Ceritasilat Novel Online

Lima Centi Meter 6

Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro Bagian 6


"Gue gue gue dan gue."
"Manfaat?" "Udah belum?"
"Mudah-udahan belum terlambat."
Mata Dinda tampak berair, ia memandang ke
atas langit malam dan memberikan senyumnya.
"Terima kasih."
Semuanya tertegun melihat Dinda, hati mereka
seperti merasakan yang Dinda rasakan. Dalam
hati mereka pun terujar ucapan yang sama.
"Kalo Tuhan sudah memberikan kebebasan bagi
setiap manusia untuk memilih, gue mau
memilih jadi seseorang yang selalu bisa
memberikan manfaat bagi orang lain."
Angin dingin Arcopodo mengembus pelan,
membelai wajah mereka yang mendongak ke
langit. Desir-desir suara angin di dedaunan
terdengar seperti alunan keindahan di telinga
mereka. Entah kenapa langit malam dengan
beribu bintangnya menjadi semakin indah di
mata mereka, ranting pohon dan dedaunan
bergerak lambat, mencoba menggapai langit
malam, membuat mereka merasa dekat sekali
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dengan Sang Maha Pencipta. Mungkin ucapan
terima kasih itu terdengar.
"Selamat jalan sahabat, kita nggak pernah kenal
kamu, tapi semangat kamu sekarang ada di hati
kami." SEMBILAN 5 cm ...keajaiban mimpi, keajaiban cita-cita dan
keajaiban keyakinan manusia yang tak
terkalkulasikan dengan angka
berapa pun... Arcopodo Mahameru. Tujuh Belas Agustus.
Tanah Air ini. This world is for those who want to fight
Sehabis tertunduk, mereka mendongak ke atas.
Puncak Mahameru seperti sebuah gundukan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pasir mahabesar dengan tebaran batu karang
gunung di mana mana. Jalur pendakian terlihat
terang dipenuhi sinar bulan dan cahaya senter
para pendaki yang mulai mendaki Mahameru.
Bintang-bintang bertebaran menambah suasana
malam yang tidak biasa. Hujan abu kembali
menghunjam mata mereka. "Ada yang ingat janji kita waktu di jip" Apa yang
kita perlu untuk sampai ke puncak?"
"Masih." "Masih...." "Apa?" "Yang kita perlu sekarang, cuma kaki yang akan
berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang
akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata
yang akan menatap lebih lama dari biasanya,
leher yang akan lebih sering melihat ke atas,
lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari
baja." "Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari
biasanya...." "Serta mulut yang akan selalu berdoa...."
Mereka pun tertunduk melihat satu sama lain,
"Mahameru kita datang!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Perjalanan diteruskan. Entah sudah berapa batu
nisan yang mereka temui selama di Arcopodobatu nisan itu tampak memenuhi hutan cemara.
Beberapa pendaki terlihat berhenti dan berdoa
di depan batu nisan. Akhirnya mereka berada di
ujung hutan cemara di sebuah tanah agak
lapang. Rasanya tinggi sekali. Di kiri kanan
tampak lampu-lampu kota yang berkilau sangat
kecil seperti ribuan titik cahaya. Di antara
gelapnya malam, awan putih terlihat berada di
bawah. "Kita di atas awan."
"Itu lampu kota?"
"Kecil banget..."
"Keren...." "Dari sana dimulai pendakian." Genta menunjuk
ke sebuah jalan kecil seperti jembatan yang
menyembul di antara jurang dalam di kanan
dan kirinya. Rangkaian rantai tampak
membentang di atas tonggak-tonggak,
mengikuti arah jalan kecil.
"Kita harus menyeberang jalan itu... hati-hati
ya." Semuanya berpegangan erat di rantai. Wajah
mereka tampak pilu. Sedikit saja tergelincir
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mereka akan jatuh ke jurang dalam. Genta
menggigit senternya, mencoba menerangi jalan
kecil gelap itu. Pasir gunung terlihat di mana
mana. Gelapnya malam membuat mereka tak
bisa membedakan mana pasir, mana tanah
keras. Beberapa pendaki yang sudah
menyeberang terlihat memegangi rantai, saling
membantu menjaga keseimbangan rantai.
Genta melangkah hati-hati sambil mengawasi
teman-temannya. Disusul Riani, Dinda, Zafran,
dan Arial. Ian merasa ngeri melihat jurang
dalam di depannya... dia terus berdoa dalam
hati. Hup. Arial yang terakhir sampai di ujung
penyeberangan. Semua bernapas lega. "Fiuh."
"Selanjutnya vertikal...," Arial melihat ke atas,
gundukan pasir dan batu gunung sekarang
berada di depannya. Jalan setapak tinggi
berpasir itulah yang harus mereka taklukan.
Rombongan itu sekarang ada di awal paling
bawah pendakian puncak Mahemeru yang
seperti gundukan pasir raksasa. Beberapa
bongkahan pasir kecil tampak terus-menerus
jatuh. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Hati-hati ya.:, semuanya."
Genta mulai melangkah naik, tangannya
bertumpu pada tanah keras yang menonjol...
sesekali sentemyaia selipkan di mulut.
Mereka terus mendaki dan mendaki mencari
tanah keras untuk tolakan atau pijakan,
beratnya medan dan banyaknya pendaki
pemula di rombongan itu membuat pendakian
terasa panjang dan melelahkan. Setengah jam
sudah berlalu, mereka masih saja berada tak
jauh dari awal pendakian. Udara yang sangat
dingin terus menerpa tubuh mereka seperti
tusukan ratusan jarum. Baru kali ini mereka
merasakan hawa dingin seperti ini.
"Fiuh... fiuh... susah napas...."
"Lapisan udaranya semakin tipis."
"Banyak pasir masuk ke mulut dan hidung."
"Fiuh... sumpah... berat juga."
Mereka melihat ke bawah... kecewa, sudah
begini beratnya tapi jaraknya tidak terlalu jauh.
"Naik lima langkah, turun merosot lagi dua
langkah. Ruh." Tiba-tiba sebuah teriakan dari
atas mengejutkan mereka, "Batu, batu...
awas!!!" "Rocks!!!"
Gruduk, gruduk... berr.... .
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Beberapa batu kecil dan besar seukuran
genggaman tangan jatuh dari jalur pendakian.
Semua pendaki menjatuhkan badannya ke
samping. Buk.. buk... gruduk... Batu-batu itu lewat di depan mereka. Napas
mereka memburu satu-satu. Mereka hanya bisa
saling bertatapan, membayangkan kalau batu
tadi menimpa mereka. Genta tercekat Dia lupa bilang tentang hal ini.
"Sori, emang nantinya banyak batu yang jatuh
dari atas selama pendakian. Hati-hati ya...."
"Nggak bilang lo," Zafran tampak terengahengah.
"Sori banget lupa.... Kalo denger kata 'batu' atau
'rocks' langsung aja nengok ke atas, liat batunya
jatuh ke mana terus coba menghindar, tapi
jangan panik. Begitu juga kalo kita yang bikin
batu itu terlepas atau jatuh. Kita harus teriak
supaya yang di bawah denger dan nggak kena
batu. Oke?" "Emang batunya dari mana?"
"Yah dari pijakan kita, kalo pijakannya rapuh dia
langsung jatuh makanya pastiin dulu pijakannya
kuat baru dipakai." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kalo batunya masih segede tadi sih nggak
masalah," Ian melihat sekitarnya.
"Bisa segede ini." Genta menunjuk sebuah batu
hampir sebesar setengah badan manusia di
depannya. "Makanya hati-hati, kita nggak akan pernah
tau." "Ya udah...pasang mata, pasang telinga ya...."
"Ayo!" "Jalan lagi." "Mmh... mmh... dingin banget."
"Ayo jalan lagi... jangan berhenti lama-lama,
bahaya dingin banget, badan kita harus terus
mengeluarkan panas, jangan berhenti
bergerak." Cahaya-cahaya senter terus menari-nari,
mencari bongkahan tanah keras atau batu
gunung untuk berpijak. Rombongan kecil itu
terus mendaki dan mendaki... melawan hawa
dingin, rasa takut, dan hujan abu yang hampir
tiap lima belas menit mendatangi mereka.
Tubuh mereka pun sudah tak berbentuk lagi,
terbungkus segala macam pakaian, kadangkadang hanya mata yang terlihat. Pendaki lain
yang naik bersama mereka pun tidak tampak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
jelas wajahnya, semuanya menutup badan
dengan apa saja yang bisa digunakan supaya
pasir dan udara dingin tidak terlalu
menghantam. Arial yang mendaki paling belakang hanya bisa
mengenali jaket paling luar yang dipakai temantemannya. Arial melihat ke atas, kelima
temannya masih terus mendaki. Puncak pasir
mahabesar itu dari bawah jalur pendakian
terlihat seperti pipa panjang sekali, seperti
saluran pasir tinggi, dengan batu gunung besar
mengapitnya. Untuk pertama kalinya dalam
pendakian, Arial merasa kelelahan yang amat
sangat. "Break" Arial berteriak lemas. Rombongan
berhenti, melihat ke belakang. Arial tampak
terduduk di antara bongkahan batu gunung.
"Kewwnhwaapa, Ni?" tanya Genta.
Riani menggeleng. "Kewwnhwaapa?" Genta berjalan mendekati
Arial, melewati teman yang lain. Napasnya
memburu... sesak. "Kewwnhwaapa?" Genta melepas penutup
mulutnya. "Kenapa?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ah... ah... ah... ah...," napas Arial tampak
memburu satu-satu. "Nggak tau, Ta, tiba-tiba
badan gue lemes banget... kecapekan gue.
Dada Arial tampak naik turun.
"Lo kedinginan, kurang tebal jaket lo...."
"Ini bukan kelelahan, ini kedinginan...."
"Minum dulu aja," Riani menyodorkan sebotol
air mineral. Arial tampak bersandar lemas di bebatuan.
Kelima temannya tercekat. Arial yang dari segi
fisik diandalkan, tiba-tiba tergeletak begitu saja.
Semua mengerubungi Arial.
"Luf ewenghgak fhafha?"
"Buka dulu, Ple, dia nggak denger."
"Lo nggak apa-apa?"
Arial tidak menjawab. Matanya menatap
teman-temannya satu-satu.
Kelimanya makin tercekat. "Udah berapa jauh,
Ta?" "Hampir setengah." "Masih setengah lagi?"
"Liat aja itu puncaknya. Kita udah hampir
setengah, liat udah hampir subuh...," Ian
menatap ke atas. Genta mengangguk. Di bawah masih banyak
cahaya lampu senter dari pendaki lain.


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Gimana Rambo?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Arial masih menggeleng, sendinya terasa pegal
sekali. Udara dingin terus menusuk-nusuk.
"Pakai jaket gue nih." Ian membuka jaket
luarnya dan memberikan ke Arial.
"Lo gimana, Yan?"
"Gue lapis lima."
"Pake Rambo...."
"Inget, lo kedinginan bukan kecapekan ya. Lo
pasti bisa ke puncak."
Arial memakai jaket Ian. "Tambah lagi nih," Zafran melepas sweater
rajutannya. "Jangan Ple, badan lo kan kurus...
bisa cepet kedinginan." "Masih ada enam lapis
lagi." Arial memakai sweater Zafran yang kekecilan,
tapi bisa membuat badannya lebih hangat "Fiuh
mendingan.,.." Arial memandangi temantemannya.
"Gue turun aja, gue lemes banget badan gue
kayak ditusuk-tusuk."
"Enggak!!! Apa-apaan lo!!!" Genta menatap
tajam mata Arial, tangannya mencengkeram
bahu Arial. "Eh hat gue. Elo kedinginan, bukan kecapekan."
"Kedinginan bukan kecapekan."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ta, gue nggak kuat Ta..." Dada Arial tampak
naik turun dengan irama yang tidak biasa.
Semuanya bingung melihat sekeliling, cahaya
terang subuh sudah hampir datang. Langit
tampak sedikit membiru. "Udah subuh...," Zafran melihat Arial tajam.
"Mas Ial, sebentar lagi juga ada matahari, pasti
lebih hangat." "Lo bilang lo udah taruh kita dan puncak
Mahameru di sini," kata Zafran sambil
meletakkan telunjuknya di kening Arial. "Ayo
Rambo jangan nyerah."
"Arial, please jangan nyerah... please...."
"Arial, jangan nyerah...."
Genta mengedarkan pandangannya. Beberapa
pendaki tampak melewati mereka dan dengan
ramah menanyakan keadaan Arial yang
tergeletak. Senyum beberapa pendaki tadi dan
badannya yang mulai hangat kembali, membuat
semangat Arial hidup lagi.
"Yuk...." Tanpa berkata apa-apa lagi, Arial
berdiri, matanya memicing melihat puncak
Mahameru. "Ada orang yang mau nyerah... tapi gue bukan
orang kayak gitu." Arial meneruskan, "Lagian,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kayaknya di sana lebih hangat deh. Kan lebih
dekat ke matahari." Arial tersenyum.
"Gitu dong!!!" Semuanya berdiri, menonjok-nonjok badan Arial
yang tampak aneh memakai sweater ungu
Zafran yang kekecilan. Arial menatap tajam ke langit dan berujar tegas,
this world is for those who want to fight.
"Yuk cepet selesaikan puncak ini," ajak Arial.
"Ciee... yang udah sehat," Riani menonjok pelan
bahu Arial. "Bukan gitu, gue malu sama sweater ungu gini,
mana ketat banget lagi. "Lagian otaknya di mana" Cowok beli warna
ungu." "Hahaha...." '
"Gue kan flamboyan...lain dwong artis," Zafran
menaik-naikan alisnya "Hahaha...."
"Yuk... setengah lagi...dan Mahameru...." Hujan
abu turun lagi. Sekarang bertambah deras,
menimbulkan gemeletak-gemeletak
menyeramkan. "Gue di depan ya, Ta...." Arial tampak semangat.
"OK Bos!" Malam mulai beranjak pergi, udara pagi mulai
menyapa mereka. Mereka terus mendaki.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Beberapa kali teriakan 'batu' dan rocks
mewarnai pendengaran mereka. Sesekali
mereka meng-hindari terjangan batu-batu yang
lewat di jalur pendakian. Udara mulai terlihat
terang, rona Jingga di mana-mana.
"Break!" Arial berteriak keras.
Mereka berenam melepas lelah, udara hangat
mulai menyapa. Puncak Mahemeru mulai
terlihat terang. "Chewaefpef..., Yfal?" Zafran buka percakapan.
"Buka dulu tutup mulut lo" "Capek, Yal?"
Kelima pendaki yang lain melihat ke Arial yang
duduk membelakangi puncak Mahameru.
Matanya menatap jauh ke depan. "Nggak..."
"Ta..." "Iya, Yal."
"Ini yang lo bilang, samudra di atas langit"
Semua memandang jauh membelakangi puncak
jalur pendakian di bawah mereka yang tampak
kecil sekali. Semburat jingga mengumpul di atas
langit dan gumpalan awan seperti ombak
bergulung dengan rona Jingga tipis mengarsir
pinggirannya. Awan putih bersih sekali seperti
berada di bawah mereka, bergulung tanpa
ujung, bagai lautan luas mendekati langit
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Hamparan putih seperti kapas itu luas sekali
seperti tak berujung. "Kita di atas awan... kita di atas awan...."
"Keren banget."
"Iya, ini yang pernah gue bilang. Samudra
menyentuh langit." "Subhanallah...." "Keren
banget." Di antara berbagai macam kain dan kacamata
hitam yang menutupi wajahnya, Zafran
menatap pemandangan di depannya tajam. Di
antara lelah tak terhingga, mereka mengucap
syukur dan terima kasih. Kembali keajaiban
Mahameru menyapa mereka. Lama mereka
mengaggumi keindahan pagi yang menyapa.
Matahari pagi tujuh belas Agustus pun terbit
sinar matahari yang hangat menyapa badan
dingin mereka Semuanya sedikit memicingkan
mata melawan sinar matahari yang bersinar
terang. Tarikan napas kekaguman dan rasa
syukur kembali terdengar.
"Yuk naik lagi, tinggal sedikit lagi...."
"Tinggal seperempat jalan lagi kayaknya"
"Betul!" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mereka kembali mendaki. Kali ini udara lebih
hangat membuat mereka semakin semangat
mendaki. Brug! Teriakan panik terdengar dari atas. "Awas!!!
Yang di bawah awas...!"
Brug brrbklutuk lklutuk.... "Batu!!!" "Awas...!!!"
Puluhan batu sebesar ukuran kepala manusia
tampak berjatuhan dari atas mereka Semua
berusaha menghindar ke samping, mencoba
mencari perlindungan di bawah batu yang lebih
besar. Brug... brug... brug.... - "Awas! Awas! Batu!"
Para pendaki yang berada di jalur pendakian
berteriak sekuat tenaga. Brug brug.... Genta panik melihat banyaknya batu yang
datang, bayang-bayang teman-temannya
tampak menghindar ke sana kemari. Batu-batu
sebesar kepala manusia terus berjatuhan.
Genta menunduk melindungi kepalanya,
wajahnya mencium pasir jalur pendakian,
beberapa batu kecil terasa menerpa
punggungnya. Tiba-tiba gulungan pasir seperti
air bah memenuhi jalur pendakian, mengalir
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
deras ke bawah, menghunjam keras bersama
rombongan batu-batu. Brrr... brrr.... Brug... brug... brug.... "Ahh...." "Aaaaa...:" "Aduh... aduh...!"
Genta nggak percaya pada pendengarannya.
Suara-suaru yang sangat ia kenal seperti
berteriak kesakitan. Hujan batu dan banjir pasir
itu seperti tidak mau berhenti. Genta masih
terus tiarap melindungi kepalanya.
Hujan batu dan pasir masih belum selesai.
Gemuruh. Riuh. Lalu... keheningan memenuhi
jalur pendakian. Genta segera berdiri, matanya nanar mencari
kelima temannya. Ian dan Dinda tampak
tergeletak, menelungkup. Riani tiba-tiba muncul
di depannya dengan muka penuh abu dan pasir.
Genta mengguncang tubuh Riani yang kotor
penuh abu. "Ni... Ni... nggak pa-pa kan?"
Riani menggeleng dalam diam. Genta menarik
napas lega. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Zafran terlihat menggeliat dari bawah
tumpukan batu besar. Telapaknya lecet dan
sikunya tampak robek. Seperti sudah tahu
pertanyaan Genta, dia hanya menganggukkan
kepalanya. Kening Arial tampak lecet. Ia duduk
dan menggoyangkan tubuh adiknya yang masih
tengkurap tanpa gerakan. Di sebelahnya Ian
dengan posisi yang sama. Deg. Semua tercekat, hati mereka seperti ditusuk
pedang tajam. Darah. Genta menyapu pasir yang menutupi wajah Ian.
Keningnya tampak benjut dan tergores panjang,
tetesan darah menetes satu-satu dari situ.
"Ian... Ian...."
Ian masih terpejam. Zafran ikut menggoyang
tubuh Ian, menepuk-nepuk pipinya Riani
terlihat menangis, mengeluarkan Betadine dan
perban. Beberapa pendaki mendatangi mereka.
Riani melihat Dinda yang masih belum sadar di
pelukan Arial. Arial masih mengoyanggoyangkan tubuh adiknya.
"Dinda... Dinda...."
Wajah Arial terlihat sangat ketakutan. Riani ikut
menggoyang bahu Dinda dan baru bernapas
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
lega ketika melihat dada Dinda masih turun
naik. Wajah cantiknya masih tertutup pasir.
"Din... Din...."
Dada Dinda bergerak naik turun semakin cepat.
Lalu, Dinda memuntahkan banyak pasir dari
mulutnya beberapa kali. Arial memijat-mijat
tengkuk kembarannya itu. Dinda terus muntah
pasir bercampur air. Matanya perlahan
membuka, tampak berair menahan tangis dan
takut. Dinda langsung memeluk abangnya erat
sekali dan menangis sesenggukan.
"Kamu nggak apa-apa kan?"
Dinda nggak menjawab. Dia masih memeluk
abangnya dan menangis. "Minum dulu, minum dulu, Din," Riani
menyodorkan botol air mineralnya. Dinda yang
masih menangis, menerima uluran botol air
mineral Riani dan langsung meminumnya. Air
sejuk mengalir memenuhi tenggorokannya.
Dinda tiba-tiba berkata pelan, terputus-putus,
"I... i... i... an... Ian a... ada... ba... ba... tu yang
ke... ke... na ke... kepalanya...."
Dinda langsung berdiri dan mencari Ian.
"Fiuhh...," Arial dan Riani saling bertatapan lega
melihat Dinda bisa berdiri.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ketiganya langsung berlari ke tempat Ian
tergeletak. Ian masih tergeletak tak sadarkan
diri, Genta langsung mencuci luka di kening Ian,
memberi Betadine dan membungkusnya
dengan perban. "Ian... Ian... Ian bangun, Yan!"
"Please bangun, Yan!"
"Ian, Ian!!!" Zafran Riani dan Dinda menangis melihat Ian
yang masih tak sadar... seluruh badan dan
wajah Ian penuh dengan pasir.


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ian... Ian... bangun... Ian, please.,."
Mereka terus mengoyang-goyang tubuh Ian.
Arial menekan dada Ian. Genta melakukan
prosedur CPR...meniupkan udara ke mulut Ian.
Tiba-tiba dada Ian naik turun cepat sekali. Ian
memuntahkan pasir bercampur air dari
mulutnya. Riani dan Arial agak lega karena
mungkin Ian akan sadar seperti Dinda Tapi
tubuh Ian masih belum bergerak.
Genta terus mengoncang-goncangkan tubuh itu.
air matanya tampak menetes. Kembali dada Ian
turun naik cepat sekali dan... badan Ian
terlonjak seperti tersengat listrik. Tiba-tiba Dada
Ian berhenti naik turun dan diam....
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Oh...." "Oh...." "Jangan!"
Riani menutup penglihatannya, matanya tidak
kuat melihat pemandangan di depannya
Keheningan kembali melanda jalur pendakian
itu, beberapa pendaki tampak meneteskan air
mata melihat kejadian di depan mereka. Genta
berhenti mengguncang-guncang tubuh Ian,
berdiri mematung menatap tubuh yang
tergeletak dalam diam. Riani, Arial, Dinda, dan Zafran berlari memeluk
Genta. "Ta, Ian, Ta..."
"Ian...." Mata mereka tak lepas memandang tubuh Ian
yang masih terdiam tanpa gerakan sedikit pun.
Seluruh pandangan tertuju ke dada Ian,
mencoba berharap melihat sedikit gerakan.
"Ian...." Dalam sekejap jalur itu penuh dengan para
pendaki. Hanya keheningan, suara sesenggukan,
dan tarikan napas panjang memenuhi
pendengaran mereka. Genta memejamkan
matanya dan melihat ke langit Mukanya merah
menahan segala macam perasaan bercampur
aduk... dalam dirinya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Zafran teringat cerita Ian di Ranu Pane saat
melihat kuburan. Mungkinkah itu pertanda"
Terus nisan dengan nama Adrian" Zafran
menggeleng tidak rela pada pemikiran yang
memenuhi pikirannya itu. Zafran tiba-tiba
menubruk badan Ian dan memeluknya.
Tangisnya meledak saat itu juga.
"Ian jangan pergi, Yan! Ian jangan pergi, Yan...
Ian jangan pergi dulu...!!! Elo kan mau wisuda,
Yan... jangan Yan, jangan... maafin gue, Yan...
gue banyak salah...."
"Ian... nggak... boleh... pergi." Genta kembali
menangis, mengingat perjuangan Ian untuk
wisuda, bayangan keluarga Ian melintas di
benaknya. Cerita Ian tentang kulit tangan orang
tuanya yang mulai keriput, bayangan SMA-nya
kala malam, Ian yang lucu, daerah rumah Ian,
Ian dengan seragam putih abu-abu, Ian sedang
melahap Indomie, rumus Indomienya Ian, tawa
Ian yang lepas, Ian yang bercanda dengan Mas
Suhartono Gembul di angkot, Ian yang selalu...,
Ian yang belum wisuda. Genta seperti nggak
rela... nggak rela. Arial untuk pertama kalinya
meneteskan air mata. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"...IAAAAAAAANNNNNNN!!!" Zafran berteriak
keras ke langit, suaranya memecah keheningan.
Kosong. "Puih... puih... kenapa lo, Ple" Bikin kaget aja...
teriak-teriak. Puih... puih... pasir nggak enak ya,
Ple.... Puih nggak lagi-lagi deh gue makan pasir.
Nggak enak." "YEAAAAAAH!!!" suara sorakan gembira
memenuhi jalur pendakian Mahameru...
semuanya terlihat lega. "YES!!!... YES!!!... YES!!!"
Ian masih bingung, banyak banget orang di
sekelilingnya. Mulutnya masih meludahludahkan pasir.
"Pasir nggak enak...." "IAN....!" Kelima sahabatnya langsung memeluk makhluk
gendut yang seperti baru bangun dari tidur.
Kerumunan para pendaki yang mengerubungi
mereka berenam perlahan membubarkan diri
dan meneruskan perjalanan ke puncak.
"Ini berapa, Yan?" Zafran mengacungkan dua
jarinya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ian yang sekarang tampak memakai balutan
panjang perban mengitari kepalanya langsung
menjawab, "Dua"
"Ini..." Sekarang Zafran membentangkan enam
jarinya. "Enam!" "Kalo ini berapa?" Riani membentangkan
seluruh jarinya. "Sepuluh...."
"Fiuh nggak gegar otak nih gajah dumbo." "Ini
berapa?" Genta melebarkan jarinya membentuk
bentangan lima. Ian tampak berpikir lama. "Nah lho" Dia mikir?"
"Tujuh!" jawab Ian spontan. "Yah...," kelimanya
tampak panik. "Hehehe bo'ong. Lima, wee...."
"Yeee... gajah dumbo becanda lagi." "Lagian
emang gue gila apa?" "Kita takut lo gegar otak,
Yan." "Gegar otak apa" Orang tadi cuma gores kok,
nggak dalam cuma goresannya panjang, jadinya
darahnya rada banyak."
"Tanya lagi, tanya lagi... gue masih belum yakin,
yang agak susah." "Nama lengkap lo?"
"Adrian Adriano." "Rumah di...?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Jalan Bumi, Mayestik Jakarta Selatan. Tuh kan
bener gue masih waras. Udah deh" "Yang lebih susah... yang lebih susah."
"Manchester United juara champion berapa
kali?" "Dua!"
"Tahun berapa aja?"
"69 sama 99... wee..."
"Nama dosen pembimbing lo?"
"Sukonto Legowo..., tapi bacanya jangan
disambung...." "Hahaha..."
"Yang susah... musik, musik, musiknya Ian...."
"Basisnya Jamiroquai?"
"Nggak ada, Hah" Nggak ada basisnya
jamiroquai sekarang." "Ada!" Zafran keukeuh.
"Dulu ada namanya Stuart Zender, sekarang dia
udah keluar... wee... Jamiroquai belum punya
basis lagi." "Oh Stuart Zender udah keluar"
Nggak tau gue" "Yee... pinteran gue daripada lo.
Lo kali yang gegar otak, Ple." "Dia mah emang
dari lahir." "Sialan lo"
"Udah ah... berangkat lagi." "Sekali lagi, sekali
lagi." "Apa?"
"Model favorit lo?" "Paris Hilton."
"Tinggi Mahameru berapa meter dari
permukaan laut?" Ini pertanyaan yang nggak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Genta harapkan jawabannya bener karena
emang susah ngingetnya. "3676 meter... tuh masih pinter kan gue"
"Bener, Ta?" semuanya bertanya ke Genta.
Genta mengangguk. "Yes..." Ian sehat-sehat aja, Genta memeluk Ian.
Angin pagi dan matahari hangat menyapa
mereka di jalur pendakian Mahameru.
Semuanya menarik napas lega. Dinda terlihat
tersenyum manis memeluk abangnya. Rasa
sakitnya sudah hilang. "Yuk... masih ada satu tugas lagi buat kita."
Genta menatap Mahameru yang tinggal dalam
hitungan puluhan meter lagi. Semua tersenyum
lega menatap ke atas, sesuatu telah datang lagi
di hati mereka dan satu potongan hati pun
harus mereka tinggalkan di situ, sesuatu yang
nggak akan mereka lupakan seumur hidup.
"Duluan ya Mas-mas dan Mbak-mbak. Ayo
sebentar lagi sampai puncak langsung upacara
bendera di atas." Seorang mahasiswa yang
memakai jaket almamater lewat sendirian,
membawa bendera merah putih. Ia tersenyum
manis sekali saat menyapa.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Oh iya, Mas. Silakan duluan," Zafran tersenyum
ramah membalas sapa ramah si mahasiswa.
"Aneh ya, Ple. Naik gunung kok pake jaket
almamater." "Itu namanya cinta kampus, Yan."
"Tapi kayaknya gue pernah ngeliat."
"Jaketnya sih warnanya hampir sama dengan
jaket almamater kampus gue."
"Anak kampus lo kali, Yan... tanyain gih!"
"Iya juga ya, wajahnya familiar, sepertinya
pernah gue liat. Ntar aja di puncak juga ketemu.
Jarang-jarang ketemu teman satu kampus di
sini." Ian dan Zafran terus mendaki. Kali ini mereka
tambah bersemangat setelah melihat bendera
merah putih yang dibawa oleh mahasiswa tadi.
"This is it... the end... of our journey..."
Genta berhenti sebentar di antara dua buah
batu besar. Jalur pendakian tampak berhenti di
situ. Mereka masih belum sampai puncak,
pemandangan puncak Mahameru masih
tertutup gundukan tanah kecil di depan mereka.
"Hanya beberapa langkah lagi... kita sampai di
puncak...." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Hold my hand please..." Genta menjulurkan
tangannya ke Riani di belakangnya.
Riani tersenyum menggandeng tangan Dinda di
belakangnya, Dinda memegang tangan Ian,
Zafran dan Arial terus menyambung genggam
an itu. "Siaaap?" Genta tersenyum lepas... semuanya
memandang satu sama lain. Setengah berlari
mereka bergandengan memasuki jalur akhir
pendakian yang tinggal sepuluh meter lagi.
Tujuh meter.... Lima meter.... Tiga meter.... ...!!!! "Dan... kita di Mahameru...."
Keenam anak manusia itu seperti melayang saat
menjejakkan kaki di tanah tertinggi di Pulau
Jawa. Waktu seperti terhenti, dataran luas
berpasir itu seperti sebuah papan besar
menjulang indah di ketinggian menggapai langit,
di sekeliling mereka tampak langit biru-sebirubirunya-dengan sinar matahari yang begitu
dekat Awan putih berkumpul melingkar di
bawah mereka di mana-mana, asap putih tebal
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
yang membubung di depan mereka sekarang
terlihat jelas sekali kepulannya.
Masih dengan bergandengan mereka berputarputar di puncak Mahameru. Mereka seakan
terbang melayang-layang, genggaman mereka
semakin erat rasa yang ada tak terbayangkan,
tidak ada lagi tanah lebih tinggi yang mereka
lihat, tinggal langit saja-itu pun seperti bisa
tersentuh. Bentangan awan di bawah mereka
seakan menunduk ikut menyembah
Mahameru... genggaman mereka pun semakin
keras. Semuanya mencopot segala macam
atribut yang membebani wajah semenjak tadi
malam, membiarkan rambut-rambut beriapan
dan wajah merasakan udara di tanah tertinggi di
Pulau Jawa. Mata mereka seakan tidak mau terpejam
menikmati pemandangan yang begitu luar
biasa... sepilas bayang-bayang perjalanan
mereka lewat satu-satu di depan mata mereka.
Matarmaja, Lempuyangan, hutan jati antara
Madiun dan Nganjuk, Angkot Mas Gembul,
perjalanan di atas jip menyapa Bromo dan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
padang pasirnya, Ranu Pane, keajaiban hati
yang mereka tinggalkan di Ranu Kumbolo,
padang ilalang, edelweis, Kalimati, Arcopodo,
surat dari Deniek untuk Adrian, Arial yang nggak


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kenal menyerah, hujan batu, Dinda dan Ian yang
tergeletak, teriakan Zafran yang membelah
langit memanggil nama Ian.... Tak terasa mata
mereka berkaca-kaca, keyakinan dan tekad
mereka telah mengalahkan segalanya. Mimpi
mereka untuk menginjak tanah ini telah
menjadi kenyataan, semuanya berawal dari
mimpi dan usaha yang tak kenal lelah...
keajaiban tekad dan doa telah mengalahkan apa
pun hari ini. Hari ini mimpi yang mereka bangun
menjadi kenyataan. Mata mereka masih melihat sekeliling, sedikit
pun tidak mau terpejam. Pemandangan yang
sangat indah...sangat indah.
"Biasanya kalo manusia ngerasain keindahan
yang amat sangat, dia secara refleks akan
memejamkan mata dan membawa keindahan
itu ke hati karena keindahannya nggak bisa
diucapkan dengan kata-kata atau diterjemahkan
dengan cara apa pun sama indera fisik. Tapi
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sekarang kayaknya di sini teori itu bisa
dibantah...," Arial berkata lembut.
Semuanya tersenyum dan menoleh ke Arial.
Rombongan kecil anak manusia itu bersujud
syukur di puncak Mahameru, mengucapkan rasa
terima kasih yang tak terhingga kepada Tuhan
dan kepada tanah yang telah menghidupi
mereka, Ibu yang selalu memberikan tanah dan
airnya setiap hari. Ibu yang akan selalu
mencintai anak-anak bangsa. Air mata yang
berjatuhan membasahi pasir di puncak
Mahameru, membuat rasa terima kasih mereka
menjadi begitu indah. Mereka berenam
berpelukan sangat erat, air mata kembali jatuh,
menjadi saksi bening dan eratnya persahabatan
mereka. Hujan abu turun lagi. Kali ini mereka bisa
melihat asap tebal yang mengepul keluar dari
"Jonggring Saloka" kawah Mahameru.
Kerumunan puluhan pendaki yang baru sampai
tampak bersujud syukur, saling berpelukan dan
menangis. Yang lain tampak bergembira berfoto
ria dengan latar belakang kepulan asap dan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
hujan abu Mahameru. Di ketinggian ini,
kebahagiaan seperti terbang ke langit dan
memantul kembali. Tidak pernah terbang
terlalu tinggi dari tanah ini, di pagi yang begitu
indah ini, di antara kebahagiaan ini, di tanggal
tujuh belas Agustus. Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini...
Para pendaki tampak berbaris teratur di puncak
Mahameru. Di depan barisan tertancap tiang
bendera bambu yang berdiri tinggi sendiri
dengan latar belakang kepulan asap Mahameru
dan langit biru. "Pengibaran Sang Saka Merah Putih di puncak
Mahameru." Teriakan seorang pendaki,
memecah segala suara yang ada saat itu,
menimbulkan keheningan yang mendadak.
Hanya suara angin dan desir pasir yang ada.
Tiga orang pendaki tampak berbaris, mendekati
tiang bendera. "Deniek!" Ian mendesis setengah berteriak.
Sebentuk wajah yang pernah mereka kenal
tampak menjadi salah satu pengibar bendera
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
itu. Puncak Mahameru masih dalam
keheningan. Suara tali yang mengerek bendera
di tiang bambu Itu pun terdengar jelas. Hingga
akhirnya Sang Dwi Warna melebar gagah
terbentang. Srrt..bhet! "Benderaa... siap!!!"
"Kepada..., Sang Saka Merah Putih!
Hormaaaat..." suara teriakan lantang memecah
keheningan puncak Mahameru.
Seluruh pendaki serentak memberi hormat
dalam keheningan, suara gesekan pakaian
mereka saat memberi gerakan menghormat
terdengar serempak. Indonesia Raya berkumandang di puncak
Mahameru Indonesia.... Tanah Airku. Tanah tumpah darahku.... Di
sanalah aku berdiri..jadi pandu ibuku. Indonesia
kebangsaanku, bangsa dan tanah airku....
Marilah kita berseru Indonesia... bersatu...
Suara sesenggukan jelas terdengar di antara
barisan pendaki kala Indonesia Raya
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
berkumandang memenuhi pendengaran seluruh
makhluk Tuhan yang paling sempurna di hari
itu. Deniek tampak menengadah memandang
bendera, bibirnya terkatup rapat mencoba
menahan haru. Tangannya bergetar menarik
Sang Saka Merah Putih yang perlahan naik.
Bayangan Adrian lewat sepilas di matanya, di
antara kain Merah Putih... dan Deniek pun tak
tahan lagi. Dadanya berguncang keras, air
matanya menetes perlahan seirama dengan
tarikan tangannya di tali tiang bendera.
Ian yang melihat pemandangan itu langsung
tertunduk, air matanya jatuh membasahi pasir
Mahameru. Hiduplah tanah ku hiduplah negriku Bangsaku
rakyatku semuanya Bangunlah jiwanya.... Bangunlah badannya
untuk Indonesia raya Tangan kanan Zafran yang menempel di
keningnya tergetar dalam posisi hormat Tangan
kiri Zafran tak henti-hentinya menghapus air
mata yang jatuh, tidak ada perasaan yang bisa
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menandingi saat itu. Hari ini dia menyanyikan
lagu kebangsa-annya di tempat yang indah,
setelah melewati perjuangan berat yang tidak
biasa, Indonesia raya... merdeka merdeka.... Tanahku
negriku yang tercinta.... Indonesia raya merdeka
merdeka.... Hiduplah Indonesia raya....
Genta melihat sekelilingnya, hampir semua
pendaki menyanyikan Indonesia Raya dengan
lantang dan khidmat Beberapa pendaki tampak
menyanyi terpenggal-penggal karena menahan
tangis. Genta menunduk melihat tanah pasir
yang dipijaknya, kembali dia menemukan
ibunya yang lama hilang, yang telah
menjumpainya di malam Ranu Pane, Ibu itu
kembali menjumpainya di sini.
Mata Arial tak lepas dari bendera. Walaupun
wajahnya terlihat tegar, beberapa tetes air
mata jatuh di pipinya. Arial membiarkannya,
merasakan lembutnya air mata lewat di kulit
pipinya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Indonesia raya merdeka merdeka... Tanahku
negriku yang kucinta... Indonesia raya merdeka
merdeka... Dinda memincingkan matanya yang sudah
basah. Matanya terus mengikuti kain bendera,
di belakang bendera tampak asap Mahameru
bergumpal-gumpal seiring laju bendera.
Mulutnya bernyanyi terpenggal-penggal.
Wajah Riani basah oleh air mata, barisan tangan
rapat di depan keningnya menekan keras sekali,
tangan larinya terus merekam Sang Saka Merah
Putih yang bergerak menuju ujung tiang.
Hiduplah Indonesia raya....
Dan Sang Saka Merah Putih berkibar kencang
tertiup angin di ketinggian lebih dari tiga ribu
lima ratus meter, berkibar megah di tanah
tertinggi Pulau Jawa. YEAH...!!! teriak semua pendaki serentak
membahana memecahkan keheningan, disusul
dengan saling berpelukan. Sekali lagi Sang
Dwiwarna berkibar di puncak Mahameru tahun
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ini. Suara-suara tangis bahagia dan teriakanteriakan penuh semangat terdengar memenuhi
puncak. Hampir seluruh pendaki di situ tak bisa
menahan haru. Di pagi ini semua merasa dekat
sekali satu sama lain, bergembira dengan hati
sesak penuh kebanggaan. Di sini... di Mahameru
tanggal tujuh belas Agustus... Tanah Air ini
indah sekali. Ibu Pertiwi pun tersenyum melihat
anak-anaknya yang bergembira di atas
pangkuannya. Arial mengeluarkan MP3-nya. Open File...
Songs... Indonesiaku indah....
Open File.... Cokelat... Bendera Selected....
Speaker Selected.... Play.... Bendera. Cokelat.
Biar saja ku tak sehebat matahari tapi slalu
kucoba tuk menghangatkanmu biar saja ku tak
setegar batu karang tapi selalu kucoba tuk
melindungimu Mereka berenam berpelukan dalam rangkulan
membentuk lingkaran kecil. "Sebuah
kehormatan bagi saya. Saya... Genta telah
mendaki Mahameru bersama kalian tercinta...
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
di Tanah Air tercinta ini. Kehormatan ini tidak
akan saya lupakan seumur hidup saya."
Genta mengucapkan kalimat tadi sambil
berkaca-kaca menatap teman-temannya.
Pelukan mereka bertambah erat.
"Suatu kehormatan juga bagi saya dan
kehormatan itu buat kita semua... saya Arial,
seorang yang sangat mencintai tanah ini."
Biar saja ku tak seharum bunga mawar Tapi
selalu kucoba tuk mengharumkanmu Biar saja
ku tak seelok langit sore Tapi selalu kucoba tuk
mengindahkanmu "Juga bagi saya... Arinda, Indonesiaku... saya
mencintaimu sepenuhnya."
"Semuanya berawal dari sini...," Zafran
menunjuk keningnya, "Saya Zafran, saya
mencintai negeri indah dengan gugusan ribuan
pulaunya sampai saya mati dan menyatu
dengan tanah tercinta ini."
Kupertahankan kau... demi kehormatan
bangsa., kupertahankan kau... demi tumpah
darah... semua pahlawan pahlawanku...
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Riani menarik napas panjang menahan tangis,
"Dan selama ribuan langkah kaki ini, selama hati
ini bertekad, hingga semuanya bisa terwujud
sampai di sini, jangan pernah sekali pun kita
mau menyerah mengejar mimpi mimpi kita....
Saya Riani, saya mencintai tanah ini dengan
seluruh hati saya." Merah putih teruslah kau berkibar... di ujung
tiang tertinggi., di Indonesiaku ini
"Saya Ian... saya bangga bisa berada di sini
bersama kalian semua. Saya akan mencintai
tanah ini seumur hidup saya, saya akan
menjaganya, dengan apa pun yang saya punya,
saya akan menjaga kehormatannya seperti saya
menjaga diri saya sendiri. Seperti saya akan
selalu menjaga mimpi-mimpi saya terus hidup
bersama tanah air tercinta ini."
Merah putih... teruslah kau berkibar... di ujung
tiang tertinggi., di Indonesiaku ini
Merah putih ku akan selalu menjagamu
"Yang berani nyela Indonesia., ribut sama.gue"
Ian tersenyum ke teman-temannya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Keenam sahabat itu melihat ke langit,
berbarengan mereka mengucapkan, "Terima
kasih...." Udara beruntai ucapan rasa syukur di antara
pelukan hangat itu naik ke atas, melewati
kibaran kain Sang Saka Merah Putih terbang
pelan menuju ke langit biru, melintas cepat di
antara sinar matahari dan awan putih, lalu
perlahan menghilang. Mata mereka masih
melihat langit biru, entah mengapa mereka
percaya bahwa kali ini rasa terima kasih itu pasti
terdengar, tidak ada fakta ataupun ilmu
pengetahuan di seluruh dunia ini yang bisa yang


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa membukukannya. Tapi mereka hanya perlu
mempercayainya. Ranu Kumbolo, Tujuh belas Agustus. Setengah delapan malam.
Wajah-wajah penuh ceria di antara nyala api
unggun terlihat jelas di tanah surga Mahameru.
Keenam sahabat itu asik bercengkerama di
tengah udara dingin Ranu Kumbolo. Malam itu,
Ranu Kumbolo terlihat sangat tenang, bulan dan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
bintang tampak jelas memantul di
permukaannya, pohon-pohon cemara gelap
menghitam tampak bergerak lembut.
Zafran menatap teman-temannya, "Keren ya...."
"Apa, Ple?" "Tadi pagi." "Iya, keajaibannya masih gue rasain sampai
sekarang." "Apalagi upacara benderanya,
Indonesia Raya-nya." "Pertamanya gue nggak
bisa percaya bisa sampai puncak." "Sama."
"Gue terlalu pede, malah tepar." Arial
tersenyum kecil "Hehehehe...."
"Belajar banyak lo tuh Rambo." "Betul sekali."
"Bukan Rambo aja lagi, kita semua juga...." Ian
melihat jauh ke depan... "Masih nggak percaya
lho, gue bisa sampe di sana."
"Iya, masa ada Teletubbies di Mahameru...."
"Hahaha...." "Sekarang. gue tau alasan Mas Gembul
langsung tobat abis dari Mahameru," kata Ian
lagi. "Iya." Zafran mengangguk.
"Zafran yang sekarang juga bukan Zafran yang
dulu lagi." "Betul sekali."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Mudah-mudahan nggak ada Achilles nyasar
lagi." "Achilles sih tetep," Zafran tertawa kecil
melihat teman-temannya. "Yahh...Juple mah..."
"Sekali Achilles tetep Achilles," Zafran
tersenyum-senyum. Ian memegang-megang
perutnya, "Kayaknya perut gue makin kecil deh"
"Ngarang." "Bener...," Ian menepuk-nepuk perutnya yang
lebar. "Lo harusnya periksa ke dokter, Yan,"
Genta ketawa ngeliat teman yang satu ini.
"Kenapa?" "Yah, efek samping krim pembesar anu kan bisa
bahaya." Zafran yang udah gatel mau nyela langsung
nyela, "Enggak lagi, mendingan dia ikutan
iklannya di TV, pasti langsung laku. Kan jelas
terbukti, bisa membesarkan biarpun nggak
sengaja gara-gara ketumpahan."
"Hahaha... rese... hahaha," Ian tertawa keras.
Angin dingin Ranu Kumbolo bertiup lagi.
"Deniek mana" Katanya mau ikutan gabung?"
ujar Riani. "Nggak tau... kecapekan kali."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tendanya sih udah ketutup, apinya udah mati,
tidur kali dia." Tiba-tiba Ian jadi serius, "Gue nggak jadi ah ke
Manchester...." "Haah" Kenapa?" semuanya
bingung. "Enakan di Indonesia."
"Katanya males sama semuanya, sama
rakyatnya, sama pemerintahnya."
"Nggak jadi ah malesnya." "Hahaha...."
"Lagian lo kalo ditimbang juga nggak boleh
masuk pesawat penumpang, disuruh langsung
ke kargo," Genta nyahut lalu tertawa keras.
"Lebih baik di sini, rumah kita sendiri."
"Lagu kan tuh?" tanya Zafran.
"Iya, lagunya God Bless."
Ian menatap sekitarnya dan meneruskan, "Iya
lebih enak di Indonesia, baru sadar gue banyak
siaran langsung sepakbola,. trus juga yang
paling penting temen-temen gue di sini, dari
lahir gue di sini memakai tanahnya, minum
airnya. Masa gue nggak ada terima kasihnya....
Di luar negeri mana ada abis nonton The Groove
nonton layar tancep."
"Iya, mana ada wafer superman... mana ada
lempeng gapit... mana ada nasi uduk...."
Mana ada Indomie," Zafran ikutan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tul... sekali!"
Ian melanjutkan, "Inget nggak, kalo kita
begadang nonton bareng siaran langsung Liga
Champion atau Piala Dunia, sebelumnya teriakteriak main PS. Habis itu bikin Indomie kari
ayam, terus nonton bola teriak-teriak lagi
sampe pagi... abis itu nggak tidur. Makan nasi
uduk Betawi pagi-pagi, minum teh pahit anget,
dengerin cablakan orang Betawi yang luculucu."
"Hahaha... iya gue inget," sambut Arial.
"Apa katanya waktu itu, Yan?"
"Iya, gue kan lagi masuk angin, abis dikerokin...
eh mpok-mpok Betawi nyablak. 'Eh tong,
daripada masuk angin mendingan lo masuk TNI'
katanya." "Hahaha...," Genta menyenggol bahu Ian.
"Ada lagi Yan. Inget nggak kalo malam Minggu
kita lagi mati gaya nggak tau lagi mau ke mana.
Kita jalan-jalan aja muter muter Jakarta... ke
Menteng," Genta menyenggol bahu Ian.
"Godain bencong. Hihihi!" Zafran berteriak
kecil. Riani tersenyum, "Inget nggak waktu itu malam
Minggu jam tiga pagi kita berhenti di atas
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Jembatan Semanggi, terus teriak-teriak dari atas
jembatan, tiduran-uduran di tengah jalan. Abis
itu kita bengong-bengong ngeliat Jalan
Sudirman dan Gatot Subroto yang lengang
kosong, tapi keren banget. Lampu-lampu jalan
dan lampu gedung bertebaran, kayaknya
Jakarta punya kita doang."
"Hahaha... gue inget. Sama kalo kita lari Jumat
sore di Senayan...," Arial berbinar-binar.
"Yo'i... sepi, tapi udaranya enak."
"Abis itu kita makan roti bakar Wiwied di
Fatmawati, atau roti bakar Eddi... keren ya?"
Ian menatap kosong ke depan, "Gue nggak
bakal nemuin itu di luar negeri."
Genta menambah panjang celetukan-celetukan
itu, "Apalagi kalo kita nongkrong di parkir timur
Senayan, abis main bola pasir di ABC...."
"Wah yo'i... sambil nyari CD."
"Parkir timur... gue dulu belajar nyetir mobil di
sana tuh." "Sama, semuanya... juga."
Genta tampak berbinar-binar, "Apalagi kalo
bulan puasa...." "Oh... yo'i..., Ta! Pasti banyak banget buka
puasa barengnya sama temen SMA-lah, temen
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kampuslah, temen kantorlah, temen di mana
lah, di sana, di sini...."
"Apalagi kalo malam takbiran... besoknya
Lebaran...." "Sungkem." "Halal Bilhalal... ketemu temen-temen lagi."
"Sebenarnya orang Indonesia itu kebanyakan,
banyak temennya ya?"
"Seneng temenan...."
"Tapi ada lagi. Sebenemya orang Indonesia itu
kan paling kreatif sedunia," ujar Dinda.
"Maksudnya?" "Coba mana ada ojek payung di luar negeri...
three in one aja jadi duit di Indonesia."
"Hahaha... bener juga Dinda."
"Terong sama jengkol aja dimakan... hahaha...."
"Banyak banget makanannya... berarti kreatif."
"Mau dipanjangin nih" Apa aja ada, pempek,
masakan Padang, nasi pecel Madiun, nasi timbel
pake sayur asem sama ikan asin, tahu-tempe
sambel terasi ayam goreng...."
"Tahu tek, tahu campur...."
"Cotto Makasar...."
"Bubur Manado, wuih...."
"Sate!" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Sumpah... enggak ada yang nggak enak."
"Lebih baik di sini, rumah kita sendiri."
"Gitu dong, Yan. Akhirnya pendapatan seluruh
pegawai Indofood terselamatkan, omset
Indomie nggak jadi turun."
"Bebek air Taman Mini jadi nggak kurang satu."
"Hahaha..." Tawa mereka memenuhi malam di
Ranu Kumbolo. "Eh, gue mau cerita sebentar, tapi jangan pada
takut ya, mungkin juga gue salah."
Zafran melihat sebentar ke tenda Deniek yang
sudah gelap, lalu melihat ke Ian.
"Yah, Ple jangan diceritain malam-malam,
merinding gue, lagian belum tentu bener." Ian
garuk-garuk kepala sambil melihat Zafran.
"Apaan sih?" Genta dan yang lain jadi
penasaran. "Inget nggak tadi kira-kira sedikit lagi kita
sampai puncak Mahameru ada mahasiswa
seumuran kita pake jaket almamater, bawa
bendera Merah Putih, lewat sendirian. Yang
negur kita semua itu. Gue aja masih inget,
katanya 'Duluan ya... Mas-mas, Mbak-mbak...
ayo sebentar lagi sampai puncak, langsung
upacara bendera di atas...."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Nggak inget," semuanya memasang tampang
bingung, kecuali Ian dan Zafran yang masih
penasaran. "Inget nggak" Cuma dia satu-satunya yang pake
jaket almamater di situ. Masa nggak inget, kan
dia negur kalian. Waktu gue liat bendera sama
senyumnya yang seperti ngasih semangat, gue
langsung semangat lagi?"
"Kayaknya nggak ada deh yang jalan sendirian,
negur kita pake bawa bendera. Kebanyakan
rombongan gitu," Riani meyakinkan.
Ian menarik napas dan berujar. "Sumpah lo"
Gue sama Juple ngeliat banget, ya kan Ple?"
"Iya jelas, kan lo bilang sendiri Yan, jarangjarang ketemu temen kampus di sini."
"Ada nggak" Dia doang tuh yang pake jaket
almamater," Zafran menatap tajam ke tementemennya.
"Iya nggak ada."
"Lo liat, Ta?" "Nggak." "Ni?" "Nggak." "Rambo?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Nggak, sumpah deh gue nggak bohong?"
"Dinda" Kalo Dinda nggak mungkin bo'ong."
"Nggak liat juga."
"Ian...." Zafran langsung nengok ke Ian.
"Juple...." Ian melakukan hal yang sama,
wajahnya tampak memelas. "Yah bener!" pori-pori keduanya mengembang,
tengkuk mereka berdua dingin dan merinding.
Angin dingin Ranu Kumbolo tiba-tiba berembus.
"Kenapa" Emangnya lo berdua ngeliat apa?"
Ian dan Zafran masih saling pandang, wajah
mereka tampak tegang. Zafran menarik napas
dan mulai bicara lagi....
"Berarti bener, tadi pagi di jalur Mahameru ada
Adrian dan dia ikut naik bareng kita sambil
bawa bendera Merah Putih."
"Gue sama Juple ngeliat dia," ujar Ian. "Kok bisa
begitu?" "Iya, tadi pas turun dari puncak, gue sama Ian
kan berhenti sebentar di nisannya Adrian. Gue
sama Ian ngeliat fotonya dia lagi, yang ada di
suratnya Deniek. Kita waktu itu langsung kaget,
kok mirip banget sama mahasiswa yang negur
kita di atas. Warna jaket almamaternya sama,
sama persis dan lagi pegang bendera juga. Kita
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sih agak takut juga tapi, gue kira kalian hat juga
maka-nya kita mau tanya."
"Pantesan, Ple, mirip banget," Ian menunduk.
"Iya tadi pagi kita ngobrol sama Adrian."


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ta lo liat nggak sih?"
"Enggak." "Enggak." "Lo berdua nggak bo'ong?" Genta menatap
tajam Ian dan Zafran. "Sumpah!" "Tanya Ian." "Tanya Juple."
Serentak semuanya menarik napas panjang,
menengok ke tenda Deniek yang sudah gelap.
Mereka malas mikir panjang lagi.
"Nggak pa-pa lah di gunung emang. suka banyak
yang aneh-aneh," ujar Genta.
"Lagian dia kan juga nggak ganggu, malah ikut
nyemangatin," ujar Riani.
"Mungkin Adrian mau berterima kasih, tadi
malam kita udah doain dia...," ujar Dinda. "Betul
juga sih." "Lagian Adrian kan baik banget, dari suratnya
Deniek lo bisa tau." "Iya."
"Udah gak papa." "Dia juga teman kita."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Zafran berbicara lagi, "Kalo gue meninggal juga,
gue mau tuh dikenang kayak gitu sama semua
orang." "What's the maksud?"
"Dikenang sebagai orang yang baik. titik.
Dikenal sebagai orang yang selalu bisa
memberikan manfaat bagi orang lain."
"Karena sebaik-baiknya manusia, adalah
manusia yang bisa memberikan manfaat sama
orang lain." "Nggak pernah bosen tuh gue dengar... katakata itu keren banget."
"Betul juga lo, Ple."
"Jadi orang yang bisa membuat napas orang lain
menjadi sedikit lebih lega karena kehadiran kita
di situ... karena ada kita di situ."
"Indah banget kayaknya bisa jadi orang kayak
gitu." "Eh gue jadi inget...," Arial membuka
pembicaraan. "Tau Alfred Nobel?"
"Tau, namanya kan didedikasikan untuk
penghargaan manusia buat ilmu pegetahuan
dan kemanusiaan." "Iya hadiah Nobel...."
"Kalo nggak salah dia kan juga penemu serbuk
bahan peledak dinamit ya?"
"tul... gara-gara dinamit dia jadi kaya banget."
"Trus... trus...."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Arial meneruskan, "Nah suatu hari Alfred Nobel
baca koran dan membaca berita dukacita. Isinya
kira-kira begini...."
"Telah meninggal dunia, Alfred Nobel, seorang
ilmuwan besar sekaligus pencipta bahan
peledak yang telah kaya raya dengan membuat
sengsara jutaan orang dengan kematian."
"Ih... kasihan bener."
"Lho... kan Alfred Nobelnya masih hidup?"
"Makanya berita itu salah, korannya salah,
dikira yang meninggal Alfred Nobel, nggak
taunya bukan Alfred Nobel yang dia" "Oh...."
"Trus?" "Alfred Nobel kaget dan tersentak, 'Oh jadi gini
kalo nanti saya meninggal orang akan
mengenang saya sebagai sosok yang telah
membuat banyak orang sengsara....'"
"Padahal hati kecilnya nggak mau dibilang
begitu." "Iyalah, lagian juga siapa yang mau."
"Sejak saat itu seluruh kekayaannya dia
sumbangkan untuk penghargaan bagi umat
manusia sampai sekarang... ya hadiah Nobel
itu." "Oh... gitu ceritanya."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Jadi, Alfred Nobel kalo meninggal nggak mau
dikenang sebagai pencipta kesengsaraan, dia
mau bener-bener hidup di dunia ini sebagai
seorang manusia yang baik."
"Jadi gara-gara itu ada hadiah Nobel."
"Yup!" "Siapa sih yang meninggalnya mau dikenang
sebagai orang jahat?"
"Lagian siapa yang mau...." "Iya siapa yang
mau?" "Sumpah gue juga nggak mau."
Malam terus beranjak di Ranu Kumbolo. Udara
malam di tepi danau makin bertambah dingin.
Ian masih melihat-lihat perutnya.
"Iya, gue kurusan."
Genta menatap Ian heran. "Kok lo malah nggak
tepar ya, Yan" Gue kaget juga sama lo. Padahal
lo tersangka pertama gue." "Kejadiannya sama
kayak waktu gue bikin skripsi," ujar Ian.
"Maksudnya?" "Gue udah taruh puncak Mahameru di sini." Ian
menunjuk keningnya, "Sama, waktu gue ngejar
skripsi, gue taruh skripsi itu di sini." Ian
menunjuk keningnya lagi, "...dan apa pun
halangannya, gue nggak akan mau nyerah."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Sama... gue juga suka begitu," Riani setuju
sama Ian. Riani meneruskan, "Iya betul... sori bukannya
sombong, tapi selama gue magang, gue terus
percaya sama keinginan gue kalo dalam satu
bulan gue harus bisa pegang liputan... eh bener
kejadian." "Sama, gue juga. kalo ada event bagaimana pun
susah ngejalanin-nya, gue tetap usaha dan gue
taruh semuanya di sini" Genta menunjuk
keningnya juga, "Ada yang bilang... Whether
you believe you can or whether you believe you
can't... you're absolutely right!"
" Keren... quote-nya. siapa tuh, Ta"
"Henry Ford!" "Oh...." Zafran tersenyum ke teman-temannya. "Yang
penting kita tau dan yakin atas keinginan kita
masing-masing dan selalu percaya pada
keyakinan kita itu."
"Sama, Dinda juga entah kenapa keinginan
Dinda kuat banget sampe ke puncak. Walaupun
capeknya nggak ketahan, Dinda terus percaya
kalo Dinda bisa sampe puncak. Kalo fisik,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mungkin udah habis, tapi kepercayaan Dinda
nggak ada habisnya."
"Apalagi waktu lo ilang di hutan ya, Ta?" Arial
menatap Genta. "Hah" Lo pernah ilang di mana, Ta?"
"Sori, gue belum pernah cerita ya."
"Terakhir gue ke Mahameru, gue kan ilang
seharian di hutan sehabis padang ilalang tadi."
"Haaaa?" "Pantesan kemarin kayaknya panik banget...
diem aja, untung ada gajah bledug Dufan
datang menghibur" "Trus gimana bisa keluar?"
"Waktu itu badan gue udah capek banget.
Makanan dan minuman udah habis... tapi di sini
gue tetap yakin kalo gue bisa selamat dan
keluar dari hutan ini."
"Lo nggak takut, Ta?"
"Sumpah, itu takut yang paling takut sepanjang
sejarah. Sendirian malam-malam di hutan, tapi
akhirnya gue tetapkan hati gue kalo gue nggak
boleh takut. Akhirnya, gue ambil rasa takut itu
dari kepala gue, terus gue taruh di telapak
tangan gue. Pokoknya, gue liatin dan gue
pelototin rasa takut itu sampe rasa takut itu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
akhirnya takut sendiri sama. gue... dan rasa
takut itu akhirnya pergi."
"Itu namanya Kecerdasan Emosional,
Intrapersonal skills. Perseverance,"*(Keteguhan
tekad) ujar Ian. "Apaan tuh?" tanya Genta.
"Pokoknya berarti EQ, lo nggak jongkok."
"Maksudnya?" Genta belum ngerti.
"Ntar baca aja skripsi gue."
"Trus, trus...."
"Ya udah, gue terus aja jalan, jalan, dan jalan.
Gue terus pelihara keyakinan gue. Gue terus
bilang kalo gue nggak bisa nyerah. Akhirnya gue
tiba di Kalimati dan ketemu rombongan...
Alhamdulillah. Itu gara-gara gue terus tetapkan
kalo gue nggak bisa nyerah."
"Nggak mau nyerah," ujar Zafran.
"Bukan nggak mau nyerah, tapi nggak bisa
nyerah. Kalo kita bilang nggak mau nyerah
berarti ada kemungkinan kita mau nyerah. Tapi
kalo lo udah bilang lo nggak bisa nyerah...
sepertinya itu kata terakhir."
"Gue nggak mau nyerah... karena gue nggak
bisa nyerah...." "Iya juga ya." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Arial tertunduk memandang api unggun di
depannya. "Gue juga waktu tepar di atas sana
badan rasanya udah dingin banget, tapi entah
kenapa, gue masih percaya kalo gue bisa sampai
puncak Walaupun nggak ada buktinya, gue
tetep percaya." Zafran menatap ke nyala api dan berkata, "Our
greatest glory is not in never f ailing... but in
rising every time we fall."
"Keren!" "Siapa tuh, Ple?"
"Confucius." "Gue setuju banget tuh."
"Jadi kalo kita yakin sama sesuatu, kita cuma
harus percaya, terus berusaha bangkit dari
kegagalan, jangan pernah menyerah dan taruh
keyakinan itu di sini...." Zafran meletakkan
telunjuk di depan keningnya.
"Betul... banget Taruh mimpi itu di sini...,"
Genta melakukan hal yang sama.
"Juga keinginan dan cita-cita kamu," ujar Arial.
"Semua keyakinan, keinginan, dan harapan
kamu...," Riani berkata pelan.
"Taruh di sini...," Dinda ikut meletakkan telunjuk
di depan keningnya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Muka Ian tampak menyala, matanya mengkilat
diterangi cahaya api unggun. "Betul! begitu juga
dengan mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu,
keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar
taruh di sini." Ian membawa jari telunjuknya
menggantung mengambang di depan
keningnya.. "Kamu taruh di sini... jangan menempel di
kening. Biarkan... dia.. menggantung... mengambang... 5 centimeter... di depan kening kamu...."
"Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata
kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan
kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan
percaya bahwa kamu bisa. Apa pun
hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri,
kalo kamu percaya sama keinginan itu dan
kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan
berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu
akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan
diri...." "...Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter
menggantung mengambang di depan kening
kamu. Dan... sehabis itu yang kamu perlu...
cuma...." "Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari
biasanya, tangan yang akan berbuat lebih
banyak dari biasanya, mata yang akan menatap
lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih
sering melihat ke atas."
"Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari
baja...." "Dan hari yang akan bekerja lebih keras dari
biasanya...." "Serta mulut yang akan selalu berdoa..."
"Dan kamu akan selalu dikenang sebagai
seorang yang masih punya mimpi dan


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keyakinan, bukan cuma seonggok daging yang
hanya punya nama. Kamu akan dikenang
sebagai seorang yang percaya pada kekuatan
mimpi dan mengejarnya, bukan seorang
pemimpi saja, bukan orang biasa-biasa saja
tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh
keadaan. Tapi seorang yang selalu percaya akan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
keajaiban mimpi keajaiban cita-cita, dan
keajaiban keyakinan manusia yang tak
terkalkulasikan dengan angka berapa pun....
Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpimimpi itu akan terwujud nantinya karena kamu
hanya harus mempercayainya."
"Percaya pada... 5 centimeter di depan kening
kamu." SEPULUH Spectacular... Spectacular...
...yang bisa dilakukan seorang makhluk
bernama manusia terhadap mimpi-mimpi dan
keyakinannya adalah mereka hanya tinggal
mempercayainya... Sekali lagi, seribu kali lagi, sejuta kali lagi, CINTA.
Satu satu mereka masuk ke dalam tenda,
kelelahan yang sangat membuat mereka
terlelap cepat. Genta dan Riani masih ingin
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menikmati malam yang indah di Ranu Kumbolo.
Mereka berdua duduk berdekatan di depan api
unggun. Bintang-bintang bertebaran, bulan
yang putih bersih tampak di permukaan danau.
Genta melihat rasi bintang Riani terpantul di
permukaan Ranu Kumbolo. Genta sudah
meyakinkan dirinya, Genta harus bilang sama
Riani malam ini kalau rasi bintang Riani adalah
yang paling indah yang ingin Genta bawa ke
setiap malam di hatinya. Fly me to the Moonnya. Frank Sinatra bersenandung pelan di bibir
Genta. Fly me to the moon and let me play among the star
Let me see what spring is like on Jupiter and
Mars In others words, hold my hand In other words,
baby kiss me Fill my heart with song... and let me sing forever
more You are all I long for... all I worship and
adore Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
In other words please be true In other words, I
love you "Hi Genta nyanyi... Sinatra ya, Ta?" Riani
tersenyum dan menoleh ke Genta,
Genta mengangguk- sedikit rambut Riani yang
jatuh di antara keningnya membuat rasa yang
lain di hatinya. Genta bisa melihat kilatan
bintang-bintang di kacamata Riani.
"Thanks ya, Ta, buat ini semua."
Genta mengangguk, matanya memandangi api
unggun yang mulai mengecil, keremangan
tempat itu membuat suasana menjadi indah.
"Kita sering banget berduaan begini ya, Ta?"
"Iya...." "Seperti bapak sama ibunya anak-anak. Yang
lain udah pada tidur, kita masih sering ngobrol
berdua," ujar Riani lembutGenta langsung menoleh ke Riani yang masih
melihat bintang di atas sana. Hati Genta
berdesir... memang ini saatnya Riani
memandang ke langit-ada sesuatu yang ingin
dia curahkan ke Genta. Genta menarik napas panjang, mengumpulkan
keberaniannya. Jari-jarinya menarik-narik
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
rumput liar di antara kakinya. Genta menoleh ke
tenda tempat keempat temannya telah tertidur
lelap. Dan... helaan napas panjang pun terdengar
jelas. Genta me ngeluarkan suara lembut
hampir tak terdengar, menyebut nama makhluk
di sebelahnya yang wajahnya tak kenal lelah
memenuhi pikiran Genta. "Riani...."
Dan... kata-kata tumpah saat itu juga, penuh
dengan cipratan-cipratan keindahan dan
argumen lembut mengalir deras dipeluk malam
yang sangat indah bagi mereka berdua di Ranu
Kumbolo. Malam itu sebuah rahasia besar bagi
seorang anak manusia terucap dalam kata-kata,
mengalir indah penuh dengan keyakinan dan
janji-janji manusia mengalahkan kekuatan
waktu. Bintang-bintang bersinar terang. Bulan pun
kembali tersenyum, sambil menitikkan air mata
bahagia. Senyum yang manis penuh dengan
pertanyaan, tidak tahu harus berkata apa.
Sebuah keindahan cinta telah datang kembali
malam ini. Riani yang semenjak tadi mendengarkan,
menoleh lembut ke Genta, matanya berkacaKoleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kaca, tangannya lembutnya memegang erat
tangan Genta. "Terima kasih, Ta."
"Tapi... bukan... kamu, Ta."
Genggaman tangan Riani semakin keras,
membuat Genta tidak percaya pada apa yang
dikatakan Riani. Dengan jujur, kata-kata kembali
tumpah di bibir lembut Riani. Dengan sabar dia
ceritakan semuanya malam itu ke Genta yang
sudah Riani anggap lebih dari seorang sahabat.
Seorang sahabat terbaik yang pasti sangat
mengerti Riani. Riani terus bercerita penuh
kelembutan, terus bercerita, dan nama seorang
sahabat pun terucapkan di situ.
"Dia... Zafran, Ta."
Mata Genta membesar tak percaya, Genta
tersenyum lembut, kekecewannya luluh melihat
kekuatan Riani selama ini melawan semua
rasanya ke Zafran. Mata Riani sudah berkacakaca, tetapi tak ada sedikit pun air mata
menetes. Entah kenapa kekecewaan Genta
malam itu seperti hilang begitu saja Melihat
bagaimana kekuatan di mata Riani berbinarbinar bercerita tentang segala rasanya untuk
Zafran, segala impiannya, segala tingkah laku
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Zafran yang selalu bisa membuat Riani
tersenyum... Genta belum pernah melihat Riani
sebahagia itu. Keduanya melewati malam yang
indah bertaburan bintang di Ranu Kumbolo.
Genta menunjuk ke rasi bintang yang dibuatnya
untuk Riani. Rasi bintang yang paling indah buat
Genta. Riani menceritakan bagaimana Zafran
sering berpuisi sok tahu khas Zafran, tentang
bintang-bintang yang membuat mereka tertawa
lepas. Malam itu keduanya bahagia sekali.
Genta tidak pernah melihat Riani sebahagia itu
dan bagi Genta itu sudah cukup... sangat cukup.
Semua bebannya selama ini yang tidak
terkatakan ke Riani seperti lepas, dan yang
membuat Genta bahagia adalah akhirnya dia
masih punya kesempatan dan belum terlambat
untuk menyatakan segala perasannya ke Riani.
Itu adalah sebuah anugerah dari cinta yang tak
terkatakan. Bagi Genta, itu sudah cukup. Riani
tidak menitikkan setetes air mata walaupun
matanya berkaca-kaca, kekuatan Riani telah
meluluhkan Genta. Genta dan Riani tidak akan
pernah melupakan malam yang indah ini di hati
mereka selamanya Sebuah cinta memang harus
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
diungkapkan karena tidak pernah ada cinta yang
disembunyikan, kecuali oleh seseorang yang
terlalu mencintai dirinya sendiri.
Mata Zafran terpejam, tapi ia masih mendengar
degup di dadanya memukul-mukul semakin
cepat Semua percakapan tadi dia dengar,
bagaimana Riani dengan lembut menyebut
namanya, ia memejamkan matanya menarik
napas panjang, melihat wajah Arinda yang
lembut tertidur di bahu Arial. Hati Zafran masih
di situ, di antara senyum lembut Arinda yang
selalu mengisi hari harinya selama ini. Zafran
menggeleng-gelengkan kepalanya, menyesal
telah berkelakuan terlalu terus terang, tentang
perasaannya kepada Arinda di depan Riani yang
rupanya menyimpan ukiran rapi nama Zafran di
hatinya. Cinta memang bukan untuk dimiliki.
Arinda masih terpejam tapi tidak hatinya, tidak
pendengarannya. Ia langsung memeluk erat
abangnya saat mendengar aliran lembut katakata Genta. Malam itu, dalam pelukan
abangnya Dinda mencoba terlelap, tidak mau
mendengar lebih banyak lagi. Selama ini hati
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Arinda tulus sudah ia serahkan untuk Genta,
selalu untuk Genta...tidak ada yang lain... cuma
Genta. Dan, cinta sekali lagi membuktikan kekuatannya
malam itu kalau cinta ada untuk cinta itu
sendiri, bukan untuk dimiliki, bukan untuk
Genta, bukan untuk Dinda, bukan untuk Riani,
bukan untuk Zafran. Cinta memang ada untuk
dicintai dan diungkapkan sebagai sebuah
jembatan baru ke pelajaran-pelajaran
kehidupan manusia selanjutnya. Cinta yang
akan membuat manusia lebih mengerti siapa
dirinya dan siapa penciptanya. Dan, dengan
penuh rasa syukur akhirnya manusia menyadari
bahwa tidak ada cinta yang paling besar di
dunia ini kecuali cinta Sang Pencipta kepada
makhluknya. Tidak pernah ada cinta yang bisa
dimiliki oleh manusia, kecuali cinta dari Sang
Pencipta-yang tidak pernah berpaling dari
manusia dan selalu mencintai makhluk terbaik
ciptaan-Nya. Sang Pencipta tidak pernah
memberikan apa yang manusia pinta, seperti
cinta... Ia memberi apa yang manusia butuhkan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
SEPULUH TAHUN KEMUDIAN Minggu pagi di Secret Garden.
"Arian!!! jangan cabut tanaman... Papa nggak
suka...." Arial menggendong buah hatinya yang baru
berumur lima tahun. Arian memukul-mukul
perut papanya yang mulai terlihat besar, Mama
Arian tampak mendatangi mereka. "Tuh Mama
ngomel," ujar Arial.
"Kok belum pada dateng ya, Ma?" "Tuh...!"
"Japlan...!!!" Arian berteriak senang. "Alian!"
seorang anak kecil berambut gondrong
berteriak gembira mendatangi mereka.
Arial menurunkan Arian dari pangkuannya.
"Sana main sama Zafran."
"Zafran, benderanya Om Ial pegang ya, jangan
sampai jatuh." Zafran mengangguk,
memberikan bendera kain merah putih ke Arial.
"Jaga sepelti om, jaga dili om sendili."
"Hahaha... persis bapaknya" "Sana main
berdua" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Jangan nakal ya..," Indy membelai lembut
rambut Arian, harta paling berharga di dunia
yang ia miliki. "Iya...," Arian mengangguk. "Wooi
Rambo...apa kabar /o?"
Zafran menepuk bahu Arial. Badannya sudah
membesar, Zafran nggak kurus lagi. "Baik, baik!
He... Ple." Arial geleng-geleng kepala. "Anak lo... lo apain"
Kecil-kecil sok bersyair."
"Hahaha..Zafran Junior nggak jauh sama
seniornya." "Bini lo mana?" tanya Arial.
"Tuh! "Ya ampun Juple... udah isi lagi?" "Achilles
memang tokcer... hahaha...," Zafran tertawa
keras. "Mama! ada Zafran nih sama mamanya
Zafran," Arial berteriak keras memanggil Indy,
meski bingung dengan kalimatnya.
Indy tersenyum manis menghampiri.
"Ya ampun... mamanya udah isi lagi. Lo apain
Juple?" "Halo Indy... apa kabar"''
"Baik, baik... ya ampun Juple... cewek" Cowok?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Belum ketauan, masih kecil gitu, mudahmudahan cewek." Zafran memegang-megang
perut istrinya. Arial merangkul Zafran dan berujar, "Kalo cewek
jangan dinamain Riani junior juga, nggak kreatif
amat sih lo." "Nggak akan lah... papanya emang geblek dari
dulu," ujar Riani sambil membelai perutnya,
tersenyum manis ke Arial dan Indy.
"Kalo cowok lagi... gue namain Achilles." "Nggak
boleh," Riani mencubit perut Zafran yang sudah
mulai membuncit. "Iya iya,..."
"Genta mana, Ple?" tanya Arial
"Tadi kayaknya udah dateng. Di depan kali, lagi
ngobrol sama nyokap lo."
"Alian! Japlan!"
"Nah tuh jagoannya Genta!"
Sesosok anak kecil berambut tipis berlari
kencang mendekati Arian dan Zafran Jr. "Aga!.
cini!" "Udah dong mainnya kan halus latihan buat
besok." Aga mendekati teman-temannya dan
menarik tangan mereka. "Iya... udah ya mainnya!" "Yuk."
Arian dan Jr pun nurut sama Aga.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Hahaha... sumpah, Genta banget," Zafran
tertawa keras. "Halo semua,..." Genta mendatangi mereka.
"Genta, perut lo?" Arial dan Zafran terkagetkaget melihat Genta.
"Hahaha...tau nih, mamanya jago ngurus
suami." Genta merangkul istrinya yang
tersenyum manis. "Halo semua..." "Citra apa
kabar?" "Baik, baik...."
"Riani sih nggak usah nanya kabar sama Citra,
tiap hari ketemu di kantor, hari Minggu ketemu
lagi di sini," kata Indy yang sedang membawa
nampan penuh minuman. "Hahaha...." "Eh Dinda lagi di sini!" ujar Indy. "Oh... ya?"
"Ya ampun, kangen gue sama Dinda," Riani
langsung berdiri dan melongok ke dalam rumah.
"Mana, mana?" Riani bertanya-tanya.
"Paling lagi di dapur... lagi masak. Sepertinya sih
sama nyokap." "Sama Deniek?" tanya Genta.
"Iya...." "Tuh Deniek." Deniek tampak menghampiri mereka, kedua
tangannya menggendong seorang anak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
perempuan berumur tiga tahun dengan pipi
tembem menggemaskan. "Halo semua... apa kabar?" Deniek tersenyum.
Kumis tipis sekarang menghiasi wajahnya.
"Baik, baik... udah punya momongan sekarang,
Niek?" "Iya dong?" "Aduh lucu banget, siapa namanya, Niek?"
"Deninda." "Oh Deniek dan Arinda."
"Tuh Pa, kasih nama kayak gitu, masa Zafran
lagi, Achilles... lah," Riani menepuk bahu Zafran.
"Konsekuensi kawin sama artis emang gitu
Mama-sayang," Zafran merangkul Riani mesra,
"Kapan datang dari Surabaya, Niek?"
"Tadi malam. Mamanya Deninda kangen sama
ibunya." "Halo semua," sosok Arinda mendatangi
mereka. "Pa kabar Mbak Riani?" Dinda memeluk Riani
erat. "Citra...." "Bang Genta, Bang Zafran."
"Halo Dinda... Pa kabar?"
"Baik, baik," Dinda tersenyum manis.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Halooo semua..." Keluarga Ian datang memakai
baju seragam merah dengan tulisan besar di
depannya. Baju Ian bertuliskan Ayah Ian, baju
anaknya yang gembul bertuliskan nanda David,
dan Istri Ian yang tampak cantik hari itu
memakai baju bertuliskan Bunda Happy.
"Halo Mama Salma."
"Pa kabar?" "Baik, baik... kalian?"
"Baik." David langsung lari menemui keempat teman
TK-nya. "Alo... cemua."
"Eh ada Dapid."
"Alo... aga." "Alo...Japlan."
"Alo... Alian."
"Alo Dapid." "Yuk udah cemua dateng... latian yuk...," Aga
berkata polos kepada keempat temannya."
Keempatnya langsung berteriak lantang, "Udah!
Mau latihan!" "Iya, iya... SMA satu sekolah, nongkrong bareng,
punya anak, TK-nya bareng... Pusing, pusing,
kapan gue bisa lepas dari lo semua" Hahaha..."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Hahaha..." "Achilles ngomel," Genta geli melihat Zafran.
"Lo inget nggak" Dulu waktu kita nongkrong di
sekolah, kita ngayal nanti kalo udah punya anak,
kayak gimana yah" Bayangin anak kita masingmasing pada bercanda kayak bapaknya... pasti
ancur." "Ini kejadian!"
"Hahaha..." "Tiangnya mana?"
"Tuh, udah dipasang... nih benderanya!"
Aga sebagai inspektur upacara berteriak keras
sekali. "Upacala bendeya hawli cenen....
Pengibayan cang caka meyah pyutih."
"Ssst... sst," semuanya terdiam menahan
senyum melihat latihan upacara buah hati
mereka. "Zafran Junior, Arian, dan David tampak
berbaris sesuka-suka mereka, mendekati tiang
bendera. "Arian... bisa nggak pasang talinya?" Arial
berteriak agak keras ke anaknya.
"Sst, biarin aja, Pa."
Dan, ssrt... bhet... Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Zafran Junior menarik keras kain Sang Saka
Merah Putih. "Bendeyaaaa ciaaaap...."
Genta, Arial, Riani, Zafran, Ian, Dinda, dan
Deniek saling berpandangan, suara tarikan
bendera tadi sangat familiar terdengar di telinga
mereka. Aga berteriak keras lagi.
"Kepayda cang caka meyah pyutih holmaaaaat...
glak!" Semua di situ mengangkat tangannya,
memberi penghormatan kepada Sang Saka
Merah Putih. Indonesia tanah airku... Tanah tumpah darahku... Di sanalah aku berdiri jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku bangsa dan tanah airku Marilah kita berseru Indonesia bersatu...
Indonesia Raya kembali berkumandang
memenuhi hati mereka Puncak Mahameru
serasa kembali di penglihatan, bendera yang
naik merambat diiringi kepulan asap Mahameru
masih membekas di hati mereka. Malam di
Ranu Pane, malam di Arcopodo, malam di Ranu
Kumbolo. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Riani dan Dinda berkaca-kaca melihat
pemandangan di depannya. Deniek tampak
khidmat melihat kain bendera yang perlahan
naik. Sebuah teriakan mengagetkan mereka.
"Papa... Mama... Om, Tante... yang kelas dong
nyanyinya... nggak ke-dengelan."
"Iya, iya...," sekumpulan orang tua itu
tersenyum bahagia. Hiduplah tanahku hiduplah negriku Bangsaku
rakyatku semuanya bangunlah jiwanya...
bangunlah badannya untuk Indonesia raya
Genta tak berkedip memandang Sang Saka
Merah Putih yang berkibar lembut. Senyumnya
tampak mengembang puas melihat anaknya
dengan gagah dan mata terpicing memberi
hormat, diterangi sinar matahari pagi.
Arial, Ian, dan Zafran memandang penuh
khidmat kulit bendera yang melambai-lambai di
antara sinar matahari pagi Tangan tangan kecil
buah hati mereka perlahan-lahan menarik Sang
Dwi Warna ke puncaknya. Pemandangan yang
membual mereka sekak lagi melihat langit dan
berterima kasih. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Indonesia raya... merdeka merdeka... Tanahku
negriku yang tercinta... Indonesia raya merdeka
merdeka... Hiduplah Indonesia raya...
"Tgaaaap...! Glak..."
"Hole hole hole bicaaa... bica bica... bica... hole
hole...." Keempat anak kecil lucu itu melonjak-lonjak
gembira David tiba-tiba berlari kencang sekali
menuju dapur. Ian langsung berlari, mengejar
anaknya. "Kenapa tuh si David?"
"Ayah David yah...Bunda Happy berteriak
panik." "Daviiid...!!!" Ian mengejar anaknya
David kembali dengan membawa sebungkus
Indomie. "Hahaha...." "Bapak sama anak sama aja."
"Hore... hebat anak Papa," Genta membelai
rambut Aga lembut "Berarti besok Senin nggak
takut lagi dong." Arial ikut
berbicara melihat keempat anak kecil yang
masih berdiri polos. "Tapi kan banyak oyang,
takut," David melihat polos ke
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ayahnya. "Ada bu guyu lagih," Zafran Junior tertunduk,
memainkan rumput di kakinya.
"Tapi kamu harus yakin bisa ya!" Zafran
membelai rambut anaknya yang malah terdiam
bingung. Keempat anak kecil itu saling bertatapan
bingung. "Kalo calah dimalahin bu guyu."
Zafran melihat keempat anak kecil itu. "Kalo
Papa sama Om, Tante yang ada di sini sih
percaya kalian bisa."
"Iya" Dali mana Papa tau?" Zafran Junior
melihat papanya bingung. "Pokoknya Papa tau kalian bisa."
"Benel?" Zafran menarik napas dan melanjutkan,
"Iya...sekarang kalian bayangin, kalian hari Senin
bisa naikin bendera, terus semuanya mulai dari
Bu Guru dan teman-teman...."
"Tukang es klim...."
"Iya tukang es krim."
"Copil jemputan...."
"Iya, sopir jemputan juga. Pokoknya semuanya
tersenyum waktu benderanya udah sampai ke
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
puncak tiang. Mereka tersenyum senang sama
kalian, coba kalian bayangin."
"Merem!" Keempat anak itu memejamkan matanya
dengan keras. Wajah mereka terlihat lucu
sekali. "Buka!" "Udah!!!"
"Gimana rasanya?" "Ceneng banget."
Ian ikut membantu Zafran... "Nah sekarang
taruh perasaan itu di sini. Di depan kening
kalian.... Jangan pernah kalian lepas. Sekarang
latihan lagi... latihan terus... oke?"
"Oke... ciip." "Hole... hole...." "Cepet...."
"Ayo! Ambil bendeyanya."
Keluarga besar itu berkumpul di bungalow
Secret Garden, memandang anak-anak mereka
yang terus berlatih menaikkan Sang Saka Merah


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Putih. Angin pagi dan hangatnya sinar matahari
menambah teduh suasana hati.
"Kalau sudah besar, mereka harus jadi orang
yang bisa membuat orang lain bisa bernapas
lebih mudah... lebih lega... karena ada mereka
di situ." "Amin...." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Riani dan Dinda memejamkan matanya.
Sekarang mereka sudah menjadi seorang ibu.
Entah kenapa setiap berdoa mereka merasakan
sesuatu yang lain, merasa dekat dan percaya
kalau doa mereka selalu didengar setiap saat
setiap doa. Bungalow Secret Garden hari itu
penuh dengan doa, mimpi, dan keyakinan tulus
di hati anak manusia. "Ta...." "Iya, Yan." "Lo selalu pake 5 centimeter?" "Selalu...." "Gue
juga" "Sama... gue juga." "Sama, gue juga"
"Selalu...." "Sama... dan gue percaya itu." "Nggak pernah
gue lepas." "Nggak pernah ilang."
"Setiap kamu punya mimpi atau keinginan atau
cita-cita, kamu taruh di sini, di depan
kerangkamu... jangan menempel. Biarkan...."
"Dia...." "Menggantung...." "Mengambang...."
"5 centimeter... di depan kening kamu...."
"Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata
kamu." Tarikan napas panjang jelas terdengar di antara
mereka.... Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ada yang pernah bilang kalo idealisme adalah
kemewahan terakhir yang dimiliki oleh generasi
muda." "kita udah buktiin kalo pendapat itu salah."
Semuanya saling pandang dan tersenyum
hangat satu sama lain, kehangatan keluarga di
minggu pagi dalam bungalow Secret Garden
pun menjauh... terbang ke langit biru, ke langit
yang masih sama sepuluh tahun yang lalu di
antara kegagahan Mahameru.... Masih sama
dengan indahnya keajaiban mimpi-mimpi dan
tekad mereka. Sebuah keyakinan yang tidak
akan pernah padam. Belum pernah ada bukti-bukti nyata dalam
angka dan kalkulasi yang bisa dipecahkan oleh
ilmu pengetahuan tentang bagaimana keajaiban
sebuah mimpi dan keyakinan bisa membuat
begitu banyak perbedaan yang bisa mengubah
kehidupan manusia. Belum pernah ada. Hanya
mimpi dan keyakinan yang bisa membuat
manusia berbeda dengan makhluk lain. Hanya
mimpi dan keyakinan yang membuat manusia
sangat istimewa di mata Sang Pencipta. Dan,
yang bisa dilakukan seorang makhluk bernama
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
manusia terhadap mimpi-mimpi dan
keyakinannya hanya mereka tinggal
mempercayainya. Untuk mereka yang masih belum percayawalaupun manusia tidak akan pernah bisa
memutar kembali waktu untuk mengulang
kembali semuanya dari awal-Tuhan telah
memberikan kebebasan bahwa setiap manusia
bisa memulai kembali semuanya dari sekarang,
untuk membuat akhir yang baru, akhir yang
lebih indah. Bangsa yang besar ini juga harus punya
mimpi.... Terima Kasih Biografi Singkat Donny Dhirgantoro lahir di Jakarta 27 Oktober
1978. Sulung dari empat bersaudara ini
menghabiskan seluruh waktunya dari kecil
hingga besar di Jakarta. Menyelesaikan masaKoleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
masa putih abu-abu di SMU 6 Jakarta, sekolah
yang sampai saat ini masih dibanggakan karena
kenangan-kenangan yang menyenangkan dan
tak terlupakan. Kegemaran menulis dan
membaca sudah ada semenjak mulai bisa
menulis dan membaca, konon hal ini akibat
sang Papa meletakkan banyak buku di sekitar
ari-ari putra sulungnya. Kegemaran menulis pernah mengantarnya
menjadi juara pertama lomba menulis dan
membaca puisi yang diselenggarakan salah satu
instansi pemerintah. Salah satu kenangan tak
terlupakan di sekolah adalah ketika gurunya tak
percaya bahwa dirinya sudah berhasil menulis
puisi. Sementara, di lingkungan tempat
tinggalnya ia dipercaya menjadi ketua karang
taruna selama enam tahun berturut-turut,
dengan alasan: karena bisa nulis proposal.
Selepas SMU, ia melanjutkan studi di STIE
Perbanas Jakarta dan ikut aktif dalam segala
kegiatan kampus. Pengalaman gagal
mendapatkan beasiswa pada salah satu
kegiatan pelatihan kampus tidak membuatnya
putus asa, tetapi pada tahun berikutnya justru
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mengantarnya menjadi ketua
penyelenggaranya. Bersama teman-teman lain,
ia berhasil mendapatkan beasiswa bagi peserta
pelatihan, bahkan kadang-kadang tanpa diduga
ia sering mendapat beasiswa dari kampus. Saatsaat terbaik sebagai mahasiswa adalah ketika
bergabung dalam barisan menegakkan
reformasi tahun 1998, yang membuatnya
bangga menjadi bagian dari bangsa yang besar
ini. Selain maniak film dan fotografi, bertualang ke
alam terbuka adalah hobi yang paling
disukainya, sekaligus penyembuh dari otaknya
yang selalu minta berpikir keras-yang membuat
orang baru pertama ketemu pasti terjebak
dalam persepsi: "ini orang tipe pemikir dan
cool" atau "ini orang, gila ya...?".
Setelah lulus kuliah ia sempat berpindah-pindah
tempat kerja untuk terus mencari bentuk
pekerjaan yang tepat dan cocok, sebelum
akhirnya tercatat sebagai seorang
Instructor/Trainer di salah satu perusahaan
Konsultan Sumber Daya Manusia di Jakarta.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
5cm.dreams@gmail.com Djvu by: CLUSTER Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Kutukan Jason 1 Dewa Arak 87 Setan Bongkok Pedang Jitu Sakti 2

Cari Blog Ini