Kembalinya Sang Raja The Return Of The King The Lord Of The Rings Buku Tiga Karya J.r Tolkien Bagian 7
Morgul dan mengambil jalan ke utara di bawah bayangan pegunungan, belum ada
utusan yang kembali, tak ada selentingan apa pun tentang peristiwa di Timur yang
dipenuhi rencana jahat. Ketika para Kapten baru dua hari pergi, Lady Eowyn
meminta wanita-wanita yang merawatnya, membawakan pakaiannya, dan ia tak
mau dibantah; ia bangkit berdiri; ketika mereka sudah memasangkan pakaiannya
dan menyangga lengannya dalam gendongan kain linen, ia pergi menemui
Pengawas Rumah Penyembuhan. "Sir," katanya, "aku resah sekali, dan aku
tak bisa lebih lama lagi berbaring bermalas-malas."
"Lady," jawab sang Pengawas, "kau belum sembuh betul, dan aku
diperintahkan merawatmu secara khusus. Seharusnya kau tidak boleh bangun dari
tempat tidurmu selama tujuh hari, begitulah perintah yang kuterima. Kumohon kau
kembali." "Aku sudah sembuh," kata Eowyn, "setidaknya tubuhku sembuh, kecuali
lengan kiriku dan itu sudah terawat baik. Tapi aku akan sakit lag, kalau tak ada
yang bisa kulakukan. Belum adakah kabar-kabar dari medan perang" Wanitawanita
itu tak bisa menceritakan apa-apa padaku."
"Belum ada kabar," kata Pengawas, "kecuali bahwa para Penguasa sudah
pergi ke Lembah Morgul; dan kata orang-orang, kapten baru dari Utara menjadi
pemimpin mereka. Dia penguasa besar, dan seorang penyembuh; menurutku aneh
bahwa tangan yang menyembuhkan juga menyandang pedang. Sekarang keadaan
seperti itu tidak ada di Gondor, tapi kalau dongeng-dongeng lama itu benar, dulu
memang begitu keadaannya. Tapi selama bertahun-tahun kami para penyembuh
hanya bekerja menutup luka-luka yang diakibatkan oleh pedang: Tanpa itu pun
pekerjaan kami sudah banyak: dunia sudah cukup dipenuhi kesakitan dan cedera,
tanpa perang yang melipatgandakan luka-luka."
Kembalinya Sang Raja Halaman | 259 "Hanya butuh satu musuh untuk membangkitkan perang, bukan dua, Master
Pengawas," jawab Eowyn. "Dan mereka yang tidak punya pedang masih bisa mati
terkena pedang. Apakah kau mau rakyat Gondor hanya mengumpulkan tanaman
obat, sementara Penguasa Kegelapan mengumpulkan bala tentara" Dan tidak
selalu baik akibatnya kalau tubuh disembuhkan. Begitu pula tidak selalu buruk
bila mati dalam pertempuran, meski dalam kepedihan yang getir. Seandainya aku
diizinkan, dalam saat gelap ini aku akan memilih yang terakhir."
Pengawas itu memandangnya. Eowyn berdiri gagah, matanya bersinar-sinar
di wajahnya yang putih, tangannya dikepalkan sementara ia menoleh dan
memandang ke luar jendela yang membuka ke Timur. Sang Pengawas mengeluh
dan menggelengkan kepala. Sesudah beberapa saat, Eowyn berbicara lagi
padanya. "Tak adakah yang harus diperbuat?" katanya. "Siapa yang memerintah di
Kota ini?" "Aku tidak tahu pasti," jawab si Pengawas. "Hal-hal seperti itu tidak menjadi
perhatianku. Ada seorang marsekal yang memimpin para Penunggang dari Rohan;
dan kudengar Lord Hirrin memerintah orang-orang dari Gondor. Tapi Lord Faramir
yang berhak duduk sebagai Pejabat Kota ini."
"Di mana aku bisa menemuinya?" "Di rumah ini, Lady. Dia cedera berat, tapi
kini mulai sembuh. Tapi aku tidak tahu ..."
"Tidakkah kau mau mengantarku kepadanya" Maka kau akan tahu."
Lord Faramir sedang berjalan sendirian di kebun Rumah Penyembuhan,
cahaya matahari menghangatkannya, dan ia merasa kehidupan baru mengalir
segar dalam urat darahnya; tapi hatinya terasa berat, dan ra memandang keluar
dari alas tembok-tembok di sisi timur. Sambil mendekat, Pengawas memanggil
namanya. la menoleh dan melihat Lady Eowyn dari Rohan; hati Faramir tersentuh
dan dipenuhi rasa iba, karena ia melihat Eowyn terluka, dan pandangannya yang
tajam bisa melihat kesedihan dan keresahan hati gadis itu.
"Tuanku," kata Pengawas, "ini Lady Eowyn dari Rohan. Dia ikut dalam
rombongan Raja dan menderita cedera berat, dan sekarang berada dalam
perawatanku. Tapi dia tidak puas, dan dia ingin berbicara dengan Pejabat Kota."
"Jangan salah paham, Tuanku," kata Eowyn. "Bukan kurangnya perawatan
yang membuat hatiku susah. Tak ada rumah penyembuhan yang lebih indah, bagi
mereka yang ingin disembuhkan. Tapi aku tak bisa berbaring bermalasmalasan,
menganggur, terkurung. Aku mencari kematian dalam pertempuran. Tapi aku tidak
mati, dan pertempuran masih juga berlanjut."
Halaman | 260 The Lord of The Rings Atas isyarat dari Faramir, si Pengawas membungkuk dan pergi. "Kau ingin aku
berbuat apa, Lady?" kata Faramir. "Aku juga menjadi tawanan para penyembuh." Ia
menatap Eowyn, dan karena ia orang yang sangat mudah merasa iba, baginya
kecantikan Eowyn yang diwarnai kesedihan terasa menusuk-nusuk hatinya. Eowyn
menatap Faramir dan melihat kelembutan yang teguh di matanya, tapi karena
Eowyn sendiri dibesarkan di antara para pejuang, Ia tahu bahwa inilah orang yang
takkan bisa tersaingi oleh satu pun Penunggang dari Mark dalam pertempuran.
"Apa yang kauinginkan?" kata Faramir lagi. "Kalau aku punya wewenang
untuk itu, akan kulakukan."
"Aku ingin kau memerintahkan Pengawas agar membiarkan aku pergi," kata
Eowyn; tapi meski kata-katanya masih terdengar angkuh, hatinya gamang, dan
untuk pertama kalinya Ia bimbang. la menduga bahwa laki-laki jangkung yang
keras sekaligus lembut ini mungkin menganggapnya seperti anak bandel yang
tidak cukup teguh hati untuk melakukan tugasnya yang menjemukan sampai
selesai. "Aku sendiri masih dalam perawatan si Pengawas," jawab Faramir. "Aku juga
belum mulai menjalankan wewenang dan tanggung jawabku di Kota. Tapi seandai
pun sudah, aku tetap akan mendengarkan nasihatnya, dan tidak akan melanggar
keputusannya dalam masalah yang berhubungan dengan keahliannya, kecuali
dalam keadaan sangat mendesak."
"Tapi aku tidak menginginkan kesembuhan," kata Eowyn. "Aku ingin maju
perang seperti kakakku, Eomer, atau lebih bagus lagi seperti Theoden Raja, sebab
dia gugur dalam kehormatan dan kedamaian."
"Lady, sudah terlambat untuk menyusul para Kapten, meski kau cukup kuat,"
kata Garamir. "Tapi kematian dalam pertempuran bisa datang pada kita semua,
entah kita menghendakinya atau tidak. Kau akan lebih siap menghadapinya
dengan caramu sendiri, kalau saat kau mengikuti apa yang disarankan
Penyembuh. Kau dan aku harus sabar menghadapi saat-saat penantian." Eowyn
tidak menjawab, tapi ketika Faramir memandangnya, rasanya sesuatu dalam diri
Eowyn melembut, seolah-olah embun beku yang keras sudah menyerah pada
pertanda-pertanda pertama Musim Semi yang masih samarsamar. Setitik air mata
merebak di matanya dan bergulir ke pipinya, seperti tetes hujan yang berkilau.
Kepalanya yang angkuh agak tertunduk.
Lalu dengan tenang Ia berkata, seperti berbicara pada dirinya sendiri, bukan
pada Faramir, "Tapi para penyembuh mengharuskan aku berbaring tujuh hari lagi,"
Kembalinya Sang Raja Halaman | 261 katanya. "Dan jendelaku tidak menghadap ke timur." Suaranya kini seperti gadis
muda yang sedih. Faramir tersenyum, meski hatinya dipenuhi rasa iba. "Jendelamu
tidak menghadap ke timur?" katanya. "Itu bisa diperbaiki. Untuk hal ini, aku
akan memerintahkan Pengawas. Kalau kau mau tetap di sini dalam perawatan kami,
Lady, dan beristirahat, maka kau bisa berjalan-jalan di kebun ini, di bawah
sinar matahari, sekehendakmu; dan kau bisa memandang ke timur, ke arah semua
harapan kita tertuju. Kau pun akan menemukan aku di sini, berjalan-jalan dan
menunggu, juga memandang ke timur. Hatiku akan lebih ringan kalau kau mau
berbicara padaku, atau sesekali berjalan-jalan denganku."
Lalu Eowyn mengangkat kepalanya dan menatap mata Faramir lagi; wajahnya
yang pucat agak memerah. "Bagaimana aku bisa meringankan hatimu, Tuanku?"
katanya. "Lagi pula, aku tak ingin bercakap-cakap dengan manusia hidup."
"Apakah kau ingin tahu jawabanku yang sebenarnya?"
"Ya." "Kalau begitu, Eowyn, akan kukatakan padamu bahwa kau sangat
cantik. Di lembah-lembah perbukitan kami banyak bunga indah dan cerah, dan
gadisgadis cantik; tapi sampai kini belum pernah kulihat bunga maupun gadis di
Gondor yang begitu cantik, namun juga begitu sedih. Mungkin beberapa hari lagi
kegelapan akan menyelubungi seluruh dunia, dan saat itu terjadi aku berharap
akan menghadapinya dengan tabah; tapi aku akan senang sekali, apabila
sementara Matahari masih bersinar, aku masih bisa bertemu denganmu. Karena
kau dan aku sama-sama sudah terpuruk di bawah sayap Bayang-Bayang ini, dan
tangan yang sama sudah menarik kita keluar."
"Sayang sekali, Tuanku!" kata Eowyn. "Bayang-Bayang itu masih
menyelimutiku. Jangan harapkan aku membantu penyembuhanmu! Kau gadis
pejuang, dan tanganku tidak lembut. Tapi aku berterima kasih bahwa aku tak perlu
terus-menerus terkurung di dalam kamar. Aku akan berjalan-jalan atas izin dan
kebaikan hati Pejabat Kota." Lain Eowyn membungkuk dan melangkah kembali ke
dalam Rumah penyembuhan. Tapi Faramir masih lama berjalan sendirian di kebun,
dan sekarang tatapannya lebih banyak terarah ke rumah daripada ke tembok timur.
Ketika Faramir sudah kembali ke kamarnya, Ia memanggil Pengawas dan
mendengarkan semua yang bisa diceritakannya tentang Lady dari Rohan itu. "Tapi
aku yakin, Tuanku," kata si Pengawas, "bahwa kau akan mendengar lebih banyak
dari Halfling yang sekarang bersama kita; karena dia ikut dalam pasukan Raja,
dan mendampingi Lady itu di akhir pertempurannya, begitu kata orang-orang." Maka
Merry diminta menemui Faramir, dan sepanjang hari itu mereka bercakap-cakap
Halaman | 262 The Lord of The Rings lama sekali. Faramir jadi tahu banyak, bahkan lebih banyak daripada yang
diungkapkan Merry; sekarang ia merasa lebih memahami kesedihan dan
keresahan Eowyn dari Rohan. Di senja hari yang indah Faramir dan Merry
berjalan-jalan di kebun, tapi Eowyn tidak datang. Namun esok paginya, ketika
Faramir datang dari Rumah Penyembuhan, Ia melihat Eowyn berdiri di atas
tembok, berpakaian serba putih dan tampak kemilau di bawah sinar matahari.
Faramir memanggilnya, dan Eowyn datang, lalu mereka berjalan-jalan di rumput
atau duduk bersama di bawah pohon, kadang-kadang diam, kadang-kadang
bercakap-cakap. Begitulah, setiap hari mereka melakukan hal yang sama. Pengawas yang
melihat mereka dari balik jendela, merasa gembira, karena ia seorang penyembuh,
dan tugasnya menjadi lebih ringan; nyata sekali bahwa meski ketakutan dan
firasat buruk meliputi hati orang-orang di kala itu, kedua insan yang berada di bawah
perawatannya malah semakin sejahtera, dan setiap hari kekuatan mereka semakin
bertambah. Demikianlah pada hari kelima sejak Lady Eowyn pertama kali menemui
Faramir, mereka sekali lagi berdiri bersama-sama di atas tembok Kota dan
memandang keluar. Belum ada.kabar, dan semua merasa murung. Cuaca pun
sudah tidak cerah lagi. Angin yang mulai bertiup di malam hari sekarang berembus tajam dari Utara,
dan semakin kencang; tapi daratan sekitarnya kelihatan kelabu dan suram. Mereka
mengenakan baju hangat dan jubah tebal, dan di lapisan paling luar Lady Eowyn
mengenakan jubah besar berwarna biru, seperti malam musim panas, dengan
hiasan bintang-bintang perak di sekitar pinggiran dan lehernya. Faramir yang
meminta jubah ini diambilkan dan Ia mengenakannya pada Eowyn; di matanya
Eowyn tampak cantik dan agung, seperti ratu, ketika berdiri di sisinya. Jubah itu
dibuat untuk ibunya, Finduilas dari Amroth yang meninggal terlalu dim; bagi
Faramir, ibunya hanyalah sebuah kenangan tentang kecantikan di masa yang
sudah lama lewat, dan tentang dukanya yang pertama; Ia merasa jubah ibunya itu
cocok untuk kecantikan dan kesedihan Eowyn. Tapi Eowyn menggigil di bawah
jubah berbintang itu, dan ia memandang ke utara, di atas negeri kelabu nun jauh
di sana, menatap sumber angin dingin di tempat yang langitnya keras dan jernih.
"Apa yang kaucari, Eowyn?" kata Faramir. "Bukankah Gerbang Hitam terletak
di sana?" kata Eowyn. "Dan bukankah seharusnya dia sudah tiba di sana" Sudah
tujuh hari sejak dia pergi."
"Tujuh hari," kata Faramir. "Tapi jangan berpikir buruk tentang diriku, kalau
kukatakan padamu: tujuh hari itu memberikan kegembiraan dan kepedihan yang
Kembalinya Sang Raja Halaman | 263 belum penah kukenal. Kegembiraan karena melihatmu; tapi juga kepedihan,
karena sekarang ketakutan dan keraguan yang ditimbulkan masamasa ini sudah
sangat berat. Eowyn, aku tak ingin dunia ini berakhir sekarang, juga tak ingin
begitu cepat kehilangan apa yang sudah kutemukan."
"Kehilangari apa yang sudah kautemukan, Lord?" jawab Eowyn; Ia menatap
Faramir dengan suram, tapi matanya memancarkan sorot ramah. "Entah apa yang
telah kautemukan dan membuatmu takut kehilangan. Tapi, kawanku, janganlah kita
membicarakan hal itu! Aku berdiri di tepi tebing yang mengerikan, dan jurang di
bawah kakiku sangat gelap; entah di belakangku ada cahaya atau tidak, aku tidak
tahu. Karena aku belum bisa berputar haluan. Aku menunggu pukulan
malapetaka." "Ya, kita menunggu pukulan malapetaka," kata Faramir. Mereka tidak
berbicara lagi; dan saat berdiri di atas tembok itu, mereka merasa seolah-olah
angin berhenti bertiup, cahaya memudar, Matahari menjadi muram, semua bunyi di
Kota atau daratan sekitarnya teredam: baik angin, suara, teriakan burung, atau
desiran daun, bahkan napas mereka sendiri tidak terdengar; bahkan denyut
jantung mereka pun berhenti. Waktu berhenti. Sambil berdiri di sana, tangan
mereka bertemu dan saling menggenggam, tapi mereka tidak menyadarmya. Dan
mereka masih tetap menunggu; entah menunggu apa. Akhirnya, di atas
punggungpunggung pegunungan di kejauhan, mereka melihat sebuah kegelapan seperti
pegunungan besar menjulang naik, membubung seperti gelombang yang akan
menelan dunia, dan di sekitarnya halilintar berkelip; lalu suatu getaran
mengalir menerobos bumi, dan temboktembok Kota bergetar. Suatu bunyi seperti embusan
napas muncul di semua daratan sekitar mereka; jantung mereka tiba-tiba berdetak
lagi. "Ini mengingatkan aku pada Numenor," kata Faramir, dan Ia heran mendengar
dirinya sendiri berbicara.
"Numenor?" kata Eowyn. "Ya," kata Faramir, "negeri Westernesse yang
terbenam, dan gelombang besar gelap yang melahap daratan hijau dan bukit-bukit,
melanda terus, kegelapan yang tak bisa dielakkan. Aku sering bermimpi tentang
itu." "Kalau begitu, kaupikir Kegelapan akan datang?" kata Eowyn. "Kegelapan
yang Tak Terelakkan?" Dan tiba-tiba Eowyn merapatkan tubuhnya ke Faramir.
"Bukan," kata Faramir, sambil menatap wajah Eowyn. "Itu hanya gambaran dalam
benak. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Pikiran sadarku memberitahukan
Halaman | 264 The Lord of The Rings bahwa suatu peristiwa buruk telah terjadi, dan kita sudah berada di ambang
kiamat. Tapi hatiku mengatakan tidak; seluruh tungkaiku terasa ringan, harapan dan
kegembiraan timbul dalam hatiku yang tak mungkin dibantah oleh pikiran. Eowyn,
Eowyn, Lady Putih dari Rohan, saat ini aku yakin tak ada kegelapan yang bakal
terus bertahan!" Lalu Faramir membungkuk dan mencium kening Eowyn. Maka mereka berdiri
di atas tembok Kota Gondor, sementara angin kencang mulai berembus; rambut
mereka, hitam dan keemasan, berkibar dan berbaur di udara. Bayang-Bayang itu
pergi, Matahari tersingkap, dan cahaya memancar lagi. Sungai Anduin bersinar
bagai perak, dan di semua rumah di Kota, orang-orang bernyanyi karena hati
mereka penuh kegembiraan yang entah dari mana asalnya. Sebelum Matahari
berjalan jauh dari tengah hari, seekor Elang datang dari Timur, membawa kabar
yang melebihi harapan, dari para Penguasa Barat, bunyinya begini:
Kini bernyanyilah, hai orang-orang di Menara Anor, Karena Negeri Sauron
sudah musnah selamanya, Menara Kegelapan jatuh berantakan.
Bernyanyi dan bergembiralaj, hai orang-orang di Menara Pengawal, Karena
penjagaanmu tidak sia-sia, Gerbang Hitam sudah hancur, Raja-mu sudah masuk
ke sana, Dan ia sudah menang.
Bernyanyi dan bergembiralah, hai anak-anak dari Barat, Karena Raja-mu akan
datang lagi, Dan ia akan tinggal di antara kalian Sepanjang masa hidupmu.
Pohon yang sudah layu akan diperbarui, la akan menanamnya di dataran
tinggi, Dan Kota akan diberkati.
Bernyanyilah, hai semua orang!
Maka semua orang bernyanyi di segenap penjuru Kota.
Hari-hari berikutnya terasa indah, Musim Semi dan Musim Panas bergabung
dan bersuka ria di padang-padang Gondor. kini kabarkabar disampaikan oleh
utusan-utusan berkuda yang melaju cepat dari Cair Andros, memberitakan semua
Kembalinya Sang Raja The Return Of The King The Lord Of The Rings Buku Tiga Karya J.r Tolkien di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang telah terjadi, dan Kota bersiap-siap menyambut kedatangan Raja. Merry
dipanggil dan pergi bersama kereta-kereta gerbong yang membawa persediaan
bahan ke Osgiliath, lalu diangkut dengan kapal ke Cair Andros; tapi Faramir
tidak pergi, karena sekarang setelah sembuh, Ia mulai memangku jabatannya sebagai
Pejabat dan menjalankan tanggung jawabnya, meski hanya sebentar saja.
Tugasnya adalah mempersiapkan segala sesuatu bagi orang yang akan
menggantikannya. Eowyn juga tidak pergi, meski kakaknya mengirim pesan agar ia
Kembalinya Sang Raja Halaman | 265 datang ke padang Cormallen. Faramir bertanya-tanya dalam hati tentang hal itu,
tapi ia jarang bertemu Eowyn, karena sibuk dengan banyak hal; Eowyn masih
tinggal di Rumah Penyembuhan dan berjalan-jalan sendirian di kebun, wajahnya
sudah kembali pucat, tampaknya di Kota hanya dia yang sakit dan berduka.
Pengawas Rumah Penyembuhan merasa khawatir, dan ia berbicara dengan
Faramir. Lalu Faramir datang mencarinya, dan sekali lagi mereka berdua berdiri
di atas tembok. Faramir berkata kepadanya, "Eowyn, mengapa kau berlama-lama di sini, dan
tidak pergi ke pesta di Cormallen di seberang Cair Andros, di mana kakakmu
menunggu?" Dan Eowyn berkata, "Tidakkah kau tahu?" Tapi Faramir menjawab, "Mungkin
ada dua alasan, tapi mana yang benar, aku tidak tahu." Eowyn berkata, "Aku tidak
mau bermain teka-teki. Bicaralah lebih jelas!"
"Baiklah, sesuai keinginanmu, Lady," kata Faramir. "Kau tidak pergi sebab
hanya kakakmu yang memanggilmu, dan melihat Lord Aragorn, pewaris Elendil, di
masa kejayaannya sekarang ini tidak akan memberimu kebahagiaan. Atau kau
tidak pergi karena aku tidak pergi, dan kau ingin tetap berada di dekatku.
Mungkin juga karena kedua alasan itu, dan kau tidak bisa memilih di antaranya. Eawyn,
tidakkah kau mencintaiku, atau tak maukah kau mencintaiku?"
"Aku ingin dicintai seorang pria lain," jawab Eowyn. "Tapi aku tak ingin
menerima belas kasihan pria mana pun."
"Aku tahu itu," kata Faramir. "Kau mendambakan cinta Lord Aragorn. Karena
dia agung dan sangat berkuasa, dan kau mendambakan kemasyhuran dan
kemuliaan, diangkat jauh di atas kekotoran yang merangkak di bumi ini. Dia
kelihatan sangat mengagumkan bagimu, sama seperti seorang serdadu muda
memandang seorang kapten hebat. Karena dia memang demikian, seorang
penguasa agung di antara manusia, yang paling hebat dari yang sekarang ada.
Tapi ketika dia hanya memberimu pengertian dan belas kasihan, maka kau tidak
menginginkan apa pun, kecuali menjemput kematian dengan gagah berani dalam
pertempuran. Pandanglah aku, Eowyn!"
Eowyn menatap lama dan teguh ke dalam mata Faramir; dan Faramir berkata,
"Jangan mencemooh belas kasihan dari hati lembut yang tulus, Eowyn! Tapi aku
tidak menawarkan rasa kasihan kepadamu. Sebab kau seorang wanita agung dan
gagah berani, dan kau sendiri sudah berhasil memperoleh kemasyhuran yang tidak
akan dilupakan orang; kau sangat cantik, menurutku, lebih daripada yang bisa
Halaman | 266 The Lord of The Rings diutarakan dengan bahasa Peri. Dan aku mencintaimu. Dulu aku merasa iba atas
dukamu. Tapi kini, seandainya kau tidak berduka, tanpa ketakutan atau
kekurangan, meski kau menjadi Ratu Gondor yang berbahagia, aku tetap
mencintaimu. Eowyn, tidakkah kau mencintaiku?" Lalu hati Eowyn berubah, atau
setidaknya akhirnya ia memahami hatinya sendiri. Mendadak musim dinginnya
berlalu, dan matahari menyinarinya.
"Aku berdiri di Minas Anor, Menara Matahari," katanya, "dan lihat! BayangBayang
itu sudah berlalu! Aku bukan gadis pejuang lagi, dan aku tidak akan lagi
bersaing dengan para Penunggang, atau hanya menyukai nyanyian pembantaian.
Aku akan menjadi penyembuh, mencintai semua yang tumbuh dan tidak tandus."
Lalu ia menatap Faramir lagi. "Aku sudah tidak mendambakan menjadi ratu
lagi" katanya. Lalu Faramir tertawa gembira. "Bagus sekali," katanya, "karena
aku bukan raja. Tapi aku akan menikahi Lady Putih dari Rohan, kalau dia bersedia.
Dan kalau dia bersedia, marilah kita menyeberangi Sungai dan berdiam di Ithilien di
masa yang lebih berbahagia, dan kita akan membuat kebun di sana. Semua akan
tumbuh bahagia di sana, bila Lady Putih datang."
"Kalau begitu, apakah aku harus meninggalkan bangsaku sendiri, orang
Gondor?" kata Eowyn. "Dan apakah akan kau biarkan bangsamu yang tinggi
hati berkata tentang dirimu, Itu dia penguasa yang menjinakkan seorang gadis
pejuang liar dari Utara! Tak bisakah dia memilih wanita dari bangsa Numenor
saja?" "Ya, akan kubiarkan," kata Faramir. Lalu Ia memeluk Eowyn dan menciumnya
di bawah langit yang cerah, tak peduli bahwa mereka berdiri tinggi di atas
tembok, kelihatan oleh banyak orang. Dan memang banyak yang melihat mereka serta
cahaya yang memancar di sekeliling mereka, ketika mereka turun dari tembok dan
berjalan bergandengan tangan ke Rumah Penyembuhan.
Kepada Pengawas Rumah Penyembuhan Faramir berkata, "Lihat Lady Eowyn
dari Rohan, dia sudah sembuh."
Dan si Pengawas berkata, "Kalau begitu aku sudah selesai merawatnya, dan
aku mengucapkan selamat berpisah kepadanya. Semoga dia tak pernah menderita
cedera atau sakit lagi. Aku rnenyerahkannya dalam perawatan Pejabat Kota,
sampai kakaknya kembali."
Tetapi Eowyn berkata, "Kini, setelah mendapat izin pergi, aku ingin tetap
tinggal di sini. Karena Rumah ini bagiku menjadi yang paling menyenangkan di
Kembalinya Sang Raja Halaman | 267 antara semua tempat tinggal." Dan ia tetap berdiam di sana sampai Raja Eomer
datang. Banyak persiapan di Kota; orang-orang berkerumun, karena berita sudah
menyebar ke seluruh penjuru Gondor, dari Min-Rimmon sampai ke Pinnath Gelin
dan pantai-pantai laut yang jauh; semua yang bisa datang ke Kota, bergegas
datang. Kota sudah kembali dipenuhi wanita-wanita dan anak-anak yang kembali
ke rumah mereka dengan membawa bunga-bunga; dari Dol Amroth berdatangan
para pemusik harpa yang paling indah memainkan harpa; juga ada pemain biola,
seruling dan terompet perak, dan penyanyipenyanyi bersuara jernih dari lembah
Lebennin. Akhirnya senja pun tiba. Paviliun-paviliun di padang bisa terlihat dari atas
tembok-tembok, dan sepanjang malam lampu-lampu menyala sementara orangorang
menunggu fajar. Ketika matahari terbit di pagi yang jernih, di atas
pegunungan Timur yang sudah tidak diselubungi bayangan, semua lonceng
berdentang dan semua panji berkibaran ditiup angin; di atas Menara Putih di
benteng, pataka para Pejabat bersinar cerah keperakan bagai salju yang ditimpa
sinar matahari, tidak berlambang atau berhias, berkibar untuk terakhir kali di
atas Gondor. Kini para Kapten dari Barat memimpin pasukan mereka menuju Kota, dan
orang-orang melihat mereka maju barisan. demi barisan, berkelip kemilau di bawah
sinar matahari, dan beriak-riak keperakan.
Demikianlah mereka sampai di depan Gerbang dan berhenti sejauh satu
furlong dari tembok. Pintu gerbang baru belum dibuat, tapi sebuah rintangan
diletakkan melintang di depan jalan masuk ke Kota, dan di sana berdiri
pengawalpengawal berpakaian perak dan hitam dengan pedang panjang terhunus. Di
depan rintangan berdiri Faramir sang Pejabat, Hurin Pemegang Kunci, kaptenkapten lain
dari Gondor, Lady Eowyn dari Rohan bersama Elfhelm si Marsekal, dan banyak
ksatria dari Mark; di kedua sisi Gerbang berdiri kerumunan orang gagah dan
cantik, berpakaian aneka warna dan membawa karangan bunga. Maka kini ada ruang luas
di depan tembok-tembok Minas Tirith, yang semua sisinya dikepung oleh para
ksatria dan serdadu dari Gondor, dari Rohan, dan oleh orang-orang dari kota
serta seluruh penjuru negeri. Semua terdiam ketika dari pasukan itu melangkah keluar
kaum Dunedain berpakaian perak dan kelabu; dan di depan mereka; dengan
langkah perlahan berjalan Lord Aragorn.
Ia berpakaian logam hitam dengan hiasan dari perak, jubahnya putih panjang,
diikat pada lehernya dengan batu permata besar hijau berkilauan; tapi di
kepalanya hanya ada hiasan bintang di dahi, yang diikat seutas tali Perak tipis.
Bersamanya Halaman | 268 The Lord of The Rings berjalan Eomer dari Rohan, Pangeran Imrahil, Gandalf yang berpakaian serba
putih, dan empat sosok kecil yang dikagumi banyak orang.
"Bukan, saudaraku! Mereka bukan anak-anak lelaki kecil," kata Ioreth kepada
saudara wanitanya dari Imloth Melui yang berdiri di sampingnya. "Mereka itu
Perian, dari negeri para Halfling yang jauh; konon di sana mereka adalah
pangeran-pangeran termasyhur. Aku tahu karena aku sudah pernah merawat salah
satu dari mereka di Rumah Penyembuhan. Mereka kecil, tapi gagah berani.
Bahkan, saudaraku, salah satu dari mereka pergi hanya membawa pelayannya ke
Negeri Hitam, bertarung dengan Penguasa Kegelapan sendirian, dan membakar
Menara-nya. Benar-benar menakjubkan.
Setidaknya begitulah selentingan yang beredar di Kota. Rupanya itu dia yang
berjalan dengan Elfstone kita. Mereka sahabat karib, kudengar. Nah, kalau Lord
Elfstone, dia benar-benar mengagumkan: tidak terlalu lembut bila berbicara,
camkan itu, tapi berhati emas; dan dia mempunyai tangan yang bisa
menyembuhkan. 'Tangan seorang raja adalah tangan penyembuh', begitu kataku;
dan begitulah semuanya tersingkap.
Dan Mithrandir, dia berkata padaku, 'Inreth, orang-orang akan selalu
mengenang kata-katamu,' dan ..." Tapi loreth tidak berhasil melanjutkan ceritanya
pada saudaranya yang datang dari desa, karena terompet berbunyi, dan
selanjutnya hening sekali. Lalu dari Gerbang majulah Faramir bersama Hurin
Pemegang Kunci, tanpa yang lainnya, kecuali empat orang yang berjalan di
belakang mereka, dengan helm tinggi dan pakaian besi dari Benteng; mereka
membawa peti besar terbuat dari lebethron hitam yang dihiasi perak. Faramir
menemui Aragorn di tengah semua yang hadir, dan ia berlutut sambil berkata,
"Pejabat Gondor yang terakhir meminta izin untuk menyerahkan jabatannya."
Lalu Ia mengulurkan sebuah tongkat putih; tapi Aragorn mengambil tongkat itu dan
mengembalikannya, sambil berkata, "Jabatan itu tidak berakhir, dan akan tetap
menjadi jabatanmu, juga ahli warismu selama garis keturunanku berkuasa.
Sekarang jalankan tugasmu!"
Lalu Faramir bangkit berdiri dan berbicara dengan lantang, "Orang-orang
Gondor, dengarlah sekarang Pejabat Negeri ini! Saksikan! Akhirnya datang
seseorang yang menuntut kedudukannya sebagai raja. Inilah Aragorn putra
Arathorn, pemimpin kaum Dunedain dari Arnor, Kapten Pasukan dari Barat,
penyandang Bintang dari Utara, penyandang Pedang yang Sudah Ditempa
Kembali, yang sudah memenangkan pertempuran, dan tangannya memancarkan
Kembalinya Sang Raja Halaman | 269 kesembuhan, sang Permata Peri, Elessar dari keturunan Valandil, putra Isildur,
putra Elendil dari Numenor. Apakah dia akan menjadi raja dan masuk ke Kota dan
tinggal di sini?" Seluruh pasukan serta orang-orang yang hadir berteriak yaa
dengan satu suara. Dan Ioreth berkata kepada saudaranya, "Ini hanya upacara untuk telah
kuceritakan tadi; dan dia mengatakan padaku ..." Lalu Ia terpaksa diam lagi,
karena Faramir kembali berbicara.
"Orang-Orang Gondor, para pakar adat istiadat mengatakan bahwa sejak
dahulu kala, menurut adat istiadat, raja haruslah dimahkotai oleh ayahnya
sebelum dia meninggal; bila itu tak mungkin, maka raja sendiri harus pergi mengambilnya
dari tangan ayahnya, di makam tempat sang ayah dikuburkan. Berhubung
sekarang hal itu harus dilakukan dengan cara lain, dengan menggunakan
kekuasaan Pejabat, maka dari Rath Dinen aku membawa mahkota Earnur, raja
terakhir yang masa hidupnya sudah berlalu pada zaman nenek moyang kita."
Lalu para pengawal melangkah maju, dan Faramir membuka peti, lalu
mengangkat tinggi sebuah mahkota kuno. Bentuknya seperti helm para Pengawal
Benteng, tapi lebih tinggi dan serba putih, sayap di kedua sisinya terbuat dari
mutiara dan perak, menyerupai sayap burung laut, karena merupakan lambang
para raja yang datang mengarungi Samudra; tujuh batu permata ditanam dalam
lengkung di atas dahi, dan pada puncaknya tertanam sebuah berlian tunggal
dengan cahaya berkobar seperti nyala api.
Lalu Aragorn mengambil mahkota itu, mengangkatnya tinggi-tinggi, dan
berkata, Et Edrello Endorenna utulien. Sinome maruvan ar Hildinyar tenn '
Ambarmetta! Demikianlah kata-kata yang diucapkan Elendil ketika Ia datang dari
Laut, berlayar di atas sayap angin, "Dari Samudra Besar aku datang ke Dunia Tengah.
Di tempat inilah aku akan berdiam, begitu juga pewaris-pewarisku, sampai akhir
dunia." Lalu dengan heran semua menyaksikan Aragorn tidak meletakkan mahkota
di atas kepalanya, melainkan mengembalikannya kepada Faramir, seraya berkata,
"Atas jerih payah dan keberanian banyak orang aku berhasil memperoleh
kembali warisanku. Untuk menghormati ltu, kumohon Pembawa Cincin membawa
mahkota kepadaku, dan membiarkan Mithrandir meletakkannya di kepalaku, bila
dia bersedia; karena dialah penggerak dari semua yang sudah dicapai, dan
kemenangan ini miliknya." Lalu Frodo maju dan mengambil mahkota dari tangan
Faramir, lalu membawanya ke Gandalf; Aragorn berlutut, dan Gandalf meletakkan
Halaman | 270 The Lord of The Rings Mahkota Putih di kepalanya, sambil berkata, "Dimulailah kiranya masa kekuasaan
sang Raja, dan semoga masa ini penuh berkat sepanjang takhta Valar bertahan!"
Ketika Aragorn bangkit berdiri, semua yang melihatnya menatap tertegun,
sebab seolah-olah baru saat itu Aragorn yang sesungguhnya tersingkap di depan
mereka untuk pertama kali. Tinggi seperti raja, raja laut zaman dahulu, Ia
berdiri melebihi ketinggian semua yang berdiri di dekatnya; Ia tampak tua sekaligus
seperti baru memasulti usia sebagai pria dewasa; dahinya memancarkan
kebijaksanaan, kekuatan serta penyembuhan terpancar dari tangannya, dan
sosoknya bagai diselimuti cahaya.
Lalu Faramir berseru, "Lihatlah sang Raja!" Saat itu semua terompet pun
ditiup, Raja Elessar melangkah maju sampai ke depan rintangan, dan Hiuin
Pemegang Kunci menyingkirkan rintangan itu; di tengah bunyi musik harpa, biola,
dan seruling, serta nyanyian suara-suara jernih, sang Raja melangkah melewati
jalan-jalan yang dipenuhi bungabunga, lalu Ia sampai ke Benteng, dan masuk;
sementara itu panji Pohon dan Bintang-Bintang dikibarkan di atas menara paling
tinggi, dan masa pemerintahan Raja Elessar yang banyak dikisahkan dalam lagulagu
pun dimulai. Dalam masa pemerintahannya Kota dibangun lebih indah daripada
sebelumnya, bahkan melebihi hari-hari pertama kegemilangannya; dipenuhi
pepohonan dari air mancur, gerbang-gerbangnya ditempa dari mithril dan baja,
jalan jalan dilapisi pualam putih; bangsa dari Pegunungan bekerja di dalamnya,
Bangsa dari Hutan senang sekali berkunjung ke sana; semuanya disembuhkan dan
diperbaiki, rumah-rumah dipenuhi pria dan wanita dan bunyi tawa anak-anak, tidak
ada lagi jendela yang gelap, tidak ada pelataran yang kosong; setelah akhir
Zaman Ketiga di dunia, masuk ke zaman baru, kegemilangan masa lalu masih tetap
tersimpan dalam ingatan. Pada hari-hari setelah penobatannya, Raja duduk di takhtanya di Balairung
Raja dan mengumumkan keputusan-keputusannya. Banyak duta dan utusan dari
berbagai negeri dan bangsa berdatangan, dari Timur dan Selatan, dari perbatasan
Mirkwood, dan Dunland di barat. Raja memberi pengampunan kepada para
Easterling yang sudah menyerahkan diri, dan membebaskan mereka, dan Ia
berdamai dengan bangsa Harad; Ia juga membebaskan budak-budak Mordor dan
memberikan pada mereka seluruh daratan di sekitar Telaga Nurnen. Banyak orang
dibawa menghadap kepadanya untuk menerima pujian dan imbalan atas
keberanian mereka; dan terakhir kapten Pengawal membawa Beregond untuk
diadili. Kembalinya Sang Raja Halaman | 271 Lalu Raja berkata kepada Beregond, "Beregond, dengan pedangmu darah
terkucur di Hallows, tempat pertumpahan darah dilarang. Kau juga meninggalkan
posmu tanpa izin dari Penguasa atau Kapten. Atas kesalahan-kesalahan ini,
Kembalinya Sang Raja The Return Of The King The Lord Of The Rings Buku Tiga Karya J.r Tolkien di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hukuman mati ganjarannya, seperti yang berlaku sejak zaman dahulu. Maka kini
aku harus menyatakan hukumanmu." "Semua hukuman dibatalkan karena
keberanianmu dalam pertempuran, terlebih lagi karena semua yang kaulakukan
adalah demi rasa sayangmu kepada Lord Faramir. Namun kau harus
meninggalkan pasukan Pengawal Benteng, dan pergi dari Kota Minas Tirith."
Wajah Beregond memucat, hatinya sedih sekali, dan Ia menundukkan kepala.
Tetapi Raja berkata, "Demikianlah adanya, karena kau ditunjuk sebagai Pasukan
Putih, Pengawal Faramir, Pangeran Ithilien. Kau akan menjadi kaptennya dan
berdiam di Emyn Amen dengan penuh kehormatan dan kedamaian, melayani dia
untuk siapa kau telah mengambil risiko, demi menyelamatkannya dari kematian."
Beregond, yang menyadari pengampunan dan keadilan dari Raja, merasa
sangat gembira. Sambil berlutut Ia mencium tangan Raja, dan pergi dengan hati
puas dan senang. Dan Aragorn memberikan Ithilien kepada Faramir untuk menjadi
negerinya dan memerintahnya sebagai pangeran. la meminta Faramir agar tinggal
di bukit-bukit Emyn Amen, dalam jarak pandang dari Kota. "Sebab Minas Ithil di
Lembah Morgul akan dihancurkan seluruhnya, dan meski suatu saat nanti akan
dibersihkan, tak boleh ada manusia tinggal di sana untuk waktu yang sangat
lama," demikian sabda Raja. Terakhir Aragorn menyambut Eomer dari Rohan, dan mereka berpelukan, lalu
Aragorn berkata, "Di antara kita tak ada kata-kata tentang memberi dan menerima,
juga tidak tentang imbalan; karena kita bersaudara. Di masa bahagia Eorl datang
dari Utara, dan belum pernah ada bangsa yang lebih teberkati, sehingga tak ada
yang saling mengecewakan, dan tidak akan pernah mengecewakan. Nah, kau
tentu tahu, kami sudah membaringkan Theoden yang Termasyhur di sebuah
makam di Hallows. Di sana dia akan berbaring selamanya di tengah-tengah para
Raja Gondor, kalau kau berkenan. Atau kalau kau menginginkannya, kami akan
datang ke Rohan dan mengembalikannya untuk beristirahat di tengah bangsanya
sendiri." Lalu Eomer menjawab, "Sejak hari kau muncul dari antara rerumputan di
depanku di padang, aku sudah menyayangimu, dan rasa sayang itu takkan
berakhir. Tapi kini aku harus pergi untuk sementara ke negeriku sendiri sebab
banyak yang harus disembuhkan dan diperbaiki. Tapi tentang dia yang Gugur, bila
semuanya sudah siap, kami akan kembali untuk menjemputnya; sementara ini
Halaman | 272 The Lord of The Rings biarlah dia berbaring di sini." Lalu Eowyn berkata kepada Faramir, "Sekarang aku
harus kembali ke negeriku sendiri, untuk melihatnya lagi, serta membantu
kakakku; tapi nanti, bila orang yang kukasihi sebagai ayahku sudah dibaringkan di tempat
peristirahatan terakhirnya, aku akan kembali."
Demikianlah masa-masa bahagia berlalu; di hari kedelapan bulan Mei, para
Penunggang dari Rohan bersiap-siap, dan pergi melalui Jalan Utara; putraputra
Elrond pergi bersama mereka. Seluruh jalan dipenuhi orang-orang yang memuji
dan memberi penghormatan pada mereka, mulai dari Gerbang Kota sampai ke
tembok-tembok Pelennor. Kemudian yang lain, yang tinggal di tempat-tempat jauh,
pulang kembali sambil bergembira; sementara itu di Kota banyak orang
bergotongroyong memperbaiki dan membangun, serta menyingkirkan semua luka perang
dan ingatan akan kegelapan.
Para hobbit masih tetap tinggal di Minas Tirith, bersama Legolas dan Gimli;
karena Aragorn enggan membubarkan persekutuan mereka. "Memang semua itu
harus berakhir," katanya, "tapi kumohon kalian menunggu sebentar lagi: sebab
akhir dari semua tindakan di mana kalian mengambil bagian, belum datang. Ada
satu hari yang semakin dekat, yang sudah kunanti-nanti sepanjang masa sebagai
seorang pria dewasa, dan bila hari itu tiba, aku ingin semua sahabatku ada di
sisiku." Tapi Ia tidak mau mengatakan lebih banyak tentang hari itu. Di masa itu para
anggota Rombongan Pembawa Cincin tinggal bersama-sama di sebuah rumah
indah bersama Gandalf, dan mereka bepergian sekehendak hati. Lalu Frodo
berkata pada Gandalf, "Apakah kau tahu hari apa yang dibicarakan Aragorn"
Karena kami di sini sangat bahagia, dan aku tak ingin pergi; tapi waktu berlalu
cepat, dan Bilbo menunggu; Shire adalah kampung halamanku."
"Tentang Bilbo," kata Gandalf, "dia juga menunggu hari yang sama, dan dia
tahu apa yang membuatmu tertahan di sini. Tapi tentang waktu yang berlalu,
sekarang baru Mei dan belum lagi musim panas; meski kelihatannya semua sudah
berubah, seolah-olah suatu zaman sudah berlalu, tapi bagi pepohonan dan rumput
belum lagi setahun sejak kau berangkat."
"Pippin," kata Frodo, "bukankah kau bilang Gandalf sudah tidak terlalu
misterius seperti dulu" Mungkin saat itu dia sedang lelah karena kerja keras.
Sekarang rupanya dia sudah mulai pulih." Lalu Gandalf berkata, "Banyak orang
ingin tahu sebelumnya, apa yang akan dihidangkan di meja; tapi mereka yang
sudah bekerja keras untuk menyiapkan pesta, ingin menyimpan rahasia; karena
Kembalinya Sang Raja Halaman | 273 kejutan akan membuat pujian semakin deras. Dan Aragorn sendiri sedang
menunggu suatu tanda."
Pada suatu hari Gandalf tak bisa ditemukan di mana pun, dan para Sahabat
bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Ternyata Gandalf membawa Aragorn
keluar dari Kota di malam hari, menuju kaki selatan Gunung Mindolluin; di sana
mereka menemukan jalan yang sudah dibuat berabadabad lalu, yang kini tidak
banyak orang berani melewati. Karena jalan itu terus mendaki gunung dan menuju
sebidang tanah keramat di dataran tinggi yang biasanya hanya dikunjungi para
raja. Lalu mereka mendaki melewati jalanjalan terjal, sampai tiba di sebuah
dataran tinggi di bawah salju yang menyelubungi puncak-puncak tinggi; sementara dataran
itu sendiri menghadap ke ngarai di belakang Kota.
Sambil berdiri di sana mereka mengamati daratan, sementara pagi hari sudah
menjelang; menara-menara Kota di bawah sana tampak bagai pensil-pensil putih
yang tersentuh cahaya matahari, seluruh Lembah Anduin bagai kebun, dan
Pegunungan Bayang-Bayang terselubung kabut keemasan. Di satu sisi mereka
bisa memandang sejauh Emyn Mull yang kelabu, dan kilauan Rauros bagai bintang
yang berkelip di kejauhan; di sisi lain mereka melihat Sungai menjulur bagai
pita sampai ke Pelargir, dan di seberangnya terlihat cahaya di batas kaki langit yang
menyingkap Samudra. Lalu Gandalf berkata, "Itulah negerimu, dan inti dari seluruh negeri yang akan
terbentuk. Zaman Ketiga Dunia sudah berakhir, dan zaman baru sudah dimulai;
tugasmulah untuk mengatur awalnya dan mempertahankan apa yang bisa
dipertahankan. Karena meski banyak yang sudah diselamatkan, banyak juga yang
sekarang harus berlalu; kekuatan Tiga Cincin juga sudah berakhir. Seluruh
daratan yang kaulihat, dan sekitarnya, akan menjadi tempat tinggal Manusia. Sebab kin'
sudah tiba masa kekuasaan Manusia, dan Bangsa Peri akan memudar atau pergi."
"Aku sudah tahu itu, sahabatku yang baik," kata Aragorn, "tapi aku masih ingin
mendapat saran-saranmu."
"Aku takkan lama lagi di sini," kata Gandalf. ."Zaman Ketiga adalah zamanku.
Aku Musuh Sauron, dan tugasku sudah selesai. Aku akan segera pergi. Sekarang
beban ini terletak di tanganmu dan bangsamu."
"Tapi aku pun akan mati," kata Aragorn. "Karena aku manusia fana, meski aku
keturunan bangsa Barat yang masih murni. Aku akan hidup jauh lebih lama
daripada manusia-manusia lain, tapi itu pun hanya sebentar sekali; saat bayibayi yang sekarang berada di rahim para wanita sudah lahir dan menjadi tua, aku pun
Halaman | 274 The Lord of The Rings akan tua. Siapakah nanti yang akan memerintah Gondor dan rakyat yang
menganggap Kota ini ratu mereka, kalau keinginanku tidak dikabulkan" pohon di
Halaman Air Mancur masih juga kering dan mandul. Kapan aku akan melihat
pertanda bahwa keadaan sudah berbeda?"
"Alihkan pandanganmu dari dunia yang hijau, dan pandanglah ke tempat
semuanya kelihatan tandus dan dingin!" kata Gandalf.
Lalu Aragorn membalikkan badan, di belakangnya ada lereng berbatu yang
menurun dari pinggir-pinggir salju; ketika memandang, ia menyadari bahwa di
tanah tandus itu berdiri sesuatu yang sedang tumbuh sendirian. Lalu Ia mendaki
mendekatinya, dan melihat bahwa dari pinggir batas salju muncul sebuah pohon
muda yang tingginya hanya satu meter. Daun-daun muda yang panjang dan indah
sudah tumbuh padanya, gelap di atas dan perak di bagian bawahnya, di puncaknya
yang ramping ada seberkas kecil bunga yang daun bunganya kemilau bagai salju
disinari matahari. Lalu Aragorn berseru, "Ye! utuvienyes! Sudah kutemukan! Lihat! Ini keturunan
Pohon Tertua! Tapi bagaimana bisa ada di sini" Karena umurnya belum sampai
tujuh tahun." Gandalf datang mengamatinya, dan berkata, "Memang ini anak pohon
dari keturunan Nimloth yang elok; dan itu adalah bibit dari Galathilion, buah
dari Telperion yang mempunyai banyak nama, pohon Tertua. Siapa yang tahu
bagaimana bisa dia berada di sini pada saat yang sudah ditentukan" Tapi ini
memang tanah keramat, dan sebelum para raja gagal atau pohon layu di pelataran,
mungkin buahnya sudah ditanam di sini. Karena menurut kisahnya, meski buah
pohon ini jarang menjadi matang, namun kehidupan di dalamnya tetap ada dan
tertidur selama bertahun-tahun, dan tak ada yang bisa meramalkan kapan dia
terbangun lagi. Ingatlah ini. Jika suatu saat nanti buahnya ada yang matang,
buah itu harus ditanam, agar garis keturunan ini tidak mati. Di sini dia tersembunyi
di pegunungan, seperti bangsa Elendil tersembunyi di tanah kosong di Utara. Namun
garis keturunan Nimloth bahkan lebih tua daripada garis keturunanmu, Raja
Elessar." Lalu Aragorn menyentuh lembut pohon muda itu, dan lihat ... rupanya pohon
itu hanya tertanam dangkal di situ, dan bisa diangkat tanpa cedera; dan Aragorn
membawanya ke Benteng. Lalu pohon yang sudah layu digali dengan penuh
penghormatan; dan mereka tidak membakarnya, tapi membaringkannya untuk
beristirahat di Rath Dinen yang sepi. Lalu Aragorn menanam pohon baru itu di
halaman dekat air mancur, dan dengan cepat dan senang pohon itu tumbuh; ketika
bulan Juni datang, pohon itu sudah dipenuhi bunga-bunga. "Pertandanya sudah
Kembalinya Sang Raja Halaman | 275 muncul," kata Aragorn, "dan harinya sudah tidak jauh lagi." Lalu ia menyuruh
para pengawal berjaga di atas tembok.
Sehari sebelum Pertengahan Musim Panas, datang utusan-utusan dari
Amondin ke Kota. Mereka melaporkan bahwa ada serombongan orang gagah dan
cantik datang dari Utara, dan sudah mendekati tembok-tembok Pelennor.
Lalu Raja berkata, "Akhirnya mereka datang. Siapkan seluruh Kota!" Saat
malam Pertengahan Musim Panas, ketika langit sebiru batu safir dan
bintangbintang putih mekar di Timur, namun Barat masih bernada keemasan, dan
hawa pun sejuk serta wangi, para penunggang datang melewati jalan Utara ke gerbang
Minas Tirith. Di depan melaju Elrohir dan Elladan membawa panji perak, lalu
Glorfindel, Erestor, dan seisi rumah Rivendell; di belakang mereka datang Lady
Galadriel dan Celeborn, Penguasa Lothlorien, menunggang kuda jantan putih, dan
bersama mereka banyak penduduk elok dan negeri mereka, berjubah kelabu
dengan batu permata putih di rambut; terakhir Master Elrond, yang paling
berkuasa di antara Peri dan Manusia, membawa tongkat lambang kekuasaan Annitminas,
dan di sampingnya, di atas kuda kelabu, melaju Arwen putrinya, Evenstar dari
bangsanya. Ketika Frodo melihatnya datang, berkilauan di malam hari, dengan bintangbintang
di dahinya dan menyebarkan keharuman dari sosoknya, ia sangat terharu
dan kagum, lalu Ia berkata pada Gandalf, "Akhirnya aku mengerti mengapa kita
harus menunggu! Inilah akhir kisahnya. Kini bukan hanya pagi hari yang indah,
tapi malam pun akan indah dan penuh berkat, dan semua ketakutan akan hilang!" Lalu
Raja menyambut tamu-tamunya, dan mereka turun dari kuda masingmasing;
Elrond menyerahkan tongkat kekuasaan, dan meletakkan tangan putrinya ke dalam
tangan Raja; berdampingan mereka naik ke Kota Tinggi, dan semua bintang pun
mekar di langit. Lalu Aragorn sang Raja Elessar menikahi Arwen Undomiel di Kota
para Raja di hari Pertengahan Musim Panas, dan kisah penantian serta kerja keras
mereka akhirnya membuahkan hasil yang membahagiakan.
Halaman | 276 The Lord of The Rings Perpisahan Ketika masa bergembira sudah berakhir, para Sahabat mulai berpikir untuk
kembali ke rumah masing-masing. Lalu Frodo mendatangi Raja ketika Ia sedang
duduk bersama Ratu Arwen dekat air mancur, dan Arwen sedang menyanyikan
lagu dari Valinor, sementara Pohon tumbuh dan berkembang. Mereka menyambut
Frodo dan bangkit untuk menyalaminya; dan Aragorn berkata,
"Aku sudah tahu apa yang ingin kau katakan, Frodo: kau ingin kembali ke
rumahmu sendiri. Nah, sahabatku tersayang, sebatang pohon selalu tumbuh paling
bagus di negeri nenek moyangnya; tapi negeri-negeri di Barat akan selalu
menyambutmu. Dan meski dulu bangsamu tidak banyak mencicipi kemasyhuran
dalam legenda orang-orang hebat, kini mereka akan lebih termasyhur daripada
banyak negeri lain yang lebih besar, yang sekarang sudah tak ada."
"Memang benar aku ingin kembali ke Shire," kata Frodo. "Tapi aku harus ke
Rivendell dulu. Sebab rasanya masih ada yang kurang, di masa penuh berkat ini.
Aku rindu pada Bilbo; aku sedih bahwa di antara semua penghuni rumah Elrond,
dia tidak ikut datang."
"Mengapa kau merasa heran, Pembawa Cincin?" kata Arwen. "Kau tahu
kekuatan benda yang sudah hancur itu; dan segala pengaruhnya sekarang sudah
hilang. Tapi Bilbo memiliki benda itu lebih lama daripadamu. Dia sudah sangat
tua sekarang, menurut ukuran bangsamu; dan dia menunggumu, sebab dia takkan lagi
melakukan perjalanan jauh, kecuali satu."
"Kalau begitu, aku minta izin segera pergi," kata Frodo.
"Dalam tujuh hari kita akan pergi," kata Aragorn. "Karena kami akan
mendampingimu di jalan, sampai sejauh negeri Rohan. Dalam tiga hari Eomer
akan kembali ke sini untuk mengambil Theoden dan membawanya pulang untuk
beristirahat di Mark. Kami akan berjalan bersamanya untuk menghormati dia yang
sudah gugur. Tapi sebelum kau pergi aku akan menegaskan kata-kata yang
pernah diucapkan Faramir kepadamu, dan kau akan terbebas dari negeri Gondor
untuk selamanya; semua pendampingmu juga. Seandainya ada hadiah-hadiah
yang bisa kuberikan padamu yang sebanding dengan jasa-jasamu, kau akan
memperolehnya; tapi apa pun yang kauinginkan boleh kau bawa, dan kau akan
berjalan dengan penuh penghormatan dan keagungan, selayaknya para pangeran
negeri ini." Kembalinya Sang Raja Halaman | 277 Tetapi Ratu Arwen berkata, "Aku ingin memberikan hadiah padamu. Karena
aku putri Elrond. Aku tidak akan pergi bersamanya saat dia berangkat ke Havens;
karena pilihanku sama dengan pilihan Luthien, dan seperti dia aku juga sudah
memilih, yang manis maupun yang pahit. Tapi kau, Pembawa Cincin, akan pergi
menggantikan aku bila saatnya tiba, dan kalau saat itu kau menginginkannya. Bila
luka-lukamu masih mengganggu dan ingatan akan bebanmu terasa sangat berat,
kau boleh pergi ke Barat, sampai semua luka dan keletihanmu sembuh. Pakailah
ini sebagai kenang-kenangan kepada Elfstone dan Evenstar, yang hidupnya telah
terjalin dengan hidupmu!"
Lalu Arwen mengambil sebuah permata putih seperti bintang, yang tergantung
di dadanya pada seutas rantai perak, dan Ia mengalungkan rantai itu ke leher
Frodo. "Bila ingatan akan ketakutan dan kegelapan mengganggumu," katanya,
"benda ini akan memberimu pertolongan."
Dalam tiga hari, seperti sudah dikatakan Raja, Eomer dari Rohan datang
menunggang kuda ke Kota, dan bersamanya datang satu eored ksatria paling
gagah dari Mark. Ia disambut meriah; ketika mereka semua duduk di sekeliling
meja di Merethrond, Balairung Pesta Besar, ia melihat kecantikan semua wanita
yang hadir di sana, dan terkagum-kagum.
Sebelum beristirahat Ia memanggil Gimli si Kurcaci, dan berkata kepadanya,
"Gimli putra Gloin, apakah kapakmu sudah siap?"
"Belum, Lord," kata Gimli, "tapi aku bisa mengambilnya segera, kalau memang
diperlukan." "Kaulah yang akan menilainya," kata Eomer. "Sebab ada beberapa perkataan
gegabah menyangkut Lady dari Hutan Emas yang masih menjadi masalah di
Kembalinya Sang Raja The Return Of The King The Lord Of The Rings Buku Tiga Karya J.r Tolkien di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
antara kita. Kini aku sudah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri."
"Nah, Lord," kata Gimli, "dan bagaimana pendapatmu sekarang?" "Sayang
sekali!" kata Eomer. "Aku tidak mau menyatakan dia sebagai wanita tercantik yang
hidup." "Kalau begitu, aku harus pergi mengambil kapakku," kata Gimli. "Tapi
sebelumnya aku ingin mengemukakan alasanku," kata Eomer.
"Seandainya aku melihatnya bersama-sama orang lain, mungkin aku akan
berpendapat sesuai harapanmu. Tapi kini aku menempatkan Ratu Arwen sebagai
nomor satu, dan aku siap melakukan pertempuran dengan siapa pun yang
membantahnya. Perlukah aku menghunus pedangku?" Lalu Gimli membungkuk
Halaman | 278 The Lord of The Rings rendah. "Tidak, kau dimaafkan, sejauh menyangkut aku, Lord," kata Gimli. "Kau
memilih Malam, tapi cintaku kuberikan kepada Pagi. Dan firasatku mengatakan
bahwa tak lama lagi Pagi akan pergi untuk selamanya."
Akhirnya hari perpisahan tiba, dan serombongan besar manusia gagah
bersiap-siap pergi ke utara dari Kota. Raja Gondor dan Rohan pergi ke Hallows,
dan mereka sampai ke kuburan di Rath Dinen. Mereka membawa pergi jenazah
Raja Theoden di atas usungan emas, dan melewati Kota dalam keheningan. Lalu
mereka meletakkan usungan itu di sebuah kereta besar yang dikelilingi para
Penunggang dari Rohan, panjinya berkibar di depan; Merry, yang menjadi pelayan
Theoden, naik ke atas kereta dan membawa senjata-senjata Raja.
Untuk para Pendamping yang lain disediakan kuda-kuda jantan yang sesuai
ukuran tubuh mereka; Frodo serta Samwise naik kuda di samping Aragorn, dan
Gandalf menunggang Shadowfax; Pippin melaju bersama para ksatria dari Gondor,
Legolas serta Gimli menunggang Arod berdua, seperti biasanya. Dalam
rombongan itu juga ada Ratu Arwen, Celeborn dan Galadriel bersama rakyat
mereka, dan Elrond serta putra-putranya; lalu para pangeran dari Dol Amroth dan
Ithilien, dan banyak lagi kapten dan ksatria. Belum pernah ada raja dari Mark
didampingi rombongan semacam itu, seperti yang pergi bersama Theoden putra
Thengel ke tanah airnya. Tanpa tergesa-gesa mereka masuk ke Anorien, sampai ke Hutan Kelabu di
bawah Amon Din; di sana mereka mendengar bunyi seperti genderang berdentam
di perbukitan, meski tak terlihat satu pun makhluk hidup. Lalu Aragorn menyuruh
terompet-terompet dibunyikan, dan para bentara berseru, "Saksikan, Raja Elessar
sudah datang! Hutan Druadan diberikannya kepada Ghan-buri-ghan dan rakyatnya,
menjadi milik mereka untuk selamanya; setelah ini jangan ada orang masuk ke
wilayah ini tanpa seizin mereka!" Maka genderang-genderang berdentam keras,
lalu diam. Akhirnya, setelah lima belas hari perjalanan, kereta Raja Theoden masuk ke
padang-padang hijau Rohan dan sampai ke Edoras; di sana mereka semua
beristirahat. Balairung Emas dihiasi gantungan indah-indah dan dipenuhi cahaya,
dan di sana diadakan pesta paling meriah yang pernah dilangsungkan sejak
pembangunannya. Karena setelah tiga hari Orang-Orang dari Mark menyiapkan
pemakaman Theoden; ia dibaringkan dalam sebuah rumah baru bersama
senjatasenjatanya dan banyak benda indah lain miliknya; sebuah gundukan tanah
dibangun di atasnya, dilapisi tanah berumput hijau dan evermind putih. kini ada
delapan makam di sisi timur Barrowfield. Lalu para Penunggang Istana Raja
Kembalinya Sang Raja Halaman | 279 mengendarai kuda putih berkeliling pemakaman sambil menyanyikan lagu tentang
Theoden putra Thengel yang diciptakan oleh Gleowine penyanyi istana, yang
setelah itu tak pernah menciptakan lagu lagi. Suara-suara para Penunggang yang
berirama lambat, menyentuh hati para pendengar, termasuk mereka yang tidak
mengerti bahasa bangsa itu; tapi syair lagu itu membuat mata orang-orang Mark
berbinar-binar, sebab mereka seolah-olah mendengar kembali gemuruh derap kaki
kuda dari Utara, dan suara Eorl berteriak dalam pertempuran di Padang Celebrant;
kisah-kisah para raja bergulir terus, dan terompet Helm berbunyi nyaring di
pegunungan, sampai Kegelapan datang dan Theoden bangkit melaju melalui
Bayang-Bayang, menuju api dan tewas dalam kegemilangan, saat Matahari, yang
di luar dugaan sudah kembali, menyinari Mindolluin di pagi hari.
Dari kebimbangan, dari kegelapan, menjelang pagi hari Ia melaju menghunus
pedang, sambil bernyanyi di bawah matahari, Ia membangkitkan harapan, dan
hilang dalam harapan; Diangkat keluar dari kematian, dari ajal dan ketakutan
dari kehilangan dan kehidupan, menjumpai kegemilangan panjang.
Tetapi Merry berdiri dekat kaki gundukan tanah, dan menangis; ketika lagu itu
berakhir, Ia bangkit dan berseru, "Raja Theoden, Raja Theoden! Selamat jalan!
Selama waktu yang sangat singkat, kau sudah seperti ayah bagiku. Selamat jalan!"
Ketika pemakaman selesai dan tangisan para wanita sudah berhenti, dan
Theoden terbaring sunyi di dalam makamnya, orang-orang berkumpul di Balairung
Emas untuk berpesta besar dan melupakan duka; karena Theoden sudah berumur
cukup panjang dan gugur dalam kehormatan, tidak kalah dari nenek moyangnya
yang paling hebat. Ketika tiba saat bersulang untuk mengenang para raja, sesuai
adat istiadat mereka, Eowyn, Lady dari Rohan maju ke depan, sosoknya keemasan
bagai matahari dan putih seperti salju; ia membawa secangkir penuh kepada
Eomer. Lalu scorang penyanyi yang juga pakar adat, berdiri dan menyebutkan satu
per satu nama-nama para Penguasa Mark, sesuai urutannya. Eorl yang Muda;
Brego yang membangun Balairung; Aldor saudara Baldor yang malang; Frea,
Freawine, Goldwine, Deor, dan Gram; dan Helm yang terkubur di Helm's Deep
ketika Mark ditaklukkan; demikianlah kesembilan kuburan di sisi barat, karena
setelah itu garis keturunan terputus; berikutnya adalah kuburan di sisi timur:
Frealaf, putra saudara perempuan Helm, Leofa, Walda, Folca, Folcwine, Fengel,
Thengel, dan yang terakhir Theoden. Saat Theoden disebutkan, Eomer meminum
isi cangkir sampai habis.
Halaman | 280 The Lord of The Rings Lalu Eowyn meminta para pelayan agar mengisi penuh semua cangkir, dan
semua yang hadir bangkit berdiri dan berseru, "Hidup, Eorner, Raja dari Mark!"
Akhirnya menjelang usai pesta, Eomer bangkit dan berkata, "Ini pesta pemakaman
Raja Theoden; tapi sebelum kita berpisah, aku ingin menyampaikan kabar gembira.
Theoden pasti tidak keberatan aku melakukan itu, karena selama ini dia sudah
seperti ayah bagi adikku Eowyn. Dengar, tamu-tamuku semua, orang-orang gagah
dan cantik dari mancanegeri, yang belum pernah berkumpul di balairung ini!
Faramir, Pejabat dari Gondor, dan Pangeran dari Ithilien, meminta agar Eowyn,
Lady dari Rohan, menjadi istrinya, dan Eowyn dengan sepenuh hati menyetujui
pennintaannya. Oleh karena itu, mereka berdua akan dipertunangkan dengan disaksikan
seluruh hadirin." Lalu Faramir dan Eowyn maju ke depan dan berpegangan tangan;
semua hadirin bersulang untuk mereka dan bergembira. "Maka dengan ini," kata
Eomer, "persahabatan antara Mark dan Gondor dipererat dengan ikatan baru, dan
aku semakin bahagia."
"Kau memang tidak pelit, Eomer," kata Aragorn, "memberikan kepada Gondor
wujud tercantik yang ada di seluruh negerimu!" Lalu Eowyn menatap ke dalam
mata Aragorn, dan berkata, "Doakan aku kebahagiaan, Tuanku penguasa dan
penyembuh!" Dan Aragorn menjawab, "Sejak pertama kali melihatmu, aku telah
mendoakan kebahagiaan bagimu. Hatiku sekarang damai, setelah melihatmu
bahagia." Seusai pesta, mereka yang akan pergi berpamitan dengan Raja Eomer.
Aragorn dan para ksatrianya, serta rakyat Lorien dan Rivendell, bersiapsiap
berangkat; tetapi Faramir dan Imrahil tetap di Edoras; Arwen Evenstar juga tetap
di sana, dan Ia berpamitan dengan saudarasaudaranya. Tak ada yang menyaksikan
pertemuan terakhir Arwen dengan Elrond, ayahnya, karena mereka pergi mendaki
perbukitan dan berbicara lama sekali di sana; perpisahan mereka sangatlah getir,
karena akan berlangsung lebih lama dari akhir zaman dan kiamat dunia. Akhirnya,
sebelum para tamu berangkat, Eomer dan Eowyn mendekati Merry dan berkata,
"Selamat jalan, Meriadoc dari Shire dan Holdwine dari Mark! Sambutlah nasib
baik, dan segeralah kembali menemui kami!" Lalu Eomer berkata, "Raja-raja zaman
dulu pasti membanjirimu dengan hadiah-hadiah yang tak mungkin dibawa dengan
kereta, atas jasa-jasamu di medan pertempuran Mundburg; tapi kau tidak mau
menerima apa pun, kecuali perlengkapan perang yang sudah diberikan padamu.
Aku sudah menyerah pada keputusanmu itu, karena memang aku tak punya
hadiah yang cukup pantas; tapi adikku memohon agar kau mau menerima benda
Kembalinya Sang Raja Halaman | 281 kecil ini, sebagai kenang-kenangan kepada Dernhelm dan terompet-terompet dari
Mark yang menyambut pagi hari." Lalu Eowyn memberikan kepada Merry sebuah
terompet kuno, kecil tapi merupakan hasil karya yang indah, terbuat dari perak
dengan baldric hijau; para pengrajin sudah mengukirkan padanya gambar
penunggang kuda yang melaju cepat dalam barisan yang mengitari terompet dari
ujung sampai ke mulutnya; juga banyak lambang kebajikan menghiasinya.
"Ini pusaka keluarga kami," kata Eowyn. "Dibuat oleh para Kurcaci, dan
berasal dari barang timbunan Scatha si Cacing. Eorl Muda membawanya dari
Utara. Dia yang meniupnya akan membangkitkan ketakutan dalam hati musuhmusuh
mereka dan kegembiraan dalam hati sahabat-sahabatnya, dan mereka
akan mendatanginya ketika mendengarnya."
Merry menerima terompet itu, karena tak mungkin ditolak, dan ia mengecup
tangan Eowyn; lalu mereka memeluknya, dan begitulah mereka berpisah untuk
sementara. Sekarang tamu-tamu sudah siap, dan mereka minum minurnan
keberangkatan. Dengan banyak pujian dan rasa persahabatan mereka berangkat,
dan akhirnya sampai ke Helm's Deep; di sana mereka istirahat selama dua hari.
Legolas menepati janjinya pada Gimli dan pergi bersamanya ke Gua-Gua Kemilau;
ketika mereka kembali, Legolas diam saja dan hanya mengatakan bahwa Gimli
satu-satunya yang bisa menemukan kata-kata yang pantas untuk menceritakan
tentang gua-gua itu. "Belum pernah ada Kurcaci yang menang dari Peri dalam perlombaan katakata," kata
Legolas. "Jadi, marilah kita pergi ke Fangorn dan menyamakan angka!"
Dari Deeping-coomb mereka pergi bersama-sama ke Isengard, dan melihat
bagaimana para Ent sudah bekerja dengan giat. Seluruh lingkaran batu sudah
dihancurkan dan disingkirkan, tanah di dalamnya sudah menjelma menjadi kebun
yang dipenuhi pohon buah dan pepohonan, dan sungai mengalir di tengahnya; tapi
di tengahnya ada sebuah telaga berair jernih, dan Menara Orthanc masih berdiri
di sana, muncul dari dalam telaga, diam, tinggi, dan tahan terhadap serangan,
bebatuannya yang hitam tecermin di air telaga. Sejenak para pengembara duduk di
tempat gerbang lama Isengard pernah berdiri, kini di tempat itu dua batang pohon
berdiri bagai penjaga, di awal sebuah jalan berbatas hijau yang menuju Orthanc;
dengan kagum mereka mengamati karya yang sudah dihasilkan, tapi mereka tidak
melihat makhluk hidup di sekitarnya.
Halaman | 282 The Lord of The Rings Namun tak lama kemudian mereka mendengar suara yang berseru huumhom, huumhom;
tampak Treebeard melangkah di jalan itu, untuk menyambut
mereka, bersama Quickbeam yang mendampinginya.
"Selamat datang di Kebun pohon Orthanc!" katanya. "Aku sudah tahu kalian
datang, tapi aku sedang bekerja di lembah sana; masih banyak yang perlu
dikerjakan. Kudengar kau juga tidak berpanglcu tangan di selatan dan di timur,
dan semua yang kudengar sangat, sangat baik." Lalu Treebeard memuji semua
perbuatan mereka, yang rupanya Ia ketahui seluruhnya. Akhirnya Ia berhenti dan
menatap Gandalf lama sekali.
"Nah, bagaimana ini!" kata Treebeard. "Sudah terbukti kau paling hebat, dan
semua jerih payahmu berhasil dengan baik. Ke mana sekarang kau mau pergi"
Dan mengapa kau kemari?"
"Untuk melihat kemajuan pekerjaanmu, sahabatku," kata Gandalf, "dan untuk
menyampaikan terima kasih atas bantuamrru dalam semua yang kita capai."
"Huum, itu cukup adil," kata Treebeard, "sebab memang para Ent ikut
berperan di sini. Bukan hanya dalam menangani, huum, penebang pohon terkutuk
yang pernah tinggal di sini. Sebab mereka banyak sekali. Makhluk-makhluk yang,
burarum, bermata jahat, bertangan hitam, berkaki bengkok, berhati keji,
bercakar, berperut busuk, haus darah, mormaitesincahonda, huum, ya, karena kalian bangsa
yang serba terburu-buru, sedangkan nama mereka sama panjangnya dengan
tahun-tahun penuh siksaan, para Orc pengganggu itu; mereka datang melalui
Sungai dan dari Utara dan dari sekitar hutan Laurelindorenan, yang tidak bisa
mereka masuki berkat penjagaan Yang Mulia ini."
Ia membungkuk ke arah Lord dan Lady dari Lorien. "Dan makhluk-makhluk
busuk ini juga sangat terkejut ketika bertemu kami di Wold, sebab mereka belum
pernah mendengar tentang kami; meski hal itu juga bisa dikatakan tentang bangsa
lain yang lebih hebat. Dan tidak banyak di antara mereka yang akan ingat pada
kami, sebab tidak banyak yang bisa lolos hidup-hidup, dan banyak dari mereka
yang mati di sungai. Tapi beruntunglah kalian, sebab seandainya mereka tidak
bertemu dengan kami, Raja padang-padang rumput tidak akan pergi jauh, dan
seandainya dia bisa pergi jauh, rumahnya sudah hancur ketika dia kembali."
"Kami sangat menyadan hal itu," kata Aragorn, "dan itu takkan pernah
dilupakan di Minas Tirith atau di Edoras."
Kembalinya Sang Raja Halaman | 283 "Tidak pernah adalah masa yang terlalu panjang, bahkan untukku," kata
Treebeard. "Maksudmu pasti: tidak pernah selama kerajaanmu masih berdiri; tapi
agar bagi para Ent itu terasa lama, butuh waktu yang luar biasa panjang."
"Zaman Baru sudah dimulai," kata Gandalf, "dan mungkin saja di zaman ini
ternyata kerajaan-kerajaan Manusia akan melebihi usiamu, Fangorn sahabatku.
Tapi ceritakan padaku: bagaimana dengan tugas yang kuberikan kepadamu"
Bagaimana kabar Saruman" Apakah dia belum jemu dengan Orthanc" Kurasa
menurut dia kau tidak membuat Pemandangan dari jendelanya jadi lebih bagus."
Treebeard memandang Gandalf lama sekali, dengan tatapan cerdik, pikir Merry.
"Ah!" katanya. "Sudah kuduga kau akan mengatakan itu. Jemu dengan
Orthanc" Sangat jemu akhirnya; tapi dia lebih jemu pada suaraku. Huum! Aku
menuturkan kepadanya beberapa kisah Panjang, atau setidaknya dalam bahasamu
akan dianggap panjang."
"Lalu kenapa dia tetap tinggal mendengarkanmu" Apakah kau masuk ke
Orthanc?" tanya Gandalf. "Huum, tidak, tidak masuk ke Orthanc!" kata Treebeard.
"Tapi dia mendekati jendelanya dan mendengarkan, karena dia tak mungkin
mendapat kabar dengan cara lain, dan meski dia benci kabar-kabar itu, dia sangat
ingin memperolehnya; aku memastikan dia mendengar semuanya. Tapi aku
menambahkan banyak hal selain kabar-kabar itu yang baik untuk dipikirkan
olehnya. Dia menjadi sangat jemu. Sejak dulu dia memang selalu terburuburu.
Itulah yang menyebabkan kehancurannya."
"Fangorn-ku yang budiman," kata Gandalf, "Kuperhatikan kau berbicara
seolah-olah Saruman sudah mati. Tapi benarkah begitu" Apakah dia sudah mati?"
"Tidak, tidak mati, sejauh kutahu," kata Treebeard. "Tapi dia sudah pergi. Ya,
sudah tujuh hari dia pergi. Aku membiarkannya pergi. Sudah tidak banyak yang
tersisa darinya ketika dia merangkak keluar, dan pengikutnya itu ... dia sudah
seperti bayangan pucat. Jangan katakan padaku, Gandalf, bahwa aku sudah
berjanji akan menahannya dengan aman; karena aku sudah tahu itu. Tapi keadaan
di sini sudah berubah. Aku sudah menahannya sampai aman, sampai dia tak bisa
lagi merusak. Kau harus tahu bahwa aku sangat benci mengurung makhluk hidup,
dan aku tak ingin mengurung makhluk-makhluk semacam ini sekalipun tanpa
alasan mendesak. Ular tanpa taring beracun boleh merayap ke mana pun dia
mau." "Mungkin kau benar," kata Gandalf, "tapi kurasa ular yang ini masih punya
satu gigi. Dia memiliki racun dalam suaranya, dan kuduga dia sudah membujukmu,
Halaman | 284 The Lord of The Rings Treebeard, karena dia tahu titik lemah di hatimu. Ya, dia sudah pergi sekarang,
dan tak ada lagi yang bisa dikatakan. Tapi Menara Orthanc akan kembali kepada Raja
yang memang berhak memilikinya. Meski mungkin dia tidak membutuhkannya."
"Itu akan kami pertimbangkan di kemudian hari," kata Aragorn. "Tapi aku akan
memberikan seluruh lembah ini kepada para Ent, untuk dijadikan apa saja
sekehendak mereka, asalkan mereka mengawasi Orthanc dan menjaga jangan
sampai ada yang masuk ke dalamnya tanpa seizinku."
"Pintunya terkunci," kata Treebeard. "Aku menyuruh Saruman menguncinya
dan memberikan kuncinya padaku. Quickbeam yang menyimpannya." Quickbeam
membungkuk bagai pohon condong kena angin, dan memberikan pada Aragorn
dua kunci hitam berbentuk rumit, diikat dengan sebuah cincin baja.
Kembalinya Sang Raja The Return Of The King The Lord Of The Rings Buku Tiga Karya J.r Tolkien di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih padamu," kata Aragorn, "dan aku
mohon pamit. Semoga hutanmu tumbuh lagi dalam kedamaian. Bila lembah ini
sudah terisi, masih banyak ruang kosong di sisi barat pegunungan, tempatmu
mengembara di masa lampau."
Wajah Treebeard menjadi sedih. "Hutan-hutan mungkin tumbuh," katanya.
"Pepohonan bisa berkembang dan menyebar. Tapi Ent tidak. Tidak ada Enting."
"Mungkin sekarang pencarianmu akan lebih optimis," kata Aragorn. Banyak negeri
di timur, yang dulu tertutup, sekarang terbuka bagimu."
Tapi Treebeard menggelengkan kepala dan berkata, "Terlalu jauh jaraknya.
Dan sudah terlalu banyak Manusia di sana sekarang ini. Omong-omong, aku lupa
sopan santunku! Apakah kau mau istirahat sebentar di sini" Dan mungkin ada yang
ingin berjalan melalui Hutan Fangorn, sehingga memperpendek jarak pulang ke
rumah?" Ia menatap Celebom dan Galadriel. Tapi semua, kecuali Legolas, mengatakan
mereka harus pamit dan pergi ke selatan atau ke barat. "Ayo, Gimli!" kata
Legolas. "Dengan izin Fangorn aku akan mengunjungi tempat-tempat terdalam di Hutan Ent,
dan melihat pohonpohon yang tak bisa ditemukan di tempat lain di Dunia Tengah.
Kau akan ikut bersamaku dan menepati janjimu; dengan begitu, kita akan
mengembara bersama menuju negeri kita masing-masing di Mirkwood dan
seberangnya." Gimli menyetujuinya, meski tidak sepenuhnya dengan senang hati. "Maka
berakhirlah Persekutuan Cincin ini," kata Aragorn. "Tapi kuharap tak lama lagi
kalian akan kembali ke negeriku dengan membawa bala bantuan yang sudah
kalian janjikan." Kembalinya Sang Raja Halaman | 285 "Kami akan datang, kalau diizinkan penguasa-penguasa kami," kata Gimli.
"Nah, selamat jalan, hobbit-hobbit-ku! Kalian pasti sampai dengan selamat ke
rumah masing-masing, dan aku tidak akan terjaga karena khawatir kalian diintai
bahaya. Kami akan mengirim kabar sebisa mungkin, dan mungkin beberapa di
antara kita akan bertemu sesekali; tapi aku khawatir tidak semua dari kita akan
pernah berkumpul bersama lagi."
Lalu Treebeard berpamitan dengan masing-masing; Ia membungkuk tiga kali
perlahan-lahan dan penuh hormat kepada Celeborn dan Galadriel.
"Sudah lama lama sekali sejak kita bertemu di padang atau di bukit, A vanimar
vanimklion nostari!" katanya. "Sangat menyedihkan bahwa kita hanya bertemu di
akhir kisah. Karena dunia sedang berubah. Aku bisa merasakannya di dalam air, di
dalam tanah, dan di udara. Kurasa kita tidak akan bertemu lagi." Dan Celeborn
menjawab, "Aku tidak tahu, Yang Tertua." Tapi Galadriel berkata "Tidak di Dunia
Tengah, juga tidak sampai negeri-negeri di bawah ombak samudra terangkat
kembali. Ketika itulah kita akan bertemu lagi di padang willow di Tasarinan, di
Musim Semi. Selamat tinggal!"
Terakhir Merry dan Pippin berpamitan kepada Ent tua, dan ia agak gembira
ketika melihat mereka. "Nah, hobbit-hobbit-ku yang riang," katanya, "maukah
kalian minum seteguk bersamaku sebelum pergi?"
"Kami mau," kata mereka, maka Treebeard membawa mereka ke bawah
bayangan salah satu pohon, dan mereka melihat sudah ada bejana batu besar di
sana. Treebeard mengisi tiga mangkuk, dan mereka minum; mereka melihat
matanya yang aneh memandang mereka dari atas tepi mangkuknya. "Hati-hatilah,
hati-hatilah!" katanya. "Karena kalian sudah tambah tinggi sejak terakhir aku
melihat kalian." Mereka tertawa dan menghabiskan minuman itu. "Nah, selamat
jalan!" kata Treebeard. "Jangan lupa, kalau mendengar tentang Entwives di
negerimu, kirimkan kabar padaku." Lalu ia melambaikan tangannya yang besar
pada seluruh rombongan, dan masuk ke antara pepohonan.
Sekarang para pelancong berjalan lebih cepat, menuju Celah Rohan; akhirnya
Aragorn berpamitan dengan mereka dekat tempat Pippin memandang ke dalam
Batu Orthanc. Para hobbit sangat sedih dengan perpisahan itu, karena Aragorn tak
pernah mengecewakan mereka dan selama itu selalu memandu mereka melewati
berbagai bahaya. "Coba kita punya Batu Penglihatan, sehingga kita bisa melihat semua sahabat
kita," kata Pippin, "dan bisa berbicara dengan mereka dari jauh!" "Hanya satu
yang Halaman | 286 The Lord of The Rings tersisa, yang mungkin bisa kau pakai," jawab Aragorn, "sebab kau pasti tidak
akan mau melihat apa yang ditunjukkan Batu Minas Tirith kepadamu. Tapi Palantir dari
Orthanc akan disimpan Raja, untuk melihat apa yang terjadi di negerinya, dan apa
yang sedang dilakukan pelayan-pelayannya. Jangan lupa, Peregrin Took, kau
ksatria Gondor, dan aku tidak membebaskanmu dari melayaniku. Sekarang kau
pergi untuk cuti, tapi aku mungkin akan memanggilmu kembali. Dan ingatlah,
sahabatsahabatku dari Shire, wilayah negeriku juga sampai ke Utara, dan aku akan
datang ke sana suatu hari."
Lalu Aragorn pamit kepada Celeborn dan Galadriel; sang Lady berkata
kepadanya, "Elfstone, melalui kegelapan kau sampai kepada harapanmu, dan kini
kau sudah memperoleh semua yang kauinginkan. Manfaatkan waktumu dengan
baik!" Tetapi Celeborn berkata, "Saudaraku, selamat jalan! Semoga ajalmu berbeda
denganku, dan hartamu akan tetap bersamamu hingga saat terakhir!" Dengan
katakata itu mereka berpisah, dan ketika itu matahari sedang terbenam. Setelah
beberapa saat, mereka berbalik dan menoleh.
Mereka melihat Raja dari Barat duduk di atas kudanya, dikelilingi para
ksatrianya; Matahari yang sedang terbenam menyinari mereka, membuat baju besi
mereka bersinar-sinar bagai emas merah, dan jubah putih Aragorn berubah
menjadi nyala api yang berkobar. Lalu Aragorn memegang batu permata hijau dan
mengacungkannya, maka seberkas nyala api hijau memancar dari tangannya.
Tak lama kemudian, rombongan yang semakin menyusut itu menyusuri
Sungai Isen, membelok ke Barat, dan melewati Celah, masuk ke daratan kosong di
seberangnya. Lalu mereka membelok ke utara, dan melewati perbatasan Dunland.
Kaum Dunlending lari bersembunyi, karena mereka takut pada bangsa Peri, meski
hanya sedikit yang pernah datang ke negeri mereka; tetapi para pelancong tidak
menghiraukan mereka, karena rombongan mereka masih cukup besar dan
membawa bekal cukup untuk memenuhi semua kebutuhan; dengan santai mereka
meneruskan perjalanan, mendirikan, perkemahan di mana perlu. Di hari keenam
sejak perpisahan dengan Raja, mereka melewati sebuah hutan yang menuruni
perbukitan, di kaki Pegunungan Berkabut yang sekarang berada di sisi kanan.
Ketika keluar lagi ke daratan terbuka di saat matahari terbenam, mereka menyusul
seorang pria tua yang bertopang pada sebatang tongkat, pakaiannya
compangcamping, berwarna entah kelabu atau putih kotor; ia diikuti seorang
pengemis lain yang membungkuk dan merengek.
Kembalinya Sang Raja Halaman | 287 "Nah, Saruman!" kata Gandalf. "Ke mana kau akan pergi?"
"Apa urusanmu?" jawab Saruman. "Apakah kau masih mau mengatur
kepergianku, dan apakah kau belum puas dengan kehancuranku?"
"Kau tahu jawabanku," kata Gandalf, "tidak dan tidak. Tapi masa tugasku
sudah hampir usai. Raja sudah mengambil alih beban ini. Seandainya kau
menunggu di Orthanc, kau bisa bertemu dengannya, dan dia akan menunjukkan
kebijakan dan pengampunan kepadamu."
"Justru itu aku pergi lebih awal," kata Saruman, "karena aku tidak
menginginkan kedua hal itu darinya. Dan kalau kau menginginkan Jawaban atas
pertanyaanmu yang pertama, aku sedang rnencari jalan keluar dari negerinya."
"Kalau begitu, sekali lagi kau mengambil jalan yang salah," kata Gandalf, "dan
kulihat tak ada harapan dalam perjalananmu. Tapi apakah kau akan mencemooh
pertolongan kami" Karena kami menawarkannya kepadamu."
"Kepadaku?" kata Saruman. "Tidak, tolong jangan tersenyum kepadaku! Aku
lebih suka melihatmu marah. Dan tentang Lady ini, aku tidak mempercayainya.
Selama ini dia membenciku, dan dia bersekongkol di pihakmu. Aku tidak ragu, dia
pasti sengaja membawamu lewat jalan ini, agar kau bisa bersuka ria melihat
kemiskinanku. Seandainya tahu akan dikejar olehmu, aku akan berupaya
menghindari pertemuan ini."
"Saruman," kata Galadriel, "kami punya tugas dan masalah lain yang jauh
lebih penting daripada memburumu. Lebih baik kaukatakan bahwa kau disusul oleh
nasib baik; karena sekarang kau punya kesempatan terakhir."
"Kalau memang ini yang terakhir, aku senang sekali," kata Saruman; "dengan
begitu, aku terhindar dari kerepotan untuk menolaknya lagi. Semua harapanku
sudah hancur, tapi aku tidak mau berbagi harapanmu. Itu pun kalau kau punya
harapan." Untuk beberapa saat mata Saruman bersinar-sinar. "Pergi!" katanya. "Tidak
sia-sia aku menghabiskan waktu lama untuk mempelajari masalah-masalah seperti
ini. Kau sudah mencelakakan diri sendiri, dan kau tahu itu. Aku akan sedikit
terhibur dalam pengembaraanku, memikirkan bahwa kau sudah meruntuhkan
rumahmu sendiri ketika menghancurkan rumahku. Dan kini, kapal apa yang akan
membawamu kembali mengarungi samudra yang begitu luas?" ia mengejek. "Kapal
kelabu, penuh hantu-hantu." Ia tertawa, tapi suaranya terdengar parau dan
mengerikan. Halaman | 288 The Lord of The Rings "Bangun, kau tolol!" Ia berteriak kepada pengemis satunya, yang sudah duduk
di tanah, dan memukulnya dengan tongkatnya. "Putar haluan! Kalau orang-orang
hebat ini akan pergi ke arah yang sama dengan kita, kita akan ambil jalan lain.
Ayo cepat, kalau tidak kau tidak akan kuberi makan malam!"
Si pengemis membalik dan berjalan membungkuk sambil merengek, "Grima
tua yang malang! Grima tua yang malang! Selalu dipukul dan dicaci maki. Aku
benci dia! Aku ingin meninggalkannya!"
"Kalau begitu, tinggalkan dia!" kata Gandalf. Tapi Wormtongue hanya melirik
Gandalf sekilas dengan mata muram penuh ketakutan, lalu ia menyeret-nyeret
kakinya dengan cepat, mengikuti Saruman. Ketika pasangan malang itu melewati
rombongan mereka sampai ke dekat para hobbit, Saruman berhenti dan
memandangi mereka; tapi mereka menatapnya dengan rasa iba. "Jadi, kalian juga
datang untuk memuas-muaskan diri atas kemalanganku, bukan begitu, anakanakku?"
katanya. "Kalian tak peduli pada penderitaan seorang pengemis, bukan"
Karena kalian memiliki semua yang kalian inginkan, makanan dan pakaian bagus,
dan rumput terbaik untuk pipa kalian. Oh ya, aku tahu! Aku tahu dari mana
asalnya. Kalian takkan mau memberi sejumput pada seorang pengemis, bukan?"
"Aku mau, kalau aku punya," kata Frodo. "Kau boleh mengambil apa yang
tersisa padaku," kata Merry, "kalau kau mau menunggu sebentar." Ia turun dan
mencari-cari dalam ransel di pelananya. Lalu Ia memberikan pada Saruman
sebuah dompet kulit. "Ambil saja seadanya," katanya. "Silakan saja; asalnya dan
reruntuhan di Isengard."
"Itu milikku, ya ... milikku, dan kubeli dengan harga mahal sekali!" sera
Saruman, mencengkeram dompet itu. "Kuanggap ini sebagai pembayaran kembali;
karena kau sudah mengambil lebih dari ini, pasti. Tapi seorang pengemis harus
bersyukur kalau seorang pencuri mengembalikan barang miliknya, meski hanya
secuil. Nah, kalian pantas memperolehnya, kalau kalian pulang dan melihat
keadaan di Wilayah Selatan tidak sebaik yang kalian harapkan. Semoga negerimu
kekurangan rumput pipa untuk waktu sangat lama!"
"Terima kasih!" kata Merry. "Kalau begitu aku minta dompetku kembali, karena
itu bukan punyamu, dan dompet itu sudah melancong jauh bersamaku. Bungkuslah
rumput dalam cabikan kainmu sendiri." "Satu pencuri pantas diperdaya pencuri
lain," kata Saruman. Ia membelakangi Merry, lalu menendang Wormtongue, dan
pergi ke arah hutan. "Nah, aku suka itu!" kata Pippin. "Pencuri! Bagaimana
dengan Kembalinya Sang Raja Halaman | 289 tuntutan kita mengenai ulah dia mencegat, melukai, dan menyuruh Orc-Orc
menyeret kita melalui Rohan?"
"Ah!" kata Sam. "Dan dia bilang beli. Bagaimana dia membelinya, aku ingin
tahu. Dan aku tidak suka caranya berbicara tentang Wilayah Selatan. Sudah
saatnya kita kembali."
"Aku yakin memang sudah saatnya," kata Frodo. "Tapi kita tak bisa pergi lebih
cepat, kalau kita akan menemui Bilbo. Aku akan Pergi ke Rivendell dulu, apa pun
yang terjadi." "Ya, sebaiknya begitu," kata Gandalf. "Tapi sayang sekali Saruman! Aku
khawatir dia tak bisa diperbaiki lagi. Dia sudah layu dan kering. Tapi aku tidak
yakin apakah Treebeard benar: kuduga dia masih bisa berbuat kejahatan dalam skala
kecil yang licik." Hari berikutnya mereka masuk ke Dunland utara yang tidak
berpenghuni, meski merupakan daratan hijau dan nyaman. September datang
dengan harihari cerah keemasan dan malam-malam keperakan.
Mereka berjalan santai sampai tiba di Sungai Swanfleet, dan menemukan
arungan lama, di sisi timur air terjun yang mendadak turun ke daratan rendah.
Jauh di barat terletak telaga-telaga dan pulau kecil yang diselubungi kabut, dan
sungai itu menjalar melewati kabut, sampai ke Greyflood: di sana tak terhitung
banyaknya yang tinggal di tengah alang-alang. Begitulah mereka masuk ke Eregion, dan
akhirnya pagi cerah merebak, berkilauan di atas kabut yang bersinar; dari
perkemahan mereka di atas sebuah bukit rendah, para pelancong itu memandang
ke arah timur dan melihat Matahari menangkap tiga puncak yang menjulang tinggi
ke angkasa, menembus awan-awan yang melayang: Caradhras, Celebdil, dan
Fanuidhol. Mereka sudah mendekati Gerbang Moria. Di sini mereka tinggal selama tujuh
hari, sebab waktu untuk perpisahan lain sudah dekat, sedangkan mereka enggan
berpisah. Tak lama lagi Celeborn dan Galadriel serta rakyat mereka akan
membelok ke timur, melewati Gerbang Redhorn dan menuruni Tangga Dimrill ke
Silverlode, lalu masuk ke negeri mereka sendiri. Sejauh ini mereka melalui
jalanjalan barat, karena masih banyak yang ingin mereka bicarakan dengan Elrond
dan Gandalf, dan di sini mereka berlama-lama mengobrol dengan kawan-kawan
mereka. Sering sekali, lama setelah para hobbit tertidur, mereka masih duduk
bersama di bawah bintang-bintang, sambil mengenang kembali zaman-zaman
yang sudah lewat, serta semua kegembiraan dan pekerjaan mereka di dunia, atau
berembuk mengenai masa yang akan datang.
Halaman | 290 The Lord of The Rings Seandainya ada pengembara yang kebetulan lewat, mungkin hanya sedikit
yang dilihat atau didengarnya, dan Ia seolah-olah hanya melihat sosok-sosok
kelabu, terpahat dari batu, tugu peringatan tentang hal-hal terlupakan yang
sudah hilang di daratan tak berpenghuni. Karena mereka tidak bergerak atau berbicara
dengan mulut, tapi berkomunikasi melalui pikiran; hanya mata mereka yang
bersinar, bergerak-gerak, dan menyala ketika pikiran-pikiran melintas ke sana
kemari. Tapi akhirnya semua sudah habis dibicarakan, dan mereka berpisah untuk
sementara, sampai tiba saatnya bagi Tiga Cincin untuk pergi. Orang-orang
berjubah kelabu dari Lorien dengan cepat menghilang ke dalam bebatuan dan
bayang-bayang, berjalan menuju pegunungan; mereka yang akan pergi ke
Rivendell duduk di atas bukit dan memperhatikan, sampai dari dalam kabut yang
semakin tebal muncul sebuah kilatan; lalu mereka tidak melihat apa-apa lagi.
Frodo tahu bahwa Galadriel sudah mengacungkan cincinnya sebagai tanda
perpisahan. Sam membalikkan badan dan mengeluh, "Aku ingin sekali kembali ke
Lorien!" Akhirnya pada suatu senja, setelah melewati padang-padang tinggi, mereka
sampai ke pinggir lembah Rivendell yang dalam. Jauh di bawah, mereka melihat
lampu-lampu menyala di rumah Elrond. Kemudian mereka turun dan menyeberangi
jembatan, tiba di depan pintu. Seluruh rumah dipenuhi cahaya dan nyanyian
gembira menyambut kepulangan Elrond.
Pertama-tama, sebelum makan atau mandi, atau bahkan melepas jubah, para
hobbit mencari Bilbo. Mereka menemukannya sendirian di kamarnya yang kecil.
Kertas-kertas, pensil, serta pena berserakan di kamarnya; tapi Bilbo sedang
duduk di kursi, di depan api kecil yang menyala terang. la tampak sangat tua, tapi
damai dan mengantuk. la membuka matanya dan menengadah ketika mereka masuk.
Kembalinya Sang Raja The Return Of The King The Lord Of The Rings Buku Tiga Karya J.r Tolkien di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Halo, halo!" katanya. "Jadi, kalian sudah kembali" Kebetulan besok ulang
tahunku. Pintar sekali kalian! Tahukah kalian, umurku akan jadi seratus dua
puluh sembilan" Dan setahun lagi, kalau aku bertahan, aku akan menyamai Took tua.
Aku ingin sekali mengalahkannya; tapi kita lihat saja nanti."
Sesudah perayaan ulang tahun Bilbo, keempat hobbit tetap tinggal beberapa
hari lagi di Rivendell, dan mereka sering berkumpul dengan sahabat tua mereka,
yang kini lebih banyak menghabiskan waktunya di kamarnya sendiri, kecuali saat
makan. la masih sangat tepat waktu untuk acara makan, seperti biasanya, dan
jarang tidak bangun untuk menghadiri acara makan tepat pada waktunya. Sambil
Kembalinya Sang Raja Halaman | 291 duduk di dekat Perapian, mereka bergiliran menceritakan semua yang bisa mereka
ingat tentang lawatan dan petualangan mereka.
Pada awalnya Bilbo Pura-pura mencatat; tapi Ia sering tertidur, dan ketika
bangun ia akan berkata, "Bagus sekali! Betapa hebat! Tapi kita sudah sampai di
mana?" Lalu mereka akan melanjutkan cerita dari titik di mana Bilbo mulai
mengangguk-angguk mengantuk. Satu-satunya bagian yang benar-benar
membangkitkan semangatnya dan bisa membuat perhatiannya terpusat adalah
cerita tentang penobatan dan pernikahan Aragorn.
"Tentu saja aku diundang ke pernikahannya," katanya. "Dan sudah cukup
lama aku menanti-nanti. Tapi entah mengapa, ketika sudah tiba saatnya, rasanya
masih begitu banyak pekerjaanku di sini; dan mengepak barang-barang rasanya
sangat merepotkan." Ketika sudah hampir dua minggu lewat, Frodo memandang ke luar jendela
dan melihat bahwa semalam ada embun beku, sarang-sarang labah-labah tampak
bagai jala jala putih. Tiba-tiba Ia tahu bahwa sudah saatnya Ia pergi dan pamit
kepada Bilbo. Cuaca selama itu masih tenang dan cerah, setelah salah satu musim
panas paling indah yang bisa diingat orang-orang; tapi Oktober sudah tiba, dan
tak lama lagi pasti cuaca akan memburuk, mulai hujan dan berangin lagi. Dan
perjalanan masih cukup jauh.
Tapi sebenarnya bukan pikiran tentang cuaca yang meresahkan Frodo.
Perasaannya mengatakan sudah saatnya ia kembali ke Shire.
Sam juga mempunyai perasaan yang sama. Baru malam sebelumnya Ia
mengatakan, "Nah, Mr. Frodo, kita sudah pergi jauh dan sudah melihat banyak, tapi
tidak ada tempat yang lebih baik daripada ini. Segala sesuatunya ada di sini,
kalau kau paham maksudku: Shire dan Hutan Emas, Gondor dan rumah para raja,
penginapan, padang rumput dan pegunungan, semuanya bergabung di sini. Meski
begitu, aku merasa kita harus segera pergi. Terus terang, aku sebenarnya
khawatir tentang ayahku." Hari itu Frodo berbicara pada Elrond, dan disepakati bahwa keesokan harinya
mereka akan berangkat. Mereka senang sekali karena ternyata Gandalf
mengatakan, "Kurasa aku akan ikut. Setidaknya sampai sejauh Bree. Aku ingin
bertemu Butterbur." Sore itu mereka pamit pada Bilbo. "Nah, kalau kalian memang harus pergi,
pergilah," katanya. "Aku menyesal. Aku akan merindukan kalian. Menyenangkan
sekali kalau tahu kalian ada di sekitar sini. Tapi aku sudah mulai mengantuk
Halaman | 292 The Lord of The Rings sekali." Lalu ia memberikan pada Frodo rompi mithril dan Sting, lupa bahwa
sebelumnya Ia sudah pernah melakukannya; Ia juga memberikan tiga buku tentang
adat istiadat yang sudah dibuatnya pada saatsaat yang berbeda, tertulis dalam
tulisan tangannya yang panjang-panjang dan tipis, dan pada sampul belakang yang
merah ada tulisan: Terjemahan dari bahasa Peri, oleh B.B. la memberikan pada
Sam sebuah kantong kecil berisi emas.
"Nyaris tetes terakhir dari panen Smaug," katanya. "Ini mungkin akan
bermanfaat, kalau kau merencanakan menikah, Sam." Wajah Sam memerah.
"Tidak banyak yang bisa kuberikan pada kalian anak-anak muda," katanya
kepada Pippin dan Merry, "kecuali nasihat bagus."
Setelah memberikan cukup banyak nasihat, Ia menambahkan dalam gaya
Shire, "Jangan sampai kepala kalian jadi terlalu besar untuk topi kalian! Kalau
kalian tidak berhenti tumbuh, kalian akan mengalami betapa mahalnya topi dan
pakaian." "Kalau kau sendiri ingin mengalahkan Took tua," kata Pippin, "kenapa kami
tidak boleh mencoba mengalahkan Bullroarer?" Bilbo tertawa, dan dari kantongnya
ia mengeluarkan dua buah pipa yang indah, dengan bagian mulut dari mutiara,
berhias tempaan perak halus.
"Ingatlah aku saat kalian mengisap pipa ini!" katanya. Para Peri
membuatkannya untukku, tapi sekarang aku sudah tidak merokok lagi." Tibatiba ia
mengangguk-angguk dan tertidur sejenak; saat terbangun lagi ia berkata, "Nah, di
mana kita tadi" Ya, tentu saja, soal hadiah. Aku jadi ingat: apa yang terjadi
dengan cincinku, Frodo, yang kauambil itu?"
"Sudah hilang, Bilbo yang baik," kata Frodo. "Sudah kubuang, kau kan tahu
itu." "Wah, sayang sekali!" kata Bilbo. "Sebenarnya aku ingin melihatnya sekali
lagi. Oh ... tidak, kenapa aku jadi bodoh begini! Justru untuk itu kau pergi, kan" Untuk
membuangnya" Tapi semuanya jadi membingungkan, karena begitu banyak hal
lain yang tercampur dengan hal ini: masalah-masalah Aragorn, dan Dewan
Penasihat Putih, Gondor, para Penunggang Kuda, bangsa Southron, dan oliphaunt
kau benar-benar sudah melihatnya, Sam" gua-gua, menara-menara, pohon-pohon
emas, dan entah apa lagi selain itu."
"Rupanya jalan yang kuambil dari lawatanku terlalu lurus. Mestinya Gandalf
bisa membawaku berkeliling. Tapi mungkin lelangnya sudah selesai sebelum aku
kembali, dan aku malah jadi memperoleh lebih banyak kesulitan daripada yang
sudah kualami. Pokoknya sekarang sudah terlambat; kupikir jauh lebih nyaman
Kembalinya Sang Raja Halaman | 293 duduk di sini dan mendengarkan ceritanya. Kehangatan api di sini nyaman sekali,
makanannya sangat lezat, dan di mana-mana ada Peri bila kita memerlukan. Apa
lagi yang kurang dari itu"
Jalan ini tak ada habisnya Dari pintu tempat ia bermula, Terbentang hingga di
kejauhan sana, Biarkan yang lain menjalani kalau bisa! Biarkan mereka berpetualang,
Sementara kakiku yang lelah Berjalan menuju penginapan yang terang, 'tuk
istirahat sore dan tetirah."
Ketika menggumamkan kata-kata terakhir, kepala Bilbo terkulai di dadanya
dan ia tertidur nyenyak. Senja semakin larut di kamar, dan api menyala lebih terang; mereka
memandang Bilbo saat ia tidur, dan melihat wajahnya tersenyum. Untuk beberapa
lama mereka duduk diam; lalu Sam memandang ke sekeliling ruangan dan
bayangan-bayangan yang bergetar di dinding, dan berkata perlahan, "Mr. Frodo,
kurasa dia tidak banyak menulis selarna kita pergi. Dia tidak akan pernah
menulis kisah kita sekarang."
Saat Sam berkata begitu, Bilbo membuka satu matanya, seolah mendengarperkataan
Sam. Lalu Ia bangun. "Kau tahu, aku jadi mengantuk sekali," katanya.
"Dan saat aku punya waktu untuk menulis, sebenarnya aku hanya senang menulis
puisi. Aku ingin tahu, Frodo tersayang, maukah kau membereskan barangbarangku
sebelum pergi" Kumpulkan semua catatan dan kertasku, juga buku
harianku, dan bawalah, kalau kau mau. Aku tak punya banyak waktu untuk
memilahmilah dan menyusunnya, dan sebagainya. Biar Sam membantumu, kalau
sudah beres, kembalilah, dan aku akan memeriksanya. Aku tidak akan terlalu
kritis." "Tentu saja aku mau!" kata Frodo. "Dan tentu aku akan segera kembali: sudah
tidak ada bahaya lagi. Sudah ada raja yang asli sekarang, dan dia pasti akan
segera membereskan semua jalan." "Terima kasih, sahabatku sayang!" kata Bilbo.
"Aku jadi sangat lega." Setelah mengatakan itu, Ia tertidur lagi.
Hari berikutnya, Gandalf dan para hobbit pamit pada Bilbo di kamarnya,
karena di luar hawa dingin sekali; lalu mereka berpamitan pada Elrond dan seisi
rumahnya. Ketika Frodo berdiri di ambang pintu, Elrond mendoakan selamat jalan dan
memberkatinya, sambil berkata, "Frodo, kurasa kau tidak perlu kembali, kecuali
Halaman | 294 The Lord of The Rings kalau kau datang sangat segera. Kira-kira pada saat yang sama tahun depan,
ketika dedaunan sudah berwarna emas sebelum gugur, carilah Bilbo di hutan di
Shire. Aku akan mendampinginya." Tak ada orang lain yang mendengar kata-kata
itu, dan Frodo menyimpannya sendiri dalam hati.
Kembalinya Sang Raja Halaman | 295 Pulang Akhirnya para hobbit pun menempuh perjalanan pulang. Mereka sudah tak
sabar ingin melihat Shire lagi; tapi pada mulanya mereka melaju lambat, karena
hati Frodo terasa tidak enak. Ketika mereka sampai di Ford Bruinen, Ia berhenti,
dan kelihatannya enggan masuk ke arungan sungai; mereka memperhatikan
bahwa selama beberapa saat ia seakan-akan tidak melihat mereka atau hal-hal lain
di sekitarnya. Sepanjang hari itu Ia diam saja. Hari itu tanggal enam Oktober.
"Apakah kau kesakitan, Frodo?" kata Gandalf lembut ketika ia melaju di sisi
Frodo. "Ya, memang," kata Frodo. "Bahuku sakit. Lukanya terasa pedih, dan ingatan
tentang kegelapan menekan hatiku. Hari ini persis satu tahun yang lalu."
"Sayang sekali! Memang ada luka-luka yang tidak akan pernah sembuh
sepenuhnya," kata Gandalf.
"Aku khawatir seperti itulah lukaku," kata Frodo. "Bagiku tak ada istilah
kembali pulang ke rumah. Meski aku pulang ke Shire, rasanya tidak akan sama;
karena aku sudah tidak sama lagi. Aku sudah terluka oleh pisau, sengatan, gigi,
dan beban yang menekan lama sekali. Di mana aku bisa menemukan
ketenangan?" Gandalf tidak menjawab.
Di akhir hari berikutnya, kepedihan dan ketidaknyamanan itu berlalu, dan
Frodo sudah gembira lagi, begitu gembira seolah-olah ia tak ingat lagi kehitaman
hari kemarin. Setelah itu perjalanan berlangsung lancar, dan harihari berlalu
cepat; karena mereka berjalan santai, dan sering tinggal agak lama di hutan-hutan
indah, di mana daun-daun berwarna merah dan kuning di bawah matahari musim gugur.
Akhirnya mereka sampai ke Weathertop; ketika itu menjelang senja, dan bayangan
bukit yang gela[ terbentang di jalan. Maka Frodo meminta mereka mempercepat
jalannya, dan Ia tidak mau menatap bukit; ia melaju melintasi bayangannya dengan
kepala tertunduk, jubahnya dirapatkan erat-erat.
Malam itu cuaca berubah dan angin bertiup dari Barat, membawa hujan,
embusannya kencang dan dingin, sehingga dedaunan kuning berputar-putar
seperti burung di udara. Ketika mereka sampai ke Chetwood, dahan-dahan sudah
nyaris gunciul, dan tirai hujan lebat menutupi pemandangan ke arah Bukit Bree.
Demikianlah di penghujung senja yang ganas dan busah di akhir bulan Oktober,
kelima pengembara mendaki jalan yang menanjak dan sampai ke depan Gerbang
Halaman | 296 The Lord of The Rings Selatan Bree. Pintunya terkunci rapat; hujan menerpa wajah mereka, sementara di
langit yang semakin gelap awan rendah terbang cepat; hati mereka agak murung,
karena mereka mengharapkan penyambutan yang lebih meriah.
Setelah mereka berkali-kali memanggil, akhirnya Penjaga Gerbang datang,
dan mereka melihat Ia membawa pentungan besar. la menatap mereka penuh
ketakutan dan kecurigaan; tapi ketika melihat Gandalf berdiri di sana,
didampingi para hobbit, meski dandanan mereka agak aneh, baru wajahnya agak cerah dan Ia
menyambut mereka dengan ramah. .
"Mari masuk!" katanya, sambil membuka kunci gerbang. "Kita tak akan
bertukar berita di luar, dalam hawa dingin dan basah, di malam jahanam ini. Tapi
Barley tua pasti akan menyambutmu di Kuda Menari, dan di sana kau akan
mendengar semua berita yang perlu didengar."
"Di sana kau juga akan mendengar semua yang akan kami ceritakan, dan
lebih dari itu," tawa Gandalf. "Bagaimana kabar Harry?" Penjaga Gerbang
mengerutkan dahi. "Sudah pergi," katanya. "Tapi sebaiknya kautanyakan pada
Barliman. Selamat malam!"
"Selamat malam juga!" kata mereka, lalu masuk; kemudian mereka melihat
bahwa di balik pagar tepi jalan sudah dibangun sebuah pondok panjang dan
rendah; beberapa orang keluar dari sana dan memandang mereka dari atas pagar.
Ketika sampai di rumah Bill Ferny, mereka melihat pagarnya sudah koyak-koyak
tidak terpelihara, dan semua jendela ditutup papan-papan.
"Apa dia mati kena lemparan apelmu, Sam?" kata Pippin. "Aku tidak terlalu
berharap, Mr. Pippin," kata Sam. "Tapi aku ingin tahu apa yang terjadi dengan
kuda poni malang itu. Aku sering memikirkannya, apalagi kalau ingat serigala yang
melolong ketika itu."
Akhirnya mereka tiba di Kuda Menari; dari luar, setidaknya tempat itu tidak
kelihatan berubah; lampu-lampu menyala di balik tirai merah di jendela-jendela
bawah. Mereka membunyikan bel, lalu Nob datang ke pintu, membukanya sedikit,
dan mengintip keluar; ketika melihat mereka berdiri di bawah lampu, Ia berteriak
kaget. "Mr. Butterbur! Master!" teriaknya. "Mereka datang lagi!" "Oh, begitu" Akan
kuhajar mereka," terdengar suara Butterbur, dan ia lari keluar dengan membawa
pentungan. Tapi ketika melihat mereka, Ia berhenti mendadak, pandangan marah
di wajahnya berubah menjadi pandangan terperanjat penuh kegembiraan.
Kembalinya Sang Raja Halaman | 297 "Nob, kau tolol lembek!" teriaknya. "Apa kau tidak bisa menyebut nama temanteman
lama" Jangan bikin aku takut seperti itu, apalagi di masa seperti ini. Nah,
nah! Dari mana kalian datang" Aku tak menduga akan melihat kalian lagi, apalagi
mengingat kalian pergi ke Belantara bersama si Strider itu, dan sementara itu
banyak Orang Hitam berkeliaran. Tapi aku senang sekali melihat kalian, apalagi
Gandalf. Masuk! Masuk! Kamar yang sama seperti dulu" Kamarkamar itu kosong.
Kebanyakan kamar di sini kosong akhir-akhir ini, itu tidak akan kurahasiakan
terhadap kalian, kalian akan segera tahu itu. Akan kucoba membuatkan makan
malam untuk kalian, sesegera mungkin; tapi aku kekurangan pelayan sekarang ini.
Hai, Nob, kau kaki lamban! Beritahu Bob! Ah, aku lupa, Bob sudah pergi: sekarang
dia selalu pulang ke rumah orangtuanya kalau malam. Nah, bawalah kuda-kuda
para tamu ke kandang, Nob! Dan kau pasti akan menuntun sendiri kudamu ke
kandang, Gandalf. Kuda bagus, menurutku. Nah, masuklah! Anggaplah ini rumah
kalian sendiri!" Mr. Butterbur rupanya belum mengubah cara bicaranya, dan sikapnya masih
seperti dulu, seolah-olah hidupnya penuh kesibukan. Padahal sebenarnya hampir
tak ada orang di situ, dan keadaannya sepi sekali; dari Ruang Umum terdengar
gumam suara dua-tiga orang. Dan ketika wajahnya diamati lebih teliti di bawah
sinar lilin yang dinyalakan dan dibawanya untuk mereka, wajah pemilik penginapan
itu tampak agak keriput dan letih karena banyak pikiran. la membawa mereka
melewati selasar, ke ruang duduk yang pernah mereka gunakan di malam aneh
lebih dari setahun lalu; mereka mengikutinya, agak gelisah, karena jelas
terlihat bahwa Barliman tua berpura-pura tabah menghadapi suatu kesulitan. Keadaan
tidak sama Seperti dulu. Tapi mereka tidak mengatakan apa pun, dan menunggu. Seperti sudah
diduga, Mr. Butterbur datang ke ruang duduk setelah makan malam, untuk
memeriksa apakah semuanya sudah sesuai dengan keinginan mereka. Dan
memang semuanya sudah memuaskan: setidaknya belum ada perubahan pada bir
atau makanan di Kuda Kahan pergi ke Ruang Umum malam ini," kata Butterbur.
"Pasti kalian sudah lelah, lagi pula toh tidak banyak orang di sini malam ini.
Tapi kalau kalian punya waktu setengah jam sebelum tidur, aku sangat ingin
bicara dengan kalian, antara kita saja."
"Setuju," kata Gandalf. "Kami tidak lelah. Selama ini kami berjalan santai.
Kami tadi basah, kedinginan, dan lapar, tapi sekarang tidak lagi, berkat
pelayananmu. Ayo, duduklah! Lebih bagus lagi kalau kau punya sedikit rumput
pipa." "Wah, andai kau meminta yang lain, aku akan lebih senang," kata
Butterbur. Halaman | 298 The Lord of The Rings
Kembalinya Sang Raja The Return Of The King The Lord Of The Rings Buku Tiga Karya J.r Tolkien di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kami justru kekurangan rumput pipa. Persediaan kami hanya dari hasil tanam
sendiri, dan itu tidak cukup. Akhir-akhir ini rumput itu tak bisa diperoleh di
Shire. Tapi akan kuusahakan mengambil sedikit." Ketika kembali, Ia membawakan
mereka rumput pipa cukup untuk persediaan sehari dua hari, seberkas daun yang
belum dipotong. "Jenis Southlinch," katanya, "dan ini yang terbaik yang kami punyai; tapi masih
kalah dengan yang dari wilayah Selatan, seperti selalu kubilang, meski aku
selalu menjagoi Bree dalam segala hal, maaf." Mereka menyuruh Butterbur duduk di kursi
lebar dekat perapian, Gandalf duduk di sisi lain perapian, dan para hobbit di
kursikursi rendah di antara mereka; lalu mereka bercakap-cakap selama setengah
jam, dan bertukar berita sebanyak yang ingin diungkapkan atau didengar Mr. Butterbur.
Kebanyakan cerita mereka membuat si tuan rumah kagum dan bingung,
sebab apa yang Ia dengar jauh melampaui akalnya; cerita-cerita mereka membuat
Ia berkomentar, "Masa?" "Begitu" yang sering diulang-ulang, seakan-akan Ia tak
percaya pada pendengarannya sendiri. "Masa begitu, Mr. Baggins, atau
seharusnya Mr. Underhill" Aku jadi bingung. Masa begitu, Master Gandalf! Wah,
wah, wall! Siapa kira bisa begitu di masa sekarang ini"
Tapi Ia sendiri punya banyak cerita. Keadaan sangat buruk, katanya bisnisnya
merosot sekali, bahkan sangat buruk.
"Tidak ada lagi orang luar datang ke Bree," katanya. "Penduduk di sini
kebanyakan tinggal di rumah dan memalang pintu mereka. Itu semua gara-gara
pendatang-pendatang baru dan bajingan-bajingan yang mulai berdatangan dari
Jalan Hijau tahun lalu, mungkin kau masih ingat; dan lebih banyak lagi yang
datang kemudian. Beberapa hanya orang-orang malang yang melarikan diri dari kesulitan;
tapi kebanyakan orang-orang jahat yang senang mencuri dan membuat onar. Dan
di Bree ini banyak kejadian buruk, benar-benar buruk. Bahkan ada perkelahian,
dan beberapa orang sampai terbunuh, terbunuh! Semoga kau percaya ceritaku."
"Aku percaya," kata Gandalf. "Berapa banyak?"
"Tiga dan dua," kata Butterbur, maksudnya orang-orang besar dan orangorang
kecil. "Ada Mat Heathertoes malang, dan Rowlie AppledOrc, dan Tom
Pickthorn kecil dari seberang Bukit; lalu Willie Banks dari atas sana, dan salah
satu dari keluarga Underhill dari Stadle; semuanya orang-orang baik, dan kami sangat
kehilangan mereka. Lalu Harry Goatleaf yang biasa menjaga gerbang Barat, dan
Bill Ferny, mereka berpihak pada orang-orang asing itu, dan sudah pergi bersama
mereka; aku yakin merekalah yang membiarkan orang-orang asing itu masuk.
Kembalinya Sang Raja Halaman | 299 Maksudku, di malam perkelahian itu. Dan itu terjadi setelah kita mengusir
mereka: sebelum akhir tahun; perkelahiannya terjadi awal Tahun Baru, setelah salju deras
yang turun di sini." "Sekarang mereka sudah jadi perampok dan tinggal di luar,
bersembunyi di hutan-hutan seberang Archet, dan di belantara utara.
Menurutku, ini agak seperti masa lampau yang penuh kejahatan, seperti
dikisahkan dalam ceritacerita. Sudah tidak aman lagi di jalan, tidak ada yang
berani pergi jauh jauh, dan orang-orang lebih awal mengunci pintu. Kami harus
menempatkan penjaga di sekitar -pagar dan banyak sekali orang di gerbang setiap
malam." "Tapi tidak ada yang mengganggu kami," kata Pippin, "dan kami berjalan
lambat, tanpa berjaga-jaga. Kami kira semua kesulitan sudah berlalu."
"Ah, ternyata belum, Master, dan ini lebih menyedihkan," kata Butterbur. "Tapi
tidak heran mereka tidak mengganggu kalian. Mereka tidak berani,menyerang
orang-orang bersenjata, yang membawa pedang, memakai helm dan perisai, dan
sebagainya. Mereka akan berpikir dua kali sebelum melakukan itu. Aku sendiri
agak tercengang melihat kalian tadi."
Tiba-tiba para hobbit menyadari bahwa orang-orang memandang mereka
penuh keheranan bukan karena tercengang melihat mereka kembali, tapi mungkin
karena kagum melihat pakaian dan perlengkapan mereka. Mereka sendiri sudah
begitu terbiasa dengan peperangan dan menunggang kuda dalam barisan teratur,
sampai lupa bahwa pakaian logam mengilap yang mengintip dari balik jubah
mereka, helm Gondor dan Mark, serta hiasanhiasan indah pada perisai mereka,
tampak sangat asing di negeri mereka sendiri. Gandalf pun sekarang menunggang
kudanya yang tinggi kelabu, berpakaian serba putih dengan jubah perak dan biru
di atas semuanya, serta pedang panjang Glamdring di sisinya. Gandalf tertawa.
"Wah, wah," katanya, "kalau mereka sudah takut pada kami yang hanya
berlima, maka kami sudah pernah bertemu mereka tidak akan mengganggu
selama kami berada di sini."
"Berapa lamakah itu?" kata Butterbur. "Kuakui kami akan senang bila kalian
tetap di sini untuk sementara. Soalnya kami tidak terbiasa dengan kesulitan
macam ini; dan semua Penjaga Hutan sudah pergi kata orang-orang. Baru sekarang kami
memahami apa yang sudah mereka lakukan bagi kami selama ini. Bukan cuma
perampok yang berkeliaran. Serigala-serigala melolong di sekitar pagar, pada
musim dingin yang lalu. Juga ada sosok-sosok gelap di hutan, makhluk-makhluk
Halaman | 300 The Lord of The Rings mengerikan yang membuat kami merinding kalau memikirkannya. Sangat
meresahkan, kalau kau paham maksudku."
"Sudah kuduga," kata Gandalf. "Hampir semua negeri terganggu akhir-akhir
ini, sangat terganggu. Tapi gembiralah, Barliman! Kau sudah menginjak tepi
kesulitan besar, dan aku gembira mendengar kau tidak terlibat terlalu jauh. Masa
yang lebih baik akan segera datang. Mungkin bahkan lebih baik daripada yang bisa
kauingat. Para Penjaga Hutan sudah kembali. Kami kembali bersama mereka. Dan
sudah ada raja lagi, Barliman. Tak lama lagi dia akan memikirkan wilayah ini."
"Maka Jalan Hijau akan dibuka lagi, utusan-utusannya akan datang ke utara,
dan akan ada lalu lintas ramai, sehingga hal-hal buruk dan jahat akan didesak
keluar dari daratan-daratan kosong. Bahkan daratan kosong tidak akan kosong
lagi, akan ada manusia dan ladang-ladang di tempat yang dulunya belantara." Mr.
Butterbur menggelengkan kepala.
"Kalau ada beberapa orang sopan dan terhormat di jalan, itu tidak
mengganggu," katanya. "Tapi kami tidak menginginkan lebih banyak pengacau dan
bajingan. Kami tak ingin ada orang asing di Bree, juga tidak di dekat Bree. Kami
tak ingin diganggu. Aku tak ingin ada rombongan-rombongan orang asing berkemah di
sini, lalu tetap bermukim di sini, dan mengoyakngoyak belantara."
"Kau tidak akan diganggu, Barliman," kata Gandalf. "Cukup banyak ruang
bagi wilayah-wilayah antara Isen dan Greyflood, atau sepanjang daratan pantai di
selatan Brandywine, tanpa ada yang bermukim dalam jarak beberapa hari
perjalanan dari Bree. Banyak orang yang dulu tinggal di utara sana, sekitar
seratus mil atau lebih dari sini, di ujung terjauh Jalan Hijau: di North Downs atau
dekat Telaga Evendim." "Di dekat Tanggul Orang Mail?" kata Butterbur, kelihatan semakin bimbang.
"Itu kan negeri penuh hantu, menurut kata orang-orang. Tidak ada yang mau
datang ke sana, kecuali perampok."
"Para Penjaga Hutan pergi ke sana," kata Gandalf. "Tanggul Orang Mati,
katamu. Memang sudah bertahun-tahun disebut begitu; tapi nama sebenarnya,
Barliman, adalah Fornost Erain, Norbury para Raja. Dan Raja akan segera ke sana
suatu hari nanti; lalu akan banyak orang terhormat berdatangan."
"Wah, kedengarannya bagus sekali," kata Butterbur.
pengaruhnya untuk bisnis. Selama dia tidak mengganggu Bree."
Kembalinya Sang Raja "Pasti bagus Halaman | 301 "Dia tidak akan mengganggu Bree," kata Gandalf. "Dia kenal dan
mencintainya." "Masa?" kata Butterbur, kelihatan bingung. "Tapi aku yakin itu tidak mungkin.
Dia kan duduk di takhtanya, di kastilnya yang besar, ratusan mil jauhnya dari
sini. Dan aku tidak akan heran kalau dia minum anggur dari cangkir emas. Apa artinya
Kuda Menari baginya, atau mug-mug penuh bir" Bukannya birku kurang bagus,
Gandalf. Sejak kau datang musim gugur tahun lalu dan memberkatinya, bir di sini
sangat lezat. Itu cukup menghibur di tengah kesulitan, boleh kukatakan begitu."
"Ah!" kata Sam. "Tapi Raja bilang birmu selalu enak."
"Dia bilang begitu?" "Tentu saja. Sebab raja itu adalah Strider. Pemimpin para
Penjaga Hutan. Apa kau belum mengerti juga?" Akhirnya Butterbur mengerti, dan
Ia benar-benar tercengang. Matanya melotot bundar di wajahnya yang lebar,
mulutnya ternganga, dan ia menarik napas kaget.
"Strider!" serunya, setelah keterkejutannya reda. "Dia ... memakai mahkota
dan sebagainya, dan cangkir emas! Nah, apa lagi yang akan terjadi?"
"Masa mendatang yang lebih bagus, setidaknya bagi Bree," kata Gandalf.
"Aku sangat mengharapkan itu terjadi," kata Butterbur. "Ya, ini percakapan
paling menyenangkan selama satu bulan penuh hari Senin. Malam ini aku akan
tidur lebih nyaman, dengan hati lebih ringan. Kalian telah memberikan banyak
bahan untuk kupikirkan, tapi akan kutunda sampai besok. Aku ingin tidur
sekarang, dan aku yakin kalian juga sudah ingin tidur. Hai, Nob!" teriaknya, sambil menuju
pintu. "Nob, kau kaki lamban!" "Nob!" kata Butterbur pada dirinya sendiri,
sambil memukul dahinYa. "Nah, aku jadi ingat apa, ya?"
"Kuharap bukan surat lain lagi yang kaulupakan, Mr. Butterbur?" kata Merry.
"Wah, Mr. Brandybuck, jangan ingatkan aku tentang itu lagi! Wah, aku jadi lupa
sekarang. Jadi, di mana aku tadi" Nob, kandang, ah! Itu dia. Ada sesuatu di sini
yang sebenarnya milikmu. Kalau kau ingat Bill Ferny dan pencurian kuda: kuda
poninya yang kau beli dulu, dia ada di sini. Kembali sendirian, ya, dia kembali
sendirian. Tapi ke mana dia pergi waktu itu, pasti kalian lebih tahu daripada
aku. Sudah kusut seperti anjing tua dan kurus bagai tali jemuran, tapi hidup. Nob
Misteri Tukang Sihir 1 Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung Pendekar Guntur 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama