Ceritasilat Novel Online

Aku Menggugat Akhwat 4

Aku Menggugat Akhwat Dan Ikhwan Karya Fajar Agustanto Bagian 4


diucapkan Ummi. Secepat inikah" Entah perasaan apa yang berada dibenakku. Rasa
senang, takut, malu bercampur baur lebih dalam. Aku merasakan ada rasa kesenangan
yang sangat tinggi, tetapi rasa takut itu pun tak kalah tingginya.
Ummi menggengam tanganku. Lalu mengatakan "Zah, melangsungkan pernikahan
dengan cepat itu lebih baik, daripada mengulur-ngulur waktu pernikahan! Ummi
sudah sangat setuju, saat Bunda memberitahukan ikhwan yang bernama Khalid itu!
Meskipun, Khalid bukanlah orang kaya. Tetapi keluarga kita memandang Khalid
sebagai pejuang dakwah. Karena itu lebih mulia ketimbang kekayaan yang
berlimpah." Setetes bening kristal berjatuhan dari mataku. Derai kristal yang mencair dimataku
pun bertautan menyembur keluar. Aku langsung memeluk Ummi. Tiada kata yang
dapat aku ucapkan. Selain ucapan terima kasih yang besar terhadap kedua orang
tuaku. Entah kenapa haru itu begitu menggebu ingin menunjukkan eksistensinya pada
tangisku. Aku benar-benar bersyukur, mempunyai keluarga yang begitu mengerti
tentang kebutuhan anaknya. Tidak ada paksaan, tidak ada ancaman. Yang ada hanya
pilihan untuk mengerjakan kebaikan. Kekayaan yang aku miliki, tidak sebanding
dengan kenikmatan mempunyai keluarga yang begitu mengerti.
Aku sangat kaget. Rencananya hanya melangsungkan acara khitbah. Malahan,
menjadi akad nikah. Sungguh berita yang menggembirakan buatku. Tiada rintangan
terjal dalam keluargaku untuk menggapai sang pejuang dan pujangga dakwah. Kini
seorang mujahid itu akan menjadi milikku. Aku akan mempunyai seorang pelindung
yang akan selalu menyertaiku dalam setiap dakwahku. Seorang mujahid yang
dihadiahkan Allah, hanya untukku. Yang akan selalu bersama-sama dalam menjalani
medan dakwah. Yang akan selalu memperbaiki diri dalam setiap jalan-Nya. Yang
akan selalu saling memberikan motivasi untuk perjuangan dakwah. Perjuangan yang
tidak akan mudah untuk dihadapi. Meskipun, sulit. Tetapi jika dijalani bersama, maka
kenikmatan dalam berdakwah pun akan begitu terasa. Tidak persoalan yang tidak
terselesaikan. Berat atau pun ringan sebuah persoalan, jika dipikirkan berdua dengan
suami. Maka semua persoalan itu akan mudah untuk diselesaikan. Insya Allah!
"Assalamualaikum!"
Terdengar suara salam. Ammi! Pikirku. Pasti, Ammi membawa Akhi Khalid. Detak
jantungku pun, semakin tak karuan. Rasa senang datang, tetapi masih ada rasa malu
dan ketakutan. Lututku serasa lemas, sulit untuk digerakkan. Aku ingin berkata, tetapi
mulut ini keluh untuk mengucapkan sepatah kata.
Ummi melihatku dengan tatapan sayang. Dipegang tanganku dengan remasan jari
jemarinya. Menyiratkan tentang kekuatan. Aku hanya tersenyum. Tetapi entahlah,
senyumanku sepertinya keluh.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Terdengar lamat-lamat. Pembicaraan Abi dengan Ammi, Ustad Fadlan. Sekali
terdengar tawa. Badanku semakin lemas, seiring dengan detak jantung yang tak
beraturan. Aku akan menikah sekarang! Hari ini juga, aku akan menikah dengan
seorang ikhwan yang memang aku impikan. Apakah ini bukan mimpi" Jika ini benarbenar mimpi, jangan bangunkan aku!
"Zahra, Anakku." Panggil Abi.
Suara Abi yang memanggil kami, mengagetkanku.
"Iya, Abi!" Jawabku.
"Bagaimana" Sudah siap!" Tanya Abi.
"Sudah, Abi! Ana sudah siap." Jawabku.
"Assalamualaikum! Maaf saya terlambat!" Ucap seseorang yang terdengar baru
masuk ruangan. "Walaikumsalam! Anda datang pada waktu yang tepat." Ucap Abi. "Khalid, ini
adalah petugas dari KUA. Yang akan mengurus pernikahan kalian sekarang juga
termasuk sekaligus dari penghulu kalian!" Jelas Abi.
"Baik. Kalau semua sudah siap!" ucap penghulu itu. "saya harap untuk pengantin
wanita dan prianya duduk didepan saya. Untuk saksi dari laki-laki, silakan duduk
disebelah kiri saya. Dan untuk wali dari perempuan, silakan duduk disebelah kanan
saya." HA! Aku harus duduk disamping Akh Khalid. Aku sedikit tergagap. Lututku terasa
sedikit lemas untuk bisa melangkahkan kaki ini. Jantungku berdegup sangat kencang.
Aku tidak pernah membayangkan sampai sejauh ini. Apalagi membayangkan duduk
bersanding dengan Khalid. Jantungku terus berdegup tak beraturan. Dengan berdzikir,
aku terus menundukkan pandangan.
Hingga penghulu itu mengatakan. "Baik, tirukan kata-kata saya!" ucap penghulu itu.
"Dengan ini, saya Khalid Hendriansyah, menikahi Farah Zahrani binti Hanafi Iqbal
dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan buku skripsi."
Sambil bersalaman dengan Abi. Khalid melafalkan ucapan sakral itu. "Dengan ini,
saya Khalid Hendriansyah, menikahi Farah Zahrani binti Hanafi Iqbal"."
Khalid terlihat sangat gugup. Hingga dia tidak bisa mengatakan kalimat sakral itu.
"Baik kita ulangi sekali lagi." Ucap Penghulu itu. "Dengan ini, saya Khalid
Hendriansyah, menikahi Farah Zahrani binti Hanafi Iqbal dengan mas kawin
seperangkat alat sholat dan buku skripsi."
"Dengan ini, saya Khalid Hendriansyah, menikahi Farah Zahrani binti Hanafi Iqbahl
dengan mas kawin"." Khalid benar-benar gugup. Dia tidak dapat melafalkannya
dengan lancar. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Seketika itu. Suasana menjadi hening.
"Hem"! Alhamdulillah" sela ustad Fadlan. Mengagetkan. "Alhamdulillah, dengan
begini kita tahu. Bahwa Khalid memang belum pernah menikah!"
Tawa pun meledak dari ruangan ini. Tetapi aku sendiri tertunduk malu. Aku malu
untuk menertawakan calon suamiku. Meskipun aku juga ingin tertawa, tetapi aku
malu jika aku tertawa. Maka aku menertawakan diriku sendiri.
"Khalid, tenanglah. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu!" Ucap Abi. Dengan
kebijaksanaannya. "Bagaimana" Mau diulang?" Ucap Penghulu itu.
Ya pasti mau dong. Masa nggak diulang sih! Kalau nggak diulang kan nggak sah.
Nah kalau nggak sah batal nikahnya. Hem, enaknya! Hihi... Gumamku.
Terlihat dan terdengar lirih, Khalid mengucapkan "Bismillah"
"Baik, kita ulang." Ucap Penghulu itu lagi. "Dengan ini, saya Khalid Hendriansyah,
menikahi Farah Zahrani binti Hanafi Iqbal dengan mas kawin seperangkat alat sholat
dan buku skripsi." "Dengan ini, saya Khalid Hendriansyah, menikahi Farah Zahrani binti Hanafi Iqbal
dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan buku skripsi." Ucap Khalid lancar.
Alhamdulillah. Terasa plong dihati. Bagaikan terlepas dari belenggu yang merantaiku
selama puluhan tahun. Tetapi, jantungku masih berdegup tak karuan.
Selanjutnya Penghulu itu mempersilahkan Abi untuk mengikuti kata-katanya. "Untuk
wali pengantin wanita, tolong tirukan saya. Saya terima nikahnya anak saya yang
bernama Farah Zahrani dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan buku skripsi."
Seketika itu pandangan ustad Hanafi kepadaku terlihat sangat serius. Abi Hanafi
memegang tangan Khalid erat. Seraya mengatakan Aku serahkan anakku, untuk
berjuang bersamamu. Jagalah ia, jangan kau sakiti dia.
"Saya resmikan pernikahan pasangan pengantin ini." Ucap Penghulu.
Alhamdulillah. Semua sudah berakhir. Masa sendiriku kini telah berubah. Dakwahku
kian bertambah. Semangatku kian memuncar, dengan adanya suami disisiku.
Alhamdulillah Yaa Allah. Kuatkanlah hati kami untuk selalu berpegang tegu kepada
tali ajaran-Mu. Terlihat tetesan air mata mengalir dari sendu dari suamiku. Khalid. Entah apa yang
membuatnya meneteskan air matanya. Kebahagiaankah"
"Anakku, sekarang engkau resmi menjadi suami dari anakku. Apakah yang engkau
risaukan sekarang!" Tanya Abi, kepada Suamiku.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Ustad, sungguh ana sangat berbahagia sekali menikahi seorang bidadari. Tidak
pernah terlintas sedikitpun rasa kecewa. Tetapi Ustad, sayangnya kebahagiaan ana
tidak dapat dirasakan oleh kedua orang tua ana yang berada didesa." Ucapnya.
Selintas derai air mataku pun mengalir. Rasa haruku menyaksikan seorang anak yang
begitu menyayangi kedua orang tuanya. Aku tidak tega untuk melihat suamiku
menangis. Spontan aku memalingkan muka dengan tertunduk. Suamiku, sungguh
engkau benar-benar seorang ikhwan dambaanku!
"Anakku, janganlah kamu memanggilku dengan sebutan Ustad! Aku lebih senang jika
engkau memanggil Abi! Anakku, kebahagian anak adalah kebahagian orang tua. Abi
yakin, orang tua antum disana sangat berbahagia. Meskipun tidak menyaksikan
kebahagiaanmu, tapi Abi yakin. Mereka sekarang juga merasakan kebahagiaan itu."
Jelas Abi bijaksana. Derai air mataku semakin menjadi. Mendengar ungkapan Abi. Sungguh aku tidak bisa
membayangkan, jika aku menikah tanpa disaksikan oleh orang tuaku. Pastilah amat
menyakitkan. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Jilid 14 "Akhi!" Panggilku dengan lembut. Entah aku bingung harus memanggil apa. Serasa
aku malu untuk mengucapkannya.
"Iya Istriku!" Jawab Suamiku.
"Apa boleh, ana memanggil antum Kanda!" Ucapku. Dengan keberanian dari rasa
malu yang tinggi untuk mengucapkannya.
"Tafadhol! Anti mau panggil ana apa aja. Ana senang kok. Selama yang memanggil
adalah anti!" rayu Suamiku.
Subhanallah. Suamiku sudah bisa merayuku. Dahulu dia begitu dingin terhadapku.
Bahkan untuk menatapku dia sangat malu. Sekarang, dia merayuku! Oh, sungguh
benar-benar indah tali pernikahan itu.
"Dinda! Apakah anti senang menikah dengan ana?" Tanya Suamiku.
Kanda, jika seandainya antum tahu betapa besar rasa cinta ana kepada antum! Pasti
antum tidak akan pernah menanyakan pertanyaan itu! Gumamku dalam hati. Aku
hanya tersenyum. Lalu memegang tangan Suamiku. Aku mencium tangan kanannya,
lalu aku sentuhkan tangannya dipipiku seraya membelai lembut dipipiku. Sungguh
indah. "Dinda. Ana mau tanya!" Katanya. Terlihat hanya ingin membuka percakapan.
"Apa itu, Kanda?"
"Dinda. Ana bingung dengan pernikahan kita" Sangat cepat. Ana kaget!" Ucapnya
yang memang terlihat bingung.
Aku tersenyum. "Kanda, mungkin antum ingat bahwa menyegerakan pernikahan itu
adalah hal yang terbaik. Tetapi memang bukan terburu-buru. Apakah antum ingat.
Bahwa dalam hadist. Rasulullah bersabda. "Jika datang kepada kalian orang yang
kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika kalian tidak
melakukannya, maka akan menjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar." Ana
dan Ustad Fadlan, meyakinkan Abi. Bahwa antum adalah seorang yang benar-benar
dapat dipercaya. Dan sesungguhnya ana sudah lama mencintai antum. Tapi ana ingin
menutupi semuanya. Ana malu terhadap Allah. Karena ana mencintai ikhwan yang
seharusnya tidak berada di hati ana. Tetapi kini kanda sudah menjadi suami ana"
jelasku sedikit manja, sambil menyandarkan kepala didada suamiku.
"Dinda ana juga sangat mencintai antum. Alhamdulillah, Allah benar-benar
mengabulkan doa ana untuk memiliki salah satu bidadari-Nya." Katanya dengan
membelai kepalaku yang masih terbalut jilbabnya.
"Kanda, ana sangat mencintai antum" ucapku dengan manja.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Ana juga mencinta anti, sayang!"
Seketika itu pun, Suamiku langsung memelukku. Aku malu. Langsung saja
aku mematikan lampu kamar.
*** Aku belai mesra wajah suamiku. Sungguh aku sangat beruntung
mendapatkannya. Disaat-saat tidur pun, wajahnya sangat indah. Yaa Allah terima
kasih, engkau memberikan mujahidmu kepadaku!
"Kanda. Bangun!" Ucapku lembut dan lirih.
Sedikit demi sedikit mata Suamiku terbuka. Terlihat dia sangat menikmati
belaian kemesraanku. Sedikit kecupan mesra dikeningnya, aku hadiahkan kepada
suamiku. "Kanda, sayang. Bangun. Sudah Shubuh! Kanda mandi dulu ya!" Ucapku lembut.
"Mandi, ya sayang! Kalau mandi berdua, gimana?" Godanya.
"Ih, sudah berani nakal ya sekarang!" Ucapku. Sambil mencubit hidungnya. Lalu
menariknya dari kasur. Selesai sholat shubuh kami berjalan-jalan di taman kompleks. Sangat
menyenangkan. Karena aku bisa berjalan mesra dengan Suamiku. Tak lupa disertai
cubitan-cubitan mesra diantara kami berdua. Mungkin itu yang membuat iri beberapa
burung pipit yang melihat kami berdua. Beriak dan berarak kicau meraka. Sangat
menambah kemesran kami berdua. Sepertinya burung-burung itu, mengelu-elukan
kami berdua.Tetapi aku tetap harus bisa menjaga image dihadapan kedua orang tauku.
Sebenarnya sich, biar nggak malu. Belum pernah aku sebahagia ini.
*** "Dinda. Kanda balik dulu kekontrakan yach! Ana mau mengambil beberapa barangbarang ana yang ada disana!" Ucap Suamiku mesra.
"Dinda, Ikut!" Ucapku manja.
"Dinda, sayang. Jangan dulu! Setelah walimatul. Baru anti bisa ana ajak kemanamana. Biar nggak terjadi fitnah maksud ana!"
"Tapi, Dinda pengen disamping Kanda terus!" Rayuku manja. Sambil memegang
lengan kanan Suamiku. "Sayang. Kanda nggak lama kok! Nanti juga balik lagi." Katanya sembari membelai
mesra pipiku yang lembut.
"Iya udah. Tapi Kanda, ana yang ngantar Kanda ya! Ana nggak mau, Kanda berjalan
kaki!" Ucapku Manja.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Hem" sayang. Berjalan kaki itu kan kebiasaan Kanda! Ana nggak, ujug-ujug
setelah menikah dengan anti langsung lupa dengan kebiasaan" Ucapnya dengan
senyum. "Tapi, Kanda. Ana nggak mau, melihat Kanda capek!" Ucapku dengan manja.
"Insya Allah, Kanda nggak akan capek-capek banget kok! Paling-paling kalau capek,
kan ada Dinda yang mijitin!"
Aku tersenyum simpul sambil memeluknya. "Ya, udah! Kanda kan nggak punya HP.
Ana beliin nih buat Kanda!" Sambil aku tunjukkan Siemens yang terbaru. "Kanda
nggak boleh menolak. Karena ini adalah pemberian istri, Kanda!" Ucapku sedikit
memaksa. Suamiku hanya tersenyum. Sambil menganggukkan kepalanya. Lalu mencubit mesra
daguku. Indah. *** "Tluutt....Tluutt...!" Dering Hpku. Ukhti Dewi tertulis dilayar LCD Hp.
"Assalamualaikum, Ukh!"
"Walaikumsalam, Mbak!"
"Ada apa, Ukh?" Tanyaku khawatir.
"Mbak, ana mau tanya. Kami boleh memasak nggak Mbak disini!"
"Hihi... Anti kayak bukan rumah sendiri aja! Ya tentu boleh dong."
"Ok. Syukron Mbak!"
"Kalau anti kehabisan uang, telphon ana yah!" Ucapku.
"Insya Allah, Mbak! Ana sudah terlalu merepotkan Mbak Fara."
"Nggak kok. Justru kalau Anti nggak merepotkan ana, malah ana yang bingung.
Hehe..!" Candaku. "Mbak Farah, bisa aja!"
"Nova bagaimana, baik-baik aja kan!"
"Alhamdulillah, Mbak Nova baik-baik aja! Sekarang lagi belajar membaca Al
Qur"an." "Alhamdulillah. Kita harus melindunginya Ukh!"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Iya, Mbak. Pasti! Ya sudah Mbak, segitu dulu. Ana mau memasak dulu!"
"Ok. Yang enak yah!"
"Siip... Dah Mbak Farah. Assalamualaikum."
"Walaikumsalam."
Memasak! Hem, sebuah tugas yang penting dilakukan seorang Istri. Aku memasak
dulu ah, buat suami tercinta! Gumamku dalam hati. Sambil tersenyum senang. Tapi,
seketika itu pun, entah kenapa. Kerinduanku kepada Suamiku begitu besar. Padahal,
baru saja ditinggal. Entahlah, rasa sayangku begitu besar kepadanya. Aku benar-benar
mencintainya. Aku ambil Hpku. Aku tuliskan Sms, untuk Suamiku.
Kanda, ana kangen. Kanda kangen nggak sama Dinda". Langsung saja aku kirim.
"SMS, dikirim" Setelah itu aku langsung memasuki dapur. Ruang yang hanya aku gunakan
kalau sedang ingin memasuki saja. Tetapi kini aku harus selalu memasukinya. Harus
selalu memasak demi Suami tercinta. Selintas setelah masuk kedapur. Aku bingung,
mau masak apa. Dan bahan-bahan apa aja perlu aku persiapkan untuk memasak. Hem
ini kesalahanku, kenapa aku tidak pernah meminta Ummi atau Bi Iyem mengajari aku
memasak! Huh, sulit juga jadi Ibu rumah tangga. Kalau aku beli masakan diluar,
kayaknya nggak etis deh! Masa suamiku makan masakannya orang lain sih! Benarbenar sebuah kesalahan yang besar. Harusnya memang aku bisa memasak, toh


Aku Menggugat Akhwat Dan Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memasak juga termasuk berdakwah. Berdakwah menjadi ibu rumah tangga yang
baik, dan menjadi seorang istri yang sangat dicintai oleh suaminya. Entah, sekarang
aku sangat bingung! Ummi datang menghampiriku. Seraya tahu akan kegundahanku.
"Zah, ingin memasak yah!" Ucap Ummi dengan lembut.
"Iya..!" Ucapku sendu.
"Apa kata Ummi, dulu. Anti akan bingung jika nggak bisa memasak! Malah anti
bilang, pengen beli makanan diluar saja!"
"Iya, Mi. Itukan dulu. Sekarang kan berbeda!" Ucapku, masih dengan kemanjaan.
"Hem. Ya sama aja!"
"Ummi...!" "Ya, udah. Ayo kita memasak sekarang!" Ajak Ummi bijaksana.
Entah apa yang terlihat diwajahku. Pokoknya, aku benar-benar senang sekali.
Kesenangan seorang istri yang mendapatkan kemudahan dalam belajar memasak.
Beberapa bahan-bahan memasak, yang aku tidak kenali. Sedikit demi sedikit sudah
aku kenali dengan baik. Memasak ternyata menyenangkan. Hanya karena aku malas
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net belajar saja, sehingga dulu aku anggap memasak itu membosankan. Padahal,
memasak bagaikan ilmu yang pasti dapat kita ketahui. Dan hasilnya pun, dapat kita
ketahui kenikmatannya. Enak apa nggak enak. Itulah yang menjadi hasil seorang yang
memasak. Jika enak, berarti dia suda berhasil mempelajari cara memasak dengan
baik. Tetapi, jika nggak enak berarti harus belajar lebih giat lagi dalam mempelajari
cara memasak. Semua masakan sudah matang. Tinggal menyediakannya saja. Aku langsung
menghidangkannya dimeja makan. Hari pertama memasak, spesial untuk sang suami.
Menyenangkan. Kini tinggal menunggu datangnya Suami tercinta.
"Assalamualaikum." Terdengar ucapan salam.
Suamiku datang! Dengan bergegas aku langsung menyambutnya. "Walaikumsalam.
Kanda" lama banget sich!" sergahku. Sambil berlari memeluknya.
"Kanda kan nggak lama-lama banget, sayang." Jawab suamiku. Sambil senyum, tak
lupa untuk mencubit sayang hidungku.
"Wah" yang pengantin baru. Mesra banget!" Goda Ummi. Mengagetkan kami
berdua. "Ummi" jangan gitu dong! Kan Farah jadi malu." Ujarku, sambil ganti memeluk
Ummi. Ummi tersenyum. "Khalid, antum udah makan siang?"
Terlihat ada rasa malu pada diri Suamiku. Untuk menjawab pertanyaan Ummi. Hanya
anggukan kepalanya saja yang dia berikan.
"Kanda, gimana sich! Ana kan nunggu Kanda. Kok malah makan diluar! Kanda kan
udah punya rumah. Kalau mau makan ya dirumah. Nggak boleh diluar. Kalau makan
diluar itu, ajak-ajak Dinda. Huh!" Kataku sedikit kesal.
"hehe" ana baru tahu kalau dinda cerewet!" ucapnya sambil senyum. Tak lupa
membelai pipiku. "Khalid, antum belum tahu! Kalau Farah anaknya cerewet banget?" Kata Ummi
sambil tersenyum. "Ummi" buka rahasia aja!" Kataku. Sambil memeluk Ummi dari belakang. "Kalau
gitu Kanda tetap harus makan dirumah! Dinda udah siapin semuanya dimeja makan!"
"Hem" disiapin apa disuapin." Kata Suamiku sambil tersenyum.
"Maunya?"" Godaku.
Setelah itu aku langsung menggandeng tangan suamiku. Mengajaknya
keruang makan. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Saat kami sedang makan. Aku menatap Suamiku. Entah kenapa, aku begitu haru saat
menatapnya. Tak seberapa lama. "Kanda. Apakah Kanda mencintai Dinda?" Ucapku.
Suamiku hanya diam. Menatapku dalam tatapan yang terlihat penuh dengan rasa
cintanya. Tapi aku belum puas jika hanya tatapan itu yang diberikannya.
"Kanda" jawab dong!" Kataku kesal. Karena melihat Suamiku diam saja.
Suamiku tersenyum. Entahlah, saat dia tersenyum rasanya begitu dalam menusuk
hatiku. "Dinda. Kenapa anti menanyakan itu! Padahal, nyata-nyata Allah telah
memberikan bidadari tercantik didunia ini kepada ana. Ana tidak akan pernah, tidak
mencintai anti! Sungguh Allah telah memberikan rasa cinta yang teramat dalam
kepada ana, untuk mencintai anti!"
"Tapi, Kanda. Kenapa Kanda, masih malu-malu terhadap ana. Dan juga, kenapa
Kanda tidak menjadikan rumah ini adalah rumah Kanda juga" Ana tadi melihat raut
muka Kanda. Kanda malu untuk mengatakan, sesuatu. Kanda malu untuk makan
bersama dirumah ini!" Ucapku serius.
"Afwan Dinda. Ana memang malu tadi! Ana belum memberikan nafkah sama sekali
kepada anti!" Suamiku tertunduk lesu. Dengan masih memegang sendok dan
garpunya. "Ana ikhlas. Antum memang belum dapat memberikan nafkah kepada ana saat ini!
Tetapi ana merasa antum telah memberikan nafkah batin ana dengan sangat berlebih."
Aku sedikit menarik nafas dalam-dalam. "Kanda. Ana sayang sekali sama Kanda!
Ana sudah tidak butuh lagi materi. Insya Allah, ana sudah sangat berlebih untuk
materi. Meskipun Kanda, hanya memberikan ana uang seribu rupiah saja. Ana rasa,
Kanda telah memberikan nafkah materi yang sudah berlebih kepada ana."
Suamiku hanya menggangguk. "Hem" kalau limar ratus rupiah gimana?" Godanya.
"Yee" nawar!" Ucapku. Aku menghela nafas sambil menundukkan kepala. "Kanda.
Ana nggak mau antum seperti tadi! Kanda harus ingat, semua yang ada disini adalah
keluarga Kanda! Kita bukan orang lain!"
"Insya Allah. Iya Dinda! Ana juga merasa bahwa ana berada dirumah sendiri. Ana
merasakan kehangatan keluarga, dirumah Dinda." Suamiku tersenyum. "Ini Dinda
yang masak yach?" Selanya.
"Yee" kok mengalihkan perhatian sich!" Ucapku sewot. "Iya ini ana yang masak!
Khusus special buat antum!" Jawabku kalem. Sambil senyum simpul.
"Hem, pantes!" "Pantes" kenapa" Ada yang salah" Nggak enak yach!" Aku kaget dan agak bingung.
Aku takut kalau masakanku tidak enak.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Hem" enak sich! Lebih enak lagi, kalau Dinda belajar memasak lagi! Hehe?"
Jawabnya. Aku memeluk suami, lalu berkata. "Afwan ya Kanda, kalau masakan ana nggak enak.
Ana memang baru belajar memasak!"
"Nah. kalau begini masakan anti lebih enak lagi." Ucapnya.
"Yee" maunya!" Ucapku sambil melepaskan pelukan. Lalu berganti dengan
mencubitan. Selesai makan kami pun membahas masalah konsep-konsep walimatul
pernikahan kami. Termasuk dalam masalah musik. Kami memang harus benar-benar
sangat selektif dalam memilih musik-musik yang akan ditampilkan. Yah, nasyid
memang pilihan terbaik kami. Tetapi, lucu juga. Suamiku mempunyai usul yang agak
konyol. Mintanya diputar nasyid yang bertema harroki.
"Nanti bukan dikira nikahan. Malah dikira mau demonstrasi! Atau yang lebih parah.
Dikira ngomporin orang untuk berjihad." Ucapku
Kenikmatan tersendiri, mempunyai seorang Suami. Yang bisa mengerti dan
menyayangi dengan kelembutan perilakunya. Jalan dakwah menjadi lebih ringan saatsaat kita mempunyai seorang yang dapat memberikan pengayoman dalam
kelembutan. *** Pesta pernikahan yang kami selenggarakan, mungkin terlihat tidak meriah.
Tetapi, mempunyai kesan tersendiri bagi kami berdua. Bukan kemeriahann pesta yang
kami harapkan. Tetapi keridhoan Allah lah yang kita cari. Dan alangkah lebih baik
lagi, jika dana alokasi pernikahan bisa dibuat untuk memberikan santunan kepada
para orang-orang yang belum beruntung. Daripada harus menciptakan pesta
pernikahan dengan besar, tetapi kita mengacuhkan orang-orang yang tidak beruntung
disekitar kita. Beberapa teman-temanku hadir. Mereka pun ikut membantu dalam
pelaksanaan pesta pernikahanku. Senang rasanya! Tetapi, mata ini melihat seorang
ikhwan yang menatapku dengan tajam. Dia berjalan kearahku, padahal sudah ada
hijab untuk wanita dan laki-laki. Tetapi, dia tetap berjalan kearahku. Dengan cepat
pun, aku langsung memanggil Suamiku. Dengan hanya memberikan isyarat agar
Suamiku mendekat. Dengan cepat suamiku langsung mendekat kearahku. Lutfi,
seorang ikhwan yang menatap tajam kearahku. Masih berjalan kearahku. Ada gundah
dan aral yang mengganjal hatinya. Atau bahkan amarah yang memuncak berada
dikepalanya. Dia semakin mendekat.
Suamiku terlihat mengetahui gelagat kerisauanku. "Sabarlah, Adinda. Tak akan
lama!" Bisiknya lembut.
Aku hanya mengangguk. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Lutfi datang menyalami suamiku dengan tatapan amarahnya. "Kau beruntung,
mendapatkan seorang wanita seperti Farah! Tapi, ingat. Tidaklah aku akan berhenti
begitu saja membiarkan kebahagian kalian." Ucapnya penuh benci.
Suamiku tersenyum. "Sungguh ujian terberat, adalah menikah dengan seorang
bidadari! Sungguh cobaan yang kuat manakalah hati tidak bertautan dengan
keimanan. Lisan berucap benar, hati mengikari kebenaran. Sungguh besar adzab
Allah yang akan diberikan! Kita harus menerima sebuah keputusan, seperti menerima
sebuah kemenangan. Berat rasanya jika menerima keputusan jika tidak berkenan
dihati kita. Tetapi lebih berat menerima kemenangan, yang disitu terselip
kesombongan!" Ucap Suamiku dengan masih menjabat tangan Lutfi.
Seketika itupun, Lutfi tertunduk. Ada haru diwajahnya. "Ukhti, sungguh anti memilih
seorang ikhwan yang tepat!" Ucapnya. Dan berlalu meninggalkan kami tanpa
berpamitan. Terselip sebuah penyesalan dalam dirinya. Penyesalan telah lalai dari
aturan Tuhannya. Suamiku tersenyum kepadaku, senyumnya lembut. Ada sebuah keikhlasan dihatinya.
Sebuah rasa yang jarang dimiliki oleh manusia.
"Kanda. Apakah Kanda cemburu?" Tanyaku.
"Sebenarnya ana cemburu, tetapi bukan itu yang seharusnya ada dihati ana! Ana
menyesal menikahi seorang wanita yang telah dicintai oleh Ikhwan yang lain.
Sungguh pasti besar rasa sakitnya, pasti sangat sakit! Alangkah lebih baiknya jika anti
dulu memberitahukan Akhi itu kepada ana!" Ucapnya penuh penyesalan.
Subhanallah! Aku memang tidak salah pilih! Bisikku dalam hati. "Kanda,
sesungguhnya ana memilih Kanda, adalah karena rasa keikhlasan yang teramat besar
didiri Kanda. Terselip sebuah keimanan yang kuat dalam hati Kanda! Jika ana
memberitahukan Ikhwan itu kepada Kanda. Pasti Kanda akan lebih memilih Itsar
daripada menikahi ana. Ana tidak mau itu!"
"Tetapi, alangkah lebih baiknya jika itsar yang itu diutamakan!" Bantahnya, dengan
sedikit berbisik. "Tidak. Sesungguhnya ini adalah takdir! Ana memilih Kanda, dengan pertimbangan
akhidah dan akhlak Kanda. Bahkan, rasa itsar yang Kanda miliki itulah. Yang
menjadikan rasa cinta ana kepada Kanda begitu besar! Sulit menemukan manusia
seperti Kanda. Jika sudah didapat, ana tidak akan melepaskannya. Kecuali Allah yang
akan mengambilnya dari ana!" Kataku serius.
Suamiku menggenggam erat jemariku. "Dinda, sesungguhnya. Ana sangat mencintai
Dinda! Rasa kecintaan ana begitu besar, hingga ana berusaha untuk melupakan Dinda
dari pandangan Ana. Sungguh saat itu, ana berpikir. Tidak layaklah seorang ikhwan
seperti ana, bersanding dalam mahligai perjuangan dakwah. Dalam satu ikatan kokoh
memegang erat tali-tali agama Allah. Hingga bahkan kita gigit dengan graham kita!
Tetapi sungguh, ana tidak pernah berfikir akan bisa menikahi anti. Akan bisa
memiliki anti, memiliki anti sepenuhnya. Menjadikan anti, halal buat ana dan Ana
halal buat anti!" Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Kata-kata suamiku membuatku merinding. Ucapannya begitu sangat
meninggikanku. Membuat aku semakin mencintainya. Yaa Allah, kenapa engkau
memberikanku rasa cinta ini yang amat kuat kepada suamiku. Yaa Allah, kenapa
engkau memberikannya kepadaku! Yaa Allah, sadarkan aku jika rasa cinta ini sudah
sangat berlebih. Hingga menjauhkan diriku kepada-Mu. Sadarkan aku yaa Allah!
"Kanda. Sesungguhnya ana pun berpikir seperti apa yang Kanda pikir dahulu!
Berpikir tentang sempurnanya seorang ikhwan. Keteguhan seorang ikhwan dalam
berdakwah. Yang tidak pernah luntur dalam ghirohnya! Ana mencintai Kanda. Tetapi
dalam hati ana mengatakan, tidak layaklah seorang ikhwan yang sempurna itu
menjadi pendamping hidupku. Tetapi, ana mengazamkan dalam diri. Meng-ikhtiarkan
dalam usaha untuk bisa menjadikan Kanda sebagai seorang pendamping hidup dan
dakwah!" "Dan akhirnya?" Sela candanya.
"Dan Akhirnya, Kanda pun jadi milik ana sepenuhnya! Karena Ikhtiar kita memang
hanya untuk Allah. Semua usaha kita memang karena Allah. Bukan karena yang
lain!" "Eh. Kok kalian marah ngobrol sendiri. Banyak tamu, ayo ditemuin dulu! Nanti aja
mesra-mesraannya!" Tegur Abi.
Kami berdua tersenyum malu. Dan langsung menemui para tamu undangan.
Saat suamiku bertemu dengan teman-temannya. Dia terlihat sangat senang sekali. Ada
kebahagian yang terlihat tak akan bisa terlukiskan. Kegembiraan seorang ikhwan
yang menyambut ikhwan yang lainnya. Sesekali terdengar celetukan dari para ikhwan
yang lucu-lucu. Sungguh hari yang menggembiarakan. Kami begitu senang dengan
walimahan yang tidak begitu meriah dalam pestanya. Tetapi mempunyai kesan yang
medalam dari lubuk hati ini.
Tak lupa aku pun mendatangi teman-teman akhwatku.
Reni, Resti, Wira teman-teman liqo"ku. Juga ada Erni and the gank jilbabersnya.
"Anti, mendahului ana!" Ucap Reni.
"Hehe.... menyegerakan pernikahan itu kan sunnah Ukh!" Jawabku canda.
"Menyegerakan apa emang kebelet!" Sela Erni.
"Hihi... ya beda tipis lah! Tapi kan nggak apa-apa. Kenapa harus malu, kalau kita
mengerjakan sunnah!" ucapku.
"Iya deh. Ana juga pengen niru anti. Pengen niru yang cepet-cepet ituloh!" Canda
Erni. "Eh. Anti jangan salahh, bukan cepet-cepet! Tapi menyegerakan. Ingatloh, kalau
menyegerakan dan cepet-cepet itu beda! Kesannya kalau cepat itukan keburu-buru,
dan itu tidak boleh. Karena terburuh-buruh itu temannya syaitan." Ucap Resti.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Seeppp!" Jawabku.
"Makanya, harus disegerakan!" Sela Wira.
"Ok. Kita langsung menyegarakan sekarang ya Ukh!" Ucap Resti.
"Menyegerakan apanya?" Tanya Erni.
"Menyegerakan makan kue-kue hidangan. Kasihan, kue ini kita acuhkan. Padahal
kuenya sudah pengen disegerakan!" Gurau Resti.
Serentak kami pun tertawa.
Tawa riang seorang Al Ukh. Yang selalu terbahagiakan dalam kesedihan
maupun kedukaan. Sayang, Dewi dan Nova tidak bisa hadir. Mereka hanya bisa
mengucapkan selamat lewat telphon saja. Dan beberapa teman-teman cyber liqo" pun.
Pada kirim SMS. Memang ikatan ukhuwah sangatlah kuat manakalah Dien sebagai
landasannya. Semua terasa menjadi saudara kita. Karena, sesungguhnya semua
muslim itu bersaudara. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Jilid 15 Malam yang berhiaskan bulan. Bertaburan bintang yang mengelilingi
keindahan malam. Suasana malam dijalan ini begitu sepi. Hanya beberapa mobil dan
motor yang silih berganti lewat dalam jalan ini. Bersama malam, dan keremangannya.
Aku berjalan dengan Suamiku. Berjalan dengan beriringan. Bagaikan seorang
permaisuri yang diiringi oleh rajanya. Berjalan bergandengan diselingi oleh beberapa
bintang yang bertaburan. Bulan pun menyinari dengan tidak segarang matahari.
Cahayanya yang redup menyinari kami dengan keindahannya. Riang rasa kemesraan
pada setiap jalan kita. Layaknya seorang muda-mudi yang kasmaran. Tetapi memang,
kami adalah muda-mudi yang kasmaran. Tetapi telah terbalut dalam kasih sayang
yang sakral, suci dalam pandangan Ilahi. Bukan muda-mudi yang bergelimang dengan
kemaksiatan dalam setiap kasih sayang yang haram bagi mereka berdua.
Delapan bulan sudah, aku mengarungi kemesran dalam bahtera rumah tangga
berbalut dakwah. Indah. Tiada aral yang begitu menyakitkan, saat onak-onak duri itu
menghadang. Tetapi kami menganggapnya itu adalah sebuah bumbu penyedap dalam
rasa kasih sayang. Pertengkaran kecil yang berujung dengan kasih sayang pun, sering
terjadi. Setiap kami melakukan pertengaran itu, kami langsung bermuhasabah
bersama. Mencari jalan yang terang dala setiap jalan yang diberikan-Nya. Cemburu
kadang menyelip dalam balutan rasa kasih sayangku. Tetapi, Suamiku dengan
mesranya menghiburku dengan rayuannya. Sungguh, aku tidak butuh dengan
rayuannya. Tetapi aku tidak akan menolak jika Suamiku merayuku, meninggikanku
sebagai seorang wanita yang memang layak untuk dirayu dan ditinggikan. Karena aku


Aku Menggugat Akhwat Dan Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Istrinya. Aku sering membaca, banyak para ikhwan yang menikah. Sulit untuk
merayu dalam balutan hiburan untuk istrinya. Tetapi, untuk ikhwan yang satu ini.
Sangatlah berbeda. Suamiku tidak pernah malu dengan rayuannya, meskipun memang
Suamiku tidak merayu dengan rayuan murahan. Tetapi, rayuan-rayuan yang ditujukan
kepadaku dengan kata-kata dakwah yang mesra. Malah membuatkan semakin sangat
mencintainya. Rasulullah sangat senang merayu para istrinya. Terbukti, Suamiku pun
menerapkannya kepadaku. Dan memang, aku begitu senang dengan rayuannya.
Dengan hiburan yang begitu menentramkan hati dan jiwaku. Tidaklah seorang Suami
yang membiarkan istrinya tanpa sedikit rayuan kemanjaan kepada istrinya. Kecuali
suami itu beku dalam hatinya dan hilang rasa kasih sayangnya. Dan Suami seperti itu
sangat dibenci oleh Rasulullah dan para sahabat. Karena wanita itu adalah mahluk
yang mulia, maka muliakanlah dengan kemuliaannya. Dan arahkan wanita itu dengan
kemuliaan akhlaknya. Ingatkanlah dia jika lupa akan jalan-Nya. Jangan engkau
hukum wanita itu dengan balasan hukuman yang tidak setara dengan tindakan
kesalahannya. Maka itulah sebenar-benar suami yang mulia. Dan yang memuliakan
istrinya. Hingga istrinya pun memuliakan suaminya. Dan suami dan istri itu pun,
memuliakan keluarganya. Hingga keluarga itu adalah keluarga mulia dihadapan-Nya.
Maka saling memuliakanlah!
Saat kami sedang berjalan. Menikmati indahnya malam penuh bintang dan
sinar rembulan. Suamiku menghentikan langkahnya. Suamiku menetapku penuh arti.
Tatapan yang tajam tapi penuh kasih sayang. Aku jadi heran dengan apa yang
dilakukan suamiku. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Ada apa, sayang"!" Tanyaku. Dengan membelai lembut pipinya.
Suamiku tetap diam, sambil menatapku penuh rasa sayang. Aku semakin mesra
membelaikan lembut tanganku kepipinya.
"Ayo dong, sayang! Ada apa sich" Kenapa Kanda menatap Dinda seperti itu?" Seruku
memohon jawaban. "Nggak ada apa-apa, kok! Ana hanya beruntung mempunyai istri, dinda?" Jawabnya.
"Nggak! Bukan Antum yang beruntung, Kanda! Tetapi ana. Ana sudah sangat lama
sekali memandam rasa simpati yang membuahkan cinta. Yang sangat lama. Ana
sangat mencintai Kanda!" Ucapk, sambil memeluknya dengan erat. Butiran air
mengalir dimataku. Suamiku mengusap pipiku dengan lembut. "Dinda, sayang. Ana juga sangat
mencintai anti dari dulu!" Ucapnya tersenyum. "Sayang, sudah yach! Nggak enak
kalau dilihat orang!" lanjutnya.
Seketika itu pun aku langsung melepaskan pelukanku. Sambil menoleh kekiri
dan kekanan. Aku malu. Tetapi untung, insya Allah tidak ada yang melihat kami.
Karena malam memang ini benar-benar sepi. Kami hanya berteman dengan bulan dan
bintang yang bersinar. Dan suara-sauara binatang malam yang menyanyi riang.
Kutatap wajah Suamiku. Teduh, dalam balutan kesahajaan seorang ikhwan. Indah
sekali. Senyumnya pun merekah indah. Senyuman seorang ikhwan yang sangat
mencintai Istrinya. Lembut.
Malam ini begitu menyenangkan. Bersama seorang suami yang sangat
menyayangi. Balutan-balutan kasihnya, terus tersedu dalam balutan kelembutan.
Wajahnya begitu syahdu memukau diriku. Hingga-hingga rasa hati selalu bertautan
dalam balutan kasihnya. Entahlah, apakah ini yang dinamakan cinta" Atau mungkin
sebuah peresaan yang memang dan seharusnya dimiliki oleh seorang istri. Perasaan
seorang istri yang selalu akan mencintai suaminya. Yang tak segan untuk
membicarakan kebaikan suaminya, dan menutup rapat aib suaminya. Hingga pedang
menyentuh leher, dan kematian jadi awal kebangkitan. Aib suami tak akan pernah
terlepas dari mulut yang membisu, terjaga meskipun dengan taruhan nyawa.
"Hem". Ternyata kita bertemu disini. Khalid!" Ucap seseorang. Yang berada
dikeremangan malam. Aku terperanjat. Kaget. Mataku memandangi pemilik suara itu. Dendam terdengar
dari mulutnya. Siapa dia"
Dari keremangan malam. Muncul enam orang dengan perawakan yang besar-besar.
Binar cahaya lampu malam tak seberapa menyinari mereka. Hingga mereka hanya
terlihat seperti bayangan hitam. Tetapi saat mereka melangkahkan kakinya. Tepat
berada diatas lampu jalan. Sosok-sosok itu terlihat dengan jelas. Terlihat ada rasa
benci yang mencokol dihati mereka. Benci yang begitu dahsyat, hingga wajah mereka
pun terlihat sangat beringas untuk segera menerjang suamiku. Ada apa ini"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Aku sudah lama mencarimu. Khalid!" Ucap sosok tak dikenal itu.
Suamiku terlihat bersiap siaga. Sosok yang lembut, kini menjadi singa yang lapar.
Wajahnya tersirat kebencian saat melihat sosok enam tubuh yang tidak aku kenal.
Tangan suamiku mengepal keras. Matanya menatap tajam kearah sosok-sosok yang
tidak aku kenal. Ada kebencian yang mendalam, dihati suamiku. Kebencian yang
terlihat mencuat bagaikan Khalid bin Walid yang siap untuk berperang. Menantang
sikap-sikap bengis yang congkak dengan kesombongan.
Enam orang itu mendakati kami berdua. Dengan senyuman yang menjijikkan. Mereka
bagaikan iblis-iblis yang lapar untuk memakan orang. Iblis-iblis laknat yang
berambisi untuk memaksa orang masuk kedalam neraka jahanam. Jelas sekali,
dendam mereka membara dalam balutan kekuatan iblis yang mencengram tubuh
mereka. Wajah-wajah bengis itu semakin lama semakin mendekat.
Dengan sigap, Suamiku menggandeng tanganku erat. Terlihat mengisyaratkan agar
aku dibelakangnya. "Dinda. Nanti Dinda harus lari! Ana akan hadapi mereka."
Bisiknya lirih. Aku menggelengkan kepala. "Kanda. Ana nggak akan meninggalkan Kanda
sekarang!" bisikku lirih.
"Harus. Anti harus meninggalkan ana nanti! Ini permintaan ana." Bisiknya lirih
sambil mencengkeram tanganku. Ada kekhawatiran yang mendalam saat dia
menatapku. Matanya terlihat mengharapkan aku untuk lari.
Aku tetap menggelengkan kepala, menatapnya khawatir. Biarkan, aku disisimu
Kanda! Bisikku lirih dalam hati.
"HAI! Khalid. Kamu sembunyikan dimana gadis itu?" Bentak orang itu.
Wajah suamiku terlihat bingung dengan pertanyaan sosok yang tidak aku kenal itu.
"Apa maksudmu, Efendi!" Ucapnya.
"Hah"! Berlagak, nggak tahu lagi." Bentak sosok yang tidak aku kenal itu. "Kepung,
mereka! Jangan lupa, ambil gadisnya! Hahaa?" Perintahnya dengan bengis.
Jantungku pun berdegup kencang. Pertarungan pun tak terelakkan. Suamiku bersiaga
penuh, dengan sikapnya tak kalah gagahnya dengan sosok Khalid bin Walid yang
sesungguhnya. Wajahnya garang bagaikan akan melumat para sosok yang tidak
dikenal itu. Tangannya mengepal, dengan kesigapannya.
Spontan. Seorang yang berada dibelakangku, menyerangku. Aku bingung, tak tahu
harus berbuat apa. Tetapi, Suamiku langsung menerjangnya dengan tendangannya.
"BUUKKK...." Seketika itu pun, orang itu terjungkal kebelakang. Seorang yang lainnya, menyerang
Suamiku dengan pukulan. Tetapi, dengan mudahnya Suamiku langsung mematahkan
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net serangannya. Dibalasnya dengan pukulan yang membuat hidung orang itu patah.
Selintas darah para penjahat itu memuncar dari hidungnya. Dia, berteriak kesakitan.
Dengan sigap, kembali suamiku langsung menyerang seseorang yang berada
disampingku. Tendangan dan pukulan Suamiku, membuata para penjahat itu
terjungkal. "Sayang"! Lari".. cepat!" Teriak Suamiku. Keras.
Aku pun spontan langsung berlari. Tetapi, seorang penjahat terlihat akan memegang
lenganku. Aku takut. "BUKK...." Tendangan Suamiku, menerjang penjahat yang akan
memegangku. "Jangan pernah menyentuh wanita suci ini dengan tangan kafirmu!" Ucap Suamiku.
Dengan tatapan tajam, penuh kemurkaan.
Aku pun dengan mudah berlari meloloskan diri. Langkahku sedikit terhenti, melihat
Suami berjuang sendiri. Aku ingin kembali, tetapi aku malah takut nanti malah
tambah menyusahkannya. Tetapi tekadku sudah bulat, langkahku pun kembali menuju
arena pertempuran. "SAYANG LARI, INI PERINTAH!" Teriak keras Suamiku.
Aku takut. Aku takut terjadi apa-apa terhadap Suamiku. Tetapi aku juga tidak boleh
melanggar perintah Suamiku. Lariku sudah menjauh dari arena pertempuran. Aku
hanya bisa melihat, dari jauh perjuangan dalam pertarungan yang dilakukan oleh
Suamiku. Sungguh benar-benar hebat. Suamiku dengan mudahnya menghajar para
penjahat-penjahat itu. Para penjahat-penjahat itu terlihat sangat kewalahan dalam
menghadapi tentara Allah yang satu ini. Suamiku. Aku benar-benar tidak salah pilih.
Seorang mujahid yang telah lama aku nanti. Memang benar-benar mujahid sejati.
Gerakan-gerakan beladiri Suamiku. Menerjang dan bagaikan menerkam para
penjahat-penjahat itu. Tetapi, aku teringat dengan Dewi dan Nova. Ha! iya,
bagaimana keadaan mereka" Tanyaku dalam hati.
Aku pun langsung berlari. Selintas aku tidak ingin meninggalkan Suamiku.
Allah pasti melindungi para mujahidnya yang satu ini! Ucapku dalam hati. Dan
langsung, aku pun berlari. Memanggil taksi yang melintas. Dan langsung pergi
meninggalkan arena pertempuran. Ada seseorang yang lebih patut aku lindungi saat
ini. Yaitu Dewi dan Nova. Taksi pun langsung melaju kencang. Malam tidak
menghambatku dalam jalanku yang akan terus melaju. Perasaan khawatir pun sedikit
hinggap pada diriku. Mengkhawatirkan mujahidku yang sedang bertempur saat ini.
Rasa takut terus hinggap dalam batin yang meronta akan terjadi sesuatu yang buruk
jika menimpa Suamiku. Segera, aku langsung menelephon polisi. Memberitahukan
keberadaan Suamiku yang sedang dikeroyok oleh penjahat-penjahat bengis yang
berwajah congkak dengan kesombongan.
*** "Far, itu mungkin Efendi. Seseorang yang ditugasi Papaku untuk mencariku! Karena
hanya Efendi yang mengenal Khalid. Dan tahu kalau Khalid juga mengenalku." Ucap
Nova. Serius. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Jadi, bagaimana sekarang?" Ucap Dewi.
"Hem. Kalau begitu, kita disini saja sekarang. Sambil melihat-lihat kondisi dahulu!
Jika keadaan sudah aman, baru kita bisa keluar dari Villa ini!"
"Iya. Tetapi, bagaimana kondisi Mas Khalid gimana Mbak?" Tanya Dewi. Terlihat
khawatir. "Iya. Ana juga nggak tahu! Ana takut terjadi apa-apa dengannya!" Aku bingung.
"Kalau gitu. Gimana jika Farah telephon rumah saja?" Usul Nova.
"Nggak. Kalau bisa, kita disini benar-benar harus merahasiakannya dari siapapun!
Selama persoalan belum tuntas benar!" Jawabku. Sedikit aku menghela nafas. "Oh
iya. Aku beritahu Abi aja! Beliau kan sudah tahu masalah ini!" Bergegas aku
langsung mengambil Telephon. Dan menelephon, Abi. Memberitahukan kondisiku
saat ini baik-baik saja. Aku pun, tak lupa untuk menanyakan kondisi Suamiku.
"Assalamualaikum!" Salamku.
"Walaikumsalam. Zah?" Ucap Abi. Terlihat gembira, dan khawatir.
"Iya Bi. Ini Zah!" jawabku.
"Zah. sekarang dimana" Keadaan Zah, bagaimana?"
"Bi. Zah ada di Villa kita. Keadaan Zah baik-baik saja. Keadaan Mas Khalid gimana
Bi?" Balikku bertanya.
"Zah. Khalid tertusuk dibagian punggungnya!"
"HA!" Aku kaget.
"Zah. Tenang! Sekarang sudah baik-baik saja. Hanya belum sadarkan diri!"
Badanku terasa lemas. Lututku terasa lunglai, berat sekali untuk menahan beban
tubuhku. Setelah mendengar Suamiku tertusuk. Semua ini salahku! Kenapa aku
meninggalkannya! Kenapa aku meninggalkan Suamiku dimedan pertempuran itu!
Semua itu salahku. Memang salahku!
"Zah. Dengar Abi. Khalid sudah tidak apa-apa! Hanya belum sadarkan diri saja. Anti
harus kuat! Ingat, anti harus kuat!" Ucap Abi. Mengulangi ucapannya. Seraya
memberikan semangat kepadaku.
"Bi. Zah takut!"
"Zah. Abi tidak ingin, Zah larut dalam ketakutan itu! Ingat, Zah adalah mujahidah.
Seorang mujahidah tidak boleh takut atau bahkan menyerah dengan ujian yang
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net diberikan oleh Allah! Zah, harus ingat itu! Sekarang, rencana Zah apa?" Ucap Abi
dengan bijaksana. "Sebenarnya, Zah ingin disini dulu. Sambil melihat-lihat kondisi! Tetapi, kayaknya
Zah harus menemani Mas Khalid dirumah sakit!" Kataku, khawatir.
"Zah. Tetap pada rencana anti! Khalid sudah tidak apa-apa. Biar Abi dan Ummi yang
menjaganya. Lanjutkan rencana anti! Insya Allah. Jundi-jundi Allah telah siap untuk
selalu melindungi anti!" ucap Abi. Tegas.
"Baik. Bi! Bi, Zah ingin beli mobil disini! Untuk kendaraan Zah dan teman-teman"
Ucapku pasrah. "Zah, silakan beli mobil! Tapi ingat yah, sekarang. Zah, harus lebih berhati-hati
dengan orang. Ingat!"
"Iya, Bi! Sudah ya Bi! Zah mau istirahat dahulu."
"Hem. Iya, ingat jaga kondisi.
As salamualaikum!" Ucap Abi.
Jangan sampai Zah sakit! Udah, ya. "Walaikumsalam!" Ucapku.
*** Taruna ini memang cocok untuk kendaraan pengintai. Tidak percuma aku
membelinya. Bodynya pun, pas untuk melakukan pengintaian diwilayah-wilayah yang
rawan. 1 milyar bukan uang yang sedikit untuk mobil Taruna ini. Dilengkapi dengan
kaca Hitam anti peluru serta bercat hitam dan bodynya pun, bagaikan tank tempur
yang tak akan hancur meskipun dibom sekalipun. Dilengkapi senjata listrik yang bisa
mematikan mesin mobil. Dan komputer yang secara otomatis dapat mengetahui
jumlah orang yang berada dimobil ataupun dirumah, dengan sensor inframerahnya
yang bisa menembus tembok dan baja sekalipun. Sungguh kendaraan safety yang
lumayan mahal. Aku memesan kendaraan ini, hanya untuk perlindungan diri. Dan
tidak dijual bebas dinegeri ini. Biasanya, kendaraan seperti ini dipakai oleh karyawan
Bank yang akan menyetor atau mengambil uang. Atau pun para bos-bos besar yang
banyak duit. Terasa lucu juga. Aku mengintai seseorang, yang malah bukan musuhku.
Tetapi, mengintai suamiku yang sedang dilanda gundah yang mendalam. Aku ingin
melihat seberapa besar rasa gundah itu. Seberapa besar rasa cintanya kepadaku.
Apakah rasa kasih sayang dan gundahnya kepadaku, lebih besar daripada cintanya
kepada Sang pemilik kehidupan. Jikalau itu yang terjadi, maka aku akan bersedia
melepaskan Suamiku. Lebih baik, aku meninggalkannya. Daripada aku menjadi beban
ujian yang berat baginya. Tetapi, jika sebaliknya. Aku tidak akan pernah mau
meninggalkannya. Karena sesungguhnya, rasa cinta yang terpatri kepada Sang Maha
Pecinta. Tidak akan pernah habis dimakan usia. Tetapi, jika seorang mencintai bukan
karena Sang Maha Pecinta. Lambat laun, cintanya akan habis termakan oleh usia yang
mengerutkan kulit-kulit ini.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Memang suamiku terlihat begitu sangat gundah. Tetapi aku sangat bersyukur.
Rasa cintanya masih lebih besar dalam cintanya kepada-Nya. Hingga aku benar-benar
sangat mencintainya. Uhibbuka fillah yaa Akhi! Bisikku lirih dalam hati. Saat melihat
Suamiku berjalan kearahku. Tetapi, dia tidak akan mengira kalau aku berada
didepannya. Aku terus mengintainya. Intaian dalam rasa kasih sayang yang
mendalam. Intaian yang menginginkan ketidak ada rasa kekhawatiran. Itulah intinya.
Saat-saat berat bagi suamiku. Menjadikanku lebih belajar tentang rasa cinta.
Menjadikanku lebih dewasa dalam urusannya. Dan menjadikanku lebih paham
dengan permasalah-permasalahan yang akan menjadikan aku lebih paham dan
dewasa. Dalam mengambil segala keputusan. Bukan bermaksud aku menginginkan
kekhawatiran suamiku saat aku meninggalkannya sekarang. Apalagi bermaksud
menentang perintahnya. Tidak, sama sekali tidak ada pikiran itu dalam hatiku. Aku
akan setia melakukan perintah-perintah Suamiku. Bahkan jika aku harus mati untuk
melaksanakan perintah Suamiku. Aku bersedia. Tetapi, untuk saat ini. Biarlah aku
yang menyelesaikan masalahku yang sudah ada sebelum Suamiku berada di sisiku.
Aku tidak mau merepotkannya. Aku tidak mau membuat dia semakin banyak
permasalahan, karena permasalahan yang sangat rumit ini. Afwan ya Akhi! Maafkan
aku Kanda!" Setelah melihat-lihat kondisi Suamiku. Aku langsung kembali ketempat
persembunyian. Tempat yang tenang dalam pengasingan. Tempat yang indah dalam
hiasan lukisan Sang Maha Pembuat kehidupan. Yang mengada-adakan keindahan
sebelum ada. Dan yang akan membuatku selalu berucap dan berdecak kagum tentang


Aku Menggugat Akhwat Dan Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keindahan panorama alam yang telah dibuat-Nya.
*** "Hem. Boring juga nih disini terus! Ukh, kita ke Taman Dayu yuk?" Ajakku. Kepada
Nova dan Dewi. Selama enam bulan, Nova sudah tertempa dalam balutan bingkai
Islam. Kini, Nova kembali menjadi seorang wanita yang suci. Dengan balutan jilbab
yang menutup rapat tubuhnya. Menutup segala apa-apa yang memang harus
ditutupinya. Hingga terlihat bagai sebuah mutiara yang terbungkus kuat dan rapat dari
karang penutupnya. Hingga nanti, mutiara itu hanya untuk seorang yang berhak
menerimanya. Suaminya. "Kayaknya, ide bagus tuh Mbak! Ana juga agak bosen disini terus" Jawab Dewi.
"Tapi, Ukh! Apakah aman, saat kita berada diluar rumah?" Tanya Nova, terlihat
khawatir. "Yah, memang nggak aman Ukh! Tapi, bosen juga disini terus!" Ucapku.
"Mbak. Mana ada sih tempat yang aman didunia ini?" Ujar Dewi.
"Iya. Biarkan Allah yang melindungi kita! Dan kita tetap waspada, meskipun dengan
kebahagian saat kita berada diluar!" Ucapku.
"Iya. Terserah kalian lah!" Jawab Nova. Terlihat ada yang mengganjal dihatinya.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Ukhti, anti kenapa?" Tanyaku. Dengan memegang tangan Nova.
"Nggak tahu, hari ini ana kayaknya khawatir banget! Sepertinya akan ada kejadian
yang akan menimpa kita" Jawab Nova, dengan tertunduk lesu.
"Santai aja, Ukh! Serahkan semuanya kepada Allah. Insya Allah, pasti akan
terselesaikan dengan baik. Ok!" Ucapku. Menghiburnya.
Nova haya mengangguk, dan tersenyum. Tetapi, masih terlihat tersimpan aral yang
menggajal dihatinya. Kami pun bertiga berangkat ke Taman Dayu. Tempat pariwisata yang berada
didekat Villa. Suasana pegunungan yang sejuk, dan ditambah rindangnya pepohonan.
Membuat suasana menjadi begitu nyaman. Sejenak, keberkahan dalam keindahan
suasana Taman. Menjadikan kami lupa dengan peristiwa-peristiwa yang membuat
luka. Kami benar-benar menikmati kesejukan dan kenikmatan dalam suasana yang
diberikan Allah kepada wilayah ini. Tadabbur kami, seraya membuat kami memang
sangat kecil dihadapan-Nya. Luka-luka yang tergores dalam ujian yang kami hadapi.
bagaikan musnah ditelan keindahan alam ini. Sungguh besar keagungan yang telah
diciptakan-Nya. Maha Agung yang begitu dahsyat dalam membuat alam ciptaan-Nya.
Tiada yang patut untuk dinafikkan dalam seluruh keindahan alam ini. Kecuali,
manusia yang tidak mempunyai jiwa-jiwa tautan antara Rabbani dan hatinya.
Udara yang segar, dingin dan bersih. Dambaan bagi setiap manusia yang ingin
menghirupnya. Aku, Dewi dan Nova. Berjalan-jalan, menyusuri beberapa bukit yang
menjulang. Kami terus berjalan bersama hawa dingin yang menyejukkan. Sering kali
aku merapatkan jaketku, karena hawa dingin yang menyengat tubuh. Banyak para
orang tua yang membawa anak-anaknya berlibur ditaman ini. Anak-anak itu riang
dalam permainan mereka. Mereka mempunyai dunia mereka sendiri. Mempunyai rasa
keindahan pada sisi-sisi pikir mereka. Sungguh suci jiwa-jiwa mereka. Yang masih
belum tahu sisi kekotoran dunia. Mereka masih menegakkan kebenaran dalam bingkai
keluguan. Anak-anak itu mempunyai kemampuan dalam menikmati kebenaran.
Menikmati indahnya dunia dengan tidak adanya kebohongan. Jiwa-jiwa yang
menjadikan mereka masih tetap berpegang dalam bingkai hati kebenaran dalam
keadilan. Nikmat benar, mahluk yang disebut anak-anak itu.
Beberapa kali terlihat pedagang asongan yang menjualkan barang
dagangannya. Makanan, mainan, cinderamata menjadi barang dagangan yang
dipasarkan oleh pedagang asongan ditaman wisata ini. Ada yang memakai gerobak
dorong, ada yang dipanggul atau dipikul. Perjuangan yang sangat berat untuk
menghidupi diri mereka sendiri dan keluarganya. Tetapi, para pedagang itu tetap
terlihat begitu bersemangat. Ditolaknya dagangan mereka, bukan berarti mereka harus
menyerah begitu saja. Tetapi, mereka dengan cepat menawarkan barang-barang
kepada calon pembeli yang lainnya. Ada semangat yang luar biasa didiri mereka.
Semangat untuk hidup dalam perjuangannya, dapat kita ambil contoh. Mereka pun
terlihat tidak berputus asa dengan dagangannya. Yang terlihat malahan semangat yang
menggebu-gebu. Seraya motto Pantang menyerah dalam susah yang berkepanjangan.
Menjadi pola hidup para pedagan asongan itu. Merupakan semangat yang sangat luar
biasa. Patut kita contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Tapi, saat-saat kami sedang berjalan-jalan. Menikmati keindahan alam. Nova,
memegang tanganku dengan erat.
"Ukh. Itukan Efendi!" Ucapnya, seraya menunjukkan seseorang yang sedang berjalan
kearah kami. "HA! Benar dia, Efendi. Lari Ukh!" Ucapku, saat melihatnya.
Seketika itu pun kami bertiga berlari kearah mobil. Saat-saat kami berlari, ternyata
banyak orang yang ingin mengejar kami. Ada beberapa orang yang berjas hitam dan
berdasi bercorak cerah berwarna putih pun, mengejar kami. Pakaian mereka sangat
rapi sekali. Mereka seperti orang-orang yang mengejar kami saat di tol. Kami pun
akhirnya berlari sekuat tenaga kami. Jarak antara mobil dan kami ternyata masih jauh.
Dari arah depan pun, ada seseorang yang sudah menghadang.
"UKH, BELOK KIRI!" Teriakku. Yang disitu terlihat ada jalan setapak kecil, kearah
hutan. Dengan cepat kami bertiga berlari kedalam hutan.
"KITA BERPENCAR!" Teriakku. Karena dengan berpencar mereka akan bingung
untuk menangkap kami. Pikirku.
Akhirnya kami pun berpencar saat berlari kedalam hutan. Entahlah, aku tidak tahu ini
daerah mana. Pokoknya aku harus lari dan selamat dari kejaran para penjahat itu. Aku
pun terus masuk kedalam lebatnya hutan. Semakin kedalam, hingga aku sendiri tidak
tahu arah yang benar. Beberapa orang masih terus mengejarku. Dan tak pelak, mereka
pun berani menembakkan pistolnya saat didalam hutan. Untung saja, peluru-peluru itu
hanya mengenai pohon-pohon jati yang menjulang tinggi. Kakiku sudah semakin
berat untuk melangkah, jalan yang menanjak serasa membuatku berat untuk terus
berlari. Sebuah pohon besar pun menjadi pilihan tempat persembunyian. Dengan terus
berdzikir, aku mencoba untuk bersembunyi dibalik pohon besar. Terdengar suara
seseorang yang berlari. Segera saja aku langsung menyembunyikan diri. Para penjahat
itu, sejenak mereka berhenti. Dengan jantung yang berdegup tak beraturan. Aku
beranikan diri untuk mengintip dari celah-celah pohon jati. Para penjahat itu terlihat
mencariku. Tak lama mereka pun pergi, setelah mereka tidak mengetahui
keberadaanku. Alhamdulillah!
Saat aku akan keluar dari pohon Jati.
"Mau kemana, kamu?" Ucap seseorang yang sudah berada didepanku. Dengan
memegang pistolnya. "Apa mau kalian?" Ucapku.
"Aku hanya menginginkan data-data itu! CEPAT SERAHKAN." Bentaknya.
Aku bingung. Hem, ini kesempatanku. Aku akan bohongi dia! Pikirku dalam hati. Aku
harus bisa keluar dari hutan dan sergapan para penjahat itu dulu. "Baik. Tetapi aku
harus mengambilnya dimobil dulu!" Jawabku.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Baik. Ayo cepat!" Perintahnya.
Aku dan penjahat itu berjalan menuju mobil. Ternyata lariku memang sangat
jauh dari wilayah tempat wisata. Saat aku berjalan, terasa sangat jauh dari tempat
wisata. *** Dewi dan Nova pun, ternyata sudah tertangkap oleh penjahat-penjahat itu.
Setelah kami menghampiri mereka. Tetapi tidak lama, Efendi datang dengan beberapa
anak buahnya. "HAI! SERAHKAN MEREKA KEPADA KAMI" Teriak Efendi. Garang.
"SIAPA KAMU?" Teriak penjahat itupun. Tidak kalah kerasnya.
"Tidak perlu kau tahu siapa aku. Pokoknya serahkan mereka kepada kami!" Jawab
Efendi. "Kalian mau cari perkara dengan kami?" Sergah para penjahat itu. Dengan
mengarahkan pistolnya kearah Efendi.
"Hem. Kalian kira kami takut kepada kalian!" Ucap Efendi dengan congkaknya.
Dengan mengeluarkan pistol dan mengarahkanya kepada para penjahat itu.
Segerombolan penjahat-penajahat dan gerombolan Efendi. Saling menodongkan
pistonya. Mereka ternyata tidak saling mengenal. Sekilas mereka diam. Mereka saling
melotot satu sama lainnya.
"Baik! Kalau itu mau kalian. Kami akan melepaskan wanita-wanita ini!" Ucap. Salah
satu penjahat. Efendi tersenyum atas kemenangannya. "Begitu, memang lebih baik!" Ucap Efendi.
Akhirnya penjahat itu pun meninggalkan kami. Dan sekarang, Efendi yang memegang
kekuasannya. "Dasar, wanita-wanita binal! Berani-berani kalian melawan kami." Ucap Efendi
dengan sombongnya. Kami bertiga masih terdiam. Terpaku dalam dzikir kami masing-masing. Bermunajat
dan memohon pertolongan kepada Allah.
"Sudah Bos, kita bunuh mereka disini!" Ucap anak buah Efendi.
"Enak saja, dibunuh! Setelah kita susah mendapatkannya, lalu kita langsung
membunuhnya" Sebaiknya, kita nikmati tubuh wanita ini satu persatu. Baru kita
bunuh!" Ucap anak buah Efendi yang lainnya.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Iya, benar!" Ucap Efendi. Dengan senyuman yang menjijikkan.
Masya Allah! Yaa Allah tolong kami. Dengan erat, kami bertiga berpegangan tangan.
Walau pun nyawa melayang, ruh kembali kepada Ilahi. Asal kita hidup dalam
keadaan suci, lebih baik kita mati pula dengan keadaan suci! Tekadku dalam hati.
Para anak buah Efendi memegangi kami. Mereka ingin mendapatkan sesuatu yang
kami miliki. Tetapi, aku tidak akan pernah tinggal diam untuk menjaganya.
Selamanya. Karena itu adalah milik Allah. Maka harus diberikan kepada mahluk yang
diridhoi oleh Allah. Kami bertiga pun berontak, tetapi. Apalah daya, tubuh seorang
wanita. Dipegangi oleh tangan-tangan kuat dalam kebengisan dan kehinaan. Tangantangan kotor yang menjijikkan. YAA ALLAH, TOLONG KAMI!
"DOR.... DOOR...DOOORR!" Terdengar rentetan tembakan.
Anak buah Efendi pun, limbung dan berjatuhan. Mereka terkena peluru-peluru yang
telah dimuntahkan. Efendi terlihat ketakutan. Semua anak buahnya berjatuhan. Kini
tinggal Efendi yang terpaku sendiri. Dia tidak berani lari. Karena, ternyata para
penjahat itu tidak dengan mudahnya melepaskan kami dari tangan Efendi.
"Hei. Bagaimana" Masih mau melawan kami!" Ucap Seorang penjahat itu. Dengan
menenteng senapan M16 ditangannya. Lalu menodongkan, tepat dikepala Efendi.
Efendi sangat ketakutan. Pistol yang berada ditangannya pun, dijatuhkan. Seraya dia
menyerah dan menundukkan kepalanya. "Iya. Ampun-ampun! Saya menyerah.
Jangan bunuh saya!" "Hahaha.... dasar pengecut! Kami kira, kalian adalah para profesional. Ternyata,
kalian hanya amatiran!" Ucap Penjahat itu. Sambil tetap menodongkan senjatanya
kearah kepala Efendi. Efendi hanya bisa meminta ampun. "Saya menyerah! Ampuni saya!" Ucap Efendi.
Mengemis dalam keinginannya untuk diampuni.
"Kami akan melepaskanmu!" Ucap penjahat itu.
"Iya, terima kasih. Saya akan menyerahkan ketiga wanita binal itu kepada kalian!"
Ucap Efendi, dengan mulut bisanya.
Penjahat itu tersenyum. "Terima kasih! Saya akan melepaskanmu sekarang." Ucap
Penjahat itu. Efendi tersenyum. "DOOORR...." Efendi pun jatuh. Badannya sudah tak bernyawa. Wajahnya mati dalam ekspresi yang
menakutkan. Efendi ditembak tepat dikepalanya.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Aku sudah melepaskanmu! Hahahaa...." Ujar penjahat itu. "Sekarang. Serahkan
data-data itu!" Penjahat itu kini menodongkan senjatanya kearah kami.
"Kami tidak mempunyai data-data itu!" Ucap Dewi ketakutan.
"Hem. Jadi kalian membohongi kami yah!" Sergah penjahat yang lainnya.
"Sudah. Kita bunuh saja mereka sekarang!" Ucap penjahat yang menodongkan
senjatanya kepada kami. Lebih baik kematian, yang memberikan kesyahidan. Daripada harus terenggut
kesucian kami sebagai seorang wanita yang dimuliakan-Nya.
"Sreett..... Srupp.." Sebuah pisau. Menancap tepat berada di jantung penjahat yang
menodongkan senjatanya kepadaku.
"AH!..... Awas ada yang menyerang kita." Ucap penjahat itu. Yang langsung
limbung, dan terjatuh. Seketika itu pun. Para penjahat-penjahat itu menghujamkan rentetan tembakan yang
membabi buta. Mereka tidak mengetahui seseorang yang menyerang mereka. Satu
lagi, seorang penjahat jatuh terkena lemparan pisau. Tepat dijantungnya. Seakanakan, seorang pelempar itu sangat ahli sekali melemparkan pisau.
"Sudah bunuh saja wanita itu. Cepat!" Perintah seorang penjahat yang berkacamata
hitam. Dengan cepat salah satu penjahat mengarahkan M16nya kepada kami.
Tetapi, sebuah belati tertancap tepat berada di tangan penjahat yang akan menembak
kami. Tepat berada diurat jari-jemari penjahat itu. Sehingga penjahat itu pun tidak
bisa menembakkan senjatanya kepada kami.
Lalu, munculullah lima orang. Dari belakang para penjahat-penjahat itu.
Dengan cepat lima orang yang tidak dikenal itu menyerang para penjahat dengan
cepat. Para penjahat itupun terkaget, hingga mereka tidak menyadari kalau senjata
mereka sudah tidak berpeluru lagi. Para orang-orang tidak dikenal itu pun, menyerang
dengan sangat cepat. Gerakan mereka bagaikan sekumpulan orang-orang yang sudah
terlatih. Para penjahat itu dengan mudah diterjang oleh hujaman serangan para orangorang yang tidak kami kenal. Serangan itu sangat cepat sekali. Para orang-orang tidak
dikenal itu bagaikan sekumpulan tentara-tentara yang bertempur dimedan laga. Jiwa
kesatria mereka muncul dengan dahsyatnya serangan mereka.
Akhirnya para penjahat dan orang yang tidak dikenal itu pun bertarung dengan
sengit. Hingga-hingga dengan cepat orang-orang yang tidak dikenal itu dapat
mematahkan serangan para penjahat itu. Sergapan orang-orang yang tidak dikenal
itupun bisa melupuhkan para penjahat dengan serangannya. Para orang-orang tidak
dikenal itu sangat ganas dalam penyerangannya. Wajah-wajah mereka bagaikan
menantang maut yang akan menimpanya. Tetapi mereka tidak takut sama sekali.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Setelah orang-orang tidak dikenal itu dapat melumpuhkan para penjahat. Salah satu
orang tidak dikenal, datang kepada kami.
"Ukhti. Jangan takut. Allah beserta kita! Allah beserta orang-orang yang berjuang
dalam agamnya! Kami adalah Jundi-jundi Allah." Ucapnya. Seraya teduh dalam
pandangannya. Benar-benar hebat. Mereka garang menghadapi kezhaliman. Tetapi, mereka akan
sangat berkasih sayang dengan saudara seimannya. Itulah, para jundi-jundi Allah.
"Syukron!" Ucapku.
Akhirnya kami pun diantar untuk langsung menuju mobil. Dengan pengawalan
seorang jundi-jundi Allah. Sungguh benar-benar pertolongan yang diberikan oleh
Allah benar-benar nyata. Benar-benar membuat kita akan teringat akan janji-janji
Allah. Sungguh, Allah tidak akan pernah lupa dengan janji-janjinya. Janji untuk
menolong para mujahid dan mujahidah Allah yang berjuang dalam menegakkan
agamannya. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Jilid 16 Setelah kejadian itu. Semua pun terungkap. Para penjahat itu mengakui kalau
mereka adalah suruhan orang-orang dari perusahan tempat kerja Papanya Dewi.
Untuk mencuri data-data perusahaan yang sebenarnya. Rencana kejahatan mereka
akhirnya terungkap. Beberapa direksi yang tersangkut dengan kasus korupsi
diperusahaan tempat kerja Papanya Dewi. Ditahan dengan beberapa bukti yang sudah
ditemukan oleh para polisi. Dewi pun, akhirnya bisa kembali kekeluarganya.
Semua masalah sudah terselesaikan. Tinggal kini Nova. Seorang Akhwat yang
telah belajar banyak tentang keindahan Islam. Harus hidup sendirian jika aku
meninggalkannya. Jikalau Dewi mempunyai keluarga dan masalah. Tetapi, Nova
mempunyai masalah tanpa keluarga yang akan melindunginya.
"Sekarang, anti bagaimana?" Tanyaku kepada Nova.
"Entahlah Ukh! Ana sudah tidak mempunyai siapa-siapa sekarang!" Ucapnya. Sekilas
wajahnya terlihat haru, air matanya berlinang dalam beberapa tetes yang berjatuhan.
Aku pegang erat tangannya. "Ukh. Apakah anti menyesal mengikuti Islam?"
Tanyaku. Nova menatapku. Matanya terlihat tajam, dalam linangan air mata yang berjatuhan.
"Ana tidak akan pernah menyesal. Bahkan, ana sangat bersyukur mengikuti Islam!
Tetapi, keluarga ana masih bergelimang dengan kekafiran. Ana takut mereka akan
memasuki neraka jahanam!" Ucapnya. Dengan nafas yang sesenggukkan karena
tangisnya. "Ukh. Anti tidak usah khawatir. Karena ini sesungguhnya takdir Allah! Berdoalah
Ukh, agar keluarga anti diberi hidayah oleh Allah! Ukhti, sesungguhnya rasa
kebersaudaraan Islam sangatlah erat. Ana adalah keluarga anti!" Ucapku, sambil


Aku Menggugat Akhwat Dan Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memegang tangannya. "Terima kasih ya Ukh. Atas semuanya!" Ucap Nova. Sambil memelukku.
Kami pun akhirnya berderai dengan tangisan. Dalam pelukan saudara yang
mengagungkan. Agung kerana kami menganggunkan keagungan-Nya.
"Ukh. Anti ikut ana yah, nanti!" Pintaku kepada Nova. Mengajak menjadi bagian dari
keluargaku. "Apa ana, tidak merepotkan anti?"
"Ana tidak akan pernah merasa direpotkan. Justru ana beruntung, beruntung dengan
mempunyai seorang saudara mujahidah yang lainnya!"
"Tapi, Suami anti. Bagaimana?"
"Insya Allah, Suami ana akan senang menerima anti!"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Nova terlihat berfikir. Memikirkan tawaran yang aku ajukan.
"Ukhti. Sudahlah, anti tidak usah berfikir lagi! Pokoknya Anti ikut dengan ana."
Pintaku sedikit memerintah.
Nova hanya mengangguk. Dan senyum dalam derai tangisnya pun mengembang.
"Syukron, yaa Ukhti!?" Ucapnya, lirih.
Aku tersenyum dengan ucapan tulusnya.
Akhirnya Nova bersedia untuk ikut denganku. Ikut dengan keluarga barunya.
Keluarga yang menjadikan dia sebagai seorang manusia. Seorang hamba Allah yang
akan istiqomah dalam jalan-Nya. Menjalani semua yang digariskan dalam aturanNya. Menjadikan kenikmatan dalam ibadah yang tiada henti. Menjadikan ibadah
adalah kebutuhan. Kebutuhan yang menjadikan terus-menerus rindu dalam balutan
kasih sayang-Nya. Indah dan nikmat dalam tindakan yang akan selalu diridhoi-Nya.
Besok aku akan membawa Nova. Nova akan menjadi keluarga baru bagiku.
Seorang yang harus aku lindungi dalam kesukarannya. Dan seorang yang harus aku
gembirakan dalam kesusahannya. Dan seorang yang harus aku sayangi saat
kebahagiaannya. Semua itu harus aku lakukan, karena Nova kini menjadi saudaraku.
Bahkan jika aku harus membagi cintaku kepadanya. Membagi kasih sayang Suamiku
bersamanya. Aku siap melakukan itu. Iya benar! Kenapa tidak aku jadikan saja Nova
menjadi adikku. Menjadi seorang istri dari suamiku! Itu malah lebih baik. Pasti Nova
aku lebih terlindungi. Selama ini aku merasakan kasih sayang teramat dalam yang
diberikan oleh Suamiku. Kini aku harus rela membaginya. Membagi dengan
saudaraku sendiri. Selintas pikirku.
Tapi" Apakah aku mampu membagi kasih sayang Suamiku dengan wanita lain!
Apakah aku bisa bertahan dengan seorang yang membagi cintanya" Apakah aku
mampu" Selintas onak pikirku pun mengembang datang dengan tak diundang. Tetapi,
aku harus mampu. Aku harus mau dan bersedia membagi cinta Suamiku. Demi
saudaraku! Demi seorang akhwat yang memang membutuhkan rasa kasih sayang dan
perlindungan. Demi membagi kebahagian dengan saudara dalam naungan kesatuan
Islam! Aku harus merelakan cinta Suamiku, untuk dibagi. Aku harus mau, toh
Suamiku pun telah membagi cintanya. Dan aku tidak pernah cemburu. Malah aku
semakin bertambah mencitainya. Aku kan, tidak mencintai Suamiku dalam wujudnya!
Aku mencintai Suamiku karena-Nya! Lalu, kenapa aku mesti berat untuk membagi
cintanya lagi. Jikalau cinta Suamiku karena Sang Maha Pecinta. Maka aku tidak
perlu khawatir jika Suamiku tidak mencitaiku. Karena sudah jelas-jelas, pasti
Suamiku akan terus mencitaiku. Karena sesungguhnya cinta Suamiku, adalah
karena-Nya! Dan aku mencitai Suamiku pun, karena-Nya! Jika Suamiku mencitai aku
karena Allah, aku pun demikian. Aku mencintai Suamiku pun, karena Allah. Dan aku
mencintai Nova pun karena Allah. Lalu kenapa aku harus berberat diri untuk
membagi cinta Suamiku. Cinta kami kan karena Allah, dan cinta Nova pun. Pasti
karena Allah! Lalu kenapa aku harus tidak rela jika Suamiku bisa membagikan rasa
cintanya. Membagikan kasih sayangnya. Yang untuk dibagikan kepada akhwat yang
membutuhkan! Aku harus mau! Pikirku kerasa dalam diri.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Dilema dalam hatiku, menyeruak keluar. Rasa segan untuk melepaskan cinta
Suamiku begitu kuat. Tetapi, rasa ikhlas pun. Sama kuatnya. Aku bingung dalam
penentuan egoisme dan syariat. Penentuan dalam halal dan keegoisan. Semua terpatri
dalam pikir yang tak menentu. Semua terajut dalam pikir yang membalutkan
kegundahan. Keragu-raguan datang menerpa dalam keyakinan yang begitu dalam.
Aku menjadi sangat ragu dalam keputusanku sendiri. Padahal, aku adalah seorang
akhwat yang biasa bergelut dengan aturan-aturan Islam. Tetapi, dilema dalam hati
berbalut kegoisan diri. Datang mempengaruhi dengan serangan bertubi-tubi untuk
menafikkan aturan-aturan Ilahi. Semua begitu cepat.
Pikirku terpatri dalam dua keputusan yang satu sisi membangkitkan gundah
dihati. Tapi apakah ada, seorang wanita yang mau dimadu! Ucapku, egois dalam
hati. Nova adalah seorang teman, juga saudara yang sudah aku kenal. Tetapi, rasa
memilikinya sebagai seorang saudara. Ternyata masih sangat tipis. Ucapan saudara
yang selalu aku dengung-dengungkan kepadanya dan umat muslim yang lainnya.
Harus tersibak dengan keegoisan diri. Egois karena tidak mau membagi cinta sang
Suami. Padahal mungkin, ini adalah ujian dari Allah. Untuk membuktikan rasa
keterikatan saudara satu dengan saudara yang lainnya. Ujian untukku, tentang rasa
saling berbagi dengan saudara yang lainnya. Perasaan membagi dalam bentuk kasih
sayang membagi cinta Suami. Tetapi, bukankah seorang istri yang merelakan
suaminya untuk menikah lagi. Tidak lain adalah balasan surga yang akan dijanjikanNya! Selama ini, aku melihat perilaku Suamiku sangat adil dalam urusan apapun.
Apakah tidak mungkin, jika aku membagi cintanya. Akan memberikan rasa keadilan
yang memang benar-benar tercipta. Karena selama ini, yang aku rasakan tentang
keadilan Suamiku. Hanya bisa aku rasakan seorang diri, tanpa memberikan takaran
yang sesuai dengan rasa adil itu sendiri. Seandainya aku memberikan takaran yang
sesuai, dengan mengikhlaskan Suamiku untuk menikahi Nova. Pastilah aku
tahu,tentang arti makna keadilan! Aku harus bisa menerima Nova sebagai istri kedua
Suamiku. Aku mencintai Suamiku, aku pun mencintai Nova. Aku mencintai keduanya,
karena aku mencintai-Nya!
Aku langsung teringat dengan bahwa keputusan ini adalah keputusan yang tidak
ringan. Langsung saja aku menelephone Abi.
"Assalamualaikum."
"Walaikumsalam." Jawab Abi.
"Bi, Zah pengen ngobrol!" Kataku.
"Ada masalah yang penting ya Zah!" Abi terdengar gusar.
"Bi. Zah ingin Mas Khalid menikahi Nova! Boleh nggak Bi?"
"HA! Anti serius?" Abi terlihat kaget.
"Iya. Ana sangat serius, ana kasihan dengan kondisi Nova. Ana harus menolongnya!"
Sejenak Abi terdiam. "Hem. Kalau itu memang itu menurut anti terbaik. Abi
menyetujui saja. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Kalau Ummi, gimana Bi?"
"Alhamdulillah Zah memang sudah sangat dewasa sekarang, Ummi meridhoi apa
yang memang menjadi keputusan anti. Ummi yakin, anti sudah memikirkannya sangat
dalam!" Kata Ummi. Yang ternyata ikut mendengarkan telphoneku.
"Terima kasih, Abi dan Ummi sangat baik dalam mendidik dan membentuk
kepribadian Zah! Assalamualaikum" Setalah itu aku langsung menutup telphon.
*** Dalam perjalanan pulang. Aku mencoba mengobrol dengan Nova.
Membicarakan tentang niatku. Niat tentang membagi cinta sang Suami. Membagi
kasih sayang yang dimiliki Suami. Membagi keadilan yang dimiliki sang Suami. Dan
ujian bagi Suamiku, untuk dapat berlaku adil dalam kehidupannya.
"Ukh!" Panggilku ke Nova.
"Iya, ada apa Ukh?"
"Boleh ana meminta sesuatu, dari anti?" Kataku, hati-hati.
Nova melihatku. Mata sayu, terasa ada sebuah rasa heran didirinya. "Ukh. Seandainya
saja, anti meminta nyawa ana sekarang. Ana akan berikan kepada anti, sekarang
juga!" Ucapnya. "Benarkah, Ukh!"
"Wahai saudaraku, apa yang akan engkau minta dari saudaramu yang dho"if ini?"
"Apakah anti benar-benar bersedia menuruti permintaan ana?" Tanyaku, meyakinkan.
"Ukhti. Insya Allah, ana siap menuruti apapun yang anti minta!" Tegasnya.
"Benarkah!" Ucapku, mencoba meyakinkan kembali.
"Iya, Ukhti! Sebenarnya apa sih yang anti minta dari ana?" Ucap Nova, terlihat tidak
sabar. "Ehm. Ukhti, ana minta anti mau menjadi Istri dari Suami ana!"
"HA! Anti jangan bercanda?" Nova terlihat sangat kaget.
"Sungguh, ana benar-benar meminta anti!"
Nova membisu. Tiada yang terucap dari bibir indahnya. Matanya menerawang
kedepan. Tatapannya kosong.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Ukhti. Apakah anti tidak mau menuruti permintaan saudara anti sendiri! Atau
memang Suami ana tidak pantas untuk anti?" Ucapku sedikit menyesal.
"Bukan-bukan, ana tidak mengatakan itu! Ukhti, apakah anti benar-benar sudah
mempertimbangkan hal ini!"
"Ana sudah sangat mempertimbangkan ini! Sungguh sebuah kehormatan yang sangat
besar bagi ana. Jika anti mau menerima permintaan ana!"
Nova kembali terdiam. Terselip kebimbangan pada dirinya.
"Ukhti. Sesungguhnya tidak ada maksud apapun dari ana. Ana hanya menginginkan
anti untuk menjadi seorang Istri bagi Suami ana, hanya karena ana sangat menyayangi
anti! Ana sayang sekali terhadap Suami ana, tetapi ana juga tidak boleh menafikkan
bahwa ada seorang akhwat yang perlu perlindungan seorang laki-laki. Seorang Suami
yang akan memberikan perlindungan kepada Istrinya! Ana hanya mengenal seorang
Ikhwan, yang menurut ana sangat terbaik. Yaitu, Suami ana! Ana rela untuk membagi
kasih sayang Suami ana kepada anti. Meskipun ada cemburu dalam diri ana, tetapi
ana tidak boleh menjadikan rasa cemburu itu sebagai penghalang ana untuk mencari
surga yang akan diberikan oleh Allah! Ana mencinta anti karena Allah. Begitu juga,
ana mencintai Suami ana karena Allah! Maka dengan itu, ana ridho untuk membagi
kasih sayang Suami ana. Karena cinta kita, adalah karena Allah semata!" Jelasku,
pasti. Meskipun sedikit berat dalam hati. Aku sedikit menghela nafas "Apakah anti
bersedia, menjadi Istri Suami ana?" Pintaku, lanjut.
"Apakah, ana harus menerima permintaan anti?" Nova terlihat sangat bingung untuk
menjawabnya. "Tidak. Sesungguhnya, anti mempunyai pilihan sendiri. Ana hanya menawarkan
sebuah permintaan. Dan mungkin sulit buat untuk menerima hal ini!"
"Ukhti. Seperti apa kata anti! Ana mempunyai pilihan sendiri. Dan jika memang anti
tidak keberatan dengan pilihan ana. Ana sangat berterima kasih sekali!" Sejenak,
Nova menghela nafas panjang. "Ana memilih, menerima permintaan anti! Sebuah
kehormatan besar, yang anti berikan kepada ana. Ana tidak bisa menolaknya.
Meskipun nanti, jika suatu saat ada ketidakadilan yang diberikan kepada ana oleh
Akhi Khalid! Ana akan menerima dengan keluasan diri ana. Ana siap menerima itu!
Tetapi jika ada sebuah ketidakadilan yang diberikan oleh Akhi Khalid kepada Anti,
maka ana yang akan langsung menuntut ketidakadilan itu!"
"Insya Allah, Ukh! Ana juga akan menuntut jika ada ketidakadilan yang dilakukan
oleh Suami ana kepada anti. Syukron, Ukh!" Kataku, sambil melihat wajah Nova.
Ada kesanangan dalam hatiku, tetapi ada sesuatu yang meronta juga dalam batin ini.
Nova hanya mengangguk. Wajahnya seperti menahan rasa haru dan kebahagiaan yang
mendalam. Mobilku terus melaju. Menyibak rona-rona belenggu yang menghampar dari
hati. Kalbuku merasa senang dengan keputusan Nova untuk menerima permintaanku.
Tetapi, ada rasa lain yang mengganjal dalam hati. Untuk tidak mau menerima.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Ganjalan itu sebenarnya sangat kuat, menjadikan diri begitu egois dalam pandangan
syari"at. Tetapi, aku langsung menepisnya. Rasa kebahagiaanku untuk menerima
Nova, ternyata lebih aku pilih. Meskipun sangat berat dihati, tetapi kalbu ini
menerima dengan keluasan Ilahi. Yaa Allah, aku tunggu Jannah-Mu!
*** Kini aku sudah berada didepan rumahku. Rumah yang menyimpan kenangan
indah. Kenangan yang sampai kapanpun tak akan terlupa. Kenangan yang akan
melekat dalam jiwa dan kalbu ini. Tetapi, kenangan itu akan membawa kenangankenangan yang lainnya. Kenangan itu akan kembali membuat kenangan indah yang
lainnya. Menjadikan kenangan yang lebih indah lagi.
Aku langsung memasuki halaman pekarangan depan. Tanpa harus memencet
bel terlebih dahulu. Aku ingin memberikan kejutan kepada Suamiku. Aku ingin
memasak-masakan yang sudah banyak aku pelajari. Aku tahu, saat ini Suamiku
sedang tidak dirumah. Suamiku sedang mengisi kajian di kampus. Ini saatnya aku
benar-benar memberikan kejutan kepadanya. Saat dia pulang dengan letih dan capek
yang menghampirinya. Maka, dia akan memakan masakan yang sudah aku sediakan.
Dan aku akan membelainya mesra, dalam balutan kasih sayang yang teramat dalam.
Kehangatan dan kelembutan yang sudah lama tak dia dapatkan. Harus aku bayar saat
ini. Aku tidak akan lagi menyembunyikan masalah-masalah yang sedang aku hadapi.
Aku akan selalu berbicara kepadanya tentang masalah-masalah yang sedang aku
hadapi. Tidak akan lagi ada masalah-masalah yang akan aku hadapi sendiri. Karena
sesungguhnya, semua masalah dan kebahagiaan. Harus aku berikan kepada seorang
yang telah aku pilih dalam mendampingiku. Mendampingi dalam menyelesaikan
cobaan dan mendampingi dalam kebahagiaan.
Saat pintu rumah aku bukan. Bi Iyem, terperanjat kaget dengan kemunculanku.
"Masya Allah! Mbak Zah. Mbak kemana saja" Mbak sehat-sehat aja kan" Mas Khalid
sangat sedih loh, saat Mbak nggak ada dirumah"....."
"Bi. Udah-udah!" Selaku. Sambil memeluknya.
Selintas, sebuah tangisan luluh dalam pundakku. Derai dalam haru seorang pembantu.
Sedikit aku melepaskan pelukanku. Bi Iyem serasa tidak mau melepaskan pelukanku.
Ada rasa kangen mendalam pada diri Bi Iyem.
"Bi. Sudah, Zah sudah disini!" Bisikku halus.
Sedikit demi sedikit, Bi Iyem melepaskan pelukannya. Wajahnya terselip
kebahagiaan. Matanya berbinar terang.
"Mbak, Bibi kangen Mbak Zah. Rumah jadi sepi, saat Mbak Zah tidak ada! Ummi
pergi ke Mesir sama Abi. Mas Khalid, selalu duduk sendirian didepan teras lantai
atas! Pokoknya sepi sekali. Tetapi, bacaan Al Qur"an tetap ada dirumah ini. Mas
Khalid yang membaca dengan lantunan suara yang sangat sedih! Bibi jadi sering
nangis kalau mendengar Mas Khalid baca Al Qur"an!" Ucap Bi Iyem dengan
sesenggukan karena tangisnya.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Insya Allah, Zah tidak akan kemana-mana lagi!" Ucapku dengan melihat Bi Iyem.
Sambil tersenyum. "Oh ya, Bi. Ini teman Zah, namanya Nova! Nova nanti akan
tinggal disini." Ucapku lanjut.
Bi Iyem tersenyum. Sambil mengangguk hormat.
"Bi. Zah ingin masak. Pengen buat kejutan untuk Mas Khalid!" Kataku. Agak tersipu,
malu. "Iya. Semua sudah komplit, Mbak Zah mau masak apa saja silakan!"
"Bi. Tolong semua barang-barang Zah, diangkati dikamar Zah yah! Maaf Bi Zah
langsung kedapur, jadi nggak bisa bantu Bibi!" Ucapku, sembari menunjuk dimobil.
"Iya, Mbak. Tidak apa-apa, Biar Bibi aja yang bawa!" Bi Iyem langsung menuju
mobil, untuk mengambil barang-barang yang ada dimobil.
Aku langsung menuju dapur. Tidak sabar untuk langsung segera memasak-masakan
untuk Suami tercinta. *** Disela-sela memasak. Aku dan Nova berbincang-bincang ringan.
"Ukh, anti kalau dirumah dipanggail Zah?" Tanya Nova tampak heran.
"Iya. Zah, itu kepanjangan dari Zahra! Biar lebih gampang, disingkat Zah aja."
"Hem. Ana panggil Ukhti Zah boleh nggak" Biar kesannya kayak adek dan kakak!"
"Anti nggak usah panggil ana Ukhti Zah. Anti panggil ana Mbak aja yah. Soalnya,
anti kan nanti jadi adik ana!" Kataku menggoda, sambil mencubit pinggang Nova.
"Ih. Anti!" Ucapnya, malu-malu.
Aku hanya tersenyum melihat saudaraku yang satu ini.
"Ukh. Anti sama pembantu, kok akrab banget! Apa Anti nggak takut, nantinya tidak
dihormati?" Tanya Nova, disela-sela menggoreng ayam.
"Ukh. Dalam Islam, kita harus bersikap baik kepada siapa pun. Bahkan sama
pembantu sekali pun. Dalam Islam sangat melarang perbudakan. Makanya, dalam
setiap hadits sering dikatakan, bahwa Allah paling suka melihat hambanya yang
membebaskan budaknya! Dan, pembantu kita saat ini. Mereka bukanlah seorang
budak yang dapat kita atur dengan semau kita sendiri! Pembantu mempunyai
kebebasan sendiri, seperti layaknya kita! Tetapi, tetap. Rasa hormat dan menghormati
harus saling tertanam pada setiap diri kita. Jadi kita menghormati pembantu, dan
begitu pula sebaliknya. Pembantu dengan sendirinya akan menghormati kita. Jika
pembantu tidak hormat kepada kita. Mungkin karena kita memang tidak
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net menghormatinya! Tetapi, sunnatullah. Bahwa seorang yang menabur benih kebaikan.
Maka dia akan mendapatkan kebaikan itu pula!" Jelasku.
Acara memasak kami sudah selesai. Semua masakan kini tinggal dihidangkan
dimeja makan. Bergegas kami pun dengan cepat menghidangkanya. Agar nanti semua


Aku Menggugat Akhwat Dan Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

makanannya sudah siap untuk disantap, saat Suamiku datang. Berbagai macam
masakan sudah tersedia semuanya. Masakan yang terlihat sangat lezat-lezat untuk
dinikmati. Hari ini, aku benar-benar ingin memberikan masakan yang sangat spesial
bagi Suamiku. Masakan yang akan membuat Suamiku kembali meraih
kebahagiaannya. Meraih kebahagiaan ditemani oleh istri yang setia dalam setiap jalan
dakwahnya. Dan juga untuk mensyukuri atas kenikmatan dan perlindungan yang kami
dapatkan, atas perlindungan-Nya. Dan menjadikan kebahagiaan yang besar buatku,
karena telah kembali kerumah yang penuh dengan kebahagiaan. Rumah yang selalu
dihaisi oleh keindahan kebahagian yang nyata. Kebahagian yang bukan pada
kebahagian semu belaka. Tetapi kebahagiaan yang pada hakikatnya adalah
kebahagiaan Ilahi Rabbi. Kebahagiaan atas apa yang selalu kami lakukan hanya
karena perintah-Nya. Perintah yang harus selalu diikuti karena memang kebutuhan,
dan larangan yang akan selalu kita patuhi karena ketakutan kemudharatan. Sungguh,
akan menjadi keluarga yang sangat bahagia jika apa yang telah diatur dan ditetapkanNya. Menjadi sebuah jalan hidup dan pedoman hidup bagi kita semua. Bagi manusia
seluruh alam semesta ini.
Saat aku sedang akan mengambil air minum. Terdengar seseorang yang masuk
kedalam ruang makan. Jangan-jangan, Suamiku sudah datang! Pikirku. Aku langsung
mengintip seseorang yang baru datang itu. Ternyata benar, Suamiku sudah datang.
Langkahnya gontai, terlihat malas sekali. Wajahnya terlihat sangat letih, seperti
sangat tidak bersemangat sekali. Kasihan mujahidku!
Sejenak langkahnya terhenti. Saat melihat makanan yang berada dimeja
makan. Dia melihat semua makanan itu, lada senyum diwajahnya. Senyumnya yang
indah itu kembali. "Seandainya Istriku berada disini, dan memakan makananan ini bersamaku. Pasti
sangat membahagiakanku!" Ucapnya. Terdengar lirih.
Suamiku, aku disini! Bisikku lirih dalam hati. Sejenak aku masih mengintipnya dari
ruang dapur. Suamiku menarik kursi meja makan. Setelah berdoa, dia langsung
menyantap makanan-makanan yang aku sediakan. Rasa senang, gembira dan bahagia
bercampur aduk didalama diriku. Suamiku begitu lahap memakan makanan yang
telah aku masakkan untuknya. Berdesir hatiku, Pasti engkau begitu tersiksa Suamiku!
Aku sudah tidak tahan lagi untuk menahan rasa haru dan kangen yang begitu bertubitubi.
"Enak nggak, Kanda!" Ucapku, dengan memeluknya dari belakang.
Suamiku terpana saat dia menatapku. Matanya begitu tajam, seakan tidak percaya
dengan kedatanganku. Mulutnya keluh, terlihat sulit untuk mengucap.
"Jawab dong, Kanda! Enak nggak, masakan Dinda!" Ucapku, dengan penuh
kemanjaan. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Lagi-lagi dia hanya terdiam. Rasa ketidakpercayaan masih hinggap didalam dirinya.
Rasa kebahagian yang terpendam pun, terlihat muncul dari balik tatapan matanya.
Aku merasakan kegembiraannya yang dalam. Tetapi, dia masih terdiam. Dia masih
terpana dengan kedatanganku.
Butiran intan jernih pun mengalir disela-sela sudut mataku. Ada haru dalam hatiku,
rasa bahagia yang tak akan terlukis dengan kata, bahkan dengan kanvas dan pelukis
yang terkenal sekali pun. Tak akan pernah bisa. Aku merindukanmu, Suamiku!
"Kanda, kok diem aja sich" Dinda kangen!" Ucapku, masih dengan penuh manja.
"A..pa benar". A..pa benar. Apakah ana tidak bermimpi!" Ucapnya, terbata-bata.
"Kanda, afwan. Ana meninggalkan Kanda! Ana sangat mencintai Kanda! Ana benarbenar telah membuat kanda tersiksa! Maaf kan Dinda, Kanda!" Tangis kebahagiaan
pun mengalir dipelupuk mataku.
"Dinda, ana kangen sekali! Ana benar-benar sangat lemah, saat Dinda tidak berada
disisi" "Iya, afwan Kanda! Ana, sangat menyesal"
Suamiku menatapku dengan penuh kemesraan. Rasa kebahagian dari balik hatinya,
mencuat hingga meluapkan kegembiraan yang sangat dalam.
"Dinda! Apakah dinda tidak apa-apa?" Tanya Suamiku, penasaran.
"Alhamdulillah ana baik-baik saja!" Ucapku sambil menggelengkan kepala.
"Anti selama ini dimana" Apakah anti benar-benar telah diculik oleh Efendi?"
Aku tersenyum, lalu menggelengkan kepala lagi. "tidak kanda! Ceritanya panjang.
Nanti saja ceritanya. Ana mau memperkenalkan seseorang!"
"Siapa, dinda?" tanyanya, terlihat penasaran.
"Ukhti, mari masuk saja!" panggilku kepada Nova.
Tak lama Nova pun datang. Wajahnya tertunduk, terasa ada rasa malu yang
tersingkap dihatinya. Ada pula rasa kegembiraan yang terpancar dari dirinya.
Entahlah, kenapa kegembiraan itu terlihat begitu jelas pada mata batinku.
"Kanda, kenalkan. Ukhti Nova!" Kataku, memperkenalkan.
Saat Suamiku mendengar nama Nova. Dia langsung menatap Nova tajam. Ada yang
aneh dalam tatapannya. Dengan begitu seksama, Suamiku melihat Nova. Ada sesuatu
tanya yang terlihat dari dirinya.
"Assalamualaikum"!" Salam Nova.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "W..alaikumsalam!" Jawab Suamiku, terdengar gagap saat menjawab salam Nova.
"Kenapa, Suamiku!" Tanyaku manja. Berlagak seperti cemburu.
"Ah, tidak. Ana hanya teringat seorang teman saja!" Jawabnya sekenanya.
Iya, pasti antum ingat Kanda! Gumamku dalam hati. "Teman, apa teman!" Godaku.
Sambil mencubit pinggangnya.
"Iya, teman!" Ucapnya sambil tersenyum. Terlihat sakit.
Nova tersenyum, terlihat rasa malu didirinya. Tetapi juga ada sebuah rasa cemburu
yang selintas aku lihat pada dirinya. Cemburu untuk ingin cepat-cepat sepertiku.
Mungkin. *** Saat malam menjelang. Menapaki keindahan yang pernah berlalu dalam
kehidupan. Kini malam itu tiba dengan kebahagiaan. Malam telah menjadikan
keindahannya kembali datang. Malam membuat kita menjadi lebih mendewasakan
apa yang disebut dengan hubungan pernikahan. Nikah merupakan hubungan sakral
yang berisi tentang rasa cinta dan keindahan. Tetapi, cinta dan keindahan itu diselingi
dengan riak onak duri yang akan menusuk jika kita tidak berhati-hati. Pernikahan
adalah kebahagian yang akan membuat seseorang lebih hidup dalam mengarungi
bahtera kehidupan. Hidup dalam kekuatan cinta yang berisi tentang keindahan-Nya.
Gambaran keindahan surga, walaupun gambaran itu terlihat sangat buram. Tetapi
masih tetap menyenangkan dan membahagiakan. Karena keindahan surga tak layak
untuk dapat kita gambarkan dengan kekuatan otak kita. Apalagi kekuatan akal kita
yang sering kali tertipu dengan penglihatan mata kita.
Malam ini benar-benar kegembiraan yang terlantun dalam keindahan. Melodimelodi cinta yang menyenandungkan keindahan. Melodi-melodi memori yang
tertanam dalam otak pada keindahan cinta. Benar-benar nikmat, kasih sayang yang
diberikan oleh-Nya kepadaku. Hingga dihadiahkannya Mujahid sejati untukku. Aku
belai Suamiku dengan kelembutan. Setelah sekian lama dia tidak mendapatkan
belaian kasih sayangku. Sekian lama dia bersabar dalam ujian dan cobaan. Dan kini
aku harus memberikan hadiah yang tidak akan pernah ada habisnya hadiah itu. Aku
harus memberikan kepadanya. Memberikan kepada Suamiku tercinta, sebuah hadiah
yang sangat istimewa. "Kanda. Kanda kangen nggak sama dinda?" Ucapku dengan manja.
"Dinda, ana begitu benar-benar tersiksa saat anti menghilang! Ana benar-benar tidak
bersemangat sekali dalam menjalani semua aktivitas. Bahkan menjalani hidup!"
"Iya, Dinda tahu!"
"Ha! Dinda tahu?" Ucapnya penasaran.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Selama ini, Dinda hanya pergi sebentar. Saat Kanda menghadapi Efendi dan kawankawannya. Ana benar-benar takut. Saat itu ana mencemaskan kanda. Tapi setelah ana
lari. Ana malah teringat dengan ukhti Nova. Sebenarnya ana sudah lama membina
ukhti Nova. Hanya saja, ana masih merahasiakannya. Ukhti Nova lari dari rumah itu
pun atas usul ana. Sekarang ukhti Nova tidak mempunyai siapa-siapa lagi. Ana takut
jika nanti ukhti Nova pulang. Malah tambah parah keadaannya."
"hem jadi akhirnya, anti rela mengorbankan ana!" Ucapnya dengan sambil
memalingkan muka. Terlihat marah.
"Kanda. Bukan begitu maksud ana!" Kataku dengan membelai pipinya. "Ana rasa,
kalau Kanda lebih mampu menghadapi musibah daripada ukhti Nova! Jadi ana berani
meninggalkan Kanda sebentar saja."
"Hem, lalu selama ini anti ada dimana?"
"Ana berada dirumah kita yang kedua! Selama ini ana terus memantau kanda. Kanda
kemana, dimana, sama siapa. Ana mengetahui segalanya. Apalagi saat kanda berada
dirumah sakit. Ana tetap memantau kanda."
"Wah Dinda, berbakat juga jadi spionase yach!" Ujarnya bercanda.
Aku tertawa kecil. "Ana hanya menjaga Suami aja kok, Kanda! Oh, ya. Ana baru
tahu, kalau Kanda benar-benar pintar beladiri! Kanda, kok tidak pernah cerita kalau
Kanda bisa beladiri?"
"Siapa dulu, Kanda!" Ucapnya, sambil menepuk dada.
"Iya, siapa dulu. Suami Dinda!" Sahutku, dengan berasandar didadanya. "Kanda,
sayang. Dinda ingin meminta tolong! Bisa nggak?" Kataku lanjut.
"Apa, sayang!" "Boleh nggak ukhti Nova tinggal disini!" Tanyaku dengan sangat menjaga ucapan.
"Loh, itu kan terserah anti. Ini kan rumah anti!"
"Kanda sayang! Ini rumah kita, bukan hanya rumah ana" Ucapku agak kesal.
"Afwan sayang, iya-iya. Ini rumah kita!" Jawabnya, sambil membelai mesra
rambutku. Senyumnya kembali merekah. Sambil kembali bersandar didadaku. "Kanda, apa
boleh ukhti Nova tinggal disini?" Tanyaku lagi.
"Iya boleh dong, Dinda!"
"Maksud ana, boleh nggak ukhti Nova tinggal di rumah ini!" Kataku sekali lagi. Aku
bingung untuk mengatakan dengan sejelasnya.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Iya sayang, boleh!" Jawabnya, mempertegas.
"Bukan itu, maksud ana!" Kataku, kesal karena ketidaktahuannya tentang maksudku.
Setelah sedikit mendesah, aku mengatakan "maksuda ana, Kanda mau nggak menjadi
suami ukhti Nova!" "Ha"!" seketika itu pun Suamiku terperanga. Serasa tidak percaya dengan apa yang
aku ucapkan. "Kanda! Mau nggak?" Ucapku, seraya menggoyang-goyangkan badannya.. Dengan
tetap bersifat manjanya. "Apa, maksud anti?" Katanya heran.
"Tidak ada maksud apapun! Ana hanya ingin Kanda menikahi ukhti Nova. Itu aja!"
Jawabku. "Sayang-sayang, anti
nggak apa-apa kan?" Ucapnya penasaran. Dengan
memperhatikan wajahku, sambil memegangi kepalaku.
"KANDA! Ana nggak kenapa-napa." Kataku dengan nada sedikit keras.
Sesaat Suamiku terdiam. Dia memandangku dengan tajam. Terlihat tanya dalam
lubuk hatinya. Aku menarik nafas panjang. Terasa sesak menyumpal dada. "Kanda, ana hanya ingin
menjadi muslimah yang baik! Muslimah yang menyayangi saudara sendiri! Ana
nggak ingin menjadi akhwat yang egois. Ana ingin membagi kebahagiaan yang ana
miliki bersama Kanda. Dengan membaginya kepada akhwat lain! Kanda, sungguh ana
tidak kenapa-napa. Ana tidak punya penyakit yang kronis apalagi bosan terhadap
kanda. Sehingga dengan mudah ana mau melepaskan Kanda. Kanda, ana memang
sangat menyayangi Kanda. Ana sangat bahagia bersama Kanda. Tetapi, saat-saat
kebahagian yang kita pupuk bersama. Ada segolongan akhwat, yang tidak merasakan
kebahagiaan kita. Mungkin ini berat bagi ana. Dan memang itu sangat berat bagi ana.
Untuk mengikhlaskan Kanda membagi rasa kasih sayang, yang Kanda punyai. Kanda,
sesungguhnya semua ini ana lakukan, karena ana sayang terhadap saudara ana yang
lain. Ana ingin akhwat lain, juga merasakan kebahagiaan kita. Kanda, sesungguhnya
poligami itu juga termasuk rahmat dari Allah, dan merupakan sebuah langkah
dakwah. Dan apakah Kanda lupa, bahwa surga adalah jaminan bagi wanita yang
mengikhlaskan suaminya untuk menikah lagi!" Aku sedikit tertunduk. Tak terasa
butiran-butiran intan yang berada mata berjatuhan. Berat rasanya, tetapi aku harus
bisa mengatakannya. Ada sedikit gundah tercurat dimata Suamiku. Dia tertunduk lesu, dalam balutan
kebingungan yang mendalam. "Sayang, ana takut. Ana takut, jika ana tidak bisa
berlaku adil!" Aku memeluknya erat. "Kanda, ana yakin antum bisa berlaku adil. Sesungguhnya,
penilaian adil dan tidaknya. Hanya ana yang bisa merasakannya. Saat bersama Kanda,
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net ana semakin yakin. Bahwa Kanda bisa berlaku adil. Ya, meskipun Kanda tidak dapat
berlaku adil masalah hati. Tetapi yang penting adil dalam pandangan syari"at sudah
Kanda jalani. Ana sangat ikhlas membagi kasih sayang yang Kanda punyai!"
"Sayang, ini sangat berat!"
"Kanda, ana akan membantu mengingatkan Kanda. Jika suatu saat Kanda akan
berbelok arah jalan. Ana siap menjadi jaminan!"
"Hem..!" Ucapnya dengan desahan yang teramat berat.
"Mau, ya! Jika memang Kanda menyayangi Dinda. Ana mohon, Kanda bersedia!"
Paksaku. Jemari-jemariku memegang erat jemarinya. Untuk memberikan kekuatan
sebuah permintaan yang sangat sulit untuk bisa diterimanya. Mungkin.
Suamiku memandangku, dia tersenyum. Tetapi terlihat senyuman yang sangat berat
sekali. Tak lama Suamiku menganggukkan kepala, menandakan persetujuannya.
Tetapi, lagi-lagi terlihat sangat berat sekali. Serasa ini adalah permintaan yang sangat
berat baginya. Gundah yang disiratkan dalam wajahnya, masih terlihat sangat jelas.
"Terima kasih Kanda, sayangku!" Ucapku lirih. Meskipun sesak didada ini menerpa
bertubi-tubi. Mana ada wanita yang merelakan Suaminya untuk menikah lagi! Tapi
aku harus bisa, ini jalan kesurga. Gumamku lirih dalam hati.
"Lalu, apa kata Abi dan Ummi nanti" Apa Beliu berdua akan menyetujui permintaan
Anti?" Tanya Suamiku, terlihat sangat bingung.
"Abi sudah mengatakan, "Terserah jalan yang Anti pilih, jika itu baik menurut
antimaka lakukanlah." Dan Ummi mengakatan "Alhamdulillah, anakku sudah dewasa.
Dan sekarang menjadi wanita yang hebat!" Itulah ucapan beliau berdua" Ucapku
dengan senyum. "Ha" Anti sudah mengatakannya! Berarti selama ini Abi dan Ummi tahu
keberadaan, Dinda?" Tanyanya, semakin terlihat bingung.
"Iya! Abi dan Ummi sudah tahu lama keberadaan ana. Saat hari kelima, Kanda
dirawat dirumah sakit. Ana langsung menghubungi Abi dan Ummi untuk tidak
khawatir tentang keberadaan ana. Dan tetap, keberadaan ana tidak boleh
diberitahukan kepada siapapun. Termasuk Kanda!" Jelasku.
Suamiku hanya terbengong.
*** Pernikahan pun telah dilaksanakan. Saat akad dinyatakan oleh Suamiku.
Berdesir hati ini ingin berontak. Berontak karena ada rasa cemburu yang mendalam
dalam hati. Inginku berteriak, menyuarakan rasa cemburu ini. Rasa sesak yang bertubi
dalam lubuk hati. Sesak yang terus menyerang dalam diri hingga bagaikan
menghambatku untuk bernafas. Tetapi, sungguh Allah telah memberikan kekuatan
yang Maha Dahsyat kepadaku. Kekuatan yang diberikan kepada seorang istri yang
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net ikhlas, melepas saparuh kasih sayang suaminya untuk dibagi dengan wanita lain. Saat
sekilas suamiku melihatku, ada tatapan yang sangat teduh. Dalam, menyentuh lubuk
hatiku. Serasa tatapannya mengingatkan tentang cintanya kepadaku. Tatapan yang
membuatku teduh dan teguh dalam pendirianku. Tatapan yang membuatku semakin
mencintainya. Tatapan itu begitu indah, merasuk dalam jiwa. Hingga tubuhku
bergetar. KANDA... AKU SANGAT MENYAYANGIMU! TAK AKAN KULEPAS
CINTAKU KEPADAMU MESKIPUN CINTAMU TAK SEUTUH YANG DULU!
Teriakku dalam hati. NB: Teruntuk wanita, yang akan menjadikan aku sebagai suami yang setia dalam
mengarungi bahtera pernikahan yang dilingkupi kebahagiaan dan diselingi dengan
penderitaan. Akhirat tujuan kekal kita, wahai yang akan mendampingiku dengan setia.
Aku tak tahu namamu dan aku tak tahu dimana engkau berada. Tapi aku yakin engkau
pasti ada. Hanya untukku. Yaa Allah, bimbing aku agar bisa menumakan bidadari
pendampingku. (Ikhwan Jomblo"s)
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net BIOGRAFI Penulis mempunyai nama pena Blackrock1/Jaisy01, nama pena ini diambil
berdasarkan kebiasaan pada saat Blackrock1 sebagai nama Chatter si penulis dahulu.
Blackrock1 merupakan sebuah nama yang berarti "Batu Hitam" dengan maksud
sebagai penafsiran bahwa Batu Hitam atau Blackrock ini merupakan Hajjar Aswad
yang ada di Mekkah, yaitu sebagai batu pemersatu umat Muslim sedunia. Dan angka
satu diambil karena berdasarkan penafsiran bahwa agama yang haq di dunia ini hanya
"1" yaitu ISLAM. Karya Blackrock1 di terbitkan di Deteksi Jawa Pos dan majalah
Khazanah sebagian besar untuk kalangan sendiri termasuk dimedia kampus. Berikut
biografi lengkap tentang Blackrock1 :
Nama Pena Nama

Aku Menggugat Akhwat Dan Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Alamat : : : No Telp Agama Jenis Kelamin Motto : : : : Email : Tokoh Idola Blackrock1/Jaisy01 Fajar Agustanto Jl. Kepodang 56 Larangan Candi Sidoarjo JATIM
61271 081330261804 Islam Laki " laki Semangatku adalah jihadku dan jihadku adalah gerakku,
gerakku adalah kekuatanku, kekuatanku adalah Allahu
Akbar. Fajar212000@yahoo.com : - Muhammad Saw, Hasan Al Banna, Nashirudin Al bani, Yusuf
Qaradhawi Kh. Ahmad Dahlan, Muhammad Natsir, Buya Hamka.
- : Beladiri Berorganisasi Hobi Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net - Mengoperasikan Komputer Menulis Pengalaman Org : - Sekretaris PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia)
Komisariat Ubhara Surya 2002 - 2003
- Sekretaris DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) Fakultas Hukum
Ubhara Surya 2002 - 2003 - Menristek BEM Ubhara Surya 2003 - 2004
- Ketua FMM (Forum Mahasiswa Muslim) Ubhara Surya 2003 2004
- Sekretaris UKKMI (Unit Kerohanian Keagamaan Mahasiswa
Islam) Ubhara Surya 2003 " 2004
- Kabid Pengkaderan Organisasi DPM (Dewan Perwakilan
Mahasiswa) Fakultas Hukum Ubhara Surya 2003-2004
- Anggota KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 2 Dewi Ular 90 Misteri Surat Setan Iblis Dan Bidadari 3

Cari Blog Ini