Ceritasilat Novel Online

Bourne Supremacy 12

The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum Bagian 12


kesan resmi. Jason mengawasi dengan marah saat orang-orang turun dari kedua
mobil, dua dari mobil pertama, tiga dari mobil di belakangnya.
Oh Tuhan, Marie! Kita akan kalah! Aku telah membunuh kita berdua oh Tuhan, aku
?telah membunuh kita! Ia menduga kelima orang im akan bergegas masuk ke hotel, menanyai petugas
resepsionis, mengambil posisi, dan bergerak. Mereka akan tahu penyewa Kamar 301
belum terlihat meninggalkan tempat ini; karena itu dianggap masih di atas. Kamar
tersebut akan didobrak dalam waktu kurang dari semenit, pintu darurat ditemukan
beberapa detik kemudian! Bisakah ia melakukannya" Bisakah ia memanjat ke atas
kembali, memotong ikatan pembunuh itu, menurunkannya ke lorong dan melarikan
diri" Hams bisa! Ia memandang untuk terakhir kalinya sebelum melesat kembali ke
tangga. Lalu ia berhenti. Ada yang tidak beres ada yang tak terduga, tak terduga sama
?sekali. Orang pertama di mobil terdepan menanggalkan jas jas dinas resmi dan
? ?mengendurkan dasi. Ia menyisir rambut dengan jemari, mengusutkannya, dan
berjalan dengan tidak man tap" ke pintu masuk hotel kumuh itu. Keempat
? ?temannya menyebar menjauhi mobil, menengadah memandang jendela-jendela, dua ke
sebelah kanan, dua ke sebelah kiri, ke arah lorong ke arahnya. Apa yang
?terjadi" Orang-orang ini tidak bertindak secara resmi. Tingkah mereka seperti
penjahat, seperti mafiosi yang akan melakukan pembunuhan yang tidak bisa
dikaitkan dengan mereka jebakan yang disiapkan bagi orang lain, bukan
?bagi mereka sendiri. Astaga, apakah Alex Conklin keliru di Bandara Dulles di
Washington" Mainkan skenarionya. Skenarionya dalam dan ada di sana. Mainkan. Kau bisa
melakukannya, Delta! Tidak ada waktu. Tidak ada waktu untuk berpikir lebih lama lagi. Tidak ada waktu
berharga yang bisa disia-siakan dengan memikirkan keberadaan atau
ketidakberadaan taipan bertubuh besar, yang terlalu dramatis untuk jadi
kenyataan. Kedua orang yang menuju ke arahnya telah melihat lorong itu. Mereka
mulai berlari ke lorong, ke "barang dagangannya", ke arah kehancuran dan ?kematian segala sesuatu yang disayangi Jason di dunia busuk yang dengan senang
hati akan ditrnggafkannya, kalau bukan demi Marie.
Detik-detik berlalu dalam milidetik yang berisi rencana kekerasan, diterima
sekaligus dibenci. David Webb dibungkam saat Jason Bourne sekali lagi memegang
kendali sepenuhnya. Pergi dariku! Hanya ini yang masih kita miliki!
Orang pertama jatuh, tulang rusuknya patah, suaranya dibungkam pukulan ke
tenggorokan. Orang kedua mendapat perlakuan istimewa. Ia hams tetap sadar,
bahkan waspada, untuk apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia menyeret keduanya ke
keremangan paling gelap di lorong, mencabik pakaian mereka dengan pisau,
mengikat kaki, tangan, dan mulut mereka dengan robekan pakaian mereka sendiri.
Dengan lengan terjepit di bawah lutut Jason, mata pisau menyayat kulit di
sekitar lubang mata kirinya, Bourne memberikan ultimatum pada orang kedua.
"Istriku! Di mana istriku" Katakan sekarang! Atau kau akan kebilangan matamu,
lalu mata yang satu lagi! Akan kucincang kau, Zhongguo ren, peTcayalah!" Ia
menarik sumpal dari mulut orang itu.
"Kami bukan musuhmu, Zhangfur jerit orang Oriental itu dalam bahasa Inggris,
menggunakan kata Kanton yang berarti suami. "Kami sudah bemsaha mencarinya! Kami
memburunya ke mana-mana!"
Jason menunduk menatap orang itu, pisau gemetar di tangan, kening berdenyutdenyut, galaksinya seolah-olah hampir meledak, langit nyaris mencurahkan hujan
api dan penderitaan yang melebihi imajinasinya. "Marie!" jeritnya nyeri. "Apa
yang sudah kaulakukan padanya" Aku mendapat jaminan! Kubawa barang dagangannya
dan istriku akan dikembalikan padaku! Aku sehamsnya mendengar suaranya di
telepon tapi telepon itu tidak bekerja! Sebaliknya, aku dilacak dan tiba-tiba
kau ada di sini tapi istriku tidak ada! Di mana istriku?" "Kalau kami tahu, ia
pasti sudah kemari bersama kami." "Bohong!" jerit Bourne.
"Aku tidak membohongimu, Sir. Aku juga tidak perlu dibunuh karena
tidak mernbohongimu. Istrimu melarikan diri dari rumah sakit " . "Rumah sakit?"
?"Ia sakit. Dokter berkeras. Aku ada di sana, di luar kamarnya, mengawasinya! Ia
lemah, tapi berhasil melarikan diri "
?"Oh Tuhan! Sakit" Lemah" Sendirian di Hong Kong" Ya Tuhan, kau telah
membunuhnya." 'Tidak, Sir! Perintah kami adalah memastikan ia nyaman "
?"Perintahmu," kata Jason Bourne, suaranya datar dan dingin. 'Tapi bukan perintah
taipan-mu. Ia mengikuti perintah lain, perintah yang diberikan sebelumnya di
Zurich, Paris, dan Seventy-first Street di New York. Aku ada di sana kami ada
?di sana. Dan sekarang kau membunuhnya. Kalian memanfaatkanku, sebagaimana kalian
memanfaatkanku dulu, dan sesudah kalian mengira semuanya berakhir, kalian
merampasnya dariku. Apa artinya 'kematian satu putri lagi'" Kebisuan adalah
segalanya." Jason tiba-tiba mencengkeram wajah pria itu dengan tangan kirinya,
pisaunya teracung di tangan kanan. "Siapa orang gendut itu" Katakan, atau
pisauku menusukmu! Siapa taipan itu?"
"Ia bukan taipan! Ia dididik dan dilatih di Inggris, petugas yang sangat
dihorrnati di wilayah ini. Ia bekerja bersama orang-orang senegara-mu, orangorang Amerika itu. Ia bekerja di Dinas Intelijen."
"Aku yakin begitu... Sejak awal sama. Hanya saja kali ini bukan Jackal, tapi aku.
Aku diputar-putar hingga tidak memiliki pilihan kecuali memburu diriku
sendiri perpanjangan diriku, seseorang bemama Bourne. Sesudah mengantarnya, ?bunuh dia. Bunuh wanita itu. Mereka tahu terlalu banyak."
"Tidak!" jerit orang Oriental itu, peluhnya membanjir, matanya membelalak,
menatap pisau yang menekan kulitnya. "Kami diberitahu sangat sedikit, tapi aku
belum pemah mendengar yang seperti itu!".
"Apa yang kaulakukan di sini, kalau begitu?" tanya Jason kasar.
"Mengintai. Aku bersumpah! Hanya itu!"
"Sampai pembawa senjata tiba?" tanya Bourne dingin. "Agar setelan tiga potongmu
tetap bersih, tidak ada darah di kemejamu, tidak ada jejak yang bisa ditelusuri
kembali ke orang-orang tanpa nama dan tanpa wajah pada siapa kau bekerja."
"Kau keliru! Kami tidak seperti itu, atasan kami tidak seperti itu!"
"Sudah kukatakan, aku pemah mengalaminya. Kalian seperti itu, percayalah....
Sekarang ada sesuatu yang akan kauberitahukan padato Apa pun itu, pasti kotor
dan sangat amari. Tidak ada yang menjalankan operasi semacam ini tanpa pangkalan
berkamuflase. Di mana?"
"Aku tidak mengerti."
"Markas besar atau Base Camp One, atau rumah persembunyian, atau
Pusat Komando tersandi apa pun istilahmu. Di mana?"
?"Please, aku tidak bisa "
?"Bisa. Kau akan membentahuku Kalau tidak, kau akan buta, matamu
dipotong dari kepalamu. Sekarang!"
"Aku punya istri, anak-anak!"
"Aku juga. Keduanya penting. Kesabaranku mulai habis." dj hanya sedikit
mengurangi tekanan pisaunya. "Lagi pula, kalau kau benar kalau atasanmu tidak
?seperti yang ia tuduhkan, apa ruginya Kesepakatan bisa dicapai."
"Ya!" teriak orang yang ketakutan itu. "Kesepakatan! Mereka 0ra orang baik.
Mereka tidak akan menyakitimu!" 8'
"Mereka tidak akan memiliki kesempatan," bisik Bourne. "Apa, Sir?"
"Tidak apa-apa. Di mana tempat itu" Di mana markas besar yan sangat-rahasia itu"
Sekarang.'" "Victoria Peak!" kata agen intehjen yang ketakutan itu. "Rumah kedua belas di
sebelah kanan, dengan dinding-dinding tinggi..."
Bourne mendengarkan deskripsi rumah persembunyian itu, bangunan sepi dijaga
patroli, di antara barigunan-bangunan lain di distrik kaya ia mendengar apa yang
harus didengarnya; tidak ada lagi yang dibutuhkannya. Ia menghantamkan gagang
belati dari tulang yang berat ke tengkorak pria itu, mengembalikan sumpalnya,
dan berdiri. Ia menengadah memandang tangga darurat, memandang sosok pembunuh
bayaran yang hampir tak terlihat di sana.
Mereka menginginkan Jason Bourne dan bersedia membunuh demi itu. Mereka akan
mendapatkan dua Jason Bourne dan mati karena telah berbohong.
31 EMBASSADOR HAVILLAND mengkonfrontasi Conklin di lorong ftimah sakit di luar
ruang darurat kepolisian. Keputusan diplomat itu untuk berbicara dengan si orang
CIA di lorong berdinding putih yang sibuk diambil berdasarkan fakta bahwa lorong
itu memang sibuk perawat dan mantri, dokter dan niahasiswa magang, menyusuri ?lorong sambil bercakap-eakap dan menjaWab telepon yang sepertinya selalu
berdering. Dalam situasi seperti ini Conklin hampir tak mungkin berdebat dengan
suara lantang. Diskusi mereka mungkin keras, tapi dilakukan dengan lirih;
Ambassador bisa mengajukan pendapataya dengan lebih baik dalam kondisi ini.
"Bourne mengadakan kontak," kata Havilland.
"Ayo keluar," kata Conklin.
'Tidak bisa," jawab diplomat itu. "Lin bisa meninggal sewaktu-waktu atau kita
bisa menemuinya sewaktu-waktu. Kita tidak bisa kehilangan kesempatan itu dan
dokter tahu kita ada di sini."
"Kalau begitu, ayo kembali ke dalarrf."
"Ada lima orang di dalam ruang darurat. Kau tidak ingin mereka tanpa sengaja
mendengar percakapan kita, aku juga:"
"Astaga, kau selalu melindungi diri sendiri, bukan?"
"Aku harus memikirkan kita semua. Bukan satu; dua, atau tiga dari antara kita,
tapi semuanya." "Apa yang kauinginkan dariku?"
"Wanita itu, tentu saja. Kau tahu."
"Aku tahu tentu saja. Apa yang siap kautawarkan?" ia Tuhan; Jason Bourne!" " .
?"Aku menginginkan David Webb. Aku menginginkan suami Mane. Aku ingin tahu ia
.masih hidup dan segar bugar di Hong Kong. Aku m8*n melihatnya, dengan mata
kepalaku sendiri." "Itu mustahil."
"^lau begitu sebaiknya kauberitahukan alasannya." Sebelum muncul ia berharap
bisa berbicara dengan istrinya dalam
tiga puluh detik sesudah kontak. Begitu persetujuannya.
"Tapi bam saja kau mengatakan ia sudah mengadakan kontak!' "Ia sudah mengadakan
kontak. Kami belum. Kami tidak bisa melakukannya tanpa kehadiran Marie Webb di
dekat telepon." "Kau membingungkan!" kata Conklin marah.
"Ia mengajukan syaratnya sendiri, sama seperti kau, yang bisa dipahami. Kalian
berdua dulu "Apa syaratnya?" sela orang CIA itu.
"Kalau ia menelepon, berarti ia sudah mendapatkan penirunya itu perjanjian
?bilateral." "Ya Tuhan! 'Bilateral'?"
"Kedua belah pihak menyetujuinya."
"Aku tahu apa artinyal Kau hanya membuatku bingung, itu saja." "Rendahkan
suaramu... Syaratnya adalah kalau kami tidak bisa memunculkan istrinya dalam tiga
puluh detik, siapa pun yang menerima telepon akan mendengar suara tembakan, yang
berarti pembunuh bayaran itu tewas, Bourne membunuhnya."
"Delta tua yang baik." Bibir Conklin setengah tersenyum. "Ia tidak pemah
melewatkan satu tipuan pun. Dan kurasa ia sudah menetapkan lanjutannya, bukan?"
"Ya," kata Havilland muram. "Tempat pertukaran akan disetujui bersama "?"Bukan bilateral?"
Tutup mulutmu!... Ia akan bisa melihat istrinya berjalan seorang diri, dengan
kekuatannya sendiri. Sesudah puas, ia akan keluar membawa tawanannya di bawah
?todongan senjata, menurut dugaan kami dan pertukaran akan dilakukan. Sejak
?kontak awal hingga pertukaran, segala sesuatu harus berlangsung dalam hitungan
menit, tidak lebih dari setengah jam."
"Dua kali lebih lama kalau tidak ada yang mengkoordinir gerakan rumit ini."
Conklin mengangguk. "Tapi kalau kau tidak menjawab, dari mana kau tahu ia
mengadakan kontak?" "Lin menandai nomor telepon itu dengan sambungan kedua ke Victoria Peak. Bourne
diberitahu bahwa sambungan itu untuk sementara mengalami kerusakan, dan sewaktu
ia mencoba mendapatkan konfirmasi mengingat situasinya, ia harus
?melakukannya ia dihubungkan ke Peak. Kami menahannya di telepon cukup lama
?hingga kami dapat melacak,lokasi telepon umum yang digunakan. Kami tahu di mana
ia berada. Orang-orang kami dalam perjalanan ke sana sekarang dengan perintah
untuk tetap bersembunyi. Kalau ia mencium atau melihat apa pun, ia akan membunuh
orang yang kami cari."
"Pelacakan?" Alex mengamati wajah diplomat itu, dengan tidak ramah. 'Ta
membiarkan kau menahannya di telepon cukup lama hingga bisa melacaknyal"
490 "Ia dalam kondisi sangat gelisah, kami' mengandalkan hal itu."' "Webb, mungkin
begitu," kata Conklin. "Delta tidak. Tidak kalau ia memikirkannya."
"Ia akan tems menelepon," Havilland berkeras. "Ia tidak memiliki pilihan Iain."
"Mungkin, mungkin tidak. Sudah berapa lama sejak telepon terakhirnya?"
"Dua belas menit," jawab Ambassador sambil memandang arlojinya. "Dan yang
pertama?" "Sekitar setengah jam."
"Dan setiap kali ia menelepon kau diberitahu?"
"Ya. Informasinya disampaikan kepada McAllister."
"Telepon McAllister dan cari tahu apakah Bourne sudah mencoba
lagi." "Kenapa?"
"Karena, seperti istilahmu, ia dalam kondisi sangat gelisah dan akan
terus menelepon. Ia tidak mampu menahan diri." "Apa yang ingin kaukatakan?"
"Bahwa kau mungkin melakukan kesalahan." "Di mana" Bagaimana caranya?" "Aku
tidak tahu, tapi aku kenal Delta." "Apa yang bisa dilakukannya tanpa menghubungi
kami?" -"Membunuh," kata Alex datar.
Havilland berbalik, memandang lorong yang sibuk, dan melangkah ke meja
resepsionis di lantai itu. Ia berbicara singkat pada seorang perawat; wanita
itu. mengangguk dan Havilland meraih telepon. Ia berbicara sejenak dan menutup
telepon. Sambil mengeratkan kening, ia berbalik memandang Conklin. "Aneh,"
katanya. "McAllister merasakan hal yang sama dengan yang kaurasakan. Edward
mengharapkan Boune menelepon _ setiap lima menit, kalaupun ia mau menunggu
selama itu." "Oh?" "Ia dibujuk agar percaya bahwa layanan telepon akan pulih sebentar lagi."
Ambassador menggeleng, seakan-akan mengesampingkan apa yang tidak mungkin. "Kita
semua terlalu tegang. Ada beberapa penjelasah, mulai dari koin-koin untuk
telepon umum hingga perut yang member rontak."
Pintu kamar darurat terbuka dan dokter Inggris itu keluar, "Mr.
Ambassador?" "Lin?"
"Orang yang luar biasa. Yang dialaminya bisa membunuh seekor
kuda, tapi sekalipun ukuran mereka sama, kuda tidak mampu me-ngerahkan kemauan
untuk hidup." "Kami bisa menemuinya?"
Tidak ada gunanya, ia masih belum sadar sesekali terjaga tapi tidak bisa ?dipahanii sama sekali. Sudah bagus ia beristirahat setiap menit dengan kondisi
yang stabil." "Anda mengerti bahwa sangat penting bagi kami untuk bicara dengannya, bukan?"
"Ya, Mr. Havilland, aku mengerti. Mungkin lebih daripada yang Anda sadari. Anda
tahu aku yang bertanggung jawab atas pelarian wanita itu"
"Aku tahu," kata diplomat itu. "Aku juga diberitahu kalau wanita itu bisa
menipumu, ia mungkin bisa menipu ahli internis terbaik di Mayo Clinic."
"Meragukan, tapi aku ingin menganggap diriku kompeten. Namun, aku justru merasa
tolol. Aku akan berusaha sekuat tenaga membantu Anda dan teman baikku, Major
Lin. Penilaian medis itu berasal dariku, kesalahannya ada padaku, bukan padanya:
Kalau Major Lin berhasil bertahan selama sekitar satu jam lagi, aku percaya ia
memiliki kesempatan untuk selamat. Kalau itu terjadi, akan kubawa ia keluar dan
Anda bisa menanyainya selama pertanyaan Anda tetap singkat dan sederhana. Kalau
kupikir kondisinya mengalami kemunduran yang terlalu parah dan ia mulai
kehilangan kesadaran, Anda juga akan kuhubungi." "Cukup adil, Dokter. Terima
kasih!" "Aku tidak bisa berbuat kurang dari itu: Begitulah yang akan diharapkan Lin. Aku
akan kembali memeriksanya sekarang."
Penantian dimulai. Havilland dan Alex Conklin mencapai kesepakatan bilateral
mereka sendiri. Kalau Bourne berusaha menghubungi nomor Snake Lady itu lagi, ia
akan diberitahu bahwa sambungannya akan pulih dua puluh menit Selama itu.
Conklin akan diantar ke rumah persembunyian di Victoria Peak, bersiap menerima
teleponnya, Ia akan mengatur pertukaran, memberitahu David bahwa Marie aman dan
bersama Morris Panov. Keduanya kembali ke ruang darurat kepblisian dan duduk di
kursi yang berseberangan, setiap menit yang berlalu dalam kebisuan memperbesar
ketegangan. Tapi menit-menit itu terentang menjadi seperempat jam, lalu satu jam. Tiga kali
Ambassador menelepon Peak untuk menanyakan kabar dari Jason Bourne. Tidak ada.
Dua kali dokter Inggris itu keluar untuk melaporkan kondisi Lin. Kondisinya
tidak berubah, fakta yang lebih menyalakan harapan daripada memudarkannya.
Sekali telepon di ruang darurat berdering, Havilland dan Conklin menyentakkan
kepala, pandangan mereka terpaku ke perawat yang dengan tenang menjawabnya.
Telepon itu bukan untuk Ambassador. Ketegangan di antara kedua orang itu
meningkat saat sesekali mereka saling pandang dengan pesan yang sama di -mata
masing-masing. Ada yang tidak beres. Ada yang meleset. Seorang dokter Cina
muncul dan mendekati dua orang di bagian belakang ruangan, seorang wanita muda
dan seorang pendeta;-, ia berbicara dengan suara pelan. Wanita itu menjerit,


The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lalu terisak dan menghambur ke dalam
492 pelukan pendetahya. Seorang wanita yang tiba-tiba menjadi janda polisi. Ia
dibimbing pergi untuk mengucapkan kata perpisahan terakhir kepada
suaminya. Sunyi. Telepon kembali berdering, sekali lagi diplomat dan orang CIA itu menatap meja.
f'Jw$> "Mr. Ambassador," kata perawat, "untuk Anda: Katanya sangat mendesak." Havilland
beranjak dan bergegas ke meja, mengangguk sebagai ucapan terima kasih saat
menerima teleponnya. Apa pun itu, dugaannya telah menjadi kenyataan. Conklin.mengawasi, tak menyangka
akan melihat yang dilihatnya sekarang. Wajah diplomat tersebut tiba-tiba
memucat; bibir tipisnya yang biasanya terentang kencang sekarang menganga, alis
matanya yang hitam mengerat, matanya membelalak dan kosong. Ia berpaling dan
berbicara kepada Alex, suaranya nyaris tak terdengar; hanya bisikan ketakutan.
"Bourne menghilang. Penim itu menghilang. Dua anak buah kami ditemukan terikat
dan terluka parah." Ia berpaling ke telepon, matanya rrienyipit saat
rhendengarkan. "Oh Tuhan.1" serunya, berpaling kembali pada Conklin.
Orang CIA itu tidak berada di sana lagi.
David Webb tidak ada lagi, hanya Jason Bourne yang tertinggal. Sekalipun begitu
kurahg-lebih ia adalah pembura Carlos the Jackal. Ialah Delta si pemangsa, hewan
yang hanya menginginkan pembalasan dendarri bagi bagian yang tidak ternilai
dalam hidupnya yang sekali lagi dirampas dari tangannya. Dan sebagai pemangsa
yang membalas dendam, ia bergerak menyusun logistik secara instingtif dalam ? ?kondisi seperti kesurupan, setiap keputusannya tepat, setiap gerakanhya
mematikan. Pikiranya terpusat pada aksi pembunuhan, dan benak manusianya menjadi
benak binatang. Ia berkeliaran di jalan-jalan Yau Ma Ti yang kotor, si tawanan di depannya,
dengan pergelangan tangan tetap terikat, menemukan apa yang ingin ditemukanriya,
membayar ribuan dolar untuk barang-barang yang hilainya hanya sebagian kecil
dari jumlah yang dibayarkannya'. Berita menyebar di Mongkok tentang orang asing
dan rekannya yang pendiam dan lebih aneh, terikat dan takut kehilangan nyawa.
Pintu-pintu lain terbuka baginya, prntu-pintu yang disediakan bagi para
penyelundup obat bius, pelacur ekspor, perhiasan, emas, dan benda-benda
?penghancur, penipuan, kematian dan peringatan yang dibesar-besarkan mengiringi
?berita tentang orang yang obsesif dan membawa uang ribuan ini.
Ia maniak, berkulit putth, dan akan membunuh dengan cepat. Katanya dua orang
digorok karena tidak Jujur. Katanya seorang Zhongguo ren ditembak mati karena
curang dalam pengiriman. la sinting. Berikan apa
yang diinginkannya. Ia membayar tunai. Siapa peduli" Itu bukan urusan kita.
Biarkan ia datang. Biarkan ia pergi. Ambil saja uangnya.
Pada tengah malam Delta telah mendapatkan barang-barang yang diperlukannya. Dan
keberhasilan merupakan prioritas tertinggi dalam benak si orang Medusa. Ia harus
berhasil. Pembunuhan adalah segalanya.
Di mana Echo" Ia membutuhkan Echo. Echo tua adalah jimatnya!
Echo sudah mati, dibantai orang gila dengan sebilah pedang upacara di hutan
burung yang damai. Kenangan.
Echo. Marie. Akan kubunuh mereka untuk apa yang telah mereka lakukan kepada kalian!
Ia menghentikan taksi reyot di Mongkok dan, dengan menunjukkan uang, menyuruh
sopirnya keluar. "Ya, ada apa, Sir?" tanya orang itu dengan bahasa Inggris patah-patah...
"Berapa harga mobilmu?" tanya Delta.
"Aku tidak mengerti."
"Berapa" Uang" Untuk mobilmu!"
"Kau feng kuang "Bu!" teriak Delta, memberitahu sopir bahwa ia tidak gila. "Berapa harga
mobilmu?" lanjutnya dalam bahasa Cina. "Besok pagi kau bisa melaporkan mobilmu
dicuri. Polisi akan menemukannya."
"Hanya ini sumber penghidupanku dan aku punya keluarga besar! Kau sinting!"
"Bagaimana kalau empat ribu, Amerika?"
"Aiya. Ambil!" "Kuai!" perintah Jason agar orang itu bergegas. "Bantu aku meng-gotong orang
sakit ini. Ia sakit parah dan harus diikat agar tidak menyakiti diri sendiri."
Pemilik taksi itu, pandangannya terpaku pada lembaran uang di tangan Bourne,
membantu Jason melempar si pembunuh bayaran ke kursi belakang, memegangi
pembunuh itu sementara si orang Medusa melilitkan tali nilon di sekeliling
pergelangan kaki, lutut, dan siku tawanannya, sekali lagi menyumpal dan menutup
matanya dengan robekan sarung bantal hotel murahan tadi. Karena tidak mampu
memahami yang dikatakan diteriakkan dalam bahasa Cina tawanan itu hanya bisa ? ?melawan dengan pasif. Bukan saja hukuman yang diterima pergelangan tangannya
setiap kali bergerak memprotes, tapi ia juga melihat sesuatu saat menatap
penawannya. Ada perubahan dalam diri Jason Bourne yang asli; ia telah pergi ke
dunia lain, dunia yang jauh lebih gelap. Tampak di matanya.
Saat mengemudikan mobil di terowongan yang penuh sesak dari Kowloon ke pulau
Hong Kong, Delta menyiapkan diri untuk serangan,
494 membayangkan hambatan-hambatan yang akan ditemui, menyusun tindakan-tindakan
balasan yang akan diterapkan. Semuanya berlebihan, dengan begim mempersiapkan
dirinya untuk menghadapi kemungkinan
terburuk. la juga berbuat begitu di hutan-hutan Tarn Quan. Tidak ada yang tidak
dipertimbangkannya, dan ia berhasil membawa mereka keluar semuanya, kecuali
?satu. Sepotong sampah, manusia yang tak memiliki jiwa tapi keinginan akan emas,
pengkhianat yang bersedia menjual nyawa rekan-rekannya dengan keuntungan kecil.
Di sanalah semuanya dimulai. Di hutan-hutan Tarn Quan. Delta mengeksekusi sampah
itu, meledakkan keningnya dengan sebutir peluru, ketika sampah tersebut
berbicara melalui radio untuk memberitahukan posisinya kepada Cong. Sampah itu
orang dari Medusa bernama Jason Bourne, ditinggalkan untuk membusuk di hutanhutan Tarn Quan. Dialah awal segala kegilaan ini. Sekalipun begitu Delta telah
mengeluarkan yang lain, termasuk adik yang tak bisa diingatnya. Ia telah
mengeluarkan mereka melalui dua ratus mil wilayah musuh karena telah mempelajari
kemungkinannya dan membayangkan yang mustahil yang terakhir lebih penting bagi ?pelarian mereka, karena yang mustahil sudah terjadi, dan benaknya telah siap
menghadapi yang tak terduga. Sekarang juga begitu. Tak ada yang tak bisa
diatasinya di rumah persembunyian di Victoria Peak Delta akan menjawab kematian
dengan kematian. Ia melihat dinding-dinding tinggi rumah itu dan melewatinya perlahan-lahan,
?seperti tamu atau wisatawan, tidak yakin dengan jalanan di kawasan mewah ini. Ia
menemukan kaca-kaca lampu sorot yang tersembunyi, memperhatikan gulungan kawat
duri di atas dinding-dindingnya. Ia mengamati dua penjaga di belakang gerbangnya
yang besar. Mereka berada di balik bayang-bayang, tapi jaket lapangan marinir
mereka memantulkan cahaya yang ada kesalahan, warna kain itu seharusnya
?dipudarkan atau diganti pakaian yang kurang militer. Dinding-dinding tingginya
berakhir di depan; di tikungan; dinding batu membentang ke kanan sejauh mata
memandang. Rumah persembunyian itu mencolok bagi mata terlatih. Bagi orang biasa
tempat tersebut tampak seperti hunian diplomat penting, duta besar mungkin, yang
membutuhkan perlindungan pada masa-masa berbahaya ini. Terorisme ada di manamana; sandera diberi label harga, ketakutan menjadi bagian dari hidup seharihari. Koktail disajikan saat matahari terbenam di antara tawa kaum elite yang
menggerakkan pemerintahan, tapi di luar pistol-pistol siap, dikokang seiring
kegelapan turun, siap ditembakkan. Delta mengerti. Itu sebabnya ia membawa
ranselnya yang menggembung.
Ia melajukan mobil reyot itu ke tepi jalan. Tidak perlu disembunyikan; ia tidak
akan kembali. Ia tidak peduli untuk kembali. Marie sudah tiada dan semua telah
berakhir. Kehidupan apa pun yang dijalaninya sudah
berakhir. David Webb. Delta. Jason Bourne. Mereka masa lalu. Ia hanya
menginginkan kedamaian. Penderitaannya sudah melewati batas ketahanan-nya.
Damai. Tapi pertama-tama ia hams membunuh. Musuh-musuhnya, musuh-musuh Marie,
semua musuh pria dan wanita di mana pun yang didorong para manipulator tanpa
nama dan wajah akan mendapat pelajaran. Pelajaran kecil, tentu saja, sebab
penjelasan yang telah direkayasa akan disampaikan para pakar, dibuat masuk akal
oleh kata-kata rumit dan separo kebenaran yang telah dibengkokkan. Kebohongan.
Singkirkan keragu-raguan, hapus segala pertanyaan, mardhlah seperti orang-orang
itu dan berderaplah bersama. Tujuan adalah segalanya, para pemain yang tak
penting tidak berarti apa-apa kecuali angka yang diperlukan dalam persamaan
maut. Gunakan mereka, kuras mereka, bunuh mereka kalau perlu, tapi selesaikan
pekerjaannya karena kami mengatakan begitu. Kami melihat hal-hal yang tidak bisa
dilihat orang lain. Jangan meragukan kami Kau tidak memiliki akses terhadap
pengetahuan kami. Jason turun dari mobil, membuka pintu belakang, dan dengan pisau memotong tali
pergelangan kaki dan hitut pembunuh bayaran itu. Lalu ia menanggalkan penutup
mata, membiarkan sumpal tetap di mulutnya. Ia meraih bahu tawanannya dan
?Pukuian itu melumpuhkan! Si pembunuh berputar di tempat, menghantamkan lutut
kanannya ke lambung kiri Bourne, mengayunkan tangan yang terikat ke tenggorokan
Jason sementara Delta terbungkuk. Lutut kedua menghajar tulang rusuk Bourne; ia
jatuh ke tanah sementara si Commando berlari ke jalan. Tidak Tidak boleh
terjadi! Aku membutuhkan pistolnya, kekuatan tembaknyd. Itu bagian dari
strateginya! Delta beranjak, dada dan sisi tubuhnya kesakitan, lalu memburu sosok yang
berlari di jalan. Dalam beberapa detik pembunuh itu akan diselimuti kegelapan!
Si orang dari Medusa berlari lebih cepat, rasa sakitnya terlupakan, memusatkan
perhatian hanya pada si pembunuh bayaran di bagian benaknya yang masih
berfungsi. Lebih cepat, lebih cepat! Tiba-tiba cahaya lampu depan mobil menyorot
dari kaki bukit, menangkap si pembunuh bayaran dalam berkasnya. Commando itu
menghambur ke tepi jalan untuk menghindari sorotan. Bourne tetap bertahan di
sisi kanan jalan hingga saat terakhir, tahu ia akan berhasil melampaui beberapa
meter yang berharga saat mobil itu lewat. Karena kedua lengannya tak berfungsi,
pembunuh itu jatuh ke bahu jalan yang lunak: ia bergegas merangkak, dengan
kikuk, kembali ke aspal, lalu, sambil berdiri, kembali berlari. Terlambat. Bahu
Delta menerjang pangkal tulang punggung tawanannya; keduanya jatuh. Raungan
serak Commando itu mirip suara hewan yang murka. Jason membalik tubuh pembunuh
bayaran itu dan dengan brutal menghunjamkan lututnya ke penit si tawanan.
"Dengarkan aku baik-baik, sampah katanya dengan napas memburu,
lceringat mengalir di wajahnya. "Kau mati atau tidak, bagiku tak ada bedanya.
Beberapa menit dari sekarang kau bukan urusanku lagi, tapi sebelum itu kau
bagian dari rencana, rencanafcw. Aku memberimu kesempatan, lebih daripada yang
pemah kaulakukan pada sasaranmu. Sekarang, bangun! Lakukan semua yang
kuperintahkan padamu atau satu-satunya kesempatanmu akan hancur bersama
kepalamu tepat seperti yang kiijanjikan pada mereka."Mereka berhenti di mobil. ?Delta mengambil ranselnya dan, setelah mengambil pistol yang diambilnya di
Beijing, menunjukkannya pada Commando itu. "Kau meminta senjata padaku di
bandara di Jinan, ingat?" Pembunuh bayaran itu mengangguk, matanya membelalak,
mulutnya terentang akibat ketatnya sumpal. "Ini milikmu," lanjut Jason, suaranya
datar tanpa emosi. "Begitu kita melewati dinding di sana itu kau di
?depanku akan kuberikan senjata ini padamu." Pembunuh itu mengerutkan kening,
?matanya menyipit. "Aku lupa," kata Delta. "Kau tidak bisa melihatnya. Ada rumah
persembunyian sekitar seratus lima puluh meter dari sini. Kita akan masuk ke
sana. Aku tetap di dalam, menghabisi sebanyak mungkin orang. Kau" Kau memiliki
sembilan butir peluru dan aku akan memberimu bonus. Satu 'gelembung'." Orang
dari Medusa itu mengeluarkan kotak bahan peledak plastik yang dibelinya di
Mongkok dari dalam ransel dan menunjukkannya kepada tawanannya. "Seperti yang
kulihat, kau tidak akan pemah bisa kembali melalui dinding; mereka akan
menembakmu. Jadi satu-satunya jalan bagimu hanyalah melalui gerbang; gerbang itu
letaknya agak diagonal ke kanan dari dinding. Untuk meffuju sana, kau hams
membunuh untuk membuka jalan. Pengatur waktunya bisa diatur sampai paling cepat
sepuluh detik. Terserah bagaimana kau akan menggunakannya, aku tidak peduli.
Capisce?" Pembunuh itu mengangkat tangannya yang terikat, lalu memberi isyarat ke
sumpalnya. Suara dari tenggorokannya mengisyaratkan agar Jason Bourne
membebaskan tangannya dan mencabut sumpal.
"Di dinding," kata Delta. "Sesudah aku siap, akan kupotong talinya. Tapi sesudah
kupotong talinya, kalau kau mencoba melepaskan sumpahnu sebelum kuperintahkan,
kesempatanmu hilang." Pembunuh itu menatapnya dan mengangguk sekali.
Jason Bourne dan penirunya yang mematikan melangkah menyusuri jalan di Victoria
Peak menuju rumah persembunyian.
Conklin tertatih-tatih menuruni tangga rumah sakit secepat mungkin, berpegangan
pada pagar tengah, mati-matian mencari taksi di jalur masuk di bawah. Tidak ada;
sebahknya ada seorang perawat berseragam yang berdiri sendiri'sambil membaca
South China Times dalam penerangan
cahaya lampu-Iampu luar. Sesekali ia menengadah memandang pinft niasuk area)
parkir. "Pennisi, Miss," kata Alex terengah-engah. "Kau bisa bahasa Inggris?"
"Sedikit," jawab wanita itu, jelas menyadari ketimpangan dan kegugupan daJam
suaranya. "Anda punya kesulitan?"
"Sangat kesulitan. Aku hams menemukan taksi. Aku harus menghubungi seseorang
sekarang juga dan tidak bisa melakukannya melalui telepon."
"Anda bisa minta dipanggilkan dari meja. Mereka memanggilkan untukku setiap
raaiam sepulang kerja." "Kau sedang menunggu...?"
"Itu dia," kata wanita itu saat sorotan lampu depan mendekat melalui pintu masuk
areai parkir. "Miss!" seru Conklin. "Ini mendesak. Ada orang yang sekarat dan yang satu lagi
akan mad kalau aku tidak bisa menghubunginya! Please. Boiehkah aku "?"Bie zhaoji," tegas perawat itu, memintanya tenang. "Anda punya masalah
mendesak, aku tidak. Pakailah taksiku. Aku bisa minta lagi."
"Terima kasih," kata Alex saat taksi itu berhenti di tepi jalan. "Terima kasih!"
tambahnya, sambil membuka pintu dan naik ke dalam taksi. Wanita itu mengangguk
ramah dan mengangkat bahu sambil berbalik dan menaiki tangga. Pintu-pintu kaca
di atas terbuka mendadak dan Conklin mengawasi dari balik jendela belakang saat
perawat itu hampir bertabrakan dengan dua anak buah Lin. Salah satunya
menghentikan perawat itu, menyipitkan mata berusaha memandang kegelapan di luar.
"Cepat!" kata Alex pada sopir taksi saat mereka melewati gerbang. "Kuai char,
kalau tidak salah." Itu sudah cukup," jawab sopir itu dalam bahasa Inggris yang fasih. 'Tapi 'cepat'
lebih baik." Ujung Nathan Road merupakan pintu masuk Golden Mile, dunia yang terang
benderang. Cahaya berwarna-wami menyambar-nyambar, lampu-lampu menari-nari,
berkedip-kedip, membentuk dinding lembah tepi kota yang padat, tempat para
pencari mencari dan para penjual menjerit-jerit menarik perhatian. Inilah bazar
paling besar, lusinan bahasa dan dialek bergumul mencari perhatian dan mata
orang selalu berpindah-pindah. Di sinilah, dalam keriuhan komersial ini, Alex
Conklin turun dari taksi. BerjaJan dengan kesakitan, jalannya yang timpang
semakin mencplok, pembuluh darah di kakinya membengkak, ia bergegas ke sisi
timur jalan, pandangannya menjelajah bagi kucing liar marah yang mencari anaknya
di wilayah hiena. Ia tiba di ujung blok keempat, blok terakhir. Oi mana mereka" Di mana Panov yang
kecil ramping dan Marie yang jangkung, menarik, dan berambut merah" Instruksinya
jelas, mutlak. Empat blok pertama ke arah
498 utara, di sisi kanan, sisi timur. Mo Panov tadi mengutipnya... Oh Tuhanl la
mencari dua orang, satu dengan penampilan fisik yang mirip ratusan pria yang ada
di empat blok padat itu. Tapi matanya mencari-cari wanita jangkung berambut
kemerahan padahal penampilannya tidak lagi seperti itu! Rambut Marie sudah
?dicat kelabu dengan berkas-berkas putih! Alex berjalan lagi ke arah Salisbury
Road, pandangannya sekarang terpaku pada apa yang seharusnya dicari, bukan yang
diberitahukan kenangan menyakitkan tentang apa yang akan ditemukannya.
Itu mereka! Di tepi kerumunan orang yang mengepung penjaja jalanan dengan kereta
penuh barang sutra berbagai merek dan label sutranya asli, labelnya palsu.
?"Ikut aku!" kata Conklin, kedua tangan mencengkeram siku mereka.
"Alex!" jerit Marie.
"Kau baik-baik saja?" tanya Panov.
"Tidak," sahut orang CIA itu. "Tak satu pun dari kita yang baik-baik
saja." "Ini tentang David, bukan?" Marie menyambar lengan Conklin, mencengkeramnya.
'Tidak sekarang. Cepat. Kita harus pergi dari sini." "Mereka di sini?" Marie
tersentak, kepalanya yang berambut kelabu
menengok ke kanan-kiri, ketakutan di matanya.
"Siapa?" "Aku tidak tahu!" teriaknya mengatasi keriuhan jalan.
'Tidak, mereka tidak ada di sini," kata Conklin. "Ayo. Aku sudah
meminta taksi menunggu di Pen." "Pen apa?" tanya Panov. "Sudah kukatakan. Hotel
Peninsula." "Oh ya, aku lupa." Mereka bertiga mulai menyusuri Nathan Road, Alex berjalan
dengan kesakitan tampak jelas di mata Marie dan Morris Panov. "Kita bisa ?berjalan sedikit lebih Iambat, bukan?" tanya psikiater itu.
'Tidak, tidak bisa!"


The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau kesakitan," kata Marie.
"Hentikan! Kalian berdua. Aku tidak membutuhkan omong kosong
kalian." "Kalau begitu katakan apa yang terfadir teriak Marie saat mereka menyeberangi
jalan yang penuh dengan gerobak yang harus mereka hindari, dan para pembeli,
penjual, serta wisatawan yang menyesaki
Golden Mile. "Itu taksinya," kata Conklin saat mereka mendekati Salisbury Road. "Cepat.
Sopirnya tahu harus pergi ke mana."
Di dalam taksi, Panov di antara Marie dan Alex, Marie sekali lagi mengulurkan
tangan, mencengkeram lengan Conklin. "Ini tentang David,
bukan?" 499 "Ya. la sudah kembali. Ia ada di Hong Kong." "Syukurfah!"
"Kau berharap. Kita berharap." '
"Apa artinya?" tanya psikiater itu dengan tajam.
"Ada yang tidak beres. Skenarionya meleset."
"Demi Tuhan!" sembut Panov, meledak. "Kau bisa bicara bahasa Inggris"'"
"Maksudnya," kata Marie sambil menatap orang CIA itu, "entah David melakukan
tindakan yang seharusnya tak dilakukannya, atau tidak melakukan apa yang
semestinya dilakukannya."
"Kurang-Iebih begitu." Pandangan Conklin menyapu lampu-lampu pelabuhan Victoria
dan Hong Kong di baliknya. "Aku dulu mampu membaca langkah-langkah Delta,
biasanya sebelum ia melakukannya. Lalu kemudian, sewakto ia menjadi Bourne, aku
mampu meiacaknya sementara yang lain tidak bisa, karena aku memahami pilihannya
dan tahu mana yang akan diambilnya. Itu sebelum kejadian yang menimpa dirinya,
dan tak seorang pun bisa menebak apa pun karena ia tidak lagi berhubungan dengan
Delta di dalam dirinya. Tapi Delta sekarang sudah kembali, dan seperti yang
sering terjadi di masa lalu, musuh-musuhnya telah meremehkan dirinya. Kuharap
aku keliru astaga, kuharap aku keliru!"
?Dengan pistol menempel di tengkuk si pembunuh bayaran, Delta bergerak diam-diam
menerobos sesemakan di depan dinding tinggi rumah persembunyian itu. Pembunuh
itu ragu-ragu; mereka tiga meter jauhnya dari pintu masuk yang gelap. Delta
menjejalkan pistol ke kulit tawanannya dan berbisik, "Tidak ada cahaya jebakan
di dinding atau di tanah. Cahaya seperti itu akan terpicu oleh tikus-tikus pohon
setiap tiga puluh detik. Terus maju! Akan kuberitahu kapan kau harus berhenti."
Perintahnya keluar ketika mereka sudah satu meter di dekat gerbang. Delta
menyambar kerah tawanannya dan mengayunkannya hingga berbalik, laras pistol
masih menempel di leher si pembunuh bayaran. Si orang dari Medusa memasukkan
tangan ke saku, mengeluarkan peledak plastik, dan merentangkan lengan sejauh
mungkin ke gerbang; ia telah mengatur timer kecil di tengah-tengah bahan peledak
lunak itu untuk tujuh menit, angka yang dipilih untuk keberuntungan dan memberi
waktu baginya dan pembunuh itu untuk menjauh beberapa puluh meter dari sana.
"Jalan!" desisnya.
Mereka mengitari tikungan dinding dan melanjutkan perjalanan di sepanjang
dinding samping hingga ke tengah-tengah, tempat ujung dinding batu bisa terlihat
dalam cahaya bulan. "Tunggu di sini," kata Delta sambil memasukkan tangan ke
ransel, yang melintang di dadanya seperti sabuk peluru, tas di sisi kanannya. Ia
mengeluarkan kotak hitam persegi,
Lebar lima inci, tinggi tiga inci, dan tebal dua inci. Di sisinya terdapat
eulungan slang plastik hitam tipis sepanjang dua belas meter. Alat itu pengeras
suara bertenaga baterai; ia meletakkannya di atas dinding daw menjentikkan
sakelar di bagian belakangnya; lampu merah berpendar redup. Ia membuka gulungan
slang sambil mendorong pembunuh itu agar maju. "Enam atau tujuh meter lagi,"
katanya. Mereka tiba di tempat yang bisa diterima si orang dari Medusa. Cabangcabang pepohonan willow menjulur di atas dinding, melengkung ke bawah.
Persembunyian. "Di sini!" bisiknya kasar, dan menghentikan Commando itu dengan
mencengkeram bahunya. Ia mengeluarkan pemotong kawat dan mendorong si pembunuh
bayaran ke dinding; mereka berhadapan. "Aku melepaskanmu sekarang, tapi kau
belum bebas. Mengerti?" Commando itu mengangguk, dan Delta memutuskan tali di
antara pergelangan tangan dan siku tawanannya sambil mengarahkan pistol ke
kepala pembunuh bayaran itu. Ia melangkah mundur dan melipat kaki kanannya di
depan pembunuh itu sambil memberikan pemotong kawat. "Berdirilah di atas kakiku
dan potong kawatnya. Kau bisa mencapainya kalau melompat sedikit dan menyelipkan
tanganmu di bawahnya untuk mencengkeram. Jangan mencoba berbuat apa pun. Kau
belum punya pistol, tapi aku memilikinya, dan seperti yang aku yakin sudah
kausadari, aku tidak peduli lagi."
Tawanan itu mematuhi perintahnya. Ia hanya melompat sedikit di atas kaki Delta;
lengan kiri si pembunuh bayaran dengan ahli menyelinap di sela-sela gulungan
kawat duri, tangannya mencengkeram sisi lain puncak dinding. Ia memotong
gulungan kawat tanpa suara, menekankan pemotong kawat itu ke satu sisi untuk
mengurangi bunyi. Celah terbuka di atas dinding itu sekarang selebar satu
setengah meter. "Naiklah ke sana," kata Delta.
Pembunuh itu mematuhinya, dan saat kaki kirinya terayun melewati dinding, Delta
melompat untuk menyambar celana panjang pembunuh itu dan menarik dirinya ke
atas, mengayunkan kaki lcirinya sendiri melewati dinding. Ia menunggangi dinding
hampir bersamaan dengan pembunuh
itu. "Bagus sekali, Major Allcott-Price," katanya, mikrofon bulat kecil berada di
tangannya, senjatanya sekali lagi diarahkan ke kepala si pembunuh bayaran.
"Tidak lama lagi sekarang. Kalau jadi kau, akan kupelajari lahannya."
Karena permohonan mendesak Conklin pada si sopir, taksi itu melesat kencang
menyusuri jalan di Victoria Peak. Mereka melewati mobil mogok di tepi jalan;
sangat tak pada tempatnya di lingkungan mewah ini, dan Alex menelan ludah saat
melihatnya, bertanya-tanya sambil ketakutan apakah mobil itu benar-benar mogok.
"Itu rumahnya orang CIA itu. "Demi Tuhan, cepat! Pergi ke "?
la tidak tidak bisa menyelesaikannya. Di kejauhan ledakan menggelegar memenuhi? ?jalan dan kegelapan malam. Api dan batu berhamburan ke segala arah, mula-mula
bongkahan besar dinding .roboh lau gerbang baja yang besar jatuh ke depan dengan
gerak lambat yang menakutkan di balik kobaran api. S menakutkan
"Oh Tuhan, dugaanku benar." kata Alexander Conklin pelan delta sudah kembali. Ia
ingin mati. Ia akan mati.
32 "BELUM raung JaSon Bourne saat dinding runtuh di balik kebun indah dengan
deretan-deretan lilac dan mawar. "Akan kuberitahukan saatnya," tambahnya pelan,
memegangi mikrofon bulat kecil dengan tangannya yang bebas.
pembunuh itu menggerutu, nalurinya terpicu ke batas primitif, keinginannya untuk
membunuh sama besar dengan keinginannya untuk bertahan hidup, yang satu
tergantung pada yang lain. Ia berada di ambang kegilaan; hanya laras pistol
Delta yang mencegahnya melakukan serangan membabi buta. Ia masih manusia, dan
lebih baik berusaha tetap hidup daripada menerima kematian begitu saja. Tapi
kapan, kapan" Sentakan kegugupan tampak kembali di wajah Allcott-Price; bibir
bawahnya mengerut saat jeritan, teriakan, dan suara orang berlari-lari panik
memenuhi kebun. Tangan pembunuh itu gemetar saat ia menatap Delta dalam cahaya
api suram yang bergoyang-goyang di kejauhan.
"Jangan macam-macam," kata si orang Medusa. "Kau mati. kalau bergerak. Kau
pernah mempelajari diriku, jadi kau tahu tidak ada penyesalan. Kalau kau
berhasil, kau melakukannya sendirian. Ayunkan kakimu melewati dinding dan
bersiap-siaplah melompat saat kuperintahkan. Jangan sebelumnya." Tanpa
peringatan, Bourne tiba-tiba mengangkat mikrofon ke bibir dan menjentikkan
sakelar. Sewaktu ia berbicara, suaranya yang diperkeras menggema menakutkan di
seluruh lahan, suara yang bergetar menyamai gemuruh ledakan, menjadi lebih nyata
oleh ketenangannya, kekakuannya.
"Kalian para marimr. Berlindunglah dan jangan ikut campur. Ini bukan pertempuran
kalian. Jangan mati untuk orang-orang yang membawa kalian kemari. Bagi mereka,
kalian hanya sampah. Kalian bisa dibuang sama seperti aku bisa dibuang. Tidak
?ada legitimasi di sini, tidak ada wilayah yang harus dipertahankan, tidak ada
kehormatan negara yang dipertaruhkan. Kalian berada di sini semata-mata untuk
melindung. para Pembunuh. Satu-satunya perbedaan antara kalian dan diriku adalah
takta bahwa mereka juga memanfaatkanku, tapi sekarang mereka tngin membunuhku
karena aku tahti apa yang mereka lakukan. Jangan matt untuk
503 orang-orang ini, mereka tidak layak. Aku berjanji tidak akan menembak kalian
kecuali kalian menembakku, dan dengan begitu aku tidak memiliki pilihan. Tapi
ada orang lain di sini yang tidak mau kompromi sedikit
pun " ?Serentetan tembakan meletus, menghancurkan asal suara, menembak secara acak
pengeras suara yang tak terlihat itu. Delta sudah siap; ini pasti terjadi. Salah
satu dari para manipulator tanpa wajah dan nama pasti sudah memberikan perintah
dan perintah itu dilaksanakan. Ia merogoh ransel, mengambil peluncur gas air
mata lima belas inci yang sudah diatur sebelumnya, pelurunya berada di
tempatnya. Peluru itu mampu menghancurkan kaca tebal dari jarak lima puluh
meter; ia membidik dan menarik picu. Tiga puluh meter jauhnya, jendela besar
hancur berantakan dan kabut gas mengepul di ruangan di dalamnya. Ia bisa melihat
sosok-sosok berlarian di balik kaca yang pecah itu. Lampu-Iampu dan lilin
dipadamkan, digantikan sederet lampu sorot yang ditempatkan di loteng rumah dan
di pohon-pohon di sekitarnya. Tiba-tiba lahan disirami cahaya putih terang
benderang. Cabang-cabang pepohonan yang menjulur akan menjadi magnet bagi
tatapan yang menyambar-nyambar dan senjata yang diarahkan, dan ia memahami tidak
ada permohonan yang bisa menetralisir perintah itu. Ia mengajukan permohonan itu
sebagai peringatan sportif dan pelipur hati nurani yang masih tersisa bagi robot
pembalas den dam yang nyaris tak berpikir, nyaris tak bej-perasaan. Dalam
kegelapan benak yang ditinggalkannya, ia tidak ingin mencabut nyawa para pemuda
yang dipanggil untuk mengabdi pada ego paranoid para manipulator itu ia sudah ?muak melihat hal itu di Saigon bertahun-tahun yang lalu. Ia hanya menginginkan.
nyawa orang-orang yang ada di dalam rumah persembunyian itu, dan ia berniat
mendapatkannya. Jason Boume tidak boleh ditantang. Mereka telah me rampas segala
sesuatu dari dirinya, dan sekarang ia akan menyamakan kedudukan. Bagi si orang
dari Medusa, keputusan telah diambil ia hanya boneka di tali-tali kemurkaannya
?sendiri dan terlepas dari adanya kemurkaan itu, hidupnya sudah berakhir. "Lompat!" bisik Delta sambil mengayunkan kaki kanannya melewati dinding,
mendorong pembunuh bayaran itu ke tanah. Ia mengikuti sewaktu si Commando masih
di udara dan mencengkeram bahu pembunuh yang terkejut itu saat dengan lengan
?terulur ke Iututnya ia berusaha memulihkan posisi di rumput. Bourne menyeretnya
?bersembunyi di dinding bougenvil setinggi hampir dua meter. "Irii pistolmu,
Major," kata Jason Bourne yang asli. "Pistolku terarah padamu, jangan lupa."
Pembunuh bayaran itu secara simultan menyambar pistol dan merobek kain dari
mulut, terbatuk-batuk dan meludahkan air liur, sementara rentetan tembakan
brutal mencabik-cabik dedaunan dan ranting-ranting di sepanjang dinding.
"Ceramah singkatmu tampaknya tak banyak gunanya bukan?"
"Aku memang tidak mengharapkannya. Sejujurnya, yang mereka ingin- . lean
sebenarnya adalah kau, bukan aku. Aku bisa dibuang. Itulah rencana mereka sejak
awal. Begitu berhasil mendapatkanmu, aku akan mati. Istriku mati. Kami tahu
terlalu banyak. Istriku, karena ia tahu siapa mereka terpaksa, ia umpannya aku
? ?karena mereka tahu ada teka-teki yang berhasil kususun di Peking. Kau beperkara
dengan banjir darah, Major. Megabom yang bisa meledakkan seluruh Timur Jauh, dan
pasti terjadi kalau orang-orang yang lebih waras di Taiwan tidak mengisolir dan
menyingkirkan klienmu yang sinting. Hanya saja, aku tak peduli lagi. Mainkan
permainanmu dan ledakkan dirimu sendiri. Aku hanya ingin iriasuk ke rumah itu."
1 1 Sepasukan marinir menyerang dinding, berlari-lari sepanjang batu, senapan
teracung, siap ditembakkan. Delta mencabut peledak plastik kedua dari ranselnya,
mengatur waktu ledakannya sepuluh detik, dan melemparkan paket itu sejauh
mungkin ke arah dinding kebun belakang, menjauhi para penjaga. "Ayo!"
perintahnya kepada Commando itu, sambil menyodokkan pistol ke punggung si
pembunuh. "Kau di depan! Lewati jalan setapak ini. Lebih dekat ke rumah."
"Beri aku satu! Beri aku plastik!"
"Kurasa tidak."
"Astaga, kau sudah berjanji!"
"Kalau begitu aku berbohong atau berubah pikiran." '
"Kenapa" Apa pedulimu?"
"Aku peduli. Aku tidak menyangka ada begitu banyak bocah di sini. Terlalu.
banyak. Kau bisa menghabisi sepuluh orang dengan salah satu peledak ini, melukai
lebih banyak lagi." "Sudah agak terlambat bagimu untuk menjadi orang saleh!"
"Klub itu tidak seeksklusif itu; sejak dulu. Aku tahu siapa yang kuinginkan dan
siapa yang tidak kuinginkan, dan aku tidak menginginkan anak-anak berpiama GI
yang rapi. Aku menginginkan orang-orang di dalam "
?Ledakan itu terdengar dua belas meter jauhnya di.bagian belakang lahan.
Pepohonan dan tanah, sesemakan dan rumpun mawar, berhamburan ke udara dan
berkobar-kobar panorama hijau, cokelat, dan bmtik-bintik warna-warni di antara ?asap kelabu yang mengepul diterangi sorotan lampu darurat. "Jalan!" bisik Delta.
"Ke ujung deretan. Sekitar dua puluh meter dari rumah ada pintu ganda " Bourne
?kembali memejamkan mata dalam kemarahan yang sia-sia saat serangkaian tembakan
yang rasanya seperti tak habis-habisnya memenuhi kebun belakang. Mereka anna anak-anak. Mereka menembak membabi
buta karena ketakutan, membunuh setan imajiner tapi tidak memiliki sasaran. Dan
mereka tidak bersedia mendengarkan.
Sekelompok marinir lain, yang ini dipimpin perwira berpengalaman,
menempati posisi di depan rumah dan mengepungnya, kaki tertekuk, telapak
menjejak tanah untuk menahan sentak balik, senjata terarah ke depan. Para
manipulator itu telah memanggil pengawal Praetoria mereka. Terserah. Delta
seka/i lagi memasukkan tangan ke dalam ransel, meraba-raba persenjataannya, dan
mengambil salah satu dari kedua bom manual yang dibelinya di Mongkok. Bom itu
mirip granat pada bagian atasnya bulat tapi tertutup perisai plastik tebal. ?Tapi pangkalnya berupa tangkai, lima inci panjangnya, sehingga pelemparnya bisa
melontarkan peledak itu-lebih jauh dan lebih akurat. Kuncinya ada pada lemparan,
keakuratan, dan pengatwan waktu. Begitu plastik dicabut, kulit bom itu sendiri
akan menempel pada apa pun berkat lem mirip baja yang diaktifkan udara, dan
ledakannya akan menghamburkan bahan kimia di dalamnya ke segala arah,
memperpanjang kobaran api, menancapkan diri di segala permukaan berpori, meresap
dan membakar. Begitu plastik penutup bahan peledaknya dicabut, hanya tersisa
waktu lima belas detik. Sisi rumah besar itu, rumah persembunyian itu, terbuat
dari papan standar gaya Victoria di atas dinding batu reridah. Delta mendorong
pembunuh bayaran itu ke rumpun mawar, mencabut plastiknya, dan melontarkan bom
api ke papan di atas dan di sebelah kiri pintu ganda sekitar sepuluh meter
jauhnya. Bom itu menempel pada papan, sisanya menunggu detik-detik berlalu
sementara tembakan senapan yang sekarang ragu-ragu, memudar mereda.
? ?Dinding rumah hancur berantakan. Lubang menganga menampilkan kamar tidur resmi
gaya Victoria, lengkap dengan ranjang ber-kanopi dan perabotan Inggris yang
rumit. Kobaran api seketika menyebar, menyembur dari tabung utama, menyirami
papan-papan kayu dan ke dalam rumah.
Perintah diberikan, dan sekali lagi terdengar rentetan tembakan, peluru
menghamburkan bedeng mawar menjauhi dinding belakang kebun dan rombongan marinir
yang berlari-lari ke arah ledakan sebelumnya. Perintah dan perintah baiasan
diteriakkan dalam kemarahan dan frustrasi sementara dua perwira muncul,
menggenggam pistol. Yang satu mengitari lingkaran penjaga, memeriksa posisi dan
persenjataan mereka, satu per satu. Yang kedua menuju dinding samping dan mulai
menyusuri kembali rute pasukan pertama, sambil berulang kali berpaling ke sisi
dalam, ke arah deretan bunga. Ia berhenti di bawah pohon willow dan mempelajari
dindingnya, lalu rerumputannya. Ia mengangkat kepala dan memandang dinding
bougenvil. Dengan senjatanya, sekarang digenggam dengan mantap menggunakan dua
tangan, ia melangkah ke dinding itu.
Delta mengawasi prajurit itu dari balik sesemakan, pistolnya sendiri masih
ditekankan ke punggung si Commando. Ia mengambil peledak plastik yang lain,
mengafur timer-nya, dan melemparkannya melewati sesemakan ke dinding samping.
"Pergi ke sanal" perintah Bourne, toe-mutar bahu pembunuh bayaran itu dan
mendorongnya ke deretan sesemakan di sebelah kiri. Jason menyusul si Commando,
menghantamkan laras pistol ke kepala pembunuh itu, menghentikannya usahanya
untuk menyambar ransel. "Beberapa menit lagi, Major, lalu terserah padamu."
Ledakan keempat mencabik dinding selebar dua meter, dan seolah-olah mengharapkan
pasukan musuh akan berhamburan masuk melewatinya, pasukan marinir itu menembaki
dinding yang roboh. Di kejauhan, di jalan-jalan Victoria Peak, dua sirene
melolong-lolong mengatasi keributan yang berlangsung di lahan rumah
persembunyian. Delta mengeluarkan paket peledak plastik kedua sebelum terakhir,
mengatur timer-nya untuk sembilan puluh detik, dan melemparkannya ke sudut
dinding belakang yang kosong. Itulah awal pengalih perhatian yang terakhir,
sisanya merupakan perhitungan matematis semata. Ia mengambil peluncur gas air
mata, memasukkan sebutir peluru, dan berbicara kepada Commando itu.
"Berbaliklah." Pembunuh itu mematuhinya, laras pistol Bourne di depan matanya.
"Ambil ini," kata Delta. "Kau bisa memegangnya dengan satu tangan. Pada saat
kuperintahkan, tembakkan ke batu di sebelah kanan pintu ganda itu. Gasnya akan
menyebar, menyilaukan sebagian besar bocah ini. Mereka tidak akan bisa menembak,
jadi jangan membuang-buang peluru, kau tidak punya banyak."
Pembunuh itu mula-mula tidak menjawab. Ia malah mengangkat senjatanya sejajar


The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan senjata Bourne dan membidik kepala Jason. "Sekarang kita satu-lawan-satu,
Mr. Original," kata Commando itu. "Sudah kukatakan aku bisa menerima peluru di
kepala; aku sudah menunggunya selama bertahun-tahun. Tapi entah bagaimana kurasa
kau tidak bisa menerima gagasan untuk tidak masuk ke rumah itu." Terdengar
raungan tiba-tiba dan rentetan tembakan saat sepasukan Marinir berhamburan
keluar dari dinding run tun itu. Delta mengawasi, menunggu ketika konsentrasi
pembunuh bayaran itu tetpecah sepersekian detik. Itu tidak terjadi. Sebaliknya,
Commando itu melanjutkan dengan tenang, suaranya tegang tapi terkendali, sambil
menatap Jason Bourne. "Mereka pasti mengharapkan invasi, angsa-angsa bodoh ini.
Kalau ragu-ragu, seranglah, selama sisi-sisimu terlindung, benar bukan, Mr.
Original"... Keluarkan semua tipuanmu, Delta. Namamu dulu 'Delta', bukan?"
'Tidak ada yang tersisa." Bourne mengokang pistolnya. Pembunuh itu juga.
"Kalau begitu coba kita periksa," kata Commando itu, tangan kirinya perlahanlahan terulur, dengan perlahan menyentuh ransel di pinggul kanan Delta,
pandangan mereka terpaku. Pembunuh itu meraba-raba kanvasnya, meremas kain kasar
itu di beberapa tempat Dengan perlahan-lahan pula ia menarik tangannya. "Segala
larangan dalam Buku besar itu, tak satu pun menyinggung tentang kebohongan,
bukan" Kecuali saksi palsu, tentu saja, tapi itu tidak sama. Kurasa kau sungguhsungguh mematuhinya, sport. Ada senjata otomatis di dalamnya dengan dua atau
tiga magasin. Berdasarkan lengkungannya, kuperkirakan masing-masing berisi
sekitar lima puluh peluru." "Empat puluh, tepatnya."
"Amunisj yang banyak. Makhluk buas kecil itu bisa mengeluarkanku dari sini.
Berikan! Atau salah satu dari kita mati di sini. Sekarang juga."
Bahan peledak plastik yang kelima mengguncang tanah; pembunuh bayaran yang
terkejut itu mengerjapkan mata. Sudah cukup. Tangan Bourne melesat ke atas,
menyingkirkan pistol si pembunuh, sambil menghantamkan pistol ke kening kiri si
Commando seperti palu. "Haram jadah!" seru pembunuh bayaran itu dengan serak saat jatub ke kiri; lutut
Jason menekan pergelangan tangannya, pistol pembunuh tersebut berhasil dirampas.
"Kau terus-menerus memohon kematian yang cepat, Major," kata Bourne sementara
kekacauan mencapai puncaknya di dalam lingkungan rumah persembunyian bergaya
Victoria itu. Pasukan marinir yang menerobos dinding yang roboh diperintahkan
menyerang bagian belakang kebun. "Kau benar-benar tidak menyukai dirimu sendiri,
bukan" Tapi dugaanmu bagus juga. Akan kuungkapkan semua tipuanku. Toh sudah
hampir waktunya." Bourne melepaskan tali ransel dart membalikkan tasnya. Isinya berjatuhan ke
rumput, kobaran api yang terus meluas di lantai dua menerangi mereka. Ada satu
bom api dan satu peledak plastik yang masih tersisa, dan, seperti yang
dijabarkan dengan akurat oleh si pembunuh bayaran, sepucuk senapan mesin MAC-10
yang hanya membutuhkan popor lipat dan magasin yang ditancapkan untuk menembak.
Ia menyelipkan popor lipat senjata mematikan itu, menancapkan salah satu dari
keempat magasinnya, dan menjejalkan tiga magasin sisanya ke sabuk. Lalu ia
membuka pegas, peluncumya, memasukkan peluru gas air mata, dan mengatur kembali
mekanismenya. Senjata itu siap digunakan untuk menyelamatkan nypjyva bocah-?bocah, bocah-bocah yang dipanggil untuk mati oleh para manipulator egois yang
sudah tua. Bom api itu masih ada. Ia tahu ke mana hams mengarahkan benda itu. Ia
mengangkatnya, mencabut pengamannya, dan melemparkannya sekuat tenaga kebingkai
segitiga di atas pintu ganda. Bom itu menempel pada papan. Saatnya tiba. Ia
menarik picu peluncur gas air mata, melontarkan peluru' berisi gas ke dinding
batu di sebelah kanan pintu ganda. Peluru itu meledak, memantul dari dinding ke
tanah; uapnya menyebar seketika, awan gas bergulung-gulung, mencekik orang-orang
di dalam kepulannya. Senjata-senjata dicengkeram erat-erat, tapi tangan yang
bebas menggosok-gosok mata yang bengkak dan berair, dan melindungi cuping hidung
yang panas membara. Bom api kedua meledak, mencabik bagian atas rumah Victoria yang anggun itu,
meluluhlantakkan panel kacanya, seluruh bagian atas dinding
runtuh ke serambi berubin di bawahnya. Kobaran api menyebar menuju loteng dan ke
dalam, membakar tirai dart sarung kursi. Para marinir penjaga berhamburan
raenjauh dari ledakan menggelegar dan kobaran api itu dan masuk ke dalam awan
gas air mata. Beberapa di antara mereka membuang senapan saat semuanya
terhuyung-huyung ke segala arah, bertabrakan, mencoba menjauhi asap, tercekik,
terbatuk-batuk, meneari udara.
Delta berjongkok, senapan mesin di tangan, menyentakkan pembunuh bayaran di
sampingnya. Sudah waktunya kekacauan itu pun lengkap. Gas yang mengepul di depan
pintu ganda yang hancur terisap panasnya kobaran api gas itu akan memudar
secukupnya untuk memberinya kesempatan masuk. Begitu di dalam, pencariannya akan
berlangsung singkat, selesai dalam beberapa saat. Para direktur operasi rahasia
yang membutuhkan rumah persembunyian di wilayah asing itu akan tetap berada di
lingkungan terlindung rumah ini untuk dua alasan. Yang pertama adalah ukuran dan
posisi pasukan penyerbu tidak bisa diperkirakan dengan akurat, dan risiko
tertangkap atau terbunuh di luar terlalu besar. Yang kedua lebih praktis ada
dokumen-dokumen yang harus dihancurkari, dibakar, bukan dirobek-robek, seperti
yang pefnah mereka pelajari di Teheran. Petunjuk, dosir, laporan kemajuan
operasional, bahan-bahan latar belakang, semua harus lenyap. Sirene di Victoria
Peak terdengar semakin keras, semakin dekat perlombaan panik di jalan yang curam
itu hampir berakhir. "Sekarang perhitungan mundur," kata Bourne, sambil mengatur timer bahan peledak
plastik terakhir. "Aku tidak akan memberikan bom ini padamu, tapi akan kugunakan
untuk memberi keuntungan bagimu dan bagiku. Tiga puluh detik, Major Allco'tt-?Price. Jason melemparkan paket itu sejauh mungkin ke dinding kanan depan.
"Senjataku! Demi Tuhan, berikan pistolnya!"
"Ada di tanah. Di bawah kakiku.
Pembunuh itu menghambur ke bawah. "Lepaskan!"
"Pada saat aku menginginkannya dan aku akan menginginkannya. Tapi kalau kau
?mencoba mengambilnya, yang kaulihat berikutnya adalah sel di garntsuh Hong Kong,
dan seperti katamu sendiri panggung, tali tebal, dan algojo di masa depanmu
? ?yang tak akan lama lagi."
Pembunuh itu menengadah panik. "Kau pembohong sialan! Kau berbohong!"
"Sering kali. Kau sendiri?"
"Kau bilang " ?"Aku tahu apa yang kukatakan. Aku juga tahu kenapa kau ada di sini, dan bukannya
sembilan peluru, kau hanya dapat tiga peluru."
"Apa" " "Kau pengalih perhatianku, Major. Sesudah kau kubebaskan dengan
membawa senjata, kau akan menuju gerbang atau bagian dinding yang
runtuh terserah padamu. Mereka akan mencoba menghentikanmu. Kau akan balas
?menembak, sudah sewajarnya, dan sementara mereka memusatkan perhatian padamu,
aku masuk ke dalam." "Kau keparat!"
"Perasaanku terluka, tapi kalau dipikir-pikir lagi aku sudah tidak memiliki'
perasaan, jadi tidak penting. Aku hanya perlu masuk ke dalam "
? Ledakan terakhir menghancurkan pohon yang daun-daunnya dipangkas, akar-akamya
menghantam bagian dinding yang sudah rapuh, bebatuan berjatuhan dari tempatnya,
dindingnya sendiri separo roboh, merontokkan batu-batu yang membentuk huruf V di
tengah-tengahnya akibat ledakan kedua. Para marinir dari kontingen gerbang
bergegas maju. "Sekarang!" raung Delta sambil berdiri tegak.
"Berikan pistolnya! Lepaskan!"
Jason Bourne tiba-tiba membeku. Ia tidak bisa bergerak hanya karena insting ?atau entah apa, ia menghantamkan lututnya ke leher pembunuh itu, melemparkannya
ke samping. Ada orang yang mendekat dari balik pintu-pintu kaca yang berantakan
di serambi yang terbakar. Saputangan menutupi wajahnya, tapi tidak mampu
menutupi ketimpangannya. Ketimpangannya! Dengan kaki palsu sosok itu menendang
ambang pintu ganda yang tersisa dan dengan kikuk menuruni tiga anak tangga ke
serambi pendek dari batu pipih yang menghadap ke keburt yang tadinya indah. Ia
menyeret dirinya maju dan berteriak sekeras-kerasnya, naeme-rintahkan para
penjaga yang bisa mendengarnya agar menghentikan tembakan. Sosok itu tidak perlu
menurunkan saputangannya, Delta mengenal wajahnya. Wajah musuhnya. Di Paris, di
pemakaman di luar kota Paris. Alexander Conklin datang untuk membunuhnya. Takbisa-diselamatkan-lagi merupakan perintah dari tempat tinggi."David! Ini Alex! Jangan lakukan apa yang sedang kaulakukan! Berhenti! Ini aku,
David! Aku kemari untuk membantumu!"
"Kau kemari untuk membunuhku! Kau datang untuk membunuhku di Paris, kau
mencobanya lagi di New York! Treadstone Seventy-one! Kau memiliki ingatan yang
pendek, keparat./" "Kau tidak memiliki ingatan, terkutuk! Kau menjadi Delta, itu yang mereka
inginkan! Aku tahu seluruh ceritanya, David. Aku terbang kemari karena kami yang
menyatukannya! Marie, Mo Panov, dan aku! Kami semua di sini. Marie selamat!"
"Bohong! Tipuan! Kalian semua, kalian membunuhnya! Kau akan membunuhnya di
Paris, tapi tidak kuizinkan kau mendekatinya! Aku menjauhkannya darimu!"
"Ia belum mati, David! Ia masih hidup! Aku bisa membawanya kepadamu! Sekarangr
"Bohong lagi!" Delta berjongkok dan menarik picunya, menembaki
510 serambi, peluru-peluru memantul ke teras yang terbakar, tapi untuk alasan-alasan
yang tak diketahuinya peluru-pelurunya tidak mengenai pria itu. "Kau mau
memancingku ketuar agar bisa memberikan perintahnya dan aku mati. Tak-bisadiselamatkan-lagi sudah dilaksanakan! Tidak mungkin, algojo! Aku akan masuk! Aku
menginginkan orang-orang pendiam dan rahasia di belakangmu! Mereka ada di sana!
Aku tahu mereka ada di sana!" Bourne meraih pembunuh bayaran yang jatuh itu dan
menariknya bangkit berdiri, memberikan pistol kepadanya. "Kau menginginkan
seorang Jason Bourne, dia milikmu! Akan kulepaskan dia di tengah-tengah mawar.
Bunuh dia sementara aku membunuhmu!"
Setengah gila, setengah bertekad bertahan hidup, Commando itu menerjang keluar
dari sesemakan mawar menjauhi Bourne. Mula-mula ia melesat di jalan setapak,
lalu tiba-tiba berbalik, melihat para marinir ada di utara dan selatan dinding.
Kalau ia menunjukkan diri di batas timur kebun, ia terperangkap di antara kedua
kontingen. Ia akan matt kalau bergerak.
"Aku tidak punya waktu lagi, Conklin!" teriak Bourne. Kenapa ia tidak bisa
membunuh orang yang sudah mengkhianatinya" Tekan picunya! Bunuh Treadstone
Seventy-one yang terakhir! Bunuh. Bunuh! Apa yang
menghentikannya " Pembunuh bayaran itu menerjang melewati deretan bunga, mencengkeram laras
senapan mesin Bourne yang masih hangat, memuntirnya ke bawah, mengarahkan dan
menembakkan pistolnya sendiri ke arah Jason. Peluru menyerempet kening Bourne,
dan dalam kemurkaan, Jason memicu senapan mesinnya. Peluru-peluru menggemuruh ke
tanah, getaran di dalam arena kecil mereka yang mematikan memekakkan telinga. Ia
menyambar pistol orang Inggris itu, memuntirnya searah jarum jam. Lengan kanan
pembunuh bayaran yang terluka itu tidak sebanding bagi si orang Medusa. Pistol
itu meletus saat Bourne berhasil merampasnya. Peniru itu jatuh kembali ke
rerumputan, matanya berkaca-kaca, ia tahu ia kalah.
"David! Demi Tuhan, dengarkan aku! Kau harus "?'Tidak ada David di sini!" jerit Jason, lututnya menghajar dada pembunuh bayaran
itu. "Namaku Bourne, lahir dari Delta, dibesarkan oleh Medusa! Snake Lady!
Ingot?" "Kita harus bicara!"
"Kita harus mati! Kau harus mati! Orang-orang rahasia di dalam adalah kontrakku
dengan diriku sendiri, dengan Marie! Mereka harus mati!" Bourne mencengkeram
kelepak jaket si pembunuh bayaran, menariknya berdiri. "Kuulangi! Ini Jason
Boume-mu! Ia milikmu!"
"Jangan tembak! Tahan tembakan kalian!" raung Conklin saat tiga orang dari
kontingen marinir yang kebingungan mulai. mendekat dan lolongan sirene
kepolisian Hong Kong yang memekakkan telinga meraung berhenti di depan gerbang
yang hancur. Si orang Medusa menghantamkan bahu ke punggung Commando, melontarkan pembunuh
itu ke dalam cahaya api yang tengah mengamuk dan lampu sorot. "Itu orangnya! Itu
hadiah yang kauinginkan!"
Terdengar rentetan tembakan senapan saat pembunuh bayaran itu terhuyung-huyung
keluar, lalu tiarap di tanah, berguling-guling menghindari peluru.
"Berhenti! Bukan dia! Demi Tuhan,. tahan tembakan kalian. Jangan bunuh dia!"
jerit Conklin. "Bukan dia?" raung Jason Bourne. "Bukan dia" Hanya aku! Benar, kan, kau haram
jadah" Sekarang kau benaiybenar mati! Untuk Marie, untuk Echo, untuk kami
semuanya!" Ia menekan picu senapan mesinnya, tapi peluru-peluru itu tetap saja tidak
mengenai sasaran! Ia berputar dan, sambil bergerak dari satu sisi ke sisi lain,
mengarahkan senjata mematikan ke kedua pasukan marinir yang mendekat. Sekali
lagi ia menembakkan serentetan peluru, berjongkok, merunduk, berpindah-pindah
dari satu tempat ke tempat Iain di balik bedeng-bedeng mawar. Tapi sudut
larasnya selalu ke atas kepala mereka! Kenapa" Anak-anak ini tidak bisa
menghentikannya. Tapi anak-anak berpiama GI ini tidak seharusnya mati untuk para
manipulator. Ia harus masuk ke rumah persembunyian. Sekarang! Tidak ada waktu
lagi. Sekaranglah saatnya!
"David!" Suara wanita. Oh Tuhan, suara wanita! "David, David, Davidr Seorang
wanita mengenakan rok berkibar-kibar berlari keiuar dari rumah persembunyian. Ia
menyambar Alexander Conklin dan mendorongnya pergi. Ia berdiri sendirian di
serambi. "Ini aku, David! Aku di sini! Aku selamat! Segalanya beres, sayangku!"
Tipuan lain, kebohongan lain. Ia wanita tua ubanan! "Jangan menghalangiku, lady,
atau kubunuh kau. Kau hanya kebohongan lain, tipuan lain!"
"David, ini. aku! Apa kau tidak bisa mendengar suaraku " "Aku bisa melihatmu!
?Tipuan^ "Tidak, David!"
"Namaku bukan David. Aku sudah memberitahu sampab. temanmu itu, tidak ada David
di sini!" "Jangan!" jerit Marie, mati-matian menggelengkan kepala dan berlari ke depan
beberapa marinir yang telah merangkak keluar di rerumputan, menjauhi awan gas
yang berputar-putar memudar. Mereka berlutut dan bisa memandang Bourne dengan
jelas, mengorientasi diri, mengarahkan senapan mereka dengan tidak mantap ke
arahnya. Marie menempatkan diri di antara para penjaga yang mulai pulih itu dan
sasaran mereka. "Apa belum cukup perbuatan kalian padanya" Demi Tuhan, hentikan
mereka!" "Dan diledakkan terorisl" teriak seseorang yang terdengar masih muda dari
jajaran di dinding depan.
"Ia bukan seperti yang kaukira! Apa pun dirinya, orang-orang di dalam itulah
yang membuatnya seperti itu! Kau sudah mendengarnya. Ia tjdak akan menembak
kalian kalau kalian tidak menembak!"
"Ia sudah menembak" teriak seorang perwira.
"Kau masih berdiri!" balas Alex Conklin dari tepi serambi. "Dan ia penembak yang
lebih jitu dengan lebih banyak senjata daripada siapa pun yang ada di sini!
Perhitungkan itu! Aku bisa!"
"Aku tidak membutuhkan kalian!" raung Jason Bourne, sekali lagi menghamburkan
serentetan tembakan ke arah dinding rumah persembunyian yang terbakar.
Tiba-tiba pembunuh bayaran itu bangkit, berjongkok, lalu menerjang marinir yang
terdekat dengannya, pemuda tanpa topi yang masih terbatuk-batuk akibat gas.
Pembunuh itu menyambar senapannya, menendang kepalanya, dan menembak marinir di
sebelahnya, yang terbuyung ke belakang sambil mencengkeram perut. Pembunuh
tersebut berbalik; ia melihat seorang perwira bersenjatakan senapan mesin yang
mirip senjata Bourne ia menembak leher perwira itu, dan merampas senjatanya dari
tangan mayat yang jatuh itu. Ia diam hanya sepersekian detik untuk mengevaiuasi
kesempatan, lalu mengayunkan senapan mesinnya di bawah ketiak kirinya. Delta
mengawasmya, secara instingtif tahu apa yang akan dilakukan si Commando, juga
tahu bahwa pengalih perhatiannya akan berlangsung.
Pembunuh bayaran itu melakukannya. Ia menembak lagi, satu peluru demi satu
peluru, ke jajaran marinir yang masih muda dan tak berpengalaman di dinding
depan, berlari, meliuk-liuk melintasi sepetak rerumputan ke deretan bunga
setinggi bahu di sebelah kiri Bourne. Hanya itu satu-satunya jalan untuk
meloloskan diri, jalan yang paling gelap dinding belakang yang runtuh.?"Hentikan orang itu!" teriak Conklin, tertatih tatih panik menyeberangi serambi.
"Tapi jangan tembak! Jangan bunuh dia! Demi Tuhan, jangan bunuh dia!" "Omong
kosong!" jawab seseorang dari pasukan marinir di dinding kiri belakang. Pembunuh
bayaran itu, berputar, berbalik, berjongkok, senapannya berulang-ulang menyalak,
menjepit para penjaga dengan semburan-semburan tembakannya. Tempat peluru
senapan itu kosong, ia melemparkan senjatanya, mengayunkan senapan mesin, dan
memulai lari terakhimya ke dinding yang runtuh, menghujani kontingen marinir
yang menelungkup tak bergerak. Ia tiba di sana! Kegelapan di baliknya adalah
jalan keluar baginya! "Kau keparat.!" Jeritan seseorang yang masih muda, suaranya belum dewasa,
tersiksa, tapi tetap saja mematikan. "Kau membunuh temanku! Kau meledakkan
wajahnya! Kau akan membayarnya, setan alas!"
Seorang marinir kulit hitam yang masih muda mejompat menjauhi teman kulit
putihnya yang tewas dan berlari ke dinding sementara
pembunuh bayaran itu berbalik, melompati bebatuan. Rentetan tembakan lain dari
si pembunuh mengenai bahu marinir itu ia menghambur ke tanah, berguling dua kali
ke sebelah kiri, dan menembakkan empat butir peluru.
Tembakan itu diikuti jeritan menantang yang menyakitkan dan histeris. Jeritan
kematian; pembunuh bayaran itu, matanya" membelalak penuh kebencian, jatuh ke
bebatuan bergerigi. Major Allcott-Price, mail tan Royal Commando, tewas.


The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bourne melesat maju, senjatanya terangkat. Marie berlari ke tepi serambi, jarak
di antara mereka tidak lebih. dari beberapa meter. "Jangan lahikan, David!"
"Aku bukan David, ladyl Tanya pada teman bajinganmu itu, kami sudah lama saling
mengenai. Jangan menghalangiku!" Kenapa ia tidak bisa memburmh wanita ini" Satu
rentetan tembakan, dan ia bebas melakukan apa pun yang harus dilakukannya!
Kenapa" "Baiklah!" jerit Marie, bertahan di tempatnya. "Tidak ada David, baik! Kau Jason
Bourne! Kau Delta! Kau apa pun yang kauinginkan, tapi kau juga milikku! Kau
suamiku!" Pengungkapan itu bagaikan sambaran kilat di telinga para penjaga yang
mendengarnya. Para perwira, dengan siku tertekuk, mengacungkan tangan
mereka perintah universal agar tidak menembak sementara mereka dan anak buah ? ?mereka menatap tertegun.
"Aku tidak mengenalmur "Suaraku adalah suaraku. Kau tahu itu, Jason." "Tipuan!
Cuma aktris, peniru! Bohong! Sudah pernah dilakukan sebelumnya."
"Dan kalau aku tampak berbeda, itu karena kau, Jason Bourne!" "Jangan
menghalangiku atau kau mati!"
"Kau mengajariku di Paris! Di rue de Rivoli, Hotel Meurice, kios koran di
tikungan. Kau ingat" Koran dengan berita dari Zurich, fotoku yang besar di
halaman depan! Dan hotel kecil di Montparnasse sewaktu kita keluar, concierge
sedang membaca koran, fotoku di depan wajahnya! Kau begitu ketakutan hingga
menyuruhku lari keluar... Taksi! Kau ingat taksinya" Dalam perjalanan ke Issy-lesMoulineaux aku tidak akan pemah melupakan nama yang mustahil itu. 'Ubah
?rambutmu,' katamu. Tarik ke atas atau ke belakang!' Katamu kau tidak peduli apa
pun yang kulakukan selama aku mengubahnya! Kau bertanya apakah aku membawa
pensil alis kau memerintahkanku menebalkan alis, memanj angkannya! Kata-katamu
?sendiri, Jason! Kita melarikan diri demi nyawa kita dan kau ingin aku tampak
berbeda, untuk menyingkirkan segala kemiripan dengan foto yang disebarluaskan di
seluruh Eropal Aku harus menjadi bunglon karena Jason Bourne bunglon. Ia harus
mengajari kekasihnya, istrinya! Hanya itu yang kulakukan, Jason!"
"Tidak!" jerit Delta, mengulur kata itu menjadi jeritan, kabut kebingungan
menyelimutinya. Bayangan-bayangan itu ada di sana! Rue de
Rivoli, Montparnasse, taksi. Dengarkan aku. Aku bunglon bernama Cain dan aku
bisa mengajarkan banyak hal yang tidak ingin kuajarkan padamu, tapi terpaksa.
Aku bisa mengubah warnaku untuk mertyesuaikan diri dengan hutan, aku bisa
bergeser bersama angin dengan menciumnya. Aku bisa menemukan jalan di hutan
alami maupun buatan manusia. Alfa, Bravo, Charlie, Delta... Delta untuk Charlie
dan Charlie untuk Cain. Aku Cain. Aku maut. Dan aku harus memberitahukan siapa
diriku dan kehilangan dirimu. "Kau ingat!" teriak istri David Webb.
'Tipuan! Bahan kimia aku mengatakannya. Mereka memberitahukan kata-kata itu
?padamu! Mereka harus menghentikarikal"
"Mereka tidak memberitahuku apa-apa! Aku tidak menginginkan apa pun dari mereka.
Aku hanya menginginkan suamiku! Aku MarieF
"Kau bohong! Mereka sudah membunuhnya!" Delta menekan picu dan hujan peluru
menghamburkan tanah di dekat kaki Marie. Senapan-senapan dengan cepat diangkat
ke posisi menembak. "Jangan!" jerit Marie, kepalanya tersentak ke arah para marinir, matanya
membara, suaranya memerintah. "Baiklah, Jason. Kalau kau tidak mengenalku, aku
tidak ingin hidup. Aku tidak bisa lebih sederhana lagi, Sayang. Itu sebabnya aku
mengerti apa yang kaulakukan. Kau menyia-nyiakan hidupmu karena sebagian dirimu
yang telah mengambil alih menganggap aku sudah tewas dan kau tidak mau hidup
tanpa diriku. Aku memahaminya dengan sangat baik karena aku sendiri tidak ingin
hidup tanpa dirimu." Marie maju beberapa langkah melintasi rerumputan dan
berdiri tak bergerak. Delta mengangkat senapan mesinnya, pembidik di larasnya yang pendek terarah ke
rambut kelabu dihiasi uban itu. Jari telunjuknya melingkari picu. Tiba-tiba,
tanpa sadar, tangan kanannya mulai gemetar, lalu tangan kirinya. Senjata
mematikan itu mulai bergoyang-goyang, mula-mula pelan, dari kiri ke kanan, lalu
lebih cepat berputar-putar sementara kepala Bourne tersentak-sentak; getaran ? ?itu menyebar lehemya mulai kehilangan kendali.
Keributan timbul dalam kerumunan yang terbentuk di reruntuhan gerbang dan pos
jaga yang berasap beberapa puluh meter jauhnya. Seorang pria meronta; ia
dipegangi dua marinir. "Lepaskan aku, tolol! Aku dokter, dokternya!" Dengan
semburan kekuatan, Morris Panov berhasil membebaskan diri dan melesat
menyeberangi rerumputan ke sorotan cahaya lampu sorot. Ia berhenti beberapa
meter dari Bourne. Delta mulai mengerang; suara dan iramanya liar. Jason Bourne menjatuhkan
senjatanya... dan David Webb jatuh berlutut sambil menangis. Marie melangkah
mendekatinya. "Jangan!" teriak Panov, memerintah, suaranya tegas, mengh istri Webb. "Ia yang
harus mendatangimu. Harus." entikan
"Ia membutuhkanku.!"
'Tidak dengan cara itu. Ia harus mengenalimu. David haru ngenalimu dan menyuruh
bagian dirinya yang lain untuk membeb diri. Kau tidak bisa melakukannya
untuknya. Ia harus melakukanya sendiri."Sunyi. Lampu sorot Kebakaran.
Dan seperti anak kecil yang ketakutan, David Webb mengan kepalanya, air mata
membanjir di pipinya. Perlahan-lahan, dengan kesakitan, ia berdiri dan berlari
ke pelukan istrinya. 33 MEREKA berada di rumah persembunyian, di dalam pusat komunikasi berdinding
putih di dalam sel antiseptik di kompleks laboratorium fiituristik. Komputer?komputer berwajah putih menjulang di atas meja-meja putih di sebelah kiri,
puluhan mulut persegi yang tipis dan gelap terlihat di mana-mana, gigi-gigi
digital mereka membentuk angka-angka hijau yang senantiasa berubah seiring
perubahah frekuensi dan alat pengiriman penerimaan informasi yang kurang
canggih, kurang aman dibandingkan peralatan lain. Di sisi kanan terdapat meja
konferensi putih besar di atas lantai berubin putih, satu-satunya yang melenceng
dari kesamaan warna dan kesterilan itu adalah sejumlah asbak hitam. Para pemain
duduk di tempat masing-masing di sekitar meja. Para teknisi telah diperintahkan
keluar, semua sistem dihentikan sementara, hanya Red-Alert, panel tiga-kalisepuluh-inci di komputer tengah yang masih aktif; seorang operator bersiap-siap
di balik pintu tertutup seandainya lampu merah alarm menyala. Di balik ruang
suci dan terisohr ini pasukan pemadam kebakaran Hong Kong tengah memadamkan bara
terakhir yang masih berasap sementara kepoKsian Hong Kong menenangkan para
penghuni rumah-rumah lain di Victoria Peak yang panik banyak di antaranya
?yakin kiamat telah tiba dalam bentuk pembantaian oleh Cina daratan memberitahu
?semua orang bahwa kejadian mengerikan itu adalah akibat penjahat sinting yang
sudah dibunuh unit darurat Pemerintah. Penduduk Peak yang skeptis tidak cukup
puas. Waktu tidak berpihak pada mereka; dunia tidak sebagaimana seharusnya, dan
mereka menginginkan bukti. Jadi mayat pembunuh bayaran itu diarak di atas tondu
melewati para penonton yang penasaran, mayat yang berlubang-lubang, berlumuran
darah, dan setengah ditutupi agar bisa dilihat. para Penghuni kembali ke rumah
masing-masing, dan setelah itu mempertimbangkan berbagai klaim asuransi. ... .
Para pemain duduk di kursi kursi plastik putih, robot robothidup dan bernapas
yang menunggu isyarat untuk melanjutkan tidak memiliki semangat atau energi
untuk mulai. Kelelahan bercampur ketakutan akan kematian yang brutal, menandai
wajah-wajah mereka-menandai semua
wajah kecuali satu. Wajahnya berkerut dan berbayang-bayang gelap akibat
kelelahan luar biasa, tapi tidak ada ketakutan di matanya, hanya kepasrahan yang
pasif dan bingung atas situasi yang masih belum bisa dipahaminya. Beberapa menit
yang lalu kematian tidak membuatnya takut kematian lebih disukai daripada hidup.
Sekarang, dalam kebingungannya, sementara istrinya menggenggam tangannya, ia
bisa merasakan kemarahan di kejauhan yang membesar, jauh karena berada jauh di
dalam benaknya, tak henti-hentinya mendesak maju seperti guntur di kejauhan di
atas danau, dalam badai musim panas yang mendekat.
"Siapa yang berbuat begini kepada kami?" kata David Webb, suaranya tak lebih
dari bisikan. "Aku," jawab Havilland di ujung meja persegi putih. Ambassador perlahan-lahan
mencondongkan tubuh ke depan, membalas tatapan Webb yang mematikan. "Kalau aku
ada di sidang pengadilan mencari pengampunan atas tindakan yang memalukan, aku
akan mengajukan alasan situasi yang memaksa."
"Yaitu?" tanya David dengan nada monoton. "Pertama, ada krisis," kata diplomat
itu. "Kedua, kau sendiri." "Jelaskan," sela Alex Conklin dari ujung seberang
meja, menghadap Havilland. Webb dan Marie di sisi kirinya di depan dinding
putih, Morris Panov dan Edward McAllister duduk di hadapan mereka. "Dan jangan
menyisakan apa pun," tambah petugas intelijen pemberontak itu.
"Aku tidak bemiat begitu," sahut Ambassador, pandangannya tetap terpaku pada
David. "Krisis itu nyata, bencananya sangat hebat. "Ada kelompok yang dibentuk
sangat dalam di Peking oleh sekelompok fanatik yang dipimpin orang yang tertanam
begitu dalam di hierarki pemerintahan, begitu dipuja sebagai pangeran-filsuf,
sehingga tak bisa diungkap. Tidak ada yang akan mempercayainya. Siapa pun yang
mencoba mengungkap dirinya akan dikucilkan. Lebih buruk lagi, setiap usaha
mengungkap dirinya mengandung risiko serangan balasan yang begitu hebat sehingga
Peking akan memprotes atas nama penghinaan dan kemurkaan, dan kembali menerapkan
politik curiga dan tertutup. Tapi kalau persekongkolan ini tidak dibatalkan,
Perjanjian Hong Kong akan bubar dan koloni ini akan berantakan. Akibatnya,
pendudukan dalam waktu singkat oleh Republik Rakyat Cina. Aku tidak perlu
memberitahu kalian apa artinya itu kekacauan perekonomian, kebrutalan, ?pertumpahan darah, dan tak ragu lagi perang di Timur Jauh. Berapa lama sikap
permusuhan seperti itu bisa dikekang sebelum negara-negara lain terpaksa memilih
pihak" Risikonya tak terbayangkan." Sunyi. Mereka saling beradu pandang.
"Kaum fanatik Kuomintang," kata David, suaranya datar dan djngin. "Cina melawan
Cina. Sudah menjadi jeritan perang para maniak selama
empat puluh tahun terakhir."
518 'Tapi hanya jeritan, Mr. Webb. Kata-kata, pembicaraan, tapi tidak ada gerakan,
tidak ada serangan, tidak ada strategi." Havilland menangkupkan tangan di meja,
menghela napas dalam. "Sekarang ada. Strateginya sudah dijalankan, strategi yang
begitu implisit dan licik, disusun begitu lama sehingga mereka percaya tidak
akan gagal. Tapi tentu saja strategi im akan gagal, dan pada saat itu, dunia
akan menghadapi krisis dalam proporsi yang tak bisa ditolerir, dan kita tidak
akan bisa selamat. Timur Jauh pasti tidak akan selamat."
"Kau belum menceritakan apa pun yang belum kulihat sendiri. Mereka berhasil
menyusup ke tempat-tempat tinggi, dan mungkin meluas, tapi mereka tetap saja
kaum fanatik, di ambang kegilaan. Dan kalau maniak yang kulihat memimpin semua
ini sama seperti yang lainnya, mereka semua akan digantung di Lapangan Tian An
Men. Kejadian itu akan disiarkan di televisi dan disetujui setiap kelompok yang
menentang hukuman mati. Ia orang sadis yang sok menjadi penyelamat, penjagal.
Penjagal bukanlah negarawan. Mereka tidak dianggap serius."
"Herr Hitler dianggap serius di tahun 1933," kata Havilland. " Tapi kau jelas
tidak tahu siapa pemimpin mereka sebenamya. Ia tidak pernah menampilkan diri
dalam situasi apa pun sehingga kau bisa melihatnya walau hanya sekilas. Tapi aku
bisa menjamin bahwa ia negarawan dan dianggap sangat serius. Tapi, sekali lagi,
tujuannya bukan Peking. Tujuannya Hong Kong."
"Aku melihat apa yang kulihat dan mendengar apa yang kudengar, dan semua itu
akan kuingat untuk waktu yang lama.... Kau tidak membutuhkan aku, sejak dulu
tidak! Isolir mereka, sebarkan berita di Komite Sentral, panggil Taiwan untuk
menolak mereka mereka akan bersedia! Waktu berubah. Mereka tidak ingin perang, ?sama seperti Peking."
Ambassador mengamati si orang Medusa dengan penuh selidik, menilai informasi
David, menyadari Webb sudah melihal cukup banyak di Peking untuk menarik
kesimpulan sendiri, tapi tidak cukup untuk memahami inn persekongkolan Hong Kong
itu. "Sudah terlambat," kata diplomat itu. "Pasukannya sudah digerakkan.
Pengkhianatan di tingkat tertinggi pemerintahan Cina, pengkhianatan oleh tangantangan Nasionalis yang menjijikkan, dianggap berkolusi dengan kepentingankepentingan keuangan Barat. Bahkan para pengikuti Deng Xiaoping yang berbakti
tidak bisa menerima pukulan terhadap harga diri Peking itu, kehilangan muka di
kalangan internasional tampak seperti pihak yang bodoh. Kita juga tidak akan
?terima kalau tahu General Motors, IBM, dan New York Stock Exchange^dikelola para
pengkhianat Amerika, dilatih di Soviet, mengalihkan miliaran dolar untuk proyekproyek yang bukan merupakan kepentingan negara kita."
"Analogi yang akurat," sela McAllister, jemarinya menempel di pelipis kanannya.
"Secara kumulatif, seperti itulah Hong Kong kelak bagi
519 Republik Rakyat Cina itu dan ratusan ribu kali lagi. Tapi ada elemen lain, dan
?elemen itu sama mengejutkannya seperti apa pun yang kita pelajari. Aku ingin
menyajikannya sekarang dalam kapasitasku sebagai analis. sebagai orang yang
?seharusnya memperhitungkan reaksi lawan dan lawan potensial "
?"Singkat saja," sela Webb. "Kau bicara terlalu banyak, kau terlalu banyak
memegang-megang kepalamu, dan aku tidak menyukai matamu. Matamu seperti mata
ikan yang mati. Kau bicara terlalu banyak di Maine. Kau pembohong."
"Ya. Ya, aku mengerti maksudmu dan kenapa kau berkata begitu. Tapi aku orang
baik, Mr. Webb. Aku percaya pada kebaikan."
"Aku tidak. Sekarang tidak lagi. Lanjutkan. Semua ini sangat membuka mata. dan
aku tidak mengerti sedikit pun karena tidak ada yang mengatakan apa pun yang
masuk akal. Apa sumbanganmu, pembohong?"
"Faktor kejahatan terorganisir." McAllister menelan ludah mendengar penghinaan
David yang berulang-ulang, tapi tetap menyampaikan pernyataan seakan-akan
berharap semua orang memahami. Sewaktu menghadapi ekspresi kosong, ia
menambahkan. "Triad!"
"Kelompok berstruktur Mafia, gaya Oriental," kata Marie, pandangannya terpaku
pada menteri muda urusan luar negeri. "Persaudaraan kriminal."
McAllister mengangguk. "Narkotika, imigrasi i legal, perjudian, prostitusi,
rentenir kegiatan seperti biasa."
?"Dan beberapa tidak begitu biasa*" tambah Marie. "Mereka menancap begitu dalam
dengan perekonomian mereka sendiri. Mereka memiliki bank tentu saja secara
?tidak langsung di seluruh California, Oregon, Negara Bagian Washington, dan
?hingga ke negaraku sendiri, di British Columbia. Mereka mencuci uang dalam
jumlah jutaan setiap had melalui sistem transfer internasional." "Yang hanya
menambah besamya krisis mi," kata McAllister. "Kenapa?" tanya David. "Apa
maksudmu?" "Kejahatan, Mr. Webb. Para pemimpin Republik Rakyat Cina terobsesi pada
kejahatan. Laporan-laporan mengindikasikan lebih dari seratus ribu eksekusi
sudah dilaksanakan selama tiga tahun terakhir dengan hanya sedikit perbedaan
antara kejahatan kecil dan besar. Hal itu konsisten dengan rezim ini asal rezim?ini. Semua revolusi percaya dirinya dilahirkan dalam kemumian; kemurnian tujuan
adalah segalanya. Peking akan melakukan penyesuaian ideologi untuk mendapatkan
keuntungan dari pasar Barat, tapi tidak akan ada akomodasi sedikit pun bagi
kejahatan terorganisir."
"Kau membuatnya kedengaran seperti sekelompok paranoia," sela Panov.
"Memang. Mereka tidak bisa tidak begitu." "Secara ideologi?" tanya psikiater itu
skeptis. "Hanya jumlah, Dokter. Kemurnian revolusi menjadi samarannya, tapi jumlahnya
yang membuat mereka ketakutan. Negara luas yang padat penduduk dengan sumber
daya melimpah ya Tuhan, kalau kejahatan terorganisir masuk, dengan semiliar
?orang di balik perbatasan, jangan berpikir para panglima perang puas dengan
jumlah sedikit negara itu bisa menjadi negara triad. Desa, kota, kota besar,
?bisa dibagi-bagi menjadi wilayah 'keluarga', semua mendapat keuntungan dari
gejolak modal dan teknologi Barat. Akan ada ledakan ekspor ilegal yang
membanjiri pasar gelap di seluruh dunia. Narkotika dari bukit-bukit dan padangpadang yang tak terhitung banyaknya dan tidak mungkin bisa dipatroli, senjatasenjata dari pabrik anak perusahaan, tekstil dari ratusan pabrik bawah tanah
menggunakan mesin curian dan tenaga buruh tani yang akan melumpuhkan industriindustri di Barat Kejahatan"
"Itu 'loncatan besar ke depan' yang belum pernah berhasil dicapai siapa pun di
sini selama empat puluh tahun terakhir" kata Conklin.
"Siapa yang berani mencobanya?" bantah McAllister. "Kalau seseorang bisa
dieksekusi karena mencuri lima puluh yuan, siapa yang berani mencuri seratus
ribu" Untuk itu dibutuhkan perlindungan, organisasi, orang-orang di tempat
tinggi. Inilah yang ditakuti Peking, itu sebabnya mereka paranoid. Para
pemimpinnya takut pada para koruptor di tempat-tempat tinggi. Infrastruktur
politik bisa tererosi. Para pemimpin akan kehilangan kendali, dan mereka tidak
berani mengambil risiko itu. Sekali lagi, ketakutan mereka memang paranoid. Tapi
bagi mereka itu sangat nyata. Kalau ada petunjuk sekecil apa pun bahwa fraksi
kejahatan yang kuat bersatu. dengan para konspirator internal, menyusupi
perekonomian mereka, bisa jadi cukup bagi mereka untuk menolak Perjanjian dan
mengirim pasukan mereka ke Hong Kong."
"Kesimpulanmu jelas," kata Marie. 'Tapi mana logikanya" Bagaimana hal itu bisa
terjadi?" "Hal itu sedang terjadi, Mrs. Webb," jawab Ambassador Havilland. "Itu sebabnya
kami membutuhkan Jason Bourne."
"Sebaiknya ada yang bercerita dari awal," kata David.
Diplomat itu melakukannya. "Mulainya lebih dari tiga puluh tahun yang lalu
sewaktu seorang pemuda brilian dikirim dari Taiwan, kembali ke tanah kelahiran
ayahnya dan mendapat nama baruT keluarga baru. Itu rencana jangka panjang;
akarnya menancap pada fanatisme dan pembalasan dendam...."


The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Webb mendengarkan saat cerita luar biasa tentang Sheng Chou Yang diungkapkan,
setiap potongan berada di tempatnya, setiap fakta meyakinkan kebenarannya,
karena tak ada alasan bagi kebohongan. Dua puluh tujuh menit kemudian, sesudah
selesai,, Havilland meraih map arsip bertepi hitam. Ia membuka sampulnya,
menampilkan sekitar tujuh puluh halaman yang dijepit menjadi satu, menutupnya,
dan meletakkan map itu 521 di depan David, "Ini segala sesuatu yang kami ketahui, segala sesuatu yang kami
pelajari rincian spesifik dari semua yang sudah kuceritakan padamu. Dokumen ?ini' tidak boleh keluar dari rumah ini kecuali dalam bentuk abu, tapi kau
dipersilakan membacanya. Kalau ada keragu-raguan atau pertanyaan, aku bersumpah
akan menggerakkan semua sumber di pemerintahan Amerika Serikat dari Oval Office
?hingga National Security Council untuk membuatmu puas. Aku tidak bisa berbuat
?kurang dari itu." Diplomat itu diam sejenak, pandangannya terpaku pada mata
Webb. "Mungkin kami tidak berhak memintanya, tapi kami membutuhkan bantuanmu.
Kami membutuhkan semua informasi yang bisa kauberikan pada kami." "Agar kau bisa
mengirim orang untuk menghabisi Sheng Chou Yang." "Pada intinya. ya. Tapi jauh
lebih kompleks daripada itu. Keterlibatan kita tidak boleh terungkap. Tidak
boleh terlihat bahkan dicurigai sesedikit apa pun. Sheng melindungi diri dengan
luar biasa. Peking memandangnya sebagai orang yang memiliki visi, patriot besar
yang bekerja mati-matian untuk Ibu Pertiwi Cina boleh dibilang semacam nabi.
?Keamanannya absolut. Orang-orang di sekitarnya, ajudan-ajudannya, para
pengawalnya, merekalah pasukan pelindung, setia semata-mata hanya pada dirinya."
"Phi sebabnya kau menginginkan si peniru," sela Marie. "Ia peng-hubungmu kepada
Sheng." "Kami tahu peniru itu sudah menerima kontrak darinya. Sheng harus menyingkirkan
oposisinya, baik mereka yang menentangnya secara ideologi maupun mereka yang tak
diinginkan terlibat dalam operasinya."
"Dalam kelompok terakhir ini," sela McAllister, "terdapat para pemimpin triad
pesaing yang tak dipercayai Sheng, yang tak dipercayai kaum fanatik Kuomintang.
Ia tahu kalau mereka sempat melihat mereka akan dismgkirkan, perang geng yang
mengguncang kestabilan akan meletus, dan itu tidak bisa ditolerir Sheng, juga
Inggris, dengan Peking sedekat itu dari sumber keributan. Selama dua bulan
terakhir tujuh pemimpin triad telah dibunuh, organisasi mereka dilumpuhkan."
"Jason Bourne yang baru itu merupakan solusi yang sempurna bagi Sheng," lanjut
Ambassador. "Pembunuh bayaran tanpa ikatan politik maupun negara sehingga, di
atas semua itu, pembunuhan-pembunuhannya tak bisa dilacak kembali ke Cina."
'*f3B( 'Tapi ia pergi ke Peking," protes Webb. "Di sanalah aku melacaknya. Bahkan
kalaupun awalnya itu merupakan jebakan untukku, yang " "Jebakan untukmu?" sent
?Havilland. "Mereka tahu tentang dirimu?" "Aku bertatap muka dengan penerusku dua
malam yang lalu di bandara. Kami saling mengenai i tidak mungkin tidak. Ia
?tidak hernial merahasiakannya dan menanggung kesalahan atas kontrak yang gagal
itu." "Kau rupanya," sela McAllister. "Sudah kuduga!"
"Begitu juga Sheng dan orang-orangnya. Aku orang baru di kota dan harus
dihentikan, dibunuh sebagai prioritas pertama. Mereka tidak bisa menanggung
risiko aku berhasil memahami semuanya. Jebakannya disusun
malam itu, disiapkan malam itu."
. "Astaga!" seru Conklin. "Aku membaca mengenai Kai-tak di Washington. Kata
koran-koran, kejadian itu dianggap dilakukan orang-orang suiting dari sayap
kanan. Untuk menyingkirkan komunis dari kapitalisme. Ku perbuatanmu?"
'Kedua pemerintahan harus memberikan penjelasan kepada pers dunia," tambah
menteri muda itu. "Sama seperti kita hams memberi penjelasan mengenai kejadian
malam ini " ? "Maksudku," kata David, tak menggubris McAllister. "Sheng memanggil Commando
itu, menggunakannya untuk menjebakku, dengan begitu memasukkannya ke lingkaran
dalam. Bukan begitu cara klien tersembunyi menjaga jarak dari pembunuh
sewaannya." "Kalau begitu Sheng tidak berharap pembunuh itu keluar dari lingkaran dalam
keadaan hidup," jawab Havilland sambil melirik McAllister. "Itu teori Edward,
dan teori yang kupercayai, bahwa pada saat kontrak terakhir sudah dilaksanakan,
atau saat dianggap ia sudah tahu terlalu banyak dan oleh karena itu menjadi
ancaman, peniru itu akan dibunuh saat mengambil bayarannya tentu saja, ia ?percaya ia akan diberi penugasan lain. Tidak ada yang bisa dilacak. Kejadian'di
Kai-tak tidak ragu lagi akan memastikan kematiannya."
"Ia tidak cukup pandai untuk melihatnya," kata Jason Bourne. "Ia tidak bisa
berpikir secara geometris."
"Maaf?" tanya Ambassador.
"Bukan apa-apa," jawab Webb, sekali lagi menatap diplomat itu. "Jadi yang
kauceritakan padaku separo benar, separo bohong. Hong Kong bisa hancur
berantakan, tapi bukan untuk alasan yang kauberikan padaku."
"Kebenaran adalah kredibilitas kami; kau harus menerimanya, menerima
keprihatinan kami yang mendalam dan menakutkan. Kami hanya bohong ketika
merekrutmu." Havilland bersandar ke kursi. "Dan aku tidak bisa lebih jujur lagi
dari itu." "Keparat," kata Webb, suaranya pelan, sedingin es.
"Baik," kata Havilland. 'Tapi seperti yang sudah kukatakan tadi, ada situasi
yang memaksa, secara spesifik ada dua. Krisis itu dan kau sendiri."
"Lalu?" kata Marie.
"Aku mau bertanya padamu, Mr. Webb... Mrs. Webb. Kalau kami menemuimu dan
menjelaskan masalahnya, apakah kau bersedia membantu kami" Apakah kau bersedia
menjadi Jason Bourne lagi?"
Sunyi. Semua mata memandang David sementara David sendiri menatap kosong ke
permukaan meja, lalu berhenti di map arsip. Tidak," katanya pelan. "Aku tidak
mempercayai kalian."
523 "Kami tahu itu," kata Havilland, sekali lagi mengangguk. 'Tapi dari sudut
pandang kami, kami harus merekrutmu. Kau sanggup melakukan apa yang tidak bisa
dilakukan siapa pun, dan karena kau berhasil melakukannya, kuakui penilaian itu
benar. Harga yang harus dibayar sangat luar biasa, tidak ada yang mengecilkan
hal itu, tapi kami merasa aku merasa tidak ada pilihan lain. Waktu dan
? ?konsekuensinya tidak berpihak pada kami sekarang pun masih."
?"Sama seperti sebelumnya," kata Webb. "Commando itu sudah tewas."
"Commando?" McAllister mencondongkan tubuh ke depan.
"Pembunuh bayaranmu. Peniru itu. Yang kaulakukan terhadap kami sia-sia belaka."
Tidak juga," Havilland menyela. 'Tergantung dari apa yang bisa kauceritakan pada
kami. Berita kematian di sini akan menjadi berita utama besok, kami tidak bisa
menghentikannya, tapi Sheng tidak mungkin tahu siapa yang mati. Tidak ada foto,
tidak ada pers di sini pada waktu itu, dan mereka yang tiba kemudian sudah
dihalau beberapa ratus meter jauhnya oleh polisi. Kita bisa mengendalikan
informasi dengan memberikannya."
"Bagaimana dengan mayatnya?" tanya Panov. "Ada prosedur medis " "Dihentikan ?oleh Mi-Six," kata Ambassador. "Ini masih wilayah Inggris, dan komunikasi antara
London, Washington, dan Gedung Pemerintahan sangat cepat Wajah peniru itu
terlalu rusak untuk bisa dideskripsikan, dan mayatnya ditahan, tidak bisa
diperiksa. Itu gagasan Edward, dan ia sangat gesit dalam hal ini."
"Masih ada David dan Marie," psikiater itu berkeras. "Terlalu banyak orang
melihat mereka, mendengar mereka."
"Hanya beberapa marinir penjaga yang berada cukup dekat untuk melihat dan
mendengar dengan jelas," kata McAllister. "Seluruh kontingen akan terbang
kembali ke Hawaii dalam satu jam, termasuk dua, orang yang tewas dan tujuh yang
terluka. Mereka sudah meninggalkan tempat ini dan diisolasi di bandara. Banyak
kebingungan dan kepanikan. Polisi dan petugas pemadam kebakaran ada di manamana; tapi tidak satu pun berada di kebun. Kita bisa mengatakan apa pun yang
kita inginkan." "Rasanya itu sudah menjadi kebiasaanmu," komentar Webb. "Kau
mendengar apa yang dikatakan Ambassador tadi," kata McAllister sambil
menghindari tatapan David. "Kami merasa tidak memiliki .pilihan/-' "Bersikap
adillah pada dirimu sendiri, Edward." Sekali lagi Havilland memandang Webb
sambil bicara kepada McAllister. "Aku merasa tidak punya pilihan. Kau memprotes
mati-matian." "Aku keliru" kata McAllister dengan tegas sementara diplomat itu tersentak
memandangnya. "Tapi itu tidak relevan," lanjut menteri muda itu dengan cepat.
"Kita harus memutuskan apa yang akan kita katakan. Konsulat kebanjiran telepon
dari pers " ?"Konsulat?" sela Conklin. "Rumah persembunyian macam apa ini!" 'Tidak ada waktu
untuk menyiapkan samaran dengan layak," dalih
Ambassador. Tenyewaan dilakukan serahasia mungkin dan kami menyiapkan cerita
yang masuk akal. Sepanjang pengetahuan kami, tidak ada pertanyaan, tapi laporan
polisi harus mencantumkan pemilik dan penyewa. Bagaimana Garden Road
menanganinya, Edward?"
"Sekadar mengatakan bahwa situasi belum jelas. Mereka menunggu kita, tapi tidak
bisa menunda lebih lama lagi. Lebih baik kita menyiapkan cerita daripada
membiarkan timbulnya banyak spekulasi."
"Sudah pasti," Havilland menyetujui. "Kuduga itu berarti kau sudah punya
rencana." "Darurat, tapi cukup, kalau aku tidak keliru memahami Mr. Webb."
'Tentahg apa?" "Kau menggunakan kata 'Commando' beberapa kali, kuanggap itu bukan sekadar
istilah. Pembunuh bayaran itu anggota Commando?"
"Mantan. Perwira yang sakit jiwa. Punya kecenderungan bunuh diri, lebih
tepatnya." "Kau mendapatkan identitasnya, mengetahui namanya?"
David menatap analis itu dengan tajam, teringat kata-kata Allcott-Price, yang
diucapkan dengan nada kemenangan yang menjijikkan,.. Kalau aku kalah dan
ceritanya terungkap, berapa banyak antisosiai yang akan terpicu" Berapa banyak
orang yang berbeda di luar sana, yang dengan senang hati menggantikan tempatku,
seperti aku menggantikan tempatmu" Dunia ini penuh sesak dengan Jason BourneJason Bourne. Beri mereka arah, beri mereka gagasan, dan mereka akan mengerumuni
sumbernya dan melesat cepat.... "Aku tidak pernah tahu siapa dirinya," kata Webb.
Tapi, sekalipun begitu, kau yakin ia dulu anggota Commando."
"Benar." "Bukan Ranger atau Green Beret atau Special Forces "?"Bukan'
"Dengan begitu, maksudmu ia orang Inggris."
'Ya." "Kalau begitu kita sebarkan cerita yang secara implisit mehgingkari spesifikasi
itu. Bukan orang Inggris, tidak ada catatan militer sebarkan cerita ke arah
?yang lain." "Pria Amerika kulit putih," kata Conklin pelan, dengan rasa hormat. sambil
memandang Undersecretary of State. "Ambil nama dan sejarah dari arsip orang yang
sudah mati. Lebih baik sepotong sampan, psikopat dengan dendam begitu dalam
hingga mengejar seseorang ke sini."
"Kurang-lebih seperti itu, tapi tidak seluruhnya," kata McAllister, dengan kikuk
beringsut di kursi seakan-akan tidak ingin menentang
pendapat orang CIA berpengalaman itu. Atau karena hal lain. "Pria kulit putih,
ya. Amerika, ya. Orang dengan obsesi begitu hebat hingga terdorong melakukan
pembantaian besar-besaran, kemurkaannya diarahkan pada satu sasaran seperti
?katamu di sini." "Siapa?" tanya David.
?"Aku," jawab McAllister, pandangannya beradu dengan pandangan Webb.
"Yang berarti aku," kata David. "Akulah orang itu, orang yang terobsesi itu."
"Namamu tidak akan disebut-sebut," lanjut McAllister tenang, dingin. "Kita bisa
menciptakan ekspatriat Amerika yang beberapa tahun berselang dibum pihak
berwenang di seluruh Timur Jauh untuk kejahatan yang berkisar dari beberapa
pembunuhan hingga mengedarkan narkotika. Katakan saja aku bekerja sama dengan
kepolisian di Hong Kong, Macao, Singapura, Jepang, Malaysia, Sumatra, dan
Filipina. Melalui usahaku. operasi-operasi itu dihentikan dan ia kehilangan
banyak uang. Ia tahu aku kembali dan ditugaskan di Victoria Peak. Ia mengejarku,
orang yang dulu menghancurkan hidupnya." McAllister diam sejenak, berpaling pada
David. "Karena aku pernah melewatkan beberapa tahun di Hong Kong, Peking pasti
tahu siapa diriku. Aku yakin ada dosir ekstensif mengenai analis yang bikin
perkara selama masa tugasnya di sini. Aku memang punya musuh, Mr. Webb. Irulah
pekerjaanku. Kami mencoba menanamkan pengaruh dibagian dunia ini, dan di mana
pun ada orang Amerika yang terlibat dengan kegiatan kriminal, aku berusaha
sebaik-baiknya membantu pihak berwenang untuk menangkapnya, atau, sedikitnya,
memaksa mereka meninggalkan Asia. Itulah cara terbaik untuk menunjukkan niat
baik kita, memburu orang-orang kita sendiri. Alasan itu juga yang membuat
Kementerian Luar Negeri menarikku ke Washington. Dan dengan menggunakan namaku,
kita menambah keaslian informasi ini bagi Sheng Chou Yang. Kami saling mengenai.
Ia akan berspekulasi mengenai berbagai kemungkinan kuharap yang benar, tapi
?tidak satu pun akan berkaitan dengan seorang Commando Inggris."
"Spekulasi yang benar," sela Conklin pelan, "adalah fakta bahwa tak seorang pun
di sini mendengar kabar mengenai Jason Bourne asli selama dua tahun." 'Tepat
sekali." "Jadi akulah mayat yang ditahan itu," kata Webb, "yang tak bisa diperiksa."
"Bisa jadi, ya," kata McAllister. "Kita tidak tahu apa yang diketahui Sheng,
seberapa dalam penyusupannya. Satu-satunya yang ingin kita tetapkan di sini
Adalah bahwa orang yang mati itu bukan pembunuh bayaran Sheng,"
"Dengan begitu membuka jalan bagi peniru yang lain untuk pergi ke
sana dan memancing Sheng keluar untuk dibunuh," tambah Conklin, dengan hormat.
"Kau boleh juga, Mr. Analyst. Keparat, tapi boleh juga."
"Kau akan mengekspos dirimu sendiri, Edward," kata Havilland, tatapannya terpaku
pada menteri muda itu. "Aku tidak pernah memintamu melakukannya. Kau benar-benar
punya musuh." "Aku ingin melakukannya dengan cara ini, Mr. Ambassador. Kau mempekerjakanku
untuk memberikan penilaian terbaik yang bisa kuberikan, dan menurut penilaianku,
inilah arah yang paling produktif. Hams ada samaran yang meyakinkan. Namaku bisa
cukup meyakinkan bagi Sheng. Sisanya bisa disembunyikan dalam bahasa yang ?ambigu, bahasa yang akan dipahami semua orang yang ingin kita hubungi."
"Jadilah," kata Webb, tiba-tiba memejamkan mata, mendengar kata-kata yang begitu
sering diucapkan Jason Bourne.
"David " Marie menyentuh wajahnya.
?"Maaf." Webb menyentuh map arsip di depannya, lalu membukanya. Di halaman
pertama terdapat foto dengan nama tertera di bawahnya. Foto itu diidentifikasi
sebagai Sheng Chou Yang, tapi maknanya lebih jauh daripada itu. Foto itu wajah
orang itu. Wajah si penjagal! Orang gila yang membacok wanita dan pria hingga
tewas dengan pedang upacara bertatahkan permata, yang memaksa dua saudara saling
bertempur dengan pisau setajam pisau cukur hingga yang satu membunuh yang lain,
yang mencabut nyawa Echo yang pemberani dan tersiksa dengan satu tebasan di
kepala. Bourne menahan napas, murka oleh kekejaman yang tak terbayangkan,
sementara kilasan-kilasan berlumuran darah mencengkeramnya. Saat ia menatap foto
itu, kenangan akan Echo yang menyia-nyiakan nyawanya untuk menyelamatkan Delta,
membawanya kembali ke tanah lapang di tengah hutan itu. Delta tahu kematian
Echo-lah yang memampukan dirinya menangkap pembunuh bayaran itu. Echo tewas
dengan gagah berani, menerima eksekusi yang luar biasa menyiksa, agar teman
Medusa-nya bisa melarikan diri dengan mulus, tapi juga mematuhi isyarat terakhir
yang menyatakan bahwa orang sinting berpedang itu harus dibunuh!
"Ini," bisik Jason Bourne, "putra taipan yang tak dikenal itu?"
'Ya," kata Havilland.
"Pangeran-filsuf yang dipuja itu" Nabi Cina yang tidak bisa diungkap
siapa pun?" "Sekali lagi, ya."
"Kau keliru! Ia sudah menampakkan' diri! Astaga, ia sudah menampakkan diri!"
Tertegun, Ambassador tersentak ke depan. "Kau yakin?"
'Tidak mungkin lebih yakin lagi."
"Situasinya pasti luar biasa," kata McAllister terpesona. "Dan mengkonfirmasi
bahwa peniru itu tidak akan pernah keluar dari sana
527 dalam keadaan hidup. Sekalipun begitu, situasinya pasti sangat mengguncang!"
"Memang benar, mengingat fakta bahwa tak seorang pun di luar Cina tahu tentang
mereka. Makam Mao menjadi arena fembak. Itu bagian dari perangkap. dan mereka
kalah. Echo kalah." "Siapa?" tanya Marie, masih mencengkeram tangan David.
"Teman." "Makam Mao?" ulang Havilland. "Luar biasa!" "Sama sekali tidak," kata Bourne.
"Cerdas sekali. Sasaran tak akan menduga serangan akan dilakukan di sana. Ia
masuk dengan pikiran diaiah si pern bum yang mengikuti buruannya, berharap akan
mendapatkan buruannya di luar, di sisi lain. Lampu-lampu memudar, kewaspadaannya
menurun. Padahal sepanjang waktu, justru diaiah yang diburu, diisolir, disiapkan
untuk dibunuh. Sangat cerdas."
"Sangat berbahaya bagi pemburunya," kata Ambassador, "bagi orang-orang Sheng.
Salah langkah sedikit saja dan mereka bisa ditangkap. Sinting
"Tidak mungkin ada salah langkah. Mereka pasti membunuh rekan mereka sendiri
kalau aku tidak membunuh mereka. Aku mengerti itu sekarang. Waktu rencana
meleset, mereka menghilang begitu saja. Membawa Echo."


The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kembali ke Sheng, please, Mr. Webb," Havilland sendiri terobsesi, pandangannya
memohon. "Katakan apa yang kaulihat, apa yang kauketahui."
"Ia monster," kata Jason pelan, pandangannya berkaca-kaca, menatap foto itu la
berasal dari neraka, seperti Pendeta Savonarola yang menyiksa dan
membunuh pria, wanita, anak-anak sambil tersenyum. Ia berkotbah seperti nabi ? ?yang berbicara pada anak-anak, tapi di balik itu ia maniak yang memerintah
kelompok orang gila dengan teror semata. Pasukan pelindung yang kausebut tadi
bukanlah pasukan pelindung, mereka cuma tukang pukul, bajingan sadis yang
mempelajari teknik mereka dari pakarnya. Ia gabungan antara Auschwitz, Dachau,
dan Bergen-Belsen. Hanya Tuhan yang bisa menolong kita kalau ia menjadi pemimpin
di sini." "Bisa saja, Mr. Webb," kata Havilland pelan, tatapannya yang ketakutan terpaku
pada Jason Bourne. "Akan terjadi. Kau baru saja menjabarkan Sheng Chou Yang yang
Sukma Pedang 4 Pendekar Pulau Neraka 07 Jago Dari Seberang Misteri Kain Kafan Jesus 8

Cari Blog Ini