Ceritasilat Novel Online

Mockingjay 1

Mockingjay Buku Terakhir Trilogi The Hunger Games Karya Suzanne Collins Bagian 1


MOCKINGJAY (Buku terakhir trilogi The Hunger Games)
Karya : Suzanne Collins Untuk Cap, Charlie, dan Isabel
BAGIAN I ABU BAB SATU AKU menunduk memandang sepatuku, memperhatikan lapisan tipis debu di atas kulit usang itu. Di sinilah letak ranjang yang kutiduri bersama adikku, Prim. Di ujung sana ada meja dapur. Reruntuhan cerobong asap membentuk tumpukan batu gosong, memberikan petunjuk di mana bagian-bagian lain dari rumah ini. Bagaimana lagi caraku menemukan arah di antara lautan kelabu ini"
Nyaris tak ada yang tersisa di Distrik 12. Sebulan lalu, bom-bom Capitol memusnahkan rumah-rumah kumuh milik penambang batu bara di wilayah Seam, toko-toko di kota, bahkan Gedung Pengadilan. Satu-satunya tempat yang lolos dari jilatan api adalah Desa Pemenang. Aku tidak tahu alasannya. Mungkin agar siapa pun yang terpaksa datang kemari untuk urusan Capitol punya tempat yang layak untuk tinggal. Reporter yang aneh itu. Komite yang menilai kondisi tambang-tambang batu bara. Pasukan Penjaga Perdamaian yang memeriksa apakah ada pengungsi yang kembali.
Tapi tak ada seorang pun yang kembali kecuali aku. Dan ini pun hanya kunjungan singkat. Para pejabat di Distrik 13 menentang kepulanganku. Mereka menganggapnya sebagai perjalanan yang mahal dan tak ada gunanya, mengingat paling tidak ada dua belas pesawat ringan yang berputar-putar di atas untuk melindungiku padahal tidak ada manfaat intelijen yang bisa diperoleh. Namun, aku harus melihatnya sendiri. Saking pentingnya kepulanganku ini sampai aku menjadikannya syarat agar aku mau bekerja sama mengikuti rencana-rencana mereka.
Akhirnya. Plutarch Heavensbee, kepala Juri Pertarungan yang telah mengorganisir para pemberontak di Capitol, menyerah. Biarkan dia pergi. Lebih baik menghabiskan waktu satu hari daripada satu bulan lagi. Mungkin tur ke Dua Belas memang diperlukan untuk meyakinkannya bahwa kita berada di pihak yang sama.
Pihak yang sama. Rasa sakit menghantam pelipis kiriku dan aku menekankan tanganku di sana. Tepat di bagian Johanna Mason menghantamku dengan gulungan kawat. Berbagai kenangan berkelebat ketika aku berusaha memilah apa yang benar dan apa yang tidak benar. Rentetan kejadian macam apa yang membawaku hingga berdiri di reruntuhan kotaku" Ini sulit karena efek gegar otak yang kualami belum pulih total dan pikiran-pikiranku sering kali tumpang tindih tak beraturan. Selain itu, obat-obatan yang mereka gunakan untuk mengendalikan rasa sakit dan perasaanku kadang-kadang membuatku melihat hal-hal aneh. Sepertinya begitu. Aku masih belum sepenuhnya yakin bahwa aku berhalusinasi pada malam ketika lantai rumah sakitku berubah menjadi karpet yang penuh dengan ular-ular yang menggeliat.
Aku menggunakan teknik yang disarankan salah satu dokterku. Aku memulai dengan hal-hal paling sederhana yang aku tahu pasti kebenarannya, lalu melanjutkannya ke hal-hal yang lebih rumit. Daftar itu mulai bergelundungan dalam kepalaku...
Namaku Katniss Everdeen. Umurku tujuh belas tahun. Rumahku di Distrik 12. Aku ikut Hunger Games. Aku melarikan diri. Capitol membenciku. Peeta dijadikan tawanan. Dia dianggap sudah tewas. Kemungkinan besar dia tewas. Mungkin yang terbaik baginya jika dia tewas...
Katniss. Kau mau aku turun" Suara sahabat baikku, Gale, terdengar melalui headset yang harus kupakai atas desakan para pemberontak. Dia berada di pesawat ringan, mengawasiku dengan saksama, siap menyambarku dari atas jika ada sesuatu yang salah. Aku sadar bahwa aku sedang berjongkok sekarang, kedua sikuku kutumpukan di paha, kepalaku di antara kedua tanganku. Aku pasti tampak berada di ambang kegilaanku. Ini tidak boleh kulakukan. Apalagi saat mereka akhirnya mengurangi dosis obatku.
Aku berdiri tegak dan melambaikan tangan menolak tawarannya. Tidak perlu, aku baik-baik saja. Untuk menegaskan pernyataanku, aku mulai bergerak menjauhi rumah lamaku dan berjalan ke kota. Gale meminta agar dia juga diturunkan di Distrik 12 bersamaku, tapi dia tidak memaksakan niatnya ketika aku menolak ditemani. Dia paham aku tidak mau ditemani siapa pun hari ini. Bahkan tidak juga Gale. Ada beberapa perjalanan yang haru
s kulalui sendiri. Musim panas ini terasa menyengat dan kerontang. Bahkan tak ada hujan yang turun mengguyur tumpukan abu yang tersisa akibat serangan bom. Mereka berpindah ke sana kemari, mengikuti langkah kakiku. Tidak ada embusan angin yang membuat abu itu berantakan. Aku harus memandangi apa yang seingatku dulu adalah jalanan, karena ketika aku pertama kali mendarat di Padang Rumput, aku tidak berhati-hati dan menginjak batu. Hanya saja itu bukan batu sungguhan tapi tengkorak manusia. Tengkorak itu menggelinding hingga bagian wajahnya menghadap ke atas, dan sekian lama aku tidak bisa berhenti memandangi giginya, bertanya-tanya gigi siapa itu, berpikir apakah gigiku akan tampak seperti itu dalam kondisi yang serupa.
Aku tetap berada di jalan yang biasa kulalui, tapi ternyata itu pilihan yang buruk, karena jalan penuh dengan mayat-mayat orang yang berusaha melarikan diri. Ada mayat yang terbakar hangus seluruhnya. Tapi yang lain, mungkin terbungkus asap, berhasil lolos dari kobaran api terburuk dan sekarang terbaring membusuk dalam berbagai tahap pembusukan, jadi bangkai yang dimakan binatang-binatang pemakan bangkai, diselimuti lalat. Aku membunuhmu, pikirku ketika aku melewati tumpukan mayat. Dan kau. Dan kau.
Karena aku memang membunuh mereka. Karena memang panahku yang menyasar celah di medan gaya yang mengelilingi arena, yang menghasilkan badai api ini sebagai balasannya. Semua itu mengantar seantero Panem dalam kecaubalauan.
Kata-kata Presiden Snow berdentam dalam kepalaku, Katniss Everdeen gadis yang terbakar, kau sudah mencetuskan api, yang jika dibiarkan tanpa pengawasan, percikan itu bisa jadi kebakaran hebat yang menghancurkan Panem. Ternyata dia tidak melebih-lebihkan atau berusaha membuatku takut. Mungkin dia dengan tulus berusaha meminta bantuanku. Tapi aku sudah menggerakkan sesuatu yang tak sanggup kukendalikan.
Terbakar. Masih terbakar, pikirku mati rasa. Api di tambang batu bara meletupkan asap hitam di kejauhan. Namun tak ada seorang pun yang tersisa untuk peduli. Lebih dari sembilan puluh persen penduduk distrik ini tewas. Sisa penduduk yang jumlahnya sekitar delapan ratus orang jadi pengungsi di Distrik 13 yang menurut pendapatku sama saja jadi gelandangan selamanya.
Aku tahu seharusnya aku tidak berpikir seperti itu; aku tahu aku seharusnya bersyukur karena kami telah diterima di sana. Sakit, terluka, kelaparan, dan dengan tangan kosong. Namun, aku tidak bisa menghindari kenyataan bahwa Distrik 13 berperan penting dalam kehancuran Distrik 12. Kenyataan ini tidak membuat kesalahanku terampuni masih banyak kesalahan yang bisa ditimpakan padaku. Tapi tanpa itu semua, aku takkan jadi bagian dari rencana yang lebih besar untuk menggulingkan Capitol atau menjadi alat yang diperlukan untuk melakukannya.
Para penduduk Distrik 12 tidak memiliki gerakan pemberontak yang terorganisir. Sama sekali tidak punya suara dalam hal ini. Mereka hanya bernasib malang memilikiku. Namun sejumlah orang yang selamat merasa beruntung karena akhirnya bisa terbebas dari Distrik 12. Bisa lepas dari kelaparan dan penindasan tanpa akhir, tambang-tambang yang berbahaya, siksaan dari Pemimpin Penjaga perdamaian kami yang terakhir, Romulus Thread. Memiliki rumah baru dianggap sebagai keajaiban karena belum lama kami tahu bahwa Distrik 13 masih ada.
Orang yang paling berjasa atas nyawa mereka yang berhasil diselamatkan adalah Gale, meskipun dia dengan jelas menolak menerima pujian. Tepat ketika Quarter Quell berakhir tidak lama setelah aku ditarik dari arena listrik di Distrik 12 dipadamkan, layar televisi hitam legam, dan Seam terasa amat sunyi, orang-orang bisa mendengar detak jantung orang lain. Tak ada seorang pun yang melakukan sesuatu dalam rangka protes atau merayakan kejadian di arena. Namun dalam lima belas menit, langit dipenuhi pesawat ringan dan bom-bom jatuh bak hujan dari sana.
Gale-lah orang yang teringat pada Padang Rumput, salah satu dari sedikit tempat yang tidak disesaki rumah-rumah kayu tua yang berlapiskan debu batu bara. Dia menggiring mereka yang bisa membawanya ke arah tersebut, termasuk ibuku dan Prim. Di
a membentuk tim untuk merobohkan pagar yang saat itu hanya berupa penghalang rantai logam yang tak berbahaya tanpa adanya arus listrik dan memimpin orang-orang memasuki hutan. Dia membawa mereka ke satu-satunya tempat yang terpikir olehnya, danau yang ditunjukkan ayahku padaku ketika aku masih kecil. Dan dari sana mereka memandang api di kejauhan melahap segala yang mereka kenal di dunia ini.
Saat subuh tiba, pesawat-pesawat pengebom itu sudah lama menghilang, api-api mulai padam, rombongan terakhir orang-orang yang kebingungan berkumpul di hutan. Ibuku dan Prim mendirikan posko pengobatan darurat untuk mengobati mereka yang terluka dan berusaha mengobati mereka dengan apa pun yang bisa mereka pungut dari hutan. Gale memiliki dua pasang busur beserta anak panah, satu pisau berburu, satu jala ikan, dan lebih dari delapan ratus orang yang ketakutan untuk diberi makan. Dengan bantuan mereka yang tubuhnya masih kuat, mereka berhasil bertahan selama tiga hari. Dan pada saat itulah pesawat ringan muncul tanpa terduga untuk mengevakuasi mereka dari Distrik 13, di sana ada cukup banyak tempat tinggal bersih, pakaian, dan makanan tiga kali sehari. Kekurangan dari tempat tinggal di sana adalah letaknya yang ada di bawah tanah, pakaian yang seragam, dan makanan yang nyaris tanpa rasa, tapi bagi pengungsi dari Distrik 12 hal ini cuma masalah-masalah sepele. Mereka selamat. Mereka diurusi dengan baik. Mereka hidup dan diterima dengan tangan terbuka.
Antusiasme ini dianggap sebagai kebaikan. Tapi seorang pria bernama Dalton, pengungsi dari Distrik 10 yang berhasil tiba di Distrik 13 dengan berjalan kaki beberapa tahun lalu membocorkan motif mereka yang sesungguhnya padaku. Mereka butuh kalian. Butuh aku. Mereka membutuhkan kita semua. Dulu, ada semacam wabah cacar yang menewaskan banyak dari mereka dan menyisakan yang selamat dalam kondisi mandul. Mereka memandang kita sebagai stok pembiakan baru. Di Distrik 10, Dalton bekerja di salah satu peternakan sapi, tugasnya adalah mempertahankan keanekaragaman genetik kawanan sapi dengan penanaman embrio sapi yang sudah lama dibekukan. Kemungkinan besar dia benar tentang 13, karena di sana sepertinya nyaris tidak ada anak-anak berkeliaran. Lalu memangnya kenapa" Kami tidak dikurung di kandang, kami dilatih untuk bekerja, anak-anak dididik di sekolah. Mereka yang berusia di atas empat belas tahun jadi tamtama di militer dan disapa dengan hormat dengan panggilan, Prajurit. Semua pengungsi otomatis menjadi warga Distrik 13.
Namun, tetap saja aku membenci mereka. Tapi belakangan ini aku membenci hampir semua orang. Terutama membenci diriku sendiri.
Permukaan tanah yang kupijak terasa makin keras, dan di bawah lapisan tebal abu, aku merasakan jalanan batu di alun-alun. Di sekelilingku ada onggokan puing-puing yang dulu tempat toko-toko berada. Reruntuhan gedung yang hangus menggantikan tempat yang dulunya Gedung Pengadilan. Aku berjalan menuju tempat yang kukira-kira sebagai toko roti milik keluarga Peeta. Nyaris tak ada yang tersisa kecuali bongkahan oven yang meleleh. Orangtua Peeta, kedua kakak lelakinya tak ada yang berhasil lolos ke Distrik 13. Hanya kurang dari dua belas orang yang tinggal di wilayah permukiman bagus di Distrik 12 yang berhasil lolos dari kobaran api. Peeta tak punya tujuan lagi untuk pulang. Kecuali aku...
Aku menjauh dari toko roti dan menabrak sesuatu, kehilangan keseimbanganku, lalu jatuh terduduk di atas logam yang panas karena sinar matahari. Sejenak aku bingung melihat benda apa ini, lalu aku teringat perubahan terbaru yang dibawa Thread untuk menghias alun-alun. Tempat hukuman, tiang cambuk, dan ini, sisa-sisa tiang gantungan. Tidak bagus. Ini sama sekali tidak bagus. Benakku langsung dibanjiri kilasan-kilasan yang menyiksaku saat aku bangun maupun tidur. Peeta yang disiksa ditenggelamkan, dibakar, disayat, disetrum, dipenggal, dipukul ketika Capitol berusaha mengorek informasi tentang pemberontakan yang tak diketahuinya. Kupejamkan mataku rapat-rapat dan berusaha menjangkau Peeta melintasi ratusan kilometer, mengirimkan pikiran-pikiranku ke benaknya, agar dia ta
hu bahwa dia tidak sendirian. Tapi kenyataannya Peeta sendirian. Dan aku tidak bisa membantunya.
Aku berlari. Menjauh dari alun-alun dan menuju satu-satunya tempat yang tidak dihancurkan api. Aku melewati reruntuhan rumah wali kota, tempat sahabatku Madge tinggal. Tidak ada kabar tentang dia dan keluarganya. Apakah mereka dievakuasi ke Capitol karena kedudukan ayahnya, atau tewas dilalap api" Abu beterbangan di sekelilingku, dan aku mengangkat ujung kemejaku menutupi mulutku. Aku tidak perlu bertanya-tanya abu apa yang kuhirup ini, tapi pertanyaan abu siapa ini yang membuatku tercekat.
Rumput hangus terbakar dan salju berwarna kelabu juga jatuh di sini, tapi dua belas rumah bagus di Desa Pemenang sama sekali tak tersentuh. Aku menerjang masuk ke rumah yang jadi tempat tinggalku selama setahun terakhir, lalu kubanting pintu hingga tertutup, dan bersnadar di pintu. Tempat ini seakan tak tersentuh. Bersih. Sunyi hingga ngerinya memekakkan. Kenapa aku kembali ke 12" Bagaimana kunjungan ini bisa membantuku menjawab pertanyaan yang menghantuiku"
Apa yang akan kulakukan" Aku berbisik pada dinding-dinding rumah ini. Karena aku sungguh tidak tahu.
Orang-orang terus berbicara padaku, bicara, bicara, bicara tanpa henti. Plutarch Heavensbee. Asistennya yang penuh perhitungan, Fulvia Cardew. Pemimpin-pemimpin yang tidak jelas posisinya di distrik. Para pejabat militer. Tapi bukan Alma Coin, presiden Distrik 13, yang hanya mengamatiku. Usia wanita itu sekitar lima puluhan, dengan rambut beruban yang tergerai rapi di bahunya. Entah bagaimana aku terpesona memandang rambutnya, karena rambutnya tampak seragam, tanpa cela, mulus, bahkan tidak pecah-pecah ujungnya. Matanya berwarna kelabu, tapi tidak seperti mata penduduk di Seam. Matanya amat pucat, seakan semua warna tersedot keluar dari mata itu. Warnanya seperti lumpur salju yang kauharap akan segera meleleh.
Yang mereka inginkan adalah aku sungguh-sungguh mengambil peran yang mereka rancang untukku. Simbol revolusi. Sang Mockingjay. Tidak cukup bagi mereka dengan apa yang kulakukan di masa lalu, menentang Capitol dalam Hunger Games, memberikan titik awal perlawanan. Sekarang aku harus jadi pemimpin yang sesungguhnya, wajah, suara, perwujudan revolusi. Orang yang di mata distrik-distrik yang sebagian besar sudah melakukan perang terbuka terhadap Capitol dapat diandalkan untuk mengobarkan jalan menuju kemenangan. Aku tidak perlu melakukannya sendirian. Mereka punya tim lengkap untuk mendandaniku, mengatur pakaianku, menuliskan pidatoku, merancang penampilanku seakan hal itu tidak terdengar mengerikan saking tidak asingnya di telingaku dan yang harus kulakukan adalah memainkan peranku. Kadang-kadang aku mendengarkan mereka dan kadang-kadang aku hanya memandangi rambut Coin yang sempurna sisirannya dan berpikir apakah itu wig. Pada akhirnya aku meninggalkan ruangan karena kepalaku mulai sakit atau sudah waktunya makan atau jika aku tidak segera keluar dari ruang bawah tanah ini aku mungkin bakal menjerit. Aku tidak mengucapkan sepatah kata pun. Aku hanya berdiri lalu berjalan keluar.
Kemarin siang, ketika pintu menutup di belakangku, aku mendengar Coin berkata, Sudah kubilang kita seharusnya menyelamatkan anak lelaki itu lebih dulu. Maksudnya pasti Peeta. Aku setuju sepenuhnya. Dia akan jadi corong suara yang amat baik.
Dan siapa yang mereka selamatkan lebih dulu dari arena" Aku, yang tidak mau bekerja sama, Beetee, si penemu yang sudah tua dari Distrik 3, yang jarang kutemui karena dia ditarik ke bagian pengembangan senjata saat sudah bisa duduk tegak. Bisa dibilang, mereka mendorong ranjang rumah sakitnya ke wilayah rahasia dan sekarang Beetee hanya sesekali muncul untuk makan. Dia sangat pintar dan sangat mau membantu perjuangan, tapi dia bukan tipe orang yang bisa mengobarkan api. Lalu ada Finnick Odair, simbol seks dari distrik nelayan, yang menjaga Peeta tetap hidup di arena saat aku tidak sanggup melakukannya. Mereka juga mau mengubah Finnick menjadi pemimpin perjuangan, tapi saat ini mereka harus bisa membuatnya bisa sadar lebih dari lima menit. Bahkan saat Finnick sadar, kau
harus mengulang ucapanmu tiga kali agar bisa masuk otaknya. Para dokter bilang itu karena sentruman listrik yang diterimanya di arena, tapi aku tahu masalahnya jauh lebih rumit daripada itu. Aku tahu Finnick tidak bisa memusatkan perhatian pada apa pun di 13 karena dia berusaha keras melihat apa yang terjadi di Capitol terhadap Annie, gadis gila dari distriknya, satu-satunya orang di muka bumi ini yang dicintai Finnick.
Meskipun ada beberapa hal yang tidak kusukai, tetapi aku harus memaafkan Finnick atas perannya dalam konspirasi yang mendaratkan aku ke tempat ini. Paling tidak, dia tahu apa yang kualami. Dan butuh energi yang amat banyak untuk marah pada seseorang yang menangis terus-menerus.
Aku bergerak menuruni tangga dengan kaki pemburuku, enggan menciptakan suara. Kuambil beberapa kenang-kenangan: foto pernikahan orangtuaku, pita rambut biru untuk Prim, buku keluarga tentang tanaman obat dan tanaman yang bisa dimakan. Buku itu terbuka pada halaman yang bergambar bunga-bunga kuning dan aku buru-buru menutupnya karena Peeta-lah yang menggambar dan mewarnai bunga itu.
Apa yang akan kulakukan"
Apakah ada gunanya melakukan sesuatu" Ibuku, adik perempuanku, dan keluarga Gale akhirnya aman. Dan sisa penduduk 12, kalau tidak mati, yang artinya tak bisa tertolong lagi, terlindung di 13. Sisanya tinggal para pemberontak di distrik-distrik. Tentu saja, aku benci Capitol, tapi aku tidak percaya bahwa dengan menjadi Mockingjay akan memberi manfaat bagi mereka yang berusaha menggulingkannya. Bagaimana aku bisa membantu distrik-distrik itu saat setiap kali aku melakukan sesuatu, hasilnya selalu penderitaan dan ada orang yang tewas" Lelaki tua di Distrik 11 ditembak karena bersiul. Tindakan keras di 12 terjadi setelah aku ikut campur ketika Gale dicambuk. Penata gayaku, Cinna, diseret dalam keadaan tak sadarkan diri dan berdarah-darah, dari Ruang Peluncuran sebelum Hunger Games. Sumber-sumber Plutarch yakin Cinna tewas dalam interogasi. Cinna yang brilian, penuh teka-teki dan menyenangkan, tewas karena aku. Kusingkirkan pikiran itu jauh-jauh karena terlalu menyakitkan rasanya memikirkan itu tanpa aku kehilangan peganganku yang rapuh terhadap seluruh situasi ini.
Apa yang akan kulakukan"
Menjadi Mockingjay... mungkinkah ada kebaikan yang bisa mengimbangi kerusakan yang terjadi" Siapa yang bisa kupercaya untuk menjawab pertanyaan itu" Jelas bukan orang dari Distrik 13 itu. Aku bersumpah, sekarang setelah keluargaku dan Gale tidak lagi dalam bahaya, aku bisa melarikan diri. Kecuali satu urusan yang belum selesai, Peeta. Jika aku yakin dia sudah tewas, aku bisa menghilang ke hutan dan tak pernah kembali lagi. Tapi sebelum itu terjadi, aku terperangkap.
Aku berputar balik ketika mendengar suara desisan. Di ambang pintu dapur, dengan punggung melengkung, kuping menegang, berdiri kucing jantan paling jelek sedunia. Buttercup, kataku. Ribuan orang mati, tapi kucing ini selamat dan tampak makan dengan baik. Makan apa" Dia selalu bisa keluar-masuk rumah melalui jendela yang selalu kami buka di dapur. Dia pasti makan tikus ladang. Aku tidak mau memikirkan kemungkinan makanan yang lain.
Aku berjongkok dan mengulurkan tangan, Kemari, boy. Sepertinya dia tidak mau. Dia marah karena ditinggal. Selain itu, aku tidak menawarinya makanan, dan kemampuanku untuk membawakan daging sisa selalu jadi sifat utamaku yang bisa diterimanya. Selama beberapa saat, ketika kami biasa bertemu di rumah lama karena kami sama-sama tidak menyukai rumah lama ini, kami sepertinya punya sedikit ikatan. Masa itu jelas sudah berlalu. Dia mengedipkan mata kuningnya beberapa kali, tanda tidak senang.
Mau bertemu Prim" tanyaku. Nama Prim menarik perhatiannya. Selain namanya sendiri, Prim adalah satu-satunya kata yang berarti untuknya. Dia mengeong pelan dan menghampiriku. Kuangkat dia, kubelai bulunya, lalu pergi ke lemari untuk mengambil tas berburuku, lalu kejejalkan kucing itu ke dalam tas. Tak ada cara lain bagiku untuk membawanya ke pesawat ringan, dan kucing itu berarti segalanya bagi adikku. Kambingnya. Lady, binatang yang memiliki manfaat nyata, sayangnya tidak
memperlihatkan batang hidungnya.
Melalui headset, aku mendengar suara Gale yang mengatakan bahwa kami harus kembali. Tapi tas berburuku mengingatkanku ada satu benda lagi yang kuinginkan. Kusampirkan tas ke punggung kursi dan bergegas naik ke kamar tidurku. Di dalam lemari tergantung jaket berburu milik ayahku. Sebelum Quell, aku membawanya kemari dari rumah lamaku, kupikir keberadaan jaket ini bisa memberi kenyamanan untuk ibuku dan adikku kalau aku tewas. Untunglah, kalau tidak jaket ini sudah jadi abu sekarang.
Kulit yang lembut ini terasa menenangkan dan sejenak aku merasa tenang mengingat jam-jam yang kuhabiskan memakai jaket ini. Lalu, tanpa bisa dijelaskan, kedua telapak tanganku mulai berkeringat. Sensasi aneh merayapi tengkukku. Kepalaku menoleh cepat ke belakang dan melihat kamar ini kosong. Rapi. Segalanya ada di tempat yang seharusnya. Tak ada suara yang membuatku harus waspada. Lalu apa"
Hidungku mengernyit. Bau itu. Palsu dan memuakkan. Sejumput benda berwarna putih mengintip keluar dari vas yang bersisi bunga-bunga kering di atas meja riasku. Aku berjalan hati-hati mendekatinya. Di sana, tersamar keberadaannya karena bunga-bunga lain yang tak pernah layu, bunga mawar putih yang masih segar. Sempurna. Hingga ke duri dan kelopaknya yang keperakan.
Dan aku langsung tahu siapa yang mengirimnya untukku.
Presiden Snow. Ketika isi perutmu mulai naik karena mencium bau busuknya, aku segera mundur dan menjauh. Sudah berapa lama bunga itu berada di sini" Sehari" Sejam" Para pemberontak melakukan pemeriksaan keamanan di Desa Pemenang sebelum aku diizinkan untuk datang kemari, memeriksa apakah ada bom, alat penyadap, apa pun yang tidak wajar. Tapi bunga mawar mungkin tidak penting bagi mereka. Hanya bagiku.
Di bawah, aku merenggut tas berburuku dari kursi, tas itu terpental-pental ke lantai sampai aku ingat bahwa tas itu ada isinya. Di halaman, dengan panik aku memanggil pesawat ringan sementara Buttercup meronta-ronta. Kusikut dia, tapi malah hanya membuatnya makin marah. Pesawat ringan muncul dan tangga dilempar turun. Aku menaiki tangga dan arus listrik membekukanku sementara aku diangkat menuju pesawat.
Gale membantuku turun dari tangga. Kau baik-baik saja"
Yeah, kataku, menyeka keringat dari wajahku dengan ujung lengan bajuku.
Dia meninggalkan bunga mawar untukku! Aku ingin berteriak begitu, tapi aku yakin ini bukan informasi yang ingin kubagi dengan seseorang seperti Plutarch. Pertama, karena itu akan membuatku terdengar sinting. Seolah-olah aku cuma membayangkannya, dan itu amat mungkin terjadi, atau aku cuma bersikap berlebihan, yang hanya akan membuatku diseret masuk ke alam mimpi dengan obat tidur sementara aku berusaha keras untuk bisa lepas dari itu semua. Tak ada seorang pun yang sepenuhnya mengerti bahwa itu bukan sekadar bunga, bukan sekadar bunga milik Presiden Snow, tapi janji balas dendam karena tak ada orang lain yang duduk di ruang belajar bersamanya ketika dia mengancamku sebelum Tur Kemenangan.
Bunga mawar putih, seputih salju, yang diletakkan di meja riasku adalah pesan pribadi untukku. Menyatakan adanya urusan yang belum selesai. Membisikkan kata-kata, Aku bisa menemukanmu, Aku bisa menjangkaumu. Mungkin aku sedang mengawasimu sekarang.
BAB DUA APAKAH ada pesawat ringan Capitol yang terbang untuk menghancurkan kami di angkasa" Ketika kami terbang di atas Distrik 12, dengan cemas aku mencari tanda-tanda serangan, tapi tak ada apa pun yang mengejar kami. Setelah beberapa menit, sehabis mendengar percakapan antara Plutarch dan pilot yang memastikan kondisi penerbangan aman, aku mulai bisa sedikit rileks.
Gale mengangguk mendengar dengkingan dari tas berburuku, Sekarang aku tahu kenapa kau harus kembali.
Selalu ada kemungkinan dia bisa ditemukan. Kulempar tasku ke kursi, dan binatang menjijikkan itu mulai meraung dengan suara dalam dan rendah. Oh, diamlah, kataku pada tas itu ketika aku duduk di kursi empuk dekat jendela di seberang Buttercup.
Gale duduk di sampingku. Buruk ya di bawah sana"
Parah, jawabku. Aku menatap matanya dan melihat kesedihanku terpantul di sana. Tangan kami
saling menggenggam, berpegangan erat pada bagian dari Distrik 12 yang entah bagaimana tidak berhasil dihancurkan Snow. Kami duduk tanpa bicara sepanjang perjalanan menuju 13, yang cuma berlangsung selama 45 menit. Jika berjalan kaki hanya akan makan waktu satu minggu. Bonnie dan Twill, pengungsi dari Distrik 8 yang kutemui musim dingin lalu, ternyata tidak terlalu jauh dari tujuan mereka. Namun sepertinya mereka tidak berhasil tiba. Ketika aku menanyakan tentang mereka di Distrik 13, sepertinya tak ada seorang pun yang tahu siapa yang kubicarakan. Tewas di hutan, menurutku.
Dari angkasa, 13 tampak sama cerianya dengan 12. Reruntuhannya tidak mengepulkan asap, seperti yang ditunjukkan Capitol di televisi, tapi nyaris tak ada kehidupan di atas tanah. Tujuh puluh lima tahun sejak Masa Kegelapan ketika 13 dikatakan telah dimusnahkan dalam perang antara Capitol dan distrik-distrik hampir semua bangunan baru dibuat di bawah tanah. Sudah ada fasilitas bawah tanah yang besar di sini, dibangun selama berabad-abad untuk tempat perlindungan rahasia bagi para pemimpin pemerintahan pada saat perang, atau tempat pelarian terakhir bagi manusia jika hidup di atas tak tertahankan lagi. Yang terpenting bagi penduduk Distrik 13 adalah tempat ini menjadi pusat program pengembangan peluru kendali nuklir bagi Capitol. Pada Masa Kegelapan, para pemberontak di Distrik 13 merebut kendali dari tentara pemerintah, membidik Capitol sebagai sasaran senjata nuklir mereka, lalu mereka bersepakat: Mereka akan pura-pura mati agar tidak diganggu. Capitol punya senjata nuklir lain di barat, tapi mereka tak bisa menyerang 13 tanpa yakin seratus persen takkan balas diserang. Mereka terpaksa menerima tawaran dari Distrik 13. Capitol menghancurkan bagian distrik yang masih tersisa dan memotong semua akses dari luar. Mungkin para pemimpin Capitol mengira tanpa adanya bantuan, 13 akan mati sendiri. Memang beberapa kali nyaris terjadi, tapi Distrik 13 selalu berhasil bangkit lagi berkat pembagian makanan yang ketat, disiplin tinggi, dan kewaspadaan terus-menerus terhadap serangan Capitol berikutnya.
Sekarang semua penduduk nyaris hidup sepenuhnya di bawah tanah. Kau bisa keluar untuk olahraga dan kena sinar matahari, tapi hanya pada waktu-waktu tertentu yang sudah dijadwalkan untukmu. Kau tidak boleh melewatkan jadwalmu. Setiap pagi, kau harus memasukkan lengan kananmu ke dalam alat aneh di dinding. Benda itu menato jadwalmu dalam satu hari dengan tinta ungu terang. 07.00 Sarapan. 07.30 Tugas Dapur. 08.30 Pusat Pendidikan, Ruang 17. Dan seterusnya. Tinta ini tak bisa dihapus sampai pukul 22.00 Mandi. Pada saat itu apa pun yang membuat tinta tersebut tahan air hilang dan seluruh jadwal tercuci bersih. Lampu padam pukul 22.30 menandakan bahwa semua orang yang tidak jaga malam sudah harus tidur.
Mulanya, ketika aku sakit berat di rumah sakit, aku tidak perlu melaksanakan apa yang tertera. Tapi setelah aku pindah ke Kompartemen 307 bersama adik dan ibuku, aku diharapkan mengikuti program yang berlaku. Kecuali hadir untuk makan, aku mengabaikan kata-kata yang tertulis di lenganku. Aku biasanya kembali ke kompartemen atau berjalan-jalan di sekitar 13 atau ketiduran di tempat tersembunyi. Saluran udara yang tak terpakai. Di belakang pipa-pipa air di ruang cuci. Ada lemari di Pusat Pendidikan yang sangat besar karena tak ada seorang pun yang sepertinya membutuhkan perlengkapan sekolah. Mereka sangat pelit dengan barang-barang di sini, membuang-buang barang bisa dianggap sebagai kejahatan. Untungnya, penduduk 12 tak pernah boros. Aku pernah melihat Fulvia Cardew meremas selembar kertas yang baru ditulisi beberapa kata, dan dari tatapan orang-orang yang memandangnya seakan dia sudah membunuh orang. Wajahnya merah padam, membuat bunga-bunga perak yang ditato di pipinya jadi makin kelihatan. Gambaran dari orang yang biasa hidup berlebihan. Salah satu dari sedikit kegembiraan yang kurasakan adalah mengamati sejumlah pemberontak dari Capitol yang biasa dimanja harus merana ketika mereka berusaha beradaptasi.
Aku tidak tahu berapa lama aku bisa lolos didiamkan begitu saja at
as ketidakpedulianku terhadap jadwal kehadiran yang sudah diatur secermat mungkin oleh orang-orang yang menampungku. Saat ini mereka tidak menggangguku karena aku dianggap kacau mentalnya itu tertera di gelang medis plastik di tanganku dan semua orang harus menerima ocehan-ocehanku. Tapi hal itu tak bisa bertahan selamanya. Sama seperti mereka juga tak bakal terus-menerus sabar terhadap urusan Mockingjay ini.
Di landasan, aku dan Gale menyusuri deretan-deretan tangga hingga sampai di Kompartemen 307. Kami bisa menggunakan elevator, tapi benda itu terlalu mengingatkanku pada benda yang mengangkatku naik ke arena. Aku kesulitan menyesuaikan diri karena terlalu lama berada di bawah tanah. Tapi setelah pertemuan surealku dengan bunga mawar, untuk pertama kalinya turun ke bawah tanah membuatku merasa lebih aman.
Aku ragu di depan pintu bernomor 307, menunggu pertanyaan-pertanyaan dari keluargaku, Apa yang akan kuceritakan pada mereka tentang Distrik Dua Belas" Aku bertanya pada Gale.
Aku tidak yakin mereka akan bertanya secara mendetail. Mereka melihatnya terbakar. Mereka bakal lebih menguatirkan bagaimana caramu menghadapinya. Gale menyentuh pipiku. Sama seperti aku.
Aku menekankan pipiku ke tangan Gale selama beberapa saat. Aku akan hidup.
Lalu aku menghirup napas panjang dan membuka pintu. Ibuku dan adikku berada di rumah pukul 18.00 Merenung, setengah jam sebelum waktu makan malam tiba. Aku melihat kekuatiran di wajah mereka sembari mereka mengira-ngira kondisi emosiku. Sebelum ada yang sempat bertanya, aku mengeluarkan isi tas berburuku dan jam 18.00 berubah menjadi Memuja kucing. Prim duduk di lantai, menangis dan menggendong Buttercup yang jelek itu, yang sesekali menyela dengkuran senangnya dengan mendesis padaku. Kucing itu memberiku pandangan pongah ketika Prim mengikatkan pita biru di lehernya.
Ibuku memeluk foto pernikahannya erat-erat lalu menaruhnya, bersama dengan buku tumbuh-tumbuhan, di atas lemari berlaci yang modelnya standar milik pemerintah. Aku menggantung jaket ayahku di punggung kursi. Selama sesaat, tempat ini nyaris seperti rumah. Jadi kupikir perjalanan ke 12 tidaklah sia-sia.
Kami menuju ruang makan pada pukul 18.30 Makan Malam ketika alat komunikasi Gale mulai berbunyi. Bentuknya seperti jam tangan yang kebesaran, tapi benda itu bisa menerima pesan-pesan tertulis. Seseorang yang diberi alat komunikasi itu berarti punya hak istimewa, karena alat itu hanya diberikan pada mereka yang dianggap penting terhadap perjuangan. Status ini diperoleh Gale karena keberhasilannya menyelamatkan para penduduk di Distrik 12. Mereka membutuhkan kita berdua di Ruang Komando, katanya.
Aku berjalan beberapa langkah di belakang Gale, berusaha menenangkan diri sebelum masuk ke sesi Mockingjay yang tak berujung. Aku berlama-lama di ambang pintu Ruang Komando, ruang pertemuan canggih/dewan perang lengkap dipasangi dinding-dinding dengan komputer yang berbicara, peta-peta elektronik menunjukkan pergerakan-pergerakan pasukan di berbagai distrik, dan sebuah meja raksasa berbentuk persegi panjang dengan panel-panel kontrol yang tak seharusnya kusentuh. Akan tetapi tak ada seorang pun yang memperhatikanku karena mereka semua berkumpul di layar televisi di ujung ruangan yang menyiarkan acara Capitol selama 24 jam. Kupikir aku bisa mengendap-endap pergi namun Plutarch, dengan tubuh subur yang menghalangi pandangan ke televisi, keburu melihatku lalu melambai cepat padaku agar segera bergabung dengan mereka. Dengan enggan aku melangkah maju, berusaha membayangkan apa yang bisa membuatku tertarik. Acara yang ditampilkan di televisi selalu sama. Kilasan-kilasan perang. Propaganda. Pengeboman Distrik 12 yang ditayangkan berulang-ulang. Pesan dari Presiden Snow yang tak menyenangkan. Jadi aku merasa nyaris terhibur ketika melihat Caesar Flickerman, pembawa acara Hunger Games, dengan wajah dicat dengan jas berkilau, bersiap-siap melakukan wawancara. Sampai kamera menyorot menjauh dan aku melihat tamunya adalah Peeta.
Suara keluar dari mulutku. Suara yang merupakan gabungan pekikan dan erangan yang mirip suara orang yang diten
ggelamkan di air, kekurangan oksigen sampai ke titik menyakitkan. Aku mendorong orang-orang ke samping sampai aku tepat berada di depannya, tanganku menyentuh layar televisi. Di matanya aku mencari tanda-tanda kesakitan, pantulan apa pun yang menunjukkan penderitaan karena disiksa. Tak ada apa pun. Peeta tampak sehat sehingga terlihat tegap dan kuat. Kulitnya cerah, tanpa cacat, berkat polesan di seluruh tubuhnya. Sikapnya tenang, serius. Aku tak bisa membayangkan sosok yang tampil ini dengan anak lelaki yang terluka dan berdarah-darah yang menghantui mimpi-mimpiku.
Caesar mencari posisi duduk lebih nyaman di kursi seberang Peeta dan memandanginya lama. Jadi... Peeta... selamat datang kembali.
Peeta tersenyum kecil. Aku berani taruhan kaupikir terakhir itu wawancara terakhir kita, Caesar.
Harus kuakui, memang, jawab Caesar. Malam sebelum Quarter Quell... siapa yang menyangka kami bakal bertemu denganmu lagi"
Yakinlah, ini juga bukan rencanaku, kata Peeta sambil mengerutkan dahi.
Caesar mencondongkan tubuhnya mendekat sedikit. Kurasa sudah jelas bagi kita semua apa rencanamu. Mengobarkan dirimu di arena agar Katniss Everdeen dan anakmu bisa selamat.
Betul. Sejelas dan sesederhana itu. Jemari Peeta menelusuri pola kain pelapis di lengan kursi, Tapi orang lain juga punya rencana.
Ya, orang lain juga punya rencana, pikirku. Apakah Peeta sudah menebak bagaimana para pemberontak memanfaatkan kami sebagai pion" Bahwa penyelamatanku sudah diatur sejak awal. Dan terakhir, mentor kami, Haymitch Abernathy, mengkhianati kami berdua demi tujuan yang pura-pura tak dipedulikannya.
Dalam keheningan setelah itu, aku memperhatikan garis-garis yang terbentuk di antara kedua alis Peeta. Dia sudah menebak atau dia sudah diberitahu. Tapi Capitol tidak membunuh atau menghukumnya. Saat ini, semua itu melampaui harapan-harapan terliarku. Aku menyesap seluruh diri Peeta seutuhnya, kesegaran tubuh dan pikirannya. Semua itu mengalir dalam diriku seperti morfin yang mereka berikan padaku di rumah sakit selama beberapa minggu terakhir, menumpulkan rasa sakit yang kualami selama beberapa minggu ini.
Bagaimana kalau kauceritakan pada kami kejadian pada malam terakhir di arena" tanya Caesar memberi saran, Membantu kami menjelaskan beberapa hal.
Peeta mengangguk tapi dia berbicara pelan-pelan, Malam terakhir itu... untuk menceritakan malam terakhir itu... pertama-tama kau harus membayangkan seperti apa rasanya di arena. Rasanya seperti serangga terperangkap di bawah mangkuk yang disesaki udara panas. Dan di sekelilingmu, hutan... hijau, hidup, dan berdetik. Jam raksasa itu merenggut hidupmu setiap detiknya. Sampai jam menjanjikan kengerian baru. Kau harus membayangkan dalam dua hari, enam belas orang tewas sebagian tewas karena menyelamatkanmu. Melihat kecepatan keadaan yang berlangsung, delapan orang terakhir akan tewas besok pagi. Sisa satu. Seorang pemenang. Dan rencanamu adalah orang itu bukan dirimu.
Tubuhku langsung berkeringat mengingatnya. Tanganku meluncur turun ke layar TV dan tergantung lemah di sisi tubuhku. Peeta tidak butuh kuas untuk melukiskan gambar-gambar dari Pertarungan. Kata-katanya sudah cukup.
Setelah kau berada di arena, dunia di luar sana terasa amat jauh, lanjutnya. Semua orang dan segala yang kausayangi atau kaupedulikan nyaris tak ada lagi. Langit berwarna merah muda dan monster-monster di hutan serta peserta-peserta yang haus dararmu menjadi kenyataan terakhirmu, satu-satunya hal yang penting. Seburuk apa pun rasa yang dihasilkannya, kau harus melakukan pembunuhan, karena di arena, kau hanya bisa punya satu keinginan. Dan itu sangatlah mahal.
Harganya adalah hidupmu, kata Caesar.
Oh, tidak. Harganya lebih dari hidupmu. Membunuh orang yang tak bersalah" tanya Peeta. Harganya adalah segala yang kaumiliki dari dirimu.
Segala yang kaumiliki dari dirimu, ulang Caesar pelan.
Keheningan melanda ruangan ini, dan aku bisa merasakannya mengalir di seluruh Panem. Satu negara terpusat perhatiannya pada layar-layar televisi mereka. Karena sebelumnya tak ada seorang pun yang pernah bicara tentang seperti a
pa yang sesungguhnya terjadi di arena.
Peeta melanjutkan. Jadi kau berpegangan pada keinginanmu itu. Dan pada malam terakhir itu, ya, keinginanku adalah menyelamatkan Katniss. Tanpa mengetahui tentang para pemberontak pun, rasanya ada yang tidak benar. Segalanya terlalu rumit. Aku menyesal tidak lari bersamanya lebih awal hari itu, mengikuti sarannya. Tapi pada titik itu tak mungkin lagi pergi begitu saja.
Kau terlalu sibuk dengan rencana Beetee untuk menyetrum danau air asin itu, kata Caesar.
Terlalu sibuk bermain sekutu-sekutuan dengan yang lain. Seharusnya aku tidak membiarkan mereka memisahkan kami! sembur Peeta. Saat itulah aku kehilangan dia.
Saat kau tinggal di pohon kilat, lalu dia dan Johanna Mason membawa kawat ke arah air, Caesar menjelaskan.
Aku tidak mau! Muka Peeta merah karena kesal. Tapi aku tidak bisa berdebat dengan Beetee tanpa menunjukkan bahwa kami ingin memisahkan diri dari persekutuan. Saat kawat terputus, semuanya menggila. Aku hanya bisa mengingat sebagian-sebagian. Berusaha menemukan Katniss. Melihat Brutus membunuh Chaff. Aku membunuh Brutus. Aku tahu dia akan memanggil namaku. Lalu kilat menyambar pohon, dan medan gaya di sekitar arena... meledak.
Katniss yang meledakkannya, Peeta, kata Caesar, Kau sudah melihat potongan filmnya.
Dia tidak menyadari apa yang dilakukannya. Tak seorang pun yang bisa mengikuti rencana Beetee. Kau bisa melihatnya kebingungan dengan kawat itu, sahut Peeta.
Baiklah. Namun kelihatannya mencurigakan, kata Caesar. Seakan dia bagian dari rencana pemberontakan ini sejak awal.
Peeta berdiri, mencondongkan tubuhnya ke wajah Caesar, kedua tangannya mencengkeram lengan kursi. Sungguh" Dan Johanna yang nyaris membunuhnya juga bagian dari rencananya" Juga setruman listrik yang melumpuhkannya" Memicu terjadinya ledakan bom" Peeta sudah berteriak sekarang. Dia tidak tahu, Caesar! Kami berdua tidak tahu apa-apa kecuali berusaha menjaga yang lain tetap hidup!
Caesar menaruh tangannya di dada Peeta untuk melindungi dirinya sendiri, juga untuk menenangkan Peeta. Oke, Peeta. Aku percaya padamu.
Oke. Peeta menarik diri dari Caesar, melepaskan pegangan tangannya, lalu menyusurkan tangannya ke rambut, membuat rambut pirangnya yang sudah tertata rapi jadi berantakan. Dia duduk lemas bersandar di kursinya, gelisah.
Caesar menunggu sejenak, memperhatikan Peeta. Bagaimana dengan mentormu, Haymitch Abernathy"
Wajah Peeta mengeras. Aku tidak tahu apa yang diketahui Haymitch.
Mungkinkah dia bagian dari konspirasi" tanya Caesar.
Dia tidak pernah menyebutnya, kata Peeta.
Caesar masih terus menekan, Apa kata hatimu"
Seharusnya aku tidak memercayainya, kata Peeta. Itu saja.
Aku belum melihat Haymitch lagi sejak aku menyerangnya di pesawat ringan, meninggalkan bekas cakaran panjang di wajahnya. Aku tahu tinggal di sini juga buruk baginya. Distrik 13 melarang dengan ketat segala produksi atau konsumsi minuman yang memabukkan, bahkan alkohol untuk membersihkan luka di rumah sakit pun disimpan dalam tempat penyimpanan terkunci. Akhirnya Haymitch dipaksa untuk terus sadar, tanpa ada botol-botol tersembunyi di tempat rahasia atau minuman racikan sendiri untuk memudahkan masa transisinya. Mereka menahannya di tempat terasing sampai kecanduannya hilang, karena dia dianggap tidak pantas tampil di depan umum. Pasti Haymitch tersiksa sekali, tapi aku tidak punya simpati lagi untuknya saat aku sadar bahwa dia sudah menipu kami. Kuharap dia menonton siaran Capitol saat ini, agar dia bisa melihat bahwa Peeta juga sudah menyingkirkannya.
Caesar menepuk bahu Peeta. Kita bisa berhenti sekarang kalau kau mau.
Apakah ada lagi yang bisa dibicarakan, tanya Peeta dengan muka masam.
Aku hendak meminta pendapatmu tentang perang, tapi kalau kau terlalu kesal... Caesar melanjutkan.
Oh, aku tidak terlalu kesal untuk menjawabnya. Peeta mengambil napas dalam-dalam lalu memandang lurus ke kamera. Aku mau semua yang menonton baik itu yang di pihak Capitol atau pihak pemberontak agar berhenti sejenak dan memikirkan apa arti perang ini. Untuk umat manusia. Kita hampir punah k
arena saling membunuh. Kini jumlah kita bahkan lebih sedikit. Kondisi kita makin payah. Apakah ini yang sungguh-sungguh kita inginkan" Memusnahkan satu sama lain" Demi apa" Agar ada makhluk hidup yang dianggap pantas yang akan mewariskan sisa-sisa bumi yang hangus binasa"
Aku tidak sepenuhnya... aku rasanya tidak paham... kata Caesar.
Kita tidak bisa terus berperang, Caesar, Peeta menjelaskan. Takkan ada cukup manusia yang tersisa untuk terus berperang. Kalau semua orang tak meletakkan senjata dan maksudku, sesegera mungkin segalanya akan berakhir.
Jadi... kau mengajak gencatan senjata" tanya Caesar.
Ya, aku mengajak gencatan senjata, kata Peeta lelah. Sekarang kenapa tidak kaupanggil saja para penjaga untuk membawaku ke kamarku agar aku bisa membangun seratus rumah kartu lagi.
Caesar menoleh menghadap kamera. Baiklah. Kurasa kita sudah selesai. Kita kembali ke program reguler.
Musik mengakhiri acara mereka, kemudian ada seorang wanita membacakan daftar barang-barang yang diperkirakan akan kurang persediaannya di Capitol buah segar, baterai tenaga surya, sabun. Aku tetap asyik menonton televisi, karena aku tahu semua orang akan menunggu reaksiku terhadap wawancara tadi. Tapi tak mungkin aku bisa mencernanya dengan sangat cepat kebahagiaan melihat Peeta hidup dan tak disakiti, pembelaannya terhadap diriku yang tidak terlibat para pemberontak, kelihatannya dengan Capitol yang tak bisa dipungkiri lagi sekarang setelah dia mengajak gencatan senjata. Oh, dia membuatnya terdengar seakan-akan dia mengutuk kedua belah pihak yang berperang. Tapi pada titik ini, dengan pemberontak yang hanya memperoleh kemenangan-kemenangan kecil, gencatan senjata hanya akan membuat kami kembali ke status sebelumnya. Atau lebih buruk.
Di belakangku aku bisa mendengar tuduhan-tuduhan terhadap Peeta. Kata-kata seperti pengkhianat, pembohong, dan musuh berpantulan di dinding. Karena aku tidak bisa bergabung dengan kemarahan para pemberontak atau melawannya, kuputuskan yang terbaik adalah menjauh dari sini. Ketika aku sampai di pintu, suara Coin terdengar di antara dengungan orang-orang yang bicara. Kau belum diizinkan pergi, Prajurit Everdeen.
Salah satu anak buah Coin memegang lenganku. Sesungguhnya, dia tidak melakukan gerakan agresif, tapi setelah berada di arena, aku jadi terbiasa bersikap defensif pada setiap sentuhan asing. Kusentak lenganku agar lepas dari genggamannya lalu berlari menyusuri lorong. Di belakangku, terdengar bunyi perkelahian, tapi aku tidak berhenti berlari. Pikiranku segera menghitung cepat tempat-tempat persembunyianku yang aneh, dan aku akhirnya bersembunyi di lemari persediaan barang, menggelungkan tubuh di dekat peti berisi kapur.
Kau hidup, bisikku, kedua telapak tanganku menangkup pipiku, merasakan senyum di wajahku yang begitu lebar hingga membentuk seringai. Peeta hidup. Dan jadi pengkhianat. Tapi pada saat itu, aku tak peduli. Bukan apa yang dikatakannya, atau untuk siapa dia mengatakannya, tapi terutama dia masih mampu bicara.
Beberapa lama kemudian, pintu terbuka dan seseorang masuk. Gale duduk berselonjor di sampingku, hidungnya meneteskan darah.
Apa yang terjadi" tanyaku.
Aku menghalangi Boggs, jawabnya sambil mengangkat bahu. Aku menggunakan lengan bajuku untuk menyeka darah di hidungnya. Hati-hati!
Aku berusaha lebih lembut. Menyeka, bukan mengelapnya. Yang mana dia"
Oh, kau tahu. Kacung Coin yang jadi tangan kanannya. Yang berusaha menghentikanmu. Gale mendorong tanganku menjauh. Hentikan! Kau bisa membuatku mati kehabisan darah.
Tetesan darah sudah berubah menjadi aliran darah yang mengalir lancar. Aku menyerah tak mau lagi berusaha menolongnya. Kau berkelahi dengan Boggs"
Tidak, hanya menghalangi pintu ketika dia berusaha mengikutimu. Sikutnya menyangkut di hidungku, kata Gale.
Mereka mungkin akan menghukummu, kataku.
Sudah kok. Gale mengangkat pergelangan tangannya. Aku memandanginya tak mengerti. Coin mengambil alat komunikasiku.
Kugigit bibirku, berusaha untuk tetap serius. Tapi rasanya konyol. Maafkan aku, Prajurit Gale Hawthorne.
Tidak perlu, Prajurit Katniss
Everdeen, Gale nyengir. Lagi pula, aku merasa seperti orang tolol berjalan-jalan dengan benda itu. Kami berdua mulai tertawa. Kupikir itu malah penurunan pangkat.
Ini salah satu dari sedikit hal menyenangkan dari Distrik 13. Mendapatkan Gale kembali. Tanpa adanya tekanan pernikahan dari Capitol untukku dan Peeta, kami berhasil mendapatkan persahabatan kami kembali. Gale tidak menekanku lebih jauh dengan berusaha menciumku atau bicara tentang cinta. Entah karena aku terlalu sakit, atau dia rela memberiku ruang, dan dia tahu terlalu kejam rasanya dengan Peeta masih di tangan Capitol. Apa pun rasanya, aku punya seseorang yang jadi tempatku berbagi rahasia lagi.
Siapa orang-orang ini" tanyaku.
Mereka adalah kita. Jika kita punya nuklir, bukannya bongkah-bongkah batu bara, jawabnya.
Aku ingin berpikir bahwa Dua Belas takkan meninggalkan sisa pemberontak begitu saja pada Masa Kegelapan, kataku.
Mungkin saja kita melakukannya. Itu, menyerah, atau memulai perang nuklir, kata Gale. Bagaimanapun, mereka bisa bertahan hidup saja sudah menakjubkan.
Mungkin karena masih ada sedikit abu dari distrikku di sepatuku, tapi untuk pertama kalinya, aku memberi orang-orang di Distrik 13 ini apa yang selama ini kutahan: penghargaan. Karena bisa bertahan hidup menghadapi segala rintangan yang ada. Tahun-tahun awal mereka pasti buruk, berjejalan di dalam kamar-kamar di bawah tanah sehabis kota mereka dibom sampai tinggal debu yang tersisa. Populasi berkurang drastis, tak ada sekutu yang bisa memberikan bantuan. Selama 75 tahun terakhir, mereka belajar untuk menghidupi diri sendiri, mengubah warga mereka menjadi tentara, dan membangun masyarakat baru tanpa bantuan dari siapa pun. Mereka bisa lebih hebat lagi jika epidermi cacar tidak menghambat angka kelahiran dan membuat mereka putus asa mencari pemberi keturunan. Mungkin mereka milisteristik, terprogram secara berlebihan, dan entah bagaimana tak punya rasa humor. Tapi mereka ada di sini. Dan berniat melawan Capitol.
Namun, butuh waktu terlalu lama bagi mereka untuk muncul, kataku.
Tidak sesederhana itu. Mereka harus membangun markas pemberontak di Capitol, menyusun gerakan bawah tanah di distrik-distrik, katanya. Kemudian mereka butuh seseorang yang memulai gerakan itu. Mereka membutuhkanmu.
Mereka butuh Peeta juga, tapi sepertinya lupa tentang hal itu, kataku.
Ekspresi Gale menggelap. Peeta mungkin sudah membuat banyak kerusakan malam ini. Tentu saja, kebanyakan pemberontak akan langsung mengabaikan ucapannya. Tapi ada beberapa distrik yang lebih mudah goyah gerakan pemberontaknya. Genjatan senjata jelas gagasan Presiden Snow. Tapi saat keluar dari mulut Peeta jadi terdengar masuk akal.
Aku takut mendengar jawaban Gale, tapi aku tetap bertanya, Menurutmu kenapa dia mengatakannya"
Dia mungkin disiksa. Atau dibujuk. Tebakanku adalah dia membuat semacam perjanjian untuk melindungimu. Dia mengeluarkan gagasan gencatan senjata jika Snow mengizinkannya menampilkanmu sebagai gadis hamil yang kebingungan, yang tak tahu apa-apa sama sekali ketika dia ditangkap pemberontak. Dengan demikian, jika distrik-distrik kalah, masih ada kemungkinan bahwa kau takkan dihukum berat. Jika kau memutuskannya dengan baik. Aku pasti tampak bingung karena Gale menyampaikan kalimat selanjutnya dengan amat perlahan. Katniss... dia masih berusaha menjagamu tetap hidup.
Menjagaku tetap hidup" Barulah aku mengerti. Pertarungan masih berlanjut. Kami telah meninggalkan arena, tapi karena aku dan Peeta tidak tewas, keinginan terakhirnya untuk menyelamatkanku tak pernah pupus. Keinginan Peeta adalah agar aku tidak menonjolkan diri, tetap aman dan terpenjara, sementara perang berlangsung. Lalu kedua belah pihak takkan punya alasan membunuhku. Dan Peeta" Jika para pemberontak menang, akan jadi malapetaka baginya. Jika Capitol menang, siapa yang tahu" Mungkin kami berdua akan dibiarkan tetap hidup jika aku memainkannya dengan benar menyaksikan Hunger Games berlanjut...
Berbagai bayangan melintasi benakku: tombak menembus tubuh Rue di arena, Gale tergantung tak berdaya di tiang cambukan, mayat-mayat be
rgelimpangan di kampung halamanku. Dan semua itu untuk apa" Untuk apa" Ketika darahku jadi panas, aku mengingat hal-hal lain. Sekilas pemberontakan di Distrik 8. Para pemenang bergandengan tangan sebelum Quarter Quell. Dan bagaimana aku bukan kebetulan sengaja menembakkan panah ke medan gaya di arena. Betapa inginnya aku menancapkan panah tersebut di jantung musuhku.
Aku berdiri, menyenggol kotak berisi ratusan pensil, dan membuatnya jatuh berantakan ke lantai.
Ada apa" tanya Gale.
Tak boleh ada gencatan senjata. Aku berjongkok, meraba-raba batang-batang grafit hitam kelabu itu dan memasukkannya ke dalam kotak. Kita tidak bisa kembali.
Aku tahu. Gale meraup segenggam pensil dan mengetukkannya ke lantai agar berderet sejajar.
Apa pun alasan Peeta mengucapkan apa yang dikatakannya tadi, dia salah. Batang-batang bodoh itu tak bisa masuk ke dalam kotak dan aku mematahkan beberapa batang pensil karena kesal.
Aku tahu. Berikan padaku. Kau mematahkannya sampai hancur. Gale menarik kotak dari kedua tanganku dan mengisinya dengan batang pensil dengan geralan cepat dan teratur.
Dia tidak tahu apa yang mereka lakukan pada Distrik Dua Belas. Jika saja dia bisa melihat apa yang terjadi di sana... kataku.
Katniss, aku tidak berdebat. Kalau kau bisa menekan tombol dan membunuh semua orang yang bekerja di Capitol, aku mau melakukannya. Tidak ada keraguan sedikit pun. Gale memasukkan batang pensil terakhir ke dalam kotak dan menutup kotaknya. Pertanyaannya adalah apa yang akan kaulakukan"
Ternyata pertanyaan yang sudah mengangguku itu hanya punya satu jawaban. Tapi butuh usaha dari Peeta agar aku bisa menyadarinya.
Apa yang akan kulakukan"
Aku mengambil napas dalam-dalam. Kedua lenganku terangkat sedikit seakan mengingat sayap-sayap hitam-dan-putih yang diberikan Cinna padaku lalu kedua tanganku kuturunkan ke sisi tubuhku.
Aku akan menjadi Mockingjay.
BAB TIGA MATA Buttercup memantulkan cahaya samar dari lampu pengaman di atas pintu ketika dia berbaring di lengkungan lengan Prim. Dia kembali bertugas, melindungi Prim dari malam hari. Prim bergelung dekat ibuku. Dalam keadaan tertidur mereka seperti yang kulihat pada pagi hari pemungutan yang membawaku ke Hunger Games pertama. Aku tidur sendirian di ranjangku karena aku masih dalam tahap pemulihan dan karena tak ada yang bisa tidur denganku. Aku meronta-ronta saat tidur karena mimpi buruk.
Setelah bolak-balik di atas ranjang selama berjam-jam, aku akhirnya menerima kenyataan bahwa malam ini aku tak bakal bisa tidur. Dalam tatapan Buttercup yang mengawasiku, aku berjingkat melintasi ubin yang dingin menuju lemari pakaian.
Laci tengah berisi pakaian-pakaian resmi yang dikeluarkan pemerintah. Semua orang mengenakan celana panjang dan kemeja abu-abu yang sama, kemejanya dimasukkan di bagian pinggang. Di bawah pakaian ini, aku menyimpan beberapa barang yang kumiliki ketika aku diangkat dari arena. Pin mockingjay-ku. Tanda mata dari Peeta, bandul emas berisi foto Ibuku, Prim, dan Gale di dalamnya. Parasut perak yang mengikat alat sadap pohon, dan mutiara yang diberikan Peeta padaku beberapa jam sebelum aku meledakkan medan gaya. Distrik 13 menyita salem kulitku untuk dipakai di rumah sakit, serta anak panah dan busurku karena hanya para penjaga yang punya izin membawa senjata. Busur dan panahku tersimpan aman di gedung senjata.
Aku meraba parasut dan menyelipkan jari-jariku ke dalamnya sampai akhirnya menangkup mutiara tersebut. Aku duduk bersila di ranjangku dan mengeluskan permukaan mutiara yang halus ke bibirku. Entah bagaimana, apa yang kulakukan ini terasa menenangkan. Ciuman menyejukkan dari si pemberi mutiara.
Katniss" bisik Prim. Dia terbangun, mengintip memandangku dalam kegelapan. Ada apa"
Tak apa-apa. Cuma mimpi buruk. Kembalilah tidur. Sudah otomatis. Aku menutup diri dari Prim dan ibuku dari beberapa hal untuk melindungi mereka.
Prim bergerak hati-hati agar tidak membangunkan ibuku, turun dari ranjang, menggendong Buttercup, lalu duduk di sampingku. Dia menyentuh tanganku yang sedang menggenggam mutiara. Kau dingin. Dia mengambil selimut cadangan dari
kaki ranjang, lalu menyelimuti kami bertiga, membungkusku dalam kehangatannya, juga bulu Buttercup yang hangat. Kau tahu kan, kau bisa cerita padaku. Aku pandai menyimpan rahasia. Bahkan dari Mom.
Prim sudah bukan gadis yang sama lagi. Gadis kecil dengan bagian belakang pakaiannya yang mencelat keluar seperti ekor bebek, anak yang butuh bantuan mengambil piring dan memohon untuk bisa melihat kue-kue yang dihias di jendela toko roti. Waktu dan tragedi telah memaksanya untuk dewasa lebih cepat, paling tidak menurut anggapanku, dan kini dia menjadi gadis muda yang bisa menjahit luka yang berdarah dan tahu bahwa ibu kami tidak terlalu mau tahu banyak urusan.
Besok pagi, aku akan setuju untuk menjadi Mockingjay, kataku padanya.
Karena kau mau atau karena kau merasa terpaksa melakukannya" tanya Prim.
Aku tertawa kecil. Kurasa keduanya. Tidak, aku ingin melakukannya. Aku harus melakukannya, jika bisa membantu para pemberontak mengalahkan Snow. Kugenggam mutiara makin erat dalam kepalanku. Hanya saja... Peeta. Aku takut jika kita menang, para pemberontak akan menghukumnya sebagai pengkhianat.
Prim memikirkannya dengan saksama, Katniss, kurasa kau tidak mengerti betapa pentingnya dirimu untuk perjuangan ini. Orang penting biasanya mendapatkan apa yang mereka mau. Jika kau ingin menjaga Peeta aman dari pemberontak, kau bisa melakukannya.
Kurasa aku memang penting. Mereka harus bersusah payah menyelamatkanku. Mereka membawaku ke Distrik 12. Maksudmu... aku bisa meminta mereka memberikan kekebalan hukum pada Peeta" Dan mereka harus menyetujuinya"
Kurasa kau bisa meminta nyaris segalanya dan mereka harus menyetujuinya. Prim mengernyitkan alisnya. Hanya saja, bagaimana kau tahu mereka akan memegang janji mereka"
Aku teringat pada segala dusta yang dikatakan Haymitch pada Peeta dan aku untuk membuat kami melakukan apa yang diinginkannya. Apa yang membuat para pemberontak takkan mengingkari perjanjian itu" Janji yang terucap di balik pintu-pintu yang tertutup, bahkan pernyataan yang tertulis di atas kertas semua itu bisa dengan mudah menguap setelah perang. Keabsahan dan keberadaan perjanjian tersebut bisa saja diingkari. Saksi-saksi di Ruang Komando pun percuma. Bahkan sesungguhnya, mereka mungkin akan menjatuhkan hukuman mati untuk Peeta. Aku membutuhkan saksi yang jauh lebih besar. Aku butuh semua orang yang bisa kudapatkan.
Harus di depan umum, kataku, Buttercup menyentakkan ekornya, yang kuanggap sebagai persetujuan darinya. Aku akan membuat Coin mengumumkannya di depan semua penduduk Tiga Belas.
Prim tersenyum. Oh, bagus sekali. Memang bukan jaminan, tapi akan jauh lebih sulit bagi mereka untuk membatalkan janji.
Aku merasakan kelegaan yang mengiringi pemecahan masalahku. Seharusnya aku lebih sering membangunkanmu, bebek kecil.
Kuharap kau mau begitu, jawab Prim. Dia menciumku. Cobalah tidur sekarang, Dan aku pun melakukannya.
Pada pagi hari, aku melihat pukul 07.00 Sarapan langsung diikuti kegiatan pukul 07.30 Ruang Komando, yang bagus saja buatku karena aku bisa memulai rencanaku. Di ruang makan, aku menunjukkan jadwalku di depan alat sensor, di sana juga tertera semacam nomor ID. Ketika aku menggeser nampanku di sepanjang rak logam di hadapan deretan makanan, aku melihat sarapan yang biasa disajikan semangkuk gandum panas, secangkir susu, dan semangkuk kecil buah atau sayuran. Hari ini sayurannya, lobak tumbuk. Semuanya berasal dari ladang-ladang bawah tanah Distrik 13. Aku duduk di meja yang sudah dinamai dengan keluarga Everdeen, Hawthorne, dan beberapa pengungsi lain, lalu menyendokkan makananku dan menelannya, berharap ada makanan yang lain, tapi tak pernah ada yang lain. Mereka mengukur gizi berdasarkan ilmu pengetahuan. Kau pergi dengan cukup kalori yang akan menunjangmu sampai makanan berikutnya, tak kurang, tak lebih. Ukuran makanan yang disajikan juga berdasarkan umur, tinggi badan, jenis tubuh, kesehatan, dan jumlah kerja fisik yang dibutuhkan sesuai dengan jadwalmu. Orang-orang dari 12 sudah mendapat makanan sedikit lebih banyak daripada penduduk asli 13 untuk menambah berat badan kami.
Kurasa tentara-tentara yang kurus mudah lelah. Dan itu berhasil. Dalam waktu satu bulan, kami mulai kelihatan lebih sehat, terutama anak-anak.
Gale menaruh nampannya di sampingku dan aku berusaha untuk tidak memandangi lobaknya dengan tatapan yang terlalu menyedihkan karena aku masih mau nambah, dan dia sudah bergerak cepat menyelipkan makanannya. Walaupun aku mengalihkan perhatianku pada serbetku yang terlipat rapi, sesendok penuh lobak sudah jatuh ke mangkukku.
Kau harus berhenti melakukan itu, kataku. Tapi karena aku sudah menyendokkan makanan itu ke mulut, ucapanku jadi tidak terlalu meyakinkan. Sungguh. Apa yang kaulakukan ini mungkin melanggar hukum. Mereka memiliki peraturan ketat tentang makanan. Contohnya, jika ada makananmu yang tidak habis dan kau ingin menyimpannya untuk dimakan nanti, kau tidak bisa membawanya keluar dari ruang makan. Tampaknya, pada masa-masa awal, ada beberapa insiden yang melibatkan penimbunan makanan. Bagi beberapa orang seperti aku dan Gale, yang selama bertahun-tahun bertanggung jawab atas persediaan makanan keluarga kami, keadaan seperti ini tidak bisa kami terima begitu saja. Kami tahu bagaimana caranya lapar, tapi kami tidak tahu bagaimana menangani jatah makanan yang kami miliki. Dalam beberapa hal, Distrik 13 jauh lebih mengontrol daripada Capitol.
Apa yang bisa mereka lakukan" Mereka sudah mengambil alat komunikasiku, kata Gale.
Ketika aku menyendoki sisa-sisa makanan di mangkuk sampai bersih, aku mendapat inspirasi. Hei, mungkin aku harus menjadikannya syarat jika mereka mau aku menjadi Mockingjay.
Bahwa aku bisa memberimu makan lobak" tanya Gale.
Tidak, agar kita bisa berburu. Perkataanku menarik perhatiannya. Kita harus memberikan semua hasil buruan ke dapur. Namun, kita bisa... Aku tidak harus menyelesaikan kalimatku karena dia tahu. Kami bisa berada di atas tanah. Di hutan. Kami bisa menjadi diri kami lagi.
Lakukan saja, katanya. Sekaranglah saatnya. Kau bisa meminta bulan dan mereka harus menemukan cara untuk mendapatkannya.
Gale tidak tahu aku sudah meminta bulan dengan meminta mereka mengampuni nyawa Peeta dari hukuman. Sebelum aku bisa memutuskan apakah aku harus memberitahunya atau tidak, bel berbunyi menandakan waktu makan sudah habis. Aku gelisah membayangkan harus menghadapi Coin sendirian. Kau dijadwalkan untuk apa"
Gale memeriksa lengannya. Kelas Sejarah Nuklir. Omong-omong, absenmu sudah dicatat.
Aku harus ke Ruang Komando. Mau ikut" tanyaku.
Baiklah. Tapi mereka mungkin bakal melemparku keluar setelah kejadian kemarin. Sembari kami menaruh nampan, dia berkata, Kau tahu, sebaiknya kaumasukkan juga Buttercup dalam daftar permintaanmu. Kurasa konsep binatang yang tak berguna tak dikenal di sini.
Oh, mereka akan bisa menemukan pekerjaan untuknya. Menatonya di cakar hewan itu tiap pagi, sahutku. Tapi aku menyimpannya dalam otakku agar menyertakan Buttercup dalam permintaan, demi Prim.
Pada saat kami tiba di Ruang Komando, Coin, Plutarch, dan semua orang telah berkumpul. Beberapa alis mengernyit ketika mereka melihat kehadiran Gale, tapi tak ada seorang pun yang melemparnya keluar. Apa yang sudah kuingat-ingat tadi jadi berantakan tak keruan, jadi aku meminta selembar kertas dan pensil. Minatku yang tampak jelas pada keadaan yang berlangsung ini pertama kalinya sejak aku dibawa kemari membuat mereka terkejut. Beberapa orang bertukar pandang. Mungkin mereka sudah punya beberapa ceramah tambahan yang sudah disiapkan untukku. Malah, Coin yang menyerahkan langsung kertas dan pensil untukku dan semua orang menunggu dalam diam sementara aku duduk di meja, menuliskan daftarku. Buttercup. Berburu. Kekebalan hukum untuk Peeta. Mengumumkannya di depan umum.
Sudah. Mungkin ini satu-satunya kesempatanku untuk menawar. Pikir. Apa lagi yang kau mau" Aku merasakannya, berdiri di dekat bahuku. Gale, aku menambahkannya ke dalam daftar. Kurasa aku tidak bisa melakukan ini tanpa dirinya.
Mendadak kepalaku sakit dan pikiranku mulai berkecambuk. Kupejamkan mataku dan mulai mengulang dalam hati.
Namamu Katniss Everdeen. Umurku tujuh belas tahun. Rumahku di Dist
rik 12. Aku ikut Hunger Games. Aku melarikan diri. Capitol membenciku. Peeta dijadikan tawanan. Dia masih hidup. Dia pengkhianat tapi masih hidup. Aku harus menjaganya agar tetap hidup...
Daftar itu. Sepertinya masih terlalu sedikit. Aku harus berusaha berpikir lebih besar lagi, melebihi situasi kami sekarang di mana aku menjadi orang yang mahapenting, sementara di masa depan aku mungkin tak berarti apa-apa. Bukankah seharusnya aku meminta lebih" Untuk keluargaku" Untuk penduduk distrikku yang masih tersisa" Kulitku gatal karena abu orang mati. Aku merasa mual teringat pada tengkorak yang mengenai sepatuku. Bau darah dan bunga mawar menyengat hidungku.
Pensil bergerak sendiri di atas kertas. Kubuka mataku dan kulihat coretan cakar ayam. AKU BUNUH SNOW, jika dia tertangkap, aku menginginkan hak istimewa itu.
Plutarch batuk kecil. Sudah selesai" Aku mendongak dan memperhatikan jam dinding. Aku sudah duduk di sini selama dua puluh menit. Ternyata bukan hanya Finnick yang punya masalah dalam memusatkan perhatian.
Yeah, kataku. Suaraku terdengar serak, jadi aku berdeham. Yeah, jadi begini perjanjiannya. Aku akan menjadi Mockingjay-mu.
Aku menunggu hingga mereka bisa mengeluarkan desahan lega, memberi selamat, saling menepuk punggung, Coin tidak menunjukkan reaksi, terus memandangiku, tak terkesan.
Tapi aku punya beberapa syarat. Aku meluruskan daftarku dan mulai membacanya. Keluargaku boleh memelihara kucing kami. Permintaan terkecilku ini menimbulkan perdebatan. Para pemberontak dari Capitol tidak melihat ini sebagai masalah tentu saja, aku bisa memelihara binatang peliharaanku sementara mereka dari 13 menyebutkan kesulitan-kesulitan apa saja yang kami alami saat ini. Akhirnya disetujui bahwa kami akan dipindahkan ke lantai paling atas, yang memiliki fasilitas istimewa yaitu jendela berukuran dua puluh senti yang membuka ke atas tanah. Buttercup boleh datang dan pergi sesuka hati. Dia harus mencari makan sendiri. Jika dia melewatkan jam malam, dia akan dikunci di luar. Jika dia menimbulkan masalah-masalah keamanan, dia akan langsung ditembak.
Syarat itu terdengar oke bagiku. Tidak terlalu berbeda dengan cara hidupnya sejak kami pergi. Kecuali bagian ditembak tadi. Jika dia kelihatan terlalu kurus, aku bisa memberinya sedikit peroan binatang, asal permintaanku berikutnya dikabulkan.
Aku ingin berburu. Bersama Gale. Di hutan, kataku. Dan pernyataan ini membuat semua orang terdiam.
Kami takkan pergi jauh. Kami akan menggunakan busur dan panah kami sendiri. Dapur kalian akan mendapat daging. imbuh Gale.
Aku buru-buru menambahkan sebelum ada yang sempat berkata tidak. Masalahnya... aku tidak bisa bernapas terkungkung seperti ini... Aku akan lebih baik, lebih cepat, jika... aku bisa berburu.
Plutarch mulai menjelaskan kesulitan-kesulitannya bahayanya, pengamanan ekstra, risiko terluka tapi Coin memotongnya. Tidak apa-apa. Izinkan saja. Beri mereka dua jam per hari, dikurangi dari waktu latihan mereka. Radius seperempat mil. Dengan alat komunikasi dan gelang kaki pencatat jejak. Apa selanjutnya"
Aku melihat daftarku. Gale. Aku akan membutuhkannya bersamaku untuk melakukan ini.
Bersamamu seperti apa" Di luar kamera" Bersamamu sepanjang waktu" Kau ingin dia tampil sebagai kekasih barumu" tanya Coin.
Dia tidak menanyakan ini dengan kebencian tertentu sebaliknya, kata-katanya terdengar lugas. Tapi mulutku masih menganga karena kaget. Apa"
Kurasa kita harus melanjutkan kisah asmara ini. Terlalu cepat cintanya beralih dari Peeta bisa menyebabkan dia kehilangan simpati penonton, kata Plutarch. Terutama sejak mereka berpikir dia hamil anak Peeta.
Setuju. Jadi, di depan kamera, Gale bisa ditampilkan sebagai teman sesama pemberontak. Bagaimana" tanya Coin. Aku hanya memandangnya, Coin mengulang perkataannya dengan tidak sabar. Untuk Gale. Apakah cukup seperti itu"
Kita selalu bisa menampilkannya sebagai sepupumu, kata Fulvia.
Kami bukan sepupu, aku dan Gale menjawab berbarengan.
Betul, tapi kita sebaiknya memainkan peran tersebut di depan kamera, kata Plutarch. Di luar kamera, dia milikmu sepenuhnya. Ad
a lagi yang lain" Aku bingung melihat arah pembicaraan ini. Kesannya adalah aku sudah siap sedia menyingkirkan Peeta, bahwa aku mencintai Gale, dan semua ini hanyalah akting. Kedua pipiku mulai terasa panas. Gagasan bahwa aku memikirkan siapa yang akan kutampilkan sebagai kekasih mengingat kondisi yang terjadi saat ini sepertinya merendahkan martabatku sendiri. Kubiarkan amarah mendorongku menyatakan permintaan terbesarku. Saat perang berakhir, jika kita menang, Peeta akan diampuni.
Hening total. Aku merasakan tubuh Gale menegang. Kurasa aku seharusnya memberitahu Gale sebelumnya, tapi aku tidak yakin bagaimana dia menanggapinya. Apalagi jika berkaitan dengan Peeta.
Tak ada hukuman apa pun yang akan dijatuhkan padanya, aku melanjutkan. Gagasan baru terlintas dalam benakku. Perlakuan yang sama juga berlaku untuk para peserta yang tertangkap, Johanna dan Enobaria. Sejujurnya, aku tidak peduli pada Enobaria, peserta sadis dari Distrik 2. Sesungguhnya, aku tidak menyukainya, tapi sepertinya salah jika aku tidak menyertakannya.
Tidak, jawab Coin datar.
Ya, tukasku. Bukan salah mereka kau meninggalkan mereka di arena. Siapa yang tahu apa yang dilakukan Capitol pada mereka.
Mereka akan disidang bersama para penjahat perang yang lain dan dijatuhi hukuman yang dianggap tepat oleh pengadilan. katanya.
Mereka akan diberi kekebalan hukum! Aku bangkit berdiri dari kursiku, suaraku berwibawa dan bergetar. Kau secara pribadi akan menyatakan ini di depan seluruh penduduk Distrik Tiga Belas dan sisa penduduk Dua Belas. Segera. Hari ini. Pernyataanmu akan direkam untuk generasi mendatang. Kau dan pemerintahanmu bertanggung jawab atas keselamatan mereka, atau kaucari saja Mockingjay lain!
Kata-kataku menggantung di udara selama beberapa saat.
Itu dia! Aku mendengar Fulvia mendesis pada Plutarch. Tepat di sana. Dengan kostumnya, tembakan senjata di latar belakang, sedikit asap.
Ya, itu yang kita mau, kata Plutarch berbisik.
Aku ingin memelototi mereka, tapi kupikir mengalihkan perhatianku dari Coin adalah tindakan yang salah. Aku bisa melihatnya mempertimbangkan harga yang harus dia bayar dari ultimatumku, menimbang apakah aku seharga dengan itu.
Bagaimana menurutmu, Presiden" tanya Plutarch. Kau bisa mengeluarkan pengampunan resmi, mengingat keadaan yang terjadi saat ini. Anak lelaki itu... bahkan belum dewasa.
Baikalh, sahut Coin akhirnya. Tapi kau sebaiknya tampil bagus.
Aku akan tampil setelah kau membuat pengumuman, kataku.
Panggil dewan keamanan nasional berkumpul pada saat renungan hari ini. perintah Coin. Aku akan membuat pengumuman saat itu. Apakah masih ada lagi yang tersisa dalam daftarmu, Katniss"
Kertasku sudah remuk jadi bola dalam kepalan tangan kananku. Aku meluruskan kertas tersebut di atas meja dan membaca coretan kacau di sana. Hanya satu hal lagi. Aku yang membunuh Snow.
Untuk pertama kalinya aku melihat secercah senyum di bibir Presiden. Ketika saatnya tiba, aku akan mengundi namamu untuk ikut ambil bagian.


Mockingjay Buku Terakhir Trilogi The Hunger Games Karya Suzanne Collins di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mungkin dia benar. Tentunya aku tidak memiliki kekuasaan tunggal terhadap nyawa Snow. Dan kupikir aku bisa berharap pada Coin yang menyelesaikan tugas ini. Cukup adil.
Tatapan Coin tertuju pada lengannya, jam itu. Dia juga memiliki jadwal yang harus dipatuhinya. Kutinggalkan dia di tanganmu, Plutarch. Dia keluar dari ruangan, diikuti oleh anggota timnya, meninggalkan Plutarch, Fulvia, Gale, dan aku di dalam ruangan.
Bagus. Bagus sekali. Plutarch duduk, kedua sikunya ditumpukan di atas meja, sambil tangannya menggosok matanya. Kau tahu apa yang kurindukan" Lebih dari apa pun" Kopi. Kutanya padamu, apakah keterlaluan jika aku meminta sesuatu agar bisa membantuku menelan bubur dan lobak itu"
Kami tak menyangka akan sekaku itu di sini, Fulvia menjelaskan pada kami sembari memijat bahu Plutarch. Terutama untuk orang-orang berkedudukan tinggi.
Atau paling tidak, ada pilihan untuk kegiatan sampingan, kata Plutarch. Maksudku, bahkan Dua Belas punya pasar gelap, kan"
Yeah, Hob, kata Gale. Itu tempat kami bertukar barang.
Nah, lihatlah sekarang betapa bermoralnya
kalian berdua! Tak dapat dirusak. Plutarch menghela napas. Yah, perang takkan berlangsung selamanya. Senang memiliki kalian dalam tim. Plutarch mengulurkan tangannya ke samping, di sana Fulvia sudah siap menyodorkan buku sketsa besar bersampul kulit. Secara umum kau sudah tahu apa yang kami minta darimu, Katniss. Aku sadar kau punya perasaan yang campur-aduk untuk terlibat dalam hal ini. Kuharap ini bisa membantu.
Plutarch menggeser buku sketsa ke arahku. Selama sesaat, benda itu tampak mencurigakan. Lalu rasa ingin tahu menguasai diriku. Aku membuka sampul kulit itu dan melihat fotoku terpampang di sana, berdiri tegak dan mantap, dalam seragam hitam. Hanya satu orang yang bisa merancang pakaian seperti itu, sekilas pakaian tersebut tampak hanya menunjukkan kegunaan, jika dilihat lebih teliti pakain itu adalah karya seni. Lekukan helm, lengkungan perisai dada, bagian lengan yang sedikit berisi agar bagian putih yang terlipat di bawah lengan bisa tampak. Di tangannya, aku kembali jadi mockingjay.
Cinna, bisikku. Ya. Dia memaksaku berjanji untuk tidak menunjukkan buku ini padamu sebelum kau memutuskan sendiri untuk menjadi Mockingjay. Percayalah, aku sangat tergoda untuk menunjukkannya padamu, kata Plutarch. Teruskan. Balik halamannya.
Aku membalik halaman demi halaman perlahan-lahan, melihat setiap detail seragam itu. Lapisan-lapisan perisai tubuh yang dibuat secara saksama, senjata-senjata yang disembunyikan di dalam sepatu bot atau ikat pinggang, dan pelindung khusus di bagian jantung. Pada halaman terakhir, di bawah sketsa pin mockingjay, Cinna menulis, Aku masih bertaruh untukmu.
Kapan dia... Suaraku pun pecah.
Hmmm. Setelah pengumuman Quarter Quell. Mungkin beberapa minggu sebelum Pertarungan dimulai. Tidak hanya sketsa. Seragammu sudah tersedia. Oh, dan Beetee punya sesuatu yang amat istimewa yang menantimu di ruang persenjataan. Aku tidak mau merusak kejutan dengan membocorkannya, kata Plutarch.
Kau akan menjadi pemberontak dengan pakaian paling bagus dalam sejarah, kata Gale sambil tersenyum. Mendadak, aku sadar bahwa Gale menahan diri padaku. Seperti Cinna, selama ini dia juga ingin aku mengambil keputusan ini.
Rencana kita adalah meluncurkan Serangan Udara, kata Plutarch. Membuat seri yang kita sebut propo kependekan dari 'siaran propoganda' yang menampilkanmu dan menyiarkannya ke seluruh penduduk Panem.
Bagaimana" Capitol adalah pengendali tunggal semua siaran, kata Gale.
Tapi kita punya Beetee. Sekitar sepuluh tahun yang lalu, dia merancang ulang jaringan bawah tanah yang memancarkan semua program siaran. Menurutnya ada kemungkinan bahwa hal itu bisa dilakukan. Tentu saja kita membutuhkan sesuatu untuk disiarkan. Jadi Katniss, dengan senang hati studio menantimu. Plutarch menoleh memandang asistennya, Fulvia"
Aku dan Plutarch sudah bicara tentang bagaimana kita bisa berhasil melakukannya. Kami pikir yang terbaik adalah membentukmu, pemimpin pemberontak kita, dari luar... ke dalam. Artinya, mari kita temukan penampilan Mockingjay yang paling memesona, lalu kita rancang kepribadianmu yang paling pas dengan penampilan itu! kata Fulvia dengan gembira.
Kau sudah punya seragamnya, kata Gale.
Ya, tapi apakah dia terluka dan berdarah" Apakah dia berkilau dengan api pemberontakan" Seberapa jauh kita bisa menampilkannya dalam kondisi buruk tanpa membuat orang jijik" Dalam keadaan apa pun, dia harus menjadi sesuatu. Maksudku, ini jelas Fulvia bergerak cepat mendekatiku dan langsung menangkup wajahku dengan kedua tangannya tak cukup. Secara rileks aku langsung menarik mundur kepalaku, tapi Fulvia sudah sibuk mengumpulkan barang-barangnya. Jadi dengan mengingat hal itu, kami punya kejutan kecil lain untukmu. Ayo, ayo.
Fulvia melambai pada kami, lalu aku dan Gale mengikutinya dan Plutarch menuju koridor.
Dilakukan dengan niat baik, namun tetap terasa menghina, bisik Gale di telingaku.
Selamat datang ke Capitol, balasku. Tapi kata-kata Fulvia tak ada efeknya buatku. Kupeluk buku sketsa Cinna erat-erat dan kubiarkan diriku merasakan harapan. Ini pasti keputusan yang benar. Jika Cinna
menginginkannya. Kami naik elevator dan Plutarch memeriksa catatannya. Mari kita lihat. Kompartemen Tiga-Sembilan-Nol-Delapan. Dia memencet tombol angka 39, tapi tak terjadi apa-apa.
Kau harus memasukkan kunci, kata Fulvia.
Plutarch menarik kunci yang tergantung pada kalung tipis di balik kausnya, lalu memasukkannya ke lubang yang tak kuperhatikan sebelumnya. Kedua pintu elevator pun menutup. Ah, kita bergerak.
Elevator turun ke lantai sepuluh, dua puluh, tiga puluh, turun jauh lebih dalam daripada Distrik 13 yang kutahu. Pintu membuka dan memperlihatkan koridor putih dengan deretan pintu berwarna merah, yang tampak nyaris sengaja dihias dibanding pintu-pintu berwarna kelabu di lantai-lantai yang lebih tinggi. Masing-masing pintu ditulis angka. 3901, 3902, 3903...
Ketika kami melangkah keluar, aku menoleh ke belakang untuk melihat pintu elevator menutup dan melihat pintu besi menggeser menutupi pintu biasa. Ketika aku menoleh lagi, seorang penjaga sudah muncul dari salah satu ruangan di ujung koridor. Pintu beranyun pelan menutup di belakangnya saat dia berjalan menghampiri kami.
Plutarch bergerak menyambutnya, mengangkat tangan memberi salam, dan kami semua mengikuti di belakangnya. Ada sesuatu yang terasa sangat salah di bawah sini. Bukan sekadar elevator dengan pengamanan tambahan, atau klaustrofobia karena berada jauh di bawah tanah, atau bau antiseptik yang menyengat. Aku memandang Gale sejenak dan aku tahu dia juga merasakan hal yang sama.
Selamat pagi, kami ingin mencari... kata Plutarch.
Kau salah lantai, sergah sang penjaga.
Benarkah" Plutarch memeriksa ulang catatannya. Ditulis di sini Tiga-Sembilan-Nol-Delapan. Bisakah kau menghubungi...
Sepertinya aku harus meminta kalian pergi sekarang. Ketidaksesuaian tugas bisa disampaikan ke Kantor Pusat, kata sang penjaga.
Pintu itu ada di depan kami. Kompartemen 3908. Hanya beberapa langkah. Pintu itu sesungguhnya, semua pintu seakan tak lengkap. Tak ada kenopnya. Pintu-pintu itu pasti berayun bebas di engselnya seperti pintu tempat penjaga tadi muncul.
Di mana tempatnya" tanya Fulvia.
Kau akan menemukan Kantor Pusat di lantai tujuh, kata penjaga, menjulurkan kedua lengannya mengarahkan kami kembali ke elevator.
Dari balik pintu 3908 terdengar suara. Hanya rengekan pelan. Seperti suara anjing yang ketakutan berusaha menghindari pukulan, namun suara itu terdengar seperti suara manusia dan tak asing lagi. Mataku sekilas memandang mata Gale, tapi tatapan itu cukup bagi dua orang biasa bekerja sama seperti kami. Kujatuhkan buku sketsa Cinna di kaki penjaga hingga berdebam keras. Pada saat penjaga itu membungkuk untuk mengambilnya. Gale juga ikut membungkuk, sengaja membenturkan kepalanya keras-keras ke kepala penjaga itu. Oh, maafkan aku, katanya sambil tertawa kecil seraya memegangi kedua tangan penjaga itu seakan berusaha memantapkan berdirinya, lalu menariknya sedikit menjauh dariku.
Ini kesempatanku. Aku berlari mengitari penjaga yang teralih perhatiannya itu, mendorong pintu bernomor 3908 dan melihat mereka. Dalam keadaan setengah telanjang, lebam-lebam, dan terbelenggu di dinding.
Tim persiapanku. BAB EMPAT BAU badan orang yang tidak mandi, pesing, dan aroma infeksi menjalar di antara kabut antiseptik. Tiga orang itu hanya bisa kukenali karena pilihan gaya mereka yang mencolok. Tato berwarna emas di wajah Venia. Rambut ikal oranye Flavius. Kulit Octavia yang berwarna hijau muda saat ini tampak lisut, seakan tubuhnya perlahan-lahan mengempis seperti balon.
Saat melihatku, Flavius dan Octavia bergerak mundur menempel ke dinding seakan bersiap-siap menerima serangan, meskipun aku tak pernah menyakiti mereka. Serangan terburukku pada mereka hanya berupa pikiran-pikiran yang tak baik, dan semua itu hanya kusimpan sendiri, jadi kenapa mereka mengkeret takut"
Penjaga memerintahkanku keluar, tapi dari suara seretan kaki yang kudengar selanjutnya, aku tahu entah bagaimana Gale berhasil menahannya. Untuk mencari tahu jawaban atas kepenasaranku, aku menghampiri Venia, yang selalu menjadi yang terkuat. Aku berjongkok menggenggam kedua tangannya yang seding
in es, yang balas menggenggamku seperti capit.
Apa yang terjadi, Venia" tanyaku. Apa yang kaulakukan di sini"
Mereka membawa kami. Dari Capitol, jawabnya dengan suara serak.
Plutarch masuk, berdiri di belakangku. Apa-apaan ini"
Siapa yang membawamu" aku mendesak Venia.
Orang-orang. kata Venia tidak yakin. Malam ketika kau lolos.
Kami pikir keberadaan tim regulermu akan membuatmu tenang. kata Plutarch di belakangku. Cinna yang memintanya.
Cinna meminta ini" aku membentaknya. Aku tahu pasti Cinna takkan pernah menyetujui penyiksaan terhadap tiga orang ini, yang selalu diperlakukannya dengan lembut dan sabar. Kenapa mereka diperlakukan seperti penjahat"
Sejujurnya aku tidak tahu. Ada sesuatu dalam suara Plutarch yang membuatku mempercayainya, dan pias di wajah Fulvia menegaskannya. Plutarch menoleh memandang penjaga, yang berada tepat di ambang pintu, dengan Gale tepat berada di belakangnya. Aku hanya tahu mereka ditahan. Kenapa mereka dihukum"
Karena mencuri makanan. Kami harus menahan mereka setelah adanya pertengkaran karena rebutan roti, jawab si penjaga.
Alis Venia bertaut seakan dia masih berusaha menalarkan hal ini. Tak ada seorang pun yang memberitahu kami. Kami kelaparan. Hanya sepotong yang diambilnya.
Octavia mulai terisak, suaranya teredam di baju tuniknya yang combang-camping. Aku teringat ketika pertama kali aku selamat di arena. Octavia diam-diam memberiku roti di bawah meja karena dia tak tahan melihatku kelaparan. Aku merangkak menuju tubuhnya yang gemetar. Octavia" Aku menyentuhnya dan tubuhnya tersentak. Octavia" Semuanya akan baik-baik saja. Aku akan mengeluarkanmu dari sini, oke"
Hukuman ini sepertinya ekstrem, kata Plutarch.
Ini gara-gara sepotong roti" tanya Gale.
Terjadi beberapa kali pelanggaran yang menyebabkan semua itu. Mereka sudah diperingatkan. Masih saja mengambil roti lebih daripada seharusnya. Penjaga itu terdiam sejenak, seakan bingung melihat ketidakpahaman kami, Kau tidak boleh mengambil roti.
Aku tidak bisa membuat Octavia memperlihatkan wajahnya, tapi dia mengangkatnya sedikit. Borgol di pergelangan tangannya bergerak turun sedikit, memperlihatkan memar-memar di baliknya. Kubawa kau ke ibuku! Kupanggil penjaga itu. Lepaskan borgol mereka.
Penjaga tersebut menggeleng. Aku tidak berhak.
Lepaskan mereka! Sekarang! aku berteriak.
Teriakanku menggoyahkan ketenangannya. Warga negara biasa tidak bicara seperti ini dengannya. Aku tidak punya surat perintah pelepasannya. Dan kau tidak punya wewenang untuk...
Lakukan atas wewenangku, kata Plutarch. Kami datang untuk menjemput mereka bertiga. Mereka diperlukan untuk Pertahanan Khusus. Aku yang akan bertanggung jawab penuh.
Penjaga itu pergi untuk menelepon. Dia kembali dengan serenceng kunci. Tim persiapanku dipaksa menekuk tubuhnya dalam waktu lama sehingga ketika borgol-borgol dilepaskan, mereka jadi sulit berjalan. Gale, Plutarch, dan aku harus membantu mereka. Kaki Flavius tersangkut di jeruji logam di atas lubang di lantai, dan perutku mual membayangkan kenapa ruangan ini membutuhkan pipa pembuangan. Noda-noda penderitaan manusia yang pasti sudah disemprot dari ubin putih ini...
Di rumah sakit, aku mencari ibuku, satu-satunya orang yang kupercaya untuk merawat mereka. Ibuku langsung menempatkan mereka di rumah sakit, mengingat kondisi mereka saat ini, tapi tampak kekuatiran di wajahnya. Dan aku tahu kekuatiran ibuku bukan karena melihat tubuh-tubuh yang teraniaya, karena itu makanan sehari-harinya di Distrik 12, tapi kesadaran bahwa hal semacam ini juga berlangsung di Distrik 13.
Ibuku diterima di rumah sakit, tapi dia lebih dipandang sebagai perawat dibanding dokter, meskipun sepanjang hidupnya dia mengobati orang. Namun, tak ada seorang pun yang berani ikut campur ketika dia membawa tiga orang itu ke ruang pemeriksaan untuk memeriksa luka-luka mereka. Aku duduk di bangku di lorong depan pintu masuk rumah sakit, menunggu mendengar vonis dari ibuku. Dari tubuh mereka, ibuku bisa membaca penderitaan apa saja yang ditimpakan pada mereka.
Gale duduk di sampingku dan merangkul bahuku. Dia
akan menyembuhkan mereka. Aku mengangguk, bertanya-tanya dalam hati apakah dia teringat pada pencambukan brutal yang dialaminya di 12.
Plutarch dan Fulvia duduk di bangku di seberang kami, tapi tidak bicara tentang keadaan tim persiapanku. Jika mereka tidak tahu tentang perlakuan buruk ini, lalu bagaimana pendapat mereka tentang kejadian ini, yang pasti berkaitan dengan peran Presiden Coin" Kuputuskan untuk membantu mereka.
Kurasa kita semua sudah diberi peringatan, kataku.
Apa" Tidak. Apa maksudmu" tanya Fulvia.
Menghukum tim persiapanku adalah peringatan, kataku. Bukan hanya aku. Tapi juga padamu. Tentang siapa yang sesungguhnya memegang kendali dan apa yang terjadi jika dia tidak dipatuhi. Kalau kau punya delusi kekuasaan, sebaiknya kaulepaskan sekarang. Tampaknya mereka yang berasal dari Capitol tidak mendapat perlindungan di sini. Mungkin mereka malah dianggap beban.
Tidak mungkin membandingkan Plutarch yang menjadi otak lolosnya pemberontak, dan tiga ahli kecantikan itu, kata Fulvia dingin.
Aku mengangkat bahu. Terserah kalau kau menganggapnya begitu, Fulvia. Tapi apa yang terjadi jika kau berhadapan dengan sisi buruk Coin" Tim persiapanku diculik. Paling tidak mereka bisa bermimpi suatu hari bisa kembali ke Capitol. Aku dan Gale bisa hidup di hutan. Tapi kalian" Ke mana kalian akan lari"
Mungkin kami lebih penting daripada yang kaukira dalam urusan perang ini, kata Plutarch, tak tampak gelisah.
Tentu saja kau merasa seperti itu. Para peserta juga dianggap penting dalam Hunger Games. Sampai mereka dianggap tak penting lagi, kataku. Dan mereka sangat mudah disingkirkan benar kan, Plutarch"
Percakapan kami berakhir di sana. Kami menunggu dalam diam sampai ibuku menemukan kami. Mereka akan sembuh, ujarnya melaporkan. Tak ada luka-luka fisik permanen.
Bagus. Hebat, kata Plutarch. Kapan mereka bisa mulai kerja"
Mungkin besok, jawab ibuku. Kalian harus siap menghadapi ketidakstabilan emosi, setelah apa yang mereka alami. Mereka amat tidak siap menghadapi keadaan di sini, apalagi mengingat mereka biasa menjalani hidup di Capitol.
Bukankah kita semua tak siap" tanya Plutarch.
Entah kerena tim persiapanku dalam kondisi tak mampu atau aku terlalu tegang. Plutarch membebaskanku dari tugas sebagai Mockingjay selama sisa hari ini. Aku dan Gale pergi makan siang, di sana kami disuguhi setup kacang-kacangan dan bawang bomboy, sepotong roti tebal, dan segelas air. Setelah mendengar cerita Venia, roti yang kumakan jadi tersangkut di kerongkongan, jadi kuberikan sisa rotiku ke nampan Gale. Kami tak banyak bicara selama makan siang, tapi ketika mangkok kami bersih, Gale menarik lengan bajunya, memperlihatkan jadwalnya hari ini. Selanjutnya aku ada latihan.
Kutarik lengan bajuku dan kuangkat lenganku di sebelah lengannya. Aku juga. Aku ingat latihan sama dengan berburu sekarang.
Keinginanku untuk kabur ke hutan, meskipun cuma dua jam, menghilangkan semua kekuatiranku saat ini. Pemandangan hijau dan sinar matahari pasti akan membantuku berpikir jernih. Setelah berada di luar koridor utama, aku dan Gale berlari seperti anak sekolah menuju ruang senjata, dan ketika kami tiba di sana, napasku terengah-engah dan aku pising, mengingatkanku bahwa aku belum sepenuhnya pulih. Para penjaga memberi kami senjata-senjata lama kami, juga pisau dan karung goni yang jadi tas berburu. Aku bisa menerima mereka memasang alat penjejak di pergelangan kakiku, berusaha untuk tampak mendengarkan ketika mereka menjelaskan cara menggunakan komunikator genggam. Satu-satunya yang melekat di kepalaku adalah kebebasan ini ada jamnya, dan kami harus kembali ke 13 pada waktu yang ditentukan atau hak istimewa kami untuk berburu akan dicabut. Kurasa ini satu-satunya peraturan yang akan berusaha kupatuhi.
Kami pergi keluar menuju arena latihan yang besar dan berpagar di samping hutan. Para penjaga membuka gerbang yang diminyaki dengan baik itu tanpa berkomentar apa-apa. Kami pasti bakal sulit setengah mati jika ingin keluar sendiri dari pagar ini tingginya sepuluh meter dan selalu terdengar desingan listrik, di atasnya ada besi-besi
melengkung setajam silet. Kami bergerak memasuki hutan sampai pemandangan pagar itu tak kelihatan lagi. Di tanah lapang kecil, kami berhenti dan menengadahkan kepala kami, merasakan sinar matahari. Aku bergerak berputar, merentangkan kedua tanganku ke samping, berputar perlahan agar dunia tidak bergerak memusingkan.
Minimnya curah hujan yang kulihat di 12 juga merusak tanaman di sini, menyisakan daun-daun yang rapuh, membuat kaki kami seperti menginjak karpet yang terasa garing. Kami melepaskan sepatu. Lagi pula sepatuku tidak pas betul, karena semangat jangan-buang-jangan-kepingin-apa-apa yang jadi aturan Distrik 13, aku diberi sepatu yang sudah tidak muat lagi di kaki seseorang. Tampaknya, salah satu dari kami memiliki cara berjalan yang janggal, karena sepatu itu rusak di bagian yang salah.
Kami berburu seperti di masa lalu. Dalam diam, tak perlu kata-kata untuk berkomunikasi, karena di hutan kami bergerak sebagai dua bagian dalam satu jiwa. Saling mengantisipasi gerakan satu sama lain, saling menjaga dan mengawasi. Sudah berapa lama" Delapan bulan" Sembilan" Sejak terakhir kalinya kami memiliki kebebasan ini" Ini memang bukan kebebasan yang sama, mengingat segala yang sudah terjadi dan alat penjejak yang dipasang di pergelangan kaki kami dan fakta bahwa aku sering beristirahat. Tapi kupikir inilah kondisi yang paling mirip dengan kebahagiaan yang menurutku bisa kudapatkan.
Binatang-binatang di sini tidak terlalu waspada. Waktu lebih yang diperlukan untuk mengenali bau kami yang asing berarti kematian mereka. Dalam satu setengah jam, kami mendapat selusin buruan kelinci, tupai, dan kalkun dan kuputuskan untuk berhenti agar bisa menghabiskan sisa waktu di kolam yang pasti berasal dari mata air bawah tanah, karena airnya terasa sejuk dan manis.
Ketika Gale menawarkan diri untuk menyiangi hasil buruan, aku tidak keberatan. Aku menyelipkan beberapa lembar daun mint di lidahku, memejamkan mata, dan menyandar di batu, menyerapi semua suara, membiarkan sinar matahari sore hari membakar kulitku, hampir merasakan kedamaian sampai suara Gale mengangguku. Katniss, kenapa kau begitu peduli pada tim persiapanmu"
Kubuka mataku untuk melihat apakah dia bergurau, tapi dia mengernyitkan dahi memandang kelinci yang sedang dikulitinya. Kenapa tidak"
Hm. Karena selama setahun terakhir mereka menghabiskan waktu untuk mendandanimu agar siap dibantai" katanya.
Jauh lebih rumit daripada itu. Aku mengenal mereka. Mereka tidak jahat atau kejam. Mereka bahkan tidak pintar. Menyakiti mereka seperti menyakiti anak-anak. Mereka tidak melihat... maksudku, mereka tidak tahu... Kata-kata yang ingin kuucapkan jadi berantakan.
Mereka tidak tahu apa, Katniss" tanya Gale. Bahwa para peserta yang sebenarnya masih anak-anak, bukan trio orang anehmu dipaksa bertarung sampai mati" Bahkan kau turun ke arena untuk menghibur penonton" Apakah itu jadi rahasia besar di Capitol"
Tidak. Tapi mereka tidak melihatnya seperti kita melihatnya, kataku. Mereka dibesarkan seperti itu dan...
Kau sungguh-sungguh membela mereka" Gale menarik lepas kulit kelinci dengan sekali sentakan.
Ucapannya membuatku tersentak, karena kenyataannya, aku memang membela mereka, dan itu konyol. Aku berusaha menemukan sudut pandang yang masuk akal. Kurasa aku bakal membela siapa pun yang diperlakukan seperti itu hanya karena sepotong roti. Mungkin kejadian itu mengingatkanku pada apa yang terjadi padamu gara-gara kalkun dulu.
Namun, Gale benar. Memang tingkat kekuatiranku terhadap tim persiapanku tampak aneh. Seharusnya aku membenci mereka dan ingin melihat mereka terikat. Tapi mereka bodoh dan tak tahu apa-apa dan mereka bagian dari Cinna, dan Cinna ada di pihakku, ya kan"
Aku tidak ingin cari gara-gara, kata Gale. Tapi kurasa Coin tidak mengirimimu pesan dengan menghukum mereka karena melanggar peraturan di sini. Dia mungkin menganggap kau melihatnya sebagai bantuan. Gale memasukkan kelinci ke dalam karung lalu berdiri. Sebaiknya kita pergi jika ingin bisa kembali tepat waktu.
Kuabaikan uluran tangannya yang ingin membantuku berdiri dan aku berdiri sendiri dengan
langkah goyah. Baiklah. Kami berdua tak ada yang bicara ketika berjalan pulang, tapi ketika di dalam gerbang, aku teringat sesuatu. Pada saat Quarter Quell, Octavia dan Flavius harus berhenti karena mereka tidak bisa berhenti menangis memikirkan aku yang akan kembali bertarung. Dan Venia bahkan tak sanggup mengucapkan selamat tinggal.
Aku akan berusaha mengingatnya ketika mereka... memolesmu, kata Gale.
Mendandaniku, kataku. Kami memberikan daging yang kami peroleh ke Graesy Sae di dapur. Dia lumayan suka pada Distrik 13, meskipun dia menganggap tukang masak di sini kurang imajinatif. Tapi bagi wanita yang bisa membuat sup daging anjing liar campur rhubarb yang lezat pasti merasa tangannya seperti terikat di sini.
Capek karena habis berburu dan kurang tidur, aku kembali ke kompartemenku dan mendapati tempat itu kosong melompong. Saat itu baru aku ingat bahwa kami sudah dipindahkan gara-gara Buttercup. Aku berjalan ke lantai atas dan mencari kompartemen E. Tempatnya persis sama dengan kompartemen 307, kecuali ada jendela di sana lebarnya setengah meter, tingginya dua puluh sentimeter berada di bagian atas dinding luar. Ada pelat logam berat yang memperkuat jendela itu, tapi saat ini jendela tersebut terbuka, dan kucing itu tak kelihatan. Aku berbaring di ranjangku, dan kilasan sinar matahari sore jatuh di wajahku. Selanjutnya yang kutahu, adikku membangunkanku untuk kegiatan jam 18.00 Merenung.
Prim memberitahuku bahwa mereka sudah mengumumkan acara pertemuan sejak makan siang. Seluruh penduduk, kecuali mereka yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan penting, diharuskan hadir. Kami mengikuti arahan-arahan menuju Ruang Berkumpul, ruangan besar yang bisa menampung ribuan orang yang datang. Terlihat bahwa ruangan ini dibangun untuk menampung jumlah orang yang lebih banyak, mungkin dulu sebelum epidermi cacar pernah ada lebih banyak orang di sini. Prim diam-diam menunjukkan bekas-bekas korban malapetaka besar itu bekas-bekas luka cacar di tubuh orang-orang, anak-anak yang sedikit cacat tubuhnya. Mereka amat menderita di sini, kata adikku.
Setelah pagi ini, suasana hatiku tidak pas untuk merasa kasihan pada penduduk 13, Tidak lebih menderita daripada kita di Dua Belas, kataku. Aku melihat ibuku memimpin jalan sekelompok pasien yang masih bisa berjalan, masih mengenakan baju dan jubah pasien. Finnick berdiri di antara mereka, tampak bingung tapi tampan. Di tangannya ada seutas tali tipis, panjangnya kurang dari 30cm, terlalu pendek untuk dibuat jerat olehnya. Jemarinya bergerak cepat, secara otomatis mengikat dan melepas berbagai simpul sementara pandangannya menerawang. Mungkin bagian dari terapinya. Aku menyeberangi ruangan dan berkata, Hei, Finnick. Dia sepertinya tak memperhatikan, jadi aku menyenggolnya untuk mendapat perhatian pria itu. Finnick! Bagaimana kabarmu"
Katniss, ujarnya, sambil mencengkeram tanganku. Kurasa dia senang melihat wajah yang dikenalnya. Kenapa kita bertemu disini"
Kuberitahu Coin bahwa aku akan menjadi Mockingjay-nya. Tapi aku membuatnya berjanji bahwa dia akan memberi peserta-peserta lain kekebalan hukum jika para pemberontak menang, aku memberitaunya. Di depan umum, agar ada banyak saksi.
Oh. Baguslah. Karena aku menguatirkan Annie. Takut dia mengatakan sesuatu yang dianggap sebagai pengkhianatan tanpa disadarinya, kata Finnick.
Annie. O-oh. Aku benar-benar melupakannya. Jangan kuatir. Sudah kubereskan. Aku meremas tangan Finnick dan langsung berjalan menuju podium di bagian depan ruangan. Coin, yang sedang membaca pernyataannya, mengangkat alis memandangku. Aku ingin kau menambahkan nama Annie Cresta dalam daftar nama orang yang memperoleh kekebalan hukum, kataku padanya.
Presiden mengerutkan dahinya sedikit. Siapa dia"
Dia dan Finnick Odair... Apa" Aku tak tau bagaimana menyebut statusnya. Dia teman Finnick. Dari Distrik 4. Pemenang yang lain. Dia ditahan dan dibawa ke Capitol ketika arena pertarungan meledak.
Oh, gadis gila itu. Tak perlu sebenarnya, kata Coin. Kami tak terbiasa menghukum orang selemah itu.
Aku teringat pada peristiwa yang kuli
hat tadi pagi. Octavia meringkuk di dinding. Aku dan Coin pasti punya definisi lemah yang berbeda. Tapi aku hanya menjawab, Tidak bisa" Kalau begitu, tak ada masalah kan menambahkan nama Annie"
Baiklah, kata sang presiden, menuliskan nama Annie dengan pensil. Kau ingin ada di atas bersamaku saat pengumuman" Aku menggeleng. Kurasa tidak. Lebih baik kau bergegas dan membaur di kerumunan. Aku hampir mulai. Akupun kembali menuju Finnick.
Satu hal lagi yang tak boleh dibuang-buang di Distrik 13 adalah kata-kata. Coin meminta perhatian hadirin dan memberitahu mereka bahwa aku setuju menjadi Mockingjay, selama pemenang-pemenang lain Peeta, Johanna, Enobaria, dan Annie diberi pengampunan penuh atas kerugian apapun yang mereka timbulkan pada gerakan pemberontak. Dalam gemuruh suara hadirin, aku bisa mendengar ketidaksetujuan. Kurasa tak ada seorangpun yang ragu aku akan menjadi Mockingjay. Jadi dengan aku menyebut harga yang harus mereka bayar salah satunya dengan menyelamatkan nyawa orang-orang yang bisa saja jadi musuh membuat mereka marah. Aku tak memedulikan tatapan-tatapan marah yang ditujukan padaku.
Presiden membiarkan penduduknya resah selama beberapa saat, lalu melanjutkan pidatonya dengan lugas. Hanya saja sekarang kata-kata yang terucap dari mulutnya merupakan berita baru bagiku. Tapi sebagai balasan dari permintaan yang tak pernah terjadi sebelumnya, Prajurit Everdeen sudah berjanji untuk membaktikan dirinya ke tujuan perjuangan kita. Jika terlihat adanya penyimpangan dari misinya, baik dalam bentuk motif atau perbuatan, itu akan dilihat sebagai pelanggaran perjanjian. Kekebalan hukum tadi akan dibatalkan dan nasib keempat pemenang lain akan ditentukan oleh hukum Distrik 13. Sebagaimana juga yang terjadi pada nasibnya. Terima kasih.
Dengan kata lain, jika aku melanggar batas, kami semua mati.
BAB LIMA SATU lagi kekuatan yang harus kuhadapi. Satu lagi pemain kekuasaan yang memutuskan untuk menggunakanku sebagai pion dalam permainannya, meskipun banyak hal yang sepertinya tak pernah sesuai rencana. Pertama ada Juri-Juri Pertarungan yang menjadikan aku bintang mereka lalu mereka yang kena getahnya sendiri gara-gara segenggam buah berry beracun. Lalu Presiden Snow, berusaha memanfaatkanku untuk memadamkan pemberontakan, namun ternyata setiap langkah yang kulakukan malah makin membuat panas. Selanjutnya, para pemberontak menyergapku dengan cakar logam dan mengangkatku dari arena, merancangku untuk menjadi Mockingjay mereka, dan setelah pulih dari keterkejutanku aku mungkin tak mau mendapat peran itu. Dan sekarang, Coin, dengan senjata nuklirnya yang berharga dan distriknya yang berfungsi dengan lancar, menyadari bahwa lebih sulit memelihara Mockingjay daripada sekadar menangkapnya. Tapi dialah yang paling cepat paham bahwa aku punya tujuanku sendiri, oleh karena itu aku tak bisa dipercaya. Dialah satu-satunya yang menyatakan di depan umum bahwa aku adalah ancaman.
Jemariku meraba busa sabun di bak mandiku. Mandi dan bersih-bersih adalah langkah awal untuk membentuk penampilan baruku. Dengan rambut yang rusak kena bahan kimia, kulit yang terbakar matahari, dan bekas-bekas luka yang jelek, tim persiapanku harus membuatku cantik lalu membuat rambut rusak, kulit terbakar matahari, dan bekas luka itu menjadi lebih menarik.
Dandani dia menjadi Cantik Dasar Nol, perintah Fulvia pagi ini. Kita akan mulai dari sana. Cantik Dasar Nol ternyata tampilan seseorang saat baru turun dari ranjang, tampak mulus tapi alami. Artinya kukuku sudah dibentuk sempurna tapi belum diwarnai. Rambutku lembut dan berkilau tapi belum ditata. Kulitku halus dan cerah tapi belum diwarnai. Bulu-bulu di tubuhku harus di-wax dan lingkaran hitam di mataku harus dihilangkan, tapi jangan membuat perubahan yang terlalu kentara. Kurasa Cinna memberi perintah-perintah yang sama pada hari pertama aku tiba menjadi peserta di Capitol. Hanya saja yang dulu berbeda, karena aku jadi peserta. Sebagai pemberontak, kupikir aku harus lebih kelihatan sebagai diriku sendiri. Tapi sepertinya pemberontak yang tampil di televisi juga punya standar penampilan yang
harus dipertahankan. Setelah membasuh sabun dari tubuhku, aku menoleh dan melihat Octavia sudah menungguku dengan handuk di tangan. Sekarang dia berbeda dari wanita yang kukenal di Capitol, tanpa pakaian yang norak, riasan wajah yang tebal, rambut yang penuh warna, perhiasan, dan pernak-pernik. Aku ingat dia pernah muncul dengan rambut ikal berwarna pink terang yang ditaburi lampu kedap-kedip berbentuk seperti tikus. Dia memberitahuku bahwa di rumahnya dia punya beberapa ekor tikus sebagai hewan peliharaan. Bayangan tikus sebagai peliharaan membuatku jijik, karena kami menganggap tikus sebagai hama pengganggu, kecuali jika dimasak. Tapi Octavia mungkin menyukai tikus karena mereka kecil, halus, dan bersuara nyaring. Seperti dirinya. Ketika dia mengelap tubuhku, aku berusaha mengenal Octavia versi Distrik 13. Rambut aslinya ternyata berwarna pirang. Wajahnya berparas biasa tapi tampak manis. Dia lebih muda daripada yang kukira. Mungkin masih awal dua puluhan. Tanpa kuku palsu sepanjang lima sentimeter, jemarinya tampak gemuk, dan tak bisa berhenti gemetar. Aku ingin memberitahunya bahwa semuanya baik-baik saja, dan aku akan memastikan agar Coin tak pernah menyakitinya lagi. Tapi memar-memar beragam warna di kulitnya yang hijau mengingatkanku betapa tak berdayanya diriku.
Flavius juga muncul tanpa lipstik ungu dan pakaian-pakaian berwarna cerah. Namun dia berhasil membuat rambut oranyenya memiliki ikal-ikal kecil. Venia-lah yang paling tidak banyak berubah. Rambutnya yang biru lepek di kepalanya bukan berdiri membentuk model spike dan dari akar rambutnya terlihat rambut-rambut kelabu yang baru tumbuh. Namun, tato adalah ciri khasnya yang paling menonjol, dan warnanya masih keemasan dan mencolok seperti biasa. Dia datang dan mengambil handuk dari tangan Octavia.
Katniss takkan menyakiti kita, dia berkata pelan namun tegas pada Octavia. Katniss bahkan tak tahu kita ada di sini. Keadaan akan lebih baik mulai sekarang. Octavia mengangguk sedikit tapi tak berani langsung memandang mataku.
Tidak mudah membuatku menjadi Cantik Dasar Nol, bahkan dengan bantuan berbagai produk, alat, dan perlengkapan yang dibawa Plutarch dari Capitol. Tim persiapanku melakukan kerja mereka cukup baik sampai mereka harus menutupi bekas luka di lenganku, di tempat Johanna mencungkil dagingku untuk mengambil alat penjejak. Tak ada seorang pun dan tim medis yang memikirkan bagaimana tampilan luka itu ketika mereka menutupi luka yang menganga. Sekarang aku punya codet bekas luka yang menonjol dan kasar seukuran buah apel. Biasanya, bagian lengan pakaianku akan bisa menutupinya tapi kostum Mockingjay rancangan Cinna bagian lengannya hanya sampai di atas siku. Bekas luka ini jadi kekuatiran mereka sehingga Fulvia dan Plutarch dipanggil untuk membicarakan hal ini. Aku berani sumpah, melihat bekas lukaku saja Fulvia sudah nyaris muntah. Untung orang yang bekerja dengan Juri Pertarungan, dia amat sensitif. Tapi kurasa dia hanya terbiasa melihat hal-hal tak menyenangkan melalui layar televisi.
Semua orang tahu aku punya bekas luka di sini, kataku muram.
Tahu dan melihatnya adalah dua hal yang berbeda, kata Fulvia. Itu menjijikkan. Aku dan Plutarch akan memikirkan sesuatu saat makan siang.
Tidak apa-apa, ujar Plutarch sambil mengibaskan tangannya. Mungkin bisa pakai ikat lengan atau apalah.
Aku merasa muak, lalu aku berpakaian dan berjalan menuju ruang makan. Tim persiapanku berkerumunan di dekat pintu. Apakah mereka membawakan makanan kalian kemari" tanyaku.
Tidak, sahut Venia. Kami harus ke ruang makan.
Aku menghela napas ketika membayangkan bahwa aku harus berjalan ke ruang makan, diikuti mereka bertiga. Tapi orang-orang memang sudah biasa memandangiku. Dipandangi seperti itu nanti kurang-lebih sama rasanya. Akan kutunjukkan di mana tempatnya, kataku. Ayo.
Lirikan yang dilakukan sembunyi-sembunyi dan gumaman pelan yang biasa kualami tak ada apa-apanya dibandingkan reaksi ketika mereka melihat tim persiapanku yang berpenampilan aneh. Mulut-mulut yang menganga, jari-jari yang menunjuk, jeritan-jeritan kaget. Abaikan saja mereka, kata
ku pada tim persiapanku. Dengan mata tertunduk, dan langkah-langkah mekanis, mereka mengikutiku mengantre, menerima mangkuk berisi ikan berwarna abu-abu, setup kacang-kacangan, dan air minum.
Kami duduk di mejaku, di samping kelompok dari Seam. Mereka lebih bisa menahan diri dibanding orang-orang dari 11, atau bisa juga itu karena mereka malu. Leevy, yang jadi tetanggaku ketika tinggal di 12 menyapa tim persiapanku dengan hati-hati, dan ibu Gale, Hazelle, yang pasti tahu tentang berita penahanan mereka, mengangkat sendok setuju. Jangan kuatir, katanya. Rasanya lebih enak daripada kelihatannya.
Tapi Posy, adik perempuan Gale yang berusia lima tahun, yang paling membantu. Dia menggeser duduknya mendekati Octavia dan menyentuh kulit wanita itu dengan ragu-ragu. Kau hijau. Apakah kau sakit"
Itu gaya. Posy. Seperti pakai lipstik, kataku.
Tujuannya supaya cantik, bisik Octavia. Dan aku bisa melihat air mata mengambang di pelupuk mata Octavia.
Posy mempertimbangkan pernyataan ini lalu berkata terus terang. Menurutku kau akan cantik dengan warna apa pun.
Senyum simpul terbentuk di bibir Octavia. Terima kasih.
Kalau kau ingin membuat Posy kagum, kau harus mewarnai dirimu dengan warna pink terang, kata Gale, sambil menaruh nampannya di sampingku. Itu warna favoritnya. Posy terkikik lalu kembali ke sebelah ibunya. Gale mengangguk ke arah mangkuk Flavius. Sebaiknya itu tidak dibiarkan dingin. Kekentalan makanannya juga tidak jadi lebih baik.
Semua orang makan. Setup itu tidak terlalu buruk rasanya, tapi ada semacam rasa lengket yang menganggu. Seakan kau harus menelan setiap gigitan sebanyak tiga kali agar bisa turun dengan benar.
Gale, yang biasanya tidak banyak bicara saat makan, berusaha keras agar percakapan tetap berlangsung, dengan menanyakan proses perubahan penampilanku. Aku tahu ini usahanya untuk memperlancar situasi. Tadi malam kami berdebat setelah dia bilang aku membuat Coin tak punya pilihan untuk membalas permintaanku menyelamatkan para pemenang dengan keselamatan rakyatnya. Katniss, dia memimpin distrik ini. Dia tidak bisa melakukannya jika dia tampak menyerah pada keinginanmu.
Maksudmu dia tidak suka perbedaan pendapat dalam bentuk apa pun, bahkan jika itu adil sekalipun" balasku.
Maksudku kau menempatkannya dalam posisi yang buruk. Membuatnya memberikan kekebalan hukum pada Peeta dan para pemenang lain padahal kita tak tahu kerusakan apa yang sudah mereka hasilkan, kata Gale.
Jadi aku seharusnya menjalankan program mereka begitu saja dan membiarkan peserta-peserta lain bertaruh dengan nasib mereka" Bukan karena hal itu penting, tapi karena itulah yang kita lakukan di sini! Saat itulah aku menghantamnya dengan telak. Aku tidak duduk bersamanya saat sarapan, dan ketika Plutarch mengirimnya untuk latihan tadi pagi, aku membiarkannya pergi tanpa mengucapkan salam. Aku tahu dia bicara seperti itu karena peduli padaku, tapi aku sungguh-sungguh membutuhkan Gale berada di pihakku, bukan di pihak Coin. Bagaimana mungkin Gale tidak memahaminya"
Setelah makan siang, aku dan Gale dijadwalkan ke Pertahanan Khusus untuk bertemu Beetee. Ketika kami menuruni elevator, akhirnya Gale berkata, Kau masih marah.
Dan kau masih belum menyesal, jawabku.
Pendapatku masih sama. Kau ingin aku bohong" tanyanya.
Tidak, aku ingin kau berpikir ulang tentang hal itu dan menemukan pendapat yang tepat, kataku memberitahunya. Tapi pernyataanku hanya membuatnya tertawa. Aku harus membiarkannya. Tak ada gunanya mendikte apa yang Gale pikirkan. Sejujurnya, itulah yang jadi satu alasan kenapa aku memercayainya.
Pertahanan Khusus berada di lantai jauh di bawah, seperti penjara tempat kami menemukan tim persiapanku. Ruangan tersebut penuh berisi komputer, laboratorium, peralatan riset, dan lapangan uji coba.
Ketika kami menanyakan keberadaan Beetee, kami diarahkan menuju jalan yang berkelok-kelok sampai kami tiba di jendela kaca besar dan tebal. Di dalamnya terdapat pemandangan terindah pertama yang kulihat dalam ruang perlindungan Distrik 13: replika padang rumput, lengkap dengan pohon-pohon sungguhan dan tanaman-tanam
an berbunga, dan ramai dengan suara burung hummingbird. Beetee duduk tak bergerak di atas kursi rodanya di tengah padang rumput, memperhatikan burung berwarna hijau cerah terbang lalu menyesap nektar dari bunga besar berwarna oranye yang sedang mekar. Tatapan Beetee mengikuti burung yang terbang melesat pergi, lalu tatapannya pun menangkap kami. Dia melambai ramah mengajak kami bergabung di dalam sana.
Udara di dalam ruangan terasa sejuk dan bisa untuk bernapas, tidak lembap dan panas seperti yang kukira. Dari setiap sisinya terdengar desingan sayap-sayap kecil, yang biasanya kukira bunyi desingan serangga ketika aku berada di hutan kampung halamanku. Aku jadi bertanya-tanya, kebetulan menyenangkan macam apa yang membuat tempat menyenangkan seperti ini boleh dibangun di sini.
Sumpah Sepasang Harimau 1 Roro Centil 16 Tiga Siluman Bukit Hantu Ching Ching 9

Cari Blog Ini