Ceritasilat Novel Online

Si Pembuat Jam 1

Si Pembuat Jam Karya Philip Pullman Bagian 1


Si Pembuat Jam - Philip Pullman
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
Bidadari Pendekar Naga Sakti Bagian Satu
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
Pada suatu masa (ketika waktu digerakkan jam mekanis), keanehan terjadi di sebuah
kota kecil di Jerman. Sebenarnya, semuanya berupa rangkaian kejadian, semua
berhubungan seperti bagian-bagian jam, dan meski setiap orang bisa melihat bagian
yang berbeda, tidak ada yang pernah dapat melihat keseluruhannya; tapi beginilah
kisahnya, sebaik yang bisa kuceritakan. Kisah ini bermula di malam musim dingin, ketika
penduduk kota berkumpul di Kedai Kuda Putih. Salju berembus dari pegunungan, dan
angin membuat lonceng-lonceng bergerak gelisah di menara gereja. Jendela-jendela
berkabut, tungku menyala terang, Putzi si kucing tua hitam terkantuk-kantuk di depan
perapian; udara penuh aroma sosis dan sauerkraut, tembakau dan bir. Gretl kecil si
pelayan bar, putri pemilik kedai, mondar-mandir membawa muk-muk berbusa dan 2
piring-piring beruap. Pintu terbuka, dan butiran- butiran besar salju putih melayang
masuk berputar-putar, lalu mencair ketika terpapar kehangatan ruangan di dalam kedai.
Para pendatang, Herr Ringelmann si pembuat jam dan muridnya, Karl, mengetukngetukkan sepatu dan mengibaskan salju dari mantel tebal mereka. "Itu Herr
Ringelmann!" kata Wali Kota. "Nah, kawan lama, kemarilah dan minum bir bersamaku!
Dan satu muk untuk siapa itu namanya, muridmu itu." Karl si murid mengangguk
berterima kasih dan pergi duduk sendiri di sudut. Ekspresinya gelap dan murung.
"Kenapa si anu itu?" Tanya Wali Kota. "Dia seperti baru menelan awan badai." "Oh,
tidak usah dikhawatirkan," kata si pembuat jam, duduk di meja bersama
kawan-kawannya. "Dia gelisah memikirkan esok hari. Masa belajarnya sudah selesai,
kau 3 tahu." "Ah, tentu saja!" seru Wali Kota. Sudah menjadi kebiasaan jika murid
pembuat jam menyelesaikan masa belajarnya, dia harus membuat patung baru untuk
jam raksasa Glockenheim. "Jadi kita bakal mendapatkan patung jam baru di menara!
Well, aku sangat ingin melihatnya besok." *** Jam raksasa Glockenheim adalah mesin
paling luar biasa di seluruh Jerman. Jika ingin melihat seluruh patung jamnya, kau harus
menatapnya selama setahun penuh, karena mekanismenya begitu rumit sehingga butuh
waktu dua belas bulan untuk merampungkan gerakannya. Terdapat patung-patung
semua Santo, masing-masing muncul di hari peringatan mereka; ada sang ajal,
membawa sabit dan jam pasir; total ada lebih dari seratus patung. Herr Ringelmann
mengatur mereka semua. Jam itu tidak ada bandingannya, sungguh.4 *** "Aku ingat
saat masa belajarku berakhir," kata Herr Ringelmann. "Aku tidak bisa tidur memikirkan
apa yang akan terjadi saat patung buatanku keluar dari dalam jam. Bagaimana jika aku
salah membuat perhitungan roda penggeraknya" Bagaimana jika pernya terlalu kaku"
Bagaimana jika-oh, seribu hal memenuhi benakku. Ini tanggung jawab berat." "Mungkin
saja, tapi aku belum pernah melihat anak tersebut begitu murung," kata seseorang.
"Padahal dia memang bukan orang yang ceria." Dan teman-teman minumnya juga
merasa Herr Ringelmann agak murung, tapi lelaki itu mengangkat muknya bersama
yang lain dan mengubah topik pembicaraan. "Kudengar Fritz muda si novelis akan
membacakan kisah baru untuk kita malam ini," ia berkata. "Begitu pula yang kudengar,"
kata Wali Kota. "Kuharap kisahnya tidak semengerikan 5 yang terakhir dibacanya.
Kau tahu, aku terbangun tiga kali malam itu dan mendapati rambutku berdiri semua,
hanya memikirkannya!" "Aku tidak tahu apakah lebih seram mendengar kisah itu
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
diceritakan di kedai ini, atau membacanya sendiri belakangan," seseorang menimpali.
"Lebih seram membaca sendiri, percayalah," sahut orang lain lagi. "Kau bisa merasakan
jemari gaib merambati tulang punggungmu, dan bahkan meskipun tahu apa yang akan
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
terjadi selanjutnya, tetap saja kau bakal melonjak ketakutan." Kemudian mereka
berdebat tentang mana yang lebih menakutkan, apakah mendengar kisah hantu ketika
kau tidak tahu apa yang akan terjadi (karena bakal mengejutkanmu) atau sudah tahu
apa yang akan terjadi (karena deg-degan menunggu). Mereka semua menyukai
kisah-kisah hantu, terutama kisah Fritz, karena dia pendongeng yang berbakat. 6 Orang
yang mereka bicarakan, Fritz si penulis, adalah lelaki muda berwajah ceria yang sedang
menyantap makan malamnya di ujung lain kedai. Dia bercanda dengan pemilik kedai,
tertawa bersama orang-orang yang duduk di sebelahnya, dan ketika selesai makan, dia
memesan satu muk bir lagi, mengumpulkan tumpukan kertas yang berserakan di
sebelah piringnya, dan pergi untuk bicara dengan Karl. "Halo, Bung,"katanya. "Sudah
siap untuk besok" Aku juga tidak sabar menanti! Apa yang akan kau tunjukkan pada
kami?" Karl merengut dan memalingkan wajah. "Temperamen seniman," kata pemilik
kedai bijak. "Minumlah birmu, dan kau boleh mendapatkan segelas lagi gratis, untuk
merayakan besok." *** Temperamen seniman! Omong kosong! Tidak ada yang 7
namanya temperamen seniman. Hanya amatiran yang bertemperamen buruk. Seniman
sejati mengerjakan tugasnya dan tidak menggerutu. Jika kau mendengar orang bicara
soal temperamen seniman, artinya dia tidak tahu apa-apa. *** "Masukkan racun, baru
aku mau minum," guman Karl. "Apa?" kata Fritz, yang tidak memercayai
pendengarannya. Kedua lelaki itu duduk di ujung bar, dan Fritz memunggungi
pelanggan- pelanggan lain lalu bicara empat mata dengan Karl. "Ada masalah apa,
Kawan?" ia bertanya lirih. "Kau mengerjakan karya agungmu itu selama berbulan-bulan!
Kau tidak khawatir, kan" Tak mungkin gagal!" Karl menatapnya dengan wajah penuh
penderitaan dan geram. "Aku belum membuat patung," gumannya. Aku tidak mampu
melakukannya. Aku gagal, Fritz. Jam akan berdentang besok, dan semua orang akan
menengadah 8 untuk melihat apa yang telah kukerjakan, tapi takkan ada patung
yang keluar, tidak ada**" Dia mengerang pelan, kemudian berpaling. "Aku tidak bisa
menghadapi mereka!" lanjutnya, "Lebih baik aku pergi ke menara dan terjun agar semua
ini berlalu saja!" "Oh, ayolah, jangan omong kosong begitu," kata Fritz, yang belum
pernah melihat temannya semurung ini. "Kau harus bicara dengan Herr
Ringelmann-mintalah nasihatnya-katakan padanya kau mengalami kesulitan-dia orang
yang baik, dia akan membantumu!" "Kau tidak mengerti," kata Karl panas. "Segalanya
sih mudah untukmu! Kau hanya perlu duduk di meja kerjamu dan mengeluarkan kertas
serta pena, lalu kisah-kisah mengalir keluar! Kau tidak tahu bagaimana rasanya harus
berkeringat dan berusaha berjam-jam tanpa ide sama sekali, atau bergelut dengan
bahan-bahan yang mudah patah, 9 serta peralatan yang menjadi tumpul, atau
menarik-narik rambutmu berusaha mencari variasi lain tema yang sama-kuberitahu kau,
Fritz, ajaib juga otakku belum meledak! Well, takkan lama lagi bakal meledak. Besok
pagi kau boleh menertawakanku. Karl, si pecundang. Karl, si tanpa harapan. Karl, si
murid pertama yang gagal selama seratus tahun pembuatan jam. Aku tidak peduli. Aku
sudah Si Pembuat Jam - Philip Pullman
berbaring di dasar sungai, di bawah lapisan es." Fritz harus menahan diri agar tidak
memotong ucapan Karl tentang betapa sulit pekerjaannya. Menyusun kisah sama
sulitnya seperti menyusun mesin jam, juga bisa berantakan dengan mudah- seperti yang
akan kita lihat pada kisah Fritz di halaman-halaman berikut. Namun Fritz orang yang
optimistis, sedangkan Karl pesimistis, dan itu bedanya sangat besar. Putzi si kucing,
setelah 10 terbangun dari tidurnya di depan perapian, menggosokkan tubuh di kaki
Karl. Karl menendangnya dengan kasar. "Hei, jangan begitu," tegur Fritz. Tapi Karl
hanya cemberut. Dia menenggak minuman dalam-dalam dan mengusap mulut dengan
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
punggung tangan sebelum membanting muk ke meja bar dan meminta minuman lagi.
Gretl kecil si pelayan bar menatap gelisah ke arah Fritz, karena dia masih anak-anak,
dan tidak yakin apakah harus melayani orang dalam kondisi seperti Karl. "Beri dia
minum lagi," kata Fritz. "Dia bukan mabuk. Orang malang, dia tidak bahagia. Aku akan
mengawasinya, jangan khawatir." Maka Gretl menuangkan bir lagi untuk Karl, dan murid
pembuat jam itu mendengus lalu melalingkan wajah. Fritz mengkhawatirkannya, tapi dia
tidak bisa tetap duduk di sana lebih lama lagi, karena 11 para pelanggan memanggil.
"Ayo, Fritz! Mana kisahnya?" "Bayar makananmu dengan cerita! Ayolah! Kami
menunggu!" "Kisahnya tentang apa kali ini, eh" Kerangka, atau hantu?" "Kuharap ini
kisah pembunuhan yang sadis!" "Bukan, kudengar dia punya kisah yang berbeda. Yang
baru." "Aku punya firasat kali ini kisahnya jauh lebih mengerikan daripada yang bisa kita
bayangkan," kata Johann tua si tukang kayu. Sementara para pelanggan memesan
lebih banyak bir untuk diminum sambil mendengarkan cerita, dan mengisi pipa mereka
serta mencari posisi duduk yang nyaman, Fritz mengumpulkan manuskrip dan
mengambil tempat di sebelah tungku. Sejujurnya, Fritz juga merasa tidak senyaman
biasanya di malam bercerita seperti ini, karena apa yang diceritakan Karl kepadanya,
dan karena tema kisahnya sendiri- lebih tepatnya, permulaan 12 kisahnya. Tapi
kisah ini bukan tentang Karl. Tokohnya sangat berbeda. (Ada alasan rahasia lain yang
membuat Fritz gugup. Sebenarnya, dia belum merampungkan kisahnya. Dia telah
menulis pemulaannya dengan baik, dan hasilnya hebat, tapi dia belum bisa memikirkan
akhir kisah. Dia hanya akan menceritakannya, melanjutkannya, dan mengarang bagian
akhir sambil jalan. Seperti yang kukatakan barusan, dia orang yang optimistis.) "Kami
siap dan menunggu," kata Wali Kota. "Aku ingin sekali mendengar kisah ini meski
rambutku bakal berdiri karenanya. Apa judulnya?" "Judulnya-" kata Fritz, sambil melirik
gelisah ke arah Karl- "judulnya 'Jam Mekanis'." "Ah! Pas sekali!" seru Herr Ringelmann.
"Kau dengar itu, Karl" Ini kisah untuk menghormatimu, Nak!"13 Karl merengut dan
menatap lantai. "Bukan, bukan," kata Fritz buru-buru, "kisah ini bukan tantang Karl, atau
jam di kota kita, tidak, sama sekali bukan. Ini kisah yang lain sama sekali. Kebetulan
saja judulnya 'Jam Mekanis'." "Nah, berceritalah," kata seseorang. "Kami sudah siap."
Maka Fritz berdeham dan merapikan kertas-kertas lalu mulai bercerita.
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
KISAH FRITZ 14 "Aku ingin tahu apakah ada di antara kalian yang ingat
kejadian aneh di istana beberapa tahun yang lalu" Mereka berusaha menutupnutupinya, tapi beberapa detail bocor, dan misterinya memang ganjil sekali. Sepertinya
Pangeran Otto membawa putranya yang masih kecil pergi berburu, bersama sahabat
lama keluarga kerajaan, Baron Stelgratz. Saat itu pertengahan musim dingin-persis
seperti sekarang! Mereka berangkat menggunakan kereta luncur menuju pondok
berburu di atas gunung, tubuh terbungkus pakaian tebal untuk menahan dingin, dan
berniat tinggal selama kira-kira seminggu. "Yah, yang terjadi adalah dua malam
kemudian, penjaga yang bertugas di gerbang istana melihat gerakan di ujung jalan, dan
mendengar ringkikan kuda-ringkikan panik-menimbulkan keributan besar; dan
tempaknya, meski si penjaga tidak yakin, ada kereta 15 luncur dikemudikan ke
arah istana oleh orang gila. "Penjaga berseru memperingatkan, dan meminta lentera,
lalu ketika kereta luncur itu sudah cukup dekat, mereka bisa melihat itu kereta luncur
kerajaan, kereta yang dibawa Pangeran dua hari yang lalu. Kereta tersebut meluncur
gila-gilaan mendaki jalan di belakang kuda-kuda ketakutan tersebut, dan tampak takkan
berhenti. Sersan penjaga memerintahkan gerbang istana dibuka cepat-cepat sebelum
ditabrak. "Mereka membuka gerbang tepat pada waktunya. Kereta luncur itu melesat
masuk, kemudian berputar- putar di halaman depan istana, karena kuda-kuda itu bagai
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
kesetanan dan tidak bisa berhenti. Hewan-hewan malang tersebut berbusa dan mata
mereka berputar- putar. Kereta luncur itu bakal terus saja mengelilingi halaman jika
salah satu kuda tidak tersandung balok dan membuat 16 kereta itu terjungkir.
"Kusirnya terlempar keluar, dan terlontar juga buntalan dari bagian belakang kereta.
Pelayan bergegas memungutnya, dan menemukan pangeran Florian kecil terbungkus
permadani bulu, aman dan hangat serta setengah tidur. "Tapi kusirnya** "Yah, begitu
para penjaga mendekat, mereka mengenalinya. Orang itu ternyata Pangeran Otto
sendiri, mati, sedingin es, dengan mata membelalak, tangan kirinya menggenggam tali
kekang begitu erat sehingga talinya harus dipotong, dan (ini yang paling aneh) tangan
kanannya masih bergerak, melecutkan cambuk ke atas ke bawah, ke atas ke bawah, ke
atas ke bawah. "Mereka menyelimutinya supaya sang putri tidak melihatnya, dan
membawa Pangeran Florian kepadanya untuk membuktikan anak itu masih hidup serta
baik-baik saja, karena dia putra mereka satu- satunya. 17 "Tapi apa yang harus
dilakukan terhadap Pangeran Otto" Mereka membawa jenazahnya ke dalam istana dan
memanggil Dokter Kerajaan, pria tua pandai yang pernah belajar di Heidelberg, Paris,
dan Bologna, dan telah menerbitkan risalah tentang menemukan jiwa. Dia sudah
mempelajari geologi, hidrologi, dan fisiologi, tapi belum pernah menemukan hal seperti
ini. Mayat yang tidak bisa diam! Bayangkan! Terbaring dingin di meja marmer, dengan
lengan kanan mengibas-ngibas tanpa ada tanda akan berhenti. *** Banyak argumen
tentang letak jiwa pada zaman itu. Beberapa filsuf berkata jiwa terdapat di otak, yang
lain berkata di jantung, beberapa berkata di kelenjar pineal, entah apa artinya. Mereka
biasanya bahkan menimbang orang mati, untuk melihat apakah beratnya
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
berkurang setelah jiwanya pergi. Aku tidak tahu bagaimana 18 hasilnya. *** "Dokter
mengunci pintu agar para pelayan tidak bisa masuk, lalu membawa lampu mendekat,
kemudian membungkuk untuk melihat, dan matanya menangkap sesuatu pada pakaian
sang pangeran yang tampak dikenakan asal-asalan. Maka, sambil menghindari tangan
kanan yang mengibas, dengan hati-hati dia membuka kancing jubah Pangeran
kemudian mantel bulunya, dan tampaklah dada telanjang sang pangeran. "Dan
terlihatlah disana, luka memanjang di dadanya persis di atas jantung, dijahit kasar
dengan dua belas jahitan. Dokter mengambil gunting dan memotong jahitan itu,
kemudian dia nyaris pingsan saking terkejutnya, sebab ketika dia membuka luka
tersebut, jantungnya tidak ada. Hanya ada mesin jam kecil: cuma beberapa roda
penggerak, per, dan penyeimbang, dilekatkan dengan cermat pada 19 urat-urat sang
pangeran dan berbunyi tik-tik-tik dengan gembira, dalam irama yang tepat dengan
kibasan lengannya. "Yah, kalian bisa membayangkan Dokter langsung membuat tanda
salib di dadanya dan meyesap sedikit brendi untuk menenangkan diri. Siapa yang
takkan terguncang" Kemudian dengan hati- hati dia memotong sambungan mesin jam
itu lalu mengambilnya, dan ketika dia melakukannya, lengan sang pangeran berhenti
bergerak, begitu saja." Ketika tiba di titik kisah bagian ini, Fritz berhenti sejenak untuk
meneguk bir, dan untuk melihat bagaimana reaksi orang- orang terhadap kisahnya.
Kedai itu begitu hening sekali. Tiap pelanggan duduk begitu diam sehingga mereka juga
seakan mati, namun mata mereka membelalak dan ekspresi mereka bersemangat. Fritz
belum pernah sesukses ini! Dia membalik halaman dan 20 terus membaca: KISAH
FRITZ (SAMBUNGAN) "Nah, dokter menyambung lagi luka Pangeran Otto, dan
menyatakan sang pangeran meninggal karena penyakit ayan. Para pelayan yang
membawa masuk jenazah sang pangeran berpendapat lain; mereka tahu seseorang
sudah mati, bahkan meskipun lengannya masih bergerak- gerak; meski demikian,
pernyataan resmi yang keluar adalah Pangeran Otto mengalami gegar otak, dan rasa
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
cintanya pada putranya membuatnya bertahan hidup cukup lama untuk membawanya
pulang dengan selamat. Sang pangeran dikebumikan dengan upacara panjang, dan
semua orang berkabung selama enam bulan. "Sedangkan Baron Stelgratz, satu orang
lagi yang ikut dalam kelompok berburu itu, tidak diketahui nasibnya. Seluruh kejadian ini
diliputi awan misteri. "Tapi Dokter Kerajaan 21 punya ide. Ada orang yang mungkin
bisa menjelaskan apa yang terjadi, dan dia adalah Dr Kalmenius yang hebat dari
Schatzberg, yang tidak banyak dikenal orang; tapi mereka yang mengenalnya berkata
dia lelaki terhebat di Eropa. Sebagai pembuat jam, tidak ada yang bisa menandinginya,
bahkan Herr Ringelmann kita yang baik. "Dr Kalmenius bisa saja menjadi kaya raya jika
mau, tapi dia tidak tertarik pada harta atau kemasyhuran. Ketertarikannya adalah pada
hal yang jauh lebih dalam. Dia menghabiskan waktu berjam-jam duduk di pemakaman,
merenungkan misteri kehidupan dan kematian. Beberapa orang berkata dia melakukan
eksperimen dengan mayat. Yang lain bilang dia berkawan dengan kekuatan gelap.
Tidak ada yang tahu secara pasti. Tapi satu hal yang mereka ketahui adalah dia sering
berjalan-jalan di malam hari, menarik kereta luncur kecil di belakangnya, berisi 22
benda-benda rahasia yang dikerjakannya saat itu. *** Ada yang ajaib pada mesin-mesin
jam Dr Kalmenius. Dia membuat
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
patung-patung kecil yang bernyanyi, bicara, dan bermain catur, juga menembakkan
anak panah kecil dari busur mungil, dan memainkan harpsichord semahir Mozart. Kau
bisa melihat beberapa patung jamnya sekarang di museum Schatzberg, tapi
patung-patung itu sudah tidak lagi berfungsi. Aneh juga, karena semua mesin terletak
pada tempatnya, dan dalam keadaan baik, dan patung-patung tersebut seharusnya
berfungsi; tapi tidak. Semuanya seolah telah** mati. *** "Bagaimana penampilannya,
sang filsuf tengah malam ini" Dia sangat tinggi dan kurus, dengan hidung dan dagu
lancip. Matanya menyala seperti bara di dalam gua gulita. Rambutnya panjang dan
kelabu, dan dia mengenakan 23 jubah hitam dengan tudung longgar seperti jubah
biarawan; suaranya serak dan kasar. Dan ekspresinya penuh kegarangan dan
keingintahuan. "Dialah lelaki yang-" Fritz berhenti, dan matanya bergerak ke arah pintu.
Semua orang mengikuti pandangannya. Kedai tidak pernah sehening itu. Tidak ada
yang bergerak, tidak ada yang berani bernapas, karena gagang pintu bergerak. Pintu
terbuka perlahan. Di ambang pintu berdiri lelaki dalam balutan jubah hitam panjang
bertudung longgar seperti biarawan. Rambutnya yang kelabu tergerai di kedua sisi
wajahnya: wajah panjang dan tirus dengan hidung dan dagu lancip, dan mata yang
tampak seperti bara terbakar di gua gulita. Oh, betapa mencekamnya keheningan yang
terjadi ketika dia melangkah masuk! Setiap orang di kedai melongo, mulut terbuka, mata
melotot; dan ketika mereka 24 melihat apa yang ditarik lelaki asing itu-kereta luncur
kecil berisi sesuatu yang dibungkus kanvas-lebih dari satu orang membuat tanda salib
dan berdiri ketakutan. Orang asing itu membungkuk. "Dr Kalmenius dari Schatzberg,
siap melayani Anda," katanya dengan suara kasar dan serak. "Aku melakukan
perjalanan jauh malam ini, dan aku kedinginan. Segelas brendi!" Pemilik kedai
menuangkan brendi dengan tergesa-gesa. Orang asing itu menghabiskannya dalam
sekali tenggak dan menyerahkan gelasnnya untuk diisi lagi. Orang-orang masih tidak
mampu bergerak. "Hening sekali?" kata Dr Kalmenius, melihat sekeliling dengan tatapan
mengejek. "Orang bisa-bisa berpikir dia berada di tengah sekelompok mayat!" Wali Kota
menelan ludah dengan susah payah dan berdiri. "Maaf, Dr-eh-Kalmenius, 25 tapi
sebenarnya-" Dan dia menatap Fritz, yang memandang Dr Kalmenius dengan paras
ketakutan. Pemuda itu sepucat kertas-kertas yang dipegangnya. Matanya nyaris keluar


Si Pembuat Jam Karya Philip Pullman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari tengkorak, rambutnya berdiri, dan butiran keringat besar-besar muncul di dahinya.
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
"Ya, tuan yang baik?" kata Dr Kalmenius. "Aku-aku-" kata Fritz, dan menelan ludah
dengan sulit. Wali Kota menyela, "Sebenarnya teman muda kami ini penulis cerita,
Doktor, dan dia sedang membacakan salah satu kisahnya pada kami ketika Anda tiba."
"Ah! Menyenangkan sekali!" ujar Dr Kalmenius. "Aku akan senang sekali mendengar
lanjutan kisahmu, Tuan Muda. Jangan merasa terganggu dengan kehadirankulanjutkanlah seakan aku tidak berada di sini." Pekikan kecil terdengar dari kerongkongan
Fritz. Dengan 26 gerakan tiba-tiba dia meremas semua kertas di tangannya lalu
memasukkan ke tungku, dan kertas-kertas tersebut segera berkobar. "Kumohon!"
serunya. "Jangan berurusan dengan lelaki ini!" Dan seperti orang yang baru saja melihat
iblis, dia berlari keluar kedai secepat mungkin. Dr Kalmenius tertawa keras mengejek,
dan setelah itu, beberapa
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
warga yang baik mengikuti jejak Fritz, meninggalkan pipa serta muk bir mereka,
menyambar mantel dan topi, lalu kabur, bahkan tidak berani menatap mata si orang
asing. Bisa dibilang yang tersisa hanya Herr Ringelmann dan Wali Kota. Si pembuat jam
tua itu berpikir seharusnya dia menyapa sesama seniman, tapi lidahnya kelu, dan Wali
Kota berpikir seharusnya menyambut Dr Kalmenius yang terkenal itu atau langsung
menyuruhnya pergi, tapi keberaniannya menyusut. Kedua lelaki tua tersebut mengambil
27 tongkat mereka dan pergi selekas mungkin. Gretl kecil mencengkeram ayahnya si
pemilik kedai, menyaksikan semua itu dengan mata membelalak. "Well!" kata Dr
Kalmenius. "Ternyata kalian tidur cepat di kota ini. Aku minta segelas brendi lagi."
Pemilik kedai menuangkan brendi dengan tangan gemetar, dan mengusir Gretl keluar,
karena lelaki ini bukan teman anak-anak. Dr Kalmenius menghabiskan brendi dalam
sekali teguk, dan masih minta lagi. "Dan mungkin tuan muda ini sudi menemaniku,"
katanya , menoleh ke sudut meja bar. Karena Karl masih duduk di sana. Di saat
pelanggan-pelanggan lain berhamburan pergi, dia sama sekali tidak bergerak. Dia
menolehkan wajahnya yang merengut, sekarang merah karena banyak minum dan
murung karena membenci diri sendiri, untuk memelototi 28 orang asing itu, tapi dia
tidak mampu menatap langsung mata yang mengejek tersebut, lalu Karl pun
menjatuhkan tatapannya ke lantai. "Beri satu gelas untuk temanku," kata Dr Kalmenius
pada pemilik kedai, "lalu kau boleh meninggalkan kami." Pemilik kedai meletakkan botol
dan sebuah gelas lagi di meja bar, lantas kabur. Baru lima menit yang lalu ruang duduk
itu penuh sesak; tapi sekarang hanya tinggal Dr Kalemnius dan Karl di sana, dan kedai
sungguh hening sehingga Karl bisa mendengar gemeretak api di tungku, dan detak jam
dinding tua di pojok. Bahkan detak jantungnya sendiri. Dr Kalmenius menuang brendi,
dan mendorong gelas di sepanjang meja bar. Karl tidak berkata apa- apa. Dia
menguatkan diri saat ditatap orang asing itu selama hampir semenit, kemudian
memukulkan tinju ke meja sambil berseru: "Sial, apa sih maumu?" 29 "Darimu, Sir"
Aku tidak menginginkan apa-apa darimu." "Kau sengaja datang kemari untuk
mengejekku!" "Mengejekmu" Nah, nah, kami punya badut yang lebih lucu daripada
dirimu di Schatzberg. Apakah pantas aku datang jauh-jauh kemari untuk menertawai
pemuda yang wajahnya saja menampakkan ketidakbahagiaan" Ayo, minumlah!
Cerialah! Besok adalah pagi kejayaanmu!" Karl mengerang dan memalingkan wajah,
tapi suara mengejek Dr Kalmenius terus terdengar: "Ya, pembukaan patung baru di jam
Glockenhein yang terkenal memang peristiwa penting. Kau tahu, aku berusaha mencari
kamar kosong di lima penginapan sebelum tiba di sini, dan semuanya penuh.
Pengunjung dari seluruh Jerman- lelaki dan wanita terhormat- seniman, pembuat jam,
para ahli dalam segala bidang mesin-semua datang untuk melihat 30 patungmu!
Bukankah itu patut dirayakan dengan gembira" Minum, kawanku, minum!" Karl
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
menyambar gelas dan menelan cairan berapi itu. "Takkan ada patung baru," gumannya.
"Apa?" "Kataku, takkan ada patung baru. Aku belum membuatnya. Aku tidak mampu.
Aku membuang-buang waktuku selama ini, dan ketika sudah terlambat, aku baru
menyadari bahwa aku tidak mampu membuatnya. Nah. Sekarang kau boleh
menertawaiku. Silakan saja." "Ya ampun, ya ampun," kata Dr
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
Kalmenius serius. "Tertawa" Aku takkan bermimpi melakukannya. Aku datang ke sini
untuk membantumu." "Apa" Kau" Bagaimana?" Dr Kalmenius tersenyum. Seperti api
yang tiba-tiba menyembur dari batang kayu terselubung abu, dan Karl menyurut. Lelaki
tua itu mendekat. "Kau tahu," katanya, 31 "kurasa kau melupakan pengaruh
filosofis pada seni kita. Kau tahu cara menyetel arloji dan memeperbaiki jam gereja, tapi
pernahkah kau berpikir bahwa kahidupan kita juga seperti mesin jam?" "Aku tidak
mengerti," kata Karl. "Kita bisa mengendalikan masa depan, Nak, persis seperti kita
menyetel mekanisme jam. Katakan pada dirimu sendiri: aku akan memenangkan
pertandingan itu-aku akan jadi juara pertama-dan kau pun telah menyetel masa depan
seperti mesin jam. Dunia tidak mempunyai pilihan selain menurut! Bisakan jarum-jarum
jam tua di pojokan itu memilih untuk berhenti" Bisakah per di arlojimu memutuskan
untuk menyetel dirinya sendiri dan berjalan mundur" Tidak! Mereka tidak punya pilihan.
Masa depan juga tidak memiliki pilihan, begitu kau telah menyetelnya." "Mustahil," kata
Karl 32 yang mulai merasa kepalanya makin ringan. "Oh, tapi mudah sekali! Apa
keinginanmu" Harta" Istri yang cantik" Setel masa depanmu, Kawan! Katakan
keinginanmu, dan semua akan jadi milikmu! Kejayaan, kekuasaan, kekayaan-apa yang
kau inginkan?" *** Sekarang kita tiba di intinya. Ini filosofi Dr Kalmenius. Inilah yang dia
ingin diyakini Karl. Yah, mungkin memang ada benarnya, banyak orang berpikir merkea
tinggal memohon sesuatu, maka permohonanya akan terkabul. Bukankah setiap orang
berpikir seperti itu ketika membeli lotre" Dan tidak diragukan lagi, memang
menyenangkan membayangkannya. Tapi ada kelemahannya** *** "Kau tahu betul apa
yang kuinginkan!" seru Karl. "Aku ingin membuat patung untuk jam! Sesuatu untuk
ditunjukkan 33 sebagai hasil waktu yang seharusnya kuhabiskan untuk membuatnya!
Apa saja agar aku bisa terhindar dari rasa malu yang akan kudapatkan besok!" "Tak ada
yang lebih mudah daripada itu," sahut Dr Kalmenius. "Kau sudah berbicara- dan itulah
yang kau harapkan." *** **dan ini dia: kau takkan memenangkan pertandingan kalau
cuma berharap, kau bisa menang jka berlari lebih cepat daripada orang lain. Dan agar
bisa melakukannya, kau harus berlatih keras dan berusaha sekuat mungkin, walau
kadang-kadang itu pun belum cukup, karena pelari lain mungkin lebih berbakat
daripada dirimu. Begini keyataannya: jika kau menginginkan sesuatu, kau bisa
mendapatkannya, tapi hanya jika kau menginginkan segala hal yang menyertainya,
termasuk kerja keras dan kekecewaan, dan hanya jika mau menerima kegagalan. Itulah
34 masalah Karl: dia takut gagal, jadi dia tidak pernah sungguh- sungguh berusaha.
*** Dia menunjuk kereta luncur kecil yang ditariknya masuk ke kedai. Bilah luncurnya
digenangi salju yang mencair dan penutup kanvasnya lembap. "Apa itu?" tanya Karl,
yang tiba-tiba jadi sangat ketakutan. "Buka penutupnya! Singkapkan kanvasnya!" Karl
berdiri limbung dan perlahan membuka tali yang mengikat kain penutup. Kemudian dia
menarik kanvasnya sampai terbuka. Di dalam kereta luncur itu terdapat patung besi
paling sempurna yang pernah dilihatnya. Bentuknya kesatria berbaju zirah, dibuat dari
besi mengkilap keperakan, memegang pedang tajam. Karl tercengang melihat detailnya,
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
dan mengelilinginya untuk melihat dari segala sudut. Setiap pelat baju zirahnya
dipasang 35 sedemikian rupa sehingga akan bergerak mulus di atas yang lain, dan
pedangnya- Karl menyentuhnya, dan segera menarik tangannya kembali, menatap
darah yang mengalir di jarinya. "Setajam silet," katanya. "Hanya yang terbaik untuk Sir
Ironsoul," kata Dr Kalmenius. "Sir Ironsoul** hasil karya yang hebat sekali! Oh, jika
patung ini berada di menara bersama patung-patung yang lain, namaku akan dikenang
selamanya!" kata Karl getir. "Dan bagaimana menggerakkannya" Apa yang
dilakukannya" Dia memang bekerja dengan mesin jam, bukan" Atau ada semacam
goblin di dalamnya" Sejenis makhluk halus iblis?" Dengan suara mendesing mulus dan
detak mesin yang halus, patung itu mulai bergerak. Sang kesatria mengangkat pedang
dan menolehkan kepalanya yang berhelm untuk menatap Karl, kemudian 36
melangkah keluar dari kereta luncur dan bergerak ke arahnya. "Tidak! Apa yang
dilakukannya?" kata Karl terkejut, mundur teratur. Sir Ironsoul terus maju. Karl minggir,
tapi patung itu berbelok, dan sebelum Karl bisa menghindar, dia sudah terpojok, pedang
sang kesatria kecil semakin dekat. "Apa yang dilakukannya" Pedang itu tajam-hentikan
dia, Doktor! Buat dia berhenti!" Dr Kalmenius menyiulkan tiga atau empat bar nada
sederhana dan seram, lalu Sir Ironsoul pun berhenti bergerak. Ujung pedangnya persis
berada di depan leher Karl. Murid pembuat jam itu beringsut mengitari patung itu dan
menjatuhkan diri ke kursi, lemas ketakutan. "Apa-siapa-bagaimana caranya bergerak"
Ajaib sekali! Apakah kau yang menyalakannya?" "Oh, bukan aku yang memicunya
bergerak," kata Dr 37 Kalmenius. "Kau yang menyalakannya." "Aku" Bagaimana?"
"Sesuatu yang kaukatakan. Mekanismenya sangat halus, begitu seimbang dengan
sempurna, sehingga satu kata dan hanya satu kata itu yang akan membuatnya
bergerak. Dan dia sungguh lelaki kecil yang pandai! Begitu mendengar kata itu, dia
takkan berhenti sampai pedangnya menembus leher orang yang mengucapkannya."
"Kata apa?" tanya Karl ngeri. "Apa yang telah kuucapkan" Mesin jam** goblin**
bergerak** bekerja** makhluk halus** iblis**" Sekali lagi Sir Ironsoul mulai bergerak. Dia
membalikkan tubuh tanpa bisa dicegah, menemukan Karl, dan berjalan mendekatinya.
Murid pembuat jam itu segera melompat dari kursi dan meringkuk di pojok. "Itu dia!"
teriaknya. "Tolong hentikan dia lagi, Doktor!" 38 Dr Kalmenius kembali bersiul, dan
patung tersebut berhenti. "Nada apa itu?" tanya Karl. "Kenapa dia berhenti ketika
mendengarnya?" "Itu lagu yang berjudul The Flowers of Lapland," jawab Dr Kalmenius.
"Dia suka lagu tersebut. Dia berdiri dian untuk mendengarkan, dan itu menyebabkan
roda keseimbangannya berpindah ke arah lain sehingga dia berhenti. Menajubkan
sekali! Karya seni hebat!" "Aku takut padanya." "Oh, yang benar saja! Takut kepada
lelaki kaleng kecil yang menyukai lagu indah?" "Ini tidak wajar. Sama sekali tidak mirip
mesin. Aku tidak menyukainya." "Yah, sayang sekali. Apa yang akan kau lakukan
tanpanya besok" Aku akan menonton dengan sangat tertarik." "Tidak, tidak!" kata Karl,
penuh derita. "Aku tidak 39 bermaksud** Oh, kau tidak tahu apa maksudku!" "Kau
menginginkannya?" Si Pembuat Jam - Philip Pullman
"Ya. Tidak!" seru Karl, memukul-mukulkan tinjunya. "Aku tidak tahu. Ya!" "Maka dia
milikmu," kata Dr Kalmenius. "Kau telah menyetel masa depan, Nak! Masa depan mulai
berdetak!" Dan sebelum Karl bisa mengubah pikiran, pembuat jam itu merapatkan
mantel ke tubuh, menutupkan tudung ke atas kepala, dan lenyap melalui pintu
membawa kereta luncur. Karl berlari mengejar, tapi salju begitu tebal sehingga dia tidak
bisa melihat apa-apa. Dr Kalmenius telah menghilang. Karl kembali masuk ke kedai dan
duduk lemas. Patung kecil itu berdiri tidak bergerak sama sekali, dengan pedang
terangkat, dan wajah besinya yang kosong menatap si murid muda. "Dia bukan
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
manusia," Karl bergumam. "Tak ada manusia 40 yang bisa menciptakan ini. Dia
makhluk halus jahat! Dia ib-" Karl segera menutup mulut dengan tangan dan menatap
ngeri ke arah Sir Ironsoul, yang berdiri tidak bergerak. "Aku hampir mengucapkannya!"
Karl berbisik sendiri. "Aku tidak boleh lupa-dan nada itu! Bagaimana bunyinya tadi" Jika
bisa mengingatnya aku akan aman**" Dia berusaha menyiulkannya tapi mulutnya
terlalu kering; dia berusaha menyenandungkannya, tapi suaranya bergetar. Dia
mengulurkan tangan dan menatapnya. Kedua tangannya gemetar seperti daun kering.
"Mungkin kalau aku minum lagi**" katanya. Dia menuang brendi lagi, menumpahkan
sebagian ke meja sebelum berhasil memasukkan cairan itu ke gelas. Dia menelannya
cepat-cepat. "Begini lebih baik** Yah, lagipula, aku bisa 41 meletakkannya di jam
menara. Dan jika aku memakukannya ke bingkai jam, dia akan cukup aman. Dia takan
bisa keluar dari sana, tidak peduli kata apa yang diucapkan orang**" Karl meihat
sekeliling dengan takut. Ruang duduk itu sehening kuburan. Kemudian dia menyibakkan
tirai dan menatap melalui jendela, tapi tidak ada setitik cahaya pun di alun-alun kota.
Tampaknya semua orang di dunia sudah pergi tidur, dan satu-satunya makhluk yang
masih terjaga adalah si murid pembuat jam serta patung keperakan kecil berpedang itu.
"Ya, aku akan melakukannya!" katanya. Jadi dia menutupi Sir Ironsoul dengan kanvas,
mengenakan mantel dan topi dengan terburu-buru, kemudian bergegas keluar,
membuka kunci menara untuk mempersiapkan jamnya. Ternyata masih ada satu orang
yang belum tidur, dan dia 42 adalah Gretl, putri kecil pemilik kedai. Gadis cilik itu
tidak bisa tidur sama sekali, dan penyebabnya adalah kisah Fritz. Ada satu hal yang
tidak bisa diusirnya dari pikiran. Bukan mesin jam di dalam rongga dada sang pangeran
yang sudah mati, bukan kuda-kuda berbusa yang ketakutan atau pengemudinya yang
sudah mati di belakang mereka; tapi dia memikirkan Pangeran Florian kecil. Gretl
berpikir: anak malang, melakukan perjalanan pulang dengan cara mengerikan seperti
itu! Gretl berusaha membayangkan kengerian apa yang dirasakan sang pangeran kecil,
sendirian di kereta luncur bersama ayahnya yang sudah meninggal, dan Gretl menggigil
di balik selimut, berharap bisa menghibur sang pangeran kecil. *** Gretl berhati baik, kau
tahu, hatinya memihak hal-hal yang benar. Hatinya hangat, hatinya lembut, dia berhati
emas. Kau kenal 43 istilah itu" Ada beberapa orang seperti Gretl, yang kalau
mendengar masalah orang lain, dirinya sendiri ikut menderita nyaris seperti orang yang
mrngalami masalah itu. Kadang dunia tempat yang kejam, dan orang-orang berhati
hangatlah yang melakukan sebagian besar kebaikan di dalamnya. Walu sering mereka
diejek dan dicaci Si Pembuat Jam - Philip Pullman
karena perbuatan baik mereka. *** Dan karena tidak bisa tidur, dia berpikir lebih baik ke
bawah saja dan duduk sebentar dekat tungku di ruang duduk, karena tempat tidunya
dingin sekali. Maka dia menyampirkan selimut di bahu dan berjingkat-jingkat menuruni
tangga persis ketika jam raksasa di menara berdentang tengah malam. Tidak ada orang
di kedai, tentu saja, dan lentera menyala redup, jadi dia tidak menyadari sosok
terselubung kanvas di sudut, lalu dia duduk untuk menghangatkan tangan di depan
tungku. 44 "Kisah itu akan menjadi kisah yang aneh sekali!" katanya pada diri sendiri.
"Aku tidak yakin orang boleh menceritakan kisah seperti itu. Aku bisa menerima cerita
hantu dan kerangka, tapi kurasa Fritz sudah keterlaluan. Dan betapa orang-orang
terlonjak kaget ketika lelaki itu masuk! Seakan-akan Fritz memunculkannya begitu saja.
Seperti Dr Faust, memunculkan iblis**" *** Oh, tidak! Gretl, hati-hati! Stop! Jangan
Ucapkan! **ah! Terlambat! *** Kain kanvas itu terjatuh lembut ke lantai, dan si patung
besi kecil menolehkan kepala, mengangkat pedang, dan mulai bergerak mendekati
Gretl. Bagian Dua Saat Pangeran Otto menikahi Putri Mariposa, seluruh kota
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
merayakannya: kembang api dinyalakan di taman umum, kelompok pemusik bermain
sepanjang malam di ruang dansa, dan bendera derta umbul-umbul dikibarkan dari
setiap atap. *** Putri itu bernama Mariposa. Dia cantik sekali. Tapi putri mana yang tidak
cantik" Tugas merekalah menjadi cantik. Putri Mariposa menghabiskan sebagian besar
waktunya dengan berbelanja. Para perancang gaun memberinya diskon setengah
harga, karena dia mengenakannya di pesta-pesta trendi dan membuat para perancang
itu terkenal. Jika ingin membeli sesuatu dengan murah, kau harus jadi orang kaya,
meski kedengarannya aneh. Orang miskin selalu harus membayar harga penuh. ***
"Akhirnya kita akan 46 memiliki pewaris takhta!" orang- orang berkata, karena
selama ini mereka takut dinasti kerajaan akan berakhir. Tapi waktu-waktu berlalu, dan
terus berlalu, namun tidak ada anak yang lahir dari pernikahan Pangeran Otto dan Putri
Mariposa. Mereka meminta nasihat dari berbagai dokter terbaik, tapi tetap saja belum
ada anak. Mereka berziarah ke Roma untuk meminta berkat dari Paus Suci, namun
tetap tidak ada anak. Akhirnya, saat Putri Mariposa berdiri di depan jendela istana, dia
mendengar dentang jam katedral, dan berkata, "Aku berharap memiliki anak senyata
lonceng dan sepasti detak jam"; dan ketika mengucapkannya, dia merasakan hatinya
lega. Dan sebelum tahun itu berakhir, dia memang melahirkan anak. Tapi malang
baginya dan semua orang, proses kelahirannya sulit serta menyakitkan, dan setelah si
47 bayi menarik napas pertamanya di dunia, dia tidak bisa lagi menarik napas lagi, dan
meninggal di pelukan perawat. Putri Mariposa tidak tahu apa-apa, karena dalam
keadaan tidak sadarkan diri, dan tidak ada yang dapat memastikan apakah dia akan
bertahan hidup atau tidak. Sedangkan Pangeran Otto, dia nyaris gila karena marah. Dia
menyambar bayinya yang sudah meninggal dari pelukan perawat dan berkata, "Aku
akan mempunyai pewaris takhta, tidak peduli bagaimana caranya!" Dia berlari ke istal
dan memerintahkan pengurus kuda
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
memasang pelana pada kuda yang larinya paling cepat, dan sambil membawa anaknya
yang sudah meninggal dalam pelukan, dia berderap pergi. Ke mana perginya" Utara,
dan terus ke utara, sampai dia tiba di bengkel kerja Dr Kalmenius, dekat tambang perak
Schatzberg. Di sanalah si pembuat jam hebat 48 menciptakan karya-karya besar, dari
jam celestial yang memberitahukan posisi setiap planet sampai 25_000 tahun ke depan
hingga patung-patung kecil yang menari, menunggangi kuda poni miniatur,
menembakkan anak panah mungil, dan memainkan harpsichord. "Ada apa?" tanya Dr
Kalmenius. Pangeran Otto berdiri memakai mantel berkudanya, salju tampak putih di
bahunya, dan mengangsurkan tubuh anaknya. "Buatkan aku anak yang lain!" katanya.
"Putraku meninggal, dan ibunya berada di antara hidup dan mati! Dr Kalmenius, aku
memerintahkanmu membuatkan aku anak dari mesin jam yang takkan mati!" Bahkan
Pangeran Otto, dalam kegilaannya, tidak percaya ada mainan mesin jam yang bisa
menyerupai anak manusia hidup; namun perak yang ditambang di Schatzberg tidak
sama dengan logam lain. Perak itu mudah ditempa dan lembut serta berkilau, dan 49
bersemu merah jambu seperti sayap kupu-kupu. Bagi si pembuat jam hebat, tugas ini
tantangan bagi keahliannya dalam berseni sehingga dia tidak mampu menolak. Jadi,
ketika Pangeran Otto menguburkan anaknya yang sudah meninggal, Dr Kalmenius
mulai bekerja untuk membuat anak baru. Dia melebur bijih perak dan menghaluskannya,
lantas menempanya sampai tipis dan halus; dia memintal emas menjadi jarring lebih
halus daripada sutra laba-laba, dan menempelkan tipa lembar secara terpisah pada
kepala kecil anak buatan itu; dia mencetak, mengikir, dan menempa, dia menyolder,
memaku, dan memasang baut, dia mengukur, menyesuaikan, dan menyetel, sampai per
utamanya melingkar ketat, dan mesin penggerak pada jalurnya yang bertahtakan
Si Pembuat Jam - Philip Pullman


Si Pembuat Jam Karya Philip Pullman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

permata berdetak maju- mundur dengan ketepatan yang sempurna. Ketika anak
bermesin jam itu sudah siap, Dr Kalmenius 50 memberikannya kepada Pangeran
Otto, yang memeriksanya dengan teliti. Bayi itu bergerak, bernapas, dan tersenyum.
Bahkan, entah dengan seni rahasia seperti apa, terasa hangat. Dalam segala hal dia
tampak seperti si bayi yang sudah meninggal. Pangeran Otto membungkus anak itu
dengan mantel, dan berkuda kembali ke istana, lalu meletakkan si bayi di lengan Putri
Mariposa. Sang putri membuka mata, dan kebahagiaannya ketika melihat putranya,
yang, dipikirnya, hidup dan sehat, membawanya kembali dari jurang kematian. Lagi
pula, dia tampak cantik sekali bersama si bayi dalam pelukan, seperti yang memang
sudah lama diketahuinya. Mereka memberi nama bayi itu Florian. Setahun berlalu, dua
tahun, tiga tahun, dan anak laki- laki itu tumbuh besar diiringi cinta setiap orang, bahagia
dan kuat serta cerdas. Pangeran Otto membawanya berkuda naik poni kecil,
mengajarinya memanah; dia 51 menari, memainkan harpsichord dengan baik; dia
tumbuh semakin kuat dan besar, semakin ceria dan gembira. Tapi pada tahun kelima
kehidupannya, pangeran kecil mulai menunjukkan tanda-tanda penyakit yang
mengkhawatirkan. Persendiannya sakit, dia selalu kedinginan, dan wajahnya, yang
biasanya ceria dan ekspresif, mulai menjadi topeng dan kaku. Putri Mariposa sangat
khawatir, karena putranya tidak lagi tampak tampan jika berada di sisinya. "Tak bisakah
kau melakukan sesuatu untuk menyembuhkannya?" pintanya pada Dokter Kerajaan.
Dokter mengetuk-ngetuk dada anak laki-laki itu, memeriksa lidahnya, dan merasakan
denyut nadinya. Dia belum pernah menghadapi penyakit seperti ini. Jika tidak tahu
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
pangeran adalah anak laki-laki, dia akan berkata anak itu sudah macet seperti jam
karatan, tapi dia tidak bisa berkata begitu pada 52 Putri Mariposa. "Tak ada yang
perlu dikhawatirkan," katanya. "Ini dikenal sebagai radang oksidosis. Beri dia dua
sendok makan minyak ikan cod tiga kali sehari, dan gosok dadanya dengan minyak
lavender. *** Itu jawaban khas dokter. Dia mengarang istilah medis (oksidosis artinya
hanya penyakit karatan) dan meresepkan obat yang paling aman. Itu salah satu hal
pertama yang diajarkan di sekolah kedokteran- atau biasanya seperti itu. Tapi Dokter
Kerajaan sangat pandai menangani pasien. Meskipun tidak selalu bisa menyembuhkan
pasiennya, dia menenangkan dan memuji mereka dengan baik. *** Satu-satunya orang
yang mencurigai keadaan sesungguhnya hanyalah ayah sang pangeran kecil, jadi
Pangeran Otto pergi lagi menuju tambang Schatzberg, 53 dan mengetuk pintu
bengkel Dr Klamenius. "Ada apa?" tanya si pembuat jam. "Pangeran Florian sakit,"
jawab Pangeran Otto. "Apa yang bisa kami lakukan?" Dia menjabarkan gejalanya dan
Dr Kalmenius mengangkat bahu. "Wajar saja jika mesin jam rusak," itu jawabannya.
"Per utamanya memang bakal melemah, jalur rodanya bakal dikotori debu. Aku bisa
mengatakan apa yang akan terjadi kemudian: kulitnya akan jadi kaku dan retak, lalu
robek dari atas ke bawah, menunjukkan bagian dalamnya yang hanyalah logam tempa
mati. Dia takkan bisa berfungsi lagi." "Tapi kenapa kau tidak bilang ini bakal terjadi?"
"Kau begitu terburu-buru sehingga tidak bertanya." "Tak bisakah kau menyetelnya
saja?" "Mustahil." "Tapi apa yang bisa 54 dilakukan?" Pangeran Otto bertanya
dalam kemarahan dan keputusasaan. "Tak adakah yang bisa menyelamatkan
nyawanya" Aku harus memiliki pewaris takhta! Kelangsungan hidup keluarga kerajaan
bergantung padanya!" "Ada satu hal," kata Dr Kalmenius. "Dia melemah karena tidak
memiliki jantung. Temukan jantung untuknya, maka dia akan hidup. Tapi aku tidak tahu
di mana kau bisa menemukan jantung dalam keadaan sehat dan pemiliknya mau
memberikannya dengan sukarela. Lagi pula-" Tapi Pangeran Otto sudah pergi. Dia tidak
menunggu apa yang ingin dikatakan Dr Kalmenius berikutnya. Para pengeran memang
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
begitu; mereka menginginkan solusi instan, bukan solusi rumit yang butuh waktu dan
persiapan panjang. Si pembuat jam sebetulnya ingin berkata, "Yang sudah diberikan
harus dijaga baik-baik." Tapi mungkin saja si pangeran 55 memang takkan
mengerti. Pangeran Otto berkuda kembali ke istana, dengan pkiran dipenuhi masalah
itu. Dan betapa dilematisnya! Untuk menyelamatkan putranya, dia harus mengorbankan
manusia lain! Apa yang bisa dilakukannya" Dan siapa yang bisa dimintanya melakukan
pengorbanan sebesar itu" Kemudian dia teringat Baron Stelgratz. Tentu saja! Tidak ada
orang yang lebih baik. Baron Stelgratz adalah penasihat tua yang terpercaya, teman
yang baik, setia, berani, dan jujur. Sang pangeran kecil menyayanginya, dan dia serta
sang baron sering bermain perang- perangan hingga berjam-jam dengan boneka tentara
milik Pangeran Florian. Bangsawan tua yang baik itu mengajarinya bagaimana
mengunakan pedang atau menembakkan pistol, dan bercerita kepadanya tentang
segala jenis hewan di hutan. 56 Semakin Pangeran Otto memikirkannya, semakin
bagus pilihan itu terasa. Baron
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
Stelgratz pasti akan segera menawarkan diri jika ada kesempatan untuk memberikan
jantungnya kepada keluarga kerajaan. Tapi sebaiknya dia jangan diberitahu dulu;
sebaiknya tunggu sampai mereka berada di bengkel Dr Kalmenius; kemudian sang
baron akan mengerti mengapa tindakan ini diperlukan. Ketika kembali di istana,
Pangeran Otto mendapati keadaan sang pangeran kecil semakin buruk. Dia nyaris tidak
bisa berjalan tanpa terjatuh dengan kaku, dan suaranya, yang tadinya begitu ceria dan
penuh tawa, sekarang menjadi semakin mirip dengan kotak musik; dia sedikit bicara,
tapi menyanyikan lagu yang sama berulang-ulang. Jelas sekali dia takkan bertahan
lama. Maka Pangeran Otto membungkus putranya dengan pakaian tebal, membawanya
dengan kereta 57 luncur bersama Baron Stelgratz di sebelahnya, dan mereka pun
berangkat. Tapi dalam perjalanan menembus hutan, ketika hari telah gelap, kereta
luncur itu diserang sekelompok serigala. Beringas karena lapar, hewan- hewan besar
kelabu itu menyebar dari balik pepohonan dan menerkam kuda-kuda. Pangeran Otto
melecutkan cemeti dengan panik dan kereta luncur melompat maju, dikejar
serigala-serigala. Pangeran Florian duduk di sebelah sang baron, mencengkeram kedua
sisi kereta luncur, dan menatap ketakutan ketika sekelompok serigala berlari semakin
dekat. Baron Stelgratz menghabiskan peluru senapan berlaras panjangnya untuk
menembaki makhluk-makhluk yang melompat dan berliur tersebut, tanpa sedikit pun
membuat mereka menyerah, dan kereta luncur itu terguncang-guncang dari sisi ke sisi
di jalan yang tidak 58 rata. Mereka bisa terguling kapan saja, dan mereka semua
akan mati. *** Satu-satunya hal yang bisa kaulakukan jika dikejar serigala adalah
melemparkan makanan enak, dan berharap kau bisa melarikan diri sementara serigala
menyantapnya. Baron Stelgratz tahu hal ini, dia baru saja menembakkan peluru
terakhirnya, dia juga tahu itu. *** "Yang Mulia!" seru sang baron. "Hanya ada satu hal
yang bisa dilakukan, dan akan saya lakukan sepenuh hati!" Dan lelaki tua yang baik itu
melemparkan diri keluar dari kereta luncur. Demi menyelamatkan sahabat-sahabatnya,
dia mengorbankan diri. Seketika serigala-serigala liar itu mengerubunginya dan
mencabik- cabiknya, dan kereta luncur melaju terus melintasi hutan yang hening,
meninggalkan makhluk-makhluk 59 yang menggeram dan melolong tersebut jauh di
belakang. Sekarang apa yang bisa dilakukan Pangeran Otto" Terus melaju adalah
satu-satunya jawaban; terus melaju! Dan berharap menemukan pemburu atau
penebang kayu yang sedang sendirian, dan memberikan ganti rugi kepada keluarganya
belakangan. Tapi tidak ada seorang manusia pun yang tampak. Di belakang Pangeran
Otto, anak laki-laki kecilnya, terbungkus mantel bulu, meringkuk sendirian di bangku
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
kereta luncur yang memantul-mantul, menjadi semakin kaku, kedinginan, setiap menit
kembali menjadi mesin. Kadang-kadang gerakan kereta luncur membuatnya
mengeluarkan nyanyian kecil, tapi tidak lagi bicara. Akhirnya mereka tiba di tambang
Schatzberg, lalu sampai di rumah si pembuat jam. Dan hanya ada satu solusi. Pangeran
Otto sadar dia 60 harus mengorbankan dirinya sendiri, dan dia sudah siap. Dinasti
kerajaan jauh lebih penting daripada segalanya: lebih penting daripada kebahagiaan,
cinta, kejujuran, kedamaian, kehormatan, jauh lebih penting daripada hidupnya sendiri.
Pangeran Otto akan mengorbankan jantungnya, meski
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
sifatnya dingin, fanatik, dan congkak, demi kelangsungan keluarga kerajaan. "Kau yakin
ini yang keuinginkan?" tanya Dr Kalmenius. "Jangan mendebatku! Ambil jantungku, dan
letakkan di dalam dada putraku! Tidak peduli aku mati, selama dinastiku berlanjut!"
Masalahnya sekarang bukanlah jantungnya, tapi bagaimana cara kembali: mana
mungkin anak itu mengemudikan kereta luncur pulang sendirian" Jadi, dengan bayaran
ekstra, Dr Kalmenius setuju membuat jasad Pangeran Otto tetap bisa bergerak hanya
demi tujuan kecil-cukup untuk 61 mengemudikan kereta luncur kembali ke istana.
Operasi dilakukan. Jantung Pamgeran Otto dicabut dari dadanya dengan peralatan
halus, lalu dipindahkan ke tubuh lemah dan sakit si anak laki-laki yang terbuat dari
perak. Seketika, warna semu merah sehat muncul di kulit pucat metalik Pangeran
Florian, matanya terbuka, dan tenaga mulai merambat pada tungkai serta lengannya.
Dia hidup. Sementara itu, Dr Kalmenius mempersiapkan mesin jam kecil yang
sederhana untuk dimasukkan ke rongga dada Pangeran Otto. Mesin jam itu kasar;
ketika disetel, mesin itu akan membuat Pangeran Otto mengemudikan kereta luncur
menuju istana. Hanya itu yang akan dilakukannya. Tapi mesin tersebut akan
melakukannya dalam jangka waktu yang lama sekali. Jika tubuh Pangeran Otto dibawa
ke ujung lain dunia, dia kan segera meluncur pulang, meski dagingnya 62
membusuk dan rontok dari tulang- tulangnya, dan takkan berhenti sampai
bertahun-tahun lamanya, saat kerangkanya mengemudikan kereta luncur ke dalam
halaman istana, mesin jam berdetak di rongga dadanya. Maka Dr Kalmenisu
membaringkan Pangeran Florian yang tertidur di kereta luncur, terbungkus rapat untuk
menahan dingin, dan meletakkan cambuk di tangan ayahnya yang sudah mati, yang
segera melecutkannya berkali-kali. Kuda- kudanya, berbusa ketakutan, mulai berderap
pulang bagaikan kesetanan. Dan kepulangan mereka menimbulkan kehebohan. Kau
mungkin sudah dengar kisah bagaimana kereta luncur itu memasuki gerbang istana,
dan bagaimana Dokter Kerajaan menemukan mesin jam pengganti jantung. Para
pelayan berbisik- bisik tentang sang pangeran yang telah meninggal tapi tangannya
tidak bisa diam, dan gosip serta spekulasi menyebar ke seluruh 63 istana dan kota
seperti kumparan pada mesin tenun, menenun kisah tentang kematian dan kehidupan
serta mesin jam. Namun tidak ada yang tahu kebenarannya. Maka waktu berlalu.
Mereka mencari sang baron, mereka berkabung untuk Pangeran Otto, Putri Mariposa
menangis dengan cantik dalam gaun hitamnya, dan Pangeran Florian tumbuh besar.
Lima tahun kembali berlangsung, dan semua orang berkata betapa tampan sang
pangeran kecil, betapa ceria dan ramah, betapa beruntungnya mereka memiliki putra
seperti ini sebagai pewaris takhta! Tapi ketika musim dingin kesepuluh bagi sang
pangeran tiba, gejala penyakit yang menakutkan itu mulai terjadi lagi. Pangeran Florian
mengeluh persendiannya sakit, lengan dan tungkainya terasa kaku, dan dia selalu
kedinginan. Suaranya tidak lagi ekspresif seperti manusia tapi berdenting seperti kotak
musik. 64 Seperti sebelumnya, Dokter Kerajaan kebingungan. "Dia mewarisi penyakit ini
dari ayahnya," katanya. "Tak diragukan lagi." "Tapi penyakit apa ini?" tanya Putri
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
Mariposa. "Jantung lemah bawaan," jawab Dokter seakan tahu pasti. "Komplikasi
dengan radang oksidosis. Tapi jika Anda ingat, Yang Mulia, penyakit ini sembuh kali
terakhir dia berolahraga di hutan. Yang dibutuhkan Pangeran Florian adalah seminggu
di pondok berburu." Si Pembuat Jam - Philip Pullman
"Tapi kali terakhir dia pergi bersama ayahnya dan Baron Stelgratz, dan kau tahu apa
yang terjadi saat itu!" "Ah, ilmu kedokteran telah berkembang dalam lima tahun terakhir,"
kata Dokter. "Jangan khawatir, Yang Mulia. Kami akan mengatur perjalanan bagi sang
pangeran, dan dia akan kembali bersinar-sinar sehat, seperti 65 sebelumnya." Namun
tampaknya seisi istana tidak seyakin si dokter soal kemajuan bidang kedokteran, karena
mereka semua ingat apa yang terjadi kali terakhir, dan tidak ada di antara mereka yang
mau mengambil risiko melakukan perjalanan menembus hutan, bahkan meskipun untuk
menyelamatkan Pangeran Florian. Pegawai istana yang ini sakit encok, yang itu tiba-tiba
ada janji penting di Venesia, yang lain harus mengunjungi neneknya yang sudah renta
di Berlin, dan seterusnya, seterusnya. Dokter sendir tidak mungkin pergi; dia dibutuhkan
di istana setiap saat, jika tiba-tiba ada keadaan darurat. Dan Putri Mariposa tidak
mungkin pergi, karena udara musim dingin buruk bagi kulitnya. Akhirnya, karena tidak
ada orang lain yang ingin mengantar Pangeran Florian, mereka memanggil salah satu
pengurus kuda dan menawarinya sepuluh keeping koin perak 66 untuk membawa
Pangeran Florian ke pondok berburu. "Pembayaran di muka?" tanya lelaki itu, karena
dia telah mendengar cerita tentang apa yang terjadi sebelumnya, dan ingin memegang
upahnya jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Maka mereka membayarkan uang perak
di muka, dan pengurus kuda itu memasukkan Pangeran Florian ke kereta luncur lalu
memasang kekang kuda-kuda. Putri Mariposa melambai ke jendela ketika mereka
berangkat. Ketika mereka sudah berkereta agak jauh ke dalam hutan, si pengurus kuda
berpikir: kurasa anak ini takkan bertahan sehari lagi; tampaknya ia sakit parah. Jika aku
kembali dan berkata dia telah meninggal, mereka pasti akan menghukumku. Tapi di sisi
lain, dengan sepuluh keeping uang perak dan kereta luncur ini, aku bisa pergi ke
perbatasan dan membangun bisnis sendiri. Membeli 67 pondokan kecil, mungkin
mencari istri dan memiliki anak-anak sendiri. Ya, itulah yang akan kulakukan. Tidak ada
yang bisa kuperbuat utnuk membantu anak ini; sebetulnya aku malah bermurah hati
padanya; yang akan kulakukan ini kebaikan. Jadi dia menghentikan kereta luncur di
persimpangan dan menurunkan Pangeran Florian. "Pergilah," kata si pengurus kuda,
"pergilah, kau sendirian sekarang, aku tidak bisa lagi mengurusmu. Berjalanlah cepat.
Lemaskan kaki-kakimu. Nah, pergilah." Dan dia meluncur pergi. Dengan patuh
Pangeran Florian mulai berjalan. Kedua kakinya sangat kaku, dan salju terhampar tebal
di jalan, tapi dia terus berjalan sampai tiba di tikungan dan melihat ke bawah cahaya
bulan, tempat lonceng gereja berdentang tengah malam. Cahaya bersinar di jendela 68
pondokan, dan kucing tua hitam mengamati dari balik bayangan. Pangeran Florian
berjuang berjalan menuju pintu depan dan membukanya. Karena tidak bisa bicara,
dengan sopan dia menyikan satu-satunya lagu yang tersisa dalam dirinya. Bagian Tiga
Sir Ironsoul berhenti bergerak sekatika, dengan suara pedang mendesing dan ceklikan.
Pedangnya hanya beberapa sentimeter dari leher Gretl. Nyanyian sang pangeran
mengalun manis di ruang duduk kedai. Grtel hanya bisa bengong menatap: dengan
ngeri ke arah Sir Ironsoul dan pedangnya, dengan keheranan ke arah pangeran.
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
"Dari mana asalmu?" Gretl bertanya. "Apakah kau pangeran kecil di kisah itu" Kurasa
ya. Tapi kau kedinginan sekali! Dan ini siapa" Pedangnya sangat tajam! Aku sama
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
sekali tidak menyukainya. Oh, apa yang harus kulakukan" Kurasa aku tahu harus
melakukan sesuatu tapi tidak tahu apa!" Tak ada orang yang dapat membantu. Gretl
sendirian bersama dua sosok kecil itu, yang satu mengancam, yang satu lagi tampak
manis sekali. Gretl menyentuh lembut pipi snag pangeran, dan merasakan dingin, tapi
70 sentuhannya membangkitkan sesuatu dalam mesinnya sesaat, dan anak laki-laki
itu menatap Gretl sambil tersenyum. "Oh, anak malang!" seru Gretl. Sang pangeran
membuka mulut, dan menyanyikan satu atau dua nada. "Aku tahu," kata Gretl. "Kau
sakit. Dan aku sama sekali tidak suka pada kesatria kecil itu. Aku tidak mau
meninggalkanmu sendiri di sini bersamanya, tapi aku tahu ini semua salah siapa.
Fritz-lah yang mengarang kisah ini. Jika aku bisa tahu bagaimana kisah ini berakhir**"
Dia melihat ke dalam tungku, tempat Fritz melemparkan kertas- kertas ceritanya. Gretl
mengira semua kertas itu telah habis terbakar, tapi dalam keadaan teremas-remas di
lantai, tertutup bayangan, ada selembar lagi yang tidak terbakar. Gretl memungut dan
meratakannya. Itu halaman yang dibaca Fritz ketika orang asing tadi 71 masuk. Di
kertas itu terdapat tulisan: Dia sangat tinggi dan kurus, dengan hidung dan dagu lancip.
Matanya meyala seperti bara di dalam gua gulita. Rambutnya panjang dan kelabu, dan
dia mengenakan jubah hitam dengan tudung longgar seperti jubah biarawan; suaranya
serak dan kasar. Dan ekpresinya penuh kegarangan dan keingintahuan. Dialah lelaki
yang- Tulisan berhenti sampai di sana. Kisahnya terhenti di titik itu. "Ini bertepatan
dengan masuknya orang asing itu!" kata Gretl pada diri sendiri. Tapi masih ada
beberapa kata ditorehkan di bagian bawah, dan dengan melihat lekat- lekat, Gretl
berhasil membacanya. Oh, ini mustahil! Bagaimana caraku menulis akhir kisah itu" Aku
harus mengarangnya sambil jalan, dan berharap bisa melakukannya dengan baik. Jika
aku dapat mengarang sesuatu yang 72 hebat, akan kuberikan jiwaku kepada iblis!
Mata Gretl melebar, dan dia menggigit bibir dengan ngeri. Orang tidak boleh
mengucapkan hal seperti itu! Yah," katanya pada diri sendiri, "dia telah memulainya,
dan aku akan menyuruhnya menyelesaikannya. Kau duduk di sini saja agar hangat,
Pangeran Florian, jika kau memang dia, dan aku akan pergi memanggil Fritz. Dia
satu-satunya orang yang bisa membereskan masalah ini." Maka Gretl mengenakan
mantel, dan pergi menuju rumah tempat Fritz si pengarang menyewa kamar. Sementara
itu, Karl mempersiapkan tempat di mekanisme jam raksasa untuk karya agungnya.
Dengan gugup saking bersemangatnya, dia berlari menuruni tangga menara jam dan
menyeberangi jalan menuju penginapan. Putzi si kucing tua masih berada di luar, duduk
di ambang jendela, mengamati 73 segala sesuatu sambil menjilati cakar dan
membersihkan telinga. Di luar dingin, dan dia berpikir-pikir untuk masuk dan tidur dekat
tungku. Tapi Karl tidak menyadari kehadiran kucing itu. Bukan kucing yang ada dalam
pikirannya sekarang. Dia masuk diam-diam dan menutup pintu, kemudian berhenti
dengan terkejut, karena kanvasnya tergeletak di lantai, dan di sana Sir Ironsoul, dengan
pedang terhunus, di sisi lain ruangan. Jantung Karl serasa berhenti berdetak. Apakah
ada orang lain masuk dan mengganggu si kesatria mungil" Untungnya tidak ada orang
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
yang mati, tapi kenapa patung itu bergerak" Karl menatap sekeliling, kemudian sang
pangeran kecil duduk sopan di kursi, memerhatikannya. Sekujur tubuhnya langsung
merinding ketakutan. Karl membuka mulut untuk bicara, tapi kemudian sadar anak
laki-laki itu sama sekali tidak hidup. Dia hanyalah patung jam seperti 74 Sir Ironsoul!
Dan tampaknya jauh lebih bagus. Karl memerhatikan dengan teliti. Rambut anak itu,
serat emas terhalus yang pernah dilihatnya; semu merah di pipi peraknya, seperti
sayap kupu-kupu; matanya, permata biru terang, nyaris hidup kalau dilihat dari caranya
menatap Karl! Hanya Dr Kalmenius yang bisa menciptakan ini. Dan dia pasti
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
membawanya untuk Karl. Apa yang bisa dilakukan patung ini" Karl meraih ke depan


Si Pembuat Jam Karya Philip Pullman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan mengangkat lengan sang pangeran kecil dari pangkuannya. Dengan secercah
energi, Pangeran Florian menjabat tangan Karl dan menyanyikan lagu untuk pemuda
itu. Rambut Karl berdiri, karena ia mendapat ide. Mengapa tidak meletakkan patung ini
saja, bukan Sir Ironsoul" Patung ini jauh lebih bagus, dan anak laki-laki tampan yang
menyanyikan nada indah akan jauh lebih disukai orang daripada kesatria tanpa wajah
75 yang tidak melakukan apa-apa selain mengancam orang dengan pedang. Lalu dia
bisa menyimpan Sir Ironsoul untuk dirinya sendiri. Oh, betapa benaknya berputar. Dia
bisa berkeliling dunia. Dia bisa menjadi terkenal dengan mengadakan pameran dan
demonstrasi. Dia agak pusing saat memikirkan di mana bisa menyimpan sang kesatria
logam. Emas yang bisa didapatkannya, harta karun terlarang yang bisa menjadi
miliknya, jika saja dia punya kaki tangan, seperti Sir Ironsoul, yang selalu bisa
diandalkan untuk membunuh dan takkan pernah mengkhianatinya! Yang harus
dilakukannya hanya melakukan tipu daya pada calon korbannya agar mengucapkan
kata 'iblis', dan membiarkan Sir Ironsoul melakukan tugasnya. Dia, Karl, bisa berada di
tempat lain, bermain kartu dengan dua belas saksi mata, atau bahkan berada di gereja
di antara orang-orang saleh. Takkan 76 ada yang mencurigainya! Dia begitu
bersemangat sampai tidak tahu lagi mana yang benar mana yang salah. Gereja,
ayahnya, ibunya, saudara laki-laki dan saudara perempuannya, Herr Ringelmann,
semua pengaruh baik yang pernah diterimanya dari mereka tersapu habis dalam
kegelapan, dan yang dilihatnya hanya kekayaan dan kekuasaan yang bisa dimilikinya
jika dia memanfaatkan Sir Ironsoul dengan cara itu. Dan sebelum berubah pikiran, dia
menyampirkan kanvas di tubuh sang kesatria, membopong Pangeran Florian yang kaku,
lalu kembali menuju menara. Sementara itu, Gretl berjuang melintasi salju menuju
rumah tempat Fritz menyewa kamar. Dari ujung jalan dia bisa melihat semua jendela
gelap gulita kecuali satu di loteng, tempat Fritz biasanya mengetuk pintu dua belas kali
sebelum wanita pemilik pondokan membuka pintu sambil 77 menggerutu. "Siapa itu"
Apa maumu malam- malam begini" Oh, kau, Nak; demi langit, apa yang kaucari?" "Aku
harus bicara dengan Herr Fritz! Penting sekali!" Sambil mengomel dan mengerutkan
kening, wanita tua tersebut memberi jalan dan berkata, "Ya, aku mendengar segala
kehebohan di penginapan. Mengarang kisah jahat! Menakut-nakuti orang! Aku lega jika
dia pergi. Bahkan aku sudah berpikir akan mengusirnya. Naiklah, Nak, di puncak tangga
dan terus naik. Tidak, kau tidak bisa membawa lilin, ini satu- satunya yang kupunya dan
aku juga membutuhkannya. Matamu masih tajam; kau bisa melihat jalan." Maka Gretl
mendaki empat tangga ke puncak rumah, setiap tangga lebih gelap dan sempit daripada
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
sebelumnya, dan akhirnya tiba di landasan tangga yang diterangi cahaya kuning
berpendar di bawah pintu. Di sana dia mengetuk, 78 dan suara gugup menyahut:
"Siapa itu" Apa maumu?" "Ini Gretl, Herr Fritz! Dari penginapan! Aku harus bicara
denganmu!" "Masuklah kalau begitu-asal kau hanya sendiri**" Gretl membuka pintu. Dia
mendapati Fritz berdiri di bawah cahaya lentera berasap, melemparkan lembar demi
lembar kertas ke dalam tas kulit yang sudah menggembung karena diisi pakaian dan
barang- barang lain. Segelas brendi plum tampak di meja sebelahnya. Dia sudah minum
cukup banyak tampaknya, matanya liar, pipinya merah, dan rambutnya acak-acakan.
"Ada apa" Kau perlu apa?" "Kisah yang kauceritakan kepada kami," Gretl memulai, tapi
dia terpaksa berhenti bicara, karena pemuda itu menempelkan kedua telapak tangan ke
telinga dan menggeleng kuat-kuat. "Jangan dibicarakan! Aku berharap tidak pernah
memulai 79 kisah itu! Aku berharap tidak pernah membuat cerita sepanjang hidupku!"
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
"Tapi kau harus mendengarkan aku!" kata Gretl. "Sesuatu yang mengerikan akan
terjadi, dan aku tidak tahu apa itu karena kau tidak selesai menulis kisahmu!"
"Bagaimana kau tahu aku tidak menyelesaikannya?" tanya Fritz. Gretl mengangsurkan
selembar kertas yang ditemukannya tadi. Fritz mengerang, dan menutupi wajah dengan
tangan. "Mengerang takkan membantu," omel Gretl. "Kau harus menyelesaikan kisah itu
dengan benar. Apa yang terjadi kemudian?" "Aku tidak tahu!" jerit Fritz. "Aku
memimpikan bagian awalnya, dan kisah tersebut begitu aneh dan mengerikan sehingga
aku tidak kuasa menahan diri untuk tidak menulisnya dan berpura-pura mengarangnya
sendiri** Tapi aku tidak bisa memikirkannya lagi!" "Tapi apa yang akan 80
kaulakukan jika tiba di bagian kisah yang itu?" tanya Gretl. "Mengarangnya, tentu saja!"
jawab Fritz. "Aku pernah melakukannya. Aku sering melakukannya. Aku menikmati
ketegangannya, kau tahu. Aku mulai menceritakan kisah tanpa tahu apa yang akan
terjadi pada akhirnya, dan aku mengarangnya saja sambil jalan. Kadang-kadang
hasilnya jauh lebih bagus daripada menulisnya lebih dulu. Tadinya aku yakin bisa
melakukannya pada kisah yang ini. Tapi ketika pintu terbuka dan lelaki tua itu muncul,
aku pasti panik**. Oh, coba aku tidak pernah memulai! Aku takkan pernah menulis cerita
lagi!" *** Ini Fritz: Tidak berguna, kau mengerti. Tidak bertanggung jawab. Tapi Fritz
menganggap menulis cuma main-main. Jika dia seniman sejati seperti pembuat jam,
dia pasti tahu bahwa segala perbuatan ada akibatnya. Di setiap tik 81 pasti ada tok. Di
setiap pada suatu masa harus ada kisah yang mengikutinya, karena jika tidak, sesuatu
yang lain akan mengikuti, dan mungkin sesuatu itu lebih berbahaya daripada kisah. ***
"Tapi kau harus menceritakan kisah yang ini," kata Gretl, "kalau tidak, sesuatu yang
buruk aka terjadi. Kau harus melakukannya." "Aku tidak bisa!" "Harus." "Aku tidak
mampu!" "Kau harus bisa." "Mustahil," kata Fritz. "Aku tidak bisa mengendalikan kisah
itu lagi. Aku menyatukannya lalu membiarkannya berjalan, dan kisah itu harus
menyelesaikannya sendiri. Aku cuci tangan. Aku tidak ingin lagi berurusan dengan kisah
itu!" "Tapi kau tidak boleh begitu! Kau mau kemana?" "Ke mana saja! Berlin, Wina,
Praha-sejauh mungkin!" 82 Dan Fritz menuang segelas brendi plum lagi lalu
menenggaknya sekaligus. Si Pembuat Jam - Philip Pullman
Maka Gretl mendesah dan berbalik pergi. Tepat pada saat Gretl menuruni tangga rumah
pondokan Fritz sambil meraba-raba, Karl kembali ke penginapan. Dia telah membawa
Florian kecil naik ke menara jam dan memasangnya di bingkai patung, mengabaikan
sang pangeran kecil yang berontak tidak berdaya dan nyanyiannya yang
memohon-mohon. Ketika fajar tiba, di sanalah dia akan berada, karya agung Karl,
ditunjukkan pada orang-orang seperti yang mereka harapkan. Dan Karl akan menerima
pujian dari mereka, juga mendapat sertifikat pengakuan dari Herr Ringelmann, dan dia
akan memasuki dunia pembuat jam sejati; kemudian dia bisa meninggalkan kota, pergi
bersama Sir Ironsoul menuju dunia luas, tempat kekuasaan dan harta melimpah
menunggunya! 83 Tapi ketika membuka pintu penginapan untuk mengambil sang
kesatria kecil dan menyembunyikannya di kamarnya sendiri, dia merinding ketakutan.
Dia berdiri di ambang pintu, takut dan ragu untuk masuk. Dan sekali lagi dia tidak
memedulikan Putzi si kucing, yang melompat turun dari ambang jendela ketika melihat
pintu terbuka. Tidak perlu memercayai takhayul tentang kucing, tapi kucing teman kita,
dan tidak pantas kita abaikan. Sungguh lebih sopan jika Karl mengulurkan tangan agar
Putzi bisa menggosokkan kepala di sana, tapi Karl terlalu tegang untuk bersopan-sopan.
Jadi dia tidak melihat si kucing menyusup di sela-sela kakinya. *** Masalah akan tiba,
lihat saja nanti. Lebih baik selalu bersikap sopan, bahkan pada makhluk biasa sekalipun.
*** Akhirnya Karl 84 mengumpulkan keberanian dan masuk. Betapa heningnya
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
ruangan! Dan betapa menakutkannya sosok di bawah kanvas itu! Dan ujung
pedangnya: betapa tajamnya! Cukup tajam untuk menembus kanvas, dan memantulkan
cahaya lentera** Beberapa butir batu bara terletak di dalam tungku, memancarkan
cahaya merah berpendar ke lantai, dan membuat Karl terlonjak gelisah. Pendar cahaya
itu mengingatkannya akan api neraka, dan dia jadi berkeringat lalu mengusap dahi.
Kemudian jam panjang di pojok ruangan mulai berdengung dan berdering, bersiap-siap
berdentang. Karl terlompat seakan baru saja terpergok melakukan pembunuhan,
kemudian dia bersandar lemas di meja, jantungnya berdebar keras bagaikan tambur.
"Oh, aku tidak tahan lagi!" katanya. "Aku tidak melakukan kesalahan apa-apa, bukan"
Lalu kenapa aku begitu gelisah" 85 Apa yang kutakutkan?" Mendengar kata-kata
Karl, Putzi si kucing memutuskan ini orang yang akan memberinya susu jika dia meninta
baik-baik; maka kucing itu melompat ke meja di sebelah karl, dan menggosokkan tubuh
ke lengan pemuda itu. *** Nah, ini dia masalah datang. *** Merasakan gesekan tersebut,
Karl menoleh kaget dan melihit seekor kucing hitam muncul, seakan- akan begitu saja.
Tentu saja ini bikin Karl belingsatan. Dia melompat menjauh dari meja sambil berseru
ketakutan. "Oh! Iblis apa-?" Dan dia segera menutup mulut dengan telapak tangan,
seakan berusaha menjejalkan kembali kata itu ke dalam. Tapi terlambat. Di pojok
ruangan, patung logam itu mulai bergerak. Kanvasnya terjatuh ke lantai, dan Sir Ironsoul
mengangkat padangnya semakin 86 tinggi, dan menolehkan kepala berhelmnya ke
sana kemari sampai melihat Karl yang mengerut. "Tidak! Tidak! Stop-tunggu- nada
itu-biarkan aku menyiulkan nada itu-" Tapi bibirnya terlalu kering. Dengan kelabakan, dia
menjilat bibirnya dengan lidah yang juga
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
kering. Percuma! Dia tidak bisa mengeluarkan suara. Semakin dekat dan terus semakin
dekat si kesatria kecil berpedang itu, dan Karl tersaruk-saruk menjauh, berusaha
bersenandung, manyanyi, bersiul, tapi yang bisa dilakukannya hanyalah menangis,
tergagap, dan terisak, sementara si kesatria semakin dekat ke arahnya. *** Tak ada
cara menghindari ini. Aku akan menyelamatkan pemuda malang itu jika bisa, tapi kisah
ini sudah dimulai, dan semuanya harus terjadi. Dan kurasa Karl memang layak
mendapatkan akhir yang mengenaskan. Dia malas dan 87 pemarah, tapi lebih buruk
lagi, dia memiliki hati yang busuk. Dia sungguh-sungguh akan memanfaatkan Sir
Ironsoul untuk membunuh orang dan mendapatkan uang seperti yang dipikirkannya tadi.
Maka pejamkan matamu dan pikirkan hal lain saja untuk sementara waktu; Karl sedang
menuju detik-detik terakhirnya. *** Ketika Gretl kembali ke penginapan, dia mendengar
Putzi mengeong di dalam, dan berkata sambil membuka pintu, "Bagaimana caramu
masuk, kucing konyol?" Putzi melesat ke arah lapangan ketika Gretl masuk, dan tidak
mau berhenti untuk ditepuk-tepuk. Gretl menutup pintu dan melihat sekeliling mencari
sang pangeran, tapi dia tidak melihatnya di mana- mana. Malahan, matanya melihat
pemandangan mengerikan, membuatnya gemetar dan mencengkeram dada. Di sana, di
tenagh ruangan berdiri Sir Ironsoul, dengan helm mengilap tertutup dan pedang 88
mengarah ke bawah. Dia memegang pedang itu sedemikian rupa karena ujungnya
berada di leher si murid pembuat jam, Karl, yang tergeletak mati di sampingnya. Gretl
nyaris pingsan, tapi dia anak pemberani, dan dia melihat apa yang dipegang Karl.
Benda itu kunci besi berat untuk membuka menara jam. Dengan benak berputar- putar,
dia bisa menebak sebagian apa yang telah terjadi, jika tidak semuanya, dan sadar apa
yang pasti telah dilakukan Karl terhadap sang pangeran. Dia mengambil kunci dari
tangan pemuda itu dan berlari ke luar penginapan lalu menyeberangi lapangan menuju
jam raksasa. Dia memutar anak kunci di lubangnya dan mulai mendaki tangga untuk
kedua kalinya malam itu, tapi rangkaian tanga di sini lebih tinggi dan curam
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
dibandingkan di pondokan Fritz. Dan lebih gelap pula; kelelawar berseliweran di udara;
dan angin menyerang di lubang-lubang lonceng yang 89 menganga, membuat
tali-temali lonceng bergoyang tanpa daya. *** Waktu hampir habis, seperti butiran di jam
pasir, yang merupakan jam juga. Apakah Gretl bisa menyelamatkan sang pengeran
tepat pada waktunya" Gretl tepat waktu sekarang: dia berada di dalam jam, di jantung
waktu. Dia akan berhasil. *** Tapi Gretl mendaki terus, sampai tiba di ruang jam
terendah, tempat mekanisme tertua dan paling sederhana. Dalam kegelapan dia
meraba-raba jalan mengitari roda gigi raksasa, tali-temali tebal, patung logam kaku St
Wolfgang dan si iblis, tapi dia tidak bisa menemukan sang pangeran; maka dia terus
mendaki. Dia meraba-raba Malaikat Michael, dan baju zirah patung itu membuat Gretl
teringat pada Sir Ironsoul, dan cepat- cepat menarik tangannya kembali. Dia meraba
bagian samping 90 patung berjubah, dan jemarinya menelusuri wajah patung itu
sampai dia sadar itu tengkorak sang Ajal, dan dia kembali menarik tangannya. Semakin
tinggi dia mendaki, semakin nyaring suara yang ditimbulkan mesin jam: berbunyi tik dan
tok, menceklik dan menderit, berdengung dan bergemuruh. Gretl memanjat melalui
penopang, tuas, rantai, roda bergigi, dan semakin jauh dia berjalan, semakin terasa dia
juga menjadi bagian dari jam itu; dan sepanjang waktu, dia menyipitkan mata
menembus kegelapan dan meraba-raba sekitar sambil
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
mendengarkan dengan seksama. Akhirnya dia memanjat melalui pintu tingkap menuju
ruangan teratas, dan mendapati cahaya bulan keperakan menyinari bagian-bagian
masin yang begitu rumit sehingga sama sekali tidak dimengertinya. Pada saat yang
sama, dia mendengar lagu pelan. Itu sang pangeran memanggilnya. Karena silau
tertimpa 91 cahaya bulan, Gretl mengerjap dan menggosok-gosok mata. Dan
tampaklah Pangeran Florian, di ujung hidup mesin jamnya, menyanyi seperti ketilang.
"Oh! Kau anak malang yang kedinginan! Dia menyekrupmu begitu kuat sampai bautnya
tidak bisa kubuka-oh, jahat sekali! Dia berniat meninggalkanmu di sini lalu melarikan diri,
kurasa. Apa yang terjadi padamu, Pangeran Florian" Aku yakin kau akan bercerita
padaku jika bisa. Kurasa kau sakit, itulah masalahnya. Kurasa kau butuh dihangatkan.
Kau terlalu dingin, tapi pantas saja, melihat apa yang telah mereka lakukan terhadapmu.
Aku bisa menyampirkan jubahku untuk kita berdua, lihat saja. Lagi pula, menurutku lebih
baik kita berada di atas sini. Hal-hal yang terjadi belakangan ini! Kau takkan
memercayainya! Aku takkan menceritakannya padamu sekarang, karena kau jadi
takkan bisa tidur. Aku akan92 bercerita besok pagi, aku janji. Apakah kau nyaman,
Pangeran Florian" Kau tidak perlu bicara jika tidak mau; kau bisa mengangguk saja."
Pangeran Florian mengangguk, dan Gretl menyampirkan jubahnya ke tubuh mereka
berdua, lalu memegangi tangan anak laki-laki itu saat Gretl tertidur. Hal terakhir yang
dipikirkan Gretl adalah: Dia memang menjadi lebih hangat, aku yakin; aku bisa
merasakannya! *** Tak ada lagi malam kelabu, tidak ada lagi masa lalu. Gretl telah
menghadiahkan hatinya pada Florian, dan yang mereka pandang sekarang adalah
masa depan. *** Pagi tiba. Di seluruh penjuru kota, baik para pendatang maupun warga
kota berdandan rapi dan buru- buru menyantap sarapan, tidak sabar ingin melihat
patung baru di jam yang terkenal itu. Atap-atap yang berlapis 93 salju tampak
gemerlap dan mengilap di langit biru cerah, aroma kopi panggang dan roti yang baru
dibakar menguar ke jalan-jalan. Dan ketika waktu bergulir menuju puluk sepuluh, gosip
aneh menyebar ke seluruh kota: murid si pembuat jam ditemukan tewas! Terlebih lagi,
dia dibunuh! Polisi memanggil Herr Ringelmann untuk melihat mayatnya. Lelaki tua
pembuat jam itu shock dan sedih melihat muridnya terbaring mati. "Anak malang! Ini hari
kejayaannya! Apa yang terjadi" Ini malapetaka! Siapa yang melakukan tindakan
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
mengerikan ini?" "Apakah Anda mengenali patung ini, Herr Ringelmann?" Tanya sersan
polisi. "Kesatria mesin jam ini?" "Tidak, aku belum pernah melihatnya seumur hidupku.
Apakah itu darah Karl di pedangnya?" "Aku khawatir begitu. Apakah Anda kira dialah
yang 94 membuat patung ini?" "Tidak! Pasti bukan! Patung yang dibuatnya ada di
menara jam. Itu tradisinya, kau tahu, Sersan: dia akan memasang patung barunya di
jam pada hari terakhirnya menjadi murid, persis seperti yang dulu kulakukan." Tak ada
yang beres pagi itu. Pemilik penginapan sangat khawatir karena Gretl menghilang. Apa
yang terjadi padanya" Seluruh kota gempar. Kerumunan berkumpul di luar penginapan,
dan mereka menyaksikan polisi membawa tubuh Karl dengan tandu, ditutupi sehelai
kanvas. Tapi mereka tidak menonton kejadian itu lama-lama, karena sudah hampir
pukul sepuluh, dan sudah waktunya mesin jam menunjukkan patung barunya. Semua
mata tertuju ke atas. Si Pembuat Jam - Philip Pullman
Orang-orang bahkan lebih tertarik daripada biasanya, karena kematian Karl yang ganjil,
dan lapangan begitu penuh sehingga kau tidak bisa melihat batu-batu 95
kerikilnya; orang-orang berimpitan bahu menyentuh bahu, dan setiap wajah
menengadah seperti bunga menatap matahari. Jam mulai berdentang. Jam tua itu mulai
berdesing dan berdering ketika mekanismenya mulai memainkan lagu. Patung-patung
yang familier keluar lebih dulu, dan membunguk atau hanya berjinjit berputar- putar;
keluarlah Malaikat Michael dengan baju zirah yang berkilauan; keluar patung yang
dibuat Herr Ringelmann saat dia mengakhiri masa belajarnya, bertahun-tahun lalu: anak
laki-laki yang melongok keluar, menyentuh hidung dengan ibu jari mengejek Ajal, dan
mengoyang- goyangkan jemarinya sebelum menghilang lagi. Kemudian keluar patung
yang baru. Bukan hanya satu patung, tapi dua: dua anak yang tidur, anak perempuan
dan laki-laki, begitu tampak hidup dan indah sehingga seakan tidak terbuat dari 96
mesin jam sama sekali. Entakan napas terkejut terdengar dari kerumunan orang ketika
kedua sosok kecil itu menguap dan meregangkan tubuh serta menatap ke bawah, saling
mencengkeram karena takut ketinggian, tapi tertawa-tawa dan berceloteh bersama di
pagi yang cerah, sambil menunjuk-nunjuk ke arah lapangan. "Karya agung!" seru
seseorang, dan ada lagi yang menyahut, "Patung-patung terbaik yang pernah dibuat!"
Dan semakin banyak suara ikut berseru: "Karya jenius!" "Tak tertandingi!" "Begitu
tampak hidup-lihat bagaimana mereka melambai pada kita!" Tapi Herr Ringelmann
curiga, dan menyipitkan mata ke atas, menudungi mata. Kemudian sang pemillik
penginapan, ketika menatap ke atas seperti orang-orang lain, melihat siapa yang ada di
97 atas sana, dan berseru gembira. "Itu Gretl-ku! Dia selamat! Gretl, diam di sana!
Kami akan naik dan membawamu turun dengan aman! Jangan bergerak! Kami akan ke
atas segera!" Tidak lama kemudian kedua anak itu telah berada di bawah dengan
selamat. Dua anak, karena sang pangeran bukan lagi mesin jam; dia anak manusia
sungguhan seperti yang lain, dan akan tetap seperti itu. "Yang telah diberikan harus
dijaga," seperti yang akan dikatakan Dr Kalmenius pada Pengeran Otto; tapi sang
pangeran tidak mendengarkan, bukan" Tidak ada yang bisa menebak dari mana
datangnya anak laki-laki itu, dan Florian tidak ingat. Akhirnya semua orang menduga dia
anak yang hilang, dan mereka sebaik nya memeliharanya; jadi mereka melakukannya.
Sedangkan sang kesatria logam yang telah menumpahkan darah dengan pedangnya,
Herr Ringelmann 98 membawanya pergi ke bengkel untuk diperiksa dengan teliti.
Ketika belakangan orang-orang menanyakannya, dia hanya menggeleng. "Aku tidak
tahu bagaimana orang berharap mesin itu bisa bekerja," katanya. "Isinya penuh benda
segala rupa, bahkan benda-benda itu tidak tersambung dengan benar: per patah, roda
dengan gerigi hilang, mesin karatan-sampah tidak berguna, semuanya! Kuharap bukan
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
Karl yang membuatnya; aku menganggap dia lebih pandai daripada itu. Yah,
teman-teman, ini misteri, dan kurasa kita takkan pernah bisa mengungkapkannya." Dan


Si Pembuat Jam Karya Philip Pullman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memang tidak, karena satu- satunya orang yang mungkin bisa memberitahukan
kebenarannya hanyalah Fritz. Dia begitu ketakutan sehingga telah meninggalkan kota
sebelum matahari terbit, dan tidak pernah kembali. Dia kabur ke bagian lain Jerman,
dan akan berhenti menulis 99 fiksi sama sekali, sampai mendapati
Si Pembuat Jam - Philip Pullman
dia bisa menghasilkan banyak uang dengan menulis pidato bagi para politisi.
Sedangkan apa yang terjadi dengan Dr Kalmenius, siapa yang bisa menebak" Dia
hanya tokoh dalam cerita. Dan jika Gretl tahu lebih banyak daripada orang lain, dia tidak
pernah mengatakannya. Dia telah memberikan hatinya kepada sang pangeran, juga
menjaganya, sehingga sang pangeran bisa berubah dari mesin jam menjadi manusia.
Maka mereka berdua hidup bahagia selamanya; dan begitulah cara kisah mereka
menyatu. Api Di Bukit Menoreh 11 Pendekar Hina Kelana 13 Siluman Harimau Kumbang Lembah Nirmala 23

Cari Blog Ini