Ceritasilat Novel Online

The Guardian Of Heart 1

The Guardian Of Heart Karya Angelia Putri Bagian 1


Apa kalian tahu cahaya dan kegelapan selalu berdampingan" Dan apa kalian percaya
apakah cahaya dan kegelapan saling membantu"
Jawabannya" tidak selamanya cahaya dan kegelapan berdampingan dan saling membantu.
Ada kalanya, kegelapan memakan cahaya. Ada kalanya kegelapan menelan cahaya" dan
juga dunia yang kita lihat saat ini.
Ketika sedang dalam study tour ke museum, Rizuki mendapat kejutan dari Riku,
kakaknya. Kejutan itu membuat Rizuki kaget sekaligus bingung. Apa maksud Riku bahwa dia dan
kakaknya itu bukanlah saudara kandung" Selama ini, kan, Riku selalu menganggap Rizuki sebagai
seorang adik. Kenapa sekarang Riku mengatakan hal yang tidak masuk akal"
Rizuki tidak tahu apa yang harus dikatakannya pada Riku atas kejutan itu. Tapi, dia tahu
Riku bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
Namun, ketika Rizuki ingin memberikan jawaban, muncul sekumpulan orang-orang
bermantel hitam dan membawa senjata yang mengelukan namanya dengan suara yang mengerikan.
Orang-orang itu memanggil-manggil namanya dengan sebutan Keturunan Aiba. Apa lagi itu
maksudnya" Keturunan Aiba" Dia tidak tahu apa itu.
Di saat yang sama, kehancuran dunia mulai terjadi. Satu-persatu orang yang disayangi
Rizuki terluka dan bahkan terbunuh. Bahkan, dia juga hampir kehilangan nyawanya.
Sebenarnya, apa yang terjadi" Kenapa orang-orang bermantel hitam itu mengincar dirinya"
Apa mereka tidak punya orang lain untuk diincar selain dirinya"
Apa benar dia bukan adik kandung Riku"
Dan yang terpenting, apa itu Empat Penjuru"
1 Empat Penjuru, adalah sebutan bagi para penjaga yang memiliki kekuatan mengendalikan
kekuatan kegelapan yang tersebar di seluruh dunia yang terbagi menjadi empat titik, Utara, Selatan,
Timur, Barat. Masing-masing Empat Penjuru memiliki seorang penjaga yang didampingi seorang
ksatria dari generasi ke generasi. Bagian Utara dijaga oleh Keturunan Earl dan ksatria Keturunan
Walker, bagian Selatan dijaga oleh Hawkstone dan ksatria Keturunan Watson, bagian Barat dijaga
oleh Keturunan Wilson dan ksatria Keturunan Nightray, dan bagian Timur dijaga oleh Keturunan
Aiba dan ksatria Keturunan Manami.
Selama lebih dari 700 tahun, Keturunan Empat Penjuru menjaga kegelapan tetap berada
pada tempatnya. Hingga di tahun 2004, sebuah kudeta dimulai oleh Empat Penjuru bagian Utara
yang dijaga oleh Keturunan Earl. Kudeta tersebut mengakibatkan keseimbangan Empat Penjuru
menjadi goyah dan menyebabkan makhluk-makhluk kembali berkeliaran di bumi. Ketiga
Keturunan yang menjaga bagian Barat, Timur, dan Selatan mencoba menghentikan Keturunan
Earl dengan melalui jalan damai sampai berperang.
Namun, Keturunan Earl ternyata menjalin kerja sama bersama makhluk-makhluk
kegelapan bernama FEATHER yang sejak dulu sangat mengincar Empat Penjuru dan berniat
menguasai dunia dengan kekuatan kegelapan. FEATHER membuat pasukan tentara yang tak
terhitung jumlahnya untuk menaklukkan ketiga Empat Penjuru lainnya. Peperangan terus berlanjut
hingga masa sekarang. Ada banyak rahasia dari para penjaga Empat Penjuru beserta ksatrianya yang tidak
diketahui oleh mereka sendiri. Salah satunya adalah Keturunan Aiba yang bernama Aiba Haruna.
Seorang gadis muda yang rela mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi Empat Penjuru
bagian Timur. Ia menghadapi Keturunan Earl yang meneruskan kudetanya dan tewas dalam
pertempuran. Akan tetapi, tanpa diketahui orang lain, ia ternyata mempunyai kemampuan
membagi setengah jiwanya pada benda yang berada di dekatnya. Ia menaruh sebagian jiwanya ke
dalam sebuah kalung untuk anak perempuannya yang sekarang tengah berada dalam perlindungan
keluarga ksatrianya sebelum tewas. Kematian Aiba Haruna mengakibatkan perang semakin
menjadi-jadi. Satu-satunya cara untuk menghentikan Keturunan Earl adalah mengurung mereka di
dalam penjara Dark Castle yang menekan segala kekuatan gelap yang dimiliki oleh Keturunan
Earl. Empat Penjuru yang masih tersisa berhasil mengurung Keturunan Earl dan menyerahkan
2 kunci untuk membuka penjara Keturunan Earl pada Keturunan mereka berikutnya, termasuk
Keturunan Aiba. Untuk beberapa lama, keadaan kembali stabil dan tidak timbul peperangan.
Namun, beberapa tahun kemudian, FEATHER, kembali muncul dan mencoba
membangkitkan kekuatan Keturunan Earl dan kembali berniat menguasai dunia. Peperangan
kembali terjadi, akan tetapi, kekuatan yang bisa menghancurkan kekuatan FEATHER dan
Keturunan Earl adalah Keturunan Aiba dan ksatrianya, Keturunan Manami.
Saudara kembar Aiba Haruna, Aiba Yukina, yang menjadi Kepala Mansion yang baru
ditugaskan untuk mencari anak perempuan Aiba Haruna yang entah berada dimana. Ksatria
Keturunan Manami juga menghilang bagai ditelan bumi setelah Aiba Haruna meninggal.
Sementara Aiba Yukina mencari anak perempuan saudaranya, peperangan semakin
memanas. Puncaknya saat Keturunan Earl akhirnya berhasil kabur dari Dark Castle dan kembali
ke Empat Penjuru bagian Utara, melancarkan peperangan dahsyat. Keadaanpun semakin tak
terkendali karena FEATHER membuat langit gelap sampai sekarang.
Jika Keturunan Aiba Haruna tidak ditemukan, mungkin tidak akan ada lagi sinar matahari
dan kedamaian di muka bumi"
3 KETERANGAN YANG HARUS DIBACA SEBELUM MELANJUTKAN:
" Empat Penjuru : Sebutan bagi para penjaga yang memiliki kekuatan mengendalikan kekuatan
kegelapan yang tersebar di seluruh dunia yang terbagi menjadi empat titik, Utara, Selatan,
Timur, Barat. Masing-masing Empat Penjuru memiliki seorang penjaga yang didampingi
seorang ksatria dari generasi ke generasi. Bagian Utara dijaga oleh Keturunan Earl dan ksatria
Keturunan Walker, bagian Selatan dijaga oleh Hawkstone dan ksatria Keturunan Watson,
bagian Barat dijaga oleh Keturunan Wilson dan ksatria Keturunan Nightray, dan bagian Timur
dijaga oleh Keturunan Aiba dan ksatria Keturunan Manami.
" Mansion : Tempat para Keturunan dan calon Penjaga tinggal. Mansion adalah tempat mereka
untuk menempa ilmu dan pengetahuan sebagai Penjaga kelak. Ada yang unik dari Mansion,
yaitu, setiap kamar calon penjaga dan para Keturunan yang tinggal di sana disesuaikan dengan
kamar mereka yang dulu sebelum berada di Mansion.
" Penjaga : Yaitu orang yang mengawasi Empat Penjuru di satu titik mata angin, misalnya Utara,
dijaga oleh Keturunan Earl dari generasi ke generasi. Mereka adalah orang-orang yang bertugas
menjaga kegelapan tidak sampai menguasai cahaya dan dunia, juga menjaga keseimbangan
antara dunia nyata dan dunia parallel. Keturunan yang sudah melewati ujian Pemilihan Hewan
Suci disebut calon Penjaga.
" Ksatria : Yaitu orang yang mendampingi sang Penjaga Empat Penjuru. Tugas Ksaatria adalah
memastikan Penjaga selamat dan bisa menunaikan tugasnya sebaik mungkin. Ksatria terpilih
adalah Ksatria yang mampu menghadapi segala serangan dari kegelapan.
" Keturunan : Keturunan adalah sebutan untuk para anak-anak yang terpilih atau murni dari
silsilah para penjaga Empat Penjuru. Keturunan darah murni adalah Keturunan yang
mempunyai garis silsilah dari Penjaga utama Empat Penjuru secara langsung.
" Pemilihan Hewan Suci : Sebuah tradisi sekaligus ujian yang dilakukan di Mansion untuk para
Keturunan yang akan menjadi calon Penjaga. Dalam ujian ini, para Keturunan harus
menemukan Hewan Suci yang akan mengikat kontrak dengan mereka sebagai bukti bahwa
mereka menjadi calon Penjaga.
" Hutan Terlarang : Adalah hutan di mana semua Hewan Suci berada. Hutan ini adalah hutan
parallel. Dan hanya bisa diketahui oleh para calon Penjaga dan para Keturunan yang
terhubung dengan Empat Penjuru. Hutan Terlarang sering disebut sebagai Sleep Forest. Hutan
4 Terlarang bisa berpindah-pindah tempatnya, tidak hanya berada di dekat Mansion, tapi juga
bisa berada di tempat salah satu Empat Penjuru.
" Hewan Suci : Hewan yang menjadi pendamping dan juga menjadi sumber kekuatan selain
tenaga sang Penjaga sendiri. Hewan Suci adalah binatang keramat yang memilih langsung
Penjaga yang mengikat kontrak dengan mereka. Sekali seorang calon Penjaga mengikat
kontrak dengan seekor Hewan Suci, kontrak itu akan terus berlaku sampai sang Penjaga mati.
Para Hewan Suci memiliki kekuatan yang sangat luar biasa.
" Senjata Suci : Senjata Suci adalah senjata yang sudah dimiliki oleh para Keturunan dan calon
Penjaga sejak lahir. Senjata tersebut bisa diwarisi dari orangtua mereka yang seorang Penjaga
atau Keturunan, maupun dibuat oleh penempa senjata dari Mansion. Bentuk dan jenis Senjata
Suci sangatlah beragam. Namun, Senjata Suci paling kuat dan melegenda adalah Lightning
Bow (Rizuki), Beater Sword (Riku), Luminous Sword, Dark Jewel Weapon, dan Black Arrow.
" FEATHER : Makhluk kegelapan yang berniat menguasai cahaya dan dunia. Mereka terbuat
dari kegelapan terdalam hati manusia, lalu menjelma menjadi monster yang tinggal di Dark
Castle. Pada mulanya, FEATHER adalah penjaga Dark Castle yang loyal pada Empat Penjuru,
kemudian berubah total saat pemimpin FEATHER yang tidak pernah diketahui siapa kecuali
Penjaga Empat Penjuru Bagian Timur, melakukan kudeta bersama Keturunan Earl. Sampai
sekarang, pemimpin FEATHER dan asal-usulnya masih misterius.
" Putri Cahaya dan Ksatria Cahaya : Legenda yang beredar di kalangan para Keturunan dan
Empat Penjuru. Dikatakan bahwa nantinya akan ada seorang penjaga dan ksatria-nya yang akan
mengalahkan Keturunan Earl yang berkudeta. Dulu legenda itu hidup berkat Aiba Haruna dan
Manami Kazuto. Ibu Rizuki dan ayah Riku.
5 PROLOG Salam kenal. Namaku Manami Rizuki. Aku seorang gadis remaja SMA kelas dua berusia 16
tahun. Kalau kalian ingin mendeskripsikan aku seperti apa, bayangkan saja seorang gadis dengan
wajah berbentuk hati yang mungil, bola mata berwarna abu-abu yang dihias bulu mata yang lentik,
rambut hitam lurus panjang, dan juga tubuh setinggi 168 senti. Oh ya, jangan lupa, kulitku
berwarna putih kekuning-kuningan.
Apa menurut kalian aku ini cantik" Terima kasih sudah memujiku. Tapi, bila kalian
memujiku lagi, aku bersumpah aku akan menyodok perut kalian dengan lutuku karena kesal. Jujur
saja, aku tidak suka dibilang cantik. Aku lebih suka dipanggil biasa.
Ada alasan kenapa aku tidak mau dibilang cantik. Aku merasa menjadi seperti" yah"
terlalu istimewa. Tapi, untungnya hal itu tidak pernah terjadi padaku. Karena walau kalian bilang aku ini
cantik, coba saja tatap wajahku. Mungkin kau akan langsung lari terbirit-birit. Karena pandangan
mataku terlalu tajam untuk anak seusiaku. Seperti seorang pembunuh berdarah dingin. Serius.
Pandangan mataku memang seperti seorang pembunuh bayaran sehingga banyak teman-temanku
yang ketakutan berhadapan denganku.
Gara-gara tatapan super dingin-ku ini, aku nyaris tidak punya teman di sekolah. Hal yang
bagus sebenarnya, karena aku juga berusaha menyembunyikan kemampuan aneh-ku, kalau tidak
mau disebut khusus. Kalian ingin tahu" Kemampuan khusus-ku yang pertama adalah telekinesis. Itu lho"
seperti John Smith di I am Number Four. Mungkin kemampuan ini lebih cocok untuk cowok, tapi
sayangnya, kemampuan ini juga ada padaku. Aku bisa mengangkat benda tanpa menyentuhnya
(tentu saja), dan bisa mengangkat sebuah mobil truk seberat 100 kilogram hanya dengan satu
tangan. Asal kalian tahu, saat aku mengangkat mobil itu, aku merasa seperti mengangkat mobil
mainan kardus. 6 Kemampuan khusus-ku yang kedua adalah melihat dan membaca isi hati orang lain.
Kemampuan ini aku dapatkan saat aku berusia 9 tahun. Aku tidak sengaja membaca isi hati teman
sekelasku yang ingin mengerjai guru matematika kami. Gara-gara itu, aku mendapat masalah
selama seminggu karena digencet oleh teman sekelasku itu sebelum dia pindah ke luar negeri.
Dengan kemampuan ini, biasanya aku membaca isi hati teman-temanku apa yang mereka
inginkan. Dan kadang, aku tertawa geli membaca isi hati mereka. Ada salah seorang temanku, dia
cowok, tapi ternyata di dalam hatinya dia suka benda-benda imut!
Oke, itu tidak perlu dibahas.
Dan kemampuan khusus-ku yang ketiga dan yang paling kutakuti adalah" aku bisa melihat
masa depan. Jangan kalian kira aku bercanda. Aku serius. Aku pernah tidak sengaja melihat visi
masa depan saat aku sedang belajar di kelas dan membuat seisi kelas kaget karena aku berteriak
(menjerit, sebenarnya) sangat keras dan pingsan di tempat. Aku tidak mau mengatakan apa yang
kulihat saat itu, yang jelas visi itu sangat mengerikan dan membuatku berusaha bunuh diri.
Selain aku, hanya ibu, kakak, dan adikku yang tahu tentang kemampuanku ini. Ibuku juga
menyuruhku untuk menjaga kemampuanku tidak diketahui oleh siapapun. Apalagi sejak aku tidak
sengaja memecahkan pot bunga kesayangannya gara-gara kemampuan telekinesis-ku. Aku sempat
dihukum tidak mendapat cemilan selama lima hari dan aku kapok menggunakan kemampuanku
di sembarang tempat. Tapi, selain kemampuan khusus-ku, tidak ada yang istimewa dalam hidupku. Kecuali
kematian ayahku dianggap sebagai hal yang istimewa. Sayangnya aku tidak menganggapnya
istimewa karena itu adalah kenangan paling memilukan dalam hidupku.
Ayahku adalah orang yang hebat. Dia adalah seorang pilot yang sering berkeliling dunia
dan selalu membawakan oleh-oleh untukku, kakakku, dan adikku. Beliau juga melatihku dan
kakakku cara menggunakan senjata tajam dan senjata api. Jangan mengatainya tidak bertanggung
jawab karena mengajari anak-anaknya memakai senjata. Sejujurnya, itu adalah keinginan kami
sendiri. Beliau juga bilang kalau kami bisa menggunakan senjata, itu akan membuat kami lebih
kuat untuk melindungi sesuatu yang berharga bagi kami.
7 Kami menggunakan basement di bawah tanah sebagai tempat latihan. Selama beliau hidup,
aku sudah menguasai ilmu pedang, menggunakan berbagai jenis senjata api, dan bela diri setara
sabuk hitam aliran bela diri manapun. Karena aku belajar bela diri sejak kecil, aku terbiasa dengan
didikan keras ayahku yang mengharuskanku bisa membantingnya walau ukuran tubuhnya lebih
besar daripada aku (dan biasanya, ayahku mengiming-imingiku dengan membelikanku es krim
coklat atau buku cerita kesukaanku).
Namun, setelah beliau meninggal saat aku berusia 12 tahun, aku kehilangan semangat
untuk berlatih dan sempat mengurung diri di kamar karena tidak sanggup menerima kenyataan.
Bahkan aku tidak datang ke pemakamannya. Ibuku, kakakku, dan adikku terus membujukku
untuk keluar dari kamar, tapi aku menolak. Akhirnya, mereka pergi tanpa diriku, tentu saja. Aku
hanya duduk memeluk kakiku sambil memandang kalung bulan sabit berwarna ungu di
hadapanku. Hadiah terakhir dari ayahku. Dalam keremangan kamarku, aku bisa melihat kalung
itu memendarkan cahaya yang cantik. Membuatku teringat perkataan ayahku saat dia memberikan
kalung itu padaku ketika aku berusia 10 tahun.
"Jaga kalung ini baik-baik" ini akan menjadi jimat keberuntunganmu suatu hari nanti."
Kata ayahku saat itu. "Benarkah" Apakah kalung ini punya kekuatan ajaib?"
Ayahku tertawa dan menepuk-nepuk kepalaku, "Yang pasti, jaga kalung ini, jangan sampai
hilang ataupun rusak. Mulai sekarang, ini akan menjadi jimat keberuntunganmu. Oke?"
"Baik, Yah!" Setelah kematian beliau, aku sering ke basement tanpa melakukan apa-apa. Aku hanya
duduk di sofa beludru merah sambil menimang-nimang kalung bulan sabit itu selama beberapa
jam. Tidak ada yang kulakukan kecuali menangis dan mengutuki peristiwa yang membuat ayahku
meninggal. Kakakku, yang mendengar tangisanku di basement, langsung memelukku dan
menenangkan diriku. Untungnya, aku bukan anak cengeng yang menangis berjam-jam. Kalau aku
menangis lebih dari 5 menit, mungkin kakakku itu akan membawaku ke rumah sakit jiwa karena
mengira aku stress berat.
8 Setelah insiden menangisku, ibuku dengan semangat menyuruhku dan kakakku kembali
berlatih walau tanpa bimbingan ayah. Menurut ibuku, tidak ada yang bisa menghentikan latihan
kami seperti kematian ayah yang mendadak. Ibuku juga menyuruhku untuk lebih memperhatikan
penampilanku karena sejak kematian ayah, aku tidak pernah menyisir rambutku dengan benar dan
memakai bedak asal-asalan. Permintaan yang berat sebenarnya, tapi untungnya aku berhasil
melewatinya dan kembali berlatih. Ibuku senang sekali melihat perubahan diriku yang mulai
terlihat. Sekarang, aku sudah mulai bisa menatap ke depan dan bisa menerima kematian ayahku.
Kembali berlatih dan belajar serius di sekolah. Aku mulai merasa hidupku kembali normal.
Keadaan membaik, kami bisa hidup normal kembali.
Tapi, hari itu, hidupku yang normal menjadi mimpi buruk saat aku tahu kalau hari itu
menjadi awal takdirku dimulai.
9 BAB 1 Pagi Hari Damaiku Yang biasa Berakhir
Rizuki"s Side Seperti biasa, aku bangun pukul 3 pagi. Aku bangun dari tempat tidur dan mencuci wajahku di
wastafel di kamar mandi di kamarku. Setelah mengeringkan wajahku, aku segera pergi ke
basement dan menyalakan lampu. Kuperhatikan sekilas seisi basement dan berjalan kearah rak
senjata. Mengambil sebuah pistol FN dan berjalan kearah papan target yang sudah kuganti kemarin
malam untuk kugunakan pagi ini.
Aku mengisi peluru pistolku dan mengarahkan moncongnya kearah papan target. Selama
beberapa menit, aku berhasil menembakkan 10 peluru tepat sasaran. Setelah selesai, aku
melemparkan pistol itu ke lantai dan kembali berjalan kearah rak senjata untuk mengambil sebilah
katana saat aku mendengar suara seseorang di belakangku.
"Kalau selesai menggunakan senjata untuk latihan, sebaiknya kamu kembalikan ke
tempatnya." Aku tersentak kaget dan menoleh ke belakang. Tepat saat kedua mataku bertatapan
dengan cowok setinggi 180 senti. Kedua matanya yang berwarna hijau tosca terlihat serasi dengan
rambut coklat terang yang, kalau kuibaratkan, mungkin akan setampan Percy Jackson dalam Percy
Jackson & The Olympian versi khayalanku. Tangan kanannya memegang pistol FN yang tadi
kulempar ke lantai. Ya. Dia kakakku. Namanya Manami Riku.
"Kakak, kalau Kakak berada disini, setidaknya bersuara atau apalah." Kataku menggerutu,
"Kakak membuatku kaget."
Dia tertawa dan melewati kepalaku untuk menaruh pistol. Aku menyambar katana yang
sering kugunakan untuk latihan dan berjalan ke sisi lain basement sambil tetap menggerutu.
"Hei" jangan marah?"
10 "Aku tidak marah." Kataku mengeluarkan katana dari sarungnya, "Tapi, Kakak
membuatku kesal karena sudah mengagetkanku."
Aku mendengarnya cekikikan di belakangku. Aku mengibaskan katana-ku dengan
bernafsu. Dan hampir mengenai kepalanya kalau saja dia tidak menghindar.


The Guardian Of Heart Karya Angelia Putri di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Wow wow" jangan sembarangan menyabetkan katana-mu, Nona Manis."
"Biar saja. Kakak sendiri sudah membuatku kesal."
Dia menampilkan senyuman yang membuatku tidak bisa lama-lama memandang wajahnya.
Aku memalingkan wajahku yang memerah dan bisa mendengar suara detak jantungku yang
berdetak sangat kencang. Rizuki" jangan deg-degan di depan kakakmu. Kamu tidak boleh memperlihatkan bahwa
kamu menyukainya! Kataku dalam hati untuk menenangkan diri.
"Maaf, deh" sebenarnya aku tidak berniat mengagetkanmu." Kata Kak Riku dengan suara
yang bernada jenaka. Dan aku tahu dia sedang berbohong. Dia pasti berniat mengagetkanku tadi.
"Habisnya" kamu kelihatan serius tadi. Aku tidak ingin mengganggumu."
"O, oh" begitu, ya." Aku berhasil mengatakan itu dan juga berhasil mengendalikan detak
jantungku yang tidak beraturan.
"Ya sudah" kamu mau melanjutkan latihan atau hanya diam dan membiarkan aku melihat
wajahmu yang memerah seperti tomat?"
Apa" Aku buru-buru menggelengkan kepala dan menyarungkan katana-ku.
"Aku sudah selesai. Aku mau kembali ke kamar." Kataku sambil menaruh katana di rak
senjata. Aku berjalan kearah pintu basement saat Kak Riku memegang tanganku dan membuatku
berhenti melangkah. Aku menoleh kearahnya dan melihatnya agak menundukkan kepalanya
untuk menatapku. "Ada apa, Kak?"
11 Kepalanya tetap menunduk kearahku, tapi, tatapan matanya terlihat lebih dalam daripada
biasanya. Dia berjalan pelan kearahku dengan tetap menggenggam tanganku. Mau tidak mau aku
mundur selangkah saat dia tinggal beberapa senti lagi dariku.
"Kak Riku, ada apa" Aku mau ke kamar." Kataku sambil menelan ludah dan merasakan
tenggorokanku amat kering.
"Rizuki?" dia memanggil namaku dengan suara yang lain dari biasanya. Sebenarnya aku
tidak heran dia memanggilku begitu. Hanya saja suaranya kali ini" begitu berbeda.
Ada apa dengannya" "I, iya, Kak" Kena?"
Kak Riku tiba-tiba sudah mendekatkan wajahnya dan mencium pipi kananku. Aku terlalu
terkejut untuk bereaksi dan hanya bisa memandangnya dengan tatapan setengah terkejut dan
setengah bengong. "Sana. Kembali ke kamarmu dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah." Dia membalikkan
tubuhku dan mendorongku keluar dari basement. Aku yang memang masih dalam keadaan
bengong hanya menuruti perintahnya dan bergegas ke kamar.
Sesampainya di kamar, barulah aku bisa mencerna kejadian apa yang baru saja terjadi
padaku. Kak Riku, menciumku. Di pipi kanan. Apa itu baru saja terjadi beberapa menit yang lalu"
Aku bahkan tidak merasakan apa-apa selain debar jantungku yang kembali berdetak lebih kuat
dan cepat daripada yang tadi.
Memang sih, aku sudah biasa dicium Kakakku itu di pipi. Tapi, kenapa rasanya ciuman
yang ini lain, ya" "Apa" yang Kak Riku lakukan" Apa" dia benar-benar mencium pipiku tadi?" gumamku
sambil merosot ke lantai di dekat ranjangku dan memeluk boneka Teddy Bear berwarna abu-abu
dari Kak Riku. Hadiah ulang tahunku yang ke-16 bulan November lalu.
12 Selama beberapa lama, aku hanya duduk diam di lantai sambil memeluk boneka. Dan
baru bergerak saat aku mendengar bunyi alarm dari Ponsel-ku yang kuletakkan di atas meja belajar
untuk ku-charge kemarin malam.
Aku melangkah kearah meja belajar dan mematikan alarm. Sudah jam setengah 6 pagi.
Jadi, sudah berapa lama aku berdiam diri tadi"
"Yah" sebodo amatlah?" aku bergumam dan mengambil handuk dan bergegas ke kamar
mandi. *** 15 menit kemudian, aku sudah duduk di depan meja rias dan sedang memperhatikan pantulan
wajahku di cermin. Rambut hitamku kusisir hingga lembut dan kubiarkan tergerai. Kusematkan
jepit rambut berbentuk bunga mawar di rambutku dan merapikan dasi yang melingkar di kerah
seragam putihku. Seragam standar untuk SMA. Tapi aku menyukainya. Setidaknya, ini
membuatku lebih biasa dari biasa.
Aku mengambil lipgloss dan memoleskannya di bibirku. Setelah itu memakai bedak tipis
dan melihat kertas berwarna biru di atas meja riasku. Itu jadwal yang akan kuikuti hari ini dalam
karyawisata sekolah. Aku berdiri dan melangkah mendekati tas sekolah yang kuletakkan diatas ranjang bersama
jaket hitam pemberian ibuku. Aku memeriksa kembali barang-barang yang sudah kumasukkan ke
dalam tas sekolahku. "Buku tulis, kotak pensil Ipod, Laptop, charger, permen coklat satu kantung, dompet,
Ponsel, Flash Disk, dan" parfum. Oke." Aku tersenyum dan menutup tas sekolahku, "Sudah
lengkap semua." Aku menyambar jaketku dan memasangnya di tubuhku. Setelah itu aku memasang kaus
kaki dan sepatuku. 13 Aku berjalan kearah rak buku yang memuat koleksi novelku dan mengambil novel The
Mark of Athena dari Rick Riordan dan Runaway-nya Meg Cabot.
"Hampir saja aku terlupa dengan benda yang satu ini." gumamku sambil menepuk
keningku dan memasukkan kedua novel itu ke dalam tas. Aku lupa kalau aku akan membuat
resensi kedua novel ini di sekolah setelah karyawisata berakhir.
Aku mengambil kalung bulan sabitku dan memakainya. Membiarkannya terlihat di
leherku. Setelah aku mematut diri sekali lagi di depan cermin, aku bergegas keluar kamar dan
menuju ruang makan. "Kak Rizuki!!" Aku mendongakkan kepala dan melihat seorang gadis kecil berusia 10 tahun sedang
melambaikan tangannya kearahku sambil memegang segelas susu.
Dia adikku. Namanya Manami Hikaru. Kalau kalian ingin mendeskripsikannya, akan
kuberikan petunjuk. Rambutnya berwarna coklat lembut dan sering diikat dua dengan pita
berwarna merah, warna kesukaannya. Kedua matanya yang berwarna hijau tosca seperti Kak Riku
bersinar jenaka dan riang. Wajahnya yang imut dan manis membuatnya disukai dan dijuluki
sebagai "Doll" di sekolahnya.
"Hai, Hikaru." Kataku sambil mencium keningnya dan duduk di sebelahnya. Aku sempat
melihat roti bakar di hadapannya sudah dimakan setengah. "Bagaimana sarapanmu?"
"Enak. Masakan ibu selalu menjadi yang nomor satu untuk Hikaru." Katanya sambil
meminum susu coklatnya. "Begitu, ya?" aku tersenyum, "Dimana ibu?"
"Ada apa, Rizuki?"
Aku menoleh ke samping dan melihat wanita paruh baya yang sedang membawa tiga kotak
bekal dan juga dua piring roti bakar lain dalam satu nampan. Dia ibuku. Manami Haruka.
14 "Tidak ada apa-apa, Bu." Aku menggeleng, "Kecuali mimpi buruk yang kudapat gara-gara
visi masa depan yang tiga hari lalu kulihat."
Ibuku tersenyum dan menepuk kepalaku.
"Tidak apa-apa, kan" Itu hanya mimpi buruk." Ia meletakkan sepiring roti bakar yang
masih hangat di hadapanku, "Sekarang makanlah. Kakakmu sudah lebih dulu berangkat karena
harus menyiapkan acara karyawisata sekolah."
"Oh" pantas saja aku tidak mendengarnya berkicau di sini." Aku tertawa pelan sambil
menyuap roti bakarku. "Kadang-kadang dia ceroboh." Kata ibu menyetujui, "Dia bahkan lupa mengambil kotak
bekalnya. Rizuki, nanti kamu berikan padanya jika kamu bertemu dengan kakakmu yang ceroboh
itu." Ibu menyerahkan dua kotak bekal padaku dan aku langsung memasukkannya ke dalam
tas. "Tenang saja. Akan kuberikan ini dan akan kuberikan juga tonjokan keras di wajahnya
karena mengabaikan makanan bekal buatan ibu." Kataku.
Ibuku tersenyum dan kemudian menghilang ke balik dapur. Aku tahu dia akan pergi ke
halaman dan menyirami bunga-bunga yang dirawatnya. Aku mempercepat memakan roti bakarku
dan minum jus jeruk yang tersedia di samping piring roti bakarku.
"Nah, Hikaru, kamu sudah selesai sarapan?"
Hikaru mengangguk dan meminum habis susu coklatnya dan mengelap mulutnya yang
belepotan susu dengan tisu.
"Sudah!" "Oke. Ayo, kita berangkat. Aku yakin, kakak laki-lakimu yang ceroboh itu sedang
menungguku untuk memulai karyawisata."
"Baik, Kak." 15 *** Setelah pamit dengan ibu, kami berdua berjalan kearah halte bus yang terletak di mulut jalan
menuju rumahku. Bus datang, dan kami langsung naik ke dalamnya. Hikaru, yang selalu riang dan
tersenyum sempat menyapa sopir bus yang kami kenal dengan baik.
Aku menghempaskan pantatku di kursi paling belakang dan membiarkan Hikaru asyik
melihat pemandangan melalui jendela. Karena tidak ada kerjaan lain, aku membuka tasku dan
mengambil novel The Mark of Athena dan mulai membacanya.
12 menit kemudian, kami sudah sampai di gerbang sekolah"tepatnya komplek sekolah.
Karena gerbang yang ada di hadapan kami ini adalah gerbang menuju komplek SD, SMP, dan
SMA Harapan. Tempat kami bersekolah. Kau tidak akan mungkin bisa membayangkan berapa
luas lahan tanah yang digunakan untuk membangun komplek sekolah ini, yang katanya
menghabiskan dana sebesar lebih dari 12 milyar Rupiah.
Tentu saja seperti yang kalian bayangkan. Ini adalah komplek sekolah paling top dan
bergengsi di Palangkaraya, tempat tinggal kami. Sebuah kota kecil yang terletak di tengah pulau
Kalimantan. Karena komplek sekolah Harapan adalah sekolah paling bergengsi dan juga
mempunyai kurikulum di atas rata-rata, tak heran kalau sekolah ini begitu diminati oleh para orang
tua yang ingin anaknya mendapat pendidikan paling bagus di kota kecil ini.
Aku menuntun Hikaru berjalan ke komplek SD Harapan dan melihat anak-anak kecil
berusia tidak lebih dari Hikaru sedang berlarian di halaman sekolah. Seragam mereka yang
berwarna putih- merah tua juga sama dengan yang dikenakan Hikaru.
"Nah, sekarang kamu sudah sampai di sekolah." Kataku sambil menoleh kearah Hikaru,
"Kalau begitu, Kakak juga harus berangkat. Sepulang sekolah, jangan pergi kemana-mana sebelum
Kakak jemput. Tunggu saja di kantin atau di taman. Ya?"
"Iya, Kak Rizuki. Hikaru tahu, kok." Katanya, "Tapi, Kak, apa nanti aku boleh ikut latihan
lagi?" 16 Mendengar kata latihan dari bibir mungilnya membuatku nyeri. Sudah hampir 6 bulan aku
dan Kak Riku melatih Hikaru dengan pedang, pistol, dan senjata lainnya di basement. Bukannya
kami kurang ajar karena mengajarkan anak kecil berusia 10 tahun tentang menggunakan senjata
api (kecuali merakit senjata. Kalau itu bagian Kak Riku), tapi, karena itu suruhan ibuku. Beliau
bilang, sebaiknya juga mengajarkan hal-hal yang kami tahu pada Hikaru. Beliau juga bilang, ini
untuk kepentingan kami. Yang sampai sekarang, belum kumengerti maksudnya.
"Err" itu bisa diatur. Tapi, mungkin tidak hari ini. Kakak dan Kak Riku ada karyawisata
dan harus mengurus kepanitiaan perpisahan kakak kelas bulan depan." Kataku, "Mungkin besok."
"Oh, begitu" baiklah. Tidak masalah. Asal Kak Rizuki dan Kak Riku mengajariku, itu saja
sudah cukup, kok." Katanya sambil tersenyum.
"Baiklah. Kakak janji akan mengajarimu. Juga Kak Riku. Dia tidak akan keberatan
mengajari adik kecilnya yang manis ini." aku mencubit pipinya dan tertawa pelan, "Sekarang,
masuk ke dalam dan belajar yang serius. Nanti Kakak belikan roti coklat untukmu saat pulang
sekolah." "Baik, Kak. Sampai nanti pulang sekolah."
Dengan cepat, dia berlari ke dalam komplek SD dan aku sempat melihat tatapan iri dan
kagum teman-teman maupun para guru yang kebetulan berpapasan dengannya. Tatapan itu bukan
karena tatapan kagum akan kecantikan Hikaru. Melainkan otaknya.
Yah, silakan percaya atau tidak. Tapi, jangan pernah sekalipun meremehkan adikku itu.
Dia memiliki IQ lebih dari 500 yang menurutku, jika seluruh ilmuwan di seluruh dunia di jadikan
satu, mereka masih kalah banding dengan Hikaru. Hikaru pernah disodori oleh Kak Riku soal
matematika kelas universitas, dan ternyata dia bisa menjawabnya. Dengan sempurna tanpa ada
kesalahan. Kak Riku sendiri sempat bengong melihat hasilnya. Begitu ia tanyakan pada gurunya,
kami lebih terkejut lagi saat mengetahui kalau ternyata Hikaru sempat ditawari masuk universitasuniversitas di seluruh dunia di usianya yang masih 10 tahun itu. Bahkan sampai ada yang
mengiming-iminginya dengan fasilitas yang memadai. Mereka pikir, dengan begitu, Hikaru akan
dengan senang hati masuk ke universitas mereka.
17 Malang sekali bagi mereka, karena ternyata Hikaru tidak mau masuk ke universitas dan
lebih memilih bersekolah seperti anak normal lainnya. Hal yang membuat para pemilik universitas
itu frustasi dan gigit jari.
Oke. Tidak perlu membahas hal itu. Aku harus bergegas ke komplek SMA sebelum aku
ketinggalan bus untuk karyawisata.
Dengan cepat, aku berbalik dan berjalan kearah komplek SMA. Tapi, baru saja aku
melangkah, aku menabrak seseorang sampai aku dan orang itu terjatuh.
"Aduh?" aku mengelus-elus kepalaku yang terantuk cukup keras dengan orang yang
kutabrak. Buru-buru aku melawan rasa sakit dan menoleh kearah orang yang kutabrak.
Aku tidak bisa melihat wajahnya. Orang itu memakai mantel biru tua panjang bertudung
yang tudungnya menutupi wajahnya dan aku hanya bisa melihat bibirnya yang mungil. Kupastikan
dia adalah seorang wanita.
"Ah" m, maaf. Anda tidak apa-apa?" tanyaku sambil membantunya berdiri.
Tapi, dia menepiskan tanganku yang terulur padanya dan menggeleng.
"Tidak apa-apa. Maaf, kalau aku jalan sambil melamun." Katanya cepat. Dan dari
suaranya, aku sudah tahu kalau dia wanita.
Dia lalu berdiri dan meninggalkanku yang bingung dengan sikapnya.
"Ada apa dengan orang itu" Dan juga" kenapa dia harus memakai mantel tebal seperti itu
di sini" Di sini, kan, bukan di luar negeri yang mempunyai 4 musim?"
Ya sudahlah" untuk apa aku memikirkan itu"
Lebih baik aku segera pergi ke sekolah kalau tidak mau terlambat dan terkena resiko pergi
sendirian ke tempat karyawisata dengan bus umum.
Saat aku akan berdiri, aku baru sadar wanita itu menjatuhkan sesuatu. Aku mengambil
buntelan sepanjang 30 senti di hadapanku dan mengerutkan kening.
18 "Wanita itu pasti lupa kalau dia menjatuhkan benda ini." aku berkata sambil berbalik
kearah wanita itu tadi pergi dan kerutan di keningku semakin dalam.
Dari arah wanita tadi itu pergi, aku tidak lagi melihat bayangannya, maupun sosoknya
diantara kerumunan para orang tua yang mengantarkan anak-anaknya ke sekolah.
"Ap, apa" Dimana wanita itu?" gumamku sambil menoleh ke sekitarku. Tapi, nihil. Dia
tidak ada dimanapun. Lalu, harus kuapakan benda di tanganku ini" Aku tidak mungkin
membuangnya begitu saja. Pasti wanita itu akan mencariku dan menanyai dimana benda ini.
Sambil menghembuskan nafas kesal, aku memasukkan buntelan itu ke dalam tas dan
berlari kearah komplek SMA.
*** "Manami Rizuki!"
Aku berhenti saat Pak Hardi, guru Sejarah-ku menegurku saat aku baru saja datang dan
langsung masuk ke dalam barisan yang akan naik bus biru muda yang kuduga akan menjadi
kendaraan kami pergi ke tempat karyawisata, Museum Palangkaraya.
"I, iya, Pak?" aku menggerutu panjang-pendek saat beliau menyuruhku mendekat
kearahnya dan semakin takut saat melihat tatapan garang beliau.
Mampus, deh. Pasti aku akan dimarahi karena terlambat. Kataku dalam hati.
"Darimana saja kamu?" tanya Pak Hardi.
"Saya baru saja mengantarkan adik saya ke sekolah. Anda tahu, kan, Hikaru?" jawabku
dengan tidak bersemangat membayangkan hukuman yang akan aku terima karena terlambat
datang. "Ya. Saya tahu." Kata beliau, "Ya sudahlah. Kamu ditunggu Riku di dalam bus. Cepat
naik!" 19 He" Untuk apa Kakakku yang cerobohnya minta ampun itu menungguku" Memangnya
aku perlu ditunggu" Eh, sepertinya iya. Bukankah kalau aku belum datang, maka perjalanan karyawisata
terhambat. Bodoh juga aku karena tidak memikirkan hal itu.
Dengan sedikit menundukkan kepala, aku langsung naik ke dalam bus dan mencari-cari
Kak Riku. Aku menemukannya sedang duduk sambil membaca sebuah buku kecil di kursi
belakang. Kursi favoritku. Sialan. Dia malah menduduki tempat kesukaanku.
Aku memutuskan untuk tidak meledak marah padanya karena aku sedang malas berdebat
dan membuat Kak Riku merasa menang karena membuatku marah. Itu sudah kebiasaan jahilnya
untuk membuatku marah. Katanya, kalau aku marah, aku terlihat lebih manis dan cantik (yang
benar saja!). "Ada apa Kakak menungguku?" tanyaku tanpa basa-basi saat sudah berdiri di hadapannya.
Kak Riku mendongakkan kepalanya dan tersenyum lebar padaku.
"Akhirnya kau datang juga. Aku sudah lama sekali menunggumu."
Dia menutup buku yang dibacanya dan bergeser agar memberikanku tempat untuk duduk
di tempat paling ujung di dekat jendela.
Aku merengut dan berjalan kearah tempat duduk di ujung dan langsung duduk disana
tanpa berbicara. Biar saja dia mengira aku marah. Aku memang marah padanya. Karena sudah
membuatku dimarahi Pak Hardi dan tidak ada disana untuk membelaku (yang biasanya dia
lakukan setiap kali aku berhadapan dengan guru yang katanya naksir siswi-siswinya. Hiiii")
"Marah lagi, ya?" katanya sambil tersenyum jahil. Tahu kalau pancingannya padaku
berhasil.

The Guardian Of Heart Karya Angelia Putri di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau iya, kenapa?" kataku ketus sambil membuka tas sekolahku dan menyerahkan kotak
bekalnya dengan kasar. "Nih. Kakak sampai tidak sadar kalau Kakak meninggalkan kotak bekal
Kakak." 20 "Oh, ya. Aku lupa mengambilnya tadi. Terima kasih." Katanya sambil memasukkan kotak
bekal " yang kuserahkan padanya dengan kasar " ke dalam tas.
"Mmm" sama-sama." Aku terus memberengut kearah jendela dan melihat pemandangan
jalan yang dilewati oleh bus yang kunaiki, yang entah kapan sudah bergerak melintasi jalan raya.
Selama beberapa menit, aku tidak mendengar Kak Riku berbicara lagi dan aku tidak perlu
melihat apa yang dilakukannya. Dia pasti sedang kembali berkutat dengan buku yang dibacanya
tadi. Aku tidak peduli apa yang sedang dilakukannya. Aku benar-benar marah dia tidak
memperhatikan aku. Dasar Kakak tidak berperasaan! Iblis! Setan! Umpatku dalam hati.
Aku tersentak kaget saat ada yang mencolek bahuku dan hampir membuatku berteriak
sebelum tangan Kak Riku yang besar membekap mulutku.
"Ssstt!!! Jangan berteriak!" bisiknya sambil melepaskan bekapannya dari mulutku.
"Apa-apaan, sih, Kak"! Kakak membuatku kaget, tahu!" kataku kesal. Kekesalanku sudah
sampai ke ubun-ubun sekarang. "Aku mau duduk di tempat lain."
"Y, yah" jangan begitu?"
Dia menarik tanganku dan memaksaku untuk tetap duduk disebelahnya. Dengan sangat
terpaksa aku tetap berada di tempatku dan memalingkan wajahku karena kesal dengannya.
Seharusnya dia tidak membuatku senewen hari ini.
Tapi, sepertinya aku harus menarik semua kekesalanku sampai hilang saat dia tiba-tiba
menggenggam tanganku dan membuat jantungku berjumpalitan tidak keruan.
"Rizuki?" suara Kak Riku membuatku merinding, tapi aku tetap tidak mau memandang
wajahnya. Genggaman tangan Kak Riku semakin erat dan membuat tanganku kesakitan. Juga
membuatku meringis. "Aaaww?" 21 "M, maaf." Ia melonggarkan genggaamannya, namun masih tidak melepaskan tanganku.
"Tapi, tolong, dong" lihat ke sini."
Aku menghembuskan nafas jengkel dan menoleh kearahnya. Tepat saat aku melihat
seuntai kalung liontin berbentuk hati berwarna perak terjulur dari tangan Kak Riku yang bebas.
"Ha" Apa ini?" tanyaku bingung.
"Ini makanan." Jawabnya.
"Ha?"?""
"Tentu saja ini bukan makanan, bodoh. Ini kalung." Kini nada suara Kak Riku mulai
terdengar menggerutu. "Masa, kamu tidak bisa membedakan makanan dengan kalung, sih,
Rizuki?"" "Oh, ini kalung, ya?" kataku sambil menggaruk-garuk kepala, "Lalu, untuk apa kalung ini?"
"Ya untukmu." Katanya sambil menaruh kalung itu di telapak tanganku, "Terima saja.
Jangan tanya untuk apa."
Aku masih bengong saat menatap kalung liontin itu di tanganku sebelum tatapanku beralih
ke wajah Kak Riku yang sedang memandangku sambil tersenyum. Oh Tuhan" kenapa harus ada
makhluk seindah dan semenjengkalkan ini di jagat raya"
Dan parahnya, dia Kakakku!
Hal itu membuatku jadi pesimis. Entah kenapa ada perasaan tidak enak setiap kali dia
memandangku, menyebut namaku, bahkan saat dia tersenyum membuatku seperti dialiri sengatan
listrik. Ada apa sebenarnya denganku?""!!
"Tidak perlu dipakai sekarang. Pakai saja saat kamu sudah siap." Katanya berbisik.
Apa lagi maksudnya itu" Saat aku siap" Siap untuk apa"
Tapi aku hanya mengangguk dan memasukkan kalung itu ke dalam jaketku dan
melepaskan tanganku darinya dengan pelan dan memalingkan wajahku lagi.
22 "Baiklah. Aku rasa, sekarang kamu sedang tidak ingin diganggu." Kata Kak Riku sambil
mengatur posisi duduknya sehingga lebih nyaman. "Tapi, nanti di Museum, kau akan berpasangan
denganku saat pembagian kelompok. Aku berjanji."
"Tidak perlu." Jawabku spontan.
"Aku menolak." Balasnya santai.
Dan kami berdua diam. Aku masih memikirkan apa maksud perkataan Kak Riku, dan
sikap-sikap jahilnya selama ini padaku, sampai puncaknya, aku marah padanya hari ini.
Lagipula, aku juga tidak tahu apa itu perasaan tidak enak di dalam hatiku. Yang pasti, aku
berharap itu bukan perasaan cinta. Jangan-jangan nanti aku berubah menjadi Brother Complex.
Hiii" 23 BAB 2 Karyawisata Dan Ciuman Pertama
Rizuki"s Side Bus yang membawa kami semua (termasuk teman-temanku dan guru pembimbing) akhirnya
sampai di gerbang batu yang terlihat antic dan kuno bertuliskan : Selamat Datang Di Museum Kota
Palangkaraya. Bus berhenti di tempat parkir dan Pak Hardi membimbing kami semua untuk keluar
berikut dengan pengarahan dan tujuan karyawisata ini untuk kami.
Aku mengeluh. Tentu saja aku mengeluh. Aku bosan mendengarkan ceramah Pak Hardi
yang panjangnya mungkin lebih panjang dari jalan raya di Jakarta. Kalau begini, lebih baik aku
menerima resiko naik bus umum walau harus menghabiskan uang jajanku hari ini. Asal aku tidak
bertemu dengan ceramah panjang ini. Apalagi mendengar kata "hukuman" dari mulut beliau.
?" jadi, Bapak akan membagi kalian dalam beberapa kelompok terdiri atas dua orang dan
harus mencatat benda-benda bersejarah yang ada di dalam selengkap mungkin. Kalau tidak,
hukuman mencatat satu buku penuh pelajaran Sejarah kalian, akan menanti di sekolah." Kata Pak
Hardi. Nah, benar, kan, seperti dugaanku" Pak Hardi pasti akan memberikan hukuman kalau
kami tidak mengerjakan apapun. Dasar guru kejam!
Kayla Howard yang menjadi wakil ketua panitia karyawisata, dan juga teman sekelas, dan
satu-satunya orang yang mau berteman denganku, membagikan kertas folio bergaris yang akan
kami pakai untuk mencatat benda-benda bersejarah apa saja yang ada di Museum. Dia sempat
menawarkanku untuk menjadi kelompoknya. Tentu saja aku menerima dengan sepenuh hati.
Kalau saja Kakakku yang sudah membuatku kesal setengah mati itu tidak main serobot dan
mengatakan aku sudah menjadi teman kelompoknya!
24 "Oh, Kak Riku sudah berpasangan dengan Rizuki, ya" Kenapa kau tidak bilang padaku,
Riz?" Riz. Hanya Kayla yang berani memanggil namaku dengan sebutan itu. Dan itu kuanggap
sebagai tanda persahabatan karena aku juga memanggilnya Kay.
"Err" aku juga?"
"Aku yakin Rizuki sudah memberitahumu sebelumnya, Kayla," Kak Riku kembali
menginterupsi ucapanku. "Sebenarnya, aku sudah mengajukannya saat di bus tadi."
"Oh, ya ampun" apakah Kakak berencana?"
Aku merasa tatapan Kayla padaku langsung berubah menjadi raut wajah orang yang
menyembunyikan sesuatu. Oh, aku benci rahasia. Apakah mereka menyembunyikan sesuatu
dariku" Sesuatu yang tidak boleh kutahu"
Kalau iya, aku tidak akan terkejut. Kak Riku memang selalu penuh rahasia. Bahkan aku
sering mendengar gossip kalau Kak Riku sering gonta-ganti pacar (yang sebenarnya bohong.
Mereka tidak tahu kalau aku bersaudara dengan Kak Riku. Mereka hanya tahu, nama keluarga
kami sama. Itu saja. Sesuatu yang simpel yang mereka telan bulat-bulat sebagai alasan).
"Ya" begitulah?" Kak Riku menggaruk-garuk kepalanya dan hanya tersenyum samar.
"Baiklah, aku pinjam dulu sahabatmu sebagai teman kelompokku, oke."
"Silakan. Asal Kakak tidak menelantarkan kewajiban Kakak sebagai senior disini." Kata
Kayla sambil mengedipkan mata padaku, "Sampai nanti."
"K, Kayla! Tunggu!!"
Terlambat. Dia sudah berbalik dan berlari kearah pacarnya, Justin yang sedang berdiri
bersama temannya. Aku yakin, Kayla akan berpasangan dengan pacarnya.
"Nah, ayo?" Kak Riku menarik tanganku masuk ke dalam Museum tanpa rasa berdosa
sama sekali. Dan jujur saja, aku semakin jengkel padanya. Kenapa hari ini dia lebih jahil daripada
biasanya, sih"! 25 Aku tidak sempat menanyai hal itu ketika dia terus menarikku ke dalam museum dan
membiarkannya menuntunku. Aku sudah tidak mood lagi untuk berdebat seperti yang kulakukan
tadi di bus. Lagipula, entah kenapa tubuhku seperti tersengat listrik tiap aku menyadari kalau Kak
Riku benar-benar menggenggam tanganku sepanjang kami berjalan di Museum.
Tapi, aku juga tidak sadar kalau aku menahan nafas setiap kali dia tersenyum padaku.
Tuhan" selamatkan aku dari Kakak sialanku ini!!!
Di ruang galeri Museum yang ke-4, aku berhenti dan merasakan ada yang bergetar di
dalam tasku. Aku cepat-cepat merogoh isi tasku dan mengeluarkan buntelan milik wanita yang aku
tidak tahu siapa dia. "Apa itu?" tanya Kak Riku saat melihat buntelan di tanganku. "Seperti buntelan makanan."
Aku mendelik padanya. Kenapa dia malah bicara soal makanan"
Tapi, aneh juga. Kenapa buntelan ini seolah berdengung" Aku bisa merasakan benda di
dalam buntelan kain ini bergetar samar.
Entah apa yang kedua tanganku lakukan, karena tahu-tahu saja aku sudah membuka ikatan
buntelan itu dan mendapati sebuah silinder sepanjang 30 senti di dalamnya. Silinder itu masih
bergetar di tanganku, dan seolah sedang berbicara padaku.
"Benda apa itu, Rizuki?" tanya Kak Riku, "Darimana kau mendapatkannya?"
"Aku tidak tahu ini milik siapa." Kataku jujur, "Aku rasa ini milik orang yang bertabrakan
denganku tadi pagi saat mengantarkan Hikaru. Orang itu menjatuhkan benda ini tanpa mengetahui
kalau buntelan ini jatuh."
"Apa kau tidak bertemu dengan orang itu lagi setelah itu?"
"Ya. Orang itu seperti menghilang ditelan bumi." Aku mengangguk. "Tapi, aku merasa
bersalah jika tidak mengembalikan benda ini padanya. Aku yakin ini benda yang penting baginya."
"Mungkin nanti kau akan bertemu dengan pemilik benda itu." kata Kak Riku, "Sekarang,
ayo kita melihat isi ruang galeri ini sebelum pergi ke ruang galeri berikutnya."
26 Aku hanya mengangguk. Aku benar-benar berharap bisa mengembalikan benda ini pada
wanita itu. Jujur saja, silinder ini ternyata memang berbicara denganku. Aku mendengar suara
lembut dari silinder di tanganku yang mengatakan :
Anda pemilikku, Nona Aiba Rizuki.
*** Waktu makan siang akhirnya tiba. Aku memutuskan untuk sedikit menjauh dari Kak Riku. Aku
sudah menerima banyak tatapan iri dan ingin membunuh dari para cewek yang ikut karyawisata
ini. Yah" kebanyakan tatapan iri dan tatapan frustasi, sih.
Aku pergi ke kafetaria Museum dan memilih tempat duduk paling pojok dan terlindung
dari tatapan sangar para cewek itu. Membayangkan tubuhku dicakar habis-habisan oleh mereka
membuatku bergidik. Iiihh"
Aku mengeluarkan kotak bekalku dan memakan isinya sedikit demi sedikit. Selain karena
aku yang tiba-tiba tidak berselera makan, aku juga memikirkan, apakah silinder tadi benar-benar
berbicara padaku. Kalau benar, berarti aku tidak salah dengar. Dengan penasaran, aku
mengeluarkan silinder itu lagi dari dalam tas.
Kuperhatikan setiap detilnya (selain dengungan yang diciptakannya karena dengungan dari
silinder ini terdengar seperti sebuah nada lagu). Ada ukiran bunga mawar dan busur serta panah di
sekelilingnya. Selain warnanya yang berwarna hitam dan ukirannya, tidak ada lagi yang khusus dari
silinder ini. Oh, kecuali sewaktu dia menyebutku dengan nama "Aiba Rizuki". Apa maksudnya itu"
Mendadak aku ingat visi masa depan yang kulihat tiga hari lalu. Visi itu"
"Hei," Aku menoleh karena terkejut dan melihat Kak Riku berdiri di sebelahku sambil
tersenyum. 27 Astaga" apakah dia tidak bisa meninggalkanku sendirian barang sedetik saja untuk
menenangkan diri dari tatapan-tatapan sangar para cewek yang mengincarnya!"
Dengan santai, Kak Riku duduk di sebelahku dan sengaja merapat padaku. Aku yakin,
setengah isi kafetaria, yang aku tebak adalah siswi-siswi SMA Harapan, sedang mengerang frustasi
karena aku kembali didekati oleh Kak Riku. Dia bahkan mencomot sosis goreng dari kotak
bekalku tanpa permisi. "Kak Riku!?" "Maaf. Aku lupa kalau aku juga membawa bekal." Dia terkekeh dan mengeluarkan kotak
bekalnya. Tanpa merasa bersalah, dia memberikan seiris daging ayam dari kotak bekalnya padaku.
"Nah, adil, kan?" katanya lagi sambil nyengir.
Aku menghembuskan nafas kesal dan memakan makanan bekalku dengan semakin tidak
berselera. Beberapa kali aku harus minum air untuk membuatku bisa menelan makanan.
Ternyata gelagatku terlihat juga oleh Kak Riku. Dia sempat memandangiku sejenak
sebelum menempelkan telapak tangannya di dahiku. Dan aku, seperti biasa jika berhadapan
dengannya, kaget dengan perasaan yang aneh yang berdesir di hatiku.
"Kenapa, Kak?" tanyaku.
"Kamu sakit?" tanyanya balik. Sorot matanya menyiratkan kecemasan, "Apa kamu sakit?"
Aku menggeleng dan minum air lagi.
"Kenapa dari tadi kamu minum banyak air" Tidak baik, tahu?"
"Aku tidak berselera makan."
"Kalau kamu tidak makan, penyakit maag-mu bisa kambuh lagi." kata Kak Riku lagi.
"Biar saja." Kutatap wajahnya dan kulihat raut wajahnya kebingungan dengan jawabanku yang cepat,
asal, dan spontan. Kuharap dia mengerti kalau aku sedang tidak ingin diajak bicara.
28 "Sepertinya kamu marah. Masih marah padaku?" tanyanya.
Ha! Sekali lagi! Tumben sekali dia mengakui kalau aku marah padanya. Hari ini, dia
benar-benar berubah menjadi orang yang aneh. Sangat aneh. Biasanya dia tidak begitu perhatian
seperti ini. Ini" tidak biasa. "Kalau iya, lalu kenapa?" tanyaku balik.
"Yah" kenapa harus marah, sih" Aku, kan sudah minta maaf." Katanya memelas.
Waduh" kalau dia bersikap memelas seperti itu, aku jamin, sepulangnya dari karyawisata
ini, aku bakalan digencet habis-habisan oleh para cewek yang melihat adegan ini. Tolong aku"
"Aku sudah memaafkan Kakak, kok." Kataku cepat-cepat sebelum dia mengatakan sesuatu
yang lebih memelas lagi daripada ini, "Tolong, Kakak jangan terlihat memelas begitu. Tidak enak
dilihat orang-orang disini. Aku jadi merasa seperti sedang menyuruh pacarku untuk minta maaf
saja." "Benar, nih, kamu sudah memaafkan aku?" tanyanya.
Uh, ya ampun" apa perlu kuulangi, ya"
"Kalau kamu memaafkanku, kamu mau, kan, menjadi pacarku?"
Kali ini, aku yakin kakakku benar-benar gila. Apa katanya tadi" Jadi pacarnya" Sudah gila
apa" Kami, kan kakak-adik! Yang benar saja!
Tapi, ada setitik perasaan senang dalam diriku. Yang langsung kutepis dengan cepat. Aku
taku berharap yang muluk-muluk seperti menjadi pacar kakakku sendiri. Itu dilarang agama. Dan
bisa menjadi bahan gunjingan dan gossip orang-orang. Terutama karena kami saudara, kakak-adik
pula. Aku tidak mau membuat ibu kecewa dan marah besar pada kami berdua jika kami berdua"
uh" benar-benar berpacaran.
"Kakak" Kakak sakit, deh." Kataku menelan ludah. "Kakak, Kakak mengerti hubungan
darah, tidak, sih?" 29 "Aku mengerti, kok." Dia mengangguk. Kini, matanya super serius, "Tapi, tolong jangan
bilang ini pada ibu. Aku tahu kamu bukan adik kandungku."
"Ha?"" Pengetahuan baru. Kakakku memang sudah sangat dan sangat sinting!
Apa maksudnya aku bukan adik kandungnya" Bukankah aku lahir dan dibesarkan dengan
nama keluarga Manami" Itu berarti aku adiknya, bukan"
"Iya. Kamu bukan adikku. Bukan adik kandung. Lagipula, kalau kita benar-benar saudara
kandung, seharusnya kamu sudah menderita Brother Complex karena terlalu menyukaiku dan
selalu memikirkanku setiap saat."
Waduh"! Darimana lagi dia tahu kalau aku selalu memikirkannya setiap saat" Jangan tanya
setiap saat, Kak Riku. Tiap detik aku selalu memikirkanmu.
Ups. Keceplosan, deh. Maaf. Itu refleks. Ehehe"
Tapi, memang benar, kok, aku selalu memikirkannya. Serius.
"Darimana Kakak tahu itu?" tanyaku curiga.
"Dari informan terpercaya, tentu saja." Jawabnya nyengir.
Aku masih menatapnya bingung saat dia menggenggam tanganku dan kedua matanya yang
berwarna hijau tosca itu menatap tepat ke mataku. Aku yakin aku akan pingsan karena tatapan
matanya kali ini lebih menawan dari biasanya.
Jika benar kata Kayla "kalau kau merasa seolah tenggelam dalam mata seorang cowok yang
menatapmu lurus dan dalam seperti ini, percayalah, pasti kau akan merasa meleleh dan tidak bisa
berkata-kata", maka kali ini aku harus benar-benar percaya. Bola mata Kak Riku kali ini lebih
dalam dan" apa yang harus kukatakan untuk mendeskripsikan mata hijau tosca yang kusuka itu"
Yang pasti, uh" aku tidak bisa mengalihkan tatapan mataku dari kedua bola matanya yang
bersinar dan seperti hutan rindang yang menyejukkan.
30 Apakah penggambaran itu berlebihan" Maaf kalau kalian tidak memahaminya.
"Rizuki, kamu mau jadi pacarku, kan?" katanya pelan.
Duh" apakah aku harus jujur. Karena, memang, aku suka padanya. Dan kalau kami
bukan saudara kandung, lantas, hubunganku dengannya selama ini apa" Sebatas saudara angkat"


The Guardian Of Heart Karya Angelia Putri di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Atau" apa" Aku bingung.
Tiba-tiba Kak Riku membereskan kotak bekalnya dan juga kotak bekalku. Dengan
cekatan, dia memasukkan semuanya ke dalam tasku dan juga tasnya.
"Apa yang Kakak lakukan?" tanyaku.
"Kita bicara saja di taman Museum. Aku yakin, disana tidak akan ada mata-mata." Katanya
sambil menarik tanganku agar berdiri.
Aku mengikutinya kearah taman. Aku masih tidak mengerti apa maksudnya. Tapi, aku
masih tidak mengerti dengan semua yang barusan ia katakan padaku. Dia bilang ingin aku jadi
pacarnya. Iya, kan" Tolong cubit aku sekeras mungkin, kumohon. Aku tidak mau tahu ternyata ini
Cuma mimpi. Kami berdua sampai di taman museum yang lumayan ramai. Banyak para turis maupun
ahli sejarah dan pemandu wisata yang sedang beristiharat disini selain pergi ke kafetaria.
Kak Riku membawaku duduk di bawah sebuah pohon yang cukup rindang. Kutebak dari,
jenisnya, kemungkinan besar ini adalah pohon jambu. Atau mangga.
Aku menurut dan duduk disebelahnya. Tapi, sepenuhnya, aku tidak tahu apa yang harus
kukatakan padanya. Aku juga bingung dengan semua tindakannya.
"Rizuki, bagaimana jawabanmu?"
"Ja, jawaban apa?" tanyaku gugup.
"Pertanyaanku tadi." kata Kak Riku, "Kamu mau jadi pacarku, kan?"
31 "Err?" aku tidak bisa menjawabnya langsung. Aku merasa" aneh. Aku takut terkena
karma karena menyukai kakak sendiri. Mengerikan kalau itu benar-benar terjadi. Lagipula, aku
juga tidak ingin membuat ibu kecewa, ingat, kan"
"Rizuki, kamu mau, kan?" tanya Kak Riku lagi.
"Err" itu?"
Aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata karena masih terlalu bingung. Dan juga takut
terkena karma. Tapi, sebelum aku mengatakan sesuatu, wajah Kak Riku sudah mendekat ke wajahku dan
bibirnya sudah menempel di bibirku. Aku tidak bereaksi ketika kedua tangannya bergerak
memelukku dan menarikku semakin dalam ke pelukannya.
Aku tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan setelah dia melepaskan bibirnya dariku dan
menyandarkan dahinya di kepalaku, aku tidak mengatakan apa-apa. Aku hanya menatapnya
bingung, heran, dan kaget bukan main.
"Kakak" tadi?"
"Mulai sekarang, tolong jangan panggil aku dengan sebutan "Kak", ya" Aku bukan kakak
kandungmu, Rizuki." katanya. "Aku jujur, seratus persen. Kamu bukan adik kandungku. Akte
kelahiranmu yang asli mengatakan kalau kamu bukanlah adik kandungku. Aku tidak tahu kenapa
ibu menyembunyikan hal ini dari kita, dan secara tidak sengaja aku menemukan akte kelahiranmu
yang asli di dalam lemari di gudang."
"Err" baik. Aku percaya, kok." Kataku mengangguk. "Tapi, tadi" itu" tadi?"
"Kenapa" Kamu tidak mau menjadi pacarku?" tanyanya, "Apa?"
Entah datang darimana, kami berdua melihat bayangan hitam bergerak mengelilingi kami.
Aku pikir, apakah itu siswi-siswi SMA Harapan sudah berang padaku dan berniat mencakar
wajahku sampai hancur"
Kalau benar, itu gawat. 32 Tapi, saat aku memperhatikan lebih seksama, aku baru sadar, itu bukanlah kumpulan siswi
SMA Harapan. Melainkan orang-orang berpakaian mantel hitam bertudung dan membawa pedang dan
busur di tangan mereka. 33 BAB 3 Orang-Orang Berpakaian Hitam
Ini Menyerang Kami Berdua
Riku"s Side "Siapa mereka?" aku bergumam tidak jelas dan pastinya tidak terdengar oleh siapapun kecuali aku
dan Rizuki. Oh, maaf. Namaku Manami Riku. Dan, ya. Aku kakak Rizuki. Kalau dia pernah
menceritakan tentang aku pada kalian, itu berarti aku tidak perlu bertele-tele menjelaskan kembali,
bukan" Baguslah. Sekarang aku sedang tidak ingin membicarakannya. Hal yang sekarang
kuperhatikan adalah orang-orang bermantel hitam itu. Entah darimana datangnya mereka, tapi,
aku rasa, mereka sedang mencari masalah dengan kami.
"Orang-orang" tidak ada yang menyadari mereka." gumam Rizuki, "Tidak ada siapapun
yang menyadari kehadiran mereka selain kita."
"Hah?"" Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling taman. Dan memang benar seperti yang
dikatakannya. Semua orang yang sedang berada di taman tidak menyadari kehadiran orang-orang
aneh bermantel hitam ini. Apa mereka tidak sadar atau sebenarnya sadar"
"Bunuh" Keturunan Aiba" bunuh" Aiba Rizuki?" suara yang mereka keluarkan seperti
desisan ular. "Apa yang barusan mereka katakan?" kataku pelan.
Tapi, aku merasakan Rizuki yang berada di sebelahku menjadi tegang dan kulihat
tangannya gemetar. Aku yakin, dalam kondisi begitu, ia tidak akan bisa menggunakan kemampuan
telekinesis-nya. Aku melangkah ke depan dan bermaksud melindungi Rizuki. Aku yakin, sasaran mereka
bukan hanya Rizuki. 34 Tapi juga aku. Pasti. Karena aku juga mendengar mereka menyebut namaku sesudahnya.
"Keturunan ksatrianya" bunuh semuanya" Empat Penjuru bagian Timur" bunuh" "
Wow wow" aku semakin tidak mengerti apa yang mereka ucapkan. Apa itu Empat
Penjuru bagian Timur"
"K, Kak" kita pergi saja dari sini." Kata Rizuki, "Aku tidak mau Kakak terluka gara-gara
mereka. Apalagi mereka membawa pedang dan busur seperti itu."
Aku mengangguk setuju. Kami berdua berdiri perlahan dan langsung melesat pergi sejauh mungkin dari sana. Aku
sempat mengira mereka tidak akan bisa mengikuti kami saat berbelok kearah tempat parkir.
Dan ternyata pikiranku salah.
Nyatanya mereka berlari lebih kencang dari kami dan berhasil menyusul kami dalam
sekejap. Hampir saja aku tertabrak salah satu dari mereka ketika berhenti berlari.
Aku dan Rizuki berjalan mundur kearah sebuah mobil sedan hitam yang berada di dekat
kami. Kalaupun kami ingin melawan, kami tidak punya senjata. Selain itu, anak SMA tidak boleh
memegang senjata kecuali polisi atau tentara. Iya, kan"
Yah, walau kami sebenarnya bisa menggunakan senjata lebih baik daripada para polisi dan
tentara itu, tapi tetap saja"
Dari tadi kami berlari, Rizuki diam saja. Aku mulai khawatir apakah dia sangat ketakutan
dengan orang-orang ini. "Mereka pasti makhluk kegelapan." Kata Rizuki tiba-tiba.
"Apa kau bilang?"
35 "Makhluk kegelapan." Ulang Rizuki sambil menatapku, "Mereka makhluk kegelapan dari
Utara. Suruhan Keturunan Earl."
Aku memandang matanya yang terlihat serius. Bola mata kelabunya menatapku dengan
sorot mata yang sama sekali tidak kukenal. Sorot mata Rizuki yang ini terkesan lebih tegas
daripada yang biasanya. "Dari mana kamu tahu itu?" tanyaku.
"Karena mereka mengincar kita berdua." Katanya, "Minggir, nak. Aku akan mengalahkan
mereka." Apa" Nak" Memangnya aku anaknya"
Aku ingin mengatakan itu. Tapi, Rizuki sudah keburu berdiri di depanku sambil
memegang silinder hitam tadi. Dia memutar-mutarnya seolah itu adalah tongkat yang biasa
digunakan oleh pemain Drum Band sekolah gunakan saat latihan.
Namun, kalau saja silinder itu tidak tiba-tiba berubah menjadi sebuah busur berwarna
perak, aku tidak akan mengatakan hal itu sebagai hal biasa.
"Apa" itu?"
"Lightning Bow. Senjata andalanku yang akan menjadi senjata Rizuki." kata Rizuki.
Aku tidak mengerti apa maksudnya, tapi, aku tahu dari kata-katanya yang sepertinya lebih
dewasa. Seperti" "Siapa kau" Kau bukan Rizuki."
Dia menoleh kearahku dan tersenyum. Bahkan senyumnya juga berbeda dengan senyum
Rizuki yang lembut walau dia dijuluki Tsundere1 oleh teman-temanku yang naksir padanya (aku
serius. Walau dia dijauhi oleh teman-temannya, tidak ada yang bisa menyangkal kalau dia itu
cantik). 1 Karakter seorang cewek yang wajahnya selalu terlihat dingin, sinis, maupun kejam, namun sebenarnya
baik hati dan sering tidak bisa menonjolkan sisi lembutnya di hadapan orang lain.
36 "Maaf, nak. Aku meminjam tubuh anakku ini sebentar." Katanya sambil mengedipkan
mata, "Selain itu, aku bisa minta bantuanmu untuk menggunakan ketiga kemampuanmu nanti,
kan" Indera Super Tajam, Mengendalikan Waktu, dan" Terbang."
Aku tersentak kaget saat dia menyebut ketiga kemampuan yang kumiliki. Bagaimana
Rizuki"maksudku, seseorang yang berada di dalam tubuhnya itu, tahu ketiga kemampuan yang
kusembunyikan dari semua orang, bahkan dari Rizuki yang sudah membuka rahasia tentang
kemampuannya?" "Darimana kau tahu itu" Siapa kau?" tanyaku lagi.
"Aku adalah ibunya."
"Ha?"?" Belum sempat aku mencerna apa perkataannya barusan, dia sudah melesat kearah orangorang bermantel hitam itu dan menyerang dengan tangan kosong"maksudku menggunakan
kemampuan telekinesis-nya. Sambil berlari, dia membidik yang terlempar ke udara dengan busur
kosongnya, dan aku bisa melihat ada sebuah kilatan cahaya lurus yang membentuk anak panah
saat dia menarik tali busurnya dan melepaskannya dengan cepat berkali-kali.
Langsung saja terdengar suara petir yang mengenai orang-orang bermantel hitam yang
terbang di udara. Dan mereka semua langsung menghilang dan berubah menjadi bulu-bulu burung
berwarna hitam seperti bulu burung gagak.
Aku mengakui, Rizuki"atau siapapun yang berada di dalam tubuhnya, memang sangat
hebat. "Manami, cepat! Gunakan kemampuan Pengendalian Waktu-mu!" seru Rizuki sambil
mengayunkan busurnya. Dan lagi-lagi, aku melihat hal luar biasa karena busur itu berubah menjadi
pedang sejenis katana dan berwarna biru keperakan.
"Ap"pengendalian waktu?" aku tergagap sebelum menyadari apa yang dia maksud.
Kemampuanku. 37 Ya. Seperti yang diucapkan Rizuki barusan sebelum dia menyerang orang-orang itu, kalau
aku juga memiliki kemampuan. Akan kujelaskan secara singkat.
Kemampuanku yang pertama adalah Indera Super Tajam. Kelima indera-ku, indera
peraba, perasa, pendengaran, penciuman, dan penglihatan dua kali atau bahkan lebih dari dua kali
lipat tajamnya daripada manusia biasa. Aku bisa mendengar suara orang yang berbicara dalam
jarak 30 meter (dan, jujur, aku pernah menyontek dengan kemampuan ini saat ujian. Tidak ada
seorangpun yang tahu kecuali Hikaru. Adikku yang satu itu terlalu pint"maaf, terlalu jenius untuk
bisa dibohongi. Dan untuk membuatnya tutup mulut, aku harus mengajarinya lebih banyak tentang
senjata daripada Rizuki. Maaf, Rizuki"). Aku juga bisa merasakan rasa asam, manis, asin, pahit,
dan pedas dalam waktu yang bersamaan (kau tidak akan mau membayangkan bagaimana rasanya),
aku juga bisa merasakan berapa orang yang berjalan di suatu tempat hanya dengan menyentuh
lantainya saja. Pokoknya, kemampuanku yang satu ini sangat berguna sekali.
Kemampuanku yang kedua adalah mengendalikan waktu. Dan, ya. Aku bisa
mengendalikan waktu sesukaku hanya jika kubutuhkan. Karena kalau aku terlalu sering
melakukannya, akan ada efek samping yang sangat tidak mengenakkan bagiku. Maaf, aku itdak
berniat membahasnya. Kemampuan ini aku dapatkan saat aku berusia 13 tahun. Tepat saat ayahku
meninggal. Ironis sekali memang, tapi kemampuan ini ada manfaatnya, aku bisa dengan mudah
memanipulasi waktu dan membuatnya seolah itulah waktu nya. Misalnya, saat aku tidak sengaja
menumpahkan kopi di atas buku milik temanku, dan aku disuruh menggantinya, aku hanya tinggal
memusatkan pikiranku untuk memundurkan waktu dan mengembalikan apa yang seharusnya
sudah terjadi menjadi tidak terjadi. Dan dengan itu, aku terbebas dari beban mengganti bukunya
yang rusak. Dan kemampuanku yang ketiga, sekaligus yang paling kusukai adalah Terbang. Jangan
mengira aku bercanda. Aku serius. Aku mendapat kemampuan ini saat aku berusia 7 tahun.
Tepatnya saat aku sedang bermain di atap rumah dan tergelincir dan akan jatuh ke tanah dalam
beberapa detik lagi ketika aku tidak merasakan sakit apa-apa. Ketika aku membuka mataku yang
ketakutan akibat kengerian jatuh dari atap, aku melihat diriku sendiri melayang sejauh 30 senti dari
tanah. Aku harus buru-buru mendarat di tanah kalau tidak mau ketahuan oleh siapapun. Sejak itu,
aku selalu melatih kemampuan terbangku dan sering mendapat luka mulai dari patah kaki, sampai
38 benjol sebesar bola kelereng karena terbentur tembok ataupun tersangkut di pohon. Namun,
hanya dalam waktu satu tahun, aku berhasil menguasainya dengan baik.
"Manami!!! Pengendalian Waktu, cepat!!"
Suara Rizuki menyentakku dan membuyarkan lamunanku. Aku mengangguk cepat dan
mengangkat tanganku ke udara. Memusatkan pikiranku pada satu tangan itu dan mencoba
menggunakan kemampuan Pengendalian Waktu-ku.
"Time Blast!" Setelah aku mengatakan itu, seluruh benda di sekitarku tidak bergerak, kecuali Rizuki. Dia
dengan lincah menyabetkan pedangnya ke setiap orang itu, yang langsung berubah menjadi bulubulu hitam.
Hanya dalam waktu 5 menit, tidak ada lagi orang-orang bermantel hitam itu lagi. Aku
menyudahi penghentian waktu dengan mengatakan, "Back!"
Rizuki mengayun-ayunkan pedangnya dan pedang itu kembali berubah menjadi silinder
biasa. Dia lalu menoleh kearahku, dan entah sejak kapan, sudah berdiri di hadapanku.
"Uwaaa?"?"
"Terima kasih sudah membantuku, Manami Riku. Aku berhutang padamu." Katanya
sambil tersenyum, "Tapi, kuharap, kau akan lebih kuat dari ini. Untuk bisa melindungi putriku,
kau harus lebih kuat dari ini. Karena jika kau tidak bisa melindunginya, aku bersumpah, aku akan
membunuhmu." "Apa" Apa maksud?"
Tubuh Rizuki tiba-tiba terkulai lemas dan langsung pingsan menabrakku. Dengan cepat
aku menangkapnya dan melihat kedua matanya tertutup. Namun, yang menarik perhatianku
adalah sebuah silinder lain yang ada di tangannya. Hanya saja yang ini berwarna biru tua.
"Itu senjatamu. Temukan pasangannya, dan pedang ksatria terkuat, Beater Sword, akan
lahir kembali?" Aku mendengar suara orang, yang tadi merasuki Rizuki di udara.
39 Aku memandangi silinder itu dan menyentuhnya. Aku bisa merasakan silinder itu
berdenyut"bergetar sebenarnya, padaku. Dan mengatakn sesuatu.
Tuan Manami Riku, andalah pemilikku sekarang.
"Ngghh?" Aku menolehkan pandanganku pada wajah Rizuki dan melihat kedua kelopak matanya
bergetar. Perlahan kedua matanya terbuka dan memperlihatkan sinar mata Rizuki yang biasa. Dia
mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menatap kearahku.
"Kak" Riku?" Apa yang" terjadi?" tanyanya.
"Tidak ada apa-apa." Kataku, "Kau pingsan. Aku membawamu bersembunyi, orang-orang
itu sudah pergi." "Bagaimana caranya" Apa" aku tidak ingat apa-apa. Kenapa aku pingsan?"
Aku membuka mulut untuk menjawab ketika aku mendengar sebuah suara ledakan dari
arah museum. Dan lebih banyak lagi orang-orang bermantel hitam yang berada di sekitar kami beserta api
yang mulai terlihat di atap Museum yang hancur.
40 BAB 4 Pertolongan Tak Terduga (Dan Tamparan Yang Cukup Menyakitkan)
Riku"s Side "Apa" Apa yang terjadi?"
Aku tidak bisa menjawab pertanyaan Rizuki karena terlalu terpana melihat api yang sedikit
demi sedikit melahap seluruh atap"bukan, seluruh Museum, dengan api yang tidak biasa. Api
berwarna biru. "Aku tidak tahu. Tapi, kita harus pergi dari sini. Ayo!"
Aku menarik tangannya dan mengajaknya berlari. Aku memegang silinder biru tua di
tanganku dengan erat. Dan aku kembali mendengar suara darinya. Suara orang yang tadi merasuki
Rizuki. Yang mengaku sebagai ibunya.
"Bagian Beater Sword di tanganmu bernama Dark Sword. Pedang berkekuatan seribu
kegelapan yang bisa dengan mudah mengalahkan FEATHER dan makhluk kegelapan lainnya"
gunakanlah dia untuk menghadapi mereka, ksatria Manami. Aku mengandalkanmu untuk
melindungi putriku?"
Aku juga tahu itu! batinku.
Aku memutar silinder itu dan menyaksikannya berubah menjadi sebuah pedang di
tanganku. Bentuknya mirip seperti pedang Kirito di anime Sword Art Online yang dulu pernah
kutonton. Hanya saja, pedang ini lebih panjang dan sangat berat, menurutku.
Aku berhenti dan memosisikan diriku di depan Rizuki.
"Kak" Kenapa?"
"Aku akan melindungimu. Tenang saja." Aku tersenyum padanya.
41 Gerombolan orang-orang bermantel hitam itu mendekati kami. Dan kini mereka


The Guardian Of Heart Karya Angelia Putri di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membawa" anjing yang jeleknya minta ampun dan terus-terusan meneteskan air liur. Uh" rasanya
aku mau muntah saja. "Tapi, bagaimana?" Rizuki memegang lengan bajuku. Matanya menatap kearahku.
"Tidak apa," kataku, "Lagipula, sudah tugas seorang pria melindungi wanita yang dia cintai,
bukan?" Perkataan bodoh. Di saat seperti ini, kenapa aku malah berkata gombal padanya!"
Padahal, dia belum menjawab pertanyaanku apakah dia mau menjadi pacarku atau tidak!
Tapi, aku tidak memiliki waktu untuk memikirkan itu sekarang. Aku harus melindungi
Rizuki. Kalau benar yang dikatakan ibu Rizuki, yang merasukinya tadi, kalau aku adalah ksatria
Rizuki (walau aku tidak mengerti apa maksudnya), aku bisa melindunginya.
"Haaa!!!" Aku menyerang orang bermantel hitam pertama yang mendekat kearah kami dengan satu
sabetan. Hanya dalam sekejap, orang itu sudah berubah menjadi kumpulan bulu burung hitam.
Beberapa diantara mereka menyerang lagi. Tubuhku seperti merespon apa yang
seharusnya kulakukan ketika tanpa sadar, aku memakai kemampuan terbangku dan menyerang
mereka dari atas. Aku tidak tahu bagaimana tubuhku bereaksi seperti itu, tapi, rasanya
menyenangkan juga. Dengan beberapa ayunan pedang lagi, aku sudah menghabisi 10 orang
FEATHER. Aku mendarat tepat di belakang mereka dan melakukan gerakan memutar sambil
mengayunkan pedangku. 6 orang lagi berubah menjadi bulu burung hitam.
"Kak Riku! Awas!!"
Aku mendengar teriakann Rizuki tepat saat aku menghindar dari anak panah yang hendak
mengenai jantungku. Aku bersalto ke belakang dan kembali ke sisi Rizuki. Semakin kuperhatikan,
jumlah mereka semakin banyak saja. Kalau begini, tidak aka nada habisnya walau aku sudah
menyerang mereka dan kelelahan sampai mau mati.
42 "Sebenarnya mereka apa?" tanya Rizuki di belakangku. "Apa mereka" sesuatu yang gaib"
Monster, mungkin?" "Bisa dibilang begitu," aku menyuruhnya bersembunyi di belakangku, "Yang jelas, mereka
berniat mengincar kita berdua. Terutama dirimu."
"Aku?" "Kau Keturunan Aiba." Kataku tanpa sadar, "Kau Keturunan Empat Penjuru bagian
Timur." "Darimana Kakak tahu itu"!"
Aku menoleh kearahnya dan melihat wajahnya berubah pucat.
"Apa kau sudah tahu itu sebelumnya?" tanyaku curiga. Jangan-jangan, dia sudah tahu,
bahkan sebelum makhluk-makhluk ini menyerang.
Rizuki mengangguk lemah, "Aku" mendapat visi masa depan tiga hari lalu. Semuanya
mengacu pada hari ini." katanya seperti berbisik, "Dan" kau mengatakan kalau aku Keturunan
Aiba. Aku melihat semuanya. Tapi?"
Dia tidak sempat melanjutkan ucapannya ketika salah seorang FEATHER menyabetkan
pedang ke punggungnya. "Rizuki!!" Aku menangkap tubuh Rizuki dan melihat luka di punggungnya. Luka itu mengeluarkan
darah cukup banyak. Wajah Rizuki juga berubah pucat.
"Kalian?" aku memandang mereka semua dan menggenggam pedangku erat. ?" akan
kubunuh!" Aku menerjang mereka dengan masih memeluk Rizuki di tanganku. Desisan mereka yang
menandakan ingin membunuh Rizuki terus terdengar sementara aku membunuhi mereka semua
satu-persatu. Tapi, setiap kali aku selesai menyerang satu di hadapanku, yang lain datang
menggantikan dan begitu seterusnya. Lama-kelamaan, aku kelelahan juga. Aku bahkan sempat
tersudut oleh serbuan anak panah yang terus mengarah padaku.
43 "Gawat" kalau begini terus, aku bisa kalah. Sekarang saja jumlah mereka lebih banyak
lagi." gumamku. Aku melihat keadaan Rizuki. Darah terus mengalir dari punggungnya yang terkena sabetan
pedang. Aku melihat kearah wajahnya, wajahnya tetap pucat, tapi, bibirnya mulai menghitam.
Aku sempat melihat gerakan salah satu FEATHER dan cepat-cepat menggunakan
kemampuan terbangku untuk menghindar. Dalam satu detik, aku sudah melayang sekitar 5 meter
di udara di atas kepala mereka. Dan mereka tidak menyadarinya. Itu bagus.
Tapi, kekhawatiranku yang terbesar adalah Rizuki. Bibirnya semakin menghitam. Apa dia
terkena racun" Apa pedang yang melukainya tadi beracun"
Dengan satu sentakan di udara, aku melesat ke tempat yang jauh dan memilih tempat di
dekat gedung yang tadinya kafetaria dan bersembunyi di dalam. Di dalam, aku melihat mayatmayat bergelimpangan. Aku bahkan melihat Kayla yang terkena busur di jantungnya tersungkur di
dekat meja tempatku duduk tadi bersama Rizuki. Langit-langit kafetaria sudah menghilang dan
digantikan dengan langit gelap dan asap yang mengepul.
Rupanya mereka sudah membunuh semua orang yang ada di tempat ini. Bahkan sahabat
Rizuki satu-satunya juga"
Satu pemikiran melanda pikiranku. Bagaimana dengan gedung-gedung lain diluar wilayah
Museum, terutama" jalan raya" Apa mereka juga meledakkan yang lain dan membunuh orangorangnya" Sekolah" SMA Harapan" Rumahku"
Hikaru. Dan ibuku. Nama adikku dan ibuku langsung menyerbu otakku. Aku harus menyelamatkannya dan
juga ibuku. Tapi, bagaimana dengan Rizuki" Dia terluka, dan aku tidak bisa meninggalkannya.
Aku harus menyelamatkan Hikaru dan ibu juga. Aku tidak boleh membiarkan mereka
terbunuh, kataku dalam hati.
44 Aku menggendong Rizuki dan kembali menggunakan kemampuan terbangku. Aku tidak
punya waktu untuk memeriksa lukanya. Aku tidak mau dia tahu aku membuka bajunya hanya
untuk memeriksa lukanya. Itu tidak sopan.
Namun, baru saja aku mengentakkan kakiku, sebuah anak panah menembus kakiku dan
membuatku jatuh terjerembab. Aku menoleh kearah asal anak panah ini berasal.
Gawat. Mereka sudah bergerak ke sini dan salah satu dari merekalah yang tadi memanah
kakiku. Tidak ada waktu untuk meringis kesakitan. Aku harus pergi dari sini. Di tempat ini tidak
ada lagi yang bisa dimintai tolong, aku yakin.
Dengan tenaga yang tersisa, aku berdiri dan mengambil silinder milik Rizuki dan
menyentaknya. Benda itu langsung berubah menjadi busur yang sangat indah. Dengan cepat, aku
mengarahkan bidikanku pada FEATHER di depanku.
Namun, baru saja aku akan menembak, seekor burung hantu besar setinggi 10 meter
muncul di hadapanku sambil mengibas-ngibaskan sayapnya yang besar. Membuat para FEATHER
itu beterbangan ke segala arah. Lalu, binatang-binatang besar lain seperti macan, burung elang, dan
juga naga, ikut bermunculan dan berdiri bersisian dengan si burung hantu.
"Serang mereka!!"
Aku mendengar seruan dari belakangku dan menoleh. Sekelompok orang bermantel putih
dan biru berada di belakangku sambil menghunuskan pedang maupun tombak mereka. Sebagian
dari mereka menerjang maju para FEATHER seperti yang diteriakkan oleh seseorang bermantel
putih keemasan yang berdiri di tengah-tengah mereka.
Seorang bermantel biru mendatangiku dan memeriksa luka di punggung Rizuki tanpa
bertanya. Dia menelusuri luka Rizuki dengan sangat pelan dan mengangguk kearah si mantel putih
di belakangnya. "Ayo, kita pergi dari sini. Kau juga." Kata si mantel biru.
"Apa?" 45 "Kalian perlu dirawat. Dan juga?"
Perkataan si mantel biru tiba-tiba terputus saat melihat orang yang memakai mantel putih
keemasan mendekat dan menatap wajahku dari balik tudung mantelnya. Matanya yang berwarna
biru gelap menatap tajam kearahku.
"Manami Riku?"" gumamnya, "Kau harus membayar karena membuat keponakanku
terluka seperti ini."
"Eh?" Dia maju kearahku dan tiba-tiba saja menampar wajahku.
"Gara-gara kamu, dia terluka. Dan aku tidak akan pernah memaafkanmu." Katanya pelan,
tapi mengancam. Aku tidak tahu apa masalahnya. Dan aku ingin bertanya kenapa.
Tapi, si mantel putih keemasan malah berbalik dan memanggil burung hantu tadi.
"Michael, kau akan kembali ke Mansion bersama Manami Riku. Gaby, kau ikut aku. Bawa
Rizuki, cepat. Kita tidak punya banyak waktu. Mereka akan terus bergerak."
"Baik." Si mantel biru memapah Rizuki ke punggung si burung hantu yang langsung melesat ke
udara setelah mereka berdua naik.
Seekor macan putih besar mendekat kearahku dengan seorang bermantel putih yang
berada di atas punggungnya.
"Ayo. Nona Yukina tidak suka dibuat menunggu." Katanya sambil melepas tudung mantel
dari kepalanya. Wajah remaja Barat berusia 15 tahunan menatap kearahku dengan mata bersinarsinar seperti cewek. "Aku Michael. Salam kenal."
"Sekarang, ayo naik. Sebelum FEATHER semakin merangsek kearah kita. Ayo!"
Tanpa disuruh lagi, aku langsung naik di belakangnya dan dalam sekejap, kami sudah
berada di jalan raya yang rusak parah.
46 BAB 5 Kebenaran Yang Terungkap Riku"s Side Aku dan Michael sampai di sebuah tempat yang sepertinya adalah rumah. Gedung di hadapanku
terlihat tidak berbentuk lagi dan nyaris tidak ada yang tersisa selain abu dan tiang-tiang kayu yang
terbakar, seperti halnya gedung-gedung lain di sekitar kami.
Michael turun dan berjalan kearah reruntuhan gedung itu dan mengisyaratkanku untuk
mengikutinya. Aku cepat-cepat turun dan mendekat kearahnya yang sedang berjongkok di tengah-tengah
reruntuhan itu. Aku mendekat kearah Michael dan melihatnya sedang memegang sesuatu. Saat
aku berada di belakangnya, dia menoleh kearahku dan menggeleng pelan seolah mengabarkan
kabar buruk. Tunggu"sepertinya memang kabar buruk.
"Rumah ini sudah hangus terbakar. Manami Haruka juga sudah tewas." Katanya pelan.
Haruka" Manami Haruka" Ibuku"!
"Apa" Apa maksudmu" ibu" ku?"
Michael mengangguk. Dia berdiri dan menyerahkan benda yang ada di tangannya padaku.
Sebuah buku tebal bersampul kulit berwarna coklat dan juga sebuah kotak besi tua seukuran kotak
korek api. "Ibumu hanya bisa memberikan ini padamu." Kata Michael, "Sebelum penyerangan tadi,
dia sudah memberitahu Mansion untuk menjemput kalian bertiga. Untunglah kami belum
terlambat. Manami Hikaru berhasil kami selamatkan, karena menggunakan kemampuannya."
47 "Kemampuan" apa" Adikku sama sekali tidak memiliki kemampuan apapun." Kataku
sambil menatap kedua benda di tanganku itu dengan perasaan yang tidak menentu. Apakah ibuku
benar-benar sudah meninggal dan reruntuhan ini adalah rumahku"
"Kamu, adikmu, dan Nona Rizuki memiliki kemampuan." Kata Michael bersikeras,
"Ibumu juga. Akan kuceritakan di jalan. Tapi, mungkin kau lebih baik membaca buku itu. Akan
menjawab semua pertanyaanmu kenapa ini semua terjadi."
Aku tidak mengatakan apapun. Kami lalu menaiki macannya lagi dan kembali melesat
melewati jalan-jalan raya dan rumah-rumah yang sudah terbakar. Aku memperhatikan itu semua
dengan "Kalian berdua"bukan, bertiga, dengan Hikaru, adalah salah satu bagian dari Empat
Penjuru dari bagian Timur. Keturunan Manami dan Keturunan Aiba." Kata Michael sambil
memperhatikan keadaan jalan dan gedung-gedung yang rusak parah. Banyak mayat
bergelimpangan dan hanya beberapa yang dilihatnya masih hidup dan berusaha bertahan.
"Empat Penjuru" Aku pernah mendengar nama itu."
"Mungkin ibumu pernah menyebutkan, atau kau mendengar dari sumber lain?"
Michael menceritakan semuanya dengan nada datar. Namun aku tidak mendengar. Aku
memikirkan ibuku. Padahal baru tadi pagi aku berbicara dengannya. Baru tadi pagi aku memakan
masakan buatannya. Baru tadi pagi"
"Kau ternyata lumayan hebat."
"Apa?" kata-kata Michael menarikku dari lamunan.
Dia menoleh kearahku dan menunjuk silinder biru tua"yang entah sejak kapan sudah
berada di saku celanaku sambil tersenyum lebar.
"Aku baru pertama kali melihat Dark Sword. Kau mendapatkannya dari Nona Rizuki, ya?"
tanyanya. "Tidak" juga. Aku mendapatkannya dari seorang wanita bernama Aiba Haruna." Jawabku.
"Dia berbicara denganku menggunakan tubuh Rizuki."
48 "Benarkah?" nada suara Michael terdengar heran sekaligus bingung. "Aiba Haruna
berbicara langsung padamu?""
"Ya." Aku mengangguk dan menatapnya heran, "Memangnya kenapa?"
"Kalau kau tahu sejarahnya, Aiba Haruna sudah meninggal 20 tahun yang lalu. Dibunuh
oleh Keturunan Earl dan meninggalkan Nona Rizuki menjadi yatim-piatu sebelum diangkat anak
menjadi anak keluarga Manami. Menurut cerita yang kudengar, kemungkinan besar, Keturunan
Earl mencari Nona Rizuki untuk dibunuh. Agar Keturunan Earl bisa menguasai seluruh Empat
Penjuru." "Begitu?" "Kau kelihatan tidak terkejut." Kata Michael. "Sudah pernah mendengar cerita itu?"
"Tidak. Baru kali ini." jawabku jujur, "Tapi" aku merasa pernah mendengar hal itu."
"Begitukah" Baguslah. Itu berarti, aku tidak perlu menjelaskan terlalu banyak. Kau akan
mendapat penjelasan yang lebih lengkap dari Nona Yukina."
"Nona Yukina" Siapa lagi dia?"
"Yang tadi memarahimu. Yang memakai mantel putih keemasan. Dia bibi Nona Rizuki."
Kalau saja sekarang aku tidak sedang berada di atas punggung macan yang berlari secepat
pesawat jet, mungkin aku sudah jatuh terpeleset saking kagetnya mengetahui bahwa yang memakai
mantel putih keemasan tadi adalah bibi kandung Rizuki.
Beberapa menit kemudian, kami memasuki sebuah hutan aneh yang terlihat seperti hutan
lindung. Aku tidak pernah tahu ada hutan seperti ini di Palangkaraya. Kami berdua melesat terus
sampai ke dalam hutan dan aku bisa melihat sebuah bayang-bayang bangunan besar di ujung
hutan. Dengan sekali sentak, aku dan Michael sudah berada di sebuah padang rumput hijau yang
luas. Di tengah-tengah padang rumput ada sebuah bangunan besar yang berusia tua namun masih
terlihat megah. 49 Aku lalu turun dari Macan Putih Michael dan binatang itu langsung melesat ke sudut
padang rumput yang berisikan binatang-binatang ukuran raksasa lainnya yang beragam.
Michael menepuk pundakku dan menunjuk kearah bangunan itu. Aku melihat orang
bermantel putih keemasan tadi sudah membuka tudung kepalanya dan baru kusadari, ternyata
wajanya mirip dengan Rizuki.
"Selamat datang di Mansion." Kata Michael sambil tersenyum lebar padaku.
50 BAB 6 Mansion, Tempat Pelatihan
Para Penjaga Empat Penjuru
Riku"s Side Sudah hari kelima sejak kejadian di museum waktu itu. Kini, aku, Hikaru, dan Rizuki berada di
sebuah tempat bernama Mansion. Kata Michael, tempat ini adalah tempat pelatihan dan tempat
tinggal para calon penjaga Empat Penjuru yang tersebar di empat arah mata angin. Kata Michael
(lagi), tempat ini sudah berdiri ratusan tahun yang lalu dan masih bertahan sampai sekarang.
Menurutku, Mansion terlihat seperti mansion Eropa abad pertengahan. Seperti yang
pernah kulihat di dalam anime yang kupunya di laptop-ku. Bentuk dan bagian dalam mansionnya
juga sama persis. Kecuali untuk bagian kamar setiap orang. Entah ini kebetulan atau memang
disengaja, semua kamar tidak didekorasi sama satu sama lain, tapi didekorasi sesuai dekorasi
kamar si penjaga (atau Keturunan, begitu Michael menyebutnya) di rumahnya yang lama. Begitu
juga dengan kamarku. Semua barang (termasuk laptop yang kukira ikut musnah bersama dengan
rumahku. Dan aku tidak menyangka ternyata laptopku itu masih utuh. Lengkap dengan semua
data yang ada di dalamnya), perabotan, dan bahkan warna cat kamarnyapun sama dengan kamarku
yang sudah luluh lantak bersama rumahku" dan ibuku. Kamar Hikaru juga sama. Aku tidak tahu
bagaimana kamar Rizuki. Aku tidak diperbolehkan untuk melihatnya. Bahkan sewaktu masih di
rumah yang dulu, aku nyaris tidak pernah masuk ke kamarnya (hanya Hikaru yang
diperbolehkannya masuk. Mentang-mentang aku cowok, dia tidak membolehkan aku masuk!).
Mengenai kondisi Rizuki, aku tidak tahu juga. Gabriella, atau yang biasa dipanggil Gaby,
adik kembar Michael, mengatakan, Rizuki belum sadar dan sedang dalam kondisi kritis selama
beberapa hari. Rizuki kehilangan banyak darah dan terkena racun" apa, ya, namanya" Aku lupa.
Kalau tidak salah, racun Nightmare. Jenis racun yang hanya diciptakan oleh FEATHER dan hanya
digunakan oleh FEATHER. Menurut Gaby, Nightmare adalah jenis racun mematikan yang bisa
membuat seseorang yang terkena racun itu mengalami kelumpuhan total pada semua syaraf
motorik-nya dan bisa mengakibatkan kematian.
51 Aku sempat panic saat mengetahui hal itu dan bersikeras ingin menemui Rizuki (yang
sayangnya dihadang oleh Nona Yukina, bibi Rizuki. Dia menyuruhku untuk tetap tenang dan
kembali ke kamar atau berlatih untuk melatih kemampuan yang kupunya. Tentu saja dengan nada
dingin sedingin es). Tapi, Hikaru juga butuh perhatianku. Maka aku tidak bisa menemui Rizuki
dan harus merawat Hikaru. Dia, kan juga adikku.
Satu hal yang berubah dari Hikaru sejak dia datang ke Mansion ini adalah" perilakunya.
Sikapnya yang dulu manja padaku maupun pada Rizuki, entah bagaimana sedikit berkurang. Dia
jadi lebih dewasa untuk ukuran anak seusianya (bayangkan, dia masih berusia 10 tahun!). Aku
mendapat info dari guru yang melatihnya di Mansion, kalau Hikaru memiliki kemampuan


The Guardian Of Heart Karya Angelia Putri di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meramal. Ramalan Hikaru sering"oh, bukan, tapi selalu menjadi kenyataan. Terbukti dari
ramalan-ramalan yang diucapkannya saat dia di tempat latihannya. Dia mengatakan kalau salah
satu temannya di tempat latihan itu akan tertimpa bencana kecil seperti tertimpa kayu di kakinya
(yang benar saja. Apakah tertimpa kayu seberat 5 kilogram bisa dianggap bencana kecil"). Dan
ramalannya terbukti 2 hari kemudian. Temannya itu benar-benar tertimpa kayu di kakinya dan
mengalami patah kaki. Sejak saat itu Hikaru mulai ditakuti karena kemampuannya meramal.
Apalagi ditambah dengan kejeniusannya, dia menjadi lebih ditakuti lagi.
Aku tidak ingin Hikaru menjadi seperti Rizuki dulu. Selalu dijauhi hanya karena tatapan
matnaya yang dingin sedingin es (yang mirip sekali dengan Nona Yukina). Tapi, apa boleh buat,
Hikaru sudah menjelma persis menjadi miniatur mini Rizuki (dan sejujurnya, sisi dingin itulah sifat
yang kusukai dari Rizuki).
Tapi aku hanya berharap, aku bisa secepatnya menemui Rizuki. Bukan hanya karena aku
sangat khawatir terhadap keselamatannya. Tapi, dia juga belum menjawab pertanyaanku waktu itu.
Dan aku tidak mungkin menyerah begitu saja.
52 BAB 7 Kekagetan Setelah Siuman Rizuki"s Side "Tidaaaaakkk!!!!"
Aku tersentak bangun dan terengah-engah. Dengan takut, aku mengamati tempatku
sekarang berada. Sepertinya aku berada di sebuah ruang perawatan atau semacamnya.
Aku menyentuh pipiku dan merasakan tanganku gemetar. Begitu juga seluruh tubuhku.
Mimpi barusan benar-benar membuatku ketakutan. Aku tidak pernah bermimpi seburuk dan
semengerikan itu sebelumnya. Mimpi itu" terasa nyata.
Mimpi itu benar-benar mengerikan. Aku bahkan masih merasakan rasanya tempat itu.
Dimana ada seseorang yang mencoba menggigit lenganku dengan giginya yang tajam.
Oke, maaf. Itu hanya kiasan saja. Yang sebenarnya malah lebih parah sampai aku berpikir
ingin mengakhiri hidup. Seperti waktu itu.
Aku gemetar lagi dan terpaksa harus memeluk diri sendiri.
Pintu di seberang tempat tidur yang kupakai terbuka, membuatku tersentak kaget.
Dari balik pintu muncul seorang gadis berambut pirang terang muncul dan terlihat kaget
melihatku. Tapi, kemudian senyum mengembang di bibirnya yang tipis.
"Syukurlah kamu sadar, Rizuki." katanya sambil berjalan kearahku, "Aku sempat khawatir
kau tidak akan pernah sadar. Oh! Dan aku sudah memperingatkan Alicia untuk mengganti cairan
infuse ini tadi. Kemana dia?"
Dia mulai menggerutu dan mengganti sendiri cairan infuse yang tergantung di tiang di dekat
tempat tidurku. 53 "Oh, ya, aku juga harus memberitahumu kalau kamu harus banyak-banyak istirahat." Dia
menoleh kearahku sambil menyodorkan segelas air putih, "Racun itu masih belum keluar dari
tubuhmu. Karena itu, kamu tidak boleh bergerak banyak."
Aku menerima gelas itu tapi tidak meminumnya. Aku memandang gadis itu dengan heran.
"Anu, ini" dimana" Aku dimana?" tanyaku.
"Kamu di tempat yang aman." Jawabnya, "Namaku Gabriella Hawkstone. Kamu bisa
memanggilku Gaby." "Tempat" aman?"
Gaby mengangguk. "Sudah" jangan bicara terlalu banyak. Setelah ini, kamu harus
langsung istirahat. Mungkin nanti kamu sudah bisa pergi dari ruang rawat dan tinggal di kamarmu.
Atau setelah kamu minum obat-obat ini. Akan dengan cepat memulihkan kondisimu."
Dia lalu pamit pergi dan meninggalkanku sendirian (sebelumnya dia menyuruhku untuk
meminum semacam obat yang ia tinggalkan di atas meja di sebelah tempat tidur). Dan aku tidak
memiliki kesempatan untuk bertanya lagi.
Aku mengambil sebutir tablet obat di sebuah piring kecil dan menenggaknya beserta dua
tegukan air. Obat yang lain tidak kuminum. Dan akan kuminum nanti.
Pintu terbuka lagi. Kali ini yang muncul bukan Gaby. Tapi, Hikaru. Dia langsung berlari
kearahku dan naik ke tempat tidurku sambil tersenyum lebar.
"Kak Rizuki?" dia memelukku. Dan aku mendengar dia menangis tertahan.
"Hikaru" kamu kenapa, sayang?" aku mengelus punggungnya sambil menenangkannya
agar tidak menangis. Dia melepas pelukannya dan aku melihat matanya penuh air mata. Aku menghapus
airmatanya dan tersenyum. Aku membaca pikirannya yang mengkhawatirkanku.
"Kakak baik-baik saja, kok." Kataku, "Seperti yang kamu lihat."
54 "Aku kira, aku tidak akan bertemu Kak Rizuki lagi?" dia terisak, "Kak Gaby bilang, Kakak
terkena racun mematikan. Aku tidak mau Kakak meninggal?"
"Hei" tidak boleh bicara seperti itu. Kamu lihat Kakak masih disini, kan" Masih bisa
merasakan pelukan Kakak, kan?" aku berbicara.
Hikaru mengangguk pelan dan tersenyum, "Aku senang aku tidak akan berpisah dengan
Kakak." Katanya, "Kak Riku juga. Dia sangat mengkhawatirkan Kakak."
Mendengar nama Riku, aku serasa terlempar ke saat sebelum ledakan itu. Secara otomatis,
aku meraih saku bajuku, dan baru sadar kalau aku tidak memakai seragam sekolahku lagi. Aku
menoleh kearah meja di samping tempat tidur. Kalung liontin perak itu ada disana. Bersama
kalung bulan sabit dari ayah.
Juga silinder hitam itu. Tiba-tiba aku teringat lagi mimpi yang barusan kudapat. Aku bergidik ngeri mengingatnya
kembali. Hikaru mengikuti arah pandanganku dan tersenyum kalem.
"Kak, Kakak mau aku panggilkan Kak Riku kesini?" tanyanya.
"Ap"err" tidak. Kakak rasa tidak usah?" aku menjawab dengan gelagapan.
"Kakak tidak perlu khawatir. Aku sudah tahu kalau Kak Rizuki bukan kakak kandung."
Aduh. Kenyataan ini membuatku seperti ditendang di perutku dan membuat isi perutku
hendak keluar. Bagaimana dia tahu"
"Kamu tahu darimana?" tanyaku curiga.
"Aku ta?" Ucapannya terhenti saat pintu kembali terbuka dengan suara keras. Dan hatiku meringis
Jejak Di Balik Kabut 16 Pendekar Rajawali Sakti 32 Permainan Di Ujung Maut Asmara Janda Liar 2

Cari Blog Ini