Sekedear Berbagi Ilmu & Buku Attention!!! Please respect the author's copyright
and purchase a legal copy of this book
AnesUlarNaga Find more book at http://berbagiebooks.blogspot.com/
Pada pertengahan abad 20, sekitar setengah abad yang lalu, terdapat dua
penemuan arkeologi yang menggemparkan bagi dunia Kristen. Pertama, penemuan teks
Injil Thomas di Nag Hamadi-Mesir pada tahun 1945. Dua tahun setelahnya, 1947,
terjadi penemuan kedua berupa gulungan manuskrip di Qumran dekat Laut Mati, yang
kemudian dikenal dengan Gulungan Laut Mati (The Dead Sea ScroIIs).
Bagi sebagian orang, dua peristiwa besar ini juga penemuan-penemuan arkeologis
Iain yang berkaitan-, terkadang disikapi sebagai peristiwa biasa yang menghiasi
majalah dan koran-koran di Barat -di Indonesia informasi tentang haI ini amatlah jarang
ditemukan. Namun jika kita mengikuti perintah Allah dalam al-Qur'an agar kita
selalu melihat dan merenungkan kejadian di dunia ini, maka dua penemuan itu menjadi hal yang sangat
luar biasa, apalagi bagi para pengkaji agama, khususnya bagi mereka yang getol
menyuarakan paham pluralisme agama. Sebab dua penemuan tersebut tidaklah
berhenti sebatas penemuan arkeologi, namun berlanjut pada kajian-kajian yang berpengaruh
terhadap mainstream kehidupan beragama bagi pemeluk agama tertentu (Kristiani)
yang pada gilirannya mempengaruhi hubungan antar agama, khususnya pada kedekatan
pemahaman teologis. Naskah Laut Mati Diterjemahkan dari Judul Asli
Makhtutat al Bahri al Mayit
Karya : Ahmad Osman Copyright Maktabatu as Syuruq, Cairo, 1996
Alih Bahasa: Salim Rusydi Cahyono, Lc.
Amanullah Halim Penyunting: Zainul Muttaqin Setting/Layout : Lutfi Fuadi
Design Cover : Yunus Dian Wibisono
Diterbitkan oleh BIMA RODHETA Indonesia Cetakan I : September 2004
Copyright ? 2004 BIMA RODHETA
Kata Pengantar Oleh: Hj. Irena Handono Pada pertengahan abad 20, sekitar setengah abad yang lalu, terdapat dua
penemuan arkeologi yang menggemparkan bagi dunia Kristen. Pertama, penemuan teks
Injil Thomas di Nag Hamadi-Mesir pada tahun 1945. Dua tahun setelahnya, 1957,
terjadi penemuan kedua berupa gulungan manuskrip di Qumran dekat Laut Mati, yang
kemudian dikenal dengan Gulungan Laut Mati (the Dead Sea Scrolls).1
Bagi sebagian orang, dua peristiwa besar ini -juga penemuan-penemuan arkeologis
lain yang berkaitan-, terkadang disikapi sebagai peristiwa biasa yang menghiasi
majalah dan koran-koran di Barat -di Indonesia informasi tentang hal ini amatlah jarang
ditemukan. Namun jika kita mengikuti perintah Allah dalam al-Qur'an agar kita
selalu melihat dan merenungkan kejadian di dunia ini, maka dua penemuan itu menjadi hal yang sangat
luar biasa, apalagi bagi para pengkaji agama, khususnya bagi mereka yang getol
menyuarakan paham pluralisme agama. Sebab dua penemuan tersebut tidaklah
berhenti sebatas penemuan arkeologi, namun berlanjut pada kajian-kajian yang berpengaruh
terhadap mainstream kehidupan beragama bagi pemeluk agama tertentu (Kristiani)
yang pada gilirannya mempengaruhi hubungan antar agama, khususnya pada kedekatan
pemahaman teologis. Nag Hamadi dan Qumran. Desember 1945, Seorang Mesir bernama Muhammad Ali pergi ke sebuah karang di
tepian sungai Nile, di pedalaman Mesir dekat wilayah Nag Hamadi. Menemukan
Gentong (bejana dari tanah liat) yang nyata terlihat sangat kuno dan asli. Dalam gentong
tersebut terdapat 13 lembar kulit, berisi 50 risalah. Pada bagian akhir dari risalah
kedua di codex II koleksi risalah, terdapat'sebuah judul tek yang telah hilang selama ribuan
tahun: Peuaqqelion Pkata Thomas, Injil menurut Thomas, atau Injil Thomas. Manuskrip
Koptik berisikan Injil Thomas berasal dari tahun 350 masehi, sementara fragmen Yunani
berasal dari tahun 200 M. Injil Thomas ini diperkirakan dari tahun 100 M, edisi paling
awal diperkirakan dari tahun 50-60 M.2 Perlu diketahui bahwa Injil Thomas tidak
berbentuk cerita naratif seperti 4 Injil lainnya, namun berisi perkataan-perkataan Yesus,
kalau dibaca oleh seorang Muslim tampak seperti penulisan Hadits -tapi tanpa sanad-. Melihat
tingkat keaslian dari Injil Thomas -walaupun dianqgap gnostik-, serta cara penyajiannya,
para sarjana Bible mulai mengkaji dengan cara membandingkan isinya dengan 4 Injil
sinoptik yang diakui oleh Gereja (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes). Semangat yang
mereka bawa adalah, menjawab pertanyaan umum: "Apa sebenarnya yang disabdakan oleh
Yesus?" Dari kajian 75 sarjana Bible terkemuka yang bersidang selama 6 tahun,
keluarlah hasil kajian mereka yang dikenal melalui laporan berjudul "The Five Gospel" pada
tahun 1993. Pertanyaan itu akhirnya terjawab dalam sebuah kesimpulan dalam laporan
mereka bahwa, dari Injil-Injil yang ada, hanya terdapat 18% saja yang diperkirakan asli
perkataan Yesus, sementara sisanya....". Hasil kajian ini tentu saja membuat geger dunia
Kristen. Lain dari pada itu, satu hal yang patut dicatat bahwa, dari 114 sabda Yesus
dalam Injil Thomas, tidak satupun ada pernyataan ataupun isyarat terhadap doktrin
"penyaliban" atau
penebusan dosa melalui kematian Yesus di tiang kayu salib.
Penemuan kedua tahun, 1947 di Qumran, oleh seorang anak (penggembala
kambing) bernama Muhammad Ad-Dib. Gulungan manuskrip yang ditemukan berisi
tulisan kitab Perjanjian Lama, oleh sebuah komunitas yang diidentifikasi sebagai
salah satu sekte Yahudi, yaitu sekte Esenes. Tulisan-tulisan mereka memberikan
gambaran tentang masa-masa awal sejarah Kristen, keterkaitan gerakan Nazaren (pengikut
Yesus dari Nazaret) dengan sekte Esenes, dalam komunitas ini terdapat seorang Nabi
yang sezaman dengan Yesus yaitu Yahya As, atau Yohanes Pembabtis-menurut tradisi
Kristen. Penemuan arkeologi ini akhirnya mendorong sekian banyak pemerhati
Kristologi untuk mengkaji naskah-naskah tersebut. Beragam kajian dari masing-masing peneliti
mulai bermunculan, baik para peneliti Barat maupun Timur. Buku yang ada dihadapan
pembaca ini adalah salah satu hasil penelitian oleh pemerhati dari Mesir. Salah satu
kesimpulannya bahwa sekte Esenes berkaitan erat dengan masa awal sejarah Kristen. Ia bahkan
memprediksi bahwa "Guru bijak" yang diceritakan berseberangan dengan "Pendeta
jahat" dalam Naskah Gulungan Laut Mati, adalah Yesus-itu sendiri. Hal ini ia perkuat
dengan kajian terhadap nama Isaiyah yang tertulis sebagai nama kelompok tersebut,
sebenarnya adalah Esenes. Kajian-kajian tentang the Dead Sea Scrolls amatlah banyak, diantaranya yang
membuat geger dunia Kristen adalah laporan Barbara Theiring, dalam bukunya
"Jesus the Man". Dari penelitiannya selama 20 tahun terhadap naskah Laut Mati, Barbara
Theiring mampu menyuguhkan sosok Yesus sebagai seorang manusia, yang menikah
(bahkan berpoligami), juga meninggal secara wajar dan bukan ditiang salib.
Secara umum, kajian terhadap Naskah Laut Mati, lebih menempatkan Yesus sebagai sosok
manusia yang pernah ada dalam sejarah, dan bukan sosok imajiner yang kemudian di
mitoskan dan disembah. Setidaknya, inilah inti terpenting dari hasil kajian
Naskah Laut Mati. Membaca kejadian alam Dari dua penemuan besar seperti yang kami paparkan secara singkat di atas,
mungkin kita bertanya-tanya, apa sebenarnya yang sedang berlangsung disekeliling
kita" Dan pertanyaan ini berkaitan erat dengan pertanyaan: Kenapa setelah 2000 tahun,
naskah-naskah itu baru ditemukan" Apakah penemuan itu berkaitan dengan dengan
janji Allah dalam al-Qur'an, seperti terjemah dari dua ayat di bawah ini:
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap
ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an
itu arlalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu" (QS Fushilat 53)
Al Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang se.sungguhnya telah berlalu
sebelumnya beherapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-keduanya
biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli
Kitab) tanda-tanrla kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling
(dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (QS .Al-Maidah 75).
Bagi umat Kristiani yang mungkin tidak meyakini kebenaran al-Qur'an, terdapat
dalam Injil Thomas satu pernyataan Yesus sebagai berikut:
Jesus said, "Know what is in front of your face, and what is hidden from you
will be disclosed to you. For there is nothing hidden that will not be revealed. Jesus mengatakan,
"Ketahuilah, apa yang ada dihadapanmu, dan apa yang tersembunyi darimu akan dibuka untukmu.
Sebab tidak ada sesuatu yang tersemhunyi kecuali akan dijelaskan. Thome 5:23
Makna dari pernyataan Yesus/Isa As, di atas juga sejalan dengan yang ada pada
Injil Lukas 12:2, Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yanq tidak akan dibuka dan
tidak ada sesuatu pun yanq tersembunyi yanq tidak akan diketahui. Juga pada Markus
4:22. Tanpa berani memastikan bahwa penemuan tersebut merupakan bukti dari janji
Allah, namun sebagai seorang Muslim yang diajari al-Qur'an untuk mengkaji segala
yang terjadi, kita patut meneliti dan mencari hikmah apa dibalik penemuan dari bendabenda yang sudah terkubur selama ? 2000 tahun.
Jika kita melihat perkembang sain dan tekhnologi masa kini, di mana rasionalitas
ditempatkan di urutan pertama oleh dunia barat yang telah lelah dengan keimanan
kepada dogma Gereja. Maka penelitian arkeologis dapat sepenuhnya dilakukan tanpa
direcoki oleh Gereja, seperti yang pernah dilakukan terhadap Galeleo pada masa dulu.
Apalagi bahwa penelitian arkeologi pada masa kini dilengkapi dengan ilmuilmu lain yang
berbasis teknologi tinggi, seperti analisa DNA, carbon dating (untuk mengetahui masa per
menit dari sampel yang dikaji), Satelit (untuk melihat outline dari daerah lokasi
penemuan), serta tes kimia.4 Adalah hikmah dari yang Maha Mengetahui, jika penemuan itu terjadi pada masa
sekarang, masa dimana manusia telah siap menerima penyingkapan tabir baik secara
mental (obyektifitas berdasarkan sain dan bukan kepentingan kelompok agama)
serta kemampuan manusia dalam memahami penyingkapan tersebut berdasarkan ilmu dan
pengetahuan yang mereka miliki. Sebab, -mungkin- jika ditemukan pada masa-masa
dulu, "kepentingan" dan "ketidakmampuan"-lah yang berbicara, maka manuskrip-manuskrip
itu hanya tersimpan dan mungkin tidak akan diketahui oleh umum, atau hilang lagi
entah kemana. Hal yang sama telah terjadi pada Injil Barnabas yang oleh kalangan
Gereja dianggap sebagai hasil bikinan seorang Muslim di [tali, sehingga kita tidak tahu
apakah Injil Barnabas tersebut asli atau bukan, ia menjadi kurang bermakna -bisa
disebut hilangkarena kehilangan otentisitasnya.5 Namun demikian, proses
pengkajian Gulungan Laut Mati oleh para peneliti dari satu institusi agama dan pemerintah tertentu, telah
menodai semangat keilmiahan sebagaimana yang diharapkan oleh para pemerhati, seperti
yang diungkap dalam buku ini. Namun yang sedikit itupun telah mampu membawa
perubahan. Hikmah bagi kaum Muslim Dalam pergaulan antar agama, terkait isu pluralisme agama yang dihembuskan
oleh Barat dan diimani oleh dunia Islam, umat muslim hendaklah mampu melihat
dirinya berdasarkan hal-hal yang terjadi, serta kecenderungan pada agama-agama lain yang
sedang berkembang dewasa ini. Berkaitan dengan dunia Kristen, penemuan dua buah
naskah sebagaimana yang kita bahas di atas, telah membawa dunia Kristen pada
pengakuan akan adanya satu sesembahan saja. Artinya, penemuan yanq memperkuat
kedudukan Yesus sebagai seorang manusia biasa -seperti nabi dan rasul-rasul yang
lainnya-, akan mengeluarkan Yesus dari jajaran Trinitas yang diajarkan sebagai
dogma oleh Gereja. Entah apa lagi yang akan terjadi sehingga Roh Kudus pun akan
ditempatkan pada posisi yang sebenarnya, sebagai Malaikat. Kalaupun hal ini belum
bersifatfinal,
Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
namun kajian kristologi sedang mengarah ke titik ini. Tanpa campur tangan kaum
muslim pun, kedewasaan rasional manusia akan membawa kepada keyakinan terhadap adanya
satu Tuhan saja yang patut disembah dan tidak terbagi-bagi dalam beberapa
pribadi, seperti yang diserukan oleh otoritas Kristen. Saya katakan "otoritas", sebab
kenyafaanya tidak semua umat kristiani memahami doktrin trinitas, para pendetanya pun
kebanyakan menerimanya sebagai dogma dengan mengorbankan segala rasio yang dimilikinya.
Kini dengan isu pluralisme beragama umat muslim dengan riang menyatakan
bahwa teologi gereja yang tidak mampu ditembus rasio, dinyatakan benar dan sama
monoteisnya dengan keyakinan umat Muslim. Ada baiknya, mereka yang menyamakan
teologi Islam dan Kristen mengkaji lagi makna monoteisme menaruttradisi dan kaca
mata gereja, bukan dengan kacamata kita sendiri, maka kita akan tahu perbedaanya, apa
makna monoteisme menurut Kristen dan apa maknanya menurut umat Islam.
Kecenderungan di dalam komunitas Barat kepada keyakinan akan adanya satu
Tuhan saja, sebagai satu-satunya sesembahan, sebenarnya sejalan denqan seruan
alQur'an dalam kerangka pergaulan antar agama, yaitu:
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka
kutakanlah kepada mereka: "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah) ". (Ali Imran 64).
Maka, menurut hemat kami, umat muslim tidak perlu menyamakan teologinya
dengan yang lain, cukup menyeru kepada mereka, satu seruan yang bersifat
universal dan sesuai fitrah manusia sebagai makhluq, untuk kembali kepada satusatunya
Pencipta manusia dan alam sekitarnya. Sedang soal ritual dan masalah fikh, maka yang
berlaku adalah "lakum diinukum waliyadiin", bagimu agamamu dan bagiku agamaku .
Kudus, 26 Sept 2004. H j. Irena Handono. Catatan : 1. 1. Newsweek, edisi 30 Agustus 2004, hal. 44.
2. The Five Gospels, The search for the Authentiv Words of Jesus. Robert W.
Funk, Roy W Hoover, and The
Jesus Seminar, Harper San Francisco, 1993, 474.
3. The Five Gospels, The search for the Authentiv Words of Jesus. Robert W.
Funk. Roy W. Hoover, and The
Jesus Seminar. HarperSanFrancisco. 1993, hal. 475. Newsweek, edisi 30 Agustus
2004, hal. 44. 4. 4. Newsweek, edisi 30 Agustus 2004, hal. 44.
5. 5. Tentang injil Barnabas ini, terdapat satu kajian berdasarkan penemuan
Naskah Laut Mati yang kini
dikerjakan penerjemahannya oleh Irena Center.
Misteri di Balik Raibnya Naskah Qumran
Penemuan tulisan-tulisan tangan berbahasa Ibrani dan Aramaik kuno di propinsi
Qumran, paska Perang Dunia II telah memicu antusiasme para Ahli Sejarah Kitab
Suci untuk mendapatkan informasi tentang naskah-naskah tersebut yang diharapkan dapat
memberikan jawaban atas misteri dari periode penting dalam sejarah umat manusia.
Hal itu tentu saja sangat beralasan mengingat bahwa naskah berbahasa Ibrani paling
kuno yang ada saat ini dari Kitab-kitab Perjanjian Lama berasal dari abad ke-10 M.
Selain bahwa naskah-naskah tersebut menyimpan perbedaan-perbedaan cukup besar jika
dihadapkan dengan naskah-naskah septuagintal Yunani yang berhasil diterjemahkan
di Aleksandria pada abad ke-13 SM. Manakah di antara kedua naskah yang paling sahih
dalam hal terjadinya perbedaan" Manakah di antara keduanya yang paling dapat
diandalkan" Tidak hanya terbatas pada Jemaat-Jemaat Yitzrael, bahkan GerejaGereja Kristen Yunani, mengakui Perjanjian Lama sebagai bagian dari Kitab Suci mereka.
Sementara umat Kristen hingga abad ke-10 M, mengandalkan naskah Septuaginta
(naskah Yunani, pent) dan setelah itu mereka beralih - kecuali Gereja Yunani
Timur- ke naskah Ibrani pada awal abad yang sama.
Sebagaimana sumber-sumber yang sampai kepada kita tentang al-Masih,
semuanya berasal dari tulisan-tulisan yang disusun pada setengah abad semenjak
waktu yang ditentukan sebagai saat wafatnya Yesus. Dan tidak terdapat satu naskahpun
meskipun sedikit - dari sumber-sumber sejarah masa kini yang menyebutkan secara
pasti periode yang dikatakan bahwa Yesus pernah hidup di masa itu. Bahkan sebaliknya,
Kitabkitab Perjanjian Baru sendiri - sebagai rujukan satu-satunya tetang
kehidupan Yesusmemberikan kepada kita inforamsi yang kontradiktif berkenaan
dengan kehidupan dan kematian Yesus. Injil Matius menyebutkan bahwa Yesus dilahirkan pada masa
pemerintahan Kaisar Herodus, yang mangkat pada tahun ke-4 SM. Sedangkan Injil
Lukas menetapkan kelahiran al-Masih pada masa sensus penduduk oleh Romawi, yakni tahun
ke-enam kelahiran al-Masih. Perbedaan juga muncul berkenaan dengan masa
berakhirya kehidupan al-Masih di bumi. Berdasarkan keterangan-keterangan yang didapat dari
kitabkitab Injil, ada yang menetapkan pada tahun ke30, tahun ke-33 dan ada pula
yang menetapkannya pada tahun ke-36.
Sementara keyakinan terdahulu menegaskan bahwa para penulis Injil itu adalah
para murid dan sahabat yang hidup semasa al-Masih, dan mereka menjadi saksi
hidup atas maklumat yang mereka tulis. Akan tetapi, saat sekarang ini menjadi jelas
bahwa tidak seorangpun dari para penulis Injil itu yang pernah bertemu Yesus. Para penulis
itu tanpa terkecuali bersandar pada riwayat-riwayat yang mereka dengar dari orang lain
atau dari penafsiran-penafsiran mereka terhadap tulisan-tulisan kuno.
Berdasarkan pada kenyataan ini, maka penemuan tulisan-tulisan kuno yang
mendahului atau semasa dengan zaman kehidupan Yesus di kawasan yang hanya
berjarak beberapa kilometer dari kota Jerusalem, yang disebut-sebut sebagai kota
tempat meninggalnya al-Masih, telah membangkitkan kembali harapan untuk menemukan
sumber-sumber pengetahuan untuk menyingkap tabir misteri dan hakikat persoalan
dalam sejarah institusi agama Kristen dan keterkaitannya dengan jemaat-jemaat Yahudi
yang ada pada masa itu. Antusiasme menjadi bertambah besar semenjak dipublikasikannya
bagianbagian awal manuskrip pada tahun enam puluhan. Maka jelaslah bahwa
tulisantulisan tangan itu berkaitan erat dengan kelompok Judeo-Kristen yang
dikenal sebagai Kaum Esenes, yang memiliki seorang guru bijak dengan sifat dan karakter yang
tidak berbeda dengan al-Masih. Namun sayang bahwa antusiasme yang muncul di kalangan
para ilmuan sejarah kitab suci dan para pembaca awam justru menimbulkan rasa
cemas dan khawatir dari pihak otoritas agama dan institusi-institusi Yahudi maupun
Kristen. Alasan kecemasan itu tidak berhubungan dengan rasa takut bahwa informasi yang
berhasil diketemukan akan menguatkan keimanan orang-orang muslim, sebab
sejatinya bahwa tulisan-tulisan itu merupakan tulisan keagamaan kuno. Namun kecemasan itu
lebih mengarah pada kekhawatiran akan terjadinya penyelewengan dan perubahan yang
tidak saja berkenaan dengan hakikat sejarah, tetapi juga meyangkut penafsiran teksteks keagamaan berikut maknanya.
Berdasarkan alasan demikian ini, maka semenjak pemerintah Israel menduduki
kota Jerusalem Lama paska Perang Juni 1967, usaha-usaha penerbitan masuskrip
Laut Mati secara praktis terhenti. Sementara di sana masih tersisa lebih dari separoh
yang belum sempat diterbitkan. Bahkan lebih dari itu, pemerintah Israel berupaya
untuk membungkam suara-suara yang datang dari segala penjuru -yang paling lantang
justru dari para ilmuan Israel sendiri-. Untuk berkelit dari desakan terusmenerus itu,
pemerintah Israel merencanakan sebuah aksi simbolis. Pihak berwenang di Depertemen
Arkeologi Israel mengirimkan gambar-gambar potografi yang diklaim sebagai telah mewakili
seluruh naskah yang ada di musium Rockefeller di Jerusalem, kepada Universitas Oxford di
Inggris dan kepada sebuah universitas di Amerika Serikat. Selanjutnya pemerintah
Israel berpura-pura seolah-olah geram dan melancarkan aksi protes ketika universitas
yang dimaksud menerjemahkan dan mempublikasikan gambar-gambar photografi manuskrip
tersebut tanpa izin resmi dari pemerintah Israel.
Drama simbolis pemerintah Israel ini, agaknya dimaksudkan untuk memberi kesan
seolah-olah semua naskah manuskrip telah diterjemahkan dan dipublikasikan,
sehingga dengan demikian tidak akan ada lagi alasan pihak manapun untuk mendesak
pemerintah Israel agar memperlihatkan semua naskah kuno yang ada di tangannya. Bisa
dipastikan bahwa di sana masih ada sejumlah naskah yang potonganpotongannya masih belum
terpublikasikan, dan oleh pihak-pihak tertentu sengaja dirahasikan
keberadaannya, agar dengan demikian ia akan dilupakan kembali oleh sejarah. Akan tetapi, bagian yang
telah dipublikasikan sebelumnya, cukup untuk memberikan penjelasan kepada kita apa
sejatinya misteri yang oleh pihak tertentu sengaja ditutup-tutupi. Inilah yang
hendak kita coba untuk mengungkapnya pada bahasan-bahasan berikut.
Manuskrip Laut Mati yang dimaksud adalah sekumpulan tulisan tangan kuno yang
berhasil diketemukan antara tahun 1947 - 1956 di dalam guagua tersembunyi di
pegunungan yang terletak di sebelah barat Laut Mati, antara lain kawasan Qumran,
Muraba'at, Khirbat, Mrd, Ein Jeda dan Masada. Penemuan tersebut, khususnya yang
berasal dari wilayah Qumran atau Umran, wilayah Tepi Barat Jordan yang berjarak
hanya beberapa kilometer selatan kota Yerikho (Areeha), semenjak setengah abad yang
lalu, telah membawa dampak sangat dalam pada pola pikir peneliti-peneliti Yahudi dan
Kristen di seluruh dunia. Selanjutnya penemuan-penemuan spektakuler itu, secara pasti,
telah mengakibatkan terjadinya perubahan pada banyak struktur kepercayaan yang selama
ini diyakini di Palestina. Meski demikian, kita masih berada di awal langkah
sehingga belum bisa diharapkan untuk mendapatkan hasil-hasil yang sempurna, kecuali apabila
seluruh naskah yang ada berhasil dipublikasikan dan difahami maknanya oleh para
peneliti. Ketika Perang Dunia II hampir reda, tepatnya pada bulan Pebruari tahun 1947,
ditemukan gua pertama dekat Laut Mati. Ketika itu Palestina di bawah perwalian
Inggris dan Jerusalem masih dalam genggaman rakyat Palestina. Awalnya, Muhammad Ad-Dib,
seorang anak gembala kehilangan seekor domba miliknya. Ia berasal dari suku
Ta'amirah yang mendiami wilayah yang membentang dari Jerusalem hingga tepian Laut Mati.
Dalam usaha menemukan dombanya yang tersesat, anak gembala itu naik ke sebuah batu
cadas. Dari tempat itu ia melihat celah sempit dari sebuah tebing yang
berhadapan dengan lereng gunung. Dipungutnya sebuah batu, ia lemparkan batu itu ke dalam
gua dan sekonyongkonyong terdengar beturan batu yang dilemparkannya dengan benda-benda
yang tampaknya terbuat dari bahan tembikar. Gembala kecil itu kemudian menaiki
lereng gunung dan mengintip dari atas. Dalam suasana remang-remang, Muhammad
menyaksikan sejumlah perabot dari tembikar yang tersusun rapi di lantai gua.
Esok paginya, Muhammad kembali ke gua diikuti beberapa orang kawan. Dan benar, di
dalam gua itu mereka menemukan seperangkat perabot dari tembikar dan tujuh gulungan
tulisan tangan. Dalam waktu singkat, naskah manuskrip tulisan tangan itu telah dipamerkan untuk
dijual oleh pedagang barang antik di Jerusalem, bernama Kando. Ia membeli barang
itu dari seorang penduduk Ta'amirah. Athanasius Samuel, Kepala Biara Katolik Saint
Markus di Swiss yang pada saat itu sedang berada di Jerusalem membeli 4 buah manuskrip,
sedangkan 3 buah lainnya dibeli oleh Profesor Eliezer Sukenik dari University of
Hebrew di Jerusalem. Ketika Perang Arab - Israel berkecamuk, menyusul proklamasi berdirinya Negara
Israel pada tanggal 15 Mei 1948, Atanasius khawatir akan nasib naskah-naskah
kuno yang dibelinya. Ia berniat mengirimkan ke-empat naskah itu ke Amerika Serikat
untuk dijual di sana. Namun akhirnya naskah-naskah itu dibeli oleh Yigael Yadin -anak
Profesor Sukenikdengan harga seperempat juta US dollar atas nama Hebrew University di
Jerusalem. Dengan demikian, tujuh naskah temuan pertama itu berada dalam
kepemilikan Hebrew University di Israel.
Ketika dicapai kesepakatan damai Arab-Israel pada 7 Nopember 1949, kawasan
Qumran dan sepertiga bagian utara wilayah Laut Mati menjadi wilayah teritorial
Kerajaan Hashemit Jordania, sehingga dengan demikian pihak berwenang di Jordan dapat
dengan leluasa melancarkan rangkaian ekspedisi arkeologis guna melacak keberadaan
manuskrip kuno yang masih tersisa. Meskipun di pihak lain warga Ta'amirah merahasiakan
keberadaan guagua misterius itu, namun pada akhirnya pihak berwenang Jordan
berhasil menemukannya pada akhir bulan Januari 1949.
Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Menyusul penemuan lokasi gua-gua Qumran, pihak berwenang Jordan segera
melancarkan ekspedisi pencarian di dalam gua-gua tersebut. Di bawah pengawasan
G.L. Harding, seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris yang yang menjabat sebagai
Direktur Departemen Arkeologi Jordan bersama Pendeta Roland de Vaux direktur French
Dominican I'Ecole Biblique, di Jerusalem Timur, ekspedisi itu berhasil menemukan
ratusan potongan-potongan kecil di dalam gua berikut benda-benda kuno dari tembikar,
kain dan benda-benda dari kayu. Benda-benda antik tersebut tentu sangat membantu upaya
menentukan masa sejarah tulisan-tulisan tangan dari zaman kuno itu. Namun
sayangnya, ekspedisi kali ini tidak dilanjutkan hingga mencakup wilayah Khirbat - dataran
di bawah lokasi gua- kecuali pada bulan Nopember 1951, di mana diketemukan puing-puing
perkampungan kuno yang didiami oleh para pengikut sekte Esenes, di dalamnya juga
diketemukan bendabenda kuno romawi antara lain; kepingan uang logam, yang dari
masa pembuatannya mengindikasikan bahwa gua-gua tersebut dihuni oleh orang-orang
tertentu hingga berkobarnya gerakan pemberontakan Yahudi melawan penguasa Romawi antara
tahun 66 - 70 M, yang berakhir dengan pembumihangusan kota Jerusalem dan
diusirnya bangsa Yahudi dari kota tersebut dan wilayah-wilayah lain di sekitar Jerusalem.
Karena tamak untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan materi, penduduk
Ta'amirah menjelajahi hampir seluruh kawasan tepi Laut Mati guna menemukan
manuskrip-manuskrip lain yang diperkirakan masih tersembunyi di gua-gua wilayah
pegunungan. Pada bulan Nopember 1952, seorang warga Badui Ta'amirah berhasil
menemukan gua lain yang tersimpan di dalamnya sejumlah besar gulungan manuskrip
yang telah lapuk dan menjadi potonganpotongan kecil. Ia kemudian menjualnya
kepada pihak berwenang di Jordan. Cara pencarian yang dilakukan oleh penduduk Ta'amirah
itu kemudian ditiru oleh pemerintah Jordan untuk melakukan eksplorasi di guagua Laut
Mati dalam upaya menemukan naskahnaskah yang masih tersisia. Puncaknya, pada tahun
1965, ditemukan sekumpulan gua yang terdiri dari dua belas buah, juga di wilayah
Qumran. Gua-gua baru yang berhasil ditemukan itu selanjutnya diberi nomor sesuai
urutan penemuan. Warga Ta'amirah menemukan gua nomor 1, 4, dan 6, sedangkan
tujuh gua laiinnya ditemukan oleh pihak berwenang Jordan.
Di pihak lain, Athanasius -setelah melakukan tes kelayakan arkeologis
naskahnaskah Laut Matitelah memberikan rekom.endasi keaada American Institute
for Oriental Studies di Jerusalem untuk memotret ulang dan mempublikasikan ke-empat naskah
yang berada dalam genggamannya. Antara tahun 1950 - 1951, Institut Amerika di
Jerusalem itu untuk pertama kalinya menerbitkan gambar-gambar photografi naskah Laut Mati,
sehingga dengan demikian telah memberi kesempatan kepada para peneliti yang lain
untuk menelaahnya, yang kemudian diikuti dengan penerbitan terjemahan naskah
dalam bahasa Inggris. Pada tahun 1953, Hebrew University di Jerusalem juga
mempublikasikan tiga buah gambar photografi naskah berikut terjemahannya.
Pater De Voux, selanjutnya ditunjuk menjadi Penanggung jawab Ekspedisi
Arkeologis Jordan dalam upaya menemukan naskah-naskah kuno di Qumran, merangkap
Penanggung Jawab proyek penyiapan dan penerjemahan Naskah. Oleh de Foux,
potonganpotongan naskah yang berhasil diketemukan di Gua Nomor-1 diserahkan
kepada Dominique Partolemi dan Millick, keduanya patner kerja de Foux di French
Dominican I'Ecole Biblique. Penerbitan naskah terjemahan dilakukan oleh Oxford University
pada tahun 1955. Namun sebelum itu, pemerintah Jordan telah terlebih dahulu membentuk
I
diketuai oleh de Foux dengan anggota dari Perancis, Inggris, Amerika Serikat dan
Jerman yang segera tiba di Jerusalem dan siap untuk bekerja.
Menyusul sesudah itu, pada tahun 1961, terjemahan manuskrip yang diketemukan
di gua kawasan Muraba'at, arah selatan Qumran, oleh Josef T. Milik, telah
dipublikasikan pula. Bagian keempat dari manuskrip Muraba'at yang berisikan kitab-kitab Mazmur
yang berasal dari temuan di gua nomor 11 itu dipublikasikan pada tahun 1965.
Sedangkan bagian kelima yang merupakan potongan-potongan yang berasal dari gua nomor 4
diterbitkan pada tahun 1968.
Pada perkembangan berikutnya, diketemukan pula manuskrip-manuskrip kuno di
gua-gua lain di luar kawasan Qumran, antara lain di wilayah Mird, arah barat
daya Qumran, Muraba'at (arah tenggara Qumran) dan Masada, sebuah benteng kuno
Yahudi di selatan Laut Mati yang dikuasai pemerintah Israel. Dalam usaha
menemukan manuskrip-manuskrip kuno itu, penduduk Qumran tidak puas dengan pencarian di
Qumran saja, mereka bahkan telah menjelajahi hampir seluruh kawasan pegunungan
yang membentang sepanjang kawasan pantai Laut Mati. Pada bulan 0ktober tahun
1951 lagi-lagi seorang warga Badui Ta'amirah menemukan sejumlah manuskrip dalam
bahasa Ibrani dan Yunani di sebuah gua di kawasan oase Muraba'at, kurang lebih 15 km
selatan gua Qumran yang pertama, lalu ia menjual naskah temuan itu kepada pihak
berwenang Jordan. Pada saat yang sama, sejumlah warga Ta'amirah lainnya menemukan sebagian
tulisan-tulisan kristiani di wilayah Mird, dekat Qumran, di antaranya tertulis
dalam bahasa Suryani. Sebuah tim ekspedisi yang beranggotakan para arkeolog Israel di bawah
pimpinan Yigael Yadin, juga melakukan pencarian naskah kuno antara tahun 1963 1965, khususnya di bekas-bekas peninggalan di benteng Masada, dalam wilayah kekuasaan
Israel, arah timur laut kota Arikha (AI-Khalil), dan berhasil menemukan beberapa
buah naskah kuno. Namun yang menjadi sorotan kita di sini adalah tulisan-tulisan kuno
yang berasal dari Qumran, yang diyakini merupakan peninggalan orangorang sekte
Esenes, bukan tulisan-tulisan Yudaisme dan Kristen yang ditemukan di luar Qumran.
Pecahnya Perang Arab - Israel tahun 1967 menyebabkan jatuhnya wilayah Tepi
Barat ke dalam cengkeraman pemerintah pendudukan Israel, begitu juga museum
Jerusalem, tempat di simpannya manuskrip-manuskrip kuno. Tidak ada yang terlepas
Jari penguasaan pihak berwenang Israel selain sebuah manuskrip tembaga, sebab pada
saat itu, naskah berada di Amman, Jordan. Dan semenjak saat itu, semua aktifitas
publikasi naskah kuno praktis terhenti.
(Footnotes) 1. Pada saat bahasa Yunani menjadi bahasa yang umum dipakai di wilayah
Mediteranian, Kitab Perjanjian lama-Bible berbahasa Ibrani- kurang
komperhansif bagi sebagian besar masyarakat. Karena alasan ini, para
sarjanaYahudi menerjemahkan Kitab Perjanjian Lama dari bermacammacam teks Ibrani
juga dari fragmen-fragmen berbahasa Aramaik, ke dalam bahasa Latin, inilah yang
disebut "SEPTUAGINT", lihat
Encyclopaedia Britannica Deluxe Edition 2004 CD-Room (penerjemah).
Sekte Esenes, Kelompok Separatis Rumah Suci.
Siapakah orang-orang yang mendiami wilayah Qumran antara pertengahan abad
ke-2 S M hingga pertengahan abad 1M. yang menyembunyikan manuskrip-manuskrip
misterius di gua-gua Laut Mati" Para ilmuwan sepakat bahwa naskah-naskah kuno
tulisan tangan yang diketemukan di Qumran .itu adalah milik sekte Yahudi yang menamakan
diri mereka "Esenes". Sebutan mereka dengan nama tersebut menjadi bahan perdebatan di
kalangan para ahli. Profesor Abbas Mahmud AI-Aqqad dalam buku "Hayat Almasih"
(Kehidupan Almasih) edisi kedua, mengemukakan sebagai berikut,
"Pendapat yang paling akurat dari berbagai tesis yang ada adalah bahwa orangorang yang khusyu, yang menghuni rumah peribadatan di Qumran ilu adalah sekelompok sekte
Esenes, salah satu sekte konservatif dan sangat keras mempertahankan hukum-hukum agama
Yahudi, yang menantikan keselamatan mereka dengan datangnya Sang Juru Selamat
yang dijanjikan. Sekte ini yang juga sempat kami singgung dalam tulisan kami
'Kejeniusan Almasih', merupakan kelompok bani Israel yang paling bersih dari perbuatan dosa
dan hawa nafsu. Dalam tingkat keberagamaan, mereka terbagi menjadi tiga kelas. Dalam
sumpah kesetiaan, mereka bersumpah untuk menjaga rahasia kelompoknya, dan
sesudah itu mereka diharamkan untuk bersumpah seeara benar atau palsu seumur hidup. Mereka
beriman pada hari kiamat, kebangkitan dan kerasulan Almasih sang Juru Selamat.
Pendapat kami bahwa nama Esenes berasal dari derivasi "asi " yang berarti tabib. "
Para ilmuan sejarah berbeda pendapat berkenaan dangan asal penamaan Esenes.
Sebagaimana tersebut di atas bahwa Profesor Aqqad menyebutnya berasal dari akar
kata `asi' dalam bahasa Aramik yang berarti tabib. Akan tetapi penulis berbeda
pendapat dengan Profesor Aqqad, sebab jamak dari kata "ast"' bukannya "esen" tetapi
"asen". Meskipun diketahui bahwa mereka mempergunakan ramuan obat-obatan untuk terapi
penyembuhan berbagai macam penyakit, namun mereka bukanlah para tabib, dan tidak
terdapat satupun tulisan kuno yang memperkuat dugaan bahwa mereka berprofesi
sebagai tabib. Nama kelompok Esenes tertulis dalam bahasa Yunani dalam karya sejarah Philo
Judaeus 1), Josephus Flavius 2), dan Pliny the Elder 3), masing-masing dalam
ungkapan " Esenoy" atau " Esau" sedangkan nama orang yang menisbatkan dirinya kepada nama
itu disebut " Esawi". Persoalan mendasar yang dihadapi oleh para peneliti adalah
bahwa meskipun asal kata dari nama kelompok ini merupakan peristilahan lokal, namun
mereka mendapatinya hanya tertulis dalam bahasa Yunani. Untuk itu pertu dilacak asal
kata dari istilah tersebut. Sebagian peneliti mengasumsikan bahwa istilah itu berasal dari bahasa Aramik
atau Ibrani; namun mereka tidak kunjung sepakat pada kata tertentu yarig
menunjukkan bahwa kelompok tersebut pernah berdiam di wilayah Palestina. Namun demikian, di
sana terdapat indikasi kuat yang menghubungkan kelampok Esenes dengan Nabi Yesaya,
yang membelot dari kelompok Pendeta Rumah Suci dan memilih hidup menyendiri
menantikan kedatangan Sang Juru Selamat pada akhir zaman (hari kiamat). Nama Yesaya dalam
bahasa Ibrani adalah "Vasya Ya', seperti "Yasyu"' dan "Yasu"' yang mempunyai
satu pengertian yakni keselamatan Tuhan. Sedangkan nama "Yasu"' dalam bahasa Yunani
atau "Isa" dalam bahasa Arabditulis sebagai "Esu". Tampaknya bahwa nama Yesaya
juga dipakai untuk menamahan murid-murid Nabi Yesaya. Para peneliti telah menemukan
tiga bagian dalam Kitab Yesaya ditulis selama kurun waktu dua abad, antara abad ke-6
hingga abad ke-4 SM. Apapun alasannya, di antara jemaat yang mendiami wilayah Qumran
bersama nabi Yesaya terdapat hubungan yang erat -berkat penemuan di dalam guagua hunian mereka- dengan tulisan-tulisan Nabi Yesaya dalam jumlah besar, dan mereka
menafsirkan tulisan-tulisan itu dengan metode khusus yang menjadi rahasia di
antara mereka, terutama bagian-bagian yang berkenaan dengan "Hamba Tuhan", dan
kelahiran "Emanuel". Naskah-naskah ini juga-lah yang diandalkan oleh para penulis Injil
untuk mengisyaratkan kelahiran Isa Almasih yang mereka sebut sebagai "nubuwat Sang
Guru di masa mendatang". Mengetahui asal kata dari peristilahan ini barangkali tidak sedemikian sulit,
jika kita mengingat bahwa huruf "ain" dalam bahasa Arab dan pada semua bahasa Semitik akan
menjadi "alif" dalam bahasa-bahasa Eropa di antaranya bahasa Yunani. I
dalam kata Yunani itu kita ganti dengan "ain", maka akan menjadi `ISAWI, - dan itulah
istilah yang dipergunakan dalam bahasa Arab sampai sekarang, sehingga dengan demikian nama
sekte tersebut adalah 'ISAWIYYUN.
Menurut penjelasan Pliny, dalam bukunya "Natural History", sesungguhnya
kelompok Esenes mendiami wilayah antara kota Yericho (Ariha) kawasan lembah
Jordan di utara dan kota `Ein Juda di tepian Laut Mati di selatan. Kawasan yang sama di
mana terletak wilayah tak berpenghuni di Qumran. Paska kedatangan orang-orang Yahudi
dari Babel, para pendeta Yahudi berhasil menyeru manusia pada ajaran agama Yahudi
yang didirikan berdasarkan penafsiran mereka yang sangat khusus atas Taurat Musa. Dan
berdasarkan retorika penafsiran itu pula para pendeta menyusun ulang format
kitab suci Yahudi. Bersamaan dengan dibolehkannya orang-orang Yahudi untuk membangun
kembali rumah suci kaum Yebusi oleh penguasa Parsi, maka dengan demikian, rumah
suci itu menjadi pusat kegiatan peribadatan para pendeta.
Ibadah Yahudi yang dilakukan oleh kelompok pendeta, terdiri dari ritual-ritual
tertentu, yang penting di antaranya adalah menyembelih hewan kurban yang
dilakukan oleh para pendeta di rumah suci setiap hari, terlebih pada hari Sabat atau harihari raya. Orangorang Yahudi awam, masing-masing diminta untuk mempersembahkan sebagian
hasil usaha mereka untuk rumah suci. Oleh sebab jabatan Kependetaan itu menjadi
status yang sifatnya turun temurun dalam garis keturunan keluarga "para pendeta", maka
secara otomatis, "status kependetaan" itu selanjutnya membentuk hierarkhi baru dalam
masyarakat Yahudi, yang mampu mendatangkan sumber kekayaan yang cukup
melimpah.
Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan masuknya komunitas aristokrat dan para pedagang, hierarkhi tersebut
selanjutnya menjadi populer sebagai Sekte Saduki atau Sedukhem. Kelas sosial
Yahudi tersebut kemudian memegang otoritas atas bangsa Yahudi melalui ritus-ritus
keagamaan. Tidak ada doa atau upacara keagamaan lainnya yang berlangsung dalam agama Yahudi
yang dapat dilaksanakan sendiri oleh para pemeluk, baik di rumah atau di tempat
peribadatan lain, melainkan harus datang ke Rumah Suci di Jerusalem dan
mempersembahkan kurban kepada para Pendeta.
Sekte Saduki mempercayai bahwa arwah akan mengalami kematian bersamaan
dengan kematian jasad. Sekte Saduki menerapkan ajaran Taurat secara sangat
tekstual, dan dalam penafsiran teks-teks Taurat sama sekali terlepas logika akal, seperti
halnya analogi. Berdasarkan konsep teori penafsiran seperti itu, maka sekte Saduki
tidak mengimani keabadian arwah, tidak pula kebangkitan manusia sesudah mati, atau
perhitungan amal perbuatan (hisab). Saduki juga tidak mempercayai adanya wujud
malaikat dan jin, karena dalam pendirian Seduki bahwa ajaran Taurat berdiri di
atas prinsip kemaha-esaan Tuhan. Oleh karena itu tidak ada penyembahan berhala dan
berikut ilah-ilah lain dalam keyakinan Saduki. Sedangkan kepercayaan pada hari kiamat
dan hisab di kehidupan akhirat sesudah mati tidak disebutkan dalam kitabkitab yang
dinisbatkan kepada Musa, akan tetapi tercantum di dalam kitab Nabi-nabi, seperti
halnya Yesaya. Sementara sekte Seduki (Kelompok Pendeta) mendasarkan ajaran agama Yahudi
hanya pada lima Kitab Taurat saja, yakni lima kitab pertama pada Perjanjian
Lama, (Kejadian, Eksodus, Orang-orang Levi, Bilangan dan Ulangan -dan dengan demikian
mengesampingkan I
perbedaan pandangan keagaamaan ini mencapai puncaknya dan sekte Seduki memerangi mereka,
kaum Esenes meninggalkan kota dan mengasingkan diri diwiiayah terpencil dan
melakukan ritus-ritus peribadatan secara sembunyi-sembunyi, sehingga selamat
dari penindasan kelompok pendeta Seduki.
Berdasarkan pada tulisan-tulisan Philo Judaeus, filosof Yahudi dari Aleksandria
yang hidup pada awal abad Masehi, dan Josephus, sejarawan yang hidup di
Palestina dan penulis sejarah Yahudi untuk Romawi pada akhir abad pertama Masehi, bahwa
kaum Esenes tersebut pernah ada di Palestina, tepatnya di kawasan terdekat dengan
wilayah barat laut pantai Laut Mati. Dan berdasarkan pada sumber-sumber tulisan kuno,
para penganut Sekte Esenes, meskipun mereka adalah pemeluk Yahudi tetapi mereka
mempunyai perbedaan yang amat menyolok dengan pemeluk Yahudi pada umumnya,
oleh sebab kepercayaan mereka pada keabadian arwah, pada perhitungan di hari
akhir, dan mereka tidak melakukan ritus pengurbanan hewan sembelihan di kuil. Dan
jumlah mereka relatif kecil, tidak lebih dari 4000 orang pada awal abad pertama Masehi.
Para pengikut sekte Eseness terbagi menjadi dua kelompok; pertama, hidup seperti
layaknya para rahib dan tidak menikah, sedang kelompok kedua, hidup bersahaja
dan menikah. Meskipun di antara keduanya ada perbedaan, namun semua penganut Esenes
mepunyai semangat menjauhkan diri dari dunia materi dan kesenangan hidup. Tidak
ada di antara mereka kelompok kaya dan kelompok miskin, karena semuanya menjadi satu
dalam hak kepemilikian. Esenes meyakini bahwa wujud materi yakni jasad manusia
adalah wujud temporal yang fana. Sedangkan wujud yang hakiki ada di alam
kehidupan arwah, dan oleh karena itu mereka tidak takut mati. Orang-orang Esenes ini hidup
dalam kelompok-kelompok secara sangat bersahaja, mengenakan selendang putih ciri khas
mereka. Rutinitas keseharian mereka dimulai dengan bangun pagi untuk
melaksanakan shalat fajar kemudian pergi ke ladang karena sebagian besar mata pencarian
mereka adalah bercocok tanam. Mereka mengerjakan shalat yang kedua saat matahari
tenggelam dan sesudah itu berkumpul bersama anggota keluarga untuk makan malam, yang
umumnya terdiri dari roti dan satu macam jenis sayuran.
Bersuci dengan mempergunakan air sebelum melakukan shalat, merupakan tradisi
ibadah sangat penting dan dipegang teguh oleh para pengikut sekte Esenes. Bukan
hal yang sederhana bagi siapapun untuk menjadi anggota sekte Esenes, khususnya
wanita, karena sekte Esenes tidak menerima keanggotaan dari kaum hawa. Yang berminat
menjadi anggota sekte Esenes terlebih dahulu harus lolos ujian panjang yang
berlangsung selama satu tahun. Jika yang bersangkutan lulus, ia baru diperbolehkan mengikuti
ritualritual khusus selama dua tahun dan baru benar-benar menjadi anggota pada
tahun ketiga. Orang-orang dari sekte Esenes mempunyai kebiasaan yang sangat unik, di mana
mereka memanfaatkan sebagian besar waktu malam untuk membaca Taurat juga Kitab
Nabi-Nabi, khususnya I
untuk memahami makna sesungguhnya dari pembicaraan mereka (ritual ibadah mereka, pent)
kecuali bagi yang memahami benar rahasia ajaran kaum Esenes. Sekte Esenes
mengharamkan atas para pengikutnya untuk melakukan sumpah kecuali hanya satu
jenis sumpah untuk menjaga kerahasiaan sekte, yang dilakukan pada saat diterima
sebagai anggota kelompok. Kerahasiaan lain yang sangat dijaga oleh kaum Esenes adalah
berkenaan dengan nama-nama malaikat, yang menjadi kewajiban masing-masing
anggota untuk menghafalkannya. Sedangkan penganut Yahudi pada umumnya tidak mempercayai
adanya malaikat. Perselisihan yang terjadi antara Esenes dan Seduki menjadi sebab bagi lahirnya
sekte baru yang memiliki struktur kepercayaan moderat, yang dikenal dengan nama
Farisi. Tersebarnya filsafat Plato yang mempercayai adanya alam spiritual metafisis,
berakibat pada munculnya keyakinan akan keabadian arwah sesudah mati. Sekte Farisi percaya
pada takdir, yang substansinya adalah bahwa segala sesuatu yang terjadi
sesungguhnya telah ditentukan sebelumnya dan tidak mungkin untuk dihindari. Akan tetapi
mereka juga meyakini kebebasan manusia untuk berkehendak dan memilih. Mereka mengataan bahwa
Tuhan akan memberi kemudahan bagi mereka yang berbuat kebajikan, sedangkan orang
yang meniti jalan kejahatan, Tuhan akan membiarkan dirinya dengan pilihannya
itu. Bertolak dari keyakinan ini mereka mengatakan bahwa arwah orang-orang jahat akan
ditempatkan dalam penjara abadi dan mengalami siksaan sepanjang masa. Adapun
arwah orang-orang yang baik dalam pandangan Farisi, mereka itu akan hidup
kembati dalam jasad lain. Dengan ungkapan lain mereka percaya pada inkarnasi atau
kembalinya arwah ke bumi. Sebagai usaha memberikan legitimasi atas penafsiran-penafsiran mereka yang
sangat bertolak belakang dengan ajaran para Pendeta, sekte Farisi mendirikan
konsep teori baru yang mengatakan bahwa selain Taurat tertulis, Tuhan juga memberikan
kepada Musa "Hukum Lisan" yang sampai kepada mereka melalui jalam periwayatan yang
turun temurun -dan selanjutnya mereka mengabadikannya dalam Talmud. Di samping itu
mereka juga mempergunakan logika akal dalam menafsirkan teks-teks kitab suci.
Mereka berpendapat bahwa perubahan zaman akan berarti perubahan tuntutan, sehingga yang
penting dalam hal ini adalah penerapan substansi hukum, bukan formalitas hukum
itu. Seperti contoh, dalam menerapkan ayat "mata dibalas dengan mata", mereka
mengatakan bahwa pada masa itu, tidak mesti harus dengan membunuh pelaku, sebab
hal itu dapat saja diganti dengan memberikan ganti rugi kepada korban.
Tidak diragukan bahwa orang-orang Farisi-lah yang membangun agama Yahudi
Rabinik (Rabbinic Judaism) setelah berakhirnya masa kependetaan menyusul
hancurnya Rumah Suci Yerusalem di tangan penguasa Romawi pada tahun 70 S M, dan semua
pendeta yang ada di dalamnya tewas terbunuh. Namun demikian kita melihat adanya
kesamaan pandangan antara sekte Farisi dan Seduki berkenaan dengan jatidiri dan
peran Almasih. Kaum Farisi memerangi pengikut-pengikut Isa As. dan menghalang-halangi
misi kaum Esenes. Orang-orang Yahudi -hingga saat ini- masih menantikan kedatangan
Mesiah yang lain, selain Isa, yang akan menjadi Pemimpin dan Raja keabadian.
Maka berdasarkan keyakinan ini, penulis berpendapat bahwa kelompok Esenes, meskipun
mereka menjadi bagian dari komunitas Yahudi sebelum kehancuran Beit Suci, namun
pada hakikatnya mereka sangat berbeda dengan Yahudi pada umumnya, berkenaan
dengan keimanan pada keabadian arwah dan hari kiamat. Pada saat kedatangan sang
Guru, yang akan memimpin pertempuran "Putera cahaya" melawan "Putera kegelapan".
Mesiah yang mereka nantikan akan menang dan kejahatan akan sirna sepanjang masa.
Oleh sebab itu, kebanyakan para peneliti condong kepada kesimpulan bahwa
orangorang sekte Esenes adalah komunitas Judeo-Kristen yang akan kita ketahui lebih lanjut
tentang jati diri mereka pada bahasan-bahasan mendatang.
(Footnotes) 1. 2. 1. Disebut juga Philo of Alexandria, Filosof Yahudi yang berbahasa Yunani,
seorang yang paling representatif
dalam Yahudi Helenis, dalam tradisi Kristen ia dianggap sebagai pelopor Teologi
Kristen (pent-). Lihat Encyclopaedia Britannica.
2. Nama aslinya Joseph Ben Matthias, pendeta Yahudi, sarjana, dan ahli sejarah
yang menulis karya-karya tak ternilai tentang revolusi Yahudi th. 66-70 juga tentang sejarah Yahudi masa
awal. Karya terpentingnya
adalah Sejarah Perang Yahudi (75-79), "The Antiquities of the Jews" (93), dan
"Against Apion". (Pent-). Idem.
3. 3. Lahir th 23 M di Gaul (sekarang Itali), nama lengkapnya dalam bahasa latin
Gaius Plinius Secundus, penulis "Natural History", merupakan karya ensiklopedi. (pent-), idem.
Penemuan Beragam Naskah Kitab Perjanjian
Lama di Qumran Perbedaan pendapat paling mengemuka antara Yahudi dan Kristen abad-abad
pertama adalah berkenaan dengan penafsiran isi Kitab Perjanjian Lama khususnya
masalah Mesiah (sang Juru Selamat) yang dinantikan. Sementara orang Kristen
memahami bahwa yang tertera di dalam Kitab Nabi-Nabi menyangkut Hamba Tuhan,
Anak Manusia Emanuel dan Nabi Penerus Musa semuanya itu sejatinya tidak lain
adalah Yesus/Isa al-Masih dan pemberitaan tentang kedatangannya. Sedangka orang-orang
Yahudi berpendirian bahwa tema-tema diatas adalah dalam konteks pembicaraan
tentang bangsa Israel dan keselamatannya, sedangkan Mesiah sang Juru Selamat, masih
dalam penantian. Lebih lagi bahwa di sana terdapat beberapa teks kitab suci Perjanjian
Lama versi Yunani yang sama sekali berlainan dengan isi Perjanjian Lama versi Ibrani
yan berada di tangan orang-orang Yahudi. Manakah antara keduanya yang paling sahih"
Bahkan di sana terdapat kitab-kitab yang secara Utuh termuat dalam Perjanjian
Lama versi Yunani namun tidak tertera dalam Kitab Perjanjian Lama versi Ibrani,
padahal kitab-kitab tersebut memuat detail penjelasan tentang kedatangan Sang Juru
Selamat, apalagi bahwa sosok historis Yesus sama sekali tidak dikenal oleh orang-orang
Yahudi. Berbeda dengan apa yang termuat dalam I
Jerusalem, Maka kitab ini (naskah Qumran, pent-) tidak menyinggung seorangpun yang hidup
pada awal abad ke-1 M. -baik Yahudi maupun Romawi-. Sehingga dengan demikian menjadi
gamblang bahwa alineaalinea yang tercantum di dalam tulisan-tulisan Josephus
tidak lain hanya sebagai tambahan yang diselipkan oleh para penulis Kristen belakangan.
Dikaitkan dengan persoalan tersebut, maka penemuan manuskrip-manuskrip
Qumran yang ditulis pada abad ke-2 SM hingga pertengahan, abad pertama masehi,
telah membersitkan harapan akan diketemukannya sumber-sumber pengetahuan yang mampu
menjawab teka-teki pelik dan selanjutnya menafsirkan peristiwa berdasarkan
pertimbanganpertimbangan sejarah. Bahkan sebagian kalangan berharap dapat
menemukan naskah-naskah kuno dari Injil-Injil Perjanjian Baru di Qumran, atau
sekedar isyarat berkenaan dengan para sahabat al-Masih. (para Hawariyun, pent).
Namun yang terjadi sungguh berbeda dengan itu semua. Tidak sedikitpun
disinggung bahwa al-Masih pernah hidup pada periode sejarah yang dimaksud
kecuali bahwa pada masa itu terdapat sekelompok orang semi-Kristen yang mendiami wilayah
Qumran beberapa mil jauhnya dari Jerusalem. Mereka dikatakan sedang menantikan
kedatangan Sang Guru yang dikhabarkan telah mati. Orang-orang misterius itu
memandang para pendeta rumah suci sebagai penjelmaan setan dan mereka
bertanggung jawab atas kematian sang Guru Bijak. Lebih dari itu bahwa kitabkitab yang diterima oleh orang-orang Kristen diditolak oleh Yahudi, seluruhnya ditemukan di
dalam gua-gua Qumtan. Perabot (jambangan, pent) dari tembikar dipergunakan sebagai tempat menyimpan
manuskrip tenyata mempunyai bentuk yang sangat unik, dan memiliki ukuran
tertentu. Berbentuk bundar setinggi kurang lebih setengah meter, dengan permukaan serta
dasar yang datar. Perabot semacam ini lazimnya dipergunakan oleh orang-orang Mesir
pada dua abad sebelum kelahiran Al-masih. Ini menunjukkan bahwa bentuk perabot dan
cara menyimpan manuskrip diambil dari tradisi orang-orang Mesir. Perabot semacam itu
jelas bukan buatan tangan orang Palestina, demikian pula tata cara penyimpanan
manuskrip itu
Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sejatinya merupakan tradisi orang-orang Mesir semenjak masa pemerintahan Ramses
III, yang berasal dari dinasti ke duapuluh, sekitar abad ke-2 S.M
Sebagian besar naskah-naskah kuno dari Qumran tertulis di atas lembaranlembaran
kulit dan sebagian di atas lempengan-lempengan tembaga atau daun papirus.
Kebanyakan ditulis dalam bahasa Ibrani, meskipun ada pula tulisan berbahasa
Aramaik dan Yunani. Cara penulisan yang dipergunakan sama persis dengan hasil penggalian
arkeologis di I
pertengahan abad ke-1 M. Dipastikan bahwa sejumlah besar manuskrip yang ada
memuat materi-materi yang bersumber dari kitab-kitab yang lebih kuno yang kembali pada
periode sejarah yang lebih jauh, namun penulisannya diselesaikan pada masa tersebut.
Melihat dari materi yang terkandung di dalamnya, manuskripmanuskrip kuno Qumran terdiri
dari tiga jenis tulisan; Tulisan-tulisan Taurat dari Perjanjian Lama, Kitabkitab yang
tidak termasuk dalam Isi Perjanjian Lama dan Tulisan-tulisan Kaum Esenes Qumran.
Jumlah tulisan Kitab-kitab Taurat berjumlah dua ratus kitab, dan telah
diketemukan dalam jumlah besar tulisan-tulisan Kitab Perjanjian Lama -selain Kitab Estermeskipun sebagian hanya berupa potongan-potongan kecil. Naskah terbanyak dari satu kitab
yang dapat diketemukan adalah Kitab Mazmur sebanyak 27 buah naskah, dan Kitab Ulangan
sebanyak 25 naskah dan Kitab Yesaya sebanyak 18 naskah.
Sedangkan tulisan-tulisan yang tidak termasuk dalam Kanon Perjanjian Lama
terdiri dari dua macam; Pertama; disebut Apokrip, seperti Kitab Tobit, Kitab Kebijaksanaan Yesus ben
Sirakh dan bagian yang tertulis dalam bahasa Yunani dari Surat Yeremia. Kitab
jenis pertama ini meskipun tidak menjadi bagian naskah-naskah I
Septuaginta. Kedua; adalah sebagian Kitab yang ditulis pada periode antara abad ke-2 S M
hingga akhir abad ke-1 M. Para Imam menolak menganggapnya sebagai bagian dari
Kitab Suci mereka dan selanjutnya dikenal dengan nama "Pseudepiqrapha". Akan tetapi
naskah terjemahan dalam bahasa Yunani dari kitab-kitab itu disimpan oleh orang-orang
Kristen kadang tertulis dalam bahasa Suryani, Aramik, atau Etiopia, dalam
manuskrip-manuskrip Qumran- sebagaimana pada periode para patriakh ke-12 dan Kitab Akhnokh - yang
dapat menjelaskan bahwa kelompok Esenes memasukkannya ke dalam khazanah kitab suci
mereka. Sebagaimana diketemukan pula tulisan-tulisan berupa penafsiran yang menjadi
interpretasi bagi kitab-kitab suci dengan metode penafsiran metaforis, atau
tidak secara tekstual (harfiah), sebagaimana dilakukan oleh para pendeta. Di antara penemuan
lainnya adalah Buku-buku Tafsir Kitab Perjanjian Lama, yang kadangkala bertentangan
dengan penafsiran-penafsiran yang diberikan kepada Kitab Talmud. Sebagai contoh, pada
Buku Tafsir Kitab Kejadian - bagian pertama Perjanjian Lama - bahwa kisah yang
dipaparkan oleh Taurat berkenaan dengan perkawinan Firaun dengan Sarah, kita mendapati
penafsirannya bahwa Raja Mesir itulah yang menculik Sarah. Atas perbuatannya itu
si Raja Mesir menderita penyakit aneh, sehingga dengan terpaksa menyerahkan Sarah
kepada suaminya, Ibrahim : "I
Semua bencana ini dan penyakit yang diderita oleh Tuan Raja disebabkan oleh Sarah,
isteri Ibrahim. Oleh sebab itu, lepaskan Sarah agar kembali kepada suaminya, sehingga
dengan begitu bencana ini akan lenyap".
Di samping kitab-kitab agama, di dalam guagua Qumran, juga diketemukan
tulisantulisan yang khusus berkenaan dengan kehidupan orang-orang sekte Esenes,
antara lain "Kitab Para Murid", "Manuskrip Damaskus", "Mazmur Pujian" dan manuskrip "Kitab
Peperangan". Kendati bahwa Kitab-kitab Taurat yang Lima dinisbatkan kepada Musa
yang hidup pada abad ke-14 SM- dan walaupun KitabKitab Perjanjian Lama telah
rampung dari penulisannya pada abad ke-6 dan abad ke-4 S M, namun
terjemahanterjemahan Kitab Taurat yang ada saat ini - termasuk dalam hal ini
terjemahan dalam Bahasa Arab- semuanya bersandarkan pada naskahnaskah kanonik Ibrani yang ditulis
oleh para penulis Yahudi (Masoret), yang kembali pada zaman sekitar tahun 1008
M. Bangsa Yahudi, semenjak diijinkan oleh Cyrus, Penguasa Persia untuk mendirikan
Rumah Suci dan kembalinya para pendeta dari Babel, pada sekitar abad ke-5 S M,
mereka mempergunakan Taurat - Lima Kitab pertama dari Perjanjian Lama, yang
berisi ajaranajaran Musa dalam peribadatan-, namun di kalangan mereka juga diketahui
adanya "kitab-kitab suci" yang lain, seperti halnya kitab yang memaparkan sejarah
bangsa Israel sepeninggal Musa. Selain itu ada pula sekumpulan kitab yang dinisbatkan kepada
para Nabi yang muncul antara abad ke-10 hingga abad ke-6 SM, serta Kitab-kitab
Kebijaksanaan dan Mazmur.
Sementara orang-orang sekte Esenes memperhatikan seluruh kitab, di mana
mereka menafsirkan Taurat Musa berdasarkan pada ajaran para nabi dan syair-syair
dalam Mazmur, justru para pendeta rumah suci hanya bersandar pada Lima Kitab
Musa. Dan ketika kelompok pendeta rumah suci itu lenyap setelah kehancuran Rumah Suci
Jerusalem di tangan Romawi pada tahun 70 M, para pendeta Yahudi sepakat untuk
mendirikan Agama Yahudi yang berlandaskan pada ajaran Talmud yang diklaim
sebagai penafsiran dari Taurat. Mereka meyakini adanya Taurat Lisan di samping Taurat
Tertulis, yang bersumber dari Musa, dan berdasarkan Taurat Lisan itulah mereka menafsirkan
Taurat Tertulis. Ketika lahir Agama Kristen, para penganutnya mengandalkan tulisan-tulisan para
Nabi dan Mazmur dalam perdebatan mereka dengan orang-orang Yahudi. Dipihak lain
muncul perbedaan pendapat di kalangan Yahudi seputar kitab manakah yang dapat
diandalkan. Pada akhir abad ke-1 M, para pendeta Yahudi mengadakan pertemuan di Yamenia,
sebuah kota kecil dekat Yafa, wilayah pinggiran laut Palestina. Dalam pertemuan
itu dilakukan revisi atas semua tulisan yang ada pada mereka sehingga diputuskanlah
tulisan mana saja yang dapat dikelompokkan ke dalam apa yang kemudian dikenal dengan
istilah "Kitab Kanonik", atau dengan ungkapan lain, mana yang layak menjadi bagian dari
Kitab Perjanjian Lama, dan selebihnya dibuang. Dengan demikian, maka, naskah-naskah
Ibrani yang diketemukan pada akhir abad Ke-10 M, yang selanjutnya menjadi rujukan bagi
terjemahanterjemahan modern, adalah berdasarkan pada Kitab Kanonik ini, yang
rampung penyusunannya pada penghujung abad ke-1 M.
Di pihak lain, Raja Ptolomeus II (Pladilepius) - yang membangun Perpustakaan
Aleksandria- telah mendatangkan sekelompok penulis kitab suci dari Jerusalem ke
Aleksandria pada sekitar abad ke-3 SM. Para penulis itu membawa hasil tulisan
masingmasing yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan kemudian
dikenal dengan naskah Septuaginta. Oleh karena Gereja Kristen semenjak berdirinya
mengandalkan naskah berbahasa Yunani, maka Septuaginta inilah yang dipergunakan
oleh seluruh Gereja Kristen hingga abad pertengahan. Namun, semenjak
diterjemahkanya Naskah Ibrani ke dalam bahasa Latin dan bahasa-bahasa lainnya, pada abad ke-16,
terlihat adanya banyak perselisihan antara naskah Ibrani itu dengan
Septuaginta., seperti misalnya, adanya bagian yang kurang atau lebih, adanya perbedaan pada ayat yang
sama atau perbedaan berkenaan dengan nama-nama tempat dan catatan sejarah.
Ditemukannya kitab-kitab lain dalam kelompok Septuaginta yang tidak terdapat
pada Naskah Ibrani orang-orang Masoret, sehingga dengan demikian, ia dianggap sebagai
Kitab Agama yang diragukan kebenarannya dan selanjutnya mendapat sebutan
Apokripa. Perselisihan terus berlanjut di antara para penelaah Taurat, di mana sebagian
dari mereka meyakini keabsahan salah satu naskah dan mengingkari naskah lainnya, dan
sebagian lain berusaha memadukan di antara keduanya. Berlatar belakang persoalan yang
demikian ini, maka ketika ditemukan naskah-naskah kuno di Qumran, menjelang
berakhirnya Perang Dunia II, para peneliti memprediksi bahwa naskah-naskah
tersebut nantinya akan menjadi kata pemutus dari perselisihan panjang itu.
Urgensi naskah-naskah kuno yang ditemukan di Qumran, paling tidak terdapat
pada masa sejarah penulisan naskah-naskah tersebut yang berasal dari abad ke-2
SM, atau berdekatan dengan masa selesainya terjemahan Septuaginta Yunani, dan
sebelum seleksi yang dilakukan oleh para pendeta Yahudi.
Kitab Yesaya yang berasal dari naskah kuno Qumran, disebut sebagai yang
pertama kali diselesaikan terjemahannya dan diterbitkan pada tahun 1952. Namun
di sana hanya ada sedikit saja perbedaan dengan naskah Ibrani yang ditulis oleh orangorang Masoret, yang dapat disebut sebagal kesalahan tulis atau kesalahan pada struktur
kalimat. Namun persolannya menjadl berbeda, ketika Frank Moore Cross -salah
seorang ahli yang berwenang dalam penerjemahan naskah - menerbitkan sebagian darl Kitab
Samuel yang berasal dari temuan di gua nomor 4, sebab dalam naskah tersebut
ditemukan adanya perbedaan yang sangat substantif dengan naskah Masoret
berbahasa Ibrani. Sementara jilka dihadapkan dengan naskah Septuaginta, keduanya sama
persis. Namun pada bagian selanjutnya, perbedaan muncul kembali, bukan saja dengan
naskah Masoret, tetapi juga dengan naskah Septuaginta. Bagian itu hanya memiliki
persesuaian dengan Naskah Sumeria. Perlu dikemukakan di sini bahwa di sana terdapat sekelompok kecil orang-orang
Sumeria yang mendiami wilayah Naples, yang memiliki Kitab Suci Perjanjian Lama
yang hanya terdiri dari Lima Kitab Musa saja. Kelompok Sumeria berkeyakinan bahwa
asal-usul Kitab Suci yang ada pada mereka berasal dari zaman Nabi Musa. Terdapat perbedaan
yang cukup tajam antara naskah Sumeria dengan Naskah Septuaginta dan naskah
Masoret, antara lair berkenaan dengan perkiraan masa tinggal bangsa Yahudi di
Mesir. Sementara naskah Ibrani menyatakan bahwa keberadaan mereka di Mesir berlangsung
selama 430 tahun, sedangkan naskah Sumeria -yang dalam persoalan ini sepakat
dengan naskah Septuaginta -bahwa masa tersebut meliputi rentang waktu menetapnya bangsa
Israel di bumi Kana'an dan di Mesir, atau dengan ungkapan lain, adalah periode
semenjak kedatangan Ibrahim ke kana'an hingga keluarnya Musa ke bukit Sinai.
Penemuan gulungan kecil di gua nomor : 4 di Qumran yang tertulis dalam bahasa
Ibrani memuat bagian pertama Kitab Keluaran. Diketahui bahwa naskah tersebut
bersesuaian dengan naskah Sumeria pada beberapa tempat, namun berbeda dengan
naskah Ibrani. Ini mengindikasikan bahwa kitab-kitab Sumeria merujuk kepada naskah kuno yang
konon telah ada semenjak lahirnya kelompok ini pada abad ke-5 M.
Demikianlah bahwa kita mendapati di antara naskah Kitab Perjanjian Lama yang
ditemukan di sekumpulan gua di Qumran di antaranya ada yang relevan dengan
naskah Ibrani, Septuaginta berbahasa Yunani dan naskah Sumeria, selain ditemukan adanya
naskah-naskah lain yang berisi kombinasi dari ketiga naskah yang ada. Semua
bukti tersebut menunjukkan bahwa di sana -paling tidak- terdapat empat buah tulisan
yang berbeda dari satu jenis kitab, yang merupakan bagian dari Perjanjian Lama. Hal
tersebut mendorong banyak ilmuan Kristen menuntut agar tidak bersandar hanya pada satu
Masoret saja, dalam upaya melakukan terjemahan baru. Di samping adanya
pertimbangan sehingga diketahui mana di antara naskah yang ada yang paling
sahih. Kitab Para Murid dan Naskah Damaskus
Selain manuskrip yang berisikan tulisan-tulisan agama, didapati pula di gua-gua
Qumran, beberapa tulisan tangan yang menjelaskan norma kehidupan Jemaat Esenes
di antaranya "Kitab Para Murid" dan Kitab yang belakangan dikenal sebagai
"Manuskrip Damaskus" (Damsyik). Yang lebih mungkin diterima adalah bahwa nama "Damaskus"
merujuk kepada sumber-sumber yang tercantum pada sebagian Kitab Nabi-Nabi
berkenaan dengan hukuman Tuhan bagi para pembangkang Bani Israel.
Pada 9 : 1 Kitab Zakharia disebutkan : "Ucapan Ilahi, Firman TUHAN datang atas
negeri Hadrakh dan berhenti di Damsyik':
Juga pada 5: 25 - 27 Kitab Amos : 'Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban
sembelihan dan korban sajian, selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai
kaum Israel" Kamu akan mengangkut Sakut, rajamu, dan Kewan, dewa bintangmu,
patungpatungmu yanq telah kamu buat bagimu itu, dan Aku akan membawa kamu ke
dalam pembuanqan jauh ke seberang Damsyik, " firman TUHAN, yang nama-Nya Allah semesta
alam". Menelaah lebih jauh, didapat pengertian lain bahwa nama Damsyik merupakan
julukan simbolis bagi Jemaat Qumran. Sementara para Nabi menyinggung soal
pengasingan Bani Israel ke wilayah utara di luar Damsyik sebagai hukuman atas
perbuatan mereka menyembah terafim (patung), sebaliknya manuskripmanuskrip
Damsyik menformat ulang redaksi ayat sehingga menghadirkan makna yang berbeda, menjadi
semacam janji bagi sekelompok orang yang menyelamatkan keyakinan mereka dari
komunitas Yahudi dengan memilih hidup mengasingkan diri, sehingga dengan
demikian mereka mampu menyelamatkan keyakinan mereka yang benar.
"Aku akan mengasinqkan kemah-kemah rajamu dan tonggak-tonggak keberhalaanmu
dari perkemahanKu ke Damsyik."
Berdasarkan pada gaya penafsiran simbolis Jemaat Qumran, "kemahkemah raja"
Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menunjukkan makna Kitab Tuhan, "tonggak tonggak berhala"
dimaksudkan sebagai Kitab Para Nabi. Sehingga berdasarkan penafsiran ini, ayat
tersebut mengandung pengertian bahwa Tuhan akan memindahkan Kitab Taurat
bersama Jemaat Esenes berikut Kitab Para Nabi - yang sangat dibenci oleh
penganut Yahudi di Jerusalem- jauh dari wilayah Kerajaan Yehuda, demi menjaga
keselamatannya. " Mereka menggali sumur. Sumur yanq digali oleh para penguasa, yanq digali oleh
orang-orang mulia dari bangsa Israel dengan tongkat."
Sumur disini diartikan sebagai ajaran agama, dan orang-orang yang
menggali sumur tersebut adalah orang-orang Bani Israel yang mengikuti petunjuk
Tuhan, yang meninggalkan tanah Yehuda dan menetap di Damsyik. Tuhan
menyebut mereka sebagai "para penguasa". Sedangkan tongkat merupakan
simbolisasi dari orang yang mengajarkan agama. Nabi Yesaya berkata :
"Ia mengeluarkan peralatan untuk bekerja. Orang-orang mulia adalah mereka yang
datang untuk menggali sumur dengan mempergunakan tongkat...... hingga mereka
hadir di tengah masa kejahatan, hingga datangnya oranq yang mengajarkan kejujuran di
akhir zaman......semenjak hari kedatangan sanq guru tunggal dan hingga kebinasaan
tentara-tentara yang kembali bersama pemimpin pendusta akan memakan waktu 40 tahun. Pada kurun
waktu itu, Tuhan akan murka kepada Bani Israel seperti dikatakan, karena itu Bani
Israel akan melalui masa panjang tanpa pemimpin, tanpa raja dan tanpa hakim."
Sedangkan istilah yang dipergunakan untuk mengidentifikasikan jati diri mereka,
Jemaat Esenes menggunakan nama "Breth Khadasyah", yang berarti "perjanjian
baru". Dan mereka, meskipun berselisih pandang dengan para Pendeta Rumah Suci di
Jerusalem, dan berseberangan dengan mereka, namun Jemaat Qumran itu tetap
menganggap diri mereka sebagai jemaat ahli ibadah yang mempunyai pendeta
pemimpin yang diangkat dari anggota jemaat yang paling tinggi kedudukannya. Para anggota
jemaat dilarang mengadakan perkumpulan lebih dari sepuluh orang tanpa dihadiri oleh
pendeta pemimpin. Meskipun demikian, urusan jemaat sekecil apapun, akan diselesaikan
melalui mekanisme musyawarah. Tema permasalahan terlebih dahulu dilontarkan ke hadapan
majelis untuk didiskusikan, masing-masing berhak mengeluarkan pendapat, dan pada
gilirannya akan dilakukan vooting. Hanya saja keputusan yang diambil oleh
pendeta pemimpin dianggap sebagai keputusan yang suci dan tidak boleh dilanggar.
Kepemimpinan Jemaat Qumran dipegang oleh dua orang Pendeta, yang masing-masing
memegang wewenang yang berbeda. Salah satu dari Pendeta itu disebut "Baged" atau
pengawas, yang bertugas memantau persoalanpersoalan keagamaan dan menguji calon
anggota jemaat. Pendeta Pemimpin yang kedua disebut "M-bq-r" yang membawahi
urusan keuangan dan administrasi jemaat.
Pada tahun 1896, dua naskah dari manuskrip Damsyik yang semula tersimpan di
sebuah kamar tertutup dalam rumah peribadatan Yahudi di Kairo, Mesir, berhasil
ditemukan. Konon, rumah peribadatan itu adalah milik Gereja Koptik Saint Mitchel
lalu dibeli oleh orang-orang Yahudi di Mesir pada tahun 882 M. Istana Lilin, nama
gereja tersebut, adalah bekas benteng Romawi kuno, di sebuah kawasan tidak jauh dari
kota Fustat yang dibangun oleh sahabat Rasul Amru bin Ash. Dari bekas bentenq kuno
tersebut dibangun enam buah gereja Koptik masing-masing Gereja Gantung, Gereja
Abu Sirg, Gereja Mar Girgis, Gereja Maria, Gereja Saint Barbara dan Gereja Sait
Mitchel. Orang-orang Yahudi I
dan dikenal dengan sebutan "Kaneza", sebuah ruangan tertutup tanpa pintu dan
jendela. Tidak ada yang bisa masuk ke dalamnya selain melalui sebuah celah yang dibuat di salah
satu sisi dinding. Belakangan diketahui bahwa ruang tersebut dipergunakan sebagai
gudang untuk menyimpan peninggalan-peninggalan kuno, termasuk di antaranya manuskrip
kitab- kitab suci yang tidak mudah bagi orang-orang Yahudi untuk melenyapkannya begitu
saja, karena dalam tulisan-tulisan tangan itu tertera nama Tuhan.
Manuskrip-manuskrip Damsyik terdiri dari dua bagian; Bagian pertama memuat
nasihat-nasihat bijak bagi para anggota jemaat, sedangkan bagian kedua berisi
ajaranajaran syari'at dan perintah untuk menjaga keimanan. Uniknya, kitab-kitab
tulisan tangan Damsyik ini memberikan makna atas kitabkitab Perjanjian Lama melalui metode
penafsiran yang sangat ganjil dan berbeda dengan penafsiran para pendeta Rumah
Suci di Jerusalem. Salah satu contoh-dari perbedaan penafsiran ini antara lain
berkenaar dengan hukum perkawinan. Para pendeta Rumah Suci di Yerusalem memperbolehkan
seorang lelaki menikahi anak perempuan saudara kandung karena sejauh ini tidak
ada larangan daiam teks Kitab Taurat. Sedangkan Jemaat Qumran mengharamkannya
dengan dasar bahwa status hukum anak perempuan saudara kandung itu sama dengan
saudara ibu atau ayah. Seorang yang baru masuk menjadi anggota jemaat wajib menyerahkan semua
harta pribadinya sehingga menjadi milik bersama. Kebersamaan mereka itu tampak
dalam ritual peribadatan "makan bersama". Disiplin hidup yang keras menjadi ciri khas
jemaat Qumran, dan strata sosial menjadi sangat dominan. Dalam sebuah majelis, masirgmasing orang duduk sesuai kelas sosial mereka. Tidak seenaknya orang angkat bicara
dengan memotong pembicaraan orang lain, lebih-lebih jika yang sedang berbicara
berkedudukan lebih tingqi. Di dalam majelis seorang tidak diperbclehkan mengeluarkan pendapat
yang sekiranya bertentangan dengan pendapat mayoritas atau pendapat pendeta pemimpin.
Etika yang harus diikuti dalam penyampaikan pendapat di dalam majelis adalah
dengan berdiri dan mengatakan, "Ada yang hendak kami sampaikan kepada majelis...."
Di dalam gua nomor : 1, didapati tulisan-tulisan tangan yang menjelaskan
aluranaturan yang berlaku dalam jemaat, yang dikenal dengan sebutan "Kitab Para
Murid". Dalam kitab tersebut antara lain disebutkan kaidah kaidah yang dari padanya
diketahui apa arti kebenaran (haq) dan kepalsuan (batil), penjelasan tentang langkahlangkah yany wajib diikuti oleh calon anggota jemaat, peraturan-peraturan yang berlaku untuk
para murid dan aturan penerapan hukuman bagi pelanggar peraturan jemaat. Dalam Kitab
Para Murid juga dipaparkan aturan-aturan dasar yang wajib dijalankan oleh Pendeta
Pemimpin berikut para anggola, serta penjelasan hari-hari raya suci. Secara garis besar,
Kitab Para Murid terdiri dari tiga bagian;
1. Syarat-syarat yang wajib dipenuhi untuk menjadi anggota Jemaat.
2. Peraturan Majelis Jemaat
3. Petunjuk-petunjuk yang wajib dipatuhi olen pendeta pemimpin.
Pendeta pemimpin wajib memberikan pelajaran kepada para murid tertany tata
cara hidup sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Jemaat, berlbadah kepada
Tuhan dengan sepenuh hati dan jiwa, mengerjakan perbuatan yang baik dan lurus dalam
penilaian Tuhan sebagaimana diperintahkan kepada Musa dan para Naai hamba Tuhan.
Mencintal segala yang dicinta oleh Tuhan dan membenci segala yang dibenci olehNya. Menjauhkan diri dari keburukan dan memegang teguh pada kebajikan. Semua orang
yang dengan sukarela menghibahkan dirinya pada Tuhan, demi memenuhi kevoajiban
ketuhanan maka dia akan diterima menjadi anggota Jemaat Cinta Kasih, karena
dengan demikian ia telah menjadi anggota jemaat Allah dan hidup di bawah kesempurnaar
Tuhan. Juga karena ia lelah berusaha sekuat tenaga unluk menjadi makhluk sosial yang
solicer, mempergunakan seluruh harta kekayaan untuk kebaikan secara sukarela. Setiap
orang yang bersedia mengikuti ajaran-ajaran Jemaat maka ia diwajibkan untuk
mengucapkan sumpah di hadapan Tuhan yang dikenal dengan sebutan "Ikrar Perjanjian Baru",
mentaati segala wasiatNya dan tidak membiarkan diri dikuasai setan. Pada saat pengucapan
janji, para pendeta dan orangorang Lewi: Membacakan tasbih-tasbih dan pujian pada Tuhdn
dengan khusyu'; yang dibarengi dengan ucapan "amin" oleh mereka yang sedang
mengangkat sumpah. Semua orang yang mengikuti jalan kesalehan akan dipimpin oleh Pangeran
Cahaya dan mereka akan berjalan di atas jalan yang terang benderang. Adapun
orangorang munafik diperintah oleh Raja Kegelapan dan mereka selamanya akan
hidup dalam kegelapan. Raja Kegelapan akan terus berusaha m enyesatkar orang-orang yang baik
dan hingga akhir zaman. Semua kekhilafan, dosa, kejahatan dan perbuatanperbuatan
yang bertentangan dengan ajaran Tuhan akan terjadi bila manusia berada di bawah
cenkeraman Raja Kegelapan.
Seperti halnya alam luar, jiwa rnanusia-pun senantiasa menjadi ajang pergulatan
antara kekuatan baik dan kekuatan jahat. Berdasarkan penjelasan Kitab Para
Murid, setiap manusia memiliki dua macam ruh yang menjadikannya hidup, ruh kebenaran
(haq) yang bersumber dari cahaya dan ruh kepalsuan (batil) yang bersumber dari
kegelapan. Kedua macam ruh dalam diri manusia itu selamanya dalarn pergulatan, jika ruh
kebenaran menang, manusia akan melahirkan kebajikan. Sebaliknya jika yang dominan ternyata
ruh kepalsuan, maka manusia menjadi jahat. Pada hakikatnya, ajaran tentang
perseteruan sepanjang masa antara ruh kebaikan dan ruh kejahatan dan bahwasanya setan
merupakan raja kegelapan, yang pekerjaannya hanya menyesatkan umat manusia,
telah sama-sama dimaklumi baik dari ajaran Islam maupun Kristen. Akan tetapi orangorang Yahudi pengikut ajaran Pendeta Rumah Suci di Jerusalem sama sekali tidak
mengenal ajaran tersebut atau beriman kepadanya.
Kitab Para Murid juga berisi ajaran tentang perbuatan-perbuatan yang diharamkan,
berikut hukuman bagi yang melanggar, dan di antaranya adalah ;
1. Jika seorang melakukan kebohongan dengan sengaja dalam persoalan-persoalan
yang menyangkut hak milik, akan diasingkan dari upacara suci "makan bersama"
selama setahun penuh dan diwajibkan untuk menyisihkan seperempat jatah
makan sehari-hari sebagai tebusan dan pertobatan.
2. Orang yang berkata kasar kepada kawannya atau tidak mengindahkan perintah
saudara yang derajatnya lebih tinggi, dianggap telah melakukan pelanggaran
terhadap aturan Jemaat. Kesalahan ini dapat ditebus dengan melakukan istigfar
(meminta ampun pada Tuhan, pent) selama setahun penuh dan pelakunya dalam
status terbuang. 3. Jika seorang berkata-kata mesklpun karena lalai, atau oleh sebab lain,
sementara dia sedang membaca Kitab Shalat, akan dihukum buang dari Majelis Jemaat.
4. Seorang anggola yang bcrbicara dengan nada marah kepada para pendeta yang
namanya tercantum dalam Kitab Para Murid, maka ia wajib bertaubat dari
kekhilafannya dan dilarang mengikuti ritual makan bersama.
5. Siapa yang berdusta dengan sengaja, akan diasingkan selama tiga bulan.
6. Siapa yang melakukan penghinaan dengan sengaja akan diasingkan selama
setahun. 7. Siapa yang melakukan penipuan dengan sengaja, baik melalui perkataan maupun
perbuatan, akan diasingkan selama enam bulan.
8. Siapa yang menentang kepemimpinan Penguasa Jemaat, akan diasingkan untuk
selama lamanya. Majelis Jemaat terdiri dari 12 orang anggota dan tiga orang pendeta yang alim
dalam agama, sehingga dengan demikian mereka akan mampu berbuat benar, lurus dan
adil. Menjadi pemlmpin yany arif, rendah hatl dan mampu menjaga keirnanan.
Sebagaimana termaktub dalam Kitab Yesaya :
"Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk
TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!" (Yesaya 40 :
3). Jalan yang dimaksud itu adalah mempelajari ajaran syari'at yang diwasiatkan
olehNya kepada Musa, berbuat sesuai dengan apa yang diwahyukan Tuhan sepanjang
masa, dan sebagaimana diterangkan oleh para Nabi.
Siapakah Sejatinya Guru Bijak dan Pendeta Jahat
di Qumran" Siapakah Guru Bijak bagi Jemaat Qumran dan siapa pula Pendeta jahat" Injil
Matius menceritakan tentang kelahiran Almasih ;
"Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes,
datanglah orang orang Majus dari Timur ke Jerusalem dan bertanyatanya: Di manakah Dia,
raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu" Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan
kami datang untuk menyembah Dia. " Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia
beserta seluruh Jerusulem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa
Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis
dalam kitab nabi." (Matius 2 : 1 - 5)
"Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti
bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka
ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak
itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku.... " (Matius 2 : 7 - 8)
"Setelah mendengur kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah,
bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas
tempat, di mana Anak itu berada "... .... lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka
tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada -Nya, yaitu emas, kemenyan dan
mur. (Matius 2 : 9, 11) "Dan karena diperingatkan dalam mintpi, supaya jangan kemhali kepada
Herodes.....2: 13
Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seteluh orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf
dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibuNya, larilah ke Mesir
dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencuri
Anak itu untuk mernbunuh Dia." (Matius 2 : 12 - 13).
"Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia
sangat marah Lalu ia menyuruh membunuh sernua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu
anakanak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat
diketahuinya dari orang-orang majus itu ". (Matius : 16)
"Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di
Mesir, katatnya ; "Bangunlah, ambillah anak itu.serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah
Israel, karena rnereka yang hendak rnemhunuh Anak itu sudah mati." (Matius 2 : 19-20)
Padahal, Raja Herodes telah mati pada tahun ke-4 SM, oleh sebab itu maka
sejatinya kelahiran Almasih dan tragedi pembunuhan anak-anak bayi - berlandaskan
para riwayat ini - semestinya terjadi pada masa sebelumnya, apalagi Injil-Injil
Perjanjian Baru menentukan bahwa kematian Almasih terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Romawi
Pontius Pilatus yang memerintah Palestina antara tahun 26 - 36 M. Berhubung
Jemaat Qumran bisa jadi telah ada semenjak tahun ke-2 SM, hingga pertengahan abad ke-1
M - yang meliputi masa kelahiran dan kematian Almasih- sebagian besar kalangan
memperkirakan akan dapat menemukan sumber-sumber yang menyinggung atau
mengomentari peristiwa ini, membenarkan atau menafikan penafsiran-penafsiran
yang berkembang. Namun sayang tulisan-tulisan kuno dari Qumran yang telah diterjemahkan dan
dipublikasikan sama sekali tidak memberikan pengetahuan apapun berkenaan dengan
masalah ini. Tidak sedikitpun disinggung peristiwa pembantaian anak-anak balita
di zaman Herodus dan penyaliban Almasih di masa Pontius Pilatus. Daripada
mengangkat tema tersebut, Jemaat Qumran justru membicarakan sosok manusia yang lain -tanpa
menyebutkan nama dan masa kehidupannya- Dia disebut sebagai Guru Bijak yang
telah mati pada masa lalu dan mereka sedang menantikan kedatangannya kembali.
Dari tulisan-tulisan yang ada dalam kepemilikan Jemaat Qumran, didapat kejelasan
bahwa orang-orang dari sekte Esenes berkeyakinan bahwa mereka mewakili golongan
"perjanjian baru" berhadapan dengan "perjanjian lama" sebagaimana klaim Yahudi.
Inti ajaran "perjanjian lama" bagi Yahudi dibangun di atas dasar kepatuhan mereka
untuk mengkhitankan anak laki-laki, sebagaimana termaktub dalam Kitab Kejadian,
tatkala Tuhan berfirman kepada Ibrahim :
"Dan pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku. engkau dan keturunanmu
turuntemurun. Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara
Aku dan kamu serta keturunanmu yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; haruslah
dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.
Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-Iaki di antara kamu,
turuntemurun; baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari
salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu. Orang yang lahir di rumahmu dan orang
yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu
menjadi perjanjian yang kekal. Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki
yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orangorang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku. " (Kejadian 17: 9-14)
Ketika lahir Agama Kristen, Paulus mengatakan bahwa karakteristik "perjanjian
lama" yang berlandaskan afiliasi berdasarkan hubungan darah, telah berakhir. Ini
di pihak lain merupakan pertanda dimulainya "masa perjanjian baru", bagi siapa saja yang
beriman pada kebangkitan Almasih.
Selain mereka, Jemaat Esenes Qumran - diperkirakan telah ada puluhan tahun
sebelum kelahiran al-Masih- juga mengklaim bahwa mereka pun mewakili golongan
"perjanjian baru", meskipun bahwa Jemaat ini telah menjadi bagian integral dari
eksistensi Yahudi. Inti ajaran "perjanjian baru" adalah bahwa setiap orang yang beriman
pada kebangkitan Almasih -atau yang beriman pada kehidupan akhirat - tidak akan
mengalami mati, sebab yang mati hanyalah wujud materi (jasad), sedangkan arwah bersifat
abadi. Sebagaimana dimaklumi bahvra ajaran Yahudi dari para pendeta Rumah Suci di
Jerusalem tidak mengimani wujud arwah, tidak pula kehidupan sesudah mati, dan
justru persoalan-persoalan tersebut menjadi substansi ajaran Kristen.
Berdasarkan sumber-sumber dari tulisan mereka sendiri, dapat diketahui bahwa
Jemaat Qumran mempunyai seorang guru yang dijuluki sebagai "Guru Bijak", yang
hidupnya berakhir tragis dan berdarah; pada masa lalu yang tidak diketahui
bilangan tahunnya secara pasti dan diperkirakan pada tahun ke-2 SM.
Yang menyebabkan kematiannya adalah seorang Pendeta jahat. Berdasarkan
keterangan yang tertera dalam tulisan-tulisan tangan yang berisi penafsiran atas
Kitab "Habakuk" dan juga dalam Kitab "Pertempuran antara Anak Cahaya dan Anak
Kegelapan", disebutkan bahwa "Tuhan telah membeberkan kepadanya semua rahasia
para Nabi Hamba Tuhan". Perlu dicamkan, bahwa di sana terdapat persamaan yang
cukup besar antara "Guru Yang Bijak" dengan "Isa Almasih" yang kita kenal
melalui tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru dan dari AI-Qur'an. Seorang peneliti
berkebangsaan Perancis, Andre Dupont-Sommer, telah melakukan studi perbandingan di antara
keduanya, dan mengeluarkan pernyataan : "Murid-murid meyakini bahwa Guru Bijak
-yang mirip dengan Yesus- itu adalah Almasih hamba Allah dan Juru Selamat. Keduanya
samasama menentang kependetaan Yahudi, sama-sama dihukum mati, sama-sama
menghujat kependetaan Rumah Suci Jerusalem dan keduanya memimpin sebuah jemaat yang
anggota-anggotanya sedang menantikan kedatangan dirinya pada akhir zaman untuk
memimpin dunia". Namun demikian, dalam penafsiran mereka atas urgensi naskah-naskah Qumran
dalam upaya mengetahui asal usul Kristen, para peneliti berbeda pandangan
mengenai masalah ini, Sebagian menafikan adanya hubungan antara Jemaat Qumran dan Sejarah
Kristen, sedangkan sebagian lain seperti Profesor Tatcher dari University of
Cambridge berkeyakinan bahwa Guru Bijak itu tidak lain adalah Isa Almasih dan orang-orang
Esenes itu adalah para penganut Kristen golongan pertama.
Bahkan, salah seorang dari delapan peneliti yang dipilih oleh pemerintah Jordan
untuk melakukan studi atas transkrip kuno dari Qumran, yakni John Allegro, dari
Manchester University berpendapat bahwa Yesus sama sekali bukan "tokoh historis"
akan tetapi dia adalah "tokoh mitologis". Edmund Wilson, penulis berkebangsaan
Amerika Serikat, pada beberapa tulisannya menyatakan bahwa kelahiran agama Kristen itu
sesungguhnya bukan di Betlehem, tetapi di Qumran. Hanya saja mayoritas peneliti
tidak begitu saja mengiyakan pendapat yang sangat radikal ini, namun mereka juga tidak
menafikan bahwa tulisantulisan kuno dari Qumran itu kelak akan membawa perubahan
besar dalam menafsirkan rentetan peristiwa yang terjadi pada periode awal
sejarah Kristen yang masih terselubung. William F. Albright - peneliti dari Amerika
Serikat yang mempunyai banyak sekali tesis arkeologis Palestina dan tulisan-tulisan
kunomengatakan, "sumber-sumber terbaru ini akan melahirkan perkembangan
spektakuler sehubungan dengan pandangan kita terhadap sejarah awal agama Kristen,". Tetapi
di sekelompok akademisi yang terdiri dari para guru besar jurusan studi Perjanjia
Lama mengatakan bahwa Yesus justru merupakan salah seorang murid dalam Jemaat Qumran
sehingga dengan demikian, ajaran-ajaran Yesus, praktis bersumber dari Jemaat
tersebut. Upaya-upaya para ilmuwan sejarah dan arkeologi menemui jalan buntu sebelum
berhasil menyingkap jati diri "guru bijak" dan "si pendeta jahat". Untuk itu
diusulkan beberapa nama yang pernah disebut oleh sejarah penguasa-penguasa Kerajaan Yehuda
Hasmoneon sekitar abad ke-2 SM. Namun sejauh itu tidak ada sesuatu yang
menguatkan asumsi tersebut, bahkan Yosephus, Sejarawan Yahudi paling populer di masanya,
sedikitpun tidak pernah menyinggung jati diri kedua orang misterius itu.
Pendapat yang cukup kuat adalah sang guru hidup pada abad sebelumnya dan di samping itu, para
anggota Jemaat berkeyakinan bahwa para pendeta rumah suci Jerusalem adalah para
penerus pendeta jahat dan perwujudan setan di muka bumi.
Semua yang kita ketahui tentang tulisan-tulisan kuno Jemaat Qumran
menyebutkan, Guru bijak itu mengetahui penafsiran yang benar atas ajaran-ajaran
para Nabi, aturan-aturan pelaksanaan perayaan hari raya. Sedangkan Pendeta jahat
-yang kadangkala disebut Pendeta pendusta- berselisih pendapat dengan sang Guru
kemudian dia memeranginya. Sang guru melarikan diri bersama para murid ke sebuah tempat
di wilayah Damsyik, namun bukan kota Damaskus, ibukota Suriah dewasa ini. Nama ini
dipergunakan untuk menunjukkan lokasi tertentu yang dirahasiakan dan tidak
mengetahuinya secara pasti kecuali para murid. Sebagaimana dimaklumi bahwa
Jemaat Qumran menafsirkan tulisan-tulisan mereka seolaholah tulisan itu adalah
rangkaian rumus. Para calon anggota Jemaat diwajibkan mengucapkan sumpah untuk tidak
membocorkan makna-makna khusus yang mereka pergunakan untuk menafsirkan
peristilahan seperti itu. Namun pada akhirnya pendeta jahat itu datang dan
menyerang sang guru di tempat persembunyiannya. Penyerangan sang guru oleh pendeta jahat
terjadi pada hari yang kemudian dikenal dengan "hari raya Kipur" atau "hari
pengampunan". Kemudian si pendeta menangkap sang guru dan menelannya. Riwayat
yang lain menyebutkan bahwa Tuhan telah menyelamatkan dia dari mereka.
Yang perlu menjadi catatan adalah, pendapat otoritas gereja hingga abad ke-4 M,
mereka mengatakan bahwa Yesus mempunyai wujud yang telah ada sebelum dia
menampakkan dirinya kepada para sahabatnya di Palestina. Josephus, Sejarawan
gereja paling awal, mengatakan, "Yesus memiliki sosok yang kembar...., masing-masing dari Yesus dan Almasih
merupakan nama yanq dipuja, hingga oleh para nabi Allah semenjak asal. Tugas saya di sini
untuk menjelaskan bahwa kekudusan dan keagungan nama ini pun telah disebutkan oleh
Nabi Musa ... Ketika Musa menyampaikan kepada Tuhan tentanq sifat Pendeta Terbesar dia adalah orang paling kuat - Almasih telah memanggilnya. Musa bersama Roh Kudus
juga telah sempat meramalkan denqan tepat julukan bagi Yesus. Musa merasa bahwa ia
juga berhak mendapatkan keistimewaan khusus, yang belum pernah didengar oleh telinga
manusia, sehingga menjadi jelas bagi Musa bahwa julukan Yesus yang diberikannya
pada kesempatan pertama dan satusatunya bagi seorang laki-laki yang -secara simbolis
diketahui bahwa dia akan menjadi pengqanti dirinya sesudah ia mati. "
Nabi-nabi yang menggantikan Musa hingga waktu itu tidak seorangpun yang
menyandang nama Yesus. Nama yang ada adalah Yoshea, nama pemberian sang ayah.
Sedangkan Musa telah memanggil Yesus dengan menyertakan julukannya sebagai
penghormatan tertinggi yang tidak dapat diukur harganya, bahkan lebih agung dari
dari mahkota kerajaan manapun di bumi.
Kita mendapati bahwa orang-orang Yebus hampir saja berkeyakinan bahwa
Yoshea bin Nun itulah pengganti Musa, dan dia pulalah Yesus Kristus (Almasih).
Ia tidak saja membawa nama yang sama, namun ada kemiripan di antara keduanya, di mana
masing-masing menjadi pengganti Musa. Persoalannya di sini adalah, mestinya
Yoshea hidup pada zaman Musa, sekitar abad ke-14 SM, sedangkan Yesus hidup pada
permulaan abad pertama M. Semua pembicaraan ini menyimpan rangkaian rumus yang
diketahui oleh para pendeta-pendeta gereja abad pertama, sebagaimana pula
diketahui oleh para anggota Jemaat Qumran.
Sebagaimana kita ketahui bahwa tulisan-tulisan kuno di Qumran, tidak saja
menegaskan sesuatu yang telah dimaklumi sebelumnya, tapi bahkan membuka wacana
baru untuk bahan kajian. Tidak disangsikan, apapun alasannya, naskah yang telah
dipublikasikan telah sempat mengundang pelbagai pertanyaan yang perlu
mendapatkan jawaban, terlepas apakan naskahnaskah yang masih tersisa akan dipublikasikan
atau tidak. Pertempuran Antara Putra Cahaya vs Putra
Kegelapan Tidak diragukan lagi bahwa masalah pokok yang menyibukkan benak umat
manusia sejak menyadari wujud mereka di dunia ini adalah kematian, ketika tubuh
mereka berhenti bergerak dan mulai meleleh dan melebur. Apakah kematian ini adalah
akhir wujud manusia" Inilah pertanyaan yang ingin dijawab oleh akal manusia sejak
dahulu kala. Sementara itu, manusia mengamati adanya jenis-jenis binatang yang umurnya
tidak lebih dari beberapa tahun saja dan dalam waktu yang sama juga melihat beberapa
benda alam -seperti gunung-gunung dan bintang-bintang- terus bertahan dan bergerak.
Sedang dalam dunia flora mereka mengamati bahwa perubahan musim bisa menyebabkan
kematian. Pada musim gugur dan dingin, tumbuh-tumbuhan itu mati tetapi segera
disusul oleh kehidupan baru lagi pada musim semi dan musim panas. Apakah setelah
kematian,
Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kehidupan manusia akan kembali seperti itu juga"
Dalam hal ini, orang Mesir kuno adalah bangsa yang pertamakali mengatakan
bahwa wujud manusia terdiri dari jasad dan ruh. Bahkan wujud ruh itu pun mereka
anggap ganda. Yang satu mereka sebut dengan "Ba" sedang yang lain mereka sebut dengan
"Ka". Setelah menggapnya ganda, orang Mesir kuno kemudian meyakini bahwa unsur
ruh ini tetap kekal hingga setelah hancurnya jasad materi. Untuk itu mereka berusaha
mengawetkan tubuh itu agar tidak hancur atau hilang. Dengan bahan-bahan kimia,
mereka pun membalsem mayat agar tetap berada pada bentuknya yang semula. Selain
itu mereka juga terbiasa membuat kuburan yang terlindung di dalam batu-batu
cadas. Belum puas, kuburan-kuburan itu masih diberi mantera-mantera atau tulisantulisan yang mereka yakini memiliki kekuatan untuk melindungi manusia dalam perjalanan menuju
alam akhirat. Itu semua karena berkeyakinan bahwa suatu saat nanti arwah-arwah
itu akan kembali ke jasad sehingga jasad itu pun akan hidup kembali.
Selanjutnya, karena keyakini terhadap adanya kekuatan-kekuatan tersembunyi dari
Tuhan yang mengendalikan manusia, orang Mesir kuno meyakini perlunya membuat
kekuatan-kekuatan itu berkenan. Bukan hanya dengan cara mempersembahkan kurban
tetapi juga dengan mematuhi perilaku etik tertentu. Dengan harapan para dewa
berkenan dan tidak menghalangi mereka untuk berjalan pulang menuju kehidupan baru.
Dengan demikian, kembalinya ruh atau kembalinya kehidupan setelah mati menjadi
perwujudan dari ide kepurnaan final bagi manusia. Selanjutnya, papirus-papirus
buku kematian yang mereka letakkan di dalam kubur menunjukkan suatu keyakinan kuno
bahwa setiap manusia akan melalui pengadilan setelah kematiannya. Yang mana
seluruh amalan-amalannya akan ditimbang dengan "Maat" (lambang kejujuran). Selanjutnya,
berdasarkan pengadilan itu, hanya orang saleh yang tidak pernah merugikan
sesamanya yang diperkenankan untuk kembali menuju kehidupan lain.
Kemudian, lantaran proses pembalseman -yang memakan waktu tujuh puluh haridan
pemakaman itu memerlukan biaya yang tidak bisa ditanggung oleh rakyat biasa,
para raja dan kaum ningrat sajalah yang mampu menggapai keselamatan melalui kehidupan
lain. Untuk itu, orang-orang Mesir kuno menyucikan para penguasa dan kaum
ningrat yang mereka gambarkan sebagai jenis makhluk lain, sebab kehidupan manusia biasa
tidak akan mendapatkan kekekalan kecuali dengan perantaraan mereka ini.
Lalu, meskipun agama Yahudi telah menyerukan kepada satu Tuhan yang tidak
mempunyai bentuk atau patung, aliran Yahudi Rabinik yang keluar dari tawanan
Babel tidak meyakini kekalnya ruh, kehidupan setelah mati atau hisab (penghakiman).
Sedangkan konsep keselamatan Yahudi kala itu hanya berdiri di atas prinsip bahwa
bangsa Israel adalah bangsa yang dipilih oleh Tuhan, pada akhir zaman akan
muncul mesiah -raja Israel yang datang dari keturunan Daud- yang menolong bangsanya dan
membuat mereka berkuasa atas seluruh bangsa. Kendati begitu, masih ada sejumlah
besar nabi Bani Israel yang menyerukan dogma kekekalan ruh dan menantikan
keselamatan akhir manusia. Para nabi ini mengatakan bahwa mesiah yang dinantikan
itu akan membawa keselamatan ini, dia ini berasal dari kalangan mereka -mereka
mengaku sebagai orang Israel yang sebenarnya- dan akhirnya juga mengatakan bahwa mesiah
ini akan menghukum para penguasa Yehuda bersamaan dengan musuh-musuh Tuhan. Di
sisi lain, sebagian besar nabi Bani Israel mati dibunuh oleh Bani Israel
sendiri. Akibatnya, seruan keselamatan berubah menjadi pertikaian antara mesiah sang juru selamat
dengan para pemimpin bangsa yang memerintah dan menindasnya. Karena itu juga, jemaat
Qumran yang mematuhi ajaran-ajaran para nabi terpaksa melakukan amal ibadahnya
secara sembunyi-sembunyi dan tidak membuka rahasia mereka untuk menghindari
bahaya penyiksaan. Dalam kondisi seperti ini, tidak mengherankan jika di antara sejumlah naskah
Qumran itu ada yang memberitakan perihal penantian jemaat Qumran akan datangnya
hari keselamatan. Suatu hari di mana kekuatan setan yang diwakili oleh para
pendeta rumah suci Yerusalem akan lenyap, sedang jemaat Qumran akan menang bersamaan
dengan kedatangan guru mereka. Kemenangan ini bukan saja terhadap setan, tetapi
juga terhadap kematian. Sebuah kemenangan yang menjadi pertanda dimulainya kehidupan
abadi dan keselamatan manusia untuk selama-lamanya.
Jemaat Qumran menantikan saat kembalinya sang guru bijak ke alam kehidupan
lagi. Dan kembalinya ini merupakan isyarat telah tibanya hari akhir (hari
kiamat) dan dimulainya hisab. Guru itulah yang nantinya akan memimpin perang keselamatan
terakhir untuk melenyapkan kejahatan dan kegelapan kemudian menggantikannya dengan zaman
kecerahan abadi. Di samping itu, pendeta jahat -si tukang bohong dan munafikyang ketika memimpin Israel, meninggalkan Tuhan dan mengkhianati syariat demi harta,
mencuri dan mengumpulkan harta orang-orang yang tidak mempunyai kasih sayang dan
menentang Tuhan, begitulah dia merampas harta orang lain hingga menambahkan dosa
dan kelaliman ke dalam sifatsifatnya. Namun demikian, naskah yang memuat
komentar atas kitab Habakuk menyebutkan bahwa pendeta jahat itu menemui ajalnya di tangan
musuhmusuhnya karena telah berbuat salah terhadap Tuhan.
Selanjutnya, di antara naskah-naskah yang ditemukan di gua Qumran nomor 1 ada
satu naskah yang dinamakan dengan naskah "Peperangan". Naskah ini menceritakan
secara terperinci pertikaian rohani yang terjadi antara sebuah kelompok yang
disebut dengan "Putra Cahaya" dan kelompok lain yang disebut dengan "Putra Kegelapan"
yang kadangkadang juga dinamakan dengan "Kitim". Selain itu, naskah ini juga
menggunakan nama-nama bangsa dan suku kuno secara simbolik untuk menyatakan berbagai pihak
yang ikut serta dalam peperangan ini. Misalnya, dia menggunakan nama Lewi,
Yehuda dan Edom berhadap-hadapan dengan Adom, Benyamin, Moab, putra-putra Amon dan
bangsa Filistia. Semua bangsa dan suku yang tersebut ini adalah bangsa dan suku
yang pernah tinggal di tanah Palestina dan Yordan pada abad kedua belas sebelum
Masehi. Selanjutnya, di samping nama-nama itu masih ada satu nama lagi, yaitu Kitim
Asyur. Berdasarkan informasi yang terdapat dalam naskah "peperangan" bahwa pertempuran
menentukan yang dilancarkan oleh putra-putra Cahaya terhadap pasukan Beleal
(yaitu setan) yang terdiri dari putra-putra Kegelapan akan dimulai ketika Putra-putra
Cahaya yang diasingkan pulang dari pengasingan di tengah padang gurun dan mendirikan
kemah di gurun Jerusalem. Setelah pertempuran selesai, mereka bertolak dari sana untuk
memerangi raja Kitim di Mesir yang akan memerangi raja-raja utara dan dengan
kemurkaannya akan melenyapkan sisa-sisa pasukan mereka.
Setelah itu, mulailah fase berdaulatnya bangsabangsa yang tunduk kepadanya,
dihabisinya bangsabangsa Beleal secara total dan akan habis pula kekuasaan
Kitim. Segala kejahatan pun akan dikubur tanpa terkecuali, tetapi putra-Putra Kegelapan
masih tersisa. Kitab Peperangan ini merupakan tafsiran simbolik tidak nyata atas pertikaian
antara "Putra Cahaya" dan "Putra Kegelapan". Menurut keyakinan yang berlaku, pertikaian
itu akan berlangsung selama empat puluh hari dan fase-fasenya pun telah ditentukan.
Kita juga melihat bagaimana dua kekuatan itu hampir seimbang, tetapi Allah Yang Maha
Kuat segera turun tangan dan melancarkan pukulan abadi kepada setan beserta segenap
jemaat dan kerajaannya. Lebih jelasnya, naskah itu berisi:
1. Pernyataan perang melawan Kitim
2. Pengaturan kembali peribadatan di rumah suci Yerusalem.
3. Penyusunan siasat peperangan yang akan berlangsung selama empat
puluh hari. 4. Naviri (terompet) yang berjumlah tiga belas. Masing-masing memiliki arti
tertentu. Ada yang menandakan pengumuman perang, ada yang
menandakan diakhiri peperangan dan demikian selanjutnya.
5. Penentuan bendera-bendera yang menaungi tentara dan dibawa oleh
regu-regu yang bermacam-macam.
6. Koordinasi pasukan dan angkatan yang akan menempati garda depan.
7. Jalur perjalanan regu pejalan kaki penyerbu
8. Koordinasi dan gerak regu penunggang kuda
9. Umur-umur tentara yang ikut serta dalam peperangan. Tiap regu terdiri
dari para prajurit yang memiliki umur tertentu.
10. Pengaturan kemah-kemah tempat berkumpulnya regu-regu tentara.
11. Fungsi pendeta-pendeta jemaat pada saat peperangan berkecamuk.
12. Khutbah yang akan disampaikan dan doa-doa yang akan diikuti oleh
semua tentara. 13. Doa terakhir yang akan dipanjatkan pada saat kemengan telah diraih, juga
cara menyelenggarakan pesta kesyukuran.
Pasukan Putra Cahaya terdiri dari regu pejalan kaki dari anak-anak muda yang
umur mereka berkisar antara lima belas hingga tiga puluh tahun, regu penungang
kuda berusia antara tiga puluh tahun hingga empat puluh tahun, kemudian para perwira
yang berusia antara empat puluh hingga enam puluh tahun serta para komandan yang
berusia antara lima puluh hingga enam puluh tahun. Sedang para pendeta Jemaat bertugas
meniup terompet peperangan untuk memberikan tanda dimulainya penyerangan dan
tanda untuk mundur. Sebelum perang dimulai, seluruh anggota pasukan Putra Cahaya
melakukan shalat jamaah kemudian berteriak sekeras-kerasnya untuk membuat takut
hati musuh. Setelah itu mereka bergerak maju di bawah bendera yang bertuliskan
"Bangsa Tuhan". Pada saat itu, berdasarkan informasi yang tersebut dalam naskah
peperangan, murka Allah akan berkobar dan membakar Beleal (setan) dan jemaat yang
menyertainya hingga tidak ada satu pun yang tersisa.
Ada kemiripan yang cukup jelas antara beberapa bagian dari naskah Peperangan
milik jemaat Qumran dengan yang tersebut dalam fasal sebelas dari kitab Nabi
Daniel yang berasal dari tahun 160 sebelum Masehi. Di situ disebutkan:
Daniel 11: 40-45 11:40 Tetapi pada akhir zaman raja negeri Selatan akan berperang dengan dia, dan
raja negeri Utara itu akan menyerbunya dengan kereta dan orang-orang berkuda dan
dengan banyak kapal; dan ia akan memasuki negeri-negeri, dan menggenangi dan meliputi
semuanya seperti air bah.
11: 41 Juga Tanah Permai akan dimasukinya, dan banyak orang akan jatuh; tetapi
dari tangannya akan terluput tanah Edom, tanah Moab dan bagian yang penting dari bani
Amon. 11: 42 la akan menjangkau negeri-negeri, dan negeri Mesir tidak akan terluput.
11: 43 la akan menguasai harta benda emas dan perak dan segala barang berharga
negeri Mesir, dan orang Libia serta orang Etiopia akan mengikuti dia.
11: 44 Tetapi kabar-kabar dari sebelah timur dan dari sebelah utara akan
mengejutkan hatinya, sehingga ia akan keluar dengan kegeraman yang besar untuk memusnahkan
dan membinasakan banyak orang.
11: 45 la akan mendirikan kemah kebesaranya di antara laut dan gunung Permai
yang kudus itu, tetapi kemudian ia akan menemui ajalnya dan tidak ada seorang pun
yang menolongnya. " Daniel 12: 1-2 12: 1 " pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan
mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar,
seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsabangsa sampai pada waktu itu.
Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya
tertulis dalam Kitab itu. 12: 2 Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah,
akan bangun. sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami
kehinaan dan kengerian yang kekal.
Demikianlah, kita mendapatkan perbedaan mendasar antara keyakinan-keyakinan
jemaat Qumran dengan ajaran-ajaran para Pendeta Rumah Suci Yerusalem, hingga
menjadikan mereka mewakili beleal atau setan.
Namun begitu, dalam waktu yang sama juga mendapatkan perbedaan pokok
antara hal-hal yang diserukan oleh jemaat Qumran Esenes dan dogmadogma Kristen
setelah itu. Demikianlah hal ini terjadi, meskipun ada sisi kesamaan antara
dogma-dogma jemaat Qumran dengan ajaran-ajaran yang diserukan oleh Yohanes pembaptis (Yahya)
pada awal masa Kristen. Dalam Injil Matius, fasal 3 telah disebutkan bahwa: Pada
waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan:
"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!". Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi
Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun:
Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya ".
Memimpikan Kota Utopis Atau Sorga Hari Akhir
Pencarian kota utopis sudah menjadi impian umat manusia sejak menyadari wujud
sosialnya, baik melalui agama; pemikiran filsafat atau pemikiran sosial hal ini
karena setiap manusia mengetahui baik dengan akal maupun hatinya akan perlunya suatu
masyarakat lain yang terbebas dari problem dan kekurangan-kekurangan yang ada
dalam masyarakat tempat dia hidup.
Rupanya, Jemaat Esenes juga memimpikan terwujudnya kota utopis semacam itu.
Kota yang mereka impikan itu mereka namakan Yerusalem baru. Dalam hal ini telah
ditemukan potongan-potongan tulisan berbahasa Aram di enam gua di Qumran.
Potongan-potongan ini menceritakan kondisi yang akan dialami oleh kota Yerusalem
di akhir zaman. Cerita ini dituturkan melalui mulut seseorang yang bercerita
tentang sebuah mimpi tentang masa depan.
Dalam mimpi itu dia mengunjungi kota Yerusalem Baru tersebut. Orang itu
mengatakan: "Saya dituntun masuk ke dalam kota. Setelah itu, dia mengukur luas
Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seluruh komplek perumahan, panjangnya, lebarnya, jalan setapak yang mengelilingi
kompleks perumahan, lorong-lorong jalan, jalan utama yang membelah tengah kota: lebarnya
tiga belas galah. Semua jalan dilapisi batu putih, batu granit. Selanjutnya orang itu
memperlihatkan kepadaku luas pintu samping yang berjumlah delapan puluh buah.
Luas pintu-pintu samping itu dua galah. Setiap pintu memiliki dua daun yang terbuat
dari batu. Dia menuntunku lagi ke kompleks rumah-rumah dan menunjukkan kepadaku rumahrumah
yang ada di sana. Terdapat kemiripan antara kisah ini dengan kisah yang tersebut di dalam kitab
Yehezkiel berikut ini: "Lalu dibawanya aku ke balai Bait Suci dan ia mengukur tiang-tiang temboknya:
tebalnya lima hasta yang sehelah sini dan lima hasta yang sebelah sana; lebar pintu itu
empat belas hasta dan dinding sampingnya masing-masing tiga hasta. Panjang balai Bait Suci
itu adalah dua puluh hasta dan lebarnya dua belas hasta. Orang dapat naik ke situ melalui
tangga yang sepuluh tingkat dan dekat kedua tiang tembok itu ada dua tiang, satu sebelah
sini dan satu sebelah sana. " Selanjutnya, hal yang sama juga tersebut lagi dengan lebih jelas dalam fasal 3
dari kitab Wahyu Yohanes dari Perjanjian Baru, yaitu:
"Barangsiapa menang, ia akan kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-ku, dan
ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan kutuliskan nama Allah-ku, nama kota
Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allahku.
Pada zaman Musa, Yerusalem belum menjadi kota suci. Hal ini sama sekali tidak
diterangkan dalam kitab Taurat yang lima. Ketika itu yang dianggap sebagai kota
suci adalah Sinai. Dalam hal ini, kitab Keluaran fasal tiga menyebutkan bahwa Musa
menggembala kambing Yetro, mertuanya, imam Midian.
"Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di
Midian ". Sekali, ketika ia menggiring kambing domha itu ke seberang padang
gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Lalu Malaikat TUHAN
menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu iu melihat,
dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata:
"Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak
terbakar semak duri itu" "Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk
memeriksanya, berserulah.Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya:
"Musa, Musa! " dan ia menjawab: "Ya, Allah. "Lalu la berfirman: "Janganlah datang
dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu,
adalah tanah yang kudus. "Di tempat ini, di atas gunung Sinai yang pada saat ini
ditempati biara St. C'aterine, Taurat turun kepada Musa yang tetap berada di atas gunung itu selama
empat puluh hari ditemani oleh calon penggantinya, Yosua. Bahkan pada akhir masa yang
menurut sumber-sumber Yahudi, Daud dan Sulaiman hidup di kota Yerusulem itu masih
terdapat cerita tentang tokoh simbolik yang tersebut dalam fasal 19 dari kitah I RajaRaja yang masih menganggap gunung Sinai sehagai tempat suci bagi keturunan Israel.
Diceritakan bahwa Elia yang malu karena kaumnya menyembah berhala berjalan di padang gurun
sejauh sehari perjalanan hingga: duduk di bawah sebuah pohon arar Kemudian ia
ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku
ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku. " Sesudah itu ia berbaring dan tidur di
bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata
kepadanya: "Bangunlah, makanlah! " Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah
kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian
berbaring pula. Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta
berkata: "Bangunlah, makanlah.' Sebab kalau tidak, perjalanmu nanti terlalu jauh bagirnu.
" Maka bangunlah ia, lalu makan dan rninum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan
empat puluh hari empat puluh malam lamanya sumpai ke gunung AIlah, yakni gunung Horeb.
Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka firman TUHAN
datang kepadanya, demikian: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia" " Jawabnya: "Aku bekerja
segiatgiatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang lsrael meninggalkan
perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku
seorang dirilah yung masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku. " Lalu
firman-Nya: "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN! " Maka TUHAN lalu!
Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit butu,
mendahului TUHAN Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu
datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu. Dan sesudah gempa itu
datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu
datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, IaIu
pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang
berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" Jawabnya: "Aku bekerja segiat-giatnya bagi
TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan
mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang
dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku. " Firman TUHAN
kepadanya: "Pergilah, kembalilah ke jalanmu melalui padang gurun ke Damsyik... "
Kota Yerusalem baru menjadi kota suci bagi orang Yahudi setelah dibangun
kembali pada abad kelima sebelum Masehi atas izin raja Persia Darius. Raja ini
mempersilakan mereka untuk membangun kuil orang Yebus kuno. Tidak ada bukti
historis yang menyatakan bahwa mereka tinggal di kota Yerusalem sebelum kota ini
dihancurkan oleh Nebukadnezar pada abad sebelumnya, meskipun mereka mempunyai beberapa
tempat suci di puncak-puncak gunung yang mengelilingi kota itu. Yebus sendiri
adalah salah satu bangsa Semit yang keluar dari Semenanjung Arabia dan mendiami kota
Yerusalem semenjak melinium ketiga sebelum Masehi hingga dihancurkan oleh bangsa
Babel yang kemudian meninggalkan kota itu dalam keadaan porak poranda.
Sebaliknya, peninggalan-peninggalan sejarah malah menunjukkan bahwa kawasan Yerusalem itu
pernah dikuasai oleh Mesir sejak masa pemerintahan Tuhutmus III, pembangun
imperium pertama yang batas-batasnya membentang dari Nil hingga Eufrat pada pertengahan
abad lima belas sebelum Masehi. Selanjutnya, ketika Amonhoteb III naik tahta,
kekayaan Mesir mencapai batas yang belum pernah dicapai sebelumnya juga tidak pernah dicapai
dalam masa-masa setelahnya. Raja yang masa pemerintahannya dipenuhi suasana damai ini bisa menggunakan
kekayaan ini untuk pembangunan, baik di Mesir sendiri atau di Syiria dan Kanaan.
Di daerah-daerah itu telah dibangun sejumlah kuil, istana dan kota-kota berbenteng.
Adanya banyak tawanan perang ketika itu sangat berpengaruh dalam memperbanyak jumlah
tenaga manusia. Biasanya mereka ini diperkerjakan untuk memotong batu dan
membangun. Di sebelah utara benteng Yerusalem terdapat daerah protektorat Mesir.
Semua bukti menunjukkan bahwa raja Mesirlah yang membangun kuil pertama di
daerah itu. Detail keterangan mengenai kuil-kuil yang tersebut dalam kisah itu juga
menunjukkan bahwa bentuknya mirip dengan kuil-kuil Mesir yang dibangun di Beat-Sean, Megido
dan Gezer oleh raja yang sama.
Surat-surat Tel Amarina yang dikirimkan oleh bupati Yerusalem kepada I khnaton
menandaskan bahwa orang-orang Mesir telah meninggalkan protektor militer yang
terdiri dari pasukan berkuda di kota Yerusalem. Diperkirakan mereka bermukim di daerah
yang terletak di sebelah timur Masjidil Aqsa. Selanjutnya, kekuasaan Mesir itu terus
bertahan hingga masa pemerintahan Ramsis IV pada akhir abad kedua belas sebelum Masehi.
Sementara kitab II Samuel menyebutkan bahwa raja Daud menguasai sebuah
benteng di kota Yerusalem di akhir abad kesebelas sebelum Masehi, penggalian
arkeologi hingga saat ini belum mampu membuktikan kebenaran riwayat ini. Kemungkinan
besar, berdasarkan bukti-bukti sejarah, kota Yerusalem itu tetap menjadi kota orang
Yebus hingga dihancurkan oleh pasukan Nebukadnezar.
Pusaka Negeri Tayli 8 Pedang Siluman Darah 4 Memburu Bah Jenar Lembah Tiga Malaikat 15