Pembunuh Cahaya Karya Santhy Agatha Bagian 2
cemberut yang tidak menyenangkan.
Saira beberapa kali tergoda untuk kabur ke rumah
kacanya, apalagi Andre yang selalu meneleponnya setiap
malam dan menghiburnya menceritakan bahwa beberapa
varietas bunga yang mereka kembangkan telah mekar dengan
wanginya dan begitu indah warnanya.
Saira rindu berada di sana, amat sangat merindu sampai
ingin menangis setiap dia berusaha menahan dorongannya
untuk pergi dari rumah ini. Para pegawai rumah ini
mengawasinya, Saira tahu pasti. Mereka tidak akan segan-segan
mengangkat telepon dan memberitahu Leo kalau dia sekali saja
melewati gerbang itu dengan sembrono. Lagi pula gerbang itu
dijaga dua pegawai Leo yang sudah pasti tidak akan
membiarkannya keluar, kalau dia tidak memakai mobil dan
sopir yang disediakan oleh Leo. Mobil dan supir itu sama saja,
Leo pasti sudah menginstruksikannya untuk selalu mengawasi
Saira. Saira hanya bisa keluar kalau dia berbelanja ke
supermarket atau ke tempat-tempat umum, dengan supir itu
terus mengikuti dan mengawasinya. Dia sama saja terpenjara di
balik pagar rumah yang mewah ini.
Pagi itu, Leo sedang sarapan dengan wajah dinginnya
seperti biasa. Saira dengan langkah pelan, berusaha
memberanikan diri mendekatinya. Mereka sudah jarang sekali
berbicara akhir-akhir ini. Setelah pesta itu, Leo bisa dikatakan
hampir mengabaikan Saira. Kalaupun mereka bercakap-cakap
itu hanyalah berupa kalimat-kalimat singkat yang ketus dari
Leo. 70 Santhy Agatha "Aku ingin ke rumah kaca." Saira segera berkata ketika
melihat Leo sudah menyelesaikan makannya.
Leo mengelap mulutnya dengan serbet dan menatap
Saira dengan dingin, "Bukankah aku sudah bilang kau tidak boleh
mengunjungi rumah kaca itu lagi?"
"Tapi itu bisnisku, usaha yang aku bangun dari awal, dan
rumah kaca itu hampir seperti hidupku..."
"Kau tidak butuh membangun bisnis apapun, aku bisa
menghidupimu dengan berlebih, berikan semua kepada Andre.
Mengenai rumah kaca itu, aku tidak peduli."
"Oh ya ampun!" Saira berdiri menatap Leo dengan pedih,
"Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku" Kau ingin aku pada
akhirnya bunuh diri karena frustrasi ya" Itu yang kau inginkan"
Aku tidak tahu kebencian dari mana yang mendorongmu Leo,
tetapi kau telah melakukan perbuatan keji, menggunakan
pernikahan ini untuk menjebak seseorang..... dan sengaja
membuatku menderita hanya.."
"Apa yang kau ketahui tentang menderita?" Leo berdiri
dengan marah, menghampiri Saira, "Apa yang kau tahu hah"
Kau selalu hidup dalam limpahan kasih sayang! Semua orang
menyayangimu dan menjagamu dalam duniamu yang manis
dan indah, kau bahkan tidak perlu mengemis kasih sayang
siapapun! Tidak seperti kami!"
Saira menatap Leo dengan terkejut, Apa yang dikatakan
Leo kepadanya tadi" Kenapa Leo membandingkan kasih sayang
yang diperoleh dari orangtuanya" Dan kenapa dia menyebut
'kami' " siapakah 'kami' yang Leo maksud itu"
Leo sendiri tampak begitu marah dan menakutkan, dia
memegang kedua lengan Saira dengan keras,
"Aku ingin kau merasakan apa itu penderitaan,
bagaimana rasanya kau terus menerus ditolak dan disakiti oleh
orang yang kau cintai! Aku ingin kau merasakannya!" dalam
kemarahannya, Leo mengguncang-guncang lengan Saira dengan
keras, membuat kepalanya pusing.
Pembunuh Cahaya 71 Pusing itu makin menjadi ketika perutnya bergolak dan
membuatnya mual luar biasa, Saira tidak bisa menahan
muntahnya. Dia mendorong Leo sekuat tenaga, lalu berlari ke arah
wastafel yang berada di kamar mandi yang berhubungan
dengan ruang makan itu, dengan dorongan sepenuhnya dari
mulutnya, dia muntah-muntah hebat, memuntahkan seluruh isi
sarapannya. Ketika dia selesai, dengan terengah-engah dia
menyalakan kerannya, dan membasuh mukanya. Didongakkannya kepalanya, dan dari cermin di hadapannya, dia
melihat Leo berdiri di belakangnya dengan wajah pucat pasi.
Mata mereka bertatapan dan ingatan mereka langsung
berpadu ke malam itu, malam dimana Leo memperkosa Saira
dengan kejam... tanpa pengaman apapun.
Tanggalnya pas, semuanya tepat.. Saira mulai gemetaran,
menatap Leo dengan meringis perih.
Akhirnya kata-kata itu keluar dari bibir Leo, dia menatap
Saira dengan sama shocknya, suaranya tampak tercekat ketika
dia berkata, "Kau... hamil ya?"
72 Santhy Agatha "Cinta itu memilih. Memilih dari dua yang paling berarti : dia
yang berjalinan darah denganmu, atau dia yang sedang
mengandung darah dagingmu?"
7 Mereka berdua bertatapan dengan cemas dan wajah
pucat. Saira sendiri begitu cemas, suaminya memperlakukannya dengan buruk dan sekarang dia hamil,
hamil bukan dari buah cinta perkawinannya tetapi dari
pemaksaan yang dilakukan suaminya kepadanya.
Akan seperti apakah Leo memperlakukan anaknya
nanti" Sementara dia memperlakukan Saira seperti ini"
Bagaimanakah anak ini akan tumbuh dan besar" Akankah Leo
memperlakukannya dengan buruk"
Tiba-tiba insting ingin melindungi anaknya tumbuh dari
benak Saira, dia langsung merangkulkan lengannya dan
memeluk perutnya dengan waspada. Kalau Leo ingin menyakiti
anak dan bayinya, berarti dia harus berjuang, kemarin Saira
pasrah dan menyerah karena dia merasa dirinya sebatang kara,
sekarang dia mempunyai seorang bayi yang tumbuh di dalam
rahimnya, dan dia harus berjuang melindungi anaknya.
"Kau harus ke dokter." Leo memandangi Saira yang
memeluk perutnya sambil mengernyit, "Kita ke dokter
sekarang." "Aku bisa pergi sendiri." Saira tiba-tiba ingin
menjauhkan Leo sejauh mungkin dari calon anaknya. Dia tidak
percaya kepada Leo. "Sekarang, Saira." Leo menggeram merenggut lengan
Saira dengan kasar, ketika melihat Saira mengernyit dia
langsung melepaskan pegangannya tampak bingung harus
berbuat apa, "Pokoknya ikut aku."
Saira memegangi lengannya yang sakit, sekilas melihat
kebingungan yang muncul dari tatapan mata Leo dan menarik
kesimpulan. Leo tampak sama bingungnya dengannya, lelaki itu
Pembunuh Cahaya 73 sepertinya tidak mengira keadaan akan seperti ini. Kemudian
dia menghela napas panjang dan memutuskan untuk mengikuti
kemauan Leo. Lagipula dia ingin memastikan keadaannya di
dokter. Dengan langkah ragu, dia mengikuti Leo memasuki
mobil hitamnya yang besar itu, dan duduk di kursi penumpang
di sebelahnya. Sepanjang perjalanan mereka tidak bercakapcakap, hanya diam dan
sibuk dengan pikirannya masingmasing.
*** "Kantong kehamilannya sudah kelihatan, dan hasil tes
labnya positif, usia kandungannya sudah enam minggu." Dokter
perempuan itu tersenyum, "Selamat nyonya."
Saira membalas senyuman dokter yang ramah itu
dengan gugup, sementara Leo sendiri tampak pucat pasi
menerima kepastian kabar itu.
Ini pasti bukan yang diharapkan lelaki itu.
Saira menatap ekspresi shock Leo dan menghela napas
panjang. Tetapi dia benar-benar hamil. Dengan lembut
dielusnya perutnya, penuh kasih sayang. Dia tidak tahu
bagaimana caranya menjadi ibu, tetapi yang pasti dia akan
menjaga anak ini sepenuh hatinya. Matanya bersinar penuh
sayang, karena kehadiran anak ini, dia tidak sebatang kara lagi.
Saira mengangkat kepalanya, dan matanya bertatapan
dengan Leo yang sedang mengamati perutnya. Lelaki itu lalu
menatap mata Saira dan mengalihkan pandangannya.
Ekspresinya tidak terbaca.
*** Setelah mengantarkan Saira pulang, Leo langsung pergi
lagi, setengah mengebut dia menuju rumahnya yang ada di
pinggiran kota. Menuju Leanna.
Rumah besar bercat putih itu tampak lengang, ketika Leo
memarkir mobilnya di halaman dia merenung dan menyadari
bahwa selalu ada nuansa sedih di dalam rumah ini. Suasana
sedih yang menggayuti hatinya.
74 Santhy Agatha Dia melangkah menaiki tangga menuju kamar Leanna,
rumah tampak sepi karena masih siang hari. Mungkin Leanna
sedang tidur siang dan para pelayan sedang sibuk menyiapkan
hidangannya di dapur. Dengan hati-hati, dibukanya kamar adik kembarnya itu,
dilihatnya Leanna sedang tidur pulas. Tetapi rupanya Leanna
menyadari kedatangannya, matanya terbuka, meskipun hampa
dan kosong, tetapi menunjukkan kalau dia sudah bangun.
"Hai sayang." Leo memang selalu memanggil Leanna
dengan panggilan sayang, sebagai bentuk kasih sayangnya
kepada adiknya, "Apa kabarmu?"
Leanna yang masih berbaring menjulurkan tangannya ke
arah suara Leo dan tersenyum, "Kangen."
Leo duduk di pinggir ranjang dan menggenggam tangan
adiknya. Kadangkala ketika kondisi Leanna sedang baik, dia
bisa diajak komunikasi dengan lancar, meskipun hanya
sepatah-sepatah kata. "Aku juga merindukanmu." Hati Leo terasa perih melihat
kondisi Leanna yang terbaring tak berdaya, seketika pikirannya
melayang ke arah Saira, Saira yang sedang mengandung
anaknya. Akankah dia jadi seperti ayahnya" Mengkhianati
Leanna karena Saira" Jantung Leo serasa direnggut dan
napasnya terasa sesak, "Maafkan aku." Suaranya berubah serak,
"Maafkan aku Leanna. Tetapi aku tidak bisa melukai Saira lagi...
dia.. dia mengandung anakku, dan aku... aku tidak mungkin
menyakitinya, aku.. aku telah jatuh dalam perasaanku sendiri."
Suara Leo tercekat, menatap Leanna yang masih memasang
eksrpresi kosong, "Maafkan aku Leanna, aku jahat sama seperti
ayah. Aku mengkhianatimu karena telah kalah dengan
perasaanku sendiri.. maafkan aku Leanna, maafkan aku...."
Suara Leo yang penuh kesedihan dan keputus asaan
menggema di kamar yang sepi itu, dan tidak ada jawaban dari
Leanna. Bahkan Leo tidak tahu apakah Leanna mengerti katakatanya atau tidak.....
*** Pembunuh Cahaya 75 Leo merenung sendirian di ruang tamu rumah itu.
Leanna tampaknya lelah dan dia tertidur lagi di atas.
Dia merenungi semua rencananya yang sudah pasti akan
berubah total. Kehamilan Saira sudah merubah segalanya. Dia
berencana membuat Saira tersiksa dan menderita secara
mental. Tetapi hal itu tidak mungkin bukan dilakukannya kalau
Saira sedang mengandung anaknya"
Dengan frustrasi Leo meremas rambutnya sendiri,
mengutuk kebodohannya karena malam itu, ketika dia
memaksakan kehendaknya kepada Saira, dia tidak teringat
untuk menggunakan pengaman. Dia terlalu marah waktu itu
sehingga bertindak tanpa pikir panjang, ingin menghukum
Saira dengan cara terburuk yang dia tahu. Tetapi itu hanya
terjadi satu kali, siapa yang mengira bahwa Saira langsung
hamil" Tetapi penyesalan tidak ada gunanya, sekarang Leo
harus memikirkan langkah ke depannya dengan adanya
perubahan situasi ini. Perempuan itu, Saira, telah terlanjur
mengandung darah dagingnya.
Perempuan hamil... Leo sama sekali tidak punya
pengalaman dengan perempuan hamil, apalagi yang sedang
mengandung anaknya. Anak itu... apakah dia menginginkannya"
Leo memejamkan matanya, tiba-tiba merasa rapuh
ketika batinnya mengakui bahwa dia menginginkan anak itu.
*** "Aku hamil." Saira menelepon Andre segera begitu dia
berada di kamar sendirian.
Andre tampak menahan napas di seberang telepon, dia
terperangah, "Hamil" Tetapi... bagaimana bisa" Bukankah kau
bilang dia sama sekali tidak menyentuhmu?"
Saira tidak pernah mengatakan tentang pemerkosaan
yang dilakukan Leo kepadanya saat itu, dia tidak mau menyulut
kemarahan Andre. Karena itu dengan gugup dia berdehem,
berusaha terdengar normal.
"Itu pernah terjadi satu kali."
76 Santhy Agatha "Apakah dengan cinta?" Andre langsung bertanya
skeptis, lelaki itu terlalu pandai untuk dibohongi.
Saira berdehem lagi kebingungan, lalu memutuskan
untuk jujur saja, "Tidak. Itu terjadi karena Leo marah."
"Oh Astaga." Suara Andre tercekat. Lalu hening. Saira
tahu Andre sedang meredakan emosinya. Kemudian lelaki itu
berkata lagi dengan tegas dan marah, "Dia memperlakukanmu
dengan sangat buruk, Saira. Kurasa sudah saatnya kau
meninggalkannya." "Aku tidak bisa, Andre... bayi ini, dia anak Leo... aku tidak
bisa meninggalkan Leo begitu saja, anak ini nanti tidak akan
punya ayah." "Kau bisa." Andre bergumam tegas, "Tinggalkan dia,
Pembunuh Cahaya Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saira. Dia sudah memperlakukanmu dengan buruk, dari
ceritamu setiap malam, ketika kau menangis dan meneleponku,
aku sudah menahan diri untuk menyerbu rumah itu dan
membawamu keluar dari sana. Kau selalu menahanku, tetapi
sekarang ada bayi itu dan aku mencemaskannya, apakah Leo
akan menyakiti bayi itu juga?"
Pertanyaan Andre menohok benak Saira, dia merenung,
Apakah Leo akan menyakiti bayi ini juga" Saira tidak tahu. Dia
tidak bisa membaca Leo. Dengan sedih Saira menghela napas panjang, "Aku tidak
bisa meninggalkan Leo, Andre..."
"Kenapa Saira" Tidak ada satu perempuanpun yang bisa
tahan seperti dirimu, direndahkan dan tidak dipedulikan oleh
suaminya seperti itu. Kenapa Saira" Kenapa kau bertahan"
Apakah karena kau masih mencintai si brengsek itu?"
Saira tertegun, tidak bisa menjawab.
Sampai kemudian Andre menyadari kenyataan di balik
keheningan Saira, "Oh Astaga, Saira. Kau masih mencintai Leo
ya" Bahkan setelah seluruh perlakukan buruk yang dia
timpakan kepadamu?" Saira menghela napas panjang, Andre akhirnya
menyuarakan kenyataan yang selama ini coba Saira sangkal.
Dia memang masih mencintai Leo, amat sangat. Dan bahkan
Pembunuh Cahaya 77 setelah kekasaran dan kekejaman sikap Leo kepadanya, Saira
masih menyimpan itu, jauh di dalam hatinya yang perih dan
terlukai. Air matanya menetes, merasakan pedihnya cinta yang
tak terbalas, "Maafkan aku Andre." Suaranya bergetar karena
tangis. Andre menghela napas lagi dengan keras, "Kau tidak
boleh seperti itu Saira, lemah karena cinta dan membiarkan
dirimu ditindas tak karuan oleh suamimu. Ingat sekarang ada
seorang anak di dalam perutmu yang membutuhkan
perlindungan dan perhatianmu, dan kuharap, ketika kelakuan
Leo sudah tidak bisa ditoleransi lagi, kau bisa mengambil
keputusan tegas untuk meninggalkannya, demi dirimu dan
demi bayimu." Saira mengernyit mendengar nasehat Andre. Dia
menyadari bahwa kenyataan itu pada akhirnya akan datang.
Kenyataan bahwa mungkin pada akhirnya dia harus
meninggalkan Leo. *** Leo pulang masih dengan hati berkecamuk, bingung
harus berbuat apa. Di satu sisi dia merasa harus menjalankan
apa yang disebutnya sebagai rencana balas dendam, tetapi di
sisi lain, nuraninya memberontak mengingatkannya bahwa
Saira sedang mengandung anaknya.
Dan Saira sedang menunggunya, menatapnya dengan
matanya yang lebar dan indah di ruang tamu. Entah berapa
lama perempuan itu menunggunya, bukankah dia seharusnya
sudah tidur" Bukankah perempuan hamil seharusnya tidur
cepat" Leo melirik jam tangannya, sudah hampir jam duabelas,
dia kemudian bergumam dingin kepada Saira, "Bukankah
seharusnya kau sudah tidur?"
"Aku menunggumu, kita harus bicara." Jawab Saira
singkat, menatapnya penuh tekad.
78 Santhy Agatha Leo mengernyit. Kalau saja dia malam ini tidak pulang
dan memutuskan menginap di rumah untuk Leanna, akankah
isterinya ini menunggunya sampai pagi"
"Kita bicara besok saja, aku lelah."
"Apakah ada perempuan lain, Leo?"
Leo yang sedang melangkah hendak meninggalkan
ruangan tertegun, dan kemudian menatap Saira dengan
defensif, "Apa maksudmu?"
"Kau jarang pulang, kau tampak begitu membenciku, aku
berpikir bahwa mungkin..." Saira menghela napas panjang,
merasakan kesakitan ketika mengucapkan kata-kata itu, "Aku
berpikir bahwa mungkin kau.. kau sudah menemukan
perempuan lain yang kaucintai, dan kau baru menyadarinya
ketika kau sudah terlanjur menikahiku, jadi kau melampiaskan
rasa frustrasimu dengan melakukan semua ini kepadaku. Aku
pikir..." Saira berdehem, "Kalau memang ada perempuan lain
yang kau cintai, dan juga mencintaimu, aku.. aku bersedia pergi
dengan sukarela." Saira memalingkan wajahnya dengan sedih,
"Aku tidak akan memaksakan suamiku yang tidak mencintaiku
untuk hidup bersamaku."
Leo tercenung lama, bayangan Leanna terlintas di
benaknya. Memang ada perempuan lain, meskipun tidak dalam
cara seperti yang dibayangkan oleh Saira. Leanna adalah
perempuan lain itu, adik kembar kesayangannya yang telah
menanggung begitu banyak penderitaan karena keberadaan
Saira. Ayahnya yang sangat dipuja oleh Leanna, yang sangat
dirindukan kasih sayangnya oleh Leanna, ternyata memusatkan
perhatiannya kepada Saira, mengabaikan Leanna.
Dan sekarang, Leo merasakan dorongan yang sama.
Dorongan itu sebenarnya sudah muncul dari awal, ketika dia
mendekati Saira, merasakan kedekatan yang nyaman dan
perasaan hangat yang mulai bertumbuh seiring dengan
kebersamaan mereka, sejenak Leo lupa pada keinginannya
untuk membalas dendam, terlena dalam pesona Saira.
Sayangnya, setiap malam ketika dia melihat keadaan Leanna,
Leo selalu disadarkan bahwa dia harus menyakiti Saira untuk
membalas dendam. Kemudian, dengan kejam, Leo membunuh
Pembunuh Cahaya 79 perasaan yang bertumbuh itu, menguncinya begitu dalam jauh
di dalam jiwanya yang kelam.
Tetapi setelah diketahuinya bahwa Saira sedang hamil
dan mengandung anaknya, perasaan itu perlahan menyembul
kembali, menyeruak tanpa dia sadari, membuat Leo merasa
benci pada diri sendiri karena dia sadar, kalau dia
menumbuhkan rasa sayangnya pada Saira, itu sama saja dia
telah mengkhianati Leanna, melakukan hal yang sama seperti
yang dilakukan ayah mereka kepada Leanna.
Tetapi Leo tidak mampu membohongi dirinya sendiri,
selama ini dia berhasil bersikap kasar kepada Saira,
menyakitinya sambil menipu dirinya sendiri bahwa dia
melakukannya demi Leanna.... tertapi sedikit demi sedikit
hatinya ternyata ikut tersakiti dan pedih, seiring dengan
kepedihan yang dialami Saira.
Leo tidak mampu membuat Saira menderita lagi, Leo
tidak mampu menyakiti Saira lagi, terlebih karena sekarang di
dalam tubuh Saira, darah dagingnya telah tumbuh dan
berkembang. Leo menatap ke arah Saira yang masih mengamatinya
dengan bingung dan penuh ingin tahu.
"Tidak ada wanita lain." Gumamnya ketus, lalu berlalu
meninggalkan Saira. *** Tamu yang datang siang itu sungguh tak di duganya, dia
adalah mama Leo, perempuan yang sangat modis dan cantik
meskipun usianya sudah lebih dari setengah abad, perempuan
itu tiba-tiba saja sudah datang dan duduk di ruang tamu dan
mengamati Saira dari atas ke bawah.
"Kau cantik." Gumamnya kemudian dalam senyuman,
membuat Saira yang semula menahan napas di bawah tatapan
perempuan itu langsung menghelanya dengan lega. "Aku tidak
bisa datang ke pernikahanmu karena kondisi tubuhku agak
sedikit tidak baik dan aku harus merawat diriku di luar negeri,
maafkan aku. Yang pasti aku senang isteri Leo sangat cantik dan
sepertinya baik." Senyumnya.
80 Santhy Agatha "Terimakasih." Saira duduk dengan gugup di depan
mama mertuanya. "Kau bisa memanggilku dengan namaku saja, panggil aku
Clara. aku kurang suka dipanggil dengan sebutan 'tante', atau
'mama' dan sebagainya, itu membuatku merasa semakin tua."
Clara menyandarkan tubuhnya di sofa dengan santai.
Pelayan datang mengantarkan teh dan kue, sementara
Saira mengamati mama mertuanya, perempuan ini tampaknya
memiliki pemikiran modern ala barat, karena cara memanggil
orangtua hanya dengan nama saja biasanya diterapkan di
negeri barat dan hampir tidak ada di sini.
Clara menatap mata Saira dan tersenyum, seolah bisa
memahami pemikiran Saira, "Aku hidup di luar negeri hampir
seumur hidupku, aku pulang ke negara ini, dan satu tahun
kemudian aku menikah. Jadi memang gaya hidupku tidak
seperti orang kebanyakan di sini," Perempuan itu lalu
memajukan tubuhnya dan menatap Saira dalam, "Kau hamil ya."
Saira hampir saja tersedak teh yang disesapnya, dia
menatap Clara dengan bingung, "Darimana anda tahu?"
"Dokter yang kalian kunjungi kan dokter pribadi
keluarga kami, dia secara pribadi meneleponku untuk
mengucapkan selamat." Clara memutar bola matanya, "Dan
bahkan, Leo anakku sendiri tidak memberitahuku."
Saira tercenung dan teringat perkataan Leo, tentang
sesuatu yang berhubungan dengan mengemis kasih sayang
orang tua. Apakah Leo yang mengalaminya" Mengemis kasih
sayang orang tua" Tetapi sepertinya Clara ibu yang baik, bukan
perempuan dingin yang tidak bisa menyayangi anaknya, kalau
begitu kenapa seolah-olah Clara tidak bisa dekat dengan anakanaknya"
Clara sendiri ikut mengambil teh dan menyesapnya, lalu
meletakkan cangkirnya di meja dan mendesah, "Leo memang
tidak pernah dekat denganku, apalagi setelah dia dewasa dan
kemudian meninggalkan rumah, kami hampir sama sekali tidak
pernah berhubungan....." Clara menatap Saira dengan ragu,
"Apakah kau sudah berkenalan dengan Leanna?"
Pembunuh Cahaya 81 Leanna" Siapakah itu" Leo sama sekali tidak pernah
menyebut nama itu dalam percakapan mereka. Dengan ragu
dan penuh ingin tahu, dia menggelengkan kepalanya dan
menatap Clara penuh ingin tahu.
Tetapi Clara seolah menyesal telah menanyakan
pertanyaan itu, dia menggumam tak jelas, lalu mengalihkan
pembicaraan ke hal-hal lain.
Tetapi sampai dengan Clara berpamitan pergi,
pertanyaan itu terus menggayuti benak Saira. Leanna" Siapakah
gerangan Leanna itu"
*** Leo akhirnya pulang, dan menatap Saira dari belakang,
Saira rupanya tidak menyadari keberadaannya, perempuan itu
sedang sibuk mengatur bunga di sebuah vas, mungkin itu
bunga-bunga yang dia petik dari taman belakang sana. Tanpa
sadar Leo tersenyum, Saira hampir tidak bisa lepas dari
tanaman. Ketika sadar bahwa dia tersenyum, Leo langsung
mengerutkan alisnya dan berdehem, membuat Saira
menolehkan kepalanya, disadarinya bahwa perempuan itu
langsung menegang ketika menyadari kehadirannya di ruangan
itu. "Kita akan membicarakan mengenai kehamilan ini."
Saira memberikan tatapan persetujuan, lalu tanpa suara
mundur dan melangkah duduk di sofa, Leo menyusulnya,
duduk di depannya, "Aku menginginkan anak itu." Gumam Leo.
Wajah Saira langsung pucat, dan reflek tangannya
melindungi perutnya, Apakah Leo akan merenggut anak ini
darinya ketika lahir nanti" Sekejam itukah Leo kepadanya"
Memisahkan anak dari ibunya adalah perbuatan terkejam yang
Saira bisa bayangkan. Leo mengamati ekspresi Saira dan mengerutkan
keningnya kesal, "Jangan takut, aku tidak akan merebut anak itu
darimu. Kita akan membicarakan pengaturan pernikahan ini
baik-baik, demi anak itu." Leo menghela napas, mengucapkan
82 Santhy Agatha permintaan maaf dalam hatinya kepada Leanna, dia bisa
dikatakan telah mengkhianati Leanna, tetapi bagaimana lagi"
Saira sedang mengandung anaknya. "Aku akan memperlakukanmu dengan baik."
Saira menatap Leo dengan tatapan tidak percaya, "Kau"
Akan memperlakukanku dengan baik" Sampai kapan Leo"
Sampai anak ini lahir dan kau kemudian akan menyiksa dan
merendahkanku lagi" Tidak!" Saira mengangkat dagunya
dengan keras kepala, "Sampai detik ini aku tidak tahu kenapa
kau menikahiku, tetapi sedikit demi sedikit aku memahami ada
kebencian yang mendorongmu, meski aku tidak pernah tahu
apa alasannya dan apa kesalahanku." Mata Saira tampak pedih,
"Anak ini memang tidak direncanakan, tetapi aku tidak akan
melibatkannya dalam pernikahan yang menyedihkan ini. Aku
ingin bercerai." Saira memang masih mencintai Leo, tetapi sikap Leo di
depannya yang begitu dingin dan datar menyakiti hatinya.
Seandainya saja Leo bisa sedikit lembut kepadanya,
menunjukkan penyesalan atas sikap kasarnya dan
menunjukkan niat baiknya, alih-alih memberikan kesepakatan
tanpa hati, Saira mungkin akan memperjuangkan pernikahan
ini untuk Leo. Tetapi detik ini dia melihat, bahwa tidak ada
gunanya dia berharap. Leo membencinya. Titik. Dan Saira
seperti orang bodoh terus berharap dalam cinta yang tak
terbalas. Andre benar, sekarang dia tidak sendirian lagi, sekarang
ada anak ini di dalam perutnya, dan Saira harus berjuang bukan
hanya demi dirinya tetapi juga demi anak ini.
Ekspresi Leo tampak marah mendengar usulan
perceraian Saira, "Tidak akan ada perceraian, bukankah sudah
kukatakan kepadamu?"
"Aku akan menggugatmu, segera. Aku sudah muak
menjadi pelampiasan kebencianmu tanpa tahu kenapa. Aku
sudha muak menyadari kau menipuku dalam pernikahan ini,
mengira kau mencintaiku." Napas Saira tercekat menahan air
matanya yang mulai tumpah, "Dan kemudian aku tahu semua
itu hanyalah kebohongan, kebohongan palsu yang sangat
Pembunuh Cahaya 83
Pembunuh Cahaya Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kejam." Air mata Saira akhirnya meleleh ke pipinya, "Aku
mencintaimu, kau pasti tahu itu.." suaranya bergetar ketika dia
mengusap air matanya dengan kasar dan melangkah berdiri,
hendak meninggalkan Leo. Tetapi baru beberapa langkah, Leo meraih pergelangan
tangannya dan mencengkeramnya. Saira menoleh dan melihat
pergolakan di wajah Leo, lelaki itu tampak kalut dan bingung...
akankah Leo menahan dan memeluknya"
Saira mungkin terlalu banyak berharap, karena
kemudian yang dikatakan Leo adalah ucapan dingin yang
arogan, "Tidak akan ada perceraian, Saira. Kau harus terima itu."
Dengan penuh kekecewaan akan jawaban Leo, Saira
menyentakkan tangannya dari pegangan Leo dan melangkah
setengah berlari menuju kamarnya, sejauh mungkin dari
suaminya. Dia akan pergi dari rumah ini bagaimanapun
caranya. Selama ini dia bertumpu pada harapan kosong bahwa
masih ada cinta Leo untuknya. Sekarang dia sudah sepenuhnya
sadar bahwa dia hanya bermimpi.
Pernikahan ini sudah tidak bisa diperjuangkan lagi.
Pernikahan ini sudah mati bahkan sebelum dimulai. Dan Saira
harus pergi meninggalkan Leo, kalau tidak dia akan hanyut
dalam nyeri dan patah hati.
84 Santhy Agatha "Cinta dan benci itu hanya berbatas selaput tipis tak
terlihat. Jika kau membenci seseorang, telaahlah
perasaanmu, karena jangan-jangan, pada kenyataannya, kau
mencintainya." 8 Leo berdiri terpaku dan bingung ketika ditinggalkan oleh
Saira. Perceraian. Pada akhirnya Saira pasti akan mengajukan
itu kepadanya, dan dia tahu itu akan terjadi. Dia bahkan sudah
merencanakan perceraian yang menyakitkan untuk Saira.
Tetapi sekarang dia tidak mungkin menerima perceraian
itu, Demi Tuhan, Saira sedang mengandung anaknya, dan
perempuan itu dengan mudahnya mengatakan bahwa dia
menginginkan perceraian. Mau dia bawa kemana anak Leo
nanti" Apakah dia akan lari ke pelukan Andre dan kemudian
menjadiakan Andre ayah dari anaknya"
Leo meringis dengan marah. Tidak! Tidak akan Leo
biarkan Saira lari kembali ke pelukan Andre. Selama ini dia
sudah menahan kebencian kepada lelaki itu, Andre, lelaki yang
terlalu dekat dengan Saira. Dia tidak akan mengizinkan anaknya
yang sekarang ada di perut Saira berdekatan dengan Andre.
Leo akan mempertahankan Saira dan anaknya matimatian agar selalu berada di
sampingnya. *** "Jadi kau akan pergi?"
Andre terdengar bersemangat ketika malam itu Saira
meneleponnya, Saira menghela napas panjang dan tanpa sadar
menganggukkan kepalanya, lupa kalau Andre tidak bisa
melihatnya. "Saira?" Andre bertanya lagi menunggu jawaban Saira.
"Ya Andre, aku akan pergi." Saira cepat-cepat menjawab.
"Kapan?" Pembunuh Cahaya 85 "Aku tidak tahu, aku akan mencari cara melarikan diri
dari supir yang diperintahkan oleh Leo untuk selalu
mengawasiku." Gumam Saira pelan, takut terdengar dari luar.
Andre tampak berpikir di seberang sana, "Leo pasti akan
langsung mengejarmu kemari, ke rumah kaca dan ke rumahku."
Suaranya berubah serius, "Kau tidak boleh pulang kemari, aku
akan mencarikan tempat untukmu bersembunyi, tempat yang
tidak diketahui oleh Leo."
Saira memikirkan perkataan Andre dan tiba-tiba merasa
takut ketika mengingat ancaman Leo kepada keluarga Andre,
"Aku takut Andre." Gumamnya pelan, mulai ragu.
"Takut apa?" "Leo..." suara Saira tercekat, "Leo pernah mengancam,
kalau aku sampai melarikan diri atau menemuimu, dia akan
menjadikan kau sasarannya, kau, mamamu dan kedua adikmu,
dia akan menyerang mereka. Aku takut dia akan melaksanakan
ancamannya dan melukai kalian." Bisik Saira gemetar.
"Kami bisa menjaga diri kami sendiri." Andre bergumam
dengan suara tegas, "Jangan pikirkan itu, Saira, kau harus
memikirkan dirimu dan anakmu. Leo memang berkuasa, tetapi
dia tidak bisa berbuat semena-mena dan melukai kita. Aku akan
menghadapinya." Sambung Andre dengan yakin.
Saira memejamkan matanya berusaha meredakan
ketakutanya. "Semoga Andre... semoga semua baik-baik saja.
Aku akan mencari cara untuk pergi dari rumah ini, segera."
"Kau harus benar-benar memikirkannya segera Saira.
Tingalkan saja Leo!"
Saira mendesah, "Kau tahu aku masih mencintainya..."
"Bukankah kau takut padanya" Katamu dia pria kejam
yang tidak segan-segan berbuat apapun untuk melaksanakan
maksudnya." "Ya..aku tahu, aku memang takut kepadanya, aku
ketakutan ketika dia mengancammu dan keluargamu... entah
kenapa jauh di dalam hatiku aku selalu berharap bahwa Leo
tidak sejahat itu." 86 Santhy Agatha "Itu hanya harapan karena hatimu dilemahkan oleh
cinta." Andre tampak jengkel. "Cinta membuat matamu
berkabut, membuatmu merasa bahwa masih ada kebaikan di
benak Leo, padahal dia sangat kejam, banyak buktinya bukan"
Kekejamannya dalam pernikahanmu, sikap kasarnya, siapa
yang tahu apa yang dilakukannya untuk menyakitimu?"
"Entahlah Andre." Saira mulai merasa lelah,
Tetapi Andre tidak membiarkannya, "Leo itu kejam,
Saira. Sangat kejam. Cepat atau lambat kau harus menyadari
bahwa dia adalah pria yang jahat. Dan aku harus menyadarinya
sebelum semuanya terlambat."
*** Sementara itu, tanpa Saira sadari, Leo tengah berdiri di
ambang pintu kamar yang terbuka sedikit, Tadi Leo
memutuskan untuk menemui Saira dan berkompromi demi
anak mereka, dia akan meminta maaf kepada Saira dan
membuat Saira mau tinggal dan mempertahankan pernikahan
mereka. Tetapi ketika baru sedikit membuka pintu kamar Saira,
dia mendengar percakapan itu, rencana melarikan diri Saira
yang disusunnya bersama Andre.
Leo meradang, panas oleh kemarahan yang tidak dia
sadari oleh karena apa. Berani-beraninya Saira merancang cara
untuk pergi darinya dan tidak menghiraukan ancamannya" Dan
juga perempuan itu menyusun rencananya dengan Andre"
Apakah kecurigaannya benar" Bahwa Andre dan Saira
sebenarnya menjalin hubungan lebih" Saira memang pernah
mengatakan bahwa Andre adalah gay, tetapi Leo tidak mungkin
percaya begitu saja. Apalagi dengan kenyataan di depannya
bahwa Saira selalu menghubungi Andre diam-diam seolah-olah
tidak bisa lepas darinya.
Dada Leo terasa panas. Dia harus melakukan sesuatu
untuk memberi peringatan kepada pasangan itu!
*** Pembunuh Cahaya 87 Hampir dini hari ketika ponsel Saira terus menerus
berbunyi, tidak mau menyerah sampai Saira terbangun dan
membuka mata. Saira masih mengantuk, dia membuka matanya dengan
lemah, dan meraba-raba ponselnya yang terus berbunyi dengan
berisik, tanpa melihat siapa yang menelepon, Saira
mengangkatnya sambil masih memejamkan matanya,
"Halo?" suaranya serak, tertelan oleh kantuk.
"Saira!" itu suara Andre, terdengar panik dan bingung, di
belakangnya tampak riuh rendah suara manusia, "Rumah kaca...
rumahmu... terbakar!"
Kata-kata itu sanggup membangunkan Saira begitu saja,
bagaikan guyuran air es yang menyiramnya langsung, dia
terduduk dengan pandangan nanar, "Apa?"
"Rumahmu terbakar, kami sedang berusaha memadamkannya dengan swadaya sambil menunggu petugas
pemadam kebakaran..." napas Andre tampak terengah, "Apinya..
apinya sangat besar."
"Oh Tuhan..." Saira membayangkan tanaman-tanaman
kesayangan mamanya, yang dirawatnya dengan penuh cinta
seperti anaknya sendiri, dan seperti anak Saira sendiri pula, dia
membayangkan api yang melalapnya dan wajahnya pucat pasi.
"Aku.. aku akan kesana," dengan panik Saira berdiri,
merasakan perutnya sakit seperti di remas, tetapi dia berusaha
mengabaikannya, dengan panik dia mencari-cari jaketnya dan
memakainya, kemudian dia melangkah keluar hampir
menangis. Dia bingung harus bagaimana. Rumah besar ini tampak
sunyi senyap, tanpa suara. Tetapi Saira begitu panik, dia
kemudian memberanikan diri dan mengetuk pintu kamar Leo,
semula tidak ada jawaban sehingga Saira mengubah
ketukannya menjadi gedoran, sambil memanggil-manggil nama
Leo, Pintu terbuka tak lama kemudian, dan Leo yang
sepertinya baru bangun tidur dengan rambut acak-acakan,
membuka pintu dengan wajah cemberut, "Ada apa?" gumamnya
88 Santhy Agatha ketus, tetapi kemudian ekspresinya berubah ketika melihat
Saira menangis dengan tubuh gemetaran, dipegangnya kedua
pundak Saira menahan gemetaran gadis itu, "Ada apa Saira?"
suaranya berubah cemas. Saira mengangkat kepalanya dan menatap Leo dengan
tatapan penuh permohonan, "Rumah kaca... " gumamnya serak
penuh tangis, "Rumah kaca terbakar... kebakaran..."
Leo mengerutkan keningnya, tetapi kemudian berhasil
menarik kesimpulan. Dia langsung memutuskan,
"Tunggu di sini. Aku akan segera mengantarmu ke sana."
Hanya dalam hitungan menit, Leo sudah kembali dan
tampak rapi, lelaki itu lalu menggandeng Saira, melangkah
cepat ke mobil, dan melajukannya dengan segera, menuju
rumah Saira. *** Mereka berdua sama-sama tertegun ketika mobil sudah
mendekati rumah Saira. Api melahap dengan begitu besar,
menimbulkan cahaya orange yang mengerikan. Hawa panas
tersebar di sana, dan asap hitam membumbung ke langit.
Sementara itu banyak orang berkumpul di sana, sebagaian
hanya menonton dari kejauhan, sebagian tampak berusaha
memadamkan api itu dengan swadaya. Mobil pemadam
kebakaran sepertinya baru saja datang, dengan selang besarnya
dan air yang memancar. Tetapi sepertinya semua sudah terlambat, tidak ada lagi
apapun yang tersisa untuk diselamatkan. Rumah Saira, rumah
peninggalan ibunya, tempat semua kenangan masa kecilnya,
sudah hancur dan hangus. Sementara itu yang tersisa dari
rumah kacanya hanyalah kerangka bajanya yang masih berdiri
tegak. Yang tertinggal hanyalah api dan kehangusan.
Saira masih tertegun shock, sehingga membiarkan
dirinya berada dalam rangkulan Leo, yang juga menatap api itu
dengan tertegun. Tak lama kemudian, Andre datang berlari-lari
menghampiri mereka, dia tampak berkeringat dan coreng
moreng oleh noda hitam hangus di pipinya,
Pembunuh Cahaya 89 "Saira!" Andre berseru hanya menatap Saira dan
sepenuhnya mengabaikan Leo, tampak sangat menyesal, "Kami
sudah berusaha memadamkannya, tetapi pemadam kebakaran
terlambat datang karena kemacetan dan....Saira?" Andre
bergumam panik ketika melihat tubuh Saira oleng dan jatuh,
dia hampir menopang Saira, tetapi kemudian tertahan oleh Leo.
Lelaki itu menopang Saira ke dalam pelukannya dan
melemparkan tatapan tajam kepada Andre,
"Biar aku saja." Gumamnya dingin sambil menatap
Andre dengan tatapan mengancam.
Andre masih tertegun menerima tatapan membunuh
dari Leo, dan mengamati lelaki itu membopong Saira yang
pingsan kembali ke mobil.
*** "Sayang... bangunlah..." suara itu terdengar berbisik
terus menerus di telinganya, dan kemudian ada harum aroma
wewangian di hidungnya. Saira menggeliat dan berusaha membuka mata,
melepaskan diri dari kegelapan yang menelannya.
Ketika dia membuka mata, dia langsung berhadapan
dengan Leo. Saira langsung mengernyitkan keningnya. Apakah
Leo yang memanggilnya dengan sebutan'sayang' tadi" Ataukah
dia hanya bermimpi" "Kau pingsan tadi, apakah kau baik-baik saja?" tanya Leo
pelan. Saira rupanya telah dibaringkan di kursi belakang
mobilnya. Dengan gugup Saira duduk, dan kemudian melemparkan
pandangannya ke arah rumahnya, api sudah padam dan
sekarang tinggal asap hitam sisa siraman air yang mengepul ke
atas. Hatinya terasa perih dan teriris. Sedih luar biasa. Seakan
semua kenangannya dihapuskan paksa oleh kebakaran itu.
Dengan sedih dia menahankan air mata yang mulai
merembes di matanya, "Aku tidak apa-apa." Gumamnya serak.
Leo menghela napas, tampak lega, "Bagaimana dengan
perutmu" Kondisi bayimu" Kau tidak merasakan sakit?"
90 Santhy Agatha Saira meraba perutnya, memang terasa sedikit kram,
tetapi itu mungkin karena Saira sedang tegang, dia lalu
menggelengkan kepalanya, Ada kelegaan di mata Leo, lelaki itu kemudian menoleh
dan menatap ke arah kebakaran dan mengernyit, "Apakah kau
ingin membereskan urusan ini sekarang" Kau tahu, urusan
laporan dengan polisi, asuransi dan lain-lain" Atau kau ingin
pulang dulu dan mengurus ini besok?"
Pulang. Saira termangu menatap rumahnya yang sudah
Pembunuh Cahaya Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hangus. Dulu rumah ini adalah tempatnya pulang. Sekarang
semua sudah tidak ada lagi.... apakah rumah Leo sekarang
menjadi tempatnya pulang"
Saira menatap Leo, dan ingin menanyakan keberadaan
Andre, tadi dia ingat sedang berbicara dengan Andre sebelum
dia pingsan. Tetapi kemudian dia mengurungkan niatnya. Leo
tampaknya sedang tenang dan Saira tidak ingin mengusiknya
dengan mengatakan bahwa dia ingin berbicara dengan Andre.
"Ya Leo... kita pulang saja."
"Oke." Leo mengambil bantal di jok belakang dan
meletakkannya di belakang Saira, "Kau berbaring saja di sana."
Lelaki itu lalu menutup pintu mobil dan masuk ke belakang
kemudi, melajukan mobilnya tanpa kata-kata.
Sementara itu Andre mengamati dari kejauhan mobil
Leo yang beranjak pergi membawa Saira dengan dahi berkerut
gusar. *** Ketika mereka sampai ke rumah, pagi sudah menjelang
karena matahari sudah mengintip di kaki langit, menampakkan
semburat kuning yang memecah kegelapan langit.
Leo memarkir mobilnya di depan dan membukakan
pintu belakang untuk Saira, membuat Saira yang tertidur
selama perjalanan langsung terbangun, Saira meskipun
mengantuk, sudah mau turun dan berdiri ketika kemudian
tanpa kata Leo mengangkat Saira ke dalam gendongannya dan
membawanya masuk ke dalam rumah.
Pembunuh Cahaya 91 Hampir saja Saira tertidur kembali ketika terayun-ayun
dalam gendongan Leo menaiki tangga. Dan kemudian mereka
sampai di kamar Saira. Leo melangkah pelan dan membaringkan Saira dengan
lembut di atas ranjang. Saira yang masih mengantuk langsung
memiringkan tubuhnya dengan nyaman.
Dia mungkin bermimpi karena dia merasakan kecupan
lembut di keningnya, sebelum langkah-langkah kaki Leo berlalu
dan meninggalkan kamar itu.
*** Ketika Saira terbangun di pagi hari, dia masih
memikirkan semua memorinya. Dadanya langsung terasa sakit
ketika teringat kebakaran itu. Dia menghela napas panjang,
berusaha meredakan rasa sesak di dadanya. Ketika itulah tibatiba ponselnya
berbunyi, membuatnya terkejut. Dia langsung
mengangkatnya ketika mengetahui bahwa yang meneleponnya
adalah Andre. Kemarin mereka meninggalkan tempat itu begitu
saja, Andre pasti cemas. Saira mengangkatnya dengan suara lemah,
"Andre?" "Bagaimana keadaanmu Saira?"
Saira menelan ludahnya dengan pahit, "Aku baik-baik
saja." Dia mendesah pelan dalam kesedihan, "Tidak ada yang
tersisa ya?" Hening sejenak, lalu Andre berkata, "Maafkan aku...."
Saira menyusut air mata di sudut matanya, sekali lagi
menghela napas panjang, meredakan napasnya yang sesak.
Sekarang dia tidak punya tempat lagi untuk pulang, rumah
tempat kenangannya, tempat dia bisa menumpahkan segala
kebahagiaannya di rumah kaca itu telah tiada. Semuanya sudah
musnah. "Saira... kau masih di san?" Andre bertanya dengan ragu,
menggugah Saira dari lamunannnya.
"Aku masih di sini Andre." Gumam Saira cepat,
"Kenapa?" 92 Santhy Agatha Andre tampak merenung, "Apakah kau pikir kebakaran
ini tidak kebetulan?"
"Apa maksudmu?"
"Katamu kemarin kau meminta perceraian dari Leo, dan
kemudian malam harinya rumahmu terbakar" Apakah kau pikir
Leo tidak terlibat dalam hal ini" Karena dari sudut pandangku,
ini semua tampaknya terlalu kebetulan."
Saira tertegun, wajahnya pucat pasi. Leo" Apakah benar
yang dikatakan oleh Andre" Bahwa Leo adalah dalang dari
kebakaran rumahnya" Bahwa ini semua bukanlah musibah atau
kecelakaan biasa" Apakah Leo sekejam itu"
Saira masih teringat jelas betapa lembutnya Leo ketika
menggendongnya tadi...... Leo... tampaknya kehamilannya telah
membuat hati Leo melembut. Mungkinkah Leo tega melakukan
itu semua" "Aku pikir Leo pasti pelakunya, Saira. Waktunya terlalu
bertepatan. Dan dia pernah mengancammu akan melakukan
segalanya bukan?" Andre masih bergumam di seberang sana.
"Aku tidak tahu Andre..." Saira menelan ludahnya,
"Sungguh aku tidak tahu."
"Kau tidak boleh melemah dan kalah dari Leo, Saira.
Kalau kau menyerah, maka dia berhasil melaksanakan
maksudnya. Dia pasti membakar rumahmu, aku yakin itu, agar
kau tidak punya tempat untuk pulang dan melarikan diri. Kau
tidak boleh menyerah Saira. Tanpa rumahpun, aku masih bisa
membantumu melarikan diri dari rumah itu. Oke?"
Saira bimbang dan bingung, dia hanya bisa meringis
menahan kekalutannya. Dia masih tidak percaya Leo sekejam itu, membakar
rumah kaca dan rumahnya" Benarkah itu" Benarkah Leo
sekejam itu?" *** Leo masih merenung di kamarnya pagi itu, dia ingin
menengok Saira, tetapi dia ragu. Semalam, mendampingi Saira
Pembunuh Cahaya 93 melihat rumah itu terbakar, kemudian menopang ketika Saira
pingsan telah menggugah sesuatu di dalam dirinya.
Sesuatu itu adalah rasa ingin melindungi dan menjaga
Saira dan anaknya. Seharusnya tidak seperti ini.... Leo meremas rambutnya
sendiri dengan bingung. Seharusnya bukan seperti ini... Tetapi
Leo telah kalah dengan perasaannya sendiri.
Pada akhirnya dia harus menyerah kalah dan mengakui
bahwa dia mencintai Saira. Leo telah menipu dirinya sendiri
dengan mengatakan pada hatinya bahwa semua demi
pembalasan dendamnya. Kenyataannya, dia mengejar dan
menikahi Saira karena dia mencintainya.
*** Saira berpapasan dengan Leo ketika hendak berjalan ke
ruang duduk, mereka berdiri dan bertatapan dengan canggung,
"Bagaimana keadaanmu?" Akhirnya Leo yang memulai
percakapan, menatap Saira dari ujung kaki ke ujung kepala,
menilainya. Saira mengalihkan matanya dari tatapan Leo yang tajam,
"Aku baik-baik saja."
Benak Saira masih dipenuhi oleh pemikiran itu,
pemikiran bahwa mungkin saja Leo adalah otak dibalik
terbakarnya rumahnya. Bahwa Leo sangat kejam dan jahat
kepadanya. Pemikiran itu menyakiti hatinya lebih daripada
yang dia sangka. Karena Saira masih sangat mencintai Leo.
Amat sangat mencintai lelaki itu..
"Polisi mungkin akan datang kemari menanyakan
beberapa pertanyaan, yah karena kau adalah pemilik rumah itu,
aku harap kondisimu cukup baik untuk menerima mereka."
Saira menganggukkan kepalanya, "Aku baik-baik saja."
Dia merenung dengan sedih. Apa yang akan terjadi kalau dia
mengungkapkan kecurigaannya kepada Leo ke polisi" Akankah
polisi membantunya" Tetapi menilik sikap Leo yang begitu tenang itu, Saira
jadi berpikir bahwa Leo tentu sudah menyiapkan segalanya,
94 Santhy Agatha Lelaki itu sangat pandai, jadi dia pasti bisa mengatur agar dia
tidak ketahuan sebagai dalang kebakaran itu. Tidak ada
gunanya memberitahu polisi, karena dia pasti akan terlihat
seperti orang bodoh, seorang istri yang menuduh suaminya
sendiri. *** Polisi itu sudah pulang setelah mengumpulkan datadata. Tidak banyak yang mereka
tanyakan karena memang Saira sudah tidak meninggali rumah itu setelah mereka
menikah. Setelah mengantar kepergian polisi itu, Leo menatap
Saira dengan tatapan datar,
"Kau boleh membangun rumah kaca di sini."
Saira tertegun, tidak menyangka kalimat itu akan keluar
dari bibir Leo, dia menatap mata Leo, mencari tanda-tanda
bahwa Leo sedang bercanda dengan kejam padanya, tetapi
mata Leo tampak tulus menatapnya,
"Apa?" Saira tidak bisa menahan diri untuk bertanya
ulang, mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa Leo tidak
bercanda. Leo berdehem seolah-olah mengucapkan kata-kata itu
sangat sulit baginya, "Aku tahu bahwa kau sangat menyayangi tanamantanamanmu, dan kehilangannya pasti
akan membuatmu terpukul, aku tidak mau kau berlarut-larut dalam kesedihan
dan akan mempengaruhi kondisimu, dan juga bayimu. Besok
aku akan mengirimkan orang untuk membangun rumah kaca di
taman belakang untukmu. Taman belakang cukup luas untuk
sebuah rumah kaca. Setelah rumah kaca itu selesai dibangun,
kau bisa mengisinya dengan berbagai varietas tanaman
kesukaanmu." Saira menatap Leo dalam-dalam dan menemukan
keseriusan di sana, lelaki itu tidak sedang bercanda rupanya,
"Kau tidak perlu melakukannya untukku." Saira bergumam
lemah meskipun perkataan Leo membuat hatinya tersentuh.
Pembunuh Cahaya 95 Leo tersenyum lembut, senyum lembut pertamanya
setelah entah kapan, Saira sudah tidak bisa mengingatnya lagi,
karena setelah pernikahan mereka, Leo hampir tidak pernah
tersenyum kepadanya. "Aku tidak repot kok." Lelaki itu lalu berlalu
meninggalkan Saira dengan sejuta pertanyaan berkecamuk di
benaknya. *** Leo tidak main-main dengan perkataannya. Keesokan
harinya ketika Leo sudah berangkat kerja dan Saira sedang
duduk di taman memandangi keindahannya dan kemudian
tanpa sengata mengingat lagi akan rumah kacanya yang hangus,
membuatnya merasa sedih, beberapa pekerja tiba-tiba datang,
mereka bekerja dengan cepat dan sangat berpengalaman,
sehingga ketika tengah hari Saira mengintip lagi, seluruh
pondasi dan konstruksi rangka rumah kaca itu sudah jadi.
Jantung Saira berdebar, karena rumah kaca itu, dilihat
dari rangkanya, jauh lebih besar daripada rumah kaca miliknya
yang sudah hangus itu, tentu saja mengingat area taman
belakang Leo berkali-kali lebih luas dari area kebun di
rumahnya yang terbatas. Saira membayangkan dia akan mengisi rumah kaca itu
dengan berbagai varietas yang unik, membangun lagi
keindahan tanaman dan koleksi bunganya yang hilang, memulai
lagi sedikit demi sedikit...
Tiba-tiba Saira mengernyitkan keningnya ketika
menyadari sesuatu.... kalau itu benar terjadi, berarti dia harus
tinggal lama di rumah Leo, rumah kaca ini seolah menjadi
pengikatnya dengan Leo. Apakah itu memang yang direncanakan oleh Leo" Karena
itukah lelaki itu membakar rumah kacanya" Supaya dia bisa
mengingat Saira dengan rumah kaca barunya" Supaya Saira
tidak bisa pergi lagi dari rumah ini"
Jadi itu semua bukan karena kebaikan hati Leo atau
karena lelaki itu mencemaskannya"
96 Santhy Agatha Jantung Saira berdenyut kembali dengan pedih, entah
sejak berapa lama, dia mengharapkan Leo melakukan sesuatu
karena lelaki itu benar-benar mempedulikannya, bukan karena
ada rencana keji di baliknya.
*** Leo mengunjungi Leanna lagi hari itu karena kepala
pelayannya menelepon dan mengatakan Leanna mengamuk,
tidak mau makan dan tidak mau meminum obatnya. Hal itu
membuat Leo merasa cemas dan dengan bergegas dia
mengunjungi rumah tempat Leanna berada.
Ketika dia membuka pintu kamar Leanna, Leo
mengernyit, kamar itu berantakan dengan segala barang
berhamburan di lantai dan di mana saja, bahkan selimut dan
bed cover ranjang juga tergeletak begitu saja di lantai, spreipun
kondisinya sama menyedihkannya, seluruh sisinya sudah
terlepas dari ranjang, menyisakan bagian kecil di tengah
ranjang yang belum lepas, bagian kecil itu sekarang sedang
ditiduri oleh Leanna yang meringkuk dan menangis seperti
anak kecil. Dengan hati-hati, Leo duduk di tepi ranjang Leanna,
mengelus rambut adik kembarnya dengan pelan, berusaha
selembut mungkin agar tidak mengejutkan adiknya.
Leanna sepertinya menyadari kehadiran Leo karena
perempuan itu menangis semakin keras.
"Sayang... kenapa" Kenapa kau menangis terus dan tidak
mau makan?" Leo bertanya dengan cemas. Tetapi tidak ada
tanggapan dari Leanna, perempuan itu makin meringkukkan
tubuhnya dan menangis tersedu-sedu, membuat perasaan leo
semakin perih. Leo menatap adiknya dengan perasaan sedih. Melihat
kondisi Leanna ini membuat rasa bersalahnya semakin
menjadi-jadi. Apalagi sekarang, ketika dia memutuskan untuk
menyayangi Saira dan tidak mencoba menahan perasaannya
lagi kepada isterinya itu, Leo merasa seperti menjadi
pengkhianat paling buruk di dunia.
Pembunuh Cahaya 97 "Bakar.... bakar habis. Dia bilang bakar sampai habis.."
Tiba-tiba Leanna bergumam dengan setengah mengigau.
Hal itu membuat Leo tertegun kaget. Apa kata Leanna
tadi" Bakar" Leo mencoba menunggu dan berharap Leanna
mengulang kata-katanya, tetapi adiknya itu kembali menangis
tersedu-sedu tanpa kata. Kenapa Leanna mengatakan tentang pembakaran tepat
Pembunuh Cahaya Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
setelah kejadian rumah dan rumah kaca Saira terbakar" Apakah
ini berhubungan" Ataukah hanya kebetulan"
Leo tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya-tanya,
otaknya berpikir keras... tetapi seharusnya Leanna tidak
mengetahui tentang kebakaran itu, pegawainya menjaganya
dengan begitu ketat sehingga menjaga Leanna dari semua
informasi dari luar. Seharusnya Leanna tida tahu apa-apa.
Leo menghela napas panjang, mungkin memang ini
semua hanya kebetulan...mungkin tadi tidak sengaja Leanna
melihat api dan berkomentar tentang pembakaran.
Tetapi perasaan itu tetap ada, perasaan tergelitik di
bagian belakangnya, yang biasanya merupakan firasat bahwa
ada sesuatu yang tidak beres.
98 Santhy Agatha "Rahasia gelap yang paling menakutkan adalah kebencian
yang disembunyikan di balik senyuman penuh cinta."
9 "Dia membangun rumah kaca untukmu?" reaksi pertama
Andre ketika Saira menceritakan apa yang dilakukan Leo
adalah terkejut luar biasa, "Benarkah itu Saira ?"
"Sekarang rumah kaca itu sudah jadi, dan dia
menawarkan untuk mengantarkanku membeli beberapa
varietas unik untuk mengisi rumah kaca itu." Saira menahan
napas ketika matanya melirik ke keindahan rumah kaca yang
sekarang berdiri dengan tegak dan mewah, memantulkan
cahaya matahari sehingga membuatnya berkilauan.
Andre tampak termenung di seberang sana, "Kau yakin
bahwa Leo melakukannya dengan tulus tanpa ada maksud
apapun di baliknya?"
"Aku tidak tahu." Saira sendiri merasa ragu, tetapi sejauh
ini, Leo benar-benar bersikap baik kepadanya. Lelaki itu
menjaganya, selalu menanyakan kondisinya, dan tidak ada lagi
kata-kata kasar yang menyakitkan hati. Tiba-tiba Saira
menyadari bahwa Leo serius dengan perkataannya bahwa
karena kehadiran calon bayi mereka, dia akan merubah sikap.
Meski sikapnya tidak kembali ke sikap penuh cinta yang
ditunjukkannya sebelum menikahi Saira, setidaknya Leo sudah
menghargai Saira dan bersikap baik kepadanya.
"Kau sudah tidak mencurigainya membakar rumah
kacamu ya?" Andre bergumam, memecah lamunan Saira.
Apakah dia mencurigai Leo" Saira berpikir, bertanya
kepada dirinya sendiri. Ah, bahkan dia sendiri tidak tahu
jawabannya. Dia sungguh-sungguh tidak tahu.
"Aku tidak tahu, Andre." Saira menjawab jujur, sesuai
dengan apa yang ada di benaknya.
Pembunuh Cahaya 99 Di seberang sana Andre mendesah keras, "Jangan jatuh
lagi ke dalam tipuannya, Saira. Dia sudah pernah menipumu
satu kali, jangan sampai dia melakukannya untuk kedua
kalinya." *** Lelaki itu membawa mobilnya memasuki pintu gerbang
rumah mewah itu. Petugas keamanan membiarkannya karena
lelaki itu memang biasa datang untuk mengantarkan tanaman
dan memperbarui varietas tanaman dan bunga-bungaan di
rumah mereka. Setelah memeriksa taman belakang dan mencatat apa
saja yang perlu diperbaiki, lelaki itu melangkah ke teras yang
sudah sangat di kenalnya, di teras itulah biasanya Leanna
duduk dan memandang taman dengan tatapan matanya yang
hampa, begitu cantik, namun sekaligus begitu rapuh.
Lelaki itu berlutut di depan Leanna dan meletakkan
sekuntum bunga lily yang harum ke genggaman tangannya.
Leanna langsung tersenyum, dan mengulurkan tangannya
dengan lembut, menyentuh pipi lelaki itu,
"Andre...." bisiknya penuh kasih sayang yang nyata.
*** Usia kandungan Saira sudah empat bulan, dan dia
menjalani harinya dengan lebih baik. Sejak kehamilannya,
hidupnya menjadi lebih mudah, karena Leo semakin lama
semakin bersikap baik kepadanya.
Lelaki itu sudah tidak menyekapnya di rumah dan
mengawasinya ketika berpergian, sepertinya hari-hari Leanna
sebagai tawanan sudah berakhir. Leo juga melakukan apa yang
dijanjikannya, dia mengantar Saira dengan sabar berburu
varietas tanamannya, memenuhi rumah kaca barunya sedikit
demi sedikit sehingga makin lama makin penuh dan sempurna,
Bahkan lebih lengkap dan lebih indah daripada rumah kacanya
yang lama. Sekarang mereka sedang menghabiskan waktu di dalam
rumah kaca, seharian ini Saira mengatur pot-pot kecil tanaman
di susunan rak, dengan Leo mengawasinya. Lelaki itu baru
100 Santhy Agatha pulang kerja dan menyusul Saira ke dalam rumah kaca. Bahkan
sekarang Leo selalu pulang kerja lebih awal, dan menghabiskan
sorenya bersama Saira. Saira sedang menyusun potnya di rak yang tinggi dan
agak terhuyung ke belakang ketika tubuhnya membentur dada
keras Leo yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya,
"Hati-hati." Leo berbisik lembut di belakangnya.
Membuat Saira menolehkan kepalanya dengan gugup,
menyadari Leo sangat dekat dengannya, Saira mencoba
melepaskan diri, tetapi Leo memegang kedua pundaknya
dengan lembut, lelaki itu menatapnya dalam, sejenak tampak
sulit berkata-kata, dia kemudian berdehem. "Lain kali kalau
ingin memasang sesuatu di tempat yang tinggi minta tolonglah
kepadaku, atau kepada pelayan di rumah ini, jangan
melakukannya sendiri, ingat, kau sedang hamil."
Pipi Saira memerah entah kenapa mendengar nasehat
Leo. Dan hal itu tidak lepas dari pengamatan Leo, matanya
melembut mengamati Saira dan makin lembut ketika melihat
perut Saira yang sudah mulai menonjol,
"Perutmu sudah semakin besar ya."
Saira menundukkan kepalanya dan melihat perutnya,
lalu tersenyum tipis, "Ya... dan akan semakin besar."
Leo tampak ragu, tetapi kemudian dia menyentuhkan
jemarinya di perut Saira, lalu mendongakkan kepalanya dan
menatap Saira dengan takjub, "Dan terasa keras."
Senyum Saira makin melebar, "Memangnya kau pikir
perutku akan seperti apa?"
Leo menyeringai bingung, "Aku tidak tahu, kupikir akan
lembek dan lembut." Jemarinya mengusap lembut perut Saira,
"Ternyata cukup keras untuk melindungi bayinya."
Saira menganggukkan kepalanya, tanpa sadar ikut
menggerakkan jemarinya menyentuh perutnya. Tetapi
kemudian jarinya bersentuhan dengan jari Leo, dan Leo
menggenggamnya. Saira tertegun dan menatap mata Leo, lelaki itu tengah
menatapnya dengan tajam, kemudian tanpa di sangkaPembunuh Cahaya 101
sangkanya, Leo menundukkan kepalanya dan mengecup bibir
Saira dengan sebuah ciuman yang lembut.
"Maafkan aku atas semua yang pernah kulakukan
kepadamu." Bisiknya serak, lalu tanpa memberikan kesempatan
kepada Saira untuk berkata-kata, lelaki itu memeluknya eraterat.
Mereka berpelukan dalam keheningan rumah kaca yang
penuh nuansa harum dan menyenangkan.
*** Saira berbaring miring di ranjangnya dan memikirkan
kejadian tadi sore. Tanpa sadar jemarinya menyentuh bibirnya.
Bibir yang tadi sore dicium lembut oleh Leo tanpa disangkasangkanya.
Kenapa Leo menciumnya"
Leo bersikap lembut kepadanya, penuh kasih sayang,
bahkan sekarang lelaki itu sudah bisa tertawa bersamanya,
sikapnya berubah makin lama... dan semakin mirip dengan Leo
yang itu, Leo yang dulu membuatnya jatuh cinta setengah mati.
Apakah Leo benar-benar telah berubah menjadi Leonya
yang dulu" Apakah masih ada kesempatan untuk pernikahan
mereka dan untuk masa depan mereka bersama bayi ini"
Saira mengelus perutnya dengan lembut, kalau iya,
berarti anak ini memang ada untuk mempersatukan kedua
orangtuanya. *** Siang itu, ketika Leo berangkat bekerja, seperti biasanya
Saira menghabiskan hari-harinya di rumah kacanya dan
merawat berbagai tanamannya, ketika dia sedang menggunting
daun dari tanaman yang dia kembangkan sebagai bonsai,
memberi kesempatan agar batangnya bisa tumbuh besar,
ponselnya berbunyi. Saira melirik ke arah ponselnya dan mengernyit, itu
nama Andre.... Saira baru menyadari bahwa makin lama dia
makin jarang berhubungan dengan Andre, apalagi sejak rumah
102 Santhy Agatha kacanya hangus terbakar dan sikap Leo semakin baik
kepadanya. Dia masih sempat berhubungan intens dengan Andre
ketika mengurus asuransi untuk rumah kacanya yang terbakar
karena hal itu menyangkut bisnis mereka berdua. Andre masih
menjalankan usaha tanaman hias dan bunga mereka, tetapi
sekarang sebagian besar dia menerima pasokan dari luar.
Lalu kemudian, seiring berlalunya waktu, ketika Saira
mulai sibuk dengan rumah kaca barunya dan Andre sibuk
membangun bisnisnya kembali, mereka makin jarang
berhubungan, telepon merekapun semakin jarang, biasanya
mereka selalu bercakap-cakap setiap malam, kemudian
berkurang menjadi tiga hari sekali, dan pada akhirnya,
seminggu sekali. Dan sekarang ketika menatap ponselnya, Saira sadar
bahwa sudah hampir dua minggu dia tidak bercakap-cakap
dengan Andre, jadi kalau Andre meneleponnya, pasti ada
sesuatu yang penting. "Hallo Andre?" Saira mengangkat teleponnya dan
bergumam dengan ceria, berada di dalam rumah kaca memang
membuat hatinya selalu ceria.
"Tampaknya kau baik-baik saja," suara Andre di sana
terdengar penuh senyum, "Syukurlah."
Ada sesuatu di dalam nada suara Andre yang membuat
Saira mengerutkan keningnya. "Ada apa Andre?"
Hening sejenak, kemudian Andre menghela napas
panjang. "Bagaimana hubunganmu dengan Leo?" tanyanya tibatiba.
Saira tidak bisa untuk tidak tersenyum ketika
membayangkan tentang Leo, Leo yang semakin baik dan
semakin lembut kepadanya.
"Kami baik-baik saja. Leo memperlakukanku dengan
baik dan lembut Andre, kurasa kami bisa memperbaiki
perkawinan ini." Pembunuh Cahaya 103 Andre mendesah di seberang sana, "Aku minta maaf
kalau harus memberitahumu hal ini dan mengecewakanmu."
"Ada apa Andre?" Saira tiba-tiba merasa cemas ketika
mendengar nada serius di dalam kata-kata Andre,
"Ini tentang Leo, aku mendapatkan informasi dari
pemasok tanaman baruku. Dia mempunyai langganan menghias
bunga untuk sebuah rumah mewah di pinggiran kota dan
melimpahkan pelangannya itu untukku. Aku ke sana Saira, dan
barulah aku mengetahui bahwa rumah itu adalah atas nama
Leo." "Apa?" Saira tertegun, Leo punya rumah di pinggiran
kota" Saira tidak pernah mendengarnya, tetapi... bukankah
wajar orang sekaya Leo memiliki rumah banyak"
"Ya Saira, dan bukan masalah rumahnya yang ingin
kuberitahukan kepadamu. Ini tentang penghuni rumahnya."
Penghuni rumahnya" Rumah Leo di pinggiran kota ada
penghuninya" Tiba-tiba jantungnya berdenyut oleh firasat
buruk, "Penghuninya seorang perempuan muda bernama
Leanna." Andre menghela napas panjang, "Untuk apa Leo
memelihara perempuan muda di rumah pinggiran kota dan
disembunyikan darimu, Saira" Aku ... maafkan aku, tetapi aku
berpikir bahwa perempuan bernama Leanna itu adalah
simpanan Leo." Saira terperangah, dunia seolah berguncang dan
berputar keras seketika di sekelilingnya, membuatnya limbung
dan harus berpegangan pada salah satu rak besi di sebelahnya.
Apa" Leo memiliki perempuan simpanan yang
disembunyikannya di sebuah rumah rahasia" Benarkah itu"
Saira ingin tidak mempercayai info itu, tetapi info ini berasal
dari Andre dan Andre tidak mungkin membohonginya.
Dan tiba-tiba Saira teringat tentang kunjungan mama
Leo waktu itu, mama Leo sepertinya sempat menanyakan
apakah Leo pernah mengenalkannya dengan Leanna, atau
sesuatu seperti itu. Ingatannya samar, tetapi dia merasa nama
Leanna familiar ketika Andre mengucapkannya, dan dia yakin
104 Santhy Agatha itu berasal dari mama Leo. Dan dia juga ingat betapa mama Leo
berusaha mengalihkan pembicaraan dan tampak gugup ketika
menyadari bahwa Saira tidak tahu apa-apa tentang Leanna.
Napas Saira terasa sesak oleh air mata. Teganya Leo
kepadanya! "Apakah kau bisa mencuri waktu untuk menemuiku,
Saira" Kalau bisa mungkin aku bisa lebih enak menjelaskan
semua informasi yang kuperoleh kepadamu."
Saira tercenung, masih bingung, tetapi kemudian dia
mengambil keputusan. Dia harus bisa mengetahui kebenaran
tentang perempuan bernama Leanna itu. Setidaknya dengan
begitu dia bisa mengetahui posisi dirinya di dalam kehidupan
perkawinannya bersama Leo.
Apa maksud Leo dengan perkawinan ini" Apa pula
maksud Leo ketika dia berubah sikap menjadi begitu baik dan
perhatian kepadanya" Membuatnya berpikir bahwa mungkin
saja masih ada harapan untuk pernikahan mereka"
"Aku akan mencoba mencari cara untuk menemuimu,
Andre." Gumam Saira akhirnya, menyadari bahwa Andre masih
menunggu jawabannya di sana.
"Bagus. Kabari aku secepatnya. Kau tidak boleh
membiarkan masalah ini terus berlarut-larut, Saira."
*** Saira masih merenung dengan hati pilu ketika
mendengar suara mobil Leo diparkir di depan. Akhir-akhir ini
Leo sering pulang cepat, menghabiskan waktu bersamanya. Itu
Pembunuh Cahaya Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dimulai sejak dia hamil, sedangkan pada masa-masa
sebelumnya, Saira masih ingat ketika Leo sering pulang larut,
bahkan tidak pulang. Apakah waktu itu Leo menginap bersama
Leanna di rumahnya yang lain"
Air mata merembes di matanya. Dia masih bisa
menoleransi seluruh kekasaran sikap Leo kepadanya, apapun
itu, dia masih bisa menerima, karena jauh di dalam hatinya,
cintanya kepada Leo begitu besar dan tidak bisa dimusnahkan
begitu saja dengan sikap kasarnya. Tetapi..... kalau menyangkut
perempuan kedua, Saira tidak bisa terima. Bukan karena
Pembunuh Cahaya 105 kecemburuan, tetapi lebih karena dia berpikir bahwa ketika
Leo sudah membagi cintanya maka sudah tidak ada harapan
lagi untuknya. Saira selalu berpikir bahwa cinta sejati tidak bisa
dibagi, cinta sejati selalu utuh, satu dan hanya ditujukan untuk
satu belahan jiwa. Dan kalau perempuan bernama Leanna ini benar-benar
kekasih atau simpanan Leo... maka Saira membulatkan
tekadnya untuk pergi, jauh dari kehidupan Leo. Selamanya dan
mengubur semua harapannya untuk memperbaiki kehidupan
pernikahan mereka. Leo memasuki teras dan mengangkat alis ketika melihat
Saira, dia tersenyum lembut, senyum yang akhir-akhir ini
sering sekali muncul di bibirnya,
"Hai." Leo mendekati Saira dan duduk di depannya,
"Tidak di rumah kaca?"
Saira menggelengkan kepalanya lemah, membuat Leo
mengerutkan keningnya dan menatap cemas,
"Kenapa" Kau sakit Saira?" Leo bertanya lembut, dan hal
itu membuat hati Saira terasa sakit. Kenapa Leo begitu baik
sekarang kepadanya" Kenapa Leo membuat Saira berharap
bahwa mungkin masih ada cinta di antara mereka" Hal itu
membuat semuanya terasa sulit bagi Saira.
"Siapakah Leanna itu?" Akhirnya Saira memberanikan
diri bertanya, mengawasi Leo dalam-dalam dan melihat bahwa
Leo terperanjat. Lelaki itu menatap Saira dengan kaget, dan ketika
kemudian dia berkata, suaranya tercekat di tenggorkan,
"Darimana kau tahu tentang dia?" tanyanya tajam.
Saira menghela napas panjang, "Tidak penting darimana
aku tahu tentang Leanna. Yang aku tahu, kau punya sebuah
rumah yang dihuni oleh seorang perempuan bernama Leanna,
siapakah dia, Leo" Apakah dia .... apakah dia perempuan lain"
Perempuan lain dalam pernikahan kita?"
"Sudah kubilang tidak ada perempuan lain." Leo
mengerutkan keningnya lalu menyadari bahwa kata-katanya
salah. Leanna memang adik kembarnya, bukan kekasihnya,
106 Santhy Agatha tetapi bisa dibilang bahwa Leanna adalah perempuan lain
dalam pernikahannya dengan Saira, dan akan selalu menjadi
perempuan lain. Saira sendiri mengawasi perubahan ekspresi Leo yang
menentang kata-katanya sendiri, membuat air mata turun dari
sudut matanya, "Aku berusaha menahan diri biarpun kau memperlakukanku dengan buruk, juga membenciku dengan
alasan yang aku tidak tahu." Diusapnya air matanya dengan
sedih, "Tetapi aku tidak bisa tahan kalau kau memiliki
perempuan lain, Leo. Bagiku itu adalah tindakan paling kejam
yang pernah kau lakukan atas pernikahan ini. Aku menyerah
atasmu Leo, aku tidak sanggup lagi." Saira membalikkan
tubuhnya, berlari cepat, dan tidak peduli akan suara Leo yang
memanggil-manggil namanya.
Cukup sudah! Pernikahan ini sudah berakhir!
*** Saira mengunci pintunya dan mencoba menulikan
telinganya dari Leo yang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya dan
memanggil namanya, membujuknya untuk berbicara
dengannya. Di tutupnya kedua telinganya dengan bantal.
Mengeraskan hati. Sampai lama kemudian, dia membuka
bantalnya dan menyadari suasana sudah hening. Leo rupanya
sudah menyerah untuk mengajaknya berbicara.Lama Saira
menunggu sampai suasana benar-benar hening dan dia yakin
bahwa Leo sudah masuk ke kamarnya. Lalu dia menelepon
Andre, "Aku akan mencoba keluar besok pagi setelah Leo
berangkat ke kantor dan menemuimu." Gumam Saira setengah
berbisik di telepon. Andre tampak puas di seberang sana,"Bagus aku akan
menunggumu." Jawabnya.
Lama kemudian, Saira berbaring dengan mata nyalang
menatap ke kegelapan, menahankan air mata yang meleleh di
pipinya. *** Pembunuh Cahaya 107 Pagi harinya Leo terbangun, mandi dan bersiap ke
kantor. Dia tertegun di depan kamar Saira yang tertutup rapat.
Dia ada meeting penting hari ini yang tidak bisa
ditinggalkannya, padahal jauh di dalam hatinya, dia sangat ingin
menunggu di sini, menunggu pintu Saira terbuka dan kemudian
dia bisa menjelaskan semuanya kepadanya.
Tidak ada perempuan lain, dalam arti kisah asmara. Leo
memang menyayangi adiknya, dia sangat mencintai Leanna dan
menanggung rasa bersalah seumur hidupnya karena kondisi
Leanna yang begitu menyedihkan sekarang, tetapi bahkan
dengan perasaannya itu, Leo tetap tidak bisa menahan dirinya
untuk mencintai Saira. Ya. Dia mencintai Saira dengan sepenuh hatinya, jauh di
masa lalu, bahkan sebelum dia menyadarinya.
Cintanya kepada Saira membuatnya memutuskan untuk
menghilangkan seluruh dendamnya, dan menjaga Saira.
Memutuskan untuk memohon ampun kepada Leanna karena
dia tidak bisa menyakiti Saira lagi, karena dia sudah
mengkhianati adiknya demi Saira, persis seperti yang dilakukan
ayah mereka. Leo menatap pintu kamar Saira dan menghela napas
panjang, ditahannya keinginan untuk menggedor pintu kamar
itu. Saira mungkin butuh waktu untuk menenangkan dirinya,
sementara itu dia akan ke kantor, menjalani meeting
pentingnya sekaligus mencari tahu darimana Saira
mendapatkan informasi tentang Leanna.
Ada seseorang yang mengkhianatinya dengan
memberikan informasi tentang Leanna kepada Saira. Leo
mengerutkan keningnya, tetapi siapa" Seluruh pegawainya di
rumah Leanna adalah pegawai kepercayaannya yang sudah
tahu bahwa menjaga kerahasiaan tentang keberadaan Leanna
sangatlah penting. Kenapa informasi tentang Leanna bisa bocor
ke telinga Saira" Leo harus membereskan semuanya dulu, mencari tahu
siapa yang melakukan itu. Setelah itu dia akan menemui Saira,
berharap perempuan itu sudah bisa menenangkan pikirannya
dan bisa mendengarkan seluruh penjelasan, pengungkapan
108 Santhy Agatha seluruh rahasia yang akan diungkapkan oleh Leo. Dan semoga
setelah Saira mendengarkan semuanya, dia akan mengerti.
*** Segera setelah mobil Leo keluar rumah, Saira menelepon
Andre, "Leo sudah pergi, aku akan keluar dengan supir pribadi
dengan alasan membeli beberapa varietas tanaman untuk
rumah kaca, kau bisa menemuiku di garden cafe."
"Oke. Hati-hati Saira," Andre bergumam singkat lalu
menutup teleponnya. *** Saira membeli beberapa varietas tanaman, lalu meminta
diantarkan ke garden cafe,
"Kau bisa meninggalkanku sebentar, aku mungkin akan
duduk-duduk lama di cafe ini, sementara itu kau bisa pergi
beristirahat dan makan siang." Saira bergumam, berharap supir
itu akan menerima sarannya.
Supir itu tercenung. Dulu di awal-awal pernikahan Tuan
Leo dengan nyonya Saira, tuan Leo dengan keras mengatakan
bahwa dia harus mengawasi dan mengikuti kemanapun nyonya
Saira pergi. Tetapi sejak kehamilan nyonya Saira, tuan Leo
benar-benar melonggarkan peraturan yang dibuatnya, bahkan
tuan Leo pernah berpesan agar dia membiarkan nona Saira
bersantai, menikmati waktunya sendirian. Satu-satunya pesan
tuan Leo adalah bahwa dia harus melaporkannya kepada tuan
Leo kalau-kalau Saira bertemu dengan Andre. Tetapi
tampaknya tidak ada tanda-tanda tuan Andre di sini, dia
mungkin hanya akan berkeliling sebentar dan kemudian
kembali mengawasi nyonya Saira di cafe ini,
"Baiklah nyonya, saya akan meninggalkan nyonya
sebentar untuk bersantai, mohon telepon saja jika nyonya
sudah membutuhkan saya. Saya akan berada di sekitar-sekitar
sini." Gumamnya kemudian.
Saira menganggukkan kepalanya dan tersenyum, lalu
melangkah memasuki cafe itu.
Pembunuh Cahaya 109 Albert yang tengah berdiri di sana langsung
menyambutnya, "Wah ... lama sekali anda tidak datang kemari." Matanya
melirik ke arah perut Saira yang sedikit membuncit, kemudian
senyumnya melebar, "Dan sepertinya anda datang membawa
kabar bahagia." Saira tertawa dan mengusap perutnya dengan senang,
"Ya... kabar bahagia karena sekarang ada si kecil di perutku."
Disingkirkannya kepedihan yang mengusik, membisikkan
bahwa sebentar lagi akan berakhir karena keberadaan
perempuan lain bernama Leanna itu. "Kupikir secangkir teh
hijau di siang hari tidak akan mengganggu kehamilanku
bukan?" Albert tertawa, "Kalau hanya secangkir dan tidak
diminum setiap hari, kurasa itu tidak akan berbahaya, saya
akan siapkan teh hijau kesukaan anda beserta kue pastri
sebagai pendamping." Lelaki itu menganggukkan kepalanya dan
tersenyum sebelum melangkah pergi.
Saira duduk dan menunggu, dia sudah mengirim pesan
kepada Andre, dan Andre bilang akan datang dalam hitungan
menit, dan rupanya itu memang benar, kurang dari lima menit
kemudian lelaki itu datang, tersenyum lebar ketika melihat
Saira dan duduk di depannya,
"Hai Saira." Matanya melirik ke arah perut Saira yang
buncit, "Kau tampak sehat dan bahagia, apakah karena Leo
memperlakukanmu dengan baik?"
Saira tersenyum sedih, "Kebaikan yang ternyata semu."
Dia mendesah dengan sedih, "Apakah benar yang kau katakan,
Andre" Tentang wanita lain itu" Seorang perempuan yang
tinggal di rumah Leo di pinggiran kota dan ditemui Leo diamdiam?"
"Kau masih mencintai Leo ya." Andre menatap Saira
dengan sedih, "Maafkan aku memberikan informasi ini
kepadamu, tetapi kupikir kau harus tahu bukan" Daripada nanti
kau tahu belakangan saat semua sudah terlambat?"
110 Santhy Agatha Saira menganggukkan kepalanya, "Terimakasih Andre."
Bisiknya lemah, "Aku sudah menduga ada sesuatu yang
dirahasiakan Leo, sesuatu yang salah.... sesuatu yang
tersembunyi jauh.... tetapi aku sama sekali tidak menyangka
bahwa sesuatu itu adalah keberadaan perempuan lain yang
dirahasiakan dariku." Saira menyusut air matanya, "Aku...
padahal aku sudah berharap bahwa kami berdua bisa
memperbaiki semuanya dan menjalankan pernikahan ini
dengan baik..." Andre menggenggam jemari Saira lembut, "Aku yakin
perempuan bernama Leanna itu adalah simpanan Leo.... aku
mengobrol dengan pelayan rumah itu ketika aku memasok
bunga-bunga dan tanaman untuk taman di sana, katanya Leo
sering mengunjungi nona Leanna siang-siang, bahkan sering
menginap di malam-malam sepulang dia kerja... dan aku
mencocokkan tanggal.... beberapa saat sebelum kau menikah
dengan Leo, dia masih tinggal bersama perempuan bernama
Leanna di rumah itu ... kemudian Leo membeli rumah baru,
yang ditempatinya bersamamu. Leo membohongimu sejak awal
Saira, dia mengejar dan mendekatimu padahal waktu itu dia
menjalin hubungan dan tinggal bersama Leanna ..."
Saira merasa dadanya sesak. Pernikahannya benarbenar sudah berakhir. Dia masih
ingat ekspresi wajah Leo yang
tidak bisa menyangkal bahwa ada perempuan lain dalam
pernikahan mereka. Andre menatap Saira tajam, mengamati kesedihan di
wajah Saira, "Aku bisa mengantarmu ke rumah itu."
Saira langsung menoleh dan menatap Andre dengan
terkejut, "Apa?"
"Aku bisa mengantarmu ke rumah itu, rumah Leo tempat
perempuan bernama Leanna itu tinggal. "
"Aku tidak ingin menemui perempuan Leanna itu."
Bagaimana mungkin Saira bisa menemui Leanna" Hatinya pasti
akan hancur lebur ketika bertatapan dengan perempuan
dimana Leo membagi cintanya.
Pembunuh Cahaya 111 "Kau harus menemui perempuan bernama Leanna itu
dan menjelaskan semuanya, kalian bisa bercakap-cakap.
Mungkin kau jadi bisa menyibak rahasia apa yang disimpan
oleh Leo selama ini. Apakah kau tidak ingin tahu?"
Saira ingin tahu. Sangat ingin tahu. Dia selalu bertanyatanya, kenapa pada
awalnya Leo mengejarnya dan melamarnya,
lalu berubah sikap menjadi begitu jahat.... dan kemudian setelah
dia hamil, lelaki itu berubah sikap menjadi lembut kembali,
seperti Leo-nya yang dulu... seakan lelaki itu ingin memperbaiki
semuanya, memulai semuanya dari awal...
*** Ketika Albert datang mengantarkan teh hijau dan
kudapan pesanan Saira, dia termenung. Uang pembayaran
sudah diletakkan di meja itu, tetapi tidak ada Saira di sana,
kursinya kosong, seolah perempuan itu tidak pernah duduk di
Pembunuh Cahaya Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sana. Tadi dia sempat melihat Andre, rekan bisnis Saira di
usaha bunga dan pertamanan itu menghampiri, tetapi
kemudian dia sibuk di lantai atas dan ketika kembali, meja itu
sudah kosong. Albert mengerutkan keningnya dengan bingung.
Tidak biasanya Saira langsung pergi begitu saja. Apakah
Saira sedang sangat terburu-buru"
*** Leo menelepon mamanya dan memintanya datang ke
kantor, dan karena mamanya sedang berada di dekat-dekat
situ, dia bisa menemui Leo.Leo mengamati mamanya yang
cantik dan tampak elegan, tentu saja. Kalau tidak bisa tampil
cantik, akan sia-sia mamanya merawat diri seperti itu.
"Salah seorang pegawaiku mengatakan bahwa mama
sempat mengunjungi Saira beberapa bulan yang lalu."
Clara mengangkat alisnya mendengar pertanyaan Leo,
"Kupikir kau sudah tahu itu sejak lama, kenapa kau baru
menanyakannya sekarang?"
"Dulu aku tidak berpikir hal itu penting." Leo menatap
tajam ke arah Clara, "Apakah mama menemui atau
berhubungan dengan Saira sesudahnya, akhir-akhir ini?"
112 Santhy Agatha Clara menatap Leo dengan bingung, "Aku tidak
melakukannya.... aku memang berniat ingin menghubungi Saira
di waktu-waktu dekat ini... tetapi belum punya waktu, kenapa
kau menanyakan itu?"
Tatapan Leo masih sama tajamnya, "Apakah mama
memberitahu tentang Leanna kepada Saira?"
Clara tampak terperanjat, "Tidak.. aku tidak pernah
memberitahukannya." Dia tampak berpikir sejenak, "Tetapi
aku sempat tidak sengaja menyebut nama Leanna dalam
percakapan kami di kunjungan pertama."
"Mama menyebut nama Leanna?" Leo langsung
menyipitkan matanya. "Aku tidak sengaja, aku pikir Saira mengetahui tentang
Leanna, aku bertanya apakah kau sudah mengenalkannya
kepada Leanna, tetapi ketika melihat ekspresi bingungnya, aku
sadar bahwa Saira sama sekali tidak tahu apa-apa tentang
Leanna, jadi aku mengalihkan pembicaraan dengan mulus
sehingga Saira tidak curiga." Kali ini Clara yang menatap Leo
dengan tajam, "Kenapa kau merahasiakan tentang adikmu, Leo"
Apakah kau malu akan keberadaannya?"
"Tidak." Leo memalingkan muka, mamanya memang
sama sekali tidak tahu tentang rencana balas dendamnya,
semuanya dia rahasiakan. Tetapi Leo lelah menanggung
rahasia, dia memutuskan untuk menceritakan semuanya.
"Dia adalah putri dari Sarah, aku tahu nama itu punya
arti untuk mama." Clara terperangah, wajahnya memucat. "Maksudmu
Sarah yang itu?" Ya. Leo benar, nama Sarah sangat berarti
baginya, Sarah adalah perempuan yang sangat dicintai oleh
suaminya. Amat sangat cinta dan perempuan itu tidak pernah
lepas dari pikiran suaminya. Hal itu sebenarnya tidak
mengganggu Clara, karena dia juga tidak mencintai suaminya,
pernikahan mereka adalah karena perjodohan dan Clara
sendiripun memiliki kekasih sendiri... seorang kekasih yang
pada akhirnya menanamkan benih di tubuhnya.... membuahkan
anak kembar, Leo dan Leanna.
Pembunuh Cahaya 113 "Jadi apa maksudmu menikahi Saira" Untuk membalas
dendam demi Leanna?"
Leo menganggukkan kepalanya, "Itu yang ingin
kulakukan pada awalnya, keberadaan Saira membuat Leanna
menderita, karena ayah sama sekali tidak pernah menoleh
kepadanya dan hanya terpusat kepada Saira. Hal itulah yang
membuat Leanna menderita dan menghancurkannya hingga
kondisinya seperti itu."
"Itu bukan sepenuhnya kesalahan Saira." Clara tampak
sedih. "Aku menduga, kau pasti sudah tahu tentang test DNA
itu, yang menyatakan bahwa kalian bukanlah anak kandung
ayah kalian." Clara menghela napas panjang, "Kami berdua
menikah bukan atas nama cinta, itu bisa dikatakan perkawinan
bisnis keluarga kami, kami sama-sama tidak bisa lepas dari
cinta masa lalu kami, terutama aku... hubunganku dengan
kekasihku sudah jauh dan aku mengandung kalian, semula aku
tidak mengaku kepada ayah kalian, karena kupkir aku tidak
akan ketahuan, apalagi usia kandunganku pas dengan usia
perkawinanku. Tetapi ternyata setelah kalian lahir, ayah kalian
menyimpan rasa curiga yang ditahannya. Karena dari garis
keluarga kami, tidak pernah ada anak kembar. Kau pasti tahu
kalau kembar alami itu diturunkan secara genetika.... dan itu
berasal dari ayah kandungmu. Diam-diam ayahmu melakukan
test DNA dan mengetahui bahwa dia bukan ayah kandung
kalian, dia marah besar, menganggapku tidak menghormati
perkawinan ini, sementara dari sisi dirinya, dia rela
meninggalkan Sarah kekasih yang sangat dicintainya demi
menghormati perkawinannya denganku. Aku sangat menyesal,
kau tahu, apalagi kemudian ayah kandung kalian ternyata lelaki
brengsek yang hanya memanfaatkan tubuh dan uangku. Aku
berusaha memperbaiki semuanya, karena toh kami tidak bisa
bercerai, ayahmu seorang pejabat yang cukup terkenal dan
perceraian bisa merusak reputasinya.... Sayangnya ayahmu
kemudian melampiaskan kekecewaannya kepada kalian
berdua, dia tidak bisa menutupi kebenciannya kepada kalian
berdua." Clara menghela napas, "Pada akhirnya dia bertemu
lagi dengan Sarah dan menjalin hubungan singkat yang
membuahkan Saira, aku mengetahui itu semua tetapi aku tidak
114 Santhy Agatha bisa berbuat apa-apa.... tetapi Sarah kemudian meninggalkan
ayahmu dan memilih memulai hidup dengan lelaki lain yang
bisa menerimanya bersama Saira, membuat ayahmu menderita
karena patah hati. Ayahmu tidak pernah bisa membuka hatinya
untukku... dia hanya mencintai Sarah sampai mati."
Leo termenung mendengarkan penjelasan Clara, baru
kali ini dia punya kesempatan untuk menanyakan semua
kepada Clara dan mendengarkan kisah dari sisi mamanya.
Selama ini mamanya lebih sering berada di luar negeri dari
pada di rumah. Leo sebenarnya sudah menyelidiki keberadaan
ayah kandungnya, dan menemukan bahwa lelaki itu sudah
meninggal. "Leanna..... dia terlalu memuja ayahmu entah kenapa
padahal ayahmu sama sekali tidak menunjukkan perhatian
kepadanya..dan hal itu mengganggu ayahmu, kami pernah
membawa Leanna ke psikiater di waktu kecil dan kata psikiater
dia mungkin menderita "oedipus complex" atau karena dalam
kasus Leanna dia terlalu memuja ayahnya, maka psikiater
menyebutnya "father complex"
"Apa itu?" Leo tentu saja pernah mendengarnya, tetapi
dia masih tidak yakin. Clara menghela napas, "Kau tahu kisah oedipus dalam
mitologi" Dia jatuh cinta kepada ibunya sendiri.... kasus hampir
sama terjadi kepada Leanna, dia menderita gangguan psikologi
sehingga memuja dan terobsesi kepada ayahnya...."
"Leanna tidak mungkin sakit jiwa!" Leo menyangkal
dengan keras, "Dia memuja ayah karena ayah sama sekali tidak
pernah memperhatikannya, dia hanya seorang anak yang haus
kasih sayang orang tua!"
Clara mengusap lengannya dengan lelah, "Tetapi itu yang
dikatakan psikiaternya... dan memang itu semua juga karena
kesalahan ayahmu, perlakuan buruk ayahmu kepada Leanna
membuatnya tertekan dan pada akhirnya menumbuhkan
penyimpangan pemikiran seperti itu... kami sudah berusaha
menyembuhkannya dengan terapi-terapi.. tetapi tetap tidak
berhasil." Clara menatap Leo dengan sedih, "Apa yang terjadi
kepada Leanna, itu bukan hanya kesalahan Saira, Leo. Kau tidak
Pembunuh Cahaya 115 bisa menimpakan semua ini kepada Saira. Dia hanya seorang
anak yang tidak tahu apa-apa."
Leo mengernyit dengan pedih. Selama ini dia
menimpakan semua kesalahan kepada Saira. Dan hal itu lebih
untuk melindungi dirinya sendiri karena dia sendiri
menyimpan rasa bersalahnya... Leanna waktu itu bunuh diri
karena dia berkata kepada Leanna, bahwa sampai matipun
Leanna tidak akan bisa mendapatkan cinta ayahnya.Kalau
memang Leanna menderita 'father complex' Hal itu pasti akan
membuatnya terguncang luar biasa. Karena cinta dari sang ayah
adalah pusat hidup sang penderita. Sekarang Leo mengerti
kenapa Leanna bisa senekad itu melakukan tindakan bunuh
diri. Tetapi siapa yang mengatakan kepada Saira informasi
tentang Leanna" Apalagi informasi itu sangat spesifik... Itu masih
menjadi pertanyaan untuknya, karena jelas-jelas mamanya
tidak memberikan informasi kepada Saira.
Jadi siapa" "Aku dengar peristiwa kebakaran itu...aku membacanya
di berita, pertama kali aku tidak tahu bahwa itu adalah rumah
kaca milik Saira.... tetapi kemudian namanya tertulis di berita..."
"Ya, itu rumah kaca milik Saira, dia menjalankan
bisnisnya dengan seorang temannya, tetangganya."
"Ah ya. Andre pria yang baik dan ramah."
Leo langsung tersentak dari duduknya,
"Mama mengenal Andre?"
"Tentu saja. Lho memangnya kau tidak kenal" Andre kan
pengurus taman untuk rumahmu yang ditempati oleh Leanna,
mama beberapa kali bertemu dengannya ketika menengok
Leanna." Leo menatap mamanya dengan kaget. Andre mengetahui
tentang rumahnya dan Leanna" Dia pasti mengetahui tentang
Leo juga bukan" Tetapi kenapa lelaki itu tidak mengatakan apaapa" Sementara itu
Leo bahkan tidak tahu bahwa Andre
menangani taman rumahnya.... selama ini para asistennya yang
116 Santhy Agatha mengurus hal-hal seperti itu seperti perawatan dan
pemeliharaan rumahnya... Leo hendak meraih teleponnya dan menanyakan perihal
Andre kepada salah seorang asistennya, ketika ponselnya tibatiba berbunyi.
"Halo?" Leo mengerutkan keningnya ketika mengetahui
bahwa supirnya yang menelepon. Dia menugaskan supirnya
untuk menjaga dan mengawasi Saira ketika keluar rumah, dan
selama ini supirnya tidak pernah menelepon.
"Saya kehilangan nyonya Saira, Tuan Leo."
"Apa?" Leo hampir berteriak mendengar kata-kata
supirnya, "Bagaimana bisa?"
Supirnya itu tampak gugup, "Nyonya Saira meminta saya
meninggalkannya di sebuah cafe dan saya pergi untuk makan
siang. Ketika saya kembali nona Saira sudah tidak ada. Kata
pelayan cafe dia pergi dengan Andre..."
*** "Kau baik-baik saja Andre?" Saira menoleh dan menatap
Andre yang sedang menyetir dengan cemas, dia mengawasi
Andre daritadi dan lelaki itu tampak tegang, tak ada senyum di
wajahnya seperti biasa. Andre menoleh menatap Saira, tatapannya tampak
nyalang, "Aku tidak apa-apa Saira." Lelaki itu tersenyum, tetapi
lebih tampak sebagai seringai.
Saira tiba-tiba merasa agak cemas, apakah Andre baikbaik saja" Kenapa lelaki itu
tampak berbeda" Pembunuh Cahaya 117 "Kejujuran adalah penjaga untuk cahaya cintamu. Kalau
kau menodainya dengan berbagai rahasia tersembunyi, kau
akan membunuh cahaya itu."
10 Mereka memasuki rumah besar berpagar tinggi itu. Saira
menatap rumah itu dan mengaguminya, bangunannya serupa
bangunan kolonial belanda yang terawat dan mewah. Dan
tamannya, taman depan yang menghampar luas itu sangat
indah dan terawat. Saira melirik Andre, kalau memang Andre
yang bertanggung jawab merawat taman ini, dia pasti
merawatnya dengan sepenuh hati karena tamannya benarbenar luar biasa indahnya.
"Ayo." Andre setengah mendahuluinya masuk ke rumah
itu. Saira mengikuti dengan pelan di belakangnya, waspada.
Benaknya berkecamuk. Seperti apakah perempuan bernama
Leanna itu" Apa reaksinya ketika melihat Saira" Apakah dia
akan marah dan melukai Saira" Ataukah dia akan sedih dan
menangis seperti reaksi Saira pertama kali ketika mengetahui
keberadaan Leanna" Apakah Leanna sudah mengetahui tentang
Saira sejak lama" Atau dia sama seperti Saira" Tidak
mengetahui keberadaan satu sama lain"
Saira terlalu sibuk dengan pikirannya sehingga tidak
menyadari betapa nyamannya Andre bergerak di rumah itu,
seolah-olah lelaki itu sudah biasa menaiki tangga dan
melangkah ke ujung lorong, menuju sebuah kamar yang
pintunya setengah terbuka.
Harusnya Saira merasa ragu karena bukankah Andre
hanya ditugaskan mengurus taman di rumah ini" Kenapa dia
sepertinya dengan mudahnya memasuki isi rumah, bahkan
sampai menaiki tangga menuju area pribadi pemiliknya"
118 Santhy Agatha Andre membuka pintu dan senyumnya tampak aneh
ketika menatap Saira, dia mempersilahkan Saira memasuki
kamar itu, "Silahkan Saira, temuilah Leanna."
Apakah Leanna sudah menunggunya" Dia mengernyit
menatap Andre, tetapi lelaki itu memasang ekspresi tidak
terbaca. Saira melangkah masuk dan tertegun.
*** Leo menginjak gasnya kuat-kuat, mengumpat-umpat
ketika kemacetan menghalanginya, dengan panik dia memutar
balik, mencari jalan lain lewat jalur-jalur alternatif, dia harus
bisa segera mencapai rumah pinggiran kotanya sebelum
terlambat. Sebelum Saira terluka!
Leo melakukan penyelidikan singkat tadi mengenai
Andre. Dan penyelidiknya mengatakan bahwa Andre dulu
sangat akrab dengan Leanna sebelum kejadian percobaan
bunuh diri itu. Bahkan penyelidiknya mempunyai dugaan kuat, bahwa
Andre adalah ayah dari bayi yang sempat dikandung oleh
Leanna! ***
Pembunuh Cahaya Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Perempuan itu duduk di sebuah kursi roda di sudut,
tatapannya tampak kosong. Tetapi selain itu dia luar biasa
cantiknya. Rambutnya panjang terurai dan kulitnya putih
bening, dia tampak seperti seorang peri yang muncul dari
negeeri khayalan, begitu halus dan rapuh...
Saira memang menduga bahwa kekasih Leo secantik ini,
tetapi dia tidak menduga bahwa Leanna duduk di kursi roda
dan.... buta" Menilik dari mata kosongnya, perempuan itu buta.
Oh astaga, teganya Leo menikahinya, menghamilinya dan
mengkhianati perempuan ini"
Andre berdiri di belakangnya, dan mengunci pintu
kamar itu tanpa sepengetahuan Saira. Dia lalu berjalan
melewati Saira menuju ke arah Leanna.
Pembunuh Cahaya 119 Leanna yang menyadari kedatangan Andre yang
mendekatinya langsung tersenyum dan mengulurkan
tangannya, "Andre," senyumnya lembut. Dan Andre menyambut
uluran tangan itu, lalu mengecup jemari yang rapuh itu dengan
penuh sayang, Sementara itu Saira mengamati kejadian di depannya itu
dengan terkejut. Dia memandang Leanna dan Andre berganti
ganti dengan pertanyaan berkecamuk di dadanya. Andre
mengenal Leanna" Dan kenapa bahasa tubuh mereka berdua
selayaknya sepasang kekasih"
"Aku datang membawa dia untukmu, sayangku...seperti
janjiku kepadamu." Andre menatap Saira dengan kejam, "Dia
ada di depanmu, perempuan yang membunuh anak kita, yang
membunuh cahaya indah di matamu..."
Saira menatap Andre dengan bingung, tatapan Andre
yang penuh kebencian kepadanya membuatnya memundurkan
langkahnya secara reflek,
"Apa maksudnya ini Andre?"
Andre tersenyum sinis kepadanya, dia berdiri di sebelah
Leanna dan dengan sayang meremas pundak perempuan itu,
"Kasihan sekali Saira yang ternyata tidak tahu apa-apa." Andre
menunduk lembut dan menatap Leanna, "Kita jelaskan saja
kepadanya sayang?" Leanna menganggukkan kepalanya,
"Kau adalah anak yang dilahirkan tanpa ayah... dan kau
merenggut ayah Leanna, membuatnya menderita."
"Aku tidak mengerti maksudmu." Saira merasa bingung
dan tiba-tiba merasa takut, Andre yang ada di depannya tampak
aneh, dia sangat berbeda dengan Andre yang dikenalnya sejak
kecil, Andre yang baik dan seperti kakak baginya, apa yang
terjadi" Dan Andre bilang kepada Leanna 'anak kita'" bukankah
Andre seorang gay" "Mungkin aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar
kepadamu, yang pasti aku membawamu kemari untuk
membalaskan dendam Leanna... dendam kami berdua... kau
120 Santhy Agatha adalah pembunuh cahaya hidup kami, kau membunuh calon
anak kami dan juga membunuh cahaya di mata Leanna..." Andre
mengeluarkan pistol di tangannya dan menodongkannya
kepada Saira, "Aku akan membuatmu terjun dari balkon ini, dan
kehilangan bayimu... sama seperti yang terjadi kepada
Leanna..." "Oh Tuhan! Andre! Apa yang kau pikirkan?" Saira
mundur ketakutan karena todongan pistol itu sekaligus akan
kata-kata Andre. Ketika dia hendak memikirkan cara menyelamatkan
dirinya dan bayinya, pintu kamar itu digedor dengan kuat,
"Andre!! Apapun rencanamu, lepaskan Saira! Aku
membawa polisi di luar, mereka sudah mengepung rumah ini,
kau tak akan bisa lolos!"
Itu suara Leo, ada kecemasan dan kepanikan di
dalamnya, dia menggedor- gedor pintu itu sekuat tenaganya,
Andre melirik ke arah pintu dan tersenyum sinis, menatap ke
arah Leanna, "Dengarkan itu Leanna, kakakmu yang pengecut dan
pengkhianat.... dia meninggalkanmu demi perempuan ini, sama
seperti ayahmu..dia juga harus mendapatkan ganjarannya."
Saira tertegun. Semua terjawab sudah. Andre bilang
bahwa Leo adalah kakak Leanna. Jadi Leo tidak pernah
menduaka dirinya, tidak pernah ada perempuan lain. Semua ini
adalah manipulasi Andre untuk membawanya ke rumah ini.
Hati Saira terasa nyeri memikirkan semua tuduhan-tuduhannya
kepada Leo. Dia bersalah kepada Leo... akankah dia mempunyai
kesempatan untuk meminta maaf kepada Leo" Diliriknya pistol
yang masih diacungkan oleh Andre kepadanya, dan merasa
ragu. Sementara itu ekspresi Leanna tampak berubah, dia
mengenali suara Leo yang sedang berteriak-teriak di luar pintu,
"Leo..." kakak....?" dia tampak bingung dan menggapai-gapai,
tetapi Andre memegang tangannya dan bergumam tegas, "Kau
harus kuat Leanna, dia pengkhianat, dia bilang akan
Pembunuh Cahaya 121 membalaskan dendam demi dirimu, tetapi kemudian dia jatuh
cinta kepada Saira dan tidak bisa menahannya..."
Leo jatuh cinta kepadanya" Saira merasakan rasa
bersalah menghujamnya....
"Kita harus membunuh Saira demi dendam anak kita,
Leanna..." Andre terus bergumam untuk membunuh keraguan
Leanna, ketika Leanna tampak tenang dan tidak panik lagi
mendengar suara gedoran Leo di luar, Andre menatap dingin ke
arah Saira, "Kau... melangkah ke sana."
Saira mengikuti arah kepala Andre menoleh dan tibatiba gemetar, Andre
menyuruhnya melangkah ke balkon..
apakah lelaki itu akan melaksanakan ancamannya untuk
menyuruhnya terjun dari balkon" Setega itukah Andre
kepadanya" "Kau tidak benar-benar akan menyuruhku terjun bukan
Andre?" Saira menatap Andre ragu dan ketakutan.
"Tentu saja aku akan melakukannya, aku bisa
membalasmu dan Leo... kalian berdua harus menanggung
penderitaan, sama seperti yang kami tanggung..." Ande
menggerakkan pistolnya dan menyuruh Saira melangkah ke
arah balkon, Saira melirik ke arah suara berdebum di pintu,
tahu bahwa Leo dan beberapa polisi mencoba mendobrak
pintu, dan dia berharap semoga Leo tidak terlambat.
Saira melangkah ke balkon dengan jantung berdebar, dia
menghela napas ketika Andre terus menodongkan pistolnya
dan menyuruhnya sampai ke pinggir. Andre tampaknya
terpusat pada Saira dan tidak terpengaruh dengan suara
dobrakan-dobrakan di pintu, dia menoleh ke arah Leanna dan
tersenyum, "Sayang kau tidak bisa melihatnya Leanna, saat-saat
kemenangan kita tetapi aku akan menceritakan kepadamu
bagaimana Saira melompat dan kehilangan bayinya, sama
sepertimu..." Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras dan pintu itu
didobrak dengan kencang sampai terjatuh. Leo berdiri di sana
terengah-engah dengan beberapa polisi di belakangnya.
122 Santhy Agatha "Lepaskan isteriku, Andre!" Leo berseru dengan suara
keras bercampur kecemasan, dia melangkah maju, tapi Andre
melirik ke arahnya dengan benci,
"Tahan! Kalau kau maju sedikit lagi, aku akan
menembakmu!" serunya, menodongkan pistolnya ke arah Leo.
Leo menatap Saira yang berdiri di balkon dengan cemas,
kecemasan murni dari seorang lelaki yang mencintai. Kenapa
Saira tidak menyadarinya"
"Tembak saja aku kalau itu memuaskanmu, tetapi jangan
lukai Saira." Andre tertawa, "Tidak melukai Saira" Dia adalah
tujuanku selama ini. Aku mencintai Leanna kau tahu" Aku
mengenalnya ketika dia mencari-cari informasi tentang Saira.
Aku yang memeluknya ketika dia menangis sedih ketika
menyadari bahwa ayahnya lebih memilih Saira daripada
dirinya.... sementara kau sebagai kakaknya malahan sibuk
dengan urusanmu sendiri. Aku adalah ayah dari anak yang
dikandung Leanna...dan karena ketidakbecusanmu menjaga
Leanna, kau membuat kami kehilangan calon buah hati kami!",
napas Andre terengah, "Sekarang kami akan membalaskan
dendam kepada kalian!"
Leo mengalihkan tatapannya kepada Leanna yang
tampak bingung, dia tahu adiknya itu tidak bisa berpikir dengan
sempurna dan Andre sedang memanfaatkan kelabilannya,
"Kalau kau mau membalas dendam, balas dendamlah
kepadaku.... aku yang bersalah." Ditatapnya Andre dengan
tajam, "Kau bukan" Yang membakar rumah dan rumah kaca
Saira?" Saira tersentak kaget, jadi Andre pelakuknya" Bukan Leo"
Andre sendiri tertawa keras mendengarkan kata-kata
Leo, "Ya, aku yang melakukannya, karena dari Saira aku tahu
bahwa kau mulai lembek, lemah dan mulai mengkhianati
rencana balas dendammu... aku melakukannya supaya Saira
menuduhmu sebagai pelakunya."
Pembunuh Cahaya 123 Leo tampak jijik, tetapi dia lalu menatap Andre setengah
membujuk, "Lepaskan Saira oke" Aku yakin bahwa Leanna juga
tidak menginginkan semua ini... benar kan Leanna?"
Rupanya strategi Leo untuk menarik Leanna berhasil,
perempuan itu tampak goyah lagi,
"Kakak...?" "Aku disini sayang.." Leo menjawab lembut, "Kau tidak
menginginkan semua ini kan sayang" Kau tidak menginginkan
pembalasan sekejam ini kan Leanna?"
"Diam!" Andre menghardik dengan marah, "Jangan cobacoba mempengaruhi Leanna! Kau
juga mengkhianatinya seperti
yang lain! Kau tidak tahu apa yang diinginkan Leanna, akulah
yang paling tahu!" "Aku kakak Leanna, akulah yang bisa menjaganya!"
"Akulah penjaga sejati Leanna, karena aku satu-satnya
yang tidak mengkhianatinya!" Andre menodongkan pistplnya
dengan mengancam ketika melihat gerakan maju Leo, "Jangan
maju lagi, aku akan menembakmu!"
"Kau tidak akan bisa, kalau kau menembakku polisi
dibelakang akan menembakmu juga dan membunuhmu!" Leo
tetap menerjang maju, Membuat Saira menjerit, dan Leanna tampak bingung.
Andre sendiri tidak mengira bahwa Leo akan maju dan
menerjangnya, dia dengan reflek menarik pelatuknya dan
menembak. Suara tembakan keras terdengar, diiringi dengan tubuh
Leo yang rubuh. Para polisi di belakang langsung menembak
tangan Andre, membuat pistol itu terjatuh dari tangannya.
Saira menjerit keras, begitupun Leanna yang berteriakteriak histeris.
Semua kejadian berlangsung begitu cepat setelahnya,
semuanya tampak kacau balau dan membuat Saira seketika itu
juga kehilangan kesadarannya.
*** 124 Santhy Agatha Ketika Saira membuka matanya, dia sudah berada di
rumah sakit, ruangan itu serba putih dan bau obat, dia meraba
perutnya dan langsung terduduk dengan cemas.
Sebuah tangan kuat menahannya,
"Tenang, Saira. Bayimu tidak apa-apa.."
Saira menoleh dan melihat Leo menahannya dengan
sebelah tangannya, lelaki itu tampak pucat, dan sebelah ada
perban di lengannya, rupanya tembakan Andre mengenai
lengannya. Leo mengikuti tatapan Saira ke lengannya dan meringis,
"Tidak fatal kok, hanya menyerempet lengan..."
Saira menatap Leo dengan cemas, "Andre" Leanna?"
"Andre tertembak tangannya juga, oleh polisi. Dia
sekarang di rawat dalam penjagaan polisi. Leanna baik-baik
saja, dia di dalam bimbingan psikiaternya."
Saira memikirkan tentang ibu dan adik-adik Andre dan
tiba-tiba merasa cemas, "Bagaimana dengan keluarga Andre?"
"Polisi sudah menginformasikannya kepada mereka,
mereka sekarang ada di kantor polisi."
"Mereka pasti bingung..." Saira meringis sedih.
"Sama bingungnya seperti dirimu kan Saira" Aku juga
tidak menyangka, aku terlambat mendapatkan informasi,
maafkan aku seandainya aku lebih teliti, pasti insiden ini tidak
akan terjadi." Saira menghela napas panjang, "Kau tidak pernah
percaya bahwa Andre adalah seorang gay, dan kau benar."
Leo mengangkat bahunya dan tersenyum, "Biasanya
seorang lelaki mempunyai insting tersendiri mengenai hal itu."
Saira menatap Leo dengan bingung, "Maukah kau
menjelaskan semuanya kepadaku, kumohon" Semua ini...
semua ini terlalu membingungkan untukku, aku tidak mengerti
apa yang terjadi..."
Leo menggenggam tangan Saira menatapnya dengan
lembut, "Aku mau... berbaringlah."
Pembunuh Cahaya 125 Dengan segera Saira mengikuti permintaan untuk
berbaring, matanya masih menatap Leo dengan penuh rasa
ingin tahu, "Aku akan menjelaskan semuanya kepadamu, dari awal...
tetapi sebelumnya kuharap kau mau mendengarkanku.."
"Mendengarkan apa?"
"Bahwa aku mencintaimu, Saira. Dengan sepenuh hatiku,
perasaan ini muncul di luar kendaliku, aku mencintaimu begitu
saja. Bahkan di saat aku sedang berusaha bersikap kasar
kepadamu, jauh di dalam hatiku aku tetap mencintaimu."
Saira tertegun ,menatap Leo dan menyadari bahwa lakilaki itu tulus. Leo meremas
jemari Saira dan meringis sedih,
"Kelakuan kasarku di awal pernikahan kita memang sangat
keterlaluan... aku harap, setelah mendengarkan penjelasan ini..
kau.. setidaknya kau bisa mempertimbangkan untuk
memaafkanku, memberi kesempatan kepadaku untuk
memperbaiki semuanya, memulai semuanya dari awal..."
Lalu kisah itupun mengalir dari bibir Leo, semua
kebenaran itu, semua rahasia itu, semuanya terkuak satu demi
satu, lapis demi lapis hingga menyisakan satu pengertian yang
mendalam.
Pembunuh Cahaya Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
*** "Begitulah kisahnya." Leo mengakhiri kisahnya, "Aku
memang mendekatimu karena dendam tersembunyi, tetapi aku
tanpa sadar sudah mencintaimu. Bayi di kandunganmu... itu
menyadarkanku bahwa aku amat sangat mencintaimu dan
tidak bisa hidup tanpamu, aku mohon Saira, berilah aku
kesempatan, aku akan menebus semuanya, aku akan
menjagamu dan anak kita." Leo menatap Saira dengan ragu,
"Apakah setelah semua perlakukan jahatku itu... kau.. kau masih
menyimpan setidaknya sedikit cinta untukku?"
Saira tertegun, mencoba menelaah semua kisah yang
diceritakan Leo dengan sedalam mungkin. Semua terasa
mengejutkan, kenyataan tentang ayah kandungnya, kisah cinta
ibunya dan juga kisah Leanna yang menyedihkan.... pantas saja
Leo menuduhnya bertanggung jawab, sama seperti Andre.... ah
126 Santhy Agatha ya Tuhan, Andre pasti sangat mencintai Leanna dan calon
anaknya. Saira menatap Leo, sebenarnya dalam hatinya ingin
sekali mempermainkan perasaan lelaki ini, berpura-pura sudah
tidak mencintainya lagi, mengingat betapa kejamnya kelakuan
lelaki itu di awal-awal pernikahannya dulu, tetapi rupanya
perasaan cintanya terlalu besar kepada Leo. Cinta itu tetap ada,
bahkan di masa-masa perlakukan terburuk Leo kepadanya.
"Kau sangat kejam kepadaku dulu."
"Aku memang bersalah." Leo meringis pedih, "Aku
memang keterlaluan."
"Kata-katamu juga kasar."
"Itupun aku mengakuinya, maafkan aku Saira."
"Kau membuatmu menangis setiap malam."
"Maafkan aku.." Leo tampak tersiksa, "Aku tidak pernah
menikmati tangisanmu, hatiku terasa pedih mendengarnya,
tetapi saat itu aku tidak sadar bahwa dendam tidak ada
gunanya, bahwa kau sebenarnya tidak bersalah."
"Kau menyakitiku."
"Tidak akan kulakukan lagi, aku bersumpah. Kalau kau
memberiku kesempatan, aku akan berusaha sepenuh hati agar
kau tidak tersakiti sedikitpun."
Saira menggeleng, "Tidak."
"Tidak?" Leo tampak cemas luar biasa, "Kau tidak mau
memberiku kesempatan lagi?"
Saira menghela napas panjang, "Aku memang tersakiti
sedemikian rupa tapi tidak..aku tidak apa-apa..." tiba-tiba
dadanya terasa sesak dan air mata menetes dari sudut matanya,
"Tetapi aku mencintaimu Leo... sepenuh hatiku, dan perasaan
itu selalu ada." "Oh Tuhan." Leo menggunakan jemarinya untuk
mengusap sudut mata Saira, menyingkirkan air matanya,
"Maafkan aku Saira, maafkan aku." Ketika Saira tidak menolak,
Leo merengkuh Saira ke dalam pelukannya dengan sebelah
Pembunuh Cahaya 127 tangannya yang tidak terluka. "Aku mencintaimu, Saira, aku
mencintaimu.." Saira membalas pelukan Leo, menenggelamkan
wajahnya ke dalam pelukan lelaki itu, lelaki yang sangat
dicintainya. Ah ya Tuhan... dia sangat bersyukur karena jalannya
seperti ini. Dulu dia memang sempat menderita dan bingung,
mempertanyakan jalan Tuhan kepadanya. Tetapi ternyata
mereka diberi ujung yang indah.
Jemari Leo menyentuh lembut perutnya dan
mengusapnya, "Dia akan menjadi cahaya dalam kehidupan kita,
anak kita... semoga aku bisa menjaga kalian berdua."
"Kau sudah menjaga kami berdua." Suara Saira serak
oleh tangis, "Aku yakin kedepannyapun kau bisa menjaga kami
berdua." Leo mengangkat dagu Saira, lalu mengecup bibirnya
lembut, "Maafkan aku atas kekasaran dan sikap jahatku
kepadamu, maafkan aku atas semua rahasia yang
kusembunyikan kepadamu. Maafkan aku atas kelakuan
burukku.... dan terimakasih karena masih mencintaiku, bahkan
di saat aku begitu sulit untuk dicintai."
Saira tersenyum kepada Leo, menatap mata Lelaki itu
yang berkaca-kaca. Harapannya terkembang luas, akan masa
depannya bersama Leo dan anak-anak mereka nanti. Dia
percaya bahwa mereka bisa menyelesaikan semua
permasalahan ini, meluruskan semua dendam, memaafkan
semua kesalahan dan membangun hidup mereka bersama.
Saira percaya bahwa dia akan berbahagia bersama Leo,
dan juga bersama buah cinta mereka yang akan lahir nanti.
128 Santhy Agatha Epilog Leo mengetuk pintu kamarnya dan masuk, duduk di
sebelahnya, "Jadi. Apakah kau akan pindah ke kamarku?"
tanyanya pelan. Saira menoleh ke arah Leo, lalu tersenyum simpul,
"Bukankah kau dulu mengusirku dari sana?"
Leo mengangkat bahunya, tampak malu, "Maafkan aku...
itu memang memalukan kalau diingat lagi." Leo menghela
napas panjang, "Tidurlah bersamaku di kamar, jadilah isteriku
yang sesungguhnya." Kata-kata Leo yang penuh arti itu membuat pipi Saira
memerah. Dia berdehem, berusaha menetralkan jantungnya
yang berdebar. "Aku akan memikirkannya." Gumamnya menggoda.
Leo cemberut, lelaki itu menarik Saira supaya duduk di
sebelahnya dan memeluknya, "Kalau kau tidak mau pindah ke
kamarku, aku yang akan pindah ke kamarmu."
"Kau mau melakukannya?" Saira membelalakkan mata
tak percaya akan sikap mengalah Leo, membuat Leo tertawa,
"Tentu saja aku mau melakukannya, aku ingin tidur
sekamar dengan isteriku."
Saira tersenyum malu-malu, "Aku juga ingin tidur
sekamar denganmu." Leo langsung mengecup bibir Saira dengan lembut,
"Terimakasih sudah membuatku merasa begitu bahagia, Saira."
Saira membiarkan Leo merangkulnya dengan erat, tibatiba pikirannya melayang ke
arah Leanna dan Andre. Hari ini
sudah hampir seminggu sejak insiden itu berlangsung dan Leo
tampaknya menghindar untuk membicarakannya, tetapi Saira
sangat ingin tahu... dia mencemaskan Andre dan Leanna.
"Leanna baik-baik saja, psikiater sudah merawatnya,
rupanya di hari-hari tertentu, Andre mengunjunginya dan
Pembunuh Cahaya 129 menanamkan dendam di benaknya. Kau tahu, sejak percobaan
bunuh diri itu, emosi Leanna labil karena otaknya terganggu."
"Dia tidak bisa disalahkan atas semua ini."
Leo menghela napas panjang, "Ya, dia tidak bisa
disalahkan karena dia bahkan susah mengetahui mana yang
benar dan mana yang salah dengan kondisinya sekarang...
kamilah yang salah karena kami punya pikiran dan akal sehat,
tetapi kami malahan dibutakan oleh dendam dan kebencian
membabi buta." Leo tersenyum sedih, "Aku bahkan masih
merasa malu kalau teringat betapa saat itu aku dikuasai
dendam dan mengabaikan rasa cintaku kepadamu."
Saira tersenyum lembut dan menatap Leo sungguhsungguh, "Kau tidak perlu minta
maaf Leo, aku sungguhsungguh mengerti. Kau hanyalah seorang kakak yang sangat
mencintai adiknya." Saira langsung memikirkan Andre,
"Begitupun Andre, dia hanya terlalu mencintai Leanna."
"Mencintai hingga lebih buta dari yang buta itu sendiri."
Leo menghela napas dengan sedih, "Andre tetap harus
berurusan dengan polisi Saira, aku sudah mengatakan bahwa
aku tidak menuntutnya, aku hanya meminta jaminan supaya dia
menjauh dari Leanna, dan juga darimu...tetapi pistol yang dia
miliki dibeli secara ilegal... aku tidak bisa menolongnya dalam
hal ini Saira." Saira teringat dia memeluk ibu Andre yang menangis
dan meminta maaf kepadanya, ibu Andre sungguh tidak tahu
apa yang ada di benak Andre, dia juga sama terkejutnya dan
tidak menyangka bahwa Andre menyimpan rencana keji di
benaknya, dia memohon kepada Saira supaya membantu
Andre, Saira sudah menyampaikan hal itu kepada Leo dan
meskipun pada awalnya keberatan, Leo akhirnya luluh dan
menyetujuinya. Dia memutuskan tidak akan menuntut Andre.
Saira sendiri masih tidak berani menemui Andre,
tatapan penuh kebencian Andre kepadanya dulu itu masih
membuatnya sedih dan bingung. Dia masih belum siap
menghadapi Andre, mungkin nanti di lain kesempatan, ketika
Andre sudah menyadari semuanya, dan Saira sudah siap
menemui lelaki itu. 130 Santhy Agatha Kecupan Leo di dahinya membuat Saira tersadar, dia
mendongak dan tersenyum kepada suaminya,"Bagaimana
kabar kesayangan cilik kita?" tanya Leo lembut, menunduk dan
mengusap perut Saira dengan sayang, "Menurutmu kapan dia
menendang-nendang." "Dia sudah menendang-nendang....beberapa malam yang
lalu, kau melewatkannya karena tidak ada disampingku kalau
malam." Jawab Saira dengan menggoda.
Leo mengerutkan keningnya tampak kecewa, "Kau
benar-benar harus pindah ke kamarku, atau aku yang
kekamarmu, aku tidak mau tidur terpisah lagi." Kali ini
suaranya tegas dan memaksa.
Saira terkekeh mendengar nada arogan dalam suara Leo,
membuat Leo tersenyum malu. Lelaki itu menghela napas
panjang, "Kuharap kau mau mendampingiku yang arogan,
pemarah, kadang suka mengatur-atur. Jika aku bersikap buruk
kuharap kau mau bersabar dan menungguku menyadari
kesalahanku. Meskipun aku berjanji aku tidak akan bersikap
buruk kepadamu, tidak akan pernah."
Saira tersenyum, "Aku percaya, Leo... kau mencintaiku,
sebesar aku mencintaimu. Aku percaya bahwa cinta akan
mengubah kita menjadi manusia yang lebih baik. Saling
melengkapi dan menyayangi satu sama lain. Aku percaya
bahwa hidup kita akan berlalu dengan bahagia."
Leo menghela napas panjang, tampak terharu, matanya
menghangat dan penuh cinta."Terimakasih Saira. Aku
bersumpah akan menjaga cinta dan kepercayaanmu."
Senyum Saira terkembang, bahagia. Dia yakin jika
mereka jujur dan tidak saling menyimpan rahasia, mereka bisa
membangun kepercayaan dalam pernikahan kita, dan
menjalani semuanya dengan ujung yang membahagiakan.
End Pembunuh Cahaya 131 Side Story Colorful Of Love
Pesta pernikahan itu berlangsung meriah, pesta
pernikahan pertama yang menggunakan jasa dekorasi bunga
dan tanaman dari rumah kaca baru milik Saira. Dengan dibantu
oleh Leo, Saira membangun kembali bisnis tanamannya dari
awal. Mereka membangun kembali kepercayaan pelanggan,
sehingga semakin lama bisnis Saira semakin maju, dan kali ini
Saira dipercaya untuk melakukan dekorasi dan menyediakan
seluruh bunga dan tanaman bagi pernikahan putera satusatunya dari orang paling
kaya di negara ini. Semua didekorasi dengan warna putih bersih,
permintaan dari sang calon pengantin pria, dengan hiasan
bunga lily dan anggrek putih yang mendominasi. Suasana
pernikahan penuh dengan nuansa emas dan putih yang elegan,
di dilaksanakan di salah satu hotel bintang lima, resort yang
paling mewah di sini. Saat ini pesta pernikahan tengah berlangsung, dengan
meriah dan luar biasa indah. Tamu-tamu kelas atas
berdatangan dan Saira dengan perutnya yang buncit di usia
delapan bulan kehamilannya memandang seluruh dekorasi dan
bunga-bunga indah itu dengan perasaan bangga dan bahagia,
rasanya memang melelahkan mengatur semua dekorasi dan
penataan bunga-bunga di tempat yang tepat, tetapi ketika
melihat hasilnya begitu memuaskan... rasanya begitu
membahagiakan dan memuaskan.
Dan pasangan pengantin itu tampak begitu bahagia
dengan pakaian serba putih, Davin Jonathan putera satusatunya dari keluarga
Jonathan tampak sangat mencintai
isterinya yang dirangkulnya, begitu cantik dalam gaun
putihnya, kalau tidak salah namanya Keyna.
Saira masih ingat jelas tentang kisah penculikan sang
pengantin puteri itu, Keyna. Dia masih ingat kekacauan
setelahnya dan berita heboh yang mengikutinya, bahwa pelaku
penculikan itu adalah ibu kandung Keyna sendiri. Dia masih
mengernyit kalau mengingat kisah itu dan masih tak habis pikir
132 Santhy Agatha bagaimana seorang ibu bisa menculik anaknya sendiri hanya
demi uang. Tetapi syukurlah tampaknya Keyna bisa mengatasi
semua itu, mungkin karena dia memiliki Davin Jonathan di
sampingnya, seorang lelaki yang tampak begitu menyayangi
dan siap mendukungnya kapanpun itu.
Sebuah lengan merangkul pinggangnya dengan lembut,
"Indah sekali ya."
Saira menoleh dan menatap Leo dalam senyum,
mensyukuri bahwa dia juga beruntung, memiliki suami yang
selalu mendukungnya , "Iya, indah sekali." Dia merasa sangat
bahagia sekarang, dalam pelukan lengan suaminya yang
mencintai dan menjaganya dengan sepenuh hatinya.
Mereka berdua bertatapan dengan binar cinta di mata
mereka. Saat itulah sebuah panggilan menyapa Saira,
membuatnya mengalihkan matanya dari Leo,
Albert berdiri di sana dan tersenyum lembut, "Ketika
aku melihat dekorasi pernikahan ini, aku sudah menduga
bahwa kau ada di baliknya." Dia menyalami Saira dan
tersenyum lebar. Saira membalas salaman dari Albert lalu mengalihkan
pandangannya ke arah Leo, "Ini Albert dari garden cafe yang
kuceritakan itu." Leo tersenyum dan menyalami Albert, lalu menatap
Saira dengan menggoda, "Ini Albert dengan teh hijaunya yang
katamu membuat ketagihan itu?"
Saira dan Albert tertawa bersamaan, "Ya.. teh hijau dan
filosofi tentang 'rahasia' nya." Gumamnya menggoda.
Albert mengangkat alisnya kepada Saira. "Jangan
Pembunuh Cahaya Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menceritakan hal-hal yang membuatku malu." Gumamnya,
membuat Saira tertawa geli.
"Albert" "
Seorang perempuan yang sangat cantik melambai
kepada mereka, lalu melangkah mendekat, ada lelaki luar biasa
Pembunuh Cahaya 133 tampan yang mengikuti di belakang mereka, dia mengenali
lelaki itu, itu adalah Azka, pemilik garden cafe dan juga
beberapa jajaran hotel mewah termasuk hotel yang digunakan
sebagai tempat pernikahan pasangan Davin dan Keyna ini.
"Kebetulan kalian ada di sini." Albert tersenyum ramah
kepada pasangan itu, "Nyonya Sani, ini adalah Nyonya Saira
yang sering saya ceritakan itu."
Sani tersenyum ke arah Saira, "Aku selalu mengagumi
tanaman-tanaman darimu... cafe kami jadi begitu indah dan
sesuai dengan konsep gardennya karenamu. Dan pasti seluruh
hiasan di pernikahan ini darimu juga ya."
Saira tersenyum menatap Sani, "Terimakasih..." dia
melirik ke arah perut Sani yang membuncit, "Apakah anda
sedang hamil juga?" Sani tertawa dengan pipi memerah bahagia, lalu
menoleh ke arah suaminya, "Baru tiga bulan, dan kami sudah
menunggunya begitu lama, Syukurlah Tuhan memberi kami
kesempatan pada akhirnya." dia melirik perut Saira penuh ingin
tahu, "Kalau kau sudah hampir melahirkan ya?"
Saira mengusap perutnya penuh sayang, "Sebentar lagi."
Katanya penuh sayang, membuat Sani tersenyum dan
melempar tatapan penuh arti. Tatapan yang hanya diketahui
oleh para calon ibu yang berbahagia.
"Kalau begitu kami pergi dulu." Azka menimpali,
tersenyum lembut pada Leo dan Saira, "Sani merasa agak lelah
jadi kami memutuskan pulang cepat."
Saira mengangguk dan melambaikan tangannya, "Hatihati ya, kalau sudah di rumah,
usahakan untuk meluruskan kaki
biar tidak pegal." "Terimakasih." Sani ikut melambaikan tangannya sambil
melangkah menjauh, "Semoga kita bisa bertemu lagi di garden
cafe." "Itu pasti." Jawab Saira, masih dalam senyuman, dia
menoleh ke arah Leo yang menatap pasangan itu juga penuh
kekaguman. 134 Santhy Agatha "Pasangan yang tampak begitu serasi." Bisik Leo sambil
menatap Saira. "Anda berdua juga tampak begitu serasi kok. Semua
pasangan yang berbahagia pasti tampak serasi dan membuat iri
pasangan lainnya." Albert yang ternyata masih berdiri di sana
menjawab dalam senyuman, matanya menoleh ke kiri, lalu
memanggil dengan bersemangat,
"Nyonya Nessa, Tuan Kevin." Sapanya ramah, kepada
pasangan lain yang kebetulan ada di dekat situ.
Kali ini Leo tampaknya mengenali salah satu dari
mereka, dia menganggukkan kepalanya dan tersenyum ramah,
"Hai Kevin, kau datang bersama isteri dan anakmu?"
Rupanya Leo berteman dengan Kevin, mereka adalah
rekanan bisnis yang beberapa kali berkerjasama.
Kevin tersenyum, mengangguk sambil melirik sayang ke
arah Nessa yang sedang menggendong putera pertama mereka
yang masih balita. "Dan ini pasti isterimu, Saira." Sapa Kevin lembut, lalu
tersenyum meminta maaf, "Maafkan kami tidak bisa hadir di
pernikahan kalian waktu itu, Nessa sedang hamil besar dan
persiapan melahirkan, aku tidak berani meninggalkannya."
"Dan bahkan kau juga tidak berani meninggalkannya
setelah anakmu lahir." Leo tersenyum menggoda, membuat
Kevin tertawa lebar, "Kau sudah jarang muncul di acara-acara
sosial akhir-akhir ini."
"Anak ini benar-benar menyita seluruh hari dan
kehidupanku, juga isteriku." Gumamnya dalam tawa, "Kau nanti
pasti akan merasakan hal yang sama kalau punya anak nanti."
Leo tertawa lebar, dan merangkul Saira dengan penuh
kasih sayang, "Aku harap aku akan merasakan kebahagiaan
yang sama." "Itu pasti." Kevin mengedipkan matanya, "Menemukan
belahan jiwa, kemudian dianugerahi buah hati yang begitu lucu,
itu adalah impian semua laki-laki di dunia ini."
Pembunuh Cahaya 135 Mereka bercakap-cakap sejenak, lalu ketika putera Kevin
mulai rewel, Kevin dan Nessa memutuskan untuk pulang
duluan, sebelumnya Nessa menyalami Albert dan tersenyum,
"Aku akan mampir untuk secangkir cokelat dari garden
cafe." Bisik Nessa sambil mengedipkan mata.
Albert tertawa mendengarnya, "Kami menunggu dengan
tangan terbuka." Jawabnya.
Ketika pasangan Nessa dan Kevin pergi, Saira menatap
Albert dengan menggoda, "Aku curiga bahwa semua pasangan bahagia di sini
adalah pelangganmu."
Albert tersenyum lebar, "Sebagian besar, dan saya selalu
bersyukur kalau mereka semua berakhir bahagia. Anda tahu
bahwa pengantin perempuan yang di sana itu, dia juga
pelanggan Garden Cafe."
Saira menatap Albert dengan takjub, "Jangan-jangan ada
kutukan di garden cafe, bahwa semua pelanggan akan berakhir
bahagia." Leo yang ada di sebelah Saira terkekeh, "Kalau begitu itu
adalah kutukan baik yang diinginkan banyak orang."
Dipeluknya Saira dengan sayang, "Ayo sayang, ini waktunya
kita pulang, kau pasti lelah berdiri sejak tadi."
Saira mengangguk lalu tersenyum berpamitan kepada
Albert, "Semoga nanti kita bisa bertemu lagi ya Andre, segera."
Andre menganggukkan kepalanya, "Sampai ketemu lagi."
Jawabnya ramah, melambaikan tangannya ketika pasangan itu
melangkah pergi. Pandangan matanya menyusuri pasangan itu dan
kemudian senyum simpulnya muncul. Dia teringat akan katakata Saira tentang
kutukan kebahagiaan Garden cafe.
Albert selalu bahagia ketika mengetahui bahwa
beberapa perempuan-perempuan di garden cafe bisa menemui
cinta sejati dan kebahagiaan, seperti Nessa dengan cokelat
panasnya, mencoba memahami tentang arti pernikahan itu,
atau Keyna dengan oreo milkshakenya, mencoba mengerti
136 Santhy Agatha tentang musuh dan sahabat.... juga Sani, yang mencoba
memahami tentang lelaki dan apa yang tersimpan di dalam
batinnya... sekarang dia melihat Saira, dengan pemahamannya
akan rahasia dan cara menyibak setiap lapisan rahasia itu,
mencoba mencari intisari di baliknya.
Pada akhirnya keempat perempuan itu menemukan
kebahagiaan masing-masing. Memang tidak semua pelanggan
garden cafenya menemukan kebahagiaan dan berakhir dengan
happy ending. Karena tidak mungkin semuanya mengalami
happy ending, kalau itu terjadi maka keseimbangan dunia akan
terganggu. Jika ada yang bahagia, pasti disisi lain ada yang sedih,
jika ada yang sehat pasti di sisi lain ada sakit, ada yang jahat,
ada yang baik.. ada yang hitam, ada yang putih, itulah
keseimbangan dunia, saling melengkapi dan membangun
sinkronisasi yang indah. Albert merasa bahagia dia bisa menjadi bagian dari
happy ending keempat perempuan itu, dan dia berharap di
masa mendatang, dia bisa menemui perempuan-perempuan
lain, pelanggan di garden cafe-nya yang pada akhirnya
menemukan kebahagiaan dan cinta sejatinya.
Albert akan menunggu saat itu datang, dengan segala
menu minuman spesial dan filosofinya, disertai dengan doanya
akan kebahagiaan seluruh pasangan yang saling mencintai.
Pembunuh Cahaya 137 Tentang Penulis Santhy Agatha adalah seorang perempuan karir yang
mencuri waktu senggangnya untuk menulis. Novelnya yang sudah
terbit antara lain "A Romantic Story About Serena", "Sleep With The
Devil", "Unforgiven Hero", dan "From The Darkest Side". Seluruh
novel ini bisa dibaca secara online dalam postingan bersambung di
portalnovel.blogspot.com Buku yang anda pegang ini adalah seri keempat dari book
set"Colorful Of Love" yang terdiri dari empat buku dengan benang
merah yang istimewa yang menghubungkan keempat tokohnya.
Anda juga bisa menikmati karya Santhy Agatha [cerpen,
cerbung, puisi, dan yang lainnya] di blog pribadinya
www.anakcantikspot.blogspot.com
Ucapan Terimakasih penulis untuk :
Allah yang Maha Baik, suamiku yang kucintai, keluarga yang
selalu mendukungku, admin portalnovel.blogspot.com, mas Yudi.
Editorku tersayang Meyrizal dan Mendy Jane. Segenap kru
nulisbuku.com yang membantu penerbitan buku ini, dan seluruh
pembaca yang sangat aku cintai yang selalu memberikan dorongan
dan semangat, kritik yang membangun dan membawa perbaikan.
Kalianlah yang mencerahkan hati dan hariku. :)
Salam hangat dan peluk erat,
Santhy Agatha 138 Santhy Agatha Pendekar Pengejar Nyawa 2 Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long Bunga Penyebar Maut 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama