Tangled Karya Emma Chase Bagian 2
yang hanya menggigit biskuit cracker dan minum air putih seperti
tawanan perang saat makan malam tidaklah menarik. Hal ini hanya
membuat kami berpikir tentang bagaimana rewelnya kalian nantinya
karena kelaparan. Jika seorang cowok suka padamu" Satu
cheeseburger deluxe tidak akan membuatnya takut. Dan jika dia
tidak suka padamu" Menelan semua sayuran di pertanian Peter
Cottontail tidak akan mengubahnya, percayalah.
Sekarang mari kembali ke pertengkaran intens kami.
"Aku yang akan melakukan presentasi," kataku tegas.
"Tidak, tidak mungkin."
"Kate - " "Ini adalah ideku dan aku yang akan mempresentasinya!"
Kate dengan sengaja berusaha membuatku gila. Dia sengaja
berusaha mendorongku untuk terjun ke jurang. Dia mungkin
berharap aku akan melemparkan diri ke luar jendela, hanya untuk
menjauh dari gangguannya. Lalu dia akan mendapatkan Anderson
sendirian. Well, skema kecil jahatnya tidak akan berhasil. Aku akan tetap
tenang. Aku akan menghitung sampai sepuluh. Aku tidak akan
membiarkan Kate mempengaruhiku.
"Saul Anderson," kataku, "adalah seorang pengusaha yang kolot, kau
baru saja bilang sendiri. Dia pasti ingin bicara dengan sesama pria
lain, bukan dengan orang yang ia pandang sebagai seorang sekretaris
belaka." "Ini komentar paling diskriminatif yang pernah kudengar. Kau
menjijikkan!" Ketenangan seketika pergi keluar jendela dan jatuh sekitar empat
puluh lantai. "Aku tidak bilang aku berpikir dengan cara seperti itu - aku bilang
cara berpikir dia seperti itu! Ya Tuhan!"
Dan memang benar. Aku tak peduli apa yang kalian sembunyikan di
balik celanamu atau ke arah mana seleramu. Penis, vagina, atau
keduanya - semua sama saja bagiku. Asalkan kalian menyelesaikan
pekerjaan dengan benar, itulah yang terpenting. Tapi Kate
tampaknya bertekad untuk berpikir yang terburuk tentang diriku.
Aku mengusap rambutku sebagai usaha untuk melampiaskan
sebagian frustrasi yang membuatku ingin mengguncang dirinya.
"Dengar, ini adalah cara yang seharusnya. Berusaha untuk berpurapura bahwa bias
itu tidak ada, tidak akan membuat bias itu hilang.
Kita punya kesempatan yang lebih baik mendapat kontrak dari
Anderson jika aku yang melakukan presentasi."
"Aku bilang tidak! Aku tak peduli apa yang kau pikirkan. Sama
sekali tidak." "Ya Tuhan, kau begitu keras kepala. Kau seperti keledai menopause
yang sedang kesal!" "Aku keras kepala! Aku keras kepala" Mungkin aku tidak akan jadi
seperti ini kalau kau bukan seorang Raja Gila Kontrol!"
Dia benar tentang gila kontrol itu. Tapi bagaimana lagi" Aku suka
sesuatu yang dijalankan dengan cara yang benar - caraku. Aku tidak
akan minta maaf untuk itu. Terutama kepada Ms. Terlalu Kaku ini.
"Setidaknya aku tahu kapan harus mundur - tidak seperti kamu. Kau
berjalan-jalan seperti orang kaku yang memakai shabu!"
Pada saat ini, kami berdua berdiri, saling berhadapan dengan jarak
kurang dari satu kaki. Tanpa sepatu hak tingginya, aku punya
keuntungan tinggi badan, tapi Kate tidak nampak terintimidasi.
Dia menusuk dadaku dengan jarinya saat ia membantah, "kau
bahkan tidak mengenalku. Aku bukan orang yang kaku."
"Oh, tolonglah. Aku belum pernah melihat seseorang yang sangat
butuh ditiduri separah kamu. Aku tak tahu apa yang tunanganmu
lakukan padamu. Tapi apapun itu" Dia tidak melakukannya dengan
benar." Mulutnya terbuka, membentuk huruf O besar atas ejekanku terhadap
tunangannya. Dari sudut mataku, aku melihat tangannya terangkat,
siap untuk menampar wajahku.
Ini bukan pertama kalinya seorang wanita mencoba menamparku.
Kalian tidak akan terkejut, kan"
Layaknya seorang profesional, aku menangkap pergelangan
tangannya sebelum membuat kontak dengan pipiku dan menahan
lengannya turun di sisi tubuhnya. "Astaga, Kate, untuk seorang
wanita yang mengklaim dirinya tidak mau bercinta denganku, kau
pasti sangat ingin melakukan kontak fisik ini."
Tangannya yang lain terangkat mencoba menamparku dari sisi yang
lain, tapi aku memblokirnya lagi dan sekarang secara aman menahan
kedua tangannya di samping pinggulnya. Aku menyeringai. "Harus
lebih baik dari ini, sayang, kalau kau menginginkanku."
"Aku membencimu!" Teriaknya di depan wajahku.
"Aku lebih membencimu!" teriakku.
Kuakui, bukan bantahan yang cerdas dariku - tapi itu bantahan
terbaik yang bisa kuberikan dalam situasi seperti ini.
"Bagus!" Ini adalah kata terakhir yang ia ucapkan.
Sebelum mulutku turun ke bibirnya.
Dan bibir kami pun bertemu.
*** Bab 7 Aku sudah pernah mencium ratusan cewek. Tidak - anggap saja
ribuan. Aku hanya ingat beberapa dari mereka. Tapi ciuman ini" Ini
adalah salah satu ciuman yang tidak akan kulupakan dalam waktu
dekat. Dia terasa...Oh Tuhan, aku belum pernah memakai narkoba, tapi aku
membayangkan rasanya seperti ini saat pertama kali menghirup
kokain. suntikan pertama dari heroin. Sungguh membuat ketagihan.
Bibir kami beradu dan bergerak satu sama lain. Marah dan basah.
Aku tidak bisa berhenti menyentuhnya. Tanganku ada di manamana: wajahnya,
rambutnya, turun di punggungnya, mencengkeram
pinggulnya. Menariknya lebih dekat, sangat ingin untuk merasakan
lebih - mengharapkan Kate untuk merasakan persis apa yang dia
lakukan terhadapku. Membutuhkan udara, aku merenggut mulutku dari bibirnya dan
menyerang lehernya, aku menikmati dirinya, seperti pria kelaparan.
Dan itulah diriku yang sebenarnya - rakus - akan dirinya. Aku
menarik nafas saat aku menjilat, menghisap, dan menggigit dari
rahang menuju ke telinganya.
Dia merintih dengan suara tak jelas, tapi aku mengerti. Suaranya, liar
dan seksi, membuatku mengerang. Dan aroma tubuhnya. Ya Tuhan.
Dia berbau seperti...bunga dan gula. Seperti salah satu hiasan
berbentuk mawar pada bagian atas kue.
Sungguh Lezat. Dan tangannya juga tidak tinggal diam. Tangannya mencengkeram
bisepku, panas dari tangannya merembes melalui kemejaku. Dia
menggoreskan kukunya dipunggungku dan jari-jarinya turun ke
bawah pinggang celana panjang longgarku. Pertama menyentuh
kemudian menangkup pantatku.
Aku sekarat. Aku terbakar. Darahku berubah menjadi api, dan aku
merasa seakan kami akan berubah menjadi asap sebelum kami
sampai di sofa. Kate terengah saat aku menarik daun telinganya ke
dalam mulutku dan lidahku menari melintasi daging di bawahnya.
"Drew" Drew, apa yang kita lakukan?"
"Aku tidak tahu," aku mengerang dengan suara datar.
"Hanya...jangan berhenti menyentuhku."
Kate tidak berhenti. Dan aku kembali ke bibirnya. Meluncurkan lidahku kedalam
mulutnya. Menggesernya masuk ke dalam bibirnya dengan cara
yang sama seperti aku sangat ingin meluncurkan kejantananku
kedalam tubuhnya yang basah dan siap menyambut. Aku merasa
pinggulnya mendorong kearahku. Dan setiap darah yang tersisa
dalam tubuhku mengalir ke bawah, membuat kejantananku menjadi
lebih keras dibanding yang pernah kualami seumur hidupku.
Berminggu-minggu perasaan rindu dan frustasi mengalir melalui
tubuhku. Aku sudah terlalu lama menyikat gigi dengan colgate - dan
rasanya seperti sampah. "Apa kau tahu betapa aku menginginkan ini" menginginkanmu" Oh
Tuhan, Kate...aku sudah bermimpi tentang ini...memohon agar ini
terjadi. Kau membuatku...ah, aku tak pernah...bisa puas akan
dirimu." Tangannya berada di dadaku sekarang, mengusap, menggaruk, turun
di perutku, sampai salah satu tangannya menyenggol bagian depan
celanaku, dan aku mendesis dalam kenikmatan murni yang
menyakitkan. Sebelum aku bisa menarik napas, Kate membelai
kejantananku melalui celanaku, dan aku mendorong ke depan.
Segala kendali atau kemampuan menghadapi situasi hilang seketika.
Tanganku naik ke payudaranya, dan Kate melengkungkan
punggungnya untuk membawanya lebih dekat, aku meremasnya, dan
dia mengerang lagi. tanganku meluncur menuju di mana kutahu
putingnya berada, frustasi karena blus dan bra miliknya. Aku ingin
menarik dan mencubit payudaranya yang indah, sampai dua
puncaknya mengeras. Mulutnya di leherku, mencium, dan aku
mengangkat daguku. Rasanya tidak pernah seperti ini, aku belum pernah merasakan
seperti ini, aku belum pernah punya perasaan sebesar ini pada
seorang wanita, tidak peduli jika ini adalah campuran dari amarah
dan nafsu. "Drew, Drew aku tidak bisa melakukan ini, aku mencintai Billy." Dia
terengah. Pengakuan Kate tidak mempengaruhiku, seperti yang kalian pikir.
Terutama karena salah satu tangannya masih memegang
kejantananku ketika dia mengatakannya. Tindakan Kate bertolak
belakang dari kata-katanya. Tangan dan pinggulnya menarikku lebih
dekat. Membelaiku, memohon lebih banyak lagi.
"Itu bagus, Kate. Silahkan. Cintai Billy. Nikahi Billy. Tapi
kumohon...Oh Tuhan...kumohon bercintalah denganku."
Aku bahkan tak tahu apa yang kukatakan. Bahkan aku tak tahu
apakah kata-kataku masuk akal. Satu-satunya pikiran yang
berdentam di kepalaku seperti melodi primitif adalah:
Lagi! Aku menurunkan daguku, ingin merasakan bibirnya lagi. Tapi
bukannya bertemu bibirnya...bibirku malah menyentuh telapak
tangannya. Aku membuka mataku dan mendapati tangannya
menutupi mulutku, menghalangiku. Dadanya tersengal, naik dan
turun dengan cepat, terengah-engah.
Dan kemudian aku melihat matanya. Dan aku merasa seperti
menerima hantaman bola penghancur di dadaku. Karena matanya
melebar oleh kepanikan...dan kebingungan. Aku mencoba menyebut
namanya, tapi teredam oleh tangannya.
Aku mendengar isakan dalam suaranya saat Kate berkata, "Aku
tidak bisa melakukan ini, Drew. Maafkan aku. Billy...pekerjaan
ini...ini adalah hidupku. Seluruh hidupku. Aku...aku tidak bisa
melakukannya." Kate gemetar. Dan mendadak, kebutuhanku, nafsuku, dan
kejantananku yang masih berdiri tegak semuanya dikesampingkan,
di belakang keinginan yang besar untuk menghiburnya. Untuk
mengatakan padanya bahwa ini tidak apa-apa. Semuanya akan baikbaik saja.
Apa pun. Aku akan mengatakan apa pun untuk menghilangkan
ekspresi itu dari wajahnya.
Tapi dia tidak memberiku kesempatan. Begitu ia melepas tangannya
dari mulutku, ia berlari keluar pintu. Dan Kate menghilang sebelum
aku bisa menarik nafas. Aku seharusnya mengejarnya. Aku
seharusnya mengatakan padanya tidak apa-apa kalau dia
menghentikannya. Bahwa kejadian ini belum - dan tidak akan merubah apa pun. Meskipun ini satu kebohongan besar, dan kami
berdua tahu itu, benar kan"
Tapi aku tidak mengejar Kate, dan alasannya sederhana: Apakah
kalian pernah mencoba berlari dengan ereksi mengacung
kearahmu" Belum pernah" Well, ini nyaris mustahil.
Aku ambruk di atas sofa dan menyandarkan kepalaku. Sambil
menatap langit-langit, aku mencubit batang hidungku dengan
jemariku. Bagaimana mungkin sesuatu yang sederhana seperti seks
bisa menjadi begitu rumit. Aku juga tidak tahu.
Ya Tuhan, kejantananku begitu keras - Aku ingin menangis - Aku
akan mengakuinya. Aku tidak malu. Aku ingin menangis oleh rasa
nyeri yang berdenyut di selangkanganku karena tidak mendapat
pelepasan. Gagasan pergi keluar dan menemukan pengganti Kate
bahkan tidak pernah masuk ke dalam pikiranku. Karena
kejantananku tahu apa yang baru saja disadari oleh otakku.
Tidak ada pengganti untuk Kate Brooks. Bukan untukku. Bukan
sekarang. Aku menunduk menatap tonjolan yang ada di pangkuanku. Tonjolan
yang tidak menunjukkan indikasi akan segera turun dalam waktu
dekat. Ini akan menjadi malam yang sangat, sangat panjang.
*** Bab 8 Hari berikutnya, Kate belum datang ke kantor sampai pukul sebelas.
Aku tidak perlu memberitahu kalian bahwa ini tidak biasa baginya.
Dia menghindariku. Aku tahu ini karena aku telah melakukannya
sendiri lebih dari sekali. Diam-diam menyelinap ke arah lain di klub
ketika aku kebetulan secara samar-samar mengenali salah satu dari
kencanku terdahulu. Tapi benar-benar menjadi pihak yang menerima
perlakuan ini" Sungguh menyebalkan.
Aku tidak mendapatkan kesempatan untuk bicara dengannya sampai
jam dua. Ketika dia melangkah masuk ke kantorku - dia benar-benar
terlihat cantik. Rambutnya disematkan dengan model yang
Alexandra sebut French twist. Dia mengenakan gaun hitam yang
panjangnya sedikit di bawah lutut. Dengan sepatu hak tinggi dan
blazer hitam yang senada.
Dia meletakkan setumpuk papan poster kecil di mejaku, baganbagan grafiknya
menyusut menjadi ukuran notebook seperti yang
kita sepakati. "Baiklah. Kau benar. Kau yang harus memimpin
pertemuan dengan Anderson. Aku akan menjadi cadangan."
kate bicara seperti tidak pernah terjadi sesuatu. Seakan dia tidak
gemetar dalam pelukanku dan membuatku terangsang dengan
tangannya di kantor ini hanya beberapa jam yang lalu. Dia berubah
serius dan hanya memikirkan urusan bisnis. Sama sekali tidak
terpengaruh. Dan itu membuatku kesal.
Sangat kesal. Ketidakpedulian bukanlah reaksi yang biasa kuterima dari wanita.
Terus terang, ini sedikit sulit untuk diterima.
Aku merasa rahangku terkatup saat aku memberitahunya, "Bagus.
Ini cara yang terbaik untuk melakukannya."
Sekarang, jika kalian belum bisa menebak, aku bukanlah tipe orang
yang mudah tersinggung. Aku bukanlah tipe orang yang
membicarakan perasaanku sampai mati seperti suatu aliran baru dari
meditasi yang aneh. Tapi aku mengharapkan sesuatu darinya. Suatu
pengakuan dari apa yang terjadi semalam - daya tarik ini masih
menyedot kami berdua. Kupikir dia menjadi pihak yang akan
membahasnya. Toh dia adalah seorang wanita.
Tangled Karya Emma Chase di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika yang aku dapatkan adalah keheningan. Aku tidak tahan untuk
mendesaknya. "Kate, soal tadi malam - "
Dia memotongku, "Tadi malam adalah sebuah kesalahan. Itu tidak
akan terjadi lagi." Apakah kalian tahu sesuatu tentang psikologi anak" Tidak" Well,
inilah satu pelajaran bagi kalian. Jika kalian memberitahu seorang
anak bahwa mereka tidak boleh melakukan sesuatu, tebak apa yang
mereka pertama kali coba dan lakukan pada saat kalian tidak
melihatnya" Tepat. Pria juga sama. Ini pasti akan terjadi lagi. Tapi saat ini dia tidak
perlu mengetahuinya. "Oke." "Bagus." "Hebat." Dia berbisik, "Baik."
Baik adalah kata yang lucu, benar, kan" Kupikir tidak ada kata
seperti itu dalam bahasa Inggris yang menyatakan banyak hal
meskipun sebenarnya diucapkan secara singkat.
Berapa banyak istri mengatakan pada suaminya, "Aku baik-baik
saja," ketika maksud mereka yang sesungguhnya, "Aku ingin
memotong bolamu dengan pisau jagal?" Berapa banyak pria
mengatakan pada pacarnya, "Kau terlihat baik-baik saja," ketika
maksud mereka yang sesungguhnya, "kau harus kembali ke gym dan
banyak berolah raga." Ini adalah cara yang universal untuk
mengatakan bahwa kita sangat bagus - sedangkan sesungguhnya
kita merasakan hal sebaliknya.
"Baik," aku mengulangi, menunduk sambil menatap berkas-berkas
di atas mejaku. Dan kemudian Kate keluar pintu, aku menghabiskan sepuluh menit
berikutnya memutar kembali kejadian tadi malam berulang-ulang
dalam pikiranku. Hei, kalian tahu kata lain apa yang bisa berarti kebalikan dari yang
sesungguhnya" Kacau. Itulah apa yang akan terjadi padaku jika aku tidak segera berhenti
memikirkan urusan ini dan kembali fokus pada pertemuan pukul
tujuh nanti malam. *** Pertemuan makan malam kami berjalan lancar. Meskipun aku yang
lebih banyak bicara, namun Kate yang sesungguhnya mempesona
Saul Anderson. Jika aku tidak sedang kesal, aku akan mengakui
bahwa dia menghadapi pertemuan ini seperti orang yang sudah ahli.
Tapi sekarang aku sedang kesal, jadi aku tidak akan memberitahu
siapapun kecuali kalian. Kate tertawa pada beberapa cerita Anderson sesaat sebelum
Anderson permisi untuk pergi ke toilet. Aku mengambil minuman
anggurku, aku berharap ini adalah wiski.
Kate menoleh kearahku, kegembiraan seorang pemula menari di
matanya, "Jadi ini benar-benar berjalan dengan baik, bukan"
Maksudku, aku sangat yakin dia tertarik, benar, kan?"
Aku mengangkat bahu, "Tergantung pada apa yang ingin kau jual
padanya." "Apa yang kau bicarakan" Aku menjual kita - proposal kita,
perusahaan investasi kita."
Aku bersikap brengsek - ya, aku tahu.
"Benarkah" karena sepertinya kau menawarkan padanya sesuatu
yang benar-benar lain."
"Apa sebenarnya maksudmu?"
"Ayolah, Kate. Kau kuliah di Wharton. Kupikir kau memahami
persis apa yang kukatakan."
"Aku sudah benar-benar bersikap profesional..."
"Kau bisa lebih halus lagi jika kau merobek bajumu dan
menyodorkan payudaramu ke wajahnya."
Ok, ini sama sekali tidak beralasan. Dan aku sesungguhnya
mempertimbangkan untuk meminta maaf.
Tapi sebelum aku bisa merangkai kata-kata, cairan es sudah
merembes celanaku dan menuju ke selangkanganku. Kate baru saja
menuangkan segelas air ke pangkuanku.
"Apa kau gila?" bisikku dengan kasar, mencoba untuk tidak
membuat keributan saat aku melompat dan menyekanya dengan
serbet. "Apakah semuanya baik-baik saja di sini?"
Ini suara Anderson. Dia kembali dan memandang kearah aku dan
Kate. Aku mengangkat bahu dengan canggung dan Kate tersenyum
dan mengatakan kepadanya, "Semuanya baik-baik saja."
Kata itu muncul lagi. Mengerti maksudku"
"Drew, baru saja mengalami kecelakaan kecil dengan gelasnya. Kau
tahu bagaimana laki-laki - selalu ceroboh."
Anderson tertawa dan kembali duduk, sementara aku menimbang
kesempatanku untuk pembalasan. Salah satu yang kubutuhkan
sesudah aku mencekik Kate Brooks.
*** Satu jam kemudian, kami menunggu kopi dan hidangan penutup.
Kate meninggalkan meja. Aku berpikir kandung kemihnya pasti
pada kondisi segera akan pecah hingga benar-benar mau
meninggalkan aku sendirian dengan Anderson.
Anderson mengamatiku sejenak lalu berkata, "Aku suka apa yang
telah kulihat malam ini, Drew. Sangat mengesankan."
"Terima kasih, Saul."
Dalam bisnis, selalu menggunakan nama pertama. Itu bukanlah tidak
sopan. Ini menunjukkan bahwa kalian orang yang sejajar - dalam
kedudukan yang sama. Itu sangat berpengaruh.
Dan berdasarkan apa yang telah kau tunjukkan padaku, aku siap
untuk memberikan bisnisku kepada Evans, Reinhart and Fisher."
Ya! Buka sampanye-nya, sayang.
"Aku senang mendengarnya. Kupikir kesepakatan ini akan menjadi
sangat menguntungkan untuk kita berdua - yaitu, kita semua." Tidak
bisa melupakan Kate, bukan" Seperti dia akan mengijinkanku. "Kau
dapat sepenuhnya percaya pada aku dan Kate. Kami tidak akan
mengecewakanmu." Jari-jari Anderson menyentuh gelas kristalnya. "Benar. Tentang itu.
Sebelum aku menandatanganinya aku hanya punya satu syarat."
Hal semacam ini terjadi sepanjang waktu. Bukan masalah besar.
"Silahkan, Saul. Aku yakin kami dapat menyediakan apa yang kau
butuhkan." "Aku senang mendengarnya. Jadi, kenapa tidak gadis kesayanganmu
- Kate - membawa kontrak ke tempatku malam ini, sekitar tengah
malam." Dia memberiku kartu nama, dan aku merasa seperti ada
bongkahan batu di dalam perutku.
Bisakah kalian juga merasakannya"
"Di sini aku menginap. Kau menyuruh dia membawa berkasberkasnya...sendirian."
Kalian pasti pernah melihat acara TV ketika ada satu momen aneh
yang mengejutkan dan yang bisa kalian dengar hanyalah suara
jangkrik sebagai latarnya"
Mengerik-ngerik dengan menjengkelkan. Sekarang adalah salah satu
momen seperti itu. "Aku tidak yakin aku..."
"Oh, tentu saja kau yakin, Drew. Kau tahu bagaimana keadaannya.
Ketika seorang pria kerja lembur kau membutuhkan
sedikit...kenyamanan. Sebuah selingan."
Bagaimana kalau aku menendang pantatmu, Saul" Apakah itu bisa
menjadi selingan" "Dan gadismu itu menjadi bagian utamanya. Bisnisku akan
mendatangkan pendapatan jutaan dolar pada perusahaanmu. Belum
lagi klien tambahan yang akan kau peroleh ketika kabar tersiar
bahwa aku bekerja sama dengan perusahaanmu. Menurutku
pelayanan tambahan selama beberapa jam adalah pengorbanan kecil,
bukan?" Dia masuk akal - dilihat dari sudut pandang seorang pelaku seks
menyimpang. Tapi apakah kalian pikir itu penting" Tentu saja tidak.
Aku berdiri. Aku takut terhadap apa yang akan aku lakukan jika aku
terus melihat senyuman sombong dan penuh kepuasan darinya satu
menit saja. Aku melemparkan selusin uang di atas meja dan mengatakan pada
Anderson, "Itu bukan termasuk dalam bisnis kami. Jika ini adalah
kesepakatan yang kau cari, di Fourty Second Street sekitar sepuluh
blok dari sini kau akan mendapatkannya. Aku bukan germo. Dan
Katherine Brooks jelas bukan pelacur. Pertemuan ini selesai."
Tidakkah kalian bangga padaku" Aku sendiri bangga. Meskipun apa
yang aku katakan sama sekali tidak memuaskan. Itu profesional bermartabat. Aku menahan diri. Aku bahkan tidak memanggilnya
penjilat, bajingan, brengsek yang kurasa pantas untuknya. Selamat
untukku. Aku berjalan ke area bar di ruang sebelah, dan aku sangat marah.
Dapatkah kalian melihat uap yang keluar dari telingaku" Tidak"
Well, jelas kalian tidak cukup berkonsentrasi. Orang itu punya nyali
juga. Untuk mengusulkan bahwa Kate...Kate lebih dari sekedar
wajah yang cantik. Dia brilian. Lucu. Dan - Ok. Mungkin dia tidak
bersikap baik padaku, tapi aku yakin dia bisa melakukannya kalau
dia tidak membenciku. Bagaimanapun juga - dia berhak
diperlakukan lebih baik - lebih dihormati - daripada apa yang baru
saja dia terima. Jauh lebih baik.
Saat itulah aku melihatnya, berjalan melewati bar setelah kembali
dari toilet. Kate melihatku dan menghampiri. Senyuman merekah di
wajahnya. "Jadi, bagaimana hasilnya, dia bersama kita, kan" Aku tahu itu,
Drew! Aku tahu saat menunjukkan proyeksi kita dia langsung setuju.
Dan aku tahu bekerja sama bukanlah hal yang paling mudah bagi
kita, tapi kupikir ayahmu benar, kita adalah tim yang bagus, bukan?"
Aku menelan ludah. Aku menatap tangan Kate yang memegang
lenganku kemudian kembali pada mata polosnya yang manis dan,
dan...aku tidak bisa melakukannya, aku tidak bisa memberitahu Kate
yang sebenarnya. "Aku gagal, Kate. Anderson tidak tertarik."
"Apa" Apa maksudmu" Apa yang telah terjadi?"
Aku menatap sepatu sembilan ratus dolarku. "Aku mengacaukannya.
Bisakah kita segera pergi dari sini?"
Ketika aku menatapnya lagi, wajah Kate diselimuti oleh perasaan
simpati juga kebingungan. Aku baru saja mengatakan padanya
bahwa aku mengacaukan klien - klien kita - dan tidak ada tandatanda kemarahan pada
ekspresinya. Ya Tuhan, aku seperti bajingan.
"Well, biarkan aku bicara padanya, mungkin aku bisa memperbaiki
keadaan." Aku menggeleng, "Tidak, kau tidak bisa."
"Setidaknya, biarkan aku mencobanya."
"Kate, tunggu..." Tapi dia sudah pergi, ke arah meja di mana
Anderson masih duduk menunggu.
Pernahkah kalian berada di jalan tol terjebak dalam kemacetan dari
bemper ke bemper" Dan ketika akhirnya kalian sampai di barisan
paling depan, kalian menyadari kemacetan itu terjadi karena
kecelakaan" Mungkin bukan kecelakaan parah - mungkin hanya
kecelakaan ringan dan mobilnya telah dipindahkan ke pinggir jalan.
Dan semua kemacetan itu - semua waktu yang terbuang - karena
setiap pengemudi yang lewat tempat kejadian memperlambat
kendaraan dan melihat. Ini konyol, bukan" Dan kalian bersumpah jika lewat, kalian tidak
akan melihat - hanya pada prinsipnya. Tapi ketika kalian sampai di
sana, kalian mengemudi melewati pintu mobil yang penyok, lampu
berkedip, bemper hancur, apa yang akan kalian lakukan"
Kalian memperlambat mobil dan melihat, kalian sebenarnya tidak
ingin, tapi tidak tahan. Ini tidak wajar. Tidak masuk akal. Tapi
begitulah sifat manusia. Menyaksikan Kate berjalan menuju
Anderson terasa seperti melihat pasca kecelakaan. Dan tidak peduli
berapa besar aku ingin berpaling - aku tidak bisa.
Kate berdiri di samping kursi Anderson, dengan senyum profesional
yang sempurna di bibirnya. Jika kalian memperhatikan dengan
cermat, kalian akan melihat ketika apa yang Anderson minta masuk
kedalam pikiran Kate. Lihat bagaimana senyumnya membeku"
Keningnya sedikit berkerut karena Kate sungguh tidak bisa percaya
apa yang baru saja Anderson usulkan, dan kemudian tubuh Kate
menjadi kaku dan tidak yakin. Haruskah Kate mengumpatnya"
Haruskah dia tertawa lepas atau menolak dengan halus" Sementara
otak Kate berpikir, Anderson menggerakkan jarinya - dapatkah
kalian melihat lendir yang menetes dari jarinya" - dan jari Anderson
perlahan-lahan menelusuri lengan telanjangnya.
Dan saat itu juga. Dan aku tersadar dari pingsanku. Aku marah.
Sangat marah. Kalian pernah melihat film A christmas Story" Kalian tahu bahwa
menjelang akhir Ralphie benar-benar mengalahkan si penganggu"
Aku berharap pada Tuhan semoga kalian pernah menontonnya.
Karena kemudian kalian akan tahu sebenarnya apa maksudku ketika
aku mengatakan kenyataan tentang Ralphie pada bajingan ini.
Aku berjalan mendekat dan memposisikan diri di depan Kate.
"Sentuh dia lagi dan aku akan melemparmu keluar jendela kaca itu.
Orang-orang akan mengumpulkan potongan-potongan tubuhmu
selama limapuluh empat hari."
Dia terkekeh. Kedengarannya seperti Crypt Keeper1, bukan"
"Tenang, nak." Nak" Apakah idiot ini nyata"
"Kau tahu sesuatu, Drew" Aku menyukaimu."
Sekarang ada konsep yang membuatku sangat takut.
"Aku membutuhkan orang sepertimu." Ia melanjutkan, "Seseorang
yang tidak takut mengungkapkan pikirannya. Memberitahuku apa
yang dia sebenarnya pikirkan. Tampaknya...syaratku tidak akan
terpenuhi. Tapi aku akan tetap menandatangani kontrak denganmu
dan perusahaanmu. Bagaimana menurutmu?" Anderson bersandar di
kursinya dan meneguk anggurnya. Sepenuhnya yakin bahwa aku
akan mengabaikan apa yang dia katakan atau lakukan sebelumnya
hanya agar aku berkesempatan mendapatkan uangnya.
"Aku akan mengatakan tidak untuk ini, Saul. Dengar, kami punya
kebijakan dalam perusahaan: Kami tidak berurusan dengan bajingan
tolol, impoten, pemakai viagra yang mencoba menggunakan
posisinya untuk memaksa perempuan yang cukup muda menjadi
anaknya - ke tempat tidur! Pergilah menjajakan omong kosongmu
ke tempat lain. Kami tidak membelinya."
Tatapan kami terkunci satu sama lain seperti dua serigala di
Discovery Channel ketika Anderson mengatakan, "Pikirkan dengan
seksama, nak. Kau membuat kesalahan."
"Kurasa satu-satunya kesalahan yang kulakukan adalah membuang
waktu kami di sini bersamamu. Aku tidak berencana berada di sini
lebih lama lagi. Kita sudah selesai."
Dan kemudian aku berpaling pada Kate dan mengatakan padanya
dengan lembut, "Kita pergi."
Dengan tanganku di punggungnya kami berjalan ke ruang
penyimpanan mantel, aku memegang mantel Kate dan membantu
mengenakannya. Dengan tanganku di bahunya, aku bertanya, "Kau
baik-baik saja?" Kate tidak melihat kearahku, "Aku baik-baik saja."
Benar. Dan kita semua tahu apa artinya, bukan"
***
Tangled Karya Emma Chase di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bagi kebanyakan pria, mobil mereka setara dengan wanita yang
sempurna. Kita bisa merancangnya untuk terlihat persis sebagaimana
yang kita inginkan, dan kita bisa menungganginya dengan keras dan
dia tidak akan mengeluh, dan kita bisa dengan mudah menukarnya
ketika ada yang lebih baru, model yang lebih muda datang. Ini
adalah hubungan yang sangat ideal.
Aku mengendarai Aston Martin V12. Tidak ada banyak hal di dunia
ini yang aku cintai, tapi mobilku adalah salah satunya. Aku
memilikinya setelah aku menutup kesepakatan pertamaku. Dia
cantik. Dia adalah kesayanganku. Bukan berarti kalian akan tahu
caraku mengemudi saat ini. Ini adalah mode mengemudi khas pria
yang sedang kesal. Memegang kemudi dengan kuat, menikung
tajam, berhenti mendadak, memencet klakson dengan cara yang
sedikit provokatif. Aku tidak berpikir tentang bagaimana sikapku
akan ditafsirkan oleh Kate, sampai mendengar suara kecilnya yang
berasal dari kursi penumpang.
"Maafkan aku." Aku melirik cepat padanya. "Kau minta maaf untuk apa?"
"Aku tidak pernah bermaksud mengirimkan sinyal semacam itu,
Drew. Aku tidak pernah mendekati klien. Aku tidak menyadari
bahwa..." Ya Tuhan. Kenapa wanita selalu melakukan ini" Kenapa mereka begitu
semangat menyalahkan dirinya sendiri ketika seseorang
memperlakukan mereka seperti sampah" Seorang pria akan memarut
lidahnya dengan parutan keju sebelum mengakui kalau dia
mengacau. Ketika kami berusia enam belas tahun, Matthew berkencan dengan
Melissa Sayber. Suatu hari ketika dia berada di kamar mandi,
Melissa membuka laci kaos kakinya dan menemukan catatan dari
dua cewek lain yang Mathew kencani pada saat bersamaan. Melissa
mengamuk. Tapi kalian tahu" Pada saat Matthew selesai bicara
padanya - setelah dia membuang barang bukti - tidak hanya
Matthew meyakinkan padanya bahwa dia membaca catatan yang
salah, tapi juga Melissa meminta maaf kepadanya karena
menggeledah barang-barangnya. Luar biasa, bukan"
Aku menepi ke pinggir jalan dan menghadap kearahnya, "Dengarkan
aku, Kate - kau tidak melakukan kesalahan apapun."
"Tapi kau bilang, tentang blusku...dan wajahnya..."
Bagus. Sekarang Kate berpikir bahwa dia melakukannya karena itu
adalah apa yang aku katakan padanya. Sempurna.
"Tidak, aku bersikap brengsek. Aku tidak sungguh-sungguh. Aku
hanya berusaha untuk membuatmu jengkel. Dengar, dalam bisnis ini
beberapa orang pria adalah orang brengsek yang berkuasa. Mereka
terbiasa mendapatkan apapun yang mereka inginkan, termasuk
wanita." Aku tidak ingin melihat kesamaan antara Saul Anderson dan diriku
sendiri. Tapi keduanya seperti sulit untuk dilewatkan. Mendengarkan
kata-kata Anderson malam ini membuatku merasa...sangat
jahat...bagaimana aku telah memperlakukan Kate dalam beberapa
minggu terakhir. Ayahku menginginkanku untuk membantunya,
membimbingnya. Sebaliknya, aku membiarkan kejantananku dan
rasa persainganku yang terlalu aktif menguasai keadaan.
"Dan kau seorang wanita yang cantik. Ini tidak akan menjadi
terakhir kalinya hal semacam ini terjadi. Kau harus punya kulit yang
tebal. Kau tidak boleh membiarkan orang lain mempermainkan
kepercayaan dirimu. Kau sempurna pada pertemuan tadi. Sungguh.
Seharusnya sudah sukses."
Kate memberiku senyuman kecil. "Terima kasih."
Aku kembali ke jalan, dan kami berkendara dalam keheningan.
Sampai dia berkata, "Ya Tuhan, aku butuh minuman sekarang."
Komentarnya mengejutkanku. Ini seperti bukan Kate yang
mengatakannya. Dia adalah seorang yang jujur dan berhati-hati
dalam berperilaku. Berterus terang. Jenis gadis yang nyaris tidak
pernah minum. Tidak menyantap makanan berlemak, dan menyedot
debu di belakang sofa tiga kali seminggu. Pada saat ini aku baru
menyadari bahwa meskipun wanita disampingku sudah mengisi
ruang permanen dalam pikiranku, aku benar-benar tidak tahu banyak
tentang dirinya. Tidak lebih seperti pertama kali aku mendekatinya
pada beberapa minggu yang lalu di REM.
Ini bahkan suatu kejutan yang lebih besar lagi ketika aku mengakui
pada diri sendiri bahwa aku juga ingin mengenalnya.
Pada titik ini dalam hidupku, gagasanku mengenal seorang wanita
hanya sekedar untuk mengetahui apakah wanita suka melakukan
seks dengan pelan dan manis atau secara keras dan kotor - atas,
bawah atau dari belakang. Tapi interaksi yang sudah aku dapatkan
dengan Kate berbeda dari wanita manapun. Dia berbeda.
Dia seperti Kubus Rubik2. Membuat kalian begitu frustasi sampai
ingin melemparkannya keluar jendela. Tapi kalian tidak
melakukannya. Tidak bisa. Kalian terdorong untuk terus bermain
sampai bisa menyelesaikannya.
"Serius?" Aku bertanya.
Dia mengangkat bahu. "Ya. Ini merupakan malam yang buruk beberapa minggu yang buruk, sebenarnya."
Aku tersenyum dan memindahkan mobil kesayanganku ke gigi lima.
"Aku tahu tempatnya."
Jangan khawatir. Aku tidak punya rencana mempermainkannya
dengan alkohol sampai dia menyerahkan tubuhnya. Tapi...jika dia
kebetulan sangat mabuk dan merobek bajuku di gang belakang bar,
jangan berharap aku akan memukulnya dengan tongkat.
Kesampingkan segala leluconnya, ini adalah babak baru bagi Kate
dan aku. Suatu awalan baru. Aku akan bersikap gentleman. Sumpah
pramuka. Tapi, aku belum pernah menjadi pramuka.
*** Bab 9 "Pertama kali kau mabuk?"
"Umur tiga belas. Tepat sebelum pesta dansa sekolah. Orangtuaku
berada di luar kota, dan kencanku, Jennifer Brewster, berpikir akan
terlihat dewasa untuk meminum vodka dan jus jeruk. Tapi yang bisa
dapatkan adalah rum. Jadi kami minum rum dan jus jeruk. Kami
akhirnya muntah-muntah di belakang gym. Sampai hari ini, aku
tidak tahan mencium aroma rum tanpa merasa ingin muntah.
Ciuman pertama?" "Tommy Wilkens. Kelas enam, di bioskop. Dia memelukku dan
menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku. Aku tak tahu apa yang
sebenarnya terjadi."
Kami sedang bermain First and Ten. Bagi kalian yang asing dengan
game minuman ini, akan kujelaskan. Satu orang menanyakan
tentang segala hal yang pertama kepada orang lain - pertama kalian
ke Disneyland, pertama kali kalian bercinta, tak ada bedanya. Dan
orang lain harus memberikan jawabannya terlebih dulu. Jika mereka
belum melakukan itu untuk pertama kalinya - atau tidak mau
menjawab - mereka harus menenggak minuman mereka. Kemudian
mereka harus memberitahu kalian sesuatu yang telah mereka
lakukan setidaknya sebanyak sepuluh kali. Siapa salah satu dari
kami yang menyarankan permainan ini" Aku sudah melewatkan lima
pengalaman pertamaku. Aku tak tahu.
"Pertama kali kau jatuh cinta?"
Hitung jadi enam. Aku mengambil vodka-ku dan menenggaknya.
Kami berada di sudut gelap dari sebuah bar lokal kecil bernama
Howie. Ini adalah tempat yang tidak banyak menarik perhatian,
mirip seperti Cheers. Para pengunjungnya santai, gampang bergaul.
Bukan orang yang mengenakan setelan licin karya perancang mode
Manhattan dengan siapa aku biasanya menghabiskan malam akhir
pekanku. Tapi aku suka di sini. Kecuali untuk karaokenya. Siapapun
yang menemukan karaoke itu pasti orang jahat. Mereka harus
ditembak di antara matanya dengan peluru tumpul.
Kate memiringkan kepalanya ke samping, menilaiku. "Kau belum
pernah jatuh cinta?"
Aku menggeleng. "Cinta hanya untuk orang yang lemah,
sweetheart." Dia tersenyum. "Lumayan sinis, ya" Jadi kau tak percaya cinta itu
nyata?" "Aku tidak bilang begitu. Orangtuaku telah menikah selama tiga
puluh enam tahun. Kakak perempuanku mencintai suaminya, dan
suaminya memujanya."
"Tapi kau belum pernah jatuh cinta?"
Aku mengangkat bahu, "Aku hanya tidak melihat apa gunanya. Ini
adalah usaha yang sangat besar dan tidak banyak hasilnya.
Peluangmu untuk berhasil melewati beberapa tahun pertama paling
tinggi hanyalah setengah-setengah. Terlalu rumit untuk seleraku."
Aku lebih suka yang sederhana dan gampang. Aku bekerja, aku
bercinta, aku makan, aku tidur, pada hari Minggu aku harus makan
menjelang siang dengan ibuku dan bermain basket dengan temantemanku. Mudah.
Gampang. Kate duduk tegak di kursinya. "Ibuku sering berkata, 'Jika itu tidak
sulit, itu tidak berharga.' Disamping itu, apa kau tidak
merasa...kesepian?" Seperti sudah direncanakan saja, gadis pengantar minuman
berpayudara besar datang ke meja kami dan membungkuk dengan
tangan di bahuku dan belahan dadanya di wajahku. "Kau perlu apa
lagi, manis?" Itu sudah cukup menjawab pertanyaan Kate, bukan"
"Tentu, sayang. Bisakah kau membawakan kami minuman lagi?"
Ketika pelayan bergerak menjauh, mata Kate bertemu dengan
mataku sebelum berputar ke langit-langit. "Pokoknya. Katakan
padaku sepuluh pengalamanmu."
"Aku sudah pernah berhubungan seks dengan lebih dari sepuluh
wanita dalam satu minggu."
Cancun. Liburan musim semi tahun 2004. Meksiko adalah tempat
yang menakjubkan. "Uhh. Apa itu seharusnya membuatku terkesan?"
Aku menyeringai dengan bangga. "Ini mengesankan sebagian besar
wanita." Aku membungkuk dan merendahkan suara saat
menggosokkan ibu jariku perlahan ke ibu jarinya. "Dan lagi, kau
bukan wanita kebanyakan, kan?"
Dia menjilat bibirnya, matanya tertuju kearahku. "Apa kau sedang
merayuku?" "Tentu saja." Gadis pengantar minuman membawa pesanan kami. Aku
membunyikan buku-buku jariku. Aku siap. Saatnya untuk...lebih
intim. "Blowjob pertama?"
Aku sudah berusaha menahannya. Aku mengulur waktu selama yang
kubisa. Tapi aku tak bisa menahannya lagi.
Senyuman menghilang dari wajah Kate. "Kau punya masalah serius.
Kau tahu itu, kan?" Mengutip satu kalimat tentang tekanan teman sebaya dari film The
Breakfast Club, aku mendesaknya, "Ayolah, Claire - jawab saja
pertanyaan sederhana itu."
Kate mengambil minumannya dan menenggaknya secara
mengesankan. Aku terkejut sekaligus tercengang. "Kau tidak pernah memberikan
blowjob?" Kumohon, Tuhan, jangan biarkan Kate menjadi salah satu dari
wanita itu. Kalian tahu apa yang kumaksud - dingin, tidak suka
berpetualang, tipe orang-orang yang tidak akan melakukan 'itu'.
Orang yang bersikeras untuk bercinta, yang berarti bersetubuh
dalam posisi misionaris saja. Mereka adalah penyebab kenapa orangorang seperti
Elliot Spitzer dan Bill Clinton mempertaruhkan karir
politik mereka, karena mereka sangat ingin mendapatkan akhir yang
nikmat. Dia mengernyit saat panasnya vodka membakar tenggorokannya.
"Billy tidak suka...oral seks. Maksudku, dia tidak suka
melakukannya padaku."
Dia pasti sudah mabuk. Tidak mungkin Kate akan mengatakan ini
jika dia tidak benar-benar dan sepenuhnya mabuk. Dia
menyembunyikan dengan baik, bukan" Tapi dia masih belum
menjawab pertanyaanku. Adapun tunangannya - dia banci. Bukan permainan kata-kata. Ibuku
selalu bilang, "Siapapun yang mau melakukannya, lakukanlah sebaik
mungkin." Oke, ibuku tidak sepenuhnya mengucapkan kalimatnya
persis seperti itu, tapi kalian bisa mendapat gambarannya. Jika aku
tidak ingin melakukan oral kepada seorang cewek, maka aku juga
tidak akan menidurinya. Maaf jika ini terdengar kasar, tapi begitulah
seharusnya. Dan ini adalah Kate yang sedang kita bicarakan di sini. Aku akan
'memakannya' untuk sarapan setiap hari dalam seminggu dan dua
kali pada hari Minggu. Dan aku tidak bisa memikirkan satu pria pun
yang akan membantah pendapatku.
Billy adalah orang yang sunguh idiot.
"Jadi, karena Billy tidak pernah...kau tahu. Dia pikir itu tidak adil
bahwa aku harus melakukan itu padanya. Jadi, tidak...Aku belum
pernah..." Kate bahkan tidak bisa mengatakannya. Aku harus membantunya.
"Oral seks" Mengisap miliknya" Menyedot bolanya" Meledakkan
bola dan pikirannya?"
Dia menutupi wajahnya dan cekikikan. Aku cukup yakin ini adalah
hal yang paling menggemaskan yang pernah kulihat. Dia
melepaskan tangan dari wajahnya dan menghembuskan napas.
"Lanjutkan. Sepuluhku. Aku sudah bersama Billy selama lebih dari
sepuluh tahun." Aku tersedak oleh birku. "Sepuluh tahun?"
Dia mengangguk. "Hampir sebelas."
"Jadi kau mulai pacaran dengannya ketika kau..."
"Lima belas tahun. Ya."
Jadi, jika aku mendengarnya dengan benar, apa yang Kate katakan
adalah bahwa tidak ada seorang pun yang pernah melakukan oral
seks padanya" Tidak bermaksud untuk membuang waktu sia-sia, tapi
aku tidak bisa memahami kenyataan ini. Itulah apa yang dia katakan,
bukan" Aku bisa menangis. Sungguh berdosa. Kesampingkan orang yang
menemukan karaoke - Sisakan pelurunya untuk pacar Kate.
"Berapa lama kau sudah bertunangan?"
"Sekitar tujuh tahun. Dia melamarku seminggu sebelum aku
meninggalkan rumah untuk kuliah."
Kedua kalimat itu menceritakan padaku dengan tepat jenis manusia
bedebah macam apa Billy sebenarnya. Tidak percaya diri,
pencemburu, selalu menempel. Billy tahu pacarnya tidak pantas
untuknya, bahwa Kate akan menjadi orang sukses dan kemungkinan
besar akan segera meninggalkannya. Jadi apa yang dia lakukan" Dia
melamar Kate untuk menikah dengannya, sepenuhnya menjebak
Kate sebelum dia mengenal pria lain yang lebih baik.
"Itulah mengapa cincinnya begitu...kau tahu...kecil. Tapi itu tidak
masalah bagiku. Billy bekerja selama enam bulan untuk membelikan
aku cincin ini. Membersihkan meja bar, memotong rumput, kerja
mati-matian. Batu kecil ini lebih berarti bagiku daripada permata
terbesar yang ada di Tiffany."
Dan beberapa kalimat itu cukup menceritakan padaku tipe wanita
Tangled Karya Emma Chase di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
macam apa Kate Brooks sebenarnya. Banyak wanita Manhattan suka
kemewahan - merek dari mobilnya, tulisan pada tasnya, ukuran
cincinnya. Dangkal. Kosong. Aku pasti tahu, aku pernah tidur
dengan sebagian besar dari mereka. Tapi Kate bukan orang palsu.
Dia asli. Kate segalanya tentang kualitas, bukan kuantitas.
Dia mengingatkan aku pada kakak perempuanku, sebenarnya.
Bahkan dengan segala uang yang kami miliki saat tumbuh dewasa,
Alexandra tidak benar-benar peduli sedikitpun tentang label atau apa
yang orang lain pikirkan. Itulah kenapa akhirnya dia bersama pria
seperti Steven. Dia dan Alexandra mulai berpacaran saat SMA,
ketika Steven masih mahasiswa tingkat kedua dan Alexandra kelas
tiga SMA. Manuver itu membuat Steven menjadi legenda di St.
Mary's Prep school. Sampai hari ini, namanya disebut di lorong suci
sekolah Alexandra dengan penuh hormat.
Apa" Ya, aku sekolah di sekolah Katolik. Kalian terkejut"
seharusnya tidak. Omong-omong - sampai di mana aku" Oh ya
benar, Steven dan Alexandra.
Steven bukan pria paling tampan, atau pria yang paling lembut. Dia
bukan seorang playboy, dia tidak pernah bisa. Lalu bagaimana dia
berhasil mendapatkan tangkapan besar seperti kakakku, kalau kalian
tanya" Kepercayaan diri. Steven tidak pernah ragu pada diri sendirinya. Tidak pernah sedetik
pun berpikir bahwa dia tidak cukup pantas untuk Si Menyebalkan. Ia
menolak untuk diintimidasi. Dia selalu memancarkan keyakinan diri
yang membuat wanita tertarik padanya. Karena dia tahu bahwa tidak
seorang pun bisa mencintai kakakku seperti dirinya. Jadi, ketika
Alexandra masuk kuliah bertahun-tahun sebelum Steven bisa
bergabung dengannya, apa dia khawatir" Tentu saja tidak. Dia tidak
takut untuk membiarkan Alexandra pergi. Karena dia tahu dengan
kepastian yang mutlak bahwa suatu hari dia akan kembali. Padanya.
Tak pelak lagi Billy 'Tolol' Warren tidak begitu percaya diri.
*** Dua jam kemudian, Kate dan aku bisa dipastikan mabuk. Lihat kami
di sana" Menatap panggung, menyesap bir dengan ekspresi sayu di
wajah kami. Kalian dapat belajar banyak tentang seseorang ketika
mereka sedang mabuk, dan aku telah belajar banyak hal tentang
Kate. Ketika ia minum - dia suka mengoceh.
Apa dia suka menjerit juga" Sudahlah, bagian itu akan datang
nantinya. Kampung halaman Kate adalah di Greenville, Ohio. Ibu masih
tinggal di sana, menjalankan restoran bertema western milik
keluarganya. Kedengarannya sangat bercorak Amerika Serikat
bagian tengah. Tempat di mana penduduk lokal sarapan sebelum
bekerja dan remaja berkumpul setelah pertandingan football. Kate
menjadi pelayan di sana selama masa SMA-nya. Dia tidak
menyebutkan ayahnya sekalipun, dan aku juga tidak bertanya. Dan
meskipun menjadi Valedictorian (lulusan terbaik), Kate dulunya
gadis yang cukup liar. Itu menjelaskan mengapa dia begitu kuat
minum. Rupanya, dia dan si bedebah itu menghabiskan masa remaja
mereka menyelinap masuk arena roller skate setelah tutup, mengutil,
dan bernyanyi di sebuah band bersama.
Oh yeah, itulah yang si keledai lakukan untuk mencari nafkah. Dia
seorang musisi. Kalian tahu apa artinya, bukan"
Ya - pengangguran. Mengapa Kate masih bersama dengan pecundang ini" Itulah
pertanyaan yang sangat penting, nak. Aku bukan orang yang tidak
mau bergaul dengan orang kecil. Aku tak peduli jika kalian bekerja
di pom bensin atau menjadi kasir di Mickey-D. Jika kalian seorang
laki-laki sejati, kalian harus bekerja - kalian tidak menjadi parasit
bagi pacarmu. "Karaoke memuakkan," Aku mendengus ketika waria pirang di
depan mikrofon selesai menyanyikan lagu "I Will Survive."
Kate memiringkan kepalanya. "Gadis...Pria itu...lumayan juga."
"Kurasa telingaku berdarah." Aku menunjuk ke wajah-wajah yang
seakan koma di dalam bar. "Mereka sekarat dan mati pelan-pelan."
Kate menyesap birnya. "Ini karena lagunya salah untuk tempat
semacam ini. Lagu yang tepat akan membangunkan mereka."
"Kau sinting." Dia bicara kurang jelas, "Ya. Aku bisa melakukannya."
"Tidak mungkin. Tidak, kecuali kau berencana untuk menyanyi
sambil menari striptis."
Dan, hadirin sekalian, ini adalah pertunjukan yang aku rela
memberikan testis kiriku untuk menontonnya.
Dia mengambil ponselku dari meja dan menggoyangkan jarinya
kearahku. "Tidak boleh memotret. Tidak boleh ada bukti apapun."
Lalu ia bangkit dan berjalan ke atas panggung. Apa kalian
mendengar erangan menderita dari pengunjung bar saat musik mulai
terdengar" Tapi kemudian dia mulai bernyanyi:
I don't stand a chance when you look at me that way
I'll do anything you want me to anything for you
And I'll shout it for the whole world to know
Oh, honey, that's what you do to me
And I don't mind at all Astaga. Suaranya dalam, sempurna, dan merangsang. Seperti seorang
pekerja telepon seks di salah satu nomor yang memakai angka
sembilan ratus. Mengapung di sekitar ruangan dan membasuhku
seperti...seperti cumbuan secara lisan. Tubuhku bereaksi seketika
pada suaranya. Kejantananku sekeras batu.
You know I'm not a girl who cares to see
Or gives a damn what anyone thinks of me
I go down hard, I stand my ground
But whenever you come around
I'm helpless Baby, I don't stand a chance
Every time you look at me that way
It brings me to my knees Kate mulai bergoyang pinggul selaras dengan musiknya, dan aku
membayangkan betapa sempurnanya Kate terlihat saat berlutut di
depanku. Aku tak bisa melepaskan pandanganku darinya. Dia
memukau...menghipnotis. And I'm changing, never thought I'd be like this
But you showed me a better way
I'll do anything for your kiss
In all my days I've never seen
A man who means everything to me
I can leave everything else in the dust
But it's you I just can't give up
Kate mendapatkan perhatian penuh dari setiap pria di tempat ini.
Tapi matanya...mata onyx menakjubkannya...menatap tepat ke
arahku. Dan ini membuatku merasa seperti dewa.
I've never let anyone get this close to me before
Distance keeps me safe and keeps me sane
But now you've got my heart twisted with yours
Better than it's ever been, there's a lot to lose
But even so much more to win
Oh, baby... Dia menyibakkan rambutnya, dan aku membayangkan dia
melakukan hal itu saat menunggangiku dengan goyangan panjang
dan keras. Ya Tuhan. Aku pernah mendapatkan lap dance1 dari
beberapa penari telanjang terbaik di kota ini, dan aku belum pernah
ejakulasi di celana - tidak sekalipun. Tapi itulah apa yang akan
terjadi padaku jika lagu ini tidak segera berakhir.
I feel so helpless when you look at me that way
I'll do anything for you only for you
Bar meledak oleh sorak, siulan dan tepuk tangan saat Kate turun dari
panggung. Kedengarannya seperti rodeo terkutuk. Dia tersenyum
bangga saat berjalan ke arahku. Aku berdiri, dan dia berhenti hanya
beberapa inci dariku. Dia menatap ke arahku dan menaikkan satu alisnya. "Sudah kubilang
aku bisa membangunkan mereka."
Aku dengan pelan berkata, "Itu...kau...luar biasa."
Aku ingin menciumnya. Lebih dari keinginanku untuk bernapas.
Kejadian kemarin malam melintas dalam pikiranku. Bagaimana
nikmatnya Kate ada dalam pelukanku. Aku harus menciumnya.
Senyum perlahan mengembang dari wajahnya, dan kutahu dia juga
menginginkannya. Aku menyibak sehelai rambut ke belakang
telinganya dan mencondongkan tubuhku...
Dan jeritan nyaring dari ponselnya mengganggu kami.
Kate berkedip seakan terbangun dari kesurupan dan mengangkat
ponselnya. "H - Halo?" Dia tersentak dan menjauhkan ponsel dari
telinganya untuk menghindari suara teriakan di ujung yang lain.
"Tidak...Billy, aku tidak lupa. Aku hanya mengalami malam yang
berat. Tidak...ya...aku di sebuah bar yang bernama Howie's.
Letaknya di..." Dia sesaat menatap ponselnya, dan aku menebak
bahwa si brengsek baru saja menutup telponnya. Matanya benarbenar sadar
sekarang. "Aku harus ke luar. Billy datang menjemputku."
Bukankah ini kejutan yang menyenangkan" Aku bisa bertemu
dengan bajingan hidup ini. Ini akan menjadi semacam Freak Night
di karnaval. *** Ketika kami menunggu di trotoar, Kate menoleh kearahku. "Apa
yang akan kita katakan pada ayahmu?"
Dan inilah pertanyaan yang telah aku hindari untuk tanyakan pada
diri sendiri sepanjang malam. Ayahku adalah pria setia dan dapat
diandalkan - seorang ksatria. Tradisional. Aku percaya ayahku akan
bangga karena aku membela kehormatan Kate. Tapi dia juga seorang
pengusaha. Dan kenyataannya adalah, aku bisa saja membela Kate
dan masih mendapatkan kontrak dari Anderson. Itu yang seharusnya
kulakukan. Itu yang akan kulakukan seandainya terjadi pada orang
lain selain Kate di meja perundingan.
"Aku akan menangani urusan dengan ayahku."
"Apa" Tidak, kita satu tim, ingat" Kita berdua kehilangan klien ini."
"Aku yang marah pada Anderson."
"Dan aku juga tidak mencegahmu. Sekarang, aku menghargai apa
yang telah kau lakukan untukku, Drew, sungguh. kau luar biasa,
sebenarnya." Mungkin itu hanya karena pengaruh vodka, tapi kata-katanya
membuatku merasa bahagia dan terhibur.
"Tapi aku tidak butuh seorang penyelamat," ia melanjutkan. "Aku
wanita dewasa, dan aku pasti bisa menangani apa pun yang mungkin
ayahmu berikan. Kita akan bicara padanya bersama-sama pada Senin
pagi. Setuju?" Ini mengkonfirmasi bahwa: Kate Brooks adalah seorang wanita yang
luar biasa. "Setuju." Kemudian sebuah mobil Ford Thunderbird warna hitam menderu di
jalan dan berhenti di depan kami. Ya - kubilang Thunderbird.
Dapatkah kalian katakan bahwa ini benar-benar akhir pekan tahun
80an" Seorang pria dengan bentuk tubuh rata-rata dan rambut
cokelat muda keluar dari dalam mobil.
Apakah hanya aku, atau memang dia terlihat seperti orang brengsek
menurut kalian juga" Jenis orang yang ketinggalan jaman. Jenis
semprotan cuka dan air milik nenek kalian.
Dengan kening berkerut, Billy memusatkan perhatian pada Kate
sebelum menatap kearahku. Dan kemudian dia bahkan terlihat lebih
marah lagi. Mungkin si tolol ini tidak sebodoh seperti yang kukira,
dia menyadari kehadiran seorang pesaing ketika melihatnya.
Dia berjalan memutar dan membukakan pintu penumpang untuk
Kate. Kate mendesah dan memberiku senyum terpaksa. Lalu ia
berjalan dua langkah kearah mobil dan tersandung pada lubang di
trotoar. Aku bergerak untuk menangkapnya, tapi si brengsek lebih
dekat dan mendahuluiku. Dia memegang Kate dalam jarak yang
agak jauh, kemarahan di wajahnya berubah menjadi rasa jijik.
"Apa kau mabuk berat?"
Aku benar-benar tidak suka nada bicaranya. Seseorang perlu
mengajari dia sedikit sopan santun.
"Jangan mulai, Billy. Aku mengalami malam yang berat," Kate
memberitahunya. "Malam yang berat" Benarkah" Seperti mempunyai pertunjukan
terbesar dalam hidupmu dan pacarmu tidak muncul" Apakah
seburuk itu, Kate?" Pertunjukan" Apakah dia benar-benar baru saja mengatakan
pertunjukan" Apakah Kate sungguh-sungguh tidur dengan si tolol
ini" Kalian pasti bercanda.
Kate melepaskan diri dari pegangannya. "Kau tahu..." Dia mulai
kata-katanya dengan tajam - dan kemudian melemah. "Hanya...ayo
kita pulang." Dia masuk ke dalam mobil dan si brengsek itu
membanting pintu di belakangnya. Dia melotot kearahku saat
berjalan memutar menuju ke kursi pengemudi.
Kate menurunkan kaca jendelanya. "Selamat malam, Drew. Dan
terima kasih...untuk semuanya."
Aku memberi Kate senyuman meskipun hasratku untuk
menghancurkan wajah tunangannya sangat besar. "Kapan saja."
Dan Thunderbird menderu pergi. Meninggalkanku, untuk dua malam
berturut-turut, mendambakan Kate Brooks. Aku mengusap tangan ke
wajahku ketika sebuah suara muncul di belakangku.
"Hei, manis. Aku baru saja selesai kerja. Ingin pergi keluar
denganku?" Ini gadis pengantar minuman. Dia berwajah biasa saja - tidak ada
yang spesial - tapi dia ada di sini. Dan setelah melihat Kate pergi
dengan bajingan pengecut yang akan dia menikah, aku menolak
untuk melewatkan malam sendirian.
"Tentu, sayang. Aku akan panggilkan taksi."
*** Ini adalah seks yang buruk. Sekedar saran: Tidak bergerak seperti
mayat ketika seorang pria bercinta dengan kalian tidak akan diingat
sebagai pengalaman seksual yang hebat.
Alasan lain kenapa hal ini menyebalkan karena aku tidak bisa
menyingkirkan Kate dari pikiranku. Aku terus membandingkan Kate
dengan gadis pengantar minuman itu, dan yang terakhir disebut,
tentu saja tidak bisa mengimbanginya.
Kalian pikir aku seorang bajingan karena mengatakan ini" Ayolah apa kalian akan bilang belum pernah membayangkan Brad Pitt
bercinta denganmu, bukannya suami kalian yang berperut gendut"
Itulah yang kupikir. Masih berpikir aku pria brengsek" Kalau begitu kalian beruntung.
Aku akan segera memperoleh apa yang kalian pikir pantas kuterima.
*** Bab 10 Ayahku tidak senang terhadap caraku menangani situasi dengan
Anderson. Aku bertindak gegabah, tidak profesional, bla, bla, bla.
Dan karena senioritasku, dia menganggap bahwa aku lebih
bertanggung jawab atas kehilangan klien ini dibanding dengan Kate.
Tapi fakta bahwa aku masuk dalam daftar orang yang tidak disukai
di kantor untuk sementara waktu tidak menghantamku sekeras yang
Tangled Karya Emma Chase di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kalian pikir. Terutama karena aku tidak menyesal terhadap
bagaimana aku bereaksi. Jika aku mendapat kesempatan sekali lagi
untuk melakukannya, aku tidak akan mengubah apa pun. Jadi,
mungkin ayah kecewa terhadapku, tapi sejujurnya, pada saat ia
selesai memarahiku, aku juga cukup kecewa terhadapnya.
Juga, dalam empat minggu setelah rapat yang membawa petaka itu,
hubungan antara Kate dan aku terus berkembang. Kami masih saling
bertukar pukulan di tempat kerja, tapi sekarang lebih menyerupai
pukulan pendek ke dada, yang dimaksudkan sekedar untuk
menyakiti, ketimbang pukulan hook kanan ke rahang, yang
dirancang untuk merobohkan satu sama lain. Kami berbagi ide,
saling membantu. Setidaknya ayahku benar tentang hal itu. Kate dan
aku saling melengkapi, menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan
masing-masing. Pada suatu titik tertentu, Kate menjadi lebih berarti bagiku daripada
sekedar sepasang kaki yang ingin aku naiki. Lebih berarti daripada
sekedar celana yang sangat ingin aku lepaskan.
Sekarang dia adalah Kate - seorang teman. Seorang teman yang
menyebabkan kejantananku berdiri tegak setiap kali dia masuk
ruangan, tapi kurasa itu adalah keadaan yang harus diterima. Karena
sebetapa besar aku masih menginginkannya, dan aku yakin sekali
sebagian dari dirinya menginginkanku, Kate bukan tipe wanita yang
mau berselingkuh. Setidaknya bukan tipe wanita yang bisa menanggung rasa bersalah
sesudahnya. *** Sekarang, aku tahu apa yang kalian pikirkan: Tapi apa yang
sebenarnya terjadi" Bagaimana seorang pria muda yang tampan,
menawan dan percaya diri sepertiku menjadi orang yang terinfeksi
flu dan mengurung diri saat pertama kali kalian bertemu denganku"
Kita sedang menuju ke sana - percayalah.
Untuk menunjukkan gambaran secara keseluruhannya, ada beberapa
tokoh lain yang perlu kalian temui dalam sinetron yang sekarang
kuperankan. Kalian sudah bertemu pria menjijikkan bernama
Warren. Dia nanti akan muncul lagi, sayangnya.
Dan sekarang kalian akan bertemu Dee-Dee Warren. Dia sepupu si
tolol itu. Tapi kalian tidak perlu membencinya. Dee-Dee juga
sahabat baik Kate. Akan aku tunjukkan pada kalian.
*** "Aku melihatmu mengobrol dengan gadis berambut coklat dengan
payudara besar. Kau pergi ke rumahnya?" tanya Matthew. Dia, Jack,
dan aku sedang makan siang di sebuah restoran yang jaraknya
beberapa blok dari kantor. Kami sedang mendiskusikan malam
Minggu terakhir kami. "Kami tidak berhasil sejauh itu."
"Apa maksudmu?"
Aku menyeringai, mengingat bagaimana ekshibisionisnya gadis itu.
"Maksudku taksi itu tak akan pernah sama seperti dulu lagi. Dan
kurasa kami membuat takut sopirnya seumur hidup."
Jack tertawa. "Kau seperti anjing (benar-benar badung), bro."
"Tidak, aku melakukan doggie-style setelah kami benar-benar berada
di dalam apartemennya."
Jangan menatapku itu lagi. Kita sudah pernah membahas ini.
Cowok. Seks. Ngobrol. Selain itu, meskipun antusiasme liar dari si Gadis Taxi, seksnya di
bawah standar. Dia bahkan bukan pasta gigi Colgate. Dia lebih
seperti suatu merek pasta gigi umum yang disediakan di kamar hotel
murahan yang namanya bahkan tidak akan kalian ingat setelah
memakainya. "Hei, Kate," kata Matthew, menatap di belakangku. Aku tidak
melihat Kate mendekati kami.
Kita akan berhenti di sini untuk sesaat. Ini penting.
Lihat ekspresi wajahnya" Bibirnya yang membentuk garis tipis"
Sedikit kerut pada alisnya" Kate mendengar apa yang kukatakan.
Dan dia terlihat tidak terlalu senang, benar, kan" Aku melewatkan
petunjuk ini saat pertama kali bertemu dengannya, tapi kalian harus
mengingatnya. Momen ini nantinya akan berakibat buruk padaku.
Aku berbalik untuk menatapnya. Ekspresinya kini kosong dan pasif.
"Kau mau bergabung dengan kami?" Tanyaku.
"Tidak, terima kasih. Sebenarnya aku baru saja selesai makan siang
dengan seorang teman."
Dan temannya segera datang mendekat. Dia mengenakan sepatu bot
tinggi berwarna hitam, celana hitam ketat yang robek pada tempattempat strategis
di bagian atas dan bawah kakinya, rok mini, tank top
warna pink tanpa tali bahu yang seksi, dan sweter abu-abu rajutan
yang pendek. Rambutnya panjang, pirang stroberi, dan
bergelombang, bibirnya merah berkilau, dan mata ambernya
menatap kami di bawah bulu matanya yang tebal.
Dia...menarik. Aku tidak akan menyebut dia cantik, tapi menyolok
dalam gaya fashion jalanan yang seksi.
"Matthew Fisher, Jack O'Shay, Drew Evans, ini adalah Dee-Dee
Warren." Mendengar namaku, mata Dee-Dee seketika berubah tajam menatap
ke arahku. Rasanya seperti dia menganalisaku - seperti ketika
seorang pria memeriksa mesin mobil tepat sebelum pria itu
menyalakan mesinnya. "Jadi, kau yang namanya Drew" Aku pernah mendengar tentangmu."
Kate bercerita pada temannya tentang diriku" Menarik.
"Oh yeah" Apa yang sudah kau dengar?"
Dia mengangkat bahu. "Aku bisa memberitahumu, tapi kemudian
aku harus membunuhmu." Dia mengacungkan jarinya kearahku.
"Kau harus terus bersikap baik pada Katie ini. Kau tahu, jika kau
ingin bolamu tetap menempel pada kemaluanmu."
Meskipun nadanya ringan, aku mendapatkan kesan berbeda bahwa
Dee-Dee tidaklah main-main.
Aku tersenyum. "Aku sudah berusaha untuk menunjukkan betapa
baiknya aku. Dia terus menolakku."
Dee-Dee terkekeh. Kemudian Matthew dengan mulus menyela,
"Jadi, Dee-Dee...kependekan dari apa" Donna, Deborah?"
Kate menyeringai dengan nakal. "Delores. Ini adalah nama keluarga
- nama neneknya. Dia benci memakainya."
Delores memberi Kate pandangan tidak setuju.
Secara spontan Matthew membalas, "Delores adalah nama yang
cantik, untuk gadis yang cantik, ditambah itu nama itu serima
dengan clitoris...dan aku benar-benar tahu seluk-beluknya di sana.
Penggemar berat." Delores tersenyum perlahan kearah Matthew dan menggerakkan
jarinya di atas bibir bawahnya. Lalu, dia menghadap kearah kami
semua dan berkata, "Omong-omong, aku harus cepat pergi, kembali
bekerja. Senang berkenalan dengan kalian semua, bung." Delores
memeluk Kate dan melemparkan kerlingan kearah Matthew saat dia
berjalan pergi. "Dia harus kembali bekerja?" Tanyaku. "Kupikir klub striptis tidak
buka sebelum jam empat sore."
Kate hanya tersenyum. "Dee bukan penari striptis. Dia hanya
berdandan seperti itu untuk mengelabui orang. Jadi mereka terkejut
saat tahu apa pekerjaan dia yang sebenarnya."
"Apa pekerjaannya?" Tanya Matthew.
"Dia ilmuwan roket."
"Kau pasti bercanda." Jack berkata menyuarakan apa yang kami
bertiga pikirkan. "Sayangnya tidak. Delores seorang ahli kimia. Salah satu kliennya
adalah NASA. Laboratoriumnya bekerja untuk meningkatkan
efisiensi pada bahan bakar yang mereka gunakan pada pesawat luar
angkasa." Dia bergidik. "Dee-Dee Warren dengan akses pada bahan
peledak berkekuatan tinggi...itu adalah sesuatu yang tidak ingin aku
pikirkan setiap harinya."
Setelah sesaat, Matthew bicara. "Brooks, kau harus membantuku.
Aku cowok yang baik. Ijinkan aku mengajak kencan temanmu. Dia
tidak akan menyesal."
Kate sejenak berpikir. "Oke. Tentu. Kau sepertinya tipe yang disukai
Dee." Dia menyodorkan sebuah kartu nama kearah Matthew. "Tapi
aku harus memperingatkanmu. Dia tipe gadis cintai-mereka-dantinggalkan-merekadengan-memar. Jika kau mencari kesenangan
untuk satu atau dua malam, maka telpon dia. Kalau kau mencari
sesuatu yang lebih mendalam dari itu, kau lebih baik menyingkir."
Kami semua bungkam. Kemudian Matthew bangkit dari kursinya,
mendekat kearah Kate dan mencium pipinya. Aku tiba-tiba berhasrat
menaruh tanganku di tenggorokan Matthew dan merenggut keluar
amandelnya. Apa itu salah" "Kau...adalah sahabat baruku." Katanya pada Kate.
Kate salah mengartikan kerutan dahi di wajahku. "Jangan merajuk.
Ini bukan salahku bahwa teman-temanmu lebih menyukai aku
dibanding menyukai dirimu."
Maksud Kate Steven juga. Beberapa hari yang lalu Steven dengan
kalut mencari tempat yang sempurna untuk membawa Si
Menyebalkan merayakan ulang tahun pernikahan mereka. Rupanya,
tetangga Kate bekerja sebagai ma?tre d' di Chez, restoran paling
eksklusif di kota ini. Kate berhasil mendapatkan sebuah meja untuk
Steven malam itu. Alexandra pasti sudah melakukan sesuatu pada Steven malam itu
yang aku sendiri tidak mau memikirkannya. Karena sejak saat itu,
Steven Reinhart dengan senang hati mau menerima peluru di
dadanya untuk melindungi Kate Brooks.
"Itu karena payudara," Kataku pada Kate. "Kalau aku punya
sepasang payudara seperti milikmu, mereka juga akan lebih
menyukaiku." Beberapa minggu yang lalu, komentar seperti ini akan membuatnya
marah. Sekarang Kate hanya menggeleng dan tertawa.
*** Malam sebelum Thanksgiving secara resmi menjadi malam pergi ke
bar terbesar sepanjang tahun. Semua orang pergi keluar. Semua
orang mencari kesenangan. Biasanya, Matthew, Jack dan aku
memulainya dengan pesta sehari-sebelum-Thanksgiving di kantor
ayahku dan pergi ke klub setelah itu. Ini sudah tradisi.
Jadi kalian bisa bayangkan betapa terkejutnya aku ketika memasuki
ruang konferensi yang luas dan melihat lengan Matthew melingkar
pada seorang wanita yang kuasumsikan sebagai pasangan kencannya
malam ini - Delores Warren. Sejak Matthew bertemu dengannya dua
setengah minggu yang lalu, Matthew menghilang pada acara akhir
pekan, dan aku mulai curiga kenapa. Besok aku harus bicara
padanya. Disamping mereka ada ayahku dan Kate.
Dan untuk kedua kalinya dalam hidupku, Kate Brooks membuatku
sesak napas. Dia memakai gaun warna burgundy tua yang memeluk
tubuhnya di tempat yang tepat dan sepatu hak tinggi bertali yang
mengirim imajinasiku berputar kedalam wilayah film triple X.
Rambutnya jatuh disekitar pundaknya dalam gelombang lembut
berkilau. Tanganku gatal untuk menyentuhnya ketika aku berjalan
kearahnya. Kemudian seseorang dari tengah ruangan bergerak - dan aku melihat
bahwa Kate tidak sendirian.
Oh Sial. Semua orang membawa pasangannya untuk acara seperti ini. Aku
seharusnya tidak terkejut bahwa si idiot itu ada di sini. Billy
mengikat dasinya seperti anak umur 10 tahun, jelas terlihat tidak
nyaman memakainya. Banci.
Aku mengancingkan jaket yang dijahit secara khusus dari Armani
dan berjalan kearah mereka.
"Drew!" Sapa ayahku. Meskipun hubungan antara aku dan ayahku
menjadi tegang selama beberapa hari, keadaan cepat kembali
normal. Dia tidak bisa terus-terusan marah padaku dalam waktu
lama. Lihat ekspresi wajahnya. Bisa kah"
"Aku baru saja menceritakan pada Mr. Warren," kata ayahku,
"Tentang kesepakatan yang di tutup oleh Kate mingggu lalu. Betapa
beruntungnya kami memiliki dia."
Memiliki dia" Kata beruntung bahkan tidak mendekati sama sekali.
"Itu semua hanya akting," Goda Delores. "Dibalik setelan kerja dan
karakter gadis baik-baik, berdetak jantung dari seorang pemberontak
sejati. Aku dapat menceritakan padamu tentang Katie yang akan
membuat tumbuh rambut di bola matamu."
Kate menatap temannya dengan tegas. "Terima kasih Dee. Tolong
jangan." Si brengsek tersenyum, menaruh lengannya di pinggang Kate, dan
mengecup ujung kepalanya. Aku butuh minuman. Atau samsak.
Sekarang! Kata-kata meluncur dari mulutku layaknya peluru yang tepat
sasaran: "Benar. Dulunya kau cukup badung, bukankah begitu Kate"
Dad, apa kau tahu Kate dulu biasa bernyanyi dalam band" Itulah
caramu membiayai diri sendiri selama kuliah bisnis, kan" Kukira
penghasilan dari pekerjaan itu mengalahkan *pole dancing."
Kate tersedak oleh minumannya. Karena aku seorang gentleman,
aku sodorkan sapu tangan kepadanya.
"Dan Billy ini, itulah pekerjaan yang masih dijalaninya. Kau seorang
musisi, bukan?" Dia menatap kearahku seakan aku seonggok kotoran anjing yang
baru saja dia injak. "Itu benar."
"Jadi, ceritakan pada kami Billy, apa kau rocker seperti Bret
Michaels atau lebih mirip rapper Vanilla Ice?"
Lihat bagaimana rahangnya terkatup" Bagaimana matanya
menyipit" Tunjukkan padaku, monyet. Ayolah.
"Bukan keduanya."
"Kenapa tidak kau ambil accordion-mu, atau apapun alat musik yang
kau mainkan, dan naik keatas panggung" Ada banyak sekali uang
yang mengambang disekitar ruangan ini. Mungkin kau bisa
mendapat job di resepsi pernikahan atau acara *bar mitzvah."
Hampir sampai. "Aku tidak tampil di acara semacam itu."
Ini seharusnya mengenainya.
"Wow. Dalam kondisi ekonomi seperti sekarang ini, Aku tidak
mengira orang miskin dan pengangguran bisa begitu pilih-pilih."
"Dengar, kau dasar breng - "
"Billy, sayang, bisakah kau ambilkan aku minuman lagi dari bar"
Aku hampir selesai dengan yang satu ini." Kate menarik lengan
Billy, memotong apa yang kuyakin akan menjadi balasan brilian
darinya. Apa kalian merasakan sarkasmenya"
Dan kemudian Kate berbalik ke arahku dan nada suaranya tidak
terdengar ramah lagi. "Drew, aku baru ingat bahwa aku punya
beberapa dokumen yang akan kuberikan padamu mengenai klien
Genesis. Dokumennya di kantorku. Ayo kita pergi."
Aku tidak bergerak. Aku tidak menjawabnya. Mataku masih terkunci
dalam kontes adu pandang dengan idiot ini.
"Ini adalah pesta, Kate," kata ayahku, masih tidak mengerti. "Kau
harus menunda pekerjaan sampai hari Senin."
"Itu hanya akan memakan waktu satu menit," ia mengatakan pada
ayahku sambil tersenyum - sebelum meraih lenganku dan
menyeretku pergi.
Tangled Karya Emma Chase di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah kami berada di kantornya, Kate membanting pintu di
belakang kami. Aku meluruskan lengan bajuku, kemudian tersenyum
penuh kebajikan. "Kalau kau sangat ingin sendirian bersamaku, yang
harus kau lakukan hanyalah meminta."
Dia tidak menghargai humorku. "Apa yang kau lakukan, Drew."
"Lakukan?" "Kenapa kau menghina Billy" Kau tahu betapa sulitnya bagiku untuk
mengajak dia datang kemari malam ini?"
Billy yang malang. Terjebak dalam satu ruangan dengan bankir besar
yang sukses. "Lalu kenapa kau membawa dia?"
"Dia tunanganku."
"Dia seorang bajingan."
Kate menatapku dengan tajam. "Billy dan aku sudah melalui banyak
hal bersama. Kau tidak mengenalnya."
"Kutahu dia tidak cukup baik untukmu. Tidak dalam jangka
panjang." "Tolong jangan berusaha mempermalukan dia."
"Aku hanya menunjukkan fakta. Jika kenyataan itu membuat malu
pacarmu, maka itu adalah masalahnya, bukan masalahku."
"Apa ini karena cemburu?"
Sebagai catatan. Aku belum pernah sekali pun merasa cemburu
seumur hidup. Hanya karena ketika aku melihat mereka bersama aku
tak mampu memutuskan apakah harus muntah atau menghajar wajah
pacarnya - Kate menyebut ini cemburu"
"Jangan memuji diri sendiri."
"Kutahu kau punya sesuatu terhadapku, tapi - "
Tunggu dulu. Mari kita bicarakan apa yang terjadi sebelumnya, bisa
kan" "Aku punya sesuatu terhadapku" Maafkan aku, apakah itu saat
tanganku memegang selangkanganmu di kantorku beberapa bulan
yang lalu" Karena aku mengingatnya, begitu juga kau sebaliknya."
Dan sekarang dia marah. "Terkadang kau seperti bajingan."
"Well, maka kita sangatlah cocok, karena hampir sepanjang waktu
kau adalah seorang jalang kelas satu."
Api menari-nari di matanya saat ia mengangkat gelas setengah
penuh miliknya. "Jangan coba-coba. Kau guyurkan minuman itu padaku, aku tidak
akan bertanggung jawab atas apa yang nanti kulakukan."
Aku akan memberi kalian waktu satu menit untuk menebak apa yang
dia lakukan... Yup. Dia mengguyurkan minumannya ke arahku.
"Sialan!" Aku meraih tisu dari mejanya dan menyeka wajahku yang
basah kuyup. "Aku bukan salah satu dari pelacur sembaranganmu! Jangan pernah
bicara padaku seperti itu lagi!"
Wajahku sudah kering, tapi kemeja dan jaketku masih basah. Aku
melemparkan tisu ke lantai. "Tidak masalah. Aku juga mau pergi.
Aku punya kencan." Dia mencemooh, "Kencan" Bukankah berkencan melibatkan
percakapan yang sebenarnya" Maksudmu kau punya seks kilat untuk
kau lakukan?" Aku melingkarkan lenganku di pinggangnya dan menariknya
mendekat. Dengan suara rendah aku katakan padanya, "Hubungan
seksku tidak pernah kilat - itu pasti lama dan menyeluruh. Dan kau
harus hati-hati, Kate. Sekarang kau lah yang terdengar cemburu."
Telapak tangannya terbaring rata di dadaku, dan wajahku hanya
beberapa inci dari wajahnya.
"Aku tidak suka kau."
"Perasaan kita timbal balik." Kataku cepat.
Dan kemudian kita melakukannya lagi - bibirku, bibirnya - bersatu
dalam gairah panas membara. Tanganku tenggelam di rambutnya,
mendekap kepalanya. Tangan Kate mencengkeram bagian depan
bajuku, menahanku agar tetap dekat.
Kutahu apa yang kalian pikirkan. Dan, ya, tampaknya perdebatan
antara Kate dan aku mirip dengan foreplay. Sepertinya perdebatan
ini membuat kami berdua terangsang. Aku hanya berharap kami bisa
selesai sebelum saling membunuh satu sama lain.
Ketika segala sesuatunya mulai menjadi nikmat, ada suara gedoran
di pintu. Kate tidak mendengarnya, atau dia, seperti juga aku, tidak
peduli. "Kate" Kate, apa kau di dalam?"
Suara bajingan itu membelah nafsu yang mengikat kami bersama
seperti lem. Kate menarik diri. Dia menatapku sebentar, matanya
terpancar rasa bersalah, jemarinya menempel pada bibir yang baru
saja kulumat. Kalian tahu" Persetan dengan ini. Apa aku terlihat seperti yoyo bagi
kalian" Aku tidak main-main dengan orang - aku tidak suka
dipermainkan. Jika Kate tidak bisa memutuskan apa yang dia
inginkan, aku yang akan memutuskan untuknya. Aku sudah lelah
dengan ini, aku selesai. Aku melangkah ke pintu dan membukanya dengan lebar, memberi
ruang yang luas saat bedebah itu berjalan masuk.
Lalu aku tersenyum. "Kau dapat memiliki dia sekarang. Aku sudah
selesai." Dan aku bahkan tidak berpikir untuk menoleh ke belakang saat
berjalan keluar. *** *pole dance: suatu bentuk seni pertunjukan yang menggabungkan
tari dan akrobat yang berpusat disekitar tiang vertikal.
*bar mitzvah: upacara inisiasi keagamaan seorang anak Yahudi
yang telah mencapai usia 13 tahun dan dianggap telah siap untuk
mematuhi ajaran agama. Bab 11 Thanksgiving diadakan setiap tahun di rumah pedesaan orang tuaku
di bagian utara kota. Ini selalu menjadi acara kecil keluarga. Ada
orang tuaku, tentu saja. Kalian sudah bertemu ayahku. Ibuku mirip
Alexandra namun lebih tua dan lebih pendek. Sebelum menganut
kepercayaan feminisme yang kuat - ia pernah menjadi pengacara
terkemuka sebelum naluri keibuannya memikatnya - dia suka
memerankan ibu rumah tangga yang bahagia. Setelah ia dan ayahku
memperoleh keuntungan finansial yang sangat besar, dia juga
mengabdikan dirinya ke berbagai organisasi amal. Itu yang sekarang
ibuku lakukan untuk mengisi sebagian besar waktunya setelah
Alexandra dan aku telah keluar dari rumah.
Lalu ada ayah Steven, George Reinhart. Bayangkan Steven tiga
puluh tahun mendatang dengan rambut menipis dengan banyak
keriput. Mrs. Reinhart meninggal ketika kami masih remaja.
Menurut sepengetahuanku, sejak saat itu George tidak pernah
berkencan sekalipun. Dia menghabiskan banyak waktu di tempat
kerja, diam-diam menghitung angka di kantornya. Dia adalah pria
yang baik. Dan ini mengantar kita ke keluarga Fishers, orang tua Matthew.
Kalian pasti tidak sabar untuk melihat mereka. Mereka sangat lucu.
Frank dan Estelle Fisher adalah orang yang paling sendu yang
pernah kutemui. Mereka nyaris seperti orang linglung.
Bayangkan mereka seperti Ward dan June Cleaver setelah mengisap
pipa ganja yang sangat besar. Itulah Frank dan Estelle. Kalian pikir
orang tua Matthew akan jadi lebih mudah tersinggung, bukan" Aku
punya teori. Mereka melahirkan Matthew di masa tua mereka, dan
kurasa dia menyedot habis semua energi yang tersisa - layaknya
parasit. Dan akhirnya ada Matthew, Steven, Alexandra, dan aku sendiri.
Oh - dan tentu saja satu perempuan lain dalam hidupku. Aku tak
percaya bahwa aku belum pernah menyebut dia sebelumnya. Dia
adalah satu-satunya perempuan yang benar-benar menguasai hatiku.
Aku adalah budaknya. Dia meminta, dan aku menurut.
Dengan senang hati. Namanya adalah Mackenzie. Rambutnya panjang berwarna pirang
dan memiliki mata biru terbesar yang pernah kalian lihat. Umurnya
hampir empat tahun. Lihat di sana" Di ujung lain dari jungkatjungkit yang
sekarang sedang aku naiki.
"Jadi, Mackenzie, apa kau sudah memutuskan mau jadi apa kalau
sudah besar nanti?" "Ya. Aku ingin jadi seorang putri. Dan aku ingin menikah dengan
pangeran dan tinggal di kastil."
Aku perlu bicara dengan kakakku. Disney berbahaya. Omong
kosong pencuci otak yang merusak, kalau menurutku.
"Atau kau bisa kerja di bidang real estate. Jadi kau bisa membeli
kastil sendiri dan kau tak butuh pangeran lagi."
Dia pikir aku bercanda. Mackenzie tertawa.
"Paman Drew. Bagaimana aku bisa punya bayi kalau tidak ada
pangeran?" Ya ampun. "Kau punya banyak waktu untuk mendapat bayi. Setelah kau
mendapat gelar MBA atau dokter. Oh, atau kau bisa jadi CEO dan
memulai sebuah penitipan anak di kantormu. Jadi kau bisa
membawa bayimu ke tempat kerja setiap hari denganmu."
"Mama tidak pergi ke kantor."
"Mamamu menganggap remeh dirinya sendiri, sweetie."
Kakakku adalah pengacara persidangan yang cemerlang. Dia bisa
berkarir sampai ke Mahkamah Agung. Serius. Dia sangat hebat.
Alexandra bekerja penuh semasa kehamilannya dan memiliki
pengasuh yang sudah siap bertugas. Namun ketika ia menggendong
Mackenzie dalam pelukannya untuk pertama kalinya. Pada hari yang
sama dia memberi tahu si pengasuh bahwa jasanya tidak diperlukan
lagi. Bukannya aku menyalahkan dia. Aku tak bisa membayangkan
pekerjaan yang lebih penting lagi dibanding memastikan
keponakanku tumbuh besar dengan bahagia dan sehat.
"Paman Drew?" "Ya?" "Apa kau akan mati sendirian?"
Aku menyeringai. "Aku tidak punya rencana mati dalam waktu
dekat, sayang." "Mama bilang kau akan mati sendirian. Dia bilang pada ayah bahwa
paman akan mati dan butuh waktu berhari-hari sampai wanita tukang
bersih-bersih menemukan mayatmu yang membusuk."
Bagus sekali. Terima kasih, Alexandra.
"Mayat itu apa, Paman Drew?"
Wow. Aku diselamatkan dari keharusan menjawab ketika melihat Matthew
berjalan menuruni tangga menuju halaman belakang.
"Hei, sweetie, lihat siapa yang datang!" Mackenzie melompat dari
jungkat-jungkit dan melemparkan dirinya ke tangan terbuka
Matthew. Sebelum kalian bertanya, jawabannya tidak - ketika dia dewasa,
keponakan kecilku tak akan pernah berhubungan dengan seorang
pria sepertiku. Dia terlalu pintar untuk itu. Aku akan
memastikannya. Kalian pikir itu membuatku munafik, ya" Tidak
masalah. Aku bisa menerimanya.
Matthew menurunkan Mackenzie dan berjalan mendekat. "Hei, bro."
"Ada apa?" "Kau pulang lebih awal tadi malam?" Dia bertanya padaku. "Kau tak
pernah kembali ke pesta."
Aku mengangkat bahu. "Pikiranku tidak ada di sana. Aku pergi ke
gym dan langsung tidur."
Sebenarnya aku menghabiskan waktu tiga jam menggempur samsak,
sambil terus membayangkan bahwa itu adalah wajah Billy Warren.
"Kau berkumpul dengan Delores?"
Dia mengangguk. "Dia, Kate, dan Billy."
Aku menggeleng. "Orang itu penjilat."
Mackenzie berjalan ke arah kami dan menyodorkan satu stoples
yang sudah setengah penuh dengan uang dolar. Aku memasukkan
satu dolar ke dalamnya. "Dia tidak begitu parah."
"Idiot itu membuatku jengkel."
Mackenzie menyodorkan stoplesnya lagi, dan masuk dolar lainnya.
Stoples" Benda ini ditemukan oleh kakakku, yang tampaknya berpikir bahwa
bahasaku terlalu kasar untuk anaknya. Ini adalah Stoples Omongan
Jorok. Setiap kali seseorang - biasanya aku - menyumpah, mereka
harus membayar denda satu dolar. Pada laju seperti sekarang ini,
benda itu akan mengantar Mackenzie sampai ke perguruan tinggi.
"Jadi apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Delores?"
Dia tersenyum. "Kita nongkrong. Dia asyik orangnya."
Biasanya Matthew akan lebih terbuka dengan cerita rincinya. Bukan
berarti aku terangsang pada cerita-ceritanya, tapi kalian harus tahu,
Matthew dan aku sudah berteman sejak lahir. Itu berarti setiap
ciuman, setiap payudara, setiap handjob1, blowjob, pearl necklace2,
dan persetubuhan telah dibagi dan di diskusikan.
Dan sekarang dia menyembunyikan sesuatu dariku. Ada apa
sebenarnya" "Aku asumsikan kau sudah tidur dengannya?"
Dia mengerutkan keningnya. "Tidak seperti itu, Drew."
Aku bingung. "Lalu kenapa, Matthew" Kau tidak berkumpul dengan
kami lebih dari dua minggu. Aku bisa paham kau terlalu takut
(*pussy whipped) untuk pergi keluar kalau kau mendapatkan seks
darinya. Tapi jika tidak, apa masalahnya?"
Dia tersenyum dalam ekspresi nostalgia, mengingat-saat-saatbahagia. "Dia
hanya...berbeda. Sulit untuk menjelaskannya. Kami
ngobrol, kau tahu" Dan aku seperti selalu berpikir tentang dia. Ini
seperti saat aku mengantarnya, aku tidak sabar untuk bertemu
dengannya lagi. Dia...membuatku takjub. Aku berharap kau tahu apa
maksudku." Dan yang menakutkan adalah - aku tahu persis apa maksudnya.
"Kau berada di wilayah berbahaya, bung. Kau lihat apa yang telah
Steven lalui. Jalan ini mengarah menuju The Dark Side3. Kita selalu
berkata bahwa kita tidak akan pergi ke sana. Kau yakin tentang ini?"
Matthew tersenyum, dan dengan meniru suara Darth Vader dia
mengatakan padaku, "Kau tak tahu kekuatan dari The Dark Side."
*** Sekarang waktunya makan malam. Ibuku membuat pertunjukan
besar saat membawa keluar kalkunnya, dan semua orang ber ooh dan
ahh sebelum ayahku mengirisnya. Ya benar - Norman Rockwell
tidak ada apa-apanya dibanding kami.
Ketika mangkuk disodorkan dan piring diisi, ibuku berkata, "Drew,
sayang, aku akan membawakan untukmu sekantong besar makanan
yang tersisa. Aku bahkan tak mau membayangkan bagaimana kau
makan di apartemen itu tanpa adanya orang yang memasak makanan
layak untukmu. Dan aku akan menaruh tanggal di wadahnya agar
kau tahu kapan harus membuangnya. Terakhir kali aku melongok ke
dalam kulkasmu, itu seperti semacam percobaan ilmiah yang sedang
dipelihara di sana."
Ya - Ibuku menyayangiku. Aku bilang juga apa.
"Makasih, Ma." Matthew dan Steven membuat suara ciuman basah dan keras
kearahku. Dengan kedua tangan, aku acungkan jari tengah kearah
mereka berdua. Disampingku aku melihat Mackenzie menatap
tangannya berusaha untuk meniru gerakanku. Aku dengan cepat
Tangled Karya Emma Chase di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menutup tangannya dengan tanganku dan menggeleng. Sebaliknya
aku tunjukkan padanya bagaimana cara melakukan hormat ala Mr.
Spock Vulcan. Setelah kami memanjatkan doa sebelum makan, aku membuat
pengumuman, "Kurasa Mackenzie seharusnya tinggal bersamaku."
Tak ada seorang pun yang bereaksi. Tak ada yang mendongak. Tak
ada yang berhenti makan. Aku sudah pernah mengajukan usulan ini
beberapa kali sejak keponakanku lahir.
Alexandra berkata, "Kalkunnya lezat Mom, Sangat berair."
"Terima kasih, sayang."
"Hallo, aku serius nih. Dia butuh pengaruh positif dari wanita
teladan." Ini langsung mendapat perhatian dari Si Menyebalkan. "Memangnya
aku kenapa?" Mackenzie menyodorkan stoplesnya kearah ibunya, dan masuklah
uang satu dolar. Sekarang kami semua membawa uang kecil pada
acara makan saat liburan.
"Kau seorang ibu rumah tangga. Yang mana sangat terpuji, jangan
salah paham. Tapi dia harus dikenalkan pada wanita karier juga. Dan
demi Tuhan, jangan biarkan dia menonton Cinderella. Contoh
macam apa itu" Seorang gadis bodoh dan ceroboh yang bahkan tak
bisa mengingat di mana dia meninggalkan sepatu sialannya, jadi dia
harus menunggu datangnya pria brengsek dengan celana ketat untuk
membawakan sepatu itu padanya" Yang benar saja."
Aku tak yakin berapa banyak dendaku setelah pidato singkat ini.
Aku sodorkan Mackenzie sepuluh dolar. Apakah aku sudah bilang
stoples itu akan mengantar Mackenzie sampai perguruan tinggi"
Maksudku sekolah hukum. Aku harus segera pergi ke ATM.
Steven ikut bergabung. "Kurasa Alexandra adalah teladan sempurna
untuk putri kami. Tak ada yang lebih baik lagi."
Steven adalah seorang pria yang sudah takluk. Dan Matthew ingin
bergabung dalam klubnya. Tidak nyata. Alexandra tersenyum ke arahnya. "Terima kasih, sayang."
"Sama-sama, dear."
Matthew dan aku mulai terbatuk, "Whipped...*brown nose."
Mackenzie menatap kami dengan curiga, tidak yakin jika kami perlu
membayar denda atau tidak.
Alexandra merengut. Aku melanjutkan, "Aku harus membawanya ke kantor bersamaku.
Dia harus bertemu Kate, bukankah begitu, Dad?"
Ibuku bertanya dengan cepat, "Siapa Kate?"
Ayahku menjawab sambil mengunyah, "Katherine Brooks, karyawan
baru. Gadis yang cemerlang. wanita yang tidak takut
mengungkapkan pikirannya. Dia bersaing secara kuat dengan Drew
ketika ia pertama kali masuk kerja."
Ibu menatapku dengan mata berkilauan penuh harapan. Seperti cara
chef Paula Deen memandang seember lemak babi, membayangkan
makanan lezat yang menunggu untuk dibuat. "Well, Kate ini
terdengar seperti seorang wanita muda yang menarik, Drew.
Mungkin kau harus mengajaknya ke rumah untuk makan malam."
Aku memutar mataku. "Kami kerja bersama-sama, Mom. Dia sudah
bertunangan. Dengan seorang tolol, tapi itu lain lagi ceritanya."
Dolar berikutnya lenyap tak berbekas.
Kakakku menyela, "Kupikir Mom hanya terkejut mendengar kau
menyebut seorang wanita dengan namanya. Biasanya kau hanya
menyebut 'pelayan dengan pantat bagus' atau 'si pirang dengan
payudara besar.'" Meskipun pengamatannya akurat, aku mengabaikannya. "Intinya
adalah, dia contoh yang hebat bagi Mackenzie tentang seberapa
tinggi wanita dapat meraih karirnya." Terlepas selera buruknya
terhadap laki-laki. "Aku akan...Kurasa kita semua akan sangat
bangga jika dia tumbuh dewasa memiliki separuh profesionalisme
yang dimiliki Kate."
Alexandra tampak terkejut dengan pernyataanku. Lalu ia tersenyum
hangat. "Mackenzie dan aku bisa pergi ke kota minggu depan. Kita
akan berkumpul denganmu untuk makan siang dan bertemu dengan
Kate Brooks yang terkenal ini."
Kami makan dalam keheningan selama beberapa menit, dan
kemudian Alexandra berkata, "Itu mengingatkanku. Matthew,
bisakah kau mengantar aku ke acara makan malam amal pada Sabtu
kedua di bulan Desember" Steven akan berada di luar kota." Dia
menatap ke arahku. "Aku seharusnya meminta adikku tersayang
untuk melakukannya, tapi kita semua tahu dia menghabiskan Sabtu
malamnya di kota dengan pelac - " ia melirik putrinya " perempuan murahan." Sebelum Matthew sempat menjawab, Mackenzie memberikan
pendapatnya. "Kupikir Paman Matthew tidak bisa datang, Mama.
Dia terlalu sibuk jadi *pussy whipped. Apa artinya pussy whipped,
ayah?" Begitu kata-kata itu meluncur dari bibir malaikat kecilnya, reaksi
berantai yang menghebohkan segera terjadi:
Matthew tersedak zaitun hitam di mulutnya, yang terbang keluar dan
mengena tepat di mata Steven.
Steven membungkuk kesakitan, memegang matanya dan berteriak,
"Aku kena! Aku kena!" Dan kemudian mengatakan bagaimana
garam dari jus zaitun menggerogoti korneanya.
Ayahku mulai terbatuk. George berdiri dan mulai memukul-mukul
punggungnya sementara mengajukkan pertanyaan kepada siapapun
apakah ia harus melakukan manuver penanganan pada orang yang
tersedak. Estelle menyenggol jatuh gelas anggur merahnya, yang dengan cepat
merembes ke taplak meja berenda milik ibuku. Dia tidak berusaha
untuk membersihkan kekacauan, melainkan berteriak, "Oh, ya
ampun. Oh, ya ampun."
Ibuku berlari di sekitar ruang makan dengan kalang kabut, mencari
serbet kertas untuk menyeka noda, sambil meyakinkan Estelle
bahwa semuanya baik-baik saja.
Dan Frank...well...Frank terus saja makan.
Sementara kekacauan terus berlanjut di sekeliling kami, tatapan
tajam mematikan dari Alexandra tak pernah goyah dari Matthew dan
aku. Setelah menggeliat di bawah tatapannya selama sekitar tiga
puluh detik, Matthew menyerah "Bukan aku yang mengajarinya,
Alexandra. Aku bersumpah demi Tuhan itu bukan aku."
Dasar pengecut. Terima kasih, Matthew. Cara yang bagus meninggalkan aku mati
sendirian. Ingatkan aku untuk tidak pergi berperang dengan dia
sebagai pendampingku. Tapi ketika pandangan marah Si Menyebalkan teralih sepenuhnya
kearahku dengan kekuatan penuh, aku memaafkannya. Aku merasa
bahwa setiap saat aku akan menghilang menjadi tumpukan abu di
kursi. Aku berjuang keras dan memberinya senyum paling manis
dari adik laki-lakinya. Coba lihat. Apakah ini berhasil"
Aku benar-benar mampus. Lihat, ada satu hal yang harus kalian tahu tentang Keadilan dari Si
Menyebalkan. Itu keras dan tanpa ampun. Kalian tidak akan tahu
kapan datangnya; yang bisa kalian pastikan adalah bahwa itu pasti
datang. Dan ketika terjadi, itu menyakitkan. Sangat, sangat
menyakitkan. *** *pussy whipped: istilah vulgar untuk menyatakan seorang
pria terlalu takut pada istri atau pacarnya
*brown nose: mengambil hati dengan cara merendahkan diri
Bab 12 Hari Senin pagi, aku berada di ruang konferensi menunggu rapat
staff untuk dimulai. Semua orang di sini. Semua orang, kecuali Kate.
Ayahku melirik arlojinya. Dia punya rencana golf pagi ini, dan aku
tahu dia tidak sabar untuk segera sampai di sana. Aku menggaruk
belakang telingaku. Di mana sebenarnya dia"
Akhirnya, Kate datang dengan mantel masih terpakai dan setumpuk
folder hampir terjatuh dari tangannya. Dia terlihat...mengerikan.
Maksudku, dia cantik, dia selalu cantik. Namun dilihat dari
seseorang yang mengamatinya secara dekat - Kate sedang
mengalami hari yang buruk. Lihat bagaimana pucatnya dia" Dan
sejak kapan lingkaran hitam itu ada di bawah matanya" Rambutnya
diikat dalam gelung yang berantakan, ini akan terlihat sangat seksi
jika dia tidak terlihat begitu...sakit.
Dia tersenyum gugup kearah ayahku. "Maaf, Mr. Evans. Saya
terlambat." "Tidak masalah, Kate. Kami baru saja mulai."
Ketika ayahku mengucapkan dengan cepat pengumumannya,
tatapanku tak pernah lepas darinya. Dia tidak menatapku sekalipun.
"Kate, kau membawa berkas proyeksi untuk Pharmatab?"
Ini adalah kesepakatan yang ayahku bicarakan dengan si brengsek
itu di pesta kantor. Kesepakatan yang ditutup Kate pekan lalu. Dia
mendongak, mata cokelatnya yang besar membuatnya terlihat seperti
rusa tersorot lampu (begitu terkejut hingga tidak bisa bergerak).
Kate tidak membawa berkasnya.
"Ahh...berkasnya...um..."
Aku membungkuk dan berseru, "Aku memiliki berkas itu. Kate
memberikannya padaku minggu lalu untuk kupelajari. Tapi aku
meninggalkannya di meja rumahku. Aku akan memberikannya
untukmu secepatnya, Dad." ayahku mengangguk, dan Kate menutup
matanya dengan lega. Setelah rapat selesai, semua orang perlahan berjalan keluar, dan aku
berjalan di samping Kate. "Hei."
Dia menunduk menatap ke arah folder di tangannya dan mengatur
mantel di lengannya. "Terima kasih atas apa yang kau lakukan di
sana, Drew. Kau benar-benar baik."
Aku tahu apa yang kukatakan beberapa hari sebelumnya - bahwa
aku sudah selesai dengannya. Aku tidak bersungguh-sungguh. Aku
sedang mengeluarkan uneg-unegku, membuang pergi hawa frustasi
seksualku. Kalian sudah tahu itu. Apakah Kate tahu" Apakah dia
peduli" "Aku harus sesekali melakukan hal yang baik. Hanya untuk
membuatmu terus memperhatikan." Aku memberinya senyum kecil
yang tidak mendapat balas darinya.
Dan dia masih juga belum menatapku. Ada apa dengannya"
Jantungku mulai berdebar di dadaku saat aku memikirkan segala
kemungkinan. Apakah dia sakit" Apakah terjadi sesuatu pada
ibunya" Apakah dia dirampok di kereta bawah tanah"
Ya Tuhan. Kate berjalan masuk ke dalam kantornya dan menutup pintu,
meninggalkanku berdiri di luar. Di sinilah pria berada dalam posisi
yang tidak menguntungkan. Ketika Tuhan memberikan tulang rusuk
tambahan kepada Hawa, Tuhan seharusnya juga memberi sesuatu
yang ekstra kepada kaum pria. Telepati mental misalnya"
Aku pernah mendengar ibuku memberitahu ayahku bahwa ibuku
tidak harus menjelaskan mengapa dia marah. Bahwa jika ayahku
belum tahu kesalahan apa yang telah dilakukannya, itu berarti
ayahku tidak sungguh-sungguh menyesalinya. Apa-apaan artinya
itu" Sekilas info, ladies: Kita tidak bisa membaca pikiran kalian. Dan
terus terang, aku tidak sepenuhnya yakin kalau aku
menginginkannya. Pikiran wanita adalah tempat yang menakutkan
untuk dikunjungi. Pria" Kami tidak meninggalkan banyak ruang untuk keragu-raguan:
Kau orang brengsek. Kau mengauli pacarku. Kau membunuh
anjingku. Aku membencimu. Langsung. Jelas. Tidak ambigu. kalian
para wanita kapan-kapan harus mencobanya. Ini akan membawa kita
semua satu langkah lebih dekat menuju perdamaian dunia.
Aku menyingkir dari pintu kantornya. Sepertinya aku tak akan tahu
apa penyebabnya dalam waktu dekat.
*** Pada hari itu juga, aku duduk di kafe berhadapan dengan Matthew,
tidak memakan sandwich-ku.
"Jadi, apa Alexandra sudah melakukan sesuatu padamu?"
Dia merujuk pada Pembantaian di Hari Thanksgiving - kalau
seandainya kalian lupa. Aku mengangguk. "Aku mendapat telepon
darinya kemarin. Rupanya aku sudah mengajukan diri menjadi
sukarelawan bulan depan di Geriatric Society of Manhattan."
"Ini bisa saja lebih buruk."
"Tidak juga. Ingat bibinya Steven, Bernadette?"
Wanita tua itu suka padaku. Dan maksudku bukan suka dengan cara
mencubit-pipiku, mengelus-kepalaku. Maksudku suka dalam arti
meremas-pantatku, mengusap-kemaluanku, kenapa-tidak-kaudorong-kursi-rodaku-kegudang-penyimpanan-sapu-jadi-kita-bisamelakukan-sesuatu-yang-mesum.
Ini benar-benar meresahkan.
Sekarang Matthew tertawa terbahak-bahak. Terima kasih atas
simpatinya, kawan. Lonceng di atas pintu kafe berbunyi gemerencing. Aku mendongak
dan memutuskan bahwa mungkin Tuhan tidak membenciku sama
sekali. Karena Billy 'tolol' Warren baru saja berjalan masuk.
Wajahnya, pada waktu yang lain, pasti akan merusak suasana hatiku
yang sedang bagus. Tapi pada saat ini" Dia lah orang tolol yang
harus kutemui. Aku akan bersikap baik padanya.
Aku mendekatinya. "Hei, man."
Dia memutar matanya. "Apa?"
"Dengar, Billy, aku hanya ingin tahu, apa semuanya baik-baik saja
dengan Kate?" Dia menggeram, "Kate sama sekali bukan urusanmu!"
Biarkan fakta yang membuktikan, aku sudah berusaha. Dan dia
bersikap brengsek. Kenapa aku tidak terkejut"
"Aku tahu apa yang kau katakan. Tapi pagi ini, dia benar-benar tidak
terlihat sehat. Apa kau tahu kenapa?"
"Kate adalah wanita dewasa. Dia bisa mengurus dirinya sendiri. Dia
selalu begitu." "Apa yang kau bicarakan?"
Dan kemudian ini menyadarkanku. Seperti di guyur seember
Gatorade dingin setelah pertandingan football.
"Apa kau melakukan sesuatu padanya?"
Dia tidak menjawab. Dia hanya menunduk. Itu saja jawaban yang
kubutuhkan. Aku mencengkeram bagian depan kemejanya dan
menarik tubuhnya ke atas dengan cepat. Sedetik kemudian, Matthew
mengatakan padaku untuk tenang. Aku sedikit menggoncang
tubuhnya. "Aku bertanya padamu, bajingan. Apa kau melakukan
sesuatu terhadap Kate?"
Dia menyuruhku melepaskan cengkeramanku, dan aku
menggoncang tubuhnya lebih keras lagi.
"Jawab pertanyaanku!"
"Kami putus! Kami sudah putus, OK?"
Maksudnya dia putus dengan Kate.
Dia melepaskan cengkeramanku dan mendorongku mundur. Aku
membiarkannya. Dia merapikan kemejanya, melotot. Tapi aku hanya
berdiri mematung. Tertegun. Jarinya menunjuk dadaku. "Aku pergi
dari sini. Kalau kau berani menyentuhku lagi, aku akan
menghajarmu, brengsek."
Dan setelah itu, dia pergi. Matthew menyaksikan kepergiannya, lalu
bertanya, "Drew, apa sebenarnya yang terjadi tadi?"
Tangled Karya Emma Chase di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sepuluh tahun - hampir sebelas tahun. Kate mencintainya. Itulah
yang ia katakan. Sepuluh tahun terkutuk. Dan Billy
mencampakkannya. Persetan. "Aku harus pergi."
"Tapi kau belum makan sandwich-mu." Makanan penting untuk
Matthew. "Kau boleh memakannya. Aku harus kembali ke kantor."
Aku berlari keluar dari pintu menuju...
Well, kalian tahu ke mana tujuanku.
*** Pintu kantornya masih tertutup. Tapi aku tidak mengetuk. Diamdiam, aku berjalan
masuk. Dia duduk di mejanya.
Menangis. Pernahkah perut kalian ditendang oleh seekor kuda"
Aku juga belum pernah. Tapi sekarang aku tahu bagaimana rasanya.
Ia terlihat begitu kecil di belakang mejanya. Muda dan rapuh
dan...tersesat. Suaraku lembut dan hati-hati. "Hei."
Kate melirik ke arahku, kaget, lalu dia berdeham dan menyeka
wajahnya, mencoba untuk menenangkan diri. "Apa yang kau
butuhkan, Drew?" Aku tak ingin mempermalukan dia, jadi aku pura-pura tidak melihat
air mata yang masih menempel pada tulang pipinya. "Aku sedang
mencari berkas itu..." Perlahan, aku melangkah lebih dekat. "Apa
kau...eh...matamu kemasukan sesuatu?"
Dia mengikuti permainanku dan menyeka matanya lagi. "Ya, ini
bulu mata atau sesuatu yang lain."
"Kau ingin aku memeriksanya" bulu mata itu bisa berbahaya jika
tidak ditangani." Untuk pertama kalinya pada hari ini, matanya menatapku. Matanya
seperti dua kolam gelap yang berkilau. "Oke." Kate Berdiri, dan aku
menuntunnya ke arah jendela. Aku menaruh tanganku di pipinya,
dengan lembut memegang wajahnya. Wajah cantik yang berurai air
mata. Aku tak pernah sebegitu ingin melakukan serangan fisik pada
seseorang seperti yang ingin kulakukan pada Billy Warren saat ini.
Dan aku cukup yakin Matthew bisa membantuku mengubur apa pun
yang tersisa dari Billy di halaman belakang.
Aku menyeka air matanya dengan ibu jariku. "Sudah kena."
Dia tersenyum, bahkan ketika air mata mengalir lebih banyak lagi.
"Terima kasih."
Aku sudah cukup berpura-pura sekarang. Aku menariknya ke arah
dadaku. Dia membiarkanku melakukannya. Aku memeluknya dan
meluruskan bagian belakang rambutnya dengan tanganku. "Apa kau
ingin aku bicara dengannya" Apa itu...itu karena...aku?"
Aku tak bisa bayangkan bajingan itu sangat senang menemukan
kami di kantor Kate seperti yang ia lihat minggu lalu - dengan
penampilan Kate seperti baru saja bercinta dan lainnya. Dan tidak,
aku belum berubah menjadi gila. Hal terakhir yang ingin kulakukan
adalah membantunya kembali bersama bajingan itu. Tapi sialan,
Kate menyiksaku ke sini. Air matanya satu per satu menetes.
Dia tertawa di dadaku. Kedengarannya pahit. "Itu karena aku." Kate
mendongak menatapku dan tersenyum dengan sedih. "Aku bukan
gadis yang sama seperti saat dia pertama kali jatuh cinta."
Pasti sulit baginya untuk mendengar kata-kata itu. Ini trik lama yang
masih efektif dipakai oleh kaum pria. Permainan saling
menyalahkan: "Itu bukan aku, sayang. tapi kamu."
"Dia mengemasi semua barang-barangnya dan pindah hari Sabtu. Ia
mengatakan putus yang cepat dan bersih akan lebih baik. Dia tinggal
bersama Dee-Dee sampai ia bisa mendapatkan tempatnya sendiri."
Dia melihat ke arah jendela sejenak, kemudian mendesah dengan
sedih. "Ini telah terjadi sementara waktu, kurasa. Sungguh bukan
sesuatu yang mengejutkan. Selama ini, fokusku pada kuliah...dan
kemudian bekerja. Segala sesuatu yang lain menempati posisi kedua.
Aku berhenti...Aku tidak bisa...memberikan apa yang dia butuhkan."
"Hanya saja...Billy menggenggam tanganku di hari kami
menguburkan ayahku. Dia mengajariku menyetir mobil yang
memakai tongkat persneling, dan meyakinkanku bahwa aku cukup
bagus untuk bernyanyi di depan orang banyak. Billy membantuku
mengisi formulir pendaftaran kuliahku dan membuka surat
penerimaan untukku karena aku terlalu gugup untuk membacanya.
Ketika aku kuliah di program MBA, ia bekerja tiga pekerjaan
sekaligus jadi aku tak perlu bekerja sama sekali. Billy
mendampingiku di hari wisudaku, dan dia ikut denganku ketika aku
ingin pindah ke New York. Dia selalu menjadi bagian besar dari
hidupku. Aku tak tahu akan jadi apa aku tanpa dirinya."
Dasar perempuan. Jangan tersinggung. Tapi Kate bahkan tidak
menyadari apa yang baru saja ia katakan. Ini adalah prestasinya.
Tantangan yang ia lalui sendiri. Bedebah itu hanya membonceng. Di
belakang. Seperti kertas dinding. Kalian dapat mengubah warna
dinding kapanpun, dan mungkin terlihat berbeda, tapi ruangannya
masih tetap sama. "Aku tahu siapa kau nantinya: Kate Brooks, bankir investasi yang
luar biasa. Kau pintar dan lucu, dan kau keras kepala dan cantik
dan...sempurna. Dan kau masih akan menjadi sempurna tanpa
dirinya." Mata kami saling menatap selama satu menit, dan kemudian aku
memeluknya lagi sampai air matanya hilang. Suaranya teredam saat
ia berbisik, "Terima kasih, Drew."
"Sama-sama." *** Baru setelah larut malam itu, saat aku merangkak di balik selimut
dingin dari ranjangku, bahwa konsekuensi dari kejadian hari ini
benar-benar menyadarkanku.
Omong-omong aku tidur telanjang. Kalian harus mencobanya. Kalau
kalian belum pernah tidur telanjang, berarti kalian belum menikmati
hidup. Tapi bukan itu intinya.
Fakta yang tak terpikirkan olehku sampai sekarang adalah - Kate
Brooks sekarang lajang. Merdeka. bebas melakukan apapun. Satusatunya rintangan
sesungguhnya yang berdiri di antara dia dan aku
dan sofa kantorku hanyalah aku akan melakukan tindakan buruk
pada karirku sendiri. Astaga. Inilah yang pasti Superman rasakan
ketika ia kembali ke masa lalu dan menarik Lois keluar dari mobil
itu. Ini adalah mengulangi lagi. Sebuah usaha kedua. memulai
sesuatu yang baru. Aku melipat tangan di belakang kepalaku dan menyesuaikan diri
kembali di bantalku dengan senyuman terlebar, paling cerah takbisa-menungguesok-hari yang pernah kalian lihat.
*** Sudah empat hari sejak mengetahui si brengsek itu putus dengan
Kate. Pada hari berikutnya, Kate datang ke kantor terlihat seperti
dirinya lagi. Dilihat dari segala aspek, dia terlihat benar-benar sudah
melupakan si tolol itu. Tapi Mackenzie terserang flu, sehingga
Alexandra harus menjadwal ulang makan siang kami untuk minggu
depan. Dengan jadwal akhir pekan yang Kate miliki, ini mungkin
pilihan terbaik. Oh yeah. Hanya satu detail kecil yang perlu kalian tahu: Aku belum
berhubungan seks sejak dua belas hari terakhir.
Dua belas hari. Dua ratus delapan puluh delapan jam tanpa seks. Aku tak bisa
menghitung sampai ke menitnya - ini terlalu menyedihkan. Ingat
dulu aku pernah bilang 'hanya bekerja dan tidak bermain membuat
Drew menjadi cowok yang gampang marah"' Nah, pada titik ini,
Drew praktis sudah menjadi psikopat, oke"
Dua belas hari mungkin terlihat bukan waktu yang lama bagi kalian
orang amatir di luar sana, tapi untuk orang sepertiku" Ini rekor
terkutuk. Aku tak pernah mengalami kemarau seperti ini sejak
musim dingin tahun 1999. Bulan Januari itu, badai salju besar
menyelimuti kawasan *tri-state area dengan salju setebal dua puluh
delapan inci. Hanya kendaraan dinas yang diizinkan berada di
jalanan, jadi aku terjebak di penthouse bersama orang tuaku.
Dan saat itu aku berumur tujuh belas. Tahun dalam kehidupan
seorang cowok ketika semilir angin sudah cukup mengakibatkan
dirinya ereksi. Aku menghabiskan begitu banyak waktu di kamar
mandi, ibuku mengira aku terkena virus. Akhirnya, setelah hari
ketujuh, aku tidak tahan lagi. Aku menerjang badai dan berjalan ke
kondominium Rebecca Whitehouse di pinggiran kota. Kami bercinta
seperti kelinci di kloset petugas kebersihan gedung orang tuanya.
Dia adalah gadis yang baik.
Namun, sekali lagi, aku telah mengurangi masturbasi di kamar
mandi. Ini memalukan. Aku merasa begitu kotor. Bukan berarti ada
yang salah dengan bermasturbasi di pagi hari. Terutama kalau,
seperti aku sendiri, malam Minggu akhir pekan lalu seharusnya
adalah malam bercinta namun harus terlewatkan karena kewajiban
mengikuti acara keluarga. Tapi bila itu satu-satunya tindakan yang
dapat kau lakukan" Yah, ini sungguh...menyedihkan.
Alasan di balik paceklik seksualku yang berkepanjang saat ini" Aku
menyalahkan Kate. Ini semua salahnya.
Rupanya, hati nuraniku mulai tumbuh. Aku tak tahu kapan ini
terjadi, Aku tak tahu bagaimana ini bisa terjadi, tapi aku tidak
menyukainya. Jika aku bisa, aku akan menghancurkan tokoh kartun keparat Jiminy
Cricket1 seperti kecoa. Karena kalian tahu bahwa beberapa orang memiliki kemampuan
*Gay-dar" Yah, aku punya Dump-dar. Itu berarti aku bisa mengenali
seorang wanita yang baru saja dicampakkan berjarak satu mil
jauhnya. Mereka gampang di dapat. Yang kalian harus katakan pada
mereka hanyalah bahwa mantan mereka seorang idiot membiarkan
mereka pergi, dan mereka akan memintamu untuk menyetubuhi
mereka. Kate sekarang termasuk dalam kategori dicampakkan. Seharusnya
menjadi sesuatu yang pasti, bukan"
Salah. Di sinilah Jiminy mengangkat kepala serangga kecilnya yang
jelek. Aku tak sanggup untuk melakukan pendekatan padanya. Gagasan itu
membuatku merasa seperti seorang predator terkutuk. Sulit
dikatakan apakah dia masih rentan atau tidak. Dia terlihat tidak
begitu rentan, tapi kalian tidak pernah tahu. Dia mungkin hanya
berpura-pura seolah segalanya baik-baik saja. Dan jika dia ternyata
berpura-pura - masih terluka dan rapuh - bukan begitu caraku
menginginkan dia. Ketika itu terjadi antara Kate dan aku, aku ingin
dia merobek pakaianku, dan pakaiannya sendiri, karena dia tak sabar
menunggu sedetik pun agar kejantananku menghentak ke dalam
dirinya. Aku ingin dia merintih memanggil namaku, mencakar
punggungku dan menjerit karena kehebatanku semata.
Sialan, aku mulai lagi. Aku jadi ereksi hanya memikirkan tentang hal
itu. Sungguh kacau. Aku tidak bisa bercinta dengan Kate, dan aku juga
tidak ingin bercinta dengan orang lain. Ini adalah badai yang
sempurna untuk diriku sendiri. Kubilang aku akan memperoleh apa
yang pantas kudapatkan. Kalian puas sekarang"
Aku mematikan lampu kantorku dan berjalan menuju kantor Kate.
Dia tidak segera melihatku, jadi aku bersedekap dan bersandar di
kusen pintu, hanya mengamatinya. Rambutnya terurai, dan dia
berdiri, membungkuk di atas mejanya, melihat ke arah komputernya.
Dan dia bernyanyi: No more drinks with the guys
No more hitting on girls I'd give it all up And it'd be worth it in the end
If you were my lady I would comprehend How it feels to have something real
I would want to be a good man...
Kate benar-benar punya suara yang bagus. Dan cara dia
membungkuk di mejanya seperti itu...Aku hanya ingin berjalan di
belakangnya dan...Oh Tuhan. Sudahlah. Aku hanya menyiksa diri
sendiri. "Rihanna sebaiknya harus berhati-hati." Kate mendongak mendengar
suaraku, dan wajahnya berubah menjadi tersipu malu. Pintaku,
"Jangan berhenti gara-gara kehadiranku. Aku sedang menikmati
pertunjukan." "Lucu sekali. Pertunjukan selesai."
Aku memberi isyarat dengan jariku kearahnya. "Ayo. Aku
mengusirmu keluar dari kantor. Sekarang sudah lebih dari jam
sebelas malam dan kau belum makan sama sekali. Aku tahu satu
tempat. Aku yang traktir. Tempat itu membuat sandwich isi daging
kalkun yang enak." Dia mematikan layar monitornya dan meraih tasnya. "Oohh, itu
makanan favoritku." "Ya, aku tahu."
*** Kami memilih meja di area bar dan memesan makanan. Pelayannya
membawakan kami minuman, dan Kate menyesap margarita yang
kupesan untuknya. "Mmm. Ini apa yang kubutuhkan sekarang."
Aku pernah bilang pada kalian bahwa aku hebat dalam urusan
memilihkan minuman - ingat" Kami ngobrol dengan nyaman selama
beberapa menit, dan kemudian...perhatikan ini.
Mata Kate melotot sangat lebar, dan ia membungkuk di bawah meja.
Aku melihat sekeliling ruangan. Apa-apaan ini" Aku membungkuk
ke bawah meja dan mengintip kearahnya. "Apa yang kau lakukan?"
Dia terlihat panik. "Billy ada di sini. Lantai atas, ada di loteng di atas
lantai dansa. Dan dia tidak sendirian." Aku mulai mengangkat
Kencan Di Lorong Maut 2 Roro Centil 16 Tiga Siluman Bukit Hantu Pendekar Aneh Naga Langit 33
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama