Ceritasilat Novel Online

Perjanjian Hati 1

Perjanjian Hati Karya Santhy Agatha Bagian 1


Santhy Agatha Perjanjian Hati situs baca secara online ini dibuat oleh Saiful .... admin http://ceritasilat.mywapblog.com Pedang Sakti Cersil Istana Pendekar Dewa Naga Raja Iblis
Racun Ceritasilat.... thank.
Penerbit : Saira Publisher 2 Santhy Agatha PERJANJIAN HATI Oleh: (Santhy Agatha) Copyright ? Maret 2013 by (Santhy Agatha)
Penerbit (Saira Publisher) (www.anakcantikspot.blogspot.com)
(demondevile@gmail.com) Editor Meyrizal & Mendy Jane
Desain Sampul: (Picture by Google design Saira Production)
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com Perjanjian Hati 3 Colorful Of Love Enjoy The Series! Colorful of love adalah seri bertema romantis dengan kisah
percintaan empat tokoh gadis yang memiliki kisah berbedabeda. Ikuti kisah mereka
dan nikmati keindahan percintaan
dari sisi yang berbeda dari empat tokoh utama Colorful of
Love Nessa - [ Brown Afternoon } "Perjanjian Hati"
Gadis penyuka cokelat, guru taman kanak-kanak yang
penyabar, yang selalu menghabiskan waktu sepulang kerjanya
di sore hari untuk memesan secangkir cokelat yang nikmat dan
menenangkan pikirannya. Keyna - [ Grey Morning ] "Sweet Enemy"
Gadis sederhana, anak kuliahan berotak cemerlang, yang tidak
pernah melewatkan waktu untuk menikmati oreo milkshake
sebagai menu sarapannya. Minuman itu membuatnya
bersemangat, untuk melalui harinya yang berat di kampusnya.
Sani - [ Red Night] "You've Got Me From Hello"
Gadis dengan hubungan yang rumit, seorang penulis yang
mencari ketenangan dengan menghirup segelas anggur merah
setiap malam, untuk mencerahkan hatinya yang kelam akibat
kisah cintanya yang rumit.
Saira - [ Green Dayligt ] "Pembunuh Cahaya"
Gadis yang lembut dan tenang, pemilik toko bunga dan
tanaman, selalu memanfaatkan waktu makan siangnya dengan
menghirup teh hijau yang panas, untuk menguatkan dirinya
menghadapi perkawinannya yang menyesakkan dada
4 Santhy Agatha "Tak pernahkah kau mengerti" Hatiku
ini sudah ada dalam genggamanmu,Lalu kau buang begitu
saja.Begitu saja...."
1 Bahagianya ketika jatuh cinta.
Nessa tersenyum sambil membaringkan tubuhnya di
kamar sepulang kuliahnya. Marcell baru saja mengantarnya
pulang, tadi mereka menghabiskan waktu bersama sepulang
kuliah, berburu buku-buku lama, menonton dan menikmati es
krim sebagai penutupnya. Oh astaga. Hari ini sangat
menyenangkan baginya. Meskipun Marcell tampak agak aneh
dan murung tadi, tetapi Marcell bilang dia hanya sedang tak
enak badan dan berjanji bahwa sepulangnya nanti dia akan
langsung beristirahat agar kondisinya pulih.
Nessa mencintai Marcell, sangat cinta. Mereka menjadi
dekat begitu saja seolah sudah ditakdirkan untuk bersama. Dan
Nessa tidak pernah menyangka mereka bisa seserius ini. Dulu
dia menyangka Marcell sombong karena berasal dari keluarga
kaya, tetapi ternyata tidak. Lelaki itu yang menyapanya duluan,
bahkan sangat baik dan ketika pertama kali ke rumah Nessa,
tidak ada sikap mencemooh atau pun menghina rumah mungil
itu. Status Nessa yang berasal dari keluarga sederhana
tampaknya tidak masalah bagi Marcell.
Mereka sudah merajut impian untuk masa depan.
Menikah dan punya anak, lalu berbahagia untuk selamanya.
Bahkan Marcell sudah menunjukkan keseriusannya dengan
mengajaknya ke rumahnya, bertemu dengan ibunya.
Meskipun sikap ibunya tidak bisa dikatakan ramah...
Nessa mengernyit, teringat betapa malunya dia ketika Ibu
Marcell menolak untuk membalas jabatan tangannya.
2 Santhy Agatha Setidaknya Marcell bilang bahwa ibunya memang galak kepada
siapa saja, bukan hanya kepadanya.
Ponselnya berkedip-kedip. Nessa segera mengangkatnya begitu melihat nama Marcell di layar
ponselnya, "Iya Marcell?"
"Aku baru saja sampai rumah." Suara Marcell di
seberang sana nampak berbeda, membuat Nessa bergumam
dengan cemas. "Kau tampaknya sakit... Syukurlah kau sudah sampai
rumah... Istirahatlah ya, supaya besok kondisimu membaik."
Hening... Seolah Marcell sedang mencari kata-kata.
"Nessa...?" Marcell bergumam ragu.
"Ya Marcell?" "Bisakah besok kita bertemu di taman yang biasa"
Besok aku tidak bisa datang kuliah, tetapi aku akan
menunggumu di sana di sore hari. Kau menyusul ke sana ya."
Taman tempat mereka biasa bertemu itu terletak
dekat dari kampusnya, Nessa hanya perlu berjalan ke sana. Dia
tersenyum sambil membayangkan bahwa mungkin Marcell
punya rencana romantis untuknya, "Iya Marcell, aku akan
datang besok." "Oke." dan telepon pun ditutup di seberang sana.
Membuat Nessa mengerutkan keningnya atas penutup yang
dingin dari Marcell, biasanya mereka mengakhiri percakapan
dengan kata-kata cinta yang lembut. Tetapi kemudian dia
menghela napas, Marcell kan sedang sakit, jadi wajar saja kalau
sikapnya terasa berbeda...
?"" Nessa menangis, sungguh-sungguh menangis mendengarkan
alunan lagu itu dari pemutar musik miliknya. Hujan turun
dengan derasnya di luar, tetapi sederas apapun hujan itu, tak
akan bisa mengalahkan derasnya darah yang mengalir dari
hatinya yang remuk redam, dihancurkan begitu saja oleh
kekasihnya, tanpa ampun. Perjanjian Hati 3 Ingatannya melayang pada kejadian tadi sore yang
berhujan, saat itu hanya ada dia dan Marcell, kekasihnya.
"Kita sudah tidak boleh bertemu lagi."
Nessa mengernyit dan mendongak menatap Marcell
yang lebih tinggi darinya, "Apa maksudmu?" dia benar-benar
terkejut mendengar kata-kata Marcell itu. Tadi dia datang
menemui Marcell dengan senyum dan bahagia, mengira bahwa
dia akan mendapatkan kejutan romantis dari kekasihnya. Dia
memang mendapatkan kejutan. Tetapi ini bukan kejutan
romantis. "Aku sudah tidak bisa menemuimu lagi Nessa, maaf."
"Kenapa Marcell?" Nessa mulai gemetaran, menyadari
bahwa semua ini benar-benar nyata.
"Kau tahu kenapa, aku sudah tidak kuat dengan desakan
ibuku dan sebagainya, dia tidak menyukaimu... Kau tahu dia
kolot, dia berdarah biru dan dia ingin aku mendapatkan
pasangan yang sederajat..." Marcel menelan ludah, menatap
Nessa dengan menyesal, "Maafkan aku Nessa, aku menerima
pertunangan dengan Susan. Selamat tinggal."
Hanya seperti itu, tanpa penjelasan apa-apa, tanpa
pelukan perpisahan dan Marcell pergi meninggalkan Nessa
dengan hati hancur. ?"" Dua Tahun Kemudian. Suara bel di taman kanak-kanak yang indah itu berbunyi.
Nessa segera mengatur agar semua murid-muridnya duduk
dengan rapi dan berdoa. Sangat susah mengatur anak-anak TK
yang begitu aktif dan tak bisa duduk diam itu, tetapi Nessa
senang, karena mereka adalah sekumpulan bocah tanpa dosa,
yang penuh rasa ingin tahu dan kegembiraan murni dalam
memandang dunia. Selesai berdoa, anak-anak berjalan dengan rapi
menyalami Nessa, lalu berhamburan menuju orang tua masingmasing yang sudah
menunggu di luar. Nessa merapikan tas-nya
ketika ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya.
4 Santhy Agatha "Selamat siang ibu guru, jemputan sudah datang."
Nessa tersenyum, menatap laki-laki yang berdiri di
pintu ruang kelasnya dengan tatapan jahilnya, "Selamat siang
juga, apa yang kau lakukan di sini siang-siang Ervan?" sambil
meraih tasnya, Nessa menghampiri sang adik yang telah
tumbuh dewasa menjadi lelaki yang begitu tampan.
"Aku tidak sengaja lewat sini sepulang mengantar
teman kampus dan menyadari bahwa aku lewat taman kanakkanak tempat kakak
mengajar, jadi kupikir ada baiknya aku
menjemput kakak daripada kakak harus naik angkot."
"Naik angkot sebenarnya juga tidak apa-apa." Nessa
berjalan menuju parkiran, diiringi oleh Ervan dan menghampiri
mobil tua warna hitam, warisan dari almarhum ayah mereka
yang sekarang dipakai oleh Ervan ke kampusnya.
Mereka masuk dan Ervan menjalankan mobilnya
keluar dari halaman Taman kanak-kanak itu.
"Aku ingin minta bantuan kakak." Ervan mengernyitkan
keningnya sambil menatap ke arah jalanan yang ramai.
"Bantuan apa?" "Tentang Delina."
Nessa ingat tentang Delina. Perempuan itu adalah teman
kuliah Ervan yang pernah diajak Ervan ke rumah beberapa hari
yang lalu. Delina adalah perempuan cantik dan tentu saja anak
dari orang kaya, pikir Nessa pahit, berusaha menahan
goncangan masa lalu yang tiba-tiba menusuknya. Tentu saja dia
anak orang kaya, Delina datang ke rumah mereka dengan
mengendarai mobil sport keluaran terbaru yang harganya
mungkin saja mencapai sepuluh kali lipat harga jual rumah
mungil keluarga Nessa. "Kenapa dengan Delina?" batin Nessa berteriak, dia
sebenarnya tidak ingin Ervan berdekatan dengan Delina. Orang
kaya selalu memandang rendah orang miskin. Itu fakta, itu pula
yang dilakukan keluarga Marcell kepadanya dulu. Nessa hanya
tidak mau Ervan mengalami kekecewaan seperti dirinya
sesudahnya. Tetapi semua larangannya tertahan, dia tak tega
mengatakan semua itu kepada adiknya yang sekarang sedang
Perjanjian Hati 5 berbinar-binar matanya, mabuk kepayang kepada perempuan
impiannya. "Delina dan aku, kami saling mencintai dan berniat
menjalin hubungan serius." Ervan mendesah, "Tetapi ada
masalah dengan keluarganya.'
Nessa mengernyit. Pasti akan selalu ada masalah, ketika
keluarga kaya menemukan anaknya berpacaran dengan
keluarga miskin, pasti akan selalu ada masalah.
"Keluarganya mengundang kita dalam sebuah makan
malam mewah di rumah mereka, pesta itu diadakan oleh kakak
Delina, seorang pengusaha yang kaya raya... Kakaknya, ingin
bertemu denganku dan aku... Aku agak ngeri karena desas
desus yang berkembang, kakaknya itu sangat kejam dan jahat."
Ervan menatap Nessa dengan tatapan memohonnya, yang
selalu berhasil digunakannya untuk meluluhkan hati kakaknya,
"Kau mau menemaniku ke pesta itu kan ya?"
"Kenapa harus denganku?" Nessa merengut, mencoba
berkelit. "Karena kakaknya ingin bertemu dengan salah satu
keluarga kita, kau kakakku satu-satunya, aku kan tidak
mungkin mengajak ibu, penyakit rematiknya parah dan tidak
bisa keluar malam." "Apa yang ingin dilakukan kakak Delina" Kenapa dia
ingin bertemu dengan salah satu keluarga kita?" Nessa
menerka-nerka dan sebuah pikiran pahit berkecamuk di
benaknya, jangan-jangan si kakak itu ingin mencemooh dan
menghina mereka di pesta itu"
"Yah... Aku adalah pacar Delina, kakaknya itu sangat
protektif kepada Delina, mengingat sebelum-sebelumnya
banyak lelaki yang mendekati Delina demi mengincar harta
keluarga mereka, aku maklum kalau kakaknya ingin mengenal
kita dan memastikan aku baik untuk Delina."
Tentu saja Ervan baik untuk Delina. Nessa mengernyit,
dialah yang akan maju pertama kali kalau ada yang meragukan
kebaikan hati Ervan. Mereka berdua adalah anak yang
dibesarkan dari seorang ibu yang berjuang seorang diri karena
6 Santhy Agatha suaminya telah meninggalkannya dengan dua anak yang masih
kecil. Ibunya berjualan kue basah dan menitipkannya ke
warung-warung. Nessa masih ingat ketika dia dan Ervan
sepulang dari sekolah dasar membantu sang ibu menarik
wadah-wadah titipan dari warung-warung tersebut sambil
berjalan kaki. Dan hidup dengan keprihatinan dan kesederhanaan
telah membuat Nessa dan Ervan tumbuh menjadi pribadi yang
bersahaja, mereka membantu sang ibu dengan bekerja
sambilan untuk membiayai pendidikan. Akhirnya setelah Nessa
lulus dan menjadi guru sebuah TK, Ervan mendapatkan
beasiswa di sekolah teknik ternama di kotanya, dan
kepandaiannya membuatnya mempunyai masa depan yang
cukup cerah. Kepandaian otaknya, ketampanan fisiknya dan
kebaikan hati Ervan membuat Nessa yakin bahwa adiknya
adalah pasangan paling sempurna bagi siapapun.
?"" "Selamat datang." Delina menyambut Ervan dan Nessa dengan


Perjanjian Hati Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahagia di pintu, pipinya bersemu merah dan matanya berbinar
ketika melihat Ervan. Nessa mengamatinya dan mau tak mau
tersenyum. Bagaimanapun juga, Delina benar-benar tampak
seperti perempuan yang baik dan sungguh-sungguh mencintai
Ervan. "Terima kasih kak Nessa mau menemani Ervan
kemari," dengan sopan dan ramah, Delina menyalami Nessa,
"Mari silahkan masuk, pestanya sudah dimulai."
Pesta itu benar-benar pesta mewah yang elegan, yang
memang diperuntukkan untuk kelas atas. Semuanya
berpakaian indah dan syukurlah meski tidak mahal gaun hitam
Nessa yang sederhana tampak begitu cantik dipakainya.
"Sendirian di sini?" seorang lelaki tiba-tiba sudah ada
di sebelahnya dan menyapanya.
Nessa menoleh dan menemukan lelaki paling tampan
yang pernah dilihatnya. Dengan rambut disisir rapi, dagu yang
sudah dicukur bersih, dan pakaian yang sepertinya dijahit
Perjanjian Hati 7 khusus untuknya, lelaki muda itu tampak seperti pangeran dari
negeri dongeng. "Tidak... Saya bersama pasangan saya." tiba-tiba Nessa
merasa gugup. Penampilan lelaki itu dan aura yang dibawanya
entah kenapa membuatnya merasa gugup dan tiba-tiba saja
ingin melarikan diri. "Oh" Benarkah" Sepertinya aku tidak melihatnya." lelaki
itu menatap ke arah Nessa tajam meskipun bibirnya tersenyum,
"Sungguh pasangan anda orang yang sangat ceroboh
membiarkan perempuan cantik sendirian di sini."
Nessa mengernyitkan keningnya, "Maaf... Saya akan
mencari pasangan saya."
Dengan buru-buru Nessa membalikkan badannya dan
mencoba pergi, aura lelaki membuatnya gelisah tidak
tertahankan lagi, cara lelaki itu menatapnya bagaikan harimau
mengincar mangsanya. "Nessa?" Nessa langsung tertegun mendengar suara itu, suara
yang dikenalnya, suara dari masa lalunya yang sudah bertahuntahun berusaha
dilupakannya. Suara Marcell.
Dengan gugup didongakkannya kepalanya, dan tertegun,
itu memang benar Marcell yang sama, hanya sekarang lebih
tampan, lebih dewasa. Dan hati Nessa luar biasa sakitnya
mengingat kenangan itu. Ketika Marcell meninggalkannya
begitu saja tanpa penjelasan apa-apa, karena dorongan
keluarganya. Nessa ingat sekali ketika itu ibu Marcell, seorang nyonya
besar yang kaya raya tidak menyetujui hubungan Nessa dengan
Marcell, karena Nessa hanyalah perempuan biasa, dari keluarga
biasa, apalagi ibu Marcell sudah menyiapkan calon untuk
Marcell, anak dari temannya, keturunan ningrat yang saat itu
sedang menyelesaikan magisternya di Australia, bernama
Susan. "Hai Marcell, apa kabar?" suara Nessa terdengar lemah,
terlalu terkejut. 8 Santhy Agatha Marcell tersenyum miris. "Kabar baik Nessa, kau sendiri"
Bagaimana kabarmu?" "Aku baik." tiba-tiba saja Nessa ingin menangis, kenapa
dia harus bertemu Marcell di sini" Marcell adalah satu-satunya
lelaki yang tidak ingin ditemuinya di dunia ini, "Dimana Susan?"
tanya Nessa mencoba tegar.
"Ah, Susan..." Marcell tampak salah tingkah, "Dia ada di
sana, sedang berbicara dengan temannya, eh... Kami sudah
bertunangan, tanggal pernikahan kami ditentukan 2 bulan lagi,
segera setelah Susan mengurus kepindahannya dari Australia,
aku harap kau mau datang."
Bagaimana mungkin Marcell tega mengucapkan kalimat
menyakitkan itu tanpa rasa bersalah sedikit pun" Tidak
ingatkah dia betapa dia telah menyakiti hati Nessa dengan
begitu kejam, meninggalkannya tanpa perasaan" Membuat
Nessa akhirnya tidak bisa mencintai lelaki lain...
"Aku... Aku tidak bisa berjanji... Aku..."
"Marcell, teman-temanku ingin berbicara denganmu,
dear." perempuan cantik itu tiba-tiba datang dan mengglayuti
lengan Marcell dengan manja, dia lalu menatap Nessa dan
mengangkat alisnya, "Eh... Siapa ini?"
Marcell tampak gugup dan menelan ludah. "Ini Nessa,
teman kuliahku dulu, kami sudah lama tak bertemu dan
kebetulan bertemu di sini."
"Oh." Susan menatap Nessa dari kepala sampai kaki
dengan pandangan meremehkan, "Aku pernah dengar dari
ibumu kalau kau dulu pernah punya kekasih bernama Nessa
yang kau tinggalkan, hmmmm...." Susan tersenyum
mencemooh, "Pantas saja kalau begitu, dia tidak selevel dengan
kita, bukan begitu dear?"
Marcel tampak kehilangan kata-kata sedangkan Nessa
berdiri dengan muka merah padam atas penghinaan terangterangan yang diucapkan
dengan lantang tersebut. Sebelum mereka dapat berkata-kata, sosok pria tampan
yang tadi menyapa Nessa tiba-tiba melangkah mendekat dan
Perjanjian Hati 9 mengamit lengan Nessa dengan mesra. "Kau tidak mengenalkan
mereka kepadaku, sayang?"
Nessa mendongak, mengernyitkan alisnya sambil
menatap lelaki tak dikenal itu, apa katanya tadi"
Tetapi kemudian perhatiannya teralihkan oleh wajah
Susan dan Marcell dan memucat, "Kau mengenal Tuan Kevin,
Nessa?" tanya Marcell seolah tak percaya.
Pria bernama Kevin itu semakin mendekatkan tubuhnya
pada tubuh Nessa, "Tentu saja, Nessa adalah kekasihku, dan
sepertinya kalian mengenalku ya?"
"Keluarga kami menjalin hubungan bisnis dengan anda
Tuan Kevin." kali ini Susan yang menyahut sambil tersenyum
manis, "Sungguh suatu kehormatan bisa bertemu dan bercakapcakap langsung dengan
anda di sini." Kevin ganti menatap Susan dengan pandangan
mencemooh, "Hmmm... Kehormatan bagimu juga mungkin bisa
berbicara dengan kekasihku yang luar biasa ini." lalu Kevin
tersenyum pada Nessa, tidak mempedulikan muka Susan yang
memerah karena jawaban kasarnya itu, "Ayo sayang kita pergi,
masih banyak tamu-tamu penting yang harus kita temui."
Kemudian Kevin membalikkan tubuh Nessa, membawanya dalam gandengan lengannya, meninggalkan
Marcell dan Susan yang berdiri dengan terhina di sana.
?"" "Kenapa kau membantuku?" Nessa berbisik pelan setelah
mereka menjauh dari pasangan Marcell dan Susan.
Kevin tergelak dan kemudian melepaskan genggaman
lengannya, "Aku melihat seorang perempuan yang hampir
dipermalukan oleh kekasih yang dengki, dan aku merasa harus
turun tangan untuk membantu." Kemudian lelaki itu
mengulurkan tangannya, "Kita tidak sempat berkenalan tadi
karena kau buru-buru kabur."
"Oh." pipi Nessa memerah, "Te...terima kasih atas
bantuannya, aku..." 10 Santhy Agatha "Kakak?" kali ini suara Delina yang menyela. Kevin dan
Nessa menoleh serentak, dan berhadapan dengan Delina yang
sedang bersama Ervan. Delina tersenyum ceria ketika melihat Nessa, "Ah...
Kulihat kakak sudah berkenalan dengan kak Nessa, kakaknya
Ervan... Kak Nessa ini kakakku yang kuceritakan ingin
berkenalan." Sedikit terkejut atas informasi baru itu, Nessa melirik ke
arah Kevin. Sekilas Nessa menyadari rona wajah Kevin yang
hangat berubah menjadi dingin. Apakah lelaki itu menjadi
dingin ketika mengetahui bahwa Nessa adalah kakak Ervan"
Nessa masih ingat cerita Ervan bahwa kakak Delina ini sangat
mencurigai orang miskin sebagai pengincar harta mereka.
Apakah kisahnya bersama Marcell akan terulang pada
Ervan" Dicemooh dan diremehkan hanya karena mereka
berasal dari keluarga sederhana"
"Oh... Ini Ervan yang kau ceritakan itu?" Kevin berucap
lambat-lambat dan kemudian membalas uluran tangan Ervan,
setelah selesai berjabat tangan, dia menoleh lagi kepada Nessa,
"Dan kau Nessa, kakaknya Ervan... Senang berkenalan
denganmu." lelaki itu mengulurkan tangannya kepada Nessa,
dan mau tak mau Nessa menerima uluran tangan itu.
Seketika Kevin menggenggam tangannya yang mungil itu
dengan kuat dan dominan, seperti mengisyaratkan sesuatu.
"Well, sepertinya kita akan banyak bertemu nanti
Nessa," gumamnya penuh arti.
Nada suaranya ramah, tetapi entah kenapa Nessa
merasa ngeri. Membuat Nessa bertanya-tanya apa yang ada di
benak Kevin sebenarnya. Mereka berdiri berempat sambil mengamati pesta.
Delina dan Ervan berpegangan tangan dengan penuh cinta,
sementara Nessa berdiri dengan canggung di sebelah Kevin.
Tiba-tiba musik lembut dansa dimainkan dan beberapa
pasangan tampak turun ke lantai dansa, menikmati dansa
romantis di antara kelap-kelip cahaya temaram dan suasana
pesta yang elegan. Perjanjian Hati 11 Kevin menoleh ke arah Nessa dan memasang
senyumnya yang paling manis, "Mau berdansa?"
Nessa tertegun, lalu menggelengkan kepalanya,
"Tidak... Saya tidak bisa berdansa," tolaknya cepat.
Tetapi Kevin menatapnya dengan keras kepala, "Oh
ayolah, aku akan mengajarimu. Lagipula kau tidak kasihan
kepadaku, aku tidak punya pasangan dansa." dan sebelum
Nessa bisa menolak, lelaki itu sudah menariknya ke lantai
dansa. Kevin bohong. Dia bisa memilih banyak pasangan
dansa kalau mau, dilihat dari banyaknya mata yang
memandang Nessa dengan iri. Nessa begitu gugup ketika Kevin
dengan tenang melingkarkan tangannya di pinggang Nessa dan
meletakkan tangan Nessa di pundaknya. Lelaki itu membawa
Nessa melangkahkan kaki dengan lembut, mengikuti irama.
"Lihat, gampang kan?" bisiknya sambil tersenyum,
menatap Nessa dengan matanya yang tajam.
Nessa memalingkan muka dengan wajah merah
padam, tidak tahan ditatap seperti itu. Dia hanya
menganggukkan kepalanya dan kemudian memusatkan
perhatiannya kepada gerakan dansa mereka.
Ketika tanpa sengaja Nessa memutarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, matanya bertabrakan
dengan mata Marcell, lelaki itu sedang berdansa dengan Susan
yang sekarang berada dalam posisi membelakangi Nessa,
membuat Marcell leluasa menatap Nessa.
Ada sesuatu di tatapan mata Marcell itu, sesuatu yang
mirip dengan penyesalan dan kepedihan... Membuat dada Nessa
terasa sesak. Dia memalingkan kepala, dan mencoba untuk
tidak menoleh ke arah Marcell lagi.
?"" Seperti biasa Nessa melangkah keluar kelas setelah
memastikan semua muridnya benar-benar pulang dalam
jemputan keluarga mereka.
Taman kanak-kanak itu tampak lengang dan sepi. Yah
biasanya yang membuat ramai adalah kehadiran murid-murid
12 Santhy Agatha kecilnya yang berceloteh riang kesana kemari. Sekarang tinggal
guru-guru yang sibuk merapikan barang-barang mereka di
ruang guru. Nessa mendesah dan mengambil tasnya lalu melangkah
ke lorong TK itu, entah kenapa sejak pesta itu batinnya kembali
terasa sakit, sakit hati yang telah coba dilupakannya begitu
lama. Sakit hati karena kepedihan ketika Marcell
meninggalkannya dengan kejam, kini semua itu kembali lagi.
Mungkin ini semua karena di pesta itu dia bertemu
kembali secara langsung dengan Marcell, melihat langsung
bagaimana Marcell sudah melupakannya dan berbahagia
dengan tunangannya. Pernikahan mereka dua bulan lagi...
Tiba-tiba saja batin Nessa berdenyut dan terasa sakit.
Kenapa hatinya sakit" Apakah dia masih menyimpan cinta itu
kepada Marcell" Bahkan setelah dia dicampakkan dan
dikhianati sedemikian rupa"
"Hati-hati, nanti kau tersandung."
Suara maskulin itu tiba-tiba muncul, tak disangkasangkanya. Begitu mengejutkan
hingga Nessa mengeluarkan
suara pekikan kaget. Dia mendongak ke arah suara itu dan
menemukan Kevin, kakak Delina, sedang bersandar di tiang
lorong taman kanak-kanak itu, masih mengenakan setelan jas
kantornya yang elegan. "Kenapa anda ada di sini?" tiba-tiba Nessa merasa
waspada. Kevin tersenyum misterius. "Ada yang ingin
kusampaikan kepadamu, kalau kau tidak sibuk."
"Darimana anda tahu tempat saya bekerja?" kali ini
perasaan Nessa di dominasi oleh rasa curiga, jangan-jangan
lelaki ini sudah membayar orang untuk menyelidiki Ervan dan
keluarganya. Kevin terkekeh melihat tatapan curiga Nessa, "Jangan
menatapku seperti itu, aku tidak mengambil informasi lewat
jalan belakang." dengan elegan dia mengangkat bahunya, "Aku
Perjanjian Hati 13 mendapat informasi dari Delina bahwa kau bekerja di sini, dia
sering bercerita tentang Ervan dan tentang kau."
"Oh." Nessa tercenung, "Apa yang ingin anda sampaikan
kepada saya?" Mendengar pertanyaan Nessa, tatapan Kevin berubah
serius, "Mungkin kau bisa ikut aku ke suatu tempat untuk
membicarakannya"'

Perjanjian Hati Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Alarm peringatan langsung berbunyi di benak Nessa,
mengingatkannya. Entah kenapa, meskipun tersenyum ramah,
aura Kevin tampak mendominasi dan menyimpan sesuatu yang
misterius. Nessa tidak mau pergi kemanapun dengan lelaki itu.
"Kalau memang bisa kenapa tidak kita bicarakan di sini saja?"
Kevin menatap tajam, kemudian sekilas tampak geli
melihat ketakutan Nessa yang berusaha disembunyikannya
dengan baik. "Oke kalau begitu, meskipun aku sebenarnya
ingin membicarakannya di tempat yang lebih pribadi."
Tatapannya berubah serius dan dalam sekejap auranya
berubah dingin, "Begini Nona Nessa, aku ingin menawarkan
sejumlah uang kepada keluargamu supaya kalian semua
menjauhi Delina." 14 Santhy Agatha "Kalaupun demi cintamu, Aku
harus berkorban Akan kulakukan, akan kulakukan
Karena aku sangat mencintaimu."
2 Nessa membelalakkan matanya mendengar kata-kata
Kevin. Sejenak dia mencoba mencerna apa yang barusan di
dengarnya lagi, berharap ada kemungkinan dia salah dengar.
Tetapi kemudian ketika dia menyadari bahwa apa yang
dikatakan Kevin itu benar-benar seperti yang dimaksudkannya,
wajahnya merah padam oleh kemarahan bercampur rasa
terhina. "Saya tidak tahu kenapa anda melakukan penghinaan
yang begitu besar kepada kami. Tapi yang perlu anda tahu,
kami tidak butuh uang atau pemberian apapun dari anda, coba
anda tanyakan ini ke Ervan dan mungkin dia akan menghajar
anda." Kevin hanya diam di sana dan mengamati Nessa tajam,
seolah-olah ingin menelanjangi seluruh isi hatinya. Lama
kemudian lelaki itu tampaknya telah mengambil kesimpulan
dan tersenyum. "Oke, jangan marah. Kata-kataku tadi hanyalah ujian,
aku memang mengatakannya kepada siapapun, yang dekat
dengan Delina." Nessa mengernyit, "Apa?"
"Kau tahu, kata-kata itu tadi, bahwa aku akan membayar
mereka dengan timbal balik mereka harus meninggalkan
Delina." wajah Kevin mengeras, "Kau akan terkejut mengetahui
berapa banyak yang setuju untuk menyambar umpanku
mentah-mentah." Perjanjian Hati 15 "Tidak semua orang miskin tidak punya harga diri," sela
Nessa sinis. Kevin menatap Nessa lagi, "Benarkah?" pertanyaan itu
sepertinya tidak perlu jawaban, hanya sebuah retorika yang
menyindir. Nessa menyadari bahwa berdasarkan pengalamannya, lelaki itu punya pandangan negatif kepada
orang-orang tidak mampu. Dia tadi bilang banyak orang lain
yang mau menerima penawarannya mentah-mentah.
"Apakah urusan kita sudah selesai?" Nessa melirik
gelisah ke lorong TK yang sepi. Lelaki ini membuatnya tidak
nyaman, entah kenapa. Kevin menegakkan tubuhnya yang sedari tadi bersandar
santai di pilar. "Belum." gumamnya tenang, "Dan aku bersikeras untuk
mengajakmu ke suatu tempat, dengarkan dulu," serunya ketika
melihat Nessa akan membantah keras kata-katanya, "Kau
adalah kakak Ervan, kekasih adikku. Aku berjanji tidak akan
melakukan sesuatu yang buruk kepadamu, demi adikku. Dan
memang aku tidak punya niat buruk sama sekali, aku hanya
ingin bicara." "Bukankah saya bilang anda bisa membicarakan semua
yang perlu anda bicarakan di sini?"
"Tolong jangan pakai istilah anda dan saya." Kevin
mengerutkan alisnya, "Itu terlalu formal dan mengganggu. Aku
ingin berbicara tentang Delina, penting."
Nessa menatap wajah Kevin. Lelaki itu tampak serius.
Benar-benar serius. Sejenak dia ragu. Beranikah dia
mempercayakan dirinya untuk pergi bersama lelaki ini"
Nessa menghela napas, "Baiklah, tetapi hanya sebentar,
kalau lebih dari jam dua siang aku belum pulang, orang rumah
akan bertanya-tanya."
Kevin mengangguk, "Hanya sebentar, kita bicara di cafe
langgananku di dekat-dekat sini."
?"" 16 Santhy Agatha Cafe itu bertema garden cafe dengan ruangan-ruangan yang
redup karena rimbunnya pepohonan dan taman dan lampulampu berwarna kuning hangat
yang menentramkan. Seluruh
dindingnya adalah kaca bening yang besar-besar, memantulkan
suasana hijau di sekelilingnya. Hari ini mendung dan berada di
cafe yang begitu hijau itu membuat Nessa merasa semakin
sejuk. Dengan sopan, Kevin menarikkan kursi untuk Nessa dan
duduk di depannya, lalu memesankan makanan mereka kepada
pelayan yang menunggu. Setelah itu menunggu pesanan datang,
Kevin menyandarkan punggungnya di kursi dan menatap
Nessa. "Kau mau pesan apa?"
Nessa mengamati daftar menu dan tidak bisa
menyembunyikan senyumnya ketika menemukan menu
minuman kesukaannya. Cokelat panas.
"Aku mau hot chocolate."
Kevin mengangkat alisnya dan tersenyum, "Aku tidak
menyangka kau memesan itu. Itu pesanan anak umur sepuluh
tahun." "Apakah menurutmu wanita dewasa tidak boleh
meminum cokelat panas?"
"Bukan begitu," Kevin mulai terkekeh ketika
mendapatkan pelototan mata Nessa, dia mengangkat bahunya.
"Kau tampaknya dari awal sangat defensif menghadapiku, aku
sama sekali tidak menentang hubungan Nessa dengan Ervan."
Kevin tersenyum lembut, "Kuharap kau mengerti. Aku hanya
ingin menjaga adikku."
Nessa mengerti perasaan Kevin. Rasa ingin melindungi
yang dalam, sama seperti yang dia rasakan kepada Ervan,
adiknya satu-satunya. "Ada yang harus kukatakan padamu," Kevin melanjutkan
karena Nessa diam saja, "Sebelumnya kau perlu tahu bahwa
aku sudah menyelidiki keluargamu, maafkan aku." Kevin
menatap Nessa dengan permohonan penuh permintaan maaf
ketika melihat tatapan tersinggung dari Nessa, "Aku harus
Perjanjian Hati 17 melakukannya supaya aku benar-benar yakin bahwa aku bisa
mempercayai kalian."
Nessa mengangkat bahunya, "Silahkan lakukan apapun
sesukamu, toh kau tidak akan menemukan rahasia gelap
keluarga kami, karena memang tidak ada." Kevin mengangguk
dan tersenyum, bersamaan dengan pelayan yang mengantarkan
minuman mereka. "Sejujurnya aku kagum ketika membaca berkas-berkas
laporan tentang keluarga kalian. Tidak mudah tumbuh menjadi
orang hebat ketika situasi keuangan keluarga tidak
mendukung." lelaki itu berdeham menyadari bahwa katakatanya mungkin saja sudah
menyinggung Nessa, "Kembali ke
masalah tadi, setelah menerima laporan dari penyelidikku dan
mempelajarinya, aku memutuskan kau adalah orang yang tepat
untuk membantuku." Nessa mengernyit, Kenapa laki-laki ini dari tadi
berbicara dengan berputar-putar" Apa sebenarnya yang ingin
dikatakannya" "Perlu kau tahu, Delina dan aku bukan saudara
kandung," Kevin menatap Nessa, menilai reaksinya, "Aku
adalah anak pungut, yang diangkat dan dibesarkan oleh
keluarga mereka dengan penuh kasih sayang dan tidak
dibedakan sama sekali dari anak kandung mereka, Delina."
Itu informasi yang sangat mengejutkan dan Nessa
tertegun mendengarnya. Kevin adalah anak angkat keluarga
kaya itu" Kenapa Kevin membagikan informasi sepenting ini
kepadanya" "Ya, mereka keluarga yang baik dan sangat
menyayangiku. Sejak ayah kami meninggal lima tahun lalu
akulah yang mengambil alih kendali perusahaan dan
mengembangkannya dengan pesat sampai sekarang. Sementara
yang dilakukan mama kami adalah mencurahkan kasih
sayangnya kepada kami dengan sepenuh hatinya. Tetapi
kemudian ada satu masalah," Kevin menghela napas panjang,
"Mama kami mempunyai ide yang menurutnya brilian, bahwa
aku dan Delina, kami seharusnya menikah saja dan menjadi
keluarga sejati." 18 Santhy Agatha Nessa membelalakkan matanya kaget,
Apa?" "Tentu saja ide itu konyol untuk kami. Karena kami
sudah dibesarkan begitu lama sebagai kakak adik, tidak
mungkin kami berdua mengembangkan perasaan lebih dari itu.
Apalagi saat mama mengutarakan maksudnya, Delina sudah
mempunyai Ervan." "Mereka sepertinya saling mencintai," gumam Nessa
ahkirnya. "Ya, dari sisi Delina aku tahu dia mencintai Ervan." Kevin
tersenyum, "Mulanya aku skeptis dan tidak yakin ketika Delina
menceritakan tentang Ervan dengan begitu bahagia kepadaku.
Katanya dia menemukan cinta sejatinya, padahal menurutku
mereka masih anak kuliahan, hidup mereka masih panjang dan
kekasih sejati yang dia maksud itu mungkin masih menunggu di
depan sana. Apalagi dengan pengalaman burukku pada lelakilelaki yang mendekati
Delina, hampir keseluruhan dari mereka
menerima tawaranku untuk memberikan uang agar mereka
mau meninggalkan Delina," Kevin tersenyum pahit.
"Aku minta maaf atas pengalaman pahitmu dengan
orang-orang seperti kami," gumam Nessa ketus, "Tapi kau perlu
tahu bahwa kami tidak seperti itu. Kalaupun kau memang ingin
Ervan meninggalkan Delina, aku bisa berbicara dengan Ervan
dan kami tetap tidak mau menerima sepeser pun darimu."
Kevin terkekeh, "Sepertinya kata-kataku selalu
menyinggungmu ya," lelaki itu mengangkat bahu, "Maafkan
aku." Hening. Hening yang lama sampai kemudian pelayan
datang mengantarkan makanan dan minuman pesanan mereka.
Nessa menatap tertarik kepada cokelat panas yang diletakkan
di depannya, cokelat itu mengepul di dalam cangkir putih yang
besar, tampak kental, manis dan begitu nikmat. Dia tidak dapat
menahan diri. Dengan sangat berminat diambilnya cangkir itu,
dihirupnya aroma cokelat yang nikmat, sebelum kemudian
meneguknya. Rasa manis cokelat, bercampur dengan aroma
khas yang nikmat dan kehangatan yang menenangkan melalui
Perjanjian Hati 19 tenggorokannya. Nessa suka. Dan dia berjanji akan terus
kembali ke cafe ini untuk mencicipi cokelat panas yang nikmat
ini. Lama kemudian baru Nessa menyadari bahwa dia sibuk
dengan cokelatnya dan melupakan Kevin. Ketika dia
mengangkat kepalanya, barulah disadari bahwa Kevin sedari
tadi mengamatinya sambil tersenyum geli.
Pipinya merah padam menahan malu dan berusaha
mengalihkan perhatian Kevin pada hal lain, "Lalu apa
maksudmu menceritakan semuanya kepadaku?" Nessa
bergumam, berusaha mengembalikan percakapan ke konteks
semula. Kevin tercenung, "Meskipun tidak setuju, Delina tidak
berani membantah permintaan mama supaya dia menikah
denganku. Dan aku juga tidak mau terjebak situasi pernikahan
yang aneh, dengan adikku sendiri. Tetapi mama bukanlah orang
yang mudah di bantah, dia bisa keras kepala kalau dia mau.
Apalagi dia melihat kalau selama ini aku dan Delina belum
berhasil dengan hubungan percintaan kami. Kau tahu, Delina
belum berani mengenalkan Ervan kepada mama." dengan
tenang Kevin menatap Nessa, tajam, "Perlu kau tahu Nessa,
mama menderita lemah jantung, kalau ada hal-hal yang menjadi
beban pikirannya, atau membuatnya terkejut maupun sedih,
kami khawatir akan berakibat fatal kepada kesehatannya.
Belum lagi sebuah beban berat di pundakku, karena aku anak
angkat yang berhutang budi kepada mama, aku tidak bisa
menolak idenya mentah-mentah begitu saja."
Entah kenapa aku bisa mengerti dilema yang dirasakan
Kevin. Batin Nessa. "Kemudian sebuah ide tercetus di benakku," sambung
Kevin, "Mama tidak akan sedih kalau tahu bahwa kami masingmasing punya alasan
untuk menolak pernikahan itu. Delina bisa
menunjukkan kepada mama bahwa dia bahagia kepada mama,
dan aku akan melakukan hal yang sama.... Masalahnya..." Kevin
memajukan tubuhnya, dan menatap intens kepada Nessa, "Aku
tidak punya wanita yang bisa kubawa kepada mama."
20 Santhy Agatha Nessa mengernyit, "Kau bisa membawa wanita
manapun yang kau mau, begitulah yang kudengar."
Kevin terkekeh, "Betul, sangat gampang mencari wanita
yang mau denganku. Tetapi sangat susah membawa wanita
yang bisa kubawa ke hadapan mama untuk kemudian
diterimanya. Mama memiliki insting sangat tajam terhadap
sesama wanita." Nessa terdiam, entah kenapa merasa penuh antisipasi.
"Jadi Nessa, aku mengusulkan sebuah perjanjian untukmu.
Maukah kau, berpura-pura menjadi kekasihku, calon isteriku
untuk kubawa ke hadapan mama?"
?"" Lelaki ini sudah gila rupanya. Menawarkan hal seperti itu
kepadanya" "Kau sepertinya perlu memeriksakan otakmu ke dokter."
Nessa menggeram marah lalu berdiri hendak meninggalkan


Perjanjian Hati Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meja mereka, "Sepertinya sudah cukup aku berada di sini."
"Nessa." nada suara Kevin yang tenang itu entah kenapa
berhasil membuat Nessa menghentikan langkahnya dan
menoleh ke arah Kevin. "Kau harus pikirkan ulang sebelum menolak ide ini.
Mamaku merencanakan pernikahanku dan Delina ahkir tahun
ini. Kalau kita tidak bisa bekerja sama demi adik-adik kita,
mereka akan patah hati."
Nessa tertegun. Menyadari kebenaran perkataan Kevin,
disini bukan hanya Kevin dan dirinya saja yang terlibat, ada
kepentingan Ervan dan Delina di sini.
Entah apa yang akan terjadi nanti, tetapi yang pasti
Nessa tahu bahwa perasaan yang dirasakan Ervan kepada
Delina sangat kuat, Nessa yakin itu. Ervan tidak pernah secinta
ini kepada seorang perempuan. Dan mengetahui bahwa Delina
akan menikah dengan Kevin ahkir tahun ini pasti akan
membuat Ervan terpuruk. Tetapi ide untuk berpura-pura menjadi pasangan Kevin,
berpura-pura menjadi calon isterinya, masih terasa seperti ide
gila yang sedikit menakutkan di benaknya. Dia sama sekali
Perjanjian Hati 21 tidak mengenal lelaki ini selain sebagai kakak Delina dan
sedikit membaca kesan penakluk perempuan pada auranya.
Beranikah dia" "Aku berjanji, ketika permasalahan sudah beres dan
mama bisa menerima bahwa aku dan Delina berhak
menentukan cinta sejati kami masing-masing, kita bisa
melepaskan ikatan di antara kita tanpa masalah, mungkin aku
bisa bercerita bahwa kau dan aku pada ahkirnya tidak cocok.
Tentang Delina dan Ervan, biarlah mereka menentukan masa
depan mereka masing-masing."
Perkataan Kevin terasa begitu menggoda, karena
membuat semuanya tampak berjalan mudah.
Nessa menghela napas panjang, "Tolong berikan aku
waktu untuk berfikir."
"Oke." Kevin menyerahkan kartu namanya kepada
Nessa, "Hubungi aku di sini kalau kau sudah siap memberikan
jawaban. Tapi ingat Nessa, jangan terlalu lama, waktu kita
sedikit." ?"" "Tadi aku menjemput kakak ke TK, tapi kepala sekolah bilang
kakak sudah pulang, bersama seorang pria." Ervan menatap
Nessa mengernyit, "Katanya pria itu naik mobil mewah,"
adiknya itu langsung menyambutnya ketika Nessa berjalan
memasuki rumah. Tadi Nessa tidak mau pulang diantar oleh Kevin,
syukurlah. Tidak terbayangkan bagaimana kagetnya Ervan
kalau melihat Nessa di antar pulang oleh kakak Delina.
Mungkin Ervan akan lebih kaget lagi kalau pada
ahkirnya Nessa menyetujui kesepakatan yang diajukan Kevin.
Tetapi itu nanti, Nessa harus memikirkan segalanya dengan
baik terlebih dahulu. "Kak?" Ervan mendesah ketika Nessa tidak menjawab
pertanyaannya. "Oh...yang pulang bersamaku" Eh dia seorang teman
kuliah kakak dulu, kami berjanji bertemu untuk membahas
reuni angkatan kami," jawab Nessa asal-asalan.
22 Santhy Agatha Dan rupanya jawaban itu tidak memuaskan Ervan, "Pria
itu bukan Marcell kan kak" Aku tahu kita bertemu dengannya di
pesta kemarin, dia adalah satu-satunya laki-laki yang pernah
dekat denganmu dan pernah menjemputmu dengan mobil
mewahnya dulu... Maafkan pertanyaanku ini kak, aku cuma
takut kau berhubungan lagi dengannya dan mengalami
kesakitan seperti dulu lagi."
Sejenak Nessa mencerna kata-kata Ervan, semula dia
hendak marah karena Ervan seolah menuduhnya, kemudian
hatinya menyadari bahwa Ervan sungguh menyayanginya dan
mencemaskan Nessa. "Tidak Ervan, aku tidak pernah memikirkan Marcell lagi,
meskipun hati ini masih sakit, tetapi perasaan itu sudah mati."
Apalagi kemarin, setelah dia mengalami penghinaan oleh
tunangan Marcell dan lelaki itu seperti tanpa daya tak mampu
berbuat apa-apa, "Dan kau bisa tenang, yang menjemputku tadi
benar-benar bukan Marcell."
Ervan menarik napas lega, lalu merengkuh Nessa ke
dalam pelukannya, "Syukurlah... Aku sebenarnya mencemaskanmu kak, karena aku semalam ada di pesta itu,
melihat sendiri kau bertemu dengan Marcell yang dulu pernah
begitu kau cintai. Aku ingat betapa terpuruknya kau dulu, aku
cuma takut kau, kakakku yang paling kusayangi disakiti lagi
olehnya." Nessa tersenyum penuh haru dan membalas pelukan
Ervan, "Aku sudah dewasa dan sudah kuat Ervan, tidak seperti
dulu lagi, kau tidak perlu mencemaskanku seperti itu."
Ervan menjauhkan wajahnya dan menatap serius,
"Sebenarnya dari dulu aku sudah tidak suka dengan Marcell
dari awal dia memang kelihatan seperti lelaki yang lemah, tapi
waktu itu aku masih terlalu muda dan tidak berani
berpendapat, apalagi ketika aku melihat kau begitu
mencintainya, ketika kau dulu disakiti aku tidak bisa berbuat
apa-apa. Sekarang aku juga sudah dewasa kak, kau bisa
mengandalkanku. Kalau ada lelaki yang berani-beraninya
mendekatimu, mereka harus melalui aku, dan kalau mereka
menyakitimu, akan kuhajar mereka sampai babak belur."
Perjanjian Hati 23 Nessa terkekeh geli dan tiba-tiba terlintas di benaknya,
kalau dia benar-benar menerima kesepakatan dari Kevin,
situasi antara mereka berempat, Nessa, Ervan, Kevin dan Delina
pasti akan menjadi sangat lucu.
"Bagaimana kabar Delina?" Nessa bertanya untuk
mengalihkan pikiran tentang Kevin. Mendengar nama
perempuan yang dicintainya itu, seketika itu pula tatapan Ervan
berbinar. "Delina sungguh perempuan yang luar biasa." Ervan
tertawa sendiri, "Dengan latar belakangnya yang seperti itu, dia
sungguh nggak keberatan jalan-jalan dengan mobil butut
kepunyaan kita, makan di warung bakso pinggir jalan, aku
benar-benar jatuh cinta kepadanya kak. Semoga kemarin kesan
kita ke kakak Delina bagus ya. Aku nggak bisa membayangkan
kalau kami harus menghadapi ketidaksetujuan dari keluarga
Delina, karena saat ini kami sungguh menghadapi setiap waktu
dengan berbahagia." Ervan menggesek-gesekkan telapak
tangannya dengan bersemangat, "Malam ini aku mengajak
Delina supaya makan malam di rumah kita, agar dia bisa lebih
mengenal ibu. Ibu juga senang sekali. Beliau sedang ke pasar
untuk berbelanja untuk masakan makan malam."
Nessa tersenyum, antara miris sekaligus tersentuh
dengan kebahagiaan Ervan. Tiba-tiba sebuah keputusan sudah
muncul di benaknya. Sambil beralasan ingin berganti pakaian, Nessa pun
melangkah memasuki kamarnya. Tetapi yang dilakukan
pertama kali adalah duduk di tepi ranjang dan mengeluarkan
kartu nama Kevin dari saku bajunya.
Saat ini, sebagai seorang kakak, mungkin inilah yang bisa
dilakukannya demi kebahagiaan Ervan.
Dikeluarkannya ponselnya dan di pencetnya nomor itu.
Kemudian tegang menunggu hubungan tersambungkan.
Dalam deringan ketiga, ponsel diangkat dan suara Kevin
yang dalam menyahut di sana.
"Halo?" 24 Santhy Agatha Nessa menelan ludah, suaranya terasa tercekat dan
tenggorokannya terasa kering ketika akan menyatakan
keputusannya itu. Tetapi dia lalu teringat kepada Ervan, binar-binar mata
lelaki itu ketika membicarakan tentang Delina sungguh
membuat Nessa yakin betapa sakitnya kalau Ervan harus
dipaksa meninggalkan Delina. Nessa akan melakukan apa saja
untuk menjauhkan Ervan dari kesakitan, meskipun
kebahagiaannya sendiri yang menjadi taruhannya.
"Halo... Ini Nessa... Aku... Aku cuma mau bilang, aku akan
melakukan kesepakatan yang kau bicarakan tadi."
Perjanjian Hati 25 "Terasa begitu menyakitkan
kehilanganmu dulu.. Terasa begitu
menghancurkan kalbu ketika mencoba
melupakanmu.... Sampai akhirnya kusadari, kau tak
seberharga itu,. Dan ternyata aku
tidak mencintaimu sedalam itu"
3 Hening sejenak. Lalu Kevin berdehem di seberang sana.
"Kau yakin?" Kenapa di saat Nessa berusaha menguatkan dirinya
demi adiknya, Kevin malahan bertanya seperti itu" Nessa
mengerutkan keningnya. "Ya. Aku yakin."
"Aku akan marah besar kalau kau berubah pikiran di
tengah-tengah rencana kita."
Memangnya dia siapa" Dan apa peduli Nessa kalau Kevin
marah" Tetapi tiba-tiba Nessa teringat bahwa Kevin bisa
menakutkan kalau dia mau.
"Aku tidak akan berubah pikiran," gumam Nessa,
berusaha terdengar meyakinkan.
"Bagus. Kalau begitu aku akan mengatur semuanya."
Lalu percakapan ditutup, tanpa ucapan apapun.
Meninggalkan Nessa yang mengerutkan kening karena
ketidaksopanan Kevin. ?"" Aroma wangi menyeruak ke seluruh ruangan. Ibu benar-benar
serius membuat makan malamnya kali ini. Nessa melangkah ke
arah dapur sehabis mandi dan tersenyum melihat ibunya
26 Santhy Agatha sedang memasukkan pudding karamel yang terlihat lezat ke
lemari es. "Wow, kita makan malam besar hari ini," goda Nessa
lembut sambil membuka tutup panci, di dalamnya ada sup
jamur andalan ibunya yang paling enak.
Sang ibu tersenyum lembut pada Nessa, "Ibu senang
melihat Ervan bahagia Nessa, dia tidak pernah seperti ini
sebelumnya." "Ya ibu, Ervan benar-benar tampak dimabuk asmara."
Nessa mencomot kue keju dari toples di meja makan dan
mengunyahnya, "Ibu suka dengan Delina?"
"Dia anak yang sopan. Ibu cukup senang." Sang ibu lalu
melirik Nessa dengan hati-hati, "Ibu tahu kau akan jengkel
kalau ibu bertanya lagi, tetapi bagaimana denganmu Nessa"
Apakah kau sudah... Sudah melupakan..."
Pertanyaan ibunya itu selalu membuat suasana hati
Nessa mendung. Dulu ibunyalah yang paling keras mendorong
semangat Nessa agar bangkit dari keterpurukan sejak
ditinggalkan oleh Marcell dan meskipun kadang jengkel dengan
pertanyaan-pertanyaan ibunya, Nessa sadar bahwa ini semua
karena sang ibu menyayanginya dan mencemaskannya karena
selama ini Nessa tidak pernah terlihat menjalin hubungan
asmara dengan siapapun. "Ibu tidak usah mencemaskan Nessa, ya." Nessa
mencoba tersenyum lembut dan menenangkan ibunya, "Nessa
pasti akan menemukan seseorang yang baik pada saatnya
nanti." Tiba-tiba Nessa teringat akan Kevin. Kira-kira
bagaimana perasaan ibunya ketika Kevin dan Nessa benarbenar melaksanakan
perjanjian untuk bersandiwara ini"
?"" "Delina sudah datang." Ervan berdiri dan melangkah ke pintu
depan, sedang Nessa masih membantu ibunya membereskan
piring dan menata meja makan.
Terdengar suara pintu dibuka dan terdengar suarasuara percakapan. Lama-kelamaan
Nessa mengernyit. Suara Perjanjian Hati 27 laki-laki yang dalam itu bukan suara Ervan... Dia tahu persis itu
suara siapa! Belum sempat Nessa melakukan sesuatu, Ervan sudah
masuk ke ruang tengah, dengan Delina dan Kevin ikut di
belakangnya. "Ibu, kak Nessa, Delina datang bersama kakaknya,"
gumam Kevin gembira. Delina segera masuk dan tersenyum ramah lalu
menyalami ibu Nessa, dan memeluk Nessa. Kevin menyusul di
belakangnya dalam diam, menyalami ibu Nessa dengan sopan,
kemudian berdiri di depan Nessa dan tersenyum.
"Hai Nessa," gumamnya penuh arti. Nessa menatap
Kevin dengan tatapan memperingatkan lalu mencoba
tersenyum palsu. "Selamat datang." senyumnya tidak sampai ke matanya.
Dan segera setelah itu Nessa menggumamkan berbagai alasan
dan melarikan diri ke dapur.
Tetapi ketika seluruh alasan sudah habis, Nessa terpaksa
ke ruang tengah, dan mereka segera menuju ke ruang makan
untuk makan malam bersama.
Entah memakai trik apa, Kevin pada akhirnya duduk di
sebelah Nessa, dan lelaki itu seolah-olah sengaja, menyenggol
tangan Nessa setiap saat sehingga membuat Nessa benar-benar
jengkel. Acara makan malam berlangsung menyenangkan
karena Ervan dan Delina dengan senang hati meramaikan
percakapan dengan kisah-kisah mereka. Nessa sendiri hanya
tersenyum-senyum melihat tingkah pasangan yang sangat
saling mencintai itu, begitu pun ibunya.
Sementara Kevin... Hah" Apa yang dilakukan lelaki itu"
Meskipun menyantap makanan yang sederhana, gayanya
benar-benar seperti makan di restoran bintang lima, sangat
elegan. Dan dia banyak memasang ekspresi datar dan sopan,
hanya tersenyum jika memang waktunya tersenyum.
28 Santhy Agatha

Perjanjian Hati Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika makan malam sudah dibereskan, Kevin
melakukan tindakan tak terduga dengan menatap Ibu Nessa
lalu tersenyum lembut. "Terima kasih ibu, masakannya enak sekali," gumamnya
tenang, tetapi mampu membuat ibu Nessa yang sudah setengah
baya itu tersipu malu. Dasar playboy. Tukas Nessa dalam hati, sampai-sampai
Kevin juga menebarkan pesonanya kepada ibunya.
Ibu Nessa tampak melirik anak perempuannya yang
memasang wajah cemberut, lalu melirik ekspresi Kevin yang
terlihat geli di sebelahnya, perempuan tua itu mengangkat alis
lalu kemudian tersenyum. "Ibu undur diri istirahat di dalam dulu ya, silahkan
dilanjutkan kalau masih ingin mengobrol-ngobrol."
Ibu Nessa pun melangkah masuk ke kamarnya di ruang
belakang. Nessa langsung berdiri dan membereskan meja
makan, sementara Ervan mengajak Delina dan Kevin ke ruang
tamu. ?"" Setelah membereskan meja makan dan dapur, Nessa termangu
di sana. Haruskah dia keluar lagi ke ruang tamu" Dorongan
hatinya ingin masuk saja ke kamar dan tak keluar-keluar lagi.
Kevin, entah kenapa terlalu menebarkan aura mengintimidasi
kepada Nessa, dan itu mengganggunya.
Tetapi tentu saja Nessa tidak mungkin membiarkan Ervan
sendirian di sana menghadapi Kevin bukan"
Sambil menghela nafas panjang, Nessa melangkah
menuju ruang tamu. ?"" Ketika Nessa masuk ke ruang tamu, Ervan tampak sedang
bercakap-cakap canggung dengan Kevin, dan Delina duduk
diam menyimak di sebelah Ervan.
Kevin sedikit melirik ke arah Nessa yang memasuki
ruang tamu dan duduk di sudut sofa yang terjauh dari Kevin,
lalu melirik jam tangannya.
Perjanjian Hati 29 "Sepertinya kita harus pulang Delina," gumam Kevin
tenang. Delina mengerutkan keningnya, menatap kakaknya
memprotes. Dia masih ingin bersama Ervan lebih lama lagi,
"Tetapi aku masih ingin di sini, kakak pulang duluan saja, nanti
aku biarkan di antar oleh Ervan."
Tatapan Kevin langsung menajam, "Kau tidak bisa
melakukan itu, Delina. Kau tahu mama seperti apa. Dia
menyuruhku mengantarmu, dan aku juga yang harus
membawamu pulang." Suasana menjadi canggung dengan Ervan yang bingung
harus berkata apa-apa di tengah-tengah ketegangan kakak
beradik itu. Nessa langsung berdeham, mencoba menyelamatkan
suasana. "Mungkin kau bisa menunda kepulanganmu sebentar,
Delina." suara Nessa jadi tertelan ketika dia merasakan Kevin
menoleh dan melemparkan tatapan mengintimidasi kepadanya,
"Aku... Aku ingin bicara dengan kakakmu dulu."
"Bicara apa?" sela Kevin sambil memiringkan kepalanya
dan menatap Nessa menantang.
Dengan marah Nessa mengangkat alisnya, "Tidak di sini,
mari ikut aku ke teras samping."
?"" Kevin mengikuti Nessa melangkah ke teras samping yang
menghadap kebun bunga, yang ditanam dan dirawat sendiri
oleh Nessa. Teras itu kecil, tetapi cukup indah. Nessa senang
sekali duduk-duduk di sana, di bangku kayu yang tersedia,
sambil menatap kebun bunganya di sore hari.
Dia lalu duduk di bangku kayu itu dan menatap Kevin
yang memilih bersandar di pilar kanopi sambil bersedekap dan
menatap Nessa. "Well" Mau bicara apa?"
30 Santhy Agatha Nessa mendengus, "Aku tidak mau bicara apa-apa
denganmu, aku hanya memberi mereka kesempatan berduaan
tanpa gangguanmu." Kevin terkekeh, "Kau juga memberiku kesempatan
berduaan denganmu." Tatapan Nessa langsung berubah waspada, "Memangnya
kau mau apa?" Mata Kevin menajam, seperti serigala yang berhasil
memperangkap mangsanya, tetapi tidak berniat membunuhnya
melainkan ingin memain-mainkannya dulu sebelum dimakan.
"Kenapa kau begitu takut kepadaku Nessa" Kau selalu
waspada ketika aku mendekat, menyentuhmu....
Kau harus berlatih terbiasa dengan sentuhanku kalau
kau ingin sandiwara ini berhasil."
Terbiasa dengan sentuhan Kevin" Tiba-tiba bulu kuduk
Nessa meremang. "Aku tidak takut padamu. Aku cuma tidak suka dengan
kedekatanmu yang kau paksakan."
"Hm... Kau tidak terbiasa berdekatan dan disentuh lelaki
ya" Aku paham, mengingat kekasih terakhirmu benar-benar
lelaki yang tidak pantas disebut lelaki."
Pipi Nessa memerah, teringat kata-kata Kevin bahwa
lelaki itu sudah menyelidiki keseluruhan kehidupannya, tidak
bisa dibantah, Kevin pasti sudah tahu kisahnya dengan Marcell.
"Jangan sebut-sebut nama Marcell di sini."
"Penyelidikku bilang kau patah hati dan hancur ketika
Marcell mencampakkanmu, lelaki itu tidak bisa melawan
permintaan ibunya yang masih menganut sistem feodal.
Seharusnya kau bersyukur tidak jadi dengannya." Kevin
menatap Nessa penuh perhitungan, "Aku bisa membantumu
membalaskan dendam kepadanya."
"Aku tidak butuh membalas dendam kepada siapapun!"
Nessa berdiri dengan emosi dan menatap Kevin dengan tatapan
marah yang meluap-luap, "Sebelumnya, aku pikir bekerjasama
denganmu adalah jalan yang terbaik, tetapi lama-kelamaan aku
Perjanjian Hati 31 sadar bahwa aku salah! Aku tidak mau bersandiwara sebagai
pasangan denganmu, membayangkannya saja aku muak."
Mata Kevin menyala, kalau Nessa lebih mengenal Kevin,
dia seharusnya sadar bahwa dia harus mundur, tetapi
sayangnya Nessa tidak tahu.
"Muak katamu" Kenapa kau muak kepadaku?"
"Karena kau lelaki kaya yang merasa bisa memainkan
orang lain seperti boneka! Dan kau suka merendahkan orang
miskin!" Kevin berdiri mendekat melangkah di depan Nessa, lalu
mencengkeram pundaknya. "Aku menawarkan perjanjian kerjasama itu demi
adikmu juga. Seharusnya kau berterima kasih padaku,"
desisnya geram. Nessa mencibir, "Demi adikku" Demi adik kita" Bohong.
Kupikir kau terlalu egois untuk berkorban demi seseorang,
menurutku kau menawarkan sandiwara ini agar bisa terbebas
dari kewajiban membalas budi kepada mamamu, padahal kau
tak ingin menikahi Delina." Nessa menatap Kevin menantang,
"Benar bukan" Semua rencana ini, hanya demi kepentinganmu."
Kali ini api di mata Kevin makin membara, "Beraniberaninya kau mengataiku
seperti itu..." Lalu tanpa di duga, lelaki itu tiba-tiba menarik pundak
Nessa mendekat dan mendorong belakang kepalanya dengan
sebelah tangannya ke arahnya, bibir Nessa berada dekat sekali
dengan bibir Kevin, dan hanya beberapa detik kemudian, bibir
Kevin melumatnya, dengan begitu ahli, sementara Nessa hanya
terpaku kaget. Setelah itu dengan santai Kevin melepasnya dan
mengecup dahinya dengan lembut.
Dengan Lembut" Nessa termangu masih terlalu shock
atas perbuatan Kevin yang tiba-tiba itu, lalu dia melirik ke
belakang punggung Kevin dan melihat Ervan bersama Delina
sedang berdiri terpaku di lorong, tak kalah kaget melihat
adegan Kevin dan Nessa... Jadi itu alasannya.
32 Santhy Agatha Kevin menoleh dan aktingnya kagetnya ketika melihat
Ervan dan Delina yang berdiri di lorong teras begitu bagus
hingga Nessa mencibir benci melihatnya.
"Ah... Delina, Ervan... kalian sudah lama di sini?"
Ervan dan Delina saling berpandangan, salah tingkah.
"Kami baru saja ke sini, Delina ingin pulang jadi kami
kesini dan..." suara Ervan tertelan dan dia menatap ragu ke arah
Nessa, Ervan sangat mengenal kakaknya, sejak dicampakkan
oleh Marcell kakaknya itu jadi menutup diri terhadap semua
lelaki, khususnya lelaki kaya. Tetapi kenapa sekarang kakaknya
berpelukan dan berciuman dengan Kevin" Sosok lelaki yang
sudah pasti masuk ke kriteria yang dibenci kakaknya"
Sementara itu Delina menatap ragu ke arah Kevin. Dia
juga sangat mengenal kakak lelakinya yang satu ini. Kevin tidak
pernah suka menjalin komitmen dengan siapapun, karena
itulah dia selalu menjalin hubungan dengan perempuan
modern dan bebas yang bersedia menjalin hubungan tanpa
status dengannya. Tetapi sekarang, Kevin dengan kak Nessa"
Kevin berdehem, kemudian merangkul Nessa dalam
lengannya dan merapatkan tubuh Nessa ke arahnya.
"Karena kalian sudah melihat kami, mungkin kami harus
menjelaskan," Kevin menoleh dengan tatapan mesra yang palsu
pada Nessa, "Kita jelaskan saja pada mereka ya sayang?"
Pipi Nessa memerah dan dia hanya bisa mengangguk.
Masih terbayang olehnya bibir Kevin yang panas melumatnya
tanpa permisi. Kurang ajar lelaki itu!
"Kakakmu dan aku sebenarnya sudah mengenal sejak
lama, Ervan... Kalau boleh dibilang, aku yang mengejarnya."
Kevin terkekeh, "Dan kakakmu sangat susah didapatkan...
Meskipun aku tidak menyerah untuk mendapatkannya."
senyum Kevin melebar, "Ketika mengetahui di pesta itu bahwa
Nessa adalah kakakmu, aku sangat senang, tetapi Nessa
menyuruhku berpura-pura tidak mengenalnya dulu, karena dia
belum menjelaskan hubungan kami kepadamu..." dengan
lembut Kevin mengeratkan pelukannya pada Nessa, "Barusan
Nessa menerima pernyataan keseriusanku, aku terlalu bahagia
Perjanjian Hati 33 sehingga tidak bisa menahan diri untuk menciumnya, dan
ternyata kalian melihatnya sebelum kami sempat menjelaskan."
Ervan dan Delina tampak mencerna penjelasan Kevin
yang sangat lancar itu. Kemudian Delina yang tersenyum
duluan. Dia teringat tuntutan sang mama yang begitu
membebaninya dan menyadari bahwa kedekatan Kevin dengan
Nessa adalah jalan keluar yang sangat tepat untuk menolak
tuntutan mamanya tanpa menyakitinya atau mengganggu
kondisi kesehatannya. Dengan ceria dia melangkah mendekat, lalu memeluk
Nessa yang masih diam tak bisa berkata-kata.
"Kak Nessa, aku turut senang, kuharap kita bisa menjadi
keluarga yang sebenar-benarnya, kakak pasti sudah tahu, aku
dan kak Kevin bukan saudara kandung, jadi kakak bisa menikah
dengan kak Kevin nantinya dan aku dengan Ervan." gumamnya
dalam senyum. Nessa hanya menganggukkan kepalanya, bingung harus
berkata apa. Dengan cerdiknya Kevin sudah menempatkan di
Nessa pada posisi tidak bisa mundur lagi.
"Sama-sama Delina." bisiknya lembut, "Aku senang kau
menjadi adikku." Nessa melirik ke arah Ervan dan menilai ekspresinya.
Kecurigaan di mata adik lelakinya itu sudah memudar, Nessa
merasa lega. Dan sekarang sudah terlambat untuk mundur, meskipun
Nessa tidak yakin, apa yang akan terjadi nanti.
?"" Pagi harinya ketika Ervan sudah berangkat kuliah dari pagi dan
Nessa sedang menyantap nasi goreng sarapannya di meja
makan, ibunya menghampiri.
Nessa sudah tahu arti tatapan ibunya itu. Ervan pasti
sudah bercerita kepada ibunya tadi pagi.
"Kau mengajar kelas siang?" sang ibu duduk di
sebelahnya. 34 Santhy Agatha Nessa menelan suapan terakhir nasi gorengnya dan
meneguk teh panas di meja. "Iya ibu." Dia sudah menyiapkan
hati untuk ditanyai. "Ibu mendengar cerita dari Ervan tadi pagi. Bahwa kau
dan Kevin..." "Kami memang menjalin hubungan."
Sang ibu mengernyitkan kening, "Kenapa kau tidak
pernah cerita" Bahkan ibu sama sekali tidak tahu, seolah-olah
Kevin dulunya tidak ada didalam kehidupanmu, lalu tiba-tiba
dia muncul begitu saja."
Ibunya benar. Nessa sangat kagum akan insting seorang
ibu. Ibunya pasti merasa ada yang tidak beres. Tetapi Nessa
harus bisa meyakinkan ibunya. "Kami memilih merahasiakan
hubungan kami," gumamnya pelan, meminta maaf kepada
Tuhan karena telah membohongi ibunya sendiri.
"Tapi... Dimana kalian berkenalan" Sungguh kebetulan
sekali bahwa Kevin adalah kakak Delina."
Otak Nessa langsung berputar, "Kami mengenal sudah
lama, ada event sekolah yang melibatkan donatur, dan Kevin
salah satu donaturnya," Nessa mengernyit. Berharap semoga
ibunya tidak bertanya-tanya lagi, dia tidak ingin menambah
kebohongannya lagi. "Oh." ibunya tampaknya mulai menerima penjelasan
Nessa, "Apakah kau sungguh-sungguh yakin dengan Kevin..."
Kau tahu, dia lelaki kaya," gumam ibunya hati-hati.
Nessa menghela napas panjang, "Kevin berbeda dari
Marcell ibu. Dan aku sangat yakin akan perasaan kami."
?"" Nessa melihat lelaki yang berdiri di lorong TK itu dan
mengernyit. Untuk apa Marcell datang ke sini"
Langkahnya melambat ketika makin mendekati Marcell,
sedangkan Marcell yang semula berdiri santai langsung berdiri
tegak ketika mereka berdiri berhadap-hadapan.
"Ada perlu apa?" tanya Nessa langsung.
Perjanjian Hati 35

Perjanjian Hati Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Marcell tampak salah tingkah dan tersenyum, "Apa
kabar Nessa?" Kenapa Marcell kemari" Pertanyaan itu berkutat di
benaknya, membuat dahinya berkerut.
"Kabarku baik, kau bisa lihat sendiri." Aku bisa bangkit
tanpamu dan melanjutkan hidupku. Sambung Nessa dalam hati.
Marcell berdehem tampak salah tingkah, "Aku terkejut
melihatmu di pesta itu... Apalagi mengetahui bahwa kau kekasih
Tuan Kevin..." lelaki itu memandang sekeliling seolah
menghindar, "Susan bercerita pada mama tentang
pertemuannya denganmu, dan mama merasa cemas... Dia... Dia
menyuruhku kemari untuk memastikan bahwa tidak ada sakit
hati antara kita di masa lalu, kau tahu... Perusahaan keluarga
kami merupakan mitra bisnis Tuan Kevin dan kemitraan ini
sangat penting... Aku hanya ingin memastikan hubunganmu
dengan Tuan Kevin tidak akan mempengaruhi kebijakannya
atas perusahaan kami."
Hati Nessa terasa di gores-gores dengan cakar tajam
mendengar perkataan Marcell. Lelaki ini datang kepadanya
bukan untuk minta maaf karena telah mencampakkannya
dengan kejam dua tahun lalu, karena telah memperlakukannya
seperti sampah atas kemiskinannya. Lelaki ini datang hanya
sebagai boneka mamanya, untuk kepentingan bisnis
perusahaannya. Kenapa dulu aku bisa jatuh cinta kepadanya" Kepada
lelaki yang bahkan tidak bisa menghargai perasaan orang lain"
Hati Nessa terasa sakit "Aku sudah melupakanmu Marcell, bahkan tidak
terpikirkan sama sekali tentangmu. Tidak ada dendam masa
lalu di hatiku, kau bisa tenang," Nessa bergumam, berusaha
terdengar tegas. Marcell menatap Nessa dalam-dalam. Apakah benar
Nessa melihat sekilas ketersinggungan Marcell ketika Nessa
mengatakan bahwa dia dengan mudahnya bisa melupakan
Marcell" 36 Santhy Agatha "Oh begitu." Marcell tersenyum, "Kalau begitu aku akan
menyampaikannya kepada mama, oh ya, kau dapat salam dari
mama, kalau kau ada waktu, mainlah kapan-kapan ke rumah."
Nessa terkenang hari di mana Marcell membawa Nessa
ke rumahnya. Mama Marcell adalah perempuan dingin
berwajah aristrokat yang memandang Nessa dengan
mencemooh, bahkan tidak mau menjabat tangan Nessa. Apakah
hubungannya dengan Kevin menaikkan derajatnya di mata
mama Marcell" Sebegitu dangkalkah penilaian mama Marcell
terhadap manusia" Hanya berdasarkan hartanya"
"Ya. Sampaikan salam kembali pada mamamu." Nessa
melangkah hendak melewati Marcell, "Kalau begitu aku permisi
dulu." Tiba-tiba Marcell meraih lengannya, setengah
mencengkeram. "Tunggu dulu Nessa, ada yang ingin kukatakan... Kau...
apakah kau mencintai Tuan Kevin" Sungguh-sungguh
mencintainya dan sudah melupakan aku?"
"Tentu saja dia mencintaiku dan sudah melupakanmu.
Aku tidak bisa dibandingkan denganmu."
Suara dalam yang khas itu membuat Nessa dan Marcell
sama-sama kaget, pegangan Marcell ke tangan Nessa langsung
terlepas. Kevin entah kenapa sudah berdiri di sana dan menatap
Mercell dengan tajam, lalu tersenyum palsu menatap Nessa.
"Hai sayang, maafkan aku terlambat menjemputmu ya,
tadi aku terhambat sebentar di jalan," Kevin langsung
melangkah mendekati Nessa, berdiri sedikit di depan Nessa,
seolah menghalangi Marcell berdekatan dengan Nessa.
"Oh... Selamat siang Tuan Kevin." Marcell tampak gugup,
menatap sekeliling, seolah-olah ingin segera lari dari situasi
yang tidak mengenakkan ini, tiba-tiba wajahnya tampak cerah
seolah mengingat sesuatu, dikeluarkannya amplop cantik nan
elegan berwarna ungu dari saku dalam jas nya, "Saya hanya
ingin menyerahkan undangan pernikahan ini untuk Nessa,"
diletakkannya amplop itu di tangan Nessa, "Untuk Tuan Kevin
Perjanjian Hati 37 undangan sudah di sampaikan secara resmi melakui sekretaris
anda." Marcell mencoba tersenyum, lalu menganggukkan
kepalanya, "Kalau begitu saya permisi dulu."
Nessa menatap punggung Marcell yang melangkah
menjauh, kemudian menghela napas dan menatap undangan
cantik di tangannya, pernikahan Marcell dan Susan yang akan
berlangsung sebentar lagi.
"Kau akan mendampingiku datang di pesta itu," gumam
Kevin datar, "Kau bisa datang dengan kepala tegak dan
tunjukkan kepada laki-laki bodoh itu kalau kau terlalu baik
untuknya." Tanpa sadar Nessa tersenyum simpul mendengar katakata Kevin yang mirip seperti
pembelaan untuknya. Dia menganggukkan kepalanya, "Mungkin bisa dibicarakan nanti saja," desahnya, lalu
menatap Kevin dan mengernyit bertanya-tanya kenapa Kevin
tiba-tiba saja sudah ada di TK tempatnya mengajar tanpa
pemberitahuan, "Kenapa kau kemari?"
Lelaki itu tersenyum dan mengangkat bahunya.
"Well waktunya sudah tiba, mama ingin bertemu
denganmu. Aku harap kau sudah mempersiapkan aktingmu
sebaik-baiknya." "Apa?" Nessa terperangah, kaget dengan pemberitahuan
itu. Kevin hanya mengangkat bahunya, "Delina menceritakan semuanya kepada mama, dan mama sangat
tertarik mendengarnya, kemungkinan aku menemukan
pasangan hidup yang kucintai dan kupilih sendiri membuatnya
sangat bahagia," Kevin tersenyum pahit, "Mama sangat
penasaran denganmu dan memintaku mengajakmu menemuinya." 38 Santhy Agatha "Janganlah kau menikahi seseorang
yang menurutmu kau bisa hidup
dengannya. Tetapi nikahilah
seseorang yang menurutmu, kau tidak
bisa hidup tanpanya."
4 Perempuan itu sangat cantik, duduk di sana di tengah
kebun bunga sambil meminum tehnya dari cangkir yang elegan.
Rambutnya disanggul dengan formal ke atas, dan gaunnya
tampak sangat indah, berwarna hijau, menyatu dengan alam
taman bunga di sekelilingnya. Mama Kevin dan Delina ini pasti
sangat cantik di masa mudanya, karena bahkan di masa
tuanyapun gurat-gurat kecantikannya masih menyisa di sana.
Mama Kevin mendongak ketika melihat Kevin datang
bersama Nessa yang gugup, lalu senyum ramahnya
mengembang. "Silahkan duduk," gumamnya menyilahkan sambil
mengedikkan bahu dengan lembut pada kursi di depannya.
Dengan tenang Kevin menarikkan kursi untuk Nessa dan
duduk di sebelahnya. "Mama tidak masuk angin, minum teh sore-sore di luar
seperti ini?" Sang mama tersenyum lembut dan menatap Kevin
dengan sayang. "Mama cukup kuat kalau hanya duduk-duduk di luar
Kevin, lagipula mama bosan kalau di dalam terus,
pemandangan taman ini di sore hari sangat indah, sayang untuk
dilewatkan." Mama Kevin benar. Pikir Nessa mengiyakan.
Pemandangan taman ini tampak luar biasa, dengan dedaunan
Perjanjian Hati 39 yang rimbun dan tertata rapi serta bunga-bunga dan rumput
hijau yang mengelilingi, ditambah lagi kolam ikan yang cantik
dengan gemericik air terjun buatan yang mendamaikan
suasana. Nessa dengan senang hati akan rela melewatkan
waktunya untuk duduk-duduk di taman ini menikmati
keindahan suasananya. Tak disadarinya mama Kevin mengamati Nessa dengan
penuh perhatian. Ketika Nessa tersadar, dia langsung
bergumam gugup menyadari ketidaksopanannya karena
langsung duduk dan melamun, bukannya memperkenalkan diri.
"Eh, maaf... Saya... Saya Nessa," gumam Nessa sambil
mengulurkan tangannya gugup.
Mama Kevin menyambut uluran tangan Nessa, tampak
geli melihat kegugupan Nessa,
"Dan perkenalkan aku mamanya Kevin dan Delina." dia
melirik Kevin penuh arti, "Begitu mendengar tentangmu dari
Kevin dan Delina, aku benar-benar didera rasa ingin tahu."
Nessa melirik Kevin yang sepertinya sudah ada dalam
mode berakting karena lelaki itu melirik lembut dan penuh
cinta kepadanya. "Aku tidak pernah merasakan yang seperti ini kepada
perempuan manapun, mama. Dia istimewa dan aku harap dia
yang terbaik." Kevin bergumam dengan nada yang terdengar
begitu tulus dan jujur. Bahkan Nessa yang mengetahui bahwa
itu hanyalah kebohongan semata, tersipu-sipu mendengarnya
Mama Kevin menyesap teh-nya lagi, lalu melirik Nessa
dan Kevin bergantian, "Kau tidak pernah menceritakan tentang
Nessa sebelumnya." "Aku sedang mengejarnya," jawab Kevin santai,
"Sekarang aku sudah memilikinya, dan kupikir sekaranglah saat
yang tepat untuk mengklaimnya dan menunjukkannya pada
semua orang." Mama Kevin terkekeh mendengar nada posesif dan
kepemilikan di dalam suara Kevin. Dia tersenyum pada Nessa
meminta permakluman. 40 Santhy Agatha "Maafkan anak lelakiku ini Nessa, dia memang terbiasa
arogan dan keras kepala, mungkin kau juga menyadarinya. Aku
senang karena dia akhirnya menemukan seseorang yang cocok
untuknya, karena aku tahu betapa alerginya dia mengikatkan
diri pada seorang perempuan."
Nessa tersenyum kaku, mencoba tampak santai "Saya...
Saya senang karena anda menerima saya..."
"Tentu saja aku menerimamu, kau pilihan Kevin, berarti
kaulah yang terbaik." sang mama tersenyum dan mengangkat
bahunya, "Tentunya Kevin sudah bercerita kalau aku berniat
menjodohkannya dengan Delina... Sebuah pemikiran yang
kupikir keputusan terbaik, mengingat aku begitu menyayangi
mereka berdua dan menginginkan mereka saling menjaga...
Kalau-kalau aku... Sudah tidak ada lagi. Dokter bilang penyakit
jantungku sudah parah dan sungguh untung kalau aku bisa
hidup lebih dari 1 tahun ke depan."
"Mama." Kevin berseru memprotes perkataan mamanya.
Sang mama hanya tersenyum menenangkan.
"Yah... Aku pikir waktu itu Kevin dan Delina sama-sama
belum mempunyai pasangan dan mereka tampak sangat cocok
bersama, lagipula aku sudah sangat ingin menimang cucu."
mama Kevin lalu tersenyum dengan mata berbinar, "Kabar
kalau Kevin ternyata sudah mempunyai pilihan hati memang
tidak kusangka-sangka, tetapi kabar ini menyenangkan, dan
menenangkan, aku pikir aku akan dengan senang hati
menyiapkan pernikahan kalian."
"Pernikahan?" Kevin dan Nessa sama-sama berseru.
Yang satu protes dan yang lain kaget.
"Tentu saja." mama Kevin mengedipkan matanya ke
arah Nessa, "Mulai sekarang panggil aku mama, sayang. Karena
saat ini aku sudah setengah jalan mempersiapkan pernikahan
besar di akhir tahun," perempuan itu tampak menghitung di
dalam kepalanya. "Akhir tahun tinggal empat bulan lagi," dia lalu
tersenyum lembut pada Nessa, "Dulunya pernikahan ini
kurencanakan untuk pernikahan Kevin dan Delina, tetapi aku
Perjanjian Hati 41 yakin sekarang akan lebih menyenangkan karena Kevin
mempunyai pilihan hatinya sendiri, kuharap kau akan sering
kemari Nessa dan membantuku mempersiapkan pernikahan
ini." Mama Kevin berucap manis, dengan senyum yang manis
pula. Tetapi makna yang ada di dalam kata-katanya, tak
terbantahkan. ?"" "Pernikahan?" Nessa berseru memprotes sambil menatap Kevin
yang sedang menyetir dengan tajam, "Tadinya aku pikir kita
hanya bersandiwara sebagai pasangan kekasih. Lalu setelah
Delina bisa memperkenalkan Ervan kepada mamamu, kita akan
pura-pura berpisah baik-baik dan mengatakan ada perbedaan
prinsip yang menghalangi kita!"
"Delina belum bisa memperkenalkan Ervan sekarangsekarang ini. Mereka belum lulus
kuliah, dan aku meragukan
mama akan menerima Ervan begitu saja, beliau pasti akan
menganggap Ervan terlalu muda untuk serius dengan Ervan di
usianya sekarang ini. Kita harus bertahan Nessa demi mereka.
Segera setelah Ervan lulus dan mendapatkan pekerjaan yang
baik, Delina bisa membawanya kepada mama. Aku akan
mengatur pekerjaan yang baik untuk Ervan nanti."
"Tapi mereka berdua baru lulus tiga bulan lagi, itu
sangat beresiko mengingat mamamu merencanakan
pernikahan empat bulan lagi. Terlalu tipis waktunya, apalagi
untuk membatalkan semuanya secara mendadak. Mungkin...
Mungkin kita harus jujur saja kepada mamamu. Aku lihat
mamamu perempuan yang kuat dan berpikiran luas, dia
mungkin mau menunggu sampai Ervan lulus dan melihat bukti
keseriusannya kepada Delina."
Kevin memandang lurus ke depan, tampak serius. "Dia
memang selalu berusaha tampil kuat Nessa, tetapi dia rapuh.
Lagipula kita sudah maju sejauh ini, tak bisa mundur lagi. Kalau


Perjanjian Hati Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kita mengatakan bahwa ini semua hanya pura-pura kepada
mama, dia pasti akan kecewa dan itu akan mempengaruhi
kondisi tubuhnya. Saat ini dia bahagia, kita biarkan saja.
Semoga nanti begitu Ervan lulus dan Delina 42 Santhy Agatha memperkenalkannya, mama begitu bahagia sehingga dia tidak
kecewa ketika kita membatalkan pernikahan itu. Kita berdoa
saja semoga semua berjalan seperti semestinya."
"Dan jika tidak?" Jantung Nessa berdegup kencang,
memikirkan semua kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
Kevin menoleh, dan menatap Nessa dengan senyum
ironisnya. "Jika tidak... Maka mungkin kau dan aku akan terjebak
dalam sebuah sandiwara pernikahan."
?"" "Nessa." sang ibu mengetuk pintu kamar Nessa, suaranya
terdengar cemas, "Ada tamu."
Nessa yang sedang membaca di dalam kamar
mengernyit, lalu melirik jam di dinding, sudah jam delapan
malam, siapa yang bertamu semalam ini"
Nessa membuka pintu kamarnya dan berhadapan
dengan wajah ibunya yang cemas.
"Siapa ibu?" Suara sang ibu berbisik pelan, "Marcell. Dia memaksa
bertemu denganmu, ibu bilang mungkin kau sudah tertidur
tetapi dia minta ibu membangunkanmu. Kau ingin bertemu
dengannya atau tidak?"
Nessa mengernyit, untuk apa Marcell datang ke rumah
ini malam-malam begini" Saat ini" Bukankah sejak lelaki itu
mencampakkannya dua tahun lalu, jangankan datang ke rumah
ini, mengirimkan kabar pun lelaki itu tidak pernah.
Perasaan ingin tahu membuat Nessa terdorong
mengambil keputusan. "Aku akan menemuinya ibu."
Sang ibu menahan tangannya, "Kau tidak apa-apa Nessa,
ibu tahu kau sudah menjalin hubungan baru dengan Kevin...
Tetapi ibu..." Nessa memang sudah menceritakan bahwa dia menjalin
hubungan dengan Kevin, supaya sang ibu tidak kaget nantinya.
Ibunya cukup senang meskipun juga mengutarakan
Perjanjian Hati 43 kecemasannya karena Nessa menjalin hubungan lagi dengan
lelaki kaya. Tetapi Nessa meyakinkan ibunya bahwa hal ini
tidak akan menyakiti hatinya lagi, toh dalam hati Nessa
menyadari bahwa hubungan ini hanyalah sandiwara yang tidak
melibatkan hati sama sekali. Tetapi insting seorang ibu
memang luar biasa, ibunya bisa merasakan bahwa Nessa masih
menyimpan luka mendalam akibat perbuatan Marcell.
"Tidak apa-apa ibu." Nessa tersenyum lembut, "Jangan
cemas ya." Nessa melangkah ke ruang tamu dan menemukan sosok
Marcell yang duduk termenung di sofa, lelaki itu langsung
berdiri begitu melihat Nessa.
"Hai Nessa, aku tadi lewat di dekat-dekat sini dan
memutuskan untuk mampir."
"Ada apa Marcell?" Nessa memutuskan untuk tidak
menanggapi pernyataan basa basi Marcell, dia bersedekap dan
menatap lelaki itu dengan dingin.
Marcell berdiri dengan salah tingkah, "Aku... Aku
berpikir, sekian lama aku tidak melihatmu dan kemarin ketika
melihatmu, kau sudah berubah, lebih dewasa dan lebih cantik....
Dan ternyata... Aku... Aku masih merindukanmu."
Apa maksud Marcell dari pernyataannya ini" Nessa
mengernyitkan keningnya. Lelaki itu sudah mencampakkannya
dan bahkan kemarin sudah mengundangnya ke pesta
pernikahannya. Dan sekarang dengan tak tahu malu, Marcell
berdiri di sini dan mengatakan merindukannya"
Marcell menelan ludah, "Aku tahu kau sakit hati dengan
perlakukanku dulu, tetapi harap mengerti Nessa, aku terpaksa,
aku juga menderita, sama sepertimu. Tekanan dari keluargaku
sangat kuat. Keluargaku mempunyai hutang budi yang begitu
besar kepada keluarga Susan, aku bagaikan tumbal mereka dan
aku tidak bisa melawan... Kalau aku menolak, maka keluargaku
akan hancur." Nessa mengernyit, dan kenapa baru sekarang Marcell
memilih untuk menjelaskan kepadanya" Kenapa tidak dulu
ketika lelaki itu mencampakkannya tanpa kata-kata dan
44 Santhy Agatha membiarkannya terpuruk dalam kedukaan mendalam karena
patah hati" Setidaknya kalau Nessa tahu alasan itu dari dulu,
mungkin dia bisa lebih berbesar hati ketika kehilangan Marcell.
"Aku ingin menghubungimu dulu itu. Tetapi pengawasan
keluargaku sangat ketat... Susan juga... Dia terobsesi padaku dan
sangat posesif, dia mengancam akan menghancurkanmu kalau
aku sampai berhubungan lagi denganmu... dan dulu mengingat
begitu berkuasanya keluarga Susan, mereka bisa menghancurkan keluargamu dengan mudah..."
"Dan kenapa sekarang kau tetap menemuiku" Tidakkah
ini akan membuat Susan mengamuk kalau dia tahu?"
Marcell menggeleng, tersenyum kecut, "Tidak. Sekarang
keluargaku dan Susan tidak bisa berbuat apa-apa, Kau... Kau
entah bagaimana dengan beruntungnya menjadi kekasih Tuan
Kevin, yang beribu kali lebih berkuasa dari kami. Mereka tidak
akan berani berbuat macam-macam denganmu, karena itulah
aku bisa menemuimu dengan leluasa seperti akhir-akhir ini..."
Mata Marcell tampak berkaca-kaca, "Aku... Aku sudah
menunggu kesempatan ini begitu lama Nessa, dua tahun
lamanya... Aku selalu tersiksa, memikirkanmu, memikirkan
keadaanmu yang kutinggalkan begitu saja dengan begitu
menyakitkan... Waktu itu aku berpikir kalau kau kutinggalkan
dengan kejam, kau akan membenciku, dengan begitu kau akan
lebih mudah melupakan aku... Aku sadar bahwa aku sudah
menyakitimu begitu dalam... Maafkan aku..."
Suara Marcell berubah serak, dia menatap Nessa dengan
memohon. "Di TK kemarin itu aku sudah ingin mengungkapkan
semuanya kepadamu... Tetapi aku berubah pikiran ketika kau
bertemu denganku, kau begitu tegar dan kuat dan kau bilang
kau tidak memikirkanku lagi... Jadi aku... Aku mengatakan
alasan-alasan bodoh kenapa aku menemuimu waktu itu,"
Marcell menghela napas panjang, "Tetapi perasaan ini
menghantuiku... Aku hanya ingin kau tahu, bahwa tidak pernah
sedikitpun terbersit di benakku untuk menyakitimu,
mencampakkanmu... Aku sangat mencintaimu... Bahkan...
Bahkan sampai sekarang pun aku... Masih..."
Perjanjian Hati 45 Nessa tanpa sadar meringis merasakan kesakitan yang
menusuk benaknya. Harusnya Marcell tidak
usah mengungkapkan semua ini. Dia sudah bisa berjalan tegak sejak
keterpurukannya karena ditinggalkan Marcell, dia sudah bisa
menutup luka hatinya meskipun kadangkala masih terasa
pedih. Tetapi apa yang diucapkan Marcell hari ini seperti
membuka luka lamanya lagi, membuatnya menganga dan
berdarah. "Terima kasih sudah menjelaskan kepadaku." suara
Nessa terdengar serak, "Tetapi bagaimanapun semua sudah
terjadi. Kita tidak bisa menoleh ke belakang lagi. Aku sudah
melanjutkan hidupku, begitu pun dirimu. Semoga tidak ada lagi
kesalahpahaman dan luka masa lalu di antara kita."
Marcell mengacak rambutnya dengan frustrasi, "Lelaki
itu, Tuan Kevin... Apakah kau benar-benar mencintainya?"
Nessa menghela nafasnya sebelum mengucapkan
jawaban semantap mungkin, "Ya, aku benar-benar
mencintainya." Hening. "Yah." kemudian Marcell tersenyum pahit sambil
mengangkat bahu, "Apalagi yang kuharapkan, dia lebih segalagalanya dariku, jadi
wajar kalau kau semudah itu
melupakanku." wajahnya tampak sedih, "Meskipun aku tidak
pernah melupakanmu selama ini, Nessa. Dua tahun berlalu, aku
memang bertunangan dengan Susan, tetapi hanya tubuhku
yang terikat dengannya. Hatiku... Hatiku masih selalu menjadi
milikmu." "Aku tidak mau menerima hatimu," sela Nessa dengan
tegas, "Biarkan itu menjadi milik Susan, kalian akan segera
menikah, aku harap kau akan berbahagia dengannya."
Marcell menggeleng, hendak membantah, tetapi
kemudian tampak mengurungkan niatnya.
"Yah... Oke. Tidak ada lagi yang perlu kusampaikan,"
ditatapnya mata Nessa dalam-dalam, seolah-olah berusaha
mencari cinta yang tersembunyi di sana, kemudian dia
46 Santhy Agatha memalingkan mukanya dengan sedih, "Kalau begitu aku
permisi dulu Nessa, selamat tinggal."
"Selamat tinggal Marcell."
Kali ini ucapan selamat tinggal itu benar-benar terucap
dari hatinya, kepedihannya masih terasa, apalagi mendengarkan pengakuan Marcell barusan. Setidaknya
kemarahan dan kebenciannya di masa lalu atas perlakukan
Marcell kepadanya terjawab sudah, lelaki itu punya alasan
sendiri meninggalkannya, dan Nessa sudah menerimanya.
?"" "Kau suka nuansa ini Nessa?" mama Kevin tersenyum kepada
Nessa sambil menunjukkan foto dekorasi ruang pesta yang
begitu mewah, "Aku ingin kesannya elegan dengan nuansa
warna emas dan putih."
Nessa melirik foto itu, lalu melirik Kevin di sebelahnya
yang memasang muka datar dengan gugup.
"Eh ya... Putih dan emas bagus juga mama," gumamnya
lembut. Saat ini Nessa dan Kevin sedang berkunjung ke rumah
Kevin, sang mama bersikeras menunjukkan foto-foto gedung
dan desain ruangan yang harus dilihat oleh Kevin dan Nessa
dulu sebelum diputuskan mana yang akan dipilih. Dengan
terpaksa Nessa datang, karena kata Kevin kalau Nessa terus
menerus menghindar, mama Kevin akan curiga.
"Kalian sudah membeli cincin?" mama Kevin menatap
Kevin. "Kau bilang kalian akan memilih cincin akhir minggu
kemarin." Kevin menggelengkan kepalanya, "Belum mama, aku
sibuk sekali akhir minggu kemarin, ada rapat mendadak di
perusahaan, mungkin minggu depan, lagipula acaranya kan
masih lama, jadi waktu kami masih panjang."
Mama Kevin menggelengkan kepalanya tidak setuju.
"Tidak bisa begitu," gumamnya keras, "Cincin
pernikahan adalah hal yang paling penting yang harus
diprioritaskan. Kalian bersikeras menolak dilakukannya
Perjanjian Hati 47 pertunangan lebih dulu, mama sudah setuju. Tetapi mama ingin
kalian menyiapkan cincin pernikahan itu dulu, selain sebagai
bukti keseriusan kalian, mama ingin memastikannya sesuai
dengan tema pesta pernikahan ini."
Kevin dan Nessa saling berpandangan, berucap tanpa
kata. "Baiklah mama, kami janji minggu depan pasti sudah
membawa cincin untuk ditunjukkan kepada mama."
?"" Nessa duduk di garden cafe itu, kali ini sendirian, tanpa Kevin.
Dia sekarang hampir setiap hari sepulang kerja mampir di sana
hanya untuk mencicipi secangkir cokelat panas yang sangat
enak itu. Para pelayan bahkan sudah mengenalinya sebagai
pelanggan tetap. "Ini dia cokelat panasmu, Nessa, seperti biasanya,"
Albert pelayan setengah baya yang selalu tampil trendy dengan
kemeja putih dan rompi hitamnya meletakkan pesanan Nessa
di mejanya. Nessa tersenyum kepada Albert, "Terima kasih Albert."
"Kali ini kau tidak bersama Tuan Kevin lagi?" Albert
bertanya, karena seringnya Nessa berkunjung ke restaurant ini
setiap sore sepulang kerja membuatnya akrab dengan beberapa
pelayan di sini, termasuk Albert yang sudah seperti temannya.
Nessa mengernyit menatap Albert, "Aku hanya satu
kali datang bersama dia. Kenapa kau menanyakannya?"
Albert tergelak. "Karena Tuan Kevin adalah pelanggan
tetap cafe ini, tetapi sebelumnya dia tidak pernah membawa
satupun perempuan kemari. Kaulah yang pertama, jadi kupikir
kau istimewa." Nessa mengernyit menerima informasi itu, lalu dia
menghela napas panjang. "Aku dan Kevin akan menikah."
"Oh ya?" Albert membelalakkan mata dan tersenyum
lebar, "Wow. Kalau begitu aku harus memberimu selamat."
lelaki itu mengamati Nessa dengan teliti, "Tetapi kenapa kau
tampaknya tidak bahagia, Nessa?"
48 Santhy Agatha "Karena aku masih ragu dan takut. Aku tidak tahu apa
yang akan terjadi ke depannya."
"Para calon pengantin biasanya memang meragu dan
ketakutan." Albert mengedikkan bahunya kepada cangkir
cokelat Nessa, "Pegang omonganku Nona, jangan pernah ragu
ketika harus menjalani pernikahan. Kau lihat ini" Cokelat itu
pada dasarnya pahit, tetapi dia diolah sedemikian rupa, dengan
gula dan susu, dengan takaran yang pas sehingga bisa menjadi
secangkir minuman yang terasa nikmat untukmu. Begitupun
pernikahan, semua pernikahan menyimpan resiko kepahitan di
dalamnya, tetapi kalau kau bisa mengolahnya dengan baik,


Perjanjian Hati Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pasti kau akan menemukan rasa manis yang nikmat di
dalamnya." Albert mengedipkan matanya, lalu melangkah pergi,
meninggalkan Nessa yang termenung sendiri sambil menatap
cangkir berisi cokelat panas di hadapannya.
?"" "Kau mau yang seperti apa?" Kevin mengedikkan bahunya
kepada jajaran cincin-cincin pernikahan yang diletakkan
berjejer dalam kotak beludru di atas etalase.
Nessa mengamati cincin-cincin itu, luar biasa
mewahnya, tetapi tentunya cincin yang dipersiapkan untuk
pengantin Kevin pasti akan luar biasa bukan"
"Cincin ini tidak akan pernah kugunakan," Nessa
bergumam lirih kepada Kevin, takut kedengaran petugas toko
perhiasan itu, "Mungkin kau pilihkan saja yang sesuai
seleramu." Kevin menatap Nessa tajam, lalu mengangkat bahunya.
"Oke. Yang itu."
Nessa melirik pada pilihan Kevin dan membelalak,
sepasang cincin itu memang begitu indah di dalam kotak
beludru warna hitam itu. Cincin untuk laki-lakinya begitu
maskulin tetapi yang mengganggu adalah cincin untuk
perempuannya yang dihiasi dengan batu berlian yang begitu
besar berkilauan, terasa berlebihan.
"Tidakkah kau bisa memilihkan cincin yang lebih
sederhana?" gumam Nessa ketus.
Perjanjian Hati 49 Kevin tertawa, "Aku akan memilihkan yang itu untuk
calon isteriku, lagipula kau tadi bilang mau yang sesuai
seleraku." "Aku berubah pikiran," gumam Nessa sambil melirik
sinis, "Yang itu saja."
Kevin mengangkat alisnya melihat cincin pilihan Nessa,
sepasang cincin dengan uliran sederhana tetapi elegan, hanya
cincin polos dengan variasi uliran indah buatan tangan. Tanpa
batu berlian apapun. "Terlalu polos dan sederhana," gumam Kevin tidak suka.
Nessa menatap Kevin tajam, "Pokoknya yang itu."
Kevin terkekeh, geli dengan kekeraskepalaan Nessa.
"Oke... Oke... Baiklah." dia melirik kepada Manager toko
yang menunggu mereka, "Kami ambil yang itu."
Ketika Manager toko menyiapkan cincin itu, Nessa
berbisik pelan kepada Kevin.
"Kau membeli sesuatu yang jelas-jelas tidak akan
digunakan... Bisakah nanti kau menjual cincin itu kembali kalau
perjanjian sandiwara kita ini gagal?"
Kevin melirik Nessa seolah tersinggung, "Harga cincin
itu tak seberapa," gumamnya tenang, "Jangan kau pikirkan,
tidak apa-apa." Ketika mereka menerima kotak cincin itu, ponsel Kevin
berbunyi. Lelaki itu mengangkatnya dengan tenang. Lalu
setelah menerima penjelasan dari ujung sana, wajahnya
memucat, berubah tegang. "Nessa, kita harus ke rumah sakit segera. Mama tadi
sesak napas, lalu pingsan. Sepertinya jantungnya. Kita harus ke
rumah sakit sekarang."
?"" Mereka setengah berlari menuju lorong rumah sakit tempat
mama Kevin ditangani, dan menemukan Mama Kevin terbaring
lemah di ruang ICCU rumah sakit. Masih dalam penanganan
dokter. Yang bisa mereka lakukan hanyalah mengintip dari
dinding kaca di ruang ICCU.
50 Santhy Agatha Delina yang menyambutnya di sana bersama Ervan,
perempuan itu menangis sesenggukan, "Kak Kevin, mama
pingsan, tadi kondisinya mengkhawatirkan... Tetapi sekarang
kata dokter sudah sadar."
Kevin menatap cemas ke arah ruang ICCU, "Sudah
bolehkah kita menengoknya?"
Delina mengangguk, "Tadi aku sudah menengoknya,
tetapi mama belum sepenuhnya sadar... Kata dokter
pengunjung boleh masuk, asalkan satu-satu."
Kevin menghela napas panjang, "Aku akan menengok
mama dulu," gumamnya sambil melangkah memasuki ruangan
ICCU yang tertutup itu. ?"" Lama kemudian, Kevin tidak keluar. Ervan masih memeluk
Delina yang terus menerus memandang cemas ke arah pintu
itu. Sementara Nessa berdiri dengan bingung, tangannya
memeluk tubuhnya sendiri.
Kemudian pintu terbuka dan Kevin melangkah keluar,
wajahnya tampak pucat pasi, tetapi matanya menyala penuh
tekad. Lelaki itu langsung melangkah lebar-lebar dan berdiri di
depan Nessa. Nessa menatap Kevin bingung. Ada apa"
Tak disangkanya, sedetik kemudian, Kevin berlutut di
depannya dengan posisi melamar, mengeluarkan kotak cincin
itu dan menunjukkannya kepada Nessa,
"Nessa, maukah kau menikah denganku, segera?"
Perjanjian Hati 51 "Ketika kau harus memilih, mana
yang akan kau pilih"
Seuatu yang ada dalam genggamanmu,
tetapi masih kau ragukan, atau....
sesuatu yang dulu pernah ada dalam
genggamanmu, sempat terlepas,
tetapi ingin kembali pulang?"
5 Nessa ternganga, begitupun Delina dan Ervan yang ada
di ruang tunggu ICCU itu. Dengan gugup Nessa menelan ludah,
menatap Kevin yang tampak begitu serius, menatap Delina dan
Ervan yang mengamati mereka dengan penuh keingintahuan.
Nessa bingung harus bicara apa. Kalau menurut kata hatinya,
seharusnya dia langsung menolak mentah-mentah lamaran itu,
bukankah saat ini mereka sedang mempersiapkan pernikahan
yang hanya sandiwara" Kenapa Kevin melamarnya di sini, di
depan kedua adik mereka" Bagaimana Nessa harus
menanggapinya" dengan sungguh-sungguh atau bersandiwara"
"Kevin...?" Nessa bergumam lirih berusaha supaya tidak
terdengar oleh Delina dan Ervan yang ada di ujung ruangan.
Kevin menatap Nessa dengan mata membara, tampak
tersiksa, "Please." mulutnya membentuk permohonan tanpa
bersuara. Nessa menelan ludah lagi. Kevin pasti punya alasan
melakukan ini, mungkin dia akan menjelaskannya nanti. Dan
jika ternyata mereka salah arah, Nessa berharap Kevin bisa
mengeluarkannya dari masalah ini.
Dengan menguatkan hati, Nessa menganggukkan
kepalanya. "Baik Kevin aku bersedia menikah denganmu."
terdengar suara helaan napas Delina di sudut ruangan, lega.
52 Santhy Agatha Sementara Nessa mencuri pandang ke ekspresi adiknya yang
tercekat. Mungkin sama seperti dirinya, Ervan kaget dan tidak
menyangka hubungan Nessa dan Kevin berkembang secepat ini.
Sedangkan Kevin, lelaki itu memejamkan matanya
tampak lega luar biasa. Lalu dengan cepat, seolah takut Nessa
berubah pikiran, dia menyelipkan cincin yang mereka beli
barusan ke jemari Nessa. "Itu jadi cincin pertunangan kita. Besok kita beli lagi
cincin pernikahan," bisiknya serak sambil mengecup jemari
Nessa yang bercincin. Kevin lalu berdiri dari posisi berlututnya,
tampak menjulang di depan Nessa, "Baiklah Nessa, karena kau
telah menyetujuinya, kita akan menikah besok."
"Besok?"!"
Kali ini yang bersuara kaget bukan hanya Nessa, tetapi
juga Ervan dan Delina. Kevin menghela napas panjang, lalu menoleh sedih ke
arah ruangan ICCU. "Mama sedang memperjuangkan hidupnya
di sana serangan ini tidak akan terjadi satu kali saja, pasti akan
terjadi lagi, dan setiap terjadi kita mempunyai resiko
kehilangan mama, satu-satunya permintaannya adalah bisa
melihat aku menikah." kesedihan di mata Kevin bukanlah
sandiwara, lelaki itu benar-benar sakit dengan kondisi
mamanya, "Aku tidak mungkin menolak permohonan mama
kan" Akan hidup dengan penyesalan yang mendalam kalau
sampai mama meninggal dan aku tidak bisa melakukan amanat
satu-satunya darinya."
Delina mengusap air matanya dengan pedih,
membiarkan dirinya dipeluk oleh Ervan.
Sementara itu, Ervan mengamati Kevin dan Nessa
berganti-ganti. "Apakah... Apakah kalian yakin" Aku tidak tahu
seberapa lama dan seberapa dalam hubungan kalian berdua...
Meskipun aku sangat senang kalian bersatu, tapi... Pernikahan
mempunyai dasar pertimbangan lain selain cinta dan
pemenuhan amanat untuk orang lain... Pernikahan adalah
komitmen seumur hidup... Untuk selamanya kalau bisa,"
Perjanjian Hati 53 gumam Ervan, mencoba mencari jawaban dari ekspresi dua
manusia di depannya. Wajah Nessa memucat, tetapi tidak bisa berkata-kata.
Ervan benar, pernikahan adalah hal yang sangat serius untuk
dilakukan. Mereka melakukan janji di hadapan Tuhan, dan itu
bukan main-main. Selain itu, jangankan komitmen seumur
hidup, mereka bahkan tidak mempunyai cinta satu sama lain
yang bisa mendukung komitmen itu. Apa yang harus dia
lakukan" Dia menyetujui sandiwara ini dari awal dan kemudian
terseret arus, tidak bisa kembali lagi.
Kevin merangkul Nessa dengan sebelah lengannya,
"Tidak apa-apa. Kami saling mencintai," jawab Kevin tegas,
mengetatkan rangkulannya untuk menegaskan maksudnya,
"Aku akan menemui ibumu Nessa, untuk meminta izin."
?"" "Jadi begitu ceritanya bu. Mohon maaf saya mendesak secara
mendadak seperti ini. Tetapi kondisi mama sayalah alasan satusatunya saya
mempercepat pernikahan ini, meskipun resepsi
akan tetap dilaksanakan empat bulan lagi."
Ibu Nessa menatap Kevin yang begitu serius dengan
permintaannya. Sebagai seorang ibu, tentu saja dia kaget
anaknya dilamar mendadak seperti ini. Oh. Mama Kevin dan
Kevin sendiri pun sudah menemuinya minggu kemarin, untuk
membicarakan persiapan pernikahan. Tetapi itu untuk
pernikahan empat bulan lagi, bukannya pernikahan dadakan
besok pagi. Dengan lembut, ibu Nessa melirik ke arah putri satusatunya yang dari tadi tidak
bersuara, sibuk dengan pikirannya
sendiri. "Nessa, ibu terserah padamu nak, karena kau yang
menjalaninya." Nessa meringis. Bagaimana bisa dia terjebak dalam
situasi ini" Sepanjang jalan ke rumah tadi, Nessa ingin meledak
kepada Kevin, marah karena ditempatkan dalam posisi seperti
ini tanpa rencana. Tetapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa
kepada Kevin, karena Ervan ikut bersama mereka untuk
54 Santhy Agatha mengambil baju ganti sebelum kembali ke rumah sakit lagi,
sementara Delina masih di rumah sakit, berjaga menunggui
mamanya. "Nessa sudah setuju dengan saya ibu, toh kami memang
sudah berencana menikah, betul kan Nessa?" sela Kevin cepat,
mencegah Nessa mengeluarkan penolakan sehingga Nessa
hanya bisa menganggukkan kepalanya lemah.
Ibu Nessa menghela napas panjang, "Baiklah nak, ibu
memberikan restu. Ibu yakin, pernikahan ini bertujuan baik,
dan semua yang bertujuan baik pasti akan berujung baik."
?"" "Kakak yakin?" Ervan mendekatinya, ketika Nessa sedang
melangkah memasuki kamarnya. Ervan sudah membawa tas
ransel berisi beberapa baju ganti dan selimut. Lelaki itu akan
menemani Delina menginap di ruang tunggu ICCU sambil
menunggu mama Kevin bisa dipindahkan ke kamar pribadi. Dia
sudah akan berangkat lagi ke rumah sakit diantar Kevin. Kevin
sendiri belum bisa menginap di rumah sakit, dia harus
mempersiapkan segala urusan untuk pernikahan dadakan itu di
pagi harinya, baru mungkin dini hari nanti dia akan menyusul
Delina dan menggantikan adiknya menunggui mamanya.
Nessa menatap mata adiknya, ada kecemasan di sana.
Nessa tahu pikiran Ervan terlalu tajam dalam melihat semua
ini. Ervan pasti merasa semua terlalu cepat, dan dia terlalu
mengenal kakaknya untuk mengabaikan kecemasan yang
berkecamuk di dalam hati Nessa.
Sambil tersenyum kepada adiknya, Nessa menganggukkan kepalanya, "Pernikahan ini adalah jalan yang
terbaik," gumamnya. Ervan menatap Nessa tajam, mencoba menembus mata
kakaknya. "Apakah... Apakah ada yang kau rahasiakan kepadaku?"
Nessa langsung menatap Ervan waspada. Apakah
sandiwara mereka begitu kelihatan di mata Ervan"
"Kenapa kau berpikiran seperti itu?"
Perjanjian Hati 55 Ervan mengangkat bahunya, tersenyum miris, "Entahlah
kak." senyumnya berubah menjadi permintaan maaf, "Maafkan
aku, bukannya aku tidak percaya akan cinta kalian, tetapi ini
semua terlalu cepat... Aku... Aku bahkan tidak menyangka kakak
Delina mau berkomitmen kepada seseorang, Delina selalu
cerita kalau kakaknya sangat menghindari pernikahan, dia
selalu ingin menjadi lelaki bebas. Lamarannya tadi, aku takut
dia terlalu tergesa-gesa karena dorongan hatinya ingin
menyenangkan mamanya... Kalau yang dilamarnya bukan
kakak, mungkin aku akan tenang-tenang saja. Tetapi kau,
kakakku, dan aku sangat menyayangimu. Aku tidak ingin ada
penyesalan nantinya."
Nessa merasakan matanya panas dan berkaca-kaca.
Ingin rasanya dia mengungkapkan semuanya kepada adiknya,
yang sangat disayanginya. Tetapi dia tidak bisa. Ervan akan
merasa sangat bersalah, karena sandiwara dengan skenario


Perjanjian Hati Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang kacau ini asal muasalnya adalah demi kebahagian Ervan
dan Delina. "Kakak sudah siap Ervan, kau jangan mencemaskan
kakak ya." "Apakah kau mencintai Kevin?" Ervan berdeham salah
tingkah, "Maksudku, Kevin memang sangat mudah dicintai
dengan berbagai kelebihannya itu, tapi apakah kau benar-benar
mencintainya untuk hidup bersamanya dalam satu
pernikahan?" Bagaimana mungkin" Nessa meringis kesal. Kevin tidak
mudah dicintai. Lelaki itu arogan, angkuh dan suka
memaksakan kehendak. Tapi Nessa bisa apa" Semoga Tuhan
memaafkannya karena melakukan perjanjian palsu untuk
menikah. Semoga Tuhan mengerti bahwa ada alasan baik di
balik sandiwara yang berujung tak terduga ini.
"Kakak mencintainya Ervan." Nessa berbohong dengan
lancar, "Tenang saja ya, seperti kata ibu tadi, apapun yang
dilakukan dengan tujuan baik, pasti akan berujung baik."
?"" 56 Santhy Agatha Mereka menikah pagi itu di rumah sakit. Kondisi mama Nessa
sudah membaik sehingga bisa dipindah ke kamar pribadi yang
luas dan lebih privat. Pernikahan itu sederhana, hanya dihadiri
oleh beberapa perwakilan keluarga kedua belah pihak sebagai
saksi. Semua berlangsung begitu cepat, tiba-tiba saja Kevin
sudah memakaikan cincin kawin itu. Cincin dengan berlian
besar yang ditolaknya kemarin, ke jemarinya, dan mereka
sudah sah sebagai suami isteri.
Mama Kevin tampak lemah dan pucat, tetapi senyum
bahagianya memancar ketika dia meremas jemari Nessa, dan
mengucapkan terima kasih dengan lemah, air mata menetes
dari mata indahnya, membuat jantung Nessa serasa ditusuktusuk oleh rasa
bersalah. Tuhan, seandainya saja mama Kevin
tahu ini semua hanya sandiwara, betapa hancurnya
perasaannya. Delina pun memeluknya dengan rasa terima kasih dan
kasih sayang persaudaraan yang tulus, membuat Nessa semakin
sesak dadanya. Semua orang berterima kasih padanya, tetapi
kenapa rasa bersalah tetap mengglayutinya, rasa bersalah dan
ketakutan tersembunyi... Ketika dia menyadari bahwa dia
sudah menjadi isteri sah Kevin.
?"" Nessa diantarkan masuk oleh petugas kamar hotel mewah di
dekat rumah sakit tempat Mama Kevin di rawat. Kevin sengaja
memesankan kamar untuk bulan madu mereka di sana, karena
tempatnya dekat dengan rumah sakit sehingga mereka bisa
bergegas ke sana kalau-kalau ada apa-apa.
Nessa duduk di sofa di kamar itu dengan gugup, sambil
menatap Kevin yang melepas jasnya dan melemparkan dasinya
ke kursi. Inilah kesempatan pertama kalinya mereka bisa berdua
saja. Sebelumnya selalu banyak interupsi, dan Kevin begitu
sibuk mempersiapkan pernikahan dadakan ini sehingga susah
di temui. Bahkan tadi pagi Nessa baru melihatnya pertama kali,
beberapa menit sebelum pernikahan dilangsungkan.
Perjanjian Hati 57 "Kita harus bagaimana?" gumam Nessa lemah, pada
akhirnya. Kevin menghempaskan tubuhnya di sofa diseberang
Nessa. "Maafkan aku menempatkanmu pada situasi sulit seperti
ini." dengan frustrasi dia mengusap wajahnya, "Aku juga tidak
menyangka akan berujung seperti ini..."
Nessa menghela napas panjang dan menatap Kevin
dalam, "Apakah kita bisa mengurus perceraian dengan mudah
nantinya...?" dan dia akan menyandang status janda, di usianya
yang masih muda. Perceraian itu mungkin mengandung
konsekuensi yang sangat berat, selain pandangan masyarakat,
belum lagi berbagai pertanyaan dari keluarganya nantinya,
bagaimana mungkin Nessa bisa menghadapinya"
Tatapan Kevin tampak mengeras, "Jangan bicarakan
perceraian dulu. Kita jalani saja pernikahan ini dengan sebaikbaiknya dulu.
Semoga nanti ada jalan keluar." suara Kevin
berubah serius, "Aku berjanji Nessa, selama menjadi suamimu,
aku akan menghormatimu sebagai isteriku."
Nessa menelan ludahnya, apa maksud Kevin dengan
menjalani pernikahan ini dengan sebaik-baiknya" Apakah
mereka juga harus..." Pipi Nessa memerah.
Kevin tampaknya memahami ekspresi Nessa itu,
senyumnya tampak miris. "Tidak Nessa, jangan takut. Aku tidak akan
menyentuhmu, jika itu yang kau takutkan."
Tanpa sadar Nessa menghela napas lega. Pernikahan ini
sudah terasa seperti ikatan yang menyesakkan dada. Nessa
tidak akan bisa menanggungnya kalau mereka harus lebih
terikat lagi. "Apakah kita akan tidur bersama dalam satu kamar
nantinya?" tanya Nessa was-was.
Kevin melemparkan tatapan meminta maaf kepada
Nessa. 58 Santhy Agatha "Ya Nessa, kita akan tidur bersama, setelah mama
pulang, kau akan ikut pindah ke rumahku, tinggal di kamarku,
dan tidur seranjang denganku, kita harus melakukannya. Kalau
tidak, akan muncul gosip di kalangan pelayan yang mungkin
akan sampai ke telinga mamaku. Jangan takut." Kevin
menyadari ekspresi Nessa yang berubah pucat, "Aku tidak akan
berbuat tidak senonoh kepadamu, aku berjanji...
Nessa menghela napas lega, tetapi rupanya Kevin belum
selesai dengan ucapannya.
"Kecuali kalau kau yang meminta kepadaku."
Ucapan susulan Kevin itu langsung mendapat hadiah
pelototan mata dari Nessa.
"Aku cuma bercanda." gumam Kevin terkekeh geli
sambil menatap Nessa. "Tetapi aku sungguh-sungguh Nessa,
kalau kau yang memintanya, aku pasti tidak akan menolak
untuk melakukan sesuatu yang lebih." suaranya berubah
sensual. Nessa menatap Kevin dengan pipi merah padam dan
napas terengah, merasa malu sekaligus marah.
"Itu hanya akan terjadi dalam mimpimu!" serunya
mantap kemudian, dan disambut dengan gelak tawa Kevin.
Kurang ajar lelaki itu! ?"" Dalam seminggu, mama Kevin sudah boleh pulang, wajahnya
masih pucat dan lemah meskipun tampak lebih sehat dari
terakhir kali keluar dari ICCU.
"Mama sudah tidak sabar mempersiapkan resepsi
pernikahan kalian," sang mama tersenyum ketika Kevin
merebahkannya di atas ranjang.
"Istirahatlah dulu saja mama, mama harus lebih kuat
lagi. Toh kami sudah menikah, jadi resepsi pernikahan hanyalah
syarat saja," suara Kevin terdengar serak.
Mama Kevin tersenyum lembut dan menggenggam
jemari Kevin, Perjanjian Hati 59 "Terima kasih sayang, terima kasih. Mama merasa
tenang dan bahagia sekali dengan pernikahan kalian. Mama
sangat menyayangimu dan ingin kau bahagia, kau tahu itu
kan..." dengan lembut sang mama mengusap dahi Kevin, "Kau
adalah anakku yang sangat kucintai, detik itu, ketika aku
menggendong bayimu yang menangis keras-keras, aku sudah
menasbihkanmu di dalam hatiku sebagai anak laki-lakiku."
Kevin tersenyum lembut dan mengecup dahi mamanya.
"Istirahatlah mama sayang, aku juga sangat
mencintaimu." Ketika mamanya tertidur kemudian, Kevin melangkah
keluar kamar dengan tergesa-gesa, hampir tersandung,
membuat Nessa cemas dan mengikutinya keluar.
"Kevin ada apa?" Nessa berdiri, menatap Kevin yang
berpegangan pada uliran tangga di luar kamar.
Punggung Kevin tampak bergetar.
Dengan gugup, Nessa mendekat, dan menyentuh pundak
Kevin. "Kevin, kenapa?"
Lalu secepat kilat, tanpa diduga, Kevin membalikkan
badan dan merengkuh tubuh Nessa kuat-kuat, memeluknya
seakan ingin meremukkan tulangnya. Tubuh Nessa terasa sakit,
tetapi ditahankannya ketika merasakan isakan Kevin tenggelam
di rambutnya. Ah ya Tuhan, lelaki arogan ini menangis di pelukannya.
Dengan lembut, Nessa melingkarkan lengannya di
punggung Kevin yang keras, mengusapnya lembut, membiarkan
lelaki itu menumpahkan perasaannya.
"Dokter bilang..." suara Kevin terdengar serak dan
tersengal, "Dokter bilang mama sudah tidak bisa bertahan lagi...
Kita... Kita tinggal menghitung hari..." lalu isak itu terdengar
lagi. Nessa memeluk Kevin kuat kuat, mencoba menyalurkan
kekuatan kepada lelaki itu. Lelaki yang sebenarnya tidak begitu
dikenalnya, tetapi sekarang sudah menjadi suaminya.
60 Santhy Agatha Lama Kevin menumpahkan perasaannya, sampai
kemudian lelaki itu mengangkat kepalanya dari rambut Nessa,
matanya tampak basah. Ditatapnya Nessa dengan lembut, "Terima kasih Nessa."
Tiba-tiba perasaan hangat menjalari dada Nessa,
menemukan sisi Kevin yang rapuh ini ternyata menghangatkan
perasaannya. Lalu tiba-tiba tatapan Kevin meredup, lelaki itu
kemudian mendekatkan kepalanya dan mengecup dahi Nessa,
sebelum Nessa sempat menghindar. Kecupan yang lembut dan
sopan, tetapi entah kenapa membuat tubuh Nessa seperti
tersetrum ketika menerimanya.
Lelaki itu lalu membalikkan tubuh dan melangkah pergi
tanpa kata, meninggalkan Nessa yang berdiri di sana sambil
merasakan panas membara di bekas kecupan Kevin di dahinya.
?"" "Jadi malam ini kita tidur bersama?" Nessa memandang Kevin
yang baru selesai mandi, rambutnya basah dan lelaki itu sedang
menggosoknya dengan handuk. Mereka ada di dalam kamar
Kevin sekarang. Kamar Nessa juga, koreksi Nessa dalam hati.
"Tentu saja." Kevin meletakkan handuknya, "Kau ingin
aku tidur di sofa?" Betapa baiknya lelaki itu menawarkannya kepadanya.
Nessa melirik sofa lembut yang ada di ujung kamar Kevin, sofa
itu besar dan tampak nyaman. Tetapi dia sangat tidak
berperasaan kalau mengusir Kevin dari ranjangnya sendiri.
"Aku saja yang tidur di sofa..." gumam Nessa kemudian.
"Tidak." reaksi Kevin begitu cepat, lelaki itu
mengerutkan dahinya tersinggung, "Kau pikir aku laki-laki
seperti apa Nessa" Membiarkan seorang perempuan, isteriku
tidur di sofa sementara aku di ranjang?" Kevin menghela napas
panjang, "Kita tidur di ranjang bersama-sama, seperti rencana
semula dan aku janji tidak akan mengganggumu."
Lalu tanpa kata Kevin mematikan lampu besar dan
membiarkan kamar diterangi cahaya temaram lampu tidur. Dan
Perjanjian Hati 61 kemudian melangkah ke sisi lain ranjang, membaringkan
tubuhnya membelakangi Nessa dan menarik selimutnya.
Hening. Nessa mendengar napas Kevin yang teratur. Sejenak dia
meragu, tetapi dia mengantuk. Akhirnya setelah menghela
napas panjang, Nessa berbaring di sisi ranjang yang satunya,
berusaha sejauh mungkin dari Kevin. Kantuk kemudian
langsung membawanya lelap, hingga dia hanyut dalam
mimpinya. Nessa sangat lelap sehingga tidak menyadari beberapa
saat kemudian, ketika Kevin membalikkan tubuhnya dan
menopang kepalanya dengan jemarinya. Matanya mengamati
Nessa dalam keheningan yang misterius.
?"" Siang itu Nessa sedang menunggui mama Kevin di kamarnya,
mereka sedang membicarakan mengenai dekorasi resepsi dan
persiapannya. "Nuansa emas akan sangat cocok untuk pernikahan
kalian," Mama Kevin tersenyum. "Terima kasih sudah
membuatku begitu tenang. Kau membuatku bisa meninggalkan
dunia ini dengan mudah, mengetahui bahwa anak-anakku
sudah menemukan pasangan hidupnya masing-masing."
Rasa bersalah langsung mendera Nessa, menyadari
bahwa mereka telah membohongi mama Kevin, wanita yang
sedang sakit dan berjuang untuk hidupnya. Apakah hal ini bisa
dibenarkan" Sebuah kebohongan dengan alasan demi
kebaikan" Kalau memang ini benar, kenapa hati Nessa dipenuhi
oleh rasa bersalah" "Mama jangan berkata begitu, Nessa yakin mama akan
menghabiskan lebih banyak waktu lagi bersama kami. Asal
mama semangat ya?" gumam Nessa lembut.
Mama Kevin mendesah dan menggelengkan kepalanya,
"Aku sudah merasakannya, Nessa. Tubuhku sudah lelah... Tidak
perlu diagnosa dokter untuk mengetahui bahwa umurku tidak
akan lama lagi." 62 Santhy Agatha "Mama..." Nessa mencoba berbicara, tetapi Mama
Kevin menggeleng dan menahannya.
"Jangan menghiburku." gumamnya lembut, "Aku sudah
siap. Satu hal yang mama minta darimu, Nessa... Bahagiakanlah
Kevin, anak itu sudah menderita karena cinta di masa lalunya,
kaulah satu-satunya hal yang menyangkut cinta yang bisa
dipegangnya." Mama Kevin menggenggam tangan Nessa dengan
lembut, "Berjanjilah untuk terus ada di samping Kevin dan
membahagiakannya." Napas Nessa tercekat di tenggorokannya, dia bingung
harus berkata apa. Di satu sisi kalau dia berjanji, maka itu akan
menjadi sebuah kebohongan terbesarnya. Tetapi di sisi lain,
Mama Kevin saat ini sedang menatapnya penuh harap, menanti
jawaban Nessa, demi ketenangan hatinya.
Akhirnya Nessa menghela napas panjang dan menatap


Perjanjian Hati Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mama Nessa dengan lembut, "Nessa berjanji, mama."
Di dalam hatinya Nessa berdoa, semoga Tuhan
mengampuninya karena telah membohongi perempuan sebaik
ini, atas nama kebaikan. ?"" Ketika Nessa sedang memberi nilai pada gambar hasil karya
anak didiknya, pintu ruangan kelasnya diketuk. Nessa memang
tidak berniat untuk pulang cepat, dia menunggu Kevin
menjemputnya, lelaki itu sekarang mengantar jemputnya setiap
Nessa bekerja, dan tidak mengizinkan Nessa naik kendaraan
umum lagi. Ketika Kevin sedang sibuk dengan pekerjaannya,
dia akan mengirimkan supir.
Pernikahan ini sudah berjalan hampir dua minggu, dan
mereka baik-baik saja. Kevin mengajak Nessa tinggal di
rumahnya bersama ibunya dan Delina. Mereka tidur seranjang
meskipun Kevin menepati janjinya untuk tidak menyentuhnya.
Pada malam-malam pertama tentunya terasa canggung,
Nessa tidak pernah seranjang dengan lelaki manapun seumur
hidupnya, kecuali dengan Ervan, itupun ketika mereka masih
berumur 7 tahun. Ketika tanpa sengaja kaki atau lengan mereka
bersenggolan, Kevin akan segera meminta maaf dengan
Perjanjian Hati 63 canggung, lalu mereka akan bergeser dengan cepat masingmasing di ujung sisi
ranjang yang berseberangan.
Tetapi lama kelamaan mereka terbiasa, mereka akan
mengucap selamat tidur tanpa kata, lalu menempati posisi
masing-masing, sambil berusaha tidak menyentuh satu sama
lain di ranjang itu. Setidaknya setelah Kevin menangis di pelukannya waktu
itu, Nessa menemukan sisi positif dalam diri Kevin. Lelaki itu
memang arogan, angkuh dan suka memaksakan kehendaknya.
Tetapi dia juga lelaki yang bertanggung jawab, yang sangat
mencintai mama dan adik perempuannya. Nessa bisa
memahami itu karena dia juga begitu sayang dengan ibunya
dan Ervan. Ponsel di tangannya berdering. Dan Nessa melirik ke
layarnya, lalu mengernyitkan matanya, Marcell" Nessa masih
menyimpan nomor Marcell di ponselnya ternyata, dan ini
nomor yang sama, yang berdering dan membuat layar
ponselnya terus berkedip-kedip, tak mau menyerah.
Nessa mendiamkan ponsel itu, ragu. Tetapi Marcell di
seberang sana tampak tak mau menyerah. Kenapa Marcell
meneleponnya lagi" Sambil menghela napas panjang, Nessa
mengangkat telepon itu. "Halo..." "Nessa ini aku..." suara Marcell terdengar serak dan
tersiksa di seberang sana. "Aku dengar... Aku dengar kau sudah
menikah dengan tuan Kevin..." Apakah isakan Marcell yang
terdengar di sana" "Aku tak kuat lagi Nessa, aku mau mati saja."
"Astaga Marcell jangan bicara sembarangan!" Nessa
berseru kaget mendengar kalimat Marcell, suara diseberang
sana tampak rapuh dan tidak main-main.
"Aku mencintaimu Nessa, aku sangat mencintaimu!
Meskipun aku hanyalah pecundang lemah yang tak mampu
melawan keluargaku, aku sangat mencintaimu. Aku tak kuat
lagi menahan beban demi keluargaku, kau yang kucintaipun
sudah menikah dengan lelaki lain, jadi untuk apa aku hidup?""
64 Santhy Agatha "Marcell." Nessa bergumam tenang, berharap
ketenangannya menular kepada Marcell yang tampak histeris,
"Tenangkan pikiranmu Marcell, kau ada di mana?"
"Aku akan mati saja... Sekarang aku ada di tempat
perpisahan kita dua tahun yang lalu... Aku... Aku akan terjun
dari jembatan itu... Selamat tinggal Nessa..."
"Marcell!! Jangan lakukan apapun! Aku akan kesana!!"
Nessa meraih tasnya dengan cepat dan berlari menembus
koridor taman kanak-kanak, dan bertabrakan dengan Kevin
yang sedang berjalan dari arah berlawanan.
"Nessa ada apa?" Kevin menyentuh kedua lengan Nessa
yang panik. Nessa menahankan napasnya yang tersengal, "Marcell...
Marcell di taman kota... Mencoba bunuh diri... Lompat dari
jembatan..." setiap kata-katanya berhamburan, bercampur
dengan kepanikannya. Kevin mencerna kalimat itu dalam sedetik, kemudian
menggandeng Nessa dan mengajaknya melangkah ke mobilnya
yang diparkir di depan dengan setengah berlari.
"Ayo." gumamnya, mendorong Nessa duduk di kursi
penumpang, lalu masuk ke kursi pengemudi dan melajukan
mobilnya secepat kilat. Perjanjian Hati 65 "Aku pernah mencintaimu sampai
terasa sakit luar biasa. Sampai di titik sakitnya sudah
tidak terasa lagi Yang tersisa cuma cinta, yang
terasa cuma cinta... Meski akhirnya yang aku dapat
hanyalah pengkhianatan..."
6 Kevin mengemudikan kendaraannya dengan kencang,
mengumpat-umpat jika terkena kemacetan dan lampu merah,
tetapi selain itu perjalanan lancar. Sambil mengemudi Kevin
melirik ke arah Nessa, yang meremas-remas tangannya dengan
cemas sambil memandang ke depan.
"Apakah Marcell serius dengan kata-katanya?" Nessa
menoleh menatap Kevin yang sudah mengalihkan
pandangannya lagi ke jalan.
"Dia... Dia terdengar gila dan putus asa."
Kevin menghela napas pendek, "Pasti gara-gara
pernikahan kita ya?" lelaki itu mendengus kesal, "Dasar laki-laki
tidak punya otak." "Jangan mengata-ngatai orang."
Kevin menatap Nessa marah, "Aku tidak salah bukan"
Dia memang tidak punya otak, tidak punya hati dan pengecut
luar biasa. Dulu ketika ada kesempatan dia tidak
memperjuangkanmu, sekarang ketika jelas-jelas dia kalah yang
dilakukannya hanya merajuk dan mengancam bunuh diri,
benar-benar lelaki tak punya otak!" Kevin mengencangkan laju
mobilnya. 66 Santhy Agatha Nessa terdiam, tidak bisa membantah kata-kata Kevin
karena semuanya mengandung kebenaran. Marcell dulu tidak
berbuat apa-apa untuk memperjuangkannya.
Lelaki itu hanya diam dan mencampakkannya dalam
kehancuran. Sekarang, ketika baginya Nessa sudah termiliki
oleh lelaki lain, Marcell menggila. Kenapa Marcell melakukan ini
semua" Benarkah ini didasari cinta Marcell yang masih
tersimpan untuknya" Atau ini hanyalah estimasi cemburu buta
yang merenggut kewarasan lelaki itu"
?"" Taman kota tampak lengang, begitu Kevin memarkir mobilnya
di sana, Nessa langsung keluar diikuti oleh Kevin.
"Kearah mana?" tanya Kevin sambil menjajari langkah
Nessa. Nessa memandang ragu, sudah dua tahun berlalu sejak
dia terakhir kali kemari. Terakhir kali dia kesini adalah di
tengah hujan, saat Marcell mencampakkannya dua tahun lalu.
Setelah itu jangankan kemari, memikirkannya pun Nessa tidak
berani. Saat ini taman kota sudah berubah hingga Nessa hampir
tak mengenalinya. Dimana tempat dia dan Marcell sering
menghabiskan waktu dulu..."
"Nessa?" Kevin menggeram, tak sabar.
Nessa menelan ludah dan mengambil keputusan.
"Ke arah sana." gumamnya sambil tergesa ke arah kanan,
dengan Kevin mengikutinya.
?"" Marcell ada di sana, masih berpegang pada pagar kayu di
jembatan itu. Jembatan setinggi lima meter di udara, yang
menghubungkan jurang dalam dengan aliran sungai berbatu di
bawahnya. Salah satu keunggulan taman kota ini adalah
pemandangan di atas jembatan ini. Dengan gemericik sungai
dan air terjun buatan yang cukup mempesona, bagaikan harta
karun alam tersembunyi ditengah hiruk pikuk polusi dan
kesibukan kota. Perjanjian Hati 67 Tetapi sekarang Nessa tidak sempat mengagumi
pemandangan indah itu, matanya terpaku pada Marcell dan
tampak cemas. "Marcell." serunya dalam bisikan tertahan, takut kalau
suaranya terlalu keras akan mengagetkan lelaki itu dan
membuatnya terlompat. Marcell yang semula menatap kosong ke bawah,
menoleh perlahan dan menemukan Nessa dan Kevin di ujung
jembatan. Matanya membara penuh tekad.
"Jangan mendekat!" serunya keras, "Atau aku akan
lompat." Nessa berseru frustrasi, bingung harus berbuat apa.
taman kota ini nampak sepi, disiang yang lengang ini.
Syukurlah, kalau tidak pasti sudah ada keramaian
menghebohkan di sini. "Lompat saja kalau berani, aku pikir itu akan membuat
Nessa puas." Kevin bergumam tenang tetapi cukup keras untuk
di dengar Marcell. Seketika Nessa dan Marcell menatap Kevin dengan
keget. "Kevin..." Nessa mendesis mencoba memperingatkan
lelaki itu agar tidak memperkeruh suasana, tetapi Kevin hanya
mengedikkan bahunya tak peduli, lelaki itu menatap Marcell
yang tengah menatapnya dengan senyum mengejek.
"Lompat saja Marcell, aku menunggu di sini, untuk
melihat sampai dimana keberanianmu." dengan sinis Kevin
tersenyum, "Kau pikir kau lompat atau tidak, akan berpengaruh
pada Nessa" Kau terlalu percaya diri. Nessa kemari
mencegahmu karena dorongan hatinya yang terlalu baik, tapi
kenyataannya kau sudah tidak ada lagi di kehidupannya. Kau
mau mati atau hidup, tidak ada untung ataupun ruginya bagi
dia... Aku pribadi merasa terganggu dengan tingkahmu yang
kekanak-kanakkan dan merepotkan ini, jadi cepat lompat saja
dan mati sekalian, biar semua kerepotan ini usai."
Marcell menatap Kevin marah, napasnya terengahengah, penuh ketersinggungan.
68 Santhy Agatha "Kau... Kau tidak ada urusannya untuk mengomentari
hubunganku dengan Nessa, semua ini antara aku dan Nessa,
kau tidak berhak ikut campur!" serunya emosi.
Kevin mengangkat alisnya, "Tidak berhak ikut campur?"
dengan sengaja dia merangkul Nessa supaya merapat padanya,
"Nessa isteriku. Dan jika ada lelaki gila yang mengganggu dan
mengancam-ancam akan bunuh diri karenanya, maka aku
berhak ikut campur." tatapan Kevin menajam dengan jahat,
"Aku menyelidikimu Marcell, aku tahu pasti masa lalumu
dengan Nessa, dimana kau mencampakkan gadisku ini dengan
kejam. Well... sebenarnya masa lalu itu urusan kalian berdua,
tetapi kalau sampai masa sekarang, kau masih merecoki Nessa,
aku akan turun tangan. Dan ketika aku turun tangan, itu berarti
kehancuran bagi kau dan keluargamu."
Marcell menatap Kevin, menelan ludah dan tampak
meragu, rupanya baru menyadari situasinya.
"Jadi silahkan kalau kau mau bunuh diri dan mampus di
bawah sana. Tetapi jangan ikut-ikutkan isteriku dalam
permasalahanmu. Jangan pernah berani-benarinya lagi kau
mengganggu isteriku." Kevin membalikkan badan, dan
menyeret Nessa bersamanya, "Ayo Nessa, kita pergi. Yang
penting kita sudah mengutarakan maksud kita. Biarkan
bajingan itu mengambil keputusannya sendiri."
Dengan sedikit memaksa Kevin menyeret Nessa agar
mengikuti langkahnya. Nessa mencoba memberontak dan
melepaskan pegangan Kevin, tetapi lelaki itu mencengkeramnya dengan begitu kuat sampai terasa sakit,
sampai akhirnya Nessa menyerah dan mengikuti langkah Kevin.
Sempat dia menoleh ke belakang dan melihat Marcell masih
termenung di jembatan. Ah. Ya Tuhan... Semoga Marcell tidak melompat.
Desahnya dalam hati sambil memejamkan mata.
?"" Kevin membukakan pintu untuk Nessa lalu membanting pintu
itu setelah Nessa masuk dan dengan sigap melangkah ke kursi
Perjanjian Hati 69 pengemudi dan melajukan mobilnya, membawa Nessa
meninggalkan taman kota itu.
"Kupikir kau mengembut mengantarku ke taman kota
tadi untuk membantuku mencegah Marcell melompat." desis
Nessa kesal, ketika mereka sudah memasuki jalan raya yang
ramai, "Tak kusangka kau malah datang untuk menyuruhnya
lompat." Kevin terkekeh dan mengedikkan bahunya ke arah
Nessa, "Dia pantas menerimanya."
Nessa menelan ludah. "Ba...bagaimana kalau dia benarbenar melompat?"
Tawa Kevin makin keras, meremehkan.
"Marcell" Melompat" Aku berani bertaruh dia tidak akan
mampu melakukannya, dia terlalu pengecut untuk itu. Yang dia
lakukan hanyalah menggertak. Dia hanya ingin kau datang, lalu
dia akan mengancam, dia akan membuatmu memohon
kepadanya agar tidak melompat, pada akhirnya, kau akan
berjanji menuruti semua kemauannya." Kevin mendengus
kesal. "Aku tahu persis tipikal lelaki pengecut macam dia Nessa,
kau harus berhati-hati." jeda sejenak, kemudian Kevin bertanya.
"Apakah kau masih mencintai dia?"
Nessa tertegun. Apakah dia masih mencintai Marcell"
Melihat Marcell di jembatan tadi, rapuh, tak berdaya dan putus
asa, membuat hati Nessa serasa diremas. Tetapi apakah itu
cinta" Ataukah itu hanya rasa kasihan" Nessa tidak tahu. Dia
tidak bisa menjawab.

Perjanjian Hati Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan Kevin sepertinya juga tidak mengejar jawaban
darinya. Lelaki itu mengalihkan pandangannya lagi ke jalan dan
melajukan kendaraannya pulang.
?"" "Lelaki itu memang pengecut, dia tidak jadi bunuh diri." Kevin
meletakkan gagang telepon dan menatap Nessa.
Nessa menghela napas lega, mereka sudah sampai di
rumah dan duduk di ruang keluarga. Tetapi hati Nessa dari tadi
70 Santhy Agatha tidak tenang, dia memikirkan Marcell dan ketakutan kalau
kemudian dia membaca berita mengerikan tentang bunuh diri
yang dilakukan Marcell. Kalau Marcell bunuh diri, berarti
semua adalah salahnya. "Syukurlah." Nessa mengelus dadanya tanpa sadar,
"Bagaimana kau tahu?"
"Aku menyuruh anak buahku untuk mengecek. Kata
mereka, Marcell barusan sampai ke rumahnya, keadaannya
baik-baik saja." Kevin mengangkat bahunya, "Kalau nanti dia
kembali labil dan meneleponmu lagi, abaikan saja. Dia hanya
ingin membuatmu panik dan mencari perhatianmu, tetapi aku
yakin dia tidak akan berani melaksanakan ancamannya, seperti
yang aku bilang, Marcell terlalu pengecut."
Yang dikatakan oleh Kevin memang benar, Nessa
merenung. Marcell tidak pernah berani mengambil resiko.
Lelaki itu selalu memilih jalan aman, bahkan dalam hubungan
mereka dulu, Marcell memilih jalan aman dengan
meninggalkannya. Mulai sekarang Nessa bertekad tidak akan
lagi meluluhkan hatinya untuk Marcell.
Marcell harus belajar untuk mengerti bahwa ketika
Nessa mengucapkan selamat tinggal, itu adalah selamat tinggal
sesungguhnya dari hatinya.
?"" "Mau kemana?" Nessa hampir saja terlonjak kaget ketika mendengar
suara Kevin muncul dari kegelapan lorong. Dia hendak keluar
bersama Aya, teman mengajarnya di TK. Mereka berdua
seumuran dan sama-sama suka membaca buku, biasanya di
hari sabtu sore mereka keluar berdua untuk makan, bersantai
dan berburu buku-buku bekas di pasar buku yang sangat sering
mereka datangi. Sejak Nessa menikah, mereka tidak
melakukannya lagi, tapi tadi Aya menelepon dan mengajaknya,
dan karena rumah sedang sepi karena Delina sedang mengajak
mamanya kontrol dirumah sakit.
Nessa memutuskan untuk pergi bersama Aya.
Perjanjian Hati 71 Biasanya Kevin belum pulang jam-jam segini. Lelaki itu
selalu pulang larut dari pekerjaannya, jam sembilan atau jam
sepuluh malam baru sampai ke rumah, sementara sekarang
masih jam lima sore. Nessa menatap Kevin yang tampak lelah. Lelah tetapi
tampan, dia masih mengenakan setelan jas dengan dasi sudah
dilonggarkan dan rambut yang sedikit acak-acakan.
"Eh... Aku ada acara dengan temanku." jawab Nesa
segera setelah debar dihatinya mereda melihat ketampanan
Pendekar Jembel 5 Pendekar Hina Kelana 21 Prahara Rimba Buangan Dewa Racun Hitam 2

Cari Blog Ini