Ceritasilat Novel Online

Dating With Dark 3

Dating With The Dark Karya Shanty Agatha Bagian 3


Tetapi Christopher bukanlah tipe orang yang membutuhkan pertolongan dan bukan jenis orang yang suka meminta tolong kepada orang lain...
Romeo bertopang dagu dengan bingung, merenung. Kalau sekarang Christopher sampai meminta tolong kepadanya, berarti sahabatnya itu benar-benar membutuhkannya.
Romeo akan melakukan apapun sebisanya untuk membantu.
*** Dua lelaki dengan jenis ketampanan yang sangat berbeda duduk berhadapan di sebuah bar yang sedikit remang dan eksklusif itu. Musik Jazz dimainkan di sudut ruangan dan orang-orang bertebaran di seluruh ruangan, kebanyakan duduk di depan bartender, memesan berbagai jenis minuman berstandar tinggi.
Bar ini adalah bar dan lounge kelas atas yang ada di lantai tujuh di sebuah hotel bintang lima di kota, mengkhususkan diri pada koleksi bir dan anggurnya yang paling lengkap, bar ini cukup diminati untuk pertemuan kalangan eksekutif muda dari penjuru kota.
Christopher dan Romeo duduk berhadapan di sebuah sudut yang cukup sepi, jauh dari lalu lalang orang. Sudah hampir dua jam mereka duduk di sana. Romeo lebih banyak mendengarkan sedangkan Christopher bercerita.
Ketika Christopher menyelesaikan ceritanya, Romeo menyesap brendinya, brendi tua yang bagus, yang meskipun menimbulkan rasa menyengat dan membakar di mulutnya, tetapi langsung memberikan sensasi hangat dan nikmat yang diinginkannya.
"Aku tidak menyangka kau mempunyai jalan cerita yang sangat pelik...melibatkan salah seorang pegawaiku pula." Romeo menatap Christopher tajam, "Dan aku menyadari kau ada di ruangan meeting itu, berdiri diam sebagai salah satu pengawal Mr. Demiris." Romeo menatap Christopher tajam, " Aku kaget sebenarnya, tetapi kemudian aku berpkir entah kau sedang dalam penyamaran atau apa karena kau bersikap seolah-olah
tak mengenalku, jadi aku tidak mau merusak apapun rencanamu itu.Kupikir setelahnya kau akan menghubungiku. Tetapi ternyata tidak."
Christopher terkekeh, "Maafkan aku, aku terlalu fokus pada rencanaku sehingga melupakanmu."
"Hah. Kau hanya mengingat sahabatmu di saat kau membutuhkan." Romeo bersungut-sungut meskipun ada senyuman di mulutnya.
Sementara itu Christopher hanya tersenyum tipis, "Jadi kau mau membantuku""
Romeo tercenung, "Aku tentu saja akan membantumu semampuku, meskipun aku tidak menyangka kalau untuk membantumu aku harus melawan pihak berwajib."
"Yang mereka inginkan hanyalah hasil penelitian ayah Andrea, mereka berpikir Andrea tahu sesuatu tentang sebuah penelitian yang belum selesai menyangkut mereka, dan mereka berpikir dengan menangkapku mereka bisa mengamankan Andrea di suatu tempat, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui...tetapi mereka salah, aku tidak akan semudah itu dikalahkan."
Romeo menatap Christopher dengan hati-hati, "Mengenai penelitian ayah Andrea itu... apakah kau masih terikat dengan organisasi yang menyewamu untuk membunuh ayah Andrea" Apakah sekarang kau menculik Andrea atas perintah mereka""
Mata Christoher tampak berkilat dingin, "Tidak pernah ada yang bisa memerintahku, semua tahu itu. Ketika aku melakukan semua pekerjaan itu, aku melakukannya karena aku mau, bukan karena melaksanakan perintah mereka. Dan mengenai organisasi itu, permasalahan sudah selesai dengan kematian ayah Andrea, mereka memang menginginkan Andrea mati, tetapi setelah menyadari bahwa perempuan itu tidak tahu apa-apa, aku sendiri yang membuat mereka melupakan Andrea, toh mereka sudah mendapatkan hasilnya."
"Hasilnya"" Romeo menatap Christopher penuh ingin tahu, "Hasil yang bagaimana""
"Kau pikir peristiwa unjuk rasa besar-besaran di sebuah negara yang heboh di berita beberapa waktu lalu yang pada akhirnya berhasil menurunkan presidennya secara paksa itu hasil dari penelitian siapa" Mereka menemukan pemicu sederhana yang tidak dipikirkan oleh siapapun dan berhasil mengolahnya menjadi sebuah bom besar yang menggerakkan semua orang untuk berunjuk rasa besar-besaran dan memberontak, memaksa presiden mereka untuk turun. Organisasi itu telah mencapai tujuannya, mereka sudah menempatkan presiden baru yang mereka inginkan, sesorang yang bisa mereka kelola seperti boneka, seseorang yang ada di pihak mereka, memungkinkan mereka untuk leluasa bergerak sesuka hati dan memperluas kekuasaannya."
"Wow." Romeo tampak benar-benar kagum, "Dan semua itu bisa terjadi hanya karena otak jenius ayah Andrea. Sekarang mereka sudah memetik keuntungan dari hasil penelitian ayah Andrea." Romeo menyimpulkan dan menatap Christopher dengan tatapan skeptis, "Sayang sekali semua itu dilakukan dengan mengorbankan nyawa Ayah Andrea...."
"Yah, sayang sekali." Mata Christopher dalam, menyimpan rahasia yang tak terungkapkan. Sebuah rahasia yang belum waktunya ia ungkapkan kepada siapapun.
*** "Bodoh!" Eric menggebrak meja dengan marah, dihadapan kedua agen yang sekarang duduk pucat pasi di ruangan yang biasanya dipakai sebagai ruangan interograsi itu.
Kabar itu bagaikan kabar buruk yang menyambar Eric dan langsung menghanguskannya. Kedua agen itu baru bangun dengan kepala pusing di pagi harinya, dan kemudian mereka menyadari bahwa Andrea sudah hilang!
Hilang! Astaga, berbulan-bulan dia menghabiskan waktunya untuk menjaga perempuan itu dan memastikannya aman, tetapi sekarang, hanya sehari ketika dia meninggalkan Andrea, "Sang Pembunuh" berhasil menculik Andrea dari balik punggungnya!
Bagaimana nasib Andrea sekarang tidak ada yang tahu. Eric meremas rambutnya dengan frustrasi. Masihkah Andrea hidup saat ini" Ataukah perempuan itu sekarang sudah menjadi mayat yang dingin, dibuang atau dikubur di suatu tempat yang tak terlacak"
Eric merinding membayangkannya, dia menggelengkan kepalanya tanpa sadar. Tidak! Selama belum ada bukti bahwa Andrea sudah meninggal, Eric akan selalu berkeyakinan bahwa Andrea masih hidup, lagipula berkas yang pernah ditunjukkan atasannya sedikit banyak memberi kepastian bahwa "Sang Pembunuh mungkin tidak
akan membunuh Andrea. Matanya menatap nyalang kepada dua agen di depannya, dua agen yang sangat teledor hingga bahkan bisa dibodohi dengan mudahnya. Hanya agen bodoh yang bisa dibius oleh satu orang dalam waktu bersamaan. Mereka ada dua orang, demi Tuhan! Bagaimana bisa "Sang Pembunuh" seberuntung itu"
"Kalian katanya adalah agen terbaik di kota ini. Tetapi sekarang aku tahu bahwa kalian hanya sampah yang tidak becus!" Eric membungkukkan tubuhnya dan berdiri dengan kedua tangan bertumpu di meja, membuat matanya sejajar dengan kedua agen yang duduk dengan kepala tertunduk itu, "Tugas kalian hanya menjaga perempuan itu, memastikan dia baik-baik saja sampai aku kembali. Terus mengawasi dan berusaha tidak terlihat. Itu adalah tugas yang paling mudah bagi seorang agen, dan pasti bisa dilakukan kalau kalian tidak teledor!" tatapan Eric berubah mengancam, "Kalau sampai terjadi sesuatu kepada Andrea, aku akan memastikan kalian langsung ditendang dari divisi ini dan tidak akan pernah bisa berkarier di bidang yang sama, selamanya!"
Setelah meneriakkan kalimat ancaman itu, Eric membalikkan tubuh, membanting pintu ruangan interograsi itu dan meninggalkan dua agen yang semakin pucat pasi itu di belakangnya. Benaknya berkecamuk, bingung.
Dimana dia bisa menemukan Andrea sekarang"
Dengan langkah lebar-lebar dia menuju ke ruang kerjanya dan menelepon atasannya, memberitahukan kabar terbaru,
"Mereka bahkan tidak mengingat apapun dan tertidur pulas sampai pagi." Eric tidak bisa menyembunyikan nada marah di suaranya ketika mengingat dua agen yang teledor itu.
Atasannya menghela napas di seberang sana.
"Sedikit banyak ini kesalahanku, Eric, kalau aku tidak memanggilmu ke kantor pusat kemarin, kau pasti masih ada di sana untuk menjaga Andrea." Lelaki itu tercenung, "Tetapi kalau kau ada di sana, kau akan berhadapan langsung dengan Sang Pembunuh ...dua agen itu beruntung karena "Sang Pembunuh memilih untuk tidak mengkonfrontasi mereka dan malahan membius mereka, jadi mereka bisa selamat. Tetapi kalau kau yang berada di sana malam itu, Aku yakin kalau sang pembunuh akan mengkonfontasimu dan aku mengkhawatirkan keselamatanmu."
Mata Eric bercahaya sedikit marah,
"Aku pasti bisa menghadapinya, setidaknya kalau aku ada di sana, aku bisa mencegahnya membawa Andrea."
Atasannya mendesah, terdengar tidak setuju,
"Sudahlah, sekarang kita harus menemukan cara untuk menemukan Andrea, sebelum semua terlambat."
Eric mendengus setengah frustrasi, Andrea harus ditemukan. Eric akan menggunakan segala cara untuk mencarinya.
*** Andrea duduk kebingungan ketika menatap ke arah para pelayan yang membereskan kamarnya, mereka sedan membereskan tempat tidurnya jadi dia diminta duduk dulu di sofa yang ada di ujung kamar. Matanya berkali-kali melirik ke arah pintu. Semalam setelah Christopher pergi, seorang pelayan perempuan masuk dan melepaskan borgolnya, lalu memberikan sebuah jubah tidur untuk dipakai menutupi ketelanjangannya.
Andrea duduk dengan tidak nyaman di atas sofa, masih memakai jubah tidur yang sama dan masih telanjang di baliknya.
Apakah dia akan telanjang seperti ini terus"
Andrea mengernyit, dia merasa amat sangat tidak nyaman sekaligus malu. Dalam benaknya dia bertanya-tanya, sampai kapan Christopher akan menyekapnya seperti ini" Akankah dia bisa bebas, ataukah Christopher, sang pembunuh kejam itu akan membunuhnya pada akhirnya"
Seorang pelayan lain masuk, membawa setumpuk handuk dan pakaian, dia lalu mendekati Andrea,
"Silahkan anda mandi."
Andrea amat sangat lega mendengar perkataan pelayan itu, tubuhnya sudah terasa lengket, dan dia ingin memakai baju yang normal, bukan jubah tidur kebesaran yang hanya berguna untuk menutupi ketelanjangannya.
Dengan langkah hati-hati dia mengikuti pelayan itu, sambil berharap meskipun pada akhirnya sedikit kecewa karena ternyata kamar mandi itu ada di dalam kamar yang luas itu menutup kemungkinan bagi Andrea untuk keluar dari kamar itu. Kamar mandi itu tersembunyi di balik pintu yang berfungsi ganda sebagai rak buku di dinding. Ketika rak buku itu dibuka layaknya sebuah pintu, maka dib
aliknya ada ruangan kamar mandi yang sangat luas dengan dominasi marmer hitam yang elegan. Andrea mengernyit menatap kamar mandi itu. Kamar yang dia tempati sekarang terasa sangat maskulin dengan dominasi warna coklat kayu-kayuan perabotannya dan warna hitam untuk sprei ranjangnya, dan bahkan sekarang kamar mandinya lebih maskulin lagi. Semuanya marmer berwarna hitam.
Hiasan yang ada di sana hanyalah sebuah palem raksasa yang ada di sebuah sudut dekat jendela berkaca buram di dalam sebuah pot cokelat yang sangat indah, ada sebuah cermin yang sangat besar di sana, memanjang dari atap sampai ke lantai dan lebarnya hampir memenuhi dinding, cermin itu sekarang berkabut karena uap dari air panas yang memenuhi kolam mandi kecil yang juga terbuat dari marmer.
"Silahkan anda berendam dulu, saya sudah menyiapkan airnya." Sang pelayan setengah menghela Andrea ketika dia hanya berdiri dengan ragu menatap kolam mandi kecil berbentuk segi lima yang mengepulkan uap hangat nan menggiurkan. Seluruh tubuh Andrea terasa kaku, mengingat dia diborgol terentang sekian lamanya di ranjang. Mandi berendam terasa sangat menggoda untuknya sekarang.
Pelayan itupun meninggalkannya dan menutup pintu kamar mandi dari luar. Andrea melepas jubah tidurnya dan meninggalkannya begitu saja di lantai, dia melangkah pelan mendekati kolam mandi itu, dengan hati-hati mencelupkan kakinya ke sana. Hangatnya pas dan terasa menyenangkan. Andrea menenggelamkan kakinya semakin dalam, dan pada akhirnya melangkah memasuki kolam mandi itu.
Ketika dia berdiri, tinggi airnya hanyalah sebetisnya. Andrea lalu duduk bersandar di salah satu dinding kolam yang nyaman, membenamkan tubuhnya sampai sebatas leher. Dia telanjang bulat tetapi uap air hangat itu menyembunyikannya.
Andrea membasahi rambutnya dan bersandar lagi, lalu memejamkan mata, menikmati bagaimana air hangat itu melemaskan otot-ototnya yang tegang. Kemudian tanpa sadar dia teringat betapa kemarin, Christopher telah melumat buah dadanya...matanya terbuka dan dengan gugup dia membasuh buah dadanya, pipinya memerah berusaha mengusir bayangan bagaimana mulut Christopher menangkup buah dadanya, terasa membakar dan bagaimana kemudian lelaki itu menghisap dadanya...
Andrea memejamkan matanya rapat-rapat, berusaha mengusir sensasi panas yang mulai merayapi tubuhnya karena bayangan terlarang yang tak mau pergi itu. Dia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam kamar mandi itu dan mengawasinya. Ketika Andrea menyadarinya, semua sudah terlambat.
Di sana, berdiri di depannya, adalah Christopher Agnelli. Telanjang, dengan keindahan tubuh layaknya patung dewa- dewa Yunani...
Andrea terkesiap, dan langsung merapatkan paha telanjangnya dengan lengannya langsung menutup buah dadanya. Dia menatap marah kepada Christopher,
"Apa yang kau lakukan di sini"" Andrea membentak, ingin berteriak, tetapi yang berhasil dikeluarkannya hanyalah suara tercekik kecil, seperti tikus yang mencicit ketika terdesak oleh kucing besar yang lapar.
Christopher hanya berdiri di sana, tidak peduli dengan ketelanjangannya dan menatap Andrea dengan geli.
"Ini di kamar mandi, tentu saja aku akan...mandi..."
Dating With The Dark Bab 9
Mandi" Apakah maksud lelaki ini, dia akan mandi di sini. Bersama Andrea""
Wajah Andrea merah padam, selain karena uap hangat air mandinya juga karena perkataan Christopher yang seolah tidak peduli itu.
"Jangan kau kira kau bisa melecehkanku seenaknya!" Andrea memandang Christopher dengan marah, "Keluar!"
Tetapi rupanya kemarahan Andrea tidak mengganggu Christopher, lelaki itu hanya berdiri dengan nyaman di sana, tampak tidak peduli dengan ketelanjangannya, sementara Andrea semakin tidak nyaman, berusaha mengalihkan pandangannya dari bagian tubuh Christopher itu....dia tidak boleh melihat! Meskipun kemudian dia tidak bisa menahan diri dan menyadari bahwa lelaki itu sedang sangat terangsang! Oh Tuhan, apakah dia akan berakhir diperkosa di kamar mandi oleh Christopher"
"Tidakkah engkau tertarik untuk merasakan nikmatnya mandi bersamaku, Andrea" Aku akan memijat punggungmu." Lelaki itu malahan
melangkah, mulai masuk ke dalam kolam mandi itu, membuat Andrea panik, dia langsung beringsut ke ujung yang paling jauh dari Christopher menyadari dilema yang dirasakannya, kalau dia berdiri, dia dalam keadaan telanjang bulat dan Christopher akan melihat semuanya....
Christopher makin masuk ke kamar mandi dan melangkah mendekat, membuat Andrea tidak bisa berpikir panjang, dia langsung berdiri, berusaha tidak mempedulikan ketelanjangannya dan hendak melompat dari kolam mandi itu dan melarikan diri. Sayangnya, Christopher lebih sigap, dengan cepat lelaki itu mencekal lengan Andrea dan kemudian menarik tubuh Andrea yang membelakanginya hingga punggung Andrea menempel di dadanya.
Andrea langsung gemetar ketika jemari Christopher mencekal kedua lengannya dengan mudahnya dan menjadikannya satu di depan tubuhnya. Christopher bisa dibilang memeluk Andrea dengan eratnya dari belakang. Seluruh punggung Andrea menempel ke bagian tubuh depan Christopher yang keras, dan Andrea bisa merasakan bagaimana kejantanan Christopher yang keras mendesak di lekukan panggul atasnya.
"Lepaskan aku." Andrea bergumam, berusaha menyembunyikan gemetar di suara dan tubuhnya.
Christopher yang berdiri di belakangnya menumpukan dagunya di puncak kepala Andrea, Andrea bisa merasakan lelaki itu tersenyum mengejeknya.
"Kita tidak perlu bertingkah seperti ini, Andrea...aku ingin memperlakukanmu dengan baik, seharusnya kau menerimanya begitu saja, dengan begitu mungkin aku akan mengampunimu."
"Kau mengejarku karena ingin membunuhku." Andrea menggertakkan giginya, "Kenapa kau tidak langsung membunuhku saja" Kenapa kau melakukan ini kepadaku" Kenapa kau menyekap dan melecehkanku""
Christopher mengetatkan pelukannya, memastikan Andrea tidak bisa menggerakkan tubuhnya,
"Aku tidak ingin melecehkanmu." Lelaki itu menundukkan kepalanya dan kemudian bibirnya merayap ke samping kepala Andrea, Andrea bisa merasakan hembusan napas panas di sana, yang membuatnya meremang, sebelum kemudian bibir Christopher melumat telinganya, mengecup dan memainkan lidahnya di sana, penuh rayuan, "Aku cuma ingin memujamu."
Andrea langsung meronta, berusaha melepaskan diri dari pengaruh hipnotis rayuan Christopher. Tetapi lengan lelaki itu masih kuat memeluknya, membuatnya tidak berdaya.
"Andrea..." tiba-tiba saja suara Christopher terdengar sedih, membuat Andrea tertegun. Lelaki itu menundukkan kepalanya, memeluk Andrea erat-erat dari belakang, dan menenggelamkan kepalanya di cekungan di antara leher dan pundak Andrea.
Andrea membeku dipeluk dengan penuh perasaan seperti itu, sehingga tanpa sadar dia terdiam dan membiarkannya. Sampai lama kemudian, Christopher mengecup lembut pundaknya dan melepaskan pelukannya.
"Mandilah." Lelaki itu menjauh, dari sudut matanya Andrea melihat Christopher meraih jubah mandi yang tersedia di rak samping kamar mandi dan mengenakannya, lalu tanpa kata, seolah-olah sudah menjadi kebiasaannya, dia melangkah pergi.
Andrea menghela napas panjang setelah pintu itu di tutup. Jemarinya memegang dadanya, berusaha menghentikan debaran di sana.
*** Christopher keluar dari kamar mandi itu dengan marah, marah kepada dirinya yang lemah, marah karena tidak mampu melaksanakan maksudnya. Dia masuk ke kamar mandi itu, telanjang, jelas-jelas untuk memaksa Andrea melayani nafsunya.
Christopher sangat bergairah ketika memasuki kamar mandi itu, membayangkan bagaimana paha Andrea akan terbuka untuknya dan dia bisa menenggelamkan dirinya dalam kehangatan yang manis tubuh Andrea, mencapai kepuasannya sendiri dan memberikan kepuasan untuk Andrea. Dia akan memiliki Andrea!
Tetapi kemudian, ketika dia memeluk Andrea dari belakang, merasakan seluruh tubuh Andrea gemetar dari ujung kepala sampai ke ujung kaki, Christopher tiba-tiba saja merasa luruh dan tidak mampu.
Itulah yang membuatnya marah, Andrea selalu berhasil membuatnya lemah bahkan ketika perempuan itu tidak menyadarinya.
*** Romeo yang sedang mengunjungi rumah Christopher duduk di ruang tamu yang mewah itu dan mengamati sekelilingnya penuh penilaian. Christopher kaya, tentu saja, dan ketika memilih rum
ah sebagai tempat tinggalnya, dia tetap saja menunjukkan selera tingginya.
Tak lama kemudian, Chrsitopher keluar, tampak muram meskipun segar sehabis mandi, dia mandi di kamar mandi lain dengan marah dan masih mengutuk dirinya sendiri, rambutnya basah dan lelaki itu mengenakan kemeja sutera warna hitam yang dipadu dengan celana jeans warna senada. Penampilannya santai karena sedang berada di rumah.
Romeo melihat ekspresi wajah Christopher dan mengangkat alisnya,
"Kau sudah mendapatkan Andrea, dan ekspresimu tetap saja muram." Lelaki itu menggoda sahabatnya, membuat bibir Christopher menipis karena kata-kata Romeo tepat mengenai sasaran.
"Aku belum mendapatkannya." Christopher menyimpulkan sendiri. Tidak. Belum. Dia belum sepenuhnya mendapatkan Andrea. Perempuan itu sudah jelas tertarik kepadanya, tetapi rasa tertariknya itu tertutup oleh rasa takut dan waspada yang mendominasi, seluruh penjelasan Eric tentangnya kepada Andrea sudah pasti membawa pengaruh besar bagi pandangan Andrea kepada Christopher, perempuan itu ketakutan. Takut bahwa Christopher akan membunuhnya.
Christopher memandang jemarinya dan tercenung, Akankah dia membunuh Andrea dengan tangannya sendiri" Waktu itu gagal melakukannya....dan sekarangpun alasannya menyekap Andrea bukanlah untuk memperbaiki reputasinya"
"Aku kemari untuk mengabarkan bahwa semuanya sudah siap." Romeo bergumam, memecah keheningan karena Christopher hanya tercenung dan sibuk dengan pemikirannya sendiri.
Christopher menganggukkan kepalanya, "Terima kasih Romeo." Lelaki itu melangkah pelan menuju bar yang tersedia di sudut ruangan, menuang brendi tua berwarna keemasan dari botol ke dua buah gelas lalu membawanya kepadaRomeo.
Romeo menerima gelas itu dan mengernyit,
"Segelas brendi di siang bolong"" tetapi tak urung disesapnya minuman itu sambil mengernyit.
Christopher menyesap gelasnya,
"Agen itu, seorang agen yang sempat menyusup ke perusahaanmu demi mendekati Andrea, dia pasti sedang berusaha melacak jejakku. Rumah ini terlalu mencolok, karena itu aku memerlukan bantuanmu."
Romeo mengangkat bahunya, "Eric. Aku sudah melihat berkasnya di kantorku, penyamarannya sangat bagus hingga aku tidak menyangka bahwa dia seorang agen khusus. Kau tidak perlu kuatir Christopher, lelaki itu tidak akan berhasil melacakmu dan Andrea, mereka tidak akan bisa mengaitkanmu dengan keluarga Marcuss."
Christopher terkekeh, "Ayahmu pasti akan membunuhmu kalau tahu kau melibatkan diri ke dalam hal berbahaya seperti ini."
"Mungkin." Romeo tersenyum mengingat ayahnya yang luar biasa. Ayahnya adalah panutan, Romeo ingin menjadi seperti ayahnya di usia matangnya nanti, seorang ayah dan lelaki yang sempurna. "Tetapi kalau dia tahu aku melakukannya untuk menolong sahabatku, kurasa dia akan mengerti."
Christopher mengangguk dan tersenyum, "Kau beruntung memiliki ayah seperti dia." Lelaki itu lalu duduk di depan Romeo, "Jadi kemana aku bisa membawa Andrea""
"Ke sebuah pulau." Romeo menyandarkan tubuhnya di sofa, tampak puas, "Pulau itu bukan milik keluargaku, tetapi milik keluarga Alexander, mungkin kau pernah mendengarnya, Rafael Alexander adalah sahabat ayahku."
"Aku pernah mendengarnya." Tiba-tiba wajah Christopher tampak misterius, "Sungguh suatu kebetulan."
Romeo menatap Christopher dengan bingung, "Kebetulan" Apa maksudmu""
Christopher menggelengkan kepalanya, "Bukan apa-apa." Ada sebuah penyelidikan yang dilakukan Christopher berkaitan dengan keluarga Alexander, tetapi penyelidikan itu masih mentah dan Christopher memutuskan untuk menyimpannya dulu sambil memastikan bahwa semuanya sudah bisa dibuktikan.
Lama Romeo menatap Christopher penuh ingin tahu, tetapi kemudian dia sadar bahwa tidak ada gunanya memaksa Christopher berbicara, sahabatnya itu selalu penuh rahasia, dan ketika dia memutuskan untuk berahasia, tidak akan ada apapun yang bisa memaksanya untuk berbicara.
"Kau bisa membawanya ke sana kapan saja, aku sudah meminjam pulau itu dari paman Rafael dan beliau mempersilahkanku menggunakannya sesukanya, pulau itu biasanya hanya dikunjungi setahun sekali ketika keluarga Alexander be
rlibur. Jadi sekarang kau bisa leluasa menggunakannya."
"Aku tidak akan lama di sana." Christopher tersenyum, "Segera setelah seluruh persiapan beres, aku akan kembali ke Italia."
Ya. Christopher tidak sabar menunggu waktunya tiba, dan dia bisa kembali pulang....
*** "Kami sudah menyelidiki seluruh rumah di sekitar sini yang dibeli atas nama pengusaha asing, ada banyak sekali, tetapi kami sudah mengerucutkan hanya kepada rumah-rumah yang dibeli beberapa bulan terakhir." Katrin, salah seorang anak buah Eric menatap atasannya itu dengan gugup, "Datanya terlalu luas, kami tidak tahu harus melacak nama siapa. Tanpa spesifikasi data yang pasti, kita harus melakukan pengecekan terhadap beribu-ribu rumah."
Eric menghela napas panjang, "Dan itupun belum tentu berhasil, bisa saja "Sang Pembunuh" membeli atau menyewa rumah atas nama orang lain, atau menggunakan orang local, sehingga kita tidak akan bisa melacaknya." Pandangan Eric menerawang, menatap foto samar-samar sang pembunuh yang dipasang di white board kantornya. "Oke Katrin, kau bisa pergi. Kabari aku hasil penyelidikan team nanti."
Katrin melempar pandangan penuh rasa kagum kepada bosnya itu sedetik sebelum melangkah pergi meninggalkan ruangan Eric. Eric adalah atasannya yang paling tampan, dan masih muda. Biasanya lelaki itu selalu tampak tenang dan terkendali, membuat Katrin kagum. Tetapi sekarang lelaki itu tampak begitu gusar, seolah kasus ini telah begitu mempengaruhinya. Kenapa" Apakah karena perempuan yang dianggap sebagai kunci itu" Perempuan bernama Andrea"
Tiba-tiba Katrin merasa cemburu sekaligus iri, dia belum pernah berjumpa dengan perempuan bernama Andrea itu, yang selalu menjadi pusat perhatian bagi misi mereka. Tetapi dia pernah melihat fotonya, Andrea perempuan yang cantik dan tampak lembut, dengan rambut panjang dan senyum yang menawan. Mungkin senyum itu pulalah yang membuat Eric begitu terpengaruh atas hilangnya Andrea.
Eric bukannya mencemaskan data penting yang mungkin ada di ingatan Andrea yang hilang, yang mungkin bisa jatuh ke tangan sang pembunuh, Eric sepertinya mencemaskan Andrea sendiri. Perempuan itu sepertinya telah mengambil hati atasannya.
Katrin memegang dadanya yang berdenyut oleh perasaan yang mirip cemburu, kemudian dia menghela napas dan melangkah menjauh.
*** Perempuan itu mengoleskan lipstick merah menyala di bibirnya, menatap puas pada bayangannya di cermin. Dia tampak amat sangat cantik, seperti yang diharapkannya.
Dia sudah meng-highlight rambutnya menjadi berwarna kemerahan, dan membungkus tubuhnya dengan gaun merah yang sangat seksi. Semuanya serba merah, mengirimkan pesan tantangan kepada Christopher, menyiratkan makna bahwa dia menantang Christopher untuk memilikinya.
Christopher Agnelli adalah cinta sejatinya, satu-satunya lelaki sempurna yang dipujanya. Dia akan tetap memuja Christopher meskipun dia tahu bahwa lelaki itu saat ini sedang tidak fokus kepadanya. Christopher masih disilaukan oleh Andrea, tetapi dia yakin, akan ada saatnya dimana Christopher bias menyadari kehadirannya dan kemudian memahami betapa beruntungnya diri Christopher, karena dicintai perempuan seperti dirinya.
Matanya bersinar marah ketika membayangkan Andrea, perempuan itu benar-benar merepotkan. Dia mau menerima tugas dari Christopher bukan karena ingin mendekatkan Christopher kepada Andrea, itu adalah hal terakhir yang diinginkannya! Dia melakukan semua ini lebih karena keinginannya untuk mengawasi Christoher dan mengetahui semua perkembangan terbaru menyangkut Andrea, dan jilkalau dia menemukan bahwa Andrea akan terlalu dekat dengan Christopher, dia akan langsung bergerak untuk menjauhkan Christopher.
Christopher adalah miliknya dan akan selalu begitu, Lelaki itu harus disadarkan bahwa tidak akan ada perempuan yang bisa mencintainya sedalam dia mencintai Christopher.
Sambil menatap dirinya sendiri di cermin untuk terakhir kalinya, perempuan itu tersenyum, membayangkan masa depannya yang indah, bersama lelaki yang dipujanya.
*** Ketika Christopher memasuki kamar itu, Andrea sedang duduk dengan tatapan mata menerawang, dia hanya
mengangkat kepalanya sedikit ketika melihat Christopher, tatapan matanya, seperti biasa, tampak marah yang berlumur dengan ketakutan,
"Ada apa""
Mau tak mau Christopher merasa geli akan sikap Andrea yang penuh antisipasi negatif terhadapnya, dia lalu bersandar di lemari tempat meletakkan berbagai hiasan di depan Andrea, tampak santai,
"Bisakah kau tidak berlaku defensif terhadapku, Andrea" Aku tidak akan melukaimu, belum akan." Tatapannya berubah menjadi berbahaya, "Meskipun tidak akan menutup kemungkinan aku bisa melukaimu kalau kau mencoba bertindak bodoh, melarikan diri misalnya."
Andrea menatap kesal ke arah Christopher, "Bagaimana bisa aku melarikan diri" Kau mengunci satu-satunya pintu jalan keluar dari kamar ini, dan jendela itu dipasang gerendel yang sangat besar." Andrea mendesah jengkel, "Aku tidak tahu kenapa kau mengejarku, mereka semua bilang ini ada hubungannya dengan ayahku, dan juga dengan reputasimu." Tiba-tiba tatapan Andrea menajam penuh kebencian ketika menemukan setitik kebenaran. "Apakah kau yang membunuh ayahku""
Christopher memasang wajah datar tanpa ekspresi, menyandarkan tubuhnya dengan santai.
"Apakah menurutmu begitu"" Lelaki itu membalikkan pertanyaan Andrea dengan sebuah pertanyaan pula.
Napas Andrea mulai terengah ketika menyadari bahwa mungkin saja dia sedang berhadapan dengan pembunuh ayahnya!
"Kau yang membunuh ayahku ya" Katanya kau disewa oleh organisasi jahat itu untuk melenyapkan ayahku."
Christopher tidak menjawab, hanya menatap Andrea dengan tajam,
"Itu yang mereka katakan kepadamu"" Lelaki itu tersenyum tipis, "Kalau begitu kau bisa mempercayai apapapun yang kamu mau."
Andrea langsung meradang mendengar jawaban yang sangat tidak berperasaan itu, dia tanpa sadar melonjak dan menerjang Christopher.
Dengan marah dia melemparkan telapak tangannya, menampar pipi lelaki itu,
"Betapa kejamnya hatimu!" Mata Andrea mulai berkaca-kaca, menatap Christopher penuh emosi, "Kau membunuh orang tanpa hati, tanpa menyadari bahwa setiap orang punya kehidupan yang berhak dijalaninya! Manusia sepertimulah yang seharusnya mati! Bukan ayahku!" Dengan histeris Andrea memukul-mukulkan tangannya, menyerang Christopher, menampar sebisanya, tetapi Christopher menanggapinya dengan sangat dingin dan tenang, lelaki itu kemudian menggerakkan tangannya dan menggenggam pergelangan tangan Andrea dengan kedua tangannya.
"Order Kecil." Christopher bergumam parau, matanya berkilat, "Begitulah aku menyebutmu, kau adalah tugas yang paling mudah yang pernah kujalankan, aku meremehkanmu dan menganggapmu sambil lalu, bahkan dengan aku memejamkan matapun, aku pasti bisa menjalankan tugas itu." Mata Christopher tampak semakin pekat menatap Andrea, "Tapi aku salah, kau adalah tugas paling sulit yang pernah kujalankan, satu-satunya kegagalanku."
Tiba-tiba saja lelaki itu menarik tubuh Andrea yang masih terpana dan mencoba menelaah kata-kata Christopher, mendekatkan tubuh Andrea sehingga menabrak tubuhnya dan kemudian melumat bibirnya dengan penuh gairah.
Ciuman itu kasar, penuh dengan gairah yang sudah tidak ditahan-tahan lagi. Bibir Christopher melumat bibir Andrea tanpa ampun, tanpa ampun! Lelaki itu merenggut punggung Andrea, dan merapatkannya semakin rapat ke tubuhnya, Andrea merasakan tubuh Christopher yang keras dan kuat menekannya, membuat kehangatan tubuh masing-masing saling menembus dan menimbulkan gelenyar aneh dalam tubuh Andrea, gelenyar yang berusaha diusirnya sekuat tenaga.
Dan secepat dimulainya, secepat itu pula Christopher mengakhiri ciumannya, lelaki itu menjauhkan kepalanya, masih memeluk Andrea, napas keduanya terengah-engah dan mata mereka saling membakar, kemudian, lelaki itu melepaskan Andrea.
"Kita akan pergi dari sini segera," Gumamnya tenang. Kemudian melangkah ke arah pintu, "bersiap-siaplah Andrea." Gumamnya sambil menutup pintu dan menguncinya dari luar.
Andrea ditinggalkan seorang diri di dalam kamar yang terkunci itu dalam kebingungan...
Pergi" Kemana" Akankah Christopher membawanya ke sebuah tempat terpencil, tempat dimana dia bisa dibunuh dan jasadnya tidak akan bisa dite
mukan oleh siapapun"
Pikiran itu membuatnya ngeri...
*** Christopher bersandar di pintu kamarnya yang besar, pintu tempat Andrea terkurung di baliknya. Dia memejamkan matanya, merasakan bibirnya yang membara, dan meredakan gairahnya yang membuncah, merindukan sentuhan itu.
Hanya sebuah ciuman dan Christopher langsung tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri.
"Kau menyekapnya di dalam kamarmu."
Sebuah suara yang sangat familiar, membuat Christopher menoleh.
Wanita itu berdiri di sana, dengan gaun merah yang menonjolkan lekuk tubuhnya, buah dadanya hampir tumpah di belahannya yang sangat rendah, rambutnya yang baru di highlight kemerahan tergerai menyala dengan indahnya. Penampilan perempuan itu tampak sangat berbeda ketika dia menjalankan tugasnya dan memaksanya tampil sedikit sederhana. Sekarang perempuan itu benar-benar siap, tidak sedang dalam tugas dan berusaha berdandan secantik mungkin, demi lelaki yang dipujanya: Cristopher Agnelli.
Christopher menatap perempuan itu dan mengerutkan kening, dia merasakan hasrat yang mendalam, perempuan itu jelas-jelas berusaha menggoda dan merayunya, Christopher bisa menangkap pandangan memuja yang dalam, tergila-gila. Well...kebanyakan perempuan memang menatapnya seperti itu, tetapi perempuan ini berbeda, dia perempuan yang berbahaya. Christopher harus berhati-hati kepadanya,
"Kenapa kau datang kemari"" Christopher memilih untuk tidak menanggapi perkataan perempuan itu, tentang dia yang menempatkan Andrea di kamarnya.
"Untuk menagih janjimu. Kau bilang kau akan mengajakku makan malam setelah kau berhasil menangkap Andrea."
Christopher mengangkat alisnya, tentu saja dia tidak pernah berjanji semacam itu. Tetapi perempuan ini dengan tidak tahu malu, sengaja mengatakan kebohongan ini di depannya, menantangnya untuk membantah.Sejenak Christopher berpikir untuk menolak mentah-mentah dan meninggalkan perempuan ini. Tetapi kemudian dia menelaah kembali, dia masih membutuhkan perempuan ini dan kesetiaan perempuan ini kepadanya masih diperlukan, lelaki itu lalu mengangkat bahunya dan tersenyum sinis,
"Kurasa kau akan mendapatkan apa yang engkau mau, Sharon."
Dating With The Dark Bab 10
Sharon yang sekarang berpenampilan berbeda dan tampak begitu seksi tersenyum puas,
"Dan kurasa aku pantas mendapatkannya, mengingat berbulan-bulan aku menyamar di kantor itu, berusaha menjadi sahabat dekat Andrea."
"Kau memang mengerjakan tugasmu dengan baik." Tentu saja Christopher juga menyadap seluruh pembicaraan Sharon dengan Andrea, mengetahui bagaimana Sharon berhasil menempatkan dirinya sebagai sahabat baik yang paling dipercaya oleh Andrea, tempat perempuan itu menumpahkan segalanya. Hal itu membantu Christopher untuk mengetahui kondisi hati Andrea dan juga perasaan Andrea yang terdalam.
"Dan kau menempatkan Andrea di kamarmu." Sharon menatap tidak suka ke arah pintu itu, mengulang kembali komentarnya karena merasa sangat terganggu dengan kenyataan yang ada di depannya. Kamar Christopher adalah ruang pribadi yang tidak boleh dimasuki siapapun, tetapi Christopher malahan menempatkan Andrea di kamarnya...seharusnya Sharon yang berhak memasuki kamar itu! Tidur di atas ranjang Christopher, menghirup aroma khasnya dan menikmati pelukannya!
Christopher menatap perubahan ekspresi Sharon dengan tatapan mata menilai, kemudian memutuskan untuk menghempaskan perasaan perempuan itu, sebelum angan Sharon mulai melambung dan membahayakan mereka semua.
"Tempatnya memang ada di situ, Sharon." Gumamnya penuh arti, membuat wajah Sharon pucat pasi.
Tetapi dengan segera perempuan itu menutupi perasaannya, tersenyum manis seolah-olah tidak mendengarkan kalimat Christopher barusan, dia menggayutkan dirinya di lengan Christopher dengan manja dan bergumam menggoda,
"Aku ingin makan malam yang enak malam ini."
*** Richard membawa nampan berat itu, makan malam Andrea, dia melihat Andrea masih duduk dengan tegang, di sofa. Dengan tenang pelayan tua itu meletakkan nampan di meja, di depan Andrea,
"Anda sama sekali tidak berbaring dan beristirahat."
Andrea menoleh dan menatap Rchard, pelayan tua in
i memang sepertinya ditugaskan untuk mengawasi dan mengurusinya karena selain para pelayan perempuan yang bertugas membersihkan kamar dan pakaiannya, hanya pelayan tua inilah yang selalu membawakan makanan untuknya. Andrea mengawasi lelaki dengan gurat-gurat yang dalam di wajahnya, pertanda usia dan pengalaman hidupnya, lalu menghela napas panjang. Wajah lelaki ini tampak teduh, mengingatkannya kepada ayahnya, hingga mau tak mau ekspresi Andrea melembut,
"Bagaimana aku bisa beristirahat kalau aku tidak tahu dan terus menerus cemas akan apa yang akan terjadi pada diriku nantinya""
Richard berdiri di sana, ragu, dia melirik nampan makanan yang penuh itu dan berpikir bahwa mungkin Andrea juga tidak akan mau memakan makanan yang disediakan untuknya. Nampan-nampan yang kemarin dibawanya keluar, semuanya masih utuh, Andrea hanya minum dan tidak menyentuh makanannya, sepertinya mogok makan adalah salah satu bentuk pemberontakan Andrea sebagai protes atas perlakuan Christopher kepadanya. Andrea harus makan, dia akan membutuhkan segala kekuatan yang bisa diperolehnya nanti.
"Anda harus memakan makanan anda nona Andrea, anda akan membutuhkannya." Richard meyuarakan pemikirannya, melihat Andrea menghembuskan napas enggan, "Tuan Christopher tidak akan melukai anda selama anda tidak berbuat hal-hal nekat untuk melarikan diri."
"Aku tidak akan bisa melarikan diri dalam penjagaan seketat itu." Andrea mencibirkan bibirnya, "Kenapa tuanmu menyekapku seperti ini" Jikalau memang aku adalah kegagalan dalam reputasi membunuhnya, kenapa dia tidak langsung membunuhku saja""
Richard tercenung mendengar pertanyaan Andrea itu. Oh dia sungguh ingin menjawab. Jawaban itu sudah terkumpul di ujung bibirnya, menunggu untuk dimuntahkan. Tetapi tuan Christopher sudah memaksanya untuk bersumpah agar menutup mulutnya sampai waktunya tiba, dan Richard tidak berani melanggar sumpahnya.
"Saya tidak bisa mengatakan apapun, yang pasti saya yakin anda akan baik-baik saja. Tuan Christopher akan memastikan anda baik-baik saja." Setelah mengucapkan kata-kata singkat itu, Richard sedikit membungkukkan tubuhnya untuk berpamitan dan melangkah pergi.
*** Christopher mengajak Sharon makan malam di sebuah restoran di pinggiran kota, ini merupakan restoran langganan Christopher dan merupakan pilihan yang tepat untuk mengajak Sharon karena tempatnya yang cukup umum, sedikit ramai dan tidak ekslusif seperti ketika dia mengajak Andrea makan malam dulu.
Sharon duduk dengan gaun merahnya yang seksi, menikmati pandangan dan lirikan kagum dari beberapa orang yang melewati mereka, dia melirik ke arah Christopher dan merasa sebal karena lelaki itu memasang ekspresi datar, bahkan sama sekali tidak ada pujian dari Christopher tentang penampilan mempesonanya itu,
"Jadi apa rencanamu nanti"" Sharon menyesap minuman yang dihidangkan pelayan sebagai pendamping makanan pembuka mereka. Dia menatap Christopher tajam mencoba melihat sepercik emosi, sesedikit apapun itu yang bisa menggambarkan perasaan lelaki itu, tetapi sepertinya percuma, Christopher tetap saja tidak terbaca.
"Aku akan membawa Andrea ke tempat yang tidak bisa terlacak."
"Kemana"" Sharon sangat ingin tahu. Dia ingin ikut kemanapun Christopher akan membawa Andrea, dia tidak boleh membiarkan sampai lelaki itu lepas dari genggamannya.
Tatapan Christopher menajam,
"Kau tidak perlu tahu."
"Tetapi aku selalu ada dari awal rencanamu, Christopher!" suara Sharon meninggi, "Kau harusnya bisa mempercayaiku."
Christopher menatap Sharon dan tercenung.
Mempercayai Sharon" Meskipun memasang tampang datar seolah-olah tidak tahu, Christopher tahu bahwa Sharon terobsesi kepadanya. Perempuan itu sudah tergila-gila kepadanya sejak lama, dihari ketika kakak Sharon satu-satunya, keluarganya, meninggal karena sakit. Kakak Sharon adalah salah satu pegawai dan sahabat Christopher ketika Sharon dan kakaknya masih tinggal di italia, karena itulah ketika kakak Sharon meninggal dan Sharon sebatang kara di dunia ini. Christopher menawarkan diri untuk menanggung Sharon, menjadikannya pegawainya dan menganggap perempuan itu sebagai a
diknya. Sayangnya Sharon memiliki kesimpulan berbeda, dia mengira Christopher begitu karena ada hati dengannya, perempuan itu lalu menumbuhkan khayalan cinta yang tinggi kepada Christopher dan berusaha menarik perhatian Christopher.
Yang sudah pasti percuma. Karena pada waktu itu, Christopher masih setia kepada perempuan yang pernah melingkarkan cincin emas di jari manisnya, perempuan yang dulu pernah menjadi isterinya. Isteri yang sangat dicintainya. Sharon seharusnya sadar bahwa bagaimanapun dia berusaha, Christopher tidak akan pernah mengalihkan hati kepadanya.
Kemudiankarena membutuhkan bantuan, Christopher terpaksa menggunakan Sharon untuk mendekati Andrea. Dengan bantuan kekuasaannya, Christopher yang mempunyai koneksi di bagian personalia, memasukkan Sharon lebih dulu ke perusahaan itu, kemudian mengatur supaya Andrea juga masuk ke perusahaan itu. Sharon berperan sangat bagus menjadi sahabat Andrea dan Andrea sama sekali tidak curiga.
Meskipun sebenarnya Christopher sedikit mencemaskan keselamatan Andrea ketika berada di dekat Sharon, mengingat betapa terobsesinya Sharon kepada dirinya.
Tetapi sekarang Christopher memutuskan bahwa mungkin tidak membutuhkan Sharon lagi, keberadaannya apalagi bersama obsesinya mulai terasa mengganggu rencana Christopher. Siapa yang tahu apa yang akan dilakukan oleh Sharon kepada Andrea nantinya"
"Jadi kau akan membawa Andrea kemana"" Sharon tidak mau menyerah, menatap Christopher dengan tatapan mata penuh tekat. Dia akan mencari tahu bagaimanapun caranya, dan dia akan berusaha agar Christopher bersedia mengikutkannya dalam rencananya. Enak saja Andrea akan pergi berduaan dengan Christopher tanpanya!
"Aku tidak bisa mengatakan padamu." Tiba-tiba Christopher menyipitkan mata, menatap Sharon dengan tatapan mata mengancam, "Mungkin lebih baik kau tidak bertanya-tanya lagi."
Sharon langsung tertegun. Hatinya terasa sakit. Kenapa Christopher bersikap begitu kasar kepadanya" Apakah karena Andrea"
Sharon menggertakkan giginya, selama ini dia mengikuti rencana Christopher, mendekati Andrea, berpura-pura menjadi sahabatnya, mengorek-ngorek informasi sekecil apapun dan memberikannya kepada Christopher, dan sekarang dia akan dibuang begitu saja"
Sharon tidak akan membiarkan itu terjadi. Kalau dia tidak bisa memiliki Christopher. Maka tidak akan ada orang lain yang bisa!
*** "Kau akan membawanya besok"" Romeo duduk di rumah Christopher dan mengerutkan keningnya, "Kenapa begitu cepat" Bukankah rencananya masih minggu depan""
"Aku punya firasat buruk." Christopher teringat pada Sharon dan instingnya mengatakan bahwa dia harus segera memindahkan Andrea, dia sangat ahli membaca ekspresi wajah seseorang, dan instingnya mengatakan Sharon merencanakan sesuatu yang buruk. Ditatapnya Romeo dengan tatapan mata menyesal, "Aku menyusupkan orangku ke perusahaanmu."
Romeo tampak tidak terkejut, "Hmm.. setelah Eric agen pemerintah juga menyusup ke sana, aku tidak terkejut kalau kau menempatkan orangmu di sana. Kau sengaja memilih perusahaanku bukan sebagai tempat Andrea bekerja""
Christopher menganggukkan kepalanya, "Memang. Aku sengaja mengatur semuanya."
Romeo terkekeh, "Padahal akan lebih mudah kalau kau menghubungiku duluan dan menceritakan semuanya, aku bisa mengatur semuanya untukmu."
"Tapi kau nanti akan dicurigai."
Romeo menganggukkan kepalanya, sangat mengerti akan pertimbangan Christopher, "Kalau kau akan berangkat malam ini, aku akan meminta jet pribadi keluarga stand by di bandara nanti malam, mereka akan mengantarmu ke bandara di pulau dewata, bandara terdekat dari pulau, kemudian kau bisa melanjutkan perjalanan ke pulau dengan speed boat."
Christopher mengerutkan keningnya, "Aku akan membawa beberapa pengawal dan pegawaiku ke sana."
"Oke, aku akan menyuruh mereka menyiapkan beberapa speed boad untuk mengangkut semuanya, kalau masalah pelayan, kau tidak perlu cemas. Rumah Paman Rafael penuh dengan pelayan yang setia."
"Apakah mereka bisa tutup mulut"" Christopher tidak suka jika ada pelayan yang bergosip. Gosip bisa membahayakan untuk seseorang yang berada di posisinya.
"D ijamin. Sebagian besar dari mereka adalah penduduk asli pulau itu, dan mereka menjadi pelayan turun temurun, beberapa di antaranya, ayah atau ibunya pernah menjadi pelayan di sana dan sudah pensiun, beberapa keluarganya merupakan pekerja perkebunan yang juga di miliki Rafael Alexander di sana. Mereka sangat setia kepada paman Rafael, dan karena kau tinggal di sana sebagai tamu dari Rafael Alexander, mereka akan setia kepadamu juga."
"Bagus. Terima kasih Romeo, suatu saat aku akan membalas bantuanmu ini."
Romeo menyandarkan tubuhnya di sofa dan terkekeh, "Kuharap sekarang kiita sudah impas Christopher." Jawabnya dalam canda.
*** Eric dan teamnya sudah putus asa, mereka tidak bisa menemukan jejak Andrea di manapun, "Sang Pembunuh" tampaknya sangat licin dan ahli menyembunyikan diri sehingga mereka tidak bisa melacak keberadaannya. Dalam ruangan itu, Eric termenung dan meremas rambutnya frustrasi.
Alam bawah sadarnya bahkan sudah berpikir bahwa Andrea sudah mati...dibunuh oleh "Sang Pembunuh" yang tak punya hati.
Marah atas pemikirannya itu, Eric bangkit berdiri, meraih jaketnya dan mengenakannya, lalu melangkah ke luar. Dia butuh kopi, kalau tidak dia mungkin akan mati karena frustrasi. Dengan langkah panjang-panjang dia keluar dan melalui trotoar. Angin dingin langsung menerpa wajahnya, membawa uap air. Eric mendongakkan kepalanya ke atas dan melihat langit yang gelap dan mendung.
Sebentar lagi hujan. Benaknya berkelana sambil melangkah memasuki cafe yang menjadi langganannya, Cafe itu terletak di ujung jalan yang banyak dilalui orang sehingga cukup ramai, meskipun sedikit ramai dan sesak, tetapi cafe itu menyediakan kopi yang sangat enak, aromanya harum dan kental dengan cream nabati yang sangat cocok ketika dipadukan.
Eric memasuki cafe itu dan memilih tempat dudukn di ujung, dia memesan kopi yang selalu dipesannya, kopi robusta yang pekat, dengan cream tanpa gula. Setelah itu dia duduk dan menunggu.
"Hai Eric." Eric langsung mendongakkan kepalanya, dan menatap sosok yang tiba-tiba saja duduk di depannya. Dia mengangkat alisnya,
"Hai Sharon." Semula Eric hampir tidak mengenali Sharon karena potongan rambutnya baru dan di highlight merah, Sharon tampak...berbeda. Dia berdandan dan berpenampilan seksi sangat berbeda dengan penampilannya di tempat kerja dulu.
"Tak kusangka akan menemukanmu di sini." Sharon tersenyum manis, "Apakah kau tahu bahwa Andrea menghilang dari kantor" Perusahaan bilang dia tugas ke luar kota, tetapi aku meragukannya, ponselnya tidak bisa dihubungi."
Perusahaan bilang Andrea ke luar kota" Eric langsung waspada, bukankah sudah jelas Andrea hilang karena diculik oleh "Sang Pembunuh"" Kenapa perusahaan bisa menutup-nutupi hilangnya Andrea" Apakah ada orang dalam di perusahaan yang merupakan kaki tangan "Sang Pembunuh""
"Mungkin saja Andrea sedang bersenang-senang dengan salah satu pengawal Mr. Demiris yang tampan itu."
"Apa"" Kali ini Eric benar-benar fokus sepenuhnya pada Sharon.
"Kau tidak tahu ya"" Sharon masih tetap tersenyum manis, "Setelah kau pergi, Andrea dekat dengan seorang lelaki yang ditemuinya tanpa sengaja pada suatu malam, dan sungguh suatu kebetulan lelaki itu adalah pengawal Mr. Demiris, klien terpenting perusahaan kita, mereka bertemu lagi di salah satu meeting perusahaan, dan dari yang aku dengar mereka menjadi dekat." Sharon mengedipkan matanya, "Menurutku Andrea sedang menghabiskan waktu bersama kekasih barunya di sebuah tempat eksotis, dan karena lelaki itu pengawal Mr. Demiris, bisa saja Mr. Demiris memberikan bantuan pengaruhnya sehingga bisa membuat seolah-olah Andrea sedang tugas keluar kota." Sharon memutar bola matanya, "Abaikan kata-kataku, mungkin memang imaginasiku yang berlebihan....aku mungkin terlalu cemas karena Andrea sama sekali tidak bisa dihubungi, aku ke rumahnya beberapa kali dan dia tidak ada." Wajah Sharon tampak sedih.
Eric menghela napas panjang, tiba-tiba saja ingin segera pergi dari tempat itu dan kembali ke kantornya, lalu menghubungi segala sesuatu yang berhubungan dengan Mr. Demiris, Sharon tanpa sadar mungkin telah memberikan petunju
k penting bagi Eric, mungkin saja hal itu layak diselidiki, mungkin saja "Sang Pembunuh" ada hubungannya dengan Mr. Demiris, dan mungkin saja lelaki misterius yang dikatakan sebagai pengawal Mr. Demiris adalah "Sang Pembunuh" yang sebenarnya.
Dengan gelisah, Eric menyesap kopinya, lalu setengah membanting gelasnya ke meja, "Maafkan aku Sharon, aku harus pergi."
Dan kemudian tanpa menunggu jawaban Sharon, Eric meletakkan uang pembayaran di mejanya lalu bergegas pergi.
Sementara itu Sharon menatap kepergian Eric dengan senyum licik dikulum di bibirnya yang berlapiskan lipstick merah menyala.
Sekarang tinggal menunggu saja. Sharon berharap Eric segera menemukan Andrea, sehingga perempuan itu tidak bisa dekat-dekat lagi dengan Christophernya. Dia bisa saja memberitahu Eric langsung, tetapi itu sama saja membuka penyamarannya sebagai kaki tangan Christopher, dan juga bisa membuat Christopher membencinya karena membuka mulut. Ini adalah cara terbaik. Sharon tersenyum membayangkan kesempatan besar di depannya ketika Andrea sudah terpisah dari Christopher.
*** Yang dirasakan Andrea pertama kali adalah perasaan hangat dan jatuh cinta yang mendalam. Andrea tersenyum manis, menatap lilin-lilin berwarna biru yang menyala redup, jumlahnya ada sembilan buah dan diatur setengah lingkaran, tampak begitu indah.
Andrea mengernyit ketika menelaah perasaannya. Rasa yang dirasakannya bukanlah rasa takut yang membuatnya mual dan sakit... rasa yang dirasakannya adalah kebahagiaan...hampir mendekati euforia mendadak... kenapa bisa begitu"
Sebelum Andrea bisa mendapatkan jawabannya, tiba-tiba saja sosok Christopher sudah ada di sana.Lelaki itu menatapnya dengan tatapan mata redup yang khas dan dalam, tatapan mata penuh kesedihan.
"Apakah kau mengerti apa artinya itu"" Christopher mengedikkan dagunya ke arah lilin-lilin itu, dan tiba-tiba saja Andrea merasa sesak napas.
......... Andrea langsung membuka matanya, menatap langit-langit dan begitu tegang. Napasnya terengah dan dia merasa gelisah. Mimpi lagi, mimpi tentang Christopher lagi..


Dating With The Dark Karya Shanty Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika dia menolehkan kepalanya, Andrea tersentak mendapati Christopher ada di sana. Lelaki itu duduk di kursi yang diseret mendekati ranjang, termenung di sana dan tampaknya sudah lama menatap Andrea yang tertidur. Matanya tampak tajam, menatap dalam. Lelaki itu sepertinya sudah lama duduk di sana mengawasi Andrea.
"Mimpi buruk"" suara Christopher terdengar serak...dan lembut. Andrea mengernyitkan keningnya, semua informasi yang diberikan kepadanya menunjukkan bahwa lelaki ini sedang menargetkannya untuk menjadi korban berikutnya, tetapi sekian lama Andrea dalam tahanannya dan lelaki ini tidak segera membunuhnya. Apakah yang direncanakan oleh Christopher sebenarnya"
Andrea mengangkat tubuhnya hingga duduk di atas ranjang, beringsut sejauh mungkin dari Christopher, membuat lelaki itu mengangkat alisnya dan menatap Andrea penuh arti, tetapi tidak mengatakan apa-apa.
"Mimpi apa"" Christopher bertanya lagi, dan hal itu membuat pipi Andrea merona. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa dia bermimpi mengalami perasaan euforia bersama Christopher bukan"
"Bukan apa-apa." Andrea merasakan keringat mengaliri dahinya, meskipun kamar ini berpendingin. Mimpi tadi rupanya telah sangat mempengaruhinya, entah kenapa.
Lilin berwarna biru itu...kenapa seolah-olah Andrea harus bisa mengingat apa maknanya" Dan apa hubungan ini semua dengan Christopher, lelaki itu pasti tahu sesuatu, pasti. Karena Andrea yakin bahwa Christopherlah yang telah meninggalkan tanda itu di mana-mana, di restoran waktu dia kencan makan malam dengan Eric, di dapurnya waktu dia diculik, dan di kamar ini ketika dia sadarkan diri pertama kali. Andrea harus bertanya kepadanya.
"Apakah arti lilin berwarna biru yang ditata seperti itu"" Andrea menyuarakan pemikirannya, menatap Christopher, setengah takut, setengah menantang. Lelaki itu seharusnya memberitahu Andrea apapun yang dia tahu. Andrea tidak akan berhenti bertanya sampai dia mendapatkan jawaban,
Christopher sendiri, tidak disangka malahan menatap Andrea dengan tatapan sedih.
"Kau tidak i ngat"" Andrea mengernyitkan keningnya. Ini hampir sama dengan mimpinya, Christopher menatapnya dengan tatapan sedih, membuat Andrea merasa bersalah, membuat Andrea merasa bahwa seharusnya dia tahu apa arti lilin-lilin itu.
"Aku mengalami amnesia, setelah kecelakaan itu." Mata Andrea menyipit, "Kecelakaan yang membunuh ayahku." Matanya menatap Christopher penuh tuduhan.
Tetapi rupanya lelaki itu tidak terpengaruh dengan tatapan mata Andrea, dia menatap perempuan itu datar,
"Amnesia. Yah, sayang sekali kau tidak bisa mengingatnya Andrea." Tiba-tiba jemari lelaki itu terulur, dan Andrea tidak bisa menghindar ketika lelaki itu meraih jemarinya dan mengangkatnya ke mulutnya, lalu mengecupnya lembut, "Kuharap kau bisa mengingatnya nanti."
"Aku tidak bisa mengingatnya karena aku amnesia" sela Andrea jengkel, "Katakan padaku apa arti lilin-lilin itu dan kenapa kau selalu menunjukkannya kepadaku" Apa maksudmu" Kau ingin menggangguku""
Christopher menatap Andrea tajam, "Aku hanya ingin kau mengingatnya."
"Aku tidak bisa mengingatnya!" Andrea setengah menjerit, menatap Christopher dengan frustrasi.
Dan kemudian, tanpa disangkanya, secepat kilat Christopher mendorong tubuh Andrea ke atas ranjang dan menindihnya. Napasnya begitu dekat dengan Andrea, bibirnya ada di depan bibirnya, hanya berjarak beberapa inci, membuat Andrea gugup dan gemetar, kedua tangannya ada di samping kepalanya, masing-masing ditahan oleh Christopher. Tubuh lelaki itu menguncinya, kakinya menekan kaki Andrea, membuatnya tidak bisa bergerak.
"Mungkin aku akan membantumu supaya kau ingat." Lalu lelaki itu menundukkan kepalanya dan mencium Andrea.
Ciumannya selalu terasa seperti ini. Andrea setengah meronta, tetapi tidak berdaya ketika Christopher melumat bibirnya penuh gairah. Christopher selalu menciumnya tanpa peringatan dan efek yang dirasakan oleh Andrea selalu sama, seluruh tubuhnya menggelenyar, rasanya seperti aliran listrik yang merayap dari ujung kepala ke ujung kakinya, membuatnya gemetar dan meremang.
Lidah lelaki itu agak memaksa, menguakkan bibir Andrea sehingga terbuka lalu menyeruak masuk dan menjelajah di sana, membagi panas dan gairahnya yang menggoda lidah Andrea. Andrea sibuk menolak sekaligus menahan gairahnya. Oh astaga, dia hanyalah perempuan yang tidak berpengalaman, apa dayanya menghadapi lelaki yang sangat ahli mencium ini"
Seluruh diri Andrea gemetar akan ciuman Christopher yang membakar, lelaki itu melumat bibirnya, benar-benar melumatnya, seakan sudah sekian lama dia menanti untuk melakukan hal ini, tidak ada satu jengkalpun bibir Andrea yang terlewat oleh cecapan lidah dan bibirnya, kadang Christopher menyesap ujung bibir Andrea, kadang memberikan kecupan-kecupan kecil yang menggoda, kadang langsung memagut bibir Andrea dengan gemas, dan kadang lidahnya memilin lidah Andrea, mengajarinya cara memuaskannya dan membalas ciumannya.
Andrea merasakan kepalanya pening dan dorongan gairah itu menghentaknya, datang dari sensai panas yang menyengat di pangkal pahanya, rasa yang tidak disangkanya akan muncul dari sana.
Oh Ya Ampun! Bagaimana mungkin Andrea bisa merasa bergairah atas cumbuan lelaki ini"
"Tidakkah kau ingat ini Andrea"" Christopher memiringkan kepalanya dan mendesah di telinga Andrea, lalu menggoda dengan memagut telinga Andrea, napasnya terasa hangat di sana, "Tidakkah kau ingat bibirku ini""
Apakah ini berarti Andrea pernah bernama Christopher sebelumnya" Apakah ini berarti Andrea pernah bercumbu dengan Christopher seperti ini sebelumnya"
Mungkinkah itu..." Tiba-tiba kelebat bayangan itu muncul begitu saja, dua tubuh yang menyatu. Sama-sama telanjang dan menyatu...dan itu adalah Andrea dan Christopher!
Andrea terkesiap dan berusaha meronta meskipun tangannya masih ada dalam cengkeraman Christopher, dia membelalakkan matanya ketakutan.
"Apa yang kau lakukan kepadaku" Apakah kau memberikan obat kepadaku dan membuatku berhalusinasi""
Christopher tersenyum tipis mendengarkan perkataan Andra,
"Berhalusinasi" Kenapa kau menuduhku seperti itu" Apakah kau tidak pernah berpikir bahwa halusinasimu itu adalah sebu
ah kenangan"" Andrea meringis. Kenangan" Bagaimana mungkin dia punya kenangan" Andrea tidak bisa mengingat, dia tidak bisa mengingat!
*** Sementara itu Eric menatap komputernya, semua data pemerintah tentang Mr. Demiris muncul di hadapannya. Lelaki itu datang ke negara ini satu tahun yang lalu, membawa nama besar perusahaannya yang membuat semua perusahaan berlomba-lomba untuk mendapatkan investasi darinya. Kemudian dia memilih bekerjasama dengan perusahaan milik Damian Marcuss.
Eric tidak pernah menghubungkan hal ini sebelumnya, dia berpikir adalah wajar, Mr. Demiris memilih bekerjasama dengan perusahaan yang dimiliki oleh taipan kaya asal Jerman yang akhirnya memilih menetap di negara ini bersama keluarganya itu. Perusahaan Damian adalah salah satu yang paling maju dan potensial dibanding saingannya di bidang sejenis. Eric hanya tidak pernah menyangka bahwa seluruh keputusan ini berhubungan dengan Andrea.
Seharusnya dia mengingatnya, Andrea-lah yang meng-golkan tender Mr. Demiris...seharusnya dia sadar bahwa semuanya berhubungan.
Eric mengernyitkan keningnya ketika membaca informasi itu, Mr. Demiris telah menyewa properti atas namanya, di sebuah kompleks perumahan mewah yang dijaga ketat... padahal setahu Eric, Mr. Demiris mempunyai rumah lain yang ditinggalinya selama berkunjung ke negara ini.
Memang tampaknya benang merahnya terlalu tipis, tetapi bagaimanapun juga, Ini patut untuk diselidiki, Eric akan segera mengkoordinasi orang-orang terbaiknya untuk mengawasi di sana, mencari keberadaan Andrea dan menangkap "Sang Pembunuh".
*** "Aku pernah mengecupmu di sini." Christopher meraih jemari Andrea dan mengecupnya lembut, membuat sekujur tubuh Andrea menggelenyar. "Dan juga di sini." Lelaki itu kemudian membalikkan telapak tangan Andrea, mengecup pergelangan tangannya dan kemudian bibirnya merambat naik, ke bagian dalam siku Andrea, dan sekali lagi menghadiahinya dengan kecupan lembut.
Andrea mengernyit, dia berusaha meronta, tetapi Christopher masih menahannya dengan tubuhnya, tangannya yang sebelah juga masih di cengkeram oleh lelaki itu sehingga seluruh usaha Andrea tidak ada gunanya.
"Jangan meronta Andrea, aku tidak mau menyakitimu." Chistopher berbisik dengan suara rendah, membuat Andrea menahan gerakannya, gemetar.
"Jangan sentuh aku." Andrea bergumam sambil mengernyit, "Kau tidak boleh melakukannya."
"Siapa bilang"" Christopher mengecup dagu dan rahang Andrea dengan menggoda, suaranya misterius, tatapannya menggoda, "Aku bisa melakukan apapun yang aku mau padamu, Andrea." Bibir Christopher mulai menyentuh bibir Andrea, napasnya terasa hangat, dan Andrea tahu bahwa Christopher akan menciumnya dalam sedetik....
Kemudian tiba-tiba pintu kamarnya diketuk, membuat tubuh Christopher menegang. Matanya berkilat marah dan bibirnya membeku hanya satu inci dari bibir Andrea.
Dia menarik kepalanya dan menatap ke pintu dengan geram, merasa tidak senang atas gangguan yang tidak menyenangkan di saat yang tidak tepat itu,
"Siapa itu""
Jawaban dari pertanyaan itu berasal dari Sebuah suara yang mengejutkan membuat Andrea mengernyitkan keningnya dan mendesah karena terkejut, merasa mengenali suara itu.
"Ini aku. Ada hal penting yang ingin kukatakan."
Christopher yang mendengar suara Sharon, tak kalah terkejutnya, tidak menyangka bahwa Sharon akan seberani itu mengambil resiko untuk membuka kedok penyamarannya sendiri di depan Andrea.
Dan yang paling membuat Christopher geram adalah karena Sharon begitu beraninya mengganggu saat-saat pribadinya bersama Andrea. Perempuan itu mulai menjadi pengganggu dalam rencananya, bahkan Christopher mulai merasa menyesal karena melibatkan Sharon dalam rencananya untuk Andrea. Selama ini Christopher masih menoleransi Sharon karena masih menghormati mendiang kakaknya yang merupakan sahabat Christopher. Tetapi rupanya sekarang Christopher harus bertindak tegas.
"Siapa itu"" Andrea bergumam bingung, lalu ketika dia benar-benar yakin akan pendengarannya, dia mengalihkan tatapannya dari pintu ke arah Christopher dengan bingung, "Siapa itu"" ulangnya bingung. Astaga &suara itu mir
ip suara Sharon! Christopher menatap Andrea datar, "Aku harus pergi, nanti kita akan melanjutkan ini, Andrea." Suaranya penuh peringatan.
Kemudian dengan gusar, Christopher bangkit dan melepaskan tindihannya dari tubuh Andrea, lalu berdiri dan tanpa kata maupun penjelasan kepada Andrea, lelaki itu melangkah meuju pintu dan keluar dari kamar itu.
Andrea langsung terduduk, menatap ke arah pintu tempat Christopher pergi. Lelaki itu tidak menjawab perkataannya, mungkinkah itu tadi suara Sharon" Tapi bagaimana mungkin" Mungkin itu hanyalah salah satu pegawai Christopher yang suaranya mirip dengan Sharon.
Andrea menghela napas panjang, berusaha mengusir pikiran-pikiran aneh yang menghantuinya.
Dating With The Dark Bab 11
"Kenapa kau menggangguku, Sharon"" Christopher menatap marah ke arah Sharon yang sekarang berdiri di depannya, masih berpenampilan seksi, kali ini berpakaian serba hitam, rok mini hitam yang pendek dan atasan ketat senada. Perempuan ini bebas keluar masuk rumah Christopher karena seluruh penjaga mengira dia adalah orang kepercayaan Christopher. Tetapi mulai saat ini Christopher memutuskan bahwa Sharon hanya boleh masuk tanpa seizinnya, perempuan ini telah berani melanggar teritorial pribadinya dan mengganggunya.
Sharon sendiri menatap Christopher dengan tatapan mata merayu, dia tidak peduli dengan kegusaran di mata Christopher. Ketika dia datang tadi, salah seorang pengawal mengatakan bahwa Christopher sedang berada di kamar tempat dia menyekap Andrea. Perasaan cemburu langsung membakarnya, membuat kepalanya panas dan hampir gila ketika membayangkan apa yang dilakukan Christopher berduaan saja dengan Andrea di kamar.
Dia tidak boleh membiarkan mereka berdua berasyik masyuk di dalam kamar! Dia tidak akan membiarkan itu terjadi. Christopher adalah miliknya dan Andrea harus menyingkir jauh-jauh. Dan kalau rencananya berhasil, sebentar lagi Andrea akan terpisah jauh dari Christopher.
"Aku tidak ingin kau bersama perempuan itu di dalam." Sharon memajukan dagunya berani, "Kenapa kau menyibukkan dirimu dengannya Christopher, dia perempuan tidak tahu terima kasih, seharusnya kau membunuhnya saja. Tidakkah kau lebih memilih bersamaku" Aku akan memberikan segalanya untukmu, Christopher."
Christopher langsung meradang melihat betapa tidak tahu dirinya Sharon. Dia menatap Sharon dengan pandangan jijik, memundurkan tubuhnya seolah perempuan itu adalah wabah,
"Aku tidak pernah punya pikiran sedikitpun untuk membuang waktuku bersamamu, Sharon. Seharusnya kau sadar ketika aku mengungkapkan hal itu dengan halus, tetapi rupanya isyarat halus tidak berguna bagimu dan aku harus memperlakukanmu dengan lebih kasar, maafkan aku harus mengatakan ini, tetapi kau harus berhenti bersikap menjijikkan dan menggangguku."
Kata-kata kasar Christopher langsung membuat Sharon pucat pasi, dia membelalakkan mata, luka yang dalam tampak di sana, tetapi kemudian Sharon berhasil menguasai diri, dia malahan mendekati Christopher dan menyentuh lengan lelaki itu dengan menggoda,
"Christopher, jangan menipu dirimu seperti ini, aku tahu beberapa kali kau melirik bagian tubuhku yang seksi ini, aku tahu kau seorang lelaki yang penuh gairah, dan mengingat sekian lama kau tidak melakukannya, kau butuh pelampiasan, dan aku ada disini, sangat bersedia menjadi pelampiasanmu."
Christopher menepiskan jemari Sharon dari lengannya, dan ketika perempuan itu terus mendekatkan tubuhnya, Christopher mencekal dagu Sharon dan merentangkan tangannya, mendorong perempuan itu menjauh serentangan tangan dengan jarinya masih mencengkeram dagu Sharon,
"Aku bukanlah hewan..." desis Christopher, "Yang melakukan seks hanya untuk melampiaskan birahinya. Dan meskipun aku sedang bergairah..." tatapan Christopher menelusuri tubuh Sharon dengan melecehkan, "Kau sudah jelas bukanlah perempuan yang kubayangkan untuk memuaskannya."
Dengan kasar Christopher melepaskan dagu Sharon dan melangkah mundur, tatapannya penuh ancaman.
"Menjauhlah Sharon, sebelum aku melakukan sesuatu yang akan membuatmu menyesal karena menggangguku." Christopher tidak main-main dengan perkat
aannya, dia akan membunuh Sharon kalau itu diperlukan. Dan kemudian, setelah melemparkan pandangan jijik sekali lagi kepada Sharon, Christopher membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi.
*** Sharon mengelus dagunya yang memerah karena cengkeraman Christopher dengan marah, matanya membara karena sakit hati, dan benaknya dipenuhi kebencian kepada Andrea. Christopher telah menolaknya dengan kasar, tetapi Sharon tidak akan menyerah, dia yakin bahwa di dalam lubuk hatinya Christopher tertarik kepadanya, lelaki itu hanya sedang teralihkan perhatiannya karena kehadiran Andrea.
Andrea... Dengan penuh kebencian, Sharon menatap ke arah pintu besar yang terkunci, tempat Andrea terkurung di dalamnya. Andrea adalah pengganggu. Satu-satunya halangan bagi Sharon untuk memiliki Christopher. Dan Andrea harus dilenyapkan!
*** "Saya mulai kuatir dengan keberadaan nona Sharon yang terlalu dekat." Richard melirik ke arah layar-layar monitor yang menampilkan gambar-gambar dari kamera pengawas di rumah besar ini. Di salah satu layar tampak gambar di mana Sharon masih berdiri dengan seluruh tubuh menegang di depan pintu kamar Christopher, menatap penuh kebencian ke arah sana.
Christopher juga menatap ke arah layar itu dan mengedikkan bahunya,
"Aku sudah berusaha menyadarkannya bahwa obsesinya kepadaku adalah harapan yang sia-sia, tetapi rupanya dia terlalu bebal untuk menerima kenyataan."
Richard menganggukkan kepalanya dan menatap tuannya cemas, "Dia bisa membahayakan seluruh rencana."
"Maka suruh orang untuk mengawasinya, jangan sampai dia berencana sesuatu yang tidak kita ketahui."
Richard menatap setuju, "Saya akan mengawasinya, saya berfirasat bahwa dia mempunyai rencana tidak baik."
Kemudian, di tengah keheningan yang tercipta di antara Christopher dan Richard, suara telepon di meja itu berbunyi. Hanya orang-orang tertentu yang mengetahui nomor telepon itu, dan hanya berita pentinglah yang boleh di sampaikan melalui telepon itu.
"Ya." Christopher menjawab telepon itu dengan singkat dan waspada.
"Tuan Christopher."
Itu suara Katrin, salah satu anak buah Christopher, ahli menyamar dan memang sudah disiapkan sejak dini untuk menyusup ke agen pemerintah. Tidak pernah ada yang bisa menduga, bahwa Katrin adalah agen ganda, dan perempuan inilah yang menjadi kunci penting langkah Christopher sehingga bisa lebih maju daripada Eric.
"Apakah saluran yang kau pakai aman"" Christopher masih waspada.
"Aman, Tuan." Suara Katrin merendah, "Saya rasa tuan harus bergerak sekarang, Eric malam ini mengadakan rapat koordinasi mendadak dengan semua agen, saya rasa dia telah mendapatkan petunjuk yang menghubungkan Mr. Demiris dengan Andrea, dia memerintahkan pengawasan atas semua properti yang disewa atas nama Mr. Demiris, yang saya tahu, tempat anda sekarang masuk di dalam list yang Eric bicarakan."
Christopher mengernyitkan keningnya. Kenapa Eric bisa menghubungkan semuanya secepat itu" Dia pikir lelaki itu akan membutuhkan waktu lama untuk menghubungkan benang merahnya. Entah ini semua karena Eric tidak sebodoh yang Christopher pikirkan, atau karena ada pengkhianat di lingkup dalam Christopher...mata Christopher menyipit, mungkin saja firasat Richard benar, bahwa Sharon benar-benar telah melakukan sesuatu yang buruk.
"Ok. Siap. Terima kasih Katrin." Lalu dia menutup teleponnya dan menatap Richard yang masih di sana, menatapnya ingin tahu.
"Keadaan darurat, jalankan rencana pembersihan." Gumam Christopher tenang, yang ditanggapi dengan anggukan kepala Richard.
*** Di seberang sana, setelah menutup telepon, Katrin menghela napas panjang dan menatap ke arah ke kantor tempat Eric mengadakan rapat penting bersama semua agennya, dia tadi pamit dengan segera untuk meninggalkan meeting. Tidak ada satu agenpun yang curiga karena dia pergi keluar mendadak di tengah meeting, malahan semua agen tampak mencemaskannya dan menyuruhnya pulang dengan segera. Katrin memang telah menggunakan kepandaian beraktingnya untuk berpura-pura sakit dan izin meninggalkan meeting itu di tengah-tengah di saat yang dia perkirakan sudah cukup untuk mendapatkan infor
masi yang dibutuhkan. Rupanya aktingnya berhasil, Katrin tersenyum mengingat ekspresi cemas di wajah teman-teman agennya, dan terutama di wajah Eric. Katrin senang Eric mencemaskannya.
Ketika Eric memulai rapat rahasia itu dan membeberkan seluruh informasi yang didapatkannya, Karin benar-benar terkejut dan bertanya-tanya bagaimana bisa Eric menemukan benang merah untuk mencari keberadaan Christopher.
Dia sudah mengawasi Eric dan memastikan semuanya, seharusnya tidak ada yang terlewat olehnya &
Tetapi sekarang sudah terlanjur terjadi. Katrin tahu dia harus memperingatkan Christopher, atasannya. Katrin tentu saja sangat setia kepada atasannya itu, karena meskipun kejam, Christopher selalu berlaku baik kepada semua anak buahnya. Meskipun sekarang kesetiaan Katrin sedikit ternoda oleh perasaan pribadinya yang bertumbuh begitu saja kepada Eric.
Tetapi tidak masalah, bukankah dengan melakukan ini dia bisa melakukan yang dikatakan pepatah, sambil berenang minum air" Christopher bisa mendapatkan Andrea sesuai keinginannya, dan dengan begitu, akan memuluskan rencananya untuk &mendapatkan Eric.
Benaknya tiba-tiba saja membayangkan wajah Eric dan kekecewaan yang akan terpatri di sana ketika dia datang dan menemukan bahwa dia sudah terlambat. Eric pasti akan kecewa...tetapi mungkin hal itulah yang harus dialami oleh Eric.
Katrin tidak mau Eric menemukan Andrea, dia tidak mau Eric berada di dekat Andrea lagi. Selama ini perasaannya telah terpendam begitu lama, mencintai atasannya itu diam-diam, menahankan sakitnya ketika menyadari bahwa Eric mulai melibatkan perasaannya dalam misinya menyangkut Andrea.Katrin telah lama diam, tetapi sekarang dia tidak mau diam begitu saja. Andrea tidak boleh berada di dekat Eric. Andrea punya tempatnya sendiri, dan itu semua ada di bawah kekuasaan Tuan Christopher.
*** "Andrea." Christopher setengah berbisik, sedikit mengguncang bahu Andrea yang tertidur, "Bangun Andrea."
Andrea membuka matanya, membutuhkan waktu sejenak untuk mengumpulkan kesadarannya, dan ketika kesadarannya kembali dia terkesiap kaget mendapati Christopher membungkuk di depannya berselubung bayangan gelap yang membuatnya tampak seperti siluet yang menakutkan.
Dia hampir menjerit, tetapi Christopher menempatkan jemarinya di bibir Andrea,
"Stt..." Suaranya tajam, tegas dan tak terbantahkan, "Diam, jangan bersuara, kau akan ikut aku."
"Aku tidak mau." Andrea memekik, membuat Christopher langsung membekap mulutnya. Tetapi hal itu malahan membuat Andrea meronta-ronta, berusaha mengeluarkan suara jeritan protes. Dia tidak mau mengikuti kemauan lelaki ini, dia ingin pulang! Dia ingin lepas dari semua kepelikan ini dan kembali ke dalam kehidupan biasanya yang nyaman. Hidup tenangnya tanpa ada Christopher Agnelli di dalamnya!
Christopher sendiri merengut gusar karena Andrea terus menerus bergerak melawannya, dia menolehkan kepalanya ke arah Richard yang dia tahu ada di sana, berdiri dalam kegelapan menatapnya,
"Richard." Christopher mengucapkan isyarat tanpa kata ke arah Richard, pelayan setianya itu langsung mendekat.
Sedetik kemudian, dengan ahli, Christopher menyentuh saraf di titik penting Andrea, membuatnya pingsan, tubuhnya langsung jatuh lemas, tenggelam dalam ketidaksadaran.
Christopher setengah menopang tubuh Andrea, lalu menatap Rochard yang berdiri di dekatnya.
"Siapkan dia. Aku sendiri akan bersiap-siap, ingat, tidak boleh ada seorangpun yang tahu tentang recana ini, kita harus sangat berhati-hati."
Salah seorang anak buahnya yang disusupkan ke dalam kantor tempat Eric bekerja telah memberikan informasi rahasia barusan, bahwa Eric mulai mencurigai motivasi Mr. Demiris menjalin kerjasama dengan perusahaan yang kebetulan merupakan tempat Andrea bekerja. Dan saat ini dari hasil pencariannya, Eric telah berangkat bersama agen-agen paling kuatnya untuk datang dan mengawasi rumah ini.
Sebelum itu terjadi, Christopher harus membawa Andrea pergi dari rumah ini.
Sebelum pergi, Christopher menekan nomor Demiris, Meskipun pertemanan mereka bisa dikapatan sangat kompleks, lelaki itu adalah mentor sekaligus temannya yan
g setia, dan Christopher akan selalu bisa mengandalkannya dalam kondisi seperti ini.
"Ada apa Christopher"" Demiris mengangkat teleponnya, suaranya serak, seperti baru saja terbangun dari tidurnya.
"Aku membutuhkan bantuanmu lagi, Demiris." Christopher mengucapkan serangkaian instruksi. Setelah selesai, dia menutup percakapan dan senyum tipis terkembang di bibirnya, membayangkan betapa gusarnya Eric nanti ketika Lelaki itu datang ke rumah ini dan menyadari bahwa Christopher sudah selangkah lebih maju.
*** Romeo menerima telepon mendadak dari Christopher barusan dan setuju untuk menyiapkan semuanya meskipun lebih cepat satu hari dari yang direncanakan. Dia menutup teleponnya dan mulai menghubungi nomor yang sangat dihapalnya.
"Romeo." Suara di seberang sana terdengar dalam, suara yang sangat dikenal oleh Romeo.
"Paman Rafael. Maafkan saya menelepon selarut ini." Romeo merasa tidak enak, pasti dia telah mengganggu istirahat malam paman Rafael dan isterinya, tetapi dia harus melakukan pemberitahuan supaya tidak ada kesalahpahaman ke depannya, "Tamu saya membutuhkan pulau itu sekarang, untuk ditempati malam ini."
"Oke. Lakukan saja Romeo, pulau itu bebas digunakan selama musim ini, aku dan Elena belum berencana mengunjunginya lagi."
"Terima kasih paman." Setelah mengucapkan salam dan sedikit berbasa-basi, Romeo menutup pembicaraan, kemudian dia tercenung. Memikirkan tentang paman Rafael, sahabat ayahnya yang sangat baik hati itu.
Romeo mengernyit ketika bayangan akan tragedi yang menimpa keluarga Alexander terbersit di benaknya, dia sangat mengagumi kekuatan cinta Paman Rafael dan isterinya Elena sesudahnya yang mampu bergandengan tangan dengan kuat, dan menghadapi seluruh cobaan yang menguras emosi itu. Kalau saja Romeo yang berada di posisi paman Rafael, dia pasti tidak akan kuat...
Tiba-tiba saja seberkas pengetahuan melesat dan menusuk ingatan Romeo. Jantungnya langsung berdebar.
Oh Astaga...sepertinya dia telah menemukan jawaban dari rasa penasarannya selama ini.
Romeo menyentuh dagunya dengan dahi berkerut, berpikir dalam,
Tetapi apakah itu mungkin" Bukankah itu terlalu kebetulan"
*** Mereka keluar dari rumah itu dalam kegelapan, dalam mobil hitam yang tidak kentara. Suarana sekitar perumahan mewah itu masih lengang. Christopher sendiri memangku Andrea yang masih pingsan dengan kepala di pangkuannya. Richard ada di kursi depan, duduk di sebelah supir.
Jemari Christopher mengelus dahi Andrea dengan lembut, kemudian menundukkan kepalanya dan mengecup dahi Andrea pelan. Sebentar lagi mereka tidak akan hidup dalam pelarian lagi. Hanya tinggal sebentar lagi, setelah semua dokumen siap dan Christopher bisa meninggalkan negara ini dan kembali ke italia.
Mobil-mobil lain yang juga berwarna hitam bergabung dari segala penjuru jalan, mobil-mobil itu dikendarai oleh pengawal dan orang-orang kepercayaan Christopher, meskipun begitu mereka tetap menjaga jarak agar iring-iringan mobil mereka tidak kentara.
Malam yang pekat dan jalanan yang sepi memudahkan perjalanan menuju bandara, ketika mobil berhenti, Richard melangkah keluar duluan dari mobil dan mengambil kursi roda lipat di bagasi, Christopher kemudian keluar, dan meletakkan Andrea dari gendongannya ke atas kursi roda, tubuh Andrea terkulai di sana, dan kemudian tanpa kata, Christopher mendorong Andrea memasuki lobby bandara diikuti oleh Richard dan orang-orangnya.
Mereka memasuki pintu samping, untuk area jet pribadi yang sudah menunggu di sana.
Di dekat landasan, Romeo telah menunggu, lelaki itu memakai mantel hitam yang tebal, karena angin begitu kencang berhembus, menggerakkan helaian-helaian rambutnya yang kecoklatan.
Lelaki itu melirik ke arah Andrea dan menatap Christopher, "Pesawat sudah menunggu, aku sudah mencoba membuat semuanya serahasia mungkin sehingga tidak terlacak."
"Terima kasih." Christopher menganggukkan kepalanya, "Kami akan berangkat sekarang."
Mata Romeo tidak pernah lepas dari Andrea, "Kapan kau berencana berangkat ke Italia""
"Segera setelah seluruh dokumen beres, aku sudah membuatnya lebih cepat dari yang direncanakan, mung
kin dalam dua minggu lagi atau kurang."
Romeo menarik napas panjang, "Aku harap aku bisa bertemu denganmu sebelumnya, ada yang ingin aku bicarakan, menyangkut Andrea."
Mata Christopher langsung menyambar Romeo dengan waspada. Dua lelaki tampan itu saling bertatapan dalam kediaman yang penuh makna. Sampai akhirnya Christopher mengangkat bahunya,
"Silahkan Romeo." Dia menepuk pundak sahabatnya itu, "Terima kasih atas bantuanmu, gerakanku agak terbatas di negara ini karena aku begitu berbeda dan mencolok di antara semuanya. Nanti kalau sudah di Italia, aku akan lebih leluasa karena berada di daerah kekuasaanku sendiri." Matanya menatap serius ke arah Romeo, "Kapanpun kau nanti ke italia, kau bisa mencariku."
Romeo terkekeh mendengar kata-kata Christopher, dia mengangkat alisnya penuh arti,
"Tetapi bagaimanapun juga, kau sudah terikat dengan negara ini, Christopher." Gumamnya dalam tawa, menyimpan makna yang mendalam.
*** Aroma wangi yang khas, membuat Andrea menggeliatkan tubuhnya, dia mengerjapkan matanya dan entah kenapa seluruh badannya terasa sakit, seperti habis melakukan perjalanan panjang.
Dia berada di atas ranjang...ingatan Andrea berusaha menelaah dan kemudian dia teringat betapa dia telah bergulat di atas ranjang mencoba melawan kehendak Christopher yang ingin membawanya ke suatu tempat. Dia ingat bahwa Christopher membekap mulutnya, tetapi setelah itu Andrea tidak ingat apa-apa lagi.
Jemarinya bergerak mengusap sprei di bawah tubuhnya dan Andrea menyadari bahwa kain sprei ini berbeda dengan yang bisanya. Andrea terkesiap dan membelalakkan matanya, mencoba menembus kegelapan yang melingkupi ruangan ini.
Ini bukan kamar tempat dia ditempatkan sebelumnya, ini kamar yang berbeda! Andrea terduduk dan menatap sekeliling, segera setelah matanya beradaptasi dengan kegelapan, dia bisa menatap sekeliling yang remang-remang.
Dia ada di mana lagi sekarang"
Andrea mulai panik, dia bangkit dari ranjang, samar-samar mendengar suara aneh di kejauhan, suara deburan ombak....
Suara deburan ombak" Berarti Andrea ada di tepi pantai" Dekat dengan lautan"
Tiba-tiba saja terdengar suara klik pintu yang terbuka, Andrea terlompat kembali ke ranjang, menarik selimut sampai ke bahunya dan berbaring dengan tegang, berpura-pura tidur.
Napasnya terengah, tetapi Andrea berusaha mengaturnya agar terdengar teratur. Dia memutuskan untuk berpura-pura tidur dulu agar bisa mengukur keadaan.
Pintu terbuka dan kemudian terdengar ditutup lagi dan dikunci. Langkah-langkah yang tenang mendekati ranjang, kemudian ranjang bergerak karena sosok itu duduk di tepinya, di dekat Andrea.
Apakah itu Christopher Agnelli"
Tanpa bisa ditahan, jantung Andrea mulai berdebar, dia ingin menahan debaran jantungnya itu, tetapi Andrea tidak bisa mengontrolnya, yang bisa dilakukannya hanyalah berdoa supaya sosok itu siapapun dia tidak menyadari bahwa Andrea sudah terjaga.
Jemari yang panjang dan kuat, tiba-tiba menelusuri pipi Andrea, begitu lembut, seperti perlakukan kepada sang kekasih. Tiba-tiba saja Andrea merasa nyaman, semakin nyaman ketika jemari itu mengusap dahinya, membelainya dengan penuh kasih sayang. Dia benar-benar menjadi rileks, debaran jantungnya merada berganti menjadi perasaan familiar yang menyenangkan...perasaan disayang dan dicintai.
Kemudian bibir yang hangat mengecup pipinya, lembut dan penuh sayang. Aroma jantan yang khas, kayu-kayuan bercampur dengan musk melingkupinya, dan sosok itu berbisik lembut,
"Andrea..." Debaran di dada Andrea kembali lagi mendengar suara itu, Itu adalah suara Christopher Agnelli. Dipenuhi oleh kerinduan yang mendalam berbalur dengan kesedihan yang tersembunyi. Kesedihan seorang kekasih yang telah sekian lama menahan rindu dan kesepian.
*** Eric mengawasi rumah mewah yang tampak lengang itu, sepertinya tidak ada sesuatupun yang aneh di sana, dia mengernyitkan keningnya. Tetapi dia berfirasat bahwa ada sesuatu di sini, dan frasatnya kadang kala tidak bisa disepelekan.
Sudah hampir empat jam, dari jam empat pagi dia mengawasi, dan dia mulai merasa lelah. Tetapi kemudian, duduknya tegak dan waspada
, begitupun agen-agen yang berada di mobil lain yang diparkir di sisi lain dengan tak kentara. Dilihatnya sebuah mobil mewah berwarna hitam meluncur memasuki gerbang rumah itu. Mobil mewah itu tak sendiri, di belakangnya ada serombongan mobil lain yang mengikuti pelan.
Sepertinya itu Mr. Demiris, lelaki itu memang terkenal suka membawa banyak pengawal kemana-mana. Sepertinya di usianya yang semakin tua, Mr. Demiris mulai paranoid dengan keselamatan hidupnya.
Tanpa sadar Eric mencibir, buat apa hidup kaya kalau kemudian hanya dikejar oleh ketakutan"
Mobil itu memasuki gerbang diikuti mobil pengawalnya, lalu pintu gerbang tertutup dan suasana menjadi hening. Eric menunggu lama, tetapi kemudian dia memutuskan, mereka tak bisa menunggu terus-terusan seperti ini, mereka harus berbuat sesuatu.
Dia menelepon atasannya, mengkonfirmasikan persetujuan untuk mengunjungi Mr. Demiris dengan berbagai alasan. Mr. Demiris adalah warga negara asing, tindakan apapun yang sekiranya menyinggung dan tidak terbukti, bisa menimbulkan permasalahan internasional pada akhirnya. Eric harus benar-benar berhat-hati dalam melangkah. Atasannya pada akhirnya menyetujui langkah Eric, hal itu membuat Eric menghela napas lega.
Setelah menutup teleponnya, Eric menoleh kepada Katrin yang dari tadi duduk di sebelahnya di dalam mobil itu.
"Bagaimana keadaanmu, Katrin" Sakitmu sudah baikan"" Eric teringat Katrin tampak begitu sakit ketika izin untuk meninggalkan rapat penting mereka kemarin, "Seharusnya kau tidak perlu masuk."
"Aku sudah baikan, sudah minum obat." Katrin tersenyum, dia diinstruksikan untuk selalu mengawasi Eric, jadi pagi-pagi sekali dia datang dan memaksa Eric untuk ikut mengawasi, semula lelaki itu menolak mentah-mentah dan menyuruh Katrin untuk pulang dan beristirahat, tetapi untunglah Katrin berhasil meyakinkan lelaki itu bahwa dia sudah baikan.
"Lain kali jangan memaksakan dirimu, Oke" Kondisi tubuh kita yang paling penting, apalagi sebagai seorang agen kita harus siap sedia untuk menghadapi apapun yang mungkin terjadi." Eric tersenyum, dia sudah beberapa lama bersama Katrin yang menjadi anak buahnya, meskipun bertubuh mungkil dan wajahnya terlalu cantik, Katrin ternyata merupakan salah satu anak buahnya yang paling kompeten dalam melaksanakan tugas. Pekerjaan mereka sudah membuat mereka begitu dekat, Eric menyayangi Katrin tentu saja, perempuan itu sudah seperti adiknya sendiri.
Di lain pihak, Katrin merasa dadanya mengembang hangat penuh rasa bahagia akibat perhatian dan kelembutan yang diberikan Eric kepadanya, benaknya berkelana membayangkan, seandainya Eric menjadi kekasihnya, dia tentu akan dihujani dengan lebih banyak perhatian dan kelembutan.
Karin menghela napas panjang, matanya bersinar penuh tekad. Semua hal dalam benaknya itu, membuatnya semakin bertekad untuk menjauhkan Eric dari segala sesuatu yang berhubungan dengan Andrea.
Eric sendiri masih mengawasi rumah besar itu beberapa lama, lalu dia mengambil keputusan,
"Oke. Sepertinya sudah saatnya. Kita akan mengunjungi Mr. Demiris sekarang."
Tanpa menanti tanggapan Katrin, Eric melajukan mobilnya dan mendekati pintu gerbang yang tinggi itu, di depan sana ada dua orang berpakaian khas pengawal Mr. Demiris, jas hitam dan wajah datar tanpa emosi.
"Ada yang bisa saya bantu"" salah seorang pengawal sedikit menundukkan tubuhnya dan mengawasi Eric yang membuka jendela mobilnya dan duduk di balik kemudi.
Eric menunjukkan lencana agen pemerintahnya dan menatap pengawal itu dengan tatapan tegas.
"Aku tahu tuanmu ada di sini. Ini urusan pemerintahan. Katakan aku ingin bertemu dengannya."
Pengawal itu terdiam lama dan mengawasi Eric dalam-dalam, kemudian dia melempar pandang kepada rekannya yang langsung menelepon untuk menghubungi bagian dalam rumah. Sejenak kemudian, pengawal itu menganggukkan kepala kepada rekan pengawalnya, lelaki itu langsung bergerak memencet tombol, dan pintu gerbang itupun terbukalah. Eric melajukan mobilnya memasuki rumah mewah itu.
*** "Tidak saya sangkaakan menerima tamu di sini, ada apa gerangan"" Mr. Demiris, lelaki tua dengan rambut yang s
udah berwarna putih itu melangkah menuruni tangga dan menyambut Eric yang berdiri waspada bersebelahan dengan Katrin yang mendampinginya.
"Saya hanya melakukan pengecekan seperti biasa, Mr. Demiris." Eric berusaha tampak datar, mengimbangi sikap ramah Mr. Demiris. Lelaki ini tampak santai dan tidak menyembunyikan sesuatu, apakah firasat Eric yang salah"
"Saya belum berkenalan dengan anda." Mr. Demiris tampak fasih berbahasa indonesia meskipun logatnya terdengar sedikit aneh, lelaki itu mengelurkan tangannya kepada Eric yang langsung dibalas Eric dengan tegas,
"Saya Eric, dan ini rekan saya, Katrin." Eric mengedikkan bahunya ke arah Katrin yang berdiri diam sambil melipat tangannya, "Seperti yang saya katakan tadi, saya adalah agen pemerintah yang khusus mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan pertahanan negara, menyangkut hubungan luar negeri." Eric menatap Mr. Demiris dalam-dalam, "Saya hanya melakukan pengecekan rutin."
Mr. Demris mengangkat alisnya, "Pengecekan tentang apa""
"Kami biasanya mendata properti setiap warga asing di negara ini secara berkala. Kami menemukan kejanggalan bahwa anda menyewa dua rumah besar secara bersamaan dan hanya menempati salah satunya, agen saya melapor bahwa rumah yang ini tidak dilaporkan sebagai kediaman tetap anda, anda menempati rumah lainnya di lokasi yang lain."
Mr. Demiris tiba-tiba saja terkekeh, membuat Eric menatap bingung dan jengkel atas reaksi tak terduga dari lelaki ini,
"Maafkan saya, bukan maksud saya tertawa." Mr. Demiris masih saja tersenyum lebar, "Saya hanya sedikit kagum betapa rincinya penelitian yang kalian lakukan kepada saya." Lelaki itu lalu menatap ke arah salah seorang pengawalnya yang berdiri di dekat tangga, "Panggilkan Calista kemari, biarkan kami menjawab pertanyaan tuan Eric ini. Sehingga dia tidak bertanya-tanya lagi."
Pengawal itu mengangguk dan melangkah menaiki tangga, menghilang di ujung atas, sementara itu Eric mengerutkan keningnya, Calista" Siapa yang dimaksud dengan Calista"
*** "Aku tahu kau sudah bangun." Suara Christopher dalam, sedikit geli, membuat Andrea terkesiap dan tiba-tiba merasa malu karena ketahuan. Pipinya merona merah, untunglah mereka berada di kegelapan sehingga Christopher tidak akan bisa melihat Andrea merona.
Dengan pelan Andrea membuka matanya, menemukan sosok lelaki tampan itu duduk di tepi ranjangnya. Ruangan ini gelap, dan Andrea masih sedikit pusing karena tertidur entah berapa lama. Tetapi dalam kegelapan itupun dia menyadari betapa bayang-bayang bukannya membuat sosok Christopher menjadi menakutkan melainkan malah mempertegas garis wajahnya menjadi begitu tampan.
Christopher lelaki yang sangat tampan tentu saja, meskipun gelap, Andrea bisa membayangkan lelaki itu sedang menatapnya dengan mata cokelatnya yang dalam. Tiba-tiba benaknya berkelana mengingat perasaan terpesonanya ketika pertama kali bertemu dengan Christopher di jalanan yang gelap itu, saat lelaki itu menyelamatkannya dari gangguan para berandalan. Saat itu Andrea terpesona, pun ketika dia menemukan Christopher adalah pengawal Mr. Demiris...dan sampai saat makan malam mereka yang menyenangkan, Andrea masih terpesona.
Tiba-tiba benaknya bertanya-tanya. Seandainya saja keadaan berbeda, seandainya saja Christopher bukanlah pembunuh menakutkan yang diyakininya dikirim untuk membunuh ayahnya dan dirinya, bisakah Andrea jatuh cinta kepada Christopher"
Andrea memejamkan matanya atas pengetahuan yang mendalam yang diakui oleh hatinya, tetapi ditolak oleh otaknya.
Ya...Dia bisa mencintai lelaki ini, seandainya keadaan berbeda...
Perasaan itu menakutkannya, membuat Andrea beringsut menjauh dari tepi ranjang dan menatap Christopher dengan waspada,
"Apakah kau akan memaksakan kehendakmu kepadaku"" Mata Andrea berputar ke sekeliling ruangan, mencari jalan menyelamatkan diri, atau setidaknya mencari alat perlindungan yang mungkin bisa digunakan untuk melindungi dirinya dari pemaksaan kehendak yang mungkin akan dilakukan oleh Chrsitopher.
Sementara itu Christopher hanya diam, ketika dia berbicara suaranya terdengar geli,
"Apakah kau ingin aku melaku
kannya"" "Tidak! Tentu saja Tidak!" Andrea langsung berteriak waspada, ketakutan. Lelaki ini tampaknya kejam dan suka bermain-main dengan korbannya sebelum melahapnya, Andrea harus berhati-hati.
"Percuma melawan Andrea, kau bahkan sudah menjadi milikku tanpa kau menyadarinya." Christopher menegakkan punggungnya dengan tegas, "Dan aku akan membuatmu menyadarinya, sekarang, di sini, tidak akan ada lagi yang bisa menghentikanku." Christopher mendekat, membuat Andrea panik. Tetapi kemudian ponsel di saku lelaki itu berbunyi, membuat wajahnya mengerut marah karena terganggu, ekspresinya berubah ketika melihat siapa yang menelepon,
"Ya"" diangkatnya telepon itu, menunggu kabar yang sudah di antisipasinya.
Dating With The Dark Bab 12
Pertanyaan Eric terjawab ketika sosok perempuan muda, mungkin seusia Eric dengan pakaian yang sangat seksi turun dari tangga, langkahnya gemulai, dan dia melemparkan senyum genit ketika melihat Eric. Tanpa dinyana, perempuan itu mendekat ke arah Mr. Demiris dan menggelayut manja di lengannya,
"Siapa yang mengganggu istirahat siang kita sayang"" bibir indah perempuan itu yang memakai lipstick menggoda sehingga tampak basah dan berkilauan sedikit cemberut, matanya melirik ke arah Eric dan Katrin, mempelajari.
Sementara itu Eric terperangah melihat pemandangan di depannya. Wanita itu masih muda, sementara usia Mr. Demiris dua kalinya...tetapi melihat bahasa tubuh mereka, sepertinya mereka adalah sepasang kekasih...
Mr. Demiris memandang ke arah Eric dan tersenyum sambil mengangkat bahu,
"Saya menyewakan rumah ini untuk Calista...kekasih saya. Sangat tidak memungkinkan aku mengajaknya tinggal bersama di rumah yang saya tinggali sekarang di negara ini." Mr. Demiris mengedipkan matanya, "Anda tahu aku punya anak dan isteri di negara asalku."
Eric hampir saja ternganga kalau dia tidak segera sadar dan mengatupkan mulutnya. Tentu saja...pantas Mr. Demiris menyewa rumah ini dan tidak meninggalinya, hanya mengunjunginya sewaktu-waktu, ternyata rumah ini digunakan untuk tempat tinggal wanita simpanannya.
Tiba-tiba saja Eric merasa hampa dan kecewa, dia berpikir ada titik terang dalam pencariannya, ternyata instingnya salah. Eric menghela napas panjang, tetapi tetap saja ada hal-hal yang perlu ditanyakannya, dia menatap Mr. Demiris dengan tajam, mencoba mencari celah sedikit saja dari ekspresi sempurna dan tak bersalah yang ditampilkan oleh lelaki tua itu.
"Saya sedang melakukan pencarian atas seorang gadis...saya mendengar dia berkencan dengan salah satu pengawal anda."
Mr. Demiris mengerutkan keningnya, dia lalu terkekeh setelah mencerna kata-kata Eric, lelaki itu melemparkan tatapan mata geli dan mencemooh,
"Saya tidak pernah mencampuri kehidupan asmara para pengawal saya, kalaupun anda ingin mencari tahu tentang mereka, yang bisa saya lakukan untuk membantu anda hanyalah memberikan list data diri para pengawal saya." Ada nada serius di balik senyum ramah lelaki tua itu, "Saya akan menyuruh pengacara saya mengirimkannya kepada anda."
Eric menatap lelaki itu lagi dalam-dalam, tetapi memang ekspresi Mr. Demiris tidak terbaca, entah dia memang benar-benar jujur, atau jangan-jangan lelaki itu sangat pandai menutupi perasaannya, Eric tidak tahu. Dia membuka mulutnya, hendak mencecar Mr. Demiris dengan berbagai pertanyaan karena dia masih merasa mengganjal dan belum puas, tetapi kemudian Katrin menyentuh lengannya lembut, dan ketika Eric menatap Katrin, perempuan itu melemparkan tatapan memperingatkan tanpa kata.
Seketika itu juga Eric menyadarinya, dia hampir saja bertindak kelewat batas dan kalau dia meneruskan tuduhan-tuduhannya tanpa bukti, mungkin saja itu bisa menyinggung perasaan Mr. Demiris. Lelaki itu tadi menyebut pengacaranya' pastilah bukan hanya kata-kata sambil lalu.
"Kalau begitu saya permisi dulu Mr. Demiris." Eric menganggukkan kepalanya datar, "Maafkan atas gangguan dari saya di istirahat siang anda."
Mr. Demiris menganggukkan kepalanya, lalu mengedikkan bahunya ke arah pengawalnya yang langsung mengiringi Eric dan Katrin keluar dari rumah itu.
Segera setelah mobil Eri c keluar dari pintu gerbang, Mr. Demiris menelepon Christopher,
"Everything is Ok." Gumamnya pada Christopher.
*** "Bagus." Christopher bergumam dalam senyuman puas. Lalu menutup teleponnya dan memandang Andrea dengan tatapan tajam dan sensual, "Sampai di mana kita tadi" Ah ya...Aku akan menyadarkanmu bahwa kau adalah milikku." Jemari Christopher bergerak perlahan dan membuka kancing kemejanya.
"Jangan!" Andrea membelalakkan matanya panik ketika Christopher melepaskan kemeja yang dikenakannya dan sekarang telanjang dada di depan Andrea, "Christopher! Kau tidak boleh melakukannya." Jemari Andrea menampik di depan tubuhnya, mencoba melindungi dirinya dari sentuhan Christopher, tetapi lelaki itu menangkap kedua lengannya, lembut tetapi kuat, jantung Andrea berdegup kencang, dia ada di atas ranjang bersama lelaki yang bertekad untuk memaksakan kehendaknya. Oh Astaga...apa yang akan terjadi kepadanya" Apaa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan diri"
"Aku sangat merindukanmu, Andrea." Dengan cepat Christopher menarik tubuh Andrea dan mendekatkannya ke dadanya, sampai tubuh Andrea menabrak dadanya, lalu kepalanya menunduk dan bibirnya mencari bibir Andrea, ketika mendapatkannya dia langsung memagutnya dengan penuh gairah, melumatnya tanpa ampun hingga membuat Andrea megap-megap.
"Lepaskan...mmppphh..." Andrea tidak mampu berkata-kata lagi ketika bibir Christopher benar-benar menguasai bibirnya. Lelaki itu benar-benar tidak mau memberi kesempatan kepada Andrea untuk melepaskan diri, tubuh Andrea didekapnya erat-erat dalam pelukannya sementara ciumannya semakin dalam, semakin panas dan semakin bergariah.
Lalu Chrstopher setengah membanting tubuh Andrea ke atas ranjang dan menindihnya. Bibirnya masih memagut bibir Andrera, menahan seluruh erangan dan teriakan protesnya. Lama kemudian, ketika tubuh Andrea melemas dan Christopher bisa merasakan penyerahannya, lelaki itu melepaskan ciumannya dan menatap Andrea yang berbaring di bawahnya, napas mereka berdua sama-sama terengah-engah, tubuh mereka hampir merapat dengan dada telanjang Christopher menempel di tubuh Andrea.
Lelaki itu berdebar. Andrea menatap mata gelap Christopher dan menyadari bahwa lelaki itu masih menahan kedua pergelangan tangannya, dengan tubuh menindihnya. Debarannya terasa sampai ke dada Andrea...dan kejantanan lelaki itu sudah bergairah di bawah sana, mendesak di antara pangkal paha Andrea, membuat pipinya merona merah,
"Aku tidak akan menyakitimu, Andrea...tidak akan..." Bibir Christopher bergerak lembut dan mengecup dahi Andrea, mengirimkan sensasi seperti meremas jantungnya, bibir lelaki itu lalu turun dan mengecup alis Andrea, tak kalah lembut, lalu turun ke matanya, ke pelipisnya, ke pipinya, ke dagunya, ke rahangnya dan mengirimkan kecupan-kecupan kecil tanpa henti ke seluruh bagian wajah Andrea,jemarinya meraba dengan lembut, mengusap permukaan lengannya kemudian menuju ke payudaranya, menyentuhnya dengan remasan sambil lalu, mengirimkan percikan api ke seluruh tubuh Andrea.
Andrea merasakan tubuhnya melayang, antara mau dan tidak mau. Sensasi ini terlalu hebat untuk didapat perempuan yang tidak berpengalaman seperti dirinya, dia bingung.
Christopher sepertinya mengetahui kebingungan Andrea, dia mengecupi cuping telinga Andrea dan berbisik serak, penuh gairah,
"Lepaskan semua Andrea, kau tahu kau menginginkanku, sebesar aku menginginkanmu." Logat italia Christopher terdengar kental ketika mengucapkan rayuannya, karena gairahnya
Andrea membelalakkan mata, dihantam oleh gairah yang sebelumnya tidak pernah dirasakannya, ketika Christopher meraih tangannya dan menempatkannya di bawah, di atas kejantannya yang begitu keras, siap untuk memiliki Andrea,
"Kau rasakan itu sayang" Kau rasakan betapa aku menginginkanmu" Andrea...perempuanku, kau sudah membuatku menunggu begitu lama..."
Lelaki itu kemudian menurunkan gaun Andrea, masih dengan kelembutan yang menghipnotis, yang membuat Andrea hanya terdiam, menunggu dengan jantung berdebar dan perasaan penuh antisipasi.
Lalu giliran Christopher membuka celananya, menunjukkan keseluruhan tubuh tela
njangnya yang bergairah, begitu kokoh dan mengeras untuk Andrea.
Andrea memalingkan mukanya, merasa malu dan bingung karena merasa begitu ingin tahu akan apa yang akan dilakukan oleh Christopher selanjutnya kepadanya. Andrea malu karena tidak mampu meronta lagi, gairah yang ditumbuhkan Christopher di dalam dirinya telah membuatnya terbakar dan ingin lebih lagi. Lelaki ini sangat ahli dalam mencumbu Andrea, mengenai titik-titik sensitif di dalam tubuhnya.
Ketika kemudian kejantanan Christopher yang begitu keras dan panas menyentuh pangkal pahanya, Andrea terkesiap, kaget karena sentuhan kulit itu terasa membakar di titik paling sensitif tubuhnya. Dengan panik Andrea berusaha mendorong tubuh kuat Christopher di atas tubuhnya, tetapi Christopher menenangkan Andrea, dengan bisikan-bisikan rayuan lembut di telinganya, dan usapan di buah dada dan lengannya.
Lelaki itu menahan diri untuk memasuki Andrea, dia menundukkan kepalanya dan kemudian mengecup lembut puting buah dada Andrea, hanya kecupan sambil lalu, tetapi puting buah dada Andrea langsung menegang, seolah meminta lebih.
Christopher tersenyum tipis, kemudian memberikan apa yang diminta oleh tubuh Andrea kepadanya. Bibirnya membuka sedikit dan menangkup puting buah dada Andrea ke dalam kehangatan mulutnya, lidahnya mencecap, mencicipi tekstur lembut dari buah dada Andrea dan putingnya yang mengeras, dan kemudian tanpa peringatan, lelaki itu menghisap payudara Andrea, membuat Andrea mengerang tertahan dengan napas terengah dan jantung berdebar, merasakan sensasi berkunang-kunang di matanya, serta kenikmatan yang membakar di dadanya, mengalir ke pangkal pahanya, membuatnya membuka pahanya tanpa sadar dan menerima sentuhan kejantanan Christopher di sana.
Lelaki itu merasakan betapa panasnya kewanitaan Andrea, basah dan hangat, siap menerimanya, dengan lembut Christopher menekankan kejantanannya, berusaha tidak membuat Andrea terkejut, tetapi seperti sudah seharusnya terjadi, kewanitaan Andrea melingkupinya dengan hangat, seakan menghisapnya untuk terus masuk lagi ke dalam, mendorongnya untuk menekankan dirinya dalam-dalam jauh ke dalam kehangatan tubuh Andrea.


Dating With The Dark Karya Shanty Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Christopher mengerang dan mencoba menahan dirinya, dia tidak boleh terburu-buru meskipun hal ini sudah dinantikannya begitu lama sampai membuatnya nyaris gila karena mendamba. Tubuh Andrea yang indah sekarang ada di bawahnya, pasrah untuk termiliki, dan Christopher sudah berada di ujung kesabarannya. Akhirnya, dengan erangan parau dalam upayanya untuk tetap bersikap lembut, Christopher mendorong dirinya, menguakkan kelembutan yang telah sekian lama didambakannya itu dan menyatukan tubuhnya dengan tubuh Andrea, sedalam-dalamnya,
Cincin Maut 8 Pengemis Binal 23 Hantu Merah Perhitungan Terakhir Nyi Peri 1

Cari Blog Ini