Ceritasilat Novel Online

Be My Perfect One Love 2

Be My Perfect One Love Karya Angelia Putri Bagian 2


berkeringat. "Non Riska" Non Riska?" tanya Bi Ijah sambil melepas sepatu Riska.
"Bi" sakit, bi"." Rintih Riska.
"Biar aku panggil kakakku yang dokter ke sini." kata Linda meraih HP-nya dan
menelepon sesorang. "Gawat. Jangan-jangan Non Riska belum minum obat tadi?" kata Bi Ijah. Membuat
bingung semua yang ada disitu.
"Obat?" tanya Desi.
"Obat penenang, Non Desi. Non Riska harus teratur minum obat agar jantungnya tidak
berdetak terlalu cepat." kata Bi Ijah.
"Kenapa harus obat penenang" Kenapa bukan obat penghilang sakit aja?" tanya Dimas.
70 "Masalahnya, Non Riska ini punya penyakit kelainan jantung. Jantungnya nggak normal,
mas?" kata Bi Ijah menjelaskan.
"Orangtua Riska mana, Bi?" tanya Sasha.
Bi Ijah menggeleng, "Ndak tau, Non" Bapak ama Ibu belum pulang. Tadi, sih dititipin
pesan. Kalo Non Riska udah pulang, disuruh nelpon Ibu." kata Bi Ijah.
Beberapa menit kemudian, kakak Linda yang seorang dokter itu datang. Ia langsung
memeriksa keadaan Riska yang masih menahan sakit di dadanya. Semua yang ada diruangan
diminta keluar dulu (kayak dirumah sakit aja disuruh keluar dulu!)
Kakak Linda keluar dari kamar Riska dan Linda langsung menanyakan bagaimana
keadaan Riska. "Dia punya penyakit kelainan jantung, ya" Hampir aja tadi dia mati kalo nggak cepatcepat diberi obat. Sekarang dia udah baikan, kok. Kakak suruh dia agar jangan terlambat minum
obat lagi." kata kakak Linda. "Tapi, dia juga punya penyakit lain yang kakak nggak tau. Untuk
sementara, dia harus banyak istirahat. Tidak boleh terlalu lelah."
"Syukur deh?" kata Linda.
"Udah, ya. Kakak harus balik ke rumah sakit. Soalnya dokter seniornya minta bantuan
kakak." Linda mengantar kakaknya sampe ke depan rumah Riska. Desi, dan yang lain masuk ke
dalam kamar Riska. Riska sedang setengah berbaring di kasur. Kepalanya menunduk. Saat pintu kamarnya
dibuka, dia mendongak. Desi duduk disamping tempat tidur Riska. Juga Sasha. Dia duduk disamping Desi.
"Lo nggak pa-pa, kan?" Tanya Desi.
Riska menggeleng, "Nggak pa-pa, kok. Gue cuma sakit gini aja dikhawatirin."
71 "Lo kenapa nggak cerita ama kita kalo lo punya penyakit kelainan jantung, sih" Untung
aja tadi tuh nggak telat dikasih obat." kata Linda yang tau-tau nongol di depan pintu.
Riska cuma tersenyum, "Gue nggak pengin ngebuat kalian semua khawatir. Ntar gue
malah diperlakukan kayak orang sakit." jawabnya.
"Lo kan emang sakit, Ris." kata Andre.
Riska menggeleng, "Nggak, gue nggak sakit parah, kok. Lagian gue udah terbiasa kayak
gini." katanya. "Dari kecil, gue udah kayak gini. Jadi, gue nggak pernah merasa gue itu sakit."
"Tapi penyakit elo tuh, bahaya kalo nggak segera ditanganin. Lo kenapa nggak mau
cerita ama kita-kita, sih" Kita, kan jadi panik meliat elo tiba-tiba meringis kesakitan gitu." kata
Desi. "Ya udah" gue minta maaf. Janji deh" nggak bakal bikin kalian khawatir lagi." kata
Riska. Semua lega mendengar perkataan Riska. Mereka semua sama-sama berharap Riska tidak
menyembunyikan penyakitnya, jadi mereka bisa tau apa yang dibutuhin Riska kalo penyakitnya
kambuh lagi. "Sejak kapan elo punya penyakit lemah jantung, Ris?" tanya Dimas.
"Udah dari kecil. Waktu masih umur lima tahun baru ketahuan kalo gue punya penyakit
kayak gini." jawab Riska. "Tapi, selain penyakit kelainan jantung gue, kata dokter ada lagi
penyakit di tubuh gue."
"Mmm" kenapa lo nggak pernah cerita ama kita?" lagi-lagi Sasha mengungkit masalah
itu lagi. "Nggak usah dibahas lagi! Lo tuh, kok kayaknya pengin banget tau tentang itu?" sergah
Linda. 72 "Gue males bikin orang khawatir. Kalo gue ceritain, gue malah diperlakukan kayak orang
sakit parah yang mo meninggal! Gila benget! Gue nggak mau kayak gitu lagi?" kata Riska,
"Gue juga nggak mau hal yang sama terulang lagi."
"Emang hal apaan sih?" tanya Andre. Dia duduk disamping kiri tempat tidur Riska.
"Eng" nggak ada apa-apa." kata Riska. Dia seperti berusaha mengelak dari
perkataannya tadi. "Ayolah, Ris" ceritain aja ama kita?" kata Linda.
"Gue capek. Mo tidur dulu. Kalian nggak pulang" Ini udah jam berapa?" tanya Riska.
Semua melihat jam tangan masing-masing.
"Jam setengah tujuh. Gue harus balik nih. Kakak gue minta gue ngejagain anaknya
dirumah." kata Desi.
"Gue juga harus balik. Nyokap ada arisan malam ini. Jadi gue harus ngebantuin masak."
kata Linda. "Ya udah, deh. Kita balik dulu, ya, Ris." Kata Andre.
Sejenak dia menggenggam tangan kiri Riska. Riska agak tersentak kaget saat tangannya
disentuh oleh Andre. Untungnya, yang lain nggak melihat karena mereka semua udah pada
keluar dari kamar Riska. "Ndre?" dia menatap Andre dan tangannya yang digenggam Andre bergantian.
Andre melepaskan genggamannya. Dan tanpa disangka, Andre mencium kening Riska.
Membuat Riska merasa jantungnya berhenti berdetak untuk saat ini. Wajahnya bersemu merah.
"Cepat sembuh. Besok lo harus bisa sekolah. Oke?" kata Andre. Mau tak mau Riska
mengangguk pelan. Andre tersenyum. Dia lalu keluar dari kamar sambil menutup pintu.
*** 73 Selepas mereka semua pergi, termasuk Andre, Riska meraba keningnya yang tadi dicium ama
Andre. Nggak tau kenapa, saat Andre menciumnya, Riska merasa jantungnya berhenti berdetak.
Aneh sekali. Dulu Riska pernah mengalami hal ini. Tapi itu sangat membuatnya sakit hati.
Membuatnya nyaris mengakhiri hidup.
Tanpa sadar, Riska meneteskan airmata. Entah kenapa, kali ini dia tidak bias lagi
menahan airmatanya. Sama saat dia bermimpi buruk beberapa bulan lalu.
"Kenapa waktu itu harus seperti itu" Kenapa?" lirihnya.
*** "Elo tadi ngapain aja, sih dikamar Riska" Lama amat!" kata Dimas saat Andre keluar. Linda,
Desi, dan Sasha masih ada disitu. Rupanya jalan ke rumah masing-masing mereka searah.
"Nggak, kok. Gue cuma" ngehibur dia." kata Andre. Tapi terlihat jelas dari sikapnya
kalo dia agak gugup. Dan Linda, juga Desi mengetahui itu. Linda mengamati wajah Andre yang
agak memerah. "Lo" suka ama Riska?" tanya Linda. Membuat semua yang mendengarnya menoleh
heran kearah Linda. "Maksudmu?" tanya Sasha nggak mengerti.
"Gue tau dari wajah lo, Ndre. Wajah lo tuh, merah?" kata Linda sambil menaiki
motornya. Dimas memandangi wajah Andre. Bener. Wajah Andre agak memerah, "Wah, wah" ada
yang sedang jatuh cinta." katanya menggoda Andre yang langsung disambut ama yang lain.
"Cieee" Lagi jatuh cinta ama Riska, nih?" Aduh" so sweet, deh?" kata Desi.
74 "Udah, ah! Jangan ngejek dia. Mending kita pulang." kata Sasha.
75 Tujuh Esoknya, Riska udah sekolah lagi. Dan hari demi hari, berlalu dengan cepat. Sampai tak terasa
udah mulai masuk bulan April. Tiga minggu lagi semua murid SMA diseluruh Indonesia akan
menghadapi Ujian Nasional atau yang disingkat UN. Semua murid kelas tiga SMA pasti sedang
sibuk-sibuknya belajar dan berdoa supaya lulus dengan hasil yang memuaskan.
Hal yang sama juga berlaku di SMADA. Sebagai salah satu SMA yang akan menuju
jenjang internasional, sudah sewajarnya kalo para siswa dan gurunya harus memberikan yang
terbaik untuk sekolahnya dengan seluruh siswa yang lulus seratus persen!
Riska dan yang lain juga sedang giat-giatnya belajar.
Seperti hari ini. Riska dan yang lain asyik belajar di kelas. Walau sekarang jam istirahat,
mereka asyik mendiskusikan pelajaran kimia. Kata mereka, sih, pelajaran kimia yang paling
susah. "Eh, Ris, gimana hubungan lo ama Andre?" tanya Linda tiba-tiba.
Membuat Riska yang asyik baca buku rumus molekul Kimia menoleh kearahnya,
"Maksud lo?" tanyanya nggak mengerti.
"Halaahh" lo pasti tau maksud gue dong!" kata Linda.
Ingatan Riska kembali pada malam dimana penyakitnya kambuh lagi. Saat itu, sebelum
pulang, Andre sempat menggenggam tangannya dan mencium keningnya. Hal itu tidak bisa
dilupakan Riska. Tanpa sadar, wajahnya memerah. Membuat Linda, Desi, dan Sasha saling
pandang heran. "Si Riska kenapa, tuh?" kata Linda berbisik. Desi hanya mengangkat bahu tanda tidak
mengerti. Begitu pula Sasha.
"Riska" Lo ngelamun?" tanya Linda.
Riska menggeleng, "Nggak pa-pa, kok." katanya. Riska tiba-tiba berdiri, "Gue mo keluar
sebentar. Mo beli minuman. Kalian ikut?"
76 "Nggak deh. Gue disini aja." kata Desi.
"Gue juga. Lagi nggak haus, kok." Sambung Linda. Sasha mengangguk-angguk
mengikuti kedua temannya.
"Oke. Gue ke kantin dulu, ya." kata Riska sambil menuju pintu kelas.
*** Riska berjalan menuju kantin. Sesekali dia menyapa beberapa anak kelas lain yang menyapanya.
Saat sampai di dekat kantin, Riska melihat Karina dan seorang cowok di lapangan parkir. Cowok
itu Judika. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu. Tapi karena jaraknya yang terlalu jauh,
Riska tidak mendengarkan apa yang mereka bicarakan.
"Mereka lagi ngebicarain apa, sih" Kayaknya serius amat!" kata Riska. Tapi Riska tidak
ambil pusing soal itu. Mungkin aja Judika lagi pedekate ama Karina. Karina, kan termasuk
cewek terpopuler di sekolah. Semua cowok-cowok ngantri buat jadi pacarnya. Tapi Karina-nya
aja yang judes minta ampun. Nggak mau nerima cinta para cowok yang ngejar dia.
Riska langsung membeli minuman dan menuju kembali ke kelas. Tapi baru beberapa
langkah dari kantin, kembali Riska mengalami pusing yang beberapa hari ini mendera kepalanya.
Riska merasa aneh, padahal setelah kejadian di PalMa, Riska diwanti-wanti untuk minum obat
teratur oleh orangtuanya.
Riska mencoba bersandar pada dinding di dekatnya. Tapi pandangan matanya makin
berkunang-kunang dan terasa kabur.
"Kenapa lagi dengan tubuh gue?" Padahal gue udah minum obat teratur?" gumam Riska
lirih sambil memegangi dahinya yang berkeringat.
77 Riska merasa tubuhnya semakin berat dan hampir jatuh ke lantai kalau saja tidak ditolong
oleh sepasang tangan kurus namun kekar yang memegang pundaknya.
"Riska?" tanya pemilik tangan itu. Riska menengadah, pandangannya semakin kabur.
Tapi Riska mengenal suara itu.
"An" dre?"
Dan Riska jatuh pingsan. *** Andre yang abis main basket sama teman-temannya sedang berjalan ke kantin bersama beberapa
temannya buat beli minuman saat dia melihat seseorang sedang berjalan tertatih-tatih sambil
sepertinya sedang berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya agar tidak jatuh.
"Kenapa, Ndre?" tanya temannya yang rambutnya agak cepak. Namanya Rian.
"Eh, siapa tuh" Kok jalannya lambat banget kayak kura-kura?"!" kata temannya yang
lain sebelum Andre sempat menjawab.
Teman-teman Andre yang lain melihat kearah yang ditunjuk. Tampak seseorang sedang
berjalan sambil memegangi dahinya. Wajahnya tampak kesakitan. Andre bergegas kearah orang
itu dan melihat dengan jelas dari dekat siapa itu.
Riska! Andre mempercepat larinya diikuti teman-temannya yang staminanya terkuras habis
gara-gara maen basket. Saat Riska hendak ambruk ke tanah, Andre memegangi pundaknya dan memanggil nama
Riska, "Riska?"
Riska menoleh sambil menyipitkan mata. Kelihatan jelas kalo dia sudah hampir pingsan.
78 "An" dre?"
Lalu Riska jatuh pingsan. Membuat panic Andre dan juga teman-temannya.
"Si Riska kenapa, Ndre!" Kok pingsan" Lo apain?" Tanya Rian.
"Diem lo! Malah becanda disaat begini! Bantuin gue bawa dia ke UKS cepetan!" kata
Andre. Rian dan dua orang teman yang lain segera membantu Andre memapah Riska ke UKS.
Tampak jelas di wajah Andre kalo dia tegang dan takut kalo terjadi apa-apa dengan Riska,
menurut Desi, sebenarnya Riska nggak boleh keluar rumah, atau melakukan aktivitas seperti
biasanya. Tapi Riska-nya yang bandel, dia ngotot tetap mau sekolah dengan alasan Ujian
Nasional sebentar lagi dimulai. Hanya menunggu beberapa minggu lagi.
Sesampainya di UKS, seperti biasa, Andre dan yang lain boleh pergi dan Riska ditangani
oleh guru piket di UKS. Andre dan yang lain lalu meninggalkan Riska di UKS dan langsung menuju kantin.
Disana, mereka melihat Karina dan Judika sedang ngomong serius di parkiran motor siswa yang
lumayan adem karena masih banyak pepohonan yang tidak ditebang.
"Eh, Ndre! Liat tuh!" bisik teman Andre yang rambutnya agak berdiri seperti landak,
namanya Irwan, "Si Judika nyoba pedekate, tuh ama si Karina! Si judes yang paling judes
disekolah." Andre melihat kearah yang ditunjuk Irwan. Benar, Karina dan Judika sedang bicara
serius. Dan pastinya bukan ngomong kawin! Masa masih SMA mo kawin" Yang bener aja!
"Iya, ya" lagi ngapain ya tuh dua anak?" kata Andre.
"Yah" asal jangan sampe terjadi hal-hal yang nggak enak aja." kata Rian, "Judika tuh,
udah pernah berurusan dengan polisi. Entah berapa kali. Pokoknya lebih dari lima kali!"
Andre menoleh kearah Rian dengan mata terbelalak.
"Beneran, Ndre?" tanyanya.
79 "Ya iyalah! Lo kata gue boong" Tanya aja Dipa ama si Ramli. Mereka pernah mergokin
Judika di pinggir jalan lagi ngisep ganja, narkoba, sama ngegodain cewek. Tapi kalo ngegodain
cewek, mah, udah terlalu sering?" kata Rian.
Andre menoleh kearah Dipa dan Ramli yang berjalan disebelah Rian. Mereka berdua
mengangguk mengiyakan. "Wah" berarti tuh anak tampang kriminal, ya!?" kata Andre.
"Udah, deh. Nggak usah mikirin mereka lagi ngapain. Mending kita beli minuman dulu.
Haus banget nih!!!" kata Rian.
*** Riska terbangun dari pingsannya dan menyadari kalo dia sekarang ada di UKS. Pasti tadi aku
pingsan lagi! batin Riska. Riska mencoba berdiri. Dan melihat Bu Riana sedang menuju
kearahnya. "Ris, kamu, tuh, sebenarnya sakit apa, nak" Kok belakangan ini sering pingsan?"
tanyanya sambil menyerahkan gelas berisi air. Riska meminumnya sambil menggeleng.
"Nggak tau, bu. Saya juga bingung. Padahal saya udah minum obat teratur. Sesuai saran
Mama sama papa saya. Tapi nggak tau, nih. Sering pingsan, sih, saya udah biasa." kata Riska.
Bu Riana geleng-geleng kepala melihat sikap Riska yang terlalu cuek dengan penyakit
yang di deritanya. Tapi kadang, perempuan setengah baya itu kagum dengan keteguhan Riska.
Walau dikatakan orangtuanya dia sakit parah, tapi Riska tidak pernah mengeluh dengan
penyakitnya. "Ya udah" kalo udah merasa baikan, langsung balik ke kelas, ya" Sebentar lagi udah bel
masuk." kata Bu Riana lagi. Riska hanya mengangguk.
80 Setelah memasang sepatu, Riska berjalan kearah kelasnya. Sesekali dia menyapa balik temantemannya yang menyapa. Waktu istirahat memang tinggal lima belas menit lagi. Saat berjalan,
Riska tidak sengaja menabrak seseorang. Untung saja Riska tidak terjatuh karena tangannya
dipegang oleh seseorang. Riska mendongak menatap siapa yang ditabraknya. Ternyata"
"Judika?" Riska melepaskan tangannya yang dipegang oleh Judika.
Ada perasaan ngeri melihat wajah Judika yang penuh dengan parutan luka. Menurut
anak-anak, Judika sering terlibat tawuran dan selalu memakai senjata tajam.
"Kamu nggak pa-pa?" tanya Judika lembut. Jelas aja. Kan, dia naksir sama Riska.
Riska menggeleng. Lalu berlalu meninggalkan Judika.
Judika memperhatikan Riska yang meninggalkannya. Memang benar, aku harus ambil
tindakan supaya dia suka denganku! batin Judika.
*** Pulang sekolah, Riska mampir ke sebuah kios majalah di dekat sekolahnya. Dia lagi kepingin
baca majalah, komik, ato apa aja yang bisa menghibur.
Riska memasuki kios itu dan melihat-lihat. Di Palangka Raya, tidak banyak toko buku.
Paling banyak, sih, kios kayak gini. Riska melihat-lihat majalah. Siapa tau ada gosip menarik.
Setelah beberapa menit di sana, Riska memutuskan membeli komik Shinchan dan Doraemon
saja. Siapa tau bisa membuatnya tertawa saat membacanya. Membuatnya lupa akan rasa sakit
dari penyakitnya.

Be My Perfect One Love Karya Angelia Putri di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sejak Riska sering pingsan beberapa bulan yang lalu, saat dia masih di Bandung. Riska
merasa ada yang aneh. Bahkan saat itu, dia sudah dirawat dirumah sakit karena dadanya terasa
sakit dan kepalanya pusing. Dia sudah bertanya pada orangtuanya ada apa dengan tubuhnya.
81 Tapi orangtuanya tidak mau menjawab. Bahkan mengatakan tidak ada apa-apa. Walau Riska tau,
mereka berbohong. Riska tidak memaksa. Biarlah orangtuanya memberitahu disaat yang tepat.
Riska mengeluarkan dompet dan membayar komiknya dan keluar dari kios.
Riska baru saja menaiki motornya saat beberapa orang cowok menghampirinya.
"Riska Maharani Putri?" tanya cowok berambut gimbal. Riska memandang mereka
heran. "Iya. Ada apa?"
Cowok berambut gimbal itu merogoh jaketnya dan mengeluarkan sebuah amplop, "Kami
diminta nyampein surat ini. Dari Andre." katanya.
Riska kaget, "Andre?"
"Iya. Katanya ini buat elo." ujar cowok itu.
Riska menerimanya dengan perasaan heran. Kalopun Andre ingin menyampaikan sesuatu
pasti dia akan nyampein langsung ke Riska.
Setelah menerima surat itu, cowok-cowok itu pergi tanpa menjelaskan lebih detail. Dan
Riska lagi males mengeluarkan suaranya. Dari tadi suaranya sudah serak karena belum minum.
Tadi, sih, udah minum di UKS waktu dia siuman dari pingsan. Tapi sehabis itu dia tidak minum
apa-apa lagi. Riska menyalakan motornya dan langsung memacu motornya mnuju rumah.
82 Delapan Saat di rumah, Riska langsung menuju kamarnya dan melempar tasnya ke kasur. Sebelumnya
juga Riska udah minta tolong pada Bi Ani untuk mengantarkan makan siangnya ke kamar.
Karena sering sendirian dirumah, Riska lebih suka makan di dalam kamar atau makan di
warung-warung tenda kalo diajak Desi dan yang lain. Papa Mamanya tidak keberatan. Asal
Riska mengatur pola makannya saja dan minum obat teratur.
Riska mengeluarkan surat yang tadi diterimanya dan segera membukanya. Isinya sangat
singkat: To: Riska From: Andre Riska aku mo ngomong sama kamu. Berdua aja. Gimana kalo kita ketemuan di Taman
Palangka Raya jam 9 malam nanti" Aku tunggu ya.
Andre Riska mengerutkan kening membacanya.
"Nagapain dia minta ketemu gue jam segitu" Ngomong berdua lagi?" kata Riska sambil
mengganti baju. Pintu kamarnya diketuk dan Bi Ani masuk. Mengantarkan makan siang Riska.
"Makasih, Bi." kata Riska sambil tersenyum. Bi Ani mengangguk dan segera keluar
kamar. "Tapi" kok ada yang aneh, ya?" pikir Riska sambil membaca surat itu lagi.
"Tulisannya nggak mirip Andre. Nggak Andre banget. Masa dia pake kata aku-kamu
segala" Biasanya juga pake lo-gue." kata Riska.
83 Tapi Riska tidak ambil pusing. Yang penting nanti dia datang ke Taman Palangka Raya.
Yang disebut Taman Palangka Raya juga tidak bisa disebut taman. Taman itu lumayan
luas, tapi bukan seperti Taman Mini Indonesia, lho" taman ini seperti taman pahlawan. Dengan
gambar-gambar seperti relief tentang bagaimana Indonesia mencapai kemerdekaan dan beberapa
tokoh dan peristiwa penting di Indonesia di sekitar taman. Disana juga ada air mancur dan
pepohonan serta rerumputan yang hijau. Seperti padang golf. Jadi, meski hawa sore hari terasa
panas, disana tidak terlalu panas. Hawanya malah sangat sejuk. Walau terletak dipinggir jalan
menuju pusat kota, yaitu Jalan Rta. Milono. Sebenarnya Riska tidak tau pasti apa nama taman
itu, tapi untuk mempermudah pencarian taman itu, biasanya teman-temannya menyebutnya
dengan Taman Palangka Raya.
Jadi, Riska tidak curiga sedikitpun dengan suart itu. Lagipula, Andre juga pasti tau
tempat itu. Arah rumahnya dengan gue, kan, sama. Lewat taman itu juga.pikir Riska sambil
melahap makan siangnya. *** Jam 9 malam tepat" Riska menggigil kedinginan sambil merapatkan jaket kulitnya. Walau masih jam
Sembilan malam, suasana disekitar taman itu sudah sangat sepi. Riska maklum dengan itu.
Mengingat para warga kota ini memang tidak sama dengan warga kota Bandung. Disini tidak
terlalu banyak tempat-tempat hiburan malam.
Riska melirik jam tangannya. Udah jam Sembilan malam lewat sepuluh menit. Riska
menoleh-noleh ke sekitarnya. Sepertinya hanya dia saja yang ada ditempat itu.
"Andre mana, sih?" gumam Riska nggak sabar. Dia udah datang ke tempat itu jam
delapan. Dan sekarang, sudah satu jam lebih dia berada disitu.
84 Merasa dia dikerjai oleh surat itu. Riska berdiri sambil menuju motornya yang terparkir
didekatnya saat sebuah tangan menutupi kedua matanya. Kedua tangan milik seorang cowok itu
menutup pelan kedua mata Riska. Membuat Riska agak terkejut.
"Siapa ini?" kata cowok yang memakai jaket kulit berwarna coklat tua itu. Cowok itu
memakai topi bisbol sehingga wajahnya tidak terlihat.
Riska meraba-raba tangan cowok itu, "Andre?"
Cowok itu melepas kedua tangannya yang menutupi mata Riska. Riska menoleh ke
belakang. Menghadap cowok itu. Sedetik kemudian wajah Riska berubah melihat siapa yang tadi
menutupi matanya. "Elo?" Judika tersenyum pada Riska. Dialah yang tadi menutupi mata Riska, "Hai, Ris."
"Ngapain lo disini?" tanya Riska curiga. Dia udah terlalu banyak mendengar berita
miring tentang Judika disekolah.
"Gue, kan, mo ketemu elo." katanya. Riska masih menatapnya curiga. "Elo udah terima
surat dari gue, kan?"
"Surat?" kata Riska. Seketika itu juga matanya membesar. Surat. Ya. Surat yang tadi dia
terima tadi siang dari sekelompok cowok. Mereka mengatakan kalo itu dari Andre. Dan Riska
percaya saja dengan omongan mereka.
Kok, gue bisa goblok gini?"?"!
Akhirnya Riska bisa menarik kesimpulan kenapa dia merasa ada yang aneh pada surat
itu. Satu, gaya tulisan. Gaya tulisannya berbeda seratus delapan puluh derajat dengan tulisan
Andre. Ditambah lagi, Andre pasti selalu memakai bahasa "elo-gue" meski memakai surat.
Andre tidak canggung memakai bahasa gaul karena Riska yang menginginkan begitu. Kalo pake
kata "aku-kamu", itu terdengar seperti orang pacaran.
"Jadi, elo yang mengirimkan surat itu?" kata Riska.
85 "Tepat. Lo kaget?" tanya Judika.
"Gue kaget. Kenapa lo bisa semudah itu memakai nama Andre?" kata Riska mencoba
bersikap tenang. *** Sementara itu, dirumah Andre"
"Hai, Ndre?" sapa Karina ramah pada Andre yang membukakan pintu.
Andre langsung bergidik ngeri begitu melihat Karina. Bukan karena Karina terlalu cantik.
Tapi dia agak risih dengannya. Entah kenapa, selalu aja begitu. Kecuali dengan Riska. Andre
tidak canggung dengannya.
"Eh" hai, Kar." kata Andre sambil memaksakan seulas senyum.
"Nggak disuruh masuk, nih?" kata Karina.
Andre buru-buru mempersilahkan Karina masuk. Karina yang saat itu memakai baju kaus
ketat tanpa lengan warna pink dan memakai rok jeans sepanjang diatas lutut memang terlihat
cantik. Tapi yang membuat Andre merasa ingin ketawa juga ngeri, adalah riasan wajah Karina.
Wajahnya itu" aduh" menor banget!! Pake lipstick merah tebal, dan pulasan bedak yang
terlalu putih malah membuatnya seperti ondel-ondel.
"Gue bikinin minum dulu, ya, Kar." kata Andre sambil menutup mulut karena menahan
tawa. Karina mengangguk sambil pasang muka sok imut.
Sampai di dapur yang tidak terlalu jauh dari ruang tamu, Andre tertawa cekikikan sambil
memegangi perut. Untungnya nggak kedengaran ama Karina. Tapi ketawanya itu sampe
kedengarn sama kedua kakaknya yang kembar. Andre sampe nggak sadar kalo kedua kakaknya
(cowok dan cewek) yang kembar menoleh heran padanya.
86 "Hei, Ndre. Kenapa kamu ketawa gitu?" tanya kakak ceweknya.
"Lo malah kayak orang gila kalo ketawa-ketawa sendiri gitu." sambung kakaknya yang
cowok. Andre berusaha meghentikan tawanya. Setelah berhenti, Andre bercerita, "Itu tuh" Kak
Rosa, Kak Rama, ada temen Andre yang dateng."
"Cewek?" tanya Rosa.
Andre mengangguk. "Cantik nggak?" tanya Rama lagi. "Boleh dong gue kecengin?"
"Halah! Elo tuh, ya, suka banget ngecengin cewek cakep. Pacar lo di Jakarta mo
dikemanain?" Rama nyengir dan mengacungkan dua jarinya membentuk huruf V
"Banget malah. Tapi?"
"Tapi apa?" tanya kedua kakaknya bareng.
"Sini deh?" kata Andre.
Kedua kakaknya berpandangan heran. Lalu mendekat kearah Andre. Andre menunjuk
Karina yang lagi asyik melihat-lihat ruang tamu Andre. Kedua kakaknya melihat kearah yang
ditunjuk. "Tuh" namanya Karina Musilavona." kata Andre.
"Busyet!! Itu wajah apa wajah, sih" Kok kayak ondel-ondel nyasar?"" kata Rosa.
"Ya Allah ya Tuhan-ku" itu cewek apa cewek sih" Dandanan ama bodi, sih, oke" tapi
itu wajah" aduh" kok kayak ondel-ondel" Nyasar kemana sih ondel-ondel itu?" kata Rama.
"Bener, kan" Aku bilang juga apa?" kata Andre. Kedua kakaknya mulai ketawa tertahan.
Takut kedengaran Karina. 87 "Eh, kak, masih ada obat pencuci perut?" tanya Andre tiba-tiba.
Rosa menatapnya curiga. Dia sudah hapal dengan kebiasaan Andre yang menanyakan
obat itu. "Buat apa" Ngerjain cewek itu?" tanyanya.
Andre nyengir, "Aku males, kak, kalo ngeladenin dia. Lagian, aku, kan lagi ngantuk
banget." kata Andre memberi alasaan.
"Kalo tuh obat, ada di laci meja gue, Ndre. Ambil cepetan?" Rama ikut bicara, "Gue mo
liat tampangnya kayak gimana. Mo lo kasih pake apa itu obat?"
"Pake?" Andre mengamati ke sekitarnya dan melihat sepiring kue Black Forest yang
baru aja dibuat Rosa, "Tuh. Pake kue Black Forest itu aja. Aku minta, ya, Kak Rosa." Kata
Andre sambil mengambil piring kecil dan mengambil sepotong kue itu.
Dan segera berlari kearah kamar Rama, mengambil obat pencuci perut yang bentuknya
seperti coklat batangan dan segera kembali ke dapur.
Andre meremas-remas obat itu dan menaburkan serpihan-serpihan "coklat" itu keatas
kue. Rosa membuatkan teh lemon. Lumayanlah sebagai teman minum Black Forest"
"Nah" aku kesana dulu. Silahkan menikmati pertunjukan yang akan dimulai." kata
Andre sambil menahan tawa.
*** Sementara itu, Karina yang udah menunggu dari tadi mulai bosan. Andre belum keluar-keluar
juga. Karina melirik jam tangannya.
"Udah dari tadi dia ke dapur. Kok, lama banget sih?" gumamnya.
88 Baru aja diomelin, Andre dating sambil membawa nampan berisi segelas teh lemon dan
sepiring Balck Forest. "Sori lama. Soalnya nyari kuenya dulu di kulkas ama manasin dulu di oven." kata Andre
sambil meletakkan nampan itu di meja di depan Karina.
Karina pasang muka sok imut lagi.
"Orangtua kamu mana?" tanya Karina. "Lagi pergi, ya?"
Andre yang baru aja duduk di sofa di depan Karina menggeleng, "Orang tua gue lagi ke
Jakarta. Gue bertiga ama kakak kembar gue." kata Andre.
Karina manggut-manggut. "Eh, dimakan tuh, kuenya." kata Andre.
Karina mengangguk sopan, lalu mengambil piring kuenya dan memakannya sedikit.
"Kuenya enak. Kakak kamu beli ato bikin sendiri?" Tanya Karina sambil tetap pasang
muka sok imut. Padahal tuh muka nggak beda-beda jauh ama ondel-ondel. Ato yang lebih sadis,
MONYET! "Bikin sendiri. Dia jago banget masak. Malahan punya catering yang ngejual kue-kue di
berbagai kota. Cabang gitu" disini juga ada. Nama catering-nya BellaRosa." jawab Andre.
"Wah" hebat banget. Aku juga suka bikin kue. Ntar kapan-kapan aku bikinin, ya." kata
Karina. Padahal, jangankan bikin kue, megang pisau aja dia nggak berani!
Andre manggut-manggut aja. Sementara dia nunggu reaksi dari obat pencuci perut tadi.
Kedua kakaknya juga menunggu di balik pintu dapur. Malah sampe dorong-dorongan.
"Rama! Minggir dikit dong! Gue nggak bisa ngeliat, nih!" kata Rosa pelan sambil
menarik lengan baju Rama supaya dia memberi jalan untuk matanya melihat kejadian di ruang
tamu. "Yee" yang lebih tua siapa?" kata Rama nggak mau kalah.
89 Saat memasukkan suapan ketiga, mendadak perut Karina terasa mulas. Awalnya tidak
terlalu terasa. Tapi lama-kelamaan kerasa juga. karina bahkan sempat buang angin secara tak
sengaja di depan Andre. "M, maaf, Ndre. Perutku mules banget." kata Karinsa sambil tersenyum malu. Wajahnya
juga memerah kayak kepiting rebus!
Merasa jebakannya kena, Andre tesenyum aja. Walau sebenarnya udah kebauan dari tadi.
"Boleh aku permisi ke toilet bentar?" kata Karina.
"Oh! Boleh! Tuh. Di dekat dapur ada pintu warna abu-abu. Disitu toiletnya." Kata Andre
menunjuk pintu di dekat dapur.
Karina lalu permisi ke sana sambil memegangi perutnya. Rosa dan Rama yang masih
berada di dekat pintu dapur langsung ngacir ke kursi makan sambil pura-pura minum teh panas
mereka. Saat Karina udah masuk ke toilet, barulah mereka berdua ke tempat Andre sambil
menahan tawa. Andre malah udah ketawa kenceng banget!
"Hahahaha?" "Kamu gila, Ndre?" kata Rama. Tapi nggak urung juga dia ikut tertawa. Begitu pula
Rosa. "Gila bener" padahal baru makan tiga suap. Udah teler gitu." kata Rosa sambil berusaha
menghentikan tawanya. Ia duduk disamping Andre dan mengacak-acak rambut adik laki-lakinya
itu. "Tapi lucu banget. Liat nggak, wajahnya tadi" Bener-bener kayak kepiting rebus! Merah
banget!!!" kata Rama.
90 Andre cuma tersenyum. Suara ringtone sebuah HP tiba-tiba terdengar. Serentak mereka
bertiga menghentikan tawanya dan menoleh kearah kursi di dekat meja yang diatasnya ada
setumpuk koran dan majalah.
"HP siapa yang bunyi, tuh?" kata Rosa.
Andre meraba-raba saku celananya. Tadi sebelum pergi ke kamar, dia menonton TV dulu
sambil ngemil popcorn sama Rama dan HP-nya ditinggalkan di meja. Setelah memeriksa semua
kantong di baju dan celananya, ia baru menyadari kalo itu adalah nada dering HP-nya.
"Wah" ternyata HP-ku..." kata Andre sambil berjalan menuju kursi itu.
Diraihnya HP-nya yang terus bordering sedari tadi. Andre melihat layar display HP-nya.
"Desi?" gumam Andre ketika melihat siapa yang meneleponnya.
Andre memang sudah memberitahu nomor HP-nya ke semua teman-teman yang dia tahu.
Termasuk Desi, Linda, Sasha, dan juga Riska.
Andre mengangkat teleponnya. Seketika itu juga suara Desi langsung menyerbu
telinganya. "Andre" Ini Andre, kan?"
"Iya. Ini gue sendiri. Ada apa, Des?" tanya Andre. Diam-diam Andre mengumpat dalam
hati karena suara Desi terlalu nyaring ditelingannya.
"Riska ke rumah elo?" tanya Desi langsung.
Membuat Andre merasa heran, "Riska" Nggak tuh."
"Aduh" tuh anak kemana sih?"" Padahal tadi dia ngomong sama gue di telpon kalo dia
mo ketemu sama elo." kata Desi.
"Ketemu gue" Kapan?"
91 "Loh" Kok lo nanya kalo dia mo ketemu elo" Bukannya elo tadi ngirim surat ke Riska
dan minta dia ketemuan ama elo di Taman Palangka Raya jam sembilan malam." jawab Desi
nggak sabaran. Ini membuat Andre semakin heran. Dia ngirim surat ke Riska buat ketemuan jam
sembilam malem tadi" Kapan, coba"!
"Gue bener-bener nggak ngerti, Des. Gue nggak ngirim satu suratpun buat Riska.
Kalopun gue mo ngomong langsung, pasti gue udah ketemu ama dia disekolah. Di ruangan di
dalam perpustakaan itu." kata Andre.
"Jadi dia nggak sama elo" Trus kemana dong" tadi orangtua Riska nelpon gue. Kata Bi
Ani, dia keluar buat nemuin seseorang. Nggak lama. Cuma sekitar sejam aja. Ini udah hampir
dua jam lebih" orangtuanya tadi baru aja nelpon gue." kata Desi.
Andre merasa ada yang tidak beres. Dia langsung merasa kalo Karina datang kesini
dengan tujuan tertentu.

Be My Perfect One Love Karya Angelia Putri di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Andre tiba-tiba mengingat Karina dan Judika yang tadi saat istirahat di sekolah sedang
ngomong serius di parkiran. Jangan-jangan"
"Gue bakal nyari dia sekarang. Orangtua Riska udah ada dirumah?" tanya Andre.
"Nggak sih" orangtuanya masih di kantor. Tadi itu, kata Bi Ani, nyokapnya Riska
nelpon. Trus dibilangin deh, alasan Riska keluar sama Bi Ani ke nyokapnya itu. Nah" udah dua
jam lebih gini, nyokapnya nelpon gue dan nanya apa Riska lagi sama gue. Trus gue jawab
nggak. Nyokapnya nanya lagi Riska kemana. Gue bilang aja nggak tau kemana." kata Desi, "Ato
dia pergi ke Taman Palangka Raya?"
"Itu bisa jadi. Sekarang gue mo nyari dia dulu. Ntar gue kabarin kalo dia udah ketemu."
kata Andre, lalu menutup teleponnya. Lalu mengambil jaketnya yang ada diatas sofa. Untung dia
udah pake celana jins panjang. Jadi dia nggak bakal terlalu kedinginan.
"Siapa, Ndre" Kamu mo kemana?" tanya Rosa.
"Mo nyari temen aku, Kak. Dia katanya ngilang dari rumah." kata Andre.
92 "Si Riska?" tanya Rama. Andre mengangguk.
"Widiihh" itu, mah, pujaan hati kamu, kan, Ndre?" kata Rosa menggoda Andre. Andre
nyengir. "Udah cinta mati, nih, kayaknya. Sama si Riska itu." kata Andre asal. Ia mencari-cari
kunci motornya yang terselip entah dimana, di sofa ataupun meja.
"Kenapa nggak langsung tembak aja" Ntar nangis darah kalo nggak cepet-cepet, Ndre."
kata Rama. "Ntaran dulu" masih mikir?" kata Andre saat menggeser mangkuk popcorn dan gelasgelas yang berserakan di meja. Ia menemukan kunci motornya di dalam mangkuk popcorn.
Heran. Kunci motor, kok, bisa sampe kesitu nyelipnya"
"Aku keluar dulu. Urus aja cewek yang tadi kalo dia udah selesai dari toilet." kata Andre
sambil berlari keluar. Rama dan Rosa berpandangan.
"Kayaknya tuh anak cinta mati ama si Riska, Ros. Liat aja. Dia ampe rela banget
kedinginan sama angin malam. Kayaknya juga mo ujan." kata Rama.
"Kayaknya juga gitu. Lo liat aja tingkahnya dia beberapa hari ini. Nggak terlalu jail lagi
kayak dulu." kata Rosa manggut-manggut setuju, "Trus, tuh, si Karina. Mo diapain" Di pulangin
aja?" "Ya iyalah dipulangin! Masa mo di tendang" Emangnya bola?"!" kata Rama.
93 Sembilan Riska sudah merasa takut saat melihat Judika tadi. Apalagi saat itu Judika memakai jaket kulit
warna hitam, celana yang sobek di sekitar lutut, dan juga sepatu boot hitam, dan juga, rambutnya
tidak lagi seperti duri landak, tapi lurus dan disemir warna pirang menyala. Walau begitu, itu
tetap membuatnya benar-benar seperti preman. Apalagi tadi dia bilang, dia yang mengirimkan
surat yang diterimanya tadi siang dengan nama Andre. Entah kenapa Riska percaya saja kalo
surat itu dikirimkan dari Andre.
Riska melangkah mundur saat Judika mendekatinya.
"Nggak usah takut, Ris. Aku nggak akan ngapa-ngapain kamu, kok." kata Judika.
Kata terakhir dari perkataan Judika membuatnya bergidik ketakutan.
"Lo mundur! Jangan mendekat lebih dari itu!" kata Riska setengah membentak.
Tapi Judika tidak menggubris. Dia terus mendekati Riska.
Hingga Riska tidak sadar dibelakangnya ada sebuah pot besar. Riska tersandung dan
terjatuh keatas rerumputan yang agak basah karena embun dari udara malam yang dingin. Riska
menatap Judika. Judika berjongkok didepannya.
"Aku mo ngomong sama kamu." kata Judika.
"Ngomong cepetan!! Gue mo pulang!" kata Riska agak keras.
"Aku suka dengan kamu. Kamu mau jadi pacarku?" kata Judika.
Riska membelalakkan matanya.
"Apa?" "Aku suka dengan kamu. Mau nggak jadi pacar aku?" kata Judika mengulang katakatanya tadi.
94 Sebenarnya Riska udah bisa menebak kemana arah pembicaraan Judika. Tapi tadi dia
agak takut melihat dandanan Judika. Riska berdiri dan membersihkan celananya dari rerumputan
yang menempel. "Gue nggak bisa. Gue nggak mau pacaran ama elo." kata Riska. "Lo udah pernah
nembak gue, dan gue nolak. Itu karena gue nggak mau sama elo. Maaf."
Judika diam, "Udah aku duga kamu bakalan ngejawab itu." kata Judika.
"Udah. Gue mo pulang. Sampai nanti." kata Riska.
Dia tidak ingin membuang-buang waktu disitu. Tapi tiba-tiba tangannya dicekal oleh
Judika. Membuat Riska agak terpekik dan refleks menoleh kearah Judika. Pandangan Judika
tajam ke mata Riska. Membuat Riska merasa ngeri.
"Judika, lepasin tangan gue." kata Riska mencoba melepaskan cekalan Judika.
Tapi cekalannya sangat kuat. Tubuh Riska yang sebenarnya masih lemah tidak bisa
melepaskan cekalannya. "Kamu kenapa nggak mau nerima cinta aku"!!" kata Judika menarik Riska dan
memeluknya. "Judika, lepasin gue sekarang!!" kata Riska meronta.
Judika tetap memeluknya. Dan Riska baru sadar, nafas cowok itu berbau alkohol.
Perasaan tidak enak meliputi wajah Riska. Dia ingin lepas dari pelukan Judika. Dia takut terjadi
apa-apa pada dirinya. Tanpa Riska sadari, Judika memegang sebuah botol kecil di genggamannya. Riska
semakin meronta untuk melepaskan dirinya dari pelukan judika.
Tapi Judika menarik rambut Riska yang panjang sehingga kepala Riska mendongak dan
tanpa bisa dicegah, bibir Judika mencium bibir Riska. Di dalam mulutnya, ternyata Judika
meminum lagi minuman keras yang dibawanya. Dan minuman yang berbau menyengat itu mulai
memasuki mulut Riska. Bahkan mengalir di sudut bibir Riska.
95 Riska ingat, kalau dia tidak boleh meminum minuman keras, selain karena terlarang,
minuman iu juga bisa menyebabkan penyakit kelainan jantungnya semakin parah.
Riska berusaha untuk tidak meminum minuman itu. Tapi Judika meremas rambut Riska
sangat keras hingga Riska kesakitan dan membuka mulutnya. Membuat minuman terlalrang itu
masuk kedalam tenggorokannya. Riska mulai merasa kepalanya sakit. Dan dadanya berdetak
kencang. Riska merasa kakinya mulai terasa lemas dan akan jatuh pingsan ke tanah. Minuman
yang masuk kedalam tubuhnya ternyata beralkohol tinggi. Membuat cewek itu merasa
pandangannya sudah sangat kabur.
Dan saat Riska hampir saja benar-benar terpengaruh oleh minuman itu. Seseorang
menonjok wajah Judika dan membuat cowok itu tersungkur ke belakang. Riska melepaskan
dirinya dari Judika dan terbatuk-batuk. Sementara itu, orang yang menonjok Judika berdiri di
depan Riska. Riska bisa mencium wangi parfum yang dipakai orang itu.
"Lo biadab!!" ujar Andre keras pada Judika yang tersungkur dan berusaha berdiri dengan
kedua tangan terkepal di kedua sisi tubuhnya.
*** Saat Andre memacu motornya di jalan, ia mendengar suara orang berteriak kesakitan dari arah
Taman palangka Raya. Perasaan Andre semakin tidak enak. Andre melihat motor yang
dikenalnya terparkir agak jauh dari Taman Palangka Raya. Sepeda motor Scoopy warna pink
milik Riska! Andre segera memarkir sepeda motornya di dekat motor itu dan melompat dari motor dan
segera berlari ke Taman. Apa yang selanjutnya ia lihat benar-benar membuatnya naik darah.
Andre melihat Judika mencium paksa Riska!
96 Tanpa pikir panjang, Andre berlari kearah mereka dan langsung menonjok Judika. Riska
melepaskan dirinya dari pelukan Judika dan terbatuk-batuk.
"Lo biadab!!" kata Andre sambil menatap Judika yang berusaha berdiri.
"An, Andre?" kata Riska lemah.
Andre menoleh kearah Riska dan melihat cewek itu memegangi dadanya sambil
mengatur nafas. Wajah Riska memucat.
"Riska?" Andre menghampiri Riska dan memegangi pundak cewek itu.
Ikat rambut Riska terlepas dan rambutnya tergerai bebas.
"Kamu nggak pa-pa?" tanyanya. Saat ini Andre tidak bisa lagi memakai bahasa "elo-gue"
dengan Riska. Hatinya terlalu sakit saat melihar Riska seperti kesakitan tadi.
Riska menggeleng. Tapi terlihat jelas diwajahnya, Riska ketakutan. Badannya juga
gemetar. "Gu" gue" nggak" pa-pa, kok?"
Melihat keadaan Riska, Andre menatap marah kearah Judika yang sudah berdiri.
"Heh, elo ngapain ngerusak acara gue ama Riska?" tanya Judika kesal. Matanya merah
dan dari mulutnya tercium bau alkohol.
Andre berdiri dan berhadapan dengan Judika.
"Lo bilang apa" Acara lo ama Riska?" katanya marah, "LO BEGO ATO APA,
HAHH?"?" Satu bogem mentah kembali mendarat diwajah Judika.
Riska mendongak dan menatap mereka berdua. Wajahnya masih pucat dan badannya
masih gemetar. "Lo" apa-apaan lo" Mukul gue sembarangan?"" kata Judika. Dia berdiri lagi, "Lo kira
lo hebat, heh" Makan nih!!"
97 Judika meninju Andre. Tepat kena wajahnya juga. Membuat Andre agak mundur ke
belakang. Sudut bibir Andre agak berdarah.
"Lo jangan ganggu urusan gue ama Riska!!" kata Judika keras.
"Lo kira Riska cewek apaan, hahh?"" kata Andre nggak kalah kerasnya, "Lo udah bikin
dia kayak gini. Lo tolol apa sinting, sih?"?"
"Ohh" lo mo jadi pahlawan" Lo telat selangkah!!" ejek Judika.
Habis sudah kesabaran Andre. Dia langsung menendang perut Judika. Membuat Judika
terduduk. "Lo pikir, gue bakal diem ngeliat elo nyakitin Riska"! Jangan harap!!" Andre meninju
Judika lagi. Lalu menendang dadanya. Membuat Judika agak kesakitan.
"Lo kira elo siapa, hehh?"?" kata Judika, "Elo bukan pacar Riska ato siapapun dia!"
"Hehh!! Elo juga bukan pacar dia! Lo kira elo tuh siapa?"" kata Andre.
Dia makin gencar meninju wajah Judika. Rasanya pengin dia bonyokin aja itu wajah
sampe nggak berbentuk kalo aja Andre nggak mendengar suara Riska berteriak padanya.
"Andre!!! Udah!!" seru Riska.
Andre menoleh kearah Riska dan melihat cewek itu menatap kearahnya sambil menangis.
"Udah, Ndre" udah?" kata Riska, "Jangan pukulin dia lagi"uhuk!!"
Riska kembali terbatuk-batuk. Riska menutup mulutnya dengan tangan kanannya.
Ditangannya tiba-tiba ada lumuran darah. Darah yang berasal dari mulutnya saat dia batuk tadi.
"Da"rah?" katanya.
Andre menghampiri Riska. "Riska" Riska" Kamu nggak pa-pa, kan?" tanyanya. Ia memegangi tangan Riska yang
berlumuran darah. Ia menatap lagi Judika yang hendak kabur dengan motornya.
98 "Lo liat aja besok, Judika!! Lo bakalan gue bikin mampus!!" seru Andre. Judika tidak
mendengarnya. Dia udah memacu motornya dan pergi dari situ.
"Andre" darah?" tangan Riska semakin gemetar. Andre menoleh kearah Riska. Ia
mengeluarkan saputangannya dan mengelap darah itu.
"Udah. Udah nggak ada darah lagi." kata Andre. Riska masih gemetar. Andre segera
memeluknya. "Udah" kamu nggak akan kenapa-napa lagi, Ris." kata Andre menenangkan Riska.
Andre membantu Riska berdiri.
"Di, dia udah pergi, kan?" tanya Riska.
Dari sinar mata Riska, Andre melihat rasa takut yang amat sangat. Membuat Andre
merasa sangat tidak ingin lagi hal seperti ini terjadi. Andre memeluknya lagi.
"Dia udah pergi. Aku jamin, dia nggak bakalan nyakitin kamu lagi." kata Andre.
Seketika itu juga tangis Riska pecah.
*** Riska diantar pulang oleh Andre. Juga Desi dan Linda. Tadi sebelum Andre mengantarkan Riska
pulang, ia menelepon Desi dan Linda terlebih dahulu. Saat mereka berdua datang, mereka berdua
kaget melihat Riska gemetar dan tampak ketakutan. Andre menceritakan semuanya pada Desi
dan Linda. Setelah menyelesaikan ceritanya, Desi mengumpat nama Judika. Juga Linda.
"U, udah?" kata Riska lemah. Semua menoleh kearahnya. "Nggak" usah" dibahas
lagi." lanjutnya "Ris, lo nggak pa-pa, kan?" tanya Linda. Riska mengangguk lemah.
99 "Kenapa nafas lo kayak bau alkohol?" tanya Desi. Dia samar-samar mencium bau
alkohol dari mulut Riska.
Riska memegangi bibirnya, "Tadi" di, dia" minumin gue" semacam minuman keras
gitu?" kata Riska. "Di, dia menarik rambut gue, meluk gue" gu, gue takut. Waktu itu, gue
hampir terpengaruh ama minuman keras itu?"
"Pengin gue tampar rasanya tuh cowok! Berani banget dia ngelakuin Riska kayak gitu!
Nggak tau apa, tuh, anak, kalo Riska sakit?"!" ujar Desi sambil memegangi pundak kanan Riska.
Ia duduk di sebelah kanan Riska. Linda di samping kiri Riska.
"Biadab banget, sih, tuh orang! Nggak tau malu!!" kata Linda ikut mengumpati.
"Udah" nggak usah dibahas?" kata Riska. Tiba-tiba badannya menggigil. Andre yang
melihat itu mendekati Riska.
"Kamu nggak pa-pa?" tanyanya.
"Nggak. Udah nggak pa-pa, kok." kata Riska sambil memaksakan seulas senyuman.
"Kita anter kamu pulang. Besok kamu nggak usah sekolah aja dulu." kata Linda. Desi
dan Andre setuju. Mereka lalu mengantarkan Riska ke rumah. Motor Riska dibawa dulu oleh
Linda. Sesampainya di rumah Riska, Riska langsung dibawa ke kamar. Untung ayah dan ibu
Riska masih belum pulang. Jadi mereka tidak akan ditanya-tanya kemana mereka membawa
Riska. Bi Ani dan Bi Ijah.
Riska langsung berbaring di ranjang. Tampaknya dia sedang tidak ingin bicara.
"Kita-kita pulang dulu, Ris." kata Linda.
"Besok, elo nggak perlu sekolah. Besok lo buat surat ijin aja. Biar gue yang nyampein ke
Pak Anto. Ya?" sambung Desi. Riska mengangguk.
Desi dan Linda lalu keluar dari kamar Riska. Kecuali Andre. Dia masih berdiri di
samping tempat tidur Riska.
100 "Lo nggak pulang?" tanya Riska.
"Kamu beneran nggak pa-pa?" tanya Andre balik.
Riska menggeleng. Andre duduk disamping Riska. Wajahnya didekatkan ke wajah Riska hingga jarak
diantara wajah mereka hanya tinggal beberapa senti lagi. Membuat wajah Riska memerah.
Padahal saat ini dia masih agak syok dengan
kejadian tadi. "Aku janji, dia nggak bakalan nyakitin kamu lagi." kata Andre lirih. Ia lalu berdiri dan
menutup pintu kamar Riska. Membuat Riska termenung dengan perkataan Andre.
"Makasih, Ndre." kata Riska pelan
Riska masih termenung di ranjangnya. Dia tidak bisa tidur karena memikirkan kejadian
tadi. "Kenapa hal seperti ini harus terulang lagi" Kenapa?" gumam Riska.
101 Sepuluh Esoknya, Riska tidak bisa sekolah. Dia masih trauma dengan kejadian kemaren malam.
Orangtuanya sudah menanyakan kenapa, tapi Riska hanya memberi alasan kalo dia hanya
kelelahan. Tentu aja itu membuat panik kedua orangtuanya.
"Kamu bener nggak pa-pa, sayang?" tanya ibunya sambil memegang tangan anaknya.
Riska menggeleng pelan. "Riska nggak pa-pa, kok, Ma. Riska cuman kelelahan aja. Istirahat seharian juga pasti
udah baikan lagi." kata Riska.
Ibu Riska memandang kearah ayahnya. Yang dipandang malah mengedikkan bahu.
Ibunya kembali memandangi wajah anaknya. Dan pada saat itu, ia baru sadar ada sesuatu yang
aneh di wajah Riska. "Sayang, bibir kamu kenapa?" tanya ibunya.
Riska menoleh heran, "Maksud Mama?"
Ibu Riska memberikan cermin di dekatnya pada Riska. Riska melihat pantulan wajahnya
di cermin, terutama di bibirnya. Mata Riska langsung terbelalak. Ada memar di sudut bibir
kanannya. Kapan dia mendapat memar itu"
"Riska" Riska nggak tau kapan dapat memar kayak gini, Ma." Kata Riska.
"Bener?" tanya Ayahnya.
"Iya, Pa. Riska nggak tau. Sumpah deh!" kata Riska. Ia meletakkan kembali cermin di
nakas sebelah tempat tidurnya.
"Periksa ke dokter, ya?" kata ibunya.
Riska menggeleng, "Nggak mau. Riska nggak mau ke dokter." katanya merajuk seperti
anak kecil, "Riska sehat, kok, Ma. Papa sama Mama mending berangkat aja ke kantor" Riska di
rumah aja." 102 Ibunya tau, ia tidak bisa memaksa Riska lagi. Akhirnya, ia dan suaminya pergi ke kantor.
Riska masih berbaring di kasurnya. Dia bahkan belum sarapan. Dan juga belum mandi!
Bi Ani dan Bi Ijah udah menawarkan makanan pada Riska. "Tidak baik kalo tidak
makan, Non." ujar Bi Ani saat itu.
Tapi Riska tetap tidak mau. Dia bahkan sampai mengunci diri di kamar. Bi Ani, Bi Ijah,
dan juga Mang Otong tidak berani mengganggu Nona-nya.
Disaat seperti ini, hal yang diinginkan Riska cuma satu.
Dia ingin segera mati. *** Sore udah menjelang di Kota Palangka Raya. Tapi Riska masih terlelap di kasurnya sambil


Be My Perfect One Love Karya Angelia Putri di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memeluk boneka lumba-lumba berwarna biru yang selalu menemani tidurnya. Riska bisa tidur
lebih lama lagi kalo aja pintu kamarnya nggak di ketuk oleh seseorang.
Riska membuka matanya perlahan. Matanya terasa lengket. Mungkin karena dia tidur
seharian. Efeknya jadi begini.
"Siapa?" tanya Riska masih setengah ngantuk. Dia juga sadar kalo suaranya terdengar
sangat serak. "Ini, Non Riska. Ada temen Non dateng." suara Bi Ani terdengar dari luar kamar.
Temen" Siapa" Desi ama yang lain" Pikir Riska dalam hati.
"Iya, bentar, Bi." kata Riska sambil berusaha bangkit dari tempat tidur. Riska berjalan
kearah pintu dan membuka pintunya.
Riska membuka perlahan pintu dan suara yang didengarnya bukan lagi suara Bi Ani.
Melainkan suara seorang cowok.
103 "Hai, Riska." sapa cowok itu.
Mata Riska memang masih belum seratus persen on, tapi Riska mengenali suara itu.
Riska mendongak menatap wajah cowok itu dan terkesiap.
"Roy?" Cowok yang bernama Roy itu tersenyum Riska mengenalinya. Riska berdiri mematung di
depan Roy. Cowok yang pernah mengisi hari-harinya dengan kebahagiaan, namun itu adalah
saat-saat yang ingin dilupakannya.
"Kenapa kamu bisa kesini" Dari mana kamu dapat alamat rumahku?" tanya Riska.
"Aku punya seribu satu cara untuk bisa ketemu kamu, sayang." kata Roy.
Riska menggeleng, "Aku, bukan sayangmu lagi. Mau apa kamu kesini?" tanya Riska.
"Aku?" Roy menggantungkan kata-katanya.
"Aku ingin balik lagi sama kamu." kata Roy.
Riska tersenyum sinis. "Balik" Buat apa" Supaya kamu bisa melihat aku menderita lagi" Supaya kamu bisa
dengan mudahnya pindah ke lain hati?" kata Riska.
"Tapi, Ris" waktu itu, itu salah paham. Aku nggak ada apa-apa dengan Erza." kata Roy
mencoba memeluk Riska. Riska menepis tangan Roy. Matanya menatap Roy dengan mata
berkaca-kaca. "Apa kamu bilang" Salah paham?" Aku mendengar sendiri dari Erza, kalo kamu nembak
dia, dan udah pacaran selama enam bulan di belakang aku!!! Dia sahabatku, dia nggak akan
berani menyembunyikan sesuatu dariku. Apalagi tentang perasaanku! Tapi, kamu, kan yang
menyuruh dia untuk tutup mulut" Hingga enam bulan kemudian aku baru tau" Dia sendiri yang
bilang! Dan dia punya semua buktinya!! Surat-surat cinta kamu, SMS kamu, bahkan telepon
kamu! Kamu mau menyangkal apa lagi?""!" kata Riska dengan suara bergetar.
104 Roy kehabisan kata-kata. "Tapi, Ris" aku?"
"Pergi sekarang juga!" kata Riska. Ia sudah hampir menangis.
Tanpa Riska sadari, Roy memeluknya. Riska terpekik kaget. Sambil marah-marah, Riska
berusaha melepaskan pelukan Roy.
"Roy! Lepasin aku!" kata Riska. Dadanya kembali terasa sakit. Roy yang mendengar
nafas Riska berubah mengendurkan pelukannya. Wajah Riska berubah pucat.
"Riska" Kamu nggak pa-pa, kan?" tanya Roy khawatir.
Riska segera mendorong Roy menjauh darinya. Riska bersandar di dinding sambil
mengatur nafasnya. "Ka, kamu" pergi sekarang juga." kata Riska.
Roy menatapnya dengan tatapan kaget. Riska sendiri langsung masuk ke kamar dan
mengunci pintunya. Roy lalu berdiri dan menggedor-gedor pintu kamarnya.
"Riska" Riska?"
"Pergi sekarang. Aku nggak mau lagi melihat wajah kamu! Nggak sampe kapanpun!"
kata Riska sambil terduduk di lantai. Kakinya terasa lemas. Segala kenangannya bersama Roy
tiba-tiba terbayang. Membuat hatinya semakin sakit.
Bi Ijah yang baru aja akan mengantarkan makanan lagi ke kamar Riska heran melihat
Roy ada di depan pintu kamar Riska.
Roy mengetuk pintu kamar Riska sambil memanggil nama Riska.
"Ris" Riska" Aku mau ngomong sama kamu." katanya.
"Pergi!!!! Aku nggak mau melihat wajah kamu lagi pengkhianat!!!!" kata Riska.
"Riska" aku?"
105 "PERGI!!!!" Bi Ijah tergopoh-gopoh datang. Dia melihat Roy berdiri di depan pintu kamar Riska dan
langsung mendampratnya. "Heh, Mas Roy!" kata Bi Ijah dibelakang Roy.
Membuat Roy kaget dan menoleh kearah Bi Ijah.
"Eh, Bi Ijah. Apa kabar, Bi?" kata Roy ramah.
"Mas, Mas Roy tau, kan" Non Riska nggak mau lagi ketemu ama Mas Roy lagi sejak
waktu itu?" kata Bi Ijah.
"Apa maksud Bi Ijah" Aku nggak ngerti." kata Roy.
"Mas, saya ini pengasuh Non Riska selama ayah dan ibunya sibuk kerja! Saya tau kalo
dia ada masalah! Mas udah ngekhianatin Non Riska. Buat apa Mas Roy datang kesini lagi?" kata
Bi Ijah sedikit emosi dengan kepura-puraan Roy.
"Heh, Bi. Saya ini pacarnya. Masa saya nggak boleh kesini?" kata Roy. Dia mulai
terpancing emosinya. Merasa pancingannya kena, Bi Ijah semakin memanasi Roy, "Heh, Mas, Mas pikir, saya
nggak tau apa yang pernah Mas lakuin ke Non Riska?" Pokoknya sekarang, Mas Roy pergi dari
sini. Non Riska itu tidak ingin diganggu." kata Bi Ijah.
Roy makin kesal dengan tingkah Bi Ijah.
"Baik. Saya bakal pergi. Tapi bilang sama Riska. Kalo sampe dia nggak nemuin saya,
saya bakal ngejar dia. Bahkan sampe ke ujung dunia sekalipun." kata Roy.
Ia lalu pergi dan langsung menuju mobilnya yang terparkir di depan rumah Riska.
Saat itu, motor Andre baru saja akan memasuki halaman rumah Riska saat Andre melihat
ada mobil lain yang keluar dari sana.
106 Andre memberhentikan sebentar motornya dan melihat mobil itu. Itu bukan mobil yang
biasanya mengantar Riska ke sekolah, ato mobil orangtua Riska.
"Itu mobil siapa?" gumam Andre.
Andre tidak memikirkannya. Dia lalu memasukkan motornya ke halaman rumah Riska.
107 Sebelas "Bi Ijah," sapa Andre.
Bi Ijah yang lagi mengetuk-ngetuk pintu kamar Riska, menoleh kearahnya. Sambil
tersenyum Andre menyapa sekali lagi. Bi Ijah juga menjawab dengan tersenyum dan ramah.
Beda dengan Roy tadi. "Oya, Bi, Riska mana" Aku mo nyerahin catatan pelajaran hari ini." kata Andre sambil
memperlihatkan sebuah buku tulis ditangannya.
"Anu, Mas, Non Riska?"
"Kenapa, Bi?" tanya Andre.
"Non Riska udah ngurung diri di kamar seharian. Dia juga belum makan dari pagi. Tadi
juga Mas Roy dateng kesini. Ngajak ribut Non Riska." kata Bi Ijah.
"Roy" Siapa" Yang tadi mobilnya baru keluar itu?"
"Iya, Mas Andre. Itu mantan pacar Non Riska di Bandung. Tapi udah putus, lantaran Mas
Roy selingkuh dengan sahabatnya." jelas Bi Ijah. Andre manggut-manggut.
"Dan sekarang, Riska masih belum keluar juga?" tanya Andre. Bi Ijah menggeleng.
"Biar saya aja yang bujuk dia. Siapa tau dia mau." kata Andre sambil nyengir.
Ia lalu mendekat ke depan pintu kamar Riska dan mengetuk pelan pintu itu.
"Riska?" Hening. Tidak ada jawaban. Andre kembali mengetuk pintu.
"Ris" Riska?"
Tetap tidak ada jawaban. "Siapa?" suara Riska yang berada di dalam terdengar lemah.
108 "Ini gue. Andre." kata Andre, "Ris, buka pintunya. Gue bawain elo catatan pelajaran hari
ini. Gue boleh masuk?"
Kembali suasana hening. Lalu, terdengar suara kunci pintu terbuka dari pintu kamar
Riska. "Pintunya nggak dikunci." Kata Riska dari dalam kamar.
Andre memegang kenop pintu dan membuka pintu perlahan. Riska terduduk di samping
tempat tidur. Rambutnya yang panjang tergerai hingga menutupi wajahnya. Kedua tangannya
memeluk kakinya. Andre dan Bi Ijah masuk ke dalam. Bi Ijah meletakkan nampan berisi makanan Riska
dan keluar. Andre mendekati Riska.
"Riska?" Riska menoleh kearah Andre. Wajahnya yang cantik terlihat pucat. Matanya sembap
karena habis menangis. Butiran-butiran air mata masih tersisa di pipinya yang putih. Andre
duduk disamping Riska. "Lo nggak pa-pa?" tanya Andre.
Riska tetap diam. "Ris?" Riska tetap diam. Tidak mau menjawab. Andre harus tiga kali mengulangi memanggil
nama Riska dan barulah Riska mendongak.
"Ndre?" "Lo nggak pa-pa, kan?" Tanya Andre sambil menyingkirkan pelan rambut yang menutupi
wajah Riska. Riska menggeleng pelan. "Siapa yang tadi datang" Mantan pacar kamu?" tanya Andre.
109 Riska mengangguk lemah, "Dia" mantan pacar gue waktu di Bandung."
Andre menarik Riska ke pelukannya. Riska hanya terdiam.
"Lo itu, nggak usah khawatir. Gue bakalan ngejagain elo. Baik dari Judika, mantan pacar
kamu itu, ato siapapun." kata Andre.
Tangis Riska meledak. "Gue takut, Ndre?" kata Riska di antara isak tangisnya, "Gue takut" gue takut mereka,
Roy atau Judika?" Riska tidak bisa meneruskan kata-katanya. Riska terus menangis. Andre
tetap memeluknya. "Udah" gue bakalan ngejagain elo. Gue janji ama lo." kata Andre. Riska mendongak
perlahan menatap wajah Andre. "Kalo lo mau, gue bakal ngejagain elo sampe mati."
Riska mengerjapkan mata. Loh" Apa kata Andre tadi" ngejagain dia sampe mati"
"Lo" kata-kata itu" lo nembak gue?" tanya Riska sambil mengelap air matanya dan
duduk tegak. Andre kelihatan salah tingkah ditanya seperti itu oleh Riska, "Ya" anu?" Andre lalu
menghela nafas sebentar, kemudian mengangguk.
"Gue sayang ama elo. Gue janji, bakalan terus mendampingi elo, menghibur elo,
ngebahagiain elo." kata Andre. "Ya" gue juga nggak tau sejak kapan, sih. Tapi, kayaknya sejak
gue pindah ke SMADA dan ketemu elo."
Riska diam. "Ris?" "Gue nggak bisa jawab sekarang." kata Riska. "Mungkin nanti. Gue" gue agak trauma
sama apa yang disebut pacaran."
"Gue ngerti, kok. Lo pasti butuh waktu buat mikir." kata Andre sambil tersenyum.
110 "Oya, ini. Gue bawain catatan pelajaran hari ini." Andre menyerahkan buku yang sedari
tadi dipegangnya. "Widiiiiihh" lo kerajinan banget. Tumben. Biasanya elo yang paling males nyatet." kata
Riska tertawa pelan. "Emangnya nggak boleh" Sedikit berubah itu lebih baik daripada tidak!" sahut Andre
sambil menggelitiki pinggan Riska.
"Iiihh" geli!! Gue bales, nih!" kata Riska sambil mencoba balas menggelitiki Andre.
Mereka berdua tertawa. Riska mulai melupakan sakit hatinya saat bertemu Roy tadi
karena kehadiran Andre. Andre juga senang Riska tidak terlalu terpuruk lagi dengan kedatangan
mantan pacarnya. "Udah! Jangan ketawa melulu! Lo makan dulu! Kata Bi Ijah, lo belum makan ama mandi
dari tadi pagi. Pasti sekarang masih belum mandi. Ya, kan?"?"" kata Andre.
"Emang kenapa?" tanya Riska masih tertawa.
"Ya ampun" bau banget, dong! Mandi sono! Biar wangi!" kata Andre.
"Ntar aja" masih pengin tidur?" kata Riska.
"Tidur melulu! Ntar malah nggak bangun-bangun lagi sampe malem! Ayo dong!
Mandi!!" kata Andre.
"Emang kenapa sih?"?"" kata Riska.
"Si Desi. Katanya mo ngadain pesta ulang tahun. Katanya juga" hari ini dia ulang
tahun." kata Andre. "O iya, ya" kenapa gue bisa sampe lupa?" kata Riska menepuk keningnya.
"Dan kata Desi, semua yang dateng, wajib bawa pasangan. Kalo nggak" ya" Cuma
diijinin nunggu diluar." kata Andre.
"Oh" tapi kenapa harus bawa pasangan?"
111 "Nggak tau. Kalo nggak salah, sih, kata Linda, tuh anak baru dapet gebetan. Bertepatan
sama ultah-nya. Jadi sekalian aja ngerayain?" kata Andre.
"Lo dateng" Kalo dateng, barengan gue aja. Gue nggak ada pasangan nih?"
"Hmm" gimana, ya" Gue rada males datang?" kata Riska sambil menggaruk-garuk
kepalanya. "Ya elah" masa gue harus dateng sendiri" Nggak seru ah! Karina sih juga datang.
Undangannya, kan, buat seluruh anak-anak kelas dua belas. Dan tentu aja Karina ikut." kata
Andre. "Oya" Apa dia nyoba memohon sama elo buat dateng ke pesta itu" Bokap Desi ama
bokap Karina, kan rekan kerja. Makanya Desi tau kebiasaan Karina karena sering diajak
berkunjung ke rumahnya kalo hari-hari libur. Pasti tuh anak mohon-mohon ke elo." kata Riska.
"Ya iya, sih" tapi gue males. Gue, kan penginnya ama elo aja."
"Yee" gombal! Mulai deh, ngerayu?" kata Riska.
Andre nyengir, "Sampe lo mau nerima cinta gue, gue bakal ber"elo-gue" sama lo. Ayo
deh" buruan mandi." katanya.
"Emang acaranya jam berapa?"
"Jam tujuh malem, sih?"
"Ya" ntar aja lo jemput gue. Jam setengah tujuh aja" pasti gue udah siap, kok." kata
Riska. "Yah" kalo lo maksa" nggak pa-pa, kok." kata Andre. Ia lalu berdiri, "Ya udah. Gue
balik dulu. Ntar gue jemput lo jam setengah tujuh. Dan gue jamin, sebelum jam dua belas, lo
udah sampe dirumah."
"Emangnya gue Cinderella" Pulang sebelum jam dua belas?" kata Riska hampir tertawa
dengan candaan Andre. 112 Andre hanya nyengir. Lalu keluar dan segera meninggalkan rumah Riska. Dia tidak sabar
menunggu jam tujuh tiba. Itu karena" dia akan mengajak Riska ke pesta ulang tahun Desi
sebagai pasangan. Walau belum resmi. Hehe"
113 Dua Belas Karina menemui Judika di Taman Palangka Raya. Wajah Karina terlihat marah. Terbukti setelah
dia melihat Judika, ia mendekati cowok itu dan menamparnya. Judika yang tidak tahu kenapa dia
ditampar mendongak menatap Karina.
"Apa-apaan lo?" kata Judika.
"Lo yang apa-apaan"! Lo nggak bisa nyelesain tugas yang gue beri ke elo!" kata Karina
marah-marah. Untung suasana di taman itu rada sepi. Hanya terlihat beberapa orang disitu.
"Heh, elo jangan sok, ya! Gue udah melakukan sesuai yang lo minta." kata Judika, "Dan
waktu itu gue nggak tau, ternyata Andre datang kesini dan merusak rencana!"
Karina menarik nafasnya yang terlihat memburu. Dia terduduk di bangku di dekatnya.
"Asal lo tau, Kar, sebenernya gue nggak mau ngelakuin itu. Gue masih punya hati. Gue
tau Riska itu sakit. Tapi lo ngeyakinin gue kalo dia nggak sakit. Apa maksud lo" Gue udah
nyerah waktu Riska nolak gue dulu walau gue masih punya perasaan suka ama dia." kata Judika.
"Lo bego!!!" kata Karina.
"Terserah elo. Gue udah nggak mau main dengan peraturan lo. Baru sekali ini gue kena
bogem mentah cowok bernama Andre. Tapi gue menganggap dia teman. Lo nggak tau sakitnya
hidup gue selama ini. Karena itu, gue udah ngomong ama dia di sekolah tadi. Gue ceritain
semuanya. Termasuk elo sebagai biangnya."
Mendengar ucapan Judika, Karina mendongak dengan mata terbelalak, "Apa lo bilang"
Lo ngomong kalo gue adalah biang semua ini?" tanyanya tidak percaya.
"Lo tuli apa bego?" kata Judika.
"Gue nggak mau lagi ngelakuin apa mau lo. Gue udah bosen. Lo selalu ngingetin gue
tentang rencana ini-itu. Gue muak tau! Silahkan lanjutkan sendiri rencana lo. Yang pasti, gue
udah ngomong sama Andre dan dia maafin gue dengan catatan gue nggak bakal ganggu Riska
lagi." kata Judika. Dia berbalik dan menju motornya yang terparkir disudut taman.
114 Karina masih memikirkan perkataan Judika. Kalo benar Judika udah mengakui semuanya
ke Andre. Pasti itu alasannya kenapa Andre menolak ajakan Karina menjadi pasangan ke pesta
ulang tahun Desi. Tapi itu tidak mungkin juga.
Saat masih memikirkan itu, di sebelah Karina duduk seorang cowok yang sedang
meminum coca-cola dingin sambil mengumpat. Karina menoleh kearah cowok itu dan
mendengar apa yang diucapkannya.
"Riska" kenapa kamu ngga mau nerima aku lagi, sih?" gumam cowok itu pelan. Tapi


Be My Perfect One Love Karya Angelia Putri di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdengar jelas di telinga Karina.
Karina menoleh kearah cowok itu dan menyapanya, "Hei."
Cowok itu menoleh dan menatap curiga pada Karina, "Ya?"
"Lo" lo kenal Riska?" tanya Karina langsung pada intinya. Cowok itu masih menatap
Karina dengan tatapan penuh selidik.
"Riska yang mana, ya?" tanya cowok itu.
"Nama gue Karina Musilavona. Siapa nama lo" Dan apa lo kenal dengan Riska Maharani
Putri?" kata Karina.
Cowok itu mengangguk, "Nama gue Roy. Dan" Ya. Gue kenal. Dia mantan pacar gue."
kata cowok itu. Karina membelalakkan matanya.
"Elo mantan pacar Riska?" katanya, "Lo serius?""
"Gue serius. Tapi waktu gue ke rumahnya tadi, dia malah ngusir gue. Padahal gue mo
balikan lagi ama dia." kata cowok yang ternyata adalah Roy itu.
Tiba-tiba sebuah ide gila terlintas dalam pikiran Karina.
"Lo mau balikan lagi ama Riska. Kenapa?" tanya Karina.
115 "Gue?" Roy berusaha mengatur kata-katanya, "Gue dulu pernah selingkuh ama sahabat
Riska. Tapi sekarang gue nyesel. Gue pengin balikan lagi ama dia. Tapi dia yang nggak mau."
Karina tersenyum, ide yang sekilas dia dapatkan bisa dia pakai.
"Kalo lo mau ketemu Riska lagi, dan pengin balikan lagi ama dia, gue punya rencana."
kata Karina sambil tersenyum sinis.
*** Riska menyisir pelan rambutnya yang agak basah karena habis keramas. Dia harus cepat karena
Andre sudah pasti bosan menunggunya berdandan.
Andre duduk di kursi ruang tamu sambil membaca majalah atau koran yang ada disitu.
Tadi dia ditelpon oleh Riska agar menjemputnya. Dan sekarang, Andre sudah datang sebelum
Riska siap. Andre disuruh menunggu di ruang tamu oleh Bi Ani.
Beberapa menit kemudian, Riska keluar dari kamar. Mengagetkan Andre yang masih
membaca koran. Andre terpana melihat Riska yang ada didepannya.
Kali ini, Riska tampak sangat cantik. Dengan gaun biru muda dan memakai sepatu hak
tinggi berwarna senada. Membuatnya tampak seperti malaikat bergaun biru. Apalagi wajahnya
memakai make-up yang sangat natural. Memancarkan kecantikan yang sangat alami.
"Wauw!" "Kenapa" Ada yang salah?" tanya Riska sambil memperhatikan baju yang dipakainya.
Andre hanya tersenyum. "Nggak, kok. Lo cantik banget. Gue sampe nggak ngenalin." kata Andre.
Mendengar itu, wajah Riska memerah. Andre menggamit tangan Riska.
116 "Yuk. Bentar lagi kayaknya udah mulai." kata Andre.
Riska mengangguk. Setelah berpamitan dengan Bi Ani dan Bi Ijah, mereka berdua keluar
dan menuju sebuah mobil Honda Jazz berwarna hitam di depan rumah Riska.
"Mobil siapa, nih?" tanya Riska memperhatikan mobil di depannya.
"Ini mobil kakak perempuan gue. Gue minjem sehari doang. Tapi imbalannya gede
banget! Dia minta gue bayar lima ratus ribu. Untung aja gue punya tabungan lebih dari itu." kata
Andre sambil membukakan pintu untuk Riska disamping kursi pengemudi. Riska hanya tertawa
pelan sambil masuk ke dalam mobil.
Andre lalu menutup pintu mobil. Ia sendiri juga lalu masuk ke dalam mobil dan bersiap
mengemudikan mobilnya. 117 Tiga Belas Saat sampai di rumah Desi, Riska dan Andre langsung disambut oleh Desi dan juga papaMamanya Desi.
"Met ulang tahun, Des. Sori, hampir aja gue lupa kalo hari ini ulang tahun lo." kata Riska
sambil tersenyum jail. "Sialan lo! Untung aja, ya. Tadi gue minta Andre nyampein ke lo. Kirain lo nggak inget."
kata Desi. Disampingnya, seorang cowok terlihat menemani Desi.
"Geberan baru, nih, Des?" tanya Riska sambil berbisik.
Desi mengacungkan jempol.
"Wow! Selamat deh?" kata Riska.
"Eh, ayo kita ke halaman belakang. Acaranya diadakan disitu." kata Desi yang segera
menggamit lengan pacar barunya.
Andre memegang tangan Riska. Riska hanya tersenyum saat Andre menatapnya.
Mereka lalu memasuki halaman belakang yang udah disulap menjadi tempat acara ulang
tahun Desi. Desi mempersilahkan Andre dan Riska mengambil makanan kecil terlebih dahulu.
"Eh, Riska!" Seruan itu membuat Riska menoleh, "Linda. Sasha. Hai?" sapa Riska.
Linda dan Sasha mendekati mereka berdua.
"Ciee" udah jadian, nih?"" kata Linda sambil melirik penuh arti kearah Andre. Riska
hanya tersenyum. "Belum ngasih jawaban dibilang jadian. Mana ada yang begituan?" kata Riska berbisik.
"Loh" Jadi lo belum nerima?" tanya Sasha.
"Belum?" bisik Riska.
118 "Yah" padahal gue berharap bisa nagih pajak jadian dari elo ama Desi." Kata Linda.
"Hehe" sori ya, belum beruntung." Kata Riska tertawa.
"Riska, aku ke tempat Yogi dulu. Tuh, mereka ada dipinggir kolam renang." kata Andre.
Riska hanya mengangguk. "Silakan aja. Ntar lo balik kesini juga, kan?" kata Riska. Andre tersenyum dan
mengangguk. Sepeninggal Andre, Riska melihat Desi bersama pacarnya. Nempel banget kayak
perangko! "Ganteng banget, ya pacar barunya si Desi. Katanya sih, tuh cowok sekolah di
SMAFOUR, SMA 4 di jalan Sisingamangaraja 3 sana. Namanya Doni. Doni Chandra. Riska
nggak tau, kan dimana sekolahnya?" kata Linda. Riska menggeleng.
"Untung aja bukan SMAGA. SMA 3. Katanya disana anak-anaknya terkenal nakal." kata
Sasha. (sori buat yang sekolah disana. So, so". Sorry to you all!!)
"Ah, masa iya"!" kata Riska.
"Yee" iya, Ris. Katanya ya, disana memang terkenal badung. Tapi" banyak juga yang
nggak percaya dan masuk kesana." kata Sasha. Riska hanya manggut-manggut.
"Kalo gitu, Karina juga, harusnya, kan masuk SMAGA." kata Linda.
"Hai Riska!" sebuah suara yang dikenal Riska terdengar dari arah belakang. Ia segera
menoleh dan melihat Karina bersama seseorang yang membuat dadanya berdetak lebih cepat.
"Hai, Kar," sapa Linda dan Sasha dengan gaya sok cuek dengan kehadiran Karina.
Tapi tidak dengan Riska. "Lo?" 119 "Eh, kenalin, ini Roy. Katanya sih, bokapnya rekan kerja bokap Desi juga. Bokapnyokapnya lagi di Bandung, jadi dia yang dateng kesini buat ngucapin selamat buat Desi." kata
Karina memperkenalkan cowok disampingnya.
"Roy," kata Roy sambil menjabat tangan Linda dan Sasha. Mereka berdua membalasnya.
Tapi saat hendak menjabat tangan Riska, Riska malah menampar tangan Roy.
"Riska?", kedua temannya heran melihat Riska.
"Lo nggak pa-pa, Ris?" tanya Linda.
Riska menggeleng, "Gue" nggak pa-pa. gue ke tempat Andre dulu. Permisi." kata Riska
sambil berjalan kearah Andre yang lagi asyik ngobrol dengan Yogi dan beberapa temannya yang
lain. Linda dan Sasha saling berpandangan. Heran dengan sikap Riska tadi. Sementara Roy
menatap Riska yang sudah disamping Andre. Riska lalu ikut ngobrol dengan Yogi dan yang lain
sambil matanya melirik tidak suka kearah Roy.
*** Saat Riska mendekat kearahnya, Andre sudah merasa kalau ada yang tidak beres antara Riska
dengan cowok yang datang bersama Karina. Andre juga melihat sikap Riska pada cowok itu.
Riska kelihatan takut. Dan juga benci. Sulit diartikan.
"Hai, Ndre." Riska berdiri disamping Andre. Andre hanya tersenyum.
"Widiiihh" udha berhasil lo ngegaet Riska, Ndre"!" kata Yogi memperhatikan Riska
berdiri disamping Andre. "Apaan lo, Gi" Lo nggak dapet gebetan baru nih sehabis Sinta?" kata Andre sambil
tertawa. Yogi hanya mengedikkan bahu sambil terkekeh.
120 Sesekali Riska melihat kearah Karina dan cowok disampingnya. Andre melihat tatapan
itu. Ada rasa tidak suka, kesal. Entahlah" susah ditebak.
"Ris, lo nggak pa-pa?" tanya Andre.
Riska yang masih memandang Roy dari kejauhan terkejut karena pertanyaan Andre. Ia
menoleh dan menatap Andre disampingnya. Lalu menggeleng.
"Nggak pa-pa, kok?" kata Riska.
"Tapi, dari tadi lo mandang kearah sana terus. Ada apa, sih?" kata Andre.
"Yang disamping Karina itu," Riska menghela nafas sejenak, "Mantan cowok gue."
Andre melihat kearah cowok disamping Karina.
"Namanya Roy." kata Riska, "Tapi nggak usah dibahas deh! Gue udah over ama dia."
Andre hanya manggut-manggut. Ia lalu menggenggam tangan Riska. Berusaha
menenangkan Riska. "Makanya, lo nggak usah mikirin hal yang negatif melulu" lama-lama otak lo bisa
gosong!" kata Andre.
"Iih!! Apaan sih" Masa otak gue bisa gosong" Emangnya makanan?" kata Riska agak
tertawa karena ucapan Andre yang seperti candaan.
"Loh" Kan, kalo otak udah nggak bisa diajak kompromi lagi namanya gosong, Ris" Betul
nggak, Ndre?" kata Yogi ikut nimbrung.
"O iya, ya! Hahaha?"
Riska ikut tertawa karena candaan Yogi.
"Riska," Suara itu! 121 Riska menoleh ke belakang. Tau-tau di belakang, Karina dan Roy udah ada disana.
Karina tersenyum pada Riska.
"Hai, Ris" hai, Ndre" katanya.
Riska hanya tersenyum sekilas. Andre membalas sapaan Karina.
"Eh, Ndre, kenalin, ini Roy. Dia anak salah satu rekan kerja bokap-nya Desi." kata
Karina, "Roy, ini Andre."
"Andre." kata Andre menjabat tangan Roy.
"Roy," kata Roy sambil membalas jabatan tangan Andre. Tapi pandangan matanya tetap
mengarah kearah Riska. Riska tau Roy sedang menatapnya. Riska merasa Andre menggengggam tangannya. Jujur
saja, itu membuat Riska agak tenang.
"Oya, kalian udah jadian, ya?" kata Karina, "Kok kayaknya mesra banget?"?"
Riska tidak menjawab. "Belum, kok. Cuma mau jadian." kata Andre nyengir.
"Ya nggak, Ris?" Andre menoleh kearah Riska.
Riska mendongak lalu mengangguk mengiyakan. Dia juga bingung kenapa harus
mengangguk. Padahal mereka belum jadian.
Mendengar itu, wajah Karina berubah marah, tapi ia berusaha agar ekspresi wajahnya
tetap datar. Sementara Roy, dia lumayan terkejut dengan perkataan Andre tadi. Terlebih lagi,
Riska mengangguk mengiyakan.
"Oya, Ndre, gue ngambil minuman dulu, ya" Gue agak haus." kata Riska sambil
memegangi lehernya. "Lo tunggu sini aja, deh. Biar gua aja yang ngambilin. Ya?" kata Andre.
"Terserah lo, deh?"
122 Andre lalu pergi ke sebuah meja di dekat Desi di seberang kolam renang. Yogi mengikuti
Andre karena dia juga kepingin ngambil minuman lagi. Heran, tuh anak padahal udah minum
tiga gelas. Masa mo nambah lagi"!
"Oya, Roy, aku ke tempat temen-temen aku dulu. Tunggu sini, ya." kata Karina pada
Roy. Roy mengangguk. Sebenarnya itu hanya alasan Karina agar Roy dan Riska berduaan disitu. Ia tau Roy itu
mantan pacar Riska dan Roy kepengen baikan lagi ama Riska. Ini memang salah satu rencananya
untuk mendapat perhatian Andre, dan menyingkirkan Riska yang dianggapnya mengganggu.
Sekarang, tinggal Riska dan Roy disitu. Walau disitu juga banyak anak-anak lain, tapi
rasanya hanya mereka berdua saja disitu.
"Jadi?" suara Roy terdengar. Tapi riska tidak memerdulikannya.
"Kamu, pacaran dengan Andre itu?" tanya Roy.
"Bukan urusanmu, Roy." kata Riska dingin.
Roy menghela nafas. Padahal dia sudah berduaan dengan Riska. Tapi ia merasa sia-sia
saja rencana dari Karina dia jalankan.
"Aku nggak tau kamu anak temen bokap-nya Desi." kata Riska terdengar datar.
"Boleh dibilang itu kebetulan. Aku tidak tahu kalo dia itu temen kamu." kata Roy. Dia
mencoba memegang tangan Riska. Riska menepis tangan Roy dengan kasar.
"Jangan pernah sentuh tanganku!" lirih Riska. "Hubungan kita udah selesai! It"s over for
me!" "But not for me, Ris." kata Roy. "Aku masih sayang sama kamu. Kuakui waktu itu aku
salah karena udah selingkuh ama Erza. Tapi, aku masih tetap sayang sama kamu, Ris."
Kali ini dia berhasil menggenggam tangan Riska. Riska berusaha melepaskannya. Tapi
sia-sia, genggaman tangan Roy sangat keras.
123 "Mau kamu apa, sih" Aku sudah beri kamu keringanan. Kamu boleh bersama Erza.
Karena itu aku pergi kesini. Aku pengin menjauh dari kamu! Dari semua kehidupan aku di
Bandung!" kata Riska masih terdengar lirih.
"Tapi, Ris?" "Lepasin tangan aku!" kata Riska melepaskan tangannya dari tangan Roy.
Suaranya yang agak keras membuat beberapa tamu menoleh kearah mereka. Riska
memilih pergi ke tempat Andre dan membiarkan Roy sendirian disitu.
"Jangan lagi kamu ganggu kehidupan aku. Cerita kita udah selesai setelah aku ninggalin
Bandung." kata Riska sebelum pergi dari situ.
*** Acara tiup lilin untuk ultah Desi akan segera dimulai. Desi sudah berdiri di depan kue tart yang
ada diatas meja. Dengan lilin tujuh belas batang. Disampingnya, pacarnya selalu menemani
(ceile"). Riska, Linda, Sasha, dan Andre berdiri di sisi kanan Desi.
"Yeeeeyy!!!!" Suara itu terdengar saat Desi meniup semua nyala lilin dalam sekali tiup. Selanjutnya
acara potong kue. Beberapa anak-anak yang diundang menyemprotkan air dari slang air yang ada
disekitar situ ke udara hingga semua tamu yang ada disitu terkena air yang keluar seperti tetesan
air hujan dari slang air itu. Kalian pasti bertanya kenapa bisa ada slang air disitu" Itu karena ide
Desi! Desi emang anaknya punya ide yang rada-rada gila. Contohnya slang air itu. Jadi, semua
memaklumi dan kembali berpesta ria. Orangtua Desi ada di dalam rumah bersama rekan-rekan
bisnis mereka. Mereka memang tadi sempat menemani putri mereka meniup lilin dan bagi kue,
124 tapi setelah itu langsung masuk ke dalam. Menurut mereka, biarkan anak-anak muda mengambil
alih pesta tersebut! "Riska!! Kesini!!" kata Desi sambil menarik tangan Riska dan mengajaknya bergabung.
Main lempar bola balon air (yang pasti, sehabis dari pesta ulang tahun Desi, semua tamu
bakalan basah kuyup sekuyup-kuyupnya!). Permainan ini juga atas usul Desi. Permainan itu
terbagi dari dua tim. Tim cowok ama tim cewek. Masing-masing lima orang.
Desi, Riska, Linda, Sasha, dan Mai adalah tim cewek. Sementara tim cowoknya Andre,
Yogi, Doni, Jaka, dan Dimas (Dimas juga diundang karena Dimas adalah pacar temennya Desi).
Permainan berlangsung sangat seru. Saling lempar bola air dari keranjang yang
disediakan. Siapa yang paling basah kuyup dia yang kalah. Dan bagi yang kalah harus
menyatakan cinta pada yang menang (aduh" ceilee").
Riska kena lemparan dari Dimas dan Andre. Ia lalu membalas kearah Andre. Dan Andre
kena! Akhirnya, setelah setengah jam berlalu. Permainan itu dimenangkan oleh tim cewek. Dan
tentu aja, tim cowok kalah.
Menang memang menyenangkan. Dan itu dirasakan oleh tim cewek.
Dan sekarang adalah" hukuman untuk tim yang kalah. Pernyataan cinta!
Tapi, karena Desi udah punya Doni, Yogi, Dimas, dan Jaka juga udah punya doi
jugaLinda, Sasha, dan Mai juga udah ada yang punya. Tinggal Riska dan Andre-lah yang belum.
Hehe" "Nah" berhubung para pemainnya sebagian besar udah pada ada yang punya, jadi"
Andre harus menembak Riska di depan kita semua!!!! Setuju nggak, semuanya?"?""!!" kata
Desi. "Setujuuuuu!!!!" dukung semua anak-anak yang dateng.
125 Riska menunduk. Wajahnya agak memerah. Sementara Andre hanya garuk-garuk kepala.
Riska memikirkan perkataan Andre tadi sore. Saat menenangkan dirinya yang saat itu sedang
sakit karena kedatangan Roy.
Apa mungkin gue harus memberi jawaban sekarang" batin Riska. Ia diam sejenak.
Temen-temen mereka mulai mendorong mereka untuk saling berdekatan. Riska sempat
berontak karena dia masih merasa malu.
"Baiklah!!! Ayo!!! Tembak" tembak" tembak?"
Semua mengelu-elukan kata itu pada Andre dan Riska.
Andre lalu berjongkok ala pangeran yang menanti sang putri (aduh" aduh" katakatanya" sok puitis!). Andre memegang kedua tangan Riska. Riska menatap wajah Andre.


Be My Perfect One Love Karya Angelia Putri di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Riska, do you would to be my perfect one love forever for me?" kata Andre. Membuat
suasana semakin gaduh. Bukan saja karena cara penyampaiannya, tapi juga bahasanya! Bahasa
Inggris gitu, loh!! Riska hanya menunduk sembari wajahnya semakin memerah.
"Riska!! Jawab" jawab" jawab?"
Riska menatap lagi wajah Andre dan tersenyum.
"Yes, I will." kata Riska. "Aku mau."
"Horeeeeeee!!!!!!!!"
Andre bangkit dan menatap Riska, "Kamu, eh, lo serius?" tanyanya.
"Absolutely. Yes. Aku mau. Karena aku sayang kamu." kata Riska. "Tapi jangan pernah
ngecewain aku. Dan jangan lagi pake bahasa "lo-gue. Kan, udah pacaran?"
Andre nyengir sambil mengangkat tangannya. Jari telunjuk dan jari tengah tangan
kanannya membentuk huruf V.
126 "Akhirnya" lo jadian juga ama Andre, Ris!!" kata Linda sambil merangkul Riska dari
belakang. "Pajak jadian ya?"
Riska hanya tertawa. "Ayo, dong" cium pasangannya"." kata Doni.
"Iya" ayo! Semuanya!! Beri semangat!!! Cium" cium" cium?"
Andre hanya menatap wajah Riska. Riska mendongak, menatap balik wajah Andre. Dan
Andre mencium Riska. Tepat dibibirnya. Tapi, Riska tidak mengelak atau melepaskan diri
seperti dulu. Dia sudah rela hatinya menjadi milik Andre. Dan Andre juga mencintai Riska
sepenuh hati. Suasana kembali gaduh. Jelas aja! Kan Andre nyium Riska.
Tapi" pasti ada yang tidak senang. Kalian pasti udah tebak siapa.
Ya. Karina. Hal yang sama juga berlaku pada Roy.
Karina yang melihat Andre mencium Riska, langsung menjauh dari kerumunan dan pergi
ke tepi kolam renang yang agak sepi. Roy melihat itu, dia menyusul Karina.
Disitu, Karina melampiaskan kekesalannya dengan diam seribu bahasa. Roy berdiri
disamping Karina. "Rencana kamu gagal." katanya.
Karina mendengus kesal, "Jangan pikir rencana ini udah berakhir! Lo belum tau rencana
gue selanjutnya, kan?" katanya.
Roy menggeleng. Walau tau Karina tidak akan melihatnya.
"Gue punya rencana. Tapi gue masih butuh bantuan lo. Lo masih mau balik ama Riska,
kan?" "Terus terang, iya. Tapi Riska udah jadian ama cowok yang namanya Andre itu. Mau
bagaimana lagi?" kata Roy.
127 "Hahh! Pengecut lo! Lo mau nggak, sih Riska balik lagi ama elo?"" kata Karina menoleh
kearah Roy. Roy tidak menjawab. Ada sesuatu yang dipikirkannya.
"Kalo lo masih mau bantu gue, gue yakin Riska bakalan balik lagi sama elo." kata
Karina. Senyuman sinis tersungging di bibirnya.
*** Sehabis permainan lempar bola air tadi. Riska minta ijin ke toilet sebentar buat ngeringin rambut.
Bagaimana nggak" Rambut Riska bener-bener basah kuyup. Apalagi badannya. Bener-bener
kayak orang abis kecebur di kolam!
Setelah Riska selesai mengeringkan rambutnya dan keluar dari toilet. Riska hampir saja
bertabrakan dengan seseorang. Hampir aja dia jatuh gara-gara pake sepatu hak tinggi kalo aja
orang itu nggak menangkap tangan Riska.
"Eh, makasih, ya?" kata Riska sambil mendongak.
"Sama-sama." Itu suara Roy.
Riska tidak suka ditolong oleh Roy. Dia melepaskan tangannya yang masih dipegang
oleh Roy. Riska lalu beranjak pergi dari situ.
"Ris," panggil Roy. Riska menoleh.
"Apa?" "Kenapa kamu nggak mau balik lagi ama aku?" tanya Roy. Riska menghela nafas. Sudah
muak dia mendengar pertanyaan itu dari Roy sejak dia akan pindah ke Palangka Raya. Karena
itu Riska mengganti nomor HP-nya dan hanya memberikan nomornya pada teman-teman
dekatnya saja. 128 "Kamu udah tau jawabannya. Aku udah relain kamu ama Erza. Aku dan kamu udah
nggak ada hubungan apa-apa lagi. Memangnya apa alasan kamu mo balik lagi sama aku?" kata
Riska. "Aku" aku?" Roy sepertinya tidak ingin menjawabnya.
"Roy" Jawab. Kenapa kamu mo balikan lagi sama aku" Aku kira Erza sangat tulus
mencintai kamu. Melebihi aku. Ato kamu belum puas membuat aku menderita?" kata Riska.
"Tapi, Ris, Erza?"
"Udah deh. Mendingan kamu pulang aja ke Bandung!" kata Riska sambil berjalan
kembali kearah taman. Roy hanya terdiam di tempatna. Tidak tau harus membalas dengan kata apa.
*** Saat Riska baru aja melintasi ruang keluarga di rumah Desi, HP-nya yang ada di tas tangan biru
metaliknya berbunyi. Cepat Riska mengambil HP dan langsung menekan tombol penerima
telepon tanpa melihat siapa yang meneleponnya dari layar display HP-nya.
"Halo?" "Hai Riska!! Masih inget ama gue, kan?"?" suara seorang cewek langsung terdengar di
telinga Riska. Bahkan sebelum Riska benar-benar menempelkan HP ke telinganya.
"Ya ampun" Eva! Jangan teriak kenceng di telinga gue! Pengang nih?" kata Riska
sambil mengelus-elus telinganya yang agak sakit.
Suara cewek yang dipanggilnya Eva itu hanya tertawa.
"Kayak bukan elo aja, Ris! Biasanya juga, elo yang paling kenceng kalo teriak." kata
Eva. Riska cuma tersenyum.
129 "Elo juga nggak berubah Va. Masih cerewet kayak dulu." kata Riska sambil berjalan.
"Ah, elo! Bisa aja?" Eva tertawa lagi.
"Oya, gue denger dari Chika, Roy kesana, kan" Ke Palangka Raya" Katanya dia kesana
mo ngucapin met ultah ama anak rekan kerja bokapnya. emang bener, Ris" Dia ketemu nggak
ama elo?" "Yah" dia dateng kesini cuman sebagai perantara ortunya buat ngucapin selamat ulang
tahun buat anak rekan bisnisnya. Kebetulan juga anak rekan bisnis bokapnya itu temen gue. dan
gue ketemu ama dia." kata Riska. Sekarang dia sudah ada di taman. Riska menoleh-noleh
mencari Andre. Tapi tuh anak malah nggak ada.
Mana Andre" batin Riska.
"Eh, Riska" Chika udah nelpon elo?" tanya Eva. "Dia udah ngasih tau elo, kan?"
Mendengar pertanyaan itu, Riska mengerutkan kening, "Chika" Nggak tuh. Dia nggak
nelpon gue selama beberapa minggu ini. Memangnya kenapa?" tanyanya.
Diam sebentar di seberang telepon. Riska menanti jawaban Eva.
"Jadi" Chika belom cerita ke elo" Soal Erza ama Roy?" kata Eva setelah terdiam
beberapa saat. "Memangnya ada masalah apa sih" Gue nggak ngerti. Jelasin ke gue, Va!" kata Riska
makin tidak sabaran. "Erza" Erza meninggal, Ris?" kata Eva agak lirih. Namun masih bisa terdengar oleh
Riska. Seketika itu juga badan Riska terasa beku. Erza" Erza meninggal" Kapan?" batin Riska.
"Dua hari yang lalu. Erza kecelakaan lalu lintas di jalan tol saat mo ke Jakarta. Katanya
dia mo nyari dan ngirim sesuatu ke elo. Bukannya elo nanti tanggal 6 Agustus ntar ulang
tahun?" 130 "Iya?" kata Riska, "B, bagaimana bisa Erza meninggal" Kecelakaan di jalan tol"
Roy?" "Waktu itu, Erza lagi asyik ngobrol ama gue di telepon. Katanya dia mo nyari sesuatu
buat hadiah ultah lo. Tapi saat mo nyeritain apa yang mo Erza beli ke elo, sambungan telepon
tiba-tiba putus" gue kira ada gangguan jaringan sinyal. Tapi waktu Vhika nelpon gue dan
nyuruh gue pergi ke rumah Erza, Chika cerita kalo Erza kecelakaan di jalan told an saat mo
dibawa ke rumah sakit dia udah nggak bisa bertahan" jadi" begitulah Ris" waktu guer
sampein ini ke Roy. Roy-nya cuma bilang kalo dia bakalan datang ke pemakaman Erza. Tapi
nyatanya dia nggak dateng sampe proses pemakaman Erza selesai."
Riska tidak bisa menahan airmatanya. Kepergian sahabat yang dicintainya, Erza,
membuat airmata Riska tidak bisa lagi ditahan.
"Gue" gue baru tau dari elo, Va." kata Riska. Dia terpaksa pergi ke tempat sepi. Malu
juga kalo diliat orang dia menangis.
"Makanya, gue nelpon elo. Gue pengin bilang kalo si Roy mo balik lagi ama elo abis
Erza kecelakaan. Bejat banget dia itu! Udah Erza nggak ditengok untuk terakhir kali, dia malah
ngejar elo lagi. Gue nggak tau dia dapet alamat rumah lo dari mana. Tapi kata Chika, dia
maksa Erza ama adiknya, Karin, buat beri tahu dia. Erza nggak mau, baginya udah cukup
mereka nyakitin hati elo. Erza masih merasa bersalah ama elo gara-gara insiden dia ketahuan
pacaran ama Roy?" Dalam hati, Riska menggeram mengumpat Roy. Beraninya dia nyakitin hati Erza!
Padahal dia udah gue kasih keringanan buat jalan terus ama Erza! Bajingan lo, Roy!
"Ris, waktu Erza ditolong orang-orang sekitar, dia sempet nitipin sesuatu ke salah satu
mereka dan diberikan ke gue. Maunya, gue mo nyerahin langsung hadiah ini buat elo. Gue mo
ke sana bareng Chika. Gue nggak tau isinya apa. Lagian, kado itu terbungkus rapi banget. Gue
ama Chika nggak tega buat ngebukanya. Lo" untuk tiga minggu ke depan kosong, kan" Bisa
nggak kita berdua ke rumah lo?" kata Eva.
Riska buru-buru menghapus airmatanya.
131 "Iya. Bisa kok. Gue kosong untuk tiga minggu ke depan. Abis ujian nanti, kan" Ato abis
pengumuman aja" Biar kalo lo berdua lulus, ngerayain bareng-bareng kesini." kata Riska.
"Boleh juga tuh. Ya udah. Abis pengumuman kelulusan, gue ama Chika bakalan
langsung ke sana. Tungguin aja, ya. Oya, lo jangan terpengaruh lagi ama Roy."
Riska tertawa pelan. Tapi menurut Riska, tawanya itu terdengar seperti helaan nafas
berat. "Bisa aja lo! Iya" gue nggak terpengaruh lagi ama dia. Gue kan udah ada yang
punya?" kata Riska. "Hah?" Lo udah punya lagi" Siapa" Kenalin dong" anak situ?" kata Eva.
"Ya" dia emang anak sini. Tapi dia pindahan juga" dari Bandung." kata Riska.
"Iiy" ganteng nggak" Kenalin ke gue?"
"Yee" lo kan udah punya Aji" Ngapain lagi gue kenalin dia ke elo" Lo mo ngambil?"
kata Riska tertawa mendengar suara Eva yang pasti bakalan kecentilan kalo denger dia ato
temen-temen yang lain pada punya pacar. Padahal dia sendiri udah punya pacar!
"Hehe" nggak kok" becanda aja" lagian kalo dia terlalu ganteng buat gue, mo
dikemanain si Aji tersayang?" kata Eva. "Oya, Karin titip salam ama lo. Katanya dia kangen
ama becandaan lo. Dia, kan udah nganggep elo kakaknya."
"Huuu" lagaknya pake kata sayang" padahal nggak pernah diperhatiin?" kata Riska.
Dia melihat Andre melihat dan langsung menuju kearahnya.
"Eh, udah dulu, ya. Gue masih ada di acara ulang tahun temen gue. Ntar aja kalo mo
telepon lagi." "Oke, deh" ntar abis pengumuman kelulusan, gue dan hika bakalan ke sana. Bye?"
"Bye?" 132 "Riska. Aku cari kemana-mana. Taunya ada disini." kata Andre. setelah pernyataan cinta
(yang padahal cuma buat main-main aja, tapi akhirnya mereka jadian beneran) itu, Andre nggak
lagi pake kata "lo-gue".
"Tadi ditelepon ama temen. Jadi, ya" aku terima dulu." kata Riska.
Andre duduk disebelah Riska. Memperhatikan teman-teman mereka pada main petasan
(heran" dapet petasan darimana, ya" Perasaan bulan puasa masih beberapa bulan lagi).
"Ooo?" Andre manggut-manggut.
Riska menatap langit malam. Langit mala mini penuh bintang. Teringat Riska akan
kakaknya yang udah lama meninggal.
Kakaknya sering mengajaknya pergi ke taman di belakang rumah untuk melihat bintang.
Entah untuk apa. Tapi ketika ditanya alasannya, kakaknya menjawab,
"Kalau sedih, senang, atau dalam keadaan apapun, coba lihat bintang di langit. Bintangbintang itu akan menghapus segala kesedihan, memberikan kebahagiaan dan kegemberiaan.
Dan yang terpenting, akan membuatmu tersenyum. Bayangkan bintang-bintang itu adalah
kakak, atau papa, atau Mama. Mereka selalu menyayangimu, kan" Jadi kasih sayang bintangbintang itu sama dengan kasih sayang kami, Riska adikku sayang?"
"Riska?" Riska menoleh kearah Andre, "Apa?"
"Kamu nggak mau main itu?" tanya Andre sambil menunjuk Desi dan yang lain yang lagi
main kembang api. Aduh" kok jadi kayak anak kecil semua ya?"?"
"Emangnya sekarang lagi tahun baru ato lagi Ramadhan" Nggak ah. Aku pengin duduk
aja." kata Riska. "Tumben" biasanya kamu yang paling nggak bisa diem." kata Andre. Riska hanya
tertawa. 133 "Emangnya aku anak kecil" Nggak bisa diem?" kata Riska sambil memiringkan kepala.
Bersandar di bahu kiri Andre.
Andre hanya tersenyum sekilas, "Menurut kamu" Kamu masih anak kecil, nggak?"
"Ya nggak, lah?"
Mereka berdua memperhatikan teman-teman mereka yang lagi asyik main petasan. Riska
sempat tertawa melihat Desi kaget gara-gara petasan yang diletakkan di dekat kakinya. Membuat
penyakit latah-nya keluar sesaat.
"Jadi?" Andre berusaha mengatakan sesuatu. Riska memandang wajah Andre.
"Apa?" "Mau aku ajak ke suatu tempat?" kata Andre. Riska mengerutkan kening.
"Emangnya mo kemana?"
Andre menggaruk-garuk kepalanya yang nggak gatal.
"Ke" taman gaul?" katanya.
"Taman Gaul?" Riska mengerutkan kening.
Dia tau, Taman Gaul adalah Taman di pinggir kota Palangka Raya, sebenarnya taman itu
cuma danau kecil hasil galian yang kemudian dijadikan seperti taman dengan beberapa warung
yang menjadikan tempat itu seperti taman. Wilayah yang sepi dan tenang membuat taman itu
cepat terkenal. Apalagi bekas kerukan dari galian itu udah lama dan akhirnya menampung air
hujan. Sebagian air diambil dari sungai Kahayan dan dibawa kesana. Kawasannya juga dekat
dengan Bukit Tangkiling. Riska pernah dua kali ke sana. Pertama kali sama Desi dan yang lain.
Kedua kali dnegan teman-teman sekelas untuk merayakan ulang tahun salah satu temannya yang
ulang tahun hari itu. Andre juga ikut ke sana. Karena itu dia tau tempat itu.
"Gimana" Mau nggak" Aku udah bilang ama yang lain. Kita berangkat rame-rame aja.
Satu kelas. Abis ujian dan pengumuman. Kan asyik, kalo ngerayain disana. Trus ke tempat naik
sepeda air." kata Andre.
134 Riska menimbang-nimbang, "Boleh tuh" aku mau."
"Woi!!!" Suara teriakan dari Desi mengalihkan pembicaraan mereka. Desi melambai-lambai
sambil tangannya memegang bola voli. Ini kan udah malem, masa mo maen voli"
"Kita maen lagi!!! Maen bola voli!!" seru Desi. Riska mengerutkan kening. Ini pesta
ulang tahun, kok, jadi ajang permainan yang nggak masuk akal sih"
Kalo voli masih masuk akal karena itu salah satu cabang olahraga.
Tapi, kan, sebagian cewek pada pake gaun. Mana bisa disuruh maen voli"
Tapi Riska dan Andre langsung pergi kearah Desi. Riska lalu menanyakan apa
maksudnya. "Maen voli" Malem-maelm gini ngapain" Kita, kan pake gaun, Des?" tanya Riska.
Desi nyengir. "Hehe" bukan maen voli biasa. Kita maen voli pake bola voli ini, tapi kita bukan main
bola voli. Kita main sepak takraw." kata Desi.
Riska mengerutkan kening mendengarnya, "Sepak takraw" Apa itu?"
"Sepak takraw itu agak-agak mirip sepak bola Ris. Hanya saja nggak ada gawang. Kita
memainkan bolanya mirip main voli. Bedanya, disini kita pake kaki buat memantulkan bolanya."
jelas Andre yang ada dibelakang Riska.
"Nah" tuh, Andre tau. Ayo! Ikutan, ya!?" kata Desi setengah memaksa.
"Eh" tapi?" Riska memandangi sepatu hak tinggi yang dipakainya. Desi tau saat
melihat Riska melihat kearah sepatu hak tingginya.
"Udah!!! Lepas aja sepatunya. Nih, gue aja ngelepas sepatu hak tinggi gue. Ayo dong,
Ris" ikutan ya?"
135 "Ya" gue tau" tapi kalo kita mantulin bolanya pake kaki, bukannya" itu".
Keliatan?" kata Riska.
"Halah" elo" nih, gue pake celana pendek di balik gaun gue. Yuk, ah! Gue pinjemin
deh celana pendek gue. Ikutan maen ya?"" kata Desi.
"Ya udah deh" ngikut aja gue?" kata Riska.
"Oke. Lo pake celana pendek gue di kamar. Gue anter. Yuk!"
Desi mengajak Riska ke kamarnya di lantai dua. Ini adalah kedua kalinya Riska masuk ke
kamar Desi yang di dominasi warna putih. Pertama kali saat dia baru aja masuk SMADA. Saat
itu, Riska emang cepat arab dengan Desi, Linda dan Sasha. Karena mereka bertiga emang sohib
sejak SMP. Dan Riska jadi sohib baru mereka karena Riska supel, ramah, baik hati, dan
tentunya, cantik! "Nah" elo pake deh, celana ini. Mudah-mudahan pas." Desi menganbil sebuah celana
pendek selutut berwarna biru dari lemari pakaiannya. Riska menerima celana itu dan segera
memakainya di dalam kamar mandi di kamar Desi.
Setelah memakai celana itu, Riska merasa kakinya bisa bebas bergerak kalo lompatlompat. Apalagi lompat tinggi.


Be My Perfect One Love Karya Angelia Putri di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Udah nih?" kata Riska saat keluar dari kamar mandi. Desi lagi asyik dengan
BlackBerry-nya saat Riska keluar. Desi menoleh saat mendengar suara Riska.
"Udah siap" Yuk! Kita buruan turun." Desi langsung menggamit tangan Riska dan
mengajaknya turun. 136 Empat Belas Andre duduk sambil memegang segelas minuman di bangku di halaman. Disebelahnya, duduk
Doni. Pacar baru Desi. "Desi tuh, suka banget nantangin gue maen bola kayak gini." cerita Doni.
"Masa" Padahal kalo di sekolah, Desi tuh agak-agak centil loh?"
"Lo nggak bakalan tau sifat aslinya kalo nggak kenal banget ama dia?" kata Doni
sambil tertawa. Andre ikut tertawa. Rupanya Doni lumayan banyak bicara juga.
"Trus" gimana dengan elo?" tanya Doni sambil memainkan gelas yang dipegangnya.
Andre menoleh kearah Doni, "Maksud lo?"
"Lo tau sendiri, kan" Itu" cewek yang namanya Riska yang deket ama elo. Gue denger
dari Desi?" Andre manggut-manggut. "Oh itu" yah.. begitulah?"
"So?" "Lo kok, bicaranya kayak banci gitu sih" Merinding gue jadinya." canda Andre.
Doni tertawa. "Hahaha" bisa aja lo" gue emang sering bicara kayak gitu lantaran gue
punya adik cewek dirumah. Cuma gue sendiri yang cowok."
"Wah" cowok sejati dong, kalo gitu?" Andre ikut tertawa.
"Nah" tuh mereka berdua datang." Doni menunjuk Desi dan Riska yang baru aja keluar
dari dalam rumah. "Woi!!! Ayo cepetan mulai!!!" teriak Desi. Serentak anak-anak laen yang ikut permainan
langsung mengerubungi Desi dan mulai membentuk kelompok. Termasuk juga Riska dan Andre.
137 Permainan berlangsung seru. Kelompok Desi menang dengan skor 4-0. Ternyata orangorang yang diambil jadi kelompok sama si Desi jago banget maen sepak takraw. Alhasil, lawan
mereka jadi kelimpungan gara-gara permainan kelompok Desi jago banget. Riska yang menjadi
anggota kelompok yang kalah juga agak ngos-ngosan. Soalnya Riska emang kurang suka
olahraga yang menggunakan kaki kayak sepak bola dan lari.
Pokoknya seru banget! "Lo hebat banget sih" Tim gue kalah telak!" kata Riska pada Desi saat mereka istirahat.
Hari udah malam banget. Hampir jam dua belas tengah malam pula!
"Hahaha" biasa aja kali" gue kan biasa maen ini bareng kakak gue yang cowok. Dia
juga jago banget. Malah lebih jago daripada gue." jawab Desi mengambil minum dari meja.
"Tapi tetap aja tim gue kalah?" kata Riska ikut mengambil minuman juga.
"Yah" daripada stres" Mendingan kita have fun aja hari ini. Mumpung gue lagi ulang
tahun, kan" Bukannya besok kita ada ulangan kimia?"
"Iya. Masa lo lupa?"
"Haha" kadang otak gue suka nggak beres. Stress sedikit aja" gue bakalan lupa hal
yang penting." kata Desi nyengir.
"Dasar lo?" Riska tertawa mendengar omongan Desi.
"Eh, Ris," "Apaan?" Riska menoleh kearah Desi.
Desi memandang wajah Riska. "Lo" lo kenal ama cowok yang namanya Roy tadi?"
tanya Desi. Riska terdiam.
"Iya" dia dulu mantan cowok gue di Bandung." kata Riska sambil meminum minuman
yang tadi diambilnya. Desi manggut-manggut. 138 "Gue udah duga elo kenal ama dia. Tau nggak, waktu dia mau kesini, tuh anak sempet
nanya-nanya ama gue apa gue kenal yang namanya Riska ato nggak. Gue jawab aja nggak.
Males gue" tuh cowok punya reputasi buruk di mata orang tuanya." kata Desi.
"Memang" karena dia udah bikin temen gue yang ada di Bandung, meninggal." kata
Riska. Desi tersedak minumannya sendiri saat Riska mengatakan itu.
"Ap, apa"! Meninggal" Gimana ceritanya?" kata Desi.
Riska lalu menceritakan semua yang didengarkannya dari Eva pada Desi. Juga soal
hubungannya dengan Roy, dan Erza. Mendengar cerita Riska, Desi hanya bisa mengatakan
betapa teganya Roy pada Riska dan juga Erza.
"Bejat banget! Gue nggak nyangka dia kayak gitu." kata Desi.
"Yah" memang dia udah dari dulu kayak gitu." kata Riska. "Dan gue nggak sudi ketemu
dia lagi. Gue eneg ketemu ama dia."
"Maaf, ya, Ris" mungkin ini gara-gara gue" nyokap gue maksa gue buat ngundang dia.
Maaf ya?"" kata Desi merasa bersalah.
Riska menggeleng sambil menepuk-nepuk tangan Desi. "Nggak papa kok Des" lo
nggak salah?" katanya.
"Tapi gue udah ngundang dia dan otomatis dia tau kalo lo tinggal disini" gue tetep
merasa bersalah." Riska menggeleng lagi sambil tersenyum, "Nggak papa" udah. Nggak usah minta maaf
terus" lagipula, kan gue udah punya Andre. Jadi pasti dia nggak bakalan ganggu gue lagi."
katanya. "Jadi" Permainan tadi bener-bener jadi ajang dia buat nyatain perasaannya" Lo
serius?"?"!!!"
Riska nyengir, "Iya" dia udah nembak gue sekitar" jam empat ato lima sore, deh?"
139 "Riska!!!!" pekik Desi. Riska sampe harus menutup telinga karena suara Desi yang
bener-bener nyaring dan bikin telinga pengang.
"Apaan sih Des" Telinga gue jadi pengang nih?" kata Riska mengelus-elus kupingnya.
Untung aja nggak kedengaran ama anak-anak laen. Kalo nggak, berabe deh!
"Lo beneran jadian ama Andre" Aduh Riska!!!! Selamat, ya?" Desi langsung memeluk
Riska. "Iye, iye" tapi jangan kenceng amat meluk gue. Sesak nafas ntar?"
"Eh, iya." Desi melepaskan pelukannya sambil tersenyum jahil, "Hehehe" sori?"
Tiba-tiba Andre dateng sambil bawa minuman.
"Ris," Riska menoleh kearahnya dan Andre menyodorkan minuman yang dibawanya. Juga pada
Desi. "Nih, buat elo berdua. Gue tau kalian berdua haus berat." katanya nyengir.
"Thanks ya Ndre. Lo tau aja kita berdua lagi haus." Desi langsung ngambil minumannya
dan langsung menghabiskan dengan sekali tegukan. Gila" tuh anak haus atau apa sih?""
"Emang gue tau elo ama Riska lagi haus." sahut Andre nyengir (lagi).
"Thanks, ya." kata Riska juga. Andre duduk disebelahnya.
"Eh, Ndre, lo jadian ama Riska, kan" Selamat ya" traktir kita-kita dong" secara, lo
berdua, kan udah jadian." kata Desi.
Andre hanya tersenyum. Begitu juga Riska.
"Ntar deh" pikir-pikir dulu?" kata Riska.
"Yah" kok gitu sih?"?"" Desi mulai kumat ngambeknya.
"Ntar deh" abis UAN kita ke Kampung Lauk, gimana" Abis dari sana kita ke bawah
jembatan Kahayan. Makan gorengan disana" Bareng temen-temen sekelas juga." tawar Riska.
Desi tersenyum lebar. Tanda dia "bener-bener" setuju dengan ide Riska.
140 "Gitu dong" kan enak, abis otak stres kita langsung have fun." katanya. "Ntar gue
bilangin deh ama temen-temen. Tapi lo janji ya" Ntar pada kecewa mereka. Pas lulus lo bakalan
kena semprot cat minyak ntar."
"Iye iyee". Lo kira gue nggak inget gimana sangarnya mereka kalo mo lulus" Waktu
kenaikan kelas, kata elo mereka kan udah nyemprot meja-meja di kelas. Bahkan mo ampir bakar
satu sekolahan." "Emang ada gue cerita gitu?" tanya Desi.
"Kan kata elo?"
"Itu becanda doang kali" lo kira mereka kayak nggak punya otak" Yang mo bakar satu
sekolahan itu sih kakak-kakak kelas taun lalu yang lulus. Saking senengnya, ampir aja ada yang
mo nyiramin minyak tanah ke sekolah." kata Desi.
Riska manggut-manggut. Emang Desi ada cerita kayak gitu ke dia. Tapi bener ato
nggaknya cuma pihak sekolah ama Yang Di Atas yang tau masalah itu. Lagian kata Linda, itu
kan cuma cerita boongan. Siapa yang mo percaya kalo ada murid sekolah di SMADA yang mo
bakar sekolahnya" Kan, sekolahnya udah mulai menjurus jadi sekolah internasional.
Dari kejauhan, terdengar suara anak-anak manggil mereka. Dan Riska udah bisa nebak.
Mereka pasti mau ngajak mereka maen lagi. Dan pasti permainannya yang gila-gilaan!
141 Lima Belas Akhirnya Ujian Akhir Nasional tiba juga!
Ujian yang bener-bener bisa bikin para siswa, baik dari SD, SMP, sampe SMA bakalan
gigit jari kalo ngehadepin soal-soal yang bisa bikin mereka pingsan di tempat. Kalo anak SD sih
nggak usah khawatir. Mereka kan belom terlalu mengenal rasa H2C (Harap-Harap Cemas). Tapi
gimana dengan yang udah SMP ato SMA?" Perasaan H2C merasuki seluruh isi kepala para
pelajar di Indonesia. Terutama di SMADA tentunya.
Hari pertama UAN adalah matematika, Fisika, dan Kimia (entah apakah jadwal seperti
ini pernah ada). Pas bener! Hari pertama UAN langsung disegarkan dengan pelajaran MAFIA.
Pendekar Penyebar Maut 2 Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara Pendekar Pedang Sakti 6

Cari Blog Ini