The Wednesday Letters Karya Jason F.wright Bagian 2
serangan jantung, ternyata rasa nyeri di dadanya merupakan sesuatu yang lebih
serius dari rasa ketidaknyamanan.
"Kautahu sendiri bagaimana sifat Ibu," kata Samantha, duduk di kaki ranjang,
"Beliau tidak pernah bisa berhenti beraktivitas. Kau ingat musim panas ketika
beliau mematahkan pergelangan kakinya di Danau Caroline, namun mengaku
kepada kita bahwa kakinya hanya terkilir" Bahkan dalam keadaan seperti itu,
beliau masih tetap berjalan-jalan sampai Ayah memaksa beliau pergi ke..."
"Ya, ya, dan Ayah sangat marah," sela Malcolm. "Oh betapa marahnya, beliau
saat itu. Lalu, Dokter memperlihatkan hasil X?Ray Ibu. 'Nah, 'kan," Malcolm
meniru suara ayahnya yang rendah dan berwibawa, "Pergelangan kakimu patah,
tahu! Patah! Aku sudah bilang padamu bahwa pergelangan kakimu patah"'
"Bersopanlah sedikit," kata Samantha. meski ia juga tertawa mendengar
impersonasi Malcolm. terhadap mendiang ayah mereka. "Ibu selalu bisa
melawan apa saja." "Kecuali serangan jantung," kata Malcolm.
"Kecuali serangan jantung,' Samantha setuju.
Mereka pindah dari kamar satu ke kamar yang lain. Malcolm memperhatikan
beberapa barang seni yang baru, juga tempat tidur beratap baru yang
diletakkan disalah satu kamar tamu di atas,
"Ini pasti ranjang antik bulan madu seseorang," Samantha mengernyitkan
dahinya, "tidak usah komentar."
Perhentian mereka terakhir adalah sebuah perpustakaan kecil, dan di sini
Samantha mulai menceritakan pengalaman hidupnya lama dua tahun terakhir.
Dia mendapatkan. kenaikan gaji saat satuan Polisi Kabupaten berusaha untuk
www.ac-zzz.blogspot.com merekrutnya dari Satuan Polisi Kota. Kepolisian Kabupaten memang
menawarkan gaji yang lebih besar dari gajinya di Kepolisian Kota, aku
Samantha.tetapi bekerja di sekitar kabupaten berarti ia akan menghabiskan
bnnyak waktu di luar kora, jauh dari putrinya dan Domus Jefferson. Itu juga
berarti ia tidak bisa memenuhi panggilan orang tuanya kapan pun mereka
membutuhkan kehadirannya.
Malcolm bertanya perihal Will Armistead, kekasih masa SMA samantha dan
mantan suaminya selama enam tahun belakangan ini. Samantha menjelaskan
bahwa Will baru saja pindah dari Arlington ke Atlanta untuk bekerja di sebuah
firma humas. "Apa kaurindu padanya?" tanya Malcolm.
"Kautahu kan rasa gatal yang ditimbulkan tanamnan poison Ivy jika kau
kebetulan terkena racunnya di antara dua jari tanganmu" Semakin digaruk,
gatalnya semakin jadi, Tapi, jika kau berhenti menggaruk, maka gatalnya akan
hilang perlahan-lahan. Setelah beberapa lama, kauingat rasa gatal itu, tapi
tetap saja kau merasa baikan."
"Aku tidak mengerti."
"Oh, diamlah. Aku tahu kau mengerti maksudku. Intinya,setelah enam tahun ...
rasanya seperti tiga minggu. Luka yang diakibatkan oleh racun itu sudah
hilang." "Jadi kau benar-benar merindukannya?"
Yang aku tahu, Aku merindukannya," jawab Samantha, "tapi dia tahu Atlanta
tidak terlalu jauh. Mungkin tahun ini aku akan membawanya ke sana untuk
berkunjung." Samantha mengedikkan pundaknya, "Pelan-pelan, aku mulai
melupakan permasalahan yang kami miliki. Mungkin jika dia datang berkunjung
kemari, aku akan mentraktirnya di Bar Woody's's."
"Bagaimana dengan karir aktingmu" KaU sudah aktif lagi?"
"'Belum." "Karena .... ?"
"Suatu hari, Mal."
"Kapan?" "Suatu hari Entah kapan." Samantha menyandarkan kepalanya di atas tangan
kanannya. "Dengan situasi Ayah dan lbu belakangan ini ... lalu kejadian ini.. ..
Aku tidak punya banyak peluang.' Suaranya, perlahan-lahan mengecil. "Dan Will
benar?benar senang menghancurkan mimpi-mimpiku."
"Setidaknya ia tidak menghancurkan bakatmu."
"Siapa yang tahu?"
"Sudahlah, lakukan saja. Sudah saatnya, Siapa tahu ada sesuatu yang menarik
di Kota Harrisonburg. Mereka selalu mengadakan pertunjukkan di JMU."
"Mungkin." Malcolm mengedipkan matanya ke arah Samantha, "Terima kasih."
Saat suasana di antara mereka kembali sunyi, mereka mendengar suara pintu
utama penginapan terbuka lebar. "Halo?" sapa Samantha.
"lni aku," Matthew menjawab.
"Kami ada di atas," kata Samantha. "Jadilah anak manis," bisik samantha
kepada Malcolm. www.ac-zzz.blogspot.com Beberapa saat kemudian, Matthew muncul di ruangan yang sama. Meski dasi
merah yang ia kenakan tampak kendur, tetapi ia masih mengenakan jaket sport
berwarna merah yang menempel di tubuhnya seharian ini.
'Malcolm, kau sampai juga," katanya, mengulurkan tangan. Malcolm tidak
menjabat tangan Matthew, melainkan setelah membasahi bibirnya ia mengecup
punggung tangan kakaknya.
"Kenapa sih kau ini?" Matthew menggelengkan kepala dan memeperkan
punggung tangannya pada kaus yang dikenakan Malcolm.
"Sammie memintaku untuk jadi anak manis."
Samantha memutar matanya,
"Senang berjumpa denganmu," kata Matthew. 'Meski kau terlihat seperti
sampah." "Oh, terima kasih. Sebenarnya, waktu di pesawat aku mengenakan seragam
anak perempuan Pramuka milikmu.tapi aaku bersalin setelah tiba di sini-"
"Sudah, sudah. Hentikan perseteruan ini."
"Sam benar," kara Matthew.
"Ya, Sam. memang benar," Malcolm mengulurkan tangannya sebagai tanda
perdamaian. Namun, ketika Matthew menjabatnya, Malcolm menarik tangan
kakaknya dan mengecupnya sekali lagi.
"Oh, dewasalah sedikit!" hardik Matthew; memeperkan punggung tangannya
sekali lagi di atas dada adik laki-lakinya, meski kali ini dengan sepenuh
tenaga. "Semuanya, ayo turun ke bawah," perintah Samantha, mengambil posisi sebagai
penengah, posisi yang cukup dikenalnya. Ia menggiring kedua kakaknya keluar
dari perpustakaan dan turun ke lantai dasar, "jangan lupa," ia mengingatkan
sambil mengikuti Malcolm dan Matthew'dari belakang, "aku punya senjata api."
Tiga bersaudara itu kemudian berkumpul di ruang tengah yang luas. Malcolm
berbaring telentang di salah satu sofa kulit, Matthew melepas jaket yang ia
kenakan dan duduk di kursi malas, sementara Samantha duduk di atas tungku
baru yang memagari perapian. Api yang berkobar panas malam itu kini hanya
tersisa percikannya saja, berdansa lepas diantara dua batang kayu yang
terkulai, "Paman joe akan datang?" tanya Malcolm.
"Aku tidak yakin beliau sudah mendengar kabar kematian Ayah dan Ibu,"
"Beliau sempat menulis surat padaku waktu aku tinggal di Sete Lagoas,mungkin
sekitar tahun lalu-dan di surat itu beliau berkata bahwa beliau sudah tidak
mabuk-mabukkan lagi, sudah pindah ke St. Louis unruk suatu pekerjaan dan
bertemu dengan seorang wanita di sana."
"Itu benar,"kata Samantha. 'Beliau memang sudah membaik, Ayah bilang Paman
Joe sudah berhenti minum-minuman keras seJak tiga tahun lalu mungkin lebih."
"Itu kata beliau,' imbuh Matthew.
"Itu kata petugas pengawasnya," kata Samantha penuh keyakinan.
Matthew mengangguk menyampaikan permintaan maaf
yang setengah hati. "Kuharap beliau bisa datang. Senang juga jika bisa bertemu lagi dengan beliau.
Mungkin beliau bisa berbagi cerita tentang apa saja yang menarik unruk
dilakukan di dalam penjara," Malcolm mengerutkan dahinya.
www.ac-zzz.blogspot.com "Topik selanjutnya ... ," Samancha mendesak,
"Hey, Matt, Sammie bilang aku dihukum selama beberapa hari," katra
Malcolm.tidak menghiraukan Samantha, memeluk bantal di sofa.
: Bisa dibilang begitu," balas Matt.
"Lalu apa" Apa yanga kan rerjadi Senin pagi?"
"Kita berunding dengan Nathan dan beberapa orang dari pemerintahan
kabupaten, lalu mereka akan menahanmu.'
"Setelah itu?" "Setelah itu terserah Hakim Houston."
"Ayolah, Matthew kau benar-benar tidak tahu apa yang ada dalam benak
mereka?" "Mereka berpikir bahwa kau akan dijatuhi hukuman dalam masa percobaan
karena terlibat tiga perkelahian dalam satu tahun.Terus kau juga
menghancurkan motor seseorang."
"Intinya?" "Terus, kauserang orang yang sama di Bar Woody's's dan berlaku sangat, sangat
keterlaluan. Kau nyaris membunuhnya."
"Nyaris," Malcolm mengingatkan.
"Terserahlah, pokoknya kau nyaris membunuhnya. Lalu kau memukul Nathan
Crescimanno sampai parah."
"Dua kali," kata Malcolm, mengerutkan dahi.
"Benar," Ia berhak dipukul." "Oh, aku tidak meragukan itu. Tapi jangan lupa bahwa kau?kabur membawa
uang jaminanmu. Tunggu, tunggu ... kaukabur membawa uang jaminan Ayah,
jaminan yang Ayah bayar agar kau bisa jadi tahanan luar karena kau melakukan
hal-hal yang ... ceroboh," Matthew mengerutkan bibir sambil menggeleng.
"Dua kata, .Matthew, Bela Diri."
"Bela diri" Yang benar saja, Kalau kaupercaya itu, kenapa kau harus lari'"
Kenapa kau harus bersembunyi?"
Karena Brazil memiliki pemandnngan yang jauh lebih indah dari pada penjara,
pikir Malcolm. Dan di Brazil ia tidak perlu melihat Rain setiap saat. Malcolm
tersenyum ironis, memalingkan wajahnya.
"Bela -diri," caci Martbew, dengan jemarinya mengilustrasikan tanda kutip di
udara kosong. "Kau ketakutan orang yang kautendangi rusuknya akan menggigit
pergelangan kakimu" Dan kenapa kau mematahkan hidung Nathan" Karena dia
mencuri pacarmu?" "Hentikan!" hardik Samantha.
Malcolm mengabaikan adiknya. "Mungkin orang Itu punya senjata."
"Dia tidak.." "Bagaimana jika wanita-yang direbut hatinya adalah Monica, huh, Matt" Kau
akan menjabat tangan laki-laki yang merebut kekasihmu dan pergi begitu saja?"
"Monica itu istriku, Tolol. Perbedaannya besar sekali!" Matthew tidak jngat
terakhir dia berbicara sekeras ini, dan harus berusaha untuk menahan
amarahnya. Dia membenci betapa mudah Malcolm membuatnya naik pitam.
www.ac-zzz.blogspot.com Dari posisinya di seberang ruangan, Samantha menjatuhkan kepalanya ke dalam
rengkuhan kedua tangan. Sementara perdebatan Matthew dan Malcolm bergulir
di sekitarnya, ia berharap kedua orang tuanya sudi hadir untuk terakhir kalinya
guna melerai mereka. Ia berharap akhir pekan ini akan berlangsung secepat
mungkin. Ia berdoa agar diberikan kekuatan. Ia menyesali keberadaan Rain di
Bar woody's's malam itu dan juga menyesali hahwa sifat pemarah ayahnya
diturunkan kepada Malcolm.
JUMAT malam di musim gugur di Kota W00dstock berarti sedang
berlangsungnya permainan bola kaki sekolah me nengah. Semangat yang
melanda kota itu memang tidak sebesar di Texas namun tetap saja terasa tulus
dan menyenangkan. Menang atau kalah, tidak ada bedanya: Woodstock
mencintai tim Falcon mereka, Hanya dengan menggunakan satu tangan, Anda
bisa menghitung jumlah orang yang tidak mengenal sekolah negeri tempat tim
Falcon dilatih atau anggota dari tim itu sendiri.
Permainan di jumat malam itu berakhir dengan kemenangan tim Rams dari
Kora Strasburg melewatkan sebuah gol, waktu yang mereka miliki hanya 4 detik
Tim Falcon dan teman-teman sekelas mereka merayakan dengan pesta pizza di
kantin sekolahan. Ayah?ayah mereka merayakan dengan membeli bir seharga
satu dolar di Bar WQody's's di jalan Main Street.
Malcolm kebetulan sedang mengunjungi kedua orang tuanya di akhir pekan.
Meski ia tinggal di sebuah apartemen di Kota Front Royal yang berjarak tiga
puluh mil dari WOOdStOck, Malcolm tidak jarang bersantap di Domus Jefferson.
Di Front Royal, Malcolm bekerja paruh waktu untuk Virginia Park Service,
namun pemandangan di kota barunya tidak sebanding dengan pemandangan di
Woodstock. Oleh itu ia selalu kembali, bukan hanya karena ia rindu pada
masakan ibunya. Rain sudah menjabat sebagai manajer di Demus Jejerson selama dua tahun.
Meski Rain membuat Malcolm patah hati tidak lama setelah ia putus kuliah dari
James Madison University, persahabatan mereka anehnya tetap langgeng.
Di waktu luangnya, Malcolm mencari kesempatan menulis untuk RoLling Stone,
National Geographic, Time; ia bahkan mengirimkan sejumlah penawaran
kepada majalah Redbook. Saat itu, ia sudah merasa sebagai seorang novelis,
meski ia baru menerbitkan tiga artikel.
Malcolm memarkirkan kendaraan VW-nya di antara sebuah mobil pick-up dan
sedan Honda Accord, Ia berada tiga blok jauhnya dani Bar W00dy's's, yang mana
mencakup seluruh jarak dari ujung bagian bersejarah kota ke ujung lainnya. Ia
masuk ke dalam bar pada pukul 10:35 malam dan mendapati Rain sedang
berbincang-bincang dengan dua orang teman wanitanya di sudut bar. Mata
Malcolm sudah terlatih untuk melihat di dalam gelap.
Walau Rain bukan seorang peminum-bahkan Malcolm tidak pernah melihat Rain
minum alkohol-ia merupakan seseorang yang kehadirannya sangar diperlukan di
sebuah pesta. Malcolm sudah menebak bahwa di jam-jam malam seperti ini,
Rain pasti sudah menyimpan setengah lusin kunci mobil di dalam tasnya. Rain
mengaku bahwa ia menyukai pesta yang asyik dan berkumpul bersama temantemannya,
tetapi Malcolm tahu yang sebenarnya. Dalam perjalanan pulang dari
sebuah seminar di Charleston pada tahun 1975, mobil yang dikendarai ayah
www.ac-zzz.blogspot.com Rain menabrak pohon. Di samping tubuh ayahnya ditemukan sebuah botol
vodka yang sudah hampir kosong.
Malcolm menangkap pandangan Rain dan tersenyum. Hanya menggnakan
bibirnya tanpa suara, Malcolm mengucapkan kata halo' dari seberang ruangan
dengan cara yang sangat menyolok, membuka bibirnya sepuluh kali lebih lebar
dari seharusnya. Rain membalas ucapannya dengan cara yang sama konyolnya,
Lalu, Malcolm memuji potongan rambur Rain dengan cara menciptakan gunting
dari dua jari tangannya dan pura-pura memotong poni rambutnya. Ia juga
menambahkan kedipan mata yang berlebihan.
Rain tersenyum lebar, memberi tanda ucapan terima kasih: melarikan
tangannya di atas dagu, membuka telapaknya ke arah Malcolm. Sebelum
Malcolm bisa membalas, pandangannya dihalangi oleh pelanggan-pelanggan
lain. Malcolm memutari seisi bar untuk menyapa orang-orang yang dikenalnya. Ia
berjabat tangan dengan mereka, memeluk beberapa wanita yang sangat akrab
yang dikenalnya sejak SMA. dan tentunya saling bertepuk tangan dengan para
penggemar olahraga bola kaki yang semakin marak.
Ia mendengarkan perhitungan yang berbeda-beda dari setiap penonton tentang
penyerangan terakhir serta pertahanan tim Falcon yang penuh keberanian
seorang penggemar mengatakan. bahwa tendangan final sejauh tiga puluh dua
meter yang diluncurkan oleh tim lawan melayang jauh ke kanan. Penggemar
lainnya berpendapar bahwa bolanya melayang jauh ke kiri. "Siapa yang peduli"
Yang penting mereka tidak gol! KITA MENANG!" sahut penggemar lain, dan
ketiganya mengangkat gelas-gelas bir mereka di udara, sebelum memasuki
ronde minum berikutnya. Malcolm membiarkan dirinya melebur dalam suara dan aroma ada di
sekelilingnya, membayangkan semua itu dituangkan dalam bentuk tulisan untuk
sebuah kolom di majalah bergengsi SpOrts Illustrated. "Penggemar TiJU
Olahraga Bola Kaki di Korta Kecil, menyukai ide tersebut. Ditulisnya judul
artikel yang ada dalam bayangannya ke atas serbet, yang kemudian ia jejalkan
ke dalam saku. Mendekati waktu tengah malarn, Malcolm mengamati jarak yang semakin
menipis antara Rain dan seorang pria tidak dikenal, berkepala pitak dan
mengenakan jaket sport berbahan wol.
"Wol" Yang benar saja," Malcolm mengolok-olok dengan suara lumayan keras
hingga seisi' bar bisa mendengar jika kegaduhan di dalam ruangan itu tidak
The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terlalu menyolok. Ia mengamati seisi bar dan mencari-cari sosok Nathan. Nathan telah resmi
menjadi kekasih Rain sejak setahun yang lalu. Dan, walaupun ia tidak pernah
mendiskusikannya bersama Rain, Malcolm selalu was-was bahwa suatu hari
mantan kekasihnya itu akan bertunangan ,dengan Nathan, Memikirkan
kemungkinan terjadinya hal tersebut membuat kepala Malcolm berdenyut
nyeri. Di sisi lain, sepanjang tahun, Nathan selalu mengumbar?umbar kepada siapa
saja yang mau mendengarkan tentang rencana hidupnya bersama Rain:
menikah, melahirkan anak laki-laki dan anak perempuan secara berurutan,
www.ac-zzz.blogspot.com mencalonkan diri sebagai Wakil Pemerintahan Daerah, melahirkan anak lakilaki
lagi, menjalankan masanya sebagai Wakil Pemerintahan Daerah selama dua
periode, melahirkan seorang anak perempuan lagi, mencalonkan diri sebagai
jaksa Agung, dan empat tahun kemudian ia akan mencalonkan diri sebagai
Gubernur Negara Bagian Virginia. Nathan selalu beranggapan bahwa ia
dilahirkan untuk posisi tersebut.
Malcolm setuju. Hanya Nathan yang punya ambisi sebesar itu.
Nathan adalah satu-satunya pria yang dikencani Rain selain Malcolm. Ketika
Rain dan Malcolm berkencan, Malcolm menolak untuk melamar kekasihnya
sampai ia sanggup membeli sebuah cincin, sebuah paket bulan madu, sebentuk
rumah, memiliki biaya perawatan anak, termasuk uang sekolah mereka, yang
rencana akan disekolahkan di sekolah-sekolah Ivy League. Rain lelah menunggu
satu hal. sementara Malcolm lelah menuggu hal lain. Meski itu adalah alasan
utama berakhirnya hubungan mereka, Malcolm belajar untuk menghargai,bahkan mengagumi keputusan Rain untuk, tidak melepaskan
keperawanannya begitu saja, Mengetahui bahwa nathan adalah orang yang
pada akhirnya akan menodai kesucian Rain, Malcolm merasakan dirinya hancur.
. Nathan adalah orang baik, Malcolm. mengingatkan dirinya sendiri, meski
ambisinya yang tidak terkendali itu membuat keluarga Cooper cemas akan
masa depan warga Virginia.
Malcolm menyingkirkan pikiran buruknya-ia bertanya?tanya kenapa Nathan
membiarkan Rain bersosialisasi selama ini tanpa dirinya.
"Coop!" Lonnie Smallwood si Tukang Mabuk berteriak, menepuk punggung
Malcolm "keras-keras hingga Malcolm nyaris tersedak, 'Ke mana saja sih" Sudah
lama aku tidak melihatmu di sekirar sini."
"Aku sering kemari, tapi kau selalu mabuk."
"Jangan begitu," kata Lonnie dengan nada seperti orang yang sedang berkumur,
"Setiap Senin aku tidak pernah mabuk,"
"Nah, mungkin itu alasannya-aku kerja setiap Senin," "Yaaaaaaaa," Lonnie
terbata, "Memangnya kau diizinkan masuk ke tempat ini" Bukannya kau sedang
dalam masa percobaan?"
Malcolm tidak mendengarkan. Matanya terfokus pada kursi Rain di meja bar,
tetapi kursi itu sudah ditempati oleh orang lain berpakaian hitam dan topi
koboy yang besar. Teman-teman wanita Rain masih berkumpul di meja bar,
tapi semuanya terjebak dalam percakapan bersama orang dewasa yang
mengenakan kaus olahraga bola kaki berlambang Washington Redskins.
"Wol," kata Malcolm. Laki-laki yang mengenakan jaket sport dan juga
Rain,sudah menghilang dari bar. "Aku harus pergi, Lonnie," katanya cepat-cepat
berlari ke arah pintu keluar.
"Sampai nanti, Coop! Ayo kita berburu kapan-kapan!" Malcolm melangkah
keluar lewat pintu depan dan mencari?cari sepanjang jalan Main Street. Dia
melangkah lagi ke arah utara dan mendengar suara Wol datang dari sebuah
gang kecil. "Ayo, Sayang, aku dengar kamu masih semurni salju." Wol menarik blus yang
dikenakan Rain. www.ac-zzz.blogspot.com "Lepaskan, lepaskan!" Rain menggeram, memukul laki-laki itu dengan kedua
tangannya. Malcolm segera berlari menghampiri mereka dan melemparkan tubuhnya
seadiri ke atas laki-laki tersebut, menghantamn dada wol dengan sudut pundak
kanannya lalu melempar Wol terbang di udara seperti bola, kemudian jatuh di
atas tanah. Malcolm berdiri menjulang di sam ping tubuh Wol, mendadak
sebuah pukulan telak mendarat di wajah Wol. Buk! Suara benturan antara
kepalan tangan Malcolm dan tulang rahang laki-laki berkepala pitak tersebut
terdengar begitu keras hingga menimbulkan gema di tengah kepungan gedung
tua yang dibangun di zaman Perang Saudara.
"Bangun," tantang Malcolm.
"Pergi sana," jawab wol, mermbuang ludah penuh darah ke permukaan sepatu
tenis yang dikenakan Malcolm.
Malcolm menoleh kepada Rain. "Kau baik-baik saja?" Sebelum Rain sempat
memberi jawaban, Malcolm sudah memutar badannya dan menendang Wol di
perutnya dengan sekuat tenaga.
Wol mengerang kesakitan, berguling di tanah, memunggungi Malcolm.
Tanpa belas kasihan, Malcolm menapakkan kakinya tepat di antara dada dan
perut Wol "Rain!" Suara seorang laki-laki memanggil dari kejauhan. Nathan.
"Nate!" Rain berlari ke arahnya dan Nathan segera merengkuhnya ke dalam
pelukan. "Apa yang terjadi?" tanya Nathan, mengelus gerai rambutnya dan mendekapnya
erat. "Orang ini ... brengsek ... ia memegang ... menyentuhku dan melucutkan blus
yang kukenakan .... "Shhh, kau sudah aman sekarang. Masuklah ke dalam mobilku, aku parkir di
seberang jalanan, bisa lihat, kan" Pintunya tidak kukunci," Rain seolah tidak
ingin lepas dari Nathan, gengaman tangannya begitu kuat mencengkeram
lengan kekasihnya. "Tidak apa. Pergilah."
"Bukankah seharusnya kau mengabari kantor polisi?" Rain berbicara dengan
napas terengah. "Msuklah ke dalam mobil Sekang juga." Melihat ekspresi di wajah Rain yang
sarat rasa takur, Nathan mengubah nada bicaranya jadi lembut. "Rain, kau
aman sekarang, Biarkan aku meluruskan hal ini,"
Rain segera membalikkan tubuhnya dan berlari pergi. Malcolm kembali
mencermati fisik Wol dan sekali lagi meluncurkan sebuah tendangan maut yang
mematahkan dua buah tulang rusuk lawannya,
"Ho! Cukup, Malcolm." Nathan menarik lengan Malcolm. "Cukup" Oh, kau juga
mau ikutan menghajarnya" Silakan."
Malcolm bergerak menjauh dan meganggukkan kepalanya ke arah Wol1,
memberi tanda isyarat kepada Nathan. "Giliranmu sekarang."
"Aku bukan mau menghajarnya. Aku ingin kau berhenti memukulinya. sudahlah,
kurasa ia telah menyadari kesalahannya." .
"Ya, aku sadar," susul wol. "Lagi pula cewek itu tidak pantas diperebutkan."
www.ac-zzz.blogspot.com Malcolm meluncurkan tendangan kedua, lebih bertenaga dari sebelumnya,
mengerang kesal saat ujung kakinya menghantam tubuh Wol. Saat wol melipat
kedua lengan untuk menutupi dadanya sendiri, Malcolm yang belum juga puas
menghajarnya segera beralih menendang wajah lawannya, Tendangau Malcolm
yang terakhir membuat kepala Wol berdarah dan tubuhnya lemas tak sadarkan
diri. Sebuah gigi terlempar keluar dari mulutnya yang menganga dan
menggelinding di atas jalan.
"Malcolm!" teriak Nathan, "Sudah cukup! Laki-laki ini ada benarnya!"
"Apa?" Malcolm melirik Nathan.
"Rain bukan wanita yang pantas kau bela sejauh ini." Mata Malcolm mendelik
marah. "Kita sernua tahu Rain adalah wanita yang suka menggoda laki-laki."
"Apa katamu"Apa kau mabuk" Apa sih masalahmu?"
"Aku tidak punya masalah. Aku bahkan punya banyak 'kesempatan'. Dan Rain
sudah sering memberikan aku banyak kesempatan,tahu kan maksudku?"
"Apa?" "Apa kau perlu kukirimkan surat memo" Semalam kami bertunangan. Karena itu
malam-malam sepiku sudah resmi berakhir."
Tanpa berpikir panjang, Malcolm melayangkan tinjunya ke wajah Jaksa
Penuntut Umum Kabupaten Lembah Shenandoah, mematahkah tulang
hidungnya. Darah yang berwarna merah gelap mengucur dari kedua lubang
hidung Nathan dan membasahi bibirnya. Wajahnya pun berubah semedit teks
bu nora http://ebukita.wordpress.com.
Nathan Crescimanno tersenyum meski kesakitan. Malcolm meninjunya sekali
lagi, "Kau milikku sekarang" kata Nathan, tersenyum lebar. Sambil melangkah pergi,
ia membuang ludah di pinggir jalan.
LEWAT tengah malam, Samantha terbangun dari tidurnya. Walau tidak
direncanakan, tetapi ia telah pindah dari posisinya di dekat tungku perapian ke
atas karpet yang terhampar di tengah ruang tamu dan tertidur lelap. Suara ban
mobil yang menggesek permukaan jalan dan diikuti oleh butiran kerikil yang
menggelinding membaugunkannya dari alam mimpi.
Samantha mengusap wajahnya, bangkit, dan berjalan ke beranda depan.
Dilihatnya Matthew sedang duduk di kursi goyang. " siapa yang mengendarai
mobil malam-malam begini?" tanya Samantha, masih setengah tertidur,
"Kakakmu." "Apa?" Samantha tersentak, mendadak tidak merasakan kantuk yang tadi
merundunginya, "Kakakmu. Dia sedang ingin menenangkan diri."
"Pakai mobil siapa?"
Marthew tidak bereaksi. Tanpa harus menebak lebih lama, Samantha sudah
tahu jawabannya, Mulutnya terbuka lebar.
Mobil sedan kepolisiannya telah raib dari pelataran parkir.
www.ac-zzz.blogspot.com Rain menghabiskan malamnya di rumah. Ia menghubungi teman serta kerabat
keluarga Cooper untuk mengabarkan berita sedih yang menimpa Jack dan
Laurel semalam. Ia juga menyampaikan informasi terkini mengenai jadwal
pemakaman di akhir minggu.
Pada Sabtu sore nanti, anak-anak jack dan Laurel akan mengadakan acara
makan siang yang dihadiri oleh teman-teman dekar serta tamu-tamu langganan
Demus Jefferson. A&P yang mengawasi acara tersebut.
Sabtu malam, jenazah Jack dan Laurel akan dibaringkan di Rumah Duka Guthrie
mulai pukul enam sampai delapan malam.
Minggu pagi, A&P teah memanggil sekelompok penyanyi gereja untuk
meramaikan acara misa, di sebuah gereja di Pegunungan Jackson. Gereja
tersebut sudah berbaik hati memberikan jasa pelayanan bagi keluarga dan
kerabat Cooper, tentunya karena mereka dijanjikan sumbangan sebesar lima
ribu dolar oleh sumber yang tak dikenal. Tapi semua orang tahu penyumbang
tak dikenal itu adalah A&P yang juga mendanai makan siang besar di hari
Minggu sore bagi tamu-tamu yang datang dari luar kota untuk menghadiri
pemakaman Jack dan Laurel.
Keluarga Cooper memperkirakan jumlah pelayat yang datang tidak kurang dari
seratus Orang, bahkan mungkin lebih. di penghujung acara, prosesi pemakaman
akan dimulai dari gereja yang sama, dipimpin oleh Pastur Braithwaite, dan
berakhir di Kuburan Massanutten.
Rain berpikir bahwa jadwal pemakarnan Jack dan Laurel terdengar seperti
jadwal pertandingan oLahraga.
NATHAN menghubungi beberapa orang dari kantornya di Barisan Pengacara,
yang tidak lain adalah sederetan kantor kecil terletak di dekat gedung
pengadilan. ia berjalan mondar-mandir. Ia membaca berkas Malcolm dan
laporan dari Kesatuan Polisi untuk kesekian kalinya. Ia meghubungi seorang
sahabatnya dari sekolah hukum, Ia mondar-mandir lagi. Menatapi dinding di seberang ruang
kerjanya, ia mengagumi foto diri Rain berukuran 28x43 cm yang tergantung di
bawah sederetan surat-surat diploma serta penghargaan yang terbingkai rapi,
Ia menghubungi rumah duka membangunkan Arie Curheria, dan menanyakan
apakah persiapannya berjalan baik untuk acara melayat dan pemakaman di hari
Minggu. "Semuanya sudah siap, Tn. Crescimanno. Tolong jangan menelepon lagi; ini
sudah malam." Ia menghela napas. "Maafkan kelancangan saya. Bagaimana
kalau Anda menanyakan perihal ini lagi nanti di Minggu sore"Adilkan?"
"Adil," Nathan menjawab dengan kesal. ia memutuskan sambungan telepon
tanpa mengucapkan apa-apa.
RaiN mengenakan celana training kesukaannya dan baju training berlogo tim
basket Washington Bullets. Ia menyusun dafrar panjang, mengeceknya lagi,
menambahkan nama-nama baru dan men coret nama-nama lain. Perangkat
masak yang tergeletak bersih di dalam mesin pencuci piring yang dibelikan oleh
Nathan, dicucinya lagi dengan tangan. Ia tidak peduli apakah mesin cuci itu
masih baru (dibeli di Sears) dan ia juga tidak peduli bahwa
www.ac-zzz.blogspot.com nathan sudah bersusah-payah membayar semua pengeluaran instalasi mesin
tersebut di dapurnya, Saat ia sedang membasuh piring di wastafel, terdengar dering telepon. Suara
Nathan menyapanya dari seberang saluran, entah untuk yang keberapa kalinya
hari itu. ''Aku baik-baik saja, kok," kata Rain. "Tidak usah cemas, Nate. Sampai
besok, ya?" RAin meraih sebentruk buku tahunan SMA Central angkatan 1974 dari bawah
tumpukan baju dingin di atas rak lemari bajunya. Halaman demi halaman
dipandanginya, menghitung jumlah teman sekolahnya-yang kini tidak lagi
tinggal di Lembah shenandoah. Padalembaran yang ditandai dengan lipatan di
sudut atas, ia menemukan halaman di mana terdapat foro dirinya dan Malcom
sedang berdiri saling merangkul di bawah pinata (wadah besar terbuat dari
kertas atau jerami berisi manisan yang biasanya digunakan sebagai pemeriah
acara berasal dari kebudayaan Aztec) berbentuk burung falkon, melambangkan
tim olahraga kebanggaan SMA Central.
Di foto itu, Malcolm mengenakan jas rubedo berwarna biru milik ayahnya. Rain
mengenakan gaun pesta berwama merah muda deugan ekspresi gelisah.
NATHAAN menghubungi seorang staf perbankan di nomor bebas biaya yang
menyediakan layanan 24 jam, Ia mengecek ulang jumlah tabungan dan saham
yang ia miliki. Ia menghubungi kakaknya di Sacramento, tetapi disambut oleh
mesin penjawab. ia menandai ulang sejumlah berkas di kantornya dan
menelaah dokumen-dokumen pengadilan yang akan di proses minggu depan. Ia
memandangi foto Rain berulang kali. ia berlutut di hadapan kursi seharga 400
dolar yang terbuat dari kulit dan setelah sepuluh tahun, berdoa untuk yang
pertama kalinya. Ia berdoa agar Tuhan mau mengetuk hati ayah yang tidak
pernah dikenalnya supaya bangga terhadapnya, Ia memohon agar satu-satunya
wanita yang mengerti dan mencintainya takkan hanyut dalam kehidupan eksoris
milik Malcolm Cooper. RAIN juga berdoa untuk yang keempat kalinya hari itu dan terlelap di atas
ranjangnya seorang diri. PUkul 01 :30 pagi di hari Sabtu,Matthew, Samantha, dan A&P berkumpul di
meja makan sambil memilah-milah tumpukkan surat serta dokumen milik
mendiang Jack dan Laurel. Di tengah kegiatan mereka itu, tiba-tiba mereka
mendengar kegaduhan dari arah pekarangan, diikuti silaunya lampu jauh
kendaraan yang menyinari serambi penginapan. Samantha buru-buru melangkah
ke pintu depan. "Sebaiknya kau diam di sini saja," kata Matthew memperingati A&P, mengikuti
langkah adik perempuannya. "Kau tak ingin terlibat dalam apa yang terjadi di
luar sana." "Kau tidak perlu menjelaskannya kepadaku. Aku dan Castro akan berjaga di
sini." Setelah tubuh Matthew menghilang dari pandangannya, A&P mengangkat
kuCing piaraannya ke atas meja, di samping kertas-kertas yang berserakan.
"Pendengaranmu masih berfugsi!"
Castro sang kucing, mengedipkan matanya dua kali.
www.ac-zzz.blogspot.com Samantha berlari menuruni anak tangga di beranda penginapan, tepat pada
saat seorang petugas kepolisian membuka pintu belakang kendaraan patroli
miliknya. Malcolm melangkah keluar, kedua tangannya terborgol, emosinya meluap-luap.
The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa-apaan ini Sammie" Mereka memborgolku!"
"maaf Malcolm,"kata Keith,"ini perintah adikmu."
"Kau tidak perlu meminta maaf Keith," kata Samantha, "Malcolm, borgol yang
tersangkut di pergelangan tanganmu adalah hal yang tidak penting untuk
kaubicarakan sekarang. Apa sih yang merasukimu sampai kau berani-berani
membawa kabur kendaraan patroliku tanpa izin?"
Samantha meminta Keith untuk membuka ikatan borgol yang membelenggu
Malcolm. "Aku adalah kerban kekerasan polisi, Sammie! Semua orang tahu aku orang yang
sensitif!" "Diam"!lSamantha berteriak cukup keras hingga di dalam penginapan, Castro
melompat dari alas meja dan bersembunyi di bawah kursi yang diduduki A&P.
Samantha menoleh pada dua orang petugas kepolisian yang berdiri di dekat
Malcolm, "Apa yang terjadi" Di mana kalian menemukan nya?"
"Ia duduk di depan bioskop di jalan Main Street." "Itu saja yang dia lakukan?"
"Ya," Malcolm menjawab pertanyaan Samantha yang tidak ditujukan
kepadanya. "Aku sedang mengantre film The Princess Bride. Aku sedang ingin
menonton banyak film. Apa itu salah?"
"Yang salah adalah perbuatanmu mencuri kendaraan patroliku."
"Itu 'kan kesalahan teknis."
Samantha menatap Malcolm dengan mata terbelalak. Tanpa memalingkan
wajahnya dari Malcolm, ia berkata kepada dua petugas kepolisian yang
meningglkan perintah selanjutnya, "Maaf aku sudah merepotkan kalian, Hal ini
takkan terjadi lagi," katanya.
"]angan khawatir," Keith tersenyum dan melemparkan kunci mobil Yang ada
dalam genggamannya kepada Samantha.
"Kuhargai bantuan kalian, dan terima kasih karena telah mengembalikan
kendaraanku." "Selamat malam Sam. Selamat malam, Malcolm." kata Barry, yang baru sadar
bahwa Matthew sedang berdiri di beranda, mengawasi sejak mereka tiba. "Oh,
hai, Matt." "Hai," sapa Matthew.
'Kami turut berduka cita atas meninggalnya orang tua kalian."
"Terima kasih," kata Matthew. "Terima kasih juga karena telah mengantar
adikku pulang." Kedua petugas tadi segera masuk ke mobil patroli mereka dan menderu pergi
dari penginapan Domas jefferson Sampai di Rute 11I mereka menertawai
kecerobohan Malcolm. "Terima kasih, Dik, Tadinya aku khawatir kau akan marah padaku."
"Apa yang membuatmu berpikir aku tidak marah padamu"
Aku merasa sangat marah, rasanya aku ingin menendangmu kembali ke-Brazil."
www.ac-zzz.blogspot.com "Kau tahu tidak, Keith itu orang yang sangat pandai merayu. Kurasa ia naksir
padamu." Malcolm merendahkan suaranya untuk menimbulkan efek misterius.
"Aku sempat menguping di dalam perjalanan kemari."
Tawa Matthew segera berderai mendengar hal itu.
"Apa yang lucu, Matt?" Samantha menggertak kakak sulungnya, meski matanya
tetap terfokus pada Malcolm.
"Hey, semuanya," A&P memanggil mereka dari balik pintu kasa .. "Masuk dan
lihatlah apa yang kutemukan,"
"Kita selesaikan masalah ini nanti," Samantha menggeram, sementara Malcolm
menaiki anak tangga satu per satu dan mengikuti Matthew yang sudah
menghilang di balik pintu. Kesal, Samantha menghantam kepala Malcolm dari
belakang dengan tangan yang sedang menggenggam rangkaian kunci mobil.
KEEMPATNYA berkumpul di meja makan. Malcolm segera memeluk A&P dan
mengecupnya di pipi seraya berbisik, "Terima kasih, untuk segalanya." A&P
balas mengecup Malcolm "Apa yang kau temukan, Anna Belle?" tanya Samantha, amarahnya belum juga
reda. "Tadi WaktU aku selesai menyortir surat-surat di meja ini, aku kepikiran untuk
turun ke gudang dan mencari kardus-kardus lain yang menyimpan dokumen
pajak seperti yang kauminta, Matthew. Tapi, aku justru menemukan kardus
ini." la mengangkat sebentuk kardus dari lantai dan meletakkannya di atas
meja, Kardus tersebut memiliki label bertanda 'LC 1948-1955.' "lsi dalam kardus
ini adalah tumpukkan surat yang ditulis oleh ayah kalian untuk ibu kalian.
Setidaknya, hanya itu yang kulihat di sini." "Aku selalu berpikir bahwa
karduskardus di gudang hanya berisi dokumen-dokumen pajak atau sesuatu yang
berhubungan dengan itu," celetuk Samantha.
Matthew tidak tahu harus berpikir apa. "Sejujurnya, aku tidak pernah melihar
kardus-kardus seperti ini, Apa masih ada lagi yang serupa ini di dalam gudang?"
"Entahlah, Ketika aku melihat isi di dalam kardus ini, aku segera membawanya
kemari. Coba lihat di belakang gudang, sebelah lemari penyimpan makanan,
tepat di balik tembok. Labelnya terletak di punggung kardus, kalian tidak akan
menemukannya kalau tidak mencari dengan teliti."
Selama lima belas menit Samantha dan A&P membaca tumpukkan surat di
dalam kardus yang ditemukan A&P sementara kedua kakak beradik Matthew
dan Malcolm bolak-balik dari gudang ke ruang makan, menumpuk kardus demi
kardus yang mereka temukan.
Tidak lama kemudian A&P mengambil tas tangannya dan menggendong Castro.
ia juga mencium tiga bersaudara itu sebelum beranjak pergi. "Lihatlah apa isi
kardus-kardus itu," pesannya sembari menutup pintu belakang. "Kalian tidak
punya siapa-siapa lagi kecuali SatU sama lain." Sebenarnya, Anna Belle ingin
berpesan lebih banyak lagi, namun ia mengurungkan niatnya. Akhirnya, ia
berbincang dengan Castro selama perjalanan. kembali ke rumahnya sendiri.
Beberapa surat mereka baca dalam hati, tanpa mengeluarkan suara, dan satu
persatu mereka melipat kertas-kertas berisi tulisan tangan orang tua mereka
kembali ke dalam amplop layaknya ,memasukkan mayat ke daJam peti Surat
lainnya mereka baca bersama. Banyak dari surat-surat tersebut menceritakan
www.ac-zzz.blogspot.com kegiatan yang dilakukan Jack dan Laurel ketika sedang bersama maupun
terpisah dari satu sama lain.
Sebagian besar perangko yang terekat di ujung kanan atas amplop memiliki cap
kantor pos asal Richmond, Carlorresville, Nor?fQlk, New York, dan Memphis.
Ada juga surat-surar yang tidak pernah terkirim dan ketiga bersaudara
Matthew, Malcolm, dan Samantha membayangkan bahwa surat-surat itu
diselipkan di bawah bantal Laurel atau di tengah buku yang sedang ia baca.
Sejumlah surat berisi hal-hal yang sangat pribadi, yang menurut penilaian tiga
bersaudara keluarga Coopers tidak pantas mereka baca sepenuhnya, bila
menemukan surat-surat bernada sama, mereka segera meugembalikannya ke
atas tumpukkan surat lain yang telah mereka baca.
jack kerap menulis surat di atas kertas folio, kertas buku tulis bergaris,
kertas buku tulis dengan tulang spiral, serta kopsurar ho?selcempatnya menginap,
Bahkan beberapa surat ditulisnya di atas
serbet. Matthew menemukan sepucuk surat yang dikeratkan pada selembar
uang, dan surat lain yang ditulis di balik selembar brosur berisi pengumuman
pertunjukkan seorang selebritas yang sedang melakukan promosi film Star Trek
di Washington D.C. 4 NovelMber 1979 Lourel Hari Rabu ini baru saja dimulai.Aku sedang duduk di pelataran parkir dan
brosur ini adalah satu-satunya yang bisa kupakai untuk menulis surat
kepadamu.Tidak jauh dariku,joe sedang bergurau dengan beberapa wanita
diseberang jalan. Berita yang ingin kusampaikan padamu malam ini adalah,kau siapa"AKU
BERTEMU DENGAN WILLIAM SHATNER!
Apakah kau dengar"AKU BERTEMU DENGAN WILLIAM SHATNER!
Aku begitu yakin saat pihak teater menjanjikan kehadiran beberapa aktor film
saat pertunjukkan dilm malam ini,bahwa mereka akan menghadirkan George
Takei atau bintang figuran lain yang tidak terkenal. Tapi saat aku dan joe
sedang duduk-duduk di lobi,William Shatner melenggang begitu saja dihadapan
kami.Wah!ternyata ia sebaik yang kubayangkan. Memang ada yang menganggap
bahwa dia itu penuh dnegan omong kosong dan mungkin memang begitu
adanya.Menurutku pribadi,ia memiliki karakter yang berbeda.Siapa sih yang
tidak punya karakter"
Sekarang aku menyesal karena tidak sempat meminta tanda tangannya.Aku
begitu gugup saat ia menjabat tanganku hingga satu-satunya yang terpikir
olehku adalah untuk mengatakan "Semoga anda panjang umur dan sejahtera".Ia
menatapku dan tersenyum.Dia bahkan tidak mengatakan bahwa aku adalah pria
uzur berusia 62 tahun terkonyol yang pernah ditemuinya,tapi aku yakin ia
berpikir seperti itu.Mungkin ia tidak tahu harus berkata apa padaku.Ah,siapa
yang peduli"AKU BERTEMU DENGAN WILLIAM SHATNER!
Oh ya,filmnya juga sangat memukau!Aku tidak sabar mengajak Matthew dan
MAlcolm untukk menontonnya saat malam pembukaan.Kau akan ikut bersama
kami kan" www.ac-zzz.blogspot.com Kau tahu tidak.Joe sangat senang bisa pergi malam ini.Ia ingin agar aku
menyampaikan kepadamu rasa terima kasihnya.Dan aku juga ingin berterima
kasih padamu karena pengertianmu yang luar biasa.Joe benar-benar
membutuhkan reaksi ini. Saat kau membaca surat ini,aku pasti sudah menceritakan semua yang terjadi
malam ini secara langsung,bahkan berkali-kali,kau tahu lah bagaimana
sifatku.Masa bodoh ah.Aku mencintaimu.
mau dengar hal yang lebih mengejutkan lagi"Aku mencintaimu lebih daripada
Star trek Jack (Kirk) 3 November 1948 LaureL. Aku tidak punya waktu banyak.Saat ini waktu makan siang dan teman-temanku
hanya ingin membicarakan perihal pemilihan umum.Seseorang mengatakan
bahwa ada surat kabar yang mencetak kepala berita berjudul "Dewey
mengaalahkan Truman!"Aku ingin sekali mencari surat kabar itu sebagai
koleksi. Aku jadi penasaran,apa yang aakan terjadi jika Partai REpublik membiarkan
MacArthur mencalonkan diri sebagai presiden.Aku pasti akan lebih bersemangat
mengikuti pemilihan umum.Tapi,aku tetap berpikir bahwa Dewey yang akan
menang.Tur kereta atau tur siulan atau tur apalah yang disebut-sebut oleh
Presiden Truman ternyata ampuh juga.
Jadi keputusanku adalah ini,kau siap"Kau Benar!dan sekarang kita semua harus
menanggung derita selama empat tahun di bawah kepemimpinan seorang
presiden dari partai demokratis.Kuharap kau senang Laurel Cooper.Kau
menang! Biarlah.Aku masih mencintaimu.Meski kau seorang pengikut Partai Demokratis
atau Partai Republik atau bahkan Partai Dixie (Oh ya.Joe bilang padaku bahwa
ia akan memilih Strow Thurmond,meskipun ia orang satu-satunyaa yang
melakukan itu.kalau saja ia memilih Dewey,mungkin aku takkan mengenakan
baju berwarna hitam hari ini.)
N.B. Aku orang yang tepat janji lho.Terimalah selembar uang bernilai satu
dolar ini sebagai pembayaran kekalahanku dalam taruhan kita.Kurasa uang ini
takkan lari kemana-mana lagi.
22 ApriL 1970 "Untuk pengantin wanitaku yang terindah"
Perjalanan yang menyenangkan!aku menulis surat ini seolah sedang berada di
masa depan,puluhan tahun dari sekarang.saat aku sudah meninggal dan pergi
dari kehidupanmu,sehingga kau dapat menemukan surat ini dan mengingat
kembali waktu yang kita habiskan bersama minggu ini.Karena kau juga pasti
sudah tua dan lelah dan siap menemuiku lagi di surga,kau akan membutuhkan
surat-surat yang kukirim padamu untuk mengisi Lubang-Lubang dalam
ingatanmu tentang tahun-tahun yang kita lewati berdua.Mungkin saja setelah
aku meninggal kau jadi kehilangan akal sehat"gila"Apakah aku mengada-ada"
ya.kupikir juga begitu. www.ac-zzz.blogspot.com Aku bisa menghitung dengan satu tangan sejumlah kenangan tak terlupakan
yang kumiliki sampai aku diseret pergi dari kehidupan ini.Kalau memungkinkan
aku bahkan akan membawa kenagan satu ini sampai jauh ke dalam liang kubur.
Semalam kita mengunjungi Graceland!tapi kita tidak hanya berkunjung kan"
Semalam adalah kali kedua kita mengunjungi Memphis.Sudah berapa tahun kau
memohon-mohon padaku untuk datang berkunjung ke Memphis dan akhirnya
niat kita kesampaian juga untuk makan malam di jalan Beale.Beberapa bulan
lalu aku bahkan tidak bisa mimpi pergi ke Memphis.Tapi jika keberuntungan
berada tangan kita tidak mungkin menolaknya.
Tolong jelaskan padaku Laurel Cooper,bagaimana dan kapan kau berubah
menjadi aktris yang meyakinkan"sang raja Rock & Roll bahkan memujamu!Siapa
sangka semuannya berjalan begitu mulus"lebih mulus dari rencana kita ya.
Kuakui aku masih kecewa karena kita tidak diperbolehkan berfoto disana,tapi
aku mengerti alasan mereka.Apa jadinya jika orang-orang tahu bahwa kita
telah ingkar janji dan mengunjungi Graceland"bahwa kita sempat bertemu Elvis
dan Priscilla presley"Kau memang luar biasa.Oh ya elvis bahkan sempat berjanji
pada kita.Aku yakin hal itu bukan sesuatu yang lumrah.
Semua bermula di gerbang keamanan.Kau tampak begitu anggun.Kalau aku
tidak tahu kau sedang berpura-pura,aku pasti sudah menangis tak karuan!kau
menatap penjaga gerbang dengan penuh keyakinan dan memohon menemui
Elvis di kediamannya dengan alasan bahwa hidupmu hanya tinggal 36 jam.
"apa?"tanya si penjaga sambil tertawa.
Aku tidak tahu bagaimana kau bisa memasang ekspresi serius saat menjelaskan
bahwa kau mengidap penyakit paru-paru batu Asia.Apalagi saat kau berpurapura
batuk, ya ampun,hebat sekali!Aku benar-benar berpikir bahwa di dalam
paru-parumu ada sejumlah gundu yang menyumbat.Aku bahkan tidak ingin tahu
kapan kau sempat menyempurnakan jenis batuk semacam itu.
Lalu sang penjaga menghubungi Priscilla.Seperti Mukjizat ya"Ketika Priscilla
meminta si penjaga untuk mengantar kita ke pintu masuk timur.aku nyaris
kencing di celana.Kau menjabat tangan si penjaga dan berterima kasih
padanya,kemudian mencium punggung tangannya seolah ia baru saja
memberikanmu hadiah terbesar dalam hidup.
Aku berani bertaruh satu dolar denganmu,sipenjaga pasti mencuci tangannya
dengan alkohol selama sejam karena takut tertular penyakitmu.
priscilla begitu murah hati,begitu cantik.ia juga tampak lebih lembut dari yang
kubayangkan. Benar-benar seorang wanita terhormat.
Tur yang ia berikan merupakan bonus malam itu,aku tidak pernah berpikir kita
bisa melihat isi rumah itu.Tadinya sih aku berpikir untuk melihat-lihat ke
lantai atas, tapi aku tidak yakin jantungku akan tahan menghadapi kegirangan macam
itu. Setelah lima belas menit,mungkin lebih dari itu kita berdiri di pintu menunggu
si penjagaa datang untuk menjemput kita. Pada saat yang bersamaan,tiga buah
mobil menghampiri.Sudah jelas siapa yang ada di dalam salah satu mobil
tersebut. Saat sang raja melangkah keluar dan mencium isterinya aku yakin nyaris melelh
terpesona.Priscilla memperkenalkan kita pada sang raja,menjelaskan alasan
www.ac-zzz.blogspot.com kita disana dan bagaimana sekaratnya dirimu.Suara Elvis masih berdering,eh
bernyanyi di kepalaku. "Kau datang jauh-jauh ke memphis untuk menemui kami beberapa saat
sebelum menemui penciptamu"
Seharusnya kau menerima penghargaan Oscar saat itu juga Laurel.
"Aku selalau berangan untuk bertemu denganmu tuan,serta,batukbatuk,pengantinmu
wanitamu yang indah. Seandainya Samantha bisa melihat ibunya berakting seperti ini!
"Semoga tuhan memberkatimu"Elvis memeluk dan mengecup pipimu.Aku lihat
kau nyaris pingsan.Aku jadi bertanya-tanya apakah yang akan terjadi jika aku
meninjunya di dagu karena telah bermesraan dengan isteriku"
Ketika si penjaga datang untuk mengantar kita keluar dari istana kediaman
sang Raja.Elvis meminta salah satu asistennya untuk melepaskan selempengan
plat mobil dari salah satu kendaraannya.Plat mobil itu dihadiahkan kepada
kita.Atas permintaan sang raja asisten yang samaa meraih sebentuk pena dari
sakunya agar sang raja dan isterinyaa bisa menandatangi bagian belakang dari
plat mobil tersebut. Perjalanan yang luar biasa!
Aku tidak ingat benar apa yang terjadi har-hari berikutnya di Tennessee.Apa sih
yang perlu diingat dalam perjalanan itu.
The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kecuali lima belas menit yang kita habiskan di kediaman sang Raja dan
pengantin wanita terindahnya"
Aku tidak sabar ingin menceritakan ini semua pada anak-anak.Mungkin suatu
hari,saat kita berdua telah tiada.Mereka akan menemukan surat-surat ini dan
tiba-tiba menyadari kenapa ada selempeng plat mobil asal Tenessee tergantung
di dinding kamar tidur kita.
Salam sayang Jack Cooper Suami dari satu-satunya Penderita penyakit paru-paru asia
yang hidup dan selamat NB.mungkin saat kita sampai di rumah dan hadiah pemberian sang raja sudah
kita simpan baik-baik.Kita harus menulis surat dan meminta maaf atas
kelancangan kita berbohong pada mereka.Bagaimana menurutmu"
SEBELUM Samantha selesai membaca bagian N. B. dari surat Jack kepada
Laurel, Malcolm dan Matthew sudah mendorong kursi mereka menjauh dari
meja dan menghambur ke lantai atas sambil saling mendorong dan
menghalangi. Saat mereka mendekati pintu
kamar tidur utama, Matthew mengurangi kecepatan langkahnya dan
membiarkan Malcolm menyelinap di sampingnya hingga mendahuluinya. Lalu
dari belakang, ia mendorong Malcolm di atas ranjang dan buru-buru meraih
lempengan plat mobil asal Tennessee dari dinding.
"Wow!" www.ac-zzz.blogspot.com "Pesan apa yang tertulis di situ?" tanya Malcolm, berguling ke sisi ranjang yang
lain, menyeimbangkan tubuhnya, dan merebut plat itu dari tangan kakaknya.
"Untuk Laurel dan Jack," Malcolm membaca pesan di balik plat tersebut.
"Nikmatilah hari-hari terakhir kalian. Elvis dan Priscilla, 1970."
"Ayah dan Ibu bilang ini hanya suvenir dari perjalanan mereka, bukan sesuatu
yang ditandatangani secara langsung oleh sang Raja. Aku tidak percaya kita
tidak pernah melihat ini!"
"Perjalanan yang luar brasa,"gumam Malcolm, menggeleng?kan kepalanya,
"Perjalanan hebat."
KEDUA kakak beradik itu kembali ke ruang makan dan menemukan Samantha
sedang menangis. "Hey, Dik, kau kenapa" Apa yang kautemukan?" tanya Matthew.
Ia mengangkat sebuah surat di udara."Ayah menanyakan pada Ibua pakah yang
akan terjadi pada penginapan ini saat beliau sudah tiada."
Matthew dan Malcolm kembali duduk dikursi masing-masing.
"Kapan surat itu ditulis?" tanya Matthew
Samantha menilik tanggal yang tertera di atas kertas. "Bulan juni tahun
kemarin." "Apa Ayah memang sudah tahu beliau akan meninggal?" tanya Malcolm.
Samantha tidak rnenjawab.
"Aku dan Ayah sempat membicarakan hal ini waktu liburan dulu," kata
Matthew. "Beliau ,mengatakan bahwa Alex Palmer.."
"Siapa Alex Palmer?" Malcolm menginterupsi.
"Pengacara Ayah. Dia tinggal di Kota Front Royal. Ayah mengatakan padaku
bahwa Alex membantu beliau menguedit isi surat warisan beliau tahun lalu,
karena itu aku beranggapan bahwa mungkin penyakit beliau sudah tidak
tertolong lagi. Ayah dan Ibu memiliki sejumlah uang yang mereka simpan di
beberapa rekening tabungan. Tidak banyak, sih Kebanyakan dari uang itu
mereka habiskan untuk memelihara penginapan ini, Ayah punya polis asuransi
yang menjamin kesejahteraan Tbu jika tiba saatnya beliau pergi." Matthew
tampak ragu. "Yah bqgaimana pun masih banyak hal yang harus diurus. Aku
akan menghubungi ALex."
"Ayah pasti tidak berpikir mereka berdua akan meninggalkan kita pada waktu
yang bersamaan," kata Samantha.
Mendadak, ketiganya terdiam.
"Bagaimana dengan penginapan ini?" tanya Malcolm membuka pembicaraan.
"Seharusnya kita membagi semuanya sama rata, termasuk penginapan ini. Tapi
proses penjualannya akan makan waktu cukup lama, seperti biasanya.
Kecuali .... " Matthew menatap adik perempuannya. "Kecuali ada salah satu di
antara kita yang ingin terus mengelolanya. Ayah sangat jelas menginginkan
salah satu dari kita untuk meneruskan usaha ini."
Samantha dan Malcolm kontan menatap Matthew,
"Kau tahu aku tidak bisa tinggal di sini," Matthew menjawab tatapan adikadiknya.
Aku tidak bisa meninggalkan Boston. Aku punya, klien dan saham di
sana. Kau juga tahu Monica takkan mau tinggal di kota kecil seperti
Woodstock." www.ac-zzz.blogspot.com Samantha dan Malcolm menganggukkan kepala mereka, "Kurasa aku bisa
meneruskan usaha ini," Samantha berusaha tersenyum.
"Kau kan seorang, polisi," kata Malcolm. "Hasratmu tidak mungkin tiba-tiba
berubah menginginkan mengelola sebuah penginapan."
Samantha tahu kakaknya benar.
"Bagaimana kalau kita teruskan saja?" tanya Malcolm. "Rain bisa mengelola
tempat ini." "Mungkin hanya untuk sementara, Mal, tapi tidak lama dia juga akan pergi.
Nathan tidak akan tinggal di kota ini untuk waktru yang lama,' Samantha tibatiba
menyesal telah membawa-bawa nama Nathan dalam pembicaraan mereka.
"Maaf, ya." Ia mengelus lengan Malcolm.
Malcolm tersenyum,"Sudah, lupakan." Ia menggenggam tangan adik
perempuannya. "Ayo, kita lanjutkan membaca."
"Tidak mungkin!" Samantha berseru. "Aku menemukan sebuah surat yang ditulis
saat malam pernikahan mereka.
Tertanggal 16 Juni 1948." Ia membuka lipatan surat dan menggenggamnya
untuk ditelaah oleh kedua kakaknya.
"Tidak, tidak, tidak!" Malcolm berteriak, dengan bercanda menutupi kedua
telinganya. "Aku tidak mau mendengar cerita te tang malam pengantin mereka!
Singkirkan, singkirkan cepat!"
"Oh, diamlah. Di dalam surat ini tidak ada hal-hal yang mesum seperti dalam
pikiranmu. Ayah adalah seorang pria terhormat."
"Apa kauyakin kita diperbolehkan membaca surat-surat ini?"
Malcolm bertanya dengan nada yang serius, meski ia sudah membaca tujuh
atau delapan surat dari koleksi yang menumpuk di hadapannya.
"Ibu takkan menyimpan surat-surat ini jika beliau tidak ingin kita
membacanya," balas Samantha.
"Sam benar,' Matthew ikut berpendapat, "Mereka pasti tahu, suatu hari kita
akan menemukan surat-surat ini. Hanya saja, aku masih sulit percaya kalau
Ayah menulis semua ini."
"Aku sering sekali melihat beliau menulis," kata Samantha "tapi tadinya kukira
beliau sedang membereskan masalah pekerjaan. Kalau kutanya apa yang
sedang beliau kerjakan, beliau pasti menjawab bahwa beliau sedang menyusun
daftar keperluan penginapan,atau mencatat khotbah yang didengar beliau di
gereja, atau menulis buku hariannya. Aku tidak pernah menyangka beliau
senang menulis-surat untuk Ibu. Bahkan Ibu sendiri tidak pernah
menyinggungnya." "Mungkin karena memang kita tidak seharusnya tahu." Malcolm mendadak
berhenti membaca,"Mungkin kita harus menunggu. Rasanya k0k Janggal, ya.
Pemakaman mereka saja belum dilaksanakan,"
"Terserah kalau kau ingin menunggu," kata Samantha. "Aku akan terus
membaca." 16 Juni 1948 Teruntuk Ny.Cooper www.ac-zzz.blogspot.com Percayakah kau bahwa akhirnya kita menikah juga"Kita sudah menikah!Betapa
indahnya hari ini.Sekarang pukul 11.50 malam dan di seberang ruangan kau
sedang terlelap dalam tidur. Apa kau tahu bahwa malaikat juga bisa
mendengkur"Aku baru tahu kalau ternyata mereka bisa mendengkur.Aku
mengetahui ini karena kau juga mendengkur,dan kau adalah malaikatku.
Aneh sekali.Aku tidak pernah menyangka kalau wanita juga bisa
mendengkur.Kau pasti membenciku karena berpikiran seperti ini,tapi apa yang
dapat kau lakukan sekarang"Kita sudah menikah dan kau harus menerima ku
apa adanya! Aku sudah berjanji hari ini digereja dan aku akan berjanji lagi padamu malam
ini.Mulai sekarang,aku akan menulis surat padamu setiap minggu.Dimanapun
kita berada,entah di dua sisi benua yang luas ini atau di dalam ruang tamu yang
sempit,aku pasti akan menulis surat padamu.Tadinya kau ingin menyimpan
sebuah jurnal tapi aku tidak akan bisa konsisten menulisnya.Siapa juga yang
ingin membacanya"Surat adalah hal lain.Surat mampu bertahan di tengah
perputaran waktu. Aku tidak mungkin mengatakan ini jika kau terbangun sekarang.Tapi berhubung
kau sedang tidur..aku akan mengatakan nya disini,terima kasih,terima kasih
karena telah menungguku.Terima kasih karena telah membuatku
menunggu.Malam ini seindah yang aku bayangkan selama ini.Bukan,malam ini
JAUH LEBIH BAIK dari yang aku bayangkan.MAlam ini merupakan sebuah berkah
mukjizat. Aku akan membuat sebuah janji lagi.(Percaya tidak percaya aku belum pernah
berjanji sebanyak ini dalam satu hari) Laurel aku akan selalu
mendampingimu.Tak peduli apa pun yang terjadi,kita akan selalu
bersama.Tanpa rahasia.Tanpa kejutan dan aku akan selalu setia kepadamu
dalam segala hal. Aku mencintaimu Ny.Jack Cooper.
jc N.B. Maaf soal kelakuan saudaraku Joe.Kita akan balas dia di pernikahannya
nanti. JC SAMANTHA melipat surat itu-dan menyelipkannya kembali ke dalam amplop.
Malcolm dan Matthew saling memandang dari dua sisi meja makan.
"Sulit dipercaya," gumam Matthew.
"Sulit dipercaya," ulang Malcolm. Tampaknya hanya kalimat itu yang mampu
mereka utarakan. Samantha mengambil sepucuk surat lain dari dalam kardus dan mulai
membacanya, Malcolm dan Matthew meneruskan bacaan surat yang ada dalam
genggaman masing-masing. SELAMA satu jam, putra-putri Jade dan Laurel saling mengoper surat demi surat
di sekeliling meja makan. Samantha menangis berkali-kali, hampir setiap ia
membuka surat baru tetapi bahkan kedua kakaknya yang memiliki kulit tebal
serta kepala sekeras batu juga sempat menitikkan air mata sesekali.
www.ac-zzz.blogspot.com "Oke," kata Samantha memperingati. "Setelah ini kita masing-masing hanya
boleh membaca satu surat, karena kita harus segera tidur, Besok kita akan
melalui hari yang panjang dan surat-surat ini takkan pergi ke mana-mana;"
Ketiganya memasukkan tangan mereka ke dalam salah satu kardus yang dilapisi
debu dan meraih sebuah surat terakhir untuk malam itu.
27 November 1957 Teruntuk Laurel Aku tidak tahu kenapa aku membutuhkan waktu yang sangat lama untuk
mempelajari kata-kata yang sangat sederhana.
Maafkan aku. Terkadang aku lupa betapa bahayanya temperamenku jika dibiarkan
meledakledak.Apakah dulu kau sempat membayangkan seorang gadis Kristen baik-baik
sepertimu bisa jatuh cinta kepada seorang penggemar tim bola kasti chicago
cubs dari utara sepertiku"
Aku ingin sekali melemparkan seribu alasan kepadamu demi membela harga
diriku,tapi alasan apa yangf kumiliki setelah membentak wanita yang aku
cintai"Itu bukan sebuah pertanyaan.Dan tidak cukup untuk menjelaskan
perbuatanku. Kita berdua tahu bahwa saat ini keuangan kita sungguh pas-pasan.Setidaknya
dalam hal kita berdua mengerti.Sejujurnya hal tersebut mungkin takkan
berubah selama kau menjadi isteriku.
Aku minta maaf kau merasa tertipu.Ternyata suamimu bukanlah seperti yang
diharapkan kebanyakan wanita,seorang pria sukses didikan universitasuniversitas
kenamaan atau seorang ahli waris yang memiliki kekayaan yang
melimpah. Kau berhak mendapatkan pria seperti itu.Kau berhak mendapatkan
seseorang yang lebih baik dari aku.Aku hanya berharap kau tidak perlu
bekerja.Setidaknya jangan sekarang.
Entah bagaimana caranya.Aku yakin kita akan berhasil mengatasi semua ini.Aku
sungguh meyakini hal itu.Apakah kau percaya padaku"
Ya intinya aku minta maaf.Aku minta maaf karena belum berhasil menjadi
seorang suami yang pernah kujanjikan untukmu.
Tolong jangan menyerah begitu saja padaku
Jack Baru membaca dua paragraf pada surat yang sedang dibacanya,Matthew
menyikut Samantha dan berbisik,"Tukarkan suratmu denganku."
9 April 1975 Laurel New York tampak jauh lebih hijau dari yang kubayangkan.Tentunya ada banyak
hal di kota ini yang tak terkesan untuk kuceritakan padamu.tapi satu hal yang
benar-benar membuatku terkejut adalah warna-warna hijau yang bertebaran di
mana-mana.Bahkan juga warna-warna putih di taman serta pot tanaman.Suatu
hari,mungkin kita bisa menikmati suasana ini bersama.
Aku menginap di sebuah motel yang terletak enam blok jauhnya dari rumah
bibimu-Beverly terlihat baik-baik saja.Aku melihatnya dan Beverly sedang
www.ac-zzz.blogspot.com berjalan-jalan di Times Square sore ini.Aku ingin menghampiri dan
memeluknya,menguncangnya dan memeluknya lagi.Tapi kuurungkan niatku.Tentu saja menurut Del aku harus menunggu setidaknya seminggu lagi.
Berikan Sammie beberapa waktu agar ia merindukan kampung halamannya.Sulit
sekali untuk menunggu karena kau merindukannya lebih dari dia
merindukanku.Atau mungkin aku salah"
(Aku lupa mengabarkan padamu,aku meninggalkan payungku dikereta.Aku
membeli payung lain di sini.Aku mengecek nanti saat aku kembali ke
Washington.D.C kalau-kalau ada yang menemukan dan menitipkannya ke
tempat barang hilang.Siapa tahu"payung itu kan kondisinya payah)
BEsok pagi-pagi sekali aku akan pergi ke teater dan mencari seszeorang
bernama EB Arthur.Tapi apa mungkin ibu orang itu menamakannya EB"nantilah
kutanyakan. Bev menyampaikan padaku bahwa nama teaternya dalah "Curtains."Ironis ya"
teater itu memberikan pertunjukan yang dikategorikan sebagai pinggiranpinggiranpinggiran Broadway.Kurasa itu artinya letak teater tersebut sangat
jauh dari Broadway hingga kita harus naik taksi untuk mencari pertunjukkan
yang sesungguhnya. Bev sangat khawatir,tapi ia akan meleset dari rencana kita malam ini.ia akan
memberitahu sammie bahwa teater "Curtains" sedang menggelar audisi untuk
pemain baru.Jika si EB ini memiliki sedikit saja akal sehat,maka kita akan
berada dalam masalah besar.Tapi mengingat bahwa di kota ini apa saja bisa
dihalalkan,maka kurasa kita takkan mengalami banyak kesulitan.Aku yakin
bebrapa ratus dolar akan membuatnya melakukan apa yang kita
mau.Setidaknya,kuharap begitu.Hanya itu berita yang kumiliki sekarang
(Tambah sebuah payung baru)
BerdoaLah. JC "AyAH mengikutimu sampai New York?" kedua saudara Samantha berseru pada
saat yang bersamaan. Samantha merasa lidahnya kelu, Tidak sanggup menjawab.
"Waduh, waduh, tiga kali waduh!" Malcolm menusukkan setiap kata lebih keras
dari sebelumnya. "Matt kau menemukan surat itu di kardus mana?"
"Tunggu, Malcolm," protes Samantha, "aku adak yakin apa?kah aku ingin-"
"Oh, aku yakin kau pasti menginginkannya," kata Malcolm.
Ia segera mengacak-acak tumpukan surat itu dalam kardus yang ditunjukkan
Matthew sampai ia menemukan sepucuk surat tertanggal 16 April 1975, ditulis
dengan pensil di atas amplop kuning.
"Kalau begitu biar aku yang membacanya," kata Samantha, merebut surat itu
dari genggaman Malcolm dan membukanya perlahan-lahan.
The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
16 April 1975 Teruntuk LC. TErtanda:New york city.New York USA
Aku tidak tahu apakah aku menulisnya dengan benar.Tetapi siapa yang
peduli.Aku sadar kita sudah berbicara di telepon semalam,tetapi telepon jarak
jauh tidak bisa menandingi surat hari Rabu kan sayang"
www.ac-zzz.blogspot.com Malam ini adalah saatnya SAmmie mendapatkan peran dengan empat baris
dialog.Aku yakin aku bisa menghafalkannya lebih cepat dari dia.Aku tertolong
Karena EB Arthur memberikan naskah pertunjukkannya padaku (seharga 35
dolar) Dan aku juga telah menonton proses latihannya sejak awal dari atas agar
sammie tidak bisa melihatku (tempat spesial ini kudapatkan setelah membayar
50 dolar). Aku bertemu dengan Bev hari ini disebuah restoran dekat teater saat Samantha
sedang latihan.Katanya Samantha selalu memaksa Del untuk berlatih dialog
dengannya berulang kali. Laurel,puteri kita benar-benar mempesona malam ini.Pertunjukkannya sendiri
sih tidak hebat-hebat amat,percayalah,tetapi sammie meberikan penmpilan
yang luar biasa.Ia naik panggung tepat setelah rehat kedua.Sebelum ia naik
panggung,jantungku berdetak sangat keras sampai aku merasa yakin orangorang juga
ikut mendengarnya.Lalu,saat ia naik panggung..wah,jantungku
nyaris berhenti.Ia melangkah ke panggung seperti menguasai tempat ini.Inilah
adegan perdanya. MELINDA:(diperankan oleh puteri kita)
"Aku datang untuk membersihkan karpet."
TN.BURNS: "Karpet ini tidak perlu dibersihkan.Pergi sana."
MELINDA: "Kalau begitu seseorang pasti merasa karpet ini perlu dibersihkan tuan.Aku
mendapat perintah untuk membersihkannya."
TN.BURNS: "Mana coba aku lihat surat kerjamu."
MELINDA: "Aku meninggalkannya di bawah.Biar aku ambilkan."
TN.BURNS" "Aku tidak tahu siapa kau nona,Tapi karpetku tidak perlu dibersihkan.Jangan
sampai aku harus mengatakannya sekali lagi."
Lalu,sammie,maksudku melinda meraih sebentuk pistol mainan dari dalam tas
mainnanya dan menembak TN.BURNS di dada lima kali!!!!
MELINDA "Sekarang karpet ini perlu dibersihkan."
Aku tidka tahu bagaimana mereka melakukannya LAurel,tapi saat pria itu
terjatuh.ia memegang dadanya sendiri dan..tiba-tiba saja darah mengucur
menembus jaket yang ia kenakan.Sluruh dadanya basah oleh cairan merah.Pada
saat ini seluruh penonton bersorak sorai.Mereka tertawa dan bertepuk tangan
dan tertawa lagi. Jumlah penonton yang hadir sekitar tujuh puluh atau delapan puluh orang,tapi
mereka semua mengelu-elukan puteri kita seolah ia adalah Audrey
Hepburn.Melihat penampilannya malam ini..aku tidak sangsi akan
kemampuannya untuk menjadi aktris sehebat Audrey Hepburn.
Sejujurnya"aku masih marah dia kabur dari rumah.Aku kesal karena aku harus
meninggalkan pekerjaan dan mempertaruhkan jabatanku untuk tinggal di
sebuah motel yang penuh kecoa seharga $39/semalam.Aku sedih karena entah
www.ac-zzz.blogspot.com berapa lama waktu harus berlalu sebelum ia sadar bahwa aku ada di tempat ini
bersamanya dan kalau kita beruntung..mungkin dalam waktu beberapa puluh
tahun,ia akan mengetahui kejadian sebenarnya.
Aku benar-benar sedih karena kau serta Matthew dan MAlcolm tidak ada disini
malam ini.AKu merasa sedih karena aku tahu ia akan memberontak saat aku
datang ke rumha Del dan Bev beberapa hari lagi untuk membawanya pulang.
Biar begitu menyaksikan pertunjukkan teater malam ini membuatku sadar akan
satu hal,ia mungkin takkan memenangkan piala oscar malam ini,atau piala
apala yang mereka berikan untuk pemain teater,tapi puteri kita adalah seorang
bintang. Aku sangat sangat mencintainya.
Terima kasih karena telah mendukung rencana kecilku.kebanyakan isteri pasti
keberatan (Maksudku tidak ada isteri yang mau menyetujui rencana kecilku!)
Hari ini Rabu.Sampai bertemu.
salam rindu jack N.B. Sebarkan beritanya: putri kita adalah bintang pingiran?pingiran-pingiran
Broadway! "BOLEH tidak aku mengutarakannya sekali lagi?" tanya Malcolm saat adiknya
sedang membersit hidung setelah menangis membaca surat ayahnya.
"Mengutarakan apa?" tanya Samantha dengan suara bingung,
"Waduh!" Malcolm berseru keras sekali di tengah malam yang .sunyi. 'Apa kau
menyadari itu .semua, Dik?"
"Tidak," kata Samantha pelan. "Aku bakkan tidak tahu harus berkata apa .... "
"Mari kita rangkum kejadian di dalam surat," usul Malcolm.
Matthew mengangkat jari telunjuknya di udara seolah hendak menekan tombol
pause pada sebuah alat perekam. "Biarkan aku yang menjelaskan," pintanya,
"Sam, Ayah mengikutimu sampai New York. Beliau merencanakan semua itu dan
ia tinggal di motel selama dua minggu. Bagaimana mungkin kau tidak tahu?"
"Bagaimana muugkin kau sendiri tidak mengetahuinya?" balas Samantha.
"Aku tidak tinggal di rumah saat itu, Aku sedang menyelesaikan tugas kuliahku
di Blacksburg." Matthew menoleh pada adik laki-lakinya. "Bagaimana
denganmu" Apa alasanmu?"
Malcolm mengedikkan bahunya. "Aku hanya ingat Sam kabur ke New York saar
berusia 17 tahun dan beberapa hari kemudian Ayah pergi ke acara konvensi
perawatan penginapan di Chicago. Aku ingat Ibu memintaku untuk bantu-bantu
di sekitar penginapan selama Ayah pergi. Beliau bahkan memberiku upah."
Matthew membuat ekspresi konyol di wajahnya. "Konvensi perawatan
penginapan" Kau itu benar-benar bodoh."
'Sudahlah," Samantha menghentikan perdebatan sebelum kedua kakaknya mulai
adu kepala. "Kalian tidak mengerti inti dari cerita ini. Ayah membayar orang
supaya aku bisa masuk ke dalam pertunjukan itu. Beliau seperti membeli aku.
Aku mendapatkan peran itu karena beliau membayar untuk itu."
"Ya, Sam," Malcolm berseloroh dengan nada yang lebih lembut dari biasanya.
"Beliau memang membayar semua itu, Lalu, beliau membiarkanmu tinggal di
New York dengan kerabat Ibu, seseorang yang bahkan kau sendiri tidak kenal
baik,ya ampun, bahkan Ibu sendiri tidak kenal baik dengan bibinya, Ayah
www.ac-zzz.blogspot.com membiarkanmu berkeliaran di Broadway selama dua minggu sebelum beliau
muncul dan berlaku seolah ia tidak tahu apa-apa."
"Ya, tapi nyatanya ... beliau selalu mengawasiku."
"Benar, beliau selalu mengawasimu." Suara Malcolm terdengar pelan dan ia
mulai mengacak-acak tumpukkan surat lainnya. Samantha melipat surat yang
baru saja mereka baca, menyelipkannya ke dalam amplop, dan
memasukkannya ke dalam saku kemeja birunya, tepat di bawah lencana polisi
yang berwarna emas. SABTU PAGI Malcolm dan Matthew tertidur pulas sampai waktu mendekati pukul 9 pagi.
Satu-satunya bel yang membangunkan mereka adalah kebiasaan Samantha
menggelitik leher mereka saat masih terbuai dalam mimpi di ranjang masingmusing.
"Pergi sana," Malcolm mengusir adiknya, mengubur kepalanya di bawah bantal,
"Masih terlalu pagi untuk bangun."
"Salah, sekarang justru sudah terlambat" Samantha menarik selimut yang
menyelubungi tubuh Malcolm dan secara refleks menutup hidung dan mulutnya.
"Kau harus mandi. Sekarang. Seluruh penginapan bau seperti monyet yang
sedang sakit." "Ah, sementara kau menyinggung monyet sakit,apa Matt
sudah bangun?" "Ia sedang mandi di kamar mandi bawah. Cepat mandi."'Malcolm terhuyunghuyung
meninggalkan ranjang tidurnya, melalui koridor mernuju kamar tidur
orang tuanya. Ia mengenakan celana pendek bermotif macan tutul yang sudah
sobek, Setelah berbasuh di bawah pancuran air hangat dan mencukur
janggutnya yang menghabiskan dua mata pisau milik ayahnya, Malcolm
mengenakan jubah mandi ayahnya yang berwarna biru tua dan melangkah ke
dapur. "Bagaimana, penampilanku sudah, lebih baik?" tanya Malcolm.
"Jauh lebih baik. Terima kasih." Samantha membalik tiga adonan kue panekuk
ke atas piring dan salah satunya jatuh ke tangan Malcolm. "Maaf, aku bukan
wanita yang pandai menyajikan makanan."
"Semalam aku bermimpi kita semua sedang berenang di KOA. Tapi kolam
renangnya dikelilingi oleh pasir, seperti pantai buatan kurasa, dan kita
memarkirkan mobil kita tepat di pinggiran pasir." Malcolm menunjuk ke arah
Samantha. "Kau dan Monica, ditambah oleh seorang teman penulisku berikut
suaminya, kalian mengenakan baju renang ala tahun 1930 an,benar-benar
longgar dan kendor, Kalian terlihat konyol."
Samantha memutar matanya, tetapi memutuskan untuk tidak memberikan
kormentar, Matthew bahkan tidak mengangkat wajahnya dari balik koran Waal Street
Journal yang sedang dibacanya, dan malah terus mengunyah sarapan telur
orak-arik yang disediakan Samantha.
www.ac-zzz.blogspot.com "Oh, Matt, aku baru teringat," kata Samantha, menjatuhkan sendok spatula ke
dalam bak cuci piring. "Monica menelepon tadi saatr kau sedang mandi,"
"Terima kasih," mata Matthew masih menganalisis laporan saham. "Sebentar
lagi aku akan menghubunginya." Ia berharap mendapatkan kabar baik yang
sudah lama ia nantikan. "Kapan dia akan datang?" tanya Malcolm.
Samantha mengetuk kepala Malcolm dengan garpu dan
menggelengkan kepalanya. "Monica takkan datang," kata Matthew santai.
"Dia takkan datang?"
"Itu maksudku saat aku mengatakan bahwa ia takkan datang."
"Maaf Bung, aku cuma tanya. Aku mengira ia akan datang ke pemakaman orang
tua kita, Lagipula, kita hanya akan melakukan ini sekali seumur hidup.
Benar,kan?" "Diam sajalah," gerutu Matthew, bangkit dari kursinya dan meletakkan piring
serta gelas yang dipakainya ke dalam bak cuci piring. "Terima kasih atas
sarapannya, Sam. Aku harus pergi menemui Rain di gereja." Ia melangkah pergi
tanpa menoleh ke belakang.
Malcolm menjatuhkan pisau dan garpunya, mengangkat kedua tangannya di
udara. seolah menyerah, ia menatap Samantha dengan tidak bersalah. "Apa
yang aku lakukan hingga dia kesal" Apa karena aku menceritakan perihal baju
renang yang dikenakan istrinya" Sejujurnya, Monica tampak lebih menarik
daripada kau, Bagian belakang baju renangmu benar-benar kendor."
Samantha memunggungi Malcolm dan merendam kedua tangannya ke dalam air
sabun di bak cuci piring.
"Benar kok, Sammie, niatku hanya ingin ngobrol."
"Keadaan sudan banyak bagi Matthew belakangan ini."
"Kenapa begitu?" tanya Malcolm. Samantha melanjutkan mencuci piring.
"Apa karena masalah anak?" Malcolm menggelengkan kepalanya. "Ya, ampun,
sudah lima tahun belakangan ini kan dia tahu kalau mereka tidak bisa punya
anak" Kenapa juga masih terus mncoba" Apa mereka pikir kehadiran seorang
anak bisa menyelesaikan semua masalah yang dihadapi?"
"Bukan itu, Mal, sekarang ini mereka ingin mengadopsi anak. Dan, sayangnya,
proses mengadopsi anak itu tidak mudah. Selama dua tahun belakangan ini
mereka hampir saja mendapatkan anak untuk diadopsi, pokoknya tinggal
selangkah lagi, tapi karena satu dan lain hal, mereka gagal terus, Menurutku,
mempunyai anak akan menolong menyelesaikan beberapa masalah. Kehadiran
seorang anak akan membuat mereka lebih betah di rumah menhabiskan waktu
bersama. Setidaknya, itu yang terlintas di dalam benak mereka, dan hanya itu
yang penting bagiku." Samantha mengangkar botol sirop, mentega, dan kotak
jus dari atas meja. "Benar juga." "Jangan bilang pada siapa-siapa, ya. Tapi Matt mengatakan bahwa Monica
sudah meninggalkan kelab kebugaran tempat ia bekerja, la memulai usaha
sendiri sekarang sebagai pelatih pribadi. Eh, bukan,pelatih hidup, menurutnya.
Kurasa ia juga menyediakan jasa membantu orang yang ingin menguruskan
www.ac-zzz.blogspot.com badan. Jadi begitulah, menurut Matt bisnisnya itu sangat sukses sehingga
membuat rumah tangga mereka sedikit terganggu. Mereka tidak pernah ada di
rumah pada waktu yang sama.'
"Dan karena itu dia tidak bisa menghadapi pemakaman mertuanya yang super
heboh karena dia harus mengawasi beberapa orng gemuk supaya tidak gagal
dalam diet mereka?" "Mal-" "Tunggu," Malcolm menyelak. "Dia melakukan hal yang salah. Kau juga tahu
itu," Samantha menghela napas. Ia berdiri di belakang Malcolm dan menarik ujung
rambutnya yang basah dan menjuntai sampai batas pundak. "Sudah waktunya
kau cukur rambut." "Enak saja," "Malcolm Cooper, kau tidak bisa menghadiri pemakaman 0rang tuamu dengan
penampilan seperti orang hutan. Kan harus potong rambut.
"Lima sentimeter saja,"
"Sepuluh." "Tujuh," "Ya sudah," Samantha setuju. "Tujuh sentimeter saja."
MALCOLM menghabiskan sarapannya dan berganti pakaian. Ia mengenakan salah
satu dari tiga pasang celana pendek usang yang dibawanya dari Brazil, berikut
sebuah kaus rancangan Milton Nascimento. Ia mengagumi rambut panjangnya
yang tebal untuk terakhir kalinya di cermin kamar mandi. Lalu, ia menemui
adiknya di beranda belakang rumah. "Apa ada daftar tunggunya untuk potOng
rambut?" "Ayo, kita harus cepat-cepat menyelesaikan ini, Mal, A&P akan segera datang
untuk memulai makan siang. Tempar ini akan peuuh sesak dengan pengunjung."
"Omong-omong, bagaimana keadaan cuaca di sini" Kok terasa panas sekali ya,
untuk bulan April?" "Musim dingin kemarin relatif sedang dan begitu juga dengan musim semi,
Hangat dan indah." Samantha memakaikan sebuah jas hujan berwarna kuning
dengan tema taman bermain Busch Garden. "Maaf, hanya ini yang bisa
kutemukan ... Ya, pokoknya, kau harus berterima kasih."
"Untuk jas hujan ini?"
"Untuk cuaca musim ini. Jika cuacanya baik berarti orang?orang yang sedang
dalam perjalanan kemari akan tiba dengan selamat. Mereka datang dari
berbagai tempat, kau tahu itu." Samantha membuka sebuah tas besar berwarna
hitam dan memindahkan gunting serta jepitan milik ibunya. "Wow."
"Apa?" Malcolm menjulurkan kepalanya lewat bukaan jas hujan yang sempit
menggaruk telinganya meoggunakan ujung?ujung plastik.
"Ibu tidak pernah membersihkan peralatan ini dengan baik. Rambut Ayah yang
beruban masih tersangkut di mana-mana. Meskipun Ayah tidak memiliki banyak
rambut di kepalanya." Samantha mengambil sebuah sisir kasar dari dalam tas
dan menggosoknya berkali-kali di atas sarung plastik. Beberapa helai rambut
putih berterbangan di udara dan berubah menjadi warna perak begitu disinari
matahari pagi. Ia memilih sebentuk sisir dari saku dalam tas, "Tundukkan
www.ac-zzz.blogspot.com kepalamu," perintahnya kepada Malcolm disusul deogan gerakannya menyisir
rambut di belakang kepala kakaknya, "Rambutmu juga sudah ditumbuhi sedikit
uban. DUa tahun ini kau pasti stres, ya?"
"Aku tidak akan menggunakan kata 'stres' untuk menjelaskan pengalamanku dua
tahun belakangan ini, Uban-uban itu mungkin turunan dari Ibu."
Samantha terus menyisir rambut Malcolm hingga benar-benar lurus dan rata,
sebagian terlihat bagai helaian yang meluap turun dari dahinya. Malcolm
memiliki porsi tubuh yang lebih tinggi dari Samantha, perbedaan tinggi badan
mereka sekitar lima belas inci, sehingga bahkan dalam posisi duduk pun ia
masih lebih tinggi dari adiknya.
"Kami sempat kebingungan. Mal," ujar Samantha, membuka lembaran masa lalu
kehidupan orang tuanya saat Malcolm menghilang. "Ayah didera oleh sakit
The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepala yang luar biasa. Kata Ibu beliau sering sekali berteriak di tengah malam
karena tidak bisa menahan rasa sakitnya." Samantha memotong beberapa senti
rambut kakaknya dan menyingkirkan bagian yang telah terpotong dari pundak
Malcolm ke atas lantai dengan menggunakan tepi sisir. "Aku tahu bahwa hidup
beliau takkan bertahan lama. Enam bulan yang lalu, dokter yang merawat
beliau di UVA mengatakan bahwa beliau hanya bisa bertahan selama tiga bulan.
Setiap hari rasanya seperri bonus. Aku tahu hal lni mungkin terdengar aneh
bagimu. Hubunganmu dengan Ayah selalu saja canggung, apa pun nya. Semua
orang tahu kau lebih condog terhadap Ibu. Lagipula, sudah lama kau pergi dari
sini," Samantha mengambil langkah mundur sedikit untuk mengamati sudut
leher Malcolm, "Kurasa, bagiku semua ini masih seperti mimpi. Aku melihat ke pekarangan ini
dan aku lupa bahwa aku sudah tidak berada di Amerika Selatan. Aku sudah
pulang. Beberapa hari yang lalu, akU masih mengapung di atas Sungai Amazon,
seorang diri, mengambil fOto, menulis di atas buku catatanku. Aku juga rindu
tempat ini, dan kalau boleh jujur aku lebih sering merindukanmu. Tapi,
setidaknya, di sana aku merasa tenang. Aku berada di suatu tempat di mana
orang-orang tidak menggosipkan tetangga mereka atau melacak gerak-gerik
satu sama lain. Sepertinya tempat itu adalah dunia lain yang memiliki
aturannya sendiri. Entahlah, pokoknya keren."
"Keren?" Samantha menarik rambut poni Malcolm dengan sisir, lalu memoteng
sebanyak dua senti. "Itu ungkapan terbaik yang bisa kau katakan sebagai
seorang penulis?" "Kau harus pergi ke Brazil suatu hari. Kau harus bertemu dengan orang-orang di
sana. Warga asli Brazil sangat rendah hati, tulus. Mereka hidup dari hari ke
hari tanpa kerumitan yang kita hadapi di sini."
"Suatu hari, mungkin aku bisa pergi ke sana. Kenapa tidak"Apa ada restoran
McDonald's di sana?"
Malcolm segera membayangkan gadis Brazil cantik yang ia temui, lalu
tersenym. "Ya, Dik." Senyumnya semakin melebar,"Di sana ada restoran
MacDonald's." Samantha mulai meratakan rambut liar di atas telinga Malcolm. Pria itu
menyaksikan gumpalan rambut jatuh ke atas jas hujan yang sedang ia kenakan.
Gumpalan rambut itu tak lama ditepis angin hingga jatuh ke atas lantai.
www.ac-zzz.blogspot.com "Ayah dan Ibu sudah meninggal," kata Malcolm Ia terdiam sesaat seolah
menunggu kata-kata itu hilang dari dalam pikirannya dan digantikan oleh
kalimat lain yang lebih masuk akal. 'Aku akan segera bertemu lagi dengan
teman lamaku Nathan, serta segerombolan pasukannya yang gila. Dan aku juga
akan segera masuk penjara. Untuk berapa lama" Enam bulan" Setahun" Atau
lebih dari itu?" Ia ingin tersenyum lagi. namun tidak sanggup. "Dan aku juga
akan berada satu ruangan dengan Rain."
"Semua ini terasa begitu berat dan tiba-tiba, seolah kita terperangkap dalam
sebuah sinetron." Malcolm menghitung tahun-tahun yang telah lewat, seolah tidak mengindahkan
perkataan Samantha. "Terakhir kau, aku dan Matt berada di tempat yang sama
adalah,kapan"tahun 198;)?"
"Sepertinya begitu,Pada saat ulang tahun pernikahan Ayah dan lbu, bukan?"
Samantha memandangi sebuah cermin kecil di dalam tas yang tergeletak di
samping kakinya sambil terus memotong rambur Malcolm. "Itru akhir pekan
yang menyenang?kan."
"Ya, saat itu kau ketahuan sering curang dalam permainan , scrabble."
"Aku tidak main curang!" Samantha menyentil telinga kanan Malcolm dengan
sisir. "Aduh! Kau tidak Ingat pidato Ayah" Aku meyakinkan beliau bahwa kau
merryimpan huruf-huruf lain di pangkuanmu dan beliau menyatakan
kekecewaannya padamu. Beliau berkata .. "keluarga Cooper tidak boleh main
curang. Edit teks bu nora
http://ebukita.wordpress.comkan Matt tertawa mendengarnya. ia tahu aku
sudah berhati-hati melempar sejumlah kubus huruf ke aras pangkuanmu di
bawah meja. Ketika kau bangkit berdiri unruk menjawab telepon, lima belas
huruf segera berjatuhan ke lantai." Malcolm 'tertawa. "ltu adalah masa-masa
indah." "Indah bagimu," Samantha dengan gesit mempercepat gerakan mengguntingnya.
"Aku hanya akan meratakan rambut belakangmu yang tumbuh liar seperti
sarang burung." Potongannya merambah dari belakang ke semua sisi kepala
Malcolm sebelum Malcolm mampu protes, potongan rambut barunya tampak
seperti seorang perwira angkatan daraat.
Ketika Samantha menyapu sisa-sisa rambut Malcolm yang berserakan di lantai,
pria itu bergulat untuk melepaskan jas hujan yang melekat di tubuhnya,
menggaruk telinganya lagi sembari menarik jas tersebut lewat kepalanya, Ia
melepas kaus yang ia kenakan dan mengibasnya berkali-kali agar helaian
rambut yang menempel bisa segera terhempas. Malcolm melarikan jemarinya
ke rambut-rambut yang tumbuh di atas dadanya dan menemukan beberapa
helai uban tumbuh di sana. Dia bediri menghampiri keran air yang sedang
menyirami tanaman di pekarangan, membungkuk dan memhiarkan air dingin
mengguyur kepalanya. Dengan gusar Malcolm mengacak-acak rambut
pendeknya sambil mengoceh panjang lebar tentang kepercayaan antar saudara.
"Aku takkan memaafkanmu semudah itu," gerutunya pada Samatha. "Dua tahun
kuhabiskan menunggu agar rambutku bisa tumbuh panjang."
www.ac-zzz.blogspot.com "Aku menyesal tidak sempat melihat rambut panjangmu," suara yang familiar
tiba-tiba mendekatinya dari belakang.
Malcolm menjauh dari semprotan air dan berdiri tegak. Rain.
"Sam yang memberitahuku bahwa rambutmu sudah panjang. Seandainya saja
aku sempat melihatnya." Rain melempar senyuman yang membuat matanya
menari dan dahinya mengerut; seuyum yang menurut Malcolm diimpikan
pelukis besar, Van Gogh, tapi yang tidak pernah bisa dilukis karena ia tidak
mampu melukis wajah secantik Rain.
Selama dua tahun belakangan ini, Malcolm sudah membayangkan ratusan kali di
kepalanya tentang pertemuannya kembali dengan Rain. Apakah yang akan
dikatakan Rain" Apakah ia akan mengenakan kalung yang diberikan Malcolm
saat pesta dansa mereka" Kalung yang membuar Nathan cemburu ketika Rain
mengenakannya" Akankah Rain berbicara pada Malcolm"
Malcolm juga sering bertanya-tanya apakah yang akan dia katakan kepada Rain
jika mereka bertemu kembali setelah dua rahun terpisah. Dua tahun lalu, sejak
ia ditolak mentah-mentah setelah pertengkaran hebat di Bar Woody's, Malcolm
tidak pernah melihat ke dalam mara Rain.
Meski tidak disengaja Malcolm mengamati Rain dari ujung kepala hingga ujung
kaki layaknya sebuah karya seni. Rambut Rain masih terlihat begitu hidup
seperti yang diingatnya.Walau Malcolm jarang melihat Rain mengacak
rambutnya sendiri, rambutyang benwarna cokelat muda itu selalu saja tampak
seolah setiap helainya telah ditempatkan di posisinya masing-masing. Mau
diapakan saja,berantakan, basah, diikat kuncir kuda, dikonde, atau menempel
di dahinya setelah melakukan kegiatan olahraga berkeringat,rambur Rain selalu
tampak natural. "Malcolm"'' Pria itu seolah tersesat di dalam tatapan Rain. Bola mata Rain yang berwarna
hijau tua tampak sangat menonjol; warna yang sesuai dengan pipi
kemerahannya. Selama dua tahun ini, Malcolm berusaha melarikan diri dari
tatapan mata Rain, tetapi ia baru sadar sekarang bahwa selama di Amerika
Selatan, ia justru dikelilingi oleh bayang-bayang warna mata Rain.
"Mal"'' Malcolm buru-buru melepas tatapannya dan menggelengkan kepalanya,"Ya,
rambut panjangku memang cukup keren," Dasar tolol, kutuknya pada diri
sendiri, tetapi takut kalau-kalau Rain mendengar pikirannya barusan,
"Seperti yang kukatakan tadi," senyum Rain semakin mengembang, "aku
menyesal tidak sempat melihatnya,"
Malcolm membungkuk lagi mematikan keran air, mengambil selembar handuk
dan mengeringkan kepala serta mengelap tetesan air yang membasahi pundak
dan lengannya.la mengambil kaus yang dilemparnya, ke lantai dan
mengenakannya di kepala. "Jangan menyesal," kata Malcolm akhirnya bisa bernapas seperti biasa setelah
beberapa menit merasakan dadanya sesak menyusul kehadiran Rain di
dekatnya. "Dengan rambut seperti itu aku terlihat seperti orang hutan."
Senyumdi wajah Rain mendadak hilang, berganti dengan ekspresi sedih. "Aku
turut berduka cita atas meninggalnya orang tuamu."
www.ac-zzz.blogspot.com "Terima kasih."
"Boleh aku memelukmu?"
"Apa Nathan tidak keberatan?" Dasar tolol, katanya lagi pada diri sendiri. Tapi
sebelum ia bisa memikirkan hal lain, Rain segera menghampirinya dengan
kedua lengan terencang dan air mata yang membasahi mata. Malcolm tridak
pernah mengatakan kepada siapa pun bahwa ia mencintai cara air mata Rain
membasahi bulu matanya yang lebat, Setelah beberapa detik, air mata itu
menetes ke pipinya dan berlomba menggapai dagunya.
Keduanya berpelukan dan wangi parfum yang dikenakan Rain membuat bulu
kuduk Malcolm berdiri. "Aku turut berduka cita atas meninggalnya 0rang tuamu." Kali ini Rain
membisikkan kalimat itu di telinga Malcolm.
"Terima kasih," Malcolm balas berbisik dan menjatuhkan lengannya dari tubuh
Rain. Tidak lama, Rain pun melakukan hal yang sama.
"Aku senang kau ada di sini," Rain menarik sebentuk sapu tangan dari saku
depan celana denimnya. Dengan sapu tangan itu, ia menghapus air matanya
sendiri yang membasahi pipi dan dagunya. "Aku sudah siap. Aku belajar dari
pengalaman. Hari Kamis kemarin, aku menghapus air mata yang membanjiri
mata dan hidungku menggunakan lengan kerneja yang kukenakan,aku tidak
sabar melihat tagihan dry cleaning ku nanti." Ia setengah tertawa.
"Mau masuk?" Malcolm menunjuk dengan anggukan kepala ke arah beranda.
"Tidak. Orang-orang sudah mulai berdatangan untuk acara makan siang dan aku
ingin sendiri sebentar,"
"Satu pertanyaan saja?" Malcolm terkejut berapa mudahnya ia jatuh ke dalam
rutinitas mereka yang dulu.
"Satu pertanyaan." Rain juga tampak merindukan kebiasaan mereka.
"Oke," jawab Malcolm. "Mari kita duduk di ayunan."
Rain mengikuti langkah Malcolm melintasi halaman belakang menuju sebuah
ayunan untuk dua orang yang bergantung di dahan pohon maple,
"Samantha dan aku melihat kedua orangtuamu duduk di sini kurang dari
serninggu yang lalu. Kalau, tidak salah, Minggu malam. Ayabmu sedang berada
dalam kondisi yang baik. Setelah makan malam Laurel mengajak beliau duduk
di sini. Mereka duduk selama sejam, mungkin lebih."
"Ayah dan Ibu sangat menyukai ayunan ini. Mereka bahkan membawanya jauhjauh dari
Chaelottesville." Malcolm mendorong ayunan yang mereka duduki,
hingga mereka mulai mengayun pelan.
"Benarkah begitu" Aku tidak pernah tahu."
"Hadiah dari Paman Joe. Kalau tidak salah, beliau yang membuatnya sendiri."
"Serius?" Malcolm mengangguk. Aku yakin ibumu berpikir bahwa suatu hari beliau akan duduk di sini sendirian.
Beliau pasti tidak pernah membayangkan kejadiannya akan seperti ini."
"Siapa yang bisa membayangkan kalau semuanya akan berakhir seperti ini?"
Rain mengangguk "Aku ingin berterima kasih padamu." "Untuk apa?" Malcolm
mendorong kakinya sekali lagi, dan keduanya mulai bersandar di atas ayunan.
"Untuk apa yang kaulakukan malam itu. Menyelamatkanku."
www.ac-zzz.blogspot.com Malcolm menatap Rain. "Kau tidak perlu berterima kasih padaku untuk itu,
Rain. Siapa pun pasti akan melakukan hal yang sama."
"Mungkin saja. Tapi harga yang harus kaubayar sangat mahal. Tidak banyak
orang yang berani melakukan itu."
"Kau benar, Orang lain mungkin tidak akan sebodoh aku hingga berlaku
kelewatan." "Kau benar-benar menghabisi pria itu." Malcolm.mengangkat bahunya."Sudah
sepantasnya begitu."
"Tapi, apa kau juga harus memukuli kekasihku?" Rain tersenyum dan menyikut
pinggang Malcolm . "juga sudah sepantasnya."
Rain menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau mendengar alasanmu.
Kecemburuan bukanlah sesuatu yang bisa kauatasi dengan baik."
Mereka berayun dan mendengarkan gesekan tali tambang yang beradu dengan
dahan pohon di atas kepala mereka. Dua ekor tupai saling berkejaran menuruni
batang pohon, lalu berlarian lagi di atas rumput halaman. Udara bulan April
membawa harum musim panas yang akan segera tiba.,
"Kau tahu, ia mencintaiku."
Malcolm mengamati rerumputan di bawah kakinya,
"Aku bisa melihat sisi Nathan yang tidak dilihat oleh orang lain. la memang
ambisius, Dan aku tahu banyak orang merasa risih karenanya. la juga punya
kebiasaan mencampuri urusan orang lain, aku tahu itu,tapi ia tulus dan
terikat." "Terikat pada apa?"
"Terikat padaku, Pada sebuah keluarga. Pada kehidupan yang baik." Rain
menatap ke seberang pekarangan yang rumputnya terpangkas rapi melihat
sosok pasangan yang sedang berbincang?bincang di atas anak tangga."Nathan
punya banyak impian dan sebuah rencana pasti. Aku mengagumi tekadnya. Aku
senang menjadi bagian dari impian-impian itu. Kurasa, bahkan implannya kini
telah menjadi impianku juga."
"Bagaimana dengan impianmu sendiri"' tanya Malcolm.
"Berikan aku sebuah rumah penuh dengan anak yang memanggilku Ibu, seorang
laki-laki yang mencintaiku dan menuliskanku satu atau dua puisi sesekali, atau
mungkin yang bisa membuatkanku sebuah ayunan seperti ini,dan impianku akan
menjadi kenyataan." "Nathan menulis puisi untukmu?"
"Ia berusaha." Rain tersenyum. "Setidaknya, ia berusaha."
Rain menolehkan kepalanya untuk melihat profil Malcolm yang tampan dari
samping, "Boleh aku menanyakanrnu sesuatu?" tanya Rain.
"Hanya satu pertanyaan?"
"Sebenarnya, ada dua,"
"Silakan saja."
"Kenapa kau pergi?"
Sekali lagi Malcolm mendorong kakinya di atas tanah dan membuat mereka
terayun lebih tinggi. Dahan pohon yang menahan berat badan mereka tampak
sedikit rnelekuk, www.ac-zzz.blogspot.com "Pilihan." "Pilihan?" "Kita semua harus menentukan pilihan.Aku telah menentukan pilihanku.Aku
memilih kebebasan dan Brazil daripada menghabiskan waktu berbulan-bulan
atau bahkan bertahun-tahun dalam penjara.Dan aku memilih untuk tidak
menyaksikan pernikahanmu dnegan Nathan."
"Tahunan di penjara?"Rain tidak mengindahkan kalimat terakhir Malcolm.
"Dengan catatanku di kepolisian"pasti.:Malcolm bersandar di punggung
ayunan."Aku kelewatan.Aku nyaris membunuh laki-laki yang hendak
memperkosamu." "Ya,tapi kau tidak membunuhnya."
"Aku meninju jaksa penuntut umum."
"Dua kali." Malcolm tersenyum."Tunaganmu membangun kasus yang sangat menarik."
"Nathan berjanji kau akan dipelakukan dengan adil."
Malcolm menengadahkan wajahnya,menatapi ranting-ranting di atas
mereka."apakah dia pernah mengatakan padamu bahwa kau pantas dibela?"
"APa?" Malcolm merendahkan kakinya dan lama-kelamaan ayunan itu bergerak
semakin pelan."katamu kau punya dua pertanyaan."
Rain melompat ke atas rumput dan menatap wajah Malcolm.
"Kenapa kau tidak pernah menjawab suratku?"
Pertanyaan itu tidak mengagetkan Malccolm.Ia tahu isi surat itu.Ia selalu
menduga bahwa Rain menuliskan tentang kabar pernikahannya dengan Nathan
dan oleh karena itu ingin mengucapkan selamat tinggal pada Malcolm.Malcolm
membawa surat itu ke mana-mana,tapi tidak pernah ia buka.
"Aku
The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menunggu balsanmu."Rain mempelajari ekspresi Malcolm,lalu menggelengkan kepalanya."Ibumu mengirimkan sebuah paket setelah kau pergi
ke Brazil.Beliau mengirim sebuah telepon satelit,aku bahkan pergi ke fairfax
bersama beliau untuk membeli telepon itu. Sebelum beliau menutup kardus
yang akan dikirim,aku menyelipkan sepucuk surat untukmu."
"Aku tidak pernah menerimanya.Aku tidak heran,Disana orang-orang membuka
barang kiriman dari luar,terutama paket-paket besar.Mereka mencari oleh-oleh
yang bisa mereka makan atau gunakan,permen,perangko,sepatu nike.Seseorang
pasti sudah mengambil suratmu sebelum aku menerima paket itu."
"Mereka mengambil suratku,dan bukannya telepon satelite yang jelas berharga
mahal?" "Itu sudah biasa."Malcolm tidak sanggup mengatakan yang sebenarnya,bahwa ia
selalu merasa takut untuk membaca surat Rain.Bahkan melihat amplopnya saja
ia merasa seolah dadanya teriris. Ia membayangkan isi surat itu mengabarkan
bahwa Rain dan Nathan sudah menikah,dan ia tahu bahwa melihat tulisan
tangan Rain yang melingkar-lingkar akan membuatnya susah tidur selama
berbulan-bulan. "Sayang."Rain tersenyum,tapi kali ini senyumnya tidak selebar senyum
sebelumnya waktu pertama kali melihat Malcolm."Seandainya saja kau
menerima surat itu."Ia membenarkan blusnya agar terlihat rapi."Sebaiknya aku
www.ac-zzz.blogspot.com masuk ke dalam.Samantha dan A&P mungkin membutuhkan bantuanku
mempersiapkan makan siang."Ia memutar badannya dan melangkah menuju ke
penginapan. "Rain?"panggil Malcolm.
"Ya?" "Mengapa kau dan Nathan belum menikah?"
Rain menghela napas."Waktunya belum tepast."Ia berbalik dan melanjutkan
langkahnya. "Rain?" panggil Malcolm lagi.
"Ya?" Malcolm menatap Rain lama-lama."Tidak ada apa-apa."
Rain melambai dan berjalan meninggalkannya.
Malcolm duduk di atas ayunan,menghirup udara di sekitarnya bahkan ditempat
terbukaa seperti ini,dikepung oleh harum parfum yang dikenakan yang
dikenakan Rain. Dasar tolol,ia mengutuk diri sendiri.
Acara makan siang yang diatur A&P dengan cepat berubah menjadi ajang reuni
antar pelanggan penginapan Domus Jefferson,baik itu yang sudah jadi
pelanggan tetap maupun yang hanya pernah menginap satu atau dua kali.Lebih
dari dua puluh orang tamu menghadiri acara tersebut,kebanyakan dari mereka
sudah mengenal satu sama lain karena pernah tidak sengaja bertemu saat
menginap di Domus Jefferson pada waktu bersamaan.Jika ada yang belum
saling kenal,maka Rain dan Samantha akan memperkenalkan mereka.Terlepas
dari tingkat keakraban para tamu dnegan dengan mendiang suami isteri Jack
dan Laurel,semuanya merasa berutang budi dan oleh karena itu wajib
menghormati anggota keluarga yang ditinggalkan.
Sementara gerombolan pengunjung menikmati sajian makan siang yang berupa
roti hangat dan irisan daging ham khas Virginia,serta salad kentang buatan
Rain, A&P tak henti-hentinya mengulang kenangan yang ia miliki bersama Jack
dan Laurel di penginapan itu.Beberapa cerita mengundang tawa,sementara
cerita lainnya membuat ruangan tempat mereka berkumpul jadi
sunyi senyap, diisi sesekali oleh suara isak tangis dan helaian tisu yang
ditarik dari wadahnya, Pada kesempatan ini pula Samantha memperkenalkan putrinya yang berusia
sepuluh tahun, Angela, kepada para tamu.
"Halo, semuanya," sapa Angela.
"Angela pintar seperti ayahnya dan cantik seperti ibunya," Samantha
mengumumkan, diiringi oleh senyuman bangga.
A&P memperkenalkan pasangan Joy dan Moody Faulkner di kesempatan yang
sama, Joy dan Moody pernah menginap di Domus Jefferson selama dua malam
saat musim semi tahun 1982. Karena mereka sangat menikmati layanan yang
diberikan oleh penginapan itu. Moody mengundurkan diri dari posisinya sebagai
rekanan di sebuah firma hukum bergengsi di Washington. Setelah itu, pasangan
tersebut membeli sebuah penginapan yang kemudian mereka kelola sendiri di
Lembah Canaan yang indah di negara bagian Virginia Barat.
www.ac-zzz.blogspot.com "Jack dan Laurel sangat bermurah hati kepada kami," Joy menjelaskan kepada
tamu-tamu lain. "Kami menelepon mereka suatu hari untuk mengabarkan
bahwa kami sedang dalam proses membeli sebuah penginapan yang terletak
tidak jauh dari Tim?berline Resort. Sebenarnya, kami hanya ingin tahu lebih
banyak tentang harga, promosi, hal-hal. seperti itu lah. Tapi, mereka justru
menugaskan Rain untuk mengurus Demus Jefferson. Benar 'kan, Rain?"
"Benar," Rain mengangguk dari ambang pintu dapur .. "Sementara Rain
bertanggung jawab di sini, Jack dan Laurel datng menghampiri kami. Mereka
datang tepat saat kami baru saja selesai mengurus proses pembelian
penginapan itu, benar 'kan, Sayang"' Joy menoleh ke arah Moody dan menepuk
lutut suaminya dengan penuh kelembutan. Moody meneguk cairan soda 7-Up
dari dalam kaleng dan mengangguk. "Jack dan Laurel tinggal di penginapan
kami selama dua-tiga hari dan mengajarkan kami semua yang perlu kami
ketahui tentang teknik mengelola sebuah penginapan. Kurasa, sepuluh tahun
pun takkan cukup bagi kami untuk mempelajari semua itu dari buku petunjuk
dan majalah yang membahas teknik-teknik yang diajarkan Jack dan Laurel
kepada kami. Bahkan nama penginapan kami; Harmony woods, merupakan usul
Laurel. Nama yang sempurna. Kau ingat itu 'kan, Sayang?" Joy menepuk lutut
suaminya sekalilagi. "Tuhan benar-benar menciptakan karakter yang luar biasa
dalam diri pasangan Cooper. Benar-benar luar biasa. Mana ada pasangan lain
yang mau membantu sejauh itu untuk orang asing?"
"Mungkin tidak ada orang seperti mereka," sahut Rain. "Tapi kalian bukan orang
asing. Kalau kalian sudah menginap sehari saja di Domus Jefferson maka kalian
secara otomatis sudah jadi bagian keluarga Cooper." Rain mengangkat gelasnya
ke udara untuk menyulang mendiang Jack dan Laurel.
"Setuju," seisi ruangan itu bergumam sambil mengangkat gelas mereka tinggitinggi
ke udara, Sedangkan A&P mengangkat senter Maglite-nya tinggi-tinggi.
Matthew menyambut pasangan Morgan, yang berasal dari Liberia dan tinggal di
Kora Reston, Virginia. Mereka adalah pelanggan tetap di Domus Jefferson yang
berkunjung setiap tahun di hari Valentine. Pada kesempatan yang sama,
mereka memperkenalkan Matthew kepada tiga putra-putri mereka, Tim, Lisa,
dan Kimberly. "Sepertinya kita sudah menaikkan populasi minoritas di woodtock sebanyak
seratus persen," canda salah seorang tamu.
"Mungkin kami harus pindah dan menjadi penduduk di kota ini," Nyonya Morgan
balas menggoda."Sedikit keanekaragaman akan mengguncang penduduk di sini."
Matthew menimpali bahwa salah satu kekuatan magis penginapan yang dimiliki
oleh orang tuanya adalah menarik para tamu dari berbagai latar belakang yang
berbeda, Dan pada akhirnya, mereka semua menjadi keluarga instan.
"Nyonya Morgan mengangguk setuju. "Karena itulah kami berlangganan di sini.
Bertemu dengan Jack dan Laurel sekali setahun sudah cukup membuat kami
merasa seperti bagian dari keluarga mereka, meski kami tidak ada hubungan
darah dengan Jack dan Laurel."
"Keluarga Instan," A&P berkata, "Kau benar sekali." Samantha melangkah ke
tengah ruangan dari posisinya yang cukup jauh di sudut, ia mengambil tempat
www.ac-zzz.blogspot.com di samping Kristen Rirch yang duduk di dekat perapian, "Layne ada di mana?"
bisiknya. "Dia tidak bisa datang. Sibuk kerja."
"Kalian baik-baik saja?"
"Ya. Layne dapat promosi di pekerjaannya beberapa bulan yang lalu dan sejak
itu ia tidak pernah libur, Tapi kami baik-baik saja, malah lebih baik dari yang
kuharapkan selama ini."
"Aku senang mendengarnya, Bagaimana kabar Kay?"
"Dia sedang kuliah di Universitas Brown, baru mulai bulan September kemarin.
Dari nada suaranya yang kudengar setiap maiam lewat telepon, sepertinya dia
rindu sekali pada kami dan ingin pulang. Tapi, aku yakin, dia siap untuk maju
dan tumbuh menjadi wanita dewasa, Sekarang, rumah kami kosong."
"Apa kau juga terjangkit sindrom kesepian?"
"Ha! Kalau ini adalah sebuah penyakit, maka aku senamg berada dalam kondisi
ini. Aku dan Layne bisa tidur sampai pukul sembilan pagi, sesekali bahkan kami
mondar-mandir di dalam rumah hanya mengenakan piyama saja." Kedua wanita
itu terkekeh geli. "Kris, apa kau keberatan jika aku membagi kisah hidupmu dengan tamu-tamu di
sini"' "Tentu saja tidak, Aku justru merasa bangga."
Samantha segera bangkit berdiri di atas tungku bat. "Kawan semuanya, apa
kalian mengenal Kristen?" Beberapa kepala mengangguk sejumlah lainnya
menatap penasaran. Samantha meletakkan tangannya di atas pundak Kristen.
Kristen adalah teman baik keluarga kami. Dia tinggal di Roanoke."
"Halo semuanya," sapa Kristen malu-malu.
"Sekitar, berapa, sepuluh tahun yang lalu ya?"-Kristen mengangguk dan
Samantha lanjut bercerita-"Kristen dan suaminya, Layne, mampir ke WoodstOck
bersama putra mereka, Cameron, dan putri mereka, Kay. Cameron sedang
melakukan perawatan untuk menyembuhkan penyakit kanker otak yang
dideritanya, dan situasinya pada tahap itu benar-benar terlihat tidak
menguntungkan." Kristen melingkarkan sebelah lengannya mengelilingi lutut
Samantha lalu menyandarkan kepalanya di paha Samantha, "Cameron adalah
seorang siswa SMP yang sangat, sangat pintar. Ia bahkan diberi penghargaan
sebagai ilmuwan Nasional."
"Selamat ya," ujar seseorang dari tengah kerumunan para tamu, Yang kebetulan
tahu benar betapa bergengsinya penghargaan tersebut.
Kristen mengucapkan terima kasih lewat gerak bibirrrya, sementara matanya
mulai basah oleh air mata.
"Jika kalian mencari istilah ahli sejarah di dalam kamus, kalian akan melihat
foto Cameron yang mengenakan kemeja dan dasi. Ia sangat mencintai era
Perang Saudara, Ia amat mengagumi jenderal Stonewall Jackson dan tahu
segalanya tentang beliau."
"Belnar sekali," gumam Kristen, menganggukkan kepalanya membayangkan
masa-masa lampau bersama putranya, seperti yang sering ia lakukan seharihari.
www.ac-zzz.blogspot.com "Setiap kali mereka harus berkunjung ke Washington, D.C. untuk memberikan
perawatan kepada Cameron, mereka selalu belok pada Rute 81 dan mampir di
penginapan ini, Cameron dan Ayah berbincang selama berjam-jam tentang
sejarah lembah dan kota ini, serta sejarah kota-kota kecil yang digambarkan di
peta hanya dengan sebuah titik. Cameron juga sering memanggilAyah dengan
sebutan kakek. Kurasa, Ayah menyukai panggilan itu. Mereka punya satu ikatan
pribadi berdua .... "
"Setelah perawatan Cameron yang terakhir, rumah sakit tempat ia dirawat
memberikan-dua pilihan kepada Kristen dan suaminya. Putra mereka bisa terus
dirawat di rumah sakit, tetapi tanpa barapan untuk keluar, atau membawa
putra mereka pulang dan membiarkannya meninggal dengan tenang." Pada titik
ini, bahkan sejumlah anak yang sibuk bermain kontan berhenti untuk
mendengarkan lebih lanjut..Hanya Malcolm yang tiba-tiba menghilang dari
dalam ruangan itu. A&P mengamati sekeliling?nya dan terkejut melihar
padatnya ruangan. "Cameron membuat pilihannya sendiri;" lanjut Samantha.
"Tanpa sepengetahuan orang tuanya, ia menghubungi Ayah dan bertanya
apakah ia boleh tinggal di sini selama beberapa hari. Dokter yang merawatnya
mengatakan bahwa ia hanya akan bertahan hidup selama beberapa minggu,
paling lama sebulan, tapi Cameron lebih tahu. Iya 'kan, Kris?"
"Memang benar. Dan kalau kuingat-ingat, aku pasti sudah memarahinya kalau
tahu apa yang ia lakukan.' Ruangan yang dipenuhi dengan ketegangan tiba-tiba
menghaturkan tawa singkat. Kristen menyeka air matanya.
"Beberapa dari kalian mungkin sudah mendengar cerita ini, dan bagi kalian yang
belum pernah ... pasti terkejut jika kalian tahu bahwa kedua orang tuaku
membuka tiga kamar dari tujuh kamar yang ada di penginapan ini untuk
keluarga Birch selama mereka membutuhkannya, Hari pertama mereka
menginap, Ayah mengajak Cameron dan Layne mengelilingi Rute 11 untuk
melihat-lihat semua lokasi bersejarah, Cameron ingin pergi ke Manassas untuk
melihat medan perang di Bull Run, tetapi sayang kondisinya terlalu lemab
untuk bepergian ke sana." Samantha sempat berhenti di tengah-tengah
kisahnya, ragu. "Cameron sangat lemah sepertinya, setiap jam tenaganya
semakin berkurang. Pada hari ketiga atau keempat, Cameron sudah tidak
sanggup bangun dari tempat ridurnya. Ayah dan ibunya .... "
Samantha tersedak oleh air mata yang mulai memenuhi tenggoroknya. Ketika ia
bersiap untuk melanjutkan ceritanya, mendadak Malcolm muncul di ambang
pintu, Dengan hati-hati, ia melangkah di antara barisan tamu yang duduk di
kursi lipat atau pun di atas lantai. Malcolm menyerahkan sebentuk kop surat
Demus jeferson kepada adiknya dan mengambil tempat duduk di sisi Kristen.
Samantha membaca satu,dua paragraf yang tertera di atas kop surat, lalu
membungkuk dan berbisik di telinga Kristen. Beberapa saat kemudian, Kristen
mengambil alih kop surat tersebut dan bangkit berdiri. Samantha kembali
duduk dan bergeser lebih dekat dengan Malcolm. Malcolm merangkulnya dan
dengan penuh kasih sayang menarik kepala diknya agar bersandar di
pundaknya. www.ac-zzz.blogspot.com "Saya tahu sore ini penuh dengan cerita-cerita kenangan," Kristen meuarik
napas dalam-dalam, lalu menghembuskan kata-kata berikutnya. "SaYa harap
kalian juga akan mendengarkan cerita saya."
" 11 Februari 1979 Aku menulis uart ini di hari minggu,lain dari biasanya.Rasanya kadang-kadang
kita boleh membuat pengecualian.Kalau ada seseorang yang berhak mendapat
pengecualian.kalau ada seseorang yang berhak mendapat pengecualian.orang
itu adalah Camaeron. Seminggu ini adalah waktu yang sangat membuatku bahagia.Memang situasinya
sangat menyayat hati,tetapi aku senang kita mendapat kesempatan untuk
melakukannya.Aku senang karena Cameron meminta untuk tinggal bersama kita
disini.Eh bukan senang melainkan bangga
saat kau sedang keluar jalan-jalan dengan Sammie sore tadi aku menelepon
Pastur Braithwaite dan meminta beliau untuk datang mengunjungi Cameron
dan orang tuanya. Aku tidak ikut menemani mereka di kamar.tapi ketika beliau
turun dan ke lantai bawah..beliau menangis.Beliau memandangku untuk waktu
yang lamaa seolah ia tidak tahu harus berkata apa.Lalu beliau mengatakan
bahwa ia tidak pernah bertemu sosok manusia yang begitu siap menemui sang
pencipta seperti Cameron.Beliau bahkan berharap suatu hari beliau juga bisa
Dua Musuh Turunan 10 Pendekar Naga Putih 62 Penculik Penculik Misterius Prabarini 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama