The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo Bagian 3
saling pengertian bahwa rumah harus dikosongkan kapan saja diminta. Kompleks yang sederhana itu
sesungguhnya merupakan benteng yang kokoh.
Kedelapan rumah tersebut dilengkapi lampu-lampu sorot yang menerangi lahan
sekitarnya dan menyebabkan kompleks itu tidak bisa dimasuki diam-diam. Sonny menyeberang jalan
ke rumah ayahnya dan masuk menggunakan kuncinya sendiri. Ia berseru, "Ma, kau di mana?"
Ibunya keluar dari dapur. Di belakang ibunya tercium bau paprika goreng. Sebelum ibunya sempat
bicara, Sonny memegang lengannya dan memaksanya duduk. "Aku baru saja menerima telepon,"
katanya. "Tapi jangan khawatir. Pop di rumah sakit, ia terluka. Sekarang ganti pakaian dan
bersiaplah pergi ke sana.
Akan kuambilkan mobil dan kucarikan sopir untuk mengantarmu. Oke?"
Ibunya memandang Sonny dengan mantap, kemudian bertanya dalam bahasa Italia,
"Apakah mereka menembaknya?" Sonny mengangguk. Ibunya menunduk sejenak. Lalu ia kembali ke dapur. Sonny
mengikutinya. Ia mengawasi ibunya mematikan kompor di bawah wajan yang penuh paprika dan keluar,
naik ke kamar tidur. Sonny mengambil paprika dari penggorengan dan roti dari keranjang di
meja, dan membuat roti isi yang tidak rapi dengan minyak zaitun
panas menetes-netes dari sela jemarinya. Kemudian ia pergi ke kamar sudut besar
yang menjadi kantor ayahnya, mengambil telepon khusus dari laci lemari yang dikunci. Telepon
itu dipasang khusus, terdaftar atas nama dan alamat palsu. Orang pertama yang diteleponnya
adalah Luca Brasi. Tidak ada jawaban. Kemudian ia menelepon caporegime katup pengaman di Brooklyn,
pria yang kesetiaannya pada Don tidak diragukan lagi. Nama pria itu adalah Tessio. Sonny
menceritakan padanya apa yang telah terjadi dan apa yang diinginkannya. Tessio harus merekrut
lima puluh orang yang benar-benar bisa diandalkan. Ia harus mengirim penjaga ke rumah sakit, dan
ia juga harus mengirim orang ke Long Beach untuk bekerja di sini. Tessio bertanya, "Mereka
juga mendapatkan Clemenza?" Sonny berkata, "Aku tidak ingin menggunakan orang-orang Clemenza
sekarang ini." Tessio seketika memahami, sejenak mereka membisu, lalu ia berkata, "Maaf, Sonny,
kukatakan ini sebagaimana ayahmu akan mengatakannya Jangan mengambil tindakan tergesa-gesa.
Aku tidak percaya Clemenza mengkhianati kita."
"Terima kasih," kata Sonny. "Aku tidak berpikir begitu, tapi aku harus hatihati. Benar?" "Benar,"
jawab Tessio. "Satu hal lagi," kata Sonny. "Adikku Mike kuliah di Hanover, New Hampshire.
Perintahkan beberapa orang yang kita kenal di Boston untuk ke sana dan menemuinya, serta membawanya
kemari sampai semua ini selesai. Akan kutelepon dia agar ia mengetahui mereka akan datang.
Sekali lagi aku hanya menduga-duga, hanya untuk memastikan."
"Oke," kata Tessio. "Aku akan ke rumah ayahmu secepat mungkin, sesudah semua
mulai bergerak. Oke" Kau kenal anak buahku, bukan?"
"Yeah," kata Sonny. Ia meletakkan telepon. Lalu pergi ke
lemari besi kecil di dinding dan membuka kuncinya. Dari dalam ia mengambil buku
yang dijilid dengan kulit biru. Ia membuka pada indeks T hingga menemukan catatan yang
dicarinya. Catatan itu berbunyi, "Ray Farrel $5.000 malam Natal." Catatan tersebut diikuti nomor
telepon. Sonny memutar nomor itu dan berkata, "Farrell?" Pria di ujung seberang menjawab, "Ya." Sonny
berkata, "Ini Santino
Corleone. Aku membutuhkan bantuanmu dan aku membutuhkannya sekarang juga.
Kuminta kau memeriksa dua nomor telepon dan memberitahuku semua hubungan telepon yang mereka
terima dan lakukan selama tiga bulan terakhir." Ia memberitahu Farrell nomor telepon rumah
Paulie Gatto dan Clemenza. Lalu ia berkata, "Ini penting. Beritahu aku sebelum tengah malam dan
kau akan mendapat ucapan Selamat Natal tambahan."
Sebelum kembali memikirkan segala sesuatunya, ia sekali lagi mencoba menghubungi
Luca Brasi. Lagi-lagi tidak ada jawaban. Hal ini membangkitkan keresahannya, tapi ia
mengesampingkan masalah itu dari pikiran. Luca Brasi akan datang ke rumah begitu mendengar beritanya.
Sonny kembali menyandar di kursi putar. Satu jam lagi rumah akan penuh orang Keluarga dan ia
akan memberitahu mereka semua yang harus dilakukan. Dan sekarang, setelah akhirnya mendapat
kesempatan berpikir, ia menyadari betapa berbahaya situasinya. Ini merupakan tantangan pertama
terhadap Keluarga Corleone dan kekuasaan mereka selama sepuluh tahun. Tidak ada keraguan lagi
bahwa Sollozzo yang mendalanginya, tapi ia tidak akan berani mencoba menyerang seperti ini kalau
tidak mendapat dukungan sedikitnya dari salah satu di antara lima keluarga besar di New York.
Dan dukungan itu pasti berasal dari keluarga Tattaglia. Berarti akan terjadi perang habis-habisan
atau perhitungan seketika terhadap Sollozzo. Sonny tersenyum muram. Si Turki yang licik ku menyusun
rencana dengan baik, tapi ia tidak beruntung. Ayahnya masih hidup dan sebagai akibatnya perang akan
berkobar. Dengan adanya Luca Brasi dan sumber daya yang dimiliki Keluarga Corleone, hasilnya
sudah bisa dipastikan. Tapi sekali lagi ada kekhawatiran yang mengganggunya. Di mana Luca Brasi"
Bab 3 Kunjungi http://vodozom.wordpress.com
Ada empat pria di dalam mobil bersama Hagen,termasuk si pengemudi. Mereka
menempatkanya di kursi belakang, di antara dua pria yang mendekatinya dari belakang di jalan
tadi. Sollozzo duduk di depan. Pria di sebelah kanan Hagen mengulurkan tangan ke atas dirinya dan
menurunkan topi Hagen hingga menutupi mata, hingga ia tidak bisa melihat. "Jangan sekali-kali berani
bergerak," katanya. Perjalanan mereka tidak jauh, tak lebih dari dua puluh menit, dan setelah turun
dari mobil Hagen tidak mengenali sekitarnya karena kegelapan telah turun. Mereka menuntunnya ke lantai
bawah sebuah apartemen dan memerintahkan dirinya duduk di kursi dapur yang bersandaran tegak.
Sollozzo duduk di seberang meja dapur menghadapinya. Wajahnya yang gelap tampak sangat galak.
"Aku tidak ingin kau merasa takut," katanya. "Aku tahu kau bukan tukang pukul
Keluarga. Aku ingin kau membantu keluarga Corleone dan aku ingin kau membantuku."
Tangan Hagen gemetaran ketika ia menyelipkan sebatang rokok ke mulut. Salah
seorang anak buah Sollozzo membawakan sebotol rye dan memberinya minum dari cangkir
kopi porselen. Hagen menenggak minuman panas itu dengan penuh rasa syukur.
Minuman tersebut menenangkan tangannya dan mengembalikan tenaga di kakinya.
"Bosmu sudah mari," kata Sollozzo. Ia diam sejenak, terkejut melihat Hagen
berlinang air mata. Kemudian ia melanjutkan, "Kami menyikatnya di luar kantornya, di jalan. Begitu
mendapat beritanya, kujemput dirimu. Kau harus mendamaikan aku dan Sonny."
Hagen tidak menjawab. Ia heran pada kesedihannya sendiri. Dan kesedihan itu
bercampur ketakutan terhadap kematian. Sollozzo kembali berbicara. "Sonny sangat bernafsu pada
bisnisku. Benar" Kau
tahu itu langkah yang sangat cerdik. Narkotika adalah barang masa depan. Banyak
sekali uang yang terlibat di dalamnya hingga tiap orang akan menjadi kaya hanya dalam waktu dua
tahun. Don hanya 'Pete Kumis' tua dan masa jayanya sudah berakhir, tapi ia tidak menyadarinya.
Sekarang ia sudah tewas, tidak ada yang bisa menghidupkan dirinya lagi. Aku siap membuat
perjanjian baru, dan aku ingin kau membujuk Sonny menerimanya."
Hagen berkata, "Kau tidak akan memiliki kesempatan. Sonny akan memburumu dengan
segala yang dimilikinya." Sollozzo berkata tidak sabar, "Itu akan menjadi reaksi pertamanya. Kau harus
mengingatkan dirinya agar menggunakan akal sehat. Keluarga Tattaglia ada di belakangku bersama
seluruh anak buahnya Keluarga-Keluarga New York lain akan ikut dengan segenap kemampuan mereka untuk
menghentikan perang habis-habisan di antara kita. Perang kita akan menghancurkan mereka dan
bisnis mereka. Kalau Sonny menerima tawaran kami, Keluarga-Keluarga di negara ini akan
menganggap masalah ini bukan urusan mereka, bahkan teman-teman Don yang paling lama."
Kunjungi http://vodozom.wordpress.com
Hagen menunduk memandang tangannya, tidak menjawab. Sollozzo melanjutkan dengan
nada membujuk. "Don melemah. Di masa lalu aku tidak mungkin bisa mendekatinya.
Keluarga-Keluarga lain tidak memercayainya karena ia mengangkat dirimu menjadi consigliori,
padahal kau bahkan bukan orang Italia, apalagi Sisilia. Kalau sampai terjadi perang besar-besaran,
Keluarga Corleone akan dihancurkan dan setiap orang menderita kerugian, termasuk aku sendiri. Aku
membutuhkan kontak politik yang dimiliki Keluarga, bahkan melebihi kebutuhanku akan uang. Jadi
bicaralah pada Sonny, bicaralah pada para caporegime; kau bisa mencegah banyak pertumpahan darah."
Hagen mengulurkan cangkir porselennya untuk minta minum lagi. "Akan kucoba,"
katanya. "Tapi Sonny keras kepala. Dan bahkan Sonny tidak akan bisa menyuruh Luca mundur. Kau
harus mengkhawatirkan Luca. Aku pasti akan mengkhawatirkan Luca seandainya tawaranmu
kuterima." Sollozzo berkata pelan, "Akan kutangani Luca. Kautangani Sonny dan kedua anak
lainnya. Dengar, kau bisa memberitahu mereka bahwa Freddie mestinya tewas hari ini bersama
ayahnya, tapi anak buahku mendapat perintah tegas agar tidak menembaknya. Aku tidak menginginkan
kesusahan lebih daripada yang dibutuhkan. Kau bisa mengatakan itu pada mereka, Freddie sekarang
masih hidup berkat diriku." Akhirnya pikiran Hagen bekerja. Untuk pertama kalinya ia benar-benar percaya
Sollozzo tidak berniat membunuh atau menyandera dirinya. Kelegaan yang tiba-tiba akibat terbebas dari
rasa takut mencengkeram dirinya hingga wajah Hagen memerah karena malu. Sollozzo
mengawasinya sambil tersenyum tipis penuh pengertian. Hagen mulai memikirkan segala sesuatunya.
Kalau ia tidak setuju memperjuangkan masalah Sollozzo, ada kemungkinan ia akan dibunuh. Tapi
lalu ia menyadari Sollozzo hanya berharap ia menyampaikan tawarannya dan
menyampaikannya dengan benar, seperti yang harus dilakukannya sebagai consigliori yang
bertanggung jawab. Dan sekarang, setelah memikirkannya, ia juga menyadari bahwa Sollozzo benar. Perang
tak terbatas antara Keluarga Tattaglia dan Corleone harus dicegah dengan segala cara dan dana.
Keluarga Corleone harus mengubur yang tewas dan melupakan apa yang sudah terjadi, lalu mengadakan
perjanjian. Setelah itu, kalau saatnya tepat, mereka bisa bergerak melawan Sollozzo.
Tapi ketika menengadah, ia menyadari Sollozzo mengetahui dengan tepat apa yang
dipikirkannya. Si Turki itu tersenyum. Kemudian Hagen menyadarinya. Apa yang telah terjadi pada
Luca Brasi sehingga Sollozzo begitu tidak peduli" Ia ingat bahwa pada malam Don Corleone menolak
Sollozzo, Luca Brasi dipanggil ke kantor untuk berunding secara pribadi dengan Don. Tapi sekarang
bukan saatnya meresahkan detail seperti itu. Ia harus kembali ke benteng Keluarga Corleone
yang aman di Long Beach. "Akan kuusahakan sebaik-baiknya," katanya pada Sollozzo. "Aku yakin kau
benar, bahkan itulah yang pasti diinginkan Don untuk kami lakukan."
Sollozzo mengangguk muram. "Bagus," katanya. "Aku tidak menyukai pertumpahan
darah, aku pengusaha dan darah terlalu banyak menghabiskan uangku." Pada saat itu telepon
berdering dan salah seorang pria yang berdiri di belakang Hagen berlalu untuk menerimanya. Ia
mendengarkan, lalu berkata singkat, "Oke, akan kusampaikan padanya." Ia meletakkan telepon,
melangkah ke sisi Sollozzo, dan berbisik di telinga si Turki. Hagen melihat wajah Sollozzo
memucat, matanya berkilat
penuh kemarahan. Ia sendiri merasa ketakutan. Sollozzo memandangnya dengan penuh
spekulasi dan, tiba-tiba, Hagen menyadari dirinya tidak akan dibebaskan. Ada
yang telah terjadi, dan kejadian itu mungkin berarti kematiannya. Sollozzo berkata, "Orang tua itu masih
hidup. Lima butir peluru di tubuh Sisilia-nya dan ia masih hidup." Ia mengangkat bahu dengan
pasrah. "Sial," katanya
pada Hagen. "Sial bagiku. Sial bagimu."
Bab 4 Sewaktu Michael Corleone tiba di rumah ayahnya di Long Beach, ia mendapati jalan
masuk yang
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sempit ke kompleks dirantai. Kompleks itu sendiri terang benderang karena lampulampu sorot dari semua rumah yang jumlahnya delapan menerangi sedikitnya sepuluh mobil yang
diparkir di sepanjang jalan taman dari semen yang melingkar.
Dua pria yang tidak dikenalnya bersandar ke rantai. Salah seorang dari mereka
bertanya dengan aksen Brooklyn, "Kau siapa?"
Ia memberitahu mereka. Seorang pria lain keluar dari rumah terdekat dan
mengamati wajahnya. "Ini
anak Don," katanya. "Akan kuantarkan ke dalam." Mike mengikuti pria ini ke rumah
ayahnya, di mana dua pria di pintu membiarkan dirinya dan pengawalnya masuk.
Rumah penuh orang yang tidak dikenalinya, hingga ia tiba di ruang duduk. Di sana
Michael melihat istri Tom Hagen, Theresa, duduk kaku di sofa, sambil mengisap rokok. Di meja
kopi di depannya ada segelas wiski. Di sisi lain sofa, Clemenza yang gendut duduk. Wajah caporegtme
itu tidak memancarkan ekspresi apa pun, tapi ia berkeringat dan cerutu di tangannya hitam
karena ludahnya. Clemenza mendekat dan meremas tangan Michael untuk menghiburnya, bergumam,
"Ibumu ada di rumah sakit menunggui ayahmu, tapi ayahmu akan sembuh seperti sediakala." Paulie
Gatto berdiri untuk menjabat tangannya. Michael memandangnya curiga. Ia mengetahui Paulie
pengawal pribadi ayahnya, tapi tidak mengetahui bahwa hari itu Paulie tinggal di rumah karena
sakit. Tapi Michael merasakan ketegangan pada mukanya yang hitam dan kurus. Ia tahu reputasi Gatto
sebagai orang yang cekatan, orang yang cepat bertindak dan tahu cara melakukan pekerjaan sulit
dengan rapi, dan sekarang ia gagal dalam tugasnya. Ia memerhatikan beberapa orang lain di sudut
ruangan tapi tidak mengenali mereka. Mereka bukan anak buah Clemenza. Michael menyatukan semua
fakta ini dan mengerti. Clemenza dan Gatto merupakan tersangka. Mengira Paulie ada di tempat
kejadian, ia bertanya pada pemuda yang bermuka seperti musang itu, "Bagaimana Freddie" Ia
baik-baik saja?" "Dokter menyuntiknya," kata Clemenza. "Ia tidur."
Michael menghampiri istri Hagen dan membungkuk untuk mencium pipinya. Mereka
sejak dulu saling menyukai. Ia berbisik, "Jangan khawatir, Tom baik-baik saja. Kau sudah
bicara dengan Sonny"'
Theresa memeluknya sesaat dan menggeleng. Ia wanita yang mungil dan cantik
sekali, lebih Amerika daripada Italia, dan sangat ketakutan. Michael memegang tangannya dan
mengajaknya berdiri dari sofa. Kemudian ia menuntunnya ke ruang kantor ayahnya di sudut.
Sonny menyandar ke kursi di belakang meja tulis, memegang buku catatan kuning di
satu tangan dan pensil di tangan lain. Satu-satunya orang lain di dalam kamar bersamanya adalah
caporegime Tessio, yang dikenali Michael dan membuatnya seketika sadar anak buah pria itulah yang
ada di rumah dan membentuk pengawal istana yang baru. Ia juga memegang catatan dan pensil.
Sewaktu Sonny melihat mereka, ia beranjak dari belakang meja tulis dan memeluk
istri Hagen. "Jangan khawatir, Theresa," katanya. "Tom baik-baik saja. Mereka hanya ingin
mengajukan usul padanya, mereka mengatakan akan membebaskan dirinya. Ia bukan orang operasional,
ia hanya pengacara kita. Tidak ada alasan bagi siapa pun untuk mencelakakan dirinya."
Sonny melepaskan Theresa, kemudian Michael keheranan karena ia juga mendapat
pelukan dan ciuman di pipi. Ia mendorong Sonny, menjauhkannya, dan berkata sambil tersenyum,
"Sesudah aku biasa kaupukuli, sekarang ini yang kudapatkan?" Mereka sering berkelahi sewaktu
masih kecil. Sonny mengangkat bahu. "Dengar, kid. Aku khawatir sewaktu tidak bisa
menghubungimu di kotamu. Bukan karena aku mengira mereka juga menghabisimu, tapi aku tidak senang
menyampaikan berita ini pada ibu kita. Aku harus memberitahunya tentang Pop."
"Bagaimana reaksinya?" tanya Michael. "Baik," jawab Sonny. "Ia pernah mengalami
kejadian seperti ini. Aku juga. Kau masih terlalu kecil, jadi tidak mengetahui kejadiannya. Lalu
keadaan berjalan lancar sementara kau tumbuh dewasa." Ia terdiam sejenak lalu melanjutkan, "Ia
ada di rumah sakit menunggui Pop. Pop akan sembuh." "Bagaimana kalau kita ke sana?" tanya Michael.
Sonny menggeleng dan berkata singkat, "Aku tidak bisa meninggalkan rumah sebelum semua
selesai." Telepon berdering. Sonny mengangkatnya dan mendengarkan. Sementara ia
mendengarkan, Michael berjalan ke meja tulis dan melirik (Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
buku catatan kuning yang ditulisi Sonny. Ada tujuh nama di sana. Tiga yang
pertama adalah Sollozzo, Phillip Tattaglia, dan John Tattaglia. Michael sangat terkejut menyadari ia mengganggu Sonny dan
Tessio di saat mereka menyusun daftar orang-orang yang akan dibunuh.
Setelah meletakkan telepon, Sonny berkata pada Theresa Hagen dan Michael,
"Kalian bisa menunggu
di luar" Aku punya urusan yang harus kuselesaikan dengan Tessio."
Istri Hagen berkata, "Apakah telepon tadi mengenai Tom?" Ia mengajukan
pertanyaan itu dengan nada
yang hampir kasar, tapi ia menangis ketakutan. Sonny memeluknya dan
membimbingnya ke pintu. "Aku bersumpah ia akan baik-baik saja," katanya. "Tunggulah di ruang duduk. Aku
akan keluar begitu mendapat kabar." Ia menutup pintu di belakang Theresa. Michael duduk di salah
satu kursi berlengan besar yang berlapis kulit. Sonny melontarkan pandangan tajam sekilas, kemudian
duduk di balik meja tulis. "Kalau terus berada di dekatku, Mike," katanya, "kau akan mendengar hal-hal yang
tidak ingin kaudengar." Michael menyulut sebatang rokok. "Aku bisa membantu," katanya.
"Tidak, tidak bisa," kata Sonny. "Pop akan marah besar kalau kubiarkan kau ikut
campur urusan ini." Michael berdiri dan berteriak. "Keparat kau, ia ayahku! Apa aku tidak boleh
membantunya" Aku bisa
membantu. Aku tidak mau membunuh orang, tapi aku bisa membantu. Berhentilah
memperlakukan diriku seperti anak kecil. Aku pernah ikut perang. Aku pernah ditembak, ingat"
Aku membunuh beberapa orang Jepang. Menurutmu apa yang akan kulakukan kalau kau menghabisi
orang" Pingsan?"
Sonny tersenyum padanya. "Oke, kau boleh tetap di sini, kau bisa menangani
telepon." Ia berpaling
pada Tessio. "Telepon itu memberitahukan apa yang kuperlukan." Ia berpaling memandang
Michael. "Ada yang mengkhianati Pop. Mungkin Clemenza, mungkin Paulie Gatto, yang sangat kebetulan
sakit hari ini. Aku sudah mengetahui jawabannya, sekarang mari kita lihat secerdas apa dirimu,
Mike, kau mahasiswa. Siapa yang menjual Pop pada Sollozzo?"
Michael duduk lagi dan dengan santai menyandar ke kursi berlapis kulit. Ia
memikirkan segalanya dengan cermat. Clemenza caporegime dalam struktur Keluarga Corleone. Don
Corleone menjadikan dirinya jutawan dan mereka bersahabat karib selama lebih dari dua puluh tahun.
Ia menduduki salah satu jabatan yang paling berkuasa dalam organisasi. Apa keuntungan yang bisa
diperoleh Clemenza dengan mengkhianati Don" Uang lebih banyak" Ia sudah cukup kaya, tapi manusia
selamanya memang serakah. Kekuasaan yang lebih besar" Pembalasan dendam karena merasa
dihina atau diremehkan" Karena Hagen dijadikan consigliori" Atau mungkin keyakinan sebagai
pengusaha bahwa Sollozzo akan menang" Tidak, Clemenza tidak mungkin berkhianat, lalu Michael
berpikir dengan sedih bahwa hal itu mustahil karena ia tidak menginginkan Clemenza mati. Pria
gendut itu selalu membelikan dirinya hadiah saat ia tumbuh dewasa, dan terkadang mengajaknya pergi
kalau Don terlalu sibuk. Ia tidak bisa percaya Clemenza berkhianat.
Tapi, di sisi lain, Sollozzo akan ingin menguasai Clemenza lebih daripada orang
lain mana pun dalam Keluarga Corleone. Michael memikirkan Paulie Gatto. Paulie sekarang belum kaya. Ia dianggap baik,
peningkatannya dalam organisasi berjalan pasti, tapi ia harus menjalani masa kerja tertentu
seperti setiap orang lain. Ia
juga memiliki impian tentang kekuasaan yang lebih besar, seperti yang dilakukan
anak muda pada umumnya. Pasti Paulie orangnya. Lalu Michael teringat bahwa Paulie
teman sekelasnya di kelas enam dan ia juga tidak menginginkan Paulie sebagai si pengkhianat.
Ia menggeleng. "Tidak seorang pun di antara mereka," katanya. Tapi ia mengatakan
begitu hanya karena Sonny mengaku telah memiliki jawabannya. Seandainya saat itu merupakan
pemungutan suara, ia akan memilih Paulie sebagai orang yang bersalah.
Sonny tersenyum padanya. "Jangan khawatir," katanya. "Clemenza oke. Paulie
pengkhianatnya." Michael bisa melihat Tessio merasa lega. Sebagai sesama caporegime, ia pasti
bersimpati pada Clemenza. Selain itu, keadaan sekarang tidaklah terlalu berbahaya kalau
pengkhianatannya tak dilakukan orang yang berkedudukan tinggi. Tessio berkata hati-hati, "Kalau
begitu, aku bisa memerintahkan anak buahku pulang besok pagi?"
Sonny menjawab, "Lusa. Aku tidak ingin ada yang mengetahui hal ini sebelum lusa.
Dengar, ada masalah keluarga yang ingin kubicarakan dengan adikku, secara pribadi. Kau bisa
menunggu di ruang duduk" Kita bisa menyelesaikan daftarnya nanti. Kau dan Clemenza akan
membereskannya bersama."(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
"Baik," kata Tessio. Ia keluar.
"Bagaimana kau bisa mengetahui dengan pasti Paulie pelakunya?" tanya Michael.
Sonny berkata, "Kita memiliki orang di perusahaan telepon dan mereka melacak
semua hubungan telepon Paulie baik yang keluar maupun masuk. Juga. telepon Clemenza. Tiga hari
sewaktu Paulie sakit bulan ini, ia mendapat telepon dari telepon umum di seberang kantor Pop.
Hari ini juga. Mereka mengecek apakah Paulie yang turun atau orang lain yang dikirim untuk
menggantikan dirinya. Atau
untuk alasan lain. Tidak penting.* Sonny mengangkat bahu. "Syukurlah Paulie pengkhianatnya.
Kita sangat membutuhkan Clemenza."
Michael bertanya ragu-ragu, "Ini akan menjadi perang habis-habisan?"
Sonny menatap tajam. "Begitulah tindakanku sesudah Tom pulang. Sebelum Pop
memberikan perintah untuk bertindak lain padaku."
Michael bertanya, "Kenapa kau tidak menunggu hingga Pop bisa mengatakannya
padamu?" Sonny menatapnya dengan pandangan menyelidik. "Bagaimana kau bisa mendapatkan
medali pertempuran itu" Kita di bawah todongan senjata, man, kita harus bertempur. Aku
hanya khawatir mereka tidak bersedia membebaskan Tom." Michael terkejut mendengarnya. "Kenapa?"
Sekali lagi suara Sonny terdengar sabar. "Mereka menculik Tom karena menurut perhitungan
mereka Pop tewas dan mereka bisa membuat persetujuan denganku, dan Tom akan menjadi perantara
pada tahap pendahuluan, membawa usulannya. Sekarang, karena Pop masih hidup, mereka
mengetahui aku tidak bisa membuat persetujuan dan dengan begitu Tom tidak berguna bagi mereka. Mereka
bisa membebaskannya atau menghabisinya, tergantung suasana hati Sollozzo. Kalau
mereka menghabisinya, itu hanya untuk menunjukkan pada kita bahwa mereka tidak mainmain dalam usaha menghabisi kita." Michael berkata tenang, "Apa yang menyebabkan Sollozzo mengira ia bisa membuat
persetujuan denganmu?" Wajah Sonny memerah dan sejenak ia tidak menjawab. Lalu ia berkata, "Kami
mengadakan pertemuan beberapa bulan yang lalu, Sollozzo datang menemui kita dengan usul
mengenai obat terlarang. Pop menolak. Tapi dalam pertemuan aku berbicara sedikit, menunjukkan
aku menginginkan (Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
bisnis itu. Tindakan yang salah; Pop sering menekankan padaku untuk tidak
bertindak seperu itu, membiarkan orang lain mengetahui ada perbedaan pendapat dalam Keluarga. Sollozzo
mendapat gagasan untuk menyingkirkan Pop, agar aku ikut dengannya dalam bisnis narkotika.
Sesudah Pop tidak ada, kekuatan Keluarga sedikitnya berkurang separo. Bagaimanapun, aku
harus berjuang untuk kelangsungan hidupku dan meneruskan semua usaha yang dikelola Pop. Narkotika
adalah barang masa depan, kita harus terjun ke sana. Dan percobaan pembunuhan terhadap Pop hanyalah
bisnis semata, bukan masalah pribadi. Untuk masalah bisnis aku akan bergabung dengannya. Tentu
saja ia tidak akan membiarkan diriku terlalu dekat, ia akan memastikan aku tidak bisa menjangkau
dirinya, untuk
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjaga segala kemungkinan. Tapi ia juga mengetahui bahwa begitu aku menerima
persetujuan, Keluarga-Keluarga lain tidak akan membiarkan aku memulai perang hanya untuk
membalas dendam beberapa tahun lagi. Selain itu, Keluarga Tattaglia mendukung Sollozzo."
"Seandainya mereka berhasil membunuh Pop, apa yang akan kaulakukan?" tanya Michael.
Sonny menjawab sangat santai, "Sollozzo pasti mati. Aku tidak peduli akibatnya.
Aku tidak peduli kita harus memerangi kelima keluarga di New York sekaligus. Keluarga Tattaglia
akan disapu bersih. Aku tidak peduli kita ikut binasa atau tidak."
Michael berkata dengan suara pelan, "Bukan begitu cara Pop melakukannya."
Sonny memberi isyarat yang menunjukkan kekerasan. "Aku tahu aku bukan seperti
Pop. Tapi akan kuberitahukan ini padamu dan Pop pasti juga akan mengatakannya. Saat tindakan
yang sebenarnya diperlukan, aku bisa beroperasi
sebaik siapa pun juga, dari jarak dekat. Sollozzo juga mengetahuinya, begitu
pula Clemenza dan Tessio. Aku sudah membuktikan diri sewaktu masih berusia sembilan belas tahun,
saat terakhir kali Keluarga melancarkan perang, dan aku merupakan bantuan besar bagi Pop. Jadi aku
tidak khawatir sekarang. Dan keluarga kita memiliki semua yang dibutuhkan untuk masalah seperti
ini. Aku hanya menyayangkan terputusnya hubungan kita dengan Luca."
Michael bertanya dengan penasaran, "Apa Luca begitu tangguh, seperti yang
dikatakan orang" Benarkah ia sebaik itu?"
Sonny mengangguk. "Ia memiliki kelas tersendiri. Aku akan memerintahkannya
mengejar tiga Tattaglia. Aku sendiri yang akan membereskan Sollozzo."
Michael duduk gelisah di kursinya. Ia memandang kakaknya. Ia ingat Sonny
terkadang brutal, tapi pada dasarnya ia baik hati. Rasanya tidak wajar mendengarnya berbicara seperti
ini. Michael merinding melihatnya mendaftar nama-nama orang yang akan dieksekusinya, seakan
ia Kaisar Romawi yang baru saja dinobatkan. Ia bersyukur karena tidak benar-benar terlibat
dalam semua ini, bahwa ayahnya masih hidup dan ia tidak harus melibatkan diri dalam pembalasan
dendam. Ia akan membantu, menjawab telepon, disuruh ke sana kemari untuk menyampaikan pesan.
Sonny dan ayahnya mampu menjaga diri, terutama dengan adanya Luca di belakang mereka.
Pada saat itu mereka mendengar wanita menjerit di ruang duduk. Ya Tuhan, pikir
Michael, kedengarannya seperti suara istri Tom. Ia menghambur ke pintu dan membukanya.
Setiap orang di ruang duduk berdiri. Dan di dekat sofa, Tom Hagen memeluk Theresa erat-erat,
wajahnya menunjukkan perasaan malu. Theresa menangis tersedu-sedu, dan
Michael menyadari jeritan yang didengarnya tadi adalah seruan Theresa memanggil
nama suaminya dengan gembira. Sementara ia memerhatikan, Tom Hagen melepaskan pelukan istrinya
dan mendudukkan wanita itu ke sofa. Ia tersenyum pada Michael dengan wajah muram.
"Senang bertemu denganmu, Mike, benar-benar menyenangkan." Ia berjalan ke kantor tanpa berpaling
lagi pada istrinya yang masih terisak-isak. Tidak sia-sia ia hidup bersama Keluarga Corleone selama
sepuluh tahun, pikir Michael dengan kebanggaan yang aneh. Beberapa sifat ayahnya menurun pada
Tom, seperti pada Sonny, dan, dengan heran ia berpikir, bahkan pada dirinya sendiri.
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
Bab 5 Waktu menunjukkan hampir pukul empat pagi sewaktu mereka semua duduk di ruang
kantor di sudutSonny, Michael, Tom Hagen, Clemenza, dan Tessio. Theresa Hagen berhasil
dibujuk untuk pulang ke rumahnya sendiri di sebelah. Paulie Gatto masih menunggu di ruang
duduk, tidak mengetahui anak buah Tessio telah diperintahkan untuk tak membiarkannya lepas
dari pandangan mereka. Tom Hagen menyampaikan kesepakatan yang ditawarkan Sollozzo. Ia bercerita bahwa
setelah mengetahui Don masih hidup, jelas sekali Sollozzo berniat membunuh Hagen. Hagen
tersenyum. "Kalau aku pernah memohon pada Mahkamah Agung, aku tidak pernah memohon dengan
cara yang lebih meyakinkan daripada yang kulakukan pada Turki keparat itu malam ini.
Kukatakan padanya aku akan membujuk Keluarga untuk terjun ke dalam bisnisnya walaupun Don masih hidup.
Kukatakan padanya aku bisa menundukkan dirimu dengan mudah, Sonny. Bagaimana kita
bersahabat ketika masih kanak-kanak; dan jangan marah, aku berhasil membuatnya mengira kau tidak
begitu menyesal telah merebut bisnis ayahmu, semoga Tuhan mengampuni diriku."
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
Ia tersenyum meminta maaf pada Sonny, yang memberi isyarat yang menyatakan ia
paham, ia tidak keberatan. Michael, yang menyandar di kursi berlengan dengan telepon di tangan kanan,
memerhatikan kedua pria itu. Sewaktu Hagen masuk ke ruangan, Sonny bergegas menyambut dan
memeluknya. Michael menyadari dengan sedikit iri bahwa dalam banyak hal hubungan Sonny dengan Tom
Hagen lebih dekat daripada hubungannya dengan kakaknya sendiri.
"Mari kita membicarakan permasalahannya," kata Michael, "Freddie harus hadir."
Sonny berkata muram, "Freddie tidak ada gunanya bagi kita. Dokter mengatakan ia
begitu terguncang hingga harus istirahat total. Aku tidak mengerti. Freddie selama ini tangguh.
Kurasa melihat Pop ditembak berakibat sangat berat pada dirinya, sebab selama ini ia menganggap Don
itu Tuhan. Ia tidak seperti kau dan aku, Mike."
Hagen tergesa-gesa berkata, "Oke, kita lupakan saja Freddie. Jangan libatkan ia
dalam segala hal, sama sekali. Nah, Sonny, sebelum semua ini berakhir, kurasa kau harus tetap
tinggal di rumah. Maksudku, jangan sekali-kali meninggalkan rumah. Kau aman di sini. Jangan
meremehkan Sollozzo, ia pasti pezzonovante, kaliber .90 yang sebenarnya. Rumah sakit sudah dijaga?"
Sonny mengangguk. "Polisi menguncinya dan anak buahku menunggui Pop sepanjang
waktu. Bagaimana pendapatmu mengenai daftar ini, Tom?"
Hagen mengernyit sambil menunduk memandang daftar nama itu. "Ya Tuhan, Sonny,
kau benar-benar menganggap semua ini masalah pribadi. Don akan menganggap masalah ini sematamata perselisihan bisnis. Sollozzo kuncinya. Singkirkan Sollozzo, maka yang lain akan mengikuti.
Kau tidak perlu memburu Keluarga Tattaglia."
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
Sonny memandang kedua caporegime. Tessio mengangkat bahu. "Sulit," katanya.
Clemenza sama sekali tidak menjawab. Sonny berkata pada Clemenza, "Ada satu hal yang bisa kita bereskan tanpa
membicarakannya. Aku tidak ingin Paulie ada di sini lagi. Jadikan itu yang pertama dalam daftarmu."
Si caporegime gendut mengangguk. Hagen bertanya, "Bagaimana dengan Luca" Sollozzo tampak tidak meresahkan Luca.
Itu membuatku gelisah. Kalau Luca menjual kita, kita benar-benar dalam kesulitan. Itulah
masalah pertama yang harus kita ketahui. Ada yang bisa menghubungi dirinya?"
"Tidak ada," jawab Sonny. "Aku sudah meneleponnya sepanjang malam. Mungkin ia
menginap entah di mana." "Tidak," kata Hagen. "Ia tidak pernah tidur dengan pelacur. Ia selalu pulang
sesudah selesai. Mike, terus hubungi nomornya hingga kau mendapat jawaban." Michael dengan patuh
mengangkat telepon dan memutar nomornya. Ia bisa mendengar telepon berdering di ujung sana, tapi
tidak seorang pun menerimanya Akhirnya ia meletakkan telepon. "Terus coba lima belas menit
sekali," kata Hagen.
Sonny berkata tidak sabar, "Oke, Tom, kau consigliori, apa pendapatmu" Menurutmu
apa yang harus kita lakukan?" Hagen mengambil botol wiski di meja. "Kita berunding dengan Sollozzo hingga
ayahmu pulih dan bisa mengambil alih pimpinan. Kita mungkin menerima persetujuan kalau terpaksa.
Sesudah ayahmu turun dari ranjang, ia bisa menyelesaikan seluruh masalah tanpa keributan dan
seluruh keluarga akan mengikutinya." Sonny berkata marah, "Menurutmu aku tidak bisa membereskan Sollozzo?"
Tom Hagen menatap lurus matanya. "Sonny, kau bisa mengalahkannya. Keluarga
Corleone memiliki kekuatan. Kau (Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
memiliki Tessio dan Clemenza dan mereka bisa mengerahkan seribu orang kalau
sampai terjadi perang habis-habisan. Tapi pada akhirnya kita semua akan menjadi keluarga yang
berantakan di Pantai Timur dan keluarga-keluarga lain akan menimpakan kesalahan pada Keluarga
Corleone. Kita akan mendapat banyak musuh. Dan itu yang tidak disukai ayahmu."
Michael, sambil mengawasi Sonny, merasa abangnya itu menerima pendapat tersebut.
Tapi kemudian Sonny berkata pada Hagen, "Bagaimana kalau Pop meninggal, bagaimana saranmu
dalam hal itu, Consigliori?" Hagen berkata pelan, "Aku tahu kau tidak akan melakukannya, tapi menurutku
sebaiknya kau mengadakan persetujuan yang sesungguhnya dengan Sollozzo mengenai narkotika.
Tanpa kontak politik dan pengaruh pribadi ayahmu, Keluarga Corleone kehilangan separo
kekuatan. Tanpa ayahmu, Keluarga-Keluarga New York lain akan mendukung Keluarga Tattaglia dan Sollozzo
hanya untuk memastikan tidak terjadi perang berkepanjangan yang menghancurkan. Kalau ayahmu
meninggal, buat perjanjian. Sesudah itu tunggu dan lihat perkembangannya."
Wajah Sonny memucat karena marah. "Mudah bagimu mengatakan begitu, sebab bukan
ayahmu yang mereka bunuh." Hagen berkata cepat dan penuh kebanggaan, "Aku bagai anak baginya, sama seperti
dirimu dan Mike, mungkin lebih dari itu. Kuberi kau pandangan profesional. Secara pribadi, aku
sendiri ingin menghabisi semua keparat itu." Emosi dalam suara Hagen menyebabkan Sonny merasa
malu. Ia berkata, "Ya Tuhan, Tom, bukan itu yang kumaksud." Tapi sebenarnya memang itu
yang dimaksudnya. Darah adalah darah dan tidak ada yang bisa disetarakan dengannya.
Sonny cemberut sejenak sementara yang lain menunggu
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
dengan perasaan malu. Kemudian ia menghela napas dan berkata pelan, "Oke, kita
akan menunggu sampai Pop bisa memimpin kita kembali. Tapi, Tom, kuminta kau juga tetap tinggal
dalam kompleks. Jangan mengambil risiko apa pun. Mike, kau harus hati-hati, walau kurasa
Sollozzo sekalipun tidak akan membawa Keluarga ke dalam perang. Pasti setiap orang akan menentangnya
kalau begitu. Tessio, tahan anak buahmu sebagai cadangan tapi perintahkan mereka menyelidiki
sekeliling kota. Clemenza, sesudah kaubereskan masalah Paulie Gatto, pindahkan anak buahmu ke
rumah dan kompleks untuk menggantikan anak buah Tessio. Tessio, anak buahmu biar tetap
menjaga rumah sakit. Tom, mulailah berunding dengan Sollozzo dan Keluarga Tattaglia melalui
telepon atau utusan besok pagi-pagi sekali. Mike, besok ajak dua anak buah Clemenza dan pergilah ke
rumah Luca, tunggu sampai ia muncul atau temukan di mana ia berada. Keparat gila itu mungkin sedang
memburu Sollozzo sekarang ini, kalau ia sudah mendengar beritanya. Aku tidak percaya ia
bisa mengkhianati Don, tidak peduli apa pun yang ditawarkan si Turki."
Hagen berkata enggan, "Mungkin Mike tidak boleh dilibatkan selangsung itu dalam
masalah ini." "Benar, kata Sonny. "Lupakan saja, Mike. Lagi pula aku membutuhkan bantuanmu
menjaga telepon di sini di rumah. Itu lebih penting."
Michael tidak mengatakan apa-apa. Ia merasa canggung, nyaris malu. Ia menyadari
Clemenza dan Tessio begitu menjaga wajah masing-masing agar tetap pasif hingga ia yakin
mereka menyembunyikan kebencian. Ia mengangkat telepon dan memutar nomor Luca Brasi,
dan terus menempelkan gagang telepon di telinga sementara telepon di ujung sana terus
berdering. (Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
Bab 6 Peter Clemenza tidak bisa tidur nyenyak malam itu. Keesokan harinya ia terjaga
pagi-pagi sekali dan membuat sendiri sarapan yang terdiri atas segelas grappa, sesayat tebal salami
Genoa dengan sepotong roti Italia segar, yang masih diantarkan ke rumahnya seperti masa lalu. Lalu ia
minum kopi panas, yang dicampur sedikit anisette, dalam cangkir porselen besar. Tapi sambil
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkeliaran di dalam rumah
mengenakan mantel mandi tua dan sandal beludru merah, ia merenungkan pekerjaan
yang harus diselesaikannya hari ini. Semalam Sonny Corleone menyatakan dengan sangat jelas
bahwa Paulie Gatto harus segera dibereskan. Ia harus melakukannya hari ini.
Clemenza risau. Bukan karena Gatto anak didiknya dan telah berkhianat. Itu tidak
termasuk dalam perhitungannya sebagai caporegime yang baik. Bagaimanapun juga, latar belakang
Paulie sempurna. Ia berasal dari keluarga Sisilia, tumbuh di lingkungan yang sama seperti anakanak Corleone, bahkan satu sekolah dengan salah seorang putra Corleone. Paulie dibesarkan melalui
setiap tingkat dengan cara yang semestinya. Ia diuji dan terbukti tidak memiliki kekurangan apa pun.
Dan setelah membuktikan diri, ia mendapat kehidupan
149 yang baik dari Keluarga, persentase dari penjualan kupon lotre East Side, dan
mendapat bayaran dari serikat buruh. Tadinya Clemenza tidak menyadari Paulie Gatto menambah
penghasilannya dengan penodongan freelance, yang sangat bertentangan dengan aturan Keluarga, tapi
tindakan ini pun menunjukkan mutu dirinya. Pelanggaran peraturan seperti itu dipandang sebagai
tingginya semangat, seperti yang diperlihatkan kuda pacuan yang bagus saat menyentak-nyentak
kekangnya. Dan Paulie tidak pernah menimbulkan masalah dengan aksi penodongannya. Aksinya
selalu direncanakan dengan cermat dan dilakukan dengan sesedikit mungkin keributan
serta kesulitan, tanpa ada yang terluka: pembayaran dari perusahaan pakaian jadi di Manhattan sebesar
tiga ribu dolar, pembayaran dari pabrik porselen kecil di Brooklyn. Bagaimanapun juga, anak muda
selalu membutuhkan sedikit uang saku tambahan. Semua itu sesuai pola. Siapa yang dapat
meramalkan Paulie Gatto bisa berubah menjadi pengkhianat"
Yang memusingkan Peter Clemenza pagi itu adalah masalah administratif.
Pelaksanaan hukuman mati bagi Gatto merupakan tugas yang sudah jelas. Yang menjadi masalah, caporegime
mana yang bisa diangkat untuk menggantikan posisi Gatto dalam Keluarga" Langkah itu merupakan
promosi penting, dan tidak mudah menggantikan seseorang yang berkedudukan sepenting itu.
Penggantinya harus tangguh juga cerdik. Ia harus aman, bukan orang yang akan membuka mulut pada
polisi kalau mendapat kesulitan, orang yang benar-benar mematuhi hukum omerta, hukum tutup
mulut. Lalu, apa yang akan diterimanya untuk tugas baru ini" Clemenza sudah beberapa kali
berbicara dengan Don tentang imbalan yang lebih baik bagi orang-orang
kunci yang berada di garis depan kalau ada masalah, tapi Don menolak. Seandainya
mendapat uang lebih banyak, Paulie mungkin bisa menolak bujukan si Turki yang licik,
Sollozzo. Clemenza akhirnya berhasil memperkecil daftar calonnya menjadi tiga orang. Yang
pertama adalah pelaksana yang bekerja sama dengan para bankir yang melayani orang-orang kulit
berwarna di Harlem, pria tinggi besar dengan tenaga fisik yang luar biasa, orang yang
memiliki pesona pribadi yang sangat besar dan mudah bergaul, tapi kalau perlu bisa menanamkan rasa takut
terhadap dirinya dalam diri orang lain. Clemenza mencoretnya dari daftar setelah mempertimbangkan
namanya selama setengah jam. Orang ini berhubungan terlalu baik dengan orang-orang kulit hitam,
yang menyiratkan cacat pada karakternya. Selain itu ia juga sulit digantikan dalam posisinya yang
sekarang. Nama kedua yang dipertimbangkan Clemenza dan nyaris dipilihnya adalah pekerja
keras yang mengabdi dengan setia dan baik pada organisasi. Orang ini penagih utang macet
bagi lintah darat yang memiliki izin dari Keluarga di Manhattan. Ia memulai kariernya sebagai pesuruh
penjual kupon lotre. Tapi ia belum siap untuk mendapatkan promosi setinggi itu.
Akhirnya ia menetapkan pilihan pada Rocco Lampone. Lampone belum lama bekerja,
tapi prestasinya selama magang di Keluarga mengesankan. Ia terluka dalam perang di Afrika dan
dibebastugaskan pada tahun 1943. Karena kekurangan anak muda, Clemenza mengambilnya sekalipun
Lampone agak cacat karena luka-lukanya dan timpang. Clemenza menggunakan dirinya sebagai
kontak pasar gelap di pusat industri pakaian jadi dan dengan karyawan pemerintah yang mengontrol kartu
makanan OPA. Dari sana (Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
Lampone ditingkatkan menjadi ahli mengatasi masalah bagi seluruh operasi. Yang
disukai Clemenza pada dirinya adalah penilaiannya yang baik. Ia tahu tidak ada gunanya bersikap
keras mengenai sesuatu yang hanya mengakibatkan denda besar atau hukuman penjara enam bulan,
harga murah yang harus dibayarkan untuk keuntungan yang akan diterima. Ia memiliki indra yang
bagus untuk mengetahui kapan harus menggunakan ancaman berat dan kapan harus menggunakan
ancaman ringan. Ia menangani seluruh operasi tanpa menonjolkan diri, dan memang tepat seperti
itulah yang dibutuhkan. Clemenza merasakan kelegaan sebagai administrator bijaksana yang berhasil
memecahkan masalah personalia rumit. Ya, Rocco Lampone-lah yang dipilihnya membantu dirinya. Sebab
Clemenza merencanakan menangani pekerjaan ini sendiri, bukan hanya untuk membantu orang
baru yang tidak berpengalaman untuk membuktikan diri, tapi juga untuk menyelesaikan masalah
pribadi dengan Paulie Gatto. Selama ini Paulie Gatto anak asuhnya. Ia menaikkan pangkat Paulie
melebihi banyak pimpinan lain yang lebih layak dipromosikan dan lebih setia, dan ia membantu
Paulie membuktikan diri dan meningkatkan kariernya dalam segala hal. Paulie bukan hanya
mengkhianati Keluarga, tapi
juga mengkhianati padrone-nya, Peter Clemenza. Kurangnya rasa hormat ini harus
diganjar. Segalanya sudah diatur. Paulie Gatto diperintahkan menjemputnya pukul tiga sore,
dan dengan mobilnya sendiri, jangan menggunakan mobil yag menarik perhatian. Sekarang
Clemenza meraih telepon dan menghubungi Rocco Lampone. Ia tidak mengatakan siapa dirinya. Ia
hanya berkata, "Datanglah ke rumahku, ada tugas untukmu." Ia merasa puas ketika menyadari bahwa
sekalipun hari masih pagi, suara Lampone tidak terdengar heran atau diberati
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
kantuk. Lampone hanya berkata, "Oke." Orang yang baik. Clemenza menambahkan,
"Tidak perlu tergesa-gesa, sarapan dan makan siang dulu sebelum menemuiku. Tapi jangan lebih
dari pukul dua siang." Ada jawaban oke yang singkat sekali lagi dari ujung seberang dan Clemenza
meletakkan telepon. Ia telah mengingatkan anak buahnya untuk menggantikan orang-orang caporegime Tessio
di kompleks Corleone, jadi masalah itu sudah beres. Ia memiliki bawahan yang cakap dalam
bekerja dan tidak pernah mencampuri operasi mekanis seperti ini.
Ia memutuskan mencuci mobil Cadillac-nya. Ia sangat menyayangi mobil itu. Mobil
itu memberinya rasa aman dan tenang dalam berkendara, dan bagian interiornya begitu mewah
hingga ia terkadang duduk di dalamnya selama satu jam sewaktu cuaca cerah karena lebih menyenangkan
daripada duduk di dalam rumah. Dan mobil itu selalu membantunya berpikir saat ia merawatnya. Ia
ingat ayahnya di Italia juga berbuat begitu dengan keledainya.
Clemenza bekerja dalam garasi yang diberi pemanas ruangan, ia membenci hawa
dingin. Ia memikirkan kembali rencananya. Orang harus berhati-hati kalau menghadapi Paulie,
ia seperti tikus, mampu mengendus bahaya. Dan sekarang, tentu saja, walaupun begitu tangguh, ia
akan terkencingkencing di celana karena Pak Tua masih hidup. Ia akan gelisah
seperti keledai yang pantarnya digigit
semut. Tapi Clemenza telah terbiasa menghadapi keadaan seperti itu, yang tidak
aneh dalam pekerjaannya. Mula-mula, ia harus memiliki alasan yang tepat untuk menjelaskan
kenapa Rocco ikut bersama mereka. Lalu ia harus memiliki misi yang masuk akal untuk diselesaikan
mereka bertiga. Tentu saja, bisa dipastikan hal itu tidak perlu. Paulie Gatto bisa dibunuh tanpa
semua kerepotan tersebut. Ia sudah terkurung, tidak bisa melarikan diri. Tapi Clemenza merasakan pentingnya
mempertahankan kebiasaan kerja yang baik dan tidak boleh memberi peluang pada kegagalan sedikit
pun. Orang tidak mengetahui apa yang mungkin terjadi, dan bagaimanapun juga ini masalah hidupmati. Sambil mencuci mobil Cadillac biru mudanya, Peter Clemenza memikirkan dan
melatih kalimat yang akan diucapkannya, ekspresi wajahnya. Ia harus bersikap ketus pada Paulie,
seakan tidak senang padanya. Menghadapi orang yang begitu peka dan mudah curiga seperti Gatto, sikap
itu akan menyebabkan ia kebingungan atau setidaknya menyebabkan ia tidak yakin. Sikap
ramah akan membuatnya curiga. Tapi tentu saja sikap ketusnya tidak boleh mengesankan
kemarahan yang terlalu besar. Sikapnya harus lebih menunjukkan kejengkelan yang tak disadari. Dan
kenapa Lampone" Paulie
pasti khawatir, terutama karena Lampone harus duduk di kursi belakang. Paulie
tidak suka merasa tidak berdaya di belakang kemudi sementara Lampone duduk di belakangnya.
Clemenza menggosok dan memoles tubuh mobil Cadillac sekuat-kuatnya. Ini sulit. Sangat sulit.
Sejenak ia berdebat sendiri
apakah akan merekrut orang lain, tapi memutuskan tidak melakukannya. Di sini ia
mengikuti pertimbangan akal sehat yang mendasar. Di tahun-tahun mendatang mungkin akan ada
situasi ketika lebih menguntungkan bagi salah satu partnernya untuk memberikan kesaksian yang
memberatkan dirinya. Kalau hanya ada satu kaki-tangan, yang dihadapi hanyalah kata-kata satu
orang terhadap orang lainnya. Tapi perkataan orang kedua yang membantu akan mengubah
keseimbangan. Tidak, mereka akan tetap berpedoman pada prosedur.
Yang mengganggu pikiran Clemenza adalah eksekusi itu harus dilakukan "di depan
umum". Artinya, mayatnya akan (Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
ditemukan. Ia lebih suka kalau mayatnya menghilang. (Tempat penguburan yang
biasa adalah laut yang tidak begitu jauh atau daerah rawa-rawa New Jersey di tanah milik sahabat
Keluarga atau dengan metode yang lebih rumit.) Tapi hukuman mati itu harus dilakukan di depan umum
agar calon-calon pengkhianat ketakutan dan musuh bisa diperingatkan bahwa Keluarga Corleone sama
sekali tidak berubah, menjadi bodoh atau lunak. Sollozzo harus dibuat gelisah oleh penemuan
mata-matanya yang begitu cepat. Keluarga Corleone akan merebut kembali gengsinya. Keluarga pasti
tampak bodoh dengan tertembaknya si Tua.
Clemenza menghela napas. Cadillac-nya telah mengilap seperti sebutir telur baja
biru, tapi ia belum juga berhasil memecahkan masalahnya. Lalu pemecahannya datang dengan sendirinya,
begitu logis dan langsung pada tujuan. Ini akan menjelaskan kenapa Lampone, ia sendiri, dan
Paulie harus pergi bersama-sama dan memberi mereka misi yang cukup rahasia dan penting.
Ia akan memberitahu Paulie bahwa tugas mereka hari ini adalah mencari apartemen
untuk berjagajaga seandainya Keluarga memutuskan "membuka kamar".
Setiap kali perang di antara Keluarga-Keluarga menghebat, pihak-pihak yang
bermusuhan akan mendirikan markas besar di apartemen yang dirahasiakan, tempat para "prajurit"
bisa tidur di kasur yang dibentangkan di lantai. Ini bukan untuk menghindarkan anak dan istri mereka
dari bahaya, sebab serangan terhadap keluarga yang tidak ikut bertempur tak pernah terpikirkan.
Semua pihak terlalu berisiko menghadapi pembalasan yang sama. Tapi selalu lebih cerdik untuk tinggal
di suatu tempat rahasia, di mana gerakan sehari-hari tidak bisa diamati lawan atau polisi yang
atas kemauannya sendiri memutuskan ikut campur.
Gatto mengangkat bahu. "Harus kupikirkan," katanya. Clemenza menggeram.
"Menyetirlah sambil berpikir, aku ingin tiba di New York hari ini."
Paulie pengemudi yang andal dan lalu lintas ke kota tidak begitu padat di sore
hari seperti sekarang, sehingga kegelapan awal musim dingin baru mulai turun saat mereka tiba. Tidak
ada basa-basi di dalam mobil. Clemenza memberikan petunjuk pada Paulie untuk mengarahkan mobil ke
daerah
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Washington Heights. Ia memeriksa beberapa gedung apartemen dan memerintahkan
Gatto memarkir mobil dekat Arthur Avenue dan menunggu. Ia juga meninggalkan Lampone di mobil.
Clemenza pergi ke restoran Vera Mario dan menyantap makan malam ringan yang terdiri atas daging
sapi dan salad, memberi salam dengan anggukan kepada beberapa kenalan. Setelah satu jam ia
berjalan kaki sejauh beberapa blok ke tempat mobil diparkir dan masuk. Gatto dan Lampone masih
menunggu. "Sialan,"
kata Clemenza. "Mereka memerintahkan kita kembali ke Long Beach. Ada tugas lain
untuk kita sekarang. Kata Sony, kita bisa menunda tugas ini. Rocco, kau tinggal di kota,
kau bisa kuturunkan di sini?" Rocco berkata lambat, "Mobilku ada di rumahmu dan istriku membutuhkannya pagipagi sekali." "Benar," kata Clemenza. "Kalau begitu kau terpaksa kembali bersama kami."
Sekali lagi dalam perjalanan kembali ke Long Beach tidak ada yang dibicarakan.
Di tengah perjalanan dari kota, Clemenza tiba-tiba berkata, "Paulie, tepikan mobilnya, aku mau buang
air kecil." Karena telah lama bekerja sama, Gatto mengetahui caporegime gendut ini memiliki kandung
kemih yang lemah. Ia sering mengajukan permintaan seperti itu. Gatto mengeluarkan mobil
dari jalan ke tanah lunak yang menuju rawa. Clemenza turun dari mobil dan masuk beberapa langkah ke semaksemak. Ia benar-benar buang air kecil. Lalu, saat membuka pintu mobil untuk masuk, ia
dengan cepat memandang ke kedua ujung jalan raya. Tidak ada cahaya apa pun, jalan gelap
gulita. "Lakukan," kata
Clemenza. Sedetik kemudian bagian dalam mobil bergetar oleh dentuman pistol.
Paulie Gatto seperti melompat ke depan, tubuhnya terempas ke roda kemudi, kemudian merosot di kursi.
Clemenza mundur dengan cepat agar tidak terkena serpihan tengkorak dan darah.
Rocco Lampone turun dari kursi belakang. Ia masih memegang pistol dan
melemparkannya ke rawa. Bersama Clemenza, ia melangkah tergesa-gesa ke mobil yang diparkir tidak jauh
dari sana dan masuk. Lampone mengulurkan tangan ke bawah kursi dan menemukan kunci yang sengaja
ditinggalkan untuk mereka. Ia menjalankan mobil dan mengantarkan Clemenza pulang. Kemudian,
bukannya mengambil jalan yang sama, ia menggunakan Jones Beach Causeway melalui kota Merrick dan
memasuki Meadowbrook Parkway hingga tiba di Northern State Parkway. Ia melajukan mobil
memasuki Long Island Expressway, lalu menyeberangi Whitestone Bridge, terus ke Bronx dan
ramahnya di Manhattan. (Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
Bab 7 Pada malam sebelum peristiwa penembakan Don Corleone, bawahannya yang paling
kuat, paling setia, dan paling ditakuti bersiap-siap menemui musuh. Luca Brasi mengadakan
kontak dengan anak buah Sollozzo beberapa bulan sebelumnya. Ia melakukannya atas perintah Don
Corleone sendiri. Ia melakukannya dengan sering mendatangi kelab malam yang dikendalikan Keluarga
Tattaglia dan bergaul dengan salah seorang gadis panggilan paling top di sana. Di tempat tidur
bersama gadis panggilan ini, ia menggerutu kariernya terhambat dalam Keluarga Corleone, betapa
keahliannya tidak dihargai. Setelah seminggu berhubungan dengan gadis panggilan itu, Luca didekati
Bruno Tattaglia, manajer kelab malam. Bruno putra termuda, dan diatur hingga seolah usahanya
tidak berhubungan dengan bisnis pelacuran Keluarga. Tapi kelab malamnya yang terkenal dengan
lantai dansa yang penuh wanita cantik sebenarnya merupakan tempat pendidikan akhir bagi banyak
pelacur di kota. Pertemuan pertama dilakukan secara terbuka, Tattaglia menawarkan pekerjaan
pelaksana dalam bisnis Keluarga kepadanya. Usaha membujuknya berlangsung terus hingga hampir sebulan.
Luca memainkan peran sebagai pria yang tengah mabuk kepayang pada gadis muda yang cantik, dan
Bruno Tattaglia memainkan peran sebagai pengusaha yang
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
berusaha merekrut eksekutif cakap dari perusahaan saingan. Pada salah satu
pertemuan itu, Luca berpura-pura terpengaruh, kemudian berkata, "Tapi satu hal harus dipahami. Aku
tidak akan mengkhianati Godfather. Don Corleone orang yang kuhormati. Aku mengerti ia harus
mendahulukan anak-anaknya dalam bisnis Keluarga."
Bruno Tattaglia salah satu anggota generasi baru dengan kebencian yang nyaris
tak tersembunyi pada Pete Kumis tua seperti Luca Brasi, Don Corleone, bahkan ayahnya sendiri. Ia
menunjukkannya dengan bersikap agak terlalu hormat. Sekarang ia berkata, "Ayahku tidak akan
mengharapkan kau mencelakakan keluarga Corleone. Buat apa" Semua orang sekarang baik pada satu
sama lain, tidak seperti zaman dulu. Ini hanya seperti kalau kau mencari pekerjaan baru, aku bisa
menyampaikan pesannya pada ayahku. Orang seperti dirimu selalu dibutuhkan dalam bisnis kami.
Ini bisnis yang berat dan membutuhkan orang yang tangguh agar bisa berjalan lancar. Beritahu aku
kalau kau sudah mengambil keputusan."
Luca mengangkat bahu. "Sebenarnya, keadaan di tempatku tidak begitu buruk." Dan
mereka menghentikan pembicaraan.
Tujuan utama Luca Brasi adalah meyakinkan Keluarga Tattaglia bahwa ia tahu
tentang operasi narkotika besar-besaran dan ingin mendapat bagian sebagai pekerja lepas. Dengan
cara itu ia mungkin bisa mendengar rencana Sollozzo kalau memang si Turki itu memiliki rencana, atau
apakah ia siap menantang Don Corleone berperang. Setelah menunggu selama dua bulan tanpa
kejadian apa pun, Luca melapor pada Don bahwa Sollozzo menerima kekalahannya dengan baik. Don
memerintahkan dirinya terus berusaha, tapi hanya sebagai sambilan, bukan lagi sebagai kegiatan
utama (Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
Luca Brasi singgah di kelab malam pada sore hari sebelum Don Corleone ditembak.
Hampir seketika Bruno Tattaglia mendatangi mejanya dan duduk.
"Ada temanku yang ingin bicara denganmu," katanya.
"Bawa ia kemari," kata Luca. "Aku akan bicara dengan siapa pun yang menjadi
temanmu." "Tidak," kata Bruno. "Ia ingin bertemu denganmu secara pribadi."
"Siapa orang itu?" tanya Luca.
"Hanya temanku," kata Bruno Tattaglia. "Ada yang ingin diusulkannya padamu. Kau
bisa bertemu dengannya nanti malam?"
"Tentu saja," jawab Luca. "Pukul berapa dan di mana?"
Tattaglia berkata dengan suara pelan, "Kelab tutup pukul empat pagi. Bagaimana
kalau kalian bertemu di sini saja sementara pelayan membersihkan tempat ini?"
Mereka mengetahui kebiasaanku, pikir Luca, mereka pasti sudah memeriksaku. Ia
biasanya bangun tidur sekitar pukul tiga atau empat sore dan sarapan, sesudah itu menghibur diri
dengan berjudi bersama teman-temannya dalam Keluarga atau main perempuan. Terkadang ia menonton
film tengah malam, kemudian mampir di salah satu kelab untuk minum. Ia tidak pernah tidur
sebelum fajar. Jadi saran untuk bertemu pada pukul empat pagi sama sekali tidak seaneh
kedengarannya. "Baik, baik," katanya. "Aku akan kembali pukul empat." Ia meninggalkan kelab dan
naik taksi ke kamarnya di Tenth Avenue. Ia menyewa kamar di rumah keluarga Italia kerabat
jauhnya. Kedua kamarnya terpisah dari bagian lain apartemen dekat rel kereta itu oleh pintu
khusus. Ia menyukai pengaturan tersebut karena memberinya kehidupan keluarga sekaligus perlindungan
terhadap kejutan di tempat ia paling lemah.
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
Si rubah Turki yang licik akan memperlihatkan ekornya yang berbulu tebal, pikir
Luca. Kalau perkembangannya sampai sejauh itu, kalau Sollozzo sendiri bertindak malam ini,
mungkin semuanya bisa digulung dan dibungkus seperti hadiah Natal bagi Don. Dalam kamarnya, Luca
membuka peti di bawah tempat tidur dan mengeluarkan rompi antipeluru. Benda itu berat. Ia
menanggalkan pakaian dan mengenakan rompi itu di atas pakaian dalam wol, lalu mengenakan kemeja dan
jas di atasnya. Sejenak terlintas dalam benaknya untuk menelepon rumah Don di Long Beach dan
memberitahukan perkembangan baru ini. Tapi ia mengetahui Don tidak pernah berbicara lewat
telepon, kepada siapa pun, dan Don telah memberinya tugas ini secara rahasiajadi ia tidak ingin siapa
pun, bahkan Hagen atau putra tertua Don, mengetahui tentang hal itu.
Luca selalu membawa pistol. Ia memiliki izin untuk membawanya, mungkin surat
izin kepemilikan senjata api paling mahal yang pernah dikeluarkan di mana pun, kapan pun. Total
biaya yang harus dikeluarkan sepuluh ribu dolar, tapi akan mencegahnya masuk ke penjara kalau ia
ditangkap polisi. Sebagai pejabat top operasi eksekutif Keluarga, ia layak memiliki surat izin.
Tapi malam itu, dengan adanya kemungkinan ia bisa menuntaskan pekerjaan, ia menginginkan pistol yang
"aman". Pistol yang
tidak mungkin dilacak kepemilikannya. Tapi setelah memikirkan lagi masalah itu,
ia memutuskan hanya akan mendengarkan usul yang disampaikan padanya malam ini dan melapor
kembali pada Godfather, Don Corleone. Ia kembali ke kelab tapi tidak minum lagi. Ia malah keluyuran ke 48th Street,
tempat ia makan malam dengan santai di Patsy's, rumah makan Italia yang paling disukainya. Setelah
tiba waktu untuk janji pertemuan, ia kembali ke (Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
kelab. Penjaga pintu sudah tidak ada ketika ia masuk. Gadis bagian penitipan
topi telah pulang. Hanya Bruno Tattaglia yang menunggu untuk menyambutnya dan mengantarkannya ke bar
kosong di sisi ruangan. Di hadapannya ia bisa melihat meja-meja kecil yang sudah ditinggalkan
dan lantai dansa kayu berwarna kuning yang dipoles mengilap seperti intan di tengah ruangan. Di
tempat yang gelap ada panggung musik yang kosong, dan di sana terdapat tiang besi tempat mikrofon.
Luca duduk di bar dan Bruno Tattaglia pergi ke belakang. Luca menolak minuman
yang ditawarkan padanya dan menyalakan rokok. Mungkin ada yang lain yang akan muncul, bukan si
Turki. Tapi lalu ia melihat Sollozzo keluar dari kegelapan di ujung seberang ruangan.
Sollozzo menjabat tangannya dan duduk di bar di sisinya. Tattaglia meletakkan
gelas di depan si Turki, yang mengangguk sebagai ucapan terima kasih. "Kau tahu aku siapa?" tanya
Sollozzo. Luca menggangguk. Ia tersenyum muram. Tikus-tikus sudah digusur dari lubangnya.
Ia akan senang kalau bisa membereskan berandalan Sisilia ini.
"Kau tahu apa yang akan kuminta darimu?" tanya Sollozzo.
Luca menggeleng. "Ada bisnis besar yang akan ditangani," kata Sollozzo. "Yang kumaksud uang
jutaan bagi setiap orang di tingkat atas. Pada pengiriman pertama aku bisa menjamin lima
Ipuluh ribu dolar sebagai bagianmu. Aku berbicara tentang narkotika. Itu barang
masa depan." Luca bertanya, "Mengapa menemui aku" Kau ingin aku membicarakannya dengan Don?"
Sollozzo menyeringai. "Aku sudah berbicara dengan Don.
164 Ia tidak ingin ikut ambil bagian. Baiklah, aku bisa jalan sendiri tanpa dia.
Tapi aku memerlukan seseorang yang kuat untuk melindungi operasi secara fisik. Aku tahu kau tidak
bahagia dengan Keluargamu, mungkin kau ingin pindah."
Luca mengangkat bahu. "Kalau tawarannya cukup baik."
Sollozzo dari tadi mengawasinya dengan cermat dan tampaknya telah mengambil
keputusan. "Pikirkan tawaranku selama beberapa hari dan sesudah itu kita bicara lagi,"
katanya. Ia mengulurkan tangan, tapi Luca pura-pura tidak melihat dan sibuk menaruh rokok di mulut. Di
belakang bar, Bruno Tattaglia tiba-tiba mengeluarkan korek api dan mendekatkan benda itu ke rokok
Luca. Kemudian ia melakukan hal yang aneh. Ia menjatuhkan korek api ke bar dan menangkap tangan
kanan Luca, memeganginya erat-erat. Luca langsung bereaksi, tubuhnya merosot dari kursi bulat dan menggeliat
berusaha membebaskan diri. Tapi Sollozzo menangkap pergelangan tangan yang satunya. Sekalipun begitu
Luca masih terlalu berat bagi mereka berdua dan ia hampir berhasil melepaskan diri kalau saja tidak
muncul seorang pria dari kegelapan di belakangnya dan membelitkan seutas tali tipis sehalus sutra
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pada lehernya. Tali itu ditarik kencang, mencekik jalan pernapasan Luca. Muka Luca jadi ungu, kekuatan
pada lengannya lenyap. Tattaglia dan Sollozzo kini bisa memegangi tangannya dengan mudah, dan
mereka berdiri di situ seperti anak-anak sementara pria di belakang Luca menarik tali yang
melingkari leher Luca semakin erat. Tiba-tiba lantai menjadi basah dan licin. Dubur Luca, tidak bisa
dikendalikan lagi, membuka, dan isi perutnya keluar berceceran. Tidak ada kekuatan lagi pada
dirinya dan kakinya terlipat, tubuhnya lemas. Sollozzo dan Tattaglia melepaskan tangannya dan hanya
si pencekik 165 yang terus bersama korban, berlutut untuk mengikuti tubuh Luca yang merosot,
menarik tali begitu kuat sampai menembus daging lehernya dan tidak kelihatan lagi. Mata Luca
menggembung di kepalanya dalam keheranan yang sangat
besar, keheranan inilah satu-satunya pertanda manusiawi
yang masih tersisa pada dirinya. Ia pun tewas. "Aku tidak ingin ia ditemukan,"
kata Sollozzo. "Penting
sekali agar ia tidak ditemukan sekarang ini." Ia berbalik dan
pergi, menghilang kembali dalam kegelapan.
Bab 8 Sehari sesudah penembakan Don Corleone merupakan saat-saat yang sibuk bagi
Keluarga. Michael terus menunggui telepon dan meneruskan berita kepada Sonny. Tom Hagen sibuk
berusaha menemukan penengah yang memuaskan bagi kedua belah pihak agar perundingan dengan
Sollozzo bisa dilaksanakan. Si Turki tiba-tiba sulit dihubungi, mungkin ia mengetahui
orang-orang kunci Keluarga, Clemenza dan Tessio, menjelajahi seluruh kota dalam usaha menemukan
jejaknya. Tapi Sollozzo tidak pernah jauh dari tempat persembunyiannya, seperti juga semua
anggota puncak Keluarga Tattaglia. Sonny telah menduga hal ini, tindakan kewaspadaan mendasar
yang diketahuinya akan diambil musuh. Clemenza sibuk dengan Paulie Gatto. Tessio ditugaskan melacak keberadaan Luca
Brasi. Luca belum pulang ke rumahnya sejak malam sebelum penembakan, pertanda buruk. Tapi Sonny
tidak percaya Brasi bisa berkhianat atau disergap tiba-tiba.
Mama Corleone tinggal di kota bersama teman-teman Keluarga, jadi tidak harus
menempuh perjalanan jauh ke rumah sakit. Carlo Rizzi, menantunya, menawarkan jasa
tapi diperintahkan menangani bisnisnya sendiri, bisnis pemberian Don Corleone
padanya, di daerah penjualan lotre yang makmur di kawasan Italia Manhattan. Connie tinggal bersama
ibunya di kota agar ia juga bisa mengunjungi ayahnya di rumah sakit.
Freddie masih berada di bawah pengaruh obat bius di kamarnya sendiri di rumah
ayahnya. Sonny dan Michael baru saja menjenguknya dan terkejut melihat wajahnya yang pucat, yang
menunjukkan Freddie benar-benar sakit. "Ya Tuhan," kata Sonny pada Michael setelah mereka
meninggalkan kamar Freddie, "keadaannya lebih buruk daripada Pop."
Michael mengangkat bahu. Ia pernah melihat prajurit yang sama keadaannya di
medan tempur. Tapi ia tidak pernah menduga Freddie akan mengalaminya. Ia ingat secara fisik kakaknya
ini yang paling tangguh dalam keluarga sewaktu mereka masih kecil. Tapi ia juga anak yang paling
patuh pada ayahnya Walau begitu semua orang mengetahui Don menganggap putra keduanya ini
tidak cocok bagi bisnis. Freddie tidak cukup cerdas, juga tidak cukup kejam. Freddie terlalu
pasrah, tidak memiliki cukup semangat. Menjelang senja hari itu, Michael mendapat telepon dari Johnny Fontane di
Hollywood. Sonny mengambil alih telepon. "Tidak, Johnny, tidak usah kemari untuk menjenguk Pop.
Ia terlalu sakit dan tindakan itu akan menjadi publikasi yang buruk bagimu. Dan aku tahu Pop tidak
akan senang karenanya. Tunggulah hingga ia lebih sehat dan kami bisa membawanya pulang ke
rumah. Sesudah itu jenguklah dia. Oke, akan kusampaikan salam hormatmu." Sonny meletakkan telepon.
Lalu ia berpaling pada Michael dan berkata, "Itu akan membuat Pop bahagia, bahwa Johnny
ingin terbang dari California untuk melihatnya." Malam hari itu juga Michael dipanggil ke telepon
yang 168 terdaftar di dapur oleh salah seorang anak buah Clemenza. Kay yang menelepon.
"Ayahmu baik-baik saja?" tanya Kay. Suaranya agak tegang, agak tidak wajar.
Michael mengetahui Kay belum memercayai sepenuhnya apa yang terjadi, bahwa ayahnya benar-benar apa
yang disebut koran-koran sebagai gangster.
"Ia akan sembuh," kata Michael.
"Boleh aku ikut denganmu kalau kau menjenguknya di rumah sakit?" tanya Kay.
Michael tertawa. Kay teringat Mike pernah mengatakan padanya betapa penting
untuk melakukan tindakan-tindakan seperti itu kalau ingin bisa menyesuaikan diri dengan orangorang Italia lanjut usia.
"Ini kasus khusus," kata Michael. "Kalau orang-orang koran mendapatkan nama dan
latar belakangmu, kau akan masuk ke halaman tiga koran Daily News. Gadis dari keluarga
Yankee tua bergaul dengan putra kepala Mafia. Bagaimana tanggapan orangtuamu nanti?"
Kay berkata singkat, "Orangtuaku tidak pernah membaca Daily News." Sekali lagi
Kay terdiam sejenak dengan kikuk, lalu berkata, "Kau baik-baik saja, bukan, Mike, kau tidak
terancam bahaya?" Mike tertawa lagi. "Aku dikenal sebagai si banci dalam keluarga Corleone. Bukan
ancaman. Jadi mereka tidak akan bersusah payah mengejarku. Tidak, semua sudah berakhir, Kay,
tidak akan ada bahaya lagi. Lagi pula semua ini hanya semacam kecelakaan. Akan kujelaskan saat
kita bertemu." "Kapan?" tanya Kay.
Michael berpikir. "Bagaimana kalau nanti malam" Kita bisa minum dan makan malam
di hotelmu, lalu aku akan ke rumah sakit menjenguk ayahku. Aku bosan di rumah menjawab
telepon. Oke" Tapi jangan katakan pada siapa pun. Aku tidak ingin wartawan memotret kita bersama169 sama. Tidak main-main, Kay, itu akan sangat memalukan, terutama bagi
orangtuamu." "Baiklah," kata Kay. "Akan kutunggu. Boleh aku berbelanja Natal untukmu" Atau
yang lain?" "Tidak," jawab Michael. "Kau bersiap-siap sajalah." Kay tertawa gembira. "Aku
akan siap," katanya.
"Bukankah aku selalu siap?"
"Ya, kau memang selalu siap," kata Michael. "Itu sebabnya kau menjadi
kekasihku." "Aku mencintaimu," kata Kay. "Bisakah kau mengatakannya?"
Michael memandang keempat bajingan yang duduk di dapur. "Tidak," katanya. "Nanti
malam, oke?" "Oke," jawab Kay. Ia meletakkan telepon.
Clemenza akhirnya kembali dari tugas harian dan sibuk di dapur, memasak sepanci
besar saus tomat. Michael mengangguk padanya dan pergi ke ruangan sudut, di mana ia menemukan
Hagen dan Sonny menunggu dirinya dengan tidak sabar. "Clemenza ada di luar?" tanya Sonny.
Michael tersenyum. "Ia sedang memasak spaghetti untuk seluruh pasukan, seperti
di kemiliteran." Sonny berkata tidak sabar. "Perintahkan ia menghentikan tugas sepele itu dan
datang kemari. Ada pekerjaan yang lebih penting untuk dilakukannya. Perintahkan Tessio ke sini
bersamanya." Beberapa menit kemudian mereka semua berkumpul di ruangan. Sonny berkata ketus
pada Clemenza, "Kau sudah membereskannya?"
Clemenza mengangguk. "Kau tidak akan melihatnya lagi."
Dengan perasaan seperti disengat listrik, Michael menyadari yang mereka
maksudkan adalah Paulie Gatto dan bahwa si kecil Paulie telah tewas, dibunuh pedansa periang di
pesta pernikahan, Clemenza. Sonny bertanya pada Hagen, "Ada kemajuan dengan
Sollozzo?" Hagen menggeleng. "Rupanya ia sudah melupakan masalah perundingan. Lagi pula
tampaknya ia tidak terlalu bersemangat. Atau mungkin ia hanya terlalu berhati-hati agar orang
kunci kita tidak bisa menangkapnya. Selain itu aku tak bisa menemukan perantara tingkat tinggi yang
dipercayanya. Tapi ia pasti mengetahui bahwa harus berunding sekarang. Ia kehilangan kesempatan
sewaktu membiarkan Don lolos dari tangannya."
Sonny berkata, "Ia orang yang cerdik, orang paling cerdik yang pernah dihadapi
Keluarga kita. Mungkin ia menganggap kita hanya mengulur-ulur waktu hingga Pop sehat kembali
dan kita memiliki kesempatan memburunya."
Hagen mengangkat bahu. "Tentu saja ia sudah memperhitungkan kemungkinan itu.
Tapi ia tetap harus berunding. Ia tidak memiliki pilihan lain. Aku akan merencanakannya besok pagi.
Itu pasti." Salah seorang anak buah Clemenza mengetuk pintu kantor, kemudian masuk, ia
berkata pada Clemenza, "Kami baru saja mendengarnya dari radio, polisi menemukan Paulie
Gatto. Tewas di mobilnya." Clemenza mengangguk dan berkata pada orang itu, "Lupakan saja." Orang itu
memandang sang caporegime dengan keheranan, lalu ekspresinya berubah mengerti, sebelum ia
kembali ke dapur. Konferensi berlangsung lagi seakan tidak ada gangguan. Sonny bertanya pada
Hagen, "Ada perubahan
pada kondisi Don?" Hagen menggeleng. "Ia baik-baik saja, tapi baru bisa bi71 cara beberapa hari lagi. Ia masih belum sadar. Masih memulihkan kondisinya
sesudah operasi. Ibumu menunggui hampir sepanjang hari, Connie juga. Polisi ada di mana-mana di rumah
sakit dan anak buah Tessio juga ada di sana, untuk berjaga-jaga. Dua hari lagi Don akan sadar
dan sesudah itu kita akan mengetahui apa yang ia inginkan kita lakukan. Sementara itu kita harus
menjaga jangan sampai Sollozzo melakukan kebodohan. Itu sebabnya aku ingin kau mulai membicarakan
kesepakatan dengannya." Sonny menggeram, "Sebelum ia bertindak, akan kuperintahkan Clemenza dan Tessio
mencarinya. Siapa tahu kita beruntung dan bisa menyelesaikan seluruh masalah."
"Kau tidak akan seberuntung itu," kata Hagen. "Sollozzo terlalu cerdik" Hagen
terdiam sejenak. "Ia
mengetahui bahwa begitu muncul di meja perundingan, ia harus mematuhi sebagian
besar keinginan kita. Itu sebabnya ia mengulur-ulur waktu. Kuduga ia berusaha mendapatkan
dukungan dari KeluargaKeluarga New York lain agar kita tidak bisa memburunya
bahkan kalau Don memerintahkan begitu."
Sonny mengerutkan kening. "Kenapa mereka akan mendukungnya?"
Hagen berkata sabar, "Untuk menghindari perang besar-besaran yang akan
mencelakakan setiap orang
dan mendorong koran dan pemerintah bertindak. Selain itu, Sollozzo akan memberi
mereka bagian dari operasinya. Dan kau mengetahui berapa banyak uang yang terlibat dalam
bisnis narkotika. Keluarga Corleone tidak memerlukannya, kita memiliki perjudian, bisnis paling
baik untuk dimiliki. Tapi Keluarga-Keluarga yang lain kelaparan. Sollozzo orang yang sudah terbukti
keahliannya, mereka mengetahui ia mampu mengadakan operasi dalam skala besar. Dalam keadaan hidup ia
merupakan uang dalam saku mereka, dalam keadaan mati ia merepotkan."
Wajah Sonny memperlihatkan ekspresi yang belum pernah dilihat Michael. Mulut
Cupido-nya yang tebal dan kulitnya yang cokelat berubah kelabu. "Aku tidak peduli apa yang
mereka inginkan. Sebaiknya mereka tidak mencampuri pertempuran ini."
Clemenza dan Tessio duduk gelisah di kursi, seperti komandan pasukan infanteri
yang mendengar jenderalnya berceloteh mengenai keinginan menyerbu benteng yang sangat kuat
tanpa memedulikan sebesar apa jumlah korbannya. Hagen berkata dengan nada agak tidak sabar,
"Sudahlah, Sonny, ayahmu tidak akan senang kalau kau berpikiran begitu. Kau tahu apa yang selalu
dikatakannya, 'Itu hanya penyia-nyiaan.' Tentu saja kita tidak akan membiarkan siapa pun
menghentikan kita kalau Don
mengatakan kita harus memburu Sollozzo. Tapi ini bukan masalah pribadi, ini
bisnis. Kalau kita memburu si Turki dan Keluarga-Keluarga lain turut campur, kita akan membicarakan
masalah itu. Kalau Keluarga-Keluarga melihat kita bertekad mendapatkan Sollozzo, mereka akan
membiarkan kita. Don akan membuat konsesi di bidang-bidang lain untuk menenangkan keadaan. Tapi
jangan haus darah dalam masalah seperti ini. Ini bisnis semata. Bahkan penembakan terhadap
ayahmu merupakan masalah bisnis, bukan masalah pribadi. Seharusnya kau mengetahuinya sekarang."
Pandangan Sonny masih keras. "Oke, aku mengerti semua itu. Selama kau paham
bahwa tidak seorang pun bisa menghalangi kalau kita menginginkan Sollozzo."
Sonny berpaling pada Tessio. "Ada petunjuk mengenai Luca?"
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tessio menggeleng. "Sama sekali tidak ada. Sollozzo pasti sudah menyikatnya."
Hagen berkata pelan, "Sollozzo tidak mengkhawatirkan
Luca, yang menurutku aneh. Ia terlalu cerdik hingga tidak mungkin menyepelekan
orang seperti Luca. Kurasa ia mungkin sudah menyingkirkan Luca, dengan satu atau lain cara."
Sonny menggumam, "Ya Tuhan, kuharap mudah-mudahan Luca tidak berbalik menentang
kita. Itu satu-satunya yang kutakutkan. Clemenza, Tessio, bagaimana pendapat kalian?"
Clemenza berkata pelan, "Siapa pun bisa melakukan kesalahan, lihat saja Paulie.
Tapi Luca, ia orang yang hanya bisa berjalan mengikuti satu jalur. Hanya Godfather satu-satunya yang
dipercayainya, satu-satunya orang yang ditakutinya. Tapi bukan hanya itu, Sonny, ia menghormati
ayahmu jauh melebihi orang-orang lain menghormati ayahmu, padahal Godfather pantas mendapat
penghormatan dari semua orang. Tidak, Luca tidak mungkin mengkhianati kita. Dan aku sulit
percaya orang seperti Sollozzo, selicik atau selicin apa pun dirinya, bisa menyergap Luca tiba-tiba.
Luca selalu mencurigai setiap orang dan segala sesuatu. Ia selalu siap menghadapi yang terburuk. Kurasa
Luca hanya pergi entah ke mana selama beberapa hari. Kita akan mendapat kabar dari dirinya tidak
lama lagi." Sonny berpaling pada Tessio. Caporegime Brooklyn ini mengangkat bahu. "Siapa
saja bisa berubah menjadi pengkhianat. Luca mudah tersinggung. Mungkin Don menyinggung
perasaannya, entah bagaimana. Itu bisa saja terjadi. Meskipun begitu, kurasa Sollozzo memberinya
sedikit kejutan. Itu cocok dengan apa yang dikatakan Consigliori. Kita harus menduga kemungkinan yang
terburuk." Sonny berkata pada mereka semua, "Sollozzo akan segera mendapat kabar mengenai
Paulie Gatto. Bagaimana berita itu akan berpengaruh pada dirinya?"
Clemenza berkata muram, "Berita itu akan memaksanya berpikir. Ia mengetahui
Keluarga Corleone bukan orang-orang tolol. Ia akan menyadari dirinya sangat beruntung kemarin."
Sonny berkata tajam, "Itu bukan keberuntungan. Sollozzo merencanakannya selama
bermingguminggu. Mereka pasti mengikuti Pop ke kantornya setiap hari dan
mengawasi kegiatan rutinnya. Lalu
mereka membeli Paulie dan mungkin juga Luca. Mereka menculik Tom dengan mudah.
Mereka melakukan segala sesuatu yang mereka inginkan. Mereka sial, bukan beruntung.
Orang-orang kunci yang mereka gunakan tidak cukup baik dan Don bergerak terlalu cepat. Seandainya
mereka berhasil membunuhnya, aku terpaksa mengadakan persetujuan dan Sollozzo akan menang. Untuk
saat ini. Mungkin untuk mendapatkannya aku harus menunggu lima atau sepuluh tahun dari
sekarang. Tapi jangan menyebut dirinya beruntung, Pete, itu sama saja dengan meremehkannya. Dan
kita terlalu sering meremehkan orang akhir-akhir ini."
Salah satu orang kunci masuk membawa semangkuk besar spaghetti dari dapur, lalu
beberapa piring, garpu, dan anggur. Mereka makan sambil bercakap-cakap. Michael memandang takjub.
Ia tidak makan, Tom juga. Tapi Sonny, Clemenza, dan Tessio segera melahap hidangan,
menyapu saus dengan potongan roti. Lucu juga. Mereka meneruskan pembicaraan.
Tessio tidak sependapat bahwa hilangnya Paulie Gatto menyebabkan Sollozzo panik,
bahkan menurutnya si Turki sudah memperhitungkannya, mungkin malah menyambutnya dengan
baik. Satu nama yang tidak berharga bisa dicoret dari daftar gaji. Dan ia sama sekali tidak
akan takut karenanya,* lagi pula, apakah mereka akan takut dalam situasi yang sama"
Michael mengungkapkan pendapatnya dengan tenang.
"Aku tahu aku masih amatiran dalam hal ini, tapi dari semua yang kalian katakan
mengenai Sollozzo, ditambah kenyataan bahwa Tom tiba-tiba tidak bisa menghubunginya, kupikir ia
masih memiliki kartu as yang disembunyikan. Mungkin ia siap mengambil tindakan yang benar-benar
cerdik dan akan mengembalikan dirinya ke puncak. Kalau kita bisa menebak tindakan apa yang akan
diambilnya, kita bisa menguasai keadaan."
Sonny berkata enggan, "Yeah, aku sudah memikirkan hal itu dan satu-satunya yang
bisa kuperkirakan hanyalah Luca. Pesan sudah dikirim bahwa ia harus dibawa kemari sebelum ia boleh
menggunakan hak-haknya yang dulu dalam Keluarga. Satu-satunya kemungkinan lain yang bisa
kupikirkan adalah Sollozzo sudah mengadakan perjanjian dengan Keluarga-Keluarga di New York dan
kita akan mendapat berita besok pagi bahwa mereka akan menentang kita dalam perang. Bahwa
kita harus menyetujui tawaran si Turki. Benar, Tom?"
Hagen mengangguk. "Aku juga berpendapat begitu. Dan kita tidak bisa menghadapi
tentangan seperti itu tanpa ayahmu. Hanya ia satu-satunya orang yang bisa menghadapi KeluargaKeluarga lain. Ia memiliki koneksi politik yang mereka butuhkan dan ia bisa menggunakannya sebagai
alat tukar. Kalau ia sangat membutuhkannya."
Clemenza berkata, sedikit angkuh untuk orang yang baru saja dikhianati
pembantunya sendiri, "Sollozzo tidak akan bisa mendekati rumah ini, Bos, kau tidak perlu
mengkhawatirkan kemungkinan
ku." Sejenak Sonny menatapnya sambil berpikir. Lalu ia berkata pada Tessio,
"Bagaimana dengan rumah
sakit, anak buahmu menjaganya?"
Untuk pertama kali sepanjang konferensi, Tessio tampak
176 yakin sepenuhnya. "Luar-dalam," katanya. "Dua puluh empat jam sehari. Polisi
juga menjaga rumah sakit dengan baik. Para detektif berada di depan pintu kamarnya, menunggu
kesempatan menginterogasi Don. Menggelikan sekali. Don masih diinfus, tidak makan, jadi
kita tidak usah mengkhawatirkan masalah dapur, yang sebetulnya perlu dikhawatirkan karena orangorang si Turki senang menggunakan racun. Mereka tidak bisa mencelakai Don, dengan cara apa
pun." Sonny kembali menyandar ke kursi. "Mereka juga tidak ingin mencelakai diriku,
mereka harus berbisnis denganku, mereka membutuhkan mesin Keluarga." Ia tersenyum pada
Michael. "Kupikir jangan-jangan kau. Mungkin Sollozzo berpikir untuk menculik dan menyandera
dirimu agar bisa mendapatkan kesepakatan."
Michael berpikir sedih, hilang sudah kesempatan kencanku dengan Kay. Sonny tidak
akan mengizinkan dirinya keluar rumah. Tapi Hagen berkata tidak sabar, "Tidak, ia
bisa menculik Mike kapan saja kalau ia menginginkan jaminan. Tapi setiap orang mengetahui Mike tak
terlibat dalam bisnis Keluarga. Ia orang sipil dan kalau Sollozzo menculiknya, ia akan
kehilangan simpati dari semua
Keluarga New York. Bahkan Keluarga Tattaglia akan ikut memburunya. Tidak,
masalahnya cukup sederhana. Besok pagi kita akan menerima utusan dari semua Keluarga yang meminta
kita berbisnis dengan si Turki. Itu yang ditunggunya. Itulah kartu as yang disembunyikannya."
Michael menghela napas lega. "Bagus," katanya. "Aku harus ke kota malam ini."
"Kenapa?" tanya Sonny.
Michael tersenyum. "Kurasa aku akan mampir di rumah sakit dan menjenguk Pop,
melihat bagaimana keadaan Ma dan Connie. Dan ada urusan lain yang harus kuselesaikan."
Seperti Don, Michael tidak pernah mengatakan urusannya yang sebenarnya dan
sekarang ia tidak ingin memberitaku Sonny bahwa ia akan menemui Kay Adams. Sebenarnya tidak ada alasan
untuk tak memberitahu Sonny, itu hanya kebiasaannya.
Terdengar bisik-bisik keras dari dapur. Clemenza keluar untuk melihat apa yang
terjadi. Sewaktu kembali ia membawa rompi antipeluru Luca Brasi. Di dalam rompi itu terdapat
seekor ikan besar yang telah mati. Clemenza berkata singkat. "Sekarang kita mengetahui apa yang terjadi pada Luca
Brasi." Sonny menyulut cerutu dan meneguk wiski. Michael, dengan ngeri, bertanya, "Apa
arti ikan itu?" Hagen, si consigliori Irlandia, yang menjawab. "Itu berarti Luca Brasi sudah
tidur di dasar laut,"
katanya. "Itu pesan Sisilia kuno."
17" Bab 9 Sewaktu pergi ke kota malam itu, Michael Corleone merasa tertekan. Ia merasa
dirinya dipaksa terlibat dalam bisnis Keluarga dan ia jengkel dimanfaatkan Sonny biarpun hanya
untuk menerima telepon. Ia merasa tidak nyaman mengikuti rapat Keluarga seakan ia bisa
dipercaya sepenuhnya dengan segala macam rahasia, seperti pembunuhan. Dan sekarang, saat akan menemui
Kay, ia juga merasa bersalah terhadap kekasihnya. Ia sudah memberitahu Kay tentang
keluarganya, tapi selalu dengan gaya bergurau, dan menceritakannya dengan anekdot menggelikan yang
menyebabkan ceritanya lebih mirip petualangan dalam film daripada kenyataannya. Sekarang
ayahnya ditembak di jalan dan kakak tertuanya menyusun rencana melakukan pembunuhan. Itu versi
sederhana dan apa adanya, tapi ia tidak pernah bercerita pada Kay seperti itu. Ia memberitahu Kay
bahwa penembakan ayahnya lebih merupakan "kecelakaan" dan semua masalah sudah beres. Sialan, ini
tampaknya baru permulaan. Sonny dan Tom belum menduduki posisi yang tepat untuk mengincar
Sollozzo, dan mereka masih menyepelekan dirinya, seakan Sonny cukup cerdik untuk melihat
bahaya. Michael mencoba me-17Q mikirkan apa yang mungkin disembunyikan si Turki. Ia jelas sekali pemberani,
cerdik, memiliki kekuatan yang luar biasa. Orang harus memperhitungkan bahwa ia punya kejutan
yang sebenarnya. Tapi waktu itu Sonny, Tom, Clemenza, dan Tessio berpendapat segalanya terkendali
dan mereka semua lebih berpengalaman daripada dirinya. Ia "orang sipil" dalam perang ini,
pikir Michael agak jengkel. Dan mereka harus memberinya medali yang jauh lebih bagus daripada yang
diterimanya dalam Perang Dunia II untuk memaksanya ikut dalam perang ini.
Memikirkan hal ini menyebabkan ia merasa bersalah karena tidak lebih bersimpati
pada ayahnya. Ayahnya sendiri ditembaki hingga rubuhnya penuh lubang peluru, tapi dengan cara
yang aneh, Michael, melebihi yang lain, memahami sewaktu Tom mengatakan kejadian itu
hanyalah masalah bisnis, bukan masalah pribadi. Bahwa ayahnya mendapat balasan atas kekuasaan
yang dimilikinya selama ini, rasa hormat yang diperasnya dari semua orang di sekitarnya.
Michael hanya ingin keluar, keluar dari semua ini, dan menjalani kehidupannya
sendiri. Tapi ia tidak bisa memutuskan hubungan dengan keluarganya sebelum krisis ini berakhir. Ia
harus membantu dalam kemampuannya sebagai orang sipil. Tiba-tiba ia menyadari dengan jelas
bahwa ia jengkel pada peran yang diberikan untuk dirinya, yaitu sebagai orang yang memiliki hak
istimewa untuk tidak ikut
bertempur, orang berhati nurani yang boleh berkeberatan. Itu sebabnya kata
"orang sipil" selalu
melintas dalam benaknya dengan cara yang menjengkelkan.
Sewaktu ia tiba di hotel, Kay menunggunya di lobi. (Dua anak buah Clemenza
mengantar dirinya dengan mobil ke kota dan menurunkannya di tikungan tidak jauh dari hotel setelah
memastikan mereka tidak diikuti.) Mereka makan malam bersama dan minum sedikit. "Jam
berapa kau akan mengunjungi ayahmu?" tanya Kay.
Michael memandang arlojinya. "Waktu berkunjung habis pukul setengah sembilan.
Kurasa aku akan ke sana sesudah semua orang pergi. Mereka pasti mengizinkan aku naik. Pop
memiliki kamar pribadi dan perawat khusus, jadi aku bisa duduk menemaninya sebentar. Kurasa ia belum
bisa berbicara dan mungkin bahkan tidak mengetahui kedatanganku. Tapi aku harus menunjukkan
penghormatanku." Kay berkata pelan, "Aku sedih kalau memikirkan ayahmu. Ia tampaknya orang yang
baik di pesta pernikahan itu. Aku tidak memercayai apa yang ditulis koran mengenai dirinya.
Aku yakin sebagian besar tidak benar." Michael berkata sopan, "Menurutku juga begitu." Ia heran karena bersikap begitu
penuh rahasia pada Kay. Ia mencintai gadis ini, memercayainya, tapi ia tidak akan menceritakan apa
pun mengenai ayahnya atau Keluarga pada Kay. Kay orang luar.
"Bagaimana dengan dirimu?" tanya Kay. "Kau akan ikut campur dalam perang
antargeng yang disebut koran-koran itu dengan penuh semangat?"
Michael tersenyum, membuka kancing jas, dan membentangkan jasnya lebar-lebar.
"Lihat, tidak ada pistol," katanya. Kay tertawa.
Malam semakin larut dan mereka pergi ke kamarnya. Kay membuat minuman untuk
mereka berdua
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan duduk di pangkuan Michael sementara mereka minum. Di balik pakaian luarnya
Kay mengenakan pakaian dalam dari sutra seluruhnya hingga tangan Michael menyentuh kulit
pahanya yang mulus. Mereka menjatuhkan diri bersama-sama ke tempat tidur dan bercinta dengan pakaian
lengkap, bibir mereka menyatu. Setelah selesai mereka berbaring diam,
181 merasakan tubuh mereka terbakar di balik pakaian. Kay berbisik, "Itu yang kalian
para prajurit sebut quickieT "Yeah," jawab Michael.
"Lumayan," kata Kay bijaksana.
Mereka tidur hingga Michael tiba-tiba terbangun dengan gelisah dan memandang
arloji. "Sialan,"
katanya. "Sudah hampir pukul sepuluh. Aku harus ke rumah sakit." Ia pergi ke
kamar mandi untuk mencuci muka dan menyisir rambut. Kay mengikutinya dan memeluk pinggangnya dari
belakang. "Kapan kita menikah?" tanyanya.
"Kapan saja kau mau," jawab Michael. "Segera sesudah urusan keluarga berakhir
dan ayahku sembuh kembali. Kurasa kau lebih baik menjelaskan semuanya pada orangtuamu." "Apa yang
harus kujelaskan?" tanya Kay perlahan. Michael terus menyisir rambut. "Katakan saja
kau bertemu pemuda keturunan Italia yang tampan dan gagah berani. Peringkat tertinggi di Dartmouth.
Mendapat medali Service Cross dalam perang, ditambah Purple Heart. Jujur. Suka bekerja keras.
Tapi ayahnya kepala Mafia yang terpaksa harus membunuh orang jahat, kadang-kadang menyuap pejabat
tinggi pemerintah, dan ketika bekerja tertembak hingga tubuhnya penuh lubang peluru.
Tapi itu tidak ada sangkut-pautnya dengan anaknya yang jujur dan suka bekerja keras. Menurutmu kau
bisa mengingat semua itu?" Kay melepaskan tubuh Michael dan menyandar ke pintu kamar mandi. "Betulkah?"
tanyanya. "Ia benar-benar begitu?" Ia terdiam sejenak. "Membunuh orang?"
Michael selesai menyisir rambut. "Aku tidak tahu pasti," katanya. "Tidak seorang
pun benar-benar mengetahuinya. Tapi aku takkan heran."
Sebelum Michael berjalan ke pintu, Kay bertanya, "Kapan aku bisa bertemu lagi
denganmu?" Michael menciumnya. "Kuminta kau pulang dan memikirkan segalanya di kotamu
sendiri," katanya. "Aku tidak ingin kau terlibat dalam masalah ini dengan cara apa pun. Sesudah
liburan Natal, aku akan kembali kuliah dan kita akan bersama-sama lagi di Hanover. Oke?"
"Oke," kata Kay. Ia mengawasi kepergian Michael, melihatnya melambai sebelum
masuk ke lift. Kay belum pernah merasa sedekat ini dengan Michael, tidak pernah merasa begitu
mencintai Michael. Dan seandainya ada yang memberitahu dirinya bahwa ia tidak akan bertemu Michael lagi
hingga tiga tahun mendatang, rasanya ia tidak akan sanggup.
Sewaktu Michael turun dari taksi di depan Rumah Sakit Prancis, ia heran melihat
jalanan yang kosong sama sekali. Sesudah masuk ke lobi, ia lebih heran lagi mendapati lobi juga
kosong. Sialan, apa yang dilakukan Clemenza dan Tessio" Mereka memang tidak pernah dididik di West Point,
tapi seharusnya mereka cukup memahami taktik untuk memiliki pos terdepan. Setidaknya dua anak
buah mereka seharusnya ada di lobi. Bahkan pengunjung terakhir telah pergi, waktu menunjukkan pukul 22.30. Michael
sekarang tegang dan waspada. Ia tidak mau berhenti di depan meja informasi, ia sudah mengetahui
nomor kamar ayahnya di lantai empat. Ia menggunakan lift swalayan. Anehnya, tidak ada yang
menghentikan dirinya hingga ia mendekati ruang perawat di lantai empat. Tapi ia terus
melewati perawat yang menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya dan berjalan ke kamar ayahnya. Tidak
ada seorang pun di luar pintu. Di mana dua detektif yang katanya menunggu kesempatan untuk
menginterogasi ayahnya" Di mana orang-orang Clemenza dan Tessio" Apakah ada orang di dalam
kamar" Tapi pintu terbuka. Mic vpa-hael masuk. Ada sesosok tubuh berbaring di ranjang dan dalam cahaya bulan yang
menerobos jendela Michael bisa melihat wajah ayahnya. Sekarang pun wajah ayahnya masih pasif,
dadanya naik-turun dengan napas yang tidak teratur. Slang menjuntai dari tiang besi di sisi ranjang
dan masuk ke hidungnya. Di lantai ada mangkuk kaca untuk menampung racun yang dialirkan dari
perutnya dengan slang yang lain. Michael berdiri di sana sejenak untuk memastikan ayahnya tidak
apa-apa, lalu mundur keluar dari kamar.
Ia berkata pada perawat, "Namaku Michael Corleone, aku hanya ingin duduk
menemani ayahku. Ke mana detektif yang seharusnya menjaga ayahku?"
Si perawat adalah wanita muda cantik dengan keyakinan penuh akan kekuasaan
jabatannya. "Oh, ayahmu baru saja menerima banyak tamu, jadi mengganggu pelayanan rumah sakit,"
katanya "Polisi datang dan memerintahkan mereka semua pergi sepuluh menit yang lalu. Dan lima
menit yang lalu aku harus memanggil kedua detektif itu ke telepon karena ada peringatan bahaya
di kantor mereka, dan mereka pun pergi. Tapi jangan khawatir, aku sering memeriksa ayahmu dan bisa
mendengar suara apa saja dari kamarnya. Itu sebabnya pintunya kubiarkan terbuka."
"Terima kasih," kata Michael. "Aku ingin menemani ayahku sebentar. Oke?"
Perawat itu tersenyum padanya. "Sebentar saja, lalu kau juga harus pergi.
Peraturannya begitu."
Michael kembali ke kamar ayahnya. Ia mengangkat telepon dan meminta operator
rumah sakit menghubungkannya dengan rumah di Long Beach, dengan telepon di kantor sudut.
Sonny yang menjawab. Michael berbisik, "Sonny, aku ada di rumah sakit, aku datang
terlambat. Sonny, tidak ada
seorang pun di sini. Tidak ada satu pun anak buah Tessio.
184 Tidak ada detektif di pintu. Tidak ada yang melindungi Pop sama sekali."
Suaranya gemetar. Lama sekali tidak terdengar suara, kemudian terdengar Sonny berkata, suaranya
rendah dan serius, "Kedengarannya seperti ulah Sollozzo."
Michael berkata, "Menurutku juga begitu. Tapi bagaimana ia bisa memerintahkan polisi
membersihkan semua orang dari sini dan ke mana mereka semua pergi" Apa yang
terjadi dengan anak buah Tessio" Ya Tuhan, apa si keparat Sollozzo itu menguasai seluruh kepolisian
New York?" "Tenang, kid." Suara Sonny terdengar menyejukkan. "Kita beruntung lagi karena
kau datang ke rumah sakit selarut ini. Tetaplah di kamar Pop. Kunci pintunya dari dalam. Akan
kukirim orang ke sana lima
belas menit lagi, begitu aku selesai menelepon. Duduk diam dan jangan panik.
Oke, kidT "Aku tidak akan panik," kata Michael. Untuk pertama kalinya sejak seluruh
masalah ini dimulai, ia merasakan kemarahan dalam dirinya, kebencian yang dingin pada musuh-musuh
ayahnya. Ia meletakkan telepon dan membunyikan bel untuk memanggil perawat. Ia memutuskan
menggunakan penilaiannya sendiri dan tidak memedulikan perintah Sonny. Sesudah perawat
datang, ia berkata, "Jangan takut, tapi kita harus memindahkan ayahku sekarang juga. Ke kamar atau
lantai yang lain. Kau bisa melepaskan semua slang ini agar kita bisa mendorong ranjangnya keluar?"
Perawat berkata, "Tidak mungkin. Kita harus mendapat izin dari dokter."
Michael berkata sangat cepat, "Kau sudah membaca mengenai ayahku di koran. Kau
melihat tidak ada yang menjaganya di sini sekarang. Aku baru saja mendapat kabar
185 bahwa beberapa orang akan datang ke rumah sakit untuk membunuhnya. Percayalah
dan tolong bantu aku." Ia pandai membujuk kalau mau.
Perawat berkata, "Kau tidak perlu melepaskan slangnya. Kita bisa mendorong tiang
infus bersama ranjangnya." "Kau punya kamar kosong?" bisik Michael.
"Di ujung lorong," jawab perawat.
Kegiatan itu memakan waktu beberapa menit, sangat cepat dan efisien. Lalu
Michael berkata pada si perawat, "Tinggallah di sini bersama ayahku sampai pertolongan datang. Kalau
berada di luar, di ruanganmu, kau mungkin akan celaka."
Pada saat itu ia mendengar suara ayahnya dari ranjang, serak tapi penuh
kekuatan, "Michael, kaukah
itu" Apa yang terjadi, ada apa?"
Michael mencondongkan tubuh ke atas ranjang. Ia menggenggam tangan ayahnya. "Aku
Mike," katanya. "Jangan takut. Sekarang dengarkan, jangan bersuara sedikit pun,
terutama kalau ada yang memanggil-manggil namamu. Ada yang ingin membunuhmu, mengerti" Tapi aku di sini,
jadi jangan takut." Don Corleone, masih belum sadar sepenuhnya mengenai apa yang terjadi pada
dirinya kemarin, dan menderita kesakitan hebat, sambil tersenyum manis pada putra bungsunya, berkata
dengan susah payah, "Kenapa aku harus merasa takut sekarang" Orang-orang asing datang untuk
membunuhku sejak aku berusia dua belas tahun."
186 Bab 10 Rumah sakit itu kecil, dengan hanya satu pintu masuk. Dari balik jendela,
Michael memandang ke jalan di bawahnya. Ada jalur masuk melengkung dengan tangga ke jalan dan jalan
itu kosong dari lalu lintas. Tapi siapa pun yang datang ke rumah sakit harus masuk melalui pintu itu.
Ia mengetahui tidak memiliki banyak waktu, jadi ia berlari ke luar kamar dan menuruni empat anak
tangga sekaligus, lalu keluar melalui pintu masuk yang lebar di lantai bawah. Di bagian samping ia
melihat tempat parkir ambulans, tapi di sana tidak ada mobil, tidak juga ambulans.
Michael berdiri di trotoar rumah sakit dan menyulut sebatang rokok. Ia membuka
kancing jas dan berdiri dalam cahaya lampu jalan agar sosoknya terlihat. Seorang pemuda berjalan
dengan cepat menyusuri Ninth Avenue, bungkusan terjepit di ketiaknya. Pemuda itu mengenakan
jaket tempur uan rambutnya yang lebat berwarna hitam. Wajahnya terasa tidak asing sewaktu ia
melintas di bawah lampu, tapi Michael tidak bisa mengingat di mana ia pernah melihatnya.
Tapi pemuda tersebut berhenti di hadapannya dan meng-187
ulurkan tangan, berbicara dengan aksen Italia yang kental, "Don Michael, kau
ingat aku" Enzo, pembantu tukang roti Nazorine si Paniterra; aku menantunya. Ayahmu menyelamatkan
diriku dengan mengatur agar pemerintah mengizinkan aku tinggal di Amerika."
Michael menjabat tangannya. Sekarang ia ingat anak muda ini.
Enzo melanjutkan, "Aku datang untuk menyampaikan penghormatan pada ayahmu. Apa
mereka akan membolehkan aku masuk ke rumah sakit selarut ini?"
Michael tersenyum dan menggeleng. "Tidak, tapi terima kasih. Akan kusampaikan
pada Don bahwa kau datang." Sebuah mobil meluncur di jalan dengan suara menderu dan seketika
Michael waspada. Ia berkata pada Enzo, "Cepat tinggalkan aku. Mungkin akan ada masalah. Kau pasti
tidak ingin terlibat dengan polisi." Ia melihat ekspresi ketakutan di wajah pemuda Italia itu. Bermasalah dengan
polisi bisa saja berarti harus dideportasi atau ditolak menjadi warga negara. Tapi pemuda itu tidak
beranjak Ia berbisik dalam
bahasa Italia, "Kalau ada masalah, aku akan tetap di sini untuk membantu. Aku
berutang budi pada Godfather." Michael merasa terharu. Ia berniat memerintahkan pemuda itu pergi sekali lagi,
tapi lalu berpikir, kenapa tidak membiarkan ia tetap di sini" Dua pria di rumah sakit mungkin akan
menakutkan anak buah Sollozzo yang dikirim untuk membunuh. Sam orang saja hampir bisa dipastikan
tidak bakal membuat mereka takut. Ia memberikan rokoknya pada Enzo dan menyulutnya. Mereka
berdua berdiri di bawah tiang lampu pada malam bulan Desember yang dingin. Kaca depan rumah
sakit yang kuning, dipenuhi hiasan Natal hijau, berkilau-kilau memantulkan cahaya pada
188 mereka. Mereka nyaris menghabiskan rokok sewaktu sedan hitam panjang berbelok
memasuki 30* Street dari Ninth Avenue dan melaju ke arah mereka, dekat sekali dengan trotoar.
Mobil hampir berhenti. Michael berusaha melihat wajah orang-orang di dalamnya, tubuhnya
gemetar tanpa tertahan. Mobil itu tampak seperti akan berhenti, lalu melaju pergi. Ada yang mengenali
dirinya. Michael memberi Enzo sebatang rokok lagi dan menyadari tangan si tukang roti itu
gemetar. Dengan keheranan ia melihat tangannya sendiri tetap mantap.
Mereka berdiri di tepi jalan sambil merokok tidak lebih dari sepuluh menit
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sewaktu kesunyian malam tiba-tiba dipecahkan lengkingan sirene mobil polisi. Mobil patroli berbelok
dengan ban berdecit dari Ninth Avenue dan berhenti di depan rumah sakit. Dua mobil polisi lain mengikuti
tepat di belakangnya. Tiba-tiba pintu masuk rumah sakit penuh polisi berseragam dan
detektif. Michael menghela napas lega. Sonny yang baik pasti langsung bertindak. Ia mendekat untuk
menyambut mereka. Dua polisi bertubuh tinggi besar menangkap lengannya. Yang lain menggeledah
dirinya. Kapten polisi yang bertubuh luar biasa besar, dengan jalinan benang emas di topinya, menaiki
tangga, anak buahnya menyibak penuh hormat, memberi jalan. Ia pria yang kuat walaupun perutnya buncit
dan uban mengintip dari bawah topinya. Wajahnya merah seperti daging sapi. Ia mendekati
Michael dan berkata kasar, "Kukira aku sudah mengurung kalian semua, para bajingan. Kau siapa dan
sedang apa kau di sini?" Salah seorang polisi yang berdiri di samping Michael berkata, "Ia bersih,
Kapten." Michael tidak menjawab. Ia mengamati kapten polisi itu dengan dingin, mengamati
wajahnya, mata birunya yan 189 'g tajam. Seorang detektif berpakaian preman berkata, "Ini Michael Corleone, putra
Don." Michael berkata pelan, "Ke mana detektif yang seharusnya menjaga ayahku" Siapa
yang menariknya dari tugas itu?" Wajah kapten polisi itu merah padam karena marah. "Dasar keparat sialan, pikirmu
siapa kau, berani mencampuri urusanku" Aku yang menarik mereka. Aku tidak peduli berapa banyak
gangster yang saling bunuh. Kalau terserah padaku, aku tidak akan mengangkat satu jari pun
untuk menghalangi pembunuhan orangtuamu. Sekarang pergi dari sini. Tinggalkan jalanan ini, sialan,
dan jangan datang ke rumah sakit kalau tidak pada waktu berkunjung."
Michael masih memerhatikannya dengan cermat. Ia tidak marah terhadap apa pun
yang dikatakan kapten polisi itu. Pikirannya berputar cepat. Mungkinkah Sollozzo yang ada di
mobil pertama dan melihat dirinya berdiri di depan rumah sakit" Mungkinkah Sollozzo yang kemudian
menelepon kapten ini dan berkata, "Bagaimana bisa ada orang-orang Corleone di sekitar rumah sakit
padahal aku sudah membayarmu untuk mengurung mereka semua?" Mungkinkah semua ini sudah
direncanakan dengan teliti seperti yang dikatakan Sonny" Segalanya cocok. Masih dengan dingin, ia
berkata pada si kapten polisi, "Aku tidak akan meninggalkan rumah sakit sebelum kau menempatkan
pengawal di sekitar kamar ayahku." Kapten tidak mau bersusah payah menjawab. Ia berkata pada detektif yang ada di
sampingnya* "Phil, kurung keparat mi. Detektif itu berkata ragu, "Bocah ini bersih, Kapten. Ia pahlawan perang dan
tidak pernah ikut campur dalam kejahatan. Koran bisa salah tulis."
190 Kapten berbalik menghadapi detektif itu, wajahnya merah karena marah. Ia berkata
dengan suara menggelegar, "Persetan dengan semua itu, kurung dia, kataku!"
Michael, masih berpikir dengan otak yang jernih, tidak marah, berkata dengan
nada yang sengaja mengancam, "Berapa banyak si Turki membayarmu untuk mencelakakan ayahku,
Kapten?" Kapten polisi itu berpaling memandangnya. Ia berkata pada kedua polisi bertubuh
tinggi besar tersebut. "Pegangi dia."
Michael merasakan kedua lengannya diringkus. Ia melihat tinju si kapten yang
besar diayunkan ke kepalanya. Ia mencoba mengelak tapi tinju itu menghantam tulang pipinya. Rasanya
seperti ada granat yang meledak dalam kepalanya. Mulutnya penuh darah dan serpihan tulang, yang
disadarinya pasti giginya. Ia bisa merasakan sisi kepalanya menggembung seakan diisi udara.
Kakinya tidak bertenaga dan ia pasti jatuh kalau tidak dipegangi kedua polisi itu. Tapi ia masih sadar.
Detektif yang berpakaian preman melangkah ke hadapannya untuk menghalangi si kapten memukulnya lagi dan
berkata, "Ya Tuhan, Kapten, kau benar-benar melukainya."
Kapten berkata dengan suara keras, "Aku tidak menyentuhnya. Ia menyerangku dan
jatuh sendiri. Kau mengerti" Ia melawan sewaktu ditangkap."
Dari balik kabut merah, Michael melihat lebih banyak mobil lagi yang berhenti di
jalan. Orang-orang keluar dari mobil-mobil itu. Ia mengenali salah satunya, pengacara Clemenza,
yang sekarang berbicara pada si kapten polisi dengan halus tapi tegas. "Keluarga Corleone
menyewa biro detektif swasta untuk menjaga Mr. Corleone. Orang-orang yang bersamaku ini memiliki surat
izin untuk menyandang senjata 191 api, Kapten. Kalau kau menahan mereka, kau harus menemui hakim besok pagi dan
menjelaskan alasannya." Pengacara itu berpaling memandang Michael. "Kau mau menuntut siapa pun yang
melakukan ini padamu?" tanyanya. Michael sulit berbicara. Rahangnya sulit dibuka tapi ia berhasil menggumam. "Aku
terpeleset," katanya. "Aku terpeleset dan jatuh." Ia melihat Kapten melontarkan pandangan
penuh kemenangan ke arahnya dan ia berusaha membalasnya dengan senyuman. Dengan sekuat tenaga ia
berusaha menyembunyikan perasaan sedingin es yang menguasai otaknya, kebencian hebat yang
mendominasi tubuhnya. Ia tidak ingin memberitahu siapa pun di dunia ini mengenai apa yang
dirasakannya saat itu. Sebagaimana yang pasti dilakukan Don. Lalu ia merasa dirinya dibawa ke rumah
sakit dan ia pun jatuh pingsan. Sewaktu terjaga keesokan harinya, ia merasakan rahangnya dikawat dan empat gigi
di sepanjang sisi kiri mulutnya hilang. Hagen duduk di sisi ranjang. "Mereka membiusku?" tanya
Michael. "Yeah,"
Lembah Nirmala 5 Pedang Bengis Sutra Merah ( Tan Ceng In) Karya See Yan Tjin Djin Kereta 450 Dari Paddington 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama