penonton lain yang penuh perhatian. Sejujurnya ia tidak
menyukai orang ini; ia hanya mengakui fakta bahwa orang ini termasuk yang
terbaik di bawah komandonya. Agen itu sombong dan tidak menyenangkan, tapi ia
juga berani. Sudah delapan belas bulan sejak ia membelot dari Beijing, setiap
jam di ibukota Komunis itu merupakan ancaman bagi keselamatannya. Ia perwira
tinggi dalam Pasukan Keamanan, memiliki akses informasi intelijen yang berharga.
Dan dalam pengorbanannya ia meninggalkan istri tercinta dan putrinya yang masih
kecil sewaktu melarikan diri ke selatan, melindungi mereka dengan mayat yang
hangus dan tercincang peluru, yang dipastikan akan diidentifikasi sebagai
dirinya pahlawan Cina yang tertembak dan kemudian dibakar segerombolan berandal
?dalam gelombang kejahatan yang baru-baru ini memuncak di Cina daratan. Sang ibu
dan putrinya aman, diberi pensiun oleh pemerintah, dan seperti semua pembelot
tingkat tinggi, ia menjalani pemeriksaan paling ketat yang dirancang untuk
menjebak penyusup potensial. Di sini kesombongannya telah membantunya. Ia tidak
berusaha menjilat; ia tidak mengada-ada dan sudah melakukan apa yang
dilakukannya untuk Ibu Pertiwi Cina. Pihak berwenang bisa menerimanya dengan
semua yang bisa ditawarkannya, atau ia akan mencari perlindungan di tempat lain.
Segala sesuatu sudah diperiksa kebenarannya, kecuali kesejahteraan istri dan
putrinya. Mereka tidak dirawat seperti yang diharapkan pembelot itu. Oleh karena
itu uang pun diselundupkan ke tempat kerja istrinya tanpa pemberitahuan.
Istrinya tidak mendapat penjelasan apa pun; kalau ada kecurigaan sekecil apa pun
bahwa suaminya masih hidup, ia bisa disiksa untuk mendapatkan informasi yang tak
dimilikinya, Profil mendalam orang seperti itu bukan proftl agen ganda, tak
peduli seleranya dalam memilih film.
Dengan begitu tersisa orang di Aberdeen, dan boleh diJcata ia agak membingungkan
bagi Lin. Agen itu Jebih tua daripada yang lain, pria kecil yang selalu
mengenakan pakaian rapi, orang yang logis dan mantan akuntan yang memiliki
kesetiaan begitu besar hingga Lin pernah hampir menjadikannya orang kepercayaan.
Tapi ia berhasil menahan diri sewaktu nyaris mengungkapkan hal-hal yang
seharusnya tidak boleh terungkap. Mungkio karena orang itu Jebih sebaya
dengannya hingga ia merasakan hubungan yang lebih kual.... Di sisi lain, samaran
apa yang lebih luar biasa bagi mata-mata dari Beijing" Menikah dengan wanita
Inggris, dan menjadi anggota Yacht Club yang kaya meJalui pernikahannya. Segala
sesuatu sudah berada di tempatnya; ia orang terhormat. Bagi Lin sangat
keterlaluan kalau kolega terdekatnya, orang yang menerapkan keteraturan dalam
kehidupan pribadinya, yang masih ingin menangkap orang Australia tukang bikin
ribut karena mempermalukan Capung, bisa dihubungi Sheng Chou Yang dan
dikorupsi.... Tidak, mustahil! Mungkin, pikir Major, sebaiknya ia kembali dan
memeriksa lebih jauh agen bebas tugas humoris yang ingin semua klien diberitahu
bahwa ia ada di Antartika, atau ayah kembar tiga yang kelebihan kerja dan
bersedia menjawab telepon untuk melarikan diri dari tugas-tugas rumah tangganya.
Spekulasi-spekulasi itu tidak metodis! Lin Wenzu menggeleng seolah-olah mengusir
pikiran itu dari kepalanya. Sekarang. Di sini. Konsentrasil Keputusannya yang
riba-tiba untuk bergerak muncul sewaktu melihat tangga. Ia berjalan ke sana dan menaiki anak tangga menuju balkon; ruang
proyektor berada tepat di depannya. Ia mengetuk pintu sekali dan masuk, berat
tubuhnya mematahkan selot murahan di pintu.
"Ting zhil" teriak petugas proyektor; seorang wanita di pangkuannya, tangan
petugas proyektor itu ada di balik roknya. Wanita muda itu melompat menjauh dan
berpaling ke dinding. "Polisi Kerajaan," kata Major sambil menunjukkan kartu identitasnya. "Dan aku
tidak bermaksud mencelakai kalian berdua, percayalah."
"Sudah seharusnya!" jawab tukang proyektor itu. "Ini bukan tempat sembahyang."
"Mungkin bisa diperdebatkan, tapi ini jelas bukan gereja." "Kami beroperasi
berdasarkan izin yang sudah dibayar penuh '-' "Aku tidak mendebatnya, Sir," ?sela Lin. "Kerajaan hanya membutuhkan bantuan, dan tidak ada ruginya bagimu
untuk mem bantu." "Bantuan apa?" tanya pria itu sambil berdiri, dengan gusar mengawasi wanita
rnenyeunap pergi melalui pintu.
"Hentikan film itu selama, katakanlah, tiga puluh detik, dan hidupkan lampunya.
Beritahu para penonton bahwa filmnya purus dan akan segera diperbaiki."
Petugas proyektor itu mengernyit. "Filmnya hampir selesai. Mereka akan marah!"
Yang penting lampunya menyala. Lakukanr
Proyektor berhenti berputar diiringi desiran, lampu-larapu menyala, jan
pengumuman disampaikan melalui pengeras suara. Petugas proyektor itu benar.
Makian-makian menggema di seluruh gedung bioskop, diiringi lambaian tangan dan
puluhan jari tengah yang diacungkan. Lin mengamati para penonton dari kiri ke
?kanan, baris demi baris.
Di sana.... Ada dua orang agen itu tengah mencondongkan tubuh ke depan, berbicara
?dengan seseorang yang belum pernah dilihat Lin Wenzu. Mayor itu memandang
arlojinya, lalu berpaling kepada petugas proyektor. "Ada telepon umum di bawah?"
"Ada, kalau sedang tidak rusak."
"Sekarang rusak, tidak?"
"Aku tidak tahu."
"Di mana?" "Di bawah tangga."
'Terima kasih. Putar filmnya enam puluh detik lagi." "Katamu tadi tiga puluh!"
"Aku berubah pikiran. Dan kau menikmati pekerjaan yang bagus karena punya izin,
bukan?" "Tapi penonton di bawah itu hewan semua!"
"Ganjal pintunya dengan kursi," perintah Lin sambil berjalan keluar. "Kuncinya
rusak." Di lobi di bawah tangga, Major melewati telepon umum yang terbuka. Hampir tanpa
berhenti sesaat pun, ia mencabut kabel spiralnya dari kotak, lalu terus keluar
gedung menuju mobilnya, berhenti saat melihat telepon umum di seberang jalan. Ia
berlari ke sana dan membaca nomomya, langsung menghafalnya, dan berlari kembali
ke mobil. Ia masuk ke mobil dan memandang arloji; ia memundurkan mobil, meluncur
ke jalan, dan memarkirnya beberapa puluh meter sesudah bioskop. Ia memadamkan
lampu depan mobil dan mengawasi pintu masuk bioskop.
Satu menit lima belas detik kemudian pembelot dari Beijing muncul, memandang ke
kanan terlebih dulu, lalu ke kiri, jelas tampak gelisah. Lalu ia memandang lurus
ke depan, melihat apa yang ingin dilihatnya, apa yang diharapkan Lin akan
dilihatnya, karena telepon di bioskop tidak bekerja. Ia melihat telepon umum di
seberang jalan. Lin memutar nomornya sementara anak buahnya berlari ke sana,
masuk ke bilik plastik yang menghadap ke jalan. Telepon itu berdering sebelum ia
sempat memasukkan koin. "Xun su! Xiao XV." Lin batuk sambil berbisik. "Aku tahu kau akan fflenemukan
teleponnya! Sheng! Kontak sekarang juga! Safir hilangPl Ia meletakkan kembali
mikrofonnya, tapi membiarkan tangannya di instrumen itu, menduga akan segera
mengambilnya kalau telepon agen itu masuk ke jalur pribadinya.
Panggilan telepon itu tidak datang. Lin berpaling di kursinya dan memandang
bilik piastik terbuka di seberang jalan. Agen itu memutar nomor lain, tapi si
pembelot tidak sedang bicara dengannya. Ia tidak perlu pergi ke Aberdeen.
Mayor itu diam-diam turun dari mobil, menyeberangi jalan menuju keremangan
rrotoar terjauh. dan melangkah ke telepon umum itu. Ia tetap berada di sana,
bergerak lambat, sebisa mungkin tidak menarik perhatian orang terhadap sosoknya
yang besar. Diam-diam ia memaki, seperti yang sering dilakukannya, gen-gen yang
menghasilkan sosok berukuran super seperti dirinya. Sambil tetap bertahan di
keremangan, ia mendekati telepon umum itu. Pembelot tersebut tiga meter jauhnya,
memunggungi Lin, berbicara penuh semangat, setiap kalimatnya mengandung
kejengkelan. "Siapa Safir" Kenapa telepon ini" Kenapa ia menghubungi aku"... Tidak, sudah
kukatakan, ia menggunakan nama pemimpin!... Ya, benar, namanya! Bukan sandi, bukan
simbol! Itu gilaP' Lin Wenzu mendengar semua yang perlu didengarnya. Ia mencabut pistol otomatis
dinasnya dan keluar dari kegelapan.
"Filmnya dihentikan dan mereka menghidupkan lampu! Kontakku dan aku "?'Tutup teleponnya!" perintah Major. Pembelot itu berbalik cepat. "Kau!"
jeritnya. Lin menerjang pria itu, sosoknya yang besar menjepit agen ganda itu di dalam
bilik piastik sementara ia menyambar telepon, menghancurkannya di kotak
logamnya. "Cukup!" raungnya.
Tiba-tiba, ia merasakan pisau mengiris perutnya diiringi rasa panas sedingin es.
Pembelot itu berjongkok, pisau di tangan kiri, dan Lin meremas picunya. Bunyi
letusan menggema di jalan yang sunyi saat pengkhianat itu jatuh ke trotoar,
tenggorokannya tercabik sebutir peluru, darah menyembur membasahi bajunya,
mengotori semen di bawahnya.
"Ni made!" jerit seseorang di sebelah kiri Major, memakinya. Itu orang kedua,
kontak yang berada di dalam bioskop, bercakap-cakap dengan si pembelot Ia
mengangkat sepucuk pistol dan menembak saat Major menerjang, dan dada Lin yang
besar dan berlumuran darah menimpa pria itu bagai sebongkah dinding. Daging di
dada kanan atas Lin tercabik, tapi pembunuh hu kehilangan keseimbangan. Major
menembakkan pistomya; pria itu jatuh sambil mencengkeram mata kanannya. Ia
tewas. itu Di seberang jalan, film porno telah berakhir dan orang-orang
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berhamburan ke jalan, cemberut, marah, mengumpat. Dengan apa yang tersisa dari
kekuatannya yang luar biasa, Lin yang terluka parah mengangkat mayat kedua
sekongkol itu dan setengah menyeret, setengah memondong keduanya ke mobil.
Beberapa penonton Pagoda mengawasinya dengan tatapan nanar atau tak tertarik.
Yang mereka lihat adalah kenyataan yang tak bisa mereka terima ataupun pahami.
Pemandangan itu melebihi fantasi mereka yang terbatas.
Alex Conklin bangkit dari kursi dan tertatih-tatih dengan ribut ke jendela besar
yang gelap. "Kau ingin aku bilang apa?" tanyanya sambil berbalik dan memandang
Ambassador. "Bahwa mengingat situasinya aku sudah mengambil saw-satunya jalan yang terbuka
bagiku, satu-satunya cara yang bisa merekrut Jason Bourne." Havilland mengangkat
tangannya. "Sebelum kaujawab, aku harus memberitahumu sejujumya bahwa Staples
tidak menyetujui pendapatku. Ia merasa aku seharusnya meminta pada David secara
langsung. Bagaimanapun juga, David ahli Timur Jauh, yang akan memahami
pertaruhannya, tragedi yang bisa timbul."
"Wanita itu sinting," kata Alex. "David akan bilang persetan."
'Terima kasih untuk itu." Diplomat itu mengangguk.
'Tunggu duhi," sela Conklin. "la akan menolakmu bukan karena ia menganggapmu
keliru, tapi karena menurutnya ia tidak bisa melakukannya. Yang
kaulakukan menculik Marie darinya adalah untuk memaksanya kembali menjadi ? ?seseorang yang ingin dilupakannya."
"Oh?" "Kau benar-benar haram jadah, kau haram jadah."
Sirene tiba-tiba terdengar memekakkan telinga, berdering di seluruh rumah dan
lahan yang luas itu, sementara lampu-lampu sorot berputar-putar di jendelajendela. Letusan pistol mengiringi suara logam hancur sementara roda-roda
berdecit di luar. Duta besar dan orang CIA itu tiarap di lantai; dalam beberapa
detik semuanya berakhir. Keduanya berdiri saat pintu didobrak. Dengan dada dan
perut berlumuran darah, Lin Wenzu terhuyung-huyung masuk, membawa dua mayat di
ketiaknya. "Ini pengkhianat Anda, Sir," kata Major Lin sambil menjatuhkan kedua mayat itu.
"Dan seorang koleganya. Dengan begini, aku yakin kita sudah memutuskan hubungan
antara Capung dengan Sheng " Mata Wenzu berputar ke atas hingga hanya putifarya
?yang terlihat Napasnya tersentak dan. ia jatuh ke lantai.
"Panggil ambulansT teriak Havilland pada orang-orang yang berkerumun di pintu.
"Ambil perban, selotip, handuk, antiseptik demi Tuhan, apa saja yang bisa
?kautemukanr teriak Conklin, tertatih-tatih, bergegas menghampiri laki-laki Cina
yang jatuh itu. "Hentikan perdarahan itu!"29
BoURNE duduk dalam bayang-bayang yang berkelebatan di kursi belakang, cahaya
bulan sesekali menerobos, menciptakan ledakan cahaya singkat dan kegelapan yang
sama singkatnya di dalam mobil. Pada saat-saat yang tak teratur dan tak terduga,
ia mencondongkan tubuh ke depan dan menekankan laras pistol ke tengkuk
tawanannya. "Kalau kau coba-coba keluar dan jalan, akan ada sebutir peluru di
kepalamu. Kau mengerti?"
Dan selalu terdengar jawaban yang sama, atau variasinya, diucapkan dengan aksen
Inggris kental. "Aku bukan orang bodoh. Kau di belakangku dan membawa senjata,
dan aku tidak bisa melihatmu."
Jason telah mematahkan gagang kaca spion tengah, yang patah dengan mudah. "Kalau
begitu akulah matamu di belakang sini, ingat itu. Aku juga bisa jadi akhir
hidupmu." "Mengerti," ulang mantan perwira Royal Commando itu tanpa ekspresi.
Dengan peta jalan pemerintah terbentang di pangkuannya, lampu senter ditangkup
dengan tangan kiri, pistol di tangan kanan, Bourne mempelajari jalan-jalan
menuju selatan. Seiring berlalunya setiap setengah jam dan penanda jalan yang
dilalui, Jason memahami waktu tidak memihak kepadanya. Sekalipun lengan kanan
pembunuh bayaran itu sudah dilumpuhkan secara efektif, Bourne tahu ia tidak
sebanding dengan pria yang lebih muda dan lebih kuat dengan stamina luar biasa
itu. Kekerasan terkonsentrasi selama tiga hari terakhir telah menguras dirinya,
secara fisik, mental, dan entah ia mengakuinya atau tidak emosional. Dan meski? ?Jason Bourne tidak perlu mengakuinya, David Webb menyatakan perasaan itu dengan
setiap keberadaan emosionalnya. Sang sarjana haws ditahan, jauh di dalam
dirinya, suaranya hams dibungkam.
Jangan ganggu aku! Kau tidak berguna bagiku!
Sesekali Jason merasakan kelopaknya matanya yang be rat nyaris menutup. Ia
menyentakkannya hingga terbuka dan menyiksa bagian tubuhnya, mencubit sekeraskerasnya kulit yang peka di paha dalam atau menancapkan kuku-kukunya ke bibir,
menciptakan sakit menyengat untuk
mengusir kelelahan. Ia mengenali kondisi ini hanya orang bodoh dengan
?kecenderungan bunuh diri yang tidak mengenalinya padahal tidak ada
?waktu atau tempat untuk memulihkannya dengan moto yang dicurinya dari Echo
Medusa. Istirahat adalah senjata, jangan pernah lupa. Lupa-kanlah, Echo... Echo
yang pemberani... tidak ada waktu untuk istirahat,
tidak ada tempat. Dan sekalipun ia mengakui penilaiannya terhadap dirinya sendiri, ia juga harus
menerima penilaiannya atas tawanannya. Pembunuh itu sangat siaga; ketajamannya
terlihat dalam keahliannya mengemudi, kareria Jason menuntut kecepatan tinggi di
jalan yang asing dan tidak dikenali. Hal itu terlihat dari kepalanya yang terus
bergerak, dan di matanya setiap kali Bourne melihatnya. Dan ia sering melihatnya
sewaktu mengarahkan pembunuh bayaran itu agar mengurangi kecepatan dan mencaricari jalan simpangan di sebelah kiri atau kanan. Peniru itu bergeser di
kursinya ciri-ciri wajah yang begitu familier selalu mengejutkan Jason dan
? ?bertanya apakah jalan di depan adalah yang diinginkan "matanya". Pertanyaan itu
berlebihan; mantan Commando itu tak henti menilai kondisi fisik dan mental
penawannya. Ia pembunuh terlatih, mesin mematikan yang tahu bahwa bertahan hidup
tergantung pada mengambil keuntungan atas musuhnya. Ia sedang menunggu,
mengawasi, mengantisipasi, saat kelopak mata musuhnya terpejam sejenak atau saat
senjatanya tiba-tiba jatuh ke lantai, atau kepala musuhnya mungkin miring
sedetik ke kenyamanan kursi belakang. Itulah tanda-tanda yang dinantikannya,
kelengahan yang bisa dimanfaatkan untuk mengubah situasi. Oleh karena itu
pertahanan Bourne tergantung pada benaknya, melakukan yang tak terduga agar
keseimbangan psikologis tetap berada di pihaknya. Berapa lama hal itu bisa
bertahan berapa lama dirinya bisa bertahan"
?Waktu menjadi musuhnya, pembunuh bayaran di depannya merupakan masalah sekunder.
Di masa lalu masa lalu yang samar-samar diingatnya ia pemah menghadapi para
? ?pembunuh, memanipulasi mereka, karena mereka manusia yang bisa menjadi sasaran
manuver imajinasinya. Astaga, akhimya - semua begitu! Begitu sederhana, begitu
logis dan ia begitu lelah.... Benaknya. Tidak ada lagi yang tersisa! Ia harus
?terus berpikir, harus terus menyodok-nyodok imajinasinya dan memaksanya bekerja.
Keseimbangan, keseimbangan! Ia harus mempertahankan keseimbangan di pihaknya!
Pilar. Bertindaklah. Lakukan yang tak terduga!
Ia mencabut peredam senjatanya, mengarahkan pistol ke jendela kanan depan yang
tertutup, dan menarik picunya. Letusan terdengar memekakkan telinga, bergetar di
kabin mobil yang tertutup, sementara kaca pecah berhamburan, tertiup keluar ke
udara malam yang melaju kencang.
"Untuk apa itu?" jerit si pembunuh-peniru sambil mencengkeram kemudi, berusaha
meraih kendali yang sempat lepas sejenak.
"Untuk mengajarimu tentang keseimbangan," jawab Jason. "Kau harus
mengerti bahwa aku tidak seimbang. Tembakan berikutnya bisa saja meledakkan
kepalamu!" "Kau benar-benar sinttng
"Aku senang kau mengerti."
Peta. Salah satu aspek beradab mengenai peta jalan RRC dan konsisten dengan ?kualitas kendarannya adalah bintang tanda bengkel-bengkel yang buka 24 jam di
?sepanjang rute-rute utama. Tanda itu sangat penting; orang hanya perlu
memikirkan kebingungan yang terjadi kalau ada kendaraan militer atau pejabat
yang mogok di tengah jalan. Dan itu seperti berkat dari surga bagi Bourne.
"Ada pompa bensin sekitar empat mil lagi di jalan ini," katanya kepada pembunuh
bayaran itu kepada Jason Bourne, pikirnya. "Berhenti dan isi bahan bakar, tapi
?jangan mengatakah apa-apa bodoh akibatnya kalau kaucoba, karena kau jelas tidak
?menguasai bahasanya. Kau hanya menghafalkan beberapa kata yang kaubutuhkan."
"Kau bisa?" "Itu sebabnya aku ini asli dan kau palsu." "Makan saja omong kosongmu, Mr.
Original!" Jason kembali menembakkan pistolnya, meledakkan sisa kaca jendela.
"Palsu!" teriaknya, suaranya mengatasi deru angin. "Ingat itu." Waktu adalah
musuh. Dalam hati ia mengingat-ingat apa yang dimilikinya, dan itu tidak banyak Uang
merupakan amunisi utamanya; ia memiliki lebih daripada yang bisa diperoleh
seratus orang Cina dalam seratus kali kehidupan, tapi uang saja bukanlah
jawaban. Waktulah jawabannya. Kalau ada jalan keluar dari daratan Cina yang luas
ini, jalan itu melalui udara, bukan darat. Ia tidak akan bertahan selama itu.
Sekali lagi, ia mempelajari peta. Butuh waktu tiga belas hingga lima be las jam
untuk mencapai Shanghai kalau mobil ini bertahan, kalau ia sendiri bertahan,
?kalau mereka bisa melewati pos pemeriksaan provinsi yang ia tahu telah
disiagakan untuk orang Barat. atau dua orang Barat yang berusaha lewat. Ia akan
ditangkap- mereka akan ditangkap. Dan kalaupun mereka bisa mencapai Shanghai,
?dengan bandaranya yang relatif santai, berapa banyak komplikasi yang akan
timbul" Ada pilihan selalu ada pilihan. Memang gila-gilaari, tapi hanya itu yang
?tersisa.Waktu adalah musuh. Lakukanlah. Tidak ada pilihan lain.
Ia melingkari simbol kccil di tepi kota Jinan. Bandara.
Fajar. Di mana-mana basah. Tanah, rerumputan tinggi, dan pagar logarn mengilat
akibat embun pagi. Landasan tunggal di baliknya bagaikan palang hitam mengilat
yang membelah padang rumput yang dipotong
4512 pendek, setengah hijau akibat embun hari ini, setengah cokelat akibat
terpanggang cahaya matahari kemarin. Sedan Shanghai itu menyimpang jauh dari
jalan bandara, sejauh pembunuh bayaran itu bisa mengemudi-kannya, sekali lagi
tertutup sesemakan. Peniru itu dilumpuhkan lagi, sekarang ibu jarinya. Dengan
menekankan pistol ke dahi kanannya, Jason menyuruh pembunuh bayaran itu
menggulung kawat menjadi simpul ganda di sekeliling tiap ibu jari, lalu ia
memotong penggnlungnya dengan pemotong kawat, membentangkan kawat ke belakang
dan melilitkan kedua utas yang tersisa ke pergelangan tangan pembunuh itu.
Seperti yang didapati Commando itu, tekanan sesedikit apa pun, seperti memimtir
atau memisahkan tangannya, akan menyebabkan kawatnya melesak semakin dalam di
dagingnya. "Kalau jadi kau," kata Bourne, "aku akan berhati-hati. Bisa kaubayangkan
bagaimana rasanya tidak punya ibu jari" Atau kalau pergelanganmu terpotong?"
"Sok pintar!" "Percayalah." Di seberang landasan ada lampu menyala di dalam gedung satu lantai dengan
deretah jendela sepanjang sisinya. Bangunan itu semacam barak, desainnya
sederhana dan fungsional. Lalu ada lampu-lampu lain bohlam telanjang, cahayanya?menyilaukan. Barak. Jason meraih gulungan kain yang telah dipindahkan dari
punggung bawahnya ia membuka ikatannya, membentangkan kain di atas rerumputan,
dan memisah-misahkannya Ada sehelai jas Mao besar, celana panjang kusut yang
kebesaran, dan topi kain berlidah yang menjadi perlengkapan standar pakaian itu.
Ia mengenakan topi dan jas, mengancingkan jasnya di luar sweter gelapnya, lalu
berdiri dan mengenakan celana panjang di luar celananya sendiri. Seutas sabuk
kain mengikat celana itu. Ia meratakan jas yang menggembung di atas celananya,
dan berpaling pada pembunuh bayaran itu, yang mengawasinya dengan tertegun dan
ingin tahu. "Pergilah ke pagar," kata Jason sambil membungkuk dan mengaduk-aduk ranselnya.
"Berlutut dan bersandarlah ke sana," lanjutnya sambil mengeluarkan seutas tali
nilon tipis sepanjang satu setengah meter. 'Tekankan wajahmu ke pagar. Mata di
depan! Cepat!" Pembunuh itu mematuhi perintahnya, kedua tangan yang terikat tampak kikuk dan
menyakitkan di antara tubuhnya dan pagar, kepalanya tertekan ke pagar kawat
Bourne bergegas mendekat dan dengan cepat menyelipkan tali ke pagar di sebelah
kanan leher pembunuh itn, dan dengan jari keluar dari sela-sela kawat ia
melintangkan tali di depan wajah si Commando dan menariknya keluar kembali Ia
mengencangkannya dan menyimpulnya di belakang kepala pembunuh bayaran itu. Ia
bekerja cepat dan tak terduga hingga mantan perwira itu tidak sempat mengatakan
apa-apa sebelum menyadari apa yang telah terjadi. "Apa yang kau
"Seperti komentar roaniak itu tentang d'Anjou sebelum memenggai kepalanya, kau
tidak akan ke mana-mana, Major."
"Kau akan meninggalkanku di sini?" tanya pembunuh itu, tertegun.
"Jangan bodoh. Kita berada dalam sistem pertemanan. Ke mana aku pergi, kau ikut.
Sebenarnya, kau yang lebih dulu."
"Ke mana?" "Melewati pagar," kata Jason, sambil mengeluarkan pemotong kawat dari dalam
ransel. Ia mulai memotong pola di sekeliling dada pembunuh bayaran itu, lega
karena sambungan kawatnya tidak setebal sambungan kawat di suaka burung. Setelah
pola itu lengkap, Bourne mundur dan mengangkat kaki kanannya, meletakkannya di
antara tulang bahu si peniru. Ia menjejakkan kakinya. Si pembunuh dan pagamya
jatuh ke rerumputan di sisi seberang.
"Astaga!" seru Commando itu kesakitan. "Kau memang lucu sekali, ya?"
"Aku tidak merasa gembira sedikit pun," jawab Jason. "Setiap langkah yang
kuambil sangat tidak lucu, sangat serius. Bangun dan pelankan
suaramu." "Demi Tuhan, aku terikat ke pagar sialan ini!"
"Pagamya sudah lepas. Bangun dan berbaliklah." Dengan kikuk, pembunuh bayaran
itu bangkit berdiri. Bourne mengamati hasil kerjanya: potongan pagar kawat yang
menempel di tubuh bagian atas si pembunuh dan seakan-akan ditahan oleh hiduhg
yang menonjol itu memang kelihatan lucu. Tapi alasan keberadaannya di sana tidak
lucu sama sekali. Semua risiko hanya bisa dibilangkan dengan si pembunuh
diamankan dengan cara itu. Jason tidak bisa mengendalikan yang tidak bisa
dilihatnya, dan yang tidak bisa dilihatnya bisa menyebabkan ia kehilangan
nyawa.... Jauh lebih penting lagi, nyawa istri David Webb bahkan nyawa David ?Webb. Menjauhlah dariku! Jangan ikut campur! Kita sudah terlah dekat!
Bourne mengulurkan tangan dan menarik simpul hingga lepas, memegangi salah satu
ujung tali. Pagamya jatuh, namun sebelum pembunuh bayaran itu sempat
menyesuaikan diri, Jason melilitkan tali di sekeliling kepalanya, mengangkatnya
sehingga melintang di mulut pembunuh itu. Ia menariknya erat-erat, lebih erat,
mengangakan rahang pembunuh bayaran itu hingga terlihat lubang hitam yang
dibatasi deretan gigi putih. kulitnya terentang kencang, suara-suara yang tidak
bisa dipahami terlontar dari tenggorokannya.
"Aku tidak bisa menerima pujian untuk ini, Major," kata Bourne sambil
menyimpulkan tali nilon. tipis itu, sekitar tiga puluh inci sisanya menjuntai
bebas. "Aku melihat d'Anjou dan yang lainnya. Mereka tidak bisa bicara, mereka
hanya bisa tercekik muntahannya sendiri. Kau juga melihat mereka, dan kau
menyeringai. Bagaimana rasanya, Major"... Oh,
aku lupa, kau tidak bisa menjawab, bukan?" Ia mendorong pembunuh bayaran itu,
lalu mencengkeram bahunya, mengarahkannya ke kiri.."Kita kitari tepi landasan,"
katanya. "Jalan!"
Saat mereka mengitari rerumputan landasan, tetap berada dalam bayang-bayang tepi
landasan, Jason mempelajari bandara yang relatif primitif itu. Di belakang barak
terdapat bangunan bundar kecil yang sebagian besar terbuat dari kaca, tapi tidak
ada cahaya yang terpancar kecuali dari struktur persegi kecil yang terletak di
tengah-tengah atapnya. Bangunan itu terminal Jinan, pikirnya, bangunan persegi
remang-remang di atasnya adalah menara pengendali. Di sebelah kiri barak
sedikitnya enam puluh meter ke barat, terdapat hangar perawatan yang gelap,
terbuka, dan berlangit-langit tinggi, tangga beroda dekat pintu-pintunya yang
lebar memantulkan cahaya pertama. Hangar itu tampaknya kosong, km masih berada
di kamar mereka. Di batas selatan padang, di kedua sisi landasan dan hampirhampir tak bisa dibedakan, terdapat lima pesawat, semuanya pesawat baling-baling
dan tidak mengesankan. Bandara Jinan merupakan lapangan terbang sekunder, bahkan
tersier, tidak ragu lagi sedang di-tingkatkan statusnya, seperti yang banyak
dilakukan pada bandara-bandara di Cina untuk tujuan investasi asing, tapi
bandara itu masih jauh dari status intemasional. Namun demikian, koridor udara
merupakan kanal-kanal di langit dan tidak terpengaruh kosmetika maupun keajaiban
tekn'ologi bandara. Orang hanya perlu memasuki kanal-kanal itu dan melaju tetap
pada jalurnya. Langit tidak mengenal perbatasan; hanya manusia dan mesin yang
terpaku di darat yang mengakuinya. Dikombi-nasikan, keduanya menjadi masalah
yang berbeda. "Kite ke hangar," bisik Jason sambil menyodok punggung Commando itu. "Ingat,
kalau kau bersuara, aku tidak perlu membunuhmu mereka yang akan melakukannya.
?Dan aku akan mendapat kesempatan untuk meloloskan diri karena kau yang
memberikannya padaku. Jangan ragukan itu. Tiarapr
Tiga puluh meter jauhnya seorang penjaga berjalan keluar dari bangunan raksasa
itu, sepucuk senapan tersandang di bahu, lengannya terentang saat dadanya
dipenuhi kuap. Bourne tahu sudah tiba saatnya beraksi; kesempatan yang lebih
baik mungkin tidak akan datang sendiri. Pembunuh bayaran itu tiarap tak
bergerak, tangannya yang terikat kawat berada di bawahnya, mulutnya yang
temganga menekan tanah. Sambil menyambar tali nilon yang kendur, Jason
mencengkeram rambut pembunuh itu, menyentakkan kepalanya, dan melilitkan tali
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dua kali di leher Commando itu. "Kalau bergerak, kau akan tercekik," bisik
Bourne, sambil bangkit berdiri.
Diam-diam ia berlari ke dinding hangar, lalu dengan cepat melangkah ke sudut dan
mengintip. Penjaga itu hampir tak bergerak. Lalu Jason mengerti penjaga itu
?sedang kencing. Sangat wajar dan sangat sempurna.
Bourne menjauhi hangar, menjejakkan kaki kanan ke rerumputan dan melesat maju,
senjatanya adalah tangan kanan yang kaku didului kaki kiri yang terayun
melengkung menyerang pangkal tulang punggung penjaga itu. Pria itu jatuh, tak
sadarkan diri. Jason menyeretnya ke sadut hangar, lalu menyeberangi rerumputan
tempat si pembunuh bayaran tergeletak diam, takut bergerak.
"Kau mulai belajar, Major," kata Bourne, sekali lagi mencengkeram rambut
pembunuh itu dan menarik tali nilon dari sekeliling lehernya. Tali yang
dililitkan tidak akan mencekik peniru itu, sama seperti kain kendur yang
dililitkan di leher seseorang, dan fakta itu memberitahukan sesuatu pada Delta.
Tawanannya tidak bisa berpikir secara geometris; tekanan bukan hal penting dalam
imajinasi pembunuh ini, hanya ancaman kematian yang diucapkan. Informasi yang
patut diingat-ingat. "Bangun," kata Jason. Pembunuh bayaran itu mematuhinya,
mulumya yang ternganga mengturup udara, pandangannya penuh kebencian. "Pikirkan
Echo," kata Bourne, pandangannya membalas kebencian pembunuh' itu. "Maaf,
maksudku d'Anjou. Orang yang sudah mengembalikan kehidupanmu padamu suatu ?kehidupan, model apa pun, yang tampaknya mulai kau-nikmati. Ingat Pygmalion-mu,
old chap!... Sekarang dengarkan aku, dan dengarkan baik-baik. Kau mau talinya
dilepaskan?" "Auggh!" geram pembunuh bayaran itu, mengangguk-angguk, pandangannya berubah
dari benci menjadi memohon. "Dan ibu jarimu dilepaskan?" "Auggh, auggh!"
"Kau bukan gerilyawan, kau gorila," kata Jason sambil mencabut pistol otomatis
dari sabuknya, "Tapi seperti yang sering kami ucapkan di masa lalu sebelum
?waktumu tiba, chap ada 'persyaratan'. Begini, entah kita berdua keluar dari
?sini dalam keadaan hidup, atau kita menghilang, tubuh fana kita dilalap api
Cina, tidak ada masa lalu, tidak ada masa kini tidak ada yang menoleh ke
?belakang untuk melihat kontribusi nol kita pada masyarakat.... Kulihat aku
membuatmu bosan. Maaf, lupakan saja."
"Auggh!" "Oke, kalau kau memaksa. Sudah sewajarnya, aku tidak akan memberimu senjata, dan
kalau kulihat kau mencoba merebut senjata, kau mati. Tapi kalau kau menjaga
sikapmu, kita mungkin mungkin bisa loios. Yang ingin kukatakan padamu, Mr.
? ?Bourne, siapa pun klienmu di sini tidak akan membiarkanmu, dan aku, tetap hidup.
Mengerti" Dig" Capisce?"
"Auggh!" "Satu hal lagi," tarn bah Jason sambil menarik-narik tali yang menjuntai di bahu
Commando itu. "Ini nilon, atau polyurethane, atau apa pun namanya. Kalau
terbakar, bahan ini membengkak seperti marshmallow,
456 tidak mungkin kau bisa membuka ikatannya. Tali ini akan menempel pada kedua
pergelangan kakimu, kedua simpulnya meleleh dan menyatu. Jangkauan langkahmu
hanya sekitar satu setengah meter itu karena aku
?tekaisi. Jelas?" Pembunuh bayaran itu mengangguk, dan Bourne melesat ke kanan, menendang belakang
lutut si Commando, menjatuhkan peniru itu ke tanah, ibu jarinya yang terikat
berdarah. Jason berlutut, pistol di tangan kiri ditekankan ke mulut pembunuh
itu, jemari tangan kanannya membuka simpul di belakang kepala. .
"Tuhan Mahabesar!" seru pembunuh bayaran itu begitu talinya lepas.
"Aku senang kau orang yang religius," kata Bourne sambil menjatuhkan senjata dan
dengan cepat melilitkan tali di pergelangan kaki si pembunuh, disimpul di
masing-masing kaki; ia menyalakan pemantik dan membakar ujung-ujung tali. "Kau
mungkin membutubkannya." Ia mengambil pistol, mengacungkannya ke kening pembunuh
itu, dan membuka lilitan kawat di pergelangan tangan tawanannya. "Tanggalkan
sendiri sisanya," katanya. "Hati-hati dengan ibu jarimu, sudah terluka."
"Lengan kananku juga tidak berfimgsi!" sembur orang Inggris itu sambil berjuang
menanggalkan ikatannya. Setelah tangannya bebas, pembunuh bayaran itu
menggoyang-goyangkannya, lalu mengisap darah dari lukanya. "Kau membawa kotak
ajaib, Mr. Bourne?" tanyanya.
'Tak pemah jauh dariku, Mr. Bourne," jawab Jason. "Apa yang kaubutuhkan?"
"Plester. Jemariku berdarah. Namanya gravitasi."
'Tendidikanmu baik." Bourne mengulurkan tangan ke belakangnya meraih ransel dan
menariknya ke depan, menjatuhkannya di depan si Commando, pistolnya terarah ke
kepala pembunuh. "Can sendiri. Gulungan di bagian atas."
"Dapat," kata pembunuh bayaran itu, mengambil plester dan dengan cepat
melilitkannya di ibu jari. 'Tadi itu tindakan busuk terhadap orang lain,"
tambahnya sesudahnya "Pikirkan d'Anjou," kata Jason datar.
"Ia ingin mati, demi Tuhan! Apa yang harus kulakukan?"
Tidak ada. Karena kau bukan apa-apa"
"Well, kalau begitu, aku jadi sejajar denganmu, bukan, sport" ia membuatku jadi
dirimuH "Kau tidak berbakat," kata Jason Bourne. "Kau kurang. Kau tidak
bisa berpikir secara geometris." "Apa itu artinya?"
"Pikirkanlah." Delta bangkit berdiri. "Bangun," katanya. "Katakan," kata
pembunuh bayaran its sambil berdiri dari tanah dan menatap senjata yang
diarahkan ke kepalanya. "Kenapa aku" Kenapa
kau keluar dari bisnis ini?".
"Karena aku tidak pemah terjun ke dalamnya." Tiba-tiba, lampu sorot satu derrti?satu mulai menerangi lapangan, dan dengan satu sorotan terang, lampu-lampu
?kuning penanda muncul di sepanjang landasan. Orang-orang berlarian keluar dari
barak, beberapa mehuju hangar, lainnya menuju belakang bangsal mereka, tempat
mesin-mesin kendaraan yang tak terlihat tiba-tiba meraung. Lampu-lampu terminal
dinyalakan; kegiatan seketika timbul di mana-mana.
'Tanggalkan jaket dan topinya," perintah Bourne sambil menunjuk penjaga yang
pingsan dengan pistolnya. "Pakai."
'Tidak cukup!" "Kau bisa mengubahnya di Savile Row. Cepat. Peniru itu mematuhi perintah, lengan
kanannya begitu merepotkan hingga Jason terpaksa memegangi lengan bajunya.
Bourne mendorong Commando itu dengan pistol. Mereka berlari ke dinding hangar,
lalu bergerak hati-hati ke balik bangunan.
"Kita sepakat?" tanya Bourne, berbisik, sambil memandang wajah yang begitu mirip
wajahnya sendiri bertahun-tahun yang lalu. "Kita keluar atau kita mati?"
"Mengerti," jawab Commando itu. "Keparat tukang menjerit-jerit dengan pedang
bagus itu benar-benar sinting. Aku ingin keluar!"
"Reaksi itu tidak tampak di wajahmu tadi."
"Kalau kutunjukkan, maniak itu mungkin akan menyerangku!"
"Siapa orang itu?"
'Tidak pernah tahu namanya Hanya serangkaian koneksi untuk menghubunginya Yang
pertama orang di garnisun Guangdong bemama Soo
Jiang "?"Aku pemah dengar nama itu. Mereka memanggilnya Babi." "Mungkin benar, aku tidak
tahu." "Lalu apa?"
"Nomor telepon ditinggalkan di Meja Lima di kasino " "Kam Pek, Macao," sela
?Jason. "Lalu apa?"
"Kuhubungi nomor itu dan berbicara bahasa Prancis. Soo Jiang ini salah satu dari
sedikit mata sipit yang menguasai bahasa tersebut. Ia mengatur waktu pertemuan;
selalu di tempat yang sama. Aku menyeberangi perbatasan ke tanah lapang di
perbukitan tempat helikopter datang dan seseorang memberiku nama sasarannya. Dan
separo bayaran atas pem bunuhan itu.... Lihat! Pesawatnya datang! Berputar-putar
untuk mendarat." "Pistolku di kepalamu."
"Mengerti." "Apakah pelatihanmu termasuk menerbangkan pesawat?" 'Tidak. Hanya melompat
keluar darinya." "Tidak ada gunanya bagi kita."
Pesawat yang datang itu, lampu merahnya berkedip-kedip di sayap,
458 melandai turun, dari langit yang semakin terang ke arah landasan. Pesawat jet
itu mendarat dengan mulus. Meluncur ke ujung aspal,
berbelok ke kanan, dan kembali menuju terminal.
"Kai guan qi you!" teriak seseorang dari depan hangar, orang itu menunjuk ketiga
truk bahan bakar di samping hangar, menjelaskan mana
yang digunakan. "Mereka mengisi bahan bakar," kata Jason. 'Tesawat itu akan lepas
landas lagi. Kita naik ke sana." Pembunuh bayaran itu berpaling, wajahnya wajah
?itu memohon. ?"Demi Tuhan, beri aku pisau, apa saja' Tidak."
"Aku bisa membantur "Ini pertunjukanku, Major, bukan pertunjukanmu. Dengan pisau kau akan membelah
perutku. Tidak bisa, chap."
"Da long xia!" jerit orang yang tadi di depan hangar, menyebut pejabat
pemerintah dengan istilah udang besar. "Fang song," lanjutnya, menyuruh semua
orang untuk santai, bahwa pesawat itu akan meluncur menjauhi terminal dan truk
pertama dari ketiga truk bahan bakar hams menghampirinya.
Para pejabat turun; pesawat itu berputar di tempat dan meluncur kembali ke
landasan sementara menara memberi instruksi pada pilot di mana pesawat akan
mengisi bahan bakar. Truk keluar; orang-orang berlompatan dari belakang dan
mulai menarik slang-slang dari tempatnya
"Butuh waktu sekitar sepuluh menit," kata pembunuh bayaran itu. "Itu versi Cina
dari DC-Tiga yang sudah di-upgrade."
Pesawat itu berhenti, mesin-mesin dimatikan, sementara tangga beroda' didorong
ke sayap-sayapnya dan orang-orang turun. Tangki bahan bakar terbuka, slang-slang
dimasukkan, di antara percakapan km yang terdengar terus-menerus. Tiba-tiba
pintu palka di tengah pesawat terbuka, tangga logam turun ke tanah. Dua pria
berseragam melangkah keluar.
"Pilot dan flight ojficer-nya," kata Bourne, "dan mereka tidak berniat
meluruskan kaki. Mereka memeriksa semua yang dilakukan orang-orang itu. Kita
akan menghitung waktu dengan sangat hati-hati, Major, dan kalau aku bilang
'Jalan', kau jalan."
"Langsung ke palka," pembunuh bayaran itu menyetujui. "Sewaktu orang kedua
menapaki anak tangga pertama."
"Kurang-lebih begitu."
"Pengalih perhatian?"
"Dengan cara apa?"
"Kau punya pengalih perhatian yang cukup hebat semalam. Kau me-rayakan Empat
Juli-mu sendiri." "Cara yang salah. Lagi pula, aku sudah kehabisaa... Tunggu
sebentar. Truk bahan bakar." "Kalau kauledakkan, pesawatnya akan musnah. Selain itu, kau tidak bisa mengatur
waktu kapan pria itu kembali naik ke pesawat."
"Bukan truk yang itu," kata Jason sambil menggeleng dan menatap ke belakang si
Commando. "Yang di sana itu." Bourne memberi isyarat ke arah truk yang lebih
dekat di antara dua truk merah yang diparkir tepat di depan mereka, sekitar tiga
puluh meter jauhnya. "Kalau truk itu meledak, tindakan pertama yang harus
dilakukan adalah mengeliiarkan pesawat dari sini."
"Dan kita akan jauh lebih dekat daripada posisi kita sekarang. Ayo kita
lakukan." "Tidak," kata Jason, mengoreksi. "Kau yang melakukan. Tepat seperti yang
kuperintahkan dengan pistolku hanya beberapa inci dari kepalamu. Jalan!
Pembunuh bayaran itu di depan, mereka melesat menghampiri truk, terlindung
cahaya redup dan keributan di sekitar pesawat. Pilot dan flight officer-nya
menyorotkan lampu senter ke mesin pesawat dan meneriak-kan perintah-perintah tak
sabar pada awak perawatan. Bourne memerintah si Commando berjongkok di depannya
sementara ia berlutut membuka ransel dan mengeluarkan segulung selotip. Ia
mencabut pisau berburu dari sabuknya, menarik slang tergulung dari tempatnya,
menjatuhkannya ke tanah, dan menyelipkah tangan kiri ke pangkal slang yang
menempel ke truk. "Periksa," katanya pada Commando itu. "Berapa lama lagi" Dan bergeraklah
perlahan-lahan, Major. Aku mengawasimu."
"Aku ingin keluar kataku tadi. Aku tidak akan mengacau!"
'Tentu saja, kau mau keluar, tapi aku mendapat firasat kau lebih suka pergi
sendiri." "Pikiran itu tidak pernah terlintas dalam benakku."
"Kalau begitu kau bukan orangku."
'Terima kasih banyak."
'Tidak, aku serius. Pikiran itu pasti terlintas dalam benakku... Berapa lama
lagi?" "Sekitar dua atau tiga menit, menurut penilaianku." "Seberapa bagus
penilaianmu?" "Lebih dari dua puluh misi di Oman, Yaman, dan tempat-tempat lain di selatan.
Pesawat-pesawat ini mi rip dalam hal struktur dan mekanismenya. Aku tahu
semuanya, sport. Itu mainan lama. Dua atau tiga menit, tjdak lebih dari itu."
"Bagus. Kembalilah kemari." Jason menusuk slang itu dengan pisau dan merobeknya
sedikit, agar bahan bakar mengalir keluar dengan leluasa, tapi tidak membanjir
sehingga menyebabkan pompa tidak bekerja. Ia berdiri, menodongkan pistol pada
pembunuh bayaran itu sambil memberikan
segulung selotip. "Tarik sekitar delapan belas meter dan basahi dengan bahan
bakar yang keluar di sana." Pembunuh itu berlutut dan mengikuti
instruksi Bourne. "Sekarang," lanjut Jason, "jejalkan ujungnya ke robekan yang
kubuat di slang. Lebih jauh lebih jauh. Gunakan ibu jarimu!"?"Lenganku tidak sebaik dulu!"
Tangan kiriku masih! Tekan lebih keras Bourne sekilas memandang pesawat yang
tengah diisi bahan bakarnya. Perkiraan si Commando rupanya akurat. Orang-orang
mulai turun dari sayap dan menggulung
slang kembali ke truk bahan bakar. Tiba-tiba, pilot dan flight officer-nya
melakukan pemeriksaan terakhir. Mereka akan menuju pintu palka dalam waktu
kurang dari satu menit! Jason memasukkan tangan ke saku mengambil korek dan
melemparkannya ke pembunuh bayaran itu, senjatanya terarah ke kepalanya.
"Nyalakan. Sekarang!"
Truknya akan meledak seperti sebatang nitro! Kita berdua akan haneur berkepingkeping, terutama aku!"
Tidak kalau kau melakukannya dengan benar! Letakkan selotipnya di rerumputan,
rumputaya basah " ?"Menghambat apinya "
?"Cepat! LakukanF "Selesai!" Lidah api melompat dari ujung selotip kain, lalu seketika jatuh dan
mulai merayap perlahan di sepanjang selotip. "Teknisi sialan," kata Commando itu
dengan suara pelan sambil bangkit.
"Jalan di depanku," kata Bourne sambil mengaitkan ransel ke sabuknya.
"Berjalanlah lurus ke depaa. Turunkan tinggi badanmu dan surutkan bahumu seperti
yang kaulakukan di Lo Wu."
'Ya Tuhan! Kau " ?"Jalan!" Truk bahan bakar mulai mundur dari pesawat, lalu berputar maju, meliuk mengitari
tangga beroda, menuju sebelah kirinya, tempat truk merah pertama... dan berputar
lagi, sekarang ke sebelah kanan,- di balik kedua truk yang diparkir untuk
mengambil posisi di sebelah truk yang selotipnya terbakar perlahan-lahan
mendekati tangki bahan bakarnya. Jason berpaling cepat, pandangannya terpaku
pada selotip terbakar itu. Lidah api telah mencapai ujungnya! Sepercik bunga api
yang memasuki robekan slang dan tank yang meledak itu akan menghamburkan logam
panas ke truk-truk lain. Sewaktu-waktu!
Pilot memberi isyarat pada flight officer-nya. Mereka berjalan bersama ke pintu
palka. "Lebih cepat!" teriak Bourne. "Bersiap-siaplah untuk lari
"Kapan?" "Kau akan tahu. Rendahkan bahumu! Lengkungkan punggungmu, terkutuk!" Mereka
berbelok ke kanan menuju pesawat, berpapasan dengan segerombolan kru perawatan
yang sedang kembali ke hangar. "Gangju
ne" " seru Jason, memarahi seorang kolega karena meninggalkan peralatan berharga
di dekat pesawat. "Gongju?" teriak orang yang paling belakang, meraih lengan Bourne dan mengangkat
kotak peralatan. Pandangan mereka bertemu dan km itu tertegun, wajahnya
mengernyit. '"Ran a!" jeritnya.
Terjadilah. Truk bahan bakar meledak, menghamburkan bantalan-bantal-an api yang'
tak beraturan ke langit sementara kepingan-kepingan logam mematikan melayang
menembus udara dan di sisi-sisi' kendaraan yang berkobar-kobar itu. Km
berteriak-teriak; orang-orang berhamburan ke segala arah. sebagian besar mencari
perlindungan di hangar. "Lari!" teriak Jason. Pembunuh bayaran itu tidak perlu diperintah; mereka berdua
melesat ke pesawat dan ke pintu palka, di mana pilot, yang telah naik, mengintip
keluar dengan tertegun sementara flight qfficer-nya masih terpaku di tangga.
"Kuai!" teriak Bourne, sambil menjaga wajahnya tetap dalam bayang-bayang dan
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memaksa Commando itu menundukkan kepala di tangga logam. "Jiu feiji...!"
tambahnya, menyuruh pilot meninggalkan zona kebakaran demi keselamatan pesawat
dan bahwa ia awak perawatan dan akan mengunci pintu palka.
Truk kedua meledak, dinding ledakan yang berseberangan membentuk kawah api dan
memuntahkan logam. "Kau benar!" teriak pilot dalam bahasa Cina, menyambar kemeja kopilot dan
menariknya masuk; keduanya berlari melewati lorong pendek menuju kokpit.
Sekarang saatnya, pikir Jason. Ia penasaran. "Masuk!" perintahnya kepada si
Commando saat truk bahan bakar ketiga meledak dan berhamburan di bawah cahaya
pagi. "Baik!" teriak pembunuh bayaran itu, menengadah dan menegakkan tubuh untuk
melompati tangga. Lalu tiba-tiba, saat ledakan lain yang memekakkan telinga
terdengar dan mesin pesawat meraung, pembunuh itu berbalik di tangga, kaki
kanannya menghunjam selangkangan Bourne, tangannya bergerak secepat kilat untuk
membalik senjata. Jason sudah siap. Ia menghantamkan laras senjata ke pergelangan kaki Commando
itu, lalu mengayunkannya ke atas, menghantam kening si pembunuh bayaran; darah
mengalir sementara orang itu jatuh menghantam dinding pesawat. Bourne melompati
tangga, menendang peniru yang tak sadarkan diri tersebut hingga meluncur di
lantai logam. Ia menyentakkan pintu palka hingga menutup, lalu menguncinya.
Pesawat mulai meluncur, seketika meliuk ke kiri menjauhi pusat bahaya yang
berkobar-kobar. Jason melepaskan roisel dari sabuknya, mengeluarkan tali nilon
kedua dan mengikat pergelangan tangan pembunuh bayaran itu ke dua klem kursi
yang terpisah lebar. Tidak mungkin Commando itu bisa membebaskan diri tidak ada?cara yang terlintas di benak Bourne tapi sekadar untuk berjaga-jaga kalau
?keliru, Jason memotong tali yang
mengikat pergelangan kaki pembunuh bayaran itu, mementang kakinya
dan mengikat masing-masing ke klem kursi di seberang lorong.
Ia berdiri dan berjalan ke kokpit. Pesawat itu sekarang berada di landasan,
melesat di atas aspal; tiba-tiba mesinnya mati. Pesawat itu berhenti di depan
terminal, tempat sekelompok pejabat pemerintah tengah berkumpul, mengawasi
kekacauan yang semakin hebat kurang dari seperempat mil jauhnya di sebelah
utara. "Kai hal" kata Bourne sambil menempelkan laras pistol otomatisnya ke kepala
pilot. Kopilot berbalik di kursinya. Jason berbicara dalam bahasa Mandarin yang
jelas sambil menggeser lengannya. "Perhatikan penunjukmu, dan bersiap-siaplah
untuk lepas landas, lalu berikan petanya."
"Mereka tidak akan mengizinkan kita pergi!" teriak pilot. "Kami seharusnya
menjemput lima komisaris yang hendak pergi!"
"Ke mana?" "Baoding." "Itu di utara," kata Bourne. "Barat daya," kopilot berkeras. "Bagus. Terbanglah
ke selatan." Tidak akan diizinkan!" teriak pilot.
Tugas pertamamu adalah menyelamatkan pesawat. Kau tidak tahu apa yang terjadi di
luar sana. Bisa jadi sabotase, revolusi, kerusuhan. Lakukan sesuai perintahku,
atau kalian berdua mati. Aku benar-benar tak
peduli." Pilot menyentakkan kepala ke belakang dan memandang Jason. "Kau orang Barat! Kau
bicara bahasa Cina tapi kau orang Barat! Apa yang
kaulakukanT" "Mengomandani pesawat ini. Masih ada banyak landasan yang tersisa.
Lepas landas! Selatan! Dan berikan petanya."
Kenangannya kembali. Suara-suara di kejauhan, pemandangan di kejauhan, guntur di
kejauhan. "Snake Lady, Snake Lady! Jawab! Berapa koordinat sektormu?"
Mereka tengah menuju Tam Quan dan Delta tidak mau mengusik kesunyian. Ia tahu di
mana mereka berada dan hanya itu yang pentmg. Persetan dengan Komando Saigon, ia
tidak akan memberitahukan petunjuk tentang tujuan mereka pada pos pendengar
Vietnam Utara. "Kalau kau tidak mau atau tidak bisa menjawab, Snake Lady, tetap di bawah enam
ratus kaki! Ini kawan yang berbicara, jahanam! Kalian tidak memiliki banyak
teman di bawah sini! Radar mereka akan me-nangkapmu di atas enam-lima puluh."
Aku tahu, Saigon, dan pilotnya juga tahu, bahkan kalau ia tidak menyukainya, dan
aku tetap tidak akan memecahkan kebisuan.
"Snake Lady, kami kehilangan dirimu sepenuhnya! Apakah ada yang bisa membaca
peta udara di antara para idiot yang ikut misi" "
Ya, aku bisa membacanya dengan baik, Saigon. Kaupikir aku mau berangkat bersama
reguku dengan mempercayai satu pun dari kalian" Terkutuk, yang di bawah sana itu
adikkul Aku tidak penting bagimu, tapi ia penting!
"Kau suiting, orang Barat!" teriak pilot. "Demi para roh, ini pesawat besar dan
kita hampir tidak melewati pucuk pepohonan!"
"Jaga hidung pesawat tetap terangkat," kata Bourne sambil mempelajari peta.
"Menukik dan mencapai ketinggian, itu saja."
"Itu juga bodoh!" teriak kopilot. "Embusan angin ke bawah pada ketinggian ini
dan kita terjun ke hutan! Kita mati!"
"Laporan cuaca di radiomu mengatakan, diperkirakan tidak ada turbo! ensi "?"Itu di atas" jerit pilot "Kau tidak mengerti risikonya! Di bawah sini tidak
begitu!" "Apa laporan terakhir dari Jinan?" tanya Jason, tahu benar isi laporan itu.
"Mereka berusaha melacak penerbangan ini ke Baoding," kata kopilot. "Mereka
tidak mampu melakukannya setama tiga jam terakhir. Mereka sekarang mencari di
pegunungan Hengshui... Demi roh agung, kenapa aku memberitahumu" Kau mendengar
sendiri laporannya! Kau bicara lebih baik daripada orangtuaku, padahal mereka
berpendidikan!" "Dua angka untuk Angkatan Udara Republik... Oke, belok seratus enam puluh derajat
dalam dua setengah menit dan naik ke ketinggian seribu kaki. Kita akan berada di
atas perairan." "Kita akan berada dalam jangkauan Jepang! Mereka akan menembak jatuh kita!"
"Kibarkan bendera putih atau lebih baik lagi, biar aku yang menggunakan radio.
?Akan kupikirkan alasannya. Mereka mungkin malah akan mengawal kita ke Kowloon."
"Kowloon!" jerit flight officer. "Kita akan ditembak!"
"Mungkin saja," Bourne menyetujui. 'Tapi bukan olehku," tambahnya. "Begini,
dalam analisis terakhir, aku harus tiba di sana tanpa kalian. Bahkan, kalian
tidak masuk hitunganku. Aku tidak bisa mengizinkarmya."
"Kau sama sekali tak masuk akal!" kata pilot yang jengkel itu
"Belokkan saja seratus enam puluh derajat pada waktu kuperintahkan." Jason
mempelajari kecepatan pesawat, mengkalibrasi knot di peta, dan menghitung
perkiraan jarak yang diinginkannya. Di bawah, melalui jendela, ia melihat pantai
Cina di belakang mereka. Ia memandang
grloji; sembilan puluh detik sudah berlalu. "Belokkan pesawatrrra,
Captain," katanya. "Aku tetap saja harus berbelok!" jerit pilot itu. "Aku tidak mau berhadapan
dengan Kamikaze. Aku tidak mau terbang menuju kematianku
sendiri." "Bahkan untuk pemerintahan surgawimu?" Teratama itu."
"Waktu sudah berubah," kata Bourne, konsentrasinya sekali lagi terpaku
pada peta udara. "Situasi berubah."
"Snake Lady, Snake Lady! Batalkan! Kalau kau bisa mendengarku, keluar dari sana
dan kembali ke pangkalan. Situasinya tidak mendukung!
Kau dengar" Batalkan!" "Apa yang harus kami lakukan, Delta" "
"Terus terbang, Mister. Tiga menit lagi kau bisa keluar dari sini."
"Itu aku. Bagaimana dengan kau dan anak buahmu?"
"Pasti bisa." "Namanya bunuh diri, Delta."
'Tidak salah.... Baiklah, semuanya, periksa parasut masing-masing dan bersiapsiaplah untuk terjun. Bantu Echo, letakkan tangannya di
tali." "Deraisonnable!"
Pesawat terbang dengan kecepatan stabil, mendekati 370 mil per jam. Rute yang
dipilih Jason, terbang pada ketinggian rendah melewati Selat Formosa melewati ?Longhai dan Shahtou di tepi perairan Cina, dan Hsinchu dan Fengshan di
Taiwan mencapai lebih dari 1.435 mil panjangnya. Karena itu, perkiraan empat
?jam, plus-minus beberapa menit, cukup masuk akal. Pulau-pulau di utara Hong Kong
akan terlihat dalam waktu kurang dari setengah jam.
Selama penerbangan, dua kali mereka ditantang oleh radio, sekali dari gamisun
Nasionalis di Quemoy, yang lain dari pesawat patroli dari Raoping. Setiap kali
Bourne mengambil alih komunikasi, dalam kejadian pertama menjelaskan bahwa
mereka dalam misi pencarian kapal pembawa barang-barang Taiwan ke Cina daratan
yang lumpuh, yang kedua ia memberikan pernyataan yang agak mengancam, bahwa
sebagai bagian dari Pasukan Keamanan Rakyat mereka tengah menyisiri pantai
mencari kapal penyelundup yang tak ragu lagi berhasil menghindari patrolipatroli Raoping. Untuk komunikasi yang terakhir ini ia bukan saja angkuh
setengah mati, tapi juga menggunakan nama dan nomor identifikasi resmi sangat
?rahasia yang diambil dari sekongkol yang tewas dan
?tergeletak di bawah Iimusin Rusia di Suaka Burung Jing Shan. Entah
interogatornya percaya atau tidak, seperti yang telah diduganya, tidak relevan.
Tak satu pun mau mengusik status quo ante. Hidup ini sudah cukup rumit. Biarkan
sofa, lepaskan mereka. Tidak ada ancaman, kan" "Mana peralatanmu?" tanya Jason
kepada pilot. "Sedang kuterbangkan!" jawab orang itu sambil mempelajari instrumennya, nyata-nyata kaget setiap kali radio berderak, mendengarkan komunikasi
laporan dari pesawat komersial. "Seperti yang mungkin sudah atau belum
kauketahui, aku tidak punya jadwal penerbangan. Kita bisa saja terbang menuju
jalur-jalur pesawat lain!"
"Kita terlalu rendah," kata Bourne, "dan daya pandang baik. Aku mempercayai
matamu untuk tidak menabrak siapa pun." "Kau sinting.1" teriak kopilot.
"Sebaliknya. Aku akan berjalan kembali menuju kewarasan. Di mana peralatan
daruratmu" Kalau mengingat cara kalian membuat barang-barang, aku tidak bisa
membayangkan kau tidak membawa peralatan darurat."
"Misalnya?" tanya pilot
"Rakit darurat, alat pemberi isyarat parasut."
?"Astaga!" "Di mana?" "Kompartemen di bagian belakang pesawat, pintu sebelah kanan." "Semuanya untuk
pejabat," tambah kopilot dengan masam. "Kalau ada masalah, mereka yang dipasok."
"Masuk akal," kata Bourne. "Bagaimana lagi cara kalian menangani
pekerjaan?" "Gila."
"Aku akan ke buritan, gentlemen, tapi pistolku terarah kemari. Terus pada
jalurmu, Captain. Aku sangat berpengalaman dan sangat peka. Aku bisa merasakan
pembahan sesedikit apa pun di udara, dan kalau aku merasakannya, kita semua
mati. Mengerti?" "Dasar edan!" "Setuju." Jason berdiri dan berjalan ke belakang pesawat, melangkahi tawanannya
yang telentang terikat, yang telah menghentikan usaha membebaskan diri, darah
kering menutupi luka di kening kirinya. "Bagaimana situasinya, Major?"
"Aku melakukan kesalahan. Apa lagi yang kauinginkan?"
Tubuhmu yang masih hangat di Kowloon, itu yang kuinginkan."
"Supaya ada keparat yang bisa menempatkanku di depan regu tembak?"
"Terserah padamu. Karena aku mulai memahami situasinya, mungkin ada keparat yang
akan memberimu medali kalau kau memainkan kartumu dengan cara yang seharusnya."
"Kau senang bikin bingung, Bourne. Apa itu artinya?"
"Kalau beruntung, kau akan tahu."
466 Terima kasih banyak!" teriak orang Inggris itu. 'Tidak perlu berterima kasih
padaku. Kau yang memberiku gagasan, sport. Tadi kutanyakan apakah dalam
latihanmu kau belajar menerbangkan
salah satu pesawat ini. Kau ingat apa yang kaukatakan padakuT'
"Apa?" "Katamu kau hanya tahu bagaimana terjun dari salah satunya."
"Holy shit!" Si Commando, dengan parasut erat di punggungnya, terikat erat-erat di antara dua
kursi, kaki dan tangan diikat jadi satu, tangan kanannya
dihubungkan ke tali pelepas parasut. "Kau tampak seperti disalib, Major, tapi
lenganmu seharusnya terentang." "Demi Tuhan, bisa tidak, bicaramu lebih masuk akal?" "Maafkan aku. Bagian diriku
yang lain terns berusaha mengekspresikan diri. Jangan bertindak bodoh, bangsat,
karena kau akan keluar dari pintu
itu! Kau den gar" Mengerti?" "Mengerti."
Jason berjalan ke kokpit, duduk di lantai, mengambil peta, dan berbicara pada
kopilot. "Bagaimana?" tanyanya.
"Hong Kong enam menit lagi kalau kita tidak 'menabrak siapa pun'."
"Aku sangat mempercayai kalian, tapi terlepas dari pembelotan, kita tidak bisa
mendarat di Kai-tak. Arahkan pesawat ke utara ke Wilayah Bam."
"Aiya!" jerit pilot. "Kita akan melintasi radar! Gurkha-Gurkha sinting itu
menembaki apa pun yang berbau Cina daratan!"
'Tidak kalau mereka tidak tahu kehadiranmu, Captain. Tetap di bawah enam ratus
kaki hingga tiba di perbatasan, lalu lewati pegunungan di Lo Wu. Kau bisa
mengadakan kontak radio dengan Shenzen."
"Apa yang harus kukatakan?"
"Kau dibajak, itu saja. Aku tidak bisa mengizinkan kalian ikut aku. Kita tidak
bisa mendarat di koloni. Kau akan membuat perhatian tertuju
pada orang yang sangat pemalu dan temannya."?Parasut tersentak membuka di atas mereka, tali sepanjang delapan belas meter
yang menghubungkan mereka di pinggang terentang tertiup angin,
sementara pesawat melaju ke utara menuju Shenzen.
Mereka mendarat di tambak udang di selatan Lok Ma Cbau. Bourne menarik talinya,
menarik pembunuh bayaran yang terikat itu ke arahnya,
467 sementara pemilik tambak udang menjerit-jerit di tepi tambak mereka yang hancur.
Jason mengacungkan uang lebih banyak daripada yang bisa diperoleh suami-istri
?itu selama setahun. "Kami pembelot!" serunya. "Pembelot yang kaya! Siapa
peduli?" Tidak ada yang peduli, Napalagi para pemilik tambak udang. "Mgoi!
Mgoissaai!" kata mereka terus-menerus, mengucapkan terima kasih pada makhluk
merah muda aneh yang jatuh dari langit, sementara Bourne menarik si pembunuh
bayaran keluar dari air. Pakaian Cina dibuang dan pergelangan tangan Commando itu diikat di belakang
punggungnya. Bourne dan tawanannya sampai di jalan yang membentang ke selatan,
ke Kowloon. Pakaian mereka yang basah kuyup mengering dengan cepat di bawah
sengatan matahari, tapi penampilan mereka tidak akan menarik perhatian beberapa
kendaraan di jalan dan lebih sedikit lagi kendaraan yang mau menerima penumpang
di tengah jalan. Itu masalah yang harus dipecahkan. Dipecahkan secepatnya, dan
dengan akurat, Jason kelelahan; ia hampir-hampir tak bisa berjalan dan
konsentrasinya memudar. Satu langkah yang salah dan ia bisa kalah tapi ia
?tidak boleh kalah/ Tidak sekarang!
Petani-petani, sebagian besar wanita tua, melangkah perlahan menyusuri tepi
aspal, topi hitam mereka yang besar dan berlidah lebar melindungi wajah-wajah
keriput mereka dari matahari, kuk membentang di bahu-bahu tua, digantungi
keranjang berisi hasil bumi. Beberapa orang melontarkan pandangan ingin tahu ke
arah orang-orang Barat itu, tapi hanya sekilas; tidak ada lagi yang mengherankan
dalam dunia mereka. Bertahan hidup saja sudah cukup; ingatan mereka kuat.
Ingatan. Pelajari segalanya. Akan kautemukan sesuatu yang bisa kaugunakan.
"Berbaringlah," kata Bourne kepada pembunuh bayaran itu. "Di tepi
jalan." "Apa" Kenapa?"
"Karena kalau tidak, kau tidak akan melihat siang hari lebih dari tiga detik
lagi." "Kukira kau menginginkan tubuhku yang masih hangat di Kowloon!"
"Aku mau menerima tubuh yang sudah dingin. kalau perlu. Berbaring'. Telentang!
Omong-omong, kau bisa teriak-teriak sekeras mungkin, tidak akan ada yang
memahamimu. Mungkin dengan begitu kau justru men>
bantuku." "Astaga, bagaimana caranyaT" "Kau menderita trauma." "Apa?"
"Berbaring! Sekarang
Pembunuh itu membaringkan diri di aspal, berguling menelentang, dan menatap
matahari yang terang benderang, dadanya naik-tarun karena tarikan napas yang
susah payah. "Aku mendengar kata-kata pilot tadi," katanya. "Kau memang edan!"
"Setiap orang memiliki interpretasinya sendiri, Major." Tiba-tiba Jason
berpaling ke jalan dan berteriak-teriak kepada para wanita petani itu. "Jiu
ming!" teriaknya. "Qing bangmang!" Ia memohon pada orang-orang tua itu agar
membantu rekannya yang terluka, mungkin patah punggung atau rusuknya. Ia
memasukkan tangan ke dalam ransel dan mengeluarkan uang, menjelaskan bahwa
setiap menit berharga, bahwa bantuan medis diperlukan secepat mungkin. Kalau
mereka bisa membantu, ia akan membayar sejumlah besar uang untuk kebaikan
mereka. Bersama-sama, para petani itu bergegas maju, pandangan mereka tak terarah pada
si pasien tapi pada uangnya, topi mereka tertiup angin, kuknya terlupakan.
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Na gunzi lai!" teriak Bourne, meminta tongkat atau sebatang kayu untuk menahan
tubuh temannya tetap kaku.
Para wanita itu berlari ke sawah, kembali dengan membawa batang-batang bambu
yang panjang, membersihkan serat-serataya agar tidak menyayat pria terluka itu
saat diikatkan ke sana. Sesudahnya, tanpa memedulikan curahan ucapan terima
kasih dan protes si pasien dalam ' bahasa Inggris, mereka menerima uang Bourne
dan melanjutkan perjalanan.
Kecuali satu. Wanita itu melihat truk datang dari utara.
"Duo shao qian?" tanyanya sambil mencondongkan tubuh ke telinga Jason,
menanyakan berapa banyak yang akan dibayamya.
"Ni shuo ne," jawab Bourne, memintanya menyebutkan harga.
Wanita itu mengucapkannya dan Delta menerimanya. Dengan lengan terulur, wanita
itu melangkah ke tengah jalan, dan truk itu berhenti. Negosiasi kedua
berlangsung dengan sopir truk, dan pembunuh bayaran itu diangkut ke truk, tanpa
bisa bergerak, terikat pada bambu. Jason naik ke belakang bersamanya. "Bagaimana
keadaanmu, Major?" 'Truk ini penuh bebek!" jerit si Commando, menatap tumpukan keranjang kayu di
sekitarnya, baunya tajam menusuk, memuakkan.
Seekor bebek, entah kenapa, memilih saat itu untuk menyiramkan tahi ke wajah
pembunuh bayaran itu. "Perhentian selanjutnya Kowloon," kata Jason Bourne sambil memejamkan mata.
30 TeLEPON berdering. Marie berputar di kursi ditahan Mo dengan mengangkat ?tangannya. Dokter itu berjalan menyeberangi kamar hotel, meraih telepon di
samping ranjang dan berbicara. "Ya?" katanya pelan. fa mengerutkan kening saat
mendengarkan, lalu seakan-akan menyadari ekspresinya mungkin akan mengejutkan
pasienriya, ia memandang Marie dan menggeleng, tangannya sekarang mengabaikan
masalah mendesak apa pun yang menurut Marie ada kaitannya dengan telepon itu.
"Baiklah," lanjutnya setelah hampir semenit "Kami akan tetap di sini sampai
mendapat kabar darimu, tapi aku harus bertanya, Alex, dan maafkan
keterusteranganku. Apakah ada yang memberimu minuman keras?" Panov mengemyit
saat menjauhkan telepon sejenak dari telinganya. "Satu-satunya jawabanku adalah
aku terlalu baik dan terlalu berpengalaman untuk berspekuiasi mengenai
leluhurmu. Sampai nanti." Ia menutup telepon.
"Apa yang terjadi?" tanya Marie, setengah bangkit dari kursi. "Lebih daripada
yang bisa dijelaskannya, tapi sudah cukup." Psikiater itu diam sejenak, menunduk
memandang Marie. "Catherine Staples tewas. Ia ditembak di depan gedung
apartemennya beberapa jam yang lalu " "Oh Tuhan," bisik Marie.
?"Petiigas intelijen bertubuh tinggi besar itu," lanjut Panov. "Yang kami lihat
di stasiun Kowloon, yang kausebut mayor dan diidentiftkasi Staples sebagai orang
bernama Lin Wenzu " "Ada apa dengannya?"?"Ia terluka parah dan kondisinya kritis di rumah sakit. ConkJin menelepon dari
sana, dari telepon urn urn di rumah sakit."
Marie mengamati wajah Panov. "Ada kaitan antara kematian Catherine dan Lin
Wenzu, bukan?" 'Ya. Sewaktu Staples terbunuh, jelas bahwa operasi itu sudah disusupi "
?"Operasi apa" Oleh siapa?"
"Alex mengatakan akan menjelaskan semuanya nanti. Pokoknya, situasinya sekarang
memanas dan Lin ini bisa jadi sudah mengorbankan oyawanya untuk membongkar
penyusupan 'menetralisir', begitu istilah
?Conklin." "Oh Tuhan," jerit Marie, matanya membelalak, suaranya hampir histeris. "Operasi!
Penyusupan... menetralisir, Lin, bahkan Catherine teman yang mengkhianatiku aku
? ?tak peduli dengan semua itu! Bagaimana dengan
David?" "Kata mereka, ia pergi ke Cina."
'Ya Tuhan, mereka sudah membunuhnya!" jerit Marie sambil melompat
bangkit dari kursi. Panov bergegas maju dan menyambar bahunya. Ia mencengkeram Marie lebih keras,
memaksa kepala Marie yang tersentak-sentak untuk berhenti bergerak berkeras
dalam kebisuan agar Marie memandangnya.. "Kuberitahukan apa yang dikatakan Alex
kepadaku.... Dengarkan aku!"
Perlahan-lahan, dengan tersengal-sengal, seakan-akan bemsaha menemukan
kejernihan dalam kebingungan dan kelelahannya, Marie berdiri tak bergerak,
menatap temannya. "Apa?" bisiknya.
"Katanya, dengan satu cara ia senang David ada di sana atau di luar
?sana karena menurut penilaiannya, dengan begitu David memiliki kesempatan lebih
?baik untuk bertahan hidup." "Kau percaya?" jerit istri David Webb, air matanya
menggenang. "Mungkin," kata Panov sambil mengangguk dan berbicara dengan lembut.
"Conklin mengatakan, di Hong Kong sini David bisa ditembak atau ditusuk di jalan
yang ramai keramaian, katanya, adalah musuh sekaligus teman. Jangan tanya
?padaku dari mana orang-orang ini menemukan metaforanya. Aku tidak tahu." "Apa
yang sebenarnya ingin kaukatakan padaku?" 'Yang dikatakan Alex kepadaku. Katanya
mereka memaksa David kembali, menjadikannya seseorang yang ingin dilupakannya.
Lalu Conklih' mengatakan tidak ada seorang pun yang menyamai 'Delta'. 'Delta'
adalah yang terbaik yang pernah ada.... David Webb dulu adalah 'Delta', Marie. Tak
peduli apa yang ingin disangkalnya, ia adalah 'Delta', Jason Bourne baru muncul
sesudahnya, perpanjangan dari penderitaan yang ditimpakannya sendiri, tapi
keahliannya diasah sebagai 'Delta'... Dalam beberapa hal aku mengenai suamimu sama
baiknya denganmu." "Dalam hal-hal itu, jauh lebih baik, aku yakrn," kata Marie sambil menyandarkan
kepala di dada Morris Panov yang nyaman. Terlalu banyak yang tidak ingin
dibicarakannya. Ia terlalu takut, atau terlalu malu... Oh Tuhan, Mo! Apakah ia
akan kembali padaku?" "Menurut Alex, 'Delta' akan kembali."
Marie menjauhkan diri dari psikiater itu dan menatap matanya lurus 471 lurus: dari balik air matanya tatapan Marie terlihat kaku. "Bagaimana
dengan David?" tanyanya dengan bisikan pelan. "Apakah ia akan kembali?" "Aku
tidak bisa menjawabnya. Kuharap bisa, tapi tidak." "Aku mengerti." Marie
melepaskan Panov dan berjalan ke jendela,
memandang keramaian di jalanan yang penuh sesak dan terang benderang.
"Kau bertanya pada Alex apakah ia minum-minum. Kenapa kau bertanya
begitu, Mo?" "Begitu pertanyaan itu terlontar, aku langsung menyesal." "Karena kau
menyinggung perasaannya?" tanya Marie sambil berbalik memandang psikiater itu.
'Tidak. Karena aku tahu kau akan mendengarnya dan kau pasti meminta penjelasan.
Aku tidak bisa menahannya." "Well?"
"Karena hal terakhir yang dikatakannya padaku dua hal, sebenamya. Katanya kau ?keliru mengenai Staples "
?"Keliru" Aku ada di sana. Aku melihatnya. Aku mendengar kebohongankebohongatmya!" "Ia berusaha melindungimu tanpa membuatmu panik." "Kebohongan
lagi! Apa lagi yang dikatakan Alex?" Panov tetap tenang dan berbicara terus
terang, pandangannya terkunci ke mata Marie. "Kata Alex, sekalipun situasinya
tampak tak masuk akal, sebenamya tidak segila itu." "Ya Tuhan, mereka berhasil
membujuknya" Tidak sepenuhnya. Ia tidak mau memberitahu mereka di mana kau berada di mana
?kita. Ia memberitahuku kita harus bersiap-siap pindah dalam beberapa menit
sesudah teleponnya yang berikut. Ia tidak berani ambil risiko kembali kemari. Ia
khawatir akan diikuti."
"Jadi kita melarikan diri lagi- tanpa tujuan kecuali kembali bersembunyi. Dan
?tiba-tiba ada kebusukan yang timbul dalam perisai kita. St. George pembunuh naga
yang cacat sekarang malah ingin berbaring bersama mereka."
'Itu tidak adil, Marie. Bukan begitu yang dikatakannya, bukan begitu yang
kukatakan." "Omong kosong, Dokter! Suamiku ada di luar sana! Mereka menggunakannya,
membunuhnya, tanpa memberitahukan alasannya pada kita! Oh, ia mungkin hanya
?mungkin bertahan hidup-karena begitu ahii dalam bidangnya dulu yang sekaligus
? ? ?dibencinya. Tapi apa yang tersisa dari dirinya dan benaknya" Kau pakarnya,
Dokter! Apa yang tersisa kalau semua ingatannya kembali" Sebaiknya semua
ingatannya kembali, atau ia tidak akan selamat!" "Sudah kukatakan, aku tidak
bisa menjawabnya." "Oh, kau benar-benar luar biasa, Mo! Kau hanya punya posisi
yang rnemenuhi kuaJifikasi tapi tidak memiliki jawaban, proyeksi yang disusun
baik pun tidak. Ada yang kaasembunyikan" Seharusnya kau jadi ahti ekonomi! Kau
melewatkan panggilan hidupmu!"
"Banyak yang kulewatkan. Hampir termasuk pesawat ke Hong Kong."
Marie berdiri tak bergerak, seakan-akan terpukul. Air matanya kembali membanjir
saat ia menghambur ke Panov, memetuknya. "Oh Tuhan, maafkan aku, Mo! Maafkan
aku, maafkan akuF' "Aku yang seharusnya minta maaf," kata psikiater itu. "Itu tadi tidak adil." Ia
memiringkan kepala Marie ke belakang, dengan lembut mengelus rambut kelabu yang
dihiasi uban ita. "Astaga, aku tidak tahan dengan rambut palsu ini."
"Ini bukan rambut palsu, Doctor."
"Gelarku, untuk lulus dari Sears Roebuck, tidak termasuk kosmetologi."
"Hanya merawat kaki."
"Kaki lebih mudah daripada kepala, percayalah." Telepon berdering. Marie
tersentak dan Panov menahan napas. Perlahan-lahan ia berpaling ke asal deringan
yang dibenci itu. "Kalau berani berbuat begitu lagi, apa pun, kau mati!" raung Bourne sambil
mencengkeram punggung tangan yang menghitam akibat kekuatan hantaman. Pembunuh
bayaran itu, dengan pergelangan tangan terikat di depan di balik lengan jaket,
tadi menerjang ke pintu kamar hotel murahan itu, menjepit tangan kiri Jason di
ambang pintu. "Apa yang kauharap akan kulakukan?" teriak mantan Commando Inggris itu.
"Berjalan santai dan tersenyum pada regu tembakku sendiri?"
"Diam-diam kau pintar membaca pikiran," kata Bourne sambil mengawasi pembunuh
itu mencengkeram rusuknya, tempat kaki kanan Jason tadi mendarat dengan
tendangan menyakitkan. "Mungkin sudah waktunya aku bertanya kenapa kau terlibat
dalam bisnis yang sebenamya tak pemah kuterjuni ini. Kenapa, Major?"
"Apakah kau benar-benar tertarik, Mr. Original?" gerutu pembunuh bayaran itu,
sambil mengempaskan diri ke kursi berlengan lusuh yang menempel ke dinding.
"Kalau begitu, giliranku untuk bertanya sebabnya."
"Mungkin karena aku sendiri tak pemah memahaminya," kata David Webb. "Aku cukup
rasional dalam hal itu."
"Oh, aku tahu segala sesuatu tentang dirimu! Itu bagian dari pelatihan yang
diberikan si orang Prancis. Delta yang hebat itu gila! Istri dan anak-anaknya
dibunuh di perairan di tempat bemama Phnom Penh, ditembak jet yang kesasar.
Sarjana yang begitu beradab tersebut berubah gila, dan fakta bahwa tak ada yang
bisa mengendalikan dirinya dan tak ada yang peduli karena ia dan regu yang
mpimpinnya menimbulkan kerusakan lebih banyak daripada gabungan regu search-anddestroy. Saigon mengatakan kau punya kecendeningan bunuh diri, dan dari sudut pandang mereka,
semakin hebat semakin baik. Mereka ingin kau dan sampah yang kaupimpin
mempercayai hal itu. Mereka tidak pernah ingin kau kembali. Kau ini aib.'"
Snake Lady, Snake Lady... ini kawan yang berbicara, jahanam. Kau tidak banyak
memiliki teman di bawah sini... Batalkan! Situasinya tidak mendukung!
"Aku tahu, atau kupikir aku tahu tentang hal itu," kata Webb. "Aku bertanya
tentang dirimu." Mate pembunuh bayaran itu membelalak sambil menatap pergelangan tangannya yang
terikat. Sewaktu ia berbicara, suaranya tak lebih keras daripada bisikan, bagai
gema dari suaranya sendiri, tidak nyata. "Karena aku psikopat, haram jadah! Aku
sudah mengetahuinya sejak masih kanak-kanak. Pikiran-pikiran gelap yang jahat,
pisau ditusukkan ke hewan hanya untuk mengawasi mata dan mulut mereka, memerkosa
putri tetangga, anak pendeta, karena aku tahu ia tidak bisa mengatakan apa-apa,
lalu mengejamya di jalan sesudahnya dan menemaninya berjalan ke sekolah. Aku
masih sebelas tahun. Kemudian, di Oxford, pada masa orientasi klub, memegangi
seorang bocah di bawah air, tepat di bawah permukaan, hingga ia
tenggelam mengawasi matanya, mulutnya. Lalu kembali ke kelas dan mendapat nilai?tinggi untuk omong kosong yang bisa dilakukan orang bodoh mana pun asal punya
kepandaian sedikit saja untuk berteduh dari hujan badai. Di sana aku jadi orang
baik-baik, sesuai dengan statusku sebagai putra ayahku." "Kau tidak pemah
mencari bantuan?" "Bantuan" Dengan nama seperti Allcott-Price?" "Allcott ?"
?Tertegun, Bourne menatap tawanannya. "General Allcott-Price" Putra jenius
Montgomery dalam Perang Dunia Dua" 'Allcott Pembantai', orang yang memimpin
serangan sisi di Tobruk, lalu menerobos Italia dan Jerman" General Patton-nya
Inggris?" "Aku masih belum hidup pada waktu itu, demi Tuhan! Aku produk dari istri
ketiganya mungkin keempat, tak tahulah. Ia sangat menyukai hal itu wanita, ? ?maksudku." "Kata d'Anjou, kau tak pemah memberitahukan nama aslimu." "Memang
benar! Si jenderal, sambil menikmati brendi di klub di St. James's yang
terhormat, telah menyampaikan perintahnya, 'Bunuh dia! Bunuh benih busuk itu dan
jangan biarkan namanya terungkap. Ia bukan bagian dariku, wanita itu pejacur!'
Tapi aku adalah bagian dirinya dan ia tahu. Keparat sadis itu tahu dari mana aku
mewarisi kegemaranku, dan kami sama-sama mendapat pujian karena melakukan apa
yang paling suka kami lakukan." "Ia tahu, kalau begitu" Mengenai penyakitmu?"
"Ia tahu... sekarang pun tahu. Ia menjauhkanku dari Sandhurst West
?point kami, kalau kau tidak tahu karena ia tidak ingin aku berada dekat-dekat
?angkatan daratnya yang berharga. la merasa kalau mereka tahu tentang diriku, hal
itu akan meredupkan citranya yang tak tercela. Ia hampir saja kena serangan
jantung waktu aku bergabung. Ia tidak akan tidur nyenyak di malam hari sampai
diam-diam diberitahu bahwa aku sudah keluar mati dengan semua jejak
?disembunyikan." "Kenapa kau memberitahuku siapa dirimu sesungguhnya?"
"Sederhana," jawab mantan Commando itu, menatap tajam mata Jason. "Menurutku,
apa pun yang akan terjadi, hanya salah satu dari kita yang akan selamat. Aku
akan berusaha sekuat tenaga agar diriku yang selamat; aku sudah bilang begitu.
Tapi mungkin juga tidak kau tidak bisa diremehkan dan kalau ternyata tidak,
? ?kau punya nama yang bisa kaugunakan untuk mengguncang dunia, mungkin mendapat
banyak uang sebagai gantinya, dengan hak cipta literatur dan film, hal-hal
semacam itu." "Kalau begitu, General akan menghabiskan sepanjang sisa hidupnya dengan tidur
nyenyak." "Tidur" Ia mungkin akan menembak kepalanya sendiri! Kau tidak mendengarkan. Aku
tadi bilang, ia akan diberitahu secara diam-diam, semua jejak dikubur, tidak ada
nama yang muncul. Tapi dengan cara ini tidak ada yang dikubur. Semuanya
berjuntai-juntai seperti isi laci, kekacauan menjijikkan tanpa permintaan maaf
dari pihakku, chap. Aku tahu apa diriku ini, aku menerimanya. Beberapa dari kita
memang berbeda. Sebut saja kami antisosial; brutal luar biasa; busuk, istilah
lain lagi. Satu-satunya perbedaan dalam keberbedaanku ini adalah aku cukup
cerdas untuk mengetahuinya."
"Dan menerimanya," kata Bourne pelan.
"Dan menikmatinya! Kecanduan sensasi yang ditimbulkannya! Cobalah lihat dengan
cara begini. Kalau aku kalah dan ceritanya terungkap, berapa banyak antisosial
yang akan terpicu" Berapa banyak orang yang berbeda di luar sana, yang dengan
senang hati menggantikan tempatku, seperti aku menggantikan tempatmu" Dunia ini
penuh sesak dengan Jason Bourne-Jason Bourne. Beri mereka arah, beri mereka
gagasan, dan mereka akan mengerumuni sumbernya dan melesat cepat. Itulah
kejeniusan si orang Prancis; kau tidak bisa memahaminya?"
"Sampah, hanya itu yang kulihat."
"Pandanganmu cukup lumayan. Itu yang akan dilihat si jenderal bayangan dirinya
?sendiri dan ia akan terpaksa menjalani hidup dengan pengungkapan itu, tercekik
?olehnya." "Kalau ia tidak bersedia membantu, kau sebamsnya membantu diriim sendiri.. Kau
cukup cerdas untuk mengetahuinya."
"Dan kehilangan semua kesenangan, sensasi melayang itu" Tak terpikirkan, sport! Kau mengikuti jalanmu dan menemukan orang-orang
474 buangan, berharap terjadi kecelakaan yang akan mengakhirimu sebelum mereka
menandai dirimu yang sebenamya. Aku menemukan kelompok itu, tapi kecelakaan itu
tidak pemah terjadi. Sialnya, kompetisi memunculkan yang terbaik di antara kita
semua, bukan" Kita bertahan hidup karena ada orang lain yang tidak ingin kita
hidup... Lalu, tentu saja, ada aspek minum-minum. Alkohol memberi kita kepercayaan
diri, bahkan keberanian untuk melakukan hal-hal yang tidak yakin bisa kita
lakukan." "Tidak bisa kalau kau sedang bekerja."
"Tentu saja tidak, tapi kenangan itu ada di sana. Keberanian akibat wiski yang
mengatakan bahwa kau bisa melakukannya." "Palsu," timpal Jason Bourne.
"Tidak sepenuhnya," balas pembunuh bayaran itu. "Kau menyerap kekuatan dari apa
pun yang bisa kauserap."
"Ada dua orang," kata Jason. "Satu kaukenal, yang lain tidak atau tidak ingin ?kaukenal."
"Palsu!" ulang Commando itu. "Ia tidak akan ada di sana kecuali aku menginginkan
sensasi itu, jangan meropu diri. Dan jangan berilusi, Mr. Original. Lebih baik
kau menanamkan sebutir peluru ke kepalaku, karena aku akan melakukannya kalau
bisa. Aku akan membunuhmu kalau bisa."
"Kau memintaku menghancurkan apa yang tidak bisa kautanggung dalam hidupmu."
"Hentikan omong kosong itu, Bourne! Aku tidak tahu tentang dirimu, tap aku
mendapatkan sensasi yang kuinginkan! Aku menginginkannya! Aku tidak ingin hidup
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanpa sensasi itu!" "Kau baru saja memintaku lagi."
"Hentikan, sialan!"
"Dan lagi." "Hentikan!" Pembunuh itu menerjang dari kursi. Jason maju dua langkah, kaki
kanannya sekali lagi terangkat, menghajar rusuk pembunuh ' itu, melontarkannya
kembali ke kursi. Allcott-Price menjerit kesakitan. "Aku tidak akan membunuhmu,
Major," kata Bourne pelan. 'Tapi akan kupastikan kau berharap kau mati."
"Penuhi keinginan terakhirku," kata pembunuh itu sambil terbatuk-batuk,
memegangi dadanya dengan dua tangan. "Aku bahkan melakukannya pada sasaranku...
Aku bisa menerima peluru tak terduga, tapi aku tidak tahan menghadapi garnisun
Hong Kong. Mereka akan menggantung-ku di larut malam ketika tidak ada orang,
sekadar membuatnya resmi, sesuai peranum Mereka akan melilitkan tali tebal di
leherku dan memaksaku berdiri di panggung. Aku tidak bisa mertanggungnya!"
Delta tahu kapan harus pindah gjgi. "Sudah kukatakan sebelumnya," katanya
tenang. "Mungkin bukan itu yang akan kauhadapi. Aku tidak berurusan dengan pihak
Inggris di Hong Kong."
[ "Apa?" "Kau berasumsi begitu, tapi aku tidak pemah mengatakannya."
"Bohong!" "Kalau begitu kau tidak sepintar dugaanku, padahal aku menduga kau
tidak pintar." "Aku tahu. Aku tidak bisa berpikir secara geometris!"
"Jelas tidak bisa."
"Kalau begitu kau premium man orang Amerika menyebutnya bounty hunter tapi kau? ?bekerja sendiri."
"Boleh dibilang begitu. Dan aku merasa orang yang mengirimku untuk memburumu
mungkin ingin menyewa jasamu, bukan membunuhmu."
"Demi Tuhan " ?"Dan hargaku mahal. Sangat mahal." "Kalau begitu kau terlibat dalam bisnis ini."
"Hanya sekali ini. Aku tidak bisa menolak upahnya. Berbaringlah di
ranjang." "Apa?" jjM
"Kau dengar kataku." "Aku harus ke kamar kecil."
"Silakan," jawab Jason, berjalan ke pintu kamar mandi dan membukanya. "Aku akan
mengawasimu, walaupun ini bukan kegiatan favoritku." Pembunuh bayaran itu
kencing di bawah todongan pistol Bourne. Sesudahnya, ia keluar menuju kamar yang
kecil dan lusuh hotel murahan di selatan Mongkok itu. "Ranjang," kata Bourne
sekali lagi, memberi isyarat dengan senjatanya. "Telungkup dan bentangkan
kakimu." "Peri di belakang meja di bawah sana pasti senang mendengar percakapan ini."
"Kau bisa meneleponnya nanti di waktu senggangmu. Tidur. CepatF'
"Kau selalu tergesa-gesa "Lebih daripada yang bisa kaupahami." Jason mengangkat
?ransel dari lantai dan meletakkannya di ranjang, mengeluarkan tali nilon,
sementara pembunuh gila itu merangkak naik ke ranjang yang kotor. Sembilan puluh
detik kemudian pergelangan kaki Commando itu telah terikat ke pegas logam
belakang, di lehernya terlilit tali putih tipis, direntang dan disimpulkan pada
pegas di depan. Akhirnya, Bourne menanggalkan sarung bantal dan mengikatnya di
kepala si mayor, menutupi mata dan teiinga, tapi membiarkan mulutnya terbuka
untuk bemapas. Dengan pergelangan tangan terikat di bawah tubuhnya, pembunuh
bayaran itu sekali lagi tidak bisa bergerak. Tapi sekarang kepalanya mulai
tersentak-sentak dan mulutnya terentang seiring setiap sentakan. Kegelisahan
luar biasa menguasai mantan Major Allcott-Price. Jason mengenali tanda-tanda itu
tanpa emosi. Hotel kumuh yang berhasil ditemukannya tidak memiliki layanan
477 telepon. Satu-satunya komunikasi dengan dunia luar adalah ketukan di pintu, yang
berarti entah polisi atau petugas meja yang mengatakan pada tamu kalau kamar itu
masih akan dihuni satu jam lagi, tamu harus membayar sewa tambahan satu hari.
Bourne menyeberang ke pintu, menyelinap diam-diam ke koridor yang remang-remang,
dan menuju telepon umum yang kabamya ada di ujung seberang lorong.
Ia telah mengingat-ingat nomor telepon itu, menunggu berharap, kalau
?mungkin pada saat ia memutarnya. Ia memasukkan koin dan memutar nomor itu
?sekarang, napasnya pendek-pendek, darah roengalir deras ke kepala. "Snake Lady!"
katanya di telepon, mengucapkan kedua kata itu dengan tekanan keras dan datar.
"Snake Lady, Snake !
?"Qing, qing," sela suara datar di sambungan, berbicara dalam bahasa Cina yang
cepat. "Kami mengalami gangguan layanan sementara untuk banyak telepon di
sentral ini. Layanan akan segera pulih. Ini pesan rekaman.... Qing, qing "
? Jason meletakkan telepon; seribu potongan pikiran, seperti pecahan cermin,
menyerbu benaknya. Ia bergegas menyusuri koridor remang-remang itu, melewati
seorang pelacur di ambang pintu yang tengah menghitung uang. Pelacur itu
tersenyum kepadanya, mengangkat tangan ke blusnya Jason menggeleng dan berlari
ke kamar. Ia menunggu lima belas menit, berdiri membisu di jendela, mendengar
suara serak yang berasal dari tenggorokan tawanannya. Ia kembali ke pintu dan
sekali lagi melangkah keluar tanpa suara. Ia berjalan ke telepon, memasukkan
uang, dan memutar nomomya.
"Qing " la membanting telepon, tangannya gemetar, otot-otot rahang-nya ?bergerak-gerak, sementara ia memikirkan "barang dagangan" yang dibawanya kembali
untuk ditukar dengan istrinya. Ia meraih telepon untuk ketiga kalinya dan,
dengan koin terakhirnya, menekan 0. "Operator," katanya dalam bahasa Cina, "ini
keadaan darurat! Penting sekali bagiku untuk menghubungi nomor ini." Ia
rnemberikan nomor itu kepada wanita di ujung seberang suaranya nyaris tak
menunjukkan kepanikan. "Pesan rekaman menjelaskan ada kesulitan dengan
sambungannya, tapi ini keadaan darurat "
?"Mohon tunggu sebentar. Saya akan mencoba membantu." Kesunyian mengikuti, setiap
detik diisi gaung yang semakin keras di dadanya, menggema seperti tabuh yang
dipukul semakin cepat. Keningnya berdenyut-denyut; mulutnya terasa kering,
tenggorokannya bagai menyusut terbakar, saat demam menyebar di tubuhnya.
?"Sambungan itu tidak bisa digunakan untuk sementara, Sir," k|fa wanita kedua.
"Sambungan" Sambungan yang itu?" "Ya, Sir."
"Bukan 'banyak telepon' di sentral itu?"
"Anda bertanya pada operator mengenai nomor tertentu, Sir. Saya tidak tahu apa
yang terjadi dengan nomor-nomor lain. Kalau Anda
punya, dengan senang hati akan saya periksa."
"Rekaman tadi secara spesifik mengatakan banyak telepon, tapi kau mengatakan
satu sambungan! Maksudmu kau tidak bisa mengkonfirmasi
adanya... kerusakan ganda?" "Apa?"
"Apakah ada banyak telepon yang tidak bekerja! Kau ada di depan komputer.
Komputer bisa menunjukkan titik-titik masalah. Aku memberi tahu operator yang
tadi bahwa ini keadaan daruratf'
"Kalau menyangkut masalah medis, dengan senang hati saya akan memanggilkan
ambulans. Kalau Anda bersedia memberitahukan alamat Anda "
?"Aku ingin tahu apakah ada' banyak telepon yang rusak atau hanya satu! Aku harus
tahu!" "Saya perlu waktu untuk mengumpulkan informasi seperti itu, Sir. Sekarang sudah
lewat pukul sembilan malam dan bagian perbaikan sedang kekurangan tenaga "
?'Tapi mereka bisa memberitahumu kalau ada kerusakan areal, terkutuk!"
"Maaf, Sir, saya tidak dibayar untuk dihina."
"Maaf, maaf.... Alamat" Ya, alamatnya! Di mana alamat nomor yang kuberikan padamu
tadi?" 'Tidak terdaftar, Sir."
'Tapi kau memilikinyar "Sebenamya tidak, Sir. Hukum kerahasiaan di Hong Kong paling ketat. Layar saya
hanya menunjukkan 'tak terdaftar'."
"Kuulangi! Ini benar-benar masalah hidup dan mati!"
"Kalau begitu saya akan menghubungi rumah sakit... Oh, Sir, tunggu sebentar. Anda
benar, Sir. Layar saya sekarang menunjukkan bahwa tiga angka terakhir dari nomor
yang Anda berikan pada saya secara elektronis salihg silang, jadi bagian
perbaikan sedang berusaha memperbaikinya."
"Di mana lokasi geografisnya?"
"Awalannya 'lima', jadi ada di pulau Hong Kong."
"Terlalu luas! Di mana tepataya?"
"Angka pada nomor telepon tidak ada hubungannya dengan jalan atau lokasi
tertentu. Saya khawatir tidak bisa membantu Anda lebih jauh, Sir. Kecuali Anda
bersedia memberi tahukan alamat Anda agar saya bisa mengirim ambulans." '
"Alamatku...?" kata Jason kebingungan, kelelahan, nyaris panik. 'Tidak," lanjutaya
"Kurasa aku tidak bisa melakukannya."
Edward Newington McAllister membungkuk di atas meja saat wanita itu
478 meletakkan telepon. Wanita itu gemetaran, wajah Oriental-nya pucat dan tegang.
Menteri Muda Urusan Luar Negeri itu menutup telepon lain di seberang meja,
pensii di tangan kanannya. alamat tertera di buku catatan di depannya. "Kau
benar-benar luar biasa," katanya sambil menepuk lengan wanita itu. "Kita
mendapatkannya. Kita mendapatkannya. Kan menahannya cukup lama lebih lama ?daripada yang diizinkannya di masa lalu pelacakan sudah dikonfirmasi. Paling
?tidak kita dapat gedungnya, dan itu sudah cukup. Sebuah hotel."
"Ia bicara bahasa Cina dengan baik. Dialeknya agak utara, tapi disesuaikannya
menjadi Guangdong hua. Ia juga tidak mempercayaiku."
"Tidak penting. Kami akan menempatkan orang-orang di sekitar hotel. Semua pintu
masuk dan keluar. Hotel itu ada di jalan Shek Lung."
"Di. bawah Mongkok, di Yau Ma Ti, sebenamya," kata wanita penerjemah itu.
"Mungkin hanya ada satu pintu masuk, tempat sampan dikeluarkan setiap pagi,
tidak ragu lagi." "Aku harus menghubungi Havilland di rumah sakit. Ia seharusnya tidak pergi ke
sana!" "Ia tampak sangat gelisah," kata penerjemah itu. "Pernyataan terakhir,"
kata McAllister sambil memutar nomor. "Informasi vital dari seseorang yang
meregang nyawa. Memang diper-bolehkan."
"Aku tidak mengerti kalian sedikit pun." Wanita itu beranjak bangkit dari meja
sementara menteri muda itu berjalan memutar dan duduk di kursL "Aku bisa
mengikuti instruksi, tapi aku tidak mengerti kalian."
"Astaga, aku lupa. Kau harus pergi sekarang. Yang kubicarakan denganmu adalah
rahasia besar... Kami sangat menghargainya, dan bisa kujamin kau akan mendapat
ucapan terima kasih kami dan, aku yakin, bonus. Tapi aku khawatir harus
memintamu pergi." "Dengan senang hati, Sir," kata penerjemah itu. "Anda boleh melupakan ucapan
terima kasihnya, tapi tolong masukkan bonusnya. Aku mempelajarinya di kuliah
Ekonomi Delapan di University of Arizona." Wanita itu berlalu.
"Darurat, fasilitas polisi!" McAllister nyaris berteriak ke telepon.
"Ambassador, please. Ini mendesak! Tidak, nama tak diperlukan, terima kasih, dan
bawa dia ke telepon di mana kami bisa bicara tanpa diganggu." Menteri muda itu
memijat-mijat pelipis kirinya, menggali semakin dalam di kulit kepalanya hingga
Havilland menjawab dari ujung seberang. "Ya, Edward"
"Ia menelepon. Berhasit. Kita tahu di mana ia berada! Sebuah hotel
di Yau Ma Ti." "Kepung tempat itu,. tapi jangan ada yang bergerak! Conklin harus mengerti Kalau
ia mencium sesuatu yang menurutnya umpan busuk, ia
480 akan menarik diri. Demi Tuhan, jangan mengaeaukannya, Edward! Semua harus
rapat dan sangat hati-hati! Jangan sampai turun perintah tak-bisa-diselamatkan-?1 agi."
"Aku tidak akan menggunakan kata-kata itu, Mr. Ambassador."
Sejenak Havilland terdiam; sewaktu ia kembali berbicara suaranya dingin. "Oh,
ya, kau akan menggunakan kata-kata itu, Edward. Kau terlalu banyak protes.
Conklin benar tentang hal itu. Kau bisa bilang tidak sejak awal, di Sangre de
Cristo di Colorado. Kau bisa pergi begitu saja tapi kau tidak melakukannya,
tidak bisa. Dalam beberapa hal kau sama denganku tanpa kelebihan yang
?kumiliki, tentu saja. Kita berpikir dan mengalahkan pikiran lain; kita bertahan
hidup dengan manipulasi yang kita lakukan. Kita bangga seiring setiap kemajuan
dalam permainan catur manusia ini di mana setiap langkah bisa menimbulkan
?konsekuensi yang mengerikan bagi seseorang karena ada yang kita percayai. Semua
?itu jadi seperti narkotika, dan raungan sirene sangat menarik bagi ego kita,
Kita memiliki kekuasaan kecil karena intelektual kita yang besar. Akuilah,
Edward aku mengakuinya Dan kalau bisa membuatmu lebih baik, akan kuulangi apa
?yang pemah kukatakan. Harus ada yang melakukannya."
"Aku juga tak peduli dengan kuliah di-luar-konteks," kata McAllister.
"Kau akan mendengarnya lebih banyak lagi dariku. Lakukan saja sesuai perintahku.
Jaga semua pintu di hotel, tapi tak boleh ada yang mengambil langkah terangterangan. Kalau Bourne pergi entah ke mana, ia hams diikuti dengan diam-diam,
tak boleh disentuh dalam situasi apa pun. Kita harus mendapatkan istrinya
sebelum terjadi kontak."
Morris Panov mengangkat telepon. "Ya?" '
"Sesuatu terjadi." Conklin berbicara dengan cepat dan pelan. "Havilland
meninggalkan ruangan untuk menerima telepon darurat. Ada kejadian di
sana?" 'Tidak, tidak ada apa-apa. Kami bare saja bercakap-cakap."
"Aku khawatir. Anak buah Havilland bisa saja menemukan kalian."
"Astaga, bagaimana caranya?"
"Memeriksa setiap hotel di koloni, mencari pria kulit putih timpang,
begitu caranya." "Kau membayar karyawan sini untuk tidak mengatakan apa pun kepada siapa pun.
Katamu ini pertemuan bisnis rahasia sangat normal."
?"Mereka juga bisa membayar, dan mengatakan ini kasus rahasia pemerintah yang
mendatangkan hadiah besar atau penyiksaan yang sama besamya. Tebak siapa yang
menang?" "Menurutmu reaksimu berlebihan," psikiater itu memprotes.
"Aku tidak peduli dengan pendapatmu, Dokter, pokoknya pergi saja
dari sana. Sekarang. Lupakan barang-barang Marie kalau ada. Pergilah?secepat mungkin." "Ke mana?"
"Ke tempat yang ramai, tapi aku bisa menemukanmu." "Restoran?"
"Sudah lama aku tidak kemari dan mereka ganti nama setiap dua puluh menit di
sini. Hotel juga tidak bisa; terlalu mudah diawasi." "Kalau kau benar, Alex, ini
namanya buang-buang waktu " "Aku sedang berpikir!... Baik. Naiklah taksi ke ujung
?Nathan Road di Salisbury kau mengerti" Nathan dan Salisbury. Kau akan melihat
?Peninsula Hotel, tapi jangan masuk ke dalam. Jalan yang mengarah ke utara
disebut Golden Mile. Susuri sisi kanan, sisi timur, tapi jangan lebih dari empat
blok. Akan kutemukan kalian, secepat mungkin."
"Baiklah," kata Panov. "Nathan dan Salisbury, empat blok pertama ke utara di
sebelah kanan... Alex, kau yakin pendapatmu benar?"
"Berdasarkan dua hal," jawab Conklin. "Pertama-tama, Havilland tidak mengajakku
mencari tahu apa 'keadaan darurat' itu bukan begitu persetujuan kami. Dan kalau
?keadaan' darurat itu bukan menyangkut dirimu dan Marie, itu berarti Webb
mengadakan kontak. Kalau itu yang terjadi, aku tidak akan menukarkan satusatunya alat penawaranku, yaitu Marie. Tidak tanpa jaminan yang jelas. Tidak
dengan Ambassador Raymond Havilland. Sekarang, pergi dari sana!"
Ada yang tidak beres! Apa itu" Bourne telah kembali ke kamar hotel yang kotor
dan berdiri di kaki ranjang mengawasi tawanannya, yang tersentak-sentak lebih
hebat sekarang, tubuhnya yang terentang bereaksi terhadap setiap gerakan gugup.
Apa yang tidak beres" Kenapa percakapan dengan operator Hong Kong tadi begitu
mengganggunya" Wanita itu sopan dan ringan tangan; ia bahkan menerima makiannya.
Lalu apa"... Tiba-tiba, kata-kata dari masa lalu yang telah lama terlupakan
melintas dalam benaknya Kata-kata yang diucapkan bertahun-tahun yang lalu kepada
operator tanpa wajah, hanya dengan suara yang jengkel.
Aku menanyakan nomor telepon konsulat Iran.
Ada di buku telepon. Operator kami sibuk dan kami tidak memiliki waktu untuk
permintaan seperti itu. Klik. Sambungan diputuskan.
Itu dial Para operator di Hong Kong karena punya alasan termasuk yang paling
? ?tegas di dunia. Mereka tidak membuang-buang waktu, tidak peduli sengotot apa
pelanggannya. Beban kerja di megalopolis keuangan yang padat flan sibuk ini
tidak mengizinkan hal itu. Tapi operator kedua tadi benar-benar toleran... Saya
tidak tahu apa yang terjadi dengan-nomor-nomor lain. Kalau Anda punya, dengan
senang hati akan saya periksa. Kalau Anda bersedia memberitahukan alamat Anda...
Kecuali 482 Anda mau memberitahukan alamat Anda.... Alamat! Dan tanpa benar-benar
mempertimbangkan pertanyaan itu, secara instingtif ia menjawab,
Tidak, kurasa tidak bisa. Jauh di dalam dirinya alarm terpicu.
Pelacakan! Mereka membuatnya berputar-putar, mempertahankannya di telepon cukup
lama untuk melacak teleponnya secara elektronis! Telepon umum paling sulit
dilacak. Mula-mula ditetapkan kawasannya; lalu lokasi atau bangunannya, dan
akhirnya instrumen yang spesifik, tapi hanya makan waktu beberapa menit atau
sepersekian menit dari langkah pertama hingga terakhir. Apakah ia cukup lama di
telepon" Dan kalau benar begitu, sejauh apa pelacakannya" Kawasan" Hotel"
Telepon umum itu sendiri"
Jason mencoba menyusun kembali percakapannya dengan operator tadi operator ?kedua ketika pelacakan mestinya dimulai. Membingungkan, menggelisahkan, tapi
?dengan segala ketepatan yang bisa dikerahkannya, ia mencoba menangkap kembali
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ritme kata-kata mereka, suara-suara mereka, menyadari sewaktu ia mempercepat
percakapan, wanita itu justru memperlambatnya. Perlu waktu... Sebenamya, saya
tidak memilikinya, Sir. Hukum kerahasiaan di Hong Kong paling ketat teguranl
?Oh, Sir, tunggu sebentar. Anda benar... layar saya sekarang
menunjukkan penjelasan untuk menenangkan, mengulur waktu. Waktu! Bagaimana ia
?bisa membiarkannya" Berapa lama,.."
Sembilan puluh detik dua menit paling lama. Pengaturan waktu sudah menjadi
?instingnya, ritmenya diingat. Katakanlah dua menit. Cukup untuk menentukan
kawasan, bisa jadi menetapkan lokasi, tapi, mengingat ratusan ribu mil jalur
telepon yang ada, mungkin tidak cukup untuk memastikan telepon yang spesifik.
Untuk alasan yang tak jelas, bayangan-bayangan Paris melintas dalam benaknya
lalu sosok samar bilik-bilik telepon saat ia dan Marie berlari-lari dari satu
bilik ke bilik yang lain di jalan-jalan Paris yang membingungkan, melakukan
panggilan-panggilan telepon tak terlacak, berharap bisa mengungkap teka-teki
bernama Jason Bourne. Empat menit. Makan waktu selama itu, tapi kita harus
meninggalkan kawasan ini! Mereka sudah tahu sekarang!
Anak buah taipan kalau memang ada taipan berbadan besar itu mungkin sudah
? ?melacak hotelnya, tapi kecil kemungkinan mereka berhasil melacak telepon umum
atau lantai tempatnya berada. Dan ada rentang waktu lain yang hams
dipertimbangkan, rentang waktu yang bisa menguntungkannya kalau ia bekerja
cepat. Kalau pelacakan sudah dilakukan dan nama hotelnya terungkap, para pemburu
perlu waktu untuk aba di Mongkok selatan, dengan anggapan mereka berada di Hong
Kong, yang ditunjukkan angka awal nomor telepon tadi. Kunci saat ini adalah
kecepatan. Cepat. 1 'Tutup matamu tetap kupasang,. Major, tapi kau akan bergerak," katanya pada
pembunuh bayaran itu sambil dengan sigap melepas sumpal
483 dan ikatan pada pegas kasur, menggulung ketiga utas tali nilon dan
menjejalkannya ke. dalam jaket si Commando. "Apa" Apa katamu?"
Bourne meninggikan suaranya. "Bangun. Kita akan berjalan-jalan." Jason menyambar
ranselnya, membuka pintu, dan memeriksa lorong. Seorang pemabuk terhuyung-huyung
memasuki kamar di sebelah kiri dan membanting pintu hingga tertutup. Lorong
kanan kosong, terus hingga ke telepon umum dan pintu darurat di belakangnya.
"Jalan," perintah Bourne sambil mendorong tawanannya.
Begitu melihatnya, orang pasti tidak mau melewati pintu darurat itu. Logamnya
keropos dan pagamya bengkok akibat tekanan. Kalau ada orang yang melarikan diri
dari kebakaran, ia mungkin lebih memilih tangga yang dipenuhi asap. Sekalipun
begitu, kalau tangga itu membentang turun dalam kegelapan tanpa ada yang runtuh,
tidak jadi masalah. Jason menyambar kelepak baju si Commando, menggiringnya
menuruni tangga logam yang berderit-derit hingga mereka tiba di tikungan
pertama. Di bawah terdapat tangga patah yang menjulur separo jaian ke lorong di
bawah. Jarak ke aspal tidak lebih dari dua meter, bisa dituruni dengan mudah
dan yang lebih penting dipanjat lagi.
? ?"Tidurlah dengan nyenyak,". kata Bourne, dalam kegelapan menghantamkan buku-buku
jarinya ke tengkuk Commando itu. Pembunuh itu pingsan di tangga saat Bourne
mengeluarkan tali dan mengikatnya di tangga dan pagar, menarik turun sarung
bantal menutupi mulut peniru im, dan mengikatkan kainnya lebih erat. Suara-suara
malam Yau Ma Ti, Hong Kong, dan Mongkok di dekatnya dengan mudah mengatasi
jeritan apa pun yang berhasil dilontarkan Allcott-Price kalau ia tersadar
?sebelum Jason menyadarkannya, yang sangat kecil kemungkinannya.
Bourne menuruni tangga, melompat ke lorong s'empit hanya beberapa detik sebelum
tiga pemuda muncul, berlari-lari dari balik tikungan jalan yang sibuk. Terengahengah, mereka meringkuk dalam bayang-bayang ambang pintu sementara Jason tetap
berlutut ia sempat melompat bersembunyi sebelum mereka melihatnya. Di balik ?pintu lorong kelompok pemuda lain berlari-lari mengejar sambil berteriak-teriak
marah. Ketiga pemuda itu menerjang ambang pintu yang gelap dan berlari keluar,
menuju arah yang berlawanan, menjauhi para pemburu mereka. Bourne beranjak
bangkit dan bergegas melangkah ke mulut gang; menengadah memandang tangga
darurat. Pembunuh bayaran itu tak terlihat
Ia bertabrakan dengan dua orang yang berlari. Saat melontarkah mereka ke
dinding, ia hanya bisa beranggapan para pemuda itu bagian dari kelompok yang
mengejar ketiga pemuda yang tadi bersembunyi di ambang pintu. Tapi salah satunya
menggenggam belati dengan sikap mengancam. Jason tidak membutuhkan konfrontasi
ini, ia tidak bisa membiarkannya! Sebelum pemuda itu menyadari apa yang terjadi,
Bourne 484 mengayunkan tangan dan mencengkeram pergelangannya, memuntirnya searah jarum jam
hingga belati itu jatuh dari tangannya sementara ia menjerit kesakitan.
"Pergi dari sini!" teriak Jason dalam bahasa Kanton yang kasar. "Gengmu tidak
sebanding dengan para tetuamu dan yang lebih baik darimu! Kalau kami melihat
salah satu dari kalian berkeliaran di sini, anak-anak ibu kalian akan menjadi
mayat. Pergi!" "Aiya!" "Kami mencari pencuri! Mata-mata dari utara! Mereka mencuri, mereka "
?"Minggat!" Para pemuda itu hinggang-langgang dari lorong, menghilang ke jalan yang cukup
ramai di Yau Ma Ti. Bourne menggoyang-goyangkan tangannya, tangan yang tadi
hendak dihancurkan si pembunuh bayaran di ambang pintu kamar hotel. Dalam
kegelisahan ia melupakan rasa sakitnya; cara terbaik untuk mentolerirnya.
Ia menengadah mendengar suara itu suara-suara itu. Dua sedan gelap muncul di
?Shek Lung Street dan berhenti di depan hotel. Kedua kendaraan itu memancarkan
Lentera Maut 11 Rajawali Emas 18 Seruling Haus Darah Kisah Membunuh Naga 39
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama